ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)
Oleh : EBRINEDY HALOHO A14105534
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)
Oleh : EBRINEDY HALOHO A14105534
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Dan Palm Kernel (PK) (Studi
Kasus
Nusantara
Kegiatan
Replanting
PT.
Perkebunan
VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)
Nama
: EBRINEDY HALOHO
NRP
: A14105534
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP 131 410 931
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M.Agr. NIP 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian : 10 Mei 2008
PERNYATAAN
DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KENEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
BOGOR, MEI 2008
EBRINEDY HALOHO A14105534
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan tanggal 09 Februari 1983 di Jakarta sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Muatan Haloho dan Ibu L.Artaulina br Purba. Pendidikan penulis dimulai dari tingkat Taman Kanak-kanak pada tahun 1989 di TK Merry – Pondok Gede, Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Pamardi Yuana Bakti di Jakarta pada tahun 1990 hingga lulus pada tahun 1996. pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Mardi Yuana Cilegon hingga lulus pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 Serang-Banten pada tahun 2001. Pada tahun 2001, penulis diterima pada Program Diploma III Agribisnis, Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penulis lulus pada tahun 2004 dengan tugas akhir berjudul “Aktivitas Promosi Dalam Penjualan Produk Agroindustri Apel Kusuma Agrowisata, Batu-Malang”. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan UKM PMK UNPAD-Bandung dan GMKI cabang Sumedang.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemuliaan, kasih dan perlindungan NYA kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang ditujukan untuk mempelajari dan menganalisis proses produksi tandan buah segar (TBS) sebagai bahan baku industri primer pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) yang dikaitkan dengan optimalisasi pengadaan bahan baku TBS untuk mendapatkan jumlah TBS yang optimal, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan pengadaan bahan baku pabrik pengolahan kelapa sawit. Skripsi dengan judul Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Dan Palm Kernel (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten), diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi PTPN VIII Kertajaya khususnya dalam mengambil keputusan maupun kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pengadaan produksi TBS dalam memproduksi CPO dan PK. Pihak manajemen PTPN VIII Kertajaya dapat menentukan kombinasi pengadaan TBS dan tingkat produksi TBS dari Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma yang dapat memberikan penerimaan maksimum dengan tetap mempertimbangkan alokasi sumberdaya yang tersedia. Model analsis yang digunakan dalam skripsi ini adalah Linear Programming dengan bantuan perangkat lunak compauter LINDO, sehingga hasil olahan program linier
ini akan didapatkan pengadaan produksi TBS yang optimal dalam memproduksi CPO dan PK yang berasal dari Kebun sendiri Kertajaya, Seinduk dan Plasma. Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik untuk penyusunan skripsi ini, tetapi penulis menyadari masih terdapat kelemahan-kelemahan pada skripsi ini. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dari skripsi ini, dan penulis berharap skripsi ini dapat berguna untuk semua pihak.
Bogor, Mei 2008
EBRINEDY HALOHO A14105534
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari proses bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan masukan serta bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, dan “koreksi” yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada kolokium dan atas semua masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Anna Farianti, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya menjadi dosen penguji dan atas semua masukan untuk perbaikan skripsi ini. 4. Arif Kariadi Uswandi, SP sebagai dosen peguji komdik atas kesediaannya menjadi dosen penguji dan atas semua masukan dan koreksi mengenai tata cara penulisan ilmiah 5. Elfrida Hutagaol atas kesediannya untuk menjadi pembahas pada seminar hasil skripsi 6. PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten dalam hal ini kepada Ibu Pia, Ibu Yoosni, Pak Sri Hermawan, Pak Joko, Pak Yayat, Pak H. Syaiful Purba, Pak Baggio, Pak Ari, Pak Sugeng Widodo dan segenap karyawan PTPN VIII Kertajaya atas kerjasamanya selama penelitian ini. 7. Keluarga Besar Haloho, Arroi Fasdo, Okvienti, Uina Arta Sari, Jonedi, dan spesial untuk Bapaku, Muatan Haloho dan Mamaku tercinta Artaulina br
Purba Tanjung atas semua dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. 8. Nenny Arisdani Fransisca, atas waktu, perhatian, dorongan, dan kasih sayangnya selama kuliah dan selama menyelesaikan skripsi ini 9. Keluarga Besar Cidangiang 2 dan Borobudur atas kekompakan, dukungan dan kerjasamanya selama penulisan skripsi ini. 10. Teman-teman Agribisnis Ekstensi angkatan XIII Institut Pertanian Bogor atas Kerjasamanya serta dukungan selama kuliah dan selama penelitian
RINGKASAN EBRINEDY HALOHO. Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan CPO dan PK (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten). (Dibawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI) Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari peran produsen industri primer minyak nabati yang menggunakan buah kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya. Peningkatan produktivitas minyak CPO Indonesia dengan persentase 1.16 hingga 286.58 pada tahun 2001-2005, mengindikasikan penghasil devisa negara terbesar berasal dari ekspor CPO ke negara-negara Eropa barat seperti Inggris, Italia, Belanda dan Jerman. Peningkatan produktivitas industri CPO membutuhkan input dari perkebunan kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar dengan total perkembangan luas areal 9.60-13.36 persen (1999-2005) yang berasal dari perkebunan besar swasta, perkebunana negara dan perkebunan rakyat. Salah satu produsen industri CPO dan PK sebagai produk sampingannya yang tetap eksis memenuhi permintaan industri hilir kelapa sawit adalah PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya, Lebak dengan kapasitas pabrik sebesar 30 ton TBS/jam. PTPN VIII Kebun Kertajaya sebagai industri pemasok bahan baku Crude Palm Oil dan Palm Kernel di daerah Banten dan Jawa Barat dalam kegiatan produksinya tetap memperhatikan kuantitas pengadaan bahan baku secara efektif dan efisien. Pengadaan bahan baku produksi secara optimal dapat melindungi perusahaan dari ketidakpastian akibat kondisi dinamis dari faktor permintaan dan penawaran, selain sebagai penyeimbang dan penyangga dari permintan dan penawaran pasar. Berdasarkan data realisasi produksi Tandan Buah Segar 2007 sebagai bahan baku CPO dan PK yang terdapat di perusahaan dapat diketahui bahwa persentase total pengadaannya 177.89 persen dipenuhi dari kebun plasma dan 74.15 persen dari kebun sendiri (Kertajaya) dan seinduk. Dari permasalahan tersebut maka perusahaan perlu melakukan pengadaan alternatif kombinasi pasokan bahan baku dalam memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari berbagai sumber yang ada untuk mencapai keuntungan maksimum dan meramalkan besarnya variabel yang mempengaruhi model tujuan optimalisasi pada saat umur tanaman kelapa sawit 27 tahun (2007) dan setelah kegiatan replanting 500 Ha (tahap pertama) tanaman kelapa sawit dilaksanakan (2011). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi pengadaan TBS dari berbagai sumber untuk mencapai keuntungan maksimum PTPN VIII Kertajaya pada tahun 2007 dan 2011, memprediksi biaya produksi TBS dan biaya pengolahan CPO dan PK empat tahun kedepan dalam satu tahun setelah kegiatan replanting. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang dibutuhkan dalam oenelitian ini adalah data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Software Minitab 14. membantu dalam meramalkan koefisien variabel-variabel model tujuan, kendala program linier dan LinierInteractive Discrete Optimizer (LINDO) membantu pengolahan data formulasi model persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan fungsi kendala yang ada.
Dari hasil olahan linier programming apabila perusahaan menerapkan kajian tujuan tunggal, maka akan diperoleh keuntungan pengadaan TBS sebesar Rp/kg 31.200.000 pada tahun 2007 dan 2011 yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma. Hal ini berarti perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp/kg 31.167.857 pada tahun 2007 dan Rp/kg 31.048.787 setelah kegiatan replanting. Analisis primal menunjukkan bahwa tingkat kombinasi pengadaan TBS sebagai bahan baku produksi CPO dan PK berasal dari kebun seinduk dan plasma terjadi pada bulan Desember tahun 2007 dan bulan September pada tahun 2011 setelah tanaman kelapa sawit hasil replanting menghasilkan (TM). Berdasarkan analisis optimalisasi yang telah dilakukan, perusahaan belum optimal dalam pengadaan bahan baku TBS. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara keuntungan aktual dan optimal. Penggunaan sumberdaya dalam optimalisasi pengadaan TBS di PTPN VIII Kertajaya, seperti potensi produksi TBS kebun sendiri sebelum replanting 100persen, ketersediaan TBS sebesar 4 persen dan kuota pembelian TBS dari kebun plasma merupakan sumberdaya yang langka atau kendala aktif yang perubahannya dapat mempengaruhi nilai tujuan. Namun untuk sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik pengolahan, dan potensi kebun sendiri setelah replanting 100 persen dan 80 persen merupakan sumberdaya berlebih. Pada saat permintaan produk CPO dan PK tinggi memberikan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan pengadaan produksi TBS dengan memanfaatkan sumberdaya berlebih. Berdasarkan analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan, maka untuk pengadaan bahan baku TBS dari kebun sendiri, seinduk dan plasma pada bulan Desember tahun 2007 mengalami peningkatan yang tak terhingga dan penurunan dengan batas penurunan masing-masing sebesar 105,9 ; 108 ; 109. Sedangkan pada tahun 2011 pada bulan Desember mengalami peningkatan sebesar tak terhingga dan penurunan sebesar 356 yang berasal dari kebun Sendiri dan bulan September mengalami peningkatan sebesar tak terhingga dan penurunan sebesar 61 ; 62 yang berasal dari kebun seinduk dan plasma. Analisis sensitivitas pada ruas kanan kendala tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa kenaikan dan penurunan maksimum sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi kebun sendiri setelah replanting sebesar 100persen dan 80persen akan mempengaruhi nilai dual. Sedangkan pada sumberdaya lain yaitu potensi kebun sendiri sebelum replanting 100persen dan 80persen, kuota pembelian TBS dari kebun plasma, ketersediaan pasokan TBS 4persen dari kebun plasma selang kepekaannya tidak mempengaruhi nilai dual. Hal ini dikarenakan nilai ruas kanan berada pada batas kenaikan maksimum dan penurunan maksimum. Skenario dalam analisis post optimal dilakukan dengan menurunkan kendala persentase potensi produksi 80% kebun sendiri sebelum dan setelah replanting di PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten. Kenaikan keuntungan yang diperolah setelah dilakukan analisis post optimal adalah 2.553.408 Rp/kg. Hasil optimalisasi analisis sensitivitas fungsi tujuan menunjukkan hasil yang sama dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Penggunaan input produksi seperti tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi produksi TBS kebun sendiri 80% merupakan sumberdaya yang langka dan peningkatan satu satu nilai pada selang kenaikan dan penurunan minimum akan mempengaruhi nilai dualnya.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ........................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 8 1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................. 8 1.5. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Kelapa Sawit..................................................................... 10 2.2. Minyak Sawit (CPO) ................................................................. 11 2.3. Persediaan TBS Sebagai Bahan Baku CPO ................................ 13 2.4. Penelitian Terdahulu .................................................................. 15 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 19 3.1.1 Bahan Baku ...................................................................... 19 3.1.2 Program Linier ................................................................... 20 3.1.2 Teori Optimalisasi .............................................................. 25 3.2. Konsep Dasar Peramalan Produksi TBS .................................... 27 3.2.1 Peramalan (Forecast).......................................................... 27 3.2.2 Kegiatan Peremajaan (Replanting) ...................................... 29 3.3. Kerangka Berpikir Operasional................................................... 31
viii
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 34 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 34 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 35 4.3.1 Penerapan Model Peramalan ............................................. 36 4.3.2 Analisis Primal .................................................................. 39 4.3.3 Analisis Dual (Status Sumber Daya) ................................. 40 4.3.4 Analisis Sensitivitas ........................................................... 40 4.3.5 Analisis Post Optimal ........................................................ 41 4.3.6 Formulasi dan Pengukuran Data ......................................... 42 4.3.6.1 Fungsi Tujuan ........................................................... 42 4.3.6.2 Kendala-kendala ........................................................ 44 4.4 Definisi Operasional ................................................................... 49 4.5 Asumsi-asumsi ........................................................................... 50
BAB V KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya ....................... 51 5.2 Keadaan Fisik Kebun Kertajaya .................................................. 52 5.3 Struktur Organisasi ..................................................................... 53 5.4 Keadaan Karyawan Kebun Kertajaya .......................................... 54 5.5 Kegiatan Budidaya Tanaman Kelapa Sawit ................................ 56 5.5.1 Pembukaan Lahan .............................................................. 56 5.5.2 Penanaman ......................................................................... 57 5.5.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan .................... 58 5.5.4 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ............................... 60 5.5.5 Panen Tandan Buah Segar .................................................. 62
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Implikasi Peramalan Dekomposisi .............................................. 63 6.1.1 Biaya Produksi TBS Kelapa Sawit ..................................... 63 6.1.2 Harga CPO dan PK ............................................................ 64 6.1.3 Total Produksi TBS Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma
ix
PTPN VIII Kertajaya .......................................................... 66 6.1.4 Biaya Pengolahan CPO dan Palm Kernel PTPN VIII Kertajaya ........................................................................... 69 6.2 Perumusan Model Program Linier .............................................. 70 6.2.1 Perumusan Fungsi Tujuan .................................................. 70 6.2.2 Perumusan Fungsi Kendala ................................................ 72 6.3 Hasil Optimal Analisis Primal .................................................... 77 6.4 Hasil Optimal Analisis Dual ....................................................... 79 6.5 Hasil Optimal Analisis Sensitivitas ............................................. 81 6.5.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ........... 81 6.5.2 Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala ................. 82 6.6 Hasil Analisis Post Optimal ........................................................ 84 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ................................................................................ 87 7.8. Saran .......................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 91 LAMPIRAN ........................................................................................................... 93
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Total Konsumsi Minyak Sawit Dunia ............................................... 2 2. Perkembangan volume dan nilai ekspor Minyak Sawit/CPO di Indonesia Tahun 2001-2005 ......................................................... 2 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1995-2005 (Ha) ..................................................................... 3 4. Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia 2001-2005 (Ton) ............. 4 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu ....................................................... 18 6. Program Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman .................................................................. 59 7. Fraksi Matang Panen Pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan .... 62 8. Biaya Produksi Kelapa Sawit Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya (Rp/kg) ........................................................... 64 9. Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya ... 65 10. Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya ....... 65 11. Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual dan Ramalan (Kg) ............................................................................ 66 12. Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kg) ................................................................................... 67 13. Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kg) ................................................................................... 68 14. Total Biaya Pengolahan CPO, PK Aktual dan Ramalan Kertajaya (Rp/kg) ............................................................................................. 69 15. Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya .......................................................................................... 72 16. Kendala Potensi Produksi TBS 100% Kebun Sendiri Kertajaya ........ 73 17. Kendala Potensi Produksi TBS 80% Kebun Sendiri Kertajaya Pada Analisis Post Optimal ............................................................. 73 18. Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 100% TBS Setelah
xi
Replanting......................................................................................... 74 19. Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 80% TBS Pada Analisis Post Optimal Setelah Replanting ..................................................... 74 20. Kendala Ketersediaan Kebun Plasma 4% Dari Kebun Sendiri dan Seinduk ........................................................................................... 75 21. Kendala Kuota Pembelian Dari Kebun Plasma ................................. 75 22. Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja ................................................. 76 23. Besarnya Nilai Dual Sumberdaya Potensi Produksi Kebun Sendiri Setelah Relanting 100%, Ketersediaan TBS 4%, dan Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma di PTPN VIII Kertajaya ........... 80 24. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya 2007 ........................... 84 25. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya 2011 ........................... 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 33 2. Grafik Biaya Produksi Aktual dan Ramalan Kelapa Sawit ................ 64 3. Grafik Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya .......................................................................................... 65 4. Grafik Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya .......................................................................................... 66 5. Grafik Total Produksi TBS Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual dan Ramalan (Kilogram) ......................................................................... 67 6. Grafik Total Produksi TBS Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kilogram) ...................................................................................... 68 7. Grafik Total Produksi TBS Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kilogram) ....................................................................................... 69 8. Grafik Biaya Pengolahan CPO dan PK Aktual dan Ramalan Kertajaya (Rp/Kg)............................................................................. 70
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Tabel Realisasi Produksi Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) PTPN VIII Kertajaya Tahun 2005-2007 .........................................
93
2. Alur Proses Produksi Pengolahan CPO padaPabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya, Lebak .........................................................
94
3. Peta Lokasi Penelitian PTPN VIII Kertajaya, Lebak Banten ..........
95
4. Gambaran Umum Struktur Organisasi PTPN VIII Kertajaya dan Deskripsi Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Karyawan Secara Umum di PTPN VIII .....................................................................
96
5. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Kertajaya 2007 ...................................................................
99
6. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Seinduk 2007 ..................................................................... 100 7. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Plasma 2007 ....................................................................... 101 8. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Kertajaya 2011 ................................................................... 102 9. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Seinduk 2011 ..................................................................... 103 10. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Plasma 2011 ....................................................................... 104 11. Potensi Produksi Tandan Buah Segar Pada Luas Lahan III Yang Belum dan Sudah di Replanting ..................................................... 105 12. Pengadaan Produksi TBS Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Tahun 2007 dan 2011 .................................................................... 106 13. Hasil Olahan Optimalisasi Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Tahap I dan II (2007) ................................... 107 14. Outpu Post Optimal Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit Dengan Potensi 80% Kebun Sendiri-Kertajaya Tahap I dan II (2011) ......... 109
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Pembangunan sub sektor perkebunan agribisnis merupakan bagian integral dari program revitalisasi pembangunan pertanian. Ini dapat terlihat dari peran produksi industri primer minyak nabati yang menggunakan buah kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya. Selain sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemicu dan pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, kelapa sawit juga berperan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia1. Nilai ekspor minyak dan lemak nabati Indonesia yang meningkat dengan laju rata-rata 34,84 persen dari tahun 2001-2005 mengindikasikan bahwa prospek olahan minyak kelapa sawit sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri lainnya terus mengalami peningkatan permintaan. Meningkatnya
permintaan
konsumsi minyak sawit dunia (Tabel 1.) pada tahun 1993 sebesar 90.501 ribu ton menjadi 118.061 ribu ton pada tahun 2007, merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan kuantitas produksinya dalam upaya memenuhi permintaan dalam dan luar negeri yang terus meningkat. Kekayaan sumber daya baik kondisi tanah dan iklim Indonesia yang cocok sebagai produsen bahan baku
1
WWW.Deptan.go.id/perkebunan/tahunan/ KS-IND.Doc. (11 Maret 2007)
2
minyak sawit merupakan nilai tambah tersendiri dalam upaya peningkatan kuantitas produk, sebagai negara penghasil CPO dunia kedua Tahun 2001-2005. Tabel 1. Total Konsumsi Minyak Sawit Dunia Uraian 1993-1997 1998-2001 2002-2007 2007-2012 Minyak
Total
Sawit
Konsumsi
(CPO)
(Ribu ton) Pangsa (%)
90.501
104.281
118.061
132.234
19,7
19,3
18,9
19,0
Sumber : Diolah dari Oil Word (2001)
Produktivitas minyak sawit (CPO) Indonesia yang berada di peringkat kedua dunia diharapkan akan tetap dapat memasok kebutuhan minyak sawit dunia secara berkesinambungan. Hal ini didukung dengan perkembangan volume ekspor minyak sawit Indonesia selama lima tahun terakhir 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan (Tabel 2.). Persentase peningkatan pada volume ekspor CPO yang berkisar 1,16 hingga 286,58 persen ini mengindikasikan bahwa salah satu sumber penghasil devisa Indonesia berasal dari ekspor CPO yang menguasai pasar negara Eropa barat seperti Inggris, Italia, Belanda dan Jerman. Tabel 2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia Tahun 2001-2005 Ekspor Tahun Volume ( ton ) Nilai (000 US$ ) 2001
4.903.218
1.080.906
2002
6.333.708
2.092.404
2003
6.386.409
2.454.626
2004
8.661.647
3.441.776
2005
10.375.792
3.756.557
Sumber : Badan Pusat Statistik (2006)
Produksi industri CPO membutuhkan input dari perkebunan kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar (TBS). Perkebunan kelapa sawit dengan
3
hasilnya berupa TBS merupakan hulu dari industri CPO, sedangkan industri hilir utamanya adalah industri minyak goreng sawit dan produk non pangan oleokimia. Peran industri perkebunan negara, rakyat dan swasta dalam skala kecil maupun besar tidak terlepas dari perkembangan luas areal total perkebunan kelapa sawit yang meningkat pesat yakni 9.60 persen hingga 13.36 persen (tahun 1999-2005). Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Perkebunan pada Tabel 3. diketahui bahwa peningkatan terbesar dalam memperluas areal kelapa sawit ditempati oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan porsi hektar terbesar, diikuti oleh Perkebunan Rakyat (PR), serta Perkebunan Besar Negara (PBN). Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2005 (Ha) Tahun PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan(%) 1999
1.041.046
576.999
2.283.757
3.901.802
9,60
2000
1.166.758
588.125
2.403.194
4.158.077
6,57
2001
1.561.031
609.943
2.542.457
4.713.431
13,36
2002
1.808.424
631.566
2.627.068
5.067.058
7,50
2003
1.854.394
662.803
2.766.360
5.283.557
4,27
2004
1.904.944
675.090
2.867.527
5.447.562
2,21
2005
1 .917.037
677.041
3.003.080
5.597.158
2,67
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006
Sejalan dengan semakin bertambah luasnya lahan tanaman kelapa sawit, maka produksi minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) juga mengalami kenaikan. Pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir yang melebihi pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit dunia mengindikasikan optimalisasi produksi industri minyak kelapa sawit belum dapat tercapai. Berdasarkan data pada tabel 4, diketahui kontribusi Produksi minyak sawit (CPO) yang berasal dari Perkebunan Besar milik Negara masih
4
rendah dibandingkan dengan Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat yang terus mengalami peningkatan produksi. Tabel 4. Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun 1999-2005 (Ton) Tahun PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan(%) 1999
1.547.811
1.468.949
3.084.099
6.455.590
8,86
2000
1.905.653
1.460.954
3.633.901
7.000.508
8,44
2001
2.798.032
1.519.289
4.079.151
8.396.472
19,94
2002
3.426.739
1.607.734
4.587.871
9.622.344
14,60
2003
3.517.324
1.750.651
5.172.859
10.440.834
8,51
2004
3.745.264
1.981.576
6.383.849
11.806.550
15,99
2005
3.873.677
2.049.849
6.528.455
12.451.981
5,18
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006
Salah satu produsen industri CPO yang tetap eksis dalam mengolah kelapa sawit menjadi CPO sebagai bahan baku untuk industri hilir minyak dan lemak adalah PTPN VIII dimana unit wilayah bisnisnya terdapat di daerah Jawa Barat bagian selatan dan Banten dengan total luas areal produksi 17.000 ha dan telah berproduksi sebesar 2.000 ton per bulan dari 7.000 ha lahan produktif2. Sebagai pemasok bahan baku industri minyak goreng, PTPN VIII memiliki satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang berlokasi di Kebun Kertajaya, Lebak. Kapasitas mesin pengolahan kelapa sawit yang memproduksi 30 ton/jam TBS ini memproduksi minyak sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Palm Kernel) sesuai dengan besarnya pasokan bahan baku TBS yang dipanen dari setiap kebun plasma, kebun sendiri dan seinduk PTPN VIII. Oleh karenanya penting untuk mengetahui kesinambungan hubungan antara perkebunan sebagai penyedia bahan baku dengan pabrik pengolahan yang membutuhkan bahan baku dalam industri pengolahan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan misi pemerintah untuk 2
WWW.ptpn8.co.id “PTPN VIII Siap Pasok Bahan Baku CPO Untuk Minyak Goreng JABAR
5
menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit (CPO) pertama dunia yang memasok kebutuhan bahan baku industri hilir dari CPO dan produk turunannya.
