Modul ke:
ORGANIZATION THEORY AND DESIGN DECISION MAKING PROCESS
Fakultas
Pasca Sarjana Program Studi
MAGISTER MANAGEMENT www.mercubuana.ac.id
DANIEL A.W PATTIPAWAE, MSi, DR
Rapem Kuliah Ke-11 1 Decision Making Process 1 2 3 4 5
Rational approach Bounded rationality perspective Organizational Decision Makin The Learning Organization Contingency decision making perspective 6 Special decision circumstances
ORGANIZATIONAL DECISION MAKING ORGANIZATIONAL DECISION MAKING IS FORMALLY DEFINED AS A PROCESS OF IDENTIFYING AND SOLVING PROBLEM ( SECARA UMUM DIDEFINISIKAN SEBAGAI SUATU PROSES IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH. PROSESNYA MELALUI 2 TAHAP YAITU PROBLEM IDENTIFICATION DAN PROBLEM SOLVING. PROBLEM IDINTIFICATION YAITU IDENTIFIKASI TENTANG ENVIRONMENTAL, DAN INTERNAL ORGANISASI. SEDANGKAN TAHAP PROBLEM SOLVING SELEKSI TERHADAP SEJUMLAH ALTERNATIF DECISION MAKING YANG AKAN DIIMPLEMENTASIKAN. ORGANIZATIONAL DECISION SANGAT KOMPLEKS DAN TERDIRI ATAS PROGRAMMED DECISION (KEPUTUSAN YANG DIPROGRAMKAN) DAN NON PROGRAMMED DECISON (KEPUTUSAN YANG TIDAK DIPROGRAMKAN. CONTOH UNTUK PROGRAMMED DECISION YAITU DECISON RULES. SEDANGKAN NON PROGRAMMED DECISON YAITU STRATEGIC PLANNING HARUS MENGIKUTI PERUBAHAN ENVIRONMENT, UNCERTAINTY, COMPLEXITY.
DECISION MAKING ENVIRONMENT TODAY’S BUSINESS ENVIRONMENT 1. DEMANDS MORE LARGE-SCALE CHANGE VIA NEW STRATEGIES,
REENGINEERING, RESTRUCTURING, MERGERS, ACQUISITIONS, DOWNSIZING, NEW PRODUCT, OR MARKET DEVELOPMENT, AND SO ON. (Permintaan perubahan dalam skala yang lebih kuas melalui strategi baru, reengineering, restructuring, merger, akuisisi, perampimngan, produk baru dan pengembangan market, dll)
DECISON MADE INSIDE THE ORGANIZATION 1. 2. 3. 4.
ARE BASED ON BIGGER ON, MORE COMPLEX, MORE EMOTIONALLY CHARGED ISSUED. (BERDASARKAN PADA ISU YANG BESAR, YANG KOMPLEKS DAN YANG EMOSIONAL) ARE MADE MORE QUICKLY ( KEPUTUSAN DIBUAT LEBIH CEPAT) ARE MADE IN A LESS CERTAIN ENVIRONMENT, WITH LESS CLARIRITY ABOUT MEANS AND OUTCOMES ( KEPUTUSAN DIBUAT DALAM KONDISI ENVIRONMENT YANG KURANG PASTI DAN KURANG JELAS TENTANG PERALATAN DAN OUTCOMES. REQUIRE MORE COOPORATION FROM MORE PEOPLE INVOLVED IN MAKING AND IMPLEMENTATION DECISION ( PERSYARATAN keterlibatkan MASYARAKAT DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN IMPLEMENTASINYA.
A NEW DECISION MAKING PROCESS 1. 2.
3. 4.
