Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Laily Hidayati NIM. 105052001754
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
ANALISIS PELAKSANAAN KONSELING BAGI PERMASALAHAN REMAJA DI SITUS WWW.PIKIRDONG.ORG
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Laily Hidayati NIM. 105052001754
Di Bawah Bimbingan:
Nasichah, MA. NIP. 19671126 199603 2 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
ANALISIS PELAKSANAAN KONSELING BAGI PERMASALAHAN REMAJA DI SITUS WWW.PIKIRDONG.ORG
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Laily Hidayati NIM. 105052001754
Di Bawah Bimbingan:
Nasichah, MA. NIP. 19671126 199603 2 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Konseling Bagi Permasalahan Remaja di Situs www.pikirdong.org” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jakarta, 25 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua,
Sekretaris,
Drs. M. Lutfi, MA NIP. 19671006 199403 1 006
Dra. Hj, Musfirah Nurlaili, MA NIP. 19710412 200003 2 001 Anggota,
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Mahmud Jalal, MA NIP. 19520422 198103 1 002
Drs. M. Lutfi, MA NIP. 19671006 199403 1 006
Pembimbing,
Dra. Nasichah, MA NIP. 19671126 199603 2 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 11 Juni 2009
Laily Hidayati
ABSTRAK
Laily Hidayati Analisis Pelaksanaan Konseling www.pikirdong.org.
Bagi Permasalahan Remaja di Situs
Era globalisasi merupakan kondisi di mana hilangnya batas-batas fisik dalam segala bidang. Untuk sebagian remaja yang memiliki kemampuan berpikir dan wawasan yang luas cenderung memilih media internet sebagai sumber informasi dan media komunikasi. Sesuai dengan beragam aktifitas menusia, khususnya remaja, media alternatif pemecahan masalah (konseling) seperti internet sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang terlalu sibuk dengan aktifitasnya dan berusaha mencari solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seseorang (konselor) dengan orang lain (klien) yang memiliki permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Email merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam proses konseling jarak jauh. Situs www.pikirdong.org merupakan salah satu situs yang menggunakan media email sebagai media konseling terhadap permasalahan remaja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan observasi yang dilakukan dengan cara membuka portal situs www.pikirdong.org dan wawancara mendalam dengan Bapak Sayed Muhammad, S.Psi dan Ibu Falasifatul Falah, S. Psi, MA sebagai pimpinan redaksi dan konselor pada situs www.pikirdong.org. Kasus yang diambil untuk dianalisis adalah kasus berhubungan intim dengan pacar chatting, dan memastikan wanita cinta. Hasil analisis terhadap kasus berhubungan intim dengan pacar chatting, pada tahap analisis konselor tidak melakukan komunikasi secara verbal tetapi mengumpulkan tentang diri klien dari fisik, psikis dan lingkungan. Pada tahap sintesis konselor menggambarkan ketidakmampuan klien menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapi. Konselor menemukan tiga permasalahan utama dan latar belakang pada permasalahan tersebut pada tahap diagnosa. Tahap prognosa konselor memprediksi kemunkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada diri klien. Pendekatan yang dilakukan konselor pada proses konseling adalah dengan pendekatan behavioral. Pada kasus ini konselor tidak melakukan follow up dikarenakan tidak adanya permintaan dari klien. Pada kasus memastikan wanita cinta, konselor melakukan tahapan-tahapan seperti pada kasus berhubungan intim dengan pacar chatting. Namun pada proses konseling, konselor menggunakan pendekatan afektif pada klien.
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang Dia anugerahkan kepada seluruh alam. Dan atas izin-Nya pula sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Senandung sholawat serta salam terhanturkan untuk baginda Nabi Besar Muhammad SAW, semoga dapat menjadi suri tauladan dalam kehidupan bagi Penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II (PUDEK II), serta Drs. Study Rizal, LK, M. Ag, selaku Pembantu Dekan III (PUDEK III). 2. Drs. Muhammad Lutfi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 3. Nasichah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi penulis, yang tiada henti meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis. Dengan bimbingan, motivasi serta semangat yang diberikan olehnya hingga akhirnya skripsi ini selesai. 4. Drs. Azwar Chatib selaku Dosen Penasehat Akademik
5. Sayed Muhammad, S. Psi (Pimpinan Redaksi serta Koordinator Konselor di situs www.pikirdong.org), Falasifatul Falah, S. Psi, MA (Salah satu konselor di situs www.pikirdong.org), dan segenap pengurus situs www.pikirdong.org. 6. Drs. H. Tarmi, MM, selaku Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan keikhlasannya sehingga penulis mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. “Terima Kasih Pahlawan Tanpa Tanda Jasa!” 8. Segenap karyawan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan kepada penulis dalam pencarian referensi yang penulis butuhkan. 9. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Djamaluddin dan Ibunda Heliyana yang telah mencurahkan cintanya serta selalu memberikan semangat dan doa tiada henti hingga sampai detik ini. Serta selalu menyemangati dan menjadi sahabat bagi anak-anaknya. 10. Adik-adik penulis tersayang, Aulia Ameliana dan Zakaria Akhmad yang selalu menghibur penulis dalam setiap suasana. 11. Rekan-rekan BPI 2005 yang berjuang bersama selama empat tahun lamanya. Khususnya untuk sahabat-sahabat penulis yang terhebat, untuk Eneng, Yana, Hera, Lia, Kasma, Dwika, Anti, Qory, Ina, Maya, Jefri, Ruyatna, Harid, Agus, Jaya, Madinah, Wahyu yang telah mengajarkan penulis arti persahabatan yang tidak ternilai. Lina, Bibah, Ema “Syukron yach tuk supportnya!”. Semoga
Ukhuwah kita semua tidak henti sampai di sini dan selalu diridhoi Illahi. Amin. 12. Untuk Kakak-kakak BPI 2004, terutama K’ Endah dan K’ Septi yang selalu memotivasi penulis, yang selalu mengingatkan penulis kepada Sang Pencipta. 13. Adik-adik BPI 2006, khususnya Ulfa, Dani, Diah. Adik-adik BPI 2007, khususnya Ilah, Umroh, Venny, Nurul, Wiwin, Vika, Melia, Ulfa, Eno, Wenti, Isma, Keke, Najwa, Apri, Aida, Indah, Handi, Ali, N’din, Wahyudi. Adik-adik BPI 2008 khususnya Nila, Eka, Ayu dan Via “Makasi ya de!”. 14. Para Praktisi KULFAH CENTER; Jefri, Agus, Dwika, Yana, Lia, Ashif, Desi, Ami. “satu untuk semua, semua untuk satu!”. Untuk para praktisi yang baru Umroh, Ilah, Wiwin, Veny, Vika, Ulfa “Tetep kompak dan jaga amanah kami ya!” 15. Seluruh teman baik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas doa, dukungan serta bantuan yang telah diberikan. Dengan kerendahan hati penulis berdoa semoga Allah SWT membalas semua amal perbuatan semuanya. Serta penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Ciputat, 11 Juni 2009
Laily Hidayati
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... KATA PENGANTAR..................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
i ii v vii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………..……. A. Latar Belakang Masalah…….....…………………….……......... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.………………….…….... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .………………………….……. D. Metodologi Penelitian………………………….....……………. E. Tinjauan Pustaka……………………………………………….. F. Sistematika Penulisan…………………………………………..
1 1 6 7 8 11 11
BAB II
LANDASAN TEORI….………………………………………… A. Analisis......................................................................................... B. Konseling……………………………………………………..... 1. Pengertian Konseling……………………………………….. 2. Fungsi dan Tujuan Konseling……………………………..... 3. Pendekatan-Pendekatan Konseling…………………………. 4. Tahapan-Tahapan Konseling ……………………………….. C. Remaja…………………………………………………………. 1. Pengertian Remaja…………………………………………... 2. Ciri-ciri dan Batas Usia Remaja…………………………….. 3. Tugas Perkembangan Remaja ……………………………… 4. Kebutuhan Remaja………………………………………….. 5. Permasalahan Remaja………………………………………. D. Internet…………………………………………………………. 1. Pengertian Internet………………………………………….. 2. Sejarah Internet di Indonesia……………………………….. 3. Internet Sebagai Media Konseling…………………………..
14 14 14 14 16 20 21 24 24 26 24 27 31 34 34 36 42
BAB III GAMBARAN UMUM SITUS WWW.PIKIRDONG.ORG........ A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya....................................... B. Visi, Misi, dan Tujuan................................................................. C. Struktur Organisasi...................................................................... D. Rubrikasi pada Situs Pikirdong.org.............................................
45 45 46 48 49
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA.…………………………….. A. Pelaksanaan Konseling Bagi Permasalahan Remaja di Situs www.pikirdong.org. ……………………………….……........... 1. Konselor…………………………………………………….. 2. Klien………………………………………………………… 3. Prosedur Pelaksanaan Konseling di Situs
51 51 51 52
BAB V
www.pikirdong.org................................................................. B. Analisis Data Pelaksanaan Konseling Bagi Permasalahan Remaja di Situs www.pikirdong.org…........................................
53
PENUTUP ……………………………………………………… A. Kesimpulan…………………………………………………….. B. Saran……………………………………………………………
73 73 74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
55
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Permasalahan-Permasalahan Remaja Pada Situs www.pikirdong.org bulan Januari s.d. Maret 2009………………………………………. 51 Tabel 4.2 Tahapan-Tahapan Konseling Pada Kasus Berhubungan Intim dengan Pacar Chatting………………………………………………………..57 Tabel 4.3 Tahapan-Tahapan Konseling Pada Kasus
Memastikan Wanita
Cinta………………………………………………………………….64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode di dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang paling indah dan memberikan kesan yang sulit dilupakan. Namun tidak sedikit juga orang yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang sulit dan begitu banyak permasalahan di dalamnya yang harus dihadapi. Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya “Problematika Remaja di Indonesia” menjelaskan definisi tentang remaja yaitu “...remaja adalah salah satu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya dari masa anak-anak menuju kepada dewasa...”.1 Dilihat dari sudut pandang ilmu kejiwaan, masa muda atau remaja disebut masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa, masa dalam peralihan atau di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.2 Tindakan-tindakan yang mengganggu ketenangan orang lain dipandang sebagai manifestasi dari gangguan jiwa akibat dari tekanan-tekanan batin yang tidak dapat diungkapkan dengan wajar atau dengan kata lain
1
Zakiah Daradjat, Problematika Remaja di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). h.
33. 2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet ke-2. h. 72.
kenakalan remaja merupakan ungkapan dari ketegangan perasaan (tension), kegelisahan dan kecemasan atau tekanan batin (frustation).3 Pada masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan orang dewasa. Pada masa ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk bergantung pada orang lain (dependent), menuju masa kedewasaan yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bebas dari campur tangan orang lain (independent), sehingga jiwanya masih labil; pada masa ini pula, para remaja sering mengalami berbagai problem baik problem fisik, psychis maupun sosial. Hal ini terbukti bahwa: Banyak remaja putra dan putri pergi ke Biro Konsultasi Psikologi, karena mereka merasa menemui jalan buntu dalam mengatasai masalah mereka. Apakah ini berarti bahwa hanya remaja yang tertentu saja yang mengalami persoalan dan mencari bantuan seorang ahli? Tidak, sebenarnya lebih banyak atau bahkan boleh dikatakan semua remaja mengalami persoalan baik sederhana maupun rumit.4 Umar Hasyim mengemukakan tentang masa remaja sebagai berikut: “Masa ini bisa dikatakan masa transisi dan ini merupakan masa yang berbahaya baginya, sebab ia bisa mengalami hidup dua alam yakni antara alam khayalan dan alam kenyataan, di mana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik.5 Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri. Begitu pula pada masa remaja. Di antara permasalahan tersebut adalah permasalahan perkembangan kepribadian dan sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Sahilun A Nasir dalam bukunya Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan 3
Ibid., h.24. Ny. Y. Singgih D. Gunarso dan Singgih D. Gunarso, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1983). h.8. 5 M. Quraish Syihab, Membumikan a-Qur’an (Bandung: Mizan, 1983), cet ke-4. h. 194. 4
Problem Remaja yang menjelaskan bahwa “...problema remaja dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: agama dan akhlak remaja, problema seks remaja, dan problema perkembangan pribadi dan sosial...”6 Namun karena masalah remaja merupakan masalah yang kompleks, sehingga masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.7 Melihat hal tersebut di atas, remaja terasa amat sangat membutuhkan bantuan terutama dari orang-orang di sekitar mereka supaya mereka tidak salah arah dan terjerumus dalam perbuatan yang negatif. Dalam hal ini seorang konselor memiliki peranan penting untuk meminimalisir dan membantu para remaja menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Era globalisasi merupakan kondisi dimana hilangnya batas-batas fisik dalam segala bidang. Globalisasi bukan hal yang menakutkan, namun bukan juga suatu yang menggembirakan. Pada era globalisasi, untuk sebagian remaja yang memiliki kemampuan berpikir dan wawasan yang luas, cenderung
6
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja (Jakarta: Kalam Mulia, 1999). cet ke-1. h. 76-78. 7 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1980). cet ke-5. h. 208.
memilih media internet sebagai sumber informasi. Hal ini dilatar belakangi oleh kecepatan dan kemudahan media internet sebagai sumber media komunikasi pada penggunanya. Memudahkan pengguna karena dapat dilakukan di rumah, maupun warung internet (warnet). Menurut Onno W Purbo, internet mungkin bisa menjadi tempat yang paling baik untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah. Berbagai forum dan komunitas menjamur secara aktif mengajak umat untuk bersilaturahmi. Teknologi informasi dan internet telah memudahkan dan memungkinkan banyak hal, batasan ruang dan waktu menjadi nihil. Silaturahmi bisa dilakukan kapan saja, Ukhuwah Islamiyah menjadi lebih berkualitas seiring dengan frequensi interaksi bebas hambatan yang dilakukan.8 Sesuai dengan beragamnya aktivitas manusia, khususnya remaja, media alternatif pemecahan masalah (konsultasi) seperti internet sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat kotemporer. Internet sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang malu bertanya pada seorang konselor, maupun bagi mereka yang terlalu sibuk bekerja dan berusaha mencari solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Seiring dengan era globalisasi, di Indonesia kini mulai banyak muncul layanan konsultasi atau konseling yang dilakukan via internet untuk menangani berbagai masalah yang dihadapi manusia, yaitu dengan menggunakan email. Hal ini tidak bermaksud untuk menggantikan konseling
8
Onno W Purbo, TCP/IP Standar Desain dan Implementasinya (Jakarta: Elek Media Komputindo, 1999), h. 35.
tatap muka, namun dapat menjadi salah satu cara dalam membantu klien memecahkan masalah yang dihadapinya. Email merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam proses konseling jarak jauh yang dilakukan antara konselor dan klien untuk membantu
masalah-masalah
yang
berkaitan
dengan
perkembangan
kepribadian dan kehidupan klien melalui surat atau tulisan pada internet.9 Tulisan-tulisan dalam website sangat beragam, di antaranya tentang agama dan moralitas. Dari tulisan-tulisan tersebut banyak membantu remaja menambah wawasan serta pengetahuannya. Namun tidak sedikit pula website yang menampilkan tulisan pesan-pesan moral yang menyimpang yang jauh dari norma-norma dan budaya bangsa Indonesia. Kebanyakan dari tulisantulisan tersebut ditulis sebagai sensasi belaka, namun teknik penulisannya yang begitu meyakinkan seakan-akan dari narasumber yang berkompeten. Akibat dari banyaknya website yang dibangun dengan berisikan pesan moral yang tidak benar membuat nasib remaja menjadi hancur. Oleh karena adanya
rasa
keprihatinan
akan
hal
tersebut,
maka
lahirlah
situs
www.pikirdong.org. yang merupakan salah satu situs internet yang berisikan tentang pesan-pesan moralitas yang lebih positif. Selain itu, situs ini juga menyediakan layanan konseling dan beberapa rubrik seputar psikologi Islam. Dengan uraian ini penulis mengambarkan pelaksanaan konseling di situs www.pikirdong.org sebagai upaya membantu masyarakat dalam mengatasi problema kehidupannya, salah satunya di kalangan remaja. Bertitik 9
Achmad Juntita Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Refina Aditama, 2005), h. 63.
