PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DINAMIKA PEMBENTUKAN INTERNALIZED HOMOPHOBIA PADA ORANG YANG MENGALAMI GANGGUAN IDENTITAS GENDER Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Christiani Natalia Banik NIM: 119114165
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan ¬Yeremia 17:17¬
DREAM, BELIEVE AND MAKE IT HAPPEN -AgnezMo-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kupersembahkan untuk sumber pemberi nafas kehidupan, hikmat, kemampuan dan kebijaksanaan, Tuhan Yesus. & Mereka yang mendukung, memotivasi, mendoakanku.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DINAMIKA PEMBENTUKAN INTERNALIZED HOMOPHOBIA PADA ORANG YANG MENGALAMI GANGGUAN IDENTITAS GENDER Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Christiani Natalia Banik ABSTRAK Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh dewasa sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka tumbuh sebagai lesbian, gay dan biseksual. Kaum homoseksual merupakan kelompok minoritas. Kasus diskriminasi dan penolakan kepada kaum homoseksual, khususnya kaum lesbian mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu bentuk penolakan atau diskriminasi kepada kaum lesbian yaitu prasangka, stigma, maupun anggapan negatif. Penerimaan asumsi negatif mengenai lesbian, kemudian diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku. Fenomena ini disebut internalized homophobia. Internalized homophobia memberikan banyak dampak negatif bagi kaum lesbian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang dengan gangguan identitas gender. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semiterstruktur. Wawancara dilakukan pada dua orang dengan ganggguan identitas gender di Kupang. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua informan dengan gangguan identitas gender, menginternalisasikan beberapa stigma dan anggapan negatif mengenai lesbian ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku, sehingga berdampak negatif terhadap kedua informan. Internalized homophobia menyebabkan kedua informan sangat tertutup, malu dan kurang percaya diri. Kedua informan juga stress dan terhambat untuk membentuk identitas diri yang positif. Kata kunci: Internalized homophobia, Homophobia, Gangguan identitas gender.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE DYNAMICS FORMATION OF INTERNALIZED HOMOPHOBIA ON PEOPLE WHO EXPERIENCED GENDER IDENTITY DISORDER Study in Faculty of Psychology, Sanata Dharma University Christiani Natalia Banik ABSTRACT Most of the children who experience gender identity disorder grow up as a normal person, but without the help of a professional, they grow as lesbian, gay and bisexual. Homosexuals is a minority group. Cases of discrimination and rejection to homosexuals, especially lesbian has increased from year to year. One form of rejection or discrimination given to lesbian are prejudice, stigma or negative assumptions. Acceptance of negative assumptions about lesbians, then internalized into the cognitive, affective and behavior. This phenomenon is called internalized homophobia. Internalized homophobia is giving a lot of negative impacts for the lesbian.This research aims to know the dynamics of formation of internalized homophobia and its effects on people with gender identity disorder. This research is a case study with qualitative research methods. Method of data collection is using a semi-structured interview. The interview was conducted on two people with gender identity disorders in Kupang. The results of the study are as follow that the two informants with gender identity disorder, internalize some of the stigma and negative assumptions about lesbians into cognitive, affective and behavior, thus negatively impact both the informant. Internalized homophobia causes the two informant is very introverted, embarrassment, fear and lack of confidence. Both informant also stress and hampered in building a positive self identity. Keywords: Internalized homophobia, Homophobia, Gender identity disorder.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Yang Maha Baik, karena atas rahmat, hikmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dinamika Pembentukan Internalized Homophobia pada Orang yang mengalami Gangguan Identitas Gender” Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana psikologi program studi S1 jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini karena peran penting dari beberapa pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada proses penulisan tugas akhir ini, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus, Bapaku yang baik, Juruselamatku yang telah memberikan kemampuan, hikmat serta kebijaksanaan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak Tuhan Yesusku. 2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku pembimbing yang memberikan saran dan solusi dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai. Terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingan Bapak.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M,Si selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih telah membantu penulis dengan memberikan saran dan solusi selama pengerjaan dan revisi tugas akhir. Tuhan selalu menyertai Ibu. 4. Dr. A. Priyono Marwan, S.J selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih Romo untuk bimbingan dan bantuannya selama revisi skripsi. Terima kasih juga karena telah mengajarkan penulis untuk menyusun kata, kalimat dan alur berpikir yang lebih baik. 5. Alberthina M. Kolloh dan Hanselmus B. Terima kasih mama dan bapa karena tidak pernah menuntut dan menekan penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih atas jerih payah, keringat dan kerja keras untuk membiayai kuliah maupun memenuhi semua kebutuhan penulis. Terimakasih selalu mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis. Kiranya Tuhan selalu memberikan kesehatan dan umur yang panjang untuk bapa dan mama. 6. Kak Waty beserta keluarga, Kak Dessy beserta keluarga, Kak Debbye dan Kak Ay, Kak Rini beserta keluarga, Qbenk, Yosua, dan Yohan yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam segala hal serta memberikan motivasi. 7. Teman hidupku, Steven Onesimus Ratu dabbo. Terima kasih untuk cinta, doa, dukungan dan motivasinya. Terima kasih selalu ada untuk penulis. 8. Inspirator dan motivator AgnezMo, yang membuat penulis selalu semangat ketika melihat foto atau videonya. Mungkin agak lucu, tapi penulis selalu mendapatkan semangat baru ketika melihat fotonya.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………... ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii HALAMAN MOTTO …………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………… vi ABSTRAK ………………………………………………………………. vii ABSTRACT …………………………………………………………….. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………... ix KATA PENGANTAR …………………………………………………... x DAFTAR ISI ……………………………………………………………. xiii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xvi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xvii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 6 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 6 1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………. 6 1.4.1
Manfaat Teoritis ………………………………………… 6
1.4.2
Manfaat Praktis ………………………………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………... 8
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1 Gangguan Identitas Gender …………………………………........ 8 2.1.1 Definisi Gangguan Identitas Gender……………………….. 8 2.1.2 Karakteristik Gangguan Identitas Gender …….……………. 8 2.1.3 Penyebab Gangguan Identitas Gender ………..……………. 10 2.1.4 Terapi Gangguan Identitas Gender….....…………………… 12 2.2 Homophobia …………………………………………………….. 12 2.2.1 Homophobia ……………………………………………….. 12 2.2.2 Dampak Homophobia pada kaum homoseksual….………… 14 2.2.3 Isi Pikiran Masyarakat Homophobia ………….…………… 15 2.3 Internalized Homophobia ………………………………………. 16 2.3.1 Definisi Internalized Homophobia …………………………. 16 2.3.2 Ciri-ciri Internalized Homophobia …………………………. 17 2.3.3 Dampak Internalized Homophobia ………………………… 17 2.4 Kerangka Berpikir ………………………………………………. 20 BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 23 3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………….. 23 3.2 Informan Penelitian ……………………………………………… 24 3.3 Fokus Penelitian …………………………………………………. 24 3.4 Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 25 3.6 Metode Analisis Data …………………………………………….. 28 3.7 Kredibilitas Penelitian …………………………………………… 29 BAB IV HASIL DAN ANALISIS ……………………………………… 30 4.1 Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….. 30
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2 Profil Informan ………………………………………………….. 32 4.2.1 Informan Pertama ………………………………………….. 32 4.2.2 Informan Kedua ……………………………………………. 49 4.3 Hasil Penelitian …………………………………………………... 36 4.3.1 Informan Pertama ………………………………………….. 36 4.3.2 Informan Kedua ……………………………………………. 49 4.4 Pembahasan ………………………………………………………. 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 66 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 66 5.2 Kelemahan Penelitian ……………………………………………. 67 5.3 Saran ……………………………………………………………… 67 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 69 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 72
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Informan Pertama ……………………………………. 48 Gambar 2. Skema Informan Kedua ……………………………………… 61
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Inform Consent ……………………………………………... 73 Lampiran 2. Member Checking ………………………………………….. 76 Lampiran 3. Tabel Kategorisasi dan Sub-Kategori Tema ……………….. 79 Lampiran 4. Tabel Kategorisasi …………………………………………. 87
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Identitas gender adalah keyakinan diri sebagai laki-laki atau perempuan, yang tertanam sejak awal masa kanak-kanak (Davison, Neale & Kring, 2006). Pada kondisi normal, identitas gender sesuai dengan anatomi gender. Identitas gender dan anatomi gender merupakan ciri utama dari perkembangan identitas masa remaja. Hal ini disebabkan tugas perkembangan pada masa remaja adalah mencari/menemukan identitas yang cocok dengan diri dan anatomi gendernya. Ketidak-sesuaian antara identitas gender dan anatomi gender menyebabkan gangguan identitas gender. Gangguan identitas gender terjadi pada anak-anak, remaja, maupun dewasa (Davison, dkk., 2006). Gangguan identitas gender berkaitan dengan banyaknya perilaku lintas gender, misalnya berpakaian seperti lawan jenis, menyukai permainan lawan jenis, dan lebih suka bermain dengan teman-teman lawan jenis (Davison, dkk., 2006). Gangguan identitas gender menyebabkan depresi, kecemasan, dan stress (Vries, Cohen & Delemarre, dalam Ilesanmi 2015), serta orang yang mengalami gangguan ini mendapatkan diskriminasi dari orang-orang homophobia/biphobia/transphobia (Tugnet, Goddard, Vickery, Khoosal & Terry, dalam Ilesanmi 2015).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh dewasa secara fisik sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan professional (Zucker, dalam Davison, dkk., 2006) mereka tumbuh sebagai lesbian, gay, biseksual dan transgender (Coates & Person; Green dalam Davison, dkk., 2006). Seorang perempuan yang mengalami gangguan identitas gender dan tertarik secara seksual pada sesama jenis menganggap ketertarikan tersebut pada dasarnya adalah heteroseksual, serta menginginkan perempuan tersebut tertarik kepadanya sebagai laki-laki (Carroll, dalam Davison, dkk., 2006). Survei dari APA (American Psychiatric Association, 1994 dalam Davison, dkk., 2006) menemukan bahwa gangguan identitas gender tidak terlalu banyak, satu dari 30.000 laki-laki dan satu dari 100.000 hingga 150.000 perempuan. Kaum homoseksual merupakan kaum minoritas (Blackwell, Ricks & Dziegielewski, 2004). Kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi kepada mereka. Penolakan dan diskriminasi membuat kaum homoseksual tertutup dan memilih untuk menjauhi masyarakat. Kebanyakan orang masih menganggap bahwa kaum ini tidak normal, tabu dan menjijikkan (Blackwell et al, 2004). Budaya patrearkhi seperti Indonesia mempunyai pandangan negatif, stigma dan prasangka masyarakat pada kaum homoseksual termasuk lesbian. Fenomena inilah yang disebut dengan homophobia (Herek, et al., dalam Mariani, 2013). Homophobia terjadi pada masyarakat heterosexism.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Heterosexism adalah masyarakat yang menganut sikap dan perilaku menolak, mencemarkan, dan melabel segala bentuk perilaku non-heteroseksual baik identitas, hubungan atau komunitas (Meyer, et al., dalam Frost & Meyer, 2009). Pada umumnya, masyarakat menganut nilai-nilai heteronormativity. Heteronormativity adalah norma dan keyakinan yang mewajibkan bahwa hubungan seksual dan gaya hidup manusia yang saling melengkapi yaitu pria dan wanita, serta seorang pria harus maskulin dan seorang wanita harus feminin (Herek, et al., dalam Mariani, 2013). Homophobia berdampak negatif bagi kaum homoseksual termasuk lesbian, seperti adanya kecemasan, depresi, ketidaksejahteraan, masalah dalam keintiman, dan rendahnya harga diri (Frost & Meyer; Herek, Gills, & Cogan; Herek & Glunt; Meyer; Meyer & Dean; Rowen & Malcolm; Williamson; dalam Barnes & Meyer, 2012). Homophobia juga menyebabkan kaum lesbian enggan, takut dan tidak nyaman (Herek et al., dalam Mariani, 2013), serta adanya dilema sosial, yaitu menerima konflik antara kepentingan diri sendiri dan kesejahteraan kolektif (Brewer, dalam Rondahl, 2005). Persepsi dan stigma terkait homoseksual serta penerimaan stereotip sosial homoseksualitas oleh masyarakat, menyebabkan homophobia semakin bertumbuh di dalam pikiran seorang homoseksual (Herek, et al., dalam Mariani, 2013). Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia (Homofobia yang diinternaliasikan). Internalized homophobia adalah penerimaan
asumsi
negatif
tentang
homoseksual
yang
kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku. Penelitian Gilmore (2011) mengatakan bahwa internalized homophobia menghambat identitas diri yang positif. Penelitian (Allen & Oleson; Herek, Cogan, Gillis, & Glunt; Meyer & Dean; Rowen & Malcolm, dalam Frost & Meyer, 2009) menunjukkan bahwa internalized homophobia memiliki dampak negatif pada konsep diri secara umum pada lesbian, gay dan biseksual, seperti kesehatan mental dan kesejahteraan. Riset terbaru mengenai internalized homophobia dan kesehatan mental menunjukkan adanya stres bagi kaum homoseksual termasuk lesbian (DiPlacido, dalam Meyer 2003a). Oleh sebab itu, perlunya adanya coming out. Coming out merupakan rangkaian kompleks yang dimulai dari pengakuan individual, pengenalan dan label terhadap orientasi seksual mereka diikuti keterbukaan kepada orang lain di luar diri mereka. Proses coming out menjadi proses yang paling penting dalam kehidupan lesbian (Garnets, dalam Meyer 2003a). Lesbian memulai proses coming out dari teman-teman terdekat, teman-teman komunitas lesbian dan keluarga, serta orang lain yang berhubungan dengan dirinya (Garnets, dalam Meyer 2003a). Penelitian sebelumnya (Mariana, 2013) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi internalized homophobia adalah komitmen dalam beragama dan dukungan sosial. Agama merupakan sistem nilai yang dominan dalam menentukan tindakan keseharian seseorang. Salah satu aspek religiusitas adalah komitmen beragama. Komitmen beragama pada kaum homoseksual adalah prediktor tinggi rendahnya internalized homophobia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
(Harris, dalam Mariani, 2013). Orang-orang yang memiliki komitmen beragama yang tinggi cenderung mengevaluasi dunia mereka berdasarkan nilai-nilai agama (Worthington, et al., dalam Mariani, 2013). Kepercayaankepercayaan terhadap ajaran agama mempengaruhi kehidupan seseorang dalam berpikir, berperasaan dan bertindak. Beberapa lembaga agama dan kelompok homophobia menggambarkan homoseksualitas sebagai hubungan tidak bermoral dan memiliki stereotip negatif (Ryan, dalam Mariani, 2013). Dukungan sosial sangat mempengaruhi tingkat internalized homophobia karena dukungan sosial mempengaruhi harga diri seseorang. Dukungan sosial yang sangat mempengaruhi harga diri bersumber dari orangtua dan teman dekat karena merekalah yang lebih banyak berperan terhadap lingkungan individu (Ryan, dalam Mariani, 2013). Hasil dari penelitian tersebut memaparkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara internalized homophobia dengan komitmen beragama dan dukungan sosial. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengalaman traumatik dan adanya kesalahan pada instrumen penelitian yang digunakan peneliti sebelumnya. Melihat permasalahan dan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang internalized homophobia pada orang yang mengalami gangguan identitas gender di Kupang. Peneliti berasumsi bahwa masih sangat jarang penelitian mengenai internalized homophobia dan gangguan identitas gender
di
Indonesia.
Kebanyakan
penelitian mengenai
internalized
homophobia berfokus pada kaum homoseksual, namun belum ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
berfokus mengenai orang dengan gangguan identitias gender yang menunjukkan dirinya sebagai lesbian. Internalized homophobia juga memberikan banyak dampak negatif bagi fisik, psikologis, konsep diri dan pembentukan identitas diri. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini agar dapat menambah informasi kepada para pembaca. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender?
1.3 Tujuan Penelitian Peneliti ingin mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada ilmu psikologi
dengan
memberikan
gambaran
mengenai
dinamika
pembentukan internalized homophobia pada orang yang mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
gangguan identitas gender. Penelitian ini juga memberikan gambaran bahwa internalized homophobia berdampak negatif bagi orang dengan gangguan identitas gender yang menunjukkan orientasi homoseksual khususnya lesbian. 1.4.2
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai terbentuknya internalized homophobia dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender. Penelitian ini juga diharapkan membantu lembaga atau yayasan yang membimbing dan mengayomi orang yang mengalami gangguan identitas gender untuk membuat strategi yang efektif dalam menangani kasus internalized homophobia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender) 2.1.1 Definisi Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender) Gangguan identitas gender adalah ketidaksesuaian antara identitas gender dan anatomi gender. Contohnya, lesbian, gay, biseksual dan transgender (Davison, Neale & Kring, 2006).
2.1.2 Karakteristik Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender) DSM IV-TR (dalam Davison dkk., 2006) memaparkan dua karakteristik Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender), yaitu karakteristik umum dan khusus. 1. Karakteristik umum a. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis. b. Rasa tidak nyaman terus menerus dengan jenis kelamin biologisnya. c. Stress dalam menjalankan pekerjaan dan fungsi sosial 2. Karakteristik khusus A. Pada anak-anak gangguan identitas gender mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Keinginan untuk menjadi atau memaksakan diri sebagai lawan jenis.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Suka memakai pakaian lawan jenis. c. Suka berperan sebagai lawan jenis. d. Suka melakukan permainan lawan jenis. e. Suka bermain dengan teman-teman lawan jenis. f. Pada anak laki-laki, merasa jijik dengan penisnya. g. Pada anak perempuan, menolak untuk buang air kecil dengan cara duduk, tidak suka payudara yang membesar dan menstruasi. B. Pada remaja dan orang dewasa gangguan identitas gender mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Keinginan untuk menjadi lawan jenis. b. Berpindah ke kelompok lawan jenis. c. Keyakinan bahwa emosinya sama seperti lawan jenis. d. Ingin diperlakukan sebagai lawan jenis. e. Keinginan kuat menghilangkan karaktersitik jenis kelamin melalui pemberian hormon atau operasi. f. Keyakinan bahwa ia dilahirkan dengan jenis kelamin yang salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2.1.3 Penyebab Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender) Dua faktor penyebab Gangguan Identitas Gender (Davison, dkk., 2006) sebagai berikut: a. Faktor biologis Secara spesifik, bukti menunjukkan bahwa identitas gender dipengaruhi oleh hormon. Studi terhadap para anggota sebuah keluarga batih di Republika Dominika (Imperator McGinley dkk., 1947, dalam Davison, dkk., 2006) menemukan bahwa anggota keluarga tersebut tidak mampu memproduksi suatu hormon untuk membentuk penis dan skrotum pada masa pertumbuhan janin lakilaki. Dua pertiganya dibesarkan sebagai perempuan, namun ketika mereka memasuki pubertas dan kadar testosteronnya meningkat, organ kelamin mereka mulai berubah. Sebanyak 17 dari 18 peserta memiliki identitas gender laki-laki. Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu yang mengonsumsi hormon seks selama hamil menyebabkan anaknya berperilaku seperti lawan jenis dan mengalami abnormalitas anatomis. Contohnya, anak-anak perempuan yang ibunya mengonsumsi progestin sintesis, yang merupakan cikal bakal hormon seks lakilaki untuk mencegah pendarahan rahim selama hamil, memiliki perilaku tomboy (kelaki-lakian) (Ehrhardt & Money, 1967, dalam Davison, dkk., 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Faktor-faktor Sosial dan Psikologis Peneliti melakukan wawancara dengan orangtua yang anakanaknya menunjukkan tanda-tanda Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender), berulang kali mengungkapkan bahwa orangtua tidak mencegah perilaku anaknya. Banyak kasus menunjukkan orangtua mendorong perilaku anak untuk memakai pakaian lawan jenis, terutama bagi anak-anak yang feminin. Kebanyakan ibu, bibi dan nenek menganggap lucu bila anak laki-laki memakai pakaian dan sepatu hak tinggi milik ibunya, serta sangat sering mereka mengajari cara memakai rias wajah. Anggota keluarga yang memberikan reaksi tersebut terhadap anak berkontribusi besar dalam konflik antara jenis kelamin anatomisnya dan identitas gender yang dikembangkannya (Green; Zuckerman & Green, dalam Davison, dkk., 2006). Selain itu, para pasien laki-laki yang mengalami Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender) menuturkan bahwa mereka tidak memiliki hubungan dekat dengan ayahnya. Sedangkan para perempuan menuturkan riwayat penyiksaan fisik atau seksual (Bradley & Zucker, dalam Davison, dkk., 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.1.4 Terapi Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender) Tiga intervensi untuk membantu orang-orang yang mengalami Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender). Intervensi tersebut terdiri dari dua tipe utama. Salah satu tipe berupaya untuk mengubah tubuh agar sesuai dengan psikologi orang yang bersangkutan; tipe yang lain dirancang untuk mengubah psikologi agar sesuai dengan tubuh orang yang bersangkutan (Davison, dkk., 2006). a. Perubahan tubuh b. Operasi perubahan kelamin c. Perubahan identitas gender
2.2 Homophobia 2.2.1 Homophobia Homophobia
adalah
ketakutan
untuk
berinteraksi
dan
berhubungan dengan homoseksual karena kaum homoseksual dianggap berpengaruh buruk (Polimeni, Hardie & Buzwell, dalam Rahardjo, 2007). Selain itu, sebagai Negara beragama, Indonesia menyandarkan nilai dan norma pada agama. Terkait hal ini, sebagian besar agama di Indonesia melarang dan mengharamkan keberadaan kaum homoseksual (Mulyani, dalam Anggreni 2014). Agama menganggap homoseksual sebagai penyimpangan, pendosa, terlaknat, bahkan penyakit sosial (Mulia, dalam Anggreni 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Kaum homoseksual, khususnya kaum lesbian banyak ditemukan di Indonesia (Mariani, 2013). Kaum homoseksual mengalami penolakan dan penerimaan. Namun, berdasarkan realitas, kaum lesbian sering mendapatkan penolakan. Kebanyakan orang juga kurang mengetahui mengenai homoseksual, serta banyaknya stigma negatif yang menyebabkan keberadaan kaum homoseksual semakin sulit. Pasangan homoseksual tidak nyaman pada hampir semua situasi sosial sehingga mereka tetap menjaga kerahasiaan eksistensi mereka (Kornblum, dalam Rahardjo 2007). Phar (dalam Rahardjo, 2007) menyebutkan bahwa homophobia terjadi pada masyarakat heterosexism. Heterosexism adalah masyarakat yang menganut sikap dan perilaku menolak, mencemarkan, dan melabel segala bentuk perilaku non-heteroseksual baik identitas, hubungan, ataupun komunitas (Meyer, et al., dalam Frost & Meyer, 2009). Masyarakat heterosexism mengidealkan heteroseksual sebagai model yang normal. Nilai-nilai ini disebut sebagai heteronormativity. Heteronormativity adalah norma dan keyakinan yang mewajibkan bahwa hubungan seksual dan gaya hidup manusia yang saling melengkapi yaitu pria dan wanita, serta seorang pria harus maskulin dan seorang wanita harus feminin (Herek, et al., dalam Chair, Beckstead, Drescher, Greene, Miller & Worthington, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2.2 Dampak Homophobia pada kaum homoseksual Penelitian menemukan bahwa kekerasan dan diskriminasi yang dilakukan oleh kelompok anti homoseksual membuat para lesbian dan gay mengalami stress dan mempengaruhi populasi gay dan lesbian (Garnets et al, Herek & Berrill, Herek et al; Kertzner, dalam Meyer 2003a). Kelompok anti gay ada sepanjang sejarah, dan mereka sering memberikan prasangka dan kekerasan. Beberapa homoseksual juga mendapatkan hukuman yang tidak manusiawi, seperti penjara, pengebirian, penyiksaan dan kematian (Adam, dalam Meyer 2003a). Penelitian menemukan bahwa homophobia menyebabkan kaum homoseksual menolak identitas mereka sendiri, harga diri rendah, kebencian
pada
diri
sendiri,
ketakutan
dan
menimbulkan
ketidaknyamanan sebagai homoseksual (Herek, Cogan, Gillis & Glunt, 1997). Eves (2002) melakukan wawancara terhadap lesbian yang memiliki permasalahan terkait orientasi seksualnya. Ketika seorang lesbian menampilkan identitasnya, terutama bagi lesbian yang berpenampilan pekerjaan.
