DINAMIKA PSIKOLOGIS HARDINESS PADA IBU YANG MENJADI ORANGTUA TUNGGAL
PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh : Khoirun Nisa’ F 100 124 009
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
DINAMIKA PSIKOLOGIS HARDINESS PADA IBU YANG MENJADI ORANGTUA TUNGGAL
PUBLIKASI ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh: KHOIRUN NISA’ F. 100 124 009
Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
HALAMAN PERSETUJUAN
DINAMIKA PSIKOLOGIS HARDINESS PADA IBU YANG MENJADI ORANGTUA TUNGGAL
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
KHOIRUN NISA’ F 100 124 009
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Dr. Sri Lestari, M.Si
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 9 Juni 2016 Penulis
Khoirun Nisa’ F 100 124 009
iii
DINAMIKA PSIKOLOGIS HARDINESS PADA IBU YANG MENJADI ORANGTUA TUNGGAL Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika psikologis hardinesss pada orangtua tunggal dan faktor-faktor yang mempengaruhi hardiness. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan Observasi dengan metode event sampling. Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling,berjumlah 4 orang ibu yang berstatus sebagai orang tua tunggal, memiliki anak dan tinggal bersama dengan anaknya serta memiliki pekerjaan. Sementara untuk informan pendukung adalah orang yang dekat dengan informan utama yaitu ipar, kakak dan anak. Data dianalisis secara tematik. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dinamika psikologis hardiness pada orangtua tunggal karena perceraian dan suami meninggal mengalami perbedaan pada fase awal, orang tua tunggal karena perceraian dimulai pada fase komitmen sementara orang tua tunggal karena suami meninggal dimulai dengan fase kontrol diri. Setelah fase kontrol diri dan komitmen keduanya mengalami fase yang sama yakni fase tantangan, harapan terhadap anak dan mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi. Temuan yang menarik dari penelitian ini adalah terungkapnya dimensi spiritualitas yang berupa pasrah, sabar dan syukur. Dimensi spiritualitas tersebut menjadi penguat hardiness pada orang tua tunggal. Faktor yang mempengaruhi hardiness pada orangtua tunggal adalah penyebab perpisahan, dukungan keluarga dan orang-orang disekitar, motivasi akademik anak dan status pekerjaan. Kata kunci : Dinamika psikologis Hardiness, orang tua tunggal, faktor yang mempengaruhi hardiness. Abstract The aims of this research to describe about the psychological dynamics of hardiness at single parent and factors that affect the hardiness. The research used qualitative approach, data collection used interview and observation technique which used event sampling method. Informants in this research chosen purposive sampling, four the mother with the status of single parent, have children and live with his son and have a job, while supporters to informants is the people close to the primary informants and understand her life, They are chosen in-law, brother and children. Data were analyzed by thematic. The result of this research found that dynamics of psychological hardiness at single parent of divorce and single parent whose husband died have experienced the differences in the early phase. Single parent of divorce begins with the comitment, while in single parent whose husband died will begin with the self control, after self control and comitment, they had same phase, that is a challenge, hope to children and take the lesson of events that happened. The interesting finding of the research is the spirituality dimensions of submissions, patient and gratitude. The spirituality dimensions has been stronger of hardiness at single parent. Factors that would affect hardiness at single parent is the farewell causes, family and social support, academic motivation of the children and employment status. Key word : Dynamics of psychological hardiness, single parent and factors that affect the hardiness. 