ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP RUBRIK MODE PADA MAJALAH UMMI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun Oleh:
Oleh : Noor Hidayati NIM : 107051001140
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2011
Noor Hidayati
ABSTRAK
Noor Hidayati ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP RUBRIK MODE PADA MAJALAH UMMI
Media cetak di Indonesia memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat karena dalam media cetak terdiri atas rubrik-rubrik yang bisa dijadikan inspirasi, seperti majalah Ummi yang menyajikan foto-foto busana dalam rubrik mode dan banyak dijadikan inspirasi bagi para wanita Islam. Dalam Islam diajarkan begitu banyak hal dari yang terkecil hingga permasalahan yang terbesar. Berbusana yang baik tentu saja masuk kedalam sistem ajaran Islam, karena Islam sebagai agama dakwah, dan merupakan suatu sistem yang lengkap sesuai dengan fitrah insani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dibalik foto mode di majalah Ummi dan untuk menambah wawasan wanita Islam dalam berbusana muslimah yang anggun dan syar’i. Metodologi penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika model Charles Sanders Peirce yang menurut objeknya membagi tanda atas ikon indeks, dan simbol. Dengan demikian, dapat dijabarkan dengan jelas makna dibalik keempat foto busana muslimah dalam majalah Ummi dan apa-apa yang menjadi petanda dan penanda dalam foto-foto tersebut. Kemudian metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik pada bidang tertentu. Dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antara penanda dan petanda dalam rubrik mode yang terdapat pada majalah Ummi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa keempat foto yang diteliti memberikan pengertian bahwa agama tidak pernah melarang manusia untuk mengikuti mode karena mode dan seni adalah salah satu pengejawantahan dari budaya, sedangkan budaya adalah bagian primer dari kehidupan manusia. Mode tidak lebih dari sarana untuk mencapai kesempurnaan tampilan seseorang, bukan tujuan utama dan sesungguhnya busana muslimah atau gamis adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna busana tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohiim Segala Puji Syukur hanyalah pada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan rahmat, taufiq dan inayah-NYA kepada kita, karena ridho yang telah diberikan-NYA sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi disetiap jenjang pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. Dan atas izinNYA pula sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I). Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-NYA yang universal bagi semua umat manusia dalam setiap waktu dan tempat hingga akhir zaman. Penulis sangat menyadari bahwa banyak kelemahan dan kekurangan yang penulis miliki. Tanpa bantuan, support dan doa dari berbagai pihak bukanlah sebuah keniscayaan bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati melalui goresan tinta yang penuh kasih sayang ini, penulis berkeinginan untuk mengucap terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Teruntuk yang mulia kedua orang tuaku, Ibunda Panirah dan Ayahanda Parnuji yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih dan sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala susah maupun senang, dikala mudah maupun sulit. Membantu dengan segenap kemampuan dan doa-doa dalam setiap sholatnya, doa yang selalu mengiringi tiap langkah kaki ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Juga seluruh keluarga besar i
yang sering kubuat resah dengan kelakuanku, kubuat susah dengan segala sakit dan ulahku. 2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Ibu Umi Musyarofah, MA., selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah menjadi jalan sampainya ilmu kepada saya. 5.
Dra. Armawati Arbi, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran, menjadikan penulis senantiasa berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan sebagai insan yang mendapatkan limpahan rahmat serta karunia-NYA. Amin.
6. Bapak Gun Gun Heryanto M.Si., selaku dosen penguji yang telah banyak membantu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis. Semoga Allah membalas setiap kebaikan yang telah diberikan. Amin. 7. Ibu Meutia Geumala, selaku Pimred majalah Ummi beserta staff yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 8. Kakak-kakakku tercinta: Sahli, Mohammad Yusuf yang tak pernah lelah memberi semangat pantang menyerah dan doa yang tak jua putus, yang
ii
sudah sering kurepoti dengan kelakuan manjaku dan makasih sudah mempercayaiku (I believe, U love me so much). Spesial buat Masfuan (terimakasih atas semua solusi yang diberikan, kepercayaanmu atas keputusanku, penguatanmu dengan firman-Nya, petuah2mu adalah obat yang tak ada tandingannya). 9. Kakak dan Adik ketemu gede yang tersayang: Muhammad Baha’ Arrizal yang tak pernah bosan memberikan support dan membantu dengan doa...you are very good brothers. Syauqie ila Hidayatullah, Pamungkas Elok Syifa Fauziah, Umi Basyiroh, dan si bungsu Syta Pradhyta, dengan keceriaan serta dorongan mereka segala kejenuhan dan kepenatan dalam mengerjakan skripsi ini terobati. “senyum kalian sumber semangatku”. 10. My lovely Ima, yang sudah 7 tahun terakhir menjadi orang terdekat sekaligus penyemangat bagi penulis. Thanks sudah mau mendengar curhatan-curhatanku, menelfonku untuk mendengarkanku menangis... (You are one of my best friends in my heart). 11. Untuk Ela, Eka, Yuli, Fauziah, Eni, Herman, TaA, Nafiz, Lia, Sahabat2 terbaikku yang selalu memberikan semangat, bantuan serta tempat berkeluh kesah. “terimakasih telah menggoreskan kenangan dan kebersamaan begitu indah tak terlupakan”. 12. Untuk Teman-teman KPI D 2007, yang menjadi keluarga kedua penulis. Nisa, Nadya, Lucky, Alfi, Obi, Ayu, Aboy, Didih, Anggi, Lena, Rahmi, Tamy, Nia, Ana, Sohib, Abdillah, Ipank, Ghozi, Icha, Disya, Biah,
iii
Wildah, Semoga kita semua senantiasa diberi kemudahan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Sukses buat kita semua. Amin 13. Untuk semua teman seperjuangan di KKN BINTANG. Hafaz, Arie, Rangga, Aldy, Krisna, Dicky, Halim, Achan, Dirgan, Tohir, Rohi, Disfa, Lani, Sisil, terimakasih untuk kebersamaan selama satu bulan yang penuh arti tentang kehidupan, kedewasaan dan kesabaran dalam menghadapi kalian semua. 14. Untuk keluarga besar IKAMARU JAKARTA. Yeni, Jazuli, Lek Lisin, Rif’an, Rudi, Nafi’, Ulil, Leman, Ka Anwar, Rouf, Sofwan. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari
bahwa
masih
banyak
kekurangan
dan
ketidaksempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Jakarta, Juni 2011
Noor Hidayati
iv
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................v DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah.................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................6 C. Tujuan penelitian...........................................................................6 D. Manfaat penelitian.........................................................................7 E. Tinjauan Pustaka............................................................................8 F. Kerangka teori................................................................................9 G. Metodologi penelitian...................................................................9 H. Sistematika penulisan....................................................................13
BAB II
KERANGKA TEORI A. Pesan Dakwah Mengenai Busana...................................................15 B. Semiotika........................................................................................20 1. Konseptualisasi Semiotika........................................................21 2. Semiotika Charles Sanders Peirce............................................24 C. Kelebihan Majalah Sebagai Media Cetak......................................27 D. Pengertian Rubrik...........................................................................32 v
E. Pengertian Mode atau Fashion Style...............................................35 BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MAJALAH Ummi A. Sejarah Singkat Majalah Ummi....................................................39
B. Struktur Redaksi Majalah Ummi..................................................42 C. Visi dan Misi Majalah Ummi.......................................................44 D. Rubrikasi Majalah Ummi.............................................................44 E. Sekilas Tentang Rubrik Mode Majalah Ummi.............................45 BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Semiotika Pada Foto.....................................................................48 B. Petanda dan Penanda dalam keempat foto busana muslimah yang terdapat pada rubrik mode majalah Ummi..........................................61 C. Makna Menurut Pembaca..............................................................63
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................74 B. Saran.............................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................78 LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Skema Kerangka Teori...............................................................................9 2. Skema Klasifikasi Tanda dari Peirce.........................................................24 3. Tabel 3 Perbedaan Surat Kabar, Tabloid, Majalah dan Buletin................31 4. Tabel 4 Rubrikasi Majalah Ummi..............................................................45 5. Skema Karakteristik dan Tujuan Rubrik Mode.........................................47 6. Gambar Foto I...........................................................................................48 7. Tabel 5 Hasil Analisis Foto I “ Bright Up Your Look” Happy Working Day dengan Teori Peirce............................................................................50 8. Gambar Foto II..........................................................................................52 9. Tabel 6 Hasil Analisis Foto I “ Bright Up Your Look” Happy Working Day dengan Teori Peirce............................................................................54 10. Gambar Foto III.........................................................................................55 11. Tabel 7 Hasil Analisis Foto I “ Bright Up Your Look” Happy Working Day dengan Teori Peirce............................................................................56 12. Gambar Foto IV.........................................................................................58 13. Tabel 8 Hasil Analisis Foto I “ Bright Up Your Look” Happy Working Day dengan Teori Peirce............................................................................60 14. Skema Petanda dan Penanda dalam Keempat Foto Busana Muslimah yang Terdapat Pada Rubrik Mode Majalah Ummi.............................................61 15. Tabel 9 Peserta Focus Group Discussion...................................................63 16. Tabel 10 Makna Menurut Pembaca Komunitas UIN SYAHID................64
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran I (Wawancara pribadi dengan Pimpinan Redaksi Majalah Ummi). 2. Lampiran II (Wawancara Pribadi dengan Fotografer Majalah Ummi). 3. Lampiran III (Susunan Redaksi Majalah Ummi). 4. Lampiran IV (Angket Wawancara). 5. Lampiran Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi. 6. Lampiran Surat Bimbingan Skripsi. 7. Lampiran Surat Penelitian / Wawancara. 8. Lampiran Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian.
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi informasi yang belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, termasuk perkembangan teknologi media cetak dan elektronik seperti perkembangan media komunikasi sekarang berarti tidak lepas dari televisi, surat kabar, majalah, radio maupun internet membuat segalanya semakin mudah di akses. Perkembangan media cetak di Indonesia, memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat, karena dalam media cetak terdiri atas rubrik-rubrik yang biasa dijadikan sebagai inspirasi, tak terkecuali bagi media cetak nasional, seperti Majalah Ummi yang banyak memuat foto-foto fashion style dan banyak dijadikan inspirasi bagi perempuan masa kini. Fashion style dimulai dari tahun 1920. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan berbeda. Inovasi terbaru muncul dari desainer dunia. Seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang putri. Dari sinilah dunia fashion style mulai berkibar. Memasuki tahun 1930-an, perkembangan fashion style sedikit agak lambat, hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua (1940-1946), dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, sebuah pakaian juga mempunyai sisi estetika atau sisi cantik.1
1
Pappilon Halomoan, “Membaca Representasi Tubuh dan Identitas Sebagai Sebuah Tatanan Simbolik Dalam Media Massa” (Analisis semiotik majalah remaja cewek Kawanku); Tesis (Jakarta: UI Maret. 2003), h.8.
1
2
Fashion dipandang sebagai sinonim dengan kata “cara” atau “perilaku”. Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa “dalam masyarakat kontemporer Barat, istilah „fashion’ kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah „dandanan‟, „gaya‟, dan „busana‟ (Polhemus dan Procter, 1978: 9). Semua fashion dan pakaian adalah untuk mendekorasi dan mempercantik tubuh. Seperti dinyatakan Wilson, fashion secara umum diasosiasikan dengan “wanita”, memang benar wanita atau feminin, dipresentasikan dalam masyarakat kontemporer sebagai makhluk yang dekat dengan seni kosmetika, diasosiasikan dengan tampilan luar dan sangat memperdulikan, bila tak terus menerus terobsesi dengan penampilan.2 Kita peduli terhadap busana wanita yang sekarang sudah banyak dirusak oleh kita sendiri dengan memodifikasi trend masa kini bukannya dengan ketentuan syariat Islam yang telah ditetapkan dalam Al-Qur‟an.3 Secara alami manusia memerlukan pakaian/busana. Pakaian tersebut baik berfungsi sebagai melindungi tubuh atau badan dari panas dan dingin, ataupun sebagai estetika, memperindah dan mempercantik orang yang memakainya, bahkan dapat meningkatkan status sosial, sesuai dengan jenis pakaian yang dikenakan. Di dunia muslim, busana bisa mencerminkan identitas, selera, pendapatan, pola perdagangan regional, dan religiusitas pemakainya. Busana dan pemakaiannya bervariasi menurut jenis kelamin, usia, status perkawinan, asal geografis, pekerjaan bahkan aliran politik. Busana muslim dapat memiliki makna tertentu. Ia dapat mengungkapkan pertentangan terhadap rezim tertentu atau mencerminkan keanggotaan dalam gerakan 2
Barnard, Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi (Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender). (Yogyakarta&Bandung: Jalasutra, 1996), h. 12-13. 3 Abdurrahman al-Baghdadi, Da’wah Islam dan Masa Depan Umat, (Bangil: Al-Izzah, 1997), cet.1, h.1.
3
Islam. Pada agama manapun, di era modern ini, selalu ditemukan ajaran untuk berpakaian sopan di depan umum, setidaknya menurut pandangan secara universal bahwa manusia itu harus menutupi bagian-bagian tubuh yang tidak seharusnya diperlihatkan di depan umum. Islam memberikan rambu-rambu yang jelas dalam masalah pakaian wanita agar tetap ada keseimbangan antara estetika dan syariah. Di dunia modern, banyak wanita mengalami alienasi (keterasingan diri). Mereka mencari identitas dengan menampilkan pakaian-pakaian yang sedang “in” atau sedang menjadi mode pada zamannya. Bahkan seorang wanita yang tiba-tiba naik pada posisi tinggi mengalami krisis identitas. Dan untuk memperteguh identitas dirinya ia akan mencari busana yang melambangkan status barunya.4 Adapun seruan Allah dan Rasul-Nya tertuang dalam nash-nash berikut ini (ketika wanita ada dalam kehidupan umum). (QS. Al-Ahzab : 59, perintah untuk mengenakan jilbab).
Artinya : “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ketubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, karena itu tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab/33:59). Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinnya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Semiotik
4
Jalaludin Rakhmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. Ke-8, h.140.
4
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.5 Semiotik mengkaji busana pada tataran fungsi sosial. Setiap busana yang dikenakan dipandang sebagai tanda. Dalam semiotik struktural (Barthes), busana adalah “penanda” (signifiant) yang mempunyai “petanda” (signifie), yakni makna tertentu.6 Pembahasan sistem tanda tak akan lepas dari bahasan semiotika. Semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan.7 Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) penggunaan tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu yang berada diluar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan.
h. 261. 144.
5
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007),
6
Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Depok : Komunitas Bambu, 2011), h.
7
www.id.wikipedia.org/wiki/semiotika.
5
Melihat dari fenomena ini, maka ada ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk meneliti rubrik mode pada majalah Ummi sebagai subjek penelitian. Hal ini dikarenakan sekarang ini busana muslimah bukan hanya sekedar untuk menutupi aurat saja, tetapi kini busana muslimah sudah menjadi trend para wanita masa kini khususnya wanita muslim. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah rubrik fesyen dalam majalah Ummi sebagai media dakwah dalam cara berpakaian muslimah yang baik. Sementara dari aspek semiotik, penulis tertarik karena semiotik mengkaji busana pada fungsi sosial. Secara sosial budaya tata busana berkaitan dengan soal kepantasan, kesopanan dan kepatutan dalam situasi tertentu. Setiap komunitas mempunyai aturannya sendiri. Dalam masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural ini, pengaturan berbusana tidak dapat diseragamkan. Peneliti melihat bahwa dakwah merupakan kegiatan menyampaikan gagasan atau pesan yang mempunyai cakupan yang sangat luas dan tidak monoton. Dakwah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk diantaranya adalah mencari keseimbangan (dalam hal ini mengenai busana) gaya atau mode busana untuk para wanita muslimah. Peneliti berkeinginan meyakinkan kepada masyarakat luas bahwa busana muslimah juga mampu bersaing di pentas mode, dan bagi para pemakainya bisa tetap tampil cantik, modis, aktif dan dinamis dengan berbusana muslimah tidak kalah dengan busana remaja pada umumnya. Melihat hal ini peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan busana yang terkait sebagai media dakwah. Dalam hal ini penulis mengambil judul “Analisis Semiotika Terhadap Rubrik Mode Pada Majalah Ummi”
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang, untuk memfokuskan pembahasan maka penulis membatasi masalah pada Analisis Semiotika Fashion Style Majalah Ummi yaitu pada edisi spesial tiga bulanan November 2010 - Januari 2011. Untuk mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis memandang perlu menyampaikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam judul diatas. Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis keempat foto busana muslimah dengan pendekatan analisis semiotika model Charles Sanders Peirce ? 2. Petanda dan penanda dalam keempat foto busana muslimah ? 3. Makna foto di rubrik mode menurut pembaca majalah Ummi ? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Atas dasar latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian skripsi ini adalah : 1. Mengetahui analisis keempat foto busana muslimah dengan pendekatan semiotika model Charles Sanders Peirce. 2. Mengetahui petanda dan penanda dalam keempat foto busana muslimah. 3. Mengungkapkan makna menurut pembaca rubrik mode Majalah Ummi.
