IffiI(URANGAN ENERGI PROTE (KEP) PADA BAI ITA
OLEH: Dra. Nurhaedar Jafar, APtrM.Kes
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2004
SURAT KETERANGAN
fb
Program Studi llmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas lllenyatakan telah menerima makalah ilmiah atas nama
:
: Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes : 131 876 925 : Penata tkt l/lll d : Kekurangan Energi protein
(KEp) pada Balita
ilmiah tersebut telah dipresentasikan dalam acara seminar ilmiah pada Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat pada tanggal 1s Agustus 2004
surat Keterangan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk Lkan sebagaimana mestinya
Makassar,2l Agustus
2OO4
Ketua Jurusan Gizi
Zta+easN -
til
609 949
dr. Gitrakesumasari. M.Kes NIP:131 876 958
DAFTAR ISI Hal i
r
ii
KETERANGAT{ iii
AR ISI
AlEI
PENDAHULUAN
t
A.
Latar Belakang"
B.
Rumusan Masalah'
1
2 2
C. Tujuan Penulisan PEMBAHASAN
A. Pengeftian
3
KEP."' lndonesia
B.
Besar Prevalensi KEP di
C.
Masalah KEP pada Faktor-faktor yang Menyebabkan
4
D,MasalahKesehatanyangDihadapiBatitaJika
KEP..."""
(
/' E. Cara Pencegahan KEP pada Ba\q::: -l:;;zz' Menderita
EIB
III
e 10
PENUTUP
A.
KesimPulan
11
"""""'
11
B. Saran ITA,FTAR PUSTAKA
ill
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang mernbangun. bangsa Indonesia rnasih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan.iika dibandingkan negara lairr vans
sudah lebih rnaju.Salah satLr indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk rnengukr:r keberhasilan suatu bangsa dalam mernban-qun adalah surnberclava rnanusianva.vang dalam
hal ini sering di sebut sebragai lrrdeks Pernbangunan Manusin (tPM) atau I-lurnan Development index. Pada tahun 2003, IPM lndonesia menernpati Lrrlrtan ke ll2 dari l7-l negara
(UNDP,2003). Sedangkan pada tahun 2004, IPM lndonesia menentpati peringkat I ll
dari 177 negara (UNDP. 2004), yang merupakan peringkat lebih rendah
dibandingkan
peringkat I PM negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan pencluduk lndonesia, yang'dapat ditunjukkandengan masih tingginya angka kernatian bayi sebesar
3-5
per seribu kelahiran hidup. dan angka kematian balita sebesar 58 per seribu serta angka kematian ibu sebesar 307 per seratus ribu kelahiran hidup (UNDP. 2001).
Dalam kaitannl'a. Balita vang kurang gizi rnempLrrryai risiko nrenirrggal lebih tingui dibandingkan balita yang tidak nuJang gizi. Setiap tahun kurang lebih
ll.iuta
dan balita di
seluruh dunia meninggal oleh karena peny'akit-penyakit inf,eksi seperti ISPA. diare, rnalaria.
campak
(wHo
dll. Ironisnya. 54Yo dan kematian tersebut berkaiPr-dengln adanya kurang
2002).
gizi
\
Anak usia di bawah lirna tahun (balita) terutama pada usia l-3 ta\un merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, pada masa in\ anak sering mengalami kesulitan makan padahal pertumbuhan fisik dan otaknya sedang p sat-pesatnya.
Apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan,,baik maka
akan
udah
/ /t Masalah gizi disebabkan oleh bayak factof yang saling terkait b!,1ecara
ter.iadi
Kekurangan Energi Protein (KEP).
langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung dip{ngaruhi
oleh pr"yaffi. infeksi dan tidak
cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun [.q,f i,ur.
