P2KP, PEMBELAJARAN KRITIS PADA PRINSIP-PRINSIP ABADI Oleh : M. Ichwan, Senior Faskel P2KP II-1 KMW VIII
P2KP sebagai proses pembelajaran kritis dilandasi oleh paradigma bahwa akar kemiskinan disebabkan oleh sikap perilaku manusia yang tidak baik. Kondisi ini menyebabkan lahirnya keputusan-keputusan yang tidak baik, baik tataran kelompok, organisasi maupun pilihan-pilihan pribadi sehingga melahirkan banyak kemiskinan yang bisa ditinjau dari berbagai fokus perhatian; seperti faktor geopolitik, kultur dan budaya, sosial, agama dan seterusnya. Perilaku tidak baik di asumsikan sebagai fakta semakin lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan; seperti ikhlas,jujur, adil, kepedulian dan seterusnya nilai-nilai baik manusia. Fakta ini pulalah yang menyebabkan semakin suburnya kemiskinan yang dialami masyarakat. Asumsi ini membawa P2KP pada prinsip bahwa kemiskinan hanya bisa ditanggulangi, ketika masyarakat berhasil menyuburkan dan menguatkan kembali nilainilai luhur kemanusiaan di tengah masyarakat. Nilai-nilai luhur kemanusiaan dipahami sebagai “anugerah bawaan atau bakat sejak lahir” yang dimiliki semua manusia. Dari fakta ini dapat dikatakan nilai-nilai luhur adalah nilai-nilai spritual yang diberikan oleh sang pencipta kepada manusia berupa sifatsifat baik yang memiliki kesamaan dengan sifat-sifat Tuhan tetapi berbeda dalam derajat. Misal; manusia memiliki sifat adil karena Tuhan memiliki sifat Maha Adil, manusia memiliki sifat ikhlas karena Tuhan Maha Ikhlas. Tema P2KP sebagai proyek penanggulangan kemiskinan akhirnya mempunyai visi dan misi yang bermuara pada proses pembelajaran kritis nilai-nilai spritual. Siklus P2KP didesign sedemikian rupa dalam konteks pembangunan partisipatif yang memadukan konsep top down dan bottom up kemudian dikemas sebagai suatu proses pembelajaran kritis nilai-nilai spritual (misi) untuk menuju pada target suburnya kembali nilai-nilai spritual (Visi) di tengah masyarakat.
Pertanyaan mendasarnya adalah dari mana kita memulai ? 1
Jawaban pertanyaan ini tidak bermaksud untuk mengkritisi siklus P2KP, walaupun itu juga dianggap penting, tetapi akan berangkat dari paradigma kemiskinan P2KP, bahwa akar kemiskinan adalah menyangkut sikap perilaku manusia. Jadi misi P2KP sebagai proses pembelajaran kritis adalah suatu upaya untuk merubah sikap perilaku manusia, dari tidak baik menjadi baik, dari negatif menjadi positif. Sikap dan perilaku adalah hasil dari suatu tindakan manusia yang berhubungan dengan stimulus lingkungan sekitar yang di hadapinya. Sikap prilaku adalah hasil dari suatu pilihan manusia baik sadar maupun tidak untuk memberikan respons atau tanggapan terhadap rangsangan atau stimulus yang ditemuinya. Sikap perilaku sebagai suatu hasil berarti ada suatu faktor yang mendasari kenapa sikap perilaku itu terjadi, dalam hal ini berarti cara berpikir-pola pikir. Tindakan atau perbuatan yang lahir dari sikap dan perilaku sangat tergantung dari pola pikir yang dimiliki seseorang, tindakan sangat dibatasi oleh sesuatu yang tidak diketahui. “ Hati adalah pengungkit hebat untuk semua hal; pikiran manusia merupakan proses tempat akhir manusia yang akhirnya terjawab” Daniel Webster (Lorayne:2004). Dari kutipan itu dapat dipahami bahwa sikap perilaku sangat dipengaruhi oleh suasana/suara hati dan cara berpikir manusia. Dengan demikian proses pembelajaran kritis P2KP adalah berkaitan bagaimana cara berpikir manusia yang baik dan bersentuhan dengan suara hati manusia.
