130
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI IPS (EKONOMI) MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IX-A SEMESTER I UPTD SMP NEGERI 3 KALIDAWIR TAHUN 2013/2014
Oleh: Mintorini Puriyanti UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir, Tulungagung
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui cara meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru dan (2) mengetahui peranan model belajar kooperatif dalam pembelajaran IPS (Ekonomi) yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 24 siswa. Dari hasil tes evaluasi diketahui bahwa prestasi belajar bidang studi IPS (Ekonomi) sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,33 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa 41,67%, siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,75 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 66,67% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,71 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS (Ekonomi) pada siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun 2013/2014. Kata Kunci: model belajar kooperatif, IPS, ekonomi
Tanpa disadari, sering diucapkan kata “prestasi” baik itu dalam kegiatan maupun dalam pendidikan. Dalam kenyataannya prestasi yang diperoleh tiap-tiap orang tidak sama, karena kemampuan seseorang itu tidak sama. Sehingga pada hakikatnya belajar dalam aktifitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar yang mana perubahan itu pada pokoknya diperoleh kemampuan yang baru dan berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha perubahan tingkah laku tersebut. Bentuk prestasi belajar itu tidak bisa dipandang dari nilai yang diperoleh dari hasil ulangan saja, tetapi prestasi dapat dilihat dari segi yang lain. Simon Bloom dalam buku “Supervisi Pendidikan“ menjelaskan bahwa bentuk prestasi belajar mencakup tiga mantra, yaitu: kognifikan, afektif dan psikomotorik (Jono, 1973:68). Prestasi belajar siswa dicerminkan oleh nilai yang diperoleh dalam evaluasi. Cara penilaian pada umumnya dipergunakan
dengan cara kuantitatif, artinya hasil evaluasi itu diberikan dalam bentuk angkaangka. Dalam kegiatan prestasi belajar dan mengajar tentu saja akan dipengaruhi oleh beberapa hal dalam pencapaian tujuannya. Terlebih bagi seorang pelajar, banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil belajarnya tersebut. Menurut Sumadi Suryabrata, hasil prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor luar yang terdiri dari lingkungan dan instrumental, dan faktor dalam yang terdiri dari atas fisiologis dan psikologis. (Sumadi Suryabrata, 1983:7). (1) Faktor Luar: Faktor lingkungan, Faktor-faktor Instrumental, Faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, program, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya. (2) Faktor dalam: Kondisi fisiologis, Kondisi Psikologis (Minat, Kecerdasan, Bakat, Motivasi, Kemampuan Kognitif). Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pe-
Mintorini Puriyanti, Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS (Ekonomi)... 131
ngalaman dan proses belajar mengajar (Syah, 2001:150). Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususunya ranah rasa murid sangat sulit. Untuk ukuran dan data hasil belajar sistem adalah mengetahui garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dihubungkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur. Menurut Syah (2001:152), setelah mengetahui indikator prestasi belajar (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) perlu mengetahui bagaimana menetapkan batas minimum keberhasilan belajar pada siswa/ menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut adalah: (a) Normal skala angka dari 0 sampai 10. angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6; (b) Normal skala angka dari 0 sampai 100. angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (pas-sing grade) skala 0-100 adalah 55 atau 60 (Syah, 2001:153). Sehingga dapat dikatakan bahwa target minimum keberhasilan belajar siswa jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar. Model belajar kooperatif, sebagai salah satu strategi belajar mengajar, ialah suatu cara mengajar dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 4 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Robert L. Cilstrap dan William R.
