sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXII, Nomor 3, 1997 : 25 - 33
ISSN 0216-1877
CATATAN MENGENAI SI TANGAN DELAPAN (GURITA/OCTOPUS SPP.) Oleh Agus Budiyanto dan Herri Sugiarto 1)
ABSTRAK CATATAN MENGENAI SI TANGAN DELAPAN (GURITA/OCTOPUS SPP). Octopus yang dikenal dengan sebutan gurita ialah salah satu marga yang paling terkenal di antara kelas Cephalopoda, karena mempunyai lengan-lengan yang panjang yang dapat melilit musuh dan mangsanya yang kemudian diseret kesarangnya. Seperti pada jenis-jenis Cephalopoda yang lain, gurita dapat menghindar din dan bahaya dengan cara mengeluarkan tinta. Hewan ini hidup hampir di seluruh lautan yakni dari laut tropis sampai ke kutub utara dan kutub selatan. Gurita merupakan invertebrata yang memiliki sistem organ tubuh yang sudah berkembang baik, seperti jenis kelamin yang terpisah dan tidak akan pernah berganti kelamin sepanjang hidupnya. Perbedaan antara hewan jantan dan betina pada gurita dapat diketahui dengan melihat lengan-lengannya. Pada hewan jantan didapatkan organ yang disebut hektokotil (penis) yang berfungsi memindahkan sperma ke rongga selubung betina. Beberapa jenis gurita mempunyai nilai ekonomis penting karena dapat dimanfaatkan sebagai makanan dari laut. ABSTRACT
NOTE ON THE EIGHT ARMS (GURITA/OCTOPUS SPP.). Octopus, known as gurita is one of the most famous genera in Cephalopoda because they have long arms that can wind around their enemies before they bring them their nests. As the other species of Cephalopoda, Octopus can escape from the dangerous situation by releasing the black liquid like ink. They inhabit all the seas from tropical seas tho the north and south poles. Octopus is one of the invertebrates which has developed body organs, such as separated sexes and never changed their sexes in their life cycle. The difference between male and female can be distinguished from their arms. Males, have hectocotyl (penis) in their arms which function to transfer the sperms to the females sex organs, some species of Octopus have economical important values because they can be used as seafood.
25
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
PENDAHULUAN
kepada para nelayan dan para pengusaha hasil perikanan. Diharapkan informasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan pendayagunaan sumberdaya gurita dari perairan Indonesia.
Perairan Indonesia mempunyai konfigurasi yang amat kompleks yaitu mulai dari paparan yang dangkal, terumbu karang, gunung bawah laut hingga palung yang amat dalam. Dalam wujud fisik yang dipaparkan telah terlihat betapa laut merupakan bagian yang sangat penting bagi Indonesia, yang di dalamnya terkandung sumberdaya alam. Salah satu bagian dari lautan yang menarik adalah daerah pantai. Daerah pantai atau daerah pasang surut, dengan berbagai jenis biota baik yang berupa flora maupun fauna merupakan bagian lautan yang mempunyai potensi cukup besar dalam penyediaan bahan makanan bagi kehidupan manusia. Salah satu sumberdaya hayati laut yang belum banyak diinformasikan adalah jenis-jenis gurita (Octopus spp.). Dengan leknik pengolahan yang baik, gurita merupakan makanan dari laut yang bernilai sangat mahal. Gurita (Octopus spp.) merupakan hewan yang hidup hampir di seluruh laut, dari laut tropis sampai kutub utara dan selatan. Hewan ini sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia terutama yang bermukim di pantai, tetapi belum begitu banyak masyarakat yang memanfaatkannya. Masyarakat di Pulau Natuna sudah banyak memanfaatkan hewan ini sebagai makanan. Di Jepang, Spanyol, Italia, Filipina dan di pesisir pantai timur India, penduduknya sudah memanfaatkannya sebagai makanan. Di Indonesia informasi tentang gurita masih sangat langka, mungkin karena hewan ini kurang menarik untuk dilihat dan sulit untuk mendapatkannya. Dalam tulisan ini penulis berusaha untuk menyebarkan informasi tentang gurita kepada masyarakat, terutama
MORFOLOGI DAN SISTEMATIKA Gurita (Octopus spp.) termasuk kelas Cepahalopoda (kepala berkaki) suku Octopodidae marga Octopus dari filum Moluska yang merupakan marga yang paling terkenal di antara marga-marga dari kelas Cephalopoda. Marga ini terdiri atas lebih kurang 150 jenis yang hidup hampir di seluruh laut di dunia, dari laut tropis sampai kutub utara dan kutub selatan (LANE, 1957). Kerabat gurita (Octopus spp.) yang masih satu kelas dengannya yaitu, sotong (Sepia sp.), cumi-cumi (Loligo sp.) dan Nautilus (Nautilus pompilius) (Gambar 1). Sepia dan Loligo tidak satu bangsa dengan gurita dan Nautilus. Moluska merupakan hewan laut yang memiliki sistem organ tubuh yang sudah berkembang baik. Bangsa Octopoda umumnya memiliki delapan tangan yang terbentuk simetris tanpa filamen atau tentakel. Menurut GRIZMEK (1974) bangsa Octopoda terdiri atas dua anak bangsa yaitu Cirrata yang mempunyai tiga suku dan Incirrata mempunyai sembilan suku. Salah satu suku dari anak bangsa Incirrata, adalah Octopodidae dan Octopus ialah salah satu marganya. Penggolongan ini didasarkan karena tidak adanya papillae (Cirri) di lengan dari jenis-jenis yang termasuk suku Octopodidae. Penempatan kelompok suku ini dalam anak bangsa tersebut masih berubahubah dan para ahli ternyata belum sepakat dan masih membutuhkan pembuktian lebih lanjut tentang kedudukannya.
26
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 1. Jenis-jenis dari Cehalopoda : A. Cumi-cumi (Loligo sp.); B. Sotong (Sepia sp.); C. Gurita (Octopus sp.) dan D. Nautilus (Nautilus pompilus) (Sumber : ROPER et al. 1984).
Gurita yang sering dijumpai mempunyai ukuran panjang tubuh berkisar antara 1,5 cm sampai 3 meter. Biasanya hewan ini diukur mulai dari bagian ujung lengan sampai bagian ujung belakang (posterior) dari tubuh dan yang diambil sebagai ukuran panjang dari bagian tubuhnya adalah sisi yang terpanjang. Jenis hewan yang berbadan kecil mempunyai ukuran panjang kurang lebih satu sentimeter dan jenis yang terbesar dapat mencapai dua puluh meter (20 m).
27
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
mempunyai penglihatan yang sempurna dan dikelilingi pada bagian depannya (anterior) oleh lengan-lengan. Lengan gurita berjumlah delapan dan dilengkapi dengan selaput renang (membran) yang terletak di celah-celah pangkal lengan. Pada masing-masing lengan dijumpai dua baris kantung penghisap yang tersusun memanjang mulai dari pangkal lengan sampai ke ujung lengan dan tidak memiliki tepian yang menyerupai tanduk. Mulut terletak di bagian kepala yang dikelilingi oleh lenganlengan. Di bagian bawah dari tubuhnya terdapat lubang-lubang seperti corong yang dinamakan siphon. Siphon ini berguna untuk mengeluarkan air dari dalam tubuhnya.
