i digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN, DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAP KREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: NUHONI NALURITA NIM : S431308006
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 commit to user
i
ii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
ii
iii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iii
iv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iv
v digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai rasa syukur, rasa terima kasih dan rasa sayang dengan kerendahan hati, karyaini penulis persembahkan kepada:
ALLAH sebagai wujud terima kasihku untuk segala kuasa-Mu,
Orangtuaku, suamiku dan anakku sebagai penyemangatku,
Masyarakat Indonesia tulisan ini sebagai wujud amanahku atas kesempatan yang diberikan.
commit to user
v
vi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
“Bacalah dengan nama Robb-mu yang Maha menciptakan, Yang mencipta manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan sesungguhnya Robb-mu Maha Pemurah, Yang Mengajari manusia dengan kalam, Mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al ‘Alaq 1-5)
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu beberapa derajat” . (QS: Al Mujadalah Ayat 11)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hatinya semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban”. (QS. Al – Isra: 36)
“Terus berdoa terus berusaha terus berbagi”. (Penulis)
commit to user
vi
vii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang secara langsungmaupun tidak langsung memberikan bimbingan dan arahan serta berbagai
masukanyang
positif,
sehingga
membantu
memperlancar
terselesaikannya skripsi ini. Olehkarena itu dengan segala kerendahan hati,penulismengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT memberikan balasanyang berlipat kepada mereka. Berkenaan itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonimi Universitas Sebelas Maret 2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.,
selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Hunik Sri Sawitri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebalas Maret Surakarta. commit to user
vii
viii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Dr. Payamta, M.Si., CPA, Ak., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar, membagikan ilmunya untuk keberhasilan penulisan tesis ini. 6. Tim penguji yang telah berkenan memberikan saran, masukan sehingga karya ilmiah ini dapat berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, dan berguna bagi para pembaca. 7. Bapak ibu staf pengajar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS atas ilmu yang dibagikan selama saya menjalani proses belajar. 8. Staf admisi pengelola Program Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran administrasi penulis dari awal proses kuliah sampai penyelesaian tesis ini. 9. Adi Yuana, Kafeel Anggito dan Archie Abbad, teman dalam perjuangan dan kebahagian, memberikan motivasi, inspirasi dan dukungan. 10. Bapakku dan ibu serta mertua selaku orang tua yang dengan kasih sayang, cintanya serta do’anya yang selalu mengiringi setiap langkah kepada penulis 11. Teman-teman Beasiswa STAR BPKP,terima kasih atas persahabatan dan rasa kekeluargaan yang terjalin selama ini semoga selalu menjadi saudara untuk selama-lamanya. 12. Masyarakat Indonesia yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi. Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu semoga Allah SWT melimpahkan ridho dan hidayahnya atas segala amal commit to user baiknya.
viii
ix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wa Billa hi’ taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta,
Juli 2015
Penulis
commit to user
ix
x digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHANPENGUJI .........................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii ABSTRAK ....................................................................................................... xviii ABSTRACT ......................................................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Perumusan Masalah .......................................................................
11
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
12
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .......................................
15
A. Landasan Teori...............................................................................
15
2.1.1 Teori Keagenan ..................................................................... commit to user
15
x
xi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.1.2 Keuangan Daerah/Negara .....................................................
17
2.1.3 Laporan Keuangan ................................................................
19
2.1.4 Pemeriksaan Keuangan .........................................................
22
2.1.5 Kredibilitas Laporan Keuangan dan Opini Badan Pemeriksa Keuangan .............................................................................
24
2.1.6 Sistem Pengendalian Internal (SPI) ......................................
29
2.1.7 Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan .........................
33
2.1.8 Karakteristik Daerah .............................................................
35
2.2.8.1 Ukuran Daerah (size).............................................
35
2.2.8.2 Ketergantungan Pemerintah Daerah......................
37
2.2.8.2 Opini Tahun Sebelumnya .....................................
39
B. Penelitian Terdahulu........................................................................
39
C. Pengembangan Hipotesis.................................................................
42
2.2.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan...............................................................
42
2.2.2 Pengaruh Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan PerundangUndangan Terhadap Opini BPK..........................................
43
2.2.3 Pengaruh Karakteristik Daerah Terhadap Opini BPK ..........
45
2.2.3.1 Ukuran Daerah ......................................................
45
2.2.3.2 Ketergantungan Pemerintah Daerah.....................
46
2.2.3.2 Opini Tahun Sebelumnya .....................................
48
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
51
A. Jenis Penelitian...............................................................................
51
B. Cara Pengumpulan Data................................................................. commit to user C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .............................
51
xi
53
xii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.3.1 Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) ......
53
3.3.2KelemahanSistem Pengendalian Intern (X1) .........................
56
3.3.3 Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan (X3)59 3.3.4 Ukuran Pemerintah Daerah (X3) ..........................................
61
3.3.5 Ketergantungan Pemerintah Daerah (x4)..............................
63
3.3.6 Opini Tahun Sebelumnya (X5) .............................................
63
D. Pengujian Instrumen Penelitian......................................................
64
3.4.1 Uji Fit Model........................................................................
65
3.4.2 Uji Koefisien Determinasi....................................................
65
3.4.3 Uji Koefisien Regresi ...........................................................
66
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.......................................
68
A. Data Penelitian ...............................................................................
68
4.1.1 Gambaran Umum Data ........................................................
68
4.1.2 Statistik Deskriptif ...............................................................
70
B. Analisis Data ..................................................................................
73
4.2.1 Uji Kelayakan Model .........................................................
73
4.2.2 Uji Koefisien Determinasi ...................................................
75
4.2.3 Uji Koefisien Regresi ..........................................................
76
C. Pembahasan....................................................................................
78
4.3.1 Pengaruh SPIP Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah...............................................................
78
4.3.2 Pengaruh Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ........... commit to user
xii
79
xiii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.3 Pengaruh Ukuran (size) Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah .............................................
80
4.3.4 Pengaruh Ketergantungan Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah .............................................
82
4.3.5 Pengaruh Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ...............................
83
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN, IMPLIKASI...
85
A. Kesimpulan ...................................................................................
85
B. Saran dan Keterbatasan .................................................................
87
C. Implikasi.........................................................................................
88
5.3.1 Implikasi Praktis ..................................................................
88
5.3.2 Implikasi Teoritis .................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
91
LAMPIRAN
commit to user
xiii
xiv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Opini Pemeriksaan Laporan Keuangan...................
5
Tabel 4.1. Proses Seleksi Sampel.....................................................................
68
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Pemerintahan ..............................
69
Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif..................................................................
70
Tabel 4.4 Processing Case Summary...............................................................
72
Tabel 4.5 Model Fitting Information ...............................................................
73
Tabel 4.6 Goodness of Fit ................................................................................
74
Tabel 4.7 Test of Parallel Lines .......................................................................
74
Tabel 4.8 Pseudo R Square ..............................................................................
75
Tabel 4.9 Parameter Estimates ........................................................................
76
Tabel 4.10 Ringkasan Hipotesis.......................................................................
78
commit to user
xiv
xv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................
50
Gambar 3.1 Rumus Total Aset.........................................................................
62
Gambar 3.2 Rumus Ukuran Pemerintah Daerah..............................................
62
Gambar 3.3 Rumus Rasio Ketergantungan Pemerintah Daerah ......................
63
commit to user
xv
xvi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
BPK
: Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP
: Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SAP
: Standar Akuntansi Pemerintah
PSA
: Pernyataan Standar Auditing
SPI
: Sistem Pengendalian Internal
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DAU
: Dana Alokasi Umum
LK
: Laporan Keuangan
LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPP
: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
TMP
: Tidak Memberikan Pendapat
TW
: Tidak Wajar
WTP
: Wajar Dengan Pengecualian
WTP DPP WDP
:Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas
: Wajar Tanpa Pengecualian
commit to user
xvi
xvii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Ringkasan Data Pengujian .................................................
98
Lampiran 2 Uji Goodness of Fit.......................................................................
99
Lampiran 3 Uji Pseudo R Square.....................................................................
100
Lampiran 4 Hasil Uji Parameter Estimates .....................................................
101
Lampiran 5 Hasil Test of Parallel Lines ..........................................................
102
commit to user
xvii
xviii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN, KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAP KREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA Nuhoni Nalurita NIM : S431308006
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem PengendaIian Internal Pemerintah, Kepatuhan terhadap perundang-undangan dan karakteristik daerah terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Sistem Pengendalian Intern diproksikan dengan temuan kelemahan SPI, Kepatuhan dengan temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan, karakteristik daerah dengan ukuran, rasio ketergantungan, opini tahun sebelumnya, sedangkan kredibilitas diproksikan dengan opini audit. Obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PEMDA di seluruh Indonesia tahun 2013 yang memperoleh opini dari BPK. Dari 542 kabupaten/kota yang ada, 454 laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ordinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian, Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, ketergantungan, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun penelitian. Akan tetapi penelitian ini tidak berhasil menjelaskan hubungan ukuran pemerintah daerah kaitannya dengan opini.
Kata kunci: sistem pengendalian intern, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, ukuran pemerintah daerah, ketergantungan pemerintah daerah, opini audit tahun sebelumnya, kredibilitas laporan keuangan
commit to user
xviii
xix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
THE INFLUENCE OF INTERNAL CONTROL SYSTEM, COMPLIANCE WITH LAWS AND REGULATIONS, AND THE LOCAL GOVERMENT CHARACTERISTICS, ON THE CREDIBILITY OF THE FINANCIAL STATEMENT OF LOCAL GOVERNMENTS IN INDONESIA Nuhoni Nalurita NIM : S431308006 ABSTRACT
This study aims to understand the influence of the goverment internal control system, compliance with laws and regulations and the local goverment characteristic on the credibility of the financial statement of local governments in Indonesia. The government’internal control system is proxied by findings of internal control weakness, compliance is proxied by findings of regulation disobedience, government characteristic is proxied by size, dependency ratio, previous year opinion, and credibility is proxied by audit opinion. The objects of this research are Indonesian Local government financial report (LKPD) on 2013 which have been audited by the supreme audit board of Republic of indonesia. From 542 local governments, this study found 454 usable financial report. Data are analyzed using ordinal logistic regression. The result of this study prove that the weakeness of internal control system, disobedience of regulation, dependency, and previous year opinion significantly affected the audit opinion of the research year. However this study can not manage to prove the relation between the size of local government on audit opinion.
Keywords : internal control system, compliance with law, the size of local government, dependency of local government, previous year audit opinion, credibility of financial report.
