OPTIMASI USAHATANI SAYURAN DENGAN SISTEM DIVERSIFIKASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI Ade Maulana Farid 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
[email protected] Hj. Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] M. Iskandar Ma’moen 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan aktual dan pendapatan hasil optimasi usahatani sayuran sistem diversifikasi dengan kendala sumberdaya petani berupa kepemilikan lahan, luasan lahan minimum, tenaga kerja, dan modal. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada seorang petani usahatani sayuran dengan sistem diversifikasi di Desa Sukahaji Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan aktual petani yaitu sebesar Rp 6.122.693 dan pendapatan masksimum setelah dioptimasi yaitu sebesar Rp 6.807.570. Pengalokasian sumberdaya petani berupa faktor-faktor produksi yang optimal yaitu pada musim kemarau tanaman yang diusahakan adalah mentimun seluas 0,49 hektar dan musim hujan tanaman kacang panjang seluas 0,49 hektar, penggunaan tenaga kerja musim kemarau terpakai semua dan musim hujan menjual sebanyak 57,85 HKP, penggunaan modal musim kemarau yaitu sebesar Rp 13.635.500 dan pada musim hujan sebesar Rp 12.400.680. Perbedaan antara pendapatan aktual dengan pendapatan maksimum yaitu sebesar Rp 684.877 atau 11,19 persen. Kata kunci: Optimasi, Diversifikasi, LP
ABSTRACT This study aimed to determine the actual income and optimization results income of diversified vegetable farming systems with resource of farmers constraints in the form of land ownership, minimum land area, labor, and capital. The research method used in this study was case study on a vegetable farmer with diversification farming system at the Sukahaji village on Subdistrict of Cihaurbeuti in Disctrict of Ciamis. The results of this study showed that the actual income of farmers amounting to Rp 6.122.693 and the masksimum income after optimizations in the amount of Rp 6.807.570. Allocation of farmers resource in the form of production factors that is optimal namely when the dry season cultivated plants were cucumber with the area of 0,49 hectares and when the rainy season cultivated plants were bean with the area of 0,49 hectares, the application of labor used up all in the dry season and the rainy season to sold as many as 57,85 HKP, the application of capital in the dry season amount of Rp 13.635.500 and the rainy season Rp 12.400.680. The difference between the actual income with maximum income was equal to Rp 684.877 or 11.19 percent. Key word: Optimization, Diversified, LP PENDAHULUAN Indonesia sampai saat ini masih dikenal sebagai negara yang kaya akan sumberdaya alamnya. Sumberdaya alam yang paling dominan terdapat pada sektor pertanian. Oleh karena itu, negara kita dikenal sebagai negara agraris atau negara pertanian. Sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia secara nasional mempunyai peranan yang sangat penting. Hal tersebut bisa terlihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2011 sampai dengan Triwulan III, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) tumbuh sebesar 3,07 persen, tingkat pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 yang hanya sebesar 2,86 persen. Pertumbuhan tersebut berasal dari subsektor perkebunan sebesar 6,06 persen, disusul dengan subsektor peternakan sebesar 4,23 persen dan subsektor tanaman bahan makanan sebesar sebesar 1,93 persen. Kontribusi PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) terhadap PDB nasional pada tahun 2011 tersebut mencapai 11,88 persen lebih tinggi daripada 2010 yang baru mencapai 11,49 persen. Pertanian juga sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa penanaman atau usahatani (pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan), peternakan dan