7
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis Penelitian ini secara akademis dapat memberikan kontribusi positif pada bidang ilmu komunikasi, terutama dalam konteks analisis semiotika, serta dapat memberikan informasi kepada Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang akan menggunakan pakaian atau mode/fashion yang terdapat pada majalah Ummi. b. Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi komunikasi, terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam agar lebih mengetahui mengenai fashion, dan sebagai perbandingan dan masukan
bagi
kita
semua
sebagai
mahasiswi
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta tentang busana muslimah yang lazim digunakan oleh kebanyakan orang. 2. Dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi para pecinta mode atau fashion style , khususnya para pembaca majalah Ummi. E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain dari buku-buku yang jadi rujukan utama, data-data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada
8
fashion perempuan di media massa cetak. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat ini hanya menemukan, yaitu : Siti Rahmawati menulis tentang Analisis Semiotika Terhadap Realitas Simbolik Dalam Karya Foto Jurnalistik ED Zoelverdi,8 Selain itu penulis juga menjadikan skripsi Sella Nurmaya Sari yang berjudul “Analisis Semiotika Terhadap Iklan; Hidup Adalah Perbuatan Soetrisno Bachir”.9 Pada skripsi ini terdapat perbedaan objek penelitiannya. Pada skripsi ini objek penelitiannya adalah iklan Partai Amanat Nasional di media televisi “Hidup Adalah Perbuatan” yang mencoba menggali simbol dan indeks dan icon yang terdapat dalam iklan dengan menggunakan perspektif semiotika Charles Sanders Pierce. Penelitian ini menganalisis sebuah iklan televisi. Penulis juga menambahkan satu judul skripsi lagi karya Trigustia Pusporini tentang Analisis Semiotika Rubrik Fashion Style Majalah Kawanku,10 persamaan skripsi ini sama-sama menjelaskan mengenai makna dalam foto busana, serta mendiskripsikan dan menganalisa makna dibalik foto-foto busana, dengan menggunakan pendekatan semiotika. Bedanya penelitian yang dilakukan penulis dengan skripsi karya Trigustia ini adalah penelitian yang digunakan oleh peneliti lebih menggunakan teori Charles Sanders Peirce yang membagi objeknya kepada ikon indeks, dan simbol, dan objek dari penelitian ini adalah foto busana muslimah yang terdapat pada majalah Ummi. 8
Siti Rahmawati, Analisis Semiotika Terhadap Realitas Simbolik Dalam Karya Foto Jurnalistik ED Zoelverdi, Kosentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. 9 Sella Nurmaya Sari, Analisis Semiotika Terhadap Iklan; Hidup Adalah Perbuatan Soetrisno Bachir, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 10 Trigustia Pusporini, Analisis Semiotika Rubrik Fashion Style Majalah Kawanku, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
9
F. Kerangka teori Pesan di Media Cetak
1. Ikon 2. Indeks 3. Simbol (Charles Sanders Peirce)
Apa makna menurut pembaca
Alasan Tim Redaksi Mengemas Pesan Dakwah Melalui Rubrik Mode
Penelitian ini berfokus pada penelitian media massa cetak dalam hal ini majalah Ummi dengan menggunakan analisis semiotikanya Charles Sanders Peirce, dimana membagi objek kepada ikon, indeks, simbol, serta untuk mengetahui apa alasan tim redaksi mengemas pesan dakwah melalui rubrik mode. Selain itu juga untuk mengetahui makna menurut pembaca. G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif deskriptif yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang faktafakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.11 Selain itu penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik pada bidang tertentu. Dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antara penanda dan petanda dalam keempat foto busana muslimah yang terdapat dalam rubrik mode majalah Ummi. 11
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset, h.69
10
2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek penelitian ini adalah Tim Redaksi Majalah Ummi. b. Penelitian ini dilakukan diperusahaan media massa cetak Majalah Ummi yang beralamat di: Jl. Mede No.42 A Utan Kayu , Jakarta Timur 13210. Telp (021) 8193242. Sedangkan objek penelitiannya adalah rubrik mode. 3. Tahap Penelitian Proses penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu : a. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk wawancara mendalam sebagai instrumen primer, dan dokumentasi, selain itu penulis juga mencari sumber informasi sebagai pelengkap data melalui penelaahan buku-buku, referensi serta bacaan lainnya yang mendukung akan penelitian ini. Selain itu teknik pengumpulan data dilakukan juga dengan cara mengumpulkan teks, pengamatan secara menyeluruh dari semua isi teks dan gambar. 1) FGD (Focus Group Discussion) Untuk mengetahui makna dari foto yang akan diteliti menurut pembaca, maka peneliti menggunakan teknik Focus Group Discusiion (FGD). FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumunya dilakukan pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. Sebagaimana juga teknik lainnya, FGD hanya dipakai untuk tujuan menghimpun data sebanyak-banyaknya dari informan. Hanya saja kalau metode
11
lain, peneliti memperoleh data dari informan yang bersifat pribadi, tanpa melalui pergumulan sikap dan pendapat orang lain, sedangkan melalui FGD informasi yang ditangkap peneliti adalah informasi kelompok, sikap kelompok, pendapat kelompok dan keputusan kelompok. Dengan demikian, kebenaran informasi bukan lagi kebenaran perorangan (subjektif), namun menjadi kebenaran intersubjektif. Karena selama diskusi berlangsung masing-masing orang tidak saja memperhatikan pendapatnya sendiri, namun ia juga mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh peserta FGD lainnya.12 2) Observasi Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan mengambil langsung terhadap objek atau penggantinya (misal : film, rekonstruksi, video dan sejenisnya).13 Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung serta mencermati setiap tanda-tanda pada objek penelitian yakni model-model mode yang terdapat pada majalah Ummi.
3) Wawancara Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.14 Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan untuk
237. h. 36.
12
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Remaja Grafindo Persada), h.
13
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta, CV Pedoman Ilmu Jaya, 1994),
14
Suhairsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta, Bhineka Cipta, 1996), Cet. Ke-10, h. 72.
12
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan menggunakan tape recorder. Wawancara dilakukan dengan narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu salah satu fotografer majalah Ummi. 4) Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal) yang terdapat di perpustakaan. Internet atau instansi lain yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini. Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian berupa foto-foto fashion style yang terdapat pada majalah Ummi. 5) Teknik Pengolahan Data pengolahan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap: data dikelompokkan, disederhanakan lalu dikemas kedalam tabel. 6) Teknik Analisa Data Teknik analisis data adalah dengan menggunakan semiotika model Charles Sanders Peirce yang membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan simbol adalah
13
tanda
yang
menunjukkan
hubungan
alamiah
antara
penanda
dengan
petandanya.15 H. Sistematika Penulisan Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembahasan dan penelitian dibagi kedalam V BAB. Dalam setiap babnya akan dibagi kedalam sub bab, Adapun Sistematika Penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I :
Pendahuluan,
Latar
Belakang
Masalah,
Batasan
dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konsep, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II :
Kerangka Teori, Pesan Dakwah Mengenai Busana, semiotika, Kelebihan Majalah Sebagai Media Cetak, Rubrik, dan Fashion Style.
BAB III:
Gambaran Umum Tentang Majalah Ummi, Sejarah Singkat Majalah Ummi, Struktur Redaksi Majalah Ummi, Visi dan Misi Majalah Ummi, Rubrikasi Majalah Ummi, Sekilas Tentang Rubrik Mode Majalah Ummi.
15
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), h. 41-42.
14
BAB IV:
Analisis Rubrik Mode Majalah Ummi, diantaranya adalah foto 1 dan analisisnya, foto 2 dan analisisnya, foto 3 dan analisisnya, foto 4 dan analisisnya. Kemudian penanda dan petanda dalam keempat foto busana muslimah yang terdapat dalam majalah Ummi. Dan makna menurut pembaca.
BAB V:
Penutup, Kesimpulan dan Saran.
BAB II KERANGKA TEORI A. Pesan Dakwah Mengenai Busana Fenomena distro clothing company yang semakin marak di berbagai kota di Indonesia hampir nyaris semuanya muncul dari semangat gaya hidup barat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya clothing yang hanya menawarkan trend, variasi dan ungkapan gaya hidup barat. padahal pakaian dapat digunakan pula sebagai penyampai pesan-pesan dakwah.1 Abbas Schulz, seorang imam muda di Berlin mengatakan tidak ada masalah dengan style Islam yang menyebarkan pesan Islami (dakwah) melalui fesyen selama busana tersebut menutup aurat.2 Menutup aurat yang diwajibkan atas wanita adalah persoalan agama yang ditetapkan dalam al-Qur‟an dan hadits. Seperti dalam al-Qur‟an surat alAhzab [33] : ayat 59: “Hai nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, supaya mereka menutup tubuhnya dengan kain selubungnya ketika mereka keluar rumah. Dengan demikian mereka lebih mudah dikenal kesusilaannya, supaya tidak diganggu orang dijalanan, dan Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Tiga golongan penjahat yang harus disingkirkan dari Madinah, hidup atau mati.”
Ayat diatas adalah perintah Allah tentang pemakaian busana muslimah bagi wanita, terlebih lagi bagi mereka adalah pahala yang tiada putus-putusnya.
1 2
www.facebook.com/group.php. Diakses pada hari Ahad, 8 Mei 2011, jam 14.50. www.lifestyle.okezone.com. Diakses pada hari Ahad, 8 Mei 2011, jam 14.55.
15
16
Semua madzhab sepakat atas dasar pemakaian busana muslimah tersebut, tetapi ada perselisihan dalam penetapan bentuk dan batasan busana muslimah sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, beberapa kriteria yang dapat dijadikan standar mode atau batasan-batasan untuk busana muslimah berikut ini tampaknya perlu diperhatikan: a. Bagian tubuh yang boleh kelihatan hanya wajah dan telapak tangan. b. Tekstil yang dijadikan bahan busana tidak tipis atau tembus pandang, karena kain yang demikian memperlihatkan bayangan kulit secara remang-remang. Hadits Nabi SAW: “Dari Usman bin Zaid ia berkata : “ Aku pernah diberi oleh Rasulullah SAW sehelai qibti yang tebal yang dihadiahkan oleh Dihgah Al-Kalbi. Padanya, lalu kuberikan kepada istriku”. Kemudian Nabi SAW bertanya, “mengapa qibti itu tidak kau pakai?” Aku menjawab “Wahai Rasulullah, kain qibti itu kuberikan kepada istriku.” Lalu Nabi bersabda: “suruhlah istrimu agar memberi lapisan dibawahnya, sebab aku khawatir kalau-kalau pakaiannya memperlihatkan bentuk tubuh.” (HR. Ahmad)
c. Modelnya tidak ketat, karena model yang ketat akan menampakkan bentuk tubuh terutama payudara, pinggang dan panggul. Pergunakanlah potongan yang longgar agar lebih sehat, dan memberi keluasan bagi otot untuk bergerak. Salah satu hadits Nabi ada yang menjelaskan tentang hal ini. Yaitu berkata Hafsoh binti Sirin: “saya pernah bertanya kepada Nabi: “ Ya Rasulullah, apakah kita berdosa apabila salah satu diantara kita (para perempuan) tidak ikut pergi ketanah lapang dihari raya lantaran tidak mempunyai baju panjang dan longgar?” Rasulullah menjawab: “Hendaklah temannya meminjamkan kepadanya bajunya yang longgar itu.” (HR. Bukhari)
17
d. Tidak menyerupai pakaian laki-laki maupun dalam bertingkah laku. Hadits Nabi SAW besabda: “Dikutuk laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. An-Nasai)
e. Bahannya juga sebaiknya tidak terlalu mewah dan berlebihan atau menyolok mata dengan warna yang aneh-aneh hingga menarik perhatian orang. Apalagi jika sampai menimbulkan rasa angkuh dan sombong.3 Hadits Nabi SAW bersabda: “dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “telah bersabda Rasulullah SAW: “ Barang siapa yang berjalan menyeret kainnya sebagai tanda kebanggaan (kesombongan) niscaya Allah tidak akan menengoknya kelak dihari kiamat.” (HR. Muslim)
f. Tidak boleh menyerupai busana wanita-wanita kafir, berdasarkan pada haramnya kaum muslimin termasuk wanita menyerupai (tasyabuh) orang-orang wanita kafir baik dalam berpakaian yang khas pakaian mereka, ibadah, makanan, perhiasan, adat istiadat, maupun dalam berkata atau memuji sesorang yang berlebihan.4 g. Tidak diberi wewangian atau parfum, syarat ini berdasarkan larangan terhadap kaum wanita untuk tidak memakai wewangian apabila mereka keluar rumah. h. Bukanlah pakaian untuk mencari popularitas, libas syuhrah (pakaian popularitas) adalah pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih kepopuleran ditengah-tengah orang banyak, baik pakaian itu harganya mahal dan pemakainya berbangga hati dengan pakaian tersebut, atau pakaian bernilai rendah yang
3 4
Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab, (Bandung: PT. Al Bayans, 1997), h.68-69. Bey Arifin, Terjemahan Sunnah Abu Daud, (Semarang : CV. Asy Syifa, 1993),h. 518
18
dipakai agar dianggap sebagai orang yang zuhud. Kedua contoh tersebut motivasinya adalah ingin dilihat orang lain (riya).5 Dalam al-Qur‟an Q.S. al-A‟raf [7] : 26 membahas tentang pakaian, “ Hai anak cucu Adam! Kami telah memperlengkapimu dengan pakaian untuk menutup aurat, dan pakaian yang bagus untuk perhiasanmu. Namun pakaian rohaniah yang bernama takwa lebih indah lagi. Semuanya itu adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah. Semoga kalian selalu ingat.” Dan selanjutnya ide dasar pakaian didasarkan pada Q.S. al-A‟raf [7] : 2022 yang berbunyi : “Lalu setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya, supaya keduanya membukakan kemaluannya yang tertutup. Lalu Syaitan membisikkan: “Tuhan kalian melarang kalian dari mendekati pohon ini, tidak lain supaya kalian tidak jadi malaikat, atau menjadi orang-orang yang kekal di syurga ini.” Dan dia bersumpah kepada keduanya: “Sungguh, saya ini hanya menasehati kalian”. Lalu setan membujuk rayu keduanya dengan tipu muslihat untuk memakan buah kayu itu. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah olehnya kemaluan masing-masing dan mulailah keduanya menutupinya dengan daundaun syurga. Lalu Tuhan menghardik keduanya: “Bukankah Aku telah melarang kalian mendekati kayu itu dan Aku katakan kepada kalian bahwa setan itu adalah musuh bebuyutan kalian?”.
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa Adam AS dan pasangannya tidak sekedar menutupi aurat mereka dengan selembar daun, tetapi daun diatas daun sebagaimana dipahami dari kata (yakhshifani). Mereka lakukan agar aurat mereka benar-benar tertutup dan pakaian yang mereka kenakan tidak menjadi pakaian mini atau tembus pandang. Ini juga menunjukkan bahwa menutup aurat merupakan fitrah manusia yang diaktualkan oleh Adam AS dan istrinya pada saat kesadaran mereka muncul.6
5
H. Salim Bahreisyi, Terjemahan Riyad Ash Shalihin, (Bandung: Al- Ma’arif, 1987), h.1. M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), Cet. Ke-11, h.38. 6
19
Dari kisah Adam dan Hawa tersebut peneliti merumuskan bahwa ide dasar pakaian adalah menutup aurat. Namun karena godaan setan, aurat manusia menjadi terbuka. Dengan demikian, aurat yang ditutup dengan pakaian, akan dikembalikan pada ide dasarnya, yaitu untuk ditutup. Ayat itu juga menegaskan bahwa pada hakikatnya menutup yang tidak pantas diperlihatkan adalah fitrah manusia yang diaktualkan pada saat ia memiliki kesadaran. Dengan demikian ide membuka aurat adalah ide setan, dan salah satu kehadiran setan adalah keterbukaan aurat. Menutup aurat termasuk salah satu pesan dakwah yang terdapat dalam busana. Dalam al-Qur‟an pakaian disebut dengan sarabil. Kata ini berarti pakaian, apa pun jenis bahannya. Dalam al-Qur‟an kata ini hanya disebut tiga kali. Dalam Q.S. al-Nahl [16] : 81, dijelaskan sarabil adalah pakaian yang berfungsi untuk menangkal sengatan panas, dingin dan bahaya dalam peperangan. Dalam Q.S. Ibrahim [14] : 50 dijelaskan tentang siksa yang akan dialami oleh orang-orang berdosa kelak (Pakaian mereka dari pelangkin). Dapat dipahami, bahwa pakaian ada yang menjadi alat penyiksa. Siksa tersebut karena yang bersangkutan tidak menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang diamanatkan oleh Allah SWT.7 Dari sekian banyak ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang pakaian, dapat ditemukan beberapa fungsi pakaian atau pesan dakwah yang terdapat dalam busana diantaranya sebagai perhiasan, memelihara pemakaiannya dari sengatan panas matahari dan dinginnya udara dan dari segala sesuatu yang mengganggu jasmani, dan petunjuk identitas pembeda seseorang dengan yang lain. 7
Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, Mendialogkan Teks dengan Konsep (Yogyakarta: el Saq Press, 2005), h. 166.
20
Busana atau pakaian tidak hanya berkaitan dengan masalah etika dan estetika saja, melainkan juga dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, iklim dan agama. Oleh karenanya sangat wajar apabila al-Qur‟an banyak membicarakan masalah pakaian. Bahkan Allah menyuruh memakai pakaian terbaik jika beribadah. Pesan yang terkandung dalam busana muslimah yaitu wajib hukumnya menutup aurat. Para desainer boleh saja berkreasi sesuai dengan tuntutan zaman tetapi gaya modis yang diciptakan harus tetap menutup aurat. Dalam al-Qur‟an menandaskan bahwa Allah SWT memberi manusia pakaian yang berfungsi menutup aurat dan pakaian yang indah sebagai perhiasan. Rasulullah SAW pun tidak melarang orang yang suka mengikuti perkembangan mode, asal saja memenuhi kriteria busana muslimah. Busana yang ditampilkan dalam rubrik mode majalah Ummi selalu menampilkan busana dengan tema dan design penuh inspirasi dan ajakan untuk senantiasa bergerak mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kesehariannya. B. Semiotika Semiotika berasal dari kata yunani semion, yang berarti tanda.8 Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Semiotika menurut Charles S. Pierce adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.9 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem 8 9
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008), h. 11. Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik, 2004), h.3.
