11
o
parten) n Pendldl n dan Kebuday 1996
n
TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUKUMUM
KIDUNG ANGLING DARMA:
TRANSLITERASI DAN TERJEMAHAN TESKS
%Made Subandia
^^l^ade Sudiarga
00004685
PERPUSTAKAAN
PUS AT PEMOIfJAAN DAN PENGEM8ANGAN BAHASA DAPAFiTEWIEN PENOIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1996
'srpusfakaanPusatPembinaandanPengambanganBahasa l\io. Kasifikasi
Wo Induk !
Sqq.'cUbi pt
Tgl ltd.
it
-/
-
BAGIAN PROYEK PEMBINAAN BUKU SASTRA INDONESIA DAN DAERAH-JAKARTA TAHUN 1995/1996
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pemimpin Bagian Proyek Bendahara Bagian Proyek Sekretaris Bagian Proyek Staf Bagian Proyek
Drs. Farid Hadi
Ciptodigiyarlo Drs. Sriyanto Sujatmo E. Bachtiar
Sunarto Rudy
Ayip Syarifuddin Ahmad Lesteluhu
ISBN 979-459-608-6
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Isi buku ini, baik sebagian maupun seiuruhnya, diiarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
KATA PENGANTAR
Masalah kesusastraan, khususnya sastra (lisan) daerah dan sastra Indonesia lama, merupakan masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana. Dalam sastra (lisan) daerah dan sastra Indonesia lama itu, yang merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia, tersimpan nilai- nilai budaya yang tinggi. Sehubungan dengan itu, sangat tepat kiranya usaha Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Bagian Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta berusaha melestarikan nilai-nilai
budaya dalam sastra itu dengan cara pemilihan, pengalihaksarakan, dan penerjemahan sastra (lisan) berbahasa daerah itu. Usaha pelestarian sastra daerah perlu dilakukan karena di dalam sastra daerah terkandung warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang sangat tinggi nilainya. Upaya pelestarian itu bukan hanya akan memperluas wawasan kita terhadap sastra dan budaya masyarakat daerah yang bersangkutan, melainkan juga akan memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia. Dengan kata lain, upaya yang dilakukan itu dapat dipandang sebagai dialog antarbudaya dan antardaerah yang memungkinkan sastra daerah berfungsi sebagai salah satu alat bantu dalam usaha mewujudkan manusia yang berwawasan keindonesiaan.
Buku yang berjudul Kidung Angling Dharma ini merupakan karya sastra Indonesia lama yang berbahasa Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahannya dilakukan oleh Drs. I Made Subandia dan 111
Drs. I Made Sudiarga, sedangkan penyuntingannya oleh Drs. M. Djasmin Nasution. Mudah-mudahan terbitan ini dapat dimanfaatkan dalam upaya pembinaan dan pengembangan sastra di Indonesia.
Jakarta, Januari 1996
Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Dr. Hasan Alwi
IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI A. Pendahuluan
B. C.
Isi Ringkas Cerita Transliterasi dan Terjemahan Teks
HI V 1
2 7
A. PENDAHULUAN
Kidung Angling Dharma adalah salah satu karya sastra Bali tradisonal berbentuk puisi. Menurut I.B.G. Sugriwa (1978:5) dalam bukunya Penuntun Pelajaran Kakawin, bentuk nyanyian kidung dapat diketahui pada bait permulaannyamemakai "fanvfton''dua bait Lain disusul oleh nyanyian pendek (pemawak) dua bait, nyanyian panjang (penawa) dua bait, pemawak dua bait, penawa dua bait, demikian seterusnya sampai satu bab cerita, dan kembali lagi "kawitan" untuk bab kedua. Nyanyian kidung pada tiap-tiap baitnya memakai juga aturan pada lingsa Namun, tiap barisnya tidak memakai koma (carik) seperti halnya nyanyian pupuh (dalam karya sastra geguritan), sebab tembang/irama nyanyian kidung berjaian terus perlahan-lahan, tidak berhenti pada waktu mengenai lingsa. Bentuk karya sastra ini dalam masyarakat Bali dikenal dengan istilah "sekar madia" seperti telah diungkapkan di atas, yaitu sebuah nyanyian (tembang) yang menggunakan aturan pada lingsa. Pada artinya banyaknya bilangan suku kata dalam tiap-tiap kalimat atau tiap-tiap baris (koma/cari^), lingsa artinya perubahan-perubahan suara a i u e o pada suku kata terakhir dalam tiap kalimat atau baris (Sugriwa, 1978:3).
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, Kidung Angling Dharma ini terdapat sedikit perbedaan terutama aturan pada lingsa. Karya sastra ini penggunaan pada lingsanya, yaitu menggunakan (carik) untuk memisahkan baris-baris di dalam setiap bait dari masing-masing pupuh (tembang) yang digunakan. Dengan demikian pengertian kidung kaitannya dengan karya sastra Kidung Angling Dharma cenderung merupakan tembang (pupuh) dari karya sastra geguritan.
Naskah Kidmg Angling Dharma yang diterjemahkan ini adalah naskah titipan, merupakan hasil transliterasi dari huruf Bali ke dalam huruf Latin, diketik menggunakan kertas tik ukuran folio, tiap lembar berisi satu muka.Jumlah halamannya sebanyak 226 lembar. Naskah aslinya berbentuk lontar milik kantor Dokumentasi Kebu-
dayaan Bali yang berkedudukan di Denpasar. Naskah ini merupakan naskah tulisan tangan menggunakan huruf Bali dan berbahasa Bali-Kawi. Ukuran naskah lontar, panjang 40 cm, lebar 3,5 cm. Jumlah halaman sebanyak 137 lembar, setiap lembar ditulisi bolak-balik. Nomor halaman menggunakan angka Bali, pada setiap lembarnya nomor halaman hanya ditulis dalam satu muka. Muka yang tidak ditulisi angka adalah halaman bagian a, sedangkan muka yang ditulisi angka adalah halaman bagian b. Naskah diawali dengan kalimat lb. "Om Awighnam astu, iti Kidung Angling Dharma samapta." Dan berakhir dengan kalimat
137b.
Ksama tityang, I Wayan Samba, saking banjar Kubu Anyar,
desa Kubutambahan, Kacamatan Kubutambahan, Daerah Tingkat II, Buleleng, Singaraja, Puput."
Naskah \on\ZT Kidung Angling Dharma ini ditransliterasi pada tanggal 29 Mei 1992 oleh I Made Subandia. Cara yang diterapkan dalam mentransliterasi naskah lontar ini dari huruf Bali ke dalam huruf Latin
dilakukan dengan mempertahankan keutuhan identitas naskah aslinya. Dalam hal ini disalin apa adanya di dalam naskah aslinya. Kemudian dalam mengalihbahasakan/menerjemahkan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran di lakukan secara bebas, tetapi tetap mengutamakan atau mempertahankan makna konteks dari bahasa sumbernya. B. Isi Ringkas Cerita
Di Kerajaan Malawapati bertahta seorang raja bemama Angling Dharma, berbudi luhur dan sangat bijaksana dalam memerintah,sehingga sangat disenangi oleh rakyat, di samping sebagai raja yang digdjaya dan berilmu gaib, juga dikasihi oleh Yang Mahakuasa karena telah berhasil dalam tapanya dan para raja semua tunduk menghormat kepadanya.
Pada saat mengembara ke puncak gunung, setibanya di Kanyapuri ia bertemu dengan putra raja Basunonda, yaitu Dyah Dursilawati sedang
berobat. Ketika itu Dyah dia kira tak akan berhasil berobat. Pada saat hendak pulang tiba-tiba Angling Dharma datang mengobati. Akhimya, Dyah Dursilawati sembuh dan segera pulang menghadap ayahnya (raja Basunonda)ke Kreta Nagara diantar oleh Angling Dhanna.
Atas keberhasilannya, lalu Angling Dharma dinikahkan dengan Dyah Dursilawati oleh raja Basunonda. Tujuh bulan pernikahannya telah berlangsung, oleh Angling Dharma hendak melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi, istrinya tak mau ditinggalkan karena hamilnya sudah dua bulan. Jika ditinggalkan, dia lebih baik mati daripada hidup. Oleh karena itu, Angling Dharma mengajaknya menggunakan tandu diiringkan oleh para prajurit dan dijaga oleh patih Batik Madrin. Setelah tiba dalam hutan mereka semuanya letih, lalu beristirahat dan duduk di bawah pohon beringin. Walaupun sangat letih, mereka semua senang, begitu juga Dyah Dursilawati merasa segar dan terobati hausnya ketika melihat buah ental muda. Lalu merengek-rengek dengan suaminya supaya mencari buah ental itu.
Kemudian Angling Dharma menyuruh Batik Madrin, tetapi dia menolak karena tak bisa memanjat. Oleh karena itu, Angling Dharma merasukan jiwanya ke dalam tubuh burung merak mati yang kebetulan ada di situ. Setelah jiwanya merasuk di dalamnya, lalu burung itu bangkit segera terbang meluncur menuju pohon rontal yang menjulang tinggi. Pada saat itu juga secara diam-diam Batik Madrin melepaskan jiwa menyelinap masuk ke tubuh Angling Dharma. Dengan demikian, tubuh Angling Dharma yang sedang dipangku oleh istrinya, tiba-tiba bangkit dan langsung duduk sambil merayu dengan sangat bernafsu ingin berbuat serong.
Sementara itu burung merak yang dijiwai oleh rohnya Angling Dharma sedang memetik buah rontal, seketika menoleh ke bawah karena sudah diketahui bahwa tubuhnya sendiri dimasuki oleh jiwanya Batik Madrin. Dengan demikian, ia sangat marah, kemudian mengumpat-umpat Batik Madrin sangat curang dan penipu, sedangkan istrinya (Dyah Dursilawati) sangat sedih, sambil menangis dia terus lari dan tubuh Angling Dharma yang dijiwai oleh jiwanya Batik Madrin terus mengejar sambil merayunya.
/
Kemudian burung merak yang dijiwai oleh jiwanya Angling Dharma segera melesat terus menyambar-nyambar dari segala penjuru. Akhiraya, terjadilah perang landing, tetapi perlawanan Batik Madrin tidaklah berarti karena segera dibuatnya tak berdaya oleh burung merak itu. Dengan demikian, Dyah Dursilawati bisa lolos kembali sampai ke istana. Raja Basunonda dan ibunya kaget dan sedih dengan kedatangan putranya secara tiba-tiba dan compang-camping. Peristiwa yang dialami oleh suaminya segera diceritakan dan supaya berhati-hati kalau tiba-tiba Angling Dharma kembali ke istana, beliau itu palsu karena yang menjiwai tubuh suaminya yaitu adalah Batik Madrin. Jiwa Angling Dharma yang sesungguhnya masih menjiwai tubuh burung merak dalam hutan.
Setelah kembali dan selama Angling Dharma yang palsu di istana, pekerjaannya hanyalah mengumpulkan binatang hutan untuk diadu dengan kambing kesayangannya yang terkenal sakti. Sesungguhnya keinginannya itu adalah untuk mengusai kerajaan Malawapati. Akan tetapi, keinginannya itu tidak bisa terwujud karena tubuh Angling Dharmaa yang dijiwainya dapat diraih kembali jiwa Angling Dharma yang telah lama merasuk dalam burung merak. Terjadinya peristiwa itu, ketika Batik Madrin mempertontonkan kebolehan kambingnya yang terkenal sakti di hadapan para raja dan pembesar istana. Kambingnya itu sakti karena jiwani^a Batik Madrin yang ikut menjiwai. Ketika jiwanya masuk ke tubuh kambing, pada saat itu tubuhnya Angling Dharma kosong lalu jiwanya Angling Dharma segera memasukinya. Dengan demikian, jiwa Batik Madrin tetap di dalam tubuh kambing itu karena tubuhnya sendiri sudah disembunyikan dalam hutan. Akhirnya, semua hal itu diketahui oleh raja Basunonda pada saat mereka menghadap bersama. Selanjutnya, diceritakan pernikahan raja Angling Dharma dengan putri Raja Bojanegari dan putri Raja Malawapati melahirkan Raden Danurweda dan Raden Angling Kusuma. Setelah dewasa kedua putranya itu dipersiapkan untuk menggantikan tahta Prabu Angling Dharma di Bojanegari dan di Malawapati. Sebelum menduduki tahta disarankan agar menikah dengan gadis pilihan mereka masing-masing. Kedua putranya itu tidak menerima nasihat ayahnya, tidak mau menikah dan tidak mau menduduki singasana kerajaan. Sebabnya, para gadis yang melamamya tidak ada yang cocok dengan pilihan hati
nuraninya. Mereka berdua menginginkan permaisuri seorang gadis yang mulia, cantik, terkenal, keturunan orang bijak, cekatan dan terampil, bersuara halus, paham akan kepunjagaan,dan lemah lembut. Prabu Angling Dharma dan kedua permaisurinya i menitahkan para gadis Bojanegari, Malwapati, dan negeri seberang berkumpul merayu kedua putranya itu. Akan tetapi, gadis-gadis tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, Di antaranya banyak yang cantik, tetapi kurang kuat. Gadis yang kuat, tetapi tidak berkenan dalam hatinya, Gadis yang menyenangkan hati, tetapi tidak langsing, yang langsing, tetapi kurang cantik, yang cantik, tetapi kurang sopan santun, yang sopan, tetapi kurang pandai, dan yang pandai, tetapi kurang bijaksana. Singkatnya, para gadis yang ingin mendampingi Raden Danurweda dan Raden Angling Kusuma tidak ada yang sempurna, tidak ada yang menarik hati kedua putra mahkota itu.
Para gadis yang dititahkan menggoda dan merayu kedua putra sang raja semuanya gagai merebut cinta kasihnya. Mereka semua merasa malu dan sangat menyesal, lalu semuanya menyatakan mundur sambil menangis. Kemudian Prabu Angling Dharma mengurung kedua putranya itu.
Pada suatu malam kedua putranya melarikan diri dari istana kerajaan Malawapati. Mereka berkelana menjelajahi hutan rimba, mendaki gunung, melewati jurang dan ngarai. Binatang-binagan buas tak ada yang berani memangsanya. Akhimya, mereka berdua sampai di gunung Arcamanik, kemudian di gunung itu mereka bertapa. Konon yang memimpin para pertapa di Gunung Arcamanik adalah Bagawan Santanumurti yang mempunyai dua orang putri, masing-masing bernama Kusuma Srengganaratna dan Anom Srengganasari. Keduanya sangat cantik, kecantikannya tidak ada yang menyamai dan sudah terkenal di seluruh negeri. Banyak kesatria yang jatuh cinta. Mereka melamar ke negeri Arcamanik. Entah berapa orang yang melamar, tetapi semuanya ditolak oleh Raden putri. Kedua tuan putri itu tidak ingin menikah. Lamaran Raja Surawisesa juga ditolak oleh kedua putri Bagawan Santanumurti. Sang Raja kemudian menyerang pendeta di Arcamanik
agar dapat merebut kedua putri sang pendeta itu. Terjadilah perang yang sangat seru, sating memukul, memanah, menombak, dan menerjang. Korban bterjatulian pada kedua belah pasulcan. Pasukan Arcamanik dipimpin oleli Kartiraga dan Kartisoma, sedanglcan pasukan Kumbarja dipimpin oleli Raja Surawisesa. Dalam peperangan itu, pasukan Arcamanik dikalalikan oleti pasukan Raja Surawisesa. Kekalatian pasukan Arcamanik dibalas oleli Raden Danurweda dan Raden Angling Kusuma. Kedua tuan muda itu mempertarulikan jiwa raganya untuk membantu Bliagawan Santanamurti. Raden Danurweda dan Raden Angling Kusuma berkelana dan berperang serta menolong
orang yang tertimpa kesusahan. Pasukan Arcamanik bangkit kembali menyerang pasukan Parang Kumbarja. Terjadilah pertempuran yang sengit antara Raden Danurweda melawan Demang Jaganala. Tidak lama kemudian Raden Danurweda dapat mengalahkan Demang Jaganala. Raden Angling Kusuma mengalahkan Raja Durbali. Raden Angling Kusuma dan Raden Danurweda memimpin pasukan Arcamanik menyerang Raja Surawisesa di negeri Parang Kumbarja. Pasukan Arcamanik berbaris dan bersorak sorai turun dari puncak gunung menuju negeri Parang Kumbarja, Dalam pertempuran itu pasukan Parang
Kumbarja berjatuhan, selain yang tewas lari tunggang langgang. Tidak lama kemudian Raja Kumbarja dapat ditaklukan dalam perang yang sangat sengit itu.
Setelah mengalahkan raja Surawisesa, Raden Danurweda dan Raden Anglingkusuma melanjutkan pengembaraannya. Tiba-tiba bertiup angin kencang menerbangkan kedua tuan muda itu kemudian jatuh dihadapan Bagawan Sanatanamurti. Pucuk pimpinan pertapaan Arcamanik yang dipangku oleh Bagawan Santanamurti diserahkan kepada keedua raja putri itu Raden Danurweda dan Raden Anglingkusuma bertahta di Arcamanik didampingi oleh Kusuma Srenggana Ratna dan Anom Srengganasari.
C.TRANSLITERASI DAN TERJEMAHAN TEXS
lb. OmAwighamasttd, ithi Kidung Angling Dharma
lb. Semoga tidak ada rintangan, ini Kidung Angling Dharma
samapta.
namanya.
Pupuh Stnarandana
Tukang masak makanan lalu pergi,
1. Jurubaksa mentar nuli, maring don wong kawarongka,
tujuannya menuju orang dalam perundingan, setibanya duduk bersanding, dengan pelan ia berkata,
prapta alinggih saninge, alon denira wacana,
paman manira tanya, paran dosdne kelebu, ing kuncora kawelas sar.
Paman, hamba bertanya, berapakah dosa yang dijatuhkan sampai Paman menderita. Yang ditanya menjawab,
2. Kang tinanya nyawurain,
sesuai dengan kesalahan hamba, tepatnya hamba dikatakan menipu, mengambil kekuasaan hak teman, itu sebabnya(hamba)di hutan si tukang masak berkata, Paman,saya bertanya,
anakmungguh dosaniwang, tinarka nidra resmine,
marunggu labening kenca, marrhane wana rongka, ajurubaksa amuwus, paman manira atanya,
3.
Pada saat kami baru senang, dilihat oleh sahabat Paman, ketiganya sama cantik, lirikan matanya menawan, membangkitkan cinta kasih,
3. Duk wawu kasukan mami,
antuk mitra wong ne ningal, tatiga sami ayune, matarira sung samita, hemena ikang manah, dene kawula dereng wruh,
tetapi hamba belum mengetahui, rumah sahabat hamba (itu).
wismane mitra kawula.
4.
Dari kebodohan timbul keberanian, 4, Saking mudha cakap budi, Paman,saat saya minta paman ikang minta tedha, pertolongan, semua keadaan diceritakan, sasmita tinutur kabeh, yang 2a diminta menjawabnya, kang 2a pininta sawurira, perbuatan itu telah terlanjur, ika katungkul ulah, makanan yang tak disenangi baksa tan danangga guru, (oleh)guru, yang mendatangani para sujana. mara kang para sujana.
5.
Maksud saya menjelaskan,
5. Arsa manirajarwanin,
masa lalu, saat saya dipisahkan, saya bermaksud menyuruh kau, aku sangat membutuhkan pertolongan, yang diminta menjawabnya, jauh-jauh saya datang kemari, berharap bertemu denganmu. Ciri ketiga sahabat Paman itu,
rumahnya ditutupi kain,
ingsun lari winarongka, apti tan ingsun tuduh ake, awelas temen manira,
anak mara ngandika, adoh-adoh ingong rinuruh, mamma atuduh manira.
6. Semune mitra niratri, wismane kang mingkis sinjang,
tak dibelah bagaikan pintu besar, demikianlah kesenangannya, kemontokan buah dadanya, yang mengencangkan kainnya,
demikianlah persamaan rumahnya.
tan tebih Ian lawang gedhe, dine ta kalulut ira, kang ayog payudhara, ngowahing kakamben ipun, palatarane kang wisma.
7.
8.
Bulatnya bagaikan kelapa gading,
tampaknya sangat indah, keindahan mahkotanya itu seperti pohon pinang tumbuh
Tinduran tiris gadhing, anak bogus nira, ikang mawoni gelunge, ing kebone nemem
di kebun,
pucang,
lagi sedang berbunga, sekehendakmu akan dipenuhi, tentu sekarang akan dijemput.
lagya ababar mayang, sakarsanta kang rinuruh, pasti yen mangke kapendak.
Lalu tukang masak pergi,
dicekam rasa kasih sayang, segera tiba /2b/ di rumahnya, yang perempuan lama menunggu, kedatangan si tukang masak, laki perempuan sama-sama menunduk,
semua senang diperintah sebagai
7.
8. Juru baksa mentor null,
ngulari kalulut ira, sighro koponggih wismone, kong estri ongorso-orso, doteng Id juru bokso, jolwestri soreng otunduk, suka somi kokayuhon.
abdi
9.
Setelah dia menyapaikan
tujuannya, lalu tukang masak pergi, tak menyimpang ucapannya, perihal orang di dalamnya itu, sudah semua ditemuinya, si tukang masak sahabatnya, terlalu menuruti hawa na&u.
10. Sahabatnya berkata semua,
baiklah saya bertanya apakah paman tabu jalannya, ke tempat tinggalnya, karena Paman yang menyebut agar mudah saya mencarinya,
9. Wus sira ken kapti,
nulyo kesoh Juru bokso, ndoton siwoh sowujore, jolmo ikang winorongka, wus koponggih sodoyo, Juru bokso mitron ipun, kolongong suka indrinyo. 10. Mitrane angucap samiy bogus moniro otonyo, morgine ondiweroh, prenohe wismo kawulo, rehning kito kong oron, wri nunggwan ingsun
dudunung, saya ingin mengetahuinya.
punapa saking uningo.
10
11. Tolong tunjukkan pada kami, berkata si tukang masak, saya sesungguhnya tak tahu, sebabnya hamba mengetahui, tempat tinggal beliau, karena sempat saya tanyakan dari orang yang juga menginginkan.
11. Semming samita mami, angucap ijuru baksa, ingsun tan wikan jatine, marmane hong sih minga, yayi ing wisma nira, mauhati takon ingsun,
12. Orang itu jelas mengetahui, kata-katanya tak bohong,
12. Wong ika hawas kita wangsit, saujare nora cidra wus tinutur[^1
sudah diceritakan /3a/ semua
prilakunya, sahabatnya itu semua ke-
matingjalma pinarsada,
sasolahe, mitrane sami rudita,
bingungan,
mereka segera bercakap-cakap, ketiganya sangat leiah, nah,segeralah kamu pergi. 13. Wajahnya sangat tampan,
tetapi rendah hati, sesungguhnya keturunan orang
asm de mira ngucap, katiga lumuh kalangkung, lah age sira lungha. 13. Warnamu anom apeldk, anghing punuk ambek ira, tuhu trehe wong
berwibawa,
pracaya,
tak mengenal peraturan, saya harus berkerja apa, menjadi seorang lelaki, tapi
nora wikaning sasmita, ingsun karya punapa, wong lanang welu turjugul,
bodoh,
sebaiknya aku mengasingkan
leheng manira nyundela.
diri.
14. Si tukang masak pergi tanpa
14. Juru baksa tan papamit,
permisi,
pergi(untuk) menanggung malu, ketiga wanita (itu) bagaikan wisa, selalu bermaksud jahat(pada) nroncT. orang
mentar dahat kaherangan, wanita tri wisa taye, ■ mari don wong kawirongka,
POPOSTAKAAN PUSAT PEM81PJAAN DAN PENGEMBAMGAM BAHASA
OAPARTEMEM PEM@ IDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
11
ketiganya sewaktu datang, tak ragu merangkul dengan
katrenira dukprapta, tandwa karma angrengkul,
kasih sayang, sasambat ira amelas arsa. kata-katanya menusuk hati. 15. Pawestri ikang kakalih, 15. Dua dari perempuan itu, nambut bahu tengen kiwa, menyambut bahu kanan dan kiri, siki nmgkemingpadane, yang satu lagi sungkem di
kakinya,
keduanya diberikan petuah, begitulah tutur hamba,
saryya ingucapan kikedwa, punika tutur hamba,
menceritakan keadaan sang
carita Pandu karembug,
Pandu,
manakah istri yang sesung-
pundi rabinekang nyata.
guhnya.
16. Semua orang heran melihat,/3b/ 16. Gawok sagung kang ningalin, /35/ sangat baik dia bercerita, dene petak acarita, lir manmg sapangucape, cxjcok sekali penuturannya, matur alon Angling Dharma, berkata lembut Angling Dharma, maring ida prameswara, kepada istrinya, pundi rabinekang tuhu, mana istri yang sesungguhnya, istrinya menjawab. prameswari angandika. 17. Menurut perkiraan kami,
dari ketiga orang perempuan itu, yang termuda menjadi istrinya, yang memegang bahu kanan, berkata Angling Dharma, berkata Angling Dharma, sesuai dengan pendapat saya, yang memegang bahu kirinya, 18. Ituiah yang memiliki leiaki(itu). disebutnya wanita, yang berada di sebelah kirinya, berkata lagi Sang Ratna,
17. Anakangpangrasa mami, wong wadon tatelu ika, kang ahihit dadi rabine, ikang nambut bahu kanan, Ikang nambut bahu kanan, amaturAngling Dharma, menggah kawula pukulun, kang nambut bahune kiwa.
18. Punika kang drebe laki, karatan ipun wanita, wontening kiwa enggone, ngandika malih Sang Ratna,
12
keduanya itu salah, semua yang memegang bahu,
yang di kanan adalah saudara
kalihe iku salah, kang samyan nyandak bahu, kang tengen kadange
tua.
tuwa.
19. Yang memegang bahu kiri, itu adalah saudara teruna, yang menyungkemi kakinya,
19. Kang anambut bahu keri,
itulah istrinya yang sejati, tidak berani mengatasinya, Angling Dharma berlrata lembut,
punika kadang taruna, ikang ungkeming padane, punika rabine nyata, tan want ngungkulana, Angling Dharma ngandika rum,
membenarkan pendapat/4a/ Sang Ratna.
Ratna.
20. Batik Madrin laiu berkata, hai, Ki Patih Wumantika,
wajahnya sekarang berseri, berkata sambil berjalan, menjawab Patih Wumantika, Sang Ayu masih kurang lagi
leres sabdane 14a/Sang
20. Batik Madrin matur aris, eh Ki Patih Wumantika,
kusuma rarai mangke, rambah pikalah ngandika, nawurin Wumantika,
kari sapisan Sang ayu,
satu kali,
dia berbicara dengan jelas.
denya madarppa angandika.
21. Kemudian berkata lagi, Sri Maharaja Angling Dharma, menyuruh pelita itu berbicara,
21. Dadya angandika malih,
jadi, kamu main taruhan pelita,
payu pandamta ri toha, panjuta atur ira,
lalu pelita itu berkata, ya, hamba menuruti kehendak
Sri Maharaja Angling Dharma, maring panjuta kang kxnon,
inggih sandika pukulun,
tuanku,
berlaruh empat lawan lima,
22. Si patih sangat heran hatinya, karena pelita dapat bercerita, bagaikan manusia bicaranya, beginilah awal ceritanya,
angsala pangwestu twan.
22. Ipatih gawoldng ati, dene pandam acarita, kadya partungsa ature, mangkana amunva kata.
13
gusti hamba menjelaskan, pada masa lampau hamba melihat pencuri,
enam jumlahnya penjahat itu.
23. Dia bernama Galing Sakika, dan Galing Aguna, yang ketiga bernama Maling
gusti atur kawula,
dufdng nguni tonton pandung, nenem katahing dursila. 23. Awasta pun Galing Sakika, lawan Galing Aguna, katri nama Maling Tatos,
Tatos,
yang keempat Maling Saji,
Maling Saji kapatira,
yang kelima Dusta /4b7. Nista,
kalima Dusta I4bl. Nista
yang keenam Maling Sadhu,
kanemepun Maling Sadhu,
merundingkan pelaksanaan kerja.
pirembang anambut karya.
24. Bam saja dia Malang, Saji dan Maling Aguna,
24. Wahu tan pun Maling, Saji kang Maling Aguna, berusaha menggeledah padinya, antuk ngaruruh padine, kerja dengan penuh semangat, antuknya nambut karya, kelihatan tergesa-gesa membawa, bhinata marang tana, kotak yang diikat keras, tabela angret kalangkung, keempat kotak itu berisi emas. kacatur mesi kancana.
25. Setibanya di hutan pegunungan, Maling Saji berpura-pura, keinginannya bersedia dibunuh,
25. Saprapta nireng wanadri, Maling Saji sinikara, arsane sadhya pinaten, orang lupa mengurus keris, wong lali manarik kadga, berkeinginan ikut memenangkan, arsa sareng mrejaya,
Maling Saji kemudian lari,
Maling Saji yang lumayu,
berkata sambil menanyakan dosa.
sarta ngucap takon dosa.
26. Mengungsi ke hutan pegunungan, 26. Angungsi maring wanadri Si Dusta Lali Maya Suka, segera berangkat melanjutkan
Dusta Lali Maya Suka, mangkat lampahira
perjalanannya,
age,
kotak telah dipikulnya,
berganti-ganti membawanya.
wuspinagul kang tabela, ginenti-genti mawa.
14
27.
semalam suntuk mereka berjalan,
saratrisami lumaku,
sehingga tampak menjelang pagi.
ing wayah bangun rahina.
Tergesa-gesa dia beijalan, mereka.berhenti semua,
berada di kuburan yang luas, berkata Mating Maguna, Si Konca Prayoga disuruhnya, /5a/ kotak ditanam paling awal,
27. Kasusu denya lumaris, saya araryan sadaya,
mmggwingpasetran gedhe, angucap Mating Magma, Konca Prayoga nira, /5a/ karddha pinendem karuhun,
berada di tengah kuburan. 28.
hana ingjro pamasaran.
Semua diawali dengan kekosongan, 28. Awitwa sasayah sami,
keesokannya dilanjutkan untuk memperdalam, setelah selesai merundingkan segalanya, I Mating Guna berkata, hendaknya diberikan potongan-
esuk bake bhinalenan,
was arembag sakancane,
[Mating Guna ting ira, kang wangke cacaliana,
potongan mayat,
potongan mayat itu sebanyak
anutya winitang gupuh, wangkecacahe
sembilan buah.
sasonga.
kemudian segera dihitung,
29.
Si Mating Sakti sangat waspada,
29. Yatna nira Mating Sakti,
jangan-jangan ada orang jaliat,
manawa hana duratmaka,
dekat bercampur dengan mayat, setelali mereka bagi semua,
marasandumor tan wangke,
kepala mayat itu,
batukekang kunarpa,
setelati itu mereka bubar dan
sawus ira bubar
pulang,
mantuk, maring wismane sowang-
ke rumalinya masing-masing.
waspinaranga sadaya,
sowang. 30.
I Mating Sendu yang diceritakan, 30. Mara Sendu kang winarni, saat masuk ke dalam kuburan.
duk tumameng pamasaran,
15
bersama temannya memikul kotak,
Ian rowang memanggul kar-
sambil mereka bercakap-cakap,
sedang sami rarembangan,
tak diketahuinya kotak itu
nalipet tan awikan,
dhane,
telah diikat,
bercampur dengan mayat, ikut sampai ke bagian kepalanya. 31. Dengan jelas dia mendengarkan, percakapan Maling Guna ini,
setelah sahabatnya semua pergi, Si Tabya mencari bekas
awor Ian kunarpa sampun, milwa pinarang batufdra, 31 Awas de nira myarsi, gunemdd Maling Guna,
dupe wus mentar rowange, Tabya ngururuh pendemam,
penanaman itu,
kotak itu segera ditemukan,
tabela wuspinanggya,
lalu dipungut/5b/ dan dibawa
dinuduk ISbl winawa
pulang,
mantuk,
ke rumah Priyoga.
ring wisnta nira Piryoga.
32. Demikianlah Ki Maling Sakti,
32. Mangkana Ki Maling Sakti,
keesokannya dia kembali ke
enjing wangsul maring
kuburan,
bermaksud memikul kotak yang
pasetran, arsa agusung
disembunyikannya, bersama sahabat-sahabatnya,
pendemane,
setibanya di kuburan, tempat penguburannya ditemukan kosong,
pendeman kapanggih suwung,
Ki Maling Manguna terperanjat.
kagyat Ki Maling Maguna.
33. Berkata Ki Maling sakti, hai,saudaraku bagaimana
kalawan sarowang ira, sapraptane pasetran,
33. Angucapi Maling Sakti eh yayi paran
pendapatmu,
rahira,
siapa kiranya yang mengambil, katanya Ki Maling Maguna,
sapaldrane kang amet,
pasti di antara teman kita,
pasti yen padha konca
lingira Ki Maling Maguna,
orang lain tak ada yang mengetahui. wong lyansapa kang wruh,
16
awitneng madyaning torn.
dari awal hingga pertehgahan dilihatnya.
34. Kencana tiniti-titi,
34. Semuanya ikut berpikir,
sadaya sami supata, Ki Maling Maguna delinge, yen mongkono tilikanan,
semuanya bersedia, Ki Maling Maguna berkata, jika demikian hendaknya diselldiki,
kunarpa kang sasongana,
mayat yang dipotong sembilan, apakah masih lengkap jumlahnya,
apa genep cacah ipun,
atau habis sama sekali.
uthawa kalamun sudha.
35. Nulya sami den tilikin, kang wangke haneng pasetran, mayat yang ada dikuburan, kari wengalu cacahe, tinggal hanya delapan potong, lignira pun Maling I6al Manguna, katanya Ki Maling/6a/ Maguna, wus tatelang kang ngalap, sudah jelas yang mengambilnya,
35. Kemudian semua diselidiki,
tak lain Si Dusta Marasandu,
tan len Dusta Marasandu,
tampaknya baik, tapi hatinya
anom budhine culika.
licik.
Pupuh Sinom
Ki Maling Sakti berkata, haruslah lari secepat ular,
1.
Ki Maling Sakti angucap,
payopadha ular titik,
menyelidiki di seluruh pasar,
aleledang menyang pasar,
saya akan menanti di jalan, jalannya bagaikan demit, seperti saat mencuri,
ingsun ikang tunggu margi, lakon ira den demit,
dagang emas semua diselidiki
den kaya duk mamandung, padha emaspadha
dengan waspada,
kena,
juga orang menjual asam dan
wong adol asem Ian
kunir,
kunir,
takketinggalan,
atanapi,
orang yang menjual minyak kelapa.
wong adol lenga kalapa.
17 2.
Jika ada orang menjual minyak, 2. Yen hana wong tuku lenga, kelapa asam dan kunir, semuanya itu diselidiki, yang mengobati orang-orang luka,
ia itulah istrinya yang sejati, yang licik Si Maling Sendu, segera ikut pergi, ke pasar diceritakan, Maling Sendu, setibanya dia di nimah. 3.
Kotak segera dibukanya, berisi emas 600.000 buah, Ki Sadu Suka berkata,
istriku /6b/aku akan pergi, ke pasar dengan segera,
4.
kapala asem Ian kunir, amesti iku kinarya, usadane ikang kanin, yeku somahe yakti, kang cidra Si Maling Sendu, saksana sareng mentar, maringpasar kang winarni, Maling Sendu, saprapta nira ing wisma. 3. Kang tabela binuka,
mesi kancana nem kati, KiSadu Suka umojar, ing rabiI6bl mentara yayi, maring pasar den aglis,
menjual obat luka,
tuku watata batatu,
yaitu asam kunir dan minyak, kelapa baru jadi dengan segera,
asem kunir lawan lenga, kalentik ipun agelis,
dan menjual,
Ian tukwa,
umbi-umbian serta makanan.
apyun miwah papanganan.
Semua utang-piutang itu, besok saya ikut melunasi, istrinya segera pergi, utang satu miliar akan ikut
dibayar,
dengan modal berjualan minyak
4. Duwita utang-utanga, besuk ingong Ian ngalironin, somah ira sighra mentar, utang sareyal ngarowangin, tuku lenga kalentik,
kelapa,
asam dan kunir lunas olehnya,
Ki Maling Sakti mengetahuinya, jika ada orang menjual kunir, asam dan minyak, di luar dikatakan oleh
asem kunirsampun antuk, Maling Sakti uninga, yen hana wong tuku kunir, asem lenga, anja siling rowangira.
18
Perjalanannya terus diikuti,
5. Ulih ira tinatutan,
akhimya rumahnya ditemukan,
wisma nira was kapanggih,
lima batang emasnya telah
rembuk kancanane
dimusnahkan,
lalima,
untuk memperbaiki rumahnya, tak seperti sedia kala
wismane ipun lebetin, tan adangu kapanggih,
ditemukan,
ring wisma Ki Maling Sendu, acaraning kala lenggah,
keadaan rumah Ki Maling Sendu,
pada saat acara bebas,
wus sami atata linggih, Maling Sendu, anambrama paran karsa?"
setelah semua duduk teratur,
Ki Maling Sendu,
menyapa,"Apakah kehendakmu?" Berkata Ki Maling Maguna,
6. Angucap Pun Maling Maguna, kalawan Pun Maling Sakti,
kepada Ki Maling Sakti, Kakak,saya hanya IJ^I melancong,
kakang panyanjan ITal kawala,
sebabnya saya datang di sini,
marma ingong tumekeng riki, manglawat sira kanin, Ian abjaluk tar bekingsun, ngong pendeming pasetran, hestu sira kang angambil,
menjenguk beliau luka, dan saya meminta kotakku, saya pendam di kuburan,
memang beliau yang mengambil, sudahjelas,
nora samar,
nah,segera katakan.
lah den age takona.
Ki Maling Sendu menyangkal, berkata sambil mengunus keris, mundurlah kamu jangan
7. Ki Maling Sendu anjola, angucap sarwi nyikut kris, munduran sira anarka,
menuduh,
jujurlah katakan kepada kami, berkata Ki Maling Sakti,
perilakumu sudah diketahui, harus terus terang diakui,
katona paawak mami, angucap Ki Maling Sakti, sira lumaku ginugu, sapuluh akumbya,
sebagai bukti,
babatuk ira katawis, dadi cina,
saya yang memotong-motong di
ingsun prang haneng
tengah kuburan.
pasetran.
tengkoraknya telah ditemukan,
19
8,
Ki Sendu gemetar dalam hatinya, 8. KiSendu getering driya, kemudian dia berkata, puhara angucap arts, janganlah terlalu cepat marah, aywa age-age rodha, nyata saya yang mengambilnya, nyata mantra hang ambil, tetapi saya minta perjanjian, nanghing ingong mintajanji, berikanlah bagian saya, sunganengpanduman ingsun, ia itu Ki Maling Maguna, ya ta Ki Maling Maguna, dan Maling Sakti menyanggupi, Ian Maling Sakti nanggupin, jika masih utuh, dyan binu, emas itu di dalam kotak.
9.
Kebahagiaannya bagaikan /7b/
hendak dibagi, orang Saji yang membagikannya, Ki Maling Sendu diberikan seratus ribu batang,
karena tak ikut memilikinya, Sang Pinda Resi berkata, siapa yang memiliki itu, seratus ribu batang telah lenyap permaisuri lalu berkata, jika aku,
katabelames kancana.
9. Wretnan kadi I7bl
binagya, wong Saji nira nyekati, Maling kancana sekatya, sinten ikang adrebenin, Sang Pinda Resi angling, sinten kang drebe puniku, sakatih ikang malang, prameswari ngandikaris, yen manira, puniku Pun Maling Maguna.
itu Ki Maling Moguna 10. Yang mempunyai kemalangan itu, 10. Drebe ya pamalangan, terutama Batik Madrin,
umatukiBatik Madrin,
itulah menjadi abdi, yang berkuasa adalah Ki Maling
punika menggah kawula, kang drebe Pun Maling
Sakti,
Sakti,
menjawab Angling Dharma, jika saya Si Maling Sendu, menyebabkan adanya harta benda, berkata lagi permaisuri,
nabda Angling Dharma, yen ingsun Si Maling Sendu, awit hananda brana, ngandika malih sangputri,
semuanya tidak,
kabeh sis,
itu pendapat saya.
punika mungguh manira.
20
11. Emas sebanyak seratus ribu batang lenyap, adalah milik Si Maling Saji
11. Kancana sakoti
malang,
kang duwe Si Maling Saji, wit iku durung kaduman,
sejak awalnya belum dapat bagian,
kanggola dadoking nguni,
paling payah dia dari dulu, ya, Ki Maling Saji, raja Angling Dharma berkata,
ya Ki Maling Saji,
raja Angling Dharma umatur, mangke kadya punapa, karsanta Sang Raja Putri, Sang Dyah sampun, ngandikan, ambilping tiga. /8a/
sekarang ini bagaimana,
keinginannya Sang Raja Putri, Sang Dyah Sudah, berkata, dalam hitungan tiga kali. /8a/ 12. Permaisuri segera menjemput.
12.
Prameswari gya tumendak,
Sang Raja Putri kinanti, umareking Rama natha, den ayaping para
Sang Raja Putri ditunggunya,
menghadap kepada sang raja, diiringi oleh dayang-dayang cantik.
manis.
Raja Putri segera sungkem
Sang Dyah gupuh nungkemin, padha prameswari matur, putra twan waluya, mulih kadi winging uni, kalangkung sakti,
kaki ibunya,
lalu permaisuri berkata, ya, putra paduka, sudah kembali seperti semula, sangat sakti, sangat kasih sayang dengan
kiwewa sih Angling Dharma.
Dharma.
13. Merasa sangat senang Sang Raja, lalu disuruh menjemputnya, hai, anakku saya bertanya,
13.
apa sebabnya yang telah lalu, kamu tidak dapat berbicara.
Sang Ayu menyembah dan berkata, duhai Ibu dan Ayah anakmu, saat berada di negeri seberang.
Kamantyan suka narendra, aris angandika siwi, eh nini ingsun atanya, apa karanya nguni, sira tanbisa angling. Sang Ayu nembah umatur, duh ramaji kawula, wontening sabra nagari.
21
bemama Simbar,
wasta Simbar,
Mayura tempatnya para raksasa,
Mayura kutaning detya.
14. Saya akan pergi ke Kreta Nagara,
ada orang datang, bernama raja Angling Dharma,
saya diajak pulan^, ke Kreta Nagara, menghadap raja Basundonda, istananya /8b/ dilihatnva.
kesaktiannyamengalahkan besi, permaisuri,
berkata kepada sang raja. 15. Saya heran melihat,
kesaktiannya Angling Dharma, seperti pinang dicampur sirih,
istrinya menceritakan dengan
14. Kawula maring Kreta Nagara, wonten wong prapti, wasta raja Angling Dharma, kawula binakta mulih, maring Kreta Nagari, prabhu Basundonda dangu, wisma yeng /8b/ driyanira, saktine kang minda wesi, prameswari, umaturing raka natha. 15. Kawula gawok tuminghal, saktine Angling Dharma Wesi, papohan pucangan pandhan, kine carita
singkat,
ngacuwis,
bagaikan wayang golek, tiada busuk nasi di gunung, mengatasi para raja,
kadi wayang krucil, tan mambu wesi ing gunung, ngungkulin para raja, sakten ipun anglangkungin, prabu Basunonda henti,
kesaktiannya luar biasa,
raja Basunonda tak pemah lupa, di dalam hatinya. 16. Di situ patih Umantika,
berkata kepada Batik Madrin, anakmu bertanya, hendaknya katakan yang sesungguhnya
arsaning driya. 16. Ya ta patih Umantika,
siapa yang di belakang itu, wajahnya begitu tampan, tampaknya bukan seperti orang
hanada ring Batik Madrin, anakmanira atanya, apajara kang sayukti, ring pundi kang kawingking, bendaranira kang bagus, kaya dudu wong
kebanyakan.
arga.
22
sinar wajahnya tampakcerah,
caya ujwalawa rasmin,
wajahnya,
asemone,
seperti seorang raja bijaksana.
kadi sri natha sudhibya.
17. Ki Madrin tersenyum sambil
17. Ki Madrin mesem
berkata,
angucap,
sesungguhnya(dia) Kiyayi,
sayakten ipun Kiyayi, gusti kawula punika, natha ing Malawapati,
itu adalah gusti hamba, raja dari Malawapati,
dibisikan oleh sri mahabijaksana,
anising I9alKanyapuri, sumengkeng agraning gunung, bisikan sri mahadibya.
Angling Dharma yang amat sakti,
Angling Dharma taring sakti,
menyamar /9a/ dari Kanyapuri, pergi ke puncak gunung,
memiliki ilmu gaib,
mondra guna,
tanpa terhalang menghadapi
ing ajur-ajer tan
berbagai rintangan,
keweran.
18. Berperilaku balk berbudi luhur, 18. Ambek sadhu soktya budya, tur.palimama ing dasih, selalu didampingi dayang-dayang, kinasihaningjiwata, disayangi sebagai kekasih, tan patandinging ajurit, tak terkalahkan dalam berperang, kretarteng raja niti, ahli dalam ilmu pemerintahan, tur abala para ratu, dan menjadi raja di raja, itulah sebabnya hamba,
dene awak kawula,
sebagai abdi paduka raja, patih Umantika, segera masuk ke istana.
punika warongka aji,
19. Bertemu dengan sang raja, Basunonda lalu berkata,
saya patih heran mendengar, kesaktiannya Ki Wawesi, coba ceritakan dengan jelas,
patih Uipantika menceritakan, wahai tuanku raja (dia) itu,
yang menyamar sebagai Wawesi,
Umantika,
sighra umanjing ringpura. 19. Cundukkalawannarendra,
Basunonda ngandikaris, ingsun patih gawokmyarsa, ing saktine Ki Wawesi, tuture yayi sari, patih Umantika matur duh dewaji punika, ikang aminda Wawesi,
23
sesungguhnya,
raja agung(dari) Malawapati.
sayuktine, ratu agung Malawapatya.
20. (Tak lain) maharaja Angling
20. Maharaja Angling Dharma, Dharma, menyamar pergi dari Kanyapuri, ants tilar Kanyapuri, ke istana tuanku raja, wisma ya sri nara natha, setelah kamu menceritakan /9b7, was sona ngandikaris I9bl, wah baru aku mengetahuinya, eh wruha nira patih, Sri Maha Angling Dharma itu, Sri Maha Angling Dharmeku, raja agung sangat mulia, ratu agung sudibya, sebagai penguasa di Pulau Jawa, papakuning nuswa Jawi, tersohor di dunia, kasubing rat, terkenal sangat sakti. kasumbung sakti mahabara.
21. Berhati mulai dan berwibawa, dikasihi oleh Tuhan,
raja yang berhasil dari bertapa, keturunan dari orang suci, dihormati oleh semua raja, disegani oleh orang-orang
21. Ambeksadhu paramartha, kinasihan dewa Widhi, ratu wijiling atapa, trehing andana warih, sinembahing samwaji, tuwingingjuwata
terkemuka,
agung,
jika begitu akan kutunangkan
bejane putraning
dengan putriku, supaya bersuami raja mulia, kalau demikian, Umantika putraku.
alaki ratu linwih, yen mongkono,
22. Jika Dursilawati mau,
akan aku bicarakan dengan sang raja,
sang patih menjemputnya, bersama pembesar, para
wang,
Umantika putraning wang. 22. Yen Dursilawati arsa,
sunda upekan Ian sangaji, sira patih amapaga, Ian sagungpunggawa
punggawa mentri,
mantri
yang mengiringkan ke istana,
ngiringa maringpuri,
hendak mempersembahkan
aturana anak
24
putrinya kepada raja, saya menjemputnya di taman,
prabhu,
demikian penjelasan patih,
sandika aturi patih,
Umantika,
Umantika,
menyembah lalu mengundurkan
nembah mundursakeng arsa.
ingsun mapaganeng renggolan,
diri,
Pupuh Durma Rangsang
1.
Diceritakan raja Sastra Nagara,
1.
Kawarna narendra Sastra
Nagara,
tentang Sang Dyah kembali,/10a/
sampun myarsa wreti, yen Sang Dyah waluya, llOal
disembuhkan oleh sang pendeta, selanjutnya sekarang,
ing usadha Sang Dwija, singanduka malah mangkin,
sudah diambil,
sampun jinada, dening sang mahayakti.
sudah mendengar kabar,
oleh sang pendeta.
2.
3.
Semua para raja sangat marah,
2. Dahat krodha para ratu yan dipatya,
keinginannya mengadu perang, semuanya sudah sepakat, segera memukul kentongan,
gendrang, gong beri bersuara
arsa masesengjurit, wus rembug sadaya, sighra nembang tengeran, kendang gong beri
gemuruh,
tinitir
keluar berderet-deret,
bagaikan gelombang air laut
mijil atata, Iwir trunaning udha-
pasang,
dhi,
Hiruk-pikuk bala tentara di
3. Kagegeran wadwa ring
Kreta Nagara,
Kreta Nagara,
semuanya siap siaga bertempur, patih Umantika, segera memukul kentongan, semuanya sudah siap bertempur
ramya sayagengjurit, patih Umantika, sighra nembang tengeran, sama ta sikep sing
25
lengkap dengan senjata, sang raja, sudah diberitahukan.
Raja Basunonda telah siap,
Jurit, sri nara natha, wus ingaturan iming.
4. Prabhu Basunonda sampun sawega,
berkeinginan memenangkan pertempuran,
keluar dari istana,
dikawal oleh punggawanya, setelah tiba di halaman luar
istana, tentaranya ribuan, semuanya pasukan berani mati. 5.
Semua raja di seluruh negara sudah mengetahuinya, jika raja Basunonda, keluar dari istana,
5. Ratu sewu nagara samya wikan,
segera pertempuran dimulai,
lamun Basunonda aji, mijilsaking kuta, sighra pareng umangsah,
/10b/ Prajurit Kreta Negara
HOb!wong Kreta Nagara
sangatsedikit,
kedik,
kebanyakan musuh,
rinoban lawan, kinarutuging bedil.
menembak dengan senjata api. 6.
arsa myosing jurit, mijil sakeng pura, awahanadiponggawa, ingyawi kita wus prapti, wadwa sumahap, samya sudireng westi.
Prajurit Kreta Negara banyak yang mati,
6. Katah pejah wadwa ing Kreta Nagara,
ditabrak dengan baling-baling,
binedrong balang-baling,
para punggawa banyak yang luka, yang melawan begitu mati,
punggawakeh brana,
patih Umantika segera, melapor kepada sang raja, wahai tuanku raja.
kang sura panggah pejah, patih Umantika agelis, matur ring natha, dhuh gusti sri bhiq>atL
26 7.
Hamba ingin mundur siap
berjaga-jaga dalam istana, prajurit tuanku banyak tewas, demikian juga, para pemimpin,
7. Yagi mundur sumongga mungwerjrokutOf wadwa natha keh mati,
laporan dari patih cukup.jelas.
mwang para nayaka, akatah nandang brana, kadaar atur ri patih,
Raja Basunona,
Sri Basunonda,
sudah bingung memikirkan.
sampun binger kenesti
banyak yang terluka,
Mereka segera mundur lalu masuk ke dalam istana,
peperangan masih berkobar, Ki Cepung segera, ke istana Kreta Nagara,
8. Sighra mundur tumameng jroning kuta, tangkep kari miranti, Ki Cepung saksana, kuta Kreta Nagara,
para Raja Sastra Nagari,
para ratu Sastra Nagari,
berkeinginan menghancurkan,
bhinaya mangap, masurak-surakan jerit.
bersorak-sorai menjerit. 9.
10.
Raja Basunonda setibanya di
9. Raja Basunonda sapraptaning
istana,
pura,
bertemu dengan Siwi,
acucduk Idwan Siwi,
kemudian berkata,
aris angandika,
lalu datang raja dari Malawa, akan diadakan perundingan,/11a/
dateng natheng Malawa,
penyebab dari pertengkaran itu, dengan Raja Kreta Nagari.
andika rebat,
Lalu berkata Raja Angling
anggeryan petuHng kapti, IHal prajeng Kreta Nagari. 10.
Matur aris Maharaja Angling
Dharma,
Dharma,
janganlah takut tuanku Raja, jika hamba Angling Dharma, masih hidup di depan tuanku Raja,
sampun maras dewaji, yen pun Angling Dharma,
berdiri tegak menjaga permata, walaupun banyak, sejuta raja lagi.
pukulun teksih geseng, angadeg lir tunggu manik, nadyan wibhuha, ratu sayuta malih.
27
11. Sekalipun raja itu beiprapjurit banyak dan bersenjata lengkap, hamba tak akan mundur setapak
11. Den ceriga ratu sak bala donya,
kawula gumingsir,
pun,
12.
nadyan silih weweha, prajurit sakinguk malih,
berangkat.
Madrin.
Semua prajurit Kreta Nagara,
mengikuti I Batik Madrin, bersama raja Angling Dharma, segera keluar dari istana, diiringkan oleh Umantika, setibanya di bagian luar istana, para manetri telah bersiap-siap. 13.
kyai Madrin pwa
bersama Ki Madrin siap mempertaruhkan nyawa, walaupun saling membalas, prajurit tak akan mengalah, mereka siap mengikuti, Batik Madrin bersiap-siap
Angling Darma segera
berangkat, bersama Ki Batik Madrin,
menuju medan pertempuran, sambil sesumbar,/lib/ silakan rebut aku di medan
yoma,
mong sagirisa, gya mangkat Batik 12. Sakatahe wadwa ing Kreta Nagari ngiringiBatik Madrin,
Maha Angling Dharma, dyan mijil sake pura, patih Umantika ngiring, praptaingjaba, kuta agelar para mantri.
13. Sighra mangseh wahujeng maha dibya, lawan Ki Batik Madrin, mating pabaratan, sarwita sumbar-sumbar,IIlb! kembulena ingajurit,
perang,
bersama raja Sewn Nagara. 14. la Aku adalah laki-laki dari
Dursila Watya, putri Kreta Nagari, rebutlah di dalam pertempuran,
tetapi jika saya masih hidup, tak akan kaudapatkan tuan
ratu Sewu Nagara,
14. lya ingsun laid Dursila Watya,
putri Kreta Nagari, rebiUaningyudha,
yen ingsun masih gesang, tangeh sira mondong
28
putri, sangat marahlah mereka, para pembesar dan para raja. 15.
Kemudian Maharaja Angling Dharma dikeroyok,
putri, langkung brahmantya, sagung para nrepati. 15. Kinembulan Maharaja Angling Dharma,
didekati dan ditusuk dengan
binondonganing bedil, sinipat gumita, sinasongantur
tombak,
watang,
ditembaki dengan senjata api, dicaGimaki,
dihujani dengan lembing, . Raja ^gling Dharma, segera mencabutjemparing. 16. Senjata utama itu disiapkan untuk segera dilepaskan,
sinawuran busung lembing, Angling Dharma, sighra nambutjemparing. 16. Ri saksana lumepas hang saradibya,
ratu Sastri Nagari,
Raja Sastri Nagari, banyak prajuritnya yang tewas, dihujani dengan senjata panah, setiap yang berani melawan
katahkangpralena, kacunduking warastra, sing amara-mara
akanterluka,
kanin,
yang terlalu berani akan tewas,
kang panggah pejgh,
tetapi mereka bubar lari
bubar mawur
ketakutan,
agiris.
17. Batik Madrin mengamuk
17. Batik Madrin angamuk lir
bagaikan singa sedang murka, membawagada besi,
saradula,
semua punggawa,
sakwehingpunggawa,
hancur lebur /12a/ diterjang,
syuh rempuh I12al katrajang,
dan tunggangannya mati, dipukul dengan gada, hancur lebur menyatu dengan
mwah wahananyamati, pinraging gadha, rencem syuh wor lawan
tanah.
siti.
18. Semua para raja merasa
amusti gadha wesi,
18. Samya giris sakatahingpara
29
ketakutan,
nathOy
tak ada yang berani berbalik, berlari terpencar-pencar, sisa dari yang tewas itu, prajurit dari Kreta Nagari,
tanana mongga pulih, lumayu sasaran, sakarinekang pejah, wadwaning Kreta Nagari, surak gumarah, kadya karungweng langit.
bersorak sorai,
bagaikan memecah langit. 19. Setelah hancur Raja Sastra
Nagara pulang, tak seorang pun yang tersisa, lalu Raja Angling Dharma, kembali ke istana,
dikawal oleh pan patih, berjalan paling depan, menyarankan agar waspada.
19. Sima larut budal Sri
Sastra Nagara, siji tanana kari, jeng SriAngling Dharma, mundur tumameng kuta, umanti kanyan apatih,
ngruhuning lampah, angaturin upeksi.
Pupuh Dhangdhang Gendhis 1.
Setelah tiba di istana raja,
(patih) Umantika, mengawal paling depan, menyembah seraya berkata pelan, musuh yang berani melawan
2.
Sampun prapta ing abyantara aji, Umantika, mangukuh haneng arsa, manembah alon ature,
mengsah dalem sirna
semuanya tewas,
was,
para Raja Sastra Nagari, semua yang datang, dan semua bala tentaranya,/12b/ ditembaki dengan senjata utama, (sehingga) hancur lebur, satu pun tak ada tersisa, oleh raja putra tuanku.
para ratu Sastra Nagari, akatah ikang prapta, mwang sawadwan ipun, I12bl kacunduking sara dibya,
Raja Malawapati sangat sakti,
sima larut,
sajuga tan wonten kari, pukulun putra twan.
2. Bhumi nathe Malawa susakti.
30
berilmu gaib tak terluka oleh senjata bajra, bersekutu dengan patihnya, perwira utama ahli berperang, jika berlaga selalu unggul, menguasai ilmu gada, kelihatannya sangat menakutkan, seperti singa siap menerkam, para raja itu akan hancur, dipukul gada menjadi tewas, lebur bersama kudanya. Merasa sangat bahagia sang raja, berkata dengan permaisurinya,
mondra guna tan pasahing bajra, sambada lawan patihe prawira tameng pupuh, yen ajurita babhayanin, wrehaspati ngunda gadha, Hdbhuta dinulu,
singha kang kanrajang, gempang ratu ikang, pinrehing gadha ngemasin, syuh Ian wahana nira.
3. Henti suka nira sri bhupati, angandika maring prameswara,
hai adikku cepat cari anakmu, akan jadi dikawinkan, dengan putranya sang raja, Dyah Dursilawatya, hendaknya dibawa pulang, permaisuri telah raemaksa putranya,
sudah diberikan tempat indah, sang raja turun menjemput. 4.
Diceritakan /13a/ ke hadapan
Sri Angling Darma, dijemput oleh para punggawa,
yang telah memenangkan medan pertempuran,
sampai di alun-alun, ditampilkan ke depan, Dyah Dursilawatya, dinikahkan dengan Angling
eh yayi sari den age, payopadha ametuk, maring putra nira nrepati, nini Dursilawatya, gawanen ametuk, prameswari wus sumaksa, ikang putra, sampun pinahe sanasri, sang natha dyantu mendak. 4. Kawarna IISal ajeng SriJayejurit, ginapapaging para punggawa,
kang mentasjayeng palunggon, rawuhing alun-alun, ingaturan maring sitinggil, dewa Dursilawatya,
ametuking kakung,
Dharma,
sujud menyembah di kakinya.
nembah angusaping pada,
31
menghamba,
berpakaian keemas-emasan, berjejer dengan sang raja. 5.
Dalam hatinya Raja Basunonda ingin,
berkata kepada Sri Angling Dharma,
ambilah bila ada niat,
beliau segera masuk ke istana, memanggil segera Sang Dyah ialu menyampaikan
(kepada) ielakinya di istana. Sang Dyah tidak menolaknya, segera pergi berduaan, menuju kaputren,
banyak orang yang mengiringkan, para hamba pilihan.
6.
Emas tampak bercahaya indah berkilauan,
pinareking, angamparan denta rinukmi, ajajar lawan narendra. 5. Asm arseng twos Basunonda ajiy
angandika ring SriAngling Dharma,
kawawa lamun suwawi, angger manjing ring pura rum, lah ta Nini aturana nuli,
laki nira ring pura, tar wiyang SangAyu, sighra kontar akalihan, ring kaputren,
gumarah ikang umiring, parekan papingitan.
6. Arjja songsong gilap kreta
bagaikan Dewi Ratih dengan
srukmi, pinda Ratih lawan
Kamajaya, sang raja merasa sangat
kang rama enting
bahagia,
demikian pula /13b/ permaisuri raja,
Kamajaya, sukane, mwang Il3blprameswari prabhu,
sangat senang hatinya melihat
saarseng twas mulateng
menantunya,
siwi,
orang-orang berdatangan ke istana,
tak ada yang ketinggalan, semuanya merasa gila asmara,
terlebih lagi kaum bangsawan, apalagi orang kebanyakan, semua tertarik melihatnya.
kabot wong dalem pura,
nda tanana kantun, kaberagan manah ira, manggung miwah,
katenggung tan apiselir, samya ulangun mulat.
32
7.
Setelah kaputren dihias
dengan indahnya,
asri,
dipajangkan seraua yang indah
pinapajang asri
sehin'gga tampak seperi sorga,
Iwir kaendran,
dihiasf busana beraneka warna,
madhyendah lalungsirane, sangpinangantyan rawuh, ing kaputren pinara kalih,
kemudian datang si pengantin, di kaputren yang terbagi dua,
yang berada di tengah diwamai,
haneng madhe rinengga,
beralaskan permadani, dayangnya mempersembahkan
alalemak babut,
tempat sirih,
inya ngaturaken pawohan,
dan bunga,
lawansekar,
yang dibuat untuk para pembrani di medan j)erang,
kang ginubah sureng pati, asri munggwing tadhahan.
ibarat kenikmatan makanan yang menggiurkan.
8.
8. Sang suputri anglirik ring laki, sumarma syuhing twas hatinya merasa teriris dilanda enggong citta, asmara, wong Hd bogus rupane, orang ini wajahnya sangat tampan, cayanira sumunung, cahaya mukanya berseri, kadya wulan purnama masidhi, bagaikan bulan saat purnama, mendah duk madeg natha, tentu ketika menjadi raja, hanengpuran ipun, bertahta di istananya, Sang Dyah melirik lelakinya,
saya kira beliau beristri /14a/
sun watara sugih I14al
banyak,
garwwa balerene, wong iki anglaliwatin, nanghing wora katara.
orang ini telah terlanjur, tetapi tidak kentara.
9.
7. Kaputren wus rinupaka
Sri Angling Dharmamemandangi 9. Srinarendraumyating istrinya,
sangat bemafeu tak tertahan di dalam hatinya, lalu tangannya dipegang,
rambutnya dielus-elus,
rabi, gumareget tan saranta
ring twas, nulya sinambut astane, kinuswa ikang gelung,
33
mukanya selalu ditundukkan. Sang Dyah merasa gelisah, memanggil ayah dan ibunya,
sambat rama itu,
ibaratkan kumbang diberi
dhuhjanatuculnaning,
wadanane tan sah iniring, Sang Dyah angayang-ayang,
harum-haruman, memang sungguh harum,
"saya tak ingin berswami,",
kesengsaraan apa yang akan
wangiyen mula, ingsun tan arsa alaki, lara apa wawujang,
terjadi. 10. Tersenyum sambil mencium Angling Dhaima, Sang Dyah segera,
dibawa ke tempat tidur, dayang menutup kelambunya, pada saat di tempat tidur yang
10. Mesem sarwwi ngaras sri bhupati, Sang Dyah sighra, winawa ring tilam, inya nangkepken samire, kalanengjinem
indah,
arum,
Sang Dyah merengek-rengek,
Sang Dyah ayu akongah-
selalu dicumbu rayu, hatinya tetap menolak, Raja Angling Dharma bagaikan kumbang, ingin menguasai, kembang yang masih kuncup, ingin mengisap madunya. 11. Seperti dihanyutkan oleh
manisnya asmara,
kangih, tan sah pinriyambada, asm mawal kayun, sang natha kadya bremara, amersaseng,
puspita maksih akitip, mrih luntur ring srangkara. 11. Ginunturaning srenggara
Sang Dyah terus /14b/ digoda dengan rayuan, bagaikan manisnya air gula, sebagai dewata di tempat
manis, Dyah kalulun I14bl priyambada, Iwir guladrawa manise, dewateng tilam,
tidur yang indah,
arum,
sebagai permata kusuma bangsa, seperti dewanya dewa bulan
mustikaning dyah sabhumi, hyang-hyangning wulan
34
purnama,
purnama,
menerangi istana kerajaan,
manedoneng kadatun, gandane aweh wighna
bagaikan baru harum yang memusingkan, tetapi tetap
mungeseme,
menyegarkan,
cinta kasihnya selalu memikat
mamalat sih mulet
hati,
ati,
membuat orang mengurungkan
mamurung wong ngumbara.
niatnya untuk pergi.
12. Kebahagiaan dalam hati bagaikan seorang gadis cantik,
Sang Dyah gadis gunung baru menginjak dewasa, bertemua dengan pria gaib, melihat lelaki sangat tampan,
12. Sukaning twas kadi apsari, dasa rwano Dyah sedeng diwasa,
bagaikan Arjuna turun dari
anuju priya sanggihe, manggih kakung abagus, Iwir Arjuna turun ring
surga,
swargi,
pengasuhnya para dayang gila
pawongan para inya kasmaran
asmara melihatnya, merasa kasihan merayunya, tiba-tiba datang,
rumungu,
wanita menginginkan lelaki, mendengar sang raja akan
rasa sih priyambada, dadya para,
pawestri kapingin laki, myarsa natha ngarerepa.
bermalam
13. Marma ingsun atilar nagari, istana, anglalana anjajah nagara, mengembara mengelilingi dunia, angularin paduka angger, untuk menyelidiki paduka, sira kempining dalu, karena tuan putri dimimpikan
13. Sebabnya saya meninggalkan
malam hari,
tuan putri dengan saya ber-
keksi tunggalan ingsun aguling, sira ingsun bantal ing
bantalkan tangan dan
asta asung gantana
saya merasa tidur bersama dalam satu kamar,
35
memberikan sirih,
setelah saya bangun temyata
rum,
tidak ada,
sawungun ingsmanidra ndatanana,
itu sebabnya /15a/ hamba tanpa
tan ketang llSal tilar
berpikir pergi dari istana,
puradi,
karena hanya tuan putri yang
mimg siranggerkang ketang.
terpikirkan.
14. Sekarang dijumpai di Kreta Nagari, hati saya merasa sangat lega, hamba berjanji menunggu, minta obat pikiran bingung, tersenyum dan berkata tuan putri,
selama ingatan,saya tak pernah menjadi dukun, apa yang dapat diperbuat, mengobati orang, hanya sifat sok dan asal
14. Mangkya panggihhaneng Kreta Nagari, sakamantyan sun ingwredaya, kawula punagiangger, minta usadeng huyung, mesem angling Sang Pinda Ratih, dereng salami kawula tau dadi dukun,
punapa ikang kinarya, usadawong, bisa karya ujar lamis,
berbicara. 4
membuatnya agar bisa berbicara 15. J ika saya marah hilangiah wibawa sebagai raja, nah lakukanlah sudah, membalas dengan bicara,
dene ta anglengkara. 15. Yan brangta ri kula sang aji,
lah mbok sampun, amamalas gita,
sebagus apa pun permintaan itu akan saya penuhi, tersenyum sambil mencium sang
sarupini arsa kaake,
raja, kemudian memeluk dan
prabhu, saha ngrepa angarih-
merayu-rayu,
arih,
duhai Sang Dyah permata hatiku, dewanya dewa kecantikan,
dhuh-dhuh mustikaning Dyah, hyang-hyangning rum-marum,
siapa yang memiliki pengendalian
sapakangduwe
mesem angaras sang
36
16.
diri,
banda,
bahagia selalu, kebahagiaan yang kekal abadi, karena terjalinnya ikatan cinta.
rahayu tulus, nerus sagraha ta lantap, sadokkaraga karana.
Tuanputri mas permata di Kreta Nagari, dibandingkan dengan /15b/ para gadis cantik, dihormati oleh orang-orang terpandang, karena sebagai ratunya ratu
16. Sasotyane ring Kreta
Nagari,
nayakanengkangllSbl para wanodya, kalengkanepraharume, ratu-ratuning
kecantikan,
ayu,
yang dapat memberikan kasih
ikang bisa angalap
sayang,
sift,
selalu memikat hati,
karya lidunging driya,
juga member!kesengsaraan
malweh lara
tiada taranya,
gandrung, kung asujwala gumilang,
renungan indah selalu jauh melayang,
sungguh-sungguh, lenyap kasih sayang adinda,
mungga-mmgga,
luntur asih ira gusti, apa ring usada brongta.
apa obat penyembuhan lukamu. 17.
Adapun keindahan di dalam peraduan Sri Angling Dharma, dengan istrinya,
17. Kmeng langoningjro tilamsari,
SriAngling Dharma, lawan garwanira,
wus kapadhaning kdptineng,
permintaannya telah dipenuhi, yang menyebabkan kebingungannya
larul sotaning huyung,
lenyap, lalu timbul saling cinta
sih siniyan kang
mencintai,
milih,
bergulat di dalam kemesraan, berada di dalam kamar yang
wangwang nenggah kalyan, munggwengjinem
serba harum,
arum.
37
Angling Dharma merangkul dengan
sang natha mekiil
lembut,
manrepa,
wahai adinda tersayang, minta maaf padamu, telah menyembuhkan dan menenangkan hatiku.
dhuh mas mirah, minta aksama kang dasih, deweh marasing dhira.
18. Ton da lamun sira masku gusti, telah memaafkan, was ngaksama, nglariU benduning menghilangkan kemarahan dalam
18. Betul-betul beliau padukaku,
hati,
twas,
bersama-sama mengikuti ke permandian, Sang Dyah berjalan, tersenyum raja Angling Dharma,
pareng ngamering kapatirtane, Ratna Ayu anglawut, mesem Angling Dharma nrepati,
lalu mencium pipinya,
angaras Idsya nulya,
Sang Dyah dipegang,/16a/
Sang Ayu sinambut,I16dl
lalu dibawa ke permandian,
binakta maring pasiraman, samya siram, kalihiranghanengbeji, salina surup wastra.
mandi bersama,
keduanya berada di permandian, kemudian berganti pakaian. 19. Sepeninggalkan dari permandian lalu tiba di istana, menjelang pagi hari,
para abdi menyambutnya, yang semuanya telah bangun dari tidurnya, mereka tidur dengan nyenyak, setelah di timur bersinar merah
baru terbangun, saat matahari terbit,
lalu pemandangan terlihat indah, Sang Dyah dengan Sang Raja, semuanya duduk,
19. Sawus sira kondur
prapteng purl, byar rahina, pawongan gumreh, kang turu was tangi kabeh, guna dahat aturuh, sumirat bang purwa mengeti, hyang arka meh tumambang, nulya asri dinulu, Sang Ayu lawan Sang Raja, sami linggih,
38
berjejer bagaikan Sang Kama
jajar Iwir Sang Kama
Ratih,
Ratih,
dengan Kamajaya.
kalawan Kamajaya.
20. Didampingi oleh gadis-gadis cantik,
para abdi jelita, dan abdi pilihan, deretan yang paling depan
duduk dengan rapi, semua senang melihatnya, lalu Sang Dyah tidur, di pangkuan kakandanya, seraya berkata lembut, apakah yang menjadi awalnya, tuanku raja, menyamar dari Kanyapuri, pergi meninggalkan kekuasaan. 21. Paduka raja yang mulia
supaya menjelaskan sesung-
20. Ingayap de nikangpara manis, ngemban inya, parekan pawongan, atap haneng arsa hander, samya suka andulu, nulya sareyan Sang Dewi, munggwing pangkoneng raka, sarwa arts umatur, punapa kang dadospurwa, den paduka,
anisaking Kanyapuri, atilar kawibhawan.
21. JengSriMahadibya anjateinin
guhnya, kepada istri paduka,/16b/ yang menjadi pertanyaan, sejak dari awal, pertengahan hingga berakhirnya, perilaku beliau pada masa lalu, sejak lama sudah tak diceritakan, tuanku raja berada di Kerta Nagara, Ingin melanjutkan pengembaraan, berkata kepada istrinya, sudah lama,
saya berada di Kerta Nagara, menemukan kebahagiaan yang tak ada taranya.
maring garwwa,I16bl kang dadya patanya, purwa madhya usanane
polah ira ing dangu, tan kawarna sampun alami, sri haneng Kreta Nagara, hayun dumurus anglangut, angandika maring garwa, hawus lawas,
ingong haneng Kreta Nagara, mangguh suka wibhawa.
37
Angling Dharma merangkul dengan lembut, wahai adinda tersayang, minta maaf padamu, telah menyembuhkan dan menenangkan hatiku.
sang natha mekul manrepa, dhuh mas mirah, minta aksama kang dasih, deweh marasing dhira.
18. Betul-betul beliau padukaku,
18. Ton da lamun sira masku gusti, telah memaafkan, was ngaksama, nglarut benduning menghilangkan kemarahan dalam hati, twas, pareng ngamering bersama-sama mengikuti ke kapatirtane, permandian, RatnaAyuanglawut, Sang Dyah berjalan, mesem Angling Dharma tersenyum raja Angling Dharma, nrepati,
lain mencium pipinya, Sang Dyah dipegang,/16a/ lain dibawa ke permandian, iftandi bersama,
keduanya berada di permandian, kemudian berganti pakaian. 19. Sepeninggalkan dari permandian iaiu tiba di istana,
menjelang pagi hari, para abdi menyambutnya, yang semuanya telah bangun dari tidurnya, mereka tidur dengan nyenyak, setelah di timur bersinar merah
baru terbangun, saat matahari terbit,
lalu pemandangan terlihat indah, Sang Dyah dengan Sang Raja, semuanya duduk.
angaras kisya nulya, Sang Ayu slnambut,I16al binakta mating pasiraman, samyasiram, kalih irang haneng beji, salina surup wastra. 19. Sawus sira kondur
praptengpuri, byarrahina, pawongan gumreh, kang turu was tangi kabeh, guna dahat aturuh, sumirat bang purwa mengeti, hyang arka meh tumambang, nulya asri dinulu, Sang Ayu lawan Sang Raja, sami linggih,
38
berjejer bagaikan Sang Kama
jajar Iwir Sang Kama
Ratih,
Ratih,
dengan Kamajaya.
kalawan Kamajaya,
20. Didampingi oleh gadis-gadis cantik, para abdi jelita, dan abdi pilihan, deretan yang paling dfepan
duduk dengan rapi, semua senang melihatnya, lalu Sang Dyah tidur, di pangkuan kakandanya, seraya berkata lembut, apakah yang menjadi awalnya, tuanku raja, menyamar dari Kanyapuri, pergi meninggalkan kekuasaan. 21. Paduka raja yang mulia
supaya menjelaskan sesung-
20. Ingayap de nikangpara manis, ngemban inya, parekan pawongan, atap haneng arsa hander, samya suka andulu, nulya sareyan Sang Dewi, munggwing pangkoneng raka, sarwa arts umatur, punapa kang dadospurwa, den paduka, anisaking Kanyapuri, atilar kawibhawan.
21. Jeng Sri Maha dibya anjateinin
guh'nya, kepada istri paduka,/16b/ yang menjadi pertanyaan, sejak dari awal, pertengahan hingga berakhirnya, perilaku beliau pada masa lalu, sejak lama sudah tak diceritakan, tuanku raja berada di Kerta Nagara, Ingin melanjutkan pengembaraan, berkata kepada istrinya, sudah lama,
saya berada di Kerta Nagara, menemukan kebahagiaan yang tak ada taranya.
maring garwwa,I16bl kang dadya patanya, purwa madhya usanane
polah ira ing dangu, tan kawama sampun alami, sri haneng Kreta Nagara, hayun dumurus anglangut, angandika maring garwa, hawus lawas, ingong haneng Kreta Nagara, mangguh suka wibhawa.
39
22. Kira-kira tujuh bulan saya berada, di Sana, nah adinda tunggulah, saya ingin menyamar, melanjutkan perjalanan. Sang Dyah tampak murung,
berlinang air mata menjerit, jika masih merasa setia, tuanku raja aku mohon, janganlah pergi lagi, dari awai perjumpaan hamba, hamiiku sudah berumur dua
bulan, sedang memerlukan belaian
22. Ingsun watara hana pitung sasih, ing samane, lah angger karya, mgsun arsa anismanah, anutugaken laku, Sang Dyah semu, waspa tur anjrit, yen sambadaning karsa, dewajipukulun, sampun malih alakone, awit kawula, daweg ngidham kalih sasih, sedengepapasihan.
kasih sayang. 23. Jika paduka pergi,saya akan menderita,
lebih senang mati, ada dalam pengembaraan, tersayat Angling Dharma mendengar rintihan istrinya. Angling Dharma merangkul, saya tidak lama meninggalkan
23. Yen paduka mentar lumuh kari, suka pejah, haneng wonawasa, ngres myarsa sri pamase,
Angling Dharma angrangkul, ingsun mirah inten
adinda,
tan lami,
hanya sebulan lalu akan
sawulan null
kembali,
prapta,
tidak tahan s^a, jika berpisah /17a/ terlalu '
nora betah ingsun, yen pisah 117a!alawas-
lama, bila adinda ikut, akan memberatkan hati,
lawas, sira melu,
melihat istri menderita
akarya marasingati, wong ayu kawelas
kesengsaraan.
arsa.
40
24. . Baru pertama kali beliau
berjalan melintasi hutan
24. Tembe sira
ngambah wonowerit,
belantara,
jalannya sulit dilalui, banyak jurang dan berbatu karang, sangat curam dan berbahaya, yang merintangi tujuan perjalananku, tak akan bisa dilintasi oieh
sungil margo, jajurang aparang
rumpil akeh drubiksane, ngarencana karyan ingsun, norakena kambaheng
orang perempuan,
estri,
itulah sebabnya adinda hendaknya tak ikut, sebab saya akan segera
tika gusti kantuna,
ingsun null rawuh,
kembali, membawa oleh-oleh buah
woleh wohing parijata,
parijata, untuk dimakan,
lah daharan,
sebagai tanda kesetiaan, Sang Dyah Dursilawati
dimen bagus ikang siwi. Sang Dyah Ayu amaksa.
memaksa.
25. la mendekap kaki sambil 25. Anungkeming pada sarwi menangis, anangis, tersedu-sedu, menggah-menggah, kata-katanya menusuk hati, ature amelas arsa, serak suaranya tersendaterak asret swasendat, rane, wahai paduka dengar kata dhuh dewa atur hamba, hulun, mohon maafsebesar-besarnya, ipun agung aksameng dasih, walaupun datang di kemudian kadiprapteng hari, wekasan, paduka angingu, tuankulah yang akan menanggung,
haniba Dursilawatya maafkan mohon pamit.
dasih pun Dursilawatya, nuhun amit.
41
untuk mati.
Sang Raja Angling Dharma, sangat cemas hatinya mendengar. 26. Jika saya diijinkan pergi menyamar,
seperti yang dulu- /17b/ dulu, jangan-jangan bunuh diri,
tentu saya kehilangan dirinya. Sang Dyah segera disambut,
palatra, Sri narapati, emenging driya narka.
26. Yenistuwaingsm tilar anis,
kaya-jJWl kaya temah tuwek raga, kang kelangan ingspn dewek,
air matanya meleleh di pipi,
sinambutSang Dyah waspa, ikang lantaran pipi,
berkata sambil mencium,
angucap sarwya angaras,
dan dieius-elus oleh Angling.
sri nata ingelus,
Dharma,
adinda manis janganlah menangis,
wong ayu aja karuna,
keinginan saya, bersatu sampai mati, bersama hidup semati.
ciptan ingsun, sanajan tumekeng lalis, abareng ala niwang.
27. Jika adinda saya ajak, mengembara,
bagaimana nanti akibatnya, sebab banyak orang pintar, akan menggoda memper-
27. Ya sira ingsung gawayayi, alalana, poma wekasing wang, den bisa anakake, pageleng ta sadarum,
kosamu,
karena kamu sangat rupawan, banyak orang datang menghalangi, semuanya Jatuh cinta, banyak orang jahat akan menghalangi, memaksa untuk merebutnya, sebaiknya janganlah ikut, agar emas itu tak menjadi hitam.
dene hana liwat yuwerit, akehjimparayangan padha angreridu, drubiksa kweh ambancdna, amrih wigar, ing laku aywa dumadi, timbul ireng kancana.
42
PUPUH PUCUNG
1.
Jika adinda tak bisa
1. Lamm sira ndatan bisa
mengurungkan niat, sebaiSmya.cerai saja denganku,
angulapin,
tentu adinda sudah dimasuki
pasti rinubmging
setan,
eblis,
pasti akan tenggelam di neraka.
tan urwtg kalebeng sasar.
Sesungguhnya dosa besar yang
marinen sm ira,
2.
Yaktipapa cintraka
dilakukan beliau. dan tak terkendalikan,/18a/ Ni Dewi Dursilawati,"
sira lakonin,
berkata,"Ya benar demikian."
umatur inggih sandika.
Semoga kakanda dapat
tur kasurang-surang,I18al NiDewi Dursilawati, 3.
Angestokening waweling
melaksanakan
padukaji, mmggita angsala, wang hestu paduka gusti, Sang Dyah susah arsaning twas.
titah tuanku raja, tetapi titah itu selalu diabaikan, hamba merestui kakanda.
Sang Dyah sangat sedih dalam hatinya. Dewi Dursilawati berkata lagi.
4.
Nira Dewi Dursila umatur
malih,
bila raenuruti keinginan. seharusnya kabar ini
yan panudyeng karsa, yagi atura udani
disampaikan,
5.
kepada ibu dan ayah.
ring ibu ring ramendra.
Nah agar mertua tahu kita sama-sama menghadap. keduanya telah tiba. paduka raja sedang bersama permaisurinya.
5. Lah tau wismayopada marekyayi, tada kakalihan,
sri nuju lenggah Ian sari,
43
6.
lalu menghambalah di hadapan
parekanta reping
raja.
arsa.
Berkata Sang Raja dan permaisurinya,
kebahagiaan dalam hatinya bagaikan melihat permata
6. Angandika Sang natha Ian prameswari, sukaning twasing wang
Iwirmanggih ratna,
miilia,
sangat menyenangkan,
7.
8.
sukaning,
karena beliau telah
dene sire wus
melaksanakan perkawinan.
krama,
Mendapat seorang raja yang disegani oleh semua raja, tampan dan masih muda, lagi pula ahli daiam ilmu pemerintahan,
7. Woleh ratu papunjuling ratu sabhumi,
tur bagus taruna, kreta ta ing
bijaksana, sakti, dan menguasai
raja niti, dibya sakti mondra
ilmu gaib,
guna.
Nah,demikianlah keinginanku adinda,
kepada raja dan upacara penobatannya menjadi
8. Ing samengko karsa ingsun yayisarC ring prabhu prayogajumeneng anarapati,
penguasa,
di Kreta Nagara./18b/ 9.
Dijunjung oleh para raja di
hananing Kreta Nagara, HSb! 9. Siniwya ing para raja
seluruh Jawa,
sajawi,
berkata permaisuri,
maturprameswara,
hatiku tulus ikhlas tuanku raja, segera disapa oleh sang raja.
ecagya timbal wacana.
10. Mengapa anakku datang bersama bini,
beradandan tangan.
leres karsa padukaji,
10. Dyan kasarupraptani putra saribit, akakantenasta.
44
demikianlah sapaan beliau, Maharaja Basunonda. 11. Mereka bercakap-cakap bersahding
deng^n sang raja, Dyah Dursilawati segera bersujud, di kakinya paduka raja. 12. Dan di kaki ibunya lalu duduk
dengan bajk, bersama Angling Dharma,
sira denira nadakin,
Maharaja Basunonda. 11. Ngacaraning sang natha sareng alunggwing, KiDewi Dursilawati agya nungkemin, pada nira ikang rama. 12. Mwang padani ibu wus tata alinggih, raha Angling Dharma,
kepada paduka raja mohon
ring rama aminta pamit,
pamit, hamba akan mengembara.
kawula arsa alalana.
13. Ketika hamba akan pergi
ngembara "putra tuanku raja, tidak berani ditinggalkan, hendak ikut paduka raja,
yaitu paduka raja Kreta Nagara.
14. Demikianlah katanya menghamba
dan segera menghalangi, keinginan dari Dyah
13. Dugakaken lampah putra padukaji, tan purun tinilar, tumuta misendra pati, ya ta Sri Kreta Nagara. 14. Da ling ira mangrepa asruh mambengin, maring karsaning putra,
Dursilawatya,
sebaiknya batalkan kepergian
leheng umandega
tuan,
aji,
tetaplah di Kreta /19a/ Nagara,
wontening Kreta I19al Nagara,
15. Meninggalkan istri sama
dengan bertapa di gunung, bagaikan tanah pertanian.
15. Manilar sama gawantapeng
ring ukir, tategalan gaga.
45
yang baru selesai ditanami,
berkata raja Angling Dhamra. 16. Raja Kalingga akan sangat marah dengan yang dikasihi,
hamba tak diizinkan tinggal di istana,
kalau belum ada delapan tahun. 17. Hamba akan dikutuk oleh Yang Mahakuasa, sekaligus dihancurkan,
kebahagiaan hamba dari dahulu, dari awal hingga berakhir. 18. Sang Raja tak dapat berbicara
bagaikan dalam kegelapan, mendengarsabda beliau, merasa tersayat persenidan beliau,
kemudian Sang Raja berkata. 19. Jika demikian sebaiknya menggunakan tandu,
dan pelangkin(sebagai tandu), bersama rakyat Kreta Nagari, mereka semua akan
wussedeng ateki-teki, matur raja Angling Dhama.
16. SakalangkungKalingga murka kang sUt, kawula tan kena wontening nagering, lamun dereng wolung warsa. 17. Kenging sariking bhatara kang linwih, binutursadaya, laksita nira ing nguni, ingpurwa madhya wusana. 18. Sakpan duratsang natha tan kena angling, myarsa sabda nira,
i mantu angresi kang galih, dadya aris angandika.
19. Yen mongkono nganggo wawahanajoli, mwang tandujampana,
Ian wadwa Kreta Nagari, kabeh padha umiringa.
mengiringkan.
20 Hamba raja, tetapi bukan merupakan raja perang, raja Angling Dhafma berkata hamba tidak dapat,
jika kami diikuti rakyat.
21. Bila hamba diperkenankan /19b/
20. Sameh towasa kapraboning ajurit,
raja Angling Dharma umatur hulun tan keni, yen mami ambeka wadwa.
21. Yen keniya kawula ta tlW/
46
hanya bersama Sang Dyah, sungguh sangat menyusahkan jika banyak yang mengiringi, sarifraja membebaskan.
ambekia dasih, tatiya malawasa yakti katah umiring, sang nata sangat angampah.
22. Raja Angling Dharma tak berubah 22. Raja Angling Dharma tan pendirian, kena gumingsir, Sang Dyah ikut mengembara ingkang sawisata Sang Dyah mengikuti lelakinya, ambodeting laki, tidak memikirkan yang akan datan olehing terjadi, untat. PUPUH PANGKUR
1.
Ibu Sang Dyah merasa belas
1. Sang ibu kantun
kasih,
karuna,
tangisnya bagaikan gemuruh
kadi grah tangise sajroningpura, mijilAngling Dharma
di dalam istana,
setelah Angling Dharma pergi,
sampun,
dari Kreta Nagara,
perkampungan yang sudah dilewati sungguh mempesonakan, Sang Dyah berjalan di tengah-tengan,
2.
saking Kreta Nagara, padesan was kawingking treba swanagu,
Sang Dyah lumampahneng
I Batik Madrin berada di
tengah, IBatik Madrin haneng
belakang,
uri.
Raja Angling Dharma ada di
2. Sang natha haneng
depan,
arsa,
perjalanannya semakin dekat
lampah ira nesek-nesek
dengan hutan pengunungan,
wanadri,
banyak binatang hutan -dijumpai berkeliaran,
keh buron alas kapranggul,
47
jurang yang melintang meng-
bande ngedeng angadhang,
hadang
kijang-kijang berlari menuju lembah yang curam, harimau badak berlarian,
riuhnya kicauan burung-burung. 3.
Ketika itu Ki Batik /20d/ Madrin,
marah melihat Dyah Dursilawati,
kabara satkang tdjang gebras ing panmg, macan warak kapalajeng, urahan swaraningpaksi. 3. KiBatik Madrin 120a! smana,
brangti mulat ring Dyah Dursilawati,
kakinya selaiu tersandung, ditoleh-toleh ke belakang, dalam pikirannya Sang Dyah berani dengan suaminya, berani mengadu kepandaian, Batik Madrin menimbang dalam hatinya. 4.
Jika mereka betul orang baik-baik,
suami istri berdua saya memberikan sesajian, daripada saya ikut, bersusah payah, sindirian itu dikira sungguh keterlaluan,
sehingga Sang Dyah sakit
5.
wikune tan sahsinandung, tinoleh angujiwat, ciptaning Dyah wani lawan gustin ipun, dira tanding kaprawiran, anglocita Batik Madrin.
4. Yentamangkewong , beneran, rabiloro ingsun den wehing saji, kangelane ingsun melu, enake tan dinuman,
dingin mula kataha kalaiigkung-langkung,
perasaannya tak enak,
Sang Dyah sakit pinarpakan,
oleh Ki Batik Madrin.
de nira Ki Batik Madrin.
Tersandung-sandung selaiu, Dyah Dursilawati cemburu dalam hati,
orang itu tampak gila, mungkin dia menaruh hati
5. Sinandung-sandungkewala, Dyah Dursilawati amicareng ati,
wong ika edan kapahung, bhaya arsa maring
48
kepada saya, kalau saya, mengatakan kepada sang raja, pasti akan terjadi perkelahian,
men^ebabkan kesusahan hati.
wwang,
lamun ingsun, maturi maring sang prabhu, nora urung bondayudha, agawe susahing ati.
6.
6. Sira raja Angling Dharma, ndatan wikan,/20b/. tidak mengetahuinya,/20b/ iialamun Battle Madrin, jikalau Batik Madrin, aningit manah tanaryu, merahasiakan pikiran tak baik, ya la sami araryan, mereka itu semua berhenti, haneng soring, berada di bawah, mandira katri alungguh, pohon beringin ketiganya duduk. SangAyutembe Sang Dyah pertama kali lumampah, miengembara, sarira kadya sumamping. badannya bagaikan membelah.
7.
Dyah Dursilawati tampak segar, saat memandangi,
Beliau raja Angling Dharma,
pohon ental, lalu, ada permintaan kepada
7. Kusuma Dursilawatya, aninghalin,
wiling siwal anuli, drebe paminta ring kakung,
suaminya,
wahai paduka sang raja,
dhuh gusli sri narendra,
hamba mohon, buah ental itu,
hulun nuhun,
hamba sangat kehausan, buah ental yang menjadi
waking siwalan puniku, kawula dahal kasalan,
siwalan kang dadi ali.
perhatianku. 8.
Hamba sangat lertarik,
jika tak terpenuhi hamba akan kesengsaraan,
merana serta mengalami
8. Dahat kapingin kawula, yen lan kasambadan hulun ngemasin, sanghaya sarwya amuhun,
Icematian,
karena hanya menginginkan
denya ngudi
buah ental.
siwalan.
49
9.
mendadak pingsan,
anglesot lengah,
tidak dapat berjalan, merasa perih hatinya sang raja, melihat istrinya.
tan bisa lumaku,
Raja Angling Dharma berkata, Paman Madrin, segeralah panjat pohon ental tu, Ki Batik Madrin berkata,
hamba tak bisa memanjat,/21a/ kekurangan, apakah tuanku raja, itu ada badan seekor, burung merak sudah mati. 10. Tuanku bisa meminjamnya sebentar, tubuh dari,
burung merak yang mati itu, hendaknya dimasukan jiwa
angres twas supira sang natha, umiyat ring raden dewi.
9. SriAngling Dharma ngandika, kakang Madrin, penekana den aglis, Ki Batik Madrin umatur, datan saged kawula,121a! kakirangan, punapa paduka prabhu, punika wonten reraga, ning manyura mangemasin. 10. Paduka silih
sakedap, reraganing, manyura kang ngemasin, pinanjinganapukulan,
•tuanku,
hamba yang menjaga,
kawula kang rumaksd,
tubuh tuanku,
sariranta,
janganlah tuanku khawatir, Dyah Dursilawati berkata sambil menyembah, "Ampun tuanku raja!"
sampun sandeya pokulan, Sanghaya maturanembah,
11. Hamba mohon maaf,
pukulun sri narapati. 11. Kawula anuhun duka,
sebesar-besarnya, hendaknya hanya kakak saja yang menjiwainya, kakak, hamba mengetahuinya, tentang orang yang melepaskan
mbok inggih, ya tumanten den panjingin, dewa kawular sawruh, ring wong atilar
(jiwa)dari tubuhnya,
raga,
berkata.
angandika,
50
Angling Dharma, ya, istriku, tetapi kamu agar waspada,
sang natha lah ya masku, nanghingsira den waspada,
kepada kepribadianku sebagai suami.
mating solah ingsun gusti.
12. Sangat besar harapannya,
agar saya dapat tidur di pangkuanmu, Dyah Dursilawati lalu berkata, janganlah kakak khawatir, ialu sang raja(Angling Dharma merebahkan diri di
pangkuan istrinya, mengucapkan ilmu /21b/ pelepas jiwa, jiwanya sang raja masuk. 13. Ke tubuh burung merak,
burung itu hidup dan terbang, menuju pohon yang tinggi, Sang Dyah Dursilawati terharu, dengan kesaktian sang raja,
12. Den agung waweka nira, ingsun sare ringpangkon Ira gusti, Sang Ayu avis umatur, inggih sampun sandeya, dyan sang natha asare ringpangkon sampun,
metak aji I21bl tilar raga, yitma nira natha manjing. 13. Maring raganing manyura, urip mabur, maring ental maninggil.
Sang Ratnawismayandulu, kesakten nirang natha,
Batik Madrin,
Batik Madrin,
tiba-tiba melepaskan jiwanya,
niba tilar ragan ipun,
dan memasuki tubuh sang raja,
manjing raganing narendra,
sang raja sadar lalu bangun
jenggeliktangi alinggih.
dan duduk.
14. Sang raja yang menjiwai burung merak, masih berada di pohon ental
yang sangat tinggi, sedang memetik buahnya, nafsu birahinya timbul, jika Ki Batik, Madrin membara keinginannya
14. Ikang tnanugmeng manyura,
maksih haneng wreksa ental kang aninggil, lagya ngambil woh ipun, kasmaraning dirinya, yen Ki Batik, Madrin angendih
51
berbuat jahat, burung itu seketika menoleh ke bawah,
tubuhnya telah dimasuki. 15. Ki Batik Madrin terlalu
berani,
jiwa yang masuk ke tubuh
mrihdur,
kagyat tuminghaling andap, sariranta den panjingan. 15. Maring Batik Madrin wus langgah, sangmanugmeng manyura
merak
sangat marah, beliau bersuara dengan keras, hai, kamu Batik Madrin, mengapa menyelinap,
ya panggene,
masuk ke dalam tubuh saya, apa kamu binatang liar, lupa dengan kedudukan kami.
umanjinging ragan ingsun, apa sira urudawa, lali maringjeneng mami.
16. Karena saya terlalu /22a/
dahatruntik, asru de nira amuwus, eh Batik Madrin sira,
16. Dene ingsun liwatl22al
percaya,
pracaya,
kepada kamu sekarang kamu
maring sira mangko sira nyidranin, Dyah Dursilawati ngun-gun, eh mutwa tinging
memikirkan,
Dyah Dursilawati sangat sedih, hai, keluarlah berkata kepada kakaknya, karena diketahui,
Ki Batik Madrin berbuat serong, menyelinap masuk ke tubuh suaminya, yang dapat meluluhkan hatinya.
17. Beliau berlariserta menangis,
ia diburu dan terus dirayu, wahai Sang Dyah janganlah lari, saya ini adalah suamimu,
raja Angling Dharma mengejar, aku hanya berdoa menjiwai.
raka, wikan lamun, Ki Batik Madrin merih dur, anugmeng raganing raka,
kamatyaning wrening galih. 17. Lumayu sarwi karuna,
ya binuru sarwa ingarih^arih, dhuh gusti aywa lumayu, haya ingsun laid nira, raja Angling Dharma amburu, metekaji ingsun anyipta.
52
mayat burung merak putih itu. 18. Hidupnya itu saya hanya mengutus,
memetik buah ental yang adind^piinta.
sasawading mrakputih. 18. Urip ika ingsun data, amet siwalan
Sang Dyah semakin cepat lari,
sapamintanta gusti, Sang Dyah sakin lumayu,
terus ditabrak-tabrak,
tinidjruk-tubruk tuna,
yang menjiwai, burung merak menyambar,
kang anugemeng, manyura anambar asru,
muka Madri yang meneng-
mukaning Madri kalenggak,
adah,
sangat marah Ki Batik Madrin. 19. Dia mengambil batu lalu melempar,
brahmantyan Ki Batik Madrin. 19. Umalapsila amawat,
dengan ganasnya burung merak terus menyambar, dari belakang menabrak,
saking krura gya nira anyanderin, saking uri sahasa manubruk.
Batik Madrin /22b/jatuh terpelanting,
Batik Madrin I22bl
tak sadarkan diri,
anjota, tiba kongsep,
matanya tampak berputar, karena marahnya dengan burung
katilapaning pandulu, pijer krodha ring
merak,
manyura,
siapa pun dia akan mem-
saparan ipun balangin.
bantunya.
20. Sang Dyah telahjauh teriitas,
perginya tak menentu, tanpa memikirkan bahaya,
20. Wus lepas kusumaning Dyah, murang marga,
tan adurgama kesti,
siang malam terus berjalan, hingga sampai di hutan rimba,
adina latri lumaku,
tak dapat disebutkan, rerumputan dan bajang-bajang.
ndatan etang, aritanjang lawan rujung.
hana sanggwana pringga,
53
terlepas jika disentuh, di pakaiannya banyak melekat. 21. Merasa sakit badannya,
rema kadi winosunak,
kang wastra pating salwir. 21. Arusak sarira nira,
karena banyak terluka, ditusuk-tusuk duri bandil, tak diceritakan di perjalanan, sampailah di dalam istana, langsung masuk, ke istana, sang raja terkejut, melihat putranya tiba-tiba datang,
tingbalaser, kacanteling ring bandil, ndatan kawarna ing henu, prapta sajroning praja, laju manjing, jro pura kagyat sang prabu, mulat ikang putra
dalam keadaan sedih.
priyoga kawelas asih.
22. Ibunya menjerit kesedihan,
sambil merangkul, kemudian menciumi putranya, sangat cemas hati sang raja, memandang wajah putranya, (lalu) berkata, apa sebabnya anakku, kaudatang compang-camping, suamimu /23a/ ada di mana?
23. Putranya mengatakan dan menyembah,
dari awal hingga akhir yang dialami,
yang menyinggung hati sang raja, Basunonda menyebabkan, pembicaraan itu dipotong. Si Umantika segera menyahut, setelah patih(Umantika) menjelaskan,
prapta,
22. Kang ibu anjerit karma, sarwya ngrangkul, kang putra den aracin, agreng-greng sang prabhu, mulat wamaning putra, angandika, apa karena anak ingsun, prapta nira dahat rusak, lakimu I23al hana ing endi. 23. Sang ayu matur anembah,
saking purwa madhya wusana titi, angunbuning twas sang prabu, Basunonda mangegnya, timbalana, Syumantika den gupuh. Id patih wusing ngandika.
54
(dia)disuruh menemui raja
tumanduk ngabyantarajL
Angling Dhamra. 24. Sang Basunonda berkata,
(hai) Umantika, kau hendaknya hati-hati, jika ada mengaku sebagai raja, Angling Dharma hendaknya waspadai, demikianjuga,
diperdaya dalam hutan rimba, badannya (teiah)dimasuki, oleh rohnya patih Batik Madrin.
24. Sang Basunonda ngandika, Umantika, sira den ngati-ati,
yen hana ngaku sang prabu, Angling Dharma den awas, mengko lagi, kasangsayaneng wanagung,
raragane pinanjingan, dening patih Batik Madrin.
25. (Jiwa)putra raja masih merasuk, 25. Anakprabhu lagi nugma, ingManyura, di dalam (tubuh) burung Merak, jika kedatangan orang,
kalamunana prapti,
berupa raja Angling Dharma, janganlah diberikan
rupa Angling Dharma prabhu, aywa aweh manjing pura,
masuk istana,
supaya dicegat,
tetapi biarkan ada di tempat
Ian andega, kewala haneng mangutur,
•jaga,
patih berkata,"ia paduka raja",
kya patih matur sandika,
(lalu) menyembah segera
manembah saksana mijil.
keluar.
26. Diceritakan yang masih di hutan,
(raja) Angling Dharma, yang masih merasuk dalam merak putih, berada /23b/ di hutan sangat
kedinginan,
26. Kawarna kang maksyeng wana. Angling Dharma, kang nugmengmrak putih, haneng /23b/ madhyantara anyangkung,
(karena) prilakunya Madrin,
Madrin sasolahira,
tempatnya,
onggwanira, aningit kuwandanipun.
dicari jasadnya (Sri Madrin),
55
ditempatkan di dalam jurang
pinamahingjurang
yang curam,
parang,
masukkan ke dalatn gua kemudian ditutup.
jroning gwa den tutupin.
27. Setelah itu segera diperlimbangkan, 27. Wusnya mangkana angle citta, anjujula, kemudian pergi,
menuju Kreta Nagari, semoga pesan saya itu bisa dipahami, sebaiknya segera aku mohon diri, pergi ke Boja Nagara menjenguk Dyah Dursilawati, kehamilannya itu juga tanggung jawabku, sekarang ia telah melahirkan. 28. Beliau segera ke Boja Nagara,
perjaianannya, tiba-tiba sudah tiba/sampai, dan ingat dengan kisah sang raja, Boja Nagari pada masa lampau, menghimpun kekuatan, merupakan kewajiban putranya kepada semua rakyat, karena merupakan putra lakilakinya, agar tidak ada penghinaan kepada orang tuanya.
mating Kreta Nagari, sadhya wus wruhing tingkah ingsun, leheng ingong umentara, mating Boja Nagara panggih sang ayu,
denya garbhini ingsun Juga, ing samangko huwis lahir. 28. Sighra ring Boja Nagara, lampahira, senrung sampun prapti, nahen kawama sang prabhu, ring Boja Nagari lagya, mangun saka, dening watrataning sunu,
ambebarjalu wamanta,
meper rama maweh brangti.
PUPUH SMARANDHANA
1.
Putra beliau sangat tampan,
seperti Sang Arjuna,
1. Kalangkung de nira apekUc, apinda Sang Parthasuta,
56
keturunan dari leluhumya, diberikan nama Angling Kusuma, sangat dikasihi /24a/ oleh leluhur,
karena titisan raja dari masa lampau, kesaktiannya menyamai orang tua. Raja Basunonda tak dapat berpisah,
dengan Raden Wayah/cucunya, keadaannya sangat sehat, terus bergadang seakan-akan hendak menunggu raja, yang berkuasa di Boja Nagara, keesokannya pada hari Senin sang raja bermusyawarah.
sukasih I24al ikang heyang, Idnakudang raja sunu,
saktine atiru rama.
Tan kena pisah sang aji, kalawan Rahaden Wayah, dumalundung sira raden, ginadhang gumantya natha,
haneng Boja Nagara, ring dina Coma sangprabhu bhu enjlng miyOs siniwaka.
Lengkap para punggawa dan
Pepekkang punggawa
mentri,
mantri,
patih dan pemuka istana, serta para hakim istana duduk
i patih purwa nagara, jaksa nagara jajare, kalih munggwing arsa
berjejer,
menjadi dua leret di hadapan raja,
natha,
diapit oleh pengawalnya, sambil memangku cucunya.
pinarekingpagelaran, ing Dampar Alemek Babut, sarwya amangku kang wayah.
Diceritakan(Angling Dharma) ayah si bayi, sejak dahulu terus menderita, tidak pernah lepas dari
Kacarita wayah aji, timur milara maneket gya, ndatan sah winangking
bencana,
bahe,
berkata Sang Iswara,
angandika Sang Iswara,
yaitu Si Dampar Alemek Babut, 4.
keturunan dari leluhurnya, sinung aran Angling Kusuma,
57
kakak Jaksa Nagara, sudah lama paduka raja, pergi meninggalkan istana kerajaan. 5.
Kira-kira ke mana beliau pergi, semoga beliau cepat pulang dari mengembara, mengapa tega meninggalkan
kakang Jaksa Nagara, was alawas asanak prabhu, denya atilar nagara.
5. Bhaya ta mentar ring endi, mantuk ingsun kang lalana, puron ingsun kong si gedhe,
putra,
/24b/ umumya hampir delapan sejak kepergian ayahnya, putranya semasih dalam kandungan,
kandungan ibunya berumur tujuh bulan. 6.
Si patih berkata sambil menyembah,
mendukung pendapat sang raja, karena sudah cukup lama perginya, beliau tertawa sambil berkata, kepada patih-patihnya, di luar istana terdengar sangat ribut,
ketika menantu sang raja
I24bl umure meh wulu warsa, duk mentare kang rama, binopbotaken masputu,
ring ibune pitung condra.
6. Ipatih matur wot sari, kasinggihan sabda natha, sampun alami mentare,
lagya eca nimbal wacana, lawan patih kalihnya, geger ringjawi gumuruh, yen mantu sri natha prapta.
datang.
7.
(Beliau)sedang menuju alun-alun, 7. Ring alun-alun dumugi, dikawal oleh pembesar istana, pihak sagung kang sewaka, disaksikan oleh para menteri, para mantri nyingak kabeh, setibanya di hadapan raja, saprapta nira ing arsa, segera menyembah mendekap gupuh nungkem pada, kaki,
sang raja terharu dalam hatinya.
kalpiteng twassira prabhu.
58
8.
(lalu) raja Dharma Wisesa
Dharma Wisesa
berkata.
ngandika.
Tampaknya seperti anak kecil. putra raja di Malawa, saat menyembah mencium
8. Dene kadi ngare niki, anak prabhu ring Malawa, anungkemingpadhan ingong,
kakiku,
beliau berkata dengan pelan,
sang raja dari Boja Nagara, mempersilakan duduk di atas, duduk bersama denganku.
9.
Angling Kusuma menghaturkan
alon de nira ngandika, nateng Boja Nagara,
anggelenggaha ing luhur, arejar lawan pun bapa. 9. Sang angujaran matur
sembah,
bhakti,
merasa sangat /25a/senang dalam hatinya,
kalangkung I25al lengganing karsa, makidupuh pasilane, angling natheng Boja Nagara, angger dene alama,
beliau segera duduk bersila, berkata raja Boja Nagara, sangat lama aku menunggu, perasaan Bapak sangat cemas, memikirkan setiap hari. 10. Bagaimana para raja,
apakah sudah melaksanakan perintah pergi, ke tempat Batik Madrin sekarang, apa sebabnya tidak kunjung
pun Bapa hemeng kalangkung yun-yunen sadina-dina. 10. Punapa sami basuki, unggwa andika lalana,
pun Batik Madrin ing mangke, dene tan tumutur prapta,
datang,
punapa maksih arjja, apakah(dia) masih hidup, yang diperintah segera menyembah, kang mindawot santun, ucapannya sangat tegas.
11. Ya,paduka raja, hamba telah datang ke tempatnya, Ki Batik Madrin,
ature dahat na raga.
11. Inggih dewaji basuki, unggwan kawula lana, dene pun Batik Madrine,
59
yang Iain hamba utus ke Malawa, untuk membantu paraprajurit, mereka semua serempak, menunggang kuda mengikuti
hamba ngiUus ring Malawa, nimbalin para wadwa, sadaya wosametuk, wahona mwang
upacara.
upacara.
12. Setelah tiba di Boja Nagari, beliau raja Sri Dharma Wisesa, selalu ingat dalam hatinya,
12. Datenga ring Boja Nagari, sira Sri Dharma Wisesa, tan sah mangangen jro twase,
karena beliau menaruh hati
de samane mantun
dengan menantunya, tidak masih seperti dahulu, perilaku dan kewibawaannya, ruat mukanya suram bicaranya
ingwang, wowah lawaning kina, ing sasolah bhawan ipun, caya surem sabda
/25b/ janggal.
jBbicedal.
13. Sang Raja lalu mengatakan,
itu adalah putra tuanku, sudah lama ditinggalkan ada dalam keretanya, bernama Angling Kusuma, Angling Dharma siluman berkata,
mendekatlah anakku jangan
13. Wusan angandika aris, punika putra andika,
kang tinilar kang wawe ratane,
awasta Angling Kusuma, kang minda warnna nabdha, marene ya sira kulup,
lupa,
aku ini adalah orang tuamu. 14. Kesukaanmu adalah keris,
dan ingat putranya adalah pemberani,
nah, demikianlah tunggu
iya ingsun rama nira. 14. Dene nuli demen kris, elingputrani prawira,
lah ta marene ya angger,
sebentar,
aku sangat sayang denganmu, putranya tidak mau menerima,
arddha wulangun manira, raden putra tan arsa,
dan tak berkeinginan punya
ngawet sarwi ngingeng duung.
•keris,
60
senang hatinya Angling Dharma
kendel Ucang mindha
siluman.
wamna. #
15. AngandikaSribhupati,
15. Berkata sang Raja,
hai,Sebetan sampaikanlah, kepada gustimu secepatnya, katakan suaminya sudahdatang, setelah Sebetan memberitahukan,
diceritakan Dyah Dursilawati, menengok dari celah-celah pintu,
Sebetan sira matura,
muring gustenira den age, warahen kakunge prapta, wisataning Sebetan, ya ta kawarnna Sang Ayu, mayos saking pamalangan.
PUPUH MIJIL
Satu-satunya gadis tercantik dari Boja Nagari, selaiu dirundung kesedihan, karena cukup lama /26a/
ditinggalkan oleh suaminya, menyebabkan kebencian yang
1. Sasotyadiing Boja Nagari, kang manggwang wirangrong,
ing salami I26al tinilar kakunge, mepopaneng pidikane nepi,
dalam,
ditinggalkan saat-saat nikmatnya di peraduan,
yang hanya dapat diperoleh dari paduka raja. Semoga(kakak)berhasil dalam perjalanan, selama dalam perjalanan, agar cepat kembali berjumpa dengan idaman hatinya, memadu cinta dengan Sang Dewi,
sedang mabuk asmara, dan sangat menjemukan.
tilar daar
gating, maminteng dewagung.
2. Prasidowa lampahekang anis, saparaning katong, winowonga marang jwitane, lagi lenggah semona Sang Dewi, ingahane apti, tan sah sawasatur.
59
yang lain hamba utus ke Malawa,
untuk membantu para prajurit, mereka semua serempak, menunggang kuda mengikuti
hamba ngiUus ring Malawa, nimbalin para wadwa, sadaya wosametuk, wahona mwang
upacara.
upacara.
12. Setelah tiba di Boja Nagari, beliau raja Sri Dharma Wisesa, selalu ingat dalam hatinya,
12. Datenga ring Boja Nagari, sira SriDharma Wisesa, tan sah mangangen jro twase,
karena beliau menaruh hati
de samane mantun
dengan menantunya, tidak masih seperti dahulu, perilaku dan kewibawaannya, ruat mukanya suram bicaranya
ingwang, wowah lawaning Jdna, caya surem sabda
/25b/ janggal.
I25bl cedal.
13. Sang Raja lain mengatakan, itu adalah putra tuanku, sudah lama ditinggalkan ada dalam keretanya, bernama Angling Kusuma, Angling Dharma siluman berkata, mendekatlah anakku jangan lupa,
aku ini adalah orang tuamu. 14. Kesukaanmu adalah keris, dan ingat putranya adalah pemberani,
nah, demikianlah tunggu
ing sasolah bhawan ipun,
13. Wusan angandika aris, punika putra andika,
kang tinilar kang wawe ratane,
awasta Angling Kusuma,
kang minda warnna nabdha, marene ya sira kulup,
iya ingsun rama nira. 14. Dene nuli demen kris, elingputrani prawira,
lah ta marene ya angger,
sebentar,
aku sangat sayang denganmu, putranya tidak mau menerima,
arddha wulangun manira, raden putra tan arsa,
dan tak berkeinginan punya
ngawet sarwi ngingeng duung.
Jceris,
60
senang hatinya Angling Dharma
kendel ikang mindha
siluman.
wamna.
15. Angandika Sri bhupati,
15. Berkata sang Raja,
hai,Sebetan sampaikanlah, kepada gustimu secepatnya, katakan suaminya sudah datang, setelah Sebetan memberitahukan,
diceritakan Dyah Dursilawati, menengok dari celah-celah pintu,
Sebetan sira matura,
maring gustenira den age, warahen kakunge prapta, wisataning Sebetan, ya ta kawarnna Sang Ayu, mayos saking pamalangan.
PUPUH MIJIL
Satu-satunya gadis tercantik dari Boja Nagari, selalu dirundung kesedihan, karena cukup lama /26a/
ditinggalkan oleh suaminya, menyebabkan kebencian yang
1. Sasotyadiing Boja Nagari, kang manggwang wirangrong,
ing salami I26al tinilar kakunge,
mepopaneng pidikane nepi,
dalam,
ditinggalkan saat-saat nikmatnya di peraduan,
yang hanya dapat diperoleh
tilar daar
gating, maminteng dewdgung.
dari paduka raja. Semoga(kakak)berhasil dalam perjalanan, selama dalam perjalanan,
agar cepat kembali berjumpa dengan idaman hatinya,
2. Prasidowa lampahekang anis, saparaning katong, winowonga marang jwitane,
memadu cinta dengan Sang
lagi lenggah semona Sang
Dewi,
Dewi,
sedang mabuk asmara, dan sangat menjemukan.
ingahane apti, tan sah sawasatur.
61
Wahai gusti permata hati, ibaratnya sebuah taman,
3. Adhuh gusti kusumaningputri,
kang asawang layon, i saroja alwara
bagaikan bunga saroja menanti paduka,
angger
nahen wingit, adahara gusti, tolihen dyan mantri,
menahan kesedihan,
aduhai gusti, lihatlah putramu, masih bagus dan muda. Putranya segera berkata tampak
pekik masih timur. 4. Menggah ngesah Sang Dyah
kesedihan,
anawurin,
ibu "saya sebagai putra, diasuh oleh ayah kandung
byang putran ingong, ing ngemong matingjeng rama
sayangnya,
ayange,
sudah lama hilang kasih
kang lalana dahat katelas
semoga ibu bertemu kembali, segera dengan paduka raja.
gusti nemu nglakonin,
asih,
agyaning dewagung.
5. Ing sekantuk-antUk ingsun belanin, membela, sakuwating wadon, sekemampuan dari seorang wanita, aja kari ing lara lapane, agar terlepas dari kesengsaraan, dyan I26bl kasru praptaning tiba-tiba /26b/ datang utusan sang dutaji, Raja, Sedapat-dapatnya saya akan
(lalu) berkata lembut hambanya yang dituus. Diutus oleh ayah paduka raja,
matur awot sari kawula
ingutus. 6. Dening rama paduka nrepati, matadaning troh,
disuruh menyampaikan berita, tentang kakakmu yang mengembara sekarang, sudah datang sedang menghadap ayah paduka raja, Dyah Dursilawati(terdiam)
yen rakanta kang anising mangke,
sampun prapta sumiweng arsaji. Sang Dyah ndatan
62
takberkata,
karena sangat terkejut. 7.
Tapi akhiraya(ia) berkata juga,
pada saat sedang di istana, hai,Sebetan saya bertanya dengan sesungguhnya, apakah benar dia kakakku,
yang(dari) Malawa datang, telah lama saya menantikan, 8.
Si Sebetan mengatakan(sambil) bersujud,
wahai gusti tampaknya sama, dengan raut muka kakak paduka raja, tapi permatanya seperti dari Boja Nagara, dalam sekejap telah tiba, di dalam istana.
9.
Menuju ke taman bunga,
tampak dengan jelas paduka raja, Dyah Dursilawati menjelaskannya, beliau sudah putus cinta dengan diriku, karena (dia) masih berwujud merak /27a/ bulu kepalanya berdiri tegak. 10. Diceritakan Dyah Dursilawati di istana,
sangat lama memendam rindu.
angling, wagugnlng kalebu, 7. Apwara angandika arts, sekaring kadaton, eh Sebetan ingsun tanya jatine, apa iya satuhu dewaji, Malawa kang prapti, pangajapan ingsun. 8. Kang dinangu umatur wossari, dhuh gusti sasayatos, jeng rakanta menggah suwamnane,
nganghing sotyadi ing Boja Nagara, sakedap wasprapti, sajroning kadaton, 9. Jumujugingjro udyana sari, cipta nira katong. Sang Dyah biliwehing walinge, mari asih maring awak mami, dene wamna paksi manyura I27al kakuncung. 10. Kawarnna hanayakaning puri, kang manggung wirangrong.
63
tak henti-hentinya memikirkan suaminya, badannya diibaratkan tempat sirih,
tan sah ngarsa-arsa ing kakunge, sarira Iwir dalancang winapti,
(sangat) lama isinya tak
lami iarak
dinikmati,
bhukti,
wajahnya tetap cerah.
cayanya summu.
11. Bertempat di balai
giiangdipinggiran, kolam airnya tampak indah, mukanya bagaikan bunga sedang mekar, bau bunga-bunganya pun sangat harum, tertiup(oleh)angin, semua berbunga lebat baunya mewangi. 12. Hatinya Sang Dewi terasa hancur,
merasuk di dalam hatinya, semua itu menyebabkan lupa dengan kewajibannya, jika beliau tak datang lagi, bagaikan memaki-maki Sang Dyah menahan kesedihan. 13. Selalu dipikirkan siang (dan) malam, menyebabkan selalu tampak
dalam pandangannya, yang menyelimuti pikirannya sedang tidur, bertempat di balai gegilang
11. Munggweng salagilang sateptiling, we prenahirayom,
kadi loyoneng puspa wandane,
amrik gandane kang sarwa sari,
kasiliring angin, Urnyu seken gonda rum.
12. Saking trenyuh twasira Sang Dewi, cinipta jro wirong, tan ten muhung ling darmadriyane, lamun ndatan prapta atumuli,
kadya anemahin Sang Dyah nganut tuyuh. 13. Apaning arsa-arsa syang latri,
kang rinenggengpanon, kasaputing twasira asare,
munggweng seta gagilang
64
Sang Dewi, saat tidur bermimpi, bertemu dengan suami. 14. Pintu masuk dilihatnya terkunci,
Sang Dewi, duk sareha ngipi, panggih lawan kakung.
14. Kang wiwara pinanggih Hnancing,
(lalu)segera/27b/
saksana 127b/
diketuknya, kemudian berkata lemah
dinogdog, arum mamanis wijile
lembut,
wuwuse,
wahai mas permataku bukalah pintunya, kekasihmu datang, yang mencintai(dirimu) Sang Ayu.
duh mas mirah mengana
15. Yang dipanggil dengan rasa kaget menjawab, berkata dari daiam,
hai, paduka raja segeralah kembali,
turun dari pohon siwalan yang menjulang tinggi, besok saya akan bertemu seperti kata-kata paduka. 16. Kalau ada gajah bertarung
dengan kambing, dari perawakannya kalah, Akulah kambing itu dengan perkasa menandinginya, mereka semua mtindur
•bersama abdinya, tak lama akan datang, membahagiakan adinda.
hana kari,
dasihira prapti, woneng mating Sang Ayu. 15. Kang liningan kagyat anyawurin, ngandika sakingjro, eh sang natha wangsula den age, maka woda saking satinggil, benjing ingsun panggihin andika pukulun. 16. Lamun wonten gajah pranglan kambing, dipanggane kawon, sang aminda wamna asru merange,
wwang-wwang mundur parahiyatwin, parek anumiring, sibagriyeng dyah ayu.
65
17. Dijamunya di balai yang
tinggi. Angling Dharma yang dimimpikan, pekerjaannya hanyalah makan dan minum,
18.
17. Masanggrahan haneng sithi inggil. AnglingDharma tiron,
tan sah mangan nginum pakaryane,
para menteri dari Boja Nagari, semuanya diperintahkan,
para mantri IngBoja
menangkap binatang dalam
amet buron
hutan rimba.
wanagung.
Di antaranya singa kijang
(dan) kancil, semuanya ditangkap, juga binatang senuk, badak kerbau dan sapi /28a/ (dan)binatang-binatang buas yang menakutkan, (itulah) diperlukan sang raja, akan diadu dengan kambing. 19. Sudahjelasdiketahuinya
yang menyamar itu, mengatakan(dirinya) seorang raja, dahuiu menjiwai burung merak,
segera kata-katanya dihentikan,
dengan serempak, dan kewibawaannya diterka. 20. Tampak suram tak berwibawa,
kata-katanya sembarangan,
Nagari, samya den agyanin,
18. Saradula sangsam kidang kancil,
sami ganaragol, senuk warak
mahesa Ian banteng I28al
ikang galak-galak anjrihin, karsanesang aji,
ingadu Ian wedus. 19. Mengakene ikang minda warnni, ucapensang
katong, kang anugma ing mrak yitmane, sighra lah sane selaning nguni, abranyakmantesan, sartha cayanipun. 20. Surem datan manjur anelahin, swaranipun agor,
66
lagi pula perkataannya kaku, tampak kotor seperti seorang pelayan, orang-orang membenci pak tak bijaksana. 21. Angling Kusuma diambil dengan paksa, beliau menangis terisak-isak, dinasihati sesuai dengan kewajibannya, agar dipangku, tapi tampaknya masih kesal, menolak untuk dicium,
berkeinginan menusuknya. 22. Sejak didengar oleh Dyah Dursilawati,
(dalam) pikirannya tertarik, air matanya berlinang-Iinang,
23.
lagi cedalpamuwuse, masumbyas kadi wong madati,
kapara nyangyengitsemune nyrungungus.
21. Siwayah tawah huden timbalin, pan sru dahat lumoh, cineketan dening sun dharmane, yun pinangku rengu angaweti, sanvinging akaras, adyarsa anyuduL 22. Dukmyarsa kusumaning purl, twasira sumadot, sru karantan-rantaning driyane,
karena teringat dengan pesan suaminya, ketika di dalam peraduan yang indah,/28b/
enget maring wawellnging
beliau bertutur kata.
pangandikan ipun.
Adinda dari besok dan
seterusnya,
jika ada orang datang, wajahnya seperti aku, kalau belum genap tujuh tahun,
janganlah adinda menemuinya, dia itu hanyalah mengaku-aku.
laki,
duk hanengjinem mrik,/28bl
23. Besuk ing salpungkuringsun yayi, lamun hanawu wong, prapta kadi manira warnnane, yen tan urungjangkep pitung warsa, aywa sisa panggihin, iku ngaku-ngaku.
67
24. Walaupun dia sendiri
mengaku diriku, yang datang ke istana, kalau belum sesuai
24. Nadyanyataingsun pribadi, hang prapteng kadaton, lamun durung tutuging
tahunnya, walaupun dia hanya ingin
tame,
bercumbu sebentar,
sakati, antinen maskwari,
Janganlah mau melayani, supaya adinda tak ternoda.
nadyan slih kuraha
den prayine kalebu.
25. Adinda supaya memegang teguh semua pesan kami, nah, cukup sekian adinda,
25. Den kadrinya sapitutur mami, poma mirah ingong, karena kamu sudah sah sira songgahaning kawih denganku krama bake, demikianlah supaya dirahasiakan ya mangkana dingin kang pembicaraan itu, waweling, nanti dengan orang yang maraning gharini, mendatangi adinda. istrinya dengan sungguhSangAyu mituhu. sungguh menerima.
26. Dyah Dursilawati berkata,
patuhilah permintaanku, pintu taman supaya ditutup dan dikunci, jika ada yang datang menanyakan kami, katakanlah aku sedang, menyetek dan mencangkok.
27. Hal, Sebetan hendaknya katakan /29a/sekarang juga, aku tak berkeinginan, bertemu dengan paduka Angling Dharma,
26. Angandika kusuntaningpuri, bhayang karsan ingong, lawang udyanakancinen bake,
yen kang prapta atakon maring mami, warahan ingong lagi, tatarak mwang nekung. 27. Eh Sebetan mature
I29al yen mangkin, datan arsa ingong, panggih lawan Sri Angling Dharmane,
68
ning Sebetan matur
Si Sebetan menjawab sambil bersujud, ya, gusti berjalan,
inggih lepas gusti,
jau{t%k ditimpa bahaya.
wlsata linebu.
28. Setibanya di hadapan raja
(dia)bersujud, paduka putra tuanku raja, merasa enggan bertemu dengan paduka, (lalu) raja samaran itu berkata,
apakah dosaku, kepada tuan putri(istriku). 29. (Kemudian)berkata
kepada sang raja seperti siapa, wajah putra maha raja, saya ingin menjumpainya,
awotsari.
28. Prapteng arsa natha awot sari, putrajeng sang katong, panggih lawan pyarddha lumuhe,
ikang minda angwaran angling, paran dosan mami, maring sang dewayu. 29. Matur ring sri natha kadi pundi, putrajeng sang katong, lumuh panggih paran reh pamase,
(lalu) Maharaja Wisesa berkata,
dia sangat tampan,
semoga berkenan dalam hatinya. 30. Bubarlah yang sedang
Maharaja Wisesa angling, kula tan adugi, sumongga ing kayun. 30. Aluwaran de nira
menghadap,
tinangkil,
sang raja (segera)ke
natha angadaton.
istana.
Sang Aminda masuk cepat-
Sang Aminda manjing age-
cepat,
age,
tidur di balai kapiitran, tampak terbayang-bayang, tak begitu lama di dalam tidurnya.
ring kaputran guling, wela-wela katon,
jroning nendra mangkona tan suwe.
69
saat itu beliau menjiwai merak putih, laiu menuju pohon beringin, I29bl ialu kakiaya lancip.
ikangnugma ing manyura putih, haneng wreksa anuli, I29blanjalu manyup.
31. Setibanya di balai terharu memandang, kepada istrinya yang lemah gemuiai, langsung dituju(tnaka) semakin terasa kesetiaannya
31. Prapteng sithi kagyat amnghalin, maring sang kadi aion, sru kumusur tambuh
satyeng
dalam hati,
twase,
sangat belas kasihan melihat istrinya,
darpa runa tuminghaling
(lalu) berkata merayu, wahai permata hatiku.
ngandika aririh, dhuh mustikan ingsun.
32. Tak henti-hentinya memandang di dalam tidurnya, wajahnya sangat cantik, Sang Dyah digoyang-goyangkan sambil menunggu, sambutlah kekasihmu datang, sangat terkejut dalam tidurnya, (Ialu) terbangun dari tidurnya, 33. Menoleh ke selatan dan
utara tak ada orang,
(lalu)duduk termenung, dalam hatinya berkata,
siapa yang membangunkan saya dari tidur,
kemudian menoleh ke belakang, dilihatnyalah burung merak. 34. Beraneka wama bulunya
rabi,
32. Ndatan pegat liningling
kahgguling, wadhanane melok, Dyah ginungawung wanah angger,
sambramanen dasihira prapti, kagyat kang aguling, wungupungan-pungan. 33. Mulat kidul
lor tan hanajalmi, mangusang lir sinom, pangandikanira ingdtiyane, sapa ikang mungu ingsun aguling, anolih ring uri, manyura kadulu. 34. Aneka wamananira mawur
70
bercampur putih, bagaikan perak yang
putih, Iwirkapukuh
dibersihkan,
yang menjiwai burung merak
inoson, kang anugmeng manyura
(itu) berkata, saya yang membangunkan kaugusti, kekasihmu yang datang, sapalah dengan kata-kata
delinge, ingsun ikang amungu masgusti, dasihira prapti, sapanensabda
indah./30a/
arum. ISOa!
35. Sang Dyah terkejut mendengarsuara, burung yang ingin menyatu,
yang dikehendaki agar dia ikhlas menerimanya,
jika kakak kekasihku, tak menolak Sang Dyah,
burung merak(itu)segera
35. Sang Dyah kagyat myarsa swaraning, paksi nadyan awor, wong kapraja tan samar driyane, lamun awara nira ikang laki, tang ginasSang Dewi, manyura rinangkul.
dirangkulnya.
36. Burung merak putih segera dibuainya, kata-katannya sangat lembut, wahai paduka hamba bertanya, paduka pada saat yang tepat datang,
36. Asru kinusya kang manyura putih, panabda nira alon,
dhuh pukulun tanyan acetine,
yang sedang dilanda
yen paduka ing samane prapti, weh lajeng ring galih, kang kataman
kesedihan.
wuyung.
memberikan ketentraman
dalam hati,
37. Karena ada yang datang (sama)seperti, paduka tak ada bedanya, tapi semua perilakunya
37. Dene wonten ikangprapta wamni,
paduka tan roro, nghing sulayahing tindak-
71
sangat berbeda, sebabnya saya setia menunggu kekasih, yang bersembunyi pada seekor burung, wahai, berceritalah dengan
atuweg ragi, kang anugmeng paksi, ngaduh ngandika
lembut.
rum.
38. Sebabnya saya lama tak datang, saya menjelajahi daerah ingong, sampai daerah tani di pedesaan baru saat ini saya perdaya oleh,
tanduke, marma hulun meh
38. Marma ingsun lawan nora prapti, anjajah prajeng ingong, nglaya desa kamplrsak nggenenggen,
jeneng mara yayl cinidra ring,
Si Batik Madrin,
pad Batik Madrin,
dalam hatinya sangat
jroni twasi
buruk./30b/
pendur. I30bl PUPUH GINANTI
1.
Sang Ayu kemudian berkata, itu siapa yang datang, wajahnya(seperti)raja Angling Dharma, hamba belum menjumpainya, tapi hamba sudah mengetahui,
jika ada gajah dan kambing.
Berperang gajahnya dikalahkan, hamba siap menyaksikan, apalagi putra tuanku, ingin sekali untuk melihatnya,
1. Sang Ayu raris umatur, punika sinten kang prapti, awarnniraja Angling Dharma, derengkawula panggihin, kawulasampun pratignya, yen wonten gajah Ian kambing.
2. Aprangkasor gajahipun, kawula sanggup manggihin, Ian malih putra paduka, dahdtarsa denparekin.
72
namanya Angling Kusuma, sangat tampan(dan)banyak perwiranya.
Sekarang berada di rumah
kuwanin.
3. Ringmangke haneng sithi
utama,
luhur,
beliau berkeinginan ke
kang prapti ngge nira
rumah susun,
maringgil, riang sabenar i kasukan, Ian wadweng Boja Nagari, angaduburon
di tempatnya bersuka ria, dengan rakyat Boja Nagari, mengadu binaitang-binatang
4.
wasta pun Angling Kusuma, abagussuglh
hutan,
wana,
berkata si burung hutan.
ngandika wana paksi.
/31a'Beliau adalah orang utarna,
4. ISla/Sira kariya wong hayu,
saya bermaksud melihat, perilakunya orang terhormat, mengadu binatang-binatang
ingsun arsa aninghalin, . pratingkahe wong kasukan,
hutan dan gunung, tiba-tiba burung merak putih,
wanadri,
terbang melayang menuju Jawa.
ngadu baburon sighra sang manyura seta,
'ngumbara mijil ingJawi.
5.
Bertengger pada pohon beringin yang rindang, tak ada yahg mengetahuinya, yaitu diceritakan lagi, raja Angling Dharma siluman, setelah hadir di persidangan, bersama raja Boja Nagari.
5. Mencokingwaringin kurung, tan hana ikang udani, ya ta malUi kawamna, kang minda Angling Dharmaji, wus miyosin pagelaran, Ian natheng Boja Nagari.
6.
Para menteri(dan)para pembesar istana, banyak orang menyaksikan, di alun-alun diselenggarakan,
6. Pepekmantripunggawa agung,
katah wong aninghalin, ring alun-alun agelar.
73
juga sudah kumpul binatangbinatang hutan dan gunung, gajah, badak,senuk, harimau, sapi, kerbau, dan jajawi. Seteiah Sang Angling
7. Sang minda Angling Dharma was,
dipersilakan dudukdi kursi
pinareking kursa gadhing, siniweng para punggawa, ngandika ring abdi nangkil, mantri ring Boja Nagari, kabeh padha kaya istri.
berhiaskan emas,
Tak ada sesungguhnya yang laki-laki,/31b/
hanya aku(lah)sebagai ielaki berkuasa di bumi, di seluruh Pulau Jawa, semua para menteri,
Boja Nagara mendengarkan, sangat benci di dalam hati. 9.
wanadri,
gajah warak senuk macan, banteng mesa Ianjajawi.
Dharma siluman,
dijaga oleh para punggawa, berkata kepada abdi yang sedang menghadap, kepada menteri dari Boja Nagari, banyak tampak seperti wanita.
8.
sangkep buron ring
Kalau duduknya tampak tenang,
di kursi danta yang terukir, di situ Sang Angling Dharma siluman, mempunyai kekasih kanibing, selalu bersanding berada di depan, dikalungi emas murai.
10. Dibedakinya dengan bedak
8. Tan hana tanang satuhu,13lb!
mung ingsun ngalanangin bhumL papunculing nusa Jawa, sakeh ikang para mantri, Boja Nagara myarsa, kalangkung runtUdng galih. 9. Lelede yan denya lungguh, ring kursi danta rinukmi, ring Sang Minda Angling Dharma,
drebekalangenan kambing, tan sah sinanding haneng arsa,
kinalungan kencana adi. 10. Bhinalonyo ring gonda
74
wangi,
rum,
yang diramu dengan kasturi, baunya sampai jauh tercium, berkata raja siluman itu,
jajebadan Ian kasturi,
waMi, para raja dan para abdi,
demikian juga para menteri. 11. Jadikan sekarang mengadu, kekuatan dengan saya, mengadu kambing yang hanya memakan rumput,
sumrik gandane angambar, ngandika sri minda wami, ehsagungpara niyaka, tanapi kang para mantri.
11. Ing mengkopayu angadu, kesentikan lawan mami, mara wedus kusa ma,
silakan rebut dalani
musuhen roboh
bertarung datangkanlah yang buas-buas binatang-binatang dari
atanding,
hutan rimba.
12. Tak mungkin /32a/
kambingku akan kalah, bermusuhan dengan kerbau sapi, sekali pun harimau gajah (dan) badak, (semua)ini tak akan dapat mengalahkannya, sang Raja dari Boja Nagara, tersenyum sambil berkata.
13. Tak cukup(hanya)dengan omongan saja Tuan Raja, sama sekali tak masuk akal,
berapa kekuatan kambing itu, tanduknya pendekdan kecii, jika dipertaruhkan dengan singa.
miliya kang galak-galak, boburon alas ikang julig. 12. Masa/32a/kalah
awedusku, musuh lawan kebo
sampi, nadyan tnacan gajah warak, kuwawa iki
nadhahin,
sang natheng Boja Nagara, mesem angandika arts. 13. Nora huwus eki
prabu, nora tinemunin buddhi, pira rosanekang menda, sungune cendek tur cilik yen tinandingan len singa.
75
tentu mati menjadi kotoran(nya).
pasti mati dadi taL
14. Sang Angling Dharma 14. Sang Angling Dharma tersinggung, rengu, coba pikirkan kembali pinahi dorisang Tuan Raja, aji, kata-katanya kurang sopan, asugaling aturira, jika paduka memikirkan kedhapaduka kebenatannya, yaktene, hamba berjanji leherku diikat hulun kendatali dengan tali, murdha, kalau kambing kami dikalahkan. yen kasor amenda mami.
15. Jika dilawan oleh gajah (dan)senuk, pasti menang kambing kami, sang Raja Boja Nagara, merasa kebingungan dalam hatinya, lain segera berkata, wahai semua raja dan para menteri.
16. Buatkan /32b/ dia tempat secepatnya,
15. Den mengsaha gajah senuk,
pasti menang wedus mami, Sang nathe Boja Nagara, kalangkung mepuhing galih, asm de nira ngandika, eh sagung nayaka mantri.
16. Gawe I32bl ya piranti
putra saya,
gupuh, anakprabuingsun yaktenin,
bicaranya terlalu lancang,
sabdane apaksa lancang,
segera para menteri mempersiapkan, setelah selesai mengerjakan, tempat untuk mengadu kambing.
gya tumandang para mantri,
sang Raja (itu)sesungguhnya
17. Segera kambing itu dimasukkan.
anadang wuspalastra, piranti angadu kambing.
17. Sighra malebu kang wedus.
76
ke tempat itu siap ditandingi, seekor sapi buas membabi buta,
disoraki oleh para menteri, banyak sapi lari tungganglanggang, oleh amukan seekor kambing.
18. Dan ada yang bersembunyi
muring piranti den tandingin, andaka galak prakosa, sinuraking para mantri, akeh banteng kapalajar, den amuking wedus siji. 18. Mwah kang maheiha-
ketakutan,
dhana,
semuanya hampir menemui ajalnya,
sadaya sami ngemasin,
senuk badak berlarian,
senuk warak kabrasat,
satu pun tak ada lagi, seekor singa mati terguling benci(marahlah)semua raja dan para menteri.
sawiji tan hana kari, sardhula katimgkulpejah,
19. Dengan demikian,tibalah saatnya mengadu, si kambing dengan si gajah,
merang sagung para mantri.
19. Mangkana sighra ing ngadu,
kang menda lawan esti,
tanduknya,
katah dirada kang pejah, kapracondang den singati,
sang Raja dari Boja
sang natheng Boja
Nagara,
Nagara,
merasa sangat heran menyaksikan.
kalangkung gawok
banyak gajah yang mati, dikalahkan kena sudukan
20. Penyebab unggul /33a/
kambing itu, konon dirasuki oleh,
rohnya Angling Dharma,
umeksi.
20. Sumamu unggulISSal
kang wedus, ujar pinanjing dening, kang aminda Angling Dharma,
beliau menyelinap masuk ke tubuh si kambing.
yit manira nugmeng kambing.
77
pantas sangat gagah berani, terkaannya Batik Madrin. 21. Semua binatang yang
pantesrosa aprawira, jardayane Batik Madrin. 21. Sakehing buron
besar-besar,
agung-agung,
mati oleh seekor kambing, setelah rohnya meninggalkan tubuh kambing, kembali ke tubuhnya lagi, yang sedang duduk di kursi
mati deningwedus siji,
wangsul maringragane malih, linggih haneng kursi
emas,
kancana,
si kambing segera mendekat keadaannya segar bugar.
menda mendak tan
22. Berkatalah sang Angling Dharma lagi, tersenyum bergurau sambil . menopang kaki, nah silakan lagi ditandingi, kambingku,hai orang-orang seluruh istana,
apabila ada yang dapat mengalahkan, saat itulah saya akan menghamba.
23. Apabila hendak mengalahkan kambingku, ditembak dengan panah yang runcing, percuma bernama Angling
was sira atilar
menda,
anglisik. 22. Mojar Sang Angling Dharma asru,
mor guyu amueng ngentrok wetis, lah mara den kembarana,
wedusku wong sanagari, mongsah andadi kalaha, yen makasih ingsun kasihin.
23. Lamun pasaha wedusku,
ing brajajamparing lungid, heman aran Angling
Dharma,
Dharma,
sebanyak-banyaknya menteri, tak ada yang bisa berbicara, yaitu dengan si merak
sakehing nayakamantri, tan hana bisa kumecap,
putih. /33b/
putih. l33b/
ya ta sang manyura
78
24. Yangberlindungdi pohon beringin kembar, mempunyai tempat sangat
24. Sang mencok ring waringin kurung, adangu unggwannyaning
rahasia,
Hid,
tak henti-hentinya
tan sah meseming wredaya,
tertawa dalam hati,
jika hendak berbicara dengan
yen angucapa sang
burung itu,
paksi,
dan yang ingin menyaksikan, sudah kesepakatan bersama
kang arsa mondowanodya, was enak temening
dalam hati.
ail.
25. Angling Dharma tiruan itu mengunjungi, si burung merak putih, yang bersembunyi di pohon beringin kembar, itu termasuk perbatasan
25. Angling Dharma tiron andulu,
ring paksi manyura putih, mencok ring waringin kembar,
itu lesaning
istana,
nagari,
ya, nanti diperdaya dengan
lah mayo kinaryya
tipuan,
lisan,
jika aku diberikan hidup.
yen aku aweta urip.
26. Tidak boleh membuat
keributan, mengacau Boja Nagari, segera segenap pembesar istana, orang-orang semua datang menyaksikan,
26. Ndatan wun agawe retu,
ura-ura Boja Nagari, saksana sagung nayaka,
samiprapta wong pangeksi,
si burung merak putih,
ring paksi manyura seta,
tampaknya meraka semua ketakutan./34a/
sakamantyan sami
27. Dengan perintah beliau sang Raja,
jrih. I34al 27. Ringparentah ira prabhu.
79
Angling Dharma berkali-
AnglingDharma wanti-
kali,
wanti, sadaya ngregem sanjata,
(agar)semua memanggul senjata, para menteri dan prajurit, serta para pemimpin, menuju ke pohon beringin kembar.
28. Bersama-sama melepaskan senjata, tampak bagaikan gunung
para mantri mwang prajurit, miwah para nayaka, rumagang ring waringin rakit.
28. Pareng sanjata gumrudug, yayah guntur ikang
roboh,
adri,
peluru dengan deras berhamburan,
mimis adrespinda mingmang,
asap hitam menyelimuti,
kukuspeteng angliputin,
menutupi para punggawa, si burung merak putih.
ngikepe para punggawa,
29. Setelah hancur berkepingkeping, dagingnya melekat pada peluru, mereka semua berhasil,
karena banyaknya melepaskan senjata, kayu beringinnya pun musnah,
kipaksi manyura putih. 29. Huwus ajur kumurkumur,
daginge katut ring mimis, sama nirmong sekaryya,
sakengkeh kan manjatanin,
tak tersisa dihancurkan oleh
taruning waringin telas, bresih kaparaking
peluru.
mimis.
30. Tersenyum yang merasuk di 30. Mesem sang manugmeng tubuh burung (itu), manuk, hanya berkata di dalam amicorengjroning hatinya, galih, Ki Madrin yang ingin kang arsa mondong merebut Sang Dyah Dursilawati, wanodya,
80
akan mengatakan telah membunuhnya,
kaningayane kapati,
tapi tak akan benar seperti kata-katanya, Si Madrin membuat hidupnya
denetanora
menderita.
keyaha, Si Madrin akaryya fdngking.
PUPUH SMARANHANA
1.
Segera /34b/ masuk ke istana,
1. Sighra I34bl umanjing ring puri,
baru si merak putih, hanya berwujud bayangan saja, setibanya dari taman, beliau berkata dengan lembut, adinda bukalah pintunya, kekasihmu telah datang. 2.
Sang Ayu segera menyahut, jika kau kekasih pujaanku, kedengarannya seperti sabda lalu pintunya dibuka, (dan) masuklah orang yang menyamar (itu), berwujud atat tampak indah, dilihat oleh beliau seperti bunga.
3.
Tampak jelas bunga yang
wau sang manyura seta,
was awamni atatijo, sapraptanireng udyana, alon de nira mojar, wong ayu aheda pintu, kakasih andika prapta.
2. Sang Ayu ngandikaaris, yenya ta papujaning ngwang, kya kadya rionengowa dewa, neher kang wiwara menga, umanjing sang anugma,
ring atatpekar kadulu, de nira kadi saratna.
3. Ndatan samar
indah,
kusumadi,
segera dipangkunya dengan
sighra sinonggaking
tangan,
asta,
kemudian dielus-elusnya, yaitu berupa kukila, mematuk-matuk hidung,
kinuswak-uswacakare, ya ta kang wamna kukila, anucuk-nucuk ghrana.
81
serta mematuk dada.
sarwi anucuk kacantung,
mematuk pipi seraya berkata.
nucuk pipi awacana.
Apakah Adinda mempunyai
5.
4.
suami,
adi,
sangat cantik tak ada bandingannya, orang yang diandaikan bunga utatna berkata. yang memiliki adalah paduka, bukan orang /35a/ lain lagi.
ayu lepasing weweka.
sang Iwir kusumadi tinge, kang drebe inggih paduka,
dudu wons/JSa/ kana-kana.
kekasih hamba ini dia si
dasiheki ya i
burung, bukan orang sembarangan suaminya,
manuk. dudu rabine wong
Ini orang cantik sesungguhnya, kemuliaannya tiada ternoda, pantas didampingi dalam peraduan, dijadikan sekuntum bunga, janganlah menjauh denganku, jadikan dia ganggang dan
moyang.
5,
Iki wong ayu lindri. gantas luwise pasaja. itan adining paturon,
dadi yanugmeng puspita. aywa doh tan andika. dadi ya ganggang tan
lumut.
lumut.
sangat kuat(dan)kokoh
awet adampwangdampwangan.
bersatu, 6.
Sapa 4we rabi
Kemudian berkata Dyah
6.
MojarDyah
Ambarawati,
Ambarawati,
kesimpulannya ada ciri-ciri. hamba dengan kekasihnya.
kalingane hana nyoba, pukulun maring dasihe. wingi awamni manyura.
dahulu berupa merak. sekarang berwujud atat. hanya itulah piiihan saya. jangan dikira bosan melihatnya.
mangke awarnna atat. bhaya ta seliran ingsun. dinaliha marotinghal.
82
7.
Besok kami menyerahkan diri, kepada sang Raja Malawa,
7. Benjing kandel awak mami, maring sang prabhu Malawa,
jika sudah ditemukan badannya, agar tak dikatakan wanita
yen uwispraptaning layon, den sengguh estri
nakal,
urakak,
bila ditinggalkan suami, selama tiga hari menyebabkan
yen tinilaring priya, sapasarnuli
/35b/ kemarahan,
I35bl abasus,
ingin cerai sebelum ditinggalkan.
midang baril urabedang.
8. (Lalu) berkata yang merasuki burung, adinda sangat setia kepada suami, sepantasnya dilayani dengan sepenuh hati, tersenyum sang Dyah sambil
8. Mojar sang manugmeng paksi, wong ayu satya ring priya, apantes den ingu wompong,
mesem Sang Dyah angandika,
berkata, aduh terasa hancur lama
dhuh ludes nganti
menanti,
apa,
tak dapat merebut dirinya, mungkin takut melakukan
raragane tan rinebut, bhaya ajrih bonda yuddha.
perang.
9.
Bermusuhan(dengan)Si
9. Amusuh Si
Batik Madrin,
Batik Madrin,
burung hutan itu berkata, aduh adinda(kau)Jiwaku
kang wana paksi ngandika, aduhjiwan ingsun
tercinta,
angger,
sangat hina jika kakanda
sora pisan ingong ajriha, mung welas kang kahetang, duweya dosa
dikalahkan, kalau tak merasa belas
kasihan,
walau dia punya dosa sebesargunung.
sagunung.
83
kakak yang minta maaf sebesar-besaraya. 10. Semasih berada di kerajaan Malawa,
seperti lebih banyak berkuasa,
walaupun pikirannya kurang baik,
tapi(dia)sungguh setia mengabdi, berbakti dan berhati-hati, tak pernah berani dengan
samidran ingsune ksama.
10. Duk haneng Malawa pati, akeh kayane ring praja, tanapi beetle kalebete, satyatuhu angawula, astUi mwang waweka,
durung wani-wani ring
aku,
sun,
(tapi)sekarang beraninya
ing mangko lagi ginoncang.
mengacau.
11. Saya minta maaf kepada adinda atas,
perbuatan Si Batik Madrin, Aku sangat kasihan kaiau /36a/(dia)dibunuh, sekarang adinda yang melihatnya, saya menyuruh adinda, mengupayakan Si Madrin yang berlaku bodoh, tentunya kalah dengan f)emikiranmu. 12. Kalau si Batik Madrin
datang,
gustinya yang akan dijumpai, untuk menyenangkan hatinya. Sang Dyah sudah diperingatkan, agar sungguh-sungguh
11. Insun teda ring dewa Iwir, Si Batik Madrin linga, ingong heman temen I36alpatine,
mangko yayi tinghalana, ingsun ngadu kamayan, Ian si Madrin kang ambedur,
bondawa lah haneng arsanta.
12. Yen si Batik Madrin
prapti, gustinirapanggihina, dane enak atine, kangputri was binisikan, matuhwa ring
84
merahasiakan,
wawekas,
mengalahkan musuh dengan
mesem saktroning
senyuman,
kalebu,
berbakti menjunjung perilaku suami.
angesti ulahing priya.
13. la itulah diceritakan lagi, yang bersuka ria di persidangan,
(yaitu)raja Angling Dharma siluman, yang mendahuluinya masuk ke istana, berkata kepada abdi wanita,
13. Ya ta kawamna malih
kang kasukananeng paseban,
raja Angling Dharma tiron, arsa tumanduk ring pura,
ya abdi sampaikan pesanku
mojar ring babu inya, byang matura den
segera,
gupuh,
kepada istrinya (yaitu)
ring gustinta
gustimu,
garwanira,
14. Saya segera ingin menghadap, kepada Sang Dyah bunganya istana,
sampaikan pesan (ini) kepada beliau, yang disuruh bersujud lalu mohon diri, setelah tiba di taman,
14. Ingsm arsa marek tumuli, maringsang ratnaningpura, siraturana sasawos,
kang kinen manembah mentar,
abdi wanita berkata sambil
wusprapti ring udyana, cumunduk ngarsa sangAyu, babu inya matur
bersujud.
nembah.
bertemu dengan sang Dyah,
15. Hamba /36b/ menyampaikan (pesan)Gusti, sekarang(juga) kakak paduka, mau menghadap ke istana.
15. Kawula 136b/ umatur
gusti, ring mangke raka paduka, arsa kondur ring kadaton.
85
ke hadapan paduka, atas permintaan Raja Angling Dharma, yang amat sakti berilmu gaib,
begitulah agas perintahnya. 16. Supaya tidak merasa curiga dalam hati,
haneng dumateng paduka, hestu rajaAngling Dharma,
skati mondra guna pwtcul, wawu ikang pangandika.
16. Aping kang den walang ati,
putri bunganya di Boja
kusumengBoJa
Nagara, perintahnya sudah dilaksanakan,
Nagara, pundutane was
kambing diadu dengan gajah, demikianlah semua binatang
wedus ingadu Ian gajah, mangkopadha kapaljer, buron alas akeh lampus, den amuking wedus juga.
lari ketakutan,
binatang hutan banyak mati, hanya diamuk oleh seekor kambing.
17. Sang Dyah lalu berkata, ya abdiku hendaknya disuruh, menyampaikan secepatnya, kepada Raja Angling Dharma
kalakon,
17. Sang Dyah angandika aris, ya byang aturana, ingaturan age-age, manjing raja Angling Dharma,
agar masuk,
membawa kekasihnya, seekor kambing yang teramat sakti,
dijadikan perwira dalam medan perang. 18. Kusuma Ambarawati, duduk di kursi emas, berkain indah berwarna
hijau,
sengkang(dan)bapang
kakasihe ginawa, wedus kang sakti kalangkung, kawawangun dadi rada.
18. Kusuma Ambarawati, linggih ring kursi kancana,
arjja sinjang cinde ijo, sengkang bapang
86
dilapisi, kamben jigga yang halus, tampak serasi dengan pepilis ungu, seperti /37a/(Dewi)
sinamiran,
Supraba turun(ke bumi).
tumendak,
19. Diringkan(oleh)abdi dan muncikarinya, membawa upacara, di situlah si burung kakak
tua (berbulu)hijau, ditaruh di dadanya, di tengah-tengah susunya,
diapit oleh kemontokan susunya,
disembunyikan oleh kain jingganya.
20. Angling Dharma siluman datang,
kamben jingga maruta, menggepa papilis wungu.
kadya I37alSuprabha
19. Anderparekan Ian ceti,
aglar ikang upacara, kanang paksi atat ijo, pumna nah haneng warnaja, selaning payudhara, sinandyeng pamayun gamuh, kasabdaning kamben jingga.
20. Angling Dharma (iron prapti,
menghadap terus berdiam
mara sarwwi amen-
diri,
depan,
dia sendiri bernafsu ingin
ragan-ragan arsa
memeluknya, San Dyah segera mengunus
mondong, Sang Dyah sighra narik pedang,
pedang,
wahai abdiku(kau) mau ke
dhuh babok arsa
mana,
paran,
datang tergesa-gesa,
seperti duda menemuii
teka garusa-garusu, kaya duda nemu
janda.
ronda.
21. Seberapakah kekuatan wanita,
jika diperkosa oleh
21. Para rosaning
pamestri, yen winisesa ing
87
seorang lelaki.
dengan mencekik lehernya, tubuh(Angling Dharma Siluman)siapa yang memiliki, tak Iain raja Malawa, tapi Kakak agar merahasiakan dalam hati,
mbok hams tetap siapsiaga.
Hendaknya mendahului sang Raja, kalau akan mau tidur,
agar minum arak dan ganjo, kecubung gadung /37b/ dicampur nira, jika (dia) ingin tidur
priya, dening lebur kantatane, sarira sapa duweya, ndatan ten Sri Malawa, nging den saronta ing kayun, mboksamun sadayadaya.
22. Praya den ipun sang aji, kalamun arsa hanedra. nginum arak mwang ganjo, kacubung gadhung I37bl waragang.
yen huru-huru
lama,
dawa.
selalu merasa bahagia di peraduan yang empuk.
jenek pratisteng jinem rum. sakeca nutuga sulta.
biarkan terns tertidur.
Kalau sudah tertidur pulas. hamba akan menembangkan
23. Yen sampun wuruh aguling, kawula huruken
nyanyian.
tembang.
saya akan tidur di pangkuannya.
ingsun sareyan haneng pan^
merasa senang hati Angling
arggajita Angling
Dharma, ya saya akan menumti.
Dharma,
diceritakan setelah minum. ganjo bercampur nira dan
inggih angger sandika. wussinawosan inum. ganjo waragang Ian
arak.
arak.
Setelah mengantuk kemudian.
Angling Dharma(siluman)
24. Wus wurung naken tumuli. AnglingDharma
88
sangat letih,
angrerepa,
hamba akan terus memang-,
lah daweg kawula gendong,
kunya,
Sang Dyah kemudian
sampun awuru manira, Sang Dyah aris
kata,
aturira,
ya semoga berkenan dalam
inggih sumoga ing
hati,
kayun,
janganlah paduka tidur,
tapi hamba minta dengan
nanghing kawula
tulus ikhlas.
anedha.
25. Kekasihnya seekor kambing,
25. Kakaslh andika kambing,
kalau bermaksud memetik bunga,
lamun bangkit menek
ccmpaka hamba paduka, menyuntingkan di gelung
campaka kawula angger,
sekar,
cunduking gelung
hamba,
kawula,
beliau yang menjadi siluman,
slra kang minda wamna,
merasa sulit tidur,
darpa kawimbuh anuru, llmut kaprayetna nira.
pikirannya merasa terganggu.
26. Segera menuruti yang diperintahkan,
26. Sighra lumiriging
paduka /38i7 raja melepaskan
kapti, yitmanira I38al tilar
roh dari tubuhnya, masuk ke dalam tubuh kambing-
raja, anugma haneng we-
nya,
duse,
kemudian memanjat pohon angsoka,
soka,
semua pembesar(istana)
gawoksagung
sangat heran melihatnya, burang kakak tua(dan)bunga
umyat,
tandya manjating wrat
sudah mati dan dipetik,
atat sekar sampun lampus,
rohnya itu segera menuju.
kang ningit ika sumekan.
27. Seorang pembesar dari
27. Wong agung Malapati,
89
istana Malawa,
(yaitu) Angling Dharma
Angling Dharma kang
yang sesungguhnya,
sanyata,
setelah masuk ke dalam
wus umanjing ring
tubuhnya,
ragane,
lalu bangun seperti bunga
kang lir kusuma
baru mekar,
waspada,
segera sungkem pada kaki, wahai paduka gustiku,
sighra nyungkemingpada, dhuh pangeran gusten
sudah merasa lega hatiku.
ingsun, wus lega rasaning driya.
28. Disambut bagaikan bidadari, dirangkul(dan)dicium-cium, adinda (kau)adalah
28. Sinambutsang lir apsari, pinangku angaras-aras, mirahepun kakang dewek,
kekasihku,
yang amat setia kepada
kang satya tuhu ing
suami,
priya, tan larangpanilala,
selalu memberikan kebahagiaan, selalu berbakti kepada (kaulah)ratunya ratu
atur bhakti ring sang kakung, ratu-ratuning
kecantikan.
kusuma.
suami,
29. Diceritakanlah si kambing, sudah turun dari pemanjatan,
29.Tanantara punang kambing, mudun sakingpapanekan,
setibanya di bawah (merasa)kaget, melihat tubuhnya sendiri, sudah ditempati /38b/lagi
sapraptaning ngandap kaget, mulatira raga nira, dene wus/SSb/
oleh,
senggwanan,
raja Angling Dharma,
maring Angling Dharma prabhu,
I Madrin (segera) mundur
IMadrin mundur
merasa benci dan marah.
brahmantyan.
90
PUPUHDURMA
1.
Yang merasuki si kambing segera berkata lancang,
demikian menghalangi,
dusta temen siranjing, tan mabuwanodya, bisa angomadaka,
memperdaya(dan) memusuhi
culi kahang nguku
yang baik-baik,
becik,
(hanya) menyenangkan diri
gawe kare-
sendiri,
nah,
menghancurkan sehingga
simentel sekar
bunga-bunga berguguran.
laji.
dusta sekali kauanjing, tak menoleh dan menciumnya,
2.
Raja Angling Dharma yang muiai segara berkata,
hai kotornya kau Madrin, saya ingin melihat, dari darahmu,
apakah baik untuk ditandingi, telingamu panjang,
(senang)berbuat moha ioba dan tamak.
3.
Sekarang beliau berhasil menyunting wanita belang, berpakaian warna jingga, pada saat di Malawa, beliau sangat berwibawa, di antara para raja lainnya, saya sangat belas kasihan, (tapi)sekarang beliau menentang.
4.
1. Nembang duma sru mojar kangnugmeng menda,
Diceritakan yang berkata kotor dengan lancangnya/39a/
2. Srungandika sri mahadibya Angling Dharma, eh malaneya Madrin, ingsun arsa mulat, maring rarahe nira,
bhaya bagus anjelantir, kakuping dawa, makarya muhang gayami.
3. Mangko siddha sira rabi putri belang,
gempeljajinggo tkandit, dukane Malawa, sira mukti wibhawa,
angreh ikang para aji, ingsun karyya satya, mangko sira hgalangin.
4. Kang awarnna mendan rogha asm angucap,I39al
91
janganlah banyak berbicara, kata-katanya yang pedas,
aku (ini) seperti apa, besok berani sekarang pun berani,
5.
jangan banyaksatari, jar sira kang murka, manira kari apa, besuk want mengko want, asrunarajang,
(lalu)segera menerjang, dengan bengis dan beraninya
krura anujuh
menusuk.
want.
Batik Madrin mendekat
5. Batik Madrin angatap
dengan garangnya, siap menikamnya,
karosanira, anubuk deni dani,
diserang dari belakang, jampang dan anting-antingnya
katago ring umpak, jampang anting
terlepas,
palesat,
sang Raja sangat waspada dengan serangan, (sehingga)tak kena tusukan, ditangkis dan mengelak dengan cepat.
sang natha prayitneng
6. (Lalu)pangkal rahang kena pukulannya, tapi punggungnya terus kena pukulan,
beliau bertambah marah,
sang Raja sangat tangkasnya, keempat kaki(kambing itu) ditenggelamkan ke tanah, sebatas kakinya, menjerit menyebut mati.
7. (Lalu) berkata agar dia dikasihani atas kesalahannya, wahai gusti paduka raja, mohon pengampunannya,
westi,
tinujah tuna, binijigang adani.
6. Kasalar ika candak
cengelira, gigaredeni daki, rosa nireng menda,
prawirane sang natha, suku kapat manjing sithi, wates andeman, anjrit asambat mati. 7. Amelas asih sasambatira kang menda,
dhuh gusti sri bhupati, nuhun pangaksama.
92
8.
hamba bertobat,
kawula atur tobat,
terimalah paduka raja, hamba(mu)gusti,
amung paduka dewaji, gusti kawula,
yang berhasil menyunting
kang phala marmeng
kekasih.
dasih.
Ya kau Batik Madrin /39b/
(Aku)memaafkan(mu), agar itu tak diulang iagi,
sunaksama,
yen nora tnaning-maning,
nah,sudahlah dan pergilah,
lah uwis mentara,
ke hutan(dan) hendaknya cari, tubuhmu(sendiri)dengan
ring wana ularana, raraganmu dena
sabar,
eling,
berada di lereng yang curam,
haneng parangjurang, dunungen den kapanggih.
carilah sampai ditemukan,
9.
8. lya sira Batik Madrin I39bl
Sang Dyah dari Boja Nagara berkata pelan,
wahai, paduka Madrin, sebaiknya dibunuh (saja), dipukul lehernya,
tersenyum (sambil)berkata, sang Raja, wahai, adinda tersayang,
9. Alon matur Sang Dyah ing Boja Nagara, dhuh pukulun Madrin, leheng pinejahan, jdnetokgulonira, mesem ngandika sangaji, dhuh yayi heman,
(dia)banyak berjasa
akeh potange
kebaikan,
becik,
10. Birateng cintrakeng nathaweh prabhawa, memberi kewibawaan sang Raja, geter pater munyatri, suara petir bersautan, humungingawiyat, sangat riuh membelah angkasa,
10. Jasa-Jasanya banyak
dewa-dewa menaburkan bunga,
dewa nawuraken puspa,
seperti hujan jatuh berserakan,
tora warsa anglaputin, hestu Angling Dharma,
restuilah Angling Dhamia, kekasihku yang tercinta.
kakasihi dewadi.
93
11. Hati Raja Angling Dharma merasa heran,
berkata sambil tersenyum tampak menakutkan, ini ada apa, mungkin ada bahaya akan menimpaku, selama hidup saya, belum pernah mengalami, hujan bunga sep)erti ini. 12. Tergesa-gesa /40a/ beliau hendak pergi ke putren, putranya sedang duduk, bersama ibunya, setiba ayahnya itu, Sang Dyah menyambut dengan bersujud, Raja Angling Dharma, berdiri merasa terdesak.
13. Berkata raja dari Boja Nagara, "putranya sang raja ini", ya,ada apa gerangan. Ayah merasa sangat takut, tiba-tiba bunga jatuh berguguran, suara petir, gemuruh sangat menakutkan.
14. Apakah malapetaka sekarang (ini) yang akan menghancurkan dunia, geger semua isi dalam istana, orang-orang istana semua
11. Sru kalpita atwas sri Angling Dharma Wisesa, ngandika mesem uwiwrin,
ikihanaapa, bhaya welakpranta, salawas ingsun aurip, durung minga, puspa warsa kadyeki. 12. Gupuh-gupuhJdOaJ ta dak mating kaputren prapta,
piUra anuju mmggwing, lawan kakungira, sarawuhe kang roma, Sang Dyah mendak awot sari, sri Angling Dharma, maradeg ragi kapering.
13. Angandika prabu ingBoja Nagara, anakprabhu puniki, inggih wonten paran, pun Bapa langkmg maras, puspa warsa
prapti, swara ngawiyat, gumuruh kang anjrihin.
14. Bhaya mangke kangjagat arsa
fdnebat,
geger sajtoning puri, wong dalem swang-
94
kebingungan,
swangan,
(tapi) Raja Angling Dharma
mesem sriAngling
tersenyum,
Dharma,
mertuanya segera dituntun, dengan tangan kirinya, berkata seperti musuh
kang rama wawang kinanti,
takberterus terang.
plingkir.
astane Hwa, matur lir satru
PUPUH DHANGDHANG GENDIS
1. (Beiiau)dipersilankan masuk ke istana,
oleh ayah (mertuanya), setelah duduk dengan baik,
(lalu) Raja Angling Dharma berkata,
ature,
janganlah tuanku berperasaan
sampun kardya ta pukulun, dening geter pater
demikian,
karena suara petir terus /40b/ menyambar, menyebabkan bunga-bunga jatuh berguguran,
/40b/ keh muni,
lumrang kang puspa warsa,
kembali,
ing tawang gumuruh, tanda yen hutun waluya,
ke wujud semula,
cintra kamba,
(dan)sekarang sudah
ing mangke was brasta
kembali sempurna, karena telah dimaafkan
henti, antuk aksameng
oleh (para)dewa.
dewa.
di angkasa (terdengar) gemuruh,
(itu) pertanda hamba telah
2.
1. Ingaturan umanjing ring purl, ikang rama, was lenggah atata, sri Angling Dharma
Datang sendiri menghadap paduka raja.
2. Ikang sowan dateng padukaji.
95
memang beiiiar,
(itu)tubuh hambai, tetapi rohnya berbeda,
si Batik Madrin yang menjiwai, di dalam tubuh hamba dahulu, diupayakannya di dalam hutan, hamba sangat menderita, setelah dijelaskan periiakunya, ketika di tengah hutan, sangat sedih hatinya sang Raja,
mendengar penjelasan putranya. 3.
Permaisuri sedih air matanya keluar bercucuran, didampingi oleh, orang-orang istana.
nanghingyitmanipun dede, pun Madrin kang sumurup,
ing llnggarba kawula ngunin, cinidra haneng wana, hulun kawelas hayun, wuspinajar solahira, duk haneng wana, angres twasira nrepati, myarsa aturing putra.
3. Prameswari dres waspanira ntijil, sumawona,
Raja Boja Nagari berkata, sekarang putra sang raja, berada di mana rohnya si
wongsadalem pura, sri Boja Nagari dalinge, ing mangke anakprabhu, wonten pundiyitmani
Madrin,
Madrin,
menjawab yang ditanya,
matur ikang tinanya, anugmaning
merasuk di dalam tubuh si
kambing, karena dia terlalu berani, pada masa lampau, membunuh singa badak /41a/ (dan)gajah,
dikalahkan oleh si kambing.
4.
hestu lamun, raraga kawula,
Pada awal rohnya
wedus,
marma kalangkung prakosa, diddng aban, singha warak/41al
gajah mati, binijig dening menda.
4. Awityitmanipun
Batik Madrin, tuanku raja,
Batik Madrin, dewaji,
dia merasuk dalam tubuh
kang anugmaning
si kambing.
menda,
96
menyebabkan si kambing
mama kalangkung
sangat sakti, begitulah perwujudantiya,
saktine,
punika warnnanipun, ikang wonten pungkuran
itu dia ada di belakang Paduka Raja,
ajh
berjenggot panjang, telinga (dan)tanduknya
jajinggo lira panjang,
melengkung,
udukul,
berkata yang berwujud
umatur kang warnna
kupingsang
menda,
kambing, wahai, Paduka,
5.
dari saat itu permaisuri
udhuh gusti, saking limutekang
Paduka marah,
dasih,
minta maaf yang sebesar-besarnya.
dahat minta aksama.
Dari tempatnya Ki Madrin berkata dan menangis,
sarwwi nangis,
mendengar.
amyarsa,
Raja Angling Dharma,
raja Angling Dharma,
kabar tentang tempatnya,
karawosyen santanane,
yang demikian jauhnya, Aku pergi meninggalkan
mengajak segera pergi,
Ian katenira ngalangut, hendra pati atilar nagari, wusana angandika, aris sang prabhu, lah den age humentara,
hendak mencari,
ularana,
tubuhmu sampai ketemu,
raraganta den panggih,
yang masih berada di dalam
kang kari haneng
hutan.
wana.
istana, setelah selesai berkata,
lalu sang raja,
6,
5. Unggwani nira matur
Kalau ditemukan lalu
segera pulang, ke kerajaan, di Malawapati,
jangan /41b/ memaksa untuk
6. Yen kapanggiha muliha tumuli, ringnagara,
ing Malawapatya,
aywa I41bl anusul
9.7
kembali lagi, pada mulanya saya mau pergi, ke kerajaan Malawapati,
(tapi)disuruh pergi, secepatnya dari istana, menyebabkan sangat marah dalam hati,
seteiah jauh,
dari kerajaan Boja Nagari, lalu masuk dalam hutan rimba.
7.
Raja Boja Nagari berpesan kepada permaisuri(nya), inicucuku,
adinda hendaknya memangku, Raden Angling Kusuma, segera mengambil memangku, putra sang raja datang berbakti,
segera diambil oleh ayahnya, aduh anakku,
dirangkul dan dicium-cium, sekarang sudah dewasa, gusti kamu putraku, sangat tampan wajahmu.
8.
Raja dari Boja Nagara
merene,
wit ingsunkarsa kondur, mating nagara Malawapati, kasinung ujar medal, safdngpuragupidi, dahat merang i wredaya, wus kawingfdng, prajaning Boja Nagari, tumameng wana pringga.
7. Natheng Boja Nagari ngeling mating sari, putun ingsun, yayi tmbaUma, Raden Angling Kusumane, gya tifiimbalan gupuh, raja putra prapta ngabhakti, Idnayuh den kang rama, adhuh putran ingsun, apan sarwwiingaras-dras, mehdiwasa, baboputran ingsun gusti, abagus wamnanira.
8. Nathe Boja Nagara
kemudian,
anuli,
pergi(yaitu) kembali ke istana sampai(cucunya)
hondar tnaring, puranganti wayah,
dewasa,
karena tak bisa berpisah dengan kakeknya, (selanjutnya)diceritakan sang raja. Angling Dharma yang telah
tan kanasah Ian eyange,
kawamnasang
aprabhu. Angling Dharttut kang
98
lama menginginkan, kenikmatannya di daiam peraduan, diciumnya Sang Dyah,
berkata yang dibagaikan bunga,/42a/. serta tersenyum,
paduka ingin apa,
berperilaku seperti jejaka. Kakak belum menjelaskan untuk menyatu sekarang,
(setelah) melihat, putra kakanda, laki-laki dan sudah besar,
paduka raja bersifat keras, perilakunya (bukart)seperti orangtua,
(lalu) abdinya Jaiaimprang
lagya amrih, langonireng pamereman,
ingarasSangAyu, ngandika sang kadi ratna,I42al sarwwi mesem,
paduka arsa punapi, polahe Iwirjajaka. 9. Bhaya durung ngrawos apuh mangkin, aninghaltn, angatmaja nira, kakung tur sampun gedhe, gumejeg sang prabhu, sakolahe wong twa yayi, umatur emban Jalamprang,
berkata,
(ya)gustiku yang terhormat, permaisuri paduka tnasih cinta
gustin tyang sepuh, kanfun gagilantanira,
kasih,
10.
lupakanlah semuanya, sekarang beliau siidah sadar, sang Raja pun menerimanya
sapa-sapi, sampun andassang mamanis, gumujeng sri
dengan senang hati.
narendra.
Lalu dibawa ke peraduan yang berbau harutn,
suaminya tak henti-hentinya, merayu dan berkasih-kasihan, yang laki dan perempuan sangatlah senangnya,
melampiaskan semua keinginan hatinya.
10. Dyan winaweng tilam kusumadiy
kakung datan, sah amrayambada, jalwestri dahat honerige, tumpraptaning sahayun,
99
siang dan malatn menikmati manisnya cinta, sangat banyak diceritakan,
syangdalu amukti
keindahan di dalam berkasih-
alangoning sih
sari, akatah winamna,
kasihan,lulut,
diceritakan sang raja, di Malawa,
sudah menjadi raja, bertahta di Boja Nagara. 11. Raja Dharma Wisesa dipindahkan, sebagai seorang bagawan, menggantikan /42b/ leluhurnya, I Jaka Gedogem sebagai patih, setelah diangkat melaksanakan tugas,
oleh beliau sang Raja, dan Demang Kalawisaya, sebagai pengawalnya sang Raja, pemerintahan berjalan sangat baik, di kerajaan Boja Nagari, semua rakyat merasa senang. 12. Tak diceritakan setelah
menjadi raja, yang diceritakan sang putri, dari Kreta Nagara, sudah tersebar beritanya, berputra seorang laki-laki sangat tampan,
sangat disayangi oleh kakeknya.
kacarita maharaja, ing Malawa, patiwusjumenengaji, ywanten Boja Nagara.
11. Raja Dharma Wisesa gumingsir, amegawan,
among I42bl
wayahira, IJaka Gedogem bane, sampun jinujug lungguh, ira dening sri narapati,
Demang Kalawisaya, paringnya sang prabhu, langkung arjja, nagarining Boja Nagari, eca manahing wadwa. 12. Henengana kangwus madegaji, lingen putri, ing Kreta Nagara, was ambabar wretane, miyosjalu abagus,
ikang ngeyang kalangkung asih,
100
yaitu Raden Angling Kusuma, dan sudah diberi panggilan, namanya Raden Danur Wedha, olehnya sanjgat, disayangi oleh sang Raja, sekarang sudah dewasa. 13. Tak henti-hentinya beliau menanyakan ayah, ke mana perginya,
mating Rahaden Wayah, miwah sampun sinung, juluk Raden Danur Wedha, dahat denya, ingunggung dene yang aji, mene sampun diwasa. 13. Tan sah sira ataken
sudharmi,
sinamburing,
ibunya tak bisa menjelaskan,
ibu datan kena,
hidupnya selalu merana,
maksangu dipatyane, penggeltwasekang ibu, atmajane ipim tangisin, karantaning driya.
hati ibunya terasa terpukul, putranya ditangisi, dalam hatinya merasa gelisah, aduh putraku /43a/ ayahmu sesungguhnya,
adhuh putran ingsun,f43al
seorang penguasa,
kaki raden ruhanira, sudharmanta,
raja besar pemimpin
ratu agung
kerajaan
nyakrawati, asakti mondra guna.
sangat sakti berilmu gaib. 14. Negaranya di Malawapati, bernama.
Raja Angling Dharma,
tampannya tak ada menyamai,
14. Nagarane ring Malawapati, ajajuluk, raja Angling Dharma, ndatan patanding baguse,
memiliki prajurit dan raja-raja,
abala para
dalam hal demikian saya
ing samengko ingsun
tidak tahu,
tan uning, tabuh cedayu
(beliau)bisa diolak-olok dengati rayuan,
ayah beliau akan menerima, diperalat di dalam hutan, dicedrai oleh,
(seorang) patih bemama
ratu,
swaha, rama nira mau,
inikasan de yang wana, cinidraning, patih aran
101
Batik Mandrin,
Batik Mandririf
yang menginginkan ayahmu.
arapayayahira.
15. Setelah diceritakan
peristiwanya yang lalu, putra sang Raja, sangat marah dan bend hatinya, wajahnya tampak suram, giginya digigitkan keras-keras,
15. Waspinajar sasolahing nguni, raja putra, bremantyaning driya, suwung-suwung wadhanane, wajanira ingadu,
kata-katanya bernada tangis, jika jelas demikian permulaannya,
purwwa,
hamba memohon,
kawula anuhun,
pamit untuk menghadap ke hadapanayahnya, mudah-mudahan dijumpai,
pamit ngula ring jeng rama, sokur kapanggih, ipun Batik Mandrin, yakti kaula uja.
dia si Batik Mandrin,
sesungguhnya abdi kesayangan. 16. Bonda Wala berada di hutan
gunung/43b/dan ibunya, tiba-tiba menjerit berkata, memanggil-manggii lelakinya, wahai,rakyat sang Raja, apakah beliau tak bermimpi, putranya menanyakan ayah, sudah dewasa dan sangat tampan, siapa yang bisa mengasuhnya, saat itu Raja Basunonda segera menangani, menasihati putra Raja.
aturira asemu
tangis, yen makantin kang
16. Bonda Wala wontening wanadriI43bl ikang ibu, asru anjrit karuna,
asambat-sambat kakunge, dhuh janat sang aprabhu, apa bhaya tora angipi, putrane taken bapa, diwasa abagus, sapa bisa ngamomong, araja Basunonda sighra anadaki, pituturing atmaja.
102
17. Nah cukup sekian hentikanlah Tuan Putri, iaki-laki beliau,
17. Lah tau wis menengana putri, lake nira,
dikatakan telah kembali,
wretane waluya,
berada di kerajaati Boja
haneng Boja Nagari
Nagari, dan sudah menjadi raja,
tenggone,
Paman raja Dharma Wisesa, digeser menjadi seorang
kakang Dharma Wisesa a]i,
lawan wis tnadeg ratu, lumengser amagawanta,
bagawan,
berita yang tersebar,
si patih kang tutur, ingsun arsa kaputusan, anyataken, mungguh yaktining pawarthi,
(lalu) Angling Kusuma
mahaturRahaden
berkata.
Wayah.
si patih yang menceritakan, saya ingin kepastian, (tentang) kenyataannya, sesuai(dengan)kebenaran
18. Ya,saya kakek(mu)ingin mengikuti, perjalanannya, abdi paduka,
18. Hulun eyang arsa hanarengi,
lampahipun, caraka paduka,
adapun kata-kata kakeknya,
kang heyang pangandikane,
wahai kau cucuku,
dhuh angger putuningsun,
besok berangkat bersama
besuk lawan sun
saya kakekmu,/44a/ ibumu akan saya ajak,
kaki, I44al ibunira ingsun gawa,
disertai oleh para
saha punggawa
pembesar istana,
agung,
dalam pikirannya merasa
kang manah honeng
sangat senang,
kalintang,
sejak dahulu,
duking nguni,
belum jelas mengetahui, tentang keutamaan beliau.
durung tutug aninghalin, maring sudharma nira.
19. Demikian sesungguhnya
19. Nahan gatya winarnnaning
103
diceritalcan pengarang. adalah kekuasaan dari
seorang raja, di negara sebrang daerah kekuasaanya, raja tersohor sangat dihormati,
kawi, wenten pqnjenenganing narendra,
ring tanah sebrang prajane, ratukasusra
terkalahkan,
punjuly ing ayuddha datan patandlng,
oleh para raja,
kangpara raja-raja,
di dalam pertempuran tak
merasa ketakutan dan
maketersada
berbakti,
rum.
keadaannya sangat tenteram, berilmu tinggi,
pancatnyana,
diangkatnya menjadi raja, daerah kekuasaannya di Simbar Manyura.
bisikanira nrepati. prajeng Simbar Manyura.
Sang Raja Asipatra sangat
20. Sri narendra Asipatra
dedege ageng birama,
sakit.
sakti.
(dan) mulia.
sidibya. nung sakti mondra
sangat sakti karena berilmu gaib. bisa memasuki ruangan
terbuka dan tertutup^ tak pernah takut kalau direbut.
besar sangat perkasa wajahnya menakutkan. jenggot panjang sampai di dada,
sangat lebat menyeramkan. matanya bagaikan matahari kembar.
giginya. runcing-runcing tampak
guna,
bisa manjing ajurager, tan keweran
ngagalembut. prakosa geng warnna nganjrihin. jajinggotsimbar jaja. brengosnya ngarembuyung, netra kadi suryya kembar, wajanira, rangah tinon
104
menakutkan,/44b/ taringnya panjang sangat lancip
anjrUiin, I44bl
symgpanjang atiksya.
21. Bala bancingah ikang sapalih, istana terdiri atas dua bagian, daitya ikang, yaitu para detia, sapalih manusa, sebagian lagi manusia, Kala Srenggipapatihe, patihnya bernama Kala Srenggi, angrehing wadwadyu, memimpin rakyat banyak saktijulig uduhing sakti suka menipu dalam jurit, berperang prakosa ambeksara, perkasa dan gagah berani, tur ateguh timbul dan sangat kebal, nathe angglar sang Raja hendak memperluas jajahan, daerahjajahannya, . sumahona, ingin berkuasa, tau ngrasang bala karena merasa kuat
21. Prajuritnya di halaman luar
memiliki banyak prajurit, Kala Srenggi yang gagah perkasa.
22. Sebabnya bend sang Raja,
warthi,
Kala Srenggi prawira. 22. Marma nira kerangan sang aji,
beilmu tinggi,
pancatyane,
tapi mempunyai istri
turasugih
banyak, seratus orang jumlahnya
garwwa,
semuanya wanita-wanita cantik, karena semuanya gadis-gadis pilihan,
satus kawanda sakehe,
samya putri ayu-ayu, nanghing samining akah selir,
dari sekian banyak permaisurinya,
among putri sajuga,
namun, yang paling didntai, namanya Dyah Mayang Kusuma,
mong kapademin ipun, wasta Dyah Mayang Kusuma,
kembar dengan
kembar iawan.
105
Nilutama seperti yang dari surga, sangat cantik dikasihi oleh remaja.
Nilutamaningswargadi, ayu makasih taruna.
PUPUH SINOM
1.
Di negeri Sabrang tak ada tandingannya,/45a/ . beliau Dewi Mayungsari, putri beliau paduka raja, bagaikan bunga angsoka menghiasi istana, itu sebabnya dijadikan istri tersayang,
membahagiakan malam hari. berada di peraduan beliau, oleh patih Kala Srenggi, diserahkan,
(kepada)Sri Pancatnyana dijadikan istri.
1. Ring Sabrang tan pasasoma,I45al sira Dewi Mayungsari, putri nira sri narendra, ing soka rumembe nagari, marma dadya garwa jidi, nusta kalaning dalu, haneng pamreman hira, dening patih Kala Srenggi, katuring, SriPancatnyana dadi garwa.
Akan tetapi, Sang Ratna,
2. Panunggul nanghing Sang
setiap malam dirundung
amalara dening latri. taji dahar lawannetra. saking lumuh ring nrepati.
Ratna,
kesedihan, tak mau makan dan tidur,
karena bencinya dengan sang raja, tubuhnya sendiri terus disiksa.
menjauhkan diri dengan busana yang indah. tidak dapat didekati. kalau didekati.
sarira
pinati-pati. galinon ring rajadya. tan kena pinarekan. kalamun den parapeki.
106
oleh sang Raja,
Sang Dyah menjadi kebingungan. 3.
Sang Raja kecewa lain mengundurkan diri. Sang Dyah tak henti-hentinya menangis, pada malam harinya terdengar
3. Menggahmmdursri narendra, SangAyu tan sah anangis, duldng dalu hana
sabda,
swara,
didengar oleh Sang Dewi, jangan kamu ragu menaruh
kapyarsa dening Sang Dewi, lah wismenenga nini, qywa sira manggung
kesetiaan,
muhun,
agar kamu punya tipu muslihat,
adrebeya paminda,
mendatangi lelakimu,/45b/ (agar) menghadap Raja, (yaitu)seorang putri dari Kreta Nagara.
paran natha, putri ring Kreta Nagara.
nah,sudahlah adinda diamlah,
4.
ring sang natha, kusumaning Dyah murcita.
Begitulah tugasmu besok, lelakimu(di situ)dapat bertarung, di dalam pertempuran (dia) pasti mati. Sang Dyah merasa senang sambil menangis, (paduka)sudah melindungi diri hamba,
hamba akan junjung di ubunubun,
(lalu) Kesaru beliau datang, bersama para putri, dan para bagawan, semuanya duduk dengan rapi di depan.
mara ri lakimu nini, I45bl
4. Ringkono margane benjang, lakinira olih
tanding, ring yudha pasti palastra. Sang Dyah kendel denya nangis, sampun eca ing galih, alenggah wahuning gelung, Kasaru prapta nira, sakatahingpara putri, ing acaryan, sadaya lenggahing arsa.
107
5.
6.
Sang Ratna Mayang Kusuma, menyambut dengan kata-kata,
Sang Ratna Mayang Kusuma, manyambrama ing sabda
manis, semua madu-madunya, nah,silakan makan sirih bersama-sama,
manis,
saat itulah semua madunya,
maring para maru sadaya, lahpadha muncanga yayi, ya ta kang para putri,
semua berkata sambil
sami umatur
menghormat, serempak semuanya makan
sasana semi
anuhun,
sirih,
muncang,
lalu Dewi Mayangsari berkata, hai, kalian madu-maduku, semuanya,saya bertanya.
anghing Dewi Mayangsari, eh ta yayi, sadaya manira tanya.
Janganlah merasa dendam
Aywana kaduking
dalam hati,
cita,
katakanlah sejujurnya, apakah kalian semua cinta, kepada sang Raja
padha tutura sayakti, apa sira padha tresna, maring sang raksasa pati, I46al sarwi mesem denya angling, matur ikang para
raksasa,/46a/
semuanya tersenyum sambil berkata,
dengan serempak madu-madunya menjawab, saya sangat mencintai, sang Raja raksasa, tapi sesungguhnya,
maru,
sinten ikang asiha, maring sang yaksa nrepati, sahestune,
sadaya gila tuminghal.
kami semua benci sekali melihat.
7.
Tak lain dengan paduka, sedikit pun tak cinta dalam hati,
lalu Ken Braja berkata, sesungguhnya istri-istrinya.
7.
Tan pake lawan paduka, nirsarada trusing galih, Ken Braja swara lingira, sajatine para putri.
108
semuanya sangat jijik,
dalam hati(itu) bukan sang Raja,
akau jtetapi, sangat menakutkan, saat datangnya paduka Raja, ketika mendekat,
disuruh melayani dirinya 8.
Ada seorang abdinya apakah ada yang melihat, sang Raja raksasa, wajahnya sangat menjijikan, dada lebar berbulu lebat,
lagi pula sangat panjang, demikian juga rambutnya dan, matanya membelalak menakutkan,
9.
sadaya dahat geting, ing hati ndata sang prabhu, nammg ajrih kewala,
dateng raka padukaji, yen kongsya, kon trakoguking wredaya. 8. Hana pawongan angucap, sapa ta hana ninghalim, maring sang raksasa dipa, warnnane anggagilanin, asimbarjaja tok bris, ngapuranjang raris ipun, kombala panjang miwah, sakojur wula mredinin,
gigi tajam-tajam^
mtu ngrangap,
taring panjang /46b/ bagaikan danta.
dasta panjang I46bl tulya danta.
Diceritakan Sri
Pancatnyana, belum bersatu dengan sang dewi, menyebabkan kesal dalam hati,
karena permintaannya tak terpenuhi, meragukan kalau dijanjikan, keinginannya sang Raja, menguasai istrinya, tak seberapa kekuatan seorang wanita, (lalu)sang Raja, datang ke tempat istrinya.
9. Kawamna Sri
Pancatnyana, dereng carem Ian sang dewi, ardha sungkawaning driya, denya tan papadan kapti, manggung den samaydnin, karsanira sangprabhu, amisesa ring garwa, pira rosaning pawestri, srinarendra, tumameng unggwaning garwa.
109
10. Abdinya berkata sambii bersujud, wahai gusti sang Raja datang, Sang Dyah merasa gelisah dalam hati,
raut mukanya sangat pucat, dengan tiba-tiba Sang Dewi, , dikerumuni oieh madu-madunya, diajak menghadap sang Raja, sangat senang sang Raja menyaksikan, seteiah tiba di hadapannya, (lain)disambutnya seperti sekutunum bunga.
11. Dicumbu dan diusap-usap, adinda seperti menur dihiasi perada, siapakah memiliki bunga
gadung(itu), orang yang ditanya berkata lancang,
10. Parekan matur
anembah,
dhuh gusti sang natha prapti. Sang Dyah kumam pwa ringdriya, marase kapati-pati, sighra tadhak SangDewi, ginarebaging paramaru, mantuking srl narendra, sang natha suka umaksi, prapteng arsa,
sinambut sang kadi ratna.
11. Kinusyapin riyambada, wong sawang menur
rinumit,
sapa kang dwe bandara, wong tarincing kumarincing,
saya mengikat menjadi /47a/
tur sunti I47al
satu,
kumalinti,
sesungguhnya kamu berhati,
ati mur parawan
perawan,
kencur, gusti amamunduta,
gusti yang memakainya, busana berbunga sangat
ratna bhusona kang
indah, seteiah dibawa,
adi, wus binata,
Sang Dyah ke tempat duduknya.
SangAyu ring palenggahan.
12. Tempat duduknya kursi emas, Sang Dewi terus dipangkunya,
12. Lenggahing kursi kancana, tansah pinangku Sang Dewi,
110
madu-madunya duduk di depan, sang raja (lalu) berkata, nah gusti supaya mau
para maru aglaring arsa, ngandika sri narapati,
cintai, janganlah ragu memohon,
gusti, aywa sok manggung anuwun, hemanira kang swara, Kusuma ya Mayang Sari,
hargailah kata-katanya, lalu Kusuma Mayang Sari, tersenyum dan berkata, kata-katanya menusuk hati 13. Maafkan kalau paduka berkemauan,
seperti keinginan paduka Raja, hamba motion kasih sayang, putrinya Kreta Nagari, (yaitu)Dewi Dursilawati, juga dipanggil Dewa Anglayung,
lah mamunduta
mesemmatur,
sabane anuju prana. 13. Pukulun lamun
sambada,
ing karsa paduka aji, kawula nuhun sisihan,
putrining Kreta Nagari, Dewi Dursilawati,
kalau itu,
jajuluk Dewa Anglayung, ika kalongkongjona, ayune datan patanding, mungpuniku,
hamba mau dijadikan madu.
dadosa maru kawula.
beliau tersohor di dunia,
cantiknya tak ada menyamai,
14. Seperti apa cantik wajahnya, banyak hal yang dapat menyenangkan hati, sudah saatnya /47b/
14. Kadya punapa kang wamna, mendah bungahe kang ati, samangsanipun I47bl
datang,
wusprapta,
putri dari Kreta Nagari, memenuhi keinginan paduka Raja, membawa keindahan cintanya, siang dan malam selalu siap, tapi permintaan hamba tuanku raja,
putrining Kreta Nagari, simanggeng karsa aji, amundut langoning lulut, syang dalu tan wihang, anghing atur kawula aji, lamun dereng, prapta Dyah Kreta Nagara.
kalau belum,
datang Dyah Kreta Nagara.
Ill
15. Kawula dahat lenggana, ajrih hulun angruhunin, (tuan) putri dari putrining Kreta Nagara, KretaNagara, teguhkan hati paduka Raja, kaken twasira aji, senang dan mau memberontak, suka angentrok winds, demikian dia jika kakak sanggup, lah iya kakang sanggup, dengan permintaan beliau, ring sapaminta nira, sungguh-sungguh saya menunggu, sayakti ingsun anganti, menjadi pendamping beliau, nabingsira, (tapi)jangan ingkar dalam aywa cidra ring hati. udaya.
15. Hamba terlalu berani,
sangat takut hamba mendahuluinya,
16. Berkata yang diandaikan sekuntum bunga, wahai, maafkan paduka raja, semoga(hamba)dikutuk
16. Umatur sang kadi ratna,
dhuh pukulun paduka aji, mong kasisilihing
dewata,
dewa,
kalau berani mengingkari janji, terhadap paduka Raja, (yang)bertabiat seperti
sinten purun anyidranin, gumejeng sri bhupati, gumlega Iwirgreh kapitu,
petir pada bulan ketujuh^ sudah lama hamba
wruhanira wus
mengetahui, (tuan) putri dari Kreta Nagari, keadaannya demikian, tetapi tak ada yang mengetahuinya.
lama,
17. Hamba dapat memperdaya y48a/ dengan baik, saya simpan di dalam cupu manik, asta'gina di dalam
putrining Kreta Nagari, hanengkene, nanghing tanana uninga.
17. Manira cidra
/48a/priyoga,
ingsun simpen jroning cupu manik, asta gina hane
112
mahkotanya, pertama itu saya ambil, yang berada di Kreta Nagari, pasti beliau akan membisu, lidak bisa berkata-kata,
makuta,
sirinekang ingsun ambil, kang haneng Kreta Nagari,
setelah permat^nya di sini,
mung ragane pasti bisu, mongsabisa amojar, sarine wusana riki,
segera berkata,
wawangmatur.
Sang Ratna Mayang Kusuma.
Sang Ratna Mayang Kusuma.
18. Wahai,Paduka keluarkanlah, hamba ingin memperlihatkan,
wajahnya tuan putri yang tersohor,
sang Raja segera mengambil, cecupu manik itu,
(dan)asta gina pasangannya, yang berada di dalam mahkota, cecupu manik itu segera dibuka,
18. Duh pukulun wedalana, kawula arsa hudani, warnnane putri kaloka, sang natha sighra angambil, ikang cacupu manik, asta gina prenah ipun, sadaleming makuta, binungkah cacupu manik,
(ternyata)sudah kosong,
sampun suwung,
permatanya Sang Dyah tidak ada.
satining Dyah nora harm.
19. Sri Pancatnyana terkejut, siapa yang mencuri tak ada membilang, hanya sepucuk surat yang dilihat, di dalam cecupu manik,
(lalu) beliau segera mengambilnya, dan dibacanya dalam hati, isi dari kata-kata surat itu,
/48b/janganlah paduka Raja kehilangan, tuan putri Kreta, Nagara saya dibawa.
19. Anjola SriPancatnyana,
sapandurat datan angling, wus aningalin surat,
sajroning cacupu manik, anglis de nira ngambil, binungkasi nugmeng kalbu, pengetunga ling surat, I48bl qywa kelangan sang aji, putri Kreta, Nagara kaamawa.
113
20. Pulang ke Pulau Jawa, kamu hendaknya segera menyusui,
jika beliau raja gagah perkasa, akan mengacau di Pulau Jawa,
sayalah tandinganmu berperang, kerahkan semua prajuritmu, jika kamu menghendaki aku, saya sudah lama memperistri, yang bernama, raja Angling Dharma yang sangat mulia.
20. MuUh manng nusalawa, sira susula tumuli,
yen sira ratuprawira, ngaluruga ring tanahJawi, ingsun tandingmu ajurit, gawanen kabeh bojomu, yen sira tambuh ring wwang, ingsun amirum lawas ati, kangjajuluk, sri maha dibya Angling Dharma.
21. Yang tersohor di selurah dunia,
21. Kang kasub kajonapriya, kuncara surayeng perang, jurit, ditakuti oleh para raja, Idnajrihaningpara raja, ahli di dalam ilmu pemerintahan, kretarthaning raja nithi, sakti dan menguasai ilmu sakti mondra guna, gaib, tak kualahan jika direbut, datan kewraning aga lembut, sebagai penguasa di Pulau papakuning rat diceritakan ahli di dalam
Jawa,
Jawa,
dilindungi oleh dewa-dewa
winonging para dewadi
utama,
akan pergi, ke kerajaannya di Malawa.
jumujuga, nagarenira ing Malawa.
22. Beritanya di Kreta Nagara, 22. Ujaring Kreta Nagara, bukan beliau dilawan bertempur, dudu lawanirajurit, sang raja Basunonda, janganlah berdebat merebut
maharaja Basunonda, sak gendhing marebut
/49a/ kematian,
I49al pati,
Akulah yang menandingimu,
manira kang ngambarin, yan wis kasorjeneng ingsun
jika sudah kalah diriku.
114
(^u)suiigguh-sungguh menyerah, sebagai raja di Pulau
yakti suyut kewala, pranathaning nusa
Jawa,
Jawi,
ya,s^iilah, sebailai pemiika di medan
yaingsun, pramugariningayuddha.
perang.
Pupuh Pangkur Setelah membaca surat
1
Wus titi surat
penantang,
panantang,
seperti disabit telinganya sang raja, (lalu) marah mukanya tanpak bengis, dadanya tampak merah padam, mata menyala, seperti matahari kembar bercahaya,
Lir sinabit kamanira
sangaji, krodha muka sumung-sumung,
jaja bang winga-winga, netra endih,
Iwir surya kembar malatu,
bulat kemerah-merahan,
latu adam bada-ada,
biji matanya bergerak-gerak.
kumedutpanoning lati.
2. (Lalu)beliau berkata kepada istrinya, bersiap-siaplah semua, seluruhnya ikut saya meng-
2. Asru de nira ngandika maring garwa,
payodhandana sami, kabeh ingsun anglurug,
gempur,
saya akan segera berangkat, ke Pulau Jawa, yangakan saya gempur,
enggal ingsun null mangkat,
seluruh istri-istri beliau,
kabeh rabi-rabi nira,
tak ada lagi yang boleh tertinggal.
karikan kayawana kari.
nusa Jawa,
ikang bakal ingsun gempur,
Semuanya menurut pada perintah, 3, Sadaya matur sandika, wanita-wanita, para putri, merasa senang dalam hati. suka micbreng ati.
115
syukur akan berangkat berperang, lalu /49b/ raja Pancatnyana, saya perintahkan, ke hadapan dewa yang mahasuci, karena akan menghadapi perang, agar ikut di dalam peperangan, 4-
Sang raja segera mengadakan
sukur mangkata anglurug, sidung I49bl krah Pancatnyana, mgsun tedha, ring dewa bhatara luhung, antukkatanding nindita,
pandema madhyaningjurit. 4. Sighra miyos sri narendra,
pertemuan,
mengumpulkan para pembesar dan wanita-wanita
setibanya mereka di tempat para menteri dan para abdi, sebelum dimulai, bende dibunyikan suaranya mengalun
demikian juga bunyi gubar gongberi, segera datang pasukan tempur semua.
5.
Dan para istrl raksasa, sudah siap, menggunakan pakaian perang,
beramai-ramai ke tempat sidang, para undangan dan segenap prajurit, semuanya tampak cerah,
(lain) berlari ke alun-alun, siap melaksanakan jika ada tugas, para patihnya sang Raja.
6.
Bernama Kala Srenggi gagah perkasa,
karena pernah misannya sang Raja,
ginarebeglng sagung para manis, saprapta nireng manguntur, mantri ring kasewaka, netegaken, dateng ngarab bende angungkung, gubar gong beri urahan,
kagyatparatiwa sami.
5. Mwangpara nayaka daitya, asawega,
sabhusananingjurit, gumer ikang nguwuh batur, ngundanga mepek wadwa,
tiga lindrah, lumayu ring alun-alun, anarka yen hana karya, papatihira sangaji.
6. Aran Kala Srenggi prawira, apan kangprenah misananira aji,
1 16
7.
8.
badannya besar dan tinggi, tak pemah mundur dalam berperang, setelah berangkat, bers|«na beribu-ribu /50a/ prajnfit, sepanjang jalan berkata sesumbar setelah tiba dihadapan sang Raja.
adege ageng aluhur, pilih lawaning yudha,
7. persidangan seluruhnya, para punggawa menyaksikan, tampaknya mereka ragu-ragu, dengan busana yang indah, seperti pengembala, raksasa besar-besar dan pemberani, diceritakan sang Raja, sedang dipilih raksasa.
Mungguh ring manguntur samya,
wus lumampah, saha bala ISOaJ
kumarutug, samarga asumbar-sumbar, wusprapteng arsa
nrepati.
Setelah semua masuk ke
Sebanyak seratus orang raksasa, 8. (yang) dipilih, keturunan raksasa yang pemberani, kesemuanya gagah perkasa sebagai pemimpinnya, raksasa yang durjana, dua orang yang sangat perkasa, bernama Kala Darbhalan,
(dan)Kala Rawu dia sangat
sakatahe,
para punggawa asaksi, patijanggeleng dinulu, saha bhusana abra,
Iwirgupala, sura danawagung-agung, kacarita sri narendra,
karya kapilih raksasL Kawan atus katahira,
pinilihan, danawa trek winani,
kang samya prawira teguh, dene manggalanira, daitya culig, kembar dadya agul-agul, aran Kala Darbhalan, Kala Rawu wya sinakti.
sakti.
9.
Setibanya mereka semua di persidangan, tampak sangat cerah, menggunakan pakaian utama.
9. Prapteng maglaran samya, tinghaling drah, gabira bhusanadi,
117
merelca semua tampaknya gelisah, sangat buas seperti singa, berkumpul, penuh sesak(karena) banyak pengikutnya,/40b/ ikutjuga istri-istri para
pati ngper ngangah dinulu, krura lir saradula, ambalabar,
jejelpipit kwehing diyu, I40bl para nayaka satriya,
kesatria,
semuanya ikut menghadap,
sadaya samya anangkil.
10. Penuh sesak di lapangan, 10. Sesekjejel maglaran, hampir penuh sampai, aber dateng, di beringin kembar, bringin kurmgapipit, masih saja yang datang kang prapta masih ambrabul, berjubei-jubel, sehingga memenuhi persidangan, sesefdngpangurakan, karena tak dapat dibendung, . kong sidayong, akhimya penuh sampai di kang pacak saji tumiyung, ancak saji, mereka seperti turun dari kadi trunaning gunung, udaya, sehingga penuh berjejalraseksasusun atindih. jejal. 11. Sang Raja Pancatnyana, setelah duduk, berada di kursi manik,
para raja duduk rapi di depan, istri-istri para raja raksasa, juga berada di depan, terlihat saling melirik, duduk bersila dengan tekunnya, (karena)takut melihat mara sang raja bersinar.
12. Menerka-nerka kalau raja
11. Maharaja Pancatnyafia, wus alenggah, munggweng amparan manik, para nrepa ataping hayun, sagung nayaka detya, munggwing arsa, patijeglet dinulu, ambukuh pasila nira, jrih mutating ujwali. 12. Anarkayen natha
118
murka,
duka,
berada paling depan, kepada patih Kala Srenggi berkata sang raja, para prajurit sudah slap
kya patih Kala Srenggi, angandika sangprabhu, gumaleger kang
sedia,
sura,
hai-hai(para) patih, kalian menyiapkan perahu, hari ini supaya sudah siap, /51a/ saya mau menyerang ke
eh eh patih, sira sawora parawu, sadina mangko rampunga, /51a/ ingsun arsa ngalurug ngajawi.
Pulau Jawa.
13. Ke kerajaan Malawapati, hai, patih, saya mau ikut bertempur, karena ditantang oleh raja, sang Raja Angling Dharma, saya ikutkan, semua istri-istri saya, seluruh raja-raja,
tak ada lagi yang tertinggal. 14. Kala Srenggi berkata sambil menyembah, padukaraja, janganlah merasa marah, jika paduka mau menerimanya, janganlah paduka bertindak, terlahi nista,
kekuasaan paduka berarti
munggweng arsa,
13. Ring praja Malawapatya, ingku patih, ingsun arsa pragingjurit, dening bhesmakaning ratu, maharaja Angling Dharma, ingsun gawa, kabeh garwa-garwa ingsun, kabeh para raja-raja, kari kenaywana kari 14. Kala Srenggi matur nembah,
patikaji, dahat anuhun runtik,
lamun sambadaning kayun, sampun paduka tindak, dahat nista, kandapingjeneng pakulun,
lebih rendah,
tuanku raja tersohor di dunia, kalau paduka raja memimpin
dewaji kasusreng jagat, lamun prabhu nyakrawati.
negara.
15. Berprajurit para raja.
15. Abala para narendra.
119
tak ada tandingannya, banyak rakyat dan banyak prajurit, kaiau paduka berkenan, menyerahkan hamba akan
tan pawiUs, sugih wadwa para jurit, lamun suwawipukulun, hamba pyampak mangrempak,
menggempur,
hingga hancur, Pulau Jawa yang paduka inginkan,
hang angrurah, nusaJawicipta
setelah hamba kuasai,
akan berbeda keadaannya
sampun kageming astamba, bedha ipun nusa
Pulau Jawa.
Jawi.
16. Pasti mati /51b/ Angling Dharma,
para permaisurinya hamba serahkan kepada paduka raja, janganlah paduka khawatir di dalam hati, Raja Pancatnyana,
hulun,
16. Tandwapejah[Sib/Angling Dharma, para rabinira katur ringaji, sampun sandeyaning kalbu,
maharaja Pancatnyana,
berkata,
angandika,
janganlah kamu mengatakan
aywa sira ngucap sumanggup,
sanggup,
apakah kamu belum mengetahui, kesaktiannya Angling Dharma.
17. Kala Srenggi telah mengetahuinya, Angling Dharma,
sebagai penguasa Pulau Jawa, tak terkalahkan kaiau direbut, bisa berjalan di udara, seperti dewa,
(begitulah) keadaan raja itu, senjatanya serba canggih, nah, bersiap-siaplah kamu patih sebagai utusan.
apa sira durung wikan, saktine Angling Dharma.
17. Kala Srenggi wruhanira, AnglingDharma, pupunculing ratJawi, tan kewraning agalembut, bisa ngambah gagana, kaya dewa,
kamanusan raja iku, pusakanesarutama, lah payosawosa patih.
120
18. Tandu juli dan jempana, dan hendaknya diberitahu, rakyat-rakyat di pesisir, yangsdiutus berperahu dengan
18. Tandujuli lanjampana, lanwarahen, wadwa-wadwapasisir, sawos apalwa den gupuh,
keneangnya,
patih matur sandika,
si patih berkata telah disiapkan, sudah diperintahkan,
wusparentah, sawong sajali Ian
setiap orang membawa sajali dan carum^ung,
earumpung,
tandujolang Ianjampana, patih duta ring pasisir.
tandu jolang dan jempana
patih yang diutus berada di pesisir. 19. Perahu dan kapal banyak yang bersandar,
19. Amepek kang palwa kapal,
beduk lantbu, giyotake cikonting, /52a/ penjaga keamanan menjaga ketat,
beduk lambu,
giyotake cikonting, I52al pacalang lalempos alup, maharaja Pancatnyana, angandika, maringjuru gedong ipun, patokena rajabrana,
sang Raja Pancatnyana, berkata,
kepada tukang kuncinya, hendaknya mereka berikan dan busana yang indah-indah. 20. Digedungsayadalam istana, hendaknya diambil semua, jangan ada tertinggal satu pun, dansemua perlengkapan busana
mwang bhusana adi-adL 20. Gedong ingsun jrOning pura, bedahana,
aywana kari siji, mwang kang isin bhusanagung,
keb^aran,
yang diberikan kuasa mohon
kang sinung ling wisata,
diri,
untukmengeluarkan, busana mau dipakai bersama-sama,
medalaken, arsa bhusona aselur,
mereka keluar dari dalam
wijil irasingjro
istana.
pura.
J21
melaksahakan yang diperintahkan raja,
21. Berkata Sri Pancatnyana, supaya dibagi-bagilah, itu kepada yang ada di istana, kepada bocahku yangsedang manisnya, janganlah dilewati,
yang laihnya dibagi, kepada para raja, dan istri-istri para
tinupukaneng arsaji.
21. Ngandika SriPancatnyana, adumana,
iku dipuwaradin, maring bocah ingsun sada rum,
aywana kaliwatan, dyan binage, maring para ratu, nayaka punggawa
punggawa serta,
miwah,
para prajurit tempur.
pratiwa para prajurit.
22. Manusia dan danawa, besar ataupun kecil, merata sampai pengembala,
diberikan dana punia dari
22. Manusa miwah danawa, agengalit,
warata ring pakatik, karobaning donaprabhu,
raja,
setelah itu beliau segera memukul kentongan, bagaikan petir,
wusiragya tengara,
suara /52b/ prajurit ke medan
kadya greh. swaraning I52bl wadwa
perang,
pangayun,
riuhannya seperti gelombang
budaling robing samudra,
pasang di lautan,
setelah mengantarkan orangorang istana.
23. Di samping itu para permaisuri, benderanya,
bergambar Sudewi Mayangsari, berkibar berada paling depan, sangat indah jalannya upacara, setelah menaiki.
wus amakta wongjro puri. 23. Miyos ikangpara garwa, tatunggule, SudewiMayangsari, ginarebeg munggwing hayun, asri kang upacara, wusanitih,
122
jempana yang dihias indah Sang Ayu,
jampana rengga SangAyu,
dan para wanita semua, keretanya befaneka warna.
kang para putri sadaya,
24. Di dalam perjalanan sang Raja,
24. Budah sang sri naranatha,
wahanane warni-warni.
Paneatnyana,
Paneatnyana,
berada paling depan menunggangi gajah,
jenggarang nitih asti,
berbusana indah berkilauaan,
abhusana abra murub,
bagaikan Sang Kumbakarna,
Icadya Sang Kumbakarna, ginarebeging,
diperjalanan ramai-ramai, dipilih seratus orang pengawal, Bhuta Julig yang terpilih, berbusana sangat indah. 25. Para raja sudah siap
kapilih awan atus, Bhuta Julig papilihan, bhinusanan tulya asrl.
25. Data kang para narendra,
beraneka ragam,
warna-warna,
juga teknik-teknik berperang, terlihat saling mendahului, seperti gunung runtuh,
gagamaning ajurit, dinulu pating palanjur,
pembawa bendera berlari-lari, yang membawa konta dan umbul-umbul,/53a/
diterpa angin kencang, para raksasa menyatu suaranya hiruk-pikuk. 26. Bala tentara dari Simbar Manyura,
Iwir ukir kawilaga, dwaja layu, kang konta mwang umbul-umbul,I53al kadresaning samirana,
gumer awor raksasa ngrik,
26. Wadwa ring Simbar Manyura,
berjejal-jejal,
ambalabar,
seperti air laut ebah, prajurit yang menjadi
lir trimaning udadi, wadwa kang dadipanganjur,
pengawal, sudah tiba di Muhara,
sampun prafteng Muhara,
saling berebut perahu,
rebutpalwa.
123
kapal besar memuatnya, setelah naik semua prajurit, dan punggawa yang menjadi senapati.
27. Setibanya sang Raja
kang bade tityan ipun, was kamot wadwa sadaya, punggawa kang pradipati.
27. Rawuhing sangyaksasendra,
raksasa,
segera naik, perahu diikuti oleh semua prajuritnya, dan segenap upacaranya, semuanya dimuat hingga perahu dan kapal penuh, dengan detia, pilihan utama seratus orang, yang mengawal sang Raja,
lawan ditya, pipilihan kawan atus, kang rumaksa ring sang natha,
tindakannya sangat waspada.
solahira malweh kinkin.
sighra nupak, palwa sawadwa ngiring, mwang saupacaranipun, kamot sek palwa kapal,
Pupuh Smarandana
1.
Raja Bhaskara mendahului, yang memimpin bala tentara manusia,
manusa,
Kala Srenggi tugasnya, memimpin bala tentara raksasa,
Kala Srenggisasihane, kang angreh bala raksasa, tan kawarnnaning marga,
tak diceritakan di dalam
perjalanan, perjalanannya ketika di /53b/ lautan,
semua perahu setelah tiba.
2.
1. Raja Bhaskara ngruhunin, kang angreh wadwa
Di pesisir Malawapati, Raja Bhaskara sudah turun, semua bala tentara membuat
perkemahan.
iampahira haneng I53bl lawut, sakeh bahita wusprapta.
2. Ring pasisi Malawapati, raja Bhaskara wus mentas, sawadwa karya pakuwon.
124
3.
setelah mereka selesai
sawusanirayoga
membuat perkemahan untuk raja, dikerjakan oleh raja-raja, tampaknya sangat megah, dibangun dengan kain jingga.
sendra,
Seluruh perkemahan sudah selesai,
kemudian segera dilaporkan,
kepada Kala Srenggi yang memimpinnya,
disampaikan kepada raja raksasa, aturan-aturan sementara,
menyandarkan perahu, agar ditata rapi di muhara. 4.
Setelah sang raja raksasa dijemput, dan semua istri para
perajurit,
segera masuk di perkemahan, bala tentara raksasa suaranya
ginaraping para raja, amawi tata rupagung,
sangkelatjingga kinarya. 3. Sakehe pakuwon dadl,
anulya atur uninga, Sang Kala Srenggi kang angreh, katur maring yaksa dipa, undang-mdang sawatra, aminggiraken parahu, apipitaneng muhara. 4. Wus tadak sang daitya aji, sagarwa wadwa sadaya,
laju manjing ring pakuwon, gumuruh wadwa raksasa,
hiruk pikuk,
5.
rusuh sami mangrayah,
semua merusuh mengacau, desa-desa semua dihancurkan,
padesan sami ginempung,
dijarah oleh bala tentara
binajag ring bala
raksasa.
detya.
Demang Pabeyan melarikan diri, 5. Demang Pabeyan angili, lumayu maring nagara, segera pergi ke kerajaan, atur uninga ing lampahe, menjelaskan perjalanannya, ya ta I54al ikang kawamaha, yaitu /54a/ yang diceritakan, di kerajaan Malawa,
nagari ring Malawa,
diadakan pertemuan antara
antarira saba
raja-raja, t?k lain Arya Wijanarka.
prabhu, tan liyanArya Wijanarka.
125
6.
7.
Mengarahkan orang-orang seluruh kerajaan, para pemimpin, raja-raja, semuanya datang menghadap, para punggawa Malawa, seluruhnya datang berduyunduyun, tujuannya hanya ke istana kerajaan, agar waspada mengendalikan kerajaan.
6. Nguyuning wong sak nagari, angrehpara raja-raja, pamasa sumuyut kabeh, para punggawa Malawa, tugura makaja-
Demikianlah lalu segera
7. Mangkana arisomanjing
ngan,
kubeng kadaton kinepung, priyatna ngarsa nagari.
masuk,
para raja duduk berjejer, dikelilingi oleh segenap
para raja maglaran, pepekpunggawanira
punggawanya,
nder,
Rongga dan Demang sebagai
Rongga angabehi
pengawas,
Demang, lumagung natha praja, monca dipati sumpenuh, Wijanarka angandika.
dan sebagai pengawal raja istana,
panglima perang memenuhi. Raja Wijanarka kemudian berkata.
8.
Saudara-saudarabagaimana pendapatmu, Ki Madrin lama tak datang, tidak ada beritanya, apakah mati atau masih hidup, kini orangnya tidak ada, jika dia sudah menyerang saya akan menyusul, berkata punggawa yang tertua.
8. Sanak-sanakparan kapti, Kang Madrin lawas tan prapta, ndatan hana pwarahe, tambuh mati tambuh geseng, wwang tane nora hana, yen pambug manira nusul, maturpimggawa tinwa.
126
9.
Hamba /54b/ tidak mengetahuinya,
karena banyaknya mengawasi prajurit, seperti hilang semangat dan tanggung jawabnya, para raja pasti bubar, tertawa sambil bernyanyi
9. Kawula I54bl baten sawawi,
sintenngayoming ketah, lirsapuh ical engsuhe,
pasti bubar para natha, eca sami gupita,
semuanya,
dengan kedatangannya Kasaru, Demang Pabeyan dan Tuwikan.
10. Menghadap dengan bersujud, hamba menyampaikan berita, ada musuh yang datang sangat banyak,
Kasaru ring praptan ipun, Demang Pabeyan Tuwikan.
10. Majeng ring asawot sari, kawula atursupeksa, wonten musuh ageng rawuhe,
(yaitu) para raksasa dari
para muka sakeng
seberang,
sabrang,
sudah sampai di darat, sebagian pasukan dari para
sebagian lagi pasukan dari
sampun menggah ring darat, sapalih detya bagruyuh, ikang sapalih
manusia.
manusia.
raksasa,
11. Pemimpinnya adalah raksasa, dari negeri seberang, yaitu Simbar Manyura,
(raja)Pancatyana namanya,
ingin menguasai negeri
11. Ndrapatin ipun raksasi, ring sabrang Simbar Manyura, Pancatnyanajajulene, arsa ring panagari Malawa,
Malawa, wadwa tan
bala tentaranya tak terhitung, desa-desa di pesisir sudah
pawilangan, paminggir pasisir
dihancurkan,
gempung,
terkejut Arya Wijanarka.
kagyatArya Wijanarka.
ni
Beliau menjadi marah dan
12. Brahmantyanira
marahsekali,
mawreddhi,
dada merah membara,
jaja bang mawing-awinga,
(lalu)Tumenggung
Tumenggung Jayabhayane, matur ngaturin
Jayabhaya, memberikan penjelasan sebagai penguat, janganlah terlalu cepat marah, hamba akan /55a/ merebut
pragega,
sampun kadereng duka, prayagi/55alsami
bersama-sama, walaupun sampai mati dalam
nadyan anggulanga ring
peperangan.
prang.
Kalau sudah dilandasi
dengan pikiran suci, berkata Arya Wijanarka, nah, bagaimana hasil perundingannya,
saudara-saudaraku semuanya, apakah sepakat u'ntuk
rinambut,
13. Yen sampun.galang ring pikir,
angling Arya Wijanarka,^ lah kadya paran rembuge, sanak-sanak ingongsadaya, apa rembuge
menyerang,
mapag,
di dalam pertempuran saya
ring yudha mahira
setuju.
anut,
hendaknyajangan mengosongkan istana kerajaan.
pura.
14. Apakah hanya dihadapi di medati perang, jika berada di luar istana,
hendaknya kobarkan semangat menyerang,
matur ajangelensan 14. Yagipinetuking jurit, wonten sajawining kuta, amrihpapa nikang ober,
kalau mereka menghadang kita, kerahkan semua rakyat desa, (lalu)adipati Tunjung
lamun muwra ing fata, risakawula desa, dipati Tunjung
berkata,
umatur,
128
kalau mereka hanya menghadang.
15. Supaya semuanya dilihat dengan sangat teliti, sang raja dari Bataratna, perhitungan perlawanannya
lamunmuwra kewala.
15. Kalangkung anglingling sami,
sang nata ring Bataratna,
menyerang,
rembag amagut yudhane,
I Tumenggung membentengi
I Tumenggung among
istana kerajaan, berkata kepada Wijanarka, ketika memulai hendaknya
praja, matur ring Wijanarka, deweg miwiting
terlebihdahulu,
rumuhun,
dipersiapkan bala tentara
ngarakit bala warthi
untukmenjaga ketat.
jagang.
16. Kalau pasukan sudah siap
16. Yen sampun penet kang
membentengi,
biting,
di luar dan di sekitar istana,
ringya minggah ringpalatar,
setelah itu siap /55b/
sampunta/55bf
mengandalkan mereka, dan kesiapan paduka raja
angandel ake, sangguperatu
memimpin, mengatur jalan peperangan, menyangga bala tentara yang terdesak dan gugur,
ngamonca,
menjadi pahlawan bangsa.
dadi babantening praja.
17. Arya Dayaningrat berkata, hamba sungguh tak berunding,
17. Arya Dayaningrat angling, huwa kawula tan rebag, mundak ngakehaken gawe, neda sami tameng dhadha,
itu akan menambah pekerjaan, semuanya mau ikut bertempur, supaya disaksikan di Malawa, siap bertahan dan tak melarikan diri,
berkata adipati Awongga.
rareponing ayudha, katempuh dewe kang labuh,
satona ring Malawa, mong satinggala lumayu, matur dipating Awongga.
129
18. Lebih baik mundur
18. Leres kakatahan
daripada banyak perhitungan, walaupun terjadi perang
kardhi, punapa kang dados
berdarah,
mams,
membunuh raksasa hati
nadahing wil tijeng
tetap tegar,
geges,
berkata Arya Wijanarka, saya akan menepati janji, dan berani hancur jika sudah berunding, aku selalu membela negara. 19. Serta membuat keputusan, mempersiapkan pasukan dan perlindungan, menaikan semua merima, saya keluar terjun berperang, bersama-sama para kesatria, kalau saya terdesak, akan mengungsi dalam benteng pertahanan.
20. Setelah para raja selesai /56a/berunding,
angling Arya Wijanarka, huwaha mong wasita, Ianjagalayayen rembung,
kariya atangga praja. 19. Sarwi anambuta kardhi, ngarakit laren Ian palatar,
mariyaming munggah kabeh, ingsun medal magut yudha,
lawan para satriya, lamun kasoran ingsun, ngungsijroning pabitingan.
20. Wus rembagpara
semua punggawa slap sedla,
I56al bhupati, punggawa samya saneha,
kemudian memukul bende, gendrang gong beri suaranya
nulya atenggara bande, kendang gong bheri
gemuruh,
menembus angkasa,
urahan, teteg kadya butula,
para prajurit sudah siap,
prajuritsayaga sampun,
demikian juga,para panglima
tanapipramonca
negara.
nagara.
tak henti-hentinya seperti
21. Demikian banyaknya bala
21. Gambirapara
130
prajurit, hana ta sikeping yudha,
tentara,
ada pasukan tempur, sudah siap mengerahkan perajuritnya,
wus amatka
satriyane,
berpakaian indah beraneka
bhusana asri warna-
warna,
warna,
ada tempatnya berlindung, dibuat lapis tiga,
gagamana malatar, tinategan leaping telu, budalprajuritpangarsa.
prajurit pengawal kembali. 22. Ke istana kerajaan sang raja, ke Widarbha dan Tunjungpura, Kumbina Mondra Kalong,
Banjar Malati Sampala, dan di Traju Tisna,
di Candipura sampai, (ke) Mayura dan Bataratna.
23. Wijata Ngawongga memimpin,
22. Ring lesan pura nrepati, Widarbbha Ian Tunjungpura, Kumbina Mondra Kalong,
Banjar Malati Sampala, miwah ing Traju Tisna, ring Candipura sumambung, Manyura Ian Bataratna. 23. Wijata Ngawonggapati, wadwa pangarsa sadaya, kasambungan punggawane,
semua perajurit pengawal berada di depan, diikuti oleh para punggawanya,
dan para perajurit Malawa, sangat indah kalau
para satriya Malawa,
diperhatikan,
kawistara,
persenjatannya bagus/56b/bagus,
tatindihe bagusI56bl bagus,
para perwira semuanya muda.
samya prawira taruna.
asri yen
Pupuh Sinom
1.
Setelah para kesatria, diikuti oleh pasukan Dalem,
pasukan Raja Dayaningrat,
1. Telasingpara satriya,
gagaman Dalem nambungin, tatindihan Dayaningrat,
131
2.
barisan utama bersenjata
manggalatungguling
tombak,
baris,
banyak lagi persenjatannya
kweh nikang den
yang lain,
tindihin,
pasukan Dalem berjumlah
gaman Dalem ulung-
delapan ratus,
atus,
semuanya berpakaian seragam,
sambada bhusanabra,
bagaikan dewa-dewa kalau dilukiskan, beraneka warna,
tulis,
pasukan utama berada paling
sagung sikep kang
depan.
pangarsa.
Raden Dayaningrat, menunggangi kuda berbusana
kadi hyang-hyang munggwing warna-warna,
2. RahadenAndyaningrat, nindih kudajanjan
kuning,
kuning,
menggunakan selimutjingga, lancingnya pitola hijau,
ajajamang kampuhjingga, lancingan pitola wills, sabuk randasurati,
menggunakan sabuk
bergambar,
memakai badong kelat bahu,
yaitu busana dari leluhumya, seperti putranya Dwarawati, pemberiannya,
3.
ababadong kelat bahu, abrana kuwarisan, lirputraning Dwarawati, pamurunge,
diceritakan berjumlah
wawospakawan
sepuluh.
dasa.
Segenap upacara sang Raja, dibawa ke luar dari pertempuran,
dan /57a/ Tityan Dapongga, menyiapkan pasukan perangnya,
3. Saupacara narendra, winawa wijiling
Jurit, miwah ISTaJ Tityan Dapongga, kinarya pasukejurit,
digunakan pakaian serba
bhmusanan sarwa
indah,
adi,
ada yang disuruh sang Raja,
pininda hana sang prabhu, ingapit songsongjenar.
mengapit songsong jenar.
132
4.
rinakseng punggawa kalih, magor sari akapang
dijaga oleh dua orang punggawa, tampak seperti pagar bunga ditata batu apung menyerupai
apung
gajah.
mataga.
Beiiau Arya Wijanarka,
yang diangkat menjadi senapati,
tiga ribu jumlahnya pasukan
4. SiraArya Wijanarka, kang minongka senapati, tigang ewu sikeping
tempur,
prang,
yang berada paling depan,
kang pinangku munggweng
semuanya tentara pilihan, yang menjadi komandan pasukan tiga ratus orang, sangat banyak jika hendak
samya wadwa sinelih, wawanpetak tigang
arsi,
atus,
akatah winurcitakena,
diceritakan,
yang datang dari negara luar, sedang menyiapkan pasukan,
prapta sajawining nagari,
dan mengatur siasat perang.
tiningkah mangkara byuha.
5. Sebagai sesungut(udang)
rakitang glar, 5. Sasmgut manca
dari lima negara,
nagara,
yang menjadi supit(udang), yaitu Mondra dengan Campala, Tanapi dan Banjar Malati,
ikang minongka sasupit,
Bataratna yang membantu,
Mondra kalawan Campala,
Tanapi Banjar Malati, ring Bataratna kanti,
begitu juga Mandurat dan
Mandurat
Rajutisna,
Rajutisneku, sadaya sami ngiwa,l57b/
semua mereka (itu) di supit kiri,/57b/ Kumbhina dan Kadarbha
Kumbhina Kadarbha
bergabung dengan,
nungil,
Lesanpura,
Lesanpura,
bersama dengan raja Tunjung
lawan prabhu Tunjung
Pura.
Pura.
133
6.
7.
Semuanya itu berada di supit kanan,
kanan,
saat itu juga supaya
dine ikang
mempersiapkan, para permaisuri di Malawa,
andadanin,
juga para kesatria punggawa
praprameya ring Malawa, satriya punggawa
dan menteri,
mantri,
serta bantuan beliau
Dayaningrat,
andayanira tindih,
yang diperintahkan memimpin, Dyan Arya Wijanarka,
ikang minongka tatunggul,
demikianlah susunan siasat
Dyan Arya Wijanarka, mangkana lampahing
pasukan perang, setelah mereka datang,
baris,
merasa senang berada di perkemahan.
kendelhaneng
Selanjutnya, diceritakan, tersebut sang Raja raksasa, mengadakan perundingan debala tentaranya,
patih detia Kala Srenggi, dengan Raja Bhaskara,
mereka berdua dalam hatinya sudah siap, berkata sang Raja raksasa, kepada Raja Bhaskara dan patihnya, bagaimanakah,
beritanya Sri Angling Dharma.
8.
6. Samya nisih munggweng
Apakah ikut di dalam perang, menjawab sang Raja Bhaskara, paduka Raja Sri /58a/ Angling Dharma, kepergiannya sudah lama
wusnyaprapta,
pasanggrahan.
7. Nahen gantya winurcita, kawarna sang yaksa aji, miyossiniwakeng wadwa,
patih detya Kala Srenggi, lawan Bhaskara aji, kalih pratistaning hayun, angling sang dhanawendra, ring raja Bhaskara patih, kaya paran, wretabe SriAnglingDharma.
8. Apa maguta ring yudha^ umatur sang Bhaskaraji, pukulun SriiSSal AnglingDharma,
suwengkesah sampun
134
sekali. demikianlah kata mata-matanya.
tapi pada malam hari beliau datang,
yang ikut menjaga istana kerajaan, juga keturunan sang Raja, menjadi pemimpin, bernama Arya Wijanarka.
9. . Memimpin semua raja-raja, di situ menjadi wakil sang Raja, dan ada lagi kesatria. bergabung yang sangat diandalkan dalam perang, bernama Dayaningrat,
dan Ladak yang gagah perkasa serta sangat tampan.
yang lainnya Arya Mangunjaya, semuanya itu melindungi dalam perang,
pemimpinnya bernama Arya Wijanarka. 10. Berkata sang Raja raksasa, sang patih pukullah segera kentongannya,
sekarang saya akan berangkat, lalu berkata patih Kala Srenggi,
janganlah gusti melakukan,
lami,
ature punang telik, wengi wonten dateng ipun, kang kantun tegga praja. mungsantana paradipati, tatunggule, wastaArya Wijanarka.
9. Angreh par raja-raja. minongka wakil sang aji, Ian malih wonten satriya. satunggilandeling jurit.
Dayaningrat kakasih, Ladakprawira abagus. Ian Arya Mangunjaya, samya arsa nanggulang jurit, tatunggule wasta Arya Wijanarka. 10. Ngandika sang detya raja, payo tengorowa,
patih, samangko ingsm umangkat, maturpatih Kala Srenggi, sampun gusti mindakin,
karena beliau sang Raja
awit ratu nira
tidak ada,
suwung,
sangat tercela dikatakan
nista ucaping praja, paduka narendra
oleh rakyat,
karena paduka Raja
135
bijaksana, sangat terhina,
lewUiy
berperang /58b/ melawan
langkung nista, aprang 158b/ kalawan
punggawa.
punggawa.
11. Pantasnya berperang 11. Sedengtandinglan dengan rakyat, kawula, para punggawa dari Malawapati, punggaweng Malawati, sudah berada di Astamba, tembus sampai di Malawapati, paduka Raja diam hanya
paduka eka
memikirkan,
amukti,
sampun wenten ringAstamba,
bedhah ring Malawapati,
kesenangan dari para
kasukan Ian para
permaisuri,
arum,
ketnudian sang Raja berkata, ya, benar kamu patih,
sang natha angandika, ya bener sira patih,
sertakanlah,
karikana,
semua pembesar para perajurit raksasa.
sagung kang bala
12. Raja Bhaskara menyembah, hamba akan rnelaksanakan
titah gusti,
lalu kentongan segera dipukul, gendrang gong bende dibunyikan, untuk membangkitkan semangat bala tentara, rakyat semua keluar, dari rumahnya, semua pasukan sudah siap siaga, senapati,
raksasa.
12. Raja Bhaskara anembah, angsala pangestu gusti, sighra anembang tengra,
kendang gong bende tinitir,
muntab sagung prajurit, manusya sadaya metu, sakengpakuwonira, anedeng apucak barisy senapati,
perang(dan)sang Raja
ing prang sang raja
Bhaskara.
Bhaskara.
136
13. Para raja bersiap siaga, setnua bala tentara sudah siap,
di dalam perang dan segera perang dimulai,
pasukan dipersiapkan kembali, suaranya seperti gelombang
13. Para raja atata glari sawadwa kusya sumaji, ring prang sighra tinetegen,
budal ngangsegaken, lingtrunaning
pasang,
udadi,
suara dari bala tentara
swaranlng bala I59algumuruh,
/59a/ riuh bergetar,
setibanya di medan perang, para raja dan rakyat segera, bersiap siaga,
prapta ring pabratan, para raja manusya glis,
perlakuannya seperti gajah,
tata glar, tiningkah
mengamuk.
diradanta.
14. Yang menjadi kepalanya.
para raja dan kesatria pasukan gerak cepat,
sebagai gadingnya(yaitu) sang raja Bhasmah, dibantu oleh sang Raja Hindi, kemudian Raja Durgong, dan Durbali mereka berdua di belakang,
14. Kang dadya talale nlra, raja gul-agul prajurit, ring gadhing sang raja Bhasmah, asisih sang raja Bindi,
raja Durgong satuwin, Durbalisamyaneng
pungkur,
sebagai badannya Raja
awak raja
Bhaskara,
Bhaskara,
mereka semua menunggang
prasami wahana asti,
gajah, tujuannya,
ciptanira, tan arsa ya mundura.
tak akan man mundur.
Pupuh Durma
1.
Setelah selesai mengatur
pasukan para raja pilihan,
1. Wus apucak baris praraja kasukan.
137
Raja Bhaskara memerintahkan. Pacanonda berangkat, menyampaikan surat
sriBashkara anuding, Pacanonda mangkat,
penangtang,
panangtang,
diiringi oleh para perajurit. setibanya pada barisan (pasukan),
ingiring wadwa prajurit,
amundisrat
prapteng
barisan, nira wong Malawapati.
orang-orang Malawapati. 2.
Sesungguhnya barisan para menteri memandang dengan waspada, mengapa ada utusan datang, Ki Demang tak diberitahu, segera dicegat /59b/ dalam perjalanan, hai, kamu ingin menandingi, kamu orang dari mana, Pacanonda segera menjawab.
2.
Saya utusan Menteri Simbar Manyura,
3.
Sasmgutebaris mantri hawas
mulat,
yen hana data prapti. Demang tanpanahan,
sighra ngadang /$9b/ing marga,
eh sira madega dhingin, sira wong apa, Pacanonda sruh angling.
diutus oleh ki patih, untuk mengantarkan surat. tanpa berpikir beliau
Ingsm data mantriSimbar Manyura, dinuta ring kipatih. ngaturaken surat. tan panahen ngeling
berkata,
ira.
hai, kamu diamlah di sini. aku ingin. melaporkan persoalan ini.
eh sira madega disik. manira arsa. atur hudani dingin.
Segera mengutus menteri Jasa menghadap. setelah tiba lalu masuk.
menghadiri persidangan. di hadapan para kesatria, mengatakan ada utusan dari.
4.
Gya angutus. mantri Jasa sanderan.
prapta laju umanjing. ngarsen pasamohan. wahupara satriya. matur lamun duta saking.
138
Sifflbar Manyura,
tujuannya mengantarkan surat. Dia masih berada di luar
barisan pasukan, lalu Dyan Aryake memanggil,
dipersilakan dia masuk utusan itu,
masuk ke dalam persidangan, lalu Pacanonda menyerahkan surat,
Demang Urawan,
yang disuruh menerimanya. 6.
/60a/ Dan Dyah Winawosa membaca surat itu dalam hati,
Raja Bhaskara sebagai patih, dari Simbar Manyura,
Wijanarka agar menyerah, saya yang menguasai Malawapati, supaya diserahkan cuma-cuma, menghambalah kepada kami. 7.
Memuncaklah marahnya Ki Demang Urawan, berkata sambil merobek surat,
hai, utusan pulanglahl, katakan kepada rajamu. Si Bhaskara kapan datang? saya sambut di, medan perang saling membabat usus.
8.
Pacanonda segera pergi
Simbar Manyura, arsa ngaturaken tulis.
5. Ipun andeganengjawining pabarisan, Dyan Aryake nimbalin,
data ya Ingundang, manjing ring pasamohan, Pacanonda mundi
tulis, Demang Urawan, ikang pinrih nampenin.
6. /60alDyan Winawoseng ati babukaning surat^ raja Bhaskara patih, ring Simbar Manyura, Wijanarka nungkula, ingsun pundut Malawapati, srahana bungkokan,
ngawulaha ring mami. 7. Muntab krodhanira
Ki Demang Urawan, mojar anebit tulis, eh duta muliha,
matura ring gustinira. Si bhaskara kapan prapti, ingsun papaging, prang dutuwus pinisalin. 8. Pacanonda sighra lengser
139
tanpa permisi, di dalam perjalanan langkah-langkahnya dipercepat, setibanya di perkemahan, beliau Raja Bhaskara, sedang dihadapan para perajurit, si utusan segera menghadap, berkata sambil menyembah. 9.
Surat paduka sudah diterima oleh patihnya, dibaca terus dirobek-robek,
bemama Demang Urawan, di hadapan(hamba) berkata /60b/sangat sumbar, paduka Raja dihina, jika paduka datang, akan dibabat habis dalam
pertempuran.
10. Sangat murka Raja Bhaskara dan kentongan supaya dibunyikan, bende berijuga dibunyikan, gong berhadap-hadapan dengangong,
smgayman,
sasanderan haneng margi,
praptengpamondokan, sira raja Bhaskara, lagya siniweng prajurit, data ring arsa, matur sah awotsari.
9. Surat dalem tinampen dening prameya, winaca rarls kasebit, aran Demang Urawan, ajeng mojar I60blsaha sumbar, paduka ipun sumbarin, samong saprapta,
pinayutring ajurit. 10. Duka raja Bhaskara akentenggara, bende bheri tinitir, gongmaguru gong,
mereka berhamburan
muntab balabar haneng
bagaikan banjir saat hujan, gelar gajah sudah siap
papan,
sedia,
teriakan para prajuti, bagaikan gelombang laut sedang pasang. 11. Setelah kentongan dipukul
gelar gajah mata dadi, swaraning bala, Iwirombaking jaladhi. 11. lya tengara punggawa
140
para punggawa dan Menteri
mantri Malawa,
Malawa,
kesiagaan pasukannya sudah siap, paling ujungnya merupakan bulan sabit, pada saat melihat musuhnya, yang ikut di dalam pertempuran, ikut juga kelihatan, dengan jelas dari dataran tinggi.
gelarira was dadi, tuntung ardha candra, duk mulat musuhira, sareng ajuning ajurit, sareng nyanjata, yayah ring ikang wukir.
12. Rameningprang 12. (Karena)sengitnya tambuh musuh pertempuran tak bisa membedakan musuh dengan teman, lawan rowang, apanggih padha want, setiap bertemu menjadi lawan, • kukusing sundawa, asapnya peluru, peteng Iwir . membuat gelap seperti ampak-ampak, membangkitkan keberanian,
setiap berbenturan salitig
ri wutrok silih
saling merobek-robek pakaian,
acaruk-
berhamljiirlaii tiak men(6nfu.
gimtur U'lts tanpakdrdhi.
Perajurit bertempur dengan
13. Rempuh watang prawira
ukih,
13.
gagah berani menghunus keris, /^la/saling tusuk
saling menebas dengan pedang, saling memukul dengan parang, panah bagaikan rintikan
kutang,
'
narikcuriga, I61al rame agenti kris, apedang-pinedangrame, parang-pinarang, warastra kadi
hujan, busur seperti hujan,
gurimis,
peluru lembing seperti jatuhnya hujan.
tulup lembing Iwir
busur lir hudan, riris.
141
14. Bagaikan suaranya ombak perajurit dalam pertempuran, baru saja bertempur, para perajurit Malawa, mundur didesak lawan,
pertahanan pasukannya rusak dalam bertempur, Andayaningrat, lalu mengerahkan pasukan pilihan. 15. Tiga ratus orang semuanya keturunan orang gagah perkasa, semua pemimpinya, keturunan orang bijaksana, bukan keturunan orang kebanyakan, semua maju membantunya,
sehingga musuh banyak mati, mengamuk dihujani peluru. 16. Pasukan gajah yang garang
14. Lwir ampuhan swarane wadwa kabranan,
wahu ta kang ajurit, wadwaning Malawa, mengkeb karoban lawan, rusak gelar ring ajurit, Andayaningrat, ngabaning wong sinelir.
15. Tigangatus samya treh wong prawira, lalurahira sami,
trehing kula deya, tan atreh
badarakan,
sareng mangsah nunjang sami, samya beg pejah, mangamuk galong pipis. 16. Bubrah rusak kang gelar
hancur lebur^
diradamata,
karena diserang membabi
ikang katrajang gusis, agul-agul raja, lawan raja Sanghara, mulat rusaking prajurit, dahat brahmantyaiI61bl ngangsahaken prajurit.
buta,
(oleh) raja perkasa, melawan Raja Sanghara, setelah melihat perajuritnya
mengalami kehancuran, (beliau)sangat marah,/61b/ supaya terus maju bertempur. 17. Futra Arya Dayaningrat didahului, direbut dalam pertempuran,
Arya Mangunjaya,
17. lya liniputra den Arya Dayaningrat, liniput ring ajurit, Arya Mangunjaya,
142
segera memanggil bantuan, maju mengajak orang-orang pilihan, dengan gagah perkasa menerjang, musuhnya segera melawan. 18. Saling berhadapan saling memukul dengan
ingatag tatulunga, mangsah ngirit wong sinelir, manreg
manujah, musuhira nadhahin.
18. Sinasoging watang sinawat ring
serampang,
srampang,
keretanya tak ada rusak, tetap tampak mengkilat, peluru yang ada di dadanya, karena semangatnya bertempur, punggawa dari negeri sebrang, banyak yang mati berjatuhan.
turanggane tan busik, tinon Urparada, mimis kang haneng dhadha, saking gambiraningjurit,
19. Beliau Raja Bhaskara dengan tergesa-gesa, mengajak para perajuritnya maju, dan para pemimpin raja, semuanya perkasa dan pemberani,
punggawa
sabrang, akeh longekang mati. 19. Sira raja Bhaskara asru kabangan, sawadwa
apapulih, mwang sagungpraraja, prawira sami sura,
mereka bersama-sama /62a/
abyuh sadaya l62al
menyerang,
ngabyufdn, ring Dayaningrat, pageh datan gumingsir.
dengan Dayaningrat, sangat kuat sedikit pun tak mundur.
20. Dengan Mangunjaya seperti ketika direbut di dalam
pertempuran, oleh Satus Korawa,
20. Lawan Mangunjaya kadhya Parthasuta, duk rinebuting jurit, ring SatiKorawa,
143
dihujani dengan panah, matilah kudanya, lalu beliau menghunus keris,
ingudanan warastra, kudanira angemasin, narikcuriga,
para raja melawan.
para raja nadhahin.
21. Para raja yang ditusuk banyak terluka,
bupati banyak tewas, Arya Wijanarka, dan Demang Urawan,
pasukan terdepan menolong semua,
21. Kang sinardkpara raja kehkabranah, bhupati keh ngemasin, Arya Wijanarka, lawan Demang Urawan, tatulung samya
para perajuritnya,
ngawaldn, sawadwa nira,
demikian juga para menteri.
miwah kangpara mantrL
22. (Konon)pasukan perajurit Malawa kekurangan makanan, ketika itu banyak yang mati, soraknya seperti gelombang,
22. PrajurUingMalawa kawratan dhana, mila samya beg mati, surak lir
pasang,
ampuhan,
sehingga berkobar-kobar di langit,
langit,
bumi terasa bergetar, berubah menjadi lautan darah.
23. Mayatnya bertumpuk-tumpuk bagaikan gunung, panah tombak dan lembing, /62b/ lulumut kubala, daludag dan bendera,
kumela-pelab ikang bhumiprakempa, panda samodra getih.
23. Susun-susun kunarpa awawuldran,
sarah watang Ian lambing,
perajurit Simbar Manyura
I62bl lulumut kubala, daludag Ian bdndera, Simbar Manyura
Glri,
Giri,
semua ketakutan,
samya sasaran,
tak berani maju.
tan hana mongga pulih.
144
24. Senapati Raja Bhaskara berkata,
kepada para bupati, dan kepada para raja, semuanya supaya meninggalkan medan perang,
(lalu) mundur perajurit Malawapati, ke tempat perlindungan, demikianlah titah Raja Bhaskara.
25. Yang lainnya bermaksud melaporkan,
24. Senapati raja Bhaskara lumajar, mawur para bhupati, miwahpara raja, samya tilar galanggang, mundur wong Malawapati, amasanggrahan, nahen Bhaskara
aji.
25. Payune nyadhya ngaturin uninga,
menghadap sang Raja,
dateng sri narapati,
saat itu Pancatnyana,
sedang menghadapi para
Pancatnyana lagya, sinewaning
punggawanya,
pmggawa,
Kala Srenggi berada di
Kala Srenggi haneng
depan,
arsi,
sang raja berkata,
natha ngandika,
"Bagaimana kabamya patih!"
apa wretane patih.
26. Si Bhaskara menghancurkan istana,
di kerajaan Malawapati, Kala Srenggi menyembah, belum ada yang memeriksa,
26. Si Bhaskara denya angrebasengpura,
prajeng Malawapati, Kala Srenggi nembah, dereng wontenta pariksa,
Si Kasaru dan Bhasknra
Kasaru Bhaskara
(lalu)datang,
prapti, lalu ngandika,
kemjudian menyampaikan, berkata sang Raja raksasa. 27. Hai Bhaskara apa kamu hasil melaksanakan tugas,
menghancurkan/63a/
angling sang raksasa aji. 27. Eh Bhaskara apa sira labdeng karya,
ngarabdseng I63al
145
Malawapati,
Wijanarka di mana?
Malawapati, endi Wijanarka,
apakah dia sudah gugur? Raja Bhaskara menghormat,
apa ta wuspaiatra,
memohon maaf,
anuhun duka, dahattiwaspmg
sangat kecewa menanggung
penderitaan. 28. Tidak sampai di Malawa
raja Bhaskara ngabhakti,
dasih.
28. Ndatan bedah Malawa
karena banyak yang menghadang,
kangtenggapraja,
para perajurit tangguh,
prajuritsarasakti,
bemama Wijanarka, dan Dayaningrat,
wasta Wmajarka, lawanAndayaningrat, Mangunjaya sang satunggil, langkung digjaya, prajurite wong gusis.
(serta) Mangunjaya satusatunya perajurit,
(yang)sangat digjaya, seorang perajurit siap tempur.
29. Di dalam pertempuran tak pemah mundur, (lalu)sang Raja raksasa naikdarah,
kentongan supaya dibunyikan, supaya segera kumpul perajurit raksasa, para raksasa berteriak suaranya hiruk-pikuk, sang Raja raksasa,
segera memakai pakaian kebesaran perang.
30. Setelah pemimpin para perajurit hadir semua,
lengkap dengan lembing
29. Ring ayudha datan amonggapulaya, duka sang detya pati, kembang tengra,
kumpul bala raksasa,
gumerswaraning daitya ngrik, sang danawendra, ngarangsuk kaprahhonjurit. 30. Wus amahap sagung prajurit atapa, sikep lembing
146
suligi, badama copdrasa,
suligi, badama copdrasa,
limpung pedang serampang,
limpung pedhang sarampang,
sang raja raksasa keluar,
sambil menahan amarahnya, di depan pasukannya sebagai
umijilsangdanawaji, kasrahing duka, majeng barisira
saksinya.
saksi.
31. Setibanya di medan perang /63b/ siasat pertempuran segera diatur, ketika itu patih Kala Srenggi, menggunakann siasat nyaprit naba,
menyaksikan musuh manusia, memanggil-manggil mengajak bertempur,
31. Prapteng rana I63bjangrakit gelaring yudha, kya patih Kala Srenggi, gelar nyaprit naba,
secepatnya para punggawa,
mulat musuh manusya, nguwuh-uwuh ngajak jurit, kagyatpunggawa,
Malawa mengatur pasiikan.
Malawa natha baris.
32. Setelah selesai menyiapkan pasukan(lalu) paradaitya raksasa menerjang, para perajurit mengamuk, dihujani dengan peluru, didekati dan ditombak, tak merasa takut ditombaki,
dibalas dengan badama, ada yang meminum darah.
33. Yang Iain diburu kemudiah ditebas-tebas, dimakan dan dirobek-robek, dibuat hancur-lebur,
perajurit Malawa ketakutan,
32. Wussumakaping papan narajang, prajurit anadhahin, bhinedrong sanjata, sinasogan tur watang, tan ajrih tinumbak kyani, ngerah badama, hana kang nginum getih.
33. Kang sawaneh pinikut sinempal-sempal, fdnamah sinasebit, kinarya sasawat, giras wadwa Malawa,
147
melarikan diri berpisah dari pasukan, semuanya tak menentu, tak ada yang berani berbaiik. 34. Yang bertempur semuanya diliputi oleh kegelapan, raja raksasa segera mundur, bersenang-senang di kemahnya, bersama para pemimpin /64a/ dan punggawa, lalu diceritakan Malawapati, semuanya cerai-berai, (kemudian)diganti dengan tembang dangdang.
maledug sikeping jurit, samyasasaran,
tan hana mongga
34. Kasaputing latri kang samya ayudha, mundur kang danawaji, makuwon kasukan,
lana sagungf64al prapunggawa,
lingenwo Malawapati, sami kasrakat,
dhangdhang saka gumanti.
Pupuh Dhangdhang 1.
Para senapati berkumpul di perkemahan, memperbincangkan Arya Wijanarka, berkemampuan atau tak
1. Ngumpulpakuwone senapati, Arya Wijanarkapirembangan, binabot dudu bobote,
mampu,
para raja manca berkumpul, Adipati Ngawonggapuri,
ratu ngamonca kumpul, Adipati Ngawonggapuri,
Widarba Bhataratna,
Widarbha Bhataratna,
Kumbina Tunjung, Pura dan Lesanpura,
2.
Kumbinaning Tunjung,
Madakara,
Pura lawan Lesanpura, Madakara,
Mandura Banjar Malawati, Campala dan Omdipura,
Mandura Banjar Malawati, Macampala Candipura,
Mereka semua banyak memberikan saran-saran,
2. Pepek samya angaturi prayagi.
148
dan para punggawa Malawa, katanya kepada Wijanarka, agar semua mundur, benar semua menyadari dalam
supaya berhasil dalam penggempuran,
gagempurana,
kalau sudah berunding, akan menambah keyakinan /64b/
yen sampan arembug. muwer sakalebeting I64B] Jdta, kondangjagang, yen kasor ampingan biting, lamun anyadya panggah.
kita,
mempunyai kesiapan mental, kalau kalah akan mengurangi rasa takut,
demikian jika ingin berhasil.
kerahkan semua perajurit untukbertempur,
setelah semua perajuritnya disiapkan, mereka yang dikerahkan supaya maju, yang kecil-kecil diadu,
3, Togingjurit sadaya agusis, prajurit wus kawuwus sadaya, sinten kang den angsahake, sinikan den adu,
kalau saya "tak setuju (walaupun)dapat berperang
Arya Dayaningrat nambungin, yan manira tan eca, nadya silih
habis-habisan,
kawus,
mereka hanyalah perajurit
amung wadwalit
Arya Dayaningrat segera berkata,
kecil,
kewala,
para menteri, dan punggawa sebagai penguasa, jika terdesak lalu melarikan
paramantri,
diri,
4.
Malawa, ring Wijanarka ature, suwawisami mundur,
yogya sami apranga eling, nadyan
peperangan,
3.
miwah para punggawa
Ingin berperang sebeluin
punggawa nadangawakin, yen mundur amamirang, 4. Medotingprang dereng
149
terluka parah, sudah melarikan diri, bertempur mengadu keberanian, banyak kesatria yang tewas,
direbut dalam medan perang Arya Mangunjaya mengundurkan diri,
bersama Demang Urawan, apakah dipakai membalas, belas kasihan raja jika tewas,
berlumuran darah.
dada sampai pecah dipertaruhkan. 5.
babakbusik, marottinggal, prang muka adengan, camaksatriya patine, haneng rana kinarebut, Arya Mangunjaya lumiring, lawan Demang Urawan, paran karya nawur, sih natha lamun
dedeya. wutahing rah, pecahingjaja nangguhin. parang muka kangprapta.
sudah saatnya perang itu datang. Walaupun para perajurit 5. Nadyan wuwuha daitya raksasa /65a/ terus bertambah. tidak diperkenankan. meninggalkan medan pertempuran.
I65al saketi,
ndatan nadya. atilar
galanggang. Wijanarka hemeng
Wijanarka keberatan daiam hatinya.
twase, •
karena sudah hancur dalam
dening salayeng
perundingan. para punggawa di dalam. paguyuban sepi tak berkata.
rembug. prapunggawengpati.
kata.
guyub samun anggu iang.
karena pertentangan dari
ring yegingpara
para raja. para panglima mundurdari
raja. ngamonca mundur ring praja. apradondi. gustinira durung gilig,
istana.
oleh karena tujuan dari. para gustinya belum mendapat kesepakatan. silih berganti diceritakan.
tonten genti winamna.
150
6.
7.
Dwijawara dan Sang Malaya
6. Dwijawara Sang Malaya
Siddhi,
Siddhi,
yang dibayangkan, sedang berstana di area maya, pendita yang sudah berhasil dalam tapanya, mempunyai penglihatan untuk jarak jauh, bisa mengetahui keadaan di (istana) Malawapati, didatangi oleh raja raksasa, kewibawaannya sangat menakjubkan,
hang dadepok, haneng area maya, pandita gentur tapane,
terus ing paninghal wruh,
dari dahulu sudah bersahabat,
lamun prajeng Malawapati, kapraptan ring hyasendra, asruhing marmanipun, ingunisampun samitra,
dengan maha-,
lawan maha,
raja dari Malawapati, saling kasih-mengasihi.
rajaning Malawapati, samya asih anisihan.
Angling Dharma yang tnahasuci, 7. Sang dwija Angling Dharma "Saya datang",
pada malam hari menuju, ke tempat persiapan pasukan, ingin menjelaskan tentang dirinya, keturunannya adalah musuhmu, raja raksasa /65b/ yang sangat sakti,
ingsun prapti, dalujujug, haneng pabarisan, arsd mitutur
kamu tak akan mampu mengalahkan, karena dikasihi oleh Yang
deweke, truhanira musuhmu. danawendra Iwih I65bl sinakti, tan kalah dening sira, winonging dewa
Mahakuasa,
agung,
sebaiknya kamu segera mundur, pergi menuju,
amuwera,
ke dalam istana negara,
rajamu mungkin sudah datang.
age sira undurana,
hanejro kutaprayagi, ratunira meh prapta.
151
8.
Besoklah beliau itu dihadapi bertempur, perintahkan sebagai utusan, Dharya Mangunjaya,
8. Yeku besuk tandingin ajurit, andutowa,
agar segera pergi menyusul, perjalanan gustimu, sang Raja secepatnya ditemui, tapi supaya tidak tejradi
Dharyya Mangunjaya, lungha anusula age, ngulurana gustimu, narendra gelis kapanggih, poma aywa hana
perang,
prang,
karena keahlian perangnya raja itu, walaupun beliau direbut, (oleh)orang seluruh Jawa,
prange ratu
tak kalah sang Raja, Malawa Angling Dharma.
9. (Beliau)itu tandingannya yang suka mengancam, sangat bengis, sang Raja raksasa, yang juga membunuh para buta,
demikianlah pesan saya, setelah Wijanarka diajak berbisik-bisik,
lenyaplah sang pendeta, (lalu) Wijanarka berkata, bagaimana keputusan perundingannya,
iku,
nadyan sira karebuta, wong sakJawa, tan dudu sri narapati, Malawa Angling Dharma. 9. Iku tandingira kang nadhahin, gurdhankane,
sang raksasa dipa, kang mateninbubutane, poma ta wekas ingsun, Wijanarka wus den bisikan, musnd sang dwijawara, Wijanarka muwus,
kadipunapa kang rempag,
saudara-saudara,
sanak-sanak,
ada peringatannya /66a/ dari sang Raja, terns berubah tak ada kepastian.
pepengete j&Sal
10. Semuanya menurut dengan perintah sang Raja, berselang satu hari.
sangayagi, wanti-wanti angampah.
10. Sadaya atut ring reh sangyagi, byar rahina.
152
diperintahkan kembali/pulang, semua pasukan dari Malawa, orang-orang Simbar Manyura sudah mengetahui, perintahnya itu adalah untuk menata pasukan, dijelaskan untuk menyerang, yang berperang tak mengetahui,
atengera budal, barising Malawa kabeh, wongSimbar Manyura wruh, ya tengera anatha baris,
kalau mundur ke dalam istana,
sinengguh tinaggulang ringyudha nora wruh. lamun mundur ringjro pura,
para pasukan perajurit, saat mundur semuanya menuruti, para perajurit dari Malawa.
wadwadyu, wasma ya samya nututin, ring wadwaning Malawa.
11. Semua pasukan tempur yang 11. Pratiwa dan pratiwahaning masih di belakang, nguri, setelah semuanya masuk, wusnya manjing, mereka menutup pintu, kita tutup dwara, para manca sudah selesai mangmcaya wus berkeliling, lumengeser, mencari sang Raja, angularisang prabhu, tan pakanti tanpa pengawal beliau lampahiranjing, berjalan masuk, lepas kalunta-lunta, sampai jauh terlunta-lunta, nahen kang lumaku, demikianlah yang sedang berjalan, kawarnna sang danalalu diceritakan sang Raja
12.
raksasa,
wendra,
sedang duduk, dihadapan para punggawa dan menterinya, Kala Srenggi berkata sambil menyembah.
lagya lenggah, siniwengpunggawa
Paduka raja /65b7 hamba ingin menyampaikan, musuh paduka, semuanya sudah masuk istana.
mantri,
Kala Srenggi matur sembah.
12. Sri narendra I66bl hulun aturhudani, musuh dalem,
gusis manjing pura,
153
berlindung di dalam bentengnya,
muwersajro bibitinge,
(laiu)sang Raja merasa cemas, dengan tiba-tiba memberitahu patihnya, supaya memanggil para raja, semuanya disuruh mengepung, istana kerajaan Malawa supaya dikurung, supaya dihancurkan,
gumujengsanga prabhu, gumalegerngandike patih, undangana praraja,
dari luar bentengnya, beritahu dan suruh supaya menyerah.
saking sajabaning biting, prihen giris nimgkula.
13. Patih Kala Srenggi lalu keluar,
para raja dibagi empat kelompok, dan para bupati serta semua perajuritnya, supaya dikepung sampai ke istana,
dikurung rapat di luar kerajaan, para punggawa Malawa, tampak jelas dilihatnya, memasang meriamnya, sudahsiap, dan lengkap berisi peluru, dapat ditembakan setiap saat untuk perang.
14. Dayaningrat ingin ikut terjun, dalam peperangan, bersama Demang Urawan, untuk mengusir supaya
kabeh konen ngepung, den kemputpraja Malawa, gagilanen,
13. Patih kala Stenggi nulya mijil, para rajapinard sakawan,
mwang bhupati sdwadwane, purawawang
kinepung, kemputepiing sajawining nagari, pmggawa ring Malawa, malatar apangguh, atenga mariyamira, wusmiranti,
sadhanangbaluwreti, nadya reremponing prang.
14. Dayaningrat nadya amedalin,
ringayudha, Ian Demang Urawan, den amrih budala
154
mereka /67a/semua kembali,
l67alkabeK
para faksasa itu mengepung, kemudian Wijanarka berkata,
danawa ikang ngepung, kUa Wijanarka ngeling aris,
saya tak mengadakan perundingan,
maniran ndatan
karena ada wiku
secara teges memberikan wahyu, kalau tidak dituruti, tentu menyimpang tak sesuai denganjanji, demikianiah jalannya perjuangan itu.
15. Arya Mangunjaya melaporkan, kepada sang Raja perjalanannya telahjauh, sangat sepi semua tempat yang dilalui,
slang malam terns berjalan, tidak merasakan letih,
mencari gusti paduka raja, supaya segera dapat dijumpai, di istana Malawapati, selanjutnya, lalu segera dikurung, di dalam hatinya tetap merasa marah(dendam).
rembag, dene saha wiku, asanget ikang wewekas, yen tan hayun, namangelika n wawaling, nahen ikang lumampah.
15. Arya Mangunjaya mengularin, ring sang natha lepas lampahira, anyipengsak kanggen-anggen, syang dalu andarung, ndatan hana sininteng galih, mung gusti sri narendra, kadyage ya pangguh, prajaning Malawapati, wuskapungkur, sinrung denya lumaris, jroning twasmanggung brongta.
Pupuh Smarandhana
1.
Sang Mangunjaya melihat, orang yang terhuyung-huyung, sangat berat beban yang dipikulnya,
i. Mangunjaya aninghalin, mgjalma aranta brantam, asadurpapUadane,
155
orang itu didekati dan ditanyai, mengapa Tuan sangat sedih, bagaikan orang desa yang
pinadakwawang tinaya, mapa ingong nila krama, padesan umpamya gung
/67b/bingung,
wutuh,I67bl
man pergi ke mana.
tumut ring pundi punika.
I Patinggih menjawab, pergi ke Bojanagara, Mangunjaya bertanya iagi, siapa nama rajanya, apa muda atau tua, Kyai Patinggih menjawab, raja hamba yang dahulu.
2. IPatinggih anawurin, tumut ring Bojanagara, Mangunjaya tanya malih, saparane raja nira,
Yang bertahta di Bojanagara,
3. Inggih ring Bojanagari, Maharaja Dharma Wisesa, sampun magawan ginentos, ringmantujajululdra, Maharaja Angling Dharma,
Maharaja Dharma Wisesa, sudah lama diganti, oleh menantu namanya, Maharaja Angling Dharma, sakti, muda,dan tampan, tems-menerus ditanyainya. Ksatriya dari mana,
yang bemama Angling Dharma, I Patinggi menjawab halus, ksatriya yang mengembara, dijadikan menantu oleh raja, tidak jelas asal-usulnya, Arya Mangunjaya berkata.
Saya ingin tahu negerinya, paman tunjukkan jalannya, yang menuju ke tempat itu,
apa anom apa twa,
Kyai Patinggih sumawur, ratu kawula kang lama.
sinaktianom abagus, andedes ikang tatanya.
4. Satriya saka ingendi, ikang ngaran Angling Dharma, IPatinggi alon ature, satriya angendon lalana,
kamantu ring sang natha, ndatan wikan wijil ipun, mojarArya Mangunjaya. 5. Ingsun arsa wruh nagari, paman tuduh na ring marga,
ikang liningan wuwuse,
/(SSa^ dikatakan ke barat daya,
i68dl ngandika ngaler ngilene,
sang Mangunjaya segera.
saksana Mangunjaya,
156
pergi sudah masuk di istana, sang Raja sedang dihadap. 6.
Oleh para punggawa dan mantri,
lajumanjingprajasampun, sri enjing meyos inewa, 6. Pepek kang punggawa mantri,
I Patih Purwanagara, beserta jaksa negerinya, semua menghormat, mencakupkan tangan dan duduk dengan rapi, sang Prabhu bersabda, kepada Patih Jaksa nagara. 7.
IPatih Purwanagara, miwah jaksa nagarane, samisumewa ing arsa, caket Ian dirghasana, angandika sang Prabhu, ring Patih Jaksa nagara.
Bagaimana keadaan Bojanagara, 7. Kaya apa ring Bojanagari, sakJeneng ingsun narendra, sejak aku bertahta, apa ta wuwuh arjane, apa yang perlu diusahakan, uwawaklamun suddha, agar terpelihara keamanan, arjanekang nagara, selidikilah negeri ini,
I Patih berdatang sembah,
IPatih manembah matur,
keadaan negeri sekarang.
menggah samangke kang praja.
8.
8. Katah kahotelan nguni, Banyak kemelaratan dahulu, twin genahingpadesan, rakyat di pedesaan, ringmangke katah wawahe, sekarang banyak kemajuannya, wimbuh sasananing nagara, bertambah kemasghuran negara, wadwa agung alit suk, rakyat tua muda berbahagia, mangkana nulya kasaru, demikianlah keadaannya, ring praptane Mangunjaya. setelah datangnya Mangunjaya.
9.
/68b/ Jelaslah beliau melihat,
sang Mandrawa tidak samar-
9. l68blAwas de nira ninghalin, sang Mandrawa tan samar,
sarnaitr
sekarang sudah nyata tuannya, menuju ke hadapannya, melihat mantri menghadap,
kalamun nyata gustine, dumrojongmaring ayunan, miyat mantri sewaka.
157
dildra orang datang mengamuk, ditubruk oleh para punggawa.
tinarka wongsara amuk, iinubruk ring para punggawa,
10. Dan para mantri serentak, 10. Den briyukingpara mantri, Mangunjaya dihadang, Mangunjaya bhinabayang, mengamuk dan menghancurkan, brahmantya kinipatake, para mantri terp)erosok, pramantrlpatipalesat, ada yang jatuh terlentang, hana tiba kalumah, tiba di hadapan rajanya, praptang arsa nira prabhu, bersujud penuh belas kasihan. nungkeming padha karuna.
11. Tangisnya bagaikan orang
11. Tangise kadipawistri,
perempuan,
sang Raja lalu berkata, aku Arya Tanadipe, bertemu dengannya, seperti orang menyumpahnya, terlalu sedih dalam hati, lah sudah dia yang menang.
sang natha aris ngandika, ingsun Arya Tanadipe, atatemu lawan sira, kaya wong anyiipatana, dahet kumempyu ring kdlebu, lah wis sira menanga.
12. Ksatria kala menangis, 12. Satriya kala manangis, apa yang dibawa dalam berperang, apa sababoting ayudha, dan gugur tentaranya, Ian sima kangprawirane, lah hentikan menceritakannya, lah wissira tutura,' di kerajaan seperti apa, ringpraja kadi paran, setelah kepergianku, iya ingsaka pungkur ingsun, /69a/ apakah aku kembali. I69al apa ta padha waluya.
13. Mangunjaya berdatang sembah, abdi tuan semua,
13. Mangunjaya awotsari, abdipaduka sadaya,
setia tak ada yang ingkar, serta pramanca dan adipati, tetap menjaga negeri, tetapi sang Madrin dulu
wilujeng tan wonten kalong, miwah pramoncadipatya, tetep rumakse praja, nghingpun Madrin nguni
menyusul, tuan paduka sudah lama.
ring paduka sampun lama.
nusul,
158
14. Sri Narapati bersabda, dia sudah bertemu denganku, si Madrin sangat gembira, berani melindungi setiap orang,
14. Ngandika sri narapati, ya wuspanggih Ian manira, si Madrin balela twase,
wani ngayonin mating wwang, wus tinutur sadaya, ring sasolah tingkah ipun, ngun-ngunArya Mangunjaya.
setelah diceritakan semua,
tentang tindakan perilakunya, termanggu-manggu Arya Mangunjaya. 15. Terlebih dahulu hamba
15. Matur hulun tur udani,
beritahukan,
negeri Paduka diserang, oleh musuh negerinya, dari seberang Simbar Manyura,
nagara Dalem kadatengan, ring parangmuka nagarine, ring seberangSimbar
Maharaja Pancatnyana,
Manyura, Maharaja Pancatnyana,
raja raksasa banyak rakyatnya, halaman istana dipenuhi oleh
danawarajawadwagung, bancingah sapalih daitya.
raksasa.
16. Manusia lagi sebagian, berperang sangat seru di luar
16. Manusa ikang sapalih, prang ramejawining kuta.
kota.
Raja Bhaskara perlawanannya,
/6^mehyerang negeri Malawa, sang Raja bersabda, apa kalah apa menang,
dalam perang Mangunjaya berkata. 17. Perang sampai dua kali, terjadi di luar kota, enyah kalah semuanya, para raja negeriseberang, bala tentaranya kalah, para raja luka, bubar diserang oleh Kuripan.
Raja Bhaskara tindihe, I69bl angempung nagari Malawa, sang natha angandika, apa kasor apa unggul, ring prang matur Mangunjaya.
17. Perang ngantos kaping kalih, wonten sajawining kuta, nengsah kasor sak gendinge, para ratu tanah sabrang, prajurit ipun rusak, para raja katak tatu, bubar arebat Kuripan.
159
18. Sang Pancatnyana kemudian maju, ke medan laga semua prajuritnya, rakyat Malawa dikalahkan, ketakutan melihat raksasa,
sepenglihatan para punggawa, Malawa semua berunding, membicarakan taktik perang.
18. Pancatnyana dyan medalin, ring yudha sawadwa nira,
tyang Malawa kasore, gila mulat ring raksasa, santon para punggawa,
Malawa sadaya rembug, ngawaking raremponing prang,
19. Ada abdi Dalem datang,
sang Bhagawan Manik Sutra, perjalanannya tergesa-gesa, Arya Wijanarka datang, diceritakan perilakunya, sang Prabhu bersabda, /70a/ hai, Patih Purwa Nagara.
19. Wuten mitra Dalem prapti, sang Bhagawan Manik Sutra, asinget ring pangampahe, datengArya Wijanarka, katur sasolahira,
angandika sang prabhu, JTO^eh Patih Purwa Nagara.
20. Semua berjuangdalam perang, 20. Padha dandana ingjurit, mantripunggawa ring mantri punggawa di Bojanagara, aku ajak, Bojanagara ingsun gawa, banyak pertolongan dari kabeh tatulung mating negara,
nagara,
Patih berkata membenarkan,
Patih matur sancUka,
sang Prabhu lagi bersabda, Pangalasan aku utus.
ngandika malih sangPrabhu, pangalasan ingsun duta.
21. Sampaikan keadaanku, 21. Aturana layang mami, kepada: Raja Kretanagara, ring raja Kretanagara, Pangalasan berdatang sembah, pangalasan nembah langser, mohon diri kemudian berangkat, mundi sura tandwa mentar, perjalanannya sangat cepat, lampahe gagancangan, sang Raja mohon diri, sangnathajangkar ngadawun, bubar semua orang yang bubar sagung kang sewaka. menghadap.
160
22. Sang Raja telah memberitahukan, 22. Sri rtatha sampun ngaturin, mengatakan datang kepada raja, unlnga dateng ring two, bila besok akan berangkat, yen bade mangkat enjange, pertolongan dari Malawa, tatulung maring Malawa^ istri putra yang Iain, garwa putra bineka, sang ayah tidak ketinggalan, kang rama tan arsa kantun, harap akan mengikuti ke kedeh ngetutaken alam baka.
23. Memerintahkan punggawa
wayah.
23. Wasokan punggawa mantri,
mantri,
semua membawa senjata, membawa semua perlengkap-
samya angrakit gagaman, amakta lawan sikepe,
annya,
/70b/ mengenakan pakaian yang gemerlapan, para mantri gagah perkasa, tukang kayu merabas di depan, disuriih meratakan jalanan.
jlOb!byar hana ngarangsuk bhusana,
para mantri prawira, kalang mregong haneng hayun, kinon mangrata dhadhalan.
24. 1 Patih berkali-kali menjeiaskan, 24.1Patih nembang tengeri, haneng alun-alun atata, di lapangan berkumpul rapi, wahana sampun sumawos, kereta sudah siap sedia, umijilsri naradipa, sang Raja keluar, pinarak ring paglaran, diarak dengan pasungan, sang natha aris ngandika. sang Raja ialu bersabda.
25. Eh,Patih aku pulang kembali, persiapkan para pengiring
25. Eh Patih ingsun budal dingin, sikep tri nembang ingsun
akubawa,
gawa,
dan tiga perwiranya, dan si Arya Mangunjaya, dia hanya tinggal berdua, mengiringi putra sang Raja, melindungi putraku.
lawan telu prawirane, Ian siArya Mangunjaya, sira karokariya, angiring hanakajeng ratu, atanapiputran ingwang.
161
26. Hati-hatilah dalam perjalanan, para patih meiigiakan, sang Raja segera berangkat, menaiki kuda sepanjang jalan, diiringi oleh banyak rakyat, yang mengawal siap di depan, memakai pakaian kebesaran.
26. Den prayatna haneng margo, ho patih matur sandika, iaju umangkat sang katong, anitih kuda paparan, ngiring wadwa tri nentbang, kang sikep argating hayun, ngrangsukang sangkela trena.
27. Seluar panji-panji kuning, /71a/disertai berpuluh-puluh
27. Sruwalpanji-panji hating, 17la!cinepengan watang benang, pong amuput lambung ampel,
tombak,
suara kenung keras lambungnya dipukul, disertai rakyat yang mengiringinya, berpakaian indah serba emas, bersenjatakan panah perlengkap-
kasambungan wadwa nutra, bhusana asri sarwa mas, warastra sasikep ipun,
annya,
memakai sebagai kain kasa jingga. 28. Tombak putih di belakang, orang yang berkumpul di
sasonderjingga rangrangan.
28. Watang petak haneng uri, kang mager sari yaksa,
halaman istana,
membawa lambing busur yang tajam, mengerumuni sang Raja, pakaian prajurit sangat indah, sang Raja telah berangkat, pulang diikuti oleh ramanda.
pang sekep lembingbusur tawok,
anggarebeg ring sang natha,
asri bhusaneng wadwa, lepas lampahiraprabhu, ring uri kang rama budal.
29. Raja di negeri Bojanagara,
29. Bhumi natheng Bojanagari,
Maharaja dharma Wisesa,
Maharaja Dharma Wisesa, punggawaneng arsa kabeh, Rahaden Angling Kusuma, nitih kuda rinengga,
punggawanya semua setia,
Raden Angling Kusuma, menunggangi kuda yang berhias,
di belakangnya debu mengepul, menutupi pelangkin.
ring uri nira kang abuhasri, anitihjampana.
162 30.
Berjajar prajurit pilihan, di belakangnya sang ramanda, menduduki singgasananya,
kiai patih berdua menjaga, dan panji-panji,
flVo!tedung dan umbul-umbul, di akhir Bojanagara.
30. Jajaran wadwa pinilih, ring urenira kang rama, ngambarangin singgahane, kyai patih kalih rumaksa, mwang tunggul daludag, IJlbl lalayu Ian umbul-umbul, kawingking Bojanagara.
Pupuh Pangkur 1.
Perjalanan bala tentara
1. Anggarut lampahing
sangat cepat, diceritakan,
bala, kawarnaha,
Raja Kertanegari, Maharaja Basunonda telah, para undangan semua senang,
natha Kretanagari, Maharaja Basunonda wus, undang samakta arsa, mara bojanagari awit
karena Bojanagara yang sangat besar,
dipimpin oleh Raden Wayah, semuahya telah siap dengan
dening agung,
ginubaling Raden Wayah, u>us samya bhusanengjurit.
peralatari perang. 2.
Medan laga sangat ramai, dipenuhi oleh para punggawa danmantri,
beserta kereta dan para raja, senjata beraneka warna, telah berkumpul,
di alun-alun penuh sesak, tentara juru pangalasan,
datang menyembah sang Raja, 3.
Bila iida utnsan datang,
2. Asri umiyospaglaran,
pepek para punggawa miwah mantri, sawos wahana mwang agung, gagaman warna-wama,
wus sumakta,
haneng alun-alun supenuh, tentarajurupangalasanf prapta katur ring nrepati. 3. Yen wenten caraka prapta,
dari Bojanagara membawa
safcing Bojanagara mundi
surat.
tulis,
163
segera berkata memuji, menghadap sambil menyembah,
sighrangandika ringhayun, majeng nulya anembah, atur surattinampen winawos
menyerahkan surat diterima telah diba<:a,
4.
sampun,
sang Raja rupanya gembira, /72a/setelah beliau membaca surat
ffSaisawossira mawostulis.
Sang Raja bersabda, aku paham isi surat ini, ditujukan kepadaku,
mating ingsun sadhartna
kadya suka nrependra,
4. Ngandika dateng kang wayah, wruha nira Hd asung tulis, nemu,
Maharaja Angling Dharma, bagaikan telah, merasuki badanku,
Madrin mencari-cari di desa, telah menyusupi hutan dan
Maharaja Angling Dharma, wus waluya, yutna manjing ragan ingsun, Madrin anugmahing menda, wus tinundung ring wanadri.
gunung.
5. Dan ramanda telah berangkat pergi ke Malawa akan berperang,
sang Dharma Wisesa ikut, membantu ke Malawa, mempertahankan ayah dan ibumu,
putri di Bojanagara,
5. Lan rama wus mangkat, kondur mating Malawa arsa jurit,
kang Dharma Wisesa melu, tatulung ring Malawa, ngentukaken wayah tanapi ibtmu,
telah dinobatkan dan
putri ring Bojanagara, wus mangkat bareng lan
junjung bersama.
siwL
6. Beliau dan aku haruslah ajak membantu perang Malawa hams didatangi, mpa-mpan)ra telah dikepung, kukira telah dihancurkan, negaranya di Simbar Manyura namanya,
6. Sira lan ingsun den ajak, tutulungprang Malawa den datengin,
ring rasa-rasajangepung, kutarsa titiabasa, nagaratie ringSimbar Manyurajtduk,
164
Raja Detya Pancatnyana,
banyak raja yang tunduk. 7.
Karena itu aku dan dia,
/72b/ supaya berganti menemui di perjalanan, ayah dan ibumu, bersama-sama dengannya, Raden Danurwanda segera
8.
7. Marmane ingsm lansira, I72bl den timbalintatemon haneng margi, sartak lawan ibumu,
barenga lawan sira, den Danurwanda sighra denya
berkata,
matur,
jika bertemu sejak berangkat,
yan makanten daweg mangkat,
tentu masih hingga sekarang.
tumunten manawl kari.
8. Ring karya age kawula, Di medan perang hamba, arsa landing, siap berperang, sok badawalapati, peniih bala tentara, kalawan sang raja dyu, beserta raja yang gagah perkasa, Basunonda ngandika, Basunonda berkata, tengorowa, mengharapkanpertolongan, patih budal napanganjur, patih tiba bersamaan,
sang Retna telah bersiap-siap, pulang menaiki kereta joli. 9.
raja daitya Pancatnyana, kehnarendraangabdi
Berjejer siap di medan iaga,
Siwayendra menunggangi kuda, di dalamnya berada sang ibu,
sang Retna sampun sanengga,
miyos awahanajolL 9. Jajaran asri akapang,
Siwayendra awahana turanggi, munggweng arsane sang ibu,
siang malam mereka berjuang,
ganrebeg ring punggawa, para satriya, kapilatri direng lampus,
dan semuanya gagah perkasa,
tur sami bajoka carma,
berpakaian serba indah.
bhinusanan sarwa adL
dikerumuni oleh punggawa,
para ksatria,
10. Maharaja Basunonda, 10. Maharaja Basunonda, menyusul, niti^ JT^I beliau berjalan di belakang, I73al lampahira haneng uri, tergesa-gesa beliauberjalan, pinalak denya lumaku.
165
tidak pernah beristirahat, di dalam perjalanan, siang malam berjalan, tiba di negeri Malawa, daerah yang dilalui sangat sepi. 11. Banyak desa sudah rusak, setiap hari dirampok, setiap desa sangat sepi,
tan mari masanggrahan, hanengmarga, adina latri lumaku,
praptengjajahan Malawa, padesanpamingging sepi, 11. Desa geng-ageng kang rusak, binajag ring rasa sasaben ari, pirang-pirang desa suwung,
penduduknya semua telah,
wonge wus samya,
mengungsi yang masih hidup, banyak yang dibunuh oleh raksasa, sepanjang jalan mayat bergelimpangan, suara gendang bergemuruh
minggat kang kapitut, ring detya akeh linampus, saparan-paran
Pupuh Dhangdhang
Pupuh Dhangdhang
kunarpa,
keh dhangdhang wurahan muni.
1.
Adapun raja di Kertanagari, diceritakan.
1. Kunang natharing Kertana gari, kawuwusan.
Raja Angling Dharma, telah memasuki daerah jajahan, melewati desa-desa, beristirahat di pekuburan,
wus anganjikjajahane, pamigidusun-dusun, masanggrahan hanengsawa
penduduk desa banyak yang
wong desa keh sunggata,
menjamunya, Pangalasan baru, mendahului berangkat dan
pangalasan wawu,
Raja Angling Dharma,
dadi,
telah tiba, menyampaikan,
2.
ngruhunin lampah wusprapta,
bila sang raja di Kertanagari,
aturuninga, yan sang nathang Kertanagari,
/^3b/ telah kembali ke negerinya.
I73blsampun budal ringpraja.
Bersama putra dan permaisuri.
2. Lan atmaja ring sang raja putri.
166
dan raja tua,
putra paduka raja,
mwang kang wayah, putra padukendra,
Raden Danur Weda namanya,
Raden Danur Weda arane,
gagah perkasa berbudi luhur,
prawira amhekpurun, ambaranya ksambada pekik, prameswari narendra,
wajahnya sangat rupawan,
permaisuri sang Raja, tidak pernah pisah dengan putranya, tan sah Ian kang sunu, sangnatha masem sang raja bersabda lemah lembut,
Mangunjaya,
segeraiah kamu puiang, beritahukanlah Winarka.
3.
Suruhiah bersiap-siap berperang,
3. Konenmatuha ngateplng jurit,
semuanya supaya kamu
sakancane sira
ceritakan, bila hamba tiba di sana,
yen ingsun teka ringkene,
berangkat orang yang diutus, Mangunjaya segera berangkat,
Mangunjaya amurang margi,
tuturana,
wisata kang ingutus,
dalam kota disertai para
nungkulaken danawa, lampahira rawuh, jro kuta lajeng apanggya
arya,
lawanarya,
akan menundukkan raksasa,
perjalanannya tiba,
4.
ngandika, Mangunjaya, sira amuliha dingin, warahen Wijanarka.
Wijanarka berada di istana,
Wijanarka haneng sitinggil,
terkejut semua punggawa.
kagyat sagung punggawa.
Arya Wijanarka lalu berkata, nah,baiklah,
adik cepat-cepatlah, bahaya telah mengancam, Mangunjaya berdatang sembah,
4. Arya Wijanarka nabda aris, lah bageya,
yayi den enggal, prapta bhaya antukgawe, .Mangunjaya umatur inggih,
/74a/ raja anutan dijumpai, berada di Bojanagara,
I74al natha nutan kapanggih, hane Bojanagara,
sekarang telah tiba, kemari bersama permaisuri
ring mangke wus rawuh, marild sagarwa putra saha
171
sesungguhnya, apa yang menyebabkan
jatenana,
apa kang dadisungkawa.
kesedihan.
3. Beliau bila, menjadi orang laki-Iaki
3. Siralamwiy
anjalu karupa hayu,
berwajah tampan, telah terkenal di seluruh dunia,
was Iwih sajagatf nadyan widhyadari,
meskipun juga bidadari, bersanding tergiur, dikalahkan oiehnya. 4.
atanding araras,
kandUi dening sira.
Bila dikatakan,
4, Yen anjuluk,
kaya telah menjadi kebiasaan
sugih was krama ratwagung,
raja besar,
memenuhi setiap permintaan, segeralah hal itu dilakukan, karena suamimu, keberadaannya di bumi.
5.
SangDyahAyu,
demikian keluar perkataannya,
mongse anjaluk,
Ufa ing kahanjalantiy panlafdnta,
papunjule madhyapada.
5. SangDyahAyu, mangkana wijiling wuwus,
apa yang menyebabkan,
apahariya noba,
Tuan Paduka begini,
6.
tekaning dewa puniki,
perkataannya,
pangucape,
kemudian lagi bertanya.
munduran teka atanya.
Mustahil kalau, jatuh cinta Tuan Paduka,
6. Mofca lamun, Icasmarana dewagung,
semuayangdilihat,
telah diketahui kebenarannya,
7.
sahasiking driya, I76bj wus kawruhan kabeh yakti,
dewa apa, namanya bila jatuh cinta.
arane lamun samara
Yang menjawab,
Kangmanamur,
segeralah paduka berkata lagi.
minda dewa malih muwus.
dewa apa,
172
yang betul telah pandai, menjawab semua hal yang
yabenermiswikan, emgUng atatanyakeni,
ditanyakan,
orang sangat setia,
kepada dewa hin^a memperoleh
wongprasatya,
ring dewa manggih raharja.
kebahagiaan.
8.
SangDyahberkata, hamba bertanya Tuan Paduka,
kawula taken dewagung,
sang putri Raja Kertanagari
sangputri ring Kertanagari
berada di mana,
wonten ringpundi,
apa mengikuti, suaminya mengembara. 9.
8. SangDyahmatur,
Sri berkata,
lah apa yang menyebabkannya, menanyakannya kepadaku. Ken Mayangsari berkata, tuanku,
Simbar Mayura menjawab. 10. Yangdiberitakan, hamba mendengamya,
sang putri di Kertanagari itu besok,
adanya,
mengikuti suaminya. 11. Didalam perang yang dahsyat,
ffT^I kesaktiannya dikalahkan, ketika hamba diminta,
oleh Raja Pancatnyana,
apatumut,
lakinekang alalana. 9. Sri amuwus,
lah ta apakaran ipun, takon yogan ingwang, umatur Ken Mayangsari, pukuluneng, Simbar Mayura aswara.
10. Kangkarungu, kula panrih mantamaru,
sang putri ring Kertanagari ingrikubenjing, wonten ikang, nambadanin lake ningwang.
11. Ring prang pupuh, I77al kasoraken sakten ipun, duke hulun pinta,
ringPancatnyana nrepati,
menyanggupinya,
ananggupin,
segara berangkat berperang.
sighra mangkat angajawa.
12. Ketika mendengar,
12. Dukrumungu,
173
sang Ayu telah menikah, dengan raja Detya, negerinya di Malawapati, bergelar, Maharaja Angling Dharma.
yen sampun krama sangayu, antukratu detya, prajane ring Malawapati, ajajuluk, Maharaja Angling Dharma.
13. Yaksa prabhu, 13. Raja Yaksa, sru kurdha wawanglimurug, sangat murka segera menyerang, ring Malawapati, ke Malawapati, arsa angrebut kangrabi, hendak merebut permaisuri, Angling Dharma, Angling Dharma, wekasan teka angilang. akhimya menghilang. 14. Rakyat beliau, maju menyongsong perang, menyerbu di dalam kota, rajanya telah hilang, tidak main,
raja takut kepada raksasa. 15. Berkata hambar, bertindaklah dewa duh cucu, doakanlah dia,
mengeluh suaminya raksasa, sang Dyah berkata, Tuan Paduka berbuat salah.
16. Beliau bila,
/77b/ mengeluh bertemu dengan suamimu, hamba bawa ke hadapan pahlawan, gugur janganlah melakukan pembunuhan, aku kutuk,
supaya menjadi peminta.
14. Wedwan ipun,
ametuk perang kapalayu, muwerjroning kuta, ratunira sampun anis, nora wirang, ratu wedi ring danawa. 15. Mesem muwus,
kang meda dewa duh putu, japane sira, lumuh ring lake nira wil, sang Dyah matur, pido gawe kaki dewa. 16. Sira lamun,
I77bllumuh temoning lakinmu, sun gawa ring sura,
laya aywa nambut kardhi, ingsuntemah, nadyan udang angemisa.
174
17. Di desa-desa, aku temani bersama-sama,
sang Diah memperhatikan firasat apa artinya ini, lagi melihat, paduka ribut dengan celaan.
17. Maring dusun, ingsun rewangin balurut, sang Dyahmicoreng, twasparan arthine puniki, lagitumon, dewa balubut ring panodya.
18. SangRatnayu, berpikirdan menenangkan hati, katanya mengetahui, semua yang saya lihat, ingin lagi, bersama putri Kertanagara
18. SangRatnayu, cipta ngecanin ring kalbu, iingira sumongga, hananging panggih na mami, dingin lawan, ring putri Kertanagara.
19. Yang menghibur, berkata, ya, saya sanggup, akan membahagiakannya, nah, ya,saya jelaskan sekarang, pura-pura pergi, istrinya dibisiki.
19. Kang nyalimur,
20. Bunga yang harum, ditanggapi bagaikan pria, menyerupai suaminya, sang Diah meiirik sambil
20. Kusumeng rum, katanggap rasaning kakung, anyiwling raka, sang Dyah maioroksarwi ngeling, sugih akal,
berkata,
banyak akal,
tetapi tidak pernah kelihatan. 21. Berkurang terangnya,
/?8a/bagaimana engkau mencarinya, sang Ayu melihat, lalu mendekati tempat,
mojar iya ingsun sanggup, sakHdnakna,
lah ya ingsun undange mangkin, api lungha, garwa nira binisikan.
sijenatora katara. 21. Bleren ipun,
fiSd}kalinganata ngaruruh, sang Ayu matinghal, nulya mara ring unggwaning.
175
orang memuja,
Ken Mayang Kusuma terkejut, 22. SangDyahAyu, bagaikan Dewi Ratih tunin,
kangmamuja, kagyat Ken Mayang Ku^ma. 22. SangDyahAyu Y Yi, sinidep ratUi tumurun, n
tergesa-gesa menyambut, tanpa cela beliau duduk,
gupuhanambrama,
memberitahukan,
ngacaranin,
tuan paduka diberi persembahan.
pukulun dawegkaturann
23. Jawabnya lemah lembut, nah, ya, hamba terima,
j?
tadhaksidonira linggih^x id
23. Sarumya arum, lah iya terima ingsun,
semuanya telah duduk, Mayangsari lalu berkata, tiada kenal,
katambetan,
suami siapa dipuja.
sinten pinujaning krama^
wussamya alenggah, Mayangsari maturaris,' i
24. Lalu berkata, adik bila kamu tidak tahu,
aku yang kamu harapkan, dinda yang kuberitahukan, Mayangsari, segera bersujud mencium kaki. 25. Sang Ratnayu, berkata apa yang kamu
24. Aris muwus, i yayi yen sira atambuh,
ingong kang sira ajap,
i dewa warahing mami,' Mayangsari,
saksana nungkemingpa^. 25. Sang Ratnayu, ngandika paran karsanmu,,,,
maksudkan,
mengharap-harapkan seseorang, Ken Mayangsari berkata, merangkul kaki,
mengikuti bahaya kematian.
ngarsa-arsa ringwang, umatur Ken Mayangsari, ngestu pada, tumutur sabhaya pejah.
26. Karena tidak suka, 26. Safdng lumuh, i f_ /78b/ hamba beisuamikan raksasa, /78b/kawula ala/d diyu, kakak tuan paduka, rakajeng paduka, sang Raja mengapa datang. sang natha punapa prapti,
176
permaisuri,
prameswari,
berkata dengan ragu-ragu.
ngandika apindokarya.
27. Yajelas,
21. lya mahu,
menghibur hati Mayangsari,
ngaku dewa taken ingsun. Raja Anggling Dharma, asifdng twas Kertanagari,
bermaksud,
asambada,
mengaku dewa menyambut
ngakudewa sumambrama.
mengaku dewa suamiku. Raja Anggling Dharma,
dengan ramah. 28. Dia saya,
ajak ke hadapan sang Prabu, nah Janganlah kawatir, suamiku gagah perkasa, banyak wanita, lupa ibu lupa ayah. 29. Hanya aku, memberitahukan sang Prabu, sekarang bila tiba,
28. Sira ingsun,
gawa katur ring sang prabhu, lah aywa sandeha, taken ingsun anompekik, akeh estri, tati ibu tati rama.
29. Kariya ingsun, angaturin sang prabhu, mengko tamun prapta,
bila diberikan,
banjar sapanen tumuli, yen katlopen,
besok lusa akan jadi susah.
menek mutung dadi susah.
^ berjajar menyapa lalu,
30.'" Lalu pergi, permaisuri tidak dilihat, sang Dyah masih di tempat,
yang a^irnya menoleh, segera melihat, Mayang Kusuma tercengang. 31. Wajahnya,
/79a/ bagaikan Dewa Asmara
30. Nutya murut,
prameswari tan kadutu, sang Dyah kari enggone, tandang ngusana taksi, kagyat mulat, anjenger Mayang Kusuma. 31. Wamanipun, I79a/pinda Hyang Asmara
turun,
turun,
sang Ratna mendekam,
sang Ratna mangrepa.
177
menyerahkan jiwa raga mohon cinta kasih, menundukkan wajahnya,
penuh kasih sayang belas kasihan. 32. Hamba bahagia, walaupun menjadi penumbuk
srah jiwa raga mintasih, sumungkeming, pada karuna mlas arsa. 32. Suka hiilim, karyanajurupanutUy
padi, tetap bahagia sampai mati, bila tak sudi mengusir budak perempuan,
lila prapteng pejah, yen ta sudi ngungkuk dasih,
Sri Narendra,
Sri Narendra,
pilu hatinya melihat.
myarsa angresing driya.
33. la disambut, sang Dyah Sri berkata manis,
eh, merangkul dengan kasih
33. lya sinambut, sang Dyah ngandika arum, eh kola wisaya,
sayang,
disunggi tuanmu ini, segera pergi, ke tempat pefistirahatan
sungginen gustinmu iki, wangwang miindur, ringpasanggrahan niluman.
siluman.
Pupuh Dhurina
1.
>
Adapun orang yang telah lama mengembara, diceritakan hari sudah siang, punggawa di Malawa, semalam suntuk berjaga-jaga, utusan datang menyampaikan laporan, kepada Wijanarka,
ada musuh yang dilihatnya.
Pupuh Dhurma''' 'y' 1. Kuneng ikang sagya niOng suka ing driya, winuwussampun enjing, punggaweng Malawa, saratri asanega, ■ tlikprapta atur upeksi;
ring Wijanarka, lamun musuhira saksL
178
2.
Yang menyepang di dalam kota lunglai, tidur lelap malam hari, di dalam rumah semua,
tidur terpisah dengan senjatanya,
/79b7bersiap-siaplah dihadapi, Dyah Wijanarka, berunding dengan prajurit. 3.
Lalu pergi ke luar kota,
semua Moncadipati, tak memberi pertanda,
tiba di perkemahan raksasa, semuanya mengepung
2. Kang angepang ring kuta patijalempah, mentas nayut ring latri, haneng pakuwon samya, agulingpisah lawan gaman,
179b/ sayagi ipun wedalin, Dyah Wijanarka, rembag tan prajurit. 3. Nulya medal maring sajawining kuta. sagung Moncadipati, tan mawitengra, prapteng kuwoning detya, kang sami angepung kikis,
menyerang,
tak memperhitungkan, keberanian raksasa wanita.
4.
Orang Mnlawa bersama-sama menyerang perkemahan, menombak dan menembaki, raksasa ketakutan meloncat
tan pawaweka, digung watak raksasi.
4. Wong Malawa sareng nempuh pamondokan, matang nawokam bedil, wit kagum anjola,
terperanjat. amat lama berperang,
diserang dari luar, setelah berbaris,
semua yang keluar mati. 5.
Hanya tinggal raksasa yang
akeh lama yuddha, tinidahan saldngjawi, wus binaris, kang metu-metu mati.
5. Tinggal aro raksasa ikang
terluka,
kabranan,
tidakada yang membalas
tan hanamongga pulih,
serangan,
yang berada di barat kota,
kang haneng kulon kuta,
dan di timur kota.
miwah safddul kuta.
179
tewas diserang dalam perang, mayatnya,
bertumpuk-tumpuk tak terhitung.
6.
Mengungsi ke lereng gunung tanpa senjata, /80a/ tentara Malawapati, bagaikan harimau, marah sekali telah lama,
dikepung bagaikan berkaui, menombaki raksasa,
bagaikan menombaki anak tikus. 7.
Sepjerti menombaki labu menyimak semangka, ribuan raksasa tewas, yang iari terluka, binasa yang berada di utara
sima tinempuhingjurit, kunarpa nira, mumbukdatan pawilis. 6. Kagegeran tan kongsinya ndakgagaman, ISOalwadweng Malawapati,
kadya sardula, mingut-mingutw'us lama, kinepung kadya punagi, numbaking detya, kadya numbak cacindlL 7. Pinda numbak waluh amedang samongka, hewon wil kang ngemasin, kang lumayu brana,
sirna kang haneng lor
kota,
kuta,
yang di seiatan lenyap diserbu, semuanya Iari, tidak ada yang bertahan.
kang wetan tinempuh gusis, samya lumajar, tanana kang nangguhin.
8.
Berkumpul di utara segera diterjang, beriari sisa yang tewas, melihat yang Iari, terluka sobek lebar, semua menuju rajanya, sang Raja sedang duduk, dijunjung oleh para gadis yang cantik.
8. Ngumpul ngaler sighra sami tinarajang, mawur sasanan gusis, mulat kang lumajar, kabranan ngemplah-emplah, ngungsi ratu nira sami, sri lagya knggah, siniweng para manis.
9.
Raja Raksasa berkata kepada abdinya, beritahu Mayangsari,
9. Angandika danawendra ring paraken, undangan Mayangsari,
180
olehmu supaya menghadap, apa masih arif, bersemadi apa sudah berhasil, menyatu dengan dewa, jjergi yang dituding. 10. Kebetulan Patih Kala Srenggi
denta hanamarak,
apa lagi karipan, samedi apa wis olih, sasmiteng dewa,
mentar ikang tinuding.
10. Dyan kasaru Patih Kala
datang;
Srenggiprapta,
akan tetapi sang Raja terkejut,
kagyat anghing sangAji,
/80b/Patih ada apa,
menghadap tanpa pemberitahuan, dengan tiba-tiba, sang Patih menyembah, mohon maaf Tuan Paduka, 11. Berita duka tentara
, iWblPatih hana apa, sebha tan palarapan, dine angeget-egetin, Patih anembah,
nuhun duka pun patik, 11. Atur tiwas wadwa ikang
mengepungkita,
ngepung kita,
habis mati di medan perang, dan berhasil diserang,
gusis kawah ngemasin dan amukti nujah,
oleh tentara Malawa,
dening wadwa Malawa,
punggawa bergulat kemari,
punggawa angelut mariki,
meskipun menumpas perang, tentara Malawapati.
nadyan numpasprang,
12. Keluar dari timur negeri
wadweng Malawapati.
12. Mijil saking wetan bhumi
Nathekerta,
Nathekreta,
membantu negara berperang,
nagara bantujurit,
masakan di luar hancur,
karikan sakjawa,
hamba segan tinggal di gunung,
ingsun mong sagirisa, cawita lawan kang estri, ya ta parekan, prapta lara anangis.
anak-anak dan orang perempuan, merekalah mendekat,
tiba sedih dan menangis.
13. Suaranya tersendat-sendat memberitahukan,
Dewi Mayangsari,
13. Aturpegat-pegat atur
uninga, , Dewi Mayangsari,
181
hilang tanpa sebab, /Sla/bagaikandibawa keluar, sang Raja Detya marah,
bukan dewa yang mengambil.
musna tan pakrana, I81al kadi winawengjawa, brahmantya sang Detya Aji, asru ngandika, dudu dewa ngambii
14. Barangkali pencurinya Angling Dharma, mengaku dewa mencuri, hamba tak percaya, hingga terjadi perang, dikelilingi kendang gong beri,
14. Swatara apan dustane Angling Dharma, ngaku dewa mamaling, patiktemoroha, payu metu ing perang, kiniter kendang gong bheri,
berkata keras,
dewa raksasa,
sura danawa,
menyambut gembira dan
muntab gambira angrik.
berteriak.
15. Raja Pancatnaya telah mengenakan pakaian, gemerlapan serba permata pilihan, emas diukir,
tiga ujung sangat mulia, kelihatan bagaikan permadani, bersabuk senjata, menggenggam tombak dan
15. Raja Pancatnyana wus angrangsuk bhusana, abhra sarwa ratnadi, rukmi rinugpaka, tri ujung ardhawara, tinon Iwirpratasari, nyota badama, ngagem limpung tan lembing.
lerabing. 16. Telah tampak bergerombol yaksa dan danawa,
16. Wussumahab saguna yaksa danawa,
saling bergantian menghadap,
patijanggeleg anangkil,
setelah disuruh keluar,
wus kinen umedal, singpapan wama-wama, sasikep prang ajurit, Dyah Danurweda, mangsah ring prang ngaruhunin.
semuanya bersiap-siap, senjata perang untuk berperang, Dyah Danurweda,
maju niendahului menyerang.
182
17. Dari selatan tentara
17. Saking tddul wong
Kertanagara,
Kretanagara,
telah saling tembak-
sampun bedil-binedil,
menembaki,
/81b/ Patih Umantika,
181bf Patih Umantika,
mengajukan bala tentaranya, gemuruh saling berebutan, bertempur di medan perang, bagaikan riuhnya laut dan
angangsahaken bala, gumuruh arebut dingin, matempuh ing prang, kadi rugi ingjaladri.
gunung.
18. Tentara Kertanegara bagaikan
IS. Wadwa Kertanagara Iwir
harimau,
saradula,
semuanya keturunan prajurit,
sadaya trek prajurit, wong Simbar Manyura, angisis kang anrajang, wadwa nira para nrepati, Iwir sapu wedar, mawur tilar gusti.
orang Simbar Manyura, berlari karena diterjang, tentaranya membela raja,
bagaikan disapu bersih berhamburan meninggalkan raja.
19. Kala Srenggi melihat
19. Kala Srenggi mulat yen
tentara manusia,
wadwa manusa,
semuanya telah bertempur, menyerang raksasa, berteriak memutar senjata, maju terus menyerang,
sadaya wus angisis, ngangsahaken detya, angrik muter badama, ngangah-angahnempuh wani,
bergemetar bagaikan, paku rebana di batu gunung.
gumuter kadya, baji ring batu wukir.
20. Wadwa Kertanagara gila myat yaksa, melihat raksasa, mawur atilar gusti, berhamburaii meninggalkan raja,
20. Tentara Kertanagara takut
Patih Umandika,
Patih Umandika,
kemudian menghadap sang raja,
mwidur matur ring raja, suwawi lumajeng gusti,
mari berlari Tuan,
183
.bukankah semuanya, musuh raksasa sakti.
21. Raja Putra Danurweda lalu
dede sasama, musuh danawa sakti.
21. Raja Putra Danuweda asru
beisabda,
/82a/ hai, kamu jangan diam, mundur seperti orang wanita, menangis takut kepada musuh, sungguh bukan keturunan prajurit,
I82al eh wis menenga kafd, mundur Iwir wanodya, nangis wedi ringdyuta, kaya dudu trah prajurit,
sangat pengecut,
angurpincunga, eh nayaka pramantri.
hai, putra para menteri. 22. Bila takut kepada raksasa menyingkirlah, jangan ikut berperang, hanya akan disoraki, aku sendiri yang berperang, putra dari Malawapati, tontolah bersama,
aku berperang dengan raksasa
22. Yen padhajrih daitya lah sumingkira, ajahahamulujurit, suraka kewala,
ingsun dewek kang ayudha, putra ring Malawapati, tontonen padha, prang ingsun Ian raksasL
perempuan.
23. Setelah menunggangi kuda mengibaskan tombak,
saling memukul di medan laga, dewa dengan raksasa, semuanya saling menyerang, saling menghujamkan lembing, dan sarampang, limpung parang dan palu.
24. Raden Danurweda tiada gentar menghadapi, diserbu oleh raksasa wanita, disebat dengan pedang
23. Wus anindih turangga angembat watang, nanda ring rana panggih, Ian sura danawa.
samya pangguh nanggulang, rasa angudanin lembing, miwah sarampang, limpung badama gandi.
24. Den Danurweda tataga prawira,
ginrumung ring raksasi, sinawiUan pasah.
184
cerai-berai,
dipukul dan diterjang, sangat tangkas bagaikan kilat,
ginandi mwang rinajang,
membalas memukul,
malesgimatang, akeh detya ngemasin.
banyak raksasa yang tewas. 25. Raksasa yang diserang semua terbunuh,
/82b/ tertoreh kulitnya mati, gampang dalam menyerang,
tan kena kasit lir tatit,
25. Kang binutar danawa samya kantaka, I82bl bser kulite matt,
danganing ayudha,
Raden Danurweda,
Rahaden Danurweda,
yang ditiisuk dengan keris,
tang ginasta ri kris, patijalempang, daitya kasrangin kris.
bergelimpangan, raksasa ditusuk dengan keris. 26. Badan Raden berlumuran
26. Sarirane Rahaden katah
darah,
ludira,
tetapi tidak terluka, tidak menginjak tanah, menikam sambil menombak,
nanghing tan hana busik, tanangambah lemah, nyuduk sarwi anumbak, pirang-pirang ewumati, kang urip giras, limayu ngungsi gustL
beribu-ribu raksasa mati,
yang masih hidup takut, lari menuju tuannya. 27. Diceritakan Raja Kertanagara,
27. Kawamnaha natha ring Kertanagara,
menyerang bersama tentara
mangsah Ian wong sinlir,
terpilih, ke medan laga, I Patih Umantika,
anutaken wayah, IPatih Umantika,
rak^tnya juga maju,
ipun wadwa kang lumaris,
Sri Basunonda,
Sri Bosunonda,
berperang bersama tentara pilihan.
nempuh Ian wong sinlir.
28. Setelah dijumpai sang Raja
28. Was apanggih kang wayah
185
berlumuran darah, dirangkul serta berkata, aduh putra junjunganku, ayo segeralah mundur, ramanda berada di belakang, yang akan berperang, bersama-sama para manteri.
29. Di Malawa adanya ramanda bertahta, Rahaden tertegun dalam
kuta ludira,
rinangkulsarwa angling, aduh putu ningwang, yo mundur den enggal, rama nira haneng wuri, nadyan apranga, barenga para mantri. 29. Ring Malawa haneng arsane ramanta,
rahaden kanggek ingjurit,
peperangan,
/83a/ takut melawan kakek, kemudian dibawa, mundur,
rakyat Kertanagara semua, salah menerka,
Rahaden dengan sang ayah. 30. Mereka mundur dari medan
perang,
mereka kalah berperang, sehingga tertawan dalam
I83al ajrih ring kang eyang. winawa mundur nulya, wong Kertanagara sami, asalah nyana, rahadyan lawan sang aji. 30. Undurira saking pabratan cinipta, asordenirajurit, dadya sikeping prang,
peperangan,
berlari terbirit-birit,
segera mereka mengiringi, sang Dyah Dursilawati menunggangi gajah.
31. Rupanya sangat takut lalu menlnggalkan rakyat,
lumayu dalang tunjang, sadya nira andingin, sang Dyah Dursilawati anitih asti.
31. Limanah roma ta jr'di
semuanya berebutan berlari, karena sangat takut, kusirnya berlari,
bubar ring wadwa, samya arebut dingin, saking dahat giras, saratine lumajar,
takut sehingga terbanting, sang Dyah pingsan, di bawah pohon asam tergeletak.
sang Dyah kantaka,
ajrih apan arsa binating, sor ing asem gumuling.
186
Pupuh Kamal Ngaran Sinom 1.
Pikiran sang Ratna, putra yang gugur dalam
Pupuh Kamal Ngaran Sinom 1. Panyana nira sang Ratna, kang putra tiwasingjurit,
perang,
dijumpai di medan laga, berkeluh kesah dan menangis, diceritakan sang ayah, /83b7 di Malawapati berperang di medan laga beserta tentara,
mengendarai sakata gagah perkasa, sang Raja diapit oleh para istrinya. 2.
Ratna Ambaradikanan,
di sebelah kiri Ken Mayangsari, sang Raja bagaikan Dewa
kasambut ring adilaga, sumarma lara anangis, kawarnaha sang aji,
I83bl ring Malawapati magut, ring rana saha wadwa, nitih Sakata geng asri, sri narendra ingapit kang garwa.
2. Ratna Ambara ring kanan,
ring keri Ken Mayangsari, sang natha Iwir Hyang Smara,
Smara,
diapit oleh Supraba Ratih, kelihatannya sangat indah,
putra beliau selalu berada di depan,
Raden Angling Kusuma,
ring apit Suprabha Ratih, upacara nira asri, kang putra tan sah haneng hayun, Raden Angling Kusuma,
gagah perkasa menunggangi kuda,
respati nitih turanggi,
melaju membawa senjata mengawal di depan.
asri umyang gagaman sinangkweng arsa.
3. Sang natha kagyat turninghal, Sang Raja terkejut rrielihat, hana pawestri manangis, ada orang perempuan menangis, sagulungan haneng kisma, bergulungan di tanah, sasambate amalas asih, meratap menghibakan, rema Iwir den wusoni, surai bagaikan tanpa akhir, badannya telah lesu, sang Raja berkata,
siapa ini menangis,
sarira wus amwolebu,
sang natha angandika, wong apa iki anangis.
187
permaisuri Ratna Ambara katanya.
4.
prameswariRatna Ambara aturira.
Tuan Paduka perempuan itu, 4. Dewaji estripunika, /84a/ rupanya sangat sedih, I84alsemime ayu kapati, suogguh sangat berduka, kadi dede tare dasa, kasihan dia menghibakan, heman dene kawlas asift, Angling Dharma mendekati, Angling Dharma marapakin, ucapannya lemah lembut, pangandika arum, Mbak pengantin raksasa diamlah, mbok nganten wU monenga, apa yang kamu tangisi, apa kang sira tangisin, katakanlah di mana rumahnya sumawura taking endi wisma nira.
5.
6.
Siapa nama putramu, yang sedang kamu tangisi, sang Ayu hanya terdiam, tidak mau meninggalkan suaminya, dan tidak menjawab, karena sangat sedih, tidak lain putranyalah, yang disebut-sebut dalam tangisannya, tidak dapat dihalangi, kepergian putraku.
5. Siapa araneputranta,
Danurweda putraku, mengapa dia meninggal, bawalah bayangannya, sungguh aku tidak dapat
5. Danurweda putran ingwang,
kang pekan sira tangisin, sang ayu menga angiwa, tan arsa myang ring laid, miwah tan nawurin,
sake seru pamular ipun, tan lyan putra nira, ikang sinambat ring tangis, tankayoha,
lalakone anak ingwang.
apa sira angemasin,
lah gawanen bayangira, ingsun norabisa kari,
melupakan,
bagaimana aku mengenali, nah, dia tidak kelihatan,
sapa ingsun ngangerin, laha dene ikang dawuk,
apa tidak diperhatikan, berwajah tampan.
apa nora kayitnan, dwe caclon apekik.
188
7.
8.
/84b/orang lalu sungguh-sungguh
I84bl lilih anak pijer anugoni
mencarinya.
ika.
7. Garwane Iwir Wilotama, Istrinya bagaikan Wilotama, putri ayudemas kuning, putri eantik kuning emas, trehenarendra sudibya, keturunan raja mulia, dadyanlainya ring mami, meskipun dia melupakan aku, aywa tali ring siniwi, janganlah lupa kepada orang yang dihormati, sedeng limuta maringsun, sedangkan kegelapan terhadapku, two alancep data, sudah waktunya menghormati
putra mahkota, juga pikiran dan perbuatan, hanya kencingnya, haruslah di tepi balai-balai.
juga lestri Ian pakardhi, mung hompole,
Ya terhiburlah orang yang
8. Ya legane kang manah baya,
pikirannya sedih, dengan sepenuh hati dirindukan, kepada Ki Dalem Angling Dharma, tak terasa tubuhku,
segera bawalah ibumu,
9.
kewala den ri watona.
kudu den kangenin, mating KiDalem Angling Dharma,
tan pangrasa awak mami, age gawenen ibumu,
ke Wisnu loka, di bumi ini menimbulkan belas kasihan,
mating ari bhuwananeng, madhyapada kasyasih;
di dalam kereta hanya berdiam
ikeng hanengjro rata
diri.
asasmyasa.
Berkeluh kesah dan menangis, memilukan dan menusuk hati,
sang Raja merangkul permaisurinya, putri dari Kertanagari,
9. Sasambatekang karuna^ ninir saha nuju atk sang natha emuting garwa,
Putri riKretanagari,
Dewi Dursilawati,
DewiDursilawati,
Danurweda putranya,
Danurweda putran ipun.
189
dewasa gagah perkasa,
/85a/ keturunan sang Raja,
diwasa ambek sura, I85al tumedak sri narapati,
berkereta mendekati
saking rata malajeng ikang
dengan kasih sayang.
karuna.
10. Bertemu dengan istrinya, dirangkul sang Dyah menangis, sang Raja sangat belas kasihan, hati beliau sangat sedih, melihat permaisurinya, sedih tanpa pelayan, rambutnya kusut terurai, bergeiimang darah terguling
10. Cwiduk estu garwa nira, rinangkulsang Dyah anangis, ardha wlas sira narendra, twasira kangdirinujit, mulat ring prameswari, kasangsaya tan pabatur, rema kebak rarahan, sallr rah aweda siti,
di tanah,
Angling Dharma tnerangkul
Angling Dharma angrerepa
mohon maaf.
minta ksama.
11. Oleh karena sejak dulu
11. Dene dangu Kasmaran,
kastnaran,
mempunyai istri menghibakan, tidak lain sanak saudara juga, lalu sang Dewi diambil, diajak menaiki kereta,
telah siap keberangkatannya, sang Raja bersabda, kepada istrinya Ambarawati, ini adikku di Kertanagara. 12. Putri dari Bojanagara, merangkul dan menangis, manis penyambutannya, ibu berhentilah menangis,
drebe bendara kasyasih, datan parewangsajuga, nulya ingamben sang Dewi, winaweng rata nitih, wus tandelpanular ipun, sang natha angandika, ring garwa Ambarawati, iki arinira ring Kertanagara. 12. Putri ring Bojanagara, angrangkul asemu tangis, manispanyambrama nira, yayah mangrempwang rudatin,
diajak duduk bersanding.
ingajakJaJar alinggih.
190
/85b/ putri Kertanagara datang, teratur duduk berjajar,
I85blputri Kretanagara rawuh, aiata lenggah ajajar,
diceritakan I Batik Madrin,
kawama IBatik Madrin,
di dalam hutan perjalanannya.
haneng wana angtdarin raganira.
13. Masuk ke dalam guwa,
terjaga segera melihat, gua batu karang dan jurang, ditutupi oleh batu putih, besar lalu disandul,
batu itu pecah berhamburan, kekasihnya dilihat, segera didekatinya,
segera bangun tak lama lalu mati.
14. Setelah terbuai dalam
13. Supe prenah haneng gowa, anangisighra ninghalin, ' gua sing nguparangjurang, tinutupan watu putih, ageng nulya binijig, kang sela rencem maledug, raragane katinghalan, risaksana den panjingin, wawang tangi menda nulya palatra. 14. Wusnya sumuriping raga.
kasmaran,
Batik Madrin lalu segera pulang,
Batik Madrin nulya sighra mulUt, ,
mating nagari Malawa,
ke negeri Malawa, siang malam berjalan, lalu diceritakan lagi,
adinda latri lumaris, nahen kawarnna malih,
yang sudah berperang di
kang sampun campuhing
medan laga, dengan peperangannya, raksasa dengan garang menyerang,
pupuh, sareng panempuhira,
menyerang saling mengamuk semua gagah perkasa.
asrang sinangsilih rok samiprawira.
15. Bertempur di utara selatan
subha danawa nadhahin,
15. Campur lor Iddulkulwan,
'dan barat,
tidak ada yang berkata dan
tan hana angucap ajrUi,
ketakutaii,
mayat bertumpuk bergelimbang,
kunarpa susun alumpang.
191
/86a/bagaikan karang kuda dan , gajah, darah bagaikan banjir, panah tombak dan galah, tak tertinggal tombak, orang Simbar Manyura tewas,
I86aj Mr karang turangga hesti, ludira kadi banjir,
sara watang lawan ganjur, alalumut kumbala,
hanya tinggal para mantri
wong Simbar Manyura gusis, amung karipara mantri
danpunggawa.
Ian punggawa.
16. Yang masih berperang,
sangat berani tidak menghindar, tentara berperang dengan titik darah penghabisan, sekutu di Malawapati, dengan siasat bertahan, Arya Mangunjaya mengamuk, raksasa tewas bergelimpang, yang bertahan banyak yang mati, sisa yang mati lari terbirit-birit.
16. Kang masih danggulang yuddha, sura panggah tan pagingsir, wadwa mari las kewala,
santona ring Malawapati, dayaning ngret ngawakin, Arya Mangunjaya ngamuk, danawa matijalempang, kang panggah akeh ngemasin, sasisaning palatra bubar sasaran.
17. Patih kala Srenggi melihat, tentang tentara raksasa tewas, marah mengamuk ke medan laga, mengajak prajurit sambil
17. Patih Kala Srenggi mulat, yen bala raksasa gusis, brahmantya mangseh ring rana,
ngawe prajuritsarwya angrik,
berteriak,
raksasa selanjutnya keluar, semua maju menyerang bergemuruh, menyergap memedang dan menerjang, tombak beserta seiigi, palu tidak ketinggalan senjata yang tajam.
daitya santana mijil, sak nembang mangseh gumrudug, sikeppedang narajang,
Umpung nanggala suligi, gandipalingpara sujiret sarampang.
192
18. Raksasa yang terluka, /86b/ karena sengitnya berperang,
syMn^bercampur dengan keris, bagaikan suara guntur kedengarannya, raungan raksasa yang luka, gelap gulita gerak udara yang
18. Raksasa kang nandang brana, /86b/saking riyuting ajurit, syung caruk Ian curiga, Iwirgarudug kapyarsi, panggroning datiya kanin, peteng dedet amm- amun,
panas,
berbenturan sangat keras, medan laga bagaikan bergoyang, angin dan topan menerpa darah berlumuran.
19. Diceritakanlah yang berjalan, Batik Madrin betas kasihan,
tiba di negeri Malawia, di daerah pesisir, selalu melanjutkan perjalanan, barangkali marah melihat, pada orang Malawapati, terkejut mendengar suara
ghore reh magenturan,
rana tala Iwir ginejing, bayu bajra manempu/i rah ngobak-obak. 19. Kawamnaha ikang lumampah, Batik Madrin kasyasih, praptengjajahan Malawa, kadek padesan paminggir, tan sah amurang margi, iriban merang andulu,' ring wong Malawapatya, kagyat amyarsa bedil,
senapan,
Gemuruh orang Giri Selir bagaikan gunung roboh. 20, Sorak-sorai sambung menyambung, bagaikan riuh ombak samudra,
BatilcJ^adrin berkata dalam
gumuruh wong Giri Selir riigingprabata. 20. Surak sru ambal- ambalan,
kadya omba/dng samudra, Batik Madrin anggarjita,
hati,
seperti terdengar suara perang, menerka rupayanya ada perang. Batik Madrin kemudian,
dalam hatinya akan menangkis.
kddya swaraning ayuddha, anarka yen hana prang, Batik Madrin kapanudyan, ring twas nedhaha nanggulang.
193
/87a/ peperangan yang datang.
1187a! parangmuka ikang prapta.
21. Pikiran dalam hatinya lalu ditcntramkannya, bila bangkit maju menyerang,
21. Cipteng twas antuk aksama, yen bangkit angrurah
mengsdh, langkahnya dipercepat tiba, di medan laga menyambut
sinrung lampahnya prapta, ring rana ndnggulang yudh'a,
peperangan,
raksasa menghadang diserang, dipukuli dan ditendang, diinjak-injak tewas mengenaskan, juga karena ditampar-tampar. 22. Ke tengah diserbu diserang, oleh raksasa yang bermunculan, tidak pernah pisah tetap latah, tak terhitung banyaknya, dipukul raksasa yang menghadang,
danawa pariggah kaparah, tinampUeng mwang dinugang, jinejek pati sulayah, tinepukana-tinepuk. 22. Manengah asru kinarah, ing ditya tinemah-temah, datan pasah panggah latah, akara sasambatira,
biniti ditya kangarah,
remuk raksasa itu tewas,
renyu kubanira pejah,
ada yang ditendang patah, perutnya besar-besar.
apa kang dinugang pokah,
23. Patih Kala Srenggi melihat, marah maju memutar gada, berhati-hati Arya Wijanarka pelan-pelan menghunus keris,
beliau selalu bersiap-siap, Patih Kala Srenggi dilawan, badannya ditikam, oleh Dyan Arya Wijanarka.
lambunge angemplah-emplah. 23. Patih Kala Srenggi mUlat, krodha mangsa ngunda gadha, prayitnarya Wijanarka, tang ginas tarik curiga, tanago-nagaconira, Patih Kala Srenggi tadhah, sinudukanjananira, ring dyan Arya Wijanarka.
24. Kala Srenggi tidak pisah, 24. Kala Srenggi norapasah, tikaman itu mengeluarkan darah, sanuduk malesang rah.
194
ditusuk oleh Dyan Wijanarka, mukanya dipenggal sehingga tewas di medan laga, Batik Madrin segera mendekat, membantu yang tak berdaya, Kala Srenggi didekati, ditarik dari belakang. 25. Disentakkan oleh iringan, *rebah dadanya ditutupi, baru dipenggal lalu mati, dilemparkan di medan laga, orang Simbar Manyura takut, melihat Kala Srenggi ngeri, ditikam di medan perang, remuk lalu dilemparkan.
ginebekDyan Wijanarka, giles muka soraning prang,
sighra Batik Madrin mara, tatulung tan pasaraba, Kala Srenggipinarepekan, jinenggitsaking ring untat. 25. Sinendalsaking iringan, rebah ingida kangjaja, wawang tinigas kang muroda, binalangaken maring mangsah, giris wong Simbar Manyura, mulat Kala Srenggijejeh, pinacok ing pabratan, . renyuh kinarya babalang.
26. Sru kawus kagiris-giris, asaran sami lumajar, tak berdaya-semua lari, dadal ikang sinrang, menyebabkan tak berdaya, saling tunjang kang sinrang, saling menopang yanf diserang, sejengkang merangkang-rangkang, kajengkang rangkangrangkang, tinalarong kang raksasa, disiksa oleh raksasa, ing dudukena kumaprak, tidak mampu berlari kencang, daitya kula hulu majar. raja raksasa berkata.
26. Luar biasa menakutkan,
27. Suka Arya Wijanarka,
/8ga/Batik Madrin disembah, katanya lemah lembut, saya berjumpa dengan Tuan, bagaikan disirami air
27. SukaArya Wijanarka, /88a/Batik Madrin sinungkeman, umature semu karuna,
panggih kula andika, Iwir siniraming we amreta,
kehidupan,
hatinya sangat bahagia,
kang mariah asrep kalintang.
195
aduh Kakak amat senang, hamba bagaikan mimpi, 28. Batik Madrin berkata,
sungguh raksasa siapa itu, merusak kerajaan Malawa, apa yang menjadi pangkal perselisihan Arya Wijanarka menjawab, raksasa dari negeri seberang, negeri Ngusimbar Manyura, bergelar Sri Pancatnyana. 29. Mendatangij4«g/ura/i Malawa, sejak gusti Sri Narendra, membawa putri dari Kreta, negeri Kendur Silawatya, itu yang hendak direbut, oleh sang Pancatnyana, pantas kalau dilawan, mundur menghadap sang Raja. Pupuh Durma
1.
Adapun jikalau Tuan Paduka melawan berperang,
dhuh kakang sok ura arja, kawula kadya nyimpena. 28. Batik Madrin angaridika, ydyana iku bhuta apa, angrurah praja Malawa, apa kang dadi prakara, maturArya Wijanarka, danawa saking ring sebrang, nagari Ngusimbar Manyura, jajaluk SriPancatnyana.
29. Mara Anglurah Malawa, awit gusti sri narendra, anggawa putri ring Kreta, nagari Kendur Silawatya, punika arsa rinebut, ring sira sang Pancatnyana, suwawi lamun sambada, mundur umarek sang natha. Pupuh Durma
1. Kunengana yen paduka nanggulangprang,
/88b/ Batik Madrin menjawab,
/88b/ nawurin Batik Madrin,
adik kehendakku,
yayi karsan ingwang, sinadyan umareka, yen wisimna musuh iki, lingen sang detya, raja krura ghorangrik.
bersedia menghadap, bila tidak kalah musuh ini, tersebutlah sang detya, raja yang ganas berteriak keras.
2.
Melangkah tiga kali perwujudan
2. Triwikramasruamuwusanta
196
beliau sangat menakutkan, sekejap mengeluarkan api, menyala berkobar-kobar, dilempari diparang,
3.
nira,
sadekap medal agni, murub mulat-mulat,
binalangaken marang, bala Malawa ajrih,
tentaia Malawa takut, di mana-mana,
saparan-paran,
geger diburu oleh api.
geger binurweng agni.
Mundur semua rakyat Kerta diburu rakyat Kerta, negara Bojanagari, dikelilingi oleh api, mengungsi berduyun-duyun,
3. larut samya binuru wadwa ringKreta, nagara Bojanagari, pinraking dahana, ngungsi baris Malawa,
ke Malawa,
sang Raja sudah dijumpai, bersama putranya, Danurweda menghormat. 4.
Serta tiba permaisuri semua,
telah berjejer sang gagah perkasa, bersama kakaknya, Raden Angling Kusuma, sangat sayang kepada adiknya, tidak dapat dipisahkan, /89a/sang Raja sangat senang. 5.
Raja raksasa bersumbar-sumbar dengan keras-keras,
hai, orang Malawapati, janganlah kamu berdiam diri, semuanya ikut berperang, rebutlah aku berperang, Sri Angling Dharma, menaiki kereta bersama istrinya.
sang natha sampun apanggih, lawan kang putra, Danurweda ngabhakti. 4. Miwah dateng ibu sari kalih pisan, wusjinajar sang apekik,
kalawan kang raka, Raden Angling Kusuma, kalangkung asih ring ari, tan kena pisah, I89al munggweng arsa nrepati. 5, Ghora yaksadendra sumbarsumbar,
eh wong Malawapati, aja na lumajar, kabeh barenga mara, rebuten ingsun ajurit, SriAngling Dharma, mundut wahana estrL
197
6.
Maju ke medan laga menunggangi gajah,
7.
8.
6. Mangsa ringpayudhan anitih dipongga,
Raja Yaksa berteriak keras, eh,siapa yang datang, raja apa ksatriya,
yaksendra asru angling, eh sapa kang prapta, raja apa satriya,
rupamu pemuda tampan, tentulah kamu, yang melarikan permaisuriku.
wamnanmu anom apeldk,
Dijawabnya aku Prabu Angling Dharma, raja negeri Malawapati, aku yang mencuri, istrimu Mayangsekar,
ngaya ta sira,
kang nyalong rabi mami. 7. Anawurin ingsun Prabhu Dharma, ratu ring Malawapati,
rebutlah bila kamu berani
ingsun kang andusta, rabinmu Mayangsekar, rebuten yen sira wani,
sang Danawendra,
sangDanawendra,
marah lalu menyerang.
krodha mawi ngawingis.
Tentu hancur kamu raksasa yangsombong,
setelah mengucapkan mantra
8. Musti lempung sira sang raksasa darpa, wusminantran anuli,
laiu,
melesat bagaikan kiiat. Angling Dharma berhati-hati, /89b/dilihat limpung berserakan,
lumepas lir Idlap, Angling Dharma prayatna, /89b/pinandang limpung uraji,
hancur semua,
musnasakala, danawendra udani.
Raja raksasa menyadari, 9.
Bila limpungnya musnah mengenai musuh, sangat marah lalu,
musuh ditantangnya,
9. Yen limpungne musna tan tumkeng lawan, dahat brahmantya anuli,
tidak henti-hentinya mengutuk,
musuh Jajanira, tan tara mijil sapa,
menakutkan seisi gunung tunduk, mengejar sang Raja, diserang, tetapi tidak kena.
ghoraya saku/dr siwi, nander mating natha, pinandeng tanaknL
198
10. Hancur di perjalanan gajah sang Raja raksasa, beliau lalu mengeluarkan, wibawa garuda,
besarnya menyamai gunung, disambarlah Raja Angling
10. Simaneng marga pangga sang raksasa natha,
dyan medalaken malih, prabhawa garuda, gengira sak prabata, sinamber Angling DhaiTnaji,
Dharma,
diserang, tetapi tidak, sampai hancur di dalam perjalanan
pinandang data, . prapta sirnna ing margi.
11. Marah melihat pada tenlara Raja raksasa, mementangkan panah serta
11. Merang mulat ring wadwa danawa raja, musus asla sarwi ngrik,
berteriak,
umijil dahana,
mengeluarkan a pi, menyerang Angling Dharma, diserang hancur bara api,
paranin Angling Dharma, pinandang sirnna kabagni,
SriPancatnyana,
SriPancatnyana,
keras ia berteriak.
asm de nira angling.
12. Sambil maju,eh. Angling
12. Sarwyamajeng eh Angling
Dharma balaslah,
Dharma malesa,
adulah guna dan kesaktian,
metokakna guna sakti, hentekna gendingnya,
hentikanlah lagumu, hadapilah aku,
tamakna maring wwang,
Sri Sudibya menjawab
SriSudibya anawurin,
/90a/ balk bersiap-siaplah,
I90al lah den prayatna.
aku balas seranganmu.
ingsun wales ya gumingsir.
13. Mementangkan panah
Pasupati dimantrai, melepaskan panah, kepalanya kena, roboh sang Raja raksasa,
bahagia orang Malawapati,
13. Mentang langkap pasupatya pinantranan,
lumempas kangjemparing, tenggeknya kang kna, rubuh sang danawendra, sidca Wong Malawapati,
199
surak gumarah, Iwir ombakingjaladri.
sorakbergemurah,
bagaikan ombak samudra. 14. Berhamburan tentara Simbar Manyura,
14. Mawur buyar wadwa ring
tahu rajanya tewas, semua tentara raksasa,
raksasa anja-aiya, semua maju menyerang,
di medan laga semua kalah, setia membela raja.
15. Raden Angling Kusuma dan
Simbar Manyura,
wruh gustine ngemasin, ntung wadwa danawa, wil anja-anja, samyan papulih mangsa, ingjurit mentas kasoran, arsa mambelanin gustl.
15. Raden Angling Kusuma dyan
Danur Weda lalu,
Danur Weda,
bersama-sama menunggangi kuda, maju ke medan laga, dan Arya Wijanarka,
pareng am turanggi,
Mangunjaya Batik Madrin, Demang Hirawas, semua tentara tak tertinggal.
16. Dan punggawa adipati monca praja
/90b/raksasa gagah berlari, sengit bertempur, tidak ada yang berlari,
mangsah ringpayudhan, Ian Arya Wijanarka, Mangunjaya Batik Madrin, Demang Hirawas,
dayaning rat tan kari. 16. Mwangpunggawa adipati monca praja, l^bjdanawa sura sakti, rame tatumpasan,
tumpas semua,
tan hana kang lumajar, danawa wus ambek pati, tumpas sadaya,
bagaikan disambar burung.
kadya sinambering paksi.
danawa telah rela mati,
Pupuh Madhu Ngaran Dhandhang Gula 1.
Hancur lebur tak tertinggal satu pun.
L Sirnna gempang tan kari sawiji.
200
semua bala tentara raksasa.
sagung wadwa kang warnna danawa, para raja manusane, sadaya sami nungkul, sumawita ngaturangputri,
para raja manusia, semuanya menunduk,
menghormat mempersembahkan putrinya,
2.
Tuan Paduka Sri Mahadibya,
kanjeng Sri Mahadibya,
telah duduk teratur,
di kursi segera menghadap,
was tedhaka mungguh, ring dampar sighra umarek,
Batik Madrin,
Batik Madrin,
mencium kaki sambil menangis,
nyungkemingpada anangis,
memohon ampun.
aminta pangaksama.
Aduh, Tuan Paduka Sri Maha Murti,
2. Adhuh gustiJeng Sri Maha Murti,
bala tentara semua gugur, sang Madrin melaporkan, darah tergenang bagaikan danau, tidak patut menunggu keadilan,
gagabale aturpejah geseng, pun Madrin mongganing, rah jinurak kadi ranu, tan garantes katraping adit, sumongga ing abaan, sakarsan sang prabhu, I91al sakigung dosa kawula,
menunggu perintah,
sekehendak sang Raja, /91a/ karena besarnya dosa hamba,
paduka yang menang daiam
srijayeng prang,
perang,
3.
sangat memilukan hati,
kalangkung ngresing galih,
kemudian berkata perlahan-lahan.
dadya aris ngandika.
la aku ampuni Madrin,
3. lya sira ingsun ampura Madrin,
meskipun banyak kesalahanmu, mohon jangan lagi,
nadyan akeh kaluputanira,
menyakiti diriku.
angling aja maneh, anyidranin maring sun.
Batik Madrin berkata menghormat, menyatakan bertobat kepada
Batik Madrin matur nganjali,
musuhnya.
angaturaken tobat ring satrun ipun.
201
Sri Mahadibya berkata,
ngandika Sri Mahadibya,
ya, kamu,
iya sira,
baik duduklah patih,
ing sira linggiha patih, madrin angenekmudra.
Madrin senang mencakupkan tangan. 4.
Sri Sudibya lagi berkata,
Wijanarka dan Mangunjaya, kamu segera tangkap, si Pancatnyana itu, dan istrinya sertakan, kedua abdi menyembah mohon
4. SriSudibya angandika malih,
Wijanarka lawan Mangunjaya, sirajajaraha age, siPancatnyana iku, mwang rabine anayang kari, kalih dyan nembah mentar,
diri,
sang Raja mundur,
nara natha kondur,
ke istana bersama istri dan putra,
ring praja sagarwa putra, saha wadweng, rama ingBojanagari, lawan Kertanagara. 19lb!
beserta bala tentara, ramanda di Bojanagara,
dan Kertanagara,/91b/ 5.
Keduanya memerintah negeri, membuat kebahagiaan terhadap
5. Kalihira ngaturan nagari, mangun suka ringsamarga-
semua orang,
marga,
gamelan ramai suaranya, bersenang-senang bersama semua
pradongga humung swarane, inggar wadwa bala agmg,
rakyat dan tentara,
membuat keindahan jalan, datangnya sang Raja, orang istana gila asmara, semua keluar,
menyambut di balai penghadapan, kedatangan sang Raja. 6.
Adapun datang ke balai
karya sarining marga, rawuhing sang prabhu, wong dalem karagan-ragan, krik mijil, ametukaneng si tinggil, tantara natha prapta.
6. Menggah dateng manguntur siniwi, dara cantik dari dalam istana, nara manis sakingjropura, akan menyambut kedatangannya, an datengaken punagine. penghadapan disambut
202
angungaya pada prabhu, mwang padane garinika tri, Dewi Mayang Kusuma, kang pamekas ipun, embanipun trusta myat, panarkane, gusti nlra lami prapti, mukungsanestanaga.
membasuh kaki sang Raja,
dan kaki ketiga permaisurinya, Dewi Mayang Kusuma, yang teristimewanya, abdinya kemudian melihat, prakiraannya, rajanya sudah lama tiba, membungkuk ke istana. 7.
Sri Narendra linggih dampar gadhing, den apit gharini tiga,
Sri Narendra menduduki
singgasana keemasan, dan diapit oleh ketiga permaisurinya, dayang-dayang di belakangnya,
pramanis haneng urine, I92al sangnatha kalUi rawuh, ingatura menggah sitinggil.
/92a/ dua orang raja datang, dipersilakan masuk ke balai penghadapan. Raja Dharma Wisesa,
berjejer tiga orang raja,
Raja Dharma Wisesa, Basunonda prabhu, jajar narendra katiga,
para punggawa,
pra punggawa,
membuat perkemahan iengkap dengan peralatannya, kedua orang raja dijamu,
karya pakuwon miranti,
Prabhu Basunonda,
8.
Bubar orang yang menghadap dalam pertemuan,
Sri Angling Dharma kembali ke istana,
diirinjgi oleh rakyat yang banyak, yang mengiringi sang Raja, sang Dyah Mayangsari, Putri Kertanagara, diikuti oleh madu,
sangatmirip, DyahAmbara,
sri kalih ingaturan. 8.
Masanggrahan bubar kang anangkil, SriAngling Dharma kundur mating pura, ginrebeging byada keh, kang Kinasti sang prabhu, sang Dyah Mayangsari, PutriKertanagara, fdnanti ing maru, kalangkung saheka praya, DyahAmbara,
203
dengan Dursilawati,
bagaikan tunggal seayah.
9.
kalawan Dursilawati, kadya tunggilsayayah.
Tiba di istana semuanya ber-
9. Prapteng pura pinarekan kumpul, sami, Sri Narendra, SriNarendra, bersama permaisurinya, lawan ikang gharwa, mengapit di kanan dan kirinya, angapit kanan kerine, para abdi raja semua menghormat, wongjro pura sasunggun, dayang-dayang sangat setia, pramanis karya punagi, dan orang yang di luar, miwah kang sakengjaba, berbondong-bondong ke istana, manjing pura slur, para istri punggawa, para gharwaning punggawa, para keturunan, prasantana, ksatriya punggawa mantri, satriya punggawa mantri, /92b/ berduyun-duyun ke istana, I92bl slur malebuheng pura.
10. Dan dijamu kedua sang raja,
10. Lan sunggata kang maring natha kalih,
di Bajanagara Kertanagara, beraneka macam hidangan,
ring Bojanagari Kertanagara, mentah mateng mawamna akeh,
rakyat penuh sesak, demikianiah kebahagiaan di
sawadwa-wadwa penuh, ya ta ikang sukaningpuri,
istana
putri Bojanagara, menjadi istri pertama, yang menengah Kertanagara, Dyah Dewi Mayangsari, permaisuri yang ketiga. 11. Disertai pula orang perempuan berjejer, berpasang-pasangan, yang tua berkumpul dengan yang tua-tua,
putriBojanagara, tulus dadya sepuh, panengah Kertanagara, Dyah Dewi Mayangsari, prameswari tatiga. 11. Atut runtutana barenci,
among winong, kang twa wruh twa.
204
yang muda berkumpul dengan yahg muda-muda, demikianlah sang Prabhu, senantiasa membuat kebahagiaan, bersama permaisuri pertama, dicumbu dirayu, senantiasa bersanding bersama, permaisurinya, keduanya sama-sama cantik, bagaikan Ratih dan Supraba. 12, Mayangsari berdatang sembah, kepada kedua madunya, segera tanganriya dirangkul, /93a/ dlajak duduk bersanding, Mayangsari tidak menolak,
ia segera duduk, setelah duduk dengan rapi, ketiga permaisuri sang Raja, semua cantik,
sang Raja bersabda pelan-pelan, permaisuriku sekalian.
13. Aku ingin pergi menghadap, putri Bojanagara menyuruh, kepada putri Kertanagara itu, supaya memberi petunjuk, kepada Dewi Mayangsari,
nah, adik bergegaslah, Mayangsari berkata, maaf hamba tak pandai,
kanganom wruhing anome, mangkana sang aprabhu, lagya mangun kangen isih, lawan gharwa pamekas, kinambonging lulut, enjing aliriggih kalyan, prameswarya,
nira kalih samiprapti, Iwir Ratih Ian Suprabha. 12. Mayangsari lumungsur bhakti, mating maru nira kalih pisan, sighra cinandak astanane, I93al ingajaJqajar lungguha, nora gaken Mayangsari, nagane sru pinaksa, was tata alungguh, katiganeng arsa natha, samya endah, sang natha ngandika aris,
yayi ingsun pahespana. 13. Ingsun arsa umyos tinangkil, putri Bojanagara angatag, ring putri Kertanagarane, kendur sila tumuduh, mating DewiMayangsari, lah yayipahespana, Mayangsari matur, nuhun kawula tan wignya,
memberitahukan,
mondaramin,
hamba harap sang Raja mengetahui, hamba ini orang terlantar.
aku don sang natha angling, ingsun iki kapiran.
205
14. Banyak diceritakan keindahan perdntaan,
setelah berhias sang Sri Naradipa, bagaikan Hyang Smara
14. Keh wuwusen langoning akrami, wusnya pahessang Sri Naradipa,
Iwir Hyang Smara citrane,
tampannya,
semua orang terpesona melihat, dua orang putra memasuki istana,
Raden Angling Kusuma, adiknya tak ketinggalan, sang Raden Danur Weda,
/93b/ berkata menyembah, Paman Wijanarka tiba, bersama banyak wanita.
15. Berkata kepada sang Mingsu Dewi, ya,segera persembahkan,
lengleng kang samyandulu, putra kalih tumamengpura, Raden Angling Kusuma, kang rayi tan kantun, sira Raden DanUr Weda, I93bl matur nembah.
paman Wijanarka prapti, antuk kanya katah.
15. Angandika ring sang Mingsu Dewi,
para putri semuanya, Raden menyembah mohon diri,
iya age silebokaha, para putri-putri kabeh, Raden manembah miindur,
diikuti oleh semua para putri, berjajar di hadapan sang Raja,
aglar munggweng arsendra,
semua para pembesar,
sagung para sagung,
jatuh dnta melihat sang Raja,
kasmaran mulat sangnatha, hanaikarig,
ada yang, berusaha melirik,
Mayang Kusuma tersenyum. 16. Dewi Mayangsari berkata,
baiklah semuanya berbahagia
ngirit sagung sang para putri,
abalanging wulai tiring, mesem Mayang Kusuma. 16. Angandika Dewi Mayangsari, yaya padha bageya muncanga,
makan sirih,
janganlah bersedih hati, semua yang menghadap terkejut, melihat Mayangsari putus asa, semuanya berkata memelas.
aywana sungkana twase,
kagyat kangpara arum, tuminghalin keman Mayangsari, samya matur amelas,
206
berkenanlah paduka mengasihi, hamba bagaikan mimpi, berjumpa dengan, Tuan Paduka sudah membuat,
tempat tinggal yang banyak. 17. Setelah tempat tinggal itu /94ay diatur dengan rapi, Sri Narendra keluar dijunjung,
perjalanannya diiringi, dua orang putra di depan,
perjalanan Sri Narapati, lengkap dengan pengiringnya, rangga dan tumenggung,
ngabehi sonda dan para demang, para raja,
arsa pranata anuhun, kawula kadya nywnpena^ panggih lawan, paduka was amukti, pangengeraning katah.
17. Wuspinrenah panggenan
/94a7 premanis, Sri Narendra miyos siniwaka, ginarebeg pacarane, putra kalih haneng hayun, maglaran Sri Narapati, pepek para pratiwa, rangga Ian tumenggung, ngabehin sonda para demang, para raja,
raja seberang semua menghadap,
raja sebrangsamya nangldl,
beserta pramonca nagara.
nunggilpramonca nagara.
18. Sejak tewasnya raja raksasa,
18. Ringsakpejahiradanawaji,
Anggling Dharma, tersohor kesaktiannya
Anggling Dharma,
kemasyurannya bertambah, terkenal di dunia dijunjung,
kehonang-honang dibyane, kasub ring rat sinunjul,
menjadi terkemuka para raja
dadya tunggulingpara aji
semuanya tunduk, Sri Mahadibya berkata, Arya Wijanarka,
bawah angin sadaya, ngatas angin suyut, Sri Mahadibya ngandika, Arya Wijanarka,
aku perintahkan papatih, mengiringi para raja.
ingsun karya papatih, angrehana para raja.
dengan senang hati tunduk,
kentar wirotama
19. Menyisih dengan Batik Madrin,
19. Asisiha lawan Batik Madrin,
Adipati Wijanarka, para raja seberang semua, yang sudah tunduk padaku,
para raja sabrang kabeh,
harana adipati Wijanarka, kang wus suyut maring sun.
207
/94b/ Patih Wijanarka menjadi lusi Si Arya Mangunjaya, aku angkat menjadifMme/iggang, bernama Tumenggung Mangunjaya, dan jadi, dengan si patih, Dipati Wijanarka. 20. Dan ada seorang kekasihku,
/9dbJpatih Wijanarka ngalurahin, siArya Mangunjaya, ingsun karya tumenggung, aran tumenggimg Mangunjaya, Ian dadya, kalawane sipatih, Dipati Wijanarka. 20. Lawan hana wong kakasih mami,
istri dari Bojanagara, Demang Kala Wisaya itu, aku angkat menjadi tumenggung.
gawan sekahing Bojanagara, Demang Kala Wisayane, ingsim jenengaken tumenggung,
sudah lama mengasuh, pengasuh putra Angling Kusuma' itu, dan sahabat putra itu,
karungka lami siha dadi, pamamongekiputra A ngling
Danur Weda,
Danur Weda,
tumenggung Kala Masani, keduanya aku anugrahi.
tumenggungKala Masani, karo padha ingsun ganjara.
21. Duduk seribu satu orang, bayarannya seribu rupiah, keturunannya banyak menjadi pembesar, dan para mantri tua, banyak yang menjadi bupati, rakyat Malawa bahagia, sang Raja kemudian pulang, /95a/ ke istana bersama ketiga istrinya, mengiringinya, tak lama kemudian tiba di
ika.
Ian sabetaneH putra,
21. Alalinggih sewu wong sawiji, bayarira pm sewu rupyah, santanakeh minggah gdhe,
miwah para mantrisepuh, akeh minggah dadya bhupati, sukawadwa Malawa,
sang natha dyan kondur, I95al ring pura garwa tatiga, metukane,
renggong Iwas praptengjro
208
istana,
pun,
di sambut oleh para istri.
ingayap kangpara garwa.
22. Demikian negeri di Malawapati, 22. Nahen nagari ring Malawapati, AngglingDharma amukti Anggling Dharma memerintah, wibhawa,
kebahagiaan selalu bertambah, negeri sebrang raja besar, memerintah sesama raja,
gantya ing suka rumamba, tanah sabrangprajagung, ngreh sasama nireng nrepati,
maharaja gagah perkasa, gelar sang raja, ketika menyamai Sri Narendra,
maharaja sakti sura, bhisekaning ratu,
lagi bersedih,
lagya nandang, kaka ling marga dening, murcaneputra nira.
kakak kata orang karena,
hilangnya putra beliaa. 23. Permaisuri tidak henti-henti
dhuk samana sri narendra,
23. Prameswari tanpegat anangis,
menangis, berkeluh kesah,
karena putranya hiiang,
sang Raja semalam tak tidur, permaisuri sang Raja, mendengar suara ketika
manggung sambat, ringputra kang murca, sang natha ratri asare, nariti sang aprabhu, myarsa swara jroning guling,
berbaring, bila hendak menemukan,
yen arsa panggiha,
bersama dengan putra,
tumuli Ian sunu,
supaya menyeberang ke Pulau
nabranga ring nuswa Jawa,
■Jawa,
menuju,
Kerajaan Malawapati, Mayangsari di sana.
anjujuga, praja ingMalawapati, Mayangsari nengkana.
24. Pasti temu IanIMayangsari 24. Pasti bertemu denganI Mayangsari, /95bJ awibhawa haneng nuswa /95b/ memerintah di Pulau Jawa, -Jawa,
209
telah dipersunting oleh
wus kagarwa ratu gde,
raja besar,
terkejut sang Raja bangun, memanggil tentara pesisir, disuruh mempersiapkan perahu, di muara itu,
datang tentara dari negara, bersiap-siap, bersama-sama punggawa mantri,
1.
kagyatsang natha wimgu, anjing undang wadwa pasisi, kinen sawos bahita, haneng muharanipun, wnyang wadwa saka nagara, asanega,
yang menyusul dari istana.
mamatah punggawa mantri, kang kari tengga praja.
Pupuh Pangkur
Pupuh Pangkur
Setelah semuanya tiba, berkumpul tentara dan rakyat pesisir, semuanya setia pada sang
Wusnya sumakta sadaya, kasabha bala mwang wadwa pasisir, kang samya sawosprabhu
Prabu.
2.
penuh sesak di muara, kemudian berangkat, dari negeri sang Raja, menunggangi gajah yang besar, diiringi oleh prajurit
jejel haneng muhara, tandwa budal, saking nagari sang prabhu, nitih hesti ranupaka, gmrebagingprajurit.
Yang masih di dalam negeri, para patih/?««ggaH'fl dan para menteri, diatur oleh pemuka-pemuka, semuanya berkemah,
kang kari tengga nagara, papatih Ian punggawa para
selama,
sang Raja dan rombongan tiba, di pesisir ke muara, telah turun dari gajah. 3.
Segera menaiki perahu.
mantri,
pinatah kang sepuh'sepuh, samya amakajangan, lamahira, sang natha sawadwa rawuh, ringpasisir don muhara, wus tumedak sakeng hesti
3. Saksana anUih palwa,
210
a punggawa semuanya
menaiki sampan,
A^perahutengkap dengan senjata, 4.:.iiiberib'airibu orang telah siap,
lalawak kalawan salup, koti ngwang kang gyota, was anitih,
pemhb\kapal sang Raja,
palwa kapal sanga prabhu, gumwarah wadwa dawut
sauh,
i t berdayar ^itiup oleh angin.
Tentara pengawai semua di
depan, indah layar itu putih kuning, ada layar seperti awan mendung, ^Ik^iing-layang keluar masuk, i '»Ma yah berhiaskan bunga yang indah, '►'•tlda^hgjingga diperada, dihiasi bumi dan gunung.
5.
keciy
setelab'iikenaiki,
u V. jmemberiiahu tentara membuang
4.
/96a/ punggawakeh samya anitih
Sang Raja menumpangi, "-'ka^irykng indah layarnya sutra kilning,
perahu yang memuat bahan
jangkar, babar layar antuk angin.
4. Pacalang samya haneng arsa, asri ikang layar petak kumir, hana layar megha mendung, lalayang bangun tulak, hana ikang, palisire kembang kakung, anajinggapinradha, tiningkah mandala giri.
5. Tityan sira sang natha, kapal asri lalayare sutra kuning, bahita kang mawret sangu,
makanan,
ieniuahya telah siap sedia, li" -Ijy^rnya halus melayar cepat,
hanengprisadaya, layar waring bagopelah hana kadiU,
A® ladtjftt cepat melesat, melajti'ditiup angin.
5 j^idak'^iceritakanperjalanan ' teliatf tM di negeri Malawa, mehuj'u muaranya.
haneng lawutpating balesar, asripanempuhing angin.
6. Datan kawarnna ingmarga, ring talawah Malawa sampun prapti, anjujug muharan ipun.
211
/96b/semuanya membuang sauh, Sri Bupati lalu berjalan di daratan,
para pengikut tergesa-gesa, mengikuti di pinggir pantai.
9.
I96blsadaya labuhjangkar, SriBhupati mentas ring daratan sampun, kang megersari akapang, nahen pinggiringpasisir.
Terkejut Ki Demang Pabeyan, melihat rombongan yang banyak datang, mengira itu musuh, dari Simbar Manyura, membantu berperang, mereka yang sudah digempur, tergopoh-gopoh Ki Demang Pabeyan, menunggangi kuda berlarian.
7. Kagyat Ki Demang Pabeyan,
Ke istana melaporkan, Perjalanannya telah tiba di
8. Nagara atur uninga, lampahira wusprapteng ponca
mulat lamun gagaman ageng prapti, anarka yen musuh, saking Simbar Manyura, bantu prang, ngira kang sampun gempur, gupuh Ki Demang Pabeyan,
nitih kuda nyander maring.
istana,
niti,
menghadap patih melaporkan, ada pasukan datang, dari Simbar Manyura semuanya
marekipatih umatur, wonten damelprapta,
saking Simbar Manyura sami
membantu,
babantu,
berperang ada seribu orang, berjalan di pinggir pantai.
ring yudha wonten salaksa, baris haneng pinggirpanisi.
Patih Wijanarka berkata, bagaimana pendapatKakak setelah mengawasi, laporkan ke hadapan sang
9. Angling Patih Wijanarka, paran karsa kakang lamun suwasi,
tur uninga sang aprabhu,
Prabu,
Patih Madrin tidak banyak
Patih Madrin tan rembang,
bicara,
aku belum pahan kamu tidak
ingsun durung panuja sira
tahu.
tar wruh.
212
tahan periksa rakyat itu, /97a/ ketahuilah siapa pemimpinnya. 10. Pada keesokan hari diiaporkan,
kepada sang Raja bila akii telah mengetahui,
janganlah ada orang yang ikut
ce^oKjenenging kawula, I97al akarya kageting gusti.
10. Ring besuk atur uninga, ring narendra yen wis ingsun sun kajadi, aywana wong melu-melu,
aerta,
aku sendiri yang meghadapinya; namun,biia ada senapan yang bergemuruh,
engkau supaya segera membantu.
11. Perjalanannya belum jelas, Jikaiau musuh tentu memberi gambaran, Raden Wijanarka meyakinkan, menunit perkiraan Kakak,
ingsun dewekkang mapag, nanghing lamun hana bedil dumarudug, sira babantwa glis. 11. Larin iki durung karwan, lamunya ta musuh yakti asung tulis, dyan Wijanarka andekung, anut karsaning raka,
Batik Madrin,
Batik Madrin,
memerintahkan rakyatnya,
parentah ring wdawan ipun, samya amakta sadaya, bubar sagung kang anangkil.
semuanya membawa senjata, bubar semua orang yang
menghadap, 12. I Patih Madrin pulang, semua rakyat siap mempertahankan negeri,
Demang Sabandar di depan, tidak diceritakan dalam
perjalanan tiba di pantai mereka beristirahat. Batik Madrin berkata,
bila itu sungguh musuh. 13. Telah merusak pedesaan,
12.1Patih Madrin ya budal, sawadwane sangkep kaprabhonjurit, Demang Sabandar haneng hayun, datan kawarneng marga, lampah ipun. Batik Madrin angandika, yen iki musuhe yakti.
13. Wis angrusak ring padesan.
213
rausuh itu selalu mengobrak-abrik, hai, demang segera mendekati, ke pondok hendak, menanyainya, apakah sudah berwisata,
masuk ke perkemahan sang Raja, panglima menyambutnya. 14. Demang Pabeyan bertanya, hai Saudara ini raja dari mana,
orang yang ditanyai menjawab, raja dari tanah seberang,
iki hora teka endk amregil, eh demang mara den gupuh, ring apondok sang arsa, tatakonana, sayakti wisata sampun, manjing pakuwon pangarsa,
pratiwane amanggihin. 14. Demang Pabeyan atanya, eh kisanak iki wong agung pundi, ikang tinanya sumawur, wong agung tanah sabrang,
negaranya,
nagarane,
di negeri Sokasari, bergelar Surasakti,
ring soka rumambe prabhu, ajajuluk sakti sura, ngajawa ngulurin siwi.
tersohor di seluruh dunia.
15. Hilang dari tempat tidur, kekasihku Dewi Amayangsari, sesuia dengan perkataan Hyang Tuduh, sang Dyah berada di Malawa, itudituju, kemari Tuan Paduka, sangat merindukan putra, I Demang lalu menjawab.
15. Murca saking pagulingan, kakasihe DewiAmayangsari, ujaring_swara kang tuduh,
16. Sudah disunting oleh Raja, Angling Dharma yang inulia Sri
16. Sampun kagarwa ring natha. Angling Dharma kangjeng
sang Dyah haneng Malawa, nikajujug, marild narendra ingsun, dahat ening ring atmaja, IDemang aris nyawurin.
Mahamurti,
SriMahamurti,
mulanya bertemu dengan sang
purwane panggih sang prabhu,
Prabhu,
dan Dewi Mayangsekar,
diajak berperang oleh suaminya RajaYaksa,
Ian Dewi Mayangsekar, winawa prang ring lakine yaksa prabhu.
214
bergelar Raja Pancatnyana,
menyerbu Malawapati. 17. Dari Simbar Manyura, negeri seberang baru sang Raja raksasa, berani berpikir rusuh,
membanggakan kepandaian dan
aran raja Pancatnyana^ lumurug ring Malawapati.
17. Sa/dng Simbar Manyura, tanah sabrang wawu sang raksasa aji, kumasura ambek rusuh,
adigung adiguna,
kebesarannya,
menyerbu dan menyerang, tewas bala tentara raksasa, olehbala tentara manusia,
tunduk semua menyerah.
tempuhing prang, padhem sawadwane dyu, dene wadwane manusa,
nungkulsadaya angapti.
18. Ring gusti Sri Mahadibya, para garwane daityaji den bayongin, pulkan, kang dadya tatunggul ipun, yang menjadi pemukannya, wasta Dyah Mayangsekar, bernama dyah Mayangsekar, langkungayu, sangat cantik, milaka garweng sang Prabhu, sebagai permaisuri sang Prabu, matura ring raja nira, bersembah sujud kepada rajanya, hestu kangputraneng riki. sebab putranya ada di sini.
18. Kepada Raja Sri Mahadibya, ^ra istri raja detya dikum-
19. Dan kemudian mempersilakan, Sri Narendra masuk ke istana,
olehmu yang datang itu, dari raja yang berperang, terutama menteri, /98b/ Batik Madrin namanya,
datang mencari putranya, perang dahsyat yang didatanginya. 20. Oleh karena tidak tahu.
19. Lawan nuli aturana, Sri Narendra umanjing ring nagari, denta kang prapta puniku, sakaprabhoningyudha, nufyamantri, I98bl Batik Madrin wastan ipun, prapta nirarsa manaka, yudha gong kang andatengi.
20. Safdng dening katambetan.
215
lalu abdinya disunih menanyai terlebih dahulu, oleh karena sekarang dia sudah keluar, bila berasal dari leluhur Narendra, nah, tentulah, Saudara satu keturunan,
katakan kepada ki patih, Demang Pabeyan kembali.
marma kula kinen tanya rumihin,
reh ne mangking sampunta metu,
yen maring sepuh Narendra, lah ta sampun, Id sanak kula sawangsal, umaturing kipatih, Demang Pabeyan kubalik,
21. Wasprapta ing arsa nira, 21. Setelah tiba di hadapan beliau, Patih Batik Madrin atur udani, Patih Batik Madrin diberitahukan, perihal musuh yang datang, sesungguhnya beliau raja, di Sokasari namanya Sakti Sura, ayah Dyah Mayangsekar, Putri Sri Sudepti.
22. Ketika abdinya sudah, memberitahukan lari masuk ke
istana. Batik Madrin lalu berkata,
Demang kamu teruskan, ke istana, kamu memberitahukan,
kepada adik Wijanarka, memberitahukan supaya sadar.
dene musuh ikang rawuh, yakten ipun narendra,
ring Soka rumambe sakti sura, kang rama Dyah Mayangsekar, dagitajeng Sri Sudepti. 22. Duk wawu sampun kawula, ken ngaturin laju tumameng nagari. Batik Madrin suka muwus,
Demang sira banjura, maring praja, sira ngaturana wruh, maring yayi Wijanarka, angaturdna hudani.
23. Ring gusti Sri Mahadibya, lamun ikang rama Dyah Mayangsari, /99a/ Sangat mengharapkan bertemu. I99al prapta arsa panggi Ian sunu, dengan putra, ingsun irit maring praja, aku iringi ke istana, manawa sri naradipa arsa barangkali Sri Naradipa metuk. berkenan menjemput,
23. Kepada paduka Sri Mahadibya, bila ayah Dyah Mayangsari,
216
wisata Demang Pabeyan,
Demang Pabeyan senang, Sri Saktisura dipuji
24. Oleh bala tentara yang ada di baiai peristirahatan, semuanya duduk rapi besrkata
Sri Saktisura siniwi.
24. Ring wadwaneng sasangrahan, prameya twnandak matur
lemah lembut,
wotsari,
Patik Brang memberitahukan,
patik brang ngaturin wruh,
ada Menteri Malawa,
wonten mantri Malawa,
melakukan perjalanan,
amarik lampah, paduka pukulun, sung warti hestu putranta, kagarweng Sri Naradipa.
Tuan Panduka,
mendengar berita putranya telah diperistri oleh Sri Naradipa.
25. Sejak dahulu putra Tuan Paduka, 25. Ring nguni putra paduka, dikuasai oleh raja yaksa di negeri, Simbar Manyura namanya, Maharaja Pancatnyana,
memeranginya, di Malawa melakukan peperangan,
para istrinya diajak, sang Raja Raksasa kalah. 26. Bala tentara detya tewas,
sang Raja Raksasa ditawan
winengku ring yaksendra i nagari, Simbar Manyurajajuluk, Maharaja Pancatnyana, lumuruga, ring Malawa arsa mangun
pupuh, pragarwanira winawa, . kasor sang raksasa aji. 26. Tumpas wadwa nira detya, siwayendra katawaningajurit
dalam peperangan, /99b/ sekarang utusan menjemput,
I99bl mangke kang dinuta metuk,
k6pada Tuan Paduka Narendra,
Tmgpaduka narendra,
kyana patih, Batik Madrin namanya,
kyana patih. Batik Madrin wastan ipun, suka sang natha ngancUka, pangarep budal na aglis.
senang sang Raja berkata, supaya segera pulang. 27. Aku segera akan menemui,
27. Ingsun age arsa panggiha,
217
dan sang Raja gemuruh suara
Ian sang natha gumuruh swaraneng
barisan,
baris,
sang Raja menunggangi gajah, pekikan bersahutan,
nitih dipongga sang prabhu, pekik ale tinilar,
teriak bala tentara,
amung wadwa,
pangawal di depan, sangat rapi seperti ditata, telah bertemu dengan Batik
samagersari tinata,
Madrin.
Madrin.
28. Segera dipersilakan, sang Raja masuk, barisan dipercepat, tak henti-hentinya maju,
upacara haneng hayun, was cunduk Ian Batik
28. Rinakasana ingaturan, manjing prabhu,
pinelak kang baris,
masuk ke dalam kota,
tan mawirayan lumaju, tumamengjroning kuta,
adapun sang Wijanarka sudah
kuneng Wijanarka wus katurin
diberitahukan,
rin wruh,
bila ayah Mayangsekar,
yan kang rama Mayangsekar, prapta arsa panggih Ian siwi.
hendak ditemui dan di-
junjung. 29. Paduka Sri Mahadibya keluar,
tentara menyambut penuh
29. Miyosjeng Sri Mahadibya, maglaran wadwa penuh
hormat,
sumiwi,
pangalasan telah diperitahkan,
pangalasan wus tinuduh,
/100a/ supaya cepat-cepat
llOOal ngenggalaken ikang
datang,
prapta,
Raja Bojanagara dan sang Prabhu,
nathe Bojanagara lawan sang prabhu, rmg Kretanagari ingaturan, manungsung natha kang praptL
di Kretanagari dilaporkan, menyambut raja yang datang.
30. Sri Raja dan permaisuri berangkat.
30. Sri natha kalih dyan budal.
218
berjumpa,
carakendra wawu ikang tinuding, ngenggal lampah wuspangguh,
dengaa Madrin telah diceritakan,
Ian Madrin wus winarthan,
orang turunan,
wawangtedak, sakti sura sanga prabhu, sakeng dipongga lumampah,
abdi raja baru ditunjuk. mempercepat Jalannya telah
gagah perkasa sang Prabhu, berangkat dengan menunggangi gajah, dielu-elukan keduanya di Waringin,
31.Di hadapan sang Sri Mahadibya, bertemu dengan raksasa sakti terpesona melihatnya, akan ketampanan sang Prabu, Angling Dharmabagaikan sang
plnetuk ring waringin kalih.
31. Ringjeng sang Sri Mahadibya, cunduk sakti sura cengeng ninghalin, ring pekikira sang prabhu. Angling Dharma Iwir Partha,
Parta,
yang mulia digandeng
tangan beliau sang Raja, diajak ke balai penghadapan, semuanya duduk rapi di kursi. 32. Berjejer raja berempat, Patih Wijanarka sudah melaporkan, istana sang Prabhu, Sakti Sura beserta pengiring, dijamu. /100b/ hidangan sang Prabhu,
Sri Manganti dihiasi, para istri disuruh keluar. 33. Permaisuri ketiga datang, Mayangsari melihat,
pada ayah segera berkata,
kyankinanti, asta nira sang prabhu,
pinarekingpaglaran, samya pratista ing kursi. 32. Ajajarnatha sakawan, Patih Wijanarka sampun mawosin,
pakuwonira sang prabhu, sakti sura sawadwa,
ingaturan.
llOObI bhojana sang aprabhu, Sri Manganti bhinusanan,
pragarwa ngandikan mijil. 33. Prameswari katriprapta, Mayangsari ninghalin, ring rama asru amuwus.
219
bersembah sujud mohon ampun, hamba bertemu dengan Tuan
digunangkemapadha limpuna, hamba panggih Ian pukulan,
Paduka,
sang Raja memekul tangan,
sang natha amekul tongga, adhuh putran ingsun nini.
aduh, putraku ibu.
34. Tidak berbeda denganku, bagaikan mimpi bertemu
34. Tan bheda lawan ingwang, kaya ngipi temu lan sira
denganmu sekarang,
beliau hilang di tengah malam, wajahnya tidak jelas, tuan muda,
mengisak-isak berkata haius,
kejadian dulu kini dan yang kelak, Baginda Raja terpesona. 35. Suka hatiku yang hendak
mangkm, murca nira tengah dalu, tan karwan kang mawa, ikang putra, mingsek-mingsekalon matur, ringpurwa madhya wusana, angun-ngun sri naradipa.
35.1pah ikang ingsun walesna,
dibalaskan,
kepada putra Raja Malawapati, benar-benar patuh tiada lepas,
jikalau sudi mengaku ayah.
1.
mating anakprabhu ring Malawapati, tan alyan mung satya tuhu, yen sudi ngaku bapa. Angling Dharma tumungkul
Angling Dharma menunduk dan menyampaikan daulat, tuan putri Bojanagara,
putri ring Bojanagara,
/101a/ menoleh sambil tersenyum.
n^i anoleh sasemita mijil.
Pupuh M^il
PupuhMuil
Yang lainnya bergantian datang
matur anuhun,
1. Sasawosan selur sakingpuri,
dari dalam puri,
diterima oleh para remaja, tampak pada berbahagia,
tanampenprasinom, sri kawuryan mane kawarnane.
220
bersantap di balai Sri Manganti, di luar istana ribut bersuka ria^
2.
Suara genderang bertalu-talu memekik telinga, para abdi penuh sesak, rakyat dan prajurit semuanya berada di luar istana,'
diberikan santapan oleh kedua patih, tidak terbilang para gustl, ' semuanya bersenang-senang. 3.
Para raja bubar ketiganya, semua menuju istana masing-
abhujonahanengSri Manganti, suka-suka ngenting ring jawi gumuruh. 2. Humyang ikang bredongga ngararangin, angsak enggon-enggon, wadwa bala kang haneng jawi kabeh, bhinojana ring patih kakalih,
tan pake Ian gusti, santya sukan ipun.
3. Alwaran para natha katri, samya amakuwon,
masiiig.
4.
Angling Dharma mengundurkan
Angling Dharma kundur ring
diri ke istananya,
purane,
demikian pula ketiga permaisuri,
tan sah ikang prameswari
tidak diceritakan lamanya,
katri, tan kawama lamine,
beliau Baginda Raja.
nira sanga prabhu.
Sakti pemberani bertahta di Malawapati, kerabat para raja,
ketiganya kembali ke negerinya
4. Sakti sura haneng Malawapati, samana sang katong,
katri samya maluyeng prajane,
masing-masing, mohon diri ikut masuk ke dalam istana,
/iMb? Raja Angling Dharma,
sangat bermurah hati.
5. Ketiga permaisuri mengangkat
atur pamit sareng manjing purh
llOlbl sang Angling Dharmaji, kalangkung anuhun.
5. Prameswari katigangatur
221
sembah,
6.
bhakti,
kepada Baginda Raja,
ring rama sang katong,
semua pergi ke tempatnya masing-masing, tuan muda memang pandai menjadi suaminya, istriku kembali, mengatakan perihalnya bermadu,
sama tilar weling dewe-dewe,
Berumah tangga melenyapkan
rikangputra den bisa alaki, niniingsun malihj den aturmamaru.
6. Pomahajanasalayengkapti,
segala angan-angan, ketiganya masih muda
ketiga putri maya itu diper-
katri awotsinom, putri katri sandi kahature,
sembahkan, tiba-tiba muncul dari dalam istana,
risaksana mijilsakingpuri,
setelah selesai berbicara,
wadya wussumaji, pareng budalipun.
lalu ikut bersamanya pulang.
Tuan muda beserta para menteri,
7. Raden kalih lawan para
tampak muda-muda dan tampan, melangkah mengiringi Sri
santon anom-anom,
Baginda,
rajeng,
sudah tiba di luair benteng,
praptengjawi kutd sampun
mantn,
umiringing tindakeyang
sand,
dikurniai persembahan,
dinawuhan bali,
oleh kakek Baginda Raja. 8.
Baginda berdua kembali pulang ke istananya, kedua neneknya,
menyaksikan leluhumya,
ring eyangsang prabhiL 8.
Budal mating praja raden kalih, eyangiraMro,
/102a/ setelah kembali dari
noleh-noleh tontona wayahe, IIO^I wus waluya ring
Malawapati,
Malawapati,
222
gemah ring nagari,
negerinya makmur, seperti sedia kala.
Baginda raja betsikap adil
kadiduk rumuhun.
9. Ajeg adilira sri bhiq>ati,
dan bijaksana,
sangat sayang kepada rakyat, rakyat kecil diberikan berkah,
paramartha ring wong, hang wadwalit dinan
kemegahan istananya mengungguli,
kabehingngreh, kaluhuraning kralon ngungkulin,
gunung-gunung,
ikang dingin-dingin,
banyak negara lain sujud.
keh nagari suyut.
10. Di Pulau Jawa tidak ada
10. NusaJawa tanana nyiringin,
yang menyamai, panjenengan katong,
ketahtaan baginda, amat sakti ahli perang,
dibya sakti ampuhing yudhane, Angling Dharma ring
Angling Dharma di negeri disembah oleh,
Malawapati, fdneringan dening,
para raja.
para ratu-ratu.
Malawapati,
11.
Di Bojanagara dan Kretanagara, ketiga raja itu,
11. Ring Bojanagara Kretanagari,
sakti pemberani menjadi pelindung
katiga sang katong,
sakti sura ring soka rumambe,
kesusahan,
apalagi dalam hal membersihkan
nadyan mara sepuh cipteng
hati dan pikiran,
galih,
semua orang seperti mengabdi
kadi samya ngabdi,
(takluk) kepada si menantu.
dumateng kang mantu.
12. Raja Angling Dharma telah
12. Raja Angling Dharma wus
lama,
lami,
bertahta di istana, setelah membersihkan rambut
jenengira katong, wus asepuh rema katah
223
13.
yang sudah banyak memutih, berkumpul para kerabat Baginda Raja, /102b/ seraya dihadap,
llOZbl umyos tinangkil,
berada di atas tanah yang tinggi
munggweng siti luhur.
Dihadap di atas kursi bertatahkan emas,
13. Pinarekmg dadampang rinukmi,
ingayapprasinom,
para punggawa berderet,
aglaran para punggawa nder, para raja mwang para bhupati, radyan putra kalih,
kedua tuan muda,
menyamakan pendapat (sependapat)
Raden Angling Kusuma dan adiknya, Raden Danur Wedanom,
dan putra para raja agung, tampaknya baginda telah menyiapkan diri, menjadiraja, baginda akan dinobatkan. 15.
gumapuhtsamana sangaji.
dihadap para remaja, para raja dan bupati,
14.
pinge,
Kakak Angling Kusuma siap,
sumiring hayun.
14. Radyan Angling Kusuma mwang ari,
dyan Danur Wedanom, turputraningpara ratugdhe, lamun sira angger wusakrami, umadegaaji,
Id Raden kang sepuh. 15. KidciAngling Kusuma prayagi,
menggantikan tahta kerajaan,
sebab aku telah tua mempunyai
sumiUhkaprabhon, wusatwa ingsun magawan
beban bera^
bake,
karenanya adiknya diangkat
arenira dadya papatih,
menjadi patih,
16.
yangsangatsetia,
keringansayakti,
pemerintahannya sangat kokoh.
jengira kuhdt.
Sama sekali tidak ada penjahat yangberani.
16. Noranana parang muka want.
224
/103i7 kedua kakeknya,
sama-sama ikut menyerahkan kerajaan,
dan beliau sangat sujud kepada
I103al eyang nira karo, padha pareng asrah kratona,
tur sumuyut maring sira kaki,
kakel^ya, memerintahkan punggawa,
anggepehang gusti,
tuah muda berkata.
atmaja imatur.
17. Semua menyembah segala yang ada di bumi,
17. Samya nembah konjeming Prathiwi,
Baginda Raja terlimpa duka, bertihgkah laku tanpa betsuka
nuhun duka katong,
cita,
akrama asawiyah-wiyah,
tidak ada gunanya aku berlamalama,
sebab rakyat tidak menginginkan, jikalau tidak karenanya.
boten saged hulun anglamahin, ■ kawula tan apti, kalamaun tan antuk.
18. Pancaran sinar tuan putri mencerminkan keluhuran budi,
18. Jotining dyah kang susileng budhi,
paham akan hakikat kewanitaan,
wruh jotining wadon,
mempunyai kebijaksanaan yang
kangjannuka pidhak sadedege,
tinggi,
sejak janin tidak ada yang
ikang kuba reka ta madamin,
menyamai,
dipingit oleh para emban, yang menggemakan keharuman. 19. Para abdi yang setia mengasuh, bertingkah laku mulia, setia akan kesungguhan
kang carana pingit, ikang hanawang rum.
19. Pamicara sidhyan tumuwuhin, seta susila mong,
satya tuhu mara ring prayane,
jhatinya,
jika tidak karena berwajah
yen tan antuk makanten estri,
wanita,
rakyat tidak akan senang,
kawula tan apti,
225
akan ketampanan dan kebujang-
leng hujanga hulm.
anku.
20. Pikiran Baginda Raja gusar, /103b/ ingin mengundurkan diri
20. Hemeng ring twossang sri
dari jabatan,
narapati, I103bl kondur angadoton,
para patih yang sedang di
patih ingandikan ringpurane,
rumahnya,
semuanya diundang dan para pembesar kerajaan, dan para adipati, berkumpul di tengah malam.
21. Di balai persidangan mengitari
dawuhana sagunging bhipati, miwah para aji, sakosa ing dalu,
21. Maringsuyasa kaputran agni,
api,
memperbincangkan masalah, tentang pernikahan putra raja, yang menimbuikan sakit hati,
ngrobana wirawos, maring raja putra sakarone, gagringing twas anggaliha
patih merasa berat,
krami, patih awotsari, bmengser ring hayun
merasa sesak di hati.
22. Segera berkata menyahuti Baginda Raja, lekas ditanyakan, perihal permasalahan itu, silih berganti menanyakan,
tuan muda tidak pergi, tampak sedih merengut. 23. Akhimya semua kalah
22. Gya ngalwaraken timbala nrepati, saksana tinakon,
dening ikang pratiwane, ganti-ganti nggennya angaturin, raden tan agingsir, malare semu rengu. 23. Dadya sami ajrih angaturin,
menasihati,
para raja itu, menghabiskan segala upaya kerabatnya.
ikangpara katong, anlasaken udaya rekane,
226
diceritakan sudah lewat
kacarita kongsi tigang sasUi,
tiga bulan, baginda dikukuhkan, bijaksana kepada putra-putranya.
wingguha nrepati, pragnyana ing sunu.
24. Akan putta yang(elah menginjak 24. Dening putra was diwasa nganting,
dewasa,
/104a/ keduanya muda dan tampan,
I104al karo bogus anom,
belum mempunyai istri
dereng mawikrama sakarone,
keduanya, menimbulkan kenistaan yang
dadya kingis nistaning
amat dalam bagi baginda, layu tanpa kemenangan, olehnya menurunkan putra.
lingsem tan patitlh,
25. Itulah yang menjadi sumber kesusahan,
' seraya baginda raja,
mengundang para raja adipati dan sesamanya,
nrepati, de nira ngreh sunu.
25. Sakingpun teka byataning wingit, umyossang katong,
para raja dipati samande,
para punggawa para abdi dan
prapunggawa mwang nayaka
menteri,
mantri,
para ksatriya dan prajurit,
satriya prajurit, ngabehin tumenggung.
dan para tumen^ung.
26. Demang Arya Rongga dan para
26. DemangArya Rongga tonda
menteri,
mantn,
para kerabat sekalian, yang berpakaian kebesaran,
para santana byor,
para raja berderet, dihadap para abdi, tanipak seperti Dewa Asmara
maglaran sang srinarapati, ingayap pramanis,
ne kawama sari bhusanane,
lir asmara nurun.
turun ke bumi. 27. Didekati oleh tahtaan emas
yangpanjang,
27. Pinareking dirgha sona rukmi,
227
tanipak orang-orang seperti
adedeppunangwong,
bersinar,
seperti pucatnya salju wajahnya
kadya kohceming fdsma
takut melihat kemarahan sang
jrih mtyatdtMningnrepati,
mukanCi
Raja, matanya bersinar merah,
melangkah berderap gemuruh.
jajabarignetraitidik, lumaku kaniutug.
28. Berteriak berkata menjerit
28. Sru tnakantar ngandikdsang m /lOdblihsdeuneprakatong. putran ingsun raden pakarone, apa kesanggupanmu akan hal itu, apa hana sanggupe kawijil,
Baginda Raja, /104b/ wahai, para raja besar, anakku akan menikah,
setuju dengan pemikahannya, berkatalah yang sebenarnya. 29. Patih Balik Madrin bersembah sujud,
hamba ikut berduka dan para
arsa mawikrami, matura satuhu.
29. Maturnenibah Patih Batik Madrin,
nuhun duka katongpara raja
raja semua,
nlasaken ature,
putra paduka yang tidak ada menimbulkan kesusahan,
putra datembaian mawigigrig,
beiiau hanya membahagiakan
sang sri-sri narapati,
para raja,
berkata terperosok.
30. Tidak seperti ayahnya serambut pun tidak mirip, ketika hamba masih muda,
gagah perkasa dan segar bugar, jikaiau hamba melihat pipi yangkuning,
lewat ke belakang, cepat mengerudungkan selendang.
ngandika ingkaiebu.
30 Tan lir bapa rarambut tan mirip, ingsun duk masih anom, anyatriya sdenge babeger,
lamun ingsun muiatpipi kuning, mentasden pungkurin,
dgekudimgambung.
228
31. Dangu tan pahanglmg sri bhupati, wibhuhing twos kepon, tentram dalam hati lalu bingung, arsa duka ring para rajane, dan marah kepada semua rakyat, jrih sisi kuning dewalinwih, ^kut akan pipi kuning yang
31. Dahulu baginda tak tertandingi.
dimuliakan para dewa,
marah kepada leluhur, betapa besar berkahnya.
32. Menjadi marah ketika permaisuri datang, /105a/ mengalahkan para emban,
hai, Suwanda cepat ambil
daduka ring siwi, kabyaktan sih ipun.
32. Arsa duka datengprameswari, /105a/ ajrih mbok cineton, eh Suwonda timbali age,
alih,
yang menahan derita asmara,
putrang ingsun karo arsa landing, lengser awotsari,
Suwonda berangkat.
Suwonda lumaku.
kedua putraku ingin bertanding,
33. Tiba-tiba sudah sampai di keputren,
bertemu dengan para abdi, disampaikan kepada Raden
1.
33. Tan antara ring kaputren prapti, caraka wuspanggoh, mating Raden Dyanan
Dyanan,
dawuhake,
dilanjutkan kepada yang sedang
timbalanya ring sang
menyucikan cinta, keduanya tampak maya, scbagai tindak derita asmara.
misudheng sih, sandi kadya kalih, tindakasmareng kung.
Puf»iih Smarandana
Pupuh Smarandana
Telah tiba di balai persidangan,
para menteri penuh sesak, wajahnya seperti Dewa Asmara,
1. Ring paglaran wusprapti, myak para mentri seba, Iwir Hydng Smara cUrane,
229
rambutnya terurai diterpa angin, bibimya menghitam tanpa pemah makan sirih, pertanda menderita asmara, mengenakan kain sutra tanpa riris. 2.
Tiba di hadapan sang ayah, kedua tuan muda memper-
rema mawur kapawanan, wenes lad tan muncang,
pratonda sungkawehg kalbu, wastra limgsi tangsdlaras. 2. Praptang arsani ramaji, raden kalih awot sekar,
sembahkan bunga,
mencium kaki Baginda Raja, wajah Baginda Raja menjadi
ngaraspada nira katong, tigangpandurat tanapa,
pucat,
setelah melihat putranya, /105b/ lalu Baginda Raja bersabda,
keduanya sudah pada dewasa.
3.
Sudah saatnya untuk berumah
was mulat ring putra, 1105b/pwara ngandika prabhu, karo waspadha diwasa,
3. Sedenge mawyakrami,
tangga,
aku ini sudah tua,
jika kalian sudah bemiat, jelek orang yang tidak menuruti perintah, telah dipersiapkan dengan baik pekerjaannya, setelah masanya tenggelam, engkaulah yang menggantikan. Tahta kerajaanku ini, aku ingin pergi bertapa, bertapa di Jimba Yagrong, akan memakan apa sajalah, jika telah berhasil,
ingsm Ud wus atwa, yanta mmgguh asrengenge, wayang sang ngandaping arsa, waslungsebarang karya,
acepak misane surup, kaki sira gumantya.
masih bisa karena masih ada
Panjenengan ingsm aji, ingsm arsa amagawan, atapa ringJimbah Yagrong, ananedha ingjwata, yenana luputira, mwah yan nemu pakewuh, mumpung maksihjenenging
dirimu.
wwang.
dan kalau menemukan kesulitan,
230
5.
Terimalah dalam hati ke-
inginanku ini, dan lekas dilaksanakan,
kedua putranya menunduk, menyetujui tanpa berani
5. Munggah karsan ingsun Vd, kaya age kalakona, kaputra tur kapranathane, anuhm du alangghana,
durhaka,
menggantikan paduka, meneruskan suara masyarakat, disebut sebagai pemegang bangsa (pemimpin). 6.
similihing paduka, medhah ucapiprajagung, winasta anggege mongsa.
Ayahnya berkata lagi, 6. Kang rama ngandika malih, /106a/ jika durhaka kepada I106al ya langghana ring kewajiban, sudharma, tidak akan langgeng dalam tan raharja rijenenge, pemerintahan, tuan muda berkata dengan patuh, raden matur tan langgana, menggantikan menjadi raja, gumanti madeg natha, jika paduka telah mengundurkan yen paduka sampun surut, diri,
pada saat ini hamba belum
ring mangke dereng sembada.
mampu.
7.
Apalagi menjadi raja, jika telah seperti paduka, dalam menemui kesulitan,
tidak merasa khawatir lagi,
jika mengobati(hamba)belum
7. Nadyan madega nrepati, yen sampun mirip paduka, amanggiha prakarewoh, tan kewraning rah linakyan, yen anamba dereng dibya,
mampu,
tentu akan menemui kesulitan
manggih pakewuh datan wus,
yang tiada hentinya, pekerjaan berat bagi diri
karya duhkitaning driya.
sendiri.
8.
Jika tidak siap menjadi raja, akan membuat rakyat musnah,
8. Lamun tan sihit dadyaji,
akarya Ungsemingpraja,
231
jika hamba menjadi raja, pikiran hamba masih sangat
yen hulun madega katong, ring twos teksih dahat
muda,
muda,
tidak paham akan peraturan,
tangeh na rmg lukita, sayakti asasar susur, tupangsulpatrapingpraja.
sungguh akan menjadi berantakan, mengacaukan ketertiban masyarakat.
Hati para menteri menjadi susah, 9, Susah twasing para mantri, Baginda Raja berpikir dalam hati, sang natha micareng driya, benar yang dikatakan anakku, bener Id putra ature, /lQ6b/ Adipati Wijanarka, berkata kepada raja muda,
I106bl Adipati Wijanarka, matur ring raja putra,
daulat tuan muda sebaiknya
dhuh angger giti nurut,
menuruti,
keinginan ayah paduka.
10. Para punggawa akan siap
karsajeng rama paduka.
10. Punggawa samya punagi,
-mendampingi,
jika tuan muda menjadi raja, jikalau ada musuh datang, hamba akan menanggulangi,
lamun wonten musuh rawuh, kawula ikang nanggulang,
berupaya menjaga kesejahteraan
mamrih hayuningpraja,
yen angger madeg narendra,
rakyat,
sang Raja Putra berkata, paman melecehkan raja.
ngandika sang raja sunu, paman nistaning narendra.
11. Jika disesuaikan dengan undang- 11. Yen anut atur ring dasih, undang,
itu disebut raja tanpa nalar, sama sekali tidak merasa malu,
cepat dijadikan korban perang, raja tersenyum dalam hati, tuan muda dituntun, Raden Danur Weda berkata.
yeku ratu tanpanalar, datan kerengantenenge, senggal binabotingaprang, natha meseming driya, putra kang anom tinantum, matur rahadyan Danur Weda.
232
12. Menurut pendapat umum
12. Medhah neaping nagari,
(masyarakat), disebut sama sekali tidak
mempunyai perasaan, walaupun dibersihkan, tidak bersalin tingkah, akan berjalan dengan penuh betas kasitian, anak muda yang beracun, disebutkan oleh orang banyak,
penobatan seorang raja yang bengis.
13. Hamba berani mengliadapi,
sinebut datan pangrasa,
kadang sepuh lamun maseh, alampah kawlas arsa, kang anom suka wisya, sinebuting wadwa agung,
panjenengan ratu murka.
13. Purun kawula amukti,
/107a/jika beisama-sama
Jf OTatyen sareng lawan
kakanda,
kakang mas, nadyan manggihang papane, sampun sah Ian kadang twa,
walaupun menemui penderitaan, asal tidak berpisati dengan saudara tua,
meskipun sampai menemui
nadyan pejah gesenga,
kematian, menuruti keliendak kerabat,
tumuturi kadang sepuh,
itu merupakan persembalian.
punika'dununging sembah.
14. Hati Baginda Raja menjadi
14. Brahmita twasira aji,
gembira, lalu berkata lembut,
silakan mencari istri masingmasing,
putri di Pulau Jawa ini, wajatmya cantik-cantik, dan para putri di negeri
pwara aris ngandika, lah padha rabya bake, putri ring nusa Jawa, wama nira ayu-ayu, niwah para putri sabrang.
seberang^
15. Semua merupakan gadis-gadis mulia,
15. Kobe padha putriadi.
233
di selurah Ambon Sumbawa, Makasar Bugis Temate, Banjarmasin Sokadana, Tatar dan Palembang, Buni Bima Bali Bandung, Lampung dan Tulang Bawang.
16. Bangka Hulu dan Mretani,
Siam,Pahang,Siak, Campa, Riau, Trangana, dan Plaher, /107b/ Batak dan Sumatra,
Malaka dan Kamboja, gadisnya cantik-cantik,
siiakan tuan muda memitihnya. 17. Sarwaka dan Sarwiti,
Hendra Jinima Gajendra, dan Seladang Pudak, Ngawulangit dan Maldawa, di Hulu Sacabona, Parang Gumiwang dan Butuk, serta putri dari Malawa. 18. Apa yang menjadi ganjalan
saktoka Ambon Sambawa, Makasar Bugis Temate, Banjarmasin Sokadana, Tatar lawan Palembang, BuniBhima BaliBandung, Nglampung lawan Tulang Bawang. 16. Bangka Hulu Ian Mretani, Syam PahangSyak Campa, Ngriyo Tranggana lan Plaher, I107bl Batak dan Sumatra, Malaka Ian Samboja, putrine padha ayu-ayu, payo angger pilihana. 17. Sarwaka lawan Sarwiti,
Hendra Jinima Gajendra, miwahpudhaksategale, Ngawulangit Ian Maldawa, ring Ulu Sacabona, Parang Gumiwang Ian Butuk, miwah putri ring Malawa. 18. Apa kang winalang ati,
hati,
prajurit semuanya berjaya, sebagai keturunan raja yang bijak, dan tampan tiada menyamai, mempunyai sekutu, kurang lebih empat puluhan, amat sanga baiknya. 19. Menjadi tempat berkasihkasihan para ksatria utama,
satriya digjayeng rana, putraning ratu kinowot, tur bogus tan pasasoma, apadmi ya sakawan, hana Iwira petang puluh, angrukaparalwihnya. 19. Pacangkraman satriyadi.
234
ya wong ngmgrum wanodya,
bag!orang yang mendambakan keindahan,
witing suka iku raden,
amat menyenangkan semua itu paduka,
banyak orang mengirimkan
amung wong ngangudang
surat,
patra, marmane akrama, Rahaden nembah umatur,
mengajak berumah tangga, Raden berkata sambil menyembah, hamba tidak ingin menikah. 20. Jika tidak dengan gadis yang mulia,
//108a/ yang terkenal di seluruh
kawula tan arsa krama.
20 Yen tan antuk putri adi, llOSal ikang kalebet saloka,
dunia,
yang dianggap seperti rembulan,
yang penuh dengan perhiasan, yang menyamai boneka cantik, yang sedikit bersuara halus, yang merupakan keturunan orang bijak.
21. Yang cekatan dan terampil, seperti teratai tumbuh di
ikang sasih anggape, ikang akaba carana,
ikang madan ikang reka, ikang nista rinawang rum, ikangjanmika pidaksa.
21. Ikang acetis wiri, Iwir tunjimg tuwuh ring
atas batu,
sela,
yang paham akan kepujanggaan, jika tidak seperti yang
kang tema prameng kawine,
demikian, hamba tidak sudi menikah,
mangkana, hulun tan arsa akrama,
Baginda Raja tersipu dan
mesem ngandika sang prabhu,
yen tan angsal kang
berkata,
masuklah ke dalam istana.
inya manjing ka jro pura.
22. Sampaikan kepada permaisuri, para tuan muda yang gagah,
22.Matura ringprameswari, paraputrang kangprayoga,
sebab semuanya berbusana, semua orang senang melihatnya,
^>an pe'hesana kabeh, mademen padha tininghalan.
235
kepada putra-putraku, yang dikatakan telah dewasa, dengan tenang memasuki istana.
ya maringputraningngwang, kang Uningcmawotsantun wisata manjingjro pura.
23. Diberitahukaasegalaarahan, sebagai pengganti sang Raja,
23. Andawuhaken ring sapadmi, timbala nira sang natha, ajaran pemerintahan diberikan, katra sandi kahatura, /108b/semua gadis, /108b/kang para putri sadaya, berkata manis, ngandUcapinahesan, diberikan pakaian dan selendang, bhinusanana sasampur, seiuruhnya ditebari intan pramupan rinaja ratna. permata,
24. Para putri dari Jong Biraji, dari Boja Pundak Sategal, Hendara Jinilan Jong Plaher, Magajendra dan Sawongga,. Sarwiti Tulang Bawang, Dayang Syak Syam Lampung, Ngenur dan Satyabhoma.
24. Putrisa/dng Jong Biraji, ring Bhoja Pudhak Sategal, ngendrajinilanjong plaher, magajendra lanSawongga, Sarwiti Tulang Bawang, Dayak SyakSyam Lampung,
mwang ngenur Ian Satya bhoma.
25. Dan Ngawulangit, - Matani Parang Gumiwang, Trengganu Malaka Riau, semua gadis dari negeri seberang berkumpul, dan seiuruh kerabatnya,
tidak tertinggal putri Jawa, dijadikan kerabat senasib. 26. Putri Jawa Tunjung Puri, Wadarba Palasajur, Candipura Nusa Barong, Bataretna Lesanpura, Madura dan Kubina,
25. MiwahNgawu-awulangit, MataniParang Gumiwang, Trengganu Malaka Ngriyo, kumpulsamya putrisabrang,
pinatah prenahira, Ian putriJawa tan carub, kinarya sisi-sisihan.
26. PutriJawa Tunjung Puri, Wadarbha Palasajur, Candipura Nusa Barong, BhataretnaNgalesanpura, Madura Ian Kubina,
236
Trajutisna Socawindu, Mokdara Awanggapura. 27. Wirata Banjar Malati, /109a/ Campala dan Pawenang,
Purwongga Panataran, banyak putri Jawa, dengan pakakain yang mulia-
Trajutisna Socawindu, Mokdara kang Awanggapura. 27. Wirata Banjar Malati, /109a/ Campala Ian ing Pawnang, Purwongga Panataran,
kabeh padha putri Jawa, ngadi-adi bhusona,
mulia,
beraneka gaya dan motif, ada yang seperti pedang
amendara acacentung, asasampala babuntai
dan tombak.
28. Banyak disebutkan dalam surat, pakaian para gadis, disesuaikan dengan selera masing-masing, bercelumprik boman^ah, memakai gelangkana, memakai kalung, mengenakan cucuk pentul bergoyang.
28. Katah warnaneng tulis, bhusanane para kanya, sapantese dewek-dewek,
29. Memakai anting-anting indah seperti kilat,
29. Arja susumping ertatit,
memakai hiasan dahi bertatah
karawista rinaja ratna,
acalumprik bomanggah, jaja maglangkana, kelat bawu akakalung, amamentulsargoyang.
permata,
kalung dan gelang, berhias dengan susunan bunga, bercucuk dengan intan permata, berk<elap-kelip, seperti kilat menyambar.
30. Semuanya membawa simsim, intan nilai dan bini.
kelat bawu papinggele, sekar suhun pinakaja, acunduk nawaratna,
ting paluncar tmg palancur, Iwir kilat tatit gumebyar. 30. Sadayaimawa simsim inten nila Ian pangkaja,
237
timpetan timurutijo, mirah seta inten mtdya,
bergaris-gaiis wama hijau, mirah batu dan intan mulia, /109a/ seperti bintang beisinar, pennata mirah dan permata
I109bl Iwir lintang kaujwala, er tatit mirah Ian er embun,
biru, pennata kembang berwama-wami.
er kembang mawama-wama.
31. Raja birahi dijadikan corak, ada bapang(tutup dada) didekapkan, mefnakai subang bermata hijau, kancing dan disinari lampu, petak dan sanggul, dan ada subang dan umpak (corak batik) yang indah, menambah indahnya bapang yang dihias.
31. Natha brongta kang cinawi, hana bapang cinamiran,
32. Sinar matahari yang terang, menyinari busana yang
32.Srem ujwalining rawi, kasundarin ring bhusana
gemerlapan, tidak akan habisnya keindahan itu diceritakan, pakaian dan segala permata itu,
beraneka macam dan gemerlapan, disinari sinar berwarna-warni, berkelap-kelip saling mengerdip.
33. Dihembus oleh minyak kasturi, serasi dengan busananya, menunit selera masing-masing, ada yang memakai selendang
apasengkang ganggo ijo, tutup lawan urubing damar, seta lawansanghulan, hana sengkang band luhur, mucar-mucar mating kalencar.
abhra, tan wus ucapen rarase,
bhusana miwah sasotya, talwendah amredipta, sinawangpating palancur, mucar-mucar mating kalencar.
33. Sumregan dening kasturi, tiningkah bhusana nira, papantese dewek-dewek,
hana kang sampurpinra mas,
berserat emas,
bermotifgada membujuf^ belulang(kulit) dan bertongkat tiang.
kalorangadhariya, ceremen den tunggulkawung.
238
besar tioggi dan meruncing (berbentuk kerucut). 34. Sabuk dan rumbai-rumbai
salendang, llOa celupan kirap yang diberi prada, jingga putih dan kemerah-
dara gom gepung Ian modang.
34. Udaragalan kumitir,
110a cemeng kirappinradha, jingga maruta Ian rajeng,
meraban,
1.
bentuk pelindung yang di air dan bendungan, banyak kembang pudak, bunga gadung melati dan mayang mekar.
bangun tulak pinradha, sindur Ian jaga mongsa, akeh ikang kembang bakung, gadhung malati mayang
Pupuh Ginanti
Pupuh Ginanti
Kain panjangnya bercorak cinde ungu, dan yang lain memakai kain
panjang bercorak cinde hijau, dan yang lainnya bercorak
mekar.
1. Cinde ungu sinjang ipun, waneh sinjang cinde wilis,
sawaneh cindejalampra,
kebiru-biruan,
2.
bercorak cakar ayam dengan dasar warna hijau, canigara dan sabuk, ada pula kain panjang bercorak ragi Bali.
cakar ayam dasar wilis,
Bercorak tigaron dan kilat,
Tigaron kalawan guntur, hana sinjang gelang-galing,
ada pula kain panjang bercorak gelang, serasi dengan pakaian kebesaran, sennianya menyenangkan hati untuk memilihnya.
kanigara udaraga, hana sinjang ragi Bali.
pantes lawan paya wira, respati samipapilis,
239
tidak melelahkan seisi dunia,
keadaan istana di Malawapati. Sri Adini seorang gadis cantik, ibarat bidadari, permaisuri berkata,
kepada semua putri, jangan khawatir dalam hatimu, entah siapa saja yang dipilih. 4.
tan pahelanbadra loka, jro pura ring Malawapati SriAdiniputri ayu, ikang upama apsari, prameswari angandika, ring sakehepara putri aja dadi twasira, sapa-sapa kang pinilih.
Sudah pasti menjadi menantuku, 4. Pasti dadi mantun ingsun, JI lObl Ian ginanjar andrebenin, 7110b/dan diberikan kekuasaan untuk dimiliki, semua yang ada di istana ini,
di Darma Angrewati, sekalian putri menyembah, setelah dihadapkan kepada Baginda Raja. Semuanya telah menjadi
saisining dhalem pura, ring Dharma Angrewati putri sadaya manembah, wus katur ring sri bhupati
5. Yen kang paripuma sampun,
sempurna,
sekalian para putri itu, mundur Baginda Sri Mahadibya, kedua tuan muda mengiringi, tiga permaisuri menjemput, Mayangsari yang muda dan
samakta kang para putri kondur sang Sri Mahadibya, putrakakalihumiring, prameswari triamapag, Mayangsari anom pawarih.
cantik.
6.
Mahasini keduanya menarik
6. Mahasini kalih ngayun,
hati,
ketiganya menghadap raja, putri dari Bojanagara, dan putri Kretanagari, datang menemui raja tua, tidak meragukan lagi baktinya kepada suami.
katiga metuknrepati putri ring Bojanagara, Ian putri Kertanagari kongsi tumka ring twa, tan sudha bhaktiring laid.
240
7.
Salingcinta-mencintai
7. Sih siniyama mamaru;
bermadu,
bagaikan mempunyai satu
lir tunggal sang yayah bibi,
orang tua,
tidak ada yang bertentangan hati, berkata saling betas kasih, pantas ditiru oleh orang kebanyakan, dalam mengabdi kepada suami. 8.
L^lu Baginda Raja disong-song, /llla/kedua gadis memberikan liormat,
mencium kaki Baginda Raja,
Baginda Raja merasa kasitian melihatnya, waliai, dinda sampai tua, masih menunjuldcan rasa
tanana swaleng karsa, marline sadaya asih, pantes tiniru ing katah,
anggape switeng laki.
8. Sang natha nulya kapetuky llllalsang dyah kalih angabhakti, nungkeming pada narendra, sri natha awlas ninghalin, dhuh yayi wispadha twa, maksih abhakti ring laki.
hormat kepada suami. 9.
Dicium menangkis sanggul, biergantian mendesati, duhai, pujaanku, yang setia dan bakti kepada suami,
9. Ingaras atangkis.gelung, ginanti angariharih, dhuh mirah papujan ingwang, kang asih bhakti ring
Hendrawati senang,
laki, Hendrawati arsa,
diemban lalu berkata lembut.
ingemban umatur aris.
10. Para emban merasa malu,
melenyapkan rasa dukalai
10. Ajrih kawula mbok dawuh, pahe dukanemkuyayi,
dinda,
Baginda Raja berkata tersipu, aku alcan segera jatuh dinda,
orang tua kaya dan pandai, menantilcan dengan penuti kewaspadaan.
sang natha mesem ngandika, mongsa ingsun runtuh na yayi, wong twa sugih waweka; prayatna angati-atL
241
11. Setelah berada di bangsal yang luas, para istri mengapit, kedua tuan muda berkata,
setelah berada di depan lalu menghormat, Baginda Raja lalu berkata,
11. Wus lenggah bangsal ruhnagung, para garwa ngapit-apit, rahaden kalih ngcuuUka, praptengarsa
disahuti oleh para putri.
manganjali, sang natha arts ngandika, timbalan para putrL
12. Setelah tiba di hadapan Baginda Raja, /111b/ penuh sesak para putri pembesar, tertib dihadapan raja, terlihat cantik seperti
12. Wusprapta haneng arsa prabhu, HIlb!pepek sagung para putri, treping arsa narendra, asri tinon kadi apsari,
bidadari, raja berkata silakan pilih,
yang mana engkau suka. 13. Tergopoh-gopoh maju ke depan, kedua tuan muda menatapi, para putri sekalian, tidak ada yang disenangi, dirasakannya para putri, sekalian membawa ciri-ciri.
natha angling lah pilihana, endi kang sira senengin. 13. Mara haranang upuh,
raden kalih aninghalin, ringpara putri sadaya, tanana kang den senengin, pangrasa nira dyan putri, sadaya amawi ciri
14. Banyak yang cantik-cantik. 14. Akeh ikang padha ayu, cantik, tetapi kurang kuat, kang ayu kurangprakati, tidak kuat karena kurang tenaga, prakati kirang tanaga, kang tanaga tan respati, yang kuat, tetapi tidak menyenangkan hati, yang menyenangkan hati tidak kang respati tan pidaksa, langsing, yang langsing,tetapi kurang manis. kangpidaksa kirang manis.
242
15. Yang manis,tetapi kurang
15. Kong manis apan kirang
sopan santun,
ruruh,
yang sopan,tetapi kurang pandai, yang berilmu tinggi kurang
kang ruruh kirang lalungit, kang lungit kirangjatmika,
bijaksana,
yang bijaksana itu kurang ceti, yang mempunyai ceti kurang
kangjatmika kiran ceti,
kang ceti kirang pasaja,
bersungguh-sungguh,
yang bersungguh-sungguh
kang pasaja Idrang Undrih.
kurang bersih.
16. Yang bersih-bersih tidak beraut muka yang pantas, /112a/ yang bersemu kurang serasi,
yang serasi kurang hiasan, yang berhias kurang pantas, yang pantas kurang menarik hati, yang menarik hati kurang sabar.
17. Yang sabar tidak ada yang
16. Kang lindrih-lindrih tan semu,
I112dl kang semu kirang madani, kang madani idrang reka, kang reka kirang mantesin, kang mantesin tan wiraga, kang wiraga kirang wingit.
17. Kang wingit tanana wang
cantik,
rum,
yang berwajah cantik tidak
kang nawang rum tan cuwiri,
lembiit,
yang lembut kurang terkendali, yang terkendali seperti sapi, yang seperti sapi tanpa tingkah laku baik, yang bertingkah laku baik
kang cuwiri kirang kubha, kang kubha carand sapi, kang carana tan susela, kang susela kirang rungUi.
kurang lancap.
18. Aris ngandika sangprabhu, apana kang sira pilih, apanya yang engkau pilih, putra kalih matur nembah, kedua putra raja memberi hormat, tan wenten amba senengin, tidak ada yang hamba senangi, leheng taksih ya lalamban. cantik,tetapi tidak perawan.
18. Baginda Raja berkata sopan,
243
itulah yang menjadi ciri Jutama gadis
yen krama estri mawicirL
19. Pikiran raja menjadi susah, berkata kepada permaisuri, undanglah para putri, agar menggoda bergantian, ajaklah mereka ke tempat permandian, digilirlah putri itu.
19. Mohita twasing sang prabhu,
20. Berusaha supaya menarik hati,
20. NgungHh alantur ring lutut, den bisa padha ngalakonin,
dengan segala cara yang
ngandika ring prameswari, para putri dawuhana, anggagoda genti-genti, parekana ringpajungutan,
gilirana para putri.
bisa dilakukan,
memikat cinta kasih putra raja,
mamalat sihe fd putra,
/112b/diceritakan tujuh
I112bl kacarita pitung latri,
malam, kedua tuan muda berada di
dyan putra kalih haneng
istana,
pura,
digoda oleh para putri.
binancana para putrL
21. Ada yang memberikansirihbanim, 21. Ham asung ganten anon, ada yang bersanding sambil
hana nanding nyiwdl wantis,
mencubit,
ada yang mendesakkan payudara, tersenyum-senyum memikat
hana ndesekpayudara, mesem ngujiwat ngalap sih,
cinta,
tuan muda tanpa khawatir, hatinya tidak tergoda. 22. Malahan para putri itu yangbingung, bersedih karena cintanya
rahadyan sangsaya hewa, twasira tan kena gigrig.
22. Malah para putri huyung,
kingldng tan papadhaning
ditolak,
sih,
kepada tuan muda menjatuhkan hati.
ring rahadyan asru kasmaran,
244
mereka mundur malu dan menangis,
mmdur merangsamya nangis,
sekalian menghadap raja, menyampaikan kekesalannya.
sadaya mareking natha, ngaturaken ruditeng galih.
23. Bertambah sedih hati sang Raja,
disambut oleh kedua tuan muda, setelah tiba di hadapan
23. Twos wibhuh duka sang iprabhu,
tinimbalan putra kalih, prapta arsa sinabdan,
paduka disuruh memilih, pilihlah perintahku,
pilihen parentah mami,
menikah atau meninggalkan
krama lawan tilarpraja,
kedua tuan muda berkata satnbii memberi hormat.
matur sembah raden kalih.
24. Menyahut dengan penuh sopan, hamba tidak ingin menikah, lebih balk berpisah dengan paduka, /113a/ yang nyata tidak menaruh belas kasih, marah itu membuat sengsara,
24. Leheng mentara anglengut, tan arsa kawula kramiy
sayardha rengat narendra, /llSa/sakala nirsih maring sawi,
lalu mereka segera pergi.
dadu kamawisanghara, lah sira lungha aglis.
25. Aku tidak sudi mengaku,
25. Ingsun tan sudi angaku,
anak kepadanya karena dia, memang orang durhaka angkuh, lalu segera melempari,
anak ring sira wit dening, cekak budhi wangkalpunggal,
dengan kata-kata dan berjanji,
yan awetaka satmata, ingsun suduk ring wuluh gadhing.
aku menikam (diriku) dengan bambu gading. Pupuh Magatruh 1.
Sang Raden disuruh dan
ing nyawatakna aglis,
Pupuh Magatruh
1. Dyan rinonparaha den
245
diajak keluar, oleh para pennaisuri, diajak duduk di atas taoah yangtinggi, sekalian para gadis diembat,
disambut Baginda Raja. 2.
3.
kara sadaya Hnuncing, timbalanira sang katong.
Para punggawa berang dan menghadap, tetap halus, tidak henti-hentinya 'memperhatikan, kedua tuan muda yang diusir, pantang tanpa membawa rakyat, dan lagi diumumkan oleh sang Raja.
2. Merang punggawa kang samya nangkil,
Siapa yang menaruh belas
3. Sapa ikang wlas Hnebat kang langguh,
kasih akan dimusnahkan
tumahnya, para istri di dalam istana, /113b/ para punggawa menangis, takut akan larangan sang Raja, kedua tuan muda merasa berang.
4.
ginawametu, dening sagungpara nyai, kandenganeng sUi luhur,
Rakyat banyak yang memberikan makanan kepada
sada rum,
ajana marma ngulati,
dyan kalih ikang tinundung, pinacuh tan mawa dasih, Ian malih undanging katong.
di dalem kang parahestri, IllSblpunggawa sand kapiluh, ajrih pacefdng nrepati, ardha merang raden kdrd. 4. I wadwa keh sighra lumengser sang bagus,
tuan muda,
sepertinya tidak bisa .berjalan lagi,
kadya tan bisa lumaris,
wajahnya pucat dan rambutnya
caya anglelen jrih kusut,
kusut, menahan derita hati,
sepanjang jalan beraedih hati
datanetang lara pati, samarga wnirong dodot.
246
5.
Pasar menjadi ribut semua orang mendengar, akan penderitaan kedua
5. Pasar geger wadwa was samiangrungu, yen kadukan raden kalih,
tuan muda,
semuanya pada bersedih dan
sadaya santi angunngun,
kasihan,
6.
permaisuri Baginda Raja, para ksatria telah sepakat.
kanya ya sri bhupati, satriya kalih wus rawos.
Semua orang istana merasa
6. Ring daleme sami amicoreng
bersedih hati, akan kepergian tuan muda,
7.
8.
kalbu,
di siang hari banyak yang
yen ingsan lungha anis, ringring syang akeh kang
ikut,
melu,
akhimya kerajaan menjadi labil, lalu berkata peian.
dadi obahing nagari, wawang angandika alon.
Kepada para ceti injakinjaklah punggungku, pelan-pelanlah, semua harta kekayaanku, /114a/silakan bagi sampai
7. Maring para ceti ingsak pungkur ingsun, padha denta becikkari, sakeh raja brana ingsun,
Ulda)padha dome den
habis,
waradin,
jika ada kesalahanku.
lamun hana sisip ingong.
Aku mohon maaf dan
8. Angampura ingampura wong
memaafkan sesama,
tumuwuh,
itu merupakan kewajiban hidup, orang-orang pada mendengar, sekalian menangis, Raden Angling Kusuma
iku wajibeng ahurip, pawongan ikang angrungu, sadaya sami anangis, Rahadyan Angling Kusuma
kemudian.
alon.
Berkata kepada adiknya wahai adikku.
9. Angandika ring rai dhuh aren ingsun,
247
tetaplah engkau di istana,
jika paduka ayah
kariya haneng nagari, lamm kanjeng rama surut,
mengundurkan diri,
engkaulah yang akan bertahta, jangan khawatir denganku.
10. Aku bersedia mengabdi sampai lanjut usia, asal tidak sengsara dan mati, aku akan menjelajah hutan
sirajumemnga aji,
aja hvatir maringong. 10. Ingsm arsa dagang nyawang anyut umur,
asal tan lara pati,
ingsun anjajah ring wanagung,
belantara, aku berkelana kebetulan hari masih baik,
ingong lara mungpung mukti,
aku mati mumpung hidup.
palastra mungpung tumuwuh.
11. Engkau bertahtalah setulus
11. Sira yayi tulusa amadeg
hatimu,
ratu,
aku akan menjalani hidup
larane ingsun lakonin,
menderita,
adiknya merangkul kaki, katanya tampak menangis, /114b/ tidak kuasa menahan
kang rai angrangkulsuku, aturira he semu tangis, IJJ4bl tan keda tinamba kang
airmata
loh,
12. Wahai kakakku yang sangat
12. Dhuh kakang masaduna bijaksana
lihatkan sembah bakti
dununge sembah sayakti,
yangtulus,
menggantikan ayahnda prabu, hamba tidak berani lagi, ingin tahu mati terbakar.
13. Dalam segala perbuatan paduka,hamba minta kepada kakak,
sasilihe rama prabhu, kawula tan purun kari, pjah gesengarsawruh.
13. ring satindakpaduka hulun umatur kakang mas rawosmg galih,
248
agar diirtngi seribu
den iringa wadwa sewu,
►prajurit, tidak semua harus ikut aku,
tan sami kalawan mami,
jika kakak menemui kesulitan.
kalamun manggUt kewuh.
14. Di mana lagi aku mempertaruhkan jiwa, seandainya aku masih, di bumi ini menjadi raja,
14. Hanengparan kawula atalang lampus,
upami kawula kari, hanengpraja umadegprabhu,
aku merasa kasihan,
kawula kawlas asih,
kerabatku tidak akan mau
tan pangrawos tandan ingong.
berkata.
15. Beraneka macam wajah dan kata-kata rakyat,
para pengabdi raja, semuanya akan ribut, pasti menjadi musuh di /115a/ akibat kenistaan raja.
15. Mendah esemlngpraja pocapan ipun, para nayaka bhupati, mong sapuruna sumuyut,
pastipadha satru atl, IllSal kawawang nistaning katong.
16. Kepada rakyat juga menaruh belas kasih itu, sanak saudara tidak
diperhatikan, walaupun ayahnda prabu, telah mengasuh dengan penuh kepercayaan, ayahnda tergopoh-gopoh menimang 17. Duhai, adikku yang sangat
sayang kepadaku, mari kita sama-sama
16. Mating wadwa malih asih ya puniku, kadangsepuh tan tinolih,
nadyan kanjeng rama prabhu, mong sapracoya yakti, kang rama angrangkul gupuh.
17. Dhuh ari mas asih temen
mating ingsun, payopadha tilar nagari,
meninggalkan negeri, matahari telah terbenam,
kuladharagni wus surup,
249
anjing-anjing melolong mengerikan, burung merak dikira lampu
paradongga mmya ngrarangih, bada yaldnira pallor.
bersinar terang 18. Semua tertawa dan merasa senang,
orang-orang istana laki
18. Abadut dansamisukd manahipun,
wong kaputranjalu istri,
perempuan,
1.
Raden lolos di tengah malam, tidak ada rakyat yang berani mengutarakan, keluar melalui pintu barat.
Radyan lolos tengah dalu,
Pupuh Pai^kur
Pupuh Pangkur
Seperti ditolong dewa, tingkah laku kedua ksatria muda itu, tidak ada orang yang
mengetahui, karena asyik berjenaka, sinar bulan menerangi lembut /115b/ perjalanan berkelana, menyambut keutamaan hati, bersinarkan bintang dan bulan. 2.
Seperti anak panah yang lepas, kepergiannya telah sampai di luar kota,
amat cepat olehnya berjalan, di tepi negeri Malawa, besok paginya kerajaan ribut dilaporkan kepada raja,
wadwa tanana udani, medal babutulan kulon.
1. Kadya pinulunging deivo, tindakirawahusatriya kalih,
wadwa tanana kang wruh^
katungkul babadutan, majang sasi kang ants IllSbl amurang laku,
asongsong adining manah, asuluh lintang Ian sasUt.
2. kadya warastra lumepas, lampahira ringjawi kuta prapti, sinrung denya lumaku, kawinging ring Malawa,
enjang geger ring praja katur sang prabhu,
250
perituil raja putra hilang, Baginda Raja tercengang. 3.
Sama sekali tidak berkata,
tidak bisa berpikir kedua permaisuri itu,
4.
Umim raja putra musna, anjenger sri nqrapatL 3. Datan kena angandika, tan bisa sig prameswari
kehiiangan pikiran lama
kakalih, murcita dangu tan emut,
tidak ingat, ribut tangis orang-orang
humyang tangis sqjroning
jstana,
pura,
para punggawa ksatria semua ingin menyusul, sangat takut kepada sang Raja, laiu ditatap oleh sang Raja.
para punggawa satriya sami arsa nusul, dahat ajrih ring narendra,
Dihentikan kisah mengenai keadaan di istana,
diceritakan perjalanah
kawangwang andang nrepati. 4. Nengakna solah ringjro praja, kawarna lampahe raden kalih,
kedua tuan muda,
mendaki hutan dan gunung,
anrajang wana gunung,
sama sekali tidak
ndatan amanggih desa,
menemukan desa,
jika payah lalu tidur silih berganti, hanya lauk lembut disantapnya, /116a/siang malam berjalan. 5.
lamun sayah sare ingsun enggeningsun, gadong kanglemes dinahar, I116al adina latri lumaris.
Menyusup ke punggung bukit 5. Supe rengganing kawiryan, dengaii penuh keberanian, tan len muhungwirang ikang tiada lain hanya karena jehgah dinikahkan, kaestri, menyebabkan pergi ke hutan mambah wona writa sirung, tidak takut kegelapan, jurangporangsinrang jurang ngarai dilalui dan pasnetaning, tempat hewan-hewan penyengat, warakkalqwan senuk. badak dan tapir.
251
ula lanang tisu ladang,
ular jantan dan ular daun, tidak ada binatang-binatang kecil.
tanana burone atit.
Tidak ada yang berani memangsa, 6. Tanana kang Mfani ngambah, jurang takerjembarjerp jurang teijal luas dalam
arupil, kakayone wamna telu,
dansempit, pohon-pohon terdiri atas tigamacam, pohon ingas dan pohon karemayan, pohon beringin yang rimbun dililit gadung, dilalui oleh putra raja,
ingas Ian karameyan, gurdhadani angrambuyung krambatan gadhung, kamah ring sang raja putra,
seisi hutan ribut.
geger isining wanddri.
Ada yang ingin menganiaya, 7. Hana kang arsasikara, tapir menyerang rakyat snuk mombrang bala baha ngemasin, sampai jatuh dan mati, sato mara-mara lampus, binatang yang baru saja mati, baron tuling lumajar, dan binatang lain yang berlarian, lari bersembunyi ke goa kabrasatan ingUinggwa yang sepi, samun, /116b/semuanya berebut 1116b/samya rebut kauripan, kehidupan, berbaur dengan binatangmawur ikang buron alit, binatang kecil 8.
Mulai melakukan tapa^ kedua tuan muda dikasihani
8. Dasarwijilingatapa, radyan kalih kakasihing
dewa mulia,
dewadi,
ayahnda raja dan ibu permaisuri, kepada kakek sang begawan, para paman punggawa arya dan hulubalang, kini menandang derita, menderita sengasara di tengah
bapa nathaibu ratu, i kald bhinagawan, paman sinang arya pungga-wagul-agul, mangkya anandang sungkawa, kajentaka haneng wanadri.
hutan
252
9.
Mendatangkan kegaduhan dunia, 9. Andatengken gara- gara, landhuh bhuniiareg magoncang-goncing, mawor bajra kumarusuk,
ketenteraman dunia rusak
terombang-ombing, beradu dengan topan kencang
berputar, batu karang pecah berserakan, bergetar dan bergeser, puncak gunung bergetar, hujan debu mengeriap, guntur petir dan kilat. 10. Gaduh berseliwer, hancur berantakan diterpa
parang renggang gumiwang, megung gingsir, agraning arga gumuntur, hudan awu alimman,
genter pater kilat tatit. 10. Asengganing aliwran, prawiwisa kumrusuk grama
badai,
tarik,
gelap guntur mengguruh,
gsap gumlutug guntur, bladeg manamber seta,
terus-menerus menyambar bebatuan,
sumyur maring wyati sinranging bayu, lindu mill saking arga.
bergemuruh di langit diterpa angin,
gempa bumi mengalir dari puncak gunung,
1117a!kawah mubal matruh
/117a/ kawah meluap menyemburkanapi,
agni, geger sak isining argha, ajar-ajar kaplajar sami ngungsi, manguyu sami kapalayu,
ribut seisi puncak gunung,
para pendeta mengungsi, bercucuran keringat semua 4}erlari
pusing-pusing,'
ijer-ijer puyengan,
rumput-rumput kering jala.n-
para mambang lebuh buntung ting bilidimg, endang-endangtika dungsang, paputut cantrikdn delik.
jalan buntu membuat kebingungan, semuanya berbalik, pututcantrikdan delik, 11. Di gunung terbakar kesombongan.
11. Ringtddrdopokkobaran,
253
gunung bergoyang, air laut bergeloiiibang, banyak gunung yang meletus, awal mula dari kebesaran, karena raja,
argagenjot, tumoca kangjaladri,^ parwata kang katah gmtur awitaning prabhawa,
Malawa ditimpa kesusahan, karena hilangnya raja putra, dan yang kedua karena
dingin nathe, Malawa kandahan wuyung, wit dening simnaning putra, pingkalih brangtaning
derita asmara.
sari
12. Semua pejabat menderita
12. Samya agung lara karuna,
asmara,
yang kedua iaiah kedua tuan muda menderita kesusahan,
pertanda para istri pejabat, dikasihi oleh para dewa, demikian menderita sang Raja Putra,
telah melewati ngarai dan jurang, tidak berhenti daiam
perjalanan. 13. Berganti yang diceritakan, /117b/seorang pendeta mulia
berhasii mencapai apa yang
kaping kalih dyan kalih nandang wingit, pratanda ghara para agung, yen kakasihing dewa, katuridan mangkana sang rajasunu, wus ngungkurken baher jurang, kandeg tan rikanmg margi.
13. Gantya ikang winurcita, I117blpanditadi barang cinipta dadi,
dikehendaki,
tajam tiliknya berpandangan
sidik ring paninghal trus,
tembus,
telah mencapai kesempurnaan, jika diberikan beban, oleh sesama pendeta, segala macam tapa dilaksanakannya, bernama Bagawan Santanu Murti.
sampun angraga suksma, lamun kinawot,
sasamengwiku, salwir tapa linaksanan, Bhagawan Santanu MurtL
254
14. Nama beliau sang pendeta, berasrama,
di Gunung Arcamanik, sudah pantas disebut sebagai, raja pendeta, yang disembah oleh semua pertapa dan biku, demikian pula semua air suci, tiada seperti di Arcamanik. 15. Berbudi luhur teiah
terkenal di masyarakat, diceritakan baginda pendeta mempunyai anak, dua orang gadis yang cantik-cantik, melebihi seiuruh masyarakat,
tak ada hentinya jika mengalirkan air dari belanganya, emas tidak dapat ditimbang, beraneka wama kembang yang
14. Julukira sang dwija, adadepok, haneng uldrNgarcamanik, sampun wenang yen sinebut, yaha natha pandita, sinembahingpara tapa watek wiku,
nadyan katahing patirthan, tan kadya ringAracamanik. 15. Arja wusprasasat praja, kacarita sang dwija drebe siwi,
estri kakalih samyayu, punjullngpramudita, tangeh lamun cenodrawa dyun ipun, hema tan kena tumimbang, warnnane kusumeng ardhi.
tumbuh.
16. Ada kembang kusumasara, kedua putri menjadi pujaan, /118a/diceritakan pada
16. Ananging kusima rara, kalihira putra papujan sami, IllSdl winuwus rikaleng dalu,
maiam hari,
baginda pendeta bersantap, tetapi putrinya seperti bermimpi di tengah malam, mempunyai anak gadis, keduanya sangat cantik. 17. Semasa sedang Jatuh cinta, minggat dari asrama Jaladri,
tiga tahun lamanya.
sang dwija hananada, anghing putrane nyumpena ring dalu, yen drebe putra wanodra, kakalih ayu linwih. 17. Sawungo nira kasmaran, mesatsakengsrama Jaladri, tigarig warsa lamen ipun.
255
berada di dalam lautan,
intan bumi digenggam di
hanengjroningudaya, inten bhumi ginegemaneng
tangannya,
tangan kanannya mencerminkan
tengen asta nira kawi,
kehebatan,
memakai gambar anjing hijau.
musti sumarsona wilis.
18. Sakeng gentur ireng tapa, 18. Dari suara guntur beliau bertapa, saciptanta tinon ring bertujuan mencipta belas dewasih, kasih para dewa, atmaja sinmgjujtduk, sebagai anak yang dikaruniai gelar, tinurut angsalira, dituruti sekembalinya, m86l ikang saking itnen/118b/dari Intembumi namanya, bhumi wastan ipun, Kusuma Srenggana Ratna, Kusuma Srenggana Ratna, kang anom Srengganasari. yang lebih muda Srengganasari. 19. Keduanya sangat cantik,
19. Kalihira ayu utama,
wajahnya seperti Supraba
citra kadiSuprabha lawan
dan Ratih,
Ratih, tanana sasamen ipun,
tidak ada yang menyamainya, terkenal ke seluruh negeri, di bumi ini tidak ada
yang melebihi kecantikannya, mengalahkan kecantikan
kalokeng monca praja, yen ring mrecapada tan wunenang hayu, sor apsaringendra loka,
bidadari di keindraan,
banyak ksatria yang jatuh cinta. 20. Melamar ke Negeri Arcamanik,
akatah satrinya brangti. 20. Anglamar muring area . molah,
entah berapa yang datang semuanya ditolak, tidak ada yang merasuk di kalbu.
pira-pira prapta samya tiruimpik,
tanana panudyeng kalbu.
256
si jelitatidak ingin
sang dyah tan arsa krama,
menikah,
sampai cemas hati orangorang yang berkuasa, oleh karena mukanya seperti ditampar,
dadya karya hemenging twas sang pilungguh, den sinraping muka,
lalu negeri Arcamanik dikepung.
kinepung ring Arcamanik,
21. Prajurit perang yang cakap-cakap, 21. wadwa parang gumbarja, ratu agung prakosa ing raja besar yang kaya akan ajurit, pasukan, nama beliau sang Raja, jajulu/dra sang prabhu, Raja Surawisesa, Raja Surawisesa, saking driya tinampik yang secara halus iamarannya panglamar ipun, ditolak,
/119a/ karena itu ingin
/119al mila arsa ngrabaseng
mengadakan perang, dengan pendeta di Araca Manik.
prang,
22. Desa di tepi gunung hiruk pikuk, dipenuhi pasukan seperti lautan,
jalan-jalan yang besar penuh pepohonan rebah, para resi kebingungan, cantrik dan semua delik
lari terbirit-birit, cepat-cepat dan sekaiian dibanting,
semua pendeta mengungsi. 23. Menghadap kepada pendeta
ring wiku ing Area Manik.
22. Geger tepi siring arga, kahebekaning wadwa Iwir jaladri,
lebuh buntung ting bilulung, ajar-ajar kaplajar, cantrik samya delik manguyu kaplayu, endang-endang ting kadungsang, wawasisami angungsi.
23. Marekingsang mahadwija,
•agung,
sedang duduk dihadap para
lagya lenggah siniweng
resi.
para wasi,
257
berbincang-bincang jejanggan
gocarajajanggan putut,
putut,
para abdi wanita dan para putra pendeta, cantrik-cantik bergurau, dengan lebuh bimtmg, bersama para pertapa, duduk tertib di hadapan baginda pendeta. 24. Adalah seorang putut
abet-abetprabambang,
cantrik-cantrik mengguyu mwang lebuh buntung, atanapi ajar-ajar, jebag haneng arsasang yayi.
24. Hana putut kinasihan.
(semacam cantrik) mohon belas kasihan,
abdi beliau pendeta agung, apa sebabnya mereka melapor, dia bernama putiU Katiraga, dan Kartisoma sama-sama
melapor, daulat paduka pendeta agung, hamba melapor.
25. Ada musuh datang, /119b/ merampas dengan pasukannya bagaikan lautan, dari Negeri Parang Gumbarja, mendatangkan bencana, bertujuan merampas putri paduka,
palidara nira sang mahayakti, mongka larapane atur, aran putut Katiraga, lawan Karthisoma prasami umatur,
pukulun sang mahadwija, kawula atur udani.
25. Women parangmuka prapta, I119bl angrabaseng wadwa lir jalanidi, ring Parang Gumbarja prabhu, andatangaken ardha, paran karsa mesem uwussang santanu,
beliau ingin berperang
murti sira sabilana,
tanding, itu adalah orang yang berbudi'jahat.
iku wong sikareng budhi.
26. Undanglah sekalian orang -di gonung ini, semuanya maju ke medan
26. Pepekaken saheh wong argha, sahanane nangguUmg
258
laga, karena semua ditimpa kesusahan, setelah selesai berkata,
lalu pulang(masuk) ke dalam pertapaan pendeta, Kartiraga dan Kartisoma, raemukul gendrang dan kendang. 27. Suara kendang bende bedung gemuruh, tidak ketinggalan senggani (jenis gamelan)dan pundari, semuanya berteriak hingar-bingar, orang-orang Area Manik
ajurit,
den padha panggihing kewuh,
sawusira ngandika, kondur mating pamlangan sangawiku, Kartiraga Kartisoma, anabuh kendang tinitir. 27. Kendang bende bedug umyang, tan parwtg yang senggani Ian pundari, pating breki kulu guntung,
mmtab wong Area molah,
serentak keluar,
semua berkumpul membentuk pasukan lengkap dengan senjata, pisau sabit dan perisai, bambu runcing tali umban
ngupulsamya angrakit sikepingpupuh, trantang tan arit bapang, granggang bandil suligi.
dan seligi. 28. Jompong pecok dan lembing,
serampang galah pengutik dan cempuling(tombak bermata tiga), beliung kapak dan sangut, dan yang lainnya memasang perangkap, /120a/ di tempat yang sulit menyusun batu, kira-kira ada sepuluh ribu, sebagai jalan orang-orang Arcamanik.
28. Jompong pecok Ian bengkolang, sengget srampang pangutik Ian cempuling,
tlabung wadung Ian sangut, sawaneh masangbrang, I120al hanenesenekan papereng anancang watu,
sawatara hana salaksa, gagamaningAracamanik.
259
29. Berbaris bersorak sorai, turun dari puncakgunung
29. Abortssurakagiyak, mudun safdng arga pating
semuanya majii, suara genta dan kaleng hirukpikuk,
parekin,
pasukan Parang Gumbarja kaget tiba-tiba melihat orang
kagyat wadwa ring Parang Gumbarja dyansanega mulat
oranggunung,
wong gunung,
menantang dari puncak gunung,
magutaneng sengkaning argha, wadweng Gumbarja mangimgkih.
prajurit Gumbarja menyerang. 30. Dihadapi oleh para bambang (ksatriya gunung), dihujant dengan batu dan senapan,
orang-orang Gumbarja berpaling ke kiri ke kanan, dihujani batu bertubi-tubi ditimpa batu,
genta kakalengapa bhumung,
30. Pinapagingpara bambang, kinarutug ring sela lawan bedil, wong Gumbarjja mingakminguk,
kinarutuging seta masang rangsang tumpes ginung turan waktu,
gelindingan batu sebesar gajah, menggelinding dari puncak. 31. Seperti gajah menyambar, prajurit Gumbarja banyak yang tewas,
hancur ditimpa batu, yang lain terlempar ke jurang,
salesing seta sagajah, gumalundimg sakenginggil. 31. Kadya gajah sasandran,
sikeping prang Gumbarjja keh ngemasin, rempuh katibaningwatit,
kang sumimpang ring
matanyabuta,
jurang, nujang borang,
dengan susah payahdiserang
karangkangsinranging
busurpanah,
busur,
dilempari batu dipukui, didorong
linutingsawM bangkolang, kajengkang
260
/120b/ dibantai dan jatuh.
32. Orang-orang Parang Gumbarja bubar, di Sana banyak yang tewas, hancur ditimpa batu,
prajurit yang meriunggangi
II20bl tiba kabanting. 32. Bubar wong Parang Kumbarjja, ika padha panggah anemu
_pati, remiik kagutuldng watu, prajurit nitih kuda,
kuda,
ditimpa hancur bersama kudanya, ada seorang punggawa tua,
melapor kepada ki patih. 33. Bagaimana kehendak paduka, dalam peperangan sudah banyak yang tewas,
Patih Legatbawa menyahut,
sebaiknya orang-orang puncak gunung pada menyebar, semua pada turun,
ditangkapi dengan perisai
kang katiban rempuh lawan kudan ipun, hana punggawa tinwa, umatur dateng kya patih. 33. Paranta karsa paduka, ing ayudha saking katah ngemasin, Patih Legatbhawa muwus, lah padha glarang wonging arggha, dimene padha tumurun, tangkepan ring papan rata,
kereta,
1.
pasti akan mundur dan kalah.
mundura den syah ajrih.
PupuhGinada
Pupuh Ginada
Setelah para menteri dan sekalian punggawa bersepakat, segera menyusun barisan, para perwira di depan m^iayap di kaki gunung, menghadapi orang-orang Area Manik memerangjanggan bambangmanguyu^d&n cantrik.
i. Wus arebagmantripunggawa sadaya, sighra ngangsahakenbaris, prawiranengarsa ngrangsang sukuning arggha, amapag wong Area Manik lugutungjanggan,
bambang manguyu cantrik.
261
2.
Di bawah pimpinan Putut Kartisoma,
dan di bawah panglima perang, /121a/Putut Kartikaraga, lambungnya akan disobek, tangannya diborgol, demikian sesumbar, tidak takut senapan.
3.
Para bambang bergemuruh maju ke medan perang, membawa bambu runcing dan
2. Tindihan maringPutut Kartisoma, senapatiningjurit,
I121alpututKartikaraga, coteku ditrantang, palecungira cinangldng, mangseh sasumbar,
datan ajrihing bedil.
3. Kumaredegpara bambang mangsahingprang, nyangldng granggang
cempuling(tombak bermata
cempuling,
peluru seperti hujan, bercampur dengan batu-
bandil kadya udan, aworsawat bengkolang,
batubesar,
batu besar ditambatkan, semuanya diambil dan bergelinding memecah belah.
4.
Pasukan Parang Kumbarja bubar terbirit-birit, serentak datang merebut
watu ageng den cangcangin, samya tinatas gumlundung ambaldn,
4. WadwengParang Kumbarja bubarsasaran, gumredeg rebut dingin,
kembali,
senjatanya ditinggalkan, tombak-tombak berserakan, semua kuda dan gajah
gagaman tinilar,
watangpatingkalotak, samya tilar kuda esti,
ditinggalkan,
'siasat yang ditujukan kepada orang Arga tidak
narya glarwongArgha tan udanL
mengena.
5.
Karthiraga dan Karthisoma
5. Kartiraga Karthisoma ardha
sangat senang,
saharsa,
menyandang senapan.
abandang wahos bedii,
262
bendera dan kereta perang,
bendera turongga,
segera mengejar musuh, ketika tiba di tempat
sighra anglut lawan, duk prapta ring papan
perisai panjang yahg siap
radin,
jebak, berbelok ke kiri,
yang menuju Bali. 6.
Para punggawa menutiipi
minger angiwa, ikang lumangu Ball.
6. Para punggawa anginebing
/121b/di sebelah kiri dan kanan,
I121bl kering kanan,
para menteri dan prajurit,
para mantri parajurit, nanggulanging arsa, wong Argha kawurugan, wussayah binreg want,
menyerang di mukaj orang-orang Axghadiserang, setelah letih keberaniannya hilang,
jatuh sakit seperti kelinci yang kebetulan gugur di
tibangjiru sasa satijening jurit.
peperangan.
7.
Orang-orang Argha mempunyai
10. Kadarpira wong Argha
musuh kurang lebih sepuluh juta,
amusuh wendran,
yang menyerang upacara yang
ingurugan papawi,
sedang dilaksanakan, tombak golok dan kapak
sinasoging watang caruk
diletakkannya,
lawan trantang,
para bambangputut d&n wasi
tumpes bambangputut wasi,
ditumpas,
8.
yang berani mati dan yang
kang pangkah pejah kang
kalah menahan derita.
mundur nandangkanin.
Kartiraga berkata kepada
8. Mojar Kartiraga lawan
Kartisoma,
Kartisoma,
men^jak ikut mati
ngajak bareng ngemasin,
bersama-sama,
Kartisoma berkata.
Kartisoma mojar,
263
9.
hai, kakak jangan merasa susah, kita sama-sama hidup
ya kakang aywa susah, payo padha bareng nitis,
menjelma, bagaikan singa buas, kemarahan kedua putut'xta.
Iwirsingha lodra, krodhane putut kalih.
Kartiraga mengamuk bersama trantang(semacam cantrik, bergumul mencekal kaki, bangun menantang,
9. Kartiraga angamuk lawan trangtang,
rebutiah dalam peperangan,
gulung amanca sildi, ngadeg asasumbar, rebuten ing ayudha,
ketahuilah aku ini,
wruha nira ingsun ild,
tidak takut berperang,
lajer ing yudha,
orang dari Gunung Area /l2S7Manik.
wong gunungArea
10. Jika aku matiakan menjelma
/T22H/Manik.
10. Yen ingsun mati anitis ring
menjadi rajamu,
ratonira,
istrimu aku rampas,
aku akan rampas kehormatannya,
bojomu ingsun sedukin, aruikputenira, mgsun karyajajamahan,
karena engkau aku membuat
sira ingsun gawe pangarit,
^kekerasan, para perwira, banyak membawa sabit kudi.
para prawira,
anak cucumu,
11. Para patih mengurung Kartiraga,
akeh dungkahing kudi. 11. Ingurunganpapatihi Kartiraga,
Kartisoma tidak bergeser, tidak terpisah oleh kekuatan, mengamuk setelah payah kedua putut itu disingkirkan,
oleh siasat perang yang
Kartisoma tan gingsir, tan pasahing bajra, angamuke wussayah putut kalih kasiliring, den byidiing katah,
banyak,
diiiputi ancaman hidup.
liniput arsa urip.
264
12. Kartiraga dan Kartisoma
12. Was kabonda Kartiraga
diikat,
Kartisoma,
disiksa oleh ki patih,
hanalaring ki patih, asambatsang dwija, angur ingsun matya, tan kawasa nandang saldt, apatih mojar, bejayen ingsun patenin.
baginda pendeta mengeluh, lebih baik aku mati, tidak kuasa menahan sakit,
ki patih berkata, lebih baik kubunuh.
13. Jika belum puas rasanya di hati,
aku dulu yang menderita, banyak prajurit yang, /122b/ mengungsi mengucurkan
13. Lamun durung lega rasane kang driya,
ingsun piroga dingin, akatah kang bala,
/J22b/ kongsi mutah rudira,
darah,
disebutkan orang-orang Area
kangkena wongArea Manik,
Manik, berlarian, semua menderita sengsara.
ika lumajar, sami anandangkanin.
14. Banyak yang bersembunyi di goa dan jurang kali, adapun diceritakan kembali, kisah sang raja putra, kedunaya berkelana. Angling Kusuma bersama adiknya, sama-sama mendengar,
sorak-sorai prajurit yang
14. Akeh ngungsi ring gwa Ian jurang parang, nahan winarna malih,
ring sang raja putra, kakalih kang nglalana. Angling Kusuma Ian ari, sand myarsa, surak ingendon jurit.
berlaga.
15. Raden Angling Kusuma
15. AngandikaRahaden Angling
berkata,
Kusuma,
ada suara apa adikku, seperti ada suara peperangan
awaraning apa yayi, iking Iwir swaraning aprang lah payopinaranan.
mari kita carl,
265
bergegas-gegas mereka berdua berjalan, tiba di atas kereta, mereka melihat orang luka.
16. Segera minggir ke tepi, jalan, ialu Raden bertanya, bencana apa yang menimpamu, yang ditanya menjawab, aku adalah sisa yang mati,
sighra lumampah dyan kalih, prapteng tunggangan,
kang umulat wong kanin. 16. Gagangsaran aneng satepining marga, Radyan atanya aris, sira kneng apa, kang dinangu aturnya, bancutenta sisan mati,
tidak dibawa,
nora kawawa,
menahan derita sengsara.
nandang laraning kanin.
17. Raden berkata aku bukan
17. Raden angling ingsm dadu
musuh kalian,
musuhira,
/123a/jangan salah paham,
I123al aywana salah tampi,
perkaramu, engkau yang menderita luka, apa nama gunung ini, mereka menjawab,
apakara nira,
siraanandangbrana, Ian iki gmunging endi,
aku adalah keturunan
ingsm putut sang
pendeta.
upati.
18. Hamba kalah berperang dengan musuh orang Parang Kumbarja, di Sana di gunung itu, yang bemama Area Manik, nama baginda pertapa, adalah Bagawan Santana
matur angrerepa,
18. Kawon aprang musuh wong Parang Kumbarja,
pmika ikang ukir, wasta Ngarca molah, panengrane sang tapa,
Bhagawan Santana Mukti,
Mukti,
mempunyai anak keduanya
drebe atmaja kakalihsami
perempuan.
estri
19. Sangat cantik tidak ada
19. Sakalangkmg endah datan
266
yang menyamai, mengalahkan para bidadari, dilamar oleh seorang raja, darinegeri Parang Kumbarja, akan tetapi Diah Kusuma Arga menolak, menyebabkan sang raja, dari Negeri Kumbarja marah. 20. Mengadakanpenyerangan
orang Argha semua kalah, ditumpas tanpa bisa melawan,
pasasoma,
ngasoraken apsari, linamaring raja, nagari Parang Kumbarja, nghing kusumang argha nampik, marma sang natha, ring Kumbarja asru runtik 20. Ngrebeseng prang wong Argha samya manggulang,
tumampes tan mogha mulih,
setelah selesai berkata,
tlas aturira.
ki piUut ialu mati, Raden sangat kasihan
Id putut nulya pejah, rahadyan welas
/123b/ melihat,
I123blninghalin, sang nrepa putra,
baginda raja putra, telah mendengar berita.
21. Sebelum mengetahui wajahnya
yenya myarsa wretL 21. Saderengwruhing swama
telah dirasakannya,
hana karasa,
akan wajah Diah dari Area
ring sang Diah Ngarca
Manik, lalu berkata,
Manik,
Raden Danurweda,
dadya angandika, Rahadyan Angling Kusuma, paran karsan ingsunyayi, Dyan Danurweda,
menjawab kalau demikian.
matur lamun swasi,
Raden Angling Kusuma, ke mana tujuan kita adikku,
22. Kita akan menolong orang-
orang yang kalah perang, ke Sana mempertaruhkan jiwa, hutangjiwa, akan diterima oleh dewa,
itu merupakan tanpa yang utama.
22. Atatulung maring wong Hnanyaya, sanahudangpati, hita nyawa, tinarima ing dewa,
, utamahingtapamtmggwing.
267
berada di muka bumi ini,
itudiserbuprajurit.
23. Di dalam hutan jalan-jalan
pucuking braja, yeku sianbujurit.
23. Hanengwana ngularing
lengang,
margane lena,
lalu kakaknya menjawab,
hang raka ngandika aris, beneryayi sira, nanghing ta musuhira, abot Iwir robingjaladri,
engkau benar adikku, akan tetapi, musuh kita, sangat banyak seperti lautan pasang,
sangat kejam dan bengis, seperti bertulang besi. 24. Berkulit tembaga berotot kawat,
seperti tidak akan terkuasai, /124a/adiknya menjawab, seperti jembatan,
kaiau sudah diterjang banjir, tiangnya roboh,
akan tenggelam sampai sekujur tubuhnya.
mongsa kalara, ababalung awesi.
24. Kang akulit atambaga otota kawat, kaya nora kwawi,
I124al kang rai aturira, upama setu bonda,.
larfim tinrajanging banjir, lajere rungkat, hram katiu pribadi.
25. Kakaknya berkatasyukur 25. Kang rakangling sokur yayi adik sangat mantap, mantep sira, seteiah berkata kepada prajurit, was ngarti ingjurit, segera berangkat bersama-sama, sighra pareng mangkat, menyusup ke pertapaan, tumamengpabratan, banyak orang melihat, wong katah sami ninghalin, hanya terdiam, cengeng kewala, tidak ada yang bisa berkata. tan hana bisa angling.
26. Yang lainnya mengira dewa turun ke bumi,
maju tanpa merasa takut, yang dipapasnya minggir.
26. Kangsawaneh anarkayan dewa darat, arsa tatuf^n ajrih,
kang kapapagmimpas,
268
mengira perwujudan dewa, tiba di hadapan baginda patih, wajahnya tampak muram, berlagak seperti dua orang
anarka prayangan,
prapteng arsa nira patih, lenggot bhawarsa, nuweg babandan kalih.
tahanan.
27. Prajuritmu menangkap kami, ki Patih tercengang, lalu bertanya,
27. Wadwa nira akapang
rahadyan manengah, mredeg arsa Id patih,
kamu tahanan dari mana,
mojar atatanya, iku babandan apa,
dan siapa namamu wahai
Ian sapa aranmu mantri,
menteri,
patih /124b/ berkata lancang dia itu bocah dari mana.
28. Wajahnya sangat tampan
patih /124b/ asm mojar, sira bocahing ndi.
28. Bagus wama nira kaliwat
dan sangat pemberani, Raden lalu menjawab, aku orang Kemul Megha, orang hutan yang tidak mempunyai rumah, tanpa sanak saudara,
deksura,
selalu berkelana,
ngendon lalana, sira prayayi ngendi.
tuan prayayi dari mana. 29. Aku adalahMahapatih dari Parang Kumbarja, itu adalah para putut terpilih,.
yang kalah perang aku tawan, kedua Raden bertanya,
apaawal mula peperangan
rahadyan aris nawurin,
ingsun wong Kemul Megha, alasan tan pawisma,
tan pasanak andang langit,
29. lya ingsun papatih Parang Kumbarja,
iku pututing ardhi, kalah prang ingsun bonda, rahadyan kalih tatanya, apa purwaning ajurit,
•itu,
Patih menjawab,
Patih manabda,
putri dari Arcamanik.
putri ring Arcamanik.
269
30. Diiatnar oleh rajaku tetapi ditolak, karena itu aku menyerang, aku menggempur orang-orang Argha,
30. Linamar ring ratun ingsun datan arsa, sumarma ingong unggahin, ingsun gempur wong Argha,
Raden Danurweda berkata, tuanmu yang bersalah, berniat jahat,
angling Dyan Danurweda, raja nira ikang sisip,
memperkosa orang yang tidak senang
misesa wong tan apti.
31. Berkelakuan kasar bersikap jahat, /125a/ aku minta kedua putiU, aku akan menanggulangi, menjadi pelindung di medan
maambekswardha,
31. Hananduken parus ambek ghoragoda, I125alingsun jaluk putut kalih, ingsun kang nanggulang, ngayoninjayeng laga,
laga,
jika engj:au belum mengenaiku, aku adalah putra raja, dari Malawapati. 32. Namaku Raden Kusuma,
yen sira tambuh ring mami, manira putra raja, ing Malawapati. 32. Panengrane ingong Raden Kusuma,
addiku bernama Danurweda, berkelana dan berperang,
menolong orang-orang yang tertimpa kesusahan, rakyana patih menjadi geram, lalu memanggil pasukan, dibuntuti oieh kedua ksatria.
33. Raja putra dikepung oleh pasukan penghaiang,
Danurweda arin mami,
anglalana ngendon prang, tatulung wong sinardha,
brahmantyan rakyana patih, mateking wadwa, mikut satriya kalih.
33. Raja putra kinalanging wadwa kusya,
seperti kilat,
kasitega tatit,
berkata lancang, minggirlah para piUut,
asm angandika,
ringpututsumingfdra.
270
aku sendirian akan menghadapinya, sambil menendang,
kedua putiU tahanan itu. 34. Kartiraga dan Kartisoma telah terlepas jauh, tali-talinya putus, melesat menaiki kuda,
para perwira bersama-sama
ingsun dewek kang nadhahin, sarwi andupak, babandanpututkalih. 34. Kartiraga Kartisoma was kasingsal, udaring tatali, cengkalak malesat, rumagang prawira,
menyerang,
ki Patih menangis
/i25b/ dengan perisai, amat marah dan geram,
para menteri berbondong-
ki patih asikep Il25bibendi, krodha mawinga, gumrudug para mantri.
bondong
35. Ada yang menangkis dengan limpung pedang dan rajang, yang lainnya dengan palu dan seligi,
35. Hana sikep limpung pedang pedang dan rajang, dudu gandi suligi,
serampang,
para susrampang,
Raden dikeroyok,
rahaden kinembulan,
direbut oleh para menteri,
ginarumunging para mantri,
yang gagah beiani, semuanya menghunus
sami anarik keris.
sudira panggah,
keris.
36. Mengamuk ke tengah setiap yang diterjang tergelata, banyak menteri tewas, mahkota berserakan,
suara kereta roboh,
berbaur dengan rintihan
orang yang terluka.
36. Ngamuk nengah sing katrajang Jang kasulayah, akeh mantri ngemasin, udarag mawurahan, swaraning braja rempak, awor sambate wong kanin.
271
semua tergeletak,
patingsulayah,
seperti pohon pacing yang
kadya babatan pacing.
.ditebas
37. Semua yang memanggul senjata keris ketakutan, yang ditoreh pasti mati, yang ditebas tewas, Patih Lenggotbawa, maju berteriak sambil menuding, wahai, bocah hutan, jiwamu terancam. 38. Engkau pasti akan mati /126a/ dibinasakan,
Raden dipukul dengan bendi, Raden melompat, melesat bagaikan kiiat, cepat seperti kilat. Angling Kusuma,
melompat menyodok dengan
37. Sing mandining curiga kagila-gila, ikang kabeser mati,
kang kapancaspejah, apatih Lenggotbhawa, mara mojar anudingin, eh bocah alas,
bhaya bosana hurip.
38. Nora urung sira palatra I126al diniwang,
dyan sinambeting bendi, rahaden malumpat, akebatpada kilat, ri katkesit kadi tatit, Angling Kusuma, malumpat nuduk wani.
penuh keberanian
39. Menyerang menyedok dada sampai kejang, sebentar saja patih terbunuh, dipengal kepalanya, dilemparkannya ke tangan
39 .Manrang nyudukjajahan nrusing walikat, cecep patih ngemasin,
tinigas murdhanya,
banwang ken ring mengsah,
musuh,
sesumbar Raden keduanya,
bersama-sama bertempur, direbut oleh prajurit. 40. Aku adalah putra Malawa yang menantang berperang,
sasumbar rahaden kalih, barengamura, rebutaningajurit.
40. Ingsun putra ring Malawa ngendonperang,
212
dibya ing ajurit, tdnudang prawira, marma ngendon lalana, saking dening kurang tandingan,
berjaya di medan laga, ditimang para perwira, karena itu pergi berkelana, hanya karena kurang saingan, tadi telah didengar,
renga mara,
siapa yang akan menyusul
sapa arsa ngemasin.
mati
41. Hai orang Kumbarja hadapilah
41. Wong Kumbarja papagana
aku, rebutlah aku seribu orang
landing ingwang,
tangkepa sewu sisih,
.dari samping,
sepuluh ribu orang dari muka, adakah punggawa yang pemberani,
salaksa ing arsa, hana punggawa sura,
di Kumbarja yang diandalkan
ring Kumbarja ngandeling
di medan laga,
jurit, prawira
perwira /126b/ yang pernah, dan yang telah berhasil.
I126bl tale,
nguwising kardhi. 42. Yang bemama Demang Jaganala 42. Aran Demang Jaganala mangsehing prang, maju ke medan laga, sikep limpung suligi, bersenjata kapak dan seligi, pinapang saksana, lalu segera dihadapi, ring rahadyan Danurweda, oleh Raden Danurweda, limpung lumarep tinangkis, kapak hancur ditepis, ing asta kiwa, dengan tangan kiri, malesat mupuh malih. kembali dengan cepat memukul.
43. Tangan kanan telah ditindih dan dipegang,
43. Tinadhahan asta kanan wus karebat,
Raden berkata lancang, silakan ikuti aku,
Raden asm denya angling,
tikam dan kapak terns, disabetnya dan kena.
sikep limpung anidya,
lah tirunen ingwang, sinabetana lakni,
273
bahu kirinya, segera ditikam dengan penuh
bahme kiwa, sighra den ancabwani.
keberanian
44. Ditaklukkan ditebas dan
menjadi korban, dibuang jauh-jauh, Raden berkata iancang, wahai orang-orang Parang .Kumbarja, lihatlah kematian patihmu, yang engkau andalkan, yang menjadi teladan di medan laga 45. Siapa yang ingin mati majulah ke medan laga, jika ingin hidup,
/127a/ pulanglah semua, sampaikan kepada rajamu, kepada para punggawa yang masih hidup,
44. Kaprajaya tinigas kang hiUa moga, binwang kinarya ndi, Raden asm mojar, eh wongParang Kumbarja,
tontonen patinipatih, karyanenta, patuladaingjurit.
45. Sapa arsa mati mangseha ringrana, kalamun arsa hurip, I127alpadha lumaywa, tuturang ratonira, para punggawa kang kari,
bubar berlarian,
bubar agiras,
bergantian dengan para
juru demung sumilih.
Demang
Pupuh Demung 1.
Orang-orang Parang Kumbarja,
tidak ada yang berani maju, prajurit dan perwira mundur, bagaikan jembatan diterjang banjir.
Pupuh Demui^ 1. Mawut wong Parang .Kumbarja, . tan hana mangu/dh fdwul, wadwa ten prawira larut,
lir setu sinranging pasang,
274
rungkatpapatok lajer syuh.
tiangnya roboh hancur i)erantakan,
pekah papalange pekah, munghram kewala kantun.
pilar-pilarnya jatuh berserakan, hanya tinggal menunggu tenggeiam saja 2.
3
Tentaranya semua lenyap, akhiraya takluk memeluk kaki, menyembah sambil befkata, daulat tuan yang bijaksana, yang mengasihi para pendeta, sungguh dewa penolong, bermacam-macam kata sang pendeta.
2. Tantara kukut sadaya, puput kali ngrangkulsufat, nungkeming sarwi amuwus, dhuh gusti kang widagda ya, kang asihing kawya sayun, bhaya patulunge dewa, mendah katurasang
Dibuatkan penyambutan utama, tuluskan baktimu kepada para wiku, Raden lalu menjawab, terlalu jauh sang pendeta,
3 Kasambutan karya tama, tulusa kamantyeng wiku,
wiku.
Rahaden aris amuwus,
anglangkara sang pandita, sudi ring wong kawlas hayun,
bersikap sudi kepada orang nista,
4
berbudi angkuh
cekak budhi
/127/amat nista,
I127bl nista dama,
yang berwajah tampan.
ikang wama apahayu.
Kembang di Arcamanik, terkenal sangat cantik, mengalahkan para bidadari, keduanya cantik mulia,
4 Kemang ring Area molah, umaturendah kalangkung,
kasor para sura wadu, kakalih ayu utama,
Srenggana Ratna yang tua,
Srenggana Sekar yang lebih muda, Rad^ Danurweda menyambung.
5
Betapa cantik parasnya, muda cantik putra pendeta.
Srenggana Ratna kang sepuh, Srenggana Sekar kang anom, Dyan Danurweda sumambung.
5 Apa hayu wama nira, kang anom snayeng wiku,
275
putut Kartisoma menyahut, betapa cantik paras tnukanya,
putut Kartisoma matur,
tanpa cacat mulus sekali,
sabyanta endah kang citra, nircaedtpapkala mulus,
seperti kembang yang baru mekar, seperti pudak dan penuh sopan
medami kumba carana, areka pidhak saruruh.
.santun
6
Mempunyai ceti yang arif. manis paras mukanya indah, manis dan ramah serta
menggairahkan birahi,
beium mengenai sang Raja putra,
7
8
6 Acetika dukjatmika, manis wadana wang rum, prakati raras weh gandrung, dereng wrin sang raja putra,
syair asmara yang tiada taranya, kasmaraning wreta muhung, ki Kartiraga menggubah, ki Kartiraga mangrepa, wahai,juwita pengundang hati. gusti yen panudyeng kayun. Mari kita mendaki ke puncak 7 Swawisumengkang argha, menghadap baginda pendeta, tunduk kalawan sang wiku, karena tuan berhasil den gusti naggiUeng menanggulangi bencana, /128a/ bertempur di medan
I128al ngandotting mamancas
laga, apakah keinginanmu,
yudha, parantapatwas ipun,
tidak akan dihalangi oleh
tan panggih alan sang
baginda pendeta, Raden lalu menjawab.
tapa, Rahaden aris muwus.
kewuh,
Cucu putut menerima,
8 Kakiputut ipun terima, yen munggahing argha ingsun, sinubha-subheng sang wiku, masih banyak ada musuh, keh kang kariparang muka, yang mungkin mengalahkan aku, manawa ingsun prang kapupu,
aku naik ke puncak gunung, menghadap baginda pendeta,
bukan melakukan suatu pekerjaan, banyak percakapannya di .belakang
nora angentasingkarya,
mendah ucape ringpungkur.
276
Pupuh Pai^ur
1
Walaupun aku bertemu dengan, baginda pendeta bila musuh
Pupuh Pangkur
1 Nadyan ingongpanggih lawan, sang wiku yen wassirna
itu telah ienyap, yang membuat aku harus
musuh iki,
menyerang,
pupuh, tumulengingsinyardha,
menolong orang yang tertimpa
maremeng ingsun nanggulang
bencana tanpa dosa,
dan mencari jalan kematian, dan mencari jalan kematian, tidak pernah menyentuh -tempat tidur, adiknya menyahut.
2
Hendak menghancurkan orangorang jahat, yang mungkin putri orang-
tanpadosa, Ian ngupaya margeng lampus,
tan nadya ngunggih pradona, anglengkara yen sangyayi.
2 Arsa mupu ring wongpapa,
orang hutan,
asambhawa wong alas krama putri,
kedua putiU berkata sambil
putut kalih nembah matur,
menghormat, hambanaik
kula minggah
/128b/ untuk mempertimbangkan, ke hadapan padukai pendeta,
I128bl priyoga,
jika paduka berlaga di . medanperang, tidak ditandingi kedua
ingandUca tur uninga ring sang wiku, yen paduka maguting prang,
tan petuk satriya kalih.
kedua kesatria
Segeraiah tunjukkan kepadaku, istana raja Parang Kumbarja,
3 Payo ingsun tuduhana,
pakuwone Parang Kumbarja aji,
itu di sebelah selatan gunung,
punika sakidul gunung,
negeri yang kacau balau, wahai, para pertapa mari
hara-hara mandala,
lah tapa yo pinaran dulimen
277
kita tuju,
menghadapi perang sang raja, sorak-sorai orang di belakang. 4
Jika dia kalah akan diborgol, jika aku yang lari dari medan perang, potong-potonglah(aku)
dengan tombak dan beliung, segera berangkat bersama,
5
mgsun,
nanggulang yudhaning raja, suraken seka ingurL
4 Yen remek sira bandemena,
lamun ingsun lumayu ing ajurit,
cacahaningtrangtang sangut,
dikisahkan sang Raja sedang
sighra pareng lumampdh, kawarnaha sang natha sedeng
berunding,
anayup,
bersama kerabat pembesar
Ian sagungingpara raja
yang berada di istana setiap malam
hanengpakuwon swaratrL
Kedatangannya disambut,
oleh Kyai Demang pemungut pajak tergopoh-gopoh, duduk bersimpun menghaturkan
5 Kasaru ing prapta nira, kyai demang pamalik rai gipih, kadepeknembah matur,
sembah,
hamba melaporkan,
prajurit yang berperang di sebelah utara gunung, kalah dan banyak yang /129a/ mati,
kyai patih sudah tewas.
6
Tiada artinya di Demang
kawula atur uninga, wadwa ikang madaling saler ring gunung, larut katah ikang I129alpejah, kyaipatih sampun ngemasin.
6 Tan apiDemang Janala,
Janala,
semua rnukanya dijadikan
murdha nira sami kiarya
mata undi,
mata undi,
sang Raja kaget dan marah, karena patihnya tewas, berapa banyaknya,
kagyat sang natha bendu, dene patihe pejah,
Arya dan ki Demang menjawab.
pira kehe, wong arya kiDemang matur.
278
kira-kira ada sekitar enam orang,
yang telah tewas di
wcUawis_ wonten sak nembang,
sampun kasor ingjurit.
-peperangan
7
Lalu ada orang hutan,
7 Nmten wonten lore alas,
keduanya sakti berhasil
mung kakalih samya
menanggulangi perang, sangat sakti,
saktinehalangkmg-langkmg,
cepat tangkas seperti kilat,
gulangperang hebat sukat lir Idlat,
membunuh orang-orang kecil juga dilakukannya, adalah para petnimpin,
amejahin wadwalit ikang
pasukan dibuat mundur
wadwa mawut dan sumbiran.
tinuju,
paramanggala kewala,
olehnya
8
Maharaja Surawisesa, meneriaki ki Demang Pamalik Rai,
segera mengambil kayu pedati,
8 Maharaja Surawisesa, sru brahmantya Demang PamalikRai, sinawating arampang rampung,
membelahnya sekali saja,
raja berkata kepada siapa saja yang mengagung-agungkan
anibakapisqnan, natha mojar ring kapawang gunggung musuh,
musuh,
9
sudah sewajarnya aku memberikan jalan kematian,
pantes ingsun gawejajalan,
kepada yang membuat diriku sial.
angapesaken ring mami.
Segeralah memukul kentongan, bende beri pasukan datang meluap,
/129b/ menuju ke puncak
9 Sighra ke nembang tengra, bende bheri muntab sikeping jurit, I129bl arsa angunggahing
gunung,
gunung,
merusak pertapaan,
angrurah padepokan, para raja sumahab sawadwan
para raja berjejalan
279
beisama rakyatnya.
ipun,
Raja Durbali di depan, menunggangi gajah menggenggam ^da
Raja Dhurbali ing arsa, nitih liman mangkubindi.
10. Yang mengikuti di beiakangnya, 10. Ikang sumambimg ring mtat, sira Raja Suphala Ian Suphalif adalah Raja Suphala dan Supali, menggenggam pedang dan
asikep pedang Ian Umpung,
tombak, kedua tuan muda, berkata sesumbar,
was aglar haneng papdn, radyankalih, sasumbar anguwuh-uwuh,
berdiri di tengah medan
angadeg madhyaning rana,
setelah mengatur siasat,
perang,
para prajurit menyaksikan. 11. Banyak yang mengira dewa,
para prajurit ninghalih. 11. Akeh anarkajwata,
dilihat oleh Maharaja
keksi dening Maharaja
Durbali,
Durbali,
benar-benar mengherankan
gawok angucapingk^lbu,
hati,
sangat pantas dengan --kesaktiannya, bagaikan dewa yang membantu para pendeta gunung,
sungguh saling berhasil, keduanya bagaikan perwujudan Dewa Wisnu 12. Harimau,singa,dan tapir, menyergap prajurit /13(to/ Raja Durbali, berteriak serentak
panics lamun saktiya,... : Iwirjwata srayane panditeng gunung, sanadya silih dadya, Wisnu Murti wong kakalih.
12. Mong sata gondra apira, anragaken flSOalwadwa RajaDurbali, nabda kbyoking ganjur,
membawa tombak,
ditikanmya dengan tombak.
sasogana ring watang.
280
pasukan Kumbarja maju
mangseh wadwengKumbarja
meiiyerbu, banyakyang tewas,
sami angrebut, gumrah nglokUcenpejah, mesem ngandika dyan kalih.
kedua tuan muda tersenyum dan berkata
13. Wahai, para puthut majulah, hadapilah aku yang menantang di medan laga, saksikan kehebatan
13. KaH putut mangsa prapta, sumingkira ingsun pagute ringjurit, lontonen bake prang ingsun,
peperanganku, engkau dari Mandrawa, jika takut mundurlah dari hadapanku, ini pertapaan seorang ksatria, berada di ujung senjata yang tajam. 14. Jikalau orang menjalani
kaki saking Mandrawa, lamun kongsi mundura sirama ingsun, iki tapaning satriya. haneng pucuking braja lungid.
14. Klamon wong ngola tapa,
pertapaan,
berdiri di puncak gunung dan pantai, mengalahkan na£su asmara para wiku, dipuja oleh para pemimpin, tapa itu, yang iuhur ki putut menyahut, hamba ikut berperang, pantas maju ke medan laga.
15. Kedua tuan muda menghunus seperti kilat ditikam, tetapi tidak yang diterjang jatuh tersungkur, dicincang di tiang kokoh, setiap yang tergeletak di-
praptista ring graning prabata sesi, ngasoraken brantaning wiku,
sinemahing manggala, yeku tapa, linuhung ki putut matur, kawula tumut ayudha, kapatu mangsehingjurit.
15. Raden kalih narik kadga, kadya kilat
HSOb!Jdnasog datan keni, kang katrajang kaba rubuh, ingpanggah kapradhah, ting sulayah katuduhing
281
tindih sampai hancur, para perwira melawan, tidak ada yang mau mundur.
pamuk ipun, para prawira tumanggang, tan hana nedya ngundurin.
PupuhDurma
Pupuh Durma
Amukan Kartiraga dan Kartisoma,
mengamuk terus meminum
1. Pqngamd^KdrtirQg%^ KartiscH^ft^ liwung dngurugen getih,
darah,
bagaikan singa buas, banyak prajurit yang tewas, lambungnya disobek, ada yang dipotong, tangannya bergelayutan.
lir singa mangsa, akeh prajurit rongkah, lambunge pinranging kudi, hana kapancas, bahu manguwir-uwir.
Disodok dengan tombak disempal dengan pedang, kepalanya pecah dipancung, banyak yang bersembunyi, dibabat dengan tombak, kedua piUut itu sakti, dia mengamuk, keduanya berlumuran darah.
2. Sinadoging ganjur Sinabeting tingpedang, gulu matigaspancing, akeh gudam-gudam,
Rakyat Parang Kumbarja takut
3. Garis wadwa Parang Kumbarja yen Demang, antuk rowang pribadi. Id putut tan kena, kebat kajiwat-liwat, akesit sahengga tatit, akeh kang pejah,
kepada ki Demang, kembali kepada sekutunya, ki putut tidak kena, amat sangat lincah, gesit seperti kilat, banyak yang tewas, /131a/oleh sekutunya.
binabating trantang, teguh ki putut kakalih, pangamukira, sami awura getih.
ilSlaidening rowang prU?adL
282
4.
Berbaur saling tangkap salingserang,
4. Mawur-mawursUceping
mereka semua mundur,
bresat lanU prasami, raden kalih prapta, ing arsa nira raja, Durbaii tinanya wengis, sapa aranira, eh gunung paksawaki.
kedua tuan muda maju, ke hadapan Baginda Raja, Durbaii bertanya geram,siapa namamu, hai burung hutan.
5.
Raden menjawab aku bernama Angling Kusuma, orang hutan tanpa sanak
asrang-srangan,
5. Dyan sumawurya ingsun Angling Kusuma, alasan kandang langit,
saudara,
engkau ini siapa, Raja Parang Kumbarja, Raja Durbaii menjawab, aku raja pembawa bencana, Raden menyuruh menyingkir.
ragane ta sira, ratweng Parang Kumbarja, sumawur Raja Durbaii, ratweng bancana, radyan akon sumingkir.
6.
Engkau bukan tandinganku dalam perang, aku menginginkan rajamu, agar muncul di medan perang, yang bernama Surawisesa itu. Raja Durbaii sangat marah, memukulkan gada, bagaikan pecah bumi ini.
6. Dudu sira landing manira ayudha, ratdnira ingsun incih, metwa ring rana, kang ngaran Surawisesa, brahmantyan Raja Durbaii, amupuh gada, Iwirbelah kang prathiwL
7.
Raden Angling Kusuma segera
7. Radyan Angling Kusuma. cukat
melompat, menghindar seperti kilat,
malumpat, akesit kadi tatit,
Durbaii
Durbaii
/131b/ menifcam,
tlSlblmgancab,
dadanya ditusuk,
sinudukjaja nira, kawat gata wus ngemasin.
celaka kemudian tewas.
283
Durbali maju memukul dengan gada.
8.
Digenggamnya di tangan gadanya dipukulkan, kena dibalas lalu,
tubuhnya hancur kedua raja itu mati,
Raden Danurweda maju, tiba di hadapan Raja Supali. 9.
Disapa dengan lancang hai,siapa namamu orang memaksakan diri menghadapi
Durbali mangscA amupah lawan bindi.
8. Tinampening asta bertdine sinedal, kna winalas nuli,
remuk angga nira karo raja palastra, Dyan Danurweda parepekin, prapta ing arsa nira raja Supali. 9. Asruh sinapa eh gunung sapa aranira,
paksamanggulangjurit^
perang,
raja putra menjawab,
raja putra mojar,
namaku Danurweda,
Danurweda manira,
siapa namamu apakah engkau
apa ta sira nrepati,
raja, Surawisesa,
Surawisesa^
dijawab bukan aku.
nawurin dudu mamL
10. AkuadalahJRajaSadaksela yang bemama Supali, segera olehnya memukul, Raden Danurweda,
berkelit dan tangannya menangis, gadanya dicandak dan kena, lalu dipukul, lalu jatuh terpental.
11. Bangun lagi dan segera di pukul dengan gada, hancur berbaur dengan
10. NathengSadakselaSuphali araningwang, sighra denya amindi, Radyan Danurweda, pqnggah anangMs asta, cinandak gadhane kni, nidya sinendal, kakatu tibak walik.
11. Arsa atangi asru pinupuhing gadha, remuk awor Ian
284
132a tanah,
kakaknya marah, Raja Supala maju, menggada segera ditangkis, dengan gada, beradu menimbuikan api. 12. Gada Raja Supala patah,
mukanya dipukul, roboh dan tewas,
Tumenggung Rudamala, hendak membabat dengan pedang dari belakang, kepada raja putra, Kartiraga menghadapi. 13. Pedangnya ditangkis dengan
132a sUi, brahmantyan kang ralca. Raja Suphala mangsah, anggadha aglis tinangkis, kalawan gadha,
tempuh numbul agni. 12. Putuhng gadha nira sang Raja Suphala, murdha nira tininggil, rebah wuspalastra, Tumenggung Rudamala, arsa medang saking uri,
ring nrepa putra, Kartiraga nadhahin.
13. Pamedange tinangkislawan
tombak,
trantang,
keduanya membenturkan, terpelanting, Kartiraga kalah, dibanting ke tanah, setelah ditunggangi, ki putut berpura-pura mati.
sareng ambuhang kalih, gludra-udregan, Kartiraga kasoran, tiba ka lumah binanting, wus katunggangan, ki putut api mati.
14. Rudamala segera menghunus keris,
ingin menusuk, tetapi ditahan, dan kemudian dipukul, sampai jatuh tergeletak, lalu mati,
segera seperti dipotong-potong.
14-. Rudamala wawanganarik curiga, arsa nigas anuli, cinandak kang dakar, sinendalsru ancola, dahut niba andagangin,
pwarapejah, gya cinacahing kadi.
285
15. Tumenggung geram dan
15. Asm brahmantyani
berteriak
tumenggung
lancang menantang
lalangyudha,
perang,
membidikkan tombak bergetar,
/132b/puthut Kartisoma. segera berputar ke kiri, Tumenggung Langlang Yudha
ngembat watang kumitir, I132hlputut Kartisoma, sighra minger angiwa, Langlang Yudha tan udani,
■tidak berhasil,
segera didepang, ditikam sampai robek, 16. Kartisoma sesumbar sambil mendepang, rebutlah aku di peperangan,
sanggup menghadapimu, menghancurkan seperti ketela, menumpas ubi dan mengambilnya, menyepak semua penjahat, mencabut talas dan linjik (semacam talas). 17. Pasukan Parang Kumbarja
wawang binapang,
gitoke tigas pancing. 16. Kartisoma sasumbar sarwi ambapang, rebutan ingjurit,
gagedug inggatate, ngrusak katela, anumpes uwi ngambili,
nyepak samongkang, angepur tales linjik.
17. Bubar larut wadwa ing
mundur, entah berapa yang tewas,
ParangKumbarja, pira^pira kang mati,
serta gajah dan kuda,
mwang hesti turangga, Iwir sarah ganjur watang, kawarnaha sri bhopati,
seperti sampah tombak dan galah dikisahkan Baginda Raja, Surawisesa, kesusahan dalam berperang,
18. Menunggangi gajah dengan kesal menuju peperangan,
dengan pasukan yang terpilih, hatinya telah bersela.
Surawisesa,
kesisaning ajurit. 18. Nitih hesti anggela mangsehing rana, wadwa santana tapis, twasira wus ngongkang.
286
memutar-mutar gada, sambii berkata lancang /133a/ marilah orang-orang
angunda-unda gadha, asruh mojar payo I133al wong ngardhi,
yang berani hadapilah aku, berperang landing dengan
papagana ingwang, atanding sura sakti.
raksasa sakti.
19. Akulah raja, dari Parang Kumbarja,
yang bernama Raja Sura
19. Ya ingsun ratu, ring Parang Kumbarja, aran Sura Wisesa aji,
Wisesa,
digdaya dan berkuasa, di mana engkau bocah hutan,
yang memaksa melakukan
digdaya prakosa, ■ endi ta rare alas, .
kang paksa nanggulangjurit,
perang,
sebentar saja hangus,
dan pasti engkau terbunuh. 20. Engkau harus mempertaruhkan kematian,
hanya dengan imbalan seorang
gadis sebagai istri, engkau tidak merasa(dengan dirimu), orang hutan yang sangat nista, sikapmu tidak jujur dan jahat, siapa namamu, Raden menjawab lancang.
21. Aku adalah Angling Kusuma
bosen ageseng, mongsa urunga mati.
20. Kudu-kudu sira arsa talang pejah, bayar sarabiputri, sira tan pangrasa, sih alas nista dama, ambekmu kutala wegig,
sapa aranira, Radyan asru nyawurin. 21. Ingsun Angling Kusuma
dan Danurweda,
Ian Danurweda,
seorang ksatria jalanan, berkeliling tidak pemah merasa payah.
satriya kandang langit, mider tan payayah.
287
niscaya aku minggir, kini aku menjadi musuh .paduka raja, menteng-menteng orang hutan, akan memukul lebih dahulu.
22. Aku ingin mengabdi /133b/kepada kekesatriaan, aku menanggulangi perang, tidak mencari keuntungan, hanya menolong orang-orang
mongsa ingong gumingsira, tembeng musuh nrepati,
dumengwongalas, mara mupuha dingin. 22. Ingsun arsa hana cakra I133bl wiramra,
ingong tanggulangjurit, tan amrih pradana, tumulungingsinyardha,
kesusahan,
lebih baik paduka mundur, perhatikan rakyatmu, atau ambil dulu panahmu.
mundura sira prayagi, toleha praja, ngambil awraya dingin.
23. Ikang akeh padha prawira 23. Mereka yang perwira di medan ingyuddha, laga, sira wong tampa buddhi, sesungguhnya mereka itu orang yang tanpa budi, jenenging narendra, pemerintahan paduka, hanya mementingkan kekuasaan, angempakakenpurusa, Baginda Raja berang, brahmantyan sri narapati, memutar gada, angundagada, Radyan asruh ginitik. Raden segera dipukul.
24. Raja putra Angling Kusuma melesat,
melesat seperti peluru, sampai jatuh di atas batu, tiba-tiba Danurweda,
menyongsong dari belakang, wahai,saudaraku,
mengapa jatuh di atas batu gunung.
24. Nrepa putra Angling Kusuma mialesat, sumyuk kadi mimis, meh tumibeng seta, tang ginas Danurweda, anongga ska ing wuri, dhuh kadang ingwang, meh tumibeng seladrL
288
25.
26.
Kalau paduka kalah aku akansegeramaju, menghadapi Baginda Raja, kakaknya menjawab, terasa dalam hati seperti, ditepuk merasa nyeri, dinda
ari
/I34a/yangmaju, menghadapi sang Raja.
I134al dyan mangsah, ngembarin sri bhopati.
Raden berkelit cepat.
26. Saparandu wong anom mangsehingyuddha, bhaya bosen ahurip, ingsun Danurweda, lah payo gada nira, tibakna ingsun tadhahin, sighra ginada, Radyan malesat tebih.
Raden Angling Kusuiha segera
27. Raden Angling Kusuma sighra
Siapa gerangan engkau anak muda maju ke medan laga, barangkali sudah bosan hidup, aku adaiah Danurweda,
silakan pukulkan gadamu, pukulkan pada diriku, segera dipukul dengan gada, 27.
25. Paduka sor kawulakang mas kangmangsah, angembarin sri bhopati, kang raka ngandika, rasaning driya kadya, ginabloking rasa sunti,
menjaga,
anyaga,
wahai saudaraku, hatiku terasa berdebar^debar, adikku akan kalah,
dhuh kadang ingsun yayi, kumesar twas ingwang, sirayayi ngasowa,
jangan maju lagi, biar aku saja,
aywa kong sinanggeh malih, ingsun kewala,
menghadapinya di medan
kang ngembarin ingjurit.
perang. 28.
Aku ingin Raja Parang Kumbarja 28. Karsan ingsun raja ing itu. Parang Kumbarja, jangan sampai tewas, aywa kongsingemasin, hanya ditaklukkan, duka kewala, Raden Danurweda menjawab,
maturDyan Danurweda,
dengan menjaga diri dan
kawala sikepe wani,
berani.
289
segera maju,
melesat bagaikan kilat.
29. Demikian dengan tiba-tiba sang Raja mengangkat gada, segera ditangkap dengan penuh
sighra umangseh, lumepas kadi tatit.
29. Datan kongsi ngangkat gada sri narendra,
wawang sinikep wani,
keberanian,.
terasa mengerikan /134b/ gaumannya,
ngetog kro-
tetapi tidak bisa membalas,
nanghing tan bisa twal,
darahnya orang-orang, lenyap dan tiba-tiba jatuh, sang Raja Surawisesa,
swanita nira wong getih, sirnna kang krekat,
30. Raden Danurweda berkata
kepada kakaknya, kakanda apa yang diinginkan, kakaknya menjawab, adikku serahkan padanya, apakah dia mau hidup, atau dibunuh,
seluruh sanak saudaranya diperiksa. 31. Bagiku, mudah membunuhnya, tumekeng laya, teruskan menaiki tahta,
hamba mengakui ayah. Raja Sura Wisesa senang, hatinya lega kemudian berkata, akan kulepaskan (jabatanku), aku akan mengabdi kepadamu, 32. Raja menandak semua kekayaannya, lain melepaskannya.
I134blsanira,
sang Sura Wisesa aji. 30. Radyan Danurweda matur ring kang raka, kang maspunapa kapti, kang raka ngandika, yayi sira ia riya, apa ta anjaluk urip, apa palastra, sabrayate tinapis.
31. Karsan ingsun, hemanyen tulusa madeg aji, ingsun aku bapa, Raja Sura Wisesa lega, twasira aturnya aris, inggih uculna,
gusti kawula hgabdL 32. Dede raja drebeyaha tumandaka,
ingucalan tumuli.
290
lalu maju dan berkata,
umaturangrepa,
aku berterima kasih,
kawula nyuwim lila, umantuk dateng nagari, putri kawula, kalUi dtumyeti.
dan mohon diri pulang ke istana, putriku, keduanya akan kupersembahkan. 33. Jika suka aku akan datang sebulan lagi
33. Yan Kalilan sacandra kawula
prapta,
/135a/ membawa harta dan
llSSalmawa brana Ian putri,
putriku, segera menuju banteng, Raden disambut dengan senang, Baginda Raja mengundurkan
sayos ntaring andaka, Radyan petiddng arsa, lumengser sri narapati,
diri,
1.
seluruh pasukan bergemuruh, pulang seperti gagak hitam yang manis.
gumrah sawadwa, budaling dhangdhang gendis.
Pupuh Dhangdhang Gendis
Pupuh Dhangdhang Gendis
Barulah raja putra keduanya,
1. Ya ta wahu sang wayendra kalih,
mau duduk,
di atas banteng, jalannya tersendat-sendat, tubuhnya sangat letih, sangat payah meiakukan
arsa menggah, maring andaka, mandeg maguhing lampahe, sarira nira lesu,
dahat sayah mentas ajurit,
peperangan,
dirasakan dalam hati, lebih baik aku naik,
menemui baginda pendeta, hanya hal kecil, mencari dan mendapatkan
rinasa ing twas, sirayen unggaha ingsun, panggih lawansang pandita, mungsepele, mamrih antukalem dadi,
dengan maksud agar dipuji, memintakan hasil kerja.
mamintokaken karya.
291
2.
Mencari dan mendapatkan
puji-pujian baginda pendeta, itu bukan cara seorang ksatria,
seperti meminta imbalan, dari sini ke mana akan
2. Mrih gunung gmg sang mahayati, iku dudu lakuning satriya,
kaya nagih ganjarane, sangke endi dyeng laku,
pergi lagi, sekian lama aku mencari kasih
siriemonan ingsun ngalap
sayang,
sih,
menghiiangkan rasa malu, lebih balk menutup usia, dan aku
/135b/menanggulangi peperangan, bukan menjadi tujuan, bagi baginda pendeta hanya
medah wirang manira, lehenganya ngayut tuwuh, lawan ingsun /135bkaneeulansperang, dudu pakon, nira sang yogi mung saking
karena,
kehendakku(sehingga) layak
karsan ingsun priyega.
dilakukan.
3.
Tujuanku mencari jalan kematian,
lebih baik aku melanjutkan perjalanan, mengejar cita-citaku yang nun jauh, lalu berkata kepada-ki putut, aku batal naik ke puncak
3. Unggwan ingsun mrih marganing patih, leheng ingsun lajwa umentar, anglangutingsaparane,
dadyangling ring kiputut, ingsun urung munggahing
gunung,
ardhi,
yang diajak berbicara, banyak menasihati, akan tetapi tidak didengar, raja putra, berkelana ke tengah hutan
kang linangan karuna, sanget atur ipun, nanghing datan pinyarsa, nrepa putra,
wisata manjing wanadri,
gunung,
ke timur menuju batu karang.
murwaanjujusparang.
292
4.
Kedua putut berlari tnenangis, 4. Putut kalih lumayu anangis, bertepuk dada sampai di puncak, tebahjqja sumangka ing argka, akan menyampaikan kepada sadhya matur ring gustine, tuannya,
dikisahkan baginda pendeta, tidak berada di pertapaan, bersemadi di puncak gunung, para indang menyambut, para indang menurunijurang, mengetahui firasat, di mana pesanggrahan baginda yangbijak, tempat bersemadinya
kawarnaha sang wiku, haneng sanggar langga tan linggUi, itekur kang haneng argha, ning endang manyawun, mongka lalurahing endang, wruhingcipta, pasanggrahing tanelantip,
wulangira sang dwija.
sang pendeta. 5.
Me-
5. Mi-
/136a/ rasa cemas hati sang
I136al careng twasira sang
yogi. bukan seperti putra raja
ayagi, tan kaya aputra ing Malawa,
Malawa,
yang menjadi salah paham, tanpa mempercayaiku, dia berhasil menanggulangi perang,
sangat tidak maunya, berterus terang denganku,
6.
teka asalah tampane, tan pyandel maringsun, ikang mentas nanggulang jurit, dahal denya tan arsa,
malah menuju gunung di
kakaruh Ian ingsun, anjujur gunung mangetan,
sebelah timur, aku minta,
ingsun tedha,
agar dia muncul di hadapanku,
prapta ing arsa mami,
seteiah dia selesai berkata.
sawusira ngandika,
Angin topan menghembus, dengan kencang menerpa
6. Bayu bajra musuh andatengin, srah manempuh nyerambahing
293
tnerambahi hutan gunung, pohon-pohon bertumbangan, puncak gunung bergoyang, kedua tuan muda diterbangkan TOleh angin, tiba-tiba telah sampai, di hadapan baginda pendeta, pikirannya seperti bermimpi, berpikir, terkena apa diriku ini baru saja berada di hutan. 7.
Kini sudah ada di pasanggrahan di puncak gunung, siapa yang membawa /136b/ diriku kemari,
kok seperti mimpi, begitukah sang pendeta, telah mengarahkan (diriku) ke tempat persembahyangan mulia ini, dengan tambak indah menyenangkan, Raden termangu, sama sekali tidak mau bangkit dan berkata, tetap tertegun,
8.
wanargha, suh rug sebit kakayone, agraning argha megung, raden kalih winaweng angin,
sakala was alenggah, haneng arsa sang wiku, cipta nira llrnyumpena, anglokcUa, kna apa ingsun iki, sawene haneng wona.
7. Mangko haneng dedepoking arddhi,
sapa ikang agawa I136bl maringwang, dene kaya ngipi bahe, semona sang awiku, pinarakneng nadi,
arja sasukan tambak, rahaden andeku, datan bangkit angandika,
menatap baginda pendeta
maksih gawak, umyat pandita linggih,
duduk, menakutkan seperti dewa.
awingit Iwirjwata,
Kartiraga dan Kartisoma datang, berteriak menangis, seperti tidak sengaja, karena melihat Raden,
8. Kartiraga Kartisoma prapti, srunangis, nulya latah-latah, denya mulat ring rahaden.
294
keduanya duduk menunduk, sang pendeta iaiu berkata, kakek merasa gembira sekali, seperti dibanjiri madu, dilanda lautan madu, negeri Arcamanik ini, tuan muda datang kemari, bagaikan penjelmaan dewa.
9.
Tuan akhirnya menyelamatkan kakek,
seperti tewas, tetapi diberi kehidupan, bagaimana kini aku membalas, kedua raden menghormat, /137a/ jangan berleblhan paduka pendeta memuji, seperti telah diketahui,
kalih lenggahtumungkuly sangpandita ngandika aris,
boj'ya temen pun eyang, kabanjiran madhu,
karoban samodra kilang, Ngarcamanik, gustyanggerprapta ing riki, Iwir katuranan dewa.
9. Angger tigds kawuspun kaki, sasat pejah,
kasinrangan gesang,
sedalam hati,
punapa ingsun wales ake, rahadyan kalih anuhun, I137al datan saged matur sangyagi, kadi wus kauningan, salebeting kalbu,
baginda pendeta tersenyum
sang tapa mesent ngandika,
dan berkata,
di mana pun, ke mana pun pergi kakek tahu, jika masih berada di bawah pepohonan.
lahingpundi, margine pun kaki uning, lamun baten tinarwan.
10. Menemukan barangkali seperti ini, 10. Apanggin sawok sapuniki, orang Arga sebesar apa pun, tyangArgha sagdhe punapa, banyak ubi gembili diketahui, katah gembili kawruha, Raden berkata sambil menghormat, Rahadyan nembah matur, orang-orang gunungmu minta tyang wananta wlas asih, belas kasih,
tanpa ayah dan tanpa ibu, bagaikan pakis di pohon, berbuat tanpa daya, berkata.
tan yayah tan parenai Iwir simbar haneng kayu, lumaksanatan pasadhya, angandika.
295
Begawan Santanu Murti,
Bhagawan Santanu Murti,
karena tidak mau menikah
siten pinudyeng krama.
bukan?
11. Daulat hamba adalah Angling Kusuma, dan itu adikku, bernama Danurweda,
sang pendeta tersenyum
11. Inggih ipun Angling Kusuma mami, arin hulun, wasta Danurweda, mesem sang wiku dlinge,
berkata,
jangan mengingat itu lagi
sampun sengat masputu,
cucuku,
lupakanlah cucuku, enggan menggantikan lalu ditinggal,
angilap ipun kaki, mongsasilih tinggala,
dan membuat Jasa kepada orang besar, berada di ketujuh bumi, /137b/ menjalankan kewajiban, bertingkah laku arif dan bijak, pertanda orang yang saleh. Selesai ditulis pada hari Selasa, Paing, Wuku Pujut, panih terang ke-13,satuan Saka 4, puluhan Saka 12, masa
labete wong luhur, hanenga bhumi kasapta, I137bl laku linggih, solah muna lawan muni, panengranjalma tama. Puput sinurat ring dina, A,Pa, wara Pujut, tang,ping, 13, rah, 4, teng, 12, sasih, 10, isaka, 1912.
Saka 1912.Tanggal Masehi, 24Aprill990. Maafkanlah saya, I Wayan Samba,dari Banjar Kubu Anyar, Desa Kubutambahan,Kecamatan
Kubutambahan, Daerah Tingkat II Buleleng,Singaraja. Selesai.
Masehi, tanggal, 24,April 1990.
Ksama tityang,I Wayan Samba,saking banjar Kubu Anyar,Desa Kubutambahan, Kacamatan Kubutambahan,
Daerah Tingkat, 2, Buleleng ■Singaraja. ^ PERPUSTAKAAM Pu^jut. PUSAT PEM8INAAN DAN PENGEMBAMGAN BAHASA DAPARTEMEN PENBIOIKAIM DAN
OBUDAYA'AM