perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL P PEMBELAJARAN EMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh: MARYULIANI NIM. X7107042
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh : MARYULIANI NIM. X7107042
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011to user commit ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Maryuliani, NIM X 7107042. Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri II Ngadirojo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat melalui model pembelajaran kuantum dengan media nomograf pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Bentuk penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh adalah data langsung tercatat dari hasil kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Teknik analisi data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Maryuliani, NIM X 7107042. The Improvement of Ability in Round Numbers Counting Operation with Quantum Learning Module in the 4th Grade Student of Public Elementary School II Ngadirojo Subdistrict Ngadirojo Regency Wonogiri in Academic Year 2010/2011. A Thesis, Surakarta, Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, May 2011. The aim of conducting the research was to improve student’s ability in round numbers counting operation in the 4th grade student’s of SD Negeri II Ngadirojo elementary school in Academic Year of 2010 / 2011 through Quantum Learning Module. This is a qualitative-descriptive research, as the data was acquired directly from the result of periodical field activities. It is also an classroom action research. This research study consists of two cycles, each cycle consists of four phases those are planning, executing, observing, and reflecting. As the subject of this research are the 4th grade students of SD Negeri II Ngadirojo elementary school in Academic Year of 2010/2011. Observation, interview, documentation, and test were used to collect the data in this research. The data then further analyzed using an interactive model analysis which consists of three [3] analysis components they are reducing data, serving data, dan drawing conclusion or verification. Based on the result of the research that consist of two cycle can be concluded that Quantum Learning Module can improve student’s ability in round numbers counting operation in 4th grade students of SD Negeri II Ngadirojo elementary school in Academic Year of 2010 / 2011.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan akan dating kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap.” (Terjemahan: QS. Al Nasyirah 6-8)
“ Barang siapa mengajarkan ilmu maka Allah akan menyempurnakan pahalanya ; dan barang siapa mempelajari ilmu kemudian mengamalkannya, maka Allah akan mengajarkan ilmu yang tidak dipelajarinya.” (H.R. Abu al-Syaikh)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta, kasih, dan sayang teriring untaian doa suci dan ungkapan syukur kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu Kupersembahkan karya ini kepada :
Ayah dan Ibunda Tercinta Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang Ayah, Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti sampai mengantarku menjadi seperti sekarang ini. Ayah menjadi inspiratorku untuk lebih teguh dalam menghadapi hidup. Ibu seorang motivatorku yang selalu memberi semangat kekuatan uuntuk menjalani hidup yang penuh cobaan. Doa-doa tulus Ayah dan Ibu yang selalu terucap penuh harap agar aku dapat menggapai cita-cita dan masa depanku nanti.
Semua sahabat sejati dan Almamaterku Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat, dorongan dan kekuatan. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd.. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd., selaku pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing hingga selesainya skripsi. 5. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd., selaku pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing hingga selesainya skripsi. 6. Bapak Mulyadi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri II Ngadirojo yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian di SD tersebut. 7. Bapak / Ibu Guru SD negeri II ngadirojo yang telah memberikan banyak bantuan dan dorongan.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan motivasi. 9. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta,
Mei 2011
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI hal. HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….
i
PENGAJUAN SKRIPSI…………………………………………………………………
ii
PERSETUJUAN…………………………………………………………………………
iii
PENGESAHAN………………………………………………………………………….
iv
ABSTRAK……………………………………………………………………………….
v
MOTTO…………………………………………………………………………………..
vii
PERSEMBAHAN………………………………………………………………………..
viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………..
xv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………….
1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...
1
B. Perumusan masalah………………………………………………………………
4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………
4
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………………..
4
BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………………………...
6
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………………………...
6
1. Hakikat Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat……………………….
6
2. Pengartian Model Pembelajaran Kuantum…………………….…………….
15
B. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………………………
29
C. Kerangka Berfikir………………………………………………………………...
30
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan…………………………………………………...
32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………. commit to user A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………………
33
xi
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian…………………………………………………………………
33
C. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………………………………...
33
D. Sumber Data……………………………………………………………………...
34
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………….
34
F. Validitas Data…………………………………………………………………….
36
G. Analisis Data……………………………………………………………………..
36
H. Prosedur Penelitian……………………………………………………………….
38
I. Indikator Ketercapaian…………………………………………………………...
42
BAB IV. HASIL PENELITIAN…………………………………………………………
43
A. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………………………
43
B. Deskripsi Kondisi Awal………………………………………………………….
43
C. Hasil Penelitian…………………………………………………………………..
46
D. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………………………….
71
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN…………………………………….
76
A. Simpulan………………………………………………………………………….
76
B. Implikasi………………………………………………………………………….
76
C. Saran……………………………………………………………………………...
77
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
79
LAMPIRAN……………………………………………………………………………...
80
commit to user i
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
hal.
1. Rancangan Pembelajaran Matematika Berbasis Kuantum ………………….………
22
2. Frekuensi Data Nilai Tes Sebelum Tindakan ……………………………………….
44
3. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus I ……………………….…….
54
4. Aktivitas Siswa Siklus I …………………………………………………..…………
55
5. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I ………………………………………...…………
56
6. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus II..……………………………
68
7. Aktivitas Siswa Siklus II …………………………………………………….………
69
8. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II …………………………………………..………
70
9. Perkembangan Keterampilan Guru ………………………………………….………
72
10. Perkembangan Aktivitas Siswa ……………………………………………...………
73
11. Perkembangan Nilai Tes Siswa …………………………………………...…………
74
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
hal.
1.
Bagan Kerangka berpikir ……………………………………………………………
31
2.
Model analisis interaktif Miles dan Huberman………………………………………
38
3.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas………………………………………………….… 39
4.
Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Sebelum Tindakan ………………………………..
45
5.
Grafik Perkembangan Kemampuan Guru Mengajar Siklus I………………………..
54
6.
Grafik Aktivitas Siswa Siklus I……………………………………………………… 56
7.
Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I ……………………………………………
57
8.
Grafik Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus II…………………...…
68
9.
Grafik Aktivitas Siswa Siklus II ………………………………………………….…
69
10.
Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II …………………...……………………...
71
11.
Grafik Perkembangan Keterampilan Guru ……………………………………….…. 72
12.
Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa …………………………………………....
73
13.
Grafik Perkembangan Nilai Tes Siswa …………………………………………..….
74
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
hal.
1.
Waktu Penelitian………………………………………………………………….
81
2.
Silabi……………………………………………………………………………...
82
3.
Kisi-kisi Tes Siklus I……………………………………………………………..
83
4.
RPP Siklus I…………………………………………………………….………..
85
5.
Kisi-kisi Tes Siklus II ……………………………………………………………
108
6.
RPP Siklus II……………………………………………………………………… 110
7.
Pedoman Wawancara Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Kuantum…………………………………………………………………………
8.
128
Pedoman Wawancara untuk Guru Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Kuantum…………………………………………………………………………
130
9.
Daftar Nilai Pretest ……………………………………….....................................
132
10.
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I…………………………………………
134
11.
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I……………………………………
142
12.
Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 1………………………………………………… 148
13.
Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 2………………………………………………… 150
14.
Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 3………………………………………………… 152
15.
Daftar Nilai Siklus I………………………………………………………............. 154
16.
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II………………………………………
156
17.
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I………………………………………
164
18.
Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 1………………………………………………
170
19.
Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 2………………………………………………
172
20.
Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 3………………………………………………
174
21.
Daftar Nilai Siklus II ……………………………………………………………
176
22.
Soal Pre Test………………………………………………………………………
177
23.
Dokumentasi PTK………………………………………………………………… 180 commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 251) banyak orang yang memandang matematika sabagai bidang studi yang paling sulit. meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Pandangan siswa secara umum mengenai pelajaran matematika bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti dan kurang diminati. Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 253) matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Menurut Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini (2009: 1) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Meskipun demikian, matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sangat sulit bahkan ada yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan penuh dengan rumus rumit. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen yang diperoleh dari wali kelas IV SD Negeri II Ngadirojo menunjukkan bahwa 60 % dari siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo mendapat nilai di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai KKM matematika yang berlaku di kelas IV SD Negeri II Ngadirojo adalah 60. Dari hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa kesulitan mempelajari matematika dialami oleh sebagian besar anak SD khususnya kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Hal-hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo antara lain : 1. Guru menggunakan pembelajaran yang konvensional. 2. Pembelajaran yang dilakukan guru kurang menyenangkan dan kurang efektif. 3. Penggunaan media pembelajaran yang kurang sesuai. 4. Siswa tidak menyukai berhitung matematika. 5. Adanya sugesti yang tertanam dalam diri siswa bahwa matematika itu sulit. 6. Lingkungan belajar yang kurang mendukung. Dari sebab-sebab di atas guru Sekolah Dasar memiliki peranan yang besar terhadap keberhasilan pembelajaran matematika. Seorang guru, khususnya guru Sekolah Dasar harus bisa menumbuhkan motivasi belajar bagi semua siswanya. Seorang guru harus bisa mengurangi atau menghilangkan pikiran negatif siswa tentang matematika. Pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan efektif juga harus diterapkan agar penerimaan materi pembelajaran matematika mudah dipahami. Metode dan media pembelajaran juga harus tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Menurut Heruman (2007: 2) menyatakan bahwa konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Konsep merupakan komponen pertama yang harus ditanamkan dalam pembelajaran matematika.
Alangkah baiknya apabila konsep-konsep tersebut diperoleh melalui
pembelajaran yang menyenangkan. Jadi pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan menjadi pilihan yang baik untuk guru dalam pembelajaran matematika bagi semua siswanya. Kaitannya dengan penanaman konsep operasi hitung bilangan bulat, siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo masih mengalami banyak kesulitan. Operasi hitung bilangan bulat merupakan materi baru di kelas IV semester II. Kesulitan pengerjaan operasi hitung bilangan bulat harus diatasi. Hal-hal yang terjadi jika masalah ini tidak diatasi akan menimbulkan beberapa dampak yang commit usersiswa akan mengalami kesulitan tentang berkelanjutan. Dampak tersebut antaratolain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
materi sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat, pengerjaan operasi hitung campuran bilangan bulat dengan bilangan yang lebih besar, menentukan FPB dan KPK suatu bilangan yang akan dihadapi di kelas V. Karena pentingnya pembelajaran operasi hitung bilangan bulat harus ada strategi pembelajaran yang benar-benar efektif, efisien, dan menyenangkan. Sugiyanto (2009: 67) menyatakan bahwa “ Pada saat ini, dapat kita pahami bahwa proses belajar dipandang sebagai proses yang aktif dan partisipatif, konstruktif, komulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran”. Model-model pembelajaran inovatif semakin berkembang seiring dengan perkembangan dunia pendidikan. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda. Dan tidak semua model pembelajaran tepat diterapkan untuk semua materi pembelajaran. Peneliti ingin menerapkan model pembelajaran Kuantum untuk mengatasi kesulitan pengerjaan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Secara sederhana, pembelajaran kuantum dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi yang meningkatkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Menurut Sugiyanto (2009:74) pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewanistis”, dan atau nativistis”. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran dan menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Model pembelajaran ini menggunakan konsep tandur (tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan). Tanamkan mengandung makna bahwa pada kegiatan awal guru harus menumbuhkan atau menanamkan minat siswa dalam belajar. Alami adalah dalam kegiatan pembelajaran siswa harus mengalami sendiri materi yang dipelajari. Namai mengandung makna bahwa penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep. Demonstrasikan memberi peluang kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka ke dalam kehidupan sehari-hari. Ulangi to user dalam kegiatan pembelajaran dapat mengandung makna bahwa commit pengulangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
memperkuat ingatan pada siswa. Rayakan mengandung makna bahwa sesuatu yang layak dipelajari maka layak pula untuk dirayakan. Komponen-komponen tersebut memiliki tujuan masing-masing yang berguna untuk memudahkan anak dalam belajar. Hal ini sangat diperlukan dalam pengerjaan operasi hitung bilangan bulat. Siswa dituntut untuk melakukan operasi hitung bilangan bulat secara cepat dan tepat. Apabila siswa sudah menguasai konsep operasi hitung bilangan bulat maka mereka akan mudah mengerjakan soal operasi hitung lainnya. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV ( EMPAT ) SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat diperoleh suatu rumusan masalah. Pokok permasalahan dapat dirumuskan adalah “Apakah pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV ( Empat ) SD Negeri II Ngadirojo?”
