BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT PODOROTO TERHADAP PROGRAM WAJIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN DI DUKUH PODOROTO DESA BRENGKOLANG KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN Pada Bab ini akan dipaparkan hasil penelitian berdsarakan hasil penelitian pada bab tiga yang akan didasrakan pada teori teori bab dua pada bab empat ini penulis akan memaparkan mengenai analisis yang terdiri dari : a. Analisis persepsi masyarakat podoroto terhadap program sembilan tahun. b. Analisis faktor pendukung dan faktor penghambat program wajib blajar Sembilan tahun. A.
Analisis Persepsi Masyarakat Podoroto Terhadap Program Wajib Belajar Sembilan Tahun Berdasarkan Penelitian Pada Bab Sebelumnya didapatkan gambaran Persepsi Masyarakat Podoroto Terhadap Program Wajib Belajar Sembilan Tahun. 1.
Rendahnya Pengetahuan Masyarakat sehingga pendidikan dianggap tidak
penting Secara pengetahuan, sumber daya manusia di dukuh podoroto belum bisa dikatakan merdeka. Hal ini dikarenakan pendidikan di podoroto dinyatakan masih rendah. Agar proses pengetahuan di dukuh brengkolang meningkat maka dibutuhkan pendidikan yang layak setidaknya masyarakat di dukuh brengkolang mengenyang pendidikan sampai jenjang SMP atau wajib belajar Sembilan tahun.
48
49
Dari data yang diperoleh bahwa para orang tua di dukuh podoroto ratarata hanya mengenyang pendidikan di tingkat SD serta tidak sedikit dari warga di dukuh podoroto yang tidak tamat SD, akibatnya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya masih kurang dan masyarakat tersebut menganggap pendidikan kurang begitu penting.1 Rendah nya pengetahuan disebabkan karena masyarakat sendiri masih
kurang
pengalaman . Bukti bahwa masyarakat masih berfikir kuno yaitu dengan adanya pernyataan bahwa pertama mereka mengganggap wanita hanya pelayan suami, dua pendidikan bukan penunjang keberhasilan materi, tiga mereka menganggap nasib seseorang sudah ada yang mengatur jadi percuma jika sekolah tinggi-tinggi jika nasibnya memang miskin. Untuk mengubah cara pandang masyarakat di Dukuh Podoroto di butuhkan pembinaan khusus baik dari desa maupun dari Dinas Pendidikan setempat. Agar masyarakat Dukuh Podoroto sadar akan pentingnya pendidikan untuk menuntaskan kebodohan, dengan adanya kesadaran dari orang tua di Dukuh Podoroto maka dengan adanya program wajib belajar Sembilan tahun dapat berjalan dengan baik di Dukuh Podoroto serta anakanak di Dukuh Podoroto merasakan pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas pengetahuan di Dukuh Podoroto.
1
Dokumentasi Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan diambil pada tanggal 20 Juli 2014.
50
2. Anggapan Masyarakat tentang pendidikan untuk anak perempuan. Pada zaman sekarang seseorang dituntut untuk bisa meningkatkan sumberdaya manusia. Baik laki-laki ataupun perempuan dituntut untuk meningkatkan kualitas kemampuan tentang pendidikan, setidaknya akan-anak di zaman sekarang telah mengenyang pendidikan sampai Sembilan tahun. Namun yang disayangkan masih banyak orang tua yang kurang memahami hal tersebut, seharusnya orang tua berfikir untuk meningkatkan pengetahuan anak-anaknya melalui program pendidikan tetapi di Dukuh Podoroto pemahaman orang tua terhadap pendidikan jauh berbeda dengan apa yang diharapkan pemerintah saat ini. Tugas orang tua tidak hanya memberi makan dan membesarkan, namun tugas mereka mencerdaskan anak-anaknya agar menciptakan generasi bangsa yang berpengetahuan. Kenyataan yang saya peroleh di Dukuh Podoroto bahwa Masyarakat Podoroto beranggapan pendidikan untuk anak perempuan itu percuma karena angggapan masyarakat anak perempuan kalau seorang anak perempuan melanjutkn sekolah yang lebih tinggi itu akan membuang waktu dan membuang tenaga saja karena pada kenyataanya anak perempuan hanya kembali ke dapur juga dan hanya mengurus rumah tangga.2 Menurut analisis peneliti, masyarakat di Dukuh Podoroto khususnya orang tua belum memiliki pemahaman yang baik terhadap program wajib belajar Sembilan tahun, hal tersebut ditunjukan dengan anggapan anak
2
Observasi Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan di mbil pada tanggal 24 Juli 2014.