,y2o{un
secara tidak langsung
dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kEsehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di
tingka rumah tanggga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah renddahnya pendidikan. pengetahuan dan keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat ( Azwar Azrul. 2004).
cizi
buruk telah menyebar di negara-negara seperti lndia dan Bangladesh. Factor membatasi adalah suritnya memberikan gizi yang sesuai dengan yang
di
butuhkan.
itu" air juga menjadi factor utama penyebab terjadinya gizi buruk di Negara_negara L Pada bulan Maret 2005,anak-ana( kuran g gizi murai mengarir ke Medecins sans ires (MSF)' Pusat pemberian makan di Mar:adi, dan survei memperingatkan bahwa gizi iniakan tetap terjadi sampai panen berikutnya yaitu enam buran ke depanya
Melihat masalah
di atas,
status masarah
gizi pada barita sangat perru untuk
di
ikan- terlebih kepada upaya pencegahan dan penanggurangan ,v.ang secara terpadu di tingkat pelayanan kesehatan, iermasuk pada sarana kesehatan seperti Rurnah sakit. rs perawatan, Puskesmas, Balai pengobatan, puskesmas pernbantu. pos pelavanan dan Pusat Pemulihan Gizi
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk beberapa hal, yaitu :
l.
Apa pengertian
2.
Berapa besar prevalensi KEp
KEp?
,
di tndonesia?
3' Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masarah KEp pada barita? 4' Masalah kesehatan apa saja yang dihadapi barita.iika menderira KEp
5.
Bagaimana
?
EP pada balita?
c. TUJUAN PENULISAN Tujuan Umum Tujuan umum penulisan makalah
i
i adalah untuk membahas tentang Kurang Energi
ini adalah sebagai berikut
ui
:
prevalensi KEp di tndonesia
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masalah KEp pada balita? Untuk mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi balita jika menderita KEp Untuk rnengetahui cara pencegahan KEp pada balita,?
?
BAB II PEMBAHASAN q" ?I\GERTIAN KEP H. Boerhan. l. Roedi.
ltrmeru-*.rt lidb$urilf
&
H. Siti Nurul (2006), Keliurangan Energi Protein (KEP)
{,ia*laen kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsttmsi energi dan protein dalam
uuhmmur .ehari-hari. sehingga tidak mernenuhi angka kecukuparr gizi.
**nr: usnum terdapat 4 masalalr gizi pada balita di lndonesia yaitu KE,P (Kekurarrgan ffi6ry k:lein). KVA (Kurang Vit A), Kurang yodiurn (CAKY). darr kurang zat besi q,\llrilfim,:
Gizi Besi). Bila seorang balita mendapat asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya,
gizi seimbang atau gizi baik. Namun, bila asupan gizinya lebih 'nnrr;r ll. .irhatakan memiliki ililurnfur iari kebutuhan, maka berisiko gizi kurang. dan jika asupan gizinya sangat kurang dari fldiltilruTr:r maka berisiko tinggi teriadi gizi bLrruk
S::tus gizi balita merupakan salah satu indikator ),ang rtrenggarnbarkan tingkat {iffiifl;ul:3i-aan rrrasl,arakat. Salah satu cara penilaian statlls
gizi balita adalah
pengukurarr
iwprr:irlrtrp1-lffietrik yang menggunakarr indeks berat badan tnetrltrttt Lrrnur balita kemudian diucnnr::r*n dengan standar baku.rujukan WHO-NCHS untuk mengetahui status gizinya. Ada t&
f,ar 'r gizi balita yang ditentukan menurut indeks berat badan/-gtruLl(BB/U)
-
Htasi
dan
Gizi
Buruk : < -3 SD
/t
GiziKurang:-3 SD sampai -
Baik
: -2 SD sarnpai +2
GiziLebih '> +3 sD
/\
Sry /
:
\ \
\
\
/l \t dampak KEP dalam hal Gizi Bqruk
/ \ -"1 Lnruk KEP (gizi kurang), gejala klinis yang-ttsa-Oilumpai pada arrak adalah
5:rcisi
badan yang tampak kurus.Penyakit
ini paling
berupa
barrl'ak rnen)'erang anak balita.
riffi3rna di negara-negara berkernbang. Gejala kurang gizi rirrgan relatif tidak jelas, hanl'a
s6lmr
bahrva berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata
Gejala klinis KEP (Gizi buruk) yang dapat ditemukan (Depkes' 1999):
a-
Kwashiorkor
l.
Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsurn pedis)
2. Wajah membulat dan sembab 3. Pandangan mata sayu
l-
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
5- Perubahan status mental, apatis, dan rewel 6. Pembesaran hati
7' Otot mengecir (hipotrofi), rebih nyata bira diperiksa pada posisi berdiri duduk
atau
8. Kelairran kulit berLrpa bercak rncrah muda yang preluas clan berlbllr *arna men-iadi
9'
b-
cokrat kehitaman dan terkerupas (craz.v pa'ernent derrral0sis) Sering disertai: penyakiq infeksi, umumnya akut anenria. diare.
Marasmus:
l. 2.
Tampak sangar kurus, hingga rulang Wajah sepertiorang
,"ror6ij\
rua
3. Cengeng, rewel
4' Kulit
/ I
keripur, .iaringan remak rar tam pak sepert i
. perrlcekung :r*^y.an 5. /
6. lg/garnbang
'
,rafrirsangar sedikit sampai ridak *"^/fuicelana onggar/,,baggy pan ts,,)
ada (pada
I
/
,/
7. Sqring diserte.
c_
ruarasn{k_Kwashiorkdr: t--/
Gambaran klinik rnerupakan campuran dari beberapa gejala
klnik Kwashiorkor dan Marasmus. dengan BB/u <60% baku median wHo-NcHS diserrai edema yang. tidak mencolok.
B. BESAR PREVALENSI KEP DI INDONESIA Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan , pada tahun 2004 kasus gizi kurang dan jura. r1' kasus. Kemudian pada tahun
2005 turun men jadi 4.42 jutakasus. ::*::::r'l Il*rn 2006 rurun lagi menjadi 4,2 jutakasus ( 944,2460rr* o,""ruj|;;,;],il;rr; rftr 2a07 urun menjadi 4,ljuta kasus. Berdasarkan data dari DEPKES, tahun 2003 gizi hr* pada balita tersebar harnpir merata di seluruh Indonesia.
Kecenderungan status gizi kurang dipantau melalui
lese' g.izi kurang diderita oteh
3rl:ll,--ln:" lensi gizi kurang adarah 24,6oh. yang
susENAS lggg sarnpai <Jengan
37,5To
anak barita. pada rahun 2000.
menjadi masarah adarah penderita
*,r, or.ro, terlihat tidak terjadi penurunan prevalensi. prevarensi gizi buruk pada anak barita
*g*at
r*di
dari 6.3%o pada tahun 1989 menjadi
7-5o/o pada tahun 2000. Terlepas
ll,5%
pada tahun 1995, kemudian
dari kejadian krisis ekonomi tahun
1997.
rdllm 2(X)0, masalah gizi kurang masih ditemui pada sebagian beasr penduduk. 20 kabupaten dengan prevalensi gizi kurang.pada anak balita di atas 40oh. dengan prevalensi antara 30-40%, dan
l4l kabupaten dengan
prevalensi antara
f-a6tahun 2007 menurrjukkan bahwa prevalensi nasiorral gizi btrrtrk pada arrak balita
i
gizi kurang s:besar l3oh. Dari data yang sama.iuga diketahui l3-37o anak laki-laki dan l0,9Yo anak perelnpuan usia sekolah (6-14 5-,1% dan
i
bahrva
tahun)
kurus berdasarkarr p'erbandingan berat-tinggi badarr. Lebih iatrh. hasil riskesdas
/-
--
menc6tat seba
2l
d ads rata-rata huk dan gizi kurang. di
provinsi dan 216 kabupaten/kota Inerniliki prevalensi gizi (5,4o/o). Sedangkan berdasarkan gaburrgan hasil pengukurarr
an sebanyak
l9 provinsi yang nrerniliki
den gizi kurang di atas rata-ra\ nasional atau di atas
Tahun 200q. ditemukan 49
prevalensi gizi
18,4o/o.
s dan di Yogyakarta 27 kasus gizi buruk. Menurut
psnantauan Direktorat Bina Giz\ Masyarakat, Kementerian Kesehatan. selama tahun
sampai tahun dengan tahdn
i. Tahun
. jumlah temuan kasus balita gizi buruk arnat
2005-2007 jumlah/kasus cenderung menurun
Akan tetapi tahun 2007 dan
dari 76178- 50106. dan
2008 cenderung meningkat yaittr 41290 dan 56941.
