OPTIMALISASI FUNGSI UTAMA PELAYANAN PRIMER BPJS KESEHATAN
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
II.
SASARAN
III.
TUJUAN
IV.
IMPLEMENTASI FUNGSI PELAYANAN PRIMER A. PENGUATAN FUNGSI KONTAK PERTAMA B. PENGUATAN FUNGSI LONGITUDINALITAS/ KONTINUITAS LAYANAN C. KOORDINASI LAYANAN D. KOMPREHENSIFITAS LAYANAN E. ORIENTASI KESEHATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS, SERTA OPTIMALKAN PRILAKU SEHAT
V.
INFRASTRUKTUR PENUNJANG IMPLEMENTASI A. SISTEM PENCATATAN/ REKAM DATA B. SUMBER DAYA MANUSIA C. TOOLS KHUSUS (SPESIFIK) 1. Format dokumen kesepakatan indikator performa FKTP 2. Form walk trough audit
VI.
MEKANISME A. SASARAN PELAKSANAAN B. WAKTU DAN PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN C. APPROVAL/
KESEPAKATAN
INDIKATOR
MUTU
FKTP
DAN
EVALUASI HASIL D. METODE PENGUMPULAN DATA E. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM SECARA NASIONAL F. PELAPORAN
0
VII.
TAHAPAN PELAKSANAAN
1
OPTIMALISASI FUNGSI UTAMA PELAYANAN PRIMER BPJS KESEHATAN
I.
PENDAHULUAN Dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah dilaksanakan mulai 1 Januari 2014 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara
berkoordinasi
dengan
Fasilitas
Kesehatan
mempunyai
kewenangan menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya pada tingkat Fasilitas Kesehatan sesuai Permenkes Nomor 71 Tahun 2013. Kendali mutu dan kendali biaya pada Fasilitas Kesehatan khususnya FKTP dapat dilakukan melalui evaluasi mutu pelayanan kesehatan dari FKTP. Untuk itu diperlukan adanya standar indikator penilaian performa pelayanan primer di FKTP.
Untuk mengoptimalkan layanan FKTP bagi peserta JKN di seluruh wilayah Indonesia, perlu dipastikan setiap FKTP menyelenggarakan layanan berbasis pada fungsi layanan primer. Dalam hal ini fungsi layanan primer
meliputi
sebagai
longitudinalitas/kontinuitas
kontak layanan
pertama (continouity
(first
contact
care),
/longitudinality
care),
koordinasi layanan (coordinated of care), komprehensivitas layanan (comprehensive care), orientasi kesehatan keluarga dan komunitas, serta optimalkan perilaku sehat (family centered care, community oriented care, & culturally competent care). Untuk ke depannya hasil dari penilaian kinerja FKTP akan dipergunakan sebagai salah satu komponen pembayaran kapitasi di FKTP dan bahan pertimbangan kontrak kerja sama dengan BPJS Kesehatan di tahun berikutnya.
II.
SASARAN Terselenggaranya Manajemen Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan secara optimal untuk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu
dalam
rangka
memastikan
terselenggaranya
pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien.
2
III.
TUJUAN a. Tujuan Umum Terselenggaranya
pengelolaan
Manajemen
Manfaat
Pelayanan
Kesehatan di FKTP yang efektif guna terciptanya mutu pelayanan kesehatan bagi peserta JKN b. Tujuan Khusus
Terlaksananya pelayanan kesehatan FKTP yang sesuai dengan manfaat pelayanan kesehatan tingkat pertama JKN berbasis fungsi pelayanan primer.
Tersedianya FKTP sesuai standar kredensialing
Terlaksananya penilaian kinerja Fasilitas Kesehatan sesuai indikator yang disepakati, metode pengukuran yang objektif.
IV.
