JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN DUA ANGKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS II SDN 5 PULUBALA KECAMATAN PULUBALA KABUPATEN GORONTALO Oleh SIKRIPON AMU NIM. 151 409 354 Pembimbing I : Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd M.Si Pembimbing II : Ismail Pioke, S.Pd M.Pd (Mahasiswa Program Studi S-PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Abstrak Sikripon Amu. Nim 151409354, “Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Campuran Bilangan Dua Angka Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo”. Skripsi.2013. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I. Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd, M.Si, Pembimbing II. Ismail Pioke, S.Pd, M.Pd
Permasalahan dalam penelitian ini tentang “Apakah melaui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka pada siswa kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo meningkat?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. 1
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus satu kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu, persiapan, pelaksanaan tindakan, pamantauan dan evaluasi,serta analisis dan refleksi.
Dari hasil penelitian pada pembelajaran siklus I diperoleh data, dari 16 siswa yang dikenai tindakan hanya 9 orang siswa atau 56,25% yang memperoleh nilai 65 ke atas dan 7 orang siswa atau 43,75% yang memperoleh nilai 65 ke bawah hal tersebut belum mencapai indikator yang ditentukan yakni minimal 75% siswa yang dikenai tindakan dalam meningkatkan kemampuan operasi hitung campuran bilangan dua angka sehingga dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II diperoleh data, siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas berjumlah 13 orang siswa atau 81,25% dan 3 orang siswa atau 18,75% memperoleh nilai 65 ke bawah. hasil tersebut mencapai indikator yang ditentukan sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil.
Dari
hasil
penelitian
dan pembahasan
yang dilakukan maka
peneliti
menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka pada siswa kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo meningkat.
Kata Kunci: Kemampuan, operasi hitung campuran dan Numbered Head Together.
Pendahuluan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut setiap individu mengasah kemampuan dan kreativitas untuk mampu bersaing ke tingkat nasional maupun internasional. Untuk dapat maju dan bersaing sebagai individu kita dituntut menguasai iptek, serta Ilmu matematika tentang
2
perhitungan. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat bahwa seseorang yang tidak dapat menambah, mengurang, mengali dan membagi rasanya sulit mendapat kedudukan yang layak dalam persaingan kehidupan yang makin ketat diera globalisasi dewasa ini. Seorang petani, pedagang, penjaga toko, tukang, dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung pasti memerlukan matematika dalam kegiatannya sehari-hari. Karena itu, matematika sangat berperan penting dalam kehidupan sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Untuk mengatasi kondisi pembelajaran matematika di SD sebagaimana di uraikan di atas, maka guru hendaknya menyajikan materi dengan menggunakan model pembelajaran sehingga menyenangkan bagi siswa SD. Model yang digunakan guru harus disesuikan dengan materi serta kemampuan siswa berdasarkan tingkatan kelas, jika materi yang di ajarkan pada siswa kelas rendah memerlukan model pembelajaran maka model pembelajaran yang digunakan juga harus sesuai dengan siswa kelas rendah tersebut agar memperoleh tujuan pembelajaran yang jelas. Bagi siswa SD, penggunaan model pembelajaran sangat diperlukan. karena untuk mendekatkan siswa pada materi yang akan diajarkan, sehingga pembelajaran
matematika tidak dapat mempengaruhi proses
pembelajaran ketingkat berikutnya. Jika pada awal mereka mempelajarinya dengan mudah maka pada berikutnya mereka akan merasa tertarik untuk belajar kembali. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kemampuan siswa perlu memperhatikan model pembelajaran. Penyebab meningkatkan kemampuan siswa dalam matematika terutama pada operasi hitung campuran bilangan dua angka rendah dapat dilihat pada komponen penting dalam proses pembelajaran yaitu kemampuan guru, kemampuan siswa, lingkungan tempat belajar, dan model pembelajaran. Komponen yang menonjol yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka adalah penggunaan model pembelajaran yang belum sesuai. Melalui penggunaan model pembelajaran pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran
3
bilangan dua angka yang merupakan materi sulit di ajarkan di kelas II sehingga membutuhkan proses penanganan yang serius. Sesuai dengan pengalaman penelti bahwa kenyataan yang ditemukan dilapangan bahwa di kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo pada materi operasi hitung campuran bilangan dua angka diperoleh dari jumlah siswa 16 orang terdapat 11 siswa atau 68,75% yang tidak mampu menyelesaikan materi tersebut. Hal itu terjadi karena siswa tidak mampu menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka. sehingga penelti mengmbil inisiatif untuk menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) atau kepala bernomor. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) proses pembelajaran lebih menyenangkan dan kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi siswa juga terlibat langsung, sehingga peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, dalam arti guru memfasilitasi siswa yang kurang mampu dalam proses pembelajaran dan melalui model pembelajaran kooperatif
tipe
Numbred
Head
Together
(NHT)
siswa
akan
mampu
menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka serta lebih mudah mengerti apa yang akan di ajarkan oleh guru. Berdasarkan uraian singkat di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang diformulasikan dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Campuran Bilangan Dua Angka Melalui Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo”. Kajian Teori Berdasarkan konsep dari Gardner (1993:1) Memahami kemampuan anak melalui intelegensi merupakan kemampuan dan merasa pas dengan apa yang diminati sehingga menjadi sangat menguasainya dan menjadikannya ahli dalam bidang tersebut. Sehingga intelegensi diartikan sebagai kemampuan memecahkan masalah, atau membentuk suatu produk, yang dihargai dalam satu atau sebagai suasana budaya atau masyarakat.
4
Menurut
Zain
(dalam
Tahir,2012:7)
bahwa
kemampuan
adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok yaitu : 1) Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah. 2) Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Menurut Heruman (2007:30) Operasi Hitung Campuran adalah Operasi atau pengerjaan hitungan yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi. penyelesaian pengerjaan operasi hitung campuran merujuk pada perjanjian tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti manapun yang ditulis terlebih dahulu, operasi itu yang dikerjakan terlebih dahulu. Begitu pula halnya dengan perkalian dan pembagian setingkat, yang berarti manapun yang ditulis terlebih dahulu, operasi itu yang dikerjakan terlebih dahulu, kecuali terdapat tanda dalam kurung. Tingkatan perkalian dan pembagian lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan dan pengurangan. Artinya, perkalian dan pembagian harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum penjumlahan dan pengurangan. Selain telah disyaratkan dalam
perjanjian,
juga perkalian
merupakan penjumlahan berulang dan pembagian merupakan pengurangan berulang. Menurut Suripto (2007:134) Aturan pengerjaan operasi hitung campuran meliputi : a. Operasi dalam tanda kurung dikerjakan terlebih dahulu Contoh : 1. 8 – ( 2+3 ) = .... Cara pengerjaannya
8–(2+3) =8–5 =5
2. 2 x ( 15 – 3 ) = .... Cara pengerjaanya
2 x ( 15 – 3 ) = 2 x 12 = 24
5
b. Operasi perkalian dan pembagian setingkat, maka pengerjaan dilakukan urut dari kiri. Contoh : 1. 4 x 3 : 2 = .... Cara pengerjaannya
4 x 3 : 2 = 12 : 2 =6
2. 24 : 3 x 2 = .... Cara pengerjaannya
24 : 3 x 2 = 8 x 2 = 16
c. Operasi penjumlahan dan pengurangan setingkat maka pengerjaan dilakukan urut dari kiri. Contoh : 1. 4 + 4 – 3 = .... Cara pengerjaannya
4+4–3 =8–3 =5
2. 15 – 10 + 3 = .... Cara pengerjaannya
15 – 10 + 3 = 5 + 3 =8
d. Operasi perkalian dan pembagian lebih tinggi tingkatannnya dari operasi penjumlahan dan pengurangan. Contoh : 1. 20 + 5 x 4 = ..... Cara pengerjaannya
20 + 5 x 4 = 20 + 20 = 40
2. 35 – 25 : 5 = .... Cara pengerjaannya
35 – 25 : 5 = 35 – 5 = 30
3. 42 + 35 : 7 = .... Cara pengerjaannya
42 + 35 : 7 = 42 + 5 = 47
4. 12 – 2 x 5 = ....
