Juni Prasetiyono, Upaya Guru...
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGUBAH PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAH ALIYAH NEGERI BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN Oleh: Juni Prasetiyono Abstrak Dalam memasuki era globalisasi dunia pendidikan semakin berkembang secara optimal, baik dari segi personel pengampuh pendidikan dan juga sarana prasarana, namun dengan demikian masalah-masalah yang timbul dari peserta didik juga semakin lengkap, seperti masalah pribadi, sosial, belajar dan juga karir, yang semua itu tidak menutup kemungkinan akan dilalui dan dihadapi oleh para peserta didik. Dalam hal itu seluruh personil sekolah harus bertanggung jawab atas masalah-masalah yang dihadapi siswa terutama seorang konselor yang bertugas untuk mengatasi masalah-masalah siswa. Bimbingan dan Konseling memegang peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidkan, sehingga diharapkan tenaga guru bimbingan dan konseling profesional. Apalagi saat ini persepsi negatif terhadap guru bimbingan dan konseling masih saja terjadi di sekolah. Temuan penelitian adalah upaya guru bimbingan dan konseling untuk merubah persepsi negatif tersebut dapat terlihat bagi siswa siswa yang sudah memasuki kelas 2 dan 3, perlahanlahan mereka sudah merubah persepsi negatif, sehingga bimbingan dan dan konseling berjalan sesuai dengan baik dan benar. Kata Kunci: Upaya, Mengubah, Persepsi dan Negatif A. Pendahuluan Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dan berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang lingkup kegiatan pendidikan, yaitu: bidang instruksional dan kurikulum, bidang administrasi dan kepemimpinan, serta bidang pembinaan pribadi. (Halen A, 2005: 17) Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengarahkan perkembangan manusia agar menuju kearah yang lebih baik. Tekanan perhatian pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia sesuai dengan hakikatnya agar menjadi insan kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya, yaitu kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. (Aunur Rahim Faqih, 2004: 97) Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan manusia, kerena tujuan yang dicapai pendidikan tersebut adalah untuk terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya. (Muzayyim Arifin, 1999:11) Merealisasikan tujuan pendidikan tersebut merupakan tugas yang sangat berat bagi Guru, sebab guru adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan siswa dalam rangka membimbing dan mengarahkan. Sebagai bagian dari masyarakat dan warga Negara, peran guru dan siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam menanggapi segala persoalan dan lingkungannya dan mampu mengomunikasi-
Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN 2442-403X [ 39
]
Juni Prasetiyono, Upaya Guru...
kannya dengan baik. Untuk itulah para guru dan siswa diharapkan memiliki akhlak terpuji, kepribadian yang bertanggung jawab, cinta tanah air, bekerja keras, tangguh, disiplin, mandiri dan terampil.Dan Salah satu guru yang berperan penting bagi pendidikan dan siswanya adalah guru Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling sangatlah penting dalam dunia pendidikan saat ini. Sebagaimana yang dikemukakan dalam year’s Book Education 1995 yang menyatakan, “Guidance is a process of helping individual through their own effort to discover and develop their potentialities both for personal happiness and social isefulnes. Yang berarti Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Sedangkan Konseling ini merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya. Dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut bisa terjadi setiap waktu. (Prayitno, 2004: 100) Dalam hal ini Bimbingan dan Konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Prinsip-prinsip bimbingan harus diterjemahkan ke dalam program-program sebagai pedoman pelaksanaan di sekolah. Di dalam menerjemahkan prinsip ke dalam program, peranan guru sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Didalam membuat program tersebut, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.
Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, namun masih ada persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling terutama keberadaannya di sekolah dari para guru, sebagian pengawas, kepala sekolah, para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK itu sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga sering muncul tudingan miring terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah. Munculnya persepsi negatif tentang BK dan tudingan-tudingan miring terhadap guru BK antara lain disebabkan ketidaktahuanakan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru BK itu sendiri. Selain itu, bisa disebabkan oleh tidak disusunnya program BK secara terencana. Dalam memasuki era globalisasi dunia pendidikan semakin berkembang secara optimal, baik dari segi personel pengampuh pendidikan dan juga sarana prasarana, namun dengan demikian masalahmasalah yang timbul dari peserta didik juga semakin lengkap, seperti masalah pribadi, sosial, belajar dan juga karir, yang semua itu tidak menutup kemungkinan akan dilalui dan dihadapi oleh para peserta didik. Dalam hal itu seluruh personil sekolah harus bertanggung jawab atas masalah-masalah yang dihadapi siswa terutama seorang konselor yang bertugas untuk mengatasi masalah-masalah siswa. Ada satu hal yang sangat tidak kita inginkan bahwa fakta di lapangan, keberadaan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah identik dengan masalah yang dihadapi siswa, bahkan identik dengan tempat pembuangan sampah, karena banyak siswa yang dianggap bermasalah diarahkan ke guru Bimbingan dan Konseling atau biasa disebut konselor untuk ditangani. Hal ini tidaklah salah, namun juga tak terlalu tepat.Ada kecenderungan guru Bimbingan dan Konseling ibarat polisi sekolah yang tugasnya menghukumi siswa bermasalah. Bahkan siswa merasa sungkan untuk berhubungan dengan guru Bimbingan dan Konseling, karena malu dan takut dianggap
[ 40 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN 2442-403X
Juni Prasetiyono, Upaya Guru...