commit to user
xix
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Laporan keuangan pemerintah merupakan alat pertanggungjawaban keuangan pemerintah sekaligus indikator kredibilitas pemerintah yang tercermin dari transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Transparansi artinya memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan (PP 71 tahun 2010). Dengan digulirkannya otonomi daerah, harapan masyarakat terhadap transparansi pengelolaan keuangan sangat tinggi. Pemerintah sebagai agen dari masyarakat harus mampu memenuhi tuntutan tersebut dengan wajib membuat laporan keuangan dan menyampaikan secara terbuka. Akuntabilitas berarti pemangku kekuasaan mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang diberikan kepadanya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (PP 71 tahun 2010). Bagi organisasi publik, laporan keuangan diperlukan sebagai sarana untuk mewujudkan akuntabilitas. Apabila hasil reviu laporan keuangan tidak baik maka commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan lemahnya akuntabilitas dari pemerintahan tersebut. Menurut Nasution (2007), transparansi dan akuntabilitas diperlukan untuk menjamin adanya simetri informasi pasar sekaligus merupakan kunci pokok agar dapat memanfaatkan globalisasi perekonomian. Perbaikan transparansi dan akuntabilitas fiskal atau keuangan negara adalah merupakan bagian terpenting dari penegakan tata kelola atau tata pemerintahan yang baik (good governance). Sesuai dengan amanat Pasal 23 ayat (1) E UUD 1945 yang menyatakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu badan pemeriksa yang bebas dan mandiri yang disebut dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Supaya dapat melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan Keuangan Negara secara efektif, sesuai peraturan perundang-undangan maka BPK mempunyai standar aturan yang mengatur halhal pokok yang memberi landasan operasional sebagai pengganti Standar Audit Pemerintahan (SAP). Aturan tersebut adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh BPK akan menghasilkan opini.Indikator kredibilitas laporan keuangan, salah satunya dilihat dari hasil opini BPK terhadap penyajian laporan keuangan. Penjelasan DPPKAD (2010), kredibilitas manajemen dapat digambarkan melalui laporan keuangan karena hanya manajemen yang memiliki informasi yang berkaitan dengan substansi laporan keuangan tersebut. Untuk itu diperlukan pihak yang independen untuk memberikan pendapatnya dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian Fen (2010) dijelaskan bahwa opini audit merupakan simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Firth (1980) dan Lavin (1976) dalam Kasidi (2007) menyatakan bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen dari seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan keuangan. Jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan keuangan tidak percaya atas laporan keuangan sehingga laporan keuangan menjadi tidak bernilai. Setdaprovinsi Kaltim (2013) menjelaskan bahwa opini BPK merupakan salah satu indikator kualitas pengelolaan keuangan daerah. Keutamaan dari opini tersebut bila dibandingkan dengan indikator lainnya adalah karena dihasilkan dari pihak eksternal pemerintah daerah yang dianggap berkompeten dan objektif, sehingga digunakan sebagai bahan evaluasi pengelolaan keuangan daerah. Salah satu pemaparan BPKP (2014) dalam websitenya adalah menjelaskan dampak diperolehnya opini selain WTP atas laporan keuangan pemerintah. Antara lain berkurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam menunjang keberhasilan program kerja pemerintah. Dampak lainnya adalah timbulnya persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.Contoh pengaruh opini lainnya adalah seperti pernyataan Suroso (2010), bahwa rakyatpun bisa mengambil keputusan politiknya dengan dasar opini audit yang diterbitkan oleh BPK seperti para investor di pasar modal.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam pandangan Gutomo (2012) predikat WTP seolah-olah menjadi citra positif bagi instansi, bahwa pemerintahan telah dikelola secara akuntabel dan terbebas dari korupsi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya fenomena di media massa, yaitu munculnya iklan ucapan selamat kepada instansi atas opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diperoleh dari BPK RI. Dengan memperoleh predikat tersebut merupakan kebanggan bagi instansi yang menerima sehingga masyarakat harus mengetahuinya. Beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan K/L dan pemda belum memperoleh opini WTP menurut penjelasan BPKP dalam websitenya adalah karena penyajian yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
lemahnya
sistem
pengendalian
intern,
penataan
barang
milik
negara/daerah yang belum tertib, pengadaan barang dan jasa yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku, dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola keuangan Masih menurut Gutomo (2012), menyusun laporan keuangan di jajaran pemerintah daerah, memang bukan perkara mudah dan memerlukan perjuangan ekstra. Kelemahan sistem pengendalian intern dan keterbatasan sumber daya manusia yang paham akuntansi pemerintahan sebagai penyebabnya. Hal tersebut diperparah dengan adanya tunggangan kepentingan politik legislatif dan eksekutif dalam penggunaan anggaran.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Laporan keuangan pemerintah merupakan gabungan antara LKKL, LKPD, dan LK Badan Lainnya sehingga apabila salah satu dari komponen kurang diyakini kredibilitasnya maka akan mempengaruhi kredibilitas LKPP.BPK memberikan opini WDP atas LKPP Tahun 2013. Dilihat dari prosentase,LKLL memiliki prosentase 74% dalam perolehan opini WTP, yaitu 64 LKKL dari 86 LKKL telah memperoleh opini WTP.LKPD masih memiliki persentase yang cukup rendah dalam pencapaian opini WTP yaitu sebesar 34 %, yaitu 153 LKPD dari 456 LKPD.Pada tahun 2013 BPK melakukan pemerikasaan terhadap 456 LKPD, BPK memberikan opini WTP atas 153 LKPD, opini WDP atas 276 LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD (IHPS 2013). Tabel 1.1 Perkembangan Opini Pemeriksaan Laporan Keuangan Tahun LK
WTP
WDP
TW
TMP
2011 2012 2013 Jumlah
67 120 153 340
349 319 276 944
8 6 9 23
100 78 18 196
Jumlah LKPD 524 523 456 1493
Sumber : Diolah dari data IHPS I (2014) Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun laporan keuangan menunjukkan peningkatan opini, akan tetapi jumlah LKPD yang memperoleh opini WTP masih sedikit. Laporan keuangan pemerintah daerah yang belum memperoleh opini WTP menunjukkan bahwa laporan tersebut belum dapat diyakini kewajarannya oleh BPK. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal, salah satunya adalah dengan laporan tersebut disusun berdasarkan sistem pengendalian intern (SPI) commit to user yang baik. Peran SPI adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara (Kawedar 2010). Sesuai dengan pasal 56 ayat (4) UU nomor 01 tahun 2004, pengelolaan APBD wajib diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai. Hal tersebut dibuktikan dengan melalui pernyataan tertulis dari Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Nasution (2007) menyatakan bahwa kelemahan sistem keuangan saat ini merupakan warisan yang bersifat mendasar dari pemerintahan sebelumnya. Kelemahan tersebut meliputi desain dan pelaksanaan sistem pengendalian internal,
ketidakpatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan,
sistem
penyimpanan keuangan negara yang kurang memadai, masih minimnya informasi tentang aset maupun hutang negara, dan pengungkapan SAL (Sisa Anggaran Lebih) yang tidak konsisten dan tidak memadai. Dalam kegiatan organisasi pihak manajemen bertanggung jawab agar setiap kegiatan yang dilaksanakan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Di sektor publik, audit kepatuhan merupakan unsur audit yang sangat penting, karena organisasi pemerintah beroperasi dalam kerangka hukum dan peraturan yang berlaku (Hadisurya dan Nurrekawati 2012). Hasil pemeriksaan BPK pada semester satu tahun 2014 menghasilkan temuan 5.948 kasus kelemahan SPI. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja merupakan yang terbanyak dengan 2.498 kasus atau 42% dari jumlah kelemahan SPI. Rekomendasi yang diberikan adalah perbaikan SPI atau sanksi administratif. Pada kasus ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan terdapat 7.173 kasus senilai Rp10.928.527,26 juta, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
diantaranya terdapat indikasi kerugian negara/daerah sebanyak 418 kasus senilai Rp400.659,93 juta. Rekomendasi BPK terhadap ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang menyebabkan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan penerimaan kas tersebut adalah penyetoran sejumlah uang ke kas negara/daerah atau penyerahan aset. Kasus ketidakpatuhan terhadap perundangundangan yang disebabkan kelemahan administrasi, ketidakhematan dan ketidakefektifan rekomendasi yang diberikan adalah perbaikan SPI atau sanksi administratif. Telah terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh sistem pengendalian intern (SPI) serta ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan kaitannya dengan opini BPK. Beberapa penelitian yang berkaitan antara SPIP dengan opini BPK adalah penelitian Taufikurrahman (2014) yang menunjukkan bahwa kelemahan SPI secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit oleh BPK RI atas LKPD Provinsi, Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Sipahutar dan Khairani (2012) menunjukkan bahwa terdapat penurunan opini yang diberikan oleh BPK atas laporan keuangan pada pemerintah daerah kabupaten Empat Lawang yang disebabkan karena terdapat kelemahan/kesalahan material efektivitas sistem pengendalian intern, kepatuhan Pemerintah Kabupaten Empat Lawang terhadap peraturan Perundang-Undangan dan kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Kesimpulan lain adalah hasil penelitian menurut Sunarsih (2013) dan Defera (2013). Menurut Sunarsih (2013) dan commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Defera (2013)materialitas, pelanggaran SAP, kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan tidak mempengaruhi opini disclaimer. Alasan peneliti ingin meneliti kembali adalah selain karena masih adanya inkonsistensi hasil penelitian yang sudah ada, juga karena pentingnya arti sebuah opini laporan keuangan sebagai salah satu tolok ukur kinerja sebuah instansi. Kinerja sebuah instansi dipandang secara positif apabila laporan keuangannya terjamin kredibilitasnya. Kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen dari seorang auditor eksternal dalam hal ini adalah merujuk pada opini BPK. Hasil opini tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat sebagai prinsipal atas kinerja pemerintah daerah sebagai agen yang dipercaya masyarakat dalam mengelola sumberdaya. Dasar pengambilan keputusan opini oleh BPK adalah sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap perundang-undangan. Sedangkan pada kenyataanya opini WTP masih merupakan impian bagi sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia karena masih banyaknya jumlah temuan pada sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan. Perbedaan dengan penelitian dengan sebelumnya adalah penelitian ini tidak hanya melihat SPI dan ketidakpatuhan terhadap Perundang-undangan sebagai kriteria penentu opini BPK.Akan tetapi, penulis menambahkan variabel lainnya yang menjadi acuan atau pertimbangan lain yang juga berperan dalam penentu opini yang akan diberikan terhadap suatu instansi. Penulis mengajukan variabel karakteristik pemerintah daerah sebagai variabel yang membedakan dengan penelitian sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
Peneliti mengambil karakteristik daerah berupa size yang diukur dengan total aset karena, menurut Maslani (2008), pengelolaan barang milik negara/daerah secara umum memiliki fungsi yang sangat strategis dan vital. Beberapa tahun terakhir ini permasalahan aset masih menjadi persoalan dan sorotan auditor eksternal pemerintah (BPK) dalam memberikan opini. Sejalan dengan dengan Maslani (2008), Gutomo (2013) menyatakan bahwa permasalahan yang menghambat belum diperolehnya opini WTP khususnya LKPD secara mayoritas disebabkan karena pengelolaan aset tetap yang belum akuntabel. Besarnya aset yang dimiliki pemda menggambarkan ukuran pemda tersebut. Menurut Habib (2013), salah satu karakteristik perusahaan yang paling diteliti secara luas yang digunakan auditor dalam menjelaskan modified opinion adalah ukuran perusahaan. Pada kenyataannya masih sangat terbatas referensi penelitian yang menghubungkan pengaruh size dengan opini auditor pada sektor publik. Karakteristik lain yang juga banyak mendapat perhatian peneliti adalah berupa ketergantungan pemda. Indikator tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat salah satunya dari penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). DAU memiliki proporsi hampir 50% dari dana perimbangan. Kajian tentang ketergantungan terhadap pemerintah pusat penting dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dana transfer tersebut terhadap pelayanan publik dan kemakmuran masyarakat di daerah. Adanya ketergantungan terhadap pemerintah pusat memberikan konsekuensi monitoring terhadap daerah yang menerima transfer dana. Liestiani dan Martani (2008) menyatakan bahwa pemda yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana pemerintah pusat commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak. Verdiana dan Utama (2013), menyatakan bahwa disclosure merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan opini going concern. Karakteristik daerah lainnya yang mempengaruhi opini auditor adalah opini tahun sebelumnya. Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Pemberian opini oleh auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya. Dalam penelitian Mutchler (1985), Carcello dan Neal (2000), Ramadhany (2004), dan Januarti (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positifantara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit going concern maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali opini tersebut. Meskipun penelitian tentang sistem pengendalian internal, kepatuhan terhadap peraturan perundangan dan karakteristik daerah telah banyak dilakukan namun penelitian yang menghubungkan dengan variabel-variabel tersebut dengan opini audit masih sangat terbatas.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. PERUMUSAN MASALAH Pemberlakuan otonomi daerah dimulai dengan diterbitkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 kemudian direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus daerahnya sesuai dengan perundang-undangan. Untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD selama satu tahun maka pemerintah daerah wajib membuat laporan keuangan pemerintah paerah (LKPD) yang akan direviu serta diberi opini oleh BPK. Hasil opini sangat berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan itu sendiri dan tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat sebagai prinsipal atas kinerja pemerintah daerah sebagai agen yang dipercaya masyarakat dalam mengelola sumberdaya. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak sekali LKPD yang mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian karena masih memiliki kelemahan dalam SPIP dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang tersurat dalam laporan keuangan. Penelitian ini berusaha melengkapi penelitian sebelumnya, karena pada penelitian sebelumnya penelitian dilakukan secara parsial yaitu hanya pada daerah atau lembaga tertentu serta merujuk pada satu opini tertentu saja. Pada penelitian ini obyeknya adalah seluruh LKPD di Indonesia dengan semua tingkatan opini. Adanyaperbedaan hasil penelitian terhadap pengaruh SPI, kepatuhan terhadap perundangan-undanganterhadap opini BPK serta dengan adanya penambahan variabel karakteristik daerah berupa size, tingkat ketergantungan pemerintah daerah serta opini tahun sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Apakah kelemahan SPI berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK? 2. Apakah ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK? 3. Apakah ukuran (size) berpengaruh terhadap penentuan kredibilitas laporan keuanganpemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK? 4. Apakah ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK? 5. Apakah opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK?
C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diberikan di atas. 1.
Mengetahui apakah kelemahan sistem pengendalian berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK.
2.
Mengetahui apakah ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan berpengaruh terhadap penentuan kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Mengetahui apakah total aset sebagai proksi dari ukuran (size) berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK.
7.
Mengetahui apakah rasio ketergantungan pemerintah daerah sebagai proksi dariketergantungan
berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK. 8.
Mengetahui
apakah
opini
tahun
sebelumnya
berpengaruh
terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK.
D. MANFAAT PENELITIAN Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaatbagi: 1.
Pemerintah kota/kabupaten, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam penerapan sistem pengendalian intern yang baik dan kepatuhan terhadap perundang-undangan serta memperhatikan faktor karakteristik daerah sehingga bisa memperoleh atau mempertahankan opini Wajar tanpa pengecualian.
2.
Badan Pemeriksa Keuangan, hasil penelitian ini memberikan gambaran kondisi auditee yang telah diperiksa sehingga dapat dijadikan referensi dalam pengembangan pemeriksaan keuangan khususnya pemeriksaan pemerintah kabupaten/kota.
3.
Badan Pengawas keuangan dan Pembangunan, dengan melihat hasil penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap pemerintah kabupaten/kota dan kementrian/lembaga sehingga terwujud pemerintahan yang governance. 4.
Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapakan memberikan kontribusi terhadap
pengembangan
literatur
selanjutnya, hasil penelitian ini
akuntansi
sektor
publik.
Harapan
dapat memberikan sumbangan bagi
penelitian berikutnya.
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori keagenan Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu orang atau lebih (principal) dengan melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan
layanan atas nama mereka dengan mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Agen melakukan jasa yang menjadi kepentingan prinsipal dalam pemisahan kepemilikan dan kontrol perusahaan. Akan tetapi terdapat perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen, sehingga agen tidak selamanya mengikuti keinginan prinsipal. Konsep Agency Theory menurut Scott (2009:313) adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen, prinsipal adalah pihak yang memerintahkan agen agar melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, sedangkan agen adalah pihak yang menjalankan kepentingan prinsipal. Menurut Eisenhardt (1989), teori keagenan berkaitan dengan penyelesaian dua masalah yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Yang pertama adalah masalah yang timbul ketika konflik agen dan prinsipal. Kedua adalah sulit atau mahal bagi prinsipal untuk memverifikasi apa yang agen sebenarnya lakukan. Ahmad dan Septriani (2008) menjelaskan bahwa tujuan utama teori keagenan commit to user
15
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah menerangkan kepada semua pihak bagaimana mendesain kontrak sehingga meminimalkan cost yang timbul karena adanya asimetri informasi dan menghadapi kondisi ketidakpastian. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan ketika
manajer sebagai
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi dan prospek perusahaaa di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Terdapat dua jenis asimetri informasi(Scott 2009), yaitu 1. Adverse Selection Adverse selection terjadi karena manajer atau beberapa orang yang ada di dalam perusahaan mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor dari pihak luar. Manajemen dapat memilih atau menahan informasi penting perusahaan dan atau mempercepat informasi disampaikan pada investor tertentu yang mempunyai hubungan istimewa. 2. Moral Hazard Moral Hazard terjadi karena kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman, sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan secara etika atau norma mungkin tidak layak untuk dilakukan. Hubungan keagenan pada organisasi pemerintahan menjadi suatu konsep yang penting karena aktivitas organisasi
berhubungan dengan pendelegasian
wewenang, seperti penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan beragam commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat, semua didelegasi kepada level bawah (Damayanti 2011). Bergman & Lane (1990) (dalam Halim dan Abdullah 2006) menyatakan bahwa hubungan prinsipal agen merupakan pendekatan untuk menganalisis komitmen kebijakan publik. Lupia & McCubbins (1994) (dalam Halim dan Abdullah 2006) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi legislatur dapat diartikan sebagai agency problems. Dalam konteks pembuatan kebijakan oleh legislatif, legislatur adalah prinsipal yang mendelegasikan kewenangan kepada agen seperti pemerintah untuk membuat kebijakan baru. Kebijakan yang dibuat bisa saja hanya untuk kepentingan pemerintah dengan mengorbankan kepentingan rakyat. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan monitoring oleh prinsipal atas apa yang dilakukan oleh agen. Laporan keuangan dan pengungkapan informasi kepada publik adalah salah satu bentuk alat monitoring (Puspita dan Martani 2012).