perikanan. Soenoeadji (2001) dalam Karmini dan Syarifah Aisyah A (2008) subsektor
tanaman
hortikultura
merupakan
cabang
ilmu
pertanian
yang
membicarakan masalah budidaya tanaman yang menghasilkan buah, sayuran, tanaman hias, dan bahan baku obat tradisional serta rempah-rempah. Salah satu tanaman yang termasuk dalam subsektor hortikultura yaitu tanaman sayuran. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan utama bagi masyarakat Indonesia tanaman sayur-sayuran mempunyai banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Banyak sekali jenis sayuran yang bisa ditemui dan tersedia di pasaran, mulai dari pasar tradisional hingga supermarket. Biasanya sayuran diolah menjadi masakan baik itu tumisan ataupun rebusan. Meski demikian, kadang sayuran juga dikonsumsi mentah sebagai lalapan. Melihat dari tingginya permintaan akan sayuran, tak heran jika budidaya sayuran dianggap sebagai salah satu lahan bisnis yang cukup menjanjikan. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Produksi pertanian dipengaruhi oleh faktor produksi diantaranya yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan kemampuan manajemen. Sumbangan lahan berupa unsur tanah dan sifat-sifat tanah yang tidak dapat dirusakkan dengan mana hasil pertanian dapat diperoleh sangat diperlukan dalam usahatani (Mubyarto, 1995). Menurut Hernanto (1996) dalam Karmini dan Syarifah Aisyah A (2008), kegiatan usahatani bertujuan agar memperoleh keuntungan maksimal, namun hal itu hanya dapat dicapai apabila penggunaan faktor produksi dalam keadaan optimal. Produksi optimal memiliki arti produksi yang dapat dicapai dengan suatu pertimbangan atau tujuan tertentu. Salah satu tujuan usahatani adalah mencapai keuntungan maksimal. Keuntungan maksimal akan dicapai bila petani telah menggunakan faktor produksi secara efisien. Luas lahan akan mempengaruhi produksi dan keuntungan usahatani. Penentuan jumlah lahan optimal yang tepat merupakan salah satu cara meningkatkan produksi dengan tujuan mencapai keuntungan maksimal.
Namun laju pertumbuhan penduduk yang tinggi saat ini membuat permintaan terhadap lahan semakin terus meningkat berbanding terbalik dengan keberadaan lahan yang bersifat tetap, sehingga keadaan tersebut menyebabkan lahan pertanian menjadi berkurang dan menyempit sehingga dapat mempengaruhi efisiensi usahatani akibat dari adanya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian baik menjadi perumahan maupun bangunan lainnya. Selain itu, semakin menyempitnya lahan yang menyebabkan tidak efisiensinya usahatani juga dipengaruhi karena adanya perpecahan (division) dan perpencaran (fragmentasi) lahan. Perpecahan lahan atau tanah adalah pembagian milik seseorang ke dalam bidang atau petak-petak kecil, untuk diberikan pada ahli waris pemilik tanah tersebut, sedangkan perpencaran yaitu kenyataan adanya sebuah usahatani di bawah satu manejemen yang terdiri atas beberapa bidang yang berserakserak. Oleh karena itu perlu adanya suatu usaha agar produksi pertanian tetap terjaga dengan cara mengoptimalkan sumberdaya yang ada. Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam pembangunan pertanian yaitu dikenal usahatani dengan sistem diversifikasi. Usahatani divesifikasi adalah suatu usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya suatu model perencanaan agar usahatani dengan sistem diversifikasi tersebut dapat mencapai produksi yang optimal dengan tujuan mendapat pendapatan yang maksimum bagi petani. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Optimasi Usahatani Sayuran Dengan Sistem Diversifikasi Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani” di Desa Sukahaji Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus terhadap seorang petani dengan usahatani sayuran sistem diversifikasi di Desa Sukahaji, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja atau purposive. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
