Makalah Pendamping: Kimia
51
Paralel A
MOBILITAS DAN KOMPETISI Cu DAN Zn PADA LAHAN PERTANIAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DI DESA SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, PROPINSI DIY 1
2
3
Umi Nur Sholikhah , Eko Sugiharto , Tutik Dwi Wahyuningsih 1) Pascasarjana Kimia FMIPA UGM Yogyakarta 55281, Email:
[email protected] 2) Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, Yogyakarta 55281 3) Jurusan Kimia FMIPA UGM Jl. Sekip Utara, UGM, Yogyakarta 55281 Abstrak Keberadaan Cu dan Zn dalam sampel air, tanah, dan tanaman telah dipelajari di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Penentuan titik sampel secara komposit pada lahan pertanian. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali yaitu awal (A), sesaat (B) dan akhir tanam (C). Sampel air diukur pH dan DHL secara in situ selanjutnya dianalisis kandungan Cu dan Zn menggunakan AAS. Sampel tanah dan tanaman yaitu bawang merah dan sawi (pembanding) diambil, diekstrak dengan campuran asam dan dianalisis kandungan Cu dan Zn menggunakan AAS. Sampel tanah dikarakterisasi meliputi pH, DHL, tekstur, bahan organik, C-organik, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan kadar air. Sebagai data pendukung, dilakukan analisis sampel pupuk yang biasa digunakan oleh petani. Hasil analisis AAS menunjukkan adanya Cu dan Zn pada sampel air, tanah, tanaman dan pupuk. Konsentrasi Cu dan Zn terbesar terakumulasi di dalam tanah sebagai akibat adanya akumulasi logam berat di tanah. Hal ini didukung dengan rata-rata kadar lempung 36% dan KTK 40,44(cmol (+)/Kg). Logam Cu dan Zn bersifat kompetisi baik dalam sampel air, tanah maupun tanaman sehingga kecenderungan logam yang mendominasi berbeda pada ketiga sampel tersebut. Sampel air dan tanah didominasi oleh Cu sedangkan tanaman didominasi oleh Zn. Hasil analisis AAS Cu dan Zn dipetakan menggunakan GIS (Geographical Information System) menunjukkan pola sebaran logam berat Cu dan Zn dipengaruhi oleh konsentrasi logam, semakin tinggi konsentrasi logam maka semakin luas penyebarannya. Kata kunci : bahan organik, KTK (Kapasitas Tukar Kation), GIS (Geographical Information System)
PENDAHULUAN Aktivitas pertanian semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan nutrien dari luar diantaranya Cu dan Zn. Kedua nutrien tersebut merupakan logam berat yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah cukup. Jika penggunaannya berlebihan, berakibat terhadap tanaman dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Logam dapat mengalami kompleksasi atau terabsorb dalam tanah dan tertahan dalam lapisan tanah atas dimana dapat mempengaruhi fitotoksikologi (Aldrich dkk., 2002). Logam Cu dan Zn merupakan mikroessensial golongan logam berat yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah tertentu. Logam berat Cu bermanfaat sebagai kofaktor enzim sintesis sedangkan Zn berfungsi dalam sistem enzim dan sintesis triptofan. Defisiensi Cu dan Zn menunjukkan gejala klorosis pada daun. Logam berat Cu dan Zn dalam jumlah berlebih mengakibatkan keracunan pada tanaman, berdampak terhadap lingkungan. Logam berat dapat terakumulasi di dalam tubuh sehingga mengakibatkan penghambatan pertumbuhan dan perkembangan, menimbulkan cacat fisik menurunkan kecerdasan mental (Gamulya, 2006). Logam berat dapat berasal dari berbagai aktivitas manusia seperti bidang pertambangan, industri, pertanian, perikanan bahkan aktivitas domestik (Wei dkk., 2003).
