PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEMBANGUN KARAKTER, MENTAL, DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAHAWAN DI KECAMATAN BANAMA TINGANG KABUPATEN PULANG PISAU Oleh: Yetwirani Lampe1) & Susan Daniel 2) Dosen FKIP Universitas Palangka Raya
ABSTRAK Pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan pembelajaran, khususnya di SD Negeri Pahawan I Kecamatan Banama Tingang Kabupaten Pulang Pisau, diharapkan menyentuh norma-norma kehidupan, sebagai pondasi dalam kebersamaan. Pondasi yang kuat mampu untuk melawan sifat yang kurang baik. Permasalahan dalam penelitian ini adalah keprihatinan terhadap karakter yang mulai tenggelam, terkikis, arogan dan ingin menang sendiri berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah "Sejauhmana Pembelajaran Pancasda dan Kewarganegaraan Membangun Karakter, Mental dan Sikap Anak Didik di Sekolah Dasar Negeri Pahawan I Kecamatan Banama Tingang Kabupaten Pulang Pisau" Tujuan khusus dan kegiatan penelitian ini adalah untuk: a) Menanamkan Nilai-nilai Karakter kepada anak didik SD Negeri Pahawan 1, Sedangkan tujuan umum Jan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui model integram penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Pahawan Kecamatan Banama Tingang Kabupaten Pulang Pisau. Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar Negeri Pahawan I Kecamatan Banama Tingang dapat dijelaskan bagaimana pembentukan karakter atau jati din hal itu terlihat dari 13 poin dalam seperti : Religius sangat berpengaruh terhadap nilai-ndai agama, siswa kelas IV terlihat sebanyak 86,36%, kelas V 66,67% dan kelas VI sebanyak 95,24%. Jujur, siswa yang berlaku jujur kelas IV sebanyak 81,82 %, kelas V sebanyak 70% dan kelas VI sebanyak 95,24%. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan terlihat kelas IV sebanyak 72,73 %, kelas V sebanyak 83,33% dan kelas VI sebanyak 80,95 %. Disiplin, Kedisiplinan itu bisa terlihat dan kebiasaan anak didik/siswa datang tepat pada waktunya, kelas IV sebanyak 81,82%, kelas V sebanyak 86, 67% dan kelas VI sebanyak 95,24%. Kerja Keras terhadap prilaku kerja keras adalah kelas IV sebanyak 72,27 %, kelas V sebanyak 63,33% dan kelas VI sebanyak 95,24% Kreatif berkreatifitas, anak didik siswa dituntun untuk berpikir dan berkarya dengan baik bahwa terlihat siswa yang berkreativitas antara lain kelas IV sebanyak 77,27%, kelas V sebanyak 63,33% dan kelas VI sebanyak 85,71% Manfaat Sifat manckri terhadap anak didik/siswa hal tersebut terlihat dart jawaban mereka pada kelas IV sebanyak 72,73?lo, kelas V sebanyak 53,33% dan kelas VI sebanyak 90,48% Demokratis Menunjukkan bahwa lebih banyak siswa berpikir demokratis kelas IV sebanyak 95,45% kelas V sebanyak 83,33% dan kelas VI sebanyak 95,24%. Rasa Ingin Tahu Bahwa yang memilih rasa ingin tahu adalah kelas IV sebanyak 86,36%, kelas V sebanyak 56,67% dan kelas VI sebanyak 85,71 %. Menghargai Prestasi. Sesuai dengan pilihan jawaban responden siswa bahwa pilihat mereka untuk jugs diajar dan diberi pemahaman bagaimana menghargai
30
prestasi orang lain atau teman terhadap keberhasilan mereka, seperti kemampuan, kepintaran dan rengking dalam kelas dan jawaban tersebut terlihat kelas IV sebanyak 81,82%, kelas V sebanyak 70 % dan kelas VI sebanyak 90,48%. Cinta Damai. Dari pilihan tersebut terlihat jelas bahwa anak didik/siswa semuanya (100%) cinta damai. Gemar Membaca, berdasarkan data tersebut diatas terlihat bahwa jawaban yang diberikan responden untuk kelas IV sebanyak 86,37% kelas V sebanyak 70% dan kelas P7 sebanyak 95,24% dengan jawaban suka membaca yang memacu siswa untuk gemar membaca. Tanggung Jawab Berdasarkan pilihan responden terlihat bahwa rata-rata anak didiklsiswa mempunyai tanggungjawab yang besar. Kelas IV sebanyak (90,91%), kelas V sebanyak (93,33%) dan kelas VI sebanyak (95,24%). Kata kunci : Karakter, Mental & Sikap, SDN Pahawan I, kec. Banama tingang PENDAHULUAN Ada keprihatian yang mengganggu pikiran orang tua, masyarakat adalah tingkah laku, dan perbuatan yang melanggar hukum, dalam beberapa tayangan media televis, tindakan kekerasan sepertinya menjadi tontonan keseharian, kekerasan selalu di tonjolkan, dan hilanglah sikap dan karakter bangsa yang selalu didambakan dan diangungkan, budaya ketimuran yang menjadi kekuatan bangsa hilang dan terkikis berganti dengan sikap arogan dan mementingkan diri sendiri, Pendidikan seolah-olah tidak menyentuh pembangunan karakter, sikap dan mental anak didik, perkelaluan antara pelajar hampir menjalar kemana-mana, Anak-anak sekolah dasar merupakan anak-anak yang perlu dipersiapkan, bukan saja ilmu pengetahuan melainkan bagaimana menanamkan karakter, sikap dan mental yang menjunjung tinggi persaudaraan, kebersamann, sating menghormati dan menghargai satu dengan lainnya, tidak menonjolkan keinginan pribadi sendiri-sendiri, melainkan melangkah dalam kebersamaan. Melalui pendidikan ingin merobah suatu yang bersifat keras dalam watak dan tabiat akan menjadi lemah lembut, mental salah satu unsur yang berhubungan dengan jiwa menjadi pemacu tindakan, jika mental rapuh maka akan menjadi rapuh pulah keberadaan seseorang, metal harus dibangun, yang akan melahirkan sifat dan tabiat yang baik pula, metal menjadi sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, Metal akan menjadi kuat sekuat bate karang jika jiwanya pun sehat dan kuat, maka akan nenumbuhkan sesuatu perbuatan yang baik sifat dalam dui anak dapat diarahkan kepada suatu yang baik dan bermanfaat, sifat lebih dekat dengan tingkah laku dalam kehidupan, sifat yang baik dan periang akan memberikan sikap yang terpuji pula, kerendahana hati, menghormati orang lain, tidak mementingkan diri, tercermin dalam tingkah laku yang dibawah dalam sikap keseharian. Karakter bangsa mulai mengalami pergeseran itu terjadi seiring dengan semakin lemahnya penanganan dan hukum yang hams ditegakan, masyarakat lebih mengutamakan mengambil langkah dan jalan sendiri yang melanggar hukum dan kode 4 etik berbangsa. Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tecermin dari kesenjangan sosial-ekonomi-pohtik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai di sebuah pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Saat
31
ini banyak dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, penuturan bahasa yang buruk dan tidak santun, dan ketidaktaatan berlalu lintas. Pembangunan karakter bangsa harus ditanamankan kepada anak didik ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar, bahkan pada anak usia dini, hal itu supaya dapat tertanam dan diingat oleh anak-anak dengan baik, jangan anak-anak didik yang tidak tau apa-apa menjadi korban oleh sebab munculnya kesenjangan sosial-ekonomi dan politik, yang berakibat hancurnya pondasi yang akan diharapkan menjadi penerus bangsa. Berdasarkan kenyataan di atas penulis mencoba, mengadakan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Pahawan I Kecamatan Banama. Tingang Kabupaten Pulang Pisau dalam proses belajar mengajar bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, berkaitan dengan nilai-nilai Karakter, sikap dan mental anak dalam keseharian mereka di lingkungan sekolah, rumah tangga dan masyarakat terkait dengan pembangunan karakter bangsa. Berdasarkan Tatar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian im adalah kepahaman terhadap karakter yang mulai tenggelam, terkikis, bahkan diganti dengan sikap arogan dan ingin menang sendiri, sehingga menimbulkan sikap dan sifat kekerasan, berdasarkan hal tersebut maka dapat di rumuskan perumusan masalah yakni "Bagaimana Pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan. Membangun Karakter, Mental dan Sikap Anak Didik di Sekolah Dasar Negeri Pahawan Kecamatan Banama. Tingang Kabupaten Pulang Pisau". Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan. Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasda, norma. UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI. Sedangkan yang dimaksud Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadilan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik-unik sebagai warga negara. Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses mi berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentulkan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur. Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna, pesan guru sebagai sosok panutan sangat pentmg dan menentukan. Sementara itu dalam habituasi
32
diciptakan situasi dan kondisi dan penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakataya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dan melalui proses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan hares dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis. Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk materi Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan-karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap-pengembangan karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan karakter. Sementara itu mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selama pengembangan karakter, wajib mengembangkan rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang diintegrasikan kedalam substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. Dalam draf "Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa" yang dikeluarkan oleh Depdiknas (2009), Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari: a. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari agama. b. Pancasila: negara Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kebidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Artinya, nilainilai yang ada dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warganegara yang lebih baik dan warganegara yang lebih baik adalah warganegara yang menerapkan nilai-nilai Pancasda dalam kehidupannya sebagai warganegara. c. Budaya adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasan oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilainilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi somber nilai-nilai dari pendidilm budaya dan karakter bangsa. d. Tujuan Pendidikan Nasional adalah kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Di dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Metode Penelitian Lokasi penelitian dengan memperhatikan gambaran dan sasaran pendidikan, maka penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar Negeri Pahawan I Kecamatan Banama Tingang Kabupaten Pulang Pisau. Populasi penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas IV, V dan VI SD Negeri Pahawan I ditambah I orang Guru PKn. Sedangkan Sampel diambil sampel total dari Populasi.
