PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 02 DOPLANG KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
OLEH DITE PONIYATUN NIM X 7108650
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 WUKIRSAWIT TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh
:
Nama
: Warsono
NIM
: X7108786
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Pembimbing I
Juli 2010
Pembimbing II
Dra. Jenny Is Poerwanti, M.Pd NIP. 19630125198703 2 001
Dra. Siti Istiyati, M.Pd NIP. 19610819198603 2 001
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 02 DOPLANG KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh
:
Nama
: Dite Poniyatun
NIM
: X7108650
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
:
Drs. Kartono, M. Pd
.......................
Sekretaris
:
Drs. Hasan Mahfud, M. Pd
Anggota I
:
Dra. Jenny Is Poerwanti, M. Pd .......................
Anggota II
:
Dra. Siti Istiyati, M. Pd
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP 19600727198702 1 002
iii
.......................
.......................
ABSTRAK Dite Poniyatun, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 02 DOPLANG KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk : meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang, melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data peningkatan motivasi belajar IPS melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT digunakan teknik angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif analisa Miles & Huberman yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan verivikasi data atau penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 02 Doplang. Pada pra tindakan diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 60,88, siklus I sebesar 72,80, siklus II sebesar 84,20, ini berarti mengalami peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 23,32%. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS kelas IV dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS di SDN 02 Doplang Karangpandan.
iv
ABSTRACT Dite Poniyatun, USING STUDY OF CO-OPERATIVE LEARNING MODEL NHT TYPE TO INCREASE STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION IN STUDYING OF SOCIAL STUDIES THE GRADE IV SDN 02 DOPLANG KARANGPANDAN IN SCHOOL YEAR 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Teacher Training Education Faculty Sebelas Maret University of Surakarta, July 2010. The purpose of this study are to: improve students’ motivation by using model of NHT cooperative learning in the grade students’ of IV SDN 02 Doplang, through the use of NHT type cooperative model. The form of the research is action research consists of planning (planning), action (action), observing (observation), and reflection (reflection). Data collection techniques to improve motivation to learn social studies using a model cooperative type NHT used questionnaires and observation techniques. The data analysis technique used is an interactive model of Miles & Huberman analysis consisted of data reduction, data, and data verification token or draw conclusions. Based on the results of this study concluded that: the using of cooperative learning model NHT type can increase the motivation of students of SDN 02 Doplang fourth grade. In the pre-action obtain by the average students’ motivation 60,88, cycle first for 72,80, cycle II for 84,20 it means an increased students’ motivation average 'for 23,32%. Thus it can be proposed recommendation that the using of cooperative learning model NHT Study type in the four social classes of learning can improve learning motivation and learning achievement in the SDN 2002 social studies Doplang Karangpandan.
v
MOTTO
Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil,kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua terhormat 2. Suami tercinta 3. Putriku tersayang 4. Teman-teman kelas C
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Pujian hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Karena atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, setapak selangkah dan akhirnya Skripsi
ini
dapat
terselesaikan,
untuk
memenuhi
sebagian
persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan, dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). 3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). 5. Dra. Jenny Is Poerwanti, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah tulus ikhlas dan sabar meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini. 6. Dra. Siti Istiyati, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah tulus ikhlas dan sabar meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Program S1 PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi peneliti. 8. Kepala Sekolah SD Negeri 02 Doplang yang telah memberikan ijin penelitian.
viii
9. Bapak dan Ibu Guru SD Negeri 02 Doplang yang selalu memberikan motivasi kepada saya. 10. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, doa, dan dorongan baik moril maupun materiil serta nasihat-nasihatnya yang selalu menjadi inspirasiku. 11. Suami dan anakku tercinta terima kasih atas doa dan dukungan kalian. 12. Teman-teman Kelas C S1 Kualifikasi ’08 cowok Endra Wisnu, Joko Karyadi, Doni Prasetyo, Tomi, Farid, dan Wendy Warsono tetap semangat menghadapi apapun. 13. Teman-teman Kelas C S1 Kualifikasi ’08 cewek Bu Diyah, Yunita, Rinna, Ifah, Unin, Aprilia, Ima, Irma, Febi, Dian, Sisviana, Siti, Puji, dan masih banyak lagi yang ak bisa kusebut satu persatu makasih untuk persahabatannya selama ini. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang secara langsung berperan dalam penyusunan Skripsi ini.
Semoga bantuan yang diberikan pada peneliti mendapat balasan yang setimpal dari serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Peneliti sadar bahwa Skripsi ini kurang sempurna, namun harapan peneliti semoga Skripsi ini memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ HALAMAN ABSTRACT.............................................................................. HALAMAN MOTTO .................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB
BAB
BAB
i iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv xv
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... B. Identifikasi masalah Masalah ............................................... C. Pembatasan masalah ............................................................ D. Perumusan masalah .............................................................. E. Tujuan Penelitian .................................................................. F. Manfaat Penelitian ................................................................
1 5 5 5 6 6
II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................... 1. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar IPS.......................... 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT...... B. Penelitian yang Relevan ....................................................... C. Kerangka Pemikiran ............................................................ D. Hipotesis Penelitian .............................................................
8 8 27 39 40 42
III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. B. Subjek Penelitian ................................................................ C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................. D. Sumber Data ........................................................................ E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... F. Validitas Data ...................................................................... G. Analisis Data ........................................................................ H. Indikator Kinerja ................................................................... I. Prosedur Penelitian ................................................................
43 43 43 45 45 47 48 50 50
x
BAB
IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Awal............................................................. B. Deskripsi Data Tindakan ...................................................... C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................
57 62 83
V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ............................................................................... B. Implikasi ............................................................................... C. Saran .....................................................................................
88 88 89
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... LAMPIRAN....................................................................................................
91 95
BAB
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman
Frekuensi Motivasi Belajar Pra Tindakan................................................. Frekuensi Hasil Belajar IPS Sebelum Tindakan ...................................... Nilai Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I ........................................... Hasil Nilai Belajar Siklus I ....................................................................... Perbandingan Nilai angket Motivasi dan Ahsil Belajar Siklus I .............. Frekuensi Motivasi Belajar Siklus II ........................................................ Hasil Nilai Belajar Siswa Siklus II ........................................................... Perbandingan Nilai Motivasi dan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II..... Data Rata-Rata Nilai Angket Motivasi dan Nilai IPS Siswa....................
xii
59 61 71 72 73 81 82 82 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Gambar Kerangka Berpikir ..................................................... 41 Gambar Langkah Pelaksanaan Siklus ..................................................... 44 Gambar Bagan Siklus Analisis Interaksi .................................................. 49 Gambar Grafik Frekuensi Motivasi Belajar Pra Tindakan ....................... 60 Gambar Grafik Frekuensi Hasil Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan ......... 62 Gambar Grafik Frekuensi Motivasi Belajar Siklus I ................................ 72 Gambar Grafik Frekuensi Hasil Belajar Siklus I ...................................... 73 Grafik Perbandingan Nilai Angket dan hasil Belajar Pra tindakan Dan siklus I............................................................................................................... 74 9. Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siklus II........................................ 81 10. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPS Siklus II....................................... 82 11. Grafik Rata-Rata Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPS ... 86
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Halaman
Tes Hasil Evaluasi Sebelum Tindakan ................. 95 Nilai Hasil Tes IPS sebelum Tindakan ................. 96 Lembar Observasi ................. 97 Rencana Pelaksanaan pembelajaran Siklus I ................. 98 Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus II ................. 108 Pedoman Observasi ................. 114 Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran ................. 115 Kisi-Kisi Observasi Siswa dalam Pembelajaran ................. 117 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I ...................................................................................................... 118 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ................................................................................. 120 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ................................................................................ 121 Rekapitulasi Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ................. 122 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus I.............. 123 Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan I...... 125 Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan II..... 126 Rekapitulasi Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ................. 127 Rekapiotulasi Observasi Siswa dalam Pembelajaran ................. 128 Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar ................. 129 Angket Motivasi Belajar IPS ..................................................................... 131 Hasil Angket Motivasi Pra Tindakan......................................................... 135 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I.................................................... 136 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus II................................................... 137 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi ......................................................... 138 Hasil angket Motivasi Per Aspek Pra tindakan......................................... 139 Hasil Angket Motivasi Per Aspek Siklus I................................................ 140 Hasil Angket Motivasi Per Aspek siklus II................................................. 141 Nilai Hasil Tes IPS Siklus I......................................................................... 142 Nilai Hasil Tes IPS Siklus II........................................................................ 143 Rekapitulasi Hasil Belajar IPS ................................................................... 144 Foto Penelitian............................................................................................. 145 Surat Ijin Penelitian...................................................................................... 151
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan beberapa prinsip penyelenggaraan pendidikan, dimana salah satu prinsipnya adalah ”pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”. Sebagai implikasi dari prinsip ini adalah terjadinya pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal tersebut kemudian diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 yang berbunyi “Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Tuntutan proses pembelajaran semacam ini disebut sebagai standar proses. Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Untuk itu siswa khususnya di Sekolah Dasar, diharapkan keaktifan dan kekreatifan dalam setiap proses belajar mengajar, serta termotivasi untuk aktif dalam menjawab pertanyaan, bertanya, serta termotivasi mengerjakan tugas, khususnya untuk mengacu penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
1
Namun kenyataannya pada saat pembelajaran IPS, khususnya pada siswa kelas IV SD N 02 Doplang, peran peserta didik tampak belum secara optimal diperlakukan sebagai subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. Posisi peserta didik masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan siswa dalam keadan pasif, aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru dalam menyampaikan informasi yang secara garis besar bahanbahannya telah tertulis dalam buku paket. Sebagian besar siswa enggan bertanya tentang
permasalahan
yang
sedang dibahas.
Siswa
juga
kurang
bisa
mengembangkan pemikiran, 60% siswa tidak bisa menjawab ketika guru memberikan suatu contoh permasalahan. Masalah lainnya banyak siswa yang berbicara sendiri serta adanya beberapa anak yang kurang berkonsentrasi dengan materi yang diajarkan, beberapa siswa dalam mengikuti pelajaran belum sepenuhnya mampu mencerna pembelajaran dengan baik karena dalam menyampaikan materi pembelajaran guru masih cenderung pembelajaran teacher centered. Pengajarannya kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, siswa kurang berani mengemukakan gagasan ketika kegiatan belajar, siswa masih meributkan tugas rumah yang belum dikerjakan perhatian siswa kurang, ada pula siswa yang mengantuk dan berbicara sendiri sehingga menyebabkan guru memberikan sanksi kepada siswa ketika pelajaran IPS. Kurangnya perhatian siswa dalam pembelajaran IPS dan pembelajaran yang bersifat teacher centered mendorong siswa belajar dengan hafalan dan tidak secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep-konsep sehingga siswa menjadi pasif. Pengembangan program dilihat dari muatan ranah dan keseimbangannya, mata pelajaran IPS lebih banyak memuat aspek kognitif pada tingkat rendah dan terpusat pada hafalan, sedangkan ranah afektif diakui mengalami kesulitan, baik dalam program maupun dalam melaksanakannya. Akibatnya pelajaran IPS lebih memberikan kesan kepada peserta didik sebagai pelajaran hafalan. Dalam pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang menarik, guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional saja sehingga tidak ada daya tarik bagi siswa untuk berkonsentrasi pada pelajaran.
2
Kebiasan guru bertindak sebagai pemberi informasi mengembangkan budaya belajar yang menerima dengan pengembangan berpikir pada tingkat hafalan. Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang memusatkan perhatiannya pada bahan yang disajikan guru. Materi yang disampaikan oleh guru tidak menarik, selain itu guru kurang komunikatif ketika dalam mengajar untuk meningkatkan keaktifan siswa, serta lingkungan belajar kurang kondusif dan kurang tertata rapi, tidak adanya reward dari guru yang mengajar, hal ini mengakibatkan respon siswa masih rendah tidak aktif, kreatif, dan berpikir kritis, dengan kata lain motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS rendah. Kita ketahui bahwa dalam belajar motivasi sangat penting. Tanpa motivasi seseorang tidak dapat belajar. Karena hal itu dapat memberi semangat atau dorongan dan dapat memberi arah dalam belajar. Karena motivasi itu pada dasarnya merupakan keinginan yang ingin dipenuhi ( dipuaskan ), maka ia muncul/timbul bila dan ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan atau needs maupun interest terhadap sesuatu. Makin tinggi motivasi seseorang untuk meraih apa yang dicita-citakan makin giat orang itu dalam usahanya untuk mencapai citacita itu. (Muhammad Ali 1984). Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah adalah motivasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi berkorelasi dengan hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah . Jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan bahwa prestasi belajar siswa juga akan meningkat, dan begitu pula sebaliknya apabila motivasi belajar siswa tidak ditingkatkan maka prestasi belajar siswa juga mengalami penurunan. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3
Berdasarkan pemikiran di atas, yaitu untuk mengatasi masalah motivasi belajar siswa yang rendah peneliti berusaha mencari solusi yang tepat. Akhirnya ditemukan
alternatif
pemecahannya
yaitu
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajar, sebagai model pembelajaran untuk memotivasi siswa dalam belajar aktif, kreatif, dan berpikir kritis dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together atau NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT ini melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut Spenser Kagen, 1993 (www.exspresiriau.com/teoka/artikeltulisan-pendidikan/prosespembelajaranipssd). Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu (1) Hasil belajar akademik struktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik (2) Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latarbelakang (3) Pengembangan
keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dalam buku bertajuk Effective Teaching, Daniel Muijs dan David Reynolds menyatakan bahwa diskusi dapat membantu untuk mencapai 3 tujuan pembelajaran, yaitu (1) Meningkatkan keikutsertaan dan kegiatan siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyuarakan pendapatnya (2) Membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka (3) Membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi dan berpikir aktifkreatif.(www.Spiritente.Blogspot.com/2008/06/Quo-vadis-pendidikanips-diindonesia.html). Oleh karena itu model pembelajaran NHT dapat diterapkan dalam pelajaran sehari-hari pada pokok bahasan manapun terutama pada siswa SD yang
4
merupakan pemula dalam pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini dipilih pembelajaran IPS karena masih rendahnya motivasi belajar. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
B. Identifiksi Masalah Dengan adanya masalah-masalah tersebut di atas, peneliti mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah diantaranya : 1. Rendahnya motivasi belajar siswa. 2. Peserta didik belum secara optimal diperlakukan sebagai subyek didik. yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. 3. Aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru. 4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPS. 5. Materi pelajaran kurang menarik. 6. Model pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi. menggunakan model pembelajaran konvensional. 7. Lingkungan belajar yang kurang mendukung.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas peneliti membatasi masalah pada : 1. Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. 2. Pembelajaran koopertaif tipe Numbered Head Together.
