MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
ESTHERLINA HUTAGAOL. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Musi Rawas, Sumatera Selatan. (dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA). Kegiatan magang ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sistem dan manajemen panen yang diterapkan di Sungai Pinang Estate dapat meningkatkan produksi dan produktivitas. Kegiatan magang ini dilakukan di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Musi Rawas, Sumatera Selatan pada bulan Februari-Juni 2009. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan di lapangan dan wawancara. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, sistem dan rotasi panen, angka kerapatan panen, hanca panen, premi panen. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi, letak geografis kebun, keadaan iklim, luas kebun, luas areal, tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja dilapangan serta organisasi dan manajemen kebun. Data primer yang diambil adalah pengamatan tentang kualitas buah per mandoran dari 5 pemanen dari tiga kemandoran selama tiga hari berturut-turut. Data sekunder yang diambil adalah berupa data produksi, produktivitas, curah hujan, peta kemandoran panen, seksi panen, laporan potong buah, dan laporan premi. Hasil pengamatan tentang kualitas buah menunjukkan bahwa persentase kualitas buah yang dihasilkan masih jauh dari standard kebun dimana persentase buah matang normal 88.8%, mentah 2.5%, kurang matang 6.4%, buah busuk 0.2%, buah bergagang panjang 3.0%, dan buah yang lewat matang 2.1%. Sementara itu, standard yang ditetapkan oleh kebun adalah buah matang normal > 95%, buah mentah 0%, buah kurang matang < 5%, buah busuk 0%, dan buah bergagang panjang < 5%. Dari kegiatan magang ini dapat disimpulkan bahwa kualitas buah yang dihasilkan masih belum memenuhi standard yang ditetapkan kebun.
MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION,
MUSI
RAWAS,
SELATAN Nama
: Estherlina Hutagaol
NRP
: A24053121
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc (NIP: 19490119 197412 1 001)
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Bambang Sapto Purwoko, M.Sc (NIP : 19610218 198403 1 002)
Tanggal Lulus :
SUMATERA
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 26 Juni 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Jhonny P Hutagaol dan Ibu Rosita Pangaribuan (Almh). Tahun 1999 penulis lulus dari SD RK No.2 Pematang Siantar. Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMP Bintang Timur Pematang Siantar dan pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU N 3 Pematang Siantar. Tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Selama menjadi mahasiswi, penulis bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) pada periode 2007-2008, bergabung dalam Komisi Pelayanan Anak Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB sebagai penanggung jawab Tim Literatur, anggota Tim Kreatif LENSA (Klub Fotografi Faperta) dan tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Siantar (IKANMASS). Skripsi magang yang disusun oleh penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Sumatera Selatan yang berjudul “Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Musi Rawas, Sumatera Selatan” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.
KATA PENGANTAR Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sumatera Selatan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus penulis sampaikan kepada: • Bapak Jhonny P Hutagaol, Ibu Rosita Pangaribuan (Almh), Ibu Sofia Togatorop, Adik (Kiki, Emmy), serta seluruh keluarga besar. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik. • Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan serta pengarahan selama penulisan skripsi. • Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. • Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama kegiatan perkuliahan. • Bapak Oscar Tamba dan Bapak Bustanuddin selaku Estate Manager atas dukungan dan fasilitas selama magang. • Seluruh dewan direksi Minamas Plantation khususnya PT. Bina Sains Cemerlang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas selama penulis mengikuti magang. • Bapak Irwansyah, Bapak Burlani, Bapak Sukardi, Bapak Yas Budaya, Bapak Edison dan Bapak Mulyadi selaku pembimbing lapang yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis. • Seluruh karyawan Divisi II Sungai Pinang Estate atas bantuan dan kerjasamanya.
• Sahabatku: Doris, Serasi, Marie, Ithink, Ana, Rohani, Wenny, Kak Jane, Bukit, Aris, Bang Mampe, teman-teman kostan Pondok Putri dan Srikandi. • Teman-teman magang: Hulman, Riza, Eky, Gerry dan Anton. Segala keluh kesah, keceriaan, gelak tawa, kesusahan adalah serangkaian perjuangan untuk mencapai asa. • Teman-teman seperjuangan Agronomi dan Hortikultura 42, untuk kebersamaan dan tetap semangat dalam meraih cita. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kesehatan, kedamaian dan kekuatan bagi kita semua.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA Persiapan Panen Aspek Pemanenan Kelapa Sawit
3 3 4
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan
6 6 6
KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Keadaan Tanaman dan Produksi Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan
8 8 8 8 9 9 10 12
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial
14 14 34
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Panen Kualitas Panen
38 38 43
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
50 50 51
DAFTAR PUSTAKA
52
LAMPIRAN
53
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Sungai Pinang Estate
10
2.
Status dan Jumlah Karyawan Sungai Pinang Estate
11
3.
Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SPE
11
4.
Data Produksi Sungai Pinang Estate bulan Januari-Mei 2009
12
5.
Rekomendasi Pemupukan SPE Tahun 2008-2009
20
6.
Perbedaan Output Pemanen Berdasarkan Bobot Janjang Rata-rata
28
7.
Deskripsi Alat-alat Panen
30
8.
Kriteria Matang Buah Sungai Pinang Estate
31
9.
Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Kualitas Buah dan Hanca
31
10.
Parameter Penentuan Denda Pemanenan
34
11.
Data Pengamatan Angka Kerapatan Panen
40
12.
Perbedaan Buah Mentah dengan Buah Matang Normal
44
13.
Data Kualitas Buah per Kemandoran Divisi II SPE
45
14.
Data Pengamatan Kualitas Buah Divisi II SPE
46
15.
Premi Basis Borong dan Premi Lebih Borong SPE Tahun 2009
47
16.
Bobot Janjang Rata-rata (BJR) per Tahun Tanam
48
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Alat Semprot Micron Herby Sprayer (MHS)
14
2.
Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu di Rendahan
17
3.
Pokok yang Telah Dilakukan Penunasan (Prunning)
18
4.
Tapak Turnera di Main Road (a) dan Bunga Turnera subulata (b)
19
5.
Titik Acuan Pengambilan Contoh Daun (LSU)
21
6.
Tata Letak Aplikasi Janjangan Kosong di Gawangan Mati
24
7.
Collection Road yang Telah Ditunas
25
8.
Panen atau Potong Buah dengan Egrek (a) dan Dodos (b)
27
9.
Pengangkutan TBS Sistem Pok (a) dan Brondolan (b)
32
10.
Sistem Masuk Hanca
38
11.
Peralatan Panen
39
12.
Kriteria Matang Buah
43
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Lepas
53
2.
Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor
55
3.
Jurnal Harian sebagai Pendamping Asisten
56
4.
Data Curah Hujan dan Hari Hujan SPE Tahun 1999-2008
57
5.
Data Produksi dan Produktivitas SPE Tahun 2001-2005
58
6.
Peta Lokasi Kebun PT. Bina Sains Cemerlang
59
7.
Struktur Organisasi Sungai Pinang Estate
60
8.
Peta Seksi Panen Divisi II Sungai Pinang Estate
61
9.
Peta Kemandoran Panen
62
10.
Contoh Surat Pengantar Buah
63
11.
Contoh Laporan Premi Potong Buah SKU
64
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa Sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan utama yang diperkirakan berasal dari Afrika Barat atau Amerika Selatan. Kelapa Sawit merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Palmae atau Arecaceae. Walaupun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) pada tahun 2008 luas perkebunan sawit di Indonesia telah mencapai lebih dari 7.07 juta ha dengan produksi sebesar 18.08 ton CPO. Kelapa sawit memiliki keunggulan dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya yaitu produktivitas minyak lebih tinggi, lebih tangguh terhadap perubahan musim dan keluasan dalam penggunaannya baik bidang pangan maupun non pangan. Peningkatan perkembangan pemanfaatan kelapa sawit yang begitu pesat banyak berhubungan dengan masalah teknis agronomisnya. Perkembangan dan pertambahan produksi kelapa sawit di Indonesia menuntut adanya peningkatan pengelolaan kelapa sawit. Manajemen yang baik yang dimulai dari pembukaan lahan sampai pemanenan dan pengolahan hasil akan memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Panen dan pengolahan hasil merupakan hal yang paling menentukan dalam produksi dan panen TBS. Pelaksanaan pemanenan akan berjalan normal bila dikelola dengan baik (Pahan, 2007). Aspek-aspek penting yang terkait dengan pemanenan antara lain: organisasi dan pengawasan panen, peramalan produksi, kerapatan panen, rotasi panen, kebutuhan tenaga panen, premi panen dan pengangkutan hasil panen (Fauzi,2005). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang tepat untuk membantu pemanen agar memotong buah yang telah layak panen. Fraksi matang kelapa sawit yang tepat adalah antara fraksi dua-tiga sebab untuk fraksi tersebut memiliki kandungan asam lemak bebas (ALB) yang maksimal. Kandungan ALB yang tinggi akan menurunkan kualitas minyak. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah jumlah brondolan yaitu untuk berat tandan > 10 kg
sebanyak 2 brondolan/kg tandan dan untuk berat tandan kurang dari 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg tandan. Selain itu perubahan warna juga dapat menjadi salah satu kriteria matang panen (Setyamidjaja, 2006). Buah dikatakan layak panen apabila terjadi perubahan warna pada tandan yaitu dari warna hijau berubah ke kehitaman dan kemudian berubah menjadi merah mengkilat atau orange. Kelapa sawit yang layak untuk dipanen apabila jumlah buah yang jatuh/bobot brondolan adalah 2 butir brondolan/kg TBS (Fauzi,2005). Guna mendapatkan rendemen dan mutu minyak sawit atau CPO yang baik perlu perhatian yang serius mulai dari masa panen sampai lepas panen.
Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk menambah pengalaman, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial dalam perkebunan kelapa sawit. Kegiatan magang secara khusus bertujuan untuk mempelajari secara langsung teknis dan permasalahan dalam proses pemanenan kelapa sawit.
METODOLOGI Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan selama 4 bulan yang terhitung dari tanggal 12 Februari-12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang ini merupakan suatu kegiatan kerja langsung di lapangan sehingga kegiatan mahasiswa merupakan bagian internal dari perusahaan. Selama dua bulan pertama, penulis berstatus sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL), kemudian satu bulan berikutnya berstatus sebagai pendamping mandor dan pada bulan terakhir berstatus sebagai pendamping asisten divisi atau pendamping kepala asisten. Jurnal harian selama menjadi karyawan, pendamping mandor dan pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 1-3. Secara garis besar metode pelaksanaan magang di lapangan adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, sistem dan rotasi panen, angka kerapatan panen, hanca panen, premi panen. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kebun meliputi lokasi, letak geografis kebun, keadaan iklim, luas kebun, luas areal, tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja dilapangan serta organisasi dan manajemen kebun. Metode pengambilan data dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode langsung dilakukan melalui kerja, pengamatan langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan staf serta karyawan kebun. Kegiatan di lapangan meliputi pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan dan data-data lain yang terkait yang dilakukan setiap hari. Pengamatan yang diperhatikan adalah pengamatan persentase kualitas buah. Pengamatan dilakukan terhadap 5 pemanen masing-masing dari 3 kemandoran. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
mengamati seluruh buah yang ada di TPH saat hari panen. Pengamatan dilakukan pada hanca panen yang sudah ditetapkan untuk setiap tenaga pemanen. Metode tidak langsung melalui studi pustaka dan pengumpulan data sekunder yang ada di kebun. Data sekunder meliputi norma kerja di lapangan, prestasi kerja, data peramalan taksasi, realisasi produksi dan pembagian hanca panen. Hasil dari magang digunakan sebagai bahan skripsi yang ditekankan pada aspek pemanenan yaitu manajemen panen dan teknis panen. Data sekunder yang diperoleh antara lain Curah Hujan, Produktivitas, Peta Kebun, Struktur Organisasi, Peta Seksi Panen, dan Peta Kemandoran Panen seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 4-9. Sementara itu, untuk data manajemen panen berupa contoh Surat Pengantar Buah dan Laporan Premi Potong Buah dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11.
