OPTIMALISASI WISATA EDUKASI MELALUI PENAMBAHAN LAYANAN INTERNET DI KEBUN RAYA BOGOR
ALI AKBAR HUTZI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet di Kebun Raya Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Ali Akbar Hutzi P052120221
RINGKASAN ALI AKBAR HUTZI. Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet Di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan BAMBANG SULISTYANTARA Kota Bogor yang dikenal sebagai kota hujan juga dikenal sejak lama sebagai kawasan pariwisata di propinsi Jawa Barat. Luas Wilayah Kota bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Salah satu tempat wisata terkenal di Kota Bogor adalah Kebun Raya Bogro (KRB). Kebun Raya Bogor sebagai salah satu kebun raya tertua yang dibangun pada tanggal 18 mei tahun 1817 (197 tahun) atas prakarsa Prof. Dr. C.G.C. Reinwadt, seorang ahli botani dari Jerman. Kebun Raya Bogor juga merupakan kebun raya terbaik nomor satu di Asia Tenggara dalam bidang koleksi dan kegiatan ilmiah. Kebun Raya Bogor memiliki peran utama dan fungsi sebagai tempat melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap Kebun Raya Bogor. Pemahaman secara nyata tentang fungsi penting dari Kebun Raya Bogor tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita mengunjunginya. Oleh karena itu, Kebun Raya Bogor sebagai areal wisata harus terus berinovasi untuk dapat menarik minat pengunjung dengan segmentasi yang lebih luas lagi. Inovasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi berbasis internet. Saat ini teknologi berbasis internet sudah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pada umumnya. Internet bukan lagi teknologi eksklusif namun sudah menjadi kebutuhan banyak orang untuk melakukan pelbagai hal baik untuk kepentingan pendidikan, bisnis, pekerjaan, bersosialisasi dan lain sebagainya. Sejalan dengan perkembanganya, internet mampu melahirkan banyak teknologi dan berbagai temuan turunan yang dapat diaplikasikan di lingkungan masyarakat. Barcode system adalah salah satu teknologi turunan berbasis internet yang juga dapat dikembangkan di KRB untuk mengenali semua jenis tanaman yang ada secara praktis, lengkap dan jelas. Responden menunjukan ketertarikannya terhadap koneksi internet dan barcode online. Selain itu, nilai WTP yang diberikan oleh responden terhadap fasilitas barcode online sebesar 5.000 rupiah dengan kumulatif responden sebanyak 60,37% dan untuk internet 20.000 rupiah dengan kumulatif responden sebanyak 5,66% memberikan dampak positif terhadap penghitungan analisis finansial. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, penambahan kedua fasilitas tersebut menunjukan kelayakan. Kriteria layak tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang lebih besar daripada nol yaitu Rp 84.156.085; nilai IRR sebesar 29% lebih besar dari nilai df yang ditetapkan yaitu 12%; Nilai B/C lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,19; dan Payback Periode selama 1,841 tahun yang jauh lebih cepat dibandingkan usia material/ perangkat yang diinvestasikan yaitu 3 tahun. Kata Kunci : Barcode online, kebun raya Bogor, alat interpretasi, studi kelayakan
SUMMARY ALI AKBAR HUTZI. Optimalization of Education Tour Throught The Addition Of Internet Service in Bogor Botanical Garden. Supervised by SRI MULATSIH and BAMBANG SULISTYANTARA. Bogor city which is known as a rainy city and as a tourist area in West Java province. Size of Bogor City area is 11 850 ha consists of six sub-districts and 68 villages. One of the famous tourist spots in the Bogor City is Bogor Botanical Gardens (KRB). Bogor Botanical Gardens as one of the oldest botanical garden that was built on 18 May 1817 (197 years) an initiative of Prof. Dr. C.G.C. Reinwadt, as botanist from Germany. Bogor Botanical Gardens are also the best botanical gardens in Southeast Asia in collection and scientific activities. Bogor Botanical Garden has the main role and function as a preserve, utilize and develop the potential of the plant through conservation, research, education, and increasing public appreciation to Bogor Botanical Gardens. For understanding to the essential functions of the Bogor Botanical Gardens can only be obtained when we visited. Hence, the Bogor Botanical Gardens as a tourist area should continue to innovate in order to attract visitors with a wider segmentation. Inovation can be done in various ways, one of which is to utilize Internet based information technology development. Currently the Internet based technologies are already a part that can not be separated from society. Internet is ot the exclusive technology anymore but is also the need for many people to do the good things for the sake of education, business, work, socialize and so forth. In line with be development, the Internet is able to bring a lot of technology and various derivatives findings that can be applied in the community. Barcode system is one of the Internet-based technologies derived that can be developed in KRB to recognize all types of plants that exist in a practical, complete and clear. Respondents showed interest in the internet connection and the barcode online facilities. Additionally, WTP values given by respondents to the online barcode facility of 5,000 rupiah to the cumulative respondents as many as 60.37% and for 20,000 rupiah to the internet as much as 5.66% cumulative respondents have a positive impact on the calculation of financial analysis. Financial analysis showed that investment in both facilities is feasible. The NPV value was higher than zero, Rp 84,156,085. The B/C is higher than or equal to one that is 1,19; IRR is 29% higher than Df and payback period 1,841 years which is much faster than the old material / device that is invested is 3 years. Besides the financial aspect, the establishment of these facilities in KRB is very technically possible. Keyword: barcode online, Bogor botanical garden, feasibility study, interpretation tools
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
OPTIMALISASI WISATA EDUKASI MELALUI PENAMBAHAN LAYANAN INTERNET DI KEBUN RAYA BOGOR
ALI AKBAR HUTZI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Ahyar Ismail, M.Agr
Judul Tesis Nama NIM
:
Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet Di Kebun Raya Bogor : Ali Akbar Hutzi : P052120221
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr Ketua
Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr
Tanggal ujian:
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian ini berjudul Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet Di Kebun Raya Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr dan Bapak Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada: 1. Istri dan anak tercinta yang terus memberikan semangat untuk bekerja keras menyelesaikan seluruh rangkaian studi di PSL. 2. Kedua orang tua yang selalu ada di dalam sanubari meski keduanya telah tiada. 3. Kakak-kakaku tersayang dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. 4. Seluruh pimpinan dan staf Kebun Raya Bogor yang telah memberikan ruang bagi saya untuk melakukan penelitian dan membantu dalam melengkapi berbagai data yang diperlukan. 5. Pimpinan beserta seluruh staf PT. Usaha Adisanggoro yang telah banyak memberikan dukungan tekhnis hingga terlaksananya penelitian ini. 6. Segenap tenaga pengajar dan staf tata usaha Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL). 7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Angkatan 2012. 8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri serta bagi pihak lain.
Bogor, Agustus 2016 Ali Akbar Hutzi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis Penelitian Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Metode Penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kebun Raya Bogor Willingnes To Pay (WTP) Pengunjung Studi Kelayakan Bisnis Aspek Finansial Aspek Non Finansial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v vi vi 1 1 3 4 4 4 5 6 6 7 8 9 16 16 32 35 32 40 43 44
vi
DAFTAR TABEL 1 Alat dan Bahan Penelitian 2 Jenis, bentuk dan sumber data yang diperlukan berdasarkan tujuan penelitian 3 klasifikasi tumbuhan 4 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 5 Sebaran Responden Berdasarkan Usia 6 Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan 7 Sebaran Responden Berdasarkan Domisili 8 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terkahir 9 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan 10 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 11 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan 12 Sebaran Responden Berdasarkan Waktu Kunjungan 13 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Utama Berkunjung ke KRB 14 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi 15 Sebaran Responden Berdasarkan Teman Berkunjung 16 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Pemakaian Internet 17 Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Memilih Sumber Koneksi Internet 18 Sebaran Responden Berdasarkan Ketertarikan Membaca Papan Interpretasi 19 Sebaran Responden Berdasarkan Teknik Menyimpan Informasi Papan Interpretasi 20 Jumlah responden yang bersedia dan tidak bersedia membayar 21 Kesediaan membayar koneksi internet 22 Kesediaan membayar barcode online 23 Rata-rata penambahan harga tiket berdasarkan nilai WTP 24 Nilai WTP barcode online berdasarkan kumulatif responden 25 Nilai WTP koneksi internet berdasarkan kumulatif responden 26 Biaya Material, installasi dan konfigurasi 27 Studi Kelayakan Berdasarkan Analisis Finansial
7 8 21 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 29 29 30 30 31 32 32 33 33 34 34 35 38 40
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Penelitian 2 Peta Lokasi Kebun Raya Bogor di Pusat Kota Bogor 3 Peta Areal Kebun Raya Bogor 4 Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
5 6 6 18
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor bisnis dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Sektor pariwisata menjadi sumber penting dalam meningkatkan pendapatan, penciptaan lapangan pekerjaan dan kemakmuran dibanyak negara. Selain sektor migas, pariwisata juga menjadi sektor yang sangat penting di dalam menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu Indonesia berusaha untuk meningkatkan sektor pariwisatanya. Mengingat banyak sekali objek-objek alam yang mendukung untuk dijadikan tempat wisata. Sektor wisata terutama wisata alam semakin berkembang seiring dengan bergesernya pemahaman masyarakat mengenai kelestarian lingkungan. Dengan demikian banyak cara yang dilakukan oleh pengelola pariwisata untuk tetap menjaga dan meningkatkan daya minat pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Kota Bogor yang dikenal sebagai kota hujan juga dikenal sejak lama sebagai kawasan pariwisata di propinsi Jawa Barat. Luas Wilayah Kota bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor dengan batasan-batasan sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.
Pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg (pengucapan: boit'n-zôrkh") yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram". Meskipun Bogor merupakan kota yang padat dengan kendaraan roda empat terutama angkutan umum namun tidak menyurutkan para wisatawan untuk mengunjungi wilayah-wilayah wisata di Kota Bogor ini termasuk Kebun Raya Bogor. Begitu juga dengan wisatawan yang berkunjung bervariasi dan mempunyai berbagai perbedaan karakteristik, kebutuhan, keinginan dan tujuan dalam berlibur. Kebun Raya Bogor sebagai salah satu kebun raya tertua yang dibangun pada tanggal 18 mei tahun 1817 (197 tahun) atas prakarsa Prof. Dr. C.G.C. Reinwadt, seorang ahli botani dari Jerman. Kebun Raya Bogor juga merupakan kebun raya terbaik nomor satu di Asia Tenggara dalam bidang koleksi dan kegiatan ilmiah. Koleksi di Kebun Raya Bogor terdiri dari tanaman tropis dengan jenis tanaman lebih dari 20.000 tanaman yang tergolong dalam 6.000 spesies. Dengan demikian selain untuk kepentingan wisata, Kebun Raya Bogor juga memiliki peran utama dan fungsi sebagai tempat melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, serta peningkatan apresiasi masyarakat
2
terhadap Kebun Raya Bogor. Pemahaman secara nyata tentang fungsi penting dari Kebun Raya Bogor tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita mengunjunginya. Oleh karena itu, Kebun Raya Bogor harus berinovasi untuk dapat menarik minat pengunjung dengan segmentasi yang lebih luas lagi. Menurut Spillane (1987), dalam pariwisata dikenal istilah ekskursi yaitu kunjungan wisatawan yang tidak lebih dari 24 jam dan tidak menggunakan fasilitas akomodasi. Wisatawan Kebun Raya Bogor masuk kategori ekskursi, selain ditandai dengan kunjungan yang tidak lebih dari 24 jam, areal wisata Kebun Raya Bogor hanya dipadati pengunjung pada hari-hari libur saja. Optimalisasi pengunjung pada hari non-libur dinilai belum tercapai. Oleh karena itu diperlukan daya tarik yang lebih kuat untuk meningkatkan jumlah pengunjung eksternal pada hari non libur untuk segmen pasar tertentu seperti pelajar, mahasiswa dan kelompok diskusi atau konsinyasi dengan penambahan fasilitas pendukungnya. Saat ini internet menjadi sumber informasi yang paling banyak digunakan orang untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Penggunaan internet untuk memenuhi kebutuhan sebagai sumber informasi dikarenakan mudah, cepat, tepat, murah dan akurat. Melalui internet mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan yang relevan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Iinternet menjadi pilihan alternatif pencarian informasi selain perpustakaan atau sumber informasi lainnya. Internet mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber informasi yang bersifat konvensional, informasi yang dapat diakses dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh jarak, ruang, dan waktu merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh internet. Sehingga memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan informasi ke berbagai sumber informasi yang ada di internet. Teknologi internet juga memiliki banyak teknologi turunan lainnya. Tidak hanya website, akan tetapi banyak aplikasi dan teknologi dapat dikembangkan melalui internet. Barcode Online adalah salah satu teknologi turunannya. Penggunaan barcode sering dijumpai di swalayan atau supermarket untuk menyimpan informasi produk tertentu seperti harga, jenis produk, sisa produk, nomor seri dan lain sebagainya. Barcode biasanya dibuat dalam bentuk garis vertikal berwarna hitam, dapat menyandikan sejumlah data secara unik sehingga memudahkan seseorang dalam melakukan identifikasi produk tertentu. Karena sistem komputerisasi dan koneksi internet yang terus berkembang, maka penarikan data di dalam barcode dapat dibuat secara online. Barcode hanya difungsikan sebagai link direct untuk mengarahkan pemindai menuju server tempat data tersebut disimpan. Sehingga melalui barcode online memungkinakan penyimpanan data dalam kapasitas besar baik berupa tulisan, suara, gambar maupun video. Green Consumers merupakan kelompok orang yang memiliki kepedulian dan kesadaran positif terhadap produk hijau atau ramah lingkungan. Secara umum, pengunjung Kebun Raya Bogor adalah kelompok green consumers dengan tingkat kepedulian dan kesadaran yang berbeda-beda. Salah satu ciri konsumen yang mempunyai kesadaran tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan dapat diukur dengan kesediaan membayar dengan harga premium (Willingness to pay price premium). Pada penambahan fasilitas koneksi internet di areal Kebun Raya Bogor, kesediaan membayar pengunjung pada harga tertentu mencerminkan sebagai customer value. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), customer value
3