Martin memberikan pengertian Kooperatif sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan Kooperatif ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut. Adapun pengelompokan itu biasanya didasarkan pada: a. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya. Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa perlu dijadikan kelompok-kelompok kecil. Karena bila seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu gilirannya. b. Kemampuan Belajar Siswa Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama. Siswa yang pandai di dalam bahasa Inggris, belum tentu sama pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat sesuai dengan kemampuannya. c. Minat Khusus Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan, hal mana yang satu pasti berbeda dengan yang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang minat khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok, agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat khusus tersebut. d. Memperbesar Partisipasi Siswa Di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu besar, dan kita tabu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat terbatas, sehingga dalam jam pelajaran yang sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan mengikutsertakan setiap murid dalam kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang ditunjuk guru akan aktif, yang tidak disuruh akan tetap pasif Baja. Karena itulah bila
132
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada masing-masing kelompok, maka banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta melaksanakan dan memecahkannya. e. Pembagian tugas atau pekerjaan Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing-masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan yang akan dibahas. Dengan demikian masing-masing kelompok harus membahas tugas yang diberikan itu. f. Kerja sama yang efektif Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan untuk bersama pula. Keuntungan penggunaan teknik pembelajaran Kooperatif itu, adalah: (1) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah. (2) Dapat memberikan kesempatan pada pada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah. (3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. (4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar. (5) Para siswa lebih aktif tergabung dalam kelompok mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. (6) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Tetapi disamping itu keunggulan teknik pembelajaran Kooperatif memiliki pula kelemahannya, yaitu: (1) Pembelajaran Kooperatif sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang; (2) Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda dan tugas mengajar yang berbeda pula; (3) Keberhasilan model belajar kooperatif ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri. Bentuk-bentuk Pembelajaran Kooperatif yang bisa dilaksanakan ialah, Pembelajaran Kooperatif Berjangka Pendek, bentuk ini dapat disebut pula “rapat kilat” karena hanya mengambil waktu lebih kurang 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang terdapat pada sesuatu masalah. Umpamanya: ketika instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat suatu masalah yang perlu didiskusikan. Guru dapat menunjuk beberapa siswa, atau membagi kelas mejadi beberapa kelompok untuk membahas masalah itu dalam waktu singkat. Pembelajaran Kooperatif Berjangka Panjang, pembicaraan disini memakan waktu yang panjang, misalnya memakan waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin tiga bulan, tergantung pada luas dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa. Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya didalam suatu kelompok. Pembelajaran Kooperatif berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan: (a) Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya: penerangan tentang makanan sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih efisien, menggalakkan KB dan sebagainya. Jadi dengan Pembelajaran Kooperatif disini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah ke dalam praktek hidup sehari-hari, di samping dapat menyumbangkan pemikirannya/ide-idenya Serta bagi masyarakat sekitarnya; (b) Dengan melaksanakan Pembelajaran Kooperatif memberi pengalaman kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan/leadership, seperti membuat rencana sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan masalah/menyelesaikan tugas dengan bekerja bersama; (c) Dengan bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan-bahan informa-
Mintorini Puriyanti, Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS (Ekonomi)... 133
si atau data lebih banyak tentang berbagai jenis aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat. Pembelajaran Kooperatif Campuran, disini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Dalam Pembelajaran Kooperatif ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih dahulu tidak usah menunggu kelompok yang lain. Kelompok siswa yang agak lamban, diizinkan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai dengan kemampuannya. Agar Pembelajaran Kooperatif campuran itu mencapai sasaran, guru perlu memperhatikan hal-hal ialah harus menyediakan tugas atau kegiatan belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap kelompok, kemudian setiap tugas harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dikerjakan, dan apa yang diharapkan dari mereka masing-masing. Supaya Pembelajaran Kooperatif dapat lebih berhasil, maka harus melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) Menjelaskan tugas kepada siswa, (b) Menjelaskan apa tujuan Pembelajaran Kooperatif itu, (c) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok, (d) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil Pembelajaran Kooperatif tersebut, (e) Guru berkeliling selama Pembelajaran Kooperatif itu berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan, (f) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil Pembelajaran Kooperatif. Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui cara meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru. (2)
Mengetahui peranan model belajar kooperatif dalam pembelajaran IPS (Ekonomi) yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir. METODE PENELITIAN Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan, meliputi: (1) Refleksi awal. Peneliti selaku Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi) bersama dengan mitra guru/ pengamat mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir; (2) Peneliti dan mitra guru/ pengamat merumuskan permasalahan secara operasional, relevan dengan rumusan masalah penelitian; (3) Peneliti dan mitra guru/ pengamat merumuskan hipotesis tindakan. Karena penelitian tindakan lebih meniti beratkan pada pendekatan naturalistik, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat tentatif yang mungkin mengalami perubahan sesuai dengan keadaan lapangan; (4) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang di dalamnya meliputi: (a) Menetapkan indikator-indikator tentang pembelajaran dengan menggunakan strategi Kooperatif beserta metodenya; (b) Menyusun rancangan metode penyampaian dan pengelolaan pembelajaran IPS (Ekonomi) (rancangan program, bahan, metode belajarmengajar, dan evaluasi); (c) Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa angket, catatan lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen, dan catatan harian; (d) Menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan, kegiatan, yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi) (peneliti) menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif. Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar di dalam kelas; (2) Mitra guru selaku kolaborator penelitian bertindak sebagai pengamat jalannya penelitian.
