PENERAPAN METODE PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMK DIPONEGORO BANYUPUTIH BATANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh: NUNIK HIDAYATI NIM: 083711019
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
ii
iii
iv
v
ABSTRAK Judul
Penulis NIM
: Penerapan Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang : Nunik Hidayati : 083711019
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan 1) Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kimia menggunakan metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia. 2) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode praktikum. Dari hasil wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran kimia, peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga daya pikir peserta didik kurang berkembang. Penerapan metode ceramah menghasilkan dampak yang kurang baik pada taraf berfikir peserta didik untuk menemukan konsep, mengembangkan pengetahuan, serta kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan permasalahan yang dijumpai. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan taraf berfikir, pemahaman konsep serta keaktifan peserta didik. Obyek penelitian adalah peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 30 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tin dakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil pengamatan untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi pada peserta didik SMK Diponegoro dalam pembelajaran kesetimbangan kimia dengan mengunakan metode praktikum, belum baik. Hal ini terlihat pada siklus I, akan tetapi pada siklus II pola pikir peserta didik mulai terlihat adanya peningkatan yang baik sehingga peserta didik dapat mengolah pemikirannya yang dituangkan dalam hasil belajar. Hasil yang di dapat dari pembelajaran praktikum, pada siklus I rata-rata belajar peserta didik 70,40 dengan ketuntasan klasikal sebesar 76,67%, Sedangkan pada siklus 2 setelah diadakan refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu sebesar 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,00% pada siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa taraf berfikir peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode praktikum meningkat.
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur alhamdulillah selalu terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, inayah dan hidayahNya kepada penulis yang tidak memiliki kekuatan sedikit sehingga hanya berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah meluruskan umat manusia ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Skripsi ini berjudul “Penerapan Pembelajaran Kimia Mengunakan Metode Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang”, disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sulit terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dukungan dan doa’ dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada : 1. DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2. Atik Rahmawati, S.Pd.,M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, terkhusus Segenap dosen Kimia yang tidak bosan-bosannya memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
vii
5. H. Ali Sodiqin, S.Pd.I, selaku kepala sekolah SMK Diponegoro Banyuputih Batang dan seluruh guru, karyawan dan stafnya terimakasih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Arini Ainul Hanifah, S.Pd, selaku guru mata pelajaran kimia di SMK Diponegoro Bamyuputih Batang, terima kasih atas bantuan, arahan dan bimbingannya selama penulis melaksanakan penelitian. 7. Ayahanda Abdul Ghofur dan Ibunda Sadisah selaku orang tua penulis, yang telah memberikan segalanya baik doa’ semangat, cinta, kasih sayang, ilmu dan bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan materil dan spritualnya. 8. Nenek tercinta Hj. Maryam, yang telah memberikan dorongan untuk menjadi yang terbaik beserta keluarga. 9. Teman-teman seperjuangan kimia angkatan 2008 yang memberikan semangat baik moral, material maupun spiritual. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.
Semarang, 15 April 2012 Penulis
Nunik Hidayati NIM. 083711019
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................
ii
PENGESAHAN ...........................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................
iv
ABSTRAK ...................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah.....................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
5
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ..........................................................................
7
B. Metode Praktikum ....................................................................
8
1. Pengertian metode praktikum...............................................
8
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Praktikum .............................................................................
9
3. Tahap-tahap Metode Praktikum ...........................................
11
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum ...................
12
C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi ......................................
13
1. Pengertian Berfikir ...............................................................
13
2. Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir .........................
14
3. Konsep Kemampuan Berfikir ..............................................
15
4. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi .................................
16
D. Kesetimbangan Kimia ..............................................................
17
E. Rumusan Hipotesis ...................................................................
24
ix
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................
25
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................
27
C. Pelaksana dan Kolabolator .......................................................
29
D. Rancangan Penelitian ...............................................................
30
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
36
F. Teknik Analisis Data ................................................................
37
G. Indikator Pencapaian ................................................................
39
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .........................................................................
41
1. Pra Siklus .............................................................................
41
2. Siklus 1 .................................................................................
41
3. Siklus 2 .................................................................................
49
B. Pembahasan ..............................................................................
55
1. Pra Siklus .............................................................................
55
2. Siklus 1 .................................................................................
56
3. Siklus 2 .................................................................................
59
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
65
B. Saran-saran ...............................................................................
66
C. Penutup .....................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari memerlukan informasi ilmiah dalam pemecahannya. Oleh karena itu, literasi sains menjadi kebutuhan setiap individu agar memiliki peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan perubahan pada dirinya. Pengajar bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu tercapai sebagaimana yang diinginkan.1 Menurut pemikiran al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan adalah tingkat kedekatan diri kepada Allah yang kemudian berimbas secara empiris di masyarakat terutama dalam pembentukan moral.2 Sebagaimana dalam firman Allah SWT yaitu, Q.S Ar-Rad ayat 11:
yŠ#u‘r& !#sŒÎ)uρ 3 öΝÍκŦàΡr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóム4®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# χÎ)........... ∩⊇⊇∪ @Α#uρ ÏΒ ÏµÏΡρߊ ÏiΒ Οßγs9 $tΒuρ 4 …çµs9 ¨ŠttΒ Ÿξsù #[þθß™ 5Θöθs)Î/ ª!$# “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.3 1
2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 79.
Abdurrahman, Meaningful Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 15.
Re-invensi
Kebermaknaan
Pembelajaran,
3
Fadhal AR Badafal, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006), hlm. 250.
1
Tugas seorang pendidik yang berkewajiban untuk mengatasi berbagai masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Dan guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didiknya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.4 Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), termasuk kimia, dikembangkan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami gejala alam. Rasa keingin tahuan mendorong ilmuan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah hingga ditemukan suatu jawaban yang kemudian menjadi produk sains, seperti konsep, prinsip, teori dan hukum. Dalam istilah psikologi pengetahuan tentang proses ilmiah disebut pengetahuan prosedural, dan pengetahuan yang berkaitan dengan produk ilmiah disebut pengetahuan deklaratif.5 Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya. Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Untuk mengetahui ciri suatu senyawa, kita perlu mengetahui sifat-sifat fisisnya, yang dapat diamati tanpa mengubah identitasnya, dan sifat-sifat kimia, yang dapat ditunjukkan hanya melalui perubahan kimia. Ilmu kimia terkesan sulit pada tingkat dasarnya diantaranya: kimia memiliki perbendaharaan kata yang sangat khusus dan beberapa konsepnya bersifat abstrak.6 Untuk mempelajari kimia tidak hanya dengan pemberian fakta dan konsep saja, tetapi peserta didik perlu dilatih untuk menemukan fakta dan konsep tersebut. Peserta didik tidak hanya mengetahui fakta, konsep atau prinsip, tetapi juga terampil untuk menerapkan pengetahuannya dalam
4
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
11. 5
Wiyanto, Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium, (Semarang: UNNES Press, 2008), hlm. 1. 6
Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jil. 1,
hlm.3-4.
2
menghadapi masalah dalam kehidupan dan teknologi, hal ini dapat meningkatkan keterampilan berfikir tinggkat tinggi. Telah kita ketahui bahwa peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah. Pengajaran keterampilan berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir dan mengintegrasi kegiatan berfikir kedalam pembelajaran kimia. Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran kimia sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu peserta didik menjadi problem solving yang lebih baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan peserta didik mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Berdasarkan observasi awal dan keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata pelajaran kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode ceramah. Guru hanya menerangkan dan peserta didik hanya mendengar. Sehingga peserta didik menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai harus ditunjang dengan metode yang efektif. Dan metode yang dapat mencapai tujuan pembelajaran.7 Permasalahan yang sangat umum bagi kurang minat peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran kimia karena pembelajaran hanya menggunakan ceramah atau pembelajaran yang monoton. Sehingga, peserta didik kurang terampil dalam menemukan pengetahuan atau informasi sendiri. Dan sebagian besar peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang peran aktif sehingga sulit menangkap materi pelajaran. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses penyampaian pesan harus diciptakan atau diwujudkan
7
Wawancara dengan Arini Ainul Hanifah,S.Pd (guru kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang), Tanggal 28 Nopember 2011.
3
melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik.8 Praktikum merupakan proses pemecahan masalah melalui kegiatan manipulasi variabel dan pengamatan variabel. Praktikum merupakan salah satu pengajaran yang berpusat pada peserta didik yang mengambarkan strategi-strategi pengajaran dimana guru lebih memfasilitasi dari pada mengajar langsung. Dalam strategi pengajaran yang berpusat pada peserta didik, guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial peserta didik. Tujuan-tujuan yang banyak dicapai dengan efektif dengan strategi pembelajaran yang berpusat pada
peserta
didik
meliputi:
pengembangan
proses
keterampilan
berkomunikasi, pengembangan pemahaman yang mendalam tentang pelajaran kimia
dan
pengembangan
keterampilan-keterampilan
penelitian
dan
pemecahan masalah. Melalui praktikum peserta didik juga dapat mempelajari sains dan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses sains, dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Kemampuan ini bisa dikembangkan melalui kegiatan praktikum. Dalam mempelajari kimia tanpa menemukan fakta dan konsep adalah tidak sesuai dengan proses belajar bermakna. Kesulitan peserta didik dalam menemukan fakta dan konsep apabila tidak diatasi akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, keterampilan berfikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
8
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 1.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012? 2. Apakah penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dilakukan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012 2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode praktikum kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012 Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak yang bersangkutan (peneliti dan objek yang diteliti), antara lain: 1. Bagi peneliti. Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu penerapan metode-metode dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan metode praktikum. 2. Bagi peserta didik a. Memberikan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
5
b. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kesetimbangan kimia. c. Meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi 3. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif pembelajaran kimia untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik. 4. Bagi Sekolah a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan diambil guna meningkatkan mutu peserta didik. b. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk semua pelajaran.
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya dengan penelitian yang terdahulu yang relevan. Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian yang ada baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk lainnya, maka peneliti akan memaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian ini. 1. Renee E. Weiss, “Designing Problems To Promote Higher Order Thingking”, New Directions For Taeching and Learning, No 95, Fall 2003. Penelitian ini bertujuan untuk mempromosikan pemikiran tingkat tinggi dikalangan mahasiswa dengan desain Problem Based Learning (PBL), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan memperhatikan PBL dapat meningkatkan pemikiran tingkat tinggi pada mahapeserta didik. 2. Michael H. Hopson, Richard L. Simms dan Gerald A. Knezek, “Using a Technolog-Enriched Environment to Improve Higher-Order Thinking Skills”, Journal of Research on Technology in Education, Volume 34, No 2, 2001-2002. Penelitian ini meneliti efek dari teknologi dikelas pada pengembangan peserta didik keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap mahasiswa
didik
terhadap
komputer.
Dengan
adanya
teknologi
menimbulkan efek positif pada peserta didik dalam kecakapan berfikir tingkat tinggi 3. Kartina A. Meyer, “Face-To-Face Versus Theaded Discussions: The Role of Time and Higher-Order Thinking”, JALN volume 7, Issue 3, 2003. Dalam penelitian ini membandingkan pembelajaran diskusi dengan tatap muka dan online dalam meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi,
7
dengan berbagai tema. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yang lebih cocok digunakan untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dengan berdiskusi tatap muka. 4. Akyuni, “Efektivitas Pembelajaran Praktikum Kimia Materi Pokok Reaksi Kimia Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP IPA (Islam Plus Assalamah) Ungaran” jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Menyimpulkan bahwa metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP melalui pembelajaran praktikum. Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan kemampuan kognitif dan psikomotorik pada tiap siklusnya untuk melihat hasil belajar peserta didik yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
B. Metode Praktikum 1. Pengertian Metode Praktikum Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan
mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.1 Dalam kitab-kitab klasik juga menjelaskan bahwa:
!"# '
.$ %
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 46. 2 Muhammad Atiyah Al-Abrosyi, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, (tt: Rukhu al tarbiyah wa al ta’ lim, 1950), hlm. 267
8
(!) * +,- . $ /* 0 >
.1!- 23 43 4* "*56 7 8 9: ;$ <=
Metode adalah media yang kita ikuti guna memahamkan atau memberikan pemahaman pada murid pada setiap pelajaran di berbagai materi. Metode adalah sebab-sebab yang digunakan guru guna meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan sampainya pengetahuan pada murid dengan cara termudah dan waktu tercepat. Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Praktikum Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ada lima faktor yang dapat memfasilitasi keberhasilan pembelajaran praktikum yaitu: kurikulum, sumber daya, lingkungan belajar, keefektifan mengajar, dan strategi asesemen. a. Kurikulum Kurikulum dapat diidentifikasikan menjadi tiga fase yaitu: kurikulum yang diharapkan (intended curriculum), ditunjukkan pada tujuan kurikulum; kurikulum yang dipahami (perceived curriculum), direfleksikan oleh pandangan guru dan peserta didik; dan kurikulum yang diimplementasikan (implemented curriculum), tercermin dalam proses mengajar, belajar dan lingkungan belajar.
3
Muhammad Abdul Qodir, Thuruqu Ta’limi Al-Lughoh Al-Arabiyah, (Kairo : Maktabah Al-Nahdlah Al- Misriayah 1979), hlm. 60.
9
Dinamika
kurikulum
yang
diimplementasikan
sangat
bergantung pada bahan-bahan kurikulum yang tersedia. Demikian juga pelaksanaan kegiatan praktikum sangat bergantung pada bahan-bahan kurikulum, misalnya: (a) petunjuk praktikum yang terdiri dari beberapa percobaan, baik yang terintegrasi maupun tak terintegrasi dengan kegiatan non praktikum, (b) lembar kerja, (c) buku teks yang memuat percobaan praktikum.4 b. Sumber Daya Sumber daya, mencakup bahan dan peralatan, ruang dan perabotan, asisten dan tenaga laboran serta teknisi.5 c. Lingkungan Belajar Keberhasilan belajar terkait dengan lingkungan tempat belajar itu terselengara, kegiatan di laboratorium bersifat kurang formal, peserta didik bebas untuk mengamati, berbuat dan berinteraksi secara individual maupun kelompok.6 d. Keefektifan Mengajar Sikap, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru dapat mempengaruhi
keberhasilan
dalam
pencapaian
tujuan
belajar.
Mengajar sebuah praktikum memerlukan penguasaan keterampilan proses ilmiah (metode ilmiah) dan pengetahuan materi subyek, serta memerlukan pengetahuan khusus tentang iklim kelas dan cara mengelolanya.7
4
Wiyanto, Menyiapkan, hlm 36-37.
5
Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37
6
Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37
7
Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38
10
e. Strategi Asesmen Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ketika objek yang di pelajari diperlihatkan pada peserta didik, ternyata tes performance menunjukkan sebagai alat ukur yang lebih valid untuk mengukur keterampilan proses maupun penalaran logis, dibandingkan dengan mengunakan paper pencil test.8 3. Tahap-tahap Metode Praktikum Pada pelaksanaan praktikum agar hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:9 a. Langkah persiapan Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul. Persiapan untuk metode praktikum antara lain: 1) Menetapkan tujuan praktikum. 2) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3) Mempersiapkan tempat praktikum. 4) Mempertimbangkan jumlah peserta didik dengan jumlah alat yang tersedia dan kapasitas tempat praktikum 5) Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan dilakukan. 6) Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum. 7) Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum.
8
Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38
9
Byarlina Gyamirti, Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Fisika Topik Getaran Dan Gelombang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMP, (Bandung: UPI,2010), hlm. 14-15
11
b. Langkah pelaksanaan 1) Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik mendiskusikan persiapan dengan guru, setelah itu baru meminta keperluan praktikum (alat dan bahan). 2) Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode praktikum, guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok. c. Tindak lanjut metode praktikum Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah: 1) Meminta peserta didik membuat laporan praktikum. 2) Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum. 3) Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua perlengkapan yang telah digunakan. 4. Kelebihan dan kekurangan metode praktikum Metode praktikum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:10 a. Kelebihan Metode Praktikum 1. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. 2. Dapat membina peserta didik untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. b. Kekurangan Metode Praktikum 1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi. 2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
10
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 84-85.
12
3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. 4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian. Dari semua hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa metode praktikum merupakan suatu cara dimana peserta didik melakukan percobaan dengan
mengalami
untuk
membuktikan
sendiri
suatu
pertanyaan ataupun hipotesis yang dipelajari sehingga dapat memupuk dan mengembangkan sikap ilmiah dalam diri peserta didik, juga memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya penjelasan lisan sehingga sangat bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi 1. Pengertian Berfikir Ketika seseong melakukan aktifitas yang terkait dalam jasmani dan rohani, maka aspek berfikir tidak dapat dilepaskan, terlebih jenis aktifitas tersebut melibatkan unsur persoalan yang harus dicarikan jalan keluar. Dengan demikian, berfikir dapat dikatakan memegang peran dalam melakukan, memecahkan dan memutuskan persoalan yang sedang atau telah dihadapi. Beberapa pendapat tentang definisi berfikir antara lain: 11 a. Suatu kondisi yang letak hubungannya diantara bagian pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dan dikontrol oleh akal. Jadi berfikir berarti meletakkan hubungan diantara bagian pengetahuan (mencakup segala konsep, gagasan dan pengertian yang telah dimiliki oleh manusia) yang diperoleh manusia. b. Menurut pandangan kaum assosiasionist, berfikir sebagai suatu proses asosiasi. Menurut pandangan kaum fungsionalist, berfikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut
11
Romlah, Psikologi Pendidikan,(Malang, UMM Press, 2010), Hlm. 57.
