KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH “PENGANTAR PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN/AVAILABILITY PAYMENT DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR”
SUMATERA
KALIMANTAN
IRIAN JAYA
JAVA
Disampaikan Oleh: Drs. Horas Maurits Panjaitan, MEc.Dev Bogor, 20 Desember 2016
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN KEBIJAKAN TERKAIT KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
Perpres Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
Peraturan Kepala LKPP Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Dalam Penyediaan Infrastruktur;
PMK Nomor 190/PMK.08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
Permendagri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Untuk Penyediaan Infrastruktur di Daerah (ditetapkan pada tanggal 17 November 2016, dIundangkan pada tanggal 22 November 2016).
2
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
3
3
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Presiden Jokowi menjadikan investasi infrastruktur sebagai prioritas utama dan menekankan perlunya melibatkan Badan Usaha Sektor Privat, termasuk investor Luar Negeri dalam pembiayaan proyek infrastruktur, serta melakukan perubahan paradigma pembangunan dari membelanjakan menjadi menghasilkan.
4
4
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
5
5
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEBUTUHAN DAN SUMBER PENDANAAN INFRASTRUKTUR (2015-2019): PERAN SUMBER NON-ANGGARAN PEMERINTAH SIGNIFIKAN
1. Dihitung berdasarkan tingkat kinerja infrastruktur yang diperlukan untuk pencapaian posisi Negara berpendapatan menengah (middle income country) pada tahun 2025. Sumber Data: Bappenas – JICA, 2014: Background study for RPJMN 2015-2019, Analisa Tim
6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PERKEMBANGAN PEMANFAATAN KPBU
77
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
POTENSI PERCEPATAN KPBU
8
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
T U J U A N AVAILABILITY PAYMENT
Mencapai Value for Money (VFM)/Nilai Manfaat Uang yang +nggi untuk layanan publik yang berkualitas. Inggris mendefinisikan VFM sebagai “kombinasi op+mal dari keseluruhan biaya life-‐cycle dan kualitas atau kesesuaian fungsi barang/jasa dalam memenuhi kriteria pengguna”. Sebagai metode dalam penyediaan layanan publik yang berkualitas yang pada saat bersamaan dapat menekan beban finansial dari sektor publik.
9
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Perbedaan Skema Konvensional (APBD) dengan Availibity Payment (AP) Konvesional (APBD)
AP
Dipecah dalam beberapa Kegiatan (Design, Konstruksi, Operasi, Pemeliharaan)
Hanya Satu (KPBDU/Kontrak AP)
Jangka Waktu
Konstruksi (1-‐3 Tahun) Pemeliharaan (Tiap Tahun)
10 – 30 Tahun
Beban Risiko
Publik
Swasta
Sumber Pendaanan untuk Konstruksi
Publik
Swasta
Penganggaran dan Kontraktual
Pembayaran (Tahunan)
Datar
Berat di Awal Jumlah ($)
Jumlah ($)
Waktu
Waktu
Konstruksi
Operasi
Konstruksi
Operasi
10
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Manfaat AP Bagi Pemda
• Tidak f ada pembayaran selama Kontruksi
AP dibayarkan untuk penyediaan jasa layanan. PJKP Tdak perlu membayar biaya konstruksi.