134
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
Peneliti dan kolaborator penelitian mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: Analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif Pembelajaran Kooperatif yang dirancang dan daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 24 siswa. Ada 5 jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yakni tes, observasi, angket, catatan lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembelajaran Siklus I 1. Refleksi Awal Sebelum melakukan kegiatan ini peneliti selaku Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi) melakukan kegiatan observasi awal dan kajian dokumentasi pembelajaran berupa perangkat pembelajaran dan hasil evaluasi belajar siswa berupa buku analisis evaluasi pembelajaran Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi) IX-A. Dari hasil kajian ini ditemukan adanya penurunan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS (Ekonomi). Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa nilai rata-rata siswa 68,33 dimana masih kurang dari KKM yaitu 75 sedangkan untuk ketuntasan belajar 41,67% masih kurang dari standart ketuntasan belajar 85%. Merosotnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran yang tidak tepat serta terkesan monoton. Untuk diperlukan perombakan metode pembela-jaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran di Kelas IX-A. Salah satu metode pembelajaran yang ditawarkan peneliti adalah pembelajaran kooperatif. Setelah disetujuinya metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran
IPS (Ekonomi) selanjutnya, peneliti akan menyusun rencana perbaikan tindakan perbaikan pembelajaran IPS (Ekonomi) di Kelas IX-A. 2. Perencanaan Peneliti (Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi)) bersama mitra guru (pengamat) menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti (Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi)) menyusun petunjuk kegiatan siswa. Peneliti (Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi)) menyiapkan instrumen peneli-tian, yaitu lembar observasi guru dan siswa. Peneliti (Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi)) menyiapkan alat tes. Peneliti (Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi) membuat perangkat system penilaian. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti secara kolaboratif dengan Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi) VIII-C. Berikut ini peneliti diskripsikan proses pembelajaran di Kelas IX-A dengan menerapkan model belajar kooperatif: Pertemuan I: 1. Kegiatan Awal, apersepsi: menunjukkan gambar bank central yang ada. Motivasi: mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran yang lalu dan materi sekarang. 2. Kegiatan Inti: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topic/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; Dengan Tanya jawab menyebutkan contoh-contoh terjadinya perubahan sosial; Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik, guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; Melibatkan peserta didik secara
Mintorini Puriyanti, Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS (Ekonomi)... 135
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium , studio, atau lapangan; Guru memandu siswa untuk melaksanakan diskusi; Masing-masing kelompok mendiskusikan bagian-bagiannya; Mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing kelompok; Melakukan penilaian dari hasil pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi; Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Akhir: Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok membuat kesimpulan; Siswa merefleksi pembelajaran melalui post tes; Penugasan masuk ke bank untuk mengetahui cara-cara menabung di bank secara kelompok. Pertemuan 2: 1. Kegiatan Awal, apersepsi: Tanya jawab tentang pentingnya LKBB dalam kegiatan moneter. Motivasi: mengajak siswa mendeskripsikan tentang jenisjenis LKBB. 2. Kegiatan Inti: Guru minta siswa untuk memberi contoh orang/pihak yang tidak menerima kehadiran pabrik; Guru menjelaskan factor penghambat perubahan sosial budaya; Membentuk kelompok diskusi; Masing-masing kelompok berdiskusi; Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyrat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. 3. Kegiatan Akhir: Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/ simpulan pelajaran; Melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram; Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling; Memberikan tugas ke salah satu lembaga pegadaian yang ada dis ekitar siswa untuk mengetahui langkah-langkah memperoleh pinjaman. 4. Observasi Pengamatan dilakukan oleh mitra guru pengamat terhadap aktivitas pembelajaran di Kelas IX-A baik untuk aktivitas siswa atau guru. Untuk aktivitas guru, tampak guru sudah mampu menerapkan metode pembelajaran dengan baik. Akan tetapi guru dalam memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi masih kurang. Guru belum mampu memberikan kesempatan kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh prosentase sebesar 60,00% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS (Ekonomi) dengan menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 66,07% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan diskusi. Dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas IX-A dalam pembelajaran IPS (Ekonomi) menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Nilai Siswa Pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Siswa Ambar Ainun Safitri Angga Fajar K. Askor Gugus Depan Aswin Maulana Dandi Kurniawan Desi Ameliani Fiqi Dwi Ayu Ningsih Erwinda Bayu S. Eva Ayu Sayekti