13
pandangan umum, berfikir adalah suatu kegiatan spikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih melalui proses berfikir. c. Berfikir
adalah
menemukan
hubungan-hubungan,
menetapkan
sangkut-paut. Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa berfikir merupakan aktifitas psikis yang intensional terhadap suatu hal atau persoalan dan tetap berupaya untuk memecahkannya, dengan cara menghubungkan satu persoalan dengan yang lain, sehingga mendapatkan jalan keluar. Bentuk proses berfikir yang dilakukan oleh setiap orang dalam memecahkan masalah tidak harus sama, tetapi dapat disesuaikan dengan persoalan yang sedang dihadapinya. Hal ini sangat tergantung pada ringan dan beratnya persoalan yang sedang dihadapi. Ada dua cara yang harus digunakan oleh seseorang agar memperoleh pemahaman terhadap sesuatu hal atau hasil dari pemecahan persoalan yang dihadapinya. Adapun dua cara tersebut adalah: pengalaman dan pengertian ilmiah Oleh karena itu, proses dalam memperoleh pengertian dapat melalui beberapa tingkat antara lain: 12 a. Menganalisa Pada tingkat ini seseorang dapat mengadakan analisa jenis beserta ciri-cirinya. b. Mengadakan Komparasi Setelah mengetahui ciri-cirinya, maka ciri satu dengan yang lainnya dikomparasikan, sehingga menghasilkan ciri yang berbeda. c. Mengadakan Abstraksi Dalam tahap ini seseorang menyatukan ciri-ciri yang sama dan mengesampingkan ciri-ciri yang berbeda.
12
Romlah, Psikologi, Hlm. 58-59.
14
d. Kesimpulan Setelah mengadakan abstraksi, selanjutnya menarik kesimpulan dengan tetap memberikan batasan pada pengertian yang diangkat. 2. Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir Sesuai
pandangan
Piaget,
struktur
pengetahuan
deklaratif
merupakan hasil pembentukan yang bergantung pada tindakan (interaksi individu dengan lingkungannya), sehingga individu harus belajar bagaimana mengelola tindakannya. Untuk dapat bertindak, diperlukan pengetahuan prosedural yang dapat menuntunnya. Jadi proses mengetahui atau
memperoleh
pengetahuan
deklaratif melibatkan
pengetahuan
prosedural (kertampilan berfikir), oleh karena itu pembelajaran diharapkan juga mampu mengembangkan pengetahuan prosedural itu. Piaget telah mengembangkan teori perkembangan pengetahuan prosedural atau pengetahuan operatif, yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0-18 bulan), pra operasional (18 bulan - 7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11-15 tahun). Implikasi dari pemahaman terhadap teori perkembangan berfikir tersebut pada pembelajaran kimia adalah bagaimana membantu peserta didik mengalami pergeseran proses berfikir. Jadi tugas guru adalah memfasilitasi perkembangan berfikir peserta didik. Di tingkat SD, sains akan lebih sesuai dibelajarkan melalui pengalaman empirik yang melibatkan pengamatan langsung, sehingga memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan melalui proses induksi. Selain itu bertolak dari pengamatan langsung itu peserta didik juga mulai dilatih untuk mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka.... menurut Piaget mulai usia sekitar 11 tahun anak sudah mampu berfikir yang berawal dari kemungkinan, maka pembelajaran di SMP diharapkan dapat memfasilitasi terjadinya pergeseran tingkat berfikir ke arah itu dengan mulai melatih mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka.... yang berawal dari kemungkinan-kemungkinan. Di tingkat SMK, kemampuan-kemampuan
15
tersebut perlu terus dikembangkan sehingga dapat menjadi kebiasaan dalam pemecahan masalah.13 3. Konsep Kemampuan Berfikir Kemampuan berfikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul atau yang dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi dan komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan dan tindakan. Menurut beberapa pakar dalam bidang psikologi menyatakan bahwa pengertian kemampuan berfikir, sebagai berikut: 14 a. Menurut Beyer (1984), berfikir adalah upaya manusia untuk membentuk konsep, memberi sebab atau membuat penentuan. b. Menurut
fraenkel
(1980),
berfikir
merupakan
pembentukan
pengalaman dan penyusunan keterangan dalam bentuk tertentu. c. Menurut Moore dan Parker (1986), kemampuan berfikir adalah keyakinan berlandasan tindakan yang cermat dan disengaja dalam menerima, menolak dan menangguhkan suatu keputusan berhubungan dengan suatu dakwaan. 4. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Peningkatan keterampilan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah. Pengajaran keterampilan berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir dan mengintegrasi kegiatan berfikir kedalam pembelajaran kimia. Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran kimia sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu
13
Wiyanto, Menyiapkan, hlm. 15-23.
14
Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 86-87.
16
peserta didik menjadi problem solver yang lebih baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan peserta didik mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:
15
(a) menghafal (recall thinking) adalah tingkat berfikir paling
rendah. Keterampilan ini hampir otomatis atau refleksi sifatnya; (b) dasar (basic thinking), keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep; (c) kritis (critical thinking) adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk didalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis atau reflektif; (d) dan kreatif (creative thinking) yang sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan ini adalah sesuatu yang komplek. Kegiatan yang dilakukan diantaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru dan menentukan efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya mengeluarkan hasil akhir yang baru. Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran kimia.
D. Kesetimbangan Kimia Kimia adalah ilmu tata susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat. Sedangkan ilmu kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural
15
S Krulik dan Rudnick, “Innovative Tasks to Improve Critical-and Creative-Thingking Skills”,Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12, hlm. 138-145.
17
Science) yang mengambil materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan oleh ilmu kimia adalah deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan perubahan menjadi benda lain (transformation of matter) secara permanen serta energi yang terlibat dalam perubahan termasud.16 “Chemical equilibrium is the state reached when the concertrations of reactants and products remain constant over time”.17 Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang dicapai ketika konsentrasi dari reaktan dan prodak konstan 1. Keadaan Kesetimbangan Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada dialam kita seperti reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah atau reaksi yang dapat balik (reversible). Contohnya: Campuran gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan menghasilkan gas amonia, reaksinya sebagai berikut: N2g 3H2g 2NH3g Amonia jika dipanaskan akan terurai menjadi gas nitrogen dan hidrogen, reaksinya sebagai berikut: 2NH3g N2g 3H2g Pengabungan antara kedua reaksi menjadi: N2g 3H2g 2NH3g
16
I Made Sukarna, JICA Kimia Dasar 1, ( Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES), hlm 1 17
John E McMURRY and ROBERT C. FAY, Chemistry, (United States of America: Pearson), hlm. 493
18
Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur. Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat. Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup. Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain sebagainya. Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase disebut kesetimbangan homogen, sedangkan yang terdiri dari dua fase atau lebih disebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa sistem gas atau larutan. Kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan komponen padat-gas atau cair-gas. Contoh kesetimbangan homogen: a. N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) b. H2O(l) H+(aq) + H+(aq) Contoh kesetimbangan heterogen: a. Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq) b. CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)18 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Perubahan kondisi percobaan dapat menggangu kesetaraan dan mengeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau kurang. Ada suatu aturan umum yang membantu kita memprediksi kearah mana reaksi kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu. Aturan ini dikenal dengan asas Le Chatelier, yang menyatakan bahwa:
18
Harun Nasution, Kesetimbangan Kimia, modul kim. 11, (Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 7-15
19
“jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali.19 Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut: Reaksi = - Aksi Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan. Penerapan Asas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbangan:20 a. Pengaruh Konsentrasi Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi bergeser ke arah hasil reaksi. Gejala perubahan dapat diperhatikan [Fe(SCN)3] dalam air berwarna merah. Warna merah menunjukkan adanya ion FeSCN2+. Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN2+ yang tidak terurai dan Fe3+ dan SCN- ditulis sebagai berikut: FeSCN2+(aq)
merah
Fe3+(aq)
+
kuning pucat
SCN-(aq) tidak berwarna
Jika ditambah NaSCN pada larutan maka konsentrasi dari SCNakan bertambah. Akibatnya ion Fe3+ akan bereaksi dengan ion SCN-, sehingga kesetimbangan bergeser dari kanan ke kiri, dengan persamaan: FeSCN2+(aq)
Fe3+(aq)
+
SCN-(aq)
19
Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jild 2, hlm. 79-80 20
Raymond Chang, Kimia, hlm. 80-84.
20
Akibatnya warna merah dalam larutan akan bertambah tua. Jika ditambah H2C2O4 pada larutan awal C2O42- akan berikatan dengan Fe3+. Akibatnya ion Fe3+ akan membentuk ion Fe(C2O4)33- yang dapat dilihat dari warna kuning dalam larutan. Persamaan yang terjadi antara lain: FeSCN2+(aq)
Fe3+(aq)
+
SCN-(aq)
Dari eksperimen tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesetimbangan reaktan dan produk terdapat dalam sistem, kenaikan konsentrasi produk akan menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah kiri dan penurunan konsentrasi produk akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan.
Gambar 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi pada posisi kesetimbangan. (a) larutan berair Fe(FCN)3, warna larutan yang timbul karena spesi FeSCN2+ yang merah dan spesi Fe3+ yang kuning. (b) sesudah ditambahkan sedikit NaSCN kedalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kiri. (c) sesudah ditambah sedikit Fe(NO3)3 ke dalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kiri. (d) sesudah ditambahkan sedikit H2C2O4 ke dalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kenan, warna kuning disebabkan oleh ion Fe(C2O4)33-. b. Pengaruh tekanan Semakin besar tekanan, semakin kecil volume. Maka, reaksi bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sebaliknya jika semakin kecil tekanan, semakin besar volume. Maka, reaksi bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih banyak.
21
Contoh: 2PbS(s) + 3O2(g) ↔ 2PbO(s) + 2SO2(g) Yang diperhatikan molekul gas saja. Pada persamaan yang setara, ada 3 mol reaktan gas dan 2 mol produk gas. Jadi, reaksi akan bergeser ke arah produk (ke kanan). c. Pengaruh suhu Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik. Contoh: N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) Jika suhu dinaikkan reaksi bergeser ke kiri (N2 dan H2) Perubahan
konsentrasi,
tekanan
atau
volume
akan
menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai tetapan kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan. Reaksi Pembentukan NO2
dari N2O4
adalah proses
endotermik, seperti terlihat pada persamaan reaksi berikut : N2O4(g) 2NO2(g)
∆ 58,0
Dan reaksi baliknya adalah proses eksotermik: 2NO2(g) N2O4(g)
∆ 58,0
Jika temperatur dinaikkan, maka pada proses endotermik akan menyerap panas dari lingkungan sehingga membentuk molekul NO2 dari N2O4. Kesimpulanya,
peningkatan suhu menghasilkan reaksi
endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
22
(a)
(b)
Gambar 2.2 (a) Dua bola mengandung gas NO2 dan N2O4 pada kesetimbangan. (b) Bila suatu bola direndam dalam air es (kiri), warnanya akan lebih muda, yang menunjukkan pembentukan gas N2O4 yang tak berwarna. Bila bola lainnya direndam dalam air panas (kanan), warnanya akan menjadi lebih tua yang menunjukkan peningkatan NO2. d. pengaruh katalis Katalis
meningkatkan
laju
terjadinya
reaksi.
Katalis
mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi sistem kesetimbangan. Panambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat. Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi kita mungkin harus menunggu lama agar kesetimbangan terjadi. Pengaruh katalis terhadap kesetimbangan kimia ditunjukkan pada gambar 1.1
23
Tan
Deng
Gambar 2.3 Katalis menurunkan Ea untuk reaksi maju dan reaksi balik. Katalis mempengaruhi laju reaksi ke kanan maupun ke kiri dan pengaruhnya sama. Keadaan setimbang tidak berubah (tidak dipengaruhi
katalis)
tetapi
hanya
mempercepat
tercapainya
kesetimbangan.
E. Rumusan Hipotesis Tindakan Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa” yang berarti kebenaran. Hipotesis yang di maksud adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna. Pengertian ini kemudian di perluas menjadi kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu di sempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian.21 Sehubungan dengan pengertian hipotesis tersebut, maka hipotesis yang penulis ajukan adalah “penerapan pembelajaran kimia mengunakan metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012”.
21
Muchamad Fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif, (Semarang: IAIN Walisongo Press, 2009), hlm. 127.
24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan di kelas. PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, sekolah atau tempat ia mengajar dengan tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. PTK sesuai namanya bersifat “terbatas” dalam arti keluasan objek dan sasaran yang menjadi pusat perhatian penelitiannya.1 Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang nyata yang terjadi di dalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang belajar.2 Untuk mempermudah penerapan prinsip-prinsip tindakan, sebelum mulai melaksankan tindakan guru perlu menyusun rencana tindakan. Dalam penyusunan rencana, sebaiknya menggunakan prinsip perencanaan SMART yang artinya cerdas. Istilah tersebut adalah singkatan dari huruf depan katakata SMART, yang rinciannya adalah sebagai berikut: 1. S, kata depan dari specific, artinya khusus. 2. M, kata depan dari managable, artinya dapat dilaksanakan, tidak rumit.
1
Jasa Ungguh Muliawan, Penelitian Tindakan Kelas (Claaroom Action Researth), (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm. 1. 2
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008),
hlm. 60.
25
3. A, kata depan dari acceptable, artinya dapat diterima oleh pihak pelaku tindakan atau achievable, artinya dapat dicapai. 4. R, kata depan dari realistic, artinya dalam kegiatan nyata, terdukung sumber daya yang ada. 5. T, kata depan dari time-bound, artinya dilaksanakan dalam batas waktu tertentu.3 PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut: Permasalahan .
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Refleksi I
Pengamatan data I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Refleksi II
Pengamatan data II
Siklus I
Permasalahan baru hasil refleksi siklus II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya Gambar 3.1 Siklus PTK4
3
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2010) hlm. 11
4
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm. 74
26
Siklus-siklus tersebut dijelaskan sebagai berikut:5 1. Siklus I a. Perencanaan. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan melalui tindakan. b. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. c. Pengamatan Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. d. Refleksi Refleksi atau peristiwa perenungan adalah langkah menggigat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun peserta didik. 2. Siklus II Serupa dengan siklus I, siklus II terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan setiap tahap pada siklus II sama dengan pelaksanaan setiap siklus I
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang. 2. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan januari tahun 2012 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.1.
5
Suharsimi Arikunto, Penelitian, hlm. 17-19
27
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tanggal/ Bulan 28-30 Nopember 2011
Alokasi Waktu 3 hari
Pra Siklus
3 Desember 2011
2 x 45 menit
3.
Siklus I (pertemuan I)
7 Januari 2012
2 x 45 menit
4.
Siklus I (pertemuan II)
14 Januari 2012
2 x 45 menit
5.
Siklus II (pertemuan I)
21 Januari 2012
2 x 45 menit
No
Tahapan
1.
Observasi Awal
2.
Kegiatan a. Wawancara dengan guru kimia kelas XI b. Persiapan dan pencarian data yang mendukung rencana pelaksanaan penelitian a. Perkenalan peneliti dengan peserta didik b. Mengamati guru dalam mengajar kimia c. Mengamati keaktifan peserta didik a. Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode praktikum b. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode praktikum pada materi kesetimbangan kimia. c. Pemberian pekerjaan rumah a. Pembahasan PR b. Persiapan tes evaluasi c. Pelaksanaan tes evaluasi siklus I dengan sub materi pokok kesetimbangan kimia. a. Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode praktikum. b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum pada sub materi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
28
6.
Siklus II (pertemuan II)
28 Januari 2012
2 x 45 menit
Kesetimbangan kimia. c. Pemberian pekerjaan rumah a. Pembahasan PR b. Persiapan tes evaluasi c. Pelaksanaan tes evaluasi siklus II dengan sub materi pokok Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan kimia.
