PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE DISKUSI DAN CERAMAH TERHDAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK GRAFIKA YAYASAN LEKTUR LEBAK BULUS
Skrpisi Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh HENDRI PRADIYANTO NIM: 107013000864
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE DISKUSI DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK GRAFIKA YAYASAN LEKTUR LEBAK BULUS
Nama : Hendri Pradiyanto NIM : 107013000864 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Skripsi ini bertujuan mengetahui apakah terdapat tingkat perbedaaan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasieksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus. Teknik penentuan sampel mengikuti pola cluster random sampling dengan jumlah 57 siswa yang terbagi dalam kelompok eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi) dan kelompok kontrol (yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi). Instrument penelitian berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sudah diuji validitas, homogenitas, daya beda soal, dan indeks kesukarnnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung 0,54 dan ttabel 1,67 pada taraf signifikansi 5% yang berarti thitung < ttabel (0,54 < 1,67). Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 84, 66, median 85, 925, modus 87, dan standar deviasi 7,85. Sedangkan pada kelas control rata-rata 81,259, median sebesar 81, 0625, modus 80, 75, dan standar deviasi 6, 892. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaaan hasil belajar yang signifkan antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah.
Kata kunci : Metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang meniti jalan perjuangannya hingga akhir. Penulis menyadari sepenuhnya banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi baik dari faktor materi, pengumpulan bahan-bahan, motivasi dalam diri penulis, serta hambatan-hambatan lainnya. Namun berkat izin dan pertolongan Allah, kesungguhan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’I, M.A, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra Mahmudah Fitriyah, M.Pd. dan Hindun, M.Pd. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan, serta seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi ini. 4. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Drs. Turyono, M.Pd. selaku kepala SMK Grafika Yayasan Lektur serta segenap guru dan karyawan sekolah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
ii
6. Paling istimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang kasih sayangnya terus mengalir penuh keihlasan dalam membesarkan, mendidik, serta tak bosan-bosannya memberikan
dukungan moril,
materil, semangat dan doa untuk penulis. 7. Kakaku tercinta Masruri, Nursoleh, Rokhiman, Siti Nur Elis, dan Nunung sulastri, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk terus berusaha dan berdoa. Adik dan ponakanku tercinta. Marzuki Rahmat dan Bima Bagusan Jaya, Fatih Faiz Binasrillah, Rafi Nizar Adicandra, Refka Azmi Imtihana, serta Haidar Aji Pratama. Karena merekalah penulis terpacu untuk terus semangat dan berusaha menyelesaikan skripsi ini. 8. Imam Syafi’i, M.Eng., Masroni, M.Ag.,Anang Rachmad, S.Pd., dan Zamroni, S.Pd.I. (Guru MAN Babakan Lebaksiu Tegal) yang dengan sabar dan ikhlas
membuka hatinya untuk penulis mengadu semua
permasalahan (share) dalam hidup penulis. 9. Sahabat-sahabat Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat. M.Z. Dhofier, S. Pd. Fatkhul Muin, Kamal Fuadi, S.Pd. Zaenal Muttaqin, M. Aqib Malik, M S. Rizqi, Abdul Latif, Ikbal Kaukabuddin, Atfiyanah, Tatu Mulyanah, Aenul Yaqin, dan seluruh sahabat-sahabat IMT Ciputat yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Karena kalianlah penulis merasa berada dalam satu keluarga selama di Ciputat. 10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan canda dan tawa dalam setiap langkah penulis selama di kampus. Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan yang setimpal disisiNya, jazakumullah akhsanal jaza. Jakarta, November 2011 Penulis, Hendri Pradiyanto
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
7
D. perumusan Masalah .....................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
8
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
8
G. Sistematika Penulisan .................................................................
9
BAB II KAJIAN TEORI A. METODE DISKUSI ...................................................................
10
1. Pengertian Metode Diskusi ...................................................
10
2. Jenis-jenis Metode diskusi ....................................................
11
a. Whole Group ...................................................................
12
b. Diskusi Kelompok...........................................................
12
c. Buzz Group .....................................................................
12
d. Panel ................................................................................
13
e. Syndicate Group ..............................................................
13
f. Simposium ......................................................................
14
g. Informal Debate ..............................................................
14
h. Fish Bowl ........................................................................
14
i. The open Discussion Group ............................................
15
j. Brainstorming..................................................................
15
3. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi ..........................
17
iv
a. Kebaikan .........................................................................
17
b. Kelemahan.......................................................................
17
B. METODE CERAMAH ...............................................................
35
1. Pengertian Metode Ceramah .................................................
18
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah ........................
20
a. Kelebihan ........................................................................
20
b. Kelemahan.......................................................................
21
C. HASIL BELAJAR ......................................................................
23
1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................
23
2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar..............................................
25
a. Segi Kognitif ...................................................................
26
b. Segi Afektif .....................................................................
28
c. Segi Psikomotorik ...........................................................
29
3. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ..........
31
a. Faktor Internal Siswa ......................................................
33
b. Faktor Eksternal Siswa ....................................................
33
c. Faktor Pendekatan Belajar ..............................................
34
D. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA .............................
35
1. Hakikat dan Ciri pembelajaran..............................................
35
2. Prinsip-prinsip Pembelajarn ..................................................
36
3. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia ......................
39
4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ...............................
43
5. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia ................................
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
46
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
46
B. Metode dan Desain Penelitian.....................................................
46
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................
47
D. Instrumen Penelitian....................................................................
47
1. Uji Validitas ............................................................................
47
2. Uji Reliabilitas ........................................................................
48
3. Pengujian Taraf Kesukaran .....................................................
49
v
4. Daya Pembeda Soal.................................................................
50
E. Teknik pengumpulan data ...........................................................
52
F. Teknik Analisa Data....................................................................
52
1. Uji Normalitas ........................................................................
52
2. Uji Homogenitas ......................................................................
54
G. Uji Hipotesis ...............................................................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................
56
A. Gambaram Umum SMK Grafika ................................................
56
1. Latar belakang sekolah ..........................................................
56
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Grafika ....................................
60
3. Struktur Organisasi ...............................................................
62
4. Kurikulum .............................................................................
62
5. Keadaan Guru, siswa, dan Karyawan ...................................
63
6. Keadaan Sarana dan Prasarana..............................................
64
7. Kegiatan Ekstrakulikuler .......................................................
65
B. Deskripsi Data .............................................................................
66
1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen..............................................
67
2. Hasil Belajar Kelas kontrol .....................................................
71
C. Teknik Analisis Data ...................................................................
76
1.Uji Normalitas .............................................................................
76
2.Uji Homogenitas .........................................................................
77
D. Analisis Data Uji Hipotesis .........................................................
78
E. Hopotesis Penelitian ....................................................................
79
F. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................
81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
83
A. Simpulan .....................................................................................
83
B. Saran ............................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar pada intinya adalah proses memeroleh berbagai pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotrik), dan sikap (afektif). Proses belajar ini dapat terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal, sekolah mempunyai peranan penting dalam mendewasakan peserta didik agar menjadi masyarakat yang berguna. Untuk tujuan tersebut, sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dan kurikulum sebagai wadah dan bahan mentahnya. Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting, tetapi tidak bisa dipisahkan peranan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam hal penerimaan materi pelajaran. Agar pembelajaran lebih efektif guru dituntut untuk menguasai manajemen kelas atau sering juga disebut pengelolaan kelas. Di dalam kelas guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi saja, tetapi juga harus mampu mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan. Oleh karena itu, beban yang diemban sekolah, dalam hal ini guru sangat berat. Karena guru yang berada pada baris depan dalam membentuk pribadi siswa. Guru juga yang menentukan berhasil atau tidaknya siswa dilihat dari hasil belajar. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah
1
2
Menengah Pertama (SMP/MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) bahkan sampai Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia itu memang penting kedudukannya. Diajarkannya Bahasa Indonesia dalam semua jenjang pendidikan ternyata tidak membuat prestasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan data dari Kemendiknas, sebagian besar kasus ketidaklulusan siswa dalam Ujian Nasional (UN) SMA, SMK, dan MA tahun 2010 disebabkan rendahnya nilai pelajaran Bahasa Indonesia. Kemendiknas menemukan, rata-rata mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi masalah bagi siswa SMA, SMK, dan MA di semua jurusan. “Banyak siswa yang tidak lulus UN dan harus mengulang karena salah satu mata pelajaran tidak memenuhi syarat, terutama bahasa Indonesia,” kata Nuh (26/4). Rendahnya nilai (angka) bahasa Indonesia sesungguhnya bukan hanya terjadi pada UN tahun 2010. UN tahun 2009 yang lalu, nilai bahasa Indonesia juga rendah. Suyatno, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) menegaskan hal itu dalam orasi ilmiahnya saat dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa, Kamis (20/8/09). Dalam orasinya yang berjudul “Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Guru Profesional”, Suyatno menampilkan data yang ironis itu. Data laporan hasil Ujian Nasional SMP Negeri dan Swasta tahun 2008/2009 secara nasional menunjukkan, dari 3.441.815 peserta UN, peserta yang rentang nilainya 7,00 sampai 7,99 hanya 32,86 persen atau 1.131.121 orang. Adapun yang mendapat nilai 10 hanya 834 orang(0,02 persen).
3
Untuk tingkat SMA/MA, hasil UN tahun 2008/2009 menunjukkan, dari 621.840 peserta jurusan IPA, tidak ada satu pun yang mendapat nilai 10. Peserta yang rentang nilainya 7,00 hingga 7,99 ada 252.460 orang (40,6 persen). Di jurusan IPS, dari 854.206 peserta UN, tidak seorang pun yang mendapat nilai 10. Siswa yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 justru lebih kecil lagi, yaitu hanya 240.815 peserta atau sekitar 28,2 persen. Di jurusan bahasa (yang mestinya nilai bahasa Indonesia harus lebih baik), dari 43.688 peserta UN, peserta yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 hanya 13.445orang atau sekitar 30,7 persen. Yang agak menyenangkan, di jurusan bahasa ini, ada 6 orang siswa (atau sekitar 0,01 persen) yang mendapat nilai sempurna (nilai 10). 1 Seolah mengulang hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah (UN SMA atau MA), UN Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS) Tahun ajaran 2010-2011 kembali menjadi masalah
siswa,
terutama
pelajaran
bahasa
dan
sastra
Indonesia.
Data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memperlihatkan nilai akhir mata pelajaran (mapel) itu memiliki nilai minumum 0,8. Hasil ini sebanding dengan mapel Matematika. Sementara untuk nilai bahasa Inggris dan ilmu pengetahun alam (IPA) masing-masing bernilai minimum 0,9 dan 1,0. "Memang Bahasa Indonesia termasuk yang rendah. Ini akan menjadi 1
Y. Priyono. Menyoal hasil UN Bahasa Indonesia. http://www.borneotribune.com/citizenjurnalism/menyoal-hasil-un-bahasa-indonesia.html. Kamis, 12 Mei 2011. pukul 20.30.
4
pokok bahasan berikutnya," ujar Menteri pendidikan nasional (mendiknas) Mohammad
Nuh
kepada
para
wartawan,
di
Jakarta,
Rabu
(1/6).
Sebelumnya, untuk tingkat SMA atau MA, ada kurang lebih 1.786 siswa ketidaklulusan Ujian Nasional (UN) 2011, akibat mata pelajaran (mapel) bahasa dan sastra Indonesia kurang dari 4. Jumlah itu merupakan jumlah yang terbanyak
kedua
setelah
mata
pelajaran
(mapel)
Matematika2.
Dari data di atas menunjukkan rendahnya kemampuan bahasa Indonesia siswa. Rendahnya nilai kemampuan bahasa Indonesia siswa setidaknya disebabkan karena dua faktor. Pertama, faktor siswa, yang cenderung lebih menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia karena kebanyakan siswa menganggap bahwa bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mudah berbeda dengan Matematika, Fisika, Kimia, dan pelajaran lainnya. Kedua faktor guru, sistem pengelolaan kelas termasuk di dalamnya
strategi
pembelajaran yang kurang tepat menjadi salah satu faktor rendahnya nilai bahasa Indonesia. Strategi merupakan suatu rencana tentang cara-cara penggunaan dan pemanfaatan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan aktivitas dan efesiensi dalam pembelajaran. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar di Indonesia selama ini masih bercorak tradisonal, pengajaran yang dimaksud
2
Arif Hulwan, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok. http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UN-Bahasa-Indonesia-KembaliJadi-Momok. Kamis, 28 Juli 2011.
5
adalah bentuk pengajaran klasikal yang umumnya masih berpusat pada guru yakni dengan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah merupakan bentuk penyajian informasi secara lisan, baik yang formal dan berlangsung selama 45 menit, maupun yang informal hanya berlangsung selama lima menit. Walaupun terdapat kelemahankelemahan yang mencolok dalam metode ceramah seperti tidak memberi siswa kesempatan untuk mempraktikkan perilaku yang relevan (selain mencatat), ceramah masih dapat bermanfaat bagi siswa berapapun usianya. Ceramah memungkinkan si guru untuk menyampaikan topik dengan perasaan; dapat lewat cara penyampaiannya, dapat dengan intonasi tertentu, dengan tekanan suaranya, ataupun dengan gerak-gerik tangannya. Topik yang sederhana dapat dibuat menarik, atau sebaliknya, yang menarik dapat membosankan. Berbeda dengan metode ceramah, metode diskusi tidak lagi diarahkan oleh guru, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Melalui metode diskusi pula dapat mengubah pola perilaku afektif siswa secara konkret. Dalam hal sikap atau nilai, perubahan sukar sekali dilakukan jika siswa tidak diberi kesempatan untuk menyatakan perasaannya. terlepas dari kelebihannya, metode diskusi membutuhkan banyak waktu, dalam membahas suatu topik atau pokok permasalahan. 3 Dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan metode ceramah dan metode diskusi di atas, penulis tertarik untuk mengetahui manakah di antara 3
W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar secara Sistematis, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. VI. h. 96.
