+
Edisi 4/ Tahun II/ Oktober-Desember 2016
ISSN : 2460 - 3813
media pemersatu umat
Agama dalam Pilkada Serentak
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
1 +
+ +
Edisi 4/ Tahun II/ Oktober-Desember 2016
Salam Redaksi
ISSN : 2460 - 3813
media pemersatu umat
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT, semoga hidayah dan rahmat-Nya selalu terlipahkan kepada kita semua, Aamiin. Majalah Dinas Sejahtera Edisi Tri Wulan Ke-4 sebagai terbitan terakhir tahun 2016. Akhir-akhir ini agama kembali mendapat tantangan kembali secara fungsi sebagai pedoman hidup manusia. Sebab negara kita, saat ini dihadapkan problem berulang-ulang untuk menghadapi pola gerakan pan-Islamisme mengatasnamakan agama seperti muncul radikalisme dan fundamentalisme bahkan ekstrimisme di dalam masyarakat, bahkan lebih parah lagi agama sebagai alat kepentingan kelompok. Oleh karena itu, Kementerian Agama sebagai lembaga negara yang mempunyai tugas dan fungsi untuk membawa visi dan misi membangun bidang agama tetap mengedepankan Islam yang rahmatan lil’alamiin supaya masyarakat tetap harmonis dan dinamis sesuai nilai keragaman dari berbagai kearifan lokal yang dapat menyatu dalam pengertian agama universal dalam masyarakat. Melalui laporan khusus dan laporan utama dari reportase kegiatan Hari Santri Nasional (HSN) dan fenomena gerakan masyarakat dengan dalih kekuasaan, politik, agama, dan sosial, adanya Majalah Dinas Sejahtera akan memberikan keselarasan dan optimalisasi peran Kemenag dalam mengembalikan peran dan fungsi agama melalui bahasa tulisan yang tetap menjaga nilai-nilai ke-Indonesia-an dan Ke-Islaman sesuai nilai ideologi yang di pakai oleh sistem negara Indonesia. Maka Kementerian Agama memainkan peranan strategis dalam pembangunan nasional Indonesia untuk bidang agama, sebab peran strategis agama adalah membentuk karakter dan perilaku positf masyarakat, meningkatkan motivasi, serta membatasi perilaku negatif masyarakat. Pada spektrum pembangunan yang lebih essensial, agama memiliki fungsi edukatif (mendidik), fungsi salvatif (penyelamatan), fungsi profetik (kenabian), fungsi integratif (pemersatu), fungsi transformatif (mengubah) dan fungsi solutif (pemecahan masalah). Fungsi‐fungsi itulah yang saling bertukar peran sesuai dengan situasi dan kondisi sosial yang dihadapi. Berpijak dari pentingnya peranan agama dalam pembangunan bangsa Indonesia, maka pembangunan agama sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan nasional lainnya untuk membuat peran dan fungsi lembaga negara bersama ormas, tokoh agama dan praktisi apapun bersama-sama untuk menjaga keutuhan negara dan bangsa sesuai peran masing-masing. Selamat membaca. (*) Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Agama dalam Pilkada Serentak
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
1 +
Daftar Isi
Salam Redaksi....................................................... 2 Pembinaan............................................................. 3 Laporan Utama...................................................... 5 Laporan Khusus..................................................... 8 Bidang PENMAD.................................................. 10 Bidang PONTREN................................................. 12 Bidang PAIS........................................................... 13 Bidang PHU........................................................... 14 Bidang URAIS....................................................... .16 Bidang PENAIS..................................................... 17 Bimas Kristen........................................................ 19 Bimas Katolik........................................................ 20 Bimas Hindu.......................................................... 21 Bimas Budha.......................................................... 22 Khonghucu............................................................. 23 Dinamika Daerah.................................................. 24 Artikel..................................................................... 30 KUB. ....................................................................... 36 Karya Umat .......................................................... 38 Prestasi .................................................................. 40 Terapan................................................................... 42
Penanggung Jawab : Badrus Salam ; Redaktur : Ali Fakhrudin, Budiawan, Gentur Rachma Indriadi, Suripah, Martina Wulandari; Penyunting / Editor : Muhammad Saronji ; Design Grafis : Djati Prasetyo, Seno Kurniawan ; Sekretariat : Yudi Prasetyo,
Penerbit: Subbag Informasi & Humas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Alamat Redaksi : Jalan Sisingamangaraja No 5 Semarang - 50232 Telp : 024-8412547, 8412548, 8412552 Fax. 024-8315418, EMAIL :
[email protected] Majalah Bulanan SEJAHTERA Diterbitkan oleh : Subbag Informasi & Humas Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah
2 +
Redaksi SEJAHTERA menerima sumbangan dalam bentuk tulisan, foto ilustrasi dan lainnya yang sesuai dengan misi Majalah SEJAHTERA. Ketikan 1,5 spasi maks 2 hal kuarto, disertai identitas resmi penulis. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa mengurangi substansinya. Demi perbaikan penerbitan, redaksi mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Keterangan Cover Depan : Kakanwil Kemenag Jateng menjaga harmonisasi agama.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
+
Pembinaan
Harmonisasi Umat Beragama dan Problematikanya Oleh Imam Tobroni (Kankemenag Kota Pekalongan)
M
asyarakat Indonesia adalah masyarakat sudah terbentuk sejak lahir dengan kondisi heterogen, dan termasuk masyarakat yang memiliki keseimbangan dalam relasi individu dan sosial, bahkan secara praktek kemasyarakatan hidup berdampingan antar individu sudah menjadi tujuan hidup untuk meraih harmonis. Sebab bangunan harmonisasi di Indonesia diatas, berasal dari perbedaan budaya, pendidikan, agama terbukti dari akar sejarah mampu membangun masyarakat secara harmonis. Akibat pergeseran waktu dan zaman sangat mempengaruhi potensi untuk disharmoni. Berikut pula, manusia dan sistem sosialnya belum mampu melakukan gerakan individu yang kuat atas pemahaman agama melalui ajaranya. Harmonisasi dapat dilakukan apabila dalam masyarakat berbangsa dan bernegara memiliki peran melakukan hidup rukun dan mampu memahami agama, melalui ajaran dan cara mengamalkan secara sempurna. Sebab agama tidak mengajarkan konflik atau perpecahan. Adapun permasalahan disharmonisasi dalam beragama akibat dari sebagaian orang yang memandang monopolistilk, yakni keinginan akan kebenaran agamanya tidak boleh terusik oleh agama lainya atau sebaliknya beranggapan bahwa pemahaman agamanya adalah yang paling benar sedangkan pemahaman yang lain atas agamanya. Berdasarkan kasus tersebut, akan dapat menjadi pemicu adanya disharmoni, karena adanya pemaksaan kehendak dengan dalil dalil teks agama yang menjadi dasar pandanganya. Ini sering terjadi dengan memakai pandangan leteralis dalam memahami teks-teks agama, yang sering kali meninggalkan kajian sosial-keagamaan dalam masyarakat. Dan itu akan menjadi pola gerakan ekstrim dan radikal. Kemudian yang lebih menarik, persoalan harmonisasi mendapat tantangan apabila situasi masyarakatnya dalam melakukan perspektif agama bukan menggunakan inklusivitas akan tetapi eklusivitas dalam mempelajari, memahami agama. Apalagi disertai unsur pemaksaan bagi seseorang melakukan penyeragaman masuk dalam konsep agama, maka saat terjadi penafsiran teks agama berbeda akan memunculkan semangat perlawanan bahwa pemahaman tersebut keliru dan tidak sesuai dengan kebiasaan pemahaman dan perilaku keagaamaan yang sedang berjalan, inilah menjadi bibit disharmonisasi.
Fenomena Konflik Variasi konflik yang memakai alat agama semakin marak, baik disebabkan oleh personal, organisasi, komunitas sosial-masyarakat. Termasuk akibat sistem beragama yang harus melakukan ideoligisasi maka akan menjadi formalisasi agama. Selain faktor yang terkait dengan doktrin seperti disebutkan di atas, ada faktor-faktor keagamaan lain yang secara tidak langsung dapat menimbulkan konflik di antara umat beragama. Di antaranya: 1) Penyiaran agama, 2)Bantuan keagamaan dari luar negeri, 3) Perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda, 4) Pengangkatan anak, 5)Pendidikan agama, 6)Perayaan hari besar keagamaan, 7)Perawatan dan pemakaman jenazah, 8)Penodaan agama, 9)Kegiatan kelompok sempalan 10)Transparansi informasi keagamaan dan 11)Pendirian rumat ibadat. (Abdurrahman Wahid,: 1985: hal. 31) Berikut ini penjelasan tentang sebagian dari faktorfaktor itu. Penyiaran agama merupakan perintah (paling tidak sebagian) agama. Kegiatan ini sering dilakukan tanpa disertai dengan kedewasaan dan sikap toleran terhadap pemeluk agama lain, untuk memilih sendiri jalan hidupnya. Akibat terjadi kasus-kasus pembujukan yang berlebihan atau bahkan pemaksaan yang sifatnya terselubung, maupun terang-terangan. Kasus semacam itu, dapat merusak hubungan antar umat beragama. Untuk mengurangi kasus-kasus pembujukan yang berlebihan atau bahkan pemaksaan semacam itu, pemerintah mengeluarkan SKB Menag dan Mendagri No 1 tahun 1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia. Perubahan sosial yang sangat cepat telah mempengaruhi cara pandang dan sikap masyarakat dalam praktek keagamaan, termasuk perubahan sosial membawa dampak yang menjadikan konflik yang cukup besar seperti semakin melemahnya moralitas, kekerabatan, solidaritas sosial dsn primordialitas dan sebaliknya semakin menguat individualisme,konsumerisme dan kapitalisme. Terjadi perbedaan masyarakat dalam mensikapi adanya perubahan tersebut, sebagian mengikuti arus perubahan tanpa melakukan perlawanan sedikitpun, seluruh kehidupanya merupakan replika kehidupan
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
3 +
+
Pembinaan moderen, termasuk di dalamnya sikap dan tata nilai baik yang bersifat individu seperti sikap acuh kepada orang lain, membantu karena ada keuntungan dan kepentingan yang sama melemahnya semangat tolong menolong,dsb. Sebagaimana dalam buku yang diterbitkan oleh pustaka Percik dalam judulnya “peta potensi konflik dan kondisi kebebasan beragama” dinyatakan munculnya insiden yang menciderai kehidupan sosial keagamaan yang damai kebanyakan disebabkan karena berasal dari sekelompok kecil aktor dan organisasi intoleran,praktek intoleransi tersebut terjadi di dua ranah yaitu lingkup internal dan eksternal agama. Di sejumlah peristiwa disharmoni juga sebagian besar dipicu politisasi agama yang merupakan kombinasi faktor perbedaan pemahaman agama dan dinamika politik lokal yang antara lain bertujuan untuk memainkan posisi tawar dalam konstelasi dinamika politik tersebut..Kalangan ini memanfaatkan sensitivitas warga masyaeakat yang cenderung mudah meletup ketika ada gangguan terhadap sesuatu yang dianggap sangat prinsip dalam kehidupanya di berbagai hal.. Peran Kemenag Kementerian Agama memiliki peran dan tugas sebagaimana arah kebijakan dan misi dalam pembangunan nasional bidang agama antara lain peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan agama serta peningkatan kualitas kerukunan umat beragama. Tentunya implementasi dari misi tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan karena hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan individu umat beragama maupun masyarakat secara luas,dan kehidupan agama merupakan hak indidu seseorang yang tentunya perlu kearifan sendiri saat pemerintah turut terlibat dalam memberikan pelayanan atas hak dan kebutuhan dasar tersebut.
Maka langkah strategis Kemenag dalam upaya pembinaan; pertama, pemberdayaan institusi dan lembaga keagamaan, mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun, mengembangkan wawasan multikultural bagi segenap lapisan dan unsur masyarakat. Kedua, menjadikan lembaga pendidikan sebagai media pengembangan islam rohmatan lil alamien. Ketiga, fungsionalisasi pranata lokal seperti adat istiadat, tradisi dan norma norma sosial yang dapat mendukung harmonisasi kehidupan umat beragama. Keempat, mendorong semua kelompok masyarakat agama untuk mewujudkan peran sertanya dalam berkontribusi bagi pembangunan sesuai potensinya. Kelima, Peningkatan sumberdaya manusia yang memberikan layanan lalu lintas kehidupan agama. Peran tersebut, memerlukan dukungan dari seluruh komponen, dan bahkan seluruh masyarakat tanpa kecuali, karena pemahaman dan pengamalan masyarakat terhadap agama tinggi, serta merta harmonisasi sosial dan kerukunan umat beragama akan dapat terwujud sekaligus juga kehidupan keagamaan akan semakin dinamis dan kompetitif. Keberadaan kementerian agama yang dalam menjalankan tugas pelayanan dalam berbagai bidang menjadikanya dekat dengan masyarakat. Yang darinya dapat melahirkan relasi sosial yang baik dan juga dapat dijadikan potensi bagi aparaturnya untuk membangun komunikasi di saat terjadi persoalan disharmoni hubungan baik intern maupun antar umat beragama. Disamping secara khusus kementerian agama mengalokasikan anggaran pembinaan FKUB dapat dimanfaatkan untuk melakukan kordinasi antar tokoh agama.Peningkatan kapasitas FKUB dirasa sangat penting mengingat strategisnya lembaga ini dan bahkan di beberapa tempat dijadikan rujukan bagi bangunan toleransi umat beragama.(a-li)
Acara pembinaan dalam membangun kerukunan umat beragama.
4 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
+
Laporan UTAMA
Agama dalam
Pilkada Serentak Sejumlah kabupaten/kota dan provinsi di Indonesia, pada Februari 2017 akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak. Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang akan menggelar kegiatan tersebut antara lain Kabupaten Jepara, Pati, Banjarnegara, Batang, dan Kota Salatiga.
B
erbagai persiapan telah dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan para pasangan calon. Bahkan, proses Pilkada pun telah dan sedang berjalan. Di antaranya pendaftaran masing-masing pasangan calon ke KPU Kabupaten/Kota, penetapan nomor urut
pasangan calon, dan seterusnya. Beberapa pengamat menyatakan, Pilkada serentak dapat menghemat anggaran. Selain itu, dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya kejadian destruktif misalnya tawuran antarpendukung pasangan calon. Dengan Pilkada serentak, kemungkinan kecil terjadi pengerahan massa dari daerah lain saat kampanye ataupun momentum-momentum penting lainnya dalam Pilkada. Terkait dengan Pilkada serentak dan kemungkinan terjadinya rusuh ataupun tawuran antarpendukung pasangan calon tersebut, sebenarnya ada hal penting yang perlu diwaspadai dan diantisipasi sejak dini, yakni eksistensi agama. Pengalaman telah membutikan bahwa jika agama dibawa-bawa dalam Pilkada/Pemilu, sangat memungkinkan menyulut konflik yang tidak perlu terjadi. Di Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
5 +
+
Laporan UTAMA Dengan kata lain, antara manfaat dan mdharatnya tidak sebanding. Lebih dari itu, dalam sejarah di Indonesia berpolitik secara parsial tidak pernah berhasil dengan baik. Dalam kaitan ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan agar jangan sampai terjadi politisasi agama dalam Pilkada serentak 2017.
Kampanye simpatik menolak politik uang dalam Pilkada.
Kabupaten Jepara, misalnya, beberapa tahun lalu pernah terjadi pembakaran dan mengakibatkan beberapa orang meninggal dunia. Gara-garanya antara lain semangat keberagamaan dibawa-bawa dalam proses Pilkada. Salah satu pendukung partai, membawabawa semangat keberagamaan dalam masa kampanye. Sebab biasanya, semangat keberagamaan jika sudah bercampur dengan semangat politik, maka akan sulit untuk memisahkan mana domain agama dan mana domain politik. Padahal, agama memiliki karakteristik sangat fundamental. Nilai keberagamaan seseorang akan mudah bangkit manakala merasa terusik dan tidak nyaman. Selain di Jepara, kejadian memilukan juga pernah menimpa Kabupaten Pekalongan. Penyebabnya sama, yakni semangat keberagamaan dibawa-bawa dalam proses pemilihan umum (Pemilu). Juru kampanye partai tertentu mengambil dalih Alquran untuk menarik massa sebesarbesarnya dalam upaya kemenangan Pemilu, sedangkan massa atau pendukung partai lainnya merasa
6 +
tidak terima dengan cara-cara tersebut. Akhirnya, kerusuhan Pemilu tidak dapat dielakkan. Kejadian seperti ini, misalnya juga dialami oleh gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ketika nilai-nilai agama dibawa-bawa atau disinggung-singgung secara tidak tepat, maka eksesnya dapat menimbulkan gelombang protes dan demo yang luar biasa. Sekitar 250.000 umat muslim berdemo damai pada Jumat 4 November 2016. Mereka bergerak untuk berdemo dalam satu alasan, yakni perasaan keberagamaan umat Islam terusik/tersinggung karena Ahok diduga telah menistakan agama (Alquran, Surat Almaidah ayat 51) dan/atau pimpinan agamat umat Islam (ulama) dihina. Banyak pakar politik keagamaan mengingatkan, dalam berkampanye politik sebaiknya tidak menggunakan simbul-simbul agama. Sebab, bila salah dalam penggunaan dan pemanfaatan simbul-simbul agama, eksesnya sangat membahayakan. Sebab, garis demarkasi penggunaan simbul-simbul agama dalam berpolitik dengan SARA sangat tipis.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
Identik Kemajemukan Indonesia adalah identik dengan kamajemukan. Tanpa kebhinekaan bukanlah Indonesia. Karena itu, kalau ingin berpolitik secara santun, beradab dan menghormati kearifan lokal maka berpolitik yang menghargaai kebhinekaan. Hasilnya akan jauh lebih bagus dibanding dengan berpolitik secara parsial. Dalam kaitan ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mewanti-wanti kepada seluruh elemen bangsa Indonesia agar berpikir jernih dalam menanggapi isu keamanan menjelang pelaksanaan Pilkada serentak pada 2017. Salah satu yang paling menjadi perbincangan adalah aksi unjuk rasa antipenistaan agama yang melibatkan ratusan ribu orang di Jakarta pada Jumat 4 November 2016. “Jangan mencampurkan agama dan politik,” tandasnya di Jakarta, baru-baru ini. Menurut Ryamizard, agama adalah hal yang benar secara mutlak karena berasal dari Tuhan. Adapun politik, berupa persepsi, asumsi, dan kepentingan-kepentingan tertentu. “Politik ada benar, ada tak benar, dan banyak yang tidak benarnya,” katanya. Pihaknya berharap ulama dan para penceramah agama yang muncul di media massa ikut mengimbau masyarakat agar menyaring informasi terkait dengan isu politik dan agama, terutama menjelang Pilkada serentak 2017. Sementara itu Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, mengatakan negara harus bersikap
+
Laporan UTAMA proporsional dalam meredam situasi yang memicu unjuk rasa besarbesaran yang sudah terjadi hingga dua kali terkait dengan dugaan penistaan agama. Apalagi, jika hal itu terkait juga dengan suasana Pilkada. “Itu memang masalah lokal, tetapi kalau tak hati-hati, bisa jadi masalah nasional, bahkan lebih,” tuturnya. Kiai Hasyim Muzaki, yang kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), menyebutkan penyelesaian harus terlaksana tanpa adanya keberpihakan. Kalau negara terasa berpihak, posisi kekuasaan bisa terbelah, baik yang terang-terangan, terselubung, maupun yang di dalam hati. Dalam masa-masa Pilkada serentak seperti sekarang ini, semua pihak harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk kerukunan antarumat beragama. Kampanye Promotif Hal yang sama juga disampaikan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Pihaknya mendesak kepada calon pemimpin yang bertarung pada Pilkada serempak 2017 bersaing secara beradab. Dia meminta para calon mengedepankan
kampanye promotif ketimbang konfrontatif atau menyerang. Menurutnya, kampanye promotif menunjukkan tingginya kualitas berdemokrasi. Kampanye ini membantu rakyat lebih jernih menilai visi-misi yang ditawarkan setiap pasangan calon. “Kita manusia Indonesia yang beradab. Sehingga dalam pesta demokrasi seperti Pilkada pun, kita hendaknya senantiasa menjaga sikap toleransi dan tenggang rasa atau tepo seliro,” kata Menag, belum lama ini. Ia menambahkan, dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, isu suku, agama, ras, antargolongan (SARA) memang sulit dihindari. Tetapi, hendaknya isu SARA dapat dikemas secara lebih beradab agar tak merusak keharmonisan, sesama anak bangsa. “Saya meminta para pasangan calon dan tim suksesnya agar tidak mencederai keagungan agama dengan tindakan memanipulasi, menista, melecehkan, apalagi menjelek-jelekkan ajaran agama. Jangan melakukan kampanye kotor,” tandasnya. Menag juga mengingatkan agar Badan Pengawas Pemilu Daerah (Bawaslu Daerah) dan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
Lukman Hakim Saifuddin Menag RI
agar lebih peka terhadap penggunaan isu agama. “Jika ada pelanggaran terkait soal ini, sebaiknya segera ditangani. Gejala yang dapat menurunkan kualitas Pilkada karena konflik agama juga harus segera diantisipasi,” ujar dia. Pihaknya berharap Pilkada serempak 2017 dapat diikuti rakyat sebagai proses kompetisi mencari pemimpin warga, bukan perang memperebutkan kekuasaan belaka. Sebabproses yang berkualitas akan membuat pemimpin terpilih lebih amanah dalam membawa kemajuan daerah.