Menurut Setyaningrum (2012), untuk mengurangi asimetri
informasi antara politisi dan rakyat, laporan keuangan pemerintah daerah perlu diaudit oleh pihak yang independen. Lembaga yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan tersebut adalah BPK.
2.1.2 Keuangan daerah/negara Sesuai dengan pasal satu Undang-undang nomor 17 tahun 2003 keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan keuangan daerah menurut PP nomor 58 tahun 2005 adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan negara merupakan sebuah sistem yang terus mengalami
perkembangan.
Reformasi
manajemen
keuangan
pemerintah
merupakan tuntutan mutlak untuk mewujudkan good governance. Untuk mewujudkan itu semua maka diperlukan landasan hukum yang kuat, yaitu dengan disahkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. APBN merupakan wujud dari pengelolaan keuangan, APBN telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara
dilihat
dari komposisi dan
besarnya anggaran yang merefleksikan arah dan tujuan pelayanan kepada masyarakat. APBN/APBD mempunyai beberapa fungsi: 1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untukmelaksanakan
pendapatan
dan
belanja
pada
tahun
yang
bersangkutan. 2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedomanbagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedomanuntuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuaidengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untukmengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkanefisiensi dan efektivitas perekonomian. 5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. 6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alatuntuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
2.1.3
Laporan keuangan Merujuk pada peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 peranan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan terutama digunakan
untuk membandingkan
realisasi
pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah serta kementerian/lembaga mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan. 1. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerahserta kementerian/lembaga dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. 2. Manajemen Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah serta kementerian/lembaga dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat. 3. Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah serta kementerian/lembaga dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. 4. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity) Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan pemerintah daerah serta kementerian/lembaga pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 juga disebutkan bahwa pelaporan keuangan menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik. a) Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran b) Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan. c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta kementerian/lembaga serta hasil-hasil yang telah dicapai. d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana
pemerintah daerah serta
kementerian/lembaga mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya. e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman. f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah Daerah, apakah mengalami kenaikan atu penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana dan arus kas. Dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 dijelaskan bahwalaporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam rangka
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
negara
menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undangundang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome).
2.1.4 Pemeriksaan keuangan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 1, pemeriksaan merupakan proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan sehingga diperoleh nilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam pasal 2 disebutkan pemeriksaan keuangan meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan. Yang menjadi obyek pemeriksaan keuangan BPK adalah pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Laporan Keuangan Badan Lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kedudukan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara perlu dimantapkan dengan memperkuat peran dan kinerjanya.Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN mengatur hal-hal pokok yang memberi landasan operasional sebagai pengganti Standar Audit Pemerintahan atau SAP yang selama ini berlaku.SPKN berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pemerintah daerah, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan peraturan perundangundangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Sesuai dengan peraturan BPKRI Nomor 1 Tahun 2007 pasal 6, SPKN ini berlaku bagi BPK dan Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama BPK.SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD kemudian sesuai dengan kewenangannya untuk menindaklanjuti, diantaranya adalah dengan membahasnya bersama pihak terkait. Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan. Sehingga laporan keuangan yang disampaikan kepada DPR/DPRD merupakan laporan yang telah diperiksa (audited financial statements) dan telah memuat koreksi yang dimaksud. 2.1.5 Kredibilitas laporan keuangan dan opini Badan Pemeriksa Keuangan Menurut Wikipedia Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Istilah kredibilitas berkaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga. Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel commit to user apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu yang diperdebatkan.
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
Johnson dan Shores (1999) menggambarkan bahwa kredibilitas mengacu pada kualitas, kemampuan atau kekuasaan untuk memperoleh keyakinan dan kepercayaan. Dengan kata lain, laporan keuangan yang kredibel adalah dapat menyampaikan informasi yang dapat dipercaya dan terpercaya.Dalam paper tersebut dijelaskan bahwa kelemahan akuntansi, apakah nyata atau hanya isu, membuat laporan keuangan yang dipublikasikan kurang kredibel sebagai sumber informasitentang kinerja perusahaan di masa lalu, kondisi saat ini, dan prospek untukmasa depan. Inti dari audit keuangan adalah mencari dan evaluasi bukti tentang akurasi asersi manajemen. Auditor mengevaluasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit, memberikan perhatian khusus pada kredibilitas sumber informasi. Perhatian terhadap sumber informasi seperti kesesuaian dengan pedoman peraturan dan temuan dari penelitian sebelumnya.Ketika auditor menghadapi manajemen kredibilitas yang rendah,auditor akan meningkatkan upaya pemeriksaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang lebih persuasif dan mencari tambahan sumber bukti di luar kendali manajemen (Beaulieu 2001; Kizirian et al 2005) dalam Blaskovich dan Mintchik (2009). Kredibilitas manajemen dapat digambarkan melalui laporan keuangan karena
hanya manajemen yang memiliki informasi yang berkaitan dengan
substansi laporan keuangan tersebut. Untuk itu diperlukan pihak yang independen untuk memberikan pendapatnya dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut.Dalam laporan keuangan pemerintah daerah yang ditunjuk untuk memeriksa laporan keuangan secara independen adalah BPK atau Akuntan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan untuk dan atas nama BPK. Dalam SPKN telah memuat konsep akuntabilitas bagi seorang pemeriksa yang merupakan landasan dalam pelayanan kepentingan publik. Disebutkan bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik dengan menjunjung tinggi integritas, obyektivitas, dan independensi. Pemeriksa diwajibkan untuk memiliki sikap melayani kepentinganpublik, menghargai dan memelihara kepercayaan publik, dan mempertahankan profesionalisme. Penelitian Kasidi (2007) menyebutkan kebanyakan literatur menyebutkan bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen dari seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan keuangan.Akan tetapi pemeriksa diwajibkan untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik. Dengan adanya standar tersebut diharapkan kesimpulan pemeriksaan yang berupa opini dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur oleh pengguna laporan keuangan dalam menilai kredibilitas suatu laporan keuangan Jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan keuangan tidak percayaatas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya. Independensi merupakan standar auditing yang pokok karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Sehingga apabila akuntan tersebut tidak independen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
maka opininya menjadi tidak bernilai.
27 digilib.uns.ac.id
Kemanfaatan kredibilitas opini salah
satunya dapat dilihat dari penelitian Fitryani,Subroto dan Baridwan (2013), menyatakan bahwa manfaat opini audit bagi pengguna laporan keuangan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi oleh investor dan pemberian kredit oleh kreditur serta keputusan lain dari pengguna laporan keuangan lain.Mack dan Ryan (2006) menyatakan bahwa tujuan umum dari laporan keuangan sektor publik adalah lebih untuk memenuhi akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas publik dibandingkan untuk tujuan pengambilan keputusan. Dalam penelitian Fen (2010) dijelaskan bahwa opini audit merupakan simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Citra perusahaan sangat berhubungan erat dengan opini audit di mata para pengguna laporan keuangan, diantaranya para pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum. Memastikan pelaporan yang kredibel dalam informasi laporan keuangan adalah termasuk dalam peran struktur tata kelola perusahaan yaitu dalam bentuk mitigasi biaya (Cohen et al. 2004). Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitianHabib (2013) menyatakan bahwa formulasi opini audit adalah prosedur rinci dan kompleks yang melibatkan penerimaan klien, memahami
bisnis klien, melakukan pemeriksaan pengendalian internal,
memperoleh bukti substantif tentang pernyataan akun dan menggabungkan hasil untuk membentuk opini. Terdapat empat opini yang diberikan oleh BPK dalam setiap keadaan. 1. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai denganStandar Akuntansi Pemerintahan (SAP). BPK dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (WTP-DPP) karena keadaan tertentu sehingga mengharuskan pemeriksa menambahkan suatuparagraf penjelasan dalam LHP sebagai modifikasi dari opini WTP. 2.
Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Opini ini memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
3. Opini tidak wajar (adversed opinion). Opini ini memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer). Disclamer mengartikan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan. Marfiana dan Kurniasih (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa opini BPK dapat menjadi tolak ukur untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas pemerintah, hal tersebut disebabkan karena opini dapat menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan pemangku kepentingan ataspelaporan yang entitas pemerintah daerah. Opini audit pemerintah daerah merupakan salah satu parameter penilaian akuntabilitas pemerintahan di daerah (Adzani dan Martani 2014). Akuntabilitas berarti pemerintah mampu menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan amanah yang diembannya.
2.1.6 Sistem pengendalian internal (SPI) Sesuai dengan pasal 1 Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2008 SPI adalah merupakan suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan secara berkelanjutan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai yang bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam penerapannya, sistem pengendalian intern di lingkungan instansi pemerintah disebut dengan Sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP). Tujuan utama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
internal kontrol adalah untuk memberikan keyakinan memadai tentang keandalan pelaporan keuangan (D’Aquila 1998). Peraturan pemerintah tentang SPI sebenarnya merupakan sebuah adopsi dari sistem pengendalian yang telah dibuat oleh organisasi The Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. Menurut COSO (1992) sistem pengendalian internal adalah: Internal control is process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in following categories : effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting and compliance with applicable laws and regulations.
Standar Audit Seksi 319 (PSA No. 69)mengharuskan auditor untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern untuk merencanakan audit dan untuk menentukan risiko pengendalian. Dijelaskan dalam audit atas laporan keuangan entitas pemerintah, pemahaman yang dimaksud adalah mencakup pengetahuan tentang desain pengendalian intern yang relevan dengan asersi laporan keuangan yang dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berdampak langsung dan material serta tentang pelaksanaan pengoperasian pengendalian intern.Pengetahuan tersebut digunakan untuk mengidentifikasikan tipe salah saji potensial, untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material, dan untuk mendesain pengujian substantif. Sesuai dengan COSO (1992), kerangka kerja SPIP terdiri dari lima unsur commit to user komponen yang saling terintegrasi (Integrated Framework) yaitu lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
pengendalian (control environment), penilaian resiko (risk assesment), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and communication), pemantauan (monitoring). a. Lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern.Consideration of Internal Control in a Financial Statement Audit menyatakan bahwa lingkungan pengendalian merupakan salah satu dari lima komponen pengendalian internal yang menyediakan jaminan wajar tentang pelaporan keuangan yang dapat diandalkan(D’Aquila 1998).Hasil penelitian O’Leary; Iselin dan Sharma(2006) menunjukkan bahwa auditor mempertimbangkan lingkungan pengendalian sebagai elemen yang paling penting dari pengendalian internal. b. Penilaian risiko. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. c. Kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. d. Informasi dan komunikasi. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi commitadalah to userproses penyampaian pesan atau Instansi Pemerintah. Komunikasi
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. e. Pemantauan pengendalian intern. Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian mutu kinerja SPI dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti (PP nomor 60 tahun 2008). Pemantauan dari waktu ke waktu
mungkin
berguna
serta
memberikan
kesempatan
untuk
mempertimbangkan efektivitas lanjutan dari prosedur yang sedang berlangsung (Agbejule dan Jokipii 2008). Penerapan unsur SPIP dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintah.SPI dilandasi pada pemikiran bahwa SPI melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Oleh karena itu dikembangkan unsur SPI yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan SPI. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPI dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan internal
merupakan salah satu
bagian dari
kegiatan
pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat. Menurut commit material to user dalam pengendalian internal Ge dan McVay (2005) kelemahan
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
cenderung berkaitan dengan kebijakan pengakuan kekurangan pendapatan, kurangnya pemisahan tugas, keterlambatan proses periode pelaporan dan kebijakan akuntansi, dan ketidaksesuaian rekonsiliasiakun. 2.1.7 Kepatuhan terhadap perundang-undangan Selain melihat sistem pengendalian intern, pemberian opini juga didasarkan pada penilaian kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Seperti yang tertuang dalam pernyataan standar pelaporan tambahan kedua pada SPKNbahwa laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Selain menggunakan SPKN, terdapat beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan dan pedoman yang digunakan BPK untuk dijadikan dasar dalam memberikan sebuah opini terhadap pengelolaan keuangan negara. Diantaranya adalah UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, dan UU Nomor 15 Tahun 2004), UU Nomor 32 Tahun 2004, berbagai Peraturan Pemerintah, dan Permendagri terkait pedoman pengelolaan keuangan daerah pada tahun saat dilakukan pemeriksaan (Safitri 2014). Sedangkan untuk menyajikan laporan keuangan, SAP merupakan acuan wajib dalam menyajikan laporan keuangan entitas pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. SAP yang berlaku di Indonesia ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 dengan pembaruannya PP Nomor 71 Tahun 2010 (Safitri 2014). commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kapp (1978) menyatakan bahwa audit kepatuhan hukum merupakan sebuah usaha oleh manajemen perusahaan, atau orang yang bertindak atas permintaan atau di bawah pengawasan manajemen perusahaan, dari kajian internal formal dan rinci untuk menentukan apakah dan sejauh mana berbagai departemen dan divisi bisnis perusahaan, beroperasi sesuai dengan hukum, peraturan, dan regulasi yang berlaku untuk perusahaan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan
prosedur
pemeriksaan
tambahan
untuk
memastikan bahwa
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah atau akan terjadi. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas kepatuhan. Apabila pemeriksa menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus memuat suatu paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.Laporan atas kepatuhan mengungkapkan hal berikut ini. (1) Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Ketidakpatutan yang signifikan.