1. PENDAHULUAN Menjadi orangtua tunggal merupakan sebuah fase yang tidak dialami oleh semua orang, perubahan fungsi dan peran pada seseorang sebelum dan saat menjadi orangtua tunggal dapat mempengaruhi pula perubahan pada perekonomian, sosial dan psikologis. Seorang istri yang ditinggal suami karena meninggal dunia maupun karena perceraian, maka dengan terpaksa mereka harus menjalankan peran sebagai ibu dan ayah sekaligus. Seorang istri tiba-tiba menjalankan multi peran dan mengambil tanggung jawab penuh dalam keluarga, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, cara
1
mengambil keputusan yang tepat untuk kelangsungan keluarga, dan berusaha menguatkan anggota keluarga atas persoalan yang dihadapi (Laksono, 2008). Umumnya perempuan lebih peka dan sensitif terhadap perubahan terutama dalam kehidupannya. Mereka mengalami stres karena harus memikul peran ganda dalam keluarga. Perempuan tersebut mengalami suatu tekanan hidup karena sebelumnya dijalani bersama-sama dengan pasangannya sekarang menjadi seorang diri dalam mengatur rumah tangga baik dalam keluarga maupun dalam mendidik dan merawat anak. Perempuan tersebut mengalami masalah psikososial dalam bentuk tekanan psikologis, seperti dalam bentuk afektif, kognitif, fisik dan perilaku. Selain itu orang tua tunggal pada umumnya akan mengalami masalah keuangan, terlebih bagi mereka yang berada pada kalangan ekonomi menengah ke bawah. Hal tersebut akan menambah beban hidup perempuan sebagai orangtua tunggal (Sovia, 2009). Hasil penelitian National Institute For Occupational Safety and Health (Muchtar, 2004) menyatakan bahwa penyebab stres dapat berasal dari dalam diri individu yaitu usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian, maupun faktor dari luar individu baik dari keluarga, lingkungan kerja, cita-cita maupun ambisi. Faktor kepribadian yang diduga dapat berperan dalam menghadapi stres adalah kepribadian tahan banting (hardiness). Maddi (Nurhidayah & Hidayanti, 2009) menyatakan bahwa hardiness merupakan suatu karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif dari timbulnya stres yang harus dihadapi. Individu yang memiliki hardiness tinggi mempunyai serangkaian sikap yang membuat tahan terhadap stres, senang bekerja keras, dapat menikmati pekerjaan yang dilakukan, senang membuat keputusan dan melaksanakannya karena memandang hidup ini sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai makna. Selain itu individu sangat antusias menyongsong masa depan karena perubahan-perubahan dalam kehidupan dianggap sebagai suatu tantangan dan sangat berguna untuk perkembangan hidupnya, dengan kata lain dalam hidupnya mereka selalu optimis (Nurtjahjanti & Ratnaningsih, 2011). Maddi (2002), hardiness diartikan sebagai sikap dan keterampilan untuk bertahan dalam keadaan stres. Hardiness seperti seperangkat keyakinan seseorang mengenai interaksi dirinya dengan dunia, menekankan pentingnya : keterlibatan daripada isolasi, kontrol daripada ketidakberdayaan, dan tantangan bukan ancaman (Kamtsios & Karagiannopoulou, 2012). Menurut Maddi dan Kobasa (2005), terdapat tiga dimensi hardiness yaitu komitmen, kontrol dan tantangan. a. Komitmen Komitmen adalah kecenderungan untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang sedang dihadapi. Aspek ini berisi keyakinan bahwa hidup itu bermakna dan memiliki tujuan. Individu juga berkeyakinan teguh pada dirinya sendiri walau apapun yang akan terjadi. b. Kontrol Diri Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi peristiwaperistiwa yang terjadi atas dirinya. Aspek ini berisi keyakinan bahwa individu dapat mempengaruhi atau mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan. c. Tantangan Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai ancaman terhadap rasa amannya. Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut.
