PAPER Pengaruh Limbah Bioetanol Jagung (Zea mays L.) Terhadap Media dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada Varietas Walet dan Vima 1 Lidya Merciani (1508 100 058) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) secara padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) terhadap media tumbuh dan pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1. Metode penelitian ini yaitu menggunakan penambahan limbah bioetanol jagung padat, cair dan kombinasi padat dan cair ke dalam media tanam. Parameter yang diamati yaitu sifat fisik dan kimia tanah, tinggi tanaman (cm), luas daun (cm2), panjang akar (cm), dan berat kering (gr). Hasil penelitian ini adalah limbah bioetanol jagung padat, cair, dan kombinasi dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah dimana warna tanah pada semua perlakuan yaitu hitam dan tekstur tanah pada perlakuan kontrol yaitu lempung berdebu, dan pada perlakuan limbah bioetanol jagung padat, cair maupun kombinasi teksturnya lempung liat berdebu. Sedangkan struktur tanah pada perlakuan kontrol dan limbah cair yaitu granular dan pada limbah bioetanol jagung padat maupun kombinasi strukturnya blocky serta kandungan NPK yang paling tinggi yaitu pada perlakuan limbah padat dengan N=0,92; P=145,54; K=8,91 dan hasil pertumbuhan yang paling tinggi yaitu pada perlakuan V1.P2 (Varietas walet dengan perlakuan limbah padat). Kata Kunci : Limbah bioetanol jagung, media tumbuh, pertumbuhan, varietas walet dan vima 1 Abstract The objective of this research is to observe the effectof maize bioethanol’s waste (Zea mays L.) form of solid, liquid, and combination (solid and liquid) to the medium and the growth of Mung Bean (Vigna radiata L.) Varieties Walet and Vima 1. Design methods used in this research is completely randomized design with factorial pattern, which consists of two factors. The first factor is kind of waste of corn ethanol and the second factor is the Mung Bean varieties. Parameters observed were physical and chemical characteristic of the soil, plant height (cm), leaf area (cm2), root length (cm), and plant dry weight (gr).The results showed that of maize bioethanol’s waste (Zea mays L.) form of solid, liquid, and combination (solid and liquid) can influence on physical and chemical characteristic of the soil in which color is black on all treatments and soil texture control treatment is silty loam and soil texture the treatment of maize bioethanol’s waste solid, liquid or combination is sandy-silt loam.While the structure of the soil in the control treatment and liquid waste is granular and maize bioethanol’s waste in solid or combination of blocky structure and content of the highest NPK is solid waste treatment with N = 0.92, P = 145.54; K = 8.91. Results of the highest to growth V1.P2 treatment (Varieties Walet with solid waste treatment). Keywords : Waste of maize bioethanol, Medium, Growth, Varieties Walet and Vima 1.
PENDAHULUAN Kebutuhan energi bahan bakar yang berasal dari eksplorasi fosil terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri dan penduduk. Hal ini dapat menjadi masalah besar ketika suatu negara tersebut belum bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil atau bahan bakar minyak (BBM), sedangkan cadangan sumber energi tersebut makin lama semakin terbatas. Kebijakan mengurangi konsumsi energi bukan merupakan langkah yang tepat, karena konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua sisi yang saling mempengaruhi, oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam menerapkan kebijakan energi agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Supaya perekonomian dunia lebih stabil, maka bioetanol merupakan salah satu alternatif yang baik untuk mengatasinya, karena bioetanol tidak terbuat dari fosil tetapi dari sumber nabati (Susilowati, 2011). Bioetanol dapat diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung glukosa, selulosa dan karbohidrat atau pati. Sumber bahan baku energi alternatif tersebut umumnya berasal dari tanaman pangan, seperti singkong, ubi jalar, tebu, jagung, dan lain-lain. Bioetanol merupakan salah satu jenis sumber energi yang sedang dipacu pengembangannya oleh Pemerintah Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati, dan Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran, merupakan upaya pemerintah dalam mendukung pengembangan energi alternatif khususnya Bahan Bakar Nabati (BBN/Biofuel) (Kussuryani, et al., 2008). Adanya dukungan dari pemerintah dan kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor pemicu munculnya berbagai macam kegiatan industri bioetanol, seperti home industri yang dikelola oleh Bio Newstart di jalan Slepi, Trawas Jawa Timur. Home industri Bio Newstart ini dapat mengasilkan produksi bioetanol jagung sebesar 25 liter/hari dan hasil limbah cair yang diperoleh sebesar 130 liter/hari dan hasil limbah padat yang diperoleh sebesar 6,5 kg/hari. Sehingga tumbuhnya berbagai macam industri bioetanol tersebut akan memberikan dampak di lingkungan sekitarnya.