21
komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran manusia.10 Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Sementara bagi Ferdinad de Saussure, semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya. Semiologi menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan kovensi yang memungkinkan makna itu. Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang dari filsafat, sedangkan bagi saussure semiologi adalah bagian dari disiplin psikologi sosial.11 1. Konseptualisasi Semiotika Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.12 Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, pesan, saluran komunikasi, dan 10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.12. Kris Budiman, Semiotika Visual, h.3. 12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15. 11
22
acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.13 Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerimaan tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya, karena tujuan berkomunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan. Menurut Rahayu Surtiati Hidayat dalam Christomy dan Untung Yuwono bahwa semiotika tidak dapat disebut dalam bidang ilmu karena fungsinya adalah sebagai alat analisis, cara mengurai suatu gejala. Maka dari itu sebagian orang menganggap semiotika sebagai ancangan sementara yang lain menggunakannya sebagai metode, meskipun demikian, Art Van Zoest menganggapnya sebagai cabang ilmu. Namun, terlepas dari perdebatan itu, jelas semiotika bersifat lintas disiplin, mirip filsafat dan logika. Semiotika dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang ilmu : arsitektur, kedokteran, sinematografi, linguistik, kesusastraan, bahkan hukum dan antropologi untuk memahami tanda. Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Pada dasarnya para semiotikus melihat kehidupan sosial dan budaya sebagai pemaknaan, bukan hakikat esensial objek.14 Contohnya adalah, janur kuning yang melengkung di depan gang atau di depan gedung-gedung pertemuan, bagi seseorang yang hendak menghadiri pesta pernikahan, maka janur kuning tersebut dijadikan suatu tanda adanya pesta pernikahan. Akan tetapi, bagi seseorang yang sedang tidak ingin menghadiri pesta pernikahan, maka janur kuning tersebut tidak menjadi tanda apapun. Janur
13
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15. Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 77-78. 14
23
kuning tersebut menjadi tanda bagi seseorang karena ia sudah terbiasa atau sudah menjadi tradisi bagi masyarakat sekitarnya. Semiotika mengkaji tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda. Kemudian semua jelas dapat menjadi tanda sehingga tidak ada yang tidak dapat dijadikan topik penelitian semiotika. Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotika dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan persyaratannya terpenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan, ada interpretasi. Lebih baik lagi, seorang semiotikus dapat bekerja dimanapun dan kapan pun semiosis berlangsung, baik di dalam maupun di luar komunikasi.15 Ada dua tokoh semiotika yang perlu kita ketahui. Penulis akan menggambarkan secara singkat kaitan diantara para semiotikus tersebut. Yakni sejak Ferdinand de Saussure (1857-1913) di Swis dan Charles Sanders Peirce (1834-1914) di Amerika Serikat. Sebenarnya, Saussure tidak pernah berpretensi menjadi semiotikus karena pusat minatnya adalah bahasa. Namun dialah yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk melihat bahasa sebagai sistem tanda. Dikotomi Saussure yang diterapkan pada tanda: penanda dan petanda akhirnya mempengaruhi banyak semiotikus Eropa. Sedikitnya ada tiga aliran yang diturunkan dari tanda Saussure. Pertama, semiotik komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari proses komunikasi. Kedua, semiotik konotasi, yaitu yang mempelajari makna konotatif dari tanda. Ketiga, yang sebenarnya merupakan aliran di dalam semiotik komunikasi adalah semiotik ekspansif dengan tokohnya yang paling terkenal Julia Kristeva. Dalam semiotik jenis ini, 15
Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, h. 79.
24
pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya karena digantikan oleh pengertian produksi arti. Tujuan semiotik ekspansif adalah mengejar ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.16 2. Semiotika Charles Sanders Peirce Charles Sanders Peirce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda.17Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang terdiri dari: Tanda (sign), Acuan Tanda (Object), Pengguna Tanda (Interpretant). Bagi Peirce tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Ground 1. Qualisign
Object 1. Ikon yaitu tanda
(suatu kualitas
yang
yang
kualitas
merupakan
yang
16 17
Interpretant
memiliki objek di
1. Rheme yaitu tanda
suatu
kemungkinan kualitatif,
Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, 82-83. Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h.16
25
suatu tanda).
denotasikan.
2. Sinsign (“sin”=
2. Indeks
yaitu bahwa ia mewakili
“hanya sekali”
(petunjuk) yaitu
suatu
:
tanda
yang
peristiwa
yang
objek
yang
mendenotasikan
merupakan
suatu
sebuah tanda).
melalui
yaitu
keterpengaruha
eksistensial
nnya
suatu objek.
3. Legisign
(=
hukum
yang
berupa
tanda.
Setiap
tanda
objek
kepada
objek itu.
mungkin ada. 2. Dicisign tanda
3. Argument
3. Symbol
yaitu
yaitu
tanda
konvensional
sebuah
tanda
suatu hukum.
adalah
yang
legisign).
konvensional.
Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata “air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda,
26
misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.18 Tanda berdasarkan objeknya, Peirce membagi menjadi tiga bagian yaitu : pertama, Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimana dikenali oleh para pemakainya. Akan tetapi, sesungguhnya ikon tidak semata-mata mencakup citra realitas seperti pada lukisan atau foto saja, melainkan juga ekspresi-ekspresi semacam grafik-grafik, skema-skema, peta geografis, persamaan-persamaan matematis, bahkan metafora.19 Kedua, indeks adalah tanda yang memiliki kaitan fisik, eksistensial atau kausal diantara representamen dan objeknya sehingga seolah-olah akan kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya dipindahkan atau dihilangkan. Indeks bisa berupa hal-hal semacam zat atau benda material (asap adalah indeks dari adanya api), gejala alam (jalan becek adalah indeks dari hujan yang turun beberapa saat yang lalu), gejala fisik (kehamilan adalah indeks dari sudah terjadinya pembuahan).20 Ketiga, symbol adalah tanda yang representamennya merujuk kepada objek tertentu tanpa motivasi (unmotivated), symbol terbentuk melalui konvensikonvensi
atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung diantara
representamen dan objeknya.21
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.41. Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, (Yogyakarta: Buku Baik, 2005), h.56. 20 Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, h. 56. 21 Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, h. 59. 19
27
Menurut hakikat interpretannya, tanda-tanda dibedakan oleh Peirce menjadi rema (rheme), tanda disen (dicent sign / dicisign), dan argumen (argument). Pertama, rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda apapun yang tidak betul dan tidak pula salah.22 Reme merupakan tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan.23 Misalnya orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata dimasuki insekta, atau baru bangun atau ingin tidur. Kedua, dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Ketiga, argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. C. Kelebihan Majalah Sebagai Media Cetak Majalah adalah terbitan yang berisi artikel, cerita fiktif, yang beredar berkala dan bergambar, diberi sampul dan dijahit seperti buku. Sementara menurut Hasan Sadhily, majalah adalah : Terbitan berkala, semula hanya khusus menyajikan tulisan-tulisan dibidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, istilah ini digunakan untuk menyebutkan segala jenis penerbitan berkala yang lebih luas. Isinya meliputi, segala bentuk karya sastra, liputan jurnalistik, pandangan tentang berbagai topik aktual yang patut diketahui konsumen pembaca. Menurut kala terbitnya dapat dibedakan atas majalah mingguan, bulanan, tengah bulanan dan lain-lain.
22 23
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, h. 60. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.42.
28
Menurut pengkhususan isinya dapat dibedakan atas berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, cabang ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya.24
Awalnya majalah adalah terbitan berkala yang menyajikan tulisan budaya dan ilmu pengetahuan, namun dengan berkembangnya zaman, majalah pun semakin berkembang. Majalah memiliki arti yang lebih luas dari sebelumnya, isinya mencakup berbagaii bentuk sastra, liputan jurnalistik dan berbagai topik aktual yang patut diketahui pembaca. Menurut Ensiklopedia pers Indonesia majalah adalah : Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus yakni, majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus, seperti majalah wanita, majalah keluarga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen, dll.25
Majalah merupakan penerbitan berkala yaitu penerbitan yang dilakukan terus menerus yang menggunakan kertas sampul dan memuat bermacam-macam tulisan mengenai politik, ekonomi, sosial, agama, keluarga, remaja, dan sebagainya. Dari segi isi majalah terbagi menjadi dua yakni : majalah umum dan majalah khusus. Majalah umum berisi tentang masalah-masalah yang bersifat umum, berisi artikel politik, agama, seni, budaya, ekonomi dan lain-lain. Majalah umum tidak hanya berisikan satu jenis permasalahan tetapi berisikan 24
h. 2094
25
Hasan Sadhily, Ensiklopedia Indonesia Jilid IV, (Jakarta : Ichtiar Baru dan Hove, 1983),
Kurniawan Effendi, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h. 154-155
29
permasalahan dari berbagai bidang. Sedangkan majalah khusus adalah majalah yang berisikan tentang permasalahan khusus menyangkut kepentingan yang terfokus seperti majalah : khusus wanita, majalah ekonomi, majalah politik, majalah seni dan budaya, majalah komputer dan majalah musik. Dari definisi-definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa majalah memiliki terbitan berkala yakni, setiap minggu, bulan atau tengah bulan. Sedangkan menurut isinya, terbagi menjadi dua yakni majalah khusus dan majalah umum. Jika dilihat dari segi isi yang dituju majalah Ummi merupakan majalah yang wanita dengan penerbitan berkala untuk edisi reguler sebulan sekali, dan edisi spesial terbit tiga bulan sekali, dikhususkan untuk wanita yang berasal dari kalangan menengah ke atas yaitu, para ibu rumah tangga dan profesional muda yang berpendidikan tinggi. Bila digolongkan menurut isinya majalah Ummi merupakan majalah wanita yang berisikan karangan-karangan mengenai dunia wanita, dari masalahmasalah mode, resep makanan, hingga permasalahan keluarga. Mengenai majalah wanita, dalam jurnalistik masa kini dijelaskan bahwa, majalah wanita adalah bentuk majalah yang berisikan rubrik-rubrik khusus mengenai dunia wanita, dari masalah-masalah mode, resep makanan, kekeluargaan dan juga dihiasi dengan foto-foto. Surat kabar atau majalah memiliki keunggulan yang lain dibanding dengan media massa lainnya, keunggulannya antara lain mudah dijangkau oleh masyarakat karena harganya relatif murah. Meski tidak seaktual surat kabar yang terbit tiap hari, majalah yang terbit tiap mingguan, dwi mingguan atau
30
bulanan memiliki efek edukasi yang cukup tinggi. Para pengelola majalah juga mempunyai strategi dan gaya penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik untuk dibaca kapan pun dan dimana pun. Majalah juga berperan sebagai penyampai dan penafsir pesan. Terlepas dari segala kekurangannya, majalah memiliki kelebihan diantaranya adalah : a. Analisis beritanya lebih panjang lebar (jurnalisme interpretative). b. Dibanding
koran,
majalah
lebih
kuat
mengikat
emosi
pembacanya. c. Memiliki perspektif (pandangan) nasional sehingga terbatas dari sentimen kedaerahan. d. Ia merupakan sumber rujukan sehari-hari yang murah. Majalah membahas segala macam masalah dari yang kecil sampai masalah yang penting. e. Interpretasi berita oleh majalah bisa menjadi sumber pendidikan umum. Artikel tentang sejarah, biografi, dsb, bisa menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat. Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi yang beraneka ragam. Ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami atau dihafal sampai mendetail.26 Menurut Wilbur Schram yang dikutip oleh Asep Syamsul M. Romli mengatakan bahwa khalayak pembaca akan terpikat minatnya, manakala apa
26
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta : Logos, 1999), h. 26-30.
31
yang mereka baca berkaitan dengan kebutuhannya dan menyajikan sarana tentang cara untuk memperoleh kebutuhan itu.27 Contoh lain majalah untuk menarik perhatian khalayak adalah cover atau jilidnya yang menarik. Cita rasa khalayak perlu disentuh, sebab daya tarik dan cita rasa berkaitan satu sama lain, karena bisa memunculkan tekad pembaca untuk bertindak dan berperilaku. Tabel 3: Perbedaan Surat kabar, Tabloid, Majalah dan Buletin
Perbedaa n
Surat Kabar
Tabloid
Majalah
Buletin
Waktu Terbit
Setiap hari relative umum
Setiap minggu bergantung kebijakan perusahaan relative terbatas /tertentu
Bentuk dan Ukuran
Lembaran kertas buram dengan luas 42 x 58 cm per halaman
Lembaran kertas dengan kualitas yang relative lebih bagus daripada surat kabar dengan luas 29 x 42 cm per halaman
Sifat Sajian
Formal, kaku
Variatif & kreatif bergantung segmentasi
27
Berbentuk hampir seperti buku deng an ukuran bervariasi (ex.tempo,sabili,intis ari , ummi, dll)
Bisa berbentuk seperti majalah tapi lebih tipis atau hanya semacam lembaran setengah folio
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis: Untuk Pemula, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-3, h. 2-4.
32
Variasi Warna
Minim warna
Lebih warna
banyak Relatif banyak warna Minim warna bahkan kadang full tapi bergantung colour karakteristik buletin
Harga
Relatif murah
Harga sedang, Relatif mahal cenderung mahal
Prioritas Berita
Stright news (aktualitas dan sisi pentingny a diutamaka n)
Feature and soft news (sisi kemenarikan / hiburan diprioritaskan)
Prioritas Substansi
Umum
Khusus , bergantung segmentasi
Relatif murah
Feature,infestigation Soft news report and soft news (bergantung segmentasi )
D. Pengertian Rubrik Dalam kamus bahasa Indonesia, “Rubrik adalah kepala karangan (ruangan) dalam surat kabar, majalah dan sebagainya.”28 Sedangkan menurut Onong Uchyana Effendy, “ Rubrik adalah ruangan pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya. Mengenai aspek 28
Anto Moeliono (et,al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), h. 756.
33
kehidupan atau makna kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya rubrik wanita, olah raga, rubrik pendapat pembaca dan sebagainya. Sementara menurut Komaruddin, rubrik adalah kepala karangan, bab atau pasal. Di dalam surat kabar atau majalah rubrik sering diartikan sebagai “Ruangan”, misalnya rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi, rubrik olahraga, dan rubrik kewanitaan.29 Menurut Harimurti Kridalaksana, rubrik adalah Pers: kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.30 Dalam rubrik mode atau fashion style diperlihatkan gaya, aksesoris dan pakaian model terbaru yang bisa dipakai oleh semua perempuan khususnya para profesional muda. Penulis dapat memahami bahwa yang disebut rubrik adalah suatu kepala karangan, bab/pasal yang terdapat pada surat kabar atau majalah yang sering diartikan sebagai “ruangan”, misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik pendapat, rubrik pembaca, rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi dan lain sebagainya. Bagian yang terpenting dari sebuah majalah adalah rubrik-rubrik yang dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi si pembaca. Rubrik merupakan ruangan yang terdapat dalam surat kabar yang memuat isi dan berita, ruangan khusus yang dapat dimuat dengan periode yang tetap dengan hari-hari tertentu atau
29 30
89.
Komaruddin, Kamus Istilah Skripsi dan Tesis, (Bandung: Angkasa, 1985), h. 74. Harimurti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1984), h.
34
beberapa minggu sekali, yang membuat masalah masing-masing sesuai yang ditulis rubrik tersebut.31 Ada beberapa cara untuk menentukan rubrik dengan menggunakan metode 3N yaitu : 1. Niteni yaitu mengamati media-media yang sudah ada dengan mencari kelebihan yang bisa diambil dan kelemahan yang harus dibuang. 2. Niroke yaitu menirukan hal-hal tertentu yang sesuai dengan segmen pembaca. 3. Nambahi yaitu menambahi aspek tertentu sehingga media anda mempunyai postioning yang unik.32 Berdasarkan fungsi media, rubrik dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu : 1. Rubrik yang informatif yang bertujuan memberikan informasi apa adanya. 2. Rubrik yang edukatif yang bertujuan mendidik dan mengajarkan sesuatu. 3. Rubrik yang persuasif yang bertujuan membujuk pembaca untuk setuju pada pendapat tertentu, bahkan mengajak pembaca melakukan sesuatu. 4. Rubrik yang menghibur yang bertujuan untuk menyentuh perasaan pembaca.33 31
www.google.co.id. Diakses pada hari Rabu, 23 Maret 2011, jam 10.57. http//www.glorianet.org/kolom/kolomedia.html 33 http//www.glorianet.org/kolom/kolomedia.html 32
35
Dari semua pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan mengenai definisi rubrik adalah istilah Belanda yang dapat diartikan sebagai ruangan, bab/pasal atau kepala karangan yang terdapat pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik olahraga, rubrik pendapat, rubrik pembaca, rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi, rubrik fashion style/mode, dan lain sebagainya, selain itu rubrik juga merupakan kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.
E. Pengertian Mode atau Fashion Style.
Dalam
kamus
bahasa
Inggris
mode/fashion
atau
menyebutnya fesyen, yang berarti gaya dan bentuk.34 Fashion
orang lazim berasal dari
bahasa Inggris yang artinya cara, kebiasaan, atau mode. Perkembangan fashion tidak lepas dari pengaruh informasi, karena informasi merupakan sarana seseorang untuk mengetahui lebih jelas tentang fashion.35 Fashion dipandang sebagai sinonim dengan kata “cara” atau “perilaku”. Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa dalam masyarakat kontemporer Barat, istilah „fashion’ kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah „dandanan‟, „gaya‟, dan „busana‟ (Polhemus dan Procter, 1978: 9).36 Bisa dinyatakan fashion bisa menjadi argumen yang paling jelas dan tampaknya menjadi niscaya dan tak bisa dihindari lagi, pada organisasi sosial 34
Wojowasito dan Wasito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1961) 35 http://adhe-fashion.blogspot.com/. Diakses pada 24 Maret 2011. Pukul 10.10 WIB. 36 Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi; Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender, (Yogyakarta&Bandung: Jalasutra, 1996), h. 12-33.