adalah rasio manfaat yang dirasakan konsumen (secara psikologis maupun fungsional) dengan sumber-sumber (uang, waktu, usaha, dan logika psikologis untuk mendapatkan benefit tersebut). Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung (green cunsomers) atas fasilitas internet harus diketahui dan dirasakan memilikitimbal balik atas jasa lingkungan yang telah diberikan oleh Kebun Raya Bogor tersebut. Perumusan Masalah Kebun Raya Bogor sudah melakukan banyak hal untuk menarik minat wisatawan lokal dan asing. Media cetak maupun elektronik sudah digunakan sebagai media promosi tentang wisata alam andalan Kota Bogor ini. Kebersihan dan Kelestarian berbagai spesies hewan maupun tanaman selalu dijaga agar para wisatawan merasa tetap nyaman dan dapat menikmati indahnya Kebun Raya Bogor. Tidak hanya itu, berbagai fasilitas juga telah disiapkan seperti kendaraan wisata, guide of tourizm dan tiket terusan kebun raya-museum zoologi. Fasilitas koneksi internet dengan media wireless bagi pengunjung Kebun Raya Bogor belum disediakan, padahal alat komunikasi handphone berbasis internet seperti Android dan Blackberry sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan kebutuhan kebanyakan orang. Selain itu, pelajar dan mahasiswa tentu membutuhkan koneksi internet berkualitas untuk kepentingan akademisnya. Kebun Raya Bogor dengan fasilitas internet berkualitas dapat menjadi pilihan bagi wisatawan pelajar dan mahasiswa untuk berwisata alam sambil belajar. Kriteria penting dalam proses pengambilan keputusan pembelian sebuah produk adalah harga, kualitas dan ketersediaan produk (Anderson R.C. dan Eric N. Hansen 2004). Harga menjadi hal yang relatif bagi setiap konsumen tergantung dari manfaat (secara psikologis maupun fungsional) dengan sumber-sumber (uang, waktu, usaha dan logika psikologis untuk mendapatkan benefit tersebut). Manfaat yang dirasakan konsumen sifatnya relatif dan subjektif tergantung dari pengetahuan dan kesadaran konsumen terhadap manfaat yang diterima. Karena sifat manfaat adalah relatif dan subjektif, maka manfaat yang dirasakan oleh konsumen harus diciptakan. Pada fasilitas internet yang akan disediakan di areal Kebun Raya Bogor, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung untuk menikmati layanan internet tersebut harus memberikan dampak positif bagi fungsi konservasi Kebun Raya Bogor. Selanjutnya dapat diukur berapa kesanggupan membayar setiap pengunjung yang menggunakan layanan internet wireless setelah diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan memberikan kontribusi terhadap kelestarian Kebun Raya Bogor. Kualitas koneksi internet berbanding lurus dengan biaya yang dikeluarkan. Semakin besar kapasitas bandwidth maka semakin tinggi pula harga belinya ke Internet Service Provider (ISP) tertentu. Selain biaya bandwidth juga ada biaya registrasi, biaya installasi dan biaya perangkat tambahan yang harus dikeluarkan oleh pembeli (Kebun Raya Bogor). Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Kebun Raya Bogor ini tentu harus dihitung untuk mengetahui berapa biaya yang harus dibebankan kepada setiap pengunjung yang akan menggunakan fasilitas internet wireless di areal Kebun Raya Bogor ini. Teknologi informasi dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan. Semua informasi dapat diperoleh secara cepat, mudah dan murah. Beberapa
4
software aplikasi pendukung pendidikan sudah banyak dibuat seperti e-book, journal online, dan lain sebagainya. Kebun Raya Bogor yang memiliki fungsi sebagai wisata edukasi seharusnya dapat menggunakan kemajuan teknologi informasi tersebut untuk memudahkan bagi para peneliti, pendidik, pelajar dan mahasiswa, dan lain-lain. Salah satu hal penting yang diperlukan oleh Kebun Raya Bogor sebagai salah areal wisata pendidikan adalah tersedianya media interpretasi yang lengkap, jelas dan mudah diakses. Berdasarkan faktor dan kondisi yang diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor yang membutuhkan koneksi internet selama berwisata / 2. Berapa besar willingness to pay (WTP) pengunjung terhadap fasilitas internet dan barcode online di areal Kebun Raya Bogor ? 3. Apakah dengan penambahan layanan koneksi internet di areal Kebun Raya Bogor mampu menunjukan kelayakan baik finansial maupun non finansial? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisa karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor 2. Menganalisa Willingness To Pay (WTP) / Kesanggupan Membayar pengunjung terkait dengan adanya fasilitas koneksi Internet Wireless dan barcode online di areal Kebun Raya Bogor 3. Melakukan studi kelayakan (Feasibility Study) bisnis dengan mempertimbangkan aspek finansial dan non finansial. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi begi Kebun Raya Bogor tentang keragaman karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kebun Raya Bogor untuk melakukan inovasi guna optimalisasi pengunjung di waktu non libur Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengunjung akan memberikan respon yang positif atas fasilitas koneksi internet berbasis wireless dan barcode online di area wisata alam Kebun Raya Bogor 2. Tambahan biaya yang dibebankan kepada pengunjung untuk koneksi internet dan barcode online akan direspon secara positif oleh pengunjung selama berada pada angka yang dianggap rasional 3. Layanan koneksi internet dan barcode online akan memberikan keuntungan secara finansial dan non finansial bagi Kebun Raya Bogor
5
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan mempresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut (Polancik 2009). Terdapat dua komponen utama dalam kerangka pemikiran yang dikembangkan oleh Gregor Polancik tersebut yaitu Independent Variable (variabel bebas), Dependent Variable (variabel terikat), Levels (indikator dari variabel bebas yang akan diobservasi), Measures (indikator dari variabel terikat yang akan diobeservasi). Kedua variabel tersebut merupakan kelompok variabel laten yang perlu dikaji dan diukur secara tepat dan mendalam. Koneksi internet dan harga koneksi dari ISP merupakan variabel dengan indikator baku yang menjadi standar dan dapat diperoleh dari data sekunder dari Internet Services Provider (ISP). Berbeda halnya dengan variabel dependen sebagai variabel yang memerlukan kajian dan analisa mendalam dengan alat ukur yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Analisa yang akan dilakukan pada variabel dependen sangat dipengaruhi oleh variabel independen. Oleh karenanya keterbukaan dan keakurasian infromasi seluruh indikator yang menjadi bagian dari variabel independen akan sangat mempengaruhi keakurasian hasil analisa yang dilakukan terhadap variabel dependen.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
6
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor sebagai lokasi utama penelitian. Adapun koneksi internet wireless broadband akan dipancarkan dari PT Adisanggoro melalui gedung LIPPI jalan Juanda Bogor yang selanjutnya ditransmisikan ke areal Kebun Raya Bogor. Penelitian akan dilakukan selama 1 (satu) bulan.
Gambar 2 Peta Lokasi Kebun Raya Bogor di Pusat Kota Bogor
Gambar 3 Peta Areal Kebun Raya Bogor
7
Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 1. Tabel 1 Alat dan Bahan Penelitian A.
Alat/ Bahan Peralatan Koneksi Internet
Kegunaan
1. Antena Grid 2,4 Ghz (8 unit)
- Untuk menangkap gelombang internet
2. Antena Omni 2 unit
- Untuk memancarkan gelombang internet di areal Kebun Raya Bogor - Alat untuk mengolah bandwidth yang terhubung dengan antena untuk menangkap maupun memancarkannya - Kabel yang digunakan untuk koneksi dan konfigurasi yang tidak berbasis wireless. Setiap 1 kabel berisi 6 helay kawat kuningan. - Alat- alat untuk menyambungkan kabel UTP sekaligus alat penguji kualitas koneksinya. - Diperlukan sebagai fasilitas listrik disaat melakukan konfigurasi dan mengaktifkan radio. - Untuk manajemen internet dan penyimpan database - Untuk keamanan saat memanjat tower - Untuk melakukan konfigurasi radio - Software untuk konfigurasi radio mikrotik dan senao
3. Radio Mikrotik Type RB 455 dan Radio Senao 4. Kabel UTP Belden
5. RG-45, Krimper, connection tester
6. Alat-alat kelistrikan
7. Server 8. Perlengkapan climbing safety 9. Laptop 10. OS mikrotik dan Senao B. Perlengkapan Monitoring Koneksi dan Kestabilan 1. Software “Whats Up” 2. Software “Bandwidth Manager”
dan
memancarkan
- Untuk monitoring koneksi internet berdasarkan IP Address - Untuk monitoring jumlah bandwidth terpakai
C. Perlengkapan Wawancara 1. 2. 3.
Lembar Quesioner Alat perekam suara Kamera Digital
4.
Laptop tester
5. Software Sketchup Google D. Pengolahan Data 1. 2.
Software Microsoft Office (Microsoft Excell dan Word) Software SPSS
- Data mentah sebelum diolah - Data suara sebagai backup saat wawancara - Pengambilan data visual terkait kegiatan penelitian yang menguatkan data wawancara - Laptop terkoneksi internet yang disiapkan bagi responden sebelum diwawancara - Untuk mendesain gambar - Mengolah data tabel dan matematis - Mengolah data statistik
E. Media Interpretasi 1.
Aplikasi database dan Barcode
- Membuat desain media interpretasi online berbasis Barcode
8
Metode Pengambilan Data Pengambilan data penelitian baik data primer maupun sekunder secara teknis diperoleh melalui cara yang berbeda-beda. Data primer diperoleh melalui proses wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Sementara data sekunder berupa literatur dari penelitian sebelumnya serta diperoleh dari lembaga yang terkait dengan penelitian antara lain Kebun Raya Bogor, Badan Pusat Statistik, dan Pemerintah Kota Bogor (Tabel 2). Tabel 2 Jenis, bentuk dan sumber data yang diperlukan berdasarkan tujuan penelitian No. A.
Jenis Data Bentuk Data Menganalisa karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor 1 2 3 4
B.
Jumlah Pengunjung KRB Data Aksesibilitas Bogor dan Kota-kota terdekat sekitarnya Persepsi stakeholder tentang fasilitas Internet Karakteristik pengunjung yang menggunakan internet (Termasuk Demografi)
Laporan Harian/bulanan Peta dan narasinya Deskriptif - Data kuesioner dan catatan/rekaman wawancara - Laporan Kunjungan
Sumber
Staff KRB Dinas tatakota Pemkot Bogor dan Pihak KRB -
Kuesioner dan wawancara - Data sekunder KRB
Menganalisa Willingness To Pay (WTP)/ Kesanggupan Membayar pengunjung terkait dengan adanya fasilitas koneksi internet wireless dan barcode online di areal Kebun Raya Bogor 1
2
C.
WTP Pengunjung terhadap fasilitas internet dan barcode online
Peta KRB terbaru Topografi wilayah
4
Topologi Koneksi
5
Jumlah pengunjung yang terkoneksi Jumlah Bandwidth lokal (IIX) dan Internasional yang terpakai Biaya koneksi internet wireless Broadband
7
Wawancara dgn verbal dan quesioner
Skenario untuk keamanan dan - Harapan pengunjung dan Wawancara dengan kenyamanan pengguna internet peraturan KRB pengunjung dan pihak - Membuat sketsa denah KRB tempat berteduh Melakukan Studi Kelayakan (Feasibility Study) bisnis dengan berupa aspek finansial dan non finansial
1 2
6
Data kuesioner, pemahaman tentang internet, penerimaan terhadap internet dan barcode online, kesanggupan bayar terhadap fasilitas internet dan barcode online
Peta / spasial Lembaran Statistik - Desain AutoCad Topologi Koneksi. - Laporan Site Survey (Pada Survey awal) - Print out of billing system - Print Out dari aplikasi Bandwidth Manager Surat penawaran koneksi
KRB KRB Koordinator NOC (Network Operating Center) PT Adisanggoro Billing System Aplikasi Manager Bendahara PT Adisanggoro
Bandwidth
9 Lanjutan Tabel 2 No. 8
Jenis Data Biaya perangkat tambahan
Bentuk Data Surat kebutuhan perangkat
Sumber Koordinator Teknis PT Adisanggoro Bank
9
Nilai Suku Bunga
Angka suku bunga terbaru
10
Nilai Pajak
Dinas Pajak
11
Database interpretasi
12
Modeling barcode online
Jenis dan jumlah kewajiban pajak Softcopy database interpretasi Literatur
13
Respon pengunjung pengguna internet dan media interpretasi
Data deskriptif pengunjung
Wawancara pengunjung
Kebun Raya Bogor Diskusi dan uji coba
Metode Penarikan Sampel Teknik pengambilan sampel untuk kepentingan wawancara adalah dengan cara nonprobability sampling. Hal itu dilakukan agar probabilitas setiap anggota populasi tidak diketahui. Sehingga semua sampel belum tentu memiliki peluang yang sama untuk menjadi bagian dari anggota sampel. Setiap pengunjung Kebun Raya Bogor tentu membutuhkan kenyamanan dan privasi selama berwisata, sehingga dalam melakukan wawancara akan dilakukan metoda convenience sampling. Metode ini digunakan selain tidak terlalu kaku didalam melakukan sampling juga memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan dalam jumlah besar dan lengkap secara cepat dan hemat dimana penentuan pengunjung berdasarkan pada ketersediaan sampel menjadi pengunjung (Kuncoro, 2003). Penentuan jumlah contoh dari populasi dalam penelitian ini berdasarkan metode Slovin dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal (Umar, 2005) sebagai berikut:
Keterangan: n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi e = Galat, tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi Analisis Data Analisis Deskriptif Dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk data yang bersifat kualitatif. Analisis deskriptif adalah bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu contoh. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui kuesioner. Data dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama ke dalam tabel. Setelah data dikelompokan dalam tabel, selanjutnya jawaban-jawaban dipersentasekan berdasarkan jumlah pengunjung. Persentase tersebut merupakan jawaban yang paling dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. Dirumuskan sebagai berikut:
10
Keterangan: P
= Persentase pengunjung yang memilih kategori tertentu
fi
= Jumlah pengunjung yang memilih kategori tertentu
∑fi = Total jawaban Menurut Nazir (1999), analisis deskriptif adalah suatu metode dalam menelti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Willingness To Pay (WTP) Metode yang akan digunakan untuk mengukur kesediaan membayar (WTP) pengunjung terhadap fasilitas internet berbasis wireless di seluruh areal Kebun Raya Bogor adalah Hedonic Price Methode (HPM). Pemilihan teknik ini didasarkan pada hak kepemilikan. Jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam, maka pengukuran yang relevan adalah Willingness to Pay (WTP). Konsep WTP atau kesediaan membayar menghasilkan nilai ekonomi yang didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang atau jasa untuk memperoleh barang atau jasa lainnya. Pengukuran dengan menggunakan konsep WTP ini dapat menerjemahkan misalnya nilai ekologis ekosistem ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter suatu barang dan jasa. WTP juga dapat diartikan sebagai maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi 2006). Meskipun metode ini sering digunakan untuk menghitung jasa lingkungan terkait dengan property namun tidak berarti HPM menjadi sebuah metode yang kaku selama objek komoditinya memiliki kesesuaian karakter untuk dapat dianalisa dengan menggunakan HPM ini. Kali ini metode HPM digunakan untuk mengestimasi nilai lingkungan yang secara langsung mempengaruhi harga akses internet yang ditawarakan. Terdapat dua skenario nilai lingkungan terkait penetapan harga akses internet tersebut yaitu pertama, pengunjung dapat menikmati kualitas internet yang baik dengan mendapatkan pemandangan yang terjaga kelestariannya, kenyamanan, dan keamanan. Kedua, kampanye konservasi yaitu setiap biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk menggunakan akses internet di areal Kebun Raya Bogor maka terdapat sekian rupiah yang disisihkan untuk kepentingan konservasi dan kelestarian Kebun Raya Bogor. Dalam menggunakan metode HPM ada dua sisi pendekatan yang harus dilakukan agar nilai yang diperoleh menjadi nilai yang rasional. Kedua pendekatan tersebut adalah pendekatan pada sisi konsumen dan produsen.