maskulin,
membuat
mereka
sulit
mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.2.2. Isi Pikiran Masyarakat Homophobia Peneliti menemukan beberapa isi pikiran masyarakat homophobia, sebagai berikut: a. Menurut Blackwell (2004) kebanyakan orang menganggap bahwa kaum homoseksual tidak normal, tabu dan menjijikkan. b. Kebanyakan orang menganggap lesbian amoral, asusila, pembawa aib dan penyakit masyarakat (Aryanto & Triawan, 2008). c. Dalam konteks agama beranggapan lesbian sebagai kaum pendosa (Mulia, dalam Anggreni 2014). d. Kebanyakan orang menganggap lesbian sebagai kejahatan yang sangat keji dan pengkhianatan karena merugikan umat manusia dengan melakukan hubungan seksual yang tidak menghasilkan keturunan (Aryanto & Triawan, 2008). e. Kebanyakan orang menganggap lesbian cacat mental (Aryanto & Triawan, 2008). f. Kebanyakan orang menganggap homoseksual biang atau penyebab penyakit HIV/AIDS, atau orang-orang yang menularkan virus yang mematikan (Aryanto dan Triawan, 2008). g. Menurut syariat islam, homoseksual itu haram (Mulyani, dalam Anggreni 2014). h. Kebanyakan
orang
menganggap
homoseksual
sebagai
penyimpangan sosial karena fenomena tersebut tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku (Mulyani, dalam Anggreni 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
i. Kebanyakan orang menganggap tidak normal (Oetomo, 2001). j. Menurut teori esensialisme, homoseksual merupakan abnormalitas perkembangan dan merupakan penyakit (Oetomo, 2001).
2.3 Internalized Homophobia 2.3.1 Definisi Internalized Homophobia Persepsi dan stigma terkait homoseksual, serta penerimaan stereotip sosial homoseksualitas oleh masyarakat, menyebabkan homophobia semakin bertumbuh di dalam pikiran seorang homoseksual itu sendiri (Herek, et al., dalam Mariana 2013). Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia. Internalized homophobia adalah penerimaan asumsi negatif tentang homoseksual yang kemudian diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku (Herek, et al., dalam Mariana 2013). Semua individu dalam masyarakat yang tumbuh dalam budaya yang sama, mengadopsi norma-norma sosial, nilai dan keyakinan secara sama, lesbian dan pria gay juga mempelajari stereotip tentang homoseksualitas (Innahala; Richmond & McKenna; Taylor, dalam Rondahl 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.3.2 Ciri-ciri Internalized Homophobia Plummer (dalam Rondahl 2005) mengemukakan beberapa ciri-ciri dari internalized homophobia, sebagai berikut: a.
Kaum homoseksual termasuk lesbian tertutup, merahasiakan, menyembunyikan orientasi seksualnya, merasa dirinya salah dan berbeda
b.
Bermasalah untuk coming out. Kaum homoseksual termasuk lesbian takut dan enggan untuk coming out karena judgement dan pengalaman yang menyakitkan saat melakukan coming out.
c.
Kaum homoseksual terlihat depresi, cemas, bermasalah mengenai harga diri, melukai diri sendiri, bunuh diri, penyalahgunaan obatobatan, dan gangguan makan. Beberapa contohnya, seperti sulit tidur, tekanan darah tinggi, perilaku seksual beresiko, dan lain-lain.
2.3.3 Dampak Internalized Homophobia Penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia memiliki dampak negatif pada konsep diri secara umum terhadap lesbian, gay dan biseksual, seperti
kesehatan mental
dan
kesejahteraan (Allen & Oleson; Herek, dkk., Meyer & Dean; Rowen & Malcolm, dalam Frost dan Meyer, 2009). Teori stres mengemukakan bahwa stres adalah faktor-faktor atau kondisi yang menyebabkan perubahan dan membutuhkan adaptasi oleh individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(Dohrenwend; Lazarus & Folkman; Pearlin, dalam Frost dan Meyer, 2009). Meyer (dalam Frost dan Meyer, 2009) menambahkan bahwa kaum homoseksual mengalami stress karena berada dalam situasi atau
lingkungan
sosial
yang
kurang
bersahabat,
sehingga
membutuhkan adaptasi yang cukup lama (Meyer, Schwartz & Frost, dalam Frost dan Meyer, 2009). Meyer (dalam Frost dan Meyer 2009) mengatakan bahwa stres pada kaum homoseksual berlangsung secara terus menerus. Kaum lesbian, gay dan biseksual mengalami stress karena adanya kelompok homophobia yang sering memberikan stigma, prasangka buruk dan diskriminasi. Kelompok homophobia juga menyebabkan stress yang tinggi pada kaum homoseksual, sehingga kaum homoseksual menganggap lingkungannya sebagai ancaman dan memilih untuk menyembunyikan orientasi seksualnya. Stigma dan prasangka buruk terhadap kaum homoseksual membuat mereka bermasalah dalam keintiman, serta tidak dapat mempertahankan hubungan yang langgeng dan sehat (Meyer & Dean, dalam Frost dan Meyer 2009). Internalized homophobia menyebabkan kecemasan dan perasaan malu yang melekat pada diri lesbian, gay dan biseksual, sehingga mereka belum dapat menampilkan hubungan dengan sesama jenis di depan umum (Coleman, Rosser, & Strapko dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Frost dan Meyer 2009). Kaum homoseksual yang mengalami perasaan-perasaan negatif dalam konteks seksual menurunkan kualitas dan kepuasan hubungan dengan seseorang. Lesbian mengurangi perasaan-perasaan negatif tersebut dengan menghindari hubungan yang langgeng dan mendalam dengan sesama jenis, serta mencari jalan untuk mengekspresikan seksualitas tanpa keintiman dan kedekatan antarpribadi. Hasil
penelitian dari
Szymanski
dan Chung (2014)
menemukan bahwa dampak internalized homophobia yaitu perasaan jijik dengan diri sendiri. Rowen dan Malcom (dalam Eguchi 2006) menemukan bahwa internalized homophobia juga menyebabkan harga diri dan konsep diri yang rendah, serta berdampak negatif kestabilan emosi. Kaum homoseksual yang mengalami internalized homophobia menyebabkan depresi, gejala psikosomatik, kesepian dan rasa bersalah (Alexander; Bell & Weinberg; Ross; Weinberg & Williams, dalam Rondahl 2005). Internalized homophobia berdampak negatif pada kondisi psikologis tertentu, seperti putus asa, kesepian (Finnegan & Cook, dalam Flebus & Montano 2012), kesulitan menjalin hubungan intim (Friedmann; George & Behrendt, dalam Flebus & Montano 2012), melakukan hubungan seksual yang tidak aman (Shidlo, dalam Flebus & Montano 2012), kecanduan alkohol (Finnegan & Cook, dalam Flebus & Montano 2012), gangguan makan (Brown, dalam Flebus &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Montano 2012) , dan bunuh diri (Rofes, dalam Flebus & Montano 2012). Meyer
2003a
mengemukakan
bahwa
internalized
homophobia mempengaruhi dan menghambat kehidupan kaum homoseksual.
Internalized
homophobia
menyebabkan
kaum
homoseksual terus menerus hidup dalam perasaan malu, takut, stress dan kecemasan. Penelitian lain menemukan bahwa lesbian yang memiliki anak, mengalami lebih banyak diskriminasi karena orientasi seksualnya dan status mereka sebagai ibu (Gatrell, dalam DeMino, Appleby & Fisk, 2007). Penelitian lain juga menemukan bahwa anak-anak dari lesbian mendapatkan lebih banyak stigma daripada ibunya. Studi menunjukkan bahwa terdapat 18% dari anak-anak mengalami beberapa bentuk stigma oleh guru atau teman sebaya (Gatrell, dalam DeMino, dkk., 2007). Lesbian yang berstatus sebagai ibu mengalami tingkat internalized homophobia yang lebih tinggi karena mereka khawatir terhadap anaknya yang juga mendapatkan stigma sosial (Anderson & Mavis; Fassinger; Waldner & Magruder, dalam DeMino, dkk., 2007).
2.4 Kerangka Berpikir Identitas gender adalah keyakinan diri sebagai laki-laki atau perempuan, yang tertanam sejak awal masa kanak-kanak (Davison, dkk.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2006). Pada kondisi normal, identitas gender akan sesuai dengan anatomi gender. Ketidaksesuaian antara identitas gender dan anatomi gender menyebabkan gangguan identitas gender (Kompasiana, 2015). Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh dewasa sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan professional (Zucker, dalam Davison, dkk., 2006) mereka menunjukkan diri sebagai lesbian, gay, biseksual dan transgender (Coates & Person; Green; dalam Davison, dkk., 2006). Kaum homoseksual merupakan kaum minoritas, serta kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi kepada mereka. Penolakan dan diskriminasi membuat kaum homoseksual tertutup dan memilih untuk menjauhi masyarakat. Kaum homoseksual yang berada dalam lingkungan yang kurang bersahabat menyebabkan stress dan depresi. Persepsi dan stigma tentang homoseksual serta penerimaan stereotip sosial
oleh
masyarakat,
menyebabkan
kaum
homoseksual
menginternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku (Herek et al, dalam Mariani, 2013).
Fenomena
ini
disebut sebagai
internalized
homophobia. Terkait hal ini, apabila semua orang memandang bahwa kaum homoseksual salah, lama kelamaan tentu mereka berpikir, „jangan-jangan memang saya ini salah, saya ini buruk, maka saya pantas untuk mendapatkan perlakukan yang buruk‟. Kebanyakan kaum lesbian maupun gay mengalami hal tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa ketika kaum lesbian menginternalisasikan asumsi negatif terkait orientasi seksualnya kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku, memberikan banyak dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
negatif bagi kaum homoseksual termasuk lesbian. Melihat hal ini, peneliti tertarik untuk mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Creswell (dalam Herdiansyah, 2014) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah untuk memahami permasalahan manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks, serta dilakukan dengan setting yang alamiah tanpa intervensi apapun dari peneliti. Peneliti memilih metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin memahami fenomena internalized homophobia terhadap orang yang mengalami gangguan identitas gender, melalui gambaran yang menyeluruh dan pemahaman yang mendalam. Kebanyakan orang yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh dewasa sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka menunjukkan diri sebagai lesbian, gay, biseksual dan transgender. Penelitian ini menggunakan studi kasus (case study). Creswell (dalam Herdiansyah, 2014) menyatakan bahwa case study adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang saling terkait satu sama lain” (bounded system) pada beberapa hal dalam satu kasus secara detail, disertai dengan penggalian data secara mendalam, dan melibatkan beragam sumber informasi.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik adalah bentuk studi untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu individu, kelompok, peristiwa dan organisasi tertentu (Herdiansyah, 2014). Terkait hal ini, informan penelitian adalah dua orang dengan gangguan identitas gender yang mengalami internalized homophobia di Kupang. Peneliti ingin mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia serta dampaknya bagi orang dengan ganguan identitas gender.
3.2 Informan Penelitian Penelitian menggunakan non-probability sampling. Non-probability sampling adalah metode sampling terhadap individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk terpilih. Peneliti menggunakan salah satu bentuk bentuk non-probability sampling yaiut teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki informan penelitian karena ciriciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2014). Informan penelitian adalah dua orang gangguan identitas gender yang sedang mengalami internalized homophobia.
3.3 Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada dengan gangguan identitas gender. Orang yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh secara fisik sebagai orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka tumbuh menjadi lesbian, gay, biseksual dan transgender (Zucker dkk, dalam Davison, dkk., 2006). Persepsi, stigma serta penerimaan stereotip sosial terkait homoseksual oleh masyarakat, menyebabkan kaum homoseksual menginternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku (Herek et al, dalam Mariani, 2013). Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia.
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode utama penggumpulan data adalah wawancara. Wawancara adalah suatu komunikasi dua arah dengan pertukaran/sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi (Stewart dan Cash dalam Herdiansyah, 2015). Peneliti memilih wawancara sebagai metode utama pengumpulan data karena topik penelitian ini cukup sensitif. Peneliti ingin mengetahui dan memahami pembentukan internalized homophobia serta dampaknya pada orang dengan gangguan identitas gender. Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur menggunakan pertanyaan terbuka, fleksibel, terkontrol, dan pedoman wawancara sebagai patokan untuk mengatur alur pembicaraan. Wawancara bertujuan untuk memahami suatu fenomena (Herdiansyah, 2015). Peneliti melakukan wawancara dengan persetujuan dari informan dan menjaga kerahasiaan data informan. Alat perekam dipergunakan untuk membantu membuat verbatim wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel 1 Panduan Wawancara Aspek
Pertanyaan
Latar belakang keluarga Bagaimana latar belakang keluarga anda Masa kecil informan
Coba ceritakan mengenai masa kecil anda?
Pandangan terhadap diri
Bagaimana anda memandang diri anda saat
sebagai lesbian
ini? Coba ceritakan kehidupan anda sebagai lesbian?
Anggapan masyarakat mengenai lesbian
Bagaimana anggapan masyarakat di Kupang mengenai lesbian? Mengapa kebanyakan orang menganggap lesbian seperti itu? Apakah anggapan tersebut menganggu anda sebagai lesbian? Mengapa? Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan anggapan-anggapan tersebut? Bagaimana pandangan anda mengenai orang-orang disekitar yang mendiskriminasi dan menolak kaum homoseksual?
Internalized Homophobia
Peneliti memberikan 10 isi pikiran masyarakat homophobia mengenai lesbian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Aspek
Pertanyaan dan meminta informan memilih pemikiran mana yang ia dapatkan di Kupang? Bagaimana pendapatnya mengenai pemikiran tersebut? Apakah pemikiran tersebut menganggu anda sebagai lesbian? Mengapa anda memilih pemikiran tersebut? Apakah anda menginternalisasikan atau meyakini atau membenarkan anggapan tersebut? Mengapa? Bagaimana perasaan dan pikiran anda akibat menginternalisasikan pemikiran tersebut? Jelaskan dampaknya untuk perilaku anda? Kepada siapakah anda memberitahu mengenai orientasi seksual anda? Mengapa? Jika saya memberikan angka 1-10, seberapa yakin anda dalam menjalani orientasi seksual yang anda pilih?
3.5 Metode Analisis Data Analisis data merupakan sebuah proses pengolahan data dari proses pengumpulan data hingga pengolahan data dengan teknik-teknik tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Beberapa tahapan pengolahan data (Miles & Huberman, 1994) sebagai berikut: 1. Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan atau mendapatkan data yang cukup, sesuai dengan topik penelitian dan dapat dianalisis. 2. Tahap reduksi data Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data menjadi satu bentuk tulisan (script). Kemudian, peneliti menganalisis bentuk tulisan (script) tersebut. Hasil rekaman wawancara diubah menjadi bentuk verbatim wawancara. 3. Tahap Display Data. Display data adalah mengolah data setengah jadi yang seragam ke dalam bentuk tulisan dan memiliki alur tema yang jelas (membuat tabel akumulasi data). Setelah itu, peneliti membuat matriks kategorisasi sesuai kategori atau kelompok tema-tema. Tema-tema tersebut dipecah dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana, yang disebut dengan subtema. Setelah itu, memberikan kode (coding) dari subtema sesuai dengan verbatim wawancara. 4. Kesimpulan atau verifikasi Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif (Miles & Huberman, 1984). Terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan dalam tahap kesimpulan/verifikasi. Pertama, menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean disertai dengan quote verbatim wawancaranya. Kedua, menjelaskan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan fokus penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan wawancara.
3.6 Kredibilitas Penelitian Kredibilitas penelitian menggunakan prosedur member checking. Informan memeriksa kembali data yang dilaporkan oleh peneliti (Creswell, 2007). Informan memberikan klarifikasi dan konfirmasi terhadap data yang disampaikan peneliti secara lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian berlangsung pada kurun waktu Juli 2015 sampai dengan September 2015. Peneliti menggunakan wawancara sebagai metode utama pengumpulan data. Peneliti mewawancarai dua orang dengan gangguan identitas gender, yang menunjukkan orientasi homoseksual, khususnya lesbian. Peneliti mengalami kesulitan mencari informan penelitian yang sesuai dengan kriteria, karena kaum lesbian di tempat penelitian masih sangat tertutup, namun peneliti bisa mendapatkan informan penelitian yang sesuai kriteria dengan bantuan dari beberapa orang. Awalnya peneliti mendapatkan tiga informan penelitian, dan peneliti telah melakukan pendekatan kepada ketiga informan. Akan tetapi, salah satu informan menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti menjelaskan secara garis besar mengenai topik penelitian, tujuan dan manfaatnya. Setelah itu, peneliti meminta informan agar menjawab pertanyaan dengan terbuka. Peneliti juga menyampaikan bahwa informan memiliki hak untuk berhenti bercerita kapanpun informan inginkan. Apabila terdapat pertanyaan yang membuat informan merasa tidak nyaman, maka informan memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Sebelum melakukan wawancara formal, peneliti juga meminta persetujuan (Informed consent) dari informan penelitian. Peneliti menjaga kerahasiaan
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
data informan. Peneliti juga meminta persetujuan untuk menggunakan alat perekam. Alat perekam dipergunakan untuk merekam pembicaraan dari awal hingga akhir wawancara. Alat perekam juga membantu peneliti mengerjakan verbatim wawancara. Peneliti melakukan pendekatan dengan informan penelitian sebelum wawancara formal, agar saat wawancara berlangsung, informan penelitian merasa nyaman, terbuka dan tidak sungkan memberikan informasi kepada peneliti. Peneliti melakukan wawancara formal pertama dan kedua secara langsung. Akan tetapi, peneliti melakukan wawancara formal ketiga melalui handphone karena jarak yang jauh antara tempat tinggal informan dan peneliti. Berikut adalah urutan pelaksanaan wawancara yang dilakukan: Tabel 2 Pelaksanaan Wawancara Waktu
Kegiatan
Tempat
25 Juli 2015
Wawancara pertama „B‟
Taman, Kupang
25 Juli 2015
Wawancara pertama „D‟
Taman, Kupang
07 September 2015
Wawancara kedua „B‟
Taman, Kupang
07 September 2015
Wawancara kedua „D‟
Taman, Kupang
21 Oktober 2015
Wawancara ketiga „B‟
-
(via telepon) 26 Oktober 2015
Wawancara ketiga „D‟ (via telepon)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel 3 Member checking Waktu
Kegiatan
12 Januari 2016
Jawaban Informan
Pelaksanaan member
“Benar semua informasi
checking informan pertama
yang telah saya berikan saat wawancara”.
26 Januari 2016
Pelaksanaan member
“Iya seperti itulah kisah
checking informan kedua
hidup
saya
sebagai
seorang lesbian, yang telah saya
ceritakan
saat
wawancara”.