D. Perumusan Masalah Yang menjadi permasalahan sehingga diadakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah: Apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan?
5
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar melalui penggunaan model pembelajaran koopertaif tipe NHT pada pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Doplang Tahun Pelajaran 2009/2010. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang terkait, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya kajian mengenai betapa pentingnya peranan siswa khususnya pada mata pelajaran IPS. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti 1) Mendapatkan pengalaman langsung menerapkan model
pembelajaran
kooperatif NHT. 2) Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan . b. Bagi siswa 1) Dapat mengembangkan keberanian dalam mengemukakan pendapat atau gagasannya dalam belajar IPS sehingga mampu berpikir kritis. 2) Lebih tertarik dan belajar aktif sehingga meningkatnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. 3) Lebih mudah dan jelas dalam memahami dan menerima pelajaran sehingga meningkatnya hasil belajar IPS siswa. c. Bagi Guru 1) Dapat menjadi acuan dalam penerapan metode pembelajaran IPS yang dapat memotivasi belajar siswa. 2) Meningkatnya Profesionalisme guru dalam mengajar.
6
d. Bagi sekolah Meningkatnya kualitas pendidikan dan sistem pembelajaran di sekolah khususnya di SD N 02 Doplang Karangpandan.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Dalam pelaksanaan suatu penelitian tentu kita mengkaji pendapat-pendapat para ahli mengenai masalah yang kita teliti. Dengan pendapat-pendapat tersebut kita mempunyai pedoman untuk menentukan langkah selanjutnya. Berikut ini peneliti mengkaji pendapat para ahli :
1. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar IPS a. Pengertian Motivasi Di dalam permasalahan belajar, motivasi sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal ini guru perlu menyelidiki penyebabnya. Penyebab tersebut biasanya bermacam-macam, mungkin karena sakit, lapar, mengantuk, atau sedang ada masalah. Hal ini berarti dalam diri siswa tidak terdorong untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Hal ini merupakan prinsip dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Berkaitan dengan hal ini Sardiman (2001 : 73) mengemukakan: Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Untuk memperjelas pengertian motivasi, berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri motivasi menurut Sardiman (2001:83) : 1). Tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang sama, tidak pernah berhenti sebelum selesai ).
8
2). Ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa ). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berpartisipasi sebaik mungkin ( tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3). Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, amoral dan sebagainya). 4). Lebih senang belajar mandiri. 5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6). Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin sesuatu). 7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8). Senang mencari dan memecahkan masalah. Seseorang yang telah memiliki ciri-ciri seperti di atas menunujukkan bahwa orang tersebut mempunyai motivasi yang kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan adanya ketekunan dan keuletan dalam mengerjakan tugas dan selalu mengerjakan tugas secara mandiri, maka kegiatan belajar mengajar akan berhasil dengan baik. Apalagi didukung adanya kemampuan mempertahankan pendapat yang sudah diyakini kebenarannya. Menurut Cole, Peter George (1994: 348) Motivasion is concerened with personal energy directed towards the achievment of particular goals. Menurut Hamzah B. Uno (2006: 1) Motivasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Oemar Hamalik (2008: 158) mengungkapkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses timbulnya gerak dalam diri seseorang untuk melakukan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.
9
Dari pendapat di atas dapat kita lihat bahwa ada tiga unsur esensial di dalam motivasi, yakni :(1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal,( 2) tujuan yang ingin dicapai,( 3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/ aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sedangkan John Keller dalam Suciati, Prasetya Irawan (1993: 39), berpendapat salah satu penerapan dan pengembangan sistem motivasi adalah model ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfiation). 1. Attention (perhatian) artinya siswa yang mau belajar harus memiliki atensi atau perhatian pada materi yang akan dipelajari. Perhatian siswa dapat bangkit antara lain karena dorongan ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu siswa perlu dirangsang. Rasa ingin tahu pada diri siswa dapat dirangsang melalui cara-cara baru dan unik. Seperti metode diskusi, bermain peran, simulasi, demontrasi, dan sebagainya. Bisa juga dengan media film, tape, video, tranparansi, dan lainya. 2. Relevance (kegunaan) artinya motivasi belajar akan tumbuh bila siswa merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memunyai manfaat langsung secara pribadi.Strategi untuk menunjukkan relevansi di antaranya; memberikan contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu; menyampaikan kepada siswa apa yang dapat
mereka
peroleh
dan
lakukan
setelah
mempelajari
materi
pembelajaran; menjelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan; atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebutdapat di aplikasikan dalam kehidupan 3. Confidence (kepercayaan diri) artinya belajar secara aktif, perlu dihilangkan kekhawatiran dan rasa ketidakmampuan dalam diri siswa. Siswa perlu percaya bahwa ia mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari
10
sesuatu. Strateginya antara lain; menyusun pembelajaran kebagian-bagian yang lebih kecil sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus. 4. Satisfaction (kepuasan) artinya bahwa motivasi belajar baru mampu menghasilkan rasa puas guna mendorong tumbuhnya keinginan untuk tetap belajar. Dengan demikian, siswa akan termotivasi mencapai tujuan yang serupa. Demi meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat memberikan reinforcement (penguatan) berupa pujian, pemberian, kesempatan, atau bahkan pemberian hadiah. Strateginya bisa dengan menggunakan pujian secara verbal, memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan atau mempraktekkan pengetahuan yang baru dipelajarinya, meminta siswa yang sudah menguasai materi untuk membantu temannya yang belum menguasai. Dengan ini berarti dalam proses pembelajaran, guru perlu memasukkan aspek motivasional, sebab tidak adanya motivasi akan mengakibatkan buruknya hasil belajar. Dengan menerapkan beberapa teori tersebut diharapkan peneliti mampu menyusun rencana pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan serta menjaga motivasi belajar para siswa. Pada akhirnya dapat mencapai hasil yang optimal, efektif sesuai dengan apa yang telah di tetapkan
b. Fungsi Motivasi Motivasi sangat diperlukan di dalam melakukan kegiatan sehari-hari demikian juga halnya dalam belajar, karena hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi dalam belajar menurut Agus Suprijono (2009: 163) : (1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar, (2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan
sesuai
dengan
rumusan
tujuan
pembelajaran,
(3)
Menyelesaikan kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan
11
menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi bagi seseorang. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula.
c.
Macam-Macam Motivasi Pendapat mengenai klasifikasi motivasi ada bermacam-macam. Menurut Sardiman (2001:86-91) motivasi belajar itu digolongkan menjadi dua macam atas dasar asal rangsangannya. 1) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik berfungsi karena adanya rangsangan dari luar, seperti misalnya orang yang belajar giat karena ingin mendapat hadiah dari orang tua. Sardiman (2001:88) mengemukakan, “Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar”. 2) Motivasi Instrinsik Motivasi instrinsik dapat berfungsi, walaupun tidak ada rangsangan dari luar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Sardiman (2001:87) “Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang melakukan sesuatu”. Sebagai contoh siswa yang belajar karena ingin mendapat pengetahuan dan keterampilan, bukan karena pujian atau ganjaran. Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan.
12
d. Pengertian Belajar Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakan yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang guru mengartikan sebagai kegiatan menghafal fakta, akan lain cara mengerjakan dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip. (Slameto, 2003: 1-2). Memang kalau kita bertanya kepada seseorang apakah belajar itu, akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafal lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, dan sebagainya. Dengan kenyataan di atas terdapatlah banyak definisi belajar. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi menurut para ahli. W.S Winkel (1996: 53) Berpendapat belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap. Nana Sudjana (2000: 28) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Tidak jauh berbeda dengan pendapat ahli sebelumnya, menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan individu yang dimulai sejak dini untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar serta adanya perubahan tingkah laku yang permanen. Gagne dalam Agus Suprijono ( 2009: 2) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan diposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil
13
belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. (Dimyati & Mudjiono, 2009 : 10 ) Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan dimana belajar merupakan tindakan dan perilaku seseorang yang kompleks, sedangkan proses belajar terjadi berkat sesorang memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, dengan begitu apabila seseorang belajar maka, akan terjadi perubahan mental pada diri seseorang. Sedangkan Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009: 2) mengartikan belajar : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. ( Dengan kata lain belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu ) Menurut Sardiman (2009: 20) menyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atas penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Oemar Hamalik (2008: 27) berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu hasil atau tujuan belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penugasan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Berdasarkan pengertian tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai penambahan pengetahuan, namun bisa juga bahwa belajar sama dengan menghafal karena orang belajar akan menghafal. Pengertian belajar ini masih sangat sempit, karena belajar bukan hanya membaca dan menghafal tapi juga penalaran. Berikut ini beberapa teori belajar yang dikemukakan para ahli diantaranya yaitu : 1) Teori Belajar Konstruktivisme Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bisa menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu
14
memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah: a) Memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan siswa; b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri; c) Menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri. (Anni, Chatarina Tri, 2004:49-50) Dalam hal ini guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya. 2) Teori Piaget Teori ini berpendapat bahwa anak membangun sendiri skematanya dari pengalamannya
sendiri
dan
lingkungan.
Dalam
pandangan
Piaget
pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar tergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut: a) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. b) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. c) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam kemajuan perkembangan. (http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf) Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia malakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
e. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar Hasil belajar atau prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh suatu faktor saja, namun ada banyak faktor yang saling terkait yang mengakibatkan
15
siswa memperoleh prestasi tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Muhibbin Syah (2004:132) dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1) faktor internal, yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi 2 aspek yaitu aspek fisiologi dan aspek psikologis. Aspek psikologi antara lain: intelegensi, sikap, bakat, minat, aspirasi, persepsi, dan motivasi. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan sosial dan lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran materi-materi pelajaran. Dari beberapa faktor di atas, dalam penelitian ini diambil 2 bagian dari faktor yaitu motivasi belajar dan metode pembelajaran.
f. Ciri-Ciri Belajar Seseorang yang melakukan kegiatan belajar pasti dalam diri orang tersebut akan mengalami suatu perubahan serta memiliki ciri-ciri tertentu sedangkan Dimyanti & Mudjiono (2009:7) mendefinisikan beberapa ciri belajar yaitu : (1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan adanya perubahan tingkah laku, ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan mengetahui ada tidaknya hasil belajar, (2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu relatif lama, (3) Perubahan itu teerjadi karena usaha. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar pada seseorang itu ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang permanen dan relatif lama.
g. Tujuan Belajar Tujuan belajar merupakan aspek yang ingin dicapai dalam belajar. Menurut Sardiman A.M. (2009: 25) ada tiga jenis tujuan belajar, yaitu: (1) Untuk mendapatkan pengetahuan, (2) Penanaman konsep dan keterampilan, (3)
16
Pembentukan sikap. Tujuan belajar sebaiknya meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut harus berkembang atau berubah selama proses belajar berlangsung. Pencapaian tujuan belajar ini adalah menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sebagai hasil latihan dan pengalamanya dalam berinteraksi dengan lingkunganya.
h. Pengertian Motivasi Belajar Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat. Pengertian motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden:1994). Winkel (1996: 150) Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
17
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Nanang Hanifah & Cucu Suhana (2009 : 27) Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation) daya pendorong atau alat pembanguna kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hamzah B. Uno (2008: 23) Motivasi belajar adalah “Dorongan internal dan eksternal pada siswa–siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Adapun indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2008:23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) Adanya harapan dan citacita masa depan, (4) Adanya penghargaan dalam belajar, (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,(6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (1) Menyadarkan kedudukan awal belajar, proses, dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan uasaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, karena dapat membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar
sampai
berhasil,
membangkitkan,
bila
siswa
tak
bersemangat,
meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam, memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar, selain itu dapat mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas, eningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran.
18
i. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Pengaruh alam sekitar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai arti yang penting. Sekalipun cara bekerjanya tidak dengan kehendak, kesadaran dan tidak teratur. Tidak hanya lingkungan saja yang mempengaruhi motivasi belajar siswa akan tetapi ada beberapa unsur yang mempengaruhi diantaranya adalah : 1) cita-cita atau aspirasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. 2) kemampuan siswa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. 3) Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. 4) Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan
tempat
tinggal,
pergaulan
sebaya,
dan
kehidupan
kemasyarakatan. 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Apabila seseorang ada yang mengalami satu penurunan unsur dari beberapa unsur-unsur di atas maka motivasi belajar seseorang tersebut juga akan mengalami penurunan.
j. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Motivasi mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi pada siswanya untuk belajar, adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu dengan cara : (1) Optimalisasi penerapan belajar, (2) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran, (3) Optimalisasi pemanfatan pengalaman dan kemampuan siswa, (4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar. Menurut Sardiman (2009:92-95) Ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi
19
dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: (1) memberi angka, (2) hadiah, (3) saingan/kompetisi, (4) ego-ivolvement, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, dan (11) tujuan yang diakui. Dengan adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar maka siswa akan lebih mudah mencapai keberhasilan dalam belajar. Berdasar uraian di atas dapat di simpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak spikis di dalam diri siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku , pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan yang di harapkan .
k. Pengertian IPS Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (1996 : 226) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan gejala-gejala masyarakat, keruangan dan partisipasi
masyarakat
dalam
budayanya,
sedangkan
fungsi
teoritisnya
memudahkan kemampuan pemahaman. Sedangkan Mulyono Abdurrahman (1996: 227) menyebutkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah
yang
dihadapi
manusia,
suatu
cara
menggunakan
informasi,
menggunakan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia, menggunakan pengetahuan tentang hubungan manusia dengan sesamanya, hasil karya cipta manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia dan bagaimana memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam hubungannya dengan interaksi manusia dalam kelompok dan lingkungan kehidupannya. Menurut Nasution dalam Dakir, Sri Haryati, dkk (2002:6) IPS adalah Suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisiknya maupun dalam lingkungan sosial yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi.