11
1. HPM dengan pendekatan konsumen/ pengunjung Jika misalkan kualitas lingkungan dikelompokan ke dalam satu karakteristik tunggal “z”. Maka hal yang ingin diketahui adalah hubungan antara harga koneksi internet (p) dengan kualitas lingkungan tersebut. Menurut Rosen (1974) dalam teorinya tentang persamaan Hedonic bahwa harga property dipengaruhi oleh vektor karakteristik yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: P = P (z) atau P = P (z1, z2, ....., zn) ...................................................(6) Persamaan 6 diatas menunjukan bahwa harga marginal terhadap penambahan salah satu karakteristik (z1) tidaklah bersifat konstan. Penambahan komponen z1 yang pada awalnya dapat meningkatkan harga koneksi internet, namun laju penambahan harga ini akan menurun karena kualitas internet yang pengunjung rasakan pada skala tertentu sudah dianggap lebih dari cukup. Sehingga penambahan ekstra kualitas (misalkan kecepatan akses) hanya akan menambah harga sedikit saja. Konsumen pada dasaranya menginginkan nilai kepuasan ( Utilitas “U” ) yang tinggi dari sebuah komoditi yang dibelinya. Namun demikian keinginan mendapatkan sebuah kepuasan yang maksimal tentu terbentur oleh kendala pendapatan yang terbatas. Sehingga secara matematis keduanya dapat digambarkan sebagai berikut: Max U (x,z) dengan Kendala M = x + P(z) ..........................................(7) Keterangan: U = Utilitas / Kepuasan x = Komoditas komposit ( akses internet) z = Karakteristik dari komoditas M = Pendapatan P(z) = Harga akses internet dengan karakteristik z yang diwakili oleh fungsi harga hedonic. Selisih antara nilai sebuah kepuasan atas komoditas dan karakteristik yang melekat didalamnya dengan pendapatan ataupun daya beli seseorang disebut sebagai bid (φ ). Dengan kata lain masih menurut Rosen, bahwa jumlah maksimum seseorang ingin membayar (WTP) sebuah komoditas dengan karakteristik “z” untuk mencapai utilitas “U” dengan ketersediaan pendapatan sebesar “M”. Persamaan bid tersebut ditulis secara matematis seperti di bawah ini: φ = M – x(z,u); φ = φ (z,M,U) ................................................................................. (8) Menurut Fauzi (2014), Kesanggupan seseorang berkorban untuk mendapatkan tambahan barang lain dengan tingkat kepuasan yang tidak berubah juga dikenal dalam ilmu ekonomi konvensional yang disebut dengan “marginal rate of substitution” (MRS). 2. HPM dengan pendekatan produsen/ Kebun Raya Bogor Sesuai dengan prinsip ekonomi konvensional bahwa produsen selalu berusaha untuk memaksimalkan keuntungan. Biaya untuk membangun fasilitas internet wireless ( c ) sangat dipengaruhi oleh besarnya harga input ( r ) dan
12
karakteristiknya ( z ). dalam melakukan maksimisasi keuntungan maka secara matematis dihitung dengan fungsi berikut: π = ϕ – c ( r,z ) ............................................ (9) dimana: π = Keuntungan yang ingin dicapai ϕ = Besarnya harga yang ditawarkan Fungsi tersebut dikenal dengan the offer function atau fungsi penawaran yang menerangkan nilai minimum WTA produsen sebagai fungsi dari biaya-biaya dan karakteristik yang melekat pada produk tersebut. Metode ini memiliki Kelemahan yang harus diminimalisir. Menurut Yunus (2005), kelemahan dari metode ini adalah timbulnya bias yang dapat terjadi jika muncul nilai overstate atau understate secara sistematis dari nilai sebenarnya. Tidak jauh berbeda dengan teori Hanley dan Spash (1993), bahwa metode ini mengalami bias bila nilai WTP yang dihasilkan lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Bias dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya bias karena strategi, rancangan,mental account dan kesalahan pasar hipotesis. Responden dimungkinkan akan memberi jawaban yang tidak rasional seperti memberikan penilaian kesanggupan bayar melebihi pendapatan pokoknya. Menurut Ansahar (2005), kelemahan analisis ini adalah masyarakat tidak membayar secara langsung dan sangat ditentukan oleh variabel-variabel sosial ekonomi masyarakat. Oleh karenanya sebelum melakukan wawancara responden terlebih dahulu dilakukan pra kondisi untuk mengetahui berbagai variable responden yang terkait dan memberikan pengaruh pada rasionalitas setiap jawaban yang diberikan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Penambahan fasilitas internet wireless bagi Kebun Raya Bogor tentu harus dianalisa berdasarkan kelayakan usahanya. Studi kelayakan usaha menyangkut dua hal yang saling bersinergis, yaitu kelayakan berdasarakan aspek finansial dan aspek non finansial. Aspek Finansial Kelayakan finansial merupakan salah satu unsur penting bagi terlaksananya prinsip keberlanjutan usaha. Studi kelayakan ini bertujuan untuk menentukan kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Menurut Nurmalina et. al. (2009), ada beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Payback Periode (PP). Untuk mendapatkan nilai kelayakan finansial tersebut maka terlebih dahulu harus diketahui besaran biaya, penerimaan dan pendapatan. Biaya Analisis biaya dan pendapatan dihitung selama kegiatan berjalan. Menurut Soedarsono (1992), total biaya dan penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC Keterangan: TC = Total Biaya (Total Cost)
13
TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) TVC = Total Biaya Tidak Tetap (Total Variable Cost)
TR = P . Q Keterangan: TR = Total Penerimaan (Total Revenue) P = Harga (Price) Q = Jumlah Produksi (Quantity) Setelah total biaya dan total penerimaan diketahui, maka besarnya total pendapatan dapat dihitung. Menurut Mosher, A.T (1991) untuk menghitung total pendapatan dapat digunakan rumus sebagai berikut:
I = TR - TC Keterangan: I = Pendapatan ( Income) TR = Total Penerimaan (Total Revenuet) TC = Total Biaya (Total Cost) Net Present Value (NPV) Net present value adalah manfaat bersih atau nilai bersih sekarang yang menunjukkan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi dan merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu, atau nilai sekarang yang diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total dari suatu proyek atau usaha pada jangka waktu tertentu (Gittinger 1986). Suatu investasi terhadap suatu usaha dikatakan layak dilakukan apabila NPV > 0. Sebaliknya, Jika nilai NPV < 0 berarti suatu proyek atau usaha dapat menimbulkan kerugian dan dinilai tidak layak untuk dilaksanakan. Jika nilai NPV sama dengan 0 berarti suatu proyek tidak menghasilkan keuntungan serta tidak menimbulkan kerugian bagi suatu usaha yang dijalankan. NPV menunjukan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu. Perumusannya sebagai berikut (Kadariah et al. 1999): 𝑛
NPV = ∑ (
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 ) (1 + i)t
𝑡=0
Keterangan : NPV = Nilai bersih sekarang (Rupiah) Bt = Manfaat pada tahun k–t (Rupiah) Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) i = Tingkat diskonto (%) n = Umur proyek (tahun) t = Tahun
14
IRR (Internal Rate of Return) Internal rate of return adalah tingkat pengembalian internal dari investasi selama umur proyek, yang bertujuan untuk mengetahui presentasi keuntungan dari suatu proyek setiap tahun dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Dengan kata lain IRR adalah tingkat rata-rata keuangan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger 1986). Internal rate of return adalah hasil discount rate (suku bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan 0. Perumusannya adalah sebagai berikut (Kadariah et al. 1999):
Keterangan : IRR = Tingkat internal hasil (%) NPV = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah) NPV' = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah) i= Tingkat diskonto menghasilkan PV positif (%) i’= Tingkat diskonto menghasilkan PV negatif (%) Apabila hasil analisis IRR lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) yang berlaku, menunjukan usaha tersebut layak untuk dilakukan. Sebaliknya bila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan. Benefit–Cost Ratio (B/C) B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital (Gittinger, 1986). Rumus yang digunakan adalah (Kadariah et al. 1999): 𝑛 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 B ∑𝑡=0 (1 + 𝑖)𝑡 = 𝐶𝑡 C ∑𝑛 𝑡=0 (1 + 𝑖)𝑡
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0
Keterangan: Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga yang berlaku Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t t = Tahun kePayback of Periode (PBP) Payback of Periode (PBP) dihitung untuk mengetahui jangka waktu modal yang diinvestasikan kembali. Semakin pendek payback period dari periode yang
15
disyaratkan perusahaan maka proyek investasi tersebut dapat diterima (Arifin et al. 1999). PBP dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 =
𝐼 𝐴𝑏
Keterangan : I = Biaya investasi yang dikeluarkan Ab = Manfaat bersih yang diperoleh sesetiap tahunnya Break Even Point (BEP) Break Event Point atau biasa disebut titik impas dihitung untuk mengetahui besaran harga sehingga keuntungan berada pada titik nol dalam jangka waktu tertentu. Berada pada titik impas apabila: TR = TC Keterangan TR : Total Penerimaan TV : Total Biaya (Biaya Variabel dan Biaya Tetap) BEP (Pengunjung) = FC / (WTP-VC) Keterangan: FC : Biaya Tetap VC : Biaya Variabel Aspek Non Finansial Aspek non finansial merupakan bagian dari studi kelayakan yang harus dianalisa. Menurut Suliyanto (2009), aspek non fiansial dapat dianalisis melalui berbagai aspek yaitu: 1. Aspek pasar dan pemasaran yaitu menganalsis potensi pasar, market share yang dapat dicapai,serta menaganalisis strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan. 2. Aspek teknis dan teknologi yaitu menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. 3. Aspek manajemen dan sumberdaya manusia yaitu menganalisis tahapan-tahapan pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja termasuk kesiapan aspek legalitas yang harus dipenuhi. 4. Aspek sosial dan ekonomi yaitu analisis terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat dan atau pedagang sekitarnya seperti penambahan peluang kerja dan peningkatan pendapatan. 5. Aspek lingkungan yaitu menganalisis kesesuaian lingkungan sekitar (baik lingkungan operasional, lingkungan dekat, dan lingkungan jauh) dengan ide bisnis yang dijalankan. Dalam aspek ini maka penambahan fasilitas internet berbasis wireless jangan menimbulkan dampak negatif berupa berubahnya fungsi-fungsi Kebun Raya Bogor yang diakibatkan oleh berubahnya tujuan dan karakteristik pengunjung.
16
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kebun Raya Bogor Sejak tahun 2001 Kebun Raya Bogor yang semula berstatus sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor LIPI (Eselon III), berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1151/M/2001 dikukuhkan menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor LIPI (Eselon III) yang berada di bawah koordinasi Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati – LIPI, dan tentunya memiliki cakupan tugas yang lebih luas. Berbeda dengan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali, masing-masing berstaus sebagai UPT Balai Konservasi Tumbuhan (Eselon III) di bawah koordinasi PKT Kebun Raya BogorLIPI. Tujuan strategis PKT Kebun Raya Bogor-LIPI ditetapkan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki lembaga, baik sumberdaya manusia, anggaran maupun sarana dan prasarana. Tujuan PKT Kebun Raya Bogor-LIPI adalah: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas koleksi tumbuhan, sebagai koleksi rujukan yang bernilai ilmiah Memfasilitasi pengembangan kawasan konservasi ex situ dalam bentuk b. kebun raya daerah c. Memperkuat kompetensi inti di bidang penelitian konservasi, domestikasi dan reintroduksi, melalui aksi-aksi konservasi dan penyiapan bahan-bahan hasil penelitian untuk digunakan dalam perumusan kebijakan yang terkait dengan bidang konservasi, pengembangan tumbuhan yang berpotensi untuk pemanfaatan secara berkelanjutan, dan pemulihan jenis-jenis tumbuhan yang terancam kepunahan dan /atau kawasan terdegradasi d. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan lingkungan, serta penyediaan informasi ilmiah tentang perkebunrayaan dan konservasi tumbuhan e. Meningkatkan kepuasan pelanggan f. Memperkuat peran dan eksistensi PKT Kebun Raya Bogor-LIPI di tingkat nasional maupun internasional g. Mewujudkan tata kelola organisasi yang baik h. Menigkatkan daya dukung sarana dan prasarana, khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan publik dan penelitian Guna menguatkan tujuan, maka ditetapkan sasaran pencapaian PKT Kebun Raya Bogor-LIPI. Sasaran ini akan menjadi tolak ukur manajerial dalam mengkuantitasi tujuan yang akan dicapai. Sasaran tersebut adalah: a. Terpeliharanya kebun dan terkelolanya tanaman koleksi sesuai dengan kaidah-kaidah perkebunrayaan. b. Bertambahnya jumlah koleksi (terutama koleksi baru, rekaman baru maupun jenis baru); serta semakin meningkatnya mutu koleksi (datanya lengkap dan akurat, demikian pula dengan informasi yang terkait dengan karakter biologisnya) c. Bertambah dan berkembangnya kawasan-kawasan konservasi ex situ dalam bentuk kebun raya daerah
17
d. e. f. g. h.
i. j. k. l.
Terlaksananya aksi-aksi konservasi baik jenis maupun kawasan Tersedianya bahan untuk perumusan kebijakan di bidang konservasi Terseleksinya jenis-jenis tumbuhan berpotensi untuk pengembangan lebih lanjut Terpulihkannya jenis-jenis tumbuhan terancam kepunahan dan kawasankawasan terdegradasi Tersedianya paket-paket pendidikan lingkungan dan paket-paket informasi ilmiah di bidang perkebunrayaan dan konservasi, untuk peningkatan kesadaran masyarakat Terpenuhinya harapan dan kebutuhan pengguna, sehingga kepuasannya meningkat Semakin kukuhnya peran dan eksistensi PKT Kebun Raya Bogor-LIPI di tingkat nasional maupun internasional Terwujudnya tata kelola organisasi yang baik Terpenuhinya daya dukung sarana dan prasarana secara optimal, khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan publik dan penelitian Visi dan Misi Kebun Raya Bogor
Visi KRB adalah menjadi salah satu Kebun Raya terbaik di dunia dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan dan pariwisata. Sementara misi KRB adalah melestarikan tumbuhan tropika, mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan tropika, mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan, meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Tugas dan Fungsi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI, mempunyai tugas dan fungsi diantaranya melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis, penyusunan rencana dan program, pelaksanaan penelitian bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika serta evaluasi dan penyusunan laporan. Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dipimpin oleh seorang kepala pusat yang membawahi bidang manajemen konservasi Ex-Situ, kelompok peneliti dan bagian tata usaha. Bidang manajemen konservasi Ex-situ dipimpin oleh seorang kepala bidang yang membawahi empat kepala sub bidang, yaitu: 1. Sub bidang pemeliharaan koleksi 2. Sub bidang regisrasi koleksi 3. Sub bidang seleksi dan pembibitan 4. Sub bidang perbanyakan dan reintroduksi tumbuhan Kelompok peneliti (non struktural) dipimpin oleh seorang koordinator peneliti. Ruang lingkup kegiatan penelitian didasarkan pada tiga pendekatan yaitu konservasi, kajian potensi, pengembangan dan pendayagunaan. Bagian tata usaha
18
dipimpin oleh seorang kepala bagian yang membawahi empat kepala sub bagian, yaitu: 1. Sub bagian kepegawaian 2. Sub bagian umum 3. Sub bagian keuangan 4. Sub jasa dan informasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) balai konservasi tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Purwodadi dan Bali masing-masing dipimpin oleh seorang kepala UPT yang membawahi sub bagian tata usaha, seksi konservasi ex-situ dan kelompok jabatan fungsional. Bagian struktur organisasi pusat konservasi tumbuhan Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada gambar 4.
Sumber: Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor Tahun Anggaran 2014
Gambar 4 Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Kegiatan Yang Dilakukan Kebun Raya Bogor dalam melaksanakan tugasnya diantaranya melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Konservasi ex-situ; yakni melakukan eksplorasi tumbuhan di kawasan hutan, mendata/ registrasi, mengkoleksi dan melestarikannya. b. Penelitian; meliputi bidang: - Taksonomi, yaitu memberi kepastian nama tanaman atau sertifikasi, inventarisasi dan evaluasi. - Biosistematik, yaitu mempelajari hubungan kekerabatan antara tumbuhan - Botani terapan, yaitu penelitian mengenai manfaat tanaman
19
-
c. d. e. f.
Holtikultura, meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara budidayanya dan pengembangan ilmu pertamanan Pendidikan, terutama di bidang botani, pertamanan dan lingkungan hidup Pariwisata, KRB merupakan salah satu tempat kunjungan wisata potensial Penemuan serta pengumpulan jneis-jenis tanaman langka yang hamper punah di Indonesia Pembangunan kebun raya baru, ada keinginan masyarakat di berbagai propinsi agar didirikan kebun raya di daeahnya yang perlu ditindaklanjuti, contoh yang sudah diresmikan adalah Kebun Raya Bukit Sari di Jambi, Kebun Raya Batu Raden di Jawa Tengah. Kebun Raya yang sedang dirintis: Kebun Raya Engrekang (Sulawesi Selatan), Kebun Raya di Balikpapan, Kebun Raya Kuningan Jawa Barat, Kebun Raya Lampung dan masih banyak permintaan dari Propinsi lain yang belum direalisasikan.