IMPLEMENTASI FUNGSI PELAYANAN PRIMER Berdasarkan
Peraturan
Presiden
No.12
tahun
2013,
Jaminan
Kesehatan Nasional mencakup salah satunya adalah benefit pelayanan primer bagi peserta yang dapat diperoleh pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Setiap peserta yang menggunakan jaminan kesehatan nasional dalam memperoleh layanan di fasilitas kesehatan (faskes) wajib melalui FKTP kecuali dalam kondisi kegawatdaruratan medis. Dimana untuk selanjutnya penatalaksanaan kebutuhan medis peserta akan dilaksanakan oleh FKTP, termasuk jika dalam suatu kondisi peserta perlu menerima rujukan dari FKTP ke faskes rujukan tingkat lanjutan (sistem rujukan berjenjang mengacu pada Permenkes No.001 Tahun 2012). Dalam mengoptimalkan layanan FKTP bagi peserta secara merata di seluruh wilayah Indonesia sesuai azas portabilitas, perlu dipastikan setiap FKTP menyelenggarakan layanan berbasis pada fungsi layanan primer. Dalam hal ini fungsi layanan primer meliputi sebagai kontak pertama (first contact
care),
/longitudinality
longitudinalitas/kontinuitas
care),
koordinasi
layanan
layanan (coordinated
(continouity of
care),
komprehensivitas layanan (comprehensive care), orientasi kesehatan
3
keluarga dan komunitas, serta optimalkan perilaku sehat (family centered care, community oriented care, & culturally competent care). Selanjutnya
untuk
mengetahui
kualitas
pelaksanaan
fungsi-fungsi
pelayanan primer tersebut diatas, evaluasinya dapat mencakup aspekaspek diantaranya kinerja layanan fasilitas kesehatan, kesesuaian layanan FKTP, profil kesehatan peserta, gambaran utilisasi faskes, , pelaksanaan program kegiatan peningkatan kesehatan, dan lain sesuai kebutuhan.
A. PENGUATAN FUNGSI KONTAK PERTAMA 1. Fungsi Kontak Pertama “first contact care involves the provision of services that are accessible and the utilization of those services when a need for care arises. First contact refers to the primary care provider being responsible for assisting the client to enter the health care system for each non-referred provision of health care.” (Starfield, B. 2001) Indikator dari fungsi kontak pertama ini adalah aksesibilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP secara optimal oleh peserta, serta kepedulian FKTP terhadap kesehatan setiap pesertanya. Fungsi FKTP sebagai kontak pertama (first contact) terwujud saat FKTP menjadi pilihan utama peserta dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya, dan peserta mempercayakan pemenuhan kebutuhan medis spesialistiknya berdasarkan rekomendasi dari FKTP. Demikian halnya dengan FKTP, yang juga memiliki rasa tanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan pelayanan medis yang bertujuan optimalisasi kondisi kesehatan peserta melalui komunikasi, misalnya dalam sebuah kondisi peserta tidak mengakses FKTP, maka FKTP akan berupaya menghubungi peserta baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk akses yang dilakukan oleh FKTP dan peserta antara lain melalui: a. Peserta berkunjung ke FKTP atau sebaliknya b. media komunikasi (telepon, sms, email, dsb). Dengan terjalinnya hubungan interpersonal yang baik antara dokter dan pasien, maka diharapkan fungsi kontak pertama berjalan secara 4
optimal, sehingga dapat menjadi titik awal berjalannya fungsi longitudinalitas/kontinuitas FKTP.
2. Bentuk Pelaksanaan Fungsi Kontak Pertama Bentuk pelaksanaan yang mendorong optimalnya fungsi kontak pertama adalah: a.
Mewajibkan peserta terdaftar di 1 (satu) FKTP, diutamakan terdaftar pada FKTP di satu area domisili yang sama dan mudah diakses. Dalam konteks ideal, dokter pada FKTP lebih baik yang berdomisili di area domisili peserta terdaftarnya sehingga fungsi kontak pertama akan lebih optimal.
b.
Mengarahkan peserta agar selalu mengakses FKTP tempat peserta terdaftar saat membutuhkan pelayanan kesehatan
c.
Setiap peserta hanya boleh memilih dan mendaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat pertama.
d.
Untuk memaksimalkan fungsi Kontak Pertama: 1) Peserta yang baru mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan ataupun baru pindah FKTP, diarahkan untuk berkunjung ke FKTP yang dipilihnya untuk dilakukan pendataan untuk pengisian data dasar family folder dan form skrining kesehatan. 2) Peserta dimungkinkan melakukan pendaftaran pindah FKTP di FKTP yang dipilihnya dengan mengisi Daftar Isian Peserta (DIP) dan ditandatangani oleh peserta. 3) FKTP mengelola dokumen administrasi peserta yang melakukan perubahan FKTP, dengan memasukkan data dalam format excell untuk diserahkan ke Kantor Cabang BPJS Kesehatan beserta berkas DIP secara kolektif untuk diproses lebih lanjut oleh Kantor Cabang. 4) Setelah identitas peserta baru tercetak, kantor cabang akan menyerahkan secara kolektif ke FKTP dan FKTP menghubungi peserta untuk hadir mengambil identitas peserta baru serta dilakukan skrinning awal kesehatan terhadap peserta tersebut. 5
5) Ketentuan lebih lanjut berdasarkan petunjuk pelaksanaan Program Peningkatan Mutu Pelayanan Primer e.