TINJAUAN PUSTAKA Persiapan Panen Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja pemeliharaan. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses pascapanen dan pengolahan. Pekerjaan panen adalah pekerjaan memotong tandan matang, mengumpulkan dan mengangkutnya ke pabrik untuk seterusnya diolah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Menurut Lubis (1992), keberhasilan panen sangat tergantung dari bahan tanam yang digunakan, tenaga kerja pemanen, peralatan panen yang digunakan, kelancaran transportasi, organisasi panen yang baik, sistem panen yang terkoordinasi, keadaan areal dan insentif yang diperoleh. Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit CPO dan PKO. Tanaman kelapa sawit menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil ) yang dipanen secara bersamaan dan diekstrak secara terpisah. Beberapa faktor yang terkait dengan pemanenan antara lain: organisasi panen, kriteria matang panen, kerapatan panen, rotasi panen, kapasitas panen, premi panen, dan pengawasan panen. Sistem organisasi organisasi panen ada tiga yaitu: sistem hanca giring murni, hanca giring tetap per mandoran, dan hanca tetap (Pahan, 2007). Untuk menghadapi masa panen, segala sesuatunya harus disiapkan dengan baik. Suatu areal dapat dipanen apabila 60% dari seluruh pokok yang hidup dalam suatu areal mencapai matang panen, sebagian buah sudah membrondol secara alamiah, dan bobot tandan rata-rata sudah mencapai 3 kg. Agar proses pemanenan berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk mempermudah pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Pada areal kebun yang berlereng tajam perlu dibuat tangga untuk mempermudah pengangkutan. Selain itu, para pemanen harus mempersiapkan peralatan panen yang akan digunakan seperti dodos untuk memanen pokok yang rendah (< 9 tahun) dan egrek untuk memanen pokok yang tinggi (> 9 tahun). Alat-alat panen yang umumnya digunakan adalah dodos kecil,
dodos besar, pisau egrek, angkong, keranjang, kapak, bambu egrek, gancu, dan tojok. Selain memperhatikan kelengkapan alat-alat panen, alat pelindung diri (APD) untuk pemanen, keterangan tentang luasan blok, kondisi hanca, sarana prasarana panen juga harus lengkap. Keseluruhan aspek di atas terkait dengan manajemen panen. Manajemen panen yang baik akan berpengaruh pada kualitas buah, kualitas brondolan dan rendemen minyak yang tinggi. Kualitas potong buah dan kualitas buah akan menentukan kualitas pekerjaan panen, pengawasan dan pemeriksaan hasil panen. Fraksi yang paling tepat dalam kegiatan panen atau potong buah adalah fraksi dua dan tiga sebab pada fraksi tersebut merupakan fraksi kematangan dengan kandungan Asam Lemak Bebas yang maksimal. Fraksi dua memiliki kandungan ALB sekitar 1.8%, sedangkan untuk fraksi tiga memiliki kandungan ALB sekitar 2.1%. Dalam pemanenan, banyak hal yang harus diperhatikan agar prosesnya berjalan efektif dan efisien. Hal tersebut antara lain: tandan matang tidak dipanen, potong buah mentah, brondolan tidak dikutip, buah bergagang panjang, buah busuk, hasil panen yang terkontaminasi dengan tanah, dan koordinasi dengan petugas transport TBS (Pahan, 2007). Aspek Pemanenan Kelapa Sawit Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah matang, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa aspek tertentu mengingat tujuan panen adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Aspek panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi, sistem panen, serta mutu panen (Pahan, 2007). Berdasarkan tinggi tanaman, ada dua cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan sawit. Tanaman dengan tinggi 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan untuk tanaman dengan ketinggian 5-10 m digunakan egrek. Setiap pemanenan buah yang dilakukan, perkebunan selalu menetapkan rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen satu sampai ke panen berikutnya. Umumnya rotasi panen yang sering
diterapkan adalah rotasi panen tujuh hari. Dalam setiap rotasi panen yang dilakukan, kerapatan panen sangatlah penting. Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal panen. Untuk mencapai hasil yang baik, pengorganisasian tenaga pemanen yang baik akan mampu meningkatkan efisiensi pemanenan. Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung dari produksi per ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi, kerapatan pohon, masa panen puncak atau panen rendah. Kapasitas per hari adalah basis tugas pemanen menurut jumlah kg tandan yang harus diselesaikan per hari kerja. Basis borong atau basis premi adalah batasan jumlah tandan yang dipanen dalam tugas yang tidak mendapat premi. Pemberian premi bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pemanen dan kualitas panen. Praktik Manajemen Terbaik yang berkaitan dengan pemanenan meliputi: memanen seluruh buah masak dengan rotasi panen setiap minggu, pertumbuhan tanaman dan produksi TBS optimal, optimalisasi fungsi akar, ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun, pemberian pupuk yang efektif dan efisien. Praktik Manajemen Terbaik (PMT) secara strategis akan memberikan data produksi blok tanaman yang dirawat secara optimal (Pahan, 2007).
KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu: Sungai Pinang Estate (SPE), Bukit Pinang Estate (BPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan yaitu PT Minamas Gemilang yang kemudian berubah nama menjadi Minamas Plantation. Awalnya PT Bina Sains Cemerlang (BSC) memiliki nama PT Bina Sains Corporation, yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring dengan perpindahan aset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas Gemilang yang merupakan anggota dari Kumpulan Guthrie Berhard (KGB), salah satu perkebunan swasta Malaysia. Kemudian pada tahun 2008, Minamas bergabung dengan perusahaan Sime Darby yang tergabung dalam Sime Darby Group. PT Bina Sains Cemerlang dirintis pada tahun 1990, saat itu merupakan hutan sekunder. Pada tahun 1991 dilakukan penanaman kelapa sawit seluas ± 1 104 ha, secara terus-menerus penanaman berlanjut mencapai luasan ± 6 892 ha. Untuk Sungai Pinang Estate mempunyai luasan lahan ± 3 689 ha dan selebihnya ditangani oleh Bukit Pinang Estate.
Letak Geografis Kebun SPE merupakan salah satu dari dua unit kebun yang dikelola oleh PT BSC yaitu SPE dan BPE. Lokasi kebun ini berada di desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Batas areal SPE adalah: sebelah Utara berbatasan dengan desa Air Balui, sebelah Selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP XI, sebelah Barat berbatasan dengan PT Lonsum, dan sebelah Timur berbatasan dengan BPE.
Keadaan Iklim dan Tanah Tanah di PT BSC termasuk jenis Ultisol, pH tanah berkisar 4.5-6, tingkat kesuburan sedang dan tekstur tanah umumnya liat berpasir. Struktur tanah remah
sampai gumpal dan konsistensi tanah gembur sampai teguh. Topografi lahan di PT BSC adalah landai hingga bergelombang dengan kemiringan 3-32 %. Ketinggian tempat 90 m di atas permukaan laut, di areal SPE bertopografi relatif datar. SPE mempunyai iklim dengan curah hujan rata-rata 2 397 mm/tahun dan hari hujan 135.2 hari/tahun, bulan kering < 60 mm rata-rata 0.9 bulan/tahun dan bulan lembab (60-100 mm) rata-rata 10 bulan/tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Ferguson, Sungai Pinang Estate termasuk beriklim tipe A (sangat basah).
Luas Areal dan Tata Guna Lahan SPE mempunyai lahan 3 698 ha dengan luas areal hak guna usaha (HGU) 3 384 ha dan non HGU 314 ha. Dari areal HGU tersebut, yang telah ditanami hanya sekitar 3 253ha. Hal ini disebabkan karena adanya areal okupasi seluas 344 ha. Komposisi luas areal terdiri dari TM 2 982 ha, TBM 243 ha, prasarana 101 ha, land clearing 28 ha dan okupasi 344 ha (Kantor Besar SPE, Mei 2009).
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan SPE dipimpin oleh estate manager yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perkebunan yaitu pengelolaan dan perkembangan kebun secara efektif dan professional sesuai ketentuan PT Minamas Gemilang. Di SPE dalam menjalankan tugasnya estate manager dibantu oleh seorang senior asisten yang membawahi dua orang asisten. Dalam bidang administrasi estate menager diibantu oleh seorang kepala seksi (Kasie) dan beberapa karyawan bulanan. Setiap asisten mengelola satu divisi dan bertanggung jawab mengelola seluruh aset perusahaan tingkat divisi. Untuk kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja, asisten dibantu oleh dua orang mandor yaitu mandor I panen dan mandor II perawatan. Di bidang administrasi asisten dibantu oleh krani divisi. Status karyawan di SPE terdiri dari karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari karyawan bulanan, mandor I, mandor II, krani divisi, krani buah, krani brondolan, dan karyawan harian tetap. SPE memiliki tenaga kerja sebanyak 500 orang dengan komposisi seperti disajikan pada Tabel 2. Pada
Tabel 2 dapat dilihat bahwa indeks tenaga kerja (ITK) pada kebun ini adalah 0.13 HK/ha. Hal ini sudah baik, karena norma ITK kelapa sawit 0.25 HK/ha. Tabel 3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan SPE Uraian Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan -Tahun Tanam 1991 -Tahun Tanam 1992 -Tahun Tanam 1993 -Tahun Tanam 1994 -Tahun Tanam 1995 -Tahun Tanam 1996 -Tahun Tanam 1997 -Tahun Tanam 1998 -Tahun Tanam 2000 2. Tanaman Belum Menghasilkan -Tahun Tanam 2005 -Tanaman Baru (2009) Total areal tanaman B Land Clearing (LC) -LC dalam proses Total areal tanaman + LC C. Prasarana -Emplasemen -Pabrik -Jalan dan Jembatan Total Prasarana Total areal yang diusahakan D. Areal yang bisa tanam -Cadangan -Okupasi E. Bukit, sungai, dll. Total areal keseluruhan
Luas (ha)
A.
1 104 669 102 450 51 137 126 335 8 194 49 3 225 28 3 253 27 14 60 101 3 354
344 3 698
Sumber: Kantor Besar SPE (Mei, 2009)
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di SPE merupakan varietas Tenera (Dura x Pisifera ) yang berasal dari Marihat, Socfindo, dan Guthrie. Pada tanaman yang menghasilkan yang mendominasi adalah varietas Tenera dari Marihat dan Socfindo, sedangkan pada tanaman belum menghasilkan yang mendominasi adalah varietas Tenera dari Guthrie.
Tabel 2. Status dan Jumlah Karyawan SPE A 1 2 3 4 Total
Staf Estate Manager Sr. Asisten
Jumlah 1
B 1
1
2
Asisten Div/Qa KTU/kasie
2
3
1 5
4
Non-Staf SKU Bulanan Kantor SKU Bulanan Traksi SKU Bulanan Divisi SKU Harian
Jumlah 32 20 26 422 500
Sumber: Kantor Besar SPE (Mei, 2009)
Tanaman kelapa sawit yang ada di kebun SPE terdiri dari tanaman menghasilkan seluas 2 982 ha dan tanaman belum menghasilkan seluas 243 ha. Tahun tanam 1999-2000 merupakan tanaman menghasilkan dan tahun 2005 merupakan tanaman belum menghasilkan. Data populasi tanaman kelapa sawit tiap tahun di SPE disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SPE Divisi I Tahun tanam 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 2000 2005 Tanaman Baru Total
Divisi II
Luas Ha
Jumlah pokok Pokok
451
58630
Luas Ha 575 218 25 100
Jumlah pokok Pokok 75325 28340 3275 12700
350 51 137
45850 6630 18084
11
1474
126 41
16506 5371
1000
130668
1085
141517
Divisi III Jumlah Luas pokok Ha Pokok 529 68770 77
9856
283 8 181 58 1136
37639 800 28906 9512 155483
Sumber : Kantor Besar SPE (Mei, 2009)
Dari Tabel 3 dapat dihitung rata-rata jumlah pokok/ha untuk SPE yaitu 132 pokok/ha, padahal jika dianalisis dari pola tanam segitiga sama sisi dengan
jarak tanam 9.2 mx 9.2 m x 9.2 m akan didapatkan jumlah pokok sebanyak 136 pokok/ha, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Hal ini disebabkan oleh keadaan areal, blok yang tidak normal, banyak pokok yang tidak poduktif atau mati. Untuk produksi tandan buah segar (TBS) pada bulan Januari sampai Mei 2009 di SPE terus berfluktuasi dan rata-rata belum mencapai budget. Produksi yang telah mencapai budget hanya pada bulan Mei yang produksinya melebihi budget sebanyak 2 018 070 kg TBS yaitu 2.4% di atas budget. Pada bulan Januari, Maret, April, dan Mei tahun 2009 produksinya selalu kurang dari budget yang ditetapkan. Data produksi di SPE dari bulan Januari sampai bulan Mei 2009 dapat dilihat dari Tabel 4. Tabel 4. Data Produksi Sungai Pinang Estate bulan Januari-Mei 2009 Bulan
Budget
Aktual Kg
Desember Januari Februari Maret April Mei
2405457 1978385 1625183 1805247 1775237 1009150
1660590 1685900 1078780 1389890 1767060 2018070
Varians (Aktual-Budget) % - 0.309 -14.7 -33.6 -23.0 -0.46 +2.40
Keterangan : (-) Kurang Dari budget dan (+) lebih dari budget Sumber : Kantor Divisi II SPE (Mei,2009)
Produksi tidak tercapai pada beberapa bulan yaitu produksi di bawah budget. Hal ini disebabkan oleh persen kematangan buah rendah (masa trek). Data produksi 5 tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5
Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan Fasilitas kesejahteraan karyawan merupakan salah satu faktor pendukung untuk karyawan. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik, sarana ibadah, sarana pendidikan, dan sarana olahraga. Fasilitas rumah yang diberikan terdiri dari perumahan staf, mess, dan perumahan karyawan. Rumah staf dan mess terletak di emplasmen, sedangkan rumah karyawan berada di sekitar kantor divisi masingmasing, di Divisi I dan II perumahan karyawan berada pada satu lokasi, sedangkan Divisi III berada terpisah dari Divisi I dan Divisi II. Perumahan staf
dan mess merupakan jenis rumah permanen, sedangkan untuk perumahan karyawan adalah semi permanen dengan tipe dua rumah (G2), kecuali untuk mandor I dan krani divisi sebagian memiliki perumahan tipe satu rumah (G1). Fasilitas listrik dan air dikelola di masing-masing divisi. Di emplasmen fasilitas listrik 24 jam, sedangkan tiap-tiap divisi fasilitas listrik hanya 7 jam, kecuali untuk hari minggu selama 8 jam. Sarana olahraga terdapat di emplasmen berupa lapangan volly, bulu tangkis, sepak takraw, tenis dan tenis meja. Di masing-masing divisi juga terdapat fasilitas olahraga berupa lapangan bulu tangkis, lapangan volly, dan lapangan bola kaki. Sarana pendidikan di PT. BSC terdapat sekolah yang terdapat di Pondok I (Divisi I dan II) yang terdiri dari sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), sedangkan untuk taman kanak-kanak (TK) dan penitipan bayi terdapat di emplasmen dan di divisi masing-masing. Sarana ibadah di perkebunan Sungai Pinang Estate terdapat masjid di setiap divisi dan gereja yang hanya ada di Divisi I BPE (Bukit Pinang Estate). Tunjangan karyawan berupa beras, tunjangan hari raya (THR), bonus, pengobatan, dan bantuan di bidang pendidikan dengan adanya bis sekolah. Karyawan Harian Lepas tidak mendapatkan tunjangan beras dan pengobatan. Upah untuk Karyawan Harian Lepas adalah Rp. 30000/hari kerja dan Rp. 878000 untuk Karyawan SKU. Selain mendapatkan upah, karyawan SKU juga mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Piringan secara manual. Kegiatan piringan manual diawali dengan membuang pakis yang banyak menempel di batang, kemudian mendongkel kentosan yang tumbuh di sekitar batang, dan tahap selanjutnya adalah menggaruk piringan dengan lebar 2 m. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah pemanen melihat jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah garuk, pecok. Prestasi kerja yang digunakan adalah 50 pokok/HK atau 50 buah piringan/HK. Semprot piringan. Piringan merupakan salah satu sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan karena piringan adalah akses utama yang mempermudah pekerjaan potong buah (melihat jumlah brondolan yang jatuh), penunasan, dan pemeriksaan. Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan piringan secara kimiawi adalah alat semprot MHS (Micron Herby Sprayer) dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ULV). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna jingga. Bahan yang digunakan adalah Audit dengan bahan aktifnya adalah iso propilanama glifosat. Konsentrasi yang digunakan adalah 200 ml/10 liter atau 0.02% dengan dosis 0.25 liter/ha. Alat semprot MHS dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Alat Semprot Micron Herby Sprayer (MHS) Semprot gawangan, pasar rintis dan TPH. Kegiatan penyemprotan di gawangan hidup dan sebagian gawangan mati bertujuan untuk mempermudah kegiatan operasional kebun. Hal ini dikarenakan areal pasar rintis dan TPH merupakan akses utama ke pertanaman, pengumpulan buah, pengutipan brondolan, penunasan dan pemeriksaan. Jenis gulma yang umumnya dikendalikan adalah Clidemia hirta (Harendong). Beberapa jenis gulma yang cukup dominan di Divisi II Sungai Pinang Estate adalah Clidemia hirta (Harendong), Mikania micrantha (Sembung Kawat), Lantana camara, Assystachia coromandeliana. Namun, khusus untuk kegiatan ini hanya mengendalikan gulma Clidemia hirta (Harendong). Bahan yang digunakan untuk kegiatan ini adalah Metafuron. Metafuron merupakan salah satu jenis herbisida sistemik purna tumbuh yang berbahan aktif metsulfuron metil 20.05 %. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack RB 15 SOLO dengan kapasitas 15 liter, konsentrasi 2.6 % dan dosis 0.4 liter/ha. Setiap gawangan hidup dimasuki oleh dua orang karyawan. Setiap karyawan menyemprot setengah bagian gawangan hidup dan setengah bagian gawangan mati. Kendala yang dihadapi adalah ketika penyemprot berada di tengah blok dan kehabisan bahan yang dibawa di tangki. Kondisi demikian memaksa penyemprot harus berteriak keras untuk memanggil tukang air atau pelangsir larutan herbisida yang sudah menunggu di ujung jalan rintis. Selain itu, tidak tersedianya air yang bersih mempengaruhi kualitas penyemprotan. Keadaan ini memaksa penyemprot memakai air yang keruh di lahan. Air yang keruh mengakibatkan menurunnya daya bunuh herbisida yang diakibatkan oleh menetralnya konsentrasi racun yang terkandung. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 1-1.5 ha/HK. Prestasi karyawan bergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan bersemak, prestasi yang diperoleh adalah 1 ha/HK. Bila kondisi lahan tidak bersemak, prestasi yang diperoleh adalah 1.5 ha/HK, sedangkan prestasi penulis adalah 1-1.5 ha/HK.
