PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009
Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X5107517
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
i
PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X5107517
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. B. Sunarti, M.Pd.
Dra. Munzayanah NIP19490215 197603 2 001
NIP. 19450913 197403 2 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Selasa
Tanggal
: 21 Juli 2009
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. A. Salim Choiri, M.Kes
Sekretaris
: Drs. Maryadi, M.Ag
Anggota I
: Dra. Munzayanah
Anggota II
: Dra. B. Sunarti, M.Pd
........... ........... ........... ...........
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK
Endang Dwiastuti. PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKAKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2009. Penelitian ini beryuuan unuk mengetahui penggunaan pengajaran remedial untuk meningkatkan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo. Penelitian dilaksanakan di SDLB Negeri Purworejo dengan subjek 3 siswa kelas V tunagrahita sedang yaitu 2 siswa laki – laki dan 1 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Dan teknik analisis kritis yaitu mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika
penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan pengajaran remedial meningkat dari kondisi awal rerata 50,00 pada siklus I menjadi 56,66, siklus II dengan rerata 61,66 dan siklus III menjadi 66,66 dan terdapat peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V setelah menggunakan pengajaran remedial dibanding dengan sebelum tindakan pengajaran remedial. Ini dibuktikan dengan rerata pada kondisi awal 50,00 sedangkan hasil siklus III dengan rerata 66,66. Jadi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pengajaran remedial dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo.
v
MOTTO
Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar – benar berada dalam keni’matan yang besar (surga).
(Terjemahan Q.S. Al Mutaffitin, 22)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada: Ibu dan bapak tercinta, Suamiku tercinta, Ketiga anakku Eka, Tya dan Irfan tersayang, Almamater.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan–kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Kes dan Bapak Drs. Maryadi, M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Ibu Dra. Munzayanah, selaku Pembimbing I. 7. Ibu Dra. B. Sunarti, M.Pd, selaku Pembimbing II. 8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
viii
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Surakarta,
Penulis
ix
Juli 2009
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i
HALAMAN PENGAJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
............................
iii
HALAMAN PENGESAHAN
............................
iv
..................................
v
HALAMAN MOTTO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
viii
KATA PENGANTAR
viii
HALAMAN ABSTRAK
..................................
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
x
DAFTAR TABEL
........................................
xiii
DAFTAR GRAFIK
........................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
..................................
xv
BAB.I PENDAHULUAN
..................................
1
A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
B. Perumusan Masalah
............................
4
C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
D. Manfaat Penelitian
............................
5
............................
7
..................................
6
1. Anak Tunagrahita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori
a. Pengertian Anak Tunagrahita
................
6
b. Ciri-ciri Anak Tunagrahita
................
8
c. Faktor-faktor Penyebab Anak Tunagrahita d. Klasifikasi Anak Tunagrahita
....
9
................
11
e. Karakteristik Umum Anak Tunagrahita . . . . . . . . . .
13
2. Prestasi Belajar
............................
a. Pengertian Prestasi Belajar
14
................
14
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . .
15
x
c. Pengertian Pembelajaran Matematika SDLB-C Sedang
..................................
d. Tujuan Pembelajaran Matematika
..........
19 20
e. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SDLB-C Sedang
..................................
21
f. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita
............................
21
3. Pengajaran Remedial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
22
a. Pengertian Pengajaran Remedial . . . . . . . . . . . . . . . .
22
b. Ciri-ciri Pengajaran Remedial
................
23
c. Jenis-jenis Pengajaran Remedial . . . . . . . . . . . . . . . .
23
d. Langkah-langkah Pengajaran Remedial . . . . . . . . . . .
24
e. Tujuan Pengajaran Remedial bagi Anak Tunagrahita Sedang
..................................
25
f. Materi Pengajaran Remedial
................
26
g. Prosedur Pengajaran Remedial
................
27
h. Faktor Pendukung Pengajaran Remedial . . . . . . . . . .
28
i. Faktor Penghambat Pengajaran Remedial
....
28
B. Kerangka Berfikir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
29
C. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
30
BABIII METODE PENELITIAN
............................
31
A. Setting Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
31
1. Tempat Penelitian
............................
31
2. Waktu Penelitian
............................
31
B. Subjek Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
32
C. Data dan Sumber Data
32
............................
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengamatan
......................
32
..................................
32
2. Wawancara atau Diskusi
......................
33
............................
33
4. Angket. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
34
3. Kajian Dokumen
xi
5. Tes
........................................
E. Validitas Data
..................................
F. Teknik Analisis Data
34 34
............................
35
G. Indikator Kinerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
35
H. Prosedur Penelitian
36
............................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
..........
43
......................
43
1. Siklus I
..................................
47
2. Siklus II
..................................
50
3. Siklus III
..................................
52
B. Hasil Penelitian
..................................
55
C. Pembahasan
..................................
57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
59
A. Simpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
59
B. Saran
........................................
59
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
61
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
63
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I
Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Kondisi Awal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
Tabel 2
Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus I
Tabel 3
Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus II
Tabel 4
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus III
Tabel 5
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
Tabel 6
Tingkat Ketuntasan Siswa dalam Tiga Siklus
xiii
. . . . . 56
DAFTAR GRAFIK
Halaman Bagan 1
Kerangka Berfikir
...........................
29
Bagan 2
Pelaksanaan Siklus
...........................
37
Gambar 1.
Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Kondisi Awal
Gambar 2.
...............
Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar 3.
52
Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus III . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar 5
49
Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar 4.
46
54
Grafik Histogram Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xiv
57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Lembar Observasi untuk Siswa
Lampiran 2
Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Lampiran3
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus III
Lampiran 5
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 4
................. 64
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 Kondisi Awal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Lampiran 6
Perolehan Nilai Evalusi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial Pada Siklus I . . . . . 69
Lampiran 7
Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 Siklus II
Lampiran 8
Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bialnagn 1-10 Siklus III
Lampiran 9
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
RPP Siklus I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
Lampiran 10 RPP Siklus II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77 Lampiran 11 RPP Siklus III . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81 Lampiran 12 Instrumen Tes Siklus I
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85
Lampiran 13 Instrumen Tes Siklus II
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
Lampiran 14 Instrumen Tes Siklus III
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
Lampiran 15 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89 Lampiran 16 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90 Lampiran 17 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus III
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
Lampiran 18 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
xv
. . . . . . . . . . . . . . . . . 92
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan. Undang- Undang Republik Indonesia NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 32 Ayat 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan / atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan khusus tersebut di atas, maka peran lembaga pendidikan atau sekolah sangat penting. Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan luar biasa ada dua komponen yang berperan besar dalam membantu dan mempengaruhi tercapainya tujuan PLB, yaitu komponen instrumental dan komponen environmental. Komponen instrumental meliputi guru dan non guru, materi, metode atau strategi, media, biaya dan sebagainya. Adapun komponen environmental meliputi lingkungan fisik, sosial, dan psikis. Setiap komponen saling berkaitan dan berperan sesuai dengan fungsinya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Penulis sebagai guru atau pendidik di pendidikan luar biasa yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa yang mengajar anak tunagrahita sedang sangat berharap sekecil apapun yang dihasilkan anak didik, kita tetap berupaya semaksimal mungkin. Kerjasama antar rekan guru perlu digalang terus supaya permasalahan yang muncul pada anak didik bisa teratasi atas dasar kesepakatan bersama. Kita jalin komunikasi dengan orang tua supaya pendidikan berjalan selaras baik di sekolah maupun di rumah. Anak tunagrahita sedang adalah anak luar biasa yang biasa juga disebut imbesil. Kelompok anak ini memiliki IQ diantara 51-36 pada Skala Binet dan 5440 menurut skala Weschler ( WISC ). Anak terbelakang mental sedang biasanya mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik
xvi
mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti berjalan di jalan raya, kebakaran, berlindung dari hujan dan sebagainya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial misal menulis namanya atau alamat rumahnya sendiri dan lain-lain. Kemampuan berpikir anak tunagrahita sedang ini lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan anak tunagrahita ringan, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana, perhatian dan ingatan lemah, mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu dengan serius dan lama, perhatiannya mudah berpindah ke soal lain, mereka cepat bosan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa di kelas. Melalui proses belajar akan dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri anak. Pada proses belajar mengajar tentunya akan menjadi harapan semua pihak baik sekolah, guru maupun orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Harapan semua pihak adalah bahwa setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannnya. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak dan faktor dari luar anak, namun demikian setiap anak atau siswa bisa dibantu secara individual atau kelompok untuk memperbaiki hasil belajar yang dicapai sesuai dengan kemampuan masingmasing anak. Salah satu bantuan yang dapat dilaksanakan adalah pengajaran remedial yaitu suatu bentuk pengajaran khusus yang sifatnya memperbaiki proses belajar, yang menggunakan berbagai pendekatan metode, materi dan alat yang disesuaikan dengan hambatan belajar yang dialami anak. Anak tunagrahita sedang membutuhkan penanganan khusus dalam pembelajaran metematika. Pada hakikatnya matematika adalah sesuatu yang
xvii
sangat sulit untuk dipelajari oleh anak tunagrahita sedang. Kesulitan yang timbul adalah ketidakmampuan anak dalam materi pelajaran dan aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari. Suatu pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih baik bila guru senantiasa melakukan perbaikan di dalam mengajar terutama mengenai tujuan, materi, metode maupun media yang akan digunakan. Semua ini bisa berjalan bila disesuaikan dengan kondisi, karateristik dan keunikan yang ada pada masingmasing anak. Di SLB atau SDLB banyak dijumpai siswa belum menguasai suatu materi matematika yang diajarkan, guru berkehendak pindah atau melanjutkan ke materi yang lain. Sehingga siswa yang belum mengusai materi tertinggal makin jauh dalam pelajaran matematika, bahkan bisa jadi anak ini bisa naik kelas. Terlihat di sini guru tidak memahami perbedaan individu bahkan sering beralasan tidak ada waktu untuk mengadakan remidi. Selain itu, guru kurang dalam menggunakan media saat mengajar sehingga anak mudah bosan. Pengajaran remedial merupakan suatu pengajaran yang bertujuan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik, sehingga bisa mencapai hasil seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing–masing. Perbaikan bisa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian anak didik. Pengajaran remedial ini merupakan salah satu bentuk upaya penanganan dan pelayanan yang harus diberikan kepada anak tunagrahita sedang, mengingat kemampuan anak jauh dari kemampuan anak tunagrahita ringan apalagi anak normal. Berdasarkan kenyataan yang ada siswa anak tunagrahita sedang kelas V SDLB Negeri Purworejo belum mampu melakukan penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 dengan benar. Hal ini yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar. Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas maka penulis mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penambahan Bilangan 1-10 pada
xviii
Anak Tunagrahita Sedang Kelas V di SDLB Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009. Berdasarkan uraian latar belakang dan fakta di atas penulis menemukan identifikasi masalah sebagai berikut: 1.