FKTP atau peserta sedikitnya berkomunikasi minimal 1 kali dalam (satu) tahun, baik dalam hal pelayanan kesehatan, konsultasi, atau menyampaikan keluhannya berupa kontak langsung (peserta berkunjung ke FKTP ataupun sebaliknya) dan kontak secara tidak langsung melalui surat elektronik (email, sms atau sarana komunikasi lainnya).
f.
FKTP dapat diakses selama 24 jam, untuk itu FKTP perlu menyediakan beberapa kebutuhan:
Kartu nama dengan informasi alamat, email, no telepon yang dapat dihubungi oleh peserta;
Denah lokasi praktek yang mudah dijangkau;
Tenaga kesehatan yang praktek diprioritaskan satu domisili dengan peserta.
g.
FKTP melakukan kunjungan ke rumah pasien (home visit) terhadap
peserta
yang
secara
indikasi
medis
tidak
memungkinkan melakukan kunjungan ke FKTP.
FKTP
berkunjung ke peserta (baik dilakukan oleh Dokter atau oleh bidan dan perawatnya) h.
FKTP
melakukan
perencanaan
konsultasi
non
akut
berdasarkan klasifikasi peserta terdaftar misalnya kelompok demografi, tingkat pendidikan, kondisi kesehatan peserta, dan lain-lain. i.
Di ruang tunggu tempat praktek Dokter Faskes Primer wajib disediakan isian formulir kepuasan peserta (form standar dari BPJS Kesehatan).
3. Evaluasi Fungsi Kontak Pertama Evaluasi implementasi pelaksanaan fungsi FKTP sebagai kontak pertama menggunakan data sekunder yang berasal dari luaran aplikasi P-Care maupun laporan manual kunjungan dan rujukan, meliputi:
6
Angka kontak komunikasi (Rate kontak komunikasi RJTP); angka kontak komunikasi peserta yang berkunjung ke FKTP terdaftarnya. Angka kontak komunikasi peserta di FKTP menunjukkan tingkat pemanfaatan FKTP oleh peserta. RKKR =Jmlh Peserta terdaftar yang melakukan kontak komunikasi x 1000 Jumlah Peserta Terdaftar di Faskes
Keterangan: Sumber data : aplikasi P-Care atau Laporan Manual Kunjungan Rujukan
Nilai Rate RJTP optimal sebesar 150 permil. Rasio peserta berkunjung ke FKTP lain (RPBFL); mencakup jumlah peserta yang berkunjung ke FKTP lain bukan tempat peserta terdaftar, kecuali kasus emergency, sedang diluar wilayah, dsb. Semakin minimal peserta yang mengakses FKTP lain, maka semakin optimal fungsi kontak pertama berjalan. RPBFL
= Jumlah Peserta berkunjung ke FKTP Lain x 100 Jumlah Peserta berkunjung sesuai FKTP terdaftar
Keterangan: Sumber data : 1. Luaran Aplikasi P-Care atau laporan manual kunjungan rujukan 2. FKTP mencatat kunjungan peserta yang tidak terdaftar sesuai form terlampir….sebagai bagian dari Laporan ke KC setiap bulan. 3. KC mengelompokkan peserta berdasarkan Faskes asalnya. 4. Jumlah peserta yang berkunjung di FKTP lain dihitung rasionya berdasarkan jumlah peserta yang berkunjung di FKTP terdaftar 5. Nilai Rasio Peserta Berkunjung ke FKTP lain yang optimal sebesar 5%
B. PENGUATAN
FUNGSI
LONGITUDINALITAS
/
KONTINUITAS
LAYANAN 1. Fungsi Longitudinalitas / Kontinuitas Layanan “longitudinality refers to the use of a regular source of care over time that is not limited to certain types of health care needs. Longitudinality
7
involves the development of a patient – provider relationship based on established trust and a khowledge of the patient and his/her family. A health care home is thus established for each patient to promote the provision of ongoing care regardless of the presence or absence of disease”(Barbara, S, 2001)
Indikator aspek ini adalah pemanfaatan sumber daya FKTP yang sama oleh peserta secara berkesinambungan dan dalam waktu yang lama (jangka panjang). Fungsi FKTP dalam hal kontinuitas layanan (longitudinality / continuity of care) terwujud saat terjadi suatu kondisi dimana FKTP mampu mengelola status kesehatan sekelompok peserta terpelihara optimal, monitoring/kontrol
kesehatan
oleh
FKTP
peserta
serta
berkelanjutan.
