PERAN TRIGGER SEBAGAI INTERVENING VARIABLE DALAM HUBUNGAN ANTARA MASS IDENTIFICATION DAN SOCIAL LEARNING DENGAN TINDAKAN AGRESIF PADA AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA -------Saefuddin Robbani 190110110049 -------Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran --------
ABSTRAK Studi mencari hubungan antar faktor penyebab tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) yang pernah mengikuti aksi demonstrasi mahasiswa sebanyak 55 orang (kuesioner) dan 11 orang (focus group discussion). Kuesioner merupakan metode pengambilan data utama dan FGD merupakan pendukung data yang berasal dari kuesioner. Kuesioner penelitian mengukur empat variabel yaitu mass identification, social learning, trigger, dan tindakan agresif. Menurut data statistik yang telah diperoleh, mass identification dan social learning dapat menjadi prediktor dari terjadinya tindakan agresif. Namun, variabel social learning harus melalui suatu kondisi situasional (trigger) agar dapat menyebabkan terjadinya tindakan agresif, sedangkan mass identification tidak perlu melalui trigger untuk menyebabkan terjadinya tindakan agresif. Penelitian ini juga menghasilkan temuan baru berupa kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya tindakan agresif dan juga tindakan-tindakan agresif yang pernah dilakukan oleh mahasiswa dalam aksi demonstrasi mahasiswa yang dihasilkan dari FGD. Kata kunci: mass identification, social learning, trigger, tindakan agresif, aksi demonstrasi mahasiswa. --------
PENDAHULUAN Melihat aksi demonstrasi yang terjadi dalam beberapa tahun ke belakang maka dapat dilihat bahwa banyak aksi demonstrasi yang kemudian berujung kepada tindakan agresif. Tindakan agresif mahasiswa dalam demonstrasi tidak hanya penyerangan kepada aparat, tetapi
juga perusakan fasilitas publik, membakar kendaraan, penjarahan, pemblokiran jalan umum, dan lain sebagainya. Tindakan agresif ini menimbulkan efek negatif kepada mahasiswa itu sendiri karena mahasiswa dipandang sebagai kelompok yang sering mengganggu ketenangan dan kepentingan umum. Hal ini kemudian menuai protes, antipati, dan kegelisahan dari berbagai elemen masyarakat (Noe, 2012). Universitas Padjadjaran (Unpad) sebagai universitas terbaik ke-7 di Indonesia (Dikti, 2015) tak luput dari fenomena tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa Unpad, didapatkan 2 faktor psikologis penyebab tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa yaitu, mass identification dan social learning. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin (2012) menunjukkan bahwa tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa terjadi bukan hanya disebabkan oleh faktor psikologis semata, tapi juga melibatkan faktor situasional. Penelitian Puboningsih dkk (2010) juga menunjukkan hal yang sama, namun Puboningsih dkk menggunakan istilah trigger sebagai pengganti faktor situasional.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner (angket) untuk mengukur 4 variabel yaitu : mass identification, social learning, trigger, dan tindakan agresif. 4 variabel tersebut terdiri dari 2 independent variable yaitu mass identification dan social learning, 1 intervening variable yaitu trigger, dan 1 dependent variable yaitu tindakan agresif. Pendekatan kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah focus group disscussion (FGD) yang digunakan untuk melengkapi hasil dari kuesioner. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling yang termasuk ke dalam nonprobability sampling. Snowball sampling dipilih dikarenakan tidak diketahui dengan pasti jumlah populasi dan individu yang menjadi populasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya pendataan yang pasti mengenai mahasiswa Unpad yang pernah mengikuti aksi demonstrasi mahasiswa. Jumlah responden penelitian ini adalah sebanyak 55 orang untuk kuesioner (namun 1 data yang didapat merupakan data cacat sehingga data yang dapat digunakan adalah sebanyak 54 data) dan 11 orang untuk FGD.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner penelitian Puboningsih dkk (2010) dengan beberapa modifikasi. Sedangkan panduan FGD yang digunakan sudah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing penelitian. Item yang digunakan dalam penelitian ini dapat diandalkan, hal ini dilihat dari nilai reliabilitas masing-masing kuesioner yaitu sebesar 0,889 (social learning), 0,903 (mass identification), 0,711 (trigger), 0,957 (tindakan agresif).