36
dan ekonomi yang ada di dunia. Ini akan benar-benar menjadi prestasi untuk mengklaim bahwa satu hal yang tak terhindarkan, sesuatu yang muncul mengikuti realitas sosio ekonomi. Dalam pandangan Simmel, Flugel, serta Polhemus dan Procter, fashion adalah suatu produk masyarakat dengan lebih dari satu kelas di dalamnya dan tempat terjadinya gerak ke atas diantara kelaskelas baik yang mungkin maupun yang didambakan.37 Wilson menunjukkan, “fashion adalah wajah seni yang mengalami degradasi atau tak bisa diterima” (Wilson, 1990: 209). Fashion, pakaian dan busana memunculkan sistem penandaan (signifikasi) yang menjadi tempat pembentukan dan pengkomunikasian tatanan sosial. Fashion pakaian dan busana dapat bekerja dengan berbagai cara yang berbeda, namun memiliki kesamaan bahwa beberapa diantaranya merupakan tempat tatanan sosial. Fashion, pakaian, dan busana dapat dianggap sebagai salah satu makna yang digunakan oleh kelompok sosial dalam mengkomunikasikan identitas mereka.38
Menurut Karina Triasari, selaku Manager Karita Gaya busana muslim muda Yogyakarta. Fesyen/fashion adalah gaya yang mengikuti trend busana pada suatu waktu, dan biasanya yang menjadi perhatian adalah desain, kepraktisan cara pemakaian dan bahan yang akan digunakan. Ada banyak unsur yang mempengaruhi fesyen atau mode, kombinasi dari unsur tersebut bisa menjadi acuan fesyen dan bentuk pakaian pada kurun waktu tertentu atau lazim biasanya kita sebut dengan mengikuti trend. Jadi pada intinya ada tiga unsur yang menjadi perhatian atau mempengaruhi fesyen atau mode yaitu : 1. Desain 2. Kepraktisan cara pemakaian 37
Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi; Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender, h. 26. 38 Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi; Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender, h. 104.
37
3. Bahan yang digunakan Biasanya desain yang dibuat sesuai dengan apa yang sedang trend pada masanya, terkadang desain dibuat senyaman mungkin bagi pemakainya. Dan untuk kepraktisan biasanya pendesain berusaha membuat busana yang mudah digunakan bagi pemakainya. Khusus warna yang digunakan tergantung warna apa yang sedang trend, contoh untuk sekarang ini warna-warna terang seperti oranye, merah muda, ungu, biru dan hijau tosca. Dan warna-warna itu dikombinasikan dengan tambahan pernak-pernik sederhana berupa sulam pita, beludru, atau bermotif bunga, tumbuhan, hewan, atau pun bulan dan bintang.39
Berbicara tentang gaya dan trend busana baik busana wanita maupun pria mengalami perkembangan. Tetapi busana wanita lebih berkembang dan mengikuti mode dibandingkan dengan busana pria. Bukan hanya busana wanita pada umumnya yang mengalami perkembangan dan mengikuti trend, meskipun busana muslimah selalu mengikuti trend dan mode tetapi bentuk, dan warnanya dibuat masih sesuai dengan batasan busana Islami. Di sini peneliti akan menguraikan beberapa kriteria yang menjadi standar mode atau batasan-batasan busana muslimah menurut syariat Islam yaitu : a. Tekstil yang dijadikan bahan busana tidak tipis atau transparan. b. Modelnya tidak ketat. c. Bagian tubuh yang boleh terlihat hanya wajah dan telapak tangan. d. Tidak menyerupai pakaian laki-laki, bila baju dan pakaian bawah bermodel celana panjang, sebaiknya blus tersebut menurun hingga menutup pinggul dan setengah paha. Jilbab pun kini sudah mengalami banyak perkembangan trend dan mode. Contohnya sekarang ini banyak gaya jilbab yang dililitkan dileher dengan 39
http://www.google.kompas.com/2006/04/17/keanggunan busana muslimah. diakses pada Kamis 24 maret 2011, pukul 10.35 WIB.
38
memadukan dua bahan sekaligus dengan warna-warna degradasi dan kontras. Biasanya gaya ini banyak dipakai oleh beberapa artis, seperti Ineke Koesherawati yang dinilai lebih mampu menunjukkan unsur femininitas si pemakai. Gaya lilit leher sendiri mempunyai banyak varian dan mempunyai teknik lilit atau ikat yang berbeda, misalnya lilit depan, samping, atau pun belakang. Disesuaikan dengan bentuk wajah.40
Busana yang ada dalam rubrik mode majalah Ummi adalah busana muslimah yang selalu mengikuti trend atau mode yang berkembang saat ini tanpa melanggar aturan busana yang sesuai dengan syariat Islam. Baik detail serta motif dan bentuknya. Busana muslimah dibuat sesuai dengan kaidah atau aturan syariat Islam. Jadi bisa dikatakan bahwa busana muslimah yang ada di rubrik mode majalah Ummi adalah termasuk dalam kategori busana muslimah masa kini yaitu busana yang mengikuti trend dan mode.
40
http://www.google.kompas.com/2006/04/17/keanggunan busana muslimah. diakses pada Kamis 24 maret 2011, pukul 10.35 WIB.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAJALAH UMMI A. Sejarah Singkat Majalah Ummi Banyak sekali majalah wanita yang membidik kaum ibu muslimah di tanah air, tapi yang bertahan cukup lama dan bisa menunjukkan eksistensinya sebagai „market leader‟ di bidangnya hingga hari ini adalah majalah Ummi. Dengan menampilkan topik-topik yang hangat dan aktual, majalah Ummi senantiasa setia mengunjungi pembacanya setiap bulannya. Banyak tips praktis yang bisa kita dapatkan terutama bagi para wanita dengan segala macam permasalahannya. Kelahiran majalah Ummi pada mulanya digagas oleh Dadi Kusradi (Pemimpin Umum), dan Dwi Septiawati (Pemimpin Redaksi). Dadi dan Septi adalah pasangan suami-istri yang konsen pada dakwah. Mereka melihat ada kekosongan di segmen remaja Islam. Akhirnya mereka bernisiatif untuk menerbitkan majalah di segmen remaja Islam. Dwi septiawati merupakan alumnus Universitas Negeri Jakarta Jurusan Bahasa Arab dan Dadi dari fakultas Ekonomi Universitas Krisna Dwipayana Jakarta. Pada dasarnya tidak lepas dari belum adanya bacaan alternatif majalah Islam pada tahun 1989. Waktu itu hanya ada majalah Amanah. Kebetulan waktu itu, pengajian dikampus mulai marak. Dan dengan landasan pemikiran satu alternative bacaan pada muslimah terbitlah Majalah Ummi pada bulan April 1989 dengan no. SIUPP 558/SK/Menpen/SIUPP/1998 tanggal 25 September 1998. Selain itu tentu saja untuk mengambil peluang pasar dimana waktu itu sudah banyak diadakan kajian-kajian keislaman di kampus. Kehadiran majalah
39
40
Ummi sebagai majalah Islam dengan formulanya yang ringan, tidak profokatif hadir sebagai salah satu alternative bacaan yang cukup diminati.1 April 1989 untuk pertama kalinya majalah Ummi hadir sebagai pelopor terbitnya media yang dipersembahkan untuk para muslimah dan keluarga muda. Cakupan sebaran di seluruh Indonesia hingga ke luar negeri. Sejak awal didirikan hingga kini, Ummi memiliki misi mencetak individu-individu yang shaleh dan shalehah, sebagai komponen utama keluarga, masyarakat dan bangsa yang tentram dan bahagia. Majalah, seperti media massa lainnya, mampu menyebarkan informasi dengan luas. Namun, sedikit berbeda dengan media lain, biasanya sebagian besar majalah terfokus pada masalah atau segmen tertentu. Segmen majalah Ummi adalah perempuan dewasa, mahasiswi dan ibu rumah tangga. Salah satu majalah perempuan Islam yang banyak dibaca saat ini adalah majalah Ummi . Nama Ummi dipilih dengan alasan karena nama Islam dan bisa langsung diidentifikasi sebagai nama muslimah. Nama Ummi dipilih karena Ummi artinya Ibu, panggilan yang melekat bagi perempuan yang menjadi sasaran pembaca Ummi. Identitas wanita Islami adalah slogan majalah Ummi , karena majalah Ummi menawarkan nilai-nilai Islam. Untuk iklan, Ummi mempunyai kebijakan tersendiri. Majalah ummi hanya menampilkan iklan yang syar‟i harus menutup aurat, dan produk yang diiklankan tidak haram dan syubhat. Media yang dibidani oleh beberapa mahasiswa UI pada tahun 1989 sekarang terbit dengan tiras 85.000 eksemplar. Dari angket yang dilakukan 1
Alamsyah M. Dja’far, “Mengintip Dapur Majalah Islam” , majalah Syir’ah No.57/V/September.
41
Ummi pada bulan maret tahun 2000, 95,6 % pembacanya adalah perempuan dengan tingkat pendidikan PT (52,7 %), SMU (39,9 %) dan sebagian besar berstatus belum menikah (73,3 %). Majalah Ummi hadir semakin “trendi”, semakin diminati masyarakat luas terbukti dari tiras terakhir Ummi pada 2002 telah mencapai angka 80.000-100.000 eksemplar. Dan berdasarkan hasil survey AC Nielsen Research Indonesia, majalah Ummi dibaca oleh 250.000 orang disembilan kota survei dan memasukkan Ummi dalam Top Ten Majalah Bulanan Indonesia.2 Majalah Ummi diterbitkan oleh PT KIMUS BINA TADZKIA yang juga membidani majalah SAKSI dan Annida bernaung dalam satu kantor. Namun, sekarang majalah Ummi dan Annida memiliki kantor tersendiri yang beralamat di Jl. Mede No. 42 Utan Kayu Jakarta Timur 13210. Apa kekuatan UMMI ? menurut Dwi Septiawati – Pemimpin Redaksi Ummi sejak awal Ummi concern pada pemberdayaan perempuan. Menurutnya, perempuan merupakan separo lebih dari jumlah populasi penduduk Indonesia dan pengaruh mereka sangat kuat dalam membentuk sebuah masyarakat yang baik. Untuk itu Ummi mengemban tugas sebagai media akselerator dan dinamisator bagi terbentuknya karakter perempuan shalihah (mar‟atus shalihah), isteri yang taat dan mulia (zaujah muthi‟ah wa karimah) dan ibu pendidik (ummu madrosah). Identitas perempuan Islami adalah motto yang menjadi brand image Ummi. 3
2
Meutia Geumala, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2011. 3 Meutia Geumala, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2011.
42
Keunggulan majalah ini dibanding dengan majalah-majalah bernafaskan islam lainnya adalah selain sudah bertahan selama 22 tahun dan sudah mengalami beberapa pergantian struktur kepemimpinan, majalah Ummi concern kepada tiga bidang pengembangan muslimah yaitu : Mar’ah Shalihah (perempuan shalihat), Zaujah Muti’ah wa Karimah (istri yang taat lagi mulia), dan Ummu Madrosatun (ibu sebagai pendidik anak-anaknya). Ummi juga lebih kental dalam mengupas bahasan-bahasan keislaman, seperti pada rubrik Kajian Qur‟an, Kajian Hadist, Fiqih Wanita, Jejak, Ufuk Luar dan Ufuk Dalam. Setiap rubrik majalah Ummi juga menstimulasi pembacanya untuk intens melakukan amar makruf nahyi munkar. Dengan prospek masa depan yang cerah, berbagai inovasi, termasuk penggarapan rubrikasi, tata letak, pola promosi dan pemasaran terus ditingkatkan untuk membuat Ummi makin mendapat tempat dimasyarakat, khususnya kaum wanita.
B. Struktur Redaksi Majalah Ummi
Dalam 22 Tahun perjalanannya UMMI telah mengalami beberapa kali perubahan susunan redaksi. Secara umum, perubahan susunan dan pergantian personil berjalan secara normal. Sampai tahun 1997, nuansa „laki-laki‟ masih mendominasi susunan majalah UMMI, kini keredaksian UMMI dikelola oleh sebagian besar wanita. Susunan redaksi yang terakhir adalah sebagai berikut : Pemimpin Umum
: Dwi Septiawati
Pemimpin Redaksi
: Meutia Geumala
43
Sekretaris Redaksi
: Adrieana Kartika Wulandari
Redaktur Pelaksana
: Rahmi Rizal
Redaktur
: Aini Firdaus
Reporter
: Ratna Kartika, Nurjanah, Shinta Dewi Indriyani,
Didi
Muardi,
Citra
Septianingtyas Pracetak
: Ahmad Fauzi, Ahmad Topik, Sasono Handito, M. Cheril Irsyan
Konsultan Artistik
: Adhee Muhammad Gumilar
Iklan dan promosi
:
Sherry
Dahlia,
Mawaddah,
Diana
Anwar, Administrasi dan Keuangan
: Reni Anggraeni, Purnama, Eka Puja Linuih
Sirkulasi dan Distribusi
: Nur Hamzah Bakri, Rudi Haryadi, Supriyadi, Dedi Setiawan, Pamudji Marga
Penagihan
: Yuliana hermawati, Ovi Alamsyah
SDM & Umum
: Joko Witoro, Satiri Hasan, Fitri Soraya
TI
: Rizqul Akbar
Alamat Redaksi Jl. Mede No. 42 A Utan Kayu Jakarta timur 13210 Telp: (021) 8193242 (Hunting), Fax : (021) 8580569 Email :
[email protected]
44
C. Visi dan Misi Majalah Ummi Adapun visi dari majalah Ummi adalah menjadi media wanita islami bermutu dan berpengaruh dalam pembentukan karakter wanita, masyarakat dan bangsa dengan oplah dan sebaran yang signifikan. Sedangkan misi dari majalah Ummi adalah : 1. Media akselerator dan dinamisator bagi terbentuknya wanita shalihah (mar’atus shalihat). 2. Media akselerator dan dinamisator bagi terbentuknya istri yang taat (zaujah mut’iah). 3. Media akselerator dan dinamisator bagi terbentuknya ibu yang pendidik (ummu madrosah).
D. Rubrikasi Majalah Ummi
Rubrikasi Ummi Reguler beragam. 46% rubrik untuk perempuan secara umum, 26% khusus Ibu dan Rumah Tangga, 4 % untuk para ayah; 25 % untuk anak.
4
beberapa rubrik yang ada seperti Kesehatan, Klik, Ufuk Luar, Ufuk
Dalam, berbagai rubrik konsultasi, Media Kita, Obrolan, hanya ada di Ummi regular, sementara rubrik yang ada di Ummi spesial adalah sebagai berikut :
4
Meutia Geumala, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2011.
45
Tabel 4: Rubrikasi Majalah Ummi
Telaah
Oase
Keluarga
Supporting
(Rubrik Bahasan
(Rubrik Pengetahuan
(Rubrik Untuk
(Rubrik
Utama)
Keislaman)
Keluarga)
Pendukung)
Fenomena
Psikologi
Syariah
Kesehatan
Galeri
Fiqih
Inspirasi
News
Perempuan
Tips
Biblio
Mutiara
Profesional
Mode
Islam
Samara
Cerpen
Tafsir Qur‟an
Permata
Dekor
Quiz
Tafsir Hadits
Hati
Food
Opini
Problema
Kalkulasi
Inspirasi
Uswah
Resep
Etalase
Perempua
Buka Hati
Kisah Sejati
Keterampila
Fit & Fresh
Jelajah
n
&
Place
n
What‟s On
E. Sekilas Tentang Rubrik Mode Majalah Ummi 1. Pelaku Produksi Sebagai majalah muslimah tentu Ummi tidak akan bisa lepas dari kebutuhan pembacanya akan pakaian. Pembaca pun banyak yang mengirimkan pertanyaan seputar cara berpakaian yang Islami. Karenanya Ummi menempatkan
46
rubrik „Sketsa‟ di Ummi Reguler sebagai alternatif kreasi busana untuk muslimah, juga rubrik „Mode‟ pada Ummi Spesial yang menampilkan busana dengan tema-tema ready to wear. Setiap edisi rubrik ini selalu menampilkan tema yang berbeda. Kalaupun ada kemiripan tema, itu mungkin terjadi setelah beberapa tahun. Itupun dengan konsep, tampilan dan bahan yang berbeda. Dalam rubrik Mode majalah Ummi sangat memperhatikan penutupan aurat dari atas sampai bawah, seperti : rambut, wajah, dada, pergelangan tangan, kaki atau kelonggaran pakaian. Jilbab harus dibawah dada, harus berkaos kaki, tidak bercelana panjang, dll. Semua busana yang ditampilkan dalam rubrik mode adalah busana yang diproduksi dari butik klien majalah Ummi yang credit title-nya dimuat dirubrik tersebut. Pada edisi ini busana yang dipakai adalah busana produksi milik Studio 55. Rubrik mode merupakan rubrik pendukung. Karena itu porsi untuk tampilan fesyen memang tidak terlalu besar Ummi tayangkan, karena Ummi lebih fokus pada bahasan yang menambah wawasan muslimah sehingga mereka bisa mengaplikasikan diri sebagai Mar’ah Shalihah (perempuan shalihah), Zaujah Muti’ah wa Karimah (istri yang taat lagi mulia) dan Ummu Madrosatun (ibu sebagai pendidik anak-anaknya), lagipula iklan-iklan yang ada di majalah Ummi sudah sangat mewakili tren fashion terkini. Jadi salah satu alasan tim redaksi mengemas pesan dakwah melalui rubrik mode adalah karena semua rubrik harus mengacu pada visi dan misi majalah Ummi.
47
Secara umum karakteristik dan tujuan dari rubrik mode sendiri adalah :
Rubrik Sketsa (Ummi Reguler)
Rubrik Mode (Ummi Spesial)
Karakteristik
Menampilkan berbagai pilihan sketsa rancangan busana muslimah untuk berbagai suasana, disesuaikan dengan tren busana perempuan terkini.
Menampilkan berbagai pilihan rancangan busana muslimah dengan konsep Ready to wear.
Tujuan
Memasyarakatkan busana muslimah yang Syar‟i sebagai busana wajib muslimah, namun tetap trendy dan menarik.
2. Objek Produksi Objek Produksi dari rubrik mode ini adalah Perempuan Dewasa, Mahasiswi dan Ibu Rumah Tangga. Daya serap pembaca Ummi yang sebagian besar Ibu Rumah Tangga begitu tinggi, baik sebagai distributor pakaian atau pemakai langsung. Intinya busana muslimah begitu diminati oleh pembaca Ummi. Hal ini terbukti dari tanggapan pembaca yang beragam mengenai rubrik mode, tetapi rata-rata menanggapi dengan positif. Terutama pembaca yang berterimakasih karena saat mereka membutuhkan alternatif busana tertentu, bertepatan Ummi menampilkannya. Dan banyak juga pembaca yang memesan agar busana dengan desain tertentu yang mereka butuhkan ditampilkan di rubrik mode edisi selanjutnya.5
5
Meutia Geumala, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi, Wawancsara Pribadi, Jakarta, 20 April 2011.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Semiotika Pada Foto 1. Foto ini bertemakan “ Bright Up Your Look “ Happy Working Day. Foto ini diambil di studio 55. Foto ini menceritakan tentang seorang muslimah yang terlihat enjoy dengan busana gamis yang ia kenakan saat bekerja.