C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan tentu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat melalui model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo.”
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat melalui Model Pembelajaran Kuantum dapat memberi masukan secarra commitinito diharapkan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
teoretis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Untuk mempermudah pemahaman tentang operasi hitung bilangan bulat melalui model pembelajaran kuantum. 2) Siswa dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan. 3) Menambah pengetahuan siswa bahwa sumber belajar tidak hanya dari buku. b. Bagi Guru 1) Guru mendapatkan pengalaman mengajar matematika, khususnya materi operasi hitung bilangan bulat menggunakan model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV (empat) SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. 2) Guru dapat mengembangkan model-model pembelajaran inovatif untuk diterapkan di Sekolah Dasar. 3) Meningkatkan keterampilan mengajar, khususnya bidang studi matematika. c. Bagi Sekolah atau Lembaga Penelitian ini diharapkan bisa sebagai masukan demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kuantum khususnya operasi hitung bilangan bulat pada kelas IV (empat) di SD Negeri II Ngadirojo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat a. Hakikat Kemampuan Operasi Hitung Ability is what you're capable of doing. Motivation determines what you do.
Attitude
determines
how
well
you
do
(http://forum.um.ac.id/index.php?topic=3274.0). Bahasa Indonesia (2008: 734)
it."
Lee
Holtz
Menurut
Kamus
Besar
mampu berarti kuasa ( bisa, sanggup )
melakukan sesuatu; dapat, sedangkan kemampuan adalah kesanggupan ; kecakapan ; kekuatan ; kita berusaha dengan diri sendiri. Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988: 623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan adalah kesanggupan dalam melakukan
suatu
sesuatu. Seseorang dikatakan mampu
apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Sedangkan kecakapan,
menurut
ketangkasan,
Chaplin
bakat,
ability
(1997:
34)
kesanggupan merupakan
kemampuan, tenaga
(daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan (http://www.digilib.petra.ac.id diakses pada tanggal 30 Desember 2010). Menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (http://www.digilib.petra.ac.id diakses pada tanggal 30 Desember 2010). Ada pula pendapat lain menurut Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/ke-mampuanindividu/) diakses pada tanggal 30 Desember 2010). Dari beberapa pendapat atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan commit todiuser 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan seseorang juga dipengaruhi oleh potensi yang ada dalam dirinya. Apabila dilihat dari arti katanya, hitung merupakan suatu kegiatan membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak, dsb). Operasi hitung dalam matematika merupakan cara-cara yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan dan hubungan antar bilangan (http.belajar-matematika.com diakses tanggal 12 Januari 2011). Menurut Rangga operasi hitung dalam matematika meliputi operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian,
dan
pembagian
(http://papanoyt.blogspot.com/2011/04/upaya-meningkatkan-kemampuansiswa.html diakses tanggal 15 April 2011). Bilangan kuadrat, akar pangkat, bilangan kubik dan operasi hitung lainnya merupakan perluasan dari operasi hitung dasar. Menurut Murray R. Spiegel (1999: 1) empat operasi fundamental dalam aljabar sebagaimana dalam ilmu hitung (aritmatika) adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. 1) Penjumlahan Apabila dua bilangan a dan b dijumlahkan maka hasilnya ditunjukkan dengan a + b. 2) Pengurangan x ditambah b sama dengan a atau x + b = a. Apabila bilangan a dikurangi bilangan b, maka pengurangannya ditunjukkan dengan a – b. pengurangan dapat didefinisikan dalam bentuk penjumlahan. Yaitu, kita definisikan a – b merupakan bilangan x sedemikian rupa sehingga. 3) Perkalian Hasil kali dua bilangan a dan b adalah bilangan c sehingga a x b = c. operasi perkalian ditunjukkan dengan tanda silang, titik, atau kurung. 4) Pembagian Apabila sebuah bilangan a dibagi dengan bilangan b, maka hasil bagi yang commit to user diperoleh ditulis a : b atau atau a/b, di mana a disebut yang dibagi dan b
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
pembagi. Pembagian dapat didefinisikan dalam bentuk perkalian, yaitu kita pandang a/b sebagai suatu bilangan x yang setelah dikalikan bilangan b sama dengan a, atau bx = a. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa operasi hitung adalah cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan dan hubungannya. Operasi hitung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan operasi hitung adalah kesanggupan seseorang untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan dan hubungannya. Dalam penelitian ini operasi hitung yang dimaksud adalah penjumlahan dan pengurangan.
b. Hakikat Bilangan Bulat dalam Pembelajaran Matematika 1) Pengertian Bilangan Bulat Menurut Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini (2009:4) bilangan bulat negatif, nol, dan bilangan asli disebut bilangan bulat (integers). Barisan bilangan bulat dapat diperlihatkan sebagai berikut : . . . -3,-2,1,0,1,2,3, . . . Menurut Karim, dkk (1996: 179) bilangan bulat diciptakan untuk menjawab masalah seperti 3 + n = 0, 7 + n = 5 karena tidak ada bilangan cacah yang memenuhi sehingga pernyataan tersebut menjadi benar. Hal ini menunjukkan pengetahuan tentang bilangan cacah saja belum cukup untuk memecahkan masalah. Karena itu manusia membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk dapat menyelesaikan permasalahan di atas yaitu dengan bilangan bulat. Menurut Karim, dkk (1997: 180) gabungan semua bilangan cacah dan himpunan semua bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5} disebut himpunan bilangan bulat. Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan cacah, sedangkan 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan asli. Jadi, bilangan cacah adalah gabungan dari bilangan nol dan bilangan asli. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat userbilangan nol, bilangan asli, dan lawan adalah bilangan yang commit terdiri todari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
bilangan asli. 2) Pengertian Matematika Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika itu muncul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak (www.duniaguru.com diakses pada 30 Desember 2010). Untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa. Pengertian Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2007 menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Menurut R.Soedjadi (2000: 11) menyatakan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika : a) Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik. b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika
adalah
pengetahuan
tentang
penalaran
logis
dan
berhubungan dengan bilangan. d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. commit user 153) matematika memiliki dua objek Menurut Asep Jihadto (2008:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
garapan yakni objek langsung yang terdiri dari : fakta, konsep, prinsip, dan prosedur operasi. Sementara objek tidak langsung adalah implikasi dari proses pembelajaran matematika, yakni kebiasaan bekerja baik, sikap kemampuan mengalihgunakan cara kerja (memanipulasi dalam arti positif), serta membangun konsep mental (akhlak) yang baik seperti kejujuran. Sedangkan menurut Asep Jihad (2008: 152) mengidentifikasi perbedaan matematika dengan pelajaran lain dalam hal : a) Objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah anak diajarkan benda konkrit, siswa tetap didorong untuk abstraksi. b) Pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis c) Pengertian atau konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya. d) Melibatkan perhitungan (operasi). e) Dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari. Menurut R.Soedjadi (2000: 13) ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum adalah sebagai berikut : a) Memiliki objek kajian abstrak b)
Bertumpu pada kesepakatan
c)
Berpola piker deduktif
d)
Memiliki symbol yang kosong dari arti
e)
Memperhatikan semesta pembicaraan
f)
Konsisten dalam sistemnya. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah salah satu ilmu dasar yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak, bahasa simbolis, ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif yang memudahkan manusia untuk berpikir sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3) Karakteristik Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (www.dunia guru.com diakses tanggal 30 Desember 2010). Menurut Heruman (2007: 1) dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Beberapa karakteristik pembelajaran matematika di Sekolah Dasar antara lain sebagai berikut : a) Pembelajaran matematika dilakukan berjenjang. Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana ke konsep yang lebih sukar. Berawal dari hal-hal yang konkrit atau nyata ke semi konkrit dan berakhir pada abstrak. b) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkannya pada konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini merupakan prinsip belajar bermakna atau belajar dengan pemahaman. Konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep sebelumnya. c) Pembelajaran matematika menekankan penggunaan pola deduktif. Pembelajaran deduktif adalah pembelajaran dalam memahami konsep melalui pemahaman definisi umum kemudian ke contoh-contoh. d) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Pembelajaran ini adalah pernyataan dianggap benar apabila didasarkan atas pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap benar. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar berawal dari hal-hal yang bersifat konkrit ( nyata ) menuju hal yang bersifat abstrak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
4) Tujuan Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan konsisten. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan sebagai berikut : a) Tujuan Umum (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. b) Tujuan Khusus (1) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kegiatan matematika. (2) Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SMP. (3) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. 5) Tinjauan operasi hitung bilangan bulat dalam penelitian Operasi hitung bilangan bulat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : a) Operasi penjumlahan bilangan bulat. commit to user Cara operasi hitung bilangan bulat adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
(1) Penjumlahan antara dua bilangan bulat positif hasilnya adalah bilangan bulat positif juga. Contoh : 7+3 = 10 (2) Penjumlahan antara dua bilangan bulat negatif hasilnya adalah bilangan bulat negatif juga. Contoh : (-4) + (-5) = -9 (3) Penjumlahan bilangan bulat positif dengan negatif atau sebaliknya hasilnya sbb: Jika angka bilangan bulat positif lebih kecil dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif. Contoh : (-4) + 2 = -2 Jika angka bilangan bulat positif lebih besar dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah bilangan bulat positif Contoh : 7
+ (-4) = 3
Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan : (1) Sifat Komutatif (Pertukaran) Andi mempunyai 5 kelereng berwarna merah dan 3 kelereng berwarna hitam. Budi mempunyai 3 kelereng berwarna merah dan 5 kelereng berwarna hitam. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi? 5+3=8 3+5=8 Jadi 5 + 3 = 3 + 5 Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat komutatif. Secara umum, sifat komutatif pada penjumlahan toberikut. user dapat dituliscommit sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
a + b = b + a, dengan a dan b sembarang bilangan bulat.