Teknik penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive atau sengaja terhadap seorang petani yang mengusahakan usahatani diversifikasi secara kontinyu di Desa Sukahaji, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Kerangka Analisis Pendekatan analisis program linier yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model maksimisasi, yaitu memaksimumkan pendapatan bersih atau keuntungan dari pola usahatani diversifikasi seorang petani di Desa Sukahaji Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Formulasi fungsi tujuan dan fungsi kendala yang digunakan adalah sebagai berikut: Fungsi tujuan: Memaksimumkan Pendapatan Z = (C1X1 + C2X2 + C3X3 + C4X4 + C5X5 + C6X6 + C7X7 + C8X8) - (C9X9) -
(C10X10) + (C11X11) + (C12X12) - (C13X13) - (C14X14)
Fungsi kendala: 1) Lahan maksimum : C1X1 + C2X2 + C3X3 + C4X4 ≤ b1 C5X5 + C6X6 + C7X7 + C8X8 ≤ b2 2) Luasan minimum : C1X1 + C2X2 + C3X3 + C4X4 ≥ b3 C5X5 + C6X6 + C7X7 + C8X8 ≥ b4 3) Tenaga kerja
: C1X1 + C2X2 + C3X3 + C4X4 - C9X9 + C11X11 ≤ b5 C5X5 + C6X6 + C7X7 + C8X8 - C10X10 + C12X12 ≤ b6
4) Modal
: C1X1 + C2X2 + C3X3 + C4X4 ≤ b7 - C13X13 ≤ b7 C5X5 + C6X6 + C7X7 + C8X8 ≤ b8 - C14X14 ≤ b8
Keterangan: C1- C8 = Koefisien variabel aktivitas X1- X8 berupa pendapatan bersih C9- C10 = Koefisien variabel aktivitas X9- X10 berupa harga sewa tenaga kerja C11- C12 = Koefisien variabel aktivitas X11- X12 berupa harga jual tenaga kerja C13- C14 = Koefisien variabel aktivitas X13- X14 berupa bunga modal pinjaman X1 = Luas lahan kacang panjang musim kemarau X2 = Luas lahan tomat musim kemarau X3 = Luas lahan mentimun musim kemarau X4 = Luas lahan terung musim kemarau
X5 = Luas lahan kacang panjang musim hujan X6 = Luas lahan tomat musim hujan X7 = Luas lahan mentimun musim hujan X8 = Luas lahan terung musim hujan X9 = Sewa tenaga kerja musim kemarau X10 = Sewa tenaga kerja musim hujan X11 = Jual tenaga kerja musim kemarau X12 = Jual tenaga kerja musim hujan X13 = Pinjam modal musim kemarau X14 = Pinjam modal musim hujan b1 = lahan maksimum yang tersedia di musim kemarau b2 = lahan maksimum yang tersedia di musim hujan b3 = lahan minimum yang harus diusahakan di musim kemarau b4 = lahan minimum yang diusahakan di musim hujan b5 = tenaga kerja keluarga yang tersedia di musim kemarau b6 = tenaga kerja keluarga yang tersedia di musim kemarau b7 = modal yang tersedia b8 = lahan maksimum yang tersedia PEMBAHASAN 4.2 Modal Dan Pendapatan Usahatani Modal dalam hal ini merupakan jumlah uang yang dikeluarkan pada setiap musim tanam baik secara tunai maupun tidak. Modal sangatlah penting dalam menjalankan usahatani sayuran dengan sistem diversifikasi, karena memerlukan suatu pengelolaan yang baik agar semua komoditas yang diusahakan bisa berjalan dengan baik. Adapun modal yang dimiliki oleh petani pada setiap musim tanam tersaji pada Tabel 1. Tabel 1 Modal Yang Dimiliki Petani Usahatani Sayuran Setiap Musim Tanam Musim tanam Musim kemarau Musim hujan Rata-rata
Modal (Rp) 15.587.913 13.189.393 14.388.653