ISBN : 979-498-547-3
Penelitian terdahulu menemukan logam berat Cu dan Zn pada berbagai sampel hasil pertanian, seperti wortel (Smolen dan Sady, 2007), sawi dan mentimun (Kanakaraju dkk., 2007). Telah diketahui bahwa logam berat dapat berdampak kronis bahkan akut hingga terjadi mutasi genetik yang mengakibatkan kanker melalui proses akumulasi dalam tubuh makhluk hidup. Polusi Cu dapat terakumulasi pada tanah yang terikat dengan silikat dan cenderung membentuk kompleks dengan asam humat yang terlarut (Wright dan Welbourn, 2002). Sumber logam berat Cu dan Zn dapat berasal dari pupuk kandang dimana makanan hewan ternak seperti sapi maupun ayam biasa ditambahkan logam Cu maupun Zn untuk meningkatkan produktivitas ternak dan efek antimikrobia. Penggunaan pupuk anorganik juga berakibat terlepasnya logam berat di lingkungan meskipun pupuk jenis ini sudah cukup intensif diaplikasikan ke tanaman pada lahan pertanian. Aplikasi pupuk yang masuk ke dalam tanaman terkadang melebihi batas ambang sehingga akumulasi logam karena penggunaan pupuk di tanah perlu diamati. Tanah dapat terkontaminasi tembaga melalui deposisi debu dari berbagai sumber seperti pengecoran dan peleburan logam, penggunaan fungisida, dan pembuangan limbah (Sauve dkk., 2003). Sumber Zn bagi biota yaitu dari atmosfer, dalam tanah dan
52
Makalah Pendamping: Kimia Paralel A
aliran air dari lahan pertanian. Seng dari atmosfer masuk ke ekosistem melalui deposisi kering maupun lembab selanjutnya mengalami transfer ke dalam rantai makanan akuatik (Schnoor, 1996). Kondisi lingkungan yang baik merupakan pilihan utama bagi kehidupan. Penelitian ini mempelajari keberadaan logam berat Cu dan Zn di air, tanah dan bawang merah pada lahan pertanian sebagai salah satu dampak pengunaan bahan agrokimia yang penggunaannya relatif tinggi, selanjutnya hubungan kompetisi adanya logam berat Cu dan Zn dan mengetahui pola distribusi di lingkungan. Kandungan logam berat Cu dan Zn dianalisis menggunakan AAS. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di sentra tanaman bawang merah Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lokasi sampling sebanyak 7 titik yang tediri atas 6 titik sampel dan 1 titik pembanding (Gambar 1 dan 2). Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan (Januari – Oktober 2009).
Gambar 1 Peta titik Sampling
Gambar 2 Lokasi sampling
Instrumentasi yang digunakan antara lain neraca analitik (Shimadzu), pHmeter (Hanna HI9811 dan Schott), pengukur Daya Hantar Listrik (DHLmeter, HI 8819), Global Positioning System (GPS, Garmin GPSmap 60csx) dan untuk karakterisasi sampel meliputi spektrometer serapan atom dan nyala (FAS, Varian AA 240 FS) dan spektofotometer UV-Visibel (UV-Vis, Varian Cary 50 Conc). Data primer pada penelitian ini adalah kadar logam berat Cu dan Zn pada sampel air, tanah dan tanaman. Data tersebut perlu didukung oleh data sekunder yaitu wawancara terhadap petani bawang merah. Pengambilan sampel dilakukan secara komposit. Sampel terdiri atas 7 titik sampel, untuk sampel tanah dikeringanginkan, digiling kemudian disaring menggunakan saringan 2 mm dan dianalisis tekstur, kandungan Corganik, kapasitas tukar kation, kadar air, dan logam berat Cu dan Zn dengan menggunakan campuran asam. Pengambilan sampel air dilakukan pada lahan pertanian dan pada lahan pembanding. Sampel diukur pH dan DHL secara in situ diasamkan dengan HNO3 5 N. Sampel bawang merah dikeringanginkan selanjutnya diekstrak untuk dianalisis kandungan logam beratnya yaitu Cu dan Zn. Penentuan tekstur dilakukan dengan metode higrometer menggunakan pelarut H2O2 10% dan penentuan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dilakukan dengan cara perkolasi. Penentuan kadar air dilakukan dengan mengoven 5 g sampel tanah pada o temperatur 105 C hingga massa konstan. Massa sampel dihitung sebelum dan setelah pengovenan. Kadar air contoh dapat diketahui dengan menghitung selisih massa awal dan akhir. Penetapan kadar logam berat Cu dan Zn pada sampel tanah dan bawang merah dengan memasukkan sampel ke dalam tabung Kjeldahl dan ditambah 8 mL campuran asam (2 mL HClO4 : 5 mL HNO3 : 1 mL H2SO4). Sampel diekstrak sampai pada temperatur 230 ºC. Hasil ekstraksi didiamkan semalam. Keesokan harinya ditambah dengan akuades hingga 25 mL selanjutnya dianalisis menggunakan AAS. Penentuan kadar logam berat pada sampel air dilakukan secara langsung menggunakan AAS. Hasil analisis kadar Cu dan Zn dipetakan menggunakan GIS (Geographical Information System). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan sampel tanah pada kedalaman ± 30 cm karena logam berat tertahan pada lapisan tanah bagian atas. Data pengukuran tekstur memberikan informasi
ISBN : 979-498-547-3
