UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN IBADAH WUDHU DAN SHOLAT WAJIB PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR KOMPLEK KEBUN JERUK DESA BERANGAS TIMUR KEC. ALALAK KAB. BARITO KUALA Oleh: Surawardi٭ Abstrak Upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar di Komplek Kebun Jeruk Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala yaitu: Memerintahkan melaksanakan shalat. Mengajarkan tata cara berwudhu, bacaan wudu dan memerintahkan menghafalnya. Mengajarkan tata cara ibadah shalat. Mengajarkan bacaan-bacaan tentang shalat dan memerintahkan untuk menghafalnya. Membiasakan anak untuk mengerjakan shalat. Membiasakan anak untuk shalat berjamaah Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia sekolah Dasar di Komplek Kebun Jeruk Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala yaitu: Pendidikan agama orang tua berpengaruh terhadap upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia sekolah dasar. Motivasi orang tua cukup memberikan pengaruh karena sebagian besar orang tua menyediakan fasilitas shalat untuk anaknya. Sehingga anak-anak mereka termotivasi untuk shalat. Waktu yang tersedia cukup memberikan pengaruh karena meskipun sebagian besar kesempatan yang dimiliki orang tua berkumpul dengan anak-anak mereka tidak terlalu banyak namun setiap kesempatan mereka manfaatkan untuk mendidik anaknya, salah satunya mendidik anak tentang agama. Lingkungan keagamaan juga sangat berpengaruh, hal ini didasarkan pada besarnya perhatian orang tua agar anaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan keagamaan. ٭ Penulis adalah Dosen Jurusan KI Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin.
251
Siapa teman bergaul anak. Dengan teman seumurnya atau sebaya, meskipun ada beberapa yang bergaul dengan orang yang lebih tua. Kata Kunci: Upaya, Memberikan, Bimbingan serta Ibadah
A. Pendahuluan Sebagaimana layaknya seorang umat muslim ada hal yang tidak bisa kita pisahkan yaitu antara wudu dan shalat, sebelum melaksanakan shalat maka wajiblah bagi seorang muslim untuk bersuci yaitu membersihkan anggota tubuh dari segala najis. Jika seseorang tidak melaksanakan wudu nya lebih dahulu maka shalat tidak akan terpenuhi. Sedangkan shalat merupakan pangkal tolak pembinaan kepribadian seorang muslim, yang dijadikan oleh Rasulullah sebagai tiang Agama Islam, satu-satunya ibadah yang diwajibkan berulang kali setiap hari, seumur hidup. Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah apapun juga, Ia adalah wasiat terakhir yang diamanatkan olah Rasulullah Saw. kepada umatnya sewaktu hendak meninggal “Jagalah shalat”. Oleh sebab itu pembiasaan shalat merupakan hal yang urgen bagi setiap muslim. Apabila pembinaan shalat terabaikan akan meruntuhkan sendi-sendi Islam. Seorang muslim yang sejati memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan agama Islam, baik kepada anak, isteri, keluarga ataupun siapa saja sebagai tanggung jawab dakwah. Orang tua bertanggung jawab atas keluarga dan anakanaknya, baik buruknya anak sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya, dan akan dituntut kelak perhitungannya, di akherat. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga sebagai lembaga pendidikan anak pertama dan utama akan sangat berpengaruh dalam membentuk keagamaan anak, baru kemudian sekolah dan masyarakat. Berdasarkan kenyataan tersebut maka tidak salah pendapat yang menyatakan bahwa: Perkembangan kesusilaan dan agama, sangat bergantung kepada penghayatan keluarga terhadap norma-norma kesusilaan dan agama keluarga anak itu sendiri; Artinya anak bukan akan mengalami perkembangan kesusilaan dan agama seperti yang
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
253
diharapkan, dianjurkan atau diperintahkan oleh orang tuanya, melainkan anak akan mengalami perkembangan itu menurut bagaimana keluarga berbuat tentang norma-norma kesusilaan dan agama itu.1 Apabila pendidikan terhadap anak diberikan dengan baik, maka anak juga akan menjadi baik, walaupun ada juga sebagian kecil anak yang tidak demikian. Sebaliknya jika orang tua mendidik anaknya dengan tidak baik, maka anak akan menjadi jahat. Sesuai dengan sebuah pernyataan: Orang tua bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap pendidikan anak-anaknya. Sebab merekalah generasi yang akan memegang tongkat estafet perjuangan agama dan khalifah dimuka bumi ini, oleh karena itu, bila pendidikan terhadap anak-anak baik, maka bahagialah orang tua baik dunia maupun akherat kelak. Sebaliknya, kalau orang tua mengabaikan pendidikan terhadap mereka maka akan sengsara sejak didunia hingga diakherat nanti.2 Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anaknya sangatlah berat, akan tetapi juga sangat mulia, oleh karena itu apakah tugas dan tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan bernilai ibadah. Pada akhirnya anak yang shaleh dan shalehah serta berbakti kepada orang tuanya akan menjadi jaminan bagi orang tuanya, karena doa anak yang shaleh termasuk amal yang tidak pernah putus walaupun orang tuanya telah meninggal dunia. Salah satu tanggung jawab pendidikan agama oleh orang tua terhadap anak adalah mengajarkan, dan mengajaknya shalat, karena shalat adalah amal pokok umat Islam dan menjadi identitas keislaman seseorang. Shalat itu wajib hukumnya atas orang yang beragama Islam yang berakal lagi baligh, namun menanamkan kepada anakanak sejak dini untuk mendirikan shalat adalah kewajiban bagi 1
Agus Soejarto. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2005), Cet. VIII h. 75. 2 A. Mudjab Mahdi, Kewajiban Timbal Balik Orang Tua Anak, cet, VIII, (Yogyakarta: Lekpin Mitra-Putra, 1999), h. 134.