Sumberdaya Manusia Jumlah pegawai Kebun Raya Bogor sebanyak 341 orang dengan rincian 260 orang PNS, 11 orang CPNS dan 70 orang tenaga honorer. Pengadministrasian urusan kepegawaian dilakukan oleh sub bagian kepegawaian yang berjumlah 6 orang. Klasifikasi pegawai berdsarakan pendidikan (selain honorer) yaitu: S3 = 4 orang, S2 = 14 orang, S1 = 43 orang, S0 = 4 orang, SLTA = 115 orang, SLTP = 23 orang dan SD = 68 orang. Penambahan pegawai dapat dilakukan melalui penerimaan pegawai baru dan pindahan dari instansi lain. Sedangkan pengurangan pegawai terjadi karena adanya pegawai yang meninggal, pensiun dan berhenti. Sumber Dana Sebagai salah satu instansi pemerintah, dana pengelolaan Kebun Raya Bogor sebagian besar diperoleh dari pemerintah melalui APBN. Sumber pendapatan lain yaitu dari hasil penjualan karcis masuk Kebun Raya, dana-dana yang dihasilkan dari kerjasama dan bantuan dari pihak luar. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, biaya pemeliharaan, pembangunan prasarana fisik, penelitian, publikasi, dokumentasi, pelayanan umum, perjalanan dinas, dan lain-lain. Jasa dan Pelayanan Untuk menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi, Kebun Raya Bogor meberikan pelayanan jasa dan fasilitas ilmiah sebagai berikut: a. Pelayanan jasa dan fasilitas ilmiah - Perpustakaan - Fasilitas pendidikan dan penlitian - Pameran b. Pelayanan humas dan pemanduan - Kunjungan tamu Negara - Pemanduan wisata mancanegara - Pemanduan tamu dinas dan tamu penelitian
20
c. d. e. f.
- Pemanduan pelajar dan mahasiswa Penyuluhan dan ceramah Pelayanan jas shooting film dan fasilitas lain Pelayanan dekorasi dan penjualan tanaman Bimbingan kepada mahasiswa praktek dan siswa yang melakukan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
Pengunjung Pengunjung Kebun Raya pada hari libur biasanya lebih banyak dibandingkan dengan hari kerja. Ragam pengunjung yang masuk baik dengan rombongan maupun perorangan mempunyai keperluan berbeda, diantaranya: rekreasi umum, rekreasi tamu dinas/ Negara, karya wisata, kuliah lapangan, penelitian, film, dan lain-lain. Wisatawan mancanegara dengan urutan paling banyak berasal dari Belanda, Jerman, Francis dan lain-lain. Karcis masuk yang dibeli sudah termasuk asuransi, oleh karena itu selama berada di dalam Kebun Raya Bogor pengunjung mendapat jaminan dari PT Asuransi Jasa Raharja, artinya apabila terjadi kecelakaan yang menimpa pengunjung akan mendapat pelayanan pengobatan dan penggantian premi dari pihak asuransi. Kerjasama dengan asuransi ini berarti KRB melaksanakan fungsinya sebagai tempat rekreasi sekaligus memberikan rasa aman bagi pengunjung. Banyaknya jumlah pengunjung beragam / fluktuatif. Namun jumlah pengunjung terendah hingga tahun 2013 adalah 942.338 pengunjung selama satu tahun yang terjadi di tahun 2014. Klasifikasi Tumbuhan Berdasarkan pada banyaknya persamaan sifat, bentuk atau karakternya, tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokan dalam takson-takson. Masing-masing kelompok tumbuhan itu diberi nama sesuai dengan tingkat taksonnya dalam kategori Dunia, Divisi, Kelas, Bangsa, Suku, Marga dan Jenis mengikuti kaidah internasional pemberian nama tumbuhan. Makna secara utuh nama-nama sederetan takson dari tingkat paling atas hingga paling bawah itulah yang dikenal dengan istilah klasifikasi. Sejak pertama kali digunakan hingga kini, system klasifikasi tumbuhan telah banyak mengalami perubahan dan terdapat banyak versi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang botani. Dalam sejarah ilmu botani, klasifikasi tumbuhan sudah dirintis oleh bangsa Yunani, seperti Aristoteles dan Theophratus. Carolus Linnaeus ahli botani berkebangsaan Swedia yang hidup tahun 1707-1778 menyusun suatu system klasifikasi tumbuhan yang kini banyak diikuti. Kemajuan yang sangat berarti yang diperkenalkan oleh Linnaeus adalah system Binomial Nomenklatur, yaitu penamaan tumbuhan yang terdiri atas dua kata yang diterbitkan dalam buku Species Plantarum tahun 1753. Dasar klasifikasi dibuat atas persamaan susunan organ reproduksi tumbuhan (bunga), sehingga orang mudah mengelompokan suatu tumbuhan dengan tumbuha lainnya. Tahun 1789, A.L. de Jussieu menerbitkan tulisan mengenai system klasifikasi tumbuhan dalam buku Genera Plantarum yang menjadi dasar klasisifkasi tumbuhan hingga saat ini. Meskipun telah banyak perubahan yang terjadi namun pada dasarnya telah banyak kesepakatan yang dicapai dalam penggolongan tumbuhan.
21
Dalam Binomial Nomenklatur (tata nama ganda) diatur cara pembuatan nama tumbuhan, diantaranya: Kata yang dipakai dari bahasa Latin atau yang diLatink-kan. Untuk setiap nama jenis makhluk hidup terdiri dari dua kata Kata pertama menunjukan nama genus, sedangkan kata kedua menunjukan species. Kata kedua menerangkan kata yang pertama. Misalnya nama melati dalam bahasa ilmiah Jasminum sambac. Sambac artinya wangi, berarti Jasmine yang wangi. Huruf awal kata pertama ditulis dengan huruf besar, kata kedua dengan huruf kecil Kedua kata lazimnya ditulis dengan huruf miring atau digarisbawahi secara terpisah jika ditulis dengan huruf tegak. Contoh Jasminum sambac, Solanum tubrosum, Zea mayas, dan lain-lain. Tingkat klasifikasi masih dapat dibagi lagi menjadi lebih kecil setingkat di bawah setiap tingkat, seperti subdivision (anak divisi), subclass, subfamily dan seterusnya. Ada juga yang menggunakan tingkat superorder, yaitu setingkat di bawah subclass dan setingkat di atas order. Tabel 3 klasifikasi tumbuhan Dalam bahasa Tingkat klasifikasi
Contoh
Keterangan
Plantae Anthophyta, Tracheophyta, Spermatophyta Megnoliopsida, Angiospermae Magnoliales Magnoliaceae
Diakhiri dengan – phyta Diakhiri dengan –ida atau –ae Diakhiri dengan –les Diakhiri dengan – ceae -
Indonesia Kingdom Divisio/Division
Dunia Divisio
Clasis/ class
Kelas
Ordo/Order Family
Bangsa Suku
Genus Species
Marga Jenis
Subspecies, Forma, Variety, Cultivar
Subjenis, Forma, Varietas, Kultivar
Magnolia Magnolia Champaca -
-
Papan nama pada tanaman di Kebun Raya Bogor Tanaman di Kebun Raya Bogor hampir seluruhnya terpasang papan nama sebegai media interpretasi yang menjelaskan jenis tanaman, usia dan lain-lain. Papan nama tersebut sebagai identitas yang menunjukan speciesnya. Sebagai contoh: Kompasia excels (Becc.) Taub. (Fab.) I.I.58.a Kalimantan
22
Keterangan: Koompasia Excelsa Koompasia excels (Becc.)
: : : :
Taub.
:
(Fab.) I.I.58.a Kalimantan
: : :
Nama marga (genus) Nama penunjuk jenis Nama jenis (species) Singkatan nama orang yang memberi nama tumbuhan ini dan mempublikasikan pertama kali yaitu Beccari Singkatan nama orang yang mervisi (memperbarui) tumbuhan itu dan mempublikasikannya yaitu Taubs Singkatan nama suku (Family) Fabaceae Lokasi di Vak I.I. nomor pohon 58.a Asal tanaman
Karakteristik Responden Kajian terhadap karakteristik responden pengunjung Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan penelitian ini. Dalam menentukan responden, maka pemilihan (screening) dilakukan guna mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan seperti batas usia minimal 15 tahun, sudah berwisata ke KRB minimal tiga kali, bersedia mengisi kuesioner, dan lain-lain. Sehingga responden-responden tersebut diharapkan dapat mewakili seluruh konsumen KRB yang akan menggunakan layanan tekhnologi informasi berupa koneksi internet dan sistem barcode sebagai media interpretasi di lingkungan KRB. Keputusan pembelian konsumen adalah karakteristik orientasi mental konsumen untuk membuat suatu pilihan (Sproles and Kendal, 1986). Karakteristik konsumen itu terdiri dari pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen (Sumarwan 2003). Karakteristik demografi berkaitan dengan konsep sub-budaya yang membagi masyarakat ke dalam kelompok-kelompok. Perbedaan demografi masyarakat berpengaruh pada perbedaan pengambilan keputusan dalam memilih sebuah produk dan hal-hal lain terkait dengan pembelian. Oleh karena itu, informasi tentang demografi ini penting bagi para pemasar untuk menentukan segmentasi produknya. Demikian juga dengan konsumen internet dan pengguna aplikasi barcode perlu diketahui karakteristiknya dalam rangka ketepatan investasi fasilitas teknologi tersebut. Beberapa faktor karakteristik demografi tersebut adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, domisili, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan. Jenis Kelamin Kedua kelompok responden menunjukan karakteristik yang sama berdasarkan jenis kelaminnya. Pada responden pengunjung KRB sebanyak 57 persen adalah perempuan. Sedangkan sisanya sebanyak 43 persen adalah laki-laki. Sama halnya dengan pengunjung potensial yang ada di cafe atau sejenisnya, keinginan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan di KRB sebanyak 60 persen adalah perempuan sedangkan laki-laki sebanyak 40 persen. Hal ini menunjukan bahwa keinginan responden untuk berkunjung ke KRB lebih didominasi oleh wanita. Pada umumnya alasan pengunjung laki-laki berwisata ke KRB selain karena refreshing dengan keluarga ataupun study tour dan penelitian, juga dipengaruhi oleh pengunjung perempuan yang merupakan teman, pacar atau istri.
23
Demikian halnya dengan pengunjung potensial, responden wanita lebih dominan dibandingkan laki-laki. Mereka tertarik memilih KRB karena ingin mencari suasana yang berbeda, alami dan udara sejuk dalam menyelesaikan pekerjaan dan diskusi. Kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh pihak KRB untuk membangun beberapa fasilitas pendukung untuk menarik pengunjung potensial perempuan memanfaatkan areal KRB sebagai tempat berkumpul, menyelesaikan perjaan dan diskusi. Berdasarkan hasil tersebut, maka pihak KRB dapat memberikan fasilitas tambahan yang mendukung kebutuhan atau menguatkan daya tarik pengunjung. Fasilitas tambahan itu seperti areal yang aman dan nyaman untuk berdiskusi, fasilitas permainan flying Fox, fasilitas kuliner yang tepat dan terjangkau, dan lain-lain. Penambahan fasilitas-fasitilitas tersebut tentu dengan tetap mempertimbangkan fungsi-fungsi KRB sebagai areal konservasi. Tabel 4 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Responden (%) Responden Potensial (%) Perempuan
57
60
Laki-laki
43
40
Total
100
100
Usia Tingkat keragaman usia responden mulai 15 hingga 55 tahun, menunjukan bahwa Kebun Raya Bogor harus mensiapkan fasilitas pendukung untuk kebutuhan berbagai usia. Menurut Rumini, Sri dan Siti Sundari (2004) usia 15 tahun masuk pada kategori masa remaja awal dan pertengahan yang memiliki perkembangan kognitif psikologi. Secara kognitif, mereka sudah mampu membuat rencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan masalah serta munculnya kemampuan nalar secara ilmiah termasuk belajar menguji hipotesis. Oleh karenanya remaja pada usia tersebut dinilai sudah memiliki sikap yang baik dalam mengambil keputusan dalam memilih tempat wisata. Beda halnya dengan Responden Pengunjung Potensial mulai pada usia 25 tahun. Responden Pengunjung Potensial pada umumnya lulusan perguruan tinggi yang sudah memiliki pengalaman kerja sedikitnya 2 tahun. Remaja usia 20-24 tahun merupakan pengunjung KRB terbanyak yaitu 34 persen. Pengunjung terbanyak kedua ada pada rentang usia 15 - 19 tahun yaitu 31 persen. Dilanjutkan dengan pengunjung rentang usia 25 - 34 tahun sebesar 20 persen, hingga yang terkecil adalah rentang usia 55-64 tahun sebanyak 1 persen. Tingkat perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi maupun akademik sehingga menentukan pilihan pada KRB sebagai tempat wisata alam. Faktor kebutuhan pribadi terbukti memiliki daya dorong lebih kuat untuk berkunjung ke KRB dibandingkan karena faktor lain seperti melakukan tugas akademik. Kebutuhan ilmu pengetahuan tidak disebabkan oleh kebutuhan pribadi namun dikarenakan tugas akademik. Mengingat usia remaja merupakan pengunjung paling potensial, maka KRB dapat melakukan penguatan dan pengembangan fasilitas pendukung untuk menjaga sekaligus meningkatkan presentase kunjungan pada batasan usia tersebut. Mayoritas pengunjung berharap agar KRB juga menyediakan fasilitas pendukung yang mudah digunakan, sederhana dan memiliki
24
daya tarik untuk kepentingan ilmu pengetahuan, sehingga selain rekreasi juga diperoleh wawasan tentang konservasi alam sesuai dengan tujuan dibangunnya KRB tersebut. Secara lebih rinci, karakteristik konsumen berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran Responden Berdasarkan Usia Usia Responden (%) 15 – 19 20 – 24 25 – 34 35 – 44 45 -54 55 - 64 >65 Jumlah
31 6 26 10 4 1 0 100
Responden (%)
Potensial
0 0 20 30 40 10 0 100
Status Pernikahan Banyaknya responden yang belum menikah sebesar 60 persen, menguatkan indikasi bahwa mayoritas pengunjung adalah usia remaja atau pelajar. Hal ini dapat dijadikan acuan oleh pihak KRB untuk menerapkan kebijakan layanan terkait edukasi konservasi yang memiliki daya tarik dan tepat sesuai dengan usia remaja tersebut. Adapun Responden Pengunjung Potensial memiliki komposisi 40 persen belum menikah dan 60 persen sudah menikah. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Responden (%) Responden Potensial (%) Menikah 40 60 Belum Menikah Total
60 100
40 100
Domisili Pengunjung KRB masih didominasi oleh warga Bogor sebanyak 51 persen. Selanjutnya wisatawan dari Jakarta sebanyak 21 persen. Jarak dan kemudahan akses transportasi menjadi alasan terbanyak bagi warga Bogor yang memilih KRB sebagai tempat wisata. Bagi pengunjung dari Jakarta, suasana alam yang sejuk serta akses yang mudah ditempuh dari jalan tol menjadi alasan kuat dipilihnya KRB sebagai tempat berwisata. Demikian juga bagi responden pengunjung potensial, yang berdomisili dari Bogor mendominasi responden lainnya yaitu sebanyak 40 persen. Berikutnya dari Jakarta sebanyak 30 persen dan dari Depok, Bekasi dan Tanggerang masing-masing sebanyak 1 persen. Responden potensial memilih Bogor sebagai tempat pertemuan, selain karena anggota tim mereka mayoritas dari Bogor, juga dikarenakan suasananya yang sejuk, asri dan alami masih banyak bisa ditemukan dibandingka di Jakarta.