Pembayaran bersifat jangka AP dibayarkan selama periode operasi (30 s.d 50 Tahun). Sehingga dapat mengatasi keterbatasan fiskal daerah panjang Pembayaran dilakukan secara Jumlah pembayaran seTap tahun disesuaikan dengan perjanjian kontrak. cicilan Jumlah AP disesuaikan terhadap inflasi. Struktur Pembayaran AP Jumlah (Rp)
Jumlah AP melipuT: a) b) c) d)
Design dan Konstruksi Operasi dan Pemeliharaan Bunga pembayaran ke Bank Profit untuk Badan Usaha
Jumlah AP Waktu
Periode Konstruksi (3 Tahun)
Periode Operasi (15 Tahun)
11
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PEMBANGUNAN DAERAH tahapan perencanaan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nas. pendekatan teknokratik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas
RPJPD, RPJMD, & RPTD Perda
Perkada
Pedoman Renstra SKPD diselaraskan dengan pencapaian sasaran program dan kegiatan pembangunan yang ditetapkan dalam Renstra Kementerian/ LPNK untuk tercapainya sasaran pembangunan nasional
tahapan pengendalian
tahapan evaluasi
pengendalian terhadap perumusan kebijakan perencanaan pembangunan daerah, pelaksanaan rencana pembangunan daerah dan evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan daerah Pengendalian dan Evaluasi Provinsi Mendagri Pengendalian dan Evaluasi lingkup Kab/ Kota Bupati/Walikota
Pengendalian dan Evaluasi lingkup Prov/Kab/Kota dlm wilayah Provinsi Gubernur
12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU)
Bertujuan Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta; Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efek+f, efisien, tepat sasaran, dan tepat waktu; Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat; Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam hal tertentu memper+mbangkan kemampuan membayar pengguna; dan/atau Memberikan kepas+an pengembalian investasi BadanUsaha dalam Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh pemerintah/ pemerintah daerah kepada Badan Usaha.
Pasal 3 Perpres 38/2015 13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Pendanaan Untuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Pengembalian Investasi Badan Usaha melalui (1) pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif, (2) Availability Payment (3) bentuk lainnya sepanjang +dak bertentangan dengan peraturan perundang-‐ undangan.
Penganggaran dana Availability Payment dilakukan dengan memperhitungkan biaya modal, biaya operasional dan/atau keuntungan Badan Usaha Pelaksana.
Pasal 11 dan Pasal 12 Perpres 38/2015
14
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
JENIS PROYEK INFRASTRUKTUR YANG DI-‐KPBU-‐KAN 1. infrastruktur transportasi; 2. infrastruktur jalan; 3. infrastruktur sumber daya air dan irigasi; 4. infrastruktur air minum; 5. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat; 6. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat; 7. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan; 8. infrastruktur telekomunikasi dan informaTka; 9. infrastruktur ketenagalistrikan; 10. infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan;
11. infrastruktur konservasi energi; 12. infrastruktur Fasilitas Perkotaan; 13. Infrastruktur fasilitas pendidikan; 14. infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian; 15. infrastruktur kawasan; 16. infrastruktur pariwisata; 17. infrastruktur kesehatan; 18. infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan 19. infrastruktur perumahan rakyat.
Pasal 5 ayat (2) Perpres 38/2015
15
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
TAHAPAN KPBU
Perencanaan KPBU Iden+fikasi dan penetapan Penganggaran Pengkategorian
Penyiapan KPBU Pra studi kelayakan (1.kajian hukum, 2.kajian teknis, 3.kajian ekonomi dan komersial 4.kajian lingkungan/sosial, 5.kajian bentuk kerjasama, 6.kajian resiko dll) Rencana dukungan penjaminan Pengadaan tanah
Transaksi KPBU Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Penetapan lokasi Pra-‐kualifikasi Proses Lelang dan Penetapan Pemenang Penandatanganan Perjanjian Pemenuhan Pembiayaan (finacial close)
Pelaksanaan KPBU Konstruksi Operasi Pemeliharaan
Pasal 21, Pasal 23, Pasal 31 dan Pasal 36 Perpres 38/2015
16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
STRUKTUR APBD
1. Pendapatan Daerah
2. Belanja Daerah a. Belanja Tidak Langsung 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Bunga 3) Belanja Subsidi 4) Belanja Hibah 5) Belanja Bantuan Sosial 6) Belanja Bagi Hasil 7) Bantuan Keuangan 8) Belanja Tak Terduga b. Belanja Langsung: 1) Belanja Pegawai 2) BELANJA BARANG DAN JASA 3) BELANJA MODAL 3. Pembiayan Daerah (Investasi) ........ ?