51
perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga atau bertugas memasak, mengurus anak dan melayani suami. 3. Keadaan anak pada jam sekolah di dukuh podoroto desa brengkolang kecamatan kajen kabupaten pekalongan Terlibatnya anak di dalam pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting berjalanya program wajib belajar Sembilan tahun. Anak-anak di Dukuh Podoroto sebenarnya memiliki kesempatan yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar karena didukung adanya program pemerintah dan kepala desa yang peduli akan pendidikan. Namun dari pengamatan yang telah saya lakukan pada tanggal 20 agustus 2014 pada pukul 07.00 s/d 09.00 wib anak-anak di dukuh podoroto pada waktu itu kebanyakan dari mereka tidak melakukan akfitas belajar di sekolah melainkan mereka membantu orang tuanya untuk mencari uang. Seperti yang saya lihat banyak anak-anak yang membantu membuat anyaman reyeng yang dibuat dari bambu.3 Serta dari wawancara yang saya lakukan kepada warga yang sedang membuat reyeng sebagian dari anak-anak Dukuh Podoroto banyak yang bekerja merantau ke Jakarta, hal tersebut dilakukan dengan alasan orang tua mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup.4
3
Observasi Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan di mbil pada tanggal 22 Juli 2014. 4 Bapak Kasmiun, KAUR Umum Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Juli 2014.
52
Menurut analisis peneliti, secara umum keinginan anak-anak di Dukuh Podoroto untuk bersekolah cukup besar hanya saja ada beberapa faktor yang mempengaruhi hilangnya keinginan tersebut, salah satu faktor terbesar dan paling kuat menghilangkan keinginan bersekolah adalah dari orang tuanya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari sebagian anak-anak di Dukuh Podoroto yang di perintah orang tuanya untuk membantu kebutuhan ekonomi mereka. Misalnya, anak usia sekolah bekerja membuat reyeng serta adanya anak-anak yang merantau ke luar kota. Hal ini sebagaimana yang peneliti saksikan dalam observasi di dukuh podoroto pada jam 07.00 s/d 11.00.5 4. Alasan Masyarakat tidak menyekolahkan putra-putrinya di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Dengan adanya bekal ilmu melalui pendidikan diharapkan anak-anak dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta menambah pengetahuan yang mampu untuk menciptakan generasi muda yang kritis. Caranya dengan menyekolahkan anak-anak Dukuh Podoroto, dengan memberikan pendidikan sampai 9 tahun atau setara dengan SMP kepada anakanak di dukuh podoroto maka mampu merubah keadaan desa yang lebih baik. Namun harapan pemerintah pada saat ini di Dukuh Podoroto hanya sia-sia,
5
Observasi Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan di mbil pada tanggal 22 Juli 2014.
53
berdasarkan hasil observasi dan wawancara
bahwa sebagai orang tua
seharusnya prihatin terhadap pendidikan anak-anaknya.6 Menurut informasi yang telah saya terima, Kepala Desa Brengkolang Dukuh Podoroto justru lebih memperhatikan pendidikan terhadap warganya tetapi orang tua dari anak-anak di Dukuh Podoroto justru tidak begitu mementingkan pendidikan terhadap anak-anaknya, dari hasil wawancara menunjukan bahwa orang tua di Dukuh Podoroto khususnya yang mempunyai anak-anak usia sekolah tidak mementingkan pendidikan dengan alasan: pertama Biaya yang mahal, kedua jangkuan sekolah yang sangat jauh dan jalan rusak, serta ketiga tidak tersedianya angkutan umum yang masuk ke desa.7 Itulah beberapa Persepsi Masyarakat Podoroto Terhadap Program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Podoroto mempunyai beberapa pandangan yang kurang mendukung tentang terwujudnya program wajib belajar sembilan tahun sehingga untuk mewujudkan terlaksananya program wajib belajar Sembilan tahun membutuhan pembinaan khusus terhadap warga agar masyarakat Dukuh Podoroto mempunyai persepsi positive terhadap
6
Bapak Kaspoyo, Warga Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Juli 2014. 7 Bapak Rasno, Ketua RT Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Juli 2014.
54
pendidikan sehingga program wajib belajar Sembilan tahun dapat berjalan sebagaimana mestinya. B. Analisis Faktor pendukung dan faktor penghambat program belajar Sembilan tahun di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Dalam setiap kegiatan pasti terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat seperti halnya yang akan dijelaskan di bawah ini. Berdasarkan wawancara pada bab sebelumnya di dapatkan informasi bahwa faktor pendukung program wajib belajar Sembilan tahun di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan antara lain: 1. Faktor yang mendukung program wajib belajar Sembilan tahun Faktor yang mendukung program wajib belajar Sembilan tahun di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang yaitu: a. Adanya keinginan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan SMP Faktor pendukung yang pertama adalah motivasi anak yang ingin melanjutkan sekolah tingkat SMP, motivasi anak anak yang ingin melanjutkan ke sekolah meskipun hanya sedikit yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP, setidaknya ada masyarakat podoroto yang berkeinginann untuk melanjutkan ke tingkat SMP, masyarakat podoroto yang berkeinginan untuk melanjutkan tingkat SMP adalah masyarakat yang mempunyai prestasi yang baik di tingkat
55
Sekolah Dasar (SD) sehingga berkeinginan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi seperti tingkat SMP sederajat. Masyarakat yang berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang SMP merasa senang dengan sendirinya karena bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi keinginan itu bisa terhalang Karena orang tua dan lingkungan yang kurang mendukdung terlaksananya program belajar Sembilan tahun.dan tidak bisa terlaksananya tanpa bantuan dari pemerintah seperti bantuan BOS dari pemerintah ntuk masyarakat yang kurang mampu. sehingga masyarkat yang kurang mampu bisa melanjutkan sekolah tanpa ada beban dan hambatan. Program belajar Sembilan tahun yang sudah dicanangakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Menurut analisis peneliti bahwa pengaruh masyarakat Podoroto yang mampu membangkitkan motivasi kepada masyarkat yang kurang mendukung
dengan adanya program wajib belajar Sembilan tahun,
motivasi pada masyarakat Podoroto merupakan faktor pendukung yang sangat baik, karena dengan mereka bisa termotivasi dapat melaksanakan atau melancarakan program belajar Sembilan tahun di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kaabupaten Pekalongan.