(Bandung:
tolak dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Konseling Bagi Permasalahan Remaja di Situs www.pikirdong.org. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar berlakang masalah tersebut di atas, maka penulis membatasi penulisan ini pada analisis pelaksanaan konseling bagi permasalahan
remaja,
di
situs
www.pikirdong.org.
Sedangkan
permasalahan remaja penulis batasi pada permasalahan perkembangan pribadi dan sosial yang ditangani di situs www.pikirdong.org. dari tanggal 01 Januari 2009 s.d 31 Maret 2009. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan
masalah
di
atas,
maka
penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org? b. Bagaimana prosedur pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org? c. Bagaimana tahapan-tahapan konseling bagi permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan pelaksanaan
konseling
bagi
permasalahan
remaja
di
situs
www.pikirdong.org. Adapun tujuan secara khusus, yaitu untuk mengetahui pelaksanaan
konseling
bagi
permasalahan
remaja
di
situs
www.pikirdong.org.
2. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu: a. Manfaat Akademis. Dengan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Serta memberikan pengetahuan yang lebih tentang konseling di media massa, khususnya di internet. b. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai: 1) Bahan masukan (input) bagi situs www.pikirdong.org dalam pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja. 2) Sumbangan pemikiran dan motivasi bagi para konselor dalam pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian. Adapun bentuk penelitiaan ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu melakukan penelitian langsung dengan membuka situs www.pikirdong.org untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy. J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 2. Subjek dan Objek Penelitian. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Sayed Muhammad, S. Psi, Falasifatul Falah, S. Psi, MA, dan H. Fuad Nashori, M. Psi selaku konselor pada situs www.pikirdong.org. Sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org.
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 4.
3. Teknik Pengumpulan Data. Berdasarkan
permasalahan
penelitian
dan
data-data
yang
dibutuhkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a.
Observasi Observasi yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera.11 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara membuka portal situs www.pikirdong.org untuk memperoleh informasi sehingga data penelitian didapatkan.
b.
Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan
terwawancara
(interviewee)
yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.12 Wawancara ditujukan pada konselor serta dari redaksi pikirdong untuk memperkuat dan pelengkap data pada penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan menggunakan media email dan chatting.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1996), h. 145. 12 Moleong, Ibid., h. 186.
c.
Dokumentasi Data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu situs www.pikirdong.org yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen formal, buku-buku, artikel dan lain sebagainya.
4. Teknik Analisis Data Yang dimaksud dengan teknik analisa data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.13 Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J Moleong mengemukakan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah upaya
yang
dilakukan
dengan
jalan
bekerja
dengan
data,
mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.14 Teknik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu dari data yang terkumpul kemudian dijabarkan dengan memberi interpretasi untuk kemudian diambil kesimpulan akhir. 5. Teknik Penulisan Dalam penulisan ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi”
13
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES), 1995), cet ke-1. h. 263. 14 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 248.
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. E. Tinjauan Pustaka Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka ke beberapa perpustakaan, yaitu perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama tinjauan terdapat skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Konseling Keluarga Pada www.eramuslim.com” hasil penelitian
Septi
Ningrum-104052001995
Jurusan
Bimbingan
dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang meneliti tentang proses pelaksanaan konseling, teknik konseling dalam konsultasi keluarga pada situs www.eramuslim.com. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
objek
penelitiannya,
yaitu
pelaksanaan
konseling
bagi
permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org. Sedangkan yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah konselor pada situs www.pikirdong.org, yaitu: Sayed Muhammad, S. Psi, Falasifatul Falah, S. Psi, MA, dan H. Fuad Nashori, M. Psi. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara ringkas tentang susunan ini penulisan ini. Untuk memudahkan arah pembahasan maka penulis membagi penulisan ini menjadi 5 (lima) bab, terdiri atas:
BAB I
PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis mengemukakan tentang konseling, meliputi: pengertian konseling, fungsi dan tujuan konseling, pendekatan-pendekatan konseling, dan tahapan-tahapan dalam konseling. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang remaja, di antaranya; pengertian remaja, ciri-ciri dan batasan usia remaja, tugas perkembangan remaja, kebutuhan remaja, dan permasalahan remaja. Serta pembahasan mengenai internet, antara lain; pengertian internet, sejarah internet di Indonesia, internet sebagai media konseling.
BAB III
GAMBARAN
UMUM
TENTANG
SITUS
WWW.PIKIRDONG.ORG. Pada
bab
ini
penulis
www.pikirdong.org, perkembangannya,
akan
terdiri visi,
membahas
atas;
sejarah
tentang
situs
berdiri
dan
misi dan tujuan, dan struktur
organisasi, rubrikasi situs pikirdong.org.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN Pada bab ini berisi tentang temuan data dan analisis pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org.
BAB V
PENUTUP Meliputi uraian kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Analisis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkara dan sebagainya).15 Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan analisis sebagai proses mengurangi kekompleksan suatu gejala rumit sampai pada pembahasan bagian-bagian paling elementer atau bagian-bagian paling sederhana.16 Jadi, analisis adalah proses penyelidikan terhadap sebuah gejala yang memiliki pembahasan yang luas sampai pembahasan pada bagian-bagian yang paling inti. B. Konseling 1. Pengertian Konseling Menurut Prayitno dan Erman Amti, istilah konseling secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet ke-3, h. 43. 16 J.P. Chaplin, “Kamus Lengkap Psikologi” (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), cet ke-9, h. 25.
berasal
dari
“sellan”
yang
berarti
“menyerahkan”
atau
“menyampaikan”.17 Secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konseling memiliki dua makna, yakni “pengarahan” dan “penyuluhan”. Kata konseling dalam arti pengarahan yaitu pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya. Sedangkan dalam arti penyuluhan, konseling adalah pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah.18 Menurut James F. Adams, yang dikutip I. Djumhur dan Moh Surya, counseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seseorang (counselor), membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.19 Sementara itu menurut Khairul Umam dan H.A. Achyar Aminudin, konseling adalah salah satu teknik dalam bimbingan yang diberikan oleh seorang (counselor) kepada yang lain (counselee) yang mempunyai
17
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rieneka Cipta dan Pusat Perbukuan Depdiknas, 2004), cet Ke-2. h. 99. 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 588. 19 I. Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling),. (Bandung: CV. Ilmu, 1988), h. 29.
masalah psikologis, sosial, spiritual, dan moral etis dengan barbagai cara psikologis agar orang tersebut (counselee) dapat mengatasi masalahnya.20 Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseling adalah suatu hubungan profesional antara seseorang (Konselor) dengan orang lain (Konseli) yang memiliki permasalahan, supaya ia (konseli) memahami dirinya dan dapat mengatasi permasalahanpermasalahan yang dihadapinya. 2. Fungsi dan Tujuan Konseling Setelah memahami uraian di atas, maka mempermudah untuk memahami fungsi dan tujuan konseling. Menurut H. Aunur Rahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam, merumuskan fungsi dari Bimbingan dan Konseling Islam itu sebagai berikut: a. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good). d. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.21 Sedangkan dalam buku Konseling dan Psikoterapi Islam, M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky membagi fungsi konseling secara tradisional digolongkan kepada tiga fungsi, yaitu: 20
Khairul Umam dan H.A. Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1988), h. 15-16. 21 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001),. cet ke-2. h. 37.
a. Fungsi Remedial atau Rehabilitatif. Secara historis konseling lebih banyak memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Peranan remedial berfokus pada masalah: 1). Penyesuaian diri; 2). Menyembuhkan masalah psikologis; 3). Mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional. b. Fungsi Edukatif / pengembangan. Fungsi ini berfokus pada masalah: 1). Membantu meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan; 2). Mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup; 3). Membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan; 4). Untuk keperluan jangka pendek, konseling membantu individuindividu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi kesepian dan semacamnya. c. Fungsi Preventif (Pencegahan). Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya preventif meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.22 Adapun tujuan konseling yang dikemukakan oleh Shertzer dan Stone yang dikutip oleh Andi Mapiare,
yang disandur singkat dalam:
perubahan tingkah-laku (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problem revolution), keefektifan pribadi (personal efectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).23
22
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), cet ke-2. h. 217-218. 23 Andi Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 46.
a. Perubahan Tingkah Laku. Hampir semua para ahli konseling menekankan adanya perubahan tingkah laku dalam proses konseling, dengan tujuan memberikan klien untuk dapat hidup yang lebih produktif dan memuaskan dalam hidupnya. Rogers memandang bahwa perubahan tingkah laku sebagai suatu akibat dari adanya proses konseling, meskipun tingkah laku yang spesifik, bukanlah pada penekanan dalam pengalaman konseling. Perubahan tingkah laku di sini adalah perubahan berpikir dan pemahaman yaitu dari ketidakmengertian klien tentang masalah yang dihadapinya, hingga ia memahami dan mengerti masalahnya.24 b. Kesehatan Mental Positif. Konselor
yang
berkecondongan
afektif
menyatakan
bahwa
pemeliharaan atau mendapatkan mental sehat merupakan tujuan konseling. Jika mental sehat dicapai maka individu memiliki integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif terhadap orang lain. Di sini individu belajar menerima tanggung jawab, jadi mandiri, dan mencapai integrasi tingkah laku.25 c. Pemecahan Masalah. Setiap individu pada dasarnya mempunyai cara untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya, dikarenakan ketidakmengertian dan pemahaman tentang dirinya, maka ia kesulitan dalam menghadapi
24
Abubakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling (Jakarta Timur: Studia Press, 2006), h. 13. 25 Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, h. 46-47.
masalahnya. Oleh karena itu dalam konseling klien diarahkan untuk dapat memanfaatkan kemampuan yang ada pada dirinya.26 d. Keefektifan Pribadi. Individu merupakan makhluk yang mempunyai kemampuan atau potensi
untuk
dapat
memecahkan
masalahnya
sendiri.
Dengan
mengembangkan potensi klien merupakan tujuan konseling yang sering diusahakan dalam proses konseling. Yaitu dalam konseling berupaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan klien dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal. Tujuan ini akan tercapai dengan cara memperbaiki keefektifan dirinya. 27 e. Pembuatan Keputusan. Banyak masalah yang dihadapi individu berupa suatu pilihan yang sangat sulit untuk memilih di antara dua ketentuan, sedang dalam memilih dibutuhkan suatu keputusan.28 Dalam hal ini konselor tidaklah menetapkan keputusan-keputusan yang akan dibuat konseli, ataupun memilihkan cara alternatif bagi tindakan konseli. Konseli harus tahu mengapa dan bagaimana ia membuat keputusan.29 Jadi, proses konseling ini bertujuan untuk membantu konseli mempelajari proses membuat keputusan sehingga konseli pada akhirnya mampu membuat keputusan sendiri secara realistis.
26
Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling, h. 14. Ibid., h. 15. 28 Ibid., h. 14. 29 Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, h. 49. 27
3. Pendekatan-pendekatan Konseling Konseling berguna untuk membantu klien dalam menghadapi berbagai macam masalah. Dalam membantu, dapat dilihat kondisi klien secara umum dan individual. Oleh karena itu perlu seorang konselor memperhatikan apa yang muncul dan ada pada diri klien. Untuk dapat melihat kondisi tersebut, konselor akan mengorientasikan konseling dengan pendekatan-pendekatan.30 Pendekatan konseling (counseling approach) disebut juga teori konseling merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori konseling, akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling.31 a.
b.
30
Pendekatan Kognitif. Dalam pendekatan ini, konselor berusaha menekankan pada proses berpikir rasional dari klien, yang dihubungkan dengan masalahmasalah yang dihadapi klien, terutama kesulitan pada psikologis dan emosionalnya. Pendekatan ini memberikan keyakinan bahwa klien dalam berpikirnya mempengaruhi perasaan dan tindakannya. Orientasi kognitif akan terjadi, apabila klien menggunakan berpikir rasional, sehingga perasaan dan tindakannya juga akan mencerminkan cara berpikir yang rasional. Pendekatan konseling yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah; konseling Rasional-Emotif, Analisis Transaksional, dan konseling Trait & Factor. Pendekatan Afektif Dalam pandangannya, pendekatan ini, melihat bahwa individu bermasalah karena selalu membawa perasaannya sehingga selalu bermain dengan perasaannya, dan individu tersebut juga hanyut dalam perasaannya. Oleh karena itu, pendekatan afektif menggunakan pendekatan konseling dengan menggunakan pendekatan konseling dengan memusatkan perhatiannya pada
Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling, h. 17. Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2004), h.
