KAJIAN STRATEGI PEMASARAN ES KRIM BALTIC (STUDI KASUS DI PT. BALTICINDO JAYAFOOD JAKARTA)
ROSLINA ERDAWATI HUTAGAOL
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tugas akhir yang berjudul :
Kajian Strategi Pemasaran Es Krim Baltic (Studi Kasus di PT. Balticindo Jayafood Jakarta)
merupakan hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Jakarta, Agustus 2009
Roslina Erdawati Hutagaol NRP. F.352060245
ABSTRACT ROSLINA E. H. Study of Marketing Strategy of Ice Cream Baltic (A case study at PT. Balticindo Jayafood, Jakarta). Supervised by H. MUSA HUBEIS as Committee Chairman, and H. SOEWARNO TJOKRO SOEKARTO as member. Ice cream is one of product that are liked by people because has a high nutrition value, made from milk, give priority to taste, price and packing. One of company which had been developing it is PT. Balticindo Jayafood which capable to market 3,000 l ice cream per a week and capability of production can be reach 6,000 l ice cream per a week. The objectives of this study are (a) to analyze internal and external factors which influence process of decision making in the implementation of marketing strategy; (b) to arrange marketing strategy in the future in the framework of developing industry of Ice Cream Baltic; (c) to give recommendation of marketing strategy of ice cream to PT. Balticindo Jayafood. Based on the result of the research by multi attribute Fishbein model got important scale which was consumer perception to first attribute. The are (a) package, rate of taste, choice of taste, texture, composition, price, place of selling, ease to get, clarity licence from BPOM and clarity halal from LP MUI. Each of them have score 2. They showed that according to the consumer, score of the attributes is very important for ice cream product; (b) size, shape, colour, hygiene, promotion and merk. Each of them have score 1. They showed that according to the consumer, score of the attributes is important for ice cream product. Based on the analysis of correlation between two variable (crosstabs) showed (a) correlation between work and age of consumer is not tight; (b) correlation between age of consumer and grade education is tight; (c) correlation between age of consumer and work is tight; (d) correlation between age of consumer and a number of family member is tight; (e) correlation between age of consumer and average of salary is tight; (f) correlation between age of consumer and distance of residence to outlet is not tight. Based on the result of External Factor Evaluation (EFE) and Internal Factor Evaluation (IFE) matrix showed each score were 2.74 and 2.42. That showed position of Ice Cream Baltic company was stable to response external situation which it faced and it was on the rate average which was capable to response internal climate which it had. Total score value combination between EFE and IFE used to know Ice Cream Baltic position. Internal-External (IE) matrix score showed it in the center cell position (Growth/Stable). The result of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) analysis in the form of formulation strategy need to implement of policy in the PT Balticindo Jayafood, it is mix marketing aspect (4P : product, price, place and promotion). Managerial implication of the study divided in four targets, they are (a) Marketing; (b) Financial; (c) Production; (d) Human Resources. Key words : marketing strategy model, ice cream, Fishbein, correlation, SWOT analysis, marketing mix, managerial implication.
RINGKASAN ROSLINA E. HUTAGAOL. Kajian Strategi Pemasaran Es Krim Baltic (Studi Kasus di PT. Balticindo Jayafood Jakarta). Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS sebagai Ketua dan H. SOEWARNO TJOKRO SOEKARTO sebagai Anggota. Es krim merupakan salah satu produk yang disukai oleh masyarakat dengan nilai gizi tinggi, karena terbuat dari bahan dasar susu, yang mengutamakan rasa, harga dan kemasan. Dalam hal ini banyak perusahan yang tertarik mengembangkan produk tersebut, diantaranya PT. Balticindo Jayafood yang mampu memasarkan 3.000 l es krim per minggu, sementara kemampuan produksi dapat mencapai 6.000 l es krim per minggu. Tujuan kajian (a) menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam menerapkan strategi pemasaran, (b) menyusun strategi pemasaran di masa mendatang dalam rangka pengembangan industri es krim Baltic, (c) memberikan rekomendasi strategi pemasaran es krim kepada PT Balticindo Jayafood. Lokasi penelitian dilakukan di daerah Kramat Raya dan sekitarnya. Obyek kajian dan respondennya adalah konsumen yang melakukan pembelian komoditas es krim Baltic dan es krim pesaing sejenis (Campina dan Walls). Data yang diperoleh dalam kajian ini berasal dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner dari konsumen berjumlah 80 orang, terdiri dari 40 konsumen dari outlet es krim Baltic, 20 konsumen dari outlet es krim Campina dan 20 konsumen dari outlet es krim Walls. Penelitian ini menggunakan metode analisis model atribut Fishbein, analisis hubungan dua variabel (Crosstabs) serta uji validitas dan reliabilitas. Dari hasil penelitian dengan model multiatribut Fishbein diperoleh skala kepentingan yang merupakan persepsi konsumen terhadap atribut utama yang dapat dijadikan pertimbangan, yaitu (a) Kemasan, tingkat kelezatan, pilihan rasa, tekstur, komposisi, harga, tempat penjualan, kemudahan memperoleh, kejelasan ijin Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM), dan kejelasan halal Lembaga Pengkajian Pengawasan Obat-obatan dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI) dengan skor masing-masing 2, yang menunjukkan bahwa menurut konsumen atribut-atribut tersebut dinilai sangat penting bagi produk es krim; (b) Ukuran, bentuk, warna, higienis, promosi, dan merk dengan skor masing-masing 1, yang menunjukkan bahwa menurut konsumen atribut-atribut tersebut dinilai penting bagi produk es krim. Dari analisis hubungan dua variabel (Crosstabs) diperoleh (a) hubungan antara pekerjaan dengan usia konsumen yang tidak erat, karena koefisien kontingensi lebih kecil dari 0,5; (b) hubungan antara usia konsumen dengan tingkat pendidikan yang erat, karena koefisien kontingensi lebih besar daripada 0,5; (c) terdapat hubungan antara usia konsumen dengan jenis pekerjaan yang erat, karena koefisien kontingensi lebih besar daripada 0,5; (d) hubungan antara usia konsumen dengan jumlah anggota keluarga erat, karena koefisien kontingensi lebih besar daripada 0,5; (e) terdapat hubungan antara usia konsumen dengan rataan penghasilan yang erat, karena koefisien kontingensi lebih besar daripada 0,5; (f) tidak terdapat hubungan antara usia konsumen dengan jarak tempat tinggal terhadap outlet yang erat, karena koefisien kontingensi lebih kecil daripada 0,5.
Berdasarkan hasil penjumlahan skor total pada matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) didapatkan nilai masing-masing 2,74 dan 2,42. yang menggambarkan dan mengindikasikan posisi perusahaan es krim Baltic stabil dalam merespon situasi eksternal yang dihadapi, dengan indikasi posisi es krim Baltic berada pada tingkat rataan untuk mampu merespon iklim internal yang dimiliki, yaitu nilai skor total kombinasi antara matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui posisi es krim Baltic. Nilai matriks Internal-Eksternal (IE) menunjukkan pada posisi sel tengah (Pertumbuhan/Stabil). Sedangkan hasil analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) berupa perumusan strategi perlu diimplementasikan pada kebijakan PT. Balticindo Jayafood berupa aspek bauran pemasaran (4P ; product, price, place and promotion). Implikasi manajerial dari hal yang dikaji dapat dibagi menjadi 4 sasaran, yaitu (a) Pemasaran (b) Keuangan, (c) Produksi dan (d) Sumber Daya Manusia.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepertingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN ES KRIM BALTIC (STUDI KASUS DI PT. BALTICINDO JAYAFOOD JAKARTA)
ROSLINA ERDAWATI HUTAGAOL
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tugas Akhir Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: Kajian Strategi Pemasaran Es Krim Baltic (Studi Kasus di PT. Balticindo Jayafood Jakarta) : Roslina Erdawati Hutagaol : F.352060245 : Industri Kecil Menengah
Menyetujui, Agustus 2009
Komisi Pembimbing :
Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis,MS,Dipl.Ing,DEA Ketua
Prof.Dr.Drh.H.Soewarno T.S., MSc Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis,MS,Dipl.Ing,DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro,MS
Tanggal Ujian :
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga tugas akhir yang berjudul Kajian Strategi Pemasaran Es Krim Baltic (Studi Kasus di PT. Balticindo Jayafood Jakarta) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, motivasi, bimbingan dan pengarahan selama kajian dan penulisan tugas akhir ini. 2. Prof. Dr. Drh. H. Soewarno T.S., MSc, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan tugas akhir ini. 3. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berarti guna kesempurnaan Tugas Akhir ini. 4. Seluruh dosen pengajar dan staf serta karyawan sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung. 5. Suami dan anak-anakku serta kedua orang tua, saudara-saudara, yang dengan segala pengorbanan yang tiada henti, baik moril maupun materil, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kerja sama dan informasi yang telah diberikan kepada penulis. Semoga kajian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan kegiatan pemasaran es krim pada khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Jakarta, Agustus 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 2 Februari 1971 di Medan sebagai putri bungsu dari empat bersaudara pasangan Bapak Manahara Hutagaol dan Ibu Rugun Tampubolon. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana dari Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Mekanisme Pertanian pada tahun 1994. Penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Penulis pernah bekerja di Bank Danamon pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1995, selanjutnya pada tahun 1995 sampai sekarang di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Selama bekerja pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, penulis ditugaskan di bagian Customer Service, Marketing, Administrasi Kredit dan sekarang ditugaskan sebagai Pemimpin Kantor Layanan Warung Buncit, Jakarta. Penulis menikah dengan Robinson Silitonga pada tahun 1998 dan dikaruniai tiga (3) orang anak, yaitu Bella Maria Brigitta (9 tahun), William Benjamin Hottua (8 tahun) dan Olga Novena Patricia (4 tahun).
DAFTAR ISI ABSTRACT…………………………………………………………………….. RINGKASAN…………………………………………………………………. PRAKATA…………………………………………………………………….. RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………… DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..
ii iii iv v vi vii viii
I.
PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1. Latar Belakang………………………………………………………… 2. Identifikasi Masalah…………………………………………………… 3. Perumusan Masalah…………………………………………………… 4. Tujuan………………………………………………………………….
1 1 4 5 5
II.
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 1. Produk es krim………………………………………………………… 2. Pengertian Pemasaran…………………………………………………. 3. Analisis Persepsi Pasar………………………………………………... 4. Analisis SWOT………………………………………………………... 5. Penciptaan Value………………………………………………………
6 6 9 10 12 13
III. METODE KAJIAN…….………………………………………………... 1. Kerangka Pemikiran Kajian…………………………………………… 2. Lokasi dan Waktu Kajian……………………………………………… 3. Metode Kerja…………………………………………………………...
19 19 21 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………… 1. Gambaran Umum Perusahaan…………………………………………. 2. Karakteristik Konsumen……………………………………………….. 3. Validitas dan Reliabilitas……………………………………………… 4. Analisis Fishbein……………………………………………………… 5. Analisis Cross Tab…………………………………………………….. 6. Faktor Persepsi Pasar………………………………………………….. 7. Analisis SWOT………………………………………………………… 8. Implementasi Strategik……………………………………………….... 9. Implikasi Manajerial……………………….…………………………..
33 33 38 42 43 44 50 54 62 65
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………… A. Kesimpulan………………………………………………………………….. B. Rekomendasi…………………………………………………………………
68 68 69
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 70 LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 72
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan .......................
28
2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ..........................
28
3. Matriks EFE ......................................................................................
28
4. Matriks IFE .......................................................................................
29
5. Matriks SWOT ..................................................................................
31
6. Jenis dan harga es krim Baltic...........................................................
35
7. Komposisi usia responden .................................................................
38
8. Komposisi jenis kelamin ....................................................................
39
9. Komposisi pendidikan terakhir ..........................................................
39
10. Komposisi pekerjaan ..........................................................................
40
11. Komposisi jumlah anggota keluarga ..................................................
40
12. Komposisi rataan penghasilan ............................................................
41
13. Komposisi jarak tempat tinggal dengan outlet ...................................
41
14. Hasil uji validitas dan reliabilitas faktor persepsi konsumen ............
42
15. Hasil model multiatribut Fishbein ......................................................
44
16. Hubungan usia konsumen dengan jenis kelamin................................
44
17. Hubungan usia konsumen dengan tingkat pendidikan terakhir..........
45
18. Hubungan usia konsumen dengan jenis pekerjaan.............................
46
19. Hubungan usia konsumen dengan jumlah anggota keluarga..............
47
20. Hubungan usia konsumen dengan rataan penghasilan........................
48
21. Hubungan usia konsumen dengan jarak outlet...................................
49
22. Profil SWOT ........................................................................................ 56 23. Matriks EFE.......................................................................................... 56 24. Matriks IFE........................................................................................... 57 25. Rumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT..........................
60
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Strategi penciptaan value ..................................................................... 18 2. Kerangka pemikiran kajian ................................................................. 20 3. Matriks IE ............................................................................................ 30 4. Struktur organisasi PT. Balticindo Jayafood ....................................... 34 5. Proses produksi es krim Baltic ............................................................. 37 6. Matriks IE pada es krim Baltic ............................................................ 59
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Daftar pertanyaan ................................................................................. 72 2. Kuesioner kajian ................................................................................... 73 3. Hasil perhitungan deskriptif pengukuran, bi, ei dan Ao........................ 84 4. Hasil perhitungan validitas ................................................................... 85 5. Hasil perhitungan reliabilitas ................................................................ 89 6. Hasil perhitungan Cross Tab ................................................................ 91 7. Matriks IFE ........................................................................................... 97 8. Matriks EFE .......................................................................................... 99 9. Gambar dokumentasi ............................................................................ 100
viii
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Industri kecil merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil (IK) mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan yang bersifat padat karya. Era krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan banyak industri besar mengalami kebangkrutan, sedangkan industri kecil mampu bertahan. Hal ini menjadi pembelajaran bagi pemerintah Indonesia berkaitan dengan timpangnya struktur usaha (industri) yang terlalu memihak pada industri besar. Pada era reformasi (pasca krisis) terjadi kondisi sebaliknya, yaitu terjadi euphoria berkaitan dengan pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM). Pemerintah melakukan usaha untuk mengembangkan IK dengan melakukan pembinaan IK berupa program pendampingan usaha dan campur tangan dalam pembiayaan, yaitu mengucurkan dana Jaringan Pengaman Sosial (JPS) dan kredit lunak dari Bank Pemerintah. Semakin ketatnya persaingan didalam dunia usaha pada saat sekarang ini telah membuat para pelaku usaha harus memiliki senjata yang dapat dijadikan sebagai keunggulan untuk memenangkan persaingan dengan para pesaingnya. Kondisi tersebut menyebabkan para pelaku usaha semakin gencar berusaha untuk mencari solusi maupun program bisnis yang dapat meningkatkan daya saing. Kemampuan pelaku bisnis untuk memenuhi harapan konsumen diperlukan untuk memenangkan persaingan, karena setiap konsumen memiliki selera dan keinginan berbeda-beda, sehingga diperlukan strategi pemasaran yang mampu menarik minat, ketertarikan dan menggugah masyarakat untuk membeli produk barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut
2 Pemasaran berhubungan dengan harapan pelanggan dibandingkan dengan fungsi bisnis lain, dimana proses memahami, menciptakan, mengkomunikasikan, memberikan nilai dan kepuasan kepada konsumen adalah inti pemikiran dan praktek pemasaran. Jika perusahan dapat memahami konsumen dengan baik, menciptakan produk yang memberikan nilai unggul, menetapkan harga, mendistribusikan dan mempromosikan dengan efektif, maka produk-produk tersebut akan terjual dengan mudah. Dari sisi target konsumen, pemasaran dapat dilakukan dengan sasaran pemasaran bagi konsumen baru dengan menjanjikan nilai unggul dan mempertahankan konsumen yang sudah ada dengan cara memberikan kepuasan. Pemasaran unggul akan menggambarkan keberhasilan dari perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Menurut Astawan (2007), produk es krim merupakan suatu hidangan yang berbentuk emulsi air dalam minyak (water in oil) atau w/o. Es krim merupakan salah satu produk yang disukai oleh masyarakat dengan nilai gizi tinggi karena terbuat dari bahan dasar susu, yang mengutamakan
rasa, harga dan kemasan.
Komposisi gizi per 100 es krim adalah energi (207 kkal), protein (4,0 g), dan lemak (12,5 g). Hidayat (2008) mengemukakan bahwa pada tahun 2002 - 2007, tingkat pertumbuhan pasar es krim di Indonesia sedikitnya 20% per tahun. Tahun 2007, total pasar es krim sudah mendekati angka 100 juta l dengan nilai absolut di atas Rp 2 triliun. Padahal tingkat konsumsi es krim di Indonesia tergolong rendah, hanya 0,2 l/orang/tahun. Lambatnya penetrasi es krim di Indonesia terjadi karena hanya ada sedikit pemain yang menggarapnya secara nasional. Kebanyakan produsen es krim adalah industri rumahtangga yang pasarnya terbatas di daerah tertentu. Walaupun pemainnya sedikit, persaingan es krim tergolong ketat, terutama bagi dua industri skala besar, yaitu Campina dan Walls yang menguasai hampir 80% pasar. Salah satu UKM yang tertarik mengembangkan produk es krim adalah PT. Balticindo Jayafood yang telah berdiri sejak tahun 1939, mampu memasarkan 3.000 l es krim per minggu, padahal kemampuan produksi dapat mencapai 6.000 l es krim per minggu. Kondisi ini dirasa belum cukup ideal, karena kapasitas produksi hanya terpakai 50%, maka diperlukan menjadi optimal.
strategi pemasaran, agar kapasitas produksi
3 Strategi pemasaran menjadi sangat dominan peranannya dalam menyalurkan produk-produk yang dihasilkan hingga ke pasar, yaitu bagaimana produk tersebut dapat mencapai target market yang dituju, apakah produk yang dihasilkan diterima baik oleh pasar, dalam arti telah memiliki mutu dan nilai sesuai dengan selera dan harapan konsumen. Selanjutnya strategi harga yang ditawarkan kepada konsumen, apakah telah sesuai dengan mutu produk dan nilai yang diberikan dan bagaimana bila dibandingkan dengan harga dari produk sejenis yang telah ada di pasar. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam strategi pemasaran adalah pemilihan channel distribution (saluran distribusi) yang tepat, karena sebaik apapun produk es krim yang dihasilkan,
bila produk tersebut tidak sampai ketangan
konsumen akan menjadi sia-sia dan produk tersebut tidak akan memiliki nilai apapun bagi perusahaan, sebaliknya dengan semakin cepatnya suatu produk sampai ketangan konsumen akan segera dapat diketahui, apakah produk tersebut diterima atau ditolak oleh konsumen, sehingga perusahaan dapat segera melakukan langkahlangkah strategik untuk melakukan diversifikasi ataupun pengembangan produk (product development). Pertanyaan selanjutnya, bagaimana konsumen dapat mengenal produk es krim Baltic, bagaimana awareness terhadap produk tersebut, bagaimana menarik minat pasar untuk mau membeli atau paling tidak mau untuk mencoba membeli dan menilai mutu produk es krim yang dihasilkan. Dalam hal ini peranan promosi menjadi sangat penting untuk memperkenalkan produk dan menginformasikan tentang keunggulan-keunggulan yang dimiliki produk es krim tersebut, bila dibandingkan dengan produk es krim sejenis yang ada di pasar. Dari beberapa hal yang telah dikemukakan, dilakukan penulisan kajian pemasaran es krim di perusahaan es krim Baltic, dengan judul ”Kajian Strategi Pemasaran Es Krim Baltic (Studi kasus di PT. Balticindo Jayafood Jakarta)”. 2. Identifikasi Masalah Pada umumnya, UKM seringkali tidak memiliki perencanaan strategik. Pengertian strategik berarti penting dan berskala besar, serta berhubungan langsung dengan pihak luar. Para manajer di perusahaan-perusahaan sekecil apapun akan
4 tetap berhadapan dengan perubahan lingkungan yang sangat cepat dan radikal, maka
perusahaan
harus
dilengkapi
dengan
perencanaan
strategik
untuk
meningkatkan daya saing, yang pada gilirannya mampu meningkatkan penguasaan pasar (market share). Perubahan-perubahan yang harus diantisipasi oleh perusahaan agar dapat memenangkan persaingan di masa-masa mendatang, diantaranya (a) melakukan antisipasi perubahan masa depan, baik perubahan di bidang ekonomi, sosial, maupun politik, (b) perubahan di bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang sangat cepat, (c) perubahan nilai-nilai dalam masyarakat sejalan dengan perkembangan lingkungan, (d) perubahan pasar/persaingan bebas yang harus dihadapi sebagai sesuatu yang pasti terjadi. PT. Balticindo Jayafood dalam menjalankan usahanya terlihat masih sangat tradisional, pemasaran produknya lebih mengandalkan pada loyalitas pelanggan lama dengan sistem pesan antar melalui empat lokasi outlet, yaitu di Kramat Raya (Kantor Pusat), Radio Dalam, Meruya dan Cibubur. Perusahaan tidak berminat untuk memanfaatkan saluran distribusi yang lebih potensial untuk mendorong peningkatan
penjualan
produk
es
krim
dengan
keraguan
pada
sistem
pembayarannya. Padahal es krim Baltic sudah diproduksi sejak tahun 1939 dan produk yang dihasilkannya memiliki mutu yang tidak kalah dibandingkan dengan merk lain, namun karena kurangnya dukungan promosi dan tidak adanya strategi yang jelas di bidang pemasarannya, telah membuat es krim Baltic kurang dikenal oleh masyarakat luas. Peranan manajemen perusahaan menjadi sangat penting untuk merubah pola dari yang tradisional menuju ke arah lebih strategik, dalam arti setiap kebijakan, tindakan dan usaha yang dilakukan selalu diarahkan pada bagaimana agar produk yang dihasilkan dapat memperoleh pangsa pasar yang lebih luas dibandingkan perusahaan-perusahaan
pesaing.