2
Faktor yang mempengaruhi hardiness menurut Florian (dalam Heriyanto, 2001) antara lain faktor dari dalam diri itu sendiri seperti kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, memiliki rasa percaya diri dan positif citra diri, keterampilan individu berkomunikasi. Schafer (2008) mendefinisikan orangtua tunggal adalah seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus urusan rumah tangga serta merawat anak-anak. Gading (2009) menyatakan bahwa orangtua tunggal adalah seseorang yang memegang tanggung jawab untuk melindungi, membimbing dan merawat anaknya seorang diri atau mengadopsi anak sendirian atau individu yang membimbing anak-anaknya seorang diri tanpa adanya pasangan, untuk jangka waktu yang lama dan relatif permanen. Keluarga dengan orangtua tunggal dideskripsikan sebagai satu orangtua, orangtua yang sendiri, atau keluarga dengan orangtua tunggal (Weinraub & Gringlas dalam Sussman, Steinmetz & Peterson, 1993). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga mengakibatkan seseorang menjadi orangtua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Seiring dengan perjalanan waktu orangtua yang dulunya lengkap dapat menjadi tidak lengkap yang disebabkan karena adanya perpisahan, yakni kematian, perceraian, sakit, perang atau bencana alam, sehingga orangtua harus menjalankan peran sebagai orangtua tunggal. Artinya hanya terdapat satu orangtua saja dalam menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan orangtua tunggal, untuk itu ia harus dapat menjalankan peran dan tanggung jawab secara total baik sebagai ibu sekaligus sebagai ayah. (Usman, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal dalam menjalakan fungsi dan perannya di dalam keluarga serta faktor yang mempengaruhinya. 2. METODE Menjadi orangtua tunggal memang tidak mudah mereka harus menjalankan banyak peran sebagai seorang ibu yang harus menjalankan pekerjaan di rumah dan mendidik anaknya juga bertanggungjawab atas nafkah keluarga. Dalam kondisi tersebut sangat memungkinkan jika ibu mengalami keterpurukan dalam menjalani hidupnya. Orangtua tunggal diharapkan mampu dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya, mereka tetap dapat berkecimpung dalam hidup bermasyarakat dan mengajarkan bahwa kehidupan tanpa ayah harus tetap berjalan dengan baik. Menjalankan perannya sebagai seorang ibu yang harus mendidik anak-anaknya dan sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah untuk keperluan keluarga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang memiliki ciri-ciri spesifik yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria informan untuk penelitian ini adalah : (a ) perempuan dengan status orang tua tunggal, (b) memiliki anak, (c) tinggal dengan anaknya, (d) memiliki pekerjaan., sedangkan karakteristik informan pendukung adalah : orang yang dekat dengan informan utama dan memahami kehidupan informan. Jumlah informan utama 4 orang dan informan pendukung 4 orang. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi dengan metode event sampling. Penelitian ini bersifat kualitatif maka analisis data yang digunakan adalah analisis data secara induktif, adapun langkahnya adalah : (a) Organisasi data, (b) Koding, (c) Menentukan tema, (d) Mencari kategori, (e) Mendeskripsikan kategori, (f) Pembahasan hasil penelitian. (Poerwandari, 1998) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan pada orang tua tunggal dan subjek pendukung didapatkan hasil bahwa hardiness pada orang tua tunggal dibentuk setelah subjek mengalami suatu peristiwa yakni ditinggal oleh suami maupun sudah tidak dipedulikan oleh suami. Kemudian berkembang dalam kehidupannya saat menjadi orang tua tunggal. Dinamika psikologis
3
hardiness pada orang tua tunggal muncul dalam enam dimensi, yaitu : (a) Komitmen, (b) Kontrol diri, (c) tantangan, (d) Nilai spiritualitas, (e) Harapan terhadap anak, (f) hikmah dari perpisahan. Pada orang tua tunggal yang disebabkan karena perceraian, hardiness mulai muncul ketika seorang ibu mengalami peristiwa yang tidak diinginkan dalam kehidupan pernikahannya seperti kekerasan dalam rumah tangga, selanjutnya mereka harus mencari nafkah sendiri dan baru memutuskan untuk bercerai. Hardiness makin berkembang saat ibu menjalani perannya sebagai orang tua tunggal. Orang tua tunggal yang disebabkan karena perceraian pada awalnya akan membentuk sebuah komitemen, mereka sudah menyiapkan diri untuk bekerja, meluangkan waktu untuk anak, keberlangsungan pendidikan anak. Maddi (Nurhidayah & Hidayanti, 2009) menyatakan bahwa hardiness merupakan suatu karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif dari timbulnya stres yang harus dihadapi.Setelah komitmen terbentuk pada diri ibu yang menjadi orang tua tunggal karena perceraian, ibu akan menjalankan perannya sebagai orang tua tunggal, tentunya dalam menjalankan peran seorang ibu harus tetap mengontrol dirinya. Pada