Kontinuitas layanan dimaksud mencakup keberlangsungan periode pemeliharaan kesehatan/penanganan penyakit oleh faskes terhadap pasien, dalam hal ini juga memperhatikan potensi risiko akibat kondisi yang disandang pasien, misal penyandang penyakit kronis, riwayat kesehatan peserta ataupun keluarga, dsb. Kondisi dimaksud pada akhirnya akan mendorong terjadinya hubungan interpersonal yang baik antara dokter – pasien, dan diharapkan secara lebih mendalam dokter akan memahami kondisi kesehatan pesertanya dan mengedukasi pesertanya sehingga tercapai tingkat kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam melakukan pemeliharaan kesehatan mandiri. Sebagai contoh terhadap klub peserta penyandang penyakit kronis, FKTP didorong untuk lebih mengoptimalkan aspek pencegahan (preventif) dalam menanggulangi risiko dampak lanjutan dari penyakit kronis seperti keparahan, ataupun komplikasi.
2. Bentuk
Pelaksanaan
Fungsi
Longitudinalitas
/
Kontinuitas
Layanan a. FKTP menyediakan dan mengelola Family Folder atau informasi kesehatan per keluarga b. Mengoptimalkan rata-rata waktu konsultasi setiap pasien 10 menit 8
c. Jumlah ideal peserta terdaftar pada FKTP adalah: 5000 jiwa per dokter praktek perorangan 10.000 jiwa untuk tiap Klinik Pratama atau Puskesmas Dapat kurang dari 5.000 jiwa, bila FKTP bersedia dan telah memenuhi syarat dalam proses credentialing Penjelasan perhitungan rata rata jumlah peserta per FKTP a)
Jumlah peserta terdaftar 5.000 jiwa/dokter
b)
asumsi kunjungan perbulan 150 permil yaitu sebanyak 750 kunjungan.
c)
Rata rata kunjungan perhari (6 hari layanan per minggu atau 25 hari per bulan) adalah = 750 kunjungan = 30 kunjungan/hari 25 hari Asumsi lama praktek per hari = 5 jam kerja, maka rata rata waktu layanan per
d)
pasien = (5jam x 60 menit )/30 kunjungan = 10 menit
d. Peserta dapat berpindah ke FKTP lain dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan e. Peserta boleh berpindah ke FKTP lain sebelum 3 bulan, dalam kondisi: 1. FKTP sudah tidak bekerjasama lagi dengan BPJS Kesehatan (dokter meninggal, PKS diputus, dll) 2. Peserta pindah domisili f. Melaksanakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) sesuai dengan pedoman PROLANIS yang berlaku.
3. Evaluasi Fungsi Longitudinalitas / Kontinuitas Layanan Evaluasi implementasi pelaksanaan fungsi kontinuitas layanan oleh FKTP menggunakan data sekunder yang berasal dari luaran aplikasi Kepesertaan maupun laporan manual kunjungan dan rujukan, meliputi: Angka perpindahan peserta ke faskes lain (APPFL); semakin kecil angka perpindahan peserta terdaftar ke faskes lain (retensi peserta terdaftar tinggi), maka semakin optimal fungsi longitudinalitas/ kontinuitas berjalan. APPFL =
Jumlah Peserta Pindah x 1000 Jumlah Peserta Terdaftar di Faskes
9
Keterangan : Sumber data :Laporan manual atau aplikasi kepesertaan
Jumlah peserta Pindah = X - Y X = Total jumlah peserta pindah Y = 5 % X ( asumsi jumlah peserta yang pindah keluar wilayah )
Ratio ketersediaan family folder dalam bentuk tersedianya data riwayat pengobatan peserta dalam P-Care (Rasio Family Folder); semakin besar rasio ketersediaan family folder oleh FKTP, maka semakin optimal fungsi longitudinalitas/kontinuitas berjalan. Rasio Family Folder = Jumlah data riwayat pengobatan peserta dalam P-Care x 100 Jumlah Peserta Terdaftar di Faskes
Keterangan: Sumber data: P-Care
Rasio jumlah peserta PROLANIS yang rutin berkunjung ke FKTP (RPPB); semakin besar rasio peserta PROLANIS yang rutin berkunjung, maka semakin optimal fungsi longitudinal layanan berjalan. RPPB
= Jumlah Peserta Prolanis yang rutin berkunjung x 100 Jumlah Peserta Prolanis di FKTP
Keterangan: Sumber data : Laporan manual jumlah peserta prolanis yang teratur mengikuti program Optimal kunjungan peserta PROLANIS yang rutin berkunjung adalah sebesar 50%
C. KOORDINASI LAYANAN 1. Fungsi Koordinasi Layanan “coordination is linking of health care events and services. Coordination require the establishment of mechanisms to communicate information and the incorporation of that information into the client’s plan of care. Primary care has the responsibility and obligation to transfer information to and receive it from other resource that may be involved in
10