(2) Sifat Asosiatif (Pengelompokan) Andi mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi 3 kelereng merah dan 2 kelereng hitam. Kotak II berisi 4 kelereng putih. Budi juga mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi 3 kelereng merah. Kotak II berisi 2 kelereng hitam dan 4 kelereng putih. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi? (3 + 2) + 4 = 5 + 4 = 9 3 + (2 + 4) = 3 + 6 = 9 Jadi ( 3 + 2 ) + 4 = 3 + ( 2 + 4 ) Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat asosiatif pada penjumlahan. Secara umum, sifat asosiatif pada penjumlahan dapat ditulis: (a + b) + c = a + (b + c), dengan a, b, dan c sembarang bilangan bulat. b) Operasi pengurangan bilangan bulat (a)
Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat positif dengan
bilangan bulat positif maka: Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih kecil maka hasilnya dalah bilangan bulat positif. Contoh : 9–5=4 Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negative. Contoh : 3 – 6 = -3 (b)
Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat negatif dengan commitmaka: to user bilangan bulat negatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih kecil maka hasilnya adalah bilangan bulat positif. Contoh : -6 - (-8) = -6 + 8 = 2 (ingat - 8 < -6 ) Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif. Contoh : -5 – (-3) = -5 +3 = -2 ( -3 > -5 ) Bilangan bulat negatif yang dikurangi sama dengan bilangan bulat negatif yang mengurangi maka hasilnya adalah 0 (nol). Contoh : -4 - (-4) = -4 + 4 = 0 (c)
Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat
negatif hasilnya selalu bilangan bulat positif. contoh : 8 – (-4) = 8 + 4 = 12 (d)
Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat
positif hasilnya selalu bilangan bulat negatif. contoh : -8 – 4 = - 12 2. Pengertian Model Pembelajaran Kuantum a. Model Pembelajaran Kuantum Model pembelajaran
pembelajaran inovatif
yang
kuantum diciptakan
merupakan untuk
salah
satu
meningkatkan
model kualitas
pembelajaran. Menurut Miftahul A’la (2010: 57) pembelajaran kuantum adalah sebuah program yang mengizinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di kelas. Hal ini bertujuan untuk mangetahui bagaiman orang belajar dan mengapa siswa bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu. Pembelajaran kuantum menunjukkan pada guru bagaiman caranya commit to user untuk mengarang kesuksesan siswa dengan mencatat apa saja di dalam kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
yang
berkaitan
dengan
lingkungan,
desain
kurikulum
dan
cara
mempresentasikannya. Pembelajaran kuantum menawarkan ide baru tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang baik yang menjanjikan bagi pelajar dan mendukung mereka dalam proses pembelajaran. Menurut Bobbi De Porter (2005: 5) pembelajaran kuantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Menurut
Sugiyanto
(2009:
74)
pembelajaran
kuantum
adalah
pembelajaran yang memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Dalam pandangan pembelajaran kuantum, lingkungan fisik-mental dan kemampuan pikiran sama pentingnya dan saling mendukung. Menurut Ade Sanjaya pembelajaran kuantum merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif (http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teachingserta.html dikses tanggal 12 Januari 2011). Dalam pembelajaran kuantum bersandar pada konsep ‘bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan pembelajaran kuantum tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan
emosional
Dengan
yang
pembelajaran
baik
dalam
kuantum
kita
dan dapat
ketika
belajar.
mengajar
dengan
memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masingmasing. Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan pemikiran rasional dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Sedangkan otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan commit to user kreativitas, orisinil, daya cipta dan bakat artistik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Menurut Gede Upadana Pembelajaran kuantum adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan
landasan
dalam
kerangka
untuk
belajar
(http://gedeupadana.blogspot.com/2010/11/model-pembelajaran-kuantum.html di akses tanggal 12 Januari 2011). Model pembelajaran kuantum memiliki dua unsur di dalamnya, yaitu : 1) Konteks Konteks yaitu latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Konteks di sini meliputi keadaan lingkungan, suasana, dan rancangan pembelajaran. Unsur-unsur ini harus menjadi padu agar tercipta suatu pembelajaran yang menyeluruh. 2) Isi Salah satu unsur isi adalah materi, bakat dan potensi peserta didik. Di sini diperlukan kemampuan seorang guru untuk mengembangkan setiap unsur isi. Guru juga harus memfasilitasi siswa untuk mencapai keberhasilan belajar. Dalam proses pembelajaran unsur-unsur yang terdiri dari suasana, lingkungan,
landasan,
rancangan,
penyajian
dan
fasilitas
disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kesuksesan belajar siswa. Dari berbagai teori tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kuantum adalah suatu model pembelajaran yang memadukan semua unsur-unsur dalam proses pembelajaran sehingga tercipta suatu pembelajaran menyenangkan, efektif, dan efisien serta dengan taraf keberhasilan tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Karakteristik Umum Beberapa karakteristik umum pembelajaran kuantum adalah sebagai berikut : 1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit serba sedikit istilah dan konsep kuantum commit user dipakai. Oleh karena itu, to pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika kuantum. 2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, hewanistis, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan piker, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis. 3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat kontruktivistis bukan positivistisempiris, behavioristis. Karena itu, nuansa
konstruktivisme dalam
pembelajaran kuantum relative kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai kontek
pembelajaran.
Dalam
pandangan
pembelajaran
kuantum,
lingkungan fisikal dan mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik. 4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan commit todan userbermakna yang dapat mengubah energi interaksi-interaksi bermutu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran kuantum. 5) Pembelajaran
kuantum
sangat
menekankan
pada
pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. untuk itu, segala hambatan dan halangan yang melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini berbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya. 6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenagnkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang kaku, dan membosankan. Di sinilah para perancang harus secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. 7) Pembelajaran
kuantum
sangat
menekankan
kebermaknaan
dan
kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembalajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya
kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus commit atau to user dilakukan oleh pembelajar fasilitator. Dalam hubungannya inilah perlu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain menghantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang. 8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
Konteks
pembelajaran
meliputi
suasana
yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan untuk belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan
sebuah orkestra
yang memainkan simfoni.
Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra. 9) Pembelajaran
kuantum
memusatkan
perhatian
pada
pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan [dalam] hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal. 10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai commit user dalam proses pembelajaran. Di samping dan keyakinan tertentu yangtopositif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi. Dikatakan demikian sebab “Nilai-nilai ini menjadi kacamata yang dengannya kita memandang dunia. Kita mengevaluasi, menetapkan prioritas, menilai, dan bertingkah laku berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui kacamata ini. 11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitasaktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran. 12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal ( Sugiyanto, 2009 : 73). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Ada empat ciri yang cukup menonjol pada pembelajaran kuantum diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran. Hal ini terlihat sekali dalam penerapan quantum teaching terdapat unsur kesempatan yang luas kapada seluruh siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran. Tidak ada rasa diskriminatif dan membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Tentu ini sangat membantu sekali dalam pembelajaran bagi siswa karena mereka memiliki peluang dan waktu yang sama dalam proses pengajaran. Sebagai akibat dari ciri yang pertama, maka memungkinkan tergali dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri si anak. 2) Adanya kepuasan pada diri si anak. Hal ini sangat terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si anak sehingga secara proporsional anak akan mampu memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan dengan cepat tanpa adanya hambatan yang besar. Karena di dalam proses ini si anak akan mampu mencurahkan dan mempelajari apapun sesuai dengan keinginannya dan mereka tidak merasa ada unsur paksaan sehingga akan semakin menambah kepuasan siswa dalam pengajaran dan menambah semangat. 3) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarakan. Hal ini terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak, sehingga seandainya ada materi yang kurang begitu paham, maka dengan sendirinya si anak akan paham karena materi yang diberikan memungkinkan untuk diulang agar kesemuanya mampu untuk diserap. 4) Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori, kodel, dan sebagainya. Ini sangat penting karena antara guru dan anak didik akan mampu terjalin ikatan emosional yang begitu kuat antara keduanya. Dengan demikian maka akan menjadikan
belajar
semakin menggembirakan commit user 41). menjalankannya (Miftahul A’la,to2010:
dan
enjoy
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
c. Prinsip Utama Pembelajaran Kuantum Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan asas utama, bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka, prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek pembelajaran kuantum. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1) Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungann kelas hingga bahasa tubuh seorang guru, kertas yang guru bagikan hingga rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar. 2) Segalanya Bertujuan Semua yang terjadi pembelajaran memiliki tujuan. Apa yang disusun dalam pelajaran yang akan diberikan kepada siswa harus mempunyai tujuan dan batasan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar dalam melaksanakam pembelajaran tidak keluar dari tujuan utama. Guru dan peserta didik harus menyadari bahwa kegiatan dalam pembelajaran selalu bertujuan. 3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. 4) Akui Setiap Usaha Belajar mengandung risiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Rasa percaya diri dibutuhkan dalam rangka proses pembelajaran yang lebih kondusif dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya rasa percaya diri peserta didik akan merasa gemetar dan sudah tidak stabil kondisi psikologisnya. Hal ini tentu akan menghambat jalannya proses pembelajaran. 5) Jika Layak Dipelajari maka Layak pula Dirayakan Segala sesuatu yang layak dipelajari sudah pasti layak pula untuk dirayakan commit to user keberhasilannya. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak pada terbentuknya keunggulan. Ada delapan prinsip keunggulan dalam pembelajaran kuantum, yaitu : 1) Terapkan hidup dalam integritas Dalam pembelajaran bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. 2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman karena kegagalan adalah tanda bahwa seseorang telah belajar. 3) Berbicaralah dengan niat baik Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar peserta didik. 4) Hidup di saat ini Pusatkan perhatian kita pada saat sekarang ini dan manfaatkan waktu sebaik mungkin. Kerjakan setiap tugas dengan sebaik-baiknya. 5) Tegaskanlah komitmen Dalam pembelajaran, baik guru maupun peserta didik harus mengikuti tujuan dan kegiatan pembelajaran tanpa ragu-ragu, tetap pada langkahlangkah yang telah ditetapkan. Untuk itu mereka perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
6) Tanggung jawab Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, guru dan peserta didik harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. 7) Sikap luwes Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Seorang guru harus pandai-pandai dalam membaca dan mengubah lingkungan dan suasana jika diperlukan demi keberhasilan peserta didiknya. 8) Pertahankanlah keseimbangan Dalam pembelajaran, pertahankanlah jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan keseimbangan agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. d. Kelebihan Model Pembelajaran Kuantum Kelebihan model pembelaran kuantum antara lain : 1) Siswa dapat belajar dari mana saja, tidak terbatas hanya bersumber dari buku atau penjelasan dari guru sehingga memudahkan siswa dalam mengembangkan potensinya. 2) Membentuk siswa yang aktif, karena dengan metode ini siswa bukan hanya sebagai objek yang hanya menerima melainkan juga sebagai pelaku dalam proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. 3) Dapat mempercepat pemahaman siswa karena siswa mengalami apa yang dipelajari secara langsung. 4) Menumbuhkan semangat siswa untuk belajar, dalam metode ini keberhasilan yang telah dicapai siswa dirayakan sebagai bentuk penghargaan. 5) Membentuk siswa menjadi kreatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
e. Kelemahan Model Pembelajaran Kuantum 1) Sulit membentuk suasana yang menyenangkan untuk melaksanakan proses pembelajaran, karena adanya faktor-faktor
yang mungkin kurang
mendukung baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan di sekitar sekolah. 2) Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam menerapkan model pembelajaran kuantum. 3) Tidak semua mata pelajaran cocok menggunakan model pembelajaran kuantum. 4) Tidak semua siswa cocok diberikan model pembelajan kuantum terutama bagi siswa yang lambat, karena siwa tersebut tidak akan mampu memanfatkan segala hal sebagai sumber belajar. f. Kerangka Perancangan Pembelajaran Kuantum Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan pembelajaran kuantum, dikenal dengan singkatan “ TANDUR”yang merupakan kepanjangan dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur tersebut membentuk basis struktural keseluruhan yang melandasi pembelajaran kuantum. Menurut Sugiyono (2009: 83) menyatakan bahwa kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran apapun mata pelajaran, tingkat kelas dengan beragam budaya, jika para guru benar-benar menggunakan prinsip-prinsip atau nilainilai pembelajaran kuantum. Kerangka ini juga memastikan mereka mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata begi mereka sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Rancangan pembelajaran Kuantum dapat dilihat pada Tabel I sebagai berikut : Tabel I. Rancangan Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Berbasis Kuantum
No Rancangan 1
Penerapan dalam Pembelajaran Matematika Kuantum Operasi Hitung Bilangan Bulat
Keterangan
Tumbuhkan Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan pembelajaran pengajar harus berusaha
menumbuhkan
atau
mengembangkan minat siswa dalam belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya
kegiatan
pembelajaran
bagi
dirinya atau bagi kehidupannya. Pada tahap ini
pengajar
menyampaikan
tujuan
T
pembelajaran kepada peserta didik dengan cara bercerita. Pengajar mengajak siswa untuk menyanyikan lagu tentang bilangan bulat kemudian memberikan kartu bilangan bulat kepada peserta didik. Setiap siswa mendapat bilangan bulat yang berbeda. 2
Alami
Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang
diajarkan.