31
55.
c.
bagaimana perasaan klien dalam proses konseling itu sendiri. Karena pendekatan ini meyakinkan bahwa apabila perasaan klien tentang diri dan lingkungannya dapat berubah, maka dengan sendirinya pikiran dan perilaku klien akan berubah juga. Pendekatan yang termasuk dalam pendekatan afektif ini yaitu konseling yang berpusat pada pribadi, konseling Gestalt, konseling Eksistensial, konseling individu (Adleria). Pendekatan Behavioral. Pendekatan ini memandang bahwa masalah yang dihadapi individu dikarenakan individu salah dalam membuat keputusan atau mengambil sikap dalam mengambil suatu tindakan. Oleh karena itu, pendekatan ini di dalam konselingnya menekankan pada perilaku spesifik, yaitu perilaku yang memang berbenturan atau yang berlawanan dengan lingkungan dan diri klien sendiri. Pedekatan ini bersifat suatu pelatihan terhadap perilaku klien. Maka pendekatan ini menekankan pada teknik dan prosedur untuk menfasilitasi perubahan perilaku pada diri klien. Sehingga pendekatan behavioral ini lebih mementingkan penggunaan teknik perubahan perilaku. Pendekatan konseling ini termasuk juga konseling behavioristik dan konseling realitas, dan multimodal konseling.32
4. Tahapan-tahapan Konseling Merupakan suatu cara dalam proses konseling untuk membagi langkah-langkah konseling dengan beberapa tahapan. Tahapan pada proses konseling yang dapat diberikan supaya proses konseling berjalan dengan baik. Di antara tahapan tersebut sebagaimana yang dikemukakan teori trait and factor. Di mana trait and factor memberikan ulasan pada konseling yaitu sesuatu yang komprehensif dan dapat digunakan untuk membantu individu dalam tumbuh kembang, memilih dan menetapkan tujuan.33 Oleh karena itu tahap ini dalam proses konseling terdiri dari enam tahap, yaitu:
32
Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling, h. 17-23. Ibid., h. 39.
33
a. Analisis Analisis adalah tahapan pengumpulan data atau informasi tentang diri klien dengan lingkungannya, dengan maksud untuk lebih mengerti tentang keadaan klien. Adapun data yang perlu dikumpulkan yaitu dari luar diri klien dan dari dalam diri klien sendiri, berupa data fisik dan data psikologis. b. Sintesis Sintesis
merupakan
tahapan
untuk
merangkum
dan
mengorganisasikan data hasil tahap analisis dengan sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan gambaran diri klien yang terdiri dari kelemahan
dan
kelebihannya
serta
kemampuan
sekaligus
ketidakmampuannya menyesuaikan diri. Sintesis ini dengan maksud tidak menjadikan melebar dan meluasnya masalah yang dihadapi klien. Dan dapat dijadikan sebagai diagnosa awal dari penemuan analisa. c. Diagnosa Diagnosa merupakan tahapan untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi klien beserta dengan sebab-sebabnya dengan membuat perkiraan-perkiraan, kemungkinan yang akan dihadapi klien berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi saat ini. Yang termasuk pada tahapan ini adalah identifikasi masalah dan penemuan sebab-sebab masalah (etiologi).
d. Prognosis Langkah prognosis ini merupakan langkah untuk memprediksi apa yang akan terjadi pada diri klien, yaitu masalah tersebut akan terus berkembang. Oleh karena itu kondisi dan keadaan klien pada saat ini akan memberikan arti, untuk mengetahui adanya kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada diri klien di kemudian hari. Informasi yang disampaikan kepada klien dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi akan mengurangi atau setidak-tidaknya memberi jalan keluar kepada klien bagaimana menyelesaikan masalah. e. Konseling/ Treatment (perlakuan) Sebagaimana yang telah dibahas bahwa konseling merupakan suatu proses antara konselor dengan klien, dengan maksud membantu klien untuk menemukan sumber-sumber masalah yang dihadapi klien pada diri klien sendiri, sumber-sumber yang ada pada lembaga dan masyarakat dan lingkungan klien agar mencapai penyesuaian diri secara optimal. f. Tindak lanjut/ follow up Tindak lanjut ini berguna untuk melihat tingkat keberhasilan pemberian bantuan (konseling) yang telah berlangsung. Tindak lanjut maksudnya ada perhatian konselor untuk mengamati agar klien jangan sampai kembali lagi ke dalam masalah yang lain atau regresi ke masalah semula.34
34
Ibid., h. 39-45.
C. Remaja 1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolascere (kata bendanya adolescentia yang bararti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mampunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (121) yang dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock, ia mengatakan: Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelaktual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari priode perkembangan ini.35 Masa remaja adalah masa yang penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa energik, heroik, dinamis, kritis, dan masa yang paling indah, tetapi adapula yang menyebutkan masa remaja adalah masa badai dan masa topan, masa rawan dan masa nyentrik. Karena masa tersebut berada di ambang the best of time and the worst of time (dapat berada dalam waktu yang baik dan waktu yang buruk).36
35
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1980). cet ke-5. h. 206. 36 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,. (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) cet ke-1. h. 64.
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi terhadap remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Maka, secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa ketika: a. Individu berkembang dari pertama kali saat ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.37 Dra. Melli Sri Sulastri Rifa’i mengemukakan pendapatnya tentang pengertian remaja, yaitu: Remaja adalah “pemuda yang berada pada masa perkembangan yang dengan masa adolensia (masa remaja menuju kedewasaan) masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia di mana seseorang sudah tidak lagi dapat dikatakan anak kecil lagi, tapi belum juga disebut orang dewasa, taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke arah kedewasaan.”38 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa dimana seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dari berbagai aspek.
37
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9. 38 Melli Sri Sulastri, Psikologi Perkembangan Remaja (Jakarta, Bina Aksara, 1978), h. 1.
2. Ciri-ciri dan Batasan Usia Remaja Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentan kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya.39 Menurut Sahilun A. Nasir, ciriciri khusus pada remaja awal, yaitu: a. Perasaan dan emosi remaja tidak stabil. b. Mengenai status remaja masih sulit ditentukan. c. Kemampuan mental dan daya berpikir mulai agak sempurna. d. Hal sikap dan moral, menonjol pada menjelang akhir remaja awal. e. Remaja awal adalah masa kritis. f. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.40 Adapun ciri-ciri khusus remaja akhir adalah sebagai berikut: a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat. b. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis. c. Perasaannya lebih tenang. d. Dalam menghadapi masalah dihadapinya secara lebih matang.41 Mengenai batas usia remaja, sampai saat ini masih belum ada kesepakatan antara para ahli ilmu pengetahuan tentang batas yang pasti mengenai umur bagi remaja, karena hal ini tergantung kepada keadaan masyarakat dimana remaja itu berada, dan tergantung pula kepada darimana remaja itu ditinjau.42
39
Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, h.
207. 40
Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, h. 65. Ibid., h. 66. 42 Ibid., h. 69. 41
Bagi setiap remaja mempunyai batas usia, masing-masing yang satu dengan yang lainnya tidak sama. WHO membagi kurun usia remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.43 H. M. Arifin berpendapat bahwa batas usia bawah sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun baik laki-laki maupun perempuan.44 Andi Mappiare mengemukakan bahwa: “Masa remaja antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 tahun atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal dan usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir.”45 Sementara itu beberapa ahli di Indonesia dalam menentukan rentang usia remaja, langsung maupun tidak, banyak dipengaruhi oleh pendapat Hurlock. Dan M. A Prayitno mnyebutkan rentang usia 13 sampai 21 tahun
sebagai masa remaja. Singgih Gunarsa dan suami, mereka
menetapkan bahwa usia remaja antara 12 sampai 22 tahun. Sedangkan Dra. Susilo Windradini, menguraikan tentang masa remaja awal atau Early Adolescence 13 sampai 17 tahun dan remaja akhir atau Late Adolescence 17 sampai 21 tahun.46 3. Tugas Perkembangan Remaja Pada setiap tahapan hidup manusia terdapat tugas-tugas tertentu yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu,
43
Sarwono, Psikologi Remaja, h. 10. M. Arifin, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1982), h. 80. 45 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), cet ke-1, h. 26. 46 Ibid., h. 25-26. 44
dan ini sering disebut tugas-tugas perkembangan. Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Pada akhir remaja ini, diharapkan tugas-tugas tersebut telah terpenuhi sehingga individu siap memasuki masa dewasa dengan peranperan dan tugas-tugas baru sebagai orang dewasa.47 Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst yang dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock, antara lain: a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karier ekonomi. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-mengembangkan ideologi.48 4. Kebutuhan Remaja Kebutuhan itu adalah satu perasaan yang mengiringi setiap individu manusia. Keberadaannya tampak sejak proses kelahiran dan terus berlangsung sepanjang dia hidup. Kebutuhan itu beraneka ragam dan
47
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 37. 48 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, h. 10.
berbeda-beda dari satu individu ke individu yang lain. Sekalipun kebutuhan itu berbeda-beda, namun antara satu sama lainnya saling melengkapi sehingga terwujud keseimbangan dalam jiwa seseorang.49 Firman Allah SWT dalam al-Qur’an tentang beberapa keinginan dan kebutuhan manusia:
!"# !$% & '( )*+ ,-% & +!(,) ,-/☺% 567 8% & 1234 5!=/☺% 9:%;<% & DE(,% & 1>*?ABC & +J;,% /I*!B! G ,H F N & M ;AKL 1T !U☺% RS OQL VW9 “Dan dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apaapa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (Ali Imran: 14). Hasrat akan kebutuhan ini adalah fitrah manusia. Ia telah diciptakan dengan dibekali hasrat itu agar ia bisa memenuhi tuntutan dan keinginannya. Dengan itu ia bisa menjaga keseimbangan otot-otot tubuh dan sekaligus menjaga ketentraman jiwanya. Pada saat yang sama bisa menjadi salah satu pendorong untuk beraktifitas serta agar ia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya.50
49
M. Sayyid Muhammad az-Za’balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), cet ke-1. h. 384. 50 Ibid., h. 384-385.
Remaja sebagai manusia, tentu memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi. Kebutuhan remaja dapat digolongkan menjadi:
a. Kebutuhan biologis (fisik). Kebutuhan biologis juga disebut physiological drive atau biological motivation, yaitu kebutuhan yang berasal daripada dorongan-dorongan biologis yang bersifat naluriah (instinktif) seperti haus, bernafas, mengantuk, dorongan seks dan lain-lainnya. b. Kebutuhan psikis. Kebutuhan psikis adalah segala dorongan yang menyebabkan orang bertindak mencapai tujuannya yang bersifat rohaniah atau kejiwaan. Misalnya kebutuhan akan agama, kebutuhan akan rasa aman, kesehatan jiwa dan lain-lainnya. c. Kebutuhan sosial (social motives). Kebutuhan sosial ialah kebutuhan yang berhubungan dengan hal-hal di luar diri atau sesuatu yang ditimbulkan oleh orang lain atau hubungan dengan
yang
lainnya.
Misalnya
kebutuhan
untuk
bergaul,
berkelompok, memperoleh pengalaman, penghargaan dan lainlainnya. 51 Adapun
Dr.
Umar
Muhammad
at-Tumy
asy-Syibany
mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan dasar anak remaja dan pemuda
51
Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, h. 72.
kedalam dua belas kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu di antaranya sebagai berikut: a. Kebutuhan ingin memiliki bentuk fisik yang baik, kuat dan sehat. b. Kebutuhan untuk menerima terjadinya lonjakan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang biasa dialami oleh seseorang pemuda pada awalawal dirinya memasuki usia puber. c. Kebutuhan akan keseimbangan dan kestabilan emosional serta penyesuaian jiwa yang benar dan sehat. d. Kebutuhan untuk meningkatkan nilai dan perasaan akan nilai dan urgensitas diri. e. Kebutuhan ingin bebas dan terlepas dari keluarga secara emosional. f. Kebutuhan untuk menciptakan hubungan perkawanan sosial dan teman sebaya. g. Kebutuhan mempersiapkan diri untuk menerima peran yang telah menantinya sebagai seorang laki-laki, seorang suami dan sebagai kepala keluarga. h. Kebutuhan menumbuhkan keimanan dan sikap keberagamaan yang kuat, karena dengan hal ini, seorang pemuda mampu mencapai sebuah kondisi pikiran yang tenang dan damai.52 5. Permasalahan Remaja Menurut Sofyan S Willis, problem remaja ialah “...masalahmasalah yang dihadapi para remaja sehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangka
penyesuaian terhadap
lingkungan dimana remaja itu hidup dan berkembang...” 53 Sementara itu menurut Zakiah Daradjat, adapun yang dimaksud problema remaja adalah, “...bermacam-macam problema yang dihadapi oleh para remaja akibat perbuatan yang terjadi pada dirinya itu. Di
52
az-Za’balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, h. 429. Sofyan S. Willis, Problema Remaja dan Pemecahannya (Bandung: PT. Angkasa Pura, 1985), cet ke-1, h 48. 53
samping kesukaran yang terjadi akibat perlakuan masyarakat terhadap remaja yang sedang mengalami perubahan itu...” 54 Problem remaja sangatlah luas dan kompleks. Menurut Sahilun A Nasir, problema remaja dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: “agama dan akhlak remaja, problema seks remaja, dan problema perkembangan pribadi dan sosial”.55 a. Problema Agama dan Akhlak Remaja. Pada diri remaja sebagai manusia terdapat benih-benih agama. Namun para remaja juga menghadapi problema yang bersangkut paut dengan agama dan budi pekerti atau akhlak. Karena masa remaja adalah masa
ragu-ragu
terhadap
kaidah-kaidah
agama
dan
akhlak.