Nilai 70 75 75 65 80 75 80 75 70
%Ketuntasan Tidak Tuntas TT T T TT T T T T TT
Tuntas
136
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
No
Nama Siswa
Nilai
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Febri Nur Alamil H. Ferian Zulfiana Hamzah Tri K. P. Indah Fiol Dwi Ani Irwan Roziqin Linta Roditul Jannah Melly Yunita P. Muhamad Koirul F Muhammad Fathuni'am Muhammad Ridwan E. Nadia Bunga Triutami Nurul Triwahyudi Rahul Deeno Farhan Ramona Aliawati Riki Purniawan Jumlah Rata-rata
80 55 75 70 65 75 65 75 75
%Ketuntasan Tidak Tuntas T TT T TT TT T TT T T -
85
T
-
85 75 80 70 75 1770 73.75
T T T T 16 66.67
TT 8 33.33
19 20 21 22 23 24
Tuntas
5. Refleksi Dari hasil pengamatan dapat direfleksikan bahwa pembelajaran IPS (Ekonomi) di Kelas IX-A sudah mengalami peningkatan menuju ke arah yang baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas pembelajaran dan perolehan prestasi belajar siswa pada siklus I yang meningkat. Akan tetapi dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif di Kelas IX-A masih ditemui kendala sehingga prestasi belajar siswa tidak maksimal. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang hanya mencapai 66,67% dari 85% yang ditentukan. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Siklus II 1. Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II secara garis besar sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II ditambah dengan rencana perbaikan untuk mengatasi kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I. Penambahan rencana perbaikan tindakan adalah guru akan lebih meningkatkan peran sebagai motivator dalam pembelajaran. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II akan peneliti diskripsikan dalam uraian berikut ini:
Pertemuan I: 1. Kegiatan Awal, apersepsi: menunjukkan gambar bank central yang ada. Motivasi: mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran yang lalu dan materi sekarang. 2. Kegiatan Inti: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topic/ tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; Dengan Tanya jawab menyebutkan contoh-contoh terjadinya perubahan sosial; Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik, guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan; Guru memandu siswa untuk melaksanakan diskus; Masing-masing kelompok mendiskusikan bagian-bagiannya; Mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing kelompok; Melakukan penilaian dari hasil pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi; Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Akhir: Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok membuat kesimpulan; Siswa merefleksi pembelajaran melalui post tes; Penugasan masuk ke bank untuk mengetahui caracara menabung di bank secara kelompok. Pertemuan 2: 1. Kegiatan Awal, Apersepsi: Tanya jawab tentang pentingnya LKBB dalam kegiatan moneter. Motivasi: mengajak siswa mendeskripsikan tentang jenisjenis LKBB.
Mintorini Puriyanti, Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS (Ekonomi)... 137
2. Kegiatan Inti: Guru minta siswa untuk memberi contoh orang/pihak yang tidak menerima kehadiran pabrik; Guru menjelaskan faktor penghambat perubahan sosial budaya; Membentuk kelompok diskusi; Masing-masing kelompok berdiskusi; Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyrat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. 3. Kegiatan Akhir: Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/ simpulan pelajaran; Melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling; Memberikan tugas ke salah satu lembaga pegadaian yang ada dis ekitar siswa untuk mengetahui langkah-langkah memperoleh pinjaman. 3. Pengamatan Pengamatan pada siklus II dilakukan oleh mitra guru dengan menggunakan format yang sama pada siklus I. Pada siklus II ini, guru telah mampu menjadi motivator yang baik dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari siswa berkemampuan rendah sudah berani mengemukakan gagasannya dalam kegiatan diskusi, sehingga pembelajaran di kelas menjadi aktif. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II memperoleh prosentase sebesar 78,75% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang sangat baik. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS (Ekonomi) dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 83,93 dan
