PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN, JASA DAN INVESTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
FITRIANA FEBYOLA R. JANTU PRODI S1 AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2009-2010
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit yang menjadi proksi dari good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan arus kas abnormal pada perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel yang tidak hanya digunakan untuk melihat pengaruh tetapi juga digunakan untuk membuat model prediksi dari variabel-variabel yang diamati. Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Semakin besar kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat mengurangi praktik manajemen laba. Dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh signifikan.
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Manajemen Laba, Arus Kas Abnormal.
I. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini manajemen laba menjadi sebuah fenomena umum yang terjadi disejumlah perusahaan. Beberapa kasus perusahaan seperti PT. Kimia Farma, Bank Lippo Tbk dan PT Indosat,
terindikasi bahwa dalam perusahaan tersebut terjadi tindak manajemen laba dengan memanfaatkan kebijakan akuntansi. Dalam konteks manajemen laba, suatu badan usaha akan makin termotivasi untuk berperilaku kreatif dalam memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi ketika badan usaha itu memiliki keyakinan akan menerima imbalan atas tindakannya tersebut. Manajemen laba secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu manajemen laba melalui kebijakan akuntansi dan manajemen laba melalui aktivitas riil. Manajemen laba melalui kebijakan akuntansi merujuk pada permainan angka laba yang dilakukan menggunakan teknik dan kebijakan akuntansi. Sementara manajemen laba melalui aktivitas riil merujuk pada permainan angka laba yang dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang berasal dari kegiatan bisnis normal atau yang berhubungan dengan kegiatan operasional. Menurut teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen and Meckling (1976), tindak manajemen laba yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara principal dan agent dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan tata kelola perusahaan yang baik atau lebih dikenal dengan good corporate governance (GCG). Pada dasarnya dalam pengelolaan perusahaan yang baik, ada mekanisme yang mendorong terciptanya good corporate governance yang telah diatur oleh Bapepam-LK yaitu dewan komisaris independen dan komite audit. Keberadaan komisaris independen telah ditetapkan dalam Undang-undang perseroan terbatas No. 40 Tahun 2007 dengan jumlah komisaris independen 1 (satu) orang atau lebih. Sedangkan untuk komite audit diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang mewajibkan perusahaan memiliki komite audit dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang. Bila dalam suatu perusahaan, tidak terdapat komisaris independen dan komite audit, maka perusahaan tersebut berhak menerima sanksi. Selain dewan komisaris independen dan komite audit, mekanisme lain yang dapat mendorong terciptanya good corporate governance yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan. Sedangkan kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga. Dengan keberadaan dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional diharapkan mampu menurunkan tindak manajemen laba. Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktik manajemen laba?. (2) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap praktik manajemen laba?. (3) Apakah dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap praktik manajemen laba?. (4) Apakah komite audit berpengaruh terhadap praktik manajemen laba?. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba. (2) Menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap praktik manajemen laba. (3) Menguji pengaruh dewan komisaris independen terhadap praktik manajemen laba. (4) Menguji pengaruh komite audit terhadap praktik manajemen laba. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor atau pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. Hassan and Ahmed (2012) menjelaskan bahwa teori keagenan yaitu hubungan antara manajer dan pemegang saham sebagai akibat dari pemisahan kepemilikan dari kontrol bisnis modern. Secara teoritis, manajer seharusnya bertindak sedemikian rupa sehingga sejalan dengan pemegang saham. Watts and Zimmerman (1990) secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah praktik manajemen laba. 2.1.2 Good Corporate Governance Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan corporate governance merupakan Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol biaya keagenan, menyangkut permasalahan para pemegang saham yang mengendalikan jalannya kegiatan korporasi. Dengan demikian diharapkan bahwa good corporate governance dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang salah satunya adalah meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Kualitas laba yang baik diharapkan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2.1.3 Manajemen Laba Scott (2000) dalam Wahyuningsih (2009) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic earnings management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ini membahas tentang pengaruh good corporate governance terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka di atas, maka secara skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Pikir Penelitian