Mohammad Saronji
Tokoh-tokoh agama mengampanyekan Indonesia damai dalam kebhinekaan terkait Pilkada Serentak 2017 Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
7 +
+
Laporan KHUSUS
Berbincang Santri Ala Gus Mus dan Cak Nun
Spirit Ulama Pejuang Kemerdekaan Harus Dilanjutkan Semenjak ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, santri kini menjadi istilah yang populer. Santri kini tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Karena semenjak 2015 kemarin, Presiden Joko Widodo secara tegas menetapkan peringatan Hari Santri yang tertuang dalam Keputusan Presiden nomor 22 tahun 2015. Lantas bagaimana yang seharusnya dilakukan para santri dalam melanjutkan perjuangan kemerdekaan sebagaimana yang dikemukakan oleh KH Musthofa Bisri dan Emha Ainun Najib dalam acara ‘Dialog Kebangsaan’ peringatan Hari Santri yang digelar di alun-Rembang beberapa waktu lalu? Berikut laporannya. 8 +
A
DA yang berbeda dengan peringatan hari Santri, 22 Oktober 2016 lalu. Di Rembang, digelar perhelatan hari Santri yang tak hanya mengadakan upacara dan kirab merah putih. Namun juga dialog kebangsaan yang berhasil terlaksana dengan sukses. Adalah komunitas Obrolan Santri, sebuah komunitas para santri di Rembang yang berinisiatif menggelar Gebyar Hari santri selama dua hari berturut-turut. Pada hari pertama, 22 Oktober digelar apel hari Santri di alun-alun kota Rembang. Apel ini diikuti oleh ribuan santri dari seluruh kecamatan se-Kabupaten Rembang. Hari berikutnya , Ahad (23/10) digelar kirab 1000 bendera merah putih yang dimeriahkan pula oleh ribuan para santri. Tak hanya para santri, generasi pemuda lintas agama, yaitu Generasi Muda Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) juga turut memeriahkan gelaran kirab yang terpusat di alun-alun kota Rembang ini. Dan malam harinya, yaitu Minggu (23//10) merupakan puncak rangkaian peringatan hari Santri. Panitia dari Komunitas Obrolan Santri ini berhasil menghadirkan penceramah utama, yaitu KH Musthofa Bisri dan Emha Ainun Najib. Habib Anis Sholeh Ba’asyin (Pati) dan Abdul Ghofur Maemun Zubair
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
(Gus Ghofur) juga didaulat untuk mengisi Ngaji kebangsaan tersebut. Emha bersama dengan Kyai Kanjeng dan tarian sufinya berhasil memikat ribuan santri yang memadati alun-alun kota Rembang yang rela begadang hingga acara usai sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Dari dialog kebangsaan yang berlangsung Gayeng tersebut, didapatkan banyak tentang definisi santri, dan bagaimana santri masa dahulu dan masa kini, hingga bagaimana perjuangan santri dalam memperebutkan kemerdekaan. Istilah santri memang hanya ada di Indonesia. Sebagaimana yang diutarakan oleh Gus Mus kepada ribuan para santri pada malam itu. Dalam tausiyahnya, Gus Mus memaparkan tentang arti santri. Menurut beliau, Santri itu milik Indonesia. “Santri adalah orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan Islam yang kebetulan ada di Indonesia, “ujarnya. Sebagian besar para santri ini berjuang memperebutkan kemerdekaan dengan tulus. Dan rata-rata dari mereka adalah orang ‘ndeso’, namun mempunyai kecintaan yang luar biasa terhadap tanah air. Kecintaan tersebut adalah dengan menyadari sepenuhnya bahwa tanah ini adalah rumah mereka. “Kyai ndeso sebenarnya itu tidak tahu
+
Laporan KHUSUS apa itu nasionalisme. Apalagi kalau diajak dialog kebangsaan seperti saat ini, ya tidak akan faham. Kyai ndeso itu memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan hanya karena mempunyai pola pikir yang sangat sederhana,’Indonesia ini rumahku’, “ ungkap Gus Mus. Rais Am PBNU 2014-2015 itu pun menyebutkan makna santri sebenarnya. Menurut beliau, santri jangan hanya berbangga dengan identitas santrinya. Santri tidak perlu menonjol-nonjolkan dan mengungkitngungkit jasa-jasa santri terdahulu dalam perjuangan kemerdekaan. Sebagaimana dikisahkan beliau tentang perjuangan KH Hasyim Asy’ari. “Mbah Hasyim ini tidak pernah menunjukkan dan memperlihatkan perannya terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. Walaupun wartawan asing asal Timur Tengah, yaitu Al-Habib Sayyid Muhammad Asad Syihab seorang jurnalis asing dari Timur Tengah berpendapat bahwa KH Hasyim Asy’ari adalah peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia. Pernyataan tersebut tertuang dalam buku hasil karyanya berjudul: “Allamah Muhammad Hasyim Asya’ari wadhiu Libinati Istiqlali Indonesi” (Maha guru Muhammad Hasyim Asy’ari Peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia), sebuah buku berbahasa Arab yang di terbitkan di luar negeri oleh Percetakan Beirut Libanon,” urai Gus Mus. Di luar itu, lanjut Gus Mus, santri harus memahami makna santri yang sebenarnya. Gus Mus mengingatkan kepada santri bahwa mereka harus mewarisi dan meneladani sifat kyai-kyai terdahulu. Karena keadaan santri sekarang ini memang tak lagi sama dengan santri terdahulu. “Santri harus tawadlu, tidak kemliti, mandiri, dan gemar tirakat. Tapi jangankan tirakat, ada itu yang makan sehari empat kali,” kelakarnya. Keterkaitan santri dan Indonesia versi Gus Mus tersebut dilengkapi oleh pernyataan Cak Nun yang menyebutkan bahwa tanah Jawa sangat semakin lengkap dengan datangnya Islam. “Jawa dan Islam diibaratkan tumbu oleh Tutup. Islam sangat menyempurnakan tanah Jawa,” kata Cak Nun. Cak Nun melihat bahwa Jawa itu sudah sejak lama mencari konsep tentang Tuhan. Konsep seperti Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Tunggal, dan Sang Hyang Widi sebenarnya adalah sifat-sifat Alloh yang disebut dalam Asmaul Husna. “Nama-nama itu adalah usaha leluhur masyarakat Jawa untuk mencari konsep Tuhan. Dan ketika Islam datang, maka pencarian itu berakhir,” ungkap Cak Nun. Dari itulah santri sebenarnya adalah pihak yang beruntung. Karena para pendahulu kita
sudah berusaha mencari Tuhan. “Beruntung kita dikasih Alloh yaitu Nabi Muhammad, Nabi yang akan menyelamatkan kita kelak di hari kiamat,” sambungnya. Boarding school adopsi pesantren Dengan kedatangan Islam itulah lahir santrisantri Indonesia. Sedangkan gurunya para santri disebut dengan kyai/ulama. Santri menjalani proses belajar di pesantren, yang menurut Cak Nun, pesantren ini merupakan model pembelajaran yang akhirnya ditiru oleh model pendidikan modern, yaitu sistem boarding school (sekolah berasrama). Dan memang terbukti bahwa pesantren melahirkan generasi-generasi unggul sebagaimana yang dijadikan sebagai misi lulusan boarding school. “Sekarang ini kita biasa mendengar istilah boarding school. Mereka tidak tahu bahwa Islam sudah sejak lama menerapkan model belajar boarding school ini. Asrama yang mereka maksud itu ya pesantren, di mana sehari-hari santri belajar, mengaji, dan sekolah, serta melakukan aktivitas seharihari. Jadi sebenarnya, boarding school ini lah yang mengadopsi dan meniru sistem pembelajaran pesantren,” urai Cak Nun. Dalam mengisi kemerdekaan ini, santri diwanti-wanti untuk tetap menjadi pribadi yang tangguh, rajin, dan disiplin. Terlepas dari perkembangan zaman yang sudah sangat modern ini, Cak Nun berpesan kepada santri untuk tidak mengurangi makna santri. Antara lain tetap berada di jalan Alloh, selalu menaati Alloh dengan menaruh hormat pada guru. Menurut Cak Nun, hormat dan taat kepada guru adalah manifestasi dari ketaatan kita kepada Alloh. “Jadi kita tawadhu kepada kyai hakikatnya adalah taat kepada Alloh,” terang Cak Nun. Akhlak yang baik adalah akhlaknya santri. Perilaku santri tersebut hendaknya tetaplah melekat. Karena jika akhlaq seseorang jelek, maka tidak bisa lagi disebut santri. Cak Nun memaparkan ada perbedaan antara santri dan pelajar. Pelajar akan mendapatkan gelar
setelah lulus pendidikan formal, dan gelar itu akan terus disandangnya. “Berbeda dengan santri, jika akhlak mereka jelek, maka hilanglah sebutan ‘santri’nya,” sambungnya. Sementara secara kuantitas, Cak Nun berharap jumlah santri tidak akan berkurang. Karena santri sejatinya adalah kekasih Alloh. Cak Nun berpendapat, kalau santri berkurang, maka berkuranglah kekasih Alloh. “Sementara yang bisa memengaruhi Alloh adalah orang-orang yang mencintai Alloh dan rasul-Nya. Kita bisa lihat bagaimana adzab yang diturunkan kepada kaum Nabi Nuh dan Nabi Hud. Ini karena mereka telah menyakiti orang-orang yang mencintai Alloh,” papar Cak Nun menjelaskan. Selanjutnya Gus Ghofur memaparkan sejarah santri yang tak terlepas dari masjid/ musholla. Tempat ibadah ini dulunya adalah pusat belajar santri, bahkan sebelum punya bangunan pesantren. Sebagaimana pada zaman Nabi, masjid ini digunakan sebagai pusat kegiatan agama, masyarakat, hingga kenegaraan. Gus Ghofur menandaskan, santri harus mempunyai spirit / ruh guru. Diceritakannya, semua murid KH hasyim Asy’ari tidak semua pintar. Namun semuanya mempunyai semangat seperti Mbah Hasyim. Sebagaimana para sahabat nabi. “Mereka itu tidak semuanya pintar, tapi mempunyai semangat luar biasa dari Nabi Muhammad Saw,” tukasnya. Menurutnya, orang sepintar apa pun jika tidak mempunyai spririt gurunya, maka tidak akan bermanfaat bagi masyarakat. Inilah yang menjadi problematika saat ini. Banyak santri yang hanya berilmu, tapi tidak mempunyai ‘ruh’ gurunya. Akibatnya, lahirlah para koruptor. “Jika demikian, maka label santrinya sudah terkikis. Kami doakan semoga santri-santri sekarang mempunyai semangat guru-nya agar bisa mencetak pemimpin-pemimpin yang luar biasa. Shofatus Shodiqoh
Para santri yang setia mengikuti acara hingga larut malam. Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
9 +
+
Bidang PENMAD
Bidang PENMAD
Kemenag, BOS dan Madrasah Oleh Ahmad Suaidi
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi lembaga pendidikan formal (SD/ MI, SMP/MTs dan SLTA/ MA) merupakan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang harus tersedia setiap untuk lembaga Pendidikan untuk keberlangsungan kegiatan belajar mengajar (KBM). Alokasinya sudah ditetapkan, yang dihitung sesuai dengan jumlah siswa pada masingmasing lembaga, sehingga dana BOS semakin banyak manakala siswanya banyak dan sebaliknya.
U
ntuk membelanjakan dana yang bersumber dari APBN ini rupanya tidak bisa semaunya sendiri oleh kepala madrasah/sekolah penerima. Serupiah demi serupiah dalam menggunakan dana BOS harus sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dana BOS yang diterbitkan Pusat. Sejalan dengan
10 +
perubahan kebijakan pemerintah dalam pembiayaan program Rencana Kerjanya, juknis BOS juga terus mengalami perubahan atau penyempurnaan. Untuk itulah setiap lembaga penerima dana BOS harus terus menerus update dan mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah. Kenapa harus selalu update Juknis? Karena uraian dalam juknis merupakan pintu masuk auditor saat memeriksa tiap lembaga dalam mengelola (merencanakan, membelanjakan dan melaporkan/ mempertanggungjawabkan). Maksudnya, pemeriksa/auditor dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada aturan yang tertuang dalam juknis BOS. Bagi madrasah yang memahami secara benar juknis yang berlaku dalam mengelola dana BOS tentunya tidak akan mengalami kesulitan untuk membelanjakan sekaligus mempertanggung jawabkannya. Tentunya jika dimulai dengan menyusun perencanaan yang akuntabel dan komprehensif sesuai dengan alokasi anggaran yang ada, dalam pelaksanaannya pasti lancar. Sebaliknya, manakala dalam menyusun perencanaan kurang akuntabel dipastikan akan mempersulit dalam membelanjakan dan mempertanggungjawabkannya. Seperti terjadi salah akun ataupun dobel akun, salah
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
peruntukannya yang pada akhirnya menjadi “temuan” saat dilaksanakan pemeriksaan oleh auditor. Mengingat Kepala Madrasah posisi dalam penggunaan dana pemerintah ini selalu penanggungjawab formal dan material, tidak boleh mempertaruhkan kepada bendahara atau staf yang ditunjuk, tetapi harus benar-benar memahami kebijakan yang tertuang dalam juknis BOS agar pada akhirnya tidak mempersulit diri. Negeri dan Swasta Bagi madrasah negeri dalam sistem pengelolaan dana BOS sedikit berbeda dengan madrasah swasta, karena Madrasah Negeri mencairkan secara langsung dari kas negara sehingga setiap penggunaannya harus sesuai standar akun yang ditetapkan Kementerian Keuangan. Contohnya untuk belanja bahan harus sesuai akun 521211, memberikan honor kegiatan gunakan akun 521213, membiayai perjalanan dinas pakai akun 524111, belanja ATK akun 521811, memberi jasa profesi (pelatih, narasumber dari luar) gunakan akun 522151, jika mau sewa peralatan menggunakan akun 522141 atau belanja sewa dan masih banyak lagi. Sedangkan bagi madrasah swasta menerima dana BOS dari Kankemenag
+
Bidang PENMAD Kabupaten/Kota yang pencairannya dari Kas Negara cukup menggunakan satu akun yaitu 521219 atau belanja operasional lainya, sehingga tidak begitu ribet sebagaimana pada madrasah negeri. Meskipun demikian, madrasah tetap saja tidak bisa membelanjakan secara sembarangan karena dana BOS pada hakekatnya bukan uang milik madrasah tetapi uang negara yang dibelanjakan pihak ketiga yaitu madrasah. Untuk itulah pemerintah menerbitkan peraturan penggunaannya yang tertuang dalam petunjuk teknis. Sebagaimana tertuang dalam Juknis BOS 2016, penggunaan dana BOS sudah terinci dalam 13 komponen yang bermuara pada pencapaian 8 standar pendidikan. Rambu-rambu bagi madrasah dalam penggunaannya agar tidak hanya pada salah satu komponen, maka pemerintah memberikan batasan-batasan, seperti untuk belanja pegawai tidak boleh melampaui 20 persen dari jumlah anggaran yang diterima, belanja buku 5 persen, perawatan madrasah tidak boleh melebihi Rp. 10 juta dan lainya. Meskipun demikian, sebagian madrasah negeri masih mengalami kesulitan dalam memahami juknis sehingga dalam penggunakan dana BOS terjadi salah akun atau salah peruntukan, jika madrasah swasta terjadi salah peruntukannya. Yang dimaksud salah peruntukannya, apabila membelanjakan dana BOS yang tidak disebutkan dalam juknis. Misalnya kegiatan perpisahan yang tidak disebutkan dalam juknis, tapi banyak yang menggunakannya dengan alasan kegiatan tersebut merupakan bagian dari proses pembelajaran. Lain halnya jika kegiatan Pembentukan karakter melalui Pentas Seni dapat menggunakan dana BOS. Kenapa kegiatan perpisahan tidak diperbolehkan, tapi kegiatan pembentukan karakter melalui Pentas Seni diperbolehkan? Jika kegiatan perpisahan tidak ada kejelasan dengan capaian delapan standar pendidikan, lain halnya jika pembentukan karakter memiliki kepastian tujuan dari kegiatan tersebut. Khusus bagi madrasah negeri, pemerintah melarang keras penggunaan dana BOS untuk memberikan honorarium kepada Guru PNS yang masih terkait dengan tusi guru, karena tusi guru yang bersangkutan sudah dibayar dalam komponen gaji dan tunjangan profesi. Sebagaimana tertuang dalam UndangUndang no. 14 tahun 2005 tentang guru
MADR MIS MTsS MAS JML
ANGGARAN 426.940.000.000 350.368.000.000 118.473.400.000 895.781.400.000
dan dosen, pada Pasal 20 menyebutkan : Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilainilai agama dan etika; dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Serapan BOS Dalam pencairan dana BOS bagi madrasah swasta dilaksanakan oleh Kepala Kankemenag Kabupaten/Kota melalui proses LS atau pencairan dari Kas Negara langsung disalurkan dalam rekening masing-masing madrasah penerima. Penyalurannya dilaksanakan empat tahap, yaitu tahap 1 untuk pembiayaan bulan Januari-Maret, tahap 2 bulan April-Juni, tahap 3 bulan Juli-September dan Tahap 4 bulan Oktober – Desember. Meskipun demikian, penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan, karena dalam pembiayaan operasional pendidikan tidak setiap bulan membutuhkan dana yang sama. Mengingat dana BOS merupakan dana pemerintah yang dibelanjakan pihak madrasah, maka jika terjadi sisa pada akhir tahun anggaran, madrasah wajib mengembalikan ke kas negara. Dengan demikian serapan dana BOS madrasah swasta pada setiap kabupaten langsung dapat diketahui karena disalurkan secara kolektif oleh Kankemenag. Hingga tahap ketiga pada awal Oktober 2016 anggaran BOS madrasah swasta di Jawa Tengah telah terserap sebagai
REALISASI 317.809.750.000 239.133.900.000 86.192.100.000 643.135.750.000
% 74% 68% 73% 72%
berikut : Berbeda dengan madrasah negeri yang dalam pencairannya dilaksanakan sesuai kebutuhan, karena mencairkan sendiri dari kas negara untuk langsung dibelanjakan. Mekanisme pencairannya menggunakan UP (Uang Persediaan) atau TUP (Tambahan Uang Persediaan) oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) kepada KPKN setempat. Hal ini berdampak pada laporan serapan anggaran BOS yang tidak serempak sebagaimana pada madrasah swasta.
Dari laporan madrasah, dalam menggunakan anggaran yang bersumber dari BOS masih jauh dari ketercukupan apabila untuk mencapai mutu pendidikan yang optimal. Apalagi dalam era teknologi dan sistem informasi yang sangat maju sekarang ini, madrasah tidak boleh ketinggalan untuk mengejar pesatnya perkembangan jaman. Padahal, untuk meningkatkan mutu pendidikan yang optimal membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, sementara pada sisi yang lain madrasah negeri tidak boleh melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada masyarakat. Dari sinilah peran masyarakat menjadi sangat penting untuk mendorong peningkatkan mutu pendidikan yang optimal. Adapun wadah peran serta masyarakat sesuai perundangundangan yang berlaku adalah Komite Madrasah, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor 2913 tahun 2015 tentang petunjuk teknis struktur organisasi dan pengelolaan dana komite madrasah. Dengan keterlibatan dalam pendidikan melalui unsur pemerintah, lembaga pendidikan dan masyarakat, dipastikan kualitas pendidikan pada madrasah selalu menjadi yang terbaik.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
a-li
11 +
+
Bidang PD PONTREN
Meneladani Melalui Hari Santri Pelaksanaan tradisi hari besar seperti Kemer dekaan, sumpah pemuda, dan pahlawan yang ditentukan oleh negara, termasuk hari santri per-22 Oktober merupakan momentum yang mampu memberikan spirit untuk meningkatkan nasionalisme bagi warga negaranya.
T
erbentuknya, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak awal tokoh-tokoh santri sangat banyak memberikan kontribusi terhadap Kemerdekaan negara Indonesia. Kebhinekaan, keragamaan bangsa Indonesia yang telah di bangun merupakan sunatullah dan ini selaras adanya piagam madinah dan piagam jakarta waktu itu sebagai bentuk heterogenitas sosial yang tidak dapat dihindari. Walaupun pergolakan masyarakat itu terjadi dan tetap dapat disatukan dengan bahasa piagam, ini tidak bisa terlepas dengan santri dulu sampai sekarang tetap mengedepankan moderasi bahkan bangunan kebersamaan dan kekompakan baik kyai/tokoh agama menjadikan bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaan melalui proklamasi. Inipun dengan bukti para ulama/Kyai dengan mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan Kemerdekaan bersama masyarakat. Merenungi, memikirkan sejenak adanya Hari Santri Nasional (HSN) sesuai dengan Inpres No. 22 Tahun 2015, adalah mengenang pula adanya resolusi jihad yang telah dilakukan oleh para tokoh ormasormas besar antara lain; NU (KH.Hasyim Ays’ari), Muhammadiyah (KH Ahmad Dahlan), Persis (A. Hasan), dan Al Irsyad (A. Soorhati) untuk menolak dan mencegah kembali tentara kolonial Belanda ke Indonesia. Realitas itu tetap tidak bisa dilupakan, maka dengan adanya Kementerian Agama mampu membantu ke depan untuk aspek regulasi kelembagaan sistem pendidikan pesantren harus mampu merenungi kembali jasa-jasa yang telah dilakukan oleh para pejuang tokoh-tokoh, ulama, kyai melalui penguatan kurikulum pesantren salaf. Situasi perubahan waktu dan tempat memang sangat mempengaruhi, akan tetapi sistem lingkungan kelembagaan pesantren, agar tetap eksis dalam masyarakat
12 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
dan mampu menyumbangkan kemajuan bangsa dan negara dalam bidang pendidikan terutama bidang pendidikan agama bagi santri mampu mempertahankan kemampuan, keahlian dan menjadi santri yang berakhlakul karimah harus tetap mampu mempertahankan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Merenungi Keragaman Santri dalam konteks apapun merupakan subjek yang sejak awal berkontribusi terhadap negara, sebaliknya identitas itu agar santri lebih dapat mampu mewarnai dalam kontek perjuangan berarti selalu mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan bangsa dan Negara. Persoalan tersebut, akan dapat terwujud pula santri juga harus mampu menjaga kebhinnekaan demi Persatuan Indonesia. Maka dengan HSN akan membangun sikap optimis dalam menghadapi segala hambatan dan tantangan, termasuk implementasi nilai keragaman akan dapat terwujud berarti seorang santri mampu menghilangkan sekat-sekat sosial ataupun memicu polarisasi antara santri dan non-santri. Namun justru yang terjadi akan memperkuat semangat kebangsaan, mempertebal rasa cinta tanah air, memperkokoh integrasi bangsa serta memperkuat tali persaudaraan. Keragaman harus dimaknai untuk melakukan secara riil dalam semangat menyatukan menjadi satu, untuk Indonesia. Sebab bahwa dalam keragaman bangsa Indonesia dari suku, agama, budaya, melekat nilai-nilai untuk saling menghargai, menjaga toleransi dan saling menguatkan tali persaudaraan antar anak bangsa. Terpenting lagi, nilai-nilai adanya Hari Santri Nasional (HSN) termasuk memaknai jihad sebagai bukti memperjuangkan Islam, harus semangat jihad ke-Indonesiaan, kebangsaan, untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia yang hidup di dalam keragaman. Oleh karena itu, keragaman yang sudah terbangun dengan baik akan menjadi jelek apabila muncul radikalisasi agama. Alasannya, Indonesia itu sangat komplek kultur masyarakat, pandangan masyarakat, dan sosial masyarakat, itu semua tidak bisa diatur dengan bahasa tunggal sistem ke dalam sistem apapun, termasuk santri sendiri dari sisi kurikulum dan bekal dengan ilmu moderasi yang sudah di bangun oleh dunia pesantren ini sangat berkontribusi terhadap NKRI. Akan tetapi dalam praktek, mengalami kendala yang sangat besar apabila berhadapan dengan politisasi agama dalam sosial masyarakat. Maka reputasi agama secara doktrin mampu meresap ke dalam masing-masing pemeluknya dan sekaligus mampu membangun jiwa santri yang berbekal akhlaqul karimah dan maslakhah untuk pengembangan secara otomatis akan harmonis. Maka Kemenag termasuk Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren mampu membawa pendidikan nasional dengan muatan Islam rahmatan lil’alamiin ke dalam sistem pendidikan pondok pesantren, agar tidak terjadi radikalisasi agama.(ali)
+
Bidang PHU
Indeks Pelayanan Haji 2016 Naik Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah haji Embarkasi/Debarkasi Adi Soemarmo Solo tahun 1437 H/2016 M telah dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor. 124 Tahun 2016 tentang Penetapan Embarksi dan Debarkasi Haji.