HATI DAN PIKIRAN, JIWA DAN RAGA
Jiwa adalah cerminan dari hati dan raga adalah cerminan dari pikiran. Jiwa sangat dipengaruhi oleh suara hati dan raga dipengaruhi oleh pikiran. Dari khasanah dari beberapa pemikir (covey) hati dikenal dengan istilah suara hati, fungsi hati adalah sebagai pembeda baik dan buruk, bekerja di dalam memberikan penilaian benar dan salah. Sedangkan fungsi pikiran adalah pembeda untung dan rugi, bekerja di dalam memberikan penjelasan. Hati selalu berfokus pada tujuan, sedangkan pikiran berfokus pada cara mencapai tujuan. Kekuatan suara hati berkaitan dengan kecerdasan spritual (SQ), sedangkan kekuatan pikiran berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan emosional (EQ) adalah bagaimana IQ dan SQ bersinergi memberikan respons atas stimulus yang diterima (Goleman : 2003). 2
NILAI-NILAI LUHUR KEMANUSIAAN DAN PEMBELAJARAN
Dari penjelasan diatas dapat diketahui Nilai-nilai luhur yang secara universal dimiliki oleh manusia sejak lahir telah bersemayam di dalam suara hati manusia yang dikenal dengan istilah nilai-nilai spritual. Sedangkan pikiran sangat berkaitan dengan riwayat pembelajaran yang telah dilalui oleh setiap manusia. Jadi pembelajaran kritis akan bermakna spritual, jika pembelajaran pikiran manusia berjalan dengan berfokus pada pencapaian tujuan-tujuan yang berselaras dengan tujuan-tujuan suara hati manusia. Pencapaian ini akan menghasilkan makna pemberdayaan sejati di mana nilai-nilai luhur itu menjadi nilai yang memberdayakan dan menginspirasi sikap perilaku manusia baik bagi dirinya maupun bagi komunitas dan masyarakat secara lebih luas. Pencapaian ini pula menjadi titik awal bagaimana manusia memperbaiki sikap perilakunya, kehidupannya, lingkungannya, termasuk untuk keluar atau menanggulangi kemiskinan yang dialaminya.
PEMBELAJARAN
KRITIS,
NILAI-NILAI
LUHUR,
CARA
BERPIKIR
DAN
TINDAKAN
Nilai-nilai luhur atau nilai-nilai spritual adalah sifat yang merupakan anugerah bawaan dan bakat, keberadannya ada sejak manusia itu lahir. Namun demikian kepemilikan sifat-sifat ini berkaitan sejauh mana manusia melakukan tindakan-tindakan dalam aktivitas keseharian. Dimana tindakan-tindakan tersebut lahir dari cara atau polapola/kerangka berpikir yang dimiliki. Aktualitas Nilai-nilai spritual dalam realitasnya dipengaruhi oleh pola pikir atau dengan kata lain dipengaruhi oleh riwayat pembelajaran setiap pribadi manusia. Analoginya; manusia dengan komputer; Nilai-nilai spritual adalah software dan cara berpikir adalah hardwarenya. Keduanya hanya dapat berfungsi jika manusia punya kemauan untuk mengoperasionalkannya dalam bentuk tindakan-tindakan. Tanpa tindakan komputer hanya menjadi pajangan etalase belaka. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana Nilai-nilai Luhur (software) dan cara berpikir (hardware) yang bagaimana agar kedua perangkat ini saling mensupport menghasilkan tindakan yang berarti/bermakna. ? Dalam artian bahwa pembelajaran kritis sebagai pola tindakan hanya akan bermakna jika didukung oleh pengetahuan yang mendasar/mendalam tentang Nilai spritual dan cara berpikir. Pengetahuan inilah yang 3
disebut dengan Prinsip-prinsip Abadi. Prinsip-prinsip Abadi merupakan pedoman bagi hati dan pikiran, sebuah pedoman atau prinsip yang memberdayakan dan menginspirasi bagi lahirnya sebuah tindakan yang bermakna.