the care of a client, and to develop and implement an appropriate plan for health care management and disease prevention” (Starfield, B, 2001) Indikator aspek ini adalah optimalnya komunikasi dan kerja sama antara FKTP yang satu dengan lainnya, serta antara FKTP dengan faskes rujukan tingkat lanjutan (sharing knowledge) sehingga rujukan dan rujuk balik dapat terkontrol sesuai indikasi medis dan kompetensinya. Penerapan sistem rujukan dalam Jaminan Kesehatan Nasional akan terselenggara
optimal
ketika
FKTP
mampu
berperan
dalam
mengkoordinasikan layanan bagi peserta saat terjadi kondisi medis, peserta harus ditangani oleh FKTP lain karena suatu kondisi, ataupun faskes tingkat lanjutan untuk penanganan spesialistik. Setiap FKTP mampu mengarahkan tujuan rujukan peserta saat diperlukan kebutuhan medis spesialistik. Selanjutnya peran FKTP tidak hanya berhenti setelah memberikan rujukan, namun FKTP harus mengkomunikasikan status dan riwayat kesehatan pasien kepada faskes tingkat lanjutan, serta sesuai tingkat keperluannya memonitor perjalanan penanganan peserta di level spesialis hingga tercipta koordinasi optimal antar faskes. Secara lebih spesifik, fungsi koordinasi layanan diharapkan dapat mengantisipasi beberapa hal, yaitu : Ketidaktepatan pemberian layanan bagi peserta rujuk balik Duplikasi pelayanan yang dilakukan oleh FKTP yang juga dilakukan oleh faskes rujukan tingkat lanjutan Hambatan pelayanan bagi peserta dengan fleksibilitas terbatas (ketidakmampuan fisik maupun psikologis) Tidak berjalannya koordinasi pelayanan dari Faskes rujukan tingkat lanjutan ke FKTP. Dengan berjalannya fungsi ini secara optimal, akan terjadi sharing knowledge antar FKTP ataupun update knowledge FKTP dari faskes rujukan tingkat lanjutan, khususnya terkait saran dan rekomendasi penanganan pasien (treatment) sebelum diputuskan untuk dirujuk.
11
2. Bentuk Pelaksanaan Fungsi Koordinasi Layanan a. FKTP membentuk jejaring, meliputi: dokter gigi, laboratorium, apotek, bidan, perawat, paramedis maupun non medis lainnya yang dituangkan dalam kesepakatan bersama. b. FKTP aktif dalam kegiatan koordinasi pelayanan dan program pengelolaan penyakit kronis (aktif dalam FGD, forum komunikasi antar faskes, mailinglist, dsb). c. FKTP
menggunakan
aplikasi
P-Care
secara
optimal
dan
berkesinambungan. d. FKTP berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dalam menyusun tata laksana penanganan pasien pasca rawat inap di rumah sakit (discharge planning)
3. Evaluasi Fungsi Koordinasi Layanan Evaluasi implementasi pelaksanaan fungsi koordinasi layanan oleh FKTP menggunakan data sekunder yang berasal dari luaran aplikasi Kepesertaan maupun laporan manual kunjungan dan rujukan meliputi: Rasio Rujukan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dari Faskes Tingkat Lanjutan ke FKTP; semakin minimal rasio Rujukan kasus non spesialistik dari faskes tingkat lanjutan, maka semakin optimal fungsi koordinasi layanan berjalan. RRNS
= Jumlah Rujukan kasus non spesialistik Jumlah Rujukan FKTP
x 100
Keterangan: Sumber data: Asumsi dapat diukur jika sistem P-Care sudah terintegrasi dengan aplikasi SEP Toleransi Rasio Rujukan Kasus Non Spesialistik (RRNS) adalah sebesar 15%
12
Tingkat keaktifan dalam forum komunikasi antar FKTP (TKFKTP) : semakin besar tingkat keaktifan dalam forum komunikasi/pertemuan FKTP maka semakin optimal fungsi koordinasi layanan berjalan. TKFKTP =
Jumlah kehadiran FKTP
x 100
Jumlah seluruh pertemuan Keterangan Sumber data: laporan pertemuan forum komunikasi antar FKTP Tingkat keaktifan optimal sebesar 75%
D. KOMPREHENSIFITAS LAYANAN 1. Fungsi Komprehensifitas Layanan “comprehensive primary care provider a range of essential personal health services that promote and preserve health, and provide care for illness and disability primary care that is comprehensive arranges for clients to obtain services elsewhere for uncommon or special needs” (Starfield, B, 2001) Indikator
aspek
ini
adalah
kemampuan
FKTP
menangani
permasalahan kesehatan peserta secara komprehensif mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan kebutuhan peserta untuk mengurangi angka morbiditas. FKTP
mampu
berperan
dalam
memberikan
layanan
secara
komprehensif bagi pesertanya dapat tercermin dari layanan yang diberikan oleh FKTP,yaitu : a) FKTP memiliki sumber daya penunjang (termasuk jejaring) yang mendukung
terselenggaranya
pelayanan
primer
yang
komprehensif. b) Dokter pada FKTP mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas terhadap jenis penyakit yang masuk dalam level kompetensi 4a sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Panduan Praktik Klinis yang berlaku.