K
ementerian Agama telah menunjuk 12 Lokasi sebagai tempat pemberangkatan dan pemulangan Jemaah Calon Haji/Jemaah Haji, termasuk salah satunya adalah Bandara Adisoemarmo Solo (SOC) sebagai Embarkasi dan Debarkasi untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sampai saat ini telah memberangkatkan/memulangkan jemaah haji ke 20 (dua puluh), sejak dibuka pertama pada tahun 1997. Secara umum tingkat pelayanan menunjukkan prestasi yang cukup baik . Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dari dinamika Kinerja PPIH/ Satgas PPIH yang mengarah pada perbaikan sistem dan pelayanan di berbagai bidang, serta kepuasan jemaah. Beragam permasalahan, persoalan serta tantangan , untuk
peleksanaan di Jawa Tengah namun relatif dapat teratasi. Implementasi sistem pelayanan haji yang meliputi aspek manajemen, fasilitas, petugas, pelayanan umum, pelayanan kesehatan, bimbingan ibadah dan lain sebagainya, masih memerlukan tim teknis yang solid dan koordinasi yang intens agar dalam implementasi dalam memfasilitasi jamaah antara pemerintah pusat, PPIH Arab Saudi, Instansi terkait dapat berjalan lancar. Sistem pelayanan haji sering mendapat kritikan dan masukan, namun secara umum bagi jamaah justru mengalami kemudahan dalam hal pelayanan. Sebab sumber kritikan itu terjadi justru dari masyarakat yang belum memperoleh secara total tentang sistem pelayanan. Dan saat ini sistem pelayanan haji sebagian besar sudah diterapkan sistem online yang bertujuan untuk memudahkan jamaah haji. Pelayanan Prima Untuk mencapai sistem pelayanan yang prima, sangat dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti; petugas yang berdedikasi tinggi dan profesional. Berbicara sistem pelayanan haji di tahun 2016 hasil survey dari Badan Pusat Statistik (BPS) berhasil memberikan data survey terkait Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) tahun 2016. Data pencapaian survei BPS tahun 2016 mencapai 83,83 itu sangat baik, dibanding tahun sebelumnya sejumlah 82,67. Maka naik 1,16 poin
yang didasarkan dari 9 komponen terutama pelayanan di Arab Saudi. Komponen tersebut, mengikuti isi regulasi yang terdapat dalam UU No 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji harus diarahkan pada peningkatan mutu. Sebagai tahap perbaikan dalam sistem pelayanan haji ada beberapa proses khusus di Jawa Tengah yang perlu untuk diselesaikan; pertama, Hendaknya pelunasan Pembimbing dan Mahram masuk pada tahap kesatu , sehingga tidak mengganggu pengkloteran. Cara ini di tempuh akan dapat menanggulangi kesulitan yang disebabkan karena banyaknya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi. Kedua, Penambahan jumlah manasik jemaah calon haji dari 6 kali menjadi 15 kali atau lebih. Fungsi ini akan dapat menambah pengetahuan jamaah semua rangkaian yang terkait rukun dan syarat haji. Ketiga, Perlunya distribusi buku manasik lebih awal (bersamaan dengan Pelunasan BPIH). Jamaah dapat memakai rujukan buku manasik secara optimal. Keempat, perlu perubahan penyusunan Qur’ah Kloter agar kloter utuh dapat dibuat lebih awal dan berurutan Satu Kabupaten/kota. Kelima, Hendaknya Rawat Inap RS. Rujukan untuk jemaah haji ditingkatkan dari kelas II ke kelas I atau VIP; dan ditambah dengan adanya Rumah Sakit Rujukan di Kabupaten/ Kota.(ali)
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
13 +
+
Bidang PAIS
Mengoptimalkan Peran Rohis
D
Oleh Hery Nugroho
iakui atau tidak Rohani Islam (Rohis) di sekolah sampai sekarang belum menjadi primadona bagi siswa. Hal ini bisa dilihat jumlah peminat yang ingin masuk menjadi anggotanya masih belum optimal dibandingkan jumlah keseluruhan siswa. Ada kesan, kegiatan Rohis masih diikuti siswasiswa tertentu saja. Dengan kata lain belum bisa melibatkan semua siswa di sekolah. Penulis sendiri sering ditanya aktivis Rohis di beberapa daerah tentang bagaimana caranya agar Rohis dapat menarik bagi anggota? Termasuk bagaimana caranya agar pengurus Rohis yang ada dapat solid melaksanakan program kerjanya? Selain itu, beberapa orang tua konsultasi ke penulis menanyakan kondisi Rohis sekarang apakah ada kaitannya dengan gerakan radikal atau tidak. Kekhawatiran tersebut hal yang wajar, karena orang tua tersebut tidak ingin anaknya masuk gerakan radikal. Apalagi penulis pernah dialog dengan salah satu mantan teroris, diantara pintu masuk penyebaran gerakan radikal adalah melalui Rohis. Dalam beberapa
14 +
kasus, kondisi tersebut terjadi diluar pantauan sekolah. Biasanya mereka mendapatkan narasumbernya diluar guru Pendidikan Agama Islamnya. Meskipun disisi lain masih banyak Rohis di sekolah yang mendidik Islam yang rahmatan lil ‘alamiin. Berangkat dari kondisi tersebut, Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Islam menyelenggarakan Perkemahan Rohis Tingkat Nasional di Cibubur. Tidak hanya itu Kanwil Kementerian Agama Provisi Jawa Tengah beberapa bulan yang lalu menggelar pembinaan Rohis di Sekolah SMA/SMK. Ruh dari kegiatan tersebut adalah mengoptimalkan peran Rohis di sekolah dan membumikan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin serta meneguhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di beberapa Rohis di Sekolah sudah bagus dalam menjalankan program kerjanya, tetapi tidak sedikit yang belum optimal. Bagaimana caranya? Penulis berangkat dari frame sebagai guru agama yang sekaligus menjadi pembinanya. Keberadaan pembina Rohis adalah sebagai fasilitator dan
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
motivator agar organisasi Rohis dapat berjalan dengan optimal. Untuk mengukur bahwa Rohis tersebut optimal atau tidak programnya, maka ukurannya adalah apakah program kerja yang sudah dibuat sudah bisa tercapai atau tidak? Yang menjadi masalah adalah pengurus Rohis tidak mempunyai Program Kerja. Kalau belum ada, maka kewajiban pembina –dalam hal ini Guru PAI—membimbing pengurus agar menyusun program kerja. Alangkah baiknya kalau dalam penyusunan program kerja ini Guru PAI ikut mendampingi. Menyusun program kerja Dalam penyusunan program kerja Rohis berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan peserta didik di sekolah tersebut sekaligus menjawab masalah di sekolah tersebut. Dari kebutuhan-kebutuhan tersebut diinventarisir kemudian dijawab dalam bentuk program kerja yang dikelompokkan sesuai dengan bidang atau seksi dalam organisasi Rohis. Apabila ada program kerja yang sama dapat dilakukan lintas bidang atau seksi. Misalnya dalam kegiatan menyambut
+
Bidang PAIS bulan Ramadhan menggelar tadarus, kajian Islam Intensif, Salat Taraih, Bakti Sosial, Pengajian Akbar, pentas seni Islami, dan lain-lain. Untuk mengoptimalkan program kerja tersebut tentunya dibentuk kepanitian yang melibatkan lintas bidang atau seksi. Karenanya, dalam penyusunan program kerja ada tambahan kolom penanggung jawab. Kemudian dalam penyusunan program kerja membantu menjawab masalah ada di sekolah. Misalnya, sekolah tersebut sering terjadi barang-barang yang hilang atau siswa mencontek saat ulangan. Dalam masalah ini, pembina Rohis bisa mengarahkan untuk mendirikan Warung Kejujuran Rohis. Tujuannya untuk melatih kejujuran pengurus sekaligus anggota dan seluruh warga sekolah. Hal ini sekaligus membekali pengurus kewirausahaan. Pengalaman dari beberapa Warung Kejujuran yang ada di sekolah ternyata setelah berjalan beberapa tahun, ternyata mengalami kerugian. Barang dagannya habis, tetapi uangnya tidak sebanding dengan jumlah uang yang seharusnya diterima. Dari kenyataan tersebut kejujuran di sekolah tersebut dipertanyakan. Karenanya, warung kejujuran yang dikelola Rohis harus menjadi pioner warung kejujuran yang baik. Untuk mewujudkan tersebut, peran pembina sangat penting dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada pengurus. Selain itu dapat bekerjasama dengan semua guru maupun pimpinan sekolah agar warung kejujuran dapat berjalan dengan optimal. Dari kenyataan tersebut program Rohis bisa menjadi program sekolah yang melibatkan semua warga sekolah. Pengurus dan pembina Rohis di sekolah dapat mencari program yang lain dapat menjawab kebutuhan dan masalah peserta didik maupun sekolah. Kemudian bagaimana cara melibatkan semua pengurus mau melaksanakan program kerja yang dibuat? Memang tugas utama peserta didik adalah belajar, tetapi hal ini bukan menjadi masalah bagi pengurus untuk menggerakkan pengurus dalam melaksanakan program kerja. Makanya, setelah resmi dilantik, biasanya pengurus menggelar orientasi atau upgrading, bagaimana
menyamakan persepsi pengurus dalam melaksanakan program kerja? Karenanya peran pembina Rohis sangat penting untuk mengarahkan arah yang sama dalam setahun ke depan melaksanakan program kerja. Komunikasi antarpengurus Tidak kalah penting pembina Rohis mengingatkan pembagian tugas masing-masing bidang atau seksi. Apalagi dalam ajaran Islam setiap orang adalah pemimpin, dan setiap yang dipimpinnya akan ditanya oleh Allah Swt. di akhirat. Dalam keorganisasian Rohis pentingnya ada rapat bulanan untuk mengkoordinasi atau mengevaluasi setiap program yang sudah berjalan dan yang menyiapakan program kerja yang akan dilaksanakan. Evaluasi ini bukan untuk menjatuhkan, tetapi memperbaiki yang kurang dalam pelaksanaannya, sehingga ke depan dalam melaksanakan program kerjanya dapat berjalan dengan optimal. Selain itu diakhir periode tentunya ada laporan pertanggungjawaban pengurus. Dalam melaksanakan roda keorganisasian biasanya ada masalah. Bisa jadi dari kekurangaktifan anggota karena ada tugas atau masalah keluarga. Masalah yang dialami anggota, pengurus jangan menjadi penghalang untuk tidak melaksanakan program kerja. Karenanya, dalam kondisi ini perlu ada komunikasi dengan baik antarpengurus. Diantara caranya dengan membuat grup whats app atau line pengurus Rohis. Alangkah baiknya Nomor HP pembina Rohis juga dimasukkan. Manfaatnya untuk meneguhkan silaturrahim dan komunikasi antarpengurus. Apabila ada masalah, pengurus dapat mendiskusikan dan mencari solusi yang terbaik dalam menjawab masalah tersebut dengan cepat dan tepat. Pendampingan Rohis Kemudian menjawab masalah yang sering muncul kekhawatiran organisasi Rohis terlibat gerakan radikal, pembina Rohis mempunyai andil yang besar dalam membentenginya. Caranya adalah dengan mengawal program kerja yang telah disusun dan dalam pelaksananan. Karenanya, program kerja yang telah disusun, pengurus Rohis meminta persetujuan dari pembina Rohis dan kepala sekolah. Apabila ada program kerja yang tidak
pas dengan visi misi sekolah, pembina dapat mengarahkannya dengan cara pengurus Rohis merevisi. Kalau program kerja sudah benar, pembina Rohis menandatanganinya. Setelah itu pembina Rohis mendampingi dalam pelaksanaan program kerjanya. Narasumber yang akan mengisi di kajian Rohis seharusnya mendapatkan persetujuan dari guru pembina. Guru pembina dapat menyetujui dengan pertimbangan rekam jejam narasumber yang mengajarkan Islam yang penuh kedamaian. Hal ini untuk mencegah faham radikalisme bagi anggota Rohis. Alangkah baiknya pembina Rohis –guru PAI—ikut serta menjadi narasumber dalam kajian Islam yang digelar Rohis baik di dalam atau diluar sekolah. Memang dalam hal ini pembina harus mengorbankan waktu dan tenaga untuk membimbing anakanak yang tergabung dalam Rohis. Apabila dalam mentoring, mentornya dari pihak luar atau alumni, pembina Rohis harus memberikan arahan yang jelas tentang materi. Bagus lagi kalau materi kajian Islam ada silabusnya, sehingga arahnya bisa sinergi dan menguatkan dengan pembelajaran PAI di kelas serta tidak tumpang tindih. Materi yang disampaikan tentunya yang bervisi Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Untuk variasi, sesekali bisa mengundang narasumber yang mendapat rekomendasi dari Guru PAI bisa dari akademisi atau dai atau pengasuh pondok pesantren. Selain itu juga pembina Rohis bisa memasukkan materi cinta tanah air terhadap NKRI. Dari langkah-langkah tersebut, kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan mensinergikan antara pengurus Rohis dengan peserta didik, guru pembina, semua guru, dan pimpinan sekolah, maka program Rohis akan dapat optimal. Dengan kata lain Rohis akan menjadi organisasi yang diminati peserta didik dalam mengembangkan Islam Rahmatan Lil ‘alamin dalam bingkai NKRI. Selain itu orang tua yang khawatir anaknya masuk di Rohis akan mantap memasukkan anaknya di Rohis. Semoga. Wallahu a’lam bi al-shawab. Penulis adalah Pembina Rohis SMA Negeri 3 Semarang dan Pengelola Jurnal PAIS Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
15 +
+
Bidang URAIS
Penghulu dan Tata Kerja KUA (realitas dalam idealitas kebijakan)
T
Oleh M. Afief Mundzir*
erbitnya Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan yang ditetapkan pada tanggal 26 Agustus 2016, merupakan langkah terobosan baru yang strategis dari Menteri Agama terkait KUA dalam upayanya meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, konsepsi pemahaman yang menempatkan KUA sebagai etalase Kementerian Agama tentu menjadi entry point munculnya kebijakan ini. KUA Kecamatan sebagai ujung tombak Kementerian Agama secara otomatis menjadi pelakasana dari sebagian besar kebijakan Kementerian Agama yang langsung bersinggungan dengan masyarakat, telah mampu menempatkan diri pada posisi strategis di tengah isu minir dan tetap mampu memberikan pelayanan terbaiknya pada saat tingkat kepercayaan masyarakat hampir sampai pada titik nadzir. Kerja keras dan konsistensi semua pihak mampu menghasilkan perubahan mendasar pada pemahaman dan persepsi masyarakat tentang KUA kecamatan yang perlahan namun pasti mampu mengembalikan tingkat kepercayaan dan trust terhadap KUA Kecamatan semakin meningkat. Tidak bisa kita menafikan kondisi di lapangan masih terdapat pelaku di KUA yang masih melakukan tindakan inkonsistensi misal perilaku, yang berimplikasi pada penurunan tingkat keercayaan masyarakat kepada KUA, keadaan ini apabila dibiarkan tentu akan berimbas pada penialaian secara makro, keadaan lain yng juga menjadi laju reformasi KUA tersendat juga munculnya konflik interest antara jabatan Kepala KUA dan Fungsional Penghulu. Terbitnya PMA No 34 tahun 2016 ini memberikan solusi atas munculnya konflik interest tersebut, namun bukan serta merta tanpa muncul
16 +
masalah baru, persepsi dan interpretasi sudah mulai berkembang pada penterjemahan pasal 6. Di dalam pasal 6 disebutkan “dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk memimpin KUA Kecamatan, Kepala KUA Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a dijabat oleh penghulu dengan tugas tambahan.” Dalam pandangan penulis ketika kepala KUA dijabat penghulu dengan tugas tambahan maka logika sederhana yang bisa dibangun adalah Kementerian Agama harus memiliki ketersediaan jumlah penghulu yang berbanding lurus dengan Kantor Urusan Agama Kecamatan, sebagai contoh saja yang terjadi di Jawa Tengah jumlah penghulu masih sedikit ditambah redistribusi yang juga tidak merata, tentu ini menjadi kendala mendasar ketika pasal 6 ini harus dilaksanakan secara ansih di lapangan. Langkah kebijakan dengan melaksanakan asesmen calon penghulu sudah dilakukan ini juga belum bisa menyelesaikan ketersediaan jumlah penghulu yang berbanding lurus dengan jumlah KUA sementara Kepala KUA yang mendekati purna tugas sudah banyak ditambah KUA yang sudah kosong juga banyak. Asessmen calon penghulu menjadi keniscayaan untuk memenuhi ketersediaan tersebut, hanya masalahnya regulasi dan kebijakan asesmen yang ada saat ini masih terkesan berbelit dan proses yang panjang, tidak kalah pentingnya untuk juga perlu difikirkan sebagai bahan pembuatan kebijakan adalah impassing kepala KUA ke penghulu dengan perhitungan komulatif angka kreditnya disesuakan dengan pangkat golongan ruang terakhir. Percepatan pelaksanaan untuk diklat calon penghulu yang sudah melaksanakan asesmen juga harus dilakukan dengan Balai Diklat dengan didasarkan pada kebutuhan peserta tidak pada kerangka kemampuan anggaran, sinergitas dalam penyusunan
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
perencanaan di tahun mendatang antara Kanwil Kementerian Agama dengan Balai Diklat menjadi sesuatu yang harus dilakukan awal tahun anggaran. Antisipasi kebijakan berikutnya adalah terkait pengaturan redistribusi pembagian pelaksanaan pernikahan antara kepala KUA dan Penghulu, ini menjadi penting untuk diperhatikan karena pemberlakuan PMA ini menempatkan Kepala KUA menjadi Fungsional tertentu sebagai penghulu yang secara otomatis kenaikan pangkat berubah menggunakan angka kredit ketika ini tidak diantisipasi juga akan memicu konflik interest baru antara Kepala KUA dan Penghulu, kondisi yang demikian berakibat pelayanan menjadi tersendat dan membuka ruang terjadinya aduan masyarakat. Selanjutnya ketika PMA ini betul dilaksanakan tinggal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah konsistensi para Kepala KUA dan Penghulu diawali dengan membangun komunikasi yang baik dan terbuka, pendelegasian pelaksanaan pernikahan juga harus dilakukan dengan pembagian yang berimbang, peningkatan kompetensi pribadi dilakukan dengan cara sering melaksanakan kegiatan-kegiatan diskusi dan seminar, kegaiatn ini akan menjadikan para Kepala KUA dan Penghulu tidak akan gagap dengan terbitnya PMA ini tetapi menangkapnya sebagai peluang untuk lebih bisa berkompetisi. Semoga PMA ini menjadi awal baru menuju perubahan baru dalam penataan organisasi KUA Kecamatan yang lebih akomodatif terhadap perubahan dan memberikan ruang kepada Kepala KUA dan Penghulu untuk semakin meningkatkan kompetensi pribadinya karena tantangan riil bagi Jabatan Fungsional Tertentu adalah kemampuan personal dalam melakukan inovasi dan improvisasi kerja sehingga bisa menjadi butir-butir kegiatan yang produktif. (rais)
+
Bidang PENAIS ZAWA
Islam dan Keragaman Masyarakat
H
ubungan antaragama di Indonesia telah lama menjadi perhatian serius masyarakat di dalam perilaku sosial, politik, dan budaya. Tata pergaulan sosial, politik, dan budaya di tengah-tengah masyarakat hampir tak pernah lepas dari persoalan agama. Sudut pandang agama selalu menjadi kecenderungan masyarakat dalam merespons hubungan antaragama di Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh kemajemukan agama yang eksis dalam pergaulan masyarakat. Kemajemukan Indonesia yang terdiri dari banyak agama dan kepercayaan lokal telah menjadikan pembelahan masyarakat dalam kotak-kotak agama. Agama-agama yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghuchu beserta agama-agama lokal yang menjadi kepercayaan masyarakat sejak beribu-ribu tahun lamanya telah menjadi kenyataan sosial masyarakat Indonesia. Hubungan antaragama yang selama ini dipraktikkan masyarakat dalam tradisi dan kebudayaan lokal sejatinya telah menjadi modal sosial yang amat berharga dalam menjaga harmoni dan kerukunan. Hidup rukun telah menjadi kebiasaan masyarakat sejak dulu meskipun berbeda agama. Keragaman (pluralisme) sebagai realitas sosial merupakan sunnatullah yang tidak mungkin dapat ditolak oleh siapa pun. Menolak kenyataan plural sama artinya menolak sunnatullah. Karena merupakan sunnatullah, maka pluralisme memang
Oleh Mohammad Bisri sengaja di desain Tuhan untuk dinamika kehidupan manusia. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami telah berikan aturan dan jalan. “Seandainya Allah menghendaki, niscaya Ia jadikan kamu umat yang tunggal, tetapi Allah hendak menguji berkenaan dengan yang dianugerahkan kepadamu” (QS. Al-Maidah/5:48). Atas dasar itu, pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa kita adalah masyarakat yang majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru lebih menggambarkan fragmentasi, pengkotaan dan keterpecahbelahan, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak dapat dipahami sekadar sebagai kebaikan negatif (negative good) untuk menyingkirkan fanatisme. Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Bahkan pluralisme harus dipahami sebagai keharusan bagi keselamatan manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. “Seandainya Allah tidak mengimbangi segolongan manusia dengan segolongan yang lain, maka pastilah bumi akan hancur, namun Allah mempunyai kemurahan yang melimpah kepada seluruh alam” (QS. Al-Baqarah/2: 251). Hampir menjadi kesepakatan umum (common sense) bahwa agama di samping menjadi faktor yang dapat mengintegrasikan masyarakat, juga dapat berfungsi sebaliknya, yaitu faktor pemecah belah masyarakat. Agama sebagai faktor pemersatu karena dengan agama terbentuk
solidaritas keagamaan di antara elemen-elemen masyarakat yang memungkinkannya melakukan berbagai aktifitas sosial secara bersama-sama. Hal demikian biasanya lebih banyak terjadi secara internal dalam kelompok agama tertentu, meskipun kita juga sering menyaksikan terjadinya konflik sosial dalam agama tertentu. Sedangkan agama sebagai faktor disintegrasi, pemicu konflik dan pemecah belah karena atas nama agama orang bisa memusuhi, mencurigai orang lain yang berbeda agama. Dengan konsep dakwah dalam Islam misalnya, orang bisa melakukan ekspansi untuk menaklukkan pemeluk agama lain. Bahkan dalam sejarah, sering terjadi peperangan dan saling membunuh atas nama perintah agama menjalankan perintah dakwah, meskipun yang terjadi sebenarnya adalah memperebutkan aset-aset sosial, ekonomi atau politik. Kenyataan terakhir ini lebih banyak kita saksikan dalam konteks relasi antar pemeluk agama, meskipun dalam masyarakat tertentu kita juga sering menyaksikan keharmonisan dan keserasian antar pemeluk agama. Isu SARA Saat Ini Penistaan Agama Dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih banyak menyaksikan fungsi agama sebagai faktor pemicu konflik daripada pemersatu. Relasi antar umat beragama lebih banyak diwarnai konflik dari pada kerjasama. Bahkan, meskipun di tingkat permukaan di antara mereka nampak tenang dan rukun, namun di balik itu terjadi pergolakan luar biasa yang setiap saat bisa berubah menjadi bencana,
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
17 +
+
Bidang PENAIS ZAWA konflik terbuka. Suasana keberagamaan seprti inilah yang menyelimuti kita selama ini. Lebih-lebih di bawah rezim politik orde baru, relasi antar umat beragama yang nampak rukun sehingga dipuji masyarakat internasional bahwa Indonesia adalah negara majemuk yang berhasil mengelola kebinekaan. Padahal ini yang sering dilupakan orang, kerukunan tersebut hanya lips servise, lebih karena tekanan negara, bukan karena ketulusan yang muncul sebagai konsekuensi lagis dari sikap keberagaman. Hal ini yang kemudian bisa menjelaskan mengapa setelah orde baru melemah dan semua elemen masyarakat bisa mengekspresikan keberagamannya secara bebas yang muncul kemudian adalah konflik SARA di berbagai daerah, seperti yang saat ini terjadi isu penistaan agamadi Jakarta yang dimotori oleh FPI (Front Pembela Islam). Karena itu KHA Musthofa Bisri atau Gus Mus dalam Facebook-nya 5 Oktober 2016 mengingatkan, bahwa agama itu menerangi, bukan membenci. Agama itu mengajak, bukan menyepak. Agama itu rahmat, bukan kebencian. Agama itu tidak hanya teriak Allahu Akbar di pinggir jalan. Jangan lihat jenggotnya, jubahnya, Allahu Akbarnya, tapi lihat perilakunya. Pendapat Gus Mus itu tepat, karena di antara pemeluk agama belum ada ketulusan untuk saling memahami, menghargai dan meyakini bahwa ada banyak jalan menuju keselamatan. Munculnya klaim kebenaran (truth claim) di antara masing-masing pemeluk agama yang memandang hanya dalam agamanya ada kebenaran, tidak ada kebenaran di luar agama yang dia peluk, merupakan sumber konflik yang sangat potensial. Apalagi dalam masing-masing agama ada semacam kewajiban untuk menyebarluaskan, mendakwahkan kebenaran itu sebagai bukti dan manifestasi keimanan. Pemeluk agama lain dipandang sebagai orang tersesat yang perlu diselamatkan. Orang yang berhasil menyelamatkan orang lain dari jalan kesesatan tersebut dipandang telah melakukan amal salih dan mendapat pahala yang besar di sisi Tuhan. Ajaran demikian sering kali dihembuskan di kalangan pemeluk agama sehingga muncul semangat ekspansionis di kalangan masing-masing pemeluk agama, yang ujung-ujungnya
18 +
adalah sikap saling mencurigai dan tidak saling mempercayai. Pemeluk Islam sangat elergi dan takut dengan isu Kristenisasi, sedangkan yang Kristen takut dengan isu Islamisasi dan seterusnya. Semangat ekspansionis yang dalam Islam dikenal dengan dakwah ini, seringkali dilakukan dengan cara terus mencari-cari kesalahan keyakinan agama lain dalam rangka untuk meyakinkan bahwa agamanya yang paling benar. Tradisi keberagamaan semacam inilah yang kita warisi dari zaman kezaman. Teologi yang kita warisi adalah teologi non-pluralis, bahwa hanya agama kitalah yang benar, yang lain salah atau menyimpang dan sesat. Dalam konteks hubungan Kristen-Islam misalnya, sering digunakan standar ganda untuk menilai diri dan orang lain. Maksudnya, orang Kristen maupun Islam selalu menerapkan standar ideal dan normatif, sedang untuk agama orang lain memakai standar lain yang lebih bersifat realistis dan historis. Melalui standar ganda inilah muncul prasangka-prasangka teologis yang dapat memperkeruh hubungan umat beragama. Yang muncul kemudian adalah klaim bahwa agama kita yang paling sejati, berasal dari Tuhan, sedang agama lain adalah hasil konstruksi manusia, atau berasal dari Tuhan yang dipalsukan manusia. Sikap keberagamaan semacam ini, dalam banyak hal justru bertentangan dengan inti keberagamaan itu sendiri. Setiap pemeluk agama pasti mendambakan ketentraman rohani, kedamaian jiwa yang pada gilirannya juga terekspresi dalam ketentraman dan kedamaian sosial. Namun jika sikap keberagamaan semacam ini yang berkembang, yang muncul bukan kedamaian, tapi sebaliknya saling curiga dan ketidaktentraman jiwa. Kenyataan semacam ini tentu tidak sepenuhnya dikehendaki oleh agama mana pun. Bukankah setiap agama mengajarkan kebaikan, anti kekerasan, kasih sayang, kerjasama dan seterusnya. Oleh karena itu, format keberagamaan kita perlu dipikirkan ulang dan dikoreksi dengan menggunakan hati yang bersih dan pikiran yang tenang. Pertanyaan yang kemudian muncul dari situasi seperti ini adalah mengapa dalam banyak hal performance pemeluk agama berbeda dengan ajaran agama itu sendiri. Atau dengan
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
bahasa lain, mengapa agama historis sering kali menampakkan wajah yang berbeda dengan agama normatif. Mengapa, misalnya jika dalam ajaran normatif Islam sangat menghargai pluralisme sebagai kodrat kemanusiaan, tapi secara historis seringkali diingkari. Pengingkaran itu antara lain bisa kita lihat dari kenyataan sejarah sering terjadinya konflik antaragama dengan semangat ingin saling menghancurkan dan meniadakan. Untuk mencairkan itu semua perlu ada proses penyadaran bahwa Islam adalah agama universal dan untuk sekalian umat manusia (rahmatan lil alamin). Landasan kesadaran tersebut Al-Qur’an bahwa kebenaran universal dengan sendirinya adalah Tunggal, meskipun manifestasi lahiriahnya beragam (the One and the many). Adanya kesadaran universal ini, dimana Islam, Kristen, Yahudi dan seterusnya merupakan bentuk partikularnya akan melahirkan pandangan bahwa pada mulanya manusia adalah Tunggal, karena mereka berpegang pada Kebenaran Tunggal itu. Tapi mereka kemudian berselisih pandang justru setelah datang penjelasan mengenai “Kebenaran” itu yang dipahami manusia menurut kemampuan nalarnya sendiri. Dari sinilah mulai terjadi penafsiran mengenai Yang Tunggal yang terkadang dibumbui dengan berbagai jenis kepentingan (hawa nafsu). “Manusia pada mulanya adalah umat yang tunggal, kemudian mereka berselisih” (QS. Yunus/10: 19). Karena itu, dipesankan untuk selalu ingat kepada ajaran primordial agama-agama, yaitu ketundukan (al-din) kepada Tuhan (dalam sikap tauhid) sekaligus kepasrahan (Islam) hanya kepada Tuhan. Inilah yang oleh Al-Qur’an disebut sebagai kalimat al-sawa’ (titik pertemuan), sehingga Al-Qur’an menjelaskan “Sesungguhnya orang-orang mukmin, Yahudi, Nasrani dan sabi’in, siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta berbuat kebajikan, bagi mereka ada pahala disisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati” (QS. Al-Baqarah/2: 62 dan Al-Maidah/5: 69). Pandangan demikian akan mendorong umat Islam Indonesia untuk menghargai kemajemukan lewat sikap toleransi dan terbuka. Penulis adalah Pegawai Bidang Penaiszawa Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah
+
Bimas Kristen
Gereja: Mitra Pemerintah dalam Pendidikan Agama Oleh Slamet Santoso, S.PAK
Pendidikan merupakan satu komponen penting majunya sebuah bangsa. Melalui pendidikan banyak hal penting untuk memajukan bangsa dihasilkan. Yang pasti melalui pendidikan, Sumber Daya Manusia yang kompeten, terampil, dan berkualitas dalam berbagai bidang dihasilkan.