4.2 PROFIL INFORMAN 4.2.1 Informan Pertama Informan pertama adalah seorang lesbian yang bernama Bona. Bona berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Bona merupakan anak yatim piatu. Ibunya meninggal sejak Bona masih kecil, dan ayahnya meninggal sejak Bona memasuki usia remaja. Bona berusia 29 tahun. Bona merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Bona memiliki tiga saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. Namun saudara laki-lakinya juga telah meninggal, sehingga saat ini Bona hidup dengan ketiga orang saudara perempuannya. Sejak ibunya meninggal, ayahnya kawin lagi dan sering gonta-ganti perempuan, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menyebabkan Bona dan saudara-saudaranya sering berpindah tempat tinggal. Ayah dari Bona bekerja sebagai pengawas proyek. Saat ayahnya meninggal, status ekonomi Bona dan adik-adiknya sangat rendah. Bona tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang untuk membiayai kehidupannya dan adik-adiknya. Bona bingung harus bekerja dimana dengan jenjang pendidikannya yang hanya tamat SMP. Bona terpaksa memutuskan untuk bekerja di dunia malam. Bona bertugas untuk menemani laki-laki minum minuman keras. Saat bekerja di Bar, Bona menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Namun, pada saat yang bersamaan Bona juga menjalin hubungan dengan lakilaki, bahkan ia rela melakukan hubungan seksual dengan seorang lakilaki karena laki-laki itu membiayai kehidupannya. Bona hamil tanpa status menikah dengan laki-laki tersebut, Bona memiliki tiga orang anak dari laki-laki itu. Bona mengatakan bahwa ia mau berhubungan dengan laki-laki itu hanya karena uang atau materi. Kejadian ini telah terjadi beberapa tahun yang lalu. Saat ini, Bona menjalani kehidupannya sebagai lesbian. Bona juga sedang menjalin hubungan dengan sesama jenis. Bona mengatakan bahwa rasa sayang dan cinta hanya kepada pasangan sesama jenis. Bona menyadari bahwa ia menyukai sesama jenis dan bergaya seperti laki-laki (tomboy) sejak duduk di bangku SD. Bona lebih banyak berinteraksi dengan laki-laki daripada perempuan. Penampilan fisik Bona seperti laki-laki, seperti bagian dadanya rata, suka mengenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
baju dengan ukuran besar, dan gaya rambut yang pendek. Bona mengatakan bahwa ia sangat menyayangi pasangannya. Akan tetapi, Bona takut menampilkan hubungan dengan pasangannya di depan umum karena Bona berada di lingkungan yang masih menolak kaum lesbian. Bona memandang dirinya mendekati laki-laki daripada perempuan. Artinya Bona merasa bahwa dirinya mirip dengan laki-laki, walaupun secara biologis, Bona mengetahui bahwa jenis kelaminnya perempuan, namun dalam menjalani kehidupan sehari-sehari dari kecil hingga saat ini, Bona lebih nyaman berperan sebagai seorang laki-laki daripada perempuan. Secara fisik, Bona mirip seperti laki-laki, dan dalam menjalin hubungan dengan sesama jenis, Bona cenderung berperan sebagai laki-laki. 4.2.2 Informan Kedua Informan kedua adalah seorang lesbian yang bernama Dewi. Dewi berusia 20 tahun, dan merupakan anak ke-4 dari lima bersaudara. Dewi memiliki dua saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Dewi berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dewi melanjutkan pendidikan hingga jenjang SMA. Dewi menyadari bahwa ia menyukai sesama jenis sejak duduk di bangku SMA. Sekolahnya merupakan sekolah khusus perempuan, dan Bona tinggal di asrama, sehingga Dewi lebih banyak berinteraksi dengan perempuan dan jarang bertemu dengan lawan jenis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Saat itu, Dewi tertarik dengan seorang perempuan, yang merupakan kakak kelasnya. Dewi tertarik dengan perempuan tersebut karena perhatian yang berlebihan dari perempuan itu. Dewi melakukan pendekatan dengan perempuan itu. Dewi berpacaran dengan perempuan itu setelah beberapa pendekatan. Dewi menjalin hubungan yang sangat tertutup karena adanya peraturan di sekolah yang sangat ketat yang membuatnya merasa takut apabila orang mengetahui hubungan mereka. Akan tetapi, akhirnya Dewi tertangkap basah sedang mandi bersama pasangannya. Dewi bergaya seperti laki-laki sejak kecil. Dewi lebih banyak bermain dengan laki-laki. Dewi tidak pernah menyentuh dan mengenakan pakaian perempuan yang dibeli oleh ibunya, karena ia tidak menyukai barang-barang yang berkaitan dengan perempuan. Penampilan Dewi masih seperti laki-laki, yaitu bagian dadanya rata, sering mengenakan baju dengan ukuran besar, dan gaya rambut yang pendek. Dewi juga memiliki cara berjalan yang sama seperti laki-laki. Dewi menolak bahwa dirinya menyukai sesama jenis saat duduk di bangku SMA. Namun, seiring berjalannya waktu, ia bisa menerima mengenai dirinya yang lesbian. Dewi memiliki ketakutan yang besar terhadap diskriminasi dan penolakan, sehingga Dewi belum pernah menampilkan dirinya sebagai lesbian. Dewi juga mengalami trauma karena ia pernah menyaksikan secara langsung teman sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
lesbiannya mendapatkan penolakan dari orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya. Dewi mengetahui bahwa secara biologis dirinya berjenis kelamin perempuan. Akan tetapi, Dewi mengatakan bahwa dirinya mendekati laki-laki. Artinya, Dewi merasa bahwa dirinya lebih mirip laki-laki daripada perempuan, karena dalam menjalani kehidupan sehari-hari dari kecil hingga saat ini, Dewi lebih nyaman berperan sebagai laki-laki. Secara fisik, Dewi bergaya seperti laki-laki. Bahasa tubuhnya pun sama seperti laki-laki.
4.3 HASIL PENELITIAN 4.3.1 Informan pertama, Bona a. Gangguan identitas gender Sejak kecil Bona lebih banyak bermain dan berinteraksi dengan laki-laki, daripada perempuan. Bona juga tidak menyukai barangbarang perempuan. “Kebanyakan saya bergaul dengan laki-laki. Saya lebih senang bermain dengan laki-laki daripada perempuan. Saya juga tidak suka barang perempuan (B, W1, 25-07-2015, 241-243). Nah, dulu waktu saya masih kecil kalo ayah saya pergi kerja proyek, saya selalu diajak. Bawa saya ikut kerja proyek, suruh saya naik truk, jalan-jalan dengan sopir-sopir di tempat proyek (B, W1, 25-072015, 244-246 & 252-254)”. Orangtua Bona menginginkan agar anak pertamanya laki-laki, sehingga sejak kecil orangtuanya membentuk karakternya seperti lakilaki. Selain itu, Bona juga berpenampilan seperti laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
“Iya, karakter seperti laki-laki sudah dibentuk dari kecil. Bukan dari kecil, dari dalam kandungan sudah dibentuk laki-laki karena mungkin ayah saya pengennya saya anak laki-laki (B, W1, 25-072015, 246-248 & 257-261)”. Bona juga mengatakan bahwa secara biologis, ia adalah seorang perempuan, namun ia terbiasa berperan seperti laki-laki, serta saat menjalin hubungan ia berperan sebagai laki-laki untuk menjaga dan melindungi pasangannya. “Kalo secara biologis sudah pasti saya ini perempuan, hanya dari kecil sudah terbiasa bermain dengan laki-laki, jadi saya nyaman seperti laki-laki. kalo pacaran juga saya biasa berperan sebagai laki-laki yang jaga dan lindungi pasangan saya. Saya juga nyaman dengan gaya saya yang tomboy”. Bona tetap bertumbuh dengan normal, meskipun mengalami gangguan identitas gender, dan memilih homoseksual sebagai orientasi seksualnya. b. Awal menyadari diri sebagai lesbian Bona menjelaskan bahwa awal menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak duduk dibangku SD. Bona tidak mengetahui mengapa ia bisa tertarik dengan sesama jenis. Saat itu, Bona menyukai seorang anak perempuan yang merupakan tetangganya, Bona mengirim surat cinta untuk anak perempuan itu, dan anak perempuan itu juga membalasnya surat dari Bona. Akan tetapi, mereka tertangkap basah oleh orangtua anak perempuan itu, sehingga orangtuanya datang ke rumah Bona dan melaporkan apa yang terjadi. Berikut ungkapan Bona “Mula-mula saya mulai rasa suka sesama jenis itu dari SD saya tau. Dari SD saya sudah mulai suka sesama jenis (B, W1, 25-072015, 20-23). Trus pas tamat SD, saya sekolah tapi tidak tamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
SMA, hanya sampai SMP saja. Karena sekolah main-main, ikut orangtua kerja proyek. Jadi saya pacaran yang pertama dengan perempuan bar, itu tahun…kira-kira tahun 98 kayaknya, pokoknya antara 97 atau 89. Itu pertama kali saya mulai menjalani hidup sebagai lesbi, tahun 97 atau 98 (B, W1, 25-07-2015, 25-34). Tidak tau juga kenapa bisa suka perempuan, dari SD sudah sukasuka dengan perempuan, pokoknya waktu SD tu masih kirim surat biasa kalo yang tetangga. Kirim surat dengan perempuanperempuan (W1, 25-07-2015, 42-46). Kalo dulu saya pernah pacaran dengan yang namanya Lusia, jarak rumah kami mungkin sekitar 15 meter. Dia juga balas surat saya, tapi setelah itu ketangkap basah oleh orangtua. Orangtua datang ke rumah, beritahu sama tantenya saya. Waktu itu saya tinggal dengan tante karena bapa kerja proyek. Saat itu, saya kena marah dari orangtuanya dia dan saya karena masih terlalu kecil, masih SD (W1, 25-07-2015, 48-58)”. Ayah dari Bona telah meninggal, Bona memutuskan untuk bekerja di Bar. Bona menjalin hubungan dengan sesama jenis, saat bekerja di Bar. Namun, bukan hanya dengan satu perempuan saja, Bona juga sering gonta-ganti pasangan sesama jenis, dan cukup banyak perempuan yang pernah menjalin hubungan romantis dengan Bona. Saat ini, Bona sedang menjalin hubungan yang cukup lama dengan seorang perempuan yang merupakan tetangganya. Bona mengatakan; “Waktu itu mulai pacaran pertama dengan lesbi yang di Sasando. Itu tahun sekitar 97 atau 98. Itu kalo saya masih sekolah, mungkin sudah SMA, SMA kelas 2 atau 3 (W1, 25-07-2015, 58-63). Sampai sekarang pacaran dengan sesama jenis, tapi ganti-ganti tidak dengan perempuan yang pertama melulu. Kurang tau saya sudah pacaran dengan berapa banyak perempuan. Pertama dengan Sinta, setelah itu Ance, setelah itu kembali dengan Sinta lagi, setelah itu dengan yang sekarang Merlin, yang tadi duduk di teras” (W1, 25-07-2015, 65-72)”. Kaum lesbian tentu merasakan dampak negatif yang berbedabeda terhadap pilihan orientasi seksualnya. Bona mengatakan bahwa akibat orientasi seksualnya, anak-anaknya mendapatkan ejekan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
bully dari orang disekitarnya. Bona juga biasanya memikirkan mengenai orientasi seksualnya, yang membuatnya sulit tidur dan kurang napsu makan, serta ia merasa tidak mampu berbuat apa-apa. “Iya kadang-kadang juga orang-orang suka ngejekin Ichal, kadang-kadang panggil saya „meme..meme‟. Saya bilang ini pasti orang sudah bully Ichal karena saya (B, W1, 25-07-2015, 326330). Jadi ada tetangga yang panggil dia trus bilang kalo mama kamu tuh tomboy (B, W2, 07-09-2015, 708-709). Saya pikiran, biasa kalo malam-malam mau tidur, saya tidak bisa tidur, saya juga tidak makan. Saya pikiran. Ya itu pikiran, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa tidur juga (B, W1, 25-07-2015, 485-487 & 627-628)”. Bona juga memutuskan untuk tidak ingin terlalu dekat dengan anak pertamanya, karena anaknya akan mengetahui mengenai orientasi seksual Bona apabila melihat gaya hidup dan sikap Bona. Tentu anaknya merasa sakit hati, jika mengetahui dirinya lesbian. Oleh sebab itu, Bona memilih untuk menitipkan anaknya ke keluarganya. Bona melakukan hal tersebut karena menurut pengalamannya, teman-teman sesama lesbian yang mendidik anaknya sendiri mengakibatkan anak mereka bertumbuh menjadi anak yang memiliki perilaku negatif. Berikut adalah ungkapan Bona; “Tidak saya juga tidak mau juga karena dia sudah besar, sudah mengerti, saya tidak mau dia terlalu sering dekat-dekat dengan saya, pasti ketika dia lihat sikapnya saya pasti dia sakit hati juga, saya tidak mau. Apalagi dia perempuan (B, W2, 07-09-2015, 1060-1065). Karena sudah lihat yang sebelum-sebelumnya ada teman-teman saya yang juga punya anak dan mereka didik sendiri. Kadang baik juga mereka didik sendiri, mereka tidak mau berjauhan dengan anaknya. Tapi malah anak mereka jadinya rusak. Kebanyakan rusak (menjadi anak-anak yang tidak baik). Yang saya temui teman-teman saya seperti lesbian dan pekerja seks. Kebanyakan anak mereka kadang-kadang makin cerdik. Jadi saya titip anak saya disana, saya tidak mau anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
saya jadi kayak begini, kayak saya ini, saya tidak mau (B, W2, 07-09-2015, 1068-1082)”. Bona memperoleh reaksi negatif dari orang-orang di sekitarnya karena penampilannya seperti laki-laki, dan orang-orang di sekitarnya juga membicarakan Bona. Berikut adalah ungkapan Bona; “Karena biasanya kalo saya lagi dijalan, orang pasti melihat saya dengan tatapan yang bagaimana begitu karena gaya saya yang sedikit tomboy jadi mereka suka mengatakan bahwa ihh ini ni lesbian (B, W3, 21-10-2015, 1141-1145). Kalo di lingkungan tempat tinggal, pasti orang bicarakan sayalah kayak bisik-bisik begitu kalo liat saya. Saya terganggu sekali dengan hal tersebut (B, W2,07-09-2015, 753-756)”. Bona juga mendapatkan sindiran dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya, sehingga ia merasa sakit hati. Berikut ungkapan Bona; “Dengan gaya saya yang tomboy trus jalan dengan perempuan juga pasti dibicarakan sama mereka. Pernah, malahan sering. Kalo saya lagi jalan dengan perempuan, dengan gaya saya yang sedikit laki-laki pasti orang akan omong seperti itu. Di angkot atau di jalan pasti diomongin orang (B, W3, 21-10-2105, 11461148 & 1165-1169). Sesama ibu-ibu biasa liat kalo saya lagi bersama Merlin, mereka sindir saya katanya hey suami, sayang, bapak, dan lain-lain (B, W2. 25-07-2015, 799-803). Padahal itu sesama ibu-ibu, bisanya bilang kayak begitu (B, W2. 25-07-2015, 799-803)”. Bona merasa bersalah kepada Tuhan, anak-anaknya dan orangtua pasangannya. Bona memohon maaf kepada Tuhan karena ia merasa telah berbuat salah. Bona tidak bisa jika harus kehilangan pasangan sesama jenisnya. Bona juga memikirkan sampai kapan ia seperti ini, anak-anaknya semakin hari semakin bertumbuh dan semakin mengerti. Selain itu, Bona merasa bersalah terhadap anaknya karena anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
anaknya pernah mendapatkan stigma dan anggapan negatif tentang dirinya. “Terkadang hanya di hati kecil saya berkata aduuh Tuhan maafkan saya, saya tau saya salah. Saya tidak tau kapan bisa berubah tapi saya juga tidak bisa kehilangan Merlin (B, W1, 2507-2015, 630-634). Saya tidak bisa. Saya juga ada rasa bersalah dengan anak-anak saya, mau sampai kapan saya begini, mereka semakin hari makin besar. Saya bisa kehilangan Merlin. Saya juga minta maaf kepada anak-anak saya (B, W1, 25-07-2015, 307-311 & 634-635). Kalo saya merasa bersalah karena saya sudah ada anak. Nah anak-anak tentunya makin hari makin besar, makin mengerti. saat itu saya juga dengar apa yang dibicarakan sehingga saya langsung merasa bersalah (B, W2, 0709-2015, 679-681 & 710-712). Saya pikiran. Rasa bersalah dengan orangtuanya Merlin yang sudah terlanjur baik dengan saya. Orangtuanya sudah baik dengan saya tapi malah saya buat begini. Kalo ketahuan saya harus bagaimana. Saya merasa bersalah, kalo mereka tau kami begini, sikap saya harus seperti apa (B, W1, 25-07-2015, 487-489, 495-499). Nah saya juga merasa bersalah dengan orangtuanya Merlin karena mereka sudah terlanjur baik dengan saya (B, W2, 07-09-2015, 712715)”.