1.2 Perumusan Masalah PTPN VIII Kebun Kertajaya sebagai industri pemasok bahan baku Crude Palm Oil dan Palm Kernel di daerah Banten dan Jawa Barat dalam kegiatan produksinya tetap memperhatikan kuantitas pengadaan bahan baku secara efektif dan efisien. Pengadaan bahan baku produksi secara optimal dapat melindungi perusahaan dari ketidakpastian akibat kondisi dinamis dari faktor permintaan dan penawaran, selain sebagai penyeimbang dan penyangga dari permintan dan penawaran pasar. Berdasarkan data realisasi produksi Tandan Buah Segar 2007 sebagai bahan baku CPO dan PK yang terdapat di perusahaan (Lampiran1) dapat diketahui bahwa kontribusi untuk produktivitas pengadaan bahan baku TBS yang dipenuhi dari kebun plasma sebesar 177.89 persen dan 74.15 persen dari Kebun sendiri (Kertajaya) dan seinduk. Kebutuhan bahan baku yang lebih besar dipasok dari kebun plasma dibandingkan Kebun Kertajaya dan seinduk mengindikasikan bahwa perusahaan belum berproduksi secara optimal. Perusahaan perlu melakukan analisis dalam optimalisasi pengadaan tandan buah segar sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK untuk mencapai keuntungan perusahaan yang maksimal pada dua tahapan waktu sebelum (2007) dan setelah kegiatan replanting 500 Ha tanaman kelapa sawit dilaksanakan (2011). Meningkatnya jumlah permintaan volume produk antara (CPO dan PK) secara nasional mengindikasikan adanya peningkatan penjualan pada PKS PTPN
6
VIII Kertajaya, sehingga berpengaruh terhadap kegiatan produksi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumennya. Hal ini menyebabkan perusahaan harus memiliki persediaan produk di gudang dan melakukan perencanaan kebutuhan akan bahan baku yang tepat. Kuantitas produk yang tersedia di tanki timbun (Storage Tank) dan siap untuk dipasarkan ke industri hilir minyak goreng dan lemak, mengharuskan perusahaan untuk mengalokasikan biaya pengadaan untuk menghadapi meningkatnya konsumsi CPO dan PK sebagai bahan baku industri hilir kelapa sawit dari para pelanggannya. Hal ini berdampak terhadap perusahaan dalam menentukan besarnya kuantitas pengadaan bahan baku yang optimal untuk memenuhi permintaan dari Industri hilir pengolahan CPO dan PK di pasar fisik yang ada. Salah satu cara untuk menjaga persediaan bahan baku yang optimal pada kapasitas olah pabrik terpasang yaitu dengan mengetahui kemungkinan jumlah pasokan bahan baku dari kebun sendiri, kebun seinduk, dan pembelian TBS dari pihak plasma sebagai mitra kerja PTPN VIII. Dalam memenuhi pasokan bahan baku dari kebun sendiri yang mencapai 80 % dari total kebutuhan bahan baku produksi CPO, PTPN VIII dihadapkan pada kendala umur tanam yang memasuki batas akhir umur ekonomis (25 tahun). PTPN VIII sebagai salah satu PT Perkebunan Nusantara tertua di Indonesia memulai proses penanaman pada tahun 1981, dan memasuki awal tahun 2007 pihak pengelola kebun (Afdeling) berencana untuk melaksanakan kegiatan peremajaan (Replanting) tanaman kelapa sawit. Hal ini terkait dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan dari kapasitas produksi CPO dan PK dengan melakukan perencanaan persediaan bahan baku yang optimal dari berbagai sumber.
7
Peramalan biaya pengolahan produksi CPO dan PK yang dilakukan pada PKS PTPN VIII Kertajaya adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi pesanan produsen industri hilir kelapa sawit di masa yang akan datang. Dengan mengetahui peramalan biaya produksi dan harga jual CPO dan PK perusahaan dapat merencanakan pada kuantitas berapa produk harus diproduksi agar tidak rugi dan untung (titik impas). Selain itu, peramalan biaya pengolahan produksi tidak terlalu sulit bagi pihak manajemen, karena data telah tersedia berupa data kuantitatif dengan jenis data trend sehingga tidak memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal dalam pengaplikasiannya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimana
alternatif
kombinasi
pasokan
bahan
baku
dalam
memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari berbagai sumber yang ada untuk mencapai keuntungan maksimum perusahaan dan pengaruh perubahan yang terjadi terhadap kondisi optimal dari kebun sendiri pada tahun 2007, dan 2012 sebelum dan setelah kegiatan replanting dilakukan ? 2.
Bagaimana memprediksi biaya produksi bahan baku TBS dan biaya pengolahan CPO dan PK dalam dua belas bulan kedepan setelah dilakukan replanting sehingga diketahui keuntungan maksimum perusahaan yang diperoleh dari memproduksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK ?
8
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi tingkat perencanaan pengadaan optimal Tandan Buah Segar (TBS) dalam memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) baik yang belum mengalami replanting dan telah mengalami replanting pada dua tahapan waktu tahun 2007 dan 2011, yang akan diolah PKS PTPN VIII Kertajaya, sehingga tercapai keuntungan maksimum perusahaan.
2.
Mengimplikasikan metode peramalan dekomposisi yang paling akurat dalam memprediksi biaya produksi bahan baku Tandan Buah Segar dan pengolahan CPO dan PK serta meramalkannya untuk 12 bulan ke depan pada tiap tahapan waktu.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik bagi pihak perusahaan (Pabrik Kelapa Sawit di PTPN VIII Kertajaya Lebak), penulis, maupun bagi pembaca. Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya pengelolaan pengadaan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma untuk mendukung efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi masukan atau informasi sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan oleh pihak perusahaan. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan, serta sebagai pengaplikasian ilmu yang telah
9
diperoleh selama kuliah. Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai optimalisasi produksi TBS pada Industri primer CPO dan PK dan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya menekankan kepada pengaplikasiaan metode peramalan dekomposisi yang akurat dari variable-variabel harga TBS sehingga tercapai optimalisasi pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK pada saat sebelum dan sesudah kegiatan Replanting kebun sendiri pada tiap tahapan waktu dengan kendala-kendala yang ada. Sedangkan bagaimana melakukan pengendalian pengadaan bahan baku CPO dan PK serta sistem pengendalian pengadaan yang digunakan dalam pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya bukan menjadi bagian penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elacis Guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang tumbuh pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini menyukai tanah yang subur di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi 80-90 persen. Kelembaban tinggi dipengaruhi oleh rendah-tingginya curah hujan sekitar 2000-2500 mm setahun. Habitat asli tanaman kelapa sawit adalah daerah semak belukar dan dapat tumbuh dengan baik di daerah Tropis (150LU-150LS)3. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari hutan tropis Afrika Barat, dan menyebar ke Brazil, Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh
Schadt
seorang
Jerman
pada
tahun
1911
(Setyamidjaja,
1991).
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah menyebar tidak hanya di Pulau Sumatra, tetapi sudah meliputi pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Pada tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit 2.568 juta hektar, dan diperkirakan pada tahun 2010 luas perkebunan menjadi 3,1 juta hektar dengan produksi minyak sebesar 12,9 ton/tahun.
3
IBID
11
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan ketebalan cangkangnya, yaitu terdiri dari dura, pisifera dan tenera. Dura merupakan jenis kelapa sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal, sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah. Ciri lain dari jenis dura yaitu tandan buahnya besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18 persen. Buah untuk jenis pisifera umumnya tidak memiliki cangkang, tetapi bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Jenis tenera merupakan hasil persilangan antara induk dura dan induk pisifera dengan sifat buah cangkang tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Kelapa sawit jenis tenera memiliki keunggulan yaitu persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90 persen dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28 persen. Tanaman kelapa sawit memiliki waktu tumbuh 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda karena belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia tanam 4-6 tahun dan pada usia 7-10 tahun disebut sebagai periode matang (mature periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan tandan buah segar (TBS). Tanaman kelapa sawit yang memiliki umur 20-25 tahun mulai mengalami penurunan produksi TBS, terkadang pada usia 25-28 tahun tanaman kelapa sawit tidak dapat lagi menghasilkan TBS.
2.2 Minyak Sawit (CPO) Tandan Buah Segar Kelapa Sawit yang dipanen memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi crude palm oil (CPO) sedangkan biji sawit diolah menjadi kernel palm oil (PKO). Proses pengekstrasian
12
CPO di Pabrik Kelapa Sawit rata-rata 20-24 persen dari buah kelapa sawit, sedangkan PKO 2,5 persen (40-42 persen dari inti sawit). Sisa hasil olahan dari CPO dan PKO adalah berupa serat dan cangkang biji sawit yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap (broiler) sebagai tenaga uap (steam) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)4. Proses pengolahan yang dilakukan pada pabrik kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya untuk menghasilkan CPO dan PKO dapat dilihat pada Lampiran2. Produk CPO dan PKO yang dihasilkan merupakan ester asam lemak dan gliserol yang mengandung asam palmitat, oleat, linoleat, stearat, gliserol dan asam laurat. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan, dan penghilangan bau atau Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (BRDPO) (Naibaho L, 1999). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). Produk RBD Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng, dan produk oleokimia seperti fatty acid, fatty alcohol, glycerine, metallic soap, stearic acid, methyl ester dan stearin. Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk memproduksi margarine dan shortening, selain dipergunakan sebagai bahan baku industri barang konsumen seperti sabun, kosmetika dan deterjen. Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol yang dapat menghasilkan 73 persen olein, 21 persen stearin, 5 persen PFAD (Palm Fathy Acif Distillase) dan 0,5 persen limbah.
4
BBJ-JFX “Gambaran Umum Produksi Minyak Sawit http: www.bbj-jfx.com. Januari 2007
13
2.3 Persediaan TBS sebagai Bahan Baku CPO Mulyadi menyatakan bahwa kebutuhan bahan baku merupakan bagian dari sistem pengendalian persediaan produksi. Bahan baku membentuk bagian secara menyeluruh suatu produk jadi yang siap dipasarkan kepada pelanggan dengan menggunakan saluran pemasaran yang ada. Salah satu kebutuhan industri hilir pengolahan CPO yang dipasok dari produksi industri hulu ditentukan oleh besarnya permintaan pasar baik di pasar fisik maupun pasar berjangka. Permintaan CPO sebagai bahan baku dari industri hilir untuk memenuhi kebutuhan internasional dan domestik, berdampak pada meningkatnya luas areal lahan untuk dapat memasok TBS baik berasal dari kebun sendiri, seinduk, dan kebun plasma. Pengadaan bahan baku yang terkait dengan pengolahan CPO berhubungan erat dengan konsep dasar persediaan, sehingga perusahaan dapat merencanakan besarnya kebutuhan TBS yang akan diolah untuk dapat memaksimalkan
keuntungan.
Kegiatan
persediaan
yang
terdapat
dalam
perusahaan dibedakan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk, yaitu : 1. Persediaan bahan baku (raw materials stock), yaitu persediaan barangbarang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah yang diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku (input) bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. 2. Persediaan komponen rakitan (purchased parts/component stock), yaitu persediaan barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari
14
perusahaan lain yang dapat dirakit dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan bahan penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process stock), yaitu persediaan barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi tetapi masih perlu proses lanjutan. 5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual kepada konsumen. Peranan persediaan berkaitan dengan tujuan diadakannya persediaan. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi menurut Assauri (1999) berguna untuk : 1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga bisa digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
15
6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaikbaiknya, dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.
2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang komoditas kelapa sawit serta produk olahannya telah banyak dilakukan, demikian pula penelitian tentang pengadaan bahan baku. Dalam penelitian Jafarudin, (2005) mengenai peramalan produksi TBS di kebun percobaan Betung II A dapat disimpulkan berdasarkan pola data produksi tidak stasioner, terdapat unsur trend dan musiman. Analisis metode peramalan terbaik disimpulkan
bahwa
metode
ARIMA
memberikan
nilai
MSE
terkecil
dibandingkan metode peramalan lainnya, sehingga kebun percobaan Betung II A dapat melakukan perencanaan teknik budidaya menyusun target produksi, perencanaan tenaga kerja, perencanaan transportasi dan perencanaan dana secara tepat. Setiawan (2002) melakukan penelitian mengenai ”kajian produktifitas dan nilai tambah pengolahan kelapa sawit” (Studi kasus pada PT Perkebunan Nusantara XIII), mengemukakan bahwa produktivitas karyawan masih di bawah standar nasional, sehingga Setiawan menyarankan untuk memperketat seleksi karyawan dan meningkatkan pelatihan. Dari analisis nilai tambah dengan metode Hayami disimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh perusahaan mengalami
16
penurunan cukup besar. Hal ini secara tidak langsung disebabkan oleh kualitas TBS atau nilai rendemen yang rendah dan penurunan produktivitas tanaman. Penelitian yang berkaitan dengan komoditas kelapa sawit juga dilakukan Sukarni (2001) mengenai pengelolaan tanaman kelapa sawit dengan studi kasus faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas panen di PT Waru Kalimantan Timur Plantation. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kegiatan pengelolaan
perkebunan
tanaman
kelapa
sawit
dan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dan keefektifan proses pemanen. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pemeliharaan di perkebunan merupakan faktor yang harus dikelola untuk menghasilkan tanaman yang sehat dengan kondisi lingkungan yang mendukung potensi produksi menjadi optimal, kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta pengendalian gulma. Pemanenan merupakan kegiatan yang mendapat prioritas utama dari perkebunan kelapa sawit untuk pencapaian produksi TBS, dimana faktor yang mempengaruhi produksi TBS salah satunya adalah produktivitas panen. Pencapaian produktivitas panen adalah besarnya hasil panen dan tonase dari seorang pemanen atau kelompok. Untuk mendukung produksi panen yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti jalan panen, alat panen, berat janjang rata-rata (BJR), jumlah tanaman produktif, tahun tanam dan topografi. Yenni (2005) melakukan penelitian mengenai optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula (Studi kasus di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan tebu balance, kapasitas giling pabrik, luas lahan dan produktivitas lahan terhadap keuntungan optimal, dan pengaruh perubahan harga gula terhadap keuntungan
17
optimal tanpa mengubah kondisi optimal. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan tebu balance yang diimbangi dengan kenaikan produktivitas. Keuntungan optimal total yang diperoleh perusahaan dengan meningkatkan luas lahan, produktivitas, kapasitas
giling
pabrik
dan
penurunan
tebu
balance
mencapai
Rp
721.943.260.000,00. Keuntungan pada skenario 3 tersebut meningkat 9,65 persen dari keuntungan total yang diperoleh perusahaan pada kondisi optimal versi awal. Ringkasan mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 5. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula, diketahui bahwa perencanaan dengan program linear merupakan alat analisis kuantitatif yang cukup baik untuk membantu penyusunan perencanaan optimal dalam berproduksi sehingga fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dapat tercapai. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan analisis optimalisasi untuk pengalokasian sumberdaya bahan baku untuk memperoleh tingkat produksi yang optimal. Pada penelitian yang dilakukan ini memilliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu jenis bahan baku yang digunakan, perusahaan yang diteliti, produk yang dihasilkan dan data-data lain yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian mengenai perencanaan optimalisasi pengadaan Tandan Buah Segar sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK di PT Perkebunan Nusantara VIII belum ada yang melakukan. Hal ini menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.
18
Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu No
Penelitian (Tahun)
Judul
Metode
Hasil
1
Jafarudin (2003)
Peramalan Volume Produksi TBS di Kebun Percobaan Betung II A
Metode Kuantitatif model time series
2
Setiawan (2002)
Analisis Nilai Tambah dengan metode Hayumi
3
Sukarni (2001)
4
Yanni (2005)
Kajian produktivitas dan nilai tambah pengolahan kelapa sawit (studi kasus pada PTPN XIII) Pengelolaan Tanaman Kelapa Sawit dengan Studi Khusus Faktor yang mempengaruhi produktifitas panen di PT Waru Kalimantan Timur Plantation Optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula (Studi kasus di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah).
Peramalan yang terbaik untuk meramalkan volume produksi TBS adalah metode Arima Nilai tambah pengolahan kelapa sawit masih rendah dikarenakan kualitas TBS masih rendah Pemeliharaan di perkebunan merupakan faktor yang harus dikelola untuk menghasilkan produksi menjadi optimal
Analisis Faktor dan Analisis Deskriptif
Analisis linear programming dan Analisis Deskriptif
Keuntungan optimal total yang diperoleh perusahaan adalah Rp721.943.260.000 Keuntungan pada skenario 3 tersebut meningkat 9,65 persen dari keuntungan total pada kondisi optimal versi awal
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Bahan Baku Sistem pengadaan bahan baku menurut Austin (1995) dalam Tandyana, 2002
adalah suatu sistem yang menyediakan bahan baku yang cukup dan
memiliki kualitas sesuai standar yang ditetapkan pada waktu yang tepat dengan biaya yang wajar. Sedangkan biaya pengadaan adalah sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, baik telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2000). Biaya pengadaan atau produksi memiliki pengaruh yang berkebalikan dengan pendapatan, biaya akan mengurangi ekuitas perusahaan dan setiap perusahaan akan berusaha meminimumkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dapat
memaksimumkan keuntungan
(profit) perusahaan dalam satu periode. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (biaya yang tidak mengalami perubahan meskipun output berubah) dan biaya variabel (biaya yang berkatitan langsung dengan output, dan akan berubah saat output mengalami perubahan). Biaya adalah dasar untuk menentukan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biayanya akan mengalami kerugian. Sebaliknya apabila harga melebihi semua biaya (produksi dan operasi maupun nonoperasi) maka akan menghasilkan keuntungan (Swastha dan Sukotjo, 1998). Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya untuk memproduksi CPO dan PK dapat menggunakan data biaya pengadaan bahan baku pada tahun sebelumya
20
(histories) sebagai dasar dalam meramalkan besarnya biaya produksi pada jangka waktu satu tahun. Besarnya biaya pengadaan dalam pemenuhan bahan baku dari alternatif yang ada memberikan informasi bagi perusahaan untuk mengetahui jumlah minimal produk yang harus dihasilkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun untung (impas) pada tingkat harga jual pasar yang telah disepakati antara produsen dengan konsumen.
3.1.2 Program Linier Teknik optimalisasi yang sering digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah optimalisasi berkendala (Constrain optimization problem) adalah teknik linier programming (LP). Menurut Sri (1991), program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Program linier berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematika yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan dan beberapa kendala linier. Program linier merupakan teknik perkiraan sementara. Program linier memiliki batasan-batasan tertentu yaitu batas maksimum dan batas minimum yang diperbolehkan dari koefisien fungsi tujuan maupun kapasitas sumberdaya yang tersedia. Sebelum merumuskan persoalan dengan pemrograman linier, menurut Supranto (1988) diperlukan beberapa komponen, yaitu : 1. Pembuat keputusan Pemecahan persoalan dengan riset operasi harus jelas siapa yang mempunyai otoritas untuk memulai, mengakhiri, atau mengadakan
21
modifikasi kebijakan terkait dengan masalah organisasi dan sistem yang diteliti. 2. Tujuan yang akan dicapai Dalam mempelajari tujuan dapat dilihat secara kualitatif maupun kuantitatif. Riset operasi yang digunakan untuk mencapai tujuan kuantitatif, seperti maksimisasi keuntungan, atau minimisasi biaya. 3. Sistem Sistem dapat berarti kendala, yaitu sumberdaya yang terbatas, baik jumlah tenaga kerja, mesin, ataupun tingkat output yang diinginkan. 4. Alternatif tindakan Dalam persoalan riset operasi dengan menggunakan teknik linier programming dimana hanya tersedia input sejumlah tertentu, maka diperoleh
kombinasi
pemecahan
dimana
salah
satu
pemecahan
memberikan nilai yang optimum. Menurut Soekartawi (1995), linier programming (LP) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dalam menggunakan LP adalah : 1. Mudah dilakukan apalagi jika menggunakan alat bantu komputer 2. Dapat menggunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat dicapai. 3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia.
22
Kelemahan dalam menggunakan LP adalah : 1. Bila alat bantu komputer tidak tersedia maka cara LP dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisanya bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan manual saja. 2. Penggunaan asumsi linieritas, karena didalam kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak sesuai. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik linier programming adalah: 1. Fungsi objektif harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebagai fungsi tujuan yang objektif dan linier. 2. Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih salah satu yang terbaik 3. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat ditambahkan (additivity). 4. Fungsi objektif dan ketidaksamaan untuk menunjukan adanya pembatasan harus linier. 5. Variabel keputusan harus positif, tidak boleh negatif 6. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat dibagi (divisibility) 7. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas (finiteness) 8. Aktivitas harus proposional terhadap sumber-sumber 9. Model programming deterministic, artinya sumber dan aktivitas diketahui secara pasti (single-valued expectations).
23
Secara umum model linier programming adalah sebagai berikut: Maksimumkan / minimumkan : n
Z = ∑ C j X j , untuk j = 1, 2, …, n j =1
Dengan kendala : 1. Z = ∑ ai j X j (≤, =, ≥) bj , untuk j = 1, 2, …, n 2. Xj ≥ 0 Dimana : Z : fungsi tujuan Cj : Koefisien fungsi tujuan aij : koefisien input-output
bi : sumber daya yang terbatas Xj: Variabel keputusan
Menurut Nasendi dan Anwar (1985), penggunaan model LP dilandasi lima asumsi dasar, yaitu : 1. Linieritas, berarti bahwa perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain, atau antara input dan output besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi 2. Proporsionalitas, berarti pada variabel keputusan (Xj) berubah, maka dampaknya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan, (CjXj), dan fungsi kendala (aijXj) 3. Aditivitas, berarti bahwa nilai parameter suatu kriteria optimalisasi merupakan jumlah dari nilai individu-individu (Cj) dalam model LP tersebut. 4. Divisibility, berarti bahwa variabel-variabel keputusan keputusan (Xj) dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan jika diperlukan. 5. Deterministik, berarti bahwa semua parameter dalam model LP tetap dan dapat diketahui atau ditentukan secara pasti.
24
Asumsi dasar yang menyatakan bahwa semua parameter dalam model diasumsikan dapat diketahui dengan pasti, pada kenyataanya sangat jarang ditemukan masalah dimana terdapat kepastian kondisi yang sesungguhnya karena akan selalu terjadi perubahan waktu, kondisi dan fluktuasi kendala-kendala yang ada. Untuk memecahkan kendala tersebut dibutuhkan suatu analisis sensitivitas. Menurut Soekartawi (1995), analisis sensitivitas penting dilakukan, karena dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian sering terjadi, apalagi dalam sektor pertanian faktor ketidakpastian sering terjadi pada harga dan produktifitas. Penggunaan program linier dapat dilakukan dengan menggunakan empat jenis analisis yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimal. Metode simplex primal dimulai dari satu pemecahan dasar yang
layak (titik ekstrim) dan berlanjut untuk berulang melalui pemecahan dasar yang layak berikutnya sampai titik optimum tercapai. Dengan analisis primal, dapat diketahui jumlah alternatif kombinasi produk (Xj) yang terbaik dalam menghasilkan tujuan Z, dengan kendala keterbatasan potensi produksi sumberdaya yang tersedia (bj). Analisis dual berfungsi untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya yang mewakili nilai perunit dari sumberdaya dan pengurangan biaya (reduced costs) yang mewakili kenaikan biaya pengadaan atau penurunan keuntungan dari
tiap sumberdaya. Nilai dual yang dihasilkan dalam analisis ini menunjukan perubahan dalam fungsi tujuan apabila sumberdaya tersebut berubah sebesar satu satuan. Penilaian ini dilakukan dengan melihat nilai slack/surplus > 0 dan nilai dual = 0, maka dapat disimpulkan bahwa sumberdaya tersebut keberadaannya berlebihan dan demikian sebaliknya. Sumberdaya dengan nilai = 0 disebut sebagai
25
kendala pasif, karena tidak akan mengubah fungsi tujuan jika terjadi perubahan sebesar satu satuan. Analisis ini juga mengetahui sumber daya mana saja yang membatasi fungsi tujuan, yaitu dengan cara melihat sumberdaya yang mempunyai nilai dual > 0 disebut kendala aktif yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi. Analisis sensitivitas merupakan suatu usaha untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam parameter model LP terhadap pemecahan optimum (Taha, 1996). Analisis ini terdiri dari analisis perubahan koefisien dari fungsi tujuan dan analisis sisi kanan fungsi tujuan (Right Hand Side). Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan digunakan untuk melihat selang perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj) yang masih diijinkan agar nilai optimal variabel keputusan tidak berubah. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala menunjukan selang perubahan nilai ruas kanan kendala (bj) yang masih diijinkan agar tetap mempertahankan kondisi feasible awal (tidak mempengaruhi nilai dual price kendala bersangkutan) dengan parameter lain dipertahankan konstan. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum yang baru dengan perhitungan tambahan yang minimal.
3.1.3 Teori Optimalisasi Persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi
beberapa
variabel
menjadi
maksimum
atau
minimum
dengan
memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Setiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki keterbatasan atas sumberdayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin maupun modal. Adanya
26
keterbatasan ini membuat perusahaan perlu mencari suatu alternatif strategi yang mengoptimalkan hasil yang dicapainya baik itu berupa keuntungan yang maksimal maupun biaya yang minimum (Herjanto dalam Hendrik, 2006). Analisis optimal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produksi optimal yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal, alokasi penggunaan terhadap sumberdaya, dan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan yang akan tetap mempertahankan solusi optimal dengan parameter lainnya dianggap konstan (Fransiska, 2003). Menurut Supranto dalam Esty (2005), riset operasi adalah aplikasi metode ilmiah terhadap permasalahan yang kompleks dalam mengarahkan dan mengendalikan sistem yang luas mengenai kehidupan manusia, mesin-mesin, material, dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan, dan pertahanan. Tujuannya adalah membantu manajemen untuk menentukan kebijakan dan tindakannya secara ilmiah. Sehingga dalam setiap operasionalisasinya, perusahaan dapat menerapkan rancangan model yang menyesuaikan dengan tujuan perusahaan dalam memaksimalakn keuntungan. Menurut Taha dalam Esty (2005), ada beberapa tahap yang harus dilalui untuk melakukan studi Riset Operasi, yaitu : 1. Defenisi masalah Dari sudut pandang Riset Operasi, hal ini menunjukan tiga aspek utama, yaitu deskriptif tentang sasaran atau tujuan dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan dari sistem tersebut, dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan, dan persyaratan sistem tersebut.