tahap ini seorang ibu akan mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Orang tua tunggal akan percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan. (Maddi & Kobasa, 2005). Setelah ibu mampu mengontrol diri dalam menjalankan perannya, tahap selanjutnya adalah menghadapi tantangan dalam menjalankan peran sebagai orang tua tunggal. Tantangan yang akan dihadapi oleh ibu sebagai orang tua tunggal diantaranya adalah : 1) memenuhi biaya sekolaha anak, 2) Menghadapi stigma sosial, 3) upaya mewujudkan harapan anak, 4) menambah penghasilan. Sementara pada orang tua tunggal yang disebabkan karena suami meninggal akan dimulai dengan kontrol diri, hal ini terjadi karena seorang ibu tentunya akan mengalami fase kesedihan karena harus menerima kenyataan bahwa mereka menjadi orang tua tunggal. Fase kesedihan ini harus dilalui oleh ibu agar dapat melanjutkan hidupnya dan memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Mereka harus berjuang pada tahapan ini, Schultz dan Schultz (2002), menjelaskan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi memiliki sikap yang membuat mereka lebih mampu dalam melawan stres. Individu dengan hard personality percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau mempengaruhi kejadian-kejadian dalam hidupnya.Tahap selanjutnya yang dilalui adalah menerima kenyataan bahwa ibu telah menjadi orang tua tunggal dan siap untuk menjalani perubahan peran dan tanggung jawabnya, mereka secara mendalam berkomitmen terhadap pekerjaannya dak aktivitas-aktivitas yang mereka senangi. Individu dengan hardiness yang tinggi percaya akan niali-nilai kebenaran, kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah dirinya dan apa yang mampu ia lakukan. Selain itu, individu dengan hardiness yang tinggi juga percaya bahwa perubahan akan membantu dirinya berkembang dan mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang telah didapat. (Maddi & Kobasa, 2005). Tahap selanjutnya yakni ibu sebagai orang tua tunggal mulai menghadapi tantangan dalam hidupnya. Kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai ancaman terhadap rasa amannya. Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut. (Maddi & Kobasa, 2005). Dari seluruh tahapan yang dialami oleh orang tua tunggal semua tidak terlepas dari nilai-nilai spiritualitas. Karakter kepribadian hardiness mempunyai pengaruh yang positif pada berbagai status individu dan berfungsi sebagai sumber perlawanan pada saat individu menemui kejadian yang menimbulkan stres (Nurtjahjanti, 2011). Pada penelitian ini ditemukan nilai-nilai spiritualitas yang dipercayai dan dijalani oleh ibu dalam menjalankan perannya sebagai orang tua tunggal. Keempat informan setelah melakukan usaha dengan bekerja keras dan memenuhi seluruh tanggungjawab mereka akan memasrahkan hasil kepada Allah SWT, menjalankan segala takdir dengan penuh kesabaran, tahap terakhir adalah bersyukur kepada Allah SWT.
4
Selama menjalani peran dan tanggung jawab sebagai orang tua tunggal tentunya mengalami perkembangan, baik mengalami kenaikan maupun penurunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal adalah : (a) Penyebab perpisahan, (b) Status Pekerjaan, (c) Dukungan keluarga, (d) motivasi Akademik anak. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai faktor yang mempengaruhi dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal Informan
Penyebab perpisahan Suami meninggal karena kecelakaan
Status pekerjaan Awalnya hanya menjadi ibu rumah tangga saja kemudian bekerja sebagai pejual gorengan selanjutnya beralih menjadi buruh tani
Informan PKH
Suami mmeninggal karena sakit selama 2 hari.
Membantu suami di sawah setelah suami meninggal bekerja sebagai penjahit
Informan MR
Perceraian karena KDRT
Bekerja di 1 tempat sebagai asisten rumah tangga, setelah itu bekerja di 8 tempat
Informan SM
Perceraian karena
Staff TU SMP status honorer
Informan MJ
5
Dukungan keluarga Keluarga ( kakak dan adik Informan MJ) memberikan dukungan materi berupa pinjaman uang pendidikan dan memberikan nasihat jika Informan MJ mengambil keputusan. Tetangga memberi uang kepada anaknya untuk membeli jajan & mainan. Keluarga (adik-adik Informan PKH) memberikan dukungan materi berupa bantuan untuk memenuhi pendidikan, membelikan baju untuk anakanaknya dan memberikan nasihat kepada informan PKH jika mengalami permasalahan. Tetangga memberikan pakaian untuk anakanak informan. Keluarga tidak memberikan dukungan apapun. Tetangga tidak memberikan dukungan dalam bentuk apapun dan lebih banyak membicarakan kehidupan informan. Keluarga (kakak informan) memberikan
Motivasi akademik anak Anak ingin melanjutkan hingga S2
Anak melanjutkan pendidikan hingga S1
Setelah lulus SMA anak ingin bekerja
Anak ingin menamatkan
KDRT
setelah bercerai staff TU status PNS
dukungan berupa nasihat jika informan menceritakan permasalahannya. Tetangga memberikan dukungan berupa nasihat.