Pengalaman
dapat
menciptakan ikatan emosional, menciptakan peluang
untuk
pengalaman
pemberian
membangun
makna
dan
keingintahuan
siswa. Setelah semua peserta didik menerima kartu bilangan,guru meminta siswa untuk membaca lambang commitbilangan to user yang tertulis.
A
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Peserta didik juga diminta untuk mengerjakan soal operasi hitung menggunakan nomograf secara mandiri. 3
Namai
Namai mengandung makna bahwa penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Penamaan mampu memuaskan hasrat alami otak untuk memberi identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Dalam tahap ini peserta
N
didik mengidentifikasi jenis bilangan bulat yang mereka peroleh. Peserta didik juga diminta untuk mengemukakan hasil atau jawaban dari pengerjaan soal operasi hitung bilangan bulat. 4
Demontrasi
Demontrasi memberi
mengandung peluang
pada
makna
bahwa
siswa
untuk
menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain atau ke dalam kehidupan mereka. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peserta didik mengerjakan soal operasi hitung bilangan
bulat
menggunakan
D
media
nomograf. Selain itu, peserta didik juga harus menjelaskan penggunaan nomograf untuk memecahkan soal operasi hitung bilangan bulat 5
Ulangi
Ulangi mengandung makna bahwa proses pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat
memperkuat
koneksi
saraf
dan
menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap commit to user kemampuan siswa. Setelah peserta didik
U
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
mendemonstrasikan penggunaan nomograf, mereka mengerjakan beberapa soal tentang operasi hitung bilangan bulat menggunakan nomograf. 6
Rayakan
Rayakan
mengandung
makna
bahwa
pemberian penghormatan pada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesehatan. Dengan kata lain perayaan berarti pemberian umpan balik yang positif pada siswa atas keberhasilannya, baik berupa pujian, pemberian hadiah atau bentuk lainnya. Umpan balik sangat penting artinya
bagi
proses
penguatan terhadap
R
prestasi yang telah dicapai siswa. Hal ini berarti
bahwa
memperkuat
perayaan
proses
akan
belajar
dapat
selanjutnya.
Setelah siswa selesai mengerjakan soal, pendidik mengajak siswa untuk bertepuk tangan
secara
serentak.
Pendidik
juga
memberikan pujian untuk peserta didik.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu : Noor Isna Izzati ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kuantum pada Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009. Persamaan antara penelitian ini dan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kuantum. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah peningkatan hasil belajar IPA, sedangkan pada penelitian commit to user penulis variabel bebasnya peningkatan kemampuan operasi hitung bilangan bulat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Betty Beliya Anggraheni ( 2010 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Media Manik-manik Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Balangan Teras Boyolali tahun Pelajaran 2009 / 2010. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan media manik-manik dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Kedua penelitian ini memiliki persamaan pada variabel bebasnya, yaitu bilangan bulat. Sedangkan perbedaannya, pada penelitian ini menggunakan media manik-manik dan pada penelitian peneliti menggunakan model pembelajaran kuantum.
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo mengalami kesulitan dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat, terbukti dari 65% siswa memperoleh nilai dibawah KKM yaitu 63 yang ditentukan dari sekolah. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan model-model pembelajaran konvensional serta kurang menarik dalam membawakan materi yang akan disampaikan kepada siswa sehingga membuat mereka jenuh ketika mengikuti pelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kuantum. Tindakan ini dilakukan selama dua siklus. Siklus I mempelajari bilangan bulat dengan angka yang kecil dan menggunakan alat peraga garis bilangan. Sedangkan pada siklus II mempelajari bilangan bulat dengan angka yang lebih besar menggunakan alat peraga nomograf. Dengan tindakan tersebut diduga melalui model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat kelas IV SDN II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Bagan Gambar I sebagai berikut:
Kondisi Awal
Guru belum menggunakan model Pembelajaran kuantum, masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN II Ngadirojo.
Kemampuan Operasi hitung bilangan bulat kelas IV masih rendah. Siklus I Mempelajari bilangan
Tindakan
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kuantum pada pembelajaran matematika kelas IV SDN II Ngadirojo.
bulat denga angka yang kecil dan menggunakan alat peraga garis bilangan. Siklus II Mempelajari bilangan bulat dengan angka yang lebih besar dan
Kondisi Akhir
Diduga melalui model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat kelas IV SDN II Ngadirojo
Gambar 1: Bagan Kerangka Berpikir
commit to user
menggunakan alat peraga nomograf.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan model pembelajaran kuantum dengan media nomograf dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo kabupaten Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Alasan memilih tempat penelitian adalah sebagai berikut : a. Kemampuan hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV kurang. b. Peneliti ingin mempercepat kemampuan hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. c. Tempatnya
mudah
dijangkau
sehingga
memudahkan
peneliti
dalam
memperoleh data. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 selama 5 bulan dari bulan Januari sampai Mei. Adapun rincian kegiatan dalam penelitian
dapat
dilihat
pada
Lampiran
1
halaman
94.
B. Subjek Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo yaitu sebanyak 39 Siswa terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitiannya adalah kemampuan operasi hitung pada materi pokok bilangan bulat.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh adalah data langsung tercatat dari hasil kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). 2. Strategi Penelitian
commit to user Adapun penelitian tindakan kelas ini menggambarkan serangkaian langkah 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
yang membentuk spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi. Perencanaan kembali merupakan dasar untuk pemecahan masalah. Tahap perencanaan berisi rencana pembelajaran yang disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan. Tahap tindakan merupakan implementasi dari perencanaan. Tahap pengamatan, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran. Pada tahap refleksi peneliti mengadakan evaluasi dan analisa terhadap hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN II Ngadirojo. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran sehingga dapat dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
D. Sumber Data Keberhasilan suatu penelitian didukung oleh sumber data. Suharsini Arikunto (2006:129) “ sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh”. Data atau informan yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar adalah data kualitatif, hasil wawancara, dan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Informan tersebut akan digali dari sumber data yang beragam. Sumber dan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi : 1. Guru kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. 2. Siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. 3. Arsip nilai ulangan harian. 4. Buku ulangan harian kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. 5. Foto tentang kegiatan pembelajaran sebelum diadakan tindakan dan pada saat kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan.
E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2009: 224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dari uraian di atas to user teknik pengumpulan data yangcommit digunakan peneliti antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
1. Observasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi terus terang dimana dalam melakukan pengumpulan data mengatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui dari awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Hal-hal yang diobservasi antara lain aktivitas siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo dan keterampilan guru saat pembelajaran operasi hitung bilangan bulat menggunakan model pembelajaran kuantum. Yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah guru wali kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. pada saat dilakukan penelitian pada tanggal Observasi dilakukan pada tanggal 28 Februari 2011, 2 Maret 2011, 7 Maret 2011, 9 Maret 2011, 15 Maret 2011, dan 17 Maret 2011. 2. Tes Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini peneliti gunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal berhitung bilangan bulat. Tes ini diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo pada saat penelitian dilakukan. 3. Dokumentasi Menurut Sugiyono (2009: 240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Data yang diambil peneliti berasal dari daftar nilai dan analisis ulangan siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. Dokumen ini diperoleh pada saat dilakukan penelitian. 4. Wawancara atau Interview Interview sebagai berikut “ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam commit towawancara user penelitian ini, peneliti melakukan dengan wali kelas IV SD Negeri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Ngadirojo. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 25 Februari 2011 (sebelum penelitian dilakukan) dan 18 Maret 2011 (setelah tindakan penelitian dilakukan).
F. Validitas Data Menurut Sugiyono (2009: 267) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ketepatan data tersebut tidak hanya bergantung pada ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan : 1. Validitas isi Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang disampaikan. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyusun kisi-kisi soal yang sesuai dengan kemampuan yang akan diukur. 2. Triangulasi Metode Triangulasi metode adalah pengumpulan data sejenis dengan metode pengumpulan data yang berbeda. Data – data diperoleh melalui metode pengumpulan data yang berbeda, hasilnya dibandingkan selannjutnya diambil data yang paling kuat validitasnya. Misalnya, peneliti akan mengumpulkan data tentang kemampuan operasi hitung bilangan bulat kelas IV SDN II Ngadirojo, selain menggunakan metode wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri II Ngadirojo peneliti juga menggunakan metode observasi untuk memperoleh data yang diperlukan.