6
kedua metode tersebut yang lebih efektif untuk dipergunakan dalam pengajaran Bahasa Indonesia terhadap siswa menengah kejuruan. Dalam presentasi menyampaikan makalah, penulis bersama teman-teman pada saat perkuliahan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia disimpulkan bahwa metode diskusi lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya siswa Sekolah Menengah Atas baik SMA/MA/SMK, pertimbangannya adalah karena siswa SMA/MA/SMK telah dapat berfikir dewasa dan kritis dalam menyikapi berbagai masalalah. Akan tetapi bagi penulis jawaban tersebut kurang memuaskan, karena belum ada pembuktian sendiri, sehingga penulis berminat untuk mencari jawabannya secara langsung dengan melakukan penelitian pada salah satu Sekolah Menengah Kejuruan
yang ada di Jakarta. Akhirnya penulis
memutuskan memilih SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus Jakarta Selatan sebagai objek penelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis merumuskan dalam sebuah judul skripsi yaitu: “Perbandingan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode diskusi dan ceramah terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus ” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat teridentifikasi sebagai berikut: 1. Proses Pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI yang menggunakan metode diskusi dan ceramah
7
2. Hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa yang menggunakan metode diskusi dan ceramah 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa 4. Perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dan ceramah 5. Tingkat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dan ceramah C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian ini lebi terarah dan operasional, penulis membatasi masalah kepada: 1. Perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dengan metode ceramah pada kelas XI SMK Grafika Yayasan Lektur. 2. Seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah D. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah? 2. Seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan metode dan ceramah?
8
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain: 1. mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah 2. mengetahui seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah F.
Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sumbangan gagasan dan tawaran solusi terhadap pelaksanaan metode pembelajaran di sekolah. 2. Manfaat praktis kepada berbagai pihak antara lain a. Guru, sebagai bahan rujukan dan pedoman dalam pelaksanaan metode diskusi b. Siswa, mengambangkan cara berfikir ilmiah dan sifat demokratis dalam belajar c. Penulis, pengalaman langsung dalam menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
9
G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-bab yaitu: Bab I. Pendahuluan, terdiri dari: Latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II. Landasan Teori, terdiri atas: Diskusi (pengertian,
jenis, serta
kebaikan dan kelemahan), Ceramah (Pengertian serta kebaikan dan kelemahan), Hasil belajar (pengertian, sasaran evaluasi hasil belajar, dan faktor yang mempengaruhi belajar), dan pembelajaran Bahasa Indonesia Bab III. Metodelogi penelitian, terdiri atas: tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan pengajuan hipotesis. Bab IV. Hasil dan pembahasan, terdiri dari atas: latar belakang sekolah, deskripsi data, teknik analisis data (uji normalitas dan uji homogenitas), analisis data uji hipotesis, hipotesis penelitian, dan pembahasan hasil penelitianan. Bab V. Simpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. METODE DISKUSI 1.
Pengertian Metode Diskusi Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan
oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga terjadi semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.4 Menurut E. Mulyasa dalam bukunya menjadi guru yang professional berpendapat bahwa diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan.5 berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah salah satu bentuk komunikasi dua arah, di mana terjadi proses tukar pikiran atau ide, baik antara siswa dan siswa ataupun siswa dan guru untuk memecahakan suatu masalah.
4
. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), Cet. Ketujuh, h. 5 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional ; Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan, (Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 116.
5
10
11
Metode diskusi merupakan metode yang biasanya dipergunakan dalam pembelajaran orang dewasa, karena mereka dapat berpartisipasi aktif untuk menyumbangkan pemikiran, gagasan dalam kegiatan diskusi. Kalau dalam metode ceramah hanya terjadi komunikasi satu arah, maka metode diskusi terjadi banyak arah. Dengan demikian, metode diskusi adalah mengemukakan pendapat dan gagasan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat. Bisanya siswa dihadapkan pada suatu atau sejumlah persoalan atau masalah yang mungkin disodorkan guru. Mahasiswa dapat pula menentukan sendiri topik yang perlu dipecahkan bersama. Tujuan diskusi pada umunnya adalah mencari pemecahan masalah, dari sinilah muncul bermacam-macam jawaban yang perlu dipilih satu atau dua jawaban yang logis dan tepat guna dari bermacammacam jawaban yang lain untuk mencapai mufakat atau persetujuan.6
2. Jenis-jenis Metode Diskusi Selama ini, dalam pembelajaran orang dewasa, dikenal banyak macam metode diskusi dan seorang guru atau fasilitator dapat memilih salah satu atau gabungan dari berbagi teknik ini sehingga mampu memberikan berbagai variasi bagi siswa dalam belajar sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Adapun macam-macam diskusi adalah sebagai berikut:
6
Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press,2006), h. 125.
12
a.
Whole group Whole group merupakan bentuk diskusi kelas di mana para pesertanya
duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya.7 b.
Diskusi kelompok Diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang
terdiri dari empat sampai enam orang peserta, dan diskusi kelompok besar yang terdiri dari tujuh sampai lima belas orang. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris. Para anggota diskusi diberi kesempatan berbicara atau mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah. Sementara itu, Kang dan Song mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama.8 c.
Buzz grup Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri tiga sampai empat orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud
7
M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40 8 Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Kedua, h. 97.
13
memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul. d.
Panel Yang dimaksud panel di sini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri
dari tiga sampai enam orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu dan duduk dalam semi melingkar yang dipimpin oleh moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan langsung dengan audien atau dapat juga secara tidak langsung. Sebagai contoh diskusi panel yang terdiri dari para ahli ini para audien tidak turut bicara, namun dalam forum tertentu para audien diperkenankan untuk memberikan tanggapannya.9 e.
Syndicate group Adalah suatu kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil dengan
anggota tidak lebih dari lima orang. Masing-masing kelompok kecil tersebut melakukan diskusi tertentu, dan tugas ini bersifat sementara. Fasilitator dalam hal ini guru memberikan penjelasan secara umum dan garis besar permasalahan, kemudian tiap-tiap kelompok kecil (syndicate) diberi tugas mempelajari suatu parkrik tertentu yang berbeda dengan kelompok kecil lainya. Jika memungkinkan seorang guru menyediakan referensi. Setelah kelompok bekerja sendiri-sendiri, kemudian masingmasing kelompok menyajikan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk dibahas lebih lanjut.10
9
M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Opcit, h. 41. Sudiyono, Triyo Supriyatno, dan Moh. Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, Opcit, h. 128. 10
14
f.
Simposium Dalam simposium biasanya terdiri dari pembawa makalah,
moderator, dan notulis, serta beberapa peserta symposium. Pembawa makalah diberi kesempatan untuk menyampaikan makalahnya di muka peserta secara singkat (antara sepuluh sampai lima belas menit). Selanjutnya diikuti oleh penyanggah dan tanggapan para audien. Bahasan diskusi kemudian disimpulkan dalam bentuk rumusan hasil simposium. g.
Informal debate Biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi dua tim yang agak
seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan. Fasilitator memberikan persoalan yang sama kepada kedua kelompok tersebut, dan memberikan tugas yang bertentangan, yaitu satu kelompok yang “pro” dan satu kelompok yang kontra. h.
Fish bowl Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan dipimpin
oleh seorang ketua untuk mencari suatu keputusan. Tempat duduk diatur setengah melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi yang seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkok.
Selama
diskusi,
kelompok
pendengar
yang
ingin
menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang telah disediakan. Apabila ketua diskusi mempersilahkannya bicara, maka
15
dia boleh bicara dan kemudian meninggalkan kursi tersebut setalah selesai bicara. i.
The open discussion group Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar
lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam mengemukakan
pendapat,
mendengarkan
dengan
baik,
dan
memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah kelompok yang baik terdiri antara tiga sampai sembilan orang peserta. Dengan diskusi ini dapat membantu para siswa belajar mengemukakan pendapat secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa yang dikemukakan oleh orang lain dan dapat menilai kembali pendapatnya. j.
Brainstorming Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri
delapan samapi dua belas orang peserta. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide yang ditemukan atau dianggap benar.11 Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan di atas, Engkoswara, Dalam bukunya Dasar-dasar Metodologi Pengajaran hanya membagi jenis diskusi menjadi lima, tiga di antaranya telah disebutkan sebelumnya yakni
11
M, Basyirudin Usman, Metodologi pembelajaran agama islam, Opcit, h. 42-43
16
simposium, diskusi panel, dan buzz group. Adapun yang belum dijelaskan yaitu: a.
Diskusi kelas Guru mengajukan persoalan kepada seluruh kelas, kemudian ditanggapi
oleh anak-anak. Buru berfungsi sebagai pengatur, pendorong, dan pengarah pembicaraan. Pimpinan diskusi dapat juga dilakukan oleh anak. Diskusi semacam ini tampaknya agak formal karena itu ada kalanya disebut juga sebagai diskusi formal. Pembicaraan diatur oleh ketua diskusi. Siapa saja yang mau berbicara kadang-kadang harus mencatatkan diri, baru kemudian diperkenakan bicara. Segala pembicaraan dicatat oleh penulis dan pada akhir diskusi diajukan beberapa kesimpulan untuk ditanggapi anggotanya. b.
Diskusi Kuliah Seorang pembicara, guru atau seorang anak berbicara di muka kelas
mengemukakan persoalannya sekitar 20 atau 30 menit. Setelah itu diadakan pertanyaan-pertanyaan.
Diskusi
terbatas
pada
satu
persoalan
yang
dikemukakan pembicara, sehingga melalui diskusi semacam itu persoalan diharapkan dibicarakan dan dipelajari secara mendalam. Pembagian jenis-jenis diskusi itu pada dasarnya sama, yang membedakan dari kedua penjelasan itu adalah teknik penyajian materi dan jumlah pembagaian siswa dalam setiap kelompok diskusi.12
12
Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara. 1988), Cet. Kedua. h. 52
17
3. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi Diskusi sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mecapai tujuan
pendidikan
tentunya
tidak
terlepas
dari
kelemhahan
dan
kelebihannnya. a. Kebaikan 1) Suasana kelas hidup dan dinamis 2) Mempertinggi partisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya baik secara individu atau kelompok 3) Merangsang siswa untuk mencari jalan pemecahan masalah yang dihadapi bersama, dengan jalan bermusayawarah dan urun rembuk bersama-sama. 4) Melatih sikap kretaif dan dinamis dalam berpikir 5) Menumbuhkan sikap toleransi dalam berpendapat maupun bersikap 6) Hasil diskusi dapat disimpulkan dan mudah dipahami 7) Memperluas cakrawala dan wawasan berpikir peserta diskusi b. Kelemahan 1)
Kemungkinan siswa yang tidak ikut aktif dijadikan kesempatan untuk bermain-main, dan menggangu temannya yang lain
2)
Apabila suasana kelas tidak dapat dikuasai, kemungkinan penggunaam waktu tidak efektif, dan dapat berakibat tujuan pengajaran tidak tercapai
18
3)
Sulit memprediksi arah penyelesaian diskusi. Hal ini terjadi jika proses jalannya diskusi hanya merupakan ajang perbedaan pendapat yang tidak ada ujung penyelesainnya.
4)
Siswa mengalami kesulitan untuk mengeluarkan pendapat secara sistematis. Terutama bagi siswa yang memeiliki sifat pemalu dan rasa takut mengeluarkan pendapat
5)
Kesulitan mencari tema diskusi yang aktual, hangat, dan menarik untuk didiskusikan. 13
B. METODE CERAMAH 1.
Pengertian Metode Ceramah Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memiliki arti dosen atau
metode dosen, metode ini lebih banyak dipergunakan di kalangan dosen, karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Metode ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta. 14 Yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai.
13
15
Adapun menurut Slameto ceramah ialah pidato yang
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 45. 14 Martinis Yamin, Strategi Pembelajarn Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2005) , Cet. Ketiga, h. 65. 15 Ibid. h. 41.
19
disampaikan oleh seorang guru di depan sekelompok siswa atau kelas.
16
Pengertian senada disampaikan oleh H. Sudiyono dkk., bahwa metode ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang suatu materi pembelajaran tertentu.17 Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa diskusi adalah metode penyampaian informasi atau pengetahuan (bahan pelajaran) yang dilakukan oleh guru secara lisan di hadapan murid atau peserta didik. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan anatara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar . meski metode ini banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisonal, seperti dipedesaan yang kekurangan fasilitas. Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.18
16
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 100. 17 Sudiyono, dkk., Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi , Opcit, h. 120. 18 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 97.
20
Teknik ceramah memang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, terutama kepada mereka yang termotivasi. Artinya, seseorang yang termotivasi untuk mendapatkan informasi tertentu. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia, teknik ceramah ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan mendengar (menyimak). Siswa dilatih untuk membuat intisari dari ceramah yang didengarnya, kemudian mencertikan kembali dengan bahasanya ssendiri. Teknik ceramah dapat juga dirangkaikan dengan teknik yang lain, misalnya teknik tanya jawab, jika memang telah direncanakan setelah ceramah selesai siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah yang baru didengarnya.19
2. Kelebihan dan Kelamahan Metode Ceramah Sebagaimana metode-metode pengajaran yang lain, metode ceramah pun tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan. a. Kelebihan 1) Dalam waktu yang singkat guru dapat menyampaikan bahan sebanyakbanyaknya. 2) Organisasi
kelas
lebih
sederhana
tidak
perlu
mengadakan
pengelompokan murid seperti pada metode yang lain. 3) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid cukup banyak. 19
Solchan, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 3.17
21
4) Guru sebagai penceramah berhasil baik, maka dapat menimbulkan semangat, dan kreasi yang konstruktif. 5) Fleksibel, dalam arti bahwa jika waktu sedikit bahan dapat dipersingkat, diambil yang penting-penting saja, jika waktu banyak dapat disampaikan sebanyak-banyaknya dan mendalam. b. Kelamahan 1) Guru sulit mengetahui pemahaman anak didik terhadap bahan-bahan yang diberikan 2) Kadang-kadang guru cenderung ingin menyampaikan bahan yang sebanyak-banyaknya hingga menjadi bersifat pemompaan. 3) Anak didik cenderung menjadi lebih pasif dan ada kemungkinan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, berhubung guru dalam menyampaikan bahan pelajaran dengan lisan 4) Jika guru tidak memperhatikan segi psikologis dari anak didik, ceramah dapat bersifat melantur dan membosankan. Sebaliknya kalau guru berlebih-lebihan berusaha untuk menimbulkan inti dan isi ceramah menjadi kabur.20 Mengingat adanya berbagai kelemahan yang ada dalam metode ceramah, maka perencanaan yang matang sangat diperlukan. Untuk itu hal-hal yang dapat membantu daya ingat peserta didik dalam belajar perlu mendapat perhatian yang cukup dari seorang guru. Dalam hal ini, Bligh memberikan beberapa saran yang cukup baik untuk di simak dan dipertimbangkan yang 20
Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005) Cet. II. h. 56.