Salah satu limbah bioetanol yang menjadi masalah adalah hasil limbah dari bioetanol jagung. Limbah dari hasil bioetanol jagung itu berupa limbah padat dan limbah cair. Pada umumnya limbah padat dari hasil bioetanol jagung digunakan sebagai pakan ternak (Tangendjaja dan Wina, 2008), sedangkan limbah yang cair dibuang begitu saja ke lingkungan, sehingga hal tersebut akan menambah tingkat pencemaran pada suatu lingkungan. Berdasarkan hasil analisis uji limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) dapat diketahui bahwa di dalam limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) padat mengandung unsur hara N=0,21%, P=0,012%, K=0,07 % sedangkan pada limbah bioetanol jagung cair mengandung unsur hara N=0,17 %, P=0.004 %, K=0,05 %. Oleh karena itu hasil limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) baik berupa limbah padat dan limbah cair dapat digunakan sebagai alternatif pupuk bagi tanaman, sebab berdasarkan kandungan tersebut dapat meningkatkan kandungan unsur hara pada media dan pertumbuhan tanaman. Beberapa pemanfaatan limbah yang bisa digunakan sebagai pupuk misalnya limbah kertas, berdasarkan hasil penelitian Komarayati, S dan Ridwan A.P (2002), bahwa limbah kertas bisa digunakan untuk pupuk karena mengandung beberapa unsur hara. Selain itu limbah tahu merupakan salah satu limbah yang juga bisa dimanfaatkan sebagai pembuatan pupuk. Hal ini disebabkan limbah tahu masih mengandung unsur-unsur penting bagi tanaman yang dapat membantu kesuburan tanah ( Fithriyah, 2011 ). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai sampel uji coba limbah bioetanol adalah kacang hijau. Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman berhabitus semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) berasal dari India, kemudian menyebar ke berbagai negara Asia tropis, termasuk ke Indonesia pada awal abad ke-17 (Purwono, 2007). Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya karena umur panennya (55 - 65 hari), kebutuhan air untuk pertumbuhan relatif kecil, yakni 700 - 900 mm/tahun dan cara budidaya tanaman kacang hijau relatif mudah sehingga tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) cocok ditanam pada musim kering (kemarau) (Purwono, 2005). Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang dapat berinteraksi dengan bakteri
di dalam tanah misalnya rhizobium. Bakteri rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang mempunyai kemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya dan peranan rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya (Campbell,1999). Selain rhizobium, perakaran kacang hijau juga dapat berasosiasi dengan mikoriza yang dapat mempengaruhi terhadap agregasi tanah (Tisdall dan Oades, 1979). Oleh karena itu dengan adanya kemampuan yang dimiliki oleh kacang hijau tersebut maka memungkinkan pendegradasian limbah bioetanol itu akan lebih cepat, sehingga bisa membantu pertumbuhan dan memperbaiki media tanam pada tanaman kacang hijau. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) adalah tanaman yang mempunyai banyak varietas diantaranya yaitu : Manyar, Merak, Betet, Nuri, Walet, Parkit, Merpati, Sriti, Murai, Perkutut, Siwalik, Bhakti, Vima 1, Kutilang, Kenari (Purwono, 2007 dan Atman, 2008). Namun dalam percobaan ini varietas tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) yang digunakan adalah varietas Walet dan varietas Vima1, karena varietas Walet merupakan hasil seleksi varietas introduksi dari AVRDC (Taiwan), hasil rata-ratanya 1,7 t/ha dengan ciri-ciri biji hijau mengkilap, polong tidak mudah pecah dan masak secara serempak, tahan terhadap penyakit bercak daun, embun tepung, sedangkan pada kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas Vima 1 merupakan persilangan buatan pada tahun 1996 dari tetua jantan VC 1973A dan tetua betina VC 2750A, hasil rata-rata 1,38 t/ha dengan ciri-ciri warna daun hijau, polong yang sudah masak tidak mudah pecah, tahan terhadap penyakit embun tepung. Kedua varietas tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) ini dikembangkan di Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) Jawa Timur. Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi padat dan cair terhadap media tumbuh pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet dan vima1? 2. Bagaimanakah pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi padat dan cair terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau
(Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1? Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) secara padat, cair, dan kombinasi padat dan cair terhadap media tumbuh pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet dan vima1. 2. Untuk mengetahui pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) secara padat, cair, dan kombinasi padat dan cair terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di green house Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada bulan Desember 2012 – Januari 2013. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass, erlenmeyer, pipet, gelas ukur, timbangan, neraca analitik, penggaris, polibag, oven, dan kertas pH, soil tester, kertas label. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah bioetanol jagung yang berupa padat, cair dan kombinasi (padat dan cair), kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet dan vima 1, tanah, pupuk kompos, NaOH, HCl. Cara Kerja A. Persiapan Media Tanam Persiapan media tanam dilakukan dengan cara mencampur tanah dan pupuk kompos dengan perbandingan 1:1 (Subandi, 2010). Tanah dan pupuk kemudian dicampur hingga rata lalu dimasukkan ke dalam polybag, kemudian diberi label sesuai perlakuan. 1. Pembuatan Media Tanam dengan Penambahan Limbah Bioetanol Jagung Padat Polibag yang sudah berisi media tanam kemudian ditambah limbah padat dengan perbandingan 1 : 1 dicampur secara merata dan dibiarkan dulu selama 1 minggu untuk proses dekomposisi (Subandi, 2010).
2. Pembuatan Media Tanam dengan Penambahan Limbah Bioetanol Jagung Cair Polibag yang sudah berisi media tanam kemudian ditambah limbah cair dengan perbandingan 1 : 1 dicampur secara merata dan dibiarkan dulu selama 1 minggu untuk proses dekomposisi (Subandi, 2010). 3. Pembuatan Media Tanam dengan Penambahan Kombinasi Limbah Bioetanol Jagung Padat dan Cair Polibag yang sudah berisi media tanam kemudian ditambahkan kombinasi antara limbah cair dan limbah padat dengan perbandingan 1:1 kemudian dicampur secara merata dan dibiarkan dulu selama 1 minggu untuk proses dekomposisi (Subandi, 2010). B. Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara biji direndam dengan air selama 24 jam, biji yang digunakan adalah biji yang tenggelam pada saat perendaman, kemudian ditanam pada media tanam yang sudah diberi perlakuan. C. Pengairan Penyiraman dilakukan setiap hari 1 kali dengan menggunakan air. D. Penyiangan Penyiangan dilakukan setiap hari pada saat dilakukan penyiraman. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman pengganggu atau gulma. E. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan meliputi : 1. Pertumbuhan Tanaman a. Tinggi Tanaman Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari ujung akar sampai ujung daun tertinggi menggunakan benang yang kemudian besarnya dihitung dengan menggunakan penggaris (Winarti, 2002). Pengambilan data tinggi tanaman diukur setelah 30 HST (periode pertumbuhan vegetatif). Satuan yang digunakan untuk mengukur tinggi tanaman adalah (cm). Dari data pengamatan tinggi tanaman dibuat grafik tinggi tanaman. b. Luas Daun Luas daun diukur dengan menggunakan metode Gravimetrik, yaitu dengan cara membuat replika daun menggunakan kertas. Pengambilan data luas daun tanaman diukur setelah 30 HST (periode pertumbuhan vegetatif ) dengan memetik satu buah daun sebagai objek
yang diukur, satuan luas daun yang digunakan adalah (cm²). Selanjutnya replika kertas ditimbang dan luas daun dihitung dengan menggunakan rumus : 𝐿𝐿𝐿𝐿 =
𝑊𝑊𝑟𝑟 𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋(𝑐𝑐𝑐𝑐) 𝑊𝑊𝑡𝑡
Keterangan : LD : Luas Daun (cm2) Wr : Berat kertas replika daun (gr) Wt : Berat total kertas (gr) LK : Luas total kertas (cm) (Sitompul, 1995).