2.1.8 Karakteristik daerah Penilitian ini mengkhususkan dalam sektor publik sehingga variabel “spesifik perusahaan”yang biasanya digunakan untuk penelitian disektor swasta, dalam penelitian ini disesuaikan dengan keadaan sektor publik menjadi “karakteristik
pemerintah
daerah”.Suhardjanto
dan
Yulianingtyas
(2011)
mendefinisikan karakteristik pemerintah daerah sebagai ciri-ciri khusus yang melekat pada pemerintah daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannya dengan daerah lain. 2.1.8.1 Ukuran pemerintah daerah (size). Penelitian Suhardjanto; Rusmin; Mandasari dan Brown (2010) menyatakan bahwa karakteristik pemerintah daerah dapat berupa ukuran daerah, kesejahteraan, functional differentiation, umur daerah, latar belakang pendidikan kepala daerah, leverage daerah, dan intergovernmental revenue. Dalam desertasinya Patrick (2007)menyatakan bahwa ukuran organisasi mengacu pada seberapa besar organisasi tersebut. Ukuran dapat diukur dalam berbagai cara, termasuk jumlah karyawan (ukuran modal manusia), jumlah Aset (ukuran sumber daya fiskal), number of beds (ukuran kapasitas), dan tingkat produksi.Menurut Damanpour (1991), size dapat di ukur dengan jumlah karyawan, total aset, total pendapatan, dan tingkat produktifitas. Semakin besar aset pemerintah daerah, tingkat kekayaan pemerintah, tingkat ketergantungan commit to user pada pemerintah pusat, belanja daerah, dan banyaknya jumlah anggota legislatif
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seharusnya diharapkan akan semakin besar sumber daya yang dimiliki untuk memberikan kinerja yang baik dari pemerintah daerah tersebut kepada masyarakat (Mustikarini dan Fitriasari 2012). Penelitian Suhardjanto et al. (2010) menjelaskan bahwa kabupaten/kota dengan total aset yang lebih besar akan lebih kompleks dalam menjaga dan mengelola asetnya sehingga pemerintah daerah mengungkapkan lebih dalam daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya. Otomatis daerah tersebut akan menaruh perhatian yang lebih tinggi dalam pengungkapan sesuai dengan standar akuntansi. BPK juga melakukan penilaian terhadap kecukupan pengungkapan informasi dalam LK dan kesesuaian LK dengan standar yang berlaku sebagai dasar pemberian opini atas LK. Telah terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan hubungan antara ukuran perusahaan dengan opini, akan tetapi penelitian tersebut di sektor swasta. Menurut Mutchler (1985), auditor akan mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Dalam penelitian Carcello dan Neal (2000) disebutkan bahwa
hasil beberapa penelitian terdahulu menyatakan terdapat
hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini going concern.
Hasil
penelitian
Banimahd,
Noorifard
and
Davoidabadi
(2013)menunjukkan tidak ada hubungan antara ukuran perusahaan dengan opini audit wajar tanpa pengecualian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
2.1.8.2Ketergantungan pemerintah daerah Karakteristik lain yang juga mendapat perhatian peneliti adalah berupa ketergantungan pemda. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Dalam pasal 5 UU No. 33 tahun 2004, sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Tujuan kebijakan perimbangan keuangan adalah untuk memberikan keleluasaan bagi Pemerintah daerah dalam menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan prioritas daerah guna mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat, serta secara lebih luas diharapkan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah. Merujuk pada UU nomor 55 tahun 2005, Dana perimbangan merupakan dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam penelitian ini penulis mengambil DAU sebagai wakil dari ketergantungan Pemerintah daerah karena alokasi dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang dominan dan merupakan komponen kapasitas commit to user fiskal daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. DAU sendiri hampir
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai porsi 50% dari total dana perimbangan. Kajian terhadap efektifitas dan optimalisasi penggunaan dana perimbangan sangat penting karena untuk mengetahui sejauh mana kebijakan desentralisasi yang dikelola oleh pemerintah daerah mampu mendorong tercapainya tujuan nasional untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan umum di daerah. Dana Alokasi Umum sendiri adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk
mendanai
kebutuhan
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
Desentralisasi (UU nomor 55 tahun 2005). DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/Kota. Dengan adanya transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah maka menimbulkan konsekuensi berupa monitoring dari pusat ke daerah terkait keleluasaan pemerintah daerah dalam menggunakan dana tersebut, memberikan kepastian bahwa dana digunakan untuk pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lainnya (Kawedar 2010).
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.1.8.3Opini tahun sebelumnya Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Sehingga pemberian opini oleh auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya. Dalam penelitian Mutchler (1985), Carcello dan Neal (2000), Ramadhany (2004), Januarti (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Sehingga apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit going concern maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali opini tersebut. Penelitian Banimahd, Noorifard and Davoidabadi (2013), menunjukkan
bahwa
opini
auditor
pada
tahun
sebelumnya
memiliki
hubunganpositif dengan dikeluarkannya opini wajar tanpa pengecualianpada tahun berjalan.
B. Penelitian Terdahulu Kualitas pengendalian internal akan berdampak pada kecenderungan auditor untuk mengeluarkan pendapat going concern. Penelitian Jiang et.al (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengungkapan kelemahan SPI yang material dan kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going concern. Penelitian Sipahutar dan Khairani(2012) menunjukkan bahwa terdapat penurunan opini yang diberikan oleh BPK atas laporan keuangan pada pemerintah daerah
kabupaten
Empat
commit toyang user disebabkan Lawang
karena
terdapat
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
kelemahan/kesalahan material efektivitas SPI, kepatuhan pemerintah kabupaten Empat Lawang terhadap peraturan perundang-undangan dan kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Taufikurrahman (2014), menunjukkan bahwa kelemahan SPI secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit oleh BPK RI atas LKPD provinsi, kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Terbatas hanya untuk opini WTP, hasil penelitian Fatimah et al. (2014) menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yangmengakibatkan kasus kerugian daerah/perusahaan dan penyimpangan administrasi memiliki pengaruh negatif terhadap opini WTP. Sedangkan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini WTP. Adzani dan Martani (2014) melakukan penelitian berupa pengaruh kesejahteraan masyarakat, faktor politik dan ketidakpatuhan regulasi terhadap opini audit laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan pengaruh pembangunan manusia dan faktor politik terhadap opini audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa politik dinasti dan dan jangka waktu pemilihan kepala daerah memiliki dampak negatif terhadap opini audit. Sedangkan variabel pembangunan manusia memiliki dampak negatif terhadap opini audit pemerintah daerah. Dari sisi kepatuhan terhadap regulasi dan peraturan, jumlah kasus temuan, jumlah nominal temuan, dan jumlah kasus rekomendasi berpengaruh terhadap hasil opini audit atas LKPD. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Penelitian terdahulu tentang kaitan opini dengan kharakteristik daerah masih sangat terbatas. Sebagian besar penelitian masih berkutat pada penelitian sektor swasta dengan karakteristik perusahaan sebagai variabelnya. Penelitian Gaganis dan Pasiouras (2007) menggunakan total aset yang berfungsi sebagai ukuran (size) bank yangmungkin berdampak pada opini audit karena berbagai alasan.Pandangan umum menyatakan bahwa probabilitas menerima modifikasi opini audit lebih besar pada perusahaan kecil dibandingkan perusahaan yang lebih besar (Habib 2013). Hasil penelitian Mutchler (1985) menyatakan bahwa, auditor sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Sementara perusahaan yang lebih besar memiliki lebih banyak sumber daya yang dipekerjakan untuk menghindari kebangkrutan (Mutchler et al. 1997). Penelitian terdahulu untuk variabel hubungan ketergantungan pemerintah daerah dengan opini masih belum ditemukan oleh penulis, oleh karena itu penulis merujuk pada kaitan antara hubungan rasio ketergantungan pemerintah daerah dengan pengungkapan karena pengungkapan merupakan salah satu kriteria BPK dalam memberikan opini. Penulis melakukan justifikasi sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa semakin tinggi rasio ketergantungan seharusnya opininya semakin baik karena diperlukan pengungkapan yang lebih sebagai alat monitor pihak eksternal. Telah terdapat beberapa penelitian tentang ketergantungan pemda dengan Pengungkapan diantaranya Robin dan Austin (1986), Suhardjanto et al (2010) dan Setyaningrum dan Syafitri (2012). Penelitian pada variabel opini tahun sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian akan tetapi disektor swasta. Misalnya penelitian commit to user
Mutchler (1985);
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Carcello dan Neal (2000); Ramadhany (2004); Januarti (2009); dan Setyarno et al. (2009) sedangkan pada sektor publik masih sangat terbatas, misalnya pada penelitian Fatimah et al. (2014) akan tetapi masih terbatas pada opini WTP.
C. Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh kelemahan SPI terhadap kredibilitas laporan keuangan. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPI merupakan acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk merancang sistem pengendalian intern yang disesuaikan dengan masing-masing entitas. SPI meliputi lima unsur pengendalian, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Efektifitas SPI dinilai dari kemampuannya dalam memberikan keyakinan yang memadai terhadap efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan entitas, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara, dan kepatuhan terhadapperaturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu kriteria pemberian opini adalah evaluasi atas efektivitas SPI. Menurut
BPK,
lingkungan
pengendalian
yang
diciptakan
seharusnya
menimbulkan perilaku positifdan kondusif untuk menerapkan SPI yang didesain untuk dapat mengenali apakahSPI telah memadai dan mampu mendeteksi adanya kelemahan. Adanya kelemahan pengendalian internal mencerminkan risiko kontrol yang lebih besar dan dapat meningkatkan risiko audit secara keseluruhan untuk auditor commit to user ketika melakukan audit laporan keuangan. Lingkungan pengendalian internal yang
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lemah memfasilitasi manajemen laba dan perilaku oportunistik serta mengurangi keandalan pelaporan keuangan (Ge dan McVay 2005). Beberapa penelitian sebelumnya tentang SPI masih memberikan perdebatan. Hasil penelitian Kawedar (2010); Sipahutar dan Khairani (2012); Taufikurrahman (2014) menunjukkan bahwa kelemahan SPIberpengaruh negatif pada pengeluaran opini oleh auditor.Sedangkan hasil penelitian Sunarsih (2013), justru menyatakan bahwa kelemahan SPI tidak berpengaruh pada opini, walaupun terbatas pada opini disclaimer. Berdasarkan ketidaksamaanhasil penelitian dan teori yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H1 : Kelemahan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD.
2.2.2 Pengaruh
ketidakpatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan
terhadap opini BPK Selain melihat sistem pengendalian intern, pemberian opini juga didasarkan pada penilaian kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.Seperti yang tertuang dalam pernyataan standar pelaporan tambahan kedua pada SPKN bahwa laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain menggunakan SPKN, terdapat beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan dan pedoman yang digunakan BPK untuk dijadikan dasar dalam memberikan sebuah opini terhadap pengelolaan keuangan negara (Safitri 2014). Kapp (1978) menyatakan bahwa audit kepatuhan hukum merupakan sebuah usaha oleh manajemen perusahaan, atau orang yang bertindak atas permintaan atau di bawah pengawasan manajemen perusahaan, dari kajian internal formal dan rinci untuk menentukan apakah dan sejauh mana berbagai departemen dan divisi bisnis perusahaan, beroperasi sesuai dengan hukum, peraturan, dan regulasi yang berlaku untuk perusahaan. Hasil penelitian Sipahutar dan Kahirani (2012),Taufikurrahman (2014), Adzani dan Martani (2014) menunjukkan bahwa temuan ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan berpengaruh terhadap pemberian opini dengan hubungan pengaruh negatif.Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Sunarsih (2013), menurutnya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tidak mempengaruhi opini disclaimer. Berdasarkan ketidaksamaan hasil penelitian dan teori yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H2 : Temuan Ketidakpatuhan terhadap peraturan berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
2.2.3 Pengaruh karakteristik daerah terhadap opini BPK Banyak studi empiris yang membahas tentang faktor-faktor penentu pelaporan auditor yang telah yang diterbitkan dengan menggunakan lebih dari 70 variabel penjelas. Beberapa variabel yang sering digunakan oleh para peneliti, misalnya karakteristik auditor, ukuran perusahaan, financial distress, status pendapat auditor sebelumnya, dan kinerja perusahaan (Habib, 2013). Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel ukuran pemerintah daerah, ketergantungan pemerintah daerah dan opini tahun sebelumnya sebagai variabel independen yang akan menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen berupa opini BPK.
2.2.3.1 Ukuran pemerintah daerah Menurut Damanpour (1991), size dapat di ukur dengan jumlah karyawan, total aset, total pendapatan, dan tingkat produktifitas.Patrick (2007) menyatakan bahwa ukuran organisasi mengacu pada seberapa besar organisasi tersebut. Menurutnya ukuran daerah yang diproksikan dengan total aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan sesuai GASB 34. Penelitian Doyle, Ge dan McVay (2007) menunjukkan bahwa perusahaan yang banyak memiliki temuan kelemahan pengendalian intern adalah perusahaan yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Hal tersebut senada dengan penelitian Aushbaugh-Skaife, Collins, dan Kinney Jr (2006) perusahaan dengan kecenderungan pengungkapan kelemahan pengendalian internal yang semakin banyak adalah perusahaan yang memiliki kompleksitas operasi yang tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Beberapa penelitian tentang ukuran yang diproksikan dengan total aset adalah diantaranya penelitian Mutchler (1985), auditor akan mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Dengan alasan bahwa menurut auditor, perusahaan yang lebih besar cenderung mampu menyelesaikan masalah keuangan dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Dalam penelitian Carcello dan Neal (2000) disebutkan bahwa hasil beberapa penelitian terdahulu menyatakan terdapat hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini going concern.Berdasarkan hasil perbedaan penelitian yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H3: Ukuran Pemda berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD.
