RELEVANSI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NU NAWA KARTIKA KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Bidang Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : M. IZZUDDIN ABDULS SALAM NIM : 131310001247
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA 2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp
: 4 (empat) eks
Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. M. Izzuddin Abdulssalam
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan sebelumnya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: M. Izzuddin Abdulssalam
NIM
: 131310001247
Progdi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: RELEVANSI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NU NAWA KARTIKA KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’ alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Jepara,
September 2015
Dosen Pembimbing
Drs, Maswan, MM.
ii
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNSINU) JEPARA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)
Akreditasi BAN-PT : Peringkat B Nomor : 192/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/IX/2013
Ijin Penyelenggaraan SK Mendikbud RI Nomor : 149/E/O/2013
PENGESAHAN Nama : M. Izzuddin Abdulssalam NIM
: 131310001247
Judul : RELEVANSI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NU NAWA KARTIKA KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude/ baik / cukup, pada tanggal :
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I Tahun akademik 2014/2015. Jepara,
2015
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Penguji I
Penguji II
Dosen Pembimbing
iii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi bahan rujukan.
Kudus, September 2015 Deklarator
M. Izzuddin Abdulssalam NIM 131310001247
iv
HALAMAN MOTTO
” Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah dikerjakan.”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi : 1. Ayah bunda tercinta, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta ayah bunda padaku. 2. Istriku tercinta (Tutik Amalia) yang tanpa henti-hentinya memberikan motivasi dan selalu menanti dalam perjuangan dan cita-cita. 3. Kakak dan Adik-adik ku yang sangat kusayangi, serta keponakanku yang lucu-lucu terima kasih telah menjadi penyemangat dan sumber inspirasi disaat aku keletihan menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan, aku dapat menjadi contoh yang baik bagi kalian sehingga kalian mampu manjadi sosok yang jauh lebih hebat dari ku. Tak lupa terimakasih kepada seluruh keluarga besar saya. 4. Keluarga Besar BPPMNU Nawa Kartika yang selalu memberikan semangat dan dorongan agar aku melanjudkan pendidikan yang lebih tinggi 5. Para Kyai/Asatidz/Dosen UNISNU Jepara yang menjadi media waktu penulis menimba dan menggali ilmu yang penulis dapatkan di kampus hijau tercinta, semoga ilmu yang penulis dapatkan dapat bermanfaat dan barokah, Fiddini Wad Dunya Hattal Akhiroh. 6.
Kawan-kawan seperjuangan kelompok satu (Yi Halim, Yi Saefudin, Gus Ahzam, Pak Ridho serta Mas Burhan) di Kampus tercinta UNISNU Jepara.
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Hamdan wa Syukron Lillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., Illahi Rabbi yang selalu bersemayam di hati kita, yang senantiasa mengizinkan kita menjadi sebagai orang mukmin mukminah lahir dan batin. Shalawat serta salam selalu penulis curahkan keharibaan insan termulia, habibina wasyafi’una Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Rasul yang senantiasa kita rindukan kehadirannya, utusan Allah yang membawa kabar gembira untuk umat Islam sedunia. Berkat karunia dan ridla-Nya penulis telah menyelesaikan penyusunan Skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara dengan judul “Relevansi Pendidikan Kepramukaan Terhadap Pendidikan Agama Islam Di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015” Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak,
sehingga penyusunan skripsi ini dapat
selesai dengan baik dan sukses. Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, saran, dan arahan dari berbagai pihak, yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan material maupun spiritual. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom H.M., selaku Rektor UNISNU Jepara.
2.
Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara.
3.
Bapak H. Mufid, M.Ag. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).
4.
Bapak Drs. Maswan, MM selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
vii
5.
Para dosen/staf pengajar dan segenap civitas akademika di lingkungn UNISNU Jepara yang membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan sksripsi ini.
6.
Bapak M. Ansori, S.Pd.I, selaku kepala SD NU Nawa Kartika Kudus yang telah memberikan izin dalam penelitian skripsi ini.
7.
Bapak M. Yusrun Nada, S.Pd. selaku Pembina Pramuka yang telah membantu dan meluangkan waktu saat penulis mengadakan penelitian.
8.
Keluargaku yang menyulutkan api semangat dalam mengarungi kehidupan ini.
9. Teman-temanku UNISNU Jepara Kelas Reguler 2-E angkatan 2011 yang telah banyak memberikan support dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 10. Seseorang yang selama ini mendampingi dalam pembuatan skripsi dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, yang telah membantu dan menghantarkan pada penyusunan skripsi ini. Atas segala bantuan yang mereka curahkan, penulis hanya dapat mendo’akan semoga amal baik mereka diterima di sisi Allah SWT sebagai amal shaleh, Amin. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya. karena itu, kritik konstruktif dari siapapun diharapkan menjadi semacam suara yang dapat menyapa tulisan ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses kreatif berikutnya. Namun demikian, sekecil apapun makna yang terjelma dalam tulisan inipun juga diharapkan ada manfaatnya. Kudus, September 2015 Deklarator
M. Izzuddin Abdulssalam NIM 131310001247
viii
ABSTRAK M. Izzuddin Abdulssalam (NIM 131310001247).Relevansi Pendidikan Kepramukaan Terhadap Pendidikan Agama Islam Di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015: Program Strata 1 Prodi Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) bagaimana pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015; (2) apa keunggulan dan kelemahan pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015; (3) bagaimana relevansi pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan di SD NU Nawa Kartika Kudus, yang terletak di Langgar Dalem Kecamatan Kota Kudus. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Deskriptif Kualitatif dengan mereduksi data, penyajian data dan verifikasi. Hasil penelitian: (1) Pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus mempunyai ciri khas yaitu sebelum proses latihan pramuka dimulai, pembina terlebih dahulu mempersiapkan Rencana Program Latihan (RPL) yang dibuat 3 bulan sekali yang digunakan sebagai acuan berlatih pramuka agar pelatihan dapat berjalan lebih efektif sesuai dengan alur yang telah direncanakan. Proses latihan kepramukaan dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu kegiatan awal atau pendahuluan, dimulai dengan upacara pembukaan, dilanjutkan nyayian yel-yel penyemangat anggota, kegiatan inti dengan materi, kegiatan akhir penutup dengan evaluasi serta penarikan kesimpulan, setelah itu diakhiri dengan do’a dan ditutup dengan upacara penutupan latihan; (2) Keunggulan pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus adalah: Kehadiran pembina yang selalu disiplin, tepat waktu, memberikan teladan bagi para anggota pramuka. Pembina mampu memberikan motivasi dan reinforcement (penguatan) keoptimalan dalam berlatih kepramukaan, sehingga pengamalan Dasa Dharma sebagai kode kehormatan Gerakan Pramuka dan terdapat nilai-nilai Islamnya yang di ajarkan kepada anggota pramuka sesuai dengan harapan. Sedangkan kelamahannya adalah: Anggota pramuka tidak selalu disiplin waktu, misalnya waktu melaksanakan sholat terkadang telat. Waktu kegiatan rutin dimulai jam15.30 sampai 17.00, seharusnya sebelum kegiatan diharuskan untuk sholat terlebih dahulu akan tetapi terkadang sholatnya habis dari kegiatan. Selain itu juga peraturan/tata tertib pada saat kegiatan malam (perkemahan) memang sudah dapat dipatuhi para anggota, akan tetapi terkadang ada orang luar yang memakai atribut pramuka dan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib; (3) Relevansi Pendidikan Kepramukaan Kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah Perkemahan yang rutin dilaksanakan di SD NU Nawa Kartika Kudus ini adalah PerSaMi (perkemahan sabtu minggu). Menjelang perkemahan biasanya ada kegiatan manaqib, dilanjutkan kegiatan sore yaitu istighosah dan tahlilan, sholat berjama’ah, tadarus Alquran, kegiatan haiking, lomba tingkat 1, santunan anak yatim, do’a-do’a, kultum, dan kuliah subuh, yang esensinya terkandung dalam Tri Satya dan
ix
termasuk didalamnya. Dasa Dharma merupakan sebuah ketentuan akhlak/moral, baik yang berhubungan dengan Allah SWT, sesama manusia maupun alam sekitarnya, yang mana dijelaskan bahwa tujuan tertinggi PAI adalah tercapainya akhlak yang sempurna atau keutamaan. PAI berisi tentang moral dan akhlak, baik yang berhubungan dengan Allah (hablumminallah) maupun dengan sesama manusia dan alam sekitarnya (hablumminannnas wa hablumminal’alamin). Metode dalam proses pembelajarannya sama, yaitu dengan menggunakan CTL (contextual teaching and learning) di mana guru dituntut untuk membuat siswa aktif. Hal ini sesuai dengan tujuan madrasah yaitu mengoptimalkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (CTL dan PAKEM). Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para civitas akademika, untuk menambah khazanah keilmuan tarbiyah dan meningkatkan ketajaman analisis tentang praksis pendidikan kepramukaan dan relevansinya dengan pendidikan agama Islam. Kata Kunci: Relevansi, Pendidikan Kepramukaan dan PAI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8 E. Penelitian terdahulu yang relevan .................................................. 8 F. Metode Penelitian ........................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 16 A. Konsep Pendidikan Kepramukaan ................................................. 16 1.
Pengertian Pramuka ................................................................ 16
2.
Nama, status, tempat dan Waktu Gerakan Pramuka ............... 20
3.
Asas, tujuan, tugas pokok dan fungsi Gerakan Pramuka ......... 20
4.
Sifat, upaya dan usaha Gerakan Pramuka ................................ 21
5.
Sistem among dan prinsip dasar Gerakan Pramuka ................. 24
6.
Kode kehormatan Gerakan Pramuka ....................................... 27
B. Dasa Dharma .................................................................................. 28 1.
Pengertian Dasa Dharma ......................................................... 28
2.
Penjelasan masing-masing Dharma ......................................... 29
xi
C. Pendidikan Agama Islam ............................................................... 39 1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam ....................................... 39
2.
Dasar Pendidikan Agama Islam ............................................... 41
3.
Prinsip Pendidikan Agama Islam ............................................. 43
4.
Fungsi Pendidikan Agama Islam ............................................. 44
5.
Tempat Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ....................... 45
6.
Sistem Pendidikan Agama Islam ............................................ 47
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN .................................................... 51 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 51 B. Pendidikan Kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus ........... 69 C. Keunggulan dan kelemahan Pendidikan Kepramukaan terhadap PAI di SD NU Nawa Kartika Kudus ...................................................... 78 D. Relevansi Pendidikan Kepramukaan terhadap PAI di SD NU Nawa Kartika Kudus ................................................................................. 80 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ................................................... 85 A. Pemaparan Hasil Penelitian ............................................................ 85 1
Pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus ..... 85
2
Keunggulan dan kelemahan pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus...... 87
3
Relevansi pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus ..................................... 91
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 95 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ..................................... 97 A. Kesimpulan ..................................................................................... 97 B. Saran ............................................................................................... 99 C. Penutup ........................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran 1 Surat Keterangan SD NU Nawa Kartika Kudus
2.
Lampiran 2 Sertifikat OSPEK
3.
Lampiran 3 Sertifikat KKL
4.
Lampiran 4 Sertifikat PPL
5.
Lampiran 5 Sertifikat KKN
6.
Lampiran 6 Daftar Riwayat Pendidikan
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa di tawar dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu, kelompok, masyarakat, bangsa maupun negara. Karena, tidak mungkin suatu bangsa akan cerdas dan pintar tanpa pendidikan. Di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 mengamanatkan pemerintah negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1 Amanat tersebut sebagai dasar pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup bangsa agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain dalam dunia pendidikan. Dan dalam hal ini, sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan, meningkatkan mutu serta relevan dan efesiensi menejemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan perubahan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
1
UUD 1945 dengan Penjelasannya Amandemen I, II, III & IV UUD 1945 Butirbutir Pancasila Piagam Jakarta Susunan Kabinet Indonesia Bersatu, (Semarang,:Sari Agung t.t), hlm. 1.
1
2
Gerakan pramuka yang diresmikan berdirinya pada tanggal 14 Agustus 1961 merupakan kesinambungan gerakan kepanduan nasional Indonesia yang bertujuan menumbuhkan tunas bangsa menjadi generasi yang
dapat
menjaga
keutuhan,
persatuan
dan
kesatuan
bangsa,
bertanggungjawab serta mampu mengisi kemerdekaan Indonesia. Gerakan ini merupakan gerakan kepanduan satu-satunya di Indonesia, kegiatanya meliputi anak kecil sampai orang dewasa, hal sederhana sampai yang paling maju atau terbaru, misalnya komputer dan lain-lain. Pramuka adalah organisasi yang bertujuan mengolah mental dan mendidik pemuda indonesia menjadi generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa, dengan cara yang menarik dan menyenangkan serta menantang. Sedang Kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan luar pendidikan keluarga di alam terbuka dengan menggunakan prinsip dasar dan metode. 2 Pramuka memiliki cabang-cabang, kepengurusan dari yang terkecil yaitu Gugus Depan, Kwartir Ranting, Kwartir Cabang, Kwartir Daerah, sampai Kwartir Nasional, dan bahkan di luar negeri, pramuka akan terus berkembang mengikuti kemajuan jaman, dan kegiatannya pun akan terus bertambah dan beragam. Gerakan pramuka merupakan badan non pemerintah, yang berusaha membantu pemerintah dan masyarakat dalam membangun bangsanya, 2
Racana Sunan Kudus Rabi’ah Al-Adawiyah STAIN Kudus Periode 2009-2010, Buku Materi Kepramukaan Jilid II, 2009, hlm. 1.
3
khususnya di bidang pendidikan, melalui kegiatan kepramukaan dengan menggunakan prinsip dasar metode pendidikan kepramukaan. Supaya mereka menyadari bahwa gerakan pramuka adalah milik masyarakat dan ikut berperan dalam pembentukan pribadi anak dan pemuda sebagai kader bangsa. Pendidikan dalam gerakan pramuka dimaksudkan dan diartikan secara luas
sebagai
suatu
proses
pembinaan
sepanjang
hayat
yang
berkesinambungan atas peserta didik, baik sepanjang individu maupun sebagai anggota masyarakat dengan sasaran menjadikan mereka sebagai manusia mandiri, peduli, bertanggung jawab, dan berpegang teguh pada nilai dan norma masyarakat. Pendidikan lewat kepramukaan pada hakekatnya dilakukan oleh peserta didik sendiri, karena peserta didik difungsikan oleh pembinanya sebagai subyek pendidikan. Merekalah yang merencanakan kegiatan dan mereka pula yang melaksanakannya, sedang pembina berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator, konsultan, dengan pemasok metode apa yang tepat digunakan. 3 Peserta didik yang diperankan sebagai subyek pendidikan, diharapkan memiliki motivasi diri bahwa mereka harus selalu berusaha meningkatkan kualitas diri di bidang mental atau spiritual, moral, intelektual, fisik, sosial, dan emosionalnya agar dapat mengambil peran aktif dalam kehidupannya di masyarakat, bangsa, dan negara.
3
LEMDIKANAS (Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Tingkat Nasional), Panduan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan : Tingkat Penegak,(Semarang, 2008) Edisi II, hlm. 9.