PRINSIP-PRINSIP ABADI; MEMBERDAYAKAN DAN MENGINSPIRASI
Prinsip Abadi adalah pedoman bagi cara berpikir yang memberdayakan dan menginspirasi, seperangkat pedoman yang tidak berubah, universal, hakiki, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu kekuatan keyakinan yang menjelaskan bagaimana harus bertindak, dimana keragu-raguan tidak lagi mendapat tempat. Suatu keyakinan bahwa apa yang harus dilakukan sebagaimana sesuai dengan apa yang diharapkan dapat tercapai. Suatu keyakinan yang menjelaskan bahwa apa yang dihasilkan dari suatu tindakan merupakan suatu konsekuensi logis dari pilihan manusia secara sadar terhadap tindakan yang menjadi keputusan atau pilihannya untuk dilakukan. Suatu keyakinan bahwa apa yang kita lakukan di depan cermin begitu pula hasil yang kita lihat sebagai hasil dari suatu tindakan. Prinsip abadi adalah prinsip yang mengikuti hukum alam (covey; 1997), kaum muslim mengenalnya dengan istilah “sunnatullah”, atau orang Melayu menyebutnya hukum karma. Hukum alam adalah berlaku tanpa peduli, tidak berubah, suatu proses yang menuju pada hasil. Prinsip abadi adalah hukum alam yang memotivasi, optimistik, holistik, dan sesuatu yang menjelaskan memberikan pemahaman yang mendalam untuk membangun kekuatan keyakinan, sehingga melahirkan tindakan yang bermakna – Memberdayakan dan menginspirasi. Prinsip Abadi adalah pedoman di dalam mengaktualkan Nilai-nilai Luhur/spritual, suatu pedoman abadi di dalam melakukan proses pembelajaran kritis.
PRINSIP-PRINSIP ABADI
Prinsip abadi mengikuti hukum alam adalah suatu kerangka berpikir untuk menemukan kebenaran berdasarkan fakta-fakta alam yang tak terbantahkan dan dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan yang bermakna. Dikatakan bermakna karena memahami dengan benar apa yang dihasilkan dari suatu tindakan yang dilakukan termasuk 4
dengan mengabaikannya. Suatu pilihan bertanggungjawab karena memahami secara logis segala konsekuensi yang dihasilkan.
1. Hukum Dualisme Alam Hukum ini menemukan faktanya atas keberadaan “sesuatu” dalam kondisi yang berlawanan. “......semua diciptakan berpasang-pasangan............” (Qur’an).
SIANG LAKI-LAKI JANTAN PANAS TERANG BAIK BENAR SEBAB TUHAN SURGA HAK
MALAM PEREMPUAN BETINA DINGIN GELAP BURUK SALAH AKIBAT HAMBA NERAKA KEWAJIBAN
GAGAL BERHASIL HATI PIKIRAN JIWA RAGA AKSI REAKSI STIMULUS TANGGAPAN AWAL AKHIR HIDUP MATI SEHAT SAKIT UNTUNG RUGI MEMBERI MENERIMA DAN SETERUSNYA............
Fakta ini menjelaskan bahwa sesuatu ada karena keberadaan sesuatu yang menjadi pasangannya. Keberadaan malam hanya ada karena adanya keberadaan siang, sifat baik ada karena adanya sifat buruk demikian pula sebaliknya. Fakta-fakta yang serupa ini menjelaskan dalam konteks sebagai “pembeda”, dalam artian kita hanya dapat mengetahui itu benar karena kita juga mengetahui sesuatu itu salah. Fakta ini juga menjelaskan dalam konteks hukum sebab akibat, aksi hanya akan ada setelah adanya reaksi begitu pula sebaliknya, tanggapan hanya lahir dikarenakan adanya stimulus demikian pula sebaliknya. Fakta ini selanjutnya juga menjelaskan bahwa dalam perjalanan hidup manusia silih berganti kita mengalaminya. Fakta ketiga hanya lahir ketika kedua fakta ini bertemu. Fakta bertemunya pria dan wanita akan menghasilkan cerita yang lain, cerita yang lain itu berjalan di hukum ini pula, seperti bertemu-berpisah, terjadi hubungan yang penuh suka-duka, menikah-bercerai, sehidup-semati.