orang tua. Sebagai contoh mengenai upaya, usaha-usaha atau kegiatan pendidik dapat dilihat pada kisah Lukmanulhakim, dalam surah Lukman ayat 17 yang berbunyi:
ﱠﻼةَ ﺗَـْﻨـﻬَﻰ َﻋ ِﻦ َ ﱠﻼةَ إِ ﱠن اﻟﺼ َ َﺎب َوأَﻗِِﻢ اﻟﺼ ِ ْﻚ ِﻣ َﻦ اﻟْ ِﻜﺘ َ ُوﺣ َﻲ إِﻟَﻴ ِ اَﺗَ ﱡﻞ ﻣَﺎ أ ﺼﻨَـﻌ ُْﻮ َن ْ َاﻟْ َﻔ ْﺤﺸَﺎ ِء وَاﻟْ ُﻤْﻨ َﻜ ِﺮ َوﻟِ َﺬ ْﻛ ُﺮ ﷲِ أَ ْﻛﺒَـ ُﺮ َوﷲُ ﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻢ ﻣَﺎ ﺗ Ayat-ayat tersebut menyerukan kepada setiap orang tua agar mendidik dan memerintahkan kepada anak-anaknya untuk selalu mendirikan shalat. Yaitu shalat yang sempurna sesuai dengan cara yang diridhoi Allah Swt. Sebab orang tua yang sedang melaksanakan shalat berarti ia sedang menghadapi dan tunduk kepada-Nya, mengharapkan rahmat dan ridho-Nya, selain itu shalat juga mengandung hikmah dan manfaat yang besar bagi yang melaksanakannya, yaitu dapat mencegah orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan munkar membersihkan jiwa, berdisiplin dan melatih kesabaran Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Daud menyatakan hadits shahih atas syari’at Islam, yaitu:
ﺻﻠﱠﻰ َ ُِﻮل ا ﱠ ُ َﺎل َرﺳ َ َﺎل ﻗ َ ْﺐ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ َﺟ ِّﺪﻩِ ﻗ ٍ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻤﺮِو ﺑْ ِﻦ ُﺷ َﻌﻴ ﲔ َ ِﱠﻼةِ َوُﻫ ْﻢ أَﺑْـﻨَﺎءُ َﺳْﺒ ِﻊ ِﺳﻨ َ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ُﻣ ُﺮوا أَوَْﻻ َد ُﻛ ْﻢ ِﻟﺼ َﺎﺟ ِﻊ )روﺍﻩ ِ ﺿ ِﺮﺑُﻮُﻫ ْﻢ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ َوُﻫ ْﻢ أَﺑْـﻨَﺎءُ َﻋ ْﺸ ٍﺮ َوﻓَـِّﺮﻗُﻮا ﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ ِﰲ اﻟْ َﻤﻀ ْ وَا ٣ (ﺃﺑﻮ داود Hadist tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw telah memberikan tuntunan kepada umatnya bagaimana cara mendidik anak, terutama dalam mendidik dan mengajarkan shalat. Anak harus dididik dan dilatih serta dibiasakan melaksanakan shalat sejak dini, pada usia tujuh tahun anak harus mulai dilatih dan disuruh melaksanakan shalat dengan catatan tidak sampai melukai dan menyakiti anak. Pada tahap selanjutnya, bila anak 3 Syarwani Abdan, Risalah Sholat, cet II (Bangil: Yapida, 2010), h. 6.
387
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
255
masih enggan melaksanakan shalat maka orang tua dapat memisahkan tempat tidurnya. Pendidikan yang diberikan secara bertahap dan penuh kasih sayang tersebut nantinya akan terbiasa melaksanakan ibadah wajib yakni lima waktu. Kegiatan membimbing anak dalam mengerjakan shalat wajib tidaklah mudah, sebagai orang tua dituntut memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana tata cara mengerjakan shalat wajib, karena dengan memiliki ilmu tentang shalat wajib, orang tua melaksanakan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. Bimbingan yang diberikan orang tua kepada anaknya adalah sebagai bantuan dalam menghadapi hidup dan kehidupan agar memiliki sumber pegangan keagamaan. Melihat kondisi anak pada usia Sekolah Dasar adalah masa yang sangat sensitif terhadai sifat dan sikap serta kepribadian anak, maka pada usia ini anak sangat memerlukan bimbingan dari semua pihak terutama yang terdekat yaitu orang tua. Masa anak memasuki Sekolah Dasar biasanya disebut juga masa pueral. Suatu hal yang penting pada masa ini adalah sikap anak terhadap otoritas (kekuasaan), terutama otoritas orang tua dan guru. Anak-anak Puer menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal yang wajar. Anak dapat menerima sikap yang keras, asalkan adil dan dijalankan dengan tegas. Keraguraguan akan dipandang anak sebagai kelemahan4 Terkait dengan hal diatas, saat ini dunia teknologi sudah begitu mencengangkan, seperti sebuah bumerang. Menjamurnya permainan-permainan game online, facebook, dan lain sebagainya, yang demikian itu sudah mampu mempengaruhi jiwa dan kedisiplinan anak-anak terhadap kewajibannya, baik kewajiban terhadap orang tua maupun agama. Kehidupan anak yang masih berusia Sekolah Dasar yang kesehariannya lebih dominan berada dilingkungan keluarga, sudah barang tentu keberadaan orang tua dirumah sangat besar 4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 94.