MORFOLOGI GURITA Bagian tubuh gurita dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu : badan, mata, selaput renang, kantong penghisap dan tangan (Gambar 2). Umumnya bentuk tubuh dari gurita agak bulat atau bulat pendek, tidak mempunyai sirip. Pada tubuh bulat itu terdapat tonjolan-tonjolan seperti kutil. Bagian utama dari tubuh gurita menyerupai gelembung dan diliputi oleh selubung, kemudian mengecil membentuk semacam "leher" pada bagian pertemuan dengan kepala. Bentuk kepala dari gurita ini sangat jelas dengan sepasang mata yang sangat kompleks sehingga gurita
Gambar 2. Morfologi Octopus sp. ; a. badan, b. mata, c. selaput renang, d. kantong penghisap, e. lengan (Sumber NORMAN, 1992)
28
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Pada beberapa jenis, panjang lenganlengan sama, tetapi pada jenis-jenis lain beberapa lengan dapat memiliki panjang dua atau tiga kali dari panjang lengan-lengan yang lain. Pada gurita cangkang terdapat di dalam tubuh, dan merupakan tempat perlekatan otot-ototnya. Keistimewaan gurita yang utama, yaitu dapat merubah warna tubuhnya dengan cepat bila ada musuh yang menyerangnya. Kulit dari gurita memiliki banyak khromatofor yang mengandung zat warna atau pigmen. Warna pigmen itu antara lain hitam, coklat, kuning dan sebagainya. Di bawah pengaruh syaraf dan hormonnya, dinding otot mampu merenggang atau berkontraksi untuk menyebarkan pigmen. Kelenjar tinta berada didalam perutnya dan menjadi salah satu alat untuk mempertahankan diri. Kelenjar ini dapat terbuka melalui bagian atap kepalanya. Gurita memiliki paruh yang menyerupai tanduk yang amat mirip dengan paruh pada burung kakatua, bedanya hanya rahang bagian bawah saja yang menutup rahang atas. Rahang tersebut digunakan untuk memotong makanan dan mungkin sekali dalam beberapa bentuk digunakan untuk mempertahankan diri.
membentuk suatu tempat perlindungan di dalam celah-celah batu karang, batu-batuan, rumput laut yang terdapat di perairan pantai. Tempat tinggal yang paling disukai adalah batu-batuan yang berlubang. Gurita aktif pada malam hari atau disebut hewan nocturnal (WELLS, 1962). Gurita bergerak dan berenang dengan cara merangkak pada dasar perairan yang berbatu atau berpasir dengan mempergunakan kedelapan lengannya yang disatukan pada pangkalnya oleh lembaran kulit tipis yang kuat. Tingkah laku gurita yang utama dapat merubah warna dengan cepat bila ada musuh yang akan menyerangnya. Selain gurita jika dalam keadaaan ketakutan akan memancarkan air melalui siphon sehingga gurita tersebut dapat bergerak maju atau lari. Beberapa gurita yang hidup di air yang dalam mempunyai lengan yang berselaput seperti payung dan berenang seperti ubur-ubur. Gurita tidak memiliki senjata untuk melawan musuhnya tetapi bila diserang gurita akan melarikan diri dan menenggelamkan dirinya di sela-sela karang, batu-batuan bahkan dalam pasir. Fauna laut ini juga mempergunakan alat menghisap pada lengannya untuk menyentakkan dirinya sendiri dengan sangat cekatan.
HABITAT DAN TINGKAH LAKU MAKANAN DAN CARA MAKAN Gurita banyak ditemukan di laut dan subtropik di sekitar daerah Mediterania, daerah-daerah timur jauh dan Pasifik Selatan. Di Indonesia diduga terdapat di perairan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Banda. Gurita dapat hidup di air dangkal dan juga terdapat pada batas pasang surut sampai agak dalam dengan kedalaman 4000 meter sampai 5000 meter. Sebagian besar berenang dan bergerak bersama-sama dalam kawanan yang besar. Sebenarnya gurita bersifat bentik atau menempel (BARNES, 1967), dan biasanya
Gurita termasuk karnivora yaitu pemakan binatang laut lainnya, tetapi ada juga jenis gurita yang termasuk binatang kanibal yang tidak segan-segan untuk melahap jenisnya sendiri termasuk anaknya. Mangsanya adalah berbagai jenis ikan, udang, kepiting, kerang dan keong. Mangsa-mangsa tersebut akan dimakan oleh gurita dengan cara membunuhnya lalu membawanya kedalam lubang. Atau sebaliknya gurita menunggu dan mengintai mangsanya di depan lubang
29
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
atau tempat persembunyiannya. Ketika mangsa lewat di depannya dengan cepat gurita tersebut menggerakkan lengan-lengannya yang berbintil isap untuk menangkap. Setelah mangsanya tertangkap dengan rahangnya mangsa tersebut dibunuh dan kemudian dimakannya. Jenis gurita lain Octopus vulgaris, mempunyai kelenjar yang dapat membunuh mangsa atau musuhnya. Dalam keadaan terpaksa dan tidak ada pilihan lain, gurita dapat bersifat kanibal, yaitu memangsa teman sejenis, bahkan lengan sendiripun akan dilahapnya.