P
erubahan perilaku manusia juga dihasilkan melalui sebuah pendidikan. Drs. M. Ngalim Purwanto, M.P. dalam buku Psikologi Pendidikan, Penerbit P.T. Remaja Rosdakarya Tahun 2011 mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha untuk memimpin seseorang dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Sehingga untuk membawa sebuah bangsa kepada kemajuan, pendidikan harus menjadi perhatian utama. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa melalui pendidikan, setiap warga negara dididik menjadi warga negara yang bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah airnya. Pendidikan juga merupakan sebuah upaya sadar dan bersahaya untuk memperlengkapi, membimbing orang atau kelompok tersebut keluar dari satu tahapan hidup ke tahapan hidup lainnya yang lebih baik. Dalam Pendidikan Nasional, pendidikan berdasarkan Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk menjadikan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; memiliki akhlak mulia, sehat, memiliki ilmu pengetahuan, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab. Menurut pandangan Prof. Dr. Soedijarto dalam buku Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Penerbit P.T. Kompas Media Nusantara Tahun 2008 yang menjadi cita cita atau tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 masih jauh dari tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan tidak boleh hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata. Secara konstitusional, terlaksana atau tercapainya tujuan pendidikan
nasional adalah tanggungjawab negara, tetapi secara moral terlaksana dan berhasilnya pendidikan adalah tanggungjawab bersama. Tanggungjawab bersama dalam hal ini adalah tanggungjawab semua orang di Indonesia. Menurut penulis, sebagai tanggungjawab moral dan dalam rangka memajukan bangsa Indonesia serta mencapai tujuan pendidikan nasional, maka Gereja di Indonesia perlu ambil bagian dan berperan aktif. Gereja yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah sebagai sekelompok orang percaya pada Yuhan Yesus yang diindentifikasi sebagai jemaat lokal atau sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat. Henry C. Thiessen dalam buku Teologi Sistematika, Penerbit P.T. Gandum Mas Kencana Tahun 1992 menjelaskan bahwa Gereja dapat dipahami dalam dua arti salah satunya adalah Gereja Lokal sebagai sekelompok orang percaya pada Tuhan Yesus yang diidentifikasi sebagai jemaat lokal atau sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat sebagai contoh dalam Perjanjian Baru disebutkan Gereja di Yerusalem (Kis.Para Rasul 8:1), dan lain sebagainya.
Gereja dapat berperan dalam berbagai hal seperti program pengembangan masyarakat, pengentasan kemiskinan, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Dalam tulisan ini peran Gereja yang dibahas adalah peran Gereja dalam pendidikan sehingga melalui tulisan ini, penulis akan menguraikan bagaimana Gereja dapat berperan aktif dalam pendidikan
nasional.
Peranan Gereja sebagai Mitra Pemerintah Peningkatan mutu guru dalam mengisi pendidikan nasional, Gereja dapat berperan aktif sebagai mitra pemerintah dengan turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia seutuhnya. Dalam hal ini Gereja dapat berperan meningkatkan kualitas manusia melalui peningkatan mutu guru. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kualitas manusia, kualitas guru harus terus ditingkatkan mutunya. Sebab guru memberi andil dalam menentukan kualitas pendidikan dan menurut Simbolon merupakan salah satu faktor dari lima faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan nasional, sehingga guru haruslah seorang yang memiliki kualitas
yang baik agar selalu siap melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Peran Gereja dalam meningkatkan Kompetensi Guru - Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) maupun Guru Beragama Kristen adalah warga Gereja yang berada di sekolahsekolah dan menjadi bagian dalam berhasilnya sebuah pendidikan. Sehingga Gereja dapat berperan dalam pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru menjadi guru yang kompeten. Empat kemampuan yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Gereja dapat melakukan training guru. Sherwood J Best, Ph.d in Special Educational and Educational Psychology from The University of California (1958) sebagaimana diterjemahkan oleh Alfaris Sujoko menjelaskan bahwa melalui training, sumber daya dalam hal ini guru dibantu untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka melalui pengembangan skill, knowledge dan attitude. Melalui training, guru dapat berbagi pengalaman dari guru yang berpengalaman dengan guru yang belum berpengalaman dan dari guru senior dengan guru junior maupun sebaliknya. Melalui training, guru diarahkan untuk memiliki kemampuan dan komitmen yang tinggi. Peran gereja dalam pendidikan nasional, Gereja berperan dengan memberikan training kepada guru-guru. Bila selama ini guru mengikuti training-training yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu guru, maka Gereja dapat meningkatkan mutu guru melalui training-training untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional. Penyelenggaraan training dapat melibatkan berbagai pihak yang kompeten dalam bidang pendidikan dari dalam Gereja maupun luar Gereja. Upaya seperti ini nampaknya masih belum sepenuhnya menjadi perhatian Gereja. Sebagaimana diungkapkan di atas, upaya peningkatan mutu masih menjadi usaha pemerintah semata. Gereja sebagai lembaga masyarakat mengambil tanggung jawab moral untuk meningkatkan kualitas warga gereja yang menjadi Guru Pendidikan Agama Kristen maupun Guru Mata Pelajaran lainnya yang beragama Kristen. Penulis adalah Pegawai pada Bimas Kristen Kanwil Kemenag Jateng.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
19 +
+
Bimas Katolik
Bimas Katolik Kanwil Jateng : Rakor
D
Di Tawangmangu-Kab. Karanganyar, 2 S.D. 4 November 2016
alam rangka optimalisasi pelaksanaan anggaran Tahun 2016, Bimas Katolik untuk kedua kalinya telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pejabat Bimas Katolik Se Jawa Tengah di Tawangmangu Kab. Karanganyar. Dalam evaluasi dan rapat koordinasi ini diharapkan memperoleh informasi terkait serapan anggaran, kendala yang dihadapi dan upaya mengatasi dalam rangka untuk mengantisipasi langkah-langkah rencana anggaran di tahun berikutnya. Pengendalian dan pelaksanaan anggaran merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam kerangka manajemen pelaksanaan anggaran, sekaligus implementasi sistem pengendalian internal untuk menjamin bahwa program dan kegiatan dilaksanakan secara optimal, benar dan bertanggung jawab. Maksud dan tujuan Rakor ini adalah untuk melakukan evaluasi pelaksanaan anggaran pada satuan kerja masing-masing sekaligus untuk mengetahui gambaran riil tentang pelaksanaan program dan kegiatan sekaligus persentasi serapan anggaran dan kinerjanya serta untuk mengetahui hambatan dan solusi yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran. Rapat Koordinasi yang dilaksanakan tanggal 2 s.d. 4 November 2016 di Hotel Indah Palace Tawangmangu Kab. Karanganyar ini dibuka secara resmi oleh Bp. Drs. H. Musta’in Ahmad, SH, MH selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Karanganyar mewakili Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Jawa Tengah. Rakor yang dihadiri 40 orang Pejabat Bimas Katolik Se Jateng selain mengevaluasi pelaksanaan anggaran ini adalah sekaligus kesempatan untuk meningkatkan spiritualitas, motivasi dan meneguhkan jati dirinya sebagai Pejabat Bimas Katolik serta meningkatkan semangat pelayanan sebagai Aparatur Sipil Negara yang bersih melayani dan bukan dilayani. Layanan Pendidikan Agama dan Keagamaan Dalam menganalisa issu kekinian, layanan pendidikan agama dan keagamaan Katolik di daerah mengalami hambatan karena terbatasnya jumlah struktur Bimas Katolik di Jateng, dan ini dapat diatasi dengan membangun kerjasama yang harmonis
20 +
antara Aparatur Bimas Katolik di daerah dengan Pemuka Agama Katolik setempat sebagai mitra kerja dalam pelayanan. Penguatan Lembaga Keagamaan telah dilakukan melalui koordinasi dan konsultasi Bimas Katolik Pusat dan daerah melalui pendataan tempat Ibadah/Gereja Katolik sebagai bahan pemberian register bagi Gereja Katolik di seluruh Jateng. Secara internal isu kerukunan dan toleransi umat beragama Katolik sudah berjalan dengan baik, karena program formatio iman/pendampingan iman berjenjang (PIUD-PIURPIUL) telah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan peradaban kasih di setiap perjumpaan dengan Pastor Paroki dan umat di daerah. Dalam rangka peningkatan Pelayanan Keagamaan telah dilaksanakan melalui usulan peningkatan anggaran dan Sosialisasi Tugas dan Fungsi, Visi dan Misi Bimas Katolik Jawa Tengah di seluruh Lembaga Gereja Katolik di Jateng. Sedangkan penguatan Lembaga Keagamaan telah dilakukan melalui koordinasi dan konsultasi Bimas Katolik Pusat dan daerah dengan Pendataan Tempat Ibadah/Gereja Katolik sebagai bahan pemberian register bagi Gereja Katolik di seluruh Jateng; Melayani dan Bukan Dilayani “Menjadi Injil Yang Hidup”, demikianlah tema materi yang diangkat oleh Romo Antonius Budi Wihandono, Pr, selaku Pastor Kevikepan Surakarta dalam Rapat Koordinasi ini untuk meningkatkan spiritualitas pelayanan Aparatur Bimas Katolik. Ketika berbicara mengenai Injil, pandangan kita pertama-tama adalah pada sebuah buku yang bertuliskan Al-Kitab, yang berisi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pandangan ini tidak salah, tetapi perhatian pokok harus diarahkan bahwa Injil adalah hidup Allah yang ingin menyapa dan bersahabat dengan manusia. Allah yang menyejarah itu telah terjadi dalam diri Yesus Kristus, yang Dialah Allah yang hidup menyejarah itu. Tuhan Yesus itulah Injil Utama. Orang yang melayani kadang dipandang rendah oleh sesama manusia, tetapi Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pelayanan itu besar dihadapan Tuhan. Pelayanan membutuhkan suatu cara memandang seperti
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
melayani Tuhan sendiri. Hal ini mudah kalau yang dilayani memiliki “hal-hal yang lebih”, (jabatan, popularitas, dsb). Menjadi pelayan hendaknya memiliki semangat yang rendah hati, dekat dan akrab dengan orang yang dilayani agar pelayanannya memenuhi harapan yang dilayaninya. Formatio Injili adalah melayani yang “lebih rendah” sama dengan melayani Tuhan sendiri : ”Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku” (Matius 25:45). Berbagai bentuk permasalahan hidup terjadi di dunia ini oleh karena orang ingin pamer kekuatan, orang ingin pamer kekuasaan. Sedangkan cara berpikir Allah adalah permasalahan itu hilang apabila orang lebih menekankan pengurbanan. Orang yang menekankan kekuatan dan kekuasaan tidak pernah menjadi sahabat yang baik, namun orang yang mengurbankan diri dan melayani dengan ikhlas pasti menjadi sahabat bagi siapapun : “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Ku-perintahkan kepadamu” (Yohanes 15:13-14). Iman akan Yesus tidak hanya bersifat personal tetapi sekaligus menyeluruh dalam hidup menggereja (eklesial). Oleh karena itu, perlu dipahami betul konteks iman yang personal sekaligus eklesial. Tidak bisa orang menghayati iman Katolik hanya dengan mengatakan bahwa “Ini urusan antara aku dengan Tuhanku”. Formatio iman tidak berjalan jika orang kurang memahami Gereja Katolik sebagai satu tubuh dan satu kesatuan yang tak terpisahkan mulai dari hidup di dunia ini sampai hidup abadi di akhirat. Kesadaran iman akan perutusan dapat dikatakan kurang dari 30%, karena sebagian besar umat masih menghayati iman sebagai suatu ritual atau selebrasi sesaat. Sehingga bagian edukasi dan aksi masih banyak sekali untuk ditingkatkan dan dikembangkan. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita Aparatur Bimas Katolik : Apakah formatio iman kita hanya berhenti pada tataran edukasi dan sarasehan? Heribertus Suncoko
+
Bimas Hindu
Peran PHDI dalam Membangun Program Oleh Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jateng
Seiring dengan perkembangan zaman, PHDI (Parisada Hindu Darma Indonesia) juga mengalami pasang surut dalam posisi sistem organisasinya.
P
ada sistem kenegaraan di semua era PHDI betul-betul fungsional menjadi sebuah lembaga yang senantiasa menjadi wadah pencerahan (enlightens) umat dan menambah fungsi dharma agama berjalan dengan baik. Lagi pula, PHDI mampu mengembangkan fungsi dharma sebagai mitra pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya supaya terlaksana dengan baik. Kontribusi PHDI tidak bisa dimunafikkan oleh sistem negara, sebab eksistensi organisasi komunitas umat akan menjadi bangunan SDM yang kuat, dan secara otomatis akan menciptakan manusia dalam sistem hidup berbangsa dan bernegara untuk melakukan yang terbaik dalam memberikan makna dan fungsi lembaga. Sisi lain, mampu membangun manusia yang mempunyai karakter dan berbudi pekerti yang luhur. Eksistensi PHDI yang didalamnya ada Mahasabha, atau lainnya ini adalah sebuah forum untuk menentukan masa depan Hindu yang maju, mandiri dan memajukan ciri-ciri Dharma. Sebab secara fungsi Mahasabha sebagai tempat untuk merumuskan segala program sebagai respon regulasi yang baik sebagai bentuk dinamisasi lembaga, yang terdiri dari unsur unsur tokoh Agama, Ormas Hindu, Tokoh
Masyarakat dan Cendikiawan Hindu. Maka keuntungan kooperatif pengurus PHDI dengan pemerintah sebenarnya akan membawa ekses yang positif, termasuk melalui lembaga Pendidikan Tinggi seperti Universitas Hindu Indonesia (dahulu IHD), satusatunya perguruan tinggi yang menggunakan nama Hindu, perusahaan, yayasan berhasil dibangun untuk menunjang kegiatan PHDI dalam bidang dharma agama akan mempunyai peluang dalam membangun umat bersama. Potensi dan Dharma
Kementerian Agama mempunyai tugas membangun visi dan misi, yakni dalam pemberdayaan umat agar mampu memahami, mengamalkan nilai-nilai beragama dengan baik. Sebagaimana pembentukan kekuatan umat Hindu melalui PHDI sangat bermanfaat sebab secara fungsi darma agama akan dapat memberi kontribusi kepada pengembangan dan pemberdayaan umat. Maka PHDI sistem pengabdian melalui pembangunan Universitas, percetakan, penerbit, majalah agama, koran, bahkan rumah
sakit sebagai aset pelayanan dan pengabdian kepada umat Hindu, sebagai karya nyata wujud pengabdian. Peran dan fungsi PHDI melalui Mahasabha misalnya, membuat program kerja 5 tahunan sebagai tempat tertinggi dalam acara Musyawarah Nasional untuk kepentingan kelembagaan Indonesia agar bangsa yang penuh keragaman betul-betul memiliki kerekatan dalam satu Bhineka Tunggal Ika, sebagai kontribusi umat dalam membangun bangsa dan negara. Potensi yang lebih luas lagi PHDI sesuai kondisi bangsa Indonesia dengan potensi kemajemukan agama di dalam sistem negara, membangun sistem perilaku sosial akan saling menghormati dan saling bekerjasama, saling menghargai dan memuliakan satu sama lain. Itulah, sebagai keberlangsungan PHDI membawa misi yang besar memajukan bangsa dan masyarakat untuk menuju adil dan makmur, sesuai nilai visi dan misi Kementerian Agama. Sebagaimana Jusuf Kalla katakan dalam acara Mahasabha tahun 2016, negara tetap mempunyai tugas menghormati dan memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk menjadi apa saja tanpa memandang dari mana apa kepercayaannya. Pesan tersebut, apabila diukur dari segi kepentingan bangsa yang besar PHDI dengan Mahasabhanya akan memberikan hasil yang baik untuk kemajuan yang lebih baik, melalui susunan Program Kerja, AD/ART dan rekomendasi serta mampu memilih kepemimpinan yang lebih aceptable dan competeble.(ali).