c. Terbentuknya Internalized Homophobia Anggapan negatif mengenai lesbian Bona menceritakan bahwa kebanyakan masyarakat di Kupang menganggap bahwa kaum lesbian adalah orang-orang yang menjijikkan, tidak normal, sampah dan orang tidak waras. Lesbian juga dianggap menyimpang. Selain itu, masyarakat di Kupang sangat terpaku terhadap ajaran agama, sehingga kebanyakan masyarakat belum menerima kaum homoseksual, dan menganggap bahwa kaum homoseksual itu melanggar ajaran dalam Alkitab. Berikut ungkapan Bona;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Iya kebanyakan orang jijik (B, W1, 25-07-2015, 342). Kebanyakan orang masih menganggap kalo hubungan sesama jenis itu sangat melanggar alkitab (B, W2, 07-09-2015, 721724) Iya omong bilang mereka ini lesbian, menyimpang (B, W3, 21-10-2015, 1183-1184). Orang gila, sampah (B, W2. 07-092015, 941). Mereka tidak normal, jijik karena perempuan suka dengan perempuan (B, W3, 21-10-2015, 1186-1187). Bona menuturkan bahwa kebanyakan masyarakat menganggap pasangan sesama jenis itu melanggar agama, melanggar perintah Tuhan, dan telah bersalah terhadap Tuhan. Bona merupakan orang beragama, dan ia membenarkan ajaran dalam Alkitab bahwa adam diciptakan dengan hawa, dan hawa harus mendampingi adam. Menurut Bona, yang disebut pasangan adalah perempuan dan lakilaki, bukan perempuan dengan perempuan. “Jadi mereka anggap kalo perempuan dengan perempuan itu sudah melanggar agama, melanggar perintah Tuhan, sudah bersalah dengan Tuhan makanya mereka tidak terima. Kalau misalkan ada di alkitab tidak tertulis kalau perempuan harus dengan pasangannya laki-laki, saya rasa lesbian bukan hanya diterima di kota Kupang saja, dimanapun pasti orang terima lesbian (B, W2, 07-09-2015, 946-955). pemikiran no.5. Inikan dilarang agama, nah saya juga orang beragama, memang di alkitab, saya kan agama Kristen. Di alkitab itu kan bilang kalo adan diciptakan dengan hawa, dan hawa harus dengan mendampingi adam. Saya membenarkan juga, karena memang di alkitab, tidak ada tulis begitu, adam harus dengan hawa (B, W3, 21-10-2015, 1257-1262 & 1325-1327). Dalam kitab suci kan pasangan tu kan, perempuan harus berpasangan dengan laki-laki dan laki-laki juga harus berpasangan dengan perempuan. Nah makanya kebanyakan kalo perempuan dengan perempuan hidup bersama, pasti sudah salah. Atau laki-laki dengan laki-laki hidup sama-sama salah karena dalam kitab suci tidak pernah tertulis kalo perempuan berpasangan dengan perempuan (B, W2, 07-09-2015, 736-746)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Informan pertama menginternalisasikan asumsi negatif terkait orientasi seksualnya kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku. Bona menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait orientasi seksualnya, yaitu kebanyakan orang menganggap lesbian tidak normal, tabu dan menjijikkan. “O iya no. 5 dan no. 1. Nomor 5 itu yang dalam konteks agama beranggapan bahwa lesbian itu berdosa kah kak?Iya..iya.. terus kebanyakan orang menganggap kaum homoseksual tidak normal, tabu dan menjijikkan (B, W3, 21-10-2015, 1111-1119)” Bona menginternalisasikan anggapan agama yang mengatakan bahwa lesbian merupakan kaum berdosa. Hal ini dikarenakan Bona juga merupakan orang beragama dan dalam Alkitab tidak tertulis mengenai homoseksual. Bona juga menginternalisasikan anggapan tersebut karena dalam Alkitab tertulis bahwa hawa harus berpasangan dengan adam, bukan hawa dengan hawa. “Iya saya yakini hal yang sama atau saya masukkan ke dalam diri saya omongan-omongan tersebut, kalo saya tidak memasukkan saya tidak mungkin menghindar dari mereka (B, W3, 21-10-2015, 1210-1214). Inikan dilarang agama, nah saya juga orang beragama, memang di alkitab, saya kan agama Kristen. Di alkitab itu kan bilang kalo adan diciptakan dengan hawa, dan hawa harus dengan mendampingi adam. Saya memasukkan omongan orang dan saya rasa ada benarnya juga (B, W3, 21-10-2015, 1257-1264). Ya memang betul dalam alkitab tertulis kalo harus hawa dengan adam, bukan hawa dengan hawa (B, W3, 21-10-2015. 1316-1318). Saya membenarkan omongan tersebut (B, W3, 21-10-2015, 13271328)”. Bona memandang dirinya salah. Ia merasa bersalah dengan dirinya saat ini, karena ia sudah terlanjur memiliki anak, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Bona tidak bisa meninggalkan pasangan sesama jenisnya. Bona telah berusaha melepaskan pasangannya tetapi ia tidak bisa. “Saya juga rasa bersalah dengan diri yang saat ini. Sebenarnya saya rasa bersalah karena sudah terlanjur ada anak (B, W1, 2507-2015, 295-298). Rasa bersalah karena anak dapat ejekan, saya ini mau bagaimana, sampai kapan hidup saya begini, akankah saya berubah?. Pasti ingat-ingat begitu hanya ihh tidak bisa (B, W1, 25-07-2015, 330-334)”. Bona menganggap bahwa orientasi seksualnya adalah pilihan gaya seks. Bona juga tidak menganggap orientasi seksualnya sebagai penyakit karena Bona pernah berpartisipasi dalam sebuah LSM, dan ia mendapatkan banyak pengetahuan, serta informasi mengenai orientasi seksualnya. Akan tetapi, Bona mengalami dilema karena kebanyakan orang menganggap lesbian sebagai penyakit. “Iya itu pilihan, pilihan gaya seks. Kalo saya mungkin kalo tentang lesbian saya rasa tidak karena saya sudah banyak dapat dari YTB kan. Saya punya orientasi seksual bukan penyakit” (B, W1, 25-07-2015, 351 & B, W2, 07-09-2015, 966-969) Bona merasa malu untuk menampilkan dirinya sebagai lesbian karena kebanyakan masyarakat masih memberikan penolakan kepada kaum lesbian. Jika Bona menampilkan dirinya sebagai lesbian, maka orang akan membicarakannya. “Malu karena orang-orang belum mau terima kami. Malu kalo diomongin orang, nanti pasti kalo kemana-mana, kesana kesini, mulai diomongin orang. Kadang-kadang saya malu juga dengan omongan mereka jadi saya pergi dari tempat itu, saya juga tidak mau ingat omongan tersebut” (B, W1, 25-07-2015, 608-609) Bona merasa sakit hati dan malu. Bona mengatakan bahwa perasaan tersebut adalah perasaan yang wajar dialami oleh manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Bona juga merasa sakit hati dan malu karena ia merasa telah berbuat salah. Bona merasa bahwa pilihan orientasi seksualnya merupakan sesuatu yang salah. “Sakit hati hmm dan malu juga. Manusia tu pasti wajar ada perasaan kayak begitu. Saya rasa sakit hati dan malu karena saya merasa bersalah. Saya salah (B, W2, 07-09-2015, 767 & B, W2, 07-09-2015, 769-771)”. Bona menceritakan bahwa ia pernah ke gereja dan saat itu pendeta sedang menyampaikan khotbah tentang pasangan, sebagai seorang lesbian, Bona merasa tidak nyaman mendengarkan khotbah tersebut. Apalagi kalo pas pendeta khotbah tentang pasangan begitu. Hmmm.. saya jarang ke gereja karena dari cara berpakaian saja sudah jadi omongan orang. Itu menganggu sekali (B, W2, 07-09-2015, 911-912 & 920-926). Bona juga takut apabila orang di sekitarnya mengetahui bahwa dirinya lesbian. Bona merasa takut kepada orangtua pasangannya, karena Bona dan orangtua pasangannya telah menjalin hubungan yang sangat baik, serta orangtua pasangannya sering membantunya. “Kalo saya, saya takut orangtuanya Merlin tau kalo saya dengan dia pacaran karena saya dan orangtuanya hubungan kami sangat baik, dan orangtuanya sudah terlanjur baik dengan saya. Itu saja yang saya takutkan, kalo orangtua tau (B, W1, 2507-2015, 470-476). Bona memikirkan anak-anaknya yang semakin hari semakin bertumbuh dan semakin mengerti. Kelak mereka akan mengetahui diri Bona yang sebenarnya. Bona takut apabila anak-anaknya menolak dirinya yang lesbian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
“Trus saya juga memikirkan anak-anak saya nanti kalo mereka besar seperti apa. Kehidupannya saya seperti, saya harus bagaimana. Itu yang saya takutkan (B, W1, 25-07-2015, 476480). Saya juga pikirkan anak-anak, makin hari mereka makin besar, dan mereka juga tentunya makin mengerti. (B, W1, 2507-2015, 655-657)”. Bona merasa malu karena orang akan membicarakannya. Bona merasa takut, orang akan mengusirnya dari lingkungan tempat tinggalnya. “Malu kalo diomongin orang, nanti pasti kalo kemana-mana, kesana kesini, mulai diomongin orang (B, W1, 25-07-2015, 612614). Kalo seandainya ketahuan pasti kena usir (B, W2, 07-092015, 822-823)” Bona memberitahukan bahwa ia malas untuk ke gereja karena ia merasa bahwa orang di gereja pasti akan membicarakannya. Bona juga tidak berani untuk jalan bersama perempuan didepan umum. Bona lebih memilih untuk menyembunyikan orientasi seksualnya. “Memang betul, memangkan betul saya seperti ini. Mau ke gereja juga, orang suka omongin saya, jadi saya rasa seperti bagaimana begitu. Untuk mau jalan dengan perempuan di tempat umum saja saya tidak berani (B, W3, 21-10-2015, 1236-1240)”.
d. Dampak terbentuknya Internalized Homophobia Bona menjadi tertutup dan tidak bebas mengekspresikan dirinya sebagai lesbian. Bona mengatakan bahwa ia juga merasa was-was, sangat menutup diri, selektif dalam bergaul dengan sesama jenis, harus menyembunyikan diri dan takut akan keramaian, serta takut ke gereja. Bona juga merasa tersiksa. “Saya juga bingung, saya was-was, saya juga bingung, saya juga was-was makanya saya sangat menutup diri. Untuk mau jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dengan perempuan di tempat umum saja saya tidak berani (B, W3, 21-10-2015, 1236-1240). Karena saya memasukkan atau membenarkan makanya saya tidak bisa sembarangan jalan dengan pasangan saya didepan umum. Saya sembunyi-sembunyi kalo mau berhubungan dengan lesbian (B, W3, 21-10-2015, 1245-1249). Karena itu saya sembunyi-sembunyi, kalo mau gaya sebagai tomboy saya juga diam-diam. Kalo ditempat umum saya tidak bisa terbuka (B, W3, 21-10-2015, 1266-1269). Orang omong seperti itu berarti yang jelas saya harus tertutup, saya tidak bisa menunjukkan kalo saya ini lesbian. Saya juga kalo mau bergaul dengan perempuan saja saya liat-liat tempat yang bagaimana dulu. Saya juga takut keramaian. Mau ke gereja saja saya takut, takut dengan omongan orang. Iya. Perasaan-perasaan saya ini yang membuat saya tidak berani untuk mau jalan dengan pasangan saya di keramaian. Saya tidak berani menunjukkan, kalo saya ingin berpegangan tangan atau mau buat apa begitu tidak bisa ditempat ramai. Mau buat begitu, tapi liat lokasi juga (B, W3, 21-10-2015, 1309-1316 & 1335-1341). Karena saya membenarkan makanya buat saya jadi tertutup, tidak sembarangan dan sembunyi-sembunyi (B, W3, 21-10-2015, 13281331). Saya merasa tersiksa. Sebenarnya menantang jiwa saya juga (B, W3, 21-10-2015, 1306-1307)”.
Bona bertanya-tanya dan memikirkan mengenai orientasi seksualnya. Bona memikirkan mengenai orientasi seksualnya. Bona juga bingung apakah ia harus meninggalkan pasangan sesama jenisnya. Bona bertanya dalam dirinya, apakah karena dirinya yang lesbian sehingga Tuhan menghukumnya? Bona pun bertanya dalam dirinya bahwa akankah kelak anak-anaknya dapat menerima keadaannya? atau haruskah ia yang mengalah? “Pikiran..pikiran, bingung, apakah saya harus meninggalkan dia? (B, W1, 25-07-2015, 619-620). . Ini mungkin Tuhan hukum saya kah? Saya begini makanya Tuhan hukum saya kah? (B, W1, 25-07-2015, 621-624). Akankah nanti mereka menerima keadaan saya yang seperti ini, atau saya yang harus mengalah. Saat ini saya hanya ingin jalani saja (B, W1, 25-07-2015, 658-671)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Skema 1. Informan 1 Informan pertama mengalami gangguan identitas gender. Sejak kecil karakter informan telah terbentuk seperti laki-laki, berpenampilan seperti laki-laki, lebih banyak menghabiskan waktu dengan laki-laki, serta terbiasa berperan sebagai laki-laki
Meskipun mengalami gangguan identitas gender, namun informan bertumbuh dengan normal, dan memilih homoseksual sebagai orientasi seksualnya
Awal informan menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak duduk di bangku SD
Homoseksual khususnya lesbian adalah kelompok yang sering mendapatkan asumsi negatif terkait orientasi seksualnya
Afektif (Informan merasa takut, malu, dll) Tingkahlaku (Malas ke gereja, tertutup, dan tidak bebas mengekspresika n diri sbg lesbian
Informan menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait homoseksual kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku
Internalized homophobia memberikan beberapa dampak negatif bagi informan, seperti seletif dalam bergaul, takut akan keramaian, takut ke gereja, tersiksa dan bertanya-tanya serta memikirkan mengenai orientasi seksualnya
Kognitif (Informan dilemma apakah orientasi merupakan penyakit atau tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4.3.2 Informan kedua, Dewi a. Gangguan identitas gender Sejak kecil Dewi sudah bergaya seperti laki-laki. Ia hanya bermain dan berinteraksi dengan laki-laki, serta tidak menyukai bermain permainan perempuan. Dewi juga tidak menyukai pakaian-pakaian perempuan sehingga ia tidak pernah menyentuh dan mengenakan pakaian perempuan. “Dari kecil saya tomboy, dari sononya sudah begini, dari kecil hanya bermain permainan laki-laki. Pokoknya barang-barang wanita tidak ada, pakaian-pakaian perempuan untuk ke gereja yang dibelikan mama, saya tidak pernah sentuh, labelnya saja saya tidak pernah buka (D, W1, 25-07-2015, 279-286)”. Dewi juga mengatakan bahwa secara biologis ia adalah perempuan. Sejak kecil ia sudah terbiasa menghabiskan waktu dengan laki-laki, sehingga ia merasa nyaman berpenampilan seperti laki-laki. Dewi merasa telah terbiasa berperan seperti laki-laki. “Dari kecul sudah terbiasa bermain dengan laki-laki, kumpul dengan laki-laki jadi saya lebih nyaman seperti ini. Saya nyaman berpenampilan tomboy begini. Sejak kecil sudah terbiasa seperti laki-laki, jadi terbawa sampai sekarang”. Dewi tetap bertumbuh dengan normal, meskipun mengalami gangguan identitas gender, dan memilih homoseksual sebagai orientasi seksualnya. b. Awal menyadari diri sebagai lesbian Dewi menuturkan bahwa awal menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak SMA kelas 1. Saat itu, Dewi merasa simpati kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kakak kelasnya. Dewi tertarik dengan perempuan tersebut, saat pertama melihatnya. Kemudian Dewi mulai melakukan pendekatan kepada perempuan itu. Dewi merasa bahwa perempuan itu memberikan perhatian yang berbeda kepadanya, sehingga tumbuhnya rasa cinta terhadap perempuan itu. Dewi banyak menghabiskan waktu dengan sesama jenis, karena sekolahnya merupakan sekolah khusus perempuan Ketika Dewi menyukai sesama jenis, ia merasa takut karena ia tidak mengetahui apakah perempuan itu juga menyukai sesama jenis atau tidak. Namun, Dewi tetap melakukan pendekatan dengan perempuan itu. Setelah Dewi melakukan beberapa pendekatan, akhirnya Dewi berpacaran dengan perempuan itu. Dewi menutupi hubungan mereka karena takut diketahui oleh pihak sekolah. Seiring berjalannya waktu, pihak sekolah mengetahui hubungan mereka, karena mereka tertangkap basah sedang mandi berdua. Berikut ungkapan Dewi; “Awalnya saya menjadi seorang lesbian saat SMA kelas 1. Waktu itu saya melihat seorang perempuan, dan saya merasa simpati dengannya. Dia itu kakak kelasnya saya, jadi waktu pertama melihatnya, saya fans dengan dia (D, W1, 25-07-2015, 3-8). Trus saya merasa kayak perhatian teman cewe saya kayak beda, kayak bagaimana begitu, saking dia perhatian dengan saya tu yang bikin saya mulai ada rasa dengan dia. Dia itu kakak kelasnya saya. Di sekolah itu semuanya perempuan, jadi buat apapun pasti sama-sama dengan perempuan, makanya saya juga jadi suka dengan perempuan tu. Trus saya juga akhirnya fans dengan cewe itu, saya mulai dekat dengan dia. Awalnya saya juga takut karena saya kan tidak tau dia juga suka sesama jenis atau cuma perhatian dengan saya sebatas teman saja (D, W1, 25-07-2015, 98-111). Karena perhatiannya untuk saya yang buat saya simpati dengan dia. Trus kami pacaran, saya mulai pegang-pegang bagian tubuhnya dia, mandi bareng, dan lain-lain. Tapi saya juga sembunyi-sembunyi, soalnya sekolah saya tu kan sekolah katolik jadi ketat sekali. Saya sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Suster. Eh tapi akhirnya ketahuan Suster juga karena kami mandi bareng” (D, W1, 25-07-2015, 114-116). Dewi menceritakan bahwa akibat orientasi seksualnya, ia tidak berani untuk terbuka atau menampilkan diri didepan umum. Dewi juga merasa tidak nyaman. Berikut pernyataan Dewi; “Kalo kawan lain mereka menampilkan hubungan mereka dengan sesama jenis didepan umum. Kalo untuk saya, saya tidak mau seperti itu, saya tidak mau kalo orang tau (D, W1, 25-072015, 348-352). Tidak nyaman saja, mau buat apa-apa harus sembunyi-sembunyi..pokoknya tidak bebas berekspresi. Saya mau jalan dengan perempuan saja tidak berani karena takut orang omong lagi (D, W1, 25-07-2015, 453-457. Makanya saya rasa tidak nyaman, tidak bebas berekspresi, harus tertutup (D, W1, 2507-2015, 467-469)”. Dewi merasa bersalah kepada Tuhan dan keluarganya. Dewi mengatakan bahwa ketika ke gereja dan mendengarkan khotbah pendeta mengenai pasangan, Dewi langsung merasa berdosa. Dewipun merasa bersalah kepada Tuhan karena Tuhan sangat baik kepadanya, tetapi ia masih berbuat seperti ini. Ia tidak tahu sampai kapan ia akan hidup dengan pilihannya. Dewi juga memikirkan apabila orangtuanya mengetahui bahwa dirinya yang lesbian, ia tidak tahu harus berbuat apa, karena orangtuanya tidak mengajarkannya untuk menjadi seorang lesbian. Mereka juga akan merasa kecewa, sakit hati dan mungkin akan menolak Dewi. Berikut ungkapan Dewi; “Tuhan sudah baik dengan saya, memberikan saya kehidupan hingga saat ini, namun saya masih berbuat seperti ini. Hanya itu, saya tidak tau sampai kapan begini. Saya cuma rasa bersalah dengan Tuhan, hanya mau bagaimana, saya sudah seperti ini (D, W2, 07-09-2015, 693-700). Misalkan saya ke gereja trus pendeta khotbah mengenai pasangan begitu, rasanya kayak bagaimana begitu, rasanya seperti berdosa (D, W2, 07-09-2015, 748-750,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
752-753). Saya juga pikir kalo mama, bapak, dan keluarga saya, mereka pasti akan kecewa dan sakit hati kalo tau saya begini, mungkin mereka tidak terima kalo tau saya begini (D, W3, 26-102015, 1060-1063)”. Dewi menyatakan bahwa kaum lesbian sering mendapatkan penolakan seperti ejekan dan anggapan negatif. Namun menurut Dewi, penolakan adalah hal yang wajar dialami oleh kaum lesbian. “Iya ada, misalnya seperti ejekan, anggapan negatif orang mengenai lesbi. Yaa tidak mungkinlah orang mau terima kami. (D, W2, 07-09-2015, 721-722 & 733-734). Kalo ditolak ya wajar, mau bagaimana lagi (D, W3, 26-10-2015, 1107)”.
c. Terbentuknya Internalized Homophobia Anggapan negatif mengenai Lesbian Dewi mengemukakan bahwa masyarakat Kupang menganggap lesbian sebagai penyakit dan kebanyakan orang merasa jijik dengan kaum lesbian. Berikut ungkapan Dewi; Kalo menurut saya, kebanyakan orang menganggapnya sebagai penyakit. Kebanyakan orang mengatakan kalo lesbian itu penyakit, orang penyakit. Nanti orang yang liat mereka, orangorang mengatakan kalo mereka penyakit (D, W1, 25-07-2015, 295-296, 301-302 & 340-341). kebanyakan orang menganggap kami tu penyakit. Mungkin bagi mereka bukan penyakit tu kalo laki-laki dan perempuan. Mereka menganggap kami orangorang penyakit (D, W2, 07-09-2015, 643-646 & 648-649). Pasti orang langsung membicarakan mereka katanya orang penyakit, orang tidak waras. Orang disini kebanyakan jijik begitu kayaknya. Mungkin karena mereka anggap kami ini orang penyakit jadi mereka jijik (D, W3, 26-10-2015, 799-804, 809812 & 824-827)”. Kebanyakan orang di Kupang juga menganggap bahwa lesbian tidak normal dan salah sehingga masih banyaknya penolakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“Orang anggap ini tidak normal, ini salah, jadi kalo saya tunjukkan nanti pasti saya tidak akan diterima. namanya disekitar namanya kota kupang kalo yang tau kamu lesbian berarti kamu penyakit, dan orang tidak akan menerimamu (D, W1, 25-07-2015, 405-407 & 497-500). Karena kebanyakan orang anggap lesbian tidak normal (D, W2, 07-09-2015, 629630). Orang disini tau kalo saya suka dengan sesama jenis, perempuan dengan perempuan, atau laki-laki dengan laki-laki pasti sudah dianggap salah (D, W1, 25-07-2015, 412-416). Mereka beranggapan kalo ini sudah salah (D, W3, 26-10-2015, 735)”. Kebanyakan orang menganggap lesbian tidak waras, harus disembuhkan, menyimpang dan berdosa. Berdasarkan sudut pandang agama yang dianut oleh Dewi,
Kitab suci melarang hubungan
dengan sesama jenis. “Saya kan orang Kristen jadi saya juga tau kalo perempuan dengan perempuan itu tidak ada tertulis di Kitab Suci (D, W3, 26-10-2015, 972-975). Tetangga saya kalo mereka ada liat perempuan dengan perempuan atau lesbi begitu pasti dong su mulai omong bilang ihh mereka tu tidak waras lagi, masa bisa suka sesama jenis, orang begitu perlu disembuhkan (D, W1, 2507-2015, 419-425). Jadi mereka anggap kami ini menyimpang (D, W3, 26-10-2015, 1007-1009). Kalo yang menyimpang, ada betulnya juga soalnya di Indonesiakan tidak ada tulis kalo perempuan boleh suka dengan perempuan. Trus sudah dari sononya orang tau kalo pasangan pada umumnya itu laki-laki dan perempuan, bukan perempuan dengan perempuan (D, W3, 26-10-2015, 1034-1042)”. Ada teman yang bilang kalo lesbi itu berdosa, tidak wajar” (D, W2, 07-09-2015, 754-757). Informan kedua menginternalisasikan asumsi negatif terkait orientasi seksualnya kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku. Dewi menginternalisasikan dan menyakini hal yang sama seperti beberapa anggapan orang mengenai lesbian. Namun, berbeda dengan informan pertama, informan kedua belum pernah mendapatkan anggapan negatif mengenai lesbian secara langsung, karena ia belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pernah
menunjukkan
dirinya
sebagai
lesbian.