Dari data luas daun yang didapat dalam pengukuran lalu dibuat grafik luas daun pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet dan vima 1. c. Panjang Akar Panjang akar diukur setelah 30 HST (periode pertumbuhan vegetatif) dengan menggunakan benang mulai dari pangkal akar sampai ujung akar, lalu benang diukur kembali dengan menggunakan penggaris. Satuan panjang akar yang digunakan adalah (cm) (Winarti, 2002). Dari data panjang akar yang di dapat dalam pengukuran lalu dibuat grafik panjang akar pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet dan vima 1. d. Berat Kering Tanaman Berat kering tanaman diukur setelah 30 HST (periode pertumbuhan vegetatif) dengan cara semua tanaman dicabut dan dicuci bersih, dikering anginkan kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang telah ditimbang dan dioven pada suhu 110⁰ C selama 48 jam sampai berat konstan, lalu di timbang dengan timbangan analitik dan di catat berat keringnya. Satuan berat kering tanaman yang digunakan adalah (gr) (Winarti, 2002). Dari data berat kering tanaman yang di dapat lalu dibuat grafik berat kering pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet dan vima 1. 2. Media Tumbuh a. Sifat Fisik Sifat fisik tanah diamati setelah 30 HST (periode pertumbuhan vegetatif) dengan cara melihat tekstur, struktur dan warna tanah. b. Sifat Kimia (N, P, K dan pH) Sifat kimia tanah diamati dengan cara mengetahui adanya kandungan N, P, K yang terdapat pada media tumbuh setelah 30 HST (periode pertumbuhan vegetatif). Sedangkan pengamatan pH pada limbah cair bioetanol
jagung di ukur dengan menggunakan kertas pH pada waktu tahap awal sebelum proses dekomposisi. pH yang digunakan berkisar antara 5,8 - 6,5. Apabila pH yang terdapat pada limbah cair bioetanol jagung kurang optimal untuk pertumbuhan kacang hijau maka ditambahkan larutan NaOH apabila kondisi pH terlalu asam, namun jika pH terlalu basa maka ditambahkan HCl. Sedangkan pengamatan pH pada media tumbuh diamati dengan soil tester setelah 30 HST (periode pertumbuhan vegetatif) . Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah macam limbah bioetanol jagung yang terdiri dari 4 level, yaitu: kontrol, padat, cair dan kombinasi padat dan cair. Faktor kedua adalah varietas kacang hijau (Vigna radiata L.) yang terdiri atas 2 level, yaitu: varietas walet dan varietas vima1.
PEMBAHASAN 1. Pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) terhadap media tumbuh pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet dan vima 1 Tanah merupakan suatu media untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang berbeda maka akan memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tersebut antara lain temperatur tanah, kelembaban tanah, permeabelitas akar, tersedianya unsur hara dan sifat tanah (fisik dan kimia) ( Soetedjo, 2008). Aplikasi limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang diberikan ke media tanam dapat mempengaruhi pada sifat fisik dan kimia tanah, yaitu : Tabel 3. Pengamatan sifat fisik.
Tabel 2. Rancangan percobaan kacang hijau pada
Sifat Fisik
berbagai perlakuan.
Varietas (V)
Perlakuan pemberian limbah (P) (P1) (P2) (P3) (P4)
Perlakuan Tekstur
(V1)
V1.P1
V1.P2
V1.P3
V1.P4
Kontrol (P1)
(V2)
V2.P1
V2.P2
V2.P3
V2.P4
Limbah bioetanol jagung padat (P2)
Keterangan : V1.P1 = Varietas walet dengan perlakuan kontrol V1.P2 = Varietas walet dengan perlakuan limbah padat V1.P3 = Varietas walet dengan perlakuan limbah cair V1.P4 = Varietas walet dengan perlakuan kombinasi limbah padat dan cair V2.P1 = Varietas vima 1 dengan perlakuan kontrol V2.P2 = Varietas vima 1 dengan perlakuan limbah padat V2.P3 = Varietas vima 1 dengaan perlakuan limbah cair V2.P4 = Varietas vima 1 dengan perlakuan kombinasi limbah padat dan cair
Analisa Data Seluruh data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini, akan dianalisis dengan menggunakan ANOVA menggunakan Minitab 16. Selanjutnya jika hasil menunjukan ada pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Tukey dengan taraf kepercayaan 95 %.
