"lrtikel Asli FOLLOW UP PENGOBATAN PENDERITA TB PARU DENGAN STRATEGI DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHONTCOUFISE KABU PATEN BANG GAI PROPI NS I sU LAW;s I TE NGAH TAH
( DOTS ) ggzr
DI ggC
U rrr r FCLLOW UP OF LUNG TB PATIENTS CURATIVE WITH DIRECTLY OBSERVED TREATMENT sFioRTcouRSE (Dors) tN BANGGAT REGENcy cenrrnnl suLAWEST pRovrNcy i99711998
{:9!3@ :a'a:an
Epidemiologi , Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar
S{JTMARY
*-tg
TB extermination program
in
lndonesia have been conducted since
of first five years development, but it -earry since 1995, Goverment has determined new Dors (Dircctly observed rreatment snoncouie), based on wuo ,"io*"ndation which has :r=ctuely proven' The obiective of tnii reseirch is ta find out the fatttiiip description of lung TB .Fi':nbn from wHa' curative by using new From 356 BTA (+) patient, it was found that 77,2 % ricovery rate, 1 3,2 %-of camptete medicinal, 4,4g -'egligent rate, 0 % of fait rate ana s,b % af death case rate. This' resuti shows fhal Dors strategy implernentatians that ;ba{antee the orderly of lung TB patient treatment effectively protriltuit Med Joum 21 : I ; zC - za ) resn't give a significant
3Nqlam strategy called
result and
it stiil become tn*
iiioriri*;;";';.
\
RilGKASAN ="-rynm Pemberantasan TB Paru di lndanesia telah ditatksanakan seiak awal pelita !, namun belum memberikan -'s3t! f?fi! bermakna dan masih rnerupakan penyebab kematian ituru. sejak tahun *enelapkan tgg5, pemerintah tetah strategi program baru yaitu Directly observed rreatmeni snoftcoirse, nerdasii*an rekomendasi dari t\\J' yang telah terbukti efektif. Penetitian ini dimaksudkan untuk melihat gambaran fol6w up pengobatan TB paru 'Fagan menggunakan reiimen baru dari wHo,.y!\g dari sso pe,nderita dengan BTA (+) didapatkan angka res€rnbuhan 77,2 %, angka peng.obatan lengkap q,ce %, angka gagal a yo, dan angka kematian **-rs 3'9 %' Hasil ini menuniukkan pelaksina1n13,2 %, angka tatii tzu teftukti cukup efektif. (J'Med tUis 2tyjeli iors yurg meniamin keieiaturan'berobat pendeita TB Zt , l;iS _ ZA )
Di Sulawesi Tengah penyakit TB paru masih -e:rpakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup re-;s" Seguai taporan dari puskesmis dan rlmJn safii, :E--yakit TB paru masih termasuk dalam lima besar
:alakit
yang ada. Berdasarkan laporan triwulan lll tahun
":?3{'1 999 penemuan penderita TB paru Fropinsi J- arves.i jumlah penderita TB paru BTA (+) meryak JgnSah, 391 penderita dari S22Z tersangka penderita
s-*ek)
Dari seluruh penderita BTA (+)lerdapat 3gS
(es",is caru dan 6 kasus kambuh.
3i Kabupaten Banggai jumlah penderita TB paru
-i merupakan terbanyak kedua setelah Kalrupaten l,I :-3gala, yaitu
102 penderita6. Sementara itu
laporan puskesmas Y:""r.rk3l r:r-ggai. TB Paru
*asiarakat.
"
i"lei
I'rus Vol.
(Sp2Tp) di Kabupaten
termasuk 10 utama penyakit utama
21 No. 1, Januari _ Maret 2000
Di Kabupaten Banggai sejak tahun 1995/1996 telah dilaksanakan pemberantasan TB paru dengan strategi
Directly Observed Treatment Shortcourse.'yang fhas da.lam strategi Diractty Observed Treatment Shorfcosrse
adalah penerapan panduan jangka pendek serta pengawasan minum obat. Dengan Direcily Observed Tre a tm e n t Shorfcourse d ih a rapka n terjad i keteratu ran berobat sehingga dapat meningiatkan angka . kesembuhan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana efektifitas pelaksanaan Direcily Observed
Treatment Shorlcourse, dengan melihat angka \rye1ngha1, angka gagat, angkJ kematian dan angka default (lalai), serta angka pengobatan lengkap,
23
Tabel2.