13
c) FKTP memberikan layanan promotif dan preventif dalam program JKN secara optimal.
2. Bentuk Pelaksanaan Fungsi Komprehensif Layanan Pelayanan yang komprehensif berdasarkan cakupan manfaat pelayanan tingkat pertama dalam JKN. FKTP aktif dalam pelayanan promotif dan preventif. Dokter atau tenaga medis di FKTP menguasai penatalaksanaan penyakit sesuai level kompetensi 4a dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Panduan Praktik Klinis. FKTP melakukan home visit
3.
Evaluasi Fungsi Komprehensif Layanan Evaluasi implementasi pelaksanaan fungsi komprehensif layanan FKTP menggunakan data sekunder yang berasal dari luaran aplikasi P-Care maupun laporan manual kunjungan dan rujukan meliputi: Frequensi Edukasi FKTP pada kegiatan kelompok RISTI per tahun (Frekuensi Edukasi); semakin tinggi frekuensi, maka semakin optimal fungsi komprehensif layanan berjalan Frequensi Edukasi
= jumlah kegiatan edukasi kelompok RISTI per tahun
Keterangan: Sumber data : Laporan manual kegiatan program Prolanis yang dilaksanakan secara rutin dan teratur Frekuensi optimal pelaksanaan edukasi adalah minimal 4 kali setahun
Angka kesakitan peserta terdaftar di FKTP (AKPT); semakin minimal angka kesakitan peserta terdaftar di FKTP, maka semakin optimal fungsi komprehensivitas layanan berjalan. AKPT
=
Jumlah peserta sakit Jumlah Peserta di FKTP
x 1000
Keterangan : Sumber data : Laporan aplikasi P-Care atau laporan manual kunjungan rujukan
14
Rekredensialing FKTP; kesesuaian kriteria FKTP terhadap Standar Kredensialing sesuai ketentuan yang berlaku. Semakin besar pencapaian kesesuaian kriteria kredensialing, maka semakin memenuhi persyaratan menjadi FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan Keterangan: Sumber data : Laporan hasil Rekredensialing FKTP Hasil rekredensialing mencapai minimal 60% : kriteria FKTP Baik
E. ORIENTASI KESEHATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS, SERTA OPTIMALKAN PRILAKU SEHAT 1. Fungsi a. “family centered care understands the impact of family characteristics on the genesis and prevention of ill health, as well as the response to both medical and psyco-social interventions. Family centered primary care recognizes and incorporates knowledge of the family context (resources, risk factors, social factors) into the planning and delivery of primary care” b. “Community oriented care refers to efforts to recognize the primary care needs of a defined population. the effective delivery of services to understanding of community needs and the integration of a population perspective in the provision of health care. Primary care providers contribute to and participate in community assessment, health surveillance, monitoring, and evaluation” c. “culturally competent care incorporates cultural references into the provision of primary care. Services are designed to be acceptable to people in the community, who may be distinguished by common values, language, heritage, and beliefs about health and disease. The views of these groups should be determined and incorporated into decisions involving
15
policies, priorities, and plans related to the delivery of health care services” Konsep dari ketiga fungsi di atas yaitu dengan melibatkan peran
dan
fungsi
memberdayakan
keluarga
dan
atau
meningkatkan
komunitas
(mem
kemitraan)
dalam
mengambil keputusan terkait perencanaan penatalaksanaan kesehatan keluarga dengan bimbingan dari tenaga kesehatan di FKTP terdaftar. Dalam hal ini keluarga dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi secara berkelanjutan sehingga perubahan pengetahuan kesehatan pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Selain itu FKTP
dituntut
untuk
lebih
mandiri
meningkatkan
pengetahuannya tentang informasi kesehatan terkini. Untuk
tercapainya
peningkatan
kualitas
pelayanan
kesehatan diperlukan kolaborasi yang harus dilakukan oleh keluarga dan FKTP dengan cara edukasi kesehatan dan penerapan pola hidup sehat sesuai dengan budaya setempat.
V.