betina pada gurita dapat diketahui dengan melihat lengan-lengannya. Pada yang jantan ditemukan adanya hektokotil, yaitu organ seksual yang terbentuk sebagai hasil modifikasi dari lengan ketiga atau keempat bagian sebelah kanan yang berubah menjadi alat kopulasi yang disebut hektokotil (Gambar 3). Hektokotil sendiri berfungsi sebagai alat memindahkan sperma ke rongga selubung yang betina. Alat reproduksi pada yang jantan merupakan suatu saluran kompleks yang terlibat dalam proses pembuatan spermatopora yang juga kompleks. Testis (gonad jantan) merupakan suatu massa yang padat, tersusun dari tabung-tabung kecil yang terdapat dalam suatu kapsul dan terletak di bagian belakang rongga tubuh. Sperma dikemas dalam tabungtabung kecil (khitin) tersebut yang dinamakan spermatofor yang besarnya antara 10-15 mm. Dalam satu hari seekor gurita dapat memproduksi ± selusin spermatofor. Keluarnya sperma dari spermatofor dapat disebabkan oleh longgarnya penutup pada saat spermatofor ditarik dari tabung khitin atau oleh hisapan air.
SIKLUS HIDUP DAN REPRODUKSI Gurita merupakan hewan yang unik dan mempunyai jenis kelamin yang terpisah, dalam arti ada hewan jantan dan hewan betina serta tidak pernah berganti kelamin sepanjang kehidupannya. Pada sebagian besar binatang ini bentuk jantan dan betinanya agak serupa kecuali pada marga Argonauta yang menunjukkan adanya dimorfisme seksual yang amat jelas, yaitu jantan mempunyai ukuran yang agak kecil. Perbedaan antara jantan dan
30
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Alat reproduksi pada hewan betina relatif sederhana. Alat ini terdiri atas ovarium yang terletak di rongga tubuh bagian belakang. Dari ovarium muncul saluran telur atau oviduct yang mempunyai kelenjar yang menghasilkan albumen untuk melapisi telurtelurnya. Saluran telur bermuara ke dalam rongga rektrum bagian kin. Telur dilapisi oleh bahan gelatin yang dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar nidamental, yaitu sepasang kelenjar besar dan pipih berbentuk bulat telur. Lapisan gelatin ini akan mengeras pada saat bersentuhan dengan air laut dan akan menggabungkan telur-telur tersebut sehingga berbentuk suatu gumpalan atau onggokan. Pada bangsa Octopoda membran-membran
telur ini semuanya dihasilkan didalam saluran telur. Ketika melakukan kopulasi, hektokotil yang telah berisi sperma disusupkan kedalam rongga mantel betina. Di dalam rongga ini sperma akan membuahi telur-telur tersebut. Setelah terjadi pembuahan, hektokotil akan terputus dari lengan-lengan yang j an tan dan menempel pada rongga selubung yang betina. Aktivitas sexual dari bangsa Octopoda kadang-kadang didahului oleh penampilan birahi dari sang jantan. Pada hampir semua jenis bangsa Octopoda, sperma disalurkan dari binatang jantan ke dalam rongga selubung yang betina dengan menggunakan hektokotil (Gambar 4)
31
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gurita jantan menyentuh yang betina dengan ujung hektokotilnya dan kemudian memasukkan ujung hektokotil ke dalam rongga selubung yang betina Selama kopulasi berlangsung hektokotil akan menarik sejumlah spermatofor dari tabung kithin dan memindahkannya ke dalam rongga selubung yang betina. Hektokotil kemudian lepas dan tinggal di rongga selubung betina untuk beberapa waktu. Spermatofor akan masuk kedalam lubang genital (gonofora) betina karena didorong oleh gerakan kontraksi yang seperti ombak. Proses pembuahan pada gurita terjadi di dalam tubuh, proses ini berlangsung selama kurang lebih satu jam. Telur-telur yang telah dibuahi (Gambar 5) akan dikeluarkan satu persatu di dalam kapsul-kapsul gelatin dan diletakkan atau ditempelkan pada karang, batu-batuan, rumput laut dan benda-benda lainnya,
secara berkelompok dalam satu gumpalan atau untaian (tandon). Jumlah telur sekitar 100 butir dengan ukuran berkisar antara 0,8 - 20 mm. Umumnya setelah 6 minggu atau lebih telur-telur tersebut akan menetas. Sebelum menetas telur-telur ini dierami dan selama masa pengeraman induk gurita akan mengalirkan air ke tumpukan telur-telurnya atau membersihkannya dengan ujung-ujung lengan. Selama melakukan tugas pengeraman, gurita betina berpuasa penuh. Diduga tidak lama setelah telur-telur yang dieraminya menetas, induk gurita akan mati. Fase metamorfosa tidak dikenal dikelas Cephalopoda, dengan kata lain hewan yang baru menetas dari telur mirip dengan induknya. Setelah menetas anak gurita dapat menempati habitat yang berbeda dengan induknya.
32
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
MANFAAT
Sehingga dapat menambah pendapatan nelayan atau penduduk sekitar pantai tersebut.
Gurita memang sudah lama dikenal sebagai makanan dari laut, tetapi belum memasyarakat seperti hewan kerabatnya antara lain cumi-cumi dan sotong. Beberapa penelitian ilmiah membuktikan bahwa Cephalopoda merupakan hewan laut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang bergizi karena mengandung protein dengan kadar yang lebih tinggi, dibandingkan dengan zat-zat lain yang terdapat didalam hewan tersebut. Selain itu daging Cephalopoda juga mengandung lemak, kalsium, fosfor dan zat organik lain. Di beberapa negara seperti Jepang, Spanyol, Italia dan Filipina, gurita telah benar-benar dikenal sebagai makanan, walaupun belum dikenal secara luas. Penduduk Indonesia yang bermukim di sekitar pantai yang mayoritas nelayan telah memanfaatkan gurita sebagai bahan pangan. Penangkapan gurita dilakukan pada saat air laut surut rendah dengan cara mengais di rataan terumbu yang nyaris tanpa air. Selain dikonsumsi sendiri sebagian dari hasilnya dijual di pasar lokal dalam keadaan masih segar, dikeringkan ataupun telah diasap.
DAFTAR PUSTAKA BARNES, R.D. 1967. Invertebrate Zoology W.B. Saunders. Co, London : 632 pp. GRZIMEK, B, 1974. Animal Life Encyclopedia, 3 rd ed., N. REINHOLD (ed.). New York : 542 pp. LANE, F, 1957. Kingdom of The Octopus. Jarrolds Publ. Ltd. London : 287 pp. NORMAN, M.D. 1992. Four new Octopus species of the Octopus macropus group (Cephalopoda : Octopodidae) from the Great Barrier Reef, Australia. In memoris of the Museum of Victoria 53 (2) : 267-308. ROPER, C.F.E., M.J. SWEENEY and C.E. NAVEN 1984. Cephalopods of the world. Annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries. FAO species catalogue (125) vol. 3 : 277 pp. WELLS, M.J, 1962. Brain and Behavior in Cephalopoda, Stanford University Press, Stanford, California : 198 pp.
33
Oseana, Volume XXII no. 3, 1997