pengaruhnya bagi perkembangan kepribadian anak. Dalam hal ini orang tua dituntut untuk mengupayakan memberikan bimbingan dan penanaman nilai-nilai ibadah shalat wajib pada anak sejak dini. Semua ini dilakukan demi tercapainya tujuan yang diinginkan yaitu agar anak terbiasa dalam mengerjakan ibadah shalat wajib, dan kelak menjadi manusia yang shaleh dan shalehah, taat kepada Allah dan rasul-Nya, berbakti kepada orang tua serta cinta kepada bangsa dan negara. Berdasarkan penjajakan awal yang penulis lakukan terhadap anak-anak di Komplek Kebun Jeruk Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala, secara umum dapat dikatakan bahwa upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib terhadap anak usia Sekolah Dasar masih terasa kurang, ini terlihat disana masih banyak anak-anak yang belum sempurna dalam mengerjakan shalatnya, bahkan ada suasana yang sangat memprihatinkan dimana ada sebagian anak-anak yang mereka meminta ijin kepada orang tuanya pergi kemesjid untuk mengerjakan shalat wajib tetapi kenyataan yang tampak, pada saat azan berkumandang mereka justru meninggalkan mesjid dan bergegas pergi ke warnet, pada saat waktu shalat wajib telah tiba mereka asyik melakukan permainan game online. Banyak juga sebagian anak yang hanya meramaikan mesjid saja tetapi tidak melaksanakan shalat, mereka bersenda gurau sehingga kenyamanan orang untuk beribadah menjadi terganggu. Fenomena yang lain juga terlihat pada saat waktu shalat telah tiba, pada saat yang bersamaan anak-anak malah asyik melihat acara televisi dirumahnya masing-masing, tanpa menghiraukan kumandang azan. Menurut pengamatan penulis sementara hal ini disebabkan karena kurang perhatian dan bimbingan orang tua dan masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN IBADAH WUDHU DAN SHOLAT WAJIB PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR KOMPLEK KEBUN JERUK DESA BERANGAS TIMUR KEC. ALALAK KAB. BARITO KUALA”.
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
281
Surawardi, Upaya Orang Tua ... Razak, Nasarudin, Deinul Islam Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Akidah dan Way Of Life, Bandung, PT, Al-Maafif, Cet XI, 1995. Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah I. Bandung: Alma,arif , Cet 10, 1990. Sijistani, Abu Daud Sulaiman Ibn Al-Asy’ats Al-, Sunan Abi Daud, Jilid I. Beirut, Dar Al-Fikri, 1990. Suyuthi Jalaludin Abdirrahman Ibn Bakr Al-, Al-jami’u AlShagier, Juz. Beirut, Dar Al-Fikri, t.t. Soejarto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta, PT. Rineke Cipta, Cet. VIII. 2005. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1995. Syatha, Sayyid Bakri Ibnu Sayyid Muhammad, Hasyiah I’anat AlThalibin juz.I, Beirut, Dar al- Fikri, 1997. Tafsir, Ahmad (Ed), Pendidikan Agama Dalam Keluarga. (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Tirmizi, Abu Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Surah Al-, Sunan AlTirmizi, Juz 4. Beirut, Dar Al-Fikri, Cet. II. 1983. Ulwan, Abdullah Nasikh , Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-kaidah Islam, terjemahan Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 1992. Yuseran,
Muhammad Keterampilan Dasar Mengajar (Banjarmasin: dibuat untuk keperluan terbatas), ed. I, 2009.
257
Untuk menghindari kesalah fahaman mengenai judul diatas perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Upaya Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.5 Upaya yang penulis maksud disini adalah usaha-usaha yang dilakukan orang tua dalam memberikan bimbingan dan tuntunan terhadap anak-anak mereka seperti; mengajak anak untuk shalat, memberikan nasehat kepada anak, memberikan sangsi kepada anak yang meninggalkan shalat, serta memotivasi anak agar selalu mengerjakan shalat. 2. Orang tua Yang dimaksud orang tua disini adalah ayah atau ibu kandung yang terikat perkawinan, mereka mempunyai anak yang berusia 7 sampai 12 tahun yang sedang bersekolah di Sekolah Dasar dan bertempat tinggal di Kebun Jeruk Kelurahan Berangas Timur Kecamatan Alalak Barito Kuala. 3. Bimbingan ibadah Wudu dan shalat wajib Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, bimbingan berasal dari kata “Bimbing” berarti memimpin, mengasuh, menuntun, sedangkan bimbingan berarti “petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan dan sebagainya, suatu tuntunan pimpinan”6 Bimbungan penulis maksud disini adalah memberikan petunjuk cara mengerjakan dan memberikan tuntunan tentang ibadah wudu dan shalat wajib kepada anak yang berusia 7-12 tahun, seperti memerintahkan anak shalat, mengajarkan tata cara wudhu, shalat, bacaan-bacaanya, membiasakan anak untuk selalu mengerjakan shalat, serta mengajak anak untuk shalat berjamaah. 4. Anak usia Sekolah Dasar Yaitu anak yang berusia antara 7 sampai 12 tahun yang masih bergantung terhadap kedua orang tuanya.
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), h. 383 6 Ibid., h. 45
Berdasarkan definisi diatas, maka yang dimaksud dengan upaya orang tua dalam memberikan bimbingan tentang ketentuan dalam ibadah wudu dan shalat wajib pada anak yang masih berusia Sekolah Dasar, meliputi; upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah shalat wajib, mengajarkan tata cara wudhu dan memerintahkan untuk menghafalnya. Mengajarkan tata cara ibadah shalat dan membiasakan anak untuk selalu mengerjakannya, memberikan tindakan atau sangsi kepada anak yang melalaikan shalat, serta mengajak anak untuk shalat berjamaah di Komplek Kebun Jeruk Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar di Komplek Kebun Jeruk Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Bahan masukan bagi orang tua, mengingat betapa pentingnya upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar. 2. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis khususnya yang berkenaan dengan bimbingan orang tua
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
279
Dahlan, Abdul Aziz, et al., Ensiklopedi hukum Islam. Jakarta, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, jilid 5, Cet.5, 2001. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 2001.