INFRASTRUKTUR PENUNJANG IMPLEMENTASI A. SISTEM PENCATATAN / REKAM DATA 1. Tools Penilaian Berbasis teknologi informasi Dalam pengelolaan data yang dibutuhkan untuk penilaian kinerja FKTP dapat menggunakan hasil luaran aplikasi P-Care dan aplikasi kepesertaan. Mekanisme pemanfaatan hasil luaran aplikasi P-Care dan aplikasi kepesertaan akan diatur lebih lanjut. 2. Tools Penilaian Manual Apabila data yang dibutuhkan tidak dapat disediakan oleh aplikasi P-Care dan aplikasi Kepesertaan ataupun dalam kondisi lain yang masih membutuhkan penyesuaian dengan data laporan manual, maka data dapat diperoleh dari laporan manual FKTP yang disampaikan ke Kantor Cabang setempat
16
Bagan Optimalisasi Sistem Informasi Pelayanan: PPK 1
Cabang
Divre
Pusat
Entry Data
Local Database
Database Server
Data Dokter / Tenaga Kesehatan Laporan Berkas Manual
Ada
Tidak ada
Komputer Ada
Excel / XML/ TXT CD Back up Data
Tidak ada
Jaringan Internet
Ada
Ada
Tidak ada
Ada Tidak ada
Tidak ada
Aplikasi P-Care
Tidak ada
Ada
Excel / XML/ TXT Email Input Aplikasi P-Care
B. SUMBER DAYA MANUSIA Dalam penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di FKTP diperlukan peran serta dan koordinasi yang melibatkan : 1. Tenaga kesehatan di FKTP meliputi : dokter umum, dokter gigi, perawat 2. Tenaga administratif di FKTP 3. Pegawai BPJS Kesehatan
C. TOOLS KHUSUS (SPESIFIK) Dalam pengukuran kinerja dokter layanan primer di FKTP, maka dapat digunakan tools sebagai berikut : a. Format dokumen kesepakatan indikator performa FKTP Form ini berupa Kesepakatan performa FKTP yang disampaikan pada FKTP sebagai bagian kerjasama antara FKTP dengan
17
BPJS Kesehatan serta akan menjadi syarat untuk perpanjangan kontrak kerja sama antara FKTP dengan BPJS Kesehatan di tahun berikutnya. b. Form walk trough audit Sebagai bentuk evaluasi kinerja serta untuk memperoleh data kepuasan peserta terhadap layanan yang diberikan oleh setiap FKTP, maka Kantor Cabang berkewajiban untuk melaksanakan survei kepuasan layanan minimal satu kali setahun. Untuk menjaga kelangsungan komunikasi antara FKTP dengan peserta maka pada setiap ruang tunggu di FKTP wajib disediakan isian format walk through audit atau feedback langsung dari peserta setelah
mendapatkan
layanan.
Kantor
Cabang
melakukan
pengolahan data masukan walk through audit ini setiap triwulan untuk kemudian menjadi masukan perbaikan layanan kepada FKTP yang bersangkutan serta menjadi laporan triwulan ke Kantor Pusat.
VI.
MEKANISME A. SASARAN PELAKSANAAN Seluruh FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan diseluruh Indonesia, meliputi: 1. Praktik dokter 2. Praktik dokter gigi 3. Klinik 4. Klinik Pratama atau yang setara 5. RS Kelas D Pratama atau yang setara
18
B. WAKTU DAN PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN Tahapan waktu pelaksanaan upaya optimalisasi pelayanan primer oleh FKTP bagi peserta BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut: No 1
Waktu
Penanggung
Kegiatan
Jawab
Bulan
Sosialisasi fungsi pelayanan primer Ka. Unit MPKP
Pertama
dari BPJS KC ke setiap FKTP yang bekerja sama
2
Bulan ke-2 sd Pelaksanaan ke-6
fungsi
pelayanan FKTP & Ka. Unit
primer oleh FKTP dan monitoring MPKP oleh BPJS KC
3
Bulan ke-7
Feedback review pengamatan 6 Ka. bulan
dari
pelaksanaan
BPJS
KC
fungsi
Unit
terkait atas
MPKP
persetujuan
pelayanan Ka.KC
primer oleh FKTP 4
Bulan ke-7 sd Pelaksanaan ke-12
fungsi
pelayanan FKTP & Ka. Unit
primer oleh FKTP dan monitoring MPKP oleh BPJS KC
5
Bulan
ke-11 Evaluasi
sd ke 12
BPJS
KC
terhadap Tim yang dibentuk
implementasi pelaksanaan fungsi Ka.KC pelayanan primer oleh setiap FKTP
6
Bulan ke 12
Feedback hasil evaluasi BPJS KC Ka.