20
Pada dasarnya Mulyono (1996:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmuilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Dari pendapat di atas dapat ditarik pengertian IPS adalah bidang ilmu studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Ilmu Pengetahuan sosial merupakan kajian (pembelajaran) yang pokokpokoknya berkaitan langsung dengan organisasi dan perkembangan masyarakat, dan manusia sebagai anggota masyarakat. Tom V. Savage dan David G. Armstrong (1996) menambahkan bahwa: “social studies not a single discipline but a group related fields including political science, economics, sociology, anthropology, psychology, geography, and history”. Pengetahuan Sosial bukan disiplin (ilmu) tunggal, melainkan sebuah kelompok bidang-bidang studi yang berkaitan, meliputi ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, dan sejarah. Dengan demikian Pengetahuan Sosial merupakan kajian terhadap fenomena sosial dengan pendekatan inter-disipliner (inter-diciplinary approach). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa IPS adalah bidang studi
yang
mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai masalah sosial di masyarakat dari berbagi aspek kehidupan atau satu perpaduan.
l. IPS di Sekolah Dasar (SD) Dalam GBPP SD ( 1994 ) dijelaskan IPS adalah “ Mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah” IPS adalah salah satu mata pelajaran di SD yang terdiri atas dua bahan kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata Negara. Bahkan kajian sejarah
21
meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini (kurikulum SD, 1994:85)
m. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pembelajaran
IPS
adalah
proses
belajar
siswa
yang
berfungsi
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari ( Pendidikan IPS SD, 2002:19) Hamid
Hasan,
dalam
Etin
Solihatin
(2007:14)
mengatakan
pembelajaran IPS merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu. Martorella (1987:14) mengemukakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran IPS diharapkan
memperoleh
pemahaman
terhadap
sejumlah
konsep
dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Jadi dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya. Menurut kurikulum (KTSP), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD diberikan secara mata pelajaran sejak kelas IV-VI, sedangkan kelas I-III diberikan secara tematik pada pelajaran lain, karena di dalam penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas IV, maka penulis menggunakan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
n. Fungsi Pengajaran IPS Mata pelajaran IPS selain mempunyai tujuan yang ingin dicapai juga memiliki fungsi bagi siswa. Skeel (1995: 11) berpendapat bahwa fungsi Pengajaran IPS mencakup beberapa hal diantaranya: 1) Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya. 2) Menolong mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan keanekaragaman budayanya. Memperkenalkan proses sosialisasi.
22
3) Memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datang. 4) Mengembangkan ketrampilan menganalisis dan memecahkan masalah dan membimbing penumbuhan dan pengembangan berpartisipasi dalam aktifitas di masyarakat. Pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.
o. Tujuan Mata Pelajaran IPS Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:17) Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupa masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masayarakat yang majemuk,di tingkat lokal, nasional, dan global. Menurut Fenton dalam Dakir, Sri hayati, dkk (2002:9) mengemukakan ada 3 tujuan IPS yaitu : (1) Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, (2) Mengajar anak didik berkemampuan berpikir, (3) Agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya. Clark dalam Dakir, Sri Haryati, dkk (2002:9) mengemukakan bahwa titik berat dalam pengajaran IPS adalah: (1) Perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, serta manusia dengan kegiatan interaksi antar mereka (2) Anak didik diinginkan agar dapat menjadi anggota yang produktif dan dapat memberikan andilnya dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa
23
tanggung jawab, tolong menolong sesamanya dan dapat mengembangkan nilainilai dan ide-ide dari lingkunganya. Sedangkan menurut Bruce Joyce, (www.hajrie27.wordprees.com/ilmupengetahuansosial-di-sd) IPS memiliki tiga tujuan, yaitu : (1) Pendidikan Kemanusian
(Humanistic
education),
(2)
Pendidikan
Kewarganegaraan
itizenship education ), (3) Pendidikan Intelektual ( Intelectual education ),.
p. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Tujuan pendidikan IPS di tingkat SD menurut Sapriya (2009:194-195) ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang berguna untuk kehidupan sehari-harinya. Diantaranya yaitu: 1) Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki menjadi lebih bermakna, 2) Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab, 3) Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di SD dari kelas satu sampai kelas enam dirumuskan dalam sejumlah kompetensi yang harus dikuasai. Tujuan tersebut dijabarkan dalam Standar Kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/ MI. Ketrampilan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan IPS mencakup hal-hal sebagai berikut : (1) Keterampilan mendapatkan dan mengolah data, (2) Keterampilan menyampaikan gagasan, argumen,dan cerita, (3) Keterampilan menyususn pengetahuan baru, (4) Keterampilan berpartisipasi di dalam kelompok.
q. Ruang lingkup Mata Pelajaran IPS Pembelajaran IPS di SD dirasakan penting sebagaimana asumsi para ahli di bidang Pendidikan IPS yang memang kajian IPS yang dibagi ke dalam sub-sub materi yang terorganisir secara runtut dan kontinue. Materi pembelajaran IPS
24
disusun secara komporhensif, runtut, dan terpadu sehingga dalam implementasi kurikulum
IPS
ini
memungkinkan
adanya
multimetode
dalam
proses
pembelajaran. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Manusia, tempat, dan lingkungan, (2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) Sistem sosial dan budaya, (4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Bila dicermati lebih lanjut pentingnya mempelajari IPS akan dirasakan manakala dilihat dari ruang lingkup (minimal) dari materi sebagaimana dituliskan di atas.
r. Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran IPS. Karakteristik mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut : 1) Mata pelajaran IPS khususnya mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan jepang terkait dengan masa lampau berisi peristiwa. Sementara materi pokok pembelajaran IPS adalah produk masa kini berdasarkan sumber sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPS harus lebih cermat, kritis, berdasarkan sumber – sumber dan tidak memihak menurut kehendak sendiri dan kehendak pihak – pihak tertentu. 2) Dalam sejarah ada tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu. Dengan demikian dalam mengembangkan pembelajaran sejarah harus selalu diingat siapa pelaku, dimana, dan kapan peristiwa itu terjadi. 3) Perspektif waktu meliputi masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga dalam mendesain materi pokok pembelajaran IPS dapat dikaitkan persoalan masa kini dan masa depan. 4) Sejarah ada prinsip sebab akibat artinya peristiwa yang satu diakibatkan oleh peristiwa lainnya. 5) Pada
hakikatnya
mata
pelajaran
IPS
khususnya
materi
pokok
mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang adalah suatu peristiwa sejarah dan perkembangan
25
masyarakat
yang menyangkut berbagai aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, dan keyakinan. Oleh karena itu dalam memahami sejarah harus dengan multidimensional.
s. Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Kompetensi Dasar adalah merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS kelas IV yaitu : Semester I Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1. Memahami sejarah, kenampakan
1.1 Membaca peta lingkungan setempat
alam, dan keragaman suku bangsa
(kabupaten/kota, provinsi) dengan
di lingkungan kabupaten/kota dan
menggunakan skala sederhana
provinsi.
1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkugan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman soisal dan budaya. 1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat(kabupaten/kota, provinsi) 1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat(kabupaten/kota, provinsi)
26
dan menjaga kelestariannya 1.6 Meneladani kepahlawanan dan pariotime tokoh-tokoh di lingkungannya Semester II Standar kompetensi
Kompetensi dasar
2. Mengenal sumber daya alam,
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
kegiatan ekonomi, dan kemajuan
berkaitan dengan sumber daya
teknologi di lingkungan
alam dan potensi lain di daerahnya
kabupaten/kota, provinsi
2.2 Mengenal peningnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permaslahan sosial di daerahnya
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia,
material,
fasilitas,
perlengkapan,
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan.(Oemar Hamalik, 1995: 57) Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran maka pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi murid, untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki, bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang dipergunakan maka akan menurunkan kualitas pembelajaran.
27
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran selain harus mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif, juga harus diseuaikan dengan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Menurut Suyitno, Amin (2004:2) Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa . Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan yang disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa, sehingga terjadi perubahan tingkah laku sedangkan tingkah laku itu sendiri dapat terjadi karena adanya interaksi baik antar siswa dengan siswa, guru dengan siswa, ataupun siswa dengan lingkungan sekitar. Pada suatu saat murid menerima rangsangan dari lingkungan yang luas, sementara pada suatu saat lain rangsangan itu terlalu kecil. Lingkunagan yang diharapkan tentu saja lingkungan yang seimbang dengan kondisi siswa agar tidak terlalu besar memberi rangsangan, akan tetapi tidak terlalu kering dari rangsangan. Lingkungan yang terlalu besar memberi rangsangan dapat mengakibatkan murid menjadi tergantung, sehingga kurang percaya diri sendiri.Sedangkan lingkungan yang terlalu kecil atau kering dari rangsangan menyebabkan anak kurang memiliki motivasi belajar.Pada gilirannya anak akan menyalurkan energi dan menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan di luar kegiatan pembelajaran.
b. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Menurut Joyce dalam Trianto (2007: 2) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
28
pembelajaran termasuk di dalamnya: buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan guru mendesain pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Tuti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra (1998: 78) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sitematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunkan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009:46), bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengolahan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prusedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Adapun Ciri-ciri model pembelajaran tersebut adalah : (1) rasional teoritik logis yang disusun oleh
29
para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.(Kardi dan Nur dalam Trianto, 2007: 5).
d. Macam-macam Model Pembelajaran 1) Model Pembelajaran Langsung Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pada pembelajaran ini gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. 2) Model Pembelajaran Terpadu Menurut Joni, T. R dalam Triono (2007: 6) pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Oemar Hamalik (2008: 133) mengartikan pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau proyek, yang dipelajari atau dipecahkan oleh siswa baik secara individual maupun secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegritasi. Adapun keuntungan penggunaan model pembelajaran terpadu dalam pembelajaran IPS khususnya di Sekolah Dasar menurut Tim Pengembang PGSD (1996) (http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/proses-pembelajaran-ipsdi-sd/) adalah : (a) Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembagan anak, (b) Kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak, (c) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anaka, sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama, (d) Menumbuh kembangkan keterampilanberfikir anak, (e) Menyajikan kegiatan bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan
30
anak, (f) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti, kerjasama, toleransi,komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain. Pendapat di atas mengidikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu selain sesuai karakteristik siswa Sekolah Dasar, juga sesuai dengan jati diri IPS dan peranan guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran Terpadu dipandang sebagai salah satu inovasi dalam pembelajaran IPS, akan tetapi guru tetap saja belum dapat melaksanakannya secara optimal. 3) Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (Student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam meberdayakan potensi siswa secara maksimal. Menurut Jhonson & Jhonson dalam Isjoni (2010:17) Cooperative Learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. a) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) (http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/)
terdapat
tiga
tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial. (1) Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
31
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu
siswa
memahami
konsep-konsep
sulit.
Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas
akademik
Ibrahim,
(Anonim,
2010
http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/) (2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai
satu
sama
lain.
Ibrahim,
(Anonim,
2010
http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/) (3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Ibrahim, (Anonim, 2010 http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/) Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. b) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Anita Lie (2004:84) menyatakan pembelajaran kooperatif mempunyai lima unsur dasar dan ciri. Lima unsur dasar itu meliputi : (1) Ketegantungan
32
positif (positive interdependence) (2) Interaksi tatap muka antar siswa (face to face interaction) (3) Pertanggung jawaban individu (indiviual accountability) (4) Keterampilan interaksi antar individu dan kelompok (interpersonal small group skills) (5) Proses kelompok )group processing) Agar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik maka diperlukan unsur-unsur di atas. c) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Kelebihan model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan model lain yaitu: (1) Meningkatkan kemampuan siswa. (2) Meningkatkan rasa percaya diri. (3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki. (4) Memperbaiki hubungan antar kelompok. (5) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif (kerjasama). Model pembelajaran kooperatif akan dapat memberikan nuansa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran koopertaif dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
e. Pengertian Numbered Head Together (NHT) Pembelajaran
kooperatif
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-
33
kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Numbered Heads Together is a Cooperaive learning strategy that holds each student accountable for learning the material. Students are placed in groups and each person is given a number (from one to the maximum number in each group). The teacher poses a question and students”put their heads together”to figure out the answer. The teacher calls a specific number to respon as spokesperson for the group. By having students work together in a group, this strategy ensures that each member knows the answer to problems or questions asked by the teacher. Because no one knows which number will be called, all team members must be prepared. (www. Teachervision.fen.com/group-work/cooperative-learning.html.) Pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
merupakan
salah
satu
tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Anita Lie (2002:59) teknik belajar mengajar bernomor (Numbered heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknink ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya terbatas. Pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar yang terstruktur. Termasuk didalam struktrur ini adalah lima unsur pokok yang saling ketergantungan positif, tangguang jawab, individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok. Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
34
NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok.
f. Ciri Khas dari NHT Ciri khas dari NHT ini adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsepkonsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti yang diungkapkan
oleh
Ibrahim,
dkk
(http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : (1) Hasil belajar akademik stuktural. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,(2) Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, (3) Pengembangan
keterampilan
social.
Bertujuan
untuk
mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
g. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html) antara lain adalah : (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) Memperbaiki kehadiran, (3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (5) Konflik antara pribadi berkurang, (6) Pemahaman yang
35
lebih mendalam, (7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (8) Hasil belajar lebih tinggi. Dengan didukung begitu banyak manfaat yang ditimbulkan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini maka peneliti yakin bahwa dengan
menggunakan
pembelajaran
kooperatif tipe NHT akan
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD N 02 Doplang khususnya dalam pelajaran IPS.
h. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together ( NHT ) Hill (1993) dalam Tryana, Antin (2008) menjelaskan bahwa model NHT memiliki kelebihan diantaranya : (1) Meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) Mampu memperdalam pamahaman siswa. Menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif
siswa,
(4)
Mengembangkan
sikap
kepemimpinan
siswa,
(5)
Mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, (6) Mengembangkan rasa saling memiliki, (7) Serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Sedangkan kelebihan yang lain yaitu : (1) Siswa lebih antusias dalam belajar, (2) Siswa lebih kreatif, (3) Melatih siswa untuk saling bekerjasama. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT diantaranya yaitu : (1) Perlu persiapan yang matang, (2) Pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama, (3) Pengolahan kelas susah dikondusifkan, (4) Membutuhkan biaya yang cukup besar.
i. Tahapan dalam Pembelajaran NHT Menurut
Nurhadi,
dkk
(2003:67)
ada
beberapa
tahapan
dalam
pembelajaran NHT antara lain yaitu : penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab . 1) Tahap Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5, sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
36
2) Tahap Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan. 3) Tahap Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama, menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban dari masingmasing pertanyaan. 4) Tahap Menjawab Langkah terakhir yaitu menjawab, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengangkat tangannya dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Dengan begitu model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran, selain mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada dalam pembelajaran NHT. Keterampilan yang dimaksud dalam pembelajaran NHT antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html dengan tiga langkah yaitu : (a) Pembentukan kelompok, (b) Diskusi masalah, (c) Tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim menjadi enam langkah sebagai berikut : 1) Langkah Pertama Persiapan
37
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2) Langkah Kedua Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. 3) Langkah Ketiga Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. 4) Langkah Keempat Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. 5) Langkah Kelima Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. 6) Langkah Keenam Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
38
Untuk langkah-langkah pembelajarannya dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan materi IPS dan perangkat pembelajaran yang akan disampaikan yaitu tentang teknologi produksi, komunikasi,dan transportasi. 2) Guru
memberikan
apersepsi
dengan
menggali
pengalaman
siswa.