C. Pelaksana dan Kolaborator 1. Pelaksana dan Kolaborator Dalam penelitian PTK ini yang menjadi pelaksana adalah peneliti sendiri. Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama antara praktisi (guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain-lain) dan peneliti
dalam
pemahaman,
kesepakatan
tentang
permasalahan,
pengambilan keputusan, dan akhirnya melahirkan kerjasama tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal sangat penting. Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masingmasing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi) sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.6 Tujuan dari kolaborator adalah untuk membantu kita dalam mengamati pelaksanaan tindakan kelas dan memberikan penilaian dari instrumen yang kita buat sebagai alat ukur penelitian. Selain itu kolaborator dapat memberikan umpan balik ( feedback ) pada saat evaluasi refleksi yang tujuannya perbaikan tindakan yang kita lakukan. Kolaborasi dalam
6
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm. 63.
29
penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang.
D. Rancangan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, siklus I berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk mengatasi masalah. Siklus 2, 3 dan seterusnya serangkaian kegiatan pembelajaran
berupa implementasi
yang telah direvisi untuk mengatasi
masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pra Siklus Dalam pra siklus ini peneliti melihat kreatifitas berfikir tingkat tinggi kimia pada materi pokok laju reaksi yang diampu oleh Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd. peneliti mengamati metode pembelajaran yang digunakan, apakah terjadi komunikasi antara guru dan peserta didik atau tidak?, perilaku peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Peneliti akan melakukan wawancara kepada Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd selaku guru kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro tentang keaktifan peserta didik dan bahasa yang digunakan ketika menanyakan pelajaran atau diskusi. Dengan itu peneliti dapat menafsirkan kreatifitas berfikir tingkat tinggi peserta didik. Hal
ini
dilakukan
sebagai
dasar
untuk
membandingkan
keberhasilan pembelajaran kimia dengan metode praktikum pada siklus I dan siklus II.
30
2. Siklus I a. Perencanaan 1) Guru
menyusun
dan
menyiapkan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tentang sub materi pokok macam-macam kesetimbangan kimia dengan metode praktikum. 2) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas. 3) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran. b. Tindakan 1) Guru mengadakan presensi kepada peserta didik. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru menggali pengetahuan awal peserta didik pada sub materi reaksi kesetimbangan. 4) Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sub materi pokok macam-macam kesetimbangan
dengan langkah-
langkah sebagai berikut: a) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 peserta didik). b) Masing-masing peserta didik mendapatkan petunjuk praktikum. c) Masing-masing kelompok melakukan praktikum. d) Setelah semua kelompok melakukan praktikum, kemudian semua kelompok berdiskusi dan mengumpulkan laporan sementara kemudian guru menyimpulkan kembali materi perkembangan reaksi kesetimbangan sehingga peserta didik menjadi paham. e) Secara individual peserta didik diberi PR c. Pengamatan Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut:
31
1. Pengamatan terhadap peserta didik a) Antusias peserta didik dalam pembelajaran praktikum. b) Keaktifan peserta didik dalam percobaan. c) Ketelitian peserta didik dalam menentukan hasil. d) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan percobaan. e) Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok. f) Sikap peserta didik dalam memperhatikan langkah-langkah percobaan. g) Keterampilan peserta didik dalam membuat laporan. 2. Pengamatan terhadap guru a) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum. b) Suara guru saat menyampaikan materi. c) Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok. d) Ketepatan guru mengelola waktu pembelajaran. e) Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik. f) Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan percobaan. g) Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum. h) Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik. i) Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal balik. j) Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur praktikum saat peserta didik melakukan praktikum.
k) Membantu peserta didik yang kesulitan melakukan praktikum. l) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri. m) Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik dalam mengamati reaksi yang terjadi.
n) Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik. o) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif.
32
p) Membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok.
q) Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan. r) Keterampilan guru dalam mengelola kelas. s) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi. d. Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja dan aktivitas peserta didik. Analisis dilakukan untuk mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II. 3. Siklus II a.
Perencanaan 1) Mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang muncul dari siklus I. 2) Guru
menyusun
Pembelajaran
dan
(RPP)
menyiapkan tentang
sub
Rencana Pelaksanaan materi
pergeseran
kesetimbangan kimia dengan metode praktikum. 3) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas. 4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran. b.
Tindakan 1) Guru mengadakan presensi kepada peserta didik. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru menggali pengetahuan awal peserta didik pada sub materi pokok pergeseran kesetimbangan.
33
4) Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sub materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 peserta didik). b) Masing-
masing
peserta
didik
mendapatkan
petunjuk
praktikum. c) Masing-masing kelompok melakukan praktikum. d) Setelah semua kelompok melakukan praktikum, kemudian semua kelompok berdiskusi dan mengumpulkan laporan sementara kemudian guru menyimpulkan kembali materi perkembangan reaksi kesetimbangan sehingga peserta didik menjadi paham. e) Secara individual peserta didik diberi PR. c.
Pengamatan Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan terhadap peserta didik a) Antusias peserta didik dalam pembelajaran praktikum. b) Keaktifan peserta didik dalam percobaan. c) Ketelitian peserta didik dalam menentukan hasil. d) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan percobaan. e) Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok. f) Sikap peserta didik dalam memperhatikan langkah-langkah percobaan. g) Keterampilan peserta didik dalam membuat laporan. 2. Pengamatan terhadap guru a) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum. b) Suara guru saat menyampaikan materi. c) Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok. d) Ketepatan guru mengelola waktu pembelajaran.
34
e) Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik. f) Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan percobaan. g) Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum. h) Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik. i) Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal balik. j) Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur praktikum saat peserta didik melakukan praktikum.
k) Membantu peserta didik yang kesulitan melakukan praktikum. l) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri. m) Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik dalam mengamati reaksi yang terjadi.
n) Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik. o) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif. p) Membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok.
q) Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan. r) Keterampilan guru dalam mengelola kelas. s) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi. d.
Refleksi Hasil pengamatan pada siklus II dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti dan
kolaborator. Diharapkan setelah
berakhir siklus II dengan metode kesetimbangan kimia
maka
praktikum pada materi
ketrampilan berfikir tingkat tinggi
peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang meningkat.
35
E. Teknik Pengumpulan Data Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih
Batang tahun ajaran 2011/2012. Dalam
mengumpulkan data mengenai ketrampilan berfikir tingkat tinggi
peserta
didik pada praktikum kimia, peneliti menggunakan tehnik observasi, dokumentasi dan tes. a. Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.7 Metode observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami.8 Metode ini digunakan untuk mengambil data pada saat subyek melakukan praktikum yaitu untuk mengamati ketrampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi akan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. b. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.9 Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang yaitu nama peserta didik yang termasuk dalam sampel.
7
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafinda Persada, 1996),
hlm. 76. 8
Sukardi, Metodolagi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 78. 9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 67
36
c. Tes Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka.10 Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Untuk mengukur kemampuan dasar antara lain: tes untuk mengukur intelegensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus dan lainnya. Khusus tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 meliputi: tes buatan guru dan tes terstandar.11 Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis tes essay, karena dalam analisis data yang dilihat adalah taraf ketrampilan berfikir peserta didik. Tes essay, yang dalam literaturnya disebut juga essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar. Secara umum tes essay ini adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan memberi alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan peserta didik dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.12
F. Teknik Analisa Data Data hasil pengamatan penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran melalui metode praktikum. Data penelitian yang terkumpul, setelah ditabulasi kemudian dianalisis untuk
10
Hamzah B Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),hlm.104 11
Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 223.
12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), hlm.35
37
mencapai tujuan-tujuan penelitian. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Data kuantitatif Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif persentase. Nilai yang diperoleh peserta didik dirata-rata untuk ditemukan keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. a. Menghitung Rata-rata Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus:13 _
x =
∑
x
N
Keterangan: −
x
= rata-rata nilai.
∑x
= jumlah seluruh nilai.
N
= jumlah peserta didik
b. Ketuntasan Belajar klasikal Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika 85% dari seluruh peserta didik dalam kelas tersebut telah mencapai nilai 65. Untuk menghitung kriteria ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus:
100%
Keterangan: P = Presentase ketuntasan belajar S = Jumlah peserta didik yang mencapai tuntas belajar N = Jumlah total peserta didik Ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas ≥ 65 dengan ketuntasan klasikal minimal 85%14
13
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: PT. Transito, 2002), hlm.67
38
2. Data kualitatif Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi berbentuk kalimat. Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dengan metode praktikum. Keberhasilan dalam pembelajaran ditandai dengan semakin meningkatnya kreatif berfikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep peserta didik yang diperoleh melalui hasil belajar. Perhitungan persentase pengelolaan pembelajaran oleh guru:
Persentase (%)=
Jumlah Skor x100% Skormaksimum
G. Indikator Pencapaian Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan kreatif berfikir tingkat tinggi peserta didik serta hasil belajar kimia dalam materi kesetimbangan kimia di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih
Batang. Pembelajaran kimia dengan penerapkan metode
praktikum dikatakan meningkatkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Proses Indikator proses dalam penelitian ini adalah pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila 85% peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.15 14
E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, (Bandumg: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 208. 15
E. Mulyasa, KTSP Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008),
hlm. 256.
39
2. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep peserta didik diperoleh dari hasil pekerjaan peserta didik pada hasil tes evaluasi pada tiap akhir siklus. Dalam penelitian ini yang dapat dijadikan tolak ukur ketuntasan belajar suatu kelas adalah apabila nilai rata-rata kelas ≥ 65 dengan ketuntasan klasikal minimal 85%16
16
Masynur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 36.
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Pra Siklus Tahap pra
siklus dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2011,
peneliti mengamati proses pembelajaran kimia pada materi pokok laju reaksi yang diampu oleh Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd. Berdasarkan pengamatan, kegiatan pembelajarannya
masih menggunakan metode
ceramah, sehingga komunikasi antar guru dengan peserta didik hanya satu arah. Peserta didik yang duduk di belakang juga terlihat ada yang main hp dan ada yang mengobrol dengan temannya. Informasi keaktifan peserta didik juga didapatkan dari wawancara peneliti dengan Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd selaku guru kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang. Beliau menyatakan bahwa peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga daya pikir peserta didik kurang berkembang. 2. Siklus I a. Perencanaan Proses perencanaan dalam siklus I merupakan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan tersebut meliputi: 1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dengan metode praktikum, dan materi pembelajaran yaitu kesetimbangan kimia. 2) Melakukan kolabolator dengan guru kelas. 3) Membuat daftar kelompok praktikum peserta didik. 4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
41
5) Mempersiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktikum. 6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran. b. Tindakan Tindakan pada siklus I berupa pelaksanaan dari rencana yang telah disusun dan disiapkan yaitu peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum. Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan I Siklus I pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 7 Januari 2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit. a) Pendahuluan Dimulai dengan ucapan salam dari guru yang dilanjutkan dengan jawaban salam secara serempak oleh peserta didik. Kemudian guru mengadakan presensi kepada peserta didik. Peserta didik ada yang absen dalam pertemuan ini yaitu Novia Trisna Sari dikarenakan sedang sakit. Dilanjutkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mempelajari kesetimbangan kimia dengan menggunakan metode praktikum. Peserta didik mendengarkan guru dengan sungguh-sungguh, tetapi ada lima peserta didik yang duduk di bangku belakang terlihat asyik berbicara sendiri dengan temannya,
sehingga
tidak
mendengarkan
apa
yang
disampaikan oleh guru. b) Kegiatan Inti Guru menjelaskan secara garis besar konsep reaksi dalam kehidupan sehari-hari. Semua peserta didik terlihat tenang mendengarkan penjelasan dari guru. Kemudian guru membagikan lembar kerja praktikum kepada seluruh peserta didik dan membagi peserta didik menjadi 6 kelompok berdasarkan absen. Setelah guru selesai membacakan daftar
42
kelompok, peserta didik segera membentuk kelompok dan mengambil alat praktikum yang sudah disediakan. Dalam
pembelajaran
praktikum
peserta
didik
melakukan pekerjaan dalam masing-masing kelompok. Pada setiap kelompok terjadi sebuah percakapan diantaranya sebagai berikut: Pada praktikum reaksi reversibel Agus Muntaha dari kelompok 1 bertanya kepada temannya mengapa ketika larutan PbSO4 di campurkan dengan NaI menjadi warna kuning? Lalu Amelia sari menjawab karena Pb bereaksi dengan I yang akan menghasilkan PbI dengan warna kuning. Kelompok ini memahami prosedur yang harus di lakukan ketika praktikum. Pada kelompok 2 peserta didik yang bernama Dwi Rahmawati bertanya kepada guru, kenapa ketika endapan PbI terbentuk harus di cuci dengan aquades? Lalu guru menjawab agar endapan PbI yang terjadi bersih dari pengotornya. Sehingga pada waktu penambahan larutan yang lain tidak merusak
reaksi
yang
akan
terjadi.
Teman-teman
sekelompoknya juga mendengarkan dengan seksama. Pada kelompok 3 peserta didik yang bernama Kursiana ternyata telah menemukan konsep praktikum yang akan dilakukan di kelas, jadi pada kelompok ini mereka mencoba untuk menyamakan hasil yang mereka lakukan dengan materi yang mereka peroleh dari internet. Ketika mereka melakukan percobaan masih ada kebingungan kenapa waktu PbSO4 ditambah dengan NaI menjadi kuning dan ketika ditambah dengan Na2SO4 menjadi putih lagi? Pada kelompok 3 ini mereka mencoba menganalisis reaksi yang terjadi, menurut Imam Muzani hal itu bisa terjadi karena ini termasuk reaksi reversibel sebagaimana kita ketahui bahwa reaksi reversibel merupakan reaksi yang dapat balik. Ketika PbSO4 yang
43
warnanya putih ditambah dengan NaI berubah menjadi kuning dan ketika ditambah dengan Na2SO4 menjadi putih lagi. Pada kelompok 4 paserta didik masih bingung dengan prosedur praktikum, bagaimana perlakuan yang harus mereka lakukan dengan bahan yang ada. Lalu guru menyampaikan ulang prosedur praktikum yang harus dilakukan lalu perhatikan warna endapan yang terjadi. Hal ini terjadi karena pada kelompok 4 tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Pada kelompok 5
peserta didik telah melakukan
percobaan sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Akan tetapi dalam kelompok ini juga ada masalah yang mereka belum menemukan titik terangnya, paserta didik yang bernama Nur Ulfi Alfiani mendiskusikan dengan teman-temannya sebenarnya endapan yang berwana kuning itu berasal dari apa? Dan endapan berikutnya dapat menjadi warna putih lagi. Mushofa teman sekelompok memberikan alasan mengapa dapat mendapatkan endapan warna kuning karena Pb2+ bereaksi dengan I-. Lalu Muhammad Rozikin mengemukakan argumennya ketika endapan berubah menjadi putih lagi, dikarenakan Pb2+ bereaksi dengan SO42- lalu munghasilkan endapan PbSO4, seperti awal sebelum perlakuan. Pada kelompok 6 peserta didik melakukan praktikum sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Dalam kelompok ini tidak ada peserta didik yang mendiskusikan hasil dari percobaan. Selain terjadi percakapan dalam kelompok peserta didik terlihat aktif dalam pembelajaran, mereka melakukan percobaan dalam setiap kelompok akan tetapi belum mengetahui secara pasti yang mereka lakukan itu untuk apa?. Di sini guru bertindak sebagai fasilitator sehingga peserta didik memahami secara pasti percobaan apa yang mereka lakukan.
44
Dalam prosesnya masih banyak peserta didik hanya melakukan percobaan saja, mereka merasa senang akan perubahan warna yang terjadi. Tetapi tidak mengetahui alasan terjadinya perubahan warna. Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan praktikum, mereka memulai menyusun laporan praktikum dengan berdiskusi kelompok. Pada proses diskusi ini masingmasing kelompok bekerjasama dengan temannya untuk membuat kesimpulan dari praktikum. Perbedaan pendapat yang banyak terjadi pada setiap kelompok mengawali peserta didik untuk berfikir lebih dalam lagi tentang hasil praktikum. Dalam sela-sela diskusi, guru mengigatkan agar mengaitkan hasil praktikum dengan materi yang berkaitan. Sehinga peserta didik mengkaji materi yang telah mereka peroleh. Setelah semuanya selesai masing-masing kelompok mengumpulkan laporan praktikum. c) Penutup Guru memberikan PR kepada peserta didik berupa 5 soal essay, dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Kemudian Guru mengumumkan akan diadakannya evaluasi pada
pertemuan
berikutnya
berkaitan
dengan
materi
kesetimbangan kimia. Lalu guru mengakhiri pertemuan dengan berpesan kepada peserta didik agar belajar di rumah untuk mempersiapkan
materi
evaluasi.