4
Gerakan pramuka merupakan wadah yang tepat untuk para anak anak sekolah dasar dalam menghadapi tantangan zaman. Tri Satya dan Dasa Dharma merupakan filter yang ampuh dalam membentuk nilai-nilai dan sikap bagi anggota gerakan pramuka. Dua alat tersebut dapat dijadikan senjata bagi anggota pramuka dalam menghadapi tantangan hidup. Tri
Satya
dan
Dasa
Dharma
merupakan
kode
kehormatan
kepramukaan yang merupakan janji dan ketentuan moral pramuka yang wajib ditepati dan diamalkan setiap hari dalam kehidupan peserta didik. Setiap anggota gerakan pramuka wajib memahami isi dari konsep Dasa Dharma dalam pendidikan pramuka. Dalam kegiatan pramuka di tingkat GuDep, Dasa Dharma menjadi materi wajib di setiap tingkatan, mulai dari tingkatan penggalang, penegak sampai pandega. Moralitas di kalangan peserta didik saat ini telah menjadi isu nasional yang memprihatinkan. Maraknya fenomena kenakalan remaja, mulai dari tawuran (perkelahian massal), pelanggaran norma, hingga penyimpangan perilaku yang menjurus pada tindak kriminal mengindikasikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan di kalangan pelajar dewasa ini telah memudar. Sekaligus menjadi sinyal ketidakberhasilan pembinaan keimanan dan ketakwaan di sekolah. Moral esensinya diajarkan oleh pendidikan agama Islam. Nilai atau ajaran Islam yang diajarkan pada peserta didik bertujuan membentuk hamba Allah yang bertakwa dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan duniawi dan ukhrowi, yang semuanya itu berujung pada terbentuknya insan
5
kamil
(manusia
sempurna)
yang
menurut
imam
Ghazali
adalah
kesempurnaan manusia yang berujung taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan kesempurnaan manusia yang berujung pada kebahagiaan dunia dan kesentosaan akhirat. 4 Pelaksanaan Pendidikan Agama pada umumnya serta Pendidikan Agama Islam pada khususnya di sekolah-sekolah umum tersebut semakin kokoh oleh berbagai terbitnya perundang-undangan selanjutnya, hingga lahirnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada peserta didik. Dalam pasal 3 UU No.20/2003 menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dan pasal 37 ayat (1.a) menegaskan bahwa pendidikan agama wajib ada di dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah, serta pasal 37 ayat (2.a) menyatakan bahwa pendidikan agama wajib ada di dalam kurikulum pendidikan tinggi. 5 PAI di sekolah secara umum bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim utuh. Dalam UU Sisdiknas, istilah
4
Abdurrahman Mas’ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang ,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2001), hlm. 40. 5 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam : Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008), hlm 158-159.
6
berkepribadian utuh yang diidentifikasi sebagai pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Selanjutnya, dalam kerangka pembinaan iman dan takwa (imtak) di sekolah, ada tiga aspek yang saling mempengaruhi. Pertama, aspek substansi yang berkaitan langsung dengan aktivitas pembelajaran PAI yang dilaksanakan guru, baik dalam setting kelas maupun di luar kelas, mulai dari perencanaan, tatap muka pelaksanaan, hingga penilaian. Dalam hal ini, yang sangat andil dalam PAI adalah guru agama. Guru agama, di samping melaksanakan tugas keagamaan, juga melaksanakan tugas
pendidikan
dan
pembinaan
bagi
peserta
didik,
membantu
pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran PAI tidak boleh berhenti pada proses transformasi pengetahuan (kognitif) saja, melainkan juga harus memberikan penekanan terhadap proses aktualisasi nilai-nilai (afektif) dan psikomotor. Guru dapat menggunakan berbagai metode yang mampu memotivasi peserta didik untuk dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara benar melalui proses kreativitas, penemuan, dan pengalaman. Pendidikan agama Islam memberikan bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam. Penanaman sikap dan nilai-nilai Islam juga telah dilaksanakan oleh pendidikan agama Islam, akan tetapi pendidikan kepramukaan juga masih tetap diselenggarakan, karena di dalam pendidikan
7
kepramukaan juga terdapat ketentuan moral yang harus di taati oleh para anggotanya yang terangkum dalam Dasa Dharma. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang “Relevansi Pendidikan Kepramukaan Terhadap Pendidikan Agama Islam Di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan
yang
perlu
untuk
dikaji,
adapun
permasalahan tersebut adalah: 1.
Bagaimana pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?
2.
Apakah keunggulan
dan kelemahan pendidikan kepramukaan
terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015? 3.
Bagaimana relevansi pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari skripsi ini sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?
8
2.
Untuk
mengetahui
keunggulan
dan
kelemahan
pendidikan
kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015? 3.
Untuk mengetahui relevansi pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?
D.
Manfaat Peneltian Manfaat penelitian dari skripsi ini sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan tarbiyah dan meningkatkan ketajaman analisis tentang praksis pendidikan kepramukaan dan relevansinya dengan pendidikan agama Islam.
2.
Manfaat Praktis Bagi peserta didik, dapat memahami dan mengamalkan kode etik pendidikan kepramukaan dalam kehidupan sehari-hari yang relevan dengan pendidikan agama Islam.
E.
Penelitian Terdahulu Yang Relevan Adapun penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1.
Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam Zakiah Daradjat mengemukakan
9
masalah relevansi pendidikan dapat ditinaju dari tiga segi, yaitu: 6 a.
Relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup murid. Dalam menetapkan bahan pendidikan yang akan diajarkan hendaknya dipertimbangkan sejauh mana bahan tersebut sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar murid.
b.
Relevansi dengan perkembangan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.
c. 2.
Relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.
Dalam buku “Ilmu Pendidikan Ahmad Tafsir” menjelaskan bahwa Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits serta akal. Jika demikian, maka ilmu pendidikan agama Islam ilmu yang berdasarkan Al-Qur’an, hadits dan akal. 7
3.
Skripsi Nur Hapi dengan judul: “Studi Kontribusi Ekstra Kurikuler Pramuka Terhadap Keberhasilan Pembinaan Akhlak Siswa Di SMP negeri I Gumukmas Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2008/2009”. Fokus penelitian ini membahas teori tentang Keberhasilan Pembinaan Akhlak dalam gerakan pramuka dan Hasil penelitian anatara lain: Kontribusi pramuka dalam keberhasilan pembinaan akhlak siswa 6
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992),hlm.125. 7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. X, hlm. 12.
10
dengan jalan menanamkan kode etik pramuka yaitu Tri Satya Dan Dasa Dharma dalam kegiatan sehati-hari dan didukung dengan ceramah agama dan bentuk pengaplikasiaannya dalam kehidupan bermasyarakat. 8 4.
Skripsi Hendry Maryanto dengan judul: “Implementasi Dharma Dalam Gerakan Pramuka Guna Mendidik Ketauhidan Siswa di SD 2 Rejosari Dawe Kudus”. Fokus penelitian ini membahas tentang penerapan Dasa Dharma dalam kode kehormatan Gerakan Pramuka Guna Mendidik Ketauhidan dalam diri siswa atau anggota pramuka penggalang yang berlangsung dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler. Hasil penelitian antara lain: penekanan pada pendidikan ketauhidan, kakak pembina pramuka menyampaikan berbagai nasehat, bimbingan, lembar kegiatan anggota, dan pengawasan
yang ditekankan pada
pengamalan sholat lima waktu dan latihan tilawatil qur’an, baik terhadap sesama dan lingkungan alam, baik dari segi praktek maupun penghayatan nilai-nilai dasa dharma itu sendiri. 9 Dari penelitian yang hendak dilakukan, penulis ingin mengetahui adakah Relevansi Pendidikan Kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
8
Nur Hapi, “Kontribusi Ekstra Kurikuler Pramuka Terhadap Keberhasilan Pembinaan Akhlak Siswa Di SMP negeri I Gumukmas Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi, TAR/PAI, STAI JEMBER, Tahun 2009. 9 Hendry Maryanto, “Implementasi Dasa Dharma dalam Gerakan Pramuka Guna Mendidik Ketauhidan siswa Sebagai Ekstra Kulikuler di SD 2 Rejosaro Kec.Dawe Kab.Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi, TAR/PAI, STAIN KUDUS, Tahun 2011.
11
F.
Metode Penelitian 1.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif, dengan fokus penelitian hanya mendeskripsikan tentang relevansi pendidikan kepramukaan terhadap pendidikan agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
2.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. a.
Metode Observasi Metode ini penulis gunakan untuk mengamati proses kegiatan pelaksanaan
pendidikan
kepramukaan
dari
kegiatan
awal
(pendahuluan) sampai akhir penutup, sikap pembina pramuka dan anggota pramuka, letak geografis, serta pengamalan ibadah seperti sholat berjama’ah ashar sebelum melaksanakan kegiatan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus. b.
Metode Wawancara Metode ini penulis mengadakan tanya jawab langsung dengan guru pendidikan agama Islam tentang bagaimana kesesuaian antara PAI dan kegiatan kepramukaan, pembina pramuka tentang bagaimana proses kegiatan kepramukaan dan peserta didik sebagai
anggota
pramuka
tentang
bagaimana
mereka
12
mengamalkan
kode
etik
kepramukaan
yang
didalamnya
terkandung nilai-nilai agama Islam. c.
Metode Dokumentasi Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi data pengumpulan. Jenis dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini antara lain: Draf tentang profil SD NU Nawa Kartika Kudus
3.
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini teknik analisis data kualitatif yang digunakan adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkrit itu di generalisasikan yang mempunyai sifat umum. Adapun secara garis besar analisis data dari penelitian ini sebagai berikut: a.
Reduksi data Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang diperoleh dari hasil wawancara pada pembina pramuka, guru PAI, dan peserta didik juga sebagai anggota pramuka di rangkum dan di pilih. Data yang peneliti reduksi lebih difokuskan pada hal yang berkaitan dengan penelitian, yaitu kegiatan kepramukaan yang relevan dengan PAI.
13
b.
Penyajian data Data yang telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan aspek-aspek dan penelitian, penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif ini, penulis menyajikan data rinci, terurai, dengan teks yang bersifat naratif. Data
yang
disajikan
yaitu
tentang
praksis
pendidikan
kepramukaan, relevansinya dengan PAI, dan juga kelemahan serta keunggulannya. Kesesuaian antara kegiatan kepramukaan dengan PAI dari observasi dan wawancara kepada Pembina pramuka. c.
Verifikasi Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka dalam penyimpulan data peneliti menggunakan teknik induktif. Yang mengambil dengan berdasar fakta-fakta yang ada dilapangan secara khusus yang di tarik kesimpulan secara umum. Sehingga membentuk suatu kesimpulan yang baru,
utuh dan
saling terkait satu dengan yang lain.
G.
Sistematika Secara garis besar, skripsi pembahasan ini terdiri dari tiga bagian yaitu : 1.
Bagian Muka Bagian muka skripsi terdiri dari : halaman sampul judul, halaman abstrak, halaman motto dan persembahan, halaman persetujuan
14
pembimbing, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel dan halaman daftar lampiran. 2.
Bagian Isi Dalam bagian ini, berupa isi atau batang tubuh karangan, yang memuat: Bab I
Pendahuluan Meliputi : Latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II
Landasan Teori Bab ini berisi : Deskripsi teori tentang konsep pendidikan pramuka, Dasa Dharma Pramuka dan konsep pendidikan agama Islam
Bab III
Kajian Objek Penelitian Dalam bab ini berisi : a.
Gambaran umum lokasi penelitian.
b.
Bagaimana pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
c.
Keunggulan dan kelemahan pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
15
d.
Relevansi
pendidikan
kepramukaan
terhadap
Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Bab IV
Analisis Hasil Penelitian Bab ini berisi : Analisis relevansi pendidikan kepramukaan terhadap pendidikan agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus
Bab IV
Penutup Berisi tentang : Kesimpulan, saran dan kata penutup.
3.
Bagian Akhir Bagian akhir skripsi memuat: halaman daftar pustaka, halaman lampiran-lampiran dan halaman daftar riwayat hidup penulis.
.
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Konsep Pendidikan Kepramukaan 1.
Pengertian Pramuka Nama pramuka berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata praja, artinya warga, rakyat dalam suatu negara dan kata moeda, artinya mereka yang berjiwa muda atau masih muda apabila di lihat dari segi usia (7 hingga 25 tahun), serta kata karana, artinya kesanggupan, kemampuan, dan keuletan dalam berkarya. 1 Jadi pramuka (Praja Muda Karana) berarti pemuda yang giat bekerja. Menurut Lord Baden Powell (bapak pandu dunia) yaitu: “Kepramukaan itu bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anakanak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya ”. 2
1
Sarkonah, Panduan Pramuka Penggalang, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2011), hlm. 3. 2 Andri BoB Sunardi, Boyman Ragam Latihan Pramuka, Bandung: Nuansa Muda, Cet IV, 2006), hlm. 3.
16
17
Sedangkan menurut Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (ARTGP) pasal 7 ayat 1 kepramukaan adalah: “Proses pendidikan yang dilakukan di luar sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur”. 3 Dari beberapa pengertian kepramukaan tersebut, maka hakikat kepramukaan adalah: “Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggungjawab orang dewasa. Di dalam kelas ada guru dan siswa yang diartikan sebagai orang tua dan anak. Ada aturan-aturan yang membatasi siswa dalam berperilaku kepada gurunya. Apa yang dipelajari dalam kelas juga cenderung formal. Sedangkan pendidikan kepramukaan tidak ada status orang tua dan anak, yang ada hanya kakak dan adik. Dan kegiatannya tidak berfokus pada materi-materi akademik. Melainkan materi-materi khusus kepramukaan yang diselingi dengan permainan (game) sehinga dapat mengurangi rasa jenuh. Pramuka dilakukan di luar jam sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk ekstrakurikuler yang dapat dipilih oleh siswa sebagai kegiatan tambahan selain belajar di dalam kelas bersama guru.
3
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (ARTGP) pasal 7 ayat 1, th 2005, hlm. 28.
18
a.
Sejarah Pramuka Indonesia Kepanduan masuk ke Indonesia pertama-tama di bawa oleh orang Belanda. Organisasinya bernama NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeninging) yang artinya persatuan pandu-pandu Hindia Belanda. Baden Powell mengatakan bahwa “pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting karena merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia”. Atas gagasan tersebut oleh pemimpin-pemimpin gerakan nasional di bentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional. Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia adalah berdirinya organisasi Boedi Oetomo, 20 Mei 1908. Kemudian peristiwa Sumpah Pemuda, 28 oktober 1928, yang menjiwai Gerakan Kepanduan Nasional kita bergerak semakin maju merupakan semangat Nasionalisme. Dengan meningkatnya kesadaran Nasional setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti JPO (Javaanse Padvinders Organisatie), PK (Panduan Kesultanan), PPS
(Pandu
Pemuda
Sumatra)
(Kepanduan Bangsa Indonesia).
bergabung
menjadi
KBI
19
Kemudian tahun 1931, terbentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia)
yang
berubah
menjadi
BPPPKI
(Badan
Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia. Pada waktu pendudukan Jepang,
organisasi-organisasi
organisasi
kepanduan
harus
kepanduan bergabung
dilarang. dengan
Semua
organisasi-
organisasi kepemudaan bentukan Jepang, seperti Seinendan, Keibondan, Heiho, dan Peta. Dan setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, berdiri kembali organisasi-organisasi kepanduan, hingga mencapai jumlah lebih dari 100 organisasi, yang tergabung dalam 3 federasi, yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia, 13 September 1951), PORPINDO (Persatuan Pandu Putri Indonesia, tahun 1954), dan PKPI (Persatuan Kepanduan Putri Indonesia). Kemudian, ketiganya bergabung menjadi satu dalam PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia), sekitar 60 organisasi dengan ± 500.000 anggota pandu. Akhirnya di sadari bahwa banyaknya organisasi kurang baik untuk
persatuan
bangsa.