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penghitungan statistik menunjukkan bahwa mass identification dan social learning mempunyai pengaruh yang tinggi dengan tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa atau dengan kata lain mass identification dan social learning dapat menjadi prediktor dari terjadinya tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Hasil penghitungan lain menunjukkan bahwa trigger dapat menjadi intervening variable dari terjadinya tindakan agresif hanya pada variabel social learning. Sedangkan pada variabel mass identification, trigger tidak dapat menjadi intervening variable dari terjadinya tindakan agresif. Hasil ini menunjukkan bahwa mass identification dapat langsung menjadi prediktor dari terjadinya tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa tanpa perlu adanya trigger. Sedangkan social learning harus bersama trigger agar dapat menjadi prediktor dari terjadinya tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Mass identification dapat menjadi penyebab dari tindakan agresif tanpa mengharuskan adanya suatu kondisi situasional tertentu yang dapat menjadi pemicu dari suatu tindakan. Hal ini dapat disebabkan karena demonstran sudah mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari kelompok sehingga segala tindakan kelompok akan mempengaruhi tindakan demonstran. Ketika kelompok melakukan tindakan agresif maka secara otomatis demonstran akan melakukan tindakan agresif yang sama tanpa harus mengalami suatu kondisi tertentu. Sedangkan tindakan agresif yang dipelajari melalui pengamatan ataupun pengalaman haruslah dipicu untuk dimunculkan kembali. Peneliti berasumsi kondisi tersebut mungkin saja hal yang sama dengan pemicu dari tindakan agresif sebelumnya yang telah demonstran pelajari. Berdasarkan hasil FGD peneliti menemukan bahwa item trigger yang terdapat dalam kuesioner kurang merepresentasikan semua kondisi situasional yang dapat menyebabkan terjadinya tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Hal ini disimpulkan dari
perbedaan yang didapat dari hasil FGD mengenai kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya tindakan agresif dengan item kuesioner mengenai trigger. Item kuesioner mengenai trigger hanya memuat 5 kondisi yaitu yaitu cara atau respon polisi dalam mengamankan aksi demonstrasi, pidato para pemimpin atau perwakilan pemimpin demonstran, teriakan para demonstran, kehadiran wartawan atau media yang meliput aksi demonstrasi, dan peran pihak luar selain polisi atau demonstran. Berbeda dengan kuesioner, hasil dari FGD menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 10 kondisi yang dapat menjadi pemicu (trigger) dari tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa yaitu cuaca pada saat berlangsungnya aksi demonstrasi, orasi dari salah satu massa aksi, perpecahan dalam internal kelompok demonstran, kehadiran wartawan atau media yang meliput aksi demonstrasi, fenomena minority influence yang terjadi dalam aksi demonstrasi, cara atau respon polisi dalam mengamankan aksi demonstrasi, organizational concept yang menjadi latar belakang organisasi demonstran, tanggapan dari pihak yang dituntut, tujuan berlangsungnya aksi demonstrasi, dan kepatuhan demonstran terhadap instruksi dari pimpinan aksi demonstrasi. Karena itu peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai kondisi-kondisi situasional yang dapat menyebabkan terjadinya tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Hasil penghitungan berdasarkan kuesioner mengenai tindakan agresif yang dilakukan mahasiswa dalam aksi demonstrasi mahasiswa didapatkan hasil bahwa tindakan agresif yang paling banyak/sering dilakukan mahasiswa dalam aksi demonstrasi mahasiswa adalah pemblokiran jalan dan tindakan agresif yang paling sedikit/jarang dilakukan mahasiswa dalam aksi demonstrasi mahasiswa adalah pelemparan benda selain bom dan penembakan kembang api. Namun berdasarkan hasil FGD, didapatkan hasil bahwa terdapat tindakan agresif yang tidak terdapat di kuesioner tapi disebutkan oleh responden yang mengikuti FGD. Tindakan agresif tersebut adalah perusakan fasilitas dan penghinaan kepada pemerintah atau pihak yang dituntut (lawan). Karena itu peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai tindakan-tindakan yang pernah dilakukan mahasiswa dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Hasil FGD juga menunjukkan bahwa tindakan agresif yang dilakukan oleh mahasiswa dalam aksi demonstrasi mahasiswa bersifat instrumental dan hostile. Hal ini dilihat dari perencanaan tindakan agresif sebelum tindakan agresif tersebut dilakukan. Responden FGD mengatakan bahwa tindakan agresif yang dilakukan dalam aksi demonstrasi mahasiswa ada yang merupakan tindakan terencana tapi ada juga yang merupakan tindakan spontan.
SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mass identification dengan tindakan agresif serta antara social learning secara signifikan dapat memprediksi terjadinya tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Selain itu faktor situasional tidak selalu harus ada untuk memunculkan tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Ketika demonstran sudah mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari kelompok demonstran, mereka tidak memerlukan pemicu untuk melakukan tindakan agresif. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan tindakan agresif mereka bukan disebabkan oleh kondisi situasional tertentu tapi penularan dari anggota kelompok lain yang berada dalam kelompok yang sama dengan mereka. Namun, ketika demonstran sudah mempunyai pengetahuan mengenai tindakan agresif, mereka harus berada dalam kondisi situasional tertentu agar mereka melakukan tindakan agresif. Peneliti berasumsi bahwa kondisi situasional tersebut mungkin saja kondisi yang sama dengan kondisi sebelumnya yang telah mereka amati atau alami. Hasil FGD menunjukkan bahwa item kuesioner mengenai kondisi-kondisi situasional penyebab tindakan agresif dan tindakan agresif yang dilakukan oleh mahasiswa dalam aksi demonstrasi belum sepenuhnya menggambarkan semua kondisi atau tindakan yang dilakukan. Hal ini terlihat dari perbedaan antara hasil FGD dengan item kuesioner. Karena itu peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya tindakan agresif dalam aksi demonstrasi mahasiswa dan penelitian lanjutan mengenai tindakan-tindakan agresif yang dilakukan mahasiswa dalam aksi demonstrasi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA Buku Abidin, Zainal. Penghakiman Massa. Jakarta. Accompli publishing, 2005. Print. Alsa, Asmadi. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2004. Print. Christensen, Larry. B., Johnson, R. Burke., Turner, Lisa. A. Research Methods, Design, and Analysis. Boston. Pearson, 2011. Print. Kelly, Caroline & Breinlinger, Sara. Identity and Injustice : Exploring Women’s Participation in Collective Action. John Wiley & Sons, Ltd. 1995. Print
Klandermans, Bert. Protes dalam Kajian Psikologi Sosial. Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2005. Print. Kusumah, Indra. Risalah Pergerakan Mahasiswa. Bandung. Indydec Press, 2007. Print. M.S. Kusnendi. Model-Model Persamaan Struktural. Bandung. Alfabeta. 2008. Print. Moleong, Lexi. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya Offset, 1999. Print. Myers, David. G. Social Psychology. New York. McGraw-Hill, 2013. Print. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito. 2005. Print.
Majalah Tempo. (2014, Januari). Ini Kronologis Malari Versi Mahasiswa UI. Tempo Edisi Malari.
Penelitian Abidin, Zainal. (2012) Faktor Faktor Psikologis Munculnya Kekerasan dalam Demonstrasi Mahasiswa. Universitas Gunadarma. Depok. Jawa Barat. Malini, Stevania. (2014). Studi Kasus Mengenai Psychological Well-Being (PWB) pada Perempuan yang Mengalami Obesitas. Unpublished Manuscript, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. Noe, Wahyudin. (2012) Perilaku Kekerasan Mahasiswa dalam Menyampaikan Pendapat di Muka Umum Melalui Demonstrasi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Jawa Barat. Puboningsih, Eka. Abidin, Zainal. Ninin, Retno. H. (2010). Faktor Faktor Munculnya Anarkisme dalam Demonstrasi Mahasiswa. Unpublished Manuscript. Universitas Padjadjaran. Bandung. Jawa Barat. Sari, Niah Maretno. (2010). Studi Kasus Mengenai Konsep Diri Anak Jalanan di Lampu Merah Pasir Koja, Bandung. Unpublished Manuscript, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat.
Web Deslatama, Yandhi. “Demo Harkitnas, Mahasiswa Banten Bentrok dengan Polisi”. Liputan 6 News. N.p., 20 Mei 2015. Web. 28 Agustus 2015. Farki, Ahlan. “10 Tuntutan Buruh pada May Day 2015”. Okezone News N.p., 30 April 2015. Web. 28 Agustus 2015. Liputan 6. “Tolak BBM Naik, Mahasiswa Universitas 45 Rusak Fasilitas Umum”. Liputan 6 News. N.p., 19 November 2014. Web. 28 Agustus 2015.
Malau, Ita L. F. “Aksi Solidaritas, Ratusan Dokter Makassar Demo”. Viva News Nasional N.p., 27 November 2013. Web. 28 Agustus 2015. Sony, Michael. “Testing for Mediation”. Youtube. 14 Juli 2014. Web. 23 Mei 2016.