Kebimbangan remaja terhadap agamanya terpantul pada tingkah lakunya, sehingga ketegangan-ketegangn emosi dan peristiwa yang menyedihkan sangat berpengaruh besar terhadap agama dan akhlak. Masalah agama para remaja sebenarnya terletak pada tiga hal, yaitu: keyakinan beragama, pelaksanaan ajaran agama dan perubahan tingkah laku karena agama. 56 b. Problema Seks Remaja Persoalan yang penting pula pada usia remaja adalah persoalan seks.57 Pada masa remaja pertumbuhan dan perkembangan badan sangat cepat sekali. Proses produksi kelenjar-kelenjar seks (gonads) akan tetap 54
Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1978), h.
36. 55
Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, h. 76-78. Ibid., h. 77. 57 Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 79. 56
aktif dalam masa remaja akhir, bahkan sampai dewasa dan masa tua. Gonads
yang
tetap
bekerja,
bukan
saja
berpengaruh
pada
penyempurnaan tubuh, melainkan juga berpengaruh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial remaja. 58 Kematangan
mereka
dari
segi
biologisnya,
menimbulkan
dorongan-dorongan mereka untuk berkenalan dan bergaul dengan teman-teman dari jenis lain.59 Kadang-kadang kematangan seksual dan keinginan untuk mengetahui masalah seks pada sebagian remaja, menimbulkan problem dan konflik dalam diri mereka karena adanya pertimbangan antara dorongan seks dengan moral dan agama.60 Salah satu aspek yang membuat para remaja ini bingung adalah sikap orang dewasa yang kontradiktif terhadap masalah seks. Pada suatu saat mereka memandangnya sebagai suatu yang keramat. Pada saat yang lain memandangnya sebagai sesuatu yang memalukan dan pada saat yang lain lagi memperolok-oloknya. Remaja menganggap sikap orang dewasa itu munafik dan menambah kebingungannya sendiri bertambah ruwet. Kelihatannya sulit sekali orang dewasa mengganggap seks sebagai sesuatu yang alamiah dan mulia sekaligus.61 c. Problema Perkembangan Pribadi dan Sosial
58
Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, h. 77-78. Burhanuddin, Kesehatan Mental, h. 79. 60 Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, h. 78. 61 Benyamin Spock, Orangtua Permasalahan dan Upaya Mengatasinya (Semarang: Dahara Prize, 1991). cet ke-2. h.108. 59
Keadaan kepribadian dan sosial remaja akhir berada dalam periode yang kritis atau “Critical period”.62 Kepribadian remaja terbentuk pada kelompoknya. Mereka tidak mengetahui cara bergaul dengan kawankawan sebaya dan dewasa lainnya. Karena itu seringkali kita melihat mereka mencontoh sikap kawan sebayanya tanpa berpikir matang. Mereka takut diejek oleh kawan-kawannya, jika tidak mengikuti temanteman sebaya mereka.63 Salah satu persoalan yang sering mengganggu ketenangan jiwa para adolesen ialah mencari teman karib yang dapat diajak berbicara dan berdiskusi tentang berbagai permasalahan yang dialami, yang tidak dapat dibicarakan pada orang tua atau orang dewasa lainnya. Pada dasarnya kebutuhan para remaja untuk mencari teman-teman sebaya disebabkan adanya persamaan dalam permasalahan-permasalahan mereka. Di samping itu, mereka merasa tidak banyak dicela atau dikritik, seperti halnya bila mereka bergaul dengan orang dewasa.64 D. Internet 1. Pengertian Internet Internet menjadi sumber informasi alternatif di samping mediamedia konvensional yang ada. Menurut Daryanto dalam bukunya Memahami Kerja Internet, ia mengemukakan bahwa “...internet dari segi bahasa merupakan akronim dari dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu International Network. Kata International berarti internasional, dan kata 62
Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, h. 75. Burhanuddin, Kesehatan Mental, h. 79. 64 Ibid., h 79-80. 63
Network berarti jaringan, sehingga international network dapat diartikan jaringan internasional...” 65 Sedangkan menurut M. R. Wijela mengungkapkan bahwa “internet berasal dari kata Interconnection Networking. Inter akronim dari kata international berarti seluruh dunia, connection berarti hubungan, dan networking adalah jaringan komputer pribadi.”66 Jaringan itu sendiri merupakan istilah yang berasal dari sekelompok komputer yang dihubungkan bersama, sehingga terdapat beragam informasi dan sumberdaya. Sesuai dengan namanya internet bukan jaringan tunggal tetapi lebih merupakan jaringan-jaringan di seluruh dunia yang dapat berkomunikasi.67 Internet adalah kumpulan komputer antar wilayah dan wilayah lainnya yang terkait dan saling berkomunikasi, dimana keterkaitan dan komunikasi ini diatur oleh protokol. Internet adalah media komunikasi yang menggunakan sambungan seperti halnya telepon, yang tentunya disambungkan dengan komputer serta modem. Namun berbeda dengan telepon,
yang komunikasinya
harus dilakukan dengan oral dan
dilaksanakan secara bersamaan atau simultan, maka pada internet
65
Daryanto, Memahami Kerja Internet (Bandung: Yrama Widya, 2004), h. 22. Michael R Wijela, Kursus Kilat 24 Jurus Internet Ekspoler 3 (Jakarta: PT. Dinastindo, 1997), h. 2. 67 Clay Shirky, Internet Lewat E-mail (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995), cet ke-1, h. 2. 66
komunikasi yang dilakukan umumnya tertulis tapa perlu dilakukan secara bersamaan antara pengirim dan penerima pesan.68 Dengan menggunakan internet, manusia dapat mengakses informasi dari seluruh dunia dalam waktu yang cukup singkat. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Lani Sidharta bahwa “internet adalah sumberdaya informasi yang menjangkau seluruh dunia. Sumberdaya informasi tersebut sangat luas dan sangat besar, sehingga tidak ada satu orang, satu organisasi, atau satu negara yang dapat menanganinya sendiri. Kenyataanya, tidak ada satu orang yang memahami seluk beluk internet.”69 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa internet adalah media komunikasi berupa jaringan komputer dari banyak jaringan komputer yang jangkauannya hingga ke seluruh dunia. Serta memiliki fungsi sebagai sumber informasi dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang. 2. Sejarah Internet di Indonesia Sejarah internet di Indonesia bermula pada awal tahun 1990-an, saat itu jaringan internet di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network, dimana semangat kerjasama, kekeluargaan & gotong royong sangat hangat dan terasa diantara para pelakunya. Agak berbeda dengan suasana Internet Indonesia pada perkembangannya yang terasa lebih
68
Gatot Subroto, Internet Sebagai Sumber Belajar Anak dan Keluarga, artikel diakses pada 18 April 2009 dari http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t7/7-11.htm. 69 Lani Sidharta, Internet: Informasi Bebas Hambatan 2 (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1996), h. xiii.
komersial dan individual di sebagian aktifitasnya terutama yang melibatkan perdagangan Internet. Rahmat M. Samik-Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, Onno W. Purbo merupakan beberapa nama-nama legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia di tahun 1992 hingga 1994. Masing-masing personal telah mengkontribusikan keahlian dan dedikasinya dalam membangun cuplikan-cuplikan sejarah jaringan komputer dan Internet di Indonesia. Tulisan-tulisan tentang keberadaan jaringan Internet di Indonesia dapat dilihat di beberapa artikel di media cetak seperti KOMPAS berjudul “Jaringan komputer biaya murah menggunakan radio” di akhir tahun 1990 awal 1991. Juga beberapa artikel pendek di Majalah Elektron Himpunan Mahsiswa Elektro ITB di tahun 1989. Inspirasi tulisan-tulisan awal Internet Indonesia datangnya dari kegiatan di amatir radio khususnya di Amatir Radio Club (ARC) ITB di tahun 1986. Bermodal pesawat Transceiver HF SSB Kenwood TS430 milik Harya Sudirapratama (YC1HCE) dengan komputer Apple II milik Onno W. Purbo (YC1DAV) sekitar belasan anak muda ITB seperti Harya Sudirapratama (YC1HCE), J. Tjandra Pramudito (YB3NR), Suryono Adisoemarta (N5SNN) bersama Onno W. Purbo (YC1DAV), berguru pada para senior amatir radio seperti Robby Soebiakto (YB1BG), Achmad Zaini (YB1HR), Yos (YB2SV), di band 40m (7MHz).
Robby Soebiakto YB1BG yang waktu itu bekerja di PT. USI IBM Jakarta merupakan pakar di antara para amatir radio di Indonesia khususnya untuk komunikasi data radio paket yang kemudian mendorong ke arah TCP/IP. Teknologi radio paket TCP/IP yang kemudian diadopsi oleh rekan-rekan BPPT, LAPAN, UI, dan ITB yang kemudian menjadi tumpuan PaguyubanNet di tahun 1992-1994. Di tahun 1988, dalam surat pribadi Robby Soebiakto YB1BG mendorong Onno W. Purbo YC1DAV/VE3 yang berada di Hamilton, Ontario, Kanada untuk mendalami TCP/IP. Robby Soebiakto YB1BG meyakinkan Onno W. Purbo YC1DAV/VE3 bahwa masa depan teknologi jaringan komputer akan berbasis pada protokol TCP/IP. Robby Soebiakto (YB1BG) menjadi koordinator IP pertama dari AMPR-net (Amatir Packet Radio Network) yang di Internet dikenal dengan domain AMPR.ORG dan IP 44.132. Sejak tahun 2000 AMPR-net Indonesia di koordinir oleh Onno W. Purbo (YC0MLC). Koordinasi dan aktifitas-nya mengharuskan seseorang untuk menjadi anggota ORARI dan dikoordinasi
melalui
mailing
list
ORARI,
seperti,
orari-
[email protected]. Di tahun 1986-1987 awal perkembangan jaringan paket radio di Indonesia, Robby Soebiakto (YB1BG) merupakan pionir di kalangan pelaku amatir radio Indonesia yang mengkaitkan jaringan amatir Bulletin Board System (BBS) yang merupakan jaringan e-mail store and forward
yang mengkaitkan banyak “server” BBS amatir radio seluruh dunia agar email dapat berjalan dengan lancar. Di awal tahun 1990 komunikasi antara Onno W. Purbo (YC1DAV/VE3) yang waktu itu berada di Kanada dengan panggilan YC1DAV/VE3 dengan rekan-rekan amatir radio di Indonesia dilakukan melalui jaringan amatir radio ini. Dengan peralatan PC/XT dan walkie talkie 2 meteran, komunikasi antara Indonesia-Kanada terus dilakukan dengan lancar melalui jaringan amatir radio. Robby Soebiakto YB1BG berhasil membangun gateway amatir satelit di rumahnya di Cinere melalui satelit-satelit OSCAR milik amatir radio kemudian melakukan komunikasi lebih lanjut yang lebih cepat antara Indonesia-Kanada.
Pengetahuan
secara
perlahan
ditransfer
dan
berkembang melalui jaringan amatir radio ini. Tahun 1992-1993, Muhammad Ihsan masih staf peneliti di LAPAN Ranca Bungur tidak jauh dari Bogor yang di awal tahun 1990-an didukung oleh pimpinannya Ibu Adrianti dalam kerjasama dengan DLR (NASA-nya Jerman) mencoba mengembangkan jaringan komputer menggunakan teknologi packet radio pada band 70cm & 2m. Jaringan LAPAN dikenal sebagai JASIPAKTA dengan dukungan DLR Jerman. Protokol TCP/IP dioperasikan di atas protokol AX.25 pada infrastruktur packet radio. Muhammad Ihsan mengoperasikan relay penghubung antara ITB di Bandung dengan gateway Internet yang ada di BPPT di tahun 1993-1998.
Firman Siregar merupakan salah seorang motor di BPPT yang mengoperasikan gateway radio paket bekerja pada band 70cm di tahun 1993-1998-an. PC 386 sederhana menjalankan program NOS di atas sistem operasi DOS digunakan sebagai gateway packet radio TCP/IP. IPTEKNET masih berada di tahapan sangat awal perkembangannya saluran komunikasi ke internet masih menggunakan protokol X.25 melalui jaringan Sistem Komunikasi Data Paket (SKDP) terkait pada gateway di DLR Jerman. Putu sebuah nama yang melekat dengan perkembangan PUSDATA DEPRIN waktu masa kepemimpinan Bapak Menteri Perindustrian Tungki Ariwibowo menjalankan BBS pusdata.dprin.go.id. Di masa awal perkembangannya BBS Pak Putu sangat berjasa dalam membangun pengguna e-mail khususnya di Jakarta Pak Putu sangat beruntung mempunyai menteri Pak Tungki yang “maniak” IT dan yang mengesankan dari Pak Tungki beliau akan menjawab e-mail sendiri. Barangkali Pak Tungki adalah menteri pertama Indonesia yang menjawab e-mail sendiri. Suryono Adisoemarta N5SNN di akhir 1992 kembali ke Indonesia, kesempatan tersebut tidak dilewatkan oleh anggota Amatir Radio Club (ARC) ITB seperti Basuki Suhardiman, Aulia K. Arief, Arman Hazairin di dukung oleh Adi Indrayanto untuk mencoba mengembangkan gateway radio paket di ITB. Berawal semangat & bermodalkan PC 286 bekas barangkali ITB merupakan lembaga yang paling miskin yang nekad untuk berkiprah di jaringan PaguyubanNet. Rekan lainnya seperti UI, BPPT,
LAPAN, PUSDATA DEPRIN merupakan lembaga yang lebih dahulu terkait ke jaringan di tahun 1990-an mereka mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik daripada ITB. Di ITB modem radio paket berupa Terminal Node Controller (TNC) merupakan peralatan pinjaman dari Muhammad Ihsan dari LAPAN. Suryono Adisoemarta N5SNN sendiri ketika masih menempuh kuliah S2nya di University of Texas di Austin, Texas, menyambungkan TCP/IP Amatir Austin ke gateway Internet untuk pertama kalinya, di gedung Chemical and Petroleum Engineering University of Texas, Amerika Serikat, sehingga komunitas Amatir Radio TCP/IP Austin bisa tersambung dengan jaringan TCP/IP seluruh dunia dan bahkan memungkinkan akses langsung ke internet dengan mengunakan radio amatir (Lim, 2005). Pengetahuan inilah yang kemudian Ia terapkan dalam pengembangan radio paket di ITB. Berawal dari teknologi radio paket 1200bps, ITB kemudian berkembang di tahun 1995-an memperoleh sambungan leased line 14.4Kbps ke RISTI Telkom sebagai bagian dari IPTEKNET akses Internet tetap diberikan secara cuma-cuma kepada rekan-rekan yang lain khususnya di PaguyubanNet. September 1996 merupakan tahun peralihan bagi ITB, karena keterkaitan ITB dengan jaringan penelitian Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) sehingga memperoleh bandwidth 1.5Mbps ke Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet & IIX sebesar
2Mbps. ITB akhirnya menjadi salah satu bagian terpenting dalam jaringan pendidikan di Indonesia yang menamakan dirinya AI3 Indonesia yang mengkaitkan 25+ lembaga pendidikan di Indonesia di tahun 1997-1998an. Jaringan pendidikan ini bukan hanya monopoly ITB saja, jaringan pendidikan lain yang lebih besar lagi adalah jaringan SMK yang dibawahi DIKMENJUR (
[email protected]). Di tahun 2006, praktis ada lebih dari 4000 sekolah di Indonesia yang tersambung ke Internet sebagian besar adalah SMK.70 3. Internet Sebagai Media Konseling Seperti
kita
ketahui,
media
adalah
suatu
‘alat’
yang
menghubungkan kita dengan dunia luar. Tanpa media, kita akan sulit mengetahui apa yang terjadi di sekeliling kita. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa media adalah sumber informasi utama bagi semua orang di dunia.71 Saat ini sebuah networking atau jaringan komputer makin menjadi kebutuhan. Makin banyak orang, organisasi, ataupun bisnis, yang mulai menyadari keuntungan yang bakal mereka dapat dari sebuah networking atau jaringan komputer.72
70
Onno W Purbo, Sejarah Internet Indonesia, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://maeninternetgratis.wordpress.com/2009/03/12/sejarah-internet-Indonesia/ 71 Kekurangan dan Kelebihan Media, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://periodismoenlinea.wordpress.com/2008/01/29/kekurangan-dan-kelebihan-media/. 72 Keuntungan dan Kekurangan Networking, artikel ini diakses pada 11 April 2009, dari http://belajar-yok.blogspot.com/2008/08/keuntungan-dan-kekurangan-networking.html.