Pengendalian alang-alang (Imperata cylindrica). Pengendalian alangalang di Divisi II Sungai Pinang Estate dilakukan dengan cara wipping dan spot spraying.
Wipping
dilakukan
untuk
mengendalikan
alang-alang
yang
penyebarannya relatif sedikit, sedangkan spot spraying dilakukan untuk mengendalikan alang alang yang penyebarannya relatif banyak. Pengendalian alang-alang dengan spot spraying dilakukan untuk mengendalikan alang-alang yang penyebarannya relatif banyak dan terpencar pencar. Bahan yang digunakan adalah Audit, salah satu herbisida sistemik dengan bahan aktif iso propilanama glifosat. Alat yang digunakan adalah sprayer gendong atau Knapsack Sprayer SOLO 15 liter dengan tipe nozel VLV 200. Konsentrasi yang digunakan adalah 6.6 % dengan dosis 0.2 liter/ha untuk pengendalian secara spot spraying. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk pengendalian secara spot spraying adalah 3-5 ha/HK. Dongkel anak kayu (DAK). Dongkel adalah menyiang tanaman dengan membongkar atau membuang hingga akarnya sehingga diharapkan tidak tumbuh kembali. Gulma yang termasuk dalam dongkelan adalah kayu-kayuan, kayu plangas, gelagah, mimosa, keladi, dan lain-lain. Pengendalian gulma anak kayu dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang dan pecok. Tujuan dari dongkel anak kayu adalah mengangkat gulma anak kayu sampai ke akarnya. Umumnya untuk kegiatan pendongkelan ini dilakukan oleh Buruh Harian Lepas (BHL) yang berjumlah sekitar 20-25 orang. Umumnya karyawan mendapat hanca 1 gawangan/orang. Gulma umumnya dibabat kandas sampai ke permukaan tanah agar tidak menyebabkan tertinggalnya akar gulma. Norma kegiatan ini adalah 1 ha/HK dengan jumlah pokok ± 32 pokok/baris. Penulis tidak memiliki kegiatan secara nyata karena pada saat kegiatan ini penulis bertugas sebagai pendamping mandor kegiatan. Semprot kentosan (VOPS). Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal
perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas penting, dan zat kimia yang diekskresikan. Pada kegiatan ini, penulis melakukan kegiatan penyemprotan gulma anak sawit (VOPS). VOPS merupakan singkatan dari Voluntary Oil Palm Seedlings. Kentosan bisa terjadi karena umumnya brondolan tidak dikutip dengan bersih. Bahan herbisida yang digunakan adalah Gramoxone dengan bahan aktif paraquat. Konsentrasi bahan yang digunakan adalah 20% dengan dosis 0.8 liter/ha. Prestasi kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 2-3 ha/HK. Babat tanaman pengganggu. Kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kegiatan operasional kebun. Dengan adanya sistem perawatan yang baik, otomatis kegiatan yang berkaitan dengan produksi akan semakin lancar. Pada kegiatan ini, seluruh karyawan diarahkan untuk membabat atau menebas tanaman penganggu pada blok yang akan dimasuki oleh tamu kebun yaitu General Manager. Seluruh karyawan menebas pokok-pokok kayu yang berukuran kecil, tanaman merambat. Selain itu karyawan juga ditugaskan untuk menyusun pelepah dengan rapi di gawangan mati. Pretasi kerja pada kegiatan ini tidak nyata karena karyawan ditugaskan untuk membersihkan beberapa blok yang dianggap semak karena blok yang dikerjakan adalah blok yang dikunjungi oleh General Manager. Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu di Rendahan Pengelolaan Tajuk Penunasan. Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya
brondolan di ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi atau kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Penunasan dimaksudkan untuk mempermudah pemupukan, semprot piringan dan pengutipan brondolan. Untuk tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 12 pokok/HK. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 12 pokok/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis tidak nyata, sebab pada saat kegiatan itu penulis bertugas sebagai pendamping mandor. Kondisi pokok yang telah ditunas dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pokok yang Telah Dilakukan Penunasan (Prunning)
Pengendalian Hama Penanaman Beneficial Plant (Turnera subulata). Beneficial Plant adalah tanaman berguna yang berfungsi untuk konservasi karena dapat berguna sebagai penyedia madu, sebagai tempat predator dan parasitoid, dan pengendali hama ulat api dan ulat kantong. Beberapa jenis beneficial plant yang ada di PT. Bina Sains Cemerlang khususnya dan yang dikembangkan oleh Minamas pada umumnya antara lain: akar wangi (Vetiveria zizanioides), Euphorbia heterophylla, kacangkacangan (Casia cobanensis), dan bunga pukul delapan (Turnera subulata).
Namun, yang paling banyak ditanam di Divisi II Sungai Pinang Estate umumnya adalah Turnera subulata. Penanaman dari Turnera subulata ini bertujuan untuk pengendalian hama ulat api, karena tanaman ini dapat menjadi inang bagi musuh alami (predator) hama ulat api. Tanaman Turnera subulata diperbanyak dengan stek, berakar serabut, mudah bertunas berbunga putih dan kuning dan mekar pada pukul 08.00 WIB, sehingga dijuluki bunga pukul delapan. Lokasi penanaman Turnera subulata umumnya dilakukan di jalan utama (main road) dan sebagian pada Jalan koleksi (collection road). Pada pelaksanaannya, terlebih dahulu bibit turnera asal stek yang diperoleh dari pembibitan yang di sekitar kantor divisi. Setelah sampai di lapangan, bibit stek kemudian ditanam dalam lubang yang telah digali dengan kedalaman ± 15 cm menggunakan pecok (dodos yang dibengkokkan pada bagian mata besi) dengan jarak tanam 30 cm. Jarak tanam ini dipakai bila tapak yang dibuat adalah sepanjang main road. Bila tapak yang dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran 4 m x 2 m, satu tapak dibuat mewakili lima gawangan, maka Turnera subulata ditanam dengan jarak 25 cm. Bunga dan tapak Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tapak Turnera di Main Road (a) dan Bunga Turnera subulata (b) Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah cangkul, pecok, parang, dan ember. Prestasi yang diperoleh oleh karyawan dan penulis pada kegiatan ini tidak nyata, sebab penanaman yang diterapkan adalah sepanjang jalan utama (main road). Oleh karena itu, pekerjaan baru dapat dikatakan selesai bila seluruh jalan utama (main road) yang diperintahkan telah selesai ditanam. Prestasi kerja untuk pelangsiran bibit Turnera subulata adalah 100 bibit/HK.