48
49
a. Ikon Foto ini bisa dikategorikan dalam foto bertipe social and environment yaitu foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya. Ikon yang terlihat dalam foto ini adalah seorang wanita yang berdiri di jalan di daerah pekantoran. Gambar dalam foto ini menunjukkan seorang wanita yang memakai gamis berwarna biru turquis yang memberikan kesan elegan saat dipakai. b. Indeks Warna dasar background dari foto ini adalah abu-abu dengan latar daerah perkantoran, sementara warna gamis biru turquis. Menurut tim mode majalah Ummi, warna gamis biru turquis yang dikenakan model dipilih karena warna itu menonjolkan unsur kalem, ditambah dengan aksen border dan friil di bagian bawah memberikan kesan elegan.1 c. Simbol Simbol dalam foto ini adalah teks yang bertuliskan menggunakan gamis biru turquis saat bertemu klien, memberi kesan elegan, ditambah perpaduan aksen border dan frill di bagian bawah. Warna yang digunakan dalam penulisan teks adalah warna hitam. Yang berarti ketegasan. Selain itu dalam foto ini tampak seorang wanita yang tampil cantik dengan busana gamis untuk kerja. Dengan kata lain, foto ini adalah simbol atas busana muslimah atau gamis yang sesuai dengan ajaran Islam. Dan pengguna busana tersebut
1
Hasil wawancara pribadi dengan Tim Mode Majalah Ummi, Jakarta 20 April 2011.
50
mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana. Tabel 5. Hasil Analisis Foto 1 dengan tema “Bright Up Your Look’’ Happy Working Day dengan Teori Peirce
Ikon
Indeks
Simbol
Gambar wanita yang berdiri di daerah perkantoran yang menandakan wanita ini wanita karir.
Warna gamis biru turquis yang dikenakan oleh model memperlihatkan unsur kalem.
Teks warna hitam yang ada dalam foto melambangkan ketegasan. Sementara penggunaan gamis mencerminkan seorang muslimah yang taat pada ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
Foto ini memberikan pengertian bahwa agama tidak pernah melarang manusia untuk mengikuti mode karena mode dan seni adalah salah satu pengejawantahan dari budaya, sedangkan budaya adalah bagian primer dari kehidupan manusia. Mode tidak lebih dari sarana untuk mencapai kesempurnaan tampilan seseorang, bukan tujuan utama dan sesungguhnya busana muslimah atau gamis adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna busana tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
51
Busana gamis biru turquis termasuk salah satu busana muslimah. Busana muslimah merupakan pakaian untuk wanita, sebagai penutup aurat wanita dimana wajib hukumnya untuk wanita muslimah menutup auratnya, dalam hal ini busana muslimah bergaya gamis merupakan pakaian budaya arab. Gamis biru turquis dengan motif border dan friil dibagian bawah membuat tampilan menjadi anggun, modis dan elegan. Sebagai pribadi yang dinamis dan feminin untuk mendukung si pemakai tetap elegan ketika harus tampil formal saat bertemu klien. Foto busana muslimah ini terlihat simpel namun memberikan kesan yang indah dan menarik. Selain itu juga penggunaan background mempertegas dan mendukung suasana. 2. Foto ini di ambil pada akhir bulan oktober 2010. Berlokasi di studio 55. Terdapat gambar seorang wanita yang sedang duduk sambil memangku laptop. Menggunakan busana gamis dengan aksen kotak dan memakai jilbab biru dengan kombinasi putih. Dalam foto ini terdapat tulisan pada bagian atas “ Bright Up Your Look” Happy Working Day. Sedangkan pada bagaian bawah foto terdapat tulisan “ It’s meeting time! Aksen kotak pada balutan busana kerja memberi kesan feminin dengan bahan corduroy tidak perlu khawatir terlihat gemuk.
52
53
a. Ikon Foto ini menggambarkan wanita yang sedang sibuk dengan laptopnya. Dalam foto ini tampak seorang wanita yang sedang duduk dikursi dengan memangku sebuah laptop. Ikon dalam foto ini adalah wanita yang sedang duduk dengan menggunakan busana gamis dengan aksen kotak pada busana balutan kerja yang terbuat dari bahan corduroy. b. Indeks Foto ini bertempat dalam studio yang di sulap seperti butik. Hal ini terlihat dari background foto pada dinding terlihat gambar-gambar kebaya. Warna terang pada background menurut tim redaksi digunakan untuk memberi efek cerah pada busana gamis yang digunakan
model.
Serta
warna
teks
kuning
dipilih
untuk
menggambarkan keceriaan.2 c. Simbol Pesan yang disampaikan dalam foto ini adalah sebagai muslimah kita harus bisa berusaha untuk berpakaian rapi, bersih, modis dan yang terpenting menutup aurat. Jilbab disini selain untuk menutup aurat, jilbab bisa juga sebagai perhiasan yang berfungsi melindungi dari lelaki mata keranjang atau lelaki yang matanya suka jelalatan. Foto ini memperlihatkan seorang wanita yang sedang duduk dengan memangku laptopnya dengan menggunakan busana muslimah bergaya gamis dengan bahan corduroy dengan aksen kotak, menjadikan si pemakai busana terlihat anggun dan indah hingga tidak perlu khawatir
2
Hasil wawancara pribadi dengan Tim Mode Majalah Ummi, Jakarta 20 April 2011.
54
terlihat gemuk karena aksen kotak pada gamis ini menyamarkan bentuk tubuh kita. Tabel 6. Hasil Analisis Foto 1 dengan tema “Bright Up Your Look’’ Happy Working Day dengan Teori Peirce
Ikon
Indeks
Simbol
Wanita yang sedang duduk dengan menggunakan busana gamis dengan aksen kotak pada busana balutan kerja yang terbuat dari bahan corduroy.
Backgrond dengan warna terang digunakan untuk memberikan efek cerah. Tulisan teks warna kuning digunakan untuk memberi efek ceria.
Maksud digunakan gamis dengan aksen kotak dari bahan corduroy adalah untuk menyamarkan kegemukan.
foto ini memberikan gambaran kepada para wanita karir bahwa saat bekerja dengan menggunakan busana gamis tidak akan kelihatan gemuk. Hal ini dikarenakan foto 2 pada busana muslimah bergaya gamis dengan bahan corduroy dengan aksen kotak, menyamarkan kegemukan. Sehingga pemakai terlihat anggun dan tidak perlu khawatir terlihat gemuk. Busana gamis ini menutupi semua aurat dan bisa dikatakan busana yang normatif, syar‟i, namun tetap modis. Sebagai muslimah kita harus bisa berusaha untuk berpakaian rapi, bersih, modis, dan yang terpenting menutup aurat.
55
Makna jilbab sendiri sebagai simbol keagamaan, fungsinya untuk menutup rambut wanita. Jilbab berwarna biru dengan kombinasi putih ini dinamakan jilbab stylist, membuat sebuah tampilan terlihat modis, anggun dan fashionable. 3. Foto yang masih bertemakan sama yakni “ Bright Up Your Look” Happy Working Day ini menceritakan rutinitas yang padat dalam suasana kantor. Lokasi dan foto masih bertempat di studio 55. Foto ini diambil pada akhir bulan oktober, tahun 2010.
56
a. Ikon Ikon dalam foto ini seorang model bernama Sandra yang sedang mengangkat telfon di dalam ruangan kantor. Posisi duduk menyerong ke kanan dengan kaki menyilang. Mengenakan busana muslimah dengan gaya gamis aksen asimetris dibagian dada dan lengan. b. Indeks Latar belakang gambar foto ini adalah suasana ruangan kantor. Dimana kantor adalah tempat untuk bekerja. Background di dominasi dengan warna hitam yang menandakan ketegasan. c. Simbol Simbol pada gambar ini adalah teks yang bertuliskan rutinitas padat tetap elegan saat menggunakan katun patchwork. Aksen simetris di bagian dada dan tangan memberikan kesan smart cocok digunakan untuk wanita aktif. Dalam teks tersebut dipilih warna putih. Selain agar mudah dibaca, warna putih juga menandakan kesucian. Tabel 7. Hasil Analisis Foto 1 dengan tema “Bright Up Your Look’’ Happy Working Day dengan Teori Peirce
Ikon
Indeks
Simbol
Seorang model bernama Sandra yang mengenakan busana muslimah dengan gaya gamis aksen asimetris dibagian dada dan lengan.
Latar belakang gambar foto ini adalah suasana ruangan kantor. Dimana kantor adalah tempat untuk bekerja. Background di dominasi dengan warna hitam yang menandakan
Simbol pada gambar ini adalah teks yang bertuliskan rutinitas padat tetap elegan saat menggunakan katun patchwork. Aksen simetris di bagian dada dan tangan memberikan kesan smart cocok
57
ketegasan.
digunakan untuk wanita aktif. Dalam teks tersebut dipilih warna putih. Selain agar mudah dibaca, warna putih juga menandakan kesucian.
Dalam foto ini jelas sekali disini terbukti bahwa busana muslimah tidak menghalangi pemakainya untuk aktif dalam berbagai pekerjaan. Apapun profesinya, kapanpun dan dimanapun. Dengan memakai busana muslimah selain untuk menutup aurat, kita juga masih tetap bisa terlihat elegan, anggun, cantik dan modis. Busana muslimah dengan gaya gamis berbahan katun patchwork dengan aksen asimetris dibagian dada dan lengan memberikan kesan smart bagi pemakainya. Warna biru keabu-abuan dengan motif polos, membuat tampilan wanita muslimah menjadi feminin, elegan dan anggun. Dengan make up ringan membuat pemakai tampak terlihat cantik natural. Dari sinilah terlihat jelas bahwa kaum muslim di Indonesia makin memperhatikan tata cara berbusana dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya, banyak orang ragu untuk menggunakan busana muslim. Kesan kolot, ketinggalan zaman alias kuno hingga tak modis. Beberapa perusahaan pun mengeluarkan larangan berjilbab bagi karyawati. Belakangan ini, keraguan itu berangsur mencair. Saat ini busana muslimah akan selalu berkembang variasinya sejalan dengan
58
permintaan masyarakat yang tinggi sehingga menghasilkan kreasikreasi baru. Kini jilbab pun mengalami perkembangan trend dan mode. Contohnya kerudung dengan gaya tulban kombinasi seperti pada foto ini, yang pada saat ini banyak ditiru oleh wanita muslimah, karena si pemakai terlihat lebih cantik, anggun, dan dengan cara membentuk kerudung
dasar
biru
keabu-abuan
menjadi
segetiga
dan
dikombinasikan dengan kerudung berwarna krem. 4. Foto ini dimuat oleh majalah Ummi pada bulan november 2010 – Januari 2011. Dalam teks dijelaskan bahwa gamis berbahan katun dengan kerah lebar di bagian dada menemani jam istirahat anda pada siang hari. Tambahan aksen patchwork di dada memberi kesan “work style” pemakainya. Foto ini diambil di studi0 55.
59
a. Ikon Dari foto diatas, penyusun melihat bahwa foto tersebut secara kualitas dapat menggambarkan busana kerja yang sedang diinginkan oleh wanita muslimah. Oleh karenanya foto diatas, lewat teori semiotika Peirce, dapat disebut ikon. Bagi penyusun foto tersebut merupakan foto jurnalistik bertipe people in daily news yaitu foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita, yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok yang menjadi berita itu, bisa kelucuannya, nasib, dan sebagainya.3 Foto ini memperlihatkan seorang wanita yang berdiri di jalan sedang menerima telfon, ikon dari foto ini adalah busana gamis berbahan katun yang berwarna merah. b. Indeks Warna merah pada gamis merupakan indeks dari foto ini. menurut tim mode majalah Ummi warna merah dipilih karena menyamarkan kegemukan, memberikan arti semangat, melambangkan kekuatan dan keberanian. Penempatan wajah dan pose model yang sedang berdiri sangat menarik untuk dilihat. Terlebih warna kulit yang cerah dipadupadankan dengan gamis warna merah yang dipakai model, sehingga mata yang melihat akan langsung tertuju pada model dan gamis dengan aksen patchwork yang dikenakannya. c. Simbol Foto diatas memperlihatkan seorang model dengan busana gamis yang dikenakannya untuk bekerja. Background dengan warna agak gelap 3
Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa, (Jakarta, Bumi Aksara, 2004), h. 8-9.
60
dipilih untuk mempertegas suasana dan membuat gamis terlihat lebih cerah. Dalam foto terdapat teks “gamis berbahan katun dengan kerah lebar dibagian dada menemani jam istirahat anda pada siang hari. Tambahan aksen patchwork di dada memberikan kesan „work style’ pemakainya”. Menurut tim redaksi, warna putih cerah pada teks diposisikan di atas gamis warna merah dengan tujuan untuk memperkuat maksud teks, yaitu happy working day. Tabel 8. Hasil Analisis Foto 1 dengan tema “Bright Up Your Look’’ Happy Working Day dengan Teori Peirce
Ikon
Indeks
Simbol
Seorang wanita yang mengenakan busana gamis berbahan katun berwarna merah
Warna merah pada gamis merupakan indeks dari foto ini. menurut tim mode majalah Ummi warna merah dipilih karena menyamarkan kegemukan, memberikan arti semangat, melambangkan kekuatan dan keberanian.
Dalam foto terdapat teks “gamis berbahan katun dengan kerah lebar dibagian dada menemani jam istirahat anda pada siang hari. Tambahan aksen patchwork di dada memberikan kesan „work style’ pemakainya”. Menurut tim redaksi, warna putih cerah pada teks diposisikan di atas gamis warna merah dengan tujuan untuk memperkuat maksud teks, yaitu happy working day.
61
Pada foto ini, subjek memakai busana muslimah gamis dengan warna merah marun, dengan gaya berdiri menyerongkan sisi bahu kiri yang bergaya menerima telfon dan pandangan yang sedikit mendongak ke atas dengan senyum ceria menghias wajah. Busana muslimah bergaya gamis dengan motif polos dan sedikit kotak di bagian dada dan lengan. Terlihat begitu ramping karena warna merah marun yang dipakai memperlihatkan tubuh yang slim dan menyamarkan kegemukan. Busana muslimah tidak pernah menghalangi para pemakainya untuk aktif dalam bekerja dengan profesi apapun, kapanpun dan dimanapun. Hal ini terbukti dari gamis berbahan katun dengan kerah lebar dibagian dada dengan jilbab kombinasi double warna biru turquis dan merah marun dengan kreasi lilitan yang rapi, terlihat fresh dan cantik saat hadir dalam acara-acara formal. sangat cocok untuk menemani jam istirahat kerja, dengan tambahan aksen patchwork dibagian dada menambah kesan “work style” bagi para pemakainya. B. Petanda dan Penanda dalam keempat foto busana muslimah yang terdapat pada rubrik mode majalah Ummi FOTO Foto 1
PETANDA
PENANDA
Petanda dalam foto ini adalah seorang wanita yang berdiri dengan menggunakan gamis dengan tangan kanan menggenggam majalah dan tangan kiri menenteng tas kecil.
Gamis yang digunakan oleh wanita yang ada di foto merupakan busana kerja. Dalam foto wanita ini menggunakan gamis biru turquis saat bertemu klien. Gamis ini menggunakan perpaduan aksen border dan frill di bagian bawah. Hal
62
Foto 2
Petanda dalam foto ini adalah seorang wanita yang sedang duduk dengan memangku laptopnya dengan posisi tangan mengetik diatas keyboard.
Foto 3
Petanda dalam foto ini adalah seorang wanita yang sedang duduk menerima telfon.
Foto 4
Foto ini memperlihatkan seorang wanita dengan mengenakan busana muslimah sedang berdiri sambil menerima telfon dengan memegang sedikit tas yang menggantung ditangan kanan.
tersebut dimaksudkan untuk menambahkan kesan elegan. Penanda dalam foto ini adalah tampak seorang wanita yang duduk memangku laptop dengan menggunakan busana kerja berupa gamis dengan aksen kotak. Aksen kotak pada balutan busana kerja ini menandakan kesan feminin dengan bahan corduroy membuat pemakai tidak perlu khawatir terlihat gemuk. Hal ini diperlihatkan dengan hanya seorang wanita yang sedang memakai gamis warna abu-abu sambil mengangkat telfon. Latar belakang dalam foto ini adalah suasana kantor atau meja resepsionis ini juga dapat dijadikan indeks bahwa menggunakan gamis saat bekerja tidak menghalangi pemakainya untuk aktif dalam pekerjaan apapun. Busana muslimah bergaya gamis dengan motif polos dan sedikit kotak dibagian dada dan lengan dengan tambahan aksen patchwork terlihat begitu ramping dikenakan karena warna merah marun yang dipakai memperlihatkan tubuh yang slim dan
63
menyamarkan kegemukan.