Internet sebagaimana media komunikasi lain, bisa dimanfaatkan sebagai forum komunikasi. Salah satu layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknologi komputer khususnya Internet adalah ecounseling. Konseling melalui e-mail sering disebut juga dengan email therapy, online therapy, cybercounseling atau e-counseling. 73 Sesuai dengan sifatnya, konseling melalui internet memiliki berbagai keunggulan, di antaranya: Dapat menyembunyikan identitas, dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan, dan terdokumentasi.74 a. Dapat menyembunyikan identitas. Dengan
melakukan
konseling
via
internet,
klien
dapat
menyembunyikan identitas pribadinya tanpa diketahui oleh orang lain. b. Dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan sifat media internet yang tidak mengenal batas dan waktu. Konseling dapat dilakukan dari jarak yang sangat jauh dan kapanpun pertanyaan dari masalah tersebut muncul. Hal ini menjadi lebih fleksibel bagi klien untuk mengutarakan permasalahannya, terutama bagi klien yang sibuk, dan sulit mengungkapkan permasalahannya melalui konseling face-to-face. c. Terdokumentasi. Pertanyaan dari permasalahan yang diajukan melalui media Internet bisa berupa email atau dalam form isian tanya jawab. Keduanya
73
Achmad Juntita Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refina Aditama, 2005), h.. 63. 74 Syarif Hidayatullah dan Zulfikar S. Dharmawan, Islam Virtual, Keberadaan Dunia Islam di Internet, (Ciputat: Mifta, 2004), h. 96-97.
tentu dalam bentuk digital, karena sudah diketik. Hal ini tentu akan mempermudah untuk melakukan dokumentasi terhadap pertanyaan dan jawaban yang ada. Untuk sistem yang lebih baik lagi, suatu konsultasi bisa dikategorisasikan sesuai dengan topiknya. Tujuan tertentu untuk kemudian bisa menjadi sumber informasi bagi orang lain, yang sekedar ingin tahu atau bahkan memiliki permasalahan yang sama.75 Menurut Murphy dan Mitchell yang dikutip oleh John Mcleod, mencatat beberapa keunggulan dari konseling via e-mail (Internet), yaitu: a. Mendapat catatan permanen seluruh kontak konseling (hal ini berguna bagi klien, dan juga konselor dan supervisor konseling). b. Mengetik adalah cara efektif untuk mengeksternalisasikan masalah. c. Mengetik membantu seseorang untuk merefleksikan pengalaman mereka. d. Klien dapat mengekspresikan perasaan mereka “saat ini juga”, mereka dapat menulis pesan e-mail saat berada di tengah depresi atau serangan panik, ketimbang menunggu datangnya sesi konseling berikutnya.76
75
Ibid., h. 97. John Mcleod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2006), h. 494-495. 76
BAB III GAMBARAN UMUM SITUS WWW.PIKIRDONG.ORG.
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya Website pikirdong berdiri pada tanggal 17 juli 2007, website ini dipindahkan dari domain www.pikirindong.org (2006). Pemindahan domain ini bermaksud agar nama domain lebih singkat dan mudah diingat. Namun, website dengan tema yang sama sebelumnya telah dirintis tahun 2003 dengan nama domain www.beplus.org, dari namanya dimaksudkan untuk mengajak pembaca (netter) berpikir positif. Pada awalnya pembentukan website ini sasaran pembaca adalah remaja. Seiring semakin meningkatnya permintaan website ini semakin diperluas bidangnya. 77 Ide awal didirikan website ini bersumber pada sebuah website gaul (forum) remaja dari komunitas chatting dari server dal.net (mIRC) sekitar tahun 2003. Pada waktu itu Sayed Muhammad selaku perintis website ini menemukan beberapa tulisan yang membuat ia tergugah untuk menulis perihal tentang moralitas. Di forum tersebut berisikan tulisan pesan-pesan moralitas yang menyimpang yang jauh dari norma-norma dan budaya bangsa kita. Misalnya saja, dalam tulisan tersebut mereka mengartikan dating (kencan) sebagai berikut; saatnya memberikan makan malam si wanita dan melepaskan celana dalamnya pada waktu tengah malam. Kebanyakan tulisan-tulisan
77
Wawancara Pribadi dengan Sayed Muhammad, pada tanggal 11 April 2009.
tersebut ditulis sebagai sensasi belaka, namun teknik penulisan yang begitu meyakinkan seakan-akan dari narasumber yang berkompeten. Sayed Muhammad juga membaca respon pembaca yang sangat antusias terhadap artikel-artikel dalam website itu. Akhirnya Sayed Muhammad tergugah untuk membuat sebuah website dengan pesan-pesan moralitas yang lebih positif. Hal tersebut didasarkan atas keprihatinan terhadap nasib remaja yang dapat hancur karena banyak website yang dibangun dengan berisikan isi pesan moral yang tidak benar. Pada saat itu website www.beplus.org kurang mendapat merespon, ini terlihat secara statistik dalam sebulan pengunjung tak lebih dari 100 orang, disamping itu kebanyakan dari mereka visitor yang pernah ia wawancarai melalui chatt lewat server dal.net beplus, kebanyakan mereka kurang tertarik dengan pesan-pesan moral, kebanyakan tanggapan mereka adalah “biasa saja“. Sayed Muhammad mengatakan bahwa “hal lainnya yang mendorong dibangun website pikirdong dari beberapa yang pernah saya baca yang berhubungan dengan kekuatan dari sebuah pikiran yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Banyak penulis seperti buku-buku karangan Doylle Stapless, Anthonny Robbins, Gloria Steinem, Barbara DeAngelis, Archibalt DeHart, Stephen Covey, dan sebagainya. Hampir semua buku-buku tersebut terletak pada kekuatan dalam dan cara berpikir.“78 B. Visi, Misi dan Tujuan.
78
Wawancara Pribadi dengan Sayed Muhammad, pada tanggal 11 April 2009.
Visi dari situs pikirdong.org adalah memberikan informasi seluasluasnya mengenai psikologi dan konsep pengembangan diri sehingga netter dapat merasakan kebutuhan aktualisasi adalah hal yang penting dalam hidup ini. Sedangkan misi situs pikirdong antar lain: 1. Memberikan informasi berbagai penyimpangan perilaku (disorder) agar individu dapat mengerti dan menghindari perilaku-perilaku tertentu yang dapat mengarahkan dirinya pada perilaku maladaptif. 2. Keberadaan website Pikirdong dapat menjadi motivasi bagi netter untuk berpikir positif dan dapat merasakan keberadaan website ini sebagai bagian dari dirinya. 3. Ide-ide perbaikan diri dengan NLP diharapkan menjadi metode yang lebih murah bahkan tanpa biaya yang mahal dibandingkan berkonsultasi kepada konselor, psikolog, hipnoterapis, psikiater secara langsung (masih dalam tahap perencanaan). 4. Pikirdong berusaha memberikan alternatif solusi dalam problem solving secara fokus terhadap masalah yang dihadapi individu (Pikirdong menyediakan halaman konsultasi psikologi). 5. Website Pikirdong menyisihkan 10% dana sponsor yang disumbangkan untuk digunakan membantu fakir miskin, anak-anak rentan (child abusive), dan penderita cacat/sakit (secara detail agenda ini dapat dilihat pada www.pikirdong.org/dana/ ). Adapun tujuan didirikannya situs pikirdong adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi psikologi yang berguna bagi masyarakat Indonesia.
2. Turut serta dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia. 3. Memberikan alternatif solusi (problem solving) bagi mereka yang membutuhkan untuk masalah-masalah psikologisnya yang dihadapinya. 4. Menjadikan salah satu sarana informatif terhadap berbagai bentuk penyimpangan mental, kepribadian, perkembangan dan berbagai gangguan psikologis lainnya.79 C. Struktur Organisasi Dalam sebuah organisasi dibutuhkannya kepengurusan yang baik, sehingga organisasi tersebut dapat berkembang dengan baik. Adapun struktur organisasi pada situs www.pikirdong.org adalah sebagai berikut: Diagram 3.1 Struktur Organisasi Situs www.pikirdong.org. Pimpinan Redaksi
Administrasi
Staff Redaksi Keterangan: : Garis koordinasi : Garis Komando Nama-Nama Pengurus Pimpinan Redaksi
: Sayed Muhammad, S. Psi
Staff Redaksi
: Falasifatul Falah, S. Psi, MA
79
Wawancara Pribadi dengan Sayed Muhammad, pada tanggal 11 April 2009.
H. Fuad Nashori, M. Psi Eko Endah Sulistyowati, S. Sos.I Ardiman Adami Administrasi
: Etika Natalia (Fatimah Zuchra)
D. Rubrikasi pada Situs Pikirdong.org Situs pikirdong.org memiliki banyak rubrik, yaitu: Psikologi
: rubrik ini berisikan artikel psikologi umum, simtom, teoritik dan riset.
Konsultasi
: konsultasi psikologi
Psikologi Islami : rubrik ini berisikan artikel psikologi yang bernuansa Islami, psikologi Islami. Artikel
: berisikan kumpulan artikel ringan, diantaranya: 1) Pendidikan
–
artikel
yang
menyangkut
dunia
pendidikan. 2) Keluarga – artikel tentang keluarga, anak dan hubungan antara anggota keluarga. 3) Kepribadian – artikel menyangkut pengembangan diri. 4) Organisasi – artikel psikologi yang berhubungan dengan dunia kerja dan organisasi. 5) Cinta – artikel perihal cinta positif, menjalin hubungan. 6) Seks – artikel dan informasi tentang seks, perilaku seksual dan hubungan seks (pada pasangan yang sudah menikah).
7) Bebas – artikel bebas tentang moralitas, norma, budaya, narkoba dan kesehatan Celoteh
: halaman untuk curhat, ketidakberdayaan, parodi tentang Kehidupan.