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
21 +
+
Bimas Budha
Demokratisasi dalam Agama Budha
K
Oleh Pembimas Budha Kanwil Kemenag Jateng
epemimpinan yang demokratis di Indonesia sudah terlihat namun kesejahteran masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa kepemimpinan yang ada belum mampu mengemban dan melaksanakan prinsip demokrasi yakni dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi menjadi ajang komunikasi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Perkembangan demokrasi di Indonesia semakin terlihat dengan adanya dua wacana cara berdemokrasi. Wacana yang pertama pemilihan pemerintah daerah melalui DPRD dan wacana yang kedua tetap dilaksanakan secara langsung tetapi serentak. Wacana-wacana ini menunjukan adanya perbaikanperbaikan cara berdemokrasi di Indonesia agar menjadi semakin baik lagi. (Budi Susilo Soepandji : 2014). Pelaksanaan kepemimpinan di Indonesia penuh dengan syarat perjuangan karena belum terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagai wujud keberhasilan kepemimpinan. Oleh karena itu Penulis ingin mengkaji kepemimpinan yang demokratis menurut ajaran Buddha dari berbagai literatur dan menentukan judul artikel berjudul kepemimpinan yang demokratis menurut ajaran Buddha. Bagian inti Kepemimpinan Yang Demokratis Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara sukarela. Kepemimpinan menekankan pada kemampuan pemimpin yang tidak memaksa dalam menggerakkan anggota organisasi agar melakukan pekerjaan atau kegiatan yang terarah (Robert Kreither dan Angelo Kinicki dalam Abdul Azis Wahab, 2011: 82). Kepemimpinan di negara Indonesia menerapkan sistem kepemimpinan demokrasi. Demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau sistem pemerintahan dalam negara kekuasaannya berada ditangan rakyat. Rakyatlah yang memegang
22 +
peranan untuk menentukan seluruh proses penyelenggaraan negara. Dengan mengedepankan aspirasi masyarakat, maka sebenarnya wujud kepemimpinan yang demokratis berujung pada kesejahteraan masyarakatnya. Menuju Kepemimpinan Yang demokratis menurut ajaran Buddha Kepemimpinan yang demokratis dalam ajaran Buddha memiliki kesesuaian dengan pengertian secara umum. Kepemimpinan yang demokratis menurut ajaran Buddha terlihat dari cara Buddha memimpin para anggota sangha (kelompok) maupun umatnya. Buddha dalam memimpin para anggota sangha (kelompok) maupun umatnya berlandasan pada cinta kasih, dengan tujuan kebahagiaan semua mahluk hidup. Buddha dalam memimpin menggunakan prinsip-prinsip berikut ini: prinsip murah hati, prinsip moralitas, prinsip rela berkorban, prinsip tulus hati dan bersih, perinsip ramah dan sopan santun, prinsip kesederhanaan, prinsip bebas dari kebencian, keinginan jahat, dan tidak pemarah, prinsip tanpa kekerasan dan kekejaman, prinsip kesabaran, serta tidak menimbulkan atau mencari pertentangan (Nandiya Sutta, dalam Cowel 2005: 173-174). Prinsip kepemimpinan otoriter juga tidak digunakan oleh Buddha. Hal ini dapat kita pahami dengan
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
keterbukaan beliau seperti pada saat Buddha menganjurkan agar para siswa tidak hanya mendengarkan perintah-perintah atau ajaranajaran Buddha saja, namun Buddha juga menganjurkan mereka untuk mengkritisi segala perintah tersebut. Mereka dianjurkan untuk membuktikan kebenaran-kebenaranya terlebih dahulu (Kalama Sutta, dalam Soma Thera, et.al. 2010:14). Sebaiknya pemimpin saat ini juga harus memiliki prinsip memimpin sebagaimana dimiliki oleh Buddha. Tanpa menjalankan prinsip-prinsip tersebut mustahil kepemimpinan dapat menjadi demokratis karena hal ini merupakan karakter yang harus dimiliki pemimpin yang demokratis sebagaimana diungkapkan juga oleh Albert, et.al (2007: 34) bahwa pemimpin harus memiliki karakter-karakter yang baik. Buddha bukan hanya memiliki pribadi yang baik namun juga menjalankan kepemimpinannya dengan menyesuaikan kebutuhan para anggotanya. Buddha selalu 4 memahami halhal yang dibutuhkan para siswanya kemudian beliau juga memberikan solusi pada para siswanya. Buddha menganjurkan para siswanya untuk menjalankan solusi atas permasalahan mereka hingga mereka berhasil mencapai kebahagiaan sementara itu Buddha terus mengawasi mereka hingga berhasil (Davids Rhys, 2002: 220). (li)
+
Khonghucu
Kebenaran Hubungan Atasan dan Bawahan
D
i dalam Wu Lun (Lima Hubungan Kemasyarakatan) yang diajarkan Zhisheng Kongzi, salah satunya adalah hubungan antara atasan dan bawahan atau raja dan menteri, dalam penerapan di kehidupan yang lebih luas termasuk hubungan antara majikan dan pembantu, antara guru dan murid, antara pimpinan organisasi dan anggota, dll. Semua hubungan ini diterapkan dengan berlandaskan kepada kebenaran sebagai pertimbangan pokok. Banyak permasalahan timbul dalam bentuk hubungan atasan dan bawahan ini disebabkan oleh landasan yang keliru, misalnya landasan kekuasaan, materi, kedekatan, atau kepentingankepentingan yang lainnya. Ketika kebenaran dikesampingkan dan kekuasaan menjadi landasan maka akan timbul penindasan dan ketakutan. Ketika materi menjadi landasan dari hubungan ini maka akan timbul kebohongan dan kesenjangan. Bila kedekatan menjadi landasan dalam hubungan antara atasan dan bawahan maka akan timbul ketidakadilan dan perbuatan memanfaatkan keadaan, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Atasan/Pimpinan/Majikan / Guru Status atasan / pimpinan / majikan / guru, dalam hal ini kita sebut saja “Pemimpin”, merupakan tanggung jawab sebagai panutan yang diharapkan dapat membimbing bawahan / anggota / karyawan / murid ke arah yang baik dalam menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing. Untuk itu seorang pemimpin dituntut secara moral untuk mampu memberi teladan, arahan, bimbingan, dan perasaan aman bagi orang-orang di kelompoknya. Kriteria yang ideal menurut ajaran Zhisheng Kongzi tentang seorang pemimpin terdapat pada ayat di bawah ini : Kitab Yak King (Yi Jing) Bagian Pencipta; Firman; tertulis :
Oleh : Js. Sun Vera, SE QIAN, pencipta mengandung sifat : YUAN, Maha Besar, Maha Mula, Maha Esa, Maha Sempurna; HENG, Maha Menembusi, Maha Menjalin, Maha Indah; LI, Maha Pemberkah, Menjadikan orang menuai buah perbuatan; ZHEN, Maha Benar, Maha Kokoh, Maha Abadi, Maha Bijak. Dalam Babaran Rokhani dari ayat suci ini tersurat bahwa sifat-sifat dari Sang Pencipta, Tian Yang Maha Esa, diturunkan kepada diri manusia menjadi sifat-sifat pemimpin. Yuan, dalam diri manusia dikatakan menjadi kepala dari segala sifat baik; Seorang pemimpin harus menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya, pencipta ide-ide dan berkarya terus menerus serta mampu memberikan motivasi bagi kemajuan semua anggota di kelompoknya. Heng, dalam diri manusia dikatakan menjadi berkumpulnya segala sifat indah; seorang pemimpin akan memimpin dengan cinta kasih dan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi orang-orang yang dipimpinnya, sehingga dengan sendirinya pemimpin pun akan mendapatkan cinta kasih sebagai balasannya. Li, dalam diri manusia dikatakan menjadi harmonis / selaras / serasi / seimbang dengan sifat menjunjung tinggi Kebenaran / Keadilan / Kewajiban; seorang pemimpin akan memimpin dengan adil, meletakkan kebenaran sebagai tolok ukur dalam pengambilan keputusan dan selalu memberikan berkah / manfaat bagi orang-orang yang dipimpinnya. Zhen, dalam diri manusia dikatakan menjadi kemampuan membereskan segala perkara; seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap segala tindakan dan keputusan yang dijalankan di kelompoknya dan akan selalu menjadi pelindung bagi orang-orang yang dipimpinnya. Bawahan/Anggota/Karyawan Murid
Sebagai bawahan / anggota / karyawan / murid, dalam hal ini kita sebut saja “bawahan”, kewajiban utamanya adalah mendukung kebijakan pemimpin dalam mewujudkan tujuan bersama. Untuk itu dari seorang bawahan dituntut sifat rendah hati, jujur, dan tulus. Lun Yu I : 2 : 1 You Zi Berkata,”Seseorang Yang Dapat Berlaku Bakti Dan Rendah Hati, Tetapi Suka Menentang Atasan, Sungguh Jarang Terjadi; Tidak Suka Menentang Atasan, Tetapi Suka Mengacau, Ini Belum Pernah Terjadi.” Seorang bawahan yang baik akan memperlakukan pemimpin / atasan seperti orang tuanya dengan berlaku bakti. Orang yang dapat mewujudkan perilaku bakti tentu adalah orang yang rendah hati. Dengan memperlakukan pemimpin seperti orang tua sendiri, maka akan terhindar dari perbuatan menentang atasan, menjauhkan kekacauan. Di dalam hal pemimpin melakukan hal yang tidak baik, maka bawahan berkewajiban mengingatkan berdasarkan kebenaran, dengan tetap mengutamakan sikap rendah hati sehingga tidak menimbulkan penyesalan. Kebenaran Sebagai Landasan Dengan memahami status dan kriteria sebagai pemimpin dan bawahan, maka setiap orang diharapkan dapat menempatkan diri dengan tepat pada posisinya dan menjalankan tugas kewajiban sebagaimana mestinya dengan meletakkan kebenaran sebagai landasan. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran sejati atau kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran sepihak, atau kebenaran yang subyektif, di mana sesuatu hal disebut benar karena menjadi keuntungan bagi pihak tertentu. Kebenaran sejati adalah kebenaran yang diakui secara umum berdasarkan ajaran moral dan etika yang berlaku umum. (*)
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
23 +
+
dinamika daerah
Rembang
L
Kemenag Canangkan Program Green Office
ingkungan yang bersih, sehat, dan asri menjadi dambaan setiap orang untuk menciptakan kenyamanan dalam beraktivitas sehari-hari. Termasuk beraktivitas di kantor. Lingkungan yang indah dan rapi juga akan menimbulkan kegairahan bekerja, apalagi di tengah kepadatan dan kesibukan dalam bekerja. Untuk mewujudkan suasana asri tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang mencanangkan program Green Ofiice di lingkungan kantor Kemenag Kabupaten Rembang. Sudah beberapa hari terakhir pada awal Oktober 2016 ini, persiapan green office ini dilakukan secara bertahap. Atho’illah memerintahkan kepada setiap pegawai untuk turut serta menyumbangkan tanaman untuk diletakkan di lingkungan kantor. “Untuk program penghijauan kantor ini, kami minta setiap karyawan membawa tanaman untuk diletakkan di setiap sudut halaman kantor,” kata Kakankamenag, Atho’illah di beberapa kesempatan pengajian. Dengan bekerja bakti, ratusan tanaman hias tersebut akhirnya terkumpul dan ditata di setiap sudut ruang terbuka dan taman yang ada di sekitar kantor. Sebelumnya, program greenoffice ini sudah dilakukan sejak beberapa bulan terakhir dari Oktober ini. Dimulai dari pengecatan kantor yang bernuansa hijau, dan himbauan kepada seluruh karyawan untuk menanam pohon dan tanaman di lingkungan kantor. Program green ofiice ini juga diwujudkan dalam
24 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
program jum’at bersih. Setiap hari jum’at, seluruh karyawan diminta untuk membersihkan lingkungan kantor maupun ruangannya masing-masing. “Sehingga karyawan tak hanya melulu berkutat pada pekerjaan saja. Kita juga memperhatikan memperhatikan lingkungan kita. Karena agama juga mengajarkan demikian,” ungkap Atho’illah. Sebagai tindak lanjut program ini, Atho’illah meminta setiap karyawan untuk menjaga kebersihan dan kerapian kantor. Bukan hanya pada hari Jum’at saja, namun dalam aktivitas sehari-hari. Terkait sampah, beberapa pasang tong sampah organik dan non organik dari Badan Lingkungan Hidup telah diletakkan di beberapa sudut kantor. “Pemisahan sampah secara terpisah akan mengurangi dampak global warming dan untuk memudahkan mengurainya,” kata Atho’illah. Selain itu, sebagai pelayan masyarakat, segenap PNS Kankemenag Kabupaten Rembang kini juga melakukan program bersih-bersih lingkungan di sekitar kota Rembang. Program ini merupakan instruksi dari Bupati Rembang yang membagi jadual segenap PNS di Kabupaten Rembang untuk membersihkan kota Rembang secara bergiliran. Program tersebut dilaksanakan setiap hari Jum’at. “Beberapa pekan terakhir, kami sudah menugaskan pegawai kantor kami untuk membersihkan lokasi-lokasi publik, seperti jalan raya dan pasar kota Rembang atas permintaan Bupati,” tambah Atho’illah.
Shofatus Shodiqoh
+
dinamika daerah
Pekalongan
Diperlukan Kebijakan dan Strategi Terciptanya Kerukunan Beragama
P
ihak penegak hukum dapat melakukan tindakan tegas bagi siapapun melakukan pelanggaran hukum seperti melakukan tindakan anarki yang dapat merusak tatanan kebersamaan. Menyarankan kepada tokoh agama agar tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman seperti tidak membangun tempat ibadah di lingkungan mayoritas beda agama. “Pemerintah daerah mendukung sepenuhnya bagi umat beragama manapun yang akan membangun tempat ibadah bahkan melalui anggaran daerah akan menyalurkan bantuan sesuai kemampuan anggaran.Disampaikan langsung oleh Bupati Pekalongan saat memberikan arahan pada acara Rakor Cipta Kondisi Kerukunan Umat Beragama dalam rangka antisipasi dan menjaga daerah agar tetap kondusif, digelor oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pekalongan dihadiri oleh Kakanwil Kemenag Prov Jateng, MUI Jateng dan FKUB Jateng. Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Pekalongan Kamis (03/11) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Cipta Kondisi Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Pekalongan. Sekitar 100 orang tokoh agama, tokoh masyarakat, koordinator penyuluh, ormas dan organisasi keagamaan hadir di Aula Kankemenag Kab. Pekalongan mengikuti acara yang dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Farhani. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya acara ini, diharapkan bisa menjadi ajang silaturahmi antar tokoh agama dan membangun koordinasi dalam mencegah gesekan antar agama sehingga meminimalisir terjadinya hal hal yang mengganggu keharmonisan kehidupan beragama. “Forum yang baik ini diharapkan mampu menjadi media silaturrahim antar tokoh agama dalam rangka mencipatakan koordinasi sebagai upaya mencegah terjadinya
Acara pembinaan kerukunan umat beragama.
gesekan antar agama yang dapat mengganggu keharmonisan kehidupan beragama,” tutur Farhani. Dikatakan, Indonesia adalah negara yang berpenduduk majemuk dari segi suku bangsa, budaya, agama yang tersebar di berbagai wilayah. Agar tercipta kondisi yang harmonis pada penduduk yang majemuk tersebut diperlukan kearifan dan kedewasaan umat beragama untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan nasional. Beberapa hal yang harus dihindari untuk memelihara kerukunan umat beragama antara lain : 1) Perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama, 2) Penodaan/penistaan terhadap ajaran agama, 3) Tidak peduli terhadap kesulitan orang lain, dan 4) Mengganggu orang lain yang berbeda agama dan keyakinan. “Diperlukan kebijaksanaan dan strategi untuk menciptakan dan memelihara kerukunan umat beragama,” imbuhnya. Dengan kerukunan umat beragama maka dapat menjawab pluralitas, kemajemukan, dan kebhinnekaan. Acara berjalan sengan sukses berakhir pada pukul 14.15 wib, ditutup oleh Plt Kepala Kankemenag Kabupaten Pekalongan H. Imam Tobroni.
hufron
Wonogiri
KBIH Harus Siapkan Calon Jamaah Haji agar Mandiri Suatu kemabruran dalam melaksanakan ibadah haji merupakan suatu hal yang dicita-citakan oleh seluruh jama’ah haji. Namun demikian untuk meraih kesempurnaan dalam beribadah haji diperlukan persiapan yang matang, mulai dari fisik hingga mentalnya. Sesuai UU Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji pasal 30, yang menjelaskan bahwa dalam rangka Pembinaan Ibadah Haji, masyarakat dapat memberikan bimbingan Ibadah Haji, baik dilakukan secara perseorangan maupun dengan membentuk kelompok bimbingan. Pembinaan ibadah haji adalah tanggung jawab bersama, baik itu pemerintah, kelompok bimbingan maupun secara perseorangan. Karena apabila semua itu dibebankan pada pemerintah, maka tidak memungkinkan untuk menangani semuanya. Hal tersebut di tegaskan Plt. Ka. Kankemenag Wonogiri, Muslim Umar dalam sebuah kegiatan sosialisasi pembinaan Kelompok Bimbingan Ibadah haji (KBIH) Kab. Wonogiri Tahun 2016 di RM. Paryanti Wonokarto, Selasa (25/10) yang di ikuti Pengurus KBIH dan penyuluh agama islam fungsional. Menurut Muslim Umar bahwa keberadaan KBIH sangatlah strategis, sehingga perlu persiapan yang baik dalam pelaksanaannya. “Kemenag berpesan agar penyelenggaraan bimbingan manasik oleh KBIH harus senantiasa menaati apa yg sudah menjadi keputusan Dirjen PHU Nomor D/799/2013 tentang Pedoman Operasional Kelompok Bimbingan Manasik Haji. Tujuannya tidak lain adalah agar jamaah dapat melaksanakan ibadah hajinya dengan baik dan Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
25 +
+
dinamika daerah tercapai cita-citanya mendapat haji mabrur”, ucap Muslim. Selain itu, Plt. Ka.Kankemenag juga berpesan pada KBIH agar menekankan persiapan mental pada calon jamaah yang akan berangkat menunaikan ibadah haji. Menurutnya ada saja permasalahan pelaksanaan ibadah haji yang terjadi akibat dari kurangnya persiapan mental jamaah. KBIH, kata Muslim Umar, sudah jelas fungsinya dalam penyelenggaraan ibadah haji ialah bagaimana menyiapkan jamaah haji agar mandiri secara ilmu dalam melaksanakan ibadah haji di tanah suci. KBIH, lanjutnya, secara sukarela menyiapkan agar jamaah haji dapat melaksanakan rangkaian ritual ibadah haji sesuai syariat secara mandiri. Selain itu KBIH harus sering berkoordinasi dengan Kementerian Agama agar mendapatkan informasi yang tepat dan akurat terkait penyelenggaraan ibadah haji. Memberikan pemahaman pada jamaah haji tentang standar fiqih haji dari Kementerian Agama serta memberikan wawasan yang seluas-luasnya merupakan poinpoin yang harus diperhatikan oleh KBIH Sedangkan Kasi Penyelenggaran Haji dan Umrah, Ali Yatiman bahwa tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kemampuan pengurus KBIH, membangun semangat kreatifitas untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai pengurus KBIH dalam pelayanan terhadap jemaah haji.
Mursyid-Heri
Klaten
Animo Jadi Penyuluh Agama Islam non PNS Sangat Tinggi
S
ampai batas akhir penutupan Senin jam kerja (31/10) pendaftaran rekrutmen Penyuluh Agama Islam (PAI) Non PNS pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten, berkas yang masuk yang diserahkan langsung pelamar maupun via pos sudah mencapai 400 an. Ini menunjukkan animo masyarakat Klaten untuk menjadi PAI Non PNS sangat tinggi. Demikian yang disampaikan oleh kasi Bimas Islam Kemenag Klaten M Yusuf selaku ketua panitia rekrutmen, dalam pembinaan apel pagi yang diikuti oleh seluruh ASN yang bertempat di halaman Kemenag Klaten (3/11). Beliau mengatakan, meskipun sudah ada pengumuman batas akhir pendaftaran tetapi ada juga yang mendaftar diatas waktu yang telah ditentukan, sesuai aturan dan kesepakatan berkas tidak diterima. Untuk tahapan sekarang yang dilaksanakan adalah seleksi berkas, tim rekrutmen meneliti satu persatu kelengkapan berkas yang telah disampaikan pelamar, jika ada kekurangan berkas yang telah ditentukan, otomatis tidak bisa mengikuti tahapan selanjutnya, tandas Yusuf. Tim rekrutmen agar berhati-hati dan harus secara seksama meneliti kelengkapan berkas pelamar, agar tidak ada masalah dikemudian hari, harapnya. Jika tidak ada kendala, 10 November 2016 akan
26 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
diumumkan peserta yang lolos seleksi administrasi melalui media papan pengumumam dan website, serta akan diberikan kartu ujian tertulis. Untuk pelaksanaan tes tulis dan wawancara akan dilaksanakan pada tanggal 20 November 2016. Hasil tes tulis dan wawancara akan dipublikasikan dan diurut berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah pada masing-masing kecamatan. Berdasarkan kuota yang disediakan maka disetiap kecamatan akan diambil 8 orang yang memiliki nilai tertinggi. Sesuai dengan petunjuk Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, maka Klaten yang memiliki 26 Kecamatan membutuhkan 208 orang Penyuluh Agama Islam Non PNS dengan penempatan masing-masing kecamatan diisi oleh 8 orang penyuluh, ucap Yusuf Selebihnya mereka yang hasil tes tulis dan wawancara ada pada urutan ke-9 dan seterusnya, akan menjadi peserta calon PAI Non PNS dengan status waiting list atau daftar tunggu untuk rekrutmen tambahan kuota 10 persen yakni 24 orang dan atau pengganti apabila ada diantara peserta yang dinyatakan diterima menjadi PAI Non PNS tetapi meninggal atau mengundurkan diri, tambahnya.
AgusJun
Karanganyar
Kemenag Sudah Bebas Pungli sebelum Perpres Diterbitkan
R
eformasi Birokrasi yang dilakukan Kementerian Agama beberapa tahun lalu lambat laun terlihat hasilnya, salah satunya terlihat dari perilaku pegawai Kementerian Agama yang semakin profesional. Disaat kementerian/lembaga lain sedang melakukan penertiban terkait pungli yang dilakukan oleh aparaturnya, Kemenag sudah bebas dari hal itu sejak beberapa tahun lalu. Bahkan, ketika diterbitkannya Perpres Tim Saber Pungli oleh Presiden RI, Joko Widodo, hal tersebut lebih sekedar untuk memotivasi apa yang sudah dilakukan Kementerian Agama. Demikian disampaikan oleh Kasubbag TU pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar, Wiharso
+
dinamika daerah dalam pembukaan kegiatan Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran Tahun 2018, (01/11). Kegiatan yang dilaksanakan di Gasebo Rumah Makan Mbak Ning Ngargoyoso ini diikuti oleh seluruh Kasi/Penyelenggara, Kepala KUA, Perencana, Humas, serta pengelola kegiatan pada masingmasing bagian/seksi. Lebih lanjut Kasubbag mengatakan bahwa kinerja Kemenag yang sudah semakin baik ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Wiharso juga mengingatkan bahwa perekrutan penyuluh agama Islam Non PNS yang sedang berlangsung ini harus dilakukan dengan transparan dan profesional. “Kepada Seksi Bimis dan KUA Kecamatan yang terkait dalam perekrutan, harus memperhatikan persyaratan khusus yang ada. Kami harap kita semua lebih berhati-hati dalam pengangkatannya agar nama baik Kemenag tetap terjaga”, tandasnya. Dalam banyak kesempatan, baik Kepala Kankemenag maupun Kasubbag TU berulang kali mengatakan agar pegawai Kemenag selalu menjaga nama baik Institusi Kementerian Agama. Hal-hal yang tidak sesuai aturan dan prosedur saat ini sulit sekali dimaafkan oleh masyarakat karena memang aparatur sipil negara selalu menjadi sorotan. Dengan mengamalkan lima nilai budaya kerja, harapannya pegawai dapat menjaga nama baik Kementerian Agama. Terkait penganggaran untuk tahun 2018, Wiharso mengajak seluruh peserta rakor berkomitmen membuat rencana anggaran kerja yang baik agar dikemudian hari tidak terjadi permasalahan yang dapat mengganggu targettarget yang akan diraih. Senada dengan Kasubbag TU, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar, Musta’in Ahmad yang hadir dalam kesempatan tersebut juga memperingati seluruh jajarannya untuk segera keluar dari masalah penganggaran. Menurutnya, penganggaran yang salah dimulai dari perencanaan yang tidak matang dan data yang tidak valid. Oleh karenanya Kakankemenag berharap adanya komunikasi yang baik antara perencana dan masing-masing bagian/seksi terkait penganggaran kedepannya. “Seawal mungkin harus dilakukan antisipatif agar tidak kaget apabila terjadi perbedaan anggaran, antara yang diusulkan dan yang keluar”, tegas Musta’in.
hd
Kasubag TU Kab Karanganyar sedang memberikan pengarahan.
Banjarnegara
Suprihatin Raih Guru RA Berprestasi Tingkat Nasional
R
adlotul Atfal merupakan lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama yang mendidik anak sebelum masuk ke Pendidikan Dasar 9 tahun. Pada pendidikan ini, guru di tuntut untuk bisa mempersiapkan anak didik siap menerima pelajaran yang memiliki kurikulum sekolah. Bermacam ragam model dan polah anak sebelum masuk sekolah/ pra sekolah dibutuhkan kesabaran, ketelatenan. Tidak terkecuali Guru bernama Suprihatin, S.PdI yang mengajar pada RA Al Fatah 2 Danakerta, Punggelan Kabupaten Banjarnegara. Dengan motivasi yang berasal dari Al Qur’an-Surat Al Hujurot ayat 11, Suprihatin mensuport dirinya untuk bisa memberikan pendidikan yang bisa diterima oleh anak didikanya. Dengan keterbatasan sekolah di pedesaan dituntut kreatif dalam inovasi pembelajaran. Salah satunya dari sisa paralon bekas, dia ubah menjadi pohon pintar sebagai media pembelajaran. Guru umur 38 tahun ini memberanikan diri menuangkan inovasinya dalam bentuk tulisan yang mana telah berhasil meningkatkan kemampuan anak didik pada RA Al Fatah 2, yang tahun pelajaran ini menampung 64 anak didik. Tanggal 18-21 Agustus diajukan Kantor Kemenag Kabupaten Banjarnegara untuk maju setelah melalui seleksi adminsitrasi ke Kompetisi Guru RA Berprestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah. Bertempat di Hotel Grand Wahid Salatiga, Suprihatin mendapatkan juara 1. Sebagai juara dipercaya Kemenag Provinsi Jawa Tengah untuk bisa maju ke tingkat Nasional. Di tingkat Nasional-Grand Final Kompetisi Guru, Kepala & Pengawas Madrasah Berprestasi tahun 2016, semua Karya Tulis Ilmiah (KTI) peserta di uji, juga harus lolos Portofolio dengan 10 istrumen yang ada. Tidak ketinggalan proses Visitiasi Juri juga dilakukan untuk mengecek kebenaran laporan di lapangan (5-6 Okt). Suprihatin membuat judul KTI “Meningkatkan kemampuan membilang melalui media pohon pintar bagi anak didik Kelompok Bisa pada RA Al Fatah 02 Danakerta Punggelan kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2015/2016”, Akhirnya melalui seleksi (12-14 Oktober 2016), juri memilihnya sebagai Juara 1 Guru RA berprestasi tingkat Nasional. Sebagai juara 1 berhak mendapatkan Trofi dan Uang Pembinaan sebesar 10 juta rupiah. Kemenangan ini merupakan kebanggaan yang tidak terkira bagi seluruh pihak instansi dan lembaga di bawah Kankemenag Banjarnegara. Rasa terima kasih juga Suprihatin sampaikan kepada semua pendukung dan orang yang mensupport. Tidak ketinggalan disampaikan kepada Slamet Wahyudi, Kamad MA Wiramastra Bawang yang telah membimbing cara penulisan KTI. Ketua IGRA Diah Kumala Sari, memberikan apresiasi dan berharap hasil terbaik ini bisa menjadikan motivasi untuk lebih senang membaca dan menulis karena buku merupakan jendela ilmu menuju RA berkemajuan. Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
27 +
+
dinamika daerah
Suprihatin guru RA berprestasi tingkat nasional.
Saat Apresiasi dan Temu Media di MIN Madukara, Senin (17/10), Suprihatin berharap hasil terbaiknya ini bisa memberikan perubahan ke arah lebih baik pada lembaga pendidikan maupun guru pengajar di madrasah. “Kegiatan pendidikan anak membutuhkan tangan-tangan yang berinovasi”,ucapnya. Ditambahkan, sebagai pendidik untuk bisa meningkatkan kreativitas, manfaatkan media yang ada walaupun itu bekas, dan berharap tahun 2017 Kabupaten Banjarnegara bisa mendapatkan Juara pada event tahunan ini. Prestasi bisa diraih siapapun, tidak terkecuali bagi yang masih Wiyata Bhakti. Di lain tempat Plt Kepala Kemenag Kabupaten Banjarnegara, Sukarno berharap lembaga pendidikan di bawah Kemenag dapat berprestasi walau dengan sarana dan prasarana yang terbatas. “Di lain waktu, semoga muncul Suprihatin-suprihatin yang lain yang membawa nama harum Kementerian Agama”, pungkasnya.