Bagaimana
usaha-usaha
yang
dilakukan
perusahaan, agar produk yang dihasilkan dapat selalu menguasai pasar, sehingga dapat dikatakan sebagai market leader pada produk es krim.
5 3. Perumusan Masalah a. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan saat ini oleh perusahaan es krim Baltic dalam kaitannya dengan peningkatan penjualan produk yang dihasilkan ? b. Apakah strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan es krim Baltic tersebut sudah tepat dan bagaimana pengembangannya, agar perusahaan lebih maju ? c. Kendala-kendala apakah yang dihadapi oleh perusahaan es krim Baltic dalam menerapkan strategi pemasaran yang dirancang, serta bagaimana mengantisipasi dan mengatasi masalah yang timbul ?
4. Tujuan a. Mengidentifikasi atribut es krim dengan model atribut fishbein. b. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam menerapkan strategi pemasaran. c. Menyusun strategi pemasaran di masa mendatang dalam rangka pengembangan industri es krim Baltic.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Produk es krim a. Bahan Menurut Eckles et al. (1984), es krim adalah produk olahan susu yang dibekukan, terbuat dari kombinasi susu dengan beberapa bahan tambahan seperti telur, gula, madu, stabilizer (bahan penstabil), emulsifier (bahan pengemulsi), bahan flavor dan pewarna. Robinson (1985) menyatakan bahwa komposisi es krim adalah lemak 10%, padatan susu tanpa lemak (solid non fat atau SNF) 11%, bahan penstabil dan pengemulsi 0,5-0,75%, pewarna dan bahan aroma, sedangkan Arbuckle and Marshall (1996) menyatakan bahwa untuk mendapatkan formulasi yang baik, komposisi es krim sebaiknya mengandung lemak 12%, padatan susu 11%, gula 15%, bahan penstabil dan pengemulsi 0,3%, serta secara keseluruhan mempunyai total padatan 38,3%. Bahan padat pada susu terdiri dari lemak susu dan padatan susu tanpa lemak (PSTL). Padatan susu berfungsi membentuk tekstur es krim yang kompak dan lembut, meningkatkan ketahanan leleh, viskositas dan menimbulkan rasa. Sumber padatan susu dapat diperoleh dari susu segar, susu bubuk, susu skim dan susu bubuk skim (Fardiaz, 1989). Menurut Arbuckle and Marshall (1996), lemak susu dan PSTL memiliki pengaruh yang sangat besar pada cita rasa es krim, yaitu flavor, massa dan tekstur pada produk. Dengan bertambahnya lemak, tekstur menjadi lebih baik dan es krim menjadi semakin tahan terhadap proses pencairan, sedangkan protein susu memberi kekompakan dan kehalusan, meningkatkan viskositas dan resistensi pelelehan, serta menurunkan titik beku. Robinson (1985) menyatakan bahwa gula pada es krim dibutuhkan sebagai pemanis dan sebagai tambahan padatan yang diperlukan untuk menghasilkan es krim yang memiliki tekstur dan badan yang baik. Arbuckle and Marshall (1996) menyatakan bahwa bahan penstabil berfungsi untuk mencegah pembentukan kristal es yang besar, memperluas tekstur, menghasilkan produk yang seragam dan memperlambat pelelehan es krim. Pengemulsi digunakan
7 untuk menurunkan waktu pembekuan, memperbaiki mutu whipping dan menghasilkan es krim dengan tekstur yang baik (Buckle, dkk, 1987). b. Pengolahan Buckle, dkk. (1987) menyatakan bahwa proses pembuatan es krim dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu : 1) Formulasi Dalam tahap ini seluruh bahan baku disiapkan, baik berupa bahan baku utama atau bahan baku tambahan yang sudah ditimbang, agar mendapatkan formulasi es krim yang sesuai dengan standar perusahaan. 2) Pencampuran Bahan cair dimasukkan ke dalam tangki pencampur (mixing) yang telah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 65 – 750 c, selanjutnya diaduk dengan batang pengaduk sekaligus menjaga agar suhu adonan tetap. Setelah semua bahan tercampur, lalu dilakukan penyaringan untuk memisahkan partikel-partikel adonan yang dapat lolos dengan ukuran kurang 200 mikron. 3) Homogenasi Fungsi proses homogenasi adalah untuk menstabilkan emulsi adonan dengan cara memperkecil globula lemak sampai diperoleh ukuran kurang dari 2 mikron, karena adonan mempunyai kecenderungan menggumpal. Proses homogenasi dilakukan dengan menggunakan alat homogenizer. Campuran dihomogenkan untuk mengurangi waktu yang diperlukan bagi pematangan campuran dan untuk mempengaruhi kekentalan, serta dapat memperbaiki tekstur dan massa es krim. 4) Pasteurisasi Pasteurisasi berfungsi untuk membunuh mikroba yang bersifat patogen agar kerusakan pada mutu organoleptik dan kerusakan karakteristik adonan dapat dihindari. Sistem pasteurisasi yang digunakan untuk komersial biasanya menggunakan sistem high temperature short time (HTST), yaitu pada suhu 85 – 880 C dan dalam waktu singkat (15 detik).
8 5) Pendinginan Setelah proses pasteurisasi, karena suhu yang dihasilkan sangat panas, maka adonan perlu dialirkan ke generator kemudian proses pendinginan dilanjutkan ke bagian cooler dimana suhu adonan akan diturunkan hingga 27 – 300C. Sistem pendinginan diakhiri setelah adonan dilewatkan melalui chiller hingga diperoleh suhu adonan 40C. 6) Aging Aging adonan dilakukan dalam tangki aging (suhu 40C) selama 24 jam dengan tujuan untuk mengoptimalkan kerja dari stabilizer dan emulsifier, sehingga diperoleh es krim dengan tekstur yang halus dan kompak, serta tidak mudah mencair. Selanjutnya dilakukan penambahan aroma dan warna dalam tangki aging. 7) Pembekuan atau freezing. Pembekuan dengan mesin pembeku dilakukan dengan cara pembekuan di dalam tabung pembeku. Adonan yang keluar dari freezer berbentuk semi padat dengan suhu -5 sampai dengan -80C, untuk memudahkan penanganan es krim pada tahap pengisian ke dalam wadah. Pada saat diambil dari lemari pembeku, es krim diisikan secepat mungkin ke dalam wadah terakhir, dan dipindahkan ke ruangan pengeras dimana suhu dijaga berkisar -20 sampai dengan -300 C. 8) Pengemasan Pengemasan disebut juga pembungkusan atau pewadahan. Fungsinya adalah untuk mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik (gesekan, benturan dan getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu produk industri agar mempunyai bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Menurut Syarief (1990), dari segi promosi, bentuk, warna dan dekorasi pada kemasan berfungsi sebagai daya tarik konsumen.
9 c. Mutu Arbuckle and Marshall (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang menentukan mutu es krim adalah : 1) Kebersihan, kesehatan pekerja dan sikap ketelitian pekerja. 2) Bahan mutu. 3) Formulasi dan campuran komposisi yang diperlukan. 4) Metode pengolahan yang tepat. 5) Peralatan yang baik. 6) Kebersihan dan prosedur sanitasi yang efektif. 7) Penyimpanan dan distribusi yang tepat.
Menurut Fardiaz (1998), masa simpan dan penurunan mutu bahan pangan yang disimpan dengan cara pendinginan sangat tergantung dari suhu penyimpanan. Adanya mikroorganisme psikotrof pada makanan yang telah diproses dengan pemanasan biasanya menunjukkan terjadinya kontaminasi setelah pengolahan atau terjadinya fluktuasi suhu selama pembekuan.
2. Pengertian Pemasaran Pengertian atau definisi pemasaran menurut Kotler (2000) adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Menurut Drucker (1973) yang dimaksud dengan pemasaran adalah “The aim of marketing is to make selling superfluous. The aim is to know and understand the customer so well that the product or service fits him and sells it self”. Menurut Soemantri (2003), dari kedua pengertian/definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses penciptaan nilai (value) yang diarahkan untuk menciptakan suatu pertukaran yang saling memuaskan. Keberhasilan dalam pemasaran tersebut diharapkan mencapai sasaran melalui hal berikut :
10 a. Omzet penjualan produk dan jasa akan menjadi sangat besar. b. Untuk tercapainya peningkatan penjualan yang besar, maka harus mampu mengenal dan memahami pelanggan dengan sebaik-baiknya. c. Kalau sudah mengenal dan memahami pelanggan dengan baik, maka sanggup menawarkan produk dan jasa yang memiliki nilai sesuai dengan kebutuhan pelanggan. d. Akhirnya melalui pelanggan yang sudah terpuaskan tersebut, secara tidak langsung akan mempromosikan produk dan jasa, sehingga terjual dengan sendirinya (dicari konsumen).
3. Analisa Persepsi Pasar a. Persepsi Konsumen Menurut Kotler (2000), persepsi
adalah proses bagaimana seseorang
memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk membantu konsumen menginterpretasikan dunia sekitarnya. Setiap individu dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama. Persepsi konsumen memegang peranan penting dalam pemasaran, karena persepsi yang diterima konsumen dapat mempengaruhi mutu, harga dan juga citra yang dihasilkan produk tertentu. b. Analisa Persaingan Analisis persaingan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh banyak industri untuk membangun strategi. Intensitas persaingan diantara perusahaanperusahaan sangat bervariasi. Analisa dasar dalam memahami persaingan adalah industri. Sebuah industri yang menghasilkan produk ataupun jasa adalah sekumpulan pesaing yang menghasilkan produk atau jasa yang bersaing satu sama lain (Porter, 1990). Suyanto (2007) berpendapat bahwa pesaing suatu perusahaan meliputi pihak yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan pelanggan yang sama, serta menyediakan penawaran yang serupa kepada pelanggan. Menurut Pearce and Robinson (1991), analisa persaingan umumnya memiliki tujuan untuk mengidentifikasi pesaing yang ada sekarang dan pesaing
11 potensial serta mengidentifikasi pergerakan potensial, dari pesaing untuk membantu perusahaan merencanakan persaingan yang efektif. Kotler dan Keller (2007) berpendapat bahwa analisa strategi bersaing merupakan bagian penting dalam rencana pemasaran, yaitu : 1) Dalam menilai situasi terkini, perusahaan perlu mengidentifikasi pesaingpesaing kunci, serta mempelajari kekuatan dan kelemahan pesaing. 2) Analisis dan intelegensi bersaing membentuk strategi bersaing yang didukung oleh bauran pemasaran. Dalam menganalisa persaingan industri, Kotler (2000) mengemukakan bahwa ada delapan hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1) Mengidentifikasi Pesaing. Hal ini dapat dibedakan berdasarkan empat tingkat substitusi, yaitu : i. Persaingan Merk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa yang serupa pada pelanggan sama dengan harga sama. ii. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama. iii. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan memproduksi produk yang memberikan jasa sama. iv. Persaingan generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan harga konsumen yang sama. 2) Mengidentifikasi Strategi Pesaing. Pesaing terdekat perusahaan adalah yang mengejar pasar sasaran sama dengan strategi sama. 3) Menentukan tujuan pesaing. Tujuan pesaing beraneka ragam, misalnya profitabilitas, pertumbuhan pangsa pasar, arus kas, keunggulan teknologi dan keunggulan pelayanan.
12 4) Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing. Sumber daya dan kemampuan dari masing-masing pesaing dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan strategi. 5) Mengestimasi pola reaksi pesaing. Pola reaksi pesaing ada yang lambat, cepat, penuh perhitungan dan tidak terduga. 6) Merancang sistem intelejen persaingan. 7) Memilih pesaing untuk diserang dan dihindari. 8) Menyeimbangkan orientasi pelanggan dan pesaing.
4. Analisa SWOT Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi perusahaan adalah tahap input, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Dalam Analisa Strength, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT), tahap input adalah mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi strategi yang diformulasikan menjadi External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) perusahaan. Tahap analisis adalah menganalisa kondisi dan posisi perusahaan, dengan menggunakan
matriks Internal-External
(I-E). Tahap pengambilan keputusan adalah tahapan untuk memilih strategi yang tepat bagi perusahaan, salah satu yang digunakan perusahaan adalah
dengan
menggunakan matriks SWOT (David, 1997). Pengembangan bisnis oleh perusahaan (termasuk industri kecil) pada awalnya ditentukan oleh kemampuan untuk mengidentifikasi (diagnosis) pengelolaan produksi (metode dan kerjasama tim) atas faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
melalui analisis
SWOT. Dengan analisis ini didapatkan tahapan seperti menilai keadaan, menentukan tujuan dan memutuskan pilihan dan evaluasi kegiatan (Hubeis, 1997) Menurut Hubeis (2003), komponen-komponen dalam analisa SWOT dapat diartikan sebagai berikut : a. Strengths (Kekuatan) adalah sumberdaya atau kapasitas perusahaan yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan.
13 b. Weaknesses (kelemahan) adalah keterbatasan, toleransi ataupun cacat dari perusahaan yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan. c. Opportunities (peluang) adalah situasi mendukung dalam suatu perusahaan yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan sejenis atau hal-hal yang memungkinkan organisasi untuk meningkatkan posisinya melalui kegiatan pemasaran sehingga mampu meningkatkan permintaan produk/jasa. d. Threats (ancaman) adalah hambatan situasi yang tidak mendukung, kendala atau berbagai unsur eksternal lainnya dalam lingkungan perusahaan yang potensial merusak strategi yang telah disusun, sehingga menimbulkan permasalahan bagi perusahaan. 5. Penciptaan Value a. Pengertian Value Persaingan produk es krim memasuki era persaingan yang sangat ketat, hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk es krim dengan berbagai merk yang ditawarkan di pasar, dan untuk menguasai atau merebut pangsa pasar sebesar mungkin sangat tergantung pada bagaimana kemampuan dari perusahaan tersebut memberikan nilai (manfaat) yang lebih baik kepada pelanggan, dibanding perusahaan lainnya. Oleh karena itu, tidak heran kalau akhir-akhir ini perusahaan es krim begitu antusias dan berlomba-lomba untuk mempengaruhi benak pelanggan, dengan memoles atau mengemas produknya agar terlihat memiliki keunggulan atau nilai yang lebih baik di mata pelanggannya, dibanding produk yang sama dari perusahaan pesaing. Menurut Tunggal (2009), Value dalam makna persaingan adalah jumlah yang sedia dibayarkan pembeli untuk sesuatu yang diitawarkan perusahaan. Nilai diukur dengan pendapatan total, cerminan harga yang ditentukan perusahaan dan jumlah unit produk yang dapat dijualnya. Porter (1992) berpendapat bahwa Value dalam konteks pemasaran adalah selisih antara jumlah nilai bagi pelanggan (nilai yang dinikmati pelanggan) dan jumlah biaya dari pelanggan (biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan). Jumlah nilai bagi
14 pelanggan adalah sekelompok keuntungan atau manfaat yang diharapkan pelanggan dari barang dan jasa tertentu. b. Faktor-Faktor Pembentuk Value Faktor utama dalam membentuk value adalah : 1) Marketing Mix (4P) Marketing Mix mengacu pada paduan strategi produk, distribusi, promosi dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran saling memuaskan dengan pasar yang dituju, sehingga dapat digunakan untuk merancang strategi produk pada setiap pasar sasaran (Cravens, 2000; Lamb, dkk., 2001). Menurut Kotler dan Armstrong (1997), Marketing Mix atau bauran pemasaran adalah bauran dari empat jenis peubah atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yang terdiri dari peubah produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi atau yang lebih dikenal dengan istilah 4P (Product, Price, Promotion dan Place). 4P merupakan salah satu faktor utama dalam membentuk value, artinya bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengemas 4P tersebut sesuai dengan need, want dan expectation dari konsumen sehingga perusahaan mampu mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran. Rincian dari hal di atas sebagai berikut : i. Product (Produk) Produk adalah sesuatu yang ditawarkan yang dapat memenuhi harapan konsumen. Tjiptono (1999) mendefinisikan produk sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Peter dan Olson (2000) menjelaskan bahwa pengetahuan produk oleh konsumen dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan tentang ciri atau karakteristik produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan oleh produk tersebut. Aktivitas pemasaran di bidang produk dapat berupa diversifikasi produk, penciptaan produk baru, penciptaan disain produk, pengemasan produk dan lain-lain.