Opini
: opini bebas.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
B. Pelaksanaan
Konseling
Bagi
Permasalahan
Remaja
di
Situs
www.pikirdong.org. Dalam proses konseling baik itu dilaksanakan dengan face to face atau dengan media masa, konseling memiliki partisipan yang sama, yakni konselor dan klien. Begitu juga proses pelaksanaan konseling di media internet yang dilakukan di situs www.pikirdong.org. Adapun data yang penulis temukan dalam
pelaksanaan
konseling
bagi
permasalahan
remaja
di
situs
www.pikirdong.org terkait dengan unsur-unsur konseling, adalah sebagai berikut: 1. Konselor. Pada situs pikirdong.org memiliki empat orang konselor. Dimana salah satunya merupakan perintis dari situs ini. Mereka adalah orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Berdasarkan atas keprihatinan terhadap nasib remaja yang dapat hancur karena banyak website yang dibangun dengan berisikan isi pesan moral yang tidak benar, maka website inipun dibentuk. Konselor yang berada pada situs ini adalah sebagai berikut: a. Sayed Muhammad, S. Psi (33 tahun) selaku pimpinan redaksi sekaligus koordinator rubrik konsultasi psikologi pada situs pikirdong.org. Alumnus
Psikologi Universitas Islam Indonesia. Mengajar di STAIN Malikussaleh untuk bidang Psikologi Pendidikan. b. H. Fuad Nashori, M. Psi, (39 tahun) adalah konselor yang juga pelopor dan ahli di bidang Psikologi Islami. Dalam kesehariannya dia menjabat sebagai Ketua Umum PP Asosiasi Psikologi Islami Indonesia dan Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. c. Falasifatul Falah, S. Psi, MA, (35 tahun), seorang konselor lulusan Sarjana Psikologi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan Master of Arts i Women’s Studies di Flinders University of South Australia. Profesinya saat ini adalah dosen Fakultas Psikologi Unissula. d. Eko Endah Sulistyowati, S. Sos. I. (25 tahun), alumnus dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Saat ini dia juga mengajar sebagai guru Taman Kanak-kanak (TK) Al-Ikhlas dan menjadi konselor pada kegiatan bimbingan rohani Islam pada Mts Al-Ikhlas Bogor. 2. Klien Mengenai identitas klien yang melakukan konseling pada situs www.pikirdong.org adalah kalangan remaja. Walaupun ada juga dari kalangan dewasa yang mengkonsultasikan permasalahan anak remajanya. Klien yang mengungkapkan permasalahannya pada situs ini ada yang menyebutkan identitasnya dengan lengkap, mulai dari nama, usia, sampai
pada pekerjaan klien itu sendiri. Namun ada juga klien yang hanya menyebutkan usia dan permasalahan yang dikonsultasikan. Adapun identitas klien pada kasus berhubungan intim dengan pacar chatting adalah seorang perempuan yang berkerja sebagai karyawan swasta. Dia berasal dari kota Malang. Sedangkan pada kasus memastikan wanita cinta adalah seorang laki-laki, berusia 21 tahun, bekerja sebagai karyawan. Ia tinggal di Indonesia. 3. Prosedur Pelaksanaan Konseling di Situs www.pikirdong.org. Pada dasarnya pelaksanaan konseling dapat dilakukan secara langsung (face to face) atau dengan menggunakan media. Media yang dapat digunakan sangat beragam jenisnya, yaitu media massa seperti; koran, tabloid,
majalah, dan media elektronik; televisi, radio, telephon dan
internet. Pelaksanaan konseling antara media yang satu dengan media yang lainnya sangat berbeda. Begitu juga dengan langkah-langkah konseling yang dilakukan pada situs www.pikirdong.org berbeda dengan situs-situs lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui langkah-langkah sederhana yang harus dilalui seorang klien yang akan melaksanakan konseling
pada
situs
ini,
yaitu
hanya
dengan
mengirimkan
permasalahannya email melalui email ke alamat
[email protected] disertai dengan biodata klien seperlunya. Atau dapat juga dengan mengklik “Klik di sini” pada kolom konsultasi psikologi. Maka akan
muncul tampilan untuk melakukan konsultasi dengan langkah sebagai berikut: a. Menuliskan nama b. Nama lengkap, nomor telepon dan alamat. c. Mencantumkan alamat email yang digunakan dalam proses konseling. d. Usia dan jenis kelamin e. Kemudian mengisi permasalahan yang sedang dihadapi. f. Dan yang terakhir memilih(mengklik) konsultasi untuk mengirimkan permasalahan tersebut. Setelah klien menuliskan seperti langkah-langkah di atas, konselor akan mereplay (menjawab) email yang dikirim klien dalam waktu satu minggu. Hal tersebut dikarenakan situs pikirdong.org mempunyai target seminggu sekali mengupdate artikel dan konsultasi. Permasalahan-permasalahan remaja yang ditangani pada situs ini sangat beragam. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu konselor pada situs ini yaitu Ibu Falasifatul Falah, S.Psi, MA.: “….macam-macam, mulai dari masalah kepribadian (seperti kurang pede, masalah dengan lawan jenis, kecenderungan homosexualitas, sampai masalah dalam pekerjaan…”80 Adapun permasalahan-permasalahan yang ditangani oleh situs pikirdong.org sebagai berikut: Tabel 4.1 Permasalahan-Permasalahan Remaja Pada Situs www.pikirdong.org
80
Wawancara Pribadi dengan Falasifatul Falah (konselor), Pada tanggal 20 Mei 2009.
Bulan Januari s.d. Maret 2009. No.
Waktu
Permasalahan
1.
Februari 2009
Konsentrasi Berkurang Karena Kerja
2.
Februari 2009
Apa Itu Mania Akal?
3.
Februari 2009
Mencintai Wanita yang Jauh Lebih Tua
4.
Januari 2009
Berhubungan
Intim
dengan
Pacar
Chatting 5.
Januari 2009
Memastikan Wanita yang Tertarik
6.
Januari 2009
Dari
Mana
Aku
Harus
Memulai
Perbaikan Diri
Klien-klien yang mengalami permasalahan di atas berusia 17-22 tahun. Oleh karena itu kasus-kasus tersebut dapat dikategorikan sebagai permasalahan remaja. C. Analisis Data Pelaksanaan Konseling Bagi Permasalahan Remaja di Situs www.pikirdong.org. Konseling merupakan suatu proses. Dalam proses konseling, baik itu secara langsung (face to face) maupun melalui media melewati tahapantahapan. Seorang konselor yang melaksanaan konseling pada situs www.pikirdong.org tidak menggunakan tahapan seperti prosedur dalam konseling tatap muka (face to face). Hal tersebut dikarenakan konseling melalui media Internet mempunyai batasan-batasan yang tidak bisa digunakan secara metodis. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu konselor di situs www.pikirdong.org:
“…konsultasi melalui internet mempunyai batasan-batasan yang tidak bisa digunakan secara metodis…”81 Oleh sebab itu tahapan yang digunakan dalam pelaksanaan diupayakan sepraktis mungkin.
Sifatnya
fleksibel namun efektif.
Karena
tidak
meninggalkan tahapan standar pada umumnya. Sesuai yang diungkapkan oleh ibu Falasifatul Falah: “…karena ini konsultasi on-line ya tidak menggunakan tahapan-tahapan seperti prosedur dalam konseling tatap-muka yang biasa. Jadi diupayakan sepraktis mungkin, sifatnya fleksibel. Kadang-kadang singkat aja, yang penting efektif. Tentu aja tidak meninggalkan prosedur standar pada umumnya, misalnya memparapharasing permasalahannya untuk menyatukan persepsi…”82 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, tahapan-tahapan yang dilakukan oleh konselor pada situs www.pikirdong.org dalam menangani permasalahan remaja dapat diketahui dari ungkapan verbal konselor. Namun ada juga yang tidak diungkapkan sehingga baru dapat diketahui bahwa tahapan tersebut telah dilalui setelah menganalisis tahapan selanjutnya. Dari permasalahan-permasalahan remaja yang ditangani oleh para konselor pada situs www.pikirdong.org, penulis mengambil dua kasus yang dianalisa sesuai dengan tahapan-tahapan dalam proses konseling. Berikut ini contoh kasus yang penulis analisis: Kasus 1 Berhubungan Intim dengan Pacar Chatting Januari 2009 Salam,.. Mba' aku lagi kalut ni, masalah ini yang bikin aku down banget, kuliah jadi ga beres, mw ngapa2in jadi males2an, ga semangat. Aku punya cowo, qt pacaran dah hampir setaun. Qt pacaran jarak jauh. Dari awal pacaran qt belum pernah 81
Wawancara Pribadi dengan Sayed Muhammad (konselor), pada tanggal 08 Juni 2009. Wawancara Pribadi dengan Falasifatul Falah (konselor), pada tanggal 20 Mei 2009.
82
ketemu, hanya kenal di salah satu situs pertemanan. Sejak saat itu qt sering telponan, kirim e-mail, chatting, dsb. Tiga bulan yang lalu, tepatnya bulan agustus cowo saya datang ke tempat saya, hanya 2 minggu. Selama 2 minggu itu bisa dibilang ajang pelampiasan rindu. Kesalahan yang sangat saya sesalkan, saya berhubungan intim dengan cowo saya. Berkali-kali qt ngelakuin hal tersebut. Saya tau hal itu salah, tapi saya seakan nurut aja. Setelah 2 minggu itu, cowo saya pergi ke suatu kota, untuk cari kerja. Sebelum pisah dia bilang akan jemput saya lagi. Tapi setelah 3 bulan ini. Baru kemarin dia bilang kalo saya ga sanggup jalan dengan dia karena alasan keluarganya. (Kondisi keluarganya memang lebih rendah dibanding keluarga saya). Dia bilang saya ga sanggup untuk hidup dengan keluarganya dengan gaya hidup saya sekarang, yang katanya saya ini perhitungan. Sebenarnya saya biasa saja dalam hal mengeluarkan uang. (Saya bertanya dengan teman2 dan menemukan hal yang sama seperti anggapan saya). Sekarang qt saling instropeksi (tidak ada komunikasi). Cuma bagi saya kata instropeksi hanya untuk sebagai pelepas tanggung jawab. Yang saya bingungkan, qt harus gimana nantinya? Saya bingung haruskah saya berbicara dengan ortu masalah ini. Karena saya takut ortu akan sangat kecewa dengan keadaan saya yang sekarang. Kalau saya nggak ngomong dengan ortu, cowo saya bisa dengan mudah lepas tanggung jawab, apalagi dia sekarang beda kota dengan saya. Kalo saya bicara dengan ortu, mungkin cowo saya bisa dilaporkan ke polisi. Ortu saya saat ini sedang bekerja di luar negri dan bulan depan akan berlibur ke tempat saya selama sebulan. Akankah saya merusak liburan mereka dengan hal ini. Saya juga takut dengan masa depan saya yang bakal suram nantinya.. Atas perhatiannya, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih. Swasta – Malang.83 Analisis: Kasus berhubungan intim dengan pacar chatting merupakan permasalahan (problema) pada perkembangan pribadi dan sosial remaja. Hal ini dikarenakan permasalahan tersebut ditimbulkan oleh dirinya dan orang lain atau hubungan dengan yang lainnya. Dari kasus di atas diketahui klien mengalami kekalutan, sehingga ia tidak bersemangat menjalani aktifitasnya. Adapun sintesis pada kasus di atas adalah klien memiliki teman spesial (lawan jenis) sebut saja pacar. Mereka 83
Konsultasi Psikologi. “Berhubungan Intim dengan Pacar Chatting”, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://www.pikirdong.org/ /kons89bsdc. konsultasi php/
berkenalan melalui salah satu situs pertemanan. Hubungan mereka sudah berjalan satu tahun. Mereka tidak pernah bertemu dan berkomunikasi secara langsung kecuali lewat telepon dan di dunia maya. Pada suatu waktu pacar klien datang untuk bertemu. Pada saat pertemuan itu mereka jadikan ajang pelampiasan rindu. Hingga akhirnya mereka lakukan kesalahan yang hingga kini klien sesalkan, yakni berhubungan intim, dan itu dilakukan tidak hanya sekali. Setelah dua minggu berlalu pacar klien pergi ke suatu kota dan berjanji akan menjemput klien. Akan tetapi beberapa bulan berlalu pacar klien berusaha melepas tanggung jawab dari apa yang dia lakukan tersebut meminta memutuskan hubungan asmaranya dengan alasan yang menurut klien mengada-ada. Pada bulan berikutnya orang tua klien akan menemui klien. Klien ingin menceritakan masalah yang dihadapinya kepada oranng tuanya untuk memecahkan masalahnya. Namun ia takut hal tersebut merusak liburan orang tuanya. Klien juga khawatir mengenai masa depannya. Adapun identifikasi pada masalah di atas adalah klien memiliki masalah yang cukup kompleks. Klien mengalami kekalutan dan aktifitas kesehariannya menjadi terbengkalai, hal ini di ungkapkan klien pada ungkapan verbal sebagai berikut: “…Mba' aku lagi kalut ni, masalah ini yang bikin aku down banget, kuliah jadi ga beres, mw ngapa2in jadi males2an, ga semangat…” Selain itu klien mengalami kebimbangan untuk berbicara mengenai masalah yang dihadapinya. Seperti pada ungkapan berikut:
“Saya bingung haruskah saya berbicara dengan ortu masalah ini. Karena saya takut ortu akan sangat kecewa dengan keadaan saya yang sekarang. Kalau saya nggak ngomong dengan ortu, cowo saya bisa dengan mudah lepas tanggung jawab, apalagi dia sekarang beda kota dengan saya. Kalo saya bicara dengan ortu, mungkin cowo saya bisa dilaporkan ke polisi.” Ini disebabkan karena ia tidak ingin merusak liburan orang tuanya dengan masalah yang sedang dihadapinya. Masalah utama lainnya ialah ketakutan klien akan masa depannya. Hal ini disebabkan karena klien melakukan hubungan intim di luar nikah. Pada permasalahan berhubungan intim dengan pacar chatting konselor memberikan jawaban sebagai berikut: salam,... Saya terus terus terang prihatin dengan kata instropeksi seperti apa yang Anda khawatirkan, benar adanya, alasan yang digunakan adalah sebagai alasan untuk melepaskan tanggungjawab. Instropeksi yang benar adalah langkah apa yang harus dilakukan oleh pria itu untuk kelanjutan hubungan Anda berdua. Bukan dengan "menyerahkan" statement semata seperti perlunya introspeksi dengan diam tanpa komunikasi seperti Anda katakan. Dalam pernikahan hal utama adalah bagaimana hubungan Anda dan pria tersebut terlebih dahulu, selanjutnya bagaimana Anda berdua beradaptasi dengan masing-masing keluarga, tentunya sesuai dengan batasan normanorma dan kebiasaan yang berlaku. Adapun alasan pria tersebut seperti mengada-ada sebagai upaya untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan Anda. Pacaran cyber atau dimulai dari internet riskan terhadap penipuan karakteristik, dalam chatting perkenalan tidak hanya satu atau dua orang saja, bahkan bisa lebih, pengulangan kata-kata dapat terus terjadi dan berkembang disesuaikan dengan pasangan chatter yang ditemui, sehingga individu tersebut tidak perlu bersusah payah menampilkan karakter aslinya atau bahkan bersembunyi dibalik kata-kata yang ia ketik. Misalnya saja, ketika Anda bercerita tentang permasalahan yang sedang Anda hadapi, apakah pasangan Anda menyimak munculnya satu persatu kalimat yang Anda tulis? Mungkin saja sambil menunggu ia browsing atau justru chatting dengan orang lain, saat itu Anda berpikir bahwa pasangan Anda sedang menyimak dan empati terhadap permasalahan Anda! Selanjutnya, dalam kondisi seperti Anda berpikir bahwa pasangan Anda menyimak Anda sepenuhnya, bahkan ketika Anda mendapatkan balasan,
Anda berpikir bahwa pasangan Anda penuh pengertian. Disinilah perasaanperasaan itu Anda ciptakan sendiri! Membaca email yang Anda kirim, bahwa Anda telah melakukan ―yang saya sebut sebagai "berhubungan beresiko", maka konsekuensi dari hubungan tersebut Anda harus berani melakukan hal-hal yang terbaik menurut Anda dan menanggung semua akibat sebagai konsekuensinya. Apakah pria itu Anda harapkan menjadi pasangan Anda kelak? Bila IYA, Cari tahu alamat lengkap pria tersebut dan orangtuanya, usahakanlah agar ia tidak mengetahuinya. Berikan kejutan dengan mendatanginya, dan bicarakanlah hal dan perasaan-perasaan yang sedang Anda hadapi. Perbaiki komunikasi Anda dengan bicara lebih tenang, tidak mendesak atau menghakiminya. Berikan waktu untuknya, tetapi jangan terlalu lama. Ingat pembicaraan hal ini tidak boleh dilakukan di chat room! Langkah terakhir adalah dengan mendatangi orangtuanya. Bila TIDAK, kumpulkan semua bukti yang ada, mulai dari photo, email, chat dan beberapa bukti fisik lainnya yang mendukung pria itu pernah mendekati Anda. Kita tidak pernah tahu pria itu seperti apa sebenarnya, mungkin saja Anda adalah salah satu korban yang menjadi target si pelaku sebagai pelampiasan hasrat seksualnya semata, melaporkan polisi barangkali dapat memberikan efek jera kepada si pelaku. Apakah orangtua perlu mengetahui hal ini? Hal ini sangat tergantung bagaimana hubungan (komunikasi) dengan orangtua Anda sendiri, apakah orangtua Anda terbuka terhadap permasalahan yang Anda hadapi? Apakah mereka sering mendengarkan permasalahan yang sedang Anda alami? Apakah Anda sering meminta mereka membantu menyelesaikan masalah Anda, baik problem solving atau nasehat? Tentunya konsekuensi akan berlaku bila Anda menceritakan permasalahan kepada orangtua Anda, misalnya saja Anda akan kehilangan kepercayaan dari orangtua. Namun demikian, sebagai orangtua tentunya akan peduli dengan permasalahan yang dihadapi oleh anaknya, apalagi masalah ini bukanlah masalah kecil. Tentunya orangtua akan mendukung anak yang dicintainya. Dibutuhkan dukungan orangtua, seperti yang saya sebutkan sebagai hubungan beresiko, Anda perlu mengecek kehamilan dan bila perlu test HIV/AIDS, cek kesehatan (hepatitis, PHS; penyakit hubungan seksual, dsb) untuk menghindari dampak-dampak yang bisa saja muncul dikemudian hari.84 Memperhatikan jawaban konselor dapat dianalisis sesuai dengan tahapantahapan konseling yakni analisis, sintesis, diagnosa, konseling serta follow up. Seperti yang dijelaskan pada tabel berikut:
84
Konsultasi Psikologi. “Berhubungan Intim dengan Pacar Chatting”, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://www.pikirdong.org/ /kons89bsdc. konsultasi php/
Tabel 4.2 Tahapan-Tahapan Konseling Pada Kasus Berhubungan Intim dengan Pacar Chatting No 1
Tahapan
Ungkapan Konselor
Analisis
_
2.