25
Tabel 7 Sebaran Responden Berdasarkan Domisili Domisili Tempat Responden (%) Responden Potensial Tinggal (%) Bogor 51 40 Jakarta 22 30 Depok 19 10 Bekasi 3 10 Tanggerang 2 10 Cianjur 2 0 Garut 1 0 Jumlah 100 100 Tingkat Pendidikan Terakhir Komposisi pengunjung KRB berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 39 persen, terbanyak kedua adalah pengunjung dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 35 persen dan tingkat D3 sebanyak 11 persen. Sisanya pengunjung dengan tingkat pendidikan S2 dan S3 masing-masing 5 persen dan 1 persen. Komposisi pendidikan ini menunjukan bahwa pengunjung KRB didominasi oleh mereka yang memiliki pendidikan menengah ke atas. Mereka memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap pelbagai informasi baru. Berbeda komposisinya dengan pengunjung potensial, tingkat pendidikan responden potensial ini SMA dan D3 masing-masing 10 persen, S1 dan S2 masing-masing 30 persen dan pendidikan S3 sebanyak 20 persen. Menurut Engel et al. (1994), tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pilihan seseorang dalam memilih suatu kegiatan rekreasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kemampuannya dalam mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkannya. Kemampuan mengumpulkan informasi tersebut perlu didukunng oleh pihak KRB dengan memberikan fasilitas berbasis yang mengedepankan kemudahanan kepraktisan dalam teknologi mendapatkannya. Tabel 8 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terkahir Pendidikan Terakhir Responden (%) Responden Potensial (%) SMP 9 0 SMA 39 10 D3 11 10 S1 35 30 S2 5 30 S3 1 20 Jumlah 100 100 Pendapatan Per Bulan Tingkat Pendapatan Per Bulan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengunjung KRB memiliki rata-rata pendapatan perbulan kurang dari Rp.1.000.000,00 dengan jumlah persentase sebesar 39%, karena sebagian besar pengunjung berstatus sebagai pelajar. Pengunjung dengan rata-rata pendapatan per bulan Rp.1.000.000,00- Rp.2.000.000,00 dengan persentase sebesar 20%, selanjutnya pengunjung dengan rata-rata pendapatan per bulan Rp.2.000.000,00-
26
Rp.3.000.000,00 dengan persentase sebesar 22%, Pengunjung dengan rata-rata pendapatan per bulan Rp3.000.000,00-Rp4.000.000,00 dengan persentase sebesar 9%, Pengunjung dengan rata-rata pendapatan per bulan Rp4.000.000,00Rp5.000.000,00 dengan persentase sebesar 5%, sementara itu pengunjung dengan rata-rata pendapatan per bulan lebih dari Rp5.000.000,00 persentasenya sebesar 5%. Keragaman tingkat pendapatan ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan Responden (%) Responden Potensial (%) < Rp 1.000.000 39 0 Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 20 0 Rp 2000.000 – Rp 3.000.000 22 0 Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 9 0 Rp 4.000.000 – Rp 5.000.000 5 40 > Rp 5.000.000 5 60 Jumlah 100 100 Tingkat pendapatan yang beragam ini menunjukan bahwa KRB sebagai tempat wisata yang dikunjungi oleh semua tingkatan ekonomi mulai ekonomi bawah hingga atas. Oleh kareananya beban biaya pengunjung mulai dari tiket hingga biaya fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di dalamnya harus dapat disesuaikan dengan tingkat pendapatan tersebut. Adapun tingkat pendapatan para pengunjung potensial terdapat 2 kelompok kategori pendapatan, yaitu tingkat pendapatan Rp 4.000.000,00 – Rp 5.000.000,00 dan tingkat pendapatan >Rp 5.000.000,-. Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pekerjaan dan tingkat pendapatan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Keputusan dalam memilih tempat rekreasi juga turut dipengaruhi oleh keduanya. Berdasarkan penelitian ini diperoleh data bahwa pengunjung KRB sebanyak 51 persen pelajar dan mahasiswa. Mereka adalah kelompok pengunjung terbanyak. Pegawai swasta sebanyak 14 persen, selanjutnya wiraswasta dan ibu rumah tangga masing-masing sebanyak 12 persen. Presentasi jumlah pengunjung paling sedikit adalah pengunjung dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri sebanyak 11 persen. Responden potensial didominasi oleh pegawai swasta dan wiraswasta. Mereka terdiri dari pegawai kantor konsultan, LSM, event organizer, dan lain-lain (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Responden (%) Responden Potensial (%) Pelajar 44 0 Mahasiswa 7 20 Pegawai Negeri 11 10 Pegawai Swasta 14 40 Wiraswasta 12 30 Ibu Rumah Tangga 12 0 Jumlah 100 100
27
Proses Keputusan Pembelian Responden Kebun Raya Bogor Keputusan responden untuk berkunjung ke KRB memiliki alasan berbedabeda. Responden dihadapkan pada beberapa alternatif tempat wisata selain KRB, maka diperlukan alasan kuat untuk menentukan KRB sebagai tempat wisata yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang mereka miliki. Menurut Enggel (1995), keputusan konsumen membeli sebuah produk melalui suatu proses yansg terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Jumlah Kunjungan Berdasarkan hasil penelitian, jumlah kunjungan pengunjung KRB lebih dari 3 kali dengan persentase sebesar 71 persen, jumlah kunjungan sebanyak 3 kali persentasenya sebesar 14 persen, jumlah kunjungan sebanyak 2 kali persentasenya sebesar 12 persen, dan jumlah kunjungan pengunjung KRB yang baru 1 kali ke KRB persentasenya adalah sebesar 3 persen. Dengan jumlah kunjungan ini, dapat disimpulkan bahwa pengunjung KRB merupakan pelanggan yang sudah mengenal KRB. Berbeda dengan kelompok responden potensial, diantara mereka terdapat responden yang sama sekali belum pernah melakukan kunjungan ke KRB (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan Banyaknya kunjungan Responden (%) Responden Potensial (%) >3 kali 71 20 3 14 10 2 12 20 1 3 20 0 30 Jumlah 100 100 Waktu Kunjungan Pada Tabel 12, terlihat bahwa sebanyak 35 persen responden mengunjungi KRB pada saat libur sekolah. Sebanyak 31 persen dari responden berkunjung pada saat akhir pekan. Libur sekolah dan akhir pekan menjadi pilihan terbanyak dikarenakan responden lebih memilih berkunjung ke KRB bersama kawan dan keluarga, sehingga diperlukan waktu yang tepat untuk dapat berwisata bersamasama. Adapun responden yang memilih berkunjung saat libur nasional dan study tour masing-masing sebanyak 14 persen. Adapun sisanya sebanyak 6 persen berkunjung disaat hari kerja. Adapun bagi responden potensial yang pernah berkunjung ke KRB biasanya mereka lakukan pada saat libur sekolah dan akhir pekan. Tabel 12 Sebaran Responden Berdasarkan Waktu Kunjungan Waktu Kunjungan Responden (%) Responden Potensial (%) Libur Sekolah 35 40 Libur Akhir Pekan 31 50 Libur Nasional 14 10 Study Tour 14 0 Hari Kerja 6 0 Jumlah 100 100
28
Pengenalan Kebutuhan Menggali kebutuhan responden atas keputusannya memilih KRB sebagai tempat wisata perlu dilakukan pendekatan wawancara yang lebih mendalam. Hal yang sangat pribadi seringkali menjadi alasan responden melakukan kunjungan ke sebuah areal wisata termasuk KRB. Informasi mengenai kebutuhan responden ini menjadi sebuah tujuan mereka melakukan wisata ke KRB. Tujuan terbanyak melakukan kunjungan ke KRB adalah untuk refreshing. Kata refreshing menjadi kata yang lebih dikenal, diterima dan dimengerti oleh responden untuk istilah menghilangkan kejenuhan dan kepenatan atau alasan sangat pribadi yang tidak dapat disampaikan. Responden dengan tujuan refreshing ada 38 persen. Tujuan terbanyak selanjutnya adalah untuk kegiatan akademik (sekolah, kampus dan peneliti) terdapat 22 persen dan tujuan menikmati pemandangan alam 21 persen. Selain itu responden dengan tujuan menambah wawasan sebanyak 8 persen, berkunjung karena mengikuti kegiatan kantor/ organisasi terdapat 6 persen, profesi pencinta alam sebanyak 3 persen dan berolahraga 2 persen.Bagi responden potensial, kunjungan ke KRB tidak ada untuk kepentingan akademik, menambah wawasan, kegiatan kantor maupun pecinta alam. Mereka berkunjung hanya untuk keperluan refreshing, menikmati pemandangan alam serta berolahraga di akhir pekan beserta keluarga atau kolega (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Utama Berkunjung ke KRB Tujaun Berkunjung ke KRB Responden (%) Responden Potensial (%) Refreshing 38 60 Kegiatan Akademik 22 0 Menikmati Pemandangan Alam 21 20 Menambah Wawasan 8 0 Kegiatan Kantor/ Organisasi 6 0 Pencinta Alam 3 0 Berolahraga 2 20 Jumlah 100 100 Sumber Informasi Berdasarkan hasil penelitian, sumber informasi yang diperoleh responden mengenai KRB sebagai tempat wisata diperoleh dari pribadi (keluarga, teman dan tetangga) sebanyak 62 persen, informasi dari pengalaman (penanganan, pengkajian dan pemakaian produk) sebanyak 31 persen, informasi publik sebanyak 6 persen dan dari sumber komersial (iklan dan penjual) sebanyak 1 persen. Tidak jauh berbeda dengan responden potensial, sumber informasi lebih banyak diperoleh dari pribadi dibandingkan dari yang lainnya. Berdasarkan sumber informasi seperti terlihat pada tabel 14, maka informasi yang bersumber dari pribadi dan pengalaman jauh lebih efektif dibandingkan yang lainnya.
29
Tabel 14 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Sumber Informasi Responden (%) Responden Potensial (%) Pribadi 62 50 Pengalaman 31 30 Publik 6 20 Komersial 1 0 Jumlah 100 100 Teman Berkunjung Areal KRB yang luas dan fasilitas umum yang tersedia mendorong para pengunjung untuk datang bersama-sama/ berkelompok. Berdasarkan tabel 15 terlihat bahwa pengunjung yang datang bersama teman sebanyak 44 persen, bersama sanak keluarganya sebanyak 37 persen, bersama dengan pasangan 14 persen dan bersama rekan kerja sebanyak 5 persen. Kunjungan secara berkelompok ini juga dimanfaatkan oleh KRB melalui program diskon (potongan harga) harga tiket sebesar 5.000 rupiah atau sekitar 33 persen dari harga sesungguhnya yaitu 15.000 rupiah. Kelompok atau rombongan yang mendapatkan diskon ini diharuskan dari sebuah organisasi resmi serta mengajukan surat permohonan terlebih dahulu. Tabel 15 Sebaran Responden Berdasarkan Teman Berkunjung Teman Berkunjung Responden (%) Responden Potensial (%) Teman 44 20 Keluarga 37 60 Pasangan 14 10 Rekan Kerja 5 10 Jumlah 100 100 Penggunaan Internet Koneksi internet sudah menjadi bagian penting, ketersediaan koneksi internet di sebuah tempat sering menjadi sebuah keharusan. Usun (2003) dalam Bashir et al. (2008) mengungkapkan bahwa internet menarik bagi mahasiswa di perguruan tinggi untuk sejumlah alasan yaitu : (1) mengurangi jeda waktu antara produksi dan pemanfaatan pengetahuan; (2) mempromosika kerja sama internasional dan pendapat; (3) berbagai informasi; dan (4) mempromosikan penelitian multidisiplin. Mahasiswa memiliki sikap postif terhadap internet. Sehingga hal inilah yang mendorong mereka untuk menggunakan internet sebagai sumber informasi yang diperlukan. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Sharma et al. (2006), yang mengungkapkan bahwa mahasiswa menggunakan internet untuk mendapatkan informasi atau untuk keperluan penelitian. Kebanyakan dari mereka lebih menyukai internet karena dianggap sebagai sumber pengetahuan terbaru (Bashir et al. 2008). Dalam hal ini banyak diantara mahasiswa yang menggambarkan internet sebagai alat fungsional yang membantu mereka untuk berkomunikasi dengan profesor, melakukan penelitian, dan mengakses bahan perpustakaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 100 responden ini, diperoleh data bahwa mayoritas responden (92 persen) sudah terbiasa menggunakan teknologi komunikasi berbasis internet. Berdasarkan tujuan penggunaan akses internet, responden diperkenankan untuk memilih lebih dari 2
30
tujuan. Penggunaan akses internet dengan tujuan untuk akademik sebanyak 94 persen. Tujuan lainnya sebanyak 84 persen untuk kepentingan sosial media dan terkait pekerjaan sebanyak 20 persen. lainnya menggunakan akses internet untuk kepentingan belanja online atau sekedar mencari referensi sebuah produk. Berbeda halnya dengan responden potensial, seluruhnya (100 persen) memilih sosial media dan pekerjaan sebagai tujuan pemakaian internet. Alasannya, karena jejaring klien mereka berkomunikasi melalui sosial media di internet. Termasuk referensi maupun informasi pendukung terkait pekerjaan mereka banyak diperoleh dari internet. Tabel 16 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Pemakaian Internet Tujuan Responden (%) Responden Potensial (%) Akademik 94 50 Sosmed 84 100 Pekerjaan 20 100 Lain-lain 11 50 Alasan Memilih Sumber Koneksi Internet Sumber koneksi internet bisa diperoleh dari penyedia layanan internet (Internet Service Provider) atau melalui fasilitas wifi yang tersedia di tempat tertentu. Berdasarkan pilihan sumber koneksi internetnya, diperoleh data 95 persen karena kecepatan dan stabil, 84 persen karena harga yang terjangkau, 49 persen jangkauan sinyalnya luas, lainnya (aman dari virus, tidak banyak gangguan koneksi, layanan purna jualnya bagus, dan banyak promo/bonus) sebanyak 9 persen (Tabel 17). Bagi responden potensial, kecepatan dan kestabilan menjadi sebuah keharusan untuk membantu dalam menyelesaikan proses pekerjaan. adapun harga menjadi hal yang dianggap relatif, artinya jika koneksi cepat dan stabil maka responden bersedia membayar sedikit lebih mahal. Jika KRB dapat menyediakan fasilitas layanan koneksi internet yang cepat dan stabil maka ini dapat menjadi daya tarik para responden potensial. Tabel 17 Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Memilih Sumber Koneksi Internet Alasan Memilih Sumber Responden (%) Responden Potensial Koneksi Internet (%) Cepat dan Stabil 95 100 Harga 84 60 Jangkauan Sinyal 49 60 Lainnya 9 Media Interpretasi Tanaman Hampir pada setiap tanaman di KRB terdapat papan interpretasi yang menyebutkan nama dan jenis tanaman serta keterangan lain secara singkat. Media interpretasi merupakan suatu alat atau bahan untuk bekomunikasi dengan pengunjung dalam rangka penyelenggaraan interpretasi. Papan interpretasi di KRB dibuat dengan bahan dasar metal, hal itu dimaksudkan agar lebih tahan lama apabila dibandingkan dengan bahan dari papan atau lainnya. Dalam penelitian ini responden akan ditanya mengenai papan interpretasi tersebut terkait
31