22
berupa faktor-faktor yang dapat membantu daya ingat peserta didik dalam belajar, yaitu: 1. Membuat pembelajaran bermakna Pembelajaran yang bermakna mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi peserta didik dalam belajar. Kata bermakna di sini dapat berarti sejauh mana informasi yang disampaikan oleh guru atau dosen sesuai dengan informasi yang dimiliki peserta didik, atau sejauh mana informasi tersebut memenuhi harapan mereka. 2. Keseluruhan atau parsial Pembicaraan tentang keseluruhan atau parsial ini terus menjadi bahan diskusi bagi para pendidik dan ahli psikologi. Yang dimaksud dengan keseluruhan semua topik materi dalam satu
waktu tertentu diberikan
dalam satu waktu. Sementara parsial adalah materi diberikan sepotongpotong. Jadi sejumlah materi yang akan diberikan dalam jangka waktu tertentu, seperti jam pelajaran, diberikan sedikit demi sedikit dan disellingi dengan waktu jeda. 3. Pengaturan materi dengan baik Materi atau pelajaran yang disampaikan dengan urutan yang logis, akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik dibandingkan dengan materi yang tidak teratur. Beberapa bentuk penyusunan materi dengan metode ceramah anatara lain adalah bentuk hirarki dan mata rantai.
23
4. Reharsing the material (mengingat-ingat materi) Para ahli psikologi percaya bahwa mengingat kembali materi yang baru saja diberikan oleh pengajar adalah faktor penting dalam membantu daya ingat peserta didik. Cara seperti ini dalam dilakukan dengan menyatakan kembali dalam hati atau mengulang materi dengan teman-teman. 5. Pengulangan oleh guru atau dosen Mengulang-ulang penjelasan terhadap suatu materi dapat membantu peserta didik dalam mengingat pelajaran. Pengulangan ini dilakukan dengan porsi yang tidak berlebihan dengan maksud memberi penekanan terhadap materi yang dianggap materi.21
C. HASIL BELAJAR 1.
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar” . pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkannya berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw material) menjadi barang jadi (finished good). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus inputproses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat 21
Zaini Hisyam, bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008) , h. 94-96.
24
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegaiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar, peserta didik berubah perilakunya disbanding sebelumnya. Hubungan itu digambarkan oleh Grounlound sebagai berikut: Belajar adalah proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan ini diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman. Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan tersebut disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang laindan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individual yang khas, seperti minat, intelegensi, perhatian, bakat, dan sebagainya. Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat peserta didik belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran (goal directed). Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).22
22
Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, (Tanggerang: Bintang Harapan Sejahtera. 2009), h. 49.
25
2.
Sasaran Evaluasi Hasil Belajar Dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat, bahwa
pada kurun waktu tahun empat puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M. D. Englehart, E. Furst, W. H. Hill, Daniel R. Kratwohl dan didukung pula oleh Ralph A. Tylor, mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut taxonomy. Ide untuk membuat taksonomi itu muncul setelah lebih kurang lima tahun mereka berkumpul dan mendiskusikan pengelompokan tujuan pendidikan, yang pada akhirnya melahirkan sebuah karya Bloom dan kawan-kawannya itu, dengan judul Taxonomy of educational objectives. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik yaitu; ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain).23 Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenal secara terperinci. Pengenalan terhadap ranah tersebut akan sangat membantu pada saat memilih dan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar. Adapun ranahranah tersebut sebagai berikut:
23
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2009), h. 49.
26
a. Segi Kognitif Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap
pengetahuan
pengembanagan keterampilan intelektual
dan
informasi,
serta
(Jaralinek dan Foster).
Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas atau tingkat yaitu: 1) Pengetahuan (knowledge) Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih salah satu dari dua atau lebih jawaban. 2) Pemahaman (comprehension) Merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya. Dalam pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara faktafakta atau konsep. 3) Penerepan (aplikasi) Penerapan merupakan kemamapuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau situasi baru. Dalam penerapan, siswa dituntut untuk memiliki
27
kemampuan untuk menyeleksi generalisasi atau abstraksi tertentu (konsep, dalil, hukum, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. 4) Analisis Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagaian-bagian yang menjadi dasar unsur pokok. Untuk analisis, siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar. 5) Sintesis Sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. Dalam sintesis, siswa diminta untuk melakukan generalisasi. 6) Evaluasi Evaluasi merupakan kemampuan meniliai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus 24
24
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , Cet. Ketiga, h. 203-205
28
b. Segi Afektif Segi afektif dapat diuraikan menjadi lima taraf, yaitu: 1) Memperhatikan (Receiving/attending) Taraf pertama ini berkaitan dengan kepekaan pelajar terhadap rangsangan fenomena yang datang dari luar. Taraf ini dibagi lagi ke dalam tiga kategori, yaitu kesadaran akan fenomena, kesedian menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena. 2) Merespons (Responding) Pada taraf ini pelajar tidak lagi sekedar memperhatikan fenomena. Ia sudah memiliki motivasi yang yang cukup, sehingga tidak saja mau memperhatikan, tetapi juga bereaksi terhadap rangsangan. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3) Menghayati nilai (Valuing) Pada taraf ini tampak bahwa pelajar sudah menghayati dan menerima nilai. Perilakunya dalam situasi tertentu sudah cukup konsisten, sehingga sudah dipandang sebagai orang yang sudah mengahayati nilai. 4) Mengorganisasikan Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu sistem organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, sehingga menjadi satu sistem nilai. Termasuk
29
dalam
proses
organisasi
ini
adalah
memantapkan
dan
memprioritaskan nilai-nilai yang telah dimilikinya. Nilai itu terdapat dalam berbagai situasi dan pelajaran, terutama sejarah dan agama. 5) Menginternalisasikan nilai Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang dimiliki pelajar
telah
mendarah
daging
serta
memengaruhi
pola
kepribadian dan tingkah laku. Dengan demikian, ia sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai. c.
Segi Psikomotorik
Segi psikomotorik dapat diuraikan ke dalam taraf-taraf di bawah ini: 1) Persepsi Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik ialah menyadri objek, sifat, atau hubungan melalui alat indra. Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan rangsangan. Taraf ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang menimbulkan kegiatan motorik. 2) Kesiapan (set) Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan tindakan atau untuk beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan emosional. Karena pada taraf ini terlihat tindakan seseorang
30
bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis maupun mental. 3) Gerakan terbimbing (respon terbimbing) Taraf ini merupakan permulaan pengembangan keterampilan motorik. Yang ditekankan ialah kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu lain yang memberi contoh. 4) Gerakan terbiasa (respon mekanistis) Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Di dalamnya sudah terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenisjenis perangsang dan situasi yang dihadapi. Jadi pelajar sudah berpegang pada pola. 5) Gerakan (respon) kompleks Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motorik yang kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar, luwes, supel, gesit, atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sedikit. Taraf yang disebut terakhir ini masih bias dikembangkan dengan keterampilan menyesuaikan diri dan bervariasi. Lebih tinggi dari itu
31
muncul kreativitas untuk berinisiatif dan mencipatakan sesuatu yang baru.25 3.
Faktor yang Memengaruhi Proses dan Hasil Belajar Belajar sebagai suatu proses sudah
barang tentu harus ada yang
diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:
INSTRUMENTAL INPUT
TEACHING – LEARNING RAW INPUT
OUTPUT PROCESS
ENVIRONMENTAL INPUT
25
Munzier Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Opcit, h. 52.
32
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching-learning process). Di dalam proses bejaja-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja
dirancang
dan
dimanipulasikan
(instrumental
input)
guna
menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu. Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa, sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu , baik fisiolgis maupun psikologis. Mengenai faktor fisiologis ialah bagaimana kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah; kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan
33
bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam dan diri si pelajar.26 Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni; faktor internal (faktor dari dalam siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). a). Faktor internal siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rahaniah) Pertama, Aspek fisiologis. Aspek fisiologis meliputi Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otat) yang menandai tingkat kebugaran organorgan tubuh dan sendi-sendi, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kedua, Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang esensial itu adalah sebagai berikut; tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. b) Faktor Eksternal Siswa Seperti faktor internal siswa, fator eksternal siswa juga terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. 26
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Rosda Karya, 2010), Cet. Keduapuluh Empat, h. 106.
34
Faktor lingkungan sosial meliputi para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman sepermainan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yanag digunakan siswa. c) Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikan rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. 27 Sedangkan menurut Wasty Soemanto, banyak sekali faktor yang mempengaruhi
belajar.
Namun,
dari
sekian
banyak
faktor
yang
mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu, faktor stimulasi belajar, faktor metode belajar, dan faktor-faktor individual. Pertama, faktor stimulasi belajar. Yang dimaksud dengan stimulasi belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Yang termasuk faktorfaktor stimulasi belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan
27
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007) , h. 144
35
pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringanya tugas, dan suasana lingkungan eksternal. Kedua, faktor metode belajar. Metode mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor metode belajar menyangkut hal berikut: kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, dan kondisi insentif. Ketiga, Faktor individual. Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun yang termasuk faktor individual yaitu: kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.28
D.
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 1.
Hakikat dan Ciri Pembelajaran Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Sementara Gagne, mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan
28
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006) Cet. Kelima. h. 113.
36
peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya
berhasil
guna.
Dalam
pengertian
lainnya,
Winkel
mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisikondisi ekstrem sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa dan tidak menghambatnya. Pengertian pembelajaran yang lain dikemukakan oleh Miarso, menyatakan
bahwa
pembelajaran
adalah
usaha
pendidikan
yang
dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut: a. Merupakan upaya sadar dan disengaja. b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar. c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan d. Pelaksanaannya terkendali, baik isi, waktu , proses, maupun hasilnya.29 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Sesuai dengan hakikat pembelajaran yang telah disebutkan di atas, ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan ketika mengelola kegiatan pembelajaran, di antaranya sebagai berikut. a. Berpusat pada siswa Prinsip ini mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran siswa menempati posisi sentral sebagai subjek belajar. Keberhasilan proses 29
Evaline Siregara dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 14.
37
pembalajaran tidak diukur dari sejauh mana materi pembelajaran telah disampaikan guru akan tetapi sejuah mana siswa telah berhasil menguasai materi pembelajaran. b. Belajar dengan melakukan Prinsip ini mengandung makna bahwa belajar adalah berbuat (learning by doing) dan bukan hanya mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku. Dengan kata lain, belajar adalah proses beraktivitas. Siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi dengan cara menghafal, akan tetapi memperoleh informasi secara mandiri dan kreatif melalui aktivitas mencari dan menemukan. c. Mengembangkan kemampuan sosial Manusia adalah makhluk sosial. Sejak lahir sampai akhir hayat tidak mungkin hidup sendiri. Ia membutuhkan komunikasi dan bantuan orang lain. Berdasarkan kenyataan tersebut maka proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual akan tetapi kemampuan sosial. d. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah manusia. Rasa keingintahuan adalah fitrah yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan
Tuhan
lainnya. Perkembangan
kebudayaan manusia yang menakjubkan seperti sekarang ini, didorong oleh fitrah dan keingintahuan manusia. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan keingintahuan setiap individu terhadap segala sesuatu yang terjadi.
38
e.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari masalah yang harus diselesaikan. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran harus dapat dijadikan sebagai alat untuk memecahkan masalah.
f.
Mengembangkan kreativiitas siswa Salah satu tujuan kurikulum adalah untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Selain untuk mengembangkan kemampuan sisi akademik, proses pembelajaran juga dapat mendorong kreativitas siswa.
g.
Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi Dalam kehidupan globalisasi sekarang ini teknologi sudah menjadi bagian
yang
tidak
terpisahkan
dalam
kehidupan
manusia.
Ketergantungan manusia terhadap hasil-hasil teknologi begitu tinggi, dari mulai teknologi sederhana sampai penggunaan alat-alat transportasi dan komunikasi yang modern. Semua ini harus menjadi pertimbangan dalam pengelolaan pendidikan. Pendidikan dituntut membekali setiap individu agar mampu memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Pengenalan dan kemampuan memanfaatkan hasil-hasil teknologi harus menjadi bagian dalam proses pembelajaran. h.
Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah kelemahan dalam menciptakan lulusan yang memiliki kesadaran
terhadap aturan dan
norma kemasyarakatan. Kurikulum pada zaman sekarang setiap guru
39
mata pelajaran memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai warga negara. i.
Belajar sepanjang hidup Kehidupan manusia selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apa yang dipelajari dewasa ini belum tentu relevan dengan keadaan pada masa yang akan datang. Maka dari itu, proses belajar mestinya tidak terbatas pada pendidikan formal waktu sekolah saja. Akan tetapi, setiap manusia harus terus belajar untuk mengikuti perkembangan zaman, agar mampu beradaptasi dalam setiap perubahan. Oleh karena itu, proses belajar sepanjang hayat harus terus diciptakan.30
3.
Karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia Menurut Mulyana Istilah karakteristik dalam terminologi dapat
ditafsirkan sebagai ciri-ciri atau kekhasan yang tampak dalam cara kerja atau aturan tentang bagaimana ilmu itu dioperasikan. Ciri-ciri itu kemudian mewujud menjadi kekhasan sebuah kajian yang pada akhirnya kita pahami sebagai sifat. Sebagai sebuah ilmu, pengajaran bahasa Indonesia memiliki kekhasan sendiri. Pengajaran bahasa Indonesia memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kebahasaan sebagai objek kajian dan dimensi pengajaran sebagai cara atau alat untuk menerapkan teori. Adapun karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut. 30
Yusi Rosdiana dan Lis setiawati, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Indonesia , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.27.
40
a. Bersifat komunikatif Salah
satu
doktrin
yang selalu
didengung-dengungkan
dalam
pengajaran bahasa, yaitu belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa dirancang untuk menciptakan kompetensi komunikatif bagi para pembelajar. Kompetensi komunikatif merupakan bekal utama bagi para siswa untuk menjalankan aktivitas komunikasinya di lingkungan sosial masyarakat. Selain itu, kompetensi kominikatif pun merupakan landasan bagi siswa untuk beroleh ilmu pengetahuan, memaknai pengalaman dan mengembangkan norma kedewasaan yang berlaku di lingkungan sosialnya. b. Bersifat kontekstual Pembelajaran
bahasa
Indonesia
bersifat
kontekstual
artinya
pembelajaran harus berhubungan dengan kebutuhan pembelajar dan kebermaknaan bagi anak. Tujuan kehidupan mereka berangkat dari pengalaman awal mereka. Dengan demikian, konteks sangat penting dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia.
Penyampaian
materi
pembelajaran bahasa Indonesia harus menciptakan kondisi lingkungan belajar yang realistik. Hal ini penting agar relevansi antara materi yang dipelajari siswa di kelas dan kenyataan yang mereka hadapi di lingkungan masyarakat tidak bias. Seyogianya, materi yang mereka pelajari di kelas harus dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan kehidupannya di masyarakat. c. Bersifat sistematis (Berurutan)
41
Salah satu sifat bahasa adalah sistematis, yaitu bahasa tersusun atas beberapa sistem satuan terkecil (bunyi) hingga sistem satuan yang terbesar (kalimat). Sistem tersebut berurutan dan berewujud dalam suatu pola. Hal ini memberikan implikasi bahwa dalam pengajaran bahasa, materi yang diberikan harus berurutan. Dalam menyampaikan materi bahasa mengenal adanya prinsip dasar, yaitu dari dekat ke jauh, mudah ke sukar, dan konkret ke abstrak. d. Menantang pembelajar memecahkan masalah nyata Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu menerapkan prinsip kebermaknaan kepada para pembelajar. Karena dengan kebermaknaan para pembelajar akan mampu memahami konsep materi dengan sempurna.
Dengan
demikian,
pembelajaran
bahasa
Indonesia
diharapkan mampu memfasilitasi para pembelajar untuk berlatih memecahkan
masalah-masalah
nyata
dalam
kehidupan.
Untuk
mencapai hal tersebut sudah seyogianya para pembelajar dibawa pada konflik pengetahuan dan penyusunan konsep baru untuk menafsirkan hal yang belum pasti sehingga mereka dapat memaknai setiap peristiwa yang terjadi. e. Membawa pembelajar kepada pembelajaran aktif Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu merangsang minat dan motivasi siswa untuk giat berlatih dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar. Guru harus mampu merangsang sikap siswa agar terlibat secara penuh terhadap aktivitas belajar, melalui
42
kegiatan belajar yang aktif. Pembelajar dapat berpikir kritis dan menyusun makna dari sesuatu yang dipelajari untuk merefleksikan secara kritis pula dalam kehidupannya. f. Penyusunan bahan dilakukan guru sesuai dengan minat dan keperluan pembelajar Dalam konteks belajar mengajar, guru merupakan sosok penting yang turut serta menentukan ketercapaian tujuan belajar. Guru adalah kreator yang harus mampu menangkap dan memahami kebutuhan pembelajar. Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajar. Bahan-bahan yang diberikan dalam pembelajatran harus benar-benar didasarkan pada kebutuhan dan minat pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaitkan antar pengembangan dan pengetahuan pembelajar.31 4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan sosial dan intelektual peserta didik dan merupakan penunjang dalam mempelajari semua pelajaran. Pembelajaran bahasa dapat diharapakan membantu peserta didik mengenal diri budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
31
Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 7.3.
43
Pembelajaran
bahasa
Indonesia
diarahkan
pada
peningkatan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan dan tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, kedudukan, dan fungsi bahasa pelajaran bahasa Indonesia Pendidikan Menengah Umum (PMU) ke dalam tiga kelompok mata pelajaran yaitu: a. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan : membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni, dan budaya. b. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan: mengembangkan logika, kemampuan berfikir, dan analisis peserta didik. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), keterampilan atau kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta muatan lokal yang relevan c. Kelompok mata pelajaran estetika bertujuan: membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau kegiatan bahasa, seni, dan budaya, keterampilan, dan mutan lokal yang relevan.
44
Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membakali PMU dengan kemampuan minimal dalam hal: penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Secara spesifik, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa Persatuan dan bahasa Negara 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa 6. Mengahargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.32 5.
Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari pada jenjang pendidikan,
bahasa Indonesia memiliki beraneka ragam fungsi. Secara umum, fungsi
32
M. Umar muslim, KTSP dan Pembelejaran Bahasa Indonesia, http://www.scribd.com. Kamis, 28 Juli 2011.
45
pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fungsi intrinsik dan fungsi instrumentatif. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi secara intrinsik, yaitu pembelajaran difungsikan sebagai proses pembinaan dan pengembangan bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi sebagai sebuah proses untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia agar tercapai kondisi kebahasaan yang bersifat mantap, dinamis, dan terbuka. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi secara instrumentatif, yaitu bahwa pembelajaran bahasa digunakan sebagai instrumen
untuk
mengembangkan sistem nilai ilmu pengetahuan dan sistem nilai norma kedewasaan yang berlaku di masyarakat. Pembelajaran bahasa Indonesia dijadikan sebagai sebuah sarana untuk mentransfer segala bentuk pengetahuan dan nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Fungsi instrumentatif bermakna juga bahwa bahasa Indonesia adalah sarana untuk menumbuh kembangkan sikap toleransi, saling menghargai, dan sikap tanggung jawab.33
33
Ma’mur saadie, dkk, Startegi Pembalajaran Bahasa indonesia, Opcit. h. 7.6.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus Jakarta Selatan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini kurang lebih selama satu bulan setengah atau selama empat kali pertemuan mulai dari 11 Juli sampai dengan 23 Agutus 2011 tahun pelajaran 2011-2012. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-eksperimen. Penelitian ini membandingkan dua kelompok yang diberi perlakuan dengan metode diskusi (kelas eksperimen) dan metode ceramah (kelas kontrol), kemudian membandingkan hasil belajar dari dua kelompok yang diberi perlakuan tersebut dengan tujuan mengetahui perbedaan hasil belajar yang siswa dapatkan setelah diadakan perlakuan Desain Penelitian Kelas
Treatment
Tes
Eksperimen
Metode diskusi
Hasil Belajar (X)
Kontrol
Metode konvensional (ceramah)
Hasil Belajar (Y)
46
47
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Grafika Yayasan Lektur, dengan jumlah kurang lebih 120 siswa. Peneliti mengambil 50% dari populasi yang ada maka didapat 57 siswa. Peneliti mengambil sampel dengan cara cluster random sampling (CSR) dan didapat kelas XI A dan XIB, di mana kelas XI A kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi sedangkan XI B kelas yang dalam pembelajarannya menggunakann metode ceramah.
D. Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Item Validitas item dari suatu item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir-butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa statistik; ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya.34
34
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Opcit. h. 182-184.
48
Adapun untuk mengetahui validitas item dari suatu soal kita bisa menggunakan rumus:
rpbi = rpbi
M p Mt SDt
p q
Xt ( X t ) 2 N (N )2 2
dengan SDt =
= koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item
Mp
= Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul
Mt
= skor rata-rata dari skor total
SDt = Deviasi standar total (Deviasi Standar dari skor total). p
= Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validtas itemnya
q
= proporsi testee yang menjawabsalah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
2. Uji Reliabilitas Realibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes.
49
Uji reliabilitas tes bentuk pilihan ganda dengan rumus
KR-20:35
2 k S pq r11 = S2 k 1
Keterangan: r11
= reliabilitas menggunakan persamaan KR-20
p
= proporsi peserta tes menjawab benar
q
= proporsi peserta tes menjawab salah (q = 1 – p)
pq = jumlah perkalian antara p dan q
k
= banyaknya soal yang valid
S
= standar deviasi atau simpangan baku merupakan akar varian yang dapat dicari dengan persamaan: S =
N
= jumlah peserta tes
x2
= jumlah deviasi dari rerata kuadrat
x2 N
3. Pengujian Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memcahkannya.
Sebalikknya,
soal
yang terlalu
sukar
akan
menyebabakan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
35
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),Edisi Revisi. Cet. 11. h. 101.
50
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 0,1. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlau sukar. Sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus:36 P=
B JS
Keterangan: B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta tes P = Indeks kesukaran Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: -
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
-
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
-
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
36
Ibid. h. 208.
51
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar 0,00 samapai 1,00. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai, begitu juga sebaliknya. Daya pembeda tiap butir soal ditentukan dengan rumus:37 DP =
BA BB JA JB
Keterangan: BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
JA
= banyaknya peserta kelompok atas.
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah.
DP
= daya pembeda.
Klasifikasi daya pembeda:
37
D : 0,00 – 0,20
: Jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40
: Cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70
: Baik (good)
D : 0,70 – 1,00
: Baik sekali (excellent)
Ibid. h.213 s.d. 214
52
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Dokumentasi. Cara pengumpumpulan data ini dengan mengambil data siswa yang terdapat di SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus. Data yang dimaksud berupa daftar absensi siswa dan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2.
Tes. Pengumpulan data melalui tes dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis jenis pilihan ganda sebanyak 20 soal yang telah diuji validitas, homogenitas, daya beda soal, dan indeks kesukarannya.
3. Observasi. Dalam tahap ini penulis melakukan observasi terhadap kelaskelas yang akan dijadikan kelompok kontrol maupun ekperimen. Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia terkait dengan metode pembelajaran yang sering digunakan.
F.
Teknik Analisis data 1. Uji Normalitas Menguji normalitas data kerapkali disertakan dalam suatu analisis statistika inferensial untuk satu arah atau lebih kelompok sampel. Normalitas sebaran data menjadi sebuah asumsi yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang dipakai dalam penganalisisan.
53
Asumsi normalitas senantiasa disertakan dalam penelitian pendidikan karena erat kaitannya dengan sifat atau objek penelitian pendidikan, yaitu berkenaan
dengan kemampuan seseorang dalam kelompoknya. Galton,
seorang ahli dalam teori pembelajaran, mengatakan bahwa apabila sejumlah anak atau orang dikumpulkan dalam suatu kelas kemudian diukur kemampuaannya (kepandaian, kebiasaan, keterampilan), hasil pengkurannya yang berupa skor kemampuan akan berdistribusi menyerupai kurva normalitas.38 Tes normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus kai kuadrat (chi square) dengan cara: a.
Data dikelompokkan ke dalam daftar distribusi frekuensi absolute dan tentukan batas intervalnya. 𝑋−𝑋 𝑠
b.
Tentukan nilai Z, di mana Z =
c.
Hitunglah peluang untuk tiap Z (bila Z positf, Maka F(z)= 0,5+ Ztabel, bila negatif maka F(z) = 1-(0,5+ Ztabel )
d.
Hitunglah selisih luas kelas interval
e.
Tentukan Fe untuk tiap kelas interval sebagai hasil kali peluang tiap kelas dengan n (ukuran sampel)
f.
Gunakan rumus Chi-kuadrat, apabila X2 hitung < X2tabel maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal X2tabel = (𝜎 = 5%, 𝑑𝑏)
38
Subana, Moersetyo, Sudrajat, Opcit, h. 123.
54
2.
Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas, selanjutnya yaitu mengetes
homogenitas. Adapun prosedur perhitungan uji homogenitas sebagai berikut a. Rumuskan hipotesis Ho : sampel berasal dari populasi yang homogen Ha : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen b. Buat Kriteria pengujian Tolak Ho jika Fhitung > F tabel c. Hitung variansi dari tiap kelompok (kelompok eksperimen dam kelompok control) dengan rumus n fxi2 ( fxi ) 2 n( n 1)
d. Gunakan rumus Fisher F=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
e. Tenukan Db f. Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel g. Penarikan kesimpulan
55
G.