Sintesis
“Dalam pernikahan hal utama adalah bagaimana hubungan Anda dan pria tersebut terlebih dahulu, selanjutnya bagaimana Anda berdua beradaptasi dengan masing-masing keluarga, tentunya sesuai dengan batasan normanorma dan kebiasaan yang berlaku. Adapun alasan pria tersebut seperti mengada-ada sebagai upaya untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan Anda. Pacaran cyber atau dimulai dari internet riskan terhadap penipuan karakteristik, dalam chatting perkenalan tidak hanya satu atau dua orang saja, bahkan bisa lebih, pengulangan kata-kata dapat terus terjadi dan berkembang disesuaikan dengan pasangan chatter yang ditemui, sehingga individu tersebut tidak perlu bersusah payah menampilkan
Keterangan Pada tahap ini konselor tidak melakukan komunikasi secara verbal tetapi mengumpulkan data/ informasi tentang diri klien dari fisik, psikologis dan lingkungan.
Konselor menggambarkan kelemahan dan kelebihan klien serta ketidakmampuan klien menyesuaikan diri.
karakter aslinya atau bahkan bersembunyi dibalik kata-kata yang ia ketik. Misalnya saja, ketika Anda bercerita tentang permasalahan yang sedang Anda hadapi, apakah pasangan Anda menyimak munculnya satu persatu kalimat yang Anda tulis? Mungkin saja sambil menunggu ia browsing atau justru chatting dengan orang lain, saat itu Anda berpikir bahwa pasangan Anda sedang menyimak dan empati terhadap permasalahan Anda! Selanjutnya, dalam kondisi seperti Anda berpikir bahwa pasangan Anda menyimak Anda sepenuhnya, bahkan ketika Anda mendapatkan balasan, Anda berpikir bahwa pasangan Anda penuh pengertian. Disinilah perasaan-perasaan itu Anda ciptakan sendiri!” 3.
Diagnosa a. Identifikasi Masalah
b. Etiologi Masalah
4
Prognosa
1) “Apakah pria itu Anda harapkan menjadi pasangan Anda kelak?” 2) “Apakah orangtua perlu mengetahui hal ini?” 3) “Anda perlu mengecek kehamilan dan bila perlu test HIV/AIDS, cek kesehatan (hepatitis, PHS; penyakit hubungan seksual, dsb) untuk menghindari dampak-dampak yang bisa saja muncul dikemudian hari.” “Membaca email yang Anda kirim, bahwa Anda telah melakukan ―yang saya sebut sebagai ‘berhubungan beresiko’”
Konselor menemukan tiga permasalahan utama pada kasus di atas.
Konselor mengungkapkan latar belakang dari semua permasalahan “Tentunya konsekuensi akan Konselor berlaku bila Anda menceritakan memprediksi apa permasalahan kepada orangtua yang akan terjadi
5.
Konseling
Anda, misalnya saja Anda akan kehilangan kepercayaan dari orangtua.” a.1). “Bila IYA, Cari tahu alamat lengkap pria tersebut dan orangtuanya, usahakanlah agar ia tidak mengetahuinya. Berikan kejutan dengan mendatanginya, dan bicarakanlah hal dan perasaanperasaan yang sedang Anda hadapi. Perbaiki komunikasi Anda dengan bicara lebih tenang, tidak mendesak atau menghakiminya. Berikan waktu untuknya, tetapi jangan terlalu lama. Ingat pembicaraan hal ini tidak boleh dilakukan di chat room! Langkah terakhir adalah dengan mendatangi orangtuanya. Bila TIDAK, kumpulkan semua bukti yang ada, mulai dari photo, email, chat dan beberapa bukti fisik lainnya yang mendukung pria itu pernah mendekati Anda. Kita tidak pernah tahu pria itu seperti apa sebenarnya, mungkin saja Anda adalah salah satu korban yang menjadi target si pelaku sebagai pelampiasan hasrat seksualnya semata, melaporkan polisi barangkali dapat memberikan efek jera kepada si pelaku.” a.2). “Namun demikian, sebagai orangtua tentunya akan peduli dengan permasalahan yang dihadapi oleh anaknya, apalagi masalah ini bukanlah masalah kecil. Tentunya orangtua akan mendukung anak yang dicintainya.”
pada diri klien
Konselor memberikan konseling dengan menggunakan pendekatan behavioral karena dalam menyelesaikan masalah klien, konselor menekankan pada perilaku spesifik, yaitu perilaku yang memang berbenturan atau yang berlawanan dengan lingkungan dan diri klien sendiri.
a.3). “Hal ini sangat tergantung bagaimana hubungan (komunikasi) dengan orangtua Anda sendiri, apakah orangtua Anda terbuka terhadap permasalahan yang Anda hadapi? Apakah mereka sering mendengarkan permasalahan yang sedang Anda alami? Apakah Anda sering meminta mereka membantu menyelesaikan masalah Anda, baik problem solving atau nasehat? Dibutuhkan dukungan orangtua, seperti yang saya sebutkan sebagai hubungan beresiko, Anda perlu mengecek kehamilan dan bila perlu test HIV/AIDS, cek kesehatan (hepatitis, PHS; penyakit hubungan seksual, dsb) untuk menghindari dampak-dampak yang bisa saja muncul dikemudian hari.” 6.
Follow Up _
Konselor tidak memberikan follow up pada klien karena tidak adanya permintaan dari klien
Dari tabel di atas yang menjelaskan tahapan-tahapan konseling yang dilakukan di situs www.pikirdong.org dapat diketahui bahwa tidak semua tahapan dilakukan konselor secara verbal. Serta dapat diketahui pelaksanaan konseling pada kasus berhubungan intim dengan pacar chatting memiliki fungsi kuratif atau korektif yakni konselor membantu klien memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialami klien. Konseling ini bertujuan agar klien dapat mengerti dan paham tentang dirinya sendiri sehingga klien tidak
mengalami kesulitan dalam menghadapi masalahnya serta dapat mengambil keputusan dalam mengambil sebuah tindakan. Dalam pelaksanaan konseling pada kasus ini, konselor menemukan tiga masalah utama yang dialami oleh klien. Untuk membantu klien dalam menghadapi masalah, konselor menggunakan pendekatan behavioral. Hal tersebut dilakukan karena konselor menekankan pada perilaku klien yang berbenturan atau berlawanan dengan lingkungan dan diri klien sendiri. Pelaksanaan konseling pada kasus ini tidak sampai pada tahapan follow up. Hal ini dikarenakan tidak adanya permintaan klien untuk melakukan ke tahapan berikutnya. Sehingga keberhasilan dari pelaksanaan konseling tidak dapat diketahui dengan jelas atau pasti. Kasus 2 Memastikan Wanita Cinta Januari 2009 Gue, karyawan, laki-laki, 21 tahun, mw konsul boleh tak? Gmana ciri-ciri cwe yang suka ma kita? mulai dari tingkah laku dia, atau cara dia memandang kita? karena saya masih trauma tuk merajut kasih. Saya jomblo sejak 1 sma (pie saya masih normal mbak!!!). nach masalahnya saat ini saya sedang failing in luv ma tmen, pie saya gak bisa mengungkapkannya. Pliz di jawab ya!!! Trims! Karyawan - Indonesia.85 Analisis: Pada kasus di atas dapat diketahui bahwa klien merasa bingung serta ragu untuk mengetahui perasaan seorang wanita. Seperti dalam ungkapan verbalnya: “…mw konsul boleh tak? Gmana ciri-ciri cwe yang suka ma kita? mulai dari tingkah laku dia, atau cara dia memandang kita?...”
85
Konsultasi Psikologi. “Memastikan Wanita Cinta”, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://www.pikirdong.org/konsultasi/kons97mwjt.php/
Klien mengungkapkan permasalahannya dengan cukup singkat dan jelas, sehingga tidak diperlukannya tahapan síntesis sebagai upaya untuk merangkum permasalahan yang klien sedang hadapi. Keraguan yang dialami klien disebabkan karena adanya rasa trauma karena kegagalan dalam menjalin hubungan asmara. Pada permasalahan ini klien mengidentifikasikan permasalahannya adalah keadaannya yang sedang jatuh cinta namun sulit untuk mengungkapkannya, seperti pada ungkapan verbalnya: “…nach masalahnya saat ini saya sedang failing in luv ma tmen, pie saya gak bisa mengungkapkannya…” Adapun jawaban dari konselor pada kasus memastikan wanita cinta adalah sebagai berikut: Jawaban Konselor: Dalam usia 21 tahun, jomblo sama sekali tak masalah. Hidup sendiri pada waktu tertentu perlu juga, namun jangan lupa untuk merencanakan hidup berumah tangga. Kehidupan seseorang akan jauh lebih indah bila berada dalam bahtera rumah tangga, tentu saja rumah tangga yang bahagia. Masa lalu yang terisi kejadian traumatis seperti putus cinta tak menghalangi anda untuk sukses menghidupkan cinta dalam rangka mempersiapkan tumah tangga bahagia. Saya sarankan anda untuk menikah pada usia 25 tahun. Pada saat itu, tampaknya anda matang. Namun, kalau jodoh datang lebih awal, jangan dihindari apalagi ditolak. Karenanya, tak salah bila anda belajar memahami ciri-ciri wanita yang tertarik kepada anda. Bagaimana ciri-cirinya? Ada dua tipe wanita. Tipe pertama adalah tipe ekstrovert (terbuka). Wanita yang memiliki tipe ini cenderung terbuka, termasuk terbuka dalam mengungkapkan perasaannya. Wanita yang sangat terbuka mungkin akan mengungkapkannya dengan cukup sering menampakkan pandangan mata ke arah anda, menanyakan kabar anda, memperhatikan keperluan anda, menampakkan kecemburuan anda bila anda bersama wanita lain, menitipkan salam untuk anda melalui teman anda, dan sebagian kecil bahkan berani mengambil inisiatif menyatakan sayang dan cintanya kepada anda. Namun, diikarenakan faktor budaya, di Indonesia ini masih jarang ditemukan wanita yang terang-terangan menyatakan cinta. Hal-hal di atas, kecuali menyatakan cinta secara langsung, adalah isyarat-isyarat yang ditunjukkan wanita. Namun, kehidupan ini kan bersifat interaktif. Aksi perhatian wanita kepada lelaki boleh jadi akan berkurang dan menghilang bila anda tidak menyambutnya.
Kalau anda memberi tanggapan yang sepadan, mereka mungkin akan mempertegas ketertarikannya. Itu pun kalau anda tak keduluan oleh lelaki lain yang boleh jadi mendekati wanita itu. Sebagian besar wanita lebih senang mempertimbangkan lelaki yang mendatanginya dibanding mendatangi lelaki untuk memberi syarat cinta. Bila yang anda temui adalah wanita yang bertipe introvert (tertutup), maka sedikit sekali yang bisa anda ketahui dari mereka. Mereka mungkin memperhatikan anda atau mencuri-curi pandang kepada anda, tapi sangat tipis sehingga anda tak mudah menangkap pesannya. Bahkan, ada yang benarbenar rapat menyimpan rasa cintanya dalam hati. Hanya Tuhan yang tahu tentang perasaannya. Hanya bila perasaan anda sangat sensitif, anda dapat merasakannya. Karena saya tidak tahu sejauh mana sensitiviats anda dalam memahami wanita yang introvert ini, maka bertanyalah kepada Tuhan. Saya anjurkan anda minta petunjuk kepada-Nya apa yang terjadi pada wanita itu. Kalau anda serius mempertimbangkan menjadi istri anda, saya yakin Dia akan membantu anda memahami apa yang terjadi dan menuntun langkah-langkah anda. Perlu untuk diperhatikan, saya sarankan anda untuk lebih memprioritaskan pekerjaan anda daripada urusan ini, kecuali kalau anda ingin menyegerakan pernikahan. Terlalu dekat dengan wanita yang kita cintai tapi tak hendak segera menikainya, bisa membuat kita terjebak dalam perzinaan. Sekadar untuk berhati-hati. Demikian. Selamat berjuang!86 Adapun tahapan-tahapan yang konselor lakukan dalam proses konseling terhadap kasus memastikan wanita cinta diuraikan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Tahapan-Tahapan Konseling Pada Kasus Memastikan Wanita Cinta No 1
Tahapan
Ungkapan Konselor
Analisis _
86
Keterangan Pada tahap ini konselor tidak melakukan secara verbal tetapi mengumpulkan data/ informasi tentang diri klien
Konsultasi Psikologi. “Memastikan Wanita Cinta”, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://www.pikirdong.org/konsultasi/kons97mwjt.php/
2.