Maka
pemerintah
mengeluarkan
KEPPRES No. 238 tahun 1961 tentang gerakan pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 di tanda tangani oleh perdana menteri RI Ir. Juanda. 4 Dalam pidato presiden pada Maret 1961, menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, gerakan pramuka
4
Andri BoB Sunardi, Op Cit, hlm. 34.
20
telah ada dan di kenal oleh masyarakat. Untuk itu KEPPRES RI No. 238/61 perlu ada pendukungnya, yaitu para pengurus dan anggota pramuka itu sendiri. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini di pegang oleh MAPINAS (Majlis Pimpinan Nasional) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Pada 14 Agustus 1961, secara resmi Gerakan Pramuka di perkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Dan setiap tanggal 14 Agustus diperingati sebagai hari Gerakan Pramuka. 5 b. Nama, Status, Tempat, Dan Waktu Gerakan Pramuka Organisasi ini bernama Gerakan Pramuka yaitu Gerakan Kepanduan Praja Muda Karana. Yang berstatus badan hukum dan berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia dan didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961, sebagai kelanjutan dan pembaruan gerakan kepanduan nasional Indonesia. Sedang Hari Pramuka adalah tanggal 14 Agustus. 6 c.
Asas, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Gerakan Pramuka Gerakan Pramuka berasaskan Pancasila, yang selalu mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan
5
Sarkonah, Op Cit, hlm. 12-13. Kwarnas. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. (Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka, 2009), hlm. 5. 6
21
mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisiknya sehingga menjadi Manusia berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur yan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, emosional, dan tinggi moral selalu Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya dan Kuat dan sehat jasmaninya. Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi
generasi yang
lebih baik, bertanggung jawab,
mampu membina dan mengisi kemerdekaan nasional serta membangun dunia yang lebih baik. Gerakan Pramuka berfungsi sebagai lembaga pendidikan non formal, di luar sekolah dan di luar keluarga, dan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda berlandaskan Sistem Among dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, dan Motto Gerakan Pramuka
yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia. 7 d. Sifat, Upaya, dan Usaha Gerakan Pramuka Gerakan
Pramuka adalah
gerakan
kepanduan
nasional
Indonesia yang organisasi pendidikannya bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama. Dan bukan 7
Kwarnas. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Kwarnas Gerakan Pramuka, Jakarta, 2005, hlm. 6.
22
organisasi kekuatan sosial-politik, yang menjalankan kegiatan politik praktis. Melainkan oreganisasi membantu masyarakat dengan melaksanakan pendidikan bagi kaum muda, khususnya pendidikan non formal di luar sekolah dan di luar keluarga. Yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Segala upaya dan usaha Gerakan Pramuka diarahkan untuk mencapai tujuan Gerakan Pramuka. Yakni Menanamkan dan menumbuhkan budi pekerti luhur dengan cara memantapkan mental, moral, fisik, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman melalui kegiatan: 1) Keagamaan, kepada
untuk meningkatkan iman dan
ketakwaan
Tuhan Yang Maha Esa, menurut agama masing-
masing. 2) Kerukunan hidup beragama antar umat seagama dan antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lain. 3) Penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memantapkan jiwa Pancasila dan mempertebal kesadaran sebagai warga negara yang bertanggungjawab terhadap kehidupan dan masa depan bangsa dan negara 4) Kepedulian terhadap sesama hidup dan alam seisinya
23
5) Pembinaan dan pengembangan minat terhadap kemajuan teknologi dengan keimanan dan ketakwaan. 8 Lima hal di atas memiliki relevansi dengan semangat ajaran agama islam 1) Firman Allah tentang iman dan taqwa (QS : Ali Imron : 102 )
2) Firman Allah tentang hidup beragama (QS. Al-Hujurat : 13)
3) Firman Allah tentang penghayatan dan pengamalan pancasila (QS : Al Maidah : 8 )
4) Firman Allah tentang penghayatan dan pengamalan pancasila (QS : Al Baqoroh : 205)
5) Firman Allah tentang ilmu dan teknologi (QS : Al 'Ankabuut : 20) 8
Ibid, hlm. 7-8.
24
e.
Sistem Among dan Prinsip Dasar Gerakan Pramuka Pendidikan nasional bersendikan Sistem Among, artinya menanamkan jiwa merdeka yang mengandung sifat disiplin diri dan
mandiri
dalam rangka saling ketergantungan. Senantiasa
mendidik anak menjadi manusia merdeka jasmani, rohani, dan pikirannya,
disertai rasa
tanggung jawab dan kesadaran akan
pentingnya bermitra dengan orang lain, yang dituntut bersikap dan berperilaku: Ing ngarso sung tulodo, ,Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. 9 8F
Ketiga sikap tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, karena merupakan satu kebulatan sikap. Dan pengertian tut wuri handayani itu sebenarnya meliputi ketiga sikap tersebut. Semboyan tiga sikap dasar ini sekarang dijadikan pula prinsip utama dari kepemimpinan pancasila dalam rangka proses pelaksanaan P-4 (pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila), dengan prinsip tersebut proses kemajuan masyarakat diharapkan berjalan dengan selaras dan manusiawi. 10 9F
9
Kwarnas, Op Cit, hlm. 9. Retno Sriningsih Satmoko, Landasan Kependidikan (Pengantar kea rah Ilmu Pendidikan Pancasila), (Semarang: CV. IKIP Semarang Press, Cet 2, 2000), hlm. 128. 10
25
Adapun Prinsip Dasar Kepramukaan ialah asas yang mendasari kegiatan kepramukaan dalam upaya membina watak peserta didik. Analog dengan fondasi, semakin kuat prinsip dasar kepramukaan dalam diri peserta didik semakin kuat pula jiwa kepramukaannya. Prinsip Dasar Kepramukaan adalah : 1) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya. 3) Peduli terhadap diri pribadinya. 4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka. Prinsip Dasar Kepramukaan berfungsi sebagai Norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka, Kode Etik Gerakan Pramuka, Landasan sistem nilai Gerakan Pramuka, Pedoman dan arah pembinaan kaum muda anggota Gerakan Pramuka dan Landasan gerak dan kegiatan Gerakan Pramuka mencapai sasaran dan tujuannya. 11 Sedangkan
metode
ialah
suatu
cara/teknik
untuk
mempermudah tercapainya tujuan kegiatan. Metode pendidikan kepramukaan adalah cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan pendidikan kepramukaan yang menarik, menyenangkan dan menantang, yang disesuaikan dengan
11
LEMDIKANAS (Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka) Candradimuka, Bahan Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Jakarta, 2008, hlm. 20-21.
26
kondisi, situasi dan kegiatan peserta didik. Metode pendidikan kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui: 1) Pengamalan kode kehormatan pramuka. 2) Belajar sambil melakukan (Learning by doing). 3) Sistem beregu (Patrol system). 4) Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda. 5) Kegiatan di alam terbuka. 6) Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan. 7) Sistem tanda kecakapan. 8) Sistem satuan terpisah untuk putra dan putri. 9) Kiasan dasar. Metode pendidikan kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari prinsip dasar pendidikan kepramukaan. Karena dalam
pelaksanaannya
dalam
kepramukaan
terpadu
dengan
kepramukaan.
Dalam
penerapan
suatu
kegiatan
pelaksanaan atau
pendidikan
prinsip
penggunaan
dasar metode
pendidikan kepramukaan selalu di jiwai oleh prinsip dasar kepramukaan. 12
12
PUSDIKLATNAS (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Nasional) Candradimuka, Bahan Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Jakarta, 2010, hlm. 31 dan 34.
27
f.
Kode Kehormatan Gerakan Pramuka Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas Janji yang disebut Satya dan Ketentuan Moral yang disebut Dharma merupakan satu unsur dari Metode Kepramukaan dan alat pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan. Yang merupakan Kode Etik anggota Gerakan Pramuka baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat sehari-hari yang diterimanya dengan sukarela serta ditaati demi kehormatan dirinya yang disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmaninya yaitu: 1) Pramuka Siaga terdiri atas Dwisatya dan Dwidharma. 2) Pramuka Penggalang terdiri atas Trisatya Pramuka Penggalang dan Dasadharma. 3) Pramuka Penegak dan Pandega terdiri atas Trisatya Pramuka Penegak dan Pandega terdiri atas Trisatya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dan Dasadharma. 4) Pramuka Dewasa terdiri atas Trisatya Anggota Dewasa dan Dasadharma. 13 Kode kehormatan tersebut, identik dengan harga diri atau kehormatan
diri.
Pelanggaran
terhadap
kode
kehormatan
mengandung pengertian jatuhnya harga diri atau kehormatan diri seorang anggota pramuka. 14
13
Kwarnas, Op Cit, 2005, hlm. 11. ibid, hlm. 38.
14
28
B.
Dasa Dharma 1.
Pengertian Dasa Dharma Dasa berarti sepuluh, sedangkan Dharma berarti bakti. Dasa dharma dapat diartikan sebagai sepuluh kebaktian yang harus diamalkan bagi setiap anggota pramuka dalam kehidupan sehari-hari. 15 Dasa dharma merupakan alat proses pendidikan diri yang progresif untuk mengembangkan budi pekerti luhur. Upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong peserta didik menemukan, menghayati, mematuhi sistem nilai yang dimiliki masyarakat, dimana ia hidup dan menjadi anggota. Dasa Dharma sebagai kode etik organisasi dan satuan pramuka dengan landasan ketentuan moral yang disusun dan ditetapkan bersama aturan yang mengatur hak dan kewajiban anggota, pembagian tanggung jawab dan penentuan putusan. 16 Dasa Dharma yang berarti sepuluh tuntunan tingkah laku adalah sarana untuk melaksanakan satya (janji, ikar, ungkapan kata hati). Isi dari Dasa Dharma sebagai berikut: 1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Cinta ala dan kasih sayang sesama manusia. 3) Patriot yang sopan dan kesatria. 4) Patuh dan suka bermusyawarah. 5) Rela menolong dan tabah. 15 16
Sarkonah, Op Cit, hlm. 34. PUSDIKLATNAS, Op Cit, hlm. 36.
29
6) Rajin terampil dan gembira. 7) Hemat cermat dan bersahaja. 8) Disiplin berani dan setia. 9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya. 10) Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. a.
Penjelasan Masing-masing Dharma 1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Secara etimologis, takwa berasal dari kata waqa-yaqi, wiqayah yang berarti memlihara, menjaga, melindungi, hatihati, menjauhi sesuatu, dan takut azab. Takwa dapat juga berarti al-khauf yang berarti takut kepada azab Allah. 17 Dan secara terminologis, takwa itu merupakan kesadaran lahir dan batin yang mendatangkan suatu konsekuensi untuk taat menlaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh keikhlasan, sesuai dengan kemampuan manusia. 18 Sedangkan pengertian Tuhan ada dua, pertama dari segi kemanusiaan (akal budi), Tuhan adalah zat yang ada secara mutlak yang ada dengan. Zat yang menjadi sumber atau sebab adanya segala sesuatu di dalam alam semesta (couse prima atau sebab pertama). Karena itu, Dia tidak dapat disamakan
17
Ashaf Shaleh, Takwa : Makna dan Hikmahnya dalam Al-Quran, Jakarta: Erlangga, , t.t), hlm. 1. 18 Ibid, hlm. 6.
30
atau dibandingkan dengan apa saja yang ada. Dia mengatasi, melewati, dan menembus segala-galanya. Ke dua, dari wahyu Tuhan sendiri yang dianugerahkan kepada kita melalui firman atau sabdaNya di dalam Kitab suci, kita dapat mengetahui bahwa Dia adalah pencipta Yang Maha Kuasa, Maha Murah, lagi Maha Penyayang Tuhan menjadikan alam semesta termasuk manusia tanpa mengambil suatu bahan atau menggunakan alat. Esa = Satu / Tunggal, Maksudnya bukanlah “satu” yang dapat dihitung. Satu yang dapat dihitung adalah satu yang dapat dibagi atau disbanding-bandingkan. Maka, satu atau esa pada Tuhan adalah mutlak. Satu/tunggal yang tidak dapat dibagi-bagi dan dibandingkan. “Tiada Tuhan selain Allah”. 19 Dalam pengertian takwa terkandung perintah kepada manusia agar dalam tindakan-tindakannya berlaku benar, adil, bergaul baik dengan orang lain dan menghindari permusuhan. Ketakwaan ini menjadi pengarah bagi anggota pramuka untuk bertingkahlaku yang baik dan menghindarkan dari tingkah laku yang buruk. Dalam prakteknya, mengembangan ketakwaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dalam segala kegiatan kepramukaan mulai dari bermain sampai kepada bekerja sama dan hidup bersama. Kegiatan permainan misalnya kita sudah 19
Yusuf Qardhawy, Hakekat Tauhid Dan Fenomena Kemusrikan, Jakarta: Robbani Press, cet I, 1998), hlm. 4.
31
dapat menamkan sifat-sifat jujur, patuh, setia dan tabah. Kalau anak sudah dibiasakan bermaian seperti ini, maka dia akan berkembang menjadi pribadi yang baik, berwatak luhur dan berkepribadian. Akhirnya, akan berguna bagi sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negaranya. Semua ini tiada lain didasarkan pada takwanya kepada Tuhan, Menuntun anak untuk melaksanakan ibadah, seperti dengan sholat ashar berjamaah. 2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia Allah SWT telah menciptakan seluruh alam semesta yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuhan-tumbuhan, dan benda-benda alam. Bumi, alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tersebut diciptakan Allah bagi kesejahteraan manusia.Karena itu,
sudah
selayaknya
pemberian
Allah
ini
dikelola,
dimanfaatkan, dan dibangun. Sebagai makhluk Tuhan yang lengkap dengan akal budi, rasa, karsa dan karya, serta dengan kelima indera manusia patut mengetahui makna seluruh ciptaana-Nya. Wajar dan pantaslah Pramuka, secara alamiah, melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa, dan tumbuh-tumbuhan), kasih sayang kepada sesama manusia dan sesama hidup serta menjaga kelestariannya.
32
Kelestarian benda alam, satwa, dan tumbuh-tumbuhan perlu dijaga dan dipelihara karena hutan, tanah, pantai, fauna, dan flora serta laut merupakan sumber alam yang perlu dikembangan untuk menunjang kehidupan generasi kini dan dipelihara
kelestariannya
untuk
kehidupan
generasi
mendatang. Dalam kepramukaan, anggota dibawa kealam bebas kebun raya agar mengetahui dan mengenal berbagai jenis tumbuhtumbuhan, Anjurkanlah kepada mereka memelihara tenaman di rumah masing-masing. Hal ini dapat dijadikan persyaratan untuk mencapai tanda kecakapan khusus. Begitu pula halnya sikap kita terhadap binatang, perkenalakan kepada anggota dengan sifat masing-masing jenis binatang untuk mengetahui manfaatnya. Anjurkan juga memelihara dengan baik binatang yang mereka miliki. Manusia sebagai khalifah, pengganti dan pengelola alam dan diturunkan ke bumi agar membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya termasuk lingkungan dan manusia secara keseluruhan. Dengan demikian cinta dan kasih sayang apabila manusia dapat ikut merasakan suka dan derita alam sekitarnya khususnya
manusia.
Kelompok-kelompok
manusia
ini
merupakan bangsa-bangsa dari negara yang terdapat di dunia. Bila kita ingin dan mau mengerti dan bergaul dengan bangsa
33
lain maka rasa kasih sayanglah yang dapat mendekatkan kita dengan
siapapun.