Anak tunagrahita sedang mengalami hambatan berfikir abstrak, sehingga mempengaruhi prestasi belajar matematika.
2.
Anak tunagrahita sedang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.
3.
Guru SLB maupun SDLB masih banyak yang belum memperhatikan tingkat kemampuan dan kondisi anak tunagrahita sedang, dalam penguasaan materi pada pelajaran matematika khususnya konsep penambahan bilangan 1 samapai dengan 10.
4.
Penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat atau kurang efektif.
5.
Anak tunagrahita sedang banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga diperlukan penanganan khusus dalam pembelajaran matematika.
6.
Guru SLB maupun SDLB masih jarang yang menggunakan pengajaran remedial.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah pengajaran remedial dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 bagi anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh penggunaan pengajaran remedial terhadap peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo.
xix
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Secara Teoritis yaitu : a. Menambah khasanah ilmu dalam dunia Pendidikan Luar Biasa b. Pijakan untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis, yaitu terutamna bagi : a. Lembaga : Sebagai masukan atau sumbangan dalam pelaksanaan pengajaran remedial pada mata pelajaran matematika di SDLB bagian C. b. Guru
:
Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pengajaran remedial pada
kegiatan
belajar
mengajar
matematika
sehingga
dapat
meningkatkan hasil belajar penambahan bilangan 1-10. c. Peneliti
:
Sebagai usaha pengenalan lebih dekat terhadap cara melaksanakan pengajaran remedial khususnya dalam mata pelajaran matematika penambahan bilangan 1-10 bagi anak tunagrahita sedang. d. Siswa
:
Siswa lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti pengajaran remedial matematika penambahan bilangan 1-10 sehingga siswa dapat menguasai materi yang disampaikan guru.
xx
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata – rata.
Tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental. Tunagrahita ditandai oleh ciri utamanya adalah kelemahan dalam berfikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut anak tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata. Para ilmuwan telah mengalami kesulitan untuk menemukan suatu definisi yang memuaskan tentang anak tunagrahita atau retardasi mental. Tunagrahita bukan suatu penyakit tetapi suatu kondisi yang melibatkan berbagai variabel. Pada tahu 1961 American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan retardasi mental sebagai kelainan yang (1) meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, (2) muncul sebelum usia 16 tahun, dan (3) menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Menurut Japan League for the Mentally Retarded ( 1992:p.22 ) yang dimaksud dengan “retardasi mental ialah (1) fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku, (2) kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.” Anak tunagrahita fungsi intelektualnya menyimpang di bawah ratarata secara nyata dan muncul bersamaan dengan gangguan perilaku adaptif menunjukkan adanya perbedaan perkembangan dengan anak-anak normal yang sama usianya.
xxi
Subnormalitas intelektual menunjukkan secara esensial pada kelambanan kemampuan anak dalam memproses informasi yang diterima. Kemampuan anak tunagrahita untuk mengasosiasikan suatu ide dengan ide lain sangat terbatas, begitu pula kemampuannya dalam menggunakan informasi
untuk
menalar,
memperhitungkan
atau
meramalkan
kemungkinan dan mengevaluasi suatu keadaan. Menurut (Kauffman dan Hallahan, 1986) yang dikutip oleh T.Sutjihati Somantri (2007:104). Pengertian anak tunagrahita adalah : ”Keterbelakangan Mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata – rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan.” Perlu kita ketahui bahwa ternyata dari IQ pun ditemukan bahwa anak yang selama ini disebut anak tunagrahita ringan, sedang, dan berat memiliki IQ sendiri yang tidak bisa ditukar-tukar. Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak tunagrahita dengan anak normal semakin terlihat jelas. Sedangkan T.Sutjihati Somantri (2007:105) berpendapat : ”Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.” Penulis berpendapat bahwa tunagrahita atau terbelakang mental adalah suatu kondisi yang ada pada individu di mana fungsi intelektual atau kecenderungan di bawah rata-rata sehingga mengalami hambatan dalam perkembangannya serta memiliki perilaku yang tidak sewajarnya dan tidak bisa berkembang secara optimal.
xxii
b. Ciri-ciri Anak Tunagrahita Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rata – rata. Selain itu juga mengalami hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan hidupnya. Menurut Munzayanah (2000:23), ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut : 1) Dapat dilatih tentang tugas – tugas yang ringan. 2) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas – batas tertentu. 3) Dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan – pekerjaan yang rutin maupun keterampilan. 4) Mengalami kelainan bicara speech difect, sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi. 5) Mengalami gangguan dalam bersosialisasi. 6) Peka terhadap penyakit. Sedangkan menurut Bandi Delphie (2006:17) ciri – ciri anak tunagrahita sebagai berikut : 1) Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak – anak yang tidak menyandang tunagrahita. 2) Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan (expectancy for filure). 3) Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan – kesalahan yang mungkin ia lakukan (outerdirectedness). 4) Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri. 5) Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial (social behavioral). 6) Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar. 7) Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan. 8) Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik. 9) Kurang mampu untuk berkomunikasi. 10) Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak. 11) Mempunyai masalah berkaitan dengan psikiatrik, adanya gejala – gejala depresif. Menurut pendapat penulis ciri – ciri anak tunagrahita yaitu antara lain: 1). Memiliki cara berfikir yang konkrit atau tidak bisa berfikir secara abstrak.
xxiii
2). Daya ingatannya sangat kurang. 3). Daya pengamatan terhadap lingkungan kurang. 4). Kurang sanggup untuk mengatur rangsangan-rangsangan dari luar. 5). Tidak bisa berkonsetrasi. 6). Perhatiannya sering terganggu.
c. Faktor-faktor Penyebab Anak Tunagrahita Penyebab anak menjadi tunagrahita atau retardasi mental dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan usaha-usaha preventif. Tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: genetik, sebab-sebab pada masa prenatal, sebab-sebab pada masa perinatal, sebabsebab pada masa postnatal, dan faktor-faktor sosio-kultural. 1). Faktor Genetik Penemuan di bidang biokimia dan genetik telah memberikan penjelasan tentang penyebab tunagrahita. Teknik khusus telah dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya studi jaringan kultur dan identifikasi beberapa kromosom. Penyebab tunagrahita berupa kerusakan biokimiawi dan abnormalitas kromosomal. 2). Pada Masa Prenatal Terdapat beberapa kondisi yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio dan yang menyebabkan kesalahan perkembangan sistem syaraf serta mneyebabkan retardasi mental. Pada masa ini terdapat penyebab, antara lain: a). Infeksi Rubella (cacar) Pada awal tahun 1940-an telah ditemukan bahwa virus rubella yang mengenai ibu hamil 3 bulan pertama kehamilan mungkin menyebabkan kerusakan kongenital dan kemungkinan retardasi mental pada anak. Kerusakan-kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rubella misalnya gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati dan retardasi mental.
xxiv
b). Faktor Rhesus (Rh) Pada manusia 86 % memiliki Rh-positif dan 14 % memiliki Rh-negatif. Darah Rh-positif dan darah Rh-negatif merupakan pasangan yang saling menolak. Jika keduanya bertemu dalam satu aliran darah yang sama, maka akan terbentuk aglutinin yang menyebabkan sel darah menggumpal dan mneghasilkan sel-sel darah yang tidak dewasa dan gagal menjadi sel yang dewasa di dalam sumsum tulang. Hasil penelitian Yannet dan Lieberman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher ( 1979:p.119 ) menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan Rh darah yang tidak kompatibel pada penderita retardasi mental. Ketika janin (fetus) memiliki Rh yang tidak kompatibel dengan darah ibunya, anak tersebut menjadi retardasi mental kecuali kalau dilakukan perbaikan (tindakan medis) pada usia yang sangat dini. 3). Pada Masa Perinatal Penyebab ini terjadi pada saat kelahiran yaitu: a). Luka-luka pada saat kelahiran b). Sesak nafas c). Prematuritas (lahir prematur). Luka-luka pada saat kelahiran bisa menyebabkan anak menjadi retardasi mental. Proses kelahiran yang berhubungan dengan lamanya
kelahiran
dan
kesulitan
kelahiran,
penggunaan
alat
kedokteran dan lahir sungsang bisa menyebabkan kerusakan pada otak. Kerusakan pada otak menjadi penyebab adanya retardasi mental. 4). Pada Masa Postnatal Penyebab retardasi mental pada masa ini bisa karena a). Penyakit-penyakit akibat infeksi, misal encephalitis dan meningitis b). Malnutrisi
xxv
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan resiko yang lebih tinggi terhadap infeksi dan penyakit berbahaya lain. Kekurangan nutrisi biasanya kekurangan protein terutama pada masa perkembangan anak usia balita sehingga berpengaruh negatif terhadap perkembangan intelektual. 5). Penyebab Sosiokultural Para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual manusia.