15 ii. Price (Struktur Harga) Menurut Lamb, dkk., (2001), harga adalah apa yang harus diberikan oleh konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk tertentu. Harga suatu produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya nilai kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya. Menurut Tjiptono (1999), strategi harga adalah satu-satunya strategi yang menghasilkan pendapatan langsung dari hasil penjualan suatu produk kepada konsumen. Walker, et.al., (2003) berpendapat bahwa dengan menerapkan kebijakan harga lebih rendah dibandingkan dengan pesaing dapat tercipta apabila perusahaan memiliki keunggulan bersaing pada biaya rendah (low cost). Selain itu penetapan harga dan persaingan harga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi oleh para eksekutif pemasaran (Kotler, 2000). Aktivitas pemasaran dibidang harga dapat berupa
penetapan
harga
produk,
pemberian
potongan
harga,
memprakarsai perubahan harga dan memodifikasi harga. iii. Promotion (Strategi Promosi) Fungsi promosi dalam bauran pemasaran adalah untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi dengan setiap konsumen. Menurut Kotler (2000), promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengenalkan dan mengkomunikasikan produk yang dihasilkan kepada konsumen, membujuk dan mengingatkan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk yang dihasilkan. Sedangkan Cravens (2000) menjelaskan bahwa strategi promosi terdiri dari aktivitas penentuan (1) tujuan komunikasi, (2) peranan komponen-komponen pembentuk bauran promosi, (3) anggaran promosi dan (4) strategi setiap komponen bauran. Strategi pemasaran meliputi kegiatan periklanan, promosi penjualan, personal selling dan publisitas. Kegiatan periklanan dapat dilakukan dengan mengenalkan produk kepada konsumen melalui surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain. Kegiatan promosi penjualan dapat dilakukan dengan cara melakukan demonstrasi atau membagi-bagikan contoh produk kepada
16 calon konsumen. Kegiatan personnal selling dapat dilakukan dengan cara direct selling, telephone selling, mail order atau door to door. Sedangkan kegiatan publisitas digunakan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen sehingga konsumen tertarik dengan produk yang dipasarkan, misalnya dengan mengikuti pameran, menyiarkan berita di surat kabar radio dan televisi. Dalam menetapkan kebijakan promosi, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan waktu yang tepat dalam penyampaian, menetapkan anggaran promosi, memilih media yang tepat dan mampu menetapkan tujuan komunikasi, sehingga dengan kegiatan promosi mampu meningkatkan pertumbuhan penjualan produk. Strategi pemasaran di bidang promosi sering dikenal dengan istilah promotional mix. iv. Place (Saluran Distribusi) Saluran distribusi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat produk dapat dengan mudah diperoleh oleh konsumen. Produk yang sudah dikemas dengan baik,
harus diikuti
dengan sistem distribusi yang baik, agar produk tersebut benar-benar dapat dirasakan oleh konsumen memiliki keunggulan dibanding produk sejenis dari perusahaan pesaing. 2) Strategi STP (Segmentation, Targeting and Positioning) Kebutuhan dan keinginan setiap individu adalah berbeda satu sama lain (unik). Majid (2008) menyatakan bahwa segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Manfaat dari segmentasi (segmentation) pasar bagi produsen adalah untuk mengetahui respon pemasaran yang berbeda-beda, sehingga produsen dapat mengalokasikan anggaran secara lebih tepat pada berbagai segmen. Setelah segmen pasar terbentuk, maka harus ditetapkan segmen mana yang akan dijadikan sebagai target market (targeting). Dengan mengetahui target market maka strategi 4P yang dikembangkan akan lebih terfokus, dan
17 produk yang ditawarkan akan memiliki posisi (positioning) yang jelas di benak konsumen (Kasali, 1998). 3) Faktor penting lainnya yang harus diperhatikan dalam membentuk nilai bagi pelanggan adalah : i. Brand Equity (Merk) Penamaan merk produk yang kuat dan positif mengandung nilai kepercayaan dan akan tersimpan lama di benak konsumen. Lebih dari 50% keputusan pembelian dipengaruhi oleh merk. ii. Service (Pelayanan) Pelayanan yang memuaskan merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam memilih produk, dan akan dirasakan konsumen ketika mereka mulai bertransaksi untuk membeli produk yang ditawarkan. Menurut Wilkie (1994), ada beberapa alternatif tindakan konsumen apabila merasa tidak puas, yaitu tidak melakukan pembelian ulang, berpindah pada merek lain, menceritakan kepada teman/kerabat dan komplain kepada penjual atau agen. iii. Process (Proses) Konsumen harus dapat merasakan bahwa apa yang dinikmatinya (nilai) adalah merupakan hasil dari suatu proses yang mampu menghasilkan mutu terbaik. Dalam implementasinya, faktor-faktor pembentuk nilai tersebut harus diselaraskan melalui analisa 4C (Gambar 1), yaitu : i. Company (Perusahaan) Pemilik perusahaan/pemegang saham, manajemen, pegawai, dan lain-lain merupakan salah satu lingkungan yang akan mempengaruhi faktor-faktor dalam pembentukan nilai tersebut di atas. ii. Customer (Konsumen) Harus terus digali dan diidentifikasi apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan.
18 iii. Competitor (Pesaing) Tingkat aggressiveness pesaing dalam memasuki pasar dengan keunggulankeunggulan yang ditawarkan. iv. Change (Perubahan) Perubahan yang begitu cepat dan sangat berpengaruh terhadap bisnis perusahaan, misalnya perubahan dibidang teknologi, lingkungan/pasar dan kondisi ekonomi.
Marketing Mix
Brand Equity
Segmentation Targeting Positioning
VALUE
Delivery
Service
Process 1) Company 2) Customer
3) Competitor 4) Change
Gambar 1. Strategi penciptaan value (Soemantri, 2003)
III. METODE KAJIAN
1. Kerangka Pemikiran Kajian Dari skema kerangka pemikiran sebagaimana Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa proses kajian dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu kajian terhadap internal perusahaan dan kajian terhadap kondisi eksternal yang mempengaruhi atau berkaitan dengan kondisi perusahaan. Melalui kedua pendekatan tersebut diharapkan timbul suatu strategi yang mampu untuk menunjang keberhasilan perusahaan di bidang pemasarannya. Dalam melakukan suatu kajian terhadap strategi perusahaan di bidang pemasarannya, maka sebagai langkah awal harus mengetahui strategi atau sistem pemasaran yang sudah dan sedang dijalankan oleh perusahaan es krim Baltic saat ini (existing condition). Dari kondisi perusahaan saat ini, maka akan digali permasalahan-permasalahan yang menjadi penyebab utama kurang berkembangnya sistem pemasaran yang ada. Hal ini dapat dilihat dari belum optimalnya pemakaian alat yang digunakan. Kajian terhadap permasalahan perusahaan di bidang pemasaran dilakukan melalui dua pendekatan, pertama melalui kajian kondisi dan permasalahan dari internal perusahaan, meliputi antara lain bagaimana kebijakan perusahaan di bidang Product, Price, Promotion dan Place (4P) yang dilakukan saat ini, apakah perusahaan sudah mempunyai target market yang jelas atau apakah produk yang dihasilkan sudah dikenal dan diterima oleh pasar. Selanjutnya bagaimana budaya perusahaan tersebut dalam menunjang keberhasilan (visi/misi) perusahaan mulai dari perencanaan, pengadaan bahan baku, proses produksi, sampai pada pemasarannya. Kedua melalui kajian eksternal perusahaan yang meliputi posisi pesaing di pasar, bagaimana perilaku dan tanggapan konsumen terhadap produk perusahaan maupun produk pesaing yang akan mempengaruhi perusahaan. Dari dua pendekatan tersebut di atas ditemukan formula yang terbaik untuk memberikan alternatif strategi bagi perusahaan es krim Baltic. Metode yang digunakan adalah pendekatan SWOT untuk melihat keseluruhan potensi yang ada,
20 baik didalam maupun diluar perusahaan, guna memberikan solusi terbaik dalam menetapkan strategi yang lebih tepat bagi perusahaan. Dengan strategi yang tepat dibangun nilai-nilai perusahaan yang dapat dirasakan oleh konsumen sebagai suatu keunggulan kompetitif. Nilai-nilai tersebut harus tetap dipertahankan guna meningkatkan pangsa pasar produk, yang pada gilirannya perusahaan mampu menguasai pasar atau keluar sebagai market leader. SISTEM PEMASARAN ES KRIM BALTIC YANG ADA
KAJIAN SISTEM PEMASARAN ES KRIM BALTIC (4P)
INTERNAL
EKSTERNAL
PT.BALTICINDO JAYAFOOD (perusahaan yang memproduksi es krim Baltic)
- PERUSAHAAN PESAING (perusahaan yang memproduksi es krim Campina dan Walls) - KONSUMEN (konsumen es krim Baltic, Campina dan Walls)
- ANALISA PERSEPSI PASAR (bauran pemasaran) - ANALISA SWOT
STRATEGI PEMASARAN Gambar 2. Kerangka pemikiran kajian
umpan balik
21 2. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi penelitian dilakukan di daerah Kramat Raya dan sekitarnya. Obyek kajian dan respondennya adalah konsumen yang melakukan pembelian komoditas es krim Baltic dan es krim pesaing sejenis (Campina dan Walls). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah pemasaran dominan untuk produk es krim Baltic dibandingkan dengan 3 (dua) lokasi outlet Baltic lainnya (Radio Dalam, Meruya dan Cibubur). Waktu kajian dilakukan selama 2 bulan, yaitu Mei 2009 hingga Juni 2009. 3. Metode Kerja Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama. Data primer berkaitan dengan responden yang diperoleh secara langsung. Data primer dari pihak perusahaan diperoleh secara langsung melalui teknik wawancara dan observasi terhadap pihak yang berkompeten dan terkait langsung dengan manajemen perusahaan. Data sekunder diperoleh dengan cara pencarian informasi dari data kepustakaan, dokumen-dokumen perusahaan, makalah-makalah seminar dan data dari instansi-instansi terkait. Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode wawancara dengan alat bantu daftar pertanyaan (Lampiran 1) dan survei dengan alat bantu kuesioner (Lampiran 2) untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa penyelidikan mengapa gejala-gejala tersebut ada. Wawancara dan survei dilakukan dengan pihak internal dan eksternal perusahaan yang dianggap berkompeten untuk menjawab pertanyaan. Survei untuk data kajian persepsi pasar dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden konsumen es krim Baltic, Campina dan Walls. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel, yang disajikan dalam bentuk tabulasi.
22 Tahapan kerja tersebut dapat dirinci sebagai berikut : a. Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan melalui langkah-langkah berikut : 1) Pengumpulan data internal, yang terdiri dari : i. Observasi berupa pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti, meliputi observasi strategi, lokasi, produk, bahan dan proses produksi pada perusahaan PT. Balticindo Jayafood. ii. Wawancara kepada pemilik perusahaan narasumber yang merangkap sebagai manajer di PT. Balticindo Jayafood, kepala bagian produksi dan kepala bagian pemasaran. Aspek yang dikaji adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di PT. Balticindo Jayafood. 2) Pengumpulan data eksternal untuk mengungkap fakta yang terjadi di lapangan, terdiri dari : i. Observasi berupa pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti, meliputi observasi strategi, lokasi dan produk pada perusahaan pesaing. ii. Wawancara dan survei kepada konsumen es krim Baltic, Campina dan Walls meliputi segmentasi pasar dan persepsi pasar. Aspek yang dikaji berupa persepsi pasar
terhadap 16 faktor peubah, yaitu
kemasan,
tingkat kelezatan, pilihan rasa, ukuran, bentuk, tekstur, warna, komposisi, harga, tempat penjualan, tingkat higienis, kemudahan memperoleh, promosi, merk, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI. b. Pengambilan Contoh Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Jumlah contoh yang digunakan pada kajian ini seluruhnya 80 kuesioner yang disebar kepada para pelanggan es krim Baltic, Campina dan Walls, dengan perincian berikut : 1) 40 kuesioner untuk kajian utama, di outlet es krim Baltic. 2) 20 kuesioner untuk kajian pendukung, di outlet es krim Campina. 3) 20 kuesioner untuk kajian pendukung, di outlet es krim Walls.
23 c. Pengolahan dan Analisis Data 1) Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum dilakukan pengolahan data maka perlu dilakukan uji hipotesis berupa uji validitas. Uji validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam mengukur peubah yang akan diukur. Metode pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode Alpha (Cronbach’s). Koefisien Alpha
(Cronbach’s)
yang berguna untuk
mengestimasi validitas setiap skala (indikator observarian). Bivariate Pearson adalah analisis dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi nyata dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap keadaan suatu perusahaan. Koefisien korelasi item total Bivariate Pearson dapat dirumuskan sebagai berikut :
n(∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )
r=
[n ∑ X 2 − (∑ X ) ][n∑ Y 2 − (∑ Y ) ] 2
2
Keterangan : r = Koefisien korelasi item total Bivariate Pearson (Indeks validitas) X = Skor item pertanyaan Y = Skor total pertanyaan N = Banyaknya butir pertanyaan Kriteria valid atau tidak valid adalah bila korelasi r hitung kurang dari nilai r tabel dengan taraf nyata 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : i. Jika r hitung ≥ r
tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi nyata terhadap skor total pertanyaan, maka pertanyaan yang diajukan kepada responden layak digunakan. ii. Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi nyata terhadap skor total pertanyaan, maka pertanyaan yang diajukan kepada responden tidak layak digunakan.
24
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan tetap konsisten jika dilakukan pengulangan terhadap pengukuran. Metode pengukuran yang dilakukan pada uji reliabilitas penelitian ini adalah metode Alpha (Cronbach’s). Priyatno (2008) mengemukakan bahwa metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-4, 1-5) atau skor rentangan (misal 0-20, 0-50). Arikunto (2002) merumuskan uji reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut :
σb 2 k rii = 1 − ∑ 1 σt k − 1
Keterangan : = Reliabilitas instrumen r11 k = Banyak butir pertanyaan 2 σt = Ragam total
∑σ
2 b
= Jumlah ragam butir
Uji nyata dilakukan pada taraf nyata 0,05, artinya pertanyaan yang diajukan kepada responden dikatakan reliabel, bila nilai alpha lebih besar dari r kritis (r hitung). Program yang digunakan untuk melakukan olah data statistik dalam pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini adalah Microsoft SPSS versi 16.0 for windows.
2) Analisa Persepsi Pasar Metode yang digunakan untuk menganalisa persepsi pasar adalah analisa model
Multiatribut. Model sikap multiatribut menggambarkan
rancangan yang berharga untuk mengidentifikasi hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk yang berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Menurut Engel dkk. (1995) salah satu model multi atribut yang terkenal adalah model multiatribut Fishbein.
Analisa
model
multiatribut
Fishbein
digunakan
untuk
25 mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan keyakinan (belief) terhadap merk. Rumus model Fishbein adalah : n
Ao =
∑b e i
i
i =1
Keterangan : Ao = sikap terhadap obyek bi = kekuatan kepercayaan ba ei = evaluasi mengenai atribut i n = jumlah atribut yang menonjol Dalam model Fishbein diperoleh prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap objek tertentu yang dapat diidentifikasi melalui tiga faktor utama, yaitu faktor keyakinan terhadap atribut yang menonjol dari objek, faktor kekuatan keyakinan terhadap atribut yang memiliki atribut khas dan faktor evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol. Engel dkk. (1995) berpendapat bahwa komponen sikap (Ao) merupakan estimasi sikap konsumen terhadap masing-masing produk dengan menggunakan indeks ∑ bi.ei, dimana skor kepercayaan harus dikalikan dengan skor evaluasi. Skor sikap (Ao) yang lebih tinggi yang dimiliki suatu produk berarti produk tersebut lebih disukai konsumen. Skor sikap digunakan untuk menentukan posisi produk tertentu terhadap produk pembandingnya. Pada produk pembanding ditentukan skor sikap maksimum (Ao maksimum). Skor Ao maksimum diperoleh dari perkalian antara skor evaluasi dan kepercayaan. Peubah
yang
digunakan
dalam
formulasi
Fishbein
untuk
menganalisa sikap konsumen terhadap es krim Baltic dan pesaingnya pada kajian ini adalah : i. Peubah Ao (perkalian peubah bi dan ei) menyatakan penilaian sikap responden terhadap atribut merk es krim Baltic, Campina dan Walls yang merupakan hasil perkalian setiap skor kekuatan kepercayaan (bi) dengan skor evaluasi atribut (ei)
26 ii. Peubah ei menunjukkan seberapa kuat responden memiliki tingkat kepentingan terhadap atribut merk es krim Baltic, Campina dan Walls yang diukur pada tingkat evaluasi skala -2 sampai 2, yaitu penilaian -2 (sangat tidak penting), -1 (tidak penting), 0 (biasa), 1 (penting) dan 2 (sangat penting). iii. Peubah bi menunjukkan seberapa kuat responden percaya terhadap merk es krim Baltic, Campina dan Walls yang diteliti memiliki atribut yang diberikan. Skala pengukuran sama dengan peubah ei namun peubah penilaiannya berbeda.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode Fishbein, diharapkan dapat diidentifikasi persepsi konsumen terhadap produk es krim Baltic, Campina dan Walls sehingga dapat memberikan gambaran seberapa kuat produk es krim Baltic mampu bersaing dengan industri sejenis di pasar.
3) Analisa Hubungan Dua Variabel (Crosstabs) Uji Khi Kuadrat (chi square test) diperlukan untuk mengetahui ketergantungan diantara dua variabel yang sedang diteliti. Pengujian menggunakan Crosstabs (tabel silang) yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara baris dan kolom. Variabel antara baris dan kolom adalah variabel independen dan data yang digunakan berskala nominal atau bisa ordinal tetapi tidak diukur tingkatannya dan menjadi data nominal. Rumus Khi Kuadrat (X2) adalah :
X2 =
( f0 − fh )2 ∑ fh i =1 k
Keterangan : fo = banyaknya observasi. fh = banyaknya observasi yang diharapkan.
27 4) Analisa SWOT i. Matriks EFE dan IFE Dalam mengambil keputusan, matriks EFE digunakan untuk membantu pengambil keputusan meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal perusahaan sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan. Menurut David (1997), langkah-langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE adalah : i) Membuat daftar faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap perusahaan. ii) Memberikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Skala Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting). iii) Menentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4 (superior). iv) Menggandakan setiap rating dengan masing-masing bobot untuk setiap peubahnya. v) Menjumlahkan skor yang diperoleh yang menggambarkan total skor organisasi. vi) Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.
28 Tabel 1. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategik Eksternal
A
B
C
D
….
Total
A B C D …….. Total Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategik Internal
A
B
C
D
….
Total
A B C D …….. Total Tabel 3. Matriks EFE Faktor Strategis Eksternal A. Peluang : 1. 2. . Dst Jumlah (A) B. Ancaman : 1. 2. . Dst Jumlah (B) Total (A+B)
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
29 Tabel 4. Matriks IFE Faktor Strategik Internal
Bobot
Rating
Skor
A. Kekuatan : 1. 2. . dst Jumlah (A) B. Kelemahan : 1. 2. . Dst Jumlah (B) Total (A+B)
ii. Matriks Internal dan Eksternal (IE) Matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengumpulkan informasi pada tahap pemaduan. Matriks IE (Gambar 3) didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor EFE dan total skor IFE, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu nilai 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, nilai 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan nilai 3,0-4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Daerah pada matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga daerah tersebut terdiri dari : i. Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif. ii. Daerah 2 meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar.
30 iii. Daerah 3, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan divest. iii. Matriks SWOT Alat
yang dipakai untuk menyusun
faktor-faktor strategi
perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat menghasilkan empat
kemungkinan
alternatif strategi yang dapat dilihat pada Tabel 5.