Dengan
demikian,
akan
terciptalah
perdamaian dan persahabatan antar manusia maupun antar bangsa. 3) Patriot yang sopan dan kesatria Patriot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga negara Republik Indonesia, seorang pramuka adalah putra yang baik, berbakti, setia dan siap siaga membela tanah airnya. Sopan dapat dihubungkan dengan tingkah laku atau perilaku yang selalu menghormati orang lain, sehingga orang lain dapat menghargai kita. Sedangkan Ksatria adalah orang yang gagah berani dan jujur serta mampu membela dirinya untuk kepentingan orang banyak. 20 Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari, antara lain selalu menghormati dan menghargai orang lain, serta gotong royong.
Mengutamakan
kepentingan
umum
dari
pada
kepentingan pribadi, dan selalu membantu orang yang lemah dan benar. 4)
Patuh dan suka bermusyawarah Patuh berarti siap dan bersedia menjalankan sesuatu yang sudah
disepakati
musyawarah. Sedang
20
Ibid, hlm. 38.
dalam
keputusan
bersama
secara
Musyawarah adalah diskusi bersama
34
untuk saling menghormati pendapat orang lain. 21 Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang otoriter dan semaunya sendiri. Dalam setiap gerak dan tindakan yang menyangkut orang lain, baik dengan orang-orang yang terikat dalam pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi. Musyawarah dalam kepramukaan ini dapat dilakukan dengan belajar mendengar pendapat orang dan menghargai gagasan orang lain, dengan cara : a) Membiasakan untuk merumuskan kesepakatan dengan memperhatikan kepentingan orang banyak b) Membiasakan
diri
untuk
bermusyawarah
sebelum
melaksanakan suatu kegiatan (misalnya akan berkemah, haiking, widyawisata dan lain-lain). 22 5) Rela menolong dan tabah Rela maksudnya melakukan perbuatan yang dilakukan tanpa memperhitungkan untung dan rugi (tanpa pamrih). Rela menolong berarti ikhlas dalam melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Tabah merupakan suatu sikap jiwa tahan uji, artinya meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya
21 22
Ibid, hlm. 39. Soeparman, M. Pedoman Kepramukaan. Kwarnas, 2000, hlm. 37.
35
akan menghadapi kesulitan dan permasalahan, tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu untuk melakukannya. 23 6) Rajin terampil dan gembira Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain karena ia diciptakan mempunyai akal budi. Dengan demikian harus mengmbangkan diri dengan membaca, menulis, dan belajar, Dengan perkataan lain, ia menjalani proses kodrati dalam mendidik diri. Lebih-lebih lagi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melejit demikian cepat, maka menjadi kewajiban sebagai pembina pramuka adalah mendorong anak didik untuk selalu rajin belajar, selalu berusaha dengan tekun, senantiasa mengembangkan dirinya, dan selalu tertib dalam melaksanakan tugas tanpa merasa terbebani. Sedang diharapkan
terampil mampu
artinya berdiri
setiap sendiri
anggota dan
tidak
pramuka selalu
mengharapkan pertolongan orang lain. Selain itu juga, setiap anggota pramuka harus mampu mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan hasil yang baik. Gembira artinya setiap anggota pramuka harus selalu menjalankan kehidupan yang lebih baik. Selain itu, anggota
23
Ibid.
36
pramuka harus bisa mengatasi segala hal, kesulitan, rintangan, dan hambatan agar cita-cita dapat terwujud. 24 7) Hemat cermat dan bersahaja Hemat artinya harus lebih terarah dalam menggunakan uang atau harta benda yang dimiliki. Setiap anggota pramuka harus selalu tepat dan terarah dalam menggunakan sesuatu. Menghemat bukan berarti mengirit, tetapi untuk lebih mengutamakan kepentingan yang tepat (uang, tenaga, waktu, dan sebagainya) yang lebih menguntungkan diri sendiri dan orang lain. Cermat lebih berarti teliti dan penuh kehati-hatian. Tingkah laku seorang pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (introspeksi) maupun terhadap orang lain. 25 Sementara Bersahaja berarti, kesederhanaan yang wajar dan
tidak
berlebih-lebihan.
sehingga
dapat
memberi
kemungkinan penggambaran jiwa untuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup dengan apa yang didapat secara halal tanpa merugikan diri sendiri dan ornag lain. Ia harus dapat
menyerasikan
antara
keinginan
dan
kemampuan,
bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu yang sebenarnya. 24 25
Ibid, hlm.40 Ibid, hlm. 42
37
8) Disiplin berani dan setia Disiplin berarti patuh dan mengikuti aturan atau norma yang ada. Adapun Berani adalah suatu sikap mental untuk bersedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan. Dan Setia berarti tetap pada suatu pendirian dan ketentuan. Dengan demikian, berdisiplin tidak berbuat di luar aturan atau norma dan melaksanakan perintah, sesuai dengan ketentuan dan peraturan sebagai manusia ciptaan Tuhan, seseorang harus berani berbuat berdasarkan pertimbangan dan nilai sesuai dengan hati. 26 Seorang anggota pramuka berusaha untuk mengendalikan dan mengatur diri (self disiplin). Dengan menjalani ajaran dari ibadah agama, seperti disiplin tepat waktu melaksanakan sholat, dan disiplin dalam kegiatan belajar. 9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya Bertanggungjawab artinya setiap anggota pramuka harus bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perintah
maupun
tidak,
terutama
secara
pribadi
bertanggungjawab terhadap negara, bangsa, masyarakat dan keluargnya, seperti bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab.
26
Ibid.
38
Sementara itu, dapat di percaya berarti setiap anggota pramuka itu dapat dipercaya, baik perkataannya maupun perbuatannya, seperti: dapat dipercaya itu berarti jujur, pramuka dapat dipercaya perkataannya, apabila ditugaskan untuk melaksanakan
sesuatu,
maka
dapat
dipercaya
mampu
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. 27 Dalam Islam, kejujuran memiliki nilai penting sebagai keimanan. Orang beriman dilukiskan sebagi orang yang dapat dipercaya, mereka harus menepati janji dan memenuhi amanah. 10)
Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan Seorang anggota pramuka dikatakan matang jiwanya dalam setiap tingkah lakunya sudah menggambarkan laku yang suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Suci dalam pikiran perkataan maksudnya setiap apa yang telah dikatakan itu benar, jujur serta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan Suci dalam perbuatan sebagai akibat dari pikiran dan perkataan yang suci, maka pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan negara, bangsa, agama, dan keluarganya. 28 Dengan
selalu
melakukan
pikiran,
perkataan
dan
perbuatan yang suci akan menimbulkan pengertian dan 27 28
Sarkonah, Op.cit, hlm. 43. Ibid.
39
kesadaran menurut siratan jiwa pramuka sehingga pramuka itu memukan dirinya sesuai dengan tujuan gerakan pramuka. C.
Pendidikan Agama Islam 1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata didik. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. 29 Sedangkan kata agama berasal dari kata dasar gam yang mendapatkan awalan dan akhiran a. Kata dasar gam mempunyai arti yang sama dengan ga atau gaan dalam bahasa Belanda, atau kata go dalam bahsa Inggris, yang berarti pergi. Setelah mendapat awalan dan akhiran a menjadi agama, maka artinya menjadi jalan. Maksudnya adalah jalan hidup, atau jalan yang harus ditempuh oleh manusia sepanjang hidupnya, atau jalan yang menghubungkan antara sumber dan tujuan hidup manusia, dan atau juga berarti jalan yang menunjukkan dari nama, bagaimana, dan hendak kemana hidup manusia di dunia ini. 30 Dan kata Islam
secara etimologis berasal dari bahasa Arab,
diderivasikan dari salima yang berarti selamat sentosa. Dari ini di
29
Kaelany HD, Islam & Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), hlm. 240. 30 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, Cet 2, 2007), hlm. 33.
40
bentuk aslama yang berarti memelihara dalam keadaan yang selamat sentosa, dan juga berarti menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. 31 Sedang yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam, para ahli pendidikan memberikan suatu pengertian sebagai berikut : 1. Menurut Ahmad D.Marimba, PAI adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut aturan-aturan Islam. 2. Menurut muhaimin, di dalam GBPP PAI di sekolah umum dijelaskan bahwa PAI adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
agama
Islam
melalui
kegiatan
bimbingan,
pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 32 Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku individu maupun kelompok berdasarkan jalan atau pedoman hidup pada kehidupan pribadi maupun masyarakat menurut aturanaturan Islam dalam al qur’an surat luqman ayat 13 :
31
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Pustaka Nuun, Cet 1 Edisi ke-2, 2010), hlm. 29. 32 Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet 4, 2008), hlm. 75.
41
Artinya : dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 2.
Dasar Pendidikan Agama Islam Adapun dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam antara lain: 33 32F
a.
Dasar yuridis atau hokum Dasar yuridis formal PAI terdiri dari 3, yaitu: a.
Dasar ideal, falsafah negara pancasila, sila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa.
b.
Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: (1) negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa (2) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
33
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam berbasisi Kompetensi : Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet 3, 2006), hlm. 132-133.
42
c.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Pasal 1 yang berbunyi Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian,
kecerdasan,
akhlak
mulia,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. ii.
Dasar relegius Dasar yang bersumber dari ajaran Islam, menurut Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.
iii.
Dasar psikologis Dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik individu maupun anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang tidak tenteram, sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.
43
3.
Prinsip Pendidikan Agama Islam Adapun prinsip pendidikan agama Islam menurut Musnawar dalam Abdurrahman meliputi prinsip (a) pendidikan anak menjadi tanggung jawab orang tua, (b) orang tua berkewajiban mendidik anaknya menjadi muslim, (c) pendidikan harus seimbang untuk kepentingan akhirat dan dunia, (d) pendidikan diarahkan agar peserta didik menjadi orang beriman, (e) pendidikan hendaknya mengantar peserta didik berakhlak mulia, mencintai kebajikan, dan suka berlomba dalam kebajikan, (f) tidak ada deskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam menuntut ilmu, (g) pendidikan berjalan sepanjang hidup (life long education), (h) pendidikan Islam mengantarkan peserta didik menjadi cerdas, (i) mengembangkan cinta bangsa dan kemanusiaan, (j) mengantarkan menjadi pemimpin, (1k) menjadi orang yang percaya diri (self confidence), (l) menjadi orang yang bersyukur dan tidak kufur, (m) peserta didik mampu menjawab tantangan masa depan, (n) mampu memanfaatkan kesempatan sebaikbaiknya untuk kehidupan, (o) memiliki keterampilan untuk bekerja, (p) beretika, (q) mencintai keindahan, (r) mengenali diri (self knowledge) dan memahami diri (self understanding), (s) menjadi warga masyarakat yang baik, (t) bekerja keras, dan (u) berjiwa mantap dan dewasa.
44
Prinsip ideal tersebut jika tergapai, maka produk pendidikan Islam dapat diandalkan di tengah kehidupan bermasyarakat, karena bekal bermasyarakat telah diakomodir dalam 21 prinsip. 34 4.
Fungsi Pendidikan Agama Islam Fungsi pendidikan agama Islam menurut Widodo adalah menumbuh kembangkan peserta didik ke tingkat kehidupan yang lebih baik, melestarikan ajaran Islam, dan melestarikan kebudayaan dan
peradaban
pendidikan
Islam.
agama
Sedangkan
Islam
sebagai
menurut
Saifuddin
pengemban
fungsi
kemampuan,
meningkatkan mutu kehidupan, dan meningkatkan martabat manusia. Jika disejajarkan dengan fungsi pendidikan nasional dalam UU nomor 20 tahun 2003 pada pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 35 Mansur berpendapat, fungsi pendidikan agama Islam secara makro adalah memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menurut terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Lebih lanjut secara makro, fungsi pendidikan agama Islam dapat di tinjau dari fenomena yang muncul dalam perkembangan peradaban manusia,
34
Moh Rosyid, Pendidikan Agama Vis A Visi Pemeluk Agama Minoritas, (Semarang: UNNES Press, 2009), hlm. 66-67. 35 Ibid, hlm. 67.
45
dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. Dengan demikian ada beberapa fungsi PAI: a.
Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran Ilahi, sehingga tumbuh kreativitas yang benar.
b.
Mensucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya, dan menginternalisasikan nilai-nilai insani dan Ilahi pada subjek didik.
c.
Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individu maupun sosial. 36 Jadi dapat disimpulkan, bahwa fungsi pendidikan agama Islam
adalah memelihara dan mengembangkan kemampuan atau potensi fitrah peserta didik, serta membentuk watak atau pribadi yang baik untuk memajukan kehidupan, baik individu maupun sosial. 5.
Tempat Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Tempat pelaksanaan pendidikan agama Islam terdiri dari: a.
Surau , yaitu tempat khusus yang diperuntukkan berkumpulnya warga masyarakat untuk beribadah dan menuntut ilmu agama.
b. Pesantren
36
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 333-334.
46
c.
Pesantren berarti tempat tinggal santri. 37 Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang minimal terdiri dari 3 unsur, yatu: kyai/syekh/ustadz yang mendidik serta mengajar, santri dengan asramanya, dan masjid.38 Berdasarkan PP nomor 55 tahun 2007 pada pasal 14 (3) pesantren dapat menyelenggarakan satu atau berbagai satuan dan atau program pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. 39
d. Diniyah, berdasarkan PP nomor 55 tahun 2007 pada pasal 14 (2) pendidikan diniyah diselenggarakan pada jalur formal , non formal, dan informal. 1.
Diniyah formal, pasal 15 yaitu menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2.
Diniyah non formal, pasal (21) diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, majlis taklim, pendidikan Al-Quran, Diniyah taklimiyah, atau bentuk lain yang sejenis.
e.
Madrasah formal
f.
Madrasah berasal dari bahasa Arab yang artinya tempat belajar. Padanan kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah, dikhususkan sekolah agama Islam. Unsur-unsur yang diutamakan 37
Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi : Pesantren Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2001), hlm. 7 38 Ibid, hlm. 13 39 Moh Rosyid, Op Cit, hlm. 71.
47
di madrasah adalah pimpinan, guru, siswa, perangkat keras, perangkat lunak, dan pengajaran mata pelajaran agama Islam. 40 Sebagai
lembaga
pendidikan
Islam,
madrasah
berfungsi
menghubungkan system lama dengan sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil sesuatu yang baru dalam ilmu seperti matematik, ekonomi, teknologi yang bermanfaat bagi umat Islam. 41 g. 6.
Perguruan tinggi Islam
Sistem Pendidikan Agama Islam Di dalam kurikulum PAI telah digariskan komponen-komponen yang melandasi perumusan kurikulumnya. Misalnya kurikulum pendidikan dasar didasarkan atas konsep-konsep sebagai berikut: 42 a.
Tujuan PAI: Tujuan adalah sesuatu yang akan di tuju atau akan di capai dengan sesuatu kegiatan. Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun masyarakat dan alam sekitarnya. 43
40
Haidar Putra Daulay, Op Cit, hlm. 59. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 182. 42 Sahal Mahfudz dkk, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 162-163. 43 Mansur, Op Cit, hlm. 330. 41
48
Hasan Langgulung memberi pentahapan tujuan pendidikan agama Islam menjadi 3 tingkat yaitu: 44 1) Tujuan tertinggi, tujuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan mengalami perubahan baik dalam dimensi ruang atau waktu yang berbeda-beda. Tujuan ini mengandung kebenaran yang mutlak dan universal yaitu berbakti kepada Allah secara menyeluruh di semua aktivitas kehidupan manusia. 2) Tujuan umum, lebih menekankan pada pendekatan empirik. Artinya tujuan yang diharapkan dapat di capai ketika proses pendidikan itu diterapkan. 3) Tujuan khusus, tujuan ini adalah perubahan yang diharapkan dari tujuan-tujuan umum secara lebih spesifik lagi. Tujuan ini merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan tertinggi dan tujuan umum. Sedangkan Sahal Mahfudz berpendapat bahwa PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. b.