56
b. Adanya dana bantuan dari pemerintah (BOS) Pemberian dana BOS yang diberikan pemerintah untuk masyarakat merupakan faktor pendorong terlaksananya program belajar Sembilan tahun yang berada di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.dengan adanya pemberian dana BOS maka akan lebih banyak masyarakat yang melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP. Sedangkan Faktor penghambat yang terjadi di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan Sesuai wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti antara lain: 1)
Sarana transportasi yang menjadi faktor penghambat terlaksananya
Program wajib Belajar Sembilan tahun. Alat transportasi merupakan kebutuhan yang diperlukan masyarakat sekitar untuk bisa melakukan aktivitas yang diperlukan masyarakat tersebut, di Dukuh Podoroto sendiri alat trnsportasi umum belum tersedia sehingga masyarakat yang mau melanjutkan tingkat pendidikan dasar Sembilan tahun menjadi terhambat karena sarana transportasi. 2)
Jarak yang jauh dari desa menuju ke sekolah jarak tempuh antara
rumah menuju ke sekolah jauh kurang lebih 3km, jarak tempuh yang jauh sehingga membuat warga masyarakat dukuh Podoroto tidak mau melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP.
57
Faktor ekonomi yang rendah, selain faktor di atas masih ada lagi faktor penghambat program wajib belajar Sembilan tahun yang berada di Dukuh Podoroto Desa Brengkolang Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan keadaan ekonomi orang tua yang kurang mampu membiayai pendidikan anak-anaknya sampai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. karena biaya untuk melanjutkan
sekolah sangat mahal sekali. Tanggung
jawab rumah tangga sebagian besar yang menanggung masalah ekonomi adalah kepala keluaraga, dalam hal ini yang berperan adalah suami atau seorang bapak, tanggung jawab tersebut dalam hal kehidupan sehari hari. Tetapi dengan pengahasilan yang tak tentu maka orang tua tidak bisa untuk menyekolahkan
anak-anaknya.
Penghasilan
masyarakat
Podoroto
perbulanya bisa dikatakakan rendah dengan melihat UMR kabupaten pekalongan yang berjumlah 1146. Sedangkan penghasilan perbulan masyarakat Podoroto adalah 300 ribu. sehingga menghambat terlaksanaya program wajib belajar Sembilan Tahun. Menurut analisis peneliti, ketiga hal inilah yang merupakan faktor yang menghambat berjalanya wajib belajar Sembilan tahun di Dukuh Podoroto. Dapat dilihat bahwa hambatan terlaksananya pendidikan di Dukuh podoroto tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan persepsi masyarakat yang negatif, akan tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan Desa yang masih jauh dari pusat kota, sarana transportasi yang kurang tercukupi serta keadaan jalan yang sulit untuk dilewati. Peran
58
kepala desa di Dukuh Podoroto harus benar-benar memperhatikan kondisi tersebut. Sebagai Kepala Desa mampu mengelola dan mengatur serta memperbaharui kondisi Desa, khususnya pembinaan warga untuk mengubag persepsi tentang pendidikan, memperbaiki kondisi jalan yang rusak, serta mengajukan proposal untuk diadakanya angkutan umum dari Desa brengkolang menuju pusat keramaian atau kota. Dengan cara tersebut maka Dukuh Podoroto akan lebih baik dari sebelumnya. Menurut analisis peneliti, sebagai pemimpin Kepala Desa dapat mengeluarkan kebijakan untuk mengadakan pembinaan merubah persepsi masyarakat terhadap pendidikan, dengan memberikan pembinaan kepada masyarakat Dukuh Podoroto maka perlahan persepsi masyarakat terhadap pendidikan akan berubah. Sedangkan untuk kondisi jalan yang rusak dan minimnya transportasi Kepala Desa bisa menggerakkan perangkat Desa untuk mengajukan proposal ke Kabupaten Pekalongan.