pendidikan S1
Dari tabel nomor 1, dapat disimpulkan bahwa dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal adalah penyebab perpisahan, status pekerjaan, dukungan keluarga dan orang-orang di sekitarnya serta motivasi akademik anak. Pada faktor penyebab perpisahan merupakan pengaruh yang besar dengan kehidupan setelah menjadi orang tua tunggal, sehingga memunculkan dinamika yang berbeda antara orang tua tunggal karena perceraian dan orang tua tunggal karena suami meninggal. 4. PENUTUP Dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal yang penyebab perpisahan karena suami meninggal dan perceraian mengalami siklus yang berbeda pada tahapan awal. Pada orang tua tunggal karena suami meninggal dimulai dengan komitmen, sementara pada orang tua tunggal karena perceraian dimulai dengan kontrol diri. Adapun faktor yang mempengaruhi hardinees pada orang adalah penyebab perpisahan, ada atau tidaknya dukungan keluarga dan orang-orang disekitar, motivasi akademik anak dan status pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, maka peneliti memberi saran yang sekiranya dapat dipergunakan bagi orang tua tunggal, saat memiliki sebuah permasalahan yang tidak dapat diselesaikan sendiri sebaiknya berbagi cerita kepada anak, keluaraga atau orang yang dapat dipercaya, hal ini dimaksudkan agar tidak menjadi stressor negatif yang nantinya berpengaruh kepada aktivitas, selain itu berbagi cerita dengan anak dapat membuat hubungan semakin dekat. Bagi masyarakat umum, hendaknya selalu memberikan dukungan yang positif terhadap orang tua tunggal seperti mengajak terlibat aktif dalam kegiatan masyarakat serta tidak membicarakan mereka, jika orang tua tunggal melakukan sebuah kesalahan sebaiknya dinasihati secara pribadi bukan diperbincangkan dan dijauhi. DAFTAR PUSTAKA Alvita, N.O. (2008, Junu 11) Wanita sebagai Single Parent dalam Membentuk Anak yang Berkualitas. Diunduh dari http://okvina.word press.com/html. Aprilia, Winda. (2013). Resiliensi dan Dukungan Sosial pada Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Pada Ibu Tunggal di Samarinda). eJournal Psikologi, 2013, 1 (3): 268-279 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.org Badan Pusat Statistik http://spot.webdone.com/news/single-parent-potret-perempuan-tangguh/. Diakses pada tanggal 30 Juni 2016. Badan Pusat Statistik. http://www.pekka.or.id./ media/kompas/Republika_19 Juli 2004. Diakses pada tanggal 30 Juni 2016. Departemen Agama RI. (2002). Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta : CV Darus Sunnah
6
Dodik, Andy Arciana S.S. & Astuti, Kamsih. (2012). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness dengan Stres kerja pada Anggota Polri Bagian Operasional di Polresta Yogyakarta. Insight, 10(1), Februari 2012. Fajrianthi., & F, Faradina A. (2012). Konflik Pekerjaan dan Coping pada Single Mothers. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. 1(02), Juni 2012 Febriyani, Sisca., Karimah, Kismiyati El., & Aristi, Nindi. (2009). Dinamika Komunikasi Keluarga Single Mother. Jurnal Psikologi dan Organisasi, 1 (04), Juni 2009 Goode, William J. (2007). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara. Hadjam, N.R., Masrun., Martaniah, S.M. (2003) Peran Kepribadian Tahan Banting pada Gangguan Somatisasi. Anima, Indonesia Psychological Journal. 19(2), 122-135. Herdiansyah, Haris. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika Isti’anah. (2010). Kepribadian Anak Pada Keluarga Single Parent (Studi Kasus terhadap As dan NA di Banjarnegara Jawa Tengah). (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Bimbingan dan Konsling Islam, Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Kamtsios, Spiridon & Karagiannopoulou, Evangelia. (2012). Conceptualizing students’ academic hardiness dimensions: a qualitative study. [Europe Journal Psychology Education]. DOI 10.1007/s10212012-0141-6. Kreitner, J. (2007). Human Resources Management. McGraw Hill International Edition. Kobasa, S.C. (1984). Hardiness and Health: A Prospective Study. Journal of Personality and Social Psychology, 42(1), 168-177. Laksono, A.R. (2008). Pemecahan Masalah pada Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal. (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Maddi,S.R. (2002). The Story of Hardiness: Twenty Years of Theorizing, Research, and Practice. Consulting Psychology Journal, 54, 173-185. Maddi, S. R & Kobasa. (2005). The Story of Hardiness: Twenty Years of Theorizing, Research and Practice. Consulting Psychology Journal Practice and Research, 54(3), 175-185. Maddi, S.R. (2006). Hardiness: The Courage to Grow from Stresses. The Journal of Positive Psychology, 1(3), 160-168. Muchtar, R. (2004). Hubungan Antara Resilience dengan Stres Kerja pada Karyawan PT. Telkom Divre VI Balikpapan. (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok Nurhidaya, S dan Hidayanti, N. (2009). Hubungan Antara Ketabahan dan Locus of Control External dengan Kebermaknaan Hidup pada Istri yang bekerja di Bagian Sewing pada PT. Basaeng Jaya Bantar Gerbang Bekasi. Jurnal Soul, 2(2).
7
Nurtjahjanti, H & Ratnaningsih, I Z. (2011). Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Optimisme pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di BLKN DISNAKERTRANS Jawa Tengah. Jurnal Psikologi UNDIP, 10 (2), 126-132. Olson, D.H., & DeFrain, J. (2003). Marriage and Families. Boston: McGraw-Hill Putra, Johan Satria. (2014). Syukur : Sebuah Konsep Psikologi Indegenous Islami. Jurnal Soul, 7(2), 3544. Putri, S. (2008). Hubungan kepribadian Hardiness dengan Pola Asuh Permisive Ibu Single Parent. (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Poerwandari. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam penelitian Psikologi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rahardjo, W. (2005). Kontribusi Hardiness dan Self Efficacy terhadap Stress kerja ( Studi pada perawat RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten). Seminar Nasional PESAT (Psikologi, Sastra, Arsitektur dan Sipil) Human Capacity Development and The Nations Competitiveness,1. 45-57. Santrock, J.W. (2004). Life-Span Defelopment: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga. Schefer, Richard T. (2008). Sosiology A Brief Introduction. New York: McGraw-Hill Companies Schultz, D. dan Schultz, S. E. (2002) Psychology and Work Today. Eight Edition. New Jersey: Prentice Hall. Setyawan, Ade Cahyadi. (2011). Analisis Sikap pasrah dalam Ungkapan Bahasa Jawa Melalui Kajian Semantik (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Indonesia, Depok. Singgih, D., & Yulia, S.D., (2002). Psikologi Praktisi Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Sovia, K.M.M. (2009). Penyelesaian Masalah Perempuan Sebagai Orang Tua Tunggal dalam Mengatasi Dampak Psikososial Krisis Ekonomi (Studi Kasus Terhadap Masyarakat Miskin di Indonesia). (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Airlangga, Surabaya. Subandi. (2011). Sabar: sebuah Konsep Psikologi. Jurnal psikologi 38(2), 215-227 Suryani, Yusnita Marlia. (2010). Penyesuaian Diri Ibu Sebagai Kepala Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali). (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Syilfiah, Dian. (2012). Peran Ayah Sebagai Orang Tua Tunggal dalam Keluarga (Studi Kasus 7 Orang Ayah di kelurahan Turikale Kabupaten Maros). (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar. Usman, Musrayani., Cangara, Syaifullah & Muhammad, Rahmat. 2007. Kehidupan Orang Tua Tunggal ( Studi Kasus Ibu Sebagai Kepala Keluarga di Kelurahan Parangloe). http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf332c28d52e13a40fec81777694e07.pdf. Diakses pada tanggal 23 April 2016.
8
Wibowo, Cristine. (2006) Status Single Parent Bukan Akhir Segalanya. Majalah Plus Psikologi Semarang: Nocosakti, 5(1). 91
9