Makalah Pendamping: Kimia
53
Paralel A
bahwa sebagian besar sampel tanah mengandung lempung. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan logam berat di tanah. Semakin banyak lempung yang terkandung dalam tanah maka logam berat semakin kuat terikat. Hasil pengukuran tekstur tanah menunjukkan nilai rata-rata kadar lempung sebesar 36,08%. Bahan organik di tanah merupakan fraksi organik yang berasal dari organisme hidup dan residu hewan dan tanaman yang mengalami dekomposisi. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas penukar kation di tanah, nutrien bagi tanaman, menentukan struktur tanah, agregasi, efek penyaringan dan penahanan terhadap air. Kadar bahan organik secara keseluruhan bernilai lebih dari 1%. Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi tanpa refluks. Selain pengukuran kadar C Organik, penelitian ini dilakukan pengukuran kadar air sebagai faktor koreksi dalam setiap analisis. Hasil pengukuran memberikan hasil rata-rata KTK sebesar 40,44(cmol (+)/Kg). Pengukuran kapasitas tukar kation digunakan untuk mengetahui kation-kation yang dapat 2+ 2+ + + ditukar yaitu Ca , Mg , K , dan Na secara keseluruhan. Sampel tanah merupakan tanah berlempung sehingga KTK bernilai lebih dari 11 (Zubillaga dkk., 2008). 1. Hasil Analisis Logam Berat dalam Sampel Air Keberadaan logam berat di lingkungan dipengaruhi oleh pH dan DHL. Pengukuran pH dan DHL sampel air dalam penelitian ini dilakukan secara in situ agar dapat mengetahui kondisi pH dan DHL di lingkungan secara tepat. Jika pengukuran pH dan DHL tidak dilakukan secara in situ, akan terjadi perubahan sehingga data yang diperoleh tidak akurat. Hasil pengukuran pH air berada pada rentang 7-8,2 yang dikategorikan normal dengan rentang pH normal (6-8). Nilai DHL yang cukup tinggi menunjukkan terdapat banyak ion dalam perairan tersebut. Hasil wawancara memberikan informasi bahwa pupuk yang banyak digunakan adalah yang mengandung fosfat. Keberadaan ion fosfat dipengaruhi oleh pH dan dapat berubah menjadi ion yang penting dalam tanah yaitu 2H2PO4 dan HPO4 . Logam berat dalam sampel air dianalisis secara langsung menggunakan AAS. Sampel diawetkan terlebih dahulu dengan penambahan HNO3 5 N dan disimpan dalam botol gelap yang telah dicuci dan direndam semalam dengan HNO3. Hasil logam berat Cu dan Zn pada sampel air menggunakan AAS disajikan pada Tabel 1.
ISBN : 979-498-547-3
Hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa pada sampel C mempunyai kadar logam berat paling rendah dibandingkan sampel A dan B. Hal ini dikarenakan saat pengambilan sampel dalam kondisi hujan sehingga konsentrasi logam lebih rendah. Sampel A dan B mengalami peningkatan karena terjadi akumulasi sebagai pengaruh pemupukan. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa terdapat kompetisi antara logam Cu dan Zn. Sampel logam berat Zn pada sampel air (C) sedikit karena konsentrasi Zn di dalam air berada di bawah limit deteksi alat spektrometer serapan atom dan nyala sehingga hasil yang diperoleh 0. Dengan adanya Cu maka keberadaan Zn menjadi kecil dimana Zn lebih terserap pada tanaman daripada Cu dan Cu merupakan penghambat bagi Zn untuk masuk ke dalam tanaman. 2. Hasil Analisis Logam Berat dalam Sampel Tanah Logam berat dapat terikat dengan tanah, bahan organik maupun sedimen. Pada penelitian ini, sampel tanah dikeringanginkan untuk mengurangi kadar air di dalamnya lalu dianalisis kandungan logam beratnya. Ekstraksi logam berat dalam tanah menggunakan campuran asam selanjutnya dilakukan analisis menggunakan AAS. Analisis logam berat Cu dan Zn menggunakan AAS pada = 324 nm dan 213,9 nm untuk Zn menggunakan udara asetilena. Limit deteksi untuk logam Zn adalah 0,001 dan Cu 0,002 g/mL. Penggunaan udara asetilen ini dengan beberapa alasan yaitu sesuai dengan logam yang akan dianalisis, inert, kering dan murni. Hambatan dalam analisis menggunakan emisi nyala ini adalah bukan karena interferensi tetapi terjadinya depresi rasio Zn dan Cu yang tinggi. Untuk mengurangi hambatan tersebut maka digunakan nyala udara asetilena yang bersih. Berdasarkan hasil analisis (Tabel 2) terlihat bahwa sampel B bernilai paling rendah. Adapun penyebabnya adalah cuaca dimana periode sampling kedua sering turun hujan meskipun dalam musim kemarau. Peningkatan intensitas hujan dapat mengakibatkan sebagian logam yang berikatan lemah dengan tanah mengalami pelarutan sehingga logam yang tertahan pada tanah relatif rendah. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi logam berat di tanah. Waktu pengambilan sampel pada bulan April hingga Mei merupakan musim kemarau sehingga keberadaan Cu lebih besar daripada Zn. Jika pengambilan
Makalah Pendamping: Kimia
54
Paralel A
No. 1.