Sintesis
_
3.
Diagnosa Identifikasi Masalah
Etimologi Masalah
4
dari fisik, psikologis dan lingkungan. Karena klien mengungkapkan permasalahannya dengan cukup jelas dan singkat, maka konselor tidak melakukan tahap ini.
Prognosa
a. “Dalam usia 21 tahun, jomblo sama sekali tak masalah.” b. “Namun, kalau jodoh datang lebih awal, jangan dihindari apalagi ditolak. Karenanya, tak salah bila anda belajar memahami ciri-ciri wanita yang tertarik kepada anda. Bagaimana ciri-cirinya?” “Masa lalu yang terisi kejadian traumatis seperti putus cinta tak menghalangi anda untuk sukses menghidupkan cinta dalam rangka mempersiapkan tumah tangga bahagia.” a. “Saya sarankan anda untuk menikah pada usia 25 tahun. Pada saat itu, tampaknya anda matang.” b. “…Wanita yang sangat terbuka mungkin akan mengungkapkannya dengan cukup sering menampakkan pandangan mata ke arah anda, menanyakan kabar anda, memperhatikan keperluan anda, menampakkan kecemburuan anda bila anda bersama wanita lain, menitipkan salam untuk anda melalui teman anda, dan sebagian kecil bahkan berani
Konselor mengungkapkan permasalahan utama.
Konselor mengungkapkan latar belakang dari permasalahan tersebut.
Konselor memprediksikan tentang keadaan klien. Konselor juga memberikan informasi yang akan terjadi sehingga membantu menemukan jalan keluar pada klien tentang cara mengatasi masalah tersebut.
mengambil inisiatif menyatakan sayang dan cintanya kepada anda. Namun, diikarenakan faktor budaya, di Indonesia ini masih jarang ditemukan wanita yang terangterangan menyatakan cinta. Hal-hal di atas, kecuali menyatakan cinta secara langsung, adalah isyaratisyarat yang ditunjukkan wanita. Namun, kehidupan ini kan bersifat interaktif. Aksi perhatian wanita kepada lelaki boleh jadi akan berkurang dan menghilang bila anda tidak menyambutnya. Kalau anda memberi tanggapan yang sepadan, mereka mungkin akan mempertegas ketertarikannya. Itu pun kalau anda tak keduluan oleh lelaki lain yang boleh jadi mendekati wanita itu. Sebagian besar wanita lebih senang mempertimbangkan lelaki yang mendatanginya dibanding mendatangi lelaki untuk memberi syarat cinta. Bila yang anda temui adalah wanita yang bertipe introvert (tertutup), maka sedikit sekali yang bisa anda ketahui dari mereka. Mereka mungkin memperhatikan anda atau mencuri-curi pandang kepada anda, tapi sangat tipis sehingga anda tak mudah menangkap pesannya. Bahkan, ada yang benar-benar rapat menyimpan rasa cintanya dalam hati. Hanya Tuhan yang tahu tentang perasaannya. Hanya bila perasaan anda sangat sensitif, anda dapat merasakannya. Karena saya
tidak tahu sejauh mana sensitiviats anda dalam memahami wanita yang introvert ini, maka bertanyalah kepada Tuhan. Saya anjurkan anda minta petunjuk kepadaNya apa yang terjadi pada wanita itu. Kalau anda serius mempertimbangkan menjadi istri anda, saya yakin Dia akan membantu anda memahami apa yang terjadi dan menuntun langkah-langkah anda.” 5.
6.
Konseling
a. “Saya sarankan anda untuk menikah pada usia 25 tahun. Pada saat itu, tampaknya anda matang.” b. “Perlu untuk diperhatikan, saya sarankan anda untuk lebih memprioritaskan pekerjaan anda daripada urusan ini, kecuali kalau anda ingin menyegerakan pernikahan. Terlalu dekat dengan wanita yang kita cintai tapi tak hendak segera menikainya, bisa membuat kita terjebak dalam perzinaan. Sekadar untuk berhati-hati.”
Follow Up
Pada tahap ini konselor menggunakan pendekatan kognitif, di mana konselor berusaha menekankan pada proses berpikir rasional dari klien.
Konselor tidak memberikan follow up pada klien karena tidak adanya permintaan dari klien
Dari tahapan-tahapan pada tebel di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua tahapan diungkapkan oleh konselor dengan ungkapan verbal. Pada pelaksanaan konseling pada kasus memastikan wanita cinta memiliki fungsi pengembangan
sebagai
upaya
membantu
klien
memelihara
dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah bagi klien. Sedangkan pelaksanaan konseling tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan potensi diri klien. Konselor menemukan dua masalah utama yang sedang dihadapi klien, yaitu rasa traumanya akan masa lalu dan keraguan akan rasa yang sedang hadir dalam hatinya. Konselor membatu klien dengan memberikan informasi tentang kemungkinan-kemunngkinan yang akan terjadi, sehingga dapat membantu klien menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang klien hadapi. Dalam konseling, konselor menggunakan pendekatan kognitif pada klien, dimana konselor menekankan proses berpikir rasional pada klien. Kemudian dihubungkan dengan masalah-masalah yang dihadapi klien. Apabila klien menggunakan berpikir rasional, maka perasaan dan tindakannya juga akan mewujudkan cara berpikir rasional. Pada kasus ini pelaksanaan konseling tidak sampai pada tahapan folllow up. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya permintaan klien untuk melanjutkan pada tahapan selanjutnya. Berdasarkan analisis dari kedua kasus di atas dapat diketahui bahwa konselor lebih berperan aktif dalam pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja. Hal tersebut disebabkan karena komunikasi yang dilakukan dalam proses konseling ini hanya satu arah.
Beberapa keuntungan dari proses pelaksanaan konseling melalui media internet, khususnya situs www.pikirdong.org adalah tidak adanya batasan ruang dan waktu untuk mencurahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Klien dapat menyembunyikan identitas sesungguhnya serta bagi klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui face to face dapat mencurahkan segala yang dia rasakan tanpa rasa khawatir serta malu. Adapun kendala yang dihadapi seorang konselor dalam melaksanakan konseling dengan menggunakan media Internet adalah tidak dapat melihat secara langsung kondisi klien saat melakukan konseling, klien tidak mengetahui kondisinya sendiri dan hanya menebak sedangkan gejala yang disebutkan tidak mengarahkan ke permasalahan yang di maksud, dan kurangnya kelengkapan data klien sehingga tidak dapat melakukan follow up sebagai upaya mengetahui pengaruh dari proses konseling yang dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sayed Muhammad: “pertama, kita kesulitan mengenal atau melihat secara langsung kondisi klien, misalnya ia menyebut dirinya depresi, secara fisik tand-tanda depresi akan terlihat secara langsung, sementara via internet kita tidak tahu sama sekali. Ada beberapa kasus juga kadang klien tidak mengetahui kondisinya sendiri dengan menebak-nebak dan ia yakin dirinya mengalami suatu gangguan akan tetapi ciri-ciri yang disebutkan tidak mengarah ke situ. Kedua, data-data konsultasi itu tidak lengkap, kita juga tidak akan mengontak kembali klien dengan menanyakan kondisi spesifik atau lebih jelas lagi, dengan data yang minim itulah kadang kita mengolah jawaban, mencari pemecahan masalah. Ketiga, banyak konsultasi yang masuk dengan menggunakan email tidak jelas atau palsu (fiktif) kadang kita juga mengontak klien ulang bila dibutuhkan data-data yang lebih lengkap.”87 Namun demikian itu merupakan tantangan seorang konselor untuk lebih jeli serta peka terhadap permasalahan klien. Sehingga dapat meningkatkan 87
Wawancara Pribadi dengan Sayed Muhammad (konselor), pada tanggal 08 Juni 2009.
kualitas konselor itu sendiri. Serta dapat memaksimalkan hasil dari konseling yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan konseling terhadap permasalahan remaja pada situs www.pikirdong.org dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan konseling melalui media internet memiliki partisipan yang sama seperti pada proses konseling face to face, yaitu konselor dan klien. Namun perbedaan dari kedua proses konseling tersebut adalah proses konseling melalui media internet bersifat fleksibel. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam proses konseling tersebut, seperti tidak dapat melihat secara langsung kondisi klien. Namun kelebihan dari proses konseling ini adalah tidak adanya batasan ruang dan waktu, sehingga klien dapat mengungkapkan permasalahannya kapanpun serta dapat menyembunyikan identitasnya. 2. Pelaksanaan
konseling
bagi
permasalahan
remaja
di
situs
www.pikirdong.org memiliki prosedur yang sederhana. Klien dapat melakukan konsultasi dengan mengirimkan permasalahan ke alamat konsultasi @pikirdong.org, disertai dengan biodata. Atau dengan membuka kolom konsultasi, kemudian mengisi kolom-kolom yang tersedia. 3. Tahapan-tahapan yang digunakan dalam pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja di situs www.pikirdong.org pada kasus berhubungan
intim dengan pacar chatting, konselor tidak melakukan komunikasi secara verbal tetapi mengumpulkan data/ informasi tentang diri klien dari fisik, psikologis dan lingkungan pada tahap analisis. Pada tahap sintesis konselor
menggambarkan
kelemahan
dan
kelebihan
klien
serta
ketidakmampuan klien menyesuaikan diri. Konselor menemukan tiga permasalahan utama serta latar belakang masalah pada tahapan diagnosa. Pada tahap prognosis konselor memprediksi apa yang akan terjadi pada diri klien. Pada proses konseling Konselor memberikan konseling dengan menggunakan pendekatan behavioral karena dalam menyelesaikan masalah klien, konselor menekankan pada perilaku spesifik, yaitu perilaku yang memang berbenturan atau yang berlawanan dengan lingkungan dan diri klien sendiri. Pada kasus berhubungan intim dengan pacar chatting tidak dilakukan follow up, hal ini disebabkan tidak adanya permintaan dari klien. Pada kasus memastikan wanita cinta, konselor melakukan tahapantahapan seperti pada kasus berhubungan intim dengan pacar chatting. Namun pada proses konseling, konselor menggunakan pendekatan afektif pada klien. B. Saran Adapun saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi situs www.pikirdong.org dalam pelaksanaan konseling bagi permasalahan remaja yang diharapkan dapat memberi manfaat pada pelaksanaan konseling dengan media Internet:
1. Adanya follow up yang dilakukan di setiap permasalahan, sehingga dapat mengetahui perkembangan klien dari proses konseling yang telah dilakukan. Sehingga hasil yang dicapai maksimal. 2. Adanya unsur keagamaan pada jawaban konselor terhadap permasalahan klien. Konselor menjelaskan tentang hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Sehingga orang tersebut (Klien) selalu melibatkan Tuhannya (ingat) dalam setiap menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. 3. Lebih meningkatkan kembali kualitas pada situs pikirdong.org sehingga dapat menutupi keterbatasan-keterbatasan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. 2002. Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama. 2006. Arifin, M. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 1982. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rieneka Cipta. 1996. AT, Andi Mappiare. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006. az-Za’balawi, M. Sayyid Muhammad. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani Press. 2007. Baraja, Abubakar. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta Timur: Studia Press. 2006. Daradjat, Zakiah. Problematika Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1974. Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama., Jakarta: Bulan Bintang. 1993. Djumhur, I. dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung: CV. Ilmu. 1988. Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press. 2001. Gunarso. Ny. Y. Singgih D. dan Singgih D. Gunarso. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 1983. Hidayatullah, Syarif dan Zulfikar S. Dharmawan. Islam Virtual, Keberadaan Dunia Islam di Internet. Ciputat: Mifta. 2004. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 1980.
Kekurangan dan Kelebihan Media, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://periodismoenlinea.wordpress.com/2008/01/29/kekurangan-dankelebihan-media/. Keuntungan dan Kekurangan Networking, artikel ini diakses pada 11 April 2009, dari http://belajar-yok.blogspot.com/2008/08/keuntungan-dan-kekurangannetworking.html. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: PT. Usaha Nasional. 1982. Mcleod, John. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2006. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007. Nasir, Sahilun A. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja. Jakarta: Kalam Mulia. 1999. Nurihsan, Achmad Juntita M. Pd. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Refina Aditama. 2005. Prayitno, dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rieneka Cipta dan Pusat Perbukuan Depdiknas. 2004. Purbo, Onno W. TCP/IP Standar Desain dan Implementasinya. Jakarta: Elek Media Komputindo. 1999. ______________. Sejarah Internet Indonesia, artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2009, dari http://maeninternetgratis.wordpress.com/2009/03/12/sejarah-internetindonesia/ Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007. .Shirky, Clay. Internet Lewat E-mail. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 1995. Sidharta, Lani. Internet: Informasi Bebas Hambatan 2. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 1996. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES). 1995. Spock, Benyamin. Orangtua Permasalahan dan Upaya Mengatasinya. Semarang: Dahara Prize. 1991.
Subroto, Gatot. Internet Sebagai Sumber Belajar Anak dan Keluarga, artikel diakses pada 18 April 2009 dari http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t7/711.htm Sulastri, Melli Sri. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Bina Aksara. 1978. Syihab, M. Quraish Membumuhkan Al-Qur’an, Bandung: Mizan. 1983. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. Umam, Khairul dan H.A. Achyar Aminudin. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV. Pustaka Setia. 1988. Wijela, Michael R. Kursus Kilat 24 Jurus Internet Ekspoler 3. Jakarta: PT. Dinastindo. 1997. Willis, Sofyan S. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. 2004. Willis, Sofyan S. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: PT. Angkasa Pura. 1985.