Nangim
pati
Layani Masyarakat dengan Baik dan Memuaskan
S
ebagai sebuah institusi pelayanan, KUA memiliki tugas, fungsi, dan peran yang sangat strategis dalam masyarakat bahkan saat ini frekwensi tugas dan fungsi itu semakin luas dan padat sehingga tidak salah jika dikatakan KUA sebagai Kantor Kementerian Agama tingkat Kecamatan yang menjadi muara semua kegiatan Kantor Kementerian Agama Kabupaten. Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Penyelenggara Syariah Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Drs. H. A. Saifulloh, M.Ag menghadiri dan memberikan arahannya dalam kegiatan Pembinaan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) dan Penghulu KUA Kecamatan se Kab Pati di aula kantor setempat (27/10) Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Kemenag Kab Pati, Drs. H. Akhmad Mundakir, MSi didampingi Plt. Kepala Subbag Tata Usaha yang juga merupakan Kepala Seksi Bimas Islam Kankemenag Kab Pati, Drs. H. Zubaidi, MH Dalam sambutannya, Kepala Kankemenag Kab. Pati menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting selain untuk peningkatan wawasan, mengetahui perkembangan
28 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
serta solusi-solusi terhadap KUA serta peran penyuluh pada umumnya. Sekarang semua berbasis online, diharapkan semua personel didaerah bisa dan mampu mengaplikasikan SIMKAH pada KUA masing-masing. Ditambahkan Mundakir, KUA juga menjadi motor penting bagi BAZ. KUA juga berperan aktif melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai nilai penting wakaf dan infak termasuk wakaf uang dalam jumat keliling (jumling), taraweh keliling (tarling) dan berbagai kesempatan lain saat bersosialisasi dengan masyarakat. Berkaitan dengan Badan Hisab, Hilal, dan Rukyat, KUA melakukan sosialisasi mengenai arah kiblat ke DKM-DKM yang ada di Kecamatan dan terjun langsung mengukur arah kiblat, juga mensosialisasikan jadwal sholat untuk daerah serta jatuhnya hari-hari raya keagamaan,”imbuhnya di akhir sambutannya”. Sementara itu Kabid Urais dan Binsyar Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Saifulloh dalam arahannya menyampaikan bagaimana seharusnya peran KUA dan Penghulu bisa semakin ditingkatkan, dimana masyarakat sekarang ini lebih menuntut pelayanan yang prima dari instansi pemerintah. Bebas pungli yang dicanangkan pemerintah bisa diterapkan dengan baik. Selain melaksanakan pencatatan nikah dan bimbingan perkawinan KUA juga mendapatkan tugas dalam bidang pembinaan/pengembangan keluarga sakinah, produk halal, kemitraan, hisab rukyat, kemasjidan, zakat, wakaf, ibadah sosial, pembinaan BMT, penyuluhan agama, dan bimbingan jamaah haji, belum lagi ditambah adanya berbagai isu yang mengemuka akhir-akhir ini berkaitan dengan urusan agama Islam seperti merebaknya polemik nikah siri, poligami, nikah usia dini, dan lain-lain. Ditambahkan Saifulloh, KUA harus memiliki standar ISO (International Organization for Standardization), standar pelayanan yang harus diberikan oleh unit-unit pelayanan. Di dalam memberikan pelayanan, KUA harus memiliki SOP( Standar Operasional Prosedur), untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat, agar pelayanan kita ini tidak rendah. Dan KUA harus memiliki program unggulan, agar bisa menjadi kebanggaan bagi KUA itu sendiri. Ada tujuh Riview Itjen Kementerian Agama Ri dengan Ditjen Bimas Islam Kemenag RI tentang hasil pembayaran tunggakan PNBP NR dan Kasus-kasus Nikah dan Rujuk yang menghasilkan beberapa catatan Pengaduan Masyarakat (Dumas) dan temuan antara Lain: 1.Peristiwa Pencatatan Nikah di Luar Kantor atau di luar jam kerja pencatatnnya di dalam kantor pada hari kerja, 2. Masyarakat sudah membayar biaya nikah (di luar kantor dan atau di luar jam kerja Rp 600 ribu, tetapi masih mengkondisikan untuk tambahan, 3. Penyetoran Biaya Nikah Rp 600 ribu dilakukan setelah proses Pencatan Nikah, 4. Masih di temukan Gratifikasi/ Pungli dalam pelayanan KUA seperti: Rekomendasi Nikah, Duplikat Akta Nikah, keterangan Status dan Legalisir, 5. Pelayanan pencatatan nikah dilakukan dengan mewakili P3N, Tokoh Agama/ Tokoh Masyarakat dan Penyuluh Agama, 6. Ada beberapa Penghulu yang melakukan Pencatatan Pernikahan dengan jumlah yang tidak wajar 7.Disiplin Petugas dalam menghadiri, mengawasi dan mencatat pernikahan juga masih menjadi perhatian publik
+
dinamika daerah
Tasyakuran Penerimaan Jamaah Haji Tahun 1437 H
B
ertempat di Pendopo Kabupaten Pati, Rabu, 19 Oktober 2016 diselenggarakan Tasyakuran Penerimaan Jamaah Haji Tahun 1437 H / 2016 M dan Peringatan Tahun Baru 1438 H. Acara yang diawali dengan laporan Pemberangkatan dan Pemulangan jamaah haji oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pati Drs. H. Akhmad Mundakir, M.Si dihadiri Bupati Pati, segenap Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) dan 1.187 jamaah haji kabupaten Pati tahun 1437 H. Dalam laporannya, Mundakir menyampaikan Selamat datang di kampung halaman kepada jamaah Haji Kab. Pati th. 1437 H / 2016 M dan selamat datang tahun baru 1438 H. Realisasi Pemberangkatan dan Pemulangan jamaah haji terbagi menjadi 4 kloter : 37, 62, 63, 64, berangkat dari kabupaten Pati 1.194 orang gagal berangkat 2 orang wafat di Makkah 3 orang tertinggal di Makkah (sakit) 1 orang tanazul dengan kloter 31 1 orang kembali ke Indonesia bersama kloter asal 1.187 orang Jamaah wafat Retno Sri Suharnani Alamat Plangitan 11/2 ( kloter 62 ), Sulkan Satiman Alamat Wangunrejo 3/1 (kloter 63), Nasuri Sumarto Alamat Ngemplak Kidul 3/3 (kloter 64)Jamaah Haji yang masih sakit An Noor di Arab Saudi Sahad bin Ngadimin Alamat Bermi 1/6 Gembong. Ditambahkan, Seluruh Jamaah Haji Wafat diberikan Santunan Asuransi Jiwa Syariah melalui PT Amanahjiwa Giri Artha , kepada Ahli Waris masing2 sesuai ketentuan yang berlaku sbb Meninggal dunia (normal ) Rp. 15.000.000, Meninggal dunia karena kecelakaan Rp.30.000.000, Pengajuan klaim dari ahli waris, selambat-lambatnya 60 hari kalender sejak tanggal kematian, Permohonan diserahkan ke Kankemenag Kab. Pati, untuk dibuatkan rekomendasi pengajuan klaim. Kondisi Jamaah Secara umum, kondisi jamaah selama berada di tanah suci dalam keadaan baik dan sehat. Batuk dan pilek merupakan penyakit yang paling banyak diderita jamaah. Ada beberapa insiden/musibah yang menimpa jamaah, antara lain karena kecelakaan dan terjatuh di kamar mandi, yang mengharuskan dirawat di rumah sakit. Saat proses pemberangkatan, beberapa jamaah ada yang sempat di rujuk ke RS. Dr. Muwardi Solo karena perlu pemulihan kesehatan. Alhamdulillah semuanya dapat diberangkatkan dengan kloter berikutnya, kecuali seorang jamaah yang karena kondisi kesehatannya tidak bisa diberangkatkan.Saat proses kepulangan jamaah, 3 orang jamaah sempat di rujuk ke RS. Muwardi Solo karena kelelahan. Alhamdulillah semuanya sudah sehat dan dapat dipulangkan, berkumpul bersama keluarga.”imbuh Mundakir” Seperti tahun – tahun sebelumnya, otoritas bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz ( AMAA ) Madinah memperketat aturan barang bawaan. Walaupun sudah dilakukan himbauan secara langsung dan tertulis, tetapi masih banyak koper jamaah haji yang di dalamnya terdapat air zam-zam. Oleh karena itu, ada sebagian koper jamaah yang dibuka paksa dan sebagian barangnya (terutama air zam-zam) disita petugas bandara. Proses penyitaan barang bawaan ini adalah kewenangan petugas dari bandara AMAA Madinah, tanpa
Kakankemenag Kabupaten Pati Drs. H. Akhmad Mundakir, M.Si saat memberikan sambutan.
melibatkan jamaah. Oleh karena itu, bagi jamaah yang kebetulan barang miliknya yang berada di dalam koper tidak ditemukan, berarti diambil oleh petugas di bandara Madinah. Dan kami sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, karena hal ini merupakan ketentuan otoritas penerbangan. Pembagian Paspor dilakukan pembagian paspor melalui ketua rombongan dan ketua regu masing-masing sekaligus pembagian piagam penghargaan untuk ketua rombongan dan ketua regu. Paspor tersebut berlaku selama 5 (lima) tahun, jika habis masa berlakunya bisa diperpanjang lagi dan bisa digunakan untuk ijin bepergian ke luar negeri manapun ( tidak hanya untuk haji dan umroh ).Paspor agar disimpan dengan baik dan tidak hilang. Keterangan : Bagi yang sudah pernah memiliki paspor dan paspornya hilang, maka ketika hendak mengurus paspor baru akan dikenai denda sesuai ketentuan yang berlaku.Pembagian Pengembalian Uang Paspor dan Pembagian Air Zam Zam, Pengembalian uang paspor kepada jamaah haji sudah dilaksanakan pada saat menjelang keberangkatan haji di asrama haji donohudan pembagian air zam zam sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengambilan tas koper besar di Kankemenag Kab. Pati. Dengan acara tasyakuran ini, seluruh proses penyelenggaraan haji tahun 1437 H /2016 M telah selesai. Kepada semua pihak yang telah membantu seluruh proses penyelenggaraan, mulai pendaftaran, bimbingan manasik, pemberangkatan dan pemulangan, disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga kerja sama yang telah terbina akan lebih meningkat pada tahun-tahun yang akan datang. Mohon maaf kepada semua pihak, terutama jamaah haji 1437 H / 2016 M, karena banyak kekurangan dan kekhilafan dalam proses pelayanan dan koordinasi. Semua kekurangan dan kesalahan tahun ini menjadi bahan evaluasi pada penyelenggaraan haji tahun mendatang. Motto kami, “melayani haji adalah kemulyaan bagi kami” tandas Mundakir” Dengan telah kembalinya seluruh jamaah haji Kabupaten Pati tahun 1437 H / 2016 M ke kampung halaman, maka kami serahkan jamaah haji mabrur Kabupaten Pati kepada Pengurus Daerah IPHI Pati agar menjadi anggota Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kabupaten Pati untuk selanjutnya diajak bersama-sama berupaya tetap mempertahankan kemabruran haji sampai saat dipanggil Allah swt.
Athi’ Masyruroh
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
29 +
+
artikel
Jihad ala Kiai Hasyim Asyari Oleh Jamal Ma’mur Asmani
Hari santri nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober 2016 mengambil tema “Merajut Kebinnekaan dan Kedaulatan Indonesia”. Tema ini sangat aktual mengingat realitas kebinnekaan yang masih menjadi potensi destruktif bangsa ini dan kedaulatan Indonesia yang masih terancam kekuatan asing. Tema ini bertujuan menjadikan kebinnekaan sebagai potensi kemajuan Indonesia sesuai filosofi Binneka Tunggal Ika, Unity in Diversity, bersatu dalam keragaman. Dalam doktrin agama Islam, se seorang tidak boleh membenci orang lain karena faktor agama, karena yang mempunyai hak prerogratif memberikan hidayah (petunjuk memeluk agama Islam) hanya Allah SWT. Allah mendorong manusia satu dengan yang lain untuk saling me ngenal potensi masing-masing sebagai jembatan melakukan kerjasama di bidang-bidang strategis, seperti pendidikan dan ekonomi. Kerjasama sinergis antar seluruh elemen bangsa akan mengokohkan kedaulatan bangsa. Di Indonesia, kerjasama sinergis lintas agama sudah berjalan di semua lini kehidupan. Komposisi Kabinet Kerja Jokowi-JK dan pasangan peraih emas Olimpiade Brazil 2016 Tontowi Ahmad (Islam) dan Liliyana Natsir (Kristen) yang lintas agama adalah bukti nyata hebatnya kerjasama tanpa memandang agama. Syarat melakukan kerjasama lintas agama adalah nasionalisme, kecintaan yang tinggi kepada bangsa dan Negara. Kaum
30 +
santri meyakini bahwa Indonesia adalah rumah bersama yang harus dirawat bersama oleh seluruh elemen bangsa, tidak dimonopoli umat Islam. KH. Abdul Wahab Hazbullah mencetuskan doktrin “hubbul wathan minal iman” cinta tanah air termasuk bagian dari iman. KH. Ahmad Shiddiq melahirkan trilogi ukhuwwah, yaitu persaudaraan antar umat Islam (ukhuwwah Islamiyyah), persaudaraan antar sesama warga Negara (ukhuwwah wathaniyyah) dan persaudaraan antar sesama manusia (ukhuwwah basyariyyah). KH. Abdurrahman Wahid mengenalkan rukun tetangga sebagai bentuk kepedulian dan toleransi kepada sesama. KH. MA. Sahal Mahfudh memantapkan wacana ini dengan fiqh sosial supaya fiqh yang menjadi ciri khas kaum santri menjadi etika sosial, bukan hukum positif negara, mengingat pluralitas anak bangsa. Penetapan hari santri ini menjadi bukti kecintaan yang besar dari kalangan santri kepada bangsa dan Negara. Secara historis, pada tanggal 22 Oktober 1945, Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari selaku Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengeluarkan resolusi jihad. Resolusi jihad merupakan hasil rapat besar dari wakil-wakil daerah (Konsul 2) NU seluruh JawaMadura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaya. Isi resolusi jihad adalah: Pertama, kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan. Kedua, Republik Indonesia adalah satu-satunya pemerintahan yang sah yang wajib dibela dan diselamatkan. Ketiga, musuh Republik Indonesia, terutama Belanda yang datang membonceng tugas-tugas tentara Sekutu (Inggris) dalam masalah tawanan perang bangsa Jepang akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia. Keempat, kewajiban tersebut adalah jihad yang menjadi kewajiban tiap-tiap orang Islam (fardlu
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
‘ain) yang berada pada jarak radius 94 km (jarak dimana umat Islam diperkenankan sembahyang jama’ dan qashar). Adapun mereka yang berada di luar jarak itu berkewajiban membantu saudara-saudaranya yang berada dalam jarak radius 94 km tersebut (Faisal Ismail, 1999). Di samping resolusi jihad ini, Hadlratussyekh KH. Hasyim Asy’ari secara pribadi juga mengeluarkan fatwa jihad yang isinya dua hal. Pertama, menyerukan kepada seluruh kaum muslimin untuk terus melakukan perang suci (jihad) melawan Belanda. Kedua, melarang kaum muslimin untuk melakukan ibadah haji dengan menggunakan kapal laut Belanda. Pengaruh resolusi dan fatwa jihad ini dahsyat. Setelah resolusi jihad dan fatwa ini, tepatnya pada tanggal 10 Nopember 1945, pecahlah pertempuran sengit di Surabaya. Partisipasi kaum santri dalam pertempuran ini sangat besar. Kaum santri bersemangat melawan penjajah setelah mendengar fatwa politik yang dikumandangkan Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari (Faisal Ismail, 1999). Jihad Kontemporer Kiai Hasyim Asy’ari mampu memahami makna jihad secara kontekstual. Artinya, jihad yang dikumandangkan Kiai Hasyim mampu menjawab tantangan zaman saat itu, yaitu melawan kolonial Belanda yang akan menjajah kembali Indonesia. Hal ini tentu berbeda dengan jihad yang digelorakan kaum radikal-fundamental yang menghalalkan kekerasan dan pemaksaan kehendak dengan dalil amar-ma’ruf nahyi-munkar. Jihad ala Kiai Hasyim yang menunjukkan kecintaannya kepada bangsa Indonesia lahir dari kemampuan para ulama NU dalam memahami teks-teks agama secara substansial-kontekstual yang berorientasi kepada penegakan tujuan-tujuan syariat (maqasidus syariah), yaitu menjaga agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan. Sedangkan jihad ala kaum radikal-fundamental yang berpotensi
+
artikel menyebabkan disintegrasi bangsa lahir dari kedangkalan pemahaman terhadap teks-teks agama yang dipahami secara rigid dan eternal. Imam Qarafi dalam kitab Al-Furuq menjelaskan “Kaku terhadap dalil naqli (normatif) adalah kesesatan dalam agama dan menunjukkan kebodohannya terhadap tujuan-tujuan umat Islam terdahulu”. Oleh sebab itu ada kaidah yang popular “al-ibratu bil maqasid” parameter utama dalam memahami teks agama adalah tujuannya, bukan hanya teksnya. Tujuan teks agama tidak lain adalah mendatangkan kemaslahatan dan kemanfaatan dan menjauhi kerusakan dan marabahaya. Semua hukum Allah berorientasi kepada kemaslahatan hamba di dunia dan akhirat. Imam Ghazali dalam kitab Al-Mustashfa menjelaskan “setiap ajaran yang mengandung penjagaan terhadap lima hak dasar
P
(al-kulliyyat al-khamsah, hak agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan) dinamakan kemaslahatan. Sedangkan semua hal yang meniadakan lima hak dasar tersebut disebut kerusakan”. Dalam konteks sekarang ini, jihad harus dimaknai secara kontekstual dengan parameter utama: mampu menjadi solusi problem bangsa, yaitu kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan di segala aspek kehidupan seperti yang dilakukan Kiai Hasyim. Menurut Yusuf al-Qaradlawi, jihad adalah mencurahkan segala kemampuan untuk menjaga Negara Islam dan menggapai tegaknya kemuliaan Islam dan umatnya. Jika dalam konteks perang, maka jihad adalah menjaga kedaulatan Negara Islam dan jika dalam konteks damai, maka jihad adalah segala usaha untuk menggapai kejayaan Islam (Yusuf Al-Qaradlawi, 1:2006).
Dalam konteks ini, maka jihad kontemporer meliputi banyak aspek. Pertama, pendidikan. Lembaga pendidikan umat Islam harus ditingkatkan kualitasnya sehingga mencapai level dunia. Kualitas pelajar dan tenaga pengajar harus ditingkatkan secara maksimal. Kedua, ekonomi. Keterbelakangan ekonomi umat Islam sudah di titik nadir. Maka, etos kerja dan spirit berwirausaha harus ditumbuhkan agar lahir pekerja dan wirausahawan professional dengan skills kompetitif. Semoga dengan hari santri ini, spirit nasionalisme dan patriotisme menyatu dalam jiwa seluruh bangsa Indonesia, khususnya kaum santri untuk membawa bangsa ini menuju era kemajuan dan kejayaan di seluruh aspek kehidupan.
Penulis adalah Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU (Asosiasi Pondok Pesantren NU) Jateng, Peneliti Pusat Studi Pesantren dan Fiqh Sosial IPMAFA Pati.
