ISSN 1693-7945
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP) DI DESA KARANGAMPEL KIDUL KABUPATEN INDRAMAYU Oleh: Ismail dan Sisca Febryani Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Wiralodra Indramayu
ABSTRAK Kebijakan yang tercantum dalam GBHN 1999-2004 bidang kesehatan dan kesejahteraan: “meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, dan peningkatan kualitas program keluarga berencana”. Penduduk yang berkualitas mencerminkan keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Program keluarga berencana (KB) merupakan usaha langsung yang bertujuan mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang sesuai. Adapun strategi dalam pelayanan kontrasepsi yang dikembangkan selama ini adalah mengarah kepada pemakaian Metode Kontrasepsi yang Efektif Terpilih atau disebut juga MKET yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Suntik, Susuk dan Kontrasepsi Mantap (Kontap). Jumlah pengguna ala kontrasepsi mantap Desa Karangampel Kidul lebih banyak yaitu 57 orang di wilayah kerja Puskesmas Karangampel. Kata kunci: Pendidikan, pengetahuan, pasangan usia subur (PUS), alat kontrasepsi, kontrasepsi mantap (KONTAP). PENDAHULUAN Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, struktur umur yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok dalam bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal. Peningkatan kualitas program keluarga berencana merupakan salah satu kebijakan yang menentukan kualitas penduduk. Keluarga berencana (KB) merupakan upaya melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan keluarga berencana (KB) adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan keluarga berencana (KB) harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien atau masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk Desa Karangampel Kidul, dari data profil Desa Karangampel Kidul yaitu 361 orang (5,2%) tidak tamat SD, 2996 orang (43%) lulusan SD, 1632 orang (23.5%) lulusan SMP, 1394 orang (20,1%) lulusan SMA, 56 orang (0,8) lulusan DI, 71 orang (1%) lulusan DII, 77 orang (1,1) lulusan DIII, 132 orang (1,9) lulusan SI, 76 orang (1,1%)lulusan S2, 91 orang (1,4%) lulusan S3 dan 64 orang (0,9%) buta huruf. Jumlah pengguna alat kontrasepsi mantap Desa Karangampel Kidul lebih banyak yaitu 57 orang sedangkan Desa Karang ampel hanya 40 orang dari seluruh Desa di wilayah kerja Puskesmas Karangampel (Tabel 1). 3
ISSN 1693-7945
No
1 2 3 4 5 6 7
Tabel 1. Rekapitulasi Peserta KB (Keluarga Berencana) Kontrasepsi Mantap di Wilayah Kerja Puskesmas Karangampel Tahun 2011 Kontrasepsi Mantap Jumlah MOP MOW Nama Desa Pasangan Usia Total % (Medis (Medis Subur Operatif Operatif Pria) Wanita) Karangampel 1191 5 35 40 3,3 Karangampel Kidul 1892 3 54 57 3 Dukuh Tengah 899 3 14 17 1,9 Dukuh Jeruk 1290 2 28 30 2,3 Mundu 1621 10 23 33 2 Benda 1192 2 31 33 2,8 Sendang 872 4 5 9 1 Jumlah 8957 29 190 219 2,4
Dari data tingkat pendidikan dan Tabel1.belum diketahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan pasangan usia subur (PUS) dengan pemilihan alat kontrasepsi mantap di Desa Karangampel Kidul Kabupaten Indramayu. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian Survey analitik dengan rancangan case control. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling untuk populasi kasus dengan ketentuan pengguna alat kontrasepsi mantap di Desa Karangampel Kidul Kabupaten Indramayu yaitu sebanyak 57 orang, sedangkan populasi control dilakukan menggunakan systematic random sampling sebanyak 57 orang, sehingga total sampel sebanyak 114 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan juli 2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan pedoman wawancara. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Desa Karangampel Kidul adalah salah satu desa yang ada di wilayah timur Indramayu, merupakan desa pemekaran yang umurnya masih relative muda dibandingkan desa-desa yang ada di Indramayu. Sebagian besar penduduk Desa Karangampel Kidul mempunyai mata pencaharian petani dan pedagang.Secara geografis desa Karangampel Kidul berada pada wilayah yang sangat strategis karena berada pada jalur ekonomi (pasar karangampel), desa Karangampel Kidul terdiri dari 3 Dusun, 5 RW dan 25 RT yang dipimpin oleh seorang pejabat kuwu. Penelitian ini dilakukan pada 57 orang pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi mantap sebagai kelompok kasus dan 57 orang pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi non-mantap sebagai kelompok kontrol, jadi jumlahnya adalah 114 orang pasangan usia subur. Hubungan tingkat pendidikan pasangan usia subur (PUS) dengan pemilihan alat kontra sepsi mantap (Tabel 2).