Selanjutnya
guru
mengucapkan salam. 2) Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Januari 2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit. a) Pendahuluan Guru mengawali pertemuan dengan salam pembuka dan dijawab serempak oleh peserta didik. Dilanjutkan dengan
45
pembahasan PR oleh peserta didik dengan guru sebagai fasilitator. Semua peserta didik mengeluarkan PR yang telah mereka kerjakan dan ditukar dengan teman sampingnya untuk selanjutnya memberikan
dikoreksi
bersama-sama.
pengarahan
sebelum
Kemudian evaluasi
guru
siklus
I
dilaksanakan. Peserta didik tenang mendengarkan pengarahan dari guru, akan tetapi masih terlihat ada yang gaduh karena minta segera diadakan evaluasi. b) Kegiatan Inti Peserta didik melakukan persiapan evaluasi dengan berdo’a. Lalu guru memberikan instruksi agar semua buku dimasukkan ke dalam tas. Kemudian guru membagikan lembar evaluasi kepada peserta didik berupa 10 soal uraian. Dilanjutkan peserta didik mengerjakan soal evaluasi dengan tenang dan sungguh-sungguh. Guru berkeliling mengawasi peserta didik mengerjakan soal. Ketika sampai di bangku belakang, guru mengetahui Ahmad Rozikin dan teman sekelilingnya membawa contekan. Akhirnya guru mengambil contekan dan menegurnya. c) Penutup Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal, peserta didik mengumpulkan lembar jawab. Guru memberikan arahan agar besok belajar untuk pertemuan berikutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Dan guru mengakhiri pertemuan dengan salam penutup. Adapun hasil nilai evaluasi siklus I dapat dilihat pada lampiran 14. Berdasarkan nilai evaluasi siklus I dari jumlah peserta didik sebanyak 30, diperoleh peserta didik yang memenuhi kriteria tuntas yaitu yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 23 peserta didik, sedangkan yang tidak tuntas yaitu yang memperoleh nilai <65
46
sebanyak 7 peserta didik. Dan nilai rata-rata kelas sebesar 70,4 serta ketuntasan klasikal sebesar 76,67%. c. Observasi (pengamatan) Selama
proses
tindakan
berlangsung,
dilakukan
juga
pengamatan atau observasi terhadap proses tindakan yang telah dilaksanakan. kolabolator mengamati jalannya proses pembelajaran dengan berpedoman pada format lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi peneliti pada siklus I adalah sebagai berikut: Hasil pengamatan kepada guru Adapun hasil pengamatan oleh kolabolator terhadap kinerja guru pada saat pembelajaran praktikum diantaranya: penjelasan guru tentang prosedur praktikum dikegiatan pendahuluan kurang jelas dan penyampaiannya terlalu cepat sehingga kurang dimengerti oleh peserta didik. Suara guru saat menyampaikan materi kurang keras sehingga peserta didik meminta untuk diulang beberapa kali dan peserta didik yang berada di bangku belakang ada yang kurang memperhatikan. Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik melakukan praktikum juga kurang merata sehingga ada peserta didik yang merasa diacuhkan. Ketepatan guru dalam mengelola waktu pembelajaran menggunakan praktikum ini masih kurang. Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan dari peserta didik baik. Guru memperhatikan dengan cukup serius saat peserta didik melakukan percobaan. Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah cukup sesuai dengan prosedur di lembar kerja praktikum. Demikian juga guru dapat memberikan arahan kepada peserta didik, menciptakan komunikasi yang timbal balik disaat pembelajaran berlangsung dan guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika peserta didik melaksanakan praktikum sehingga dapat meluruskan prosedur praktikum ketika peserta didik menyimpang.
47
Guru membantu peserta didik yang kesulitan dalam melakukan praktikum sehingga peserta didik menjadi mengerti dan guru kurang dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Demikian halnya kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik dalam mengamati reaksi yang terjadi. Guru cermat dalam mengamati
keaktifan
peserta
didik.
Guru
belum
seluruhnya
mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran. Guru membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok. Guru teliti dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh peserta
didik,
sehingga
ketika
peserta
didik
salah
dalam
menyimpulkan laporan guru langsung memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk membetulkannya. Guru sangat terampil dalam mengelola kelas. Akan tetapi guru belum menyimpulkan materi dikegiatan akhir karena waktunya tidak mencukupi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10. d. Refleksi Refleksi pada siklus I berupa observasi peneliti terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I yaitu tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan memperhatikan hal-hal yang perlu diambil dan dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Pada
siklus
I
ini
pelaksanaan
pembelajaran
materi
kesetimbangan kimia dengan menggunakan metode praktikum masih belum berjalan sesuai rencana tindakan. Hal ini disebabkan peserta didik
belum
memahami
mekanisme
pembelajaran
dengan
menggunakan metode praktikum dengan benar. Untuk itu perlu adanya perbaikan ulang mengenai perencanaan yang nantinya akan digunakan dalam pembelajaran pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus I adalah: 1) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum kurang jelas 2) Suara guru kurang keras.
48
3) Perhatian guru kepada kelompok peserta didik dalam pembelajaran kurang merata. 4) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam pembelajaran praktikum kurang tepat. 5) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri kurang maksimal. 6) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan praktikum belum maksimal. 7) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif perlu ditingkatkan. 8) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi kurang tepat. 9) Hasil keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik belum memenuhi standar. 10) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator yang ditentukan. 3. Siklus II a. Perencanaan Proses perencanaan dalam siklus II merupakan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan tersebut meliputi: 1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dengan metode praktikum, dan materi pembelajaran yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. 2) Melakukan kolaborator dengan guru kelas. 3) Membuat daftar kelompok praktikum peserta didik. 4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 5) Mempersiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktikum.
49
6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran. b. Tindakan Tindakan pada siklus II berupa pelaksanaan dari rencana yang telah disusun dan disiapkan yaitu guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum. Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan I Siklus II pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 januari 2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit. a) Pendahuluan Dimulai dengan ucapan salam dari guru yang dilanjutkan dengan jawaban salam secara serempak oleh peserta didik. Kemudian guru mengadakan presensi kepada peserta didik. Semua peserta didik tidak ada yang absen dalam pertemuan ini. Dilanjutkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu
mempelajari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia dengan menggunakan metode praktikum. Peserta didik mendengarkan guru dengan sungguh-sungguh, tetapi ada peserta didik yang duduk di bangku belakang terlihat asyik berbicara sendiri dengan temannya,
sehingga
tidak
mendengarkan
apa
yang
disampaikan oleh guru. b) Kegiatan Inti Guru menjelaskan secara garis besar konsep pergeseran reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bidang industri. Semua peserta didik terlihat tenang mendengarkan penjelasan dari guru. Kemudian guru membagikan lembar kerja praktikum kepada seluruh peserta didik dan membagi peserta didik menjadi 6 kelompok berdasarkan absen. Setelah guru selesai membacakan daftar kelompok, peserta didik segera
50
membentuk kelompok dan mengambil alat praktikum yang sudah disediakan. Masing-masing
kelompok
melakukan
praktikum
sebagaimana dalam lembar kerja praktikum. Pada siklus ini peserta didik terlihat pandai dalam melakukan praktikum, seperti caranya mengambil larutan, cara mencampurkan dan melakukan pengamatan sangat baik. Pelaksanaan siklus II juga banyak peserta didik yang tanya seperti pada siklus I, terlihat pada kelompok 2 peserta didik dengan nama Andi setiawan menayakan kenapa saat penambahan FeCl3 dan KSCN semuanya bertambah merah, lalu Dwi Rahmawati dari kelompok
2
menjelaskan
kepada
temannya
karena
penambahan konsentrasi akan mengakibatkan reaksi bergeser ke kanan, maka dari itu setiap penambahan sedikit larutan maka warnanya akan semakan merah. Dari kelompok 6 peserta didik yang bernama Rovilatul Hasanah menanyakan kenapa pada saat campuran HNO3 dan Lempeng Cu dimasukkan kedalam air es larutan menjadi tambah biru, hal itu dikarenakan mengalami reaksi eksoterm (mengeluarkan panas) jadi reaksi akan bergeser ke kanan dan warnanya akan menjadi lebih biru. Pada praktikum ini peserta didik lebih sering mendiskusikan apa yang belum paham dengan kelompoknya, hanya beberapa saja yang ditanyakan ke guru. Setelah masingmasing kelompok selesai melakukan praktikum, mereka memulai menyusun laporan praktikum dengan berdiskusi kelompok. Pada proses diskusi ini masing-masing kelompok bekerjasama dengan temannya untuk membuat kesimpulan dari praktikum. Setelah semuanya selesai masing-masing kelompok mengumpulkan laporan praktikum.
51
c) Penutup Guru memberikan PR kepada peserta didik berupa 5 soal essay, dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Kemudian Guru mengumumkan akan diadakannya evaluasi pada pertemuan berikutnya berkaitan dengan materi faktorfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Lalu Guru mengakhiri pertemuan dengan berpesan kepada peserta didik agar belajar di rumah untuk mempersiapkan materi evaluasi. Selanjutnya guru mengucapkan salam. 2). Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan pada hari sabtu, 28 Januari 2012 dengan alokasi waktu 2x45 menit. a) Pendahuluan Guru mengawali pertemuan dengan salam pembuka dan dijawab serempak oleh peserta didik. Dilanjutkan dengan pembahasan PR oleh peserta didik dibimbing guru. Semua peserta didik megeluarkan PR yang telah mereka kerjakan dan ditukar dengan teman sampingnya untuk selanjutnya dikoreksi bersama-sama. Kemudian guru memberikan pengarahan sebelum evaluasi siklus II dilaksanakan. Dan peserta didik tenang mendengarkan pengarahan dari guru. b) Kegiatan Inti Peserta didik melakukan persiapan evaluasi dengan berdo’a. Guru memberikan instruksi agar semua buku dimasukkan ke dalam tas. Guru membagikan lembar evaluasi kepada peserta didik berupa 10 soal essay. Kemudian peserta didik mengerjakan soal evaluasi dengan tenang dan sungguhsungguh.
Guru
berkeliling
mengawasi
peserta
didik
mengerjakan soal evaluasi. Semua peserta didik tenang dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal evaluasi. Tidak ada satupun peserta didik yang mencontek.
52
c) Penutup Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal, peserta didik mengumpulkan lembar jawab. Dan guru mengakhiri pertemuan dengan salam penutup. Adapun hasil nilai tes evaluasi siklus II pada materi faktorfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia ini, dari 30 peserta didik diperoleh peserta didik yang tuntas dengan memperoleh nilai ≥65 sebanyak 27 peserta didik, sedangkan peserta didik yang tidak tuntas yaitu yang memperoleh nilai <65 sebanyak 3 peserta didik. Dan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II ini sebesar 73,9 dengan ketuntasan klasikal 90,00%. Adapun daftar nilai evaluasi peda siklus II dapat dilihat pada lampiran 15. c.
Observasi Selama proses tindakan berlangsung, dilakukan juga pengamatan atau observasi terhadap proses tindakan yang telah dilaksanakan. Kolabolator
mengamati
jalannya
proses
pembelajaran
dengan
berpedoman pada format lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi peneliti pada siklus II adalah sebagai berikut: Hasil pengamatan peneliti terhadap kinerja guru pada saat pembelajaran praktikum diantaranya: penjelasan guru tentang prosedur praktikum dikegiatan pendahuluan sudah
jelas dan
penyampaiannya tidak terlalu cepat sehingga dimengerti oleh peserta didik. Suara guru saat menyampaikan materi keras sehingga peserta didik dapat mendengarkannya dengan baik. Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik melakukan praktikum baik sehingga peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran. Ketepatan guru dalam mengelola waktu pembelajaran menggunakan praktikum ini sudah baik. Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan dari peserta didik sangat baik. Guru memperhatikan dengan serius saat peserta didik melakukan percobaan. Dalam proses pembelajaran guru mecoba memancing pikiran peserta didik agar mengaitkan apa yang
53
terjadi dengan materi yang sudah di pelajari di sekolah maupun di luar sekolah. Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur di lembar kerja praktikum. Demikian juga guru dapat memberikan arahan kepada peserta didik sangat baik, sehingga dapat menciptakan komunikasi yang timbal balik disaat pembelajaran berlangsung dan guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika peserta didik melaksanakan praktikum sehingga dapat meluruskan prosedur praktikum ketika peserta didik menyimpang. Guru membantu peserta didik yang kesulitan dalam melakukan praktikum sehingga peserta didik menjadi mengerti dan guru dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Demikian halnya kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik dalam mengamati reaksi yang terjadi. Guru cermat dalam mengamati keaktifan peserta didik. Guru dapat mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok. Guru teliti dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh peserta didik, sehingga ketika peserta didik salah dalam menyimpulkan laporan guru langsung memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk membetulkannya. Guru sangat terampil dalam mengelola kelas. Guru dapat menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11. c. Refleksi Refleksi pada siklus II berupa perenungan peneliti terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II yaitu tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan memperhatikan hal-hal yang memerlukan pemikiran ilmiah dan dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Pada pelaksanaan siklus II ini pelaksanaan pembelajaran materi faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia dengan
54
menggunakan metode praktikum sudah berjalan sesuai rencana tindakan. Hasil refleksi pada siklus I adalah: 1) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum sudah jelas 2) Suara guru sudah keras. 3) Perhatian guru kepada kelompok peserta didik dalam pembelajaran sangat merata. 4) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam pembelajaran praktikum sudah sesuai. 5) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri sudah maksimal. 6) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan praktikum baik. 7) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif sangat baik. 8) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi sudah tepat. 9) Keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik sangat baik. 10) Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator yang ditentukan.
B. PEMBAHASAN 1. Pra Siklus Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang materi pokok laju reaksi, sebelum
dilakukan
tindakan
pada
siklus
I.