BAHAN DAN CARA
Jenis Penelitian
DistribusiKesembuhan PenderitaTBFail Menurut Kelompok Umur Di Kabupatcl Banggai Tahun 1 997t1 998
Jenis Penelitian adalah Penelitian Observasional yaitu deskriptif follow up studi. Maksudnya adalah melakukan pengamatan secsra terus menerus terhadap perkembangan pengobatan penderita di masa lampau.
Populasi dan Sampel
1, Populasi adalah semua penderita TB Paru yang dinyatakan BTA (+i melalui pemeriksaan dan tercatat pada register pengobatan di Dinas Kesehatan Dati ll Banggai.
2.
Sampel adalah semua penderita TB Paru yang dinyatakan BTA {+; melalui pemeriksaan dan tercatat diDinas Kesehatan Dati ll Banggaitahun 199711998. (Jumlah sampel = 408 penderita)
Berdasarkan Tabel 2 golongan umur 15 - 44 tatur mempunyai tingkat kesembuhan yang lebih tinggi yatul 159 orang ( 57 ,8 % ), kemudian golongan umur 45 - 0il tahun yaitu 101 orang (36,7 To), Tabel
3.
Distribusi Penderita TB Paru yang Sembuh di Kabupaten Banggai Tahun
HASILDAN PEMBAHASAN
1
1998
Hasil Fenelitian Tabel
l.
DisMbusi Kesembuhan Penderita TB Paru MenurutJenis Kelamin Di Kabupaten Banggai Tahun 1997/1998
Jenis Kelamin
Kategori L
o/o
Total
oa
P
Sembuh
156
77,6
11S
76,8
275
77.2
Tidak Sembuh
45
22,4
38
23,2
81
22,8
Total
201
56,5
155
43,5
356
100
Lalai Meninggal Pindah Pengobatan lengkap
Distribusi penderita yang tidak sernbuh berdasalm
Pada Tabel 1 Angka Kesembuhan penderita TB Paru pada laki-laki adalah 77,6 %, sedangkan pada perempuan 76,8 a/o. Angka kesembuhan i Cure Rate (CR) penderita TB Paru di Kabupaten Banggai cukup tinggi yaitu 77,2 % atau terdapat 275 penderita yang sembuh dari 356 penderita yang diobati meskipun belum mencapai target nasional yaitu 85 %. Angka kesembuhan
Tabel 3 menunjukkan penderita yang tidak sembuh lalai sebesar 16 orang (17,3o/o), penderita yang meninggd 14 orang ( 19,8%), penderita yang pindah 4 orang ( 4,9 td
dan penderita yang melaksanakan pengobatan lengicn sebanyak 47 orang (58,0 %). Tabel
4. Distribusi
Penderita TB Paru yang LaH Berobat Di Kabupaten Banggai Tahun 1$fi| 1998
di Kabupaten Banggai dipengaruhi langsung oleh tingginya kepatuhan berobat, sementara kepatuhan berobat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan persepsi penderita terhadap penyakit TB, ketersediaan obat dan motivasi petugas. Kesembuhan penderita TB paru lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, hal ini diasumsikan kaiena perempuan merasa malu apabila diketahui menderita TB Paru, sehingga malas untuk berobat.
24
J Med Nus Vol.
21 No. 1, Januari - Maret 20f,!
Tingkat kepatuhan minum obat ternyata cukup tinggi . Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya angka lalaj.
Rendahnya angka lalai disebabkan karena dalarn
angka kematian penderita TB Paru di Kabupaten Banggai pada tahun 1997/19S8 adalah 3,9 % dari 356 penderita BTA(+;.