Limbah bioetanol jagung cair (P3) Kombinasi limbah bioetanol jagung padat dan cair (P4)
Lempung berdebu (Silty loam) Lempung liat berdebu (sandy-silt loam) Lempung liat berdebu (sandy-silt loam) Lempung liat berdebu (sandy-silt loam)
Struktur
Warna
Granular
Hitam
Blocky
Hitam
Granular
Hitam
Blocky
Hitam
Tabel 4. Pengamatan sifat kimia. Perlakuan Kontrol (P1) Limbah bioetanol jagung padat (P2) Limbah bioetanol jagung cair (P3) Kombinasi limbah bioetanol jagung padat dan cair (P4)
N %
Sifat Kimia Kandungan pH P K Limbah Tanah Cair mg kg-1 me/100g
0,50
37,58
3,66
6,5
-
0,92
145,54
8,91
6,3
-
0,55
98,12
5,51
6,1
6
0,47
80,94
9.99
6,2
6
Berdasarkan pengamatan sifat fisik bahwa aplikasi pemberian limbah bioetanol jagung pada media tanam dapat memberikan respon yang baik bagi tanaman, karena limbah bioetanol jagung tersebut bisa dipergunakan sebagai pupuk organik. Hal ini dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengamatan sifat fisik yaitu pada pengamatan warna tanah bahwa perlakuan kontrol dan yang menggunakan limbah bioetanol jagung padat, cair maupun kombinasi (limbah padat dan limbah cair) semuanya memiliki warna hitam atau gelap. Menurut Hardjowigeno (1993) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Selain itu Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah dan kapasitas produktivitas lahan. Selain itu berdasarkan pengamatan tekstur pada media tumbuh bahwa pada perlakuan kontrol dan pada perlakuan yang menggunakan aplikasi penambahan limbah bioetanol jagung padat, cair maupun kombinasi (limbah padat dan limbah cair) memiliki suatu perbedaan, karena pada perlakuan kontrol memiliki tekstur yaitu lempung berdebu (Silty loam), sedangkan pada perlakuan menggunakan limbah bioetanol jagung padat, cair maupun kombinasi (limbah padat dan limbah cair) memiliki tekstur yaitu lempung liat berdebu (sandy-silt loam). Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabelitas, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim, dkk., 1986). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian struktur tanah yaitu pada perlakuan kontrol dan limbah cair memiliki struktur yang sama yaitu granular, dimana struktur ini mudah ditembus akar dan karena diameter tanahnya sekitar 0,5cm (Madjid,2010). Namun struktur tanah pada perlakuan yang menggunakan limbah bioetanol jagung padat maupun kombinasi (limbah padat dan limbah cair) memiliki struktur blocky, dimana struktur ini memiliki tingkat porositas yang tinggi, sehingga kandungan bahan organik yang didalamnya juga akan semakin tingggi (Hardjowigeno,1993) dan dengan kondisi yang seperti itu maka secara otomatis dapat membantu pertumbuhan tanaman. Perbedaan tekstur dan struktur pada tanah ini terjadi karena pengaruh porositas
tanah, kandungan air dan perbandingan relatif fraksi-fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada media tersebut (Hardjowigeno, 1993). Selain itu berdasarkan sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa pada perlakuan yang ditambahkan dengan limbah bioetanol jagung padat memiliki kandungan NPK yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini bisa terjadi karena di dalam media tersebut masih terdapat banyak serat-serat kandungan bahan organik dari jagung misalnya selulosa, karbohidrat, dan limbah bioetanol jagung padat dihasilkan dari ampas proses pemerasan. Sehingga bahan organik yang banyak ini memungkinan kandungan unsur hara yang terdapat pada media tumbuh tersebut juga semakin meningkat dan begitu pula mikroba yang terkandung didalamnya otomatis akan semakin banyak pula, sebab mikroba tersebut membutuhkan nutrisi. Oleh karena itu semakin tinggi populasi mikroba yang berada pada media tumbuh, maka semakin tinggi pula proses aktivitas biokimia yang terjadi di dalamnya, sehingga semakin tinggi pula kualitas dan kuantitas unsur hara dalam media tumbuh tersebut (Saraswati dan Sumarno, 2008). Sedangkan pada media yang diberikan limbah cair mempunyai kandungan NPK yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan media yang ditambahkan limbah padat. Hal ini bisa terjadi karena limbah bioetanol jagung cair merupakan media yang dihasilkan dari akhir sisa proses penyulingan limbah bioetanol jagung, sehingga bahan organik yang terkandung di dalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan media yang ditambahkan limbah bioetanol jagung padat. Namun ketika pada media kombinasi (limbah bioetanol jagung padat dan cair) kandungan NPK justru semakin rendah jika dibandingkan dengan perlakuan pemberian limbah padat maupun perlakuan limbah cair, hal ini bisa terjadi karena pada media tersebut terjadi suatu pelindian (leaching) yang disebabkan oleh adanya suatu pengaruh penambahan bahan organik yang berbeda sifat pengolahanya dan terjadinya pelindian (leaching) ini ditunjukan dari berkurangnya kandungan NPK akibat adanya pencucian unsur hara (Santoso, 2011). Perbedaan kandungan unsur hara NPK pada media tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, karena kadar zat hara yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kualitas hasil tanaman (Sarief, 1986). pH tanah baik pada perlakuan kontrol maupun yang diberikan perlakuan limbah
memiliki kisaran pH sebesar 6,1–6,5. Sedangkan pada pH pada limbah cair yang akan diaplikasikan pada perlakuan memiliki nilai pH = 6. Menurut Novizan, (2002) bahwa umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut di dalam air. Pada pH lebih rendah atau lebih tinggi dari kisaran tersebut maka ketersediaan unsur-unsur hara makro tersebut cenderung menurun. Sementara itu jumlah unsur hara mikro yang tersedia pada pH netral cenderung lebih kecil dibandingkan dengan pH rendah atau tinggi tetapi jumlah tersebut telah mencukupi kebutuhan tanaman. Selain itu pH tanah juga menunjukan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman.
Pada hasil uji Anova (dapat dilihat pada Lampiran 11) pengamatan tinggi tanaman didapatkan hasil bahwa pada varietas, perlakuan limbah maupun interaksinya memberikan pengaruh yang nyata karena (p<0,05). Selanjutnya berdasarkan hasil Uji Tukey dari masing-masing perlakuan didapatkan hasil sebagai berikut :
2. Pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1 Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, pertambahan bukan hanya dalam volume (tetapi juga dalam bobot, jumlah sel). Menurut Sitompul (1995), pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan hasil tanaman. Pada fase vegetatif tanaman terjadi perkembangan akar, batang dan daun. Fase ini berhubungan dengan 3 proses penting yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap diferensiasi sel. Penambahan jumlah dan ukuran sel akan memacu pembentukan jaringan dan selanjutnya organ-organ tanaman (Haryadi, 1993). Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman sampai pada masa vegetatif pada umumnya dapat dilihat dari hasil pengamatan yang meliputi :
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf a = 5% menurut uji Tukey
A. Pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1 Tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering digunakan sebagai indikator pertumbuhan dan parameter untuk mengukur pengaruh perlakuan yang diberikan (Sitompul,1995). Berdasarkan hasil parameter pertumbuhan tanaman yang berupa pengamatan tinggi tanaman maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil uji Tukey ANOVA tinggi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada masing-masing perlakuan.