6
Cara pengerjaannya
12 – 2 x 5 = 12 – 10 =2
Apabila dalam soal ada operasi perkalian atau pembagian dan operasi penjumlahan atau pengurangan, yang dikerjakan lebih dahulu adalah operasi perkalian atau pemabagian. Pembelajaran kooperatif tipe merupakan
suatu
model
Numbered
pembelajaran
Heads Together
kooperatif dengan
(NHT)
menggunakan
pendekatan struktural yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasahaan akademik. Menurut Lie (2003:59) tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim (dalam Herdian, 2009:7) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:1).Hasil belajar akademik struktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akdemik, 2).Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. Tipe pembelajaran ini memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas akademik dan saling menghargai satu sama lain, 3).Pengembangan keterampilan sosial Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa keterampilan yang dimaksud antara lain mau menjelaskan berbagai tugas aktif tanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat bekerja dalam kelompok dan sebagainya. jadi, manurut Murniasih (2010:45) pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor siswa.
7
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek peneltian adalah siswa kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 16 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 12 orang perempuan dengan usia rata-rata 9-10 tahun dengan memilki latar belakang kemampuan yang berbeda-beda. Peneliti menetapkan indikator yang menjadi acuan pada proses pembelajaran yakni mampu menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka. Hasil Penelitian dan Pemabahasan Berdasarkan penelitian melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head
Together
(NHT)
untuk
meningkatkan
kemampuan
menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angaka pada siswa kelas II sSDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo menunjukkan adanya peningkatan kinerja dari siklus pertama ke siklus yang ke dua. Diakhir siklus indikator keberhasilan telah dapat dicapai. Rincian hasil penelitian setiap siklus dipaparkan sebahgai berikut: Siklus 1 Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya. Dari pelaksanaan siklus 1 diperoleh data yaitu data hasil observasi aktivitas guru dan siswa, data hasil belajar siswa serta dokumentasi kegiatan pembelajaran. Sesuai hasil penilaian pada evaluasi akhir dalam aspek kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka pada siswa kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo, maka diperoleh data nilai hasil tes evaluasi pada siklus I yang diuraikan pada tabel sebagai berikut:
8
Tabel 4 : Data Nilai Hasil Tes Evaluasi Pada Siklus I No
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase
1
100
2 orang
12,5
2
87,5
7 orang
43,75
3
50
4 orang
25
4
37,5
3 orang
18,75
Jumlah Siswa
Capaian Indikator SM
M
KM
TM
100%
Dari data nilai hasil tes evaluasi pada siklus I pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa: 1) Dari 16 siswa yang memperoleh nilai 100 dengan kriteria sangat mampu 2 orang atau 12,5%, yang memperoleh nilai 87,5 dengan kriteria mampu 7 orang atau 43,75%, yang memperoleh nilai 50 dengan kriteria kurang mampu 4 orang atau 25%, dan yang meperoleh nilai 37,5 dengan kriteria tidak mampu 3 orang atau 18,75%. 2) Dari 16 siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas berjumlah 9 orang atau 56,25% dan yang mendapat nilai 65 ke bawah 7 orang atau 43,75% 3) Berdasarkan nilai yang dicapai keseluruhan siswa dapat diketahui kemampuan siswa yang diperoleh mencapai 56,25%. Dari 16 siswa yang mengikuti pembelajaran operasi hitung campuran bilangan dua angka dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 100 dan yang terendah adalah 37,5 dengan rata-rata hasil evaluasi siklus I adalah 70,31 %. Siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dalam hal ini kelemahan pada siklus I akan disempurnakan pada siklus II. Adapun prosedur pelaksanaannya sama seperti pada siklus I. Sesuai hasil penilaian pada evaluasi akhir dalam aspek kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka pada siswa kelas II