Bahasa
Dja’far, Muhamadiyah Pedoman Ibadah Muslim Dalam Empat Mazhab Sunni dengan Dalil-Dalilnya jilid II . Surabaya, PT.Garuda Buana Indah, 1995. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta, 2002. ___________, Psikologi Belajar . Jakarta, Rineke Cipta, Edisi 2. 2008. ___________, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta, Rineke Cipta, 2004. Fasha, Mustafa Kamal. Dkk, Fiqih Islam (Sesuai dengan Putusan Majlis Tarjih.). Yogyakarta, Citra Karsa mandiri, Cet. 1, 2000. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Islam) Ed. I. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Cet II, 2001. http//mbegedut.blogspot.com/2011/06/html. ”Tanggung keluarga terhadap pendidikan Islam”.
jawab
Mahdi Mudjab A, KewajibanTimbal Balik Orang Tua Anak. Yogyakarta, Lekpim Mitra-Putra, Cet VIII, 1999. Majemis
Ulama Indonesia, ajaran Islam Tentang Penanggulangan Perkawinan Usia Muda. Jakarta, MUI dan UNICEF, 1990.
Muqhniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab:Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali/Muhammad Jawad Mughniyah; penerjemah Masykur AB., Arif Muhammad Idrus Al-Kaff . Jakarta, Lentera, Cet ke-5, 2006. Najati, Muhammad Ustman, Psikologi Nabi, Membangun Pesona Diri dengan Ajaran-ajaran Nabi SAW. Bandung , Pustaka Hidayah, Cet I, 2005
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
259
terhadap mengamalan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Agama Dalam Keluarga. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Ansarian, Husin, Membangun Keluarga Yang Dicintai Allah (Bimbingan Lengkap Sejak Pra Nikah Hingga Mendidik Anak). Jakarta, Pustaka Zahra, Cet I, 2002. Abdan, Syarwani, Risalah Sholat tuntunan pelaksanaan dari takbir hingga salam. Bangil, Yapida, Cet. II, 2010. Ahmadi, H. Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. Jakarta, PT. Rineke Cipta, Cet. I, 1991. Banjari, Syekh Arsyad Muhammad Al-, disalin oleh Asywadie Syukur. Kitab Sabilal Muhtadin, Surabaya, PT. Bina Ilmu, Cet. IV, 2005 Darajat, Zakiyah, Dkk., Dasar-Dasar Agama Islam, Jakart, Bulan Bintang, 1984. ___________, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta, Bumi Aksara, 1996. ___________, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agam. Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1970.
E. Temuan Data Dalam hasil penelitian tentang “Upaya Orang Tua dalam Memberikan Bimbingan Ibadah Shalat Wajib Terhadap Anak Usia Sekolah Dasar Di Kebun Jeruk Kelurahan Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala”. Penulis memperoleh dari 25 responden berdasarkan angket yang diberikan. Untuk memudahkan dalam memahami data yang disajikan, penulis membaginya menjadi dua bagian sesuai dengan rumusan masalah, yaitu: 1. Data tentang upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah shalat wajib terhadap anak usia Sekolah Dasar. Yang meliputi: a. Memerintahkan melakukan shalat 1) Umur anak diperintahkan untuk melaksanakan shalat 2) Sering atau tidaknya orang tua memerintahkan shalat kepada anak b. Mengajarkan tata cara wudhu, bacaan wudhu dan memerintahkan menghafalnya 1) Sudah atau belum hafalnya anak tentang bacaan wudhu 2) Sudah atau belum sesuainya cara berwudhu anak dengan ketentuan fiqih 3) Tindakan orang tua ketika melihat anak belum sesuai cara berwudhunya dengan ketentuan fiqih c. Mengajarkan tata cara ibadah shalat 1) Orang yang selalu mengajarkan anak tata cara pelaksanaan shalat 2) Sudah atau belum sesuainya cara berwudhu anak dengan ketentuan fiqih d. Mengajarkan bacaan-bacaan tentang shalat dan memerintahkan untuk menghafalnya 1) Sudah atau belum hafalnya anak tentang bacaan shalat 2) Lancar tidaknya anak membaca Al-qur’an dengan tajwid 3) Cara orang tua mengontrol untuk mengetahui sudah atau belum baiknya gerakan dan bacaan shalat anak
e. Membiasakan anak untuk mengerjakan shalat 1) Pelaksanaan anak shalat selama ini 2) Shalat yang biasanya tidak dikerjakan anak 3) Usaha yang dilakukan orang tua pada anak saat waktu shalat sudah tiba 4) Tindakan orang tua pada anak yang sering melakukan shalat 5) Membiasakan anak untuk shalat berjamaah 6) Sering atau tidaknya orang tua melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak dirumah 2. Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah dalam shalat wajib terhadap anak usia Sekolah Dasar, meliputi: a. Pendidikan agama orang tua 1) Asal-usul orang tua memperoleh ilmu fiqih khususnya tentang shalat b. Motivasi orang tua 1) Usaha yang diberikan orang tua kepada anak untuk menunjang keberhasilan shalat anak 2) Tindakan orang tua melihat anak yang selalu rajin mengerjakan shalat 3) Cara orang tua memotivasi anak agar selalu rajin mengerjakan shalat c. Waktu yang tersedia dari orang tua 1) Lama orang tua bekerja tiap hari 2) Waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak-anak selain waktu tidur setiap hari 3) Memanfaatkan waktu yang dimiliki orang tua saat berkumpul dengan anak 4) Bentuk keaktifan orang tua mengajarkan tata cara pelaksanaan shalat 5) Sering atau tidaknya orang tua mengajak anak-anak ketempat ibadah untuk shalat d. Lingkungan keagamaan 1) Usaha-usaha yang dilakukan orang tua terhadap anak ketika ditempat ibadah atau rumah warga sekitar ada kegiatan keagamaan 2) Alasan orang tua yang menginginkan anak agar ikut dalam kegiatan keagamaan
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
277
c. Mengajarkan tata cara ibadah shalat d. Mengajarkan bacaan-bacaan tentang shalat dan memerintahkan untuk menghafalnya e. Membiasakan anak untuk mengerjakan shalat f. Membiasakan anak untuk shalat berjamaah 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia sekolah Dasar di Komplek Kebun Jeruk Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala, yaitu: a. Pendidikan agama orang tua berpengaruh terhadap upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia sekolah dasar. b. Motivasi orang tua cukup memberikan pengaruh karena sebagian besar orang tua menyediakan fasilitas shalat untuk anaknya. Sehingga anak-anak mereka termotivasi untuk shalat c. Waktu yang tersedia cukup memberikan pengaruh karena meskipun sebagian besar kesempatan yang dimiliki orang tua berkumpul dengan anak-anak mereka tidak terlalu banyak namun setiap kesempatan mereka manfaatkan untuk mendidik anaknya, salah satunya mendidik anak tentang agama d. Lingkungan keagamaan juga sangat berpengaruh, hal ini didasarkan pada besarnya perhatian orang tua agar anaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan keagamaan. Siapa teman bergaul anak. Dengan teman seumurnya atau sebaya, meskipun ada beberapa yang bergaul dengan orang yang lebih tua.