2.3 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis
antara lain: H1: Peningkatan kepemilikan manajerial berpengaruh mengurangi praktik manajemen laba. H2 : Peningkatan kepemilikan institusional berpengaruh mengurangi praktik manajemen laba. H3 : Peningkatan dewan komisaris independen berpengaruh mengurangi praktik manajemen laba. H4 : Peningkatan komite audit berpengaruh mengurangi praktik manajemen laba. III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Pengambilan keputusan dalam sampel ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria dan karakteristik tertentu. Sampel penelitian ini berjumlah 62 perusahaan yang diambil dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 periode dari tahun 2008 sampai 2012. Tabel 1: Hasil Pemilihan Sampel No 1 2 3
Keterangan Perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di BEI Perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang delisting di BEI periode 2008 – 2012 Perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang tidak memenuhi kriteria pengambilan sampel JUMLAH
Jumlah 90 (25) (3) 62
3.2 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang berbentuk deskriptif. Dalam penelitian yang bersifat deskriptif, peneliti menggunakan cara dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum data penelitian, mengenai variabel-variabel penelitian yaitu: Variabel X:
Kepemilikan manajerial(X1), kepemilikan institusional(X2), dewan komisaris independen(X3),
komite audit(X4) Variabel Y:
Manajemen laba. Gambar 2: Desain Penelitian
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 2: Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel
Independe n
Dependen
Dimensi Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Komisaris Independen Komite Audit
Manajemen Laba
Indikator KM = jumlah saham manajerial total saham yang beredar KI = jumlah saham investor institusional total saham yang beredar
Skala Rasio Rasio
DKI = jumlah komisaris independen
Rasio
KA = Jumlah anggota komite audit CFOit/Aseti,t-1= Kit 1/Aseti,t-1 + K2 Penjualanit/Aseti,t-1 + K3 ΔPenjualanit/Aseti,t-1 + εit
Rasio
Rasio
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 5 periode dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 melalui home page situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Teknik pengumpulan data yaitu cara yang dipergunakan untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu penelusuran
dengan menggunakan komputer untuk data dalam format elektronik. Data yang disajikan dalam format elektronik ini antara lain berupa katalog perpustakaan, laporan-laporan BEI, dan situs internet. 3.5 Uji Normalitas Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness untuk semua variabel dependen dan independen. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: H0 : Data variabel yang diamati berdistribusi normal H1 : Data Variabel yang diamati tidak berdistribusi normal α : 5% 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Analisis Regresi Data Panel Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: ABN_CFOit = α+β1KM +β2KI +β3DKI +β4KA +e Keterangan: ABN_CFOit = arus kas kegiatan operasi abnormal perusahaan i pada tahun t, α
= konstanta
β1,2,3,4
= koefisien regresi
KM
= kepemilikan manajerial
KI
= kepemilikan institusional
DKI
= dewan komisaris independen
KA
= komite audit
e
= koefisien eror
3.6.2 Hipotesis Statistik Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang dilakukan adalah: Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t) Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Rumusan hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut: H0
: β<0
(variabel independen berpengaruh negatif terhadap variabel dependen)
H1
: β>0
(variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen)
: 5%
Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji-F) Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Rumusan hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut: H0 : seluruh koefisien regresi tidak signifikan (model regresi tidak signifikan) H1 : minimal satu koefisien regresi signifikan (model regresi signifikan) 3.6.3 Interpretasi Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 0 menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 menunjukkan bahwa informasi yang berada pada variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Normalitas Data Berdasarkan hasil pengujian, terlihat bahwa nilai JB untuk variabel abnormal kas return pada perusahaan perdangan, jasa dan investasi yang diamati mempunyai nilai signifikansi diatas 0.05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dari variabel abnormal kas return pada perusahaan perdangan, jasa dan investasi yang diamati telah berdistribusi normal.
4.2 Pengujian Hipotesis 4.2.1 Hasil Analisis Regresi Interpretasi dari hasil analisis regresi diatas adalah sebagai berikut: (1) Rata-rata arus kas abnormal dari perusahaan yang diamati sebesar 0,000379. (2) Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai arus kas abnormal. Peningkatan kepemilikan manajerial sebesar 1 persen akan meningkatkan arus kas abnormal sebesar 0.001464 satuan. (3) Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai arus kas abnormal. Peningkatan kepemilikan institusional sebesar 1 persen akan meningkatkan arus kas abnormal sebesar 0.000166 satuan. (4) Jumlah anggota dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap nilai arus kas abnormal. Semakin banyak jumlah dewan komisaris independen maka arus kas abnormal akan semakin menurun. (5) Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap nilai arus kas abnormal. Semakin banyak jumlah komite audit maka arus kas abnormal akan semakin menurun. 4.2.2 Pengujian Signifikansi Model Regresi Hasil pengujian model regresi pengaruh good corporate governance baik kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen maupun komite audit terhadap arus kas abnormal adalah sebagai berikut:
Tabel 3: Hasil Pengujian Model Regresi Nilai F-hitung 4,937
Nilai Signifikansi 0,001487
Ketentuan 0,05
Keterangan Berpengaruh Signifikan
Sumber: Data yang diolah Dari hasil analisis sebelumnya didapat nilai F-hitung sebesar 4,937. dengan nilai signifikansi sebesar 0.001487. Jika dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 5% (0,05) maka nilai F-hitung yang diperoleh ini masih lebih besar dari nilai alpha sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas dalam model (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit) berpengaruh terhadap praktek manajemen laba (yang diukur dengan arus kas abnormal). 4.2.3 Pengujian Pengaruh Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit) Terhadap Manajemen Laba (Arus Kas Abnormal)
Jika nilai mutlak t-hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai alpha pada tingkat signifikansi tertentu dan derajat bebas (NT-N-k) maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil uji analisis regresi yang telah dilakukan dalam pengolahan data, berikut hasilnya: Tabel 4: Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Individual Model 1
(Constant)
Nilai Koefisien (β) 0,033
Keterangan
Kepemilikan Manajerial (KM)
19,547
Berpengaruh Signifikan
Kepemilikan Institusional (KI)
1,908
Berpengaruh Signifikan
Dewan Komisaris Independen (DKI)
-1,178
Tidak Signifikan
Komite Audit (KA)
-1,288
Tidak Signifikan
Sumber: Data yang diolah Pembahasan: (1) Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar 19,547 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000. Jika dibandingkan dengan nilai alpha yang digunakan sebesar 5% (0,05) maka nilai signifikansi ini masih lebih kecil dari alpha sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap arus kas abnormal yang dimiliki oleh perusahaan. (2) Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel kepemilikan institusional adalah sebesar 1,908 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0575. Nilai signifikansi ini masih lebih besar dari nilai alpha 5% (0,05) sehingga H0 diterima. Namun nilai signifikansi ini masih lebih kecil dari nilai alpha 10% (0,01) sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 90% kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap arus kas abnormal yang dimiliki oleh perusahaan. (3) Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel dewan komisaris independen adalah sebesar -1,178 dengan nilai signifikansi sebesar 0,2399. Jika dibandingkan dengan nilai alpha yang digunakan sebesar 5% (0,05) maka nilai signifikansi ini masih lebih besar dari alpha sehingga H0 diterima. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap arus kas abnormal yang dimiliki oleh perusahaan. (4) Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel komite audit adalah sebesar -1,288 dengan nilai signifikansi sebesar 0,1989. Jika dibandingkan dengan nilai alpha
yang digunakan sebesar 5% (0,05) maka nilai signifikansi ini masih lebih besar dari alpha sehingga H0 diterima. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap arus kas abnormal yang dimiliki oleh perusahaan. 4.2.4 Interpretasi Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa nilai koefisien determinasi untuk model regresi antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit terhadap arus kas abnormal adalah sebesar 0,1163. Nilai ini berarti bahwa sebesar 11,63% perubahan arus kas abnormal dari perusahaan-perusahaan yang diamati selama tahun 2008-2012 dipengaruhi oleh keempat variabel tersebut, sedangkan sisanya sebesar 88,37% dipengaruhi oleh variabel lain. V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian serta hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan bahwa good corporate governance dalam hal ini diproksikan melalui 4 mekanisme yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit secara simultan atau keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan arus kas abnormal. Sedangkan secara parsial kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap arus kas abnormal sehingga peningkatan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional mampu mengurangi praktik manajemen laba. Untuk dewan komisaris independen dan komite audit secara parsial tidak menunjukkan pengaruh terhadap manajemen laba sehingga tidak mampu mengurangi praktik manajemen laba tersebut. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis memberikan saran yaitu penerapan good corporate governance pada perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) perlu ditingkatkan lagi dan menjadi perhatian khusus oleh Bappepam-LK. Yang mana Bappepam-LK telah mengeluarkan aturan pada tahun 2010 bahwa setiap perusahaan harus mempunyai dewan komisaris independen dan komite audit. Namun, pada kenyataan yang ada masih ada beberapa perusahaan yang tidak memiliki dewan komisaris independen dan komite audit. Tentunya hal ini berpengaruh terhadap tindak manipulasi laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan karena komisaris independen dan komite audit belum mampu mengontrol pihak manajemen melakukan manajemen laba dalam hal ini terkait dengan manajemen laba melalui aktifitas riil arus kas abnormal suatu
perusahaan. DAFTAR PUSTAKA
Aji, Bimo Bayu. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Semarang. Universitas Diponegoro. Armando, Equivalent, Aria Farahmita. 2011. Manajemen Laba melalui Akrual dan Aktivitas Riil di Sekitar Penawaran Saham Tambahan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perusahaan: Studi pada perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2001-2007. Jakarta. Universitas Indonesia. Boediono, Gideon S. B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Solo. Simposium Nasional Akuntansi 08. Chen, Jean J, and H. Zhang 2011. The Impact of the Corporate Governance Code on Earnings Management: Evidence from Chinese Listed Companies. Guildford. University of Surrey. Chtourou, Sonda Marrakchi, Jean Bedard and Lucie Courteau. 2001. Corporate Governance and Earnings Management. Canada. Departement Des Sciences Comptables Universite Laval. Darmawati, Deni, Khomsiyah, dan Rika Gelar Rahayu. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Denpasar. Simposium Nasional Akuntansi 07.
Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of management Review, 14, hal 57-74
Graham, John, Campbell R. Harvey, and Shiva Rajgopal. The Economic Implications of Corporate Financial Reporting. USA.
Hartomo, Oct. Digdo. 2003. Kasus Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo Tbk: Cermin Retak Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia. Semarang. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol. 2 No.3. Hassan, Shehu Usman, and Abubakar Ahmed. 2012. Corporate Governance, Earning Management and Financial Performance: A Case of Nigerian Manufacturing Firms. Nigeria. American International Journal of Contemporary Research Vol. 2 No. 7; July 2012. Jensen, M. C., dan W. H. Meckling., Oktober 1976. “Theory of the Firm: manajerial behavior, agency cost, and ownership structure,” Journal of Financial and Economics 3, 305-360. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Govrnance Indonesia. Jakarta. Komite Nasional Kebijakan Governance.
Laksono, Erdian Aji. 2011. Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Earning Management di Dalam Perusahaan Telekomunikasi (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jawa Timur. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Makassar. Simposium Nasional Akuntansi 10. Ningsaptiti, Restie. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2008). Semarang. Universitas Diponegoro.
Panggabean, Ryan Raymond. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public di Indonesia (Studi Kasus Pada Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009). Semarang. Universitas Diponegoro. Rachmawati, Andri, dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Makassar. Simposium Nasional Akuntansi 10. Ratmono, Dwi. 2010. Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor yang Berkualitas Mendeteksinya?. Purwokerto. Simposium Nasional Akuntansi 13. Roodposhti, F. Rahnamay, and Nabavi Chashmi. 2011. The Impact of Corporate Governance Mechanisms on Earnings Management. Tehran. African Journal of Business Management Vol. 5(11). Roychowdhury, Sugata. 2006. Earning Management through real activities manipulation. Cambridge. Journal of Accounting and Economics 42 (2006) 335-370. Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta. Shleifer, Andrei, and Robert W. Vishny. 1989. Management Entrenchment the Case of Manager-Specific Investments. Chicago. Journal of Financial Economics 25 (1989) 123-139. Siallagan, H. dan Mas’ud Mahfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Padang. Simposium Nasional Akuntansi 09. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta CV. Sulistiawan, Dedhy, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia. 2011. Creative Accounting. Jakarta. Salemba Empat. Ujiyantho, Muh. Arief, Bambang A. Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan ( studi pada perusahaan go publik sektor manufaktur ). Makassar. Simposium Nasional Akuntansi 10. Wahyuningsih, Panca. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Semarang. Fokus Ekonomi Vol. 4 No. 2 Desember 2009 : 78 – 93.
Watts, Ross L. and Jerold L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory: a Ten Year Perspective. The Accounting Review, Vol.65. No.1. January, p.131-156. Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Denpasar. Simposium Nasional Akuntansi 07.