NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL Yunita Nopianti Abstrak Penelitian ini membahas mengenai tradisi maanta anak daro. Tradisi maanta anak daro merupakan salah satu bentuk representasi budaya yang ada di Minangkabau, khususnya di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah Kota Pariaman. Tradisi maanta anak daro di daerah ini berbeda dari tradisi maanta anak daro yang ada di daerah lain di Minangkabau. Maanta anak daro di daerah lain dilakukan oleh induak bako dan tradisi yang dilakukan tidak ada sedikitpun kaitannya dengan urusan keagamaan, sedangkan tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang dilakukan oleh guru mengaji beserta santriwati dimulai dari surau sampai ke rumah orang tua anak daro, dan tradisi tersebut sangat erat kaitannya dengan urusan keagamaan. Ada pun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tradisi maanta anak daro dan menganalisis struktur nyanyian maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang, Pariaman Tengah. Penelitian ini menggunakan teori struktural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal. Dalam metode formal, analisis dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, perekaman, wawancara dan pencatatan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa tradisi maanta anak daro merupakan bagian dari prosesi perkawinan, dilaksanakan pada malam sebelum hari alek. Pelaku ialah guru mengaji beserta santriwati. Tradisi maanta anak daro diiringi dengan nyanyian maanta anak daro. Struktur dalam nyanyian maanta anak daro memiliki dua tujuan, yaitu: untuk mendukung tema dan juga untuk menimbulkan efek estetis. Unsur yang berperan dalam mendukung tema adalah imaji (daya bayang), gaya bahasa dan simbol, sedangkan unsur yang berperan untuk menimbulkan efek estetis adalah rima, irama, nada, dan enjabemen. . Kata kunci: Tradisi, maanta anak daro, analisis struktural
Pengantar Tradisi maanta anak daro merupakan salah satu bagian dari urutan acara perkawinan yang ada di Minangkabau, khususnya di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah, Kota Pariaman. Masyarakat di Kecamatan Ujuang Batuang masih kental dengan adat istiadatnya. Salah satu bentuk dari adat istiadat tersebut ialah tradisi maanta anak daro. Dalam tradisi maanta anak daro di Ujuang Batuang Pariaman Tengah diiringi dengan nyanyian, yang dinamakan dengan nyanyian maanta anak daro. Nyanyian maanta anak daro dapat dikelompokkan ke dalam bagian dari folklor. Menurut (Hutomo, 1991:8), yang termasuk dalam folklor lisan itu adalah: ungkapan tradisional, nyanyian rakyat, bahasa rakyat, teka-teki, dan cerita rakyat. Nyanyian maanta anak daro termasuk bagian dari folklor lisan, yakni bentuk dari nyanyian rakyat. Nyanyian maanta anak daro merupakan nyanyian yang dibawakan atau dinyanyikan oleh guru mengaji dan juga para santriwati untuk mengantarkan anak daro, yang dimulai dari surau tempat anak daro belajar mengaji sampai ke rumah anak daro tersebut. Nyanyian maanta anak daro dibawakan setelah shalat isya, sekitar jam 20:30 sampai jam 22:00, atau sesuai dengan waktu tempuh yang diperlukan untuk pergi ke rumah anak daro. Nyanyian yang mengiringi acara maanta anak daro yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah, terdiri dari dua bentuk nyanyian, yaitu: pertama nyanyian berjudul nyanyian anak daro. Nyanyian ini dilantunkan waktu diperjalanan mengantar anak daro ke rumahnya, dan yang kedua merupakan nyanyian yang dilantunkan ketika rombongan sudah sampai di rumah anak daro, nyanyian ini dinamakan dengan nyanyian sambah dan simpuah. Nyanyian maanta anak daro tidak hanya ada di Kelurahan Ujuang Batuang saja, tetapi juga terdapat di beberapa daerah lain yang ada di Pariaman, seperti: di daerah Cimparuah, Lapai, dan juga Kampuang Tangah. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas nyanyian yang dibawakan
dalam tradisi maanta anak daro yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah. Tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang berbeda dengan tradisi maanta anak daro di daerah lain, karena di daerah lain maanta anak daro akan dilakukan oleh induak bako beserta rombongannya, sedangkan di daerah Ujuang Batuang tradisi maanta anak daro dilakukan oleh guru mengaji dan para santriwati tempat anak daro belajar ilmu agama ke rumah orang tuanya.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal. Metode formal
dalam
(Ratna,
2009:
49-50)
dijelaskan
sebagai
analisis
dengan
mempertimbangkan aspek-aspek formal, berupa aspek-aspek bentuk, yaitu unsurunsur karya sastra. Tujuan metode formal mengkaji studi ilmiah mengenai sastra dengan memperhatikan sifat teks yang dianggap artistik. Sedangkan Teknik yang akan dipakai dalam menganalisis data adalah: 1. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teknik ini dipakai dalam rangka mempelajari daerah penelitian, mencari informasi mengenai kapan, dan dimana tempat berlangsungnya tradisi maanta anak daro, yang akan dijadikan objek penelitian, selain itu observasi ini juga bertujuan untuk menentukan atau mencari tahu siapa kiranya orang yang bisa kita jadikan responden dalam penelitian tersebut. Pemilihan informan didasarkan pada orang tersebut sudah berpengalaman dalam tradisi maanta anak daro. b. Wawancara, Perekaman serta Pencatatan Wawancara yang dilakukan disini itu adalah wawancara yang tidak terarah, dimana wawancara seperti ini lebih natural dan dapat dilakukan dimana saja. Peneliti lebih bebas menanyakan apa saja yang berkaitan dengan
objek (Endraswara, 2011:153). Wawancara dilakukan terhadap informan yang terlibat langsung dalam tradisi maaanta anak daro ini, seperti guru mengaji yang merupakan sumber utama dalam mempelajari nyanyian maanta anak daro, dan juga kepada santriwati yang ikut dalam acara ini. Teknik perekaman bertujuan untuk mengumpulkan data tentang nyanyian manta anak daro, mulai dari awal sampai akhir nyanyian maanta anak daro tersebut, kemudian nyanyian tersebut ditranskripsikan. Transkripsi ini diusahakan benar-benar berdasarkan apa yang diucapkan, setelah data ditraskripsikan, maka data yang ada akan ditranslitersikan. Teknik perekaman disini menggunakan alat rekam berupa camdic. Pencatatan dilakukan dengan menyajikan data hasil dari perekaman dan wawancara dalam bentuk tulisan atau melakukan transkripsi yaitu mengalihejakan data secara apa adanya, setelah itu data yang ada ditransliterasikan. 2. Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dilakukan setelah dilakukan pencatatan data. Data yang ada dianalisis berdasarkan struktur atau unsur-unsur yang terdapat dalam karya tersebut. Data yang sudah dianalisis akan dituliskan dalam bentuk skripsi.
Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan menggunakan teori struktural. Teori struktural (dalam Taum, 1997:38) merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Analisis struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur struktur sajak itu saling berhubungan secara erat, saling menentukan artinya. Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya terlepas dari unsur-unsur lainnya (Pradopo, 2009: 118). Analisis struktur yang akan dilakukan penulis sama halnya dengan analisis struktur dalam puisi, meliputi unsur-unsur pokok yang terdapat dalam puisi
diantaranya: tema, stilistika atau gaya bahasa, imajinasi atau daya bayang, ritme atau irama, rima atau persajakan, diksi atau pemilihan kata, simbol, nada dan enjambemen (Ratna, 2009:93). Penelitian mengenai struktur nyanyian maanta anak daro ini sangat menarik untuk dilakukan, hal ini dikarenakan melihat keartistikan bahasa yang digunakan dan juga nilai-nilai yang terkandung dalam teks maanta anak daro tersebut, selain itu juga karena melihat keunikan dari tradisi maanta anak daro, tidak disemua daerah menggunakan nyanyian dalam tradisi ini. Tradisi maanta Anak Daro di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah Upacara perkawinan yang ada dalam masyarakat Ujuang Batuang terdiri dari beberapa prosesi, yaitu: manyilau, batando, kampuang-kampuangan, manjapuik marapulai, nikah, malam mangukuih, hari alek, dan yang terakhir yaitu acara manjalang mantuo. Maanta anak daro ini merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan pada malam mangukuih. Tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang sangat penting untuk dilakukan, hal ini dikarenakan adanya tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang menunjukkan bahwasanya anak daro sebelum dia menikah telah dididik sedemikian rupa, baik pendidikan keagamaan maupun bagaimana sikap seorang perempuan setelah pernikahan. Hal lain yang menjadi tujuan dari tradisi maanta anak daro adalah untuk menjaga nama baik dari niniak mamak. Seorang mamak atau niniak mamak akan merasa bangga kalau di rumah kemenakannya dilakukan tradisi maanta anak daro pada saat upacara pernikahan, hal ini menunjukan ke orang banyak atau masyarakat kalau niniak mamak berhasil menjalankan tugasnya dalam hal pendidikan. Begitu juga sebaliknya, seorang mamak
akan merasa malu kalau di rumah kemenakannya tidak dilakasanakan tradisi maanta anak daro, karena hal ini menunjukkan kalau mamak tidak memperhatikan kemenakannya, terutama dalam mendidik kemenakan atau bisa dikatakan kalau mamak gagal dalam menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Tiga hari sebelum tradisi maanta anak daro dilaksanakan, orang tua dari calon anak daro akan mengantarkan anaknya ke rumah guru mengaji untuk diajarkan ilmu agama dan juga mengenai bagamana seharusnya sikap seorang perempuan setelah menikah. Selama calon anak daro tinggal di rumah guru mengaji, anak daro sebelumnya akan diberikan perbekalan untuk kebutuhannya selama tinggal dan menetap di rumah guru mengaji. Di rumah guru mengaji tersebut, calon anak daro akan diberikan bekal ilmu tentang agama secara menyeluruh, termasuk pelajaran mengenai bagaimana seharusnya sikap perempuan setelah pernikahan. Dalam pelaksanaannya tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah, dimulai dengan pembacaan salawat nabi dan dilanjutkan dengan nyanyian, yang dinamakan nyanyian maanta anak daro. Nyanyian maanta anak daro terdiri dari dua buah nyanyian yaitu: nyanyian anak daro dan nyanyian sambah simpuah. Nyanyian anak daro dibawakan sebelum rombongan sampai ke rumah anak daro, sedangkan nyanyian sambah simpuah dibawakan ketika rombongan sampai di rumah anak daro. Terakahir acara maanta anak daro ini akan ditutup dengan pengucapan salawat. Dalam tradisi maanta anak daro yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang tidak memerlukan perlengkapan khusus, yang dibutuhkan dalam acara tersebut, cukup
dengan adanya guru mengaji, para santri wati, dan terakhir anak daro itu sendiri. Pakaian yang dipakai oleh anak daro biasanya menggunakan selayar, yaitu pakaian yang panjangnya biasanya sampai sebatas mata kaki atau bahkan lebih. Kalau seandainya marapulai ikut serta dalam acara tersebut, maka marapulai akan menggunakan pakaian dengan jas lengkap, dan guru mengaji beserta santriwati akan memakai baju seperti baju kurung, bahkan kadang guru mengaji dan juga para santriwati akan menggunakan pakaian biasa, tetepi tetap memakai jilbab atau hijab. Tradisi maanta anak daro pada awalnya dilaksanakan sekitar jam 21:00 atau setelah shalat isya sampai dengan jam 01:00 dini hari. Tradisi maanta anak daro akan dimulai dari rumah guru mengaji atau pun dimulai dari surau tempat anak daro mengaji, sampai ke rumah orang tua anak daro tersebut. Seiring berkembangnya zaman maka dalam tradisi maanta anak daro juga mengalami beberapa perubahan diantaranya: waktu pelaksanaan tradisi maanta anak daro, peserta atau pelaku dalam tradisi maanta anak daro, dan yang terakhir adalah tempat pelaksanaan tradisi maanta anak daro. Perubahan-perubahan ini terjadi karena perubahan dalam sistim sosial masyarakat Ujuang Batuang itu sendiri, seperti halnya perubahan mengenai tempat pelaksanaan tradisi maanta anak daro misalnya. Pada saat sekarang para generasi muda sudah ada yang belajar mengaji langsung ke rumah guru mengaji, bukan di surau seperti dahulu. Secara otomatis hal ini juga mengakibatkan perubahan pada tempat pelaksanaan tradisi, yaitu dari rumah guru ke rumah anak daro, bukan dari surau ke rumah anak daro.
Struktur Teks Nyanyian Maanta Anak Daro 1. Rima dan Irama
Rima merupakan pengulangan bunyi yang sama, yang biasanya terletak pada akhir baris. Peran rima sangat penting sebab selain mengikat ide-ide di setiap kuatrin, juga menciptakan tatanan bunyi yang artistik (Siswantoro, 2010: 130). Nyanyian maanta anak daro mempunyai rima a-a-a-a yang terdapat disetiap akhir baris. Disetiap baris dalam nyanyian maanta anak daro terdiri dari empat baris. Rima yang terdapat dalam nyanyian pertama dalam tradisi maanta anak daro terdiri dari bunyi: h, n, i, o, dan ng. Rima yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro bagian kedua yaitu nyanyian yang dibawakan ketika anak daro sampai di rumah terdiri dari bunyi: ng, i, a, n, dan h. 2. Daya Bayang Daya bayang merupakan gambaran angan-angan (citraan) yang dihasilkan oleh: indra penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, dan penciuman (Pradopo, 1987:81). Dalam nyanyian maanta anak daro imaji (imagery) atau daya bayang yang dilukiskan adalah imaji visual (penglihatan), Imaji taktil (merasakan), dan imaji audiotory (pendengaran). 3. Gaya Bahasa Menurut Slametmuljana (dalam Pradopo, 2009:93) gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca. Hal ini dilakukan dengan pemilihan kata (diksi) yang tepat oleh penyair, sehingga menimbulkan aspek kepuitisan. Dalam nyanyian maanta anak daro, penulis menemukan beberapa gaya
bahasa, yaitu seperti gaya bahasa paralelisme, antitesis, metafora, dan gaya bahasa simile (perbandingan). 4. Nada Nada dalam puisi merupakan nada bicara penulis terhadap pokok persoalan yang penulis angkat di dalam karyanya, dimana nada tersebut bisa bersuasana (berwarna), seperti emosi sedih, gembira, serius, hormat, khidmat, terang, mengkritik, mengejek, dan lain-lain (Siswantoro, 2010:143). Dalam nyanyian maanta anak daro juga terdapat warna-warna emosi seperti yang disebutkan tadi, dimana secara keseluruhan dari bait-bait dalam syair nyanyian maanta anak daro ini, menunjukkan warna emosi khidmat, keseriusan, dan penghormatan. Dalam nyanyian anak daro kedua, yang berjudul sambah simpuh terdapat warna emosi penghormatan. 5. Simbol Simbol dalam Situmorang (1977:28) diartikan sebagai sesuatu yang mengandung arti lebih dari pada apa yang terdapat dalam fakta. Setiap penyair dalam menuangkan isi hatinya pada sebuah karya menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan maksud kepada pembaca. Dalam nyanyian maanta anak daro simbol-simbol yang digunakan kebanyakan tentang kebesaran Allah mengenai alam semesta atau fenomena alam, seperti adanya bumi, bulan, siang malam, patang dan pagi. Bumi dalam nyanyian maanta anak daro ini digambarkan sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Bulan dalam syair nyanyian maanta anak daro digunakan
untuk menggambarkan sosok seorang ibu yang selalu menerangi kehidupan anaknya sampai akhir hayat. Sedangkan siang, malam, patang dan pagi, dalam syair nyanyian maanta anak daro digunakan untuk menunjukkan kegigihan dari seorang ibu dalam mengusahakan pendidikan yang baik untuk anak. 6. Enjambemen Enjambemen merupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalam pembentuk kepuitisan dari sebuah puisi. Dimana enjambemen merupakan kata (frase) atau baris puisi yang berfungsi ganda, yaitu menghubungkan bagian yang mendahului dan mengikutinya ( Sayuti, 1985:182). Dalam nyanyian maanta anak daro dan juga nyanyian sambah simpuh, semua baris dalam bait merupakan enjambemen. Dimana pada setiap baris yang ada dalam baitnya itu saling berhubungan, antara baris yang mendahului dan baris yang mengikuti. 7. Diksi Diksi merupakan pemilihan kata. Dimana pemilihan kata merupakan hal utama yang menentukan kesempurnaan dari sebuah puisi atau syair yang dilantunkan oleh pendendang dalam menyampaikan maksud dari syair yang didendangkannya. Pemilihan kata yang sedemikian rupa oleh pendendang akan menimbulkan nilai keindahan dalam sebuah karya. Pemilihan kata dalam nyanyian maanta anak daro maupun nyanyian sambah simpuh, diwarnai dengan ragam bahasa surau. Ragam surau ini adalah bahasa yang digunakan pendendang dalam menyampaikan maksudnya memakai bahasa-bahasa yang banyak mengandung
ajaran-ajaran agama, dan banyak mengandung unsur-unsur serapan dalam bahasa arab. Sesuai dengan konteks tradisi maanta anak daro ini sendiri, dimana yang membawakan nyanyian maanta anak daro ini adalah guru mengaji dan juga santriwati, tempat anak daro belajar tentang ilmu agama. Kata-kata yang dipilih dalam teks nyanyian maanta anak daro ataupun nyanyian sambah simpuh selalu diikuti dengan kata-kata yang berhubungan dengan agama. 8. Tema Tema merupakan ide dari sebuah cerita, pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya (Sumardjo, 1986:56). Dengan kata lain, tema dapat juga dikatakan sebagai pokok pikiran dari sebuah cerita, atau pesan yang ingin disampaikannya oleh pendendang kepada khalayak ramai. Dalam nyanyian maanta anak daro pesan atau pokok pikiran yang ingin disampaikan oleh pendendang secara keseluruhan yaitu mengenai pentingnya menuntut ilmu. Hal ini ditandai dengan adanya bait yang berisikan tentang permohonan, himbauan dan usaha ibu dalam mengusahakan pendidikan untuk anaknya, yang menunjukkan betapa pentingnya menuntut ilmu dalam bait nyanyian maanta anak daro. Pada nyanyian kedua yang berjudul sambah simpuh, dalam acara maanta anak daro, tema atau pokok pikiran yaitu mengenai pemberitahuan kedatangan rombongan anak daro adan guru mengaji kepada orang rumah, atau kepada keluarga anak daro.
Hubungan antar Unsur dalam Teks Nyanyian Maanta Anak Daro Hubungan antar unsur dalam nyanyian maanta anak daro seperti rima, irama, daya bayang, gaya bahasa, nada, simbol, enjabemen, diksi dan tema merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dipisahkan dengan unsur-unsur yang lainnya. Hubungan antar unsur yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro: 1. Hubungan untuk mendukung tema dalam nyanyian maanta anak daro, yaitu terdapat hubungan antara imaji (daya bayang), gaya bahasa, dan simbol. Adanya gaya bahasa, simbol, dan juga imaji pada bait nyanyian maanta anak daro bertujuan untuk menunjukkan kepada pendengar mengenai makna yang ingin disampaikan dari syair nyanyian maanta anak daro, yaitu tentang kesungguhsungguhan. Hal ini merupakan pesan atau pokok pikiran (tema) yang ingin disampaikan oleh pendendang dalam nyanyian maanta anak daro, yaitu mengenai pentingnya menuntut ilmu, dengan memperlihatkan kesungguh-sungguhan tersebut. 2. Hubungan untuk memunculkan aspek estetik dalam nyanyian maanta anak daro, yaitu terdapat keterkaitan antara Rima, irama, nada, dan enjabemen.
PENUTUP Dari analisis data yang didapat dari lapangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi maanta anak daro merupakan salah satu bagian dari prosesi perkawinan yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah. Tradisi maanta anak daro dilaksanakan oleh guru mengaji dan para santriwati, untuk mengantarkan anak daro
dari surau tempat anak daro mengaji, sampai ke rumah orang tua anak daro. Tradisi maanta anak daro diiringi dengan pembacaan salawat dan juga nyanyian-nyanyian maanta anak daro. Adanya nyanyian dalam tradisi maanta anak daro ini sangat berperan penting, karena inti dari acara maanta anak daro itu sendiri terletak pada nyanyian maanta anak daro tersebut. Tanpa adanya nyanyian maanta anak daro, maksud yang ingin disampaikan dalam tradisi ini tidak akan tersampaikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya antara tradisi maanta anak daro dengan nyanyian maanta anak daro itu merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro sama halnya dengan struktur dalam puisi pada umumnya, yaitu: ada rima, irama, daya bayang, gaya bahasa, nada, simbol, enjabemen, diksi dan tema. Nyanyian maanta anak daro merupakan salah satu bentuk dari puisi lama, yaitu syair. Dalam nyanyian maanta anak daro terdapat citraan penglihatan (visual), merasakan (taktil), dan pendengaran (audiotory). Gaya bahasa yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro dari diantaranya: simile, antithesis, metafora, paralelisme. Nada atau warna emosi yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro diataranya: khidmad, keseriusan, dan warna emosi penghormatan. Simbol-simbol yang digunakan dalam nyanyian maanta anak daro kebanyakan tentang kebesaran Allah SWT mengenai alam semesta, ataupun tentang fenomena alam. Tema dalam nyanyian maanta anak daro adalah tentang pentingnya menuntut ilmu, dan tema dalam nyanyian sambah simpuh adalah
mengenai pemberitahuan kedatangan rombongan anak daro ke rumah orang tua anak daro. Hubungan antar unsur yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro bertujuan untuk mendukung tema atau membentuk tema. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah imaji (daya bayang), gaya bahasa, dan symbol. Hubungan antara rima, irama, nada, dan enjabemen dalam nyanyian maanta anak daro bertujuan untuk menimbulkan efek estetik. Dari keseluruhan unsur yang disebutkan mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dalam membentuk suatu makna atau pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar.
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Pradopo, Rachma. 2009. Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi Model Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan. Jakarta: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia. Kutha Ratna, Nyoman. 2009. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan Pengajarannya Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Ikip Semarang Press. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Situmorang. B.P. 1977. Puisi Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur. Medan: Nusa Indah. Sumardjo, Jacob dan Saini K. M. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Taum, Yosep Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor: Nusa Indah.