strategi DOTS dilaksanakan pengobatan jangka pendek
dan pengawasan rnenelan obat. Dengan adanya pengawas minum obat yang berasal dari keluarga penderita, kader atau petugas klinik, akan dapat
Tapel
'^
meningkatkan kepatuhan penderita yang secara tidak langsung akan meningkatkan angka kesembuhan. Di
1
15
65,2
akan dikunjungi oleh petugas, Faktor lain yang
45 - 64 tahdn
7
30,5
mempengaruhi yaitu adanya puskesmas mikroskopik,
> 64 tahun
pengobatan satelit dimana jarak dari fasilitas kesehatan
Total
rp
ai 7t
23
{,J
48.9
P
o
Total
ot
lo
1
4,2
z
4,3
20
83,3
35
74,5
24
7
14,9
12,5
3
6,3
51.1
47
100
tersebut sangat dekat dengan penderita, yang tingginya angka kasus lalai / DO pada penderjta adalah jauhnya jarak ke fasilitas kesehatan sehingga penderita merasa malas untuk berobat. Dan juga dalam strategi DOTS ini obat yang diberikan sesuai siandar dan diberikan secara gratis pada seluruh pasien tuberculosis. Pada penelitian ini berdasarkan tabel 4 , dari 356 pehderita dengan BTA (+) terdapat 16 penderita yang lalai berobat yang terdiri dari 10 penderita laki-laki (62,5 %) dan 6 penderita perempuan (37,5 %) . Hal tersebut disebabkan karena tempat tinggal penderita jauh dari
10)
%
< 1 5 tahun
memungkinkan penderita untuk mengambil obat tepat
^t at
Jenis Kelamin L
15-44lahun
waktu, karena salah satu faktor yang menyebabkan
ta
Distribusi Penderita TB Paru yang mendapat Pengobatan Lengkap Di Kabupaten Banggai Tahun 1997/1S98
Unnur
puskesmas satelit, dan puskesmas pembantu
tn
6.
Golongan
Kabupaten Banggai pengawasan menelan obat berasal dari keluarga penderita. Di samping itu apabila ada penderita yang tidak mengambil obat tepat waktu maka
4
.
Berdasarkan Tabel 6 , untuk penderita BTA (+) ditemukan 47 penderita TB Paru yang melaksanakan
pengobatan lengkap. Tingginya angka pengobatan lengkap inj akan rnempengaruhi angka kesembuhan. Penderita yang melaksanakan pengobatan lengkap ini
adalah penderita yang minum obal sampai akhir pengobatan tetapi tidak memeriksakan sputum pada akhir pengobatan , sehingga tidak dapat dikatakan sembuh. Hal-hal yang mempengaruhi angka pengobatan lengkap adalah : Petugas lalai, pengambilan obat yang
tidak sesuai dengan jadwal pengambilan spulum, pengambilan obat diwakilkan, sehingga pemeriksaan
puskesmas sehingga memerlukan biaya iransport, penderita mera$a malas untuk pergi berobat Dari 16 penderita yang lalai tersebut paling banyak pada
laboratorium pada fase lanjutan dan akhir pengobatan tidak dapat dilaksanakan,
golongan umur 45
KESIMPULAN DAN SARAN
64 tahun sebesar 10 penderita (62,5
-
%) hal ini dikarenakan proses pengobatan mereka mengalami kesulitan , karerra tidak mampu lagi untuk minum obat yang jumlahnya begitu banyak. Di samping itu, ada penderita yang mengalami komplikasi dengan penyakit lain, sehingga pengobatan dihentikan.
Kesimpulan
1^
perempuan yaitu 56,62 % dan terutama dari golongan usia produktif sebesar 5S,6 %.
Tabel5. Distribusi
Kematian Penderita TB Paru Di Kabupaten Banggai Tahun 1997/f998
Pada Penelitian ini ditemukan 356 penderita dengan BTA i+) , dimana penderita laki-laki lebih banyak dari
2.
Angka kesembuhan penderita TB Paru adalah 77 o/o, angka tersebut beium mencapai target nasional 85 %
.
Golongan Umur
Jenis Kelarnin L
th
P
Total
ot
I
64,3
lo
Angka kesembuhan laki-laki lebih tinggidari perempuan.
3.
< 1 5 tahun
i
ts-44tahun
7
45 - 64 tahun
1
oJ,o d4
> 64 tahun
3
27.3
Total
11
78.6
66,7
14,3
1
14
awal pengobatan dalam keadaan sakit berat. Sedangkan
)0
Med Nus
Yal.21 No. 1, Januari - Maret 2000
pemeriksaan laboratorium pada fase lanjutan dan akhir pengobatan tidak dapat dilaksanakan.
100
Dalam penelitian ini ( Tabel 5 ) didapatkan kasus reninggal sebanyak 14 orang. Usia penderita yang reninggal 9 orang dari kelompok 15 - 44 tahun dan 3 ;iang berusia > 64 tahun. Rata-rata mereka telah renyelesaikan pengobatan fase awal dan pada saat
,
tum, pengambilan obat diwakilkan, sehingga
J 3
Angka pengobatan lengkap sebesar 13,2 % atau terdapat 47 penderita . Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : petugas lalai, pengambilan obat tidak sesuai dengan jadwal pengambilan spu,
4.