Unit
ke FKTP dan informasi kelanjutan atas kerjasama
C. APPROVAL/
KESEPAKATAN
MPKP
persetujuan
Ka.KC
INDIKATOR
MUTU
FKTP
DAN
EVALUASI HASIL Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kesepakatan indikator mutu FKTP dan Evaluasi adalah sebagai berikut: 1. Pihak terkait dalam menyepakati a. Asosiasi fasilitas kesehatan tingkat pertama di provinsi b. Dinas Kesehatan Provinsi 19
c. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama d. BPJS Kesehatan Kantor Cabang 2. Langkah a. Kantor Cabang mengkomunikasikan dengan pihak terkait b. Kantor Cabang melakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi ke pihak terkait c. Kantor Cabang melakukan kesepakatan penggunaan tools evaluasi per FKTP d. Kantor Cabang melakukan persiapan implementasi empat fungsi oleh FKTP e. FKTP melakukan pelaksanaan Empat Fungsi Pelayanan Primer f. Kantor
Cabang
melakukan
Feedback
terhadap
pelayanan
kesehatan setelah implementasi empat fungsi pelayanan primer.
D. METODE PENGUMPULAN DATA Data digunakan menggunakan data sekunder berdasarkan luaran Aplikasi P-Care dan aplikasi kepesertaan serta laporan manual dari FKTP.
E. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM SECARA NASIONAL 1. Dampak penguatan pelayanan primer terhadap reduksi pelayanan tingkat lanjutan Ct = f (ht, it, z) - Ct = biaya INA CBGs di faskes lanjutan - Ht = kesehatan pasien pasca mendapat pelkes primer - it = indicator mutu yang diuji - Z = demografi pasien (pendidikan, usia, jenis kelamin, dll) 2. Penurunan prevalensi 3. OECD health quality indicator
20
F. PELAPORAN Langkah-langkah pelaporan hasil evaluasi kinerja FKTP adalah sebagai berikut: 1. Kantor Cabang melakukan feedback hasil evaluasi ke FKTP dan informasi kelanjutan kerjasama 2. Kantor Cabang melaporkan hasil feedback ke Kantor Divisi Regional 3. Kantor Divisi Regional melaporkan rekapitulasi hasil feedback ke Kantor Pusat
VII.
TAHAPAN PELAKSANAAN Ada beberapa tahap dalam pelaksanaan Evaluasi Kinerja FKTP adalah sebagai berikut : NO 2014 1 FKTP mampu melaksanakan Prolanis pada peserta 20% FKTP
2015 FKTP mampu melaksanakan Prolanis pada peserta 40% FKTP
2016 2017 FKTP mampu FKTP mampu melaksanakan melaksanakan Prolanis pada peserta Prolanis pada 60% FKTP peserta 80% FKTP FKTP 60% sesuai dengan Standar Kredensialing
2019 Seluruh FKTP mampu melaksanakan Prolanis pada peserta 100% FKTP
2
FKTP 20% sesuai dengan Standar Kredensialing
FKTP 40% sesuai dengan Standar Kredensialing
3
FKTP sudah mengimplementasi kan penilaian kinerja 20%
FKTP 40% sudah FKTP 60% sudah mengimplementas mengimplementasik ikan penilaian an penilaian kinerja kinerja
FKTP 80% sudah FKTP 90% sudah mengimplementas mengimplement ikan penilaian asikan penilaian kinerja kinerja
Seluruh FKTP 100% sudah mengimplementasika n penilaian kinerja
FKTP 40% sudah ada pelayanan Rawat Inap Kepuasan peserta tercapai 40% dari target kinerja BPJS Kesehatan
FKTP 80% sudah ada pelayanan Rawat Inap Kepuasan peserta tercapai 80% dari target kinerja BPJS Kesehatan
Seluruh FKTP 100% sudah ada pelayanan Rawat Inap Kepuasan peserta tercapai 100% dari target kinerja BPJS Kesehatan
4 FKTP 20% sudah ada pelayanan Rawat Inap 5 Kepuasan peserta tercapai 20% dari target kinerja BPJS Kesehatan
FKTP 60% sudah ada pelayanan Rawat Inap Kepuasan peserta tercapai 60% dari target kinerja BPJS Kesehatan
FKTP 80% sesuai dengan Standar Kredensialing
2018 FKTP mampu melaksanakan Prolanis pada peserta 90% FKTP FKTP 90% sesuai dengan Standar Kredensialing
FKTP 90% sudah ada pelayanan Rawat Inap Kepuasan peserta tercapai 90% dari target kinerja BPJS Kesehatan
Seluruh FKTP 100% sesuai dengan Standar Kredensialing
21