Dewi
takut
menunjukkan dirinya sebagai lesbian karena teman-teman sesama lesbian yang mendapatkan penolakan ketika menampilkan diri sebagai lesbian. Meskipun belum pernah mendapatkan secara langsung stigma dan anggapan negatif mengenai lesbian, namun Dewi pernah mendengarkan anggapan-anggapan negatif mengenai lesbian, baik dari teman-temannya maupun oranglain. “Kalo saya belum alami secara langsung karena saya juga belum pernah menunjukkan, saya hanya menunjukkan ke beberapa teman saya (D, W3, 26-10-2015, 879-883)”. Dewi menginternalisasikan beberapa asumsi negatif mengenai orientasi seksualnya, yaitu kebanyakan orang menganggap kaum homoseksual tidak normal, tabu dan menjijikkan. Berdasarkan sudut pandang agama, lesbian dianggap berdosa dan menyimpang. “Iya bisa, yang nomor 1 tu kebanyakan orang menganggap kaum homoseksual tidak normal, tabu dan menjijikkan. Trus nomor 5, dalam konteks agama, lesbian dianggap sebagai kaum pendosa, trus yang nomor 10 tu dari sudut pandang opini publik, homoseksual dianggap sebagai penyimpangan sosial karena fenomena tersebut tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat (D, W3, 26-10-2015, 783-794)” Dewi menjelaskan bahwa memang orientasi seksualnya bukan penyakit, tetapi karena kebanyakan orang menganggap seperti itu, secara tidak langsung Dewi merasa takut menampilkan dirinya sebagai lesbian. “Mungkin memang bukan penyakit, tapi kebanyakan orang disini sudah menganggap seperti itu, yaaa otomatis saya juga ada rasa takut untuk menunjukkan (D, W3, 26-10-2015, 903907)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dewi menginternalisasikan anggapan dari masyarakat bahwa dalam konteks agama, lesbian dianggap berdosa, sehingga Dewi merasa telah melanggar ajaran agama. Menurut Dewi ajaran dalam agamanya melarang hubungan dengan sesama jenis. Dewi merasa ada benarnya juga omongan orang. “Soalnya disini disinikan agama itu masih kuat sekali jadi saya rasa pasti perempuan suka perempuan sudah melanggar agama. Saya ini agama Kristen, di Alkitab tidak ada tulis kalo perempuan dengan perempuan, yang ada perempuan dengan laki-laki. Karena saya juga tau kalo ini melanggar agama, dan disini orang masih sangat kuat agamanya jadi pasti mereka akan menolak kami. Kalo agama iya karena saya ini juga orang beragama, di Alkitab tidak ada bolehkan kalo perempuan dengan perempuan. Saya rasa ada betulnya juga omongan orang (D, W3, 26-10-2015, 935-942, 989-992, 1023-1027)”. Dewi menginternalisasikan anggapan dari masyarakat bahwa kebanyakan orang menganggap homoseksual menyimpang dari nilai dan norma. Hal ini dikarenakan aturan di Indonesia melarang hubungan sesama jenis. “Kalo yang menyimpang, ada betulnya juga soalnya di Indonesiakan tidak ada tulis kalo perempuan boleh suka dengan perempuan. Trus sudah dari sononya orang tau kalo pasangan pada umumnya itu laki-laki dan perempuan, bukan perempuan dengan perempuan (D, W3, 26-10-2015, 1024-1042)”. Menurut Dewi penolakan itu wajar karena lesbian tidak normal dan bukan seperti wanita pada umumnya. Berikut ungkapan Dewi; “Iya, yaa tapi mau bagaimana lagi, memang lesbian ini kan tidak normal seperti wanita pada umunya jadi kalo ditolak ya wajar (D, W3, 26-10-2015, 1104-1107)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dewi berkata bahwa dirinya berbeda dalam keluarga. Dewi adalah seorang perempuan, tetapi berpenampilan seperti laki-laki, yang membuat Dewi merasa kurang percaya diri apabila berada ditengah keluarga. “Tapi mungkin saya sendiri yang berbeda dalam keluarga. Karena saya rasa saya paling beda sendiri dalam keluarga. Saya perempuan tapi gaya seperti laki-laki, buat saya minder kalo ditengah-tengah keluarga (D, W1, 25-07-2015, 176-177 & 186-189)”. Dewi juga menganggap dirinya salah. Dewi merasa bingung dengan dirinya saat ini. Ia juga merasa aneh, buyar, merasa dirinya tidak jelas, dan tidak ada jati diri. Berikut ungkapan Dewi; “Saya merasa diri saya tidak ada yang betul. Saya punya diri tidak ada yang betul (D, W1, 25-07-2015, 316-318). Saya merasa bingung dengan diri saat ini, aneh, buyar dan tidak ada jati diri (D, W1, 25-07-2015, 312-313). Aiiih..tapi saya juga bingung dengan diri saya, saya rasa kayak diri saya tidak jelas, tidak ada jati diri (D, W3, 26-10-2015, 840-842)”. Dewi merasa bersalah, malu, dan takut untuk menampilkan dirinya sebagai lesbian didepan umum. Dewi juga merasa malu jika orang mengetahui bahwa dirinya lesbian. “Malu..malu..kalo kawan lain yang lesbian seperti saya, mereka tidak malu bermesraan dengan perempuan didepan banyak orang. Tapi kalo saya, saya malu (D, W1, 25-07-2015, 151154). Malulah kalo orang tau kalo saya begini” (D, W1, 25-072015, 160, 394. D, W2, 07-09-2015, 624-625).Makanya saya paling takut kalo orang tau. Iya paling takut, paling aduuuh paling takut kalo orang tau. Itu perasaan dug dag, takut takut, sangaat sangat takut itu tu (D, W1, 25-07-2015, 408, 488-489 & 495-496). Galau, takut, malu, rasa bersalah dll dalam menampilkan orientasi seksual saya (D, W2, 07-09-2015, 741743)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dewi merasa malu karena ia menganggap bahwa pilihannya salah. Ia juga merasa malu apabila ia ditolak dan dipermalukan, serta tidak nyaman karena tidak bebas mengekspresikan dirinya sebagai lesbian. “Saya juga malu karena inikan sudah salah to. Iya, saya sangat malu kalo oranglain tau (D, W1, 25-07-2015, 404-405 & 593). Ya malu kalo dibegitukan, apalagi orangtua saya tidak mengajarkan saya untuk menjadi seperti ini, kasian orangtua juga nanti (D, W1, 25-07-2015, 440-443). Sebenarnya tidak nyaman, untuk pribadi saya tidak nyaman, soalnya tidak bebas mau menampilkan kalo saya suka sesama jenis”. Dewi juga tertutup kepada oranglain mengenai orientasi seksualnya karena belum adanya penerimaan. Hal ini membuatnya memilih untuk tetap menjalani orientasi seksualnya dengan tertutup. Selain itu, Dewi memilih untuk membatasi pertemanannya karena takut mendapatkan omongan yang negatif dari orang-orang disekitarnya. Berikut pernyataan Dewi; “Pernah, malah sering, saya saja tidak pernah tunjukkan kalo saya lesbi (D, W1, 25-07-2015, 377-378). Saya cuma bisa sembunyikan diri saya yang lesbi ini, saya tidak berani untuk harus terbuka begitu (D, W1, 25-07-2015, 382-384). Hanya mau bagaimana memang kayaknya dimana-mana orang kayak kami ini susah diterima, jadi saya jalani saja hidup saya yang sekarang dengan sembunyi-sembunyi (D, W1, 25-07-2015, 432434). Kami hanya bisa terima dan jalani saja dengan sembunyisembunyi supaya kami juga aman. Ya begitu sudah, untuk saat ini saya hanya bisa sembunyi-sembunyi saja (D, W3, 26-102015, 1109-1110 & 1112-1113). Saya sangat membatasi pertemanan saya, soalnya tau saja bagaimana mulut orang disini, pasti saya sudah dapat omong kalo liat gaya saya seperti ini (D, W1, 25-07-2015, 463-467)”. Dewi juga merasa takut akan dianggap sebagai penyakit, tidak waras, serta takut akan diejek/ditolak. Hal ini membuat Dewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
memiliki ketakutan yang sangat besar untuk menampilkan dirinya sebagai lesbian. “Saya takut dibilang penyakit (D, W2, 07-09-2015, 656). Saya juga takut dibilang penyakit kalo saya menunjukkan diri saya (D, W3, 26-10-205, 901-903). Saya takut orang pasti akan omong kalo saya tidak waras. Jadi daripada mereka omong saya begitu mending saya tidak usah tunjukkan (D, W3, 26-102015, 836-839). Orang pasti akan tolak saya, akan ejek saya kalo tau saya lesbian. Rasa takut saya besar sekali (D, W3, 2610-2015, 850-852). Mungkin mereka tidak terima kalo tau saya begini (D, W3, 26-10-2015, 1064-1065). Apalagi kalo orang tau, pasti orang akan mengejek saya (D, W2, 07-09-2015, 628629)”. Dewi
takut
dijauhi
dan ditinggalkan oleh orang-orang
terdekatnya apabila mereka mengetahui dirinya yang sebenarnya. “Saya takut nanti kalo saya menunjukkan trus orang-orang disekitar saya meninggalkan saya atau menjauh dari saya (D, W3, 26-10-2015, 1114-1117)”. Dewi juga tidak bebas mengekspresikan dirinya sebagai lesbian. Selain itu, Dewi malas untuk ke gereja. “Saya rasa tidak nyaman kalo niatnya mau gereja tapi malah dapat omongan seperti itu (D, W3, 26-10-2105, 953-956). Tidak bebas berekspresi, harus tertutup (D, W1, 25-07-2015, 467469)”. d. Dampak terbentuknya Internalized Homophobia Dewi
merasa
serba
salah.
Disatu
sisi,
ia
ingin
bebas
mengekspresikan diri sebagai lesbian, namun disisi lain, karena banyak orang yang mengatakan lesbian itu penyakit, sehingga membuat Dewi takut untuk mengekspresikan diri sebagai lesbian. “Iya serba salah, disatu sisi saya pengen, pengen bebas ekspresikan diri saya yang begini, tapi disisi lain banyak orang yang suka omong kalo lesbian itu penyakit, jijik dan segala macam, jadi mempengaruhi saya juga dalam ekspresikan diri saya ini (D, W3, 26-10-2015, 924-930). Mungkin memang bukan penyakit, tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kebanyakan orang disini sudah menganggap seperti itu, yaaa otomatis saya juga ada rasa takut untuk menunjukkan (D, W3, 2610-2015, 903-907)”. Dewi menjadi takut menampilkan dirinya sebagai lesbian. Dewi menjelaskan bahwa apabila ia tidak menginternalisasikan anggapan masyarakat mengenai lesbian, maka tidak mungkin ia merasa takut menampilkan diri sebagai lesbian. “Iyalah, kalo saya tidak menyakini hal yang sama seperti omongan mereka, saya tidak mungkin harus takut menunjukkan diri saya. Omongan orang disini yang jadi pengaruh untuk saya menunjukkan diri saya (D, W3, 26-10-2015, 912-917)”. Dewi menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait orientasi seksualnya, sehingga membuatnya merasa berdosa karena telah menodai ciptaan Tuhan. “Saya rasa ada betulnya juga omongan orang. Saya rasa saya sudah berdosa, saya rasa saya telah mengotori ciptaan Tuhan, saya rasa tidak pantas datang ke Tuhan (D, W3, 26-10-2015, 10271030)”. Dewi juga pikiran hingga hampir stress. Dewi memikirkan mengenai benar atau tidak pilihannya. Dewi merasa serba salah, dan tidak tahu harus berbuat apa. “Tapi saya juga berpikir kalo mereka ada ada betulnya karena memang pasangan yang pada umumnya kan laki-laki dan perempuan, bukan kayak kami begini. Saya pikiran juga, kadang pikiran sampai hampir stress, pilihan saya ini betul atau tidak, saya tidak tau lagi. Saya serba salah, tidak tau baiknya bagaimana karena diri saya memang sudah begini (D, W3, 26-10-2015, 10501060)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dewi juga menceritakan bahwa ia tidak nyaman hidup seperti ini karena harus menyembunyikan diri yang sebenarnya. Ia merasa tekanan batin apabila terus menerus seperti ini. “Memang tidak enak juga kalo begini terus, tekanan batin juga kalo harus sembunyi-sembunyi trus (D, W3, 26-10-2015, 11191121)”. Dewi merasa sangat takut, malu dan kurang percaya diri, serta sama sekali belum pernah menampilkan dirinya sebagai lesbian didepan umum. “Iya kayak yang tadi saya bilang, karena omongan orang yang seperti itu dan saya juga membenarkan, makanya saya tidak berani menunjukkan. Malah saya sama sekali belum pernah menunjukkan, cuma beberapa teman lesbian saja yang tau tentang saya yang begini. Saya paling, aihhh tidak tau kenapa saya paling takut menunjukkan, saya malu juga nanti orang omongin saya, saya rasa minder (D, W3, 26-10-2015, 1081-1092)”. Dewi juga jarang ke gereja. Dewi memikirkan dan bertanya-tanya mengenai benar atau salah kehidupannya. Dewi pun berpikir dan bertanya-tanya dalam dirinya mengenai wajar atau tidak jatuh cinta kepada sesama jenis. Ia pun bertanya dalam dirinya „akankah kelak ia bisa berubah?‟. “Saya saja jarang sekali ke gereja, gaya saya yang seperti laki-laki begini pasti pas diliat orang langsung omongin saya yang negatif (D, W3, 26-10-2015, 944-948). Kadang-kadang saya berpikir kalo hidup saya ni sudah benar atau salah (D, W1, 25-07-2015, 318319). Terkadang juga saya berpikir wajar nggak ya jatuh cinta dengan perempuan, ada pikiran-pikiran seperti itu (D, W1, 25-072015, 323-325). Kadang-kadang saya berpikir kenapa saya bisa seperti ini. Kadang-kadang kalo malam tidur, saya berpikir kenapa saya bisa seperti ini. Saya juga kadang pikir kenapa saya bisa seperti ini, saya bisa berubah atau tidak ya (D, W1, 25-07-2015, 595-598 & D, W3, 26-10-2015, 1069-1071)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Skema 2. Informan 2. Informan kedua mengalami gangguan identitas gender. Sejak kecil informan lebih banyak menghabiskan waktu dengan lakilaki. Informan lebih suka bermain dengan laki-laki, dan informan tidak menyukai barang perempuan. Sejak kecil hingga saat ini informan berpenampilan spt laki-laki dan terbiasa berperan sebagai laki-laki, meskipun secara biologis ia adalah perempuan.
Meskipun mengalami gangguan identitas gender, namun informan bertumbuh dengan normal dan memilih homoseksual sbg orientasi seksualnya
Awal informan menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak duduk di bangku SMA
Homoseksual khususnya lesbian adalah kelompok yang sering mendapatkan asumsi negatif terkait orientasi seksualnya
Afektif (Informan merasa bersalah, sangat takut, malu, dll) Tingkah laku (Informan malas ke gereja & tidak bebas mengekspresikan diri sbg lesbian
Informan menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait homoseksual kedalam kognitif, afektif, dan tingkahlaku
Internalized Homophobia memberikan beberapa dampak negatif bagi informan, seperti merasa serba salah, merasa berdosa, stress, tekanan batin, kurang percaya diri, serta berpikir serta bertanya2 mengenai orientasi seksualnya
Kognitif (Informan menganggap dirinya berbeda, salah dan tidak ada jati diri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
4.4 Pembahasan atau Analisis Hasil Penelitian Bona dan Dewi mengalami gangguan identitas gender. Hal ini dapat terlihat dari masa kecil kedua informan, yang mana mereka tidak menyukai barang-barang perempuan, lebih sering bermain dan berinteraksi dengan lakilaki, serta lebih senang bermain permainan laki-laki. Hal ini sama seperti beberapa karakteristik pada DSM IV-TR, yaitu lebih suka permainan lawan jenis, lebih suka bermain dengan teman-teman lawan jenis, dan lebih suka barang-barang lawan jenis. Kedua informan pun mengatakan bahwa secara biologis mereka adalah perempuan, namun mereka lebih nyaman berperan dan berpenampilan seperti laki-laki. Menurut Davison dkk (2006), gangguan identitas gender adalah ketidaksesuaian antara jenis kelamin dan gender. Sebagian besar anak yang mengalami gangguan ini tumbuh dewasa sebagai orang normal, tanpa intervensi professional (Zucker dkk, dalam Davison, dkk., 2006), meskipun banyak yang menunjukkan orientasi homoseksual. Bona dan Dewi tumbuh dewasa secara normal, dan mereka menunjukkan orientasi homoseksual, yaitu menjadi seorang lesbian. Bona menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak duduk di bangku SD. Sedangkan, Dewi menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak duduk di bangku SMA. Kaum homoseksual merupakan kelompok minoritas. Kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi kepada mereka. Salah satu bentuk penolakan dan diskriminasi terhadap kaum lesbian adalah pemberian stigma dan asumsi negatif mengenai orientasi seksualnya. Salah satu asumsi negatif terkait lesbian yang peneliti temukan dalam literatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
yaitu, kebanyakan orang masih menganggap bahwa kaum ini tidak normal, tabu dan menjijikkan (Blackwell, et al., 2004). Bona dan Dewi menginternalisasikan beberapa asumsi negatif mengenai orientasi seksualnya, yaitu kebanyakan orang menganggap lesbian tidak normal, tabu dan menjijikkan (Blackwell, et al., 2004), serta lesbian dianggap berdosa (Mulia, dalam Anggreni 2014). Kedua informan menginternalisasikan hal tersebut karena mereka merupakan orang beragama. Dalam Alkitab tertulis bahwa hawa harus berpasangan dengan adam. Kedua informan merasa telah melanggar ajaran agama. Bona menganggap bahwa dirinya salah, dan orientasi seksualnya merupakan pilihan gaya seks, namun ia merasa dilema karena kebanyakan orang menganggap lesbian sebagai penyakit. Bona merasa malu dan takut dalam menampilkan diri sebagai lesbian (Plummer, dalam Rondahl 2005). Bona juga malas ke gereja dan tidak berani jalan bersama perempuan di depan umum. Sedangkan, Dewi menganggap bahwa dirinya salah dan berbeda (Plummer, dalam Rondahl 2005). Dewi merasa bersalah dan malu. Dewi memiliki ketakutan yang sangat besar dan merasa tidak nyaman. Dewi juga malas ke gereja dan tidak bebas mengekspresikan diri sebagai lesbian. Persepsi dan stigma terkait homoseksual, serta penerimaan stereotip sosial homoseksualitas oleh masyarakat, menyebabkan homophobia semakin bertumbuh dalam pikiran seorang homoseksual (Herek et al., dalam Mariani 2013). Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia. Internalized homophobia adalah penerimaan asumsi negatif tentang homoseksual yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kemudian diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku (Innahala; Richmond & McKenna; Taylor dalam Rondahl, 2005). Ketidaktahuan dan kekurangtahuan masyarakat ditambah dengan stigma negatif serta resistensi moral dari norma dan agama membuat keberadaan kaum homoseksual semakin sulit (Kornblum, dalam Rahardjo 2007). Penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan (Allen & Oleson; Herek, et al., Meyer & Dean; Rowen & Malcolm, dalam Frost & Meyer, 2009). Terkait hal ini, internalized homophobia memberikan beberapa dampak pada Bona, seperti sangat menutup diri, selektif dalam bergaul, harus menyembunyikan orientasi seksualnya, takut keramaian, takut ke gereja, tersiksa, serta bertanya-tanya dan memikirkan mengenai benar atau salah orientasi seksualnya. Internalized homophobia juga memberikan beberapa dampak negatif pada Dewi, seperti merasa serba salah, takut dan malu untuk mengekspresikan sebagai lesbian, merasa berdosa, tekanan batin, kurang percaya diri, jarang ke gereja, serta bertanya-tanya dan memikirkan mengenai wajar atau tidak orientasi seksualnya. Penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia memiliki dampak negatif, seperti adanya perasaan takut, dan penyembunyian orientasi seksual seseorang dalam upaya untuk mengatasi stigma atau anggapan negatif (Meyer, 2003a). Meyer (2003a) mendefinisikan stres pada kelompok minoritas berlangsung secara terus menerus dalam diri seseorang. Studi lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
juga memaparkan beberapa dampak negatif dari internalized homophobia, seperti kecemasan dan rasa malu yang melekat pada diri lesbian, gay dan biseksual sehingga mereka tidak berani menunjukkan orientasi seksualnya secara terang-terangan (Coleman, et al., dalam Frost & Meyer, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kedua informan merupakan orang dengan gangguan identitas gender. Mereka tumbuh dewasa secara fisik sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka menunjukkan diri sebagai homoseksual, yaitu menjadi seorang lesbian. Kaum homoseksual merupakan kaum minoritas. Kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi kepada mereka. Salah satu bentuk diskriminasi dan penolakan pada kaum lesbian yaitu pemberian stigma dan asumsi negatif. Kedua informan menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait orientasi seksualnya kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku, yaitu kebanyakan orang menganggap lesbian berdosa, tidak normal, tabu dan menjijikkan. Kedua informan menganggap dirinya salah. Mereka juga merasa malu dan takut, malas ke gereja dan tidak bebas mengekspresikan diri sebagai lesbian. Internalized Homophobia memberikan beberapa dampak yang negatif kepada kedua informan, seperti sangat menutup diri, tersiksa, stress, tekanan batin, serta bertanya-tanya dan memikirkan mengenai wajar atau tidak/benar atau salah orientasi seksualnya.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
5.2 Kelemahan Penelitian a. Pemilihan informan yang usianya kurang beragam (informan penelitian berusia 29 dan 20 tahun). b. Peneliti hanya menggunakan lesbian dengan jenis butchi sebagai informan penelitian. c. Jumlah informan penelitian hanya dua orang.