Penganggaran untuk Availability Payment (AP) melalui belanja, sesuai karakterisiTk untuk jasa layanan
17
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DI DAERAH berdasarkan
Pasal 13 ayat (5) & Pasal 47 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015; PP Nomor 58 Tahun 2005 jo. Permendagri 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri 21 Tahun 2011. Permendagri 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2017.
18
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SUBSTANSI PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016
BAB II
BAB III
BAB I Ketentuan Umum
KRITERIA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN
TAHAPAN PELAKSANAAN KPDBU
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN
BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB VII KETENTUAN LAIN-‐LAIN
BAB IV PEMBAYARAN KETERSEDIAAN
BAB VIII PENUTUP
19
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Hal yg diatur dalam Perjanjian KPDBU, antara lain: Memuat
1. output dan indikator kinerja yang obyek+f dan terukur. 2. Perhitungan pembayaran ketersediaan layanan. 3. Sistem pemantauan yang efek+f terhadap indikator kinerja. 4. Waktu pembayaran. 5. Mekanisme Pembayaran. 20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Penyusunan Anggaran AP diusulkan
Pemerintah Prov
Pemerintah Kab/Kota
SKPD
SKPD
APBD Provinsi
APBD Kab/Kota Akun belanja
Kelompok Belanja Langsung, diuraikan pada jenis, objek belanja barang dan Jasa berkenaan 21
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SIKLUS KPDBU (PRAKARSA PEMDA DAN BADAN USAHA) PRAKARSA PEMDA (SOLITED) PERENCANAAN
• Iden+fikasi dan Seleksi • Pemrioritaskan
PENYIAPAN PROYEK
• Outline Business Case (OBC) • Readness Assessment
TRANSAKSI
• Finalisasi Pra-‐Studi Kelayakan • Pengadaan Badan Usaha
MANAJEMEN KONTRAK
Siklus Proposal KPDBU Prakarsa Pemda
• Rencana Pelaksanaan Manajemen Kontrak • Pelaksanaan & Pengendalian Kontrak Manajemen
PRAKARSA BADAN USAHA (UNSOLITED)
Badan Usaha
Mengajukan Pra Studi Kelayakan Kepada PJPK
Persetujuan Oleh PJPK Kepada Badan Usaha
Siklus Proposal KPBDU Prakarsa Badan Usaha
Pengadaan Badan Usaha
PJPK Mentetapkan Badan Usaha sebagai pemrakarsa dan bentuk kompensasi yang diberikan
Badan Usaha Mengajukan FS berserta kelengkapan dokumen lainnya
Evaluasi oleh PJPK
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
ORGANISASI DALAM TAHAPAN PELAKSANAAN KPDBU
KEPALA DAERAH/DIREKSI BUMD
PJPK
BADAN PENYIAPAN KPDBU
SIMPUL KPDBU TIM KPDBU
PANITIA PENGADAAN Pembentukan Koordinasi
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
TAHAP PELAKSANAAN KPDBU Penyusunan Rencana Anggaran KPDBU
SUMBER APBN APBD PINJAMAN/ HIBAH LAINNYA
Penganggaran Dana Tahap Perencanaan KPDBU
SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-‐ UNDANGAN
IdenTfikasi Penetapan KPDBU
Studi Pendahuluan & Konsultasi Publik
Keputusan Lanjut/Tidak lanjut
Apabila Lanjut KPDBU
Diusulkan Kepada Menteri PPN dan tembusan MDN Kajian Indikasi perlu Tdaknya Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah (Kesesuaian dengan prioritas Nasional)
Untuk memperoleh per+mbangan mengenai manfaat & dampak KPDBU terhadap Masayarakat