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini yaitu biaya secara keseluruhan baik biaya tetap maupun biaya variabel. Total biaya untuk seluruh
komoditas yang diusahakan dihitung perluasan yang dikelola petani yaitu sebesar 0,57 hektar. Tabel 2 menunjukkan besarnya total pengeluaran, penerimaan, dan pendapatan usahatani. Tabel 2. Jumlah Pengeluaran, Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Sayuran
No
Komoditas
Biaya Tetap (Rp)
Biaya Variabel (Rp)
MUSIM KEMARAU Total Biaya Total Biaya dengan tanpa TKDK TKDK Penerimaan (Rp) (Rp) (Rp)
Pendapatan Dengan TKDK (Rp)
Pendapatan Tanpa TKDK (Rp)
1
K. Panjang
560.817
3.822.500
4.245.817
3.745.817
5.000.000
754.183
1.254.183
2
Tomat
526.067
3.475.000
4.001.067
3.501.067
4.500.000
498.933
998.933
3
Mentimun
421.730
3.628.000
4.049.730
3.549.730
5.000.000
950.270
1.450.270
4
Terung
735.300
2.556.000
3.291.300
2.791.300
4.000.000
708.700
1.208.700
2.243.913
13.481.500
15.587.913
13.587.913
18.500.000
2.912.087
4.912.087
MUSIM HUJAN Total Biaya Total Biaya dengan tanpa TKDK TKDK Penerimaan (Rp) (Rp) (Rp)
Pendapatan Dengan TKDK (Rp)
Pendapatan Tanpa TKDK (Rp)
Total (Rp)
No
Komoditas
Biaya Tetap (Rp)
Biaya Variabel (Rp)
1
K. Panjang
509.417
3.308.500
3.680.417
3.580.417
4.375.000
694.583
794.583
2
Tomat
478.667
3.001.000
3.479.667
3.379.667
4.500.000
1.020.333
1.120.333
3
Mentimun
372.610
3.014.000
3.386.610
3.286.610
4.375.000
988.390
1.088.390
4
Terung
650.700
1.992.000
2.642.700
2.542.700
3.150.000
507.300
607.300
Total (Rp) 2.011.393 11.315.500 13.189.393 12.789.393 16.400.000 3.210.607 Total/Tahun (Rp) 4.255.307 24.797.000 28.777.307 26.377.307 34.900.000 6.122.693 Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 6 Keterangan : TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga
3.610.607 8.522.693
Tabel 2 juga menunjukkan besarnya pendapatan usahatani pada setiap musim tanam. Jika tenaga kerja keluarga diperhitungkan maka pendapatan usahatani pada musim kemarau yaitu sebesar Rp 2.912.087 dan pada musim hujan yaitu sebesar Rp 3.210.607 sehingga total pendapatan usahatani dalam kurun waktu satu tahun yaitu sebesar Rp 6.122.693 dengan asumsi tanaman yang diusahakan hanya satu kali musim tanam. Namun jika besarnya tenaga kerja dalam keluarga tidak diperhitungkan maka pendapatan usahatani pada musim kemarau yaitu sebesar Rp 4.912.087 dan pada musim hujan yaitu sebesar Rp 3.610.607 sehingga total pendapatan usahatani dalam satu tahun menjadi sebesar Rp 8.522.693.
4.3 Optimasi Sumberdaya Petani Sayuran Dengan Sistem Diversifikasi Hasil analisis dengan menggunakan metode program linier untuk optimasi sumberdaya petani sayuran dengan sistem diversifikasi secara optimal jika penggunaan benih dan pupuk sesuai dengan anjuran maka diperoleh hasil seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Lahan Optimal Usahatani Sayuran Dengan Sistem Diversifikasi No
Komoditas
1. 2. 3. 4.
Kacang panjang Tomat Mentimun Terung Total Sisa Pendapatan Maksimum (Rp) Sumber : Diolah Tahun 2013
Penggunaan Lahan Musim Kemarau Musim Hujan (Hektar) (Hektar) 0 0,49 0 0 0,49 0 0 0 0,49 0,49 0,08 0,08 6.807.570
Dari delapan aktivitas produksi yang dimasukkan ke dalam program linier ternyata hanya dua aktivitas saja yang harus dipertimbangkan dalam optimasi sumberdaya petani secara optimal. Tabel 3 menunjukkan bahwa usahatani sayuran dengan sistem diversifikasi yang dilakukan agar bisa mencapai kondisi yang optimal dengan pendapatan maksimum maka usahatani sayuran yang harus diusahakan yaitu pada musim kemarau 0,49 hektar ditanami mentimun, sedangkan pada musim hujan 0,49 hektar ditanami kacang panjang dengan pendapatan maksimum dalam kurun satu tahun yaitu Rp 6.807.570. 4.4.1 Analisis Kepekaan Hasil analisis optimasi terhadap ketersedian sumberdaya petani atau nilai sebelah kanan dari kendala tentunya sewaktu-waktu dapat berubah. Sumberdaya petani yang dimiliki mencerminkan jumlah minimum yang harus dipenuhi agar kondisi optimal yang telah dicapai dapat dipertahankan yaitu sebesar jumlah yang