d. Klasifikasi Anak Tunagrahita Di sini penulis membatasi pengelompokan atau klasifikasi anak tunagrahita hanya dari dua sudut yaitu: 1). Klasifikasi Sosial-psikologis Klasifikasi ini menggunakan dua kriteria, yaitu kriteria psikometrik dan kriteria perilaku adaptif. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai retardasi mental seorang individu harus memperlihatkan adanya penyimpangan-penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun adaptif yang terukur. Menurut Grossman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher (1979:p.109) yang ditulis oleh Depdiknas (2003:25) ada empat taraf retardasi mental menurut skala intelegensi Weschler, yaitu: a) retardasi mental ringan (mild mental retardation), IQ 55-69. b) retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ 40-54. c) retardasi mental berat (severe mental retardation), IQ 25-39. d) retardasi mental sangat berat (profound mnetal retardation), IQ 24-ke bawah. Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku adaptif juga terdiri dari empat macam, yaitu: a). ringan, b). sedang, c). berat dan d). sangat berat
xxvi
2). Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran Untuk keperluan pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah umumnya diklasifikasikan berdasarkan taraf subnormalitas intelektual mereka. Ada empat kelompok pembeda untuk keperluan pembelajaran, yaitu: a) taraf perbatasan atau lamban belajar (the border or the slow learner) (IQ 70-85). b) tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) (IQ 50-70 atau 75). c) tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) (IQ 30 atau 35–50 atau 55). d) tunagrahita mampu rawat (dependent or profoundly mentally retarded) (IQ di bawah 25 atau 30). Anak tunagrahita mampu didik karena perkembangan mentalnya yang tergolong subnormal akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program regular di sekolah dasar. Namun anak tunagrahita mampu didik dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai mata pelajaran, melakukan penyesuaian sosial yang dalam jangka panjang dapat berdiri sendiri di masyarakat, dan mampu bekerja untuk kehidupannya kelak di kemudian hari. Anak tunagrahita mampu didik umumnya baru diketahui setelah adanya tuntutan penguasaan kemampuan belajar menjadi lebih ditekankan. Anak tunagrahita mampu latih dipandang sebagai anak yang tidak dapat dididik untuk mencapai prestasi akademik. Meskipun demikian, anak tunagrahita mampu latih masih mempunyai potensi untuk belajar: a). Keterampilan untuk menolong diri sendiri. b). Penyesuaian sosial dalam kehidupan keluarga dan bertetangga, dan c). Dapat melakukan pekerjaan sederhana di tempat kerja terlindung. Anak-anak tunagrahita mampu latih umumnya sudah dapat diketahui sejak masa bayi atau masa kanak-kanak awal. Anak tunagrahita mampu latih umumnya dapat ditandai oleh adanya gejala
xxvii
klinis atau tanda-tanda fisik atau adanya keterlambatan secara nyata dalam berbicara dan berjalan. Anak tunagrahita mampu rawat adalah anak yang karena retardasi mental sangat berat maka ia tidak dapat dilatih untuk menolong diri sendiri maupun sosialisasi. Anak ini memerlukan pemeliharaan secara penuh dan pengawasan sepanjang hidupnya.
e. Karateristik Umum Anak Tunagrahita Ada beberapa karateristik umum anak tunagrahita yang dapat kita pelajari, yaitu: 1). Keterbatasan Intelegensi Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yaitu sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilanketerampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah, situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahankesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut di atas. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis dan membaca sangat terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. 2). Keterbatasan Sosial Anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bimbingan dari orang lain. Anak tunagrahita cenderung suka berteman dengan anak yang lebih muda usianya, tergantung kepada orangtua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Anak
xxviii
tunagrahita juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. 3). Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu lama. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka membutuhkan kata-kata konkrit yang sering didengarnya. Perbedaan dan persamaan harus sering ditunjukkan secara
berulang-ulang.
Latihan-latihan
sederhana
seperti
mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir perlu menggunakan pendekatan yang konkrit. Selain
itu,
anak
tunagrahita
kurang
mampu
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar. Hadari Nawawi (1991:100), mengemukakan prestasi belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat Astiwi yang dikutip oleh Winkel. W.S. (1996:38), bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai siswa setelah siswa melakukan proses belajar. Maka prestasi belajar adalah bukti keberhasilan siswa yang dicapai oleh suatu proses psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi subjek dengan
xxix
lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pengalaman, nilai yang disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Sutratinah Tirtonegoro (1988:24), mengartikan bahwa ”prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka-angka, huruf-huruf atau hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik dalam periode tertentu.” Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai prestasi belajar matematika yaitu suatu tingkat keberhasilan siswa yang meliputi perubahan dalam aspek pengalaman, sikap dan keterampilan dalam menguasai pelajaran matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil suatu tes. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang dicapai dalam penguasaan konsep penambahan bilangan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam diri maupun dari luar individu. Moh.
Uzer
Usman
dan
Lilis
Setiawati
(1993:100-101)
mengemukakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu: 1). Faktor internal yaitu yang ada dalam diri anak itu sendiri, antara lain: a) Kelemahan mental yang berkaitan dengan faktor kecerdasan, intelegensi/kecakapan, dan bakat khusus. b) Kelemahan fisik yang berkaitan dengan panca indera, syaraf, dan cacat. c) Gangguan yang bersifat emosional (emosional instability) d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar. 2). Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri siswa antara lain: a) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif b) Kurikulum kurang fleksibel atau kaku c) Beban studi yang terlalu berat, terlalu banyak tugas yang harus diselesaikannya. d) Metode mengajar yang monoton atau membosankan. e) Situasi di rumah yang kurang memotivasi anak untuk melakukan belajar. f) Beberapa sifat murid dalam belajar
xxx
Setiap individu mempunyai keunikan-keunikan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, demikian juga dalam proses belajar mengajar ada siswa yang cepat dan ada yang lambat dalam belajar, ada yang kreatif dan ada yang tidak, semua itu terjadi karena keunikan masingmasing individu. Kegiatan
belajar
di
sekolah
bertujuan
untuk
membantu
memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap siswa dalam rangka mencapai tingkat perkembangan secara optimal. Oleh karena itu pengenalan terhadap sifat-sifat individual para siswa sangat penting. Beberapa sifat dalam proses belajar mengajar antara lain: 1). Cepat dalam belajar Anak yang cepat dalam belajar biasanya dapat menyelesaikan kegiatan belajar mnegajar dalam waktu lebih cepat dari perkiraan waktu yang ada. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima materi pelajaran. Golongan anak seperti ini sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha yang harus dilakukan pada anak ini adalah dengan menggunakan media pengajaran. 2). Lambat dalam belajar Anak yang mengalami lambat belajar ini memerlukan waktu yang banyak dalam menyelesaikan suatu materi dari waktu yang telah diperkirakan. Akibatnya anak ini sering ketinggalan dalam belajar dan juga merupakan salah satu penyebab yang menjadikan ia tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak golongan lambat belajar, memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain dengan pengajaran remedial. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, menurut Maman Rachman (1998:150-155),yaitu:
xxxi
1). Faktor intern, yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a). faktor jasmaniah Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. b). Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologi yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut yaitu: (1) Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. (2) Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan menarik perhatian. (3) Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. (4) Bakat Siswa yang memiliki bakat maka pelajaran akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya pada siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan. (5) Motif Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berfikir dan memusatkan
xxxii
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar. (6) Kematangan Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan terus-menerus. (7) Kesiapan Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal c). Faktor Kelelahan Kelelahan baik jasmani ataupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. 2). Faktor ekstern, yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a). Faktor Keluarga Siswa yang sedang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan orang tua. b). Faktor Sekolah Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dnegan metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pengajaran, waktu sekolah, sarana dan prasarana sekolah, metode belajar siswa dan tugas sekolah. c). Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang beredar/ ada dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan dari luar siswa. Faktor dari dalam yaitu faktor fisik
xxxiii
dan psikis. Faktor dari luar siswa yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh positif ataupun negatif. Anak tunagrahita sedang pada umumnya mengalami hambatan dalam belajar. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan luar siswa. IQ anak tunagrahita sedang yang berada jauh di bawah normal sehingga mengakibatkan kurang dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran, kurang berfikir abstrak dan perhatian, siswa mudah beralih serta mudah bosan terhadap pembelajaran. Faktor dari luar juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak tunagrahita sedang antara lain faktor keluarga, lingkungan, serta sekolah seperti metode, media yang digunakan oleh guru.
c. Pengertian Pembelajaran Matematika SDLB-C Sedang Matematika
merupakan
ilmu
universal
yang
mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan pengusaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen
ini
disusun
sebagai
landasan
pembelajaran
untuk
mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
xxxiv
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Pendekatan
pemecahan
masalah
merupakan
fokus
dalam
pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai
cara
penyelesaian.