5.3 Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutkan disarankan untuk memilih informan dengan usia yang lebih beragam. Peneliti menyarankan agar informan penelitian lebih dari dua orang. Peneliti selanjutnya juga perlu meneliti internalized homophobia bukan hanya kepada lesbian, tetapi kepada gay dan biseksual. Peneliti juga menyarankan agar tetap menggunakan metode penelitian kualitatif karena metode ini tepat untuk menggali dan mengeksplor isu yang sensitif. 2. Bagi informan penelitian Penelitian menemukan internalized homophobia memberikan banyak dampak negatif bagi lesbian, seperti terhambat dalam menemukan dan membangun identitas yang positif. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan kesadaran kepada lesbian agar lebih peduli dengan dampak negatif dari internalized homophobia, sehingga bisa mengatasinya dan membantu menemukan serta membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
identitas yang positif agar lebih produktif dalam kehidupan. Peneliti akan menyampaikan saran ini kepada informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Anggreni, A. (2014). Kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 15, 1-10. Ariyanto & Triawan, R. (2008). Diskriminasi dan kekerasan terhadap LGBTI. Jakarta Selatan: Arus Pelangi & Yayasan Tifa Edisi Pertama. Barnes, D. & Meyer, I. (2012). Religious affiliation, internalized homophobia, and mental health in lesbians, gay men, and bisexuals. American Journal of Orthopsychiatry, 82, 505-515. Blackwell, C., Ricks, L., & Dziegielewski, S. (2004). Discrimination of gays and lesbians: a social justice perspective. Journal of Health & Policy, 19, 27-43. Conger, J. (1975). APA policy statements on lesbian, gay, bisexual & transgender concerns. Washington: American Psychological Association. Corbet, K. (2009). Boyhood femininity, gender identity disorder, masculine presuppositions, and the anxiety of regulation. Psychoanalytic Dialogues, 19, 353-370. Chair, J., Beckstead, L., Drescher, J., Greene, B., Miller, R., & Worthington, R. (2009). Repport of the american psychological association task force on appropriate therapeutic responses to sexual orientation. Washington: American Psychological Association. Clarke, V. (2010). Lesbian, gay, bisexual, trans & queer psychology (an introduction). New York: Cambridge University Press. Creswell, J. (2015). Penelitian kualitatif & desain riset (memilih diantara lima pendekatan, edisi Indonesia, edisi ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DeMino, K., Fisk, D & Appleby, G. (2007). Lesbians mothers with planned families: a comparative study of internalized homophobia and social support. American Journal of Orthopsychiatry, 77, 165-173. Eguchi, S. (2006). Social and internalized homophobia as a source of conflict: how can we improve the quality of communication. The Review of Communication, 6, 348-357. Eves, A. (2002). Contemporary lesbian genders a queer/sociological approach. The University of Leeds, England: Department of Sociology and Social Policy.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Flebus, G. & Montano, A. The multifactor internalized homophobia inventory. Journal of Homosexual, 19, 219-240. Frost, D. & Meyer, I. (2009). Internalized homophobia and relationship quality among lesbians, gay men, and bisexuals. Journal of Counseling Psychology American Psychological Association, 56, 97-109. Galink, H. (2013). Seksualitas rasa rainbow cake (memahami keberagaman orientasi seksual manusia). Yogyakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY. Gilmore, W., Rose, S., & Rubinstein, R. (2011). The impact of internalized homophobia on outness for lesbian, gay, and bisexuals individuals. The Professional Counselor: Research and Practice, 1, 163-175. Herdiansyah, H. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. Herdiansyah, H. (2015). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi. Jakarta: Salemba Humanika. Herek, G., Cogan, J., & Gillis, J. (2009). Internalized stigma among sexual minority: insight from a social psychological perspective. Journal of Counseling Psychology, 56, 32-43. Herek, G., Cogan, J., Gillis, J., & Glunt, E. (1997). Correlates of internalized homophobia in a community sample of lesbians and gay men. Journal of the Gay and Lesbian Medical Association, 2, 17-25. Ilesanmi, O. (2015). Gender dysphoric disorder (GDD) in adolescents: a psychosocial issue for faith based groups and cultural societies in Nigeria. International Journal of Gender and Women‟s Studies, 3, 202-218. Istar, A. (2005). Disordering gender identity: gender identity disorder in the DSM IV-TR. Journal of Psychology & Human sexuality, 17, 35-69. Karangora, M. (2012). Hubungan antara dukungan sosial dan kualitas hidup pada lesbian di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1, 1-9. Mariani, O. (2013). Hubungan antara dukungan sosial dan komitmen beragama dengan internalized homophobia pada lesbian. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2, 1-10. Meyer, I. (2003). Prejudice and dicrimination as social stressors. Psychological Bulletin, 129, 242-260.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Oetomo, D. (2001). Memberi suara pada yang bisu. Yogyakarta: Galang Press with Association Ford Fondation. Poerwandari, E. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rahardjo, W. (2007). Homophobia dan penolakan masyarakat serta hubungannya dengan bicultural identity pada covert homoseksual. Jurnal Penelitian Psikologi, 12, 194-203. Rakhmahappin, Y. (2011). Kecemasan sosial kaum homoseksual gay dan lesbian. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2, 199-212. Rondahl, G. (2005). Heteronormativity in a nursing context (attitudes toward homosexuality and experiences of lesbians and gay men). Journal of psychology, 1, 14-19. Sherry, A. (2007). Internalized homophobia and adult attachment: implications for clinical practice. Psychotherapy: Theory, Research, Practice, Training, 44, 219-225. Szymanski, D. & Chung, Y. (2014). The lesbian internalized homophobia scale. Journal of Homosexuality, 41(2) 2001. Szymanski, D. & Ikizler, A. (2013). Internalized heterosexism as a mediator in the relationship between gender role conflict, heterosexist discrimination, and depression among sexual minority men. Psychology of Men & Masculinity, 14, 211-219.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
LAMPIRAN 1 Inform Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN 2 Member Checking
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
LAMPIRAN 3 Tabel Kategori dan Sub-Kategori Tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LAMPIRAN 3. TABEL KATEGORI TEMA DAN SUB-KATEGORI TEMA INFORMAN PERTAMA
No
Tema
1
Ketertarikan dengan sesama Awal menyadari tertarik dengan
2
Sub-Kategori Tema
jenis
sesama jenis
Latar belakang keluarga
- Informan merupakan anak yatim piatu - Jumlah saudara dari informan - Informan menjadi tulang punggung keluarga
3
Masa kecil informan
- Sejak kecil informan lebih banyak berinteraksi dengan laki-laki - Keinginan
orangtua
agar
anak
pertamanya laki-laki - Sejak
kecil
informan
berpenampilan seperti laki-laki 4
Pandangan terhadap diri
Informan merasa bersalah dengan dirinya saat ini
5
Dampak
dari
seksualnya
orientasi - Anak dari informan mendapatkan ejekan dari orang disekitarnya - Reaksi
negatif
dari
orang
disekitarnya - Adanya sindiran - Rasa bersalah kepada Tuhan, anakanaknya dan orangtua pasangannya 6
Anggapan masyarakat Kupang - Lesbian dianggap penyakit mengenai lesbian
- Lesbian dianggap tidak normal - Lesbian dianggap sampah - Lesbian dianggap menyimpang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
- Lesbian dianggap tidak waras 7
8
Anggapan informan mengenai Lesbian merupakan pilihan gaya orientasi seksualnya
seksi
Sikap informan sebagai lesbian
- Kecenderungan memendam apa yang dirasakan - Tertutup
9
Perasaan
informan
sebagai
lesbian
- Informan merasa malu - Adanya rasa sakit hati - Tidak nyaman - Informan
takut
masyarakat
apabila mengetahui
hubungannya
dengan
sesama
ketika
melihat
jenis 10
Anggapan
orang
terhadap Anggapan
informan 11
orang
informan
Dampak anggapan negatif dari - Anggapan masyarakat
terhadap
sikap
informan
negatif
tersebut
membuat informan merasa serba salah jika ingin ke gereja - Penolakan - Tertutup - Tidak nyaman - Minder/kurang percaya diri
12
Dampak anggapan negatif dari
- Merasa malu
masyarakat terhadap perasaan
- Merasa terganggu
informan
- Merasa sakit hati, kecewa dan minder/kurang percaya diri
13
Anggapan informan mengenai Kebanyakan orang-orang disekitarnya
14
Anggapan lesbian
agama
masyarakat
terlalu
terpaku dengan kitab suci
mengenai - Berdasarkan sudut pandang agama, lesbian dianggap melanggar agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
- Dalam kitab suci, perempuan harus berpasangan dengan laki-laki 15
Isi
pikiran
masyarakat
homophobia yang didapatkan
16
- Lesbian dianggap tidak norma, tabu dan menjijikkan
oleh informan
- Lesbian dianggap berdosa
Internalized homophobia
Membenarkan
dan
menginternalisasikan
anggapan
negatif dari masyarakat mengenai lesbian 17
Dampak
dari
internalized
homophobia
- Tertutup atau tidak terbuka dan tidak
bebas
mengekspresikan
dirinya sebagai lesbian - Jarang ke gereja - Tersiksa - Berpikir
dan
bertanya-tanya
mengenai orientasi seksualnya 18
Alasan informan membenarkan Informan dan anggapan
dan
menginternalisasikan menginternalisasi anggapa mengenai negatif
mengenai lesbian karena ia adalah orang
lesbian dari masyarakat 19
membenarkan
beragama
Adanya dilemma dengan isi Informan merasa bingung untuk pikiran
bahwa
homoseksual membenarkan atau tidak isi pikiran
dianggap tidak normal
bahwa homoseksual dianggap tidak normal
20
Harapan
atau
keinginan
informan sebagai lesbian
- Ingin adanya perubahan - Keinginan
untuk
menampilkan diri - Keinginan untuk diterima
bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
LAMPIRAN 3. TABEL KATEGORI TEMA DAN SUB-KATEGORI TEMA INFORMAN KEDUA
No
Tema
1
Ketertarikan dengan sesama Awal menyadari tertarik dengan
2
Sub-Kategori Tema
jenis
sesama jenis
Denial
Adanya
penolakan
dalam
diri
informan saat menyadari bahwa ia menyukai sesama jenis 3
Perasaan
informan
sebagai
lesbian
- Merasa
malu,
minder/kurang
percaya diri, galau, takut dan rasa bersalah - Merasa tidak nyaman - Takut dirinya diketahui sebagai lesbian - Takut
dibicarakan
masyarakat
mengetahui
apabila dirinya
lesbian - Takut berelasi dengan oranglain - Takut
dianggap
sebagai
orang
penyakit - Takut dianggap tidak waras - Takut akan diejek dan ditolak - Takut mempermalukan keluarga karena orientasi seksualnya Takut
akan
dijauhi
dan
ditinggalkan oleh orang sekitarnya 4
5
Latar
belakang
keluarga
- Jumlah saudara informan
informan
- Relasi dengan keluarga
Pandangan mengenai dirinya
- Menganggap dirinya berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
- Menganggap dirinya keras kepala - Merasa tidak ada jati diri - Menganggap dirinya salah 6
Pandangan informan terhadap keluarganya
- Ibu
yang
tidak
mempermasalahkan informan,
terlalu penampilan
namun
ayahnya
mempermasalahkannya - Informan
menganggap
bahwa
ayahnya keras - Lebih dekat dengan ibu daripada ayahnya - Saudara
laki-laki
memarahinya
karena berpenampilan seperti lakilaki 7
Masa kecil informan
- Sejak kecil berpenampilan seperti laki-laki - Suka bermain dan berinteraksi dengan lawan jenis - Tidak
menyukai
barang-barang
perempuan 8
9
Anggapan masyarakat Kupang Masyarakat
Kupang
memberikan
mengenai lesbian
anggapan negatif mengenai lesbian
Sikap informan sebagai lesbian
- Tidak berani menampilkan diri sebagai lesbian - Tertutup - Membatasi pertemanan
10
Dampak seksualnya
dari
orientasi
- Menutup diri - Tidak nyaman - Rasa bersalah kepada Tuhan dan merasa berdosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
- Penolakan - Rasa bersalah kepada keluarga 11
Dampak dari anggapan negatif mengenai lesbian
- Ketidakbebasan
dalam
menampilkan diri sebagai lesbian - Malu dalam menampilkan diri sebagai lesbian - Tidak berani menampilkan diri sebagai lesbian - Minder/kurang percaya diri dan tidak nyaman - Serba salah - Sakit hati, malu, takut dan stress
12
Pandangan informan mengenai pasangan
- Pandangan
informan
mengenai
pasangan yang pada umumnya - Pandangan
informan
mengenai
pasangan yang normal 13
Pandangan informan mengenai orientasi seksualnya
- Menyukai sesama jenis dianggap tidak wajar - Merasa
telah
menodai
ciptaan
Tuhan - Menganggap
telah
melanggar
aturan di Indonesia 14
Isi
pikiran
masyarakat
homophobia yang didapatkan dan didengarkan oleh informan
- Lesbian dianggap tidak normal, tabu dan menjijikkan - Lesbian dianggap berdosa - Lesbian dianggap menyimpang
15
Vicarious learning
Informan takut menunjukkan dirinya sebagai
lesbian
karena
banyak
kenalan atau teman-teman sesama lesbian yang mendapatkan penolakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
ketika mereka menampilkan diri sebagai lesbian. 18
Internalized homophobia
Membenarkan
dan
menginternalisasikan
anggapan
negatif dari masyarakat mengenai lesbian 19
Dampak
dari
internalized
homophobia
- Takut menunjukkan diri sebagai lesbian - Merasa berdosa - Serba
salah, takut, malu dan
minder/kurang percaya diri - Tekanan batin - Jarang ke gereja - Berpikir
dan
bertanya-tanya
mengenai orientasi seksualnya 20
Anggapan
agama
mengenai Lesbian dianggap melanggar ajaran
lesbian 21
Harapan
agama atau
sebagai lesbian
keinginan
- Ingin adanya perubahan - Keinginan untuk diterima - Ingin bebas mengekspresikan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN 4 Tabel Kategorisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4. TABEL KATEGORISASI INFORMAN PERTAMA No. 1
Kategori Tema Ketertarikan
dengan
jenis
Sub-kategori Tema
Pernyataan Informan
sesama Awal menyadari tertarik dengan Informan mulai suka dengan sesama jenis sesama jenis
sejak SD. Saat SD, informan pernah mengirim
surat
untuk
seorang
anak
perempuan yang merupakan tetangganya. Namun akhir perbuatan mereka tertangkap basah
dan
orangtuanya.
mereka Informan
dimarahi juga
oleh banyak
menjalin hubungan dengan sesama jenis. (B, W1, 25-07-2015, 20-23, 42-46, 48-63 & 65-72) 2
Latar belakang keluarga
Informan merupakan anak yatim Ibu dari informan telah meninggal sejak ia piatu
masih kecil. Kemudian ayahnya kawin lagi,
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dan sering gonta ganti pasangan, sehingga mereka sering berpindah tempat tinggal. Namun setelah itu ayahnya juga meninggal. Saat ayahnya meninggal, ia merasa kalang kabut. (B, W1, 25-07-2015, 188-197)
Jumlah saudara dari informan
Informan adalah anak pertama dari tiga orang
bersaudara.
Mereka
semua
perempuan. Sebenarnya ada seorang saudara laki-laki, namun saudaranya telah meninggal (B, W1, 25-07-2015, 198-223)
Informan menjadi tulang punggung Saat ayahnya meninggal, informan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
keluarga
saudara-saudaranya sedang tinggal bersama neneknya, ibu tiri dan anak-anaknya. Saat itu, informan tidak mengetahui bagaimana ia bisa mendapatkan uang, karena sudah terbiasa
diberikan uang dari
ayahnya,
sehingga terpaksa ia bekerja di dunia malam untuk dapat memenuhi kehidupannya. (B, W1, 25-07-2015, 223-227) 3
Masa kecil informan
Sejak kecil informan lebih banyak Sejak kecil informan kebanyakan bergaul berinteraksi dengan laki-laki
dengan laki-laki. Informan lebih senang bermain
dengan
laki-laki
perempuan. (B, W1, 25-07-2015, 241-243)
daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Waktu kecil informan juga sering diajak oleh ayahnya ke tempat kerja proyek, sehingga informan banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman ayahnya di tempat proyek. (B, W1, 25-07-2015, 244-246 & 252-254)
Keinginan
orangtua
pertamanya laki-laki
agar
anak Informan
mengatakan
bahwa
mungkin
ayahnya menginginkan informan adalah anak laki-laki, anak pertama sebaiknya lakilaki, sehingga sejak kecil sudah dibentuk karakter seperti laki-laki (B, W1, 25-07-2015, 246-248 & 257-261)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Sejak kecil informan berpenampilan Saat seperti laki-laki
ke
sekolah
informan
memang
mengenakan rok, namun gayanya seperti laki-laki (B, W1, 25-07-2015, 263-264)
4
Pandangan terhadap diri
Informan merasa bersalah dengan Informan merasa bersalah dengan dirinya dirinya saat ini
karena ia sudah terlanjur memiliki anak, namun ia juga tidak bisa melepaskan pasangannya. Ia sudah berusaha melepas pasangannya namun tidak bisa. (B, W1, 25-07-2015, 295-298)
Informan merasa bersalah dengan dirinya. Ia tidak tahu harus bagaimana dan sampai kapan ia akan hidup seperti ini, serta apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
ia bisa berubah atau tidak (B, W1, 25-07-2015, 330-334) 5
Dampak seksualnya
dari
orientasi Anak dari informan mendapatkan Informan mengatakan bahwa anaknya yang ejekan dari orang disekitarnya
laki-laki mendapatkan ejekan dan bully karena dirinya yang lesbian. (B, W1, 25-07-2015, 326-330) (B, W2, 07-09-2015, 708-709)
Saat
malam
hari,
informan
biasanya
memikirkan mengenai orientasi seksualnya sehingga membuatnya tidak bisa tidur dan kurang napsu makan, serta ia merasa tidak bisa berbuat apa-apa. (B, W1, 25-07-2015, 485-487 & 627-628)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Informan mempunyai anak pertama yang berjenis kelamin perempun, karena anak pertamanya yang sudah remaja dan cukup mengerti, sehingga informan tidak mau terlalu dekat dengan anaknya, tentu anaknya akan mengetahui mengenai orientasi seksual apabila melihat gaya hidup dan sikap informan, serta ketika melihat hal tersebut anaknya pasti akan merasa sakit hati, apalagi mereka sama-sama perempuan. Hal tersebut yang membuat informan tidak ingin dekat dengan anak pertamanya. (B, W2, 07-09-2015, 1060-1065)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Dengan dirinya yang lesbian, informan memilih
untuk
tidak
mendidik
anak
perempuannya seorang diri, sehingga ia menitipkan sehingga
anaknya keluarganya
ke
keluarganya,
yang
mendidik
anaknya. Informan tidak mau mendidik anaknya
seorang
diri
karena
menurut
pengalaman informan, teman-teman sesama lesbian yang mendidik anak sendiri maka anak tersebut akan bertumbuh menjadi anak yang perilakunya negatif, nakal dan sangat cerdik. (B, W2, 07-09-2015, 1068-1082)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Reaksi
negatif
disekitarnya
dari
orang Informan sering mendapatkan reaksi yang kurang baik karena gayanya yang sangat tomboy (B, W3, 21-10-2015, 1141-1145)
Ketika melihat informan, orang-orang di lingkungan
tempat
tinggalnya
akan
membicarakannya. (B, W2,07-09-2015, 753-756)
Informan dibicarakan oleh orang-orang disekitarnya ketika mereka melihat informan bersama pasangannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(B, W3, 21-10-2105, 1146-1148 & 11651169)
Adanya sindiran
Informan
merasa
sakit
hati
karena
mendapatkan sindiran dari keluarganya (B, W2, 07-09-2015, 1028-1029)
Informan dan pasangannya mendapatkan sindiran dari ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya. (B, W2. 25-07-2015, 799-803)
Rasa bersalah kepada Tuhan, anak- Informan mengatakan bahwa terkadang di anaknya dan orangtua pasangannya
hati kecilnya ia memohon maaf dari Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
karena ia tahu ia telah berbuat salah. Ia juga tidak tahu kapan dirinya bisa berubah karena ia tidak bisa kehilangan pasangannya. (B, W1, 25-07-2015, 630-634)
Informan juga berkata dalam hatinya bahwa ia meminta maaf
kepada anak-anaknya.