Didapatkan
bahwa
pembelajaran kimia di SMK Diponegoro Banyuputih Batang masih sering menggunakan metode ceramah, sehingga komunikasi antar guru dan peserta didik hanya terjadi satu arah. Di sini guru masih menjadi pusat dalam pembelajaran, sehingga peserta didik hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh seorang guru. Dari wawancara peneliti dengan Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd selaku guru kimia kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang. Beliau menyatakan
55
bahwa peserta didik masih rendah aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga daya pikir peserta didik. Penerapan metode ceramah menghasilkan dampak yang kurang baik pada taraf berfikir peserta didik untuk menemukan konsep, mengembangkan pengetahuan, serta kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan permasalahan yang dijumpai. Hasil yang didapat dari pembelajaran peserta didik kurang mengikuti apa yang dikonsepkan oleh guru. Dilihat dari keaktifan peserta didik masih sangat minim, sehingga sangat jarang peserta didik dapat memahami konsep dasar dari pembelajaran tersebut. 2. Siklus I Dalam penelitian ini mengunakan metode praktikum karena metode ini merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Melalui praktikum peserta didik dapat mengembangkan kreatif berfikir tingkat tinggi dengan menarik kesimpulan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk dan fakta, atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Terdapat empat tahap yang harus dilakukan untuk menarik kesimpulan meliputi: mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, mengidentifikasi fakta yang diketahui, mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya dan membuat perumusan prediksi hasil akhir. Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan dari lembar observasi, pelaksanaan pembelajaran praktikum pada siklus I ini, hasil belajar pada aspek afektif peserta didik yang dilihat dari keaktifan peserta didik belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini tidak terlepas dari kinerja guru. Penjelasan guru tentang prosedur praktikum di kegiatan pendahuluan kurang jelas sehingga peserta didik belum dapat memahami prosedur pembelajarannya. Suara guru saat menyampaikan sub materi keadaan setimbang kurang keras dan terlalu cepat dalam penyampaian sehingga peserta didik
56
yang duduk di belakang tidak dapat mendengarkan dengan jelas. Hal ini merupakan dasar pengetahuan yang akan digunakan peserta didik untuk merumuskan masalah yang ada dengan mengaitkan fakta yang terjadi, jika pengetahuan dasar ini tidak diserap dengan sempurna maka peserta didik tidak mempunyai landasan pengetahuan yang kuat. Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik praktikum belum merata, sehingga ada peserta didik yang merasa kurang diperhatikan. Hal ini mengakibatkan kecemburuan sosial yang akan mematikan semangat peserta didik dalam pembelajaran. Ketika peserta didik ada yang bertanya, guru dapat menjawab dengan baik dan memancing peserta didik untuk mengaitkan materi yang disampaikan. Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan praktikum sudah baik, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak peserta didik yang kurang memahami prosedur praktikum. Dalam hal ini guru memberikan arahan kepada peserta didik agar dapat melakukan secara runtut dan memahaminya, serta menciptakan komunikasi timbal balik dengan peserta didik. Beberapa kesulitan yang dialami dalam praktikum, meliputi bagaimana cara memakai pipet tetes, mengukur larutan yang tepat (larutan bening
meniskus
atas
dan
larutan
berwarna
meniskus
bawah),
mencampurkan larutan, sampai pengamatan pada reaksi yang terjadi. Pengamatan yang dilakukan peserta didik dapat memberikan kesimpulan yang terjadi dengan arahan dari guru untuk mengaitkan dengan materi yang mereka ketahui agar peserta didik terbimbing untuk berfikir. Rasa percaya diri mereka terlihat kurang ketika peserta didik mencampurkan larutan, masih terlihat ragu-garu dan takut salah. Walaupun peserta didik sudah dibantu oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tujuannya belum sepenuhnya tercapai yaitu menciptakan pembelajaran yang berpusat ada peserta didik karena peserta didik masih belum memahami apa yang mereka kerjakan. Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik baik, guru mengamati peserta didik dimulai dari awal praktikum, persiapan alat,
57
larutan yang akan digunakan, pencampuran larutan yang menghasilkan suatu prodak baru, pengamatan pada prodak baru (hasil) yang dikaitkan dengan materi dan hasil percobaan para peneliti yang menyerupai hingga menulis laporan. Guru sebagai fasilitator dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok. Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh peserta didik sangat baik. Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran kurang maksimal, terlihat belum semua peserta didik aktif khususnya ketika melakukan praktikum. Keterampilan guru dalam mengelola kelas baik. Ketepatan guru dalam menyimpulkan materi di kegiatan akhir kurang, disebabkan pengelolaan waktu dalam pembelajaran kurang tepat sehingga meyebabkan kurangnya waktu untuk kesimpulan. Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik, banyak peserta didik yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran praktikum ini, hal ini disebabkan peserta didik belum memahami benar tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang dijelaskan oleh guru. Keaktifan peserta didik pada saat praktikum juga masih dalam kategori kurang baik dikarenakan belum semua peserta didik khususnya dalam kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum. Ada yang berbicara sendiri dengan temannya dan ada pula yang hanya menjadi pengamat saja. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan laporan masih kurang baik, dikarenakan peserta didik masih kurang memahami materi. Dari aspek lain, hubungan kerjasama dalam kelompok cukup bagus, terlihat peserta didik yang sudah memahami prosedur praktikum membantu temannya yang kesulitan. Keterampilan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil praktikum sudah baik. Semua kelompok juga sudah menuliskan laporan dari hasil diskusinya dengan baik. Berdasarkan pengamatan dari peneliti, peserta didik sudah mulai ada perubahan dalam pola berfikir. Di lihat dari cara mereka mengkomunikasikan pendapat dalam diskusi. Walaupun masih ada peserta
58
didik yang asal mensetujui pendapat temannya tanpa mengaitkan dengan materi. Dari nilai evaluasi siklus I pada sub materi kesetimbangan kimia, dari jumlah peserta didik sebanyak 30, diperoleh peserta didik yang memenuhi kriteria tuntas yaitu yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 23 peserta didik, sedangkan yang tidak tuntas yaitu yang memperoleh nilai <65 sebanyak 7 peserta didik. Dan nilai rata-rata kelas sebesar 70,4 serta ketuntasan klasikal sebesar 76,67%. Ini menunjukkan hasil belajar kognitif pada siklus I dengan menggunakan metode praktikum sudah cukup baik, namun ketuntasan klasikalnya belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 85%. Sehingga perlu dilaksanakan siklus II sebagai perbaikan. 3. Siklus II Pada pelaksanaan siklus II pembelajaran telah berlangsung dengan lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan dari lembar observasi, pelaksanaan pembelajaran praktikum pada siklus II ini, hasil berfikir peserta didik sangat baik dilihat dari proses praktikum dan pemahaman konsep peserta didik sehingga dalam berdiskusi menentukan hasil akhir dapat mengaitkan hasil dengan materi yang bersangkutan. Keaktifan peserta didik sudah sesuai dengan harapan, hal ini tidak terlepas dari kinerja guru pula. Penjelasan
guru
tentang
prosedur
praktikum
dikegiatan
pendahuluan sudah jelas sehingga peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran sesuai prosedur. Suara guru saat menyampaikan sub materi faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia juga sudah keras sehingga peserta didik yang duduk di belakang dapat mendengarkan dengan jelas. Hal ini merupakan dasar pengetahuan yang akan digunakan peserta didik untuk merumuskan masalah yang ada dengan mengaitkan fakta yang terjadi, jika pengetahuan dasar ini diserap dengan sempurna maka peserta didik mempunyai landasan pengetahuan yang kuat. Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik praktikum sudah merata, sehingga tidak ada peserta didik yang merasa
59
kurang diperhatikan. Hal ini menumbuhkan semangat peserta didik dalam pembelajaran. Ketika peserta didik ada yang bertanya, guru dapat menjawab dengan baik dan memancing peserta didik untuk mengaitkan materi yang disampaikan. Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan praktikum sudah baik, hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaannya banyak peserta didik yang memahami prosedur praktikum. Dalam hal ini guru memberikan arahan kepada peserta didik agar dapat melakukan secara runtut dan memahaminya, serta menciptakan komunikasi timbal balik dengan peserta didik. Beberapa kesulitan yang dialami dalam praktikum, meliputi bagaimana cara memakai pipet tetes, mengukur larutan yang tepat (larutan bening
meniskus
atas
dan
larutan
berwarna
meniskus
bawah),
mencampurkan larutan, sampai pengamatan pada reaksi yang terjadi sudah tidak terjadi lagi. Dari pengamatan yang dilakukan, guru dapat memberikan arahan untuk mengaitkan dengan materi yang mereka ketahui dengan hasil yang terjadi agar peserta didik terbimbing untuk berfikir. Rasa percaya diri mereka terlihat sangat bagus ketika pesrta didik mencampurkan larutan tidak lagi merasa ragu-ragu karena sudah mengetahui konsep yang akan dilakukan. Sehingga peserta didik yang dibantu oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai tujuannya yaitu menciptakan pembelajaran yang berpusat ada peserta didik karena peserta didik masih sangat memahami apa yang mereka kerjakan. Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik sangat baik, guru mengamati peserta didik dimulai dari awal praktikum persiapan alat, larutan yang akan digunakan, pencampuran, pengamatan yang dilakukan hingga menulis laporan. Guru membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok. Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh peserta didik sangat baik. Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran sudah maksimal, terlihat ketika peserta didik aktif
60
khususnya ketika melakukan praktikum. Keterampilan guru dalam mengelola kelas sudah baik. Guru dapat menyimpulkan materi di kegiatan akhir dengan bagus, disebabkan pengelolaan waktu dalam pembelajaran sangat tepat sehingga menyisakan waktu untuk kesimpulan. Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik, banyak peserta didik yang sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran praktikum ini, hal ini disebabkan peserta didik memahami benar tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang dijelaskan oleh guru. Keaktifan peserta didik pada saat praktikum juga dalam kategori sangat baik dikarenakan semua peserta didik khususnya dalam kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan laporan sangat baik, dikarenakan peserta didik memahami materi awal dan dapat mengaitkan sehingga mendapatkan kesimpulan atas apa yang mereka kerjakan. Dari aspek lain, hubungan kerjasama dalam kelompok bagus, terlihat peserta didik yang sudah memahami prosedur praktikum membantu temannya yang kesulitan. Keterampilan Peserta didik dalam memberikan keterangan hasil praktikum sudah baik. Semua kelompok juga sudah menuliskan laporan dari hasil diskusinya dengan baik. Berdasarkan nilai evaluasi siklus II pada sub materi pokok faktorfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 73,6 dengan ketuntasan klasikal 90%. Dari 30 peserta didik terdapat 37 peserta didik mencapai kriteria tuntas, dan 3 peserta didik yang belum tuntas. Hasil belajar ini sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 85 % sehingga tidak perlu diadakan siklus berikutnya. Adapun hasil analisis yang diperoleh adalah seperti pada tabel 4.1.
61
Tabel 4.1. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II No
Pelaksanaan Siklus
Rata-rata
Ketuntasan Klasikal
1
Siklus I
70,40
76,67%
2
Siklus II
73,60
90,00%
Dilihat dari tabel 4.1, perbandingan rata-rata hasil tes akhir pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya sebuah peningkatan dari tiaptiap siklus. Karena peserta didik sudah terbiasa dengan metode pembelajaran praktikum yang diterapkan. Setelah observasi selesai dilaksanakan, peneliti bersama guru mitra sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas di kelas XI SMK Diponegoro kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode praktikum pada siklus II. Hasil diskusi tersebut berkaitan pembahasan hasil tindakan dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II yaitu: Terjadi peningkatan hasil belajar aspek efektif dan aspek kognitif pesera didik dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan setelah menggunakan pembelajaran praktikum terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan. Hasil belajar aspek kognitif siklus I adalah 70,40 dengan ketuntasan belajar 76,67%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata evaluasi peserta didik adalah 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,00%. Dalam metode praktikum mencakup unsur percobaan yang dapat melatih peserta didik untuk dapat menemukan hasil yang nyata dan dapat mengaitkan hasil dengan materi yang mereka ketahui, sehingga peserta didik dapat menggunakan pikirannya untuk menyimpulkan hasil yang di dapatnya. kemudian unsur diskusi untuk memantapkan hasil yang telah dirumuskan. Selanjutnya peserta didik dilatih untuk membuat laporan agar pembelajaran yang sudah terjadi dapat di tulis dengan sangat runtut.
62
Aktivitas peserta didik pada siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga perlu dilakukan siklus II. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I, selanjutnya dilakukan perbaikanperbaikan pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas peserta didik mengalami peningkatan. Rata-rata tes akhir pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran praktikum, 70,40 dengan jumlah peserta didik yang mencapai kriteria tuntas sebesar 23 peserta didik, dan pada siklus II meningkat menjadi 73,60 dengan jumlah peserta didik tuntas sebanyak 27 peserta didik. Setelah penulis melakukan penelitian selama 3 bulan di SMK Diponegoro Banyuputih
Batang, diperoleh hasil
menyatakan bahwa metode praktikum
penelitian
yang
memang dapat meningkatkan
kreativitas berfikir dan hasil belajar pesrta didik. Dalam pra siklus, guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik hanya duduk manis saja menerima materi dari guru seolah-olah peserta didik merupakan sebuah wadah yang akan di isi ilmu oleh guru tanpa ada keaktifan untuk memperoleh materi diluar penyampaian guru. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran praktikum, peserta didik dituntut untuk aktif melakukan pembelajaran, melakukan percobaan dan menyimpulkan hasil praktikum yang di tuangkan dalam bentuk laporan. Ketika metode praktikum ini, Guru juga dituntut untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang memungkinkan
partisipan
dalam
suatu
komunitas
untuk
mengkonstruksikan makna bersama-sama yang mengarah pada tujuan pembelajaran yang dibahas. Pada siklus I hasil belajar peserta didik sudah mengalami peningkatan. Walaupun dengan jumlah peserta didik dalam satu kelasnya terdiri dari 30 peserta didik, metode praktikum ini dapat mengaktifkan pesrta didik untuk bekerjasama dalam kelompok maupun antar kelompok. Mereka tidak hanya menggantungkan materi dari guru saja, terlihat ketika mereka berdiskusi guna mengerjakan laporan, sebagian peserta didik
63
mengemukakan pendapatnya. Tetapi ada juga yang mengambil dari buku paket lain yang peserta didik bawa. Dalam siklus I dari 30 peserta didik ada 23 peserta didik yang memenuhi kriteria tuntas dan 7 peserta didik yang belum tuntas, Setelah diadakan refleksi pada siklus I, kemudian kekurangan-kekurangannya diperbaiki pada siklus II. Keaktifan dan hasil belajar peserta didik lebih baik dari siklus I, dari 30 peserta didik ada 27 peserta didik yang sudah memenuhi kriteria tuntas dan 3 peserta didik yang belum tuntas. Pada siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus I dan siklus II bagi peserta didik yang mendapat skor paling tinggi pada pelaksanaan tes akhir siklus diberikan penghargaan. Penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk pujian dan hadiah. Dengan pujian, peserta didik akan termotifasi untuk belajar lebih baik.
64
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka
skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Peserta didik pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang” dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Implementasi metode pembelajaran praktikum pada mata pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia di SMK Diponegoro Banyuputih Batang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Penerapannya diawali dengan pembagian petunjuk praktikum oleh guru yang kemudian dilakukan praktikum oleh peserta didik dalam kelompok dan didiskusikan. Selanjutnya peserta didik membuat laporan hasil praktikum dengan mengaitkan materi yang mendasarinya. 2. Hasil pengamatan untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi pada peserta didik SMK Diponegoro Banyuputih Batang dalam pembelajaran kesetimbangan reaksi dengan mengunakan metode praktikum, belum baik. Hal ini terlihat pada siklus I, akan tetapi pada siklus II kreatif berfikir tingkat tinggi peserta didik terlihat meningkat sehingga peserta didik dapat mengolah pemikirannya yang dituangkan dalam hasil belajar. Hasil belajar peserta didik kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang setelah diterapkan metode pembelajaran praktikum rata-rata hasil belajar peserta didik 70,40 dengan ketuntasan kelas sebesar 76,67% pada siklus I, dan mendapatkan rata-rata hasil belajar 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,00% pada siklus II.
65
B. SARAN Berdasarkan pada simpulan diatas maka peneliti mengajukan saransaran sebagai berikut: 1. Dalam pembelajaran kimia, proses pembelajaran disarankan menggunakan model, strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan situasi di dalam kelas dan materi yang diajarkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. 2. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.
C. PENUTUP Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam pembuatan skripsi ini, tentunya peneliti tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal itu disebabkan karena keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat peneliti harapkan untuk perbaikan. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
66
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Abdul Qodir, Muhammad, Thuruqu Ta’limi Al-Lughoh Al-Arabiyah, Kairo : Maktabah Al-Nahdlah Al- Misriayah 1979. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Grafinda Persada, 1996. AR Badafal, Fadhal, Lajnah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006. Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media, 2010. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008. Atiyah Al-Abrosyi, Muhammad, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, tt: Rukhu al tarbiyah wa al ta’ lim, 1950 Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. B Uno, Hamzah, dkk, Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Chang, Raymond, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jild. 1, Jakarta: Erlangga, 2005. ............................, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, Jild. 2, Jakarta: Erlangga, 2005.
E McMURRY, John and ROBERT C. FAY, Chemistry, United States of America: Pearson. Fauzi, Muchamad, Metode Penelitian Kuantitatif, Semarang: IAIN Walisongo Press, 2009. Gyamirti, Byarlina, Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Fisika Topik Getaran Dan Gelombang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP, Bandung: UPI, 2010. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Iskandar, Psikologi Pendidikan, Ciputat: Gaung Persada Press, 2009. Krulik, S dan Rudnick, “Innovative Tasks to Improve Critical-and CreativeThingking Skills”,Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12. Made Sukarna, I, JICA Kimia Dasar 1, Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES. Mulyasa, E, Kurikulum yang Disempurnakan, Bandumg: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. .................., KTSP Sebuah Rosdakarya,2008.
Panduan
Praktis,
Bandung:
PT
Remaja
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Nasution, Harun, Kesetimbangan Kimia, modul kim. 11, Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Romlah, Psikologi Pendidikan,Malang, UMM Press, 2010.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: PT. Transito, 2002. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Sukardi, Metodolagi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Ungguh Muliawan, Jasa, Penelitian Tindakan Kelas (Claaroom Action Researth), Yogyakarta: Gava Media, 2010. Wawancara dengan Arini Ainul Hanifah,S.Pd (guru kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang), Tanggal 28 Nopember 2011. Wiyanto, Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium, Semarang: UNNES Press, 2008.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian...................................................
28
Tabel 4.1 : Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II ..................
62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi pada posisi kesetimbangan .....
21
Gambar 2.2 Pengaruh perubahan suhu pada posisi kesetimbangan ................
22
Gambar 2.3 Katalis menurunkan Ea untuk reaksi maju dan reaksi balik .......
23
Gambar 3.1 Siklus PTK ..................................................................................