tersisa atau sama dengan nilai surplusnya. Tabel 4 menunjukan kisaran perubahan dari nilai sebelah kanan yang menjadi kendala atau pembatas dalam optimasi sumberdaya petani secara optimal untuk usahatani sayuran. Tabel 4. Kisaran Perubahan Koefisien Sebelah Kanan Dalam Kondisi Optimal Usahatani Sayuran Sistem Diversifikasi No
Kendala
R.H.S
Slack Or Surplus
Shadow price
Batas Bawah
Batas Atas
1
Lahan maksimum MK
0,57
0,08
0
0,49
M
2
Lahan maksimum MH
0,57
0,08
0
0,49
M
3
Lahan minimum MK
0,49
0
-9.577,55
0,4457
0,5602
4
Lahan minimum MH
0,49
0
-5.182,52
0
0,5212
5
Tenaga Kerja MK
280,8
0
25
-M
308,7
6
Tenaga Kerja MH
280,8
0
25
222,95
M
7
Modal MK (Rp .000)
15.587,91
1.952,410
0
13.635,50
M
8
Modal MH (Rp .000)
13.189,39
788,706
0
12.400,68
M
Sumber : Diolah Tahun 2013
Pada Tabel 4 dapat terlihat bahwa sumberdaya petani berupa jumlah kepemilikan lahan yang dapat digunakan untuk usahatani sayuran pada musim kemarau dan musim hujan merupakan kendala yang sangat mengikat dan penambahan luas lahan sebagai batas maksimum akan merubah nilai optimum. Luas kepemilikan lahan yang dapat diusahakan yaitu setidaknya minimal 85 persen harus diusahakan dan harus kurang dari atau sama dengan 0,57 hektar. Pada musim kemarau dan musim hujan untuk pembatas lahan maksimum ternyata memiliki surplus 0,08. Penggunaan tenaga kerja keluarga juga menjadi pembatas yang sangat penting, hal ini terkait ketersedian tenaga keluarga yang dimilki petani itu sendiri yaitu yang terdiri dari dua orang tenaga kerja keluarga. Tenaga kerja keluarga yang dapat digunakan dalam usahatani sayuran ini yaitu sebanyak 280,8 HKP pada setiap musimnya. Pada setiap musim kendala tenaga kerja keluarga ini tidak terlalu peka terhadap kondisi optimal, karena kekurangan tenaga kerja keluarga ini dapat dipenuhi dengan menyewa tenaga kerja dari luar keluarga terutama pada musim kemarau. Hal itu juga terbukti dari kisaran batas atas dan batas bawahnya yang sempit. Pada musim kemarau petani harus menyewa tenaga kerja dari luar, sedangkan pada musim hujan
tenaga kerja keluarga masih bisa memenuhi untuk digunakan pada usahataninya bahkan musim hujan petani dapat menjual tenaga kerja. Selain dari aktifitas produksi, modal juga menjadi hal yang begitu penting dalam usahatani sayuran yang diusahakan. Apabila melihat Tabel 4 di atas penggunaan modal baik musim kemarau maupun musim hujan ternyata modal yang digunakan masih memilki surplus terutama musim kemarau petani memilki surplus sebesar Rp 1.952.410 sedangkan musim hujan hanya sebesar Rp 788.706. Penggunaan modal masih bisa ditingkatkan penggunaanya. Sebenarnya meskipun petani kekurangan modal namun dapat dipenuhi dengan meminjam kepada lembaga perkreditan yang ada. 4.4 Perbedaan Pendapatan Usahatani Sayuran Pada Kondisi Aktual Dan Optimal Menurut hasil analisis yang telah dilakukan ternyata terdapat perbedaan pendapatan pada kondisi aktual yang dijalankan petani dengan kondisi optimal yang telah diperoleh. Pendapatan usahatani sayuran yang dijalankan petani secara aktual dalam kurun satu tahun adalah Rp 6.122.693, sedangkan pendapatan usahatani sayuran yang optimal yaitu sebesar Rp 6.807.570. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan pendapatan antara kondisi aktual dan optimal bisa dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pendapatan Usahatani Sayuran pada Kondisi Aktual dan Optimal. No