Perlakuan pemberian limbah (P) (P1) (P2) (P3) (P4)
Varietas (V)
28,2 cd 22,6 d
(V1) (V2)
60
Tinggi (cm)
30
41,8 b 37,1 b
38,6 b 29,3 c
50,8
50 40
50,8 a 37,5 b
41,8 28,2 37,5
37,1
WALET
29,3
20 10
38,6
22,6
VIMA 1
0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar
4. Tinggi (Vigna radiata L.)
tanaman
kacang
hijau
Keterangan : P1 = Kontrol P2 = Perlakuan limbah padat P3 = Perlakuan limbah cair P4 = Perlakuan kombinasi limbah padat dan cair V1.P1 = Varietas walet dengan perlakuan kontrol V1.P2 = Varietas walet dengan perlakuan limbah padat V1.P3 = Varietas walet dengan perlakuan limbah cair V1.P4 = Varietas walet dengan perlakuan kombinasi limbah padat dan cair V2.P1 = Varietas vima 1 dengan perlakuan kontrol V2.P2 = Varietas vima 1 dengan perlakuan limbah padat V2.P3 = Varietas vima 1 dengaan perlakuan limbah cair V2.P4 = Varietas vima 1 dengan perlakuan kombinasi limbah padat dan cair.
Berdasarkan hasil Uji Tukey pengamatan tinggi tanaman dapat diketahui bahwa limbah bioetanol jagung memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap tinggi tanaman yaitu pada perlakuan V1.P2 (Varietas walet dengan
B. Pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) terhadap pertumbuhan luas daun tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1 Menurut Gardner, et al., (1991) bahwa pengukuran luas daun sering digunakan untuk menganalisa pertumbuhan karena daun merupakan organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis tanaman. Berdasarkan hasil parameter pertumbuhan tanaman yang berupa pengamatan luas daun maka diperoleh hasil sebagai berikut : Pada hasil uji Anova (dapat dilihat pada Lampiran 11) pengamatan luas daun didapatkan hasil bahwa baik pada varietas maupun perlakuan limbah memberikan pengaruh yang nyata karena (p<0,05) namun pada interaksi antara varietas dan perlakuan limbah tidak
memberikan pengaruh yang nyata karena (p>0,05). Selanjutnya berdasarkan hasil Uji Tukey dari masing-masing perlakuan didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 6. Hasil uji Tukey ANOVA luas daun tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada masing-masing perlakuan. Perlakuan pemberian limbah (P)
Varietas (V) (V1) (V2)
(P1)
(P2)
(P3)
(P4)
6,2 cd 5,8 d
8,9 a 7,8 b
7,9 b 6,9 c
6,7 c 6,5 cd
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf a = 5% menurut uji Tukey 10 Luas Daun (cm2)
perlakuan limbah padat), hal ini bisa terjadi karena kacang hijau varietas walet mampu menyerap kandungan unsur hara yang berada di dalam media tumbuh tersebut dengan maksimal, sebab perlakuan yang ditambahkan dengan limbah bioetanol jagung padat memiliki kandungan NPK yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga memungkinkan kandungan unsur hara yang terdapat pada media tumbuh tersebut juga semakin tinggi. Sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman yang paling rendah itu ditunjukan pada perlakuan V2.P1 (Varietas vima 1 dengan perlakuan kontrol), hal ini bisa terjadi karena kacang hijau varietas vima 1 menyerap kandungan unsur hara yang berada di dalam media tumbuh tersebut tidak maksimal sebab kandungan NPK yang didalamnya juga sedikit. Menurut Sarief, (1986) bahwa perbedaan kandungan unsur hara NPK pada media tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, karena kadar zat hara yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kualitas hasil tanaman. Selain itu varietas yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda dalam asupan nutrisi. Selain itu menurut Nanang, et al., (2008) bahwa pertambahan tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh aktivitas pembelahan sel. Semakin meningkat pembelahan sel, maka akan diikuti pemanjangan sel yang dalam hal ini akan dimanifestasikan tinggi tanaman. Sel yang akan membelah membutuhkan nutrisi yang cukup sehingga dengan NPK yang cukup maka pembelahan sel akan meningkat.