Covey; 1997, sendiri dalam menjelaskan tindakan manusia menemukan prinsip ini bahwa semua terjadi dua kali; proses mencipta dan proses menjadi.
5
Fakta alam ini merupakan kerangka berpikir berprinsip abadi karena ini dasar penciptaan dan sesuatu fenomena yang tidak berubah dan pasti. Cara berpikir seperti ini memberdayakan dari segi motivasi, Gagal – Berhasil. Bahwa fakta ini adalah sesuatu yang pasti dan menjelaskan bahwa keberhasilan tidak akan tercapai jika tidak dilalui dengan kegagalan, jadi kegagalan yang dialami sebenarnya adalah suatau proses menuju keberhasilan, cara berpikir ini memotivasi pada upaya usaha tiada henti. Demikian pula sebaliknya bahwa keberhasilan yang dicapai, dilain waktu akan menuai kegagalan, cara berpikir ini membawa pada tindakan proaktif mengantisipasimelahirkan sikap waspada. Kerangka berpikir ini membawa kepastian di dalam melakukan tindakan, karena keyakinan hukum yang pasti sepasti kejadian siang dan malam. Suatu sikap dan perilaku dilakukan karena memahami secara mendalam apa yang akan dihasilkannya. “ ......ditengah kesukaran kita akan menemukan kemudahan.....” (Qur’an). Artinya firman ini meriwayatkan berjalannya hukum dualisme alam bahwa kemudahan hanya akan didapatkan ditengah kesukaran yang telah dijalani, dan mencari-cari kemudahan berarti kita akan menuai kesukaran dikemudian hari. Seperti kata pepatah, tiada pelaut ulung yang lahir dari ombak yang tenang. Kekuatan dibangun dari menantang bahaya, dari tantangan yang besar.
2. Hukum Kelimpahan/Kemakmuran =Memberi Fakta ini menjelaskan bahwa kita hanya bisa mendapatkan sesuatu jika kita melakukan sesuatu proses tindakan memberi atau proses yang mempunyai makna sepadan. Hukum ini menjelaskan bahwa apa-apa yang kita lakukan sehari-hari adalah proses tindakan memberi. Belajar adalah suatu proses memberikan pengetahuan pada hati dan pikiran, dari tindakan ini kita menghasilkan/memiliki atau menerima ilmu. Jadi apapun yang kita miliki dan kita terima merupakan hasil dari apa yang kita berikan dalam kehidupan kita. Kita hanya bisa saling menerima ketika kita saling melakukan pemberian.
6
Untuk menjelaskan mari kita lihat bagan berikut : BERDASARKAN FAKTA HUKUM DUALISME ALAM
SEBAB
AKIBAT
Memberi
Menerima
Manusia
Awal Tindakan (SEBAB)
AKIBAT
Nelayan
Memberi Umpan
Dapat Ikan
Petani
Memberi Bibit
Panen
Pedagang
Memberi Pelayanan
Untung
Pegawai
Memberi Pelayanan
Promosi
AKTIVITAS
KERJA
HASIL
KESIMPULAN : Apa yang kita dapatkan selama ini semua tergantung pada derajat kualitas dari Tindakan memberi pada lingkungan kerja, komunitas manusia, alam dan Tuhan. “ KITA HANYA AKAN MENDAPATKAN SESUATU JIKA KITA MEMULAI TINDAKAN PROSES AWAL MELAKUKAN PEMBERIAN.”