Kemudian sebelum pembelajaran dimulai siswa menerapkan jam kehadiran dengan menjawab soal-soal pada sarapan pagi. 3) Guru
memperlihatkan
beberapa
perangkat
pembelajaran.(Kentongan,
gambar teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.) 4) Siswa membagi kelompok menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. 5) Guru memberi penjelasan kepada siswa cara kerja kelompok. 6) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya dan mengerjakan tugas yang telah diberikan guru. 7) Siswa menyelesaikan permasalahan atau mengerjakan tugas (tentang teknologi produksi, komunikasi dan transportasi) dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim 8) Guru memberi pertanyaan kepada siswa dan menunjuk nomor secara acak. 9) Siswa yang nomornya disebut, kemudian mengacungkan jari untuk kemudian kelompok yang telah ditunjuk guru menjawab pertanyaan untuk semua siswa. B. Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang hasil penelitian yang di lakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan yang sesuai dengan subtansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasih Wahyusari (2009) yang berjudul, Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar IPS siswa Kelas V SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan.
39
(www.google.co.id/search.number-head-together&html). Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan kooperatif model NHT dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar IPS siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2009) yang berjudul, Penerapan Pembelajaran kooperatif Model NHT (Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran sejarah Kelas VIII E SMP Negeri 18 Malang. (karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/817). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model NHT di kelas berdampak pada meningkatnya motivasi dan peningkatan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kondisi awal siswa kelas IV SD N 02 Doplang pasif dan kurang berminat dalam mengikuiti pembelajaran IPS. Hal ini karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Pembelajaran lebih banyak ceramah, menghafal tanpa memberi kesempatan siswa berlatih berfikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa sendiri dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran kurang bermakna yang mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah. Salah satu upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar pembelajaran IPS lebih bisa dinikmati dan diterima siswa dengan penuh semangat sehingga siswa lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together atau yang disingkat dengan NHT. Pembelajaran NHT adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT ini melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
40
mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. NHT hanya salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif, maka semua prinsip dasar pemeblajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Ini berarti dalam NHT ada saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Dengan adanya pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan menyenagkan serta pelibatan siswa secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama sebagaimana dituntut dalam pembelajaran NHT, maka siswa akan merasa termotivasi dalam belajar dan mempelajari IPS, dan pada akhirnya kemampuan siswa akan meningkat karena motivasi belajar siswa meningkat. Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh alur berfikir dalam penelitian ini pada gambar 1.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Dalam pembelajaran, guru menggunakan pembelajaran konvensional
Dalam pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT motivasi belajar IPS anak meningkat
Gambar 1. Kerangka pemikiran
41
Siswa: motivasi belajar IPS siswa rendah.
Siklus I: Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan Kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman melakukannya. Siklus II : Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknnologi produksi d, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman melakukannya.
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas didapatkan hipotesis sebagai berikut : “Dengan
menggunakan
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan”.
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SDN 02 Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar, dengan alasan : a. Peneliti mengajar di SD N 02 Doplang sehingga memudahkan dalam penelitian baik dari segi waktu maupun biaya. b. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT belum pernah diteliti di SD Negeri 02 Doplang
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 selama 5 bulan, yaitu dimulai pada bulan Januari 2010 dan berakhir sampai bulan Mei 2010.
B. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa–siswi kelas IV SD N 02 Doplang Kecamatan Karangpandan yang berjumlah 17 siswa dimana siswa laki-laki berjumlah 9 siswa dan perempuan berjumlah 8 siswa, yang biasanya pasif dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPS. Hal ini karena siswa kurang termotivasi untuk belajar aktif, kreatif.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan maka strategi penelitian yang digunakan berupa tindakan melalui siklus-siklus, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
43
Dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) sebagaimana gambar 2. Perencanaan
Refleksi Tindakan/Observasi
Perbaikan Rencana
Refleksi Tindakan / Observasi
Perbaikan Rencana
Refleksi
Tindakan/Observasi
Dan seterusnya
Gambar 2: Spiral Penelitian Tindakan Kelas Hopkins dalam Suharsimi Arikunto (2008:105)
44
D. Sumber Data Sumber data berasal dari informasi siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan dan guru kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan. Data atau informasi yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Data nilai evaluasi dan tugas kelompok diperoleh melalui tes evaluai dan lembar kerja kelompok. Proses yang diamati mencakup aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Data tingkat motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS diperoleh melalui angket yang diberikan kepada siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan.
E. Teknik Pengumpulan Data Di dalam melakukan penelitian ini yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data adalah pengamatan atau observasi, tes serta angket. Setiap teknik tersebut ada kekurangannya namun dapat ditunjang oleh teknik yang lain sehingga yang satu dengan yang lain saling melengkapi. 1. Observasi Suharsimi Arikunto (2005:30) mengungkapkan bahwa observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Dalam penelitian ini observasi yang akan digunakan adalah observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam perbaikan motivas belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan. Untuk mempermudah dalam observasi maka peneliti memakai skala. Nana Sudjana (2009:86) mengklasifikasikan skala observasi menjadi tiga yaitu skala
45
tinggi, sedang dan kurang. Aspek-aspek yang diamati dalam observasi diklasifikasikan dalam bentuk skala tinggi, sedang dan kurang. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupi siswa kelas IV SDN 02 dan guru kelas Doplang Karangpandan. Peneliti menggunakan lembar observasi pada waktu proses pembelajaran berlangsung yaitu dengan membubuhkan tanda chek list (√). Adapun langkah-langkah observasi meliputi : a. Perencanaan yaitu peneliti memeriksa urutan kegiatan observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai fokus, kriteria atau kerangka pikir disamping teknik observasi yang akan dilakukan. b. Pelaksanaaan observasi kelas yaitu mengamati proses pembelajaran, mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. c. Pembahasan balikan
2. Tes Teknik ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan dengan pemberian tugas kelompok dan tes evaluasi pada tiap pertemuan setiap siklus. Bentuk dari tes tersebut adalah soal esai. Dalam hal ini tes dilakukan untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar IPS. Selain itu tes juga berfungsi untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau perkembangan pelaksanaan tindakan. 3. Teknik Angket Teknik kuesioner dilakukan untuk mengukur motivasi belajar siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan terhadap pembelajaran IPS sebelum dan sesudah dilaksanakan pengajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penyusunan kuesioner dilakukan dengan berdasarkan pada kisi-kisi tentang motivasi belajar. Berdasarkan judul penelitian, kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator, setelah indikator ditetapkan, kemudian dijabarkan ke dalam item-item angket yang terdiri dari item positif dan negatif, jumlah item dari masing-masing variable sebanyak 25 butir pernyataan.
46
F. Validitas Data Untuk informasi yang dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau kurikulum. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis
rasional
atau
lewat
professional
judgement,
Taslan
dalam
(http://digilib.unes.ac.id.2005). Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Teknik yang digunakan dalam memeriksa validitas data, peneliti lakukan dengan triangulasi. Basrowi, Suwandi (2008:123) menggolongkan triangulasi menjadi 3 yaitu triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan triangulasi teori Adapun dari triangulasi yang ada peneliti hanya menggunakan teknik triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data digunakan dengan mengecek beberapa sumber data. Melalui metode ini untuk membandingkan data yang diperoleh melalui observasi, angket. Misalnya untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar siswa, untuk mengetahui rendahnya pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS dan faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal – hal sebagai berikut: (1) Mengajar siswa dengan model konvensional, kemudian menganalisis hasil belajar siswa untuk mengidentifikasi pemahaman konsep yang diterima siswa; (2) Melakukan observasi pada murid dan guru saat proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana kektifan dan keberhasilan murid dan guru dalam kegiatan belajar mengajar serta guru mengetahui sejauh mana tentang hambatan–hambatan siswa dalam mengikut proses pembelajaran IPS. serta dibandingkan dengan hasil angket yang dikerjakan pada akhir proses pembelajaran.
47
G. Analisis Data `
Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan
maka dalam analisis data penelitian ini menggunakan analisis model interaktif Milles dan Huberman. Milles dan Huberman (2000:20) mengemukakan Kegiatan pokok analisa model interaktif meliputi : reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan : penarikan/verifikasi. Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Reduksi Data Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Milles dan Huberman (2000 : 16) mengemukakan “Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehinggga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi” . 2. Penyajian Data Setelah data direduksi langkah selanjutnyan yaitu diadakan penyajian data. Penyajian
data
yang
berupa
informasi
tersusun
yang
memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan / Verifikasi Milles dan Huberman (2000 : 19) mengemukakan “Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya yaitu yang merupakan validitasnya”. Dari uraian di atas dapat digambarkan pada gambar 3.
48
Pengumpulan data (Data Collection) Penyajian data (Data Display) Reduksi data (Data Reduction) Kesimpulan-kesimpulan Penarikan / Verifikasi
Gambar 3. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles dan Huberman
Dari bagan tersebut di atas, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Melakukan analisis awal, apabila data yang didapat di kelas sudah cukup. 2. Membandingkan motivasi belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan sesudahnya. 3. Membandingkan nilai evaluasi dan nilai tugas siswa sebelum menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
dan
sesudahnya. 4. Melakukan pengayaan data apabila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap. 5. Merumuskan simpulan akhir bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa. 6. Menyimpulkan bagaimana peningkatan nilai evaluasi dan nilai tugas siswa. 7. Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.
49
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan/ tolak ukur dalam menetukan keberhasilan keefektifan penelitian. Penelitian ini akan diakhiri setelah 80% siswa telah mengalami peningkatan motivasi yang didasarkan pada nilai angket motivasi belajar siswa. Jika dihitung = 17 x 80% = 13,60 Sesuai perhitungan, berarti paling sedikit 14 siswa dari 17 siswa kelas IV harus mengalami peningkatan motivasi belajar jika jumlah tersebut telah tercapai berarti siklus dapat dihentikan dan penelitian dikatakan telah memenuhi standar yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh peneliti.
I. Prosedur Penelitian Karena data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sasaran atau obyek penelitian dibatasi agar data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin serta agar Penelitian ini tidak dimugkinkan adanya pelebaran obyek penelitian, oleh karena itu maka kredibilitas dari peneliti sendiri menentukan kualitas dari penelitian ini ( Bungin, 2001:26) Penelitian tindakan kelas ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 2 siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi.Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 2 kali tatap muka/pertemuan yang masing-masing 2x35 menit, sesuai skenario pembelajaran dan RPP pada siswa. Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini, sebagai berikut :
50
1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Merancang skenario pembelajaran IPS. Sebelum melakukan skenario pembelajaran IPS tahap sebelumnya adalah mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi, wawancara, dan angket. Kemudian merancang pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan langkah-langkah : 1) Menyusun skenario pembelajaran dengan materi Mengenal sumber daya alam,
kegiatan
ekonomi,
dan
kemajuan
teknologi
di
lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2) Membuat alat peraga berupa media gambar. 3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 4) Menyusun soal-soal ulangan harian dan tugas. 5) Mempersiapkan
instrument-instrumen
untuk
mengetahui
efektivitas
tindakan.
a. Tindakan Pelaksanaan atau tindakan siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan, yaitu: 1) Guru menyiapkan materi dan perangkat pembelajaran. 2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa. Kemudian sebelum pembelajaran dimulai siswa menerapkan jam kehadiran dengan menjawab soal-soal pada sarapan pagi. 3) Guru memperlihatkan beberapa perangkat pembelajaran. 4) Siswa membagi kelompok menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. 5) Guru memberi penjelasan kepada siswa cara kerja kelompok. 6) Siswa (tiap kelompok) mengerjakan LKS yang telah dibagikan guru. 7) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bervariasi.
51
8) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 9) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Dalam hal ini peneliti lebih menekankan pada keaktifan siswa hal ini diupayakan untuk meningkatkan motivasi belajar anak sehingga konsentrasi anak lebih terfokus dan siswa akan benar-benar memahami sendiri apa yang dipelajari, selain itu guru tidak segan-segan untuk menegur siswa yang dirasa kurang memperhatikan proses pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai, kemudian siswa diberikan angket motivasi untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar anak. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang optimal diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
c. Pengamatan (Observasi) Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolabortif bersama guru kelas yang mengajar IPS menggunakan blangko observasi yang berupa instrumen-instrumen yang telah direncanakan. Sumber data diperoleh dari : Guru pengajar, guru mitra (kolaborator), siswa dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang diamati kondisi proses pembelajaran. Di samping itu juga kejadian-kejadian dan fakta-fakta lainnya selama proses pembelajaran berlangsung. Cara pengumpulan data dan penggunaan instrumen. a.
Guru memantau dan mengamati proses belajar dari siswa yang satu ke siswa yang lain pada tiap-tiap kelompok.
b.
Guru membimbing dan memberikan motivasi kepada siswa berkesulitan belajar dalam menyelesaikan tugasnya.
c.
Selama proses belajar berlangsung, guru melakukan observasi terhadap keaktifan siswa sesuai lembar observasi yang telah dibuat.
d.
Mengamati pemahaman masing-masing anak terhadap penguasaan materi.
e.
Memberikan angket motivasi kepada siswa sesudah dilaksanakan pembelajaran.
52
Data-data kualitatif dalam learning logs siswa dan jurnal guru dijadikan penentu untuk mengadakan refleksi dan pengambilan keputusan.
d. Refleksi Guru mengumpulkan hasil tes atau evaluasi, hasil observasi, serta angket untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi. Berikut ini adalah refleksi dari siklus I: 1). Evaluasi : nilai rata-rata evaluasi pada siklus I ini belum mencapai indikator yang sesuai dengan yang diharapkan, rata-rata kelas pada siklus I adalah 69,58. 2). Observasi : a).Observasi pada siswa:secara umum pada pertemuan pertama dan
kedua
siswa
sangat
menikmati
pembelajaran
IPS
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa terlihat antusias saat melakukan kegiatan belajar kelompok dengan model NHT. Pada pertemuan pertama siswa belum dapat melakukan kegiatan kelompok dengan baik, sedangkan pertemuan kedua siswa sudah bisa melakukan kegiatan kelompok dengan baik. Namun secara umum siswa belum dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. b).Observasi pada guru : secara umum pada siklus I ini peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar IPS masih kurang. Guru kurang mengarahkan pada siswa bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik sehingga berdampak pada penggunaan waktu dalam proses pembelajaran yang kurang tepat. 3). Angket : pada siklus I ini diperoleh hasil rata-rata angket motivasi belajar siswa yaitu sebesar 73,29. Siswa yang masuk dalam kriteria motivasi tinggi dan kriteria motivasi sangat tinggi sebanyak 52,94% (9 siswa) dari17 peserta didik. Dalam pembelajaran IPS pada siklus I di atas memang untuk hasil angket telah mencapai nilai motivasi tinggi dengan rata-rata di atas 70% namun belum mencapai indikator yang diinginkan, untuk nilai evaluasi perlu ditingkatkan lagi agar lebih optimal. Oleh karena itu akan diadakan siklus II untuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa.