Pengembangkan Fiqh Sosial KH. MA. Sahal Mahfudh
usat Studi Pesantren dan Fiqh Sosial (PUSAT FISI) IPMAFA Pati, Diktis Kemenag RI bersama Panitia 1000 hari KH. MA. Sahal Mahfudh menggelar National Call for Paper dan Seminar Nasional dengan judul “Fiqh Sosial dalam Konteks Kajian Islam Nusantara” di kampus IPMAFA kemarin. Seminar ini mendatangkan intelektual muda NU, Ulil Abshar Abdalla, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Abdul Muqsith Ghazali, dan peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Dr. Arif Subhan, MA. Rektor IPMAFA, KH. Abdul Ghaffar Razien, M.Ed, menjelaskan IPMAFA memberikan perhatian besar kepada tradisi akademik yang ada di kampus, khususnya dalam bidang kajian dan penelitian. Lebih dari itu, IPMAFA akan terus mengembangkan diri menjadi kampus yang melek teknologi. Hal ini terbukti dengan peserta National Call for Paper yang melakukan teleconference langsung dari Mesir untuk mempresentasikan makalahnya. Ibu Umdatul Baroroh, MA, menjelaskan bahwa PUSAT FISI akan terus mengkaji pemikiran Kiai Sahal untuk merumuskan fiqh masa depan Indonesia yang mampu melakukan transformasi riil di tengah umat, khususnya di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Dalam paparannya, Ulil Abshar Abdalla menyatakan, mengkaji fiqh akan berdampak hebat jika konsentrasinya adalah proses, bukan hasil. Proses yang dimaksud adalah pergulatan intelektual
mujtahid/pemikir dalam merespons persoalanpersoalan sosial dengan pijakan wahyu. Dialektika wahyu normatif dengan problematika sosial dinamis menghasilkan produk-produk pemikiran yang kontekstual. Untuk lebih mendinamisir wacana fiqh sosial ini, fiqh harus berdialog secara intens dengan hukum positif yang
mempunyai kekuatan legal dan politik dan hukum internasional seperti konvensi-konvensi internasional yang menjadi referensi masyarakat internasional. Dengan dialog itulah, fiqh akan semakin responsif dengan problem-problem aktual dalam skala lokal, nasional, dan internasional, sehingga lahir solusi-solusi cerdas aplikatif. Dr. Abdul Moqsith Ghazali mendorong para santri dan pengkaji KH. MA. Sahal Mahfudh untuk mengembangkan metodologi fiqh sosial, tidak terpaku dengan produk pemikirannya yang
sifatnya temporer sesuai dengan tantangan ruang dan waktu. Salah satu contohnya adalah menjadikan fiqh sebagai etika sosial yang untuk era sekarang justru sebaliknya. Artinya, fenomena legalisasi hukum Islam semakin marak dan menjadi trend, seperti Kompilasi Hukum Islam (KHI), Undang-Undang Zakat, UndangUndang Wakaf, dan lain-lain. Mungkin ketika Kiai Sahal mencetuskan pentingnya menjadikan fiqh sosial sebagai etika sosial tidak lepas dari tujuan merawat kebinnekaan yang ada di Indonesia yang sedang mengalami problem. Contoh lain adalah lokalisasi yang justru saat sekarang trendnya adalah penutupan. Khusus untuk lokalisasi ini, pemenang National Call for Paper Pusat FISI, Sahal Mahfudh menjelaskan bahwa gagasan Kiai Sahal tentang lokalisasi justru ingin menciptakan teori baru namanya sad adz-dzariah al-jama’i (gerakan preventif secara kolektif). Dengan fatwa lokalisasi, maka kesadaran masyarakat untuk melakukan edukasi spiritual dan memberikan keterampilan hidup kepada wanita tuna susila semakin massif. Sedangkan Dr. Arif Rahman, MA menjelaskan bahwa fiqh sosial Kiai Sahal harus terus dikaji untuk melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang segar dan aplikatif dalam kehidupan masyarakat. Fiqh tidak boleh stagnan, pasif, dan eksklusif. Fiqh harus berkelit kelindan dengan persoalan-persoalan sosial kontemporer yang terus berjalan tanpa henti.(*)
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
JM
31 +
+
artikel
Kiat Mengelola Emosi Anak Oleh : A. Fuadi NS
“Untuk para pendidik dan orang tua, seringlah memberikan energi positif berupa perkataan atau tindakan yang membuat anak menjadi percaya diri dan tidak memilih menangis. Kata-kata positif adalah cara yang efektif. Anak-anak percaya apa yang anda katakan kepada mereka. Anak-anak bertindak sesuai dengan harapan anda. Kalau anda memusatkan perhatian pada sifat-sifat positif, anda akan membina sifat-sifat positif yang lebih kuat. Gunakan pujian dan dorongan yang mengajarkan anak-anak untuk menghargai dirinya sendiri”
P
endapat Sal Severe, Psikolog dari Cartwright School Distric, Phoenix Arizona itu, memberikan perspektif baru dalam ikhtiar mendekati anak. Anak memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan remaja, orang dewasa bahkan orang tua. Namun, sikap anak yang masih polos dan belum memiliki kepentingan, sebagaimana orang dewasa, malah kadang dimanfaatkan orang dewasa untuk kepentingan tertentu. Memang sangat mudah bagi orang dewasa untuk memanfaatkan kepolosan anak, apalagi yang tidak pernah tersentuh kasih sayang orang tua. Pernyataan tersebut memuat
32 +
pandangan tentang pendekatan yang tepat terhadap anak. Pertama, memberikan energi positif berupa perkataan atau tindakan. Perkataan ataupun tindakan menjadi sesuatu yang bermakna bagi anak. Maka perkataan yang menyentuh dibarengi tindakan yang nyata akan lebih mengena bagi anak. Sebenarnya terdapat proses imitasi dalam diri anak terhadap orang dewasa, apalagi yang melakukan itu para pendidik
dan orang tua. Anak yang sering disentuh dengan perkataan dan tindakan nyata akan merasa lebih diperhatikan, dari pada mereka yang sama sekali tidak pernah mendapatkan arahan, bimbingan atau nasehat yang bermanfaat bagi tumbuh dan perkembangan anak. Anak akan lebih memiliki rasa percaya diri dan tidak mudah untuk menangis. Kedua, membimbing dan mengarahkan anak dengan menggunakan katakata positif. Kata-kata positif sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak, apalagi bila dibarengi dengan pujian dan dorongan. Kata-kata positif akan membentuk kepribadian anak menuju kondisi jiwa yang matang dan akan memberikan motivasi untuk melakukan tindakan yang positif serta keinginan yang kuat untuk berjuang meraih prestasi.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
Anak yang berprestasi biasanya banyak berasal dari keluarga yang orang tuanya selalu memberikan motivasi dengan kata-kata positif, berupa pujian dan dorongan yang mampu merubah menjadi kesadaran menuju perubahan jiwanya secara simultan. Maka janganlah membimbing anak dengan katakata yang justru mencemooh, merendahkan atau membuat dirinya down. Berikan semangat agar mereka memiliki keinginan untuk terus berjuang keras meraih cita-cita dan mimpi-mimpinya. Ketiga, memusatkan perhatian pada sifat-sifat positif. Perhatian menjadi sesuatu yang penting, apalagi bila berkepentingan untuk mengarahkan anak pada sifat-sifat positif. Orang tua atau pendidik sudah tentu memiliki perhatian terhadap anak dengan sifat-sifat positif, kemudian diikuti dengan contoh tauladan yang baik (uswah hasanah). Merupakan senjata yang luar biasa diterapkan dalam jiwa anak disertai tindakan nyata. Pepatah menyatakan “lisanul hal afsohu min lisanil maqol” (tindakan nyata lebih member makna dari ucapan). Pendidikan Anak Pendekatan khusus akan berpengaruh terhadap pendidikan anak yang tepat. Syaikh Al-Albani memberikan pemahaman tentang pendidikan anak, meliputi beberapa hal : pertama, merawat dan menjaga agar anak tetap berada di atas fitrahnya. Kedua, memupuk bakat seluruh kecakapannya, yang banyak dan beragam. Ketiga, mengarahkan fitrah dan seluruh bakat ini ke arah yang bermanfaat hingga mencapai titik sempurna yang layak untuk dirinya. Keempat, hal ini dilakukan dengan cara setahap demi setahap, sedikit demi sedikit. Secara mendalam pendidikan lebih mengarah pada merawat seorang anak secara kontinyu agar ia tumbuh dengan baik, kuat dan sehat fisik, cerdas otak dan berkembang cara berfikirnya, hingga menjadi seorang yang bahagia dan sebagai individu yang bermanfaat
+
artikel bagi orang lain. Pakar tafsir, Quraish Shihab ketika menafsirkan surat luqman ayat 13, terkait penerapan pendidikan anak. Bahwa luqman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik (mempersekutukan Allah swt). Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan tuhan. Kata ya’izhuhu terambil dari kata waizh yaitu nasehat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberikan gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang, sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya. Karena itu kata bunayya (dari asal ibny, ibn yakni anak laki-laki) adalah patron yang menggambarkan kemungilan sebagai isyarat kasih sayang. Maka pendidikan anak tentang perlunya pondasi tauhid, memberikan isyarat bahwa mendidik anak harus didasari dengan rasa kasih sayang. Kasih sayang merupakan kebutuhan psikis dasar yang harus diterapkan orang tua kepada anaknya. Mengfungsikan rumah bukan hanya dalam arti fisik namun juga psikis. Rumah yang bersuasana panas, kacau tidak harmonis hanya menduduki fungsi rumah dalam arti fisik saja. Sedang dalam arti psikologis, laksana sebuah rumah yang mengerikan, menakutkan, kesedihan dan tekanan batin sajalah yang dialami penghuninya. Sementara ulama yang memahami kata wa’zh dalam arti ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat kata itu mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu seorang musyrik, sehingga sang ayah yang menyandang hikmah itu terus menerus menasehati sampai akhirnya sang anak menjadi tauhid. Namun pendapat yang dikemukakan Thahir Ibn Asyur ini sekedar dugaan yang tidak memiliki dasar yang kuat. Sebab, nasehat dan ancaman tidak harus dikaitkan dengan kemusyrikan. Menurut Muhammad Husain pengetahuan mengenai berbakti kepada orang tua harus dibarengi dengan praktek secara langsung atas satu sifat atau akhlak tertentu. Cara praktis agar anak berbakti kepada orang tua dengan langkah-
langkah berikut : pertama, hendaknya salah satu dari kedua orang tua tidak menghina (melecehkan) yang lainnya di mata sang anak, dan dapat membuat anak terbiasa untuk menghormatinya. Dan juga tidak membiarkan anak melecehkan orang lain tanpa memberikan teguran atas sikap anaknya itu. Kedua, membiasakan anak memanggil kedua orang tuanya ketika berbicara dengannya dengan ucapan yang menunjukkan rasa hormat, seperti : “maaf ayah” atau “maaf ibu”. Ketiga, jangan menajamkan pandangan (melotot) kepada kedua orang tua, khususnya ketika saat kesal. Keempat, jika anak melihat dari salah satu dari kedua orang tuanya membawa sesuatu, maka bersegeralah membawanya, jika memang sang anak mampu (kuat) membawanya. Kelima, jika berbicara dengan salah satu dari keduanya, hendaklah anak merendahkan suaranya. Jika salah seorang dari mereka berbicara kepadanya, maka janganlah memotong pembicaraan, dan dengarkanlah ucapannya itu sampai dia menyelesaikan ucapannya itu. Mengelola Emosi Anak Emosi merupakan suatu anugerah yang diberikan Allah swt kepada setiap hambanya. Begitupun, yang terjadi pada anak, emosi merupakan tampilan dari jiwa atau ruh seseorang. Contoh yang sederhana, anak yang sedih maka akan dimunculkan dengan tangisan atau ada anak takut bertemu dengan makhluk asing dan aneh, seperti ondelondel, barongsai, badut maka akan berteriak serta berlari berlindung menuju pundak ayahnya. Setiap emosi dasar memiliki kegunaan masing-masing jika mampu dikelola dengan baik. Sebaliknya, kalau api berkobar di luar kendali maka akan terjadi kebakaran yang menyebabkan kerugian material maupun jiwa. Api lebih kurang sama dengan marah, bila dikelola dengan benar maka akan mempertahankan kebebasan atau hak kita. Anak akan marah jika di larang bermain bola di lapangan. Seorang ayah yang sedang membaca koran akan marah bila mendengar anaknya berisik. Dengan sedikit arahan dan latihan maka marah akan menjadi terkendali. Menurut Muhammad Ilham Sembodo dan Imam San dalam karya yang bertajuk “27 Cara Menangani Emosi Anak”, menghadapi emosi anak dengan langkah-
langkah sebagai berikut. Pertama, ketika emosi anak sudah berlebihan, maka anak dapat diasingkan dan diminta untuk berfikir. Saat anak diasingkan tidak boleh satu orangpun yang mengajaknya bercakap-cakap. Biar anak sendiri yang berfikir. Kegiatan ini perlu dilakukan sampai anak mengerti bahwa menyelesaikan masalah dengan bicara tidak dengan marah dan menggunakan fisik seperti menendang atau memukul. Kedua, dengan cara memaafkan, perbuatan anak yang membuat kesal akan menjadikan tenang bagi mereka. Dan ternyata memaafkan menyehatkan. Orang yang tidak memaafkan selalu memikirkan kejadian yang terjadi padanya dan menimbulkan rasa dendam. Wajar saja mereka tidak dapat santai karena tidak ada pikiran lain kecuali membalas dendam. Ketiga, menggunakan “crossing” sebagai salah satu cara membantu anak mengendalikan dirinya atau kemarahannya. Intinya tidak menyakiti anak, tapi membuat anak tahu perbuatannya tidak baik dan setiap perbuatan itu selalu ada konsekwensinya. Crossing tidak dilakukan terus menerus ini merupakan pilihan terakhir, ketika segala alternatif sudah dicoba. Keempat, penanganan secara nyaman kepada anak saat dalam keadaan emosi yang melakukan perusakan dengan mengkombinasikan ketegasan dan kelembutan. Tanyakan langsung apa yang harus dilakukan ketika terjadi masalah. Setelahnya anak melakukan konsekwensi dari perilakunya dan sudah tenang, persilahkan anak untuk mengambil kesimpulan. Bila sudah dilakukan anak berikan ciuman dan pelukan sebagai tanda bahwa masalah sudah selesai. Karena itu upaya mengelola emosi anak harus diawali dengan kedekatan secara emosional agar persoalan yang muncul kemudian bisa diatasi dengan baik. Usahakan untuk membuang belenggu ketika bersama anak, lakukan totalitas gerak sehingga anak tak sungkan bersama kita. Kedekatan secara emosional menjadi faktor yang signifikan untuk memberikan pengertian secara jelas tentang akibat emosi, manakala tidak dikelola secara baik akan menimbulkan kerugian bagi dirinya maupun bagi orang lain. Penulis adalah Kepala KUA Kecamatan Kejajar Wonosobo dan Staf pengajar UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
33 +
+
artikel
Perjuangan dalam Belajar Mengajar Oleh Abdul Malik,SPd I
Dalam sejarah keilmuan filsafat, terlebih filsafat islam (tasawuf) nama Imam Al- Ghazali tidak diragukan lagi akan pandangan-pandangan ataupun pemikiran-pemikirannya. Beliau juga ahli Teologi, yang diakui dunia barat maupun Islam.
S
ebagai Pendidik (Guru), hasil pemikiran dan pandangan dari Imam Al- Ghazali bisa dijadikan renungan, pijakan dalam proses belajar mengajar, terlebih pada penanaman nilai-nilai kehidupan maupun karakter (akhlakul karimah) pada peserta didik atau siswa. Ketika dalam majelis yang biasa dilakukan Imam AlGhazali bertanya kepada ketiga muridnya: Imam Al- Ghazali = “ Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid 1 = “ Gunung “ Murid 2 = “ Matahari “ Murid 3 = “ Bumi “ Imam Al- Ghazali = “ Semua jawaban itu benar,tapi yang paling besar adalah HAWA NAFSU” Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al A’raf: 179.Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa kita ke neraka (celaka). Dalam kegiatan proses belajar dan mengajar, terkadang seorang guru atau pendidik mengalami loss control terhadap peserta didik. Semisal, secara tidak sadar menghukum peserta didik yang berbuat kesalahan dengan kekerasan, baik verbal maupun fisik. Kemudian Imam Al- Ghazali bertanya lagi: Imam Al- Ghazali = “ Apa yang paling berat di dunia? “ Murid 1 = “ Baja “ Murid 2 = “ Besi “ Murid 3 = “ Gajah “ Imam Al- Ghazali = “ Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH”
34 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. AlAzab: 72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut menyanggupi permintaan Allah jSWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka (celaka) kerana gagal memegang amanah.” Dalam kegiatan proses belajar dan mengajar, seorang pendidik/ guru telah mendapatkan amanah penuh dari oarang tua/ wali untuk mendidik, membimbing dan mengajar anak mereka. Harapan dari orang tua/ wali tentunya untuk mengantar anaknya menjadi kepribadian yang baik, berpengetahuan yang luas dan tentunya dapat memperoleh bekal untuk hidup di dunia dan akhirat. Optimalisasi kemampuan keprofesionalitas seorang pendidik harus benar-benar dijaga dan diterapkan, sejak perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, evaluasi dari proses pembelajaran, yang nantinya akan membawa out put yang diharpakan pemberi amanah. Terakhir, Imam Al- Ghazali bertanya: “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “ Murid- Murid dengan serentak menjawab =”Pedang “. Imam Al- Ghazali = “ Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA.” Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al- Isra : 53. Dalam kegiatan proses belajar dan mengajar, seorang pendidik/ guru dijadikan suri tauladan bagi peserta didik dalam semua aspek ada, baik tingkah laku perbuatan maupun ucapannya. Kelas merupakan lingkungan salah satu tempat untuk membentuk perilaku peserta didik, termasuk pembentukan bagaiamana anak untuk berujar dan berucap, baik dengan teman, orang tua, guru maupun dengan orang lain yang mereka bersentuhan di masyarakat. Nilai-nilai santun bisa dicontoh dan dipraktikkan guru dengan ucapan-ucapannya didalam kelas. Hal ini bisa dipraktikkan ketika menyampaikan materi, memberikan tugas dan sebagainya. Dalam akhir tulisan ini, penulis menganggap unsur: Hawa Nafsu, Memegang Amanah, Lidah adalah komponen pokok yang sangat mempunyai pengaruh besar dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sebagai Guru ketika menghadapi peserta didik / siswa, ketiga komponen harus dipahami sedemikian rupa oleh seorang guru, dalam arti ketiga komponen tersebut harus benar-benar dalam kendali sadar seorang guru agar tujuan dari proses belajar dan mengajar dapat terpenuhi dan tercapai. SEMOGA. Penulis adalah Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Duren, Bejen Kab Temanggung.
+
artikel
Perempuan dan Deradikalisasi Oleh Mudjibah Utami
Pada umumnya masyarakat memahami radikalisme sebagai paham yang mengedepankan tindak kekerasan. Dewasa ini sering terjadi tindak kekerasan mengatasnamakan agama.
S
emua agama mengajarkan keluhuran, namun prakteknya sering terjadi konflik antar pemeluk agama dalam menjalin hubungan (relasi konfliktual). Disertasi Dr. H. Fakhrudin Aziz, Lc. PgD MSI berjudul Hifdz al-Din Dalam Masyarakat Plural (Studi Tentang Konflik dan Harmoni Antarumat Beragama di Jepara) mengungkapkan beberapa faktor penyebab relasi konfliktual para pemeluk agama, antara lain penggunaan term “mayoritas” dan “minoritas” di ruang publik yang melahirkan stigma “minoritas” sebagai kelompok kelas dua. Jika terus dibiarkan akan terjadi pemosisian atau penempatan kelompok tertentu sebagai kelompok kedua (second class). Seyogyanya kita gunakan istilah yang lebih mendamaikan seperti saudara Muslim atau saudara Kristiani. Indonesia negeri multikultur. Para pendiri bangsa kita sepakat bentuk negara kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejarah mencatat bagaimana mereka mengembangkan sikap saling memahami dan toleransi yang menjadi dasar kuat berdirinya negara Indonesia. Sayang kini sikap mulia itu mulai memudar. Kita semakin sering menjumpai kelompok-kelompok yang memaksakan kehendak dengan tindak kekerasan. Jika dibiarkan tindak kekerasan akan menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan membentuk budaya baru. Sungguh menyedihkan dan memalukan. Bangsa Indonesia
yang religius, kaya nilai-nilai luhur ini juga berbudaya intoleran dan anarkis. Dr. H. Fakhrudin Aziz berpendapat kemampuan saling memahami antar warga negara dapat dibangun melalui cara menempatkan agama dengan pendekatan perlindungan hak bukan pendekatan konflik. Beragama adalah hak setiap individu. Karenanya perbedaan ideologi disadari sepenuhnya sebagai pilihan batiniah dan hak setiap individu termasuk ekspresi sosial yang lahir. Implikasinya akan muncul semangat keagamaan yang memosisikan pemeluk agama lain sebagai kawan. Diskursus keagamaan tidak hanya berkonsentrasi pada siapa benar dan salah, melainkan juga pada kemauan saling menghormati perbedaan. Masyarakat dari tingkat akar rumput hingga pengambil kebijakan perlu dididik bahwa perbedaan itu dapat melahirkan keindahan bila perbedaan ditempatkan sebagai variasi cara membagi kebaikan kepada sesama. Penanaman nilai menghargai keindahan perbedaan, memosisikan pemeluk agama lain sebagai kawan, dan konsep agama sebagai aktualisasi kebaikan bagi sesama menjadi kebutuhan mendesak bangsa ini. Perempuanlah sosok yang tepat menjadi agen pendidikan karena keterlibatannya dalam sejumlah organisasi dengan jejaring hingga ke pelosok desa seperti PKK, Dasa Wisma, Dharma Wanita, KPI, Muslimat, Fatayat, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Salimah, organisasi perempuan Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu, Penghayat Kepercayaan dan banyak lainnya. Selain jejaring luas, perempuan juga memiliki banyak kemampuan alamiah yang dapat menjadi daya dukung dalam menjalankan perannya sebagai agen edukasi, yaitu pertama,
perempuan lebih senang berbicara tiga kali lebih banyak daripada lelaki, rata-rata 20.000 kata per hari. Kedua, perempuan lebih baik dalam mengingat sesuatu. Tahun 2008 peneliti Swedia menemukan perempuan lebih baik dalam mengingat kata, objek, dan gambar. Dua penelitian terbaru menunjukkan skor perempuan dalam tes memori verbal dan wajah lebih tinggi 5 poin dibandingkan lelaki. Ketiga, perempuan lebih mampu dan kredibel dalam menyampaikan berita. Tim peneliti Swiss menyurvei 160 responden yang menonton berita televisi dan menemukan perempuan lebih mampu dan kredibel dalam menyampaikan berita. Keempat, perempuan lebih peduli dengan sekitar. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Psychoneuroendocrinology, perempuan di bawah tekanan stres lebih peduli dengan sekitar. Sementara lelaki saat stres lebih egois dan sulit memahami orang lain di sekitarnya. Menurut kepala penelitian Giorgia Silani sikap peduli muncul karena tubuh perempuan pada saat stres lebih banyak memproduksi hormon oksitosin yang secara alami mendorongnya bersosialisasi untuk mencari dukungan dan pertolongan. Dengan berbagai kelebihan ini sangat tepat jika perempuan menjadi agen edukasi penumbuhan nilai menghargai keindahan perbedaan, memosisikan pemeluk agama lain sebagai kawan, dan konsep agama sebagai aktualisasi kebaikan bagi sesama guna mencegah tumbuh suburnya radikalisme di persada ini. Perempuan dengan segala kelebihannya akan mampu melaksanakan tugas deradikalisasi dengan pelatihan dan pembekalan yang baik. Penulis adalah Penyuluh Agama Islam pada Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
35 +
+
KUB
Membangun Perdamaian Pendidikan i u l a l e M Oleh Kuriake Karismawan
Plato dan Aristoteles menawarkan pendidikan sebagai pemecah masalah kemanusiaan. Model pendidikan yang juga dapat memutus rantai prasangka dan konflik. Mereka percaya bahwa perdamaian merupakan hasil dari pendidikan yang sempurna. Bagi mereka, pendidikan yang baik akan menghasilkan manusiamanusia yang berakal, dan bukan orang-orang yang bernafsu kekerasan, the best life is lived according to the higest vertue. 36 +
Persoalan penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan pendidikan adalah masalah pilihan pendekatan yang digunakan. Pendidikan haruslah menyentuh aspek mendasar keterbelengguan pikiran, sebagai sumber utama konflik kekerasan, disinilah diperlukan pendidikan untuk perdamaian. Pendidikan untuk perdamaian menjadi sarana pembebasan, seperti ditekankan oleh Freire, penting dijadikan titik tolak acuan. Elise Boulding (dalam Burhanuddin, 2003) menyebut model pendidikan ini sebagai strategi mengubah sistem kekerasan di masyarakat (uncivilzed society) dengan bertitik tolak dari perubahan kesadaran budaya damai warga masyarakat sipil (civic culture) sebagai lawan dari prilaku dogmatis.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
Pemaksaan kehendak dan cara berpikir yang bisa berbuntut pada kekerasan adalah akibat dari ketidakmampuan subjek untuk bersikap kritis terhadap keyakinan- keyakinannya sendiri. Ketidakmampuan berpikir kritis pada akhirnya berbuah kekerasan, sehingga bukan tidak mungkin situasi damai saat ini adalah suatu bentuk konflik laten yang suatu saat dapat menjadi konflik terbuka kembali. Menurut Dewey dalam Jacoby (2008), imbas negative berupa pemaksaan kehendak dan kekerasan menjadi mudah dipahami ketika keyakinan-keyakinan irasional pada tingkat tertentu berubah menjadi kekuatan tak kelihatan yang secara konstan mengendalikan subjek didik dan memaksanya tunduk tanpa memberi ruang berkembangnya sikap
+
KUB rasional. Hal ini nampak dari resistensi responden untuk menjalin pertemanan dengan siswa lain yang berbeda agama dengan memberikan label negatif pada agama lain. Seseorang yang terkolonisasi oleh keyakinankeyakinan idak rasional pada akhirnya kehilangan kemampuan distansi, kemampuan yang memungkinkan seseorang tidak begitu saja tunduk pada dorongan-dorongan instingtual irasional. Keterlibatan Masyarakat dan Pemerintah dalam Pendidikan Perdamaian Kontribusi masyarakat dalam hal ini salah satunya dapat melalui ide pendidikan pembebasan sebagaimana yang digulirkan Romo Mangun, yakni model sekolah tanpa dinding. Konsep sekolah tanpa dinding, anakanak sebagai subjek didik dari pendidikan non formal dilibatkan untuk menjadi manusia merdeka dengan menjadi manusia eksplorator, yakni suka mencari, bertanya, berpetualang dan punya keyakinan bahwa manusia yang bertanya jauh lebih tinggi kualitasnya daripada manusia yang pintar menjawab suatu pertanyaan. Yang kedua adalah manusia kreatif, yakni menjadi pembaharu, berjiwa terbuka, kritis, kaya imajinasi dan fantasi, tidak mudah menyerah pada nasib, dan yang ketiga menjadi manusia integral, yakni sadar akan multidimensional kehidupan, paham akan kemungkinan jalan alternatif, mampu membuat pilihan yang benar atas pertimbangan yang benar, yakin akan kebhinekaan kehidupan namun mampu mengintegrasikannya dalam suatu kerangka yang sederhana (Mangunwijaya, 2004). Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan akan menjadi pondasi bagi perubahan dalam kemerdekaan berpikir. Hal yang pertama adalah mengubah paradigma, paradigma pedagogis menjadi paradigma dialogis. Dalam paradigma dialogis
terdapat kesetaraan. Pola – pola pengajaran yang bersifat antidialog umumnya memberikan kontribusi yang memunculkan adanya kekerasan dalam proses belajar - mengajar. Proses belajar mengajar yang bersifat antidialog akan memposisikan guru sebagai atasan dan siswa sebagai bawahan, unsur senioritas sangat dominan dalam model pendidikan yang bersifat antidialog. Pendidikan antidialog ialah pendidikan yang tidak membuka kran komunikasi antara pengajar dengan anak didik, terutama komunikasi terbuka. Jhon Rawls dalam Gorsky menyatakan prinsip keadilan atau kesetaraan merupakan posisi awal kesamaan dari seseorang yang bebas dan rasional (www. Edchange. org/multicultural). Dalam kebebasan untuk berpikir, siswa akan mengembangkan kemampuannya untuk berpikir kritis dan kemampuannya berpikir rasional. Pola berpikir ini akan menjadi pondasi untuk memilah budaya kekerasan dan perdamaian serta menghargai keberagaman. Untuk menciptakan pendidikan yang dialogis, pemerintah perlu mendukung dengan kebijakan kurikulum, komposisi kelas yang memadai, heterogenitas kelas dan sarana pendukung bagi perubahan sistem pengajaran serta kualitas pengajar. Jumlah siswa yang kerap mencapai 40-50 anak untuk tiap kelasnya, membuat proses dialog dalam pendidikan menjadi sulit. Proses pendidikan tidak memiliki cukup waktu untuk bertanya maupun berpendapat, akibatnya yang terjadi adalah proses pendidikan satu arah. Konsep pendidikan dialogis, menuntut normalitas perbandingan jumlah peserta didik dengan guru. Heterogenitas kelas akan memberikan kesempatan interaksi bagi siswa-siswa yang memiliki keberagaman agama dan suku. Interakasi yang timbul diantara siswa akan mengkonfrontasikan prasangka yang ada dengan realita, selain hak tersebut
keberagaman latar belakang siswa akan mendidik anak menghargai kebhinekaan. Penutup Memberikan kesadaran kritis pada orang lain berarti memberi kesempatan bagi orang lain untuk berani mempertanyakan sesuatu yang diterima. Suatu tantangan besar, bagi manusia yang cenderung menyukai kemapanan berpikir dan pengulangan. Prasangka akan menghasilkan kekerasan, dan kekerasan akan memperkuat prasangka. Simbiosisme prasangka dan kekerasan akan terputus, jika pendidikan yang berpotensi sebagi sumber kekerasan, diubah menjadi pendidikan yang membebaskan. Sistem pendidikan yang baik dapat menjadi pondasi bagi pendidikan untuk perdamaian. Suatu pendidikan yang mengajarkan kemampuan berpikir kritis dan kesetaraan, mulai dari tataran kebijakan hingga pada perubahan kualitas pengajar. Kita dapat berkontribusi untuk mematahkan prasangka dan kekerasan, dengan menjadi model yang baik bagi siswa dan melatih siswa untuk menjadi pribadi otonom. Kunci utama agar siswa dapat menjadi subyek yang otonom adalah dengan cara mengembangkan kesadaran kritisnya. Disinilah pendidik dapat berkontribusi dalam membangun perdamaian di Indonesia, dengan mendidik siswa untuk berpikir kritis. Pendidikan yang menstimulasi berpikir kritis adalah pendidikan perdamaian yang sesungguhnya. Pendidikan semacam ini akan membuat masyarakat tidak mudah terprovokasi dan mampu melihat indahnya keberagaman. (*) Penulis adalah pengajar di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata dan kepala Pusat Pemulihan Trauma. Pernah menjadi konsultan untuk program perdamaian dan pemulihan trauma di berbagai lembaga nirlaba (Mennonite Central Committe, Pusat Studi Pengembangan dan Perdamaian UKDW, American Friend Service Committe, Handicap International, ChildFund dan Wahana Visi Indonesia).