C. Makna Menurut Pembaca Untuk mengetahui pandangan pembaca majalah Ummi mengenai keempat foto dalam rubrik mode yang diteliti ini, peneliti menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD). Semua hal yang terdapat dalam foto dibahas secara per poin. Peneliti mengambil peserta dari kampus UIN Syarif Hidayatullah dari 3 fakultas yang berbeda, yakni Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka dalam membaca foto. Berikut adalah rincian peserta FGD: Tabel 9: Peserta Focus Group Discussion Nama
Usia
Fakultas
Nurlaelatul Fajriah
22
FIDIK Jurusan KPI 2007
Eka Kurniawati
22
FIDIK Jurusan KPI 2007
Sita Pradyta N
18
FITK Jurusan PBI 2010
Indri Pangestuti Rahayu
19
FITK Jurusan PBI 2010
64
Fitriani Nur Hasanah
18
FEB Jurusan Akuntansi 2010
Tieneke Syaraswati
18
FEB Jurusan Akuntansi 2010
Diskusi dilaksanakan di bawah pohon rindang (DPR) didepan perpustakaan utama pada tanggal 28 April 2011 pukul 16.00 WIB. Diskusi ini berjalan dengan lancar dan terarah sesuai dengan pembahasan. Usia dan Fakultas yang berbeda tidak membuat adanya perbedaan, semua peserta mengeluarkan pendapatnya, tidak ada yang berkuasa atau hanya diam menerima hasil. Berikut ini merupakan hasil dari FGD: Tabel 10: Makna Menurut Pembaca Komunitas UIN SYAHID Kategor
Nur
Eka
Sita
Indri
Fitriani
isasi
Laelatul
Kurniaw
Pradyt
Pangestut Nur
e
Fajriah
ati
aN
i Rahayu
Syaras
Hasanah
Tienek
wati 1.Jilbab
Bagus,
Sopan dan Ribet
Fashionab
Simpel,
Rapi
menarik
Modis
le
Menarik
dan Bagus
2.Busana Cocok
Cocok
Buat
Cocok
Cocok
Gamis
untuk
kerja
untuk
untuk
pesta dan bekerja
dan
pesta dan bekerja
bekerja
pesta
bekerja
untuk
dan pesta
Bekerja
65
3.Warna
Cukup
Cukup
Warna
Gamis
menarik
bagus.
oke dan dan cerah. cerah
dan
dan tidak Warna
menari
Warna
melamban norak
Maknan
terlalu
k.
biru
gkan
ya
mencolok. melamban maknan
biru
Menarik
Warna
Warna tidak
dan
melamban keberania
cocok
Dan
gkan
ya ceria gkan
n,
untuk
maknanya
ketenanga
dan
kedamaia
acara
ketenanga
melamban n. Warna semang
n.
gkan
pink
keabu-
keceriaan
melamban
abuan
gkan
melamban
kelembuta
gkan
n
kecerdasa
sedangkan
n.
merahnya
warna
melamban
merah
gkan
melamban
semangat
gkan
at.
Biru n
dan formal.
intelek
Dan
keberania n
dan
semangat. 4.
Cantik,
Cukup
Biasa
Cocok,
Sepatunya Sepatu
Sepatu
terlihat
elegan
saja
sederhana
manis dan oke.
sederhana
dan
tapi
terlihat
66
tapi
warnanya
elegan
bisa
elegan.
shinny.
masuk ke warna pakaian apa saja. 5. Tas
Tas foto 1 Gambar 1 Tas
Data 1 tas Pada
Tas
lebih
tas cocok terlalu
cocok
gambar
untuk
cocok
untuk
kecil
untuk
pertama
pesta.
untuk
pesta.
lebih
pesta. Dan untuk
ke Dan tas
cocok
data 4 tas pesta.
terakhir
cocok
Sedangka
untuk
untuk
n
kerja.
gambar
pesta, dan Kalau tas
pada gambar ke untuk
foto cocok
4 4
tas pesta.
cocok
Dan
digunakan untuk
pada
untuk
foto
kerja.
pergi
tas
kerja.
untuk
pada kerja.
terakhir 4
untuk bekerja.
kerja. 6. Make Cantik, Up
Bagus,
pas untuk minimalis pergi kantor
Tidak
Make up Terlihat
terlalu
naturalis
ke dan tidak menor
fresh
dan tidak dengan
terlalu
dan
terlalu
eye
menor
cocok
menor.
shadow
Bagus
1
67
7. Jam
Penting
Penting
untuk
warna
kerja
hijau
Penting
banget.
Sangat
Penting
penting
Sangat pantas untuk wanita yang bekerja
8.
Lumay
Lumayan
Kurang
Backgro
an
sesuai
sesuai
und Foto
sesuai
9.
Sesuai
Sesuai
Foto
1 Gambar I Foto
I Karyawan
Gambara model
pegawai
desaine
n Profesi majalah.
kantor.
r. Foto Sekretaris
yang
Foto
II Gambar II II
sesuai
ibu rumah ibu rumah manage
dengan
tangga.
busana
Foto
yang
ibu rumah III
tangga. III Gambar
dikenaka tangga n
dan
pegawai
foto kantor.
,
,
Dosen,
dan
Busines
r salon Woman atau desaine r. Foto III
IV
Dan
resepsi
pegawai
gambar
onis.
kantor
IV
Dan
Sesuai.
Karyawati Karyaw an dan Dosen
68
pegawai
foto IV
kantor
ustadza h
10.
Cocok
Cocok
Lumay
Sesuai
Cocok
No
Tema
karena
karena
an
karena
comme
bright up sesuai
happy
sesuai
cocok
nt
your
dengan
working
dengan
look
tampilan
day
foto
11.
Bekerja
Yang
Yang
Yang
Memakai
Cocok
Gambara dengan
ceria
simpel
ceria
busana
karena
n happy penuh
tapi
tanpa
yang
terlihat
working
semangat
nyaman
tekanan
berwarna
sibuk
day
dan tanpa
cerah
beban
dengan motif menarik
12.
Bekerja
Kerja
Yang
Ada
Memakai
Makna
yang
yang
pakai
aturan
baju yang sesuai
kerja
mempuny
memiliki
seraga
keterikata
rapi
formal
ai
m,
n
dan
resmi
resmi dan tetap
terjadwal
dan
serius
aturan jadwal
serius
tapi pekerja
kerja, terlihat
elegan
Busana
an
69
Nur Laelatul Fajriah dan Eka Kurniawati mahasiswi FIDIK UIN ini memaknai jilbab sesuai dengan hasil wawancara bahwa jilbab yang digunakan oleh model yang ada difoto tersebut terkesan simpel tapi modis, dengan pakaian yang sopan dan menutup aurat sangat cocok dan nyaman dipakai untuk bekerja. Seorang muslimah sudah seharusnya berpakaian yang menutup aurat. Make up yang begitu minimalis dan tidak terlalu menor sangat pas dengan warna-warni gamis cerah yang dikenakan model. Warna gamis cerah yang melambangkan keceriaan dan semangat. 4 Pada foto I menurut Nur dan Eka tas yang dikenakan lebih cocok digunakan untuk pesta hal ini karena bentuknya yang kecil. Sementara pada foto 4 tas lebih cocok untuk bekerja. Tampilan jilbab dengan payet dibagian atas, sepatu yang elegan membuat tampilan sangat cantik. Profesi yang sesuai dengan keempat foto tersebut adalah ibu rumah tangga, sekretaris, pegawai kantor atau bisa juga seorang desainer. Penggambaran happy working day sangat pas dengan foto karena disitu menggambarkan keceriaan. Sementara itu menurut Sita Pradyta N dan Indri Pangestuti Rahayu dari FITK UIN mereka memaknai gaya berjilbab yang fashionable dan warna gamis yang soft dan cerah melambangkan ketenangan, kepercayaan dan semangat. Make up yang naturalis dengan background sesuai dengan foto, sepatu yang elegan dan tas yang bagus yang bisa dikenakan untuk pesta dan kerja, semua terlihat sederhana tapi tetap elegan. Busana gamis yang sangat cocok digunakan untuk bekerja, sangat sopan dan menutup aurat. Modis namun
4
Nur Laelatul Fajriah dan Eka Kurniawati, Mahasiswi FIDIK UIN, Wawancara Pribadi, Jakarta, 28 April 2011.
70
tetap syar‟i membuktikan busana muslimah tidak menghalangi gerak wanita muslimah dalam bekerja. 5 Menurut mereka penggambaran profesi yang sesuai dengan keempat foto ini adalah seorang desainer, sekretaris atau resepsionis, dosen, karyawan atau busines woman. Dalam memaknai keempat foto ini lain lagi dengan mahasiswi FIDIK dan FITK, Fitriani Nur Hasanah dan Tieneke Syaraswati mahasiswi FEB ini memaknai busana gamis yang digunakan sangat cocok untuk bekerja. Warna biru yang berarti kedamaian, warna merah melambangkan keberanian dan warna kalem yang membuat penampilan bertambah smart. Dengan sepatu yang manis dan terlihat shinny, make up yang fresh dengan eye shadow warna hijau memberi kesan elegan.6 Cara pemakaian jilbab yang bagus, rapi, simpel namun tetap menarik, background yang cerah sesuai dengan foto dan penggambaran happy working day. Pemakaian tas pertama lebih pantas dikenakan untuk ke pesta dan pemakaian tas kedua cocok dikenakan untuk bekerja. Busana dan jilbab yang dikenakan begitu modis dan trendy sangat cocok untuk acara formal dan digunakan bagi wanita aktif. Profesi yang sesuai untuk keempat foto ini adalah karyawati, dosen, pegawai kantor dan ibu rumah tangga. Kemudian dari hasil pemikiran setiap peserta, lalu kami kelompokkan menurut fakultas masing-masing, lalu kami mendiskusikan kembali dan 5
Sita Pradyta N dan Indri Pangestuti R, Mahasiswi FITK UIN, Wawancara Pribadi, Jakarta, 28 April 2011. 6 Fitriani Nur Hasanah dan Tieneke Syaraswati, Mahasiswi FEB UIN, Wawancara Pribadi, Jakarta, 28 April 2011
71
menemukan kesepakatan bersama tentang makna tiap foto yang ada dalam rubrik mode majalah Ummi. a. Foto 1 Foto ini mempunyai background di depan daerah perkantoran. Warna busana gamis yang digunakan model adalah biru turquis, begitu pula dengan jilbab biru turquis yang dikombinasikan dengan warna putih membuat tampilan menjadi cantik. Warna gamis yang cukup cerah dan menarik ini melambangkan ketenangan, kedamaian dan kepercayaan. Adapun aksesoris yang digunakan oleh model seperti jam diartikan untuk mengingatkan kita tentang betapa pentingnya waktu dalam kehidupan kita. Sedangkan tas digunakan untuk menaruh dompet, make up dan lain sebagainya. Profesi yang cocok untuk gambar pada foto ini adalah sebagai karyawan, manager atau dosen. Pada gambar ini dengan menggunakan gamis biru turquis dengan perpaduan aksen bordir dan frill dibagian bawah ini meskipun sangat sederhana tapi memberikan kesan yang elegan saat digunakan untuk menemui klien, atau untuk mengajar. b. Foto II Model pada foto ini menggunakan gamis biru muda dari bahan corduroy dengan aksen kotak ini sangat cantik dan cocok digunakan untuk bekerja. Memberikan kesan yang begitu soft, dan kelihatan bersemangat. Dengan background seperti suasana di butik mengesankan profesi yang cocok pada gambar ini adalah seorang desainer, atau busines women. Pemakaian
72
jilbab yang begitu mudah namun tetap menunjukkan gaya berjilbab yang modis dan cantik bisa memberikan kesan feminin bagi pemakainya. c. Foto III Pada foto ketiga ini latar atau background yang ditampilkan adalah suasana ruang kantor. Penggunaan busana kerja pada gamis warna biru keabuabuan ini bisa diartikan melambangkan kecerdasan dan intelegen. Dengan make up yang begitu minimalis disertai warna gamis yang kalem dan pemakaian jilbab warna krem dengan aksen payet pada bagian atas sangat cocok digunakan untuk wanita aktif. Meskipun warnanya kalem tapi tetap memberikan kesan elegan. Profesi yang sesuai pada gambar ini adalah seorang sekretaris, pegawai kantor, atau dosen. d. Foto IV dalam foto ini, sang model menggunakan gamis warna merah marun yang dipadu-padankan dengan lilitan jilbab warna hijau tosca. Busana gamis ini bisa dan cocok digunakan untuk ke pesta dan bisa juga digunakan untuk bekerja. Pemakaian jilbab yang trendy dan fashionable, dengan warna merah yang menyamarkan kegemukan, memberi arti semangat, melambangkan kekuatan dan keberanian. Selain itu juga gamis berbahan katun dengan kerah lebar di dada dengan tambahan aksen patchwork ini memberikan kesan “work style” bagi pemakainya. Hasil dari diskusi dengan pembaca majalah Ummi yakni adanya kesamaan dalam memaknai foto-foto tersebut, bahwa pemakaian busana kerja tidak harus ketat dan seksi. Kita bisa menggunakan busana-busana muslimah
73
seperti gamis ini untuk bekerja. Busana muslimah tidak menghalangi para pemakai untuk bekerja. Hal ini terbukti dizaman sekarang para desainer tertarik untuk membuat busana muslimah dengan gaya gamis yang dimodifikasi dengan aksen yang natural tidak terlalu berlebihan dari segi warna maupun motif. Sehingga pemakaian busana muslimah yang disertai pemakaian jilbab dengan kreasi lilitan dapat memberikan kesan rapi, terlihat fresh, dan cantik saat hadir dalam acara-acara formal. Selain itu juga memberikan makna trendy, fashionable, modis tapi tetap syar‟i.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari temuan dan hasil analisis data dari empat foto-foto busana muslimah pada majalah Ummi yang bertemakan bright up your look day busana kerja bergaya gamis modern edisi spesial November 2010 - Januari 2011 adalah keempat foto meninggalkan pesan atau arti yang bermakna. Keempat foto penulis sajikan dengan menggunakan analisis semiotika yang berdasarkan objeknya membagi tanda atas ikon, indeks dan simbol. Kemudian penulis juga menyajikan foto dengan petanda dan penanda serta makna menurut pembaca. Ikon dalam keempat foto busana muslimah yang terdapat dalam majalah Ummi adalah seorang wanita yang sedang mengenakan gamis dengan berbagai macam warna dengan pose yang berbeda-beda. Sementara indeks dalam keempat foto tersebut adalah berbagai background dan teks tulisan happy working day serta warna-warni gamis yang ada dalam foto tersebut. Dan simbol yang terdapat dalam keempat foto yang diteliti
bahwa foto tersebut memberikan pengertian bahwa
agama tidak pernah melarang manusia untuk mengikuti mode karena mode dan seni adalah salah satu pengejawantahan dari budaya, sedangkan budaya adalah bagian primer dari kehidupan manusia. Mode tidak lebih dari sarana untuk mencapai kesempurnaan tampilan seseorang, bukan tujuan utama dan sesungguhnya busana muslimah atau gamis adalah 74
75
busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna busana tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana. Petanda dalam keempat foto busana muslimah tersebut adalah seorang model yang bernama Sandra dengan berbagai pose seperti sedang berdiri dengan gaya sedang memegang sedikit tas yang menggantung ditangan kanan, sedang duduk memangku laptop atau gaya resepsionis yang sedang menerima telfon. Sementara penanda dalam keempat foto ini adalah gamis yang digunakan dalam keempat foto tersebut merupakan busana kerja. Gamis dengan berbagai macam warna seperti merah, abuabu, dan biru ini menggunakan aksen border dan friil, patchwork, dan aksen kotak ini menandakan menggunakan gamis saat bekerja tidak menghalangi pemakainya untuk aktif dalam pekerjaan apapun. Makna menurut pembaca majalah Ummi bahwa pemakaian busana gamis pada saat bekerja sangat cocok. Tidak menghalangi para pemakai untuk bekerja. Gamis juga bisa dikenakan untuk wanita aktif. Pemakaian busana kerja tidak harus ketat dan seksi. Kita bisa menggunakan busanabusana muslimah ini untuk bekerja dengan disertai pemakaian jilbab dengan kreasi lilitan yang dapat memberikan kesan rapi, terlihat fresh, dan cantik saat hadir dalam acara-acara formal. Selain itu juga memberikan makna trendi, fashionable, modis tapi tetap syar’i.
76
B. Saran Kepada Majalah Ummi Adapun beberapa saran yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi majalah Ummi khususnya pada rubrik mode adalah sebagai berikut: 1. Sebagai satu majalah yang concern terhadap dakwah, mempunyai visi dan misi dakwah dan telah berhasil membangun
karakter yang berjiwa islami, maka penulis
berharap majalah Ummi lebih meningkatkan sebagai media dakwah.
Majalah
Ummi
dapat
terus
mempertahankan
eksistensinya terhadap pembacanya, terutama para profesioanal muda. Selain itu majalah Ummi juga bisa memberikan informasi lagi secara lebih lengkap tentang ilmu pengetahuan, agama, serta mode. 2. Majalah Ummi harus mempertahankan tampilan busana muslimah yang anggun, elegan dan indah dengan motif yang sederhana agar bisa menjadi inspirasi bagi semua kalangan, tidak
hanya
kalangan
menengah
keatas
namun
tetap
mendahulukan busana yang normatif dan syar’i. Pada rubrik mode perlu dikembangkan terus upaya mendesain busanabusana muslim yang senantiasa kreatif, fungky, modis dan tidak ketinggalan zaman agar para pemakainya juga asyik dan tetap percaya diri dalam mengenakannya karena terus mengikuti trendnya.
77
3. Fotografer dalam melakukan pengambilan gambar, agar lebih memperhatikan dan memainkan cahaya dan warna serta angel yang akan diambil, agar hasil yang didapatkan terlihat lebih bagus dan foto-foto tersebut bisa disesuaikan dengan jiwa remaja dan ibu-ibu muda. Kepada Para Pembaca Majalah Ummi 1. Bagi para pembaca majalah ummi, hendaknya dalam berbusana tetap mengedepankan batasan-batasan aurat yang telah diatur dalam ajaran Islam, serta tidak memakai baju-baju yang tidak menutup aurat (kecuali wajah dan telapak tangan), ketat, dan transparan atau tembus pandang. 2. Untuk tampil fungky tidak mesti mengikuti trend-trend yang seronok. Masih banyak rancangan busana gaul dan modis tapi tetap islami. Dalam artian fungky tapi syar’i. 3. Kepada segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah, khususnya para mahasiswi, harus lebih cerdas dalam memaknai atau memakai busana muslimah sebagai identitas umat Islam. Banyaknya model busana muslimah yang ditawarkan dipasaran secara tidak langsung menuntut kita untuk berlaku lebih bijak dalam memilih model busana.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Baghdadi, Abdurrahman, Da’wah
Islam dan Masa Depan Umat,
Bangil : Al-Izzah, 1997. Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Jakarta : Logos, 1999. Arifin, Bey, Terjemah Sunnah Abu Daud, Semarang : CV Asy Syifa, 1993. Arikunto, Suhairsimi, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bhineka Cipta, 1996. Bahreisyi, Salim, Terjemahan Riyad Ash Shalihin, Bandung : Al-Ma’arif, 1987. Bakry, Nazar, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, Jakarta : CV. Pedoman, 1994. Beny, H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Depok : Komunitas Bambu, 2011. Birowo, M. Antonius, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Budiman, Kris, Ikonisitas : Semiotika Sastra dan Seni Visual, Yogyakarta : Buku Baik, 2005. ________________, Semiotika Visual, Yogyakarta : Buku Baik, 2004. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Grafindo Persada, 2008.