8
8,91 7,91 6,2
6 4
6,68 7,85 6,89
5,76
6,51
WALET VIMA 1
2 0 P1
P2 P3 Perlakuan
P4
Gambar 5. Luas daun tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) Keterangan : P1 = Kontrol P2 = Perlakuan limbah padat P3 = Perlakuan limbah cair P4 = Perlakuan kombinasi limbah padat dan cair V1.P1 = Varietas walet dengan perlakuan kontrol V1.P2 = Varietas walet dengan perlakuan limbah padat V1.P3 = Varietas walet dengan perlakuan limbah cair V1.P4 = Varietas walet dengan perlakuan kombinasi limbah padat dan cair V2.P1 = Varietas vima 1 dengan perlakuan kontrol V2.P2 = Varietas vima 1 dengan perlakuan limbah padat V2.P3 = Varietas vima 1 dengaan perlakuan limbah cair V2.P4 = Varietas vima 1 dengan perlakuan kombinasi limbah padat dan cair
Berdasarkan hasil Uji Tukey pengamatan luas daun tanaman dapat diketahui bahwa limbah bioetanol jagung memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap luas daun tanaman yaitu pada perlakuan V1.P2 (Varietas walet dengan perlakuan limbah padat), hal ini bisa terjadi karena kacang hijau varietas walet mampu menyerap kandungan unsur hara yang berada di dalam media tumbuh tersebut
dengan maksimal, sebab perlakuan yang ditambahkan dengan limbah bioetanol jagung padat memiliki kandungan NPK yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga memungkinkan kandungan unsur hara yang terdapat pada media tumbuh tersebut juga semakin tinggi. Sedangkan pertumbuhan luas daun tanaman yang paling rendah itu ditunjukan pada perlakuan V2.P1 (Varietas vima 1 dengan perlakuan kontrol), hal ini bisa terjadi karena kacang hijau varietas vima 1 menyerap kandungan unsur hara yang berada di dalam media tumbuh tersebut tidak maksimal sebab kandungan NPK yang didalamnya sedikit. Selain itu menurut Lingga, (1986) bahwa unsur N dapat meningkatkan jumlah klorofil dan unsur N ini juga akan digunakan untuk pembentukan protein dan asam amino yang sangat berperan dalam pembentukan organ vegetatif, salah satunya daun. Ketersediaan unsur hara yang cukup selama fase vegetatif ini dapat memacu terbentuknya luas daun secara sempurna. Namun apabila ketersediaan unsur hara sedikit maka dapat menurunkan proses pembentukan protein dan klorofil yang menyebabkan proses perkecambahan dan pembentukan organ vegetatif seperti daun menjadi terhambat, sehingga akan menyebabkan penurunan luas daun (Gardner, et al., 1991). C. Pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) terhadap pertumbuhan panjang akar tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1 Akar merupakan salah satu organ pada tanaman yang memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman karena akar digunakan sebagai organ penyerapan atau pintu masuk unsur hara dan air dari tanah untuk proses fisiologi pada pertumbuhan tanaman (Rusdiana, et al., 2000). Berdasarkan hasil parameter pertumbuhan tanaman yang berupa pengamatan panjang akar maka diperoleh hasil sebagai berikut : Pada hasil uji Anova (dapat dilihat pada Lampiran 11) pengamatan panjang akar didapatkan hasil bahwa baik pada varietas maupun perlakuan limbah yang diberikan secara mandiri memberikan pengaruh yang nyata karena (p<0,05). Selanjutnya berdasarkan hasil Uji Tukey didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil uji lanjut Tukey panjang akar tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1
Varietas (V) 5,8 a (V1) 4,7 b (V2) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf a = 5% menurut uji Tukey
6 4
5,8
4,7
2
(V1) (V2)
0 (V1)
(V2) Varietas
Gambar 6. Hasil uji lanjut Tukey panjang akar tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1 Keterangan : V1 = Varietas walet V2 = Varietas vima 1
Berdasarkan hasil Uji Tukey pengamatan panjang akar tanaman dapat diketahui bahwa limbah bioetanol jagung memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap panjang akar tanaman kacang hijau pada varietas walet dan vima 1. Namun pertumbuhan panjang akar pada varietas walet pertumbuhannya lebih baik jika dibandingkan dengan varietas vima 1, hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan genetik yang dimiliki oleh varietas walet dan vima 1 (Silwanus, et al., 2012). Dilaporkan bahwa kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet merupakan hasil seleksi varietas introduksi dari AVRDC (Taiwan) dan hasil rata-ratanya 1,7 t/ha sedangkan pada kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas vima 1 merupakan persilangan buatan pada tahun 1996 dari tetua jantan VC 1973A dan tetua betina VC 2750A, dan hasil rata-ratanya 1,38 t/ha (Anonim, 2012). Selain itu varietas walet juga mampu menyerap kandungan unsur hara NPK yang berada di dalam media tumbuh tersebut dengan maksimal sehingga panjang akar pada varietas walet juga lebih panjang jika dibandingkan dengan vima 1, dan hal ini sesuai dengan pendapat Rusdiana, et al., (2000), bahwa panjang akar dipengaruhi oleh jumlah kandungan unsur hara yang berada pada suatu media yang mampu diserap oleh akar tersebut.
Tabel 8. Hasil uji lanjut Tukey panjang akar tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada perlakuan limbah Perlakuan limbah (P) 2,8 d (P1) 8,0 a (P2) 5,9 b (P3) 4,2 c (P4) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf a = 5% menurut uji Tukey
Gambar 7. Hasil uji lanjut Tukey ANOVA panjang akar tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada perlakuan limbah.
yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan, salah satunya yaitu panjang akar. D. Pengaruh limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) terhadap berat kering tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1 Berat kering tanaman digunakan secara luas sebagai indikator pertumbuhan, karena menunjukan besarnya fotosintat yang digunakan untuk melakukan metabolisme tubuh, yang pada akhirnya dapat menentukan tingginya produktivitas tanaman tersebut dan berat kering tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman (Miranti, 2007). Berdasarkan hasil parameter pertumbuhan tanaman yang berupa pengamatan berat kering maka diperoleh hasil sebagai berikut : Pada hasil uji Anova (dapat dilihat pada Lampiran 11) pengamatan berat kering bahwa baik pada varietas maupun perlakuan limbah yang diberikan secara mandiri memberikan pengaruh yang nyata karena (p<0,05). Selanjutnya berdasarkan hasil Uji Tukey didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 9. Hasil uji lanjut Tukey ANOVA berat kering tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1
Keterangan : P1 = Kontrol P3 = Perlakuan limbah cair P2 = Perlakuan limbah padat P4 = Perlakuan kombinasi limbah padat dan cair
Berdasarkan hasil Uji Tukey pengamatan panjang akar tanaman dapat diketahui bahwa perbedaan perlakuan limbah bioetanol jagung memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap panjang akar tanaman kacang hijau pada varietas walet dan vima 1. Dimana pertumbuhan akar yang paling baik itu terjadi pada perlakuan yang diberikan limbah bioetanol jagung padat (P2), karena perlakuan limbah bioetanol jagung padat memiliki kandungan NPK yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya sebab di dalam media tersebut masih terdapat banyak serat-serat kandungan bahan organik dari jagung misalnya selulosa, karbohidrat, dan limbah bioetanol jagung padat dihasilkan dari ampas proses pemerasan dan menurut Sarief, (1986) bahwa perbedaan kandungan unsur hara NPK pada media tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, karena kadar zat hara
Varietas (V) (V1) (V2)
0,5 a 0,4 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf a = 5% menurut uji Tukey
0,6 0,4
0,5
0,4
0,2
(V1) (V2)
0 (V1)
(V2)
Varietas
Gambar 8. Hasil uji lanjut Tukey ANOVA berat kering tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1.