G. Analisis Data commit to user(2009: 244) analisis data adalah proses Menurut Bogdan dalam Sugiyono
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Sugiyono (2009: 244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009: 246) mangemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. 1. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Kegiatan reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengetahui kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Kemudian melakukan analisis awal, jika data yang diperoleh sudah cukup. 2. Penyajian Data Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu commit to useryang benar-benar valid. Dalam tahap ini cara yang utama bagi analisis kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
peneliti menyajikan data dengan bentuk tabel dan grafik. 3. Penarikan Simpulan (Verifikasi) Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi untuh, sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Dalam tahap ini peneliti merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian. Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian. Proses analisis interaktif hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut : Pengumpulan
Sajian data
Penarikan simpulan
Reduksi
Gambar 2: Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman
H. Prosedur Penelitian Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. Teknik yang digunakan berupa pengamatan (observasi) dan wawancara. 2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara 39 untuk segera dipecahkan.di identifikasikan. 3. Melakukan pengkajian teoritis tentang model pembelajaran kuantum dalam commit berhitung to user bilangan bulat pada siswa kelas IV SD hubungannya dengan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Negeri 2 Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. 4. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas. 5. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun. 6. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang juga secara menyeluruh. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan;
(2)
pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut : Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan SIKLUS II SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 3: Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Suharsimi Arikunto,dkk (2009: 16))
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Siklus I 1. Tahap Perencanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan. Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan, strategi dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut: a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Matematika dengan materi pokok operasi hitung bilangan bulat dengan model pembelajaran Kuantum menggunakan media garis bilangan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011 ( Lampiran 4 halaman ). b) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam pembelajaran ( Lampiran 8 halaman148 dan Lampiran 9 halaman 154). 2. Tahap Tindakan Pada
tahap
ini
dilakukan
implementasi
tindakan
yang
telah
direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini sering terjadi sedikit penyimpangan tentang apa yang telah direncanakan. Karena hal itu, peneliti perlu mencatat semua hal yang terjadi saat pelaksanaan tindakan. 3. Tahap Pengamatan atau Observasi Dalam tahap ini peneliti melakukan pemantauan atau terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum pada materi pokok opersi hitung bilangan bulat kelas IV SDN II Ngadirojo. Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan dan peristiwa yang terjadi. Pengamatan
ini
diikuti
dengan
pencatatan
atau
rekaman
yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti : commit to user a) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
pembelajaran Kuantum pada pokok bahasan bilangan bulat, khususnya operasi hitung pengurangan dan campuran . b) Pengamatan terhadap kemampuan siswa kelas IV SDN Ngadirojo dalam menyelesaikan operasi hitung pengurangan dan campuran bilangan bulat. 4. Tahap Evaluasi atau Refleksi Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, seberapa besar perubahan yang terjadi, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan. Hasil analisis ini dapat dijadikan tolok ukur peneliti dan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan berikutnya. b. Siklus II 1. Tahap Perencanaan Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan identifikasi pada siklus 1. Pada tahap ini disusun rencana untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat. Dari siklus II yang akan dilakukan diharapkan nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo dapat mengalami peningkatan. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut: a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Matematika dengan materi pokok operasi hitung bilangan bulat dengan model pembelajaran Kuantum menggunakan media nomograf pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011 ( Lampiran 4 halaman124 ). b) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam pembelajaran ( Lampiran 14 halaman 164 dan Lampiran 15 halaman 170). 2. Tahap Tindakan Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan pada siklus I. Dalam tahap to user media yang berbeda dari siklus I. media tindakan ini peneliticommit menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
yang digunakan adalah nomograf. 3. Tahap Pengamatan atau Observasi Dalam tahap ini peneliti melakukan pemantauan atau terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum pada materi pokok opersi hitung bilangan bulat menggonakan media nomograf pada siswa kelas IV SDN II Ngadirojo. Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan dan peristiwa yang terjadi. Pengamatan ini diikuti dengan pencatatan atau rekaman yang memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti : a) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Kuantun pada pokok bahasan bilangan bulat b) Pengamatan terhadap kemampuan siswa kelas IV SDN Ngadirojo dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat. 4. Tahap Evaluasi atau Refleksi Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, seberapa besar perubahan yang terjadi, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan.
I. Indikator Ketercapaian Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan kemampuan operasi hitung bilangan bulat apabila rata-rata yang diperoleh siswa di kelas adalah 63. Capaian target pada siklus pertama 75% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 29 anak) dengan mendapat nilai ≥ 60 dan pada siklus kedua 85% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 33 anak) dengan mendapat nilai ≥ 60. Jadi apabila siswa kelas IV SDN II Ngadirojo hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pada awalnya SD Negeri II Ngadirojo merupakan Sekolah Rakyat (SR) serta belum memiliki bangunan tetap yang berdiri tahun 1947. Setelah mengalami perkembangan kemudian berubah menjadi Sekolah Dasar Negeri I Ngadirojo. Karena muridnya terlalu banyak maka didirikan SD Negeri II Ngadirojo. Jadi SD Negeri II Ngadirojo merupakan pecahan dari SD Negeri I Ngadirojo. Fasilitas yang ada di SD Negeri II Ngadirojo cukup lengkap, terutama alat peraga untuk mendukung proses belajar mengajar. Alat peraga terawat dan disimpan dengan baik. Setiap akan menggunakan guru mengambil alat peraga tersebut dan dikembalikan setelah selesai digunakan. Jadi alat peraga tidak tertinggal di kelas. Ruang kelas IV SD Negeri II Ngadirojo kurang begitu luas jika dilihat jumlah siswa sebanyak 39 siswa. Di sebelah belakang kelas sudah tidak ada ruang kosong. Begitu juga samping kanan dan kiri antar meja siswa ruang selanya juga sempit. Di sebelah utara ruang kelas IV SD Negeri II Ngadirojo merupakan jalan utama jadi suara bising kendaraan merupakan hal yang selalu didengar. Pembelajaran bilangan bulat yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri II Ngadirojo, guru belum menggunakan model pembelajaran kuantum. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Jika dihubungkan dengan keadaan kelas dan sekitarnya, pembelajaran yang berpusat pada guru tentu dirasa kurang efektif. Siswa pun merasa bosan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Dengan penelitian ini diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo dapat meningkat.
B. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakancommit penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SD Negeri II Ngadirojo guru belum menggunakan model pembelajaran kuantum, selain itu pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered). Dari hasil pretest yang dilakukan diketahui bahwa 60% siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal ( KKM = 60). Hasil dari nilai pretest ( Lampiran 9 halaman 146) dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Tes sebelum Tindakan No. Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
1.
10 – 18
2
5%
2.
19 – 27
4
10 %
3.
28 – 36
5
13 %
4.
37 – 45
5
13 %
5.
46 – 54
7
18 %
6.
55 – 63
2
5%
7.
64 – 72
2
5%
8.
73 – 81
3
8%
9.
82 – 90
9
23 %
39
100 %
Jumlah Rata-rata nilai siswa
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Berdasarkan Tabel 2, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut : 25%
P e r s e n t a s e
20%
15%
10%
5%
0%
10-18 19-27 28-36 37-45 46-54 55-63 64-72 73-81 82-90 Rentang Nilai Hasil Belajar Gambar 4: Grafik Data Nilai sebelum Tindakan Dari Tabel 2 dan Gambar 4 tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo sebelum dilaksanakan tindakan adalah 54. Dari data nilai pretest siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo sebanyak 39 siswa hanya 16 siswa atau 40 % yang mencapai nilai KKM. Sebanyak 23 siswa atau 60 % memperoleh nilai di bawah KKM. Dari hasil pretest pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri II Ngadirojo masih kurang. Selain dilihat dari nilai sebelum tindakan juga dapat dilihat dari hasil wawancara (Lampiran 7 halaman 142) yang menyimpulkan bahwa dalam menyampaikan materi operasi hitung bilangan bulat, guru sudah menggunakan media pembelajaran tetapi masih bersifat abstrak. Meskipun guru sudah berusaha untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran tetapi siswa masih sulit untuk belajara aktif. Hal-hal inilah yang menyebabkan kurangnya kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
C. Hasil Penelitian 1. Siklus I Tindakan siklus 1 dilaksanakan sebanyak 3 kali dimulai pada tanggal 28 Februari 2011 sampai dengan 7 Maret. Setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 2 X 35 menit. Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Tindakan Berdasarkan deskripsi data awal yang telah dipaparkan, guru harus mempersiapkan segala perangkat yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Persiapan dilakukan sebaik mungkin agar kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri II Ngadirojo dapat meningkat. Hal-hal yang dipersiapkan antara lain menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),membuat garis bilangan, menyusun lembar observasi baik untuk guru maupun lembar observasi untuk siswa. Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
kelas
IV,
peneliti
melakukan
langkah-langkah
perencanaan
pembelajaran materi operasi hitung bilangan bulat menggunakan garis bilangan. Standar Kompetensi : 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat. Kompetensi Dasar
:
5.2. Menjumlahkan bilangan bulat 5.3. Mengurangkan bilangan bulat Indikator
:
5.2.1. Menjumlahkan bilangan bulat positif dan negatif. 5.2.2. Menjumlahkan bilangan bulat negatif dan positif. 5.2.2. Menjumlahkan bilangan negatif dan negatif. 5.3.1. Mengurangkan bilangan bulat positif dan negatif. 5.3.2. Mengurangkan bilangan bulat negatif dan positif. commit bulat to user 5.3.3. Mengurangkan bilangan negatif dan negatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Adapun
langkah-langkah
yang
dilakukan
dalam
proses
persiapan
pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kuantum. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 X 35 menit) lengkap dengan alat tes (Lampiran 4 halaman 95). 2) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu garis bilangan. 3) Menyiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa (Lampiran 10 halaman 148 dan lampiran 11 halaman 154). 4) Menyiapkan daftar presensi. 5) Menyiapkan lembar penilaian. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui model pembelajaran kuantum dengan media garis bilangan. Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan sesuai RPP yang telah disusun. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam 3 pertemuan. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Senin 28 Februari 2011 selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit). Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah tentang penjumlahan bilangan bulat dengan indikator menjumlahkan bilangan bulat positif dan negatif dan menjumlahkan bilangan bulat negatif dan positif. Kegiatan diawali dengan berdoa bersama, guru mengadakan presensi, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Sebagai
kegiatan
apersepsi
dengan
tujuan
merangsang ingatan siswa tentang konsep bilangan bulat yang telah diajarkan sebelum tindakan dan memusatkan perhatian siswa. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah mengajak siswa untuk menyanyikan menyayikan lagu tentang bilangan bulat. commitdengan to userguru membagikan kartu bilangan kepada Kegiatan inti dimulai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
siswa. Setelah semua siswa mendapat kartu bilangan, mereka diminta untuk menyebutkan atau membaca bilangan yang telah mereka peroleh. Agar mereka lebih aktif dalam pembelajaran guru langsung memberikan beberapa soal penjumlahan bilangan bulat. Kemudian, beberapa siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas dengan menggunakan garis bilangan. Siswa lain mengoreksi pekerjaan teman yang mengerjakan soal di depan kelas. Setelah soal dikoreksi guru baru menjelaskan pengerjaan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan media garis bilangan. Sebagai contoh, salah satu siswa diminta untuk menuliskan soal penjumlahan bilangan positif dan negatif jika dijumlah kuranng dari 10. Misalnya, 3 + (-4). Guru mendemonstrasikan cara mengerjakan soal yang disepakati dengan menggunakan garis bilangan. Cara menghitung 3 + (-4) menggunakan garis bilangan adalah : (a) posisikan boneka kertas pada angka 0, (b) jalankan boneka kea rah kanan sebanyak 3 langkah dan berhanti di angka 3, (c) karena ditambah bilangan negatif maka boneka tersebut dijalankan ke arah kiri sebanyak 4 langkah, (d) dari langkah yang ketiga boneka berhenti di angka -1 artinya hasil penjumlahan 3 + (-4) adalah -1. Setelah itu,siswa diminta untuk menanyakan hal yang belum dipahami. Guru bersama siswa merefleksi hasil pekerjaan beberapa siswa yang telah dikerjakan sebelumnya. Pembelajaran dilanjutkan tentang penjumlahan bilangan negatif dan positif dengan menggunakan garis bilangan. Guru mengambil contoh yaitu (-6) + 8. Kemudian meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di depan kelas menggunakan garis bilangan dengan aturan sebagai berikut : a) Setiap memulai perhitungan, boneka kertas selalu berada pada bilangan 0. b) Bilangan positif ditunjukkan dengan arah langkah ke kanan. c) Bilangan negatif ditunjukkan dengan arah langkah ke kiri. d) Ditambah berarti maju. e) Dikurang berarti mundur. commit to user Setelah siswa selesai mendemonstrasikan pengerjaan penjumlahan bilangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
bulat menggunakan garis bilangan, guru membimbing siswa untuk menuliskan langkah-langkah yang telah dilakukan dengan garis bilangan. 3 + (-4) =
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
Keterangan: Arah panah dari 0 ke 3 menunjukkan bilangan 3. Arah panah dari 3 ke -1 menunjukkan bilangan -4. Hasilnya ditunjukkan arah panah dari 0 ke -1. Jadi, 3 + (-4) = -1. (-6) + 8 =
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
Keterangan: Arah panah dari 0 ke -6 menunjukkan bilangan -6. Arah panah dari -6 ke 2 menunjukkan bilangan 8. Hasilnya ditunjukkan arah panah dari 0 ke 2. Jadi, (-6) + 8 = 2. Kemudian guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan dan bersama-sama siswa membahas hasil pekerjaan tersebut. Dari pembelajaran yang telah dilakukan siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran, yaitu penjumlahan bilangan positif dengan bilangan negatif atau sebaliknya hasilnya bisa bilangan bulat positif ataupun negatif. Hasilnya positif apabila angka bilangan bulat positif lebih besar dari bilangan bulat negatif, hasilnya negatif apabila angka bilangan bulat negatif commit to user lebih besar dari bilangan bulat positif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Selanjutnya, guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan secara individu. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar siswa memahami pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah waktu yang diberikan habis, guru dan siswa membahas hasil pekerjaan siswa, dilanjutkan dengan mengumumkan nilai siswa. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian tindak lanjut. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Maret 2011 selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit). Pada pertemuan kedua indikator yang disampaikan adalah menjumlahkan bilangan negatif dan negatif dan mengurangkan bilangan bulat positif dan negatif. Guru menyajikan beberapa soal pengurangan bilangan bulat, kemudian mengadakan tanya jawab tentang soal tersebut. Kegiatan inti dengan siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Siswa mengamati jawaban yang diperoleh dari pengerjaan yang sudah dilakukan. Setelah itu, siswa diminta untuk mengemukakan hasil pengerjaan yang diperoleh. Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi hasil pengurangan bilangan bulat. Siswa diminta untuk mendemonstrasikan pengerjaan soal penjumlahan bilangan bulat negatif dan negatif menggunakan garis bilangan. Misalnya menjumlahkan bilangan (-2) + (-5), langkahnya adalah (a) posisikan boneka kertas pada angka 0, (b) jalankan boneka kertas ke arah kiri sebanyak 2 langkah, (c) karena ditambah bilangan negatif, jalankan lagi boneka ke arah kiri sebanyak 5 langkah, (d) dari langkah ketiga diketahui bahwa boneka berhenti di titik -7. Setelah itu, siswa lain menuliskan operasi tersebut pada garis bilangan.