2.
3.
4.
No. 1.
2.
3.
4.
Tabel 1 Hasil analisis logam berat sampel air Kabupaten Bantul Konsentrasi (mg/L) Konsentrasi (mg/L) Kode Sampel No. Kode Sampel Cu Zn Cu Zn Titik 1.A 0,0411 0,0012 Titik 4.C 0,0376 0,0000 Titik 1.B
0,0755
0,0712
Titik 1.C
0,0277
Titik 2.A
5.
Titik 5.A
0,0677
0,0000
0,0000
Titik 5.B
0,0857
0,1037
0,0504
0,0025
Titik 5.C
0,0306
0,0000
Titik 2.B
0,0894
0,0495
Titik 6.A
0,0648
0,0012
Titik 2.C
0,0988
0,0336
Titik 6.B
0,0380
0,0000
Titik 3.A
0,0620
0,0025
Titik 6.C
0,0580
0,0000
Titik 3.B
0,1401
0,1132
Pembanding A
0,0555
0,0025
Titik 3.C
0,0312
0,0000
Pembanding B
0,0512
0,0588
Titik 4.A
0,0461
0,0012
Pembanding C
0,0271
0,0000
Titik 4.B
0,0982
0,0310
6.
7.
Tabel 2 Hasil analisis logam berat sampel tanah Kabupaten Bantul Konsentrasi (mg/kg) Konsentrasi (mg/kg) Kode No. Kode Sampel Sampel Cu Zn Cu Zn Titik 1.A 205,80 4,38 Titik 4.C 203,59 75,56 Titik 1.B 54,84 72,22 5. Titik 5.A 202,82 75,34 Titik 1.C 196,31 75,22 Titik 5.B 5,08 7,90 Titik 2.A 200,65 75,22 Titik 5.C 201,30 75,23 Titik 2.B 4,20 5,53 6. Titik 6.A 203,47 75,15 Titik 2.C 201,01 75,27 Titik 6.B 6,89 6,21 Titik 3.A 193,94 75,08 Titik 6.C 205,56 75,02 Titik 3.B 21,48 33,80 7. Pembanding A 203,55 75,05 Titik 3.C 206,28 75,70 Pembanding B 7,17 5,18 Titik 4.A 203,95 75,11 Pembanding C 201,46 75,85 Titik 4.B 6,74 9,87
sampel pada musim penghujan maka akan berlaku sebaliknya (Meylan dkk., 2003). Keadaan tersebut dapat memberikan informasi bahwa temperatur berpengaruh terhadap keberadaan logam berat. Selain itu, kecenderungan logam Cu lebih banyak ditemukan di dalam tanah karena logam tersebut terikat kuat dengan tanah dan relatif sukar berpindah. Konsentrasi Cu di tanah pada beberapa sampel lebih tinggi daripada batas ambang yang telah ditentukan. Hal ini dapat diketahui bahwa tanah terkontaminasi Cu dan tidak terkontaminasi Zn. Logam Cu dan Zn dapat masuk ke tanaman dalam bentuk ion atau khelat dari larutan tanah. Keberadaan kedua logam tersebut dalam bentuk khelat berfungsi sebagai gugus prostetik, donor/ aseptor elektron dalam proses oksidasi/ reduksi. Seng dapat masuk ke dalam tanaman melalui penyerapan yang dikontrol secara metabolik. Hal ini terlihat pada tanaman yang berbeda memberikan penyerapan Zn yang berbeda pula.