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
37 +
+
Karya Umat
Bekerja dan Mengabdi itu Indah MUGHNI LABIB sebagai sosok yang telah dibesarkan dari lingkungan keluarga yang mempunyai dedikasi dalam mempelajari dan memperdalam bidang agama sangat kuat sekali. Ia dilahirkan di lingkungan keluarga santri yang terletak di Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas, 15 November 1962, sebagai anak sulung. Anak satu-satunya dari pasangan KH. Ahmad Sa’dullah Majdi (alm) dan Hj. Marfu’ah.
S
ama orang tuanya Mughni di sekolahkan mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) Diponegoro 52 di desa Pasir Kidul, kemudian jenjang MI Ma’arif NU Pasir Kidul di tahun 1975. Dari Madrasah kemudian sama orang tuanya pada tahun 1979 untuk melanjutkan di SMP N 1 Purwokerto dan di tahun 1982 melanjutkan ke SMA N 2 Purwokerto pula. Mughni sejak kecil sudah besar di lingkungan keluarga yang taat dalam belajar agama, maka sejak duduk di MI kelas 3, Ia sambil sore hari belajar pula di Madrasah Diniyyah Al-Ittihaad Pasir Kidul sampai tahun 1979. Berlanjut malam hari rutin habis jamaah sholat magrib selalu dihadapan ayah-nya untuk mengaji al Qur’an dan Kitab Kuning bersama santri-santri lain. Pada Tahun 1982 ayah Mughni meninggal selang beberapa waktu bersamaan selesai study di SMA memutuskan untuk belajar agama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Kondisi dan karena latar belakang yang di tempuh dan pernah mengeyam sekolah dari SMP-SMA maka Mughni dari Tahun 1983-1985 mempunyai niat untuk melanjutkan kuliah di Fakultas MIPA UGM Jurusan Fisika namun hanya dijalani selama empat semester. Kemudian pada tahun 1985-1990 kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Syariah Jurusan Tafsir Hadist. Setahun kemudian orang tua Mughni menjodohkan seorang perempuan bernama Minkhatul Mughits saat ini masih aktif sebagai guru MI. Mughni dikaruniai empat orang anak yakni: Ahmad Muhammad Fatih, Alan Faridi, Muhammad Aqil Najib dan Muhammad Akmal Kafi. Bekerja dan Berorganisasi Istilah bekerja dan berorganisasi ini saling mendukung dan mendorong bagi karier seseorang, karena pengalaman berorganisasi menjadikan orang akan mempunyai kompetensi sosial yang baik, sedangkan bekerja yang baik akan menjadikan orang mempunyai kompetensi dan capabilitas pribadinya yang baik pula. Perjalanan Kyai Mughni, di saat setelah pernikahan, bekerja dan berorganisasi sudah mulai terbangun dalam pribadinya, maka mulai tahun 1991 mengambil keputusan untuk
38 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
bekerja dan mengabdi pada lembaga pendidikan untuk menjadi tenaga pengajar di Madrasah Tsanawiyah Al-Ittihaad Purwokerto Barat. Ia juga, sampai saat ini sambil mengajar di Madrasah Diniyyah Tsanawiyah AlIttihaad Pasir Kidul Purwokerto Barat. Mughni setelah menjalani untuk bekerja dan mengabdi di sebuah lembaga pendidikan swasta, di tahun 1992 ada penerimaan CPNS di lingkungan Departemen Agama Mughni mencoba untuk mendaftarnya, dan alhamdulillah diterimanya. Di tahun 1992 itu pula, mulai bekerja di staff Seksi Urusan Agama Islam pada Kandepag Kab.
+
Karya Umat
Keluarga Bahagia: Bersama isteri tercinta, nenek dan ketiga puteranya.
Banyumas. Karier demi karir kemudian Mughni jalani, tepat setelah bekerja di Depag tepat pada Tahun 1998 dipromosikan untuk menjadi Kasubsi Bimbingan Perkawinan Seksi Urusan Agama Islam Kandepag Kab. Banyumas sampai tahun 2000. Kemudian Tahun 2000-2002 menjadi Kasubsi Kepenghuluan Seksi Urusan Agama Islam di lembaga yang sama. Beranjak mulai Tahun 2002 di internal Departemen Agama ada regulasi bahwa eselon IVb ditiadakan, maka banyak pegawai yang menduduki eselon tersebut, di-impassing untuk pindah ke tenaga Penyuluh. Kyai Mughni termasuk menerima kebijakan itu, sehingga Ia menjadi penyuluh di Seksi Penerangan Agama Islam Kandepag Kab. Banyumas sampai 2003. Karier dalam pegawainya mulai mendapat kepercayaan dari lembaga dan masyarakat, maka Mughni Tahun 2003 akhirnya dipromosikan menjadi Kepala Seksi Urusan Agama Islam pada Kandepag Kab. Banyumas sampai Tahun 2005. Karier semakin membaik pula, maka tahun 2005 menjadi Kepala Kantor Departemen Agama Kab. Banyumas sampai 2008.Tahun 2008-2011 menjadi Kepala Kantor Departemen Agama Kab. Brebes, dan tahun 2011 sampai sekarang menjadi Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Cilacap. Di sela-sela menjadi Kepala Depag saat itu, Mughni masih menyempatkan di tahun 2006 mengambil study di UII Yogyakarta pada Program Magister Studi
Islam selesai tahun 2008. Semenjak itulah Ia di daulat untuk membantu dengan menjadi Dosen Luar Biasa di Institut Agama Islam Imam Al-Ghazali (IAIIG) Kesugihan Cilacap. Dan tahun 2008 sampai sekarang menjadi Dosen Luar Biasa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Mengabdi di organisasi sambil bekerja Mughni jalani dengan cara yang ikhlas, tekun dan sabar. Ia mengaku sendiri, kondisi ikut dalam jabatan organisasi mulai menjadi : Ketua Yayasan Al-Ittihaad Darussa’adah Pasir Kidul Purwokerto Barat mulai tahun 2004 sampai sekarang. Wakil Katib Syuriah PC NU Kab. Banyumas periode 2002-2007. Katib Syuriah PC NU Kab.
Banyumas periode 2007-2012. Wakil Rois Syuriah PC NU Kab. Banyumas periode 2012-2017. Anggota Dewan Ahli Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupeten Banyumas periode 2010-2014 dan periode 2014-2019. Wakil Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Cilacap periode 2013-2018. Ketua Dewan Penasehat MUI Kab. Cilacap masa khidmah 2014 – 2018. Anggota Komisi Fatwa MUI Kab. Banyumas masa khidmah 2015 – 2020. Wakil Ketua BAZNAS Kab. Cilacap periode tahun 2015 – 2020. Di samping itu pula, Mughni mengelola yayasan dan lembaga pendidikan antara lain; Yayasan Al-Ittihad Darussa’adah, unit terdiri atas: TK Al-Ittihad, MI Al-Ittihad, MTs NU 01 Al-Ittihad Purwokerto Barat; Madrasah Salafiyah Diniyah Al-Ittihad Pasir Kidul Purwokerto Barat; Madrasah Tsanawiyah Diniyah AlIttihad; danPondok Pesantren Al-Ittihad terdapat 100 Santri, 60 santri putri dan 40 santri putra. Dengan hikmah segala pengabdian yang dilakukan oleh Mughni perjalanan dengan cara yang ikhlas sempat menerima tanda jasa/penghargaan Satya Lancana Karya Satya X Tahun dari Presiden RI Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono 2009. Dan Ia sangat luar biasa juga, karena masih menyumbangkan karya ilmiah dalam bentuk buku; . Zakat Teori dan Aplikasinya, Penerbit Pustaka Senja Yogakarta tahun 2015 dan Fiqh Salat Lintas Mazhab, Penerbit Pustaka Senja Yogyakarta tahun 2015.
ali
akrab dengan santri: Bersama dengan ketiga santrinya. Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
39 +
+
Prestasi
Amelia : Juara Nasional Kompetisi Guru Ameliasari Tauresia Kesuma yang akrab di panggil Amel istri dari Ariffurokhman Haryadi seorang swasta dengan dikaruniai 3 orang; Raihan Sonof Kanzen, Aurora Guieshuba dan Orlando Jose Ramadlan. Amelia lahir di Surakarta, 30 April 1974, diawali menjadi guru swasta di SMU 2 Al Islam Surakarta, Kemudian tahun 2004 diterima CPNS menjadi Guru di MAN Salatiga. Perjalanan mengabdi menjadi Guru ditekuni dengan baik dan semangat bersahaja akhirnya Amel banyak meraih prestasi. Menjadi Guru di MAN mengampu Mata Pelajaran Ekonomi/Akuntansi selama 12 tahun, Amel tergolong sangat produktif dalam mengembangkan kompetensi baik buku, jurnal dan hasil riset. Di Tahun 2016 Amel menjadi wakil dari Madrasah Aliyah untuk lomba Guru di tingkat Provinsi dengan makalah Akuntansi Boardgame Best Practice dalam meningkatkan Prestasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi/Akuntansi, dan masuk sebagai pemenang Juara 1 di Jawa Tengah. Dengan juara I akhirnya, Amel dikirim untuk menjadi duta ke tingkat nasional dengan materi “Trade Game: Media Pembelajaran Akuntansi Berbasis Simulasi” akhirnya memperoleh Juara I tingkat nasional.
BAHAGIA: Saat memperoleh hadiah uang tunai Rp 10 Juta.
40 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
Puncak yang dialami oleh Amel mulai 2009 sampai 2016, Amel mendapatkan 11 penghargaan yang diterima. Misalnya, Lomba My Money Trip & My Financial Planning dalam Speech Contest Guru Non Lulusan Bahasa Inggris tingkat Jateng/ DIY, 2015 sebagai juara 1. Bahkan juara 1 Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Usaha Dagang melalui Media Dagang Game 2014 Siswa Kelas XII IS 1 MAN Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2014/2015. Lomba Karya Inovatif guru SMA/SMK se Jateng. Kanwil Diknas Prop. Jateng, 2014. Pada tahun 2011 mendapatkan juara II lomba Menumbuhkan Smart Financial melalui Metode Pengelolaan Keuangan Sederhana Bagi Peserta Didik MAN Salatiga Lomba Essay Guru Tingkat Nasional. Ameliasari yang tinggal di Jln. Kauman No.3 RT02 RW 02 Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Salatiga Jawa Tengah, menempuh kuliahnya S1 sampai S2 di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga berawal dari background Ekonomi menejmen 1998 kemudian berniat ingin menjadi Guru dengan mengambil akta-4 di FKIP yang sama kemudian S2 di Program Study Keguruan dan Ilmu, Pendidikan, menejemen Pendidikan yang lulus Tahun 2014. Kejuaraan yang diperoleh oleh sosok Amel memang sudah tak terhingga, dan itu menguatkan semangat dalam untuk memperdalam kompetensi sebagai guru dan akhirnya sosok seperti inilah mampu sebagai penguat, motivator lingkungan Guru sekitar lembaganya. Amel juga pernah Juara 1 Speech Contest Guru Non Lulusan Bahasa Inggris tingkat Jateng/ DIY di tahun 2015, yang dilaksanakan oleh UDINUS, dan Juara 1 Lomba Karya Inovatif guru SMA/SMK tahun 2014, Juara II Lomba Essay Guru Tingkat Nasional (2011), dan Juara II Lomba Karya Tulis Guru Kreatif Tingkat Nasional (2010). Kenyataan yang dialami oleh Amel sapaan kesehariannya, menuturkan ; “bahwa jadi seorang guru itu harus banyak membaca dan meneliti dan jeli, cerdik juga dilingkungan lembaga dari mulai pengamatan lingkungan dan kondisi belajar siswa dalam keseharian agar selalu mendapatkan inspirasi”. Sebab dari keseluruhan yang dilakukan oleh Amel selama ini pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran, dan Prestasi Akademik. Lomba dan Karya Akademik, Pembimbingan kepada teman
+
Prestasi sejawat dan siswa dan bahkan untuk melakukan Karya Pengembangan Profesi; melalui penulisan Buku, Artikel. Review buku, penulis soal Ebtanas/UN, Modul Buku dicetak local/ Kab/Kota, Media/ Alat Pelajaran, melakukan penelitian di bidang pendidikan, dan Karya Teknologi/Seni (TTG, Patung, Rupa, Tari, Lukis, Sastra, serta Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah bahkan untuk pengabdian di Organisasi di Bidang Pendidikan, Sosial Keagamaan, sehingga akhirnya layak mendapatkan Penghargaan yang Relevan dengan Bidang Pendidikan selalu ia dapatkan, tidak lepas dari buah ketekunan yang Ia jalani. Kenapa Juara Amel melalui Karya tulisnya Best Practice judulnya “Trade Game: Media Pembelajaran Akuntansi berbasis simulasi, akunya Media ini dibuat setelah melalui berbagai percobaan metode pembelajaran sejak tahun 2009. Kondisi yang terjadi pula, bahwa Kesulitan siswa kelas XII IS (Ilmu Sosial) selama ini adalah saat memahami konsep akun-akun dalam transaksi usaha dagang. Materi konsep akun akun transaksi usaha dagang, merupakan materi dasar yang harus dipahami oleh setiap siswa. Materi ini merupakan materi kunci, karena jika siswa belum memahami konsep akun akun dalam transaksi usaha dagang dengan baik, maka mereka akan kesulitan memahami proses siklus akuntansi usaha dagang secara menyeluruh. Dari tahun 2009 Amel sapaan akrabnya, banyak melakukan untuk membuat siswa memahami konsep kunci ini antara lain dengan menggunakan media accounting game, media yang di buat mirip dengan permainan monopoli ini ternyata hanya membuat anak anak senang bermain namun belum secara sepenuhnya memahami sembilan konsep akun yang ada di perusahaan dagang. Tahun 2010 Amel mencoba kembali dengan mengajak siswa terjun langsung ke pasar untuk melakukan observasi pada minimal dua usaha dagang inipun belum berhasil membuat mereka paham karena saat siswa melakukan pengamatan di pasar, tidak semua akun transaksi yang ada di usaha dagang, terjadi saat itu, seperti misalnya retur pembelian, retur penjualan, potongan pembelian, potongan penjualan, padahal kompetensi dasar yang diharapkan adalah setiap siswa memahami ke 9 akun dalam transaksi usaha dagang tersebut. Amel membuat kesimpulan bahwa “Akun akun transaksi usaha dagang penting karena merupakan dasar pencatatan transaksi dalam siklus akuntansi perusahaan dagang, jika siswa dapat memahami materi tersebut dengan baik, maka untuk selanjutnya mereka akan
dengan mudah menyusunnya dalam jurnal umum, jurnal khusus dan keseluruhan proses siklus akuntansi perusahaan dagang”. Dalam karya ilmiahnya Amel, “mengungkapkan untuk mengajarkan konsep konsep akun Usaha Dagang digunakan metode MAM Arts, dalam metode ini siswa menggunakan lukisan atau gambar untuk menjelaskan pengertian akun akun transaksi usaha dagang. Metode MAM Arts, merupakan metode yang diciptakan untuk mempermudah siswa memahami akun akun dalam akuntansi perusahaan dagang”. Jika siswa tidak paham arti dari konsep konsep akun usaha dagang, maka bahasan berikutnya mereka akan kesulitan memahaminya. Bertahun tahun Amel melakukan berbagai hal supaya siswa dapat memahami dengan baik, akun akun usaha dagang,
transaksi yang terjadi dan pencatatannya ke jurnal umm, namun usaha ini gagal, mereka menyenangi pada awalnya, tetapi saat mulai bahasan yang lebih mendalam seperti menyusun jurnal umum, khusus, buku besar dan keseluruhan proses siklus akuntansi usaha dagang yang harus mereka kuasai pada semester ganjil, siswa masih kesulitan. Oleh karenanya penting sekali membuat sebuah media yang bisa membantu siswa memahami transaksi usaha dagang dan bagaimana mencatatkannya ke jurnal umum. Pemahaman transaksi dan mencatatkannya ke dalam Jurnal Umum, akan mempermudah siswa untuk melanjutkan ke langkah berikutnya dalam siklus akuntansi usaha dagang. Media tersebut saya beri nama Trade Game, Media simulasiakuntansi Trade Game ini dibuat Amel untuk menjawab permasalahan yang dihadapi siswa, pada saat mempelajari akun transaksi usaha dangang dan pencatatannya ke dalam jurnal umum. Siswa tidak bisa membayangkan bahwa mereka adalah pemilik usaha yang harus melakukan pencatatan atas semua transaksi usaha yang terjadi. Media
ini didesain sedemikan rupa sehingga siswa mengalami sendiri apa yang terjadi pada saat transaksi, mengapa akun tersebut masuk di sebelah debet, mengapa di kredit. Menariknya melalui sistem pembelajaran dengan media simulasi akuntansi Trade Game ini mirip dengan permainan Monopoly bedanya adalah, yang mereka beli dan jual adalah toko atau usaha dagang, tidak ada kotak dana umum dan kesempatan tetapi kotak pandora box. Dalam pandora box terdapat kartu kartu berisi transaksi yang terjadi pada semua toko dan usaha dagang yang ada, ditambah retur pembelian, retur penjualan, berbagai beban yang timbul dan semua transaksi yang mungkin terjadi pada usaha dagang. Media ini merupakan penyempurnaan dari media yang pernah dibuat tahun 2014, ini dapat di baca dalam karya Amel tentang Dagang Game Tahun 2014, pada dagang game, rincian langkah cara permainan dan penyempurnaan ini dilakukan berdasarkan masukan dari siswa saat mereka melakukan permainan ini dengan nada sangat rinci Amel dalam menjelaskan. Karya dan Pengabdian Amel dalam keseharian mungkin tidak pernah berhenti untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi yang ia miliki sebab beberapa tulisan baik buku, karya ilmiah. Buku yang ditulis “Menyusun PTK Itu Gampang” diterbitkan oleh Erlangga tahun 2013. Dan artikel ilmiah berupa jurnal “Efektivitas Model Pembelajaran SATUS Artikel Jurnal Ilmiah, pada Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan tahun 2014. Jurnal tentang Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Akun Usaha Dagang dengan Metode MAM Arts bagi peserta didik kelas XII IS 4 MAN Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014, di Jurnal Didaktika Tahun 2014. Termasuk cara Peningkatakan Prestasi Belajar Akuntansi Perusahaan Dagang dengan Menggunakan Accounting Game pada Siswa Kelas XII IS 2 MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2009/2010, di Jurnal Edukasi Tahun 2013. Dalam pengembangan bidang Organisasi Amel juga tidak kalah aktif seperti Sekretaris, MGMP Ekonomi Tingkat Kota Salatiga 2012 – 2014, Ketua Bidang Publikasi MGMP Ekonomi Tingkat Kota Salatiga 2014 – Sekarang, Komite Etik, Asosiasi Pendidikan Rumah Indonesia 2014 – Sekarang. Penyunting Ahli, Jurnal Nasional Pendidikan Trisala 2014 – Sekarang.
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
(ali)
41 +
+
Terapan
Edit Foto di Komputer PC Seringkali kalau orang bicara aplikasi edit foto di komputer PC atau yang lebih dikenal dengan sebutan software desain grafis, maka ujung-ujungnya selalu menyebut Photoshop sebagai software yang paling direkomendasikan.
T
api sebenarnya jika ingin edit gambar dan sebagainya agar menjadi unik, lucu, keren dan bahkan bila mau dibuat seperti foto kartun tidak melulu harus menggunakan Photoshop, masih banyak aplikasi lainnya yang walau tidak terkenal tapi fitur dan fungsinya sangat lengkap sekali. Tapi bagi Anda, memilih yang bagus sebenarnya tak masalah asalkan tetap ringan seperti Android dan Instagram, karena dengan begitu barulah kita bisa melakukan penyuntingan photo dengan cepat dan tidak memakan waktu yang lama. Aplikasi edit foto pada dasarnya banyak sekali jenisnya yang terkadang dibedakan berdasarkan fungsinya, seperti kebutuhan untuk membuat efek wajah yang beragam, tapi ini biasanya lebih banyak yang versi online-nya atau menampilkan gambar dalam
42 +
bentuk gif. Atau animasi ringan tanpa butuh pengaturan yang rumit, dalam hal ini kami rekomendasikan Photoscape karena lebih gampang penggunaannya dan hanya butuh klik sana-klik sini untuk melihat hasil akhirnya. Intinya, banyak sekali pilihan aplikasi edit foto PC yang bisa kita pakai, tergantung tujuannya untuk apa. Apakah untuk buat gambar seperti kartun, sketsa, frame atau foto dalam tampilan bingkai di sisinya, dan lain sebagainya yang semuanya penting digunakan untuk kebutuhan sehari-hari kita, khususnya dalam mengelola jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Photoshop Kalau sudah terbiasa edit foto lewat PC maka Photoshop adalah pilihan yang terbaik untuk itu. Ini karena fitur dan fungsi tombol di dalamnya disediakan khusus untuk para profesional yang sudah mahir. Jadi di sini kita tidak langsung klik dan lihat hasilnya seketika, tapi ada langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menghasilkan tampilan gambar yang keren dan menarik serta artistik. Jika ingin memiliki ini secara legal maka tentu harus membelinya ka rena ini adalah aplikasi berbayar, apakah itu lewat online di internet atau pun ke penjual CD software yang disertai pajak sebagai tanda
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
bahwa ia bukan ‘bajakan’. Tapi kalau baru mau coba-coba maka bisalah mengunduh dulu trial-nya. Beberapa kelebihan yang menjadikan photoshop sebagai aplikasi edit foto terbaik di seluruh dunia adalah paling cocok untuk mengedit foto
wajah karena ada banyak sekali teknik pengeditan di dalamnya, mulai dari memutihkan, menghilangkan jerawat dan flek hitam, memudarkan keriput di muka, memberi eye shadow dan lipstick, dan sebagainya yang ibaratnya kalau mau berphoto maka dandanannya setelah foto aja, tidak usah sebelumnya karena fitur Photoshop sudah dipersenjatai untuk keperluan tersebut. Selain mengedit foto, software PC ini juga bisa untuk membuat dan mengolah gambar menjadi lebih bagus. Cocok sekali untuk kebutuhan membuat berbagai bentuk tulisan dengan efek tertentu, misalnya tulisan yang seperti kulit jeruk yang terkelupas dan lainnya. Menciptakan tekstur unik seperti daun, percikan air, dan model lainnya yang lebih inovatif sesuai dengan keinginan. Melakukan pengeditan gambar maupun foto untuk tujuan penggunaan di website atau blog, seperti melakukan slice agar terjadi potongan-potongan gambar kecil yang tujuannya agar mudah dibuka walau dengan jaringan internet yang lemot, membuat gambar animasi gif, kompresi foto agar lebih kecil ukurannya dan sebagainya. (sumber : caraspot.com).
djati
+
Lensa
APAR-Simulasi Penggunaan APAR (ALAT PEMADAM API RINGAN)
Streaming Menteri Agama 2016 Tentang Pemberdayaan BAZNAS.
DWP Kemenag Provinsi Melaksanakan Kegiatan Perempuan Anti Korupsi Tahun 2016. Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016
43 +
+
Serah terima Pgs. Kakanwil Jateng Syaifuddin Zuhri ke Kakanwil, Farhani.
Kakanwil Kemenag Jateng, Farhani dan Kabid Penmad, Jamun saat foto bersama dengan para peserta Lomba Kompetisi Guru Tingkat Nasional tahun 2016
44 +
Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016