I F E Kuat 4,0
Tinggi
THE
Rataan 3,0
Lemah 2,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0 EXTERNAL FA EVA
Sedang 2,0
Rendah
1,0 Gambar 3. Matriks IE (Kotler, 2000)
31 Tabel 5. Matriks SWOT Faktor Internal
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Strategi S-O: Menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih keuntungan dari peluang eksternal
Strategi W-O : Mengembangkan kelemahan internal perusahaan dengan meraih keuntungan dari peluang eksternal Strategi W-T : Mengarahkan taktik bertahan untuk mengurangi kelemahan internal perusahaan dan menghindari ancaman lingkungan
Faktor eksternal
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threats)
Strategi S-T : Menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari/ mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal
Sumber : Pearce and Robinson, 1997
4. Aspek Kajian Langkah awal dalam melakukan kajian adalah mengetahui strategi atau sistem pemasaran yang sudah dan sedang dijalankan oleh perusahaan es krim Baltic saat ini (existing condition), sehingga diketahui permasalahan-permasalahan yang menjadi penyebab utama kurang berkembangnya sistem pemasaran yang ada. Analisa persepsi pasar dilakukan untuk mengidentifikasi pesaing yang ada sekarang dan pesaing potensial serta mengidentifikasi pergerakan potensial, dari pesaing untuk membantu perusahaan merencanakan persaingan yang efektif. Melalui analisa persepsi pasar, berupa bauran pemasaran yaitu product, price, promotion and place (4P), maka dilakukan kajian meliputi 16 faktor peubah, yaitu kemasan, rasa, pilihan rasa, ukuran, bentuk, tekstur, warna, komposisi, harga, tempat penjualan, tingkat higienis, kemudahan memperoleh, promosi, merk, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI, sehingga diketahui seberapa kuat persepsi konsumen terhadap es krim Baltic dibandingkan dengan es krim pesaing (Campina dan Walls). Selain itu kajian segmentasi pasar juga dilakukan agar dapat menganalisa sasaran-sasaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
32 Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktorfaktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dikaitkan dengan produk sejenis dari perusahaan pesaing sehingga dapat memberikan masukan untuk pengembangan pemasaran suatu perusahaan di masa mendatang. Analisis lingkungan internal dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek, yaitu kekuatan dan kelemahan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif akan
memaksimalkan
kekuatan
dan
meminimalkan
kelemahan,
sehingga
diharapkan manajemen perusahaan dapat memperoleh informasi agar dapat mengubah sisi kelemahan menjadi kekuatan yang baru. Dari sisi analisa lingkungan eksternal perusahaan didekati dari dua pendekatan yaitu peluang dan ancaman, sehingga diharapkan manajemen perusahaan mampu mengenali adanya peluangpeluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk meraih keunggulan dalan persaingan, sedangkan ancaman dapat dihindari. Analisis SWOT akan membantu perusahaan dalam menyusun strategi manajemen pemasaran yang efektif untuk mengelola sarana usaha secara terarah, sehingga dapat mencegah aktivitas pemborosan seoptimal mungkin sekaligus mampu meningkatkan daya saing bisnis.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Perusahaan Es krim Baltic diproduksi pada tahun 1939. Sejak berdiri perusahaan dikelola oleh keluarga Setiawan. Saat ini pemilik perusahaan adalah Bapak Mulya Setiawan, merupakan generasi kedua dari pendiri perusahaan. Konsep awalnya membuka kedai es krim di daerah Kramat Raya. Saat itu di daerah sekitar Kramat Raya belum ada kedai es krim. Lokasi yang strategik dan suasana yang nyaman menjadikan es krim Baltic (pada saat itu bernama Istana Es Krim) dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan untuk mendapatkan semangkuk es krim Baltic orang harus antre. Namun berangsur-angsur masa kejayaan terus menghilang. Hal ini disebabkan munculnya banyak pesaing, baik perusahaan lokal misalnya es krim Walls, Campina, maupun perusahaan asing, misalnya Baskin Robins dan Hagen-daz. Saat ini pangsa pasar industri es krim di Indonesia dikuasai oleh merk Walls dan Campina yang menguasai pasar masing-masing 50% dan 30%. Es krim Walls yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia pada tahun 1992 dan es krim Campina yang diproduksi oleh PT. Campina Ice Cream Industry pada tahun 1970, mampu menyaingi industri sejenis, terutama industri berskala kecil seperti PT. Balticindo Jayafood. Hal ini dianggap wajar, karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan nasional dengan modal besar. Menurut Nielsen Media Research di dalam Hidayat (2008), total biaya iklan es krim Walls untuk biaya pengembangan masing-masing Rp.106 miliar pada tahun 2005, Rp.120 miliar pada tahun 2006 dan Rp.172 miliar pada tahun 2007, total biaya iklan Campina untuk biaya pengembangan masing-masing Rp.8,5 miliar pada tahun 2005, Rp.12,9 miliar pada tahun 2006 dan Rp.17,4 miliar pada tahun 2007, sedangkan total biaya iklan es krim Baltic dari tahun 2005 - 2007 tidak lebih dari Rp.10 juta. Namun pengembangan-pengembangan terus dilakukan PT. Balticindo Jayafood agar usaha tetap bertahan dan mampu menyaingi industri sejenis di pasaran. Pengembangan-pengembangan yang dilakukan perusahaan
34 berupa diferensiasi produk, sistem paket pada harga, promosi-promosi sederhana, dan menambah jalur distribusi berupa outlet penjualan di 3 lokasi, yaitu daerah Radio Dalam, Meruya dan Cibubur. Sebelum krisis moneter pada tahun 1997, proses pendistribusian dilakukan melalui agen penjualan berupa titip jual, tetapi jalur distribusi yang dijalankan tidak memberikan pengaruh yang baik terhadap perusahaan, karena proses perputaran uang berjalan lambat, sehingga jalur distribusi melalui agen akhirnya dihentikan. Saat ini, untuk memudahkan konsumen mendapatkan es krim Baltic, jalur distribusi dilakukan dengan sistem pesan antar. b. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur
organisasi
PT.
Balticindo
Jayafood,
perusahaan
yang
memproduksi es krim Baltic, masih bersifat sederhana dan berbentuk lini (line organization), dimana kekuasaan mengalir secara langsung dari pimpinan ke kepala seksi dan kemudian diteruskan kepada pegawai-pegawai di bawahnya. Pemilik bertindak sebagai manager sekaligus pengawas jalannya perusahaan secara umum. Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 4.
Pemilik
Supervisor 1
Bagian Operasional
Bagian Pemasaran
Supervisor 2
Bagian Produksi
Gambar 4. Struktur organisasi PT. Balticindo Jayafood
35 c. Proses Produksi dan Jenis Produksi Bahan baku utama untuk pembuatan es krim terdiri dari campuran lemak susu dan tumbuhan, susu bubuk, gula pasir, bahan penstabil, bahan pengemulsi dan pencita rasa. Bahan baku dan kemasan diperoleh dari pemasok yang ada di Jakarta dan Bandung. Proses produksi dilaksanakan dengan menggunakan alatalat sederhana dan masih mengandalkan tenaga manusia. Proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5 dan jenis produksi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis dan harga es krim Baltic Nama produk Connecio
Choco stick Tutti Fruti
Lolli Frutt
Keterangan - Es krim coklat dengan kacang nougat dilapisi coklat. - Es krim stroberi dengan fruit mix dilapisi coklat putih. - Es krim vanilla oreo dengan fruit mix dilapisi coklat. Es krim susu dilapisi coklat pilihan rasa (coklat, stroberi, vanilla, alpukat, mocca, kopyor, peanut dan butter). Pilihan rasa : - coklat stroberi - alpukat stroberi - coklat alpukat - mocca kopyor Es krim susu dengan pilihan rasa coklat, stroberi, durian, melon, vanilla, kopyor, mocca, alpukat, ketan hitam, nangka, kacang hijau, jeruk, sirsak, nanas dan jambu.
Harga (Rp.)
5.000 2.700 2.600
2.500
Cup es puter
Kombinasi 3 rasa, yaitu : - coklat, kopyor, stroberi - melon, durian, nangka
2.500
Cup regular
Pilihan rasa coklat, stroberi, durian, alpukat, vanilla, kopyor, mocca dan jeruk.
2.900
Cup spesial
Pilihan rasa coklat chip, vanilla oreo, rum raisin, nougat, peppermint, fruit mix dan mocca chip.
3.100
Cup besar regular
Kombinasi 3 rasa, yaitu : - neopolitan 1 (coklat, stroberi dan alpukat) - neopolitan 2 (coklat chip dan stroberi fruit mix) Ukuran 0,5 liter Ukuran 1 liter Kombinasi 2 rasa, yaitu : - rum raisin dan vanilla chip - coklat chip dan stroberi fruit mix - mocca chip dan nougat Ukuran 0,5 liter Ukuran 1 liter Kombinasi 3 rasa Ukuran 8 liter Berbagai macam rasa dan bentuk Ukuran diameter 18 cm hingga 40 cm
Cup besar spesial 2 in 1
Es krim galon Ice tart
14.500 26.500
16.500 29,500 290.000 145.000 - 560.000
36
Lanjutan Tabel 6. Nama produk Mini ice tart
Paket A
Paket B
Paket C
Paket D
Paket E
Keterangan Berbagai macam rasa dan bentuk Ukuran diameter 5 cm Isi 16 Isi 25 Terdiri dari : - cup reguler ukuran 0,5 liter - 1 connecio - 3 choco stick - 3 tutti frutti - 5 lolli frutt Terdiri dari : - 4 cup reguler - 4 choco stick - 4 tutti frutti - 5 lolli frutt Terdiri dari : - 6 chocco stick - 6 tutti frutti - 5 lolli frutt Terdiri dari : - 3 mini ice tart - 3 choco stick - 3 tutti frutti - 2 lolli frutt Terdiri dari : - 3 cup spesial - 5 choco stick - 2 tutti frutti - 2 lolli frutt
Harga (Rp.)
70.000 110.000 50.000
50.000
50.000
38.000
38.000
d. Strategi Pemasaran Perusahaan Saat ini strategi pemasaran yang dilakukan masih bersifat sederhana. Perubahan strategi pemasaran meliputi munculnya tampilan es krim baru, yang semula hanya menjual es krim bentuk steak, cup dan literan, kini tersedia pula dalam bentuk ice tart, misalnya Black Forest Ice Tart. Disamping itu, penjualan es krim Baltic dengan sistem paket memberikan keringanan harga bagi konsumen. Promosi dilakukan dengan membagikan brosur kepada pembeli. Media internet merupakan salah satu alat promosi yang dimanfaatkan untuk mengenalkan produk es krim kepada masyarakat luas. Konsep pemasaran layanan pesan antar dilakukan untuk mengatasi persaingan yang semakin hebat. Penawaran produk dilakukan dengan menghubungi konsumen melalui telepon. Layanan pesan antar dikhususkan bagi konsumen di daerah Jabodetabek dan sekitarnya.
37 BAHAN BAKU : 1. Lemak Susu + Tumbuhan 2. Susu Bubuk 3. Gula Pasir 4. Bahan Penstabil 5. Bahan Pengemulsi 6. Air
= 10-20 = 30-36 = 15-20 = 0,3 = 0,3 = 23,4
% % % % % %
DICAMPUR
PASTEURISASI (Temperatur 800C)
PENAMBAHAN PENCITA RASA
HOMOGENASI (10 menit)
AGING DAN PENGADUKAN (Temperatur 40C)
PEMBEKUAN (Temperatur -8 s/d -120C)
PACKING
HARDENING
ES KRIM
Gambar 5. Proses produksi es krim Baltic
38 2. Karakteristik Konsumen Data yang diperoleh dalam kajian ini berasal dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner yang berasal dari konsumennya berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 konsumen diperoleh dari outlet es krim Baltic sebagai data untuk kajian utama, 20 konsumen diperoleh dari outlet es krim Campina sebagai data untuk kajian pendukung dan 20 konsumen diperoleh dari outlet es krim Walls yang juga sebagai data kajian pendukung. Dalam pembahasan selanjutnya dikemukakan profil masing-masing konsumen yang menjadi obyek kajian. a. Usia Konsumen Dari data pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa komposisi usia konsumen es krim Baltic dominan berada pada rentang usia > 40 tahun sebanyak 30%. Brand image ”es krim tempoe doeloe” menjadikan es krim Baltic ini masih disukai oleh konsumen yang berusia 40 tahun. Hal ini berbeda dengan responden es krim Campina yang paling dominan pada rentang usia < 20 tahun sebanyak 45% dan es krim Walls dengan rentang usia paling dominan < 20 tahun sebanyak 55%, karena memang fokus pangsa pasar yang dikuasai es krim Campina dan Walls untuk usia pelajar dan anak-anak. Tabel 7. Komposisi usia Usia Responden (tahun)
Es krim Baltic
Es krim Campina
Es krim Walls
Orang
%
Orang
%
Orang
%
< 20
8
20
9
45
11
55
20-30
9
22,5
6
30
4
20
30-40
11
27,5
5
25
4
20
>40
12
30
0
0
1
5
40
100
20
100
20
100
Total
b. Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 8, komposisi jenis kelamin konsumen es krim didominasi jenis kelamin wanita. Nilai yang diperoleh, yaitu es krim Baltic 82,5%, es krim Campina 90% sedangkan es krim Walls 70%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen wanita dapat menjadi pangsa pasar tersendiri bagi ketiga produsen es krim tersebut dalam peningkatan penjualannya.
39 Tabel 8. Komposisi jenis kelamin Jenis kelamin (orang)
Es krim Baltic
Es krim Campina
Es krim Walls
Orang
%
Orang
%
Orang
%
Pria
7
17,5
2
10
6
30
Wanita
33
82,5
18
90
14
70
40
100
20
100
20
100
Total
c. Pendidikan Terakhir Berdasarkan komposisi pendidikan terakhir pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir konsumen es krim Baltic, Campina dan Walls adalah SMA/sederajat, yaitu berturut-turut 65%, 70% dan 65%. Hal ini ini menunjukkan bahwa strategi pemasaran untuk konsumen es krim Baltic perlu disesuaikan dengan pendidikan konsumen yang dominan berpendidikan menengah. Tabel 9. Komposisi pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir
Es krim Baltic
Es krim Campina
Es krim Walls
Orang
%
Orang
%
Orang
%
SMP/sederajat
1
2,5
0
0
0
0
SMA/sederajat
26
65,0
14
70
13
65
Akademi
10
25,0
5
25
7
35
S1/S2/S3
3
7,5
1
5
0
0
40
100
20
100
20
100
Total
d. Pekerjaan Dari Tabel 10, terlihat bahwa komposisi pekerjaan terlihat bahwa konsumen es krim Baltic dominan adalah kalangan ibu rumah tangga dengan nilai
40%,
sedangkan
es
krim
Campina dominan
dikonsumsi oleh
pelajar/mahasiswa sebesar 70% dan untuk es krim Walls juga dominan dikonsumsi oleh pelajar/mahasiswa 75%. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan strategi agar dapat meningkatkan volume penjualan bagi ibu rumah tangga ataupun untuk memperluas segmen pasar di kalangan mahasiswa/pelajar atau karyawan/karyawati.
40 Tabel 10. Komposisi pekerjaan Es krim Baltic
Pekerjaan
Es krim Campina
Es krim Walls
Orang
%
Orang
%
Orang
%
Belum bekerja
1
2,5
1
5
1
5
Pelajar/mahasiswa
12
30
14
70
15
75
Ibu rumah tangga
16
40
2
10
1
5
PNS/swasta
9
22,5
2
10
2
10
Wiraswasta
2
5
0
0
1
5
Lainnya
0
0
1
5
0
0
40
100
20
100
20
100
Total
e. Jumlah anggota keluarga Berdasarkan komposisi jumlah anggota keluarga pada Tabel 11 diketahui bahwa konsumen es krim Baltic dominan adalah keluarga yang memiliki anggota sebanyak 2 - 5 orang, yaitu 47,5%, sedangkan untuk es krim Campina dominan jumlah anggota 1 orang (80%) dan untuk responden es krim Walls yang dominan jumlah anggota 1 orang (85%). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen es krim Baltic berasal dari kalangan keluarga dengan anggota 2 – 5 orang, berbeda dengan konsumen es krim Campina dan Walls yang didominasi oleh konsumen yang belum berkeluarga.
Tabel 11. Komposisi jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga (orang)
Es krim Baltic
Es krim Campina
Es krim Walls
Orang
%
Orang
%
Orang
%
1
18
45
16
80
17
85
2-5
19
47,5
3
15
3
15
>5
3
7,5
1
5
0
0
40
100
20
100
20
100
Total
f. Rataan Penghasilan Dari
komposisi rataan penghasilan pada Tabel 12 diketahui
konsumen es krim Baltic dominan
bahwa
berpenghasilan Rp. 2.500.000 - Rp.
5.000.000 per bulan (45%), untuk responden es krim Campina yang paling dominan adalah penghasilan < Rp. 2.500.000 per bulan (80%) dan untuk
41 responden es krim Walls yang paling dominan juga yang berpenghasilan < Rp. 2.500.000 per bulan (90%). Hal ini berarti konsumen dari ketiga es krim tersebut berpendapatan menengah ke bawah.
Tabel 12. Komposisi rataan penghasilan Rataan Penghasilan
Es krim Baltic
(Rp) per bulan
Es krim Campina
Es krim Walls
Orang
%
Orang
%
Orang
%
< 2.500.000
17
42,5
16
80
18
90
2.500.000 s/d 5.000.000
18
45
3
15
1
5
5.000.000 s/d 10.000.000
4
10
1
5
0
0
> 10.000.000
1
2,5
0
0
1
5
40
100
20
100
20
100
Total
g. Jarak Tempat Tinggal dengan Outlet Berdasarkan Tabel 13, komposisi jarak tempat tinggal dengan outlet, dapat diketahui bahwa konsumen dominan untuk es krim Balic, Campina dan Walls bertempat tinggal dekat dengan outlet, yaitu dengan nilai masing-masing sebesar sebesar 90%, 100% dan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyenangi belanja es krim di lokasi outlet es krim yang dekat dengan tempat tinggal. Untuk itu diperlukan strategi untuk memperluas pangsa pasar agar produk es krim Baltic mudah dijangkau masyarakat luas, sehingga jarak tidak menjadi kendala dalam menaikkan penjualan.
Tabel 13. Komposisi jarak tempat tinggal dengan outlet Jarak dengan Outlet
Es krim Baltic
Es krim Campina
Es krim Walls
Orang
%
Orang
%
Orang
%
Dekat dengan outlet
36
90
20
100
19
95
Jauh dengan outlet
4
10
0
0
1
5
Total
40
100
20
100
20
100
Berdasarkan kajian terhadap karakteristik konsumen diketahui bahwa segmentasi konsumen es krim Baltic adalah dominan konsumen yang berusia di atas 40 tahun, jenis kelamin wanita, dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat, pekerjaan ibu rumah tangga, jumlah anggota keluarga 2-5 orang, dengan
42 penghasilan rataan Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000 per bulan dan tinggal di sekitar Kramat, tidak jauh dari outlet es krim Baltic.
3. Validitas dan Reliabilitas Pengukuran validitas pada instrumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan dapat dimengerti dan dipahami oleh responden. Pengukuran validitas dan reliabilitas dengan cara mengujicobakan kuesioner kepada 80 responden. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk faktor persepsi konsumen Peubah Halal dari LP POM MUI Tingkat Kelezatan Ijin BPOM Ukuran Harga Komposisi Tekstur Kemasan Pilihan rasa Warna Kemudahan Memperoleh Tempat Penjualan Promosi Higienis Bentuk Merk
Pearson Correlation
Ket.
r hitung 0,802 0,638 0,811 0,769 0,599 0,656 0,654 0,749 0,727 0,827 0,740 0,789 0,775 0,471 0,640 0,484
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
r tabel
0,220
α Cronbach α hitung α teori 0,921 0,926 0,921 0,922 0,927 0,925 0,926 0,923 0,923 0,920 0,923 0,922 0,922 0,932 0,926 0,929
0,6
Ket. Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
r tabel (n): 80 = 0,220; α Cronbach teori = 0,6 Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor peubah dengan skor total, yang dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada taraf nyata 0,05 dengan uji dwi arah dan jumlah data (n)= 80 adalah 0,220. Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa r hitung Pearson Correlation untuk semua peubah lebih besar dari 0,220, sehingga data untuk seluruh peubah dinyatakan valid. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan pada alpha cronbach teori (0,6). Dalam hal ini, kuesioner dikatakan reliabel, bila nilai α Cronbach hasil perhitungan dari kuesioner yang diperoleh lebih besar dari α Cronbach teori. Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa α Cronbach hasil perhitungan untuk semua
43 peubah lebih besar dari 0,6, sehingga data untuk seluruh peubah dinyatakan reliabel.
4. Analisis Fishbein Model
atribut
Fishbein
mengidentifikasikan
bagaimana
konsumen
mengkombinasikan keyakinan (belief) terhadap atribut-atribut produk, sehingga membentuk sikap (attitude). Dari hasil hipotesis Fishbein, responden es krim Baltic, es krim Campina dan es krim Walls mengukur terhadap 16 atribut (Tabel 16), yaitu kemasan, tingkat kelezatan, pilihan rasa, ukuran, bentuk, tekstur, warna, komposisi, harga, tempat penjualan, higienis, kemudahan memperoleh, promosi, merk, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI yang menunjukkan hasil bahwa secara keseluruhan tingkat kepercayaan responden terhadap produk es krim Walls lebih baik dari tingkat kepercayaan keseluruhan responden dari es krim Baltic dan es krim Campina. Nilai skor untuk es krim Walls 37, sedangkan untuk es krim Baltic dan Campina 35. Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa secara keseluruhan persepsi konsumen terhadap es krim Baltic sama dengan persepsi konsumen terhadap es krim Campina, sedangkan persepsi konsumen terhadap es krim Walls lebih baik dibandingkan dengan persepsi konsumen terhadap es krim Baltic dan Campina. Dari hasil kajian dengan model multiatribut Fishbein diperoleh skala kepentingan yang merupakan persepsi konsumen terhadap atribut utama yang dapat dijadikan pertimbangan berikut : a. Kemasan, tingkat kelezatan, pilihan rasa, tekstur, komposisi, harga, tempat penjualan, kemudahan memperoleh, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan halal LP MUI dengan skor masing-masing 2, yang menunjukkan bahwa menurut konsumen atribut-atribut tersebut dinilai sangat penting bagi produk es krim. b. Ukuran, bentuk, warna, higienis, promosi dan merk dengan skor masing-masing 1, yang menunjukkan bahwa menurut konsumen atribut-atribut tersebut dinilai penting bagi produk es krim.