Keterangan : V1 = Varietas walet V2 = Varietas vima 1
Berdasarkan hasil Uji Tukey pengamatan berat kering tanaman dapat diketahui bahwa limbah bioetanol jagung memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap berat kering tanaman kacang hijau pada varietas walet dan vima 1. Namun berat kering pada varietas walet lebih besar jika dibandingkan dengan vima 1, hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan genetik yang dimiliki oleh varietas walet dan vima 1 (Silwanus, et al., 2012). Dilaporkan bahwa kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet merupakan hasil seleksi varietas introduksi dari AVRDC (Taiwan) dan hasil rata-ratanya 1,7 t/ha sedangkan pada kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas vima 1 merupakan persilangan buatan pada tahun 1996 dari tetua jantan VC 1973A dan tetua betina VC 2750A, dan hasil rata-ratanya 1,38 t/ha (Anonim, 2012). Selain itu varietas walet juga mampu menyerap kandungan unsur hara NPK yang berada di dalam media tumbuh tersebut dengan maksimal, sehingga berat kering pada tanaman tersebut juga lebih besar jika dibandingkan vima 1, dan hal ini sesuai dengan pendapat Kusumaningrum, et al., (2007) bahwa banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman akan memberikan kontribusi pada berat kering tanaman. Oleh karena itu apabila tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup maka secara otomatis dapat digunakan untuk pembentukan organ-organ vegetatif secara komplek sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan berat kering tanaman tersebut. Namun apabila tanaman tersebut tidak mendapatkan unsur hara yang cukup maka dapat mempengaruhi proses pembelahan sel dan fotosintesis serta dapat mengurangi berat kering tanaman. Tabel 10. Hasil uji lanjut Tukey berat kering tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan limbah (P) 0,2 d (P1) 0,7 a (P2) 0,6 b (P3) 0,4 c (P4) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf a = 5% menurut uji Tukey
0,8 0,7
0,6
(P1)
0,6
0,4 0,2
0,4
(P2) (P3)
0,2
0
(P4)
(P1)
(P2)
(P3)
(P4)
Perlakuan Gambar 9. Hasil uji lanjut Tukey berat kering tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada perlakuan limbah.
Berdasarkan hasil Uji Tukey pengamatan berat kering tanaman dapat diketahui bahwa perbedaan perlakuan limbah bioetanol jagung memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap berat kering tanaman kacang hijau pada varietas walet dan vima 1. Dimana berat kering tanaman yang paling baik itu terjadi pada perlakuan yang diberikan limbah bioetanol jagung padat (P2), karena perlakuan limbah bioetanol jagung padat memiliki kandungan NPK yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan sebab di dalam media tersebut masih terdapat banyak serat-serat kandungan bahan organik dari jagung misalnya selulosa, karbohidrat, dan limbah bioetanol jagung padat dihasilkan dari ampas proses pemerasan dan Menurut Sarief, (1986) bahwa perbedaan kandungan unsur hara NPK pada media tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, karena kadar zat hara yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kualitas hasil tanaman. Dimana dalam hal ini dapat ditunjukan dari besarnya nilai berat kering dari tanaman tersebut. Jadi berdasarkan Tabel (5-10) dan Gambar (4-9) dapat diketahui bahwa penambahan limbah bioetanol jagung memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada varietas walet dan vima 1. Pada perlakuan yang menggunakan limbah bioetanol jagung padat menunjukan hasil yang paling tinggi, baik pada parameter pengamatan tinggi, luas daun, panjang akar dan berat kering. Demikian juga pada media tanam yang ditambahkan limbah tersebut menunjukan bahwa tanaman pada media tanam yang diberi perlakuan limbah padat menunjukan hasil NPK yang paling tinggi (dapat dilihat pada Tabel 4) jika dibandingkan dengan perlakuan yang
lainnya dan pada penelitian ini pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan, yang dalam hal ini mengenai media tanam yang sudah dipaparkan pada pembahasan media tanam tadi, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor genetik dalam hal ini adalah varietas. Pada penelitian ini varietas yang digunakan yaitu varietas walet dan vima 1. Berdasarkan hasil uji Anova bahwa varietas walet pertumbuhannya lebih baik dari pada vima karena adanya perbedaan genetik yang dimiliki oleh varietas walet dan vima 1 (Silwanus, et al., 2012). Dilaporkan bahwa kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas walet merupakan hasil seleksi varietas introduksi dari AVRDC (Taiwan) dan hasil rata-ratanya 1,7 t/ha sedangkan pada kacang hijau (Vigna radiata L.) varietas vima 1 merupakan persilangan buatan pada tahun 1996 dari tetua jantan VC 1973A dan tetua betina VC 2750A, dan hasil rata-ratanya 1,38 t/ha (Anonim, 2012). Oleh karena itu dengan genotip yang asalnya sudah bagus dengan produktivitas yang tinggi dan dengan adanya dukungan dari media tanam yang mencukupi maka akan dihasilkan pula pertumbuhan yang baik.
hasil yang paling baik adalah pada perlakuan yang ditambahkan dengan limbah bioetanol jagung padat dengan perlakuan V1.P2 (Varietas walet dengan perlakuan limbah padat).
KESIMPULAN
Campbell, N.A. 1999. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpukan bahwa : 1. Limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang berupa padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) yang ditambahkan pada media tanam dapat mempengaruhi sifat fisik tanah (tekstur, struktur dan warna). Berdasarkan hasil pengamatan bahwa hasil yang paling baik adalah pada perlakuan yang ditambahkan dengan limbah bioetanol jagung padat dengan sifat fisik warna tanah hitam atau gelap dan memiliki tekstur yaitu lempung liat berdebu (sandy-silt loam) dan struktur tanahnya yaitu blocky. 2. Limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang berupa padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) yang ditambahkan pada media tanam dapat mempengaruhi sifat kimia tanah (NPK dan pH). Berdasarkan hasil pengamatan bahwa hasil yang paling baik adalah pada perlakuan yang ditambahkan dengan limbah bioetanol jagung padat dengan sifat kimia N=0,92; P=145,54; K=8,91 dan pH 6,3. 3. Limbah bioetanol jagung (Zea mays L.) yang berupa padat, cair, dan kombinasi (padat dan cair) dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa
DAFTAR PUSTAKA Anonim.