I S REQUIRED BECAUSE NO ONE INDIVIUAL HAS THE INFORMATION NEEDED TO MAKE ALL MAJOR DECISIONS. (TIDAK ADA SEORANGPUN SECARA INDIVIDUAL MEMPUNYAI KEBUTUHAN INFORMASI YANG MENYELURUH UNTUK MEMBUAT SUATU KEPUTUSAN YANG PENTING) IS REQUIRED BECAUSE NO ONE INDIVIDUAL HAS THE TIME DAN CREDIBILITY NEEDED TO CONVINCE LOTS OF PEOPLE TO IMPLEMENT THE DECISION (PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN BARU DI SYARATKAN KARENA TIDAK ADA SEORANGPUN SECARA NDIVIDUAL MEMPUNYAI WAKTU DAN CREDIBILITAS YANG CUKUP UNTUK MEMBUAT BANYAK ORANG TERLIBAT DALAM MENGIMPELENTASIKAN KEPUTUSAN TERSEBUT DENGAN SUANA YANG MENYENANGKAN ). RELIES LESS ON HARD DATA AS A BASIC FOR GOOG DECISION ( KURANG BERGANTUNG PADA (HARD DATA) DALAM KEPUTUSAN YANG BAIK. PERMITS DECISIONS TO EVOLVE THROUGH TRIAL AND ERROR AND INCREMENTAL STEPS AS NEEDED. (KEPUTUSAN YANG DIAMBIL MELALUI TRIAL END ERROR.)
DECISION MAKING PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA ORGANISASI UMUMNYA TERDIRI ATAS : 1. PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA LEVEL INDIVIDU (INDIVIDUAL DECISION MAKING) 2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA LEVEL ORGANISASI (ORGANIZATIONAL DECISION MAKING). 3. LERANING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJARAN) INDIVIDUAL DECISION MAKING TERBAGI DUA : 1. RATIONAL APPROACH 2. BOUNDED RATIONALITY PERSPECTIVE ORGANIZATIONAL DECISION MAKING TERDIRI ATAS: 1. MANAGEMENT SCIENCE APPROACH 2. CARNIGIE MODEL 3. INCREMENTAL DECISION PROCESS MODEL LEARNING ORGANIZATION TERDIRI ATAS : 1. COMBINING THE INCREMENTAL PROCESS AND CARNIGIE MODELS 2. CARBAGE CAN MODEL
INDIVIDUAL DECISION MAKING (RATIONAL APPROCAH) IMPLEMENT
MONITOR
PROBLEM SOLUTION
THE DECISION ENVIRONMENT
ChOICE THE BEST ALTERNATIVE
DEFINE THE DECISION PROBLEM
8
1
7
2
M 6 EVALUATE ALTERNATIVE
3 5
DEVELOP ALTERNATIVE SOLUTION
4
DIAGNOSE THE PROBLEM
SPECIFY DECISION OBJECTIVE
PROBLEM IDENTIFICATION
THECHOSEN ALTERNATIVE
BOUNDED RATIONALITY PERSPECTIVE (Contraints and Tradeoffs during Non Programmed Decision Making)
BOUNDED RATIONALITY (Limited time, information,resouces to deal with complex, multidimensional issue
Trade off PERSONAL CONTRAINTS
Trade off
ORGANIZATIONAL CONTRAINTS (Level of agreement, share perspective, cooperation, or support corporate culture and structure, ethical value
(Personal desire for pretsige, success, personal decision style and desire to satisfy emotional needs, cope, with pressure, maintain self-consept
Trade Off
DECISION CHOICE : Search for a high quality decision alternative
Definisi : Pembuatan keputusan organisasional secara formal didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian dan pemecahan masalah.
Proses tersebut terbagi atas 2 tahapan utama ; 1. Tahap identifikasi masalah Informasi mengenai lingkungan dan kondisi organisasional diawasi dan dikendalikan, jika kinerja memuaskan diarahkan untuk mendiagnosa penyebab penetapan pilihan-pilihan. 2. Tahap solusi masalah Ketika pilihan tindakan alternatif dianggap sesuai dan salah satu alternatif dipilih, kemudian diimplementasikan.