Uji hipotesis Hipotesis diuji dengan rumus t-tes untuk dua sampel kecil yang tidak ada hubungannya yang satu dengan yang lain, yaitu dengan rumus: thitung < ttable
: Ho diterima
thitung > ttable
: Ho ditolak
Ho
: Tidak Terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa Indonesia kelas XI daripada metode ceramah
Ha
: Terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas XI daripada metode ceramah
X 1: Kelas yang menggunakan metode ceramah X2 : Kelas yang menggunakan metode diskusi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Grafika 1. Latar Belakang Sekolah Lembaga pendidikan Grafika yang bernama “Pusat Latihan Grafika” itu didirikan dan dibiayai sepenuhnya oleh yayasan Lektur, dan diprakarsai serta disetujui oleh Bapak Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, pada waktu itu Bapak Mr. M. Yamin. Gedung Pusat Latihan (PLG) dibangun di Jalan Melawai Raya no. 4 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, dan sekarang sudah menjadi kompleks pertokoan “Melawai Plaza”, semenjak pindah ke Jalan Pasar Jumat, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Pusat Latihan Grafika merupakan suatu lembaga swasta, namun semenjak pendiriannya senantiasa memperoleh perhatian besar dari Departemen Pendidikandan Kebudayaan yang diwujudkan dengan pemberian bantuan beberapa orang guru. Ijazah yang dikeluarkan oleh PLG mempunyai efek dan secara resmi diakui setara dengan ijazah Sekolah Teknik Negeri. Dalam sejarah dan perkembangan industri grafika di negeri kita ini, tercatat
perkembangan
jumlah
perusahaan
grafika
yang
cukup
menggembirakan dari tahun ke tahun, sehingga tidak dapat dihindarkan peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja yang bertanggung jawab serta
56
57
memiliki keterampilan yang diperlukan guna melayani berbagai mesin dan peralatan yang kian hari bertambah modern dan canggih. Dengan memperhatikan akan perkembangan dan pertumbuhan industri grafika, maka mulai ajaran 1968, dengan persetujuan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, PLG „terpaksa‟ ditingkatkan menjadi Sekolah Teknik Menengah Grafika (STM Grafika). Dengan peningkatan status menjadi STM grafika, juga penerimaan siswa/siswi tidak lagi lulusan sekolah dasar, tetapi harus lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perubahan ini sangat besar artinya bagi pendidikan tenaga kerja grafika untuk kepentingan perkembangan industri grafika, mengingat para lulusan mencapai usia yang lebih tinggi dan dapat dipercayakan untuk menangani mesin-mesin dan alat perlengkapan dengan penuh tanggung jawab. Kemudian dalam perkembangannya STM Grafika Lektur ini, terhitung mulai 1 Januari 1976 oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan memperoleh status STM bersubsidi. Langkah-langkah pembaruan dalam bidang pendidikan yang dilancarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berdampak pula bagi lembaga pendidikan Grafika Yayasan Lektur suatu keharusan akan penyesuaian, sehingga sejalan dengan rencana pemerintah. Sejak tahun 1977 kurikulum baru dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai diterapkan. Mulai tahun 1979 kurikulum baru itu diikuti sepenuhnya oleh STM Grafika Yayasan Lektur. Nama sekolah pun diganti dan
58
disesuaikan menjadi SEKOLAH MENENGAH TEKNOLOGI GRAFIKA YAYASAN LEKTUR (bersubsidi). Sekolah Grafika Yayasan Lektur, senantiasa diusahakan untuk dapat mempertahankan mutu dan nama baik. Para siswa lulusan, baik PLG dahulu maupun STM atau SMT umumnya segera mendapatkan lapangan kerja di perusahaan-perusahaan grafika di berbagai daerah. Belum ada terdengar keluhan-keluhan terhadap siswa lulusan sekolah Grafika Yayasan Lektur. Adapun hasil-hasil yang cukup baik itu, dapat dicapai, karena ada dua faktor yaitu : 1.
Perhatian dan ketekunan para guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan mata diklat masing-masing.
2.
Latihan yang cukup luas dan terarah yang diberkan kepada para siswa. Sampai tahun 1990 STM Grafika Yayasan Lektur hanya memiliki peralatan atau mesin cetak letter press ( cetak tinggi ). Untuk keperluan sarana praktek foto reproduksi dan cetak offset, Yayasan Lektur mohon bantuan Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), Balai Pustaka, percetakan AKA, dan Pertamina tempat latihan para siswa. Atas kemurahan dan kebaikan hati para direksi atau pimpinan
perusahaan-perusahaan Grafika yang bersangkutan, pada tempatnyalah pula disampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas
59
segala bantuannya. Barulah pada akhir tahun 1977 sekolah Grafika Yayasan Lektur dapat membeli dua buah mesin cetak offset baru dan membangun bagian reproduksi yang agak modern waktu itu. Pada tahun 1982 atau 1983 proyek rehabilitasi Sekolah Menengah Grafika Jakarta memberi bantuan satu mesin cetak offset solna 154, satu mesin susun huruf foto comugrafik dan satu mesin camera vertikal. Dalam pengamatan semenjak 5 sampai 10 tahun belakangan ini kita cacat bahwa kemajuan teknologi grafika bergerak cepat sekali, sehingga peralatan dan mesin-mesin yang ada sekarang ini, hakikatnya sudah sangat ketinggalan sekali, terutama dalam bidang-bidang susunan huruf. Lebih-lebih lagi dengan sudah masuknya peralatan komputer dalam berbagai bentuk dan kecanggihan yang dipakai dalam industri grafika. Begitu pula denga bidang reproduksi dan disebut orang sekarang ini bersama-sama dengan peralatan susunan huruf sebagai bidang “ pra cetak”. Tidak dapat disangkal lagi bahwa berbagai kemajuan teknologi, juga dalam mesin-mesin serta peralatan cetak misalnya sudah menjadi kenyataan sehari-hari untuk mana dunia pendidikan grafika tidak dapat menutup mata. Tidaklah mungkin bagi suatu sekolah untuk tidak mengidentifikasi segi-segi kemajuan teknologi grafika yang tidak dapat ditahan-tahan munculnya sebagaimana kita tidak dapat menahan terbitnya matahari.
60
Pembina atau perintis sekolah grafika ini yang telah diberikan kepada pertumbuhan sekolah semasa hidupnya: 1.
Bapak Oemar Siswosoebroto, ketua badan pengurus Yayasan Lektur wafat dalam usia 81 tahun pada tanggal 27 Juli 1983
2.
Ibu Sri Oemijati Soewajid Poetro, anggota badan pengurus dan pendiri Sekolah Grafika Yayasan Lektur, wafat pada usia 86 pada tanggal 31 Oktober 1989
3.
Bapak H.G. Sirie, ketua badan pengurus Yayasan Lektur wafat pada usia 73 tahun pada tanggal 18 Agustus 1992.
4.
Bapak P.H. Ajawaila, ketua satu badan pengurus Yayasan Lektur, wafat dalam usia 81 tahun pada tanggal 6 Oktober 2004
2.
Visi, Misi, dan Tujuan SMK Grafika Yayasan Lektur Visi dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur yaitu mampu berdaya saing dalam menghadapi era globalisasi, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan misi dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur, yaitu : a. Mengembangkan system pendidikan kejuruan grafika yang adaptif, fleksibel dan berwawasan global berdasarkan iman dan taqwa serta berbudi pekerti luhur. b. Mengintegrasikan pendidikan menengah kejuruan grafika yang berwawasanmutu dan keunggulan profesi serta berorientasi masa depan
61
c. Mewujudkan pelayanan prima dalam upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat d. Mengembangkan iklim belajar berakar pada norma dan nilai budaya bangsa Indonesia serta mengembangkan meteri pembelajaran sesuai kebutuhan dunia usaha/dunia industry dan perkembangan IPTEK e. Menghasilkan lulusan yang berkarakter baik, cerdas, trampil, dan professional
dalam
bidang
kejuruan
grafika
serta
dapat
mengembangkan diri secara berkesinambungan Tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur, yaitu: a. Turut serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju dan sejahtera, khususnya melalui bidang pendidikan b. Untuk mendidik dan melatih calon-calon tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia industri grafika serta untuk memberikan layanan dan fasilitas pendidikan bagi masyarakat
62
3. Struktur Organisasi Struktur Organisasi SMK Grafika Yayasan Lektur Badan Pengurus Yayasan Lektur
Komite sekolah
Asisten kep. Sek. UR.PDE
Asisten kep. Sek. SA. Prasaranaa
Kepala sekolah
Wakasek UR. Kurikulum
Wakasek UR. Kesiswaan
Pengawas sekolah
Wakasek UR. Hub. Industri
Wakasek UR. PSDM
Pembina OSIS
KA. Prog Persiapan
KA. Prog Produksi
Tata Usaha Wali kelas
Guru
Siswa
4. Kurikulum SMK Grafika mengalami beberapa perubahan kurikulum. Sejak tahun 1977 kurikulum baru dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai diterapkan. Kurikulum yang dipergunakan pada Sekolah Menengah Kejuruan
perpus
63
(SMK) Grafika Yayasan Lektur adalah kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, yaitu Kurilum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Semua Pelajaran yang di berikan kepada siswa di sesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. 5. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan a.
Keadan guru Guru atau tenaga pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang
tidak dapat ditinggalkan, maka kemampuan profesionalitas serta kualitas perlu diperhatikan. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur jumlah tenaga pendidik seluruhnya 48 orang. Adapun data tenaga pendidik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur dapat di lihat pada tabel lampiran 1. b.
Keadaan karyawan Mengenai karyawan yang bekerja di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Grafika Yayasan Lektur terdiri dari 22 orang. Keberadaan karyawan sangat membantu dalam menyelesaikan hal-hal yang berkenaan dengan tugas operasional dan administrasi yang diperlukan oleh siswa. Adapun data karyawan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur dapat dilihat pada tabel lampiran 1. c.
Keadaan siswa Mengenai keadaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Grafika Yayasan Lektur terdiri dari tiga jenjang kelas dengan jumlah kelas X 200 siswa, kelas XI 178 siswa, kelas XII 156 siswa. Jenjang Kelas X
64
terdiri dari X-A, X-B, X-C, X-D, X-E. Jenjang kelas XI dan XII terbagi menjadi dua konsentrasi kejuruan yaitu persiapan Grafika dan produksi grafika. 6. Keadaan Sarana dan Prasarana Keberadaan sarana dan prasarana adalah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur dapat dikatakan baik dan memadai. Adapun data tentang sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur sebagai berikut a. Ruangan kelas yang terdiri dari 10 kelas b. Masjid/musholla yang langsung dikelola kepala sekolah dan satu orang sebagai penanggung jawab c. Perpustakaan dikelola oleh petugas perpus Ibu Ny. Sri Rohaeni, SE. d. Lapangan olah raga, di SMK Grafika terdapat lapangan olahraga meliputi: lapangan basket, lapangan sepak bola/futsal, lapangan voli dan tenis meja e. Ala-alat kesenian berupa alat-alat marawis dan ruang band beserta alatnya f. Alat ketrampilan. Ketrampilan ini berupa ketrampilan sablon yang wajib diikuti oleh seluruh siswa yang dibina oleh guru mata pelajaran desain grafis g. Laboratorium. Laboratorium fisika, kimia, komputer, elektro, bahasa h. Ruang aula yang bisa menampung 300 orang i. Ruangan OSIS yang berrfungsi sebagai tempat siswa-siswa belajar berorganisasi
65
j. Ruang UKS k. Kantin dan koperasi
7. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakat dan minatnya pada bidang tertentu. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur adalah: a. Palang Merah Remaja b. Pengajian siswa/lembaga dakwah siswa (rohis). Rohis ini mempunyai kegiatan mengaji setelah shalat Jumat yang di bina oleh guru agama Islam c. Buletin/majalah siswa yang bernama Alfabet d. Seni musik dan marawis e. Seni lukis/kaligrafi f. Olah raga (sepak bola, basket, voly, tenis meja) yang semuanya dibina/dilatih oleh guru olah raga. Selain itu, ada olah raga bela diri (silat) g. Sablon
66
B. Deskripsi Data Proses penelitian ini dilakukan selama empat kali pertemuan. Materi Bahasa Indoneisa yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi dengan pokok bahasan kedua, ketiga, dan keempat dalam kompetensi dasar yakni menyimak untuk memahami perintah yang diungkapkan, kalimat perintah kerja tertulis, dan membaca untuk memahami kata, bentuk kata, dan ungkapan. Pada proses pembelajaran kedua kelompok mendapatkan perlakuan
yang
berbeda.
Kelas
eksperimen
dengan
pembelajaran
menggunakan metode diskusi, sedangkan kelas kontrol dengan metode konvensional atau ceramah. Oleh karena itu, adanya perubahan yang terjadi setelah perlakuan (kelas eksperimen) disebabkan karena adanya perlakuan dalam pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode diskusi, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah. Sehingga pada akhir pembelajaran kedua kelompok diberikan post tes yang digunakan untuk mengetahui kelompok yang memiliki hasil belajar bahasa Indonesia yang lebih tinggi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar bahasa Indonesia yang terdiri dari 20 butir soal berbentuk pilihan ganda.
Instrumen
tersebut
telah
diujicobakan
dan
telah
dianalisis
karakteristiknya, meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.