44 Tabel 15. Hasil model Multiatribut Fishbein ATRIBUT Kemasan Tingkat kelezatan Pilihan rasa Ukuran Bentuk Tekstur Warna Komposisi Harga Tempat penjualan Higienis Kemudahan memperoleh Promosi Merk Kejelasan ijin BPOM Kejelasan halal LP MUI Total Skor (bi.ei)
Evaluasi (ei) 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2
Merk Es Krim (bi) Campina Walls 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 35 35 37
Baltic
Keterangan : Total N = 80 (responden es krim Baltic, Campina, Walls) Rentang Skala (+2 hingga -2) untuk atribut : 1. Kemasan = dari sangat tidak menarik hingga sangat menarik 2. Tingkat kelezatan = dari sangat tidak enak hingga sangat enak 3. Pilihan rasa = dari sangat tidak bervariasi hingga sangat bervariasi 4. Ukuran = dari sangat tidak bervariasi hingga sangat bervariasi 5. Bentuk = dari sangat tidak bervariasi hingga sangat bervariasi 6. Tekstur = dari sangat kasar hingga sangat halus 7. Warna = dari sangat tidak bervariasi hingga sangat bervariasi 8. Komposisi = dari tidak perlu ada hingga harus ada 9. Harga = dari sangat mahal hingga sangat murah 10. Tempat penjualan = dari sangat sedikit hingga sangat banyak 11. Higienis = dari sangat tidak higienis hingga sangat higienis 12. Kemudahan memperoleh = dari sangat sulit hingga sangat mudah 13. Promosi = dari tidak pernah ada hingga selalu ada 14. Merk = dari sangat tidak terkenal hingga sangat terkenal 15. Kejelasan ijin BPOM = dari tidak perlu ada hingga harus ada 16. Kejelasan halal LP MUI = dari tidak perlu ada hingga harus ada
5. Analisa Hubungan Dua Variabel (Crosstabs atau CT) a. Hubungan usia konsumen dengan jenis kelamin. Tabel 16. Hubungan usia konsumen dengan jenis kelamin Usia (tahun) < 20 20-30 30-40 >40 Total
Jenis Kelamin Pria Wanita 4 4 0 9 1 10 2 10 7 33
Total 8 9 11 12 40
45 Hasil analisa dengan menggunakan uji khi kuadrat adalah : 1)
Peubah terikat : usia konsumen
2)
Peubah bebas : jenis kelamin
3)
Db = (4-1)(2-1) = 3
4)
H0 : terdapat hubungan usia konsumen dengan jenis kelamin
5)
H1 : tidak terdapat hubungan usia konsumen dengan jenis kelamin
6)
CT hitung = 8,306
7)
CT tabel = 7,815
8)
Koefisien kontingensi = 0,415 (mengukur eratnya hubungan peubah terikat dan bebas, nilai koefisien kontingensi 0-1)
9)
CT hitung > CT tabel
10) H0 diterima H1 ditolak, artinya terdapat hubungan usia konsumen dengan jenis kelamin dan hubungannya tidak erat, karena koefisien kontingensi 0,415 lebih kecil dari 0,5. Dalam hal ini terlihat secara deskriptif, bahwa usia 30-40 tahun dan > 40 tahun pada jenis kelamin wanita dominan dibandingkan usia dan jenis kelamin lainnya.
b. Hubungan usia konsumen dengan tingkat pendidikan terakhir Tabel 17. Hubungan usia konsumen dengan tingkat pendidikan terakhir Usia (tahun) < 20 20-30 30-40 >40 Total
SMP/sederajat 1 0 0 0 1
Pendidikan SMA/sederajat Akademi 7 0 8 1 8 2 3 7 26 10
S1/S2/S3 0 0 1 2 3
Hasil analisa dengan menggunakan uji khi kuadrat adalah : 1)
Peubah terikat : usia konsumen
2)
Peubah bebas : tingkat pendidikan terakhir
3)
Db = (4-1)(4-1) = 9
4)
H0 : terdapat hubungan usia konsumen dengan tingkat pendidikan
5)
H1 : tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan tingkat pendidikan
Total 8 9 11 12 40
46 6)
CT hitung = 19,357
7)
CT tabel = 16,919
8)
Koefisien kontingensi = 0,571 (mengukur eratnya hubungan peubah terikat dan bebas, nilai koefisien kontingensi 0-1)
9)
CT hitung > CT tabel
10) H0 diterima H1 ditolak, artinya terdapat hubungan usia konsumen dengan tingkat pendidikan dan hubungannya erat, karena koefisien kontingensi 0,571 lebih besar dari 0,5. Dalam hal ini terlihat secara deskriptif, bahwa usia 20-30 tahun dan 30-40 tahun pada tingkat pendidikan SMA/sederajat dominan dibandingkan usia dan tingkat pendidikan lainnya.
c. Hubungan usia konsumen dengan jenis pekerjaan Tabel 18. Hubungan usia konsumen dengan jenis pekerjaan Usia (tahun) < 20 20-30 30-40 >40 Total
Belum bekerja 1 0 0 0 1
Pelajar/ mahasiswa 7 5 0 0 12
Jenis Pekerjaan Ibu rumah PNS/ tangga swasta 0 0 2 2 7 3 7 4 18 9
Wiraswasta
Total
0 0 1 1 2
8 9 11 12 40
Hasil analisa dengan menggunakan uji khi kuadrat adalah : 1)
Peubah terikat : usia konsumen
2)
Peubah bebas : jenis pekerjaan
3)
Db = (4-1)(5-1) = 12
4)
H0 : terdapat hubungan usia konsumen dengan jenis pekerjaan
5)
H1 : tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan jenis pekerjaan
6)
CT hitung = 32,154
7)
CT tabel = 21,026
8)
Koefisien kontingensi = 0,668 (mengukur eratnya hubungan peubah terikat dan bebas, nilai koefisien kontingensi 0-1)
9)
CT hitung > CT tabel
47 10) H0 diterima H1 ditolak, artinya terdapat hubungan usia konsumen dengan jenis pekerjaan dan hubungannya erat, karena koefisien kontingensi 0,668 lebih besar dari 0,5. Dalam hal ini terlihat secara deskriptif, bahwa usia < 20 tahun dari pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga berusia 30-40 tahun dan > 40 tahun dominan dibandingkan usia dan jenis pekerjaan lainnya. d. Hubungan usia konsumen dengan jumlah anggota keluarga Tabel 19. Hubungan usia konsumen dengan jumlah anggota keluarga Usia (tahun) < 20 20-30 30-40 >40 Total
Jumlah Anggota Keluarga 1 orang 2-5 orang >5 orang 8 0 0 6 3 0 2 8 1 2 8 2 18 19 3
Total 8 9 11 12 40
Hasil analisa dengan menggunakan uji khi kuadrat adalah : 1)
Peubah terikat : usia konsumen
2)
Peubah bebas : jumlah anggota keluarga
3)
Db = (4-1)(3-1) = 6
4)
H0 : terdapat hubungan usia konsumen dengan jumlah anggota keluarga
5)
H1 : tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan jumlah anggota keluarga
6)
CT hitung = 19,454
7)
CT tabel = 12,592
8)
Koefisien kontingensi = 0,572 (mengukur eratnya hubungan peubah terikat dan bebas, nilai koefisien kontingensi 0-1)
9)
CT hitung > CT tabel
10) Ho diterima H1 ditolak, artinya terdapat hubungan usia konsumen dengan jumlah anggota keluarga dan hubungannya erat, karena koefisien kontingensi 0,572 lebih besar dari 0,5. Dalam hal ini terlihat secara deskriptif, bahwa usia < 20 tahun dengan jumlah keluarga 1 orang, serta usia 30-40 tahun dan > 40 tahun dengan jumlah keluarga 2-5 orang dominan dibandingkan usia dan jumlah anggota keluarga lainnya.
48 e. Hubungan usia konsumen dengan rataan penghasilan Tabel 20. Hubungan usia konsumen dengan rataan penghasilan Usia (tahun) < 20 20-30 30-40 >40 Total
< 2,5 juta 8 5 7 0 20
Rataan Penghasilan (Rp) 2,5 s/d 5 juta 5 s/d juta 0 0 4 0 3 0 8 4 15 4
10 juta 0 0 1 0 1
Total 8 9 11 12 40
Hasil analisa dengan menggunakan uji khi kuadrat adalah : 1)
Peubah terikat : usia konsumen
2)
Peubah bebas : rataan penghasilan
3)
Db = (4-1)(4-1) = 9
4)
H0 : terdapat hubungan usia konsumen dengan rataan penghasilan
5)
H1 : tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan rataan penghasilan jumlah anggota keluarga
6)
CT hitung = 28.827
7)
CT tabel = 16.919
8)
Koefisien kontingensi =
0,647 (mengukur eratnya hubungan peubah
terikat dan bebas, nilai koefisien kontingensi 0-1) 9)
CT hitung > CT tabel
10) H0 diterima H1 ditolak, artinya terdapat hubungan usia konsumen dengan rataan penghasilan dan hubungannya erat karena koefisien kontingensi 0,646 lebih besar dari 0,5. Dalam hal ini terlihat secara deskriptif, bahwa usia < 20 tahun dengan rataan penghasilan < Rp. 2,5 juta dan usia > 40 tahun dengan rataan penghasilan Rp. 2,5 – 5 juta dominan dibandingkan usia dan rataan penghasilan lainnya.
49 f. Hubungan usia konsumen dengan jarak tempat tinggal terhadap outlet Tabel 21. Hubungan usia konsumen dengan jarak tempat tinggal terhadap outlet Usia (tahun) < 20 20-30 30-40 >40 Total
Jarak Tempat Tinggal Dekat dengan Jauh dengan outlet outlet 8 0 8 1 11 0 9 3 36 4
Total 8 9 11 12 40
Hasil analisa dengan menggunakan uji khi kuadrat adalah : 1)
Peubah terikat : usia konsumen
2)
Peubah bebas : rataan penghasilan
3)
Db= (4-1)(2-1) = 3
4)
H0 : terdapat hubungan usia konsumen dengan jarak tempat tinggal terhadap outlet
5)
H1 : tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan jarak tempat tinggal terhadap outlet
6)
CT hitung = 5,123
7)
CT tabel = 7,815
8)
Koefisien kontingensi =
0,337 (mengukur eratnya hubungan peubah
terikat dan bebas, nilai koefisien kontingensi 0-1) 9)
CT hitung < CT tabel
10) H0 ditolak H1 diterima, artinya tidak terdapat hubungan usia konsumen dengan jarak tempat tinggal terhadap outlet dan hubungannya erat karena koefisien kontingensi 0,337 lebih kecil dari 0,5. Dalam hal ini terlihat secara deskriptif, bahwa usia 30-40 tahun yang tinggal dekat dengan outlet dominan dibandingkan usia dan jarak tempat tinggal lainnya.
50 6. Faktor-faktor Persepsi Pasar Berdasarkan hasil kajian dapat diurutkan besarnya jumlah responden yang telah memilih pentingnya faktor-faktor persepsi pasar, yaitu kemasan, tingkat kelezatan, pilihan rasa, ukuran, bentuk, tekstur, warna, komposisi, harga, tempat penjualan, higienis, kemudahan memperoleh, promosi, merk, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MU adalah : a. Kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI Seluruh responden memberikan nilai 2 untuk es krim Baltic, Campina dan Walls, artinya menurut responden kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI haruslah ada. Hal tersebut menegaskan perlunya kejelasan setifikasi halal dari LP POM tentang produk yang diproduksi tersebut halal atau tidak. b. Tingkat kelezatan Keseluruhan responden memberikan nilai 2 untuk es krim Baltic, Campina dan Walls, artinya tingkat kelezatan sangat penting bagi konsumen dalam memilih ketiga es krim tersebut. c. Kejelasan ijin BPOM Berdasarkan penilaian responden, kejelasan ijin BPOM memperoleh nilai 2 untuk es krim Baltic, Campina dan Walls. Hal ini menunjukkan pentingnya kelayakan dan keamanan konsumen tentang produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan ijin dari BPOM. d. Harga Responden memberikan nilai 2 untuk es krim Baltic, sedangkan es krim Campina dan es krim Walls mendapatkan nilai 1, artinya harga yang ditawarkan es krim Baltic lebih murah dibandingkan dengan harga dari es krim Campina dan Walls. Hal ini memberikan nilai lebih tersendiri bagi es krim Baltic, karena mempunyai harga kompetitif di bawah harga yang ditawarkan es krim Campina dan Walls. Dengan kondisi tersebut, seharusnya dapat bersaing dengan kedua es krim tersebut dan di sisi lain brand es krim Campina dan Walls lebih dikenal konsumen, sehingga dinilai wajar harga yang ditawarkannya lebih mahal dari es krim Baltic.
51 e. Komposisi Berdasarkan penilaian responden bahwa es krim Baltic, Campina dan Walls memperoleh penilaian komposisi yang sama (1), artinya, menurut konsumen komposisi produk es krim Baltic, Campina dan Walls perlu memuat informasi tentang kandungan yang ada pada es krimnya. f. Tekstur Keseluruhan responden memberikan nilai 1 untuk es krim Baltic, Campina dan Walls, artinya tekstur es krim dari Baltic, Campina dan Walls memiliki kehalusan yang sama. g. Kemudahan memperoleh Penilaian responden untuk kemudahan memperoleh es krim Baltic dan Campina memperoleh nilai 1 sedangkan untuk es krim Walls nilai 2, artinya lokasi outlet es krim Baltic yang berada di jalan besar yang mudah dilalui oleh alat transportasi dan
konsep pemasaran
layanan pesan
antar menurut
responden belum mampu mengimbangi kemudahan memperoleh es krim Walls yang sangat mudah ditemukan di warung-warung, pasar modern dan di jalanan yang dijual oleh pedagang keliling. Kemudahan memperoleh es krim Campina yang ada di warung-warung dan pasar modern setara dengan kemudahan memperoleh es krim Baltic. h. Kemasan Responden memberikan nilai 1 untuk es krim Baltic, sedangkan es krim Campina dan es krim Walls memperoleh nilai 2, artinya kemasan dari es krim Baltic dianggap menarik oleh konsumen, sedangkan untuk kemasan es krim Campina dan Walls sangat menarik Menurut pendapat responden, kemasan produk es krim Baltic termasuk sederhana tampilannya dan bahan kemasannya cenderung kasar. Berbeda dengan kemasan es krim Campina dan Walls yang memiliki kemasan menarik, baik dari segi tampilan maupun bahan yang digunakan. Hal inilah yang memberikan gambaran bahwa kemasan es krim berpengaruh terhadap daya beli konsumen, yaitu apabila kemasan dianggap menarik maka konsumen memiliki keinginan untuk membeli es krim tersebut,
52 begitupun sebaliknya. Dalam hal ini, perlu adanya inovasi yang menarik terhadap kemasan es krim tersebut. i. Tempat penjualan Responden memberikan nilai 0 untuk es krim Baltic, sedangkan untuk es krim Campina dan Walls masing-masing memperoleh nilai 1, artinya konsumen menganggap tempat penjualan ataupun outlet es krim Baltic kurang tersedia dalam jumlah memadai. Tempat penjualan atau lokasi unit usaha yang strategik dan mudah dijangkau menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Lokasi unit usaha yang dekat dengan konsumen dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi, baik umum maupun pribadi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi penjualan, karena dapat secara langsung mempengaruhi pembelian ulang terhadap produk. Menurut tanggapan responden, outlet penjualan es krim Baltic yang hanya ada di 1 (satu) lokasi belum mampu mengimbangi beberapa jumlah outlet penjualan es krim Walls dan Campina yang ada di warung-warung, mall dan pedagang keliling yang ada di sekitar Kramat. j. Pilihan rasa Responden memberikan nilai 2 untuk es krim Baltic, sedangkan es krim Campina dan Walls memperoleh nilai 1, artinya pilihan rasa yang ditawarkan es krim Baltic lebih bervariasi daripada es krim Campina dan es krim Walls. Dengan ciri diferensiasi produk
yang beraneka ragam, yang terdiri dari
berbagai macam rasa, yaitu rasa coklat, stroberi, durian, melon, vanilla, kopyor, moka, alpukat, ketan hitam, nangka, kacang hijau, kacang merah, jeruk, sirsak, nanas, jambu, kopyor dan kombinasi rasa (4 rasa tutty fruty). Dalam hal ini responden berpendapat bahwa
es krim ini menyajikan pilihan rasa sangat
bervariasi dan berbeda dibanding es krim lain yang marak di pasaran, seperti es krim merek dagang Walls dan Campina yang hanya menyajikan rasa coklat, vanilla, durian dan stroberi. k. Ukuran Hasil penilaian responden menunjukkan bahwa ukuran es krim Baltic mendapatkan nilai 2, artinya sangat bervariasi. Es krim Campina dan Walls
53 memperoleh nilai 1, artinya bervariasi. Es krim Baltic memiliki ukuran bervariasi, yaitu dari sangat kecil, (mini ice cake) hingga dalam ukuran sangat besar, (dijual dalam wadah galon). Wadah galon biasanya dipesan untuk acaraacara keluarga atau pesta. l. Promosi Responden memberikan nilai 0 untuk es krim Baltic, serta nilai 1 untuk es krim Campina dan Walls, artinya promosi yang dilakukan oleh es krim Campina dan Walls lebih baik dibandingkan promosi es krim Baltic. Sejauh ini, unit usaha es krim Baltic belum melakukan kegiatan promosi dan periklanan khusus. Kegiatan promosi yang telah dilakukan adalah pemasangan papan nama di lokasi outlet dan meletakkan brosur produk di outlet. Selain itu, promosi penjualan dilakukan melalui internet dan informasi dari mulut ke mulut antar pelanggan. Kegiatan promosi penjualan lainnya adalah pemberian diskon bagi pembelian produk dalam bentuk paket. Namun kegiatan promosi tersebut belum mampu mengimbangi promosi yang dilakukan oleh es krim Walls dan Campina. Berbeda dengan promosi yang dilakukan es krim Baltic, es krim Walls dan Campina pernah melakukan promosi melalui media massa, seperti majalah, televisi dan pemberian potongan harga pada even-event tertentu di mall, sehingga mudah diketahui oleh masyarakat luas. m. Higienis Keseluruhan responden memberikan nilai 1 untuk es krim Baltic, Campina dan Walls, artinya ketiga merk es krim tersebut
higienis. Dalam hal ini
responden berpendapat bahwa kemasan yang baik dan penyimpanan yang dilakukan di lemari pendingin telah menyebabkan produk es krim Baltic, Campina dan Walls dianggap higienis. n. Warna Responden memberikan nilai 2 untuk es krim Baltic, sedangkan es krim Campina dan Walls memperoleh nilai 1, artinya warna produk es krim Baltic lebih bervariasi daripada es krim Campina dan es krim Walls. Warna pada es krim Baltic mengikuti rasa yang ditawarkan, sehingga untuk masing-masing rasa warnanya juga berbeda.
54 o. Bentuk Responden memberikan nilai 2 untuk es krim Baltic, sedangkan es krim Campina dan Walls memperoleh nilai 1, artinya bentuk es krim Baltic beraneka ragam, karena es krim memiliki beberapa variasi ice cream cake. Berbeda dengan es krim Campina dan Walls yang hanya menawarkan bentuk es krim stik, cup dan cone, yang juga terdapat pada es krim Baltic. p. Merk Responden memberikan nilai 0 untuk es krim Baltic, sedangkan es krim Campina dan es krim Walls memperoleh nilai 2, artinya merk dari es krim Baltic biasa saja, dikarenakan minimnya pengetahuan mengenai produk es krim Baltic, disamping itu tempat penjualan dan promosi sangatlah minim, berbeda dengan es krim Campina dan es krim Walls yang lebih terkenal di masyarakat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa merk sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan.
7. Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan untuk merumuskan strategi yang harus diterapkan, analisis ini menggolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh industri sebagai
faktor
kekuatan
(strengths),
kelemahan
(weaknesses),
peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Profil kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui identifikasi terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran es krim Baltic. Kekuatan merupakan sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komperatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok dan faktor-faktor lain (Pearce and Robinson, 1997). Kelemahan menurut Pearce and Robinson (1997), merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang dapat menghambat kinerja efektif perusahaan. Sumber-sumber kelemahan tersebut dapat
55 meliputi fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen, keterampilan pemasaran dan citra produk. Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan industri (Pearce and Robinson, 1997). Dalam hal ini perkembangan trend merupakan salah satu sumber peluang. Untuk itu, identifikasi segmen pasar yang terabaikan, perubahan situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan antara pembeli dengan pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan. Ancaman merupakan suatu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan industri. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi dan peraturan baru yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Aspek dimensi lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan terkait dengan lingkungan luar dimana perusahaan berada. Aspek dimensi lingkungan internal mencakup segala hal yang berhubungan dengan kondisi di dalam perusahaan. keseluruhan faktor yang telah diidentifikasi diberikan bobot, rating dan skor yang menggambarkan posisi perusahaan dalam menghadapi kondisi lingkungan eksternal berdasarkan kondisi internal dengan menggunakan matriks EFE dan matriks IFE. Profil SWOT dapat dilihat pada Tabel 22. EFE meliputi peluang dan ancaman, dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan. Penilaian pembobotan dan pemberian rating bersifat subyektif memuat kondisi aktual dan sudut pandang pengusaha es krim dalam menghadapi berbagai faktor eksternal. Nilai atau skor terbobot total pada evaluasi faktor eksternal akan menentukan posisi perusahaan dalam menghadapi ancaman berdasarkan peluang yang dimiliki. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 23. IFE meliputi kekuatan dan kelemahan dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 24.
56 Penilaian pembobotan dan pemberian rating bersifat subyektif memuat kondisi aktual dan sudut pandang pengusaha es krim dalam menghadapi berbagai faktor internal. Skor terbobot total pada evaluasi faktor internal akan menentukan posisi perusahaan dalam menghadapi kelemahan berdasarkan kekuatan yang dimiliki.
Tabel 22. Profil SWOT Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. Lokasi perusahan strategik
1. Kapasitas produksi terbatas
2. Ketersediaan tenaga kerja
2. Kemasan kurang menarik
3. Keterampilan
manajer
mengelola 3. Outlet penjualan terbatas
usaha
4. Tingkat
4. Ketersediaan alat produksi
keterampilan
karyawan
rendah
5. Pelayanan yang baik
5. Biaya produksi tinggi
6. Jalur distribusi sederhana
6. Kurangnya promosi 7. Pemasaran belum optimal
Peluang (O)
Ancaman (T)
1. Meningkatnya permintaan
1. Krisis ekonomi
2. Pangsa pasar masih luas
2. Banyaknya pesaing produk es krim
3. Hubungan baik dengan pemasok
3. Kebiasaan mengkonsumsi es krim
4. Kemudahan mendapatkan bahan baku
tidak rutin
5. Jalur komunikasi mudah dan murah
Tabel 23. Matriks EFE Faktor Eksternal
Bobot
Rating
Nilai skor
(a)
(b)
terbobot (c = a x b)
Peluang Meningkatnya permintaan
0,13
3,00
0,39
Pangsa pasar masih luas
0,15
2,67
0,40
57
Lanjutan Tabel 23. Faktor Eksternal
Bobot
Rating
Nilai skor
(a)
(b)
terbobot (c = a x b)
Peluang Hubungan baik dengan pemasok
0,09
2,00
0,18
Kemudahan mendapatkan bahan baku
0,16
3,00
0,48
Jalur komunikasi mudah dan murah
0,10
3,00
0,30
Krisis ekonomi
0,10
2,67
0,27
Banyaknya pesaing produk es krim
0,16
2,67
0,43
Kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak
0,11
2,67
0,29
Ancaman
rutin Jumlah
1,00
2,74
Tabel 24. Matriks IFE Faktor Internal
Bobot
Rating
Nilai skor
(a)
(b)
terbobot (c = a x b)
Kekuatan Lokasi perusahaan strategik
0,08
3,67
0,29
Ketersediaan tenaga kerja
0,07
3,00
0,21
Keterampilan manajer mengelola usaha
0,08
3,00
0,24
Ketersediaan alat produksi
0,08
3,67
0,29
Pelayanan yang baik
0,06
3,00
0,18
Jalur distribusi sederhana
0,07
3,00
0,21
Kapasitas produksi terbatas
0,08
2,00
0,16
Kemasan kurang menarik
0,06
2,00
0,12
Outlet penjualan terbatas
0,09
1,00
0,09
Kelemahan
58 Lanjutan Tabel 24. Faktor Internal
Bobot
Rating
Nilai skor
(a)
(b)
terbobot (c = a x b)
Kelemahan Tingkat keterampilan karyawan rendah
0,09
2,00
0,18
Biaya produksi tinggi
0,08
1,67
0,13
Kurangnya promosi
0,08
2,00
0,16
Pemasaran belum optimal
0,08
2,00
0,16
Jumlah
1,00
2,42
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal, diperoleh hasil berupa nilai matriks yang menentukan posisi perusahaan es krim Baltic untuk dijadikan acuan dalam memformulasikan alternatif strategi yang diperoleh. Perumusan strategi pemasaran ini tidak terlepas dari aspek dimensi lingkungan eksternal dan internal. Berdasarkan hasil penjumlahan skor total pada matriks EFE dan IFE didapatkan nilai masing-masing 2,74 dan 2,42. Skor total yang terdapat pada matriks EFE menggambarkan dan mengindikasikan posisi perusahaan es krim Baltic stabil dalam merespon situasi eksternal yang dihadapi. Skor total IFE mengindikasikan posisi es krim Baltic berada pada tingkat rataan untuk mampu merespon iklim internal yang dimiliki. Nilai skor total kombinasi antara matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui posisi es krim Baltic (Gambar 6.). Berdasarkan kombinasi dari nilai EFE dan IFE didapatkan matriks IE. Nilai matriks IE menunjukkan pada posisi sel tengah (Pertumbuhan/Stabil).
59 a. Matrik IE
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
PENCIUTAN
IV
V
VI
1.0
3.0
MENENGAH
TINGGI
TOTAL SKOR STRATEGI EKSTERNAL = 2,74
4.0
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL = 2,42 KUAT RATAAN LEMAH 3.0 2.0 I II III
PERTUMBUHAN STABILITAS
PENCIUTAN STABILITAS
RENDAH
2.0 VII
VIII
IX
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
LIKUIDASI
1.0
Gambar 6. Matriks IE pada es krim Baltic Posisi pada matriks IE menunjukkan posisi strategi pertumbuhan dan stabil, strategi pertumbuhan ini didesain untuk mencapai kondisi pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan dan pertumbuhan aset. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara menekan dan meminimumkan biaya produksi, sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan es krim Baltic. Kegiatan untuk peningkatan jenis produk merupakan salah satu formulasi strategi yang dapat menjadi andalan utama bagi perusahaan es krim Baltic, disamping untuk mengembangkan kegiatan usaha juga bertujuan untuk mempertahankan usaha, agar terus berlangsung dan terhindar dari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan.
b. Perumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT Perumusan strategi diterapkan melalui identifikasi dan analisis faktorfaktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman, serta faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Peluang merupakan situasi yang diinginkan atau disukai dalam lingkungan industri, sedangkan ancaman merupakan situasi yang tidak diinginkan atau tidak disukai dalam lingkungan industri,
Kekuatan
merupakan
kompensasi
khusus
yang
memberikan
60 keunggulan komperatif bagi perusahaan es krim Baltic, sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya keterampilan, maupun kemampuan yang dapat menghambat kinerja perusahaan. Perumusan strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil perumusan dikelompokkan menjadi empat kelompok perumusan strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan-Peluang
(S-O),
strategi
Kekuatan-Ancaman
(S-T),
Strategi
Kelemahan-Peluang (W-O) dan strategi Kelemahan-Ancaman (W-T), seperti termuat pada tabel 25.
Tabel 25. Rumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor kekuatan (S) S1 Lokasi perusahaan strategik S2 Ketersediaan tenaga kerja S3 Keterampilan manajer dalam mengelola usaha S4 Ketersediaan alat produksi S5 Pelayanan yang baik terhadap konsumen S6 Jalur distribusi yang sederhana
Faktor kelemahan (W) W1 Kapasitas produksi terbatas W2 Kemasan kurang menarik W3 Outlet penjualan terbatas W4 Tingkat keterampilan karyawan rendah W5 Biaya produksi tinggi W6 Kurangnya promosi W7 Pemasaran belum optimal
Faktor peluang (O) O1 Meningkatnya permintaan es krim Baltic O2 Pangsa pasar masih luas O3 Hubungan baik dengan pemasok O4 Kemudahan mendapatkan bahan baku O5 Jalur komunikasi mudah dan murah
Strategi SO (agresif) Strategi WO (diversifikasi) 1. Memperluas jaringan pemasaran 1. Meningkatkan volume penjualan dengan penetrasi pasar dengan meningkatkan produksi (O1,O2,O5 ; S1,S5,S6) es krim Baltic 2. Menciptakan variasi produk yang (O1,O2,O5 ; W1,W5) disukai konsumen 2. Menambah outlet untuk (O1,O3,O4 ; S2,S3,S4) memperluas jaringan pemasaran es krim Baltic 3. Memanfaatkan teknologi untuk (O1,O2,O3,O5 ; W1,W3) meningkatkan mutu produk 3. Mengadakan pelatihan dan (O1,O2,O4 ; S3,S4) pengetahuan karyawan tentang mutu untuk meningkatkan 4. Memperkuat permodalan, agar produksi es krim bersaing dengan pesaing es (O1,O4,O5 ; W2,W4) krim Baltic (O1,O2,O3,O5 ; S3,S6) 4. Memanfaatkan lembaga perbankan untuk meningkatkan modal (O1,O2,O5 ; W1,W3,W5) 5. Menekan biaya produksi dengan membuat produk yang disukai pasar (O1,O3,O4 ; W1,W2,W5) 6. Meningkatkan efektifitas pemasaran dengan kegiatan promo produk (O1, O2, O5 ; W1, W3, W5, W6, W7)
Faktor ancaman (T) T1 Krisis ekonomi
Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif) 1. Konsisten mempertahankan 1. Memanfaatkan lembaga perbankan produktivitas untuk diterima pasar sebagai penunjang kegiatan industri (T1,T2, T3 ; S2,S3) (T1 ; W1,W5) 2. Meningkatkan loyalitas 2. Meningkatkan pengenalan label produk untuk menjaga eksistensi pelanggan/konsumen (T1, T2, S3, industri kecil (T2 ; W2) S5)
T2 Banyaknya pesaing produk es krim T3 Kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak rutin
61 Keterangan : (Oi ; Si) atau (Oi ; Wi) atau (Ti ; Si) atau (Ti ; Wi) menunjukkan kombinasi
lingkungan
eksternal
dengan
internal
dalam
menghasilkan pilihan strategi. i = 1, 2, ……..n. Berdasarkan Tabel 26, terdapat 4 (empat) jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu : 1) Strategi Kekuatan dan Peluang (Strengths - Opportunities) i. Memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi pasar (faktor eksternal peluang dan internal kekuatan : O1,O2,O5 dan S1,S5,S6). ii. Menciptakan variasi produk yang disukai konsumen (faktor eksternal peluang internal kekuatan : O1,O3,O4 dan S2,S3,S4). iii. Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu produk (didasarkan pada faktor eksternal peluang dan faktor internal kekuatan : O1,O2,O4 dan S3,S4). iv. Memperkuat permodalan agar bersaing dengan pesaing es krim Baltic (faktor eksternal peluang dan faktor internal kekuatan : O1,O2,O3,O5 dan S3,S6). 2) Strategi Kelemahan dan Peluang (Weaknesess – Opportunities) i
Meningkatkan volume penjualan dengan meningkatkan produksi es krim Baltic (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan : O1,O2,O5 dan W1,W5).
ii Menambah outlet untuk memperluas jaringan pemasaran es krim Baltic (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan : O1,O2,O3,O5 dan W1,W3). iii Mengadakan pelatihan dan pengetahuan karyawan tentang mutu untuk meningkatkan produksi es krim (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan : O1,O4,O5 dan W2,W4). iv Memanfaatkan lembaga perbankan untuk meningkatkan modal (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan : O1,O2,O5 dan W1,W3,W5).
62 v
Menekan biaya produksi dengan membuat produk yang disukai pasar (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan : O1,O3,O4 dan W1,W2,W5).
vi Meningkatkan efektifitas pemasaran dengan kegiatan promo produk (O1, O2, O5 ; W1, W3, W5, W6, W7) 3) Strategi Kekuatan dan Ancaman (Strengths – Threats) i
Konsisten dengan mempertahankan produktifitas untuk diterima pasar (faktor eksternal ancaman dan faktor internal kekuatan : T1,T2 dan S2,S3).
ii Meningkatkan loyalitas pelanggan/konsumen (T1, T2, S3, S5) 4) Strategi Kelemahan dan Ancaman (Weaknesess – Threats) i
Memanfaatkan lembaga perbankan sebagai penunjang kegiatan industri (faktor eksternal ancaman dan faktor internal kelemahan : T1 dan W1,W5).
ii Meningkatkan pengenalan label produk untuk menjaga eksistensi industri kecil (faktor eksternal ancaman dan faktor internal kelemahan : T2 dan W2).
8. Implementasi Strategik Hasil analisis SWOT berupa perumusan strategi perlu diimplementasikan pada kebijakan perusahaan, PT. Balticindo Jayafood. Langkah-langkah tersebut diimplementasikan pada aspek bauran pemasaran (4P) seperti product, price, place and promotion. Uraian strategi adalah : a. Product (produk) Dimensi sifat dan mutu keragaman adalah dimensi yang dinilai baik kinerjanya oleh pelanggan dan merupakan salah satu kekuatan utama dari aspek internal perusahaan maka alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan adalah mempertahankan sifat dan mutu keragaman produk yang meliputi variasi dari jenis es krim yang tersedia, rasa es krim sebagai minuman yang enak, unik dan khas, serta variasi dari ukuran es krim yang ditawarkan beraneka ragam.
63 Perusahaan dapat terus melakukan inovasi baru dan modifikasi, sehingga pelanggan potensial memiliki keinginan untuk mencoba dan membeli produk tersebut. Alternatif strategi pemasaran yang dapat dilakukan untuk indikator inovasi keragaman dan variasi adalah menciptakan variasi makanan atau minuman pendamping pada kedai es krim Baltic, misalnya menyediakan makanan cepat saji, seperti produk burger, spagheti atau french fries, sehingga nantinya dapat menjaring semua kalangan usia. Selain itu, pelayanan harus lebih ditingkatkan, karena usaha ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka perlu ada nilai tersendiri untuk bersaing dengan es krim lainnya, misal meningkatkan kecepatan dan keramahan dalam penjualan. b. Price (struktur harga) Harga merupakan aspek penting dalam pemasaran, penentuan harga merupakan proses unik, karena melibatkan tawar-menawar yang dapat diprediksikan dari aspek cost, value dan competitor. Aspek yang lebih mendalam dan sulit adalah value dan competitor, karena ini paling spesifik dan unik dari tiap kasus yang dihadapi perusahaan. Harga yang ditawarkan oleh es krim Baltic relatif murah bila dibandingkan dengan es krim Campina dan es krim Walls. Alternatif yang dilakukan adalah dengan menetapkan harga yang lebih bersaing meluncurkan varian-varian tertentu, agar didapatkan harga yang lebih ekonomis. Alternatif lain adalah tetap memberikan tambahan es krim untuk transaksi pembelian dengan harga tertentu. Dalam hal ini, pihak perusahaan es krim Baltic dapat memberlakukan diversifikasi harga, agar dapat menjaring konsumen dari berbagai kalangan, atau tidak hanya konsumen yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, melainkan dapat menjaring kalangan menengah ke atas, misalnya dengan meluncurkan variasi produk es krim yang dicampur dengan makanan lain seperti banana split, choco chip, meses, karamel dan dengan menambahkan variasi minuman, seperti jus atau minuman ringan lainnya. Strategi lainnya adalah dengan memberikan potongan harga dan bonus untuk pembelian dalam jumlah tertentu, misalnya dengan strategi potongan
64 harga secara teratur dan disesuaikan pada momen tertentu, misalnya pada saat peluncuran produk es krim baru, tiap akhir pekan dan hari valentine. Pemberian potongan harga tersebut diharapkan dapat memberikan kesan khusus bagi konsumen dan menjadi sesuatu hal yang ditunggu-tunggu, namun hendaknya perusahaan memperhitungkan dengan teliti agar pemberian potongan harga tersebut tidak berpotensi terhadap penurunan laba perusahaan. c. Promotion (strategi promosi) Strategi yang dapat dijalankan untuk kegiatan promosi adalah : 1) Personnal Selling Strategi personnal selling adalah menjaring konsumen melalui penawaran dengan alat komunikasi telepon merupakan andalan dari perusahaan. Selain itu pengenalan produk diperoleh dari mulut ke mulut melalui konsumen yang sudah ada. Strategi untuk meningkatkan kegiatan personnal selling dapat dilakukan dengan memberikan bonus kepada konsumen yang mereferensikan es krim Baltic kepada konsumen baru. 2) Testimoni Testimoni dapat dilakukan di outlet es krim Baltic untuk memperoleh pengakuan dari konsumen yang datang dan meyakinkan konsumen tentang uraian dari pihak perusahaan mengenai mutu dari produk es krim Baltic. 3) Sales Force Sales force dilakukan di tempat umum, misalnya dipusat perbelanjaan, pertokoan, tempat wisata dan lainnya. Sales force sangat diperlukan karena tidak semua orang pernah datang ke outlet es krim Baltic, sehingga dirasa penting untuk mengenalkan merk es krim Baltic di tempat umum yang ramai dikunjungi orang. Hal ini menjadi strategi untuk memasarkan produk secara agresif kepada konsumen. 4) Advertorial Advertorial dapat dijalankan dengan memasang halaman advertorial di surat kabar lokal, ataupun brosur dengan tampilan yang menarik yang berisi tentang paparan logis dan alasan yang kuat mengenai mengapa produk es krim ini layak untuk dikonsumsi. Kemasan dan isi materi dibuat
65 semenarik mungkin, agar pembaca dapat terpengaruh tanpa merasa ditipu oleh pembuat berita. d. Place (strategi distribusi) Strategi distribusi yang dilakukan dinilai baik oleh konsumen, tetapi ada beberapa kekurangan yang harus segera diantisipasi oleh perusahaan, yaitu jumlah outlet terbatas, maka alternatif strateginya membuka outlet baru untuk lebih meningkatkan penjualan, dengan cara membuka usaha franchise es krim Baltic. Pelaksanaan strategi untuk membuka outlet di tempat lain hendaknya diiringi oleh upaya membuat studi kelayakan untuk melihat, apakah strategi tersebut tepat dilakukan. Selain memerlukan investasi dalam jumlah besar, perusahaan juga harus mampu melihat, apakah terdapat konsumen yang menjadi pasar sasarannya. 9. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat diaplikasikan
oleh
perusahaan PT.