bermasalah oleh guru-guru dan siswa-siswa lainnya. Ketika siswa-siswa memiliki masalah itu bisa berupa masalah pribadi, sosial, belajar dan karir.Pada saat itu, ada individu atau siswa yang bisa mengatasi sendiri masalahnya tanpa minta bantuan pihak lain. Di sisi lain, ada individu atau siswa yang membutuhkan bantuan pihak lain untuk menyelesaikan masalahnya. Terkait perlunya bantuan (intervensi) pihak lain dalam upaya mengatasi masalah individu (siswa), keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah menemukan fungsi dan perannya. Bimbingan dan Konseling adalah sarana untuk menolong manusia yang sedang membutuhkan pertolongan dari masalah yang sedang dihadapi atau dari masalah yang kemungkinan akan dihadapinya. Artinya, Bimbingan dan Konseling memang berupaya membantu individu siswa mengatasi masalahnya, namun Bimbingan dan Konseling juga berfungsi melakukan usaha preventif agar individu siswa terhindar dari masalah. Seperti dalam penjajakan awal di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Buntok yang peneliti dapatkan, bahwa di Sekolah tersebut masih ada persepsi yang Negatif terhadap Guru Bimbingan dan Konseling, persepsi Negatif tersebut adalah, masih ada saja Siswa yang menganggap Guru Bimbingan dan Konseling itu adalah sebagai Polisi Sekolah, dan Siswa menganggap bahwa Bimbingan dan Konseling itu tugasnya hanya menghukum saja dan dianggap sebagai orang yang pemarah dan ditakuti. Karena persepsi tersebut adalah tidak baik dan sesuai dengan firman Allah SWT, dalam surah Al-Hujurat ayat 12. Maksud dari ayat di atas adalah Allah memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman supayaa mereka menjauhkan diri dari su’uzhun/prasangka buruk terhadap orang lain. Jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari saudaranya yang mukmin maka kalimat itu harus diberi tanggapan dan ditujukan kepada pengertian yang baik, jangan sampai timbul salah
paham, apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Jadi yang namanya persepsi itu bisa saja tidak benar, oleh karena itu sebagai orang yang beriman jangan sampai berperepsi yang negatif. Dengan mengetahui pernyataan tersebut yang terjadi di lapangan, masih ada saja siswa yang menyalah artikan tentang Bimbingan dan Konseling, sehingga siswa merasa takut untuk konsultasi kepada Guru Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu penulis sangat tertarik ingin mengetahui lebih jauh lagi bagaimana usaha Konselor untuk memperbaiki citra Bimbingan dan Konseling di sekolah. B. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan menganalisis data menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif serta mengambil kesimpulan dengan menggunakan metode induktif. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Guru Bimbingan dan Konseling dan siswa di madrasah Aliyah Negeri Buntok Kabupaten Barito Selatan. Objek penelitian ini adalah Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengubah Persepsi Negatif Siswa tentang Bimbingan dan Konseling di madrasah Aliyah Negeri Buntok Kabupaten Barito Selatan. Sebagian Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Buntok Kabupaten Barito Selatan. 3. Data Penelitian Adapun data pokok yang digali dalam penelitian ini yaitu: Pemberian Pemahaman tentang fungsi Bimbingan dan Konseling yang sebenarnya. Pemberian Pemahaman tentang tujuan Bimbingan dan Konseling yang sebenarnya.Persepsi negatif tentang Bimbingan dan Konseling. Cara mengubah persepsi Negatif siswa tentang Bimbingan danKonseling yang diberikan oleh Guru Bimbingan dan konseling. Data penunjang adalah Data yang berkenaan
Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN 2442-403X [ 41
]
Juni Prasetiyono, Upaya Guru...