67
Setelah adanya uji coba instrumen tentang soal yang akan digunakan dalam penenlitian ini, maka didapat hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut. 1. Hasil belajar kelas eksperimen (kelas A ) No
Siswa
Nilai (X1)
1
A
75
2
B
70
3
C
75
4
D
90
5
E
70
6
F
90
7
G
85
8
H
90
9
I
90
10
J
95
11
K
70
12
L
85
13
M
80
14
N
75
15
O
80
16
P
90
17
Q
75
68
18
R
70
19
S
85
20
T
80
21
U
75
22
V
85
23
W
85
24
Q
85
25
Y
85
26
Z
95
27
AA
85
28
BB
95
29
CC
80
30
DD
90
a. Tabel distribusi frekuensi Rentang
= Nilai tertinggi – Nilai terendah = 95 -70 = 25
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,477) = 1 + 4.87 = 5,87
69
Panjang kelas
=
J B
=
25 6 4,16
Tabel I Gambaran Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas Eksperimen Frekunsi NO
Interval Nilai
Frekuensi Titik
relative
Frekuensi
tengah
(%)
komulatif
1
70 – 74
4
72
13.333
4
2
75 – 79
5
77
16.667
9
3
80 – 84
4
82
13.333
13
4
85 – 89
8
87
26.667
20
5
90 – 94
6
92
20
27
6
95 – 99
3
97
10
30
30
100
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang didapat pada kelas ekperimen yakni kelas yang menggunakan metode diskusi adalah 95 dan terendah adalah 70. Terdapat 3 siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedangkan yang memperoleh nilai terendah sebanyak 4 siswa. Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 85 –
70
89 yaitu 8 siswa atau 26,667 %. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 56,667 %, yaitu siswa pada kelompok interval 85 – 89, 90 – 94, 95 - 99. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 43,33 %, yaitu siswa pada kelompok interval 70 – 74 , 75 – 79 dan 80 – 84. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 84,66 median sebesar 85,925 modus sebesar 87, standar deviasi 7,85. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi hasil belajar bahasa Indonesia kelompok eksperimen tersebut dapat pula disajikan dalam grafik berikut 10 FREKUENSI
9 8 7 6 5
4 3 2 1 0
nilia 69,5
74,5
79,5
84,5
89,5
Histogram dan poligon kelas eksperimen (Kelas A)
94,5
71
2. Hasil belajar kelas kontrol (kelas B) NO
SISWA NILAI (X1)
1
A
80
2
B
75
3
C
75
4
D
70
5
E
85
6
F
80
7
G
90
8
H
65
9
I
80
10
J
80
11
K
90
12
L
80
13
M
70
14
N
80
15
O
75
16
P
75
17
Q
80
18
R
70
19
S
80
20
T
75
72
21
U
85
22
V
75
23
W
75
24
X
95
25
Y
85
26
Z
85
27
AA
85
a. Table distribusi frekuensi Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah = 95-65 = 30 Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 27 = 1 + 3,3 (1,4313) = 1 + 4.72 = 5,72 = 6 Panjang kelas
=
J B
=
30 6
=5
73
Tabel II Gambaran hasil belajar kelas kontrol
No
Interval Nilai
Nilai
Frekuensi frekuensi
Tengah
Relatif
Komulatif
Frekuensi
1
65 – 69
1
67
3.703704
1
2
70 – 74
3
72
11.11111
4
3
75 – 79
7
77
25.92593
11
4
80 – 84
8
82
29.62963
19
5
85 – 89
5
87
18.51852
24
6
90 – 94
2
92
7.407407
26
7
95 – 99
1
97
3.703704
27
27
100
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang didapat pada kelas kontrol yakni kelas yang menggunakan metode ceramah adalah 95 dan terendah adalah 65. Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 80 – 84 yaitu sebesar 29,62963 %. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 8 siswa 29,629631 %, yaitu siswa pada kelompok interval 85 – 89, 90 – 94, 95 - 99. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 70,37369 %, yaitu siswa pada kelompok interval 65 – 69 , 70 – 74, 75 – 80, dan 81-84. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata
74
sebesar 81,259 median sebesar 81,0625 modus sebesar 80,75, standar deviasi 6, 892. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi hasil belajar bahasa Indonesia kelompok eksperimen tersebut dapat pula disajikan dalam histogram dan poligon berikut frekuensi 9
8 7 6 5 4 3 2 1
nilai
0 64,5
69,5
74,5
79,5
84,5
89,5
94,5
Histogram dan poligon kelas Kontrol (Kelas B) Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelompok kontrol di atas, terlihat adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara kelompok eksperimen (kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi) dengan kelompok kontrol
(kelompok
yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode konvensional atau ceramah), dapat dilihat pada tabel berikut:
75
Perbandingan Hasil Belajar Bahasa indonesia Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Hasil Belajar
Kelompok Kontrol Eksperimen
Nilai terendah
70
65
Nilai tertinggi
95
95
Jumlah
2540
2194
Mean
84,66
81,28
Median
85,75
81,0625
Modus
87
80,75
Varians
61,609
47,507
Standar deviasi
7,85
6,89
76
C. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji chisquare. Dari hasil perhitungan uji normalitas data, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Xhitung atau Xh sebesar 3,88 dan pada tabel harga Xtabel atau Xt untuk n = 30 pada taraf signifikan 0,05 adalah 5.99. Karena Xh Xt (3,88 5,99) maka sampel pada kelas eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan untuk kelas kontrol (lampiran) diperoleh nilai Xhitung atau Xh sebesar 0,606 dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 27 pada taraf signifikan 0,05 adalah 7,81. karena Xh Xt (0,606, 7,81) maka sampel pada kelas
kontrol berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tes hasil belajar bahasa indonesia siswa disajikan pada tabel dibawah ini:
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol Jumlah Kelompok
Xtabel Xhitung
sampel
Keterangan (0,05)
Eksperimen
30
3,88
5,99
Normal
Kontrol
27
0,606
7,81
Normal
77
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua populasi, uji homogenitas dilakukan dengan uji fisher. Dari hasil perhitungan (lampiran), diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah 1196,92 dan varians kelas kontrol adalah 1367,89. sehingga diperoleh nilai Fhit = 1,14. Dengan taraf signifikan 0,05 untuk dkpembilang = 27 dan dkpenyebut = 30 didapat nilai Ftabel = 1,93. Karena Fhitung < Ftabel (1,02 < 1,93) maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari varians yang sama/homogen. Hasil uji homogenitas tes akhir hasil belajar matematika siswa kedua kelas tersebut disajikan pada tabel di bawah ini: Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol Ftabel Kelompok
Varians
Fhitung
Keterangan (0,05)
Eksperimen
1196,92 1,14
Kontrol
1367,89
1,93
Homogen
78
D. Analisis data uji hipotesis No
(X1)
X12
NO
X2
X22
1
75
5625
1
80
6400
2
70
4900
2
75
5625
3
75
5625
3
75
5625
4
90
8100
4
70
4900
5
70
4900
5
85
7225
6
90
8100
6
80
6400
7
85
7225
7
90
8100
8
90
8100
8
65
4225
9
90
8100
9
80
6400
10
95
9025
10
80
6400
11
70
4900
11
90
8100
12
85
7225
12
80
6400
13
80
6400
13
70
4900
14
75
5625
14
80
6400
15
80
6400
15
75
5625
16
90
8100
16
75
5625
17
75
5625
17
80
6400
18
70
4900
18
70
4900
19
85
7225
19
80
6400
20
80
6400
20
75
5625
79
21
75
5625
21
85
7225
22
85
7225
22
75
5625
23
85
7225
23
75
5625
24
85
7225
24
90
8100
25
85
7225
25
85
7225
26
95
9025
26
85
7225
27
85
7225
27
85
7225
28
95
9025
29
80
6400
30
90
8100
JUMLAH
2480
206800
S
7,85
S
6,90
S2
61.609
S2
47.507
Mean
84,66
Mean
81,25
2135
169925
E. Hipotesis Penelitian Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data, diketahui bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis statistik dengan uji t. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar
80
bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : µX1 > µX2 Ha : µX1 < µX2 thitung < ttable
: Ho diterima
thitung > ttable
: Ho ditolak
Ha
:Terdapat perbedaan mean yang siginifikan pengaruh penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa indonesia kelas XI daripada metode ceramah
Ho
:Tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas XI daripada metode ceramah
X 1: Kelas yang menggunakan metode ceramah X2 : Kelas yang menggunakan metode diskusi Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria pengujian yaitu, jika thitung < ttabel
maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Sedangkan, jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung sebesar 0,54 dan ttabel sebesar 1,67 (lampiran). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung < ttabel (0,54 < 1,67). Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan rata-rata atau mean yang signifikan hasil belajar bahasa Indonesia
siswa anatar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
81
Meskipun terdapat perbedaan rata-rata namun perbedaan tersebut tidak signifikan, karena keduanya masih dalam mean atau rata-rata yang sama yakni angka delapan.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa thitung berada daerah penerimaan H0 atau dengan kata lain H0 diterima. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan metode diskusi lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah atau konvensional ditolak pada taraf signifikan 5%. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa Indonesia. Meskipun terdapat perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen (dengan metode diskusi) dan kelas kontrol (dengan metode ceramah) namun jika dilihat dari aspek hasil belajar tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Hal ini wajar saja, karena faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tidak seratus persen murni karena pengaruh penggunaan metode pembelajaran, namun dipengaruhi pula oleh berbagai faktor lain seperti kondisi kelas, kesiapan siswa, dan sebagainya. Namun, setidaknya dengan menggunakan metode diskusi siswa lebih mampu mengungkapkan gagasan atau buah pikirnya di depan teman-temannya. Hal ini sangat penting karena dengan
82
adanya keberanian itu nantinya siswa akan lebih mudah berinteraksi dalam hal ini berdiskusi bukan hanya di kelas namun di lingkungan sekitar rumah. Kondisi seperti ini tidak terjadi pada kelas kelompok kontrol (kelas IX B). Antusias belajar mereka terlihat biasa-biasa saja. Dalam pengertian ada respon yang berbeda. Hal ini disebabkan karena banyaknya guru yang menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dengan melihat deskripsi data hasil pengujian hipotesis maka simpulannya sebagai berikut: 1.
Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata, median, modus, dan standar deviasi. Nilai rata-rata kelas ekperimen adalah 84,66, median 85, 925, modus 87, dan standar deviasi 7,85. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata 81,259, median 81, 0625, modus 80,75 dan standar deviasi 6, 892.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan tingkat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah adalah sebesar 0,30. Dengan menggunakan rumus uji-t didapat thitung 0,54 dan ttabel 1,67 (0,54 < 1, 67). Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaaan hasil belajar yang signifikan anatara siswa yang diajarkan degan metode diskusi dan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah.
83
84
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat memberi saran sebagai berikut: 1. Hendaknya dijelaskan bahwa peran siswa dalam proses pembelajaran. Bahwasanya siswa dituntut agar selalu aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru hanya memberikan fasilitas dalam proses belajar tersebut. 2. Sebaiknya siswa diarahkan pada pemahaman bahwa bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang sangat penting yang berguna bagi kehidupan sehari–hari, sehingga tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
dapat
tercapai. 3. Sebaiknya guru dalam memilih strategi pembelajaran harus lebih kreatif Karena pada hakikatnya, antara metode yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA -
Ahmad, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, Cet. II, 2005.
-
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan, Edisi Revisi. Cet. 11, 2010.
-
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ketiga, 2006.
-
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
-
E. Mulyasa, Menjadi guru professional: Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan, Bandung: Rosda Karya, 2006.
-
Engkoswara, Dasar-dasar metodologi pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, Cet. Kedua, 1988.
-
Hisyam, Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.
-
Hulwan, Arif, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok, http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UNBahasa-Indonesia-Kembali-Jadi-Momok, Kamis, 28 Juli 2011.
-
Muslim, M. Umar, KTSP dan Pembelejaran http://www.scribd.com. Kamis, 28 Juli 2011.
-
Popham, W. James dan Eva L. Baker, Bagaimana mengajar secara sistematis, Yogyakarta: Kanisius, Cet. VI, 1994.
-
Priyono Y, Menyoal Hasil UN Bahasa Indonesia, http://www.borneotribune.com/citizen-jurnalism/menyoal-hasil-un-bahasaindonesia.html. Kamis, 12 Mei 2011.
-
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, Cet. Keduapuluh Empat, 2010.
-
Qurtubi, Ahmad. Pengantar teori evaluasi pendidikan, Tanggerang: Bintang Harapan Sejahtera. 2009.
-
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 7, 2008.
85
Jakarta: Bumi Aksara,
Bahasa
Indonesia,
86
-
Rosdiana, Yusi dan Lis setiawati, Pengembangan kurikulum dan pembelajaran bahasa Indonesia , Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
-
Saadie, Ma’mur, dkk., Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Universitas Terbuka, 2008.
-
Siregara, Evalina dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
-
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
-
Solchan, dkk., Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
-
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta, Cet. Kelima, 2006.
-
Subanam, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat. Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
-
Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2006.
-
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2009.
-
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, Kesembilan, 2010.
-
Suprijanto, Pendidikan orang dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Kedua, 2008.
-
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007.
-
Usman, M, Basyarudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
-
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat: Gaung Persada Press, Cet. Ketiga, 2005.
-
Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.
Jakarta:
Cet.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Langkah-Langkah Perhitungan Validitas Test Pilihan Ganda
Contoh mencari validitas item soal nomor 1 : Menentukan nilai p
=
banyak siswa yang menjawab benar soal nomor 1 Jumlah seluruh siswa
=
9 31
= 0,297 Menentukan nilai q
=1–p = 1- 0,297 = 0,71
Menentukan nilai Mp
= rata-rata skor siswa yang menjawab benar soal
nomor 1 20 15 15 20 18 19 20 18
=
20 9 165 9
= 18,33 Menentukan nilai Mt
= rata-rata skor total =
556 31
= 17,93 Menentukan nilai SDt
= standar deviasi dari skor total =
X N
2
X N
10.082 556 31 312
2
=
= 1,88
2
Menentukan nilai rpbi
= koefisien korelasi poin biserial =
Mp Mt SDt
p q
= 0,124 Mencari rtabel, dengan dk = n -2 = 31 – 2 = 29 dan tingkat signifikansi sebesar 5%,diperoleh nilai rtabel = 0,367 Langkah selanjutnya adalah,konsultasikan nilai rpbi = 0,124 dengan nilai rtabel = 0,367,karena rpbi
Langkah-langkah Perhitungan Reliabilitas Test Pilihan Ganda
Contoh perhitungan Reliabilitas item soal nomor 2 Menentukan nilai p
=
banyak siswa yang menjawab benar soal nomor2 Jumlah seluruh siswa
=
20 31
= 0,645 Menentukan nilai q
= 1- p = 1 - 0,645 = 0,355
Menentukan nilai
pq
= Jumlah hasil perkalian antara p dan q = 0,229
Menentukan nilai S
= standar deviasi dari tes =
X N
2
X N
2
8320 502 31 312
2
=
= 2,48 Menentukan nilai k
= banyaknya item soal yaitu 20
Menentukan nilai r11
2 k S pq = S2 k 1
2 20 2.48 3,32.8306 = 2.482 20 1
= 0,567 Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai r11 = 0,567 berada diantara kisaran nilai 0,50 – 1,00 maka test bentuk pilihan ganda tersebut memiliki reliabilitas sedang
Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda
Contoh perhitungan tingkat kesukaran untuk soal nomor 1 adalah sebagai berikut :
Menentukan nilai B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan
benar
Jumlah siswa (JS)
= 30
Menentukan IK
= Indeks/Tingkat Kesukaran IK
=
B JS
=
9 31
= 0,290
Berdasarkan klasisifikasi indeks kesukaran, nilai IK = 0,290 berada diantara kisaran 0,00 – 0,30 : (soal sukar), maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran soal ”sukar ”
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama dengan perhitungan tingkat kesukaran pada soal nomor 1
Langkah-Langkah Perhitungan DayaPembeda Soal Pilihan Ganda
Menentukan nilai BA
= banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
Menentukan nilai BB
=
banyaknya
kelompok
bawah
yang
menjawab soal dengan benar
Menentukan nilai JA
= banyaknya peserta test kelompok atas
Menentukan nilai JB
= banyaknya peserta test kelompok bawah
Misal, untuk soal nomor 1 perhitungan daya pembedanya sebagai berikut : BA = 15, BB = 11, JA = 15, JB = 15
Menentukan DP
=
BA BB JA JB
=
5 4 16 15
= 0,046 Berdasarkan klarifikasi daya pembeda, nilai DP = 0,046 berada pada kisaran nilai 0,00 < DP
0,20 : (jelek), maka soal nomor 1 tersebut memiliki daya
pembeda yang ”Jelek”. Untuk nomor 2 dan seterusnya perhitungannya sama dengan perhitungan daya pembeda pada soal nomor 1.