26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta Didik Lampiran 2 : Daftar Kelompok Praktikum Lampiran 3 : Silabus SMK Lampiran 4 : RPP Siklus I Lampiran 5 : RPP Siklus II Lampiran 6 : Petunjuk Praktikum Siklus I Lampiran 7 : Jawaban Petunjuk Praktikum Siklus II Lampiran 8 : Petunjuk Praktikum Siklus II Lampiran 9 : Jawaban Petunjuk Praktikum Siklus II Lampiran 10 : Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Guru Siklus I Lampiran 11 : Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Guru Siklus II Lampiran 12 : Kisi-kisi Soal Siklus I Lampiran 13 : Kisi-kisi Soal Siklus I Lampiran 14 : Soal Siklus I Lampiran 15 : Soal Siklus II Lampiran 16 : Jawaban Soal Siklus I Lampiran 17 : Jawaban Soal Siklus II Lampiran 18 : Nilai Siklus I Lampiran 19 : Nilai Siklus II Lampiran 20 : Daftar keterangan ketuntasan siswa kelas XI TKJ 1 siklus II Lampiran 21 : Daftar keterangan ketuntasan siswa kelas XI TKJ 1 siklus I Lampiran 22 : Dokumentasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nunik Hidayati
Tempat /Tanggal Lahir
: Batang, 15 Januari 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Ngepung Rt. 02 Rw. 02 Subah Batang
Riwayat Pendidikan
:
1. MI Islamiyah Subah Lulus 1999 2. SMP Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo Lulus 2003 3. MA NU 01 Banyuputih Batang Lulus 2008 4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Tadris kimia. Lulus 2011/2012
Pengalaman Organisasi
:
Semarang, 15 April 2012
Nunik Hidayati NIM. 083711019
Lampiran 1
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI TKJ 1 SMK DIPONEGORO BANYUPUTIH BATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
No
Nama
No
Nama
1
Achmad Chafid Masyruchan
16
Lutfi Fauzi
2
Agus Muntaha
17
Miftahudin
3
Ahmad Ghufron
18
Misbakhul Huda
4
Akhmad Kamaludin
19
Muhammad Farid Athoillah
5
Amelia Sari
20
Muhammad Rizqi Aulia
6
Andi Setiawan
21
Muhammad Riziqin
7
Angga Prasetyo
22
Mushofa
8
Deni Kurniawan Semukti
23
Novia Trisna Sari
9
Dergo Nurhadi
24
Nur Ulfi Alfiani
10
Dwi Rahmawati
25
Prasetyo Wijoyo
11
Imam Muzani
26
Riza Adibussoleh
12
Indra Iswanto
27
Rovilatul Hasanah
13
Khaerur Roziqin
28
Siti Munawaroh
14
Khorisatul Latifah
29
Sulis
15
Kursiana
30
Wiwit Nurchayatun
Lampiran 2
DAFTAR KLOMPOK PRAKTIKUM
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
1. Achmad Chafid
1. Andi Setiawan
1. Imam Muzani
Masyruchan
2. Angga Prasetyo
2. Indra Iswanto
2. Agus Muntaha
3. Deni Kurniawan
3. Khaerur Roziqin
3. Ahmad Ghufron 4. Akhmad Kamaludin
Semukti 4. Dergo Nurhadi 5. Dwi Rahmawati
4. Khorisatul Latifah 5. Kursiana
5. Amelia Sari
Kelompok 4
Kelompok 5
1. Lutfi Fauzi
1. Muhammad
2. Miftahudin
Riziqin
3. Misbakhul Huda
2. Mushofa
4. Muhammad Farid
3. Novia Trisna
Athoillah 5. Muhammad Rizqi Aulia
Sari
Kelompok 6 1. Riza Adibussoleh 2. Rovilatul Hasanah 3. Siti Munawaroh
4. Nur Ulfi Alfiani
4. Sulis
5. Prasetyo Wijoyo
5. Wiwit Nurchayatun
Lampiran 3
SILABUS NAMA SEKOLAH
: SMK Diponegoro Banyuputih
MATA PELAJARAN
: KIMIA
KELAS/SEMESTER
: XI/2
STANDAR KOMPETENSI : Memahami Konsep Kesetimbangan kimia ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR 1. 1Menguasai reaksi kesetimbangan
: 4 X 45 Menit
INDIKATOR
- Menjelaskan reaksi kesetimbangan - Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen
MATERI
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
Kesetimbangan kimia - Mengamati dan menyimpulkan reaksi reversibel dan ireversibel - Mengelompokkan reaksi reversibel dan ireversibel - Membuat laporan hasil percobaan - Review
ALOKASI WAKTU
PENILAIAN
TM PS - Tes tertulis
2
PI
SUMBER BELAJAR - Buku
- Penilaian
kimia
proses
untuk
- Tugas
SMK atau MAK - LKS - Alat dan Bahan Praktik
KOMPETENSI
INDIKATOR
DASAR 1. 2Menguasai faktor-
- Meramalkan arah
MATERI
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
Faktor-Faktor yang
- Mengamati reaksi
faktor yang
pergeseran
Mempengaruhi
kesetimbangan dan faktor-
mempengaruhi
kesetimbangan dengan
Kesetimbangan kimia
faktor yang
pergeseran
menggunakan azas Le
kesetimbangan
Chatelier - Menganalisis pengaruh perubahan suhu,
mempengaruhinya.
TM PS - Tes tertulis
PI
2
contoh
BELAJAR
- Penilaian
kimia
proses
untuk
- Tugas
SMK atau MAK
- Menjelaskan prinsip asas Le
volum pada pergeseran
SUMBER
- Buku
percobaan.
Chatelier melalui contoh-
percobaan.
WAKTU
PENILAIAN
- Membuat laporan hasil
konsentrasi, tekanan dan
kesetimbangan melalui
ALOKASI
- LKS - Alat dan Bahan
- Berlatih menentukan
Praktik
pergeseran kesetimbangan setelah terjadinya reaksi. Batang, 2 Januari 2012
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kimia SMK Diponegoro Banyuputih
Peneliti
Arini Ainul Hanifah, S.Pd
Nunik Hidayati
NIP. -
NIM. 083711019
Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Satuan Pendidikan
: SMK Diponegoro Banyuputih
Mata Pelajaran
: KIMIA
Kelas / Semester
: XI TKJ 1 / 2
Pertemuan
: ke-1
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
I.
Standar Kompetensi 1. Memahami konsep kesetimbangan kimia.
II.
Kompetensi Dasar 1.1. Menguasai reaksi kesetimbangan.
III.
Indikator 1. Menjelaskan reaksi kesetimbangan. 2. Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
IV.
Tujuan Pembelajaran Siswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan tentang reaksi kesetimbangan. 2. Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen. 3. Membedakan reaksi homogen dan heterogen.
V.
Analisis Materi Pembelajaran 1. Kesetimbangan kimia Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada di alam kita seperti reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah atau reaksi yang dapat balik (reversible).
Contohnya: Pembentukan es dari air (H2O(l) ՞ H2O(s)). Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur. Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat. Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup. Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain sebagainya. 2. Macam-macam reaksi kesetimbangan Berdasarkan keadaan zat atau tinggkat wujud zat yang turut dalam reaksi setimbang dibedakan menjadi dua yaitu: a. Reaksi Kesetimbangan Homogen Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang semua komponennya satu fase. Contoh kesetimbangan homogen: 1. N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) b. Reaksi Kesetimbangan Heterogen Kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan yang semua komponennya dua fase atau lebih. Contoh kesetimbangan heterogen: 1. Ag2CrO4(s) ↔ 2Ag+(aq) + CrO42-(aq) 2. CaCO3(s) VI.
↔
CaO(s) + CO2(g)
Kegiatan Pembelajaran 1. Metode
: Praktikum dan diskusi
2. Pendekatan
: Konsep
Kegiatan Kegiatan Awal
Pengorganisasian
Rincian
Siswa
Apresepsi
Waktu 10 menit
1. Guru mengucap salam
K
2. Guru mengabsen
K
3. Siswa menjawab pertanyaan-
K
pertanyaan berikut a. Pernahkah anda melihat
K
perubahan es menjadi air ? begitu juga sebaliknya dari air menjadi es? b. Dari reaksi di atas
K
merupakan reaksi bolakbalik atau reaksi satu arah? Motivasi Siswa
mendengarkan
penjelasan
K
dari guru tentang informasi berikut : Sudah kita ketahui bahwa sebuah reaksi di alam ada yang dapat balik dan ada yang tidak dapat balik. Pada kesempatan
kali
ini
akan
mempelajari kesetimbangan kimia, dimana kesetimbangan kimia ini terjadi pada reaksi yang dapat balik. Kegiatan Inti
70 menit
Eksplorasi Siswa
mendengarkan
tetang
reaksi
K
reaksi
I
reversibel dan ireversibel Siswa
mengelompokkan
reversibel dan ireversibel, (pembakaran kertas,
pembentukan
amonia,
pembentukan es) Siswa menggolongkan reaksi homogen
K
dan heterogen yang terjadi di alam Elaborasi Siswa melakukan praktikum: •
Reaksi reversibel
•
Reaksi ireversibel
Siswa
melakukan
K
praktikum
G
sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Siswa
mendiskusikan
dan
G
menyimpulkan hasil praktikum yang telah dilakukan. Konfirmasi Guru mempertegas hasil praktikum
K
yang telah dilakukan. Kegiatan Akhir
Siswa mengumpulkan laporan
G
10 menit
Guru memberikan tugas baca (faktorfaktor
yang
mempengaruhi
K
kesetimbangan kimia) untuk pertemuan berikutnya Guru menutup pelajaran dan mengucap salam.
K
Keterangan : I = individual, P = berpasangan, G = grup, K = klasikal VII.
Media, Alat dan Sumber Belajar Media
: LKS, buku paket
Alat
: tabung reaksi. Pipet tetes, penjepit.
Sumber belajar : 1. Paket Kimia kelas XI SMK dan MAK, Michael Purba, Jakarta: Erlangga,2007. 2. Internet
VIII.
Penilaian 1. Kognitif Bentuk : tes tertulis (individu) No Item Soal I
Kunci Jawaban
Bobot / Skor
Soal evaluasi siklus I terlampir. Terlampir Berjumlah 10 item soal. Berupa essay.
Skor Maksimal
2. Afektif Bentuk : Pengamatan / Observasi -
Keaktifan peserta didik (terlampir)
Batang, 7 Januari 2012
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd
Nunik Hidayati
NIP. -
NIM. 083711019 Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I NIP.-
Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Satuan Pendidikan
: SMK Diponegoro Banyuputih
Mata Pelajaran
: KIMIA
Kelas / Semester
: XI TKJ 1/ I
Pertemuan
: ke -2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
I.
Standar Kompetensi 1. Memahami konsep kesetimbangan kimia
II.
Kompetensi Dasar 1.2 Menguasai faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
III.
Indikator 1. Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier 2. Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan dan volum pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan.
IV.
Tujuan Pembelajaran Siswa diharapkan mampu : 1. Menentukan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier 2. Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan dan volum pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan.
V.
Analisis Materi Pembelajaran Seorang ahli kimia dari Prancis Henri Louis Le Chatelier berpendapat bahwa: “jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali. Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:
Reaksi = - Aksi Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran kekiri atau kekanan. Penerapan Asas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbangan: a. Pengaruh Konsentrasi Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi bergeser ke arah hasil reaksi. b. Pengaruh tekanan Semakin besar tekanan, semakin kecil volume. Maka, reaksi bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sebaliknya jika semakin kecil tekanan, semakin besar volume. Maka, reaksi bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih banyak. Contoh: 2PbS(s) + 3O2(g) ↔ 2PbO(s) + 2SO2(g) Yang diperhatikan molekul gas saja. Pada persamaan yang setara, ada 3 mol reaktan gas dan 2 mol produk gas. Jadi, reaksi akan bergeser kearah produk (ke kanan). c. Pengaruh suhu Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi
kesetimbangan,
tetapi
tidak
mengubah
nilai
konstanta
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik. Contoh: N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) Jika suhu dinaikkan reaksi bergesr ke kiri (N2 dan H2) d. Pengaruh katalis Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis
tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi sistem kesetimbangan. VI.
Kegiatan Pembelajaran 1. Metode
: Praktikum
2. Pendekatan
: Konsep
Kegiatan Kegiatan Awal
Pengorganisasian
Rincian
Siswa
Apresepsi
10 menit
1. Guru mengucap salam
K
2. Guru mengabsen
K
3. Siswa menjawab pertanyaan-
K
pertanyaan berikut a. Dalam musim hujan dan panas, lebih cepat mana ketika es mencair dan air membeku? b. Apakah suatu reaksi dapat dipengaruhi oleh faktor luar? Motivasi Siswa
mendengarkan
penjelasan
dari guru tentang informasi berikut : Dengan mempelajari faktor-faktor alam yang sangat mempengaruhi reaksi yang terjadidisekitar kita. Kita akan lebih peka terhadap lingkungan
Waktu
sekitar
dan
dapat
merasakan indahnya karunia Allah yang sangat sempurna.
K
70 menit
Kegiatan
Eksplorasi
Inti
Siswa mendengarkan tetang faktor-
K
faktor yang mempengaruhi perubahan reaksi. Siswa mengelompokkan reaksi yang
I
ada di alam, menurut faktor yang mempengaruhinya. Elaborasi Siswa melakukan praktikum: •
Pengaruh
K
temperatur
terhadap
pergeseran kimia •
Pengaruh
konsentrasi
terhadap
pergeseran kimia Siswa
melakukan
G
praktikum
sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Siswa mendiskusikan dan menyimpulka G
hasil praktikum yang telah dilakukan. Konfirmasi Guru mempertegas hasil praktikum yang telah dilakukan.
K
Kegiatan
Siswa mengumpulkan laporan.
Akhir
Guru menutup pelajaran dan mengucap salam.
G
10 menit
K
Keterangan : I = individual, P = berpasangan, G = grup, K = klasikal VII.
Media, Alat dan Sumber Belajar Media
: LKS, buku paket
Alat
: Tabung reaksi, pipet tetes, penjepit, bunsen.
Sumber belajar : 1. Paket Kimia kelas XI SMK dan MAK, Michael Purba, Jakarta: Erlangga,2007. 2. Internet VIII.
Penilaian 1. Kognitif Bentuk : tes tertulis (individu)
I
Kunci
Item Soal
No
Soal evaluasi siklus I terlampir.
Jawaban
Bobot / Skor
Terlampir
Berjumlah 10 item soal. Berupa essay. Skor Maksimal 2. Afektif Bentuk : Pengamatan / Observasi -
Keaktifan peserta didik (terlampir)
Batang, 21 Januari 2012 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd
Nunik Hidayati
NIP. -
NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I NIP.-
Lampiran 6
Petunjuk praktikum Reaksi Reversibel
I.
Tujuan Siswa dapat mengetahui reaksi reversibel dalam suatu reaksi kimia.
II.
Dasar Teori Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada di alam kita seperti reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah atau reaksi yang dapat balik (reversible). Contohnya: Pembentukan es dari air (H2O(l) ՞ H2O(s)). Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur. Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat. Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup. Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain sebagainya.
III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Rak tabung reaksi 4. Pengaduk 5. Gelas ukur B. Bahan 1. Aquades 2. Kristal PbSO4 3. Larutan NaI 1 M 4. Larutan Na2SO4 1 M
IV.
Cara Kerja 1. Masukkan sedikit kristal PbSO4 kedalam tabung reaksi 2. Tambahkan 4 mL larutan NaI 1 M. Campurkan hingga homogen 3. Amati perubahan warna yang terjadi 4. Cuci endapan yang terjadi dengan aquades 5. Tambahkan larutan Na2SO4 1 M 4 mL, campurkan hingga homogen 6. Amati perubahan warna yang terjadi
V.
VI.
Hasil Pengamatan No
Bahan
Penambahan
1.
PbSO4 mula-mula
-
2.
4 mL larutan NaI 1 M
3.
4 mL larutan Na2SO4 1 M
Pertanyaan 1. Tuliskan semua persamaan reaksi yang terjadi!
Warna yang terjadi
2. Bagaimana kesimpulan dari praktikum yang sudah anda lakukan dan bagaimana hubungan antara kedua reaksi?
Batang, 7 Januari 2012
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd
Nunik Hidayati
NIP. -
NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I NIP.-
Lampiran 7 Jawaban Petunjuk praktikum Reaksi Reversibel
1. Reaksi ketika kristal PbSO4 ditambahkan larutan NaI membentuk endapan kuning dari PbI2, reaksinya sebagai berikut: PbSO4(s) + 2NaI(aq) PbI2(s) + Na2SO4(aq) Reaksi ketika endapan dari reaksi I di tambahkan Na2SO4 membentuk endapan putih dari PbSO4, reaksinya sebagai berikut: PbI2(s) + Na2SO4(aq) PbSO4(s) + 2NaI(aq) 2. Kesimpulan dari praktikum adalah reaksi pembentukan endapan kuning dari PbI2 merupakan reaksi kebalikan dari pembentukan endapan putih dari PbSO4. Hubungan dari kedua reaksi adalah reaksi ke dua merupakan kebalikan dari reaksi pertama.
Lampiran 8
Petunjuk praktikum Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi terhadap Pergeseran Kesetimbangan
I.
Tujuan Siswa dapat mengetahui pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia.
II.
Dasar Teori Segala sesuatu yang berbeda di dunia ini senantiasa mencapai kesetabilan atau keseimbangan. Dalam suatu reaksi dikatakan dalam setimbang apabila keadaan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi terdapat bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang dapat diamati. Kesetimbangan kimia terjadi apabila reaksi bolak-balik berlangsung dalam sistem tertutup, dimana jumlah masing-masing zat tidak berubah lagi (jumlah partikel zat bereaksi dalam satuan waktu sama dengan jumlah zat yang terbentuk). Hukum kesetimbangan yaitu hasil kali konsentrasi setimbang zat diruas kanan dibagi menjadi hasil kali konsentrasi setimbang zat diruas kiri, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Ungkapan hukum kesetimbangan kimia bisa disebut dengan tetapan kesetimbangan. Persamaan kesetimbangan sesuai dengan stokiometri reaksi. Secara umum reaksi adalah: mA + nB ՜ pC + qD persamaan tetapan kesetimbangannya adalah: ܿܭൌ
ሾܥሿ ሾܦሿݍ ሾܣሿ݉ ሾܤሿ݊
Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang, reaksi kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangn heterogen dan kesetimbangan
homogen.