dengan riwayat berdirinya sekolah, kepala sekolah, keadaan kelas, siswa, dewan guru dan tenaga administrasi sarana dan prasarana. 4. Sumber Data Penelitian Responden adalah orang yang memberikan informasi secara langsung dalam penelitian ini yaitu Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Buntok Kabupaten Barito selatan. Informan adalah orang yang memberikan informasi tambahan sebagai data pelengkap, yaitu kepala sekolah, guru mata pelajaran, tata usaha dan seluruh pihak yang bisa memberikan informasi terkait dengan penelitian ini. 5. Teknik Pengumpulan Data Wawancara, yaitu menanyakan langsung kepada responden dan informan untuk memperoleh data yang diperlukan tentang Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengubah Persepsi Negatif Siswa tentang Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Buntok Kabupaten Barito Selatan. Dokumen adalah catatan atau arsip yang berhubungan dengan data-data yang diperlukan dalam penelitian. 6. Teknik Pengolahan Data Reduksi data adalah data yang diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Data yang direduksi member gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Display data adalah untuk melihat gambaran keseluruhannya atau bagianbagian tertentu dari penelitian itu, harus diusahakan membuat matrik. Dengan demikian peneliti dapat mengusai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail. 7. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Data Peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya. Untuk itu ia mencari pola, thema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dari data
yang diperolehnya, ia sejak mulanya mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentative, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih“ grounded”. Jadi kesimpulan senantiasa harus diverifekasi selama penelitian berlangsung. Verifekasi dapat singkat dengan mencari data baru. (Nasution, 2003: 129-130) Analisis data, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan kejadian atau keadaan yang sebenarnya dalam bentuk kalimat atau uraian, selanjutnya menarik kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan metode induktif yaitu pengambilan simpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menjadi suatu kesimpulan umum yang berkaitan dengan Upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam mengubah persepsi negatif siswa tentang Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Buntok Kabupaten Barito Selatan. C. Temuan Penelitian 1. Upaya Guru Bimbingan dan konseling dalam Mengubah Persepsi Negatif Siswa tentang Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Buntok Kabupaten Barito Selatan Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan yang sangat penting bagi dunia pendidikan karena Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain itu Bimbingan dan Konseling adalah sarana untuk menolong manusia yang sedang membutuhkan pertolongan dari masalah yang sedang dihadapi atau dari masalah yang kemungkinan akan dihadapinya. Artinya, Bimbingan dan konseling memang berupaya membantu individu siswa mengatasi masalahnya, namun Bimbingan dan konseling juga berfungsi melakukan usaha preventif agar individu siswa terhindar dari masalah.
[ 42 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN 2442-403X
Juni Prasetiyono, Upaya Guru...
Terkait pentingnya Bimbingan dan Konseling, maka diperlukan adanya tenaga Guru professional yang sesuai dengan Bimbingan dan Konseling, guna untuk melancarkan proses Konseling maupun untuk memperbaiki citra Guru Bimbingan dan konseling yang masih banyak dipersepsi siswa sebagai Guru yang tugasnya hanya menghukum saja. Pemberian Pemahaman Tentang Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Pemberian pemahaman tentang fungsi dan tujuan bimbingan dan Konseling kepada siswa dilaksanakan pada tahun pelajaran baru saat upacara bendera ketika Guru Bimbingan dan konseling menjadi Pembina upacara dan pada saat jam kosong. Hal ini adalah inisiatif dari Guru Bimbingan dan konseling itu sendiri karena jam pelajaran Bimbingan dan konseling itu tidak dijadwalkan. Pemberian pemahaman tentang fungsi dan tujuan Bimbingan dan Konseling itu sesuai dengan teori yang ada, yakni Guru Bimbingan dan konseling memberikan layanan orientasi yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, dan layanan informasi yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.layanan itu diberikan pada saat apel upacara bendera pada hari senin dan pada jam kosong. Dan hal itu juga sesuai dengan layanan orientasi sebagai cara untuk memperkenalkan lingkungan yang baru di masuki oleh siswa, agar lebih mengenal lingkungannya dengan benar. Selain itu sesuai juga dengan layanan informasi, bahwa guru bimbingan dan konseling memberikan informasi tentang
bimbingan dan konseling yang sebenarnya sehingga diharapkan tidak ada lagi persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling di sekolah madrasah aliyah negeri buntok ini. Layanan- layanan tersebut sangat membantu siswa untuk merubah persepsi negatif yang ada, meskipun hasil untuk merubahnya tidak dapat langsung terlihat, dan perlu proses yang panjang. Persepsi Negatif Siswa tentang Bimbingan dan Konseling Berdasarkan penyajian data di atas, bahwa Guru Bimbingan dan konseling itu dianggap siswa sebagai polisi sekolah dan tugasnya hanya menangani siswa yang bermasalah saja. Kemunculan persepsi tersebut dikarenakan pengalaman masa lalu siswa ketika masih berada di bangku sekolah sebelumnya. Hal di atas sesuai dengan teori yang ada bahwa diantara macam-macam persepsi negatif siswa tentang Bimbingan dan konseling, diantaranya adalah Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah dan Bimbingan dan konseling dianggap sematamata sebagai proses pemberian nasihat saja, menangani siswa yang bermasalah, sedangkan yang tidak bermaslah tidak perlu mendapat bimbingan. Cara Mengubah Persepsi Negatif Siswa tentang Bimbingan dan Konseling Persepsi negatif tersebut timbul dikarenakan pengalaman masa lalu siswa saat masih berada di bangku sekolah sebelumnya, mendengar dari teman teman lainnya yang merekapun masih salah mengartikan tentang bimbingan dan konseling, sehingga siswa tersebut pun ikut mempersepsi negatif. Guru bimbingan dan konseling berusaha keras agar tidak ada lagi persepsi negatif lagi. Cara mengubah persepsi negatif siswa oleh guru bimbingan dan konseling di atas sesuai dengan teori yang menyatakan yaitu Guru pembimbing melaksanakan peran dan tugasnya secara profesional. Peran dan tugas keprofesian hendaknya menjadi fokus di dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari di sekolah. Ketidaksesuaian peran dan tugas
Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN 2442-403X [ 43
]
Juni Prasetiyono, Upaya Guru...