9
SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo, maka diperoleh data nilai hasil tes evaluasi pada siklus II yang diuraikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 7: Data Hasil Penilaian Tes Evaluasi Pada Siklus II No
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase
1
100
5 orang
31,25
2
87,5
8 orang
50
3
50
2 orang
12,5
4
37,5
1 orang
6,2
Jumlah Siswa
Capaian Indikator SM
M
KM
TM
100 %
Dari data hasil penilaian tes evaluasi pada siklus II di atas dapat dijelaskan bahwa: 1) Dari 16 siswa yang memperoleh nilai 100 dengan kriteria sangat mampu 5 orang atau 31,25%, yang memperoleh nilai 87,5 dengan kriteria mampu 8 orang atau 50%, yang memperoleh nilai 50 dengan kriteria kurang mampu 2 orang atau 12,5% dan yang meperoleh nilai 37,5 dengan kriteria tidak mampu 1 orang atau 6,2%. 2) Dari 16 siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas berjumlah 13 orang atau 81,25% dan yang mendapat nilai 65 ke bawah 3 orang atau 18,75%. 3) Berdasarkan nilai yang dicapai keseluruhan siswa dapat diketahui kemampuan siswa yang diperoleh mencapai 81,25%. Dari 16 siswa yang mengikuti pembelajaran operasi hitung campuran bilangan dua angka dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 100 dan yang terendah adalah 37,5 dengan rata-rata hasil evaluasi siklus II adalah 83,59%. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa malalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan dua angka pada siswa kelas II SDN 5 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo meningkat.
10
Daftar Pustaka Antu, Juprin. 2012. Meningkatkan keterampilan membandingkan pecahan biasa melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together Pada siswa kelas III SD Al-Huda Kota Selatan Kota Gorontalo. Skripsi. Gorontalo: Program Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo. Asma Nur, 2006, Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Buchori,Astuti dan Erna Juliatun 2010. Gemar Bermain Matematika. Semarang: PT Bengawan ilmu. Bumulo, Risnawati. 2012. Meningkatkan keterampilan mengalikan dua bilangan satu angka melalui alat peraga sedotan pada siswa kelas 2 SDN no.28 Kota selatan kota Gorontalo Skripsi. Gorontalo: Program Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo.. Bunga, 2010. Perkalian Matematika Secara Cepat dan Tepat. Semarang: PT Bengawan Ilmu. Fitriyah, 2010. Cara Asyik Belajar Matematika. Semarang: CV Ghyyas Putra Semarang. Harti, 2009. Pintar Matematika. Semarang: Aneka Ilmu. Heruman, 2007. Model Pembelaaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. http://www.adf.ly-Fgk0s.com/2013/03/pengrtian-kemampuan-meyelesaikan.html. di akses di internet tanggal 24 maret tahun 2013 http://abdurrazzaaq.com/554/model-pembelajaran-nht.html. di akses di internet tanggal 24 maret tahun 2013 http://wawan-junaidi.blogspot.com/2013/03/pembelajaran-kooperatif.html.diakses di internet tanggal 24 maret tahun 2013 http://blog.unsri.ac.id/userfile/4%2520fl/2013/07/Rentangan.nilai.matematika.pdf. html. di akses di internet tanggal 04 Juli 2013 Murniasih, E, 2010. 101 Tips Belajar Efektif Dan Menyenangkan. Semarang: PT Sindur Press.
11
Pitajeng, 2006, Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Siswanto, 2008. Siapa Bilang Matematika Sulit. Semarang: CV Chyyas Putra Semarang. Suripto, 2007. Terampil Berhitung Matematika. Jakarta: Erlangga. Tarigan Daitin, 2006, Pembelajaran Matematika Realistik, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pendidikan. Yulaelawati, 2007. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar raya.
12