Yang menarik ada 4 provinsi y/aitu jawa Tengah. Jawa Timur, NTT, dan Gorontalo
l g selalu hadir \erturut-turut dari ZP0S-2009. Provinsi NTT pada talrun 2005. 2007. 2008 ir ZOOO dan 2009 masing-masing diternpati Jarva T'engah dduki provinsi \ratas sed L tasa Timur. C
FAKTOR.FAKTOR YANG MENYEBABKAN MASALAH KEP PADA BALITA Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, masalah gizi sangat dipengaruhi oleh factor
b. fu
agent
( sumber penyakit ), dan lingkungan. Factor host meliputi fisiologi, metabolism,
kebutuhan zat gizi. Factor agent meliputi zat gizi makro seperti karbohidrat. protein dan
hnak 3"'jrtazatgizi mikro
seperti vitamin dan mineral. Factor lingkungan (rnakanan) meliputi
Hran makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienest serta sanitasi r*anan. Factor lingkungan fisik. biologi, social, ekonomi, pendidikan dan pelayanan khatan turut mempengaruhi timbulnya permasalahan gizi.
Skema Penvebab Kurang Gizi
Kurang gizi
peny'ebab
t I
/' ,/\
persediaar/
pola asuh a
tidak rnerladai
snitasi dan air bersih/
perryebab tdk lgsg
pelayanan kesehatarr dasar
I I
kurang pendidikan pJngetahuan dan ke I I
kurangnya pemberdpyaan wanita
dan
\/
\e uarga. kurang /eman laatan I
Pokok masalah di rnasyarakat
pengangguran. inflasi. kurang pangan dan kemiskinan I
:ntupf
(1988) dengan penyesuaian
lhiltakit infeksijuga
merupakan penyebab penting kekurangan gizi, apalagi dinegara-
nfietakang dan yang sedang berkembang seperti lndonesia. dimana kesadaran akan
/
personal hygiene yang masih kurang, serta ancaman endimisitas penyakit
hrusnya
lrutik
infeksi kronik seperti Tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kondisi
akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri
akan
dampak buruk pada system pertahanan sehingga rnetnudahkan terjadinya Fenyakit infeksi yang biasanya terkena pada balita.adalah ISPA. diare, demam.
dll- Balita yang kr-rrang gizi mempunyai 3ng tidak kurang gizi.
resiko menirrggal lebih tinggi dibandingkan
Setiap tahun kurang lebih I I .iuta dari balita diseluruh dunta
oleh karena penyakit-penyakit infeksi tersebut. Ironisn.va. 54Yo dari kematian berkaitan dengan adanya kurang gizi (WHO,2002).
Gizi
dengan tingginya insidensi serta angka kematian
buruk
njukkan bahwa insidensi pneurnonia menjadi l2-20
Fd
hbih besarpada anak-anak deng\n gizi buruk dibandingkan mereka dengan gizi baik
normal). Dari berbagai hasil studi
njukkan bahwa pneumonia dapat menurunkan
hadan anak sampai sekitar 14,7 gr seti{p hari selama infeksi berlangsung (Noor, 1996).
Berbeda dengan anak yang
gizi kurarig, meskipun jumlahnya lebih banyak,
mereka
mendapat perhatian karena tidak mupah diketahui urnum. Padahal, kelornpok anak ini a
kandidat gizi buruk apabila tidak/dilakukan upa1,a pencegahan. Bartl'ak cara vang
dilakukan oleh orangtua dan
arakat untuk menjaga agar anak yang sehat dan
rn
i kurang terfrindar dari gizi Masalah gizi fturang dan gizi
gizi yang pukup . Wa
k di lndonesia disebabkan karena balita tidak mendapat
begitu, ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga asupan gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk
Pendapatan yang rendah dari keluarga balita
gizi kurang/buruk.
Pendapatan yang
rendah membuat mereka tidak sanggup membeli panganan yang sehat dan bergizi cukup.
b.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi terutama yang dimiliki olelr ibu. dan walaupun
tahu susah untuk diterapkan
di
keluarga.Bisa juga dihuburrgkan dengan taktor
pendidikan keluarga.
c-
Jumlah keluarga atau besarnya keluarga sehngga jumlah makanan tidak mencukupi untuk dikonsumsi.
d.
Adanya pantangan makan dalam kelurga menyebabkan balita tidak mendapat konsumsi yang secukupnya.
e.