Untuk
meningkatkan
kemampuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah,.dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
d. Tujuan Pembelajaran Matematika Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1). Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
xxxv
5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
e. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SDLB-C Sedang Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Tunagrahita Sedang (SDLB-C1) meliputi aspek–aspek sebagai berikut: 1). Bilangan 2). Geometri dan Pengukuran 3). Pengolahan Data
f. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Kurikulum yang digunakan di SDLB Negeri Purworejo pada tahun ajaran 2008/2009 adalah kurikulum 2006. Materi pelajaran dalam pelajaran matematika pada penelitian ini adalah pelajaran matematika tentang bilangan dengan kompetensi dasar, melakukan penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 dengan benda secara bervariasi untuk selanjutnya materi tersebut digunakan pada pembelajaran matematika dengan pengajaran remedial. Adapun materi pelajaran matematika meliputi penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, untuk meningkatkan kemampuan matematika anak tunagrahita sedang yaitu operasi hitung penambahan. Dalam mengajarkan matematika pada anak tunagrahita sedang harus memperhatikan kondisi berikut ini yaitu: usia mental (umur kecerdasan), kemampuan berpikir, belajar melalui aktifitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh penginderaan (sensori) dan tingkat kemandirian anak. Proses pengajaran konsep bilangan bagi anak tunagrahita sedang adalah sebagai berikut: hal pokok yang harus dikuasai anak tunagrahita
xxxvi
sedang adalah pengertian bilangan dan mengenal serta dapat menulis angka. Dalam mengerjakan konsep bilangan selalu diajarkan kepada anak didik dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan, sehingga dapat memecahkan soal disertai dengan pemikiran. Untuk menganalisa soal tersebut bagi anak tunagrahita sedang dapat dilakukan dengan cara mengkonkritkan soal-soal tersebut sehingga anak memperoleh pengalaman konkrit tentang konsep bilangan. Pengalaman tersebut dapat diperkuat melalui kegiatan yang diulang-ulang dengan variatif dan dinamis melalui pengajaran remedial. Dengan cara ini dapat dihindari hambatan psikologis yang berlangsung terhadap pelajaran matematika.
3. Pengajaran Remedial
a. Pengertian Pengajaran Remedial Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masingmasing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik (Depdikbud, 1983:59). Abin Syamsudin yang dikutip oleh Ischak S.W dan Warji R. (1987:2) mengatakan tentang hal yang berhubungan dengan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobjektif dan selengkap mungkin. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak khususnya tentang pengajaran
xxxvii
matematika mengenai konsep bilangan sehingga penguasaan konsep bilangan anak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan proses belajar mengajar.
b. Ciri-ciri Pengajaran Remedial Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993:104), mengemukakan ada beberapa ciri-ciri pengajaran remedial, yaitu: 1). Dilakukan setelah diketahui kegiatan belajar mengajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakang. 2). Tujuan instruksionalnya disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dihadapi siswa. Izhar Hasis (2001:66-67) memberikan penjelasan mengenai ciriciri pengajaran remedial adalah sebagai berikut: 1). Pengajaran remedial adalah merupakan kegiatan pengajaran yang dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat, dan latar belakangnya. 2). Tujuan instruksionalnya disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi. 3). Metode pengajaran remedial bersifat diferensial artinya disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajarnya. 4). Pelaksanaan pengajaran remedial dapat bekerja sama dengan beberapa pihak seperti pembimbing, ahli khusus, dan sebagainya. 5). Alat-alat yang digunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi. 6). Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih deferensial artinya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing anak yang mengalami kesulitan belajar. 7). Dalam hal evaluasi, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi. c. Jenis-jenis Pengajaran Remedial Menurut Endang Supartini (2001:47), jenis pengajaran remedial dapat dibedakan berdasarkan waktu pemberiannya, yaitu: 1). Pengajaran remedial yang diberikan sebelum terjadinya proses pembelajaran. Siswa yang akan mengikuti mata pelajaran tertentu diberikan pre test. Bila hasil prestasinya rendah, karena siswa belum menguasai persyaratan atau untuk mempelajari mata pelajaran tersebut. Contohnya anak belum dapat diajar menulis apabila
xxxviii
kemampuan motorik halusnya belum baik. Jadi pengajaran remedial diberikan untuk melatih motorik halus, dan ini terjadi sebelum anak diberi pelajaran menulis. Pengajaran remedial jenis ini sifatnya mempersiapkan anak untuk memudahkan menerima pengetahuan berikutnya. 2). Pengajaran remedial yang diberikan pada waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Sebagai contoh guru matematika menjelaskan konsep bagi, guru mendemonstrasikan bagaimana operasional pembagian 8 : 2, lalu guru mnryuruh siswa melakukan operasional bilangan penbagian 12 : 3, siswa yang belum mampu atau salah dalam melakukan kegiatan tersebut, guru menjelaskan kembali dan mendemonstrasikan operasional pembagian. Ini yang dimaksud dengan pengajaran remedial yang dilakukan dalam proses pengajaran regular. 3). Pengajaran remedial yang dilakukan setelah pembelajaran regular, tujuannya supaya siswa mendapat pengetahuan yang lebih mendalam atau lebih luas. Ini yang disebut pengayaan. Dengan diberi pengayaan, diharapkan siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan, selain supaya memiliki pengetahuan yang luas dan tidak cepat lupa. d. Langkah-langkah Pengajaran Remedial Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan yang utama dalam keseluruhan kerangka pada layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Hal ini dilakukan agar tidak mengalami kesalahan dalam memberikan pengajaran remedial. Anak tunagrahita sedang dapat dibantu belajarnya sehingga anak dapat mengatasi hambatanhambatan yang dialami melalui pengajaran remedial. Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, pelaksanaannya perlu melalui prosedur / langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat. Rochman Natawijaya (1980:32), mengemukakan yang menjadi ”tujuan pengajaran remedial ialah agar setiap murid memperoleh kesempatan untuk melakukan proses belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuannya.” Langkah-langkah
pelaksanaan
pengajaran
remedial
untuk
membantu meningkatkan prestasi belajar anak kesulitan belajar menurut Izhar Hasis (2001:11) adalah sebagai berikut:
xxxix
1). Mengadakan diagnostic a). Mengetahui letak kesulitan matematika b). Mengetahui sebab-sebab kesulitan matematika c). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di saat belajar d). Mengetahui apakah ia dapat mengerjakan soal matematika dengan waktu lama atau tidak 2). Penelaah kasus Penelaah kasus ini merupakan tahapan yang fundamental dalam kegiatan remedial, karena merupakan pangkal tolak langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Sasaran dari penelaahan kasus ini adalah: a). Dapat diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai karateristik dan permasalahan kasus. b). dapat diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai tindakan remedial yang direkomendasikan. 3). Pilihan alternatif tindakan Pilihan alternatif tindakan ini dilakukan untuk mencari data/usaha yang sebanyak-banyaknya untuk memperkirakan beberapa kemungkinan-kenungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Tindakan dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Untuk menentukan tindakan yang tepat dapat dibantu dengan pertolongan sebagai berikut: a). Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan b). Apakah perlu diberikan tambahan pelajaran yang secara khusus. c). Apakah perlu diadakan bantuan penyuluhan d). Apakah mengubah situasi dalam keluarga e). Apakah pengubah metode mengajar f). Perlukah pindah posisi duduk Berdasarkan pilihan alternatif tersebut di atas, dalam penelitian ini tindakan yang diambil adalah pada point 1 dan 2 yang dilaksanakan dalam pengajaran remedial.
e. Tujuan Pengajaran Remedial Bagi Anak Tunagrahita Sedang Menurut Moh. Surya dan Moh. Amin (1980:8), “tujuan pengajaran remedial tidak jauh berbeda dengan pengajaran secara umum yaitu untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.” Sebagaimana yang diungkap di atas bahwa pengajaran remedial adalah bertujuan agar murid-murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan, perbaikan atau pembetulan dalam:
xl
1). Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi dalam belajarnya yang menyangkut segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya. 2). Mengubah dan memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi anak. 3). Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitannya. 4). Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya. 5). Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran matematika, khususnya tentang penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 anak tunagrahita sedang di kelas V di SDLB Negeri Purworejo.
f. Materi Pengajaran Remedial Sumber bahan yang dipakai dalam mengajarkan materi matematika anak tunagrahita sedang dalam penelitian ini adalah dari buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Sedang, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pebinaan Sekolah Luar Biasa, tahun 2006. Pembagian bahan materi matematika kelas V semester II dengan Standar Kompetensi tentang bilangan dan Kompetensi Dasar yang melakukan penambahan bilangan 1-10 dengan benda secara bervariasi. Bahan materi ini digunakan sebagai materi pengajaran remedial yang penulis lakukan.
xli
g. Prosedur Pengajaran Remedial Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan maka pelaksanaannya perlu melalui prosedur atau langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat. Rohman Natawijaya (1980:32) mengemukakan beberapa langkah umum yang biasanya ditempuh dalam pengajaran remedial sebagai berikut: 1). Mengenali objek yang akan diadakan remidi dengan cara: observasi, analisa data, wawancara, dan cara yang paling mudah adalah dengan berangkat dari nilai-nilai hasil belajar yang dicapai. 2). Menentukan sifat dan jenisnya, dalam hal ini kita perlu mencari di mana letak kesulitan, sampai sejauh mana kesulitan yang dihadapi anak. 3). Mencari latar belakangnya, baik dari dalam maupun dari luar diri anak. 4). Menentukan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan atau tindakantindakan yang dapat dilakukan. 5). Pelaksanaan pemberian bantuan. Berdasarkan dari keputusan di atas, maka dimulai pelaksanaan pemberian bantuan. Selama kegiatan bantuan berlangsung secara terus menerus diadakan penilaian untuk mengetahui ketepatan bantuan yang diberikan. Sesuai dengan sifat dan jenis kesulitan yang dihadapi, Rochman Natawijaya (1980:38) mengemukakan ada beberapa kegiatan bantuan pengajaran remedial yang mungkin diberikan seperti: 1). Memberikan tugas-tugas tambahan dalam pelajaran tertentu. 2). Mengubah metode mengajar dengan metode lain yang dipandang lebih sesuai dengan kemampuan murid. 3). Memindahkan ke kelompok atau kelas atau sekolah lain yang diperkirakan dapat membantu. 4). Meminta teman sebayanya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar. 5). Memberikan latihan-latihan keterampilan tertentu yang mendasari kemampuan belajar tertentu, misalnya membaca, menulis dan mengeja. 6).Mengirimkan kepada ahli-ahli khusus, misalnya ahli pendidikan matematika, IPA, bahasa untuk memperoleh bantuan. 7).Mengembangkan bakat-bakat khusus tertentu melalui berbagai kegiatan.