1) Frekuensi membaca papan interpretasi, 2) Minat membaca papan interpretasi, 3) Cara menyimpan informasi dari papan interpretasi. Ketertarikan Membaca Papan Interpretasi Seberapa besar tingkat ketertarikan pengunjung tertarik untuk melihat papan interpretasi sangat terkait dengan tingkat keberhasilan KRB dalam menjalankan salah satu fungsinya yaitu memberikan edukasi terkait konservasi tanaman. Pengunjung diharapkan tidak saja menikmati pemandangan dan udara segar akan tetapi terstimulir untuk mengetahui aspek pendidikan konservasinya. Pengunjung yang baru pertama kali ke KRB tingkat frekuensi untuk melihat papan interpretasinya berbeda dengan pengunjung yang sudah beberapa kali datang ke KRB. Dengan demikian seluruh responden ditanya tingkat ketertarikannya disaat pertama kali berkunjung ke KRB. Pada kategori ini, baik responden maupun responden potensial hanya diperbolehkan memilih 1 kategori pilihan saja. Kategorinya adalah 1) Sangat Tertarik, artinya ada dorongan dari diri sendiri untuk melihat dan membaca papan interpretasi. 2) Tertarik, keinginan melihat dan membaca papan interpretasi lebih didominasi karena dorongan eksternal seperti tuntutan tugas dan ajakan teman. 3) Biasa Saja, kategori ini adalah responden yang ketertarikannya terhadap papan interpretasi sangat rendah. Responden ini melihat papan interpretasi sambil berlalu atau jika secara kebetulan karena berdekatan dengan tempatnya beristirahat. 4) Tidak Tertarik, adalah kategori responden yang sama sekali tidak mau membaca papan interpretasi. Berdasarkan data dari 100 orang responden yang dapat dilihat pada Pada tabel 27, responden yang menyatakan Sangat Tertarik sebanyak 27 persen. Responden yang menyatakan tertarik sebanyak 67 persen. Selanjutnya responden yang menyatakan Biasa Saja ada 6 persen. Sedangkan yang memilih kategori Tidak Tertarik sejumlah 0 persen (Tabel 18). Tabel 18 Sebaran Responden Berdasarkan Ketertarikan Membaca Papan Interpretasi Kategori Ketertarikan Responden (%) Responden Potensial (%) Sangat Tertarik 27 40 Tertarik 67 40 Biasa Saja 6 20 Tidak Tertarik 0 0 Jumlah 100 100 Bagi responden potensial, sikap sangat tertarik dan tertarik menjadi pilihan yang paling dominan dibandingkan sikap lainnya. Papan interpretasi sangat membantu mereka sebagai sarana informasi penting yang berkaitan dengan pekerjaan. Kalaupun tidak berkaitan dengan pekerjaan setidaknya dapat memberikan penambahan wawasan. Akan tetapi karena terbatasnya informasi yang diberikan pada papan interpretasi sehingga responden tetap mengandalkan internet untuk memperkaya informasinya. Teknik Menyimpan Informasi Dari Papan Interpretasi Setelah papan interpetasi dibaca, pengunjung akan melakukan penyimpanan informasi yang sudah dibaca. Penyimpanan data tersebut bisa pada
32
ingatan atau melalui cara lain seperti ditulis, difoto atau rekaman suara. Sebagian besar dari responden melakukan penyimpanan informasi dengan cara difoto sebanyak 79 persen. Berikutnya sebanyak 9 persen dengan cara merekam suara. Adapun responden yang hanya menggunakan ingatan sebanyak 8 persen. Responden yang menulis ulang isi papan interpretasi sebanyak 4 persen. Sedangkan yang menyimpan informasi melalui rekaman video sebanyak 0 persen. Tindakan responden dalam menyimpan informasi dari papan interpretasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Adapun responden potensial merekam dengan suara bukanlah cara menyimpan informasi yang mereka pilih. Teknik menyimpan dengan foto tetap menjadi pilihan terbanyak karena dianggap dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Tabel 19 Sebaran Responden Berdasarkan Teknik Menyimpan Informasi Papan Interpretasi Teknik Menyimpan Responden (%) Responden Potensial (%) Foto 79 40 Merekam Suara 9 0 Ingatan 8 30 Menulis Ulang 4 30 Video 0 0 Jumlah 100 100 Willingnes To Pay (WTP) Pengunjung Keinginan membayar pengunjung terhadap koneksi internet dan barcode sebagai media interpretasi memiliki nilai yang berbeda. Nilai keinginan bayar pengunjung terhadap barcode lebih tinggi daripada koneksi internet. Hal itu dikarenakan banyak pengunjung yang datang ke KRB hanya untuk rekreasi bukan untuk menikmati koneksi internet. Adapun jumlah responden pengunjung yang menyatakan tidak bersedia membayar hanya 3,6 persen. Dengan demikian, dari 110 responden terdapat 106 responden atau 96,4 persen dari total responden yang menyatakan bersedia bayar (Tabel 20). Tabel 20 Jumlah responden yang bersedia dan tidak bersedia membayar Bersedia Bayar Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak
4
3,6
Ya
106
96,4
Total
110
100
Perhitungan WTP dipisahkan antara dua produk koneksi internet dan barcode sebagai media interpretasi. Pemisahan ini untuk melihat hasil penilaian secara objektif dari responden. Dari sejumlah responden yang bersedia membayar koneksi internet, berada pada rentang nilai mulai Rp 1.000 hingga Rp 50.000. Responden yang memberikan nilai Rp 1.000 merupakan responden terbanyak yaitu 39,6 persen. Terbanyak kedua adalah responden yang memberikan nilai Rp 4.000 sebanyak 16 persen. Adapun nilai tertinggi sebesar Rp50.000 hanya dipilih oleh 0,9 responden. Berdasarakan rataan seluruh responden terhadap kesediaan
33
mebayar koneksi internet di Kebun Raya Bogor adalah sebesar Rp 4.245 (Tabel 21). Tabel 21 Kesediaan membayar koneksi internet Kesediaan Membayar (Rp) 1,000 2,000 2,500 3,000 4,000 4,500 5,000 10,000 20,000 50,000 Total
Jumlah Responden (Org) 42 7 10 2 17 10 4 8 5 1 106
frekuensi Relative (%)
Rataan WTP (Rp/org)
39.623 6.604 9.434 1.887 16.038 9.434 3.774 7.547 4.717 0.943 100.000
396.23 132.08 235.85 56.60 641.51 424.53 188.68 754.72 943.40 471.70 4245.283
Berbeda dengan kesediaan membayar terhadap barcode sebagai media interpretasi, dari 106 responden terdapat 35 persen sebagai jumlah mayoritas yang memberikan nilai Rp 5.000. Sedangkan jumlah terbesar kedua 19 persen responden dengan nilai yang dipilih sebesar Rp4.500. Jumlah kesediaan membayar responden terhadap fasilitas barcode sebagai media interpretasi di KRB adalah sebesar Rp 5.716 (Tabel 22). Tabel 22 Kesediaan membayar barcode online Kesediaan Membayar (Rp) 1,000
Jumlah Responden (Org) 6
5.7
Rataan WTP (Rp/org) 57
frekuensi Relatif (%)
2,000
2
1.9
38
2,500
9
8.5
212
3,000
4
3.8
113
3,500
1
0.9
33
4,500
20
18.9
849
5,000
37
34.9
1745
6,000
1
0.9
57
7,500
4
3.8
283
8,000
4
3.8
302
10,000
14
13.2
1321
15,000
1
0.9
142
20,000
3
2.8
566
Total
106
100
5,717
Apabila harga tiket yang berlaku saat ini adalah sebesar Rp 15.000, maka rata-rata penambahan harga tiket berdasarkan nilai WTP adalah sebesar 33 persen
34
atau Rp 4.981. dengan nilai rataan WTP sebesar itu, apabila ditetapkan sebagai penambahan harga tiket baru, maka Kebun Raya mendapatkan penambahan penerimaan sebesar 4,693,910,037.74 rupiah (Tabel 23). Tabel 23 Rata-rata penambahan harga tiket berdasarkan nilai WTP Persentase Peningkatan Harga Penambahan Relatif Penerimaan No Produk Tiket Harga WTP Penambahan berdasar WTP (Rupiah) (Rupiah) Harga WTP (%) (Rupiah) Koneksi 4,000,491,509 15.000 4.245 28 1 Internet 38 Barcode 15.000 5.717 2 5,387,328,566 Rata-Rata
4.981
33
4,693,910,037.74
Berdasarkan frekuenasi kumulatif jumlah responden yang bersedia membayar dibandingkan dengan jumlah WTP dengan nilai terbesar, maka diperoleh besaran WTP yang bisa dijadikan acuan untuk kebijakan penetapan biaya yang rasional dan bisa dibebankan kepada konsumen. Pada barcode online, jumlah WTP terbesar adalah Rp 1.644.646.509 dengan jumlah kumulatif responden sebanyak 64 orang. Nilai WTP pada per orang pada kondisi tersebut adalah sebesar Rp 5.000 (Tabel 24). Tabel 24 Nilai WTP barcode online berdasarkan kumulatif responden 1000
Jumlah responden 6
2000
2
2500
9
3000
4
WTP
53.339.887
Frekuensi Kumulatif 106
17.780
35.559.925
100
80.010
200.024.575
98
35.560
106.679.774
89
Populasi 53.340
Total WTP
3500
1
8.890
31.114.934
85
4500
20
177.800
800.098.302
84
5000
37
328.929
1.644.646.509
64
6000
1
8.890
53.339.887
27
7500
4
35.560
266.699.434
26
8000
4
35.560
284.479.396
22
10000
14
124.460
1.244.597.358
18
15000
1
8.890
133.349.717
4
20000
3
26.670
533.398.868
3
Total
106
942.338
5.387.328.566
Berbeda dengan nilai untuk fasilitas koneksi internet, WTP berada di angka Rp 20.000 per dengan tortal peningkatan pendapatan sebesar Rp 888.898.113. Namun jumlah kumulatif responden hanya 6 orang atau sekitar 5,6 % responden saja (Tabel 25).
35
Tabel 25 Nilai WTP koneksi internet berdasarkan kumulatif responden WTP 1000 2000 2500 3000 4000 4500 5000 10000 20000 50000 Total
Jumlah responden 42 7 10 2 17 10 4 8 5 1 106
Populasi 373,379 62,230 88,900 17,780 151,130 88,900 35,560 71,120 44,450 8,890 942,338
Total WTP 373,379,208 124,459,736 222,249,528 53,339,887 604,518,717 400,049,151 177,799,623 711,198,491 888,998,113 444,499,057 4,000,491,509
Frekuensi Kumulatif 106 64 57 47 45 28 18 14 6 1
Nilai WTP merupakan hal penting untuk dibandingkan dengan hasil analisa finansial. Nilai WTP dapat dijadikan tolak ukur apakah penetapan harga pada perhitungan analisas finansial rasional ataukah tidak. Apabila penetapan harga pada analisis finansial melebihi nilai WTP berarti harga tersebut tidak rasional karena berada di luar kesediaan membayar konsumen. Oleh karenanya dalam penelitian ini penghitungan WTP merupakan hal penting dilakukan sebagai tolak ukur penetapan harga yang dilakukan pada analisa finansial. Studi Kelayakan Bisnis Aspek Finansial Kajian terhadap aspek finansial diperlukan data kuantitatif sesuai waktu dan tempat dilakukan penelitian. Besaran harga produk, nilai suku bunga atau variabel biaya lainnya memiliki sifat dinamis dan berbeda pada setiap wilayah. Oleh karenanya perlu dilakukan beberapa asumsi untuk membatasi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Selanjutnya apabila terjadi perubahan angka maka tinggal bisa disesuaikan berdasarkan kebutuhan. Sebagaimana menurut Soekartawi (1991) analisis finansial dilakukan karena analisis ini didasarkan pada keadaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang sebenarnya ditemukan di lapangan, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian bila proyek tersebut berlangsung menyimpang dari rencana semula. Asumsi-Asumsi Dasar Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Umur ekonomis perangkat yang digunakan untuk internet wifi dan barcode adalah 3 tahun 2. Harga yang digunakan adalah harga pada bulan juni 2016 3. Tingkat diskonto yang digunakan untuk melakukan analisis finansial adalah 12%. 4. Perhitungan nilai penyusutan masing-masing perangkat menggunakan metoda garis lurus dimana harga beli dikurangi nilai penyusutan dan dibagi dengan umur manfaat.
36
5. Data jumlah pengunjung KRB yang digunakan adalah data dengan jumlah pengunjung terendah selama 1 tahunnya yaitu sebanyak 942.338 pengunjung 6. Kesanggupan membayar setiap pengunjung terhadap penambahan fasilitas teknologi informasi di KRB ini adalah sebesar Rp1000 per pengunjung. Namun demikian, dalam analisis finansial ini biaya yang dibebankan kepada pengunjung adalah 35 % dari nilai kesanggupan membayarnya. 7. Koneksi internet diperoleh dari salah satu Internet Service Provider (ISP) yang terdapat di kota Bogor. Biaya Biaya menjadi komponen penting untuk dihitung secara baik karena akan mempengaruhi pada keakurasian analisis kelayakan finansial secara keseluruhan. Menurut Lambajang (2013), biaya merupakan suatu pengorbanan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu yang bermanfaat pada saat ini atau masa yang akan datang. Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Adapun berdasarkan sifatnya, komponen biaya dibedakan menjadi tiga jenis yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya tetap per unit berbanding terbalik secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan maka semakin rendah biaya tetap per unitnya. Sebaliknya, semakin rendah kegiatan yang dilakukan maka semakin tinggi biaya per unitnya. Biaya tetap ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu (Mulyadi 2001):
Commited fixed cost
Commited fix cost meliputi semua biaya yang tetap dikeluarkan meskipun operasional kegiatan berhenti. Biaya ini tidak dapat dihilangkan guna mempertahankan tujuan jangka panjangnya. Yang termasuk dalam commited fixed cost dalam kegiatan ini adalah biaya depresiasi perangkat internet dan barcode selama 3 tahun, honor tenaga kerja kontrak Rp 2.000.000 per bulan, dan biaya sewa dedicated server sebesar Rp 7.150.000 per bulan.
Discretionary fixed cost
Jenis biaya ini biasa juga disebut managed atau programmed cost. Biaya ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan, namun terkait dengan kebijakan manajemen yang sifatnya berkala dan menopang kegiatan yang sedang dijalankan. Contoh dari biaya ini adalah biaya riset, biaya pelatihan karyawan dan lain-lain. Adapun dalam kegiatan terkait penelitian ini tidak ditemukan adanya discretionary fixed cost yang dikeluarkan
37
Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan, maka secara proporsional semakin tinggi pula biaya variabel yang dikeluarkan. Sebaliknya, semakin rendah volume kegiatan, maka secara proporsional akan semakin rendah pula biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel ini digolongkan dalam dua, yaitu:
Engineered variable cost
Engineered variable cost merupakan biaya yang antara masukan dan keluarannya mempunyai hubungan yang erat. Jika masukannya berubah maka kelaurannya pun berubah secara proporsional. Dalam kegiatan ini yang termasuk dalam engineering variable cost adalah biaya bandwidth internet sebesar Rp 15.015.000 per bulan.
Discretionary Variable Cost
Jenis biaya variabel ini merpupakan biaya yang dapat berubah sebanding dan memiliki hubungan sangat erat dengan volume kegiatan, akan tetapi antara input dan output tidak memiliki hubungan yang nyata (bersifat artificial). Biaya jenis ini terjadi biasanya karena kebijakan manajemen. Contoh paling mudah yang termasuk jenis biaya ini diantaranya biaya promosi. Semakin tinggi volume promosi yang dilakukan maka biaya promosi yang dikeluarkan pun semakin besar, akan tetapi besarnya biaya promosi belum tentu menaikan penjualan secara proporsional. Dalam kegiatan penelitian ini tidak ditemukan biaya Discretionary Variable Cost, karena tidak dilakukan promosi atau biaya-biaya sejenis lainnya diluar operasional kegiatan. Biaya semivariabel (Semivariable Cost/ Mixed Cost) Biaya semivariabel merupakan jenis biaya yang mempunyai elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya semivariabel perubahannya mengikuti perubahan volume kegiatan yang dilakukan namun perubahan tersebut tidak proporsional. Dalam kegiatan ini yang menjadi biaya semivariabel ini adalah biaya listrik. Biaya listrik terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya abodemen sebagai biaya tetap dan biaya iuran listrik sesuai penggunaan sebagai biaya variabel yang diperkirakan sebesar Rp 200.000 per bulan. Modal Awal Modal awal merupakan investasi yang dikeluarkan untuk memulai kegiatan penambahan fasilitas teknologi informasi di KRB ini. Modal awal ini menjadi bagian penting yang harus diperhitungkan dalam skema studi kelayakan finansial karena terkait dengan nilai NPV, IRR, B/C maupun Payback Periode. Modal awal atau investasi yang dikeluarkan dalam kegiatan ini adalah biaya material dan jasa installasi/konfigurasi sebesar Rp 34.507.000 (Tabel 26), papan barcode sebesar Rp 30.000.000,- dan billing system sebesar Rp 10.000.000.