4
ISSN 1693-7945
Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Karangampel Kidul Kabupaten Indramayu Tahun 2012 Confidence Interval 95%
PUS Aspektor KB Pendidikan
Jumlah (%)
Kasus (%)
Kontrol (%)
Tinggi
42 (58,3%)
30 (41,7%)
72 (100%)
Rendah
15 (35,7%)
27 (64,3%)
22 (100%)
Jumlah
57 (50%)
57 (50%)
114 (100%)
Pvalue
OR
0,020
2,520
Batas bawah
Batas atas
0,181
0,871
Berdasarkan Tabel 2. Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh nilai p (value) = 0,020 pada α = 0,05. Karena nilai p (value) 0,020 < 0,05 yang berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan pasangan usia subur (PUS) dengan pemilihan alat kontrasepsi mantap di Desa Karangampel Kidul Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu. Nilai (OR = 2,520; CI = 95%) yang berarti bahwa pasangan usia subur (PUS) yang berpendidikan tinggi di Desa Karangampel Kidul Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu kemungkinan besar memilih alat kontrasepsi mantap 2,520 kali lebih banyak dari pada pasangan usia subur (PUS) yang berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan. Hubungan pengetahuan pasangan usia subur (PUS) dengan pemilihan alat kontrasepsi mantap (Tabel 3). Tabel 3.Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Karangampel Kidul Kabupaten Indramayu Tahun 2012
Pengetahuan Baik Kurang Jumlah
PUS Aspektor KB Kasus Kontrol (%) (%) 41 29 (58,6%) (41,4%) 16 28 (36,4%) (63,6%) 57 57 (50%) (50%)
Jumlah (%) 70 (100%) 44 (100%) 114 (100%)
Tabel 3. menunjukkan bahwa responden yang memilih alat kontrasepsi mantap banyak digunakan pada responden yang memiliki pengetahuan baik tentang alat kontrasepsi mantap, yaitu 41 orang (58,6%). Berdasarkan uji statistic chi square diketahui bahwa pengetahuan baik pada pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi mantap meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi 5
ISSN 1693-7945
mantap sebesar 2,474 kali lebih besar dari pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan rendah. Semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat karena informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya dan penerangan yang keliru atau mis information. Implikasi Untuk Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian ini didapat bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan pasangan usiasubur (PUS) mempengaruhi atau berhubungan dengan pemilihan cara kontrasepsi yang digunakan. Peran dari petugas kesehatan dan bidan adalah memberikan pendidikan atau konseling kesehatan kepada pasangan usia subur agar pengetahuan tentang alat kontrasepsi meningkat sehingga pasangan usia subur bias memilih dan menentukanalat kontrasepsi yang cocok dan sesuai dengan keinginannya. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KeluargaBerencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (Informed Choice) yang akan digunakan. Akan tetapi pemilihan alat kontrasepsi mantap pada pasangan usia subur (PUS) tidak seluruhnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan ada faktor lain yang mungkin menyebabkan pasangan usia subur tidak memilih alat kontrasepsi mantap seperti sikap, kesehatan, keyakinan, atau kesadaran dan SDM (Sumber Daya Manusia) petugas yang dapat mempengaruhi pemilihan alat kontra sepsi mantap. KESIMPULAN Tingkat pendidikan pasangan usia subur (PUS) adalah lamanya pasangan usia subur (PUS) menempuh pendidikan dalam lembaga pendidikan formal yang dinyatakan dengan tahun sukses. (SD = 6 tahun, SMP = 9 tahun, SMA = 12 tahun PT > 12 tahun). Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan. SARAN 1. Penelitian ini dapat dijadikan bahanpertimbanganuntukpenelitianselanjutnya. Melalui jumlah responden yang lebih besar dan jumlah variabel, misalnya umur, kesehatan, sikap, dukungan suami, pekerjaan, paritas, dan lain-lain. 2. Bidan dan petugas kesehatan lain dapat memberikan konseling tentang Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR) dan memberikan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam memilih dan memutuskan untuk memilih kontrasepsi (Informed Choice) yang akan digunakan. 3. Institusi kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang alat kontrasepsi mantap sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar.
DAFTAR PUSTAKA Undang-undang RI. 2000. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004. http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile. Diakses tanggal 13 Mei 2012 Undang-undang RI. 1992. Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. http://www.jdih.ristek.go.id/?q=system/files/perundangan. Diaksestanggal 10 Mei 2012 6
ISSN 1693-7945
Depkes RI. 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Menuju Indonesia Sehat 2010. http://www.depkes.go.id/download.php. Diaksestanggal 13 Mei 2012. Saefudin dan Bari Abdul. 2006. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. JHPIEGO. Jakarta. PLKB Kecamatan Karangampel. 2011. Rekapitulasi HASIL pendataan Tingkat Kecamatan. Nursalam dan Pariani. 2001. Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Sugengseto. Nasrul Efendy. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Noto Atmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
7