53
2. Siklus II Pada siklus II dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I. Akan tetapi pada siklus ini perencanaan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi yang sama yaitu memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang. Selain itu merencanakan hal-hal yang belum dicapai pada siklus I,dan melaksanakan kelemahan – kelemahan yang ada pada siklus I a. Perencanaan 1) Permasalahan diidentifikasikan berdasarkan refleksi siklus I. Kemudian memilih kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. 2) Memadukan hasil refleksi daur siklus I agar daur siklus II lebih efektif. 3) Merancang pembelajaran model NHT dengan menyiapkan Rencana Pembelajaran Pembelajaran (RPP) siklus II. 4) Menyiapkan angket motivasi 5) Guru menyiapkan “menu sarapan pagi”. Soal-soal berisi tentang teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta unsur-unsurnya. 6) Guru membuat soal-soal evaluasi siklus II. 7) Guru menyiapkan kembali lembar observasi untuk pengamatan pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Melaksanakan pembelajaran model NHT sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disempurnakan sebelumnya. Kemudian siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran diantaranya sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan materi yang akan disampaikan. 2) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3) Siswa menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan guru dengan kelompoknya masing-masing sesuai dengan kepala nomor. 4) Siswa bersama guru menuju kesalah satu rumah produksi yang ada di sekitar
54
sekolah untuk melakukan pengamatan langsung cara memproduksi barang. 5) Siswa bersama dengan guru melaksanakan pembelajaran di sekitar tempat produksi. 6) Guru memberi pertanyaan kepada siswa dan menunjuk nomor secara acak. 7) Siswa yang nomornya disebut, kemudian mengacungkan jari untuk kemudian kelompok yang telah ditunjuk guru menjawab pertanyaan untuk semua siswa. 8) Dalam penelitian ini motivasi dan konsentrasi siswa lebih meningkat karena siswa berinteraksi langsung dengan subyek, dalam hal ini produksi hasil alam berupa jagung, jamur, ketela, dll, yang sesuai dengan materi yang dipelajarai anak. Setelah pelaksanaan evaluasi selesai, kemudian siswa diberikan angket motivasi untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar anak. Pelaksanaan pembelajaran dengan kooperatif tipe NHT yang optimal diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
c. Pengamatan (Observasi) Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolabortif bersama guru IPS menggunakan blangko observasi yang berupa instrumeninstrumen yang telah direncanakan. Sumber data diperoleh dari : Guru pengajar, guru mitra (kolaborator), siswa dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang diamati kondisi proses pembelajaran. Di samping itu juga kejadian-kejadian dan fakta-fakta lainnya selama proses pembelajaran berlangsung. Cara pengumpulan data dan penggunaan instrument. a. Data tentang tingkat motivasi belajar dan kemampuan belajar siswa terutama diperoleh dari lembar observasi, angket siswa, jurnal guru (learning logs guru) b. Data tentang kondisi pembelajaran diperoleh dari lembar observasi ketika pembelajaran berlangsung, angket siswa. c. Data-data kualitatif dalam learning logs siswa dan jurnal guru dijadikan penentu untuk mengadakan refleksi dan pengambilan keputusan.
55
d. Membandingkan hasil pelaksanaan pada siklus II dengan pelaksanaan pada siklus I.
d. Refleksi Guru mengumpulkan hasil tes, hasil observasi, serta angket untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi. Berikut ini adalah refleksi dari siklus II: 1). Evaluasi : Bila dicermati nilai rata-rata evaluasi pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran mengalami penigkatan dibandingkan pada siklus I. Untuk nilai evaluasi pada siklus II ini telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan sekolah, dengan nilai rata-rata kelas di atas 70. 2). Observasi : a).Observasi pada siswa:secara umum pada pertemuan pertama dan kedua siswa sangat aktif belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa sangat antusias saat melakukan kunjungan ketempat produksi. Baik pada pertemuan pertama maupun kedua siswa bisa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik. Secara umum siswa telah menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. b).Observasi pada guru : pada siklus II ini peran guru dalam membangkitkan motivasi belajar IPS sudah baik, baik pada pertemuan pertama maupun kedua guru mampu memberikan informasi dengan tepat sehingga siswa lebih mudah memahami konsep pembelajaran. Dengan intensitas pemberian latihan soal yang tinggi diharapkan dapat mengasah kemampuan siswa. 3). Angket : pada siklus II ini diperoleh hasil rata-rata angket motivasi siswa yaitu sebesar 80,40. Siswa yang masuk dalam kriteria motivasi tinggi dan sangat tinggi sebanyak 82,35% (14 siswa) dari 17 peserta didik. Dari pembelajaran IPS pada siklus II di atas telah dicapai hasil yang optimal yaitu meningkatnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS dan meningkatnya hasil belajar siswa (nilai evaluasi).
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data awal Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Doplang kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar. SDN 02 Doplang berada di daerah pedesaan lebih tepatnya berada di tengah perkampungan Wanukembang di bagian timur Kabupaten Karanganyar. Jumlah kelas yang dimiliki tahun 2009/2010 adalah sebanyak 6 kelas. Personalia sekolah dari I Kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru olah raga, 1 penjaga sekolah, dan 3 guru wiyata bakti. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses belajar mengajar tersebut, seharusnya siswa-siswi di SDN 02 Doplang dapat tercapai prestasi belajar dengan baik pada seluruh mata pelajaran. Mata pelajaran IPS sering dianggap mata pelajaran yang tidak penting, hal ini disebabkan karena mata pelajaran IPS tidak diujikan pada ujian akhir nasional, untuk itu banyak siswa yang kurang memperhatikan mata pelajaran IPS. Keadaan ini juga terjadi pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang, keadaan ini terlihat seperti hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelumnya. Berikut adalah deskripsi dari kondisi awal (sebelum tindakan) dan deskripsi pelaksanaan tindakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti lakukan di SDN 02 Doplang khusunya kelas IV pada mata pelajaran IPS tahun pelajaran 2009/2010. 1.Kondisi awal Sebelum PTK a. Kondisi Awal Siswa Pengamatan kondisi sebelum tindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Pengamatan dilakukan dengan cara observasi langsung serta diadakan tes dan pemberian angket motivasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
57
motivasi dan dan hasil belajar serta proses pembelajran di kelas IV khususnya mata pelajaran IPS. Jumlah siswa kelas IV SD N 02 Doplang yang diikut sertakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebanyak 17 siswa, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti terhadap seluruh siswa kelas IV SD N 02 Doplang pada awal semester II tahun pelajaran 2009/2010, masih banyak siswa yang kurang motivasi belajarnya dalam mengikuti pelajaran terutama pelajaran IPS, hal ini terlihat salah satunya yaitu pada nilai hasil belajar IPS yang masih rendah dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Dari data yang peneliti peroleh, nilai rata-rata kelas mata pelajaran IPS untuk ulangan harian awal semester II yaitu sebesar 60,03 Dari hasil rekapitulasi angket pendapat siswa tentang motivasi belajar IPS sebelum tindakan, diperoleh data bahwa rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS sebesar 60,88 dan 58,82% siswa dalam kategori rendah, yang artinya motivasi siswa dalam pelajaran IPS tergolong rendah atau kurang termotivasi.
b. Aktivitas Siswa Jumlah siswa dalam kelas cukup ideal (17 siswa), interaksi guru siswa dalam pembelajaran cukup baik. Untuk pembelajaran IPS aktivitas siswa masih rendah, siswa tidak berani tampil di depan kelas, siswa masih enggan bertanya apabila menemui kesulitan. Apabila guru memberi pertanyaan hanya sebagian kecil siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab. Siswa cenderung tidak serius dan tidak memperhatikan saat guru sedang memberikan penjelasan tentang materi pelajaran, bisa dikatakan perhatian siswa kurang, siswa menunjukkan sikap jenuh dan bosan pada pembelajaran yang diterpkan guru hal ini diperparah dengan sikap siswa yang berbicara dengan teman sebangku atau teman di belakangnya bahkan ada beberapa siswa yang asyik bermain sendiri. Saat diadakan evaluasi pembelajaran, banyak siswa yang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat atau bertanya kepada temannya. Sedangkan untuk hasilnya relatif rendah. Berdasarkan hasil penelitian awal melalui observasi dan sebelum tindakan hal-hal
58
tersebut di atas terjadi disebabkan karena menggunakan
model
pembelajaran
guru dalam pembelajaran masih
konvensional,
pembelajaran
yang
dilaksanakan guru belum membuat siswa turut serta aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru kurang memberi kesempatan dan waktu untuk siswa bertanya dan berpikir untuk menyimpulkan materi pelajaran, selain itu ketika pembelajaran berlangsung guru kurang bersikap tegas terhadap siswa yang tidak serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Rendahnya motivasi belajar dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan sebelum tindakan dari hasil observasi siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan menggunakan lembar observasi, dapat diketahui siswa yang memiliki keaktifan dalam belajar dengan kategori kurang atau rendah sejumlah 10 siswa atau 58,82% dan siswa yang memiliki keaktifan belajar kategori cukup berjumlah 4 siswa atau 23,53% sedangkan siswa yang memiliki keaktifan belajar kategori yang tinggi 3 siswa atau 17,64%. Dari data observasi belajar siswa pra tindakan diperoleh rata-rata kegiatan belajar sebanyak 10 siswa atau 58,52% dari 17 siswa kurang keaktifannya dalam kegiatan pembelajaran. Lembar observasi rendahnya keaktifan siswa dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 97. Analisis hasil angket motivasi terhadap angket motivasi belajar IPS Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan pra tindakan yang diberikan menggunakan lembar angket sebelum tindakan pada siklus I dengan kriteria skor motivasi 76-82 sangat tinggi, 69-75 tinggi, 62-68 cukup, 55-61 rendah, 48-54 sangat rendah. Rendahnya motivasi belajar siswa juga terlihat dari hasil angket yang dibagikan kepada siswa dan lembar daftar hasil angket siswa yang diperoleh sebelum dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 135. Tabel 1. Frekuensi Motivasi Belajar sebelum Tindakan No 1 2 3 4 5
Interval Nilai 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82 Jumlah
Frekuensi 4 6 4 2 1 17 59
Prosentase 23,52 % 35,29% 23,52 % 11,76 % 5,88 % 100%
Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa sebelum diadakan tindakan, siswa yang memiliki motivasi belajar kategori sangat rendah sebanyak 4 siswa atau 23,52 %, kategori motivasi rendah sebanyak 6 siswa atau 35,29 % , kategori motivasi cukup 4 siswa atau 23,52%, kategori motivasi tinggi 2 siswa atau 11,76%. Dan kategori motivasi sangat tinggi sebanyak 1 siswa atau 5,88% dari 17 peserta didik. Dengan demikian jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar rendah lebih banyak atau lebih besar dibanding dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar cukup atau tinggi yaitu sebanyak 10 siswa atau 58,82% dari keseluruhan 17 peserta didik. Tabel 1. Jika disajikan dalam bentuk grafik dapat digambarkan seperti gambar 4. 7 6 Frekuensi
5 4 3 2 1 0 Sangat Rendah
Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat Tinggi
Klasifikasi keberhasilan
Gambar 4. Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sebelum Diadakan Tindakan
Hasil motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan angket motivasi belajar, sedangkan untuk hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, dimana jika hasil test tersebut di atas KKM (65), maka dapat digambarkan prestasi belajar anak tersebut juga cukup bahkan tinggi. Nilai dari hasil belajar tersebut dapat diimplementasikan ke skor hasil belajar dengan kriteria yang sesuai dengan skor penilaian. Untuk nilai 48-53 kategori sangat kurang, untuk nilai 54-59 kategori kurang, untuk nilai 60-65 kategori cukup, sedangkan untuk nilai 67-72 kategori tinggi. 60
Berdasarkan tes yang dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan diperoleh data bahwa hasil belajar siswa masih rendah hal ini ditunjukkan dengan bukti yaitu dari 17 siswa hanya 6 siswa atau 35,29% yang mendapatkan nilai di atas batas kriteria ketuntasan (KKM), sedangkan yang lainnya di bawah KKM. Fakta hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian motivasi dan pemahaman konsep yang dikuasi siswa kelas IV SDN 02 Doplang perlu ditingkatkan. Hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan secara keseluruhan dapat dikemukakan dalam tabel 2 hasil belajar IPS.
Tabel 2: Frekuensi Hasil Nilai Belajar IPS sebelum PTK Interval
Frekuensi
Prosentase
48-53 54-59 60-65 67-72
4 6 1 6
23,52% 35,29% 5,88% 35,29%
Jumlah
17
100%
Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa untuk hasil test belajar siswa kelas IV SDN 02 Doplang khususnya pada pelajaran IPS terdapat 6 siswa yang memperoleh hasil belajar yang baik atau hanya 35,29% dari 17 peserta didik sedangkan untuk kategoi rendah menempati urutan paling banyak yaitu sebanyak 10 siswa atau 58,82% sedangkan sisanya atau sebanyak 1 siswa atau 5,88% memperoleh nilai atau hasil belajar cukup. Berdasarkan tabel 2 frekuensi hasil nilai belajar IPS siswa pra tindakan jika disajikan dalam bentuk grafik dapat digambarkan pada gambar 5.
61
7 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 48-53
54-59
60-65
67-72
Interval nilai
Gambar 5. Grafik Frekuensi Hasil Nilai Belajar IPS sebelum Tindakan
Dari hasil sebelum tindakan seperti pada tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa motivasi belajar khususnya pelajaran IPS siswa kelas IV SDN 02 Doplang masih rendah. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki skor jawaban kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi bahwa siswa masih belum paham pada beberapa indikator. Untuk mengupayakan penyelesaian dari permasalahan-permaslahan tersebut, maka peneliti berusaha untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS, yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
B. Diskripsi Data Tindakan Diskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari diskripsi tindakan siklus I dan diskripsi tindakan pada siklus II.
62
1. Diskripsi Tindakan Siklus I Diskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan, data tindakan, data observasi dan data refleksi, dimana dalam siklus I ini dirancang untuk 2 (dua) kali tatap muka atau dua kali pertemuan (4 x 35 menit ) selama 2 minggu yaitu pada minggu ketiga bulan Maret dan minggu pertama bulan April ( Tanggal 23 Maret samapai dengan tanggal 6 April 2010 ) dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus I sebanayak 17 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. a. Tahap Perencanaan Berdasarkan diskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembalajaran IPS khususnya tentang rendahnya motivasi belajar siswa maka peneliti membuat perencanaan dengan berpedoman pada Standar Kompetensi mata pelajaran IPS, tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak pembelajaran untuk mengondisikan dan membuat komitmen atas peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan pada pembelajaran IPS tentang Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Persiapan untuk Siklus pertama yaitu sebagai berikut : Perencanaan persiapan, membuat pedoman observasi, selain itu membuat kisi-kisi atau pedoman untuk angket motivasi belajar siswa. Kemudian memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan perkembangan teknologi produksi, komunikasi (pada pertemuan ke-1 siklus I) dan perkembangan teknologi, produksi dan transportasi ( pada pertemuan ke-2 siklus I ). Kedua menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan indikator yaitu mengidentifikasi alat teknologi produksi, komunikasi, dan ttransportasi pada masa dan masa kini dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun soal-soal ulangan individu, mempersiapkan instrumen-instrumen untuk mengetahui tindakan, menyiapkan media gambar , membuat media berupa kentongan memantapkan hadiah-hadiah yang berupa penguatan dan menyiapkan beberapa bunyi kreasi
63
dari kentongan supaya siswa senang dan termotivasi. Setiap kali akan mengadakan
pembelajaran
guru
sekalilgus
sebagai
peneliti
menata,
mempersiapkan dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga siswa nantinya akan tenang untuk belajar IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan Pertama Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan sesuai dengan RPP yang dibuat (lampiran 4 ) Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT selama 2 x 35 menit. Pertemuan ke-1 pada siklus I ini dilaksanakan pada hari slasa 23 Maret 2010. Pada pertemuan ini terdiri dari 2 indikator yaitu : Mengidentifikasi alat teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi pada masa lalu dan masa kini, dan yang kedua membandingkan keunggulan dan kelemahan alat produksi komunikasi dan transportasi masa lalu dan masa kini. Adapun langkah-langkah siklus I sebagai berikut: Sebelum pembelajaran dimulai semua media pembelajaran yang akan digunakan telah disiapkan terlebih dahulu oleh guru. Pembelajaran ini diawali dengan menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengadakan tanya jawab tentang alat komunikasi. Kemudian guru menyanyikan lagu dengan diiringi bunyi kentongan kemudian diikuti seluruh siswa. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang kelebihan atau keunggulan alat komunikasi kentongan. Setelah itu guru memasang media gambar di papan tulis siswa dan guru mengenalkan alat komunikasi yang lain. Setelah itu kegiatan pembelajaran selanjutnya: 1) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan jumlah anggota 4 sampai 5 siswa perkelompok, kemudian guru menjelaskan cara kerja kelompok yang telah terbentuk sesuai dengan tahap tahap atau langkah-langkah pembelajaran koopertaif NHT.
64
2) Siswa yang telah terbagi menjadi kelompok-kelompok menetukan siapasiapa saja yang menjadi anggota kepala bernomor 1, nomor 2 dan seterunya sampai habis anggota kelompok mendapatkan nomor kepala 3) Siswa yang sudah mendapatkan nomor kepala berkempul menjadi satu dengan kelompok yang bernomor kepala sama, kemudian guru memberikan pertanyaan yang sudah disiapkan, untuk kelompok I tentang alat teknologi produksi, kelompok II tentang proses produksi, kelompok III dan kelompok IV alat dan teknologi komunikasi sesuai dengan apa yang telah dibagikan kepada siswa perkelompok sesuai nomor kepala masing-masing. Tiap kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda. 4) Tiap kelompok diberikan waktu 30 menit untuk memahami dan mendiskusikan
atau
menyamakan
pendapat
mereka,
serta
dapat
menyampaikan informasi tentang hasil diskusi yang telah didiskusikan 5) Guru berkeliling sambil memberikan bimbingan kepada individu maupun kelompok. 6) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok kemudian tiap nomor kepala kembali lagi kepada kelompok masing-masing. 7) Guru menunjuk salah satu nomor kepala untuk menjawab pertanyaan guru yang telah diberikan sebelumnya untuk kemudia nomor yang telah ditunjuk tersebut berdiri dan menjawab pertanyaan untuk seluruh siswa. Tidak lupa guru memberikan hadiah berupa penguatan kepada siswa yang telah menjawab. ( dilakukan dalam waktu 20 menit) 8) Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan jawaban dan materi yang telah dipaparkan atau dipelajari.(10 menit) 9) Siswa Mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman materi yang telah disampaikan atau didiskusikan sebelumnya. Setelah selesai jawaban dikumpulkan. Untuk menambah pemahaman siswa pada materi pembelajaran, guru memberi
65
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa agar rajin belajar. Selama pembelajaran peneliti telah membangkitkan semangat belajar siswa memberikan hadiah-hadiah berupa penguatan. Hal ini dapat dilihat dari usaha guru pada awal pembelajaran yang memulai menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan membunyikan kentongan dan menyanyikan lagu “Tanda-Tanda Bahaya”, serta mengajukan pertanyaan agar siswa tertarik dalam kegiatan pembelajaran. 2) Pertemuan Kedua Pelaksanaan pembelajaran ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa 6 April 2010. Pada pembelajaran ini masih pada indikator yang sama yaitu Mengidentifikasi alat teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi pada masa lalu dan masa kini, dan yang kedua membandingkan keunggulan dan kelemahan alat produksi komunikasi dan transportasi masa lalu dan masa kini akan tetapi ditambah satu indikator lagi yaitu menggunakan alat komunikasi tradisional dan modern. Sebelum pelajaran dimulai semua peralatan yang digunakan telah dipersiapkan teerlebih dahulu oleh guru, termasuk menata bangku dan pencahayaan ruang. Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengajak siswa bernyanyi dengan diiringi bunyi kentongan kemudian dilanjutkan dengan menu sarapan pagi berupa pertanyaan-pertanyaan tentang teknologi komunikasi dan transportasi. Kegiatan pembelajaran selanjutnya: 1) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok sesuai dengan kelompok yang telah terbentuk sebelumnya. 2) Tiap kelompok bernomor kepala sama berkumpul menjadi satu dan membentuk kelompok bernomor kepala sama, kemudian guru memberikan pertanyaan yang sudah disiapkan di LKS yang telah dibagikan kepada siswa perkelompok sesuai nomor kepala masing-masing. Tiap kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda.
66
3) Tiap kelompok yang sudah terbentuk mengerjakan pertanyaan dan saling menyatukan pendapat mereka sesuai dengan pertanyaan yang telah diberikan guru lewat LKS yaitu untuk kelompok I mengerjakan tugas tentang bidang teknologi produksi modern, kelompok II mengerjakan tentang perbandingan teknologi sederhana dan teknologi modern, kelompok III dan kelompok IV tentang jenis alat transportasi tradisional dan modern serta kelemahannya, akan tetapi disini para siswa menggunakan nomor dada untuk mempermudah anak atau siswa mengingat nomor mereka sendiri-sendiri.(30 menit) 4) Guru memberi bimbingan sambil berkeliling mengamati tiap-tiap kelompok diskusi. 5) Setelah selesai tiap kelompok yang bernomor kepala sama kembali lagi ke kelompok inti kemudian mempresntasikan hasil diskusi mereka untuk seluruh siswa setelah mendapat giliran atau ditunjuk oleh guru, dan jika jawaban itu benar maka anggota pada satu kelompok tersebut akan mendapatkan tambahan nilai pada daftar nilai. Siswa yang berpresentasi paling baik akan mendapat hadiah dari guru, berupa pensil dan pujian, demikian
seterusnya
sampai
semua
siswa
mendapat
giliran
mempresentasikan hasi diskusi mereka.(20 menit) 6) Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan jawaban dan materi yang telah dipaparkan atau dipelajari.(10 menit) 7) Selanjutnya siswa diberi tugas individu untuk kemudian dikumpulkan. Lalu siswa menyimak dan menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperolehnya dengan menyimak buku dan bimbingan guru. 8) Di akhir pembelajaran siswa dibangkitkan motivasinya lagi dengan menyanyikan lagu diiringi kentongan. 9) Selanjutnya guru membagikan angket motivasi untuk dikerjakan siswa. Sebelum pembelajaran ditutup guru memberikan kesempatan kepada siswa
67
untuk menanyakan materi yang belum dipahami dan memotivasi siswa agar semangat belajar. Di akhir pembelajaran siswa dibangkitkan motivasinya lagi dengan menyanyikan lagu diiringi kentongan. Selanjutnya guru membagikan angket motivasi untuk dikerjakan siswa. Sebelum pembelajaran ditutup guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami dan memotivasi siswa agar semangat belajar. Seperti halnya pada pelaksanaan tindakan ke-1, pada pembelajaran yang ke-2 ini selama proses pembelajaran peneliti telah mengaktifkan siswa. Terlihat siswa lebih antusias dari sebelumnya dan lebih aktif dalam bertanya, menjawab dan tumbuh kepercayaan diri dan keberanian untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Siswa juga lebih aktif dan komunikatif dengan teman sekelompoknya serta bersemangat dan saling berlomba dengan kelompok lain untuk mengerjakan soal- soal (LKS) serta mendiskusikan LKS yang telah diberikan guru. Nilai hasil pembelajaran pun lebih meningkat dibandingkan dengan nilai atau hasil tes sebelumnya.
c. Hasil Pengamatan Akhir Siklus I Pada tahap ini peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran Kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas IV. Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I, pengamatan pada siswa dilakukan oleh peneliti dan wali kelas serta guru mitra yang lain dengan
menggunakan
format
pengamatan/lembar
observasi
siswa
yang
sebelumnya telah dipersiapkan peneliti yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana “ Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT” dapat memperbaiki tingkat motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran IPS serta nilai atau hasil belajar IPS siswa, akan tetapi disini aktifitas guru dalam melaksanakan KBM juga diamati.
68
1) Hasil Pengamatan bagi Guru Untuk lebih lengkapnya, lembar observasi guru pada saat pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 118 dari lampiran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Guru telah mempersiapkan ruangan, sumber belajar serta media pembelajaran dengan baik. b) Penampilan guru di depan kelas sudah baik. c) Guru telah melaksanakan apersepsi dan menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran dengan baik. d) Guru mengunakan teknik mengajar yang baru cukup baik, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. e) Guru belum optimal dalam menggunakan media pelajaran. f) Guru cukup baik dalam merespon pertanyaan dan pendapat siswa. g) Guru sudah memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa dengan baik. h) Guru telah memotivasi siswa dengan baik. i) Guru belum optimal dalam memberi bimbingan kelompok kecil. j) Guru sudah baik dalam mengarahkan siswa dalam menemukan konsep materi. k) Guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. l) Guru Cukup baik dalam memberikan tugas yang menantang kepada siswa. m)Guru cukup baik dalam memanfaatkan waktu. n) Guru belum optimal dalam melibatkan siswa menggunakan media pelajaran. Dari hasil observasi terhadap guru diperoleh rata-rata observasi untuk siklus I sebesar 3,2. Dan ini berarti masuk dalam kategori keaktifan tinggi. 2) Hasil Observasi bagi siswa Dari data observasi pada akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 122 dan diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut: a) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas. b) Siswa cukup menunjukkan kesiapan untuk menerima materi pembelajaran. c) Perhatian pembelajaran siswa mulai fokus.
69
d) Sebagian siswa telah tumbuh kepercayaan dirinya, siswa sudah mulai berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya e) Dengan adanya media yang digunakan dalam pembelajaran membuat siswa cukup termotivasi dan tumbuh rasa ingin tahu. f) Sebagian besar siswa mulai aktif dalam kegiatan diskusi. g) Adanya peningkatan kerjasama dalam kelompok. h) Siswa cukup bersungguh-sungguh mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok. i) Minat belajar siswa mulai meningkat.
d. Analisis dan Refleksi Dari hasil Penelitian pada siklus I, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa masih ada 7 siswa yang memiliki keaktifan belajar kategori rendah, keaktifan belajar kategori sangat rendah 3 siswa dan kategori motivasi belajar sangat rendah 2 siswa, kategori motivasi rendah 2 siswa sedangkan untuk hasil belajar ada 6 siswa yang belum mencapai KKM. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan suatu proses pembelajran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang signifikan sehingga peneliti merencanakan lagi untuk siklus berikutnya. Beberapa hal yang perlu direfleksikan kedalam tindakan kelas selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model koopertaif tipe NHT tersebut lebih meningkat. Beberapa hal tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Guru harus memberikan penguatan-penguatan yang lebih menarik, bila perlu diberikan hadiah berupa buku atau pensil, menyediakan media yang lebih menarik juga selain gambar yang membuat siswa lebih senang dan semangat. 2. Guru harus mampu menciptakan pengalaman yang baru akan tetapi yang dapat dimengerti semua siswa. 3. Guru harus memberikan petunjuk yang jelas serta bimbingan pada tiap kelompok maupun individu agar siswa tidak ramai saat diskusi kelompok berlangsung.
70
4. Guru harus lebih menunjukkan antusias yang lebih besar dan semangat dalam mengajar agar siswa lebih aktif dan semangat dalam kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran IPS. 5. Guru harus pandai-pandai menciptakan suasana belajar yang lebih menyenagkan dan dapat menambah semangat siswa dan mampu mengaktifkan dan membangkitkan motivasi siswa. Dari hasil evaluasi dan refleksi dari siklus I, disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT belum menujukkan peningkatan motivasi belajar IPS yang tinggi terhadap pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 02 Doplang Karangpandan, maka sangat perlu dilanjutkan pada siklus II. Nilai hasil angket motivasi dan hasil belajar Siklus I dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 136 dan lampiran 27 halaman 142. Adapun hasilnya terlihat pada tabel 3 dan 4 yaitu dalam bentuk daftar distribusi nilai hasil angket motivasi belajar siswa.
Tabel 3. Nilai Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I dalam Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5
Interval 50-57 58-65 66-73 74-81 82-89 Jumlah
Frekuensi (F) 2 2 4 5 4 17
Prosentase (%) 11,76% 11,76% 23,52% 29,41% 23,52% 100%
Berdasarkan tabel 3. Frekuensi motivasi belajar siswa dapat digambarkan grafik pada gambar 6.