Ruang lingkup bahan PAI 44
Ahmad Syar’I, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 26-27.
49
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT. 2) Hubungan manusia dengan sesama manusia. 3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri. 4) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. c.
Pendekatan Dalam pelaksanaan PAI dipakai beberapa pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan pengalaman, yakni memberikan pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. 2) Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. 3) Pendekatan emosional, yakni usaha untuk menggugah perasaan
dan
emosi
peserta
didik
dalam
meyakini,
memahami, dan menghayati ajaran agamanya. 4) Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agamanya. 5) Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada segi kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
50
6)
Pendekatan keteladanan, adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan, dan tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah teladan. 45
45
Ibid, hlm. 62.
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah SD NU Nawa Kartika Kudus 1 Secara Umum, Kudus adalah salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang relatif kecil, yakni dengan luas 42.516 Hektar. Kota yang sering dijuluki Kota Santri ini terdiri dari 9 kecamatan, dengan luas dan geografis yang berbeda–beda. Di antara 9 kecamatan tersebut, Kecamatan Kota adalah salah satu wilayah yang syarat akan situs kesejarahan. Terlebih wilayah di Sekitar Menara Kudus dan Makam sunan Kudus, yang kemudian terkenal dengan Kudus Kulon. Kudus Kulon hanyalah sebagai “ungkapan”, bukan sebagai batas geografis. Nama Kudus Kulon sendiri sebenarnya adalah simplifikasi dari wilayah yang ada di sebelah barat Sungai Gelis (Kali Gelis). Yang termasuk Kudus Kulon meliputi Desa Kauman, Damaran, Langgardalem, Janggalan, dan sekitarnya. Dalam konteks Keragaman Agama, Kecamatan Kota merupakan daerah basis Muslim. Hal ini dapat kita lihat dari data statistik BPS Kudus tahun 2001. Dari 94.240 jiwa penduduk kota, 82.823 beragama Islam, atau sekitar 85 %. Meskipun masih kalah tinggi dengan kecamatan-kecamatan yang lain, dimana 98%
1
Dokumentasi SD NU Nawa Kartika Kudus, Profil Sekolah 2010-2011
51
52
penduduknya memeluk agama Islam (M. Mustaqim: Belajar Sejarah Sosial). Kita tahu bahwa Kudus Kulon merupakan pusat para kyai dan tokoh ulama’ di Kota Kudus. Sekolah/Madrasah yang ada di kawasan tersebut juga bernuansa Islam. Misalnya Madrasah Qudsiyyah, yang didirikan sebelum masa kemerdekaan yaitu pada tahun 1919 oleh K.H.R Asnawi. Seorang tokoh intelektual pesantren yang dilahirkan di Desa Damaran. Madrasah Qudsiyyah Kudus merupakan gambaran tentang perkembangan lembaga pendidikan Islam pada era abad ke-19 di wilayah Jawa yang telah muncul sebagai wujud perkembangan masuknya Islam di Nusantara ini. Pada awal mulanya Madrasah Qudsiyyah hanya mempunyai jenjang pendidikan tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI setingkat SD) dan Madrasah Tsanawiyyah setingkat (Sekolah Menengah Pertama). Madrasah Qudsiyyah didirikan oleh K.H.R. Asnawi tidak lain adalah keinginan dari beliau sepulang dari Makkah untuk penjajah Belanda yang dialamai rakyat waktu itu. Sehingga selain pondok pesantren "Raudlatuth Tholibin" beliau juga berkeinginan untuk membuat madrasah sebagai tempat belajar santri-santri waktu itu yang hanya mempunyai waktu aktifitas di pagi hari dan tidak sempat untuk belajar di majlis-majlis ta'lim ataupun pesantren beliau. Harapan beliau mutakhorrijin/santri madrasah Qudsiyyah kelak menjadi pewaris ulama, Tafaqquh Fi al-dîn beramal shalih dan berakhlaq karimah dalam rangka mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Perwajahan madrasah
53
Qudsiyyah pada awal berdiri merupakan bentuk madrasah yang hanya mengajarkan kitab-kitab salaf (kitab kuning). (Artikel Qudsiyyah Kudus). Kita tengok pada Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, lahir Pada tanggal 7 Jumadal Akhiroh 1347 H atau bertepatan dengan 21 Nopember 1928 M. Nama semula adalah Madrasah Tasywiquth
Thullab
dengan
singkatan
TB
sebagai
Madrasah
Diniyyah.Pada tahun 1935M. ditambah school, sehingga menjadi Madrasah Tasywiquth Thullab School, dengan singkatan TBS. Pada saat itu pula dimasukkan pelajaran-pelajaran umum. Pada tahun 1982 M. nama school diganti Salafiyyah sehingga namanya menjadi Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah dengan singkatan tetap TBS, karena nama TBS sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas. Pada tahun 1992 karena kepentingan akreditasi, Madrasah TBS bernaung di bawah Yayasan Arwaniyyah. (Artikel TBS Kudus). Begitu banyak peran tokoh kyai dalam mengembangkan syiar Islam melalui lembaga pendidikan di Kudus. Terutama di Kudus Kulon. Namun pada tahun 1969, Jamiyyah ibu-ibu muslimat desa Langgardalem memberikan usul untuk mendirikan Taman Kanak-kanak di desa Langgardalem. Tahap-tahap berdirinya Nawa Kartika adalah sebagai berikut: a.
Tahap Pra Pembangunan
54
Walaupun beliau bukan pendiri, Bapak KH. Khoirozad dalam perannya di Nawa Kartika, turut mendampingi rapat pertama kali yang kebetulan bertempat di sebelah barat rumah ibu Umroh. Pada waktu itu tempat rapat masih berupa pekarangan pisang. Pada waktu itu beliau menjabat sebagai wakil ketua GP ansor Langgardalem, sehingga
beliau
dan
teman-teman
GP
ansor
langgardalem
membersihkan pekarangan tersebut untuk rapat. Di tempat tersebut juga berlangsung Istighosah dan Yasin, supaya rencana pendirian madrasah dapat berjalan dengan lancar. Fatayat dan muslimat juga terlibat dalam rapat tersebut. Sehingga Fatayat, Muslimat, maupun GP Ansor termasuk berperan jasa dalam rencana pendirian madrasah Nawa Kartika. 1) Hubungan Nawa Kartika dan TBS Terkait dengan persaingan Nawa Kartika dan TBS, TBS sama sekali tidak merasa tersaingi karena kedua sekolah tersebut sudah berbeda lahan. Jika TBS lebih ke pendalaman materi Agamanya, sedangkan Nawa Kartika lebih ada umumnya. Sampai dalam pemberian nama, sebisa mungkin jangan terlihat NU (Nahdlatul Ulama)-nya.Namun dari pendiri, pengurus, dan gurunya semua NU. 2) Peran TBS Nawa kartika pernah meminjam lokasi TBS untuk pasar derma, yaitu pasar yang digunakan dalam rangka penggalanan dana.
55
Caranya setiap masuk, pembeli diwajibkan membawa karcis, yang tentunya sudah ditukar dengan uang. Jadi semisal mau membeli pisang goreng, membayar dengan karcis. Rencana tersebut ditolak bapak (ayah KH.Khoirozzad) karena merugikan pembeli, karcis yang sudah dibeli tidak dapat diuangkan kembali.
Namun
kegiatan
pasar derma tersebut
masih
dilaksanakan secara diam-diam. 3) Pemberian Nama Nawa Kartika Pemberian nama Nawa Kartika sendiri adalah bapak alm.KH. Ahmad Thoha, BA. Nama Nawa Kartika sendiri, menurut episiologi bahasa, dalam bahasa Sanskrit, Nawa = sembilan, dan Kartika = bintang. Namun, versi lain, pemberian Nama Nawa Kartika oleh Bapak KH. Ahmad Thoha, BA tak luput dari peristiwa Nawaksara pada tahun 1966. Alasan beliau memberi nama Nawa Kartika supaya tidak terlalu terlihat NU-nya. Namun masih memiliki makna NU yaitu bintang Sembilan. Pemberian
nama
KH.Muhammad
tersebut
Sya’roni
selanjutnya
Achmad,
KH.
dibawa Abdul
ke Malik
(Purwokerto), Habib Lutfi Bin Ali Bin Yahya, dan tokoh-tokoh ulama lain sebagai penasehat yang di mintai do’a restunya. Hal ini juga berdampak bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Nawa Kartika. Alasan orang tua menyekolahkan anaknya ke nawa kartika terkesan umum. Pada waktu itu
56
sekolah agama terkesan sekolah para priyayi dan susah dipahami oleh kalangan umum. Sedangkan mayoritas wali murid pada waktu itu, terdiri dari berbagai macam kalangan. Mulai dari pegawai negeri, pedagang, wiraswasta, buruh, priyayi sampai kyai, ada di Nawa Kartika. Alasan lain karena selain mendapat belajar agama, anak mereka juga tidak ketinggalan di mata pelajaran umum.
Banyaknya keinginan
orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Nawa Kartika tidak luput dari barokah sebuah nama, yaitu Nawa Kartika. Hal tersebut juga tidak luput dari peran Bapak KH. Ahmad Thoha , BA yang merupakan Mutakhorijin TBS. 4) Perkumpulan MPPI Perlu diketahui, adanya nawa kartika juga tidak luput dari peran serta dari kumpulan MPPI. Salah satu anggotanya adalah bapak Mas’ud dan bapak Yasin. Bahkan aset MPPI banyak yang berada di nawa kartika. Diantaranya podium, podium tersebut sebanyak 2 buat. Model podium tersebut berkaki empat dan depannya tertutup rapat. Selain itu juga ada almari MPPI, konon di dalam almari berisi majalah osis, majalah yang didatangkan langsung dari kedutaan Amerika. Berikutnya adalah kursi, kursi tersebut sebagian diberi oleh bapak alm.sarodzi. sehingga pada suatu saat kursi diambil lagi untuk diberikan ke madrasah Ibnu Sina yang ada di Panjunan.
57
5) Tahun Berdirinya Nawa Kartika Menurut tahun Qomariyyah, Nawa Kartika berdiri pada 12 Syawwal 1388 Hijriyyah. Menurut tahun Syamsiyyah, Nawa Kartika berdiri pada tanggal 1 Januari 1969 Masehi.“Jika dihitung dengan tahun naqis, kija ini tahun 31 (2011), itu umurnya 42 tahun. Sehingga sudah menjadi dewasa untuk sebuah madrasah. Seperti halnya nabi, seorang nabi di angkat ketika umur 40 tahun ke atas” (KH.Khoirozad, TS). Sehingga, pada tanggal 1 Januari 1969 SD Nawa Kartika resmi didirikan melalui Kantor Inspeksi Pendidikan Agama Kabupaten Kudus (sekarang Depag) dengan Nomor Seri : 90/P/C Piagam Pengakuan Kewajiban Belajar dari Kantor Inspeksi Pendidikan Agama Kabupaten Kudus, dengan Nomor Pokok : 335.
b.
Tahap Pembangunan Ketika itu Jamiyyah Muslimat NU Desa Langgardalem ingin sekali mempunyai sekolah (madrasah) di Desa untuk pendidikan putra-putri mereka. Kumpulan pengajian para ibu-ibu itu pun merencanakan untuk mendirikan sekolah dasar. Pada awalnya, sekolah itu hanya terdiri dari 7 orang murid. Dibawah asuhan Ibu Hj.Choiriyah dan teman-teman seperjuangan untuk mendidik anak asuh tersebut selama satu tahun hingga akhirnya bertambah menjadi dua kelas. Tempat belajar bagi anak-
58
anak pun banyak hambatan dan sering berpindah-pindah. Dari gedung muslimat, sampai rumah yang hampir roboh pernah ditempati untuk tempat belajar para siswa. Perjuangan awal sekolah ini tidak hanya sampai disini saja. Para pendiripun menempuh berbagai cara untuk menghidupi kegiatan belajar mengajar. Sosok ibu Hj.Choiriyyah dan ibu Hj. Manshurah, selain membantu mengajar di Nawa Kartika setiap malam beliau mengambil jimpitan. Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi sarana dan prasarana serta memberi bisyaroh para guru. Beliau berdua, antara lain Ibu Hidayati salah satu pengurus BPPMNU Nawa Kartika sampai sekarang.
c.
Tahap Perkembangan Menginjak sebagai lembaga sekolah awal, Kepala Sekolah pertama SD NU Nawa Kartika adalah Ibu Churiyati, BA. Beliau juga memperjuangkan dalam pengukuhan lembaga melalui Nomor Seri : 0298 Piagam Pengakuan Pengurus Nahdlatul Ulama’ Wilayah Jawa Tengah bagian Ma’arif didirikan 1 Januari 1970, dengan alamat desa Langgardalem 150 A. Sejak saat itu SD NU Nawa Kartika dibawah naungan Lembaga Ma’arif NU Kabupaten Kudus. Dibantu oleh beberapa pengurus, diantaranya Ibu Hidayati BA, Bapak Abdul Wahhab, S.Pd.I, Bapak Shofiyanto, S.Ag dan Ibu Coiriyah. Pada tahun 1971, SD NU Nawa Karika sudah mulai berkembang.
59
2.
Letak Georafis Sekolah SD NU Nawa Kartika Kudus terletak di Desa Langgar Dalem Kecamatan Kota Kabupaten Kudus, tepatnya di jalan KH. Turaichan Adjhuri No. 150 A Kudus 59315. Sekolah yang berdiri di lingkungan padat penduduk ini menempati area seluas 2014 m2 dengan rincian sebagai berikut: a.
Batas wilayah meliputi : 1) Di sebelah timur
: Desa Pagongan
2) Di sebelah barat
: Desa Kauman Menara
3) Di sebelah selatan
: Desa Demangan
4) Di sebelah utara
: Desa Kajeksan
b.
Status tanah wakaf/milik sendiri
c.
Keadaan bangunan: permanen kontruksi beton terdiri tiga unit berlantai dua.
d.
Letak SD NU Nawa Kartika Kudus termasuk berada di kawasan lingkungan agamis. Tercatat ada beberapa pondok pesantren yang dekat dengan sekolah yang menampung para santri yang mayoritas para pelajar. Sehingga tidak mengherankan apabila suasana agamis mewarnai kehidupan Kelurahan Langgar Dalem dan sekitarnya.
60
3.
Visi dan Misi Sekolah 2 a.
Visi Mewujudkan sekolah yang unggul dalam prestai, mantap dalam aqidah, berakhlakul karimah. Sebagai acuan untuk meningkatkan visi tersebut kami analisis sebagai berikut : 1) Strength (kekuatan) adalah adanya sarana dan prasarana, siswa, guru yang memadai. 2) Weakness (kelemahan) adalah sarana dan prasarana yang ada belum
representatif,
serta
belum
optimalnya
dukungan/
partisipasi aktif dari masyarakat. 3) Opportunity (peluang/harapan) sekolah kami dapat menjadi sekolah yang representatif serta menerapkan KTSP secara optimal. 4) Threat (hambatan) adalah dana penunjang untuk kegiatan operasional pendidikan baik intra kurikuler maupun ekstra kurikuler akan bertambah.
2
Ibid
61
b.
Misi 1) Memberikan pelayanan terbaik dalam mengantarkan para siswa memiliki
kemampuan
aqidah,
keluhuran
akhlak,
dan
kedewasaan sikap. 2) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama dan budaya bangsa sebagai sumber kearifan dalam bersikap adan bertingkah laku. 3) Meningkatkan kemapuan dalam memahami, menerapkan Ilmu Agama dan Umum dalam kehidupan sehari-hari. 4) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sesuai perkembangan potensi yang dimiliki siswa. 5) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sesuai bakat dan minat. 6) Menumbuh kembangkan semangat yang unggul dan handal di bidang akademik. 7) Menerapkan
management
partisipatif
dengan
melibatkan
seluruh warga sekolah dan masyarakat.