78
Jakarta: Remaja
79
Effendi, Kurniawan, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka, 2000. Geumala, Meutia, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi, Wawancara Pribadi, Jakarta 20 April 2011. Ghafur, Waryono Abdul, Tafsir Sosial, Mendialogkan Teks dengan Konsep, Yogyakarta : el Saq Press, 2005. Halomoan, Pappilion, “Membaca Representasi Tubuh Dan Identitas Sebagai
Sebuah Tatanan Simbolik Dalam Media Massa”
(Analisis Semiotik
Majalah Remaja Cewek Kawanku); Tesis
(Jakarta: UI Maret, 2003). Ibrahim, Idy Subandi, Wanita dan Media : Konstruksi Ideologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1998. Komaruddin, Kamus Istilah Skripsi dan Tesis, Bandung : Angkasa, 1985. Kridalaksana, Harimurti, Leksikon Komunikasi, Jakarta : Pradnya Paramita, 1984. Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Prenada Media Group, 2007. Kurniawati, Eka, Nur Laelatul Fajriah, Mahasiswi FIDIK UIN, Wawancara Pribadi, Jakarta 28 April 2011. Malcolm,
Barnard,
Fashion
Sebagai
Mengkomunikasikan Identitas
Sosial,
Gender), Bandung : Jalasutra, 1996.
Komunikasi Seksual,
Kelas
(Cara dan
80
M. Dja’far, Alamsyah, “Mengintip Dapur Majalah Islam,” majalah Syir’ah No.57/V/September. M. Romli, Asep Syamsul, Jurnalistik Praktis : Untuk Pemula, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001. Moeliono, Anto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998. Nurmayasari, Sella, Analisis Semiotika Terhadap Iklan : Hidup Adalah Perbuatan Soetrisno Bachir, Skripsi, Jakarta : UIN, 2009. Pusporini, Trigustia, Analisis Semiotika Fashion Style Majalah Kawanku, Skripsi, Jakarta : UIN, 2008. Rakhmat, Jalaludin, Islam Alternatif, Bandung : Mizan, 1997. Rahayu, Indri pangestuti, Sita Pradyta N, Mahasiswi FITK UIN, Wawancara Pribadi, Jakarta 28 April 2011. Rahmawati, Siti, Analisis Semiotika Terhadap Realitas Simbolik Dalam Karya Foto Jurnalistik ED Zoelverdi, Skripsi, Jakarta : UIN, 2008. Rivers, William L, et.al, Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta : Prenada Media, 2003. Sadhily, Hasan, Ensiklopedia Indonesia Jilid IV, Jakarta : Ichtiar Baru&Hove, 1983. Shihab, M. Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer, Jakarta : Lentera Hati, 2004.
81
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004. Sunardi, ST., Semiotika Negativa, Yogyakarta : Kanal, 2002. Surtiretna, Nina, Anggun Berjilbab, Bandung : PT. Al – Bayans, 1997. Syaraswati, Tieneke, Fitriani Nur Hasanah, Mahasiswi FEB UIN, Wawancara Pribadi, Jakarta 28 April 2011. Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta : Jalasutra, 2008. Untung Yuwono, Cristomy T, Semiotika Budaya, Depok : Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004. Wasito, Wojowasito, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1961. Widjaya, A.W., Komunikasi dan Humas, Jakarta : Bumi Aksara, 1997. Sumber Lain http : // adhe.fashion.blogspot.com. http : // www.facebook.com/group.php http : // www.google.co.id http : // www.google kompas.com/2006/04/17/keanggunan busana muslimah. http : // www.glorianet.org /kolom/ kolomedia.html. http : // www.id.wikipedia.org /wiki/ semiotika. http : // www.id.wikipedia.org /wiki/Roland Barthes. http : // www.lifestyle.okezone.com
Lampiran I WAWANCARA PRIBADI Narasumber
: Meutia Geumala
Jabatan
: Pemimpin Redaksi Majalah Ummi
Tempat dan Tanggal : Kantor Redaksi Majalah Ummi / 20 April 2011. 1. Bagaimana sejarah kelahiran majalah ummi? April 1989 untuk pertama kalinya majalah Ummi hadir sebagai pelopor terbitnya media yang dipersembahkan untuk para Muslimah dan keluarga muda. Cakupan sebaran di seluruh Indonesia hingga ke luar negeri. Sejak awal didirikan hingga kini, Ummi memang memiliki misi untuk mencetak individu-individu shaleh dan shalehah, sebagai komponen utama keluarga, masyarakat dan bangsa yang tentram dan bahagia. Dengan prospek masa depan yang cerah, berbagai inovasi, termasuk penggarapan rubrikasi, tata letak, pola promosi dan pemasaran terus ditingkatkan untuk membuat Ummi makin mendapat tempat di masyarakat, khususnya kaum wanita. Kini Ummi hadir semakin “trendi”, semakin diminati masyarakat luas terbukti dari tiras terakhir Ummi pada 2002 telah mencapai angka 80.000-100.000 eksemplar. Dan berdasarkan hasil survey AC Nielsen Research Indonesia, majalah Ummi dibaca oleh 250.000 orang di sembilan kota survei dan memasukkan Ummi dalam Top Ten Majalah Bulanan Indonesia. Ummi didesain menyajikan artikel yang informatif seperti Bahasan Utama, Mutiara Dakwah, Tafsir Hadist, Tafsir Qur‟an, Kesehatan, Kecantikan, Keuangan, Pangan Halal, Media Kita dan Ufuk, juga artikel lainnya yang penting bagi muslimah. Buah hati pun mendapat suplemen Permata. Serial Anak Islam, halaman Keterampilan dan Kisah yang terkandung di dalam Permata, bisa menjadi ajang diskusi orang tua bersama anak tercinta.
Ummi reguler terbit tanggal 1 setiap bulan. Sedang Ummi spesial terbit tanggal 15 setiap 2 bulan sekali, mulai Januari 2010. Ummi spesial menyajikan muatan isi yang dikupas lebih mendalam, dengan layout spektakuler. Maka, Ummi pas bagi muslimah shalihah, smart dan inspiratif. Selain produk majalah yang kami hasilkan, Majalah Ummi juga memiliki beragam program kegiatan diantaranya mengadakan Road Show Ummi yang berisikan Motivasi/Tausyah/Workshop/seminar dengan beragam tema. 2. Kenapa dinamakan majalah ummi? Nama Ummi dipilih karena Ummi artinya Ibu, panggilan yang begitu melekat bagi perempuan yang menjadi sasaran pembaca Ummi. Dengan membeli Ummi, diharapkan pembaca laksana membeli kebutuhan diri mereka sendiri. 3. Mengapa memilih remaja, profesional muda dan ibu2 sebagai sasaran pembaca? Sasaran pembaca Ummi adalah muslimah dengan rentang usia 20 sampai 50 tahun. Rentang usia ini didominasi oleh para perempuan yang sudah menikah. Jadi segmen ummi bukanlah remaja. Sedangkan dari segi pendidikan, Ummi lebih memposisikan bahasannya untuk muslimah berpendidikan, ibu rumah tangga, dan juga ibu bekerja. 4. Apa visi dan misi majalah ummi? VISI : Menjadi media wanita islami bermutu dan berpengaruh dalam pembentukan karakter wanita, masyarakat dan bangsa dengan oplah dan sebaran yang signifikan. MISI : 1. Media akselerator dan dinamistor bagi terbentuknya wanita
shalihah (mar’atus shalihat). 2. Media akselerator dan dinamistor bagi terbentuknya isrti yang taat (zaujah mut’iah). 3. Media akselerator dan dinamisator bagi terbentuknya ibu yang pendidik (ummu madrosah). 5. Bagaimana struktur redaksi majalah ummi? Dalam 22 Tahun perjalanannya UMMI telah mengalami beberapa kali perubahan susunan redaksi. Secara umum, perubahan susunan dan pergantian personil berjalan secara normal. Sampai tahun 1997, nuansa „laki-laki‟ masih mendominasi susunan majalah UMMI. Kini keredaksian UMMI dikelola oleh sebagian besar wanita. Susunan Redaksi terakhir adalah : Pemimpin Redaksi
: Meutia Geumala
Sekretaris Redaksi
: Adrieana Kartika Wulandari
Redaktur Pelaksana
: Rahmi Rizal
Redaktur
: Aini Firdaus
Reporter
: Didi Muardi ,Citra Septianingtyas
6. Bagaimana rubrikasi yang ada di ummi? Rubrikasi Ummi Reguler beragam. 46% rubrik untuk Perempuan secara umum, 26% khusus Ibu dan Rumah Tangga, 4% untuk para ayah; 25% untuk anak. Beberapa rubrik: seperti Kesehatan, Klik, Ufuk Luar, Ufuk Dalam, berbagai rubrik konsultasi, Media Kita, Obrolan, hanya ada di Ummi regular, tidak ada di Ummi Spesial. 7. Apakah ummi sudah memenuhi dakwah bil qolam? Menurut kami ya, karena penggunaan nama “Qolam” merujuk kepada firman Allah SWT, “Nun, perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya” (QS. Al-Qolam:1).
Dalam kegiatan dakwah para mubalig, aktivis dakwah, dan umat Islam pada umumnya, akan sangat efektif jika penyampaiannya melalui media masa. Karena opini publik saat ini sangat dipengaruhi oleh media. Saat ini media masa barat lebih menguasai dunia, sedang media masa Islam kurang kuat gaungnya sehingga dunia kurang terwarnai oleh dakwah Islam. Sudah saatnya umat Islam lebih memperhatikan pembentukan opini melalui media masa ini karena efeknya lebih besar dan massif. Melalui tulisan-tulisan di media massa, kita dapat melaksanakan peran sebagai jurnalis Muslim, yakni sebagai muaddib (pendidik), musaddid (pelurus informasi tentang ajaran dan umat Islam), mujaddid (pembaharu pemahaman tentang Islam), muwahid (pemersatu atau perekat ukhuwah Islamiyah), dan mujahid (pejuang, pembela, dan penegak agama dan umat Islam). Di sinilah dakwah bil qolam melalui majalah Ummi kami laksanakan. 8. Apakah keunggulan majalah ummi dibanding dengan majalah2 bernafaskan islam lainnya? Keunggulannya adalah majalah Ummi konsern kepada tiga bidang pengembangan muslimah yaitu: Mar’ah Shalihah (Perempuan shalihat), Zaujah Muti’ah wa Karimah (istri yang taat lagi mulia) dan Ummu madrosatun (Ibu sebagai pendidik anak-anaknya). Ummi juga lebih kental dalam mengupas bahasan-bahasan keislaman, seperti pada rubrik Kajian Qur‟an, Kajian Hadits, Fiqh Wanita, Jejak, Ufuk Luar dan Ufuk Dalam. Setiap rubrik majalah Ummi juga menstimulasi pembacanya untuk intens melakukan amar makruf nahyi munkar. 9. Apa yang melatar belakangi lahirnya rubrik mode? Sebagai majalah muslimah tentu Ummi tidak akan bisa lepas dari kebutuhan pembacanya akan pakaian. Pembaca pun banyak yang mengirimkan pertanyaan seputar cara berpakaian yang Islami. Karenanya Ummi menempatkan rubrik „Sketsa‟ di Ummi Reguler sebagai alternatif kreasi busana untuk muslimah, juga rubrik „Mode‟ pada Ummi Spesial
yang menampilkan busana dengan tema-tema ready to wear. Namun begitu porsi untuk bahasan fashion seperti ini memang tidak terlalu besar ummi tayangkan, karena Ummi lebih fokus pada bahasan yang menambah wawasan muslimah sehingga mereka bisa mengaplikasikan diri sebagai Mar’ah Shalihah (Perempuan shalihat), Zaujah Muti’ah wa Karimah (istri yang taat lagi mulia) dan Ummu madrosatun (Ibu sebagai pendidik anak-anaknya). 10. Apa visi dan misi rubrik mode? Rubrikasi di majalah Ummi tidak mempunya visi dan misi tersendiri, karena semua rubrik harus merujuk kepada visi dan misi utama majalah Ummi. Namun secara umum setiap rubrik mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Sedangkan yang terkait dengan busana muslimah, karakteristik dan tujuannya adalah: Rubrik Sketsa (Ummi Rubrik Mode (Ummi Reguler) Karakteristik
Menampilkan
Spesial) berbagai Menampilkan berbagai
pilihan sketsa rancangan pilihan
rancangan
busana muslimah untuk busana
muslimah
berbagai
suasana, dengan konsep Ready
disesuaikan dengan tren to wear busana
perempuan
terkini. Tujuan
Memasyarakatkan busana muslimah yang syar‟I sebagai busana wajib muslimah, namun tetap trendy dan menarik.
11. Ada berapa tema yang ada dalam rubrik mode? Setiap edisi rubrik ini selalu menampilkan tema yang berbeda. Kalaupun ada kemiripan tema, itu mungkin terjadi setelah beberapa tahun. Itupun dengan konsep, tampilan dan bahan yang berbeda.
12. Bagaimana kedudukan rubrik mode dalam majalah ummi? Rubrik ini adalah rubrik pendukung. Porsi untuk tampilan fesyen memang tidak terlalu besar ummi tayangkan, karena Ummi lebih fokus pada bahasan yang menambah wawasan muslimah sehingga mereka bisa mengaplikasikan diri sebagai Mar’ah Shalihah (Perempuan shalihat), Zaujah Muti’ah wa Karimah (istri yang taat lagi mulia) dan Ummu madrosatun (Ibu sebagai pendidik anak-anaknya). Lagipula iklan-iklan yang ada di majalah Ummi sudah sangat mewakili tren fashion terkini. 13. Bagaimana tanggapan dan respon pembaca tentang rubrik mode? Tanggapannya beragam, tapi rata-rata menanggapi dengan positif. Terutama pembaca yang berterimakasih karena saat mereka membutuhkan alternatif busana tertentu, bertepatan Ummi menampilkannya. Banyak juga pembaca yang memesan agar busana dengan desain tertentu yang mereka butuhkan ditampilkan di edisi berikutnya. 14. Adakah perubahan dari pembaca yang awalnya tidak mengenakan jilbab, setelah berlangganan dan membaca majalah ummi serta melihat busana yang ada dalam rubrik fesyen mereka mengenakan jilbab dan busana muslimah? Komentar pembaca berkaitan dengan perubahan pola pikir, perilaku, perubahan pola pengasuhan anak, sampai perubahan gaya berbusana menjadi lebih Islami setelah berlangganan Ummi tentu saja banyak yang masuk. Terutama pembaca dari daerah yang lebih sedikit mendapat peluang informasi. Mereka yang haus akan pengetahuan keislaman merasa Ummi menjadi pelepas dahaga mereka. Di kalangan pengiklan fasyen muslim, majalah Ummi masih menjadi media nomor satu dalam hal penjualan iklan. Daya serap pembaca Ummi yang sebagian besar Ibu Rumah Tangga begitu tinggi, baik sebagai
distributor pakaian atau pemakai langsung. Intinya busana muslimah begitu diminati oleh Pembaca ummi. 15. Apakah busana yang ada dalam rubrik mode sudah termasuk busana muslimah menurut syariat islam? Di rubrik fesyen Ummi insya Allah iya, kami sangat memperhatikan penutupan aurat dari atas sampai bawah, seperti: rambut, wajah, dada, pergelangan tangan, kaki, atau kelonggaran pakaian. Jilbab harus di bawah dada, harus berkaos kaki, tidak bercelana panjang, dll. Batasan2 ini juga kami berlakukan untuk iklan fesyen di majalah Ummi. Namun sayangnya, para pengiklan masih banyak yang kurang paham akan batasan syar‟I yang menjadi pakem majalah Ummi. Sehingga kadang kami masih kesulitan juga untuk tidak menampilkan iklan-iklan busana muslimah yang bercelana panjang, pakainnya agak ketat, atau pun jilbab yang tidak menutupi dada (karena pengiklan ingin detil hiasan di dada pada busana tersebut ditampilkan). 16. Bagaimana trend rubrik fashion style. Apakah mengambil tren masa kini, atau mengambil tren pada zaman dahulu lalu dikeluarkan atau diperkenalkan kembali di zaman sekarang? Tergantung momentumnya, seperti edisi Kartini ini kita mengambil busana tradisional yang dimodifikasi sehingga menjadi tren baru, atau bisa juga kita mengikuti tren yang sedang in seperti busana kerja, busana casual, dll. 17. Bagaimana isi rubrik mode/fashion style, dan darimana anda mendapat tulisan yang terdapat di rubrik mode? Dari mana anda mendapatkan dan mengetahui harga-harga pakaian dan aksesoris yang akan model pakai? Untuk rubrik sketsa di Ummi Regular, teks diberikan langsung oleh si desainernya. Untuk rubrik mode di Ummi Spesial, semua busana adalah
busana dari butik klien Ummi. Teks keterangan busana dan harganya didapat dari keterangan langsung si pemilik butik. 18. Terinspirasi dari apa untuk mendapatkan sebuah tema? Dari momentum ataupun tren yang saat itu sedang terjadi. Seperti hari besar Islam, tren tahun baru, liburan, dll. 19. Bagaimana dengan model yang difoto untuk majalah Ummi, khususnya pada rubrik mode/fashion style? Model yang diutamakan adalah orang-orang yang memang sudah berprofesi sebagai foto model, sehingga sesi pemotretan dan hasil yang di dapat lebih professional. 20. Kenapa rubrik mode halamannya paling full colour? Karena keunggulan busana muslimah itu terletak pada detil, warna, dan jenis
bahan,
sehingga
dibutuhkan
halaman
full
colour
untuk
memunculkannya. 21. Apa alasan tim redaksi mengemas pesan dakwah melalui rubrik mode? Alasannya adalah semua rubrik harus mengacu pada visi dan misi majalah Ummi. 22. Rancangan atau karya siapakah gamis-gamis yang terdapat dalam rubrik mode edisi November 2010 – Januari 2011? Semua busana yang ditampilkan adalah busana dari butik klien majalah Ummi yang credit title-nya dimuat dirubrik tersebut.