2012. Balai Penelitian Kacangkacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI): Malang Jawa Timur.
Anderson,
B dan Bernard S. 1952. Plant Physiology. Second Edition. D Van Nostrand Company : Jepang.
Atman. 2008. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah Tambua 4 (1) : 89-95. Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya : Jakarta. Budiyati, H. S., Arifin, N. Anshori. 1994. Pengaruh Beberapa Media Tanam dan Jenis Waktu Pemberian Air Pada Saat Penyampaian Terhadap Bibit Anggrek Dendrobium. Buletin Agronomi 15 (3) : 61-75.
Fachruddin, L. 2000. Budi Daya Kacangkacangan. Kanisius : Yogyakarta. Fithriyah, N. 2011. Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Pupuk Cair Tanaman. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya. Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI-Press : Jakarta. Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. A. Diha., G.B Hong., dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung : Lampung. Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. PT. Mediyana Sarana Perkasa: Jakarta. Haryadi, S.S. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
:
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka : Jakarta
Hasibuan, B. E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press : Medan.
Nugroho, R., dan Ikbal. 2005. Pengolahan Air Limbah Berwarna Industri Tekstil dengan Proses AOPs. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT. Jurnal Ilmiah 1 (2) : 163-172.
Harsono.
2006. Amazing Tulungagung.
Bio-Growth
Jones, J.B. 1984. Laboratory Guide of Exercises In Conducting Soil Tests And Plant Analysis. Benton Laboratories, INC, Athens : Georgia. Komarayati, S. dan Ridwan A.P. 2002. Pembuatan Pupuk Organik Dari Limbah Padat Industri Kertas. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan : Bogor. Kusumaningrum, I., Rini B.H., Sri, H. 2007. Pengaruh Perasan Sargassum crassifolium dengan Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill. Jurusan Biologi FMIPA UNDIP. Semarang. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2 Kussuryani., Yanni., Chairil A. 2008. Analisis Bioetanol dan Campurannya dengan Bensin. LEMIGAS : Jakarta. Kaharudin., dan Sukmawati., F. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak Untuk Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB : Nusa Tenggara Barat. Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya : Jakarta. Leiwakabessy, F.M dan A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan (Diktat Kuliah). Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. : Bogor. Lingga, P., dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya : Jakarta. Mashudi. 2007. Bercocok Tanam Palawija. Azka Press : Jakarta. Miranti. 2007. Persaingan Tanaman Cabai dan Rumput Teki Pada Kondisi Kekeringan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya. Mahendradatta, M., dan A. Bakar. 2008. Jagung dan Diversifikasi Produk Olahannya. Masagena Press : Makassar.
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta. Nanang., A.H.L. dan Kusdi, M. 2008. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Aplikasi Pemupukan NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea ovalis Korth. (blume.) Asal Anakan Alam di Persemaian. Balai Penelitian Kehutanan Palembang : Palembang. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5 (3) : 289-296. Pujianto, S. 2004. Khazanah Pengetahuan Biologi. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri : Solo. Purwono, H. R., 2005. Kacang Hijau (Teknik Budidaya di Berbagai Kondisi Lahan dan Musim). Penebar Swadaya : Jakarta. Purwono, P. H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya: Jakarta. Prihandana dan Rama. 2007. Bioetanol Ubi Kayu, Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia Pustaka : Jakarta. Rinsema, W. T., 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara : Jakarta. Rusdiana, O., Yahya, F., Cecep, K., Yayat, H. 2000. Respon Pertumbuhan Akar Tanaman Sengon (Paraserianthes Falcataria) Terhadap Kepadatan Dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB . Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 (2) : 43-53. Rosyid, M. 2001. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya : Jakarta. Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius : Yogyakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV Pustaka Buana : Bandung. Suriatna, S. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Mediatama Sarana Perkasa : Jakarta. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Edisi IV. ITB : Bandung. Sitompul, S. M. Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press : Yogyakarta. Saraswati, R dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Jurnal Iptek Tanaman Pangan Vol. 3 No. 1. Sutedjo,
M.M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta : Jakarta.
Suparti, A.A., dan Chalimah. 2008. Uji Kualitas dan Kuantitas Produksi Bioethanol Batang Tanaman Sweet Sorghum Varietas Cty33 dan Numbu Skala Laboratorium. Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta. Subandi, A. 2010. Pembuatan Pupuk Kompos Padat dan Cair. Palembang : Universitas Muhammadiyah Palembang : Palembang. Santoso, R. S. 2011. Hasil Padi Sawah yang Diaplikasi Pupuk Organik. Universitas Negeri Manado : Manado J. Agrivigor 10(3): 319-330, Mei – Agustus 2011; ISSN 14122286. Susilowati. 2011. Pemanfaatan Tongkol Jagung Sebagai Bahan Baku Bioetanol dengan Proses Hirolisis H2SO4 dan Fermentasi Saccharomyces Cereviceae. Universitas Diponegoro : Semarang. Silwanus J.Z., Toekidjo., Rohmanti, R. 2012. Kualitas Benih Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada Pertanaman Monokultur dan Tumpang Sari dengan Jagung (Zea mays L.).
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. Tisdall, J.M. and J.M. Oades. 1979. Stabilization of Soil Aggregates by The Root Systems of Ryegrass. Aust. J. Soil Res. 4 (17) : 429 – 441. Tangendjaja, B dan Wina, E. 2008. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak : Bogor. Widarto, L. 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan Kultur Jaringan. Kanisius : Yogyakarta. Winarti, E. 2002. Efek Pencemaran Udara Akibat Kegiatan Transportasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Putih ( Brassica juncea ). Tesis. Program Pasca Sarjana Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.