38
Tabel 26 Biaya Material, installasi dan konfigurasi 1
Antena Omni Hyperlink
1,900,000
2
3,800,000
2
Radio Hotspot Bullet 2Hp
1,600,000
2
3,200,000
3
Radio HotsPot NS Loco M 2 2,4Ghz
1,100,000
4
4,400,000
4
Router Wifi RB750G
1,200,000
2
2,400,000
4
Kabel STP AM P cat 5E
2,200,000
3
6,600,000
5
Connector Rj45 Cat 5E
160,000
3
480,000
6
3M Rubber
100,000
1
100,000
7
Terminal Listrik 2 Lubang
37,000
5
185,000
8
Stecker Listrik
35,000
5
175,000
9
Klem Kabel
10,000
3
30,000
10
Jasa Installasi dan Konfigurasi
2,500,000
4
10,000,000
Total Biaya sebelum Ppn Ppn 10% Total Biaya setelah Ppn
31,370,000 3137000 34,507,000
Penerimaan Penerimaan adalah nilai uang yang diperoleh atas penjualan output yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, penerimaan diperoleh dari tambahan biaya tiket karena adanya penambahan fasilitas koneksi internet dan barcode sebagai media interpretasi yang terdapat pada berbagai tanaman di areal KRB. Penerimaan biasa disebut sebagai pendapatan kotor yaitu seluruh biaya ditambah dengan keuntungan yang ditetapkan. Besarnya keuntungan yang ditetapkan tergantung dari besarnya jangka waktu pengembalian investasi yang dikeluarkan, dengan demikian manajemen akan menetapkan target penjualan agar tujuan finansial perusahaan dapat tercapai. Besarnya penerimaan dalam penelitian ini diperoleh dari penambahan harga tiket setiap pengunjung sebesar RP 1.000 per orang. Nilai tersebut berdasarkan analisa kesanggupan membayar terendah pengunjung KRB terhadap penambahan fasilitas koneksi internet dan barcode sebagai media interpretasi. Data jumlah pengunjung sebanyak 942.338 diperoleh dari data jumlah pengunjung terendah selama satu tahun. Untuk menguatkan rasionalitas penerimaan, peneliti membuat asumsi besarnya penerimaan sebesar 35%. Besaran persentase tersebut dapat diinterpretasikan sebagai besaran jumlah pengunjung atau besaran penambahan harga tiket yang ditetapkan di atas, keduanya memiliki dampak yang sama terhadap analisa finansial secara keseluruhan.dengan demikian perkiraan penerimaan atas kegiatan ini adalah sebesar Rp329.818.300,Pendapatan Pendapatan atau keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan penambahan fasilitas teknologi informasi ini. Keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan ini adalah Rp35.038.300,-.
39
Analisis Kelayakan Finansial
Net Present Value (NPV)
NPV menjadi salah satu variabel finansial yang dapat menunjukan apakah usaha yang akan dijalankan layak atau tidak. Berdasarkan nilai NPV yang diperoleh, terdapat tiga kriteria sebagai berikut: 1. NPV > 0, secara finansial kegiatan layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan keuntungan. 2. NPV = 0,
secara finansial kegiatan sulit untuk diusahakan dan tidak dapat menghasilkan keuntungan.
3. NPV < 0, secara finansial lebih baik kegiatan tidak dilaksanakan karena akan menimbulkan kerugian. Nilai NPV pada kegiatan lebih besar daripada nol yaitu Rp 84.156.085,-, maka berdasarkan nilai NPV usaha ini layak untuk dijalankan.
Internal Rate Ratio (IRR)
Menghitung IRR untuk kelayakan usaha dapat diketahui dengan membandingkan nilai IRR dengan Discount Rate (DR). Nilai DR yang digunakan sebesar 12 %, artinya agar usaha dikatakan layak berdasarkan kriteria kelayakan investasi maka nilai IRR harus berada di atas 12%. Hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai IRR sebesar 29%, berarti tingkat pengembalian KRB tehadap investasi yang ditanamkan dalam kegiatan ini adalah sebesar 29%. Karena nilai IRR lebih besar daripada nilai discount rate yang ditentukan sebesar 12%, sehingga kegiatan ini layak untuk dijalankan.
B/C
B/C rasio yang merupakan rasio antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai negatif. Nilai B/C dalam kegiatan ini sebesar 1,12. Nilai B/C tersebut berada di atas 1, artinya berdasarkan kriteria nilai B/C maka usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Payback Periode
Payback period sebagai sebuah metode dalam penentuan jangka waktu yang dibutuhkan dalam menutupi initial investment dengan menggunakan cashflow yang dihasikan pada kegiatan ini adalah 1,841. Nilai itu menunjukan bahwa seluruh permodalan yang dikeluarkan akan kembalisetelah usaha berjalan selama 1,841 tahun. Lamanya PBP tersebut masih lebih cepat dibandingkan dengan umur pakai seluruh perangkat yang digunakan selama 3 tahun. Dengan nilai PBP sebesar itu, maka usaha ini dikatakan layak untuk dijalankan. Secara keseluruhan, perhitungan analisis kelayakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 27.
40
Tabel 27 Studi Kelayakan Berdasarkan Analisis Finansial No I A 1 2 3 4 5 B 1 2 3
II
III IV
Uraian BIAYA-BIAYA Biaya Tetap Material & Jasa Installasi/ Konfigurasi Sewa Dedicated Server (up to 100 MBps) Tenaga Kerja Kontrak IT Papan Barcode (Rp 15.000 x 2.000 tanaman) Billing System Jumlah Biaya Tetap Biaya Variabel Koneksi Internet (Rp 15.015.000/ bulan) Maintenance Listrik Jumlah biaya variabel Total Biaya (A + B) Penerimaan (942.338 pengunjung x Rp 1000) Asumsi Penerimaan 35% Keuntungan (Penerimaan - Biaya) Perhitungan NPV, BCR dan IRR 1. Discount rate (12%) 2. Discount factor (df) 3. Present value of Benefit 4. Present value of Cost 5. Keuntungan terdiskon 6. Jumlah Benefit Terdiskon 7. Jumlah Cost Terdiskon Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio (B/C) Internal Rate Of Return (IRR) Payback Periode (Tahun)
Investasi
Tahun ke-1
Tahun ke-2
Tahun ke-3
34,507,000 85,800,000 24,000,000
85,800,000 24,000,000
85,800,000 24,000,000
30,000,000 10,000,000 64,507,000
109,800,000
109,800,000
109,800,000
64,507,000
180,180,000 2,400,000 2,400,000 184,980,000 294,780,000
180,180,000 2,400,000 2,400,000 184,980,000 294,780,000
180,180,000 2,400,000 2,400,000 184,980,000 294,780,000
35% (64,507,000)
942,338,000 329,818,300 35,038,300
942,338,000 329,818,300 35,038,300
942,338,000 329,818,300 35,038,300
12.00% 0.893 294,480,625 263,196,429 31,284,196
12.00% 0.797 262,929,129 234,996,811 27,932,318
12.00% 0.712 234,758,151 209,818,581 24,939,570 792,167,906 708,011,821 84,156,085 1.119 29% 1.841
12.00% 1.000
Break Event Point (BEP) Nilai titik impas dalam penambahan kedua fasilitas ini berdsarkan nilai kesanggupan bayar responden. Apabila dengan nilai WTP barcode online sebesar Rp 5000 dan nilai biaya variabel sebesar Rp 654 per orang dengan asumsi jumlah pengunjung sebanyak 30 persen, maka nilai titik impasnya adalah : Rp 109.800.000/ (Rp 5.000 – Rp 654) = 25.267 orang per tahun Jumlah 25.267 orang per tahun atau sekitar 9 persen sangat rasional secara bisnis karena jumlah kumulatif responden pada hitungan WTP sebesar 64 responden atau sekitar 60,37 persen. Aspek Non Finansial Pasar dan Pemasaran Pasar merupakan tempat bertemuanya penjual dan pembeli. Pada saat pertemuan itulah terjadi pertukaran produk barang dan atau jasa. Menurut Ehrenberg & Smith (2003), dalam proses pertukaran tersebut biasanya akan muncul tingkat harga atas barang dan atau jasa yang disepakati. Sejalan dengan perkembangan zaman, pasar mengalami perubahan bentuk dari pasar tradisional
41
menjadi pasar modern. Menurut Deni Mukbar (2007), karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari beberapa aspek. Berdasarkan aspek kondisi fisik tempat usaha, pasar tradisional memiliki bangunan temporer, semi permanen, atau permanen. Kondisi fisik pasar modern yaitu memiliki bangunan permanen, fasilitas memadai, dan mewah. Berdasarkan aspek metode pelayanan, di pasar tradisional pedagang melayani pembeli dan terjadi tawarmenawar. Metode pelayanan di pasar modern yaitu sistem swalayan di mana pembeli melayani dirinya sendiri dan harga sudah pasti sehingga tidak ada tawarmenawar. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, konsep pasar modern semakin berkembang. Pertemuan penjual dan pembeli tidak terjadi secara fisik namun melalui dunia maya transaski dapat dilakukan. Dengan demikian website ataupun berbagai aplikasi berbasis online lainnya dapat berfungsi sebagai pasar. Koneksi internet dan barcode sebagai media interpretasi di area KRB memiliki potensi pasar yang besar, terlihat dari hasil wawancara responden sebesar 96,4 persen menyatakan bersedia membayar. Kesediaan membayar tersebut dapat diartikan sebagai sebuah penerimaan responden atas keberadaan kedua produk tersebut. Pengertian pemasaran menurut Kotler & Keller (2009) adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Dalam proses pemasaran tentu yang diharapkan adalah pencapaian target market share yang diharapkan. Penambahan kedua fasilitas tersebut merupakan bagian dari strategi pemasaran KRB guna meningkatkan daya tarik konsumen untuk berkunjung ke KRB. Sosialisasi dapat dilakukan oleh KRB melalui media iklan yang tersedia baik online berupa website ataupun offline berupa papan papan iklan, brosur dan lain sebagainya. Teknis dan Teknologi Dukungan teknis dan teknologi dalam kegiatan ini menjadi hal yang sangat penting. Teknologi wireless yang digunakan berada pada frekuensi 2,4 GHz dan 5,8 GHz. Kesiapan teknis dan teknologi tersebut harus mempertimbangkan unsur regulasi dan teknis instalasi di lapangan. Regulasi Penggunaan frekuensi di Indonesia telah diatur oleh Pemerintah baik terkait standar perangkat yang digunakan, proses perizinan sampai pada biaya yang harus dibayarkan ke kas Negara atau biasa disebut Biaya Hak Penggunaan (BHP). Hampir semua frekuensi yang digunakan terikat peraturan penggunaan yang sangat ketat, berbayar bahkan beberapa frekuensi bersifat eksklusif seperti yang digunakan untuk kepentingan militer. Berbeda halnya dengan frekuensi 2,4 GHz yang juga digunakan di KRB dalam penelitian ini. Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Nomor: 2 Tahun 2005, bahwa penggunaan frekuenasi 2400-2483,5 MHz dapat digunakan secara bersama-sama (sharing) tanpa dibebani biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan tidak ada kewajiban perizinan. Namun demikian, perangkat yang digunakan
42
harus memenuhi standar pemerintah berdasarkan Permen Kominfo Nomor 28 Tahun 2015 serta terikat oleh etika penggunaan antar sesama pengguna frekuensi. Etika yang dimaksud diantaranya pengaturan batas daya yang diperbolehkan. Sebab apabila penggunaan frekuensi dan daya tidak dikontrol maka akan menimbulkan banyak interferensi dengan sesama pengguna lainnya serta berpotensi menurunkan kualitas transmisi. Teknis Installasi Frekuensi 2,4 GHz akan sangat optimal apabila berada pada jangkauan jarak pandang (line of sight) serta tidak ada sesuatu yang menghalangi. Gelombang 2,4 GHz memiliki kemampuan memantul dan menembus bendabenda yang tidak solid. Namun demikian, kekuatan pancar gelombangnya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kualitas medium (interferensi, propagasi sinyal, derau/noise), daya yang digunakan perangkat, serta medium yang menghalanginya. Banyaknya medium penghalang berupa pohon berukuran besar di KRB menjadikan gelombang wireless dengan frekuensi 2,4 GHz ini memancar tidak optimal. Gelombang yang dipancarkan tidak dapat menembus pohon karena sifatnya yang solid dan tebal. Dampaknya adalah apabila gelombang wireless ingin mencakup seluruh areal KRB maka diperlukan biaya investasi yang sangat besar untuk pembelian banyak perangkat radio, antena, kabel dan sistem kelistrikan untuk memancarkan gelombang agar tidak terdapat area kosong sinyal (Blank Spot). Oleh karena itu dalam penelitian ini penyebaran sinyal hanya dilakukan di dua area yang padat pengunjung saja yaitu area gerbang pajajaran (mencakup lapangan Astrid, lapangan stropanthus, taman teratai, dan wilayah sekitarnya) dan gerbang utama (mencakup wilayah gerbang utama, area parkir kantor konservasi dan bagian luar museum zoologi). Untuk mencakup kedua area tersebut cukup dengan menggunakan dua buah paket perangkat pemancar. Adapun untuk kenyamanan dalam menggunakan koneksi internet maka perlu dibangun satu tempat yang representatif tanpa mengganggu fungsi utama KRB sebagai wilayah konservasi tanaman. Manajemen dan Sumberdaya Manusia Manajemen teknis seluruhnya dilakukan oleh provider internet, mereka yang akan bertanggung jawab atas aspek teknis termasuk aspek legalitas yang diperlukan untuk menjalankan bisnis ini. Aspek legalitas yang dimaksud diantaranya izin penjualan koneksi internet, izin operasional, serta izin pemancangan tower yang diperlukan. Sebagai sebuah perusahaan penyedia layanan internet / Internet Service Provider (ISP) tentu sudah memiliki kesiapan teknis dan sumberdaya manusia yang memadai. Namun demikian, pihak KRB harus memiliki satu orang tenaga IT untuk melakukan pengawasan internal dan meberikan laporan kepada pihak provider internet ketika terjadi permasalahan. Sosial dan Ekonomi Melalui penambahan dua fasilitas ini tidak memberikan dampak negatif pada pedagang di sekitarnya, namun sebaliknya justru memberikan dampak positif. Potensi terjadinya peningkatan jumlah pengunjung tentu akan memberikan
43
potensi meningkatnya pendapatan pedagang yang ada di dalam maupun di sekitar KRB. Lingkungan Dalam aspek ini maka penambahan fasilitas internet wireless dan barcode media interpretasi tidak menimbulkan dampak negatif berupa berubahnya fungsifungsi KRB yang diakibatkan oleh berubahnya tujuan pengunjung. Dengan melihat kesediaan membayar pada fasilitas barcode yang lebih besar dibandingkan koneksi internet, menunjukan tingginya ketertarikan pengunjung terhadap pengenalan tanaman konservasi yang ada di KRB. Installasi perangkat internet dan bangunan terbuka yang dapat digunakan sebagai tempat berdiskusi dengan memanfaatkan koneksi internet, dilakukan dengan tetap memperhatikan fungsi-fungsi keindahan, kenyamanan, tatanan wilayah dan fungsi penting lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Berdasarkan karakteristiknya, mayoritas responden maupun responden potensial adalah usia remaja hingga dewasa dengan pendidikan tingkat menengah ke atas. Selain refreshing dan kepentingan akademik menjadi alasan terbanyak untuk berkunjung ke KRB. Mayoritas responden menunjukan ketertarikannya pada layanan internet dan sistem barcode online sebagai media interpretasi di linkungan KRB. 2. Kesanggupan membayar terhadap layanan barcode online sebesar Rp 5.000. Meskipun jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kesanggupan membayar koneksi internet sebesar Rp20.000, namun jumlah kumulatif responden yang bersedia membayar fasilitas barcode online sejumlah tersebut terdapat 64 responden atau sekitar 60,37 persen. 3. Penambahan fasilitas berbasis teknologi informasi di lingkungan KRB merupakan salah satu langkah inovatif yang bisa dilakukan. Penyediaan koneksi internet dan sistem barcode sebagai media interpretasi merupakan bagian dari langkah inovasi berbasis teknologi informasi tersebut. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, penambahan kedua fasilitas tersebut menunjukan kelayakan secara finansial. Hal itu terlihat dari perhitungan Net Present Value (NPV), Internal Rate Ratio, Benefit and Cost Ratio (B/C) dan Payback Periode (PBP) yang memenuhi kriteria layak secara finansial untuk dilaksanakan. Kriteria layak tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang lebih besar daripada nol yaitu Rp 84.156.085; nilai IRR sebesar 29% lebih besar dari nilai df yang ditetapkan yaitu 12%; Nilai B/C lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,19; dan Payback Periode selama 1,841 tahun yang jauh lebih cepat dibandingkan usia material/ perangkat yang diinvestasikan yaitu 3 tahun. Secara teknis, pemasangan internet wifi dan barcode sebagai media interpretasi di lingkungan KRB sangat memungkinkan. Namun demikian, karena gelombang pada frekuensi 2,4 GHz untuk internet wifi ini merupakan
44
gelombang memantul, maka penempatan antena pemancar harus tepat untuk meminimalisir terhambatnya sebaran gelombang karena terhalang pepohonan. Adapun untuk barcode, penarikan database setelah dipindai oleh pengunjung dilakukan melalui 2 koneksi internet lokal yaitu melalui wifi yang disediakan KRB atau melalui internet pada jaringan seluler masing-masing pengunjung. Selanjutnya data akan tersimpan di Gadget nya masing-masing baik berupa tulisan, suara, foto maupun video. SARAN 1. Untuk mendukung kenyaman pengunjung dalam menggunakan koneksi intenernet, perlu dilakukan analisis kelayakan apabila dibangun satu tempat yang nyaman dan aman serta tersedia fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas kelistrikan dan kamera pengintai (cctv). Sehingga meskipun dalam keadaan hujan atau terik matahari, pengunjung tetap dapat berselancar menggunakan internet. 2. Guna mendukung rasa aman pengunjung KRB, perlu dipasang kamera pengintai (CCTV) di beberapa area keramaian. Selain itu, cctv juga dapat digunakan sebagai data perilaku konsumen secara virtual karena seluruh data yang terekam dapat tersimpan di DVR (Digital Video Recorder)
DAFTAR PUSTAKA Anderson, RC, Hansen EN. 204. The Impact of Environmental Certification on Preference for Wood Furniture: A Conjoint Analysis Approach. Forest Product Journal 54(3): 42-50 Ansahar. 2005. Valuasi ekonomi dan dampak lingkungan pada penambangan pasir darat di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Timur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arifin J, Fakhruddin M. 1999. Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan. Edisi Kesatu. Jakarta: Elex Media Komputindo. Bashir S, Mahmood K, Shfique F. 2008. Internet use among university students: a survey in university of the punjab, Lahore. Ehrenberg, Ronald G, Smith, Robert S, 2003. Modern Labor Economics: Theory and Public Policy, Eight Edition. Pearson Education, Inc. New York City. Engel JF, Blackweel RD, Winiard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I Edisi Pertama. F.X. Budiyanto, penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer Behaviour. Sixth Edition Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Fauzi, Akhmad. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan SDA dan. Lingkungan. IPB Press. Bogor.