Hasil Analisis Logam Berat dalam Sampel Tanaman Bawang merah merupakan komoditas yang dikonsumsi oleh manusia sehingga keberadaan logam berat dalam tanaman tersebut perlu diketahui. Tanaman menyerap logam berat yang terlarut dalam tanah melalui akar. Pengambilan logam berat oleh akar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe tanaman, kondisi alami tanah, iklim dan aktivitas pertanian. Logam berat Cu dan Zn yang terdapat dalam tanaman dapat disebabkan proses akumulasi pada jaringan dimana tanaman dapat mentransfer logam berat dari tanah menuju rantai makanan. Akumulasi merupakan masalah lingkungan bukan hanya karena fitotoksitas logam terhadap tanaman tersebut tetapi potensial toksisitas terhadap binatang dan manusia. Logam berat Cu dan Zn merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah cukup, apabila berlebih dapat bersifat toksik. Hasil analisis logam berat pada sampel tanaman disajikan pada Tabel 3.
ISBN : 979-498-547-3
Makalah Pendamping: Kimia
55
Paralel A
Tabel 3 Hasil analisis logam berat sampel tanaman Kabupaten Bantul Konsentrasi (mg/kg) No. Kode Sampel Cu Zn 1. Titik 1 0,83 12,25 2.
Titik 2
0,00
8,50
3.
Titik 3
3,76
16,77
4.
Titik 4
1,46
12,46
5.
Titik 5
29,39
36,28
6.
Titik 6
7,25
10,50
7.
Pembanding
0,00
4,22
Berdasarkan hasil analisis logam berat terlihat bahwa konsentrasi akumulasi pada tanaman sawi sebagai tanaman pembanding lebih rendah daripada bawang merah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan intensitas penggunaan pestisida dan pupuk yang lebih rendah pada tanaman sawi daripada tanaman bawang merah. Tingkat akumulasi logam berat baik Cu dan Zn pada tanaman yang berbeda memberikan hasil berbedaan tingkat akumulasi. Berbagai variasi diamati terjadi akumulasi logam Cu dan Zn pada sampel tanaman yang diambil menunjukkan selektivitas tanaman dan faktor kontribusi lain yaitu mengenai lokasi pengambilan sampel dan tipe pupuk yang digunakan pada tanaman. Tanaman pembanding berupa sawi memberikan selektivitas berbeda dengan sampel bawang merah. Seng lebih mudah terikat pada tanaman daripada Cu. Fakta ini dapat terlihat dari hasil analisis yang menunjukkan keberadaan Zn lebih banyak daripada Cu. Berdasarkan hasil wawancara terhadap petani, seluruh petani bawang merah menggunakan pupuk anorganik dan hanya sebagian yang menggunakan pupuk organik. Pupuk anorganik yang digunakan antara lain NPK, Mutiara, Fosfat, KCl, Phonska dan Urea, sedangkan pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang dengan kandungan logam berat Cu (38,61 mg/kg) dan Zn (58,3 mg/kg). Penelitian ini dilakukan analisis logam berat Cu dan Zn dalam pupuk untuk mengetahui salah satu sumber logam berat dapat berasal dari pemakaian pupuk. Hasil analisis logam berat Cu dan Zn dalam pupuk yang digunakan petani NPK yaitu Cu (8,7 mg/kg) dan Zn (51,18), Mutiara mengandung Cu (16,26 mg/kg) dan Zn (15,02 mg/kg), Fosfat mengandung Cu (7,98 mg/kg) dan Zn (72,64 mg/kg), KCl mengandung Cu (4,12 mg/kg) dan Zn (7,13 mg/kg), Phonska mengandung Cu (15,81 mg/kg) dan Zn (55,15
ISBN : 979-498-547-3
mg/kg) dan urea mengandung Cu (38,61 mg/kg) dan Zn (58,3 mg/kg). Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa pupuk mutiara sebagai pupuk anorganik memberikan kontribusi logam Cu terbesar di lahan tersebut, sedangkan logam Zn berasal dari pupuk Fosfat. Hasil positif mengandung logam berat juga ditunjukkan pada hasil analisis pupuk kandang. 4 Pemetaan Sebaran Logam Berat Cu dan Zn Pemetaan sebaran logam berat Cu dan Zn pada area sampling dilakukan dengan menggunakan GIS (Geographical Information System). Hasil analisis AAS masing-masing sampel dipetakan untuk mengetahui sebarannya. Hasil pemetaan lokasi sampling dan keberadaan logam berat tersaji pada Gambar 3 dan 4. Masing- masing logam mempunyai pola sebaran yang berbeda berdasarkan konsentrasi yang ditemukan di sampel. Semakin besar konsentrasi yang ditemukan maka semakin luas sebarannya. Keadaan ini dapat dilihat pada peta dengan warna tebal menunjukkan konsentrasi logam berat tinggi. Warna kuning menunjukkan logam Cu dan ungu menunjukkan logam Zn.