Angka kematian kasus penderita TB Paru 3,9 % angka ini sangat rendah.
5.
Angka lalai penderita TB Paru cukup rendah yaitu 4,45 % , hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara iain terdapatnya pengawas minum obat,
pemberian obat secara gratis dan teratur, dan tempat
untuk mendapatkan obat yang sangat mudah
5.
kebefiasilan DOTS, penyutuh No f 3, 1997.
dijangkau.
6.
Angka gagal penderita TB paru yaitu 0 % , hal ini disebabkan karena adanya pengawas minum obat yang ketat dari keluarga penderita.
7.
.Rendahnya angka gagal dan tingginya angka kesembuhan memungkinkan tidak adanya resistensi obal.
6.
Azhar Tanjung, Melindawaty, Azhari Gani, : Masalal.r TB Paru di Bagian penyakit Dalam RS
dr. Pringadi , Medan dalam Majalah Kedokteran lndonesia Vol. 4g No 10 Oktober 1998.
Perlunya ditingkatkan kinerja petugas TB di
Kabupaten sehingga dapat meningkatkan angka
kesembuhan. 2,
8. 9.
Bagaimana menata pasien dengan kategori
tidak sembuh menanganinya.
,
sehingga dapat tebih jelas
Dir.ien PPM & PLP : Modul pelatihan prograrn Pemberanlasan Penyakit Tuberculosis Tingkat Puskesmas, Jakarta, Depkes Hadiarto, Mangunnegoro, Aditama, Tjandra yoga , : Perkembangan dalam Diagnosis dan Terapi Tuberculosis paru , penyuluh No 7, 1993
11
Kusnan, Bing, Suratmi,Siti, : Diagnosis dan
Pengobatan TBC paru, Cermin Dunia Kedokteran No 62, 1990.
Kosasih, lrawan, : Penanggulangan penyakit Tuberculosis Paru dengan Strategi
asli daerah.
DOTS, Penyutuh No 1S, 1999
Dalam rangka otonomi daerah , maka pelaksanaan
13.
, : Beban penyakit Nasional karena Tuberculosis paru Buletin
Kosen, Soewarta
Penelitian Sistem Kesehatan Vol 1 No
Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya angka kesakitan TB paru pada golongan usia produktif di Kabupaten Banggai.
Situasi dan Masalah penyakit paru
10.
secara langsung akan mempengaruhi produktivitas, yang akan mempengaruhi pendapatan keluarga dan secara tidak langsung mempengaruhi pendapatan
program P2TB Paru disesuaikan dengan kondisi dan siluasi setempat
:
Rl, 1996
Diperlukan perhatian yang serius dari pemerintah
dalam upaya pemberantasan penyakit menular (khususnya TB Paru) karena penderita umumnya adalah golongan usia produktif / usia kerja yang
DawudYudarnaso,
diawat atud21, penyutuh No 13, 1997.
sembuh, pengobatan lengkap, dan pasien yang
4.
A. Hudoyo, : Pengobatan 100 penderita TB paru Dengan Pendekatan DOTS, Kerjasama PPTI dengan JATA, penyutuh, 1998.
Saran 1.
A. Hudoyo , : Pelajaran dari lndia memperkirakan
2 Des, 1997 14.
Mangunegoro, Hadiarto
, : penerapan
Strategi
DOTS di Ktinik ppTt, penyutuh, 1999
15.
DAFTARPUSTAKA 1.
2.
Abednego, Hadi M, : Kebijakan Baru dalam penanggulangan Tuberculosis di lndonesia penyuluh No 13, 1997 Aditama, Tjandra Yoga , : Laporan Workshop Tuberculosis di Asia Tenggara di Manita , penyutuh No 7 ,1990
Aditama, Tjandra Yoga, : Mengenal Tuberculosis Penyuluh No'12 , 1996. 4.
Aditama, Tjandra Yoga
:
Sudijo,; Pengobatan Tuberculosis paru dengan
Strategi Baru Rejimen WHO di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur,
Cermin Dunia Kedokteran 11
16
5,1
No
997.
Syarifuddin Hamdi, : Multi Drug Resistence Tuberculosis Suatu Tinjauan Epidemiotogi, penyuluh, 199S.
,
Tubarculosis dan
Ekonomi, penyuluh,199g
26
J Med Nus Vol. 21 No. 1, Januari - Maret 2000