27
2. Pengembangan model Dalam memutuskan model yang paling sesuai perlu dilihat apakah model tersebut dapat menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan. 3. Pemecahan model Pemecahan model dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang didefenisikan dengan baik dan model tersebut dikatakan menghasilkan sebuah pemecahan optimal. 4. Pengujian keabsahan model Sebuah model dikatakan absah jika dapat memberikan prediksi yang wajar dari kinerja sistem. Satu metode umum untuk menguji keabsahan model adalah membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia untuk sistem aktual tersebut. 5. Implementasi hasil akhir Implementasi melibatkan penerjemahan hasil menjadi petunjuk operasi yang terperinci dan disebarkan dalam bentuk yang mudah dipahami kepada para individu
yang
akan
mengatur
dan
mengoperasikan
sistem
yang
direkomendasikan tersebut.
3.2 Konsep Dasar Peramalan Produksi Tandan Buah Segar 3.2.1 Peramalan (Forecast) Pada dasarnya aktivitas perencanaan produksi merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan besarnya kuantitas yang akan dicapai pada waktu yang akan datang sesuai dengan kualitasnya, sehingga dapat memperoleh
28
keuntungan yang maksimal secara efisien dan efektif dalam pelaksanaanya. Dengan demikian dalam perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat terlepas dari implementasi aktivitas peramalan dengan variabel-variabel peramalan berdasarkan data waktu historis. Perencanaan produksi biasanya dilakukan berdasarkan ramalan produksi menggunakan teknik-teknik peramalan dengan model peramalan deret berkala/time series dan kausal (regresi). Berdasarkan sifatnya, peramalan dibagi menjadi dua kategori utama yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif (Makridakis, et al, 1999). Peramalan kualitatif didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencanaan atau pengambil keputusan sehingga relatif lebih subjektif. Metode kualitatif memberikan hasil yang membias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan kepribadian, atau posisi strategis dalam organisasi. Peramalan metode kuantitatif memiliki sifat yang objektif karena didasarkan pada keadaan aktual berdasar hasil olah data dengan menggunakan metode peramalan tertentu. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : 1. Tersedianya informasi masa lalu (data historis). 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numeric. 3. Dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Pada dasarnya peramalan kuantitatif bersifat eksploratif yang didasarkan pada suatu pola data atau hubungan sebab akibat antara jenis data yang dipakai. Peramalan kuantitatif mengasumsikan bahwa pola data atau hubungan sebab
29
akibat antara data masih akan berlaku pada periode yang akan datang. Apabila terjadi perubahan pola data atau hubungan sebab akibat, maka hasil ramalan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu, perlunya pendekatan pemantauan (monitoring) yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya perubahan pola data. Dalam menggunakan metode peramalan, ketepatan merupakan salah satu kriteria dalam memilih suatu model peramalan. Ketepatan juga menunjukkan sampai seberapa jauh model mampu menghasilkan ramalan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan aktualnya. Penggunaan kriteria yang dijadikan pedoman dalam memilih teknik peramalan yang sesuai bagi data yang ingin diramal dibagi menjadi empat kriteria, yaitu : akurasi, jangkauan peramalan, biaya, dan kemudahan dalam penerapan. Walaupun terdapat banyak ukuran akurasi peramalan, tidak ada sebuah ukuran yang diakui umum sebagai ukuran paling baik karena setiap ukuran memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, ukuran yang paling sering digunakan adalah nilai dari rata-rata kuadrat deviasi atau Mean Square Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), dan Mean Absolute Deviation (MAD). Metode peramalan yang memberikan nilai MSE,
MAPE dan MAD yang semakin kecil dapat dianggap sebagai metode yang terbaik untuk digunakan (Mulyono, 2000).
3.2.2 Kegiatan Replanting Dalam manajemen pengolahan kelapa sawit, aktivitas pemasok bahan baku produksi merupakan hal yang pasti diperlukan dengan adanya pengelolaan pengadaan bahan baku baik yang diproduksi sendiri maupun berasal dari mitra usaha perusahaan. Kebutuhan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri yang
30
belum mencukupi untuk diproduksi, mengakibatkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tidak maksimal. Dalam upaya memaksimalkan potensi produksi bahan baku yang dihasilkan dari kebun sendri, maka perusahaan melakukan kegiatan peremajaan (Replanting) berdasarkan umur ekonomis tanam kelapa sawit yang telah melewati masa produktifnya. Kegiatan peremajaan yang dilakukan oleh PTPN VIII merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk keberlanjutan memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya. Kegiatan peremajaan yang dilakukan pada luas areal yang telah ditetapkan seluas 500 Ha merupakan kegiatan penanaman kembali tanaman dengan jenis bibit yang sama serta memenuhi kriteria replanting. Kegiatan replanting yang dilakukan pada PTPN VIII dilakukan dengan melihat jumlah produksi per hektar apakah sudah berada dibawah batas minimum produksinya berdasarkan klasifikasi lahan dan produksi dengan umur tanaman sudah mencapai 25 tahun. Selain itu, para mandor panen juga melihat keadaan dan persediaan cadangan buah dari tiap pohon yang masih produktif untuk dipanen dan akan diangkut untuk diolah di pabrik pengolahan kelapa sawit. Adapun metode kegiatan replanting yang dilakukan dalam bagian kegiatan produksi bahan baku CPO oleh PTPN VIII adalah dengan dua cara. Cara pertama dilakukan dengan cara menyuntik tanaman yang hendak diremajakan dengan bahan kimia yang bersifat racun di pucuk tanaman, yang membuat tanaman hanya mampu untuk hidup selama 2-3 bulan dan menanam tanaman kelapa sawit disampingnya. Hal ini dilakukan karena batang tanaman yang telah tua sangat keras sehingga sulit mencari alat yang mampu menebangnya, selain fungsinya
31
sebagai tanaman pelindung bagi tanaman baru. Kegiatan peremajaan dapat juga dilakukan dengan cara menebang langsung pohon kelapa sawit yang akan diremajakan dan menanam tanaman baru diareal yang telah ditentukan dengan menggunakan alat mesin potong pohon listrik, sehingga tanaman baru dapat segera ditanaman pada lahan tanaman kelapa sawit lama.
3.3 Kerangka Berpikir Operaisonal Perumusan perencanaan pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK pada tingkat optimal bertujuan untuk mengetahui kombinasi aktivitas pengadaan TBS yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan untuk diolah di pabrik kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini dimulai ketika perusahaan melakukan kegiatan replanting pada kebun sendiri, sehingga produksi bahan baku utama yang berasal dari kebun sendiri berkurang kuantitasnya. Sehingga perusahaan perlu menentukan potensi produksi kebun sendiri berdasarkan umur tanaman dan luas areal tertentu baik yang akan mengalami peremajaan, maupun tanaman yang telah diremajakan pada periode waktu yang telah ditentukan. Dalam melihat potensi keuntungan maksimal perusahaan pada periode tahun mendatang, maka kegiataan analisis pengadaan TBS dibagai dalam 2 tahapan waktu, dimulai dari sebelum melakukan replanting dan pertama kali melakukan replanting setelah melewati umur tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit dan siap dipanen pada luas lahan 500 Ha. Kegiatan peramalan dilakukan terhadap faktor biaya dan harga yang terjadi seperti biaya pengadaan dari setiap sumber pasokan bahan baku dan biaya produksi serta harga jual produk berdasarkan data tahun 2006, 2007 dengan metode dekomposisi terbaik. Sedangkan besarnya biaya yang
32
terjadi pada tahapan waktu selanjutnya diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 6 % setiap tahunnya berdasarkan nilai inflasi Indonesia dalam satu tahun. Setelah mengetahui besarnya biaya pengadaan dari tiap sumber, maka dapat disusun model perencanaan optimalisasi produksi dilanjutkan dengan merumuskan kendala-kendala dari model tujuan berdasarkan data yang diperoleh untuk diolah dalam bentuk persamaan program linier dengan menggunakan program LINDO. Program linier akan memberikan beberapa alternatif dan tindakan yang akan diambil perusahaan dalam mencapai solusi optimalnya yaitu maksimasi keuntungan perusahaan dari kegiatan pengadaan TBS dalam memproduksi CPO dan PK. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk melihat batas-batas kepekaan baik pada fungsi tujuan maupun kendala yang tidak akan mempengaruhi solusi optimumnya dan bagaimana solusi optimal yang terjadi apabila terdapat perubahan skenario terhadap parameter yang membentuk model. Perubahan skenario pada potensi produksi TBS sebelum dan seudah Replanting 100% dan 80% merupakan factor ketidakpastian yang mempengaruhi keuntungan yang diterima olah perusahaan. Hasil analisis yang didapatkan selanjutnya diharapkan dapat memberskan kontribusi bagi perusahaan sebagai alternatif dalam optimalisasi perencanaan pengadaan TBS di PKS PTPN VIII setelah dilakukan replanting seluas 500 hektar sehingga tercapai kegiatan Produksi CPO dan PK
yang dapat memaksimumkan keuntungan perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam memaksimumkan keuntungan perusahaan dari aktivitas pengadaan bahan baku TBS di pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya. Kerangka
33
pemikiran operasional penelitian lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. KEBUTUHAN PERENCANAAN OPTIMALISASI PENGADAAN TBS SEBAGAI BAHAN BAKU PKS PTPN VIII, KERTAJAYA
Kebutuhan Perencanaan Pengadaan Produksi TBS Optimal
Potensi Produksi Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya
Implikasi Metode Peramalan Dekomposisi pada Faktor-faktor Perolehan Nilai Keuntungan CPO dan PK, PKS-PTPN VIII
Kendala : Kapasitas Pabrik, Potensi Kebun Sendiri sebelum dan sesudah Replanting, Potensi Kebun Seinduk, Tenaga Kerja dan
Persamaan Program Linier
Kuota Pembelian dari Kebun Plasma
Kombinasi Sumber Pengadaan Bahan Baku Optimal (Solusi Optimal)
Analisi Post Optimal
Analisis Sensitivitas
KEUNTUNGAN MAKSIMAL PERUSAHAAN Gambar 1.Kerangka Pemikiran Operasional
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten, Unit Bisnis wilayah I. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa PTPN VIII merupakan perusahaan negara yang bergerak dalam agroindustri tanaman perkebunan serta pengolahan kelapa sawit milik pemerintah yang tetap eksis dalam memenuhi permintaan bahan baku CPO sebagai kebutuhan industri primer minyak goreng dan olein nasional. Adapun pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2007-Januari 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak perusahaan, baik manajer (Administratur) kebun, sinder Tata Usaha Keuangan (TUK), maupun karyawan untuk mengetahui kondisi operasional perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam rangka pengelolaan produksi dan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumennya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan. Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur, hasil penelitian, dan laporan manajemen perusahaan. Data tersebut
35
berupa data penjualan CPO dari bulan Januari 2006 sampai Desember 2007, potensi produktivitas tanaman kelapa sawit klon DxP berdasarkan umur tanaman data biaya pengadaan TBS yang dikeluarkan dari kebun sendiri, data identifikasi kebutuhan bahan baku, kapasitas pabrik dan jumlah tenaga kerja pengolahan, luas areal tanaman yang akan diremajakan, serta harga jual produk akhir CPO.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dijabarkan secara deskriptif mengenai gambaran, kondisi umum dan prose produksi PKS PTPN VIII Kertajaya. Data kuantitatif yang digunakan adalah data rata-rata produksi CPO dan PK selama periode penelitian yakni selama tahun 2007. Data kuantitatif ini berupa analisis penentuan harga pengadaan bahan baku TBS (Rp/kg), biaya produksi dan keuntungan aktual perusahaan yang kemudian diolah dengan program Microsoft Excel. Hasil pengolahan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk membentuk fungsi tujuan dan kendala dalam upaya merencanakan pengadaan optimal bahan baku TBS untuk diolah menjadi CPO dan PK. Setelah fungsi tujuan dan kendala terbentuk, data tersebut diolah dengan program linier LINDO (Linier Interactive and Discrete Optimizer). Hasil pengolahan dari program linier ini akan diperoleh tingkat penerimaan optimal yang diperoleh pada tiap tahapan waktu, penggunaan sumber daya dan sensitivitas tingkat keuntungan serta alternatif ketersediaan sumber daya dalam mengubah solusi optimum. Selain penggunaan program LINDO, program Minitab14 digunakan untuk menganalisis plot data trend, musiman, siklik dan faktor acak dari biaya produksi
36
bahan baku TBS, rendemen dan harga CPO dan PK dalam periode satu tahun. Pemilihan program tersebut dikarenakan merupakan program yang pada umumnya sudah dikenal oleh masyarakat dan mudah dalam penggunaannya, sehingga hasil olah data dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan uraian secara naratif.
4.3.1 Penerapan Model Peramalan Data biaya produksi TBS dan biaya produksi pengolahan CPO, PK diplot menggunakan program Minitab 14. Dari hasil plot data tersebut dapat diketahui secara visual bagaimana bentuk pola data, apakah mengandung unsur trend atau stasioner. Kestasioneran data dapat dilihat dari kecenderungan data apakah semakin meningkat, semakin menurun, atau terdapat fluktuasi musiman. Berdasarkan sifat pola data tersebut dapat diduga untuk sementara model peramalan apa yang baik digunakan dalam meramalkan biaya produksi bahan baku TBS dan biaya pengolahan serta harga CPO, PK yang diproduksi oleh PTPN VIII Kertajaya setelah kegiatan replanting dilakukan pada tahun 2011. Langkah pertama untuk meramalkan variabel model tujuan optimalisasi empat tahun mendatang terlebih dahulu dilakukan identifikasi indeks musiman dan dugaan komponen trend. Sehingga dari hasil perhitungan Centre Moving Average dengan panjang average L (banyaknya periode dalam satu musim yaitu 12 bulan) dapat dipelajari pola fluktuasi biaya produksi dan pengolahan bahan baku TBS, harga per kilogram dan rendemen produk CPO dan PK dari tahun ke tahun secara musiman. Hal ini dilakukan juga untuk melihat apakah data stasioner atau ada unsur lainnya dari setiap jenis data.
37
Setelah proses plot data biaya produksi TBS dan pengolahan CPO, PK pada PTPN VIII Kertajaya selesai, maka dilakukan peramalan dengan menggunakan model yang telah ditetapkan. Model peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang secara ilmiah dapat digunakan untuk mengatasi unsur data biaya produksi pada tiap kebun dan pabrik dalam industri perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan identifikasi terhadap pola data biaya produksi bahan baku, biaya pengolahan, harga produk, rendemen CPO dan PK di PTPN VIII yang berpola trend (kecenderungan), musiman, siklis dan faktor acak, maka metode peramalan yang sesuai adalah metode Dekomposisi Multiplikatif. 1. Model Peramalan Dekomposisi Model dekomposisi berusaha memisahkan berbagai komponen yang mempengaruhi pola perilaku deret data. Pemisahan ini bertujuan untuk membantu pemahaman atas perilaku deret data, sehingga dapat dicapai keakuratan peramalan yang lebih baik. Metode dekomposisi merupakan prosedur mengidentifikasi faktor-faktor komponen yang mempengaruhi setiap nilai pada deret. Komponen yang mempengaruhi deret data dapat dikelompokan menjadi empat macam yaitu trend, musiman, siklis, dan faktor acak. Apabila terdapat komponen-komponen tersebut dalam suatu deret data maka penggunaan model dekomposisi akan memberikan hasil peramalan yang optimal dan cukup akurat. Model
komponen
multiplikatif
cocok
untuk
deret
waktu
yang
keragamannya menaik dengan tingkat tertentu. Jadi, nilai deret tersebar sebagaimana
trend meningkat.
Kelebihan
lain
dari model ini adalah
kemampuannya memberikan ramalan untuk beberapa periode kedepan.
38
Penulisan matematis umum dari pendekatan dekomposisi adalah : Yt = f (It, Tt, Ct, Et) Dimana :
Yt It Tt Ct Et
: Biaya Produksi CPO pada waktu ke-t : Komponen musiman pada periode t : Komponen trend pada periode t : Komponen siklus pada periode t : Komponen galat pada periode t
a) Model Dekomposisi Multiflikatif Asumsi yang digunakan adalah fluktuasi musiman membesar atau mengecil secara proporsional terhadap trend. Langkah-langkah yang ditempuh untuk model ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan komponen T dan C dengan menghilangkan komponen I dan E yaitu dengan menghitung Center Moving Average (CMA) yang panjangnya L (L = banyak periode dalam satu tahun), sehingga : CMAt = Tt*Ct 2. Mendapatkan komponen (It * Et) yakni : (It * Et) = Yt / (Tt + Ct) 3. Menghilangkan error dari (It * Et), dengan menghitung rata-rata untuk setiap musim, sehingga diperoleh 1,
4. Seharusnya ( 1,
2,
.......,
L
2,
.......,
L
) = L, jika tidak lakukan normalisasi agar = L,
yakni dengan mengalikan masing-masing musim dengan L / ( 1, L
2,
.......,
) , disebut faktor koreksi (FK), dari masing-masing musim. Sehingga
diperoleh Indeks Musiman Terkoreksi (IMT), yang berlaku umum yaitu : I1 =
1
* FK,
2
* FK, ......., IL =
L*
FK
39
5. Menghitung deseasonalized dari data (dt) yakni dt = Yt / It 6. Gunakan analisis regresi pada deseasonalized data (dt), untuk mendapatkan model trend yang sesuai (linier, kuadratik, semi log, double log, dan lainlain) dengan CMAt sebagai dependen variabel dan t sebagai independen variabel. Lalu dari model yang sesuai tersebut dugalah nilai trend untuk setiap periode (Tt). 7. Meramalkan nilai t untuk setiap periode, yakni dengan menambahkan berbagai komponen tersebut. Yt = It * Tt, jika Ct dianggap tidak ada Untuk mempermudah menerapkan model ini dalam meramalkan data yang ada serta mengatahui tingkat keakuratannya seperti MAD, MAPE dan MSE digunakan program Minitab 14.
4.3.2 Analisis Primal Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi pengadaan bahan baku TBS dari tiap sumber dalam pengolahan CPO dan PK yang optimal untuk diproduksi pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum. Aktivitas yang tidak termasuk skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. Dengan membandingkan antara kombinasi pengadaan bahan baku TBS yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma pada tingkat optimal dengan produksi aktual kebun plasma dapat diketahui alternatif kegiatan pengadaan bahan baku produksi dari tiap sumber yang
40
digunakan perusahaan untuk mencapai keuntungan optimal sebelum dan setelah kegiatan replanting dilakukan pada tanaman kelapa sawit kebun Kertajaya.
4.3.3 Analisis Dual (Status Sumberdaya) Analisis dual dilakukan untuk menilai sumberdaya yang digunakan dalam pengadaan TBS dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dualnya (dual price). Nilai dual (dual price) atau sering disebut dengan harga bayangan (shadow price) menunjukan perubahaan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya yang digunakan berubah sebesar satu satuan. Nilai ini juga menunjukan batas harga tertinggi dari tiap sumberdaya (input) yang masih memungkinkan perusahaan tetap melakukan pembelian. Nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pembelian sumberdaya. Slack/surplus adalah kelebihan atau penurunan keuntungan dari tiap pengadaan sumberdaya yang selama ini dihadapi oleh perusahaan atau organisasi.
4.3.4 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan pada saat solusi optimal tercapai. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara : melihat perubahan koefisien fungsi tujuan (laba tiap sumber) dapat diterapkan melalui perubahan koefisien sisi sebelah kanan fungsi kendala (ketersediaan sumber daya tertentu). Analisis ini berguna untuk mengetahui pengaruh perubahan pada tingkat keuntungan ketersediaan sumberdaya perusahaan tidak akan mengubah solusi optimal yang telah didapat. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan minimum (allowable decrease) dan selang kepekaan maksimum (allowable increase). Semakin sempit
41
selang kepekaan tingkat keuntungan atau ketersediaan sumberdaya, menunjukan bahwa nilai tersebut paling peka dalam mengubah solusi optimal. Batas minimum pada fungsi tujuan menunjukkan besarnya batas penurunan nilai koefisien fungsi tujuan tanpa merubah hasil pemecahan optimal. Demikian juga sebaliknya, batas maksimum pada fungsi tujuan menunjukkan besarnya batas peningkatan nilai koefisien fungsi tujuan tanpa merubah hasil optimal. Jika perubahan-perubahan yang terjadi masih berada di dalam selang kepercayaan, maka kondisi optimal relatif stabil. Batas minimum pada kendala sebelah kanan menunjukkan besarnya batas penurunan nilai kendala sebelah kanan tanpa merubah nilai dual. Demikian juga, batas maksimum pada kendala sebelah kanan menunjukkan besarnya batas peningkatan nilai kendala sebelah kanan tanpa merubah nilai dual. Jika perubahan-perubahan yang terjadi masih berada di dalam selang kepercayaan, maka nilai dual valid.
4.3.5 Analisis Post Optimal Analisis post optimal dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang diperoleh dari kombinasi pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK di PTPN VIII Kertajaya jika terjadi perubahan terhadap parameter yang membentuk model. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis post optimal dengan satu skenario. Skenario yang digunakan adalah mengetahui pengaruh penerimaan keuntungan terhadap aktivitas pengadaan bahan baku TBS dan alokasi sumberdaya. Perubahan tersebut adalah penurunan potensi produksi bahan baku TBS dari kebun sendiri sebesar 80% dari jumlah tanaman
42
kelapa sawit yang produktif sebelum dan sesudah kegiatan Replanting dilakukan oleh pihak perusahaan. 4.3.6 Formulasi dan Pengukuran Data Data yang dianalisis digolongkan ke dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala. Pengelompokan data dan peformulasian model yang digunakan adalah sebagai berikut: 4.3.6.1 Fungsi Tujuan Fungsi tujuan pada penelitian dirumuskan untuk mengoptimalkan pasokan bahan baku TBS ke pengolahan produksi CPO dan PK dengan memaksimalkan keuntungan dilihat dari total penerimaan dari produksi TBS dikurangi biaya produksi pengolahan CPO dan PK total untuk tiap sumber dengan harga jual TBS pada dua tahapan waktu. Nilai keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntungan sebelum dikurangi biaya tetap, biaya umum dan biaya langsung atau disebut juga laba kotor. Hal ini mengingat biaya tetap tidak berubah sesuai perubahan jumlah produksi sehingga sesuai dengan asumsi yang mendasari program linier. Tahapan waktu pertama yaitu tahun 2007 adalah tahun ke-27 kegiatan produksi tanaman kelapa sawit yang berasal dari kebun sendiri telah menurun tajam dikarenakan melewati umur ekonomisnya, sehingga perlu dilakukan kegiatan replanting. Pada tahap waktu kedua terjadi pada tahun 2011, yaitu tahun ke tiga setelah dilakukan kegiatan Replanting pada tanaman yang telah menghasilkan pada kelas lahan 3 yang dilakukan pada kebun sendiri. Tanaman yang telah diremajakan telah mulai menghasilkan dan tanaman lama dari kebun sendiri seinduk dan plasma masih menghasilkan dengan tingkat produksi tinggi.