Gambar 3. Peta sebaran logam Zn
Gambar 4. Peta sebaran logam Cu
56
Makalah Pendamping: Kimia Paralel A
SIMPULAN Konsentrasi Cu dan Zn terbesar terakumulasi di dalam tanah. Hal ini didukung dengan rata-rata kadar lempung 36% dan KTK 40,44(cmol (+)/Kg). Logam Cu dan Zn bersifat kompetisi baik dalam sampel air, tanah maupun tanaman sehingga kecenderungan logam yang mendominasi berbeda pada ketiga sampel tersebut. Sampel air dan tanah didominasi oleh Cu sedangkan tanaman didominasi oleh Zn. Hasil analisis AAS Cu dan Zn dipetakan menggunakan GIS (Geographical Information System) menunjukkan pola sebaran logam berat Cu dan Zn dipengaruhi oleh konsentrasi logam, semakin tinggi konsentrasi logam maka semakin luas penyebarannya. DAFTAR PUSTAKA Aldrich, A. P., Kistler, D., and Sigg, L., 2002, Speciation of Cu and Zn in Drainage Water From Agricultural Soils, Environ. Sci. Technol., 36, 4824-4830. Gamulya, M.B., 2006, Pencemaran di Teluk Jakarta, website: www.walhiwor.id. kampanye pencemaran industri 060720_penctlkjkt_cu.html, diakses tanggal 2 Februari 2009. Kanakaraju, D., Mazura, N., A., and Khairulanwar, A., 2007, Relationship between Metal in Vegetables with Soils in Farmlands of Kuching, Sarawak, M. J. of Soil Science, Vol. 11: 57-69. Meylan, S., Behra, R., and Sigg, L., 2003, Accumulation of Copper and Zinc in Periphyton in Response to Dynamic Variations of Metal Speciation in Freshwater, Environ. Sci. Technol., 31, 22, 5204-5212. Sauve, S., Manna, S., Turmel, M, C., Roy, A,G., and Courchesne, F., 2003, Solid-
Solution Partitioning of Cd, Cu, Ni, Pb, and Zn in the Organic Horizons of a Forest Soil, Environ., Sci., Technol.,, 37, 5191-5196. Schnoor, J. L., 1996, Environmental Modelling Fate and Transport of Pollutant in Water, Air, and Soil, John Wiley and Sons., Canada. Smolen, S. dan Sady, W., 2007, The Effect of nitrogen Fertilizer Form and Foliar Application on Cd, Cu and Zn Concentration in Carrot, Horticulturae Ann. 19/1, 87-96. Wei, L., Donat, J. R., Fones, G., and Ahner, B. A., 2003, Interaction Between Cd, Cu and Zn Influence Particulate Phytochelatin Concentration in Marine Phytoplankton : Laboratory Result and Preliminary Field Data, Environ. Sci. Technol., 37, 3609-3618. Wright, D. A., and Welbourn, P., 2002, Environmental Toxicology, Cambridge University Press, London. Zubillaga, M.S., Martín, A.S., and Lavado, R. S., 2008, Accumulation and Movement of Four Potentially Toxic Elements in Soils Throughout Five Years, During and After Biosolid Application, J. Am. Environ. Sci. 4 (6): 576-582. TANYA JAWAB Penanya : Florentina Maria Titin S (UPI) Pertanyaan : Dari data, saran agar kandungan Cu dalam tanah dapat ditangani? Jawaban : Pengarahan kepada petani maupun pemerintah untuk menggunakan pupuk maupun bahan aktif lainnya sesuai dosis yang ditentukan
ISBN : 979-498-547-3