yang dilakukan di sekolah akan mengarahkan kembali kepada citra bimbingan dan konseling yang tidak dikehendaki. Sebuah profesi memiliki ciri khas atau karakteristik akan tugas dan peran yang seharusnya dilakukan oleh para anggota profesinya. Cara Guru Bimbingan dan konseling membangun keakraban dengan siswa seperti yang disebutkan di atas juga sesuai dengan teori yang ada, yaitu Pengembangan Keakraban (rapport). Merupakan syarat yang sangat pokok guna tercipta dan terbina saling-hubungan harmoni antara siswa dan Guru Bimbingan Konseling. Istilah “pengembangan” disini mencakup menciptakan, pemantapan, dan pelanggengan keakraban selama konseling. Cara ini dilakaukan agar antara guru dan semua siswa tidak ada jarak lagi, sehingga mereka bisa saling berbagi guna menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa agar bisa melewati dengan cara yang baik, benar dan tepat. Cara ini sesuai dengan teori yang ada, karena guru yang bersahabat pasti akan bisa lebih berbaur dengan semua siswa, agar kedepannya siswa bisa lebih baik lagi dan mengetahui pentingnya bimbingan dan konseling tersebut. Membangun suasana yang hangat guna memperlancar proses bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik, antara siswa dan guru bimbingan dan konseling agar semua siswa bisa menjadi pribadi yang berkembang secara optimal dan tidak ada lagi persepsi persepsi negatif terhadap guru bimbingan dan konseling, mengingat pentingnya peran guru bimbingan dan konseling ini.
yang terjadi di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Buntok, yaitu: Pemberian Pemahaman tentang Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling, persepsi Negatif Siswa tentang bimbingan dan Konseling dan Cara Mengubah Persepsi Negatif tentang Bimbingan dan Konseling. Dan dari hasil upaya guru bimbingan dan konseling untuk merubah persepsi negatif tersebut dapat terlihat bagi siswa siswa yang sudah memasuki kelas 2 dan 3, perlahan-lahan mereka sudah merubah persepsi negatif, sehingga bimbingan dan dan konseling berjalan sesuai dengan baik dan benar.
D. Simpulan Bimbingan dan Konseling memegang peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidkan, sehingga diharapkan tenaga guru bimbingan dan konseling profesional. Apalagi saat ini persepsi negatif terhadap guru bimbingan dan konseling masih saja terjadi di sekolah. Oleh karena itu ada beberapa upaya yang dilakukan guru bimbingan dan konseling untuk merubah persepsi negatif [ 44 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN 2442-403X
Juni Prasetiyono, Upaya Guru...
DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen, 2005. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching. Ahmadi Abu dan Ahmad Rohani, 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta. Ali Mohammad dan Asrori, 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara. Arifin Muzayyim, 1999. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Devito Josep A. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Professional Books. Faqih Ainur Rahim, 2004. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press. Hayat Abdul, 2010. Teori dan Teknik Pendekatan Konseling, Banjarmasin: Lanting Media Aksara Publishing House. Prayitno, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Prayitno dan Erman Amti, 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta. Rakhmat Jalaluddin, 1985. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudirman, 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tohirin, 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: RajaGrafindo Persada. Walgito Bimo, 1978. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Andi Offset. Zainal Aqib, 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung: Yrama Widya.
Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN 2442-403X [ 45
]