Informan merasa bersalah dengan anakanaknya, ia memikirkan bahwa sampai kapan ia harus seperti ini, anak-anaknya semakin hari
semakin bertumbuh dan
semakin mengerti. Selain itu, ia merasa bersalah terhadap anaknya karena anakanaknya pernah mendapatkan omongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
negatif tentang diri informan (B, W1, 25-07-2015, 307-311 & 634-635) (B, W2, 07-09-2015, 679-681 & 710-712)
Informan juga merasa bersalah dengan orangtua pasangannya karena mereka sudah terlanjur baik terhadap informan. Informan memikirkan bahwa orangtua pasangannya sudah berbuat baik terhadapnya, namun ia seperti ini. Ia memikirkan apabila orangtua pasangannya mengetahui hubungan mereka, ia tidak tahu bagaimana harus bersikap. (B, W1, 25-07-2015, 487-489, 495-499) (B, W2, 07-09-2015, 712-715)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
6
Anggapan masyarakat Kupang Masyarakat mengenai lesbian
Kupang
memberikan Kebanyakan orang menganggap lesbian
anggapan negatif terhadap kaum adalah orang-orang menjijikkan lesbian
(B, W1, 25-07-2015, 342)
Kebanyakan orang menganggap bahwa hubungan sesama jenis itu sangat melanggar Alkitab. (B, W2, 07-09-2015, 721-724)
Kebanyakan orang menganggap bahwa kaum lesbian adalah sampah dan orang gila/tidak waras. (B, W2. 07-09-2015, 941)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Kaum lesbian dianggap menyimpang. (B, W3, 21-10-2015, 1183-1184)
Lesbian dianggap sebagai orang yang menjijikkan dan tidak normal. (B, W3, 21-10-2015, 1186-1187) 7
Anggapan informan mengenai Lesbian merupakan pilihan gaya seks Informan orientasi seksualnya
seksualnya
mengatakan merupakan
bahwa
orientasi
pilihan
yang
dibuatnya, yaitu pilihan gaya seks. (B, W1, 25-07-2015, 351)
Informan tidak menganggap bahwa orientasi seksualnya sebagai penyakit karena ia banyak mendapatkan informasi dari LSM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
yang dulu diikutinya. (B, W2, 07-09-2015, 966-969) 8
Sikap informan sebagai lesbian
Kecenderungan memendam apa yang Meskipun ekspresi informan terlihat kurang dirasakan
nyaman apabila mendengarkan anggapan negatif mengenai dirinya, namun ia memilih untuk diam dan tidak mau meributkan hal itu karena ia tahu bahwa dirinya juga salah. (B, W2, 07-09-2015, 806-810)
9
Perasaan lesbian
informan
sebagai Informan
merasa
malu
untuk Informan mengatakan bahwa ia merasa malu
menampilkan dirinya sebagai lesbian
menampilkan dirinya sebagai lesbian karena kebanyakan orang belum mau menerima kaum lesbian. (B, W1, 25-07-2015, 608-609)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Adanya rasa sakit hati dan malu
Informan merasa sakit hati dan malu. Informan
mengatakan
bahwa
wajar
mengalami rasa sakit hati dan malu karena ia merasa telah berbuat salah. (B, W2, 0709-2015, 767) (B, W2, 07-09-2015, 769-771)
Tidak nyaman
Informan merasa tidak nyaman saat ke gereja karena pasti orang-orang di gereja akan membicarakannya, apalagi dengan gaya berpakaiannya yang seperti laki-laki. Ia juga
merasa
tidak
nyaman
apabila
mendengarkan pendeta berkhotbah megenai pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
(B, W2, 07-09-2015, 911-912 & 920-926)
Informan takut apabila masyarakat Informan mengatakan bahwa ia merasa takut mengetahui sesama jenis
hubungannya
dengan apabila orangtua pasangannya mengetahui bahwa hubungan mereka, karena informan dan orangtua pasangannya telah menjalin hubungan yang sangat baik dan orangtua pasangannya sudah terlanjur baik dengan informan. (B, W1, 25-07-2015, 470-476)
Informan juga memikirkan anak-anaknya, mereka semakin hari semakin bertumbuh dan semakin mengerti, sehingga tentunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
mungkin mereka akan mengetahui diri informan yang sebenarnya. Ia juga tidak tahu kehidupannya harus bagaimana. Hal ini yang ia takutkan (B, W1, 25-07-2015, 476-480)
Informan juga takut kelak anak-anaknya tidak mau menerima dirinya yang lesbian. (B, W1, 25-07-2015, 655-657)
Informan juga merasa malu apabila ia menampilkan dirinya sebagai lesbian, maka orang pasti akan membicarakannya (B, W1, 25-07-2015, 612-614)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Informan juga merasa takut apabila ia ketahuan berpacaran dengan sesama jenis, ia akan diusir dari lingkungannya. (B, W2, 07-09-2015, 822-823) 10
Anggapan informan
orang
terhadap Anggapan informan
orang
ketika
melihat Ketika informan berjalan di suatu tempat, orang
yang
melihatnya
akan
membicarakannya bahwa ia itu lesbian atau perempuan suka dengan perempuan (B, W2, 07-09-2015, 757-759)
Orang yang melihat informan biasanya mengatakan bahwa informan adalah lesbian, atau perempuan suka dengan perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
(B, W3, 21-10-2015, 1151-1153)
Ketika orang melihat gaya informan dan melihat
informan
sedang
bersama
perempuan maka mereka akan menganggap bahwa
informan
berpacaran
dengan
perempuan tersebut. (B, W3, 21-10-2015, 1221-1224) 11
Dampak anggapan negatif dari Anggapan negatif mengenai lesbian Informan mengatakan bahwa ia merasa masyarakat informan
terhadap
sikap membuat informan merasa serba terganggu dan serba salah karena ia ingin salah jika ingin ke gereja
pergi beribadah tetapi omongan dan reaksi negatif dari orang ketika melihat informan, membuatnya tidak nyaman (B, W2, 07-09-2015, 926-931)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Dengan adanya anggapan negatif mengenai lesbian, informan menjadi jarang ke gereja karena dengan gaya berpakaian, ia akan mendapatkan omongan yang negatif dari orang-orang di gereja. (B, W2, 07-09-2015, 924-926)
Informan mengatakan bahwa ia maupun kaum
lesbian
lainnya
mendapatkan
penolakan seperti sindiran dari masyarakat. (B, W2, 07-09-2015, 1002-1005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Keluarga
dari
informan
juga
pernah
memberikan penolakan seperti sindiran. (B, W2, 07-09-2015, 1009-1019)
Informan mengatakan bahwa tidak adanya penerimaan dari lingkungannya (B, W2, 07-09-2015, 820-822)
Informan mengatakan bahwa anggapananggapan
negatif
mengenai
lesbian
membuatnya menjadi tertutup. Informan juga merasakan kesepian karena banyak orang yang beranggapan negatif mengenai lesbian sehingga informan menjadi takut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Anggapan negatif mengenai lesbian Informan merasa tidak nyaman dengan membuat informan menjadi tertutup omongan orang mengenai lesbian dan merasa tidak nyaman
(B, W3, 21-10-2015, 1153-1154 & 11731174)
Informan mengatakan bahwa dengan adanya anggapan membuat
negatif
mengenai
informan
tidak
lesbian, bisa
terbuka/tertutup, tidak bebas apabila ingin kemana-mana, dan menjadi malu apabila ingin jalan bersama perempuan. (B, W3, 21-10-2015, 1217-1220)
Informan tidak terlalu menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
dirinya sebagai lesbian hubungannya dengan dengan sesama jenis didepan umum (B, W1, 25-07-2015, 604-605) (B, W2, 07-09-2015, 826-827)
Dengan adanya anggapan negatif mengenai lesbian membuat informan tidak terlalu menampakkan
hubungan
dengan
pasangannya didepan umum (B, W2, 07-09-2015, 831-833)
Informan
mengatakan
bahwa
omongan
orang mengenai lesbian membuatnya merasa minder atau kurang percaya diri, sehingga ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
sering menghindar dari orang-orang yang suka membicarakannya mengenai lesbian. Saat ia berada di tempat yang mana orangorang membicarakan mengenai lesbian, maka ia akan pergi dari tempat itu atau menghindar. (B, W3, 21-10-2015, 1194-1199) 12
Dampak anggapan negatif dari Merasa malu
Informan merasa malu ketika mendengarkan
masyarakat terhadap perasaan
omongan
informan
lesbian, sehingga ia lebih memilih untuk
orang
disekitarnya
mengenai
pergi dan tidak mau mengingat omongan tersebut (B, W2, 07-09-2015, 986-989)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Informan merasa terganggu
Anggapan-anggapan
negatif
lesbian
informan
membuat
mengenai merasa
terganggu. (B, W2, 07-09-2015, 760-761)
Informan merasa terganggu apabila berada di
tengah-tengah
masyarakat
yang
memberikan anggapan negatif kepada kaum lesbian (B, W2, 07-09-2015, 972-973)
Adanya rasa sakit hati, kecewa dan Informan juga mengatakan bahwa ia merasa minder
sakit
hati
mendengarkan
anggapan-
anggapan negatif mengenai lesbian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
(B, W2, 07-09-2015, 765)
Informan merasa sakit hati dan tersinggung dengan anggapan negatif mengenai lesbian (B, W2, 07-09-2015, 984)
Informan merasa kecewa, sakit hati, minder dan malu karena anggapan-anggapan negatif mengenai lesbian (B, W3, 21-10-2015, 1191) (B, W3, 21-10-2015, 1193-1194)
Informan mengatakan bahwa yang namanya manusia pasti ada rasa sakit hati, malu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
kecewa dengan omongan orang mengenai lesbian. (B, W3, 21-10-2015, 1298-1300) (B, W3, 21-10-2015, 1324) 13
Anggapan informan mengenai Kebanyakan orang terlalu terpaku Informan menganggap bahwa kebanyakan orang-orang disekitarnya
dengan kitab suci
orang disekitarnya terlalu terpaku dengan Alkitab sehingga mereka sering memberikan anggapan negatif mengenai homoseksual (B, W2, 07-09-2015, 944-945)
Informan
menganggap
homoseksual
tidak
bahwa diterima
kaum karena
kebanyakan orang terlalu terpaku kepada kitab suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
(B, W2, 07-09-2015, 960-961) 14
Anggapan lesbian
agama
mengenai Berdasarkan sudut pandang agama, Kebanyakan orang beranggapan pasangan lesbian dianggap melanggar agama
sesama jenis itu melanggar agama dan melanggar perintah Tuhan, telah bersalah terhadap Tuhan, sehingga tidak adanya penerimaan. Apabila dalam Alkitab tidak tertulis bahwa perempuan harus berpasangan dengan laki-laki, maka dimanapun tentu kaum homoseksual akan diterima. (B, W2, 07-09-2015, 946-955)
Informan mengatakan bahwa ia juga orang beragama, dan memang dalam Alkitab tertulis bahwa adam diciptakan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
hawa, dan hawa harus mendampingi adam. (B, W3, 21-10-2015, 1257-1262 & 13251327)
Dalam kitab suci perempuan harus Informan mengatakan bahwa dalam kitab berpasangan dengan laki-laki
suci
yang
namanya
pasangan
adalah
perempuan berpasangan dengan laki-laki, sehingga apabila perempuan hidup bersama dengan perempuan tentu akan dianggap salah, karena dalam kitab suci tidak ada tertulis bahwa perempuan harus berpasangan dengan perempuan. (B, W2, 07-09-2015, 736-746) 15
Isi
pikiran
masyarakat Informan memilih isi pikiran yang Informan mengatakan bahwa ia memilih isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
homophobia yang didapatkan biasa ia dapatkan di lingkungannya
pikiran yang berbunyi kaum homoseksual
oleh informan
dianggap sebagai tidak normal, tabu dan menjijikkan. Informan memilih isi pikiran tersebut informan sering mendengarkan anggapan orang di Kupang yang sama seperti isi pikiran tersebut. (B, W3, 21-10-2015, 1127-1129)
Informan
juga
mengatakan
bahwa
ia
memilih isi pikiran yang mengatakan bahwa kaum lesbian dianggap sebagai pendosa. (B, W3, 21-10-2015, 1255-1257) 16
Internalized Homophobia
Membenarkan menginternalisasikan
dan Informan mengatakan bahwa ia menyakini anggapan hal yang sama atau memasukkan anggapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
negatif dari masyarakat mengenai negatif mengenai lesbian kedalam dirinya, lesbian
sehingga ia sering menghindar dari orangorang yang memberikan anggapan negatif mengenai lesbian. (B, W3, 21-10-2015, 1210-1214)
Informan
juga
membenarkan
anggapan
agama mengenai lesbian bahwa lesbian itu merupakan kaum berdosa karena informan juga merupakan orang beragama dan dalam Alkitab
tidak
ada
tertulis
homoseksual. (B, W3, 21-10-2015, 1257-1264)
mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Informan
juga
membenarkan
anggapan
orang mengenai lesbian karena dalam Alkitab tertulis bahwa hawa harus dengan adam, bukan hawa dengan hawa (B, W3, 21-10-2015. 1316-1318) (B, W3, 21-10-2015, 1327-1328) 17
Dampak homophobia
dari
internalized Tertutup/tidak terbuka dan tidak Informan menginternalisasikan anggapan bebas
mengekspresikan
sebagai lesbian
dirinya orang sehingga ia merasa was-was, sangat menutup diri dan tidak berani untuk jalan bersama perempuan didepan umum (B, W3, 21-10-2015, 1236-1240)
Karena
informan
menginternalisasikan
membenarkan anggapan
dan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
mengenai
lesbian
sehingga
ia
tidak
sembarangan jika ingin jalan bersama pasangannya,
atau
ingin
berhubungan
dengan lesbian. (B, W3, 21-10-2015, 1245-1249)
Karena
informan
menginternalisasikan
anggapan orang mengenai lesbian sehingga ia tidak bisa terbuka dan tidak bebas mengekspresikan dirinya. (B, W3, 21-10-2015, 1266-1269)
Karena
informan
menginternalisasikan
anggapan orang mengenai lesbian sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
informan
harus
tertutup,
tidak
bisa
menunjukkan dirinya yang lesbian, serta tidak
sembarangan
bergaul
dengan
perempuan. Informan juga takut keramaian, ingin ke gereja saja ia merasa takut. (B, W3, 21-10-2015, 1309-1316 & 13351341)
Karena
informan
menginternalisasikan
anggapan orang mengenai lesbian sehingga informan
menjadi
tertutup,
tidak
sembarangan dan menyembunyikan diri. (B, W3, 21-10-2015, 1328-1331)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Jarang ke gereja
Karena
informan
menginternalisasikan
anggapan orang mengenai lesbian sehingga membuatnya jarang ke gereja (B, W3, 21-10-2015, 1289-1291)
Tersiksa
Karena
informan
menginternalisasikan
anggapan orang mengenai lesbian sehingga ia merasa tersiksa. (B, W3, 21-10-2015, 1306-1307)
Berpikir
dan
bertanya-tanya Informan mengatakan bahwa ia pikiran dan
mengenai orientasi seksualnya
bingung apakah ia harus meninggalkan pasangan sesama jenisnya (B, W1, 25-07-2015, 619-620)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Informan bertanya apakah karena dirinya yang
lesbian
sehingga
Tuhan
menghukumnya?
Mungkin
Tuhan
menghukumnya akibat orientasi seksualnya (B, W1, 25-07-2015, 621-624)
Informan juga bertanya dalam dirinya akankah kelak anak-anaknya akan menerima keadaannya yang seperti ini, atau haruskah ia yang mengalah. (B, W1, 25-07-2015, 658-671) 18
Alasan informan membenarkan Informan membenarkan anggapan Informan anggapan
orang
menginternalisasikan
dan
mengenai mengenai lesbian karena ia adalah membenarkan anggapan orang mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
lesbian
orang beragama
lesbian karena ia adalah orang beragama dan ia terpaku dengan agama yang dianutnya. (B, W3, 21-10-2015, 1380-1381)
19
Adanya dilemma dengan isi Informan merasa bingung untuk Informan merasa dilemma karena apabila ia pikiran
bahwa
homoseksual membenarkan atau tidak isi pikiran membenarkan berarti ia juga menantang
dianggap tidak normal
bahwa homoseksual dianggap tidak dirinya sendiri dan menganggap omongan normal
orang itu benar. Ia juga menganggap bahwa orientasi seksualnya tidak normal. Namun apabila ia tidak membenarkan, ia juga menantang dirinya sendiri. Ia masih merasa bingung dan tidak bisa memilih antara membenarkan atau tidak. (B, W3, 21-10-2105, 1359-1365 & 13681374)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
20
Harapan
atau
keinginan Ingin adanya perubahan
informan sebagai lesbian
Informan pernah berkata bahwa suatu saat ia akan berubah namun dalam hati kecilnya ia tidak
ingin
berubah,
Ia
tidak
ikhlas
meninggalkan pasangan sesama jenisnya. (B, W1, 25-07-2015, 311-314)
Keinginan untuk bebas menampilkan Informan mengatakan bahwa ingin agar diri
orang
menerima
kaum
homoseksual
sehingga mereka tidak perlu takut dan menyembunyikan diri, serta dimanapun mereka berada, mereka tidak perlu berpurapura lagi. Apabila ingin bermesraan dengan pasangannya juga tidak perlu takut lagi. (B, W1, 25-07-2015, 546-552)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Keinginan untuk diterima
Informan ingin agar orang-orang di tempat tinggalnya menerima kaum lesbian sama seperti
diluar
negeri.
Ia
juga
ingin
keluarganya menerima dirinya yang seperti ini. (B, W1, 25-07-2015, 543-546)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
LAMPIRAN 4. TABEL KATEGORISASI INFORMAN KEDUA
No. 1
Kategori Tema
Sub-kategori Tema
Pernyataan Informan
Ketertarikan dengan sesama Awal tertarik dengan sesama jenis
Awalnya informan menyadari bahwa ia
jenis
tertarik dengan sesama jenis sejak SMA kelas 1. Saat itu, informan merasa simpati dengan kakak kelasnya. Waktu pertama melihat perempuan itu, informan langsung fans
dengan
perempuan
tersebut.
Kemudian informan mulai melakukan pendekatan dengan perempuan itu. (D, W1, 25-07-2015, 3-8)
Saat itu, informan merasa bahwa perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
yang diberikan oleh perempuan yang disukainya itu seperti berbeda. Karena perempuan perhatian
itu kepada
terlalu
memberikan
informan
sehingga
munculnya rasa suka kepada perempuan tersebut. Selain itu, sekolah informan merupakan sekolah khusus perempuan, sehingga informan banyak menghabiskan waktu dengan perempuan, dan akhirnya informan menjadi fans dengan perempuan yang
merupakan
kakak
kelasnya.
Meskipun awalnya informan merasa takut karena
informan
tidak
tahu
apakah
perempuan itu juga menyukai sesama jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
atau
tidak,
namun
informan
tetap
melakukan pendekatan dengan perempuan itu. (D, W1, 25-07-2015, 98-111)
Setelah pendekatan, akhirnya informan berpacaran dengan perempuan itu, namun informan
menutupi
hubungan
mereka
karena takut diketahui oleh pihak sekolah. Namun hubungan
akhirnya mereka,
orang
mengetahui
karena
mereka
ditangkap basah sedang mandi berdua. (D, W1, 25-07-2015, 114-116) 2
Denial
Adanya
penolakan
dalam
diri Informan menceritakan bahwa awalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
informan saat menyadari bahwa ia saat menyukai sesama jenis
ia
menyukai
perempuan
yang
merupakan kakak kelasnya, ia berbicara dengan dirinya sendiri „mengapa ia bisa menyukai sesama jenis, tidak boleh, tidak baik seperti itu‟. Namun mungkin karena rasa suka informan yang sangat besar kepada
perempuan
tersebut,
sehingga
membuatnya tidak bisa berpikir lagi. (D, W1, 25-07-2015, 128-131)
Awalnya informan menolak mengenai dirinya yang menyukai sesama jenis. Tetapi seperti yang telah informan katakan, bahwa mungkin karena rasa suka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
besar
terhadap
informan
juga
perempuan merasa
tersebut,
jatuh
cinta
dengannya, sehingga membuat informan tidak bisa berpikir lagi. (D, W1, 25-07-2015, 134-138) 3
Perasaan lesbian
informan
sebagai Informan merasa malu, minder, galau, Informan mengatakan bahwa ia merasa takut dan rasa bersalah
malu, dan tidak mau menampilkan dirinya sebagai lesbian didepan umum. Ia merasa malu. (D, W1, 25-07-2015, 151-154)
Informan merasa malu apabila orang mengetahui dirinya lesbian. (D, W1, 25-07-2015, 160, 394)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
(D, W2, 07-09-2015, 624-625)
Informan juga merasa minder dan tidak nyaman
ketika
keluarga
besarnya
berkumpul dan menanyakan mengapa gaya informan seperti laki-laki (D, W1, 25-07-2015, 199-201 & 207-209)
Informan juga mengatakan bahwa ia merasa galau dalam menampilkan dirinya sebagai lesbian (D, W1, 25-07-2015, 332) (D, W2, 07-09-2-15, 709-711)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Informan
merasa
menganggap
malu
bahwa
karena
pilihannya
ia
sudah
salah. (D, W1, 25-07-2015, 404-405 & 593)
Informan merasa sangat takut dan malu apabila orang mengetahui dirinya yang lesbian (D, W1, 25-07-2015, 408, 488-489 & 495496)
Informan merasa malu apabila ia ditolak atau dipermalukan. Apalagi orangtuanya tidak
mengajarkannya
untuk
menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
lesbian. (D, W1, 25-07-2015, 440-443)
Adanya rasa tidak nyaman
Informan mengatakan bahwa sebenarnya ia merasa tidak nyaman karena tidak bebas menampilkan dirinya yang lesbian. (D, W1, 25-07-2015, 446-447 & 449-450)
Takut
dirinya
diketahui
lesbian
sebagai Informan mengatakan bahwa ia merasa sangat takut apabila orang mengetahui dirinya lesbian (D, W1, 25-07-2015, 391-392)
Takut
akan
dibicarakan
apabila Informan mengatakan bahwa ia merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
masyarakat mengetahui dirinya lesbian malu
dan
takut
karena
apabila
ia
menampilkan dirinya sebagai lesbian maka orang-orang
disekitarnya
akan
membicarakannya (D, W1, 25-07-2015, 379-380) (D, W2, 07-09-2015, 631-632)
Informan mengatakan bahwa orang akan membicarakannya
apabila
mengetahui
mengenai dirinya yang lesbian. (D, W1, 25-07-2015, 403-404 & 469-470)
Takut berelasi dengan oranglain
Informan mengatakan bahwa saat ia mau berteman dengan orang lain, ia melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
terlebih dahulu seperti apa orangnya, karena ia takut dengan gayanya yang seperti ini, orang tersebut tidak mau berteman dengannya. (D, W1, 25-07-2015, 457-462)
Takut
dianggap
sebagai
penyakit
orang Informan
merasa
takut
apabila
ia
menunjukkan diri sebagai lesbian, maka orang akan menganggapnya sebagai orang penyakit. (D, W2, 07-09-2015, 656) (D, W3, 26-10-205, 901-903)
Takut dianggap tidak waras
Informan
merasa
takut
apabila
ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
menampilkan dirinya sebagai lesbian, ia akan dianggap tidak waras/tidak normal. Jadi
daripada
informan
dianggap
memilih
seperti untuk
itu, tidak
menunjukkan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 836-839)
Takut akan diejek dan ditolak
Informan merasa takut apabila orang mengetahui dirinya lesbian, maka pasti ia akan diejek dan ditolak atau tidak diterima. Informan mengatakan bahwa ia memiliki rasa takut yang sangat besar. (D, W3, 26-10-2015, 850-852) (D, W3, 26-10-2015, 1064-1065)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Informan mengatakan bahwa apabila orang mengetahui dirinya lesbian, maka pasti informan akan diejek. (D, W2, 07-09-2015, 628-629)
Takut
mempermalukan
karena orientasi seksualnya
keluarga Informan
mengatakan
bahwa
orang
terdekatnya akan merasa malu apabila mereka mengetahui dirinya yang lesbian. Mereka juga pasti akan sakit hati dan kecewa
apabila
mengetahui
dirinya
lesbian. Apalagi orangtua dari informan, yang masih kurang pemahaman mengenai lesbian, tentu mereka akan anggap bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
pilihan informan salah. (D, W3, 26-10-2015, 864-874)
Takut akan dijauhi dan ditinggalkan Informan oleh orang-orang disekitarnya
disekitarnya
merasa akan
meninggalkannya
takut
orang-orang
menjauhinya apabila
dan
mereka
mengetahui bahwa informan menyukai sesama jenis. Jadi sebaiknya informan tidak menampilkan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 1114-1117) 4
Latar informan
belakang
keluarga Jumlah saudara informan
Informan merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Dua saudara perempuan, dan tiga saudara laki-laki. (D, W1, 25-07-2015, 169-171)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Relasi dengan keluarga
Informan mengatakan bahwa relasinya dengan keluarga terjalin dengan baik. (D, W1, 25-07-2015, 175-176)
5
Pandangan informan mengenai Menganggap dirinya berbeda
Informan mengatakan bahwa dirinya yang
dirinya
paling berbeda dalam keluarga. Yang mana informan
adalah
perempuan,
tetapi
informan bergaya seperti laki-laki, dan membuat informan merasa minder/kurang percaya diri apabila berada ditengah keluarga. (D, W1, 25-07-2015, 176-177 & 186-189)
Menganggap dirinya keras kepala
Informan menganggap dirinya keras kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
karena gayanya,
ketika ia
keluarga cenderung
mengomentari malas
untuk
menanggapi. (D, W1, 25-07-2015, 260-262)
Merasa tidak ada jati diri
Informan merasa bingung dengan dirinya saat ini. Ia juga merasa aneh, buyar, merasa dirinya tidak jelas, dan tidak ada jati diri. (D, W1, 25-07-2015, 312-313) (D, W3, 26-10-2015, 840-842)
Menganggap dirinya salah
Informan menganggap bahwa dirinya tidak benar/salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
(D, W1, 25-07-2015, 316-318) 6
Pandangan keluarga mengenai Keluarga penampilan informan
informan
selalu Informan
mengatakan
bahwa
apabila
mempertanyakan dan mengomentari keluarga sedang berkumpul, mereka akan gayanya yang seperti laki-laki
menanyakan mengapa informan bergaya seperti laki-laki. Mereka juga menegur informan karena gayanya yang sangat tomboy. (D, W1, 25-07-2015, 189-195)
Ayah dan saudara laki-laki dari informan sering mengomentari gaya informan yang seperti laki-laki. Mereka juga menegur informan karena ia memotong rambut pendek seperti laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
(D, W1, 25-07-2015, 257-260) 7
Pandangan informan terhadap Ibu keluarganya
dari
informan
tidak
terlalu Informan mengatakan bahwa ibunya tidak
mempermasalahkan gaya informan, terlalu mengomentari gayanya yang seperti namun mempermasalahkannya.