Kesetimbangan
heterogen
adalah
suatu
kesetimbangan yang didalamnya terdapat zat-zat dengan wujud yang berbeda. Sedangkan kesetimbangan homogen adalah suatu kesetimbangan yang didalamnya terdapat zat-zat dengan wujud yang sama. Seorang ahli kimia dari Prancis Henri Louis Le Chatelier berpendapat bahwa: “jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali. Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut: Reaksi = - Aksi Pada reaksi kesetimbangan jumlah zat-zat pereaksi maupun hasil reaksi tidak berubah terhadap waktu, tetapi pada dasarnya jumlah zat-zat pereaksi maupun hasil reaksi dapat ditambah maupun dikurangi berdasarkan perlakuan tertentu yang diberikan pada reaksi kesetimbangan tersebut. Untuk mengeser
kesetimbangan
tersebut
diperlukan
perlakuan
yang
dapat
mengganggu keadaan kesetimbangan, yaitu mengubah suhu, konsentrasi, tekanan dan katalis. Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi bergeser ke arah pereaksi. Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi kesetimbangan, tetapi tidah mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Tabung reaksi 2. Gelas kimia 3. Pipet tetes 4. Rak tabung reaksi 5. Pengaduk 6. Sumbat karet 7. Bunsen dan kaki tiga B. Bahan 1. Aquades 2. Larutan FeCl3 1 M 3. Larutan KSCN 1M 4. Air es 5. Larutan HNO3 pekat 6. Lempeng Cu 7. Air panas
IV.
Cara Kerja A. Pengaruh konsentrasi 1. Masukkan 50 mL aquades ke dalam gelas kimia 2. Tambahkan േ 4 tetes larutan FeCl3 1 M dan േ 4 tetes larutan KSCN 1M 3. Aduk campuran sampai warnanya homogen 4. Masukkan masing-masing 5 mL larutan tersebut ke dalam 3 buah tabung reaksi 5. Perlakuan: a. Tabung I
: sebagai pembanding
b. Tabung II
: ditambahkan 2 tetes FeCl3 1 M
c. Tabung III
: ditambahkan 2 tetes KSCN 1 M
6. Amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi
7. Catat reaksi yang terjadi B. Pengaruh temperatur 1. Masukkan masing-masing 5 tetes HNO3 pekat kedalam 3 tabung reaksi 2. Tambahkan 1 lempeng Cu ke dalam masing-masing tabung, kemudian tutup dengan sumbat karet 3. Perlakuan: a. Tabung I
: sebagai pembanding
b. Tabung II
: masukkan tabung ke dalam air es
c. Tabung III
: masukkan tabung ke dalam air panas
4. Amati reaksi yang terjadi pada ke 3 tabung reaksi 5. Catat gejala yang terjadi
V.
Hasil Pengamatan A. Pengaruh konsentrasi No
Aquades+FeCl3+KSCN
Penambahan
1.
5 mL
-
2.
5 mL
2 tetes FeCl3 1 M
3.
5 mL
2 tetes KSCN 1 M
Perubahan
B. Pengaruh temperatur No
Bahan
Perlakuan
1.
HNO3 + Lempeng Cu
-
2.
HNO3 + Lempeng Cu
Masukkan ke air es
3.
HNO3 + Lempeng Cu
Masukkan ke air
Perubahan
panas
VI.
Pertanyaan 1. Reaksi apa saja yang terjadi pada pratikum pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap pergeseran kesetimbangan kimia!
2. Jelaskan bagaimana pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia!
Batang, 21 Januari 2012
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd
Nunik Hidayati
NIP. -
NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I NIP.-
Lampiran 9 Jawaban Petunjuk praktikum Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi terhadap Pergeseran Kesetimbangan
1. Pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap pergeseran kesetimbangan kimia adalah: a. Pengaruh konsentrasi Reaksi yang terjadi adalah pergeseran ke arah prodak ketika ditambah dengan 2 tetes FeCl3 1 M dan 2 tetes KSCN 1 M b. Pengaruh temperatur Reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm (ketika tabung dimasukkan ke air panas) dan eksoterm (ketika tabung dimasukkan ke air es) 2. Pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia adalah: a. Pengaruh konsentrasi 1) Aquades+FeCl3+KSCN, ketika ditambahkan 2 tetes FeCl3 1 M reaksi bergeser ke arah kanan 2) Aquades+FeCl3+KSCN, ketika ditambahkan 2 tetes KSCN 1 M reaksi bergeser ke arah kanan b. Pengaruh temperatur 1) HNO3 + Lempeng Cu, dimasukkan ke air es reaksi bergeser ke arah kanan 2) HNO3 + Lempeng Cu, dimasukkan ke air panas reaksi bergeser ke arah kiri
Lampiran 10 INSTRUMEN OBSERVASI KEGIATAN GURU SIKLUS I
Jenis Penelitian
: Penelitian Tindakan Kelas.
Mata Pelajaran
: Kimia
Waktu Pelaksanaan
: 7 Januari 2012
Tempat Pelaksanaan : SMK Diponegoro Banyuputih Batang Siklus Ke
No 1.
:I
Penilaian
Aspek yang diamati Penjelasan
guru
tentang
0 prosedur
praktikum. 2.
Suara guru saat menyampaikan materi.
3.
Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok.
4.
Ketepatan
guru
mengelola
waktu
pembelajaran. 5.
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kemampuan guru dalam menjawab
Perhatian
guru
ketika
siswa
melaksanakan percobaan. 7.
Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum.
8.
Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa.
9.
Keterangan
pertanyaan peserta didik. 6.
1
Baik
Kurang
Kurang
Baik
Baik
Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal balik.
10.
Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur
praktikum
saat
siswa
didik
yang
Baik
Baik
melakukan praktikum. 11.
Membantu
peserta
kesulitan melakukan praktikum. 12.
Membantu
peserta
didik
dalam
menumbuhkan rasa percaya diri. 13.
Kurang
Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik dalam
Baik
Baik
mengamati reaksi yang terjadi. 14.
Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan siswa.
15.
Cara guru dalam mengkondisikan siswa yang kurang aktif.
16.
Membantu
peserta
menyimpulkan
didik
hasil
Kurang
dalam
praktikum
Baik
Baik
Baik
melalui diskusi kelompok. 17.
Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan.
18.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas.
19.
Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi.
Kurang
Lampiran 11 INSTRUMEN OBSERVASI KEGIATAN GURU SIKLUS II
Jenis Penelitian
: Penelitian Tindakan Kelas
Mata Pelajaran
: Kimia
Waktu Pelaksanaan
: 21 Januari 2012
Tempat Pelaksanaan : SMK Diponegoro Banyuputih Batang Siklus Ke
No 1.
: II
Penilaian
Aspek yang diamati Penjelasan
guru
tentang
0 prosedur
praktikum. 2.
Suara guru saat menyampaikan materi.
3.
Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok.
4.
Ketepatan
guru
mengelola
waktu
pembelajaran. 5.
Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik.
6.
Perhatian
guru
ketika
siswa
melaksanakan percobaan. 7.
Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum.
8.
Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa.
9.
1
Keterangan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal balik.
10.
Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur
praktikum
saat
siswa
didik
yang
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
melakukan praktikum. 11.
Membantu
peserta
kesulitan melakukan praktikum. 12.
Membantu
peserta
didik
dalam
menumbuhkan rasa percaya diri. 13.
Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik dalam mengamati reaksi yang terjadi.
14.
Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan siswa.
15.
Cara guru dalam mengkondisikan siswa yang kurang aktif.
16.
Membantu
peserta
menyimpulkan
didik
hasil
dalam
praktikum
melalui diskusi kelompok. 17.
Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan.
18.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas.
19.
Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi.
Lampiran 12 KISI-KISI SOAL SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih
Jumlah Soal : 10 Butir
Mata Pelajaran
: Kimia
Waktu
Kelas/Semester
: XI TKJ 1/2
Bentuk Soal : Essay
Materi Pokok
: Kesetimbangan reaksi
: 90 Menit
Standar Kompetensi : Memahami Konsep Kesetimbangan Reaksi
Kompetensi Dasar 1.1 Menguasai reaksi
Indikator - Menjelaskan reaksi kesetimbangan
Materi Pelajaran Kesetimbangan Reaksi
Nomor Soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9,
Banyak Butir Soal 8
Bentuk Tes Essay
10
Aspek yang Diukur C3, C3, C3. C3, C4, C3, C4, C4, C4
kesetimbangan - Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen
7, 8
2
Essay
C4, C3
Lampiran 13 KISI-KISI SOAL SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih
Jumlah Soal : 10 Butir
Mata Pelajaran
: Kimia
Waktu
Kelas/Semester
: XI TKJ 1/2
Bentuk Soal : Essay
Materi Pokok
: Kesetimbangan Reaksi
: 90 Menit
Standar Kompetensi : Memahami Konsep Kesetimbangan Reaksi
Kompetensi Dasar 1. 2Menguasai
Indikator - Meramalkan arah
Materi Pelajaran Faktor-Faktor
faktor-faktor
pergeseran kesetimbangan
yang
dengan menggunakan azas Mempengaruhi
mempengaruhi
Le Chatelier
pergeseran kesetimbangan
- Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan dan volum pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan.
Nomor Soal
Banyak Butir Soal
Bentuk Tes
Aspek yang Diukur
5, 6, 7
3
Essay
C4, C4, C4,
1, 2, 3, 4, 8, 9,
7
Essay
C4, C4, C4, C4, C4,
yang
Kesetimbangan Reaksi
10
C3, C4,
Lampiran 14
Soal Evaluasi Siklus I Jawablah soal di bawah ini dengan benar! 1. Dalam kehidupan sehari-hari banyak reaksi yang terjadi di sekitar kita, diantaranya: pembentukan es, pembakaran pohon. Dari reaksi di atas manakah yang termasuk reaksi reversibel dan ireversibel? Mengapa? 2. Terdapat dua macam reaksi yang berlangsung di alam, reaksi reversibel dan ireversibel. Reaksi yang seperti apa yang dikatakan dengan keadaan setimbang? Mengapa dikatakan keadaan setimbang? 3. Dalam kehidupan sehari-hari sulit menemukan reaksi yang dapat balik. Proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat balik. Tetapi dilaboratorium maupun industri, banyak reaksi dapat balik. Salah satu diantaranya ialah reaksi antara nitrogen dan hidrogen membentuk amonia. Tuliskan persamaan reaksinya jika campuran gas nitrogen dan hidrogen dipanaskan akan membentuk amonia? 4. Dari pertanyaan no 2 .Tuliskan persamaan reaksinya jika amonia dipanaskan akan membentuk gas nitrogen dan hidrogen! Bagaimana hasilnya jika kedua reaksi tersebut digabungkan? 5. Kapankah reaksi dapat balik (reversibel) mencapai kesetimbangan? 6. Dalam reaksi kimia ada dua reaksi yaitu reaksi reversibel dan ireversibel, reaksi yang bagaimana jika berlangsung dalam sistem tertutup akan berakhir dengan kesetimbangan? 7. Dalam reaksi kesetimbangan terdapat dua macam reaksi kesetimbangan yaitu kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Bedakanlah kedua reaksi kesetimbangan tersebut! 8. Fase apa sajakah yang terlibat dalam reaksi kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen? Sertakan jawaban anda dengan contoh
9. Jabarkan apa yang dimaksud dari kurva perubahan konsentrasi menuju keadaan setimbang di bawah ini!
10. Jabarkan apa yang dimaksud dari kurva perubahan laju reaksi menuju keadaan setimbang di bawah ini!
Selamat mengerjakan......
Lampiran 15
Soal Evaluasi Siklus II Jawablah soal di bawah ini dengan benar! 1. Dalam suatu ruangan terdapat dalam kesetimbangan gas-gas SO3, SO2, dan O2 sesuai dengan persamaan: 2SO3(g) 2SO2(g) + O2(g) Bagaimana jika dalam suhu tetap ditambahkan gas oksigen, maka: kearah mana
kesetimbangan
bergeser?
Dan
bagaimana
pengaruh
terhadap
konsentrasi SO3 dan SO2 terhadap kesetimbangan? 2. Kenaikan konsentrasi salah satu reaktan atau produk dari kesetimbangan akan mengakibatkan kesetimbangan bergeser untuk mencoba mengurangi kenaikan konsentrasi tersebut, bagaiman jika penambahan gas hidrogen mempengaruhi sistem kesetimbangan berikut? 3H2(g) + N2(g) 2NH3(g) 3. Bagaimana efek meningkatnya volume sistem terhadap kesetimbangan, yang semua reagennya adalah gas? H2(g) + I2(g) 2HI(g) 4. Jika dalam suatu reaksi kesetimbangan, Iwan memberikan peningkatan efek tekanan maka akan menurunkan volume sistem. 3H2(g) + N2(g) 2NH3(g) Dari akibat di atas Iwan menyatakan sebagian nitrogen dan hidrogen akan terkonversi menjadi amonia dan kesetimbangan bergeser ke arah kiri. Akan tetapi bu Anissa mengatakan akibat yang dinyatakan Iwan salah. Manakah yang salah? 5. Reaksi kesetimbangan telah ditentukan dengan berbagai percobaan, yang menyatakan: a. 3H2(g) + N2(g) 2NH3(g) b. 2HI(g) H2(g) + I2(g) Kearah manakah kesetimbangan akan bergeser jika tekanan diperbesar?
6. Diketahui reaksi kesetimbangan dalam volume tetap dan suhu sistem dinaikkan. a. 3H2(g) + N2(g) 2NH3(g)
∆ 92,2
b. 2H2O (g) 2H2(g) + O2(g)
∆ 242
Kearah manakah kesetimbangan bergeser? Bagaimana pengaruhnya terhadap nilai tetapan kesetimbangan? 7. Diketahui reaksi kesetimbangan kimia BiCl3(aq) + H2O (l) BiOCl(s) + 2HCl(aq) Kearah manakah kesetimbangan bergeser jika pada suhu tetap: a. Ditambahkan BiCl3(aq) b. Ditambahkan air 8. Diketahui reaksi kesetimbangan 3Fe(aq) + 4H2O(g) Fe3O4(s) + 4H2(g) a. Kearah manakah kesetimbangan bergeser jika pada suhu tetap volume campuran diperkecil? b. Bagaimana pengaruh aksi tersebut terhadap konsentrasi? 9. Tulislah sebuah “persamaan” untuk menambahkan kalor pada
es untuk
menghasilkan lebih banyak air. Kearah manakah kesetimbangan bergeser bila anda mencoba menurunkan suhunya? 10. Diketahui reaksi kesetimbangan sebagai berikut: 2C(s) + O2(g) 2CO(g) Bagaimana efek peningkatan volume sistem terhadap kesetimbangan pada suhu 500oC
Selamat mengerjakan...... mengerjakan......
Lampiran 16 KUNCI JAWABAN DAN KRITERIA PENILAIAN SIKLUS I
No 1
Jawaban
Indikator Penilaian
Pembentukan es termasuk reaksi Siswa reversibel
karena
es
dapat
menyebutkan
skor 3
yang reaksi yang terjadi
menyerap kalor akan membentuk Siswa air kembali.
dapat
menyebutkan
2
menyebutkan
3
alasannya
Pembakaran
pohon
termasuk Siswa
dapat
reaksi ireversibel karena abu dari reaksi yang terjadi hasil pembakaran pohon tidak Siswa
dapat kembali menjadi pohon.
dapat
menyebutkan
2
menyebutkan
5
alasannya 2
Reaksi reversibel yang dikatakan Siswa
dapat
sebagai keadaan setimbang karena reaksi keadaan setimbang keadaan setimbang terjadi bila Siswa
menyebutkan
5
menuliskan
2
menuliskan
2
menuliskan
4
Siswa dapat menuliskan fase
2
kedua proses yang berlawanan alasannya arah berlangsung secara terusmenerus
tetapi
tidak
ada
perubahan yang dapat diamati atau diukur. 3
campuran
gas
hidrogen menghasilkan
nitrogen
jika
dan Siswa
dapat
dipanaskan rumus kimia gas
amonia, Siswa
reaksinya sebagai berikut: N2g 3H2g 2NH3g
dapat
persamaan reaksi Siswa
dapat
koefisien reaksi
reaksi
4
Amonia
jika
akan Siswa
dipanaskan
dapat
menuliskan
2
menuliskan
2
menuliskan
2
Siswa dapat menuliskan fase
2
terurai menjadi gas nitrogen dan rumus kimia hidrogen,
reaksinya
sebagai Siswa
berikut:
dapat
persamaan reaksi
2NH3g N2g 3H2g
Siswa
dapat
koefisien reaksi
reaksi Pengabungan antara kedua reaksi siswa reaksi
menjadi: N2g 3H2g 2NH3g 5
dapat
bolak-balik
dapat
saat laju reaksi maju sama dengan alasan
6
Reaksi
2
dengan
benar
Kesetimbangan akan tercapai pada Siswa
laju reaksi balik
menuliskan
menyebutkan
10
tercapainya
kesetimbangan yang Siswa
reversibel
dapat
menyebutkan
10
berlangsung dalam sistem tertutup jenis reaksi kesetimbangan akan
berakhir
dengan
kesetimbangan 7
Perbedaannya
pada
komponen Siswa dapat menyebutkan ciri
pembentuk. Kesetimbangan yang yang
membedakan
5
pada
komponennya satu fase di sebut kesetimbangan homogen dengan homemogen
kesetimbangan sedangkan
yang
terdiri dari dua fase atau lebih di sebut kesetimbangan heterogen. 8
Kesetimbangan
homogen
Siswa dapat menyebutkan ciri yang
dapat Siswa
dapat pada
kesetimbangan homogen
heterogen umumnya melibatkan
pada
kesetimbangan heterogen
berupa fase gas atau larutan, fase sedangkan
membedakan
5
menyebutkan kesetimbangan
3
fase padat-gas atau cair-gas.