Uraian
Pendapatan/tahun (Rp)
1
Sekarang (Aktual)
6.122.693
2
Optimal
6.807.570
3
Selisih
684.877
4
Persentase peningkatan (%)
11,19%
Sumber : Data Diolah Tahun 2013
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa perbedaan pendapatan antara kondisi aktual dan kondisi optimal ternyata memilki selisih yang kecil yaitu Rp 684.877 atau sekitar 11,19 persen dari pendapatan aktual. Hal ini menunjukan bahwa usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani hampir mendekati kondisi optimal karena selisih atau perbedaannya bisa dikatakan sangat kecil. Kemudian jika melihat kondisi
optimal dari komoditas yang diusahakan ternyata pendapatan maksimum tersebut bisa didapat hanya dengan mengusahakan satu komoditas pada musim kemarau dan satu komoditas pada musim hujan sehingga petani tidak sulit dalam pengelolaannya, dibandingkan dengan aktualnya petani yang harus mengusahakan semuanya untuk mendapatkan pendapatan aktualnya yang masih dibawah pendapatan pada kondisi optimal. PENUTUP Kesimpulan 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Pendapatan aktual dari usahatani sayuran dengan sistem diversifikasi yang dijalankan oleh petani yaitu sebesar Rp 6.122.693 2) Pendapatan maksimum setelah dioptimasi dalam usahatani sayuran dengan sistem diversifikasi yaitu sebesar Rp 6.807.570 3) Pengalokasian sumberdaya petani berupa faktor-faktor produksi yang optimal yaitu: a) Pada musim kemarau tanaman yang diusahakan yaitu tanaman mentimun saja dengan luasan lahan sebesar 0,49 hektar, sedangkan pada musim hujan tanaman yang diusahakan yaitu tanaman kacang panjang saja seluas 0,49 hektar. b) Penggunaan tenaga kerja pada musim kemarau seluruh tenaga kerja keluarga bisa dipakai dalam usahatani sayuran dan harus menyewa tenaga kerja dari luar sebanyak 27,9 HKP sedangkan musim hujan petani dapat menjual tenaga kerja keluarga sebanyak 57,85 HKP. c) Penggunaan modal yang diperlukan untuk mencapai kondisi optimal modal yang tersedia masih bisa mencukupi usahanya yaitu Rp 13.635.500 pada musim kemarau dan pada musim hujan Rp 12.400.680 4) Besarnya perbedaan antara pendapatan aktual dengan pendapatan optimal yaitu sebesar Rp 684.877 atau 11,19 persen.
5.2 Saran Berdasarkan hasil dan simpulan dari penelitian ini maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1) Pada musim kemarau lebih baik petani menanam mentimun saja dan musim hujan menanam kacang panjang dengan luas lahan 0,49 hektar tiap musimnya. 2) Untuk mengisi waktu yang tersisa di musim kemarau dan musim hujan petani bisa menanam tanaman sayuran berumur pendek seperti tanaman sawi yang bisa panen sekitar 2 bulanan saja. 3) Untuk menjaga tingkat produktivitas lahan dan kesinambungan usaha maka perlu adanya suatu penyuluhan-penyuluhan dari instansi terkait mengenai penggunaan pupuk yang harus diberikan pada tanaman sayuran yang diusahakan agar penggunaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien sehingga biaya produksi dapat ditekan sekaligus tingkat eksternalitas negatif dari pupuk kimia dapat diminmalisir. 4) Untuk penelitian lebih lanjut supaya dilakukan kajian mengenai optimasi dengan melibatkan kendala kebutuhan atau konsumsi air tanaman serta umur tanaman. DAFTAR PUSTAKA Karmini dan Syarifah Aisyah A. 2008. Optimalisasi Lahan Usahatani Tomat Dan Mentimun. Jurnal Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian. Samarinda: Universitas Mulawarman. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke tiga. Jakarta: LP3ES.