Menjadi per+mbangan rencana kerja pemerintah daerah Diperbaharui secara berkala untuk diumumkan serta disebar luaskan PJPK menginformasikan status KPDBU minimal 1 kali dalam setahun kepada Menteri PPN dan tembusan kepada MDN Menteri PPN dan MDN akan mengevaluasi Rencana KPDBU, jika +dak ada perkembangan dalam jangka waktu dua tahun
DAFTAR RENCANA KPBDU
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
TAHAP PERENCANAAN KPDBU
KERANGKA ACUAN PENGADAAN BADAN PENYIAPAN KPDBU DOKUMEN TAHAP PERENCANAAN
Latar belakang & Deskripsi Tujuan Pekerjaan Lingkup Jasa Konsultasi Jumlah Personil dan Kualifikasinya Dokumen yang Harus Dipersiapakan Jadwal Pelaksanaan Perkiraan besarnya anggaran
DOKUMEN STUDI PENDAHULUAN
BERITA ACARA KONSULTASI PUBLIK
Daiar peserta Konsultasi Publik Notulensi pembahasan rencana KPDBU Kesimpulan dan rencana Tndak lanjut
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
STUDI PENDAHULUAN Analis Kebutuhan
Kriteria Kepatuhan
1. Dasar pemikiran teknis dan ekonomi 2. Kepas+an permintaan yang berkelanjutan baik secara kuan+tas maupun kualitas 3. Mendapat dukungan dari pemangku kepen+ngan salah satunya melalui Konsultasi Publik 1. Kesesuaian dengan peraturan perundang-‐undangan yang berlaku 2. Kesesuaian dengan RPJMD dan/atau Renja SKPD dan Rencana bisnis BUMD 3. Kesesuaian lokasi KPDBU dengan rencana Tata Ruang wilayah; dan 4. Keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah 1. Sektor swasta memilih keunggulan dalam pelaksanaan KPDBU termasuk dalam pengelolaaan risiko;
Studi pendahuluan
Nilai Manfaat Uang
2. Terjaminnya efek+vitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik dalam jangka panjang 3. Alih pengetahuan dan teknologi;dan 4. Terjaminnya persaingan sehat, transparansi, dn efisiensi dalam proses pengadaan.
Potensi Pendapatan & Skema Pembiayaan
Rekomendasi & Rencana Tindak Lanjut
1. Kemampuan pengguna untuk membayar 2. Kemampuan Fiskal Pemerintah Daerah dan BUMD dalam melaksanakan KPDBU 3. Potensi pendapatan Lainnya; dan 4. Perkiraan bentuk dukungan pemerintah
1. Rekomendasi Bentuk KPDBU 2. Rekomendasi Kriteria Utama dalam Pemilihan Badan Usaha;dan 3. Rencana Jadwal Kegiatan Penyiapan & Transaksi KPDBU
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
TAHAP PENYIAPAN KPDBU KAJIAN AWAL
KONSULTASI PUBLIK
PENYIAPAN KPBDU
PENJAJAKAN MINAT PASAR
KEGIATAN PENDUKUNG
1. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari Pemangku KepenTngan 2. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari konsultasi publik dan implementasinya dalam KPDBU 1. Kegiatan pertemuan dua pihak (one-‐on-‐one meeTng) dan promosi KPDBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, serta pihak yang lain yang memiliki ketertarikan terhadap pelaksanaan KPDBU 2. Penjajakan Minat Pasar dapat dilakukan lebih dari satu kali (Market Sounding)
1. Mendapatkan dukungan dan/atau Penjaminan Pemerintah 2. Kegiatan Pengadaan Tanah 3. Penyusunan Dokumen AMDAL (bila diperlukan) 4. Pengajuan Izin Lingkungan (bila diperlukan)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KAJIAN DAN ANALIS PRASTUDI KELAYAKAN PRASTUDI KELAYAKAN
Kajian Hukum dan Kelembagaan
Kajian Teknis
Analisis Teknis A n a l i s Analisis P e r a t u r a n Penyiapan Per UU Tapak A n a l i s i s Kelembagaan
Rancang bangun awal Spesifikasi keluaran
Kajian Ekonomi
& Komersial