xlii
h. Faktor Pendukung Pengajaran Remedial Menurut Izhar Hasis (2001:5), kualitas pengajaran turut menentukan penguasaan bagi para siswa, oleh karena itu usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pelajaran lebih konkrit, lebih praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa. Metode mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karateristik siswa akan sangat membantu dalam rangka meningkatkan hasil penguasaan bahan oleh siswa. i. Faktor Penghambat Pengajaran Remedial Siswa tunagrahita sedang pada umumnya mengalami hambatan pada pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh IQ siswa yang berada jauh di bawah normal sehingga mengakibatkan kurangnya berkonsentrasi terhadap pembelajaran dan kurang bisa berpikir abstrak dan perhatian siswa sering beralih-alih serta mudah bosan dalam pembelajaran. Guru dapat mempelajari hambatan dan kesalahan yang dibuat oleh muridnya dalam pembelajaran matematika setelah itu menyediakan bantuan untuk memperbaikinya. Menurut Ashlock yang dikutip oleh Tompokan Runtuhaku (1996:193), mengemukakan bahwa : Hambatan umum yang dialami siswa tunagrahita dalam pembelajaran matematika adalah kekeliruan dasar: kesalahan ini antara lain siswa tidak memiliki konsep serta konsentrasi bilangan, siswa belum memiliki keterampilan dasar berhitung, belum memiliki konsep bilangan membilang misalnya membilang maju mundur satu-satu serta dua-dua, membuat korespondensi satu-satu dan membandingkan objek-objek himpunan. Dengan penambahan
demikian
bilangan
peningkatan
1-10
melalui
hasil
belajar
pengajaran
matematika
remedial
mutlak
diperlukan, dengan tujuan guru harus lebih kreatif dalam mengajarnya. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus lebih konkrit, mudah diterima, menarik perhatian anak serta menggunakan metode dan sarana yang bervariasi.
xliii
B. Kerangka Berfikir
Kondisi Awal
Guru: Belum menggunakan pengajaran remedial Guru: Menggunakan pengajaran remedial metode demonstrasi dan pemberian tugas Alat peraga belum konkrit
Tindakan
Guru: Menggunakan pengajaran remedial Metode demonstrasi Pemberian tugas Alat peraga kurang menarik(sederhana)
Guru: Menggunakan pengajaran remedial Multi metode Alat peraga menarik Pembimbingan secara individul Siswa: Hasil belajar meningkat Kondisi Akhir
Guru: Lebih kreatif
Bagan 1. Kerangka Berfikir
xliv
Siswa: Hasil belajar rendah
Siklus I Hasil belajar masih rendah
Siklus II Hasil belajar masih rendah
Siklus III Hasil belajar meningkat
C. Hipotesis Berdasarkan pengkajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan Pengajaran Remedial dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Penambahan Bilangan 1-10 pada Anak Tunagrahita Sedang Kelas V di SDLB Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009.
xlv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDLB Negeri Purworejo. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan: (1) memungkinkan penulis untuk mudah melaksanakan penelitian karena penulis mengajar pada sekolah tersebut di atas. (2) memudahkan penulis untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan. Adapun tempat yang penulis tetapkan dalam PTK ini adalah di dalam dan di luar kelas. Tempat di dalam kelas untuk mengamati siswa dalam mengikuti kegiatan belajar matematika dengan pengajaran remedial. Penulis mengadakan pengamatan dalam PTK untuk menggali kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengikuti pelajaran matematika mengenai penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, melihat kemampuan siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika yang berkaitan seperti faktor penulis atau guru dalam mengajar, alat peraga, sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, kondisi lingkungan kelas. Tempat di luar kelas penulis gunakan untuk mencari data tentang kemampuan anak atau siswa yang tidak dapat diketahui di kelas, misalnya lingkungan pergaulan dan pemanfaatan fasilitas yang ada di sekolah sebagai penunjang pengajaran remedial.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, yaitu bulan April sampai dengan Juli 2009. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan ( perencanaan,
xlvi
tindakan, monitoring, dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, penyempurnaan laporan. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan penulis. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V C1 yang terdiri 2 laki-laki yaitu AA dan JVBP serta 1 anak perempuan yaitu AS. Dengan guru kelas penulis sendiri.
C. Data dan Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan siswa dalam matematika penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, motivasi siswa dalam penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, serta kemampuan penulis dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1) Informasi atau nara sumber yaitu guru dan siswa. 2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pengajaran remedial dan aktivitas lainnya 3) Dokumen atau arsip yang berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 dan buku penilaian.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara/ diskusi, kajian dokumen, angket.
1. Pengamatan Pengamatan yang penulis lakukan adalah pengamatan secara aktif. Penulis melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas dan kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Penulis mengarahkan kegiatan sebagai guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan
xlvii
pertanyaan, dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan melakukan umpan balik serta melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan bertanya, menanggapi stimuli baik yang datang dari guru atau pun teman, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas.
2. Wawancara atau Diskusi Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara atau diskusi dengan guru lain dilaksanakan setelah penulis melakukan kegiatan belajar mengajar. Dari wawancara ini, setelah penelitian dan kajian dokumen yang telah dilakukan diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan pembelajaran remedial untuk matematika penambahan bilangan 1-10 serta faktor-faktor penyebabnya. Wawancara bisa dilakukan setelah dan atas dasar hasil kegiatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Kegiatan diskusi dilakukan penulis dengan tujuan : a). Meminta pendapat guru tentang penampilannya dalam melaksanakan pembelajaran remedial di kelas, dengan meminta mengungkapkan kelebihan dan kekurangannnya dalamn melaksanakan pengajaran remedial. b). Menyamakan persepsi tentang hal-hal yang dilakukan penulis dengan guru lain, sehingga ada kesepakatan hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.
3. Kajian Dokumen Kajian dokumen penulis lakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti kurikulum, RPP yang dibuatnya, buku atau materi pelajaran, hasil belajar siswa tentang matematika penambahan bilangan 110 dan nilai.
xlviii
4. Angket Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam matematika. Angket diberikan penulis ke siswa dua kali yaitu sebelum kegiatan penelitian tindakan dan pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisa informasi yang diperoleh melalui angket tersebut dapat diketahui peningkatan kualitas proses atas kegiatan
penambahan bilangan 1-10
melalui pengajaran remedial, serta dapat diketahui ada tidaknya peningkatan
motivasi
siswa
dalam
belajar
matematika
tentang
penambahan bilangan 1-10.
5. Tes Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan kelas. Tes penambahan bilangan 1-10 diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dan setiap akhir siklus untuk mengetahui mutu hasil belajar siswa dalam penambahan bilangan 1-10. jadi tes
disusun dan
dilakukan untuk mengetahui tingkat
perkembangan kemampuan siswa sesuai dengan siklus yang ada.
E. Validitas Data Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain triangulasi dan review informasi kunci. Menurut Lexy J. Moleong (1994:101), berpendapat : “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data, yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding data itu.” Teknik trianggulasi antara lain berupa trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode pengumpulan data. Misalnya unuk mengetahui kesulitankesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan penambahan bilangan 1-10 dan faktor-faktor penyebabnya. Penulis melakukan hal-hal sebagai berikut:
xlix
1. Memberikan tes penambahan bilangan 1-10 dan menganalisa hasil tes tersebut untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih mereka buat. 2. Melakukan pencatatan tentang hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa, dan fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah. 3. Review informasi kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi temuan sehingga diperoleh data tentang temuan tersebut. Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi setelah kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan yaitu dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Misalnya membandingkan rerata nilai kemampuan menjumlah bilangan 1-10 pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, siklus II, dan siklus III. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan kelas untuk tahap berikutnya dari siklus I, ke siklus II dan siklus III.
G. Indikator Kinerja Peningkatan kemampuan dalam penambahan bilangan 1-10. anak yang memperoleh nilai 70 ada dua anak dan 60 satu anak. Nilai rata-rata pelajaran matematika dalam penambahan bilangan 1-10 meningkat dari 50 menjadi 66. Dengan nilai ketuntasan matematika 60,00. Kriteria penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan pengajaran remedial adalah sebagai berikut; tidak dapat sama sekali, tidak dapat dengan bantuan guru, dapat dengan bantuan guru, dapat tapi ragu – ragu, dapat dan tepat. Tidak dapat sama sekali, skor 1.
l
Tidak dapat dengan bantuan guru, skor 2. Dapat dengan bantuan guru, skor 3. Dapat tapi ragu – ragu, skor 4. Dapat dan tepat, skor 5. Untuk penilaian presentasi perolehan skor setiap siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= Skor perolehan 100% Skor maksimal = presentasi H. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam tiga siklus. Pelaksanaan pengajaran remedial dilaksanakan 3 kali tatap muka selama 3 minggu, tiap minggu 3 x 35 menit. Berarti untuk tatap muka dalam setiap kegiatan atau pertemuan itu 3x pertemuan.
li
Guru : Kondisi
Belum
Awal
menggunakan
Siswa: Hasil belajar rendah
pengajaran remedial
Siklus I 1.Perencanaan 2.Pelaksanaan 3.Pengamatan 4.Refleksi
Tindakan
Guru:
Siklus II
Menggunakan
1.Perencanaan
pengajaran
2.Pelaksanaan
remedial
3.Pengamatan 4.Refleksi
Siklus III
Siswa: Hasil belajar meningkat dari Kondisi
konkrit ke abstrak.