Jumlah
25
100
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian menyatakan mereka menginginkan anak ikut dalam kegiatan keagamaan agar anak terbiasa terlibat dalam lingkungan keagamaan (80%) termasuk dalam kategori tinggi. Adapun yang menyatakan agar anak terbiasa mendapat pengalaman agama (16%) termasuk kategori rendah sekali. Sedangkan yang menyatakan sekedar untuk meramaikan saja (4%) juga termasuk kategori rendah sekali. Untuk mengetahui teman bergaul anak sehari-hari dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Teman Bergaul Anak Seharihari No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Teman seumurnya 18 72 2. Orang-orang yang tua 0 3. Tidak menentu 7 28 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian menyatakan anak mereka bergaul sehari-hari dengan teman seumurnya (72%) termasuk kategori tinggi. Adapun yang menyatakan tidak menentu (28%) termasuk kategori rendah, sedangkan yang menyatakan dengan orang-orang yang tua (0%) tidak ada sama sekali. F. Simpulan Dari uraian data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah wudu dan shalat wajib pada anak usia Sekolah Dasar di Komplek Kebun Jeruk Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Adapun upaya-upaya yang dilakukan yaitu: a. Memerintahkan melaksanakan shalat b. Mengajarkan tata cara berwudhu, bacaan wudu dan memerintahkan menghafalnya
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
261
3) Teman bergaul anak sehari-hari Berikut ini akan disajikan data yang telah diperoleh dilapangan yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya, dan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dilengkapi dengan keterangan. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam memberikan bimbingan nilai-nilai ibadah shalat wajib tehadap anak usia Sekolah Dasar di Kebun Jeruk dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka penulis sajikan data-data tersebut berdasrkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Upaya orang tua dalam memberikan bimbingan ibadah shalat wajib terhadap anak usia Sekolah Dasar di Kebun Jeruk Kelurahan Berangas Timur Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Orang yang menyadari pentingnya pendidikan shalat anak, maka ia akan membimbing dan mengajarkan sejak ia berusia dini. Berikut akan penulis kemukakan data umur anak yang mulai dibimbing orang tuanya mengerjakan shalat dari tabel berikut ini : a. Memerintahkan melakukan shalat Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Anak Mulai di Perintahkan Orang Tua untuk Mengerjakan Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Tujuh tahun kebawah 14 56 2. 7-12 tahun 9 36 3. 12 tahun keatas 2 8 Jumlah 25 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa banyak orang tua yang mulai membimbing anaknya untuk melaksanakan shalat anak berusia 7 sampai 12 tahun (56%) yang termasuk dalam kategori cukup. Adapun orang tua yangt mulai membimbing anaknya melaksanakan shalat saat berumur 7 tahun kebawah (36%) yang termasuk dengan kategori rendah, orang tua yang mulai membimbing anaknya pada usia 12 tahun keatas sangatlah sedikit sekali (8%) yang termasuk dengan kategori rendah sekali.
Untuk mengetahui sering atau tidaknya orang tua dalam memerintahkan anak untuk shalat, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sering Atau Tidaknya Orang Tua Memerintahkan Shalat Kepada Anak No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Sering 18 72 2. Jarang 5 20 3. Tidak Pernah 2 8 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian yang menyatakan sering memerintahkan shalat kepada anak (72%) termasuk kategori tinggi. Adapun yang menyatakan jarang (20%) termasuk kategori rendah sekali. Sedangkan yang menyatakan tidak pernah (8%) juga termasuk kategori rendah sekali. b. Mengajarkan tata cara wudhu, bacaan wudhu dan memerintahkan menghafalnya Adapun untuk mengetahui hafalan anak terhadap bacaanbacaan dalam berwudhu, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Sudah Atau Belum Hafalnya Anak Tentang Bacaan Wudhu No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Sudah 9 36 2. Sebagian saja 15 60 3. Belum sama sekali 1 4 Jumlah 25 100
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian besar dari mereka menyatakan anak mereka sebagian saja hafal bacaan berwudhu (60%) termasuk kategori cukup. Sedangkan yang menyatakan anak sudah hafal bacaan wudhu (36%) termasuk kategori rendah, dan yang belum sama sekali (4%) termasuk kategori rendah sekali. Adapun untuk mengetahui tentang kesulitan cara berwudhu anak dengan ketentuan ilmu fiqih, dapat dilihat pada tabel berikut:
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
275
sekitar ada kegiatan keagamaan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Usaha Yang Dilakukan Orang Tua Kepada Anak Ketika DItempat Ibadah Ada Kegiatan Keagamaan No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Mengajak pergi bersama21 84 sama 2. Memerintah pergi 3 12 ketempat itu 3. Pergi sendirian saja tanpa 1 4 mengajak anak Jumlah 25 100 Dari tabel diatas menunjukkan dari 25 orang responden, sebagian besar menyatakan mereka mengajak anak bersama-sama ketempat ibadah atau rumah warga sekitar yang mengadakan kegiatan keagamaan (84%) termasuk kategori tinggi. Adapun yang menyatakan memerintahkan anak pergi ketempat itu (12%) termasuk kategori rendah sekali, sedangkan yang menyatakan pergi sendiri saja tanpa mengajak anak (4%) juga termasuk kategori rendah sekali. Untuk mengetahui alas an orang tua yang menginginkan anaknya untuk ikut kegiatan keagamaan, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Alasan Orang Tua Menginginkan Anak Agar Ikut Dalam Kegiatan Keagamaan No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Agar anak terbiasa terlibat 20 80 dalam kegiatan 2. keagamaan 4 16 Agar anak mendapat 3. pengalaman agama 1 4 Sekedar untuk meramaikan saja