Bisa
juga karena tidak mendapat ASI yang cukup dan makanan pendamping ASI atau
Asupan pengganti ASI
.
pcrnanfatan fasil itas pelayanan kesehatan eda dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu
:
asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkah terbatasnya jumlah makanan
Irrrsurn5i atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
fun
dibutuhkan
sosial dan ekonomi yaitu kerniskinan.
trjadin-,"a
pen-vak
it yang men gak
i
batkan
i
n
f'eks i.
Hal ini
disebabkan oleh
beberapa fungsi organ tubuh serlingga tidak bisa rnenverap zat-z at makanan
buruk pada
HIV/AIDS, dan diare.
saluran
\
\ 1
\ I
mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
/
I
kaersediaan qlangan 1'ang bergizi dan terjangkau oleh nraslarakat.
n\annufia
dalam pengolaharr pangan dan pengasuhan
etsLrlt
anak.
yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
penyebab kekurangan energi dan protein pada balita: asupan gizi dari makanan.
erjad inya penyakit yang men gakibatkan i nfeksi
Frga
miskin uan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC. HIV/AIDS, saluran dan diare.
gender lan rata
td+
- rata global mengenai
pengadaan status gizi dalarn hubungannya
kesenjangan sosial ekonorni ketersediaan pangan yangbergizi dan terjangkau oleh masyarakat.
dan budaya dalarn pengolalran pangan dan pengasuhan asuh anak. yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak rnernadai.
KESEHATAN YANG DIHADAPI BALITA JIKA MENDERITA
masih dalarn janin, man
6zi yang akan
rnengenainya
telah harus berjuang terutama dari
jika
li&azat gizi yang d.iterima dari
i turang gizi dan lahir dengan
nya tidak rnencukupi rnaka.janin tersebut akan
be
badan rerrdah yang lnernpunyai konsekuensi kutnya.
Esaat balita menderita malnutri t dapat mengacaukan fungsi'The Dutch Fainine" yang
g ibu yang mengandung juga rnengalanri hal i
n dalam kehidupan
7 m?.2003). Salah satu
masalah
. rnaka sistem imunitasnva tidak berfirngsi secara
i dari berbagai macam sistern organ ( Makara kasus
di luar nageri adalah
pada masa paceklik di
rlangsung pada tahun 1944-1945. telah rnembarva
Stng cukup serius terhadap ke
fuornena the Dutch
Fami
(terutama trimester 2 dan
menunjukkan
jatuh pada
panjang badan, lingkar k
bahwa bayi-bayi yang :saat pacekl ik rnempurr yai
masa
rat a-rata
berat placenta yang lebih
rendah
bayi-bayi yang masa kandungannya nonnal dan hal ini terfadi karena adanya asupan kalori. protein danzalgizi essential lainnya (Stein Z and Susser
Beyi yang lahir dengan berat badan lahir rendah umunrnya akan
M
1975).
mengalami
masa depan yang kurang baik. Bayi BBLR mempunyai risiko lebih tinggi untuk
dalam lima tahun peftama kehidupan. Mereka yang dapat bertahan hidup dalam
tr
pertama akan rnempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalarni harnbatan dalam
jangka panjangnya.
negi bayi dengan berat lahir normal, pada umumnya mereka mernpunyai status gizi
E png kurang lebih sama dengan status gizi bayi di Amerika. Akan tetapi seiring htambahnya umur, disertai dengan adanya asupan zat gizi yang lebih
rendah
kebutuhari serta tingginya beban penyakit infeksi pada awal kehidupan maka
besar bayi Indonesia terus mengalami penurunan status gizi dengan puncak
@a umur kurang lebih l8-24 bulan.