Persiapan Pemupukan Pengambilan contoh daun (LSU). Leaf Sampling Unit (LSU) atau kesatuan contoh daun adalah satu unit areal yang digunakan sebagai pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan sebagai pokok titik sensus (TS) dan dapat mewakili suatu luasan blok yang seragam dalam hal kesuburan, umur tanaman, dan perlakuan yang diberikan. Kegiatan pengambilan contoh daun (LSU) ini dilakukan dengan tujuan pembuatan Rekomendasi Pemupukan untuk setiap semester yang dilakukan oleh Departemen Riset Minamas Plantation. Rekomendasi Pemupukan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rekomendasi Pemupukan SPE Tahun 2008-2009 Tahun Semester Urea Tanam 1991 (I/II) 1.44/1.34 1992 (I/II) 1.25/1.25 1993 (I/II) 1.52/1.45 1994 (I/II) 1.36/1.25 1997 (I/II) 1.25/1.25 1998 (I/II) 1.25/1.07
RP
MOP/KCl Dolomit Kieserit HGFB
0.17/0 0 0 0 0
1.47/1.47 1.49/1.46 1.45/1.45 1.50/1.43 1.48/1.47 1.32/1.07
0.06/0 1.13/1.30/1.96/0.98/-
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0.05/-
Keterangan : Semester I = Juli-Desember Semester II = Januari-Juni Sumber : Kantor Divisi II SPE, 2009
Kegiatan pengambilan contoh daun yang dilakukan di Sungai Pinang Estate dimulai dengan pengarahan terlebih dahulu dari pihak Departemen Riset Minamas. Setelah mendapatkan pengarahan, untuk selanjutnya tim pengambilan contoh daun yang masing-masing beranggotakan 3 orang menuju ke divisi masing-masing dan blok masing-masing untuk selanjutnya melakukan kegiatan pengambilan contoh daun. Kegiatan pengambilan contoh daun dimulai dari pemberian nomor pengambilan contoh daun (LSU) pada pokok I barisan I dari sebelah ujung barat selatan blok. Untuk nomor LSU sudah tertera dalam lembaran yang berbeda-beda untuk setiap bloknya. Pada tanaman ketiga baris ketiga adalah titik sensus (TS) 1 yang akan diambil contoh daunnya. Penentuan titik sensus (TS) berikutnya berjarak selang 12 tanaman dalam barisan dan 11 tanaman untuk pindah barisan. Aturan pindah tanaman ini berbeda-beda untuk setiap bloknya sesuai dengan
sistem LSU yang sudah tertera di kertas yang diberikan pihak Riset Minamas. Sistem LSU diatas adalah 12 x 11 yang artinya pindah pokok sebanyak selang 12 tanaman dan pindah baris sebanyak 11 baris ke arah utara. Beberapa ketentuan mengenai pokok titik sensus (TS) yang tidak boleh dijadikan sebagai pokok TS antara lain: (1). Pokok yang terletak di pinggir jalan; (2). Bila pokok TS bersebelahan dengan pokok yang mati, maka pokok yang dijadikan TS adalah pokok yang ada satu di depan atau dibelakangnya; (3). Bila TS adalah pokok gajah, pokok jantan atau pokok yang abnormal, maka pokok TS adalah satu pokok diatasnya; (4). Bila pokok TS bersebelahan dengan sungai atau bangunan, maka pokok TS digeser satu kesebelahnya; (5). Bila pokok TS adalah pokok yang mati, maka geser satu pokok kedepannya. Setelah sampai pada titik sensus (TS) yang telah ditentukan, selanjutnya adalah mengambil contoh daun yaitu daun ke-17. Kemudian dari daun yang sudah dipotong dicari titik bagian tengah. Titik bagian tengah adalah bagian dari tulang daun yang berbentuk seperti jarum. Kemudian daun yang ada tepat di sebelah titik bagian tengah dipotong pada bagian tengahnya sama rata. Kemudian, dipotong pada bagian tengahnya kira-kira 15-20 cm dan dibelah dua sama rata. Titik tersebut berbentuk jarum dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Titik Acuan Pengambilan Contoh Daun (LSU) Alasan pemilihan daun yang ke-17 adalah karena daun yang ke-17 dianggap sebagai yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam status hara tanaman. Daun ke-17 adalah daun yang posisinya tepat berada di bawah daun ke-9 pada susunan filotaksis daun kelapa sawit. Daun yang ke-9 adalah daun yang letaknya di bawah daun pertama yaitu daun yang sudah membuka 100 %. Untuk anak daun bagian kiri masuk ke dalam plastik putih dan
bagian sebelah kanan masuk ke dalam plastik hitam. Daun yang ada pada plastik putih inilah yang nantinya akan di oven untuk kemudian dianalisis di Departemen Riset Minamas dan anak daun yang ada di plastik hitam ini digunakan sebagai daun cadangan yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan apabila contoh daun ada yang rusak. Daun yang sudah terkumpul per bloknya kemudian dipotong menjadi bagian yang kecil dan digabungkan kedalam satu wadah dengan data pendukung rekomendasi pemupukan dan diserahkan ke bagian Riset Minamas. Oleh pihak Riset Minamas kemudian akan di oven dengan suhu ± 150oC selama 24 jam. Selain mengambil contoh daun, kegiatan pengambilan contoh daun juga mengambil data pendukung berupa lembaran yang harus berisi tentang kondisi blok, jumlah barisan, kondisi pokok, unsur yang paling banyak kekurangan, dsb. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini antara lain: egrek untuk memotong daun yang ke-17, cat, kuas, kertas label, gunting dan pisau. Norma yang berlaku pada kegiatan ini adalah 1 blok/1 tim/HK. Rata-rata prestasi yang diperoleh karyawan adalah 1 blok/ 1 tim/HK dan rata-rata penulis 1 blok/1 tim/HK. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah ada beberapa pokok TS yang cukup tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh egrek, sehingga pokok TS selang satu pokok ke depan. Karena waktu pengumpulan sampel daun ini mendesak, pihak asisten menambah jumlah tim pengambilan contoh daun dari dua tim menjadi empat tim. Dan bersamaan dengan itu, norma kerja karyawan dan penulis menjadi 2 blok/1 tim/HK Pelaksanaan pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada semester I (Juli-Desember) dan pada semester II (Januari-Juni). Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-12.00 WIB. Waktu pemupukan dipilih pada pagi hari mengingat efektivitas tenaga kerja dan efektivitas penyerapan hara oleh tanaman yang lebih baik pada pagi hari. Pemupukan dilakukan dengan cara tabur manual dengan sistem pemupukan blok per blok. Tahapan pelaksanaan pemupukan antara lain: (1). Pupuk terlebih dahulu diambil dari gudang dan dilangsir ke lahan dengan menggunakan wheel tractor; (2). Pupuk diecer 1-2 karung per gawangannya atau beberapa karung until apabila sebelumnya dilakukan kegiatan penguntilan; (3). Seorang karyawan yang telah
ditunjuk oleh mandor bertugas untuk membuka ikatan karung agar karyawan yang lain lebih mudah dan cepat dalam menabur pupuk; (4). Setiap gawangan dipupuk oleh dua orang dan masing-masing mendapat satu baris tanaman; (5). Pupuk ditabur di gawangan mati secara merata (tidak dalam berbentuk gumpalan) sampai ke pasar tengah atau jalur kontrol. Untuk menghindari kekeliruan dalam penerapannya, dilarang untuk mengaplikasikan dua atau lebih jenis pupuk dalam satu blok yang sama. Tujuannya adalah untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi terjadinya kehilangan pupuk akibat pencucian dan aliran permukaan. Jumlah tenaga pupuk di Divisi II Sungai Pinang Estate adalah 12 orang. Norma kerja yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah 600-650 kg/HK yang tergantung pada dosis/pokok, topografi lahan, serta kecepatan penabur. Kendala yang dihadapi pada pemupukan tidak adanya warnen pupuk sehingga mandor kewalahan dalam mengawasi anggotanya. Selain itu ketidakjujuran beberapa penabur dalam mengaplikasikan pupuk sehingga dosis per pokok tidak merata dan ada beberapa pokok yang berada di daerah kontrol atau jalan tengah yang tidak mendapat pupuk atau mendapat dosis yang sedikit. Aplikasi janjangan kosong. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun pemipilan. Janjangan kosong (JJK) kaya akan kandungan bahan organik yang berguna bagi tanaman. Aplikasi JJK dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologis dan kimia meningkat. Rata-rata satu ton janjangan kosong mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8.0 kg Urea; 2.9 kg RP; 18.3 kg MOP; 5.0 kg Kieserit; dan unsur lainnya (B,Cu,Zn,Fe,dan Mn). Dari keempat unsur di atas, unsur yang paling banyak terkandung dalam JJK adalah Kalium (Pahan, 2007). Di Sungai Pinang Estate, aplikasi janjangan kosong (JJK) dilakukan dengan menggunakan kendaraan khusus JJK. Untuk aplikasinya menggunakan sistem rotasi per dua hari dimana untuk hari : (1). Senin-Selasa aplikasi Divisi I SPE; (2). Rabu-Kamis aplikasi Divisi II SPE; (3). Jumat dan Sabtu aplikasi Divisi III SPE. Bobot JJK rata-rata yang diangkut adalah 4-5 ton yang diaplikasikan secara manual diantara pokok dalam gawangan mati. Dosis JJK adalah ± 250 kg/pokok. Janjangan Kosong yang diaplikasikan sebaiknya cukup satu lapis. Bila
lebih dari satu lapis, akan merangsang perkembangbiakan kumbang badak Oryctes rhinoceros di dalam tumpukan. Tata letak aplikasi JJK dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tata Letak Aplikasi Janjangan Kosong di Gawangan Mati
Perawatan Jalan Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak tergenang air sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong yang digunakan di Divisi II Sungai Pinang Estate khususnya adalah diameter 40, 60, dan 80 cm. Setelah gorong-gorong selesai dipasang, selanjutnya adalah menimbun tanah yang ada di sekitar gorong-gorong agar gorong-gorong tahan dan tidak mudah longsor. Tahapan pemasangan karung tanah penahan gorong-gorong adalah berikut: (1). Membawa karung (± 60 karung) ke tempat yang sudah dipancang dan dipasang gorong-gorong; (2). Karung diisi dengan tanah kemudian disusun di sekitar gorong-gorong agar tanah tidak mudah longsor; (3). Setelah seluruh selesai dipasang, selanjutnya alat berat compactor atau grader akan meratakan jalan. Tujuan penggunaan karung antara lain: (1). Agar tanah yang berfungsi untuk menimbun gorong-gorong tidak mudah longsor; (2). Setelah beberapa hari karung akan melapuk, sehingga tanah akan kembali dan menyatu dengan tanah asalnya.
Prestasi kerja yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/3HK atau 0.3 unit/HK. Prestasi karyawan adalah 1 unit/3HK dan prestasi penulis sama dengan prestasi karyawan. Penunasan pelepah jalan utama dan jalan koleksi. Kegiatan penuanasan pelepah ini bertujuan untuk membuang pelepah yang tidak produktif yang ada pada pokok di sepanjang badan jalan koleksi (collection road). Selain itu, penunasan pelepah juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk menerangi badan jalan semakin banyak dan jalan-jalan yang tergenang air menjadi cepat mengering. Dengan demikian proses transportasi dan proses evakuasi TBS ke PKS dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tahapan penunasan pelepah antara lain: (1). Memotong pelepah yang menutupi jalan, sisakan sekitar 1 m; (2). Pelepah yang berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi tiga bagian dan disusun dengan rapi di gawangan mati. Prestasi kerja yang berlaku untuk kegiatan ini adalah 40 pokok/HK atau 350 m/HK. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 40 pokok/HK atau 350 m/HK sedangkan prestasi yang dicapai oleh penulis tidak nyata sebab pada kegiatan ini penulis hanya bertugas untuk menyusun pelepah ke gawangan mati. Kondisi jalan koleksi yang telah selesai dilakukan tunas pasar dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Collection Road yang Telah Ditunas Pemasangan pasir dan batu. Sarana dan prasarana yang baik dan menunjang menjadi salah satu faktor yang mendukung kegiatan operasional kebun. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada, maka proses evakuasi TBS
dapat berjalan dengan lancar dan buah restan dapat diminimalisasi. Dalam kegiatan pengangkutan TBS dari kebun ke PKS, jaringan jalan yang dibangun haruslah memenuhi standar. Jalan Utama (main road) yang baik mutlak diperlukan untuk menghubungkan pabrik dengan kebun. Selain jalan utama, prasarana yang harus diperhatikan kondisinya adalah jalan koleksi (collection road). Hal ini dikarenakan jalan koleksi (collection road) merupakan jalur dari dump truck atau wheel tractor dalam mengangkut TBS. Selain untuk kelancaran evakuasi TBS, pemasangan pasir dan batu berfungsi untuk mengeraskan tanah yang mudah longsor. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah cangkul, sekop, dan karung. Prestasi kerja yang berlaku untuk kegiatan ini adalah 25 m/HK. Prestasi kerja yang diperoleh oleh karyawan adalah 20 m/HK sedangkan prestasi penulis tidak nyata karena pada kegiatan ini penulis hanya bertugas untuk meratakan batu yang telah diserakkan oleh karyawan. Pembuatan jalan rintis untuk jalan evakuasi buah. Pasar rintis atau gawangan hidup merupakan jalur untuk evakuasi buah dari pokok ke tempat pengumpulan hasil (TPH) yang dilakukan oleh pemanen. Ketersediaan dari pasar rintis merupakan salah satu hal yang mutlak yang harus dipenuhi agar evakuasi buah dapat berjalan dengan baik. Tahapan dalam kegiatan pembuatan pasar rintis adalah sebagai berikut: (1). Memancang daerah yang akan dibuat pasar rintis; (2). Membuat pola jalan dengan terlebih dahulu merapikan pelepah yang menutupi jalan dan menumpuknya pada gawangan mati dan membuat jalan dengan lebar ± 1.3 m; (3). Merapikan jalan dengan menggunakan cangkul. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah parang dan cangkul.
Pemanenan Pekerjaan panen adalah pekerjaan memotong tandan matang dan pengutipan brondolan yang kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk kemudian diangkut ke pabrik untuk diolah. Cara dan waktu panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pemanenan kelapa sawit harus dikelola dengan baik. Tugas seorang pemanen adalah mengambil buah matang dari pokok dan mengantrikannya ke TPH
sebanyak mungkin dengan tetap memelihara dan menjaga keadaan tanaman yang dipanen. Tahapan pemanenan yang sesuai dengan Standard Operating Procedure Minamas adalah sebagai berikut: (1). Pemanen memasuki hanca yang telah ditentukan oleh mandor panen sebelumnya pada saat check roll pagi, (2). Pemanen memperhatikan jumlah brondolan yang ada di piringan sebagai acuan untuk memotong buah yang matang, (3). Pemanen memotong pelepah yang menyonggo buah menggunakan dodos untuk tanaman yang rendah dan egrek untuk tanaman yang tinggi, (4). Memotong buah yang matang, (5) Menyusun pelepah di gawangan mati dengan rapi, (6). Memotong gagang panjang rapat sampai ke buah dengan menggunakan kapak, (7). Mengantrikan buah di pasar rintis atau jalur hidup, (8). Pindah ke pokok berikutnya. Kegiatan panen menggunakan egrek dan dodos dapat dilihat pada Gambar 8.