33
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan sistem 1. Observasi dan catatan data lapangan, 2. Wawancara, 3. Studi Kepustakaan. Analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandmgkan, mengkaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar Negeri Pahawan I dapat dijelaskan bagaimana keterlibatan anak-anak dalam pembentukan karakter atau jati diri hal itu terlihat dalam uraian dibawah ini. 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Hal itu tercermin dalam hasil analisis dapat dijelaskan pandangan siswa kelas IV terlihat sebanyak 19 siswa atau (86,36%), kelas V sebanyak 20 siswa atau (66,67%) dan kelas VI sebanyak 20 siswa atau (95,24%) yang memberi jawaban atau menyatakan mempunyai pengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pendidikan Keagamaan, nilai-nilai agama ditanamkan kepada anak agar anak/siswa mampu untuk melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Sedangkan yang memberikan gambaran tidak mempunyai pengaruh kelas IV sebanyak 3 orang siswa atau (13,64%), kelas V sebanyak 10 orang siswa atau (33,33%) dan kelas VI sebanyak 1 orang siswa atau (4,76%). Dari gambaran tersebut terlihat bahwa kelas VI mempunyai pemikiran dan pemahaman lebih dari siswa kelas IV dan V, artinya semakin tinggi dan dewasa semakin matang juga mereka menerima dan berpikir lebih baik. 2. Jujur Perilaku jujur bukan sesuatu yang tumbuh begitu saja melainkan diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak baik di lingkungan rumah maupun disekolah, bagaimana mengajarkan anak untuk berjiwa jujur, anak didik/siswa harus diberikan pengertian berperilaku jujur maka ia akan dipercaya, ia akan dipuji. Namun jika anak didik/siswa tidak jujur ia tidak dipercaya, orang menjauhkan diri dari pergaulan dengan dia dan seterus. Dari hasil jawaban terlihat siswa yang berlaku jujur selalu ditanamakan nilai-nilai kejujuran, sehingga tertanam pola prilaku yang jujur kelas IV sebanyak 18 orang/siswa atau 81,82 %, kelas V sebanyak 21 orang siswa atau 70% dan kelas VI sebanyak 20 orang/siswa atau 95,24%. Itu gambaran siswa yang memahami dan menghayati serta berperilaku jajur dalam pribadi mereka yang tertanam, sedangkan yang kurang merespon terhadap perilaku jujur adalah kelas IV sebanyak 14 orang/siswa atau 18,18 %, kelas V sebanyak 9 orang/siswa atau 30 % dan kelas VI sebanyak 1 orang siswa atau 4,76 %. Terlihat bahwa pendidikan karakter tidak terlepas dan pembekalan anak didik/siswa bagaimana hidup dalam kejujuran, sebab jika anak/siswa tidak memiliki kejujuran, awal kehancuran, korupsi akan dilakukan jika nanti di bekerja.