Analisis Permintaan (demand) Analisis Pasar (Market) Analisis Struktur Pendapatan KPDBU Analisi Biaya Manfaat Sosial (ABMS) Analis Keuangan
Kajian Lingkungan & Kajian Bentuk KPDBU Sosial
Kajian Lingkungan Hidup Analisis Sosial Rencana Pengadaan tanah & pemukiman kembali
Pemilihan bentuk KPBU Lingkup KPBU Jangka Waktu & Penahapan IndenTfikasi keterlibatan pihak keTga Skema pemanfaatan aset Status kepemilikan aset
Kajian Risiko
Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah
IdenTfikasi Risiko Mengukur besaran risiko Menentukan alokasi risiko Menyusun miTgasi risiko
Analisis Dukungan Pemerintah Analisis Jaminan Pemerintah
Masalah yang perlu diTndaklanjuT
IdenTfikasi isu-‐ isu kriTs Menyusun rencana penyelesaian isu-‐isu kriTs Jangka waktu penyelesaian persiapan KPDBU
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PENGHITUNGAN BESARNYA “AVAILABILITY PAYMENT “
APBD
AP berdasarkan kinerja layanan
Inflasi
Skema AP Belanja APBD
alokasi AP
Lender
Availability Payment
Debt Service
Periode Periode operasi (30 tahun) konstruksi (3 tahun) OPEX : -‐ PENALTY : + AP CAPEX : • Bila kinerja • Biaya = • Debt service layanan +dak pemeliharaan • Barang Modal sesuai target • Administrasi • Beban pegawai penggan+an • Tingkat pengembalian
PJPK
Ka.SKPD
Cicilan AP Perjanjian kerjasama
pendapatan tarif & non tarif (x)
Badan Usaha (Swasta)
Capex
Opex
Pengguna jasa
Tidak ada pembayaran selama periode konstruksi
Target output kinerja Layanan -‐ Jumlah penumpang yang diangkut per tahun; -‐ Ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta api cepat; -‐ Pembangunan terminal bus sesuai rute yang dilayani; -‐ Kenyamanan penumpang atas fasilitas stasiun kereta api cepat; -‐ Ra+o ruang kelas dengan jumlah siswa: 1:30; -‐ Membangun aula dgn fasilitas pengaturan suhu pendingin ruangan 23o C.
30
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan pembayaran AP wajib dialokasikan oleh PJPK berdasarkan perjanjian KPDBU dalam Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD. Pelaksanaan pembayaran AP yang dialokasikan oleh PJPK wajib disetujui oleh DPRD selama masa perjanjian KPDBU.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
BUMD selaku PJPK Direksi BUMD dapat bertindak sebagai PJPK. Dalam hal Direksi BUMD sebagai PJPK, pembayaran AP untuk penyediaan infrastruktur di daerah dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerjasama. Pendanaan pengadaan tanah dapat bersumber dari BUMD atau dari Badan Usaha Pelaksana melalui kerjasama dengan BUMD yang bersangkutan. Pengaturan BUMD dalam skema KPDBU untuk penyediaan infrastruktur di daerah lebih lanjut berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah (akan diakomodir dalam RPP ttg BUMD; pengelolaan BUMD mrpkn sub sistem dari pengelolaan keuda). 32
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Pembinaan Menteri dalam Negeri cq. Ditjen Bina Keuda melakukan pembinaan (:berupa Sosialisasi, Bintek, Monev, dan asistensi) ke Pemda untuk KPDBU, dgn melibatkan K/L terkait.
Ketentuan Lain-‐lain Untuk KPDBU yang sedang dalam tahap penyiapan dan berencana untuk menerapkan AP, agar melakukan penganggaran pembayaran AP dengan menyesuaikan pada ketentuan Permendagri.
33
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Terima Kasih SUMATERA
KALIMANTAN
IRIAN JAYA
JAVA