Kerangka berpikir ini membawa pada tindakan bahwa untuk mendapatkan sesuatu atau hasil kita harus bekerja-manusia rajin. Jadi kerja apapun pasti ada hasilnya karena kita sudah melakukan penyebabnya. Bekerja adalah suatu proses memberi kreasi dari apa yang kita kerjakan. Semakin tinggi kualitas proses memberi itu maka semakin tinggi pula hasil yang didapatkan, persoalannya hanya berkisar pada proses itu saja. Seorang petani hanya bisa sampai kepada panen, ketika dia mulai menanam/memberi bibit pada lahan yang telah disiapkannya, selain itu pula dia masih dituntut untuk banyak memberikan sesuatu pada lahannya; seperti air, pupuk, dan memberi kesungguhan pada tanamannya untuk memelihara.
7
Proses Memberi kaitannya dengan nilai-nilai luhur atau sifat, kita lihat berikut ini :
BERDASARKAN HUKUM DUALISME ALAM
MEMBERI Ikhlas
TAKWA
MENERIMA Bersyukur
IKHLAS
MEMBERI
Derajat Takwa hanya bisa dicapai jika memiliki sifat ikhlas dan sifat ikhlas hanya bisa dimiliki jika melakukan tindakan memberi. Contoh : Ajaran Agama Islam adalah ajaran yang penuh pemberian, mulai sedekah, zakat, infak, kurban dll. Dimana defenisi takwanya adalah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu Firman-Nya; “...orang yang bertakwa akan mendapatkan rejeki dari segala pintu dari segala arah yang tak disangka-sangka...” Ini bersesuain dengan hukum alam bahwa kita hanya dapat menerima sebagai akibat ketika kita telah melalukan proses memberi sebagi penyebab.
Tindakan memberi adalah suatu proses untuk bersifat ikhlas, sedangkan tindakan menerima adalah suatau proses untuk sifat syukur. Jadi Pinsip Abadi menjelaskan bahwa segala tindakan adalah bernuangsa memberi, hukum tindakan adalah hukum memberi. Sedangkan hukum sifat yang melekat adalah sifat ikhlas. Memberi adalah hukum awal tindakan yang abadi dan sifat awal yang melekat atau dimiliki adalah nilai-nilai luhur keikhlasan yang abadi. Untuk lebih jelasnya kita simak bagan berikut ini :
8
PRINSIP ABADI MANUSIA SEJATI (PRIBADI UTUH)
PADA SIFAT
IKHLAS
PADA TINDAKAN
MEMBERI
JUJUR
MENERIMA
ADIL
MENDAPAT BERKAH
PEDULI
MENDAPAT REJEKI
DIPERCAYA
MELIMPAH/MAKMUR
BERTANGGUNG JAWAB DLL (LANJUTAN SIFAT-SIFAT BAIK MANUSIA)
Dikatakan prinsip abadi dikarenakan fakta alam menjelaskan bahwa semua tindakan adalah merupakan proses memberi dan kita dikarunia sifat (nilai) ikhlas sebagai sifat dasar agar tindakan itu berdaya. Manusia yang mempunyai kerangka berpikir dengan berpegang pada prinsip abadi ini akan melahirkan manusia berdaya (sejati) menjadi manusia baik dan berpunya (melimpah). Fakta ini dapat dijadikan sebagai cara abadi di lakukan proses Pembelajaran Kritis, semua cara yang tidak berfokus pada kerangka berpikir ini akan menuai kegagalan. Sebelum lebih lanjut kita membahasnya, kita memberi pengertian sederhana dulu tentang nilai-nilai luhur.
Nilai-Nilai Luhur Universal pada Prinsip Abadi
NILAI – NILAI LUHUR UNIVERSAL “Anugerah bawaan sejak lahir yang dimiliki semua hatinurani manusia” 9
IKHLAS, JUJUR, ADIL
IKHLAS = KUALITAS HATI HUBUNGANNYA DENGAN TUHAN Pemahaman ini lahir dari pendefenisian ‘Ikhlas’ adalah suatu perbuatan memberi dengan tidak mengharap imbalan, tetapi semata demi Ridha Tuhan. Jadi kualitas ini tidak dapat diukur karena menyangkut hubungan hati manusia dengan sang penciptanya. Dalam laut dapat dikira, dalam hati siapa yang tahu.