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian menyatakan memanfaatkan waktu untuk mendidik anak tentang agama (52%) termasuk dalam kategori cukup. Adapun yang menyatakan menonton televisi (28%) termasuk kategori rendah, sedangkan yang menyatakan tidur (20%) termasuk kategori rendah sekali. Untuk mengetahui sering atau tidaknya orang tua mengajak anak-anak ketempat ibadah untuk shalat, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Sering Atau Tidaknya Orang Tua Mengajak Anak Ketempat Ibadah Untuk Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Sering setiap hari 4 16 2. Jarang 19 76 3. Tidak pernah 2 8 Jumlah 25 100 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, yang menyatakan jarang untuk mengajak anak pergi ketempat ibadah untuk shalat (76%) termasuk dalam kategori tinggi. Adapun yang menyatakan sering setiap hari (16%) termasuk kategori rendah sekali, sedangkan yang menyatakan tidak pernah (8%) juga termasuk dalam kategori rendah sekali. d. Lingkungan Keagamaan Lingkungan keagamaan dalam masyarakat juga turut berpengaruh terhadap keaktifan orang tua dalam membimbing dan mengajarkan shalat kepada anak, begitu juga dengan keaktifan anak untuk selalu mengerjakan shalat. Oleh karena itu, orang tua dan masyarakat harus dapat menciptakan lingkungan yang agamis agar pendidikan shalat anak berhasil dengan baik. Berikut data yang menunjukkan tindakan yang dilakukan orang tua kepada anak ketika ditempat ibadah atau rumah warga
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
263
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Sudah Atau Belum Sesuainya Cara berwudhu Anak Dengan Ketentuan Ilmu Fiqih No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Sudah 5 20 2. Sebagian saja 19 76 3. Belum sama sekali 1 4 Jumlah 25 100 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian besar dari mereka menyatakan cara berwudhu anak sebagian saja yang sesuai dengan ketentuan fiqih (76%) termasuk dalam kategori tinggi. Adapun yang menyatakan cara berwudhu anak sudah sesuai dengan ketentuan fiqih (20%) termasuk kategori rendah sekali dan yang belum sama sekali sesuai dengan ketentuan fiqih (4%) juga termasuk dalam kategori rendah sekali. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan orang tua kepada anak ketika salah dalam cara berwudhunya dengan ketentuan fiqih, dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi Tindakan Orang Tua Ketika Melihat Anak Salah Dalam Cara Berwudhu No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Menegur dengan 22 88 memberikan bimbingan yang benar 3 12 2. Menegur saja 0 3. Membiarkan saja Jumlah 25 100 Dari tabel diatas bahwa dari 25 responden, sebagian dari mereka menegur dengan memberikan bimbingan yang benar ketika melihat anak salah dalam cara berwudhunya dengan ketentuan ilmu fiqih (88%) termasuk dalam kategori tinggi sekali. Adapun yang menyatakan menegur saja (12%) termasuk kategori rendah, sedangkan yang menyatakan membiarkan saja (0%) tidak ada sama sekali. c. Mengajarkan Tata Cara Ibadah Shalat
Adapun orang tua yang selalu mengajarkan anak tata cara pelaksanaan shalat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Orang Tua Yang Selalu Mengajarkan Anak Tata Cara Pelaksanaan Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Bapak 8 32 2. Ibu 7 28 3. Guru di sekolah 10 40 Jumlah 25 100 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa orang yang selalu mengajarkan anak tentang tata cara pelaksanaan shalat adalah guru di sekolah (40%) termasuk kategori rendah dan yang menyatakan orang yang selalu mengajarkan anak tentang tata cara pelaksanaan shalat adalah Bapak (32%) termasuk kategori rendah. Adapun yang menyatakan orang yang selalu mengajarkan anak tentang tata cara pelaksanaan shalat adalah Ibu (28%) juga termasuk dalam kategori rendah. Para orang tua kebanyakan menyerahkan pendidikan agama khususnya shalat kelada guru di sekolah. Adapun kesempurnaan dan kesesuaian berakan-gerakan shalat anak dengan ketentuan fiqih saat ia mengerjakan shalat, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sudah atau Belum Sesuainya Gerakan Shalat Anak Dengan Ketentuan Fiqih No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Sudah 8 32 2. Sebagian saja 15 60 3. Belum sama sekali 2 8 Jumlah 25 100 Pada tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian besar dari mereka menyatakan sudah menyatakan sebagian saja gerakan-gerakan shalat anak yang sesuai dengan ketentuan fiqih saat ia mengerjakan shalat (60%)
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
273
harinya tidak menentu (48%) termasuk kategori cukup. Adapun yang menyatakan seharian penuh (40%) termasuk kategori rendah dan yang menyatakan setengah hari (12%) termasuk kategori rendah sekali Adapun untuk mengetahui berapa jam waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak-anak, selain waktu tidur setiap hari, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Waktu Yang Dimiliki Orang Tua Untuk Berkumpul Dengan Anak-Anak Selain Waktu Tidur No Kategori Frekuensi Persentasi 1. 8 jam ke atas 7 28 2. 5 sampai 7 jam 11 44 3. Tidak menentu 7 28 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian menyatakan mereka memiliki waktu 5 sampai 7 jam untuk berkumpul dengan anak-anak selain waktu tidur (44%). Termasuk kategori cukup, sedangkan yang menyatakan 8 jam keatas (28%) dan yang menyatakan tidak menentu (28%) masing-masing termasuk kedalam kategori rendah. Untuk mengetahui dimanfaatkan untuk apa waktu yang dimiliki orang tua saat berkumpul dengan anak-anak, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Waktu Yang Dimiliki Orang Tua Untuk Berkumpul Dengan Anak-Anak Selain Waktu Tidur No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Mendidik anak tentang 13 52 agama 2. Menonton televisi 7 28 3. Tidur 5 20 Jumlah 25 100
1.