Akhir
Guru:
1.Perencanaan 2.Pelaksanaan 3.Pengamatan 4.Refleksi
Menggunakan pengajaran remedial Bagan 2. Pelaksanaan Siklus
lii
SIKLUS I 1. Perencanaan Sebelum pelaksanaan pengajaran remedial dalam pelajaran matematika tentang penambahan bilangan 1-10 di kelas V tunagrahita sedang SDLB Negeri Purworejo dilaksanakan, penulis terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP terlampir) . Adapun pelaksanaan pengajaran remedial sebagai berikut: a). Guru memotivasi siswa . b). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c). Guru menjelaskan operasi penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan gambar di papan tulis. d). Siswa memperhatikan penjelasan guru. e). Siswa mengerjakan tugas . 2. Pelaksanaan Kegiatan
inti
yang
dilakukan
pada
pelaksanaan
pembelajaran yaitu: a). Secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan guru tentang operasi penambahan bilangan 1-10. b). Secara individu siswa memperhatikan penjelasan guru cara melakukan operasi penambahan bilangan 1-10 di papan tulis melalui gambar. c). Siswa mengerjakan tugas secara individual . d). Guru memberikan penguatan pada materi yang baru saja dipelajari . 3. Pengamatan Pengamatan pada proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi, yaitu: a). Keterlibatan siswa dalam kegiatan demonstrasi. b). Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. c). Pemanfaatan media atau alat peraga .
liii
d). Hasil evaluasi . 4. Refleksi Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran selesai penulis mengadakan diskusi. Hasil diskusi itu sebagai bahan refleksi bagi penulis. Hasil diskusi itu antara lain: a). Dalam kegiatan demonstrasi hanya satu siswa yang aktif . b). Siswa masih sulit melakukan operasi bilangan 1-10 . c). Penggunaan alat peraga belum konkrit .
SIKLUS II 1. Perencanaan Rencana perbaikan pembelajaran siklus II tertuang pada RPP (terlampir). Adapun kegiatannya sebagai berikut: a). Siswa memperhatikan demonstrasi guru tentang cara melakukan operasi penambahan bilangan 1-10 dengan media kelereng. b). Siswa menirukan demonstrasi dengan bimbingan dari guru. c). Siswa mengerjakan tugas guru . d). Guru tetap memberi penguatan pada materi yang baru saja dipelajari. 2. Pelaksanaan Kegiatan yang dapat terlaksana dalam perbaikan siklus II sebagai berikut: a). Secara klasikal siswa memperhatikan demonstrasi guru dalam memperagakan operasi penambahan bilangan 1-10, dengan media kelereng. b). Secara individual siswa memperagakan operasi penambahan bilangan 1-10 c). Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru secara individual.
liv
3. Pengamatan Aspek-aspek yang diamati penulis dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: a). Pemberian apersepsi . b). Keterlibatan siswa dalam demonstrasi . c). Keaktifan siswa dalam KBM. d). Penggunaan media atau alat peraga . e). Pembimbingan siswa secara individu dan remidi. f). Hasil evaluasi . 4. Refleksi Berdasarkan hasil siklus dan pengamatan penulis dalam perbaikan pembelajaran siklus II masih belum mencapai tujuan yang diharapkan karena: a). Guru belum fokus pada anak yang perhatiannya terbagi . b).Media atau alat peraga masih sangat sederhana atau kurang menarik c). Menggunakan multi metode.
SIKLUS III 1. Perencanaan Rencana perbaikan pembelajaran siklus III tertuang pada RPP (terlampir), adapun kegiatannya adalah sebgai berikut: a). Guru memberikan apersepsi di awal pertemuan dengan memberikan pertanyaan pada siswa . b). Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara melakukan operasi penambahan bilangan 1-10 . c). Guru demonstrasi dengan menggunakan media bola plastik warna dalam menjelaskan operasi penambahan bilangan 1-10 . d). Siswa memperagakan secara individual . f). Siswa yang mengalami kesulitan mendapat bimbingan secara individual.
lv
g). Siswa mengerjakan tugas guru.Guru tetap memberi penguatan pada materi yang baru saja disampaikan . 2. Pelaksanaan Kegiatan yang dapat terlaksana dalam perbaikan siklus III sebagai berikut: a). Secara klasikal, siswa memperhatikan apersepsi dan secara individual menjawab pertanyaan guru. b). Secara individual, siswa memperagakan operasi penambahan bilangan 1-10 . c). Secara Individual, siswa mendapat bimbingan guru . d). Secara individual, siswa mengerjakan tugas guru. 3. Pengamatan Aspek-aspek yang diamati penulis dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan pengajaran remedial pada siklus III sebagai berikut: a). Pemberian apersepsi . b). Keterlibatan siswa dalam demonstrasi. c). Keaktifan siswa dalam KBM . d). Pemberian bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan . e). Pembimbingan siswa secara klasikal maupun individual. f). Penggunaan metode mengajar yang beragam yaitu demonstrasi, tanya jawab,ceramah, pemberian tugas dan bermain. g). Penggunaan media atau alat peraga . h). Hasil belajar . 4. Refleksi Berdasarkan hasil siklus dan pengamatan penulis dalam perbaikan pembelajaran dengan pengajaran remedial pada siklus III sudah mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan tersebut disebabkan oleh: a). Guru menggunakan metode yang tidak membosankan . b). Siswa aktif dalam demonstrasi dan permainan.
lvi
c).
Siswa
yang mengalami
kesulitan bisa teratasi
pembimbingan secara individual dan remidi. d). Guru memahami kemampuan anak yang tidak sama . e). Media atau alat peraga yang dipakai sangat menarik.
lvii
lewat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Tunagrahita Sedang SDLB Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2008 / 2009. Tempat penelitian ini berlokasi di SDLB Negeri Purworejo yang berada di wilayah Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. SDLB ini teletak di dekat perumahan penduduk berhadapan dengan makam, jauh dari keramaian jalan raya maupun pasar. Tenaga pengajar di SDLB ini cukup banyak, yaitu terdiri dari 23 guru kelas, 1 guru agama islam, 1 guru penjaskes, 1 kepala sekolah dan 2 orang penjaga. SDLB Negeri Purworejo ini memiliki jumlah sebanyak 88 siswa, yang terdiri dari siswa tunanetra 1 siswa, tunarungu wicara 25 siswa, tunagrahita ringan 25 siswa, tunagrahita sedang 25 siswa, autis 4 siswa dan tunadaksa 8 siswa. Secara fisisk SDLB Negeri Purworejo ini memiliki ruang kelas untuk siswa bagian A, B, C, D dan autis. Ruangan lain yang menunjang dan mendukung keberadaan sekolah ini yaitu ruang keterampilan, ruang perpustakaan, ruang latihan motorik dan olahraga, ruang UKS, ruang guru dan kepala sekolah, ruang kantor, ruang komputer, ruang dapur, gudang, kamar mandi dan w.c untuk guru maupun siswa, serta memiliki tempat bermain berupa ayunan, plosotan dan lain – lain yang ada di halaman kelas. Di samping itu juga memiliki kebun pertanian yang cukup luas berada di belakang kelas. Untuk tahun pelajaran 2008 / 2009 siswa kelas V tunagrahita sedang atau VC1
hanya memiliki 3 siswa yaitu 2 (dua) laki – laki dan 1 (satu)
perempuan. Kondisi kelas V tunagrahita sedang ini cukup baik, yaitu ventilasi udara baik, bersih, meja kursi guru maupun siswa cukup terawat, lemari dan papan baik, ditambah adanya tempat mencuci tangan dan bak sampah yang tersedia di depan kelas.
lviii
Lokasi kelas ini kurang strategis dam tidak nyaman pada saat belajar mengajar karena dekat dengan ruang dapur untuk praktek memasak, dekat kamar mandi dan w.c serta warung jajan milik salah satu guru yang menempati rumah dinas. Dari kondisi dan situasi inilah penulis melakukan penelitian terhadap siswa kelas V tunagrahita sedang dalam hal penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 karena ketiga siswa ini sulit melakukan operasi penambahan bilangan dan juga di semester II juga diajarkan pengurangan bilangan. Jika siswa tidak menguasai operasi penambahan bilangan, maka untuk pengurangan dalam bentuk sederhana juga akan mengalami kesulitan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu melalui proses atau siklus berulang, bertahap, berkelanjutan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam tiga siklus. Penulis juga menggunakan pengajaran remedial untuk meningkatkan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 diberikan pada waktu jam belajar di kelas. Penggunaan berbagai metode dan alat peraga yang menarik serta bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajarnya. Berikut ini data siswa kelas V Tunagrahita sedang SDLB Negeri Purworejo. 1. Nama Siswa
: Asrizal Ashar
2. Nomor Induk
: 168
3. Tempat dan tanggal lahir : Purworejo, 2 Juni 1996 4. Jenis kelamin
: Laki - Laki
5. Jenis kelainan
: Tunagrahita Sedang (C1)
6. Agama
: Islam
7. Anak ke
: 2 (dua)
8. Nama orangtua
: Makhmud Fauzi
9. Pekerjaan orangtua
: PNS
10. Alamat
: Baledono RT 06 RW IV Kec. Purworejo.
lix
1. Nama Siswa
: Ayu Safitri
2. Nomor Induk
: 154
3. Tempat dan tanggal lahir : Purworejo, 5 Agustus 1994 4. Jenis kelamin
: Perempuan
5. Jenis kelainan
: Tunagrahita Sedang (C1)
6. Agama
: Islam
7. Anak ke
: 3 (tiga)
8. Nama orangtua
: Ngawam
9. Pekerjaan orangtua
: Tani
10. Alamat
: Sidorejo RT 04 RW 05, Kecamatan Purworejo.