JUJUR = KUALITAS PRIBADI INDIVIDU MANUSIA Pemahaman ini lahir dari pendefenisian ‘jujur’ adalah tidak berbohong atau sesuainya/satunya kata dengan perbuatan. Sebagai kualitas pribadi berarti dia dapat diukur dari cara apa yang diucapkan dan apa yang diperbuatnya.
ADIL = HASIL DARI KUALITAS KEIKHLASAN DAN KEJUJURAN Pemahaman ini lahir dari pernyataan bahwa Kualitas Kejujuran sangat tergantung atas kualitas Keikhlasan. Kualitas Keadilan sangat tergantung atas kualitas Keikhlasan dan kualitas Kejujuran. Keadilan hanya bisa dilaksanakan oleh manusia/pribadi jujur,dan pribadi jujur hanya akan tercapai jika seseorang berbuat dilandasi oleh sifat keikhlasan.
KEJUJURAN DAN KEADILAN TIDAK AKAN TERCAPAI TANPA KEIKHLASAN
Bagan Pemahaman Nilai :
SANG PENCIPTA
Kualitas Hubungan Hati dengan Tuhan IKHLAS
JUJUR
Hasil ADIL
Kualitas Pribadi 10
Pelaksanaan Konsep Nilai sebagai Pinsip Abadi :
Pelaksanaan nilai dalam kehidupan sehari-hari berpedoman pada Hukum Dualisme Alam; HAK DAN KEWAJIBAN. Hak dan Kewajiban ini biasanya tertuang dalam bentuk aturan, hukum, pedoman, etika, dan pola-pola hubungan manusia. Dari fakta ini lahir prinsip abadi bahwa kita berikhlas karena dasar tindakan adalah proses memberi bukan karena persoalan ada imbalan atau tidak, bukan demi Ridha Tuhan karena mengharap surga. Kita berikhlas karena itu kewajiban kepada Tuhan yang dikarenakan Tuhan berhak atas manusia dan segala ciptaannya. Jujur dalam konteks hak dan kewajiban adalah kejujuran yang dilandasi perbuatan bahwa kita hanya mengatakan yang hak, mengambil hak kita sendiri, kemudiaan yang merupakan kewajiban adalah memberikan semua yang merupakan hak orang lain. Pemahaman ini mempunyai pemahaman yang sama dalam konsep pelaksanaan keadilan. Yaitu berkewajiban menunaikan semua yang merupakan hak orang lain. Dalam kasus dana BLM, BKM dikatakan jujur dan adil kalau dia menggunakan BOP untuk menjalankan roda organisasi (Kewajibannya) BKM karena memang hanya disitu hak BKM. Kewajibannya adalah memfasilitasi masyarakat untuk menyalurkan dana BLM kepada warganya yang miskin/penerima manfaat. Siapa yang paling berhak adalah warga miskin yang paling layak sesuai hasil pemetaan swadaya yang juga dilakukan secara jujur, namun demikian pemetaan swadaya dapat dilakukan dengan jujur jikalau pemetaan swadaya itu dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Pembelajaran Kritis dan Prinsip Abadi
Berdasarkan dalil-dalil di atas pembelajaran kritis hanya dapat berhasil jika berjalan diprinsip hukum kelimpahan/kemakmuran = memberi. Dalil ini menjelaskan bahwa memulai pembelajaran kritis adalah bagaimana memfasilitasi masyarakat agar timbul kesadaran untuk bergairah memberi. Kegagalan-kegagalan program sejenis p2kp dikarenakan masyarakat tidak diajari untuk memberi, tetapi mereka hanya selalu diajari untuk menerima. P2KP juga akan mengalami nasib yang sama jika kita tidak berhasil mengajari masyarakat untuk selalu memberi. Hal ini sesuai dalil hukum ini bahwa kita bisa menerima sesuatu kalau kita telah melakukan proses tindakan 11
memberi. Kita hanya bisa mendapat hasil (menerima) kalau kita juga telah bekerja (Memberi). Hasil adalah akibat (menerima) yang terjadi karena adanya sebab bekerja (memberi). Jadi dalam kehidupan sehari-hari kita harus banyak melakukan tindakantindakan penyebab (memberi) sedangkan hasil (akibat) akan lahir sendirinya karena kita sudah melakukan penyebabnya. Fakta ini meyakinkan sesuai kerangka berpikir kita bahwa alam berjalan pada hukum dualisme, meyakinkan sepasti perjalanan siang dan malam.