(a)
(b)
Gambar 8. Panen atau Potong Buah dengan Egrek (a) dan Dodos (b) Rotasi panen. Rotasi panen atau pusingan panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen satu dengan panen berikutnya pada hanca panen yang sama. Rotasi atau pusingan potong buah mempengaruhi transport, pengolahan, biaya potong buah, umur tanaman, persentase buah mentah, kesempurnaan pengutipan brondolan, jangka waktu pengutipan brondolan dan kadar asam lemak bebas (FFA). Sistem rotasi panen yang berlaku di Sungai
Pinang Estate adalah 6/7 yang artinya terdapat enam seksi panen (seksi A,B,C,D,E,dan F) dan dipanen setelah tujuh hari untuk pusingan atau rotasi normalnya. Organisasi panen. Organisasi panen sangat memegang peranan penting sehingga tandan buah yang dipanen untuk hari yang direncanakan dapat diselesaikan dengan baik. Pengorganisasian dan pengawasan terhadap organisasi panen yang baik dapat menjamin keberhasilan pelaksanaan panen. Organisasi panen terdiri dari pemanen, mandor panen, krani buah dan mandor I. Umumnya seorang mandor panen membawahi sekitar 15-20 tenaga pemanen dan bertugas menentukan dan mengontrol hanca setiap pemanen. Krani buah bertugas untuk mencatat jumlah tandan yang dihasilkan oleh setiap pemanen dalam buku penerimaan buah (BPB), mengontrol kualitas buah serta menghitung jumlah buah yang diangkut ke PKS. Setiap mandor panen bertanggungjawab kepada mandor I dan selanjutnya mandor I bertanggungjawab kepada asisten afdeling. Basis pemanen berbeda-beda tergantung pada umur tanamannya. Minamas Plantation menetapkan standar pemanenan yaitu 1650 kg/HK pemanen. Perbedaan basis pemanen berdasarkan bobot janjang rata-rata yang berhubungan dengan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perbedaan Basis Pemanen Berdasarkan Bobot Janjang Rata-rata Produktivitas (ton/ha) 20-25 16-20 < 15
BJR(kg) > 25 18-24 15-18 < 15
Basis Pemanen (kg/ha) > 1400 >1200-1400 >1000-1200 Minimum 1000
Sumber : Vademicum Minamas, 2008
Sistem organisasi panen yang diterapkan di Sungai Pinang Estate adalah sistem Block Harvesting System by Division Of Labour-2 (BHS by DOL-2). BHS By DOL-2 adalah sistem organisasi panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terpusat pada satu seksi panen tetap dan berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem ini menjelaskan bahwa proses potong buah sepenuhnya dikerjakan oleh seorang pemanen (cutter) sedangkan proses pengutipan brondolan dikerjakan sepenuhnya oleh pengutip brondolan (picker). Setiap harinya, para
pemanen harus sudah berkumpul di check roll pagi karyawan pada pukul 06.30 WIB, seluruh pemanen sudah lengkap dengan peralatan panen beserta dengan alat pelindung diri (APD) yang berupa helm dan sepatu. Sebelum bekerja, seluruh pemanen diabsen terlebih dahulu oleh mandor panen dan kemudian diberikan pengarahan mengenai sistem pembagian hanca, peraturan panen, dan kesiapan peralatan untuk mencapai hasil atau output yang maksimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sistem hanca panen. Pengaturan hanca panen bertujuan untuk efektivitas yang optimum. Sistem panen yang dipakai pada Divisi II Sungai Pinang Estate adalah sistem panen giring tetap per mandoran yaitu dengan menyelesaikan lapangan panen atau kapveld dengan menggiring pemanen hanca demi hanca secara bersambung. Perpindahan hanca diatur oleh mandor panen. Menurut Pahan (2007), kelebihan dari hanca giring tetap per mandoran adalah: (1). Manajemen pelaksanaan panen berdasarkan persentase kerapatan panen dapat dilaksanakan dengan sempurna. (2) Jumlah tenaga kerja dapat diatur. (3). Antara mandoran yang satu dengan yang lain dapat bersaing dengan sehat. (4). Output mandoran dan karyawan bisa dipacu dengan penghancaan karyawan yang memperhatikan kekuatan masaing-masing. (5). Mandor aktif melakukan pengawasan. Sedangkan kelemahannya adalah: (1). Tanggung jawab karyawan terhadap hancanya masih relatif kecil. (2). Adanya pelanggaran yang masih sulit untuk diindentifikasi, namun dapat diatasi dengan membuat sistem pancang hanca. (3). Pengawasan harus ketat. Peralatan panen. Alat-alat yang digunakan untuk memanen terbagi menjadi tiga fungsi yaitu alat untuk memotong tandan, mengangkut TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS. Egrek, dodos dan kapak adalah alat untuk memotong tandan, angkong dan gancu adalah alat untuk mengangkut TBS ke TPH dan tojok untuk memuat TBS dari TPH ke PKS. Rincian tentang alat-alat panen dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Deskripsi Alat-alat Panen No
Nama Alat
1
Dodos
Kegunaan
Keterangan
Untuk memotong TBS Berbentuk tembilang, lebar mata 8-14 umur 3-8 tahun
2 3
Harvesting
Gagang
cm dan panjang mata 8-12 cm.
untuk
pisau Sepotong
besi
aluminium
dengan
pole
egrek
Pisau egrek
Alat untuk memotong Berbentuk seperti pisau arit
dengan
panjang 6-12 meter
TBS
panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung 135o
4
Angkong
Alat untuk mengangkut Kereta sorong beroda satu yang terbuat TBS dari pokok ke TPH
5
Goni Pupuk
eks Wadah
dari besi bermerek artco
untuk Ukurannya
mengumpulkan brondolan
berbeda-beda
tergantung
bobot pupuk yang bersangkutan (30-40 sebelum kg)
diangkut ke PKS 6
Gancu
Alat untuk mengantrikan Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan TBS dari pokok ke pasar panjang 0,5 meter rintis
7
Kapak
Alat untuk memotong Besi beton bermata tembilang dengan gagang
panjang
dari diameter
TBS 8
Ember
dan
panjang
besi
sesuai
dengan kebutuhan
Alat untuk menampung Umumnya berukuran sedang berwarna brondolan
sebelum hitam
dikumpulkan
menjadi
satu di dalam karung 9
Tojok
Untuk memuat TBS dari Pipa galvanis/besi dengan ujung besi TPH ke PKS
beton berbentuk lancip dengan panjang sekitar 1-1,5 meter
Sumber: Vademicum Minamas-Sime Darby, 2009
Kriteria panen dan kualitas buah. Derajat kematangan buah menjadi salah satu faktor yang paling menentukan dalam kegiatan potong buah. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kematangan buah adalah jatuhnya brondolan di piringan sebelum tandan dipotong. Di Sungai Pinang Estate, ciri-ciri tandan yang sudah siap untuk dipanen ditandai dari jatuhnya brondolan minimal 5 buah di piringan. Kriteria matang buah dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kriteria Matang Buah Sungai Pinang Estate Jumlah Brondolan per Janjang 0-4 5-9 >10
Keterangan Mentah Kurang matang Matang
Sumber: Vademicum Minamas-Sime Darby, Mei 2009
Pengawasan dan pemeriksaan kualitas panen. Pengawasan panen dilakukan setiap hari oleh mandor panen. Sedangkan untuk pemeriksaan kualitas hasil panen secara langsung dilakukan oleh manajer, asisten, mandor I dan mandor panen dan krani buah yang seluruhnya adalah karyawan kebun. Ketentuan frekuensi pelaksanaan pemeriksaan mutu hanca dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Kualitas Buah dan Hanca
No
Pemeriksa
1 Manajer 2 Asisten 3 4 5 6
Mandor I Mandor Panen Krani Buah Departemen Jaminan Kualitas Buah (TQEM)
Satuan Check/mingg u Check/mingg u Check/hari Check/hari Check/hari Check/10 hari
Cek Kualitas Jumlah Jumlah TPH Hanca 3
3
6
6
3 2 0 2
1 2 Seluruh TPH 2
Keterangan: - 1 kali cek mutu hanca = 200 pokok minimum 3 pemanen pada 3 blok yang berbeda - 1 kali cek mutu buah = 10 TPH minimum 3 pemanen pada 3 blok yang berbeda. Sumber: SOP Minamas-Sime Darby, 2009
Selain itu, terdapat pula pengawas dari luar kebun yang bertugas untuk mengawasi mutu panen, dan mutu buah yang dikirim ke PKS. Pemeriksaan kualitas hasil panen terdiri dari kualitas buah dan kualitas hanca panen. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa hanca dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Metode yang dilakukan sama hanya berbeda pada frekuensi pelaksanaan berdasarkan level pemeriksa. Hasil pemeriksaan manajer, asisten, mandor I dan mandor panen hanya untuk mengetahui kualitas panen sesungguhnya yang ada di lapangan sehingga hasil pemeriksaan tidak dilaporkan sebagai unit laporan kebun tetapi sebagai bahan evaluasi untuk setiap harinya. Hasil yang dilaporkan sebagai unit laporan kebun berasal dari data hasil pemeriksaan Departemen Jaminan Mutu Buah (TQM) yang nantinya digunakan sebagai salah satu pedoman perbaikan kinerja kebun. Pengangkutan tandan buah segar (TBS). Keberhasilan pencapaian produksi oleh suatu kebun dapat tercapai dengan baik bila pelaksanaan panen, proses pengangkutan TBS dari TPH ke PKS dan pengolahan TBS di PKS berjalan dengan baik. Berdasarkan topografi Sungai Pinang Estate yang datar, pengangkutan hasil panen dari pokok ke TPH dilakukan pemanen dengan menggunakan angkong. Kemudian buah yang telah diangkut oleh wheel tractor akan dipindahkan ke dump truck untuk segera dikirim ke PKS. Sistem ini disebut dengan sistem pok. Untuk brondolan, Sungai Pinang Estate menggunakan mobil khusus yaitu pick up jenis hiline. Pengangkutan TBS dengan sistem pok dan pengangkutan brondolan dapat dilihat pada Gambar 9.
(a)
(b)
Gambar 9. Pengangkutan TBS Sistem Pok (a) dan Brondolan (b) Namun, untuk Bukit Pinang Estate yang topografinya berbukit, pengangkutan TBS ke TPH dilakukan dengan cara dipikul. Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan dump truck atau wheel tractor. Penggunaan wheel tractor lebih banyak digunakan untuk pengangkutan TBS dari jalan koleksi (collection road) dan jalan kontur yang tidak dapat dilalui oleh dump truck karena kondisi jalan yang rusak. Sistem basis dan premi. Sistem basis yang digunakan di Sungai Pinang Estate adalah basis luas, basis waktu dan basis borong. Basis luas adalah hanca panen yang harus diselesaikan oleh pemanen dalam satu hari kerja. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Basis borong panen tandan buah segar yang ditetapkan berdasarkan kemampuan karyawan rata-rata (tandan/HK) selama jam dinas (7 jam untuk hari biasa dan 5 jam untuk hari jumat), bobot janjang rata-rata, potensi tanaman, umur tanaman, kerapatan tanaman dan topografi. Selain menetapkan sistem basis borong, Sungai Pinang Estate juga menetapkan sistem pemberian premi untuk meningkatkan kinerja para pemanen. Sedangkan basis waktu adalah jam kerja dinas yang harus dipenuhi oleh karyawan panen dan karyawan lainnya. Sungai Pinang Estate menetapkan bahwa basis waktu atau jam kerja dinas untuk hari biasa adalah 7 jam sedangkan untuk hari jumat adalah 5 jam. Sanksi atau denda. Pemberian sanksi atau denda di Sungai Pinang Estate diberikan kepada tenaga kerja pemanen yang didasarkan pada data pemeriksaan yang ada di buku penerimaan buah (BPB) yang dicatat oleh krani buah yang diperiksa ulang oleh mandor panen, mandor I dan asisten, sedangkan sanksi yang diberikan kepada pengawas didasarkan pada data hasil grading PKS. Sanksi tersebut diberikan oleh asisten divisi. Setiap pemanen mendapat denda Rp.5000/janjang jika terdapat tandan buah yang mentah dan tertinggal. Untuk pengutipan brondolan, Divisi II Sungai Pinang Estate tidak memberlakukannya. Sanksi juga diberikan kepada supervisi dalam bentuk pengurangan premi pada
hari itu juga kecuali untuk kesalahan pencatatan. Parameter pemberian denda disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Parameter Penentuan Denda Pemanenan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Kesalahan Potong buah Mentah (A) Buah masak tidak dipanen atau tinggal di pokok Buah dipotong dan tidak diangkut ke TPH Buah tidak diantrikan di TPH yang telah ditentukan Buah peraman di TP diakui sebagai pendapatan Tangkai buah tidak dipotong rapat (long stalk) Cabang tidak disusun di gawangan mati Pelepah atau cabang dibuang ke parit Brondolan di ketiak pelepah tidak disogrok Buah busuk eks restan diantrikan di TPH Buah matahari
Denda (Rp/jjg) 5000/jjg 5000/jjg 5000/jjg 1000/jjg 3000/jjg 500/jjg 2000/cabang 2000/cabang 2000/cabang 3000/jjg 3000/jjg
Keterangan : JJG : Janjang Sumber : Kantor Divisi II Sungai Pinang Estate, 2009
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Status karyawan yang ada di Sungai Pinang Estate terdiri dari dua yaitu: karyawan staf dan non-staf. Karyawan non-staf terdiri dari mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor adalah karyawan yang bertugas untuk membantu jalannya kegiatan kebun baik itu kegiatan teknis maupun administratif. Setiap harinya mandor I memimpin check roll pagi pkl 05.30 WIB dengan mandor kegiatan dan didampingi oleh asisten divisi. Mandor I memberikan pengarahan terkait rencana kerja hari itu. Kemudian setelah seluruh karyawan berkumpul dan diabsen, karyawan berangkat ke hancanya masing-masing dengan kendaraan yang sudah ditentukan. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB dengan waktu istirahat (wolon) antara pukul 11.30-12.00 WIB. Waktu kerja diakhiri pada pukul 14.00 WIB pada hari normal dan pukul 12.00 WIB pada hari jumat.
Krani Buah Tugas dari krani buah adalah mencatat jumlah tandan buah dan brondolan yang telah terkumpul dari TPH dari masing-masing pemanen dan masing-masing blok per tahun tanam dan mengisinya ke dalam buku penerimaan buah (BPB),
memilih TBS dari fraksi mentah sampai tandan busuk, sehingga mencegah buah mentah tidak masuk pabrik, menghitung jumlah tandan dan brondolan yang diangkut ke dump truck atau whell tractor, serta membuat Surat Pengantar Buah (SPB) yang ditandatangani oleh asisten dan krani buah untuk kemudian diserahkan kepada supir truck pengangkut buah. Penulis menjadi krani Divisi II Sungai Pinang Estate di tiga kemandoran.