43
Kedua tahapan waktu yang dipilih dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penentuan kebijakan perusahaan kedepan dalam mencapai keuntungan maksimum perusahaan dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada di perusahaan. Formulasi model optimalisasi pengadaan bahan baku TBS sebelum dan setelah Replanting dengan menggunakan program linier sebagai berikut: Maksimumkan : Z = (TR – TC) Xij
Z = (76%(∑ PCPOJ α + ∑ PKernelJ β ) X ij ) − ∑ Cij X ij 3
Z = ( ∑ Bij X ij ) J =12
Z = B11 X 11 + B12 X 12 + ... + Bij X ij Keterangan: Z
: Nilai fungsi tujuan (Rp) keuntungan yang ingin dimaksimumkan
PCPOJ
: Harga rata-rata CPO pada bulan ke-j (Rp/kg CPO)
PKernel j
: Harga rata-rata Kernel pada bulan ke-j (Rp/kg Kernel)
α
: Tingkat rendemen produk CPO pada bulan ke-j (%)
β
: Tingkat rendemen produk Kernel pada bulan ke-j (%)
B
: Harga penjualan TBS dari setiap kebun pada bulan ke-j (Rp/kg)
Cij
: Biaya Total Produksi Tandan Buah Segar setiap bulan (Rp/Kg)
Xij
: Kegiatan pengadaan TBS, yaitu jumlah bahan baku yang akan disuplai oleh sumber ke i pada bulan ke-j
i
: Sumber bahan baku ke-i (kebun sendiri Kertajaya, kebun seinduk dan kebun plasma)
J 76%
: Bulan ke-j ; 1,2,3 ... 12 (Januari,... Desember) : Koefisien yang telah menjadi ketetapan Direktorat Jenderal Perkebunan atas nilai rata-rata mutu fraksi TBS dari setiap kebun
44
4.3.6.2 Kendala-kendala A. Kendala Kapasitas Produksi Maksimal Pabrik Pabrik kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya mempunyai kapasitas terpasang sebesar 30 ton TBS/jam. Kapasitas produksi ini merupakan pembatas, sehingga pabrik tidak dapat berproduksi melebihi kapasitasnya. Dalam kegiatan pengolahan TBS yang dilakukan oleh PTPN VIII Kertajaya diasumsikan pengolahan berjalan adalah 22 jam setiap harinya dan 25 hari setiap bulannya. Sehingga kapasitas nyata pabrik setiap bulannya adalah : 30 ton TBS/Jam x 22 jam/hari x 25 hari/bulan = 16.500.000 kg/bulan. Kegiatan replanting yang akan dilakukan pada awal tahun 2007 secara langsung berdampak pada rencana peningkatan kapasitas pabrik menjadi 60 ton TBS/Jam. Sehingga mulai tahapan waktu ke 2, kapasitas nyata pabrik adalah 60 ton TBS/Jam x 22 jam/hari x 25 hari/bulan yaitu 33.000.000 kg/bulan. Fungsi kendala kapasitas produksi maksimal pabrik dapat dirumuskan sebagai :
∑X
Xij =
ij
≤ Bj
Variabel keputusan, yaitu jumlah bahan baku yang dipasok ke pabrik dari sumber ke i pada bulan ke j (kg/bln)
Bj =
Kapasitas nyata pabrik pada bulan ke-j (kg/bulan)
B. Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Sendiri yang Belum Mengalami Kegiatan Replanting Penggunaan bahan baku disesuaikan berdasarkan potensi TBS kebun sendiri dan seinduk lama yang merupakan hasil perkalian produktivitas tanaman kelapa sawit klon DxP yang bersumber dari PPKS dalam ton/tahun/ha dengan luas areal
45
tanaman kelapa sawit yang belum mengalami replanting. Pembagian potensi produksi perbulan didasarkan pada potensi produksi perbulannya menurut Dirjen Perkebunan, tahun 1988, yaitu bulan Januari, Oktober, November dan Desember sebesar 11% dari total produksi per tahun, bulan Februari, Maret, April, Agustus, dan September sebesar 8% dari total produksi per tahun, dan bulan Mei, Juni, dan Juli sebesar 5% dari total produksi per tahun. Potensi produksi ini adalah pembatas bagi kebun sendiri Kertajaya untuk mensuplai TBS ke pabrik. Dalam hal ini sumber pengadaan bahaan baku yang ada tidak akan mensuplai melebihi potensi yang ada. 1.
Potensi Produksi Kebun Sendiri 100% Berdasarkan data tahun 2005, 2006 dan 2007 dapat dilihat bahwa produksi
bahan baku TBS kebun sendiri selama ini hampir 100% dari potensi produksi. Sehingga produksi TBS tahun berikutnya diasumsikan hasilnya mencapai 100%, dengan formulasi fungsi kendalanya dapat dirumuskan menjadi :
∑X X1j =
1j
≤ B ij
Jumlah bahan baku yang dapat dipasok dari kebun sendiri yang belum mengalami replanting pada bulan ke-j (kg/bulan).
Bij =
2.
Potensi produksi TBS dari kebun sendiri pada bulan ke-j (kg)
Potensi Produksi Kebun Sendiri 80% Dengan mengasumsikan bahwa keadaan kebun sendiri PTPN VIII
Kertajaya adalah ideal, dan hasil kebun tersebut harus diserap oleh pabrik secara maksimal, sehingga perlu adanya batas minimal hasil kebun tersebut diserap oleh pabrik. Sehingga fungsi linier kendala ini dapat dirumuskan seperti berikut.
46
∑X
1j
≥ Ci j
X1j = Jumlah bahan baku yang dapat dipasok oleh kebun sendiri yang belum mengalami replanting bulan ke-j (kg/bulan). Cij =
Potensi produksi bahan baku TBS dari kebun sendiri pada bulan ke- j yang telah dikalikan faktor penyesuaian 80%
C. Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Sendiri yang Telah Mengalami Replanting Potensi produksi bahan baku TBS dari kebun sendiri yang mengalami replanting adalah potensi produktivitas tanaman kelapa sawit klon DxP
berdasarkan umur tanaman dalam satuan ton/tahun/ha, yang bersumber dari PPKS dan dikalikan dengan luas areal tanaman yang mengalami kegiatan replanting. 1. Potensi Produksi Kebun Sendiri Baru 100% Berdasarkan hasil kebun seinduk dan sendiri lama, maka dapat diasumsikan hasil produksi TBS kebun baru setelah replanting dapat mencapai 100%. Sehingga perumusan model linier fungsi kendala adalah :
∑X
1j
≤ B2 j
X1j = Jumlah TBS yang dipasok oleh kebun sendiri baru pada bulan ke-j (kg/bln). B2j = Potensi Produksi TBS dari kebun sendiri baru pada bulan ke-j (kg/bln)
2. Potensi Produksi Kebun Sendiri Baru 80 % Dalam mengantisipasi produksi TBS dari kebun sendiri dan seinduk setelah mengalami replanting, perlu dikalikan dengan faktor penyesuaian sebesar
47
80% dengan asumsi bahwa produksi TBS kedua kebun tersebut tidak optimal mengingat bahwa potensi produksi tersebut diukur pada kondisi ideal. Fungsi kendala ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑X
1j
X1j =
≥ C2 j
Jumlah TBS yang dapat dipasok oleh kebun sendiri pada bulan ke-j (kg/bln)
C2j =
Potensi produksi TBS dari kebun sendiri pada bulan ke- j (kg/bln)
D. Kendala Ketersediaan Kebun Plasma Pasokan bahan baku TBS dari kebun plasma merupakan salah satu alternatif sumber ketersediaan dalam pengolahan CPO dan PK yang sifatnya kontiniu. Berdasarkan data produksi tahun 2006 dan 2007 kebun plasma hanya mampu memasok sebesar 4 % dari total produksi kebun sendiri Kertajaya dan seinduk. Dalam hal ini diasumsikan umur tanaman kelapa sawit kebun seinduk dan plasma adalah sama. Sehingga formulasi model fungsi kendalanya adalah :
∑X ∑X
3j
≤ 0.04 X 1 j + 0.04 X 2 j
3j
− 0.04 X 1 j − 0.04 X 2 j ≤ 0
X1j = Jumlah pasokan bahan baku TBS dari kebun sendiri Kertajaya pada bulan ke-j (kg/bln) X2j = Jumlah pasokan bahan baku TBS dari kebun seinduk pada bulan ke-j (kg/bln) X3j = Jumlah Pasokan bahan baku TBS dari kebun plasma pada bulan ke-j (kg/bln)
48
E. Kendala Kuota Pembeliaan dari Kebun Plasma Kebijakan yang diambil oleh PTPN VIII Kertajaya dengan menetapkan batas maksimal pembeliaan TBS dari kebun plasma adalah sebesar 100 ton TBS/hari atau 2.500.000 kg/bln. Dimana pilihan pembelian ini dapat diambil ataupun tidak oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan potensi produksi dari kebun sendiri dan seinduk. Fungsi kendalanya dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑X X3j =
3j
≤ Rj Jumlah bahan baku yang dipasok dari pembelian produksi kebun plasma pada bulan ke-j (kg/bln)
Rj =
Kuota pembelian bahan baku oleh pabrik pada bulan ke-j (kg/bln)
F. Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang tersedia tiap bulannya untuk mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi (work in process) perlu diperhitungkan sebagai kendala. Dalam tiap shift terdapat 60 orang tenaga kerja langsung yang mengoperasikan mesin pengolahan, dimana setiap hari terbagi atas 2 shift. Sehingga 1 hari tersedia tenaga kerja 120 orang. Berdasarkan perhitungan 25 hari kerja perbulannya, maka tenaga kerja yang tersedia tiap bulannya adalah 3.000 orang tenaga kerja langsung. Tenaga kerja ini pada tahun 2007 mengolah 165.000.000 kg TBS dan pada tahun berikutnya diasumsikan naik sebesar 330.000.000 kg TBS, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap 1 kg TBS pada tahap waktu 1 membutuhkan
0,00018 orang dan 0,0009 orang pada tahap waktu
selanjutnya. Sehingga dapat dirumuskan fungsi kendalanya :
49
∑C
j
X ij ≤ M j
Cj = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah 1 kg TBS pada bulan ke-j (HOK/kg) Xij = Jumlah bahan baku yang dipasok dari sumber ke-i pada bulan ke-j (kg/bln) Mj = Ketersediaan tenaga kerja pada bulan ke-j (HOK/bln) Nilai Koefisien untuk kendala ketersediaan tenaga kerja ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengolah satu kilogram TBS dari kebun sendiri, seinduk dan plasma. Nilai ruas kanan (right hand side) dalam kendala jam tenaga kerja lapangan ini adalah ketersediaan tenaga kerja lapangan yang diperhitungkan berdasarkan jumlah jam kerja dalam satu bulan.
4.4 Definisi Operasional Berbagai variabel yang perlu didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini antara lain : a) Afdeling adalah Wilayah kerja suatu perkebunan yang meliputi areal seluas kurang lebih 1.000 ha (areal datar) atau 800 ha (areal bukit). b) CPO (Crude Palm Oil) adalah hasil olahan pertama yang berasal dari daging buah sawit berbentuk minyak. c) Dura adalah jenis varietas tanaman kelapa sawit. Tanaman varietas dura mempunyai alela homozigot dominan (sh+ sh+) yang menghasilkan cangkang tebal (2-8mm).
50
d) Pisifera adalah jenis varietas tanaman kelapa sawit. Tanaman varietas pisifera mempunyai alela homosigot resesif (sh-sh-) sehingga tidak membentuk cangkang. e) Produktivitas lahan adalah proporsi jumlah Tandan Buah Segar yang dihasilkan dengan luas lahan yang ditebang. Diukur dalam kilogram per hektar. f) Produktivitas minyak sawit (CPO) Indonesia merupakan perbandingan antara total produksi minyak sawit Indonesia dengan luas areal dan dinyatakan dalam satuan ton per hektar (ton/ha). g) Rendemen adalah kadar kandungan minyak dalam setiap brondolan dari Tandan Buah Segar yang telah masak, dinyatakan dalam persen dari CPO, PK h) Tenera adalah jenis varietas tanaman kelapa sawit. Tanaman varietas tenera merupakan hibrida dari dura x pisifera yang mempunyai alela heterozigot (sh+sh-) sehingga mempunyai cangkang tipis (0,5-4mm) dan dikelilingi cincincincin serat pada mesocrapnya. Varietas tenera lebih disukai untuk penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocrap nya lebih tinggi dari pada dura.
4.5 Asumsi-Asumsi 1.
Koefisien di dalam model memenuhi asumsi-asumsi dasar dari Linier Programing.
2.
Mesin Pengolahan Kelapa Sawit tidak mengalami kerusakan.
3.
Produksi TBS dari ketiga kebun untuk menghasilkan CPO dan PK dari Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya PTPN VIII dapat diserap oleh pasar.
BAB V KEADAAN UMUM PTPN VIII KERTAJAYA
Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PTP Nusantara VII kebun Kertajaya yang mengusahakan perkebunaan kelapa sawit dilengkapi pabrik pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak sawit (CPO) dan kernel (PK) mempunyai tujuan untuk melaksanakan dan menunjang program Pemerintah di bidang pembangunan ekonomi Nasional melalui sektor pertanian khususnya sub sektor Perkebunan. Dalam mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan usaha PTP Nusantara VIII Kebun Kertajaya unit bisnis wilayah I tidak terlepas dari landasan dasar yang dipegang teguh, yaitu dengan menerapkan visi menjadi perusahaan agribisnis global yang dipercaya, mengutamakan kepuasan pelanggan dan kepedulian lingkungan dengan berlandaskan kepada mutu dan produktivitas tinggi, serta didukung oleh sumber daya manusia yang profesional. Sedangkan misi yang ditetapkan perusahaan adalah mengelola perusahaan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG) untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan ramah lingkungan yang senantiasa berkembang dan lestari sebagai karya sumber daya manusia yang handal dalam upaya memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan.
5.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Kertajaya berbentuk perseroan terbatas berdasarkan PP No. 34/1971. PTPN VIII kebun Kertajaya dirintis
52
pembangunannya pada tahun 1981 berdasarkan SK Direksi PT Perkebunan XI dengan No. XI/K1/SK/28/1981 seiring ditetapkannya wilayah Banten Selatan sebagai lokasi Perkebunan inti dan plasma melalui SK Mentri Keuangan No. 402/KMK/011/1979 serta SK Gubernur Tingkat I Jawa Barat No. 1203/PM120/1980 tentang penetapan lokasi dan penyediaan lahan untuk proyek PIRBUN (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan). Sebagai unit usaha PT Perkebunan Nusantara VIII Perkebunan Kertajaya didwifungsikan oleh pemerintah sebagai inti bagi pengembangan kebun plasma dengan pola PIRBUN V Banten Selatan. Proyek perkebunan ini meliputi wilayah kecamatan Gunung Kencana, Malingping, Cijaku, Banjarsari dan Panggarangan yang berada di wilayah Kabupaten Lebak dengan luas areal 3.299,35 Ha dan yang termasuk wilayah Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Munjul, Cikeusik dan Cibaliung dengan luas areal 2.768,83 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Perkebunan Negara VIII No. SK/DI/818/IX/2006 menetapkan penggabungan kebun Sanghyangdamar menjadi satu kebun dengan kebun Kertajaya. Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan produksi TBS dari kebun Sendiri (Kertajaya), dan seinduk sebagai bahan baku utama Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya dengan kapasitas olah terpasang 30 ton TBS per jam.
5.2 Keadaan Fisik Kebun Kertajaya Kebun Kertajaya berada di Jalan Raya Malingping, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak dengan luas 22.943,82 Ha yang terdiri dari 16.875,64 Ha tanaman kelapa sawit kebun sendiri dan seinduk (Kertajaya, Bojong Datar, Cisalak, Cikasungka, Sukamaju, Ciater), 6.067,30 Ha tanaman kelapa sawit kebun
53
plasma (Kertahaja Lebak dan Pandeglang) dan 0,876 Ha merupakan areal perumahan, jalan, lapangan dan lain-lain. Peta lokasi PTPN VIII kebun Kertajaya, Lebak, Banten dapat dilihat pada Lampiran 3. Secara geografis kebun Kertajaya terletak pada garis 6041” - 6029” LS dan diantara 105054” - 106001” BT dengan ketinggian 22-180 meter dari permukaan laut. Berdasarkan hasil riset PPKS Medan secara geologis areal kebun tergolong dalam formasi tersier dengan batuan liat dan batuan pasir. Sedangkan secara fisiografi kebun Kertajaya pada umumnya mempunyai bentuk daerah datar (rata) hingga bergelombang, sedikit berbukit dan bergelombang, jenis tanahnya aluvial coklat, podsolik coklat kekuningan, podsolik merah kekuningan, curah hujan rata-rata dalam lima tahun terakhir berkisar 2000-4000 mm yang tidak merata sepanjang tahun dan berjarak 90 Km dari Serang-Banten.
5.3 Struktur Organisasi Organisasi kebun Kertajaya dibentuk dengan sistem pelimpahan wewenang dan pertanggungjawaban secara vertikal menurut jenjang jabatan yang terdiri dari unsur pimpinan, karyawan pelaksanan I dan II dan tenaga kerja anemaren/karyawan lepas matuh. Kebun Kertajaya dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab atas kelancaran tugas operasional kebun dan pengolahan serta hasil yang dicapai sesuai kebijakan Direksi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, administratur dibantu oleh seorang Sinder Kepala, Masinis Kepala, Sinder Tata Usaha dan Keuangan (TUK), Sinder Teknik dan Sinder Pabrik.
54
Sinder Kepala dan Masinis kepala berfungsi sebagai wakil Adminstratur dan bertugas mengkoordinasi pengelolaan produksi, pemeliharaan tanaman, CPO, Palm Kernel sesuai kebijakan direksi dan arahan Administratur. Sinder kepala langsung membawahi sinder-sinder Afdeling kebun untuk setiap areal wilayah kelapa sawit kebun Kertajaya (Sendiri) dan seinduk. Sinder Afdeling kebun akan menangani eksploitasi hasil tanaman, pemeliharaan areal perkebunan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) maupun tanaman yang belum menghasilkan (TBM). Dalam melaksanakan tugasnya, masing-masing sinder kebun dibantu oleh mandor besar pemeliharaan, panen dan tata usaha kebun. Sinder tata usaha dan keuangan membawahi petugas kesehatan, petugas tata buku induk, petugas gudang, petugas tanaman, petugas gudang, petugas pengadaan dan petugas umum. Sedangkan sinder teknik membawahi tata usaha teknik, mandor besar transportasi/bengkel umum, mandor besar sipil, mandor besar listrik, instalasi dan pembangkit, mandor besar alat berat, mandor besar reparasi pabrik. Sinder pabrik membawahi tata usaha pabrik, mandor besar produksi shift I dan II, krani timbang, mandor sortasi buah, mandor besar shift laboratorium, sta pencaca buah, sta thereser, sta Dep. Carter, sta minyakan, treatmen, sta rebusan, sta scrw, sta pengolah biji, sta boiller, sta power hause, hopper tandan kosong dan fat fit. Struktur organisasi dan deskripsi tugas, wewenang, tanggung jawab dalam PTPN VIII Kertajaya terdapat di Lampiran 4.
5.4 Keadaan Karyawan Kebun Kertajaya Karyawan yang terserap oleh perkebunan Kertajaya terdiri atas beberapa golongan yang berbeda dalam pekerjaan, gaji maupun tunjangan yang diperoleh.
55
Penggolongan karyawan tersebut adalah karyawan staf, non staf, karyawan tetap, karyawan lepas matuh dan tenaga kerja borong. Karyawan staf berjumlah 10 orang, termasuk dalam golongan IIIA-IVD yang merupakan jajaran karyawan di kantor direksi yang terdiri atas unsur pimpinan yaitu adminstratur, sinder kepala, sinder TUK, sinder Teknik dan sinder Pabrik. Karyawan staf memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki gaji tetap, tunjangan kesehatan maupun tunjangan keluarga dan memilliki tunjangan jabatan apabila menduduki jabatan fungsional. Karyawan staf juga memiliki hak cuti, hak memperoleh masa persiapan pensiun dan mendapatkan uang balas jasa apabila telah memasuki masa pensiun. Selain itu, karyawan non staf berjumlah 162 orang, termasuk dalam golongan IB-IID merupakan karyawan perusahaan yang telah memiliki gaji yang tetap setiap bulan untuk hari kerja yang ditetapkan. Selain gaji, karyawan dan keluarga juga menerima fasilitas tunjangan kesehatan dari perusahaan berupa tunjangan penuh biaya pengobatan di rumah sakit yang telah ditunjuk oleh perusahaan. Akan tetapi, karyawan non staf tidak mendapatkan tunjangan jabatan seperti yang diterima oleh karyawan staf. Karyawan non staf adalah unsur pelaksana yang terdiri dari karyawan tetap yang ditetapkan di kantor, di afdeling, di bagian teknik dan pabrik pengolahan. Karyawan tetap berjumlah 199 orang, termasuk dalam golongan IA yang merupakan karyawan perusahaan yang telah memiliki hari kerja yang tetap. Karyawan tetap tersebut adalah unsur pelaksana yang terdiri atas karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan teknis maupun non teknis, seperti tenaga pemeliharaan tanaman, tenaga teknik, tenaga panen, tenaga pabrik, staf kantor yang dibayar penuh oleh perusahaan sesuai jumlah hari kerja karyawan
56
yang bersangkutan. Karyawan lepas merupakan karyawan yang upah kerja diterima memperhitungkan jumlah hadir dari karyawan yang bersangkutan. Tenaga kerja borong merupakan tenaga kerja yang bersifat musiman. Karyawan tenaga kerja borong berjumlah 306. Tenaga kerja ini ada apabila terdapat pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga kerja seperti pada masa pembukaan areal baru dan pada masa penanaman. Upah yang diberikan berdasarkan jumlah hari kerja dari setiap tenaga kerja yang bersangkutan. Karyawan honorer yang bekerja di PTP Nusantara VIII kebun Kertajaya berjumlah 53 orang. Karyawan honorer merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan pada bidangnya dan upah yang diberikan secara bulanan atau dalam waktu tertentu, serta memiliki keterikatan dengan surat perjanjian kontrak kerja.
5.5 Kegiatan Budidaya Tanaman. 5.5.1 Pembukaan Lahan Proses pembukaan areal perkebunan kelapa sawit yang berasal dari bekas areal tanaman perkebunan seperti karet, coklat atau relatif mudah jika dibandingkan dengan pembukaan areal perkebunan kelapa sawit yang berasal dari alang-alang maupun hutan. Hal ini dikarenakan jumlah tanaman yang harus ditebang relatif lebih sedikit atau pertumbuhannya relatif lebih seragam. Selain itu, jalan-jalan serta petak-petak kebun telah tersedia. Pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit di kebun Kertajaya dilakukan secara manual, yakni dengan menebang pohon dengan menggunakan gergaji mesin atau membabat. Pada dasarnya kegiatan pembukaan lahan dapat
57
dilakukan dengan dua cara, yakni secara manual dan kimiawi. Pembukaan lahan secara kimiawi dilakukan dengan cara memberikan racun kedalam batang pohon. Kegiatan penebangan ini diikuti dengan merumput dan memperbaiki atau membangun sarana jalan yaitu jalan utama, jalan angkutan produksi dan jalan kontrol. Jalan utama adalah jalan yang menghubungkan afdeling ke pabrik pengolahan atau dari pusat kebun ke luar kebun. Jalan angkutan produksi adalah jalan panen yang dibuat ditengah blok tegak lurus menghadap baris tanaman. Sedangkan jalan kontrol merupakan jalan yang dibangun untuk memudahkan sistem pengawasan yang diperlukan oleh semua unsur dari mandor pengawas dan pihak yang berkepentingan.
5.5.2 Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan setelah lahan disiapkan dan memenuhi kriteria layak tanam atau dengan kata lain memasuki awal musim hujan. Kualitas bibit harus baik dan bibit yang abnormal sebaiknya dipisahkan atau dihancurkan dengan cara membakarnya pada lahan terbuka. Perlakukan terhadap bibit selama pembibitan dan pengangkutan harus diperhatikan agar kualitas bibit terjaga. Banyaknya bibit yang ditanam harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja yang ada, alat pengangkutan, kondisi jalan, iklim dan lain-lain agar pertumbuhan tanaman serentak. Sebelum kegiatan penanaman tanaman kelapa sawit dilakukan terlebih dahulu diatur jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kelapa sawit di Kebun Kertajaya adalah 9,3 x 9,4 meter, sehingga dalam satu hektar akan terdapat 130 pohon. Pembuatan lubang tanaman ini lima bulan sebelum penanaman dilakukan
58
agar pemeriksaan mudah dilakukan, baik untuk memeriksa jumlah lubang maupun ukuran lubang. Dikarenakan kondisi lahan yang bergelombang, dibuat sistem teras sebagai langkah pengawasan tanah untuk lahan Kebun Kertajaya yang topografi tanahnya bergelombang. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhan yang kurang baik, agar tidak ada lubang yang dibiarkan kosong tidak ditanami. Perlunya dilakukan kegiatan sensus pohon untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman dan jenis penanggulan hama dan penyakit yang menghambat pertumbuhan tanaman Smerupakan salah satu bagian dari kegiatan penyulaman.