2. 3.
Menjelaskan tentang hikmah, manfaat dan akibat meninggalkan shalat Memberikan contoh dan keteladanan Mengajak kepengajian agama Jumlah
16
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
64
8
32
1
4
25
100
Dari tabel tersebut di atas menunjukkan dari 25 orang responden, sebagian menyatakan cara mereka memotivasi anak agar selalu rajin mengerjakan shalat adalah dengan menjelaskan tentang hikmah, manfaat dan akibat meninggalkan shalat (64%) termasuk kategori tinggi. Adapun yang menyatakan memberikan contoh dan keteladan (32%) termasuk kategori rendah, sedangkan yang menyatakan mengajak kepengajian agama (4%) termasuk dalam kategori rendah sekali. c. Waktu Yang Tersedia Dari Orang Tua Warga Kebun Jeruk mayoritas mata pencahariannya adalah sebagai pedagang dan Pegawai Negeri, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kerja, sehingga waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan anak-anak hanya sedikit. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya pengawasan dan pengontrolan waktu shalat anak, apalagi untuk membimbingnya, sehingga pendidikan anak terabaikan. Berikut penulis kemukakan data tentang lamanya orang tua bekerja tiap hari, yang dapat terlihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Tindakan Orang Tua Melihat Anak Yang Selalu Rajin Mengerjakan Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Setengah hari 10 40 2. Seharian penuh 3 12 3. Tidak menentu 12 48 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian menyatakan mereka bekerja setiap
265
termasuk kategori cukup. Adapun yang mennyatakan sudah sesuai (32%) termasuk kategori rendah dan yang menyatakan belum sama sekali (8%) termasuk dalam kategori rendah sekali. d. Mengajarkan Bacaan-Bacaan Tentang Shalat dan Memerintahkan Untuk Menghafalnya Berikut ini menunjukkan tentang hafalan bacaan shalat anak yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.9.
Distribusi Frekuensi Sudah Atau Belum Hafalnya Anak Tentang Bacaan Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Sudah 18 60 2. Sebagian saja 10 40 3. Belum sama sekali 0 Jumlah 25 100
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian besar dari mereka menyatakan sudah hafal anak tentang bacaan shalat (60%) termasuk kategori cukup. Adapun yang menyatakan sebagian saja (40%) termasuk dalam kategori rendah dan yang menyatakan belum sama sekali hafal bacaan-bacaan shalat (0%) tidak ada sama sekali. Untuk mengetahui keadaan bacaan Al-Qur’an anak dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Lancar Tidaknya Anak Membaca Alqur’an Dengan Bertajwid No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Lancar dan bertajwid 3 12 2. Lancar tetapi tidak 12 64 3. bertajwid 6 24 Belum lancar dan tidak bertajwid Jumlah 25 100 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 25 orang responden, yang menyatakan anak dalam membaca Alqur’an
lancar tetapi tidak bertajwid (64%) termasuk dalan kategori tinggi. Adapun yang menyatakan anak dalam membaca Alqur’an belum lancar dan tidak bertajwid (24%) termasuk kategori rendah dan yang menyatakan lancar dan bertajwid (12%) termasuk dalam kategori rendah sekali. Untuk mengetahui cara yang dilakukan orang tua mengontrol atau memberikan tes untuk mengetahui gerakan dan bacaan shalat anak sudah baik atau belum dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11. Distribusi frekuensi Cara Orang Tua Mengontrol Untuk Mengetahui Sudah Atau Belum Baiknya Gerakan dan Bacaan Shalat Anak No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Menyuruh anak 4 16 mempraktekkan gerakan dan bacaan shalat 2. Memperhatikan saat anak 19 76 3. shalat 2 8 Bertanya langsung kepada anak Jumlah 25 100 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, yang menyatakan orang tua memperhatikan saat anak shalat (76%) termasuk dalam kategori tinggi. Adapun yang menyatakan menyuruh anak mempraktekkan gerakan bacaan shalat (16%) termasuk kategori rendah sekali dan yang menyatakan orang tua bertanya langsung kepada anak (8%) juga termasuk kategori rendah sekali. e. Membiasakan Anak Untuk Mengerjakan Shalat Sekarang akan penulis kemukakan data tentang pelaksanaan shalat selama ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Shalat Anak Selama Ini No Kategori Frekuensi Persentasi
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
271
No 1.