Ha
kelompok umur inilah prevalensi balita kurus (wasting) dan balita pendek
mencapai tertinggi (Hadi, 2001). Balita yang kurang
gizi rnempunyai risiko
Hih tinggi dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tuhrn kurung lebih hlita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, campak dll. Ironisnya- 54oh dan kematian tersebut berkaitan dengan
trltg
lr;crti
gizi (WHo 2002). halnya AKI. angka kenratian balita
di
lrrdonesia .iuga tertinggi cli ASEAN
2004). Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena rnerupakan masa dalam upaya rnenciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Terlebih lagi 6
ffir
masa keharnilan dan dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa ernas
d-sel otak sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang optirnal. Selain
anak merupakan tahap penting dari indikator kesehatan masyarakat tlalarn status gizi dan kesehatan populasi
CARA PENCEGAHAN KEP PADA BALITA
Cara pencegahan )'ang terbaik y.aitu dengan nrelakukan perrinrbangan balita. begitu pentingnya rneniaga kondisi gizi balita untuk perturnbuhan dan ya- maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat terjadinya kondisi gizi buruk pada anak.
Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
l2-
Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Anak diberikan rnakanan yang bervariasi. seirnbang antara kandungan protein. lemak. vitamin dan mineralnya.
3-
Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan rrrengikuti progran'l Posyandu
{.
Pemberian inforrnasi mengenai penanggulangan gizi buruk.
BAB III PENUTUP
Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan konsumsi energi dan protein dalarn tnakanat.t sehari-hari- sehingga tidak
i angka kecukupan gizi.
ldrun 2009. ditemLlkan 49 kasus dan di Yogvakana 27 kasus gizi buruk.
hasil pemantauan Direktorat Bina Cizi Masl,arakat.
Kementerian
selama tahun 2005 sampai tahun dengan tahun 2009. .iurnlalr ternuan
balita gizi buruk amat bertluktuasi. Tahun 2005-2007 jumlah
kasus
menurun dari 76178, 50106, dan 39080. Akan tetapi tahun 2007 dan
gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia disebabkan karena balita tidak asupan gizi yang
cirkup
Walaupun begitu, ada faktor-faktor yang
mrrpsng2luhi sehingga balita mengalami kekurangan asupan gizi"
yaitu
mdapatan yang rendah, kurangnva pengetahuan..jurnlah keluarga atau besarnva
lchnrga tidak
rnendapat
ASI atau MP-ASI )'ang cukup serta
kurangnva
;umanfatan fasi I itas pelayanan kesehatan
Ha
saat balita rnenderita malnutrisi. maka sistern imunitasnva tidak berfungsi
stru'ia optimal dan dapat mengacaukan fungsi-fungsi dari berbagai macam sistem organ
f,'
C-trd pencegahan yang terbaik yaitu dengan melakukan penimbangan
l- Ulelihat
pentingnya masa\ah KEP pada ba\ita. maka seharusnya mendapat
perhatian yang cukup dari berbagai pihak
2. Pemerintah
seharusrrya rnelibatkan ker.iasarna berbagai pihak dalarn pencegahan
dan penanggulangan KEP, melihat penyebab KEP 1'ang bersurnber dari berbagai aspek kehidupan
3.
Pengadaan alokasi dana khusus untuk pencegahan dan penanggulangan KEP pada
balita
4. Peningkatan dan pemberdayaan
perempuan, utamanya
ibu rumah tangga, untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam melindungi balitanya dari KEP L1
DAFTAR PTJSTAKA
Moh Useini.2005."Pendugaan Hubungan Antara Kurang Gizi Pada Balita Dengan Kurang Energy Protein Ringan Dan Sedang Di Wilayah Puskesmas Sekaran Kecamatan Gunung Pati Semarang". Skripsi Sarjana FlKUNS.SerIarang.
,fldministrator.2007.Gizi buntk Ma:;alah kita Ber.sama.Gorontalo: Dinas kesehatan Kab. Bone Almatsier.S. Prinsip Dasar llntu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utarna, 200
I
.
Andarwati. Dewi.2007."Fak1or-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Cizi Balita Pada Keluarga Petani Di Desa Purwojati Kecamatan Kertek KabLrpaten Wonosobo". Skripsi Sarjana Fl KUNS'Semarang.
Ano'ip.
2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses
1,5
Desernber 2008: Portal Kesehatan Online.
Online' Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses l5 Desernber'2008: Rcpublika noCabot, Ricard.200l. Case Record of The Massachussetts General Hospital Yol.354
caulfield, Laura E. et.al."undernutrition As An Underlying cattse
of child
4.