Daft, 2007
Pembuatan Keputusan Organisasional Keputusan Organisasional disusun oleh para manajer yang membuat keputusan dengan menggunakan proses intuisi dan rasional. Tingkat keputusan organisasional tidak hanya dibuat oleh seorang manajer. Tetapi juga melibatkan/koordinasi beberapa manajer. Identifikasi masalah dan solusi masalah melibatkan banyak departemen, sudut pandang yang berlapis, dan bahkan organisasi lainnya yang diluar lingkup seorang manajer .
Proses dimana keputusan dibuat dalam organisasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor, khususnya struktur internal organisasi itu sendiri dan tingkat stabilitas atau instabilitas lingkungan eksternal
Daft, 2007
Models of Organizational Decision Making
a) Management Science Approach Merupakan analog terhadap pendekatan rasional oleh para manajer perseorangan.
Merupakan alat yang tepat bagi pembuatan keputusan organisasional ketika masalah dianalisa dan ketika variabel dapat diidentifikasi dan diukur.
Dapat secara akurat dan cepat memecahkan masalah yang memiliki banyak variabel eksplisit bagi perjalanan manusia.
Daft, 2007
b) Carnegie Model Didasarkan pada kerja dari Richard Cyert, James March, dan Herbert Simon, yang semuanya berhubungan dengan Carnegie-Mellon University.
Penelitian oleh kelompok Carnegie mengindikasikan bahwa keputusan tingkat organisasi melibatkan banyak manajer dan bahwa pilihan akhir didasarkan pada koalisi diantara para manajer. Koalisi : adalah persekutuan diantara beberapa manajer yang sepaham mengenai prioritas masalah dan tujuan organisasional.
c) Incremental Decision Process Model Menempatkan sedikit penekanan pada faktor-faktor politik dan sosial, menjelaskan lebih jauh tentang rangkaian aktivitas terstruktur yang diambil dari penemuan sebuah masalah terhadap solusinya.
Daft, 2007
Tahap-Tahap Pola Keputusan menurut Mintzberg :
1) Identification Phase (Tahap Identifikasi) Tahap identifinasi dimulai dengan pengenalan. Pengenalan berarti satu atau lebih manajer menyadari sebuah masalah dan kebutuhan untuk membuat sebuah keputusan. 2) Development Phase (Tahap Pengembangan) Pada tahap ini sebuah solusi dibentuk untuk memecahkan masalah yang ditegaskan dalam tahap identifikasi. 3) Selection Phase (Tahap Seleksi) Tahap ini berlangsung ketika solusi ditentukan. Pada tahap ini tidak selalu sebuah masalah dari pembuatan pilihan yang jelas diantara alternatif.
Daft, 2007
Organizational Learning Perubahan lingkungan bisnis dengan cepat menciptakan ketidakpastian yang lebih besar bagi para pembuat keputusan. Beberapa organisasi yang secara khusus terpengaruh oleh kecenderungan tersebut bergerak kepada konsep pembelajaran organisasi.
Dua pendekatan terhadap pembuatan keputusan telah disusun untuk membantu para manajer mengatasi ketidakpastian dan kompleksitas tersebut. Pendekatan tersebut adalah pertama, mengkombinasikan Model Carnegie dengan Incremental Process. kedua, adalah garbage can model.
Daft, 2007
Organizational Learning
a. Mengkombinasikan Carnegie Model dan Incremental Process
Model Carnegie: tentang membangun koalisi berkaitan dengan tahap identifikasi masalah. Ketika isu bermakna ganda, atau jika manajer tidak sepakat mengenai beratnya masalah, diskusi, negosiasi, dan pembangunan koalisi yang dibutuhkan.
Model incremental process: cenderung untuk menekankan tahapan yang digunakan untuk meraih sebuah solusi.
Daft, 2007
CHOICE PROCESS IN THE CARNIGIE MODEL
UNCERTAINTY Information is limited manager have many constraints
SEARCH COALITION FORMATION Hold joint discussion and interpret goals and problem.