ayahnya laki-laki,
namun
biasanya
ayahnya
mengomentari gaya informan, misalnya saat informan memotong rambut pendek seperti laki-laki, ayahnya memarahinya. Ibunya
jarang mengomentari
gayanya
mungkin karena ibunya mengerti bahwa informan sudah bergaya seperti ini sejak kecil. (D, W1, 25-07-2015, 212-214, 230-232 & 254-257)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Informan menganggap bahwa ayahnya Informan mengatakan bahwa ayahnya tegas
memiliki sifat yang keras atau tegas, misalnya saat informan memotong rambut yang
pendek,
maka
ayahnya
akan
mengomentari gaya rambutnya. (D, W1, 25-07-2015, 217 & 221-226)
Lebih dekat dengan ibu karena ibunya Informan mengatakan bahwa ia lebih dekat tidak banyak komentar
dengan ibunya karena ibunya tidak banyak komentar mengenai gaya informan yang seperti laki-laki (D, W1, 25-07-2015, 235-237)
Saudara laki-lakinya memarahi gaya Informan mengatakan bahwa saudara laki-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
informan yang seperti laki-laki
lakinya akan langsung memarahi dan melarang informan apabila ia bergaya seperti laki-laki. (D, W1, 25-07-2015, 247-250)
8
Masa kecil informan
Sejak kecil informan sudah bergaya Informan menceritakan bahwa sejak kecil seperti laki-laki
ia sudah bergaya seperti laki-laki. Sejak kecil informan hanya bermain permainan laki-laki. Informan tidak suka bermain permainan
wanita.
Pakaian-pakaian
perempuan yang dibeli oleh ibunya, ia tidak pernah sentuh, labelnya saja masih ada karena ia tidak pernah mengenakan pakaian-pakaian tersebut. (D, W1, 25-07-2015, 279-286)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
9
Anggapan masyarakat Kupang Masyarakat mengenai lesbian
Kupang
memberikan Kebanyakan orang menganggap lesbian
anggapan negatif mengenai lesbian
sebagai penyakit dan mereka merasa jijik dengan kaum lesbian (D, W1, 25-07-2015, 295-296, 301-302 & 340-341) (D, W2, 07-09-2015, 643-646 & 648-649) (D, W3, 26-10-2015, 799-804, 809-812 & 824-827)
Orang menganggap bahwa lesbian itu tidak normal dan salah sehingga mereka tidak akan menerima kaum lesbian. (D, W1, 25-07-2015, 405-407 & 497-500) (D, W2, 07-09-2015, 629-630)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Orang
yang
menyukai
sesama
jenis
dianggap salah. (D, W1, 25-07-2015, 412-416) (D, W2, 26-10-2015, 735)
Apabila orang-orang disekitarnya melihat kaum
lesbian,
maka
mereka
akan
mengatakan bahwa lesbian itu tidak waras karena menyukai sesama jenis dan harus disembuhkan. (D, W1, 25-07-2015, 419-425)
Kebanyakan orang menganggap lesbian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
berdosa (D, W2, 07-09-2015, 754-757)
Kebanyakan orang menganggap lesbian sebagai kaum yang menyimpang dan tidak waras. (D, W3, 26-10-2015, 1007-1009) (D, W3, 26-10-2015, 1034-1042) 10
Sikap informan sebagai lesbian
Sikap
informan
lingkungannya
ditengah Informan
tidak
pernah
menampilkan
dirinya sebagai lesbian. (D, W1, 25-07-2015, 377-378)
Informan juga tidak berani apabila harus terbuka kepada oranglain mengenai dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
yang lesbian. (D, W1, 25-07-2015, 382-384)
Karena sehingga
belum
adanya
informan
tetap
penerimaan, menjalani
orientasi seksualnya dengan tertutup atau tanpa menunjukkan didepan umum. (D, W1, 25-07-2015, 432-434) (D, W3, 26-10-2015, 1109-1110 & 11121113)
Informan
juga
sangat
membatasi
pertemanannya karena takut akan mulut orang-orang disekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
(D, W1, 25-07-2015, 463-467) 11
Dampak dari orientasi
Menutup diri
seksualnya
Sebagai lesbian, informan tidak berani untuk terbuka atau menampilkan diri didepan umum. (D, W1, 25-07-2015, 348-352)
Tidak nyaman
Informan merasa tidak nyaman karena harus
tertutup
dan
tidak
bebas
mengekspresikan dirinya sebagai lesbian (D, W1, 25-07-2015, 453-457)
Informan merasa tidak nyaman dan tidak bebas berekspresi dan harus tertutup (D, W1, 25-07-2015, 467-469)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Informan merasa bersalah kepada Tuhan karena
Tuhan
sudah
berbuat
baik
terhadapnya, memberikannya kehidupan hingga saat ini, namun ia masih berbuat seperti ini. Ia tidak tahu sampai kapan ia akan hidup dengan pilihannya. Informan merasa bersalah kepada Tuhan dan tidak tahu harus berbuat apa. (D, W2, 07-09-2015, 693-700)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Rasa bersalah kepada Tuhan dan Ketika merasa berdosa
informan
ke
gereja
dan
mendengarkan khotbah pendeta mengenai pasangan, informan langsung merasa telah berdosa terhadap Tuhan (D, W2, 07-09-2015, 748-750, 752-753)
Penolakan
Kaum
lesbian
sering
mendapatkan
penolakan seperti ejekan, dan anggapan negatif. (D, W2, 07-09-2015, 721-722 & 733-734)
Menurut informan, penolakan adalah hal yang wajar dialami oleh kaum lesbian (D, W3, 26-10-2015, 1107)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Rasa bersalah kepada keluarga
Informan memikirkan apabila orangtuanya mengetahui bahwa informan menyukai sesama jenis, ia tidak tahu harus berbuat apa. Informan merasa mereka akan malu apabila mengetahui mengenai dirinya, karena orangtuanya tidak mengajarkan informan untuk menjadi seorang lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 852-857)
Informan memikirkan apabila orangtua mengetahui bahwa dirinya lesbian, tentu mereka akan merasa kecewa, sakit hati dan mungkin mereka tidak akan menerima informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
(D, W3, 26-10-2015, 1060-1063) 12
Dampak dari anggapan negatif
Ketidakbebasan dalam menampilkan Informan mengatakan bahwa anggapan
mengenai lesbian
diri sebagai lesbian
negatif mengenai lesbian membuatnya tidak bebas untuk menampilkan dirinya sebagai lesbian (D, W1, 25-07-2015, 449-450)
Anggapan orang mengenai lesbian sangat menganggu informan sehingga membuat merasa malu untuk menampilkan dirinya sebagai lesbian (D, W2, 07-09-2015, 653-655)
Informan
merasa
tidak
bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
mengekspresikan dirinya karena adanya omongan sehingga
negatif ia
mengenai
harus
lesbian
menyembunyikan
dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 846-849)
Malu
menampilkan
diri
sebagai Informan mengatakan bahwa ketika ia
lesbian
mendengarkan anggapan negatif mengenai lesbian, ia langsung merasa malu dan takut menunjukkan dirinya sebagai lesbian. (D, W2, 07-09-2015, 756-757)
Tidak
berani
sebagai lesbian
menunjukkan
diri Anggapan membuat
negatif informan
mengenai
lesbian
sangat
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
berani/takut untuk menunjukkan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 833-839 & 883-887)
Minder/kurang percaya diri dan tidak Anggapan nyaman
negatif
mengenai
lesbian
membuat informan menjadi minder atau kurang percaya diri dalam menampilkan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 993-994)
Informan juga merasa tidak nyaman, malu dan
minder
karena
omongan
mengenai lesbian (D, W3, 26-10-2105, 953-956)
orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Serba salah
Informan mengatakan bahwa ia merasa serba salah, disatu sisi ia ingin bebas mengekspresikan diri
sebagai
lesbian,
namun disisi lain karena banyak orang yang
mengatakan
penyakit, untuk
sehingga
bahwa
lesbian
itu
mempengaruhinya
mengekspresikan
diri
sebagai
lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 924-930)
Informan merasa sakit hati, malu, Informan mengatakan bahwa ia merasa takut dan stress
sakit hati, malu, takut dan stress ketika mendengarkan anggapan negatif mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 1048) 13
Pandangan informan mengenai
Pandangan
informan
mengenai Informan mengatakan bahwa pasangan
pasangan
pasangan yang pada umumnya
pada umumnya yaitu laki-laki berpasangan dengan
perempuan.
perempuan
Namun
berpasangan
apabila dengan
perempuan, tentu memalukan. (D, W2, 07-09-2015, 625-627)
Pandangan
informan
pasangan yang normal
mengenai Informan mengatakan bahwa secara logika pasangan yang normal adalah laki-laki dan perempuan, keturunan.
yang
bisa
Apabila
menghasilkan perempuan
berpasangan dengan perempuan tentu tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
bisa menghasilkan keturunan dan bukan merupakan pasangan pada umumnya, serta tidak mungkin pendeta mau menikahkan sesama jenis. (D, W2, 07-09-2015, 670-676) (D, W3, 26-10-2015, 893-901) 14
Pandangan informan mengenai
Menyukai sesama jenis dianggap tidak Informan mengatakan bahwa pilihannya
orientasi seksualnya
wajar
ini tidak wajar karena bukan seperti pasangan pada umumnya. (D, W2, 07-09-2015, 640-643)
Merasa telah menodai ciptaan Tuhan
Informan mengatakan bahwa Tuhan sudah menciptakan laki-laki dan perempuan, sedangkan ia mengambil jalan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
lesbian, secara otomatis ia telah menodai ciptaan Tuhan. (D, W2, 07-09-2015, 689-693)
Menganggap telah melanggar aturan Informan mengatakan bahwa mungkin di Indonesia
orientasi seksualnya dianggap salah karena tidak ada aturan di Indonesia yang membolehkan
perempuan
menyukai
perempuan. (D, W3, 26-10-2015, 1005-1007) 15
Isi pikiran masyarakat
Informan
memilih
homophobia yang didapatkan
masyarakat homophobia yang biasa ia isi pikiran yang berbunyi kebanyakan
dan didengarkan oleh informan
dengarkan
atau
lingkungannya
isi
dapatkan
pikiran Informan mengatakan bahwa ia memilih
dari orang menganggap kaum homoseksual tidak
normal,
tabu
dan
menjijikkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Kemudian dalam konteks agama, lesbian dianggap
sebagai
kaum
pendosa.
Selanjutnya, isi pikiran yang mengatakan bahwa dari sudut pandang opini publik, homoseksual
dianggap
sebagai
penyimpangan sosial karena fenomena tersebut tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Informan memilih isi pikiran tersebut informan sering mendengarkan anggapan orang di Kupang yang sama seperti isi pikiran tersebut. (D, W3, 26-10-2015, 783-794) 16
Vicarious learning
Informan takut menunjukkan dirinya Informan mengatakan bahwa ia belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
sebagai lesbian karena banyak kenalan mendapatkan omongan negatif mengenai atau teman-teman sesama lesbian yang lesbian secara langsung, karena ia belum mendapatkan penolakan ketika mereka pernah menampilkan diri sebagai lesbian
menunjukkan
dirinya
sebagai
lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 879-883)
Informan menceritakan bahwa ia belum pernah mendapatkan omongan negatif mengenai lesbian secara langsung, ia hanya mendengarkan cerita dari temannya yang juga lesbian. Temannya menceritakan bahwa ketika temannya ke gereja, ia mendapatkan omongan yang negatif. Saat mendengar
cerita
tersebut
membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
informan menjadi malas untuk ke gereja. (D, W3, 26-10-2015, 960-967)
Saat
berkumpul
lesbian,
dengan
teman-teman
teman-temannya
menceritakan
mengenai penolakan dan diskriminasi yang pernah mereka alami. Salah satu temannya meceritakan bahwa tentangganya pernah mengatakan bahwa lesbian itu berdosa dan harus
bertobat.
Mendengarkan
cerita
tersebut membuat informan menjadi tidak berani untuk menampilkan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 975-986)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
17
Internalized homophobia
Membenarkan
dan Informan mengatakan bahwa mungkin
menginternalisasikan anggapan negatif memang dari masyarakat mengenai lesbian
orientasi
seksualnya
bukan
penyakit, namun karena kebanyakan orang menganggap seperti itu, sehingga secara otomatis informan juga merasa takut menampilkan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 903-907)
Untuk isi pikiran yang mengatakan bahwa dalam konteks agama, lesbian dianggap kaum
pendosa.
anggapan
Informan
tersebut
karena
Kupang masih sangat
kuat
menyetujui agama
di
sehingga
informan merasa tentu perempuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
menyukai perempuan telah melanggar agama. Informan juga merupakan orang beragama, di Alkitab tidak ada tertulis untuk membolehkan perempuan menyukai perempuan, sehingga informan merasa ada benarnya omongan atau anggapan orang. (D, W3, 26-10-2015, 935-942, 989-992, 1023-1027)
Untuk isi pikiran yang mengatakan bahwa homoseksual dianggap menyimpang dari nilai dan norma, informan membenarkan anggapan tersebut karena di Indonesia tidak ada tertulis untuk membolehkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
perempuan menyukai perempuan. Selain itu, dari sononya orang sudah mengetahui bahwa pasangan yang pada umumnya adalah laki-laki dan perempuan, bukan perempuan dengan perempuan, atau lakilaki dengan laki-laki. (D, W3, 26-10-2015, 1034-1042)
Informan merasa bahwa penolakan itu wajar karena memang lesbian itu tidak normal dan bukan seperti wanita pada umumnya. (D, W3, 26-10-2015, 1104-1107) 18
Dampak dari internalized
Takut
menunjukkan
diri
sebagai Informan mengatakan bahwa apabila ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
homophobia
lesbian
tidak menyakini hal yang sama seperti anggapan orang maka ia tidak mungkin harus takut menunjukkan diri sebagai lesbian. Omongan orang mengenai lesbian menjadi pengaruh bagi informan dalam menampilkan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 912-917)
Karena kebanyakan orang menganggap bahwa lesbian sebagai penyakit, sehingga otomatis informan menginternalisasikan omongan tersebut kedalam dirinya yang membuatnya
takut
sebagai lesbian.
menunjukkan
diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
(D, W3, 26-10-2015, 903-907)
Merasa berdosa
Karena
informan
anggapan
orang
pandang
agama,
menginternalisasikan berdasarkan sehingga
sudut
membuat
informan merasa berdosa, ia merasa telah mengotori ciptaan Tuhan, dan informan juga merasa tidak pantas datang kepada Tuhan. Informan beranggapan mungkin Tuhan akan menghukumnya apabila ia terus seperti ini. (D, W3, 26-10-2015, 1027-1030)
Serba
salah,
takut,
malu
dan Informan
mengatakan
bahwa
karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
minder/kurang percaya diri
kebanyakan orang beranggapan negatif mengenai lesbian, sehingga informan juga berpikir bahwa ada betulnya juga omongan orang karena memang pasangan yang normal adalah perempuan dan laki-laki. Hal ini membuat informan pikiran hingga hampir
stress.
Informan
memikirkan
mengenai benar atau tidak pilihannya. Informan merasa serba salah, tidak tahu harus berbuat apa. (D, W3, 26-10-2015, 1050-1060)
Informan
mengatakan
bahwa
karena
omongan orang yang negatif mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
lesbian dan ia juga menginternalisasikan omongan tersebut, sehingga membuatnya tidak berani menampilkan diri sebagai lesbian. Informan sama sekali belum pernah
menampilkan
dirinya
sebagai
lesbian. Hal ini membuat informan sangat takut,
malu
menunjukkan
dan dirinya
minder
untuk
sebagai
lesbian
karena pasti orang akan membicarakan yang negatif mengenai dirinya (D, W3, 26-10-2015, 1081-1092)
Informan
mengatakan
bahwa
ia
memikirkan mengapa dirinya bisa seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
ini, ia merasa serba salah. (D, W1, 25-07-2015, 380-382)
Berpikir dan bertanya-tanya apakah Informan mengatakan bahwa terkadang ia hidupnya sudah benar atau salah, memikirkan dan bertanya dalam dirinya wajar atau tidak wajar
apakah kehidupannya sudah benar atau salah. (D, W1, 25-07-2015, 318-319)
Informan mengatakan bahwa terkadang ia berpikir
dan
bertanya
dalam
dirinya
mengenai wajar atau tidak jatuh cinta dengan perempuan. (D, W1, 25-07-2015, 323-325)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Terkadang informan juga memikirkan mengapa ia bisa seperti ini, akankan kelak ia bisa berubah atau tidak, ia tidak tahu mengenai hal itu. (D, W1, 25-07-2015, 595-598) (D, W3, 26-10-2015, 1069-1071) 19
Anggapan agama mengenai
Ajaran berdasarkan kitab suci
lesbian
Informan mengatakan bahwa dalam agama yang dianutnya yaitu agama kristen, tidak ada tertulis dalam kitab suci mengenai perempuan boleh menyukai perempuan. (D, W3, 26-10-2015, 972-975)
20
Harapan atau keinginan informan sebagai lesbian
Ingin adanya perubahan
Informan mengatakan bahwa ia ingin merubah dirinya. Menurutnya perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
itu harus ada, apalagi jalan yang ia ambil sudah sangat salah. Namun untuk mau merubah diri butuh proses yang tidak tahu kapan bisa dilakukan. (D, W1, 25-07-2015, 325-329, 472-473)
Informan merasa jalan yang ia ambil salah, sehingga ia meminta bantuan Tuhan untuk berubah. (D, W1, 25-07-2015, 598-600)
Informan ingin berubah menjadi wanita pada umumnya karena ia merasa dirinya saat ini bukan merupakan wanita pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
umumnya. (D, W1, 25-07-2015, 551-552)
Informan ingin berubah menjadi wanita pada umumnya agar dapat diterima oleh banyak orang. (D, W1, 25-07-2015, 555-558)
Keinginan untuk diterima
Informan mengatakan bahwa ia ingin adanya
penerimaan
dari
orang-orang
disekitarnya sehingga kaum lesbian tidak perlu tertutup atau menyembunyikan diri. (D, W1, 25-07-2015, 204-206, 558-462) (D, W3, 26-10-2015, 1128-1131)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Ingin bebas mengekspresikan diri
Informan mengatakan bahwa ia ingin bebas mengekspresikan dirinya sebagai lesbian. (D, W3, 26-10-2015, 925-926)