34
3. Toleransi Pemahaman anak didik/siswa kelas IV, V dan VI tidak same pemahaman mereka seperti orang dewasa terhadap kehidupan beragama, namun memberikan suatu contoh dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan memang harus, terlebih dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga anak tidak membeda-bedakan, dengan memberikan pengertian kepada anak didik/siswa bagaimana kehidupan bermasyarakat, bergaul dan saling menghormati, menghargai satu dengan lain akan tertanam jiwa kebersamaan dalam diri anak didik/siswa. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dan dirinya. Itu terlihat dalam pilihan jawaban siswa. Berdasarkan jawaban terlihat Kelas IV sebanyak 16 orangtsiswa atau 72,73 O/o, kelas V sebanyak 25 orang/siswa atau 83,33% dan memberikan nilai-nilai kebersamaan, hal tersebut terlihat dari jawaban mereka kelas IV sebanyak 6 orang/siswa atau 27,27 %, kelas V sebanyak 5 orang/siswa atau 16,67 % dan kelas VI sebanyak 3 orang/siswa atau 14,29%,. Adapun yang tidak sama sekali memberikan pengertian atau pemahaman hidup berdampingan adalah kelas VI sebanyak 1 orang/siswa atau 4,76%. 4. Disiplin Nilai kedisiplinan tidak muncul sendirinya melainkan terbentuk oleh sikap dan mental yang baik, disiplin berarti tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan itu bisa terlihat dari kebiasaan anak didik/siswa datang tepat pada waktunya, menyelesaikan PR sesuai dengan jadwal yang diberikan, aktif dalam kegiatan proses belajar disekolah. Sesuai dengan jawaban yang telah diberikan terhadap kedisiphnan, kelas IV sebanyak 18 siswa atau (81,82 %), kelas V sebanyak 26 siswa atau (86,67%) dan kelas VI sebanyak 20 siswa atau (95,24%) dari jawaban tersebut jelas bahwa siswa-siswa tersebut mempunyai kebiasan yang baik, kedisiplinan menjadi motivasi untuk selalu rajin, ulet dan tekun dalam belajar, dibandingkan dengan siswa yang kurang disiplin, tidak rajin hal itu terlihat Kelas IV sebanyak 4 siswa atau (18,18%), kelas V sebanyak 4 siswa atau (13,33%) dan kelas VI sebanyak 20 siswa. atau (95,24%). 5. Kerja Keras Sekolah salah satu bentuk dalam proses anak didik/siswa menjadi pribadi yang kuat dan mau bekerja keras, tanpa kemauan untuk bekerja keras maka susah untuk bisa berhasil dengan gemilang. Kerja keras dimana, anak didik/siswa tidak menggantungkan pelajarannya dengan orang lain, tetapi dia kerjakan sendiri, dia berusaha sendiri sampai die mampu dan bisa. Berdasarkan jawaban yang memberikan terhadap perilaku kerja keras adalah kelas IV sebanyak 17 siswa, atau (72,27 %), kelas V sebanyak 19 siswa. atau 63,33% dan kelas VI sebanyak 20 siswa. atau (95,24%), sedangkan untuk yang memilih jawaban kurang memiliki pribadi kerja keras adalah kelas IV sebanyak 5 siswa atau (22,73%), kelas V sebanyak 11 siswa atau (36,67%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%). 6. Kreatif Mengembangkan pola pikir yang lebih maju, menciptakan suatu ide-ide baru. Dengan mempunyai keinginan selalu berkreatifitas, anak didik/siswa dituntun untuk berpikir dan berkarya dengan baik. Terlihat siswa yang berkreativitas antara lain kelas IV sebanyak 17 siswa atau (77,27%), kelas V sebanyak 19 siswa atau (63,33%) dan kelas VI sebanyak 18 siswa atau 85,71%), demikian dengan jawaban kurang berkreatifitas untuk kelas IV sebanyak 3 siswa atau (13,64%), kelas V sebanyak 7 siswa atau (23,33%) dan kelas VI sebanyak 2 siswa atau (9,53%). Yang
35
memben1m jawaban tidak memiliki kreativitas kelas IV sebanyak 2 siswa atau (9,09%), kelas V sebanyak 4 atau (13,34%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%). 7. Mandiri Sikap dan pribadi yang mandiri memudahkan anak didik/siswa untuk lebih banyak melakukan perkejaannya. Sifat mandiri terhadap anak didik/siswa hal tersebut terlihat dan jawaban mereka, kelas IV sebanyak 16 siswa atau (72,73%), kelas V sebanyak 16 siswa atau (53,33%) dan kelas VI sebanyak 19 siswa atau (90,48%), sedangkan untuk jawaban kurang mandiri Kelas IV sebanyak 4 siswa atau (18,18%), kelas V sebanyak 10 siswa atau 33,33% dan kelas VI sebanyak 2 siswa atau (9,52%), adapun untuk jawaban tidak mandiri kelas IV sebanyak 2 siswa atau 9,09% dan kelas V sebanyak 4 siswa atau 13,34%. 8. Demokratis Berjiwa besar dan sifat demokratis yang harus ditanam dalam pribadi anak didik/siswa sifat demokratis dengan kata lain bagaimana siswa berfikir, bersikap, dan bertindak dan menanamkan nilai-nilai dan kedudukan yang same baik hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain. Menunjukkan bahwa lebih banyak siswa berpikir demokratis kelas IV sebanyak 21 siswa atau (95,45%), kelas V sebanyak 25 siswa atau (83,33%) dan kelas VI sebanyak 20 siswa atau (95,24%). Sedangkan untuk jawaban kurang demokratis adalah kelas IV sebanyak 1 siswa atau (4,55%) dan kelas V sebanyak 4 siswa atau (13,33%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%), adapun anak didik/siswa yang tidak demokratis hanya kelas V sebanyak 1 siswa atau 3,34%. 9. Rasa Ingin Tahu. Rasa ingin tahu anak didik/siswa harus diarahkan kepada sesuatu yang positif, dengan memiliki akal budi dan etika yang lebih dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut dapat dilihat dalam pilihan jawaban mereka, bahwa yang memilih rasa ingin tahu adalah kelas IV sebanyak 19 siswa atau (86,36%), kelas V sebanyak 17 siswa atau (56,67%) dan kelas VI sebanyak 18 siswa atau (85,71%), sedangkan yang kurang memiliki rasa ingin tahu sebanyak Kelas IV 2 siswa atau (9,09%), kelas V 8 siswa atau (26,67%) dan kelas VI sebanyak 2 siswa atau (9,53%). Adapun yang tidak memiliki rasa ingin tahu kelas IV sebanyak 1 siswa atau (4,55%), kelas V sebanyak 5 siswa atau (16,66%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%) 10. Menghargai Prestasi Sesuai dengan pilihan jawaban responden siswa bahwa pilihat mereka untuk juga diajar dan diberi pemahaman bagaimana menghargai prestasi orang lain atau teman terhadap keberhasilan mereka, seperti kemampuan, kepintaran dan rengking dalam kelas dari jawaban tersebut terlihat kelas IV sebanyak 18 siswa atau (81,82%, kelas V sebanyak 21 siswa atau (70 %) dan kelas VI sebanyak 19 siswa atau (90,48%), sedangkan untuk jawaban kurang menghargai prestasi orang lain terlihat kelas IV sebanyak 4 siswa atau (18,18%), kelas V sebanyak 7 siswa atau (23,33%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%). Adapun jawaban sama sekali tidak menghargai prestasi orang lain kelas V sebanyak 2 siswa atau (6,67%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%). 11. Cinta Damai Dari pilihan tersebut terlihat jelas bahwa anak didik/siswa semuanya (100%) cinta damai, artinya anak-anak didik/siswa selalu ingin bergaul dengan baik, bersahabat dengan baik, memelihara pergaulan dengan baik, bahkan seorang anak didik/siswa
36
yang sutra usil sekalipun tetap memiliki perasaan cinta damai. Kedamaian itu suatu nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik/siswa bagaimana mereka memegang itu, menjaga hal tersebut, sehmgga pnbadi yang masih bersih jangan dikotori dengan hal-hal yang menimbullm kebencian, iri hati dan dengki, ini yang harus dijaga. 12. Gemar Membaca Di dapat dipungkiri bahwa anak-anak didik/siswa tidak semuanya gemar membaca, namun mereka diharuskan untuk suka membaca, dengan membaca anak didik/siswa akan lebih banyak menerima dan menimba ihnu pengetahuan, biasanya anak didik/siswa pada SDN Pahawan I hanya bergantung kepada bamaan bacaan sekolah. Berdasarkan data tersebut diatas terlihat bahwa jawaban yang digunakan responden untuk kelas IV sebanyak 19 siswa atau (86,37%), kelas V sebanyak 21 siswa atau (70%) dan kelas VI sebanyak 19 siswa atau (95,24%) dengan jawaban suka membaca yang memacu siswa untuk gemar membaca. Sedangkan kurang suka membaca kelas IV sebanyak 3 siswa atau (13,63%), kelm V sebanyak 7 siswa atau (23,33%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%), demikian juga bagi siswa yang tidak suka membaca terlihat hanya kelas V sebanyak 2 siswa atau (6,67%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%). 