Balticindo dapat dibagi menjadi 4 sasaran, yaitu : a. Pemasaran 1) Menciptakan
variasi
produk
yang
disukai
konsumen,
misalnya
mengkombinasikan produk es krim dengan makanan seperti roti atau buah. Untuk menciptakan variasi produk, perusahaan dapat menjalin kerjasama dengan universitas atau badan penelitian. 2) Memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi pasar, misalnya dengan membuat ritel gerai dan usaha waralaba. Disamping itu jaringan pemasaran dapat pula diperluas dengan menjalin pola kemitraan dengan IKM yang bergerak di bidang makanan atau minuman. 3) Meningkatkan pengenalan label produk untuk menjaga eksistensi industri kecil 4) Pihak perusahaan harus cermat dalam mengelola konsumen loyal dengan cara memperlakukan konsumen dengan layak, menjalin hubungan yang
66 dekat dengan pelanggan, mengukur atau mengelola kepuasan pelanggan dan memberikan ekstra (souvenir, penjelasan produk atau contoh). 5) Mengadakan event-event yang dapat meningkatkan ekuitas merek es krim Baltic. Disamping itu, strategi promosi dapat dilakukan dengan mengadakan promosi melalui penyebaran pamflet di pusat-pusat perbelanjaan atau di kawasan perumahan, memasang papan reklame di tempat strategik, melalui media lain seperti radio dan surat kabar dan melaksanakan promosi melalui hubungan masyarakat dengan menjadi sponsor perusahaan atau memberikan bonus kepada
konsumen yang mereferensikan es krim Baltic kepada
konsumen baru b. Keuangan Memperkuat permodalan agar dapat bersaing dengan pesaing es krim Baltic untuk menunjang kegiatan industri dengan memanfaatkan lembaga perbankan. c. Produksi Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu produk dan konsisten dengan mempertahankan produktifitas agar diterima pasar. d. Sumber Daya Manusia Mengadakan pelatihan dan pengetahuan karyawan tentang mutu dalam arti umum dan mutu produk untuk meningkatkan produksi es krim. Disamping itu diperlukan standar layanan bagi pelanggan/konsumen. Perhatian terhadap konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh unit usaha. Dengan adanya pelayanan yang memuaskan maka konsumen akan merasa dihargai. Pelayanan yang memuaskan, mencakup sikap (kerapian, kesopanan dan keramahan) karyawan dan fasilitas yang memadai, misalnya kebersihan outlet terjaga, parkir kendaraan aman dan mudah didapat.
Strategi jangka pendek (1 - 2 tahun ke depan) dapat dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan strategi yang relatif tidak terlalu menuntut banyak biaya riset, yaitu strategi produk, harga dan strategi promosi. Strategi produk untuk jangka pendek adalah melakukan diversifikasi produk berupa penambahan variasi
67 produk es krim atau menciptakan variasi makanan atau minuman baru yang dijual pada kedai es krim Baltic. Strategi harga untuk jangka pendek adalah menambah paket-paket dengan harga ekonomis, memberikan ekstra atau tambahan es krim untuk transaksi pembelian dalam jumlah tertentu dan melaksanakan potongan harga dengan teratur dalam pembelian dengan harga tertentu. Strategi promosi dilakukan dengan mengadakan promosi melalui penyebaran pamflet di pusat-pusat perbelanjaan atau di kawasan perumahan, memasang papan reklame di tempat strategik, melalui media lain seperti radio dan surat kabar dan melaksanakan promosi melalui hubungan masyarakat dengan menjadi sponsor perusahaan atau memberikan bonus kepada
konsumen yang mereferensikan es
krim Baltic kepada konsumen baru. Strategi jangka waktu 3 - 5 tahun ke depan ditargetkan untuk jangka panjang, misalnya pembukaan outlet baru dan membuka cabang atau franchise produk es krim Baltic di lokasi strategik. Strategi ini memerlukan biaya, perijinan dan koordinasi khusus dalam penerapannya. Selain itu, strategi produk dengan terus melakukan inovasi baru dalam pengembangan produk juga ditujukan untuk jangka panjang, karena memerlukan biaya dan riset khusus. Pada saat ini, es krim Baltic lebih memprioritaskan upaya memperluas atau mengembangkan pasar, mengingat pelanggan potensial belum terjangkau sepenuhnya. Saat ini, konsumen sebagian besar merupakan pelanggan loyal atau tetap, maka strategi pengembangan pasar ditujukan untuk meningkatkan volume penjualan dan membidik konsumen potensial.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 1. Atribut es krim dengan model atribut Fishbein meliputi kemasan, tingkat kelezatan, pilihan rasa, tekstur, komposisi, harga, tempat penjualan, kemudahan memperoleh, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan halal LP POM MUI masingmasing memiliki skor 2 (dinilai sangat penting bagi produk es krim) ; ukuran, bentuk, warna, higienis, promosi dan merk masing-masing memiliki skor 1 (dinilai penting bagi produk es krim). Dalam hal ini, dibandingkan pesaingnya (es krim Campina dan Walls), es krim Baltic memiliki keunggulan pada atribut pilihan rasa, ukuran, bentuk, warna dan harga; kelemahannya mencakup kemasan, tempat penjualan, promosi dan merk. 2. Faktor internal yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah kekuatan (lokasi perusahaan strategis, ketersediaan tenaga kerja, keterampilan manajer mengelola usaha, ketersediaan alat produksi, pelayanan yang baik, jalur distribusi sederhana) dan kelemahan (kapasitas produksi terbatas, kemasan kurang menarik, outlet penjualan terbatas, tingkat keterampilan karyawan rendah, biaya produksi tinggi, kurangnya promosi, pemasaran belum optimal). Sedangkan faktor eksternal adalah peluang (meningkatnya permintaan, pangsa pasar masih luas, hubungan baik dengan pemasok, kemudahan mendapatkan bahan baku, jalur komunikasi mudah dan murah) dan ancaman (krisis ekonomi, banyaknya pesaing produk es krim, kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak rutin) 3. Berdasarkan matriks IE diketahui bahwa posisi perusahaan, PT. Balticindo Jayafood berada pada posisi sel tengah (Pertumbuhan/Stabil) dan analisis SWOT dengan strategi pemasaran yang perlu diimplementasikan melalui aspek bauran pemasaran (product, price, place dan promotion).
69 B. Rekomendasi 1. Bidang pemasaran a. Menciptakan variasi produk yang disukai konsumen. b. Memperluas jaringan pemasaran dengan penetrasi pasar, misalnya membuat ritel gerai dan usaha waralaba, serta jaringan pemasaran diperluas dengan menjalin pola kemitraan dengan IKM yang bergerak di bidang makanan dan minuman. c. Meningkatkan pengenalan label produk untuk menjaga eksistensi industri kecil. d. Mengadakan event-event yang dapat meningkatkan ekuitas merek es krim Baltic. e. Mengelola konsumen loyal dengan menjalin hubungan baik bagi pelanggan. 2. Bidang keuangan Memperkuat permodalan agar dapat bersaing dengan pesaing es krim Baltic untuk menunjang kegiatan industri dengan memanfaatkan lembaga perbankan. 3. Bidang produksi Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu produk dan konsisten dengan mempertahankan produktifitas agar diterima pasar. 4. Bidang sumber daya manusia Mengadakan pelatihan dan pengetahuan bagi karyawan tentang mutu untuk meningkatkan produksi es krim dan meningkatkan pelayanan sesuai standar layanan, agar pelanggan puas.
DAFTAR PUSTAKA Arbuckle, W.S. and R.T. Marshall. 1996. Ice Cream. Chapman and Hall, New York. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Astawan, M. 2007. Ada Penjinak Virus di Dalam Es Krim. http://www.depkes.go.id. Buckle, KA., R.A Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan (Terjemahan) UI Press, Jakarta. Cravens, D.W. 2000. Strategic Marketing. Mc-Graw Hill, New York. David, F.R. 1997. Strategic Management. 6th Prentice Hall International Inc., New Jersey. Drucker P. 1973. Management Task Responsibilities Practice. Haper and Row, New York. Eckles, E.H, W.B. Combs, and H. Macy. 1984. Milk and milk products. Me Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Engel, J.F., R.D. Blackwell dan P.W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen (Terjemahan). Binarupa Aksara. Jakarta. Fardiaz S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Hidayat, T. 2008. Adu Strategi di Pasar Es Krim. http://www.swa.co.id. Hubeis, M. 1997. Manajemen Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. _________. 2003. Modul 8 : Pengelolaan Industri. Bahan Kuliah PS MPI, SPS IPB, Bogor. _________. 2006. Modul 1-6 : Pengantar Industri Kecil Menengah. Bahan Kuliah PS MPI, SPS IPB, Bogor. Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targeting dan Positioning. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler, P. 2000. Marketing Management : The Milenium Edition. International edition. Prentice Hall, New Jersey.
71 ________. dan Armstrong, 1997. Dasar-dasar Pemasaran (Terjemahan, Jilid 1). Intermedia, Jakarta. ________. dan K.L. Keller. 2007. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Prentice-Hall, New Jersey. Lamb, C.W., J.F Hair, dan C. McDaniel. 2001. Pemasaran (Terjemahan) Salemba Empat, Jakarta. Majid, A. 2008. Pengertian, Konsep, Definisi Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. http://majidbsz.wordpress.com. Pearce, J.A. and R.B. Robinson. 1991. Strategic Management: Formulation, Implementation. Prentice Hall. New Jersey. Peter, J.P., dan J.C. Olson. 2000. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran (Terjemahan). Prentice Hall, New Jersey. Porter, M.E, 1990. The Competitive Advantage of Nations 1990. The Free Press. A Division of Macmillan, Inc, New York. ________. 1992. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom, Jakarta. Robinson, R.K. 1985. The Microbiology of Milk. Dairy Microbiology. Applied Science Publishers, London and New York. Soemantri, S. 2003. Strategi Pemasaran Ritel (Studi Kasus di Bank X). Tugas Akhir Institut Banker Indonesia, Jakarta. Suyanto, M. 2007. Marketing Strategy. Andi, Yogyakarta. Syarief, R. 1990. Peranan Pengemasan dalam Mempertahankan Mutu Pangan. Kumpulan Makalah. Pusbangtepa. Institut Pertanian Bogor. Tjiptono, F. 1999. Strategi Pemasaran. Andi, Yogyakarta. Tunggal, A.W. 2009. Intisari Manajemen Strategik. Havarindo, Jakarta. Walker, O.C., H. Boyd, and J.C Larreche. 2003. Marketing Strategic: A DecisionFocused Approach. Mc-Graw Hill, New York. Wilkie, W.L. 1994. Consumer Behavior. John Wiley & Sons Inc, New York.
72 Lampiran 1. Daftar pertanyaan
1. Kapan es krim Baltic mulai diproduksi dan bagaimana sejarah perusahaan ? 2. Bagaimana struktur organisasi perusahaan dan apa tugas-tugas serta, tanggungjawabnya ? 3. Apa bahan baku es krim Baltic ? 4. Bagaimana proses produksi es krim Baltic ? 5. Dimanakah mendapatkan bahan baku untuk proses produksi ? 6. Bagaimana sistem pembelian bahan baku tersebut ? 7. Apakah selama ini ada kerjasama dengan mitra usaha ? Bila ada bagaimana cara kerja sama tersebut ? 8. Ada berapa macam jenis es krim yang diproduksi dan berapa harga masingmasing produk ? 9. Berapa produksi dan kapasitas alat es krim Baltic ? 10. Siapakah pesaing dari perusahaan ini ? 11. Bagaimana segmentasi pasar es krim Baltic ? 12. Apakah keunggulan es krim Baltic dibandingkan dengan pesaing ? 13. Bagaimana distribusi pasar es krim Baltic ? 14. Dimanakah tempat penjualan es krim Baltic ? 15. Promosi apa saja yang sudah dilakukan ? 16. Berapa biaya promosi per tahunnya ? 17. Faktor-faktor apa saja yang dimiliki oleh perusahaan sebagai faktor kekuatan dan kelemahan ? 18. Faktor-faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan ? 19. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan agar es krim Baltic dapat lebih dikenal ? 20. Apakah ada diversifikasi usaha dari produk es krim Baltic ?
73 Lampiran 2. Kuesioner Kajian
KUESIONER KAJIAN
Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara yang telah meluangkan waktu mengisi kuesioner ini dengan LENGKAP dan BENAR sesuai dengan petunjuk yang telah disediakan.
Kuesioner ini diperlukan dalam rangka pengumpulan data untuk penelitian tugas akhir di Program MPI IPB Bogor.
Nama : Roslina Erdawati Hutagaol Alamat : Jl. Karang Indah Blok B5/11 Perum. Bumi Karang Indah Lebak Bulus Jakarta
74 Lanjutan Lampiran 2. No. Responden : Lokasi
:
Apabila anda berkenan kami mohon untuk mencantumkan : Nama :...................................................... No. Telepon :.........................................
KONSUMEN ES KRIM BALTIC A. PROFIL RESPONDEN Isilah pertanyaan berikut dengan tanda silang (X) pada kolom yang sudah disediakan. 1. Berapakah usia Bapak/Ibu/Saudara saat ini ? ............tahun a. < 20 tahun c. 30 – 40 tahun b. 20 – 30 tahun d. > 40 tahun, sebutkan 2. Jenis kelamin : a. Pria b. Wanita 3. Pendidikan terakhir : a. SMP/sederajat b. SMA/sederajat c. Akademi
c. S1/S2/S3 d. Lainnya, sebutkan
4. Pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara saat ini adalah : a. Belum bekerja d. Pegawai Negeri/Swasta b. Pelajar/mahasiswa e. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga f. Lainnya, sebutkan 5. Berapa jumlah anggota keluarga Bapak/Ibu/Saudara ? a. 1 orang c. > 5 orang, sebutkan b. 2 – 5 orang 6. Berapa rataan penghasilan Bapak/Ibu/ Saudara ?...........per bulan a. < Rp.2.500.000,b. Rp.2.500.000,- s/d Rp. 5.000.000,c. Rp.5.000.000,- s/d Rp.10.000.000,d. >Rp.10.000.000,-, sebutkan
75 Lanjutan Lampiran 2. 7. Tempat tinggal Bapak/Ibu/Saudara ? a. dekat outlet (lokasi Kramat Raya) b. jauh dari outlet (lokasi Kramat Raya), sebutkan B. SKALA KEPENTINGAN Tingkat kepentingan dinilai atas 5 (lima) skala, yaitu : 1 = sangat tidak penting 2 = tidak penting 3 = biasa 4 = penting 5 = sangat penting Berilah tanda silang (X) pada salah satu kotak untuk 16 atribut di bawah ini berdasarkan urutan yang menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara penting untuk mengkonsumsi produk es krim No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
ATRIBUT Kemasan Tingkat kelezatan Pilihan rasa Ukuran Bentuk Tekstur Warna Komposisi Harga Tempat penjualan Higienis Kemudahan memperoleh Promosi Merk Kejelasan Ijin BPOM Kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 5
76 Lanjutan Lampiran 2. C. PERSEPSI PASAR Pilihlah angka aktual (1, 2, 3, 4 atau 5) dari 16 atribut es krim, dengan cara memberi nomor pada setiap kotak, yang menurut Bapak/Ibu/Saudara merupakan penilaian sesungguhnya untuk setiap merk es krim di bawah ini. Tabel Persepsi Pasar No. 1. 2. 3.
4.
5.
6. 7.
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Atribut
Kemasan Sangat tidak menarik 1 2 3 4 5 sangat menarik Rasa Sangat tidak enak 1 2 3 4 5 sangat enak Pilihan rasa Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Ukuran Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Bentuk Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Tekstur Sangat kasar 1 2 3 4 5 sangat halus Warna Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Komposisi Tidak perlu ada 1 2 3 4 5 harus ada Harga Sangat mahal 1 2 3 4 5 sangat murah Tempat penjualan Sangat sedikit 1 2 3 4 5 sangat banyak Higienis Sangat tidak higienis 1 2 3 4 5 sangat higienis Kemudahan memperoleh Sangat sulit 1 2 3 4 5 sangat mudah Promosi Tidak pernah ada 1 2 3 4 5 selalu ada Merk Sangat tidak terkenal 1 2 3 4 5 sangat terkenal Kejelasan Ijin BPOM Tidak perlu ada 1 2 3 4 5 harus ada Kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI Tidak perlu ada 1 2 3 4 5 harus ada
Merk Es Krim Baltic Campina Walls
77 Lanjutan Lampiran 2. PROFIL RESPONDEN Isilah pertanyaan berikut dengan tanda silang (X) pada kolom yang sudah disediakan. 1. Berapakah usia Bapak/Ibu/Saudara saat ini ? ............tahun c. < 20 tahun c. 30 – 40 tahun d. 20 – 30 tahun d. > 40 tahun, sebutkan 2. Jenis kelamin : a. Pria b. Wanita 3. Pendidikan terakhir : a. SMP/sederajat b. SMA/sederajat c. Akademi
c. S1/S2/S3 d. Lainnya, sebutkan
4. Pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara saat ini adalah : a. Belum bekerja d. Pegawai Negeri/Swasta b. Pelajar/mahasiswa e. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga f. Lainnya, sebutkan 5. Berapa jumlah anggota keluarga Bapak/Ibu/Saudara ? b. 1 orang c. > 5 orang, sebutkan c. 2 – 5 orang 6. Berapa rataan penghasilan Bapak/Ibu/ Saudara ?.........per bulan a. < Rp.2.500.000,b. Rp.2.500.000,- s/d Rp. 5.000.000,c. Rp.5.000.000,- s/d Rp.10.000.000,d. >Rp.10.000.000,-, sebutkan 7. Tempat tinggal Bapak/Ibu/Saudara ? a. dekat outlet (lokasi Kramat Raya) b. jauh dari outlet (lokasi Kramat Raya), sebutkan
78 Lanjutan Lampiran 2. SKALA KEPENTINGAN Tingkat kepentingan dinilai atas 5 (lima) skala, yaitu : 1 = sangat tidak penting 2 = tidak penting 3 = biasa 4 = penting 5 = sangat penting Berilah tanda silang (X) pada salah satu kotak untuk 16 atribut di bawah ini berdasarkan urutan yang menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara penting untuk mengkonsumsi produk es krim No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
ATRIBUT Kemasan Tingkat kelezatan Pilihan rasa Ukuran Bentuk Tekstur Warna Komposisi Harga Tempat penjualan Higienis Kemudahan memperoleh Promosi Merk Kejelasan Ijin BPOM Kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 5
79 Lanjutan Lampiran 2. PERSEPSI PASAR Pilihlah angka aktual (1, 2, 3, 4 atau 5) dari 16 atribut es krim, dengan cara memberi nomor pada setiap kotak, yang menurut Bapak/Ibu/Saudara merupakan penilaian sesungguhnya untuk setiap merk es krim di bawah ini. Tabel Persepsi Pasar No. 1. 2. 3.
4.
5.
6. 7.
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Atribut
Kemasan Sangat tidak menarik 1 2 3 4 5 sangat menarik Rasa Sangat tidak enak 1 2 3 4 5 sangat enak Pilihan rasa Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Ukuran Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Bentuk Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Tekstur Sangat kasar 1 2 3 4 5 sangat halus Warna Sangat tidak bervariasi 1 2 3 4 5 sangat bervariasi Komposisi Tidak perlu ada 1 2 3 4 5 harus ada Harga Sangat mahal 1 2 3 4 5 sangat murah Tempat penjualan Sangat sedikit 1 2 3 4 5 sangat banyak Higienis Sangat tidak higienis 1 2 3 4 5 sangat higienis Kemudahan memperoleh Sangat sulit 1 2 3 4 5 sangat mudah Promosi Tidak pernah ada 1 2 3 4 5 selalu ada Merk Sangat tidak terkenal 1 2 3 4 5 sangat terkenal Kejelasan Ijin BPOM Tidak perlu ada 1 2 3 4 5 harus ada Kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI Tidak perlu ada 1 2 3 4 5 harus ada
Merk Es Krim Baltic Campina Walls
80 Lanjutan Lampiran 2. III. ANALISA SWOT A. Pemberian Nilai Peringkat Terhadap Kekuatan dan Kelemahan Berikanlah penilaian Bapak/Ibu/Saudara dengan cara memberikan tanda (X) mengenai bagaimana kondisi kekuatan dan kelemahan perusahaan PT. BALTICINDO JAYAFOOD dibandingkan perusahaan pesaing. No
1. 2. 3. 4. 5. 6.
KEKUATAN
1
2
3
4
Kekuatan sangat kecil
Kekuatan kecil
Kekuatan
Kekuatan
besar
sangat besar
1
2
3
4
Kelemahan sangat besar
Kelemahan besar
Kelemahan
Kelemahan
kecil
sangat kecil
Lokasi perusahaan strategik Ketersediaan tenaga kerja Keterampilan manajer dalam mengelola usaha Ketersediaan alat produksi Pelayanan yang baik terhadap konsumen Jalur distribusi sederhana KELEMAHAN
7.