Lampiran II WAWANCARA PRIBADI Narasumber
: Rezha Destiadi
Jabatan
: Fotografer Majalah Ummi
Tempat dan Tanggal : Kantor Redaksi Majalah Ummi / 20 April 2011
1. Apakah menjadi fotografer adalah cita-cita anda? Sudah berapa lama anda menjadi fotografer? Ketika diperkenalkan dengan materi fotografi di Kampus, saat itu cita-cita sayapun menjadi fotografer. Sebutan fotografer sepertinya terlalu berat untuk dicantumkan kepada saya. Karena yang semua orang bisa memotret, tetapi tidak semuanya bisa langsung disebut sebagai seorang 'fotografer'. Oleh karenanya, sampai saat ini saya blm bisa menyebut diri saya seorang fotografer, walaupun pada kenyataannya saya bekerja di UmmiGroup sebagai fotografer. 2. Apakah dalam pengambilan foto, terutama dalam pengambilan foto2 busana Ummi untuk edisi november-januari 2011, menggunakan agenda perencanaan? Untuk setiap pemotretan selalu dibuat agenda, perencanaan konsep foto agar pemotretan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. 3. Apa kamera yang digunakan dalam pengambilan foto? Nikon D2X dan D200 4. Apa kesulitan yang mengahalangi pengambilan foto? Kesulitan utamanya adalah memilih angle dan pose si model agar sesuai dengan Batasan Syar'i / islami. Seperti tidak boleh ada lekukan di dada, baju tidak ketat, dan sebagainya.
5. Kapan tepatnya foto2 dipublikasikan dimedia? Foto-foto tersebut dipublikasikan bersamaan dengan waktu terbit Ummi Spesial pada pertengahan Nopember 2010. 6. Apakah ada estetika komposisi gambar pada foto2 yang saya teliti? Biasanya estetika komposisi khusus untuk rubric mode, langsung ada di benak kepala si Fotografer atau klien yang menangani. Pihak Ummi sekedar memberikan konsep dasar dan batasan2nya 7. Apakah foto2 yang saya teliti melewati proses editing telebih dahulu? Ya. Proses editing hanya sebatas menaikkan terang gelap, dan juga menambahkan efek kaos kaki pada kaki si model. Kebetulan waktu pemotretan si model lupa menggunakan kaos kaki. 8. Apakah foto2 yang saya teliti ada yang menggunakan flash? Saat pemotretan tidak menggunakan flash, tetapi lampu studio yang jumlahnya 2-3 buah. 9. Apa saja kriteria fotografi jurnalistik untuk ditampilkan di majalah Ummi? Fotografi Jurnalistik pada majalah Ummi porsinya memang tidak banyak. Kriterianya adalah foto-foto yang menceritakan atau memberitahukan sesuatu yang tengah terjadi atau telah terjadi. Seperti liputan konferensi pers, peluncuran buku, dsb. 10. Apa syarat teknik fotografi jurnalistik untuk ditampilkan dalam majalah ummi? Untuk hal ini saya kurang begitu paham dalam menjawabnya.
Lampiran III Susunan Redaksi Majalah Ummi Tahun 2001 Terbit
: Sejak April 1989
Penerbit
: Koperasi Insan Media Ummu Shalihat (KIMUS)
SIUPP
:No.558/SK/Menpen/SIUPP/1998
tanggal
25
September 1988 Pimpinan Umum
: A Mabruri M. Akbari
Pimred
: Dwi Septiawati
Redaktur Pelaksana
: Zirlyfera Jamil
Sekretaris Redaksi
: Meilis Sawitri
Redaktur
: Inayati, Wirdayanti, Sarah Handayani, Asmawati
Reporter
: Triningsih Hennastiti
Redaktur Ahli
:Herlini Amran, Ery Soekresno, Setiawan Budi Utomo
Produksi
; Ardil Heryana
Ilustrasi
: Ahmad Fauzi, Rina Iphwani
Lay Out
: Ahmad Taufik
Pemasaran dan Iklan
: Yadi Abdurrahman, Daddy Kusradi
Distribusi
: Nur Hamzah Bakrie, Radi Hariadi
Keuangan
: Agus PN, Muhammad Yunus
Alamat Redaksi
: Jl. Kemuning No. 20 Utan Kayu Jaktim 13120
Susunan Redaksi Majalah Ummi Tahun 2008
Pimpinan Umum
: Dwi Septiawati
Pimpinan Redaksi
: Zirlyfera Jamil
Redaktur Pelaksana
: Asmawati
Sekretaris Redaksi
: Meilis Sawitri
Redaktur
: Agus Budiman, Rosita, Rahmi Rizal
Kontributor
: Herlini Amran, Heru Susetyo
Alamat Redaksi
: Jl. Mede No. 42 A Utan Kayu Jaktim 13120 Telp: (021) 8193242 (Hunting), Fax : (021) 8580569
Email
:
[email protected]
Susunan Redaksi Majalah Ummi Tahun 20011
Pemimpin Umum
: Dwi Septiawati
Pemimpin Redaksi
: Meutia Geumala
Sekretaris Redaksi
: Adriena Kartika Wulandari
Redaktur Pelaksana
: Rahmi Rizal
Redaktur
: Aini Firdaus
Reporter
: Ratna Kartika, Nurjanah, Shinta Dewi Indriyani, Didi Muardi, Citra Septianingtyas
Pracetak
: Ahmad Fauzi, Ahmad Taupik, Sasono Handito, M. Cheril Irsyan
Konsultan Artistik
: Adhee Muhammad Gumilar
Iklan dan Promosi
: Sherry Dahlia, Mawaddah, Diana Anwar
Administrasi dan Keuangan : Reni Anggraeni, Purnama, Eka Puji Linuih Sirkulasi dan Distribusi
: Nur Hamzah Bakri, Rudi Haryadi, Supriyadi, Dedi Setiawan, Pamudji Marga
Penagihan
: Yuliana Hermawati, Ovi Alamsyah
SDM & Umum
: Joko Witoro, Satiri Hasan, Fitri Soraya
Rubrik Ummi Reguler Tahun 2011 (Terbit Tiap Bulan)
Tafakur
Surat Ananda
Dari Ummi
Ufuk Dalam Negeri
Tamu Kita
Psikologi Anak
Bahasan Utama
Perjalanan
Dunia Wanita
Cerpen
Istimewa
Ufuk Luar Negeri
Cerpen
Kolom Ayah
Mar‟ah Shalihah
Solusi
Media Kita
Sketsa
Jejak
Kesehatan keluarga
Mutiara Dakwah
Dapur Ummi
Album Nuansa Keluarga
Obrolan
Ya Ummi
Fikih Wanita
Rubrik Ummi Reguler Tahun 2011 (Terbit Tiap Bulan)
Bahasan Utama
Bincang santai
Cover Story
Solusi
Tamu Kita
Kajian AL-Qur‟an
Ragam
Kajian Hadits
Psikologi Keluarga
Jejak
Nuansa Wanita
Tazkiyatun Nafs
Rumah Kita
Fiqih Wanita
Media Kita
Mutiara Dakwah
Konsultasi Asi
Dunia halal
Konsultasi Keuangan
Ya Ummi
Sehat Selaras
Ufuk Luar
Konsultasi Pangan
Jendela Hati
Kolom Ayah
Perjalanan
Cerpen
Ufuk Dalam
Dapur
Kesehatan Keluarga
Ummi Sahabat Ayah
Ummi Kreatif
Cerbung
Sketsa
Klik
Konsultasi Kecantikan
Obrolan
Rubrik Ummi Spesial Tahun 2008 (Terbit Tiap Tiga Bulan Sekali)
Khas
Artikel
Keluarga
Cantik
Ummi
Tafakur
Ufuk Luar
Dunia
Cover
Kecantikan
Sketsa Kolom Ayah Mode
Tamu Kita
Psikologi Keluarga
Bahasan Utama
Kesehatan Keluarga
Galeri
Dapur Ummi
Wanita
Story
Fiksi
Rubrik Ummi Spesial Tahun 2011 (Terbit Tiap Tiga Bulan Sekali)
Telaah
Oase
Keluarga
Supporting
(Rubrik Bahasan
(Rubrik
(Rubrik Untuk
(Rubrik
Utama)
Pengetahuan
Keluarga)
Pendukung)
Inspirasi
News
Tips
Biblio
Profesiona
Mode
Keislaman)
Fenomena
Fiqih
Psikologi
Perempu
Syariah
an
Kesehatan Galeri Quiz Opini Inspirasi Perempua n
Mutiara Islam Tafsir Qur‟an Tafsir Hadits Problem a Uswah Buka Hati
Cerpen
l Samara
Dekor
Permata
Food
hati
&
Place
Kalkulasi
Etalase
Resep
Keterampila
Kisah
n What‟s On
Sejati Fit Fresh Jelajah
&
Lampiran IV Angket Wawancara Nama Informan
: Nur Laelatul Fajriah
Umur
: 22 Tahun
Jurusan
: KPI / FIDIK
Waktu Wawancara
: 26 April 2011, Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara
: DPR di depan Perpustakaan Utama
Interviewer
: Noor Hidayati
1. Menurut anda bagaimana cara berjilbab model yang ada di majalah Ummi? Bagus dan menarik, karena pemakaiannya sopan ditambah payetpayet menjadikan jilbabnya terlihat lebih indah. Walaupun terlihat cukup sulit untuk ditiru. hehehe 2. Apakah busana gamis yang digunakan lebih cocok untk bekerja atau ke pesta? Data I menurut saya busananya terlihat cocok untuk pergi ke pesta, karena dilihat dari pemakaian kerudung, tas dan bentuk gaun lebih cocok untuk pergi ke pesta. Data II busananya lebih cocok untuk bekerja dilihat dari pakaian yang rapi tetapi tetap sederhana dan tidak berlebihan, ditambah pemakaian jilbab yang tidak terlalu rame. Data III baju ini juga cocok untuk bekerja karena simpel dan jilbabnya juga manis, cocok untuk busana kerja wanita muslimah. Data IV baju ini juga bisa dipakai untuk bekerja dan bisa juga untuk ke pesta.
3. Bagaimana pendapat anda tentang warna-warni gamis yang digunakan model? Dan makna apa yang ada dibalik warna tersebut? Warna-warni gamis cukup menarik dan tidak terlalu mencolok. Biru melambangkan keceriaan seperi langit biru tanpa hujan. 4. Penilaian anda tentang sepatu yang digunakan model? Cantik sepatunya dan terlihat sederhana namun tetap elegan. 5. Apakah tas yang digunakan cocok untuk dipakai kerja atau lebih cocok untuk ke pesta? Dari data I, tasnya lebih cocok untuk pergi ke pesta, sedangkan pada data 4, tas yang digunakan lebih cocok untuk pergi kerja. 6. Menurut anda bagaimana make up yang digunakan model? Make up nya cantik, pantas untuk pergi ke kantor. 7. Pentingkah jam bagi anda atau hanya sebagai aksesoris? penting donk, ga Cuma buat aksesoris aja tapi lebih dari itu, jam sangat berguna untuk ketepatan waktu bekerja. 8. Pendapat anda tentang background foto apakah sesuai dengan gambar atau tidak? Sesuai, karena pakaian yang dikenakan memang cocok bila disandingkan dengan profesinya. 9. Menurut anda penggambaran profesi apa yang tepat untuk setiap gambar tersebut? Gambar pertama model majalah Gambar kedua ibu rumah tangga Gambar ketiga ibu rumah tangga
Nama Informan
: Eka Kurniawati
Umur
: 23 Tahun
Jurusan
: KPI / FIDIK
Waktu Wawancara
: 26 April 2011, Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara
: DPR di depan Perpustakaan Utama
Interviewer
: Noor Hidayati
1. Menurut anda bagaimana cara berjilbab model yang ada di majalah Ummi? Bagus dan cukup menarik, sebab selain pemakaian jilbabnya yang modis, pemakaian jilbabnya pun sopan dan menutup aurat. 2. Apakah busana gamis yang digunakan lebih cocok untk bekerja atau ke pesta? Cocok untuk kedua-duanya, karena desain busananya cukup menarik. 3. Bagaimana pendapat anda tentang warna-warni gamis yang digunakan model? Dan makna apa yang ada dibalik warna tersebut? Cukup bagus... mungkin kalau warna birunya melambangkan ketenangan dan warna pinknya itu melambangkan kelembutan.. sedangkan merahnya melambangkan semangat. hehe 4. Penilaian anda tentang sepatu yang digunakan model? Sepatunya cukup elegan dan warnanya pun bisa masuk ke warna pakaian apa saja. 5. Apakah tas yang digunakan cocok untuk dipakai kerja atau lebih cocok untuk ke pesta?
Nama Informan
: Sita Pradhita N
Umur
: 18 Tahun
Jurusan
: Pendidikan Bahasa Inggris / FITK
Waktu Wawancara
: 26 April 2011, Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara
: DPR di depan Perpustakaan Utama
Interviewer
: Noor Hidayati
1. Menurut anda bagaimana cara berjilbab model yang ada di majalah Ummi? Terlalu ribet karena bertumpuk tapi tetap cantik. 2. Apakah busana gamis yang digunakan lebih cocok untk bekerja atau ke pesta? Busana yang digunakan lebih cocok untuk bekerja. 3. Bagaimana pendapat anda tentang warna-warni gamis yang digunakan model? Dan makna apa yang ada dibalik warna tersebut? Paduan warnanya oke, tidak terlalu mencolok. Terlihat soft banget jadi kelihatan bersemangat. 4. Penilaian anda tentang sepatu yang digunakan model? Tidak cocok sepatunya digunakan untuk bekerja karena warnanya terlalu mencolok. 5. Apakah tas yang digunakan cocok untuk dipakai kerja atau lebih cocok untuk ke pesta? Pada gambar pertama tas lebih cocok digunakan ke pesta terlalu kecil soalnya. Sedangkan pada gambar keempat lebih cocok digunakan untuk bekerja.
Nama Informan
: Indri Pangestuti Rahayu
Umur
: 19 Tahun
Jurusan
: Pendidikan Bahasa Inggris / FITK
Waktu Wawancara
: 26 April 2011, Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara
: DPR di depan Perpustakaan Utama
Interviewer
: Noor Hidayati
1. Menurut anda bagaimana cara berjilbab model yang ada di majalah Ummi? Fashionable dengan gaya – gaya modis membuat makin cantik. 2. Apakah busana gamis yang digunakan lebih cocok untk bekerja atau ke pesta? Bisa kedua – duanya, bisa dipakai untuk kerja juga ke pesta. 3. Bagaimana pendapat anda tentang warna-warni gamis yang digunakan model? Dan makna apa yang ada dibalik warna tersebut? Warna gamis cukup menarik dan cerah. Warna biru melambangkan ketenangan
dan
kepercayaan.
Warna
biru
keabu-abuan
melambangkan kecerdasan dan intelegen. Sedangkan warna merah selain menyamarkan kegemukan juga melambangkan kekuatan dan keberanian. 4. Penilaian anda tentang sepatu yang digunakan model? Cocok, sederhana tapi elegan. 5. Apakah tas yang digunakan cocok untuk dipakai kerja atau lebih cocok untuk ke pesta?
Nama Informan
: Fitriani Nur Hasanah
Umur
: 18 Tahun
Jurusan
: Akuntansi / FEB
Waktu Wawancara
: 26 April 2011, Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara
: DPR di depan Perpustakaan Utama
Interviewer
: Noor Hidayati
1. Menurut anda bagaimana cara berjilbab model yang ada di majalah Ummi? Menurut saya cara berjilbab yang ada di majalah Ummi terlihat simpel dan menarik. 2. Apakah busana gamis yang digunakan lebih cocok untk bekerja atau ke pesta? Menurut saya untuk bekerja. 3. Bagaimana pendapat anda tentang warna-warni gamis yang digunakan model? Dan makna apa yang ada dibalik warna tersebut? Warna – warnanya cerah melambangkan keberanian, kedamaian dan intelek. 4. Penilaian anda tentang sepatu yang digunakan model? Sepatunnya manis dan terlihat shinny. 5. Apakah tas yang digunakan cocok untuk dipakai kerja atau lebih cocok untuk ke pesta? Yang ada pada gambar pertama lebih pantasnya digunakan untuk ke pesta. Sedangkan yang ada pada gambar terakhir lebih pasnya digunakan untuk bekerja.
Nama Informan
: Tieneke Syaraswati
Umur
: 18 Tahun
Jurusan
: Akuntansi / FEB
Waktu Wawancara
: 26 April 2011, Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara
: DPR di depan Perpustakaan Utama
Interviewer
: Noor Hidayati
1. Menurut anda bagaimana cara berjilbab model yang ada di majalah Ummi? Pakai jilbabnya bagus dan rapi. Terlihat cantik dan menarik. 2. Apakah busana gamis yang digunakan lebih cocok untk bekerja atau ke pesta? Busana yang digunakan cocok untuk bekerja. 3. Bagaimana pendapat anda tentang warna-warni gamis yang digunakan model? Dan makna apa yang ada dibalik warna tersebut? Warnanya ga norak dan cocok untuk acara formal. 4. Penilaian anda tentang sepatu yang digunakan model? Sepatu yang digunakan model jenisnya sama, tapi tetap oke. 5. Apakah tas yang digunakan cocok untuk dipakai kerja atau lebih cocok untuk ke pesta? Pada gambar pertama tas yang digunakan model lebih cocok untuk ke pesta dan pada gambar kedua tas yang digunakan lebih cocok untuk bekerja. 6. Menurut anda bagaimana make up yang digunakan model?