1. Nama Siswa
: Johanes Vicky Budi Pratama
2. Nomor Induk
: 169
3. Tempat dan tanggal lahir : Purworejo, 20 Juli 1997 4. Jenis kelamin
: laki - laki
5. Jenis kelainan
: Tunagrahita Sedang (C1)
6. Agama
: Kristen
7. Anak ke
: 1 (satu)
8. Nama orangtua
: Paulus Sugeng Budi Pratama
9. Pekerjaan orangtua
: Karyawan
10. Alamat
: Kedungsari, Kecamatan Purworejo.
Pada kondisi awal, sebelum pengajaran remedial dilaksanakan, diadakan observasi terlebih dahulu terhadap semua siswa baik mengenai sikap, kesulitan, kemampuan maupun hasil belajar. Setelah diketahui hasil observasi penulis mendiagnosa letak kesulitan yang dihadapi siswa, selanjutnya penulis melaksanakan tindakan dengan memberi materi, metoda dan media atau alat peraga
yang disesuaikan
dengan kesulitan
belajar matematika
tentang
penambahan bilangan dari1 sampai dengan 10. Kondisi awal sebelum tindakan, penulis telah memberikan tes tertulis berupa isian tentang penambahan bilangan dari 1 sampai dengan 10, hasilnya disajikan pada tabel sebagai berikut:
lx
Tabel 1.
Perolehan skor rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Kondisi Awal
No
Nama Siswa
Skor
Skor
perolehan
Maksimal
Presentasi
Ket
1
Asrizal Ashar
10
20
50
Belum tuntas
2
Ayu Safitri
10
20
50
Belum tuntas
3
Johanes Vicky
10
20
50
Belum tuntas
10
20
50
Budi Pratama Rerata
50 40 30 20 10 0 AA
A5
JVBP
Gambar 1. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1 – 10 pada Kondisi Awal
Berdasarkan tabel di atas dan tabel rerata dapat diketahui bahwa nilai kondisi awal siswa kelas V tunagrahita sedang di SDLB Negeri Purworejo sangat rendah, yaitu nilai rata – rata kelas hanya 50. Dari hasil pengamatan tentang penguasaan materi penambahan bilangan dari 1 sampai dengan 10 masih tergolong rendah yaitu dari skor maksimal 100, skor perolehan rata – rata baru mencapai 50 atau 50%.
lxi
Keadaan ini disebabkan siswa yang mengalami kesulitan belum diadakan tindakan remidi atau belum menggunakan pengajaran remedial. Penelitian dilaksanakan melalui beberapa siklus. Siklus akan berakhir bila telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Perencanaan penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut: 1. Permintaan ijin dari Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Purworejo yang akan jadi lokasi penelitian. 2. Menyampaikan gagasan yang terkandung dalam penelitian ini kepada Kepala Sekolah. 3. Observasi kepada siswa kelas V tunagrahita sedang dalam pelajaran Matematika. 4. Memberi gambaran tentang pengajaran remedial kepada semua guru. 5. Menjelaskan proses penelitian yang akan dilaksanakan.
1.
Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. b. Perencanaan Siklus I direncanakan secara matang yaitu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen berupa lembar pengamatan (observasi) untuk siswa dan guru, lembar penilaian (evaluasi) dan alat peraga berupa benda nyata yang diperlukan dalam operasi penambahan bilangan dari 1 sampai dengan 10. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 April 2009. Guru
merencanakan
memotivasi
siswa,
menyampaikan
tujuan
pembelajaran dan menjelaskan operasi penembahan bilangan 1-10.
c. Pelaksanaan Pada siklus I ini pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pengajaran remedial, masih belum berjalan sesuai yang diharapkan karena
lxii
siswa merasa takut dan belum percaya diri bila disuruh maju membaca bilangan dan tanda operasi hitung. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru mengusahakan dengan cara: 1) Guru memberi motivasi kepada siswa agar tidak memiliki rasa takut maju ke depan kelas. 2) Guru memberi hadiah pada siswa yang berani maju ke depan kelas. 3) Guru membantu siswa yang belum bisa menulis bilangan dengan cara yang benar. 4) Guru memberi bimbingan kepada siswa secara individual. 5) Guru memberi penguatan pada materi yang baru saja dipelajari. Pada akhir siklus I dari hasil pelaksanaan tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Siswa berani maju di depan kelas setelah diberi hadiah. 2) Siswa bisa menulis dan menghitung bilangan yang dibantu dengan gambar walau masih dalam bimbingan guru. Contoh:
+ .....
+
= ... .
=
.....
d. Pengamatan Pelaksanaan tindakan belum berjalan sesuai rencana karena siswa terganggu oleh suara dari kamar mandi dan w.c serta bau yang tidak sedap. Selama proses belajar mengajar garu mencatat hal – hal yang terjadi, yaitu: 1) Keterlibatan siswa dalam kegiatan demonstrasi. 2) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. 3) Pemanfaatan media atau alat peraga. 4) Hasil evaluasi Saat guru menerangkan dan menjelaskan dengan menggunakan media gambar tentang penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 ada peningkatan pemahaman dari siswa yaitu 1 anak sudah tuntas dengan nilai 60 dan 2 anak belum tuntas, nilainya masih dibawah 60 yaitu 55. Hambatan yang muncul saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu bau tidak sedap dari kamar mandi dan w.c sehingga siswa sering menutup
lxiii
hidung dengan tangannya dan adanya siswa yang masih usil serta suka berjalan – jalan di kelas. Berikut hasil evaluasi penambahan bilangan dari 1 sampai 10 pada siklus I.
Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10
Tabel 2.
Dengan Menggunakan Pengajaran Remedial pada Siklus I No
Nama Siswa
Skor
Skor
perolehan
Maksimal
Presentasi
Ket
1
Asrizal Ashar
12
20
60
Tuntas
2
Ayu Safitri
11
20
55
Belum tuntas
3
Johanes Vicky
11
20
50
Belum tuntas
11,33
20
56,66
Budi Pratama Rerata
60 50 40 30 20 10 0 AA
AY
JVBP
Gambar 2. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 110 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial pada Siklus I e. Refleksi Setelah pelaksanaan pengajaran remedial selesai, penulis mengadakan diskusi dengan teman sejawat. Hasil diskusi ini dipakai sebagai bahan refleksi begi penulis. Hasil diskusi dengan teman sejawat itu antara lain: 1) Dalam kegiatan demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar siswa kurang aktif.
lxiv
2) Siswa masih sulit melakukan operasi htung penambahan bilangan 1-10. 3) Penggunaan alat peraga belum konkrit masih berupa gambar. 4) Siswa masih suka usil dan berjalan – jalan di kelas.
2. Siklus II a. Perencanaan Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II tertuang pada RPP. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ternyata siswa masih sulit melakukan operasi hitung penambahan, karena alat peraga masih berupa gambar sehingga kurang menarik. Guru berusaha mengganti gambar – gambar dengan kelereng sebagai alat peraga, harapan guru siswa akan lebih aktif dalam demonstrasi. Siswa yang usil dan suka berjalan – jalan sudah bisa mengalihkan perhatian pada alat peraga tersebut. b. Pelaksanaan Kegiatan yang dapat terlaksana dalam perbaiakn siklus II ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 April 2009. 1) Pada kegiatan awal guru senantiasa membereikan apersepsi tentang cara melakukan operasi hitung penambahan bilangan dari 1-10. 2) Pada
kegiatan
memperagakan
ini
guru
operasi
mengajak
penambahan
siswa
untuk
bilangan
berdemonstrasi
dari
1-10
dengan
menggunakan kelereng. Guru memberi bimbingan kepada siswa cara mengambil kelereng sesuai dengan lambang bilangan yang dikehendaki guru. Guru memberi bimbingan secara individual kepada siswa yang mengalami kesulitan. Siswa menulis jawaban di papan tulis. 3) Guru memberikan evaluasi kepada siswa berypa tanya jawab maupun tes tertulis. Contoh:
+ ...
+
= ......
3+4=.....
lxv
=
......
c. Pengamatan Pada kegiatan siklus II ini penulis menentukan perubahan pada siswa bila dibandingkan saat siklus I, yaitu siswa lebih berani melakukan demonstrasi, walaupun perhatian siswa masih kurang saat guru menjelaskan dengan media kelereng, siswa mulai tertarik ingin ikut berdemonstrasi. Hambatan yang muncul saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu adanya ibu – ibu wali siswa yang hilir mudik pergi ke warung, sehingga ada satu siswa yang ingin segera istirahat. Berikut hasil evaluasi penambahan bilangan dari 1 sampai dengan 10 pada siklus II.
Tabel 3.
Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Dengan Menggunakan Pengajaran Remedial pada Siklus II
No
Nama Siswa
Skor
Skor
perolehan
Maksimal
Presentasi
Ket
1
Asrizal Ashar
13
20
65
Tuntas
2
Ayu Safitri
11
20
55
Belum Tuntas
3
Johanes Vicky
13
20
65
12,33
20
61,66
Budi Pratama Rerata
lxvi
Tuntas
70 60 50 40 30 20 10 0 AA
AS
JVBS
Gambar 3. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remidial pada Siklus II. d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, siswa sudah mengalami peningkatan yaitu pemahaman operasi penambahan bilangan dari 1-10 walaupun masih dalam bimbingan guru. Dan setelah berdiskusi dengan teman sejawat perlu adanya penggunaan alat peraga yang lebih menarik lagi, walaupun siswa sudah tuntas dengan nilai terendah 60 dan tertinggi 65. Nilai rata – rata sudah naik menjadi 61,66. Berdasarkan hasil siklus II masih belum mencapai tujuan yang diharapkan karena: 1) Guru belum fokus pada anak yang perhatiannya terbagi. 2) Media atau alat peraga masih kurang menarik. 3) Metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas.