5.5.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) antara lain meliputi kegiatan penyiangan, pemeliharaan teras, jalan, jembatan dan saluran air, pemberantasan hama dan penyakit, serta pemupukan. Penyiangan dilakukan dengan cara yaitu buru lalang dan merumput baik secara manual maupun kimiawi. Untuk mempertahankan struktur tanah dilakukan pemeliharaan teras yang dilakukan dua kali dalam setahun dengan mengangkat tanah yang terhanyut atau longsor keatas teras. Sementara itu ketersediaan unsur hara dijaga dengan kegiatan pemupukan. Kegiatan pemupukan dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan luas areal kelapa sawit, jenis dan dosis pupuknya, cara pemupukannya, daya serap akar tanaman maupun waktu pemupukan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan di Kebun Kertajaya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara membenam pupuk ke dalam tanah untuk pupuk organik dan menabur
59
pupuk pada diameter tanaman untuk pupuk anorganik. Dosis pemupukan per pohon tanaman belum menghasilkan dapat dilihat pada tabel 6. Setelah tanaman berumur dua tahun. Perlu dilakukan penunasan karena pelapah daun bawah tanaman sudah mulai mengering. Penunasan ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pelaksanaan penyerbukan buatan. Selain itu dilakukan kasterisasi yaitu pembuangan bunga jantan dan betina, yang dimulai pada saat tanaman berumur 14 bulan. Kasterisasai bertujuan untuk mengarahkan tanaman pada pertumbuhan vegetatif, menghemat unsur hara dan air, mengurangi serangan hama dan penyakit serta akan menghasilkan tandan yang lebih sempurna dan lebih berat jika disertai dengan penyerbukan bantuan pada panen pertama. Kegiatan kastrasi ini dilakukan sebulan sekali dan berlangsung selama 10-12 bulan atau enam bulan sebelum panen perdana dimulai. Tabel 6. Program Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman Umur Dosis Pupuk Tanaman Urea RP MOP Kiserite HGF(Bulan) Borate 1 0,05 3 0,11 0,15 0,10 5 0,11 0,75 0,15 0,10 8 0,23 0,35 0,25 0,02 12 0,23 0,75 0,35 0,25 16 0,23 0,50 0,50 0,03 20 0,34 1,00 0,50 0,50 24 0,34 0,75 0,50 0,05 28 0,34 1,50 1,00 0,75 32 0,46 1,00 0,75 Sumber : Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa Sawit PTPN VIII, 2006
60
5.5.4 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Kegiatan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) tidak terlalu berbeda dengan pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman belum menghasilakan. Perbedaan terhadap kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan harus dititik beratkan pada kegiatan pemeliharaan jalan, sehingga dalam proses pengangkutan hasil panen tidak mengalami hambatan. Sarana pengangkutan untuk memudahkan pengawasan
pada
tanaman
menghasilkan
dan
sebagai
upaya
untuk
mempertahankan kualitas Tandan Buah Segar yang akan diolah di pabrik kelapa sawit harus benar-benar diperhatikan agar dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan adalah pemupukan sebagai upaya menambah unsur hara tanah dan mencegah defisiasi. Pada tanaman berumur enam sampai dua belas bulan biasanya kegiatan penyulaman tetap dilakukan untuk mengganti tanaman yang abnormal atau mandul, sehingga populasi pohan per hektar dapat dipertahankan. Kegiatan penunasan dilakukan dengan tujuan membuang pelepah daun yang tidak berguna, mencegah serangan hama penyakit, memperlancar proses penyerbukan alami, serta
mempermudah dalam proses pemanenan. Pada tanaman berumur lima
sampai sepuluh tahun penunasan dilakukan enam bulan sekali, sedangkan tanaman yang berumur di atas 10 tahun penunasan dilakukan delapan bulan sekali. Selain kegiatan penunasan, kegiatan pemeliharaan dilakukan juga dengan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sistem kontrol terpadu baik secara manual dan kimiawi. Sedangkan untuk pemberantasan hama secara biologis digunakan dengan menanam bunga jam delapan (Tunera sabulataL) sebagai
61
tempat hidup inang kumbang (Imogo brachymeria lasus) yang akan menyerang ulat api (Ssetothosea asigna).
5.5.5 Panen Kelapa Sawit Kegiatan persiapan panen kelapa sawit tercakup di dalamnya adalah persiapan alat pemanen, pemeliharaan sarana jalan maupun kesiapan tenaga kerja yang akan dibutuhkan. Kegiatan panen di kebun Kertajaya dilakukan dengan sistem harca giring, yakni pemanenan diberi hanca per baris tanaman. Sistem ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem hanca tetap yaitu pelaksanaan panen lebih cepat dam buah cepat sampai ke TPH (Tempat Penampungan Hasil). Rotasi panen adalah 5/7, artinya dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan dua hari untuk kegiatan pemeliharaan. Kegiatan ini dilakukan secara bergilir berdasarkan kematangan tandan dengan pola ABCDE. Pengangkutan panen dari kebun dilakukan dengan cara dipikul, sehingga topografi
yang
berbukit-bukit
menyebabkan
terjadinya
keterlambatan
pengumpulan hasil panen hingga mencapai dua hari. Sedangkan TBS harus segara diolah dalam waktu kurun dari 24 jam untuk mendapatkan kandungan Asam Lemak Bebak (ALB) yang rendah. Panen di kebun Kertajaya sudah direncanakan dengan baik supaya tidak terjadi keterlambatan pengumpulan hasil panen meskipun topografinya berbukit-bukit. Pengangkutan hasil panen dari TPH dilakukan dengan menggunakan truk sebagai sarana transportasinya. Kriteria matang panen kelapa sawit yang telah ditetapkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Perubahan warna yang terjadi pada tandan buah segar adalah
62
dari
hijau
berubah
ke
kehitaman
kemudian
berubah
menjadi
merah
mengkilat/orange. Selain itu, kriteria matang panen juga tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan lebih dari 10 kilogram sebanyak satu brondolan per kilogram tandan dan untuk berat kurang dari 10 kilogram sebanyak satu brondolan per kilogram tandan. Mutu panen ditentukan oleh fraksi matang panen seperti terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Fraksi Matang Panen Pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Fraksi 00
Jumlah Brondol Tidak ada buah membrondol, buah
Keterangan Sangat mentah
berwarna hitam pekat 0
1-12,5% dari buah luar membrondol,
Mentah
buah hitam kemerahan 1 2 3 4 5
12,5-25 % buah luar membrondol, buah berwarna kemerahan 25% - 50% buah luar membrondol, buah berwarna merah mengkilat 50% - 75% buah luar membrondol, buah berwarna orange 75% - 100% buah luar membrondol berwarna dominan orange 100% buah bagian dalam ikut membrondol
Kurang Matang Matang 1 Matang 2 Lewat Matang Lewat Matang
Sumber : Budidaya Kelapa Sawit : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2005
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Implikasi Peramalan Dekomposisi Data yang akan diramalkan dengan metode dekomposisi multiplikatif adalah data yang memiliki sifat siklis, trend dan musiman, yaitu data harga CPO dan PK, biaya produksi tanaman kelapa sawit, biaya pengolahan CPO dan PK, Total Produksi TBS yang akan diolah dari Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma. Data yang digunakan untuk meramalkan keempat variabel diatas menggunakan data aktual pada saat sebelum dilakukan kegiatan replanting. Hasil nilai ramalan pada 4 tahun periode waktu kedepan setiap bulan didapat dari nilai model ramalan Yt setelah dilakukan differences dengan nilai lag 4 pada data harga CPO dan PK, dan menggunakan nilai lag 2 pada data biaya produksi dan jumlah produksi TBS. Sehingga data hasil ramalan yang didapat memiliki nilai kesalahan yang kecil. 6.1.1 Biaya Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Untuk meramalkan biaya produksi tandan buah segar yang belum diremajakan pada tahun 2008, digunakan data tahun 2007 yang didapatkan dari biaya produksi total tandan buah segar (Rupiah) tanpa biaya bahan baku dibagi dengan jumlah total produksi tandan buah segar dari luas areal kebun sendiri Kertajaya (kilogram) per bulan. Setelah dilakukan olah data dengan metode dekomposisi multiplikatif dimana data biaya produksi kelapa sawit aktual mempunyai sifat siklis dan musiman didapatkan hasil ramalan data memiliki sifat trend cenderung naik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Data hasil ramalan pada Tabel 8 dan pada Gambar 2 diperoleh nilai MAPE sebesar 11% MAD
64
sebesar 356 kg dan MSD 202,491 kg artinya hasil ramalan ini hampir mendekati kenyataannya. Tabel 8. Biaya Produksi Kelapa Sawit Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya (Rp/Kg) Bulan
2007 2441 2973 4300 4322 2683 2769 3872 3216 3151 3536 3768 3087
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
2008 3670,24 3724,23 3787,18 3514,27 3845,88 3900,35 3964,18 3676,62 4021,53 4076,46 4141,19 3838,97
Tahun 2009 4197,17 4252,58 4318,19 4001,32 4372,81 4428,7 4495,19 4163,67 4548,45 4604,81 4672,19 4326,02
2010 4724,09 4780,93 4849,19 4488,37 4899,73 4957,05 5026,19 4650,72 5075,37 5133,17 5203,2 4813,07
2011 5251,01 5309,28 5380,2 4975,42 5426,65 5485,4 5557,2 5137,77 5602,29 5661,52 5734,2 5300,12
B IA Y A P R O D U K S I (R p/ K g) M u ltip lic a tive M o d e l 6000
V a r ia b le A c tu a l F its T r en d F o r ec a sts
Kebun Sendiri
5000
A c c u r a c y M e a su r es MA PE 11 MAD 356 MSD 202491
4000
3000
2000 Ja n
Ja n
Ja n
Ja n Month
Ja n
Ja n
Ja n
Gambar 2. Grafik Biaya Produksi Aktual dan Ramalan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya (Rp/Kg)
6.1.2 Harga CPO dan PK Untuk meramalkan harga produk CPO dan PK yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit, dapat digunakan data tahun 2007 dengan asumsi tingkat inflasi dari tiap tahapan waktu tetap sebesar 6%. Dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4, bahwa harga CPO dan PK mempunyai sifat siklis dan musiman dengan trend cenderung konstan. Data hasil peramalan dekomposisi multiplikatif
65
dapat dilihat pada Tabel 9. dengan tingkat kesalahan yang kecil yaitu MAPE 2,4% untuk harga CPO dan 5,3% untuk harga PK yang artinya ramalan ini dapat mendekati kenyataannya. Harga CPO dan PK yang didapat digunakan untuk mencari besarnya nilai pendapatan perusahaan dari menjual CPO dan PK. Tabel 9 Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember
2007 4393 4393 4613 4833 5108 5369 5531 5641 5641 6616 6616
2006 4129 4129 4467 4684 5018 5263 5432 5508 5510 6414 6414
Tahun 2008 2009 10130,9 12896,3 10024,6 12700,2 10155,4 12806,9 10165,3 12762,8 11052,7 13818,1 10916,5 13592 11039,3 13690,7 11031,1 13628,6 11974,5 14739,9 11808,3 14483,8 11923,1 14574,5
2010 15661,7 15375,7 15458,4 15360,3 16583,5 16267,5 16342,2 16226,1 17505,3 17159,4 17226
2011 18427,1 18051,2 18109,8 17957,8 19348,9 18943 18993,6 18823,6 20270,7 19834,9 19877,5
H A R G A C R U D E P A L M O IL (R p)
Harga CPO (Rupiah)
M u ltip lic a tiv e M o d e l 20000
V ar ia b le A c tu a l F its
17500
T ren d F o r e c asts A c c u r a c y M e asu r e s MA PE 2 ,4 MAD 1 27 ,2 MSD 2 2 9 85 ,8
15000 12500 10000 7500 5000 Ja n
Ja n
Ja n
Ja n M onth
Ja n
Ja n
Ja n
Gambar 3. Grafik Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Tabel 10 Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Bulan
2006 Januari 2220 Februari 2220 Maret 2486 April 3010 Mei 2840 Juni 3285 Juli 3310 Agustus 3365 September 3365 Oktober 3380 Nopember 3380 Desember 3380
TAHUN
2007 2400 2400 2598 3108 2900 3365 3410 3435 3435 3450 3450 3450
2008 5139,9 5098,9 5459,8 5164,9 5546 5493,9 5874,8 5550,1 5952 5888,9 6289,7 5935,3
2009 6358,1 6283,9 6704,7 6320,6 6764,1 6678,9 7119,6 6705,8 7170,2 7074 7534,6 7091
2010 2011 7576,3 8794,4 7469 8654 7949,5 9194,3 7476,2 8631,8 7982,3 9200,5 7864 9049 8364,5 9609,3 7861,4 9017,1 8388,4 9606,6 8259 9444,1 8779,4 10024,2 8246,6 9402,3
66
H A R G A P A L M K E R N E L (R p ) M u ltip lic a tive M o d e l 11000
V a r ia b le A c tu a l
Harga Palm Kernel (Rupiah)
10000
F its T r en d F o r e c a sts
9000
A c c u r a c y M e a su r e s MAPE 5 ,3 MAD 163 ,3 MSD 37896 ,6
8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 Ja n
Ja n
Ja n
Ja n M ont h
Ja n
Ja n
Ja n
Gambar 4. Grafik Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII
6.1.3 Total Produksi TBS Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma Dalam menentukan besarnya profit yang didapatkan untuk memproduksi CPO dan PK diperlukan data input ramalan total produksi TBS dari kebun Kertajaya (Sendiri) pada saat umur tanaman mencapai umur tanam 27 tahun yang belum dilakukan replanting sebagai faktor pengali dengan harga CPO dan PK untuk mendapatkan Total Revenue (TR) setelah dikurangi total biaya produksi. Dapat dilihat pada gambar 5, bahwasanya nilai MAPE yang kecil yaitu 2,71% dapat diketahui bahwa tingkat kesalahan yang diperoleh kecil dan memiliki trend meningkat selain mempunyai sifat musiman dan siklis. Tabel 11. Total Produksi TBS Kebun Kertajaya (Sendiri), Aktual dan Ramalan (Kilogram) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
2007 1.936.270 1.188.970 996.870 977.900 1.195.490 1.473.540 1.725.840 2.284.050 2.905.220 2.836.430 2.231.560 1.509.530
2008
Tahun 2009
2010
2011
3873371 3958263 4088380 4172051 4303389 4385838 4518397 4599625 4733406 4813412 4948414 5027199
5163423 5240987 5378431 5454774 5593440 5668561 5808448 5882348 6023457 6096136 6238465 6309923
6453474 6523710 6668482 6737497 6883491 6951284 7098499 7165072 7313508 7378859 7528517 7592646
7743525 7806433 7958534 8020221 8173542 8234008 8388551 8447795 8603559 8661582 8818568 8875369
67
T O T A L P R O D U K S I K e b un K E R T A J A Y A ( S e nd ir i) M u ltip lic a t iv e M o d e l 9000000
V a r ia b le A c tu a l F its T r en d F o r e c a sts
PRODUKSI TBS (Kilogram)
8000000 7000000
A c c u r a c y M e asu r e s M A PE 2,71235E + 01 MAD 4,43199E + 05 M SD 2,78783E + 11
6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 Ja n
Ja n
Ja n
Ja n Month
Ja n
Ja n
Ja n
Gambar 5 Grafik Total Produksi TBS Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual dan Ramalan (Kilogram)
Implementasi peramalan dekomposisi multiplikatif dilakukan berdasarkan data produksi TBS kebun Seinduk sehingga diketahui nilai profit aktual. Hasil ramalan yang didapatkan untuk memproduksi CPO dan PK dengan bahan baku TBS dari kebun Seinduk belum mengalami replanting digunakan sebagai faktor pengali dengan harga CPO dan PK untuk mendapatkan Total Revenue (TR) setelah dikurangi total biaya produksi. Dapat dilihat pada gambar 6, bahwasanya nilai MAPE yang kecil yaitu 2,20% dapat diketahui bahwa tingkat kesalahan yang diperoleh kecil dan memiliki trend meningkat selain mempunyai sifat musiman dan siklis. Tabel 12. Total Produksi TBS Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kilogram) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
6.580.010 6.100.840 6.374.170 6.029.520 7.420.360 6.185.190 3.522.330 3.240.890 7.188.620 8.322.200 8.401.970 6.159.180
7519432 8414462 7677862 8589902 7836293 8765342 7994723 8940782 8153154 9116222 8311584 9291662
8470014 9467102 8628445 9642542 8786875 9817982 8945306 9993422 9103736 10168862 9262167 10344302
9420597 10519742 9579028 10695182 9737458 10870622 9895889 11046062 10054319 11221502 10212749 11396942
10371180 11572382 10529610 11747822 10688041 11923262 10846471 12098702 11004902 12274142 11163332 12449582
68
T O TA L P R O D U K S I K e bun S e induk M u ltip lic a tive M o d e l V a r ia b le A c tu a l F its T r en d F o r e c a sts
Produksi TBS (Kilogram)
12000000
10000000
A c c u r a c y M e a su r e s M A PE 2,20070E + 01 MAD 1,04070E + 06 M SD 2,15249E + 12
8000000
6000000
4000000
2000000 Ja n
Ja n
Ja n
Ja n M ont h
Ja n
Ja n
Ja n
Gambar 6 Grafik Total Produksi TBS Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kilogram) Alternatif pasokan TBS untuk memproduksi CPO dan PK selain berasal dari kebun Kertajaya dan seinduk, juga berasal dari produksi kebun plasma sebagai mitra usaha PTPN VIII Kertajaya. Hal ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit dengan perluasan areal perkebunan inti rakyat yang berkelanjutan dan peningkatan kapasitas pengolahan Pabrik Kelapa Sawit. Dapat dilihat pada gambar 7, bahwasanya nilai MAPE dan MAD yang diperoleh kecil yaitu 1,02% dan 201,12 Kg sehingga dapat diketahui bahwa tingkat kesalahan yang diperoleh kecil dan memiliki trend meningkat selain mempunyai sifat musiman dan siklis. Tabel 13. Total Produksi TBS Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kilogram) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
2007 3.227.770 2.237.210 2.456.530 1.786.510 2.378.890 2.030.730 1.140.360 743.720 2.481.740 7.103.530 10.602.400 8.282.000
2008 13654187 17703138 14712395 19023959 15770602 20344780 16828809 21665601 17887016 22986422 18945223 24307243
Tahun 2009 20003430 25628064 21061638 26948884 22119845 28269705 23178052 29590526 24236259 30911347 25294466 32232168
2010 26352673 33552989 27410880 34873810 28469088 36194631 29527295 37515452 30585502 38836273 31643709 40157094
2011 32701916 41477914 33760123 42798735 34818330 44119556 35876538 45440377 36934745 46761198 37992952 48082019
69
TO T A L P R O D U KS I Ke bun P l a s ma M ultiplica tive M od e l
Total Produksi TBS (Kilogrsm)
5 000000 0
V ar iab le A c tu al F its T r en d F o r ec asts
4 000000 0
A c c u r ac y M easu r es MA PE 1,02573E +02 MA D 2,01128E +06 MSD 5,39156E +12
3 000000 0
2 000000 0
1 000000 0
0 Ja n
Ja n
Ja n
Ja n M o nt h
Ja n
Ja n
Ja n
Gambar 7 Grafik Total Produksi TBS Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kilogram)
6.1.4 Biaya Pengolahan CPO dan Palm Kernel Untuk meramalkan biaya pengolahan CPO dan PK pada Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya dengan pasokan input yang berasal dari kebun seinduk dan plasma digunakan data tahun 2007. Dapat dilihat pada gambar 7, besarnya biaya pengolahan CPO dan PK mempunyai sifat siklis dan musiman dengan trend kecenderungan menaik. Hasil olahan data dapat dilihat pada gambar 8 yaitu nilai MAPE yang kecil sebesar 2,23% dan MAD sebesar 169,42 Kg dengan tingkat kesalahan yang kecil. Data ramalan Biaya Pengolahan CPO dan Palm Kernel merupakan faktor pengurang dalam menentukan besarnya Profit (Laba Kotor) dari pengolahan TBS di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya. Tabel 14. Total Biaya Pengolahan CPO, PK Aktual dan Ramalan Kertajaya(Rp/kg) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
2007 7.658.426 7.714.966 10.864.837 9.301.898 7.839.219 6.776.461 6.184.562 4.504.751 13.624.978 8.924.877 9.324.765 10.102.567
2008 10837376 12641860 11132252 12981218 11427128 13320576 11722005 13659934 12016881 13999292 12311757 14338649
Tahun 2009 12606633 14678007 12901509 15017365 13196385 15356723 13491262 15696081 13786138 16035439 14081014 16374797
2010 14375890 16714155 14670766 17053512 14965642 17392870 15260519 17732228 15555395 18071586 15850271 18410944
2011 16145147 18750302 16440023 19089660 16734899 19429017 17029775 19768375 17324652 20107733 17619528 20447091
70
B ia y a P e n g o la h a n C P O d a n P K - P K S K e rt a j a y a M u lt i p l ic a ti v e M o d e l 22500000
V a r ia b le A c tu a l F its T r en d F o r e c a s ts
Biaya Pengolahan (Rupiah)
20000000 17500000
A c c u r a c y M e asu r es MAPE 2 ,2 3 2 1 6 E + 0 1 MAD 1 ,6 9 4 2 5 E + 0 6 MSD 4 ,3 8 4 6 7 E + 1 2
15000000 12500000 10000000 7500000 5000000 Ja n
Ja n
Ja n
Ja n M onth
Ja n
Ja n
Ja n
Gambar 8 Grafik Total Biaya Pengolahan CPO, PK Aktual dan Ramalan Kertajaya(Rp/kg)
6.2 Perumusan Model Program Linier Program linier memiliki perumusan model yang terdiri dari perumusan variabel tujuan, fungsi tujuan dan fungsi kendala yang dihadapi oleh PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Alternatif pengadaan sumberdaya bahan baku yang dimiliki perusahaan untuk dapat memproduksi crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) pada tahun 2007 dan 2011 merupakan periode dari ruang lingkup penelitian ini, merupakan nilai ruas kanan (Right Hand Side) dalam perumusan fungsi kendala. 6.2.1 Perumusan Fungsi Tujuan Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kombinasi alternatif pengadaan TBS yang disuplai dari tiap sumber produksi yang dimiliki perusahaan
sehingga
memberikan
tingkat
penerimaan
perusahaan
yang
maksimum. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi aktual pada tahun 2006 dan 2007 dan data hasil ramalan setelah empat tahun kegiatan replanting dengan rencana tahap pertama melakukan penanaman ulang pada lahan produktif seluas 500 ha. Keputusan yang dapat dibentuk dalam model program linear ini sebanyak 36 variabel dalam satu tahun dari setiap kebun produksi TBS.
71
Koefisien fungsi tujuan merupakan keuntungan setiap kilogram pasokan Tandan Buah Segar yang dipasok dari ketiga sumber bahan baku yaitu kebun Kertajaya, Seinduk dan kebun Plasma. Keuntungan yang dimaksud adalah selisih antara nilai total pengadaan produksi TBS dengan total biaya produksi pengolahan TBS yang diperoleh dari tiga kebun sebagai sumber bahan baku. Lampiran 5-10 menyajikan perolehan keuntungan (Laba Kotor) dari ketiga kebun dalam memproduksi TBS yang diolah Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya dan merupakan koefisien dari tiap variabel untuk memperoleh nilai optimalnya. Berdasarkan uraian di atas, sehingga fungsi tujuan dari model program linier untuk memaksimumkan keuntungan dalam dua periode (2007 dan 2011) dapat dirumuskan sebagai berikut : Tahap Waktu 1 (2007) Max: 713X11+718X12+744X13+795X14+841X15+899X16+879X17+789X18 +824X19+993X110+1074X111+1180X112+716X21+723X22+753X23+8 03X24+847X25+903X26+880X27+790X28+827X29+995X210+1077X2 11+1185X212+715X31+721X32+751X33+799X34+844X35+901X36+87 7X37+785X38+823X39+995X310+1077X311+1186X312 Tahap Waktu 2 (2011) Max: 2962X11+3859X12+3852X13+3797X14+4134X15+4053X16+3900X17+ 3380X18+3801X19+3896X110+4246X111+4602X112+3273X21+4222X 22+4261X23+4200X24+4521X25+4429X26+4467X27+4401X28+4735X 29+4636X210+4674X211+4603X212+4309X31+4181X32+4216X33+41 59X34+4523X35+4430X36+4469X37+4403X38+4737X39+4637X310+4 675X311+4604X312 Keterangan : = Produksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK yang berasal dari X11 – X112 Kebun Sendiri Kertajaya bulan Januari–Desember X21 – X212 = Produksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK yang berasal dari Kebun Seinduk bulan Januari–Desember X31 – X312 = Produksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK yang berasal dari Kebun Plasma bulan Januari–Desember
72
6.2.2 Perumusan Fungsi Kendala Kendala dalam model program linier untuk optimalisasi perencanaan pengadaan TBS yang berasal dari alternatif sumber daya kebun dalam pengolahan TBS di PKS kertajaya meliputi kapasitas produksi maksimal, potensi produksi TBS kebun sendiri yang sebagian sudah di replanting dan belum di replanting pada potensi 100% dan 80%, kendala ketersediaan kebun plasma, kendala kuota pembelian dari kebun plasma, dan ketersediaan tenaga kerja di Pabrik Pengolahan PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya. Fungsi kendala yang digunakan dalam penyelesaian program linear ini selengkapnya akan disajikan pada Tabel 15 – 22 pada tiap tahapan waktu (2007 dan 2011). A.
Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Koefisien fungsi yang digunakan dalam mengolah TBS adalah benilai satu
karena kapasitas maksimal pabrik kelapa sawit sama. Nilai sebelah kanan kendala (right hand side) dari persamaan kendala ini merupakan hasil penggalian kapasitas pabrik dengan waktu pengolahan dalam satu hari dan dikalikan dengan hari beroperasi dalam 1 bulan produksi. Berdasarkan uraian diatas model fungsi kendala kapasitas pabrik dalam 2 tahapan waktu dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahapan waktu 1 X11+X21+X31 ≤ 16.500.000 X12+X22+X32 ≤ 16.500.000 X13+X23+X33 ≤ 16.500.000 X14+X24+X34 ≤ 16.500.000 X15+X25+X35 ≤ 16.500.000 X16+X26+X36≤ 16.500.000 X17+X27+X37≤ 16.500.000 X18+X28+X38 ≤ 16.500.000 X19+X29+X39≤ 16.500.000 X110+X210+X310≤ 16.500.000 X111+X211+X311≤ 16.500.000 X112+X212+X312≤ 16.500.000
Tahapan Waktu 2 X11+X21+X31≤ 33.000.000 X12+X22+X32≤ 33.000.000 X13+X23+X33≤ 33.000.000 X14+X24+X34≤ 33.000.000 X15+X25+X35≤ 33.000.000 X16+X26+X36≤ 33.000.000 X17+X27+X37≤ 33.000.000 X18+X28+X38≤ 33.000.000 X19+X29+X39≤ 33.000.000 X10+X210+X310≤ 33.000.000 X111+X211+X311≤33.000.000 X112+X212+X312≤33.000.000
73
B.
Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Sendiri 100 % dan 80 % yang Belum Dilakukan Replanting Koefisien fungsi potensi produksi TBS dari kebun seinduk yang belum
dilakukan replanting dalam memproduksi CPO dan PK bernilai satu, karena produknya sama. Nilai sebelah kanan kendala (RHS) diperoleh dari potensi produksi TBS kebun seinduk pada luas lahan 2.405,93 ha dikalikan prosentase potensi produksi per bulan yang dapat dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan uraian diatas didapatkan model fungsi kendala potensi produksi TBS 100% dan 80 % tahapan waktu 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 di bawah ini. Tabel 16 Kendala Potensi Produksi 100%TBS Kebun Sendiri Kertajaya
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahapan waktu 1 X11 ≤ 3.705.000 X12 ≤ 2.695.000 X13 ≤ 2.695.000 X14 ≤ 2.695.000 X15 ≤ 1.684.000 X16 ≤ 1.684.000 X17 ≤ 1.684.000 X18 ≤ 2.695.000 X19 ≤ 2.695.000 X110 ≤ 3.705.000 X111 ≤ 3.705.000 X112 ≤ 3.705.000
Tahapan Waktu 2 X11 = 0 X12 = 0 X13 = 0 X14 = 0 X15 = 0 X16 = 0 X17 = 0 X18 = 0 X19 = 0 X110 = 0 X111 = 0 X112 = 0
Tabel 17 Kendala Potensi Produksi 80% TBS Kebun Sendiri Pada Analisis Post Optimal
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahapan waktu 1 X11 ≥ 2.964.000 X12 ≥ 2.156.000 X13 ≥ 2.156.000 X14 ≥ 2.156.000 X15 ≥ 1.347.200 X16 ≥ 1.347.200 X17 ≥ 1.347.200 X18 ≥ 2.156.000 X19 ≥ 2.156.000 X10 ≥ 2.964.000 X111 ≥ 2.964.000 X112 ≥ 2.964.000
Tahapan Waktu 2 X11 = 0 X12 = 0 X13 = 0 X14 = 0 X15 = 0 X16 = 0 X17 = 0 X18 = 0 X19 = 0 X110 = 0 X111 = 0 X112 = 0
74
C.
Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Seinduk 100% dan 80% Setelah Dilakukan Replanting Kegiatan Replanting yang diambil oleh pihak direksi berperan penting
dalam upaya memasok kebutuhan TBS sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK yang dilakukan di Kebun Kertajaya. Adapun rencana luas lahan yang akan di replanting pada tahap pertama tahun 2007 sebesar 500 ha dengan asumsi biaya total produksi untuk luasan areal yang di replanting selama tiga tahun sama dengan biaya total produksi kebun sendiri lama sebelum di replanting. Berdasarkan uraian diatas model fungsi kendalanya terdapat pada Tabel 18 19. Tabel 18 Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 100% TBS Setelah Replanting
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahapan waktu 1 X11 = 0 X12 = 0 X13 = 0 X14 = 0 X15 = 0 X16 = 0 X17 = 0 X18 = 0 X19 = 0 X110 = 0 X111 = 0 X112 = 0
Tahapan Waktu 2 X11 ≤ 341.000 X12 ≤ 248.000 X13 ≤ 248.000 X14 ≤ 248.000 X15 ≤ 155.000 X16 ≤ 155.000 X17 ≤ 155.000 X18 ≤ 248.000 X19 ≤ 248.000 X110 ≤ 341.000 X111 ≤ 341.000 X112 ≤ 341.000
Tabel 19 Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 80% TBS Setelah Replanting Pada Analisis Post Optimal No. Bulan Tahapan waktu 1 Tahapan Waktu 2 1 Januari X11 = 0 X11 ≥ 272.800 2 Februari X12 = 0 X12 ≥ 198.400 3 Maret X13 = 0 X13 ≥ 198.400 4 April X14 = 0 X14 ≥ 198.400 5 Mei X15 = 0 X15 ≥ 124.000 6 Juni X16 = 0 X16 ≥ 124.000 7 Juli X17 = 0 X17 ≥ 124.000 8 Agustus X18 = 0 X18 ≥ 198.400 9 September X19 = 0 X19 ≥ 198.400 10 Oktober X110 = 0 X10 ≥ 272.800 11 November X111 = 0 X111 ≥ 272.800 12 Desember X112 = 0 X112 ≥ 272.800
75
D.
Kendala Ketersediaan TBS Kebun Plasma sebesar 4% dan Kuota Pembelian dari Kebun Sendiri dan Seinduk. Pasokan TBS yang berasal dari kebun plasma hanya dapat memasok 4 %
dari total pasokan bahan baku kebun sendiri dan seinduk. Kebijakan manajer kebun (Administratur) dengan menetapkan kuota pembelian pada tahap waktu 1 diasumsikan sama pada tahap waktu 2, sehingga 0,04 merupakan koefisien fungsi kendala yang sama nilainya setiap bulan. Total pasokan TBS dari kebun plasma adalah 2.500.000 kg merupakan kendala dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan keuntungan dari memproduksi CPO dan PK yang akan dihasilkan oleh PKS PTPN VIII Kertajaya. Adapun model fungsi kendala dari ketersediaan kebun plasma 4 persen dan penetapan kuota pembelian dari PKS PTPN VIII Kertajaya dapat dilihat kedua pada Tabel 20 dan 21 di bawah ini. Tabel 20 Kendala Ketersediaan Kebun Plasma 4% dari Kebun sendiri dan seinduk
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahapan waktu 1 dan 2 X31 – 0,04 X11 – 0,04X21 ≤ 0 X32 – 0,04 X12 – 0,04X22 ≤ 0 X33 – 0,04 X13 – 0,04X23 ≤ 0 X34 – 0,04 X14 – 0,04X24 ≤ 0 X35 – 0,04 X15 – 0,04X25 ≤ 0 X36 – 0,04 X16 – 0,04X26 ≤ 0 X37 – 0,04 X17 – 0,04X27 ≤ 0 X38 – 0,04 X18 – 0,04X28 ≤ 0 X39 – 0,04 X19 – 0,04X29 ≤ 0 X310 – 0,04 X110 – 0,04X210 ≤ 0 X311 – 0,04 X111 – 0,04X211 ≤ 0 X312 – 0,04 X112 – 0,04X212 ≤ 0
Tabel 21 Kendala Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma No. Bulan Tahapan waktu 1 dan 2 1 Januari X21 ≤ 2.500.000 2 Februari X22 ≤ 2.500.000 3 Maret X23 ≤ 2.500.000 4 April X24 ≤ 2.500.000 5 Mei X25 ≤ 2.500.000 6 Juni X26 ≤ 2.500.000
76
Lanjutan Tabel 21 Kendala Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma No. Bulan Tahapan waktu 1 dan 2 7 Juli X27 ≤ 2.500.000 8 Agustus X28 ≤ 2.500.000 9 September X29 ≤ 2.500.000 10 Oktober X210 ≤ 2.500.000 11 November X211≤ 2.500.000 12 Desember X212 ≤ 2.500.000
E.
Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Tenaga kerja penting diperhitungkan sebagai kendala karena bagian dari
sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Koefisien fungsi tenaga kerja pada tahapan waktu 1 dan 2 diperoleh dari penggunaan tenaga kerja langsung (HOK) bagian pengolahan dibagi dengan jumlah TBS yang diolah untuk menghasilkan CPO dan PK dalam satu bulan dari setiap kebun. Sedangkan nilai sebelah kanan kendala diperoleh dari jumlah total ketersediaan tenaga kerja pada bulan ke-j (HOK/bulan) yang diasumsikan tetap (nilai turn over karyawan = 0) pada 2 tahapan periode waktu. Perumusan model kendala tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja No. 1
Bulan Januari
Tahapan waktu 1
Tahapan Waktu 2
0,00018X11+0,00018X21+0,00018X31≤ 3000
2
Februari
0,00018X12+0,00018X22+0,00018X32≤ 3000
3
Maret
0,00018X13+0,00018X23+0,00018X33 ≤ 3000
4
April
0,00018X14+0,00018X24+0,00018X34 ≤ 3000
5
Mei
0,00018X15+0,00018X25+0,00018X35 ≤ 3000
6
Juni
0,00018X16+0,00018X26+0,00018X36 ≤ 3000
7
Juli
0,00018X17+0,00018X270,00018X37 ≤ 3000
8
Agustus
0,00018X18+0,00018X28+0,00018X38≤ 3000
9
September
0,00018X19+0,00018X29+0,00018X39≤ 3000
10
Oktober
0,00018X110+0,00018X210+0,00018X310≤3000
11
November
0,00018X111+0,00018X211+0,00018X311≤3000
12
Desember
0,00018X112+0,00018X212+0,00018X312≤3000
0,0009X11+0,0009X21+0,0009X31 ≤ 3000 0,0009X12+0,0009X22+0,0009X32 ≤ 3000 0,0009X13+0,0009X23+0,0009X33≤ 3000 0,0009X14+0,0009X24+0,0009X34 ≤ 3000 0,0009X15+0,0009X25+0,0009X35 ≤ 3000 0,0009X16+0,0009X26+0,0009X36 ≤ 3000 0,0009X17+0,0009X27+0,0009X37 ≤ 3000 0,0009X18+0,0009X28+0,0009X38 ≤ 3000 0,0009X19+0,0009X29+0,0009X39 ≤ 3000 0,0009X110+0,0009X210+0,0009X310 ≤ 3000 0,0009X111+0,0009X211+0,0009X311 ≤ 3000 0,0009X112+0,0009X212 +0,0009X312≤ 3000
77
6.3 Hasil Optimal Analisis Primal Pada setiap perencanaan pengadaan Tandan Buah Segar yang dilakukan oleh pihak manajemen pabrik kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya selalu dibatasi oleh berbagai macam kendala. Diketahuinya nilai variabel-variabel kendala yang mempengaruhi dalam pencapaian tujuan yang diperoleh perusahaan, maka diperoleh hasil optimal dengan menggunakan program LINDO. Output solusi optimal dapat dilihat dari kombinasi alternatif pengadaan bahan baku dari beberapa pilihan (analisis primal), status sumberdaya (analisis dual) dan analisis sensitivitas pada tahun 2007 dan 2011. Pada Lampiran 12 dapat terlihat hasil olah data laba kotor yang diterima oleh PTPN VIII Kertajaya dari aktifitias pengadaan produksi TBS pada kondisi aktual dan optimal yang dicapai oleh perusahaan pada tahun 2007 dan 2011 dengan dibatasi oleh kendala yang ada. Dalam penelitian ini, variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi dari masing-masing kebun sumber pengadaan TBS setiap bulan yang seharusnya dapat disuplai agar dapat mencapai keuntungan maksimum sebelum dan sesudah kegiatan replanting. Kondisi optimal yang dimaksud adalah hasil penggambaran model terhadap pemanfaatan jumlah pengadaan TBS yang berasal dari ketiga kebun sumber pengadaan bahan baku dengan kendala-kendala yang membatasi, sedangkan kondisi aktual adalah kondisi yang sebenarnya terjadi di PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten. Berdasarkan hasil olahan data pada Lampiran 12 bahwa kondisi aktual yang dialami oleh perusahaan memiliki selisih cukup besar dibandingkan kondisi optimalnya. Total perolehan laba kotor dari pengadaan TBS aktual perusahaan pada tahun 2007 sebesar 32.143 Rp/Kg dan pada kondisi optimal perusahaan
78
mampu memperoleh penerimaan sebesar 31.200.000 Rp/kg. Sedangkan pada tahun 2011 setelah kegiatan replanting dilaksanakan perusahaan akan mendapatkan laba kotor dari pengadaan TBS pada kondisi aktual sebesar 151.213 Rp/kg dan pada kondisi optimal sebesar 31.200.000 Rp/kg. Sehingga pada tahun 2007 dan 2011 memiliki selisih sebesar 31.167.857 Rp/kg dan 31.048.787 Rp/kg. Adanya perbedaan besar laba kotor pengadaan bahan baku TBS dari masingmasing kebun dalam kondisi aktual dan optimal, perusahaan sebaiknya melakukan pengadaan bahan baku TBS sesuai dengan kondisi optimal. Apabila kondisi optimal diterapkan perusahaan dengan tetap menerima produksi TBS selain bulan Desember yang siap diolah menjadi CPO dan PK maka tingkat keuntungan yang diperoleh akan optimal. Hasil olahan dari program linier selain akan menampilkan tingkat pengadaan produksi yang optimal juga menampilkan biaya pengurangan (reduced cost) dari masing-masing kebun sumber pengadaan bahan baku TBS. Suatu kegiatan (aktivitas pengadaan) akan tetap menguntungkan jika mempunyai nilai reduced cost lebih besar dari nol, maka kegiatan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan dengan kata lain jika pengadaan TBS tersebut tetap dilakukan maka akan menimbulkan kerugian sebesar reduced costnya. Reduced cost hasil olahan tersebut menggambarkan penurunan biaya per unit sumberdaya yang digunakan agar tetap menghasilkan keuntungan. Pada hasil olahan data dengan analisis optimalisasi pengadaan TBS di PTPN VIII Kertajaya terdapat di Lampiran 13 didapatkan hasil sebagai berikut. Pada tahun 2007 (sebelum replanting) bulan Desember jumlah produksi TBS (kg) yang dipasok ke PKS PTPN VIII Kertajaya layak untuk diolah karena memiliki nilai
79
reduced cost sama dengan nol. Pasokan TBS yang berasal dari Kebun sendiri, seinduk dan plasma pada bulan Januari sampai November tetap layak untuk diolah tetapi tidak memberikan keuntungan optimal pada tahun 2007. Sedangkan berdasarkan hasil peramalan yang didapat pada tahun 2011 (Setelah replanting) nilai reduced cost sama dengan nol terdapat di bulan September pada variabel X2 (Kebun Seinduk) dan X3 (Kebun Plasma). Hasil olah data ini dapat diartikan bahwa pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK layak untuk diproduksi karena pengurangan biaya yang ditanggung perusahaan bernilai nol dan dapat memberi keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK selain bulan September pada tahun 2011 tetap dapat diolah menjadi CPO dan PK akan tetapi tidak memberikan keuntungan yang optimal.
6.4 Hasil Optimal Analisis Dual Nilai dual memberikan penilaian terhadap terbatas atau tidaknya sumberdaya yang terdapat pada perusahaan dengan melihat nilai slack/surplus. Sumberdaya terbatas termasuk kendala aktif yang mempengaruhi tujuan optimalnya. Sebaliknya sumberdaya yang melimpah merupakan kendala pasif pada batas tertentu perubahannya tidak mempengaruhi nilai optimal fungsi tujuan. Pengertian nilai dual positif pada sumberdaya terbatas menunjukan bahwa setiap penambahan sumberdaya sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dualnya (merupakan sumberdaya berlebih atau bukan pembatas). Apabila nilai dual negatif pada sumberdaya terbatas menunjukan bahwa setiap penambahan sumberdaya sebesar satu satuan, maka akan menurunkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dual tersebut.
80
Hasil olah data dengan LINDO pada tahun 2007 dan 2011 dapat diketahu bahwa sumberdaya potensi produksi TBS kebun sendiri sebelum replanting 100%, ketersediaan TBS sebesar 4% dan kuota pembeliaan TBS dari kebun plasma merupakan sumberdaya yang telah habis terpakai atau sumberdaya langka. Hal ini terlihat dari nilai slack/surplus sebesar nol yang berarti apabila perusahaan menambah satu-satuan dalam selang peningkatan tertentu maka keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat sebesar nilai dual tersebut. Sedangkan untuk sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik, potensi produksi kebun sendiri setelah replanting 100%, merupakan sumberdaya yang masih berlebih. Penggunaan faktor input produksi tenaga kerja dan kapasitas maksimal pabrik yang rendah dalam pengadaan bahan baku TBS sehingga mengahasilkan CPO dan PK merupakan kendala aktif bagi perusahaan. Nilai dual sebesar nol dari ketiga kebun sumberdaya berlebih berarti tidak ada perubahan keuntungan meskipun perusahaan menambah ketersediaan sebesar satu-satuan karena sudah berada pada kondisi optimalnya. Tabel 23 menunjukkan besar nilai dual tahun 2007 dan 2011 untuk sumberdaya potensi produksi kebun sendiri setelah replanting, ketersediaan 4% dan kuota pembelian TBS dari kebun plasma di PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Tabel 23 Besarnya Nilai Dual Sumberdaya Potensi Produksi Kebun Sendiri Setelah Replanting 100%, Ketersediaan TBS 4% dan Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma di PTPN VIII Kertajaya, Lebak No.
Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS
1
Potensi
Produksi
Kebun
Nilai Dual 2007
Sendiri
Setelah
2011
1227,44
4791,48
1186
4737
1232,44
4924,48
Replanting 100%
2
Ketersediaan TBS 4%
3
Kuota Pembeliaan TBS dari Kebun Plasma
81
6.5 Hasil Optimal Analisis Sensitivitas Hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana selang perubahan pada koefisien dan ketersediaan yang tidak mengubah solusi optimalnya. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri atas batas minimum (allowable decrease) dan batas maksimum (allowable increase). Nilai batas-batas tersebut merupakan nilai batas penurunan dan kenaikan kendala yang tidak akan mengubah model. Analisis sensitivitas yang terdapat pada hasil olahan dengan menggunakan program LINDO terdiri atas dua bagian yaitu analisis sensitivitas nilai fungsi tujuan dan analisis sensitivitas ruas kanan kendala. 6.5.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Analisis sensitivitas terhadap fungsi tujuan digunakan untuk melihat selang perubahan harga produk CPO dan PK yang masih diizinkan agar solusi optimal dalam perencanaan pengadaan bahan baku tetap berlaku dengan parameter lain dianggap konstan. Selang perubahan yang dihasilkan dapat dilihat dari nilai yang terdapat pada kolom allowable increase dan allowable decrease yang diambil dari nilai olahan LINDO pada tahun 2007 dan 2011. Analisis sensitivitas selain dapat mengatahui selang perubahan koefisien fungsi tujuan yang tetap mempertahankan kondisi optimal, juga dapat mengetahui kepekaan suatu variabel. Semakin sempit selang perubahan pada koefisien fungsi tujuan yang diperbolehkan, maka variabel tersebut semakin peka terhadap perubahan penerimaan sehingga dapat mempengaruhi kondisi optimalnya. Hasil sensitivitas pada Lampiran 13 menunjukan bahwa variabelvariabel keputusan yang sudah ditetapkan optimal menunjukan nilai batas
82
maksimum yang diizinkan tidak terbatas (infinity) dan penurunan yang diperbolehkan sebesar nilai allowable decrease. Hal ini berarti batas maksimum kenaikan laba kotor (sebelum dikurangi biaya umum, penyusutan dan biaya langsung) pengadaan TBS per kilogram PTPN VIII Kertajaya tersebut adalah tak terhingga dan penurunan harga jual CPO dan PK tidak boleh lebih rendah dari harga jual yang berlaku di pasar. Berdasarkan hasil sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan pada tahun 2007 dan 2011 terdapat selang perubahan penurunan dan kenaikan maksimum yaitu bulan Desember dari kebun plasma. Sedangkan pada tahun 2011 bulan Desember dari kebun sendiri dan bulan September dari kebun seinduk dan plasma memiliki nilai awal yang tidak berada pada selang kepekaan penurunan dan kenaikan maksimum. Artinya ketiga variabel keputusan di atas dapat mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu merubah laba kotor optimal perusahaan dalam mengolah TBS menjadi CPO dan PK pada tahun 2007 dan 2011.
6.5.2 Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala Analisis sensitivitas ruas kanan kendala atau sering disebut dengan Right Hand Side (RHS) yang terdapat pada Tabel 24 dan 25 berkaitan dengan status sumberdaya yang bersangkutan dalam mengoptimalkan pengadaan bahan baku produksi CPO dan PK. Apabila suatu sumberdaya merupakan kendala pembatas, maka sumberdaya tersebut memiliki nilai kenaikan dan penerunan sebesar nilai hasil analisis sensitivitasnya. Sebaliknya, jika sumberdaya tersebut merupakan kendala bukan pembatas, maka akan memiliki nilai kenaikan yang tidak terbatas (Infinity) penurunan sebesar nilai slack/surplus yang diperoleh.
83
Nilai batas atas yang diperoleh adalah hasil penjumlahan dari batas peningkatan dengan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki dari masing-masing kebun, sedangkan batas bawah adalah pengurangan dari ketersediaan dengan batas penurunannya. Besarnya perubahan dari kapasitas kendala ini akan sebanding dengan kontribusi yang diterima dari nilai dual pricenya, selama perubahan tersebut berada dalam selang kepekaan. Analisis sensitivitas ini dapat memperlihatkan selang perubahan pada ketersediaan sumberdaya atau RHS yang tidak menyebabkan perubahan pada nilai dual kendala yang bersangkutan. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala pada tenaga kerja untuk tahun 2007 dan 2011 dapat diketahui bahwa pengadaan TBS yang akan diolah menjadi CPO dan PK yang berasal dari tiga kebun memiliki batas atas yang tak terhingga (infinity) dan batas kenaikan bawah yang diperbolehkan untuk tidak merubah nilai dual price nya sebesar 7.920 HOK/bulan. Nilai batas atas yang tak terhingga disebabkan karena jumlah tenaga kerja pengolahan TBS masih mencukupi sehingga penambahan tenaga kerja sebesar apapun tidak merubah solusi optimalnya. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan untuk kendala kapasitas maksimal pabrik pengolahan memiliki nilai batas atas tak terhingga (infinity) dan nilai batas bawahnya sebesar 36.600.000 kg/bulan untuk tahun 2007 dan 36.648.000 kg/bulan pada tahun perencanaan setelah replanting tahun 2011. Kendala kapasitas maksimal pabrik pengolahan TBS Kebun Kertajaya merupakan kendala tidak aktif (Bukan Pembatas) sehingga peningkatan kapasitas maksimal sebesar apapun tidak merubah solusi optimalnya.
84
Potensi produksi kebun sendiri 100% setelah replanting merupakan kendala tidak aktif pengadaan bahan baku pada tahun 2007 dan 2011 dengan nilai kenaikan atas tak terhingga (infinity) dan batas bawahnya sebesar 3.069.000 kg dan 2.455.200 kg setiap bulannya. Artinya jumlah potensi dari kebun sendiri mempunyai selang antara nilai slack/surplus sampai batas atas tak terhingga (infinity) sehingga tidak merubah nilai dual price nya. Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2007 No.
Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan
Nilai RHS
Baku TBS 1
Tenaga Kerja
2
Kapasitas Maksimal PKS
3
Allowable
Allowable
Increase
Decrease
Status
36000
infinity
7920.0005
BP
396000000
infinity
366000000
BP
Potensi 100% Kebun Sebelum replanting
0
2455200
0
P
4
Potensi 100% Kebun Sesudah replanting
3069000
infinity
3069000
BP
5
Ketersediaan Kebun Plasma 4%
0
8800001
1200000
P
6
Kuota Kebun Plasma
30000000
8461539
30000000
P
Ket : (P)
: Pembatas ; (BP) : Bukan Pembatas
Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2011 No.
Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan
Nilai RHS
Baku TBS 1
Tenaga Kerja
2
Kapasitas Maksimal PKS
3
Allowable
Allowable
Increase
Decrease
Status
36000
infinity
7920.0005
BP
396000000
infinity
366480000
BP
Potensi 100% Kebun Sebelum replanting
0
2455200
0
P
4
Potensi 100% Kebun Sesudah replanting
3069000
infinity
3069000
BP
5
Ketersediaan Kebun Plasma 4%
0
8800001
1200000
P
6
Kuota Kebun Plasma
30000000
8461539
30000000
P
6.6 Hasil Analisis Post Optimal Analisis post optimal digunakan untuk mengetahui perubahan solusi optimum sebagai respon terhadap perubahan parameter output. Skenario yang dilakukan didasarkan pada pengaruh perubahan iklim, curah hujan dan hama
85
penyakit terhadap potensi produksi TBS dari kebun sendiri sebesar 80% sebelum dan setelah kegiatan replanting. Variabel kendala yang mengalami penurunan sebesar 20% dengan fungsi tujuan yang sama yaitu memaksimum keuntungan pengadaan TBS pada tahun 2007 dan 2011 didapatkan output post optimal pada Lampiran 14. Besarnya perubahan nilai keuntungan pengadaan TBS pada bulan Desember 2007 dan September 2011 adalah sebesar 2.553.408 Rp/kg. Hal ini berarti bahwa potensi produksi kebun sendiri 80% merupakan nilai keuntungan optimal perusahaan yang memiliki nilai reduced cost sama dengan nol dan dapat memberikan penambahan kuntungan perusahaan sebelum dan setelah replanting. Hasil optimalisasi penggunaan sumberdaya menunjukkan kondisi tidak jauh berbeda dibandingkan dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Tenaga kerja pengolahan TBS, kapasitas maksimal pabrik dan potensi produksi sebelum replanting 80% merupakan sumberdaya berlebih. Sedangkan ketersediaan kebun plasma 4%, dan kuota pengadaan TBS dari Kebun Plasma dan potensi kebun sendiri 80% setelah replanting merupakan sumberdaya langka dan nilainya tidak jauh berbeda dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Hasil analisis sensitivitas terhadap fungsi tujuan dengan kendala untuk pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi optimal awal. Hal ini dapat dilihat bahwa pada bulan Desember 2007 dan September 2011 Artinya ketiga variabel keputusan di atas dapat mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu merubah laba kotor optimal perusahaan dalam mengolah TBS menjadi CPO dan PK pada tahun 2007 sebelum replanting dan 2011 setelah replanting.