2.2.3.2Ketergantungan pemerintah daerah Patrick (2007) menggunakan intergovernmental revenue sebagai salah satu variabel dalam menjelaskan karakteristik pemerintah daerah Pennsylvania. Menurut Patrick intergovernmental revenuemerupakan pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari transfer dari pemerintah pusat untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah daerah. Dengan adanya transfer dana tersebut pemerintah daerah membelanjakan sesuai dengan alokasi dan petunjuk anggaran dan menurut Undang-undang. Tujuan adanya transfer dana dari pemerintah pusat adalah supaya Pemerintah daerah dapat meningkatkan kinerjanya.Robbins dan Austin (1986) menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pemda merupakan representasi dari intergovernmental revenue. Hasil penelitian tersebut adalah tingkat ketergantungan pemerintah kota berhubungan positif dan signifikan terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan ketergantungan yang besar memungkinkan pemerintah pusat untuk melakukan pembatasan operasi dan meminta pengungkapan lebih untuk memonitor kinerja pemerintah daerah dengan pembatasan operasi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto et al. (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara intergovernmental revenue dengan kesesuaian pengungkapan wajib pemerintah daerah.Liestiani (2008) menyatakan pemda yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana pemerintah pusat memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak. Semakin tinggi DAU yang diterima pemda, maka tingkat ketergantungan yang besar terhadap sumber dana pemerintah pusat. Penelitian Puspita dan Martani (2012), tingkat ketergantungan yang tinggi cenderung meningkatkan tingkat pengungkapan LKPD. Berbeda hasil dengan penelitian Setyaningrum dan Syafitri (2012) bahwa tingkat ketergantungan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan disebabkan tidak terdapat tekanan dari pemerintah pusat untuk melakukan peningkatan pengungkapan.Dalam Verdiana dan Utama (2013), menjelaskan bahwa beberapa penelitian yang menyatakan disclosure merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan opini going concern. Pengungkapan merupakan salah satu kriteria BPK dalam memberikan sebuah opini kepada sebuah instansi. Sehingga secara tidak langsung rasio ketergantungan Pemerintah daerah berhubungan dengan opini laporan commit to user keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
Berdasarkanpenelitian tentang rasio ketergantungan pemerintah daerah terhadap pengungkapan sertateori yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis kaitan antara rasio ketergantungan terhadap kredibilitas laporan keuangan sebagai berikut : H4:Ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruh positif terhadap kredibilitas LKPD.
2.2.3.2Opini tahun sebelumnya Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Sehingga pemberian opini oleh auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya. Dalam penelitian Mutchler (1985); Carcello dan Neal (2000); Ramadhany (2004); Januarti (2009); Setyarno et al. (2009)menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Sehingga apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit going concern maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali opini tersebut. Penelitian Atyanta (2011) menyebutkan bahwa penyelesaian rekomendasi yang membutuhkan waktu bertahun-tahun merupakan salah satu kendala pemerintah daerah dalam memperoleh opini WTP. Sehingga dimungkinkan untuk menerima opini audit yang sama dengan opini audit tahun sebelumnya. Penelitian Banimahd et al. (2013) dan penelitian Fatimah et.al (2014) juga menunjukkan to usermemiliki hubungan langsung dan bahwa opini auditor pada tahun commit sebelumnya
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
positif dengan penerbitan laporan audit WTP pada tahun berjalan.Akan tetapi penelitian tersebut baru terbatas pada opini WTP. Berdasarkan penelitian dan teori yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H5:Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kredibilitas LKPD. Berdasarkan hipotesa yang telah diberikan, maka model kerangka berpikir dalam penelitian ini diusulkan sebagai berikut .
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelemahan SPI (X1)
H1-
Ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan
H2-
(X2)
Karakteristik PEMDA
H3-
Kredibilitas LKPD (Y) (opini)
Ukuran PEMDA H4+
(X3) Ketergantungan PEMDA (X4)
H5+ Opini tahun sebelumnya (X5)
Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Fokus penelitian ini adalah menguji secara empiris variabel-variabel yang mungkin dapat mempengaruhi opini menganalisis
BPK. Rancangan penelitian ini digunakan untuk
“Pengaruh
SPIP,
kepatuhan
terhadap
perundang-undangan,
ketergantungan pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, dan opini tahun sebelumnya terhadap kredibilitas pemerintah daerah yang diwakili opini BPK.
B. Cara Pengumpulan Data Seluruh penelitian ini menggunakan data sekunder. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara men-download dari internet. Data yang digunakan adalah Laporan Ihtisar Hasil Pemeriksaan BPK berupa temuan sistem pengendalian intern dan temuan ketidak patuhan terhadap perundang-undangan. Data lainnya adalah Laporan Keuangan berupa neraca dengan mengambil akun total aset, dan Laporan Realisasi Anggaran dengan akun Dana Alokasi Umum dan Pendapatan yang diambil dari website Direktorat Jenderal Perimbangan. Penulis melakukan studi pustaka dengan cara membaca buku, jurnal penelitian dan publikasi yang berhubungan dengan penelitian. commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Populasi dari penelitian adalah pemerintah daerah di Indonesia yang laporan keuangannya menjadi objek pemeriksaan BPK RI pada tahun 2013. Jumlah kabupaten/kota di Indonesia menurut Komite Pemantau Pelaksana Otonomi Daerah per Mei 2013 adalah sebanyak 542 kabupaten/kota,sehingga populasi dari penelitian iniberjumlah 542.Laporan keuangan yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit BPK RI dengan tahun anggaran 2013 yang memiliki data lengkap yang terkait dengan variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposivesamplingyaitu mengambil sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 1.
Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit oleh BPK.
2.
Pada sampel tersebut, tersedia dataterkait dengan variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian.
Alasan pemilihan kriteria tersebut karena melihat pengalaman-pengalaman sebelumnya masih banyak sekali pemerintah provinsi, kabupaten dan kota yang masih terlambat dalam menyerahkan laporan keuangan. Akibatnya, BPK baru bisa melakukan pemeriksaan pada semester berikutnya. Selain itu terdapat pula LKPD yang tidak memiliki lampiran secara lengkap. Data LKPD diambil dari Laporan Hasil Pemeriksaan Semester I tahun 2009 BPK. Data-data yang lain diambil dari laporan keuangan tiap pemerintah daerah dan situs-situs lain yang menyediakan informasi tersebut. Tahun penelitian mengambil tahun 2013 disebabkan karena merupakan tahun anggaran terbaru yang laporan keuangannya telah diaudit BPK dan hasil commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemeriksaannya telah diterbitkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Semester I tahun 2014.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan adalah kredibilitas pemerintah daerah yang diwakili dengan opini BPK, sedangkan variabel independennya terdiri dari kelemahan SPIP (X1), ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan
(X2),
ukuran
pemerintah
daerah
(X3),
ketergantungan pemerintah daerah (X4) dan opini tahun sebelumnya (X5). Berikut definisi operasional masing-masing variabel untuk memberikan pemahaman yang lebih spesifik terhadap variabel-variabel penelitian ini.
3.3.1 Kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah (Y) Sepertiyang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kredibilitas laporan keuangan dapat digambarkan melalui opini.
Kredibilitas
itu sendiri
memiliki kaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga,sedangkan menurut PP No.15 tahun 2004, opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.Penulis memilih variabel dependenberupa kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah dengan diproksikan dengan opini yang dikeluarkan oleh BPK atas pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah. Terdapat lima buah opini yang dikeluarkan BPK ketika harus memberikan kesimpulan pendapat terhadap suatu laporan keuangan. Masing-masing opini commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut memiliki tingkatan nilai. Opini yang paling ideal adalah Wajar Tanpa Pengecualian. Tingkatan di bawahnya adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan
Paragraf
Penjelas.
Berturut
berikutnya
adalah
Wajar
Dengan
Pengecualian, Tidak Wajar dan opini yang paling buruk adalah Tidak Memberikan Pendapat. Masing-masing memiliki kriteria sendiri hingga bisa ditarik menjadi sebuah kesimpulan dalam bentuk opini. Kriteria pemberian opini WTP adalah ketika suatu SPI berjalan memadai dan tidak terdapat salah saji yang material atas pos-pos laporan keuangan. Sampai didapatkan kesimpulan bahwa secara keseluruhan laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. Terdapat modifikasi opini berupa“Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP)” diberikan kepada sebuah instansi karena keadaan tertentu sehingga mengharuskan pemeriksa menambahkan suatu paragraf penjelas. Beberapa contoh yang menjadi pertimbangan auditor ketika memutuskan untuk memberikan pendapat WTP DPP adalah sebagai berikut. 1.
Terjadi perubahan prinsip akuntansi pada entitas yang diperiksa.
2.
Auditor memiliki kesimpulan terdapat masalah substansial dengan going concern klien.
3.
Terdapat penegasan informasi yang berisi catatan atas laporan keuangan seperti transaksi dengan pihak hubungan istimewa.
4.
Terdapat aspek signifikan dalam audit sehingga harus memodifikasi bahasa misalnya menggunakan hasil audit dan opini auditor lain. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Opini “Wajar Dengan Pengecualian” diberikan apabila sistem pengendalian internal memadai, namun terdapat salah saji yang material pada beberapa pos laporan
keuangan.
Pengguna
laporan
keuangan
harus
memperhatikan
permasalahan yang diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan sehingga tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan. Opini berikutnya adalahTidak Wajar, BPK akan memberikan opini tersebut jika hasil penilaian sistem pengendalian internal tidak memadai dan terdapat salah saji pada banyak pos laporan keuangan yang material sehingga secara keseluruhan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. Tidak Memberikan Pendapatakan diberikan oleh BPK ketika terdapat suatu nilai yang secara material tidak dapat diyakini auditor karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti dan atau sistem pengendalian intern yang sangat lemah. Dalam penelitian ini, penulis mengkategorikan masing-masing opini kedalam bentuk skala ordinal. Dengan skala ordinal tidak hanya mengkategorikan data ke dalam kelompok, tetapi juga melakukan rangking terhadap kategori (Ghozali 2011: 4). Berikut hasil skala ordinal untuk tiap kategori opini. 1 = Tidak Memberikan Pendapat. 2 = Tidak Wajar. 3 = Wajar Dengan Pengecualian. 4 = Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas. 5 = Wajar Tanpa Pengecualian. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari skala tersebut dapat dijelaskan bahwa skor terendah adalah satu dan itu diberikan kepada kategori opini Tidak Memberikan Pendapat. Skor berikutnya adalah dua, diberikan pada kategori opini Tidak wajar. Opini Wajar Dengan Pengecualian diberikan skor dengan nilai tiga. Nilai empat merupakan skor untuk kategori opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas. Skor tertinggi yaitu lima diberikan kepada kategori Wajar Tanpa Pengecualian.
3.3.2
Sistem pengendalian internal (X1) Fungsi dari SPIP adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai
tentang keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan.Landasan dalam SPI adalah pemikiran bahwa sistem pengendalian intern melekatsepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta harusdapat memberikan keyakinan yang memadai. Agar hal tersebut dapat terlaksana harus dibentuk adanya suatu pengendalian pada semua tingkatan. Berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008 SPI memiliki lima unsur pengendalian
yaitu
lingkungan
pengendalian,
penilaian
risiko,
kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Unsur-unsur tersebut digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi terhadap SPI.Penyelenggaraan kegiatan pada instansi pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, efektif dan efisien. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Semakin buruk suatu penyelenggaran SPI maka akan semakin banyak ditemukan adanya kelemahan. Kelemahan SPI akan menjadi salah satu dasar bagi auditor BPK untuk menjadikannya sebuah temuan. Jumlah temuan SPI merupakan salah satu kriteria BPK dalam memberikan opini.Dalam penelitian ini kelemahan sistem pengendalian internal merupakan proksi terhadap penilaian lemahnya sistem pengendalian pemda. Temuan SPI dirangkum dari tiga kategori kelemahan SPI. 1.
Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yaitu kelemahan sistem pengendalian yang terkait kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan. a. Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat. b. Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan. c. Entitas terlambat menyampaikan laporan. d. Sistem informasi Akuntansi dan pelaporan tidak memadai. e. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai.
2.
Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, yaitu kelemahan pengendalian yang terkait dengan pemungutan dan penyetoran penerimaan negara/daerah/perusahaan milik negara/daerah serta pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa. a. Perencanaan kegiatan tidak memadai. b. Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan penerimaan daerah dan hibah tidak sesuai ketentuan. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang teknis tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja. d. Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBD. e. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan. f. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat peningkatan biaya/belanja. 3.
Kelemahan struktur pengendalian intern, yaitu kelemahan yang terkait dengan ada/tidaknya
struktur
pengendalian
intern
atau
efektivitas
struktur
pengendalian intern. a. Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur. b. SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati c. Satuan Pengawas Intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan optimal. d. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai. Di dalam SPKN dinyatakan bahwa untuk melaporkan kelemahan pengendalian intern pemeriksa harus mengidentifikasi “kondisi yang dapat dilaporkan” secara sendiri-sendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material.Dalam penelitian Fatimahet al. (2014) terdapat pernyataan jika salah satu dari SPI tersebut ditemukan maka memiliki keterkaitan terhadap pemberian opini oleh BPK RI. Dalam penelitian ini, penulis mengambil hasiltemuan secara komulatif commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelemahan SPI dari “Daftar kelompok dan jenis temuan menurut entitas “ yang telah disajikan dalam IHPS I 2014.
3.3.3 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (X3) Penyimpangan
terhadap
peraturan
perundang-undangan
disebut
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan.Jumlah temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan merupakan kriteria selain SPI yang menjadi pertimbangan BPK dalam memberikan opini.Ketidakpatuhan terhadap regulasi merupakan salah satu bentuk pelanggaran yang dapat mempengaruhi opini BPK (Adzani dan Martani 2014).Semakin banyak temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan maka kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik semakin rendah.Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan merupakan proksi terhadap penilaian banyaknya penyimpangan peraturan perundang-undangan. BPK menyatakan
terhadap
bahwa salah satu hasil
pemeriksaan atas LK berupa laporan kepatuhan mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan
negara/daerah,
perundang-undangan
potensi
kerugian
yang
negara/daerah,
mengakibatkan kekurangan
kerugian
penerimaan,
administrasi, ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Dengan penjelasan sebagai berikut; a.
Kerugian negara/daerah adalah berkurangnya kekayaan negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai. to user dengan pengenaan/pembebanan Kerugian dimaksud harus commit ditindaklanjuti
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerugian kepada penanggung jawab kerugian sesuai ketentuan perundangundangan. b.