Kapasitas produksi terbatas
8.
Kemasan kurang menarik
9.
Outlet penjualan terbatas
10. Tingkat keterampilan karyawan rendah 11. Biaya produksi tinggi 12. Kurangnya promosi 13. Pemasaran yang belum optimal
81 Lanjutan Lampiran 2. B. Pemberian Nilai Peringkat Terhadap Peluang dan Ancaman Berikanlah penilaian Bapak/Ibu/Saudara dengan cara memberikan tanda (X) mengenai seberapa besar peluang dan ancaman yang mempengaruhi keberadaan perusahaan PT. BALTICINDO JAYAFOOD. PELUANG
1
2
3
4
Peluang sangat kecil
Peluang
Peluang
Peluang
kecil
besar
sangat besar
1
2
3
4
Ancaman sangat besar
Ancaman
Ancaman
Ancaman
besar
kecil
sangat kecil
12. Meningkatnya permintaan es krim Baltic 13. Pangsa pasar masih luas 14. Hubungan baik dengan pemasok 15. Kemudahan mendapatkan bahan baku 16. Jalur komunikasi mudah dan murah ANCAMAN
17. Krisis ekonomi 18. Banyaknya pesaing produk es krim 19. Kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak rutin
82 Lanjutan lampiran 2. C. Pembobotan Terhadap Kekuatan dan Kelemahan Petunjuk Pengisian Berikanlah bobot nilai (1, 2 atau 3) pada jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara paling sesuai. Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap perusahaan PT. BALTICINDO JAYAFOOD. Contoh : 1. “Lokasi perusahaan strategik” (A pada kolom/horizontal) tidak lebih penting daripada “Ketersediaan tenaga kerja” (B pada baris / vertikal), maka nilainya = 1 2. “Lokasi perusahaan strategik” (A pada kolom/horizontal) sama penting daripada “Ketersediaan tenaga kerja” (B pada baris / vertikal), maka nilainya = 2 3. “Lokasi perusahaan strategik” (A pada kolom/horizontal) lebih penting daripada “Ketersediaan tenaga kerja” (B pada baris / vertikal), maka nilainya = 3 FAKTOR PENENTU Lokasi perusahaan strategik Ketersediaan tenaga kerja Keterampilan manajer dalam mengelola usaha Ketersediaan alat produksi Pelayanan yang baik terhadap konsumen Jalur distribusi yang sederhana Kapasitas produksi terbatas Kemasan kurang menarik Outlet penjualan terbatas Tingkat keterampilan karyawan rendah Biaya produksi tinggi Kurangnya promosi Pemasaran yang belum optimal
A (A) (B) (C)
(D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K) (L) (M)
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
83 Lanjutan lampiran 2. D. Pembobotan Terhadap Peluang dan Ancaman Petunjuk Pengisian Berikanlah bobot nilai (1, 2 atau 3) pada jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara paling sesuai. Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap perusahaan PT. BALTICINCO JAYAFOOD. Contoh : 1. “Meningkatnya permintaan es krim Baltic” (A pada kolom/horizontal) tidak lebih penting daripada “Pangsa pasar masih luas” (B pada baris/vertikal) , maka nilainya =1 2. “Meningkatnya permintaan es krim Baltic” (A pada kolom/horizontal) sama penting “Pangsa pasar masih luas” (B pada baris/vertikal), maka nilainya = 2 3. “Meningkatnya permintaan es krim Baltic” (A pada kolom/horizontal) lebih penting “Pangsa pasar masih luas” (B pada baris/vertikal), maka nilainya = 3 A
FAKTOR PENENTU Meningkatnya permintaan es krim Baltic Pangsa pasar masih luas Hubungan baik dengan pemasok Kemudahan mendapatkan bahan baku Jalur komunikasi mudah dan murah Krisis ekonomi Banyaknya pesaing produk es krim Kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak rutin
(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H)
B
C
D
E
F
G
H
Lampiran 3. Hasil perhitungan deskriptif pengukuran, bi, ei dan Ao
PEUBAH
Kemasan Tingkat kelezatan Pilihan rasa Ukuran Bentuk Tekstur Warna Komposisi Harga Tempat penjualan Higienis Kemudahan memperoleh Promosi Merk Kejelasan ijin BPOM Kejelasan halal LP MUI TOTAL
PERSEPSI KONSUMEN Baltic Campina Walls
4 5 5 5 5 4 5 4 5 3 4 4 3 3 5 5
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Baltic
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
1 2 2 2 2 1 2 1 2 0 1 1 0 0 2 2
bi Campina
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
ei Walls
Baltic
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2
Ao = bi x ei Campina
Walls
2
2
4
4
2
4
4
4
2
4
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
4
2
2
2
0
2
2
1
1
1
1
2
2
2
4
1
0
1
1
1
0
2
2
2
4
4
4
2
4 35
4 35
4 37
84
Lampiran 4. Hasil perhitungan validitas CORRELATIONS /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR0 0013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE. Correlations Correlations VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 001 VAR00 Pearson 001
Correlation
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
.375**
.827**
.716**
.364**
.494**
.417**
.495**
.475**
.895**
.597**
.811**
.649**
.225*
.352**
.227*
.802**
.001
.000
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.044
.001
.043
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.375**
1
.229*
.213
.201
.526**
.197
.797**
.771**
.318**
.239*
.345**
.275*
.046
.978**
.706**
.638**
.041
.058
.074
.000
.079
.000
.000
.004
.033
.002
.014
.685
.000
.000
.000
1
Sig. (2-tailed) N VAR00 Pearson 002
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 003
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 004
Correlation Sig. (2-tailed) N
.001
014
015
016
017
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.827**
.229*
1
.874**
.435**
.430**
.492**
.398**
.377**
.936**
.751**
.762**
.808**
.279*
.250*
.159
.811**
.000
.041
.000
.000
.000
.000
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.012
.025
.158
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.716**
.213
.874**
1
.402**
.339**
.466**
.362**
.345**
.818**
.790**
.656**
.850**
.314**
.231*
.160
.769**
.000
.058
.000
.000
.002
.000
.001
.002
.000
.000
.000
.000
.005
.039
.156
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
85
Lanjutan Lampiran 4. VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00
VAR00 Pearson 005
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 006
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 007
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 008
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 009
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 010
Correlation Sig. (2-tailed) N
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
.364**
.201
.435**
.402**
1
.189
.928**
.272*
.267*
.411**
.383**
.358**
.358**
.622**
.206
.141
.599**
.001
.074
.000
.000
.093
.000
.015
.017
.000
.000
.001
.001
.000
.067
.212
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.494**
.526**
.430**
.339**
.189
1
.248*
.701**
.679**
.431**
.291**
.558**
.345**
.150
.548**
.440**
.656**
.000
.000
.000
.002
.093
.026
.000
.000
.000
.009
.000
.002
.185
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.417**
.197
.492**
.466**
.928**
.248*
1
.315**
.309**
.464**
.465**
.410**
.433**
.658**
.204
.127
.654**
.000
.079
.000
.000
.000
.026
.004
.005
.000
.000
.000
.000
.000
.069
.261
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.495**
.797**
.398**
.362**
.272*
.701**
.315**
1
.980**
.438**
.334**
.511**
.377**
.132
.774**
.507**
.749**
.000
.000
.000
.001
.015
.000
.004
.000
.000
.002
.000
.001
.242
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.475**
.771**
.377**
.345**
.267*
.679**
.309**
.980**
1
.418**
.318**
.491**
.360**
.131
.749**
.469**
.727**
.000
.000
.001
.002
.017
.000
.005
.000
.000
.004
.000
.001
.246
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.895**
.318**
.936**
.818**
.411**
.431**
.464**
.438**
.418**
1
.702**
.791**
.755**
.305**
.296**
.216
.827**
.000
.004
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.006
.008
.055
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
86
Lanjutan Lampiran 4. VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00
VAR00 Pearson 011
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 012
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 013
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 014
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 015
Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00 Pearson 016
Correlation Sig. (2-tailed) N
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
.597**
.239*
.751**
.790**
.383**
.291**
.465**
.334**
.318**
.702**
1
.580**
.933**
.428**
.255*
.155
.740**
.000
.033
.000
.000
.000
.009
.000
.002
.004
.000
.000
.000
.000
.023
.170
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.811**
.345**
.762**
.656**
.358**
.558**
.410**
.511**
.491**
.791**
.580**
1
.631**
.302**
.323**
.239*
.789**
.000
.002
.000
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.006
.004
.033
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.649**
.275*
.808**
.850**
.358**
.345**
.433**
.377**
.360**
.755**
.933**
.631**
1
.377**
.292**
.188
.775**
.000
.014
.000
.000
.001
.002
.000
.001
.001
.000
.000
.000
.001
.009
.095
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.225*
.046
.279*
.314**
.622**
.150
.658**
.132
.131
.305**
.428**
.302**
.377**
1
.048
.089
.471**
.044
.685
.012
.005
.000
.185
.000
.242
.246
.006
.000
.006
.001
.675
.430
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.352**
.978**
.250*
.231*
.206
.548**
.204
.774**
.749**
.296**
.255*
.323**
.292**
.048
1
.742**
.640**
.001
.000
.025
.039
.067
.000
.069
.000
.000
.008
.023
.004
.009
.675
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.227*
.706**
.159
.160
.141
.440**
.127
.507**
.469**
.216
.155
.239*
.188
.089
.742**
1
.484**
.043
.000
.158
.156
.212
.000
.261
.000
.000
.055
.170
.033
.095
.430
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
.000 80
80
87
Lanjutan Lampiran 4. VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
.802**
.638**
.811**
.769**
.599**
.656**
.654**
.749**
.727**
.827**
.740**
.789**
.775**
.471**
.640**
.484**
1
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
N 80 80 80 80 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
VAR00 Pearson 017
Correlation Sig. (2-tailed)
80
88
89 Lampiran 5. Hasil perhitungan reliabilitas
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .929
16
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
VAR00001
4.55
.549
80
VAR00002
4.71
.532
80
VAR00003
4.52
.527
80
VAR00004
4.48
.551
80
VAR00005
4.16
.561
80
VAR00006
4.59
.520
80
VAR00007
4.21
.589
80
VAR00008
4.64
.557
80
VAR00009
4.65
.553
80
VAR00010
4.54
.550
80
VAR00011
4.40
.518
80
VAR00012
4.56
.548
80
VAR00013
4.44
.524
80
VAR00014
4.05
.593
80
VAR00015
4.70
.537
80
VAR00016
4.79
.441
80
90
Lanjutan Lampiran 5. Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
67.44
31.313
.766
.921
VAR00002
67.27
32.506
.581
.926
VAR00003
67.46
31.442
.778
.921
VAR00004
67.51
31.519
.727
.922
VAR00005
67.82
32.577
.535
.927
VAR00006
67.40
32.471
.603
.925
VAR00007
67.77
32.025
.592
.926
VAR00008
67.35
31.597
.704
.923
VAR00009
67.34
31.771
.679
.923
VAR00010
67.45
31.137
.795
.920
VAR00011
67.59
31.967
.697
.923
VAR00012
67.42
31.412
.750
.922
VAR00013
67.55
31.694
.737
.922
VAR00014
67.94
33.300
.389
.932
VAR00015
67.29
32.461
.583
.926
VAR00016
67.20
33.934
.425
.929
91 Lampiran 6. Hasil perhitungan hubungan dua variabel (crosstabs) CROSSTABS /TABLES=Usia BY Jeniskelamin /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Missing
N Usia * Jenis kelamin
Percent 40
N
Total Percent
100.0%
0
N
.0%
40
Usia * Jenis kelamin Crosstabulation Count
Jenis kelamin Pria Usia
Total
Wanita
< 20
4
4
8
20-30
0
9
9
30-40
1
10
11
>40
2
10
12
7
33
40
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
8.306a
3
.040
Likelihood Ratio
8.492
3
.037
Linear-by-Linear Association
1.921
1
.166
N of Valid Cases
40
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.40.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.415 40
Percent
.040
100.0%
92 Lanjutan Lampiran 6. CROSSTABS /TABLES=Usia BY Pendidikan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Usia * Pendidikan
Missing Percent
40
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 40
100.0%
Usia * Pendidikan Crosstabulation Count
Pendidikan SMP/sederajat Usia
SMA/sederajat
Akademi
Total
S1/S2/S3
< 20
1
7
0
0
8
20-30
0
8
1
0
9
30-40
0
8
2
1
11
>40
0
3
7
2
12
1
26
10
3
40
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
sided)
df
Pearson Chi-Square
19.357a
9
.022
Likelihood Ratio
20.998
9
.013
Linear-by-Linear Association
13.105
1
.000
N of Valid Cases
40
a. 12 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.571 40
.022
93 Lanjutan Lampiran 6. CROSSTABS /TABLES=Usia BY Pekerjaan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Missing
N Usia * Pekerjaan
Percent 40
N
Total Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 40
100.0%
Usia * Pekerjaan Crosstabulation Count
Pekerjaan Belum bekerja Usia
Pelajar/mahasiswa
Ibu rumah tangga
Pegawai
Total
Wiraswasta
< 20
1
7
0
0
0
8
20-30
0
5
2
2
0
9
30-40
0
0
7
3
1
11
>40
0
0
7
4
1
12
1
12
16
9
2
40
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
sided)
df
Pearson Chi-Square
32.154a
12
.001
Likelihood Ratio
40.264
12
.000
Linear-by-Linear Association
17.254
1
.000
N of Valid Cases
40
a. 20 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.668 40
.001
94 Lanjutan Lampiran 6. CROSSTABS /TABLES=Usia BY Anggotakeluarga /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Usia * Anggotakeluarga
Missing Percent
40
N
Total Percent
100.0%
0
N
.0%
Usia * Anggotakeluarga Crosstabulation Count
Anggotakeluarga 1 orang Usia
2-5 orang
Total
>5 orang
< 20
8
0
0
8
20-30
6
3
0
9
30-40
2
8
1
11
>40
2
8
2
12
18
19
3
40
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
sided)
df
Pearson Chi-Square
19.454a
6
.003
Likelihood Ratio
23.588
6
.001
Linear-by-Linear Association
15.252
1
.000
N of Valid Cases
40
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .60.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.572 40
.003
Percent 40
100.0%
95 Lanjutan Lampiran 6. CROSSTABS /TABLES=Usia BY Penghasilan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC /CELLS=COUNT COUNT ROUND CELL.
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
Usia * Penghasilan
40
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 40
100.0%
Usia * Penghasilan Crosstabulation Count
Penghasilan
< 2.500.000 Usia
2.500.000 s/d
5.000.000 s/d
5.000.000
10.000.000
Total
> 10.000.000
< 20
8
0
0
0
8
20 - 30
5
4
0
0
9
30 - 40
4
6
0
1
11
> 40
0
8
4
0
12
17
18
4
1
40
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
sided)
df
Pearson Chi-Square
28.827a
9
.001
Likelihood Ratio
35.833
9
.000
Linear-by-Linear Association
16.702
1
.000
N of Valid Cases
40
a. 14 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.647 40
.001
96 Lanjutan Lampiran 6. CROSSTABS /TABLES=Usia BY Outlet /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Usia * Outlet
Missing Percent
40
N
100.0%
Total Percent
0
N
.0%
Percent 40
Usia * Outlet Crosstabulation Count
Outlet Dekat dengan outlet Usia
Total
Jauh dengan outlet
< 20
8
0
8
20-30
8
1
9
30-40
11
0
11
9
3
12
36
4
40
>40 Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
sided)
df
Pearson Chi-Square
5.123a
3
.163
Likelihood Ratio
6.232
3
.101
Linear-by-Linear Association
2.419
1
.120
N of Valid Cases
40
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .80.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.337 40
.163
100.0%
Lampiran 7. Matriks IFE Nara Sumber 1. Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M
Lokasi perusahan strategik Ketersediaan tenaga kerja Keterampilan manajer mengelola usaha Ketersediaan alat produksi Pelayanan yang baik Jalur distribusi sederhana Kapasitas produksi terbatas Kemasan kurang menarik Outlet penjualan terbatas Tingkat keterampilan karyawan rendah Biaya produksi tinggi Kurangnya promosi Pemasaran belum optimal
A
B
C
D
E
F
G
H
2
3
2
3
3
3
2
2
3
3
2
3 3
2
I
J
K
L
M
3
1
2
2
2
2
3
3
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
1
1
2
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
3
1
2
2
1
1
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
3
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
3
2
1
1
1
1
2
1
1
3
3
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
2
3
3
2
3
1
2
2
2
2
3
2
3
3
2
3
1
2
2
2
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
2
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
3
1
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
3
2
2
2
3
2
2
2
3
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
3
1
2
1
1
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
Nara Sumber 2. Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M
Lokasi perusahan strategik Ketersediaan tenaga kerja Keterampilan manajer mengelola usaha Ketersediaan alat produksi Pelayanan yang baik Jalur distribusi sederhana Kapasitas produksi terbatas Kemasan kurang menarik Outlet penjualan terbatas Tingkat keterampilan karyawan rendah Biaya produksi tinggi Kurangnya promosi Pemasaran belum optimal
2 3
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3
2
2
2
2
3
1
2
1
2
3
3
1
2
2
2
3
2
3
1
2
2
2
2
1
3
1
2
3
2
3
3
3
2
3
3
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
3
2
3
1
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
1
2
2
2 2
97
Lanjutan Lampiran 7. Nara Sumber 3. Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M
Lokasi perusahan strategik Ketersediaan tenaga kerja Keterampilan manajer mengelola usaha Ketersediaan alat produksi Pelayanan yang baik Jalur distribusi sederhana Kapasitas produksi terbatas Kemasan kurang menarik Outlet penjualan terbatas Tingkat keterampilan karyawan rendah Biaya produksi tinggi Kurangnya promosi Pemasaran belum optimal
A
B
C
D
E
F
G
H
2
3
2
3
3
3
1
2
1
1
2
2 3
2
I
J
K
L
M
3
1
2
2
2
2
1
2
1
3
1
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
3
1
2
2
1
1
3
2
2
2
2
2
1
1
1
3
1
2
2
3
3
2
2
2
2
2
1
3
2
2
2
2
3
2
1
1
3
1
2
2
1
3
2
2
3
2
1
2
1
1
2
1
1
3
3
2
2
3
3
2
3
2
1
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
1
2
2
1 3
98
Lampiran 8. Matriks EFE Nara Sumber 1. Faktor Eksternal A B C D E F G H
A
Meningkatnya permintaan Pangsa pasar masih luas Hubungan baik dengan pemasok Kemudahan mendapatkan bahan baku Jalur komunikasi mudah dan murah Krisis ekonomi Banyaknya pesaing produk es krim Kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak rutin
B
C 2
2
D
E
F
G
H
3
1
2
3
2
3
3
2
3
3
2
3
1
2
2
1
1
3
3
2
2
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
3
2
3
3
1
1
3
2
2
2
3 1
Nara Sumber 2. Faktor Eksternal A B C D E F G H
A
Meningkatnya permintaan Pangsa pasar masih luas Hubungan baik dengan pemasok Kemudahan mendapatkan bahan baku Jalur komunikasi mudah dan murah Krisis ekonomi Banyaknya pesaing produk es krim Kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak rutin
B
C 2
2
D
E
F
G
H
2
1
2
2
2
3
2
2
1
2
2
3
1
2
2
1
1
2
3
2
1
1
1
2
1
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
2
1
3
2
2
3
2
3
3
1
1
3
3
2
2
3 1
Nara Sumber 3. Faktor Eksternal A B C D E F G
B
C 2
2
D
E
F
G
H
2
1
2
2
2
3
2
2
3
3
2
3
1
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
2
1
2
2
2
3
2
3
2
1
2
1
2
1
2
1
3
2
2
3
2
3
3
1
1
3
2
2
2
3 1
99
H
Meningkatnya permintaan Pangsa pasar masih luas Hubungan baik dengan pemasok Kemudahan mendapatkan bahan baku Jalur komunikasi mudah dan murah Krisis ekonomi Banyaknya pesaing produk es krim Kebiasaan mengkonsumsi es krim tidak rutin
A
99 Lampiran 9. Produk es krim dan outlet PT. Balticindo Jayafood Jakarta.