Conduct a simple,local search. Use establish producers if appropriate Create a solution if need
Share opinion
CONFLICT Manager have diserve goals opinions, values, experience
Establish problem priorities
SATISFICING DECISION BEHAVIOR
Obtain social support for problem, solution
Adopt the first alternative that is acceptable to coalition
THE INCREMENTAL DECISION PROCESS MODEL IDENTIFICATION PHASE
DEVELOPMENT PHASE Search
SELECTION PHASE
Screen
Diagnosis Design RECOG NITION
Judment Evaluation Choice
AUTHORIZATION
Analysis Evaluation Bargaining Evaluation Choice
INTERNAL INTERURUPT
NEW OPTION INTERRUPT
EXTERNAL INTERRUPT
GARBAGE CAN MODEL OF DECISION MAKI NG Problem Ps = Problem Ss = Solution COs = Choice Opportunities PARs = Perticipant
Solution Midle Management PS Ss COs PARs
Participants COs
Perticipants COs
PS
Ss
PS
Ss
COs
Ss
Departement A Solution
COs PARs
Ps PARs
COs
Departement B Solution
PARs
Participants
Participants Problem
Problem
Bagan : Proses Keputusan Ketika Tidak ada Kepastian dalam Identifikasi Masalah & Solusi Masalah
Identifikasi Masalah
Solusi Masalah
Ketika identifikasi masalah tidak pasti, model Carnegie diaplikasikan
Ketika solusi masalah tidak pasti, model incremental process diterapkan.
Proses sosial & politik dibutuhkan
Incremental, proses trial dan eror dibutuhkan.
Membangun koalisi, mencari kesepakatan, dan menyelesaikan konflik mengenai prioritas tujuan dan masalah.
Menyelesaikan masalah besar dalam langkah-langkah kecil. Mendaur ulang dan berusaha lagi ketika mendapat rintangan.
Daft, 2007
b. Model Garbage Can
Merupakan salah satu pola yang paling terkini dan menarik dari proses-proses keputusan organisasional.
Model ini dapat membantu anda berpikir tentang keseluruhan organisasi dan frekuensi keputusan yang dibuat oleh seluruh manajer.
Model ini dikembangkan untuk menjelaskan pola-pola pembuatan keputusan organisasi yang mengalami ketidakpastian yang ekstrim, seperti pertumbuhan dan perubahan yang diinginkan dalam pembelajaran organisasi.
Daft, 2007
Konsekuensi dari Model Garbage Can
Terdapat empat konsekuensi khusus dari proses keputusan garbage can bagi pembuatan keputusan organisasional :
1. Solusi dapat diajukan bahkan ketika masalah tidak ada. 2. Pilihan-pilihan dibuat tanpa menyelesaikan masalah-masalah. 3. Masalah-masalah akan bertahan tanpa diberikan solusinya. 4. Sedikit masalah yang dapat diselesaikan.
Daft, 2007
Karakteristik Penggunaan Pendekatan Keputusan
Dua karakteristik dari organisasi yang menentukan penggunaan pendekatan keputusan adalah (1) konsensus masalah, dan (2) pengetahuan teknis mengenai cara untuk menyelesaikan masalah
(1) Konsensus masalah mengacu pada kesepakatan antara para manajer mengenai sifat dari sebuah masalah atau kesempatan dan tentang tujuan dan hasil-hasil untuk dicapai. (2) Pengetahuan teknik mengacu pada pemahaman dan kesepakatan mengenai bagaimana memecahkan masalah dan mencapai tujuan-tujuan organisasional.