86
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas setelah analisis post optimal pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK dengan perubahan model kendala tujuan optimalisasi diperoleh nilai yang tidak jauh berbeda dengan analisis sensitivitas koefisien ruas kanan fungsi kendala pada kondisi optimal awal. Hasil analisis sensitivitas koefisien ruas kanan fungsi kendala post optimal untuk pengadaan bahan baku TBS di PTPN VIII Kertajaya dapat dilihat pada Tabel 26 dan 27. Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Setelah Analisis Post Optimal Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2007 No.
Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan
Nilai RHS
Baku TBS 1
Tenaga Kerja
2
Kapasitas Maksimal PKS
3
Allowable
Allowable
Increase
Decrease
Status
36000
infinity
5621.933105
BP
396000000
infinity
363544800
BP
Potensi 80% Kebun Sebelum replanting
0
2455200
0
P
4
Potensi 80% Kebun Sesudah replanting
2455200
6006339
2455200
BP
5
Ketersediaan Kebun Plasma 4%
0
6246592
1298208
P
6
Kuota Kebun Plasma
30000000
6006339
30000000
P
Ket : (P)
: Pembatas ; (BP) : Bukan Pembatas
Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Setelah Analisis Post Optimal Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2011 No.
Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan
Nilai RHS
Baku TBS 1
Tenaga Kerja
2
Kapasitas Maksimal PKS
3
Allowable
Allowable
Increase
Decrease
Status
36000
infinity
5621.933105
BP
396000000
infinity
363544800
BP
Potensi 80% Kebun Sebelum replanting
0
2455200
0
P
4
Potensi 80% Kebun Sesudah replanting
2455200
6006339
2455200
BP
5
Ketersediaan Kebun Plasma 4%
0
6246592
1298208
P
6
Kuota Kebun Plasma
30000000
6006339
30000000
P
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Kegiatan peramalan (Forecast) dengan menggunakan model peramalan dekomposisi multiplikatif sehingga diketahui perolehan laba kotor pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK memiliki sifat trend yang naik. Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan dapat diketahui perolehan nilai MAPE sebesar 11% dan MSD 202,491 untuk variabel biaya produksi TBS hampir mendekati kenyataanya. Sedangkan nilai MAPE yang kecil sebesar 2,23% dan MSD 438,47 Kg untuk variabel biaya pengolahan CPO dan PK menunjukkan bahwa hasil peramalan yang diperoleh memiliki tingkat kesalahan yang kecil. Tingkat alternatif kombinasi pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) dalam memproduksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel pada tahapan waktu 1 (2007) terjadi pada bulan Desember yang berasal dari kebun seinduk dan kebun plasma. Sedangkan pada tahapan waktu 2 (2011) setelah kegiatan replanting tingkat produksi optimal didapatkan dari kebun sendiri (Kertajaya) pada bulan September. Berdasarkan analisis optimalisasi yang telah dilakukan oleh Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya pada tahun 2007 dan 2011 pengadaan bahan baku TBS yang akan diproduksi menjadi CPO dan PK dari hasil produksi masingmasing kebun belum mencapai nilai optimalnya. Pada hasil analisis dual dari dua tahapan waktu menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya yang dimiliki seperti kapasitas maksimal, penggunaan
88
tenaga kerja pabrik kelapa sawit, dan potensi kebun sendiri setelah di replanting 100% secara keseluruhan berlebih atau mengalami nilai sisa. Namun status potensi kebun sendiri yang belum di replanting, kuota pembelian dari kebun plasma dan potensi kebun plasma sebesar 4% termasuk sumberdaya langka atau kendala aktif yang nilai perubahannya dapat mempengaruhi nilai tujuan. Kondisi ini memberikan informasi bagi perusahaan menambah ketersediaan TBS sebesar satu-satuan maka keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat sebesar nilai dual price yang diperoleh pada kondisi optimal. Analisis sensitivitas yang diperoleh pada tahun 2007 bulan Desember dari ketiga jenis kebun yang ada dan pada tahun 2011 bulan Desember dari kebun sendiri dan September yang berasal dari kebun seinduk, plasma akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan karena nilai awal berada di luar selang kepekaannya. Sedangkan nilai awal pada tahun 2007 bulan Januari sampai November dan tahun 2011 bulan Januari-Agustus dan Oktober-November tidak akan mempengaruhi perubahan solusi optimal (laba kotor) perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai batas kenaikan maksimumnya lebih besar daripada nilai awal dari koefisien fungsi tujuan PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Analisis sensitivitas pada ruas kanan (right hand side) pada tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa kenaikan dan penurunan maksimum sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik, potensi kebun sendiri setelah replanting sebesar 100% akan mempengaruhi nilai dual. Hal ini dikarenakan selang atau batas penurunan maksimumnya bernilai lebih kecil daripada nilai awal dari ruas kanan, sedangkan untuk batas kenaikan maksimumnya adalah infinity. Pada sumberdaya yang lain yaitu, potensi kebun sendiri 100% setelah replanting,
89
kuota pasokan TBS dan ketersedian pasokan 4% dari kebun plasma selang kepekaannya tidak akan mempengaruhi nilai dual. Hal ini dikarenakan nilai ruas kanan berada pada batas kenaikan maksimum dan penurunan maksimum. Analisis post optimal dilakukan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses pengadaan bahan baku TBS di PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Perubahan yang diuji yaitu dengan menurunkan porsentase potensi produksi TBS dari fungsi kendala kebun sendiri sebelum dan setelah replanting menjadi 80%. Keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan sebesar 2.553.408
Rp/kg.
Hasil optimalisasi analisis
sensitivitas fungsi tujuan
menunjukkan hasil yang sama dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Penggunaan input produksi seperti tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi produksi TBS kebun sendiri 80% merupakan sumberdaya yang langka dan peningkatan satu satu nilai pada selang kenaikan dan penurunan minimum akan mempengaruhi nilai dualnya.
7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pihak manejemen Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya : 1) PTPN VIII Kertajaya dalam melakukan perencanaan pengadaan Tandan Buah Segar untuk mencapai kondisi optimal sebaiknya melakukan perluasan areal perkebunan sendiri untuk mengurangi ketidakpastian dari sumber lain (kebun seinduk dan plasma) dikarenakan berada di luar kendali perkebunan sendiri Kertajaya. Hal ini bertujuan untuk menjamin
90
ketersediaan Tandan Buah Segar ke pabrik pengolahan kelapa sawit Kertajaya sehingga dapat meningkatkan laba kotor perusahaan dari pengolahan TBS menjadi produk CPO dan PK. 2) Sebaiknya Perusahaan meningkatkan kapasitas maksimal produksi pabrik secara bertahap hingga mencapai 60 ton TBS/jam dikarenakan luas areal kebun sendiri, seinduk yang memasok bahan baku CPO dan PK lebih dari 12.500 hektare. Produksi CPO dan PK yang berasal dari kebun sendiri belum dapat menghasilkan laba kotor yang paling besar berdasarkan potensi produksi TBS dari keseluruhan luas areal tanama kelapa sawit, karena penggunaan sumberdaya tenaga kerja langsung (labour) pabrik pengolahan TBS belum efisien dalam meningkatkan kualitas produknya. 3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan meenggunakan Goal Programming (lebih dari satu tujuan) dan menganalisis perubahanperubahan, khususnya harga penjualan Tandan Buah Segar, CPO, PK dan kenaikan kapasitas olah produksi CPO dan PK terhadap keuntungan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi Dan Operasi, Edisi Revisi. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Buffa, E. S dan Rakesh, K. S. 1996. Manajemen Operasional dan Produksi Modern (Terjemahan Agus Maulana). Binarupa Aksara, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor CPO di Indonesia. BPS. Jakarta Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. 2006. Statistika Perkebunan Indonesia 2004-2006. Jakarta. Handoko, Hani 1999. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi BPFE. Yogyakarta. Hanke, JE. DW Wichern dan AG Reistch. 2003. Peramalan Bisnis Ed ke-7. Anathur D, Penerjemah . Jakarta : Prehallindo. Terjemahan dari : Business Forecasting. Jafarudin, M. 2005. Peramalan Volume Produksi TBS Di Kebun Percobaan Betung II A. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Lubis, A.U dan M.P. Naibaho. 1999. Prospek Perkembangan Industri Hilir Pengolahan Kelapa Sawit. Seminar Nasional Peluang dan Tantangan industri Kelapa sawit Menyonsong Abad XX1, Medan Makridakis, S. Whellwright dan McGee. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jilid satu. Edisi Kedua. Binarupa Aksara, Jakarta. Marety, W. 2005. Optimalisasi Produksi Nata de Coco pada PT FITS Mandiri. Skripsi Departeman Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakutas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mulyono, 2000. Peramalan Bisnis dan Ekonometrika, Edisi ke-1. BPFE Yogyakarta. Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta. Nasendi, B dan A. Anwar. 1985. Program Linear dan Variasinya. PT.Gramedia. Jakarta. Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industyri Kelapa Sawit Indonesia, Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
92
Soekartawi. 1995. Linear Programming teori dan Aplikasinya khususnya dalam Bidang Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta Suganda, Dendi 2006. Analisis harga CPO di Pasar Fisik Medan dan Pasar Berjangka Malaysia serta Rotterdam Skripsi Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Supranto, J. 1998. Riset Operasi UI Press. Jakarta. Taha, H. A. 1996. Riset Operasi Suatu Pengantar. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Tandyna,E.B. 2002. Sistim Pengendalian Bahan Baku dan Optimalisasi Produksi Nata De Coco pada PT. Mena Coco Sari, Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tholip, Mochmad. 1999. Optimasi Pasokan Getah Pinus Untuk Pabrik Gonoruleum dan Terpensin Sukun KPH Lawu D.S. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. WWW. Deptan. go.id./ perkebunan/ tahunan/ KS-IND. Doc. (11 Maret 2007) WWW. Ptpn 8. co.id. ”PTPN VIII siap pasok CPO Minyak Goreng Jabar. (09 November 2007) Yenni. 2005, Optimalisasi Pengadaan Tebu sebagai bahan baku. Studi Kasus di PT Gunung Mas Plantations, Lampung Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertaniana Bogor. Bogor. Yuliani, Sri. 2001. Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat Fitofarmaka. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Institut.Http://pustaka.bogor.net/pub1/jp3/jp203-41.htm.
Lampiran 1. TABEL REALISASI PRODUKSI BAHAN BAKU TANDAN BUAH SEGAR (TBS) PTPN VIII Kertajaya 2005-2007 TAHUN 2005 KERTA+SEI NDUK
PLASMA
TAHUN 2006 JUMLAH
KERTA+SEIN
SEMUA
DUK
PLASMA
TAHUN 2007 JUMLAH
KERTA+SEIN
SEMUA
DUK
PLASMA
JUMLAH SEMUA
LUAS Januari Februari
5,073.67 4,955,400 4,305,470
6,083.18 3,823,190 1,935,580
11,156.85 8,778,590 6,241,050
9,475.90 5,263,170 5,873,540
6,083.18 1,925,250 1,306,650
5,559.08 7,188,420 7,180,190
16,576.55 8,516,280 7,289,810
6,083.18 3,227,770 2,237,210
22,659.73 11,744,050 9,527,020
Maret April
5,279,150 6,519,990
1,334,710 1,184,010
6,613,860 7,704,000
7,126,760 7,547,780
1,382,050 2,053,840
8,508,810 9,601,620
7,371,040 7,007,420
2,456,530 1,786,510
9,827,570 8,793,930
Mei
7,193,840
1,157,410
8,351,250
9,521,890
3,049,860
12,571,750
8,615,850
2,378,890
10,994,740
Juni
7,120,960
1,306,960
8,427,920
9,365,250
2,559,190
11,924,440
7,658,730
2,030,730
9,689,460
Juli
7,391,510
1,108,070
8,499,580
8,765,860
2,942,400
11,708,260
5,248,170
1,140,360
6,388,530
Agustus
8,241,020
2,161,300
10,402,320
9,755,980
4,546,630
14,302,610
5,524,940
743,720
6,268,660
September
9,100,610
4,086,990
13,187,600
9,567,170
5,041,610
14,608,780
10,093,840
2,481,740
12,575,580
Oktober
9,112,440
5,585,240
14,697,680
7,333,090
4,855,070
12,188,160
11,158,630
7,103,530
18,262,160
November
7,144,020
3,427,740
10,571,760
10,577,350
5,134,050
15,711,400
10,633,530
10,602,400
21,235,930
Desember
6,687,400
2,909,880
9,597,280
8,747,840
4,302,830
13,050,670
7,668,710
8,282,000
15,950,710
Jumlah
83,051,810
30,021,080
113,072,890
99,445,680
39,099,430
138,545,110
96,786,950
44,471,390
141,258,340
Target
88,000,000
20,000,000
108,000,000
106,618,000
24,000,000
130,618,000
130,531,000
25,000,000
155,531,000
94.38
150.11
104.70
93.27
162.91
106.07
74.15
1 77.89
90.82
16,369
4,935
10,135
10,495
6,427
8,904
5,839
7,311
6,234
% Kg/Ha.
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya
104
Lampiran 2. Alur Proses Produksi Pengolahan CPO pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya, Lebak.
104
Lampiran 3 Peta Lokasi Penelitian PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten. 2008
104
Lanjutan Lampiran 4. Deskripsi Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Karyawan Dalam Struktur Organisasi PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten
Administratur No. Tugas 01. Menyusun Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), Permintaan Modal Kerja (PMK) dan Rancangan Kerja Bulanan (RKB) dari setiap divisi Menetapkan kebiakan dalam pengolahan kebunnya sesuai petunjuk/penjabaran deskripsi Sinder Kepala 02. Mengkordinir penyusunan dan pembuatan RJP, RKAP, PMK, RKB bidang tanaman Mengkoordinir kebutuhan dan pendistribusian bahan barang ke setiap Afdeling kebun Mengawasi dan menilai kegiatan pekerjaan Afdeling kebun terutama pembibitan, tanaman baru, tanaman konversi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan menghasilkan, panen serta pengangkutan hasil ke pabrik Masinis Kepala 03. Mengkordinir penyusunan dan pembuatan RJP, RKAP, PMK, RKB bidang pengolahan TBS Mengkoordinir kebutuhan dan pendistribusian bahan barang ke setiap bagian teknik dan pabrik
Wewenang Melakukan koordinasi dengan bagian kantor/Direksi/kebun lain/unit/Inspektur wilayah Memberikan pembinaan/sangsi kepada pegawai bawahan
Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas kelancaran tugasnya kepada Direksi
Mengatur pelaksanaan tugas sebagai sinder kepala dan sinder Afdeling Melakukan koordinasi dengan sinder pabrik, teknik, tata usaha dan keuangan (TUK) dan bagian terkait di kantor Direksi
Bertanggung jawab kepada Adminstratur
Mengatur pelaksanaan tugas sebagai sinder Teknik dan sinder Pabrik Pengolahan TBS Melakukan koordinasi dengan sinder pabrik, teknik, tata usaha dan keuangan (TUK) dan bagian terkait di kantor Direksi
Bertanggung jawab kepada Adminstratur
Mengawasi dan menilai kegiatan pekerjaan bagian pengolahan tbs sehingga menghasilkan cpo dan pk yang siap diambil oleh para perusahaan industri hilir minyak goreng, olein dan kosmetika Sumber : Divisi SDM dan Umum PTPN VIII Kertajaya, Lebak Banten
104
Lanjutan Lampiran 4. Deskripsi Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Karyawan Dalam Struktur Organisasi PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten
Sinder Tata Usaha Keuangan (TUK) No. Tugas Wewenang 04. Menyelenggarakan sistem adminstrasi dalam Bertugas sebagai sinder TUK bidang keuangan, SDM, pergudangan dan harta kekayaan perusahaan berdasarkan ketentuan yang berlaku Mengkoordinir pelaksanaan dan pengalokasian Mengatur pelaksanaan tata usaha tanaman, pemakaian dana/anggaran atas persetujuan teknik dan pabrik pegolahan TBS Adminstratur Mengkompilasi penyusunan RJP, RKAP, PMK, RKB dari bagian tanaman, teknik dan pabrik Melaksanakan inventarisasi aset perusahaan secara periodik dari setiap bagian/divisi Sinder Afdeling Kebun 05. Menyusunan dan melaksanakan RJP, RKAP, PMK, Mengatur pekerjaan sebagai sinder Afdeling RKB Afdeliing kebun dan perencanaan teknis di kebn dan tugas pekerjaan bawahannya bidang tanaman Mengawasi dan memeriksa pekerjaan anemeran Berkoordinasi dengan bagian atau sinder bersama sinder kepala sesuai petunjuk teknis dan lainnya manajemen tanaman Sinder Teknik, Pabrik 06. Menyusun dan melaksanakan RJP, RKAP, PMK, Melaksanakan tugas sebagai sinder Teknik RKB bidang teknik, pabrik pengolahan TBS. dan sinder Pabrik Pengolahan TBS Menyelenggarakan administrasi bidang teknik, Melakukan koordinasi dengan sinder pabrik, pabrik pengolahan TBS baik rutin dan non rutin teknik, tata usaha dan keuangan (TUK) dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bagian terkait di kantor Direksi perusahaan Sumber : Divisi SDM dan Umum PTPN VIII Kertajaya, Lebak Banten
Tanggung Jawab Bertanggung jawab kepada Administratur
Bertanggung jawab kepada sinder kepala
Bertanggung jawab kepada Adminstratur
104
ADMINISTRATUR
MASINIS KEPALA
SINDER KEPALA
SINDER SINDER
SINDER
AFDELING I
AFDELING II
SINDER
SINDER
TEKNIK
PABRIK
ASISTEN
ASISTEN
ASISTEN SHIFT
SINDER
SINDER
I & II
TUK
TEKNIK
TUK
Lampiran 4. Gambaran Umum Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Kertajaya Tahun 2007 Sumber : Kertajaya, 2007
104
Lampiran 5. Data Perolehan Keuntungan (Profit) Tandan Buah Segar PTPN VIII Kebun Kertajaya 2007
Perolehan Koefisien Model Tujuan Program Linear Kertajaya (Kebun Sendiri) 2007 Bulan
TC Pengolahan CPO PK(Rp/Kg)
Total Produksi (Kg)
Rendemen
Harga
Rendemen
CPO (%)
CPO(Rp/kg)
Kernel (%)
Harga Kernel (Rp/kg)
Koef
TBS
Total
TR TBS
Keuntungan
Koefisien
TBS
Price
Rendemen
(Rp/Kg)
TBS(TR-TC)
Tujuan
Jan
7.658.426
1.936.270
19%
4.393
5%
2.400
76%
717
944
1.388.493.284
1.380.834.858
713
Feb
7.714.966
1.188.970
19%
4.393
5%
2.400
76%
724
953
861.159.752
853.444.786
718
Mar
10.864.837
996.870
19%
4.613
5%
2.598
76%
755
993
752.605.748
741.740.911
744
Apr
9.301.898
977.900
19%
4.833
5%
3.108
76%
804
1.058
786.406.449
777.104.551
795
Mei
7.839.219
1.195.490
19%
5.108
5%
2.900
76%
848
1.116
1.013.530.684
1.005.691.465
841
Jun
6.776.461
1.473.540
19%
5.369
5%
3.365
76%
904
1.189
1.332.035.494
1.325.259.033
899
Jul
6.184.562
1.725.840
19%
5.531
4%
3.410
76%
882
1.161
1.522.472.730
1.516.288.168
879
Ags
4.504.751
2.284.050
16%
5.641
4%
3.435
76%
791
1.041
1.807.749.251
1.803.244.500
789
Spt
13.624.978
2.905.220
17%
5.641
4%
3.435
76%
829
1.091
2.408.029.342
2.394.404.364
824
Okt
8.924.877
2.836.430
18%
6.616
4%
3.450
76%
996
1.311
2.826.220.940
2.817.296.063
993
Nov
9.324.765
2.231.560
19%
6.616
4%
3.450
76%
1.078
1.419
2.405.921.441
2.396.596.676
1.074
Des
10.102.567 102.822.307
21% 21.261.670
6.616 19%
5%
3.450 4%
76%
1.187
1.562
1.791.832.640
1.781.730.073
1.180
18.896.457.753
18.793.635.446
1.509.530 102.822.307
5.448
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya, Diolah (2007)
104
Lampiran 6. Data Perolehan Keuntungan (Profit) Tandan Buah Segar PTPN VIII Kebun Seinduk 2007
Perolehan Koefisien Model Tujuan Program Linear Kebun Seinduk 2007 TC Pengolahan CPO PK(Rp/Kg)
Total Produksi (Kg)
Rendemen CPO (%)
Jan
7.658.426
6.580.010
Feb
7.714.966
Mar
Koef
TBS
Total
TR TBS
Keuntungan
Koefisien
TBS
Price
Rendemen
(Rp/Kg)
TBS (TR-TC)
Tujuan
CPO(Rp/kg)
Rendemen Kernel (%)
Harga Kernel (Rp/kg)
19%
4.393
5%
2.400
76%
717
944
4.718.505.010
4.710.846.584
716
6.100.840
19%
4.393
5%
2.400
76%
724
953
4.418.780.844
4.411.065.878
723
10.864.837
6.374.170
19%
4.613
5%
2.598
76%
755
993
4.812.299.476
4.801.434.639
753
Apr
9.301.898
6.029.520
19%
4.833
5%
3.108
76%
804
1.058
4.848.812.158
4.839.510.260
803
Mei
7.839.219
7.420.360
19%
5.108
5%
2.900
76%
848
1.116
6.290.945.590
6.283.106.371
847
Jun
6.776.461
6.185.190
19%
5.369
5%
3.365
76%
904
1.189
5.591.224.275
5.584.447.814
903
Jul
6.184.562
3.522.330
19%
5.531
4%
3.410
76%
882
1.161
3.107.270.299
3.101.085.737
880
Ags
4.504.751
3.240.890
16%
5.641
4%
3.435
76%
791
1.041
2.565.056.137
2.560.551.386
790
Spt
13.624.978
7.188.620
17%
5.641
4%
3.435
76%
829
1.091
5.958.381.082
5.944.756.104
827
Okt
8.924.877
8.322.200
18%
6.616
4%
3.450
76%
996
1.311
8.292.246.205
8.283.321.328
995
Nov
9.324.765
8.401.970
19%
6.616
4%
3.450
76%
1.078
1.419
9.058.452.280
9.049.127.515
1.077
Des
10.102.567
6.159.180
21%
6.616
5%
3.450
76%
1.187
1.562
7.311.030.425
7.300.927.858
1.185
75.525.280
19%
5.448
4%
3.117
Bulan
102.822.307
Harga
66.973.003.781
66.870.181.474
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya, Diolah (2007)
104
Lampiran 7. Data Perolehan Keuntungan (Profit) Tandan Buah SegarPTPN VIII Kebun Plasma 2007 Perolehan Koefisien Model Tujuan Program Linear Plasma 2007 Bulan
TC Pengolahan CPO PK(Rp/Kg) 7.658.426
Total Produksi (Kg)
Koef
TBS
Total
TR TBS
Keuntungan
Koefisien
TBS 76%
Price
Rendemen
(Rp/Kg)
TBS (TR-TC)
Tujuan
Rendemen
Harga
Rendemen
CPO (%) 19%
CPO(Rp/kg) 4.393
Kernel (%) 5%
Harga Kernel (Rp/kg) 2.400
19%
4.393
5%
2.400
76%
19%
4.613
5%
2.598
76%
19%
4.833
5%
3.108
76%
19%
5.108
5%
2.900
76%
19%
5.369
5%
3.365
76%
19%
5.531
4%
3.410
76%
16%
5.641
4%
3.435
76%
17%
5.641
4%
3.435
76%
18%
6.616
4%
3.450
76%
19%
6.616
4%
3.450
76%
21%
6.616
5%
3.450
76%
19%
5.448
4%
3.117
3.227.770
Jan
7.714.966 2.237.210
Feb
10.864.837 2.456.530
Mar
9.301.898 1.786.510
Apr
7.839.219 2.378.890
Mei
6.776.461 2.030.730
Jun
6.184.562 1.140.360
Jul
4.504.751 743.720
Ags
13.624.978 2.481.740