4.
Tujuan Sekolah Membentuk pribadi-pribadi siswa-siswi yang beriman dan bertaqwa, berilmu amaliah, beramal ilmiah, beraqidah Ahlussunah Wal Jamaah dan berkepribadian Akhlakhul Karimah.
62
5.
Profil Sekolah Nama Sekolah
: SD NU Nawa Kartika
Alamat
: Langgardalem 150 A Telp. 0291 443276
Email
:
[email protected]
Kelurahan
: Langgardalem
Kecamatan
: Kota
Kabupaten
: Kudus
a. Nama Yayasan
: Badan Pelaksana Pendidikan Ma’arif NU Nawa Kartika (BPPMNU NK)
b. NSS / NIS / NDS
: 102031902044
c. NPSN
: 20317984
d. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi A Nilai 95 Tahun 2011 e. Tahun didirikan
: 1970
f. Tahun Beroperasi
: 1971
g. Kepemilikan Tanah : Milik Sendiri 1) Status Tanah
: Milik Sendiri
2) Luas Tanah
: 2014 m2
h. Status Bangunan
: Milik Yayasan
1) Surat Ijin Bangunan: Badan Pertahanan Nasional No.11.15.02.14.1.00001 2) Luas Sel Bangunan : 1400 m2
63
6.
Struktur Kepengurusan Dibawah ini merupakan Susunan Pengurus dari tahun 1969 sampai sekarang. a.
Susunan Pengurus Periode 1969 – 1972 (Pengurus Nawa Kartika) yang menjabat sebagai Ketua adalah Mufawwazah.
b.
Susunan Pengurus Periode 1973 – 1997 (Pengurus Nawa Kartika) yang menjabat sebagai Ketua adalah H.Dahlan Noor.
c.
Susunan Pengurus Periode 1997 – 2002 berubah menjadi Yayasan Nawa Kartika, yang menjabat sebagai Ketua adalah H. Fauzie HA.
d.
Susunan Pengurus Periode : 2002 – 2007 berubah menjadi Badan Pelaksana Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (BPPM NU) Nawa Kartika, yang menjabat sebagai Ketua adalah H.Fauzie HA.
e.
Susunan pengurus Periode
: 2011 – 2016 Badan Pelaksana
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (BPPM NU) Nawa Kartika Penasehat
: 1. Bpk K.H. Sya’roni Achmadi 2. Bpk K.H. Choirozyad T.A 3. Bpk Drs H. Abdul Chamid, MPd
Ketua
: 1. Shofiyanto, S.Ag 2.Abdul Wahhab, SPd.I
Sekretaris
: 1. Muchammad Fatchan 2.H. Mahya Najid, S.Ag
Bendahara
: 1. Hj. Hidayati, BA 2. H. M. Faishol
64
Seksi – seksi : Sie Pendidikan : 1. Musabbichah, S.Pd.I 2. Hj. Zulfa Hanum A.Ma 3. Drs. H. Noor Hidayat Sie Sarana dan Prasarana : 1. H. Nuruddin 2. Abdul Malik, B.Sc 3. H. Suwito Sie Usaha dan Kesejahteraan : 1. H. Ihdi Fahmi, ST 2. H. Zainal Musthofa 3. Muhammad Edy Sie Humas : 1. Hj. Sa’adah 2. H. A. Noor Chien 3. M. Anas Yusuf
65
7.
Data Siswa Data Siswa dalam 5 (lima) tahun terakhir di SD NU Nawa Kartika Kudus Jumlah Siswa Kelas
8.
2010/2011
2011/2012
2012/2013
2013/2014
2014/2015
I
160
137
167
159
171
II
157
154
132
169
163
III
124
151
150
135
167
IV
137
129
156
155
142
V
140
135
130
153
156
VI
116
140
130
129
153
Jumlah
834
846
865
900
952
Data Guru dan Tenaga Kependidikan Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan di SD NU Nawa Kartika Kudus a. Jumlah Guru Keseluruhan: 38 orang
- Tenaga Perpus: 1 orang
b. Guru Tetap Yayasan:
- Tenaga UKS: 1 orang
3 orang
c. Guru Tidak Tetap: 27 orang
- Satpam:
d. Guru PNS dipekerjakan:
- Penjaga Sekolah:
e. Staf Tata Usaha:
4 orang
- orang
1 orang 2 orang
66
9.
Sarana dan Prasarana a.
Ruang Kelas dan Kondisi Ruangan di SD NU Nawa Kartika Kudus
Ruang
Keterangan I
II
III
IV
V
VI
5
4
4
4
4
4
Jumlah
Kondisi Ruang
25
Baik
Kelas
Kepala Sekolah
1
1
Baik
Guru
1
1
Baik
Laboratorium Bahasa
1
1
Baik
Perpustakaan
1
1
Baik
UKS
1
1
Baik
b.
Daftar alat-alat penunjang pembelajaran di SD NU Nawa Kartika Kudus
No
Nama
Jumlah
Kondisi
1
Papan Tulis (White Board)
25 buah
Baik
2
Spidol dan refil
100 buah
Baik
3
Audio Speaking
25 buah
Baik
4
Meja Siswa
1000 buah
Baik
5
Meja Guru
65 buah
Baik
6
Kursi Siswa
1000 buah
Baik
7
Kursi Guru
65 buah
Baik
8
Speaker Aktif
4 buah
Baik
67
9
LCD Proyektor
4 buah
Baik
10
Printer
4 buah
Baik
11
Scanner
2 buah
Baik
12
Faximile
1 buah
Baik
13
Telephone kantor
1 buah
Baik
14
Podium Mimbar
1 buah
Baik
10. Struktur Kurikulum 3 Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Nawa Kartika merupakan sekolah dengan program pengajaran dua kurikulum. Yang pertama adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP / Kurikulum 2006). Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun 3
Dokumentasi Waka Kurikulum SD NU Nawa Kartika Kudus 2009
68
oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Kurikulum yang kedua adalah kurikulum khusus BPPM NU Nawa Kartika yang meliputi mata pelajaran : a.
Al-Qur’an
j. Nahwu
b.
Tajwid
k. Shorof
c.
Tafsir
l. I’rob
d.
Hadits
m. Mahfudhot
e.
Tauhid
n. Hija’iyyah
f.
Fiqh
o. Pegon
g.
Akhlaq
p. Praktik Sholat
h.
Tarikh
q. Ke-NU-an
i.
Bahasa Arab Kurikulum ini diadopsi dari madrasah Qudsiyyah dan TBS yang
sudah dimodifikasi sedemikian rupa oleh pengurus, sehingga kurikulum ini merupakan ciri khas dari Nawa Kartika.
69
11. Struktur Organisasi Kepramukaan Kamabigus
: M. Ansori, S.Pd.I
Ka Gudep
: M. Yusrun Nada, S.Pd
Pembina Siaga
: 1. Noor Khayati 2. M. Nurul Anwar 3. Nova Farida Brilianti, S.Pd
Pembina Penggalang : 1. Noor Hadi, S.Pd.I 2. M. Izzuddin Abdulssalam
B.
Pendidikan Kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus Pendidikan Kepramukaan termasuk pendidikan non formal yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas skill seseorang dalam berkarya dan mencapai kesejahteraan yang diharapkan. Dalam Gerakan Pramuka, Pendidikan Agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat tinggi yaitu sebagai salah satu pondasi/jalan yang harus dikuatkan dengan melalui pelatihan dan kebiasaan yang bisa diterapkan sehari-hari dalam melaksanakan nilai-nilai dari Dasa Dharma Pramuka, yang didalamnya ternyata memiliki nilai kandungan dalam diri manusia sebagai pribadi manusia seutuhnya. 4 Pendidikan kepramukaan sangat bermanfaat sekali, dilaksanakan di luar jam sekolah, menarik dan menyenangkan, sehat, di alam terbuka dan penuh tantangan. Kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan latihan untuk 4
Hasil Wawancara dengan Ibu Nur Hayati selaku Pembina Pramuka di SD NU Nawa Kartika Kudus, 29 Agustus 2015, Di Ruang Guru, Pukul 11.30
70
berorganisasi, menyesuaikan diri, baik dengan teman maupun lingkungan sekitar. 5 Dalam proses pendidikan pramuka, seorang pembina harus dapat memposisikan sesuai dengan profesinya. Hal ini dapat disesuaikan dengan menerapkan dirinya sebagai seorang pendidik. Seseorang dikatakan sebagai pendidik tidak hanya tahu sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian pendidik dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain, bahwa untuk menjadi pendidik atau pembina harus berpribadi, mendidik berarti mentrasfer nilai-nilai pada peserta didik. Nilainilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu pribadi pembina itu sendiri merupakan perwujudan dan nilai-nilai yang akan di transfer, maka pembina harus bisa memfungsikan sebagai seorang pendidik (tranfer of values) ia bukan saja pembawa ilmu pengetahuan akan tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia. Sebagaimana yang ditegaskan oleh pembina Pramuka, bahwa pembina adalah sosok panutan yang dicontoh oleh anggotanya, baik masalah waktu maupun prilaku sehari-hari. Seorang pembina diharapkan untuk aktif mengajar dan datang lebih awal. Namun layaknya manusia, terkadang juga tidak masuk karena udzur syar’i. 6 Keterangan dari beberapa anggota
5
Hasil Wawancara dengan Bapak M. Yusrun Nada selaku Pembina Pramuka di SD NU Nawa Kartika Kudus, 29 Agustus 2015, Di Ruang Tamu, Pukul 16.30 6 Ibid.
71
Pramuka, pembina selalu hadir tepat waktu meskipun kegiatan latihan Pramuka dimulainya agak telat karena menunggu anggota Pramuka yang lain. Berdasarkan pengamatan langsung terhadap pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus sebagai berikut:. 1.
Proses latihan kepramukaan dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu kegiatan awal atau pendahuluan, dimulai dengan nyayian yel-yel penyemangat anggota, kemudian apersepsi untuk menciptakan pra kondisi bagi anggota agar mental dan perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajari. Kegiatan yang dilakukan pembina antara lain: Menanyakan sampai dimana pemahaman materi yang dipelajari minggu lalu, dan memberikan uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti dengan pemberian meteri pramuka seperti: PBB, Sandi-sandi, Ujian SKU, Renungan dan lain lain. Kemudian dilanjutkan kegiatan akhir penutup dengan evaluasi serta penarikan kesimpulan dari latihan sore itu, dan biasanya pembina menyisipkan ceramah (nasehat), setelah itu diakhiri dengan do’a dan ditutup dengan upacara penutupan latihan. 7
2.
Dalam kegiatan rutin latihan kepramukaan, keteladanan pembina juga diperlihatkan dengan kedisiplinannya, datang tepat waktu saat latihan. Cara berpakaian para anggota pramuka juga rapi dan sopan, serta tidak berlebihan. Dan setiap habis latihan, anggota pramuka biasanya diminta untuk membersihkan sampah disekitarnya dengan maksud pembina
7
Hasi Observasi di SD NU Nawa Kartika Kudus, 29 Agustus 2015, Pukul 15.30
72
menerapkan rasa kecintaan dan pemeliharaan terhadap alam sekitar. Dan kebersihan termasuk sebagian dari iman. Adanya haiking sebagai tantangan untuk pencarian jejak membuktikan kebenaran sesuatu sangat relevan dengan sejarah yang pada dasarnya bertujuan untuk membuktikan benar atau tidaknya sesuatu (sejarah). 3.
Pembina pramuka dalam menyampaikan materi latihan, secara aktif memberikan bimbingan dan penilaian terhadap siswa agar semaksimal mungkin untuk mengamalkannya. Buku yang digunakan dalam menyampaikan materi adalah buku Bina Pramuka, Pegangan Pembina, Basic Scot Training, SAKU, dan SKU, buku panduan penerapan Dasa Dharma dalam kehidupan, Alqur’an, dan buku-buku lain yang relevan baik dari perpustakaan maupun dari luar. 8 Kegiatan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika dilaksanakan 1
minggu 2 kali yaitu pada hari rabu untuk pramuka siaga kelas III dan IV dan hari Jum’at pramuka penggalang kelas V dan IV Materi Kegiatan Kepramukaan 1.
Upacara a) Up. Umum b) Up. Pembukaan Latihan c) Up. Penutupan Latihan d) Up. Pelantikan e) Up. Kenaikan Tingkat
8
Hasi Observasi di SD NU Nawa Kartika Kudus, 29 Agustus 2015, Pukul 16.30
73
f) Up. Pindah Golongan 2.
Pengetahuan Pramuka a) Pengertian, sifat dan fungsi 1) Sifat kepramukaan 2) Fungsi Kepramukaan 3) Istilah Kepramukaan b) Kode Kehormatan 4) Tri Satya 5) Dasa Darma
3.
Tanda Pengenal
4.
Sejarah Kepramukaan
5.
Keagamaan
6.
PBB a) Aba-aba b) Gerakan Dasar c) Gerakan Terbatas d) Gerakan Berjalan e) Aba-aba Isyarat f) Bentuk Barisan g) PBB Tongkat
7.
Senam Pramuka
8.
Teori dan Tekhnik Hidup di Alam Bebas
9.
Tekpram
74
a) Morse 6) Huruf Morse 7) Cara Pengiriman dan Penerimaan b) Semaphore c) Kompas 1) Cara Menggunakan Kompas 2) Arah Mata Angin d) Membaca Peta 1) Peta dan Macam-macam Peta 2) Pembuatan Peta 3) Menggunakan Peta 10. Mapping b) Peta Pita c) Peta Lokasi d) Peta Perjalanan e) Peta Lapangan 11. Panorama Sket 12. Tanda Jejak 13. Sandi f) Sandi Abjad/ Sandi Balik g) Sandi Koordinat h) Sandi Angka i) Sandi Napoleon
75
j) Sandi Morse k) Sandi Semaphore l) Sandi Jam m) Sandi Nomor n) Sandi Geser o) Sandi Naik Turun Tingkat p) Sandi Tanggal q) Sandi Huruf Berjasa r) Sandi Datar s) Sandi Kotak I t) sandi Kotak II u) Sandi Kotak III v) Sandi Jepang w) Sandi Jepang x) Sandi Gambar y) Sandi Analog 14. Simpul z) Simpul Hidup/ Topi aa)
Simpil Mati
bb)
Simpul Pangkal
cc)
Simpul Jangkar
dd)
Simpul Tarik
ee)
Simpul Laso
76
ff) Simpul Anyam gg)
Simpul Anyam Berganda
hh)
Simpul Ujung Tali
ii) Simpul Tiang jj) Simpul Rantai kk)
Simpul Kembar
ll) Simpul Tambat mm) Simpul Erat nn)
Simpul Kursi
15. Ikatan oo)
Ikatan Kaki Tiga
pp)
Ikatan Silang
qq)
Ikatan Palang
rr) Ikatan Sambung Tongkat 16. Pioneering 17. Menaksir ss) Menaksir Tinggi tt) Menaksir Lebar Sungai uu)
Menaksir Kecepatan Angin
vv)
Menaksir Kecepatan Arus Sungai
ww) Menaksir Benda-benda Lain 18. Bongkar Pasang Tenda 19. Membuat Drakbar
77
20. Membuat Tiang Bendera 21. Pengetahuan Umum dan Wawasan xx)
Tekhnik Penjernihan Air
yy)
Sampah
zz)
Penghijauan
aaa) P2K bbb) Pengetahuan Lalu Lintas ccc) Kepemimpinan ddd) Sejarah Lagu Indonesia Raya eee) Sejarah Bendera Merah Putih fff)
sejarah Sumpah Pemuda
ggg) Lambang Negara hhh) Hari-hari Bersejarah iii)Lagu-lagu Nasional jjj)Susunan Pemerintahan 22. KIM kkk) KIM Lihat lll)KIM Cium mmm)
KIM Raba
nnn) KIM Rasa ooo) KIM Dengar
78
C.