Potensi kerugian negara/daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian dimasa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang,yang nyata dan pasti jumlahnya.
c.
Kekurangan penerimaan adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.
d.
Temuan
administrasi
mengungkap
adanya
penyimpangan
terhadap
ketentuanyang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset
maupun
operasional,
tetapi
penyimpangan
mengakibatkan
kerugianatau
potensi
mengurangi
hak
negara/daerah
tersebut
tidak
kerugian
negara/daerah,
tidak
(kekurangan
penerimaan),
tidak
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana. e.
Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan input dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar, kuantitas/kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkandengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.
f.
Temuan mengenai ketidakefisienan mengungkap permasalahan rasio penggunaan kuantitas/kualitas input untuk satu satuan output yang lebih besar dari seharusnya.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g.
Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian hasil (outcome) yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak tercapai.
Dalam penelitian Fatimah et al. (2014) terdapat pernyataan jika salah satu dari ketidakpatuhan
terhadap
perundang-undangan
ditemukan
maka
memiliki
keterkaitan terhadap pemberian opini oleh BPK RI. Penelitian ini mengambil hasil temuan secara komulatif dari “Daftar kelompok dan jenis temuan menurut entitas “ yang telah disajikan dalam IHPS I 2014.
3.3.4 Ukuran pemerintah daerah (X3) Ukuran organisasi dapat menunjukkan seberapa besar organisasi tersebut. Hal tersebut dapat diukur dalam berbagai cara, misalnya jumlah karyawan (ukuran modal manusia), jumlah Aset (ukuran sumber daya fiskal), number of beds (ukuran kapasitas), dan tingkat produksi.Total aset sebagai proksi untuk variabel ukuran pemerintah daerah karena nilai aset dianggap lebih stabil. Begitu pula dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan variabel total aset untuk menggambarkan ukuran pemerintah daerah. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya (PP 71 tahun 2010).
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut PP 71 tahun 2010, aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar.Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,dan aset lainnya.Investasi jangka panjang meliputi investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan). Total aset adalah jumlah dari aset lancar dan nonlancar. Gambar 3.1 Rumus Total Aset Karena nilai total aset yang cukup besar yaitu mencapai triliunan, maka untuk menyederhanakan data untuk kepentingan pengolahan statistik maka dalam penelitian ini menggunakan fungsi ln.
Ukuran Pemda = ln total aset
Gambar 3.2 Rumus Ukuran Pemerintah Daerah commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.3.5 Ketergantungan pemerintah daerah (x4) Selain ukuran dan tingkat kekayaan pemda, tingkat ketergantungan pemda kabupaten/kota terhadap pemerintah pusat juga berbeda-beda yang diwujudkan dalam bentuk penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) (Mustikarini dan Fitriasari 2012). Menurut PP No.55 tahun 2005, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Penelitian Syafitri (2012) dan Khasanah (2014) menggunakan dana alokasi umum dibandingkan dengan total pendapatan untuk menjelaskan variabel tingkat ketergantungan, begitu pula dalam penelitian ini.
Rasio ketergantungan PEMDA = DAU Total Pendapatan Gambar 3.3 Rumus rasio ketergantungan pemerintah daerah
3.3.6 Opini tahun sebelumnya (X5) Dalam International Standard On Auditing (ISA) 710 disebutkan, terdapat keterkaitan antara opini tahun berikutnya dengan opini audit tahun sebelumnya. Terutama jika terdapat masalah yang memunculkan modifikasi opini, dan masalah commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut belum terpecahkan dan angka yang tersaji belum sesuai atau belum diungkapkan secara benar. Data opini tahun sebelumnya diperoleh dari daftar opini laporan keuangan pemerintah daerah dalam IHPS I tahun 2014. Sama dengan penilaian opini tahun penelitian, untuk opini tahun sebelumnyaini, penulis mengkategorikan masingmasing opini ke dalam bentuk skala ordinal. Berikut hasil skala ordinal untuk tiap kategori opini; 1 = Tidak Memberikan Pendapat. 2 = Tidak Wajar. 3 = Wajar Dengan Pengecualian. 4 = Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas. 5 = Wajar Tanpa Pengecualian. Dengan pengertian yang sama dengan nilai skor pada opini tahun penelitian yang telah dijelaskan di atas maka skor terendah adalah satu dan itu diberikan kepada kategori opini Tidak Memberikan Pendapat. Skor berikutnya adalah dua, diberikan pada kategori opini Tidak Wajar. Opini Wajar Dengan Pengecualian diberikan skor nilai tiga. Nilai empat merupakan skor untuk kategori opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas. Skor tertinggi yaitu lima diberikan kepada kategori Wajar Tanpa Pengecualian.
D. Pengujian Instrumen Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode berupa ordinal logistic regressionuntuk melakukan uji statistik terhadap model penelitian.Regresi commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Logistik merupakan metode regresi yang digunakan untuk mencari hubungan antar variabel dependenyang memiliki skala nominal dengan variabel independen yang memiliki campuran skala rasio dengan skala ordinal.Dalam regresi ini tidak diperlukan asumsi mutivariate normal distribution karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non metrik) (Ghozali 2011:333). Ordinal logistic regression digunakan jika variabel dependen mempunyai skala ordinal (Ghozali 2011:348).
3.4.1 Uji fit model Dalam Ghozali disebutkan langkah awal metode ini adalah menilai overall fit model terhadap data. Untuk menilai model fit atau tidak dihipotesiskan sebagai berikut: H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data. HA: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data. Jika probabilitas > 0,05 Ho diterima akan tetapi jika probabilitas < 0,05 Ho ditolak. Untuk dapat menilai model yang digunakan fit atau tidak digunakan fungsi likelihood. Menurut Ghozalilikelihood L dari model merupakan probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Dan untuk menguji hipotesis tersebut L ditransformasikan menjadi -2LogL. 3.4.2 Uji koefisien determinasi commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam regresi berganda koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu maka variabel-variabel independen
dapat menjelaskan informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen.Regresi logistik menggunakannilai Mc Fadden. Semakin besar nilaiMc Fadden maka semakin bagus sebuah model dalam memberikan kontribusi prediksi terhadap variabel dependennya. 3.4.3 Uji koefisien regresi Untuk dapat menguji koefisien regresi maka perlu memperhatikan sebagai berikut. a.
Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5 %.
b.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-
value (probabilitas value). Jika p-value > α, maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p-value < α, maka hipotesis alternatif diterima. Rumus Regresi: Y= α+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ β5 X5 Keterangan : Y
: Opini BPK.
X1 =
: Kelemahan SPI. to user commit
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X2 =
: Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
X3
: Ketergantungan PEMDA terhadap pemerintah pusat.
X4
: Ukuran pemerintah daerah.
X5
: Opini tahun sebelumnya.
α
: Konstanta
β1, ....., β5
: Koefisien variabel independen
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian 4.1.1 Gambaran umum data Obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 542 buah. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit BPK RI dengan tahun anggaran 2013 yang memiliki data lengkap yang terkait dengan variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian ini. Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 454 buah atau 83,76% dari total populasi. Apabila dilihat dari tingkat pemerintahan maka sampel ini terdiri dari 29 laporan keuangan pemerintah provinsi, 337 laporan keuangan pemerintah kabupaten, dan 88 laporan keuangan pemerintah kota.
Tabel 4.1 Proses seleksi sampel Keterangan
Jumlah
LKPD seluruh Indonesia
542
LKPD yang belum mendapatkan opini BPK
86
LKPD yang telah mendapatkan opini BPK
456
LKPD yang tidak lengkap
2
Total sampel Data sekunder diolah, 2015
454 commit to user
68
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terhadap 456 LKPD tahun 2013, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualiankepada 153 LKPD, opini Wajar Dengan Pengecualian kepada 276 LKPD, opini Tidak Wajarkepada 9 LKPD, dan opini Tidak Memberikan Pendapat atas 18 LKPD.
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Pemerintahan Keterangan
Jumlah
Provinsi
29
Kabupaten
337
Kota
88
Total
454
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dari data Tabel 4.2 di atas dapat lebih dirinci lagi bahwa opini yang dominan ditingkat provinsi adalah WTP yaitu sebanyak 15 LKPD atau sebesar 52%. Penerimaan opini paling banyak untuk tingkat kabupaten adalah WDP yaitu sebesar 214 LKPD atau sebesar 63% dan begitupula untuk kota penerimaan opini tertinggi adalah WDP yaitu 50 LKPD atau 57%. Analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensia (uji model). Jumlah variabel yang dianalisis ada enam, terdiri dari satu variabel dependen dan lima variabel independen. Variabel tidak bebas atau dependennya adalah opini BPK. Variabel bebas atau independennya adalah kelemahan SPI, temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, ukuran commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah daerah, ketergantungan pemerintah daerah, dan opini tahun sebelumnya. Program yang digunakan untuk melakukan uji statistik adalah SPSS versi 20.
4.1.2 Statistik deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat diantaranya dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range (Ghozali, 2011). Nilai rata-rata atau mean adalah nilai ratarata dari suatu kelompok. Nilai rata-rata didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam suatu kelompok kemudian dibagi dengan jumlah individu yang terdapat pada kelompok tersebut. Standar deviasi adalah rata-rata jarak penyimpangan data diukur dari nilai rata-rata data tersebut.
Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif Variabel
N
Minimum
Maksimum
Mean
Opini.t (Y)
454
1,00
5,00
3
Kelemahan SPI (X1)
454
1,00
51,00
12
Ketidakpatuhan thd UU (X2)
454
1,00
74,00
13
Ukuran pemda (X3)
454
Rp53.997.009.989.621 .
Rp405,375,944,683,75 8
0,57
Ketergantungan PEMDA(X4)
454
13,20
19, 82
14,68
Opini Periode Sebelumnya (X5)
454
1.00
5,00
3
commit to user Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat statistik deskriptif masingmasing variabel. Variabel opini memiliki nilai minimum satu, berartiopini terendah yang diterima sampel adalah Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Nilai satu ini menandakan bahwa instansi tersebut mendapatkan predikat yang tidak baik terhadap penilaian LKPDnya dari BPK. Opini tertinggi adalah sebesar lima yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), berarti LKPDnya dari segala aspek telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BPK. Rata-rata opini adalah 3 artinya kebanyakan kabupaten/kota menerima opini Wajar Dengan Pengecualian (TW). Untuk SPIP, jumlah temuan paling sedikit adalah satu, temuan terbanyak adalah limapuluh satu kasus, dengan rata-rata temuan adalah dua belas kasus. Semakin sedikit jumlah temuan menandakan bahwa SPInya semakin baik. Temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan paling sedikit adalah satu temuan dan paling banyak tujuhpuluh
empat kasus. Semakin sedikit jumlah
temuan menandakan bahwa semakin sedikit terjadinya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan. Jumlah total aset tertinggi dimiliki oleh Prov. DKI Jakarta sebesar Rp405.375.944.683.758 sedangkan terendah adalah kabupaten Pulau Morotai yaitu sebesar
Rp53.997.009.989.621.
Pemerintah daerah
yang
memiliki
ketergantungan terhadap pusat paling tinggi adalah kabupaten Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yaitu 0,788 dan ketergantungan paling rendah adalah kabupaten Merauke yaitu sebesar 0,005. Rata-rata penerimaan opini sebelumnya adalah Wajar Dengan Pengecualian. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Distribusi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 4.3case processing summary, dimana kondisi sampel ini menunjukkan gambaran penerimaan opini untuk masing-masing pemerintah daerah di Indonesia.
Tabel 4.4 Case Processing Summary
N Opini t
Valid
Marginal Percentage
1,00
18
4,0%
2,00
9
2,0%
3,00
275
60,6%
4,00
55
12,1%
5,00
97
21,4%
454
100,0%
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
Dari hasil olah data tersebut dapat diartikan bahwa opini Tidak Memberikan Pendapatdiberikan kepada 18 pemerintah daerah atau jika dipersentasekan sebesar 4% dari keseluruhan sampel. Kemudian untuk opini Tidak Wajar diberikan kepada 9 pemerintah daerahatau jika dipersentasekan sebesar 2%. Opini Wajar Dengan Pengecualian memiliki persentase yang paling tinggi yaitu 60,6% yaitu 275 pemerintah daerah. Opini Wajar Dengan Paragraf Penjelas diberikan kepada 55 Pemerintah Daerah atau sebesar 12,1%. Terakhir adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian sebesar 21,4% atau berhasil diraih oleh 97pemerintah daerah.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Analisa Data 4.2.1 Uji Kelayakan Model Menurut Ghozali (2011) uji kelayakan dari model merupakan probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk dapat menilai model yang digunakan fit atau tidak digunakan fungsi likelihood yang ditransformasikan menjadi -2LogL. Tabel 4.5 Model Fitting Information Likelihood Ratio Tests -2 Log Likelihood
Intercept 994,104 Only Final 772,054 Temuansignifikan pada tingkat 95% ** Sumber: Data sekunder diolah, 2015
ChiSquare
222,050
df
Sig.
5
,000**
Dengan melihat tabel di atas menunjukkan bahwa ketika hanya memasukkan model intersep ternyata hasil 2 Log Likelihoodsebesar 994,104. Kemudian dengan memasukkan variabel independen, 2 Log Likelihood turun menjadi 772,054 atau terjadi penurunan Chi-Square sebesar 222,050 dan signifikan pada p= 0.00. Dapat disimpulkan bahwa model dengan variabel independen memberikan ketepatan akurasi yang lebih baik untuk memprediksi opini BPK.
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Goodness-of-Fit Chi-Square
df
Sig.
Pearson
2211,686
1807
,000
Deviance
772,054
1807
1,000
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Nilai Pearson yang dihasilkan adalah sebesar 2211,686dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Dapat disimpulkan
bahwa model tidak begitu sesuai karena
banyak cell yang memiliki frekuensi nol, akan tetapi hal tersebut dapat diabaikan seperti yang tertuang dalam Ghozali (2011: 361).
Tabel 4.7 Test of Parallel Lines Model
Null Hypothesis
-2 Log Likelihood
Chi-Square
df
Sig.