Deaths
of Associated With Diarrea, Pneumonia, Malaria, Arrd Measles.The American -lor"rrnal ClinicalNutrition.
rnalntltrition arrlons choudhury KK, Hanifi MA, Rasheecl S, Bhuiya A. cender inequality and seve|e 2000 in a rernote rural area of Bangladesh. Journal of Health, Population' and Nutrition' children Dec; l8(3): 123-30
Prolein pada Anak Deparlemen Kesehatan Rl. Pedoman Tatqlal(sana Kekurangan Energi Saki t Kabupaten/ Kota' Jakarta. I 998.
di
Rumah
35J rro'J' NEJM Enwonrvu, Cyril 0.2006. Noma - The Ulcer o.[ Exlrenrc Pot)er1'vol' I'utlu Kttrung Gizi 'lnak hulitu di Maeta, Masriati. 2008.Faktor Risiko Keiaclian 2007 7'uhun 'Makassar: Puskesnta.s Lov,u-Ltnt,tt Kecamatan Bungi Kola Buu-Batr Universitas Hasanuddi n Gizi Hayati, Mala.2009."Analisis Diskriminasi Pada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi llmtr dan Buruk pada Balita Di Jawa Timur". Skripsi Sarjana FakLrltas Matematika Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh November.Surabal'a. yustisia, Wina Sofie.2008."Analisii Faktor Untuk Angka Gizi tsuruk Pada Balita Di Medan' Kabupaten Langkat Tahun 2006".Tugas Akhir Diploma FMIPAUSU'
Masrizal,Mellova Amir.2003."Effects
of
Protein-Energy Malnutrition on The Immune
System". Makara,Sains.T:69.Agustus' Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi 2005: Inovasi Online
vol. 5/xvll/
November
Ke-2' Jakarta: Notoatrnojo. S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar llmu Kesehatan Masyarakat' Cetakan Rineka CiPta
t2
t
h.
Bl6ssner.2003."The World Health' Organization Global Database on child Growth and Malnutrition : methodology . and applications".lnternational JoLrrnal of Epidemiology.32:5 I 8-526'
Mercedes
de& Monica
Mercedes cle. et.al.2004."Methodology For Estirnating Regional And Clobal Trends
Of
Child Malnutrition.lnternational Journal Of Epiderliolo-uy.33: 1260-l270.Novernber.
ltge- jean S/illiarn.20l0. Thc GHESKIO Ficltl Ho.spitul and ('linic"; ulier thc Eurtlryuuka in Ilaiti Di,spatch 3 from Porl-atr-Prince vol. 362 no.31. NEJM
-
ffiaoetomo. Achrnad Djaeni.2004."ilmu Gizi untuk Mahasisrr'a dan Prof-esi''.
Dian
Rakyat. Jakarta. Simajuddin. saifuddin dkk.2006.Pengaruh Sub.stitttsi Tepung lkan gcrbu's Terhadop Muttr Bi,skuit Sebagai rnakanan pado Anak Gizi Kurang vol. 2 no. J. The lndonesian Jttrnal of Public Health. Svedberg, Peter.2006.Declining Child Malnutrition : Of Epiderniology.35: I 336-l 346.Agustus.
Tectonidis. Milton
M.D.2006.Clrr.si,s ll[alnutrition vol. 351no. J. NEJM
in
Niger
-
A
Reassessment". International Journal
OutTtutient L'rtra
.fitr Set'erc 'lcute
Tonro. Bung. 2004.Pronro5i Dat,iu.si Positil Dulam SIuttt.s Gi:i Anok lJttlitu Putla Kcltrurgu jlli.skin Dalum Mctst'arakat di Kubupaten Kentlari.Makassar: Urriversitas llasannttdin Widodo, yekti. 2009. Penanggulangan Anak Balita Gizi Kttrang dan Gizi Btu'ttk Melaltti Piogram Edukasi dan Rehabilitasi Gizi pERGIZI) Serta Peningkatan Fung,si dan Kinerja Posyantlu. Medan : Universitas Sumatra Utara ZereE.MclntyreD. Inequities in under-five child malnutrition in South Africa.lntet'national Journal for Equity in Health 2003, 2:7 Ziegler. Thomas R, M.D.2009-Parenteral Nutrition in the Criticalllt 11.NEJM
13
Ill
Patient vol. 361
no-