(–2) + (–5) =
-8
-7
-6
-5 -4 -3 commit to user
-2
1
0
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Keterangan: Arah panah dari 0 ke -2 menunjukkan bilangan -2. Arah panah dari -2 ke -7 menunjukkan bilangan -5. Hasilnya ditunjukkan arah panah dari 0 ke -7. Jadi, (-2) + (-5) = -7 Selanjutnya, guru memberikan contoh soal pengurangan bilangan bulat positif dan negatif yang dikerjakan oleh salah satu siswa . Misalnya, 2 – (-5). Langkahnya adalah (a) posisikan boneka kertas pada angka 0, (b) jalankan boneka kertas ke arah kanan sebanyak 2 langkah, (c) karena dikurangi bilangan negatif, jalankan lagi boneka ke arah kanan sebanyak 5 langkah, (d) dari langkah ketiga diketahui bahwa boneka berhenti di titik 7. Setelah itu, siswa lain menuliskan operasi tersebut pada garis bilangan. 2 – (-5) =
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan: Arah panah dari 0 ke 2 menunjukkan bilangan 2. Arah panah dari 2 ke 7 menunjukkan bilangan -5. Hasilnya ditunjukkan arah panah dari 0 ke 7. Jadi, 2 – (-5) = 7 Setelah itu, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum dipahami. Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Kesimpulan yang dapat diambil adalah (a) hasil penjumlahan bilangan bulat negatif dan bilangan bulat negatif akan menghasilkan
bilangan
bulat
negatif.
Untuk
mengetahui
tingkat
kemampuan siswa, guru memberikan tes evaluasi akhir. Setelah waktu yang diberikan habis, siswa dan guru membahas tes yang telah dikerjakan. commit to user Pembelajaran diakhiri dengan guru mengumumkan hasil tes yang diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
siswa. 3) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 7 Maret 2011 selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit). Pada pertemuan ketiga materi yang disampaikan adalah tentang pengurangan dengan indikator mengurangkan bilangan bulat negatif dan positif dan mengurangkan bilangan bulat negatif dan negatif. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengajak siswa untuk menyanyi bersama lagu tentang matematika. Hal ini bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Sebagai kegiatan eksplorasi guru memberikan soal tentang operasi hitung bilangan bulat yang sudah dipelajari sebelumnya dan yang akan dipelajari kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi jenis bilangan yang akan diperoleh dari operasi hitung soal tersebut. Sebelumnya, guru menjelaskan secara singkat pengerjaan operasi pengurangan tanpa menggunakan garis bilangan. Pengurangan bilangan bulat positif dan negatif dan pengurangan bilangan bulat negatif dan negatif : 8 – (-5)
=8+5 = 13
-8 – (-5)
= -8 + 5 = -3
Pembelajaran pada pertemuan ketiga ini
dilaksanakan secara
kelompok. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen. Guru memberikan beberapa soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat negatif dan negatif untuk dikerjakan secara kelompok, setiap kelompok memiliki tiga soal yang berbeda. Guru mengamati jalannya diskusi siswa dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang mengalami kesulitan. Perwakilan dari kelompok ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain memperhatikan. Setelah semua kelompok menyampaikan hasil diskusi guru bersamacommithasil to user sama siswa merangkum diskusi. Guru memberikan satu soal lagi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
untuk dikerjakan secara individu. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum dipahami. Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberi soal evaluasi yang harus dikerjakan secara individu. Setelah waktu yang diberikan telah habis, siswa dan guru membahas tes yang telah dikerjakan. Pembelajaran diakhiri dengan guru mengumumkan hasil tes yang diperoleh siswa. c. Observasi Observasi atau pengamatan kegiatan penelitian ini dilakukan oleh guru kelas IV yaiti Ibu Yuli Kurniawati,A.Ma.Pd. observer mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir. Pengamatan yang dilakukan observer meliputi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Observer mengadakan pengamatan sesuai dengan lembar observasi yang telah dipersiakan oleh peneliti. Hasil observasi dapat dipaparkan sebagai berikut : 1) Hasil Observasi Keterampilan Guru Mengajar Dari data observasi yang dilakukan dalam siklus I selama 3 pertemuan diperoleh hasil observasi kinerja guru ( Lampiran 10 halaman 148) sebagai berikut: a) Guru sudah baik dalam mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran, sesuai materi,dan menarik bagi anak. b) Guru menguasai materi pembelajaran yang disampaikan dengan baik. c) Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan runtut. d) Kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. e) Baik dalam penggunaan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. f) Kemampuan menguasai kelas dan menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan cukup baik. g) Kemampuan guru dalam membangkitkan kemampuan berpikir siswa cukup baik dan diikuti dengan penuh perhatian terhadap siswa. commit to user h) Guru mengikutsertakan siswa,memusatkan keingintahuan siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
baik ,dan cukup membuat siswa tertarik tentang materi yang akan disampaikan. i) Guru memotivasi individu maupun kelompok pada saat pembelajaran. j) Guru menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. k) Guru melibatkan siswa dalam memanfaatan media dengan baik. l) Guru cukup menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. m) Guru menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara baik, jelas, benar, dan lancar. n) Guru melakukan penguatan kepada siswa dengan baik. o) Guru cukup baik dalam memberikan tindak lanjut. Hasil observasi guru perkembangan keterampilan guru dalam mengajar menggunakan model pembelajaran kuantum pada siklus I selama 3 kali pertemuan ( Lampiran 8 halaman 148 ) dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus I No.
Siklus I
Nilai
1.
Pertemuan ke 1
2,8
2.
Pertemuan ke 2
3,1
3.
Pertemuan ke 3
3,3
Rata-rata
3,1
Berdasarkan Tabel 3 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut : 4 N i l a i
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
commit to user Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Gambar 5: Grafik Perkembangan Kemampuan Guru Mengajar Siklus I 2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dari data observasi pada siklus I diperoleh data aktivitas siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo dalam pembelajaran
( Lampiran 11
halaman 154 ) adalah sebagai berikut: a) Antusias siswa sudah baik saat kegiatan pembelajaran. b) Banyaknya siswa yang berusaha mengungkapkan pendapat cukup baik. c) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah baik. d) Perhatian
siswa
terhadap
penjelasan
guru
mengenai
materi
pembelajaran sudah baik. e) Siswa terlihat gembira saat pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. f) Model pembelajaran kuantum efektif diterapkan saat pembelajaran operasi hitung bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. g) Kerjasama yang dilakukan antar siswa sudah cukup baik. h) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sudah baik. i) Kesiapan siswa dalam mengerjakan evaluasi cukup baik. j) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah baik. Dalam observasi pada siklus I ini pembelajaran kuantum yang dilakukan oleh guru sudah cukup baik. Siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo sudah mulai aktif dalam pembelajaran. Mereka juga terlihat senang saat mengikutu pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Hasil observasi aktivitas siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo ( Lampiran 11 halaman 154 ) dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Perkembangan Aktivitas Siswa Siklus I No.
Siklus I
Nilai
1.
Pertemuan ke 1
2,8
2.
Pertemuan ke 2
2,9
3.
Pertemuan ke 3
3,3
Rata-rata commit to user
3,0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Berdasarkan Tabel 4 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut : 4 3.5 3 N i 2.5 l 2 a 1.5 i 1 0.5 0 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gambar 6: Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa Siklus I
3) Nilai Hasil Belajar Siswa Selama tiga kali pertemuan yang dilaksanakan pada siklus I diperoleh data tentang nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo berdasarkan data nilai siswa pada siklus I menunjukkan masih terdapat lima siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Data nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo ( Lampiran 15 halaman 163 )dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I No. Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
1.
10 – 18
0
0%
2.
19 – 27
0
0%
3.
28 – 36
0
0%
4.
37 – 45
0
0%
5.
46 – 54
3
8%
6.
55 – 63
10
26 %
7.
64 – 72
4
10 %
8.
73 – 81 commit to user
15
38 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
9.