.
UJI NORMALITAS a. Uji normalitas kelompok eksperimen
f (z)
luas tiap interval kelas
Fe
fo-fe
(fo-fe)2
(fo-fe)2/fe
-1.93
0.0268
0.0717
2.151
1.849
3.418801
1.58940074
5
-1.29
0.0985
0.1437
4.311
0.474721
0.11011853
79.5
4
-0.65
0.2422
0.2498
7.494
0.689 3.494
12.208036
1.62904137
85 - 89
84.5
8
-0.02
0.492
0.2371
7.113
0.887
0.786769
0.11061001
5
90 - 94
89.5
6
0.61
0.7291
0.1653
4.959
1.041
1.083681
0.21852813
6
95 - 99
94.5
3
1.25
0.8944
0.0762
2.286
0.714
0.509796
0.22300787
1.89
0.9706
0
0
3.88070666
NO
interval nilai
batas kelas
F
z
1
70 - 74
69.5
4
2
75 - 79
74.5
3
80 - 84
4
7
99.5 30
Dari proses penghitungan didapat thitung = 3,88 Sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% = 5,99
b. Uji normalitas kelompok kontrol
f (z)
luas tiap interval kelas
Fe
fo-fe
(fo-fe)2
(fo-fe)2/fe
-2.32
0.0102
0.0344
0.9288
0.0050694
0.005458053
3
-1.7
0.0446
0.1214
3.2778
0.0712 0.2778
0.0771728
0.023544097
74,5
7
-0.97
0.166
0.2353
6.3531
0.6469
0.4184796
0.065870144
80 - 84
79,5
8
-0.25
0.4013
0.2795
7.5465
0.2056622
0.027252667
5
85 - 89
84,5
5
0.47
0.6808
0.2022
5.4594
0.2110484
0.038657794
6
90 - 94
89,5
2
1.195
0.883
0.0896
2.4192
0.4535 0.4594 0.4192
0.1757286
0.072639153
7
95 - 99
94,5
1
1.92
0.9726
0.0203
0.5481
0.4519
0.2042136
0.372584583
2.64
0.9959
NO
interval nilai
batas kelas
F
z
1
65 - 69
64,5
1
2
70 - 74
69,5
3
75 - 79
4
99,5 27
Dari proses penghitungan didapat thitung = 0,606 Sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% = 7,81
0.606006491
Uji Homogenitas Uji homogenitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dilakukan dengan uji Fisher, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Ho : Data memiliki varians homogen Ha : Data tidak memiliki varians homogen 1. Jumlah sampel ne = 30 nk = 27 2. Derajat kebebasan Db1 = ne-1 = 30 - 1 = 29 Db2 = nk-1 = 32 - 1 = 26 Rumus
Uji
Fisher
Fhitung
=
var ians terbesar = var ians terkecil
S12 S 22
dengan
S2=
n fxi2 ( fxi ) 2 n( n 1)
3. Menentukan kriteria pengujian: Jika F hitung < F tabel maka terima ho Jika F hitung > F tabel maka terima ha 4. Menentukan F tabel Dari tabel distribusi F diperoleh nilai F(0,05:29,27) = 1,93 a. Uji homogenitas nilai test akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Diketahui :
Varians Eksperimen : 1196,92 Varians Kontrol
: 1367,89
1367,89 1,14 1196,92 F hitung = 1,14 F tabel = 1,93 Karena Fhitung < Ftable (1,14 < 1,93 ), maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tes akhir kelompok kontrol dan eksperimen memiliki varians yang homogen.
F hitung:
Perhitungan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Perumusan hipotesis Ho : µ1 ≤ µ2 Ha : µ1 > µ2 Keterangan: µ1 = Rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarakan dengan metode diskusi µ2 = Rata-rata hasil belajar bahasa indonesia siswa yang diajarkan dengan metode ceramah b. Menentukan kriteria pengujian Terima Ho, Jika thitung < ttabel, dalam hal lainnya Ha ditolak. c. Menentukan uji statistik
Stotal
=
n1 1S12 n2 1S 2 2 n1 n2 2
=
30 161.62 27 147.61 30 27 2
=
1786.98 1237.86 55
=
54,997
= 7,415 t
=
x1 x 2 S total
1 1 n1 n2
=
84.66 81,25 7.415
=
=
1 1 30 27
3.41 7.415 0,703 3.41 6.217
= 0.56 Nilai thitung = 0.56 Untuk menentukan ttabel , dapat ditentukan dengan cara seagai berikut, ttabel = t(1-α)(db). Dengan db = (n1 + n2 – 2) = (30 + 27 – 2) = 55 dan taraf signifikan α = 0,05, didapat (1 – (0,05)) = 0,95. Jadi ttabel = t(0,95)(64) adalah 1,67. Maka ttabel = 1,67 d. Pengambilan kesimpulan Karena thitung > ttabel (0.54 > 1,67), maka Ho diterima atau Ha ditolak. Kesimpulan yang diambil adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan nilai tes akhir antara siswa yang diajar dengan metode diskusi dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional atau ceramah.
LAMPIRAN UJI VALIDITAS VALIDITAS BUTIR SOAL
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W Q Y Z AA BB CC DD EE jmlah P q pq Mt SDt Mp rpbi Ket
Butir soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 9 0,290 0,71 0,205
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 20 0,645 0,355 0,237
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 23 0,742 0,258 0,191
1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 25 0,806 0,194 0,156
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 27 0,870 0,13 0,113
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 25 0,806 0,194 0,156
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 0,935 0,065 0,607
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0,096 0,904 0,086
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 18 0,580 0,42 0,243
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0,903 0,097 0,063
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 0,129 0,871 0,112
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0,967 0,033 0,031
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 0,935 0,065 0,607
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 11 0,354 0,646 0,228
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 30 0,967 0,033 0,031
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 25 0,806 0,194 0,156
1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23 0,742 0,258 0,191
1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 0,674 0,326 0,219
0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 14 0,451 0,549 0,247
0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 24 0,774 0,226 0,174
1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 0,870 0,13 0,113
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 0,838 0,162 0,135
0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 0,806 0,194 0,156
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 0,935 0,065 0,607
17,88 -16
18,75 0,587
18,91 0,883
18,32 0,421
18,29 0,493
18,28 0,379
18,13 0,402
17,66 -46
18,55 0,386
18,36 0,790
18,25 0,065
18 1,082
1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 0,870 0,13 0,113 17,93 1,88 18,22 0,398
18,13 0,758
17,81 0,04
18 0,379
18,12 0,383
18,47 0,474
18,90 0,733
18,42 0,235
19,62 1,646
18,33 0,548
18,26 0,398
18,28 0,368
18,13 0,402
Tv
V
V
v
v
v
v
tv
v
V
tv
v
v
v
tv
v
v
v
v
tv
v
v
v
v
v
X 20 20 15 15 19 14 16 15 19 20 18 17 19 20 19 20 16 15 18 15 18 19 19 20 18 18 20 19 20 18 17 556
X2 400 400 225 225 361 196 256 225 361 400 324 289 361 400 361 400 256 225 324 225 324 361 361 400 324 324 400 361 400 324 289 10082
DAYA BEDA SOAL No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Siswa A B C D E F G H I K K L M N O P BA
17 18 25 26 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Butir soal 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 13
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
A B C D E F G H I J K L M N O BB
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4
0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7
0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 9
DP
0.046
0.346
J
C
5
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
9 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 9
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15
11
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
6
7
8
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 9
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 11
1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 11
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 12
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 13
0.267
0.142
0.133
0.07
0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0.008
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
0.4
0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 0.1
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
0.275
0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0.07
0.067
0.138
C
B
C
J
J
TT
TT
J
TT
J
J
15 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
16
17
18
19
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 10
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11
1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 8
0.133
0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 7 0.22
0.067
0.142
0.404
1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 10 0.042
J
TT
TT
J
B
TT
20 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 8
21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 6
0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 11
0.1
0.338
J
C
24
25
X
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
20 20 20 20 20 20 20 20 19 19 19 19 19 19 19 18 311
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 11
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13
18 18 18 18 18 17 17 16 16 15 15 15 15 15 14 245
0.267
0.4
0.1417
0.133
3.1042
C
B
J
J
INDEKS KESUKARAN Nama no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa A B C D E F G H I J K L ,M N O P Q R S T U V W X Y Z
27 28 29 30 31
AA BB CC DD EE
BUTIR SOAL 1
Jmlah P Criteria
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1
2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0
4 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
5 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
8 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
9 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1
10 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
11 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
13 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
18 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1
19 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
20 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0
21 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
22 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1
24 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
X 20 20 15 15 19 14 16 15 19 20 18 17 19 20 19 20 16 15 18 15 18 19 19 20 18 18
X2 400 400 225 225 361 196 256 225 361 400 324 289 361 400 361 400 256 225 324 225 324 361 361 400 324 324
1 0 0 0 0
1 0 1 0 1
1 0 1 1 1
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0
1 0 0 1 0
1 1 1 1 1
0 1 0 0 0
0 0 1 0 1
1 1 1 1 1
0 1 0 0 0
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
0 1 0 0 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 0
1 1 1 1 0
1 1 1 1 1
1 1 1 1 0
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
20 19 20 18 17
400 361 400 324 289
556
10082
9
20
23
25
27
25
29
3
18
28
4
30
27
29
11
30
25
23
21
14
24
27
26
25
29
0,290
0,645
0,742
0,806
0,870
0,806
0,935
0,096
0,580
0,903
0,129
0,967
0,870
0,935
0,354
0,967
0,806
0,742
0,674
0,451
0,774
0,870
0,838
0,806
0,935
SS
S
M
M
M
M
M
SS
S
M
SS
M
M
M
S
M
M
S
S
S
S
M
M
M
M
RELIABILITAS
Nama NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE
Butir soal yang Valid 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0
1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
X 18 17 11 10 19 18 13 12 18 17 18 18 18 17 19 18 15 14 14 14 14 13 18 17 16 16 19 18 19 18 16
X2 324 289 121 100 361 324 169 144 324 289 324 324 324 289 361 324 225 196 196 196 196 169 324 289 256 256 361 324 361 324 256
20
23
25
25
25
25
19
28
30
27
29
30
25
23
21
24
27
25
25
29
502
8320
P
0.645
0.742
0.806
0.806
0.806
0.806
0.613
0.903
0.968
0.871
0.935
0.968
0.806
0.742
0.677
0.774
0.871
0.806
0.806
0.935
Q
0.355
0.258
0.194
0.194
0.194
0.194
0.387
0.097
0.032
0.129
0.065
0.032
0.194
0.258
0.323
0.226
0.129
0.194
0.194
0.065
Pq
0.229
0.191
0.156
0.156
0.156
0.156
0.237
0.087
0.031
0.112
0.060
0.031
0.156
0.191
0.219
0.175
0.112
0.156
0.156
0.060
SDt
2,48
jmlah
R11
2
3
4
5
6
7
9
10
12
13
14
16
0,567
17
18
19
21
22
23
24
25
2.830
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: XI/I
Pertemuan ke
: 1 dan 2
Alokasi Waktu
: 4 X 45 menit ( 2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi
: Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setera tingkat Madia
Kompetensi Dasar
: Memahami perintah lisan baik yang diungkapkan maupun yangtidak.
Indikator: 1. Dipahami penegrtian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah 2. Dirumuskan kembali isi perintah (secara lisan, maupun tulisan) 3. Disebutkan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah secara lisan/tertulis 4. Dikonfirmasikan kebenaran rencana kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan rencana pemberi perintah 5. Dilaksanakan perintah sesuai dengan isi perintah. I.
Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa dapat memahami pengertian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah 2. Siswa dapat merumuskan kembali isi perintah (secara lisan, maupun tulisan) 3. Siswa dapat menyebutkan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah secara lisan atau tertulis 4.
Siswa dapat mengonfirmasikan kebenaran rencana kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan rencana pemberi perintah
5. II.
III.
Siswa dapat melaksanakan perintah sesuai dengan isi perintah.
Meteri Ajar: -
Pengertian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah
-
Teknik merespon kalimat perintah
Metode pembelajaran: -
Diskusi
IV.