Kategori Frekuensi Persentasi Menyediakan fasilitas 15 60 untuk shalat 2. Membelikan buku-buku 8 32 tentang shalat 3. Memberi hadiah 2 8 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang respoden, yang menyatakan bahwa mereka menyediakan fasilitas untuk shalat anak (60%) termasuk kategori cukup. Sedangkan yang menyatakan membelikan buku-buku tentang shalat (18%) termasuk kategori rendah dan yang menyatakan member hadiah (8%) termasuk kategori rendah sekali. Data mengenai tindakan yang dilakukan orang tua melihat anak yang selalu rajin mengerjakan shalat, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Tindakan Orang Tua Melihat Anak Yang Selalu Rajin Mengerjakan Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Memberi hadiah 3 12 2. Member pujian 20 80 3. Biasa-biasa saja 6 8 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian besar menyatakan member pujian ketika melihat anak selalu rajin mengerjakan shalat (80%) termasuk dalam kategori tinggi. Adapun yang menyatakan member hadiah (12%) termasuk kategori rendah dan yang menyatakan biasa-biasa saja (8%) termasuk kategori rendah sekali. Selanjutnya cara orang tua memotivasi anak agar selalu rajin mengerjakan shalat, juga dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Cara Orang Tua Memotivasi Anak Agar Selalu Rajin Mengerjakan Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi
dalam kategori rendah sekali. Sedangkan yang tidak tamat SD/sederajat (0%) tidak ada Berikut akan penulis sajikan data tentang pendidikan orang tua yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan shalat anak-anaknya. Untuk mengetahui dari mana orang tua memperoleh pendidikan ilmu fiqih, khususnya tentang shalat, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Sering Atau Tidaknya Orang Tua Melakukan Shalat Berjamaah Dengan AnakAnak di Rumah No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Orang tua 8 32 2. Guru disekolah 14 56 3. Membaca di buku 3 12 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 25 responden, sebagian besar menyatakan asal usul orang tua memperoleh ilmu fiqih khususnya tentang shalat dari guru di sekolah (56%) termasuk dalam kategori cukup. Adapun yang menyatakan dari orang tua (32%) termasuk dalam kategori rendah dan yang menyatakan membaca di buku (12%) termasuk kategori rendah sekali. b. Motivasi Orang Tua Motivasi orang tua merupakan hal yang sangat penting bagi anak-anak untuk menambah semangat dan gairah dalam menjalankan ibadah shalat. Motivasi tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan pujian, hadiah ataupun fasilitas lainnya, karena hal demikian sangat berpengaruh terhadap pendidikan shalat anak. Berikut ini akan penulis kemukakan data usaha yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam menunjang keberhasilan shalat anak, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Usaha Yang Dilakukan Orang Tua Kepada Anak Untuk Menunjang Keberhasilan Shalat Anak
Surawardi, Upaya Orang Tua ... 1. 2. 3.
Selalu kelima waktunya Tidak menentu Kurang dari lima waktu Jumlah
2 9 14 25
267
8 36 56 100
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian kecil menyatakan pelaksanaan shalat anak selama ini selalu kelima waktunya (8%) termasuk dalam kategori rendah sekali. Adapun yang menyatakan tidak menentu (36%) termasuk kategori rendah, sedangkan yang menyatakan kurang dari lima waktu (56%) termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan diatas yang menunjukkan ada sebagian anak yang shalat tidak selalu kelima waktunya, dan untuk mengetahui shalat yang biasa tidak ia kerjakan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Shalat Anak Yang Biasa Tidak Anak Kerjakan No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Shalat Subuh 18 72 2. Shalat Ashar 3 12 3. Shalat Zuhur 4 16 Jumlah 25 100 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, yang menyatakan shalat yang biasa tidak anak kerjakan adalah shalat subuh (72%) termasuk dalam kategori tinggi. Kemudian Zuhur (16%) termasuk kategori rendah sekali dan Ashar (12%) juga termasuk kategori rendah sekali. Berikut adalah data yang menunjukkan usaha yang dilakukan orang tua pada anak saat waktu shalat tiba, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Usaha Yang Dilakukan Orang Tua Pada Anak Saat Waktu Shalat Tiba No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Mengajak shalat 16 64 2. Menyuruh shalat 9 36
3.
Diam saja Jumlah
0 25
100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 19 orang responden, sebagian menyatakan mengajak shalat pada anak saat waktu shalat tiba (64%) termasuk dalam kategori tinggi. Adapun yang menyatakan menyuruh shalat (36%) termasuk kategori rendah sekali, sedangkan yang menyatakan mendiamkan saja (0%) tidak ada sama sekali. Untuk mengetahui tindakan orang tua pada anak sering melalaikan shalat dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Tindakan Orang Tua Pada Anak Yang Sering Melalaikan Shalat No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Memukulnya 0 2. Memperingatinya 24 96 3. Membiarkan saja 1 4 Jumlah 25 100 Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian besar menyatakan mereka hanya memperingati anak yang sering melalaikan shalat (96%) termasuk dalam kategori tinggi sekali. Adapun yang membiarkan saja anak yang sering melalikan shalat (4%) termasuk kategori rendah sekali, sedangkan yang memukul anak yang sering melalikan shalat (0%) tidak ada sama sekali. f. Membiasakan anak untuk shalat berjamaah Selanjutnya untuk mengetahui sering atau tidaknya orang tua melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Sering Atau Tidaknya Orang Tua Melakukan Shalat Berjamaah Dengan AnakAnak di Rumah No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Selalu berjamaah 1 4 2. Tidak menentu 23 92 3. Tidak pernah 1 4 Jumlah 25 100
Surawardi, Upaya Orang Tua ...
269
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 25 responden, menyatakan tidak menentu melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak dirumah (92%) termasuk dalam kategori tinggi sekali. Adapun yang yang menyatakan selalu berjamaah (4%) dan yang menyatakan tidak pernah (4%) termasuk dalam kategori rendah sekali. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya orang tua dalam memberikan bimbingan dan nilai-nilai ibadah shalat wajib terhadap anak usia Sekolah Dasar a. Pendidikan Agama Orang Tua Sebelum data tentang pendidikan agama orang tua disajikan, terlebih dahulu akan penulis kemukakan data latar belakang pendidikan formal dari 25 responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Latar Belakang Pendidikan Formal Terakhir Orang Tua No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Tidak tamat SD/sederajat 0 2. SD/sederajat 4 16 3. SLTP/sederajat 4 16 4. SLTA/sederajat 8 32 5. Diploma 2 8 6. Starata 1 7 28 Jumlah 25 100 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 25 orang responden, sebagian latar belakang pendidikan terakhir SLTA/sederajat (32%) termasuk kategori rendah. Pendidikan terakhir strata 1 (28%) termasuk kategori rendah, pendidikan terakhir SD/sederajat dan SLTP/sederajat masing-masing (16%) termasuk kategori rendah sekali, dan diploma (8%) juga termasuk