Pembelajaran Kritis P2KP pada Hukum Kelimpahan/kemakmuran = Memberi
Pembelajaran kritis P2KP pada nilai-nilai luhur adalah misi yang diembangnya untuk melakukan proses pembelajaran nilai-nilai spritual. Siklus adalah design dan metode program, sedangkan visinya menemukan, menguatkan dan menciptakan manusia baik, murni, positif. Suksesnya visi dan misinya ini akan menghasilkan proses bagi masyarakat untuk menanggulagi kemiskinannya. Persoalan yang mendasar adalah darimana kita memulai ?
KEMISKINAN
Akar Kemiskinan SIKAP DAN PERILAKU
CARA BERPIKIR
PRINSIP HIDUP Skema diatas menjelaskan bahwa akar kemiskinan disebabkan oleh sikap dan perilaku yang tidak baik. Sikap perilaku ini lahir dari kemampuan cara berpikir, Sikap perilaku yang tidak baik lahir dari cara-cara berpikir yang tidak baik. Dan cara berpikir tidak baik lahir karena manusia tidak mempunyai prinsip hidup atau berjalan pada prinsipprinsip hidup yang salah atau prinsip yang tidak abadi; tidak memberdayakan dan tidak menginspirasi.
12
Dari skema dan penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa kita harus memulai dari pembelajaran bagaimana memahami prinsip-prinsip abadi-memberdayakan dan menginspirasi, yang tentu disertai dengan tindakan nyata.
PRINSIP ABADI CARA BERPIKIR = HUKUM DUALISME ALAM CARA BERTINDAK = HUKUM KELIMPAHAN/KEMAKMURAN : MEMBERI
NILAI/SIFAT
HASIL
SESUATU/ADA
IKHLAS
MENERIMA
Kepemilikan/penguatan Nilai
Memperoleh Berkah
1. Jujur
Rejeki
2. Adil
Melimpah/Makmur
3. Peduli
Kebahagiaan
4. Dipercaya
Kebaikan Dunia Akhirat
5. Bertanggungjawab 6. dll (sifat-sifat baik manusia)
PRIBADI MENTALITAS BERKELIMPAHAN Dari skema diatas menjelaskan bahwa Pembelajaran Kritis harus dimulai dengan proses melakukan tindakan memberi. Tindakan ini menghasilkan atau akan melahirkan dua hal, yaitu kepemilikan/penguatan nilai/sifat keikhlasan dan kepemilikan untuk menerima sesuatu. Kualitas dan kuantitas tindakan memberi akan melahirkan 13
kepemilikan nilai jujur, adil serta turunan sifat-sifat baik manusia. Dan pada saat yang sama akan menghasilkan sesuatu yang semakin meningkat seperti berkah, rejeki, melimpah/makmur, dan kebaikan dunia akhirat. Peningkatan quatum tindakan memberi akan menghasilkan peningkatan quatum kepemilikan sifat ikhlas, yang berarti peningkatan quatum kepemilikan sifat-sifat baik lain sebagai turunannya. Pada saat yang sama akan menghasilkan peningkatan quatum untuk menerima sesuatu baik berupa benda, penghargaan, rasa hormat, dst dalam konteks melimpah/makmur. Manusia yang konsisten menjalankannya, baik dalam lingkungan profesi, hubungan antar manusia dan alam/sang pencipta akan melahirkan manusia dengan pribadi mentalitas berkelimpahan. Termasuk telah berhasil menanggulangi kemiskinan yang dialamainya. Persoalan kemiskinan bukanlah persoalan utama dia butuh bantuan dengan segala logika pendekatan yang menjadi fokus perhatian, tetapi persoalan pribadi
untuk
berdaya pada pilihannya; maukah dia merubah diri untuk hidup lebih baik atau maukah dia sukses dalam hidupnya ?