-
Tanya jawab
-
Penugasan
Langkah-langkah Pembelajaran: Pertemuan Pertama A. Kegiatan Awal : - Salam dan Absensi - Appersepsi B. Kegiatan Inti : - Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam pertemuan ini - Guru memberikan kesempatan siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing. C. Kegiatan Akhir : Siswa bersama-sama menyimpulkan inti KBM Pertemuan Kedua A. Kegiatan Awal: Siswa mengulang kembali pelajaran yang lalu dengan mengungkapkan secara ringkas B. Kegiatan Inti : - Siswa mendengarkan informasi dari teman yang mendapat perintah guru. - Siswa menyampaikan isi informasi yang mengandung perintah kepada temannya secara bergiliran. - Siswa mengonfirmasikan isi perintah yang diterima dari temannya kepada guru - Siswa merencanakan apa yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah. C. Kegiatan Akhir : Siswa bersama-sama menyimpulkan inti KBM, kemudian mengerjakan evaluasi
V.
Alat / Bahan / Sumber Belajar: - Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Wahyu Prastowo -
Modul bahasa Indonesia karya Drs. Nanang C. Anwar, M. Pd
VI.
VII.
Penilaian: Jenis
: Proses dan tes tertulis
Bentuk
: pengamatan dan Essay
Butri soal dan Kunci jawaban Terlampir
VIII. Penskoran Penilaian Proses bentuk pengamatan (TERLAMPIR) Tes tertulis
: Essay
Pedoman penilaian: No. Soal Bobot 1. 20 2. 20 3. 20 4. 20 5. 20 Skor Nilai 100 Nilai Akhir No
Penilaian Proses
Nilai
Essay
Nilai
1
No 1
Nilai Akhir : N1+N2 N Jakarta, 8 Juli 2011 Guru Pend. Bahasa Indonesia
Mahasiswa PBSI
Dra. Supadmi
Hendri Pradiyanto Mengetahui Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur
Drs. Turyono, M.Pd.
Soal 1.
Sebutkan jenis kalimat perintah (minimal tiga) disertai dengan contoh!
2.
Buatlah dua buah contoh perintah berisi permohonan!
3.
Berdasarkan kalimat di bawah ini, ubahlah kalimat perintah a.
Andi tidak pernah menghormati ibunya sehingga hidupnya sengsara
b.
Ia tidak pernah membaca buku pelajarannya
4.
Bagaimana cara merumuskan kembali isi kalimat perintah
5.
Bagaimana cara mengonfirmasi kembali isi kalimat perintah
Jawaban 1. a. Kalimat perintah biasa. Contoh. Bangunlah, hari sudah siang! b. kalimat perintah harapan contoh : saya minta kamu dapat membuang sampah pada tempatnya c. kalimat perintah larangan. Contoh. Jangan kau main petasan! 2. contoh kalimat perintah berisi permohonan. - saya mohon teman-teman semua mengerti keadaan Andi yang sedang sedih. - saya minta kalian semua membaca buku setelah pulang dari sekolah. 3. a. Andi, hormatilah ibumu agar hidupmu tidak sengsara b. bacalah buku pelajaranmu! 4. a. merumuskan/menulis kembali isi perintah b. dismapaiakn agar mudah diingat c. isi perintah ditulis dalam bentuk bagan/kerangka/tabel kegiatan 5. a. mendaftar pekerjaan yang akan dilakukan, kemudian membacakannya dihadapan untuk ditanggapi b. pemberi perintah diminta untuk mengevaluasi dengan menanyakan langkah kerja yang telah dan akan dilakukan c. memberikan daftra pekerjaan dan program kerja kemudian meminta kepada pemberi perintah untuk memberi tanda
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: XI / 1
Pertemuan ke
: 3 dan 4
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit
Standar Kompetensi
: Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia tingkat media
Kompetensi Dasar
: Memahami perintah kerja tertulis.
Indikator : 1. Diidentifikasi perintah kerja tertulis dalam bentuk surat 2. Dibedakan bentuk-bentuk perintah kerja tertulis 3. Dipahami bagian-bagian dari perintah kerja tertulis dalam bentuk surat 4. Dirumuskan perintah kerja tertulis 5. Dibuat surat perintah kerja tertulis dalam bentuk surat I. Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa dapat mengidentifikasi perintah kerja tertulis dalam bentuk surat 2. Siswa dapat membedakan bentuk-bentuk perintah kerja tertulis 3. Siswa dapat memahami bagian-bagian dari perintah kerja tertulis dalam bentuk surat 4. Siswa dapat merumuskan perintah kerja tertulis 5. Siswa dapat membuat surat perintah kerja tertulis II. Meteri Ajar: 1. Teks perintah kerja tertulis (surat edaran, pengumuman, memo, disposisi) 2. Bagian-bagian surat perintah kerja tertulis 3. Menggali informasi mengenai peraturan atau budaya kerja yang berlaku di tempat kerja III. Metode Pembelajaran 1. Diskusi 2. Tanya Jawab 3. Latihan dan Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran: Pertemuan Ketiga A. Kegiatan Awal : 1. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang pelajaran lalu 2. Siswa diberi motivasi dengan cara diberikan contoh-contoh surat yang berisi perintah kerja 3. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang diberikan oleh guru B. Kegiatan Inti : 1. Siswa menggali informasi yang berkaiatan dengan budaya kerja yang berlaku di tempat kerja melalui diskusi dengan teman kelompoknya 2. Siswa disajikan surat lalu diminta merumuskan inti perintah kerja berdasarkan catatan yang dibuat pada waktu membaca informasi dari perintah kerja tertulis melalui diskusi dengan teman kelompoknya C. Kegiatan Akhir : Siswa dapat membuat simpulan isi materi yang diajarkan guru. Pertemuan Keempat A. Kegiatan Awal : Siswa mengulang pelajaran lalu dengan menyampaikan secara ringkas B. Kegiatan Inti : 1. Siswa disajikan surat untuk ditindaklanjuti dengan merencanakan isi perintah berdasarkan catatan yang dibuat pada waktu membaca informasi dari perintah kerja tertulis. 2. Siswa membuat bagan/prosedur kerja berdasarkan perintah kerja tertulis. 3. Siswa menginformasikan rencana kegiatan yang akan dilakukan (lisan/tulis) kepada pemberi perintah C. Kegiatan Akhir : 1. Siswa bersama-sama menyimpulkan isi materi yang diajarkan guru. V. Alat / Bahan / Sumber Belajar: - Contoh-contoh surat perintah kerja - Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Wahyu Prastowo - Modul bahasa Indonesia karya Drs. Nanang C. Anwar, M. Pd
VI. Penilaian Jenis
: Proses dan tes tertulis
Bentuk
: pengamatan dan Tugas
VII. Butir soal dan kunci jawaban Terlampir VIII. Penskoran Penilaian proses (terlampir) Pedoman penilaian tugas: Sangat baik : 100 Baik
: 80
Cukup
: 60
Kurang
: 50
Nilai Akhir No
Penilaian Proses
Nilai
Tugas
Nilai
1
No 1
Nilai Akhir : N1+N2 N
Jakarta, 15 Juli 2011 Mahasiswa PBSI
Guru Pend. Bahasa Indonesia
Dra. Supadmi
Hendri Pradiyanto Mengetahui Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur
Drs. Turyono, M.Pd.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semeseter
: XI/I
Pertemuan ke
:5&6
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat media Kompetensi Dasar
: Memahami makan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat
dalam konteks bekerja
Indikator: 1. Dikelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat berdasarkan kelas kata dan makn kata 2. Didaftar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonim dan antonim dalam teks bacaan 3. Dipahami makna kata yang terdapat dalam teks
I.
Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa dapat mengelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata 2. Siswa dapat mendafatar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonim dan antonim dalam teks bacaan 3. Siswa dapat memahami kata yang terdapat dalam teks
II. Materi Ajar: -
Hubungan anatar makana kata, bentuk kata, dan pemakaian kata
-
Makna leksikal dan makna gramatikal
-
Relasi makna (sinonim dan antonim, ungkapan, idiomatik, dan bentuk kata)
III. Metode Pembelajaran: -
Diskusi
-
Tanya jawab
-
Penugasan
IV. Langakah-langkah Pembelajaran; - Pertemuan Kelima A. Kegiatan Awal - Pemberian salam, absensi, dan appersepsi B. Kegiatan Inti -
Guru memberikan penjelasan tentang penggolongan kata beserta conothnya
-
Siswa diberi contoh wacana dan mendiskusikan dengan temannya
-
Siswa ditumtut umtuk memahami wacana dan mengelompokan kata berdasarkan kelas kata
C. Kegiatan Akhir Siswa menyampaikan dan mengonfirmasikan hasilnya kepada guru - Pertemuan Keenam A. Kegiatan Awal - Siswa dipandu gurru mengulang pelajaran lalu dengan aktif menjawab pertanyaan yang disampaikan guru B. Kegiatan Inti - Pemakalah (kelompok) menjelaskan tenteng pengertian sinonim, antonim, ungkapan, dan hiponim disertai dengan contohnya masingmasing - siswa diminta untuk memberikan contoh yang berbeda dari yang telah dismapaikan guru C. Kegiatan Akhir Menyimpulkan materi pelajaran secara bersama-sama V. Alat/Bahan/Sumber Belajar: -
Modul Bahasa Indonesia Kelas XI Karya Drs. Wahyu Prastowo
-
Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Nanang C. Anwar, M.Pd.
VI. Penilaian Jenis
: Proses dan tulis
Bentuk : Pengamatan dan Tugas
VII. Butir Soal dan Kunci Jawaban terlampir VIII. Penskoran Penilaian proses (terlampir) Pedoman penilaian tugas (diskusi) dan pembuatan dialog Sangat baik : 100
Baik : 80
Cukup : 60
Kurang
: 50
Nilai Akhir No
Penilaian Proses
Nilai
tugas / diskusi
Nilai
1
No 1
Nilai Akhir : N1+N2 N
Jakarta, 22 Juli 2011 Guru Pend. Bahasa Indonesia
Mahasiswa PBSI
Dra. Supadmi
Hendri Pradiyanto Mengetahui Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur
Drs. Turyono, M.Pd.
Soal dan Jawaban 1. apa yang anda ketahui tentang kata, frasa, kalusa? 2. Dari bentuknya, kata dapat dibedakan menjadi empat macam. Sebutkan dan berikan contohnya masing-masing? 3. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan di bawah ini! a. Makan garam b. Buah tangan c. Kambing hitam 4. Jelaskan pengertian dan berikan contoh dari a. Makna konotasi b. Makna denotasi c. Idiomatik (ungkapan) d. Sinonim e. Antonim Jawaban 1. Kata Frasa Klausa
: Satuan terkecil dari tatarana bahasa yang bermakna : Kumpulan dari beberapa kata yang tidak memiliki fungsi predikatif : Kumpulan adari bebrapa kata yang telah atau sudah memiliki predikat atau fungsi predikatif 2. Kata benda : Meja, kursi, dan pensil Kata kerja : Makan, Minum, dan belajar Kata sifat : pintar, bodoh, dan malas Kata tugas : di, ke, dan dari. 3. Bapak sudah makan garam dalm menjalani kehidupan ini Ayah membawa buah tangan setelah pulang dari jakarta Andi menjadi kambing hitam dalam permasalahn ini 4. Makna konotasi : Makna yang bukan sebenarnya “dalam setiap musim pemilu, para politikus berlomba memperebutkan kursi pemerintahan” Makna denotasi : Makna yang sebenarnya “ ayah membeli kursi baru kemarin di toko cendana” Idiomatik : makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentukannya. “kaki tangan : Orang kepercayaan” Sinonim : kata atau kelompok kata yang maknanya hampir sama atau mirip “ Pintar = Pandai” Antonim : Pasangan kata yang maknanya berbeda „Pintar X Bodoh”
LEMBAR UJI REFERNSI NO Referensi 1
Y.
pembimbing
Priyono.
Menyoal
hasil
UN
Bahasa
Indonesia,
http://www.borneotribune.com/citizen-jurnalism/menyoal-hasil-unbahasa-indonesia.html. 2
Arif Hulwan, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok, http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UNBahasa-Indonesia-Kembali-Jadi-Momok
3
W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. VI. h. 96.
4
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), Cet 7. h. 5
5
E. Mulyasa, Menjadi guru profesional ; menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan, (Bandung: Rosda Karya, 2006). h. 116.
6
Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli. . Strategi Pembelajaran Partisipatori
di
Perguruan
Tinggi,
(Malang:
UIN
Malang
Press,2006), h. 125 7
M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40
8
Suprijanto, Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Kedua, h. 97
9
Engkoswar,
Dasar-dasar metodologi pengajaran, (Jakarta: Bina
Aksara. 1988), Cet. Kedu,. h. 52 10
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 45
11
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2005) .Cet. Ketiga. h. 65
12
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 100.
13
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 97. 14
Solchan, dkk,
Pendidikan Bahasa Indonesia di SD,
(Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), h. 3.17 15
Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), Cet. II, h. 56.
16
Zaini Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 9496.
17
Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, (Tanggerang: Bintang Harapan Sejahtera. 2009), H. 49.
18
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2009), H. 49
19
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ketiga, H. 203-205
20
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2010), Cet. Keduapuluh empat. H. 106-107
21
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007), h. 144-155.
22
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006), Cet. Kelim, h. 113-121
23
Evaline Siregara dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 14
24
Yusi Rosdiana dan Lis setiawati, Pengembangan kurikulum dan pembelajaran bahasa Indonesia , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) , h. 1.27-1.30
25
Ma’mur Saadie, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 7.3-7.4
26
M. Umar muslim, KTSP dan Pembelejaran Bahasa Indonesia, http://www.scribd.com. Kamis, 28 Juli 2011
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010)
Cet. Ke 9, h. 107. 28
Subanam, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat.
Statistik Pendidikan,
(Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 29. 29
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan,
(Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), Edisi Revisi. Cet. 11.
Jakarta, 3 November 2011 Pembimbing
Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd.