PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT
Oleh: Eriz Rakhmadania 104051001824 Di bawah bimbingan: Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008M/1429H
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua penulis, Papa Muslim Wahi dan Mama Hanifah Ahmad. Terima kasih atas doa, dukungan, kepercayaan, nasehat, dan tentunya kasih sayang yang tiada taranya. 2. Mami Yulidar dan Papi Asril, nenek tersayang, who has given me fantastic references. 3. Ibu Umaimah, dosen pembimbingku yang teramat baik, terima kasih atas dukungan, bantuan dan arahan selama penyusunan skripsi. 4. Pak Wahidin dan Bu Umi, terima kasih atas dukungan dalam pembuatan skripsi ini, yang tidak pernah bosan bertanya kapan selesai skripsinya. 5. Pak Jumroni dan Pak Suhaimi, tanpa bapak-bapak, saya tidak akan pernah mengerti bagaimana membuat skripsi dan merancang penelitian. Terimakasih saya haturkan. 6. Pak Bekti, Statistic is always the best choice for research, terimakasih pak sudah mengajarkan statistik ilmu yang sangat mengasyikkan. 7. My best friends, Ayu, Uji, Rosdi, Dewa, Dama, Syukriah, Adhe, FLP community: Murni, Ka Dodo, Ka Aep, Lina, Rahmat, dkk. Novita terimakasih atas bantuannya dalam penelitian.. YOU ALL MAKE IT, GUYS..Thanks!!
8. Buat para kru Demi Gisela Citrasinema yang aneh dan suka memberikan petuah yang complicated. Terutama buat Mas Wahyu and Pak Hakim, saya rasa mereka berdua adalah seniman filsafat tingkat tinggi setelah mentor saya sendiri. 9. Buat kakakku cenop yang selalu kusayang! terimakasih atas segala kritik, sindiran lantaran menulis skripsi kelamaan, dan makasih karena sudah sangat berbaik hati membiarkan daku bolak-balik masuk kamarmu untuk mengetik skripsi di laptopmu. 10. Spesial buat Ka Pampam, mentor yang selalu memberikan wejangan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini, apalagi kalau bukan Al-Qur’an dan sunnah Rasul., jangan bosan-bosan nasihatin orang-orang yang lalai ya, Kak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik pembaca untuk perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Ciputat, 5 Mei 2008 Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak Abstract Kata Pengantar
i
Daftara Isi
iii
Daftar Tabel
v
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
5
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
7
1.4 Tinjauan Kepustakaan
8
1.5 Metodologi Penelitian
10
1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional
11
1.5.2 Populasi dan Sampel
13
1.5.2.1 Populasi
13
1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel
13
1.5.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
13
1.5.4 Teknik Pengumpulan Data
14
1.6 Teknik Analisis Data
15
1..6.1 Uji Validitas
15
1..6.2 Uji Reliabilitas
16
1.7 Sistematika Penulisan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Motif dan Gratifikasi Media
17 18 18
2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
18
2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media
21
2.2 Teori Uses and Gratifications
23
2.3 Media Televisi
27
2.3.1 Fungsi Televisi
28
2.3.2 Televisi Sebagai Media Dakwah 2.4 Sinema Elektronik BAB III DATA-DATA PENELITIAN
32 34 37
3.1 Sejarah Perkembangan Citrasinema
37
3.1.1 Sejarah Singkat
37
3.1.2 Manajemen
37
3.2 Visi dan Misi Citrasinema
38
3.3 Strukturisasi Anggota Citrasinema
40
3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan
41
3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan
41
3.4.2 Alur dan Penokohan
42
3.4.2.1 Alur
42
3.4.2.2 Penokohan
43
3.5 Profil Penonton Sinema Para Pencari Tuhan
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data
52 52
4.1.1 Identitas Responden
52
4.1.2 Kepuasan yang didapat
54
4.1.3 Kepuasan yang dicari
56
4.1.4 Uji validitas dan Realibilitas
57
4.1.5 Uji hipotesis
57
4.2 Analisis Data
60
4.2.1 Identitas responden
60
4.2.2 Motivasi menonton responden
60
4.2.3 Kepuasan yang didapat
61
BAB V PENUTUP
62
5.1 Kesimpulan
62
5.2 Saran
63
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden
48
Tabel 1.2 Usia Responden
49
Tabel 1.3 Pendidikan Responden
50
Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari
52
Tabel 1.5 Frekuensi menonton PPT
53
Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat
54
Tabel 1.7 Motivasi menonton
56
Tabel 1.8 validitas instrumen
57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, dapat dipastikan ia pernah mendengarkan radio, menonton televisi atau film di bioskop, membaca koran atau majalah. Di saat seseorang mendengar radio, membaca koran, atau menonton film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terpaan media massa, di mana pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa keberadaan komunikasi massa dengan segala bentuk mendia massa terus memburu orang yang terterpa atau menerpakan dirinya kepada media massa.1 Bagi orang yang suka menerpakan dirinya pada media massa dapat dikatakan ia memiliki motif tertentu, hingga memotivasi dirinya untuk menerpakan diri pada media massa. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mencapai kepuasan. Biasanya hal ini berhubungan dengan psikologis seseorang. Globalisasi dan kepadatan penduduk telah membuat ketegangan tersendiri, sehingga pada akhirnya orang yang menggantungkan diri kepada media massa demi pemuasan kebutuhan. Bagi umat Islam hadirnya media massa dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media massa dapat membantu dalam upaya transfer pemahaman akan ajaran Islam, di samping itu dapat menambah pengetahuan tentang teknologi. Dakwah adalah kegiatan komunikasi yang saat ini menuntut adanya sarana media massa demi memudahkan ajaran Islam dapat diterima hingga ke pelosok pedalaman.
Dalam melakukan aktifitas dakwah, bukan hanya media yang berperan, namun juga person yang menyampaikan ajaran atau risalah Rasulullah aktifitas dakwah memang bukan tugas yang harus diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktifitas paruh waktu semata. Akan tetapi setiap muslim, baik berpendidikan maupun tidak,
1
Drs. Elvinaro Ardiyanto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), Cetakan ke-2. h.1
1
memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah dan tanggung jawab ini lebih besar bagi orang yang berilmu dan arif.2 Gejala meningkatnya peranan agama dalam masyarakat mengisyaratkan munculnya keperluan baru dalam bidang dakwah Islam. Setiap kejadian di berbagai sektor kehidupan masyarakat yang melibatkan kepentingan umat Islam, hampir selalu memerlukan fatwa dari organisasi-organisasi Islam terutama MUI (Majelis Ulama Indonesia) atau, dengan satu dan lain cara mendorong keterlibatan lembaga-lembaga agama. Itu berarti, terjadi interaksi yang semakin luas dan kompleks antara agama dan masyarakat yang makin berubah. Kompleksitas hubungan antara agama dan masyarakat itu agaknya ingin lebih banyak berperan untuk mengendalikan nilai-nilai dan gaya hidup masyarakat yang sedang berubah itu, agar tidak membahayakan sistem nilai umat Islam yang sudah lama mapan, dan juga tidak membahayakan tatanan hidup beragama itu sendiri. 3 Dari pernyataan di atas, kita dapat mengambil suatu pembaharuan yang dapat digunakan dalam berdakwah untuk tetap menjaga kemapanan sistem Islam yang telah terbina, yakni dengan menggunakan media massa. Mubalig sepatutnya tidak hanya menguasai ilmu agama, namun juga menguasai sains dan teknologi. Pandangan yang menyatakan bahwa dunia barat merupakan buah dari demokrasi adalah perkataan yang dilontarkan oleh orang yang tidak mengetahui fakta dan realita. Alasannya, karena berbagai bentuk penemuan itu lahir berdasarkan proses penelitian ilmiah, yang merupakan perkara-perkara yang bisa dicapai oleh akal manusia manapun yang telah diberikan Allah. Jadi, hal itu tidak berkaitan dengan pandangan hidup 2
Alwi Shihab. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1997) h. 252253. 3 A. Muis, Komunikasi Islam. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2000) h.135
(ideology). Fenomena tentang sains dan teknologi bisa kita saksikan ada dalam kalangan orang-orang kapitalis, sosialis, atau pun muslim. Sebab Allah telah memberikan kepada manusia kemampuan akal seperti itu.4 Karena itu, sudah sepatutnya seorang mubalig dapat memanfaatkan media massa sebagai sarananya untuk berdakwah. Kita dapat menggunakan metode debat, ataupun mauizhah hasanah dalam formatnya. Salah satu media massa yang dapat dijadikan media dakwah adalah sinema elektroniik. Sinema elektronik merupakan gambaran bergerak yang dapat menyampaikan suatu maksud kepada penontonya, ia dapat berupa persuasif maupun edukasi. Dengan menggunakan sinema elektronik atau yang biasa disebut dengan sinetron, dakwah yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti, karena mereka dapat melihat secara langsung visualisasi tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Karenanya dibutuhkan suatu skrip atau skenario yang sarat akan edukasi atau pemahaman tentang Islam yang mana dapat mengajak umat Islam untuk menjalankan perintah tuhan dengan penuh kerelaan. Dari sinilah akan tumbuh motivasi para audiens untuk mendapatkan kepuasan yang lebih daripada sekedar pesan-pesan verbal semata. Hubungannya sendiri dengan teori uses and gratifications, dapat disandarkan pada sinetron yang saat ini diminati oleh masyarakat kita, yakni, sinetron Para Pencari Tuhan. Audiens sinetron Para Pencari Tuhan dapat dikatakan hampir mencakup seluruh nusantara, data-data yang diambil dari situs SCTV dapat dijadikan acuan, bahwa audiens kemungkinan aktif dalam menggunakan media, dan dakwah dapat dilakukan dengan metode apa saja, selain metode konvensional yang selama ini masih di anut. Dibanding stasiun televisi lainnya, menurut MUI, hanya tiga stasiun televisi yang memiliki itikad
4
Ahmad Mahmud, Dakwah Islam jilid 2 Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasulullah, (Bogor; Pustaka Thariqul Izzah, 2003) h.111
baik untuk menayangkan acara-acara yang bernuansa Ramadhan, seperti Metro TV, O channel, dan SCTV, sedangkan stasiun televisi lainnya, semuanya hampir menampilkan suasana yang sama, yakni: kekejaman, mistik, caci maki, kesadisan dan kebodohan. Khusus untuk SCTV, MUI menyatakan apresiasinya pada stasiun SCTV karena telah menampilkan sinetron Para Pencari Tuhan yang sarat pendidikan dan me.nghibur bagi masyarakat. Dilihat dari pencapaian rating, sinetron Para Pencari Tuhan menduduki peringkat pertama untuk seluruh stasiun televisi. Berikut ini penilaian masyarakat mengenai sinetron Para Pencari Tuhan dari skala satu sampai lima. Nilai Overall
4.9
Ceritanya?
4.4
Peran/tokoh dalam cerita?
4.4
Keaslian cerita
4.4
Kualitas akting pemain
4.3
Musik pendukung
4.3
Apakah rutin mengikuti
4.1
Apakah menikmatinya
4.6
Perbandingannya dengan
4.6
sinetron
lain
dengan
sutradara yang sama
Dari tabel kita bisa melihat, bahwa sinetron Para Pencari Tuhan telah menimbulkan ketertarikan banyak orang untuk menontonnya, namun yang perlu diketahui disini, benarkah mereka termotivasi menonton sinetron Para Pencari Tuhan?
Apa yang mereka dapat setelah menontonnya? Maka di sini peneliti hendak menguji sikap masyarakat dengan berpijak pada teori uses and gratifications. Berdasarkan dari uraian tertulis diatas maka skripsi ini mengangkat judul “Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan di Majelis Taklim Al-Amin RT 005 RW 06 Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat.”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang hendak diteliti, pada penelitian ini yang menjadi subjek adalah penonton sinema Para Pencari Tuhan, sedangkan objek penelitian adalah motivasi dan kepuasan yang dicari dan didapat penonton. Penonton dibatasi pada majelis taklim al-Amin yang berdomisili di RT 005 RW 06 kelurahan Mekarsari, Depok. Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok? Dari masalah penelitian yang peneliti uraikan, maka dapat ditarik sebuah hipotesis. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. 5 Hipotesis-hipotesis yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron para Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok. H1: Ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton 5
W. Gulo. Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, 2002) cetakan ke-2. h. 56-57
sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok Ho adalah pernyataan yang tidak memihak pada hipotesis yang diambil, artinya hipotesis nol bertolak pada asas praduga tak bersalah. H1 adalah hipotesis alternatif jika hipotesis nol tidak dapat dibuktikan atau tertolak, hipotesis ini disebut sebagai hipotesis operasional. Hipotesis alternatif dapat dibuat sebanyak mungkin untuk mendapat variabel yang valid. 6
1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
Secara umum 1. Untuk mencari pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kepuasan yang didapat penonton setelah menonton sinetron Para Pencari Tuhan.
Secara khusus Untuk mengetahui betul atau tidaknya konsumsi media massa dipengaruhi oleh motif
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu Komunikasi terutama dalam bidang kajian Komunikasi Massa untuk teori Uses and Gratifications yang meneliti kepuasan khalayak dalam menggunakan media massa pada umumnya, dan khususnya dalam hal kepuasan atas pilihan media elektronik dalam hal ini adalah televisi
6
Ibid. h.71
Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi tentang motif-motif yang mendorong penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari Depok dalam mengakses acara tersebut. 2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai sinetron yang seperti apa yang lebih bisa memuaskan pengguna media televisi. Agar dapat digunakan sebagai bahan rujukkan dalam bidang dakwah melalui sinetron.
1.4 Tinjauan Kepustakaan Dari penelitian skripsi sebelumnya yang berjudul “Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur” karya Nyoman Dewi PP, didapatkan hasil bahwa ada kaitan antara motivasi dengan pemenuhan kebutuhan, namun sayangnya tidak dijelaskan dengan terperinci motif apa yang memotivasi perilaku responden, penelitian sebelumnya hanya memberikan data-data tentang kepuasan yang didapat dan kepuasan yang dicari responden, namun variabel motif itu sendiri tidak dijelaskan pengaruhnya terhadap kepuasan yang didapat. Maka dari penelitian yang peneliti lakukan ini, peneliti mencoba mencari motif apa yang sesungguhnya benar-benar memotivasi responden, ataukah hubungan motivasi dan kepuasan yang didapat penonton hanya didasarkan pada faktor kebiasaan menonton televisi atau memang ada faktor lainnya, seperti mutu cerita, penokohan, atau alurnya. Penelitian lain menunjukkan beberapa pola demografik yang menyatakan kaum wanita cenderung menggunakan televisi sebagai teman; “orang-orang lebih muda menonton televisi untuk menghabiskan waktu, kelompok usia menegah menonton televisi
untuk menghabiskan waktu dan mencari informasi, dan kaum lebih tua menonton untuk mencari informasi. Dari penelitian itu Lichtenstein dan Rosenfeld menyimpulkan bahwa keputusan menggunakan saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua – bagian: yakni, kita diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; kemudian berdasarkan informasi yang kita miliki bersama tersebut, masing-masing dari kita membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi, persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten; kita cenderung memiliki citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap medium yang dipersepsi.7 Dalam sebuah laporan yang lengkap dari penelitian yang sama, Levy (1978) menyimpulkan bahwa di samping menyampaikan informasi kepada pemirsa, berita-berita televisi juga menguji persepsi dan sikap pemirsa terhadap peristiwa-peristiwa maupun orang-orang “baru”. Namun demikian, partisipasi berjarak dengan realitas yang “disucihamakan” dan diselamatkan oleh pembaca berita selebritis. Banyak pemirsa, katanya “yang secara aktif” memilih di antara siaran-siaran berita yang tengah bersaing , “mengatur jadwal mereka agar berada didekat pesawat televisi pada jam berita, dan memberikan perhatian yang akrab tapi selektif terhadap acara tersebut.8 Tidak hanya audiens televisi, bahkan audiens radio pun berlaku sama. Para pendengar radio dengan cepat memanfaatkan medium radio untuk memantapkan suasana
7
Stewart L. Tubbs - Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,1998) jilid 2 pengantar Deddy Mulyana. h.212 8 Werner J. Severin – James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2001) h.356
hati, menghabiskan hari, mendapatkan teman, melegakan diri secara sosial dan mendapatkan hiburan dan informasi.9 Para peneliti lain bahkan membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil (sebagian berdasar spekulatif) dan literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa “kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori”: 1. Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman. 2. Kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis. 3. Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status. 4. Kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya. 5. Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan. 10
1.5 Metodologi Penelitian Pendekatan atau metodologi yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Penelitian survei menggunakan alat kuesioner dalam mengukur tingkat motivasi dan kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari. Proses dimulai dengan mengumpulkan data pada responden tentang bagaimana kepuasan mereka terhadap sinetron Para Pencari Tuhan. Motivasi dan kepuasan responden diukur dengan menggunakan skala Likert, dengan tingkatan (1). Sangat setuju, (2). Setuju, (3). Ragu-ragu, (4). Tidak setuju, (5). 9
James Lull, Media Komunikasi dan Kebudayaan. Penerjemah A. Setiawan Abadi. (Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 1997) h.107-108 10 Werner J. Severin. Ibid. h. 357
Sangat tidak setuju. Setiap tingkatan memiliki nilai tersendiri, yakni, jika responden menjawab sangat setuju maka di beri nilai lima, jika menjawab setuju, maka di beri empat, jika menjawab ragu-ragu maka di beri tiga, dan seterusnya. 1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional Konsep kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan terbagi menjadi dua, yaitu motif atau biasa disebut dengan Gratification Sought dan kepuasan yang diperoleh atau Gratification Obtained. Kepuasan terhadap sinetron Para Pencari Tuhan diukur berdasarkan kesenjangan (discrepancy) antara gratification sought dan gratification obtained. Dengan kata lain kesenjangan kepuasan adalah perbedaan perolehan kepuasan yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil discrepancy-nya, semakin memuaskan media tersebut. Menurut pendiri teori ini Katz, Blumer, dan Gurevitch, teori ini terbagi atas beberapa komponen dasar, (1) Sumber sosial dan psikologis, (2) Kebutuhan yang melahirkan, (3) Harapan-harapan, (4) Media massa atau sumber-sumber yang lain, (5) Perbedaan pola terpaan media, (6) Pemenuhan kebutuhan. 11 Dalam penelitian ini, peneliti hanya meniliti komponen dua dan enam, yakni kebutuhan yang melahirkan dan pemenuhan kebutuhan.
Model Expectancy-Values Dari Philip Palmgreen12 KepercayaanKepercayaan (beliefs) Pencarian Perolehan Kepuasan kepuasan 11 www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2006. Desember 2006, Universitas Kristen Indonesia, disadur yang (GS) dari buku Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi.Remaja Rosdakarya, Bandung. diterima 12 Rachmat Kriyantono,S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis (GO) Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group) Cet ke-2, Juni 2007. h.208
Konsumsi Evaluasievaluasi
media
Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan pengguna media ketika menggunakan suatu jenis media tertentu. Dengan kata lain, pengguna akan memilih atau tidak memilih suatu media tertentu dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu, yaitu didasari motif pemenuhan sejumlah kebutuhan yang ingin dipenuhi. Gratification obtained adalah sejumlah kepuasan nyata yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan media, yang dimaksud dengan gratification obtained (kepuasan yang diperoleh) dalam penelitian ini adalah sejumlah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah menonton sinetron Para Pencari Tuhan. Kepuasan ini diukur berdasarkan motif awal (gratification sought) yang mendasari individu dalam menonton sinetron Para Pencari Tuhan. Kategori motif dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut: 1. motif informasi; penonton dikatakan memiliki motif informasi apabila mereka: a. Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah b. Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan 2. motif indentitas pribadi; penonton dikatakan memiliki motif identitas pribadi apabila mereka: a. Dapat memperoleh nilai lebih sebagai masyarakat yang beragama b. Dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai dalam sinetron 3. motif integrasi dan interaksi sosial; penonton dikatakan memiliki motif intergrasi dan interaksi sosial apabila mereka;
a. Dapat menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain disekitarnya b. Keinginan untuk dekat dengan orang lain 4. motif hiburan; penonton dikatakan memiliki motif hiburan apabila mereka; a. Bisa mendapatkan hiburan dan kesenangan b. Bisa bersantai dan mengisi waktu luang Dari opersionalisasi konsep di atas, peneliti kemudian membuat definisi operasionalnya yang terdiri atas, pengaruh, motivasi, dan kepuasan. Ketiga hal tersebut dapat dijabarkan menurut tabel dibawah ini: Konsep Pengaruh
Definisi Nominal
Definisi Operasional
Pengaruh adalah taraf
Pengaruh adalah derajat
tercapainya tujuan dan
perubahan yang terjadi
sasaran yang berkaitan
selama mengikuti tontonan
dengan penggunaan suatu
di media yang dapat dilihat
daya, dana, sarana, dan
dari sikap dan perbuatan.
prasarana dalam prosesnya. Motivasi Penonton
Motivasi adalah kekuatan Motivasi
adalah
dorongan dari dalam yang kesungguhan
derajat mengikuti
ada pada diri seseorang tontonan yang timbul dari untuk
bertindak
cara-cara tertentu Kepuasan Penonton
Perasaan-perasaan seorang mengenai
dengan sikap
dan
perbuatan
seseorang positif Dengan
lima
tingkatan
penonton motif, pada tataran kognitif, apa
yang afektif,
integratif
sosial,
ditontonnya
integratif personal,pelepasan ketegangan.
Ketiga definisi operasional di atas disesuaikan dengan teori uses and gratifications model. Dalam penjabaran hasil penelitiannya tiap-tiap variabel akan diwakilkan dalam bentuk angka-angka.
1.5.2 Populasi dan Sampel 1.5.2.1 Populasi Penelitian populasi penelitian ini adalah seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin yang berjumlah 120 orang.
1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive, setelah itu dilakukan pengukuran sampel, baru kemudian diambil jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Untuk pengukuruan sampel, menggunakan rumus Taro Yamane, rumus ini digunakan untuk populasi diatas seratus atau lebih. Presisi yang ditetapkan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, sehingga dihasilkan sampel sebesar 55 orang.13 1.5.3 Lokasi dan waktu penelitian Tempat penelitian ini berada di wilayah kelurahan Mekarsari, Depok, tepatnya pada majelis taklim al-Amin. Alasan mengambil majelis tersebut sebagai tempat penelitian adalah guna mencari keseragaman karakteristik, yakni reseponden bergerak dalam wadah yang sama serta menyukai sinetron Para Pencari Tuhan diukur dari segala tingkatan usia, jenis kelamin, maupun pendidikan. Dari segi waktu, waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitan ini adalah selama tiga bulan, terhitung dari bulan 19 Desember 2007 hingga 16 Maret 2008.
1.5.4 Teknik pengumpulan data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a. Wawancara
13
Rachmat Kriyantono, S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi.(Kencana Prenada Media Group, Jakarta), Cet ke-2, Juni 2007. h.160
Wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur, dalam hal ini peneliti mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan.14 Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai penulis skenario sinetron Para Pencari Tuhan. b. Dokumentasi Instrumen pengumpulan data yang juga sering digunakan dalam metode survey adalah dokumen. Peneliti menggunakan beberapa dokumen sebagai sumber informasi dalam menginterpretasi data hasil survey. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat.15 Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai acuan adalah dokumen publik, yakni skenario sinetron Para Pencari Tuhan. c. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Disebut juga angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Ada beberapa jenis angket atau kuesioner: angket terbuka dan tertutup. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup. Angket tertutup dipilih, semata-mata untuk meminimalisir kesalahan dari jawaban responden.
1.6 Teknik Analisis Data
14 15
ibid. h.98 ibid.h.114
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dua variabel, biasanya terdapat diantara dua variabel yang keduanya diukur pada skala ordinal, interval atau ratio. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus moment product correlation, uji atas kedua variabel dilakukan untuk menegaskan pengaruh yang ada antara kedua variabel tersebut adalah merupakan pengaruh yang signifikan dan bukan hanya secara kebetulan saja. Untuk menguji tingkat signifikansinya dilakukan dengan menggunakan rumus pearson correlation untuk analisis sampel tidak berpasangan. Adapun pertimbangan peneliti menggunakan rumus statistik karena pearson correlation adalah berfungsi untuk menguji perbandingan, uji korelasional, dan uji estimasi secara statistik. Selain itu, pearson correlation digunakan untuk data yang berskala interval atau ratio. Sedangkan dalam penelitian ini datanya berskala interval. Sebelum tahap pengujian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas data. 1.6.1. Uji Validitas Instrumen Berkaitan dengan pengujian validitas. Arikunto (1995:63) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dari pengertian itu dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid itu mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan).16
16
Drs. Riduwan, M.B.A. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta, Bandung Cet ke-2, September 2005. h. 97
Pada pengujian validitas dalam penelitian ini, peneliti bertumpu pada validitas internal. Dalam penelitian, validitas internal merupakan tolok ukur yang paling utama karena kalau kita sudah meragukan validitas hasil penelitian yang diperoleh, maka semua konsekuensi berikutnya menjadi tidak bermakna lagi. Oleh karena itu, peneliti harus memberikan perhatian khusus terhadap validitas internal hasil penelitan yang telah dilakukannya.17 1.6.2 Uji Realibilitas alat ukur yang disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil dan tidak berubah-ubah, dapat diandalkan, dan tetap ajeg.18
1.7 Sistematikan Penulisan Skripsi yang akan ditulis terdiri dari lima bab, dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub bab atau bagian: BAB I Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan BAB II Landasan teoritis Berisikan tentan motif dan gratifikasi media, teori uses and gratifications, media televisi,fungsi televisi, dan sinema elektronik
17
Furqon, Ph.D. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Cet ke-1, 1997. h.12-13 Rachmat Kriyantono,S.Sos., M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Cet ke-2, Juni 2007. h.140 18
BAB III Sinema Para Pencari Tuhan Berisikan tentang seluk-beluk sinema Para Pencari Tuhan, visi dan misi perusahaan tersebut, struktur kru dibalik layar, skenario. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang deskripsi data, identitas responden, kepuasan yang dicari, kepuasan yang didapat, uji hipotesis, interpretasi data, identitas responden,kepuasan yang dicari, kepuasan yang didapat. BAB V Penutup Berisikan tentang kesimpulan dan saran, hasil wawancara dan lampiranlampiran.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Motif dan Gratifikasi Media Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme
yang
mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengkait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi (Motivated Behaviour). Para pakar komunikasi membagi motif menjadi dua bagian berdasarkan penggunaan dan gratifikasi media. Pertama, motif kognitif dan gratifikasi media, kedua motif afektif dan gratifikasi media. Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu. 2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan, Mc Guire menyebut empat teori: teori konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungannya. Teori kategorisasi yang menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita; dan teori objektifitas yang menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal.
1. Teori Konsistensi – memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi di antara beberapa kepercayaan yang dimilikinya sepertti antara “merokok itu merusak kesehatan” dan “merokok itu membantu proses berpikir”, atau di antara beberapa hubungan sosial, atau di antara beberapa pengalaman masa lalu dan masa kini. Dalam suasana konflik,
19
manusia resah dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan sedapat mungkin mencari kompromi. Kompromi diperoleh dengan rasionalisasi, atau melemahkan salah satu kekuatan penyebab konflik. Dalam hubungan ini, komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan kestabilan psikologis individu. Tetapi, pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Teori Atribusi – memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukan apa menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respons yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interprestasi kita tentang peristiwa itu. Kita tidak begitu gembira dipuji oleh orang yang menurut persepsi kita – menyampaikan pujian kepada kita karena ingin meminjam uang. Kita sering dipuji oleh orang asing yang – menurut persepsi kita – memberikan pujian yang objektif. 3. Teori Kategorisasi – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengelompokkan
pengalamannya
dalam
kategorisasi
yang
sudah
dipersiapkannya. Untuk setiap peristiwa sudah disediakan tempat dalam prakonsepsi yang dimilikinya. Dengan cara itu individu menyederhanakan pengalaman, tetapi juga membantu mengkoding dengan cepat. Menurut teori ini orang memperoleh kepuasan apabila sanggup memasukkan pengalaman dalam kategori-kategori yang sudah dimilikinya, dan menjadi kecewa bila pengalaman itu tidak cocok dengan prakonsepsinya.
4. Teori objektifitas – memandang manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak berpikir,
yang
selalu
merumuskan
konsep-konsep
tertentu.
Teori
ini
menyimpulkan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak. Keempat teori di atas menekankan aspek kognitif dari individu sebagai makhluk yang memelihara stabilitas psikologisnya. Empat teori kognitif berikutnya – otonomi, stimulasi, teori teleologis, dan ultilitarian – melukiskan individu sebagai makhluk yang berusaha mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya. 1.
Teori otonomi – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom.
2.
Teori stimulasi – memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang senantiasa
mencari
pengalaman-pengalaman
baru,
yang
selalu
berusaha
memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Komunikasi massa selalu menyajikan hal-hal yang baru, yang aneh, yang spektakuler, yang menjangkau pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari. 3.
Teori teleologis – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dikehendak. Isi media massa sering memperkokoh moralitas konvensional dan menunjukkan bahwa orang yang berpegang teguh kepadanya memperoleh ganjaran dalam hidupnya.
4.
Teori ultilitarian - memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau keterampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup.
2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media Seperti di atas, peneliti akan memulai dengan motif-motif yang ditujukan untuk memelihara stabilitas psikologis dan motif-motif yang mengembangkan kondisi psikologis. Pada kelompok pertama kita masukkan teori reduksi tegangan, teori ekspresif, teori ego-defensif, dan teori peneguhan. Pada kelompok kedua kita memasukkan teori penonjolan, teori afiliasi, teori identifikasi, dan teori peniruan. 1.
Teori reduksi tegangan – memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Tegangan emosional karena marah berkurang setelah kita mengungkapkan kemarahan itu, baik langsung maupun tidak langsung. Film kekerasan dalam televisi dianggap bermanfaat karena membantu orang melepaskan kecenderungan agresifnya.
2.
Teori ekspresif – menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam pengungkapan eksistensi dirinya – menampakkan perasaan dan keyakinannya. Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalu identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan. Sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya.
3.
Teori ego-defensif beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Teori ini memberikan penjelasan mengapa terjadi perhatian selektif atau pemberian makna terhadap pesan komunikasi yang mengalami distorsi.
4.
Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah
dialaminya pada waktu lalu. Di samping isi media yang menarik, peristiwa menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan; misalnya, menonton televisi sering dilakukan ditengah-tengah keluarga. 5.
Teori penonjolan – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain. Berhubungan tentang pemenuhan fantasi seseorang atau memberikan kesempatan pada orang untuk mengidentifikasi dirinya pada media.
6.
Teori afiliasi – memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media banyak sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam menghubungkan individu dengan individu lain. Lasswell (1948) menyebutnya dengan fungsi “correlation”.
7.
Teori identifikasi – memandang manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep dirinya. Saat ini isi media cenderung menggambarkan orang dalam berbagai situasi dramatis yang melibatkan respons-respons menarik dan memperkenalkan khalayak pada berbagai peranan dan gaya hidup.
8.
Teori peniruan – hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru khalayaknya.19
1. massa diasumsikan mempunyai tujuan. 19
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Cet ke-23, Oktober 2005. h. 208-216
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain 2.2 Teori Uses and Gratifications Peneliti menggunakan teori uses and gratifications, teori ini menitikberatkan pada pola penggunaan dan pola pemanfaatan media massa oleh manusia. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (Utility): Bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionatility).20 Asumsi dasar dari teori uses and gratifications model : 3. Khalayak dianggap aktif; artinya sebagian penting dari penggunaan media untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.21 Model uses and gratifications memandang individu sebagai makhluk suprarasional dan sangat selektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang jelas, dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. 20
Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984) cetakan ke13, mei 2007, h.65 21 Jalaluddin, op.cit h. 205
Dibandingkan dengan jarum hipodermik, model uses and gratifications mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sven Windhal (1981:177) menuliskan perbedaan antara pendekatan efek (model jarum hipodermik) dengan pendekatan uses and gratifications seperti diagram dibawah ini: Keuntungan
Pendekatan Efek
Pendekatan
Memperhitung-
gratifications
kan seluruh proses komunikasi
Memperhitungkan
deskripsi
minat
dinamis
khalayak.
pada
karakteristik
stimuli
uses
tentang
Anggota
khalayak
and
tidak
sepenuhnya pasif. Menjelaskan
penggunaan
media Kerugian
Khalayak
sering
dilukiskan
sebagai
makhluk
yang
Stimuli tidak diperhitungkan hanya model penerimaannya
seluruhnya pasif dan mudah
saja
dimanipulasikan
Terlalu
Pandangan
mekanistis
melebih-lebihkan
anggota khalayak
terhadap proses komunikasi
Menggunakan
Terlalu banyak menjelaskan
mental (seperti motif mencari
efek
keterangan)
dalam
hubungannya
faktor-faktor
dengan stimuli
Sebelum menceritakan berbagai motif yang mendorong orang menggunakan media, menurut Mc Guire, kita harus menjawab dulu pertanyaan : betulkah konsumsi komunikasi massa merupakan perilaku yang di dorong oleh motif? Sebagian orang menyatakan bahwa terpaan media lebih merupakan kegiatan yang kebetulan dan amat
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sebagian yang lain memandang pemuasan kebutuhan dengan media begitu kecil dibandingkan dengan kebutuhan khalayak sehingga faktor motivasional hampir tidak berperanan dalam menentukan terpaan media. Sebagian yang lain lagi berpendirian bahwa walaupun ada pemuasan potensial dalam komunikasi massa, kita tidak begitu berhasil dalam menemukan pemuasan karena media massa tidak memberikan petunjuk tentang potensi ganjaran yang dapat diberikan. Model ini mempunyai beberapa komponen, yaitu : anteseden, motif, penggunaan media dan efek. Komponen anteseden diukur dengan variabel individual yang terdiri dari data demografis, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis komunikan. Variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.22
Model Awal Uses and Gratifications Dari Rosengreen23 Anteseden motif -variabel individu -personal -variabel lingkungan - diversi -personal -identity
penggunaan media efek -hubungan -kepuasan -macam isi -pengetahuan -hubungan dengan isi
Menurut teori behaviorisme “law of effects” perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan kebutuhan kita. Jadi jelaslah bahwa penggunaan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.24 Denis McQuail menyebutkan ada dua hal dibalik pendekatan ini. Pertama adalah adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang 22
Drs. Jumroni, M.Si dan Drs. Suhaimi, M.Si, Metode-metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h.59 23 Rachmat Kriyantono, S.Sos, M. Si, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Cet ke-2, Juni 2007. h. 206 24 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h.207
merupakan bagian dari dominannya peran individu yang kita kenal dalam model komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan yang kering dan terasa steril mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera individu. Dalam hal ini, pendekatan uses and gratifications memberikan suatu cara alternatif untuk memandang pada hubungan isi media dan audiens, dan pengkategorian isi media menurut fungsi daripada tingkat selera yang berbeda.25 2.4 Media Televisi Dan Sinetron Sebagai Media Dakwah 2.4.1 Pengertian Media Televisi Pengertian televisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :“TV adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, pertunjukkan, berita, dan sebagainya.”26 Roger Maxwell menulis bahwa televisi adalah sebagai “a brand of broadcasting, and it depends like sound radio, on the transmission of signals in the form of elektromagnetic waves that travel at the speed of light” (sebagai suatu cabang dari penyiaran radio, dan sebagaimana siaran radio, ia tergantung pada penyampaian tandatanda elektromagnetis secepat sinar).27
25
S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Januari 2002) h.5.37 26 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. h.919 27 Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik dalam Perkembangannya di Indonesia Menjadi Ilmu Komunikasi, Bina Aksara, Jakarta , Cet. Ke-3, 1986, h.59
Sedangkan Maurice Gorham mengatakan “Television is the transmission of images by wire or radio and their simultaneous reception at a distant spot” ( Televisi adalah penyampaian dengan gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimaannya secara simultan di tempat yang jauh).28 Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa televisi adalah sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi tersebut penonton dapat mendengar dan melihat gambar-gambar yang disajikan, yang memadukan unsur-unsur radio dan film. 2.4.2 Fungsi Televisi tidak pelak lagi, umat manusia sekarang ini telah memasuki era revolusi yang dahsyat dalam upaya-upaya yang sadar atau tidak bagi pemenuhan kebutuhannya akan informasi. Era yang memungkinkan kemampuan dan kapasitas intelektual menjadi – meminjam ungkapannya Idi Subandy Ibrahim – “Condition sine quo non” guna dapat memahami dan mengoperasikan peralatan tercanggih hasil penemuan rasionalitas manusia dalam dasawarsa terakhir abad XX. Perkembangan masyarakat modern, tak lepas dari perkembangan media massa. Komunikasi antarpersona yang dilakukan face to face, sudah tak sanggup lagi menampung proses interaksi hubungan manusia dalam masyarakat yang semakin maju. Karena itu, masyarakat modern pasti membutuhkan media yang bersifat massal – dalam masyarakat modern – lahirlah apa yang disebut produk budaya massa. Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media 28
Ibid.
massa. Tetapi di pihak lain, secara timbal balik fenomena ini menimbulkan dampak yang teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak yang positif konstruktif, melainkan yang negatif destruktif. Lalu para pakar ini mempertanyakan fungsi sebenarnya dari komunikasi massa atau media massa itu. Harold D. Lasswell menjelaskan dengan gamblang tentang beberapa fungsi komunikasi (dalam hal ini media massa) bagi masyarakat umum, sebagai berikut: 1. Informasi; pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi; penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam masyarakat. 3. Motivasi; menjelaskan tujuan jangka pendek dan panjang setiap masyarakat, mendorong menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang dikejar. 4. Pendidikan; pengalihan ilmu pengetahuan sehingga memotivasi perkembangan intelektual, pembentukkan watak dan pendidikan keterampilan. 5. Memajukan kebudayaan; penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan
memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya. 6. Hiburan; penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari , dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan individu dan kelompok. 7. Integrasi; menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling mengenal dan mengerti serta menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.29 Era bagi bangsa Indonesia yang akan datang adalah era informasi – begitu dugaan dan harapan banyak orang. Namun, berbicara tentang era informasi berarti juga berbicara tentang peranan media elektronik (dalam hal ini televisi) bagi kepentingan dan kebutuhan umat manusia dalam menyongsong masa depan dan gelombang ketiga. Lebih lanjut Dennis McQuail mengemukakan tentang fungsi media massa, yaitu : 1. Media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang, yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait; media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat industri lainnya. Di lain pihak, institusi media massa diatur oleh masyarakat. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti sumber daya lain. 3. Media massa sering kali berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional ataupun internasional.
29
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, Cet ke-9, h. 27-28
4. Media massa sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, yang bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. 5. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu dalam upaya memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan keluarga masyarakat dan keluarga secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.30 Dengan demikian jelaslah bahwa secara fungsional televisi menjadi perangkat universal bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam kehidupan, seperti mendifusikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Namun kita juga dapat melihat kenyataan, walaupun semua fungsi universal tersebut sudah dipenuhi, ada fungsi lain yang seringkali (mungkin tidak disadari) terabaikan atau terlecehkan. Dalam hal ini fungsi khas budaya Indonesia yang memberikan dasar dan landasan kultural atau “benteng budaya” belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, apabila kita ingin melihat seberapa jauh kontribusi stasiun televisi yang ada dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang dicita-citakan, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya atau masyarakat madani, jawatannya akan sangat tergantung pada seberapa jauh orientasi dan tujuan penyelenggaraan televisi tersebut sebagai sarana massa. 2.4.3 Televisi Sebagai Media Dakwah
30
N. Syamsuddin Ch. Haesy, Tehnik Manajemen Penyiaran dan Penerangan Agama dalam Media Massa, Makalah Seminar IAIN Jakarta, 15 Mei 1993, h. 1-2
Munculnya media TV dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Khusus bagi TV sendiri, memang harus diakui mempunyai banyak keunggulan ketimbang media massa lainnya. Dedy Djamluddin dalam tulisannya, “Mencari Solusi Dakwah Efektif di Televisi”, menyimpulkan bahwa ada beberapa alasan mengenai keunggulan televisi. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio visual. Kedua, dilihat dari sisi kualitas peristiwa televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada masyarakat. Ketiga, disisi khalayak televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang media massa lainnya yang mungkin hanya menjangkau pemirsa ratusan ribu. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek media massa lainnya khususnya bagi pembentukkan perilaku proposial dan antionak.31 Media berarti segala bentuk yang membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.32 Saat ini hampir di setiap stasiun penyiaran televisi di Indonesia memiliki program acara dakwah Islam baik yang sifatnya rutin atau tidak rutin, meski porsinya cukup jauh dari pada tayangan-tayangan komersial lainnya, namun paling tidak hal ini cukup memuaskan dalam hal pemenuhan kebutuhan khalayak terhadap televisi yang berfungsi sebagai media informasi dan pendidikan. Televisi dapat dikatakan sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena kemampuannya dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar sekaligus narasinya. Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik 31
Dedy Djamaluddin Malik, Mencari Solusi Dakwah Efektif di Televisi: Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui TV, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, hal.87 32 Abd. Karim Zaedan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah II, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), cet. Ke-2, hal.225
dalam bentuk ceramah, sandiwara, ataupun drama. Dengan televisi seorang pemirsa dapat mengikuti dakwah seakan ia berada langsung dihadapan da’i, seakan ia dapat mengadakan komunikasi langsung dengannya untuk menarik dakwah langsung melalui televisi apalagi jika da’i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu program yang sederhana dan disenangi oleh berbagai kalangan masyarakat.33 Kehadiran berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik. Televisi merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982, menyebutkan bahwa televisi mempunyai kredibilitas 53 %, surat kabar 22 %, majalah 28 %, dan radio 6 %.34 Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak orang terlebih mayoritas negara kita 88 % pemeluk agama Islam, maka sudah selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket acara dengan nuansa Islami sebagai penghormatan dan sebagai penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informative, dan hiburan. 2.5 Sinetron atau Sinema Elektronik Alat televisi pertama kali diperjualbelikan pada akhir tahun.1920-an, meski tidak banyak didiskusikan sebelumnya. Pemindai mekanis televisi pertama terbuat dari sebuah “kotak topi”. Baird menghargai perlunya publisitas apalagi karena ia sangat bergantung
33
Darmawansastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press,1994), hal.89 34 Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita 13 Desember 1991)
pada dukungan dana orang lain, akibatnya ia lebih banyak membuat publisitas bagi televisi di kedua sisi lautan Atlantik dibandingkan orang lain manapun. Pada 30 September 1929 untuk pertama kalinya Baird meluncurkan layanan televisi percobaan. Presiden the British Broadcaster of Trade, yang memberikan persetujuannya menyatakan pada para penonton (viewers) bahwa ia mengharapkan di masa depan ilmu terapannya yang baru ini mendorong tumbuhnya suatu industri baru, tidak hanya bagi Inggris dan kerajaan Inggris Raya saja, tetapi juga bagi seluruh dunia.35 Tak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi elektronik, khususnya media televisi di dunia telah mencapai tahap yang paling canggih dan spektakuler. Hadirnya televisi swasta di Indonesia dengan berbagai macam mata acara yang menarik terus- menerus diikuti perkembangannya oleh pemirsa, siaran langsung sepak bola di negara Italia dan Inggris misalnya dapat dilihat dalam waktu yang dapat bersamaan di RCTI. Pemirsa televisi dihadapkan pada banyak alternatif tontonan dari berbagai acara televisi yang berbeda. Salah satunya adalah sinetron atau sinema elektronik. Menjamurnya paket sinetron bukan hal luar biasa. Kehadiran sintetron merupakan satu bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari. Memang belum ada metode atau ukuran yang jelas dan pasti dalam membuat sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi selera pemirsa. Tetapi para kru televisi dituntut untuk bertanggung jawab dalam membuat paket sinetron. Ini merupakan beban moral yang harus diterima.
35
Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006) h. 215
Berbicara mengenai isi pesan dalam sinetron dalam sebuah paket sinetron televisi, bukan hanya melihat dari segi budaya, tetapi juga berhubungan dengan masalah ideologi, ekonomi, maupun politik. Dengan kata lain, paket sinetron merupakan cerminan kehidupan nyata dari masyarakat sehari-hari. Untuk membuat sinetron, ada dua hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan, yaitu: 1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial dalam masyarakat. 2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan responsif. Jadi kesimpulannya, isi pesan sinetron di televisi harus dapat mewujudkan dan mengekspresikan kenyataan sosial masyarakat, tanpa melepaskan diri dari lingkungan budaya pemirsa yang heterogen.36 Dilihat dari segi dakwah, sinetron memiliki potensi besar sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada khalayak.
36
Drs. Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta; PT RINEKA CIPTA, 1996) h.129-133
BAB III DATA-DATA PENELITIAN
3.1 Latar Belakang Berdirinya PT Demigis Citrasinema 3.1.1 Sejarah Singkat PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan pada awal tahun 1997 oleh Deddy Mizwar, yang bertindak selaku komisaris, direktur utama, sekaligus produser. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi tayangan film dan sinetron serta iklan. Pada awal berdiri, Citra Sinema mengkaryakan 7 (tujuh) orang karyawan tetap, kemudian berkembang menjadi 25 orang sampai sekarang. Produksi pertama Citra Sinema adalah sinetron serial komedi “Mat Angin” (1997, TPI), berlanjut dengan judul-judul populer lainnya, di antaranya serial “Lorong Waktu”, “Kiamat Sudah Dekat”, “Ketika”, “Demi Masa”, “Bingkisan untuk Presiden”, dan banyak lagi lainnya. Citra Sinema dikenal dengan produksi film dan sinetron bernuansa relijius yang dibumbui humor cerdas. Citra Sinema mendapat banyak penghargaan dari Festival Film Indonesia, Festival Sinetron Indonesia, Festival Film Bandung, dan dari berbagai event serta lembaga-lembaga yang bersimpati.37 3.1.2 Manajemen Manajemen di dalam PT Demi Gisela Citra Sinema tidak berbeda dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Dipimpin oleh seorang Direktur Utama/Produser, yang dibantu oleh General Manager, Sekretaris, Finance Department, Production Department, dan Creative Department. Sebagai sebuah perusahaan kecil-menengah, beberapa bidang tugas dirangkap oleh satu orang, misalnya General Manager yang merangkap tugas 37
Dokumen privat dari rumah produksi Demi Gisela Citrasinema, diambil pada tanggal 23 Maret 2008
37
HRD; Production Department yang sekaligus mengurusi pemeliharaan alat-alat syuting dan editing. Standar gaji karyawan sesuai dengan UMR, begitu pula dengan pemberian THR dan tunjangan-tunjangan lainnya. Citra Sinema bertempat di sebuah ruko tiga lantai dengan pembagian sebagai berikut: Lantai Dasar: digunakan oleh Departemen Produksi, mushola, ruang penyimpanan alatalat syuting, pantry, ruang tunggu, dan ruang casting para calon pemain (talent), serta toilet. Lantai Dua: terdiri dari tujuh ruangan untuk Departemen Keuangan, Sekretaris, ruang kerja Direktur Utama/Produser, ruang kerja Finance Manager/General Affairs, Meeting Room, Creative Department, dan Ruang Tunggu. Lantai Tiga: dibagi menjadi dua, yakni Ruang Preview dan Ruang Editing (terdiri dari lima bilik, termasuk Digital Library). Untuk keperluan produksi syuting, selain mempekerjakan karyawan tetap, perusahaan ini juga mempekerjakan SDM outsource yang terikat kontrak dalam jangka waktu produksi; misalnya Sutradara, kru, Musisi, tambahan tenaga Editor, penyedia peralatan syuting, Penulis Skenario, dan sebagainya.38
3.2 Visi dan Misi PT Demigis Citrasinema VISI PT Demi Gisela Citra Sinema: "Dunia dengan segala kehidupannya adalah sarana beribadah kepada Allah SWT." 38
Ibid
PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan dan dimiliki oleh Deddy Mizwar. Sebagai seorang yang relijius, Deddy Mizwar ingin mengorientasikan hidupnya pada ibadah kepada Allah dengan landasan ayat dalam Al Qur'an "Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu" (Surat Az Zariat: 51). Maka, segala usaha dan kerja dalam hidupnya, termasuk perusahaan yang dia dirikan, dijalankan dengan mengarah pada tujuan tersebut. Semua produksi yang dibuat oleh PT Demi Gisela Citra Sinema senantiasa berlandaskan pada visi tersebut. Dalam produksi sinetron, misalnya, tema-tema yang ditampilkan lebih banyak mengacu pada tema-tema relijius yang dikemas dengan nuansa entertainment sehingga bisa dinikmati penonton pada umumnya. Demi Gisela Citra Sinema menyadari bahwa penonton tidak hanya membutuhkan hal-hal yang bernilai luhur, tapi juga membutuhkan kesenangan selama menonton. MISI PT Demi Gisela Citra Sinema: "Memproduksi karya sinema yang berorientasi pada pencerdasan dan pencerahan ummat." Semua produksi PT Demi Gisela Citra Sinema bertujuan turut mencerdaskan dan mencerahkan ummat (pemirsa). Berkreasi dengan koridor semacam ini berarti Produser sangat berkepentingan dalam pemilihan tema-tema dan topik yang tertuang dalam setiap sinetron dan film yang diproduksinya. Tema-tema yang diangkat berkisar pada tematema relijius (Islam) yang dikolaborasi dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia, khususnya. Cara penyajiannya juga diupayakan mengarah pada upaya pencerdasan dan pencerahan ummat. Sinetron dan film produksi Demi Gisela Citra Sinema menghindari
penyajian yang menggurui, vulgar, verbal, dan melanggar suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) serta etika. Sebagai gantinya, teknik penyajiannya lebih merupakan teknik analogi yang tidak secara langsung tapi lebih efektif dan "membekas" dalam benak pemirsa. Selain itu, kadang disisipkan pula elemen-elemen humor dalam penyajian agar mudah diterima dan disukai pemirsa. Jenis humornya pun diseleksi yang tidak melanggar aturan agama. Kadangkala harus menghilangkan sebuah adegan yang sangat menarik hanya untuk menghindari dari pelanggaran-pelanggaran tersebut. Demi Gisela Citra Sinema mencoba untuk lebih bertanggung-jawab terhadap pemirsa, khususnya bertanggung-jawab kepada Tuhan.
3.3 Struktur Jabatan PT Demigis Citrasinema STRUKTUR PRODUKSI FILM & SINETRON PT DEMI GISELA CITRASINEMA
PUBLIC
RELATIONS
TIM KREATIF
• • •
Pengarah kreatif Penulis Disain grafis SUTRADARA
KRU •
Pengarah fotograrfi/D O P • Pengarah Artistik • Kostum&Make Up • Kameramen 3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan • Operator Peralatan 3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan • Driver • Diesel/Genset
MANAJER PRODUKSI
UNIT PRODUKSI
ARTIS/ TALENT
POST PRODUCTION
• • • • •
Editor Musisi Animator Sound Engineer Dll.
Untuk pemilihan tema dan topik, biasanya merupakan hasil diskusi antara Wahyu dengan tim kreatifnya yang terdiri dari: Bang Diding Jacob, HAMBA, Kang Arief, Albert Hakim, Farrel M. Rizqy, Amiruddin Olland, dan Veronica Grensilia. Tema umum sinetron Para Pencari Tuhan adalah Hidup dengan Al Qur'an. maksudnya, Wahyu ingin menggambarkan tentang masyarakat yang kehidupan atau segala aktifitasnya dalam prosesnya diatur berdasarkan Al-Qur’an, kehidupan yang ingin ditampilkan disini, bahwa hidup dibawah naungan Al-Qur’an tidak sesempit pikiran manusia zaman sekarang, yang kebanyakan justru menjauhi Al-Qur’an.39 Pesan utamanya adalah dekatkan kembali hidupmu pada Islam. Di sini Wahyu hendak mengatakan, hidup dalam Islam tidaklah seburuk persangkaan kita, di mana aturan yang ketat memenjarakan setiap langkah kita, namun ia ingin mengatakan dengan kembali pada Islam, hidup akan lebih aman, damai, tentram, dan sejahtera, ia pun ingin menyampaikan, bahwa sesungguhnya Islam itu bersifat fleksibel, namun bukan berarti karena kefleksibelannya, kita mencampuradukkannya dengan pemahaman lain yang tergolong asing dalam Islam.
3.4.2 Alur dan Penokohan 3.4.2.1 Alur Dalam skenario sinetron Para Pencari Tuhan, yang digunakan adalah alur campuran, di mana sinopsis bercerita mengenai kisah hidup tiga mantan narapidana,
39
Wawancara dengan Wahyu HS, penulis skenario, tanggal 27 Maret 2008
yaitu: Barong, Juki, dan Chelsea. Mereka tidak lagi dapat diterima oleh masyarakat dilingkungan tempat mereka bersosialisasi dikarenakan mantan napi. Setelah keluar dari penjara, Barong diusir dari komplotan curamnor lantaran sering menyanyi di pengadilan. Dengan kasus yang hampir sama, Juki yang mantan copet, ditolak mentah-mentah saat kembali ke rumah ibunya. Nasib Chelsea sedikit menyedihkan. Ketika akan mengajak rujuk kembali dengan mantan istri, ternyata sang istri sudah menikah dengan polisi yang menjebloskannya ke penjara. Akhirnya mereka bertiga secara tak sengaja bertemu dan luntang lantung menyusuri Jakarta yang tak lagi ramah. Seharian mereka menjumpai warung tutup. Hati mereka makin sakit, merasa dunia sudah benar-benar menutup diri bagi mereka. Mereka baru tersadar saat ada yang memberitahu bahwa hari ini adalah hari pertama bulan puasa, sehingga tak ada orang makan di warung. Ketiganya kemudian terdampar di musala. Di sana ada Bang Jack, penjaga musala yang fanatik dengan bedug. Dia tak mau adzan jika belum menabuh bedug. Mantan tukang jagal ini akhirnya tak hanya menerima ketiga narapidana, tapi sekaligus sudi membimbingnya ke jalan yang benar. Sebenarnya Bang Jack sendiri ilmu agamanya paspasan, sehingga dalam penerapan agama sering keliru. Untunglah ada Aya yang membantunya. Gadis cantik penjual kolak dan pengelola taman bacaan itu paham soal agama. Ada pula Ustad Ferry sang ketua pengurus musala, yang pamornya tengah menanjak setelah menjadi komentator di sebuah televisi. Insyaf bukanlah hal mudah bagi ketiganya. Pun ketika mereka harus berpuasa di Ramadan, apalagi Bang Jack mencanangkan "Bulan Berburu Rezeki Halal". 40
40
www.Liputan6.com, 23 september 2007
Sebenarnya sinetron ini diangkat dari keresahan Deddy Mizwar sebagai penggagas seni. Ia merasa selama bulan ramadhan acara yang ditampilkan kebanyakan lebih bersifat hura-hura dan saling ejek fisik. Sedangkan nasihat atau inti sari agama yang disampaikan tidak tercapai. Karena itu Deddy mengangkat sinetron ini untuk menyalurkan segala keresahannya dan menjadikan sinetron ini sebagai salah satu tanggung jawab moral kepada masyarakat di Indonesia yang membutuhkan tontonan yang mendidik.
3.4.2.2 Penokohan Dalam hal penokohan, Wahyu berujar bahwa dirinya menggunakan pendekatan psikologis yang realistis untuk
membedah karakter psikologis setiap karakter atau
tokoh hingga detail-detailnya dengan pendekatan realistis. Tokoh atau karakter yang dimunculkan disesuaikan dengan kebutuhan cerita, karena setiap tokoh/karakter harus mampu mendukung alur cerita atau plot. Tentunya karakter ini dapat semakin terasah dengan bantuan sang sutradara. Dalam sinetron PPT, pembangunan karakter sangat sempurna bahkan boleh dikatakan cukup revolusioner bila dibandingkan dengan berbagai sinetron kurang mendidik yang masih saja ditayangkan, dengan orang-orang Bollywood sebagai tokoh utama konspiratornya. Sinteron-sinetron kita saat ini bukan saja rendah pembentukan karakternya tapi memang tidak diperhatikan. Namun dalam sinetron PPT tidak, dalam sinema Para Pencari Tuhan, sutradaranya mampu membentuk karakter masing-masing orang bahkan dengan memperkuat karakter kepribadian orang itu. Deddy adalah jenis sutradara yang tidak menjadikan aktornya tersiksa dalam karakter orang lain. Contoh
yang bisa dilihat, seperti karakter Udin, si Udin Nganga, kemungkinan dalam kesehariannya memang berkarakter asal bicara, cerewet dan kritis. Di tangan Deddy Mizwar aktor Udin ini diperkuat, dari seluruh pemeran PPT karakter Udinlah yang terbaik, dia menjadi penterjemah pikiran Deddy Mizwar tentang pembumian Al-Qur’an, penghubungan relasi-relasi antara mistifikasi agama dengan realitas kemasyarakatan. Karakter Udin adalah tendensi sekuler dalam masyarakat. Sedikit dibawah Udin adalah karakter Asrul Dahlan yang berperan sebagai Asrul, karakter Asrul dengan logat Medannya yang khas diperkuat Deddy dengan sikap idealis. Disini sesungguhnya Asrul dikurung oleh Idealismenya, Asrul adalah perwakilan terbaik dalam cerminan sikap Nabi Ayub dalam melihat kemiskinan, walaupun ia berteriak dengan kemiskinannya, ia masih berpegang pada idealismenya, karakter ini dipasangkan pada Udin yang realistis kemudian bukan melahirkan kontra tapi sebuah gabungan di mana Idealisme atau Realitas semuanya berujung pada satu kepentingan, `bagaimana gua bisa makan hari ini'. Duet Asrul dan Udin merupakan duet menarik yang menggambarkan kebimbangan kaum proletar. Mereka berupaya keras untuk bergantung pada orang kaya tapi dalam hati mereka memusuhi. Ketidakberdayaan kaum proletar ini semakin dipaksa ke dalam susunan masyarakat yang sudah ada dimana memang secara ekonomis kaum kapitalislah yang memegang kekuasaan dan pendorong supaya Udin dan Asrul ini dapat menerima takdir kemiskinan mereka secara fatalistis. Adalah Ustadz Ferry yang diperankan secara parodikal oleh Akri. Deddy Mizwar tidak salah menarik Akri sebagai parodi Ustadz yang senang akan uang dan selebritas sebuah tendensi dakwah jaman kita. Mungkin Deddy mengamati secara serius karakterisasi Akri ketika melawak dengan Patrio, dan harus diakui Deddy adalah orang
paling pintar dalam mengambil aktor dengan kesesuaian karakter, ini bisa dilihat dalam Nagabonar 2 bagaimana Karakter Lukman Sardi yang sopir bajaj tanpa banyak bicara bisa terbangun sebagai bagian dari masyarakat marginal ibukota yang juga dirugikan oleh sejarah (suatu saat Nagabonar tua melihat foto orang tua karakter Lukman Sardi yang berseragam perwira AURI, pada jaman Orde Baru AURI mengalami korban sejarah akibat Gestapu), begitu juga saat Deddy memasukkan karakter Jaja Mihardja yang tanpa bicara bisa mengundang tawa penonton, karakter Jaja sebagai seorang Gay Tua. Akri yang sering memparodikan dalam lawakannya sebagai orang Arab bisa dijadikan oleh Deddy sebagai gambaran elite agama yang lidahnya ke Arab-Araban namun perilakunya tetap Indonesia asli. Lidah ke Arab-Araban dalam konteks keberagamaan di Indonesia dalam ruang bahasa sudah bisa masuk ke dalam masyarakat elite, ini sama saja dengan lidah ke Perancis-Perancisan bagi orang Jerman dan Rusia pada abad 17, dimana bahasa Perancis adalah bahasa Dewa sementara bahasa Jerman dan Rusia cukup buat bicara dengan kuda. Kecemerlangan Deddy juga membawa karakter Akri ke dalam komoditifikasi Dakwah. Dakwah dalam pikiran Ustadz Ferry bukan lagi media perjuangan sebagai pewaris Ilmu Nabi, tapi merupakan sebuah industri. Ini bisa terlihat bagaimana Ustadz kecewa pada isterinya yang lebih dipilih oleh industri sinetron daripada dirinya, kekecewaan ini menunjukkan bahwa konsepsi dakwah Ustadz Ferry adalah industrialis bukan idealis. Zascia Mecca yang memainkan karakter Ayya. Ini merupakan sebuah kecemerlangan Deddy yang secara diam-diam melihat Zascia sebagai etalase perempuan berpenampilan muslim, tapi cukup sampai pada batasan etalase belum substansial
kemuslimannya. Ini diperlihatkan bagaimana Ayya menjadi wanita pendendam hanya karena dikatakan `bodoh' oleh pacarnya. Karakterisasi Ayya ini merupakan sindiran pada kaum muslimah bahwa dengan baju berpenampilan Muslim apa sudah bisa melakukan substansi keIslamannya. Atau sekedar menjadi etalase. Pelawak Jarwo yang memainkan peran sebagai Pak Djalal, lelaki kaya yang sinis menjadi semacam klise bahwa menjadi kaya adalah kurang baik dan cenderung kikir. Ini merupakan karakter biasa dimanapun, baik di Amerika maupun di Indonesia. Kekayaan dalam sinema-sinema selalu digambarkan sebagai orang yang culas dan mencuri dari keringat orang lain. Hanya saja Jarwo disini selalu merasa menang ketika bisa menghina orang lain dengan bandingan kekayaan. Puncak dari karakter sinetron Para Pencari Tuhan adalah Bang Jack sendiri yakni Deddy Mizwar, dia lucu, cerdas, namun na'if. Puncak kelucuannya saat dia berkhutbah di rumah Pak Djalal tapi tidak fokus pada apa yang dibicarakannya dan membuat malu teman-temannya. Hal ini mengingatkan saya pada sinetron Bajaj Badjuri saat itu Si Said kedatangan pamannya dari Arab yang tidak bisa bahasa Indonesia, dia hanya bisa bahasa Arab. Sang paman dan si Said diundang ke acara selamatan Mpok Minah. Saat paman si Said bicara pada Said dalam bahasa Arab, tetangga-tetangga si Said termasuk Pak RT, Ucup, Emak, Badjuri, berkata "Amien...Amien" menganggap yang dikatakan pamannya si Said adalah doa. Ini merupakan sindiran bahwa orang kita tidak pernah paham substansi sebuah makna. Apalagi makna beragama. Susunan masyarakat dalam sinetron Para Pencari Tuhan digambarkan dengan apik oleh Deddy. Dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat susunan masyarakat ini tidak
terlalu terlihat relasi-relasinya, namun oleh Deddy di sinetron Para Pencari Tuhan diperlihatkan relasi-relasinya termasuk penindasan terselubung si kaya dengan si miskin yang dengan baik digambarkan pada negosiasi kerja antara Pak Djalal dengan Asrul Dahlan dan saat Pak Djalal membayar uang dengan membuang uang bukan memberikan baik-baik, inilah kekerasan struktural masyarakat. Dari semua penggambaran susunan struktural masyarakat pesannya singkat, bahwa kita harus menerima susunan masyarakat tanpa harus mengkritisinya dan mungkin bila stres larinya ke doa-doa serta dzikir. 41
3.5 Profil Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Jenis Kelamin, Usia, dan Pendidikan Gambaran umum dari segi jenis kelamin
Jenis kelamin
41
Tabel 1.1 Jenis kelamin responden Frekuensi (F) Persentase relatif
Persentase
(%)
kumulatif
Laki-laki
30
54,6
(%) 54,6%
Perempuan
25
45.
100%
Forum kompas, www.kompas.com, edisi 23 Septemnber 2007
Jumlah
55
100
Dari tabel di atas ternyata perbandingan jumlah lelaki dengan perempuan lebih banyak lelaki, yakni 30 orang (54,6%) dan perempuan sebanyak 25 orang (45,5%). Ini berarti jumlah responden perempuan tidak mencapai 50% dari seluruh responden.
30 25 20 laki-laki perempuan
15 10 5 0 frekuensi
persentase
Gambaran umum identitas responden dari segi usia
Tingkatan usia
Laki-laki
Tabel 1.2 Usia responden Perempuan Frekuensi (F)
Persentase relatif (%)
< 20 tahun
5
2
7
12,74
20-25 tahun
5
7
12
21,84
26-35 tahun
6
5
11
20,02
36-45 tahun
7
5
12
21,84
46-55 tahun
4
5
9
16,38
56-65 tahun
3
1
4
7,28
Jumlah
30
25
55
100
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memasuki kategori dewasa. Terdapat 7 orang (12,74%) responden yang berusia kurang dari 20 tahun. Jika diperhatikan lebih seksama, maka yang terbanyak responden berusia 36-45 tahun yang berjumlah 12 orang (21,84%) begitu juga dengan responden yang berusia 2025 tahun yang berjumlah dan berpersentase sama. Selebihnya dengan responden berusia 26-35 tahun yang berjumlah 11 orang (20,02%), 46-55 tahun yang berjumlah 9 orang (16,38%) dan yang terkecil yakni usia 56-65 tahun yang berjumlah 4 orang (7,28%).
12 10 8
<20 tahun 20-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun
6 4 2 0 laki-laki
perempuan
frekuensi
persen
Gambaran umum berdasarkan pendidikan
Tingkat
Laki-laki
Tabel 1.3 Pendidikan responden Perempuan Frekuensi
Persentase
pendidikan SD
5
3
8
14,56
SLTP
7
7
14
25,48
SLTA
8
8
16
29,12
Diploma
4
-
4
7,28
S1 dan S2
6
7
13
23,66
Total
30
25
55
100
Dari tabel di atas, dari segi pendidikan, responden majelis taklim Al-Amin terbilang beragam dabn cukup tinggi. Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 16 orang atau 29,12%. Sedangkan 14 orang atau 25,48% responden berpendidikan SLTP. Dan sisanya 8 orang atau 14,56% berpendidikan SD, 4 orang atau 7,28% berpendidikan Diploma, dan 13 orang atau 23,66% berpendidikan S1 dan S2.
16 14 12 SD SLTP SLTA Diploma S1 danS2
10 8 6 4 2 0 laki-laki
perempuan
frekuensi
persentase
Dari data demografi diatas kita dapat melihat bahwa dari segi jenis kelamin, baik lelaki maupun perempuan sama-sama menyenangi sinetron Sinema Para Pencari Tuhan, sedangkan dari segi usia, penonton sinetron Para Pencari Tuhan cukup merata, dan dari segi pendidikan, bisa dikatakan, sinetron Para Pencari Tuhan merupakan sinetron yang diminati dari berbagai latar pendidikan.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Identitas Responden Penonton Sinema Para Pencari Tuhan Berikut ini akan dipaparkan mengenai identitas responden yang dibagi dalam empat hal yakni mengenai persentase frekuensi berapa kali menonton sinema Para Pencari Tuhan, lamanya menonton televisi dalam sehari, kepuasan yang dicari dan kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan dilihat dari segi pengetahuan, hiburan, pengalaman, dan relaksasi.
4.1.1 Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Lamanya Menonton Televisi Tabel 1.4 Lamanya Menonton Televisi dalam Sehari
Jam
Laki-laki
Perempuan
Frekuensi
Persentase
8 jam
1
-
1
1,82
6 jam
12
12
24
43,68
4 jam
16
13
29
52,78
2 jam
1
-
1
1,82
0 jam
-
-
-
-
Total
30
25
55
100
D 30 25
ari laki-laki perempuan frekuensi persentase
20 15
52
10 5 0 8
6
4
2
0
tabel
diatas, dapat dilihat bahwa di kelurahan Mekarsari bahwa mereka cukup sering menonton televisi selama sehari, ini bisa dillihat dari jumlah orang yang menonton, yakni sebanyak 29 orang atau 52,78% menonton perharinya selama 4 jam, lalu dilanjutkan 24 orang atau 43,68% selama 6 jam, kemudian 1 orang atau 1,82% selama 8 jam perhari, dan 1 orang atau 1,82% selama 2 jam perhari.
4.1.2 Frekuensi Menonton Sinetron Para Pencari Tuhan Dalam Seminggu Tabel 1.5 Frekuensi menonton PPT Frekuensi
Laki-laki
Perempuan
Frekuensi
Persentase
7 kali
12
8
20
36,4
5 kali
15
10
25
45,5
3 kali
3
7
10
18,2
1 kali
-
-
-
-
0 kali
-
-
-
-
Total
30
25
55
100
menonton PPT
25
Dari
20 laki-laki perempuan frekuensi persentase
15 10 5 0 7
5
3
1
0
tabel
di atas dapat diperhatikan, bahwa sebanyak 20 orang atau 36,4% sangat sering menonton sinetron Para Pencari Tuhan, yakni tujuh kali dalam seminggu, dilanjutkan sebanyak 25 orang atau 45,5% menonton lima kali dalam seminggu, lalu sebanyak 10 orang atau 18,2 % menonton sebanyak tiga kali dalam seminggu, ini menunjukkan tingkat peminat sinema Para Pencari Tuhan sangat tinggi. 4.1.3 Kepuasan Yang Didapat Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat Sangat
setuju
setuju
Ragu- Kurang
Tidak
ragu
setuju
setuju
frekuensi persentase
Pengetahuan
4
9
-
-
-
13
23,66
Hiburan
4
10
-
-
-
14
25,48
Pengalaman
-
4
6
-
-
10
18,2
Relaksasi
10
8
-
-
-
18
32,76
(pelepasan ketegangan)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mendapatkan kepuasan menonton sinetron Para Pencari Tuhan dari segi pendidikan sebanyak 4 orang atau 7,28%, selebihnya sebanyak 9 orang atau 16,38% menjawab setuju jika mereka mendapat pendidikan dari sinetron Para Pencari Tuhan. Dari segi hiburan sebanyak 4 orang atau 7,28% menyatakan sangat setuju jika mereka mendapatkan hiburan saat menonton sinetron Para Pencari Tuhan, selebihnya sebanyak 10 orang atau 18,2% menyatakan setuju jika mereka mendapatkan hiburan saat menonton sinetron Para Pencari Tuhan. Dari segi pengalaman sebanyak 4 orang atau 7,28% menyatakan setuju jika mereka
mendapatkan pengalaman berharga dengan menonton sinetron Para Pencari Tuhan, sedangkan 6 orang atau 10,92% menyatakan setuju jika mereka mendapatkan pengalaman dengan menonton sinetron Para Pencari Tuhan. Dari segi relaksasi, sebanyak 10 orang atau 18,2% menyatakan sangat setuju jika mereka dapat relaksasi dengan menonton sinetron Para Pencari Tuhan, selebihnya 8 orang atau 14,56% menjawab setuju.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
sangat setuju setuju ragu-ragu kurang setuju tidak setuju
pendidikan
hiburan
pengalaman
relaksasi
4.1.3 Alasan Menonton Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan Tabel 1.7 Kepuasan yang dicari Sangat Setuju
Ragu-
Kurang Tidak
setuju
ragu
setuju
Pengetahuan
4
10
Hiburan
5
9
Pengalaman
6
-
-
4
Frekuensi persentase
setuju
-
-
14
25,48
-
-
14
25,48
-
-
10
18,2
Relaksasi
5
12
-
-
-
17
30,94
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden secara keseluruhan menyetujui jika mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena mencari pengetahuan, sebanyak 4 orang atau 7,28% menyatakan sangat setuju dan 10 orang atau 18,2%. Dari segi hiburan , 5 orang atau 9,10% menjawab sangat setuju jika mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena ingin mencari hiburan dan 9 orang atau 16,38% menjawab setuju, Dari segi pengalaman, 6 orang atau 10,92% menjawab sangat setuju jika mereka menonton sinetron Para Pencari, sedangkan 4 orang atau 7,28% menjawab ragu-ragu bahwa mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena mencari pengalaman. Dari segi relaksasi, 5 orang atau 9,1% menjawab sangat setuju jika mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena mencari relaksasi, 12 orang atau 21,84% menjawab setuju.
4.1.4 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Untuk mengetahui ketepatan atau kelayakan alat pengukuran serta kesesuaiannya. Maka dibawah ini penulis melakukan pengujian alat ukur dengan cara menguji setiap butir pertanyaan untuk mendapatkan data atau alat pengukuran yang tepat dan sesuai. Berikut ini hasil dari pengujian instrumen.
Tabel 1.8 Validitas instrumen
Variabel
Item valid
Item tidak valid
Total item
Motivasi
1,2,3,4,5
-
5
Kepuasan
1,2,3,4,5
-
5
Dari tabel di atas, setelah dilakukan pengujian validitas dan realibilitas, maka di dapat item yang valid dan reliabel terdiri dari keseluruhan item untuk variabel motivasi, sedangkan untuk variabel kepuasan item yang valid dan reliabel terdiri dari keseluruhan pula, pengujian menggunakan rumus korelasi product moment. Tahap perhitungan dapat dilihat dilampiran. 4.1.6 Uji Hipotesis Pada uji hipotesis, peneliti menggunakan item-item yang valid dan reliabel guna dijadikan acuan, total keseluruhan pertanyaan berjumlah 10 item dan keseluruhan terhitung valid. Berikut uji hipotesis dari hubungan antara motivasi dan kepuasan Hipotesis: H0 : tidak pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari,Depok Ha : ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok Ha : r ≠ 0 H0 : r = 0 No
X 1 2 3 4 5
y 22 19 18 23 24
x2 21 19 20 21 21
y2 484 361 324 529 576
xy 441 361 400 441 441
462 361 360 483 504
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
21 20 20 20 19 20 20 18 21 20 19 21 19 21 19 20 18 21 21 24 21 20 20 19 18 21 24 23 19 23 20 24 18 21 19 19 20 19 21 22 20 21 21 18 18 20 18
20 22 19 20 20 19 23 22 19 21 22 21 22 22 21 23 20 20 21 24 21 22 19 21 19 19 21 20 22 22 23 24 23 22 22 23 21 19 20 21 22 21 21 20 21 21 20
441 400 400 400 361 400 400 324 441 400 361 441 361 441 361 400 324 441 441 576 441 400 400 361 324 441 576 529 361 529 400 576 324 441 361 361 400 361 441 484 400 441 441 324 324 400 324
400 484 361 400 400 361 529 484 361 441 484 441 484 484 441 529 400 400 441 576 441 484 361 441 361 361 441 400 484 484 529 576 529 484 484 529 441 361 400 441 484 441 441 400 441 441 400
420 440 380 400 380 380 460 396 399 420 418 441 418 462 399 460 360 420 441 576 441 440 380 399 342 399 504 460 418 506 460 576 414 462 418 437 420 361 420 462 440 441 441 360 378 420 360
53 54 55
r hitung =
19 19 21 1114
20 21 22 1156
361 361 441 22716
400 441 484 24390
380 399 462 23440
1289200-1287784
√ 8384 . 5114 =
1416 6547 = 0,216 Dari hasil r hitung diatas, kita cocokkan dengan ukuran kekuatan hubungan berdasarkan koefiesien asosiasi, yakni: Kurang dari 0,20
hubungan rendah sekali, tidak valid
0,20 – 0,39
hubungan rendah tetapi pasti
0,40 - 0,70
hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90
hubungan yang tinggi; kuat
lebih dari 0,90
hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan
dilihat dari hasil, 0,216 termasuk hubungan yang rendah namun pasti, sedangkan berdasarkan r tabel, r hitung dikatakan memiliki taraf signifikansi 5 % jika: dk-2 = 55- 2 = 53 untuk r tabel, N = 53, maka r tabelnya adalah 0,266, jika r hitung > r tabel, maka ia memiliki hubungan signifikan, jika r hitung < r tabel maka ia tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hasilnya 0,216 < 0,266, maka dapat dikatakan :
antara motivasi dengan kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan memiliki pengaruh namun bernilai rendah. Sehingga Ha diterima, Ho ditolak.
4. 2 Analisis data 4.2.1 Identitas Responden Dari segi responden, sinema para pencari tuhan mampu menyerap dari segala tingkatan usia dan pendidikan, ini menandakan sinetron Para Pencari Tuhan cukup mampu memotivasi penonton untuk menikmati acara tersebut. Dari aspek usia, usia yang paling menonjol adalah antara usia 20-25 tahun dan usia 36-45 tahun, dari aspek pendidikan, yang paling menonjol adalah dari latar pendidikan SLTA di susul SLTP dan S1 serta S2. 4.2.2 Motivasi Menonton Dari tabel yang telah dijelaskan di atas, maka dapat kita ketahui bersama, bahwa hampir seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan menyatakan setuju jika mereka menonton untuk mencari hiburan dan relaksasi.
4.2.3 Kepuasan Yang Didapat Dari segi kepuasan, rata-rata responden menjawab setuju jika mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan sebagai relaksasi atau melepaskan ketegangan serta mencari hiburan. Dengan menonton sinema tersebut mereka menjadi segar kembali dan siap untuk beraktifitas.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Hasil dari penelitian ditemukan adanya pengaruh antara motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin rt 005 rw 06 di kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat. Dari penelitian itu didapatkan pengaruh motivasi yang rendah terhadap kepuasan penonton, sehingga hasil tersebut tidak bisa dijadikan patokkan kalau motivasi itu mempengaruhi kepuasan, hal ini terjadi karena struktur sosial dan cara pandang di setiap negara itu berbeda. Mungkin saja motivasi dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan penonton di negara Amerika lantaran di negara itu kesadaran akan media massa sudah relatif tinggi, namun jika kita menggunakan negara Indonesia sebagai tempat penelitian, jelas hasilnya sudah pasti berbeda. Dari penelitian ini, maka hipotesis alternatif yang telah dibuat diterima, sedangkan hipotesis nol di tolak.
5.2 Saran Saran peneliti, sebaiknya jika ingin membuat program atau acara di media massa, seorang dai tidak boleh melupakan kondisi sosial masyarakat tersebut, karena ini berhubungan dengan gratifikasi yang akan diperoleh penonton setelah menyaksikan program yang telah dibuat, tidak lupa pula kita juga harus berpijak pada struktur masyarakat sosial yang ada, jangan selalu membuat tayangan yang terlampau jauh dari realitas kemasyarakatan bangsa Indonesia. Contohnya membuat penayangan sinetron rohani yang terlampau berlebihan dalam mengangkat hal-hal yang berbau mistik, secara logika pasti akan sulit diterima masyarakat yang berpengetahuan, namun akan mudah merambah masyarakat awam, tetapi yang patut dijadikan acuan adalah, fungsi dari media massa itu sendiri, yakni bukan hanya sebagai sarana hiburan melainkan juga pendidikan yang dapat memotivasi penonton kearah yang positif.
62
DAFTAR PUSTAKA Ardiyanto, Elvinaro, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media, 2004 Briggs, Asa dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2006 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.1998 Dewi PP, Nyoman. Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur.Jakarta. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.2007 Gulo.W. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo, 2002 Kuswandi, Wawan. Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta .PT RINEKA CIPTA.1996 Lull, James. Media Komunikasi dan Kebudayaan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.1997 Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam jilid 2 kajian kritis terhadap metode dakwah rasulullah. Bogor. Pustaka Thariqul Izzah.2003
Muhiddin, Asep, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung. CV PUSTAKA SETIA. 2002 Muis. A, Komunikasi Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2000 Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 1984. Edisi revisi mei 2007 . Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005 Jumi’ah Bin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah.Solo. Intermedia, 1998 Jumroni dan Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta. UIN Jakarta Press.2006 Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Apilikasi. PT Grafindo Raja Persada. Jakarta.2006 Quthb, Sayyid. Ma’alim Fitthoriq terjemahan. Jakarta. Media Da’wah, 1997
Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta, 2005 Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta. Modern English Press. 1995 Sendjaja, Djuarsa. S. Teori Komunikasi. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2002 Severin, Warner. J dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2001 Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Mizan. Bandung, 1997 Sukardi. Materi Perkuliahan Komunikasi Massa. Jakarta. 1996 Tubbs, Stewart. L dan Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.1998 Walgito, Bimo, Prof, Dr. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta. Andi Yogyakarta. 1981 Situs-situs: www.liputan6.com www.kompas.com
LAMPIRAN-LAMPIRAN
No. undian
: DAFTAR KUESIONER UNTUK MAJELIS TAKLIM AL-AMIN KELURAHAN MEKARSARI DEPOK
Hal Responden
: kuesioner untuk Majelis Taklim Al-Amin tentang motivasi dan kepuasan penonton Sinema Para Pencari Tuhan : Jama’ah Majelis Taklim Al-Amin kelurahan Mekarsari, Depok
A. Petunjuk Pengisian Jawablah sepuluh pertanyaan dibawah ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Jangan menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban. Buatlah checklist (√ ) Kuesioner ini bukan merupakan testing tetapi penelitian ilmiah untuk skripsi. Rahasia anda dipegang teguh. B. Biodata singkat Responden Nama : C. keterangan: 5 = sangat setuju/ sangat sering 4 = setuju/ sering 3 = ragu-ragu/ kadang-kadang 2 = Kurang setuju/ hampir tidak pernah 1 = tidak setuju/tidak pernah keterangan kotak : 1. jenis kelamin : X1 = laki-laki X2 = perempuan 2. pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA/SMK 4. D3 5. S1 atau S2 3. usia
1
2 3
D. Pertanyaan: No. Pertanyaan a. Motivasi dan kepuasan no. 1 dan 2 wajib diisi 1. Berapa lama anda menonton televisi setiap hari SS = 8 jam HTP = 2 jam S = 6 jam TP = 0 jam KK = 4 jam 2. Berapa kali anda menonton sinema para pencari tuhan dalam seminggu SS = 7 kali HTP = 1 kali S = 5 kali TP = 0 kali KK = 3 kali 3. Anda menonton televisi untuk mencari pengetahuan 4. Anda menonton televisi untuk mencari hiburan 5. Anda menonton televisi untuk mencari pengalaman 6. Anda menonton televisi untuk mencari relaksasi b. Kepuasan 1. Saya mendapatkan pendidikan dengan menonton sinema para pencari tuhan 2. Saya mendapatkan hiburan dengan menonton sinema para pencari tuhan 3. Saya mendapatkan pengalaman dengan menonton sinema para pencari tuhan 4. Saya dapat relaksasi dengan menonton sinema para pencari tuhan
5
4
3
2
1
Uji validitas Variabel motivasi penonton Jumlah responden: 55 orang Jumlah pertanyaan: 5 item 1. item pertanyaan no 1 No
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
y 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 3 3 3
x2 22 19 18 23 24 21 20 20 20 19 20 20 18 21 20 19 21 19 21 19 20 18 21 21 24 21 20 20 19 18 21 24 23 19 23 20 24 18 21 19
y2 16 9 9 9 16 16 16 9 9 16 9 9 9 16 9 16 16 16 16 9 9 9 9 16 16 16 16 16 16 9 9 16 16 16 16 16 25 9 9 9
xy 484 361 324 529 576 441 400 400 400 361 400 400 324 441 400 361 441 361 441 361 400 324 441 441 576 441 400 400 361 324 441 576 529 361 529 400 576 324 441 361
88 57 54 69 96 84 80 60 60 76 60 60 54 84 60 76 84 76 84 57 60 54 63 84 96 84 80 80 76 54 63 96 92 76 92 80 120 54 63 57
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 194
19 20 19 21 22 20 21 21 18 18 20 18 19 19 21 1114
4 16 16 16 16 16 16 16 9 9 9 9 9 9 9 702
361 400 361 441 484 400 441 441 324 324 400 324 361 361 441 22716
38 80 76 84 88 80 84 84 54 54 60 54 57 57 63 3956
2. item pertanyaan no.2 No
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
y 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5
x2 22 19 18 23 24 21 20 20 20 19 20 20 18 21 20 19 21 19 21 19 20 18 21 21 24 21 20 20
y2 16 16 16 25 25 16 16 16 16 16 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 16 16 25
xy 484 361 324 529 576 441 400 400 400 361 400 400 324 441 400 361 441 361 441 361 400 324 441 441 576 441 400 400
88 76 72 115 120 84 80 80 80 76 80 80 72 105 80 76 84 76 84 76 80 72 84 84 120 84 80 100
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 231
19 18 21 24 23 19 23 20 24 18 21 19 19 20 19 21 22 20 21 21 18 18 20 18 19 19 21 1114
16 16 25 25 16 16 16 16 25 16 25 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 979
361 324 441 576 529 361 529 400 576 324 441 361 361 400 361 441 484 400 441 441 324 324 400 324 361 361 441 22716
76 72 105 120 92 76 92 80 120 72 105 76 76 100 76 84 88 80 84 84 72 72 80 72 76 76 105 4699
3. item pertanyaan no.3 No
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
y 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
x2 22 19 18 23 24 21 20 20 20 19 20 20 18 21 20 19
y2 25 16 16 25 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
xy 484 361 324 529 576 441 400 400 400 361 400 400 324 441 400 361
110 76 72 115 120 84 80 80 80 76 80 80 72 84 80 76
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 230
21 19 21 19 20 18 21 21 24 21 20 20 19 18 21 24 23 19 23 20 24 18 21 19 19 20 19 21 22 20 21 21 18 18 20 18 19 19 21 1114
16 16 16 16 16 16 16 25 25 16 16 16 16 16 16 25 25 16 25 25 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 970
441 361 441 361 400 324 441 441 576 441 400 400 361 324 441 576 529 361 529 400 576 324 441 361 361 400 361 441 484 400 441 441 324 324 400 324 361 361 441 22716
84 76 84 76 80 72 84 105 120 84 80 80 76 72 84 120 115 76 115 100 120 72 84 76 76 80 76 84 88 80 84 84 72 72 80 72 76 76 84 4684
4. item pertanyaan no.4 No
x 1 2 3 4
y 5 3 3 5
x2 22 19 18 23
y2 25 9 9 25
xy 484 361 324 529
110 57 54 115
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
5 5 3 5 5 3 5 5 3 3 5 3 5 3 5 3 5 3 5 3 5 5 3 3 3 3 5 5 5 3 5 3 5 3 5 3 5 3 3 5 5 3 5 5 3 3 5
24 21 20 20 20 19 20 20 18 21 20 19 21 19 21 19 20 18 21 21 24 21 20 20 19 18 21 24 23 19 23 20 24 18 21 19 19 20 19 21 22 20 21 21 18 18 20
25 25 9 25 25 9 25 25 9 9 25 9 25 9 25 9 25 9 25 9 25 25 9 9 9 9 25 25 25 9 25 9 25 9 25 9 25 9 9 25 25 9 25 25 9 9 25
576 441 400 400 400 361 400 400 324 441 400 361 441 361 441 361 400 324 441 441 576 441 400 400 361 324 441 576 529 361 529 400 576 324 441 361 361 400 361 441 484 400 441 441 324 324 400
120 105 60 100 100 57 100 100 54 63 100 57 105 57 105 57 100 54 105 63 120 105 60 60 57 54 105 120 115 57 115 60 120 54 105 57 95 60 57 105 110 60 105 105 54 54 100
52 53 54 55
3 3 3 5 221
18 19 19 21 1114
9 9 9 25 943
324 361 361 441 22716
54 57 57 105 4540
5. item pertanyaan no.5 No
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
y 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4
x2 22 19 18 23 24 21 20 20 20 19 20 20 18 21 20 19 21 19 21 19 20 18 21 21 24 21 20 20 19 18 21 24 23 19 23 20 24 18 21
y2 16 25 16 25 25 16 25 16 16 16 16 16 16 25 16 16 16 16 16 25 16 16 25 25 25 16 25 16 16 16 16 25 25 16 25 16 16 16 16
xy 484 361 324 529 576 441 400 400 400 361 400 400 324 441 400 361 441 361 441 361 400 324 441 441 576 441 400 400 361 324 441 576 529 361 529 400 576 324 441
88 95 72 115 120 84 100 80 80 76 80 80 72 105 80 76 84 76 84 95 80 72 105 105 120 84 100 80 76 72 84 120 115 76 115 80 96 72 84
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 238
19 19 20 19 21 22 20 21 21 18 18 20 18 19 19 21 1114
25 16 16 16 16 25 25 16 16 16 16 16 16 25 25 16 1042
361 361 400 361 441 484 400 441 441 324 324 400 324 361 361 441 22716
Perhitungan: 1. r hitung =
217580-216116 √38610-37636 . 1249380 - 1240996
= 1464 √974.8384 =
1464 2857
= 0,512 thitung = 0,512 √53 √ 1- 0,5122 =
3,72 0,73
= 5,09 valid
95 76 80 76 84 110 100 84 84 72 72 80 72 95 95 84 4837
2. . r hitung =
258445-257334 √ 484.8384
= 1111 2014 = 0,551 thitung = 0,551 √53 √ 1- 0,5512 =
4,01 0,69
= 5,81 valid
3. rhitung =
257620-256220 √450 .8384
= 1400 1942 = 0,720 thitung = 0,720 √53 √ 1- 0,7202 =
5,24 0,48
= 10,9 valid
4. r hitung =
249700-246194 √3024 .8384
=
3506 5036
= 0,696 thitung = 0,696 √53 √ 1- 0,6962 =
5,06 0,52
= 9,73 valid
5. .r hitung =
266035-265132 √666. 8384
=
903 2362
= 0,382 thitung = 0,382 √53 √ 1- 0,3822 =
2,78 0,85
= 3,27 valid
Variable Kepuasan penonton Jumlah Responden : 55 orang Jumlah pertanyaan : 5 item 1. item pertanyaan no.1 NO
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Y 4 3 4 4 4 4 5 3 3 3 3 5 5 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
x2 21 19 20 21 21 20 22 19 20 20 19 23 22 19 21 22 21 22 22 21 23 20 20 21 24 21 22 19 21 19 19 21 20 22 22 23 24 23 22 22 23
y2 16 9 16 16 16 16 25 9 9 9 9 25 25 9 25 25 25 25 25 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 9 9 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
xy 441 361 400 441 441 400 484 361 400 400 361 529 484 361 441 484 441 484 484 441 529 400 400 441 576 441 484 361 441 361 361 441 400 484 484 529 576 529 484 484 529
84 57 80 84 84 80 110 57 60 60 57 115 110 57 105 110 105 110 110 84 92 80 80 84 96 84 88 57 84 57 57 105 100 110 110 115 120 115 110 110 115
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 230
21 19 20 21 22 21 21 20 21 21 20 20 21 22 1156
25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 988
441 361 400 441 484 441 441 400 441 441 400 400 441 484 24390
105 76 80 84 88 84 84 80 84 84 80 80 84 88 4869
2.item pertanyaan no.2 NO
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Y 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4
x2 21 19 20 21 21 20 22 19 20 20 19 23 22 19 21 22 21 22 22 21 23 20 20 21 24 21 22 19 21
y2 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 16 25 16 16 16 16 16 25 16 16 25 16 16 16 25 16 25 16 16
xy 441 361 400 441 441 400 484 361 400 400 361 529 484 361 441 484 441 484 484 441 529 400 400 441 576 441 484 361 441
84 76 80 84 84 80 88 76 80 100 76 115 88 76 84 88 84 110 88 84 115 80 80 84 120 84 110 76 84
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 228
19 19 21 20 22 22 23 24 23 22 22 23 21 19 20 21 22 21 21 20 21 21 20 20 21 22 1156
16 16 16 9 16 16 16 25 25 16 16 25 16 9 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 956
361 361 441 400 484 484 529 576 529 484 484 529 441 361 400 441 484 441 441 400 441 441 400 400 441 484 24390
76 76 84 60 88 88 92 120 115 88 88 115 84 57 80 84 110 84 84 80 84 84 80 80 84 88 4811
3. item pertanyaan no.3 NO
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
y 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
x2 21 19 20 21 21 20 22 19 20 20 19 23 22 19 21 22 21
y2 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
xy 441 361 400 441 441 400 484 361 400 400 361 529 484 361 441 484 441
84 76 80 84 84 80 88 76 80 80 76 92 88 76 84 88 84
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 227
22 22 21 23 20 20 21 24 21 22 19 21 19 19 21 20 22 22 23 24 23 22 22 23 21 19 20 21 22 21 21 20 21 21 20 20 21 22 1156
16 16 16 25 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 16 25 16 16 25 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 943
484 484 441 529 400 400 441 576 441 484 361 441 361 361 441 400 484 484 529 576 529 484 484 529 441 361 400 441 484 441 441 400 441 441 400 400 441 484 24390
88 88 84 115 80 80 84 120 84 88 76 84 76 76 84 80 88 88 115 96 115 88 88 115 84 95 80 84 88 84 84 80 84 84 80 80 84 110 4781
4. item pertanyaan no.4 NO
x 1 2 3 4 5
y 5 4 4 5 5
x2 21 19 20 21 21
y2 25 16 16 25 25
xy 441 361 400 441 441
105 76 80 105 105
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 3 4 5 5 5 5 4 5 5 4
20 22 19 20 20 19 23 22 19 21 22 21 22 22 21 23 20 20 21 24 21 22 19 21 19 19 21 20 22 22 23 24 23 22 22 23 21 19 20 21 22 21 21 20 21 21 20
16 16 16 16 16 16 25 25 16 16 16 16 16 16 25 25 16 16 25 25 25 25 16 25 16 16 16 16 25 25 25 25 16 25 25 16 16 9 16 25 25 25 25 16 25 25 16
400 484 361 400 400 361 529 484 361 441 484 441 484 484 441 529 400 400 441 576 441 484 361 441 361 361 441 400 484 484 529 576 529 484 484 529 441 361 400 441 484 441 441 400 441 441 400
80 88 76 80 80 76 115 110 76 84 88 84 88 88 105 115 80 80 105 120 105 110 76 105 76 76 84 80 110 110 115 120 92 110 110 92 84 57 80 105 110 105 105 80 105 105 80
53 54 55
4 4 4 243
20 21 22 1156
16 16 16 1089
400 441 484 24390
80 84 88 5128
5. item pertanyaan no. 5 NO
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
y 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
x2 21 19 20 21 21 20 22 19 20 20 19 23 22 19 21 22 21 22 22 21 23 20 20 21 24 21 22 19 21 19 19 21 20 22 22 23 24 23 22 22
y2 16 16 16 16 16 16 25 16 25 16 16 16 16 16 16 25 16 16 25 16 16 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 16 16 16
xy 441 361 400 441 441 400 484 361 400 400 361 529 484 361 441 484 441 484 484 441 529 400 400 441 576 441 484 361 441 361 361 441 400 484 484 529 576 529 484 484
84 76 80 84 84 80 110 76 100 80 76 92 88 76 84 110 84 88 110 84 92 80 80 84 120 84 88 76 84 76 76 84 80 88 88 92 120 92 88 88
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 228
23 21 19 20 21 22 21 21 20 21 21 20 20 21 22 1156
16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 25 952
Perhitungan: 1.r hitung =
267795-265880 √ 1440 .5114
=
1915 2713
= 0,705 thitung = 0,705√53 √ 1- 0,7052 =
5,13 0,50
= 10,2 valid
2.r hitung =
264605-263568 √596.5114
529 441 361 400 441 484 441 441 400 441 441 400 400 441 484 24390
92 84 76 80 84 88 84 84 80 84 84 80 80 105 110 4801
=
1037 1745
= 0,594 thitung = 0,594 √53 √ 1- 0,5942 =
4,32 0,64
= 6,75 valid
3. r hitung =
262955-262412 √336 . 5114
=
543 1310
= 0,414 thitung = 0,414 √53 √ 1- 0,4142 =
3,01 0,82
= 3,67 valid 4. r hitung =
282040-280908 √ 846 . 5114
=
1132 2080
= 0,544 thitung = 0,544 √53 √ 1- 0,5442 =
3,96 0,70
= 5,65 valid
5. r hitung =
264055-263568 √ 376 .5114
=
487 1386
=
0,351
thitung = 0,351 √53 √ 1- 0,3512 =
2,55 0,87
= 2,93 valid
Serial Komedi
“Pencari Tuhan” episode
03 skenario
Wahyu HS
FADE IN: 01
EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di teras. Barong membakar obat nyamuk, Chelsea menata ransel-ransel berjejer sebagai bantal, sedangkan Juki menata selembar tikar pandan yang sudah lapuk untuk alas tidur. Setelah beres, ketiganya sama-sama merebahkan diri disana dan berkerudung sarung. CHELSEA Di penjara lebih enak, ya? Dapet kasur sama bantal empuk. Bang Jack keluar dari dalam mushola. Setelah menutup rapat pintunya, ia melangkah menuju kamarnya. Di dekat ketiga pemuda itu, ia berhenti. BARONG ‘Met tidur, boss. BANG JACK Jadi, kite tidur semua, nih? Trus siape yang ngebangunin buat makan sahur? Ketiga pemuda itu terdiam saling pandang, lalu bangkit dengan malas. Bang Jack mengulurkan arlojinya kepada Juki. BANG JACK Ni jam udah diservis. Liat, semua jarumnye normal, kan? Oke? Jangan sampe kesiangan lagi kayak kemaren. Jam tiga. Setelah berkata begitu, Bang Jack melenggang menuju kamar. Sempat ia menggantung pukulan bedug di tempatnya, kemudian masuk kamar. Juki sangsi memandangi arloji Bang Jack di tangannya. JUKI Gue nggak yakin sama jam tua ini. Dari tampangnya keliatan masih suka bohong. Kita nggak bisa pake jam ini sebagai patokan. Bakalan tersesat semuanya.
CHELSEA Baiknya gimana? Tahu-tahu Hansip nongol dari halaman teras. HANSIP (becanda) Hayo, rapat apaan? Mau masang bom, ya? Tatapan Barong tampak berbinar melihat sang Hansip. BARONG Kebetulan dateng. Bang Udin, ada amanah dari Bang Jack .... HANSIP Kayak mau mati aja, titip-titip pesen. Amanah apaan? BARONG Bang Jack minta dibangunin jam tiga. Hansip terkekeh, tahu yang mereka maksud. HANSIP Trus loe bertiga ngapain? Enakenakan tidur? Barong garuk kepala. Tengsin. JUKI Maunya sih bangun, tapi yang udahudah kan kita kesiangan terus. HANSIP Mendingan ikut gue ronda. Nanti pas jam tiga, kita balik kemari dan makan sahur bareng. Ketiga pemuda itu saling pandang. CHELSEA
Iya juga, ya? Siapa tau ada maling. Penasaran juga sih, gimana rasanya nangkep maling. Selama ini kan kita terus yang jadi sasaran penangkapan. BARONG Hehehe ... setuju banget. Ayo!
02
EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip dan ketiga mantan napi berjalan santai di keheningan malam sambil ngobrol. HANSIP Cita-cita gue sebetulnya pengen jadi Kopasus. Minimal satwalpres. Gue udah sempet daftar ke Akabri, ngambil fakultas angkatan darat. CHELSEA Akabri fakultas angkatan darat? Emang ada? BARONG Disini apa sih yang nggak bisa. Terus, bang? HANSIP Tapi kemudian muncul konflik fisik antara gue dengan pihak Akabri. JUKI Gila. Konflik fisik? Tembaktembakan? HANSIP Nggak sampe kasar gitu. Semua diselesaikan dengan saling pengertian. Kita kan sama-sama satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. CHELSEA Konflik fisik gimana sih maksudnya?
HANSIP Konflik dalam cara memandang masalah fisik. Menurut mereka ... tinggi badan gue kurang. Barong kesal menendang kaleng bekas. BARONG Kirain konflik apa! HANSIP (cuek, melanjutkan) Dan akhirnya gue berubah orientasi jadi hansip. JUKI Iyalah, daripada nggak laku jadi Kopasus. HANSIP Eh, hansip dan kopasus itu in prinsip sama. Tugasnya sama-sama bidang keamanan, sama-sama pake topi, baris-berbarisnya nggak beda, bahkan sepatunya mirip. BARONG Bedanya, yang satu pake pestol, yang satu pentungan. HANSIP Buat apa pestol? Pentungan juga bisa jadi senjata yang mematikan. TENG! TENG! TENG! Hansip memukul-mukul tiang listrik ala main anggar. Terdengar bentakan SESEORANG dari salah satu rumah. SESEORANG (OS) Brisik! Minta dihajar, ya?! Hansip lebih dulu kabur meninggalkan ketiga teman rondanya.
03
INT. MUSHOLA JACK/Kamar Jack – MALAM
Bang Jack mengigau dalam tidurnya. BANG JACK Pukulan bedug gue ... jangan diambil ... pukulan bedug gue... Bang Jack tersentak bangun. GROSAKK ... BRUG ... BRUGG ... terdengar suara orang lari di luar mushola. Menjauh. Bang Jack cepat bangkit menyambar senter.
04
EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di luar sepi. Bang Jack tegang mengarahkan nyala senternya ke bedug. BANG JACK Innalillahi wa inna ilaihi ro’jiun. Pukulan bedug gue ilang lagi. Ia menyenter ke kolong bedug. Tak ada apa-apa. Senter terarah ke lapak tidur ketiga muridnya. Hanya ada tikar, ransel, dan obat nyamuk bakar yang masih menyala. BANG JACK (bergumam) Pada beli makanan ‘kali. Tapi kenapa mesti bawa pukulan bedug? Bang Jack berpikir sejenak kemudian kembali masuk kamar.
FADE OUT/FADE IN:
05
EXT. DESA – MALAM
Desa sepi di waktu malam.
06
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Aya menata piring, gelas, sendok, bakul nasi, sayur dan lauk-pauk, di meja makan untuk bertiga.
07
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Haifa berdiri di tepi ranjang dengan kedua tangan terlipat di dada, memandang Ustadz Ferry yang sedang mengigau dalam tidurnya. UST. FERRY Para pemirsa televisi yang dimuliakan Allah ... dari sinetron berjudul “Jenazah Dikerubuti Laron” tadi kita bisa mengambil hikmah ...
HAIFA (menggoyang kaki suaminya, lembut) Bangun, pa. Sahur, sahur .... UST. FERRY (masih mengigau) Mmmhh ... cut! Cut! Ustadz Ferry diam beberapa jenak dalam tidurnya, lalu bangun sambil mengucek-ucek mata. Belum sadar betul. HAIFA Syutingnya break dulu, pa. Sekarang sahur. Haifa keluar kamar meninggalkan suaminya yang masih bengong. UST. FERRY Tadi sinetron yang episode berapa, ya? HAIFA (OS) Papaaa ....
08
EXT. RUMAH UST. FERRY - MALAM
Hansip, Chelsea, Barong, dan Juki menyusuri jalan depan rumah Ustadz Ferry. HANSIP
Ini rumahnya Ustadz Ferry, ketua mushola kita sekaligus atasan langsungnya bang Jack. Aya juga tinggal disini. Sayup terdengar dari dalam rumah itu, suara gemerincing sendok-garpu beradu dengan piring. HANSIP Mampir yuk? BARONG Jangan, ah. Malu. HANSIP Kita cari obyekan, boy.
CHELSEA Obyekan apa? HANSIP Tau beres aja dah. (berseru ke arah rumah) Sahur, sahuuur! Bangun, pak Ustadz! Sahuur!
09
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya baru akan memulai makan sahur. Ia menoleh ke arah pintu yang tertutup demi mendengar seruan sang Hansip. UST. FERRY (berseru sedang) Udah bangun, Din. Makasih. HANSIP (OS) Sahur, pak Ustadz! Sahuuur! HAIFA Siapa? AYA Bang Udin.
HANSIP (OS) Pak Ustadz ... banguuun .... UST. FERRY Saya sudah bangun, Udiiin. Terima kasih atas perhatiannya.
10
EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Chelsea, Barong, dan Juki berdiri di belakang Hansip. Tampak tak enak hati. CHELSEA Jalan lagi yuk, bang. Yang punya rumah udah bangun dari tadi. HANSIP Loe nggak ngerti maksud gue, ya? Diem aja deh. Di rumah ini masakannya enak-enak. KETIGANYA Ooo ....
11
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya kembali menghadapi makan sahurnya. Lalu, terdengar lagi suara itu. HANSIP (OS) Pak Uuustaadz .... Nggak sahur, nih?! AYA (geli) Ya ampun ... UST. FERRY (mendesah kesal) Astaghfirullah hal ‘adziim. Budeg apa tuli, sih tu orang? (keras lagi) Saya udah bangun dan sekarang lagi sahur, Din!
HAIFA Ajak makan deh, pa. UST. FERRY Udah pergi orangnya. Baru saja Ustadz Ferry mau menyuap nasinya, terdengar ketukan di pintu. TOK, TOK, TOK .... HANSIP (OS) Assalamu’alaikuuum .... Aya dan Haifa menahan geli demi mendengar suara itu lagi. Ustadz Ferry menunduk sejenak dalam duduknya untuk menghela napas, membanting lap makan ke meja. UST. FERRY (menyabarkan diri) Wa’alaikum salam wa rakhmatullahi wa barakatuh.
12
INT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack selesai berdoa di atas sajadahnya, kemudian bangkit dan melangkah ke pintu. Disitu ia berhenti dan menatap ke tikar Barong cs yang masih kosong. BANG JACK Kok belum pada pulang? Masih sore ‘kali. Tidur lagi, ah. Bang Jack melangkah keluar menuju kamar. Ia berjalan sambil mencopot pici dan sarungnya.
13
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki makan dengan lahap ditemani Ustadz Ferry dan Haifa. Juki mengorek nasi yang tersisa di bakul hingga kosong licin tandas. HAIFA Tambah lagi nasinya? UST. FERY (berbisik)
Udah dua kali, ma. HAIFA (kepada tamu-tamunya, ramah) Masih banyak, kok. Tambah ya? HANSIP Kalo nggak ada yang makan lagi sih boleh. Haifa bangkit membawa bakul nasinya yang kosong. UST. FERRY Jadi loe bertiga sekarang tinggal di mushola lagi? BARONG Betul, pak Ustadz. Bang Jack belum laporan, ya? UST. FERRY Belum. Mungkin dia sungkan mau ngomong sama saya.
14
INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM
Aya mengisi tiga gelas air putih hingga penuh. Haifa masuk dapur langsung membuka rice cooker. Semua nasi yang ada disitu dipindahkan ke bakul. HAIFA Untuk kedua kalinya Bang Jack melangkahi wewenang kak Ferry, ketua musholanya. Harusnya dia laporan dulu kalo mau nampung orang. AYA Sudahlah, kak, Bang Jack nggak bermaksud gitu. Dia kan orang sederhana. Kurang faham sopansantun dan tata-tertib organisasi. HAIFA
Makanya harus diajarin biar ngerti. Jangan didiemin. Haifa keluar dapur membawa bakul nasi yang sudah penuh. Langsung setel muka manis lagi.
15
INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM
Bang Jack lelap dalam tidur.
16
EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan tergopoh-gopoh panik sambil mengelap mulutnya yang berminyak habis makan. Juki sesekali memeriksa arloji Bang Jack di tangannya. CHELSEA Keasikan ngobrol, sih, jadi lupa sama Bang Jack. JUKI Lima menit lagi subuh. Cepet, cepet! BARONG Bang Udin juga nih, pake nambah sampe tiga kali. HANSIP (mencungkil sisa makanandengan tusuk gigi) Namanya juga lagi kalap, boy.
DAFTAR PUSTAKA Ardiyanto, Elvinaro, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media, 2004 Briggs, Asa dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2006 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.1998 Dewi PP, Nyoman. Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur.Jakarta. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.2007 Gulo.W. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo, 2002 Kuswandi, Wawan. Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta .PT RINEKA CIPTA.1996 Lull, James. Media Komunikasi dan Kebudayaan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.1997 Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam jilid 2 kajian kritis terhadap metode dakwah rasulullah. Bogor. Pustaka Thariqul Izzah.2003
Muhiddin, Asep, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung. CV PUSTAKA SETIA. 2002 Muis. A, Komunikasi Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2000 Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 1984. Edisi revisi mei 2007 . Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005 Jumi’ah Bin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah.Solo. Intermedia, 1998 Jumroni dan Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta. UIN Jakarta Press.2006 Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Apilikasi. PT Grafindo Raja Persada. Jakarta.2006 Quthb, Sayyid. Ma’alim Fitthoriq terjemahan. Jakarta. Media Da’wah, 1997
Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta, 2005 Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta. Modern English Press. 1995 Sendjaja, Djuarsa. S. Teori Komunikasi. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2002 Severin, Warner. J dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2001 Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Mizan. Bandung, 1997 Sukardi. Materi Perkuliahan Komunikasi Massa. Jakarta. 1996 Tubbs, Stewart. L dan Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.1998 Walgito, Bimo, Prof, Dr. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta. Andi Yogyakarta. 1981 Situs-situs: www.liputan6.com www.kompas.com
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT
Oleh: Eriz Rakhmadania 104051001824 Di bawah bimbingan: Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008M/1429H PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-ALMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi syaratsyarat mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (Sos. I )
Oleh :
Eriz Rakhmadania NIM 104051001824 Di bawah Bimbingan :
Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH Dakwah dan komunikasi Komunikasi dan Penyiaran Islam Eriz Rakhmadania ABSTRAK Dalam hidup kita seringkali melihat orang-orang berusaha mencapai targetnya. Semua target mereka seringkali berhubungan dengan kebutuhan dalam hidup mereka. Saat mereka hendak berusaha mencapai target tersebut, di dalam pikiran mereka akan ada motivasi untuk mencari kepuasan saat mereka dengan berhasil meraih apa yang mereka inginkan.Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan, karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat. Motif sebagai pendorong umumnya tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Tercapainya tujuan, maka akan menghasilkan kepuasan pada diri, kepuasan artinya hal-hal positif yang dirasakan dalam diri setelah tercapainya tujuan, baik itu dari segi afektif, pengetahuan, dan lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengurai permasalahannya. Jika ada pengaruh motivasi penonton, maka akan mendorong kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarasari. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari Depok? Dari pertanyaan di atas, peneliti dapat membuat dua hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara dalam penilitian. Hipotesis dapat dibagi menjadi dua jawaban. Pertama hipotesis yang merupakan jawaban negatif, dan yang kedua merupakan jawaban positf. Dalam penelitian ini, hipotesis yang telah dibuat peniliti adalah; pertama, tidak ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarsari. Dan yang kedua adalah; ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim alAmin di kelurahan Mekarsari. Penelitian ini berdasarkan teori uses and gratifications model. Uses and gratifications berbicara mengenai audiens yang selalu aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Sedangkan teknik analisis data menggunakan rumus product moment. Dari hasil penelitian didapat bahwa ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton di majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarsari. Pengaruh
yang
didapat bernilai positif. Namun, tidak signifikan. Kesimpulannya adalah bahwa khalayak tidaklah pasif terhadap terpaan media, mereka bersifat aktif, mereka memanfaatkan media untuk mendapatkan kepuasan dari media yang mereka gunakan. Tetapi, tidak semua dari mereka sadar akan media, terkadang itu bergantung dari cara mereka menempatkan media dalam struktur sosialnya, masing-masing memiliki persepsi yang berbeda. STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH Da’wa and Communication Communication and Broadcast of Islam Eriz Rakhmadania ABSTRACT In our life, we usually see that people always do something to shape their target, all of their target usually have a relation with what they need in their life. And when they tried to involve their needs, there would a motif inside their mind to find any gratification. Motif comes from Latin language; “movere”, the meaning is to make a move or move to, in consequence motif which is interpreted as strength, is in organism in self pushing to do. Motif as impeller, generally does not stand up by it self, but related to other factors. Things could influence motif referred as by motivation. Motivation represents situation in individual in self or organism pushing behavior toward target. The appearanced of target, hence will yield gratifications at in self, gratifications mean all about positive things which felt in self after reached the target, such as; afective aspect, knowledge aspect, and others. In this research, researcher tried to look at into the problem. if there’s any influence of motivation of the audience cinema “Para Pencari Tuhan”, it will encourage the gratifications of the audience of cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim alAmin in sub-district Mekarsari. So, the question in this research was; Is there any influence of the audience motivation toward the gratifications of the audience of cinema “Para Pencari Tuhan”? From the question above, reseacher could make two hypothesis. Hypothesis represents a tentative answer in the research. Hypothesis colud be slice into two answers. First hypothesis represents a negative answer and the second hypothesis represents a positive answer. In this research, researcher made two hypothesis. The first hypothesis was; there’s no any influence of motivation toward the gratifications of the audience of
cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-Amin in sub-district Mekarsari. And the second hypothesis was; there’s any influence of motivation toward the gratifications of the audience of cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-Amin in sub-district Mekarsari. This research based on the theory of uses and gratifications model. Uses and gratifications model explain about the audience, who always active using the media for get any needs. In this research, researcher used interview, documentation, and questioner for got many data. And for the analysis, reseacher used product moment formula to test the hypothesis. From the research, researcher got any result that there was an influnce of motivation toward the gratifications of the audience of cinema Para Pencari Tuhan in sub-district Mekarsari, but it didn’t significant. From the research we could take any conclusion and that is “the audience are always active using the media, they are not passive just like we know in others theory, such as bullet theory and hypodermic model. But not all of them really realize about media, sometimes it depends on how they put the media in the different way in their social structure, each other have a different perception. DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden
48
Tabel 1.2 Usia Responden
49
Tabel 1.3 Pendidikan Responden
50
Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari
52
Tabel 1.5 Frekuensi menonto PPT
53
Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat
54
Tabel 1.7 Motivasi menonton
56
Tabel 1.8 validitas instrumen
57
No. undian
:
DAFTAR KUESIONER UNTUK MAJELIS TAKLIM AL-AMIN KELURAHAN MEKARSARI DEPOK Hal Responden
: kuesioner untuk Majelis Taklim Al-Amin tentang motivasi dan kepuasan penonton Sinema Para Pencari Tuhan : Jama’ah Majelis Taklim Al-Amin kelurahan Mekarsari, Depok
A. Petunjuk Pengisian Jawablah sepuluh pertanyaan dibawah ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Jangan menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban. Buatlah checklist (√ ) Kuesioner ini bukan merupakan testing tetapi penelitian ilmiah untuk skripsi. Rahasia anda dipegang teguh. B. Biodata singkat Responden Nama : C. keterangan: 5 = sangat setuju/ sangat sering 4 = setuju/ sering 3 = ragu-ragu/ kadang-kadang 2 = Kurang setuju/ hampir tidak pernah 1 = tidak setuju/tidak pernah
1
2 3
keterangan kotak : 1. jenis kelamin : X1 = laki-laki X2 = perempuan 2. pendidikan 6. SD 7. SMP 8. SMA/SMK 9. D3 10. S1 atau S2 3. usia D. Pertanyaan: No. Pertanyaan a. Motivasi dan kepuasan no. 1 dan 2 wajib diisi 1. Berapa lama anda menonton televisi setiap hari SS = 8 jam HTP = 2 jam S = 6 jam TP = 0 jam KK = 4 jam 2. Berapa kali anda menonton sinema para pencari tuhan
5
4
3
2
1
3. 4. 5. 6. b. 1. 2. 3. 4.
dalam seminggu SS = 7 kali HTP = 1 kali S = 5 kali TP = 0 kali KK = 3 kali Anda menonton televisi untuk mencari pengetahuan Anda menonton televisi untuk mencari hiburan Anda menonton televisi untuk mencari pengalaman Anda menonton televisi untuk mencari relaksasi Kepuasan Saya mendapatkan pendidikan dengan menonton sinema para pencari tuhan Saya mendapatkan hiburan dengan menonton sinema para pencari tuhan Saya mendapatkan pengalaman dengan menonton sinema para pencari tuhan Saya dapat relaksasi dengan menonton sinema para pencari tuhan
Serial Komedi
“Pencari Tuhan” episode
03 skenario
Wahyu HS
FADE IN: 01
EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di teras. Barong membakar obat nyamuk, Chelsea menata ransel-ransel berjejer sebagai bantal, sedangkan Juki menata selembar tikar pandan yang sudah lapuk untuk alas tidur. Setelah beres, ketiganya sama-sama merebahkan diri disana dan berkerudung sarung. CHELSEA Di penjara lebih enak, ya? Dapet kasur sama bantal empuk. Bang Jack keluar dari dalam mushola. Setelah menutup rapat pintunya, ia melangkah menuju kamarnya. Di dekat ketiga pemuda itu, ia berhenti. BARONG ‘Met tidur, boss. BANG JACK Jadi, kite tidur semua, nih? Trus siape yang ngebangunin buat makan sahur? Ketiga pemuda itu terdiam saling pandang, lalu bangkit dengan malas. Bang Jack mengulurkan arlojinya kepada Juki. BANG JACK Ni jam udah diservis. Liat, semua jarumnye normal, kan? Oke? Jangan sampe kesiangan lagi kayak kemaren. Jam tiga. Setelah berkata begitu, Bang Jack melenggang menuju kamar. Sempat ia menggantung pukulan bedug di tempatnya, kemudian masuk kamar. Juki sangsi memandangi arloji Bang Jack di tangannya. JUKI Gue nggak yakin sama jam tua ini. Dari tampangnya keliatan masih suka bohong. Kita nggak bisa pake jam ini sebagai patokan. Bakalan tersesat semuanya.
CHELSEA Baiknya gimana? Tahu-tahu Hansip nongol dari halaman teras. HANSIP (becanda) Hayo, rapat apaan? Mau masang bom, ya? Tatapan Barong tampak berbinar melihat sang Hansip. BARONG Kebetulan dateng. Bang Udin, ada amanah dari Bang Jack .... HANSIP Kayak mau mati aja, titip-titip pesen. Amanah apaan? BARONG Bang Jack minta dibangunin jam tiga. Hansip terkekeh, tahu yang mereka maksud. HANSIP Trus loe bertiga ngapain? Enakenakan tidur? Barong garuk kepala. Tengsin. JUKI Maunya sih bangun, tapi yang udahudah kan kita kesiangan terus. HANSIP Mendingan ikut gue ronda. Nanti pas jam tiga, kita balik kemari dan makan sahur bareng. Ketiga pemuda itu saling pandang. CHELSEA
Iya juga, ya? Siapa tau ada maling. Penasaran juga sih, gimana rasanya nangkep maling. Selama ini kan kita terus yang jadi sasaran penangkapan. BARONG Hehehe ... setuju banget. Ayo!
02
EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip dan ketiga mantan napi berjalan santai di keheningan malam sambil ngobrol. HANSIP Cita-cita gue sebetulnya pengen jadi Kopasus. Minimal satwalpres. Gue udah sempet daftar ke Akabri, ngambil fakultas angkatan darat. CHELSEA Akabri fakultas angkatan darat? Emang ada? BARONG Disini apa sih yang nggak bisa. Terus, bang? HANSIP Tapi kemudian muncul konflik fisik antara gue dengan pihak Akabri. JUKI Gila. Konflik fisik? Tembaktembakan? HANSIP Nggak sampe kasar gitu. Semua diselesaikan dengan saling pengertian. Kita kan sama-sama satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. CHELSEA Konflik fisik gimana sih maksudnya?
HANSIP Konflik dalam cara memandang masalah fisik. Menurut mereka ... tinggi badan gue kurang. Barong kesal menendang kaleng bekas. BARONG Kirain konflik apa! HANSIP (cuek, melanjutkan) Dan akhirnya gue berubah orientasi jadi hansip. JUKI Iyalah, daripada nggak laku jadi Kopasus. HANSIP Eh, hansip dan kopasus itu in prinsip sama. Tugasnya sama-sama bidang keamanan, sama-sama pake topi, baris-berbarisnya nggak beda, bahkan sepatunya mirip. BARONG Bedanya, yang satu pake pestol, yang satu pentungan. HANSIP Buat apa pestol? Pentungan juga bisa jadi senjata yang mematikan. TENG! TENG! TENG! Hansip memukul-mukul tiang listrik ala main anggar. Terdengar bentakan SESEORANG dari salah satu rumah. SESEORANG (OS) Brisik! Minta dihajar, ya?! Hansip lebih dulu kabur meninggalkan ketiga teman rondanya.
03
INT. MUSHOLA JACK/Kamar Jack – MALAM
Bang Jack mengigau dalam tidurnya. BANG JACK Pukulan bedug gue ... jangan diambil ... pukulan bedug gue... Bang Jack tersentak bangun. GROSAKK ... BRUG ... BRUGG ... terdengar suara orang lari di luar mushola. Menjauh. Bang Jack cepat bangkit menyambar senter.
04
EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Di luar sepi. Bang Jack tegang mengarahkan nyala senternya ke bedug. BANG JACK Innalillahi wa inna ilaihi ro’jiun. Pukulan bedug gue ilang lagi. Ia menyenter ke kolong bedug. Tak ada apa-apa. Senter terarah ke lapak tidur ketiga muridnya. Hanya ada tikar, ransel, dan obat nyamuk bakar yang masih menyala. BANG JACK (bergumam) Pada beli makanan ‘kali. Tapi kenapa mesti bawa pukulan bedug? Bang Jack berpikir sejenak kemudian kembali masuk kamar.
FADE OUT/FADE IN:
05
EXT. DESA – MALAM
Desa sepi di waktu malam.
06
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Aya menata piring, gelas, sendok, bakul nasi, sayur dan lauk-pauk, di meja makan untuk bertiga.
07
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Haifa berdiri di tepi ranjang dengan kedua tangan terlipat di dada, memandang Ustadz Ferry yang sedang mengigau dalam tidurnya. UST. FERRY Para pemirsa televisi yang dimuliakan Allah ... dari sinetron berjudul “Jenazah Dikerubuti Laron” tadi kita bisa mengambil hikmah ...
HAIFA (menggoyang kaki suaminya, lembut) Bangun, pa. Sahur, sahur .... UST. FERRY (masih mengigau) Mmmhh ... cut! Cut! Ustadz Ferry diam beberapa jenak dalam tidurnya, lalu bangun sambil mengucek-ucek mata. Belum sadar betul. HAIFA Syutingnya break dulu, pa. Sekarang sahur. Haifa keluar kamar meninggalkan suaminya yang masih bengong. UST. FERRY Tadi sinetron yang episode berapa, ya? HAIFA (OS) Papaaa ....
08
EXT. RUMAH UST. FERRY - MALAM
Hansip, Chelsea, Barong, dan Juki menyusuri jalan depan rumah Ustadz Ferry. HANSIP
Ini rumahnya Ustadz Ferry, ketua mushola kita sekaligus atasan langsungnya bang Jack. Aya juga tinggal disini. Sayup terdengar dari dalam rumah itu, suara gemerincing sendok-garpu beradu dengan piring. HANSIP Mampir yuk? BARONG Jangan, ah. Malu. HANSIP Kita cari obyekan, boy.
CHELSEA Obyekan apa? HANSIP Tau beres aja dah. (berseru ke arah rumah) Sahur, sahuuur! Bangun, pak Ustadz! Sahuur!
09
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya baru akan memulai makan sahur. Ia menoleh ke arah pintu yang tertutup demi mendengar seruan sang Hansip. UST. FERRY (berseru sedang) Udah bangun, Din. Makasih. HANSIP (OS) Sahur, pak Ustadz! Sahuuur! HAIFA Siapa? AYA Bang Udin.
HANSIP (OS) Pak Ustadz ... banguuun .... UST. FERRY Saya sudah bangun, Udiiin. Terima kasih atas perhatiannya.
10
EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Chelsea, Barong, dan Juki berdiri di belakang Hansip. Tampak tak enak hati. CHELSEA Jalan lagi yuk, bang. Yang punya rumah udah bangun dari tadi. HANSIP Loe nggak ngerti maksud gue, ya? Diem aja deh. Di rumah ini masakannya enak-enak. KETIGANYA Ooo ....
11
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya kembali menghadapi makan sahurnya. Lalu, terdengar lagi suara itu. HANSIP (OS) Pak Uuustaadz .... Nggak sahur, nih?! AYA (geli) Ya ampun ... UST. FERRY (mendesah kesal) Astaghfirullah hal ‘adziim. Budeg apa tuli, sih tu orang? (keras lagi) Saya udah bangun dan sekarang lagi sahur, Din!
HAIFA Ajak makan deh, pa. UST. FERRY Udah pergi orangnya. Baru saja Ustadz Ferry mau menyuap nasinya, terdengar ketukan di pintu. TOK, TOK, TOK .... HANSIP (OS) Assalamu’alaikuuum .... Aya dan Haifa menahan geli demi mendengar suara itu lagi. Ustadz Ferry menunduk sejenak dalam duduknya untuk menghela napas, membanting lap makan ke meja. UST. FERRY (menyabarkan diri) Wa’alaikum salam wa rakhmatullahi wa barakatuh.
12
INT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack selesai berdoa di atas sajadahnya, kemudian bangkit dan melangkah ke pintu. Disitu ia berhenti dan menatap ke tikar Barong cs yang masih kosong. BANG JACK Kok belum pada pulang? Masih sore ‘kali. Tidur lagi, ah. Bang Jack melangkah keluar menuju kamar. Ia berjalan sambil mencopot pici dan sarungnya.
13
INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki makan dengan lahap ditemani Ustadz Ferry dan Haifa. Juki mengorek nasi yang tersisa di bakul hingga kosong licin tandas. HAIFA
Tambah lagi nasinya? UST. FERY (berbisik) Udah dua kali, ma. HAIFA (kepada tamu-tamunya, ramah) Masih banyak, kok. Tambah ya? HANSIP Kalo nggak ada yang makan lagi sih boleh. Haifa bangkit membawa bakul nasinya yang kosong. UST. FERRY Jadi loe bertiga sekarang tinggal di mushola lagi? BARONG Betul, pak Ustadz. Bang Jack belum laporan, ya? UST. FERRY Belum. Mungkin dia sungkan mau ngomong sama saya.
14
INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM
Aya mengisi tiga gelas air putih hingga penuh. Haifa masuk dapur langsung membuka rice cooker. Semua nasi yang ada disitu dipindahkan ke bakul. HAIFA Untuk kedua kalinya Bang Jack melangkahi wewenang kak Ferry, ketua musholanya. Harusnya dia laporan dulu kalo mau nampung orang. AYA Sudahlah, kak, Bang Jack nggak bermaksud gitu. Dia kan orang
sederhana. Kurang faham sopansantun dan tata-tertib organisasi. HAIFA Makanya harus diajarin biar ngerti. Jangan didiemin. Haifa keluar dapur membawa bakul nasi yang sudah penuh. Langsung setel muka manis lagi.
15
INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM
Bang Jack lelap dalam tidur.
16
EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan tergopoh-gopoh panik sambil mengelap mulutnya yang berminyak habis makan. Juki sesekali memeriksa arloji Bang Jack di tangannya. CHELSEA Keasikan ngobrol, sih, jadi lupa sama Bang Jack. JUKI Lima menit lagi subuh. Cepet, cepet! BARONG Bang Udin juga nih, pake nambah sampe tiga kali. HANSIP (mencungkil sisa makanan dengan tusuk gigi) Namanya juga lagi kalap, boy. Hansip dan Kopasus emang mesti banyak makan. JUKI Bakalan abis deh kita dihajar Bang Jack. HANSIP
Ya dia nggak perlu tau soal insiden ini, dong. Ketiga pemuda itu menoleh dengan pandangan bertanya. CHELSEA Maksudnya?
17
INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM
Bang Jack menggeliat bangun dari tidurnya. BANG JACK Jam berape nih? Kok gue bangun sendiri? Bang Jack beringsut membuka pintu kamar dan keluar.
18
EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack tenang berjongkok mengamati Barong, Chelsea, Juki, dan Hansip yang bergeletakan di tikar, pura-pura tidur. Napas mereka tampak ngos-ngosan; sisa lari tadi. BANG JACK (bergumam) Ngimpi ngejar maling ‘kali, sampe ngos-ngosan begini. Bang Jack memungut arlojinya dalam genggaman Juki. Diarahkannya ke sumber cahaya. Kaget. BANG JACK Astaghfirullah ... semenit lagi subuh! Cepat ia membangunkan keempat bedebah itu. BANG JACK Bangun, bangun! Apa gue bilang?! Akhirnya kejadian lagi, kan, kita nggak sempet sahur. Bangun, bangun .... Keempat orang itu pura-pura tergagap bangun.
HANSIP (mengucek-ucek mata) Dimana aku? JUKI Yaah ... bakalan sahur pake air keran lagi, deh. (bersendawa) Eegghh! Barong menyikut perutnya supaya diam.
19
EXT. MUSHOLA JACK/Tempat Wudlu – MALAM
Bang Jack meminum air keran beberapa teguk. Barong, Chelsea, dan Juki menanti giliran di belakangnya dengan menyimpan rasa bersalah. Sementara itu, Hansip kembali asik mencungkil sisa makanan dengan tusuk gigi. Barong memberinya tanda supaya menghentikan kegiatan itu. BANG JACK Tadi gue sempet bangun, loe pada nggak ada. Kemana sih? CHELSEA Nggak ... nggak kemana-mana. BANG JACK Salah liat ‘kali gue. Dah, sekarang giliran loe. Sekalian wudlu. Ketiga pemuda itu membungkuk di keran dan mulai minum. BANG JACK Mudah-mudahan kita kuat puasa sampe maghrib. Ketiga pemuda itu diam-diam saling pandang. Bang Jack melihat sang Hansip nampak tenang menunggu giliran. BANG JACK (menunjuk keran) Loe nggak ikut sahur, Din? Mumpung masih ada waktu.
HANSIP Gampang. Saya kan hansip, Bang, biasa prihatin. Tenang aja. BANG JACK Ada yang bawa pukulan bedug gue, nggak? BARONG Enggak, bang. Bang Jack tercenung sendiri, kemudian melangkah keluar dari tempat wudlu.
FADE OUT/FADE IN:
20
EXT. RUMAH UST. FERRY – PAGI
Ustadz Ferry menerima dua orang tamu di teras. TAMU 1 Setelah tau bahwa tiga orang itu mantan narapidana, warga jadi pada resah, Pak Ustadz. Kita sih bukannya mau berprasangka buruk, tapi ... yah gitulah. Hidup sama orang bener aja was-was, apalagi sama yang baru keluar dari penjara. TAMU 2 Ibu-ibu malah nggak berani sholat di mushola kita lagi. Takut diapaapain. Ustadz Ferry mengangguk sambil mengelus janggutnya. UST. FERRY Jadi, gimana baeknya? Kita balikin lagi ke penjara?
TAMU 1
Ya nggak gitu, Pak Ustadz. Tolong diekstradisilah ke mushola lain yang jauh dari kampung kita.
21
EXT. MUSHOLA JACK – PAGI
Bang Jack perlahan mengampelas pukulan bedugnya yang baru. Ia sedang bersama Ustadz Ferry di halaman luar mushola. Tampak dari situ, Juki, Chelsea, dan Barong sedang membersihkan dan menata kembali tanaman hias di samping mushola dengan penuh semangat. BANG JACK Diekstradisi? UST. FERRY Begitu usulan dari perwakilan warga, Bang. Bukan saya. Saya sih sementara ini netral. BANG JACK Diekstradisi kemana? Mereka udah kenyang diusir sana-sini, Pak Ustadz. Bang Jack mengarahkan pandangannya jauh ke arah ketiga pemuda itu, yang masih bersemangat bekerja. UST. FERRY Kasihan juga sih, ya? Tapi ... ehm, kita juga ... ehm, apa tuh ... maksudnya ... perlu menimbang keresahan warga, Bang. Bang Jack terdiam memikirkan sesuatu dengan serius. BANG JACK Saya masih inget ceramahnya Pak Ustadz dulu. Intinye, Rasulullah yang begitu mulia masih bisa berlapang hati terhadap orang yang ngeludahin dia, termasuk terhadap yang mau membunuh dia. UST. FERRY
Kapan itu ya? Oh ya ya ... Bang Jack masih inget aja, nih .... Hehehe .... BANG JACK Nah, kenapa menampung tiga orang yang lagi mau insyaf aja kita nggak bisa? Ustadz Ferry tertegun diam. BANG JACK Terus-terang saya jadi bingung nih, Pak Ustadz. Mohon dibimbing. Kita ngikutin teladan Rasulullah atau ngikutin prasangka buruknye ummat?
22
EXT. JALAN DESA – PAGI
Ustadz Ferry berjalan pulang dengan tampang kecut. UST. FERRY (menggerutu) Kalo dibalikin ke akhlak Rasulullah, ya sama aja ngejedotin gue. Bisa ngomong apa gue? Gue malah nggak inget pernah ngajarin begituan sama tu merbot. Berpapasan dengan Tamu 1 dan Tamu 2. TAMU 1 & 2 Assalamu’alaikum, Pak Ustadz. UST. FERRY Wa’alaikum salam. TAMU 1 Gimana, Pak Ustadz? Udah ketemu Bang Jack? UST. FERRY Udah. Saya udah kasih teguran keras sama dia.
TAMU 2 Jadi kan tiga anak muda itu diusir?
UST. FERRY Belum, tapi saya kasih tenggang waktu sedikit. Rasulullah yang begitu mulia aja bisa berlapang hati terhadap orang yang meludahinya, bahkan mau membunuhnya. Kenapa untuk toleran dikit sama orang yang mau insyaf, kita nggak sanggup? Kedua orang itu terdiam. UST. FERRY Saya ini kan ustadz, pembimbing agama buat ummat. Jadi, apa-apa saya kembalikan ke Quran dan sunnah Rasul. Untung saya inget, tuh. Jadi, kita liat aja perkembangannya.
23
EXT. MUSHOLA JACK – SIANG
Barong, Chelsea, dan Jack berdiri memegang alat kerjanya masing-masing, mendengarkan Bang Jack bicara. BANG JACK Loe jangan kecil hati bahwa masih banyak warga yang belon bisa nerima loe disini. JUKI (bergumam, pasrah) Diusir lagi. BANG JACK Gue minta waktu ame Pak Ustadz buat ngebuktiin kesungguhan loe mau insyaf. BARONG
Kita emang pengen insyaf, kok. BANG JACK Masalahnye, itu harus dibuktiin, nggak cuman diniatin.
CHELSEA Gimana cara ngebuktiinya, Bang? Tiap hari kita di mushola. Apa itu bukan bukti bahwa kita mau jadi orang bener? BANG JACK Belum. Yang tinggal di kolong jembatan juga bukan berarti nggak pengen jadi orang bener. JUKI Pusing, nih. Trus kita harus gimana sekarang, Bang? BANG JACK Ikutin program gue. Loe harus bisa cari nafkah yang halal, memperdalam ilmu agama, mengamalkan agama, dan bermanfaat buat ummat. Loe mesti istiqomah. BARONG Istiqomah? Apa tuh? Bang Jack terdiam menatap ketiga anak muda itu. BANG JACK Masa loe nggak tau? Ketiganya menggeleng. BANG JACK (bergumam) Gue juga lupa. Gini aja, deh. Pokoknya, loe nurut sama gue dulu.
Entar kita cari bareng-bareng tu istilah maksudnya ape. CHELSEA Kalo nggak tau, gimana abang bisa ngomong pake istilah itu? BANG JACK Loe mau ngajak debat? Iya? Mau bikin gue tambah pusing? CHELSEA Nggak, Bang, nggak ... maaf.
24
EXT. HUTAN KECIL/Pinggir – SIANG
Bang Jack, Chelsea, Barong, dan Juki bergerombol di antara semak-belukar di tepian hutan kecil itu. Bang Jack menengok arlojinya. BANG JACK Jam setengah sepuluh. Kita punya waktu dua jam buat latihan, abis itu balik ke mushola sebelum waktu dzuhur. Dari dalam hutan, muncullah sang Hansip. HANSIP Lokasi sudah diamankan. Silakan masuk. BANG JACK Makasih, Din. Bang Jack melangkah masuk hutan diikuti oleh ketiga anak muda itu. Hansip pun ikut masuk.
25
EXT. HUTAN KECIL/Bagian Dalam – SIANG
Kelima orang itu berada di bagian dalam hutan. Sekitar nampak lengang. Hansip duduk di bawah pohon, menonton. BARONG
Mau latihan apa sih kita, Bang? Pencak silat? BANG JACK Adzan. BRG,CHLS,JK Oooo .... BANG JACK Sebagai calon generasi penerus pengurus mushola, loe harus bisa adzan. Istilahnye, secara acapella. Ketiga pemuda itu saling pandang heran.
CHELSEA Setahu saya, dimana-mana adzan emang acapella, Bang. Cuman vokal, nggak pake iringan musik. BANG JACK Gitu ye? Ehm ... maksud gue secara monophonic. Ya, ya, monophonic. Ketiga pemuda itu kembali saling pandang dengan bete. JUKI (pelan) Terserah dia deh. BANG JACK Gue baru inget. Mono kan satu. Phonic ... suara. Satu suara. Ya, ya, betul ... soalnya adzan cuman dilakukan oleh satu orang, satu suara. Kalo bareng-bareng namanya vokal grup. Bukan adzan. HANSIP Udah deh, Bang. Adzan, adzan aja, nggak usah pake istilah macemmacem. Penonton mulai rusuh, nih!
BANG JACK Oke. Loe bertiga, perhatiin gue, trus tiruin. HANSIP Ini penyakitnye bangsa kita. Sibuk nyari istilah, substansinya dilupakan. BANG JACK Yang kebanyakan komentar juga bisa bikin program macet, nih. HANSIP Dicopy. Silakan lanjut. Bang Jack mempersiapkan diri untuk adzan. Dua tangan dipasang di kuping kanan-kiri. Menghirup napas panjang.
BARONG Bentar, Bang. Kalo adzan, menghadapnya kemana? Bang Jack terdiam sejenak. Bingung juga. BANG JACK Ke depan. Perhatiin, jangan interupsi terus. (mulai adzan) Allahu akbar, Allahu akbar!
26
EXT. PERSAWAHAN – SIANG
Suara adzan Bang Jack terdengar sayup-sayup sampai ke areal persawahan dimana beberapa petani sedang bekerja di petaknya masing-masing. Mendengar itu, para petani menghentikan pekerjaannya dengan keheranan. Areal persawahan berada di seberang hutan kecil itu. PETANI 1 (melihat ke langit) Lho, sudah waktunya dzuhur, ya? PETANI 2 di petak sebelah, berseru ke arahnya.
PETANI 2 Jam berapa sekarang?! PETANI 1 Sebentar. Petani 1 merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah handphone warna pink. Dia melihat penunjuk waktu di handphone itu yang menunjukkan pukul 10:00. PETANI 1 Wah, berarti jam di handphone saya terlambat dua jam. Banyak amat kurangnya. Petani 1 meletakkan cangkulnya dan beranjak ke pematang. Petani 2 mengikuti, begitu pula dengan para petani lain di petaknya masing-masing.
27
EXT. HUTAN KECIL/Bagian Dalam – SIANG
Bang Jack menunjuk Juki. BANG JACK Coba sekarang loe. Juki mempersiapkan diri untuk adzan seperti yang sudah diajarkan oleh Bang Jack tadi. Agak ragu. *** JUKI *** Terjemahin ke bahasa Indonesia dong, Bang, biar cepet hafal. Bang Jack tertegun mendengar usulan itu. *** BARONG *** Betul, Bang. Bahasa Indonesia lebih mudah dimengerti. *** BANG JACK *** Sekarang loe rubah adzannye. Entar loe ganti Al Quran pake bahasa Jawa. *** HANSIP *** Wah, saya malah baru kepikiran. Seru juga tuh. *** CHELSEA *** Jadi kita punya Al Quran versi Jawa, Bang. *** BANG JACK *** Yang perlu diperbarui bukan bahasanye, tapi ketaqwaan kita terhadap ajaran Allah. Nabi Muhammad sendiri nggak berani ngerubah biar satu huruf pun. Dan sekarang loe, yang training merbot aje belon tentu lulus, mau ngerubah firman Allah cuma lantaran males menghafal? Ketiga pemuda itu terdiam, lalu sama mengangguk. JUKI
Iya, iya ... saya ngerti.
Bang Jack menghela napas panjang, lega, sambil menepuk bahu Hansip. HANSIP (pelan) Udeh bisa ceramah, nih. Ngaji dimane? BANG JACK Ya di mushola, ame Ustadz Ferry. Juki mulai adzan. JUKI Allahu akbar ... allahu akbar!
28
EXT. PERSAWAHAN – SIANG
Bang Jack, Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan beriringan di pematang sawah. *** BANG JACK *** Seenggak-enggaknye, keliatan loe bertiga punya warna vokal yang bagus buat jadi muadzin. Tinggal pitch control-nya yang mesti loe latih. Ketiga pemuda itu gembira mendengarnya. BARONG Gaji muadzin gede ya, Bang? BANG JACK Pilih gaji atau pahala? CHELSEA Kalo abang pilih yang mana? BANG JACK Gue sendiri bingung kalo ditanya begitu.
SEMUANYA Hahaha! HANSIP Eh, lihat tuh .... Mereka melewati sebuah gubuk, dimana beberapa petani— termasuk Petani 1 & 2—sedang shalat berjamaah dengan khusyuk. Bang Jack heran melihat mereka, lalu menengok arlojinya. BANG JACK (bergumam) Shalat apa jam segini? Baru jam sebelas. Beberapa langkah dari gubuk, Bang Jack berhenti dengan sikap tertegun. Mengingat-ingat. BANG JACK (bergumam) Jangan-jangan .... Wajah Bang Jack menegang. Tiba-tiba ia bergegas menyalip rombongan dan setengah berlari paling depan. Keempat orang lainnya terheran mengikuti. HANSIP Ade ape nih buru-buru? Bang! BANG JACK Entar deh gue ceritain. Bang Jack makin mempercepat langkahnya. BANG JACK Astaghfirullah ... astaghfirullah .... Moga-moga nggak ketauan siapa biang keladinye.
29
EXT. WARUNG AYA – SORE
Aya mengambil beberapa buku dari rak, lalu diberikan kepada dua BOCAH kecil.
AYA Baca sampe habis, ya? Kalo ada yang nggak ngerti, tanya kakak. BOCAH 1 Iya, kak. BOCAH 2 Kalo baca bukunya banyak, dikasih kolak, kan? AYA Iyaaa .... Yang penting kamu harus rajin baca. *** BOCAH 1 *** (membolak-balik halaman buku) Bahasa Indonesia semua. Ada yang bahasa Inggris nggak, kak? Aya tertawa mengusap kepala bocah itu, lalu keluar untuk menata dagangan kolaknya di meja. Bang Jack menghampiri. BANG JACK Loe liat anak buah gue tuh. Bang Jack menunjuk ke arah halaman mushola dimana Barong, Chelsea, dan Juki sedang giat bersih-bersih. BANG JACK Udah banyak kemajuan. Tadi siang gue ajarin adzan, langsung hapal. AYA Alhamdulillah. Mudah-mudahan pandangan orang terhadap mereka juga membaik, Bang. BANG JACK Dan yang bikin gue terharu, mereka udah mulai bisa puasa tanpa ngomel. Biasanya jam segini pada tereak laper. AYA Mereka makin dewasa ya, Bang?
BANG JACK Padahal semalem cuma sahur pake aer minum dari keran. Bayangin, Ay. AYA Sahur air keran? Nggak, ah. Mereka makan nasi, kok. BANG JACK Tau dari mane loe? *** AYA *** Kan semalam pada makan sahur di rumah Aya, termasuk Bang Udin. Bang Jack terdiam menatap gadis cantik itu, kemudian menoleh ke arah halaman mushola. Barong, Chelsea, dan Juki masih sibuk bersih-bersih. Ia kembali menghadapi Aya. BANG JACK Ay ... gue pengen minta kerjasama loe. Aya menatap Bang Jack dengan kening berkerut, penuh tanda tanya.
30
EXT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB
Semburat merah berpendar di lembaran langit barat. Puncak bulan-bintang mushola menjulang dalam bentuk siluet. Sayup adzan bersahutan di kejauhan, juga di mushola itu. CHELSEA (OS) Allahu akbar ... allahu akbar!
31
INT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB
Chelsea adzan dengan wajah tegang, memegang mikrofon sambil menatap kertas di tangan Bang Jack yang berisi lafal adzan. Bang Jack menunjuk baris terakhir. CHELSEA Laa illaaha illallaah ...!
BANG JACK Alhamdulillah. Vokal loe boleh juga. Mudah-mudahan adzan loe sukses mengilhami ummat untuk pergi sholat. CHELSEA Makasih, Bang.
32
EXT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB
Barong, Juki, dan Hansip duduk melingkar di tikar siap untuk berbuka. Aya datang membawa nampan berisi empat mangkok kolak dan lima gelas teh manis. BARONG Buat Aya mana? AYA Sudah tadi, sedikit. Tinggal minum tehnya aja yang belum. Bang Jack dan Chelsea keluar dari dalam mushola dan langsung bergabung dalam lingkaran mereka. Bang Jack sendiri yang membagi keempat mangkok dan lima gelas teh manis itu kepada mereka. Mereka baru menyadari bahwa hanya Bang Jack yang tidak mendapat bagian. BANG JACK Jangan liat-liatan aja. Menyegerakan berbuka itu lebih utama. CHELSEA Buat Bang Jack sendiri mana? BANG JACK Udah ade. Gampang. Bang Jack melenggang ke arah tempat wudlu. Semua yang ada disitu memandang tertegun, kecuali Aya yang terus menunduk memegang gelas tehnya sambil menahan senyum. JUKI
Ay ... Bang Jack cuma pesen segini? *** AYA *** Uangnya nggak cukup untuk beli lebih banyak. Katanya, uang yang ada buat beli makan sahur aja. Terdengar keran dibuka dan bunyi kucuran air. Terdengar Bang Jack membaca basmallah, minum, lalu alhamdulillah. Barong, Chelsea, Juki, dan Hansip terdiam saling pandang. HANSIP (menghela napas prihatin) Nggak nyangka ya, rejekinya Bang Jack cuman sampe di aer keran. BARONG Kita bagi koleknya, yuk, biar Bang Jack bisa ikut makan. HANSIP Setuju banget. Bang Jack muncul lagi sambil menyeka mulutnya yang basah. BANG JACK Alhamdulillah masih bisa berbuka puasa biarpun aer keran. HANSIP Bang Jack, mau kolek? Bagi dua tuh sama Barong. Aya menutup mulutnya, hampir lepas tertawa. BANG JACK Nggak usah, nggak apa-apa. Yang penting loe pada bisa makan cukup. Gue sih gampanglah. Ay, pinjem buku, ya? Buat baca-baca. AYA Ambil aja, Bang.
Bang Jack melangkah gontai ke warung Aya. Sekali tampak ia seperti mau jatuh karena lemas. Barong, Chelsea, Juki, dan Hansip menatap penuh rasa bersalah. JUKI Gue yakin sebetulnya Bang Jack laper banget. Dia lebih mentingin kita daripada dirinya sendiri. CHELSEA Ngerasa bersalah nggak, sih? Semalem dia sendiri di mushola, sementara kita makan enak di rumah Aya tanpa inget dia. BARONG Gue jadi nggak enak makan nih. HANSIP Buat gue sini. AYA (menahan tawa) Ha .... Aya cepat menutup tawanya dengan tangan.
33
EXT. WARUNG AYA – MAGHRIB
Bang Jack berdiri di depan rak buku, memilih-milih di jajaran paling bawah. Makin menunduk, makin menunduk, akhirnya berjongkok hingga tak terlihat dari luar. Di atas bangku, sudah tersedia sebuah mangkok kolak dan gelas teh manis yang ditutup kertas. Bang Jack terkekeh membuka kertas penutup itu. BANG JACK Bismillah .... Bang Jack mulai minum dan makan. Aya muncul di warung mengambil tas mukenanya, tersenyum melirik ke dalam perpustakaan. AYA Kasihan, mereka merasa bersalah banget sama Bang Jack. Aya jadi
nggak enak udah membantu membohongi mereka. BANG JACK Biar pada belajar apa artinya setia kawan. Tenang aja. AYA (agak merajuk) Pokoknya, nama Aya jangan dibawabawa lho, Bang. BANG JACK Iye, iye .... Aya beringsut pergi membawa tas mukenanya.
34
EXT. DESA – MALAM
Establishment.
35
INT. MUSHOLA JACK – MALAM
Bang Jack duduk berdzikir sambil menyandar lemas ke tembok mushola. Di latar belakang tampak Barong, Chelsea, Juki, dan Hansip mengamatinya dari balik pintu. Bang Jack melirik ke belakang, kepala-kepala itu langsung lenyap.
36
EXT. MUSHOLA JACK – MALAM
Keempat orang itu berdiskusi di teras. BARONG Hancur hati gue ngeliat penderitaan Bang Jack. Kalo gue punya duit, gue beliin nasi bungkus buat dia. HANSIP Bang Jack kan masih punya duit. Aya yang bilang. CHELSEA
Iya, Bang, tapi itu kan buat makan sahur kita nanti. Hhh ... salah kita juga, sih. JUKI Kita harus minta maaf sama dia. BARONG Kan belum lebaran. JUKI Masa mesti nunggu lebaran, sih? Minta maaf bisa kapan aja. Kalo orangnya keburu meninggal, gimana? HANSIP Gini, gini. Jangan buru-buru ngerasa bersalah. Terburu-buru itu pekerjaan syaiton dan ... belon tentu kita yang salah. Masalah ini harus dianalisis oleh ahlinya supaya clear, mana yang hak dan mana yang batil. CHELSEA Yaelah, sampe kesitu pikiran abang. BARONG Siapa yang mesti kita tanya, Bang?
HANSIP The one and only ... Ustadz Ferry. Kalo dia bilang kita bersalah, baru kita minta maaf ame Bang Jack. Juki menengok arloji Bang Jack di tangannya. JUKI Masih jam sembilan, nih. Kita ke rumahnya sekarang? HANSIP
Gue bilang jangan buru-buru. Sekarang masih kesorean, boy. Tunggu dong sampai waktunya tepat. CHELSEA (tidak sabar) Kapan? HANSIP Nanti, pas makan sahur. Ketiga pemuda itu nampak tak setuju. BARONG Ogah, ah. Malu, makan disana lagi. HANSIP Kenapa malu? Kita nemuin Ustadz Ferry kan buat nanya masalah agama. Kalopun ditawarin makan, ya alhamdulillah banget. Sekali dayung, dua-tiga pulau kelewatan, boy. JUKI Ngomongnya gimana? HANSIP Jangan paniklah. Kan gue MC-nya. Percakapan mereka terhenti karena Bang Jack keluar dari dalam mushola. Dengan langkah terhuyung-huyung sok lemas, dia melangkahi mereka. Mereka memandangnya was-was. HANSIP Kena stroke dia. Bang Jack berhenti dengan satu tangan menopang ke tembok. BANG JACK Bangunin jam tiga. BRG,JK,CHLS Iya, Bang. BANG JACK
Simpen pukulan bedug di dalem biar nggak ilang. BRG,JK,CHLS Iya, Bang. Bang Jack kemudian terhuyung melanjutkan langkahnya menuju kamar sambil memegangi perutnya. Barong, Chelsea, dan Juki memandanginya dengan rasa sangat bersalah. HANSIP Sempet-sempetnya inget pukulan bedug.
37
INT. RUMAH UST. FERRY/Kamar Aya – MALAM
Aya duduk melipat kaki di tempat tidur, membaca Al Quran dengan suara lirih. TOK, TOK, TOK! HAIFA (OS) Aya? AYA Masuuuk .... Haifa membuka pintu tanpa masuk. HAIFA Telepon dari ayah. Aya langsung cemberut dan menutup Al Qurannya. AYA Nggak, ah. Aya menaruh kitab itu dan langsung tengkurap di bantal. Haifa menghela napas, lalu masuk, duduk di tepi ranjang. HAIFA Jangan gitu dong, Ay. AYA Ah, paling ngomongin lamaran lagi.
HAIFA Ayah juga bingung mau menjawab gimana. Orang yang pengen melamar kamu datang lagi ke rumah. AYA Kan udah dibilangin, Aya belum pengen menikah sekarang. Ngotot. Kayak nggak ada perempuan lain. HAIFA (tersenyum geli) Mungkin kamu dianggap sebagai gadis paling istimewa. AYA Nggak, nggak. Aya kesal menarik selimut hingga menutupi wajah dan seluruh tubuhnya. Haifa menghela napas panjang, tak tahu harus bagaimana. HAIFA Atau ... biar kak Ferry yang carikan calon suami buat kamu? Terdengar teriakan Aya dari dalam selimut. AYA Nggaaaak!!!
FADE OUT/FADE IN:
38
EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki setengah mengantuk duduk dalam jarak yang agak jauh dari rumah Ustadz Ferry. HANSIP Jam berape, Ki? Juki melihat arloji. JUKI Jam setengah empat persis, Bang.
Sang Hansip serentak berdiri. HANSIP Oke, kita bergerak sekarang. Bu Ustadz pasti udah selesai masak. Sang Hansip melangkah menuju rumah itu, diikuti oleh Barong, Chelsea, dan Juki. CHELSEA Bang, nanti makannya nggak usah nambah, ya? Takut keburu subuh. HANSIP Ya jangan, dong. Cukup ngambil sekali, tapi banyak. BARONG Bungkusin juga buat Bang Jack. HANSIP Sip. Mereka sampai di pintu pagar. Hansip mengetuk-ngetukkan pentungannya. TOK, TOK, TOK .... HANSIP Assalamu’alaikum! Pak Uustaaadz! Terdengar sahutan dari dalam rumah. UST. FERRY (OS) Wa’alaikum salaam! Tak berapa lama, Ustadz Ferry keluar. Ia menyambut hangat dan membuka pintu pagar. UST. FERRY Masuk, masuuuk ... saya bersyukur banget ngeliat anak muda pada rajin menjaga keamanan lingkungan. Duduk, duduk .... Ustadz Ferry menunjuk kursi-kursi tamu yang ada di teras. Hansip yang sudah mau masuk pintu dalam, langsung putar balik bergabung dengan rombongannya di kursi teras.
39
INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM
(MCU) Haifa dan Aya mengelap tumpukan piring, sendok-garpu, dan gelas bersih. HAIFA Bang Udin, ya? AYA Suaranya sih dia.
40
EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM
Ustadz Ferry duduk menghadapi Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki. Samar-samar dari dalam rumah terdengar gemerincing piring dan gelas beradu. Para tamu itu sesekali menoleh ke arah dalam rumah sambil mendengarkan Ustadz Ferry bicara. UST. FERRY Kalo saya sih memandangnya bukan kesalahan murni, melainkan kelalaian. Khilaf. Kalian makan sahur disini, trus kita ngobrol, baru inget kalo kalian harus ngebangunin Bang Jack. Namanya juga lupa, mau gimana lagi? BARONG Jadi, kita harus minta maaf sama Bang Jack, Pak Ustadz? UST. FERRY Minta maaf aja, nggak ada ruginya. Kalo perlu, ceritain kronologis kejadiannya biar jelas. Insya Allah Bang Jack ngertiin. JUKI Tuh, apa saya bilang. Minta maaf tuh nggak perlu nunggu lebaran. Kapan ada waktu, ya minta maaf. UST. FERRY Betul.
HANSIP (menyindir) Dingin banget disini, ya? Sampe merinding nih tengkuk saya. Kalo di dalem ‘kali lebih anget. CHELSEA Masa sih, Bang? Kayaknya biasabiasa aja. Hansip diam-diam menyikut Chelsea. Chelsea baru mengerti. Terdengar lagi suara gemerincing gerabah dari dalam rumah. HANSIP Suara apaan tuh, Pak Ustadz? UST. FERRY Biasalah ... kesibukan ibu-ibu kalo lagi berurusan sama piring dan gelas. Keempat tamu itu diam-diam membelalak bergairah. BARONG Jam berapa sekarang, Ki? JUKI (melihat arloji) Ehm ... waktunya sahur, nih. UST. FERRY Sudah pada makan sahur apa belum, nih? Jangan sampe kelewatan, lho. HANSIP Pak Ustadz aja masih tenang-tenang disini. UST. FERRY Saya sih udah sahur. Kebetulan lebih awal dari biasanya. KEEMPATNYA Ha?!
Keempat orang itu nampak kecewa dan panik.
HANSIP Lhah ... barusan Bu Ustadz di belakang klonengan sama Aya, ngapain? UST. FERRY Kayaknya sih abis nyuci piring, Din. Jadi belon pada makan, nih? (berseru ke dalam) Maaaa! Mamaaaah! HAIFA (OS) Ya, pah. Haifa muncul di pintu, langsung menyenyumi orang-orang di teras. UST. FERRY Masih ada makanan, nggak? Bang Udin dan kafilahnya belon sahur. HAIFA Ya Allah ... udah habis, pa. Kebetulan mama cuma masak sedikit. Nggak tau sih kalo bakal ada tamu. HANSIP Apa ... apa nggak ada sisa barang dikit, Bu? HAIFA Aduuh ... apa ya? Paling-paling tinggal ... coba deh ibu liat sebentar. Haifa segera masuk kembali.
41
EXT. JALAN DESA – MALAM
Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan pulang tergopoh sambil masing-masing makan krupuk putih. Tampangnya asem semua.
JUKI (kesal) Apes banget kita. Pasti ada yang belum mandi.
CHELSEA Bang Udin juga sih, nih. Mana yang katanya sekali mendayung, dua-tiga pulau kelewatan. Yang ada cuma krupuk. HANSIP Salahin Bu Ustadz, dong, kenapa masaknya ngepas? BARONG Cepetan jalannya. Mudah-mudahan Bang Jack udah bangun dan udah beli makanan buat kita. Jam berapa, Ki? Tiba-tiba terdengar gema adzan di kejauhan. Keempat orang itu terhenti dengan wajah tegang. JUKI Lariii! Keempat orang itu pun berlari sekencang-kencangnya.
42
EXT. MUSHOLA JACK – SUBUH
Bang Jack keluar dari tempat wudlu dengan wajah basah. Ia sudah mengenakan baju sholat. Ketika itulah terdengar grabak-grubuk kedatangan Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki. HANSIP Bang Jack, Bang Jack! Cepetan bangun! BANG JACK Loe pikir gue lagi merem? Pada kemana, sih? Untung gue tadi ngimpi didatengin kebo dan
kebangun. Gue liat loe pada nggak ada. CHELSEA Ya udah, sekarang biar saya beli makanan, Bang. Duitnya, duitnya. BANG JACK Gue udeh beli makanan tadi buat kita berlima. JUKI Alhamdulillah. Slamet kita. BANG JACK Tapi karena sampe ampir subuh loe nggak nongol, akhirnya gue kasih orang. HANSIP Yaaah .... BARONG Bang Jack sendiri udah makan sahur? BANG JACK Alhamdulillah udah. Apa ya tadi? Pecel lele sama empal .... Dikasih jengkol juga sama yang punya warung. HANSIP Udah deh, Bang, jangan diceritain. Cuma bikin sakit hati. BANG JACK Emangnya loe abis makan ape? Keempat orang itu diam tak menjawab. Shocked berat. Mereka lihat-lihatan dengan tampang kuyu, lalu .... (MENGERUBUTI BANG JACK, TANGIS-TANGISAN PENUH PENYESALAN, MINTA MAAF ATAS KESALAHAN KEMARIN MALAM). Bang Jack meladeni mereka sambil terkekeh. BANG JACK
Nggak papa, nggak papa. Kite sodara seiman, saling memaafkan. Juki, sekarang loe yang adzan, ya? JUKI Saya kan nggak sahur, Bang. Masih lemes. BANG JACK Orang laper juga boleh adzan, kok. Nggak ada yang ngelarang.
43
EXT. JALAN DESA – SUBUH
Serombongan JAMAAH MUSHOLA berjalan dengan pakaian sholat. Ada pula yang baru keluar dari pagar rumah. Tampak di antara mereka adalah Tamu 1 dan Tamu 2 yang kita lihat di rumah Ustadz Ferry. Gema adzan dari mushola Jack mengiringi langkah mereka. Suara muadzinnya terdengar mendayu, memelas. Suara Juki. JUKI (OS) Assholaatu khoirum minannauum! Assholaatu khoirum minannauum!
44
INT. MUSHOLA JACK – SUBUH
Juki adzan didampingi Bang Jack, yang memegang kertas bertuliskan lafal adzan untuk dibaca. Sementara di belakang mereka, tampak Hansip, Chelsea, dan Barong duduk menyender lemas di tembok dengan tatapan kosong. JUKI Allahu akbar ... allahu akbar! Laa ilaaha illallaah! Bang Jack mengacungkan jempol. JUKI Makin laper, Bang.
Bang Jack hanya terkekeh. Ketika itulah rombongan Jamaah Mushola baru sampai di teras. Jumlahnya sekitar 15 orang. Bang Jack nampak takjub melihat kedatangan mereka. JAMAAH Assalamu’alaikum! BANG JACK Wa’alaikum salam! (bergumam) Subhanallah ... tumben banyak banget yang dateng. Para jamaah langsung shalat sunnah di tempat masing-masing. Tamu 1 dan Tamu 2 mengambil posisi dekat Bang Jack.
TAMU 1 Bang Jack, adzannya yang barusan tadi bagus banget. Menyayat hati, jadi kita merasa terpanggil buat shalat berjamaah. HANSIP (menggerutu) Terang aja. Yang adzan orang laper. BANG JACK Hehehe .... gitu ya? TAMU 2 Iya, Bang. Betul. Siapa yang adzan, Bang? Dari kaset, ya? BANG JACK Bukan. Ini nih si Juki, anggota baru kite di mushola. Tamu 1 dan Tamu 2 berubah masam mendengar itu. TAMU 1 Oooo ... cuma vokalnya masih mentah.
Setelah berkata begitu, keduanya langsung shalat. Bang Jack terkekeh menepuk bahu Juki yang tampak shocked. BANG JACK Sabar .... sabaar ... loe insyaf bukan buat orang laen, tapi karena Allah. Bang Jack menata diri untuk shalat sunnah dan bertakbir. BANG JACK Allahu akbar.
SEKIAN