Siswa
Contoh kesetimbangan homogen:
fase
1. N2(g) + 3H2(g)
heterogen
2NH3(g) H+(aq) + H+(aq)
2. H2O(l)
Contoh kesetimbangan heterogen:
dapat
menyebutkan
pada
Siswa
kesetimbangan
dapat
contoh
3
memberikan
4
masing-masing
2Ag+(aq) + kesetimbangan
1. Ag2CrO4(s) CrO42-(aq) 2. CaCO3(s)
CaO(s) +
CO2(g) 9
Kurva
perubahan
menuju
keadaan
konsentrasi Siswa setimbang, keadaan
dapat
menjabarkan
konsentrasi
5
yang
konsentrasi
pereaksi
berkurang terjadi
sedangkan
konsentrasi
produk Siswa dapat menyimpulkan
bertambah.
Pada
keadaan keadaan yang timbul akibat
setimbang
konsentrasi
5
masing- konsentrasi yang terjadi
masing komponen tidak berubah lagi 10
Kurva
perubahan
laju
reaksi Siswa
dapat
menjabarkan
5
menuju keadaan setimbang, laju keadaan laju reaksi yang reaksi
(V1) menurun sedangkan terjadi
laju reaksi (V2) bertambah. Jadi Siswa dapat menyimpulkan keadaan setimbang tercapai saat keadaan yang timbul akibat V1 = V2
laju reaksi yang terjadi
5
Lampiran 17 KUNCI JAWABAN DAN KRITERIA PENILAIAN SIKLUS II
No 1.
Jawaban
Indikator Penilaian
sesuai dengan azas Le Chatelier,
Siswa dapat menyebutkan
penambahan oksigen akan
arah pergeseran
skor 5
mengeser kesetimbangan ke kiri. Pergeseran kesetimbangan ke kiri
Siswa dapat menyebutkan
akan menambahkan SO3 dan
arah pergeseran
5
mengurangi SO2 2.
Dengan penambahan hidrogen
Siswa dapat menyebutkan
pertama-tama akan meningkatkan
arah pergeseran
5
konsentrasi hidrogen. Kesetimbangan dengan demikian akan bergeser untuk mengurangi sebagian kenaikan konsentrasi itu, maka reaksi akan bergeser ke
Siswa dapat menyimpulkan
kanan. Yang artinya sebagian
sebab terjadinya pergeseran
5
hidrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan sebagian nitrogen yang semula ada untuk menghasilkan amonia lagi. 3.
Efek meningkatnya volum akan
Siswa dapat menyebutkan
menurunkan/memperkecil tekanan
arah pergeseran
dari setiap gas, namun
Siswa dapat menyimpulkan
kesetimbangan tidak akan bergeser
sebab terjadinya pergeseran
sebab jumlah mol gas di kedua sisi sama.
5
5
4.
Kesalahan
Iwan
pergeseran, nitrogen
pada
karena dan
arah Siswa dapat menyebutkan
5
sebagian arah pergeseran
hidrogen
akan Siswa dapat menyimpulkan
5
terkonversi menjadi amonia maka sebab terjadinya pergeseran kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan (pembentukan) 5.
1. 3H2(g) + N2(g) ՞ 2NH3(g)
Siswa dapat menyebutkan
Kesetimbangan akan bergeser
arah pergeseran
ke kanan, karena jumlah
Siswa dapat menyimpulkan
koefisien diruas kanan (2) lebih
sebab terjadinya pergeseran
2
3
kecil daripada di ruas kiri (4) 2. 2HI(g) ՞ H2(g) + I2(g)
Siswa dapat menyebutkan
Kesetimbangan tidak akan
arah pergeseran
bergeser karena jumlah
Siswa dapat menyimpulkan
koefisien gas pada kedua ruas
sebab terjadinya pergeseran
2
3
sama yaitu kanan 2 dan kiri 2. 6.
Pada kenaikan suhu, kesetimbangan reaksi bergeser ke pihak reaksi endoterm 1. Kesetimbangan akan bergeser
Siswa dapat menyebutkan
ke kiri dan nilai tetapan
arah pergeseran
kesetimbangan berkurang
Siswa dapat menetapkan
2
3
tetapan kesetimbangan yang 2. Kesetimbangan akan bergeser
terjadi
ke kanan dan nilai tetapan
Siswa dapat menyebutkan
kesetimbangan bertambah
arah pergeseran Siswa dapat menetapkan tetapan kesetimbangan yang terjadi
2
3
7.
1. Penambahan BiCl3(aq), salah satu Siswa dapat menyebutkan pereaksi mengeser
5
arah pergeseran
kesetimbangan ke kanan 2. Penambahan air mengakibatkan memperbesarnya volum, maka
Siswa dapat menyebutkan
5
arah pergeseran
kesetimbangan akan bergeser ke kanan, yaitu ke arah kooefisian yang lebih besar. Koefisien ruas kiri 1 dan kanan 2. 8.
1. Pengaruh volum akan
Siswa dapat menyebutkan
menggeser reaksi ke arah yang
arah pergeseran
jumlah koefisien terkecil,
Siswa dapat menyimpulkan
karena jumlah kedua koefisien
sebab terjadinya pergeseran
2
3
ke dua ruas sama maka kesetimbangan reaksi ini tidak
Siswa dapat menganalisis
bergeser.
pengaruh aksi
5
2. Jumlah mol H2 tidak berubah 9.
H2O(s) + kalor ՞ H2O(l)
Siswa dapat menuliskan
Kesetimbangan akan bergeser ke
reaksi
arah es
Siswa dapat menyebutkan
2
3
arah pergeseran 10. Kesetimbangan akan bergeser ke
Siswa dapat menyebutkan
arah kanan karena kenaikan volume
arah pergeseran
akan menurunkan tekanan gas
Siswa dapat menyimpulkan sebab terjadinya reaksi
2
3
Lampiran 18 DAFTAR NILAI SISWA KELAS XI TKJ 1 SIKLUS I
No 1
Nama
1
2 3 4
5
6
7
8
9
10
Nilai
10 6 8 8
8
7 10
8
5
10
80
Achmad Chafid Masyruchan
2
Agus Muntaha
10 7 8 8
6
8 10
7
8
9
81
3
Ahmad Ghufron
10 5 8 8
8
5 10
5
5
6
70
10 5 7 7
5
6 10
5
7
6
68
4
Akhmad Kamaludin
5
Amelia Sari
10 8 8 8
9
8 10
9
10 10
90
6
Andi Setiawan
8
5 6 6
6
5
8
5
6
5
60
7
Angga Prasetyo
10 6 7 6
7
7
8
6
8
5
70
9
8 8 7
7
7 10
6
7
9
78
8
8
8
Deni Kurniawan Semukti
9
Dergo Nurhadi
9
7 7 8
6
7 10
7
77
10
Dwi Rahmawati
10 7 8 8
9
9 10 10 10 10
91
11
Imam Muzani
8
6 8 8
6
5
8
6
8
7
70
12
Indra Iswanto
10 6 8 8
7
6
8
5
8
7
73
13
Khaerur Roziqin
8
6
5
9
6
6
8
65
14
Khorisatul Latifah
10 8 8 9 10 8 10
9
8
9
89
15
Kursiana
10 8 8 7
6
6
8
8
6
7
74
16
Lutfi Fauzi
8
6 6 5
6
4
7
5
5
4
56
17
Miftahudin
7
8 8 5
7
4
6
6
4
5
60
18
Misbakhul Huda
7
6 6 7
8
7 10
8
8
10
77
5
8 8 6
9
8 10
7
8
9
78
10 6 6 5
8
7
6
6
6
67
19
20
5 6 6
Muhammad Farid Athoillah Muhammad Rizqi Aulia
7
21
Muhammad Riziqin
7
8 8 7
6
4
8
6
5
7
66
22
Mushofa
9
8 8 6
5
7
5
6
5
6
65
23
Novia Trisna Sari
10 6 6 7
6
6
5
6
7
8
67
24
Nur Ulfi Alfiani
8
8 8 7
6
5
8
7
6
9
72
25
Prasetyo Wijoyo
6
6 6 8
6
8
7
8
5
9
69
26
Riza Adibussoleh
10 5 8 8
7
8 10
6
6
7
75
27
Rovilatul Hasanah
10 8 8 9
7
9 10
9
9
10
89
28
Siti Munawaroh
10 8 8 9
8
9 10 10 10
9
91
29
Sulis
7
8 8 7
5
6
8
7
6
8
70
10 8 8 7
6
7
9
6
8
10
79
30
Wiwit Nurchayatun
Jumlah skor
2112
Rata-rata
70,4 76,67%
Ketuntasan klasikal
Kesimpulan: Rata-rata yang diperoleh yaitu 70,4. Nilai ini telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Tetapi, ketuntasan klasikalnya belum terpenuhi yaitu 76,67%, sedang indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. Karena siklus I belum mencapai indikator yang ditetapkan, maka perlu adanya siklus II sebagai perbaikan.
Lampiran 19 DAFTAR NILAI SISWA KELAS XI TKJ 1 SIKLUS II
No 1
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai
10
7
6
8
9
6
8
9
10
7
80
Achmad Chafid Masyruchan
2
Agus Muntaha
10
9
8
7
8
6
9
8
7
9
81
3
Ahmad Ghufron
9
8
7
6
8
7
6
7
6
6
70
10
6
8
7
6
4
7
7
5
8
68
4
Akhmad Kamaludin
5
Amelia Sari
10
8
9
8
9
9
8 10
9
10
90
6
Andi Setiawan
6
7
8
4
6
7
4
6
5
7
60
7
Angga Prasetyo
7
8
9
5
6
7
7
9
7
5
70
9
9
6
6
7
8
7 10
7
9
78
9
5
6
8
Deni Kurniawan Semukti
9
Dergo Nurhadi
9
8
9
9
6
7
9
77
10
Dwi Rahmawati
10
9
10 10 6 10 9
7
10 10
91
11
Imam Muzani
9
7
5
6
7
7
9
5
7
8
70
12
Indra Iswanto
10
7
7
5
8
7
7
9
5
8
73
13
Khaerur Roziqin
9
4
5
5
9
6
4
9
6
8
65
10
9
10
8
9
6
9
8
10 10
89
14
Khorisatul Latifah
15
Kursiana
10
8
6
9
8
7
7
6
6
7
74
16
Lutfi Fauzi
8
5
4
7
4
4
5
9
5
5
56
17
Miftahudin
10
7
5
7
5
5
4
6
4
7
60
18
Misbakhul Huda
10 10
6
8
9
8
4
9
6
7
77
6
6
8
9
8
6
7
8
10
78
19
Muhammad Farid Athoillah
10
20
21
Muhammad Rizqi Aulia
10
7
4
4
6
7
4
8
7
10
67
10
9
8
4
5
6
7
4
4
9
66
Muhammad Riziqin
22
Mushofa
10
4
6
4
8
6
6
5
9
7
65
23
Novia Trisna Sari
10
4
5
7
8
4
6
7
6
10
67
24
Nur Ulfi Alfiani
8
6
6
4
6
9
6
8
10
9
72
25
Prasetyo Wijoyo
7
6
5
8
5
9
6
6
8
9
69
26
Riza Adibussoleh
8
8
7
8
5
9
8
6
7
9
75
10
8
9
8
9 10 8
9
8
10
89
27
Rovilatul Hasanah
28
Siti Munawaroh
10
9
10
9
7 10 8
9
9
10
91
29
Sulis
7
6
9
4
7
8
7
6
8
8
70
8
7
9
6
7
8
7 10
9
8
79
30
Wiwit Nurchayatun
Jumlah skor
2217
Rata-rata
73,9
Ketuntasan klasikal
90,00%
Kesimpulan: Rata-rata yang diperoleh yaitu 73,6. Nilai ini telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Ketuntasan klasikalnya telah terpenuhi yaitu 90,00%, sedang indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. Karena siklus II telah mencapai indikator yang ditetapkan, maka tidak perlu adanya siklus berikutnya.
Lampiran 20 DAFTAR KETERANGAN KETUNTASAN SISWA KELAS XI TKJ 1 SIKLUS II
No
Nama
Nilai
Keterangan
1
Achmad Chafid Masyruchan
80
TUNTAS
2
Agus Muntaha
81
TUNTAS
3
Ahmad Ghufron
70
TUNTAS
4
Akhmad Kamaludin
68
TUNTAS
5
Amelia Sari
90
TUNTAS
6
Andi Setiawan
60
TIDAK TUNTAS
7
Angga Prasetyo
70
TUNTAS
8
Deni Kurniawan Semukti
78
TUNTAS
9
Dergo Nurhadi
77
TUNTAS
10
Dwi Rahmawati
91
TUNTAS
11
Imam Muzani
70
TUNTAS
12
Indra Iswanto
73
TUNTAS
13
Khaerur Roziqin
65
TUNTAS
14
Khorisatul Latifah
89
TUNTAS
15
Kursiana
74
TUNTAS
16
Lutfi Fauzi
56
TIDAK TUNTAS
17
Miftahudin
60
TIDAK TUNTAS
18
Misbakhul Huda
77
TUNTAS
19
Muhammad Farid Athoillah
78
TUNTAS
20
Muhammad Rizqi Aulia
67
TUNTAS
21
Muhammad Riziqin
66
TUNTAS
22
Mushofa
65
TUNTAS
23
Novia Trisna Sari
67
TUNTAS
24
Nur Ulfi Alfiani
72
TUNTAS
25
Prasetyo Wijoyo
69
TUNTAS
26
Riza Adibussoleh
75
TUNTAS
27
Rovilatul Hasanah
89
TUNTAS
28
Siti Munawaroh
91
TUNTAS
29
Sulis
70
TUNTAS
30
Wiwit Nurchayatun
79
TUNTAS
Lampiran 21 DAFTAR KETERANGAN KETUNTASAN SISWA KELAS XI TKJ 1 SIKLUS II
No
Nama
Nilai
Keterangan
1
Achmad Chafid Masyruchan
80
TUNTAS
2
Agus Muntaha
81
TUNTAS
3
Ahmad Ghufron
70
TUNTAS
4
Akhmad Kamaludin
68
TUNTAS
5
Amelia Sari
90
TUNTAS
6
Andi Setiawan
60
TIDAK TUNTAS
7
Angga Prasetyo
70
TUNTAS
8
Deni Kurniawan Semukti
78
TUNTAS
9
Dergo Nurhadi
77
TUNTAS
10
Dwi Rahmawati
91
TUNTAS
11
Imam Muzani
70
TUNTAS
12
Indra Iswanto
73
TUNTAS
13
Khaerur Roziqin
65
TUNTAS
14
Khorisatul Latifah
89
TUNTAS
15
Kursiana
74
TUNTAS
16
Lutfi Fauzi
56
TIDAK TUNTAS
17
Miftahudin
60
TIDAK TUNTAS
18
Misbakhul Huda
77
TUNTAS
19
Muhammad Farid Athoillah
78
TUNTAS
20
Muhammad Rizqi Aulia
67
TUNTAS
21
Muhammad Riziqin
66
TUNTAS
22
Mushofa
65
TUNTAS
23
Novia Trisna Sari
67
TUNTAS
24
Nur Ulfi Alfiani
72
TUNTAS
25
Prasetyo Wijoyo
69
TUNTAS
26
Riza Adibussoleh
75
TUNTAS
27
Rovilatul Hasanah
89
TUNTAS
28
Siti Munawaroh
91
TUNTAS
29
Sulis
70
TUNTAS
30
Wiwit Nurchayatun
79
TUNTAS
Lampiran 22
Peserta didik mengamati perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia
Peserta didik mengamati pengaruh temperatur terhadap pergeseran kesetimbangan kimia
Proses diskusi dalam pembuatan laporan praktikum
Proses evaluasi dalam pembelajaran