Keunggulan dan Kelemahan Pendidikan Kepramukaan terhadap PAI di SD NU Nawa Kartika Kudus Di dalam Pendidikan Kepramukaan jika Dihubungkan dengan pendidikan agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Diantaranya yaitu: 1.
Keunggulan a) Pembina Pembina dalam kegiatan suatu latihan kepramukaan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini mengandung pengertian bahwa seorang pembina mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menentukan arah dan tujuan suatu proses pembelajaran pramuka. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kepramukaan, seorang pembina sudah mampu menguasai materi, mampu membawakan materi agar mudah diterima anggota pramuka. Kehadiran pembina yang selalu disiplin, tepat waktu, memberikan teladan bagi para anggota pramuka. Pembina mampu memberikan motivasi serta reinforcement
(penguatan)
keoptimalan
dalam
berlatih
kepramukaan, sehingga pengamalan Dasa Dharma sebagai kode kehormatan Gerakan Pramuka yang di ajarkan kepada adik-adik anggota sesuai dengan harapan. Adanya interaksi yang seimbang antara pembina dan adik-adik anggota pramuka dapat menumbuhkan semangat dalam setiap
79
latihan, sehingga pembina dalam penerapan sikap terhadap anggota pramuka dapat terealisasi dengan baik. Dan tujuan pendidikan dapat mencapai suatu keberhasilan. b) Bimbingan Bimbingan baik dari kakak pembina maupun yang lainnya dalam rangka membina anggota akan berkebribadian luhur serta taqwa kepada Allah SWT sehinggga dapat menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana fungsi pendidikan baik formal maupun nonformal secara operasional mengandung dua aspek yaitu aspek menjaga atau memperbaiki, dan aspek menumbuhkan atau membina. 9 c) Pengawasan Pengawasan dari kakak pembina, guru, penjaga sekolah pada saat kegiatan malam seperti PerSaMi (perkemahan sabtu minggu) dapat dikatakan berhasil. Karena dalam perkemahan menekankan sistem satuan terpisah untuk anggota pramuka putra dan putri yang dapat dita’ati dan dipatuhi para anggotanya. Sanksi yang diberikan, jika peraturan tersebut di langgar adalah di siram air. d) Kontinue Latihan kegiatan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus dilaksanakan secara kontinyu (terus-menerus) setiap minggu sekali pada hari rabu, dengan penerapan kode etik pada anggota pramuka 9
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.ke-4, hlm. 36.
80
supaya bermoral baik, sehingga tujuan pendidikan ini dapat tercapai. 2.
Kelemahan a) Anggota Pramuka Anggota pramuka tidak selalu disiplin waktu, misalnya telat waktu
datang dalam
kegiatan
latihan
rutin
kepramukaan,
melaksanakan sholat terkadang telat. Waktu kegiatan rutin dimulai jam 15.30 sampai 17.00, seharusnya sebelum kegiatan diharuskan untuk sholat terlebih dahulu. Akan tetapi terkadang sholatnya habis dari kegiatan. b) Lingkungan Peraturan/tata tertib pada saat kegiatan malam (perkemahan) memang sudah dapat dipatuhi para anggota, akan tetapi terkadang ada orang luar yang memakai atribut pramuka dan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib. Misalnya laki-laki menemui seorang anggota pramuka putri. Sehingga dimata masyarakat, kegiatan malam seperti perkemahan yang diadakan dirasa tidak efektif.
D.
Relevansi Pendidikan Kepramukaan terhadap PAI di SD NU Nawa Kartika Kudus Pramuka merupakan wadah berorganisasi dalam membentuk pribadi siswa. Memang latihan pramuka membutuhkan energi yang banyak
81
sehingga ada yang mengeluh capek jika berlatih pramuka, tetapi rasa senang dan bahagia ketika permainan dan kegiatan dialam terbuka, seperti haiking, kemah, dan kegiatan dilapangan. Dan Pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakulikuler di SD NU Nawa Kartika Kudus yang diwajibkan kepada peserta didik mulai dari kelas III sampai VI. Kegiatan kepramukaan itu menyenangkan, seru, dan dapat menambah pengalaman. Bermacam-macam kegiatan yang dilakukan dalam pendidikan kepramukaan, diantaranya: Jambore Ranting, Jambore Cabang dan Jambore Daerah, DianPinru, Perkemahan, Lomba tingkat 1, dan Survival. Semua itu bertujuan memberikan pengalaman secara langsung kepada anggota pramuka sehingga tidak ketinggalan dengan kemajuan zaman. Jambore merupakan pertemuan penggalang dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh kwartir gerakan pramuka. Sedang Dianpinru merupakan kegiatan pramuka penggalang Pratama (pemimpin regu utama), Pinru (pemimpin regu), dan Wapinru (wakil pemimpin regu) yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan di bidang manajerial dan kepemimpinan. Perkemahan merupakan pertemuan pramuka penggalang yang diselenggarakan secara reguler untuk mengevaluasi hasil latihan di Gugus Depan dalam satu periode. Perkemahan yang rutin dilaksanakan di SD NU Nawa Kartika Kudus ini adalah PerSaMi (perkemahan sabtu minggu). Menjelang perkemahan biasanya ada kegiatan manaqib, dilanjutkan kegiatan sore yaitu istighosah dan tahlilan, sholat berjama’ah, tadarus Al—
82
Qur’an, kegiatan haiking, lomba, santunan anak yatim, do’a-do’a, kultum, dan kuliah subuh. Penerapan sikap/perilaku yang baik pada anggota pramuka terangkum dalam Tri Satya dan Dasa Dharma. Tri Satya adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh para anggota pramuka, yaitu kewajiban terhadap Tuhan yang maha Esa dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, kemudian terhadap negara yang termasuk didalamnya adalah pancasila. Kewajiban yang ke dua terhadap sesama manusia, dan alam terutama yang hidup berdampingan di muka bumi ini yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar tidak terjadi kepunahan dan akhirnya dapat merusak alam. Kewajiban yang lain yang harus dilaksanakan adalah kewajiban terhadap masyarakat. Dimana anggota pramuka hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. Dengan memberikan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, baik berbentuk material maupun spiritual menuju masyarakat yang lebih baik. Kewajiban terakhir adalah menepati Dasa Dharma. Dasa Dharma itu merupakan ketentuan moral yang diajarkan oleh gerakan pramuka guna tercapainya manusia yang pancasila, beragama dan mandiri. Ada sepuluh Dharma yang kita pelajari dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Dasa Dharma ini perlu adanya pengenalan dan pendidikan kepada anggota pramuka dengan harapan mereka sukses dikemudian hari. Dasa Dharma ini merupakan suatu nilai ajaran pramuka
83
yang membedakan dengan kepanduan yang lain, sepuluh Dharma ini mencakup hubungan kita dengan tuhan, manusia dan alam seisinya. Selain itu Dasa Dharma pramuka juga mengajarkan kepada manusia akan sifatsifat positif yang harus kita jaga, mengembangkan dan mengamalkan seperti sifat jujur, hemat, bertanggungjawab dan dapat dipercaya serta menjadi seorang pratriot yang santun dan lain lain. Dasa Dharma itu wajib dihafalkan oleh anggota pramuka, dan tidak cukup hafal saja juga perlu pemahaman dan praktek didalamnya. Untuk itu orientasi gerakan pramuka diajarkan untuk penerapkannya, supaya bisa mengurangi faktor penurunan moral dan etika para pemuda dan anak anak pada zaman sekarang. Dengan demikian pramuka sebagai wadah suatu kepanduan dalam mencetak kader bangsa tentunya bisa berhasil sesuai dengan cita-cita dan harapan bangsa. Dengan penerapan sikap dan sistem nilai yang ada pada gerakan pramuka, maka gerakan pramuka tersebut dapat masuk dan diterima diberbagai jenjang satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta. Pendidikan kepramukaan tidak hanya diselenggarakan pada lembaga yang berlatarbelakang umum saja, akan tetapi juga pada yang berlatarbelakang agama Islam, karena di dalamnya juga diajarkan nilai-nilai Islam. Apabila kita soroti dari ajaran agama Islam, pramuka jelas bermanfaat, justru akan membantu memperdalam keyakinan agama secara intensif dan positif. Yang mana didalam satya dan dasa dharma pramuka mengandung norma-norma atau aturan-aturan yang pada intinya selain
84
bersifat horisontal yang mengatur tentang kehidupan manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sekitarnya, juga bersifat vertikal yang mengatur tentang manusia dengan Tuhannya. Hal ini sesuai dengan keterangan dari pembina pramuka, bahwa dalam pelaksanaan kegiatan latihan pramuka juga ditekankan kedisiplinan (terutama dalam disiplin waktu), kemandirian (saat mengikuti latihan), keberanian (mengikuti kegiatan dan tantangan), serta bertanggung jawab dan bekerjasama dalam kegiatan beregu seperti haiking. Dalam kegiatan rutin latihan kepramukaan, keteladanan pembina juga diperlihatkan dengan kedisiplinannya, datang tepat waktu saat latihan. Cara berpakaian para anggota pramuka juga rapi dan sopan, serta tidak berlebihan. Dan setiap habis latihan, anggota pramuka biasanya diminta untuk membersihkan sampah disekitarnya dengan maksud pembina menerapkan rasa kecintaan dan pemeliharaan terhadap alam sekitar. Dan termasuk sebagian dari iman.
kebersihan
Adanya haiking sebagai tantangan untuk
pencarian jejak membuktikan kebenaran sesuatu sangat relevan dengan sejarah yang pada dasarnya bertujuan untuk membuktikan benar atau tidaknya sesuatu (sejarah).
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.
Pemaparan Hasil Penelitian 1.
Pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus Berdasarkan pengamatan langsung terhadap proses latihan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus dilaksanakan 1 minggu 2 kali yaitu pada hari rabu untuk pramuka siaga kelas III dan IV dan hari Jum’at pramuka penggalang kelas V dan IV. Proses latihan kepramukaan di sekolah tersebut dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu kegiatan awal atau pendahuluan, dimulai dengan nyayian yel-yel penyemangat anggota, kemudian apersepsi untuk menciptakan pra kondisi bagi anggota agar mental dan perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajari. Kegiatan yang dilakukan pembina antara lain: Menanyakan sampai dimana pemahaman materi yang dipelajari minggu lalu, dan memberikan uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti dengan pemberian meteri pramuka seperti: PBB, Sandi-sandi, Ujian SKU, Renungan dan lain lain. Kemudian dilanjutkan kegiatan akhir penutup dengan evaluasi serta penarikan kesimpulan dari latihan sore itu, dan biasanya pembina menyisipkan ceramah (nasehat), setelah itu diakhiri dengan do’a dan ditutup dengan upacara penutupan latihan. 1
1
Hasi Observasi di SD NU Nawa Kartika Kudus, 29 Agustus 2015, Pukul 15.30
85
86
Pembina pramuka dalam menyampaikan materi latihan, secara aktif memberikan bimbingan dan penilaian terhadap siswa agar semaksimal mungkin untuk mengamalkannya. Buku yang digunakan dalam menyampaikan materi adalah buku Bina Pramuka, Pegangan Pembina, Basic Scot Training, SAKU, dan SKU, buku panduan penerapan Dasa Dharma dalam kehidupan, Alqur’an, dan buku-buku lain yang relevan baik dari perpustakaan maupun dari luar. 2 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus mempunyai ciri khas yaitu sebelum proses latihan pramuka dimulai, pembina terlebih dahulu mempersiapkan Rencana Program Latihan (RPL) yang dibuat 3 bulan sekali yang digunakan sebagai acuan berlatih pramuka agar pelatihan dapat berjalan lebih efektif sesuai dengan alur yang telah direncanakan. Proses latihan kepramukaan dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu kegiatan awal atau pendahuluan, dimulai dengan upacara pembukaan, dilanjutkan nyayian yel-yel penyemangat anggota, kegiatan inti dengan materi, kegiatan akhir penutup dengan evaluasi serta penarikan kesimpulan, setelah itu diakhiri dengan do’a dan ditutup dengan upacara penutupan latihan. Dalam latihan pramuka pembina penerapan sistem among dan juga dalam menggunakan metode yang bervariasi. Dengan demikian 2
Hasi Observasi di SD NU Nawa Kartika Kudus, 29 Agustus 2015, Pukul
16.30
87
metode yang digunakan oleh pembina sudah merupakan interpretasi guna mencapai tujuan pendidikan kepramukaan. 2.
Keunggulan dan kelemahan pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Di dalam Pendidikan Kepramukaan jika Dihubungkan dengan pendidikan agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Diantaranya yaitu: a. Keunggulan 1) Pembina Pembina dalam kegiatan suatu latihan kepramukaan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini mengandung pengertian bahwa seorang pembina mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menentukan arah dan tujuan suatu proses pembelajaran pramuka. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kepramukaan, seorang pembina sudah mampu menguasai materi, mampu membawakan materi agar mudah diterima anggota pramuka. Kehadiran pembina yang selalu disiplin, tepat waktu, memberikan teladan bagi para anggota pramuka. Pembina mampu memberikan motivasi serta reinforcement (penguatan) keoptimalan
dalam
berlatih
kepramukaan,
sehingga
pengamalan Dasa Dharma sebagai kode kehormatan Gerakan
88
Pramuka yang di ajarkan kepada adik-adik anggota sesuai dengan harapan. Adanya interaksi yang seimbang antara pembina dan adikadik anggota pramuka dapat menumbuhkan semangat dalam setiap latihan, sehingga pembina dalam penerapan sikap terhadap anggota pramuka dapat terealisasi dengan baik. Dan tujuan pendidikan dapat mencapai suatu keberhasilan. 2) Bimbingan Bimbingan baik dari kakak pembina maupun yang lainnya dalam rangka membina anggota akan berkebribadian luhur serta taqwa kepada Allah SWT sehinggga dapat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana fungsi pendidikan baik formal maupun nonformal secara operasional mengandung
dua
aspek
yaitu
aspek
menjaga
atau
memperbaiki, dan aspek menumbuhkan atau membina. 3 3) Pengawasan Pengawasan dari kakak pembina, guru, penjaga sekolah pada saat kegiatan malam seperti PerSaMi (perkemahan sabtu minggu) dapat dikatakan berhasil. Karena dalam perkemahan menekankan sistem satuan terpisah untuk anggota pramuka putra dan putri yang dapat dita’ati dan dipatuhi para
3
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.ke-4, hlm. 36.
89
anggotanya. Sanksi yang diberikan, jika peraturan tersebut di langgar adalah di siram air. 4) Kontinue Latihan kegiatan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus dilaksanakan secara kontinyu (terus-menerus) setiap minggu sekali pada hari rabu, dengan penerapan kode etik pada anggota pramuka supaya bermoral baik, sehingga tujuan pendidikan ini dapat tercapai. b. Kelemahan 1) Anggota Pramuka Anggota pramuka tidak selalu disiplin waktu, misalnya telat waktu datang dalam kegiatan latihan rutin kepramukaan, melaksanakan sholat terkadang telat. Waktu kegiatan rutin dimulai jam 15.30 sampai 17.00, seharusnya sebelum kegiatan diharuskan untuk sholat terlebih dahulu. Akan tetapi terkadang sholatnya habis dari kegiatan. 2) Lingkungan Peraturan/tata
tertib
pada
saat
kegiatan
malam
(perkemahan) memang sudah dapat dipatuhi para anggota, akan tetapi terkadang ada orang luar yang memakai atribut pramuka dan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib. Misalnya laki-laki menemui seorang anggota pramuka putri.