71
6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 Sangat Rendah
Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat Tinggi
Klasifikasi Keberhasilan
Gambar 6. Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Hasil evaluasi pada akhir siklus I dikemukakan dalam tabel 4 Tabel 4. Hasil Nilai Belajar IPS Setelah Siklus I
No 1 2 3 4 5
Interval 57-61 62-66 67-71 72-76 77-81 Jumlah
Frekuensi 3 3 3 5 3 17
Prosentase (%) 17,64% 17,64% 17,64% 29,41% 17,64% 100%
Berdasarkan tabel 4. Frekuensi hasil IPS belajar siswa dapat digambarkan grafik pada gambar 7.
72
6 5
frekuensi
4 3 2 1 0 57-61
62-66
67-71
72-76
77-81
Interval Nilai
Gambar 7. Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Tabel 5.Perbandingan Nilai Angket Motivasi dan Nilai Belajar Siswa sebelum Tindakan dan Sesudah Diberikan Tindakan Siklus I No 1 2
Aspek Penelitian Angket Motivasi Belajar Penilaian Hasil Belajar
Nilai Rata-Rata Pra Tindakan Siklus I 60,88 72,80 60,03 69,58
Berdasarkan tabel nilai perbandingan sebelum Tindakan dan Sesudah Siklus I dapat digambakan dalam grafik gambar 8.
73
80 70 60
72.8
69.58
60.88
60.03
50 40 30 20 10 0 Rata-rata Motivasi Belajar Pra Tindakan
Rata-rata Hasil Belajar Siklus I
Gambar 8. Grafik Perbandingan Nilai Angket dan Hasil Belajar sebelum Tindakan dan Siklus I 2. Diskripsi Tindakan Siklus II Berdasarkan refleksi tindakan kelas siklus I, maka pada siklus II akan diadakan 2 kali tindakan kelas lagi dengan alokasi waktu 4 x 35 menit agar hasil yang diperoleh lebih optimal, maka pada siklus II ini untuk lebih memantapkan hasil peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Kompetensi Dasar pada siklus ini adalah mengenal perkembangan teknologi produksi serta pengalaman menggunakannya, dengan indikator mengenal jenis-jenis teknologi untuk poduksi yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa kini, mengenal bahan baku untuk produksi barang. Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa dapat menerapkan pengalaman yang dialami dalam masyarakat. Siklus II dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada minggu ketiga bulan April pada hari Selasa tanggal 20 April 2010 dan minggu keempat bulan April hari Selasa tanggal 27 April 2010. Pembelajaran dirancng untuk 2 kali pertemuan (4 x35 menit), jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus II sebanyak 17 siswa yang terdiri dari 9 siswa lakilaki dan 8 siswa perempuan.
74
a. Tahap Perencanaan Dengan berpedoman pada Standar Kompetensi mata pelajaran IPS peneliti mengadakan persiapan untuk siklus II yaitu sebagai berikut : Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi ( pada pertemuan ke-1 siklus I ) dan perkembangan teknologi transportasi (pada pertemuan ke-2 siklus I), sedangkan untuk siklus II peneliti memilih indikator perkembangan teknologi produksi yaitu mengenal jenis-jenis teknologi produksi serta pengalaman menggunakannya. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP (lampiran 5 halaman 108) sesuai dengan indikator dan model pembelajaran koopertaif tipe NHT. Menyiapkan hadiah berupa penguatan, media pembelajaran, peralatanperalatan yang berkaitan dengan materi supaya siswa senang dan termotivasi. Setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru sekaligus sebagai peneliti harus selalu siap dan mengatur siswa sebaik mungkin sehingga siswa akan tertib dalam pembelajaran IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan siklus II Pertemuan I Pada pembelajaran siklus II pertemuan ke-1 ini Kompetensi Dasarnya sama dengan
pembelajaran
sebelumnya
akan
tetapi
lebih
difokuskan
pada
perkembangan teknologi produksi. Dengan indikator mengenal jenis-jenis teknologi produksi serta pengalaman menggunakannya. Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 April 2010. Tujuan Pembelajarannya adalah agar siswa dapat menerapkan pengalaman yang dialami ke dalam masyarakat. Media yang digunakan dalam pembelajaran kali ini adalah selain gambar yaitu siswa terjun langsung ke tempat produksi rumahan yang dekat dengan sekolahan yaitu produsi keripik jamur tiram dan jamur kuping. Sebelum pembelajaran guru mempersiapkan media pembelajaran terlebih dahulu. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk kegiatan di tempat produksi rumahan.Kegiatan pembalajaran selanjutnya: 1) Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan minat belajar anak atau siswa dengan mengadakan tanya jawab tentang teknologi produksi.
75
Kemudian guru memaparkan media gambar di papan tulis untuk kemudian siswa diajak ke tempat produksi rumahan yaitu produksi keripik jamur tiram dan jamur kuping. 2) Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang tiap kelompoknya beranggotakan 4-5 siswa. 3) Sesuai dengan kelompok yang
telah terbentuk, kemudian guru
mengumpulkan siswa yag memiliki nomor kepala sama untuk kemudian memberi tugas untuk dipecahkan setiap kelompok diskusi. Tugas tersebut yaitu tiap kelompok harus memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran yaitu tentang produksi dan hasilnya sesuai pengamatan yang akan dilakukan oleh siswa dengan waktu yang telah ditentukan guru. 4) kegiatan berpikir menyatukan pendapat dikerjakan oleh setiap kelompok. 5) Sesampainya di tempat produksi guru memberi pengarahan kembali kepada siswa agar tertib, untuk kemudian siswa masuk ke dalam rumah dan guru menunjuk sesuai dengan nomor kepala yang diinginkan untuk kemudian nomor kepala yang ditunjuk mengajukan pertanyaan kepada pemilik rumah produksi untuk kemudian seluruh siswa mencatat hasil atau jawaban dari pertanyaan nomor kepala yang ditunjuk
oleh
guru
sambil
melihat
cara
keja
atau
cara
memproduksinya, demikian seterusnya sampai selesai, dan untuk penyemangat siswa diberi hadiah berupa makanan hasil produksi tersebut. 6) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan guru sebelumnya. 7) Pada kegiatan akhir, dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan hasil pengamatan atau hasil kunjungan ke tempat produksi.
76
c. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan ke-2 Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke-2 masih dengan model pembelajaran kooperatif NHT, tetapi mengalami beberapa perubahan dan perbaikan. Perubahan dan perbaikan tersebut, yakni (1) kegiatan pembelajaran tidak dilakukan di dalam kelas lagi melainkan juga di luar kelas dan di tempat produksi rumahan, (2) guru harus berupaya menciptakan pengalaman baru yang berkaitan dengan kehidupan siswa dan ada di sekitar siswa agar semua siswa dapat mudah mengerti dan tertarik pada pembelajaran khususnya IPS, (3) guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa baik secara kelompok maupun individu agar siswa tidak malu serta tumbuh percaya diri siswa dan mampu mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik, (4) Kerjasama kelompok harus ditingkatkan dan diarahkan terus, karena dalam kerja kelompok masih ada siswa yang pasif dalam diskusi, (5) penyampaian materi perlu dilakukan dengan lebih baik dan dengan cara yang menarik agar motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bertambah sehingga penguasan siswa terhadap materi juga lebih baik, (6) pemberian hadiah diberikan kepada siswa dan kelompok yang paling baik dan kompak, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa puas pada diri siswa atas hasil kerja keras mereka. Pada pelaksanaan tindakan pertemuan ke-2 ini Standar Kompetensinya masih sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Kompetensi Dasarnya adalah perkembangan teknologi produksi Indikatornya adalah mengenal jenis-jenis teknologi untuk produksi yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa sekarang, mengenal bahan baku untuk produksi barang. Tujuan pembelajaran ini adalah (1) siswa dapat membedakan teknologi produksi masa lalu dengan masa kini. (2) siswa dapat menerapkan pengalamannya untuk masyarakat sekitar dan diri sendiri di masa yang akan datang. Sebelum pelajaran dimulai, guru memberi pengarahan kepada siswa serta menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pembelajaran di tempat produksi, siswa menyiapkan buku dan alat tulis untuk mencatat segala kegiatan yang ada di
77
tempat produksi. Selain itu guru juga menyiapkan hadiah yang nantinya akan diberikan pada siswa dan kelompok yang terbaik. Kegiatan pembelajaran selanjutnya: 1) Guru menumbuhkan minat belajar anak dengan mengajak siswa bernyanyi sambil berjalan menuju ke tempat produksi. 2) Guru memulai kegiatan inti dengan menjalaskan tentang tugas yang diberikan kepada tiap kelompok yaitu tiap kelompok diberi tugas untuk membuat pertanyaan tentang produksi keripik jagung. 3) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing untuk menyatukan pendapat dengan waktu yang telah ditentukan.(15 menit) 4) Siswa yang telah selesai berdiskusi kemudian kembali lagi ke kelompok masing-masing. 5) kemudian guru mulai menunjuk nomor kepala yang diinginkan untuk kemudian megajukan pertanyaan kepada pemilik produksi keripik jagung untuk mendapatkan jawaban bagi seluruh siswa kemudian seluruh siswa mencatat jawaban dari si pemilik demikian seterusnya sampai selesai. 6) Siswa mencoba melakukan kegiatan produksi yaitu cara menggiling jagung dan menjemur jagung setelah digiling dengan bimbingan pemilik produksi. 7) Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan evaluasi dan dikerjakan siswa di halaman sekolah untuk kemudain dikumpulkan. Setelah itu guru menunjuk siswa dan kelompok mana yang terbaik untuk kemudian diberi hadiah. 8) Pada akhir kegiatan guru memberi angket motivasi untuk dikerjakan siswa. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami kemudian pelajaran ditutup oleh guru.
d. Hasil Pengamatan Akhir Siklus II Selama pelaksanaan pada siklus II, dilakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra dengan menggunakan
78
format pengamatan atau lembar observasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memberikan dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran khususnya pelajaran IPS, dan selain itu untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada guru dan siswa. 1) Hasil Observasi bagi guru pada saat pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 123 dan dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Guru telah mempersiapkan siswa untuk belajar dengan baik. b) Penampilan dan cara penyampaian materi kepada siswa sudah baik. c) Guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik. d) Guru telah memberi respon yang baik ketika siswa bertanya. e) Guru sudah baik dalam mengarahkan siswa dalam menemukan konsep materi, serta telah memberi pujian dan hadiah bagi siswa yang berhasil dalam pembelajaran. f) Guru sudah baik memberikan motivasi kepada siswa g) Guru sudah optimal menumbuhkan kepercayaan diri dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa, serta sudah baik dalam memberi bimbingan baik individu maupun kelompok. h) Guru sudah baik memberikan tugas yang cukup menantang. i) Guru sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. j) Guru sudah optimal melibatkan sisawa dalam menggunakan media. Dari hasil observasi terhadap guru pada siklus II diperoleh rata-rata observasi sebesar 3,85. Yang berarti masuk dalam kriteria keaktifan sangat tinggi. 2) Hasil Observasi bagi Siswa Dari data observasi pada siklus akhir siklus II dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 127 dan diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut: a)
Perhatian siswa sudah fokus.
79
b)
Dengan
pembelajaran
ke
tempat
produksi
langsung
dalam
pembelajaran membuat siswa semakin termotivasi. c)
Sebagian siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi dan pembelajaran.
d)
Kerjasama dalam kelompok mengalami peningkatan.
e)
Siswa menunjukkan kesiapan untuk menerima materi pembelajaran.
f)
Siswa mampu berdiskusi dengan baik.
g)
Kepercayaan diri siswa meningkat.
h)
Siswa sudah aktif bertanya.