45
Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 2006. Manajemen Biaya; Akuntansi dan Pengendalian. Buku 1. Salemba 4. Jakarta. Hanley N, CL Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. Edward Elgar Publishing Eng Kadariah. 1999. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Kotler, Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?, Erlangga, Jakarta. Lambajang, AAA. 2013. Analisa Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode Variabel Costing PT. Tropica Cocoprima. Jurnal EMBA. 1(3), pp. 673-683 [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2008. Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor-LIPI Tahun Anggaran 2008. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Mukbar, Deni, 2007, Denyut Usaha Kecil Di Pasar Tradisional Dalam Himpitan Hipermarket, Jurnal Analisis Sosial Bvo. 12 No. 1 Maret 2007 Mosher AT. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna .Jakarta. Mulyadi. 2001. edisi 3. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Universitas Gajah Mada. Nazir M. 1977. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Peraturan Mentri. 2009. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia No 27 Tahun 2009. Polancic G. 2009. Empirical Research Method Poster. Poster version: 0.5. Maribor: Faculty of Electrical Engineering and Computer Science, Institut of Informatic. Rosen S . 1974. Hedonic Prices and Implicits Markets: product differentiation in pure competition. Journal of Political Economy, Vol 82: 34-55. Rumini Sri, Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. PT Rineka Cipta, Jakarta Khandekar, A, A. Sharma, 2006. Organizational Learning and Performmance: Understanding Indian Scenario in Present Global Context, Education + Training, Vol.48 No.8/9, pp.682-293. Sihombing SB. 2013. Analisis Biaya-Volume-Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba PT. Bangun Wenang Beverages Company. Jurnal EMBA. 1 (3), pp. 181-188. Soekartawi. 1991. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta.
46
Spillane JJ. 1987. Ekonomi Yogyakarta.
Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius.
Sproles GB., Kendall, E. L. (1986), “A methodology for profiling consumers’ decision making styles”, The Journal of Consumer Affairs, Vol. 20 No.2, pp.267-79 Sudarsono J. 1992. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Andi, Yogyakarta. Yogyakarta (ID): Andi. Sumarwan U. 2003. Perilaku, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta. PT Ghalia Indonesia. Schiffman dan Kanuk, A. 2004. “Analisa Marketing Mix, Lingkungan Sosial, Psikologi Terhadap Keputusan Pembelian Online Pakaian Wanita”. Juarnal Manajemen Pemasaran Petra.Vol. 1, No. 2. Umar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yunus L. 2005. Evaluasi kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy hulu dan akibatnya di hilir [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1 Kuesioner penelitian Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet di Kebun Raya Bogor. KUESIONER PENELITIAN “OPTIMALISASI WISATA EDUKASI MELALUI PENAMBAHAN LAYANAN INTERNET DI KEBUN RAYA BOGOR”.
Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden yang secara sukarela mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan salah satu instrument penelitian yang dilakukan oleh : Peneliti : Ali Akbar Hutzi NRP : P052120221 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor (IPB) Untuk memenuhi tugas penyelesaian Tesis program Master. Saya sangat hargai kejujuran saudara/i dalam mengisi kuesioner ini dan menjamin kerahasiaan saudara/i. Atas kerjasama dan bantuan saudara/i, saya ucapkan terima kasih. Nomor Kuesioner : ..........
Tanggal: ... ..../......./........
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda SILANG (X) pada jawaban pilihan anda. I. Identifikasi Responden : 1. Nama .................................................................................. 2. Jenis Kelamin : L/P (Lingkari yang Anda pilih) 3. Usia : ............... tahun II.
Karakteristik Sosial Demografi Responden
1. Status Pernikahan: a. Menikah b. Belum Menikah
c. Pernah Menikah
2. Pendidikan Terakhir: a. SD b. SMP c. SMA d. Strata 1
e. Strata 2 f. Strata 3 g. Lainnya...............................
49
3. Jenis Pekerjaan: a. Pegawai Swasta b. Pegawai Negeri c. Ibu Rumah Tangga
c.Wiraswasta d. Lainnya.................................
4. Jumlah pendapatan setiap bulan: a.
Rp 5.000.000,00
Pemahaman Terhadap media interpretasi, barcode system dan koneksi internet Kebun raya memiliki berbagai macam koleksi tanaman. Pada setiap tanaman terpasang sebuah papan kecil berwarna hijau yang memberikan keterangan singkat tentang pohon tersebut. Papan tersebut disebut “media interpretasi”. Media interpretasi berbentuk papan tentu hanya memberikan informasi yang terbatas. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak maka kami akan merancang media interpretasi berbasis barcode. Pengunjung cukup memindai barcode tersebut dengan kamera handphone berbasis android, maka seluruh informasi baik berupa tulisan, video, maupun suara dapat langsung tersimpan di handphone tersebut secara cepat dan lengkap. Selain media interpretasi, koneksi internet wifi juga akan disediakan di areal KRB. Wifi ini dapat diakses oleh seluruh pengunjung untuk kepentingan bekerja, pendidikan dan lain-lain. Besarnya benadwidth akan kami sesuaikan dengan kebutuhan sehingga semua pengunjung akan merasa nyaman disaat berselancar menggunakan koneksi internet di areal KRB. Untuk kenyamanan pengunjuang dalam menggunakan koneksi internet wifi, maka akan dibuatkan tempat yang nyaman dan teduh serta dilengkapi dengan konektor listrik. Rancangan desain tempat tersebut dapat dilihat pada lampiran. Anda dipersilahkan mencoba koneksi internet yang tersedia dan menggunakan media interpretasi berbasis barcode online.
5. Apakah anda bersedia membayar lebih untuk memperoleh manfaat tambahan yang telah dijabarkan? a. Ya b.Tidak 6. Berapakah jumlah maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk memperoleh manfaat tambahan dari media interpretasi berbasis barcode online ? a. Rp. 2.000,b. Rp. 2.500,c. Rp. 3.000,-
d. Rp. 3.500,e. Rp. 4.000,-
f. Lainnya: Rp……………
50
7. Berapakah jumlah maksimum yang bersedia Anda bayarkan untuk memperoleh manfaat tambahan dari koneksi internet / wifi yang bagus di areal KRB ? a. Rp. 5.000 ,b. Rp. 6.000,c. Rp. 7.000,-
d. Rp. 8.000,e. Rp. 9.000,f. Rp. 10.000,-
g. Lainnya: Rp..............................................
III. Tingkat Kebutuhan Terhadap Koneksi Internet 1. Apakah Anda terbiasa menggunakan akses internet wifi ? a. Ya b. Tidak 2. Untuk keperluan apa Anda menggunakan internet ? a. Pekerjaan b. Akademik c. Games d. Bisnis online ......................... (jawaban boleh lebih dari 1)
e.
Lainnya:
3. Dimanakah biasanya paling sering Anda mendapatkan koneksi internet wifi ? a. Kantor b. Cafe c. Kampus d. Rumah Makan e. Lainnya: ...................... (jawaban boleh lebih dari 1) 4. Berapa lama biasanya Anda menggunakan internet wifi ? a. < 1 jam b. 1 - 2 jam c. 2 – 3 jam d. 3 – 4 jam e. > 4 jam 5. Bagaimana menurut Anda jika di KRB ada koneksi internet wifi ? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 6. Tempat seperti apa menurut Anda yang nyaman disaat Anda menggunakan internet wifi d KRB ? a. Tidak Berisik b. Teduh c. Aman d. Lainnya: ....
IV. Tingkat Kebutuhan Terhadap Media Interpretasi di KRB 1. Seberapa penting media interpretasi pada koleksi tanaman di KRB bagi Anda ? a. Sangat Penting b. Penting c. Tidak Penting 2. Untuk kepentingan apa media interpretasi ini bagi Anda ? a. Penelitian b. Tugas Akademik c. Pengetahuan Umum d. Lainnya: ……….. 3. Apakah media interpretasi yang saat ini ada di KRB sudah dianggap memberikan informasi secara jelas dan lengkap ?
51
a. Sudah
b. Cukup c. Belum c. Tidak tau
4. setelah Anda membaca media interpretasi, apa yang Anda lakukan? a. Menulis ulang b. Memfoto c. Membaca Sekilas d. Tidak melakukan apapun
e. Lainnya: ...................................
5. Jika ada media interpretasi yang praktis, mampu memberikan informasi lengkap (baik tulisan/ video/ suara), dan langsung tersimpan di memory handphone. Menurut Anda apakah media interpretasi itu diperlukan ? a. Sangat diperlukan b. Biasa-biasa saja c. Tidak diperlukan d. Lainnya: ......................
52
Lampiran 2. Peralatan Koneksi Internet Untuk Penelitian Tower triangle dengan tinggi 25 meter, digunakan untuk meletakan antenna dan radio pemancar gelombang wireless ke kebun raya. Tower Triangle dipasang di tiga titik yaitu: 1. Jalan Mawar sebagai Pemancar Utama/ Access Point. 2. Top Roof Hotel Pangrango 3. Salah satu gedung di Jalan Juanda Antena Semi-Grid 2,4 GHz dan 5,8 GHz. Antena ini digunakan untuk memancarkan dan menangkap gelombang wireless point to point atau sebagai pemancar untuk pengunjung KRB
Antena Omni 2,4 GHz. Antena jenis ini digunakan untuk memancarkan gelombang ke pengunjung. Antena jenis ini mampu memancarkan gelombang secara melingkar sehingga memiliki radius jangkauan yang lebih optimal
53
Radio Mikrotik, adalah jenis radio yang digunakan dalam penelitian. Radio ini memiliki banyak keunggulan dalam kelengkapan fitur sehingga memudahkan dalam melakukan konfigurasi sistem
Tampilan Bandwidth Management. Bandwidth Management adalah software yang mampu melihat dan mencatat besaran bandwidth yang digunakan oleh pengunjung. Setiap penggunaan tercatat secara realtime baik bandwidth local (IIX) maupun Internasional (IX). Informasi ini diperlukan untuk mengetahui berapa besar bandwidth optimum rata-rata yang digunakan oleh pengunjung.
Software Whats UP, adalah software yang digunakan untuk melakukan monitor koneksi internet ke antenna ataupun ke klien melalui pendeteksian IP Address atau MAC Address yang ada di setiap perangkat hardware radio atau laptop pengunjung.
54
Server yang digunakan dalam penelitian untuk menyimpan database yang berisi informasi tanaman di KRB. Database tersebut dapat “dipanggil” berdasarkan informasi yang diinginkan dari setiap pemindaian barcode pada setiap tanaman.
Barcode model batang, adalah model barcode yang digunakan dalam penelitian ini.
55
Lampiran 3. Installasi jaringan Internet di KRB Antena semi grid 2,4 GHz yang terpasang di KRB dengan dua sisi. Pemasangan dilakukan sederhana untuk kepentingan penelitian.
Lampiran 4. Pemindaian Barcode Online Software pemindai barcode yang terintall di Handphone berbasis android. Aplikasi pemindai barcode ini dapat didownload bebas di playstore google.
56
Simulasi pemindaian barcode dengan menggunakan handphone berbasis android. Pemindaian pada barcode online akan sangat mudah dan ringan karena data yang tersimpan dalam barcode hanya berupa directing link ip address ke database yang tersimpan di server.
Lampiran 5. Papan Interpretasi Tanaman di KRB Papan interpretasi di KRB yang memuat tulisan dan beberapa foto. Infromasi terbatas dan diperlukan ukuran media yang besar
Papan interpretasi ukuran kecil yang menyebutkan jenis dan spesies tanaman.
57
Lampiran 6. Topologi Koneksi Internet dan Barcode Online di KRB Skema/ Topologi koneksi internet yang dipancarkan di KRB
Skema/ Topologi koneksi barcode online. Koneksi barcode online dapat melalui 2 jalur yaitu melalui koneksi internet wifi yang tersedia di KRB atau melalui koneksi internet yang terdapat di handphone masing-masing pengunjung.