90
Sehingga
dimata
masyarakat,
kegiatan
malam
seperti
perkemahan yang diadakan dirasa tidak efektif. Berdasarkan pemaran tersebur penulis dapat simpulkan bahwa keunggulan dan kelemahan pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus adalah a.
Keunggulan Kehadiran pembina yang selalu disiplin, tepat waktu, memberikan teladan bagi para anggota pramuka. Pembina mampu memberikan motivasi dan reinforcement (penguatan) keoptimalan dalam berlatih kepramukaan, sehingga pengamalan Dasa Dharma sebagai kode kehormatan Gerakan Pramuka dan terdapat nilainilai Islamnya yang di ajarkan kepada anggota pramuka sesuai dengan
harapan.
Pembina
maupun
yang
lainnya
juga
membimbing anggota akan berkebribadian luhur serta taqwa kepada Allah SWT sehinggga dapat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Selain itu pengawasan yang ketat dari kakak pembina, guru, penjaga sekolah pada saat kegiatan kepramukaan malam. Serta Latihan kegiatan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus dilaksanakan secara kontinyu (terusmenerus) setiap minggu sekali pada hari rabu, dengan penerapan kode etik pada anggota pramuka supaya bermoral baik, sehingga tujuan pendidikan ini dapat tercapai.
91
b.
Kelemahan Anggota pramuka tidak selalu disiplin waktu, misalnya waktu melaksanakan sholat terkadang telat. Waktu kegiatan rutin dimulai jam15.30 sampai 17.00, seharusnya sebelum kegiatan diharuskan untuk sholat terlebih dahulu akan tetapi terkadang sholatnya habis dari kegiatan. Selain itu juga peraturan/tata tertib pada saat kegiatan malam (perkemahan) memang sudah dapat dipatuhi para anggota, akan tetapi terkadang ada orang luar yang memakai atribut pramuka dan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib. Misalnya laki-laki menemui seorang anggota pramuka putri, sehingga dimata masyarakat kegiatan malam seperti perkemahan yang diadakan dirasa tidak efektif.
3. Relevansi pendidikan kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Pramuka merupakan wadah berorganisasi dalam membentuk pribadi siswa. Pribadi mandiri selalu mampu melihat datangnya kesempatan terutama untuk merebut sukses material, sedangkan untuk merebut sukses spiritual selalu terbuka selama berada dalam perjalanan hidup sebagai nikmat dari Allah SWT. Kreatifitas dan inisiatif sebagai perwujudan berpikir positif dan maju, dalam menghasilkan sesuatu yang baru harus diusahakan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, agar berada dalam ridla Allah SWT. Orangorang berkepribadian mandiri yang kreatif dan penuh inisiatif, mampu
92
menciptakan kerja dan tidak menunggu kerja. Orang-orang tersebut pandai menyibukkan diri, dengan tidak membuang-buang waktu, disiplin waktu dan disiplin kerjanya sangat tinggi sehingga sukses dapat diraihnya. Materi kepramukaan yang disampaikan tersebut dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriyah, misalnya makan dan minum, bertempat tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara layak, dan salah satu diantara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang
layak
adalah
melalui
pendidikan.
Dengan
pendidikan,
pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin banyak persaingan dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat daripada penyedian lapangan kerja. Pelatihan pramuka membutuhkan energi yang banyak sehingga ada yang mengeluh capek jika berlatih pramuka, tetapi rasa senang dan bahagia ketika permainan dan kegiatan dialam terbuka, seperti haiking, kemah, dan kegiatan dilapangan. Dan Pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakulikuler di SD NU Nawa Kartika Kudus yang diwajibkan kepada peserta didik mulai dari kelas III sampai VI.
93
Kegiatan kepramukaan itu menyenangkan, seru, dan dapat menambah pengalaman. Penerapan sikap/perilaku yang baik pada anggota pramuka terangkum dalam Tri Satya dan Dasa Dharma. Tri Satya adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh para anggota pramuka, yaitu kewajiban terhadap Tuhan yang maha Esa dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, kemudian terhadap negara yang termasuk didalamnya adalah pancasila. Kewajiban yang ke dua terhadap
sesama
manusia,
dan
alam
terutama
yang
hidup
berdampingan di muka bumi ini yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar tidak terjadi kepunahan dan akhirnya dapat merusak alam. Kewajiban yang lain yang harus dilaksanakan adalah kewajiban terhadap masyarakat. Dimana anggota pramuka hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. Dengan memberikan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, baik berbentuk material maupun spiritual menuju masyarakat
yang lebih baik.Kewajiban
terakhir adalah menepati Dasa Dharma. Dasa Dharma itu merupakan ketentuan moral yang diajarkan oleh gerakan pramuka guna tercapainya manusia yang pancasila, beragama dan mandiri. Ada sepuluh Dharma yang kita pelajari dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan sikap dan sistem nilai yang ada pada gerakan pramuka, maka gerakan pramuka tersebut dapat masuk dan diterima
94
diberbagai jenjang satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta. Pendidikan kepramukaan tidak hanya diselenggarakan pada lembaga yang berlatarbelakang umum saja, akan tetapi juga pada yang berlatarbelakang agama Islam, karena di dalamnya juga diajarkan nilai-nilai Islam. Apabila kita soroti dari ajaran agama Islam, pramuka jelas bermanfaat, justru akan membantu memperdalam keyakinan agama secara intensif dan positif. Yang mana didalam satya dan dasa dharma pramuka mengandung norma-norma atau aturan-aturan yang pada intinya selain bersifat horisontal yang mengatur tentang kehidupan manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sekitarnya, juga bersifat vertikal yang mengatur tentang manusia dengan Tuhannya. Maka pendidikan Islam mengupayakan dalam membantu anak didik agar
menjadi
mandiri,
berkewajiban
untuk
mengembangkan
kemampuan berfikirnya, dan terus menerus menuntut ilmu yang berguna bagi kehidupannya dan yang di ridlai-Nya. Jadi
penulis
simpulkan
dalam
relevansi
pendidikan
kepramukaan terhadap PAI di SD NU Nawa Kartika Kudus adalah pendidikan pramuka termasuk dalam pendidikan non formal yaitu pada pendidikan kepemudaan. Yang keduanya termasuk dalam subsistem
pendidikan
Nasional.
Metode
dalam
proses
pembelajarannya sama, yaitu dengan menggunakan CTL (contextual teaching and learning) di mana guru dituntut untuk membuat siswa
95
aktif. Hal ini sesuai dengan tujuan sekolah yaitu mengoptimalkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (CTL dan PAKEM). Perkemahan yang rutin dilaksanakan di SD NU Nawa Kartika Kudus adalah PerSaMi (perkemahan sabtu minggu). Menjelang perkemahan biasanya ada kegiatan manaqib, dilanjutkan kegiatan sore yaitu istighosah dan tahlilan, sholat berjama’ah, tadarus Alquran, kegiatan haiking, lomba tingkat 1, santunan anak yatim, do’a-do’a, kultum, dan kuliah subuh, yang esensinya terkandung dalam Tri Satya dan termasuk didalamnya Dasa Dharma merupakan sebuah ketentuan akhlak/moral, baik yang berhubungan dengan Allah SWT, sesama manusia maupun alam sekitarnya, yang mana dijelaskan bahwa tujuan tertinggi PAI adalah tercapainya akhlak yang sempurna atau keutamaan.
PAI berisi tentang moral dan akhlak, baik yang
berhubungan dengan Allah (hablumminallah) maupun dengan sesama manusia
dan
alam
sekitarnya
(hablumminannnas
wa
hablumminal’alamin).
B.
Keterbatasan penelitian Hasil penelitian apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh penulis, disadari adanya beberapa keterbatasan. Walaupun demikian hasil penelitian yang diperoleh tetap dapat dijadikan acuan awal bagi penelitian selanjutnya.
96
Dalam penelitian ini, penulis perlu menjelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang dimaksud antara lain yaitu: 1.
Waktu yang diberikan dari pihak kampus maupun sekolahan tidak begitu banyak, sehingga harus bekerja keras untuk mengoptimalkan waktu tersebut.
2.
Persiapan observasi yang di butuhkan dari segala hal, baik materi bahan sampai pada keuangan untuk melakukan riset di sekolahan.
3.
Peneltian ini mengambil data dengan salah satunya adalah wawancara secara langsung, dalam hal ini butuh kesabaran agar guru maupun tenaga kependidikan terkait mempunyai waktu luang untuk dapat diwawancarai
sehingga
melakukan observasi.
membutuhkan
waktu
banyak
dalam
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini dan uraian field research skripsi tersebut diatas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1.
Pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus mempunyai ciri khas yaitu sebelum proses latihan pramuka dimulai, pembina terlebih dahulu mempersiapkan Rencana Program Latihan (RPL) yang dibuat 3 bulan sekali yang digunakan sebagai acuan berlatih pramuka agar pelatihan dapat berjalan lebih efektif sesuai dengan alur yang telah direncanakan. Proses latihan kepramukaan dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu kegiatan awal atau pendahuluan, dimulai dengan upacara pembukaan, dilanjutkan nyayian yel-yel penyemangat anggota, kegiatan inti dengan materi, kegiatan akhir penutup dengan evaluasi serta penarikan kesimpulan, setelah itu diakhiri dengan do’a dan ditutup dengan upacara penutupan latihan.
2.
Keunggulan pendidikan kepramukaan di SD NU Nawa Kartika Kudus adalah: Kehadiran pembina yang selalu disiplin, tepat waktu, memberikan teladan bagi para anggota pramuka. Pembina mampu memberikan motivasi dan reinforcement (penguatan) keoptimalan dalam berlatih kepramukaan, sehingga pengamalan Dasa Dharma
97
98
sebagai kode kehormatan Gerakan Pramuka dan terdapat nilai-nilai Islamnya yang di ajarkan kepada anggota pramuka sesuai dengan harapan. Sedangkan kelamahannya adalah: Anggota pramuka tidak selalu disiplin waktu, misalnya waktu melaksanakan sholat terkadang telat. Waktu kegiatan rutin dimulai jam15.30 sampai 17.00, seharusnya sebelum kegiatan diharuskan untuk sholat terlebih dahulu akan tetapi terkadang sholatnya habis dari kegiatan. Selain itu juga peraturan/tata tertib pada saat kegiatan malam (perkemahan) memang sudah dapat dipatuhi para anggota, akan tetapi terkadang ada orang luar yang memakai atribut pramuka dan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib. 3.
Relevansi
Pendidikan
Kepramukaan
Kepramukaan
terhadap
Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah Perkemahan yang rutin dilaksanakan di SD NU Nawa Kartika Kudus ini adalah PerSaMi (perkemahan sabtu minggu). Menjelang perkemahan biasanya ada kegiatan manaqib, dilanjutkan kegiatan sore yaitu istighosah dan tahlilan, sholat berjama’ah, tadarus Alquran, kegiatan haiking, lomba tingkat 1, santunan anak yatim, do’a-do’a, kultum, dan kuliah subuh, yang esensinya terkandung dalam Tri Satya dan termasuk didalamnya. Dasa Dharma merupakan sebuah ketentuan akhlak/moral, baik yang berhubungan dengan Allah SWT, sesama manusia maupun alam sekitarnya, yang mana dijelaskan bahwa tujuan tertinggi PAI adalah
99
tercapainya akhlak yang sempurna atau keutamaan.
PAI berisi
tentang moral dan akhlak, baik yang berhubungan dengan Allah (hablumminallah) maupun dengan sesama manusia dan alam sekitarnya (hablumminannnas wa hablumminal’alamin). Metode dalam proses pembelajarannya sama, yaitu dengan menggunakan CTL (contextual teaching and learning) di mana guru dituntut untuk membuat siswa aktif. Hal ini sesuai dengan tujuan madrasah yaitu mengoptimalkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (CTL dan PAKEM).
B.
Saran Berdasarkan serangkaian temuan dalam penelitian ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Untuk Lembaga Pendidikan Sebagai lembaga pendidikan umum yang menpunyai target lulusan bersumber daya manusia yang tangguh dan berwawasan global, hendaknya tetap meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa.
2.
Untuk Pembina Sebagai Pembina hendaknya senantiasa berusaha meningkatkan kualitas personal maupun professional, sehingga kualitas pelatihan pramuka yang maksimal.
100
3.
Untuk Siswa Sebagai siswa hendaknya memperkuat niat dan motivasi untuk berlatih lebih rajin dan meraih prestasi, meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan menjalankan ibadah. Dan ingatlah segala apa yang ada didunia ini adalah milik Allah maka semuanya akan kembali kepadanya, giatlah berlatih seakan akan kita akan hidup seribu tahun lamanya dan jangan lupa semangat dalam beribadah untuk selalu mengingat Allah SWT seakan akan kita akan meninggal besuk.
C.
Penutup Alhamdulillah atas berkat rahmat Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Relevansi Pendidikan Kepramukaan terhadap Pendidikan Agama Islam di SD NU Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini kurang sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan dalam penelitian ini. Dan Semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirnya tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga mendapatkan balasan pahala berlipat dari Allah SWT. Amin Ya Robbal ’Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Achmadi, dan Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet 10, 2009. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. Alqur’an dan Terjemahnya Departemen Agama RI, Surabaya: Mekar Surabaya, 2004. Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (ARTGP) pasal 7 ayat 1, th 2005. Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet 4, 1996. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta , Cet XI Edisi Revisi IV. 1998. Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet 3, 2001. Dian Andayani, Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam berbasisi Kompetensi : Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet 3, 2006. Ibrahim, dan Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet 2, 2001. Kwarnas. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka, 2009. _______. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka, 2005. LEMDIKANAS (Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Tingkat Nasional), Panduan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan : Tingkat Penegak, Edisi II, Semarang, 2008. _____________,Candradimuka, Bahan Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Jakarta, 2008. Mahfudh, Sahal, dkk, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet 4, 2004. Mas’ud, Abdurrahman, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan Pustaka Pelajar, 2001. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet 26, 2009. Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet IV, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003. ________, Metode Research(Penelitian Ilmiah), Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet 6, 2003. Nazir, M. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. PUSDIKLATNAS (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Nasional) Candradimuka, Bahan Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Jakarta, 2010. Racana Sunan Kudus Rabi’ah Al-Adawiyah STAIN Kudus Periode 2009-2010, Buku Materi Kepramukaan Jilid II, 2009. Riyanto,Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, Cet 2, 2001. Rosyid, Moh, Pendidikan Agama Vis A Visi Pemeluk Agama Minoritas, Semarang: UNNES Press, , 2009. Sarkonah, Panduan Pramuka Penggalang, Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2011. Satmoko, Retno, Sriningsih, Landasan Kependidikan (Pengantar kearah Ilmu Pendidikan Pancasila), Semarang: CV. IKIP Semarang Press, Cet 2, 2000. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: ALFABETA, 2010. Sukardi, Metodologi PenelitianPendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet 2, 2004. Sunardi, Andri BoB, Boyman Ragam Latihan Pramuka, Bandung: Nuansa Muda, Cet IV, 2006.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam : Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. ____________, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. X, 2011. UUD 1945 dengan Penjelasannya Amandemen I, II, III & IV UUD 1945 Butirbutir Pancasila Piagam Jakarta Susunan Kabinet Indonesia Bersatu, , Semarang: Sari Agung, t.t.