Spt
8.924.877 7.103.530
Okt
9.324.765 10.602.400
Nov
10.102.567 Des
102.822.307
8.282.000 44.471.390
717
944
2.314.623.977
2.306.965.551
715
724
953
1.620.390.093
1.612.675.127
721
755
993
1.854.603.506
1.843.738.669
751
804
1.058
1.436.673.468
1.427.371.570
799
848
1.116
2.016.811.523
2.008.972.304
844
904
1.189
1.835.718.365
1.828.941.904
901
882
1.161
1.005.983.754
999.799.192
877
791
1.041
588.629.528
584.124.777
785
829
1.091
2.057.022.442
2.043.397.464
823
996
1.311
7.077.962.520
7.069.037.643
995
1.078
1.419
11.430.811.399
11.421.486.634
1.077
1.187
1.562
9.830.846.635 43.070.077.211
9.820.744.068 42.967.254.904
1.186
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya, Diolah (2007)
104
Lampiran 8. Data Perolehan Keuntungan (Profit) Tandan Buah Segar PTPN VIII Kebun Kertajaya 2011
Perolehan Koefisien Model Tujuan Program Linear Kertajaya 2011 Bulan
TC Pengolahan CPO PK(Rp/Kg) 7.658.426
Total Produksi (Kg)
Rendemen
Harga
Rendemen
CPO (%) 19%
CPO(Rp/kg)
Kernel (%) 5%
18.427
7.743.525
Jan
7.714.966
19% 7.806.433
Feb
10.864.837 9.301.898 7.839.219 6.776.461 6.184.562 4.504.751 13.624.978 8.924.877 9.324.765
19% 8.818.568
Nov
10.102.567 Des
102.822.307
8.875.369 99.731.687
9.607 9.444
19.878
19%
10.024
4%
2.962
2.935
3.862
30.144.862.342
30.122.589.056
3.859
2.930
3.855
30.677.008.928
30.659.666.569
3.852
2.888
3.800
30.480.152.151
30.452.687.521
3.797
3.144
4.136
33.808.352.551
33.787.645.111
4.134
3.082
4.055
33.392.266.856
33.369.050.980
4.053
2.966
3.902
32.732.014.602
32.713.946.009
3.900
2.572
3.384
28.586.313.309
28.557.710.479
3.380
2.891
3.804
32.726.512.396
32.704.955.590
3.801
2.963
3.899
33.767.679.799
33.743.521.333
3.896
3.229
4.248
37.463.929.930
37.445.135.104
4.246
3.500
4.605
40.870.089.079 387.604.417.632
40.840.348.048 387.332.633.416
4.602
76%
5% 19.689 19.027
22.935.377.615
76%
4%
21%
22.955.235.688
76%
4% 19.835
8.661.582
Okt
9.017
20.271
3.901
76%
4%
18%
2.964
76% 9.609
18.824
8.603.559
Spt
Tujuan
76%
4%
17%
TBS (TR-TC)
9.049
18.994
8.447.795
Ags
(Rp/Kg)
76%
4%
16%
Rendemen
9.201
18.943
8.388.551
Jul
Price
76%
5%
19%
TBS
8.632
19.349
8.234.008
Jun
Koefisien
76%
5%
19%
Keuntungan
9.194
17.958
8.173.542
Mei
TR TBS
8.654
5%
19%
Total
76%
5% 18.110
8.020.221
Apr
TBS
8.794
18.051
19%
Koef
76%
5%
19% 7.958.534
Mar
Harga Kernel (Rp/kg)
76% 9.402 9.219
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya, Diolah (2007)
102
Lampiran 9. Data Perolehan Keuntungan (Profit) Tandan Buah Segar PTPN VIII Kebun Seinduk 2011 Perolehan Koefisien Model Tujuan Program Linear Kebun Seinduk 2011 Total Produksi (Kg) 7.743.525
Rendemen
Harga
CPO (%) 19%
CPO(Rp/kg)
Jan
TC Pengolahan CPO PK(Rp/Kg) 19.858.073
Feb
22.273.286
7.806.433
19%
Mar
17.342.359
7.958.534
19%
Apr
27.464.630
8.020.221
19%
Mei
20.707.440
8.173.542
19%
Jun
23.215.876
8.234.008
19%
Jul
18.068.593
8.388.551
19%
Ags
28.602.830
8.447.795
16%
Spt
21.556.806
8.603.559
17%
Okt
24.158.466
8.661.582
18%
Nov
18.794.826
8.818.568
19%
Des
29.741.031
8.875.369
21%
271.784.216
99.731.687
19%
Bulan
Rendemen kernel 5%
18.427
Harga Kernel (Rp/kg)
TBS
Total
TR TBS
Keuntungan
Koefisien
TBS
Price
Rendemen
(Rp/Kg)
TBS (TR-TC)
Tujuan
76% 8.794
5% 18.051
8.654
18.110
9.194 8.632 9.201 9.049 9.609 9.017 9.607 9.444
4.222
3.240
4.263
44.885.337.209
44.867.994.850
4.261
3.194
4.203
49.372.900.458
49.345.435.828
4.200
3.438
4.523
48.345.151.727
48.324.444.287
4.521
3.367
4.430
52.825.773.826
52.802.557.950
4.429
3.397
4.469
48.474.191.322
48.456.122.729
4.467
3.347
4.404
53.280.396.953
53.251.794.123
4.401
3.600
4.737
52.132.168.642
52.110.611.836
4.735
3.525
4.638
56.921.750.846
56.897.592.380
4.636
3.553
4.675
52.193.991.316
52.175.196.490
4.674
3.500
4.605
57.328.943.206
57.299.202.175
4.603
76% 10.024
5% 4%
48.853.126.617
76%
4% 19.878
48.875.399.903
76%
4% 19.835
4.223
76%
4% 20.271
3.210
76%
4% 18.824
3.273
76%
4% 18.994
33.947.336.580
76%
5% 18.943
33.967.194.653
76%
5% 19.349
4.309
76%
5% 17.958
3.275 76%
5%
19.689 19.027
Koef
76% 9.402 9.219
598.603.200.061
598.331.415.845
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya, Diolah (2007)
104
Lampiran 10. Data Perolehan Keuntungan (Profit) Tandan Buah Segar PTPN VIII Kebun Plasma 2011 Perolehan Koefisien Model Tujuan Program Linear Plasma 2011 Bulan
TC Pengolahan CPO PK(Rp/Kg) 19.858.073
Total Produksi (Kg)
Rendemen
Harga
CPO (%) 21%
CPO(Rp/kg) 18.427
Rendemen Kernel (%) 5%
21%
18.051
5%
21%
18.110
5%
21%
17.958
5%
21%
19.349
5%
21%
18.943
5%
21%
18.994
5%
21%
18.824
5%
21%
20.271
5%
21%
19.835
5%
21%
19.878
5%
21%
19.689
5%
21%
19.027
5%
32.701.916
Jan
22.273.286 17.342.359 27.464.630 20.707.440 23.215.876 18.068.593 28.602.830 21.556.806 24.158.466 18.794.826 29.741.031 Des
271.784.216
48.082.019 480.764.403
(Rp/Kg)
TBS (TR-TC)
Tujuan
3.275
4.309
107.103.757.364
107.083.899.291
3.275
3.178
4.181
173.421.124.487
173.398.851.201
4.181
3.205
4.217
142.359.737.307
142.342.394.948
4.216
3.161
4.160
178.024.291.345
177.996.826.715
4.159
3.438
4.523
157.493.543.179
157.472.835.739
4.523
3.367
4.430
195.470.810.467
195.447.594.591
4.430
3.397
4.469
160.336.589.383
160.318.520.790
4.469
3.347
4.404
200.110.832.077
200.082.229.247
4.403
3.600
4.737
174.966.424.515
174.944.867.709
4.737
3.525
4.638
216.856.645.606
216.832.487.140
4.637
3.553
4.675
177.635.477.182
177.616.682.356
4.675
3.500
4.605
221.412.360.391 2.105.191.593.302
221.382.619.360 2.104.919.809.086
4.604
76% 76% 76% 76% 76% 76% 76% 76% 76% 9.444
37.992.952
Nov
Rendemen
9.607
46.761.198
Okt
Price
9.017
36.934.745
Spt
TBS 76%
9.609
45.440.377
Ags
Koefisien
9.049
35.876.538
Jul
Keuntungan
9.201
44.119.556
Jun
TR TBS
8.632
34.818.330
Mei
Total
9.194
42.798.735
Apr
TBS
8.654
33.760.123
Mar
Koef
8.794
41.477.914
Feb
Harga Kernel (Rp/kg)
76% 10.024 76% 9.402 9.219
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya, Diolah (2007)
104
102
Lampiran 11. Potensi Produksi Tandan Buah Segar Pada Kelas Lahan III yang belum dan Setelah di Replanting Umur Tanam (Thn)
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Rata-rata Berat Tandan (Kg/Tandan)
Produkt ivitas (Ton/Ha /Thn)
3,0 5,3 6,7 8,5 10 12,7 15,5 16 17,4 18,5 19,5 20 20,6 21,8 23 24,2 25,5 26,6 27,4 28,4 29,4 30,4 31,2
6,2 12 14,4 17 22 24,5 26 26 26 26 26 25 24,5 23,5 22 21 20 19 18 17 16 15 14
Potensi Produksi Tbs Kebun Sendiri Pada Luas Lahan 2.405,93 ha Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Potensi (%)
Produksi (Ton/ha)
11 8 8 8 5 5 5 8 8 11 11 11
3.705 2.695 2.695 2.695 1.684 1.684 1.684 2.695 2.695 3.705 3.705 3.705 33.347
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dalam Fauzi 2003.
Potensi Produksi Tbs Kebun Sendiri Pada Luas Lahan Replanting (500 ha) Bulan Poten Produksi si (%) (Ton/ha)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
11 8 8 8 5 5 5 8 8 11 11 11
341 248 248 248 155 155 155 248 248 341 341 341 3.069
Lampiran 12 Laba Kotor Pengadaan Produksi TBS (Rp/kg) Pada Kondisi Aktual dan Optimal PTPN VIII Kertajaya Lebak Pada Tahun 2007 dan 2011 2007 Aktvitas Kebun Sendiri
Variabel X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X110 X111 X112
Kebun Seinduk
X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X210 X211 X212
Kebun Plasma
X31
X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X311 X312 Total Produksi
2011
Pengadaan TBS Aktual Optimal 0 713 718 744 795 841 899 879 789 824 993 1.074 1.180 716 723 753 803 847 903 880 790 827 995 1.077 1.185 715 721 751 799 844 901 877 785 823 995 1.077 1.186 32.143
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1200000 31.200.000
Aktvitas Kebun Sendiri
Variabel X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X110 X111 X112
Kebun Seinduk
X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X210 X211 X212
Kebun Plasma
X31
X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X311 X312 Total Produksi
Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya, Diolah
Pengadaan TBS Aktual Optimal 0 2.962 3.859 3.852 3.797 4.134 4.053 3.900 3.380 3.801 3.896 4.246 4.602 3.273 4.222 4.261 4.200 4.521 4.429 4.467 4.401 4.735 4.636 4.674 4.603 3.275 4.181 4.216 4.159 4.523 4.430 4.469 4.403 4.737 4.637 4.675 4.604 151.213
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1200000 0 0 0 31.200.000
Lampiran 13 Hasil Olahan Optimalisasi Model Program Linier Pengadaan Tandan Buah Segar di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Lebak Tahap 1 (2007) LP OPTIMUM FOUND AT STEP 3 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.3697320E+11 AKTIVITAS X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X110 X111 X112 X21 X22 X23 X24 X25 X26
VALUE REDUCED COST 0.000000 467.000000 0.000000 462.000000 0.000000 436.000000 0.000000 385.000000 0.000000 339.000000 0.000000 281.000000 0.000000 301.000000 0.000000 391.000000 0.000000 356.000000 0.000000 187.000000 0.000000 106.000000 0.000000 0.000000 0.000000 469.000000 0.000000 462.000000 0.000000 432.000000 0.000000 382.000000 0.000000 338.000000 0.000000 282.000000
KENDALA
SLACK OR SURPLUS
TK) 7920.000488 KPTS_MX) 366000000.000000 PL100%) 0.000000 PR 100%) 3069000.000000 KS4%) 0.000000 KUOTA) 0.000000 NO. ITERATIONS=
X27 0.000000 305.000000 X28 0.000000 395.000000 X29 0.000000 358.000000 X210 0.000000 190.000000 X211 0.000000 108.000000 X212 30000000.000000 0.000000 X31 0.000000 471.000000 X32 0.000000 465.000000 X33 0.000000 435.000000 X34 0.000000 387.000000 X35 0.000000 342.000000 X36 0.000000 285.000000 X37 0.000000 309.000000 X38 0.000000 401.000000 X39 0.000000 363.000000 X310 0.000000 191.000000 X311 0.000000 109.000000 X312 1200000.000000 0.000000
DUAL PRICES
0.000000 0.000000 1227.439941 0.000000 1186.000000 1232.439941
3
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES AKTIVITAS CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 713.000000 466.999939 INFINITY X12 718.000000 461.999939 INFINITY X13 744.000000 435.999939 INFINITY X14 795.000000 384.999939 INFINITY X15 841.000000 338 999939 INFINITY X16 899.000000 280.999939 INFINITY X17 879.000000 .300 999939 INFINITY X18 789.000000 390 .999939 INFINITY X19 824.000000 355 .999939 INFINITY X110 993.000000 186 .999939 INFINITY X111 1074.000000 105 .999939 INFINITY X112 1180.000000 INFINITY 105.999939 X21 716.000000 468.999939 INFINITY X22 723.000000 461.999939 INFINITY X23 753.000000 431.999939 INFINITY X24 803.000000 381.999939 INFINITY X25 847.000000 337.999939 INFINITY
RIGHTHAND SIDE RANGES KENDALA
CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE TK 36000.000000 INFINITY 7920.000488 KPTS_MX 396000000.000000 INFINITY 366000000.000000 PL100% 0.000000 2455200.000000 0.000000 PR 100% 3069000.000000 INFINITY 3069000.000000 KS4% 0.000000 8800001.000000 1200000.000000 KUOTA 30000000.000000 8461539.000000 30000000.000000
X26 X27 X28 X29 X210 X211 X212 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X311 X312
903.000000 281.999939 880.000000 304.999939 790.000000 394.999939 827.000000 357.999939 995.000000 189.999939 1077.000000 107.999939 1185.000000 INFINITY 715.000000 471.000000 721.000000 465.000000 751.000000 435.000000 799.000000 387.000000 844.000000 342.000000 901.000000 285.000000 877.000000 309.000000 785.000000 401.000000 823.000000 363.000000 995.000000 191.000000 1077.000000 109.000000 1186.000000 INFINITY
INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 108.000000 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 109.000000
Lanjutan Lampiran 13 Hasil Olahan Optimalisasi Model Program Linier Pengadaan Tandan Buah Segar di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Lebak Tahap 2 (2011) LP OPTIMUM FOUND AT STEP 4 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.1477344E+12 AKTIVITAS X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X110 X111 X112 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27
VALUE 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
REDUCED COST 1640.000000 743.000000 750.000000 805.000000 468.000000 549.000000 702.000000 1222.000000 801.000000 706.000000 356.000000 0.000000 1462.000000 513.000000 474.000000 535.000000 214.000000 306.000000 268.000000
KENDALA SLACK OR SURPLUS TK) 7920.000488 KPTS_MX) 364800000.000000 PL100%) 0.000000 PR 100%) 3069000.000000 KS4%) 0.000000 KUOTA) 0.000000 NO. ITERATIONS=
X28 0.000000 334.000000 X29 30000000.000000 0.000000 X210 0.000000 99.000008 X211 0.000000 61.000004 X212 0.000000 132.000000 X31 0.000000 428.000000 X32 0.000000 556.000000 X33 0.000000 521.000000 X34 0.000000 578.000000 X35 0.000000 214.000000 X36 0.000000 307.000000 X37 0.000000 268.000000 X38 0.000000 334.000000 X39 1200000.000000 0.000000 X310 0.000000 100.000000 X311 0.000000 62.000000 X312 0.000000 133.000000
DUAL PRICES
0.000000 0.000000 4791.479980 0.000000 4737.000000 4924.479980
4
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES AKTIVITAS CURRENT ALLOWABLE A LLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 2962.000000 1640.000000 INFINITY X12 3859.000000 743.000000 INFINITY X13 3852.000000 750.000000 INFINITY X14 3797.000000 805.000000 INFINITY X15 4134.000000 467.999969 INFINITY X16 4053.000000 549.000000 INFINITY X17 3900.000000 702.000000 INFINITY X18 3380.000000 1222.000000 INFINITY X19 3801.000000 801.000000 INFINITY X110 3896.000000 706.000000 INFINITY X111 4246.000000 355.999969 INFINITY X112 4602.000000 INFINITY 356.000000 X21 3273.000000 1462.000000 INFINITY X22 4222.000000 513.000000 INFINITY X23 4261.000000 473.999969 INFINITY X24 4200.000000 535.000000 INFINITY X25 4521.000000 213.999985 INFINITY
RIGHTHAND SIDE RANGES Kendala
CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE TK 36000.000000 INFINITY 7920.000488 KPTS_MX 396000000.000000 INFINITY 364800000.000000 PL100% 0.000000 2455200.000000 0.000000 PR 100% 3069000.000000 INFINITY 3069000.000000 KS4% 0.000000 8800001.000000 1200000.000000 KUOTA 30000000.000000 8461539.000000 30000000.000000
X26 X27 X28 X29 X210 X211 X212 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X311 X312
4429.000000 4467.000000 4401.000000 4735.000000 4636.000000 4674.000000 4603.000000 4309.000000 4181.000000 4216.000000 4159.000000 4523.000000 4430.000000 4469.000000 4403.000000 4737.000000 4637.000000 4675.000000 4604.000000
305.999969 267.999969 333.999969 INFINITY 98.999985 60.999985 131.999985 428.000000 556.000000 521.000000 578.000000 214.000000 307.000000 268.000000 334.000000 INFINITY 100.000000 62.000000 133.000000
INFINITY INFINITY INFINITY 61.000000 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 62.000000 INFINITY INFINITY INFINITY
Lampiran 14 Hasil Output Post Optimal Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit Dengan Potensi 80% Kebun Sendiri-Kertajaya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Lebak Tahap 1 (2007) LP OPTIMUM FOUND AT STEP 3 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.3998681E+11 AKTIVITAS VALUE REDUCED COST X11 0.000000 467.000000 X12 0.000000 462.000000 X13 0.000000 436.000000 X14 0.000000 385.000000 X15 0.000000 339.000000 X16 0.000000 281.000000 X17 0.000000 301.000000 X18 0.000000 391.000000 X19 0.000000 356.000000 X110 0.000000 187.000000 X111 0.000000 106.000000 X11 2455200.000000 0.000000 X21 0.000000 469.000000 X22 0.000000 462.000000 X23 0.000000 432.000000 X24 0.000000 382.000000 X25 0.000000 338.000000 X26 0.000000 282.000000
KENDALA
SLACK OR SURPLUS
X27 0.000000 305.000000 X28 0.000000 395.000000 X29 0.000000 358.000000 X210 0.000000 190.000000 X211 0.000000 108.000000 X212 30000000.000000 0.000000 X31 0.000000 471.000000 X32 0.000000 465.000000 X33 0.000000 435.000000 X34 0.000000 387.000000 X35 0.000000 342.000000 X36 0.000000 285.000000 X37 0.000000 309.000000 X38 0.000000 401.000000 X39 0.000000 363.000000 X310 0.000000 191.000000 X311 0.000000 109.000000 X312 1298208.000000 0.000000
DUAL PRICES
TK) 5621.933105 0.000000 KPTS_MX) 363544800.000000 0.000000 PL 80%) 2455200.000000 0.000000 PR 80%) 0.000000 1227.439941 KS4%) 0.000000 1186.000000 KUOTA) 0.000000 1232.439941 NO. ITERATIONS=
3
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES AKTIVITAS CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 713.000000 466.999939 INFINITY X12 718.000000 461.999939 INFINITY X13 744.000000 435.999939 INFINITY X14 795.000000 384.999939 INFINITY X15 841.000000 338 999939 INFINITY X16 899.000000 280.999939 INFINITY X17 879.000000 .300 999939 INFINITY X18 789.000000 390 .999939 INFINITY X19 824.000000 355 .999939 INFINITY X110 993.000000 186 .999939 INFINITY X111 1074.000000 105 .999939 INFINITY X112 1180.000000 INFINITY 105.999939 X21 716.000000 468.999939 INFINITY X22 723.000000 461.999939 INFINITY X23 753.000000 431.999939 INFINITY X24 803.000000 381.999939 INFINITY
RIGHTHAND SIDE RANGES KENDALA
CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE TK 36000.000000 INFINITY 5621.933105 KPTS_MX 396000000.000000 INFINITY 363544800.000000 PL100% 0.000000 2455200.000000 0.000000 PR 100% 3069000.000000 INFINITY 2455200.000000 KS4% 0.000000 6246592.000000 1298208.000000 KUOTA 30000000.000000 6006339.000000 30000000.000000
X25 X26 X27 X28 X29 X210 X211 X212 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X311 X312
847.000000 337.999939 903.000000 281.999939 880.000000 304.999939 790.000000 394.999939 827.000000 357.999939 995.000000 189.999939 1077.000000 107.999939 1185.000000 INFINITY 715.000000 471.000000 721.000000 465.000000 751.000000 435.000000 799.000000 387.000000 844.000000 342.000000 901.000000 285.000000 877.000000 309.000000 785.000000 401.000000 823.000000 363.000000 995.000000 191.000000 1077.000000 109.000000 1186.000000 INFINITY
INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 108.000000 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 109.000000
Lanjutan Lampiran 14 Hasil Output Post
Optimal Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit Dengan Potensi 80% Kebun Sendiri-Kertajaya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Lebak Tahap 2 (2011)
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 4 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.1594984E+12 AKTIVITAS VALUE REDUCED COST X11 0.000000 1640.000000 X12 0.000000 743.000000 X13 0.000000 750.000000 X14 0.000000 805.000000 X15 0.000000 468.000000 X16 0.000000 549.000000 X17 0.000000 702.000000 X18 0.000000 1222.000000 X19 0.000000 801.000000 X110 0.000000 706.000000 X111 0.000000 356.000000 X112 55200.000000 0.000000 X21 0.000000 1462.000000 X22 0.000000 513.000000 X23 0.000000 474.000000 X24 0.000000 535.000000 X25 0.000000 214.000000 X26 0.000000 306.000000 X27 0.000000 268.000000 KENDALA SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES TK) 5621.933105 KPTS_MX) 362246592.000000 PL100%) 0.000000 PR 100%) 3069000.000000 KS4%) 0.000000 KUOTA) 0.000000 NO. ITERATIONS=
X28 0.000000 334.000000 X29 30000000.000000 0.000000 X210 0.000000 99.000008 X211 0.000000 61.000004 X212 0.000000 132.000000 X31 0.000000 428.000000 X32 0.000000 556.000000 X33 0.000000 521.000000 X34 0.000000 578.000000 X35 0.000000 214.000000 X36 0.000000 307.000000 X37 0.000000 268.000000 X38 0.000000 334.000000 X39 1298208.000000 0.000000 X310 0.000000 100.000000 X311 0.000000 62.000000 X312 0.000000 133.000000
0.000000 0.000000 4791.479980 0.000000 4737.000000 4924.479980
4
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES AKTIVITAS CURRENT ALLOWABLE A LLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 2962.000000 1640.000000 INFINITY X12 3859.000000 743.000000 INFINITY X13 3852.000000 750.000000 INFINITY X14 3797.000000 805.000000 INFINITY X15 4134.000000 467.999969 INFINITY X16 4053.000000 549.000000 INFINITY X17 3900.000000 702.000000 INFINITY X18 3380.000000 1222.000000 INFINITY X19 3801.000000 801.000000 INFINITY X110 3896.000000 706.000000 INFINITY X111 4246.000000 355.999969 INFINITY X112 4602.000000 INFINITY 356.000000 X21 3273.000000 1462.000000 INFINITY X22 4222.000000 513.000000 INFINITY X23 4261.000000 473.999969 INFINITY X24 4200.000000 535.000000 INFINITY X25 4521.000000 213.999985 INFINITY
RIGHTHAND SIDE RANGES KENDALA
CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE TK 36000.000000 INFINITY 5621.933105 KPTS_MX 396000000.000000 INFINITY 363544800.000000 PL100% 0.000000 2455200.000000 0.000000 PR 100% 3069000.000000 INFINITY 2455200.000000 KS4% 0.000000 6246592.000000 1298208.000000 KUOTA 30000000.000000 6006339.000000 30000000.000000
X26 X27 X28 X29 X210 X211 X212 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X311 X312
4429.000000 4467.000000 4401.000000 4735.000000 4636.000000 4674.000000 4603.000000 4309.000000 4181.000000 4216.000000 4159.000000 4523.000000 4430.000000 4469.000000 4403.000000 4737.000000 4637.000000 4675.000000 4604.000000
305.999969 267.999969 333.999969 INFINITY 98.999985 60.999985 131.999985 428.000000 556.000000 521.000000 578.000000 214.000000 307.000000 268.000000 334.000000 INFINITY 100.000000 62.000000 133.000000
INFINITY INFINITY INFINITY 61.000000 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 62.000000 INFINITY INFINITY INFINITY