772,054
General 761,770 Sumber: Data sekunder diolah, 2015
10,284c
15
,802
Tujuanuji parallel lines adalah menilai apakah asumsi semua kategori memiliki parameter yang sama atau tidak (Ghozali 2011:363). Apabila hasil uji ini menunjukkan p<0,000 maka diartikan model tidak sesuai. Model sesuai jika memiliki nilai yang tidak signifikan yaitu p>0,05. Dari hasil out put di atas karena commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai p sebesar 0,802 dan lebih besar dari 0,05 maka model dikatakan sudah sesuai.
4.2.2 Uji Koefisien Determinasi Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat seberapa besar persamaan regresi dapat menjelaskan variabel dependen.
Tabel4.8 Pseudo R-Square Nilai Cox and Snell
0,387
Nagelkerke
0,436
McFadden
0,223
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa besarnya variasi nilai opini yang dapat dijelaskan oleh model regresi adalah sebesar 0,223 atau 22,3%. Dengan kata lain 22,3%variasi nilai opini merupakan kontribusi pengaruh kelemahan SPI, ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, ukuran total asset, ketergantungan Pemerintah Daerah, dan opini periode sebelumnya. Sedangkan sisanya 77,7% dijelaskan oleh variabel diluar model.
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.2.3 Menguji Koefisien Regresi
Tabel 4.9 Parameter Estimates Variabel
Estimate
Wald
Sig.
[y = 1,00]
-5,492
3,528
,060
[y = 2,00]
-4,954
2,883
,090
[y = 3,00]
-,045
,000
,988
[y = 4,00]
,879
,092
,762
X1
-,077
10,975
,001**
X2
-,049
7,689
,006**
X3
-,192
1,172
,279
X4
-2,162
6,050
,014**
X5
1,387
132,663
,000**
Temuansignifikan pada tingkat 95% ** Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dari ringkasan hasil analisis pada Tabel. 4.9diatas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Logit (p1) = -5,492 - 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 + 1,387X5 Logit (p1+p2) = -4,954- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 + 1,387X5 Logit (p1+p2+p3) = -0,045- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 + 1,387X5 commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Logit (p1+p2+p3+p4) = 0,879- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 + 1,387X5 Keterangan: p1 = Probabilitas Tidak Memberikan Pendapat. p2 = Probabilitas Tidak Wajar. p3 = Probabilitas Wajar Dengan pengecualian. p4 = Probabilitas Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas.
Pada persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa koefisien regresi semua variabel independen bernilai negatif kecuali variabel X5. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh keempat variabel tersebut terhadap opini bersifat negatif. Hal tersebut mengandung makna bahwa kenaikan nilai kelemahan SPI (X1), ketidakpatuhan
terhadap
perundang-undangan(X2),
ukuran
(X3),
dan
ketergantungan (X4), akan menyebabkan penurunan nilai opini (Y). Adapun koefisien regresi opini periode sebelumnya (X5) bernilai positif maka kenaikan nilai opini periode sebelumnya akan menyebabkan kenaikan opini (Y). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh opini periode sebelumnya terhadap opini bersifat positif.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pembahasan
Penelitian ini menguji pengaruh SPIP, Kepatuhan, Ukuran,Ketergantungan, dan Opini tahun sebelumnya terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini BPK. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Kode Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5
Hipotesis Kelemahan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD. TemuanKetidakpatuhan terhadap peraturan berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD. Ukuran PEMDA berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD. Ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD. Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kredibilitas LKPD.
Hasil Didukung Didukung Tdk didukung Didukung Didukung
Sumber: Data primer diolah, 2015
4.3.1 Pengaruh SPIP terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah. Pengujian hipotesis pertama (H1) memiliki nilai β1= -,077dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukung hipotesis pertama. Kesimpulannya bahwa variabel kelemahan SPIP berpengaruh negatif terhadap pemberian
opini BPK. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Fatimah et.al. (2014) menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, memiliki pengaruh negatif terhadap opini BPK. Akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitianSunarsih (2013) yang menyatakan bahwa kelemahan SPI tidak mempengaruhi opini. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa kelemahan sistem pengendalian internal memiliki pengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan Pemerintah daerah. Dengan penjelasan sebagai berikut, bahwa semakin banyak jumlah temuan SPI menandakan bahwa masih banyak terdapat kelemahan sistem pengendalian sehingga kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik akan lebih rendah. Tentu saja hal tersebut akan sangat mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah karena laporan keuangan dianggap tidak akuntabel. Menurut Zhang; Zhou dan Zhou (2012) terdapat hubungan antara auditor independen dengan pengungkapan permasalahan pengendalian internal. Auditor wajib untuk menerbitkan clean opinion atau unqualified opinion ketika tidak menemukan permasalahan yang material dalam pengendalian internal perusahaan. Apabila temuan kelemahan SPInya rendah maka kemungkinan untuk mendapatkan opini WTP tinggi. Sejalan dengan penelitian Milal (2013) yang memaknai opini WTP sebagai keseriusan dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban pelaksanaan sebagai wujud kredibilitas instansi.
4.3.2 Pengaruh ketidakpatuhan peraturan Perundang-undangan
terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah. Pengujian hipotesis kedua (H2) memiliki nilai β2= -,049dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel Ketidakpatuhan terhadap commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perundang-undangan berpengaruh terhadap pemberian opini BPK dengan hasil negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatimah et.al. (2014), bahwa temuan kepatuhan berpengaruh terhadap pemberian opini dengan hubungan pengaruh negatif. Dari hasil penelitian di atas dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan maka kemungkinan diperoleh opini yang baik akan semakin rendah, sehingga mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah karena isi dari laporan keuangan tidak dapat dipercaya jika banyak menyimpang dari peraturan perundangundangan.
4.3.3 Pengaruh
ukuran (size)
terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengujian hipotesis pertama (H3) memiliki nilai β3 = -,192dengan tingkat signifikansi sebesar 0,279 (sig >0,05). Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis ketiga. Kesimpulannya adalah variabel ukuran pemerintah daerah dalam penelitian ini diproksikan sebagai total aset tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian opini oleh BPK. Ketika sebuah pemerintah daerah memiliki ukuran yang besar maka PEMDA tersebut memiliki kompleksitas yang lebih besar dibandingkan pemerintah daerah yang lebih kecil begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bisa dijelaskan, salah satunya dalam penelitian Safitri (2014), jumlah aset yang besar tidak diikuti dengan pencatatan aset yang memadai sehingga tingkat commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengungkapan menjadi rendah. Alasan lain ditunjukkan oleh Doyle et al. (2007) bahwa perusahaan yang banyak memiliki temuan kelemahan pengendalian intern adalah perusahaan yang memiliki tingkat kompleksitas bisnis yang tinggi. Senada dengan penelitian Doyle et al. (2007), Ashbaugh-Skaife et al. (2007) menyatakanbahwa
perusahaan
dengan
kecenderungan
semakin
banyak
pengungkapan kelemahan pengendalian internal adalah perusahaan yang memiliki kompleksitas operasi yang tinggi. Berbeda dengan hasil penelitian Patrick (2007) yang menunjukkan bahwa ukuran daerah yang diproksikan dengan total aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan sesuai GASB 34. Dalam penelitian ini, ketika penulis mencoba untuk menguji dengan dibawa ke ranah sektor publik dengan kaitannya dengan opini BPK tenyata hasilnya menunjukkan bahwa ukuran tidak berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini mungkin disebabkan karena selama ini yang menjadi kendala untuk memperoleh opini WTP bukan pada permasalahan ukuran yang dinilai dari besarnya total aset, akan tetapi manajemen aset yang buruk. Apabila suatu entitas besar dengan kompleksitas yang tinggi akan tetapi dia memiliki sistem yang baik, yang mampu mengelola aset dengan baik maka hal tersebut tidak akan menjadi sebuah kendala.
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.4 Pengaruh
ketergantungan
terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengujian hipotesis kedua (H4) memiliki nilai β4= -2,162dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014 (sig<0,05).Hasil tersebut mendukunghipotesis keempat. Kesimpulannya bahwa variabel ketergantungan pemerintah daerah
memiliki
pengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini BPK. Dari hasil penelitian tersebut, tidak mendukung beberapa penelitian yang sudah ada terkait antara rasio ketergantungan dengan pengungkapan. Contohnya dalam penelitian Verdiana dan Utama (2013)menyebutkan
bahwa disclosure
merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan opini going concern. Penelitian Robbins dan Austin (1986) serta Liestiani (2008), menyatakan bahwa Pemda yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana pemerintah pusat dalam hal ini adalah DAU, maka semakin memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Setyaningrum dan Syafitri (2012) bahwa tingkat ketergantungan berpengaruh secara negatif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Menurutnya hal ini disebabkan Pemda tidak termotivasi untuk meningkatkan pengungkapan laporan keuangannya karena rendahnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas LKPD dari pihak eksternal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
4.3.5 Pengaruh opini tahun sebelumnya terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah. Pengujian hipotesis pertama (H5) memiliki nilai β5 sebesar 1,387dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukungn hipotesis kelima. Kesimpulannya adalah variabel opini tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili dengan opini BPK. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Mutchler (1985), Carcello dan Neal (2000), Ramadhany (2004), dan Januarti (2009) bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara opini audit going concerntahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Sehingga apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali opini tersebut. Sejalan dengan kesimpulan Fatimah et al. (2014) bahwa dalam proses audit, auditor diwajibkan memiliki pemahaman mengenai entitas yang diperiksa, mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak lanjut atas rekomendasi. Sehingga bagi laporan keuangan pemerintah daerah yang sebelumnya mendapatkan opini WTP memungkinkan untuk mempertahankan opini WTP karena beban perbaikan atas laporan keuangan pemerintah daerah tersebut cenderung tidak sebanyak laporan keuangan pemerintah daerah dengan opini non WTP. Tentu saja penerimaan opini tahun sebelumnya dapat menjadi tolok ukur bagaimana kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah tersebut. Hal tersebut dimungkinkan karena kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Apabila suatu laporan keuangan pemerintah daerah dapat mempertahankan konsistennya untuk bertahan pada opini yang baik maka keyakinan akan kredibilitaslaporan keuangan akan semakin tinggi.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN, IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian ini menguji pengaruh SPIP, kepatuhan terhadap perundangundangan, ketergantungan pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, dan opini tahun sebelumnyaterhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini BPK. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kelemahan
sistem
pengendalian
internal
berpengaruh
negatif
terhadapkredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK. Apabila opini yang diterima pemerintah daerah baik maka menunjukkan bahwa jumlah kelemahan sistem pengendalian rendah. 2. Ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK. Semakin rendah ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan kemungkinan memperoleh opini yang baik semakin tinggi. 3. Total aset sebagai nilai dari ukuran (size) tidak berpengaruh terhadap penentuan kredibilitas laporan keuangan Pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK. Hal tersebut kemungkinan disebabkan selama ini yang menjadi kendala BPK dalam memberikan opini yang kaitannya dengan aset,sumber masalah utamanya bukan besarnya jumlah aset yang dimiliki commit to user
85
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah daerah, akan tetapi manajemen dari aset itu sendiri yang masih sangat lemah. 4. Ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini BPK. Sehingga apabila nilai ketergantungan pemerintah daerah tinggi maka kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik akan lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karenapemda tidak termotivasi untuk meningkatkan pengungkapan laporan keuangannya karena rendahnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas LKPD dari pihak eksternal. 5. Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini BPK. Apabila tahun sebelumnya memperoleh opini baik kemungkinan untuk memperoleh opini yang sama akan lebih besar. Hal tersebut dimungkinkan karena kegiatan suatu entitas untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Apabila temuan audit tahun sebelumnya sedikit maka kemungkinan beban perbaikan laporan keuangan tidak banyak dan selesai lebih cepat.
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran dan Keterbatasan Evaluasi atas hasil penelitian ini harus mempertimbangkan keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian, di antaranya adalah berikut ini. 1.
Koefisien determinasimodel penelitian ini adalah sebesar 0,223 berarti variabilitas variabel dependen yangdapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 22,3%,sedangkan sisanya sebesar 77,7% dijelaskan oleh variabel-variabel laindi luar model penelitian.
2.
Periode pengamatan penelitian ini hanya satu tahun sehingga belum bisa melihat secara mendalam kecenderungan trend kaitan kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dilihat dari opini dari BPK.
3.
Merujuk dari pernyataan BPK bahwa salah satu permasalahan belum diperolehnya opini WTP LKPD secara mayoritas disebabkan karena pengelolaan aset tetap yang belum akuntabel maka dapat disimpulkan bahwa data aset yang digunakan dalam penelitian ini secara mayoritas belum akuntabel.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran, antara lain: 1.
Pada penelitian ini, variabel independen yang diteliti berpengaruh terhadap variabel kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK sebesar 22,3%, hal ini berarti bahwa ada pengaruh sebesar 77,7% dari variabel-variabel lain di luar variabel independen yang diteliti berpengaruh terhadap variabel opini BPK yang mewakili kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian selanjutnya disarankan untuk commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meneliti pengaruh variabel-variabel lain yang belum termasuk dalam model regresi pada penelitian ini, misalnya faktor kompetensi pengelola keuangan, faktor remunerasi atau faktor sistem pengelolaan keuangan. 2.
Pada penelitian berikutnya dapat menggunakan periode tahun pengamatan yang lebih panjang. Tahun pengamatan yang lebih panjang akan menambah jumlah sampel sehingga hasil pengamatan dapat lebih dapat digeneralisir.
3. Merujuk pada keterbatasan pengukuran sizeyang menggunakan total aset, maka pada peneletian berikutnya dapat menggunakan pengukuran yang lain misalnya jumlah anggota DPRD, seperti merujuk pada penelitian Suhardjanto et al (2011).
C. Implikasi 5.3.1 Implikasi Praktis Impilikasi praktis diharapkan dapat diterapkan dari hasil penelitian ini. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undanganserta karakateristik daerah berupa ketergantungan Pemda dan opini audit tahun sebelumnya yang dinilai berpengaruh terhadap penerimaan opini BPK semoga dapat memberikan gambaran bagi pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah. Dari hasil tersebut pemerintahdaerah dapat membuat strategi yang tepat, efisien dan efektif sehingga kredibilitas laporan keuangan Pemerintah daerah dapat lebih ditingkatkan melalui perolehan predikat opini WTP. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk instansi yang memiliki fungsi pengawasan yang berkaitan dengan pemerintah daerah seperti DPR/DPRD dan inspektorat diharapkan lebih tepat sasaran dalam membuat kebijakan, serta lebih meningkatkan pembinaan sehingga pemerintah daerah dapat meraih atau mempertahankan opini WTP.