Daft, 2007
Bagan : Kerangka Kontingensi untuk Penggunaan Model-Model Keputusan
Pasti
Pasti
Individual:
Tidak Pasti
Pengetahuan Solusi
Pendekatan Rasional, Perhitungan
Konsensus Masalah
Individual:
1
2
Tawar menawar, Koalisi, Formasi
Organisasi
Organisasi Manajemen Ilmu Pengetahuan
Individual:
Tidak Pasti
Carnegie Model
3
4
Individual:
Penilaian, trial & eror
Bargaining dan Penilaian, Inspirasi dan Imitasi
Organisasi
Organisasi
Model Pembuatan Keputusan Incremental
Model Pembuatan Keputusan Carnegie & Incemental, Menyusun Model Garbage Can
Daft, 2007
INDIVIDUAL DECISION MAKING RATIONAL APPROACH Berdasarkan pendekatan rasional (rational approach) pembuatan keputusan dapat dibagi ke dalam 8 langkah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Memonitor lingkungan keputusan Menegaskan masalah keputusan Mengkhususkan tujuan keputusan Mendiagnosa masalah Mengembangkan solusi-solusi alternatif Mengevaluasi alternatif-alternatif Memilih alternatif terbaik Mengimplentasikan alternatif pilihan
Daft, 2007
ORGANIZATIONAL DECISION MAKING
Management Science Approach
Carnegie Model
Incremental Decision Process Model Daft, 2007
Menggunakan teknik-teknik matematika dan statistik dalam pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada tingkat organisasi melibatkan banyak manajer dan pilihan akhir didasarkan pada koalisi diantara manajer-manajer tersebut.
Terdapat tiga pase/tahap dalam proses pengambilan keputusan yakni tahap identifikasi, tahap pengembangan, dan tahap seleksi.
KESIMPULAN 1. Pembuatan keputusan merupakan proses pengidentifikasian dan pemecahan masalah. 2. Model-model pembuatan keputusan organisasi terdiri atas management science approach, carniege model, dan incremental decision process. 3. Tahap-tahap pola keputusan menurut Mintzberg terdiri atas tahap identifikasi, tahap pengembangan dan tahap seleksi. 4. Dua pendekatan terhadap pembuatan keputusan adalah pertama, mengkombinasikan Model Carnegie dengan Incremental Process. Kedua, adalah garbage can model. 5. Dua karakteristik dari organisasi yang menentukan penggunaan pendekatan keputusan adalah (1) konsensus masalah, dan (2) pengetahuan teknis mengenai cara untuk menyelesaikan masalah
STUDI KASUS: THE DILEMMA OF ALIESHA STATE COLLEGE: COMPETENCE VERSUS NEED ( DAFT, 2007, BAB 9 )
Sampai dengan decade 1980an, Aliesha memiliki reputasi yang baik, sebagai akademi guru (milik pemerintah) yang berlokasi di pinggiran wilayah kota metropolitan. Dengan semakin banyaknya pertumbuhan siswa, maka pemerintah mengubah Aliesha menjadi akademi D4 (dan merencanakannya untuk menjadi universitas negeri dengan lulusan siap kerja dan kemungkinan sekolah kedokteran pada akhir decade 1990an. Dalam kurun waktu 10 tahun, perkembangan Aliesha dari 1500 menjadi 9000 mahasiswa. Anggarannya meningkat begitu cepat.
Bidang yang tidak berkembang di Aliesha adalah bidang utamanya, yaitu akademi guru. Peminatnya bidang studi tersebut semakin menurun. Aliesha kemudian mengembangkan banyak program-program layanan masyarakat. Dalam bidang pendidikan dikembangkan satu bidang, dimana hasil dari demonstrasi bidang pendidikan tersebut menarik minat guru-guru SMA yang senior untuk kuliah lagi. Meskipun demikian pihak SMA hanya mendaftarkan 300 siswa.
Pada tahun 1992, anggaran tiba-tiba dikurangi secara besarbesaran oleh DPRD. Pada saat yang sama terdapat tuntutan kenaikan gaji. Ketika komite staf pengajar berdialog dengan pimpinan dan wali amanah, dua program diajukan yakni program speech therapy dan pengenalan ke SMA. Kedua program tersebut memiliki beban biaya yang sama dan sangat mahal.
Terima Kasih DANIEL A.W PATTIPAWAE, MSi, DR