13. Tanggung Jawab Menanamkan tanggung jawab kepada anak didik/siswa kelas IV, V dan VI sangat penting rasa tanggung jawab bisa tumbuh dalam diri seorang anak didik/siswa namun perlu untuk diasah dan dibangkitkan untuk lebih banyak berbuat, meletakan rasa tanggung jawab itu sangat penting ia lakukan. Berdasarkan pilihan responden terlihat bahwa rata-rata anak didik/siswa mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan atau tugas yang diberikan kepadanya dan terhadap dirinya. Kelas IV sebanyak 20 siswa atau (90,91 I/o), kelas V sebanyak 28 siswa atau (93,33%) dan kelas VI sebanyak 20 siswa atau (95,24%), sedangkan yang menjawab kurang mempunyi rasa tanggung jawab terlihat kelas IV sebanyak 2 siswa atau (9,09%), kelas V sebanyak 2 siswa atau (6,67%) dan kelas VI sebanyak 1 siswa atau (4,76%). KESIMPULAN 1. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilainilai karakter pada anak didik. Bagaimana Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Anak didik akan dibentuk menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambmg dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Anak didik dapat menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Anak didik diarahkan dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. 2. Proses Pembentukan Karakter Kepada Anak tidak akan terjadi dalam sekali jadi artinya menumbuhkan menanamkan nilai-nilai atau norma-norma untuk berbudi pekerti yang baik diperlukan proses. Pembentukan karakter seorang anak didik memang butuh waktu dan komittmen dan orangtua dan sekolah atau guru untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter butuh upaya, waktu dan cmta dan hngkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh. Dalam pembentukan karekter ads 13 poin yang menjadi sorotan terhadap sikap dan pribadi anak didik/siswa, 1. Religius, 2. Jujuy, 3. Toleransi, 4. Disiplin, 5. Keda Keras, 6. Kreafif, 7. Mandiri, 8. Demokratis, 9. Rasa Ingin Tahu, 10. Menghargai Prestasi, 11. Cinta Damai, 12. Gemar Membaca, 13. Tanggung Jawab.
37
Pendidikan karakter kurang ditanamkan dalam din anak didik atau siswa, melalui keberadaan sekolah dalam pelajaran Penedidikan Kewarganegaraan itu tidak cukup untuk membentuk anak, disamping materi pelajaran, juga perlu dalam pendidikan muatan lokal, bagaimana menanamkan nilai-nilai dan norma-norma lokal sebagai alai untuk menjaga anak didik melakukan segala sesuatu dengan bads. Nilai-nilai atau norms dalam adat istiadat juga tidak jauh berbeda dengan etila dan sopan Bantu yang selalu diajarkan dalam keluarga. Oleh sebab itu pendidilm karakter salah sate ciri kebuhidupan bangsa dan bemegar& Hams menjadi pondasi yang kuat Cermin dari budaya kehidupan bangsa dan negara. Dalam pendidikan karakter bagaimana anak didik atau siswa berperan dengan baik, pengajaran tidak selamanya diberlakukan melalui pendidikan Baja melamkan dalam praktek bagaimana seorang guru membenkan contoh dan teladan, kepada siswa sehingga ini yang dilihat dan diamati oleh siswa, sehingg dengan mudah ditiru dan dilalukan mereka.
38
DAFTAR PUSTAKA Bahan Workshop KTSP, Pengembengan Bahan Ajar dan Media, Depdinas 2007 Danial, Endang AR, Dr. H. MAL (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat PLP, Dn]endikdasmcn,, Dimas. Jakarta Darmiyati Zuhdi 2011. Pendidikan Karakter. Dalam Perspeklif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press Depdilmas. (2009). Drof Pedaman Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa . Dcp&I=w Jakarta Doni Koesoema 2010. Paul kw Karakter http: Hwwwasmakmalaikat. com/go/ artikel/ pendW&W wnwn 1. htm) Elizabeth B. Hudock 2005 PeAmbangan Anak (Diterjemahkan Meitasari Tjandrasa). Jakarta: FAangga Munandir. (2001) EmBopeaUa Pen&&kan. Malang: UM Press Oemar Hamalk 2001. Proses Belqar. Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Pemerintah RI (2010). Keb#akm Namonal Pembanguan Karakter Bangsa 20102025" Suriasumantri, Jujun S. (1999). Filsafat Rmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka, Sinar HwWm Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai K77, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mum Guru di LPMP Makasar, Maret 2005 Yoggi Herdani 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Pondasi Kesuksesan Peradaban Bangsa.
39