82 – 90
7
18 %
Jumlah
39
100 %
Rata-rata nilai siswa
71
Berdasarkan Tabel 5 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut: 40% P e r s e n t a s e
35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 10 - 18
19 - 27
28 - 36
37 - 45
46 -54
55 - 63
64 - 72
73 - 81
82 - 90
Rentang Nilai Hasil Belajar
Gambar 7: Grafik Frekuensi Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I d. Refleksi Dari hasil penelitian pada siklus I, nilai hasil belajar siswa dalam kemampuan pengerjaan operasi operasi hitung bilangan bulat telah mengalami peningkatan. Peningkatan nilai pada siklus I sebesar 47%. Sebelum dilaksanakan tindakan hanya 40% siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan pada siklus I terdapat 87% siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo mencapai ketuntasan belajar. Meskipun pada siklus I telah terjadi peningkatan, tetapi harus dilakukan lagi tindakan pada siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo selanjutnya. Hasil penilaian terhadap guru pada siklus I sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan guru mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran sesuai materi menarik bagi anak, menguasai materi to user dengan baik, menyampaikan materi pembelajaran yang commit disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
pembelajaran dengan runtut, kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, memotivasi individu maupun kelompok pada saat pembelajaran, menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan, melibatkan siswa dalam memanfaatan media dengan baik, melakukan penguatan kepada siswa dengan baik, dan menggunakan bahasan lisan dan tulisan secara baik, jelas, benar, dan lancar. Tetapi masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal-hal tersebut antara lain : 1) Guru kurang menguasai kelas dan menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan cukup baik, dalam pembelajaran yang dilakukan masih banyak siswa melakukan aktivitasnya sendiri. 2) Dalam penggunaan alat peraga, guru hanya melibatkan siswa yang aktif dan kurang memperhatikan siswa yang kurang aktif. 3) Siswa belum maksimal dalam pengerjaan operasi hitung bilangan bulat. 4) Guru kurang menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa, guru kurang membuka diri untuk menerima saran-saran dari siswa. 5) Dalam memberikan tindak lanjut, guru masih memberikan soal yang sama. Dalam pelaksanaan tindak lanjut seharusnya guru memberikan soal yang berbeda antara siswa yang sudah tuntas dalam belajar dan yang belum tuntas ( remidi dan pengayaan). Dari hal-hal yang ditemui pada siklus I maka perlu diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya (siklus II). 2. Siklus II Tindakan siklus II juga dilaksanakan sebanyak 3 kali dimulai pada tanggal 9 Maret 2011 sampai dengan 17 Maret. Setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 2 X 35 menit. Siklus II ini juga terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I melalui model pembelajaran kuantum menunjukkan adanya peningkatan commit to userbulat pada siswa kelas IV SD Negeri II kemampuan operasi hitung bilangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Ngadirojo. Hal ini terlihat dengan adanya penurunan jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Sebelum tindakan terdapat 23 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, sedanngkan pada siklus I terdapat 5 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui model pembelajaran kuantum. Media pembelajaran yang digunakan pada siklus II adalah nomograf. Adapun rencana tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Merancang kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kuantum. RPP dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakkan selama 2 jam pelajaran ( Lampiran 6 halaman 123 ). 2) Menyiapkan media pembelajaran. Pada siklus I media yang digunakan adalah garis bilangan, sedangkan pada siklus II adalah nomograf. 3) Menyiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa ( Lampiran 16 halaman 164 dan lampiran 17 halaman 170 ). b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru menerapkan pembelajaran operasi hitung bilangan bulat melalui model pembelajaran kuantun dengan media nomograf. Siklus II ini terdiri dari 3 kali pertemuan, masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2 x 35 menit. 1) Pertemuan I Siklus II pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Maret 2011 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada pertemuan ini indikator yang disampaikan adalah melakukan operasi penjumlahan bilangan bulat positif dengan negatif, melakukan operasi penjumlahan bilangan bulat negatif dan positif, dan melakukan operasi penjumlahan bilangan bulat negatif dan negatif. Pembelajaran diawali dengan mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang bilangan bulat dan alat yang dapat mempermudah pengerjaan user operasi hitungnya.commit Guru to menjelaskan media nomograf kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Kemudian salah satu siswa diminta untuk ke depan kelas lalu mengerjakan operasi hitung bilangan bulat menggunakan nomograf. Siswa lain menjelaskan cara pengerjaan operasi hitung bilangan bulat menggunakan nomograf. Contoh soal: 2 + (-3) = 2
4
2
3 1
2
1
1 0
0
0
-1 -1
-2
-1
-3 -2
-4
-2
-5 -3
-6
-3
Keterangan : Letakkan paku pada garis bilangan paling kiri pada posisi 2. Letakkan paku pada garis bilangan paling kanan pada posisi -3. Hubungkan paku pada kedua langkah di atas dengan benang atau karet. Tarik benang sampai lurus, hasil penjumlahannya perhatikan bilangan yang terletak pada garis bilangan tengah yaitu -1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
-1 + 4 =
4
8
4
7 3
6
3
5 2
4
2
3 1
2
1
1 0
0
0
-1 -1
-2
-1
Keterangan : Letakkan paku pada garis bilangan paling kiri pada posisi -1. Letakkan paku pada garis bilangan paling kanan pada posisi 4. Hubungkan paku pada kedua langkah di atas dengan benang atau karet. Tarik benang sampai lurus, hasil penjumlahannya perhatikan bilangan yang terletak pada garis bilangan tengah yaitu 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
-5 + (-2) =
1
2
1
1 0
0
0
-1 -1
-2
-1
-3 -2
-4
-2
-5 -3
-6
-3
-7 -4
-8
-4
-9 -5
-10
-5
Keterangan : Letakkan paku pada garis bilangan paling kiri pada posisi -5. Letakkan paku pada garis bilangan paling kanan pada posisi -2. Hubungkan paku pada kedua langkah di atas dengan benang atau karet. Tarik benang sampai lurus, hasil penjumlahannya perhatikan bilangan yang terletak pada garis bilangan tengah yaitu -7. Setelah salah satu siswa menjelaskan cara penggunaan nomograf, semua siswa diminta untuk mengerjakan soal operasi hitung bilangan bulat menggunakan nomograf secara bergantian. Guru memberikan soal penjumlahan dan dikerjakan secara tertulis. Kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari kemudian memberikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Setelah waktu yang diberikan habis, guru bersama siswa commitGuru to user membahas hasil evaluasi. mengumumkan hasil evaluasi kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Hal ini sebagai bentuk perayaan dalam pembelajaran, guru memberikan penguatan kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik maupun siswa yang belum berhasil. Diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk berusaha belajar lebih baik. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pesan-pesan agar selalu rajjin belajar di rumah. 2) Pertemuan II Siklus II pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Maret 2011 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada pertemuan ini indikator yang disampaikan adalah melakukan operasi pengurangan bilangan bulat positif dengan negatif dan melakukan operasi pengurangan bilangan bulat negatif dan positif dengan media nomograf. Kegiatan awal, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang hal yang telah dipelajari pada pertemuan lalu, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kedua ini. Kegiatan inti dimulai dengan pengamatan. Guru membawakan nomograf penjumlahan dan nomograf pengurangan. Melalui pengamatan, siswa diminta untuk menyebutkan perbedaan antara nomograf penjumlahan dan nomograf pengurangan. Setelah siswa dapat menyebutkan perbedaaan antara
nomograf
penjumlahan
dan
pengurangan,
kemudian
guru
memberikan beberapa soal pengurangan untuk dikerjakan di depan kelas seperti pada pertemuan pertama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Contoh soal : 6 – (-4) =
6
12
-6
11 5
10
-5
9 4
8
-4
7 3
6
-3
5 2
4
-2
3 1
2
-1
1 0
0
0
Keterangan : Letakkan paku pada garis bilangan paling kiri pada posisi 6. Letakkan paku pada garis bilangan paling kanan pada posisi -4. Hubungkan paku pada kedua langkah di atas dengan benang atau karet. Tarik benang sampai lurus, hasil penjumlahannya perhatikan bilangan yang terletak pada garis bilangan tengah yaitu 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
-6 – 4 =
1
2
-1
1 0
0
0
-1 -1
-2
1
-3 -2
-4
2
-5 -3
-6
3
-7 -4
-8
4
-9 -5
-10
5
-11 -6
-12
6
Keterangan : Letakkan paku pada garis bilangan paling kiri pada posisi -6. Letakkan paku pada garis bilangan paling kanan pada posisi 4. Hubungkan paku pada kedua langkah di atas dengan benang atau karet. Tarik benang sampai lurus, hasil penjumlahannya perhatikan bilangan yang terletak pada garis bilangan tengah yaitu -10. Setelah salah satu siswa menjelaskan cara penggunaan nomograf pengurangan, guru memberikan soal penjumlahan dan dikerjakan secara tertulis. Kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari kemudian memberikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Setelah waktu yang diberikan habis, guru commit to hasil user evaluasi. Guru mengumumkan hasil bersama siswa membahas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
evaluasi kepada siswa. Diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk berusaha belajar lebih baik. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pekerjaan rumah dengan tipe soal yang berbeda. 3) Pertemuan III Siklus II pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Maret 2011 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada pertemuan ini indikator yang disampaikan adalah melakukan operasi pengurangan bilangan bulat negatif dengan negatif. Kegiatan awal, guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran pada pertemuan ketiga ini dilakukan secara kelompok. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok yang bersifat heterogen. Guru memberikan beberapa soal pengurangan bilangan bulat dengan bilangan bulat untuk dikerjakan secara kelompok. Guru mengamati jalannya diskusi dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah waktu yang diberikan habis, perwakilan dari masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain melakukan koreksi. Kemudian siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Sebagai kegiatan akhir, guru memberikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu dengan batasan waktu tertentu. Siswa dan guru membahas hasil evaluasi yang telah dikerjakan. Guru mengumumkan hasil pekerjaan siswa secara individu dan kelompok. Sebagai tindak lanjut dalam pertemuan ini guru menyampaikan pesan-pesan kepada siswa. c. Observasi Dalam tahap ini observasi yang dilakukan sama dengan di siklus I. Peneliti bersama guru kelas IV SD Negeri II Ngadirojo melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar melalui model pembelajaran kuantum dengan media nomograf. Pengamatan yang dilakukan observer meliputi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Observer mengadakan pengamatan sesuai dengan lembar to user oleh peneliti. Hasil observasi dapat observasi yang telah commit dipersiapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
dipaparkan sebagai berikut : 1) Hasil observasi bagi guru Dari data observasi yang dilakukan dalam siklus I selama 3 pertemuan ( Lampiran 16 halaman 164 )diperoleh hasil observasi sebagai berikut: a) Guru sudah sangat baik dalam mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran, sesuai materi,dan menarik bagi anak. b) Guru menguasai materi pembelajaran yang disampaikan dengan baik. c) Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan runtut. d) Kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. e) Sangat baik dalam penggunaan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. f) Kemampuan menguasai kelas dan menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan sudah baik daripada siklus I. g) Kemampuan guru dalam membangkitkan kemampuan berpikir siswa sudah baik dan diikuti dengan penuh perhatian terhadap siswa. h) Guru mengikutsertakan siswa, memusatkan keingintahuan siswa dengan sangat baik , dan membuat siswa tertarik tentang materi yang akan disampaikan. i) Guru memotivasi individu maupun kelompok pada saat pembelajaran. j) Guru menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. k) Guru secara aktif melibatkan siswa dalam memanfaatan media dengan baik. l) Guru telah menunjukkan sikap sangat terbuka terhadap respon siswa. m) Guru menggunakan bahasan lisan dan tulisan secara baik, jelas, benar, dan lancar. n) Guru melakukan penguatan kepada siswa dengan sangat baik. o) Guru sudah baik dalam memberikan tindak lanjut. Hasil observasi guru perkembangan keterampilan guru dalam mengajar menggunakan model pembelajaran kuantum pada siklus II selama 3 kali commit to user 164 ) dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai pertemuan ( Lampiran 16 halaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
berikut : Tabel 6. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus II No.