1.3.2 Implikasi Teoritis Hubungan keagenan pada organisasi pemerintahan menjadi suatu konsep yang penting karena aktivitas organisasi
berhubungan dengan pendelegasian
wewenang, seperti penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan beragam pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat. Laporan keuangan dan pengungkapan informasi kepada publik adalah salah satu bentuk alat monitoring untuk mengurangi asimetri informasi antara pemerintah sebagai agen dan rakyat sebagai prinsipal. Akuntabilitas berarti pemerintah mampu menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan amanah yang diembannya. Opini audit merupakan simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Untuk itu diperlukan pihak yang independen untuk memberikan pendapatnya dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut yaitu BPK.Dengan hasil penelitian ini, sistem pengendalian internal, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta karakateristik daerah berupa ukuran (size) dan opini audit tahun sebelumnya dinilai berpengaruh terhadap hasil opini yang dikeluarkan oleh BPK. Sehingga dengan adanya impilikasi teori ini pemerintah sebagai agen commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus mampu meningkatkan kualitasnya dengan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan memperoleh predikat opini yang baik. .
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.W. dan Y. Septriani. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan Cara Menguranginya.Jurnal Akuntansi & Manajemen 3 (2): 47-55 53. Adzani, A. H. dan D. Martani. 2014. Pengaruh Kesejahteraan Masyarakat, Faktor Politik dan Ketidakpatuhan Regulasi Terhadap Opini Audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. SNA 17 Mataram. Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014 Agbejule, A. dan A. Jokipii. 2008. Strategy, Control Activities, Monitoring and Effectiveness. Managerial Auditing Journal 24 (6): 500-522. Atyanta, R. 2011. Analisis Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten X di Jawa Timur).Jurnal Ilmiah 1 (1): 16. Aushbaugh-Skaife, H., Collins, D. W., dan Kinney Jr, W. R. 2007. The Discovery and Reporting of Internal Control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits. Journal of Accounting and Economics 44:166-192. Badan Pemeriksa Keuangan. 2011. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I tahun 2010. Badan Pemeriksa Keuangan. 2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I tahun 2013. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2012. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan. Diakses 1 Januari 2015. www.bpkp.go.id. Banimahd, B., Y. Noorifard dan A. Davoudabadi. 2013. Auditor Management Alignment and Audit Opinion: Evidence from Iran. Management Science Letters 3 (4): 1217-1222. Blaskovich, J. dan N. Mintchik.2009. Party Of Three? A Source Credibility Perspective On The Use Of Consultants For Internal Control Assessments.The Journal of Applied Business Research 25( 5): 59-68. Carcello, J. V. dan T. L.Neal. 2000. Audit Commitee Composition and Auditor Reporting. Diakses 6 April 2015.www.ssrn.com.. Cohen, J., G. Krishnamoorthy dan A. Wright. 2004. Corporate Governance Mosaic and Financial Reporting Quality. Journal of Accounting Literature 23: 87-152. commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
Damayanti, R. A. 2011. Hubungan Keagenan Pemerintahan Daerah dalam Konteks Anggaran: Sebuah Agenda Rekonstruksi. Ekuitas 15 (2): 149 – 171 D’Aquila dan Jill M. 1998. Is the Control Environment Related to Financial Reporting Decisions?. Managerial Auditing Journal 13(8): 472–478. Damanpour, F. 1991. Organizational Innovation: A Meta-Analysis of Effects of Determinants and Moderators. Academy of Management Journal 34: 555590. Defera, Cris. 2013. Pengaruh kelemahan sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan pada ketentuan perundang-undangan terhadap penentuan opini laporan keuangan Pemerintah daerah di indonesia tahun 20082011. Skripsi-Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Doyle, J., Ge, W. Dan S. McVay. 2007. Determinants of weaknesses in internal control over financial reporting. Journal of Accounting and Economics 44 (1): 193-223. Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.Academy of Management Review 14 (1) : 57-74. Fatimah, D., Ria N. S. dan M. Rasuli. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Umur Pemerintah Daerah Terhadap Penerimaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Seluruh Indonesia. Jurnal Akuntansi 3 (1): 1 – 15 Fen, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern dan Konsekuensinya terhadap Auditor Switching.Tesis-Tidak dipublikasi. Jakarta: Universitas Atmajaya. Fitryani, V., B. Subroto dan Z. Baridwan. 2013. Persepsi Pengguna Laporan Keuangan atas Opini Audit. Jurnal Akuntansi Aktual. 2 (2): 93–103 Ge, W. Dan S. McVay. 2005. The Disclosure of Material Weaknesses in Internal Control after The Sarbanes–Oxley Act. Accounting Horizons 19 (3): 137– 158. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gutomo, Kotot. 2013. Berburu Opini WTP. Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan.Diakses 30 Desember 2014. http://itjen.kemdiknas.go.id commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
Habib, A. 2013. A meta-analysis of the Determinants of Modified Audit Opinion Decisions.Managerial Auditing Journal 28 (3): 184-216. Hadisurya, G. dan Nurrekawati. 2012. Audit Kepatuhan Terhadap UndangUndang/Hukum/Peraturan (Sebuah Perspektif Sektor Publik). Diakses 30 Desember 2014. http://itjen.kemdiknas.go.id. Halim, A. dan S. Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintah Daerah: (Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi).Jurnal Akuntansi Pemerintah 2 (1): 53-64. Jensen, M dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Magerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure.Journal of Financial Economics 3: 305-360. Jiang, W., K. H. Rupley dan J. Wu. 2009. Internal Control Deficiencies and the Issuance of Going Concern Opinions. Research in Accounting Regulation 22: 40-46. Johnson, W. B. dan D. Shores. 1999. Accounting Defects, Financial Statement Credibility, and Equity Valuation. Diakses 30 Desember 2014. tippie.uiowa.edu/accounting Kapp, R. W. 1978. Some Problems of a Legal Compliance Audit. The Business Lawyer 33 (4): 2467-2472. Kasidi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. TesisTidak dipublikasi. Semarang: ProgramPascasarjana Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro. Kawedar, W. 2010. Opini Audit dan Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus di Kabupaten PWJ yang Mengalami Penurunan Opini Audit).Jurnal Akuntansi dan Auditing6:8. Kusuma, I. G. E. A. 2013. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran (studi empiris di SKPD Pemerintah Provinsi Bali).Tesis-Tidak dipublikasi. Bali:Program Pascasarjana Magister Akuntansi, Universitas Udayana. Liestiani, A dan D. Martani. 2008. Disclosure in Local Government Financial Statements: the Case of Indonesia.Global Review of Accounting and Finance3 (1): 67-84. Mack, J. dan C. Ryan. 2006. Reflections on the Theoretical Underpinnings of the General Purpose Financial Reports of Australian Government commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Departments.Accounting, Auditing & Accountability Journal 19 (4): 592612. Maslani. 2008. Meningkatkan Akuntabilitas Publik Melalui Optimalisasi Manajemen Aset Negara/Daerah. Di akses tanggal 7 Desember 2014.http://Pusdiklatwas.bpkp.go.id Marfiana, N. dan L. Kurniasih. 2013. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Hasil Pemeriksaan Audit BPK terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Diakses tanggal 22 Desember 2014. http://jp.feb.unsoed.ac.id. Milal, A. Z,.Makna Opini Audit WTP Bagi Kementerian/Lembaga (Studi kasus pada Kementerian Sosial). Diakses tanggal 22 Desember 2014. www.jimfeb.ub.ac.id Mustikarini, W. Astuti dan D. Fitriasari. 2012. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007. Forum: Simposium Nasional Akuntansi 15. Diakses tanggal 3 Januari 2015. http//www.sna.akuntansi.unikal.ac.id Mutchler, J. F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor's Going-Concern Opinion Decision.Journal of Accounting Research 23 (2): 668-682. Nasution, A. 2007. Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah. Makalah disampaikan dalam Seminar IAIKSAP. Jakarta 12 April 2008. O’Leary, C., E. Iselin dan D. Sharma. 2006. The Relative Effects of Elements of Internal Control on Auditors’ Evaluations of Internal Control. Pacific Accounting Review 18 (2): 69-96. Patrick, P. A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: The Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Disertasi Ph.D. Tidak dipublikasikan. Pennsylvania: The Pennsylvania State University. Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008, tentang Sistem PengendalianIntern Pemerintah (SPIP). Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan nomor 1 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan. 2014. Perkembangan Opini Laporan Keuangan Pemda. Diakses 7 Desember 2014.www.bpkp.go.id Puspita, R dan D. Martani. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja dan Karakteristik Pemda Terhadap Tingkat Pengungkapan dan Kualitas Informasi dalam Website Pemda. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin, 20-23 September 2012. Ramadhany, A. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Finacial Distress di Bursa Efek Jakarta.Tesis-Tidak Semarang: Program Pascasarjana Magister Akuntansi, Diponegoro.
Penerimaan Mengalami dipublikasi. Universitas
Robbins, W. A. dan K. R. Austin. 1986. Disclosure Quality in Govermental Financial Reports: An Assessment of the Appropriateness of a Compound Measure. Journal of Accounting Research 24 (2): 412-421. Safitri, N. L. K. S. A. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Temuan Kepatuhan Terhadap Opini Audit Pada Pemerintah Daerah.Skripsi-Tidak dipublikasi. Semarang: Universitas Diponegoro. Scott, W.R,. 2009. Finacial Accounting Theory. Fifth Edition. USA: Prentice Hall Sekaran, U. dan R. Bougie, 2013. Research Method for Business, A Skill Building Approach. Sixth Edition, New York: John Willey & Sons Inc. Setyaningrum, D. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit BPK RI. Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin. 20-23 September 2013. Setyaningrum, D dan F. Syafitri. 2012.Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 9 (2): 154-170. Setyarno, Eko Budi, I. Januarti dan Faisal. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi 12 to user (SNA 12), 4 - 6 Novembercommit 2009, Palembang.
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sipahutar, H. dan S. Khairani. 2012. Analisis Perubahan Opini LHP BPK RI atas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Empat Lawang.Tidak dipublikasikan.Diakses 6 Mei 2015www.eprints.mdp.ac.id Suhardjanto, D., Rusmin, P. Mandasari dan A. Brown. 2010. Mandatory Disclosure Compliance and Local Government Charactheristics: Evidence From Indonesian Municipalities.Penelitian Hibah Publikasi Internasional, LP2M UNS. Suhardjanto, D., Yulianingtyas dan R. Rukmita. 2011. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia).Jurnal Akuntansi & Auditing 8 (1): 1-194. Sunarsih. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Disclaimer BPK Terhadap Laporan Keuangan Di Lingkungan Departemen di Jakarta. Tesis-Tidak dipublikasi. Program Pasca Sarjana. Jakarta: Universitas Gunadarma. Suroso, G.T. 2010. Opini BPK Sebagai Sebuah Parameter Pengelolaan Anggaran Daerah.Jurnalkeuangandanpembangunan.blogspot.com. Diakses 7 Januari 2015. Taufikurrahman. 2014. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit olehBPK RI atas LKPD Provinsi, kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tesis-Tidak dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara. The Committee of Sponsoring Organization of the treadway Commission. 1992. COSO – Internal Control Integrated Framework. The Committee of Sponsoring Organization of the treadway Commission. Undang-Undang Negara.
Dasar
tahun 1945
Pasal 23 ayat (1) tentang Keuangan
Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang nomor 01 tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara. Undang-undang nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Verdiana, K. Anggita dan I. M. K. Utama. 2013. Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure, Audit Client Tenure pada Kemungkinan Pengungkapan Opini commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5 (3): 530-543. Zhang, Y.,J. Zhou, dan N. Zhou. 2007. Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control Weaknesses.Journal of Accounting and Public Policy 26: 300-327. www.dppkad.banjarnegarakab.go.id diakses 30 Desember 2014. www.setdaprovkaltim.info/keuangan/ diakses 6 April 2015.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Ringkasan Data Pengujian Case Processing Summary N
Opini t
Valid Missing Total
Marginal Percentage
1,00
18
4,0%
2,00
9
2,0%
3,00
275
60,6%
4,00
55
12,1%
5,00
97
21,4%
454
100,0%
0 454
commit to user
98
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2. Uji Goodness of Fit Model Fitting Information Model
-2 Log Likelihood
Intercept Only
994,104
Final
772,054
Chi-Square
df
222,050
Sig.
5
,000
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit Chi-Square
Df
Sig.
Pearson
2211,686
1807
,000
Deviance
772,054
1807
1,000
Link function: Logit.
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3. Uji Pseudo R Square
Pseudo R-Square
Cox and Snell
,387
Nagelkerke
,436
McFadden
,223
Link function: Logit.
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 4. Hasil Uji Parameter Estimates Parameter Estimates
[y =
e
Error
Wald
df
Sig.
95% Confidence Interval Lower
Upper
Bound
Bound
2,924
3,528
1
,060
-11,224
,239
-4,954
2,918
2,883
1
,090
-10,672
,765
-,045
2,899
,000
1
,988
-5,728
5,637
,879
2,901
,092
1
,762
-4,808
6,565
X1
-,077
,023
10,975
1
,001
-,122
-,031
X2
-,049
,018
7,689
1
,006
-,083
-,014
X4
-2,162
,879
6,050
1
,014
-3,885
-,439
X5
1,387
,120 132,663
1
,000
1,151
1,623
Ln_X3
-,192
,178
1
,279
-,540
,156
[y = Threshol 2,00] [y = 3,00] [y = 4,00]
Location
Std.
-5,492
1,00]
d
Estimat
1,172
Link function: Logit.
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 5. Hasil Test of Parallel Lines
Test of Parallel Lines Model Null Hypothesis General
-2 Log Likelihood
a
Chi-Square
df
Sig.
772,054 761,770
b
10,284
commit to user
c
15
,802