e. Analisis dan Refleksi Selama proses pembelajaran siklus II, seperti yang telah disebutkan di atas maka dapat direfleksikan: (1) sebagian siswa telah berani bertanya tentang materi yang disampaikan dan yang dianggap sulit oleh siswa,bahkan ada beberapa anak yang aktif bertanya dan memberi umpan balik ketika pemilik produksi keripik menjawab pertanyaan dari siswa (2) pemberian hadiah berupa barang ada kalanya harus diberikan kepada siswa atau kelompok diskusi hal ini dengan tujuan untuk membangkitkan semangat dan menumbuhkan rasa puas pada diri siswa (3) sebagian siswa telah aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dalam kegiatan individu maupun kelompok (4) sebagian besar telah menguasai materi dengan baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata IPS setelah pembelajaran siklus II yang mencapai 77,17 dan nilai tersebut masuk dalam kategori baik. Dari data motivasi belajar juga diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa yang mengalami peningkatan yaitu menjadi 84,20 yang termasuk ke dalam kategori motivasi belajar tinggi. Keaktifan siswa juga meningkat menjadi 13 siswa yang memiliki kategori keaktifan tinggi atau sekitar 76,47%. (hasil nilai observasi keaktifan siklus II dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 130. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung telah terlaksana dengan baik, hal tersebut dapat kita lihat dari aktivitas guru dan siswa yang sudah sesuai
80
dengan prasyarat pembelajaran sekarang yaitu KTSP dengan pembelajaran PAIKEM. Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi dari Siklus II di atas, disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar yang baik/tinggi terhadap pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 02 Doplang. Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini cukup pada siklus II. Hal ini diperkuat dengan nilai IPS siswa yang juga telah mencapai batas tuntas. yaitu 15 siswa atau 88% siswa dari 17 peserta didik sudah mendapatkan nilai diatas KKM yang ditentukan. Adapun hasil angket motivasi dan nilai belajar IPS pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 137 dan lampiran 28 halaman 143. Dari data di atas dapat dibuat tabel 6 dan tabel 7. Tabel 6. Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Siklus II No
Interval
Frekuensi
Prosentase (%)
1 2 3 4
69-74 75-80 81-86 87-92
1 2 8 6
5,88% 11,76% 47,05% 35,29%
17
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 6 frekuensi motivasi belajar siswa siklus II maka dapat
Frekuensi
digambarkan pada grafik gambar 9. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat Tinggi
Klasifikasi Keberhasilan
Gambar 9. Grafik Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
81
Hasil test belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 7 Tabel 7. Hasil Nilai Belajar IPS Siklus II No 1 2 3 4 5
Interval 61-67 68-74 75-81 82-88 89-95
Frekuensi 2 4 7 2 2
Prosentase (%) 11,76% 23,52% 41,17% 11,76% 11,76%
17
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 7 hasil nilai belajar siswa dapat digambarkan pada grafik gambar 10. 8 7 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 61-67
68-74
75-81
82-88
89-95
Interval nilai
Gambar 10. Grafik Hasil Belajar Siswa
Tabel 8.Perbandingan Nilai Angket Motivasi dan Nilai Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Keterangan
Nilai terendah Nilai Tertinggi Rata-rata nilai
Sikus I Angket Motivasi 50 86 72,80
Hasil Belajar 57 78 69,58
82
Siklus II Angket Hasil Motivasi Belajar 65 61 92 91 84,20 77,17
Berdasarkan tabel nilai perbandingan Siklus I dan Sesudah Siklus II dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai angket motivasi dari 72,80 menjadi 84,20, dan pada hasil belajar juga mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar dari 69,58 menjadi 77,17.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan rumusan tujuan penelitian, yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar IPS siswa dan untuk mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam hal tersebut maka dengan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat membawa perubahan pada proses pembelajaran IPS di kelas IV SDN 02 Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar untuk kegiatan belajar mengajar atau KBM selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan hasil angket motivasi belajar serta hasil test siswa dapat dilihat adanya peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran, peningkatan motivasi belajar serta peningkatan nilai IPS di kelas IV SD Negeri 02 Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan observasi diantaranya: (1) siswa lebih aktif dalam mendengarkan/menyimak penjelasan guru; (2) siswa cukup aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru; (3) siswa lebih aktif menjawab pertanyaan dan mengerjakan LKS dari guru; (4) Siswa lebih aktif dan bersemangat dalam pembelajaran; (5) siswa lebih berantusias dalam menerima palajaran; (6) keinginan siswa untuk berhasil meningkat; (7) siswa lebih kreatif dan inisiatif dalam pembelajaran; (8) motivasi siswa untuk belajar meningkat; (9) keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran meningkat. Adapun deskrepsi data sebagai berikut: a. Data Nilai siswa Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan sebelum Tindakan berdasarkan Observasi, Angket dan Nilai Tes Dari hasil analisis dan hasil observasi,angket dan hasil evaluasi dari sebelum tindakan diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa kategori rendah
83
sebanyak 11 siswa atau sekitar 64,70%, sedangkan untuk motivasi belajar siswa kategori rendah sebanyak 10 siswa atau 58,82%, untuk hasil belajar ada 11 siswa atau 64,70% yang mendapatkan nilai dibawah KKM dari 17 peserta didik. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, untuk meningkatkan motivasi belajar IPS perlu dilakukan tindakan lebih lanjut. b. Data Nilai siswa Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Siklus I berdasarkan Observasi, Angket dan Nilai Tes Pada siklus I setelah diadakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh hasil analisa dapat disimpulkan bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran, siswa yang mempunyai aktifitas pembelajaran dengan kategori rendah sebanyak 5 siswa atau 29,41%, kategori cukup sebanyak 9 siswa atau 52,94 %, sedangkan kategori tinggi sebanyak 3 siswa atau 17,65% dari keseluruhan 17 peserta didik, siswa yang memiliki kategori motivasi belajar sangat rendah sebanyak 2 siswa atau 11,76%, untuk kategori motivasi belajar rendah sebanyak 2 siswa atau 11,76%, dan kategori motivasi belajar cukup sebanyak 4 siswa atau 23,52% ,kategori motivasi belajar tinggi sebanyak 5 siswa atau 29,41%, sedangkan kategori sangat tinggi sebanyak 4 siswa atau 23,52% dari 17 peserta didik. Dari data motivasi belajar tersebut, motivasi siswa setelah dilaksanakan siklus 1 rata-rata motivasi belajarnya adalah 72,80. Setelah dilakukan siklus 1 dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 11,92% yaitu dari ratarata motivasi belajar siswa 60.88 meningkat menjadi 72,80. Namun kenaikan tersebut belum signifikan atau belum menunjukkan motivasi belajar siswa yang tinggi. Sedangkan untuk test belajar siswa kategori sedang sebanyak 3 siswa atau 17,64%, kategori baik atau tinggi sebanyak 5 siswa atau 47,06%, untuk kategori nilai sangat rendah mengalami penurunan menjadi 3 siswa dari sebelumnya 4 siswa, kategori nilai rendah juga mengalami penurunan dari 6 siswa menjadi 3 siswa. Sedangkan untuk kategori sangat baik atau sangat tinggi mengalami peningkatan menjadi 3 siswa yang sebelumnya hanya 1 siswa.
84
c. Data Nilai siswa Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Siklus II berdasarkan Observasi, Angket dan Nilai Tes Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk menetapkan dan mencapai tujuan penelitian. Dari data observasi,angket, dan hasil tes dalam siklus II selama 2 kali pertemuan diperoleh data sebagai berikut: bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II, terdapat siswa yang memiliki kategori keaktifan belajar tinggi sebanyak 13 siswa atau 76,47%, siswa yang memiliki kategori keaktifan belajar cukup sebanyak 4 siswa atau 23,53% dari 17 peserta didik. Motivasi belajar siswa pada siklus II, terdapat siswa yang memiliki kategori motivasi belajar sangat tinggi sebanyak 6 siswa atau 35,29%, siswa yang memiliki kategori motivasi belajar tinggi sebanyak 8 siswa atau 47,06% , siswa yang memiliki kategori motivasi cukup sebanyak 2 siswa atau 11,76%, sedangkan siswa yang memiliki kategori rendah sebanyak 1 siswa atau 5,88% dari 17 peserta didik. Dari data motivasi belajar tersebut diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa sebanyak 84,20. Kemudian untuk nilai belajar IPS kategori sangat rendah sebanyak 2 siswa atau 11,76%, nilai belajar kategori rendah 4 siswa atau 23,52%, kategori sedang sebanyak 7 siswa atau 41,17%, untuk nilai belajar kategori baik sebanyak 2 siswa atau 11,76%, sedangkan untuk kategori nilai sangat baik mengalami peningkatan menjadi 2 siswa atau 11,76%. Ini berarti untuk hasil atau nilai belajar IPS kelas IV SDN 02 Doplang juga mengalami peningkatan. Tabel 8. Rekapitulasi Rata-rata Data Nilai Angket dan Nilai IPS Siswa No
Aspek Penelitian
Nilai Rata-Rata Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
1
Angket Motivasi Siswa
60,88
72,80
84,20
2
Penilaian Hasil Belajar
60,03
69,58
77,17
Dari tabel 8 bila dalam bentuk grafik terlihat pada gambar 12 dibawah ini:
85
84.2
90 80 70 60
77.17
72.8
69.58
60.88
60.03
50 40 30 20 10 0 Rata-rata Motivasi belajar Pra Tindakan
Rata-rata hasil belajar Siklus I
Siklus II
Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Motivasi Belajar dan Nilai Belajar IPS Siswa Dilihat dari rata-rata skor observasi, angket serta didukung dengan nilai hasil belajar siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan selama pelaksanaan tindakan kelas dari pra tindakan, siklus I maupun siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa yang signifikan. Peningkatan tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut : (1) Dari data observasi pembelajaran siswa rata-rata sebelum tindakan sebesar 16,38 atau kurang lebih 16 menjadi 19,17 atau kurang lebih 19 rata-rata di siklus II meningkat menjadi 26,68atau 27, dari 17 peserta didik, (2) untuk rata-rata motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, rata-rata motivasi belajar sebelum tindakan adalah sebesar 60,88 pada siklus I rata-rata motivasi belajar siswa menjadi meningkat 72,80 atau sekitar 73, pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 84,20 dari 17 peserta didik. (3) Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar IPS siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan, adapun rata-rata peningkatan nilai belajar IPS siswa sebagai berikut: rata-rata nilai IPS siswa sebelum tindakan sebesar 60,03 menjadi 69,58 atau 70 pada siklus I meningkat sebesar 9,55, kemudian meningkat lagi menjadi 77,17 pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 17,14%. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan skor observasi,
86
motivasi serta nilai belajar IPS siswa selama tahap pra tindakan menuju siklus I dan siklus II. Dan peningkatan tersebut tergolong dalam kategori yang tinggi. Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki motivasi tinggi siswa tersebut aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat kelompok, selain itu nilai evaluasinya juga tinggi, akan tetepi beberapa siswa yang hasil angket motivasinya tinggi tetapi hasil belajarnya masih sedang, hal ini karena daya tangkap siswa tersebut memang rendah. Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya keterkaitan antara keaktifan siswa dengan motivasi dan hasil belajar siswa, dengan penggunaan model pembelajaran koopertaif tipe NHT siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif, percaya diri meningkat dan lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan guru sehingga siswa yang semula tidak aktif dan motivasinya rendah dapat meningkat keaktifan dan motivasi belajarnya, karena disini siswa yang aktif baik dalam kelompok maupun individu siswa juga merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dan hal ini berpengaruh pada nilai belajar siswa pula karena dengan motivasi belajar yang tinggi dalam pembelajaran maka penguasaan materi siswa juga lebih baik dan dapat meningkat.
87
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai upaya peningkatan motivasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Karanganyar dilihat dari rata-rata kelas motivasi belajar siswa terjadi peningkatan yaitu (1) Hasil rata-rata motivasi belajar pada pra tindakan 60,03 terjadi peningkatan pada siklus I sebesar 72,80, karena belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan maka dilakukan tindakan pada siklus II. Untuk siklus II terjadi peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa yang signifikan dari 72,80 atau 72,80% menjadi 84,20. Maka penelitian pada siklus II ini telah mencapai target capaian.
B.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru dan membuat kesimpulan pembelajaran. 2. Penggunaan model kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran menyebabkan proses pembelajaran menjadi menyenangkan yang berakibat antusiasme siswa menjadi meningkat.
88
3. Penggunaan model kooperatif tipe NHT
memudahkan siswa dalam
memahami konsep, materi dalam pelajaran IPS. 4. Pentingnya guru dalam menggunakan model pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan motivasi belajar IPS.
C.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya dalam hal ini kepala sekolah senantiasa menyarankan kepada guru untuk menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang diajarkan. Sehingga dapat menunjang penanaman konsepkonsep dari abstrak menjadi nyata. Hal ini untuk meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS. Selain itu, pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, memudahkan pemahaman siswa dan peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. 2. Bagi Guru Dalam melaksanakan pembelajaran IPS guru tidak hanya menggunakan model pembelajran konvensional tetapi dapat menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, selain itu disarankan juga untuk meningkatkan proses pembelajaran menjadi aktif, efektif diharapkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, saling menghargai pendapat orang lain, meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS serta meningkatkan komunikasi dengan orang lain, sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa, disarankan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
89
3. Bagi Siswa Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari pada teman kelompoknya secara bergantian, serta menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran, selain itu siswa hendaknya memanfaatkan media pembelajaran yang telah disiapkan, aktif mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok yang diberikan guru, lebih meningkatkan motivasi belajar. Dalam belajar, janganlah hanya menghafalkan tetapi cobalah untuk memahami maksudnya serta cara pengerjaan suatu hal. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Untuk Peneliti Lanjut Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penelitian ini, perlu diupayakan adanya penelitian lain. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lain mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu alternatif meningkatkan motivasi belajar siswa yang belum terdapat dalam penelitian ini.
90
DAFTAR PUSTAKA A. Dakir, Sri Haryati, Sarmino, K. Hardono, Daliman. 2002. Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Surakarata: Universitas Sebelas Maret. Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anita Lie. 2004. Cooperatif Learning. Bandung: Rosdakarya. ------------ 2002. Cooperatif Learning. Bandung: Rosdakarya. Anni, Catharina Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Depdiknas. Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia. Bungin,M.Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Fajar Interpratama Cole, P. G. 1994. Teaching Principles and Practice:Prentice Hall Dian Kurniasih Wahyusari (2009) ”Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar IPS siswa Kelas V SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan”. www.google.co.id/search.number-head-together&html. Diakses pada Rabu 6 Januari 2010 Dimyati & Mujiono. 2009 Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta. ---------1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Etin Solihatin. 2007. Cooperatif Learning. Jakarta: Bima Aksara. GBPP.1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. H. Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Isjoni. 2010. Cooperatif Learning: Bandung: ALFABETA. Kurikulum. 1994. Kurikulum Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya.
91
Milles dan Huberman. 2000. Model-model Analisis Penelitian Tindakan Kelas. ……………………………………. Muhammad Ali. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung: Angkasa. Mulyono Abdurahman. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Nana Sudjana. 2000. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rodaskarya. ----------2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rodaskarya. Nanang Hanifah & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pmbelajaran. Bandung: PT Rafika Aditama. Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM. Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika. ----------2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. ----------2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika. Peraturan Pemerintah. 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Poerwadarminta, WJS. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. “ Pedoman Penulisan Skripsi” 2009 Universitas Sebelas Maret. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rodaskarya Sardiman, AM. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Perss. ----------2009. Interaksi & motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Skeel J. D, (1995), Elementary Social Studies, Chalenger for Tomorrow’s World, USA, Harcourt Brace College Publishers. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Sebelas Maret University Press Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
92
Suciati, Prasetya Irawan. 1993. Teori Belajar dan Motivasi : Pusat antar Universitas. Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.(edisi revisi): Bumi Aksara. ----------2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekaten Preaktik. Jakarta: Rineka Cipta. Supriyanto (2009), ”Penerapan Pembelajaran kooperatif Model NHT (Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran sejarah Kelas VIII E SMP Negeri 18 Malang”. karyailmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/817. Diakses pada Rabu 6 Januari 2010. Toeti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra. 1998. Teori Belajar dan ModelModel Pembelajaran. Pusat Antar Universitas: Depdikbud. Tom V. Savage and David G. Armstrong. (1996). Effective Teaching in Social Studies. Third Edition. New Jersey: Prentice Hall. Trianto,S. 2007. Model-model Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Inovatif
Berorientasi
Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas Vii Smp Miftahul Huda Kecamatan Ngadirojo Pacitan.Skripsi tidak dterbitkan. W. S. Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia www.exspresiriau.com/teoka/artikel-tulisan-pendidikan/prosespembelajaranips di-sd. 28 Januari 2010
-
www.hajrie27.wordprees.com/ilmu-pengetahuansosial-di-sd. 28 Januari 2010 www.Spiritente.Blogspot.com/2008/06/Quo-vadis-pendidikan-ips-diindonesia.html.1 Februari 2010 www.Teachervision.fen.com/group-work/cooperative-learning.html. Diakses pada 28 Februari 2010. www.damandiri or.id / file/yusufunsbab.2. pdf Diakses pada, Kamis 20 Mei 2010.
93
http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/ Diakses pada, Kamis 20 Mei 2010. http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/proses-pembelajaran-ips-di-sd/ Diakses pada, 28 Maret 2010.
94