Siklus II
Nilai
1.
Pertemuan ke 1
3,3
2.
Pertemuan ke 2
3,6
3.
Pertemuan ke 3
3,7
Rata-rata
3,5
Berdasarkan Tabel 6 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut :
N i l a i
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Gambar 8: Grafik Perbandingan Nilai Perkembangan Kemampuan Guru Mengajar pada Siklus II 2) Hasil observasi aktivitas siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo dalam pembelajaran Dari data observasi pada siklus II diperoleh data aktivitas siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo ( Lampiran 17 halaman 170 ) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Antusias siswa sudah sangat baik saat kegiatan pembelajaran. b) Banyaknya siswa yang berusaha mengungkapkan pendapat sudah baik. c) Siswa sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran. commit to user penjelasan guru d) Perhatian siswa terhadap
mengenai
materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
pembelajaran sudah baik. e) Siswa terlihat gembira saat pembelajaran operasi hitung bilangan bulat menggunakan nomograf. f) Model pembelajaran kuantum dengan media nomograf efektif diterapkan saat pembelajaran operasi hitung bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. g) Kerjasama yang dilakukan antar siswa sudah sangat baik. h) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sudah baik. i) Kesiapan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah baik. j) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah baik. Hasil observasi aktivitas siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo ( Lampiran 17 halaman 170 ) dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Perkembangan Aktivitas Siswa Siklus II No.
Siklus I
Nilai
1.
Pertemuan ke 1
3,3
2.
Pertemuan ke 2
3,6
3.
Pertemuan ke 3
3,8
Rata-rata
3,6
Berdasarkan Tabel 7 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut : 4 3.5 N 3 i 2.5 l 2 a 1.5 i 1 0.5 0
commit to user Pertemuan 1 Pertemuan 2
Pertemuan 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Gambar 9: Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa Siklus II 3) Nilai Hasil Belajar Siswa Selama tiga kali pertemuan yang dilaksanakan pada siklus II diperoleh data tentang nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Berdasarkan data nilai hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa semua siswa mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Data nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo ( Lampiran 21 halaman 179 ) dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8. Frekuensi Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II No.
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
1.
11 − 20
0
0%
2.
21 − 30
0
0%
3.
31 – 40
0
0%
4.
41 – 50
0
0%
5.
51 – 60
1
3%
6.
61 – 70
2
5%
7.
71 – 80
7
18 %
8.
81 – 90
19
49 %
9.
91 − 100
10
25 %
Jumlah
39
100 %
Rata-rata nilai siswa
87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Berdasarkan Tabel 8 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut : 60% P e r s e n t a s e
50% 40% 30% 20% 10% 0% 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Rentang Nilai Hasil Belajar
Gambar 10: Grafik Frekuensi Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II
D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kuantum dengan media nomograf dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Peningkatan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa. Peningkatan ini tidak hanya terjadi pada kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa tetapi juga terjadi peningkatan dari segi keterampilan guru mengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Peningkatan ketiga hal tersebut akan dijelaskan pada uraian di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
1. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Perkembangan keterampilan guru mengajar ( Lampiran 10 halaman 148 dan lampiran 16 halaman 164 ) dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut : Tabel 9. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar No.
Nilai Tiap Siklus
Pertemuan
Siklus 1
Siklus 2
1.
Pertemuan 1
2,8
3,3
2.
Pertemuan 2
3,1
3,6
3.
Pertemuan 3
3,3
3,7
3,1
3,5
Rata-rata
Berdasarkan Tabel 9 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut : 4 3.5 3 N i 2.5 l 2 a 1.5 i
Siklus I Siklus II
1 0.5 0 Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Gambar 11: Grafik Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Dari hasil observasi guru, keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan siklus 1 memperoleh rata-rata 3,1, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,5. 2. Perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran Aktivitas siswa dalam pembelajaran ( Lampiran 11 halaman 154 dan lampiran 17 halaman 170 ) dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Tabel 10. Perkembangan Aktivitas Siswa No.
Nilai Tiap Siklus
Pertemuan
Siklus 1
Siklus 2
1.
Pertemuan 1
2,8
3,3
2.
Pertemuan 2
2,9
3,6
3.
Pertemuan 3
3,3
3,8
3,0
3,6
Rata-rata
Berdasarkan Tabel 10 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 12 sebagai berikut : 4 3.5 3 N i 2.5 l 2 a 1.5 i 1
Siklus I Siklus II
0.5 0 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gambar 12: Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa Dari hasil observasi selama tindakan, aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan pada pelaksanaan siklus 1 memperoleh rata-rata 3,0, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,6. 3. Perkembangan nilai siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo Perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran ( Lampiran 15 halaman 163 dan lampiran 21 halaman 179 ) dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Tabel 11. Perkembangan Nilai Hasil Belajar Siswa Frekuensi No.
Rentang Nilai
Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
1
1 −10
2
0
0
2
11 − 20
4
0
0
3
21 − 30
5
0
0
4
31 – 40
5
0
0
5
41 – 50
7
3
0
6
51 – 60
2
10
1
7
61 – 70
2
4
2
8
71 – 80
3
15
7
9
81 – 90
9
7
19
91 − 100
0
0
10
Jumlah
39
39
39
Rata-rata
54
71
87
Berdasarkan Tabel 11 di atas, maka dibuat grafik yang dapat dilihat pada N i l a i R a t a r a t a
Gambar 13 sebagai berikut : 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 13: Grafik Perkembangan Nilai Hasil Belajar Siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Dari data pada Tabel 11 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Nilai terendah yang diperoleh siswa sebelum tindakan adalah 10, pada siklus pertama naik menjadi 50, dan pada siklus kedua naik lagi manjadi 60. 2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebelum tindakan adalah 90, pada siklus I 90, dan pada siklus II naik menjadi 100. 3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan. Sebelum tindakan sebesar 54, siklus pertama naik menjadi 71, dan siklus kedua naik lagi menjadi 87. 4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai kriteria ketuntasan minimal 60) sebelum tindakan 40 %. Pada siklus pertama meningkat menjadi 87 %, dan pada siklus kedua semua siswa sudah mencapai ketuntasan belajar (100%). Hasil wawancara (Lampiran 8 halaman 144) setelah diterapkannya model pembelajaran kuantum menyimpulkan bahwa setelah di terapkan model pembelajaran kuantum siswa menjadi lebih aktif dan terlihat senang saat mengikuti pembelajaran. Mereka juga menggunakan sendiri media yang disiapkan oleh guru sehingga dapat mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan bulat dapat meningkat, hal ini dapat dilihat dar nilai yang diperoleh siswa meningkat. Meskipun ada beberapa kendala antara lain beberapa siswa masih ramai dan ada siswa yang mengganggu temannya saat pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. Pembelajaran yang dilakukan adalah tentang operasi hitung bilangan bulat dapat diambil kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu sebelum tindakan sebesar 54, siklus pertama naik menjadi 71, dan siklus kedua naik menjadi 87. Untuk untuk siswa tuntas belajar (kriteria ketuntasan minimal 60) sebelum tindakan 40 %, tes siklus pertama meningkat menjadi 87 %, dan pada siklus kedua seluruh siswa mencapai ketuntasan belajar.
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran kuantum dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat dalam mata pelajaran matematika baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Implikasi Teoretis Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. to usermembuat pembelajaran bisa berlangsung Aktivitas total antara tubuhcommit dan pikiran 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Sehingga pada pembelajaran matematika, selain menggunakan pikirannya siswa juga dituntun untuk menggunakan sendiri media nomograf yang dapat mempermudah pemahaman siswa. Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kuantum dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam menyampaikan materi operasi hitung bilangan bulat untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa. 2. Implikasi Praktis Penelitian ini telah membuktikan bahwa model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehubungan dengan kemampuan siswa yang akan dicapai. Kemampuan operasi hitung siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kuantum. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu diadakan penelitian lanjut untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan operasi hitung siswa.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011, maka saransaran yang dapat diberikan sebagai sumbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri II Ngadirojo pada khususnya adalah sebagai berikut : 1. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah memberi masukan secara aktif untuk guru-guru agar selalu melaksanakan pembelajaran yang bersifat PAIKEM (pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan) di kelas-kelas guna meningkatkan kualitas commit to user pembelajaran di Sekolah Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
2. Bagi Guru a. Diharapkan guru menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai alternatif model pembelajaran dalam mata pelajaran matematika. b. Diharapkan
guru
menggunakan
model
pembelajaran
kuantum
untuk
meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV dan
meningkatkan
keterampilan
guru
dalam
menyampaikan
materi
pembelajaran. c. Diharapkan guru menggunakan media yang sesuai dengan materi untuk mempermudah pemahaman siswa tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. 3.
Bagi Siswa a. Hendaknya siswa kelas empat dapat lebih berperan aktif dalam pembelajaran, tidak enggan atau takut dalam mengemukakan pendapat sehingga terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa. b. Supaya siswa kelas empat mencoba secara langsung untuk menggunakan media pembelajaran baik yang dibawakan oleh guru maupun yang dibawa siswa. Hal ini dilakukan agar pembelajaran lebih bermakna.
4. Bagi Peneliti a. Diharapkan adanya tindak lanjut terhadap penelitian ini agar dapat selalu mengembangkan pembelajaran yang aktif dan inovatif. b. Hendaknya peneliti mengadakan penelitian lain dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
A’la,Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya. De Porter, Bobbi, Mark Reardon, Sarah Singer Nourie. 2000. Quantum Teaching. Diterjemahkan oleh Ary Nilansari. Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman. Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka. Eka. Novita. 2006. Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaTentang Operasi Hitung Bilangan Bulat Menggunakan Teori Brunner. Laporan Tugas Akhir. Universitas Negeri Semarang. Gipayana, Muhana. 2009. Materi Bidang Studi SD. Malang: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo. Murray R. Spiegel. 1999. Matematika Dasar. Jakarta : Erlangga. Riedesel, Schwartz and Clements. 1998. Teaching Elementary School. Boston: London. Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. commit to user Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Rayon 13 FKIP UNS Surakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Surtini, Sri, Sri Hadjo. Badjuri. 2003. Implementasi Problem bilangan Cacah Siswa Kelas IV SD di Salatiga. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Terbuka. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991. Jakarta : Balai Pustaka. KTSP SD/MI 2007 Pedoman Penulisan Skripsi.2009. FKIP UNS http://www.digilib.petra.ac.id/ http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/ http://www.duniaguru.com http:www.belajar-matematika.com
commit to user