termasuk dalam criteria aktivitas yang sangat baik. Dalam kegiatan kelompok semua siswa mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan, sehingga tidak lagi didominasi oleh siswa tertentu saja. Dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas IX-A dalam pembelajaran IPS (Ekonomi) siklus II menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Nilai Siswa Pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Siswa Ambar Ainun Safitri Angga Fajar K. Askor Gugus Depan Aswin Maulana Dandi Kurniawan Desi Ameliani Fiqi Dwi Ayu Ningsih Erwinda Bayu S. Eva Ayu Sayekti Febri Nur Alamil H. Ferian Zulfiana Hamzah Tri K. P. Indah Fiol Dwi Ani Irwan Roziqin Linta Roditul Jannah Melly Yunita P. Muhamad Koirul F Muhammad Fathuni'am Muhammad Ridwan E. Nadia Bunga Triutami Nurul Triwahyudi Rahul Deeno Farhan Ramona Aliawati Riki Purniawan Jumlah Rata-rata
Nilai 100 85 100 90 80 90 90 90 100 95 80 95 85 70 85 80 70 75 90 90 90 95 80 100 2105 87.7 1
%Ketuntasan Tidak Tuntas T T T T T T T T T T T T T TT T T TT T T T T T T T 22 2
Tuntas
91.67
8.33
4. Refleksi Dari hasil pengamatan pada siklus II dapat direfleksikan bahwa metode pembelajaran dapat diterapkan secara optimal di Kelas IX-A. Hal ini dapat dilihat dari teratasinya kendala yang muncul pada siklus I sehingga prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 91,67% pada akhir siklus II dapat tercapai. Untuk itu tidak diperlukan lagi perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam pembelajaran kooperatif ini kelas
138
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
dibagi dalam 6 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, Guru Bidang Studi IPS (Ekonomi) senantiasa memotivasi siswa di kelas untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini cukup mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prosentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 60,00% meningkat menjadi 78,75%. Sehingga rata-rata aktivitas guru termasuk dalam criteria yang sangat baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus
83,93
90,00
80,00 66,07
70,00 60,00
I mendapatkan prosentase sebesar 66,07% meningkat menjadi 83,93% termasuk dalam criteria yang sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa model belajar kooperatif mampu diterapkan dan diterima dengan baik di Kelas IX-A dalam pembelajaran IPS (Ekonomi). Dari hasil penelitian (Classroom Action Research) di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bidang studi IPS (Ekonomi) sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 68,33 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa 41,67% , siklus I diperoleh nilai rata-rata: 73,75 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 66,67% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi: 87,71 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS (Ekonomi) pada siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir.
78,75
60,00
50,00
AKTIVITAS GURU
40,00
AKTIVITAS SISWA
30,00 20,00 10,00 0,00 SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1 Perkembangan Aktivitas Siswa dan Guru
Mintorini Puriyanti, Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS (Ekonomi)... 139
100,00
91,67
90,00 80,00
87,71
73,75 68,33
70,00
66,67
60,00 50,00
NILAI RATA-RATA 41,67
KETUNTASAN
40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 SEB. SIKLUS
SIKLUS I
SIKLU SII
Gambar 2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-A Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diketahui bahwa siswa merespon sangat positif penerapan pembelajaran IPS (Ekonomi) dengan menggunakan model belajar kooperatif. Untuk respon pembelajaran mendapatkan apresiasi sebesar 1,86. PENUTUP Kesimpulan Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam pembelajaran kooperatif ini kelas dibagi dalam 6 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, Guru Bidang Studi
IPS (Ekonomi) senantiasa memotivasi siswa di kelas untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini cukup mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, peneliti melakukan serangkaian tes evaluasi. Dari hasil tes evaluasi diketahui bahwa prestasi belajar bidang studi IPS (Ekonomi) mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS (Ekonomi) pada siswa Kelas IX-A UPTD SMP Negeri 3 Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun 2013/2014. Saran Perlu dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan Model belajar kooperatif dengan model belajar yang lain. Pembelajaran yang menggunakan model belajar kooperatif perlu dikembangkan untuk mata pelajaran yang lain, agar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Penggunaan model Pembelajaran yang meng-
140
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
gunakan Model belajar kooperatif perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong
dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru.
DAFTAR RUJUKAN Akhmadi, Abu. 1986. Teknik Belajar dengan Sistem SKS. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Faisal, Sanipiah. Metodologi Penelitian Pendidikan Gofur, Abdul. 1982. Dwain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai. Jono,
Raka. 1973. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Jakarta: Balai
Robert L. Cilstrap dan William R. Martin, Pengertian Kooperatif. Jakarta: Elangga.
Soleh. 1984. Kamus Rakyat Surabaya: Karya Anda
Populer.
Surakhmad, Winarno. 1978. Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar. Bandung: CV. Tarsito. Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Syah, Muhibbin, M.Ed. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.