Kesimpulan : Nilai-nilai luhur Universal adalah sifat-sifat baik yang dimiliki semua manusia, anugerah bawaan sejak lahir. Sebagai anugerah bawaan sejak lahir, maka semua manusia berbakat menjadi manusia yang baik. Kepemilikan bakat ini hanya dapat berkembang menjadi sebuah kekuatan yang memberdayakan ketika manusia mulai melatihnya menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, cara melatihnya adalah melakukan tindakan-tindakan proses “Memberi”. Kualitas dan kuantitas proses “memberi” inilah sebagai media pelatihan yang menentukan pencapaian kualitas kepemilikan Nilai-nilai Luhur didalam hati sanubari dan pikiran manusia. Pencapaian kualitas kepemilikan ini juga menentukan pencapaian kekuatan nilai-nilai luhur sebagai kekuatan yang memberdayakan dan menginspirasi. Ibarat seseorang yang mempunyai bakat bermain bola, kemampuan bermain bola hanya dapat dimiliki ketika dia mulai melakukan latihan-latihan teknik bermain bola yang baik. Cara berlatih yang terprogram, teratur, dan konsisten termasuk mengikuti sejumlah event pertandingan sebagai tantangannya akan membuat bakat ini menjadi profesi yang memberdayakan, menjadi pemain bola yang handal. 14
Jadi Pembelajaran Kritis P2KP harus diarahkan sebagai media berlatih melakukan tindakan-tindakan proses “memberi” agar menjadi kebiasaan bagi kita dan masyarakat, sehingga gagasan untuk menemukan dan menciptakan manusia baik berdaya dapat tercapai, yaitu manusia yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai kekuatan yang memberdayakan dan menginspirasi-manusia dengan pribadi mentalitas berkelimpahan. Pada titik ini, seseorang atau masyarakat dapat menanggulangi kemiskinan yang dialaminya serta dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pembelajaran kritis pada prinsip abadi ini akan semakin memberdayakan dan menginspirasi jika didukung oleh Prinsip Abadi yang lainnya seperti dibawah ini : 3. Berpusat pada Prinsip yang Satu 4. Hukum Usaha/Bercocok Tanam/Panen 5. Sikap Mental Positif 6. Hukum Rejeki = Air. 7. Praktekkan dan Ajarkan. Akan dibahas pada kesempatan lain. Tulisan ini lahir dari suka duka selama 2 tahun mendampingi masyarakat dalam menjalankan program P2KP, di bawah naungan KMW VIII Kordinator Kota 3 Bulukumba Selayar (Tim Buser). Gagasan ini lahir dari kerisauan dan kegelisahan kami untuk menjawab keraguan masyarakat bahwa nilai-nilai luhur adalah nilai-nilai spritual yang memberdayakan dan menginspirasi. Menjadi sebuah kekuatan/keyakinan untuk merubah hidup dan komunitasnya ke arah yang lebih baik. Terima kasih kepada KMWVIII ( TL, Korkot dengan para stafnya) , RM Sulawesi (KMP) yang selalu mengingatkan dan memberikan kesempatan untuk kami belajar. Dan ucapan terima kasih kepada semua teman-teman faskel yang memberi dukungan dan kesempatan untuk mempratekkan dan menyampaikannya kepada masyarakat melalui Pelatihan Penguatan Kelembagaan BKM, KSM dan dalam diskusidiskusi terbatas, materi ini dikemas menjadi “Resep Menjadi Orang Kaya”.
Penulis : M. Ichwan , Senior Faskel P2KP Kecamatan Bontomanai Kab. Selayar Penggagas Komunitas “ Dialog 0 “ HP 0813 147 34567 15