1. Siklus III a. Perencanaan Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus III tertuang pada RPP. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut: 1) Membrikan apersepsi di awal pertemuan dengan memberikan pertanyaan pada siswa.
lxvii
2) Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 3) Mendemonstrasikan media bola plastik warna dalam menjelaskan operasi penambahan bilangan dari 1 sampai dengan 10. 4) Memberi penghargaan pada siswa. 5) Memberi bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan. 6) Membuat instrumen evaluasi. b. Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 Mei 2009 sebagai berikut: 1) Suasanan pembelajaran sudah menyenangkan 2) Tugas yang diberikan kepada siswa sudah dikerjakan dengan baik. 3) Siswa termotivasi untuk menjawab pertanyaan guru secara lisan. 4) Secara individual siswa tetap mendapat bimbingan. Contoh : 3 + 1 = . . . . . 5+2=..... 4+4=..... 5+5=..... c. Pengamatan Pada kegiatan siklus III ini penulis menemukan perubahan pada siswa bila dibandingkan siklus II yaitu minat, perhatian, dan partisipasi siswa sudah lebih baik. Siswa sudah mulai paham dalam mengoperasikan penambahan bilangan 1-10. Berikut hasil evaluasi penambahan bilangan dari 1 sampai dengan 10 pada siklus III.
lxviii
Tabel 4
Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Dengan Menggunakan Pengajaran Remedial pada Siklus III
No 1
Nama Siswa Asrizal Ashar
Skor
Skor
perolehan
Maksimal
14
20
Presentasi 70
Ket Hasil meningkat
2
Ayu Safitri
12
20
60
Tuntas
3
Johanes Vicky
14
20
70
Hasil
Budi Pratama
meningkat
Rerata
13,33
20
66,66
70 60 50 40 30 20 10 0 AA
AS
JVBP
Grafik 4. Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial pada Siklus III d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus III, siswa sudah memahami dalam operasi penambahan bilangan 1-10. Semua siswa sudah tuntas nilainya yaitu satu siswa mendapat nilai 60 dan dua siswa mendapat nilai 70. Nilai rata – rata dari siklus II yaitu 61,66 menjadi 66,66. Dengan meningkatnya hasil belajar matematika tentang penambahan bilangan dari 1-10 secara umum siswa sudah menguasai. Dalam hal ini siswa yang mengalami kesulitan harus dibimbing secara individual, terus menerus
lxix
agar siswa pada kegiatan dalam memahami materi selanjutnya siswa lebih terampil dan memahami operasi hitung lainnya.
B. Hasil Penelitian
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:13) ”belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”. Adapun menurut Slameto (2003:2) ”belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Pelaksanaan tindakan kelas yang terdiri tiga siklus dapat dijelaskan bahwa hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan pengajaran ada peningkatan. Peningkatan yang pertama, siswa lebih aktif dalam demonstrasi penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan berbagai media atau alat peraga. Yang kedua, siswa sudah memahami konsep penggunaan tanda operasi penambahan bilangan. Ketiga, siswa bisa membaca tanda operasi penambahan bilangan 1-10. Karena keterbatasan intelegensi siswa tunagrahita sedang yaitu kurang memahami hal yang bersifat abstrak seperti membaca, menulis, dan berhitung sangat terbatas. Oleh karena itu, siswa tunagrahita sedang dalam memahami konsep penambahan
bilangan
1-10
memerlukan
berbagai
metode
agar
tidak
membosankan. Siswa yang mengalami kesulitan perlu dibimbing secara individual. Perlu adanya remidi pada materi pelajaran yang sulit dipahami dan penggunaan alat peraga yang lebih menarik agar tidak membosankan. Dalam
pelaksanaan
penggunaan
pengajaran
remedial
tentang
penambahan bilangan 1-10 bagi anak tunagrahita sedang berjalan secara aktif, kreatif, menyenangkan dan tidak membosankan.dari ketiga siklus, perbaikan pembelajaran ternyata untuk tiap – tiap siklus mengalami peningkatan. Semua dapat dilihat pada tabel kemajuan ketuntasan siswa dalam penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan pengajaran remedial.
lxx
Tabel 5
Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial
No
Nama Siswa
Kondisi
Siklus
Awal
Keterangan
I
II
III
1.
Asrizal Ashar
50
60
65
70
Hasil meningkat
2.
Ayu Safitri
50
55
55
60
Tuntas
3.
Johanes Vicky
50
55
65
70
Hasil meningkat
Jumlah
150
170
185
200
Rata - rata
50,00
56,60
61,66
66,66
Budi Pratama
Berdasarkan tabel 5 dapat kita lihat perubahan nilai evaluasi siswa dari kondisi awal hingga siklus terakhir yaitu mengalami kenaikan: a. Pada kondisi awal, yang belum tuntas ada 3 siswa. b. Pada siklus I, siswa yang belum tuntas ada 2 siswa dan 1 siswa tuntas. c. Pada siklus II belum tuntas semua. d. Pada siklus III, 2 siswa mengalami peningkatan dan yang satu siswa sudah tuntas.
Tabel 6
Tingkat Ketuntasan Siswa dalam Tiga Siklus
No
Pembelajaran
Siswa Tuntas %
Siswa Belum Tuntas %
1.
Kondisi awal
0
100
2.
Siklus I
33,33
66,66
3.
Siklus II
66,66
33,33
4.
Siklus III
100
0
Berdasarkan tabel 6 dapat kita lihat perubahan ketuntasan siswa yang terus membaik. Bila kita gambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut:
lxxi
70 60 50 40
AA AS JVBP
30 20 10 0 K. Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 5. Grafik Histogram Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial.
C. Pembahasan
Berdasarkan tindakan yang dilakukan dalam tiga siklus, hasil penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar terlihat siswa yang tadinya tidak aktif, takut dan kurang percaya diri dapat berkurang atau hilang setelah adanya penerapan penggunaan pengajaran remedial. Penggunaan
pengajaran
remedial
dalam
matematika
tentang
penambahan bilangan 1-10 bagi siswa tunagrahita sedang yang diterapkan dalam tiap siklus mengalami peningkatan setiap diadakan evaluasi. Pada tindakan awal banyak siswa yang merasa takut dan kurang percaya diri. Ada siswa yang suka usil, ”nyeletuk”, mengganggu siswa. Berisik dan suka pindah – pindah tempat duduk, namun hal ini bisa berkurang setelah ada pembelajaran dengan menggunakan pengajaran remedial untuk matematika tentang penambahan bilangan 1-10 dengan benda. Pada penggunaan pengajaran remedial siswa yang belum tuntas nilainya diberi remidi atau pengulangan sehingga kesulitan siswa dapat teratasi. Dengan
lxxii
demikian penggunaan pengajaran remedial dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang penambahan bilangan 1-10, yang telah dilakukan selama tiga siklus dan menghasilkan perubahan peningkatan hasil belajar sesuai dengan yang kita harapkan. Pelaksanaan pengajaran remedial untuk meningkatkan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V ini membutuhkan sarana alat peraga yang bervariasi. Pada penelitian ini karena keterbatasan alat peraga yang ada di sekolah tersebut maka guru mengusahakan dengan cara membuat alat peraga sendiri. Hal ini sangat menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap siklusnya. Dengan demikian penggunaan pengajaran remedial untuk meningkatkan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo.
lxxiii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil – hasil penelitian dan pembahasan tentang penggunaan pengajaran remedial untuk meningkatkan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo tahun pelajaran 2008 / 2009 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bahwa
penggunaan
pengajaran
remedial
berpengaruh
positif
terhadap
peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo tahun pelajaran 2008 / 2009. B. Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu sebagai berikut : 1. Siswa Siswa agar lebih merasa senang dan tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan pengajaran remedial, karena dengan kemampuan penambahan bilangan siswa dapat melakukan pengurangan bilangan sampai 10. 2. Guru Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar matematika bagi anak tunagrahita sedang hendaknya menggunakan pengajaran remedial, karena dengan
menggunakan
pengajaran
remedial
diharapkan
guru
dapat
menggunakan berbagai metode dan alat peraga yang menarik perhatian anak.
lxxiv
3. Lembaga Sekolah hendaknya menyediakan sarana berupa alat peraga yang dapat mendukung pelaksanaan pengajaran remedial pada mata pelajaran matematika bagi anak tunagrahita sedang.
lxxv
DAFTAR PUSTAKA
Bandi Delphie. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika Aditama Cece Wijaya. 2007. Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Depdiknas. 2003. Identifikasi Anak Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Endang Supartini. 2001. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial. Yogyakarta: UNY. Hadari Nawawi. 1991. Pengaruh Hubungan Manusia di Kalangan Murid terhadap Prestasi Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Ischak S.W dan Wardji. R. 1987. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Liberty. Izhar Hasis. 2001. Remedial Teaching. Malang: Departemen Pendidikan Nasional. --------------. 2003. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Maman Rachman. 1998. Manajemen Kelas. Depdikbud. Moh. Amin & Moh. Surya. 1980. Pengajaran Remedial untuk SPG. Jakarta: Depdikbud. Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati. 1993. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Rosda Karya. Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud. Munzayanah. 2000. Anak Tuna Grahita. Surakarta: Depdikbud. Rochman Natawijaya. 1980. Pengajaran Remedial Untuk SPG. Jakarta: PD. Andreola.
lxxvi
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Ikrar Mandiriabadi. Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta T. Sutjihati Somantri. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT.Refika Aditama. Sutratinah Tirtonegoro. Yogyakarta: IKIP.
1988.
Kecenderungan Pada
Anak
Berkelainan.
Tompokan J. Runtuhaku. 1996. Pengajaran Matematika Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud. --------------. 2001. Al Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Asy Syifa --------------. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS. Winkel W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Andi offset.
lxxvii