Mandor Panen Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor I, melaksanakan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi hanca sekaligus mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan hanca, memeriksa apakah setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan hancanya telah selesai. Bila basis borong belum tercapai sedangkan waktu kerja masih ada, maka oleh mandor panen dipindahkan hancanya untuk memenuhi basis borongnya. Selain mengawasi di lapangan, kegiatan administratif panen dilakukan setiap hari dan data-data yang disajikan haruslah akurat sebagai bahan untuk evaluasi kerja panen, referensi atau bahan pertimbangan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan masalah potong buah, alat bantu supervisi dan data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah karyawan panen. Adapun administrasi panen dalam harian, mingguan, dan bulanan meliputi: ¾ Buku Kegiatan Mandor (BKM), yang berisi daftar pemanen, jenis pekerjaan yang dilakukan, pemakaian hari kerja (HK), dan luas yang dipanen ¾ Lembaran Pusingan Potong Buah yang senantiasa menjadi acuan mandor dalam memperhitungkan alokasi tenaga kerja ¾ Laporan Potong Buah SKU yang berisi tentang pendapatan yang diperoleh untuk setiap tenaga potong buah per harinya ¾ Surat Pengantar Buah yang berisi keterangan mengenai blok yang dipanen, luas, tahun tanam, jumlah janjang yang dipanen serta jenis angkutan yang
dipakai. Surat Pengantar Buah berguna apabila memasuki Stasiun Penimbangan
Mandor Perawatan Selama menjadi pendamping mandor perawatan, penulis ikut mengawasi kegiatan pengendalian gulma Clidemia hirta dan kentosan di piringan, TPH dan jalan rintis. Rencana kerja pengendalian gulma dibuat oleh mandor I dan disetujui oleh asisten divisi. Rencana Kerja meliputi lokasi, sarana dan prasarana, bahan, dosis, konsentrasi. Krani divisi dengan mandor melakukan bon permintaan barang yang telah direncanakan oleh asisten sebelumnya. Setelah semua bahan telah siap mandor menghancakan areal yang akan disemprot dan memeriksa pengisian air.
Mandor Rawat Jalan Kegiatan rawat jalan merupakan hal yang penting karena segala kegiatan di lapangan memerlukan transportasi. Oleh karena itu, jalan harus dijaga senantiasa kondisinya agar tidak menghambat kegiatan evakuasi buah ke PKS. Mandor rawat jalan bertanggung jawab untuk memperbaiki seluruh prasarana yang ada. Kegiatan rawat jalan yang dijalankan di Divisi II Sungai Pinang Estate yaitu penunasan pelepah, pemasangan gorong-gorong, pemasangan pasir dan batu, pembuatan jembatan, pemasangan titi panen, probase, dan pembuatan pasar rintis.
Mandor I Pada dasarnya mandor I adalah mandor yang membawahi seluruh mandormandor kegiatan. Umumnya mandor I lebih difokuskan untuk pengawasan kegiatan potong buah per mandorannya, menjaga kualitas buah serta melakukan pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I adalah wajib mengikuti check roll pagi setiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blokblok panen satu hari yang lalu, termasuk pemeriksaan kebersihan pengutipan brondolan di TPH, monitoring proses evakuasi TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor
panen, serta membuat rencana kerja harian untuk esok harinya didampingi oleh asisten divisi.
Pendamping Asisten Tugas dan tanggung jawab seorang asisten divisi adalah mengelola kegiatan di divisi dengan baik mulai dari kegiatan persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen sampai kepada pengangkutan hasil panen. Selain bertugas di lapangan, seorang asisten divisi juga bertugas untuk mengelola administrasi divisi, pengendalian biaya divisi serta melakukan pembinaan terhadap seluruh sumberdaya manusia yang ada demi peningkatan produktivitas panen. Asisten bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat. Pada saat penulis menjadi pendamping asisten, penulis membantu asisten Divisi II Sungai Pinang Estate dalam hal ini adalah seorang Senior Asisten dalam memeriksa kentosan milik karyawan setiap hari. Setiap harinya karyawan termasuk penulis dan asisten diwajibkan untuk membawa kentosan sebanyak 50 buah. Tujuannya adalah untuk mengurangi persentase kentosan yang tinggi di lapangan. Kentosan ini diperiksa setiap kali kumpul karyawan. Kegiatan lain yang diikuti oleh penulis dengan Asisten adalah menghitung jumlah rorak yang ada di Divisi II Sungai Pinang Estate. Penulis bersama Senior Asisten melakukan penghitungan rorak mulai dari jalan koleksi (collection road), jalan utama (main road), serta jalanjalan kontur/bantu. Rorak adalah galian lubang yang berfungsi sebagai kantong air pada saat musim kemarau dan pencegah terjadinya aliran permukaan atau run off yang menyebabkan banyak unsur hara yang hilang akibat tercuci. Rorak dibuat dengan bantuan alat berat TLB (Tractor Loader Backhoe).
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Panen Kendala utama dalam pengelolaan kegiatan panen di Sungai Pinang Estate adalah persentase buah mentah yang tinggi, lemahnya pengawasan oleh mandor panen, sistem panen yang belum diterapkan dengan baik dan kurang efektifnya penetapan premi.
Sistem Panen Sistem panen yang berlaku di Divisi II Sungai Pinang Estate adalah sistem Block Harvesting System by Division Of Labour-2 (BHS by DOL-2). BHS By DOL-2 adalah sistem organisasi panen dengan kegiatan panen setiap hari kerja terpusat pada satu seksi panen tetap dan berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem ini menjelaskan bahwa proses potong buah sepenuhnya dikerjakan oleh seorang pemanen (cutter) sedangkan proses pengutipan brondolan dikerjakan sepenuhnya oleh pengutip brondolan (picker). Sistem organisasi panen yang berlaku adalah sistem panen hanca giring tetap. Selama penulis mengikuti kegiatan magang dan khususnya melakukan pengamatan pemanenan, terjadi pergantian organisasi panen. Sistem pembagian hanca panen yang digunakan adalah dengan cara tiga kemandoran masuk hanca bersama-sama dan pindah blok secara bersama-sama. Sistem panen yang lama dapat dilihat pada Gambar 15. M1 M2 M3 A1
A2
A3
Gambar 10. Sistem Masuk Hanca Dari sistem panen yang ada di atas, setiap kemandoran masuk secara bersamaan dalam satu blok. Kemudian akan pindah blok secara bersama-sama. Penerapan sistem ini sangat baik karena akan lebih mudah dalam pengawasan panen dan lebih mudah memeriksa posisi buah. Peta seksi panen dan kemandoran panen dapat dilihat dari Lampiran 8 dan 9.
Peralatan Panen Seluruh alat panen memiliki peran yang penting dalam mendukung kegiatan panen. Dengan sistem Block Harvesting System yang diterapkan Sungai Pinang Estate, pemanen dan pengutip brondolan harus bertanggungjawab terhadap kelengkapan alatnya masing-masing. Menurut Pahan (2007), alat-alat panen dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan fungsinya yaitu alat untuk memotong TBS (dodos, egrek, kapak), alat untuk bongkar muat TBS (gancu, tojok), dan alat untuk mengangkut TBS ke TPH (angkong dan goni bekas pupuk). Gambar tentang alat-alat panen dapat dilihat pada Gambar 11.
d
C
a
f e b
g
Gambar 11. Peralatan panen yaitu Helm(a), Kapak(b), Egrek(c), Angkong(d), Tojok(e), Garuk (f), Gancu (g) Permasalahan lain selama panen adalah para pengutip brondolan yang kadang-kadang tidak membawa karung brondolan sehingga menyulitkan proses pengutipan di lapangan, tidak setiap pemanen memiliki alat panen, dan kurangnya alat pelindung diri (APD)
Seksi Panen dan Tenaga Kerja Panen Jumlah tenaga kerja panen yang dihitung berikut ini merupakan tenaga kerja potong buah sistem BHS DOL 2 yang dibutuhkan per seksi panen per hari dalam satu divisi. Komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung dari luasan yang akan dipanen, angka kerapatan panen, bobot tandan rata-rata, populasi pokok per hektar, dan kapasitas pemanen per hari. Berikut ini merupakan contoh perhitungan tenaga kerja panen di Divisi II. 9 Luas Divisi II 1085 ha yang terbagi kedalam enam seksi panen. Luas ratarata per seksi adalah 180 ha. 9 Data pengamatan angka kerapatan panen dapat disajikan pada Tabel 11 Tabel 11. Data Pengamatan Angka Kerapatan Panen Blok
Tahun Tanam
Luas (ha)
Total Populasi
E14
1994
28 ha
3696
Total Pohon Contoh 369
Jumlah Tandan Matang 92
AKP (%) 25
Keterangan : AKP = Angka Kerapatan Panen Sumber : Data Pengamatan Lapangan, 2009
9 AKP
= (Jumlah Tandan Matang/ Jumlah Pokok Contoh) x 100 % = 92/369 x 100 % = 25 %
9 Taksasi Produksi = ∑ pokok/ha x (ha) panen x % AKP x BJR = 132 pokok/ha x 12 ha x 25 % x 18.69 kg/tandan = 7401,24 kg/HK 9 Kebutuhan Pemanen = Taksasi Produksi / Kapasitas Pemanen = 7401,24 kg/1650 kg/HK = 4 orang 9 Maka (ha) recovery = 12 ha/4 orang = 3 ha/HK Rotasi Panen Lama waktu antara panen yang sebelumnya dengan panen berikutnya disebut dengan rotasi panen. Rotasi panen yang digunakan di Sungai Pinang Estate adalah 6/7 yang artinya terdapat enam seksi panen dan dipanen pada areal yang sama selang tujuh hari berikutnya. Pada saat buah mengalami masa trek,
rotasi panen dapat mencapai < 9 hari, sedangkan saat panen puncak, rotasi dapat mencapai > 12 hari. Menurut Pahan (2007), rotasi panen adalah faktor yang paling mempengaruhi pekerjaaan panen. Rotasi panen yang cepat disebabkan oleh banyaknya hari libur yang digunakan sebagai hari kontanan, banyaknya karyawan yang lebih borong, dan jam kerja yang melebihi jam dinas. Hal ini akan merangsang pemanen memotong buah mentah sehingga biaya potong buah meningkat dan output pemanen menurun. Rotasi panen yang lambat disebabkan oleh persentase kehadiran karyawan yang kurang, banyaknya pemanen yang memotong buah m entah dengan alasan agar cepat basis borong, tidak selesainya hanca yang dipanen pada hari itu juga sehingga harus mengulang besoknya, banyaknya hari libur. Hal ini akan mengakibatkan persentase brondolan di lapangan menjadi tinggi dan waktu mengutip menjadi lama. Hal ini akan berdampak pada peluang kehilangan hasil yang tinggi dan persentase brondolan yang tidak terkutip pun semakin tinggi. Untuk mengatasi keadaan ini, kadang kala mandor atau supervisi mengambil keputusan dengan cara mengirimkan beberapa tenaga pemanen ke hanca yang belum selesai dipanen hari kemarin dan tetap melanjutkan panen pada hanca berikutnya. Kondisi ini tentunya akan menyulitkan pengawasan oleh mandor. Selain itu, tenaga pengutip brondolan akan semakin sulit untuk mengejar pemanen sebab hancanya tidak beraturan. Tenaga pembrondol di Divisi II Sungai Pinang Estate tidak mengikuti tenaga pemanen. Artinya pembrondol akan mengutip brondolan di daerah yang sudah dipanen satu atau dua hari sebelumnya. Setiap tenaga pengutip brondolan adalah karyawan harian lepas (KHL) yang dibayar dengan upah Rp. 185/kg. Banyaknya pergantian sistem dalam pengutipan brondolan ini mengakibatkan jumlah brondolan yang masih belum terkutip menjadi semakin banyak dan tidak terkontrol posisinya. Hal ini akan berdampak panjang pada pertumbuhan kentosan ( gulma sawit diantara sawit) yang semakin banyak di lapangan sehingga memperbesar biaya pengendalian kentosan.
Pelaksanaan Panen
Prinsip dasar dari kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan TBS dan mengangkutnya ke pabrik untuk diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Pelaksanaan panen di Sungai Pinang Estate menggunakan sistem Block Harvesting System (BHS). Urutan pelaksanaan panen antara lain:
Setelah mengikuti lingkaran dengan mandor panen, maka pemanen segera menuju blok yang akan dipanen sesuai dengan hancanya masing-masing
Tempat awal panen dan arah panen untuk setiap kemandoran haruslah searah
Pemanen memperhatikan jumlah brondolan segar yang ada di piringan sebagai pedoman untuk melaksanakan panen
Pelepah yang menjadi penyangga buah dipotong terlebih dahulu (tidak boleh sengkleh), dan disusun di gawangan mati
Jika memanen dengan menggunakan dodos, diusahakan semaksimal mungkin tidak mengenai pelepahnya (seperti mencuri buah)
Memotong buah yang telah masak, dan gagang panjang dipotong minimal 3 cm dari permukaan buah, lalu gagang bekas potongan dibuang di gawangan mati
Pindah ke pokok berikutnya hingga pasar tengah selanjutnya pindah rintis sampai dengan rintisnya selesai
Bila hanca dalam satu blok sudah selesai, pindah ke hanca pada blok berikutnya
Kualitas Panen
Kriteria Matang Buah Kriteria panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan apakah buah tersebut dinyatakan matang, mentah atau busuk. Kriteria matang panen tergantung pada berat tandan yaitu berat tandan > 10 kg sebanyak 2 brondolan/kg tandan dan untuk berat tandan < 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg tandan (Setyamidjaja, 2006). Kriteria Matang Panen yang digunakan oleh Sungai Pinang Estate adalah terdapat minimal lima buah brondolan alami yang jatuh di piringan. Brondolan yang jatuh di piringan adalah brondolan yang lepas secara alami, dan bukan karena serangan tikus ataupun penyakit. Berdasarkan pengamatan penulis, kriteria matang buah dapat dilihat pada Gambar 12.
a
b
c
d
e
f
Gambar 12. Kriteria Matang Buah: Buah Mentah(a), Buah Kurang Matang(b), Matang(c), Buah Terlalu Matang(d), Buah Bergagang Panjang (e) Buah Busuk (g)
Sesuai dengan pengamatan lapangan penulis, yang menjadi perbedaan utama secara visual antara buah mentah dengan buah matang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perbedaan Antara Buah Mentah dengan Buah Matang Normal Ciri-ciri Jumlah Brondolan Warna Buah Bobot Daging Buah Seludang
Kondisi Kepala Putik
Buah Mentah 0-4 Hitam kemerahan dan agak mengkilat Lebih berat diangkut karena kadar air>kadar minyak Warna kuning dan bila diraba masih kasar Masih terbungkus oleh seludang dan duri disekitar buah masih berwarna hijau Kepala Putik masih banyak menempel dan keras
Buah Matang >10 Merah-Jingga Lebih ringan karena kadar air
Sumber: Pengamatan Lapang, Mei 2009
Secara umum, derajat kematangan TBS dapat dibedakan sebagai berikut: 9 Mentah: Buah berwarna hitam dengan daging buah berwarna kuning, belum ada membrondol 9 Kurang matang: 125-25% buah luar membrondol, berwarna kemerahan 9 Matang: 26-50% buah luar membrondol dan berwarna merah mengkilatjingga 9 Lewat matang: 51-100% buah luar membrondol atau sebagian besar bagian dalam buah sudah membrondol 9 Busuk : Warna buah sudah hitam kusam, berbau dan bagian dalam buah sudah membrondol semua Selain mutu buah yang terlihat pada Gambar 12, yang termasuk kedalam kualitas buah antara lain buah lewat matang, buah busuk dan buah bergagang panjang. Buah bergagang panjang (long stalk) atau gagang panjang (cut stalk) yang terikut sampai ke PKS merupakan beberapa faktor yang merugikan pabrik. Buah yang bergagang panjang akan menambah jumlah tonase untuk setiap
penimbangan. Selain itu gagang panjang yang terikut akan masuk kedalam pengolahan. Gagang panjang ini akan menyerap minyak ± 0.25% CPO dan akan menurunkan estraksi minyak di PKS. Toleransi yang diberikan kepada kebun dan PKS untuk potongan gagang panjang adalah 5%. Menurut Mengoensoekarjo (2005), panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena tanaman menjadi stres akibat pelukaan saat panen, menurunkan ekstraksi minyak dan mengakibatkan produktivitas minyak kelapa sawit pun akan menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang mentah masih cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang dan menurun pada saat buah lewat matang. Pada saat magang berlangsung, penulis melakukan pengamatan lapangan terhadap persentase kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel 5 pemanen pada 3 kemandoran selama tiga hari berturut-turut. Hasil pengamatan persentase kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Data Kualitas Buah per Kemandoran Divisi II SPE Mandoran Blok/TT/ha Yas B
E14/92/28 ha E13/92/28ha E5/91/35ha Grand Total Mulyadi E3/91/29 ha D4/91/33ha D11/91/39 ha Grand Total Edison D14/92/41ha E9/91/33ha D5/91/25ha Grand Total
Matang Mentah Kurang Busuk Bergagang (%) (%) Matang (%) Panjang (%) (%) 88.37 1.55 6.97 0 5.42 82.4 4.39 11.21 0 3.9 82.3 1.86 15.81 0 4.65 84.35 2.6 11.33 0 4.65 87 1.8 8.4 0 1.2 92.7 1.8 3.0 0 2.42 89.8 3.38 4.51 0 1.12 89.83 2.32 5.3 0 1.58 93.6 1.89 1.89 0.31 2.2 94.5 3.6 0 0 5.45 88.6 2.7 6.48 0.5 1.08 92.23 2.73 2.79 0.27 3.00
Lewat Matang (%) 3.10 1.95 0 1.68 1.8 3.6 2.25 2.55 2.2 2.42 2.16 2.26
Sumber: Data Pengamatan Lapangan, Mei 2009
Dari data yang ada untuk setiap kemandoran yang diamati, penulis merekapitulasi data persentase kematangan keseluruhan kemandoran yang ada. Hasil pengamatan kualitas buah untuk keseluruhan kemandoran dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Data Pengamatan Kualitas Buah Divisi II SPE Kriteria/Kemandoran
Matang
Mentah
Standard 1 2 3 Rata –rata
> 95% 84.35 89.83 92.23 88.80
0% 2.6 2.32 2.73 2.55
Kurang Matang < 5% 11.33 5.3 2.79 6.47
Busuk 0% 0 0 0.27 0.27
Bergagang Panjang < 5% 4.65 1.58 2.91 3.04
Lewat Matang 0% 1.68 2.55 2.26 2.16
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, Mei 2009
Berdasarkan Tabel 14 didapatkan persentase rata-rata kualitas buah Divisi II Sungai Pinang Estate adalah 88.80% buah matang normal, 2.55% mentah 6.47% kurang matang, 0.27% buah busuk, 3.04% buah bergagang panjang, dan 2.16% buah yang lewat matang. Dari data diatas dapat diperoleh bahwa persentase kualitas buah Divisi II belum memenuhi standar kebun. Sementara itu, standar yang ditetapkan oleh kebun adalah buah matang normal > 95%, buah mentah 0%, buah kurang matang < 5%, buah yang busuk 0%, dan buah yang bergagang panjang < 5%. Gagang panjang pada tandan perlu dipotong pendek sebelum tandan diangkut ke pabrik. Buah yang bergagang panjang banyak menimbulkan kerugian antara lain: (1). Penambah berat atau tonase saat pengangkutan dan penimbangan, (2). Menyerap minyak sehingga mengurangi kualitas CPO. Pada saat buah membrondol, kandungan minyak dalam daging buah mencapai titik maksimum. Apabila tandan telah dipotong, pembentukan minyak dalam daging buah segera terhenti. Minyak yang terkandung dalam daging buah mulai terurai menjadi Asam Lemak Bebas (ALB). Buah dikatakan restan apabila buah yang dari lapangan dikirim dan diterima oleh PKS lebih dari 24 jam dari hari panen. Buah restan dapat dilihat dari kondisi gagang tandan buah yang sudah mengering dan telah berubah warna. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan kadar air dalam buah. Buah yang segar adalah buah yang berasal dari lapangan pada saat hari panen langsung dikirim ke PKS pada hari itu juga. Toleransi yang diberikan kepada kebun dan PKS untuk potongan gagang panjang adalah 5%. Pemotongan buah mentah, pengiriman buah mentah dan buah busuk tidak dibenarkan untuk dikirim ke PKS. Untuk itu diharapkan, kesegaran tandan yang diperoleh adalah 95% dari jumlah produksi.
Pengawasan Panen dan Premi Pengawas Keefektifan dalam pengawasan panen sangat berkaitan dengan penentuan premi pengawasan panen. Ketetapan premi dalam pengawasan panen dihitung dari total premi seluruh tenaga kerja panen yang hadir setiap harinya setelah dikurangi denda dari kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kerja panen. Besarnya premi basis borong dinyatakan dalam Rp/tandan yang nilainya berbeda-beda untuk setiap tahun tanam dan tergantung pada bobot tandan rata-rata. Premi Lebih Borong adalah premi yang diberikan jika jumlah tandan yang dipanen melebihi jumlah basis borong. Ketentuan basis dan premi panen dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Basis Borong dan Premi Lebih Borong SPE Tahun 2009
TT 1991
Basis 1 x Siap Lebih Basis Borong Borong Borong (Rp) (Rp) 82 10 000 550
Basis 1,5 x Siap Lebih Basis Borong Borong Borong (Rp) (Rp) 123 17 500 550
Basis 2 x Siap Lebih Basis Borong Borong Borong (Rp) (Rp) 164 21 750 550
1992
85
10 000
500
128
17 500
500
170
21 750
500
1993
90
10 000
500
135
17 500
500
180
21 750
500
1994
95
10 000
450
143
17 500
450
190
21 750
450
1997
130
10 000
350
195
17 500
350
260
21 750
350
1998
135
10 000
350
203
17 500
350
270
21 750
350
Sumber: Kantor Divisi II Sungai Pinang Estate, Mei 2009
Perhitungan upah pembrondol adalah jumlah kilogram brondolan/orang dikalikan dengan tarif/kg brondolan yang telah ditentukan yaitu Rp. 185/kg. Selain kepada tenaga potong buah, premi juga diberikan kepada mandor panen, krani buah dan mandor I. Seorang pemanen Divisi II panen di Blok D1 dengan tahun tanam 1991 dan mendapat 100 TBS. Dalam perhitungan premi, pemanen tersebut telah memperoleh upah basis borong dan premi lebih borong untuk blok dengan tahun tanam 1991 adalah Rp. 550/jjg. Berikut ini adalah contoh perhitungan dari upah yang diperoleh oleh seorang pemanen dalam satu hari panen. Upah Tenaga Potong Buah yang diperoleh adalah: Jumlah TBS yang dipanen
= 100 buah
Premi Basis Borong
= Rp. 10 000
Premi Lebih Borong
= (Jumlah jjg yang dipanen - jjg basis borong) x Rp jjg lebih borong = (100 - 82) x Rp. 550/jjg = Rp. 9900,-
Total Upah yang didapatkan = Rp. 10 000 + Rp. 9900 = Rp. 19 900 Premi mandor panen
:
Premi mandor I
:
Premi Krani Buah
:
Jumlah janjang basis panen dipengaruhi oleh Bobot Janjang Rata-rata (BJR). Bobot janjang rata-rata berbeda-beda untuk setiap tahun tanam. Semakin tua tanaman, maka bobot janjang rata-ratanya pun semakin besar. Bobot janjang rata-rata per tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Bobot Janjang Rata-Rata (BJR) per Tahun Tanam Tahun Tanam 1991 1992 1993 1994 1997 1998
Bobot Janjang Rata-Rata (BJR) 21.52 21.16 19.19 18.69 14.8 13.9
Sumber : Kantor Divisi II SPE, Mei 2009
Pada dasarnya penentuan denda dan pemberlakuan denda dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah buah mentah yang terpanen, dan meningkatkan kualitas panen. Namun, pemberlakuan sistem denda justru mengakibatkan pendapatan atau premi yang didapatkan pengawas akan ikut berkurang. Kondisi ini mengakibatkan pengawas sulit untuk memberikan denda kepada tenaga kerja panen yang melakukan kesalahan. Selain itu, banyak terjadi kecurangan di tingkat supervisi/mandor yang berpengaruh pada ketidakefektifan pengawasan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan magang di Sungai Pinang Estate secara keseluruhan sangat memberikan banyak manfaat kepada penulis. Manfaat yang secara langsung yang diperoleh penulis adalah bertambahnya pengetahuan serta ketrampilan baik dari aspek teknis maupun manajerial dalam bidang perkebunan. Kegiatan panen yang meliputi persiapan panen sampai dengan pengangkutan buah merupakan kegiatan yang saling berkaitan dan sangat penting untuk diperhatikan. Rotasi panen yang tepat, perhitungan kebutuhan jumlah tenaga kerja pemanen yang harus disesuaikan dengan kapasitas pemanen, supervisi yang efektif, krani buah yang jujur dan bertanggungjawab, sarana prasarana yang lengkap, serta penerapan sistem denda atau premi yang tegas dapat menunjang pencapaian produksi yang optimal. Kegiatan panen di Divisi II SPE masih belum berjalan dengan efektif dan efisien. Kendala utama panen Divisi II SPE yaitu: penerapan Block Harvesting System yang kurang, tenaga pemanen dan pengutip brondolan yang kurang, krani buah yang tidak jujur, sarana dan prasarana yang belum memadai, serta sistem pemberlakuan denda pemanenan yang tidak sesuai. Hasil pengamatan kualitas buah di Divisi II Sungai Pinang Estate menunjukkan bahwa persentase kualitas buah adalah buah matang normal 88.8%, buah mentah 2.5%, buah kurang matang 6.4%, buah busuk 0.2%, buah bergagang panjang 3.0%, dan buah yang lewat matang 2.1%. Sementara itu, standard yang ditetapkan oleh kebun adalah matang > 95%, mentah 0%, kurang matang < 5%, busuk 0%, bergagang panjang < 5%. Persentase kualitas buah di Divisi II SPE belum memenuhi standard yang ditetapkan kebun.
Saran Pemilihan Block Harvesting System by DOL-2 sebagai sistem organisasi panen di Divisi II Sungai Pinang Estate sudah baik. Saran penulis untuk PT. Bina Sains Cemerlang untuk masalah pengelolaan panen adalah pencatatan data taksasi produksi yang kontinyu, perbaikan sarana dan prasarana panen yang terus-menerus, krani buah harus jujur dan bertanggungjawab dalam distribusi buah, memberi label A pada buah yang dianggap mentah sehingga dipastikan tidak ada buah mentah yang terkirim ke PKS, serta pemberlakuan sistem denda yang efektif dan efisien kepada pemanen.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit. Ditjenbun. Jakarta Fauzi, Y. 2005. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala, Pematang Siantar. Sumut. 435 hal. Mangoensoekarjo, S. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 605 hal. Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Pemda Musi Rawas. 2005. Kondisi Eksisting Kabupaten Musi Rawas. www.musi-rawas.go.id/. [30 Desember 2008] Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 125 hal. PT. CAPRICORN Indonesia Consult Inc. 2008. The Exclusive Profile of The Big10 Indonesia Palm Oil Players 2008 .www.cic.co.id /[30 Desember 2008]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi II Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Sumatera Selatan
13/2/2009 15/2/2009 16/2/2009 17/2/2009 18/2/2009 19/2/2009 20/2/2009 21/2/2009 23/2/2009 24/2/2009 25/2/2009 26/2/2009 27/2/2009 28/2/2009 2/3/2009 3/3/2009 4/3/2009 5/3/2009 6/3/2009 7/3/2009 10/3/2009 11/3/2009 12/3/2009 13/3/2009 14/3/2009 16/3/2009 17/3/2009 18/3/2009 19/3/2009
Kegiatan (satuan) Aplikasi Janjangan Kosong Aplikasi Janjangan Kosong Aplikasi Janjangan Kosong Aplikasi Janjangan Kosong Aplikasi Janjangan Kosong Aplikasi Janjangan Kosong Piringan Chemist (MHS) Piringan Chemist (MHS) Piringan Chemist (MHS) Gawangan Chemist (ha) Gawangan Chemist (ha) Gawangan Chemist (ha) Pemanenan (ha) Pemanenan (ha) Pemanenan (ha) Pemanenan (ha) Pemanenan (ha) Pemanenan (ha) Krani Buah (jjg) Evakuasi TBS + transportasi Penyemprotan kentosan (VOPS) (ha) Penyemprotan kentosan (VOPS) (ha) Rawat Jalan (m) Pemasangan gorong – gorong Tunas Pasar (pkk) Rawat jalan (m/HK) Pemungutan brondolan(krg) Pemungutan brondolan(krg) Pemungutan brondolan(krg)
20/3/2009
Pemungutan brondolan(krg)
Tanggal
Prestasi Kerja (satuan/HK) Penulis Karyawan Standar 2 titik/HK 2 titik/HK 5 titik/HK 4 titik/HK 4 titik/HK 5 titik/HK 4 titik/HK 8 titik/HK 5 titik/HK 4 titik/HK 4 titik/HK 5 titik/HK 4 titik/HK 16 titik/HK 5 titik/HK 4 titik/HK 16 titik/HK 5 titik/HK 4 ha/HK 4ha/HK 4 ha/HK Orientasi 4 ha/HK 5 ha/HK Orientasi 4 ha/HK 5 ha/HK 1 ha/HK 1 ha/HK 1 ha/HK 1 ha/HK 1 ha/HK 1 ha/HK 1,375ha/HK 1,5 ha/HK 1,5ha/HK Orientasi 3 ha/HK 3-4 ha/HK Orientasi 3 ha/HK 3-4 ha/HK Orientasi 3 ha/HK 3-4 ha/HK Orientasi 3 ha/HK 3-4 ha/HK Orientasi 3 ha/HK 3-4 ha/HK Orientasi 3 ha/HK 3-4 ha/HK Orientasi Orientasi Orientasi 1,5 ha/HK 1 ha/HK Orientasi 2,5 ha/HK 1 ha/HK Orientasi 100 m/HK 100 m/HK 1 unit/3 org/HK 1unit/3org/HK 1unit/3org/HK Orientasi 40 pkk/HK 40 pkk/HK Orientasi 10m/HK 25m/HK Orientasi 185 kg/HK Orientasi 185 kg/HK Orientasi Orientasi
-
-
Lokasi (Blok) D13-14 D13-14 D13-14 D13-14 D13-14 D13-14 F12 F10 F10 E2 E2 F2 E1-E4 D1 D9-D11 C13,B12,B13 E11 D13-D14 CR E10-E11 F9 C14 C13 D1 CR B14-B15 CR D8-D9 CR D3-D4 C13,C14,D12 E11-E12 E14 F13, F12, F11
Keterangan Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II
21/3/2009 22/3/2009 23/3/2009 24/3/2009 25/3/2009 27/3/2009 28/3/2009 30/3/2009 31/3/2009 1/4/2009 2/4/2009 3/4/2009 4/4/2009 6/4/2009 7/4/2009 8/4/2009 9/4/2009 10/4/2009 11/4/2009
Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) Sakit Penyemprotan gulma Piringan chemist (ha) Piringan chemist (ha) Penanaman Beneficial Plant Penanaman Beneficial Plant Izin Libur PEMILU Libur WAFAT ISA ALMASIH Pemupukan (kg)
1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK Orientasi Orientasi 136 m/3org/HK 90 m/6 org/HK Orientasi
1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 3 CR/2 org/HK 4 ha/HK 3ha/HK 136 m/3 org/HK 90 m/6 org/HK 625 kg/1 org/HK
1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 1 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 2 blok/1 tim/HK 4 ha/HK 5 ha/HK Belum ada Belum ada 600 kg/1 org/HK
D13 D1 D2 D3 D4 D11-D12 E5-E7 B12-B13 F1-F3 CR D13-D11 D13 D13 B14 (MRIV) B14 (MR IV) E14
Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II
Lampiran 2. Jurnal Harian Sebagai Pendamping Mdr/ Mdr I di Divisi II Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Sumatera Selatan
Tanggal
Kegiatan (satuan)
13/4/2009 14/4/2009 15/4/2009 16/4/2009 17/4/2009 18/4/2009 20/4/2009 21/4/2009 23/4/2009 22/4/2009 24/4/2009 25/4/2009 27/4/2009 28/4/2009 29/4/2009 30/4/2009 1/5/2009 2/5/2009 4/5/2009 5/5/2009 6/5/2009 7/5/2009 8/5/2009 9/5/2009 11/5/2009
Pemupukan Dongkel Anak Kayu (DAK) Dongkel Anak Kayu (DAK) Dongkel Anak Kayu (DAK) Pemupukan Pemanenan Gawangan Chemist Pengangkutan brondolan Krani Buah Krani Buah Krani Buah Krani Buah Krani Buah Krani Buah Kunjungan Ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS SUPERVISI DOSEN Penanaman Beneficial Plant Penanaman Beneficial Plant Administrasi /data sekunder Pemeriksaan ancak TQEM Adminitrasi / data sekunder LIBUR Pengamatan
Prestasi kerja (satuan/HK) Jumlah KH Luas yang Lama yang diawasi diawasi (ha) Kegiatan (org) (jam) 9 28 7 21 20 9 15 7 3 22 32 7 12 30 5 21 151 7 10 28,29 7 1 supir, 2 kernet 34 7 17 23,25,34,14,18 7 20 158 7 16 77 5 15 50 7 19 52 7 18 62 7 2 7 3 7 7 25 5 7 5 28 7
Lokasi (Blok)
Keterangan
E13,TT:94 D1, TT:91 F4, TT:98 D3,TT:91 D2: TT:91 F1, E1 TT : 91,93 E13, E12 TT : 94 E10, TT:91 D5-D9TT: 91 D11-D14 TT;91 C12, B12,D11 TT: 92 B12-B13, TT: 92 E8-E9, TT: 91 E7-E8, TT: 91 PKS PKS PKS Main Road VI Main Road VI Kantor Divisi II D5, TT: 91 Kantor Divisi II E14, TT:94
Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Kunjungan ke pengolahan CPO PKS PKS Emplasment Divisi II Divisi II Kantor Divisi II Divisi II oleh TQEM Kantor Divisi II LIBUR WAISAK Divisi II
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Sebagai Pendamping Asisten Divisi II Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Sumatera Selatan Tanggal 12/5/2009 13/5/2009 14/5/2009 15/5/2009 16/5/2009 18/5/2009 19/5/2009 20/5/2009 21/5/2009 22/5/2009 23/5/2009 25/5/2009 26/5/2009 27/5/2009 28/5/2009 29/5/2009 30/5/2009 1/6/2009 2/6/2009 3/6/2009 4/6/2009 5/6/2009 6/6/2009 8/6/2009 9/6/2009 10/6/2009 11/6/2009 12/6/2009
Kegiatan (satuan) Pengamatan Pengamatan Timbang Buah Manual Timbang Buah Manual Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan LIBUR Pengamatan Pemanenan Pengamatan Pengamatan BTP/Pengolesan Anak Kayu BTP/ Pengolesan Anak Kayu BTP/Pengolesan Anak Kayu Pemanenan Rawat Jalan (Jembatan) Kontrol Buah/ Transportasi Kontrol Buah/Transportasi Kontrol Buah/Transportasi Kontrol Buah/Transportasi Aplikasi JJK Rapat Service Ancak Piringan Manual Babat Tanaman Pengganggu Kontrol Evakuasi Buah Cek/ Perhitungan Rorak
Prestasi kerja (satuan/HK) Jumlah Tim yang Luas yang Lama Kegiatan diawasi (org) diawasi (ha) (jam) 1 20 7 1 35 7 9 9 1 29 7 1 16 7 1 21 7 1 7 7 1 13 5 1 21 7 1 6 7 1 12 7 2 14 7 2 14 7 2 28 5 1 20 7 5 3 7 3 7 3 7 3 5 1 20 7 11 7 1 28 7 2 28 7 1 7 9
Lokasi (Blok)
Keterangan
E13, TT: 94 E5, TT: 91 Loading Ramp Loading Ramp E3, TT: 91 D11, TT: 91 D4, TT: 91 D12, TT: 92 E9, TT: 91 E1, TT: 91 F2, TT: 93 D5, TT: 91 F14, TT: 97 F14, TT: 97 E14, TT: 94 E9, TT: 91 Batas Kebun LONSUM PKS PKS PKS PKS D1, TT: 91 E13 E13 E13,E14 CR E5-E6 CR, MR dan Kontur
Divisi II Divisi II PKS PKS Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Libur Kristiani Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Akses Luar Kebun Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan SPE Tahun 1999-2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BB BL BK
1999 CH HH 357 23 185 17 132 11 99 5 268 12 97 6 130 5 141 6 68 5 341 18 321 20 352 18 2491 146 9 3 0
2000 CH HH 440 21 160 12 171 9 249 13 233 8 191 15 141 13 164 8 128 11 250 16 240 17 123 10 2490 153 12 0 0
2001 CH HH 319 15 265 13 170 16 287 15 113 9 174 15 33 4 111 4 148 13 251 20 390 19 471 26 2732 169 11 0 1
2002 CH HH 378 20 126 9 301 20 267 17 140 10 147 9 139 11 72 4 73 5 111 5 299 18 263 15 2316 143 10 2 0
Tahun 2003 2004 CH HH CH HH 406 16 76 18 430 15 361 20 193 10 275 14 375 15 179 14 159 10 111 10 23 2 59 3 169 7 46 9 285 7 11 9 163 5 123 13 288 16 134 11 298 20 190 13 591 22 411 24 3380 140 2276 158 11 8 0 1 1 3
2005 CH HH 242 13 130 7 373 17 153 9 135 7 56 6 150 9 177 10 119 8 344 12 237 11 172 9 2288 118 11 0 1
2006 CH HH 335 13 195 13 256 13 83 9 93 8 73 7 50 2 30 2 74 2 0 0 105 14 191 5 1485 88 5 4 3
2007 CH HH 297 18 226 14 251 11 223 14 168 9 113 5 135 4 109 4 150 3 260 11 140 7 343 15 2415 115 12 0 0
2008 CH HH 297 14 189 9 202 11 185 13 113 7 213 7 132 7 113 6 75 3 152 12 290 13 391 15 2352 117 11 1 0
Rata-rata CH 316.7 230.9 235.8 212.8 157.8 103.7 110.3 122.2 116.2 219.9 246.7 324.1 2397
10 1.1 0.9
Sumber: Kantor Besar Sungai Pinang Estate (2009) Ket:
BB: Bulan Basah (>100 mm) BL: Bulan Lembab (60-100 mm) BK: Bulan Kering (< 60 mm) CH: Curah Hujan (mm) HH: Hari Hujan (hari)
HH 17.4 14.1 15.4 14.4 9.5 7.8 7.9 7.6 8.2 13.3 15.8 16.7 135.2
Q= Rata-rata BK x 100% Rata-rata BB = 0. 9 x 100% = 9 % 10 Jadi menurut Schmidth dan Ferguson, tipe iklim di SPE adalah A
Lampiran 5. Data Produksi dan Produktivitas SPE Tahun 2001-2005 Tahun tanam
Luas (ha)
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 2000 Total
1104 669 102 450 51 137 126 335 8 2982
Produksi (ton) 26785.06 12869.05 1636.22 9013.49 781.98 1473.75 753.41 384.73 0 53697.69
2001 Produktifitas (ton/ha) 24.262 19.236 16.041 20.030 15.333 10.757 5.979 1.148 0 18.007
Produksi (ton) 26765.69 13855.18 759.71 10214.24 1083.96 2126.61 1 296.67 1858.83 0 58990.89
2002 Produktifitas (ton/ha) 24.244 20.755 17.252 22.698 21.254 15.523 10.291 5.549 0 19.782
Tahun 2003 Produksi Produktifitas (ton) (ton/ha) 22633.33 20.501 12201.56 18.239 1758.09 17.236 8500.99 18.891 966.55 18.952 2268.53 16.559 1168.05 9.270 2540.90 7.585 15.43 1.929 52053.4 17.456
Produksi (ton) 26208.61 15077.73 1791.79 10215.17 1006.95 2326.23 1719.78 3655.13 51.33 62052.72
2004 Produktifitas (ton/ha) 23.740 22.538 17.567 22.700 19.744 16.980 13.649 10.911 6.416 20.809
Produksi (ton) 27187.95 15758.97 1850.89 10327.39 1212.81 3113.21 2067.45 4424.22 76.92 66019.81
2005 Produktifitas (ton/ha) 24.627 23.556 18.146 22.950 23.781 22.724 16.408 13.207 9.615 22.139
Lampiran 6. Peta Lokasi Kebun PT. Bina Sains Cemerlang
Lampiran 7. Struktur Organisasi Sungai Pinang Estate
Lampiran 8. Peta Seksi Panen Divisi II Sungai Pinang Estate
Lampiran 9. Peta Kemandoran Panen
Lampiran 10. Contoh Surat Pengantar Buah
Lampiran 11. Contoh Laporan Premi Potong Buah SKU