ANALISIS STRUKTURAL CERITA DALAM SYAIR SITI ZUBAIDAH Nur Metasari, Martono, Henny Sanulita Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk pendeskripsian penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bentuk kualitatif dengan pendekatan struktural. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Karakter tokoh utama pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah memiliki 11 karakter. 2) Latar tempat pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ada 17 tempat. Latar waktu pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ada 10 waktu yang tergambar. Latar sosial pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah yaitu berkaitan dengan adat istiadat, tradisi, cara bersikap, dan cara berfikir. 3) Alur pada cerita dalam Syair Siti Zubadiah adalah alur maju. 4) Amanat pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ada 4 amanat yang tergambar. 5) Tema pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah percintaan dan perjuangan. Kata kunci: struktural, cerita, syair Abstract: This research aims to delineate characterizations of main character, setting, plot, mandate, and the theme of the story in the poem Siti Zubaidah. The method used is descriptive method qualitative approach to structural shape. Based on the analysis of data, it can be concluded as follows: 1) The character of the main character in the story in the poem Siti Zubaidah has 11 characters. 2) Background on the story in the poem where Siti Zubaidah there are 17 places. Setting time on the story in verse 10 Siti Zubaidah no time depicted. Social background on the story in the poem Siti Zubaidah is related to the customs, traditions, way of being, and ways of thinking. 3) The flow of the story in the poem is Siti Zubadiah plot forward. 4) Mandate the story in verse 4 Siti Zubaidah no mandate depicted. 5) on the theme in the poem Siti Zubaidah story is romance and struggle. Key words: structural, story, poem
s
yair adalah puisi lama yang merupakan satu di antara bentuk sastra lisan yang ada di Indonesia. Syair merupakan jenis puisi lama yang tumbuh setelah masuknya peradaban Islam ke Indonesia. Syair yang merupakan jenis puisi lama Melayu, mendapatkan pengaruh kesusasteraan Islam seperti pantun. Syair juga
1
digunakan untuk melukiskan sesuatu yang panjang, bisa tentang suatu cerita, ilmu, persahabatan, percintaan, religi, maupun sejarah. Di Indonesia perkembangan kajian sastra tradisional hingga dewasa ini belum menggembirakan karena jika dibandingkan dengan perkembangan kajian sastra modern, perkembangan kajian sastra tradisional kita masih jauh tertinggal. Hal itulah yang menjadi dasar alasan penulis ingin meneliti syair. Alasan penulis memilih syair sebagai objek yang akan dianalisis ialah pertama karena sepengetahuan penulis masih banyak naskah syair yang belum dianalisis sehingga perlu dilakukan penelitian agar nilai-nilai luhur warisan budaya nenek moyang yang terkandung di dalamnya dapat diketahui dan disebarluaskan kepada masyarakat. Kedua, penulis ingin mengembangkan sastra tradisional sehingga menarik minat pembaca untuk membaca syair karena syair yang penulis teliti ini berbeda dengan syair yang biasanya masyarakat ketahui. Syair yang penulis teliti ini seperti cerita sehingga di dalam syair tersebut mengandung unsur intrinsik yang meliputi penokohan, latar, alur, amanat, dan tema. Untuk itu penulis menganalisis cerita dalam Syair Siti Zubaidah yang ditulis dalam bentuk syair dari segi struktur, yaitu unsur intrinsik (penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema). Alasan penulis menjadikan cerita dalam Syair Siti Zubaidah sebagai objek dalam penelitian ini pertama karena cerita dalam Syair Siti Zubaidah ini merupakan sebuah syair yang berasal dari daerah Kalimantan Barat. Kedua, cerita dalam Syair Siti Zubaidah ini merupakan cerita yang ditulis dalam bentuk syair sehingga dari bentuk cerita yang disyairkan ini juga memiliki nilai estetik yang terbentuk dari kata, frasa, baris, dan bait, dengan begitu cerita dalam Syair Siti Zubaidah bukan cerita yang berbentuk prosa. Ketiga, dari cerita dalam Syair Siti Zubaidah ini akan ada hal yang bisa diteladani misalnya dari karakter tokoh yang bersifat positif. Alasan penulis memilih rumusan masalah yang berkaitan dengan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah karena di dalam Syair Siti Zubaidah berisikan sebuah cerita yang ditulis dalam bentuk syair, seperti halnya prosa contohnya novel atau cerpen yang di dalamnya juga berisi cerita, namun Syair Siti Zubaidah ini tidak berbentuk prosa tetapi berbentuk syair. Sehingga di dalam Syair Siti Zubaidah juga memiliki unsur intrinsik. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti Syair Siti Zubaidah dengan masalah yaitu penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema karena penulis ingin menemukan hal tersebut di dalam Syair Siti Zubaidah dan kemudian penulis akan mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasian masalah tersebut sehingga dapat dipecahkan. Penelitian tentang syair pernah dilakukan oleh, Siti Zahra Yundiafi (2010) meneliti syair dari segi analisis struktur dan nilai budaya serta suntingan teks dengan judul penelitian “Syair Saudagar Miskin:Analisis Struktur dan Nilai Budaya Serta Suntingan Teks”. Masalah dalam penelitian yang dilakukan Siti Zahra Yundiafi ialah tentang teks lengkap Syair Saudagar Miskin, struktur teks (alur, latar, tokoh, dan tema) Syair Saudagar Miskin, nilai-nilai budaya apa yang terkandung dalam teks Syair Saudagar Miskin, fungsi dan kedudukan Syair Saudagar Miskin dalam sastra 2
Nusantara khususnya sastra Melayu, dan berdasarkan isinya Syair Saudagar Miskin digolongkan ke dalam syair apa. Kelima masalah penelitian tersebut tentunya menggunakan pendekatan untuk menganalisisnya, pendekatan yang digunakan dalam penelitian menggunakan pendekatan struktural. Dari analisis yang telah dilakukan Siti Zahra Yundiafi menghasilkan simpulan yaitu Syair Saudagar Miskin beralur maju, tokoh utama dalam Syair Saudagar Miskin ini adalah Saudagar, sedangkan tokoh antagonismya adalah Ahmad, tokoh bawahan yaitu Siti Halimah, Nenek Kebayan, Saudagar Yahya, Pak Baqi, dan Wasir. Latar dalam Syair Saudagar Miskin ini lebih dominan pada hutan belantara dan pekan pesara, yang disebut sebagai tempat berjual bunga Nenek Kebayan, tempat berjual kayu Wasir, dan tempat berjual beli Saudagar Yahya. Tema yang diusung Syair Saudagar Miskin berkaitan dengan ajakan atau keteladanan tokoh dalam pendalaman agama yang mengikuti syariat amal mukuf nahi munkar. Nilai budaya yang terkandung dalam Syair Saudagar Miskin menyangkut nilai religi, nilai moral, dan nilai sosial. Fungsi Syair Saudagar Miskin sebagai alat pendidikan dan juga hiburan, kedudukan Syair Saudagar Miskin ini mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan yang benafaskan islam. Syair Saudagar Miskin ini tergolong ke dalam syair nasihat karena di dalamnya sarat dengan nasihat. Letak persamaan penelitian Siti Zahra Yundiafi dengan penelitian yang penulis lakukan ialah pada pendekatan yang digunakan, penelitian yang penulis lakukan juga menggunakan pendekatan struktural karena penelitian yang penulis lakukan ini mendeskripsikan penokohan, latar, alur, amanat, dan tema yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Penelitian ini tentunya berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan, letak perbedaannya itu pada objek penelitian, objek penelitian yang penulis teliti adalah Syair Siti Zubaidah sedangkan objek penelitian oleh Siti Zahra Yundiafi adalah Syair Saudagar Miskin. Selain itu Siti Zahra Yundiafi juga menyuntik teks Syair Saudagar Miskin sedangkan penulis hanya memfokuskan masalah penelitian pada tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Didik Rahayu (2011) juga pernah meneliti syair dari segi struktur pada kumpulan syair gulung Melayu Ketapang, dengan judul penelitian “Analisis Struktur Syair Gulung Melayu Ketapang Karya Hairani K”. Masalah dalam penelitian Didik Rahayu ialah tentang diksi yang digunakan penyair dalam kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Hairani K, rima yang terdapat dalam kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Hairani K, irama dalam kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Hairani K, dan isi syair dalam kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Hairani K. Keempat masalah dalam penelitian menggunakan pendekatan struktural untuk menganalisisnya. Dari analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa diksi yang digunakan dalam kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Hairani K itu lebih didominasi kata-kata umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Rima yang terdapat dalam kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Hairani K, dianalisis dari rima berdasarkan bunyi atau suaranya, rima menurut letak atau 3
tempatnya, dan rima menurut pertalian atau hubungannya. Irama dalam kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Hairani K ini digunakan penyair dengan jenis lagu Kumbayat Pulang dengan notasi balok. Isi dalam sebuah syair yang diteliti oleh Didik Rahayu ini kebanyakan untuk mengubah cerita atau mengungkapkan suatu kisah, dalam isinya juga terdapat pesan atau amanat yang sangat bermanfaat dan memberi hiburan yang lucu sehingga pendengar merasa terhibur. Letak persamaan penelitian yang dilakukan Didik Rahayu dengan penelitian yang penulis lakukan ialah pada pendekatan yang digunakan, penelitian yang akan penulis lakukan juga menggunakan pendekatan struktural. Penelitian yang dilakukan oleh Didik Rahayu memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu pada objek dan masalah dalam penelitian. Penelitan yang dilakukan Didik Rahayu berkaitan dengan diksi, rima, irama, dan isi pada syair sedangkan penelitian yang penulis lakukan ini lebih memfokuskan pada segi unsur intrinsiknya (penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema) pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah yang ditulis dalam bentuk syair. Penelitian tentang syair juga pernah dilakukan oleh Dini Dwi Kurnianti (2003), dengan judul ”Struktur Syair dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli”. Masalah dalam penelitiannya ialah tentang jumlah suku kata pada setiap baris syair dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli, rima syair dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli, makna syair dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli, dan jenis syair dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sudah dirumuskan tersebut menggunakan pendekatan struktural. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jumlah suku kata setiap baris syair dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli berkisar antara delapan sampai dua belas suku kata. Rima yang terdapat dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli ini dianalisis dari rima berdasarkan bunyi atau suaranya, rima menurut letak atau tempatnya, dan rima menurut pertalian atau hubungannya. Makna keseluruhan syair yang terdapat dalam Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli yang berjumlah 60 bait terbagi dalam dua bagian, yaitu bait ke-1 sampai dengan bait ke-51 adalah isi syair Samsul Bahri kepada Siti Nurbaya, sedangkan baik ke-52 sampai baik ke-60 adalah syair ratapan Siti Nurbaya tentang nasibnya setelah ditinggal oleh orang tuanya dan kekasih yang dicintainya. Jenis syair pada Roman Siti Nurbaya Karya Marah Rusli ini digolongkan sebagai jenis syair romantis atau menceritakan tentang kisah percintaan. Penelitian yang dilakukan oleh Dini Dwi Kurnianti memiliki persamaan pendekatan yang penulis gunakan pada penelitian penulis terhadap cerita dalam Syair Siti Zubaidah yaitu, pendekatan struktural. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Dini Dwi Kurniantidengan penelitian yang penulis lakukan ialah pada objek penelitian atau syair yang akan penulis teliti. Penelitian Dini Dwi Kurnianti meneliti syair dalam Roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli sedangkan penelitian yang penulis lakukan pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah yang ditulis dalam bentuk syair. Selain itu masalah dalam penelitian Dini Dwi Kurnianti juga berbeda dengan 4
masalah yang penulis lakukan. Masalah penelitan yang dilakukan oleh Dini Dwi Kurnianti berkaitan dengan jumlah suku kata, rima, makna, dan jenis syair dalam Roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli, sedangkan masalah dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini akan mendeskripsikan dari segi struktur (penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema) pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Penelitian ini memiliki relevansi dengan pengajaran sastra di sekolah yaitu di SMP. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP, Standar Kompetensi (SK) pada kelas IX semester 1 yaitu pada ranah “mendengarkan”, pada SK nomor 5 “Memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengarkan syair” sedangkan Kompetensi Dasar (KD) yang berkaitan dengan SK di atas, yaitu pada KD nomor 5.1 “Menemukan tema dan pesan syair yang diperdengarkan.” Menurut Forster (dalam Nurgiyantoro, 2010:91) cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Pendapat mengenai cerita juga disampaikan oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:91) memberikan pengertian cerita sebagai sebuah urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu. Syair adalah jenis puisi lama Melayu yang terdiri atas empat larik dan berirama aa aa, setiap bait terdiri atas empat larik yang terdiri atas 9, 10, atau 12 suku kata, bait-bait dalam syair biasanya membentuk sebuah cerita (Sunardjo, dkk, 2001:1). Menurut Aminuddin (dalam Mappau, 2008:263), strukturalisme sebagai suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menyampaikan gagasan atau menginformasikan ide-ide, sikap pengarang dalam menampilkan elemen-elemen intrinsik, dan mekanisme hubungan setiap elemen intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2010:23). Menurut Sadikin (2011:8) unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra seperti, tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan. Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2000:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Kosasih (2012:37) cara penggambaran karakter tokoh dapat penyebutan secara langsung, gambaran fisik, prilaku, tata bahasa tokoh, lingkungan kehidupan pikiran tokoh dan pembicaraan tokoh lain. Untuk mengetahui karakter tokoh utama tentunya ada hal khusus yang perlu diketahui, karakteristrik tokoh utama ialah sebagai berikut. 1) Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya; 2)Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan; 3)Tokoh utama tergolong penting dan dan ditampilkan terus menerus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. (Nurgiyantoro, 2010: 176-177). Menurut Sudjiman (1991:18) judul cerita sering juga mengungkapkan siapa yang dimaksud sebagai protagonis atau tokoh utama, seperti Siti Nurbaya (Rusli,1965), akan tetapi patut diteliti lebih lanjur apakah maksud menokohutamakan tokoh tertentu ditunjang oleh penokohan dan pengaluran cerita. Hal ini menjelaskan 5
bahwa di dalam menentukan tokoh utama pada suatu cerita harus memperhatikan apakah benar di dalam penggunaan judul itu benar-benar ditampilkan sebagai tokoh utama. Berarti tidak selamanya judul yang menggambarkan nama tokoh merupakan tokoh utama di dalam suatu cerita. Menurut Sumardjo dan Saini (1991:76) menyatakan latar adalah tempat tertentu, daerah tertentu, orang-orang tertentu dengan watak tertentu akibat situasi lingkungan atau sesamanya, cara hidup tertentu, dan cara berpikir tertentu. Menurut Aminuddin (1995:67) setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Alur merupakan sebagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra. Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Jenis alur berdasarkan periode pegembangannya terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) Alur normal : (1) (2) (3) (4) (5) 2) Alur sorot balik : (5) (4) (3) (2) (1) 3) Alur maju-mundur : (4) (5) (1) (2) (3) Periode-periode tersebut meliputi: (1) Pengenalan situasi cerita (babak awal) (2) Pengungkapan peristiwa (3) Menuju pada adanya konflik (4) Puncak konflik (5) Penyelesaian, (Kosasih, 2012:63). Menurut Waluyo (dalam Martono, 2008:26), amanat adalah pesan atau nasehat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca. Tema diartikan sebagai kenyataan yang tunggal dari pengalaman manusia yang dihadirkan dalam sebuh cerita fiksi. Sebagai contoh dari hal itu adalah keberanian, kekecewaan, masa tua, dan lain sebagainya. Menurut Nurgiyantoro (2010:25) tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tujuan penelitian ini secara umum ialah pendeskripsian struktur yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah 1) pendeskripsian penokohan tokoh utama yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 2) pendeskripsian latar yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 3) pendeskripsian alur yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 4) pendeskripsian amanat yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 5) pendeskripsian tema yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur teks yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mendiskripsikan data yang berupa kutipan-kutipan dari cerita dalam Syair Siti Zubaidah secara objektif.Menurut Moleong (2012: 11) data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan 6
bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif. Alasan penulis memilih bentuk kualitatif dalam penelitian ini karena dengan menggunakan kualitatif akan lebih mudah diterapkan untuk penelitian yang menggunakan manusia sebagai instrument kunci, karena manusia cendrung untuk melihat, membaca, mengamati, mendeskripsikan, menganalisis, dan sebagainya, sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar. Dengan kualitatif penulis akan berusaha mendeskripsikan struktur (penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema) yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Menurut Moleong (2012: 9) penelitian kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Moleong (1991:7) menyatakan penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas diamati dalam proses. Menurut Semi (1993:23) penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan struktural. Alasan penulis memilih pendekatan struktural dalam penelitian ini karena pendekatan sturuktural dipandang sebagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan struktur yang terkandung di dalam sebuah karya satra. Selain itu dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan dan menginterpretasikan struktur yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah yaitu unsur intrinsik (penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema). Menurut Aminuddin (dalam Mappau, 2008: 263) menyatakan strukturalisme sebagai suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menyampaikan gagasan atau menginformasikan ide-ide, sikap pengarang dalam menampilkan elemen-elemen intrinsik, dan mekanisme hubungan setiap elemen intrinsik. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita dalam Syair Siti Zubaidah yang ditulis dalam bentuk syair. Naskah Syair Siti Zubaidah merupakan karya sastra Indonesia lama yang berbahasa Arab-Melayu yang diterjemahkan oleh Sri Sayekti dan Muhammad Jaruki, penyuntingannya dilakukan oleh Drs. Sriyanto. Naskah ini dijilid rapi dengan sampul wajah perempuan berjilbab, berukuran 21 cm x 15 cm, dan tebal 1,5 cm. Naskah Syair Siti Zubaidah terdiri dari 380 halaman, diterbitkan oleh Pusat Bahasa pada tahun 2010. Menurut Lofland (dalam Moleong, 1991:112), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan sebagai dokumen dan lain-lain. Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, baris, dan bait yang terdapat pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah yang ditulis dalam bentuk syair. Kata, frasa, baris, dan bait yang berkaitan dengan struktur itu kemudian dikutip, sehingga dapat memecahkan masalah yang berkatian dengan penelitian, yaitu penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik studi dokumenter. Studi dokumenter ini dilakukan dengan cara menelaah karya sastra 7
menjadi sumber penelitian. Pengumpulan data ditempuh dengan teknik berikut. a) Membaca secara intensif serta mempelajari secara cermat cerita dalam Syair Siti Zubaidah, sehingga diperoleh pemahaman tentang struktur yang terkandung di dalamnya; b) Mengidentifikasi data sesuai dengan masalah dalam penelitian; c) Menampilkan data atau kutipan ke dalam kartu data sesuai dengan masalah penelitian; d) Mengklasifikasikan data sesuai dengan masalah dalam penelitian; e) Mengecek keabsahan data sehingga data tersebut valid, sesuai dengan masalah dalam penelitian. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen utama atau instrument kunci, selain itu peneliti juga akan menggunakan instrument pembantu, yaitu kartu pencatat data, yang berfungsi untuk mencatat hasil temuan data yang sudah didapat dari hasil membaca dan mengidentifikasi cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Selanjutnya catatan yang berupa data dihimpun secara khusus menurut klasifikasi permasalahan penelitian. Teknik pengecekan keabsahan data berfungsi untuk menguji valid dan reabilitas data yang diperoleh dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah teknik ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, diskusi teman sejawat, dan triangulasi. 1)Ketekunan Pengamatan, ketekunan pengamatan terhadap cerita dalam Syair Siti Zubaidah merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang peneliti agar dapat memusatkan diri terhadap persoalan yang dicari secara teliti. Teknik yang dilakukan adalah mengamati dan membaca cerita dalam Syair Siti Zubaidah secara teliti, tekun, rinci, terhadap berbagai fenomena yang berhubungan dengan masalah dan data penelitian. Dalam hal ini, peneliti berusaha memusatkan diri dan berkonsentrasi untuk menemukan dan memecahkan masalah dalam penelitian yaitu berkaitan dengan struktur pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah (penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema); 2) Triangulasi, untuk melakukan pengecekan keabsahan, penulis menggunakan cara triangulasi yang memanfaatkan penyidik, yaitu dengan pemanfaatan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali data. Pemanfaatan pengamat lain membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Hal itu didukung oleh pendapat Moleong (2012:330), menjelaskan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Untuk mengecek data penelitian ini, penulis berkonsultasi dengan dosen pembimbing yaitu, Dr. H. Martono dan Henny Sanulita, M.Pd.. Pengecekkan keabsahan data melalui penyidik dilakukan ketika penulis berkonsultasi dengan dosen pembimbing; 3) Kecukupan Referensi, yaitu dilakukan dengan cara membaca dan menelaah sumber data serta berbagai pustaka secara berulang-ulang sehingga diperoleh ketepatan data yang sesuai dengan masalah yang dibahas. Dalam hal ini, penulis melakukan kegiatan membaca dengan teliti dan cermat agar dapat menyocokan referensi yang sesuai, tepat, dan cukup untuk membantu penulis memecahkan masalah dalam penelitian. Penulis juga menelaah sumber data dalam penelitian sehingga kecukupan referensi dapat membantu penulis dalam memecahkan masalah penelitian. 8
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme, maka teknik analisis data yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 2)Menginterprestasikan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 3) Setelah data sudah dianalisis dan diinterprestasikan, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi; 4)Menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah dalam penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Data Penelitian ini secara umum bertujuan untuk pendeskripsian struktur yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah 1) pendeskripsian penokohan tokoh utama yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 2) pendeskripsian latar yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 3) pendeskripsian alur yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 4) pendeskripsian amanat yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah, 5) pendeskripsian tema yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Hasil dari analisis data yaitu 1) Penokohan tokoh utama yaitu Sultan Abidin pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah memiliki karakter ramah, bijaksana, menghormati orang tua, rendah hati, religi, pemberani, penyayang, peduli, adil, setia, dan dermawan; 2) Latar terbagi 3 yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah yaitu rumah, balai sari, penjara, istana, beranda, pulau peranggai, tanjung bali, negeri Yaman, pasar, tengah padang, peringgi racun, hutan, kaki bukit, negeri Cina, negeri Yunan, padang sujana, dan negeri Kumbayat. Latar waktu pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah petang, esok pagi, tiga hari, dini hari, subuh, tiga hari tiga malam, pagi hari, malam, sehari, dan siang dan malam. Latar sosial pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah tentang adat istiadat, tradisi, cara bersikap, dan cara berfikir; 3) Alur pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah alur maju, karena tahapan pada cerita dimulai dengan pengenalan situasi cerita, pengungkapan cerita, menuju pada adanya konflik, puncak konflik, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian; 4) Amanat yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah sebagai umat beragama harus memegang teguh keyakinan beragama, jodoh merupakan kehendak Allah sehingga jangan bersusah jika belum dipertemukan dengan jodoh, menaati perintah orang tua, terlebih lagi dalam hal kebaikan seperti suatu pekerjaan untuk menolong orang lain dan hendaknya hanya mengharapkan ridho dari Allah dan bukan karena ingin menerima imbalan atau pamrih, dan mengutamakan kejujuran di dalam berdagang. Sebagai pedagang harus bersikap jujur dan menepati janji ketika sudah menjanjikan sesuatu kepada konsumennya, karena jika tidak bersikap jujur maka akan merugikan diri sendiri dan orang lain; 5) Tema pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah tentang percintaan dan perjuangan.
9
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data di atas maka diperlukan penjelasan tentang bagaimana hasil tersebut dapat dihasilkan. Berikut ini pembahasan hasil analisis data di atas. Cerita dalam Syair Siti Zubaidah merupakan sebuah naskah dari syair yang berjudul Syair Siti Zubaidah. Naskah Syair Siti Zubaidah merupakan karya sastra Indonesia lama yang berbahasa Arab-Melayu yang diterjemahkan oleh Sri Sayekti dan Muhammad Jaruki dan penyuntingan teks Syair Siti Zubaidah dilakukan oleh Drs. Sriyanto. Naskah Syair Siti Zubaidah merupakan cerita yang ditulis dalam bentuk syair. Cerita dalam bentuk syair ini mengisahkan tentang percintaan Sultan Abidin dan Siti Zubaidah, kisah ini juga diikuti dengan pejuangan. Sehingga menarik sekali untuk mendeskripsikan penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. 1) Penokohan tokoh utama berkaitan dengan karakter tokoh utama tersebut baik itu sifat atau watak yang dimiliki oleh seorang tokoh. Hasil analisis pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah Sultan Abidin merupakan tokoh utama yang memiliki 11 karakter yaitu ramah, bijaksana, menghormati orang tua, rendah hati, religi, pemberani, penyayang, peduli, adil, setia, dan dermawan. Satu di antara karakter Sultan Abidin adalah ramah. Berikut ini kutipan yang menggambarkan Sultan Abidin memiliki karakter ramah. “Ditegur saudagar seraya berkata, Bilakah datang sahabat kita? Apa dagangan dibawanya serta? Semuanya diberikan beta.” (SSZ, 9). Kutipan “Bilakah datang sahabat kita?” menggambarkan karakter Sultan Abidin yang ramah. Sultan Abidin menyapa kedatangan Cucu Wangkang dengan ramah. Ditegurnya dengan lembut dan dengan bahasa yang akrab. Sebutan “sahabat” yang disampaikan Sultan Abidin menggambarkan sifat ramah yang dimiliki Sultan Abidin. Padahal Cucu Wangkang adalah orang yang baru saja Sultan Abidin kenal saat itu. Tapi kehadiran Cucu Wangkang di Negeri Kumbayat disambut hangat dengan Sultan Abidin. Sultan Abidin menganggap dan memperlakukan seolah-olah Sultan Abidin sudah lama mengenali Cucu Wangkang. 2) Latar sebagai landasan tumpu yang berkaitan dengan pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar terbagi menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat merupakan tempat kejadian suatu peristiwa yang terjadi pada suatu cerita. Latar waktu ialah kapan terjadinya suatu peristiwa, sedangkan latar sosial berkaitan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Hasil analisis pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah meliputi: a) latar tempat pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah rumah, balai sari, penjara, istana, beranda, pulau peranggai, tanjung bali, negeri Yaman, pasar, tengah padang, peringgi racun, hutan, kaki bukit, negeri Cina, negeri Yunan, padang sujana, dan negeri Kumbayat. Berikut ini kutipan yang menggambarkan latar tempat. 10
“Isi Wangkang semua demikiannya Masing-masing dengan kesukaannya Serta dibeli dengan tunainya Dagangan diangkut pulang ke rumahnya” (SSZ, 11) Kutipan “Dagangan diangkut pulang ke rumahnya” menggambarkan terjadinya peristiwa Sultan Abidin yang membawa barang dagangan yang Sultan Abidin beli dari Cucu Wangkang ke rumah. Sultan Abidin yang membawa barang tersebut pulang ke rumahnya, menunjukkan bahwa Sultan Abidin menyimpan barang dagangan yang Sultan Abidin beli itu di rumahnya bukan di tempat lain. Kutipan tersebut menggambarkan terjadinya peritiwa yang berkaitan dengan lokasi yaitu di rumah. Sultan Abidin yang ketika itu membeli barang dagangan Cucu Wangkang, membawa barang dagangannya tersebut ke rumahnya; b) latar waktu pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah petang, esok pagi, tiga hari, dini hari, subuh, tiga hari tiga malam, pagi hari, malam, sehari, dan siang dan malam. Berikut ini kutipan yang menggambarkan latar waktu. “Setelah sudah hari nan petang Cucu Wangkang bermohon pulang Seraya berkata saudagar terbilang Nakhoda kemari juga berulang” (SSZ, 10). Kutipan “Setelah sudah hari nan petang”, menggambarkan waktu bahwa hari sudah sore dan Cucu Wangkang hendak bermohon pulang. Cucu Wangkang ketika itu berada di rumah Sultan Abidin, kedatangan Cucu Wangkang disambut hangat oleh Sultan Abidin, sehingga dijamu dengan makan dan minum oleh Sultan Abidin. Setelah selesai makan dan minum mereka berbicang-bincang membicarakan barang daganga hingga tidak terasa hari pun sudah hampir sore. Cucu Wangkang pun hendak pulang dan berjanji akan kembali lagi. “Hari nan petang” menggambarkan bahwa itu merupakan latar waktu ketika Cucu Wangkang hendak bermohon pulang kepada Sultan Abidin; c) Latar sosial pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah tentang adat istiadat, tradisi, cara bersikap, dan cara berfikir. Berikut ini kutipan yang menggambarkan latar sosial mengenai adat istiadat di suatu daerah tertentu. “Zubaidah berjanji dari mulanya Oleh pertama masuk Wangkangnya Dagangan patik diambil semuanya Kepaa yang lain pula dijualnya Patut dihukum orang yang jahat Karena sudah di dalamnya adat Segala dagang supa yang melihat Tiada perkenan orang Kumbayat”, (SSZ, 15). Kutipan “Patut dihukum orang yang jahat” dan “Karena sudah di dalamnya adat”, menggambarkan jelas bahwa di Negeri Kumbayat itu kuat akan hukum yang berlaku. Karena bagi orang yang jahat seperti yang dilakukan oleh Cucu Wangkang harus dikenakan hukuman. Cucu Wangkang berdusta atau tidak menepati janjinya 11
kepada Sultan Abidin untuk memberikan barang dagangannya, bahkan Cucu Wangkang malah menjual barang dagangannya tersebut kepada orang lain. Sehingga hal yang telah dilakukan Cucu Wangkang tersebut sudah menyalahi atau melanggar adat yang ada di Negeri Kumbayat. Hal ini menggambarkan adat istiadat yang berlaku di dalam suatu tempat yaitu Negeri Kumbayat. 3) Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Alur pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah alur maju, karena tahapan pada cerita dimulai dengan pengenalan situasi cerita, pengungkapan cerita, menuju pada adanya konflik, puncak konflik, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian. Berikut ini kutipan yang menggambarkan tahap pengenalan situasi cerita. ”Orang Fabian naik berperi Melihat Cina datang kemari Orang Fabian semuanya berdiri Datang mengadap muda jauhari Ditegur saudagar seraya berkata Bilakah datang sahabat kita? Apa dagangan dibawanya serta? Semuanya diberikan beta Cucu Wangkang suka tertawa Kasih ia baik samanya gawa Datuk saudagar menjadi tawa Banyak dagangan yang kubawa”, (SSZ, 9). Kutipan di atas menggambarkan awal pertemuan tokoh utama yaitu Sultan Abidin dengan seorang pedagang yang berasal dari Cina bernama Cucu Wangkang. Ketika itu orang-orang disekitar semuanya melihat kedatangan Cucu Wangkang, begitu pula Sultan Abidin. Sultan Abidin menyambut ramah dan hangat kedatangan Cucu Wangkang, Sultan Abidin menanyakan kepada Cucu Wangkang barang dagangan apa saja yang dibawa oleh Cucu Wangkang. Sultan Abidin bermaksud untuk membeli semua barang dagangannya tersebut. Kemudian Cucu Wangkang pun lalu menjawab sambil tertawa bahwa dirinya membawa banyak sekali barang dagangan. Pertemuan Sultan Abidin dan Cucu Wangkang ini diawali dengan hal yang baik. Kutipan “Ditegur saudagar seraya berkata” dan “Bilakah datang sahabat kita?”, menggambarkan awal pertemuan yang baik antara Sultan Abidin dengan Cucu Wangkang, pada adegan ini cerita yang dimunculkan adalah tokoh Sultan Abidin yang bertemu dengan Cucu Wangkang yang merupakan pedagang dari Negeri Cina. Sultan Abidin berlaku sopan dan menyambut hangat kedatangan Cucu Wangkang yang hendak berdangang. Sultan Abidin ketika itu hendak membeli barang dagangan yang dibawa oleh Cucu Wangkang, oleh karena itu ditanyanya juga tentang barang dagangan apa saja yang dibawa oleh Cucu Wangkang.
12
4) Amanat merupakan pesan atau nasehat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca. Amanat yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah sebagai umat beragama harus memegang teguh keyakinan beragama, jodoh merupakan kehendak Allah sehingga jangan bersusah jika belum dipertemukan dengan jodoh, menaati perintah orang tua, terlebih lagi dalam hal kebaikan seperti suatu pekerjaan untuk menolong orang lain dan hendaknya hanya mengharapkan ridho dari Allah dan bukan karena ingin menerima imbalan atau pamrih, dan mengutamakan kejujuran di dalam berdagang. Sebagai pedagang harus bersikap jujur dan menepati janji ketika sudah menjanjikan sesuatu kepada konsumennya, karena jika tidak bersikap jujur maka akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Berikut ini satu di antara kutipan yang menggambarkan amanat bahwa sebagai umat beragama harus memegang teguh keyakinan beragama. “Baginda berkata lakunya minta, Tidaklah aku menurut kata Tidak bertitah di dalam cita Masuk agama yang lata Jangan banyak pula direka Bunuhlah aku sekarang juga Perkataanmu itu tidak kusuka Ridalah mati dengan seketika” (SSZ, 227-228). Kutipan “Tidaklah aku menurut kata” dan “Bunuhlah aku sekarang juga”, menggambarkan bahwa sebagai umat beragama harus memegang teguh keyakinan beragama. Hal itu ditunjukankan Sultan Abidin sebagai umat muslim, Sultan Abidin tidak mau berpindah agama sekalipun Sultan Abidin harus mati karena mempertahankan keyakinan agamanya yaitu islam. Pengorbanan Sultan Abidin untuk mempertahankan agamanya tidak sebatas ucapan, tetapi Sultan Abidin buktikan dengan perbuatan. Bahkan Sultan Abidin rela dibunuh dan mati dari pada harus berpindah agama. Oleh karena itu Sultan Abidin tidak mau mengikuti perkataan dan kemauan putri Cina untuk berpindah agama. Sultan Abidin yang rela mati demi agamanya. Sultan Abidin memilih dibunuh dari pada harus berpindah agama. Kecintaannya dan keteguhannya memeluk agama islam, diuji saat nyawanya harus dipertaruhkan. Sultan Abidin yang kalah berperang di tangkap oleh putri Cina dan kemudian dibawa ke Negeri Cina. Akan tetapi satu di antara ketujuh putri Cina ada yang menyukai Sultan Abidin, Kilan Samsu tertarik akan paras Sultan Abidin yang tampan dan putri Cina menyayangkan bila Sultan Abidin harus dimasukkan ke dalam penjara. 5) Tema merupakan sesuatu yang mejadi dasar cerita. Tema pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah tentang percintaan dan perjuangan. Berikut ini tema yang menggambarkan percintaan. “Demi terpandang Siti Bangsawan Diletakkan teropong atas pangkuan 13
Hati berdebar kemalu-maluan Seperti ada jalan pertemuan”, (SSZ, 48). Kutipan di atas menggambarkan rasa cinta yang mulai dirasakan Siti Zubaidah ketika melihat Sultan Abidin. Saat itu Sultan Abidin baru saja datang ke Pulau Peranggi tempat Siti Zubaidah tinggal, kedatangan Sultan Abidin ke pulau tersebut untuk bersinggah karena Pulau Peranggi sangat indah. Kedatangan Sultan Abidin beserta rombongan mengejutkan penduduk di Pulau Peranggi karena mendengar suara meriam yang dibunyikan sebagai tanda kedatangan Sultan Abidin dengan rombongan. Siti Zubaidah juga terkejut akan kedatangan Sultan Abidin, lalu diteropongnya dari kejauhan dan terpandanglah kepada Sultan Abidin yang memiliki paras yang indah. Siti Zubaidah merasakan hatinya berdebar dan rasa malu-malu seakan-akan ada jalan pertemuan di antara mereka. Kutipan “Hati berdebar kemalu-maluan”, menggambarkan perasaan Siti Zubaidah ketika ia melihat kedatangan Sultan Abidin. Perasaan berdebar itu menggambarkan bahwa ada perasaan yang dirasakan Siti Zubaidah kepada Sultan Abidin. Siti Zubaidah seakan menaruh hati dan menyukai Sultan Abidin, bahkan Siti Zubaidah merasa malu-malu ketika melihat Sultan Abidin. Hal itu menunjukkan ada ketertarikan Siti Zubaidah kepada Sultan Abidin. Merupakan bentuk rasa cinta yang mulai bersemi di hati Siti Zubaidah. Selain itu pada kutipan “Seperti ada jalan pertemuan”, menggambarkan pengharapan yang dirasakan Siti Zubaidah ketika melihat kedatangan Sultan Abidin di pulau tempat kediamannya. Siti Zubaidah berharap dengan kedatangan Sultan Abidin di pulau tersebut adalah jalan yang Allah berikan untuk mempertemukan mereka. Dari perasaan yang berdebar dan malu-malu yang dirasakan Siti Zubaidah merupakan perasaan yang menunjukkan ketertarikan dan pengharapan sebagai jalan pertemuan percintaan antara Siti Zubaidah dan Sultan Abidin. Selain itu berikut ini tema mengenai perjuangan juga diperjelas dengan kutipan berikut ini “Ia berjalan masuk ke hutan Semak samun duri rotan Jalan yang betul tiada kelihatan Tambahan pulak dengan keberatan” (SSZ, 233). Kutipan “Ia berjalan masuk ke hutan”, menggambarkan bentuk perjuangan yang dilakukan oleh Siti Zubaidah untuk menemukan suaminya yaitu Sultan Abidin. Sultan Abidin ketika itu sedang berperang dan berhasil ditangkap oleh putri Cina. Siti Zubaidah yang mendengar bahwa Sultan Abidin ditangkap dan dipenjarakan oleh putri Cina sangat sedih mendengar kabar tersebut sehingga Siti Zubaidah berusaha untuk dapat menemukan Sultan Abidin. Untuk menemukan Sultan Abidin yang dipenjara di kerjaan Cina tentunya Siti Zubaidah harus melewati jalan yang sangat jauh sehingga harus melewati hutan dan perjalanan yang panjang. Hal itu sudah dipikirkan oleh Siti Zubaidah sebelumnya, Siti Zubaidah tahu bahwa perjalanan untuk menemukan Sultan Abidin sangat jauh. Namun hal itu tidak meruntuhkan niat dan tekat Siti Zubaidah untuk bisa menemukan Sultan Abidin.
14
Siti Zubaidah akhirnya masuk ke dalam hutan, keadaan hutan tentunya sangat membahayakan, berbagai tumbuhan berduri, rotan, pohon-pohon besar dan binatang buas ada di dalam hutan, bahkan arah untuk keluar dari hutan tidak kelihatan. Tetapi Siti Zubaidah tetap melakukan perjalanan tersebut. Terlebih lagi saat itu Siti Zubaidah sedang mengandung dan umur kandungannya tersebut sudah cukup tua sehingga memungkinkan bahwa Siti Zubaidah akan melahirkan di dalam hutan. Perjuangan Siti Zubaidah yang harus melakukan perjalanan di dalam hutan dalam keadaan hamil tentu berat, Siti Zubaidah tidak hanya harus berjalan sendiri tetapi Siti Zubaidah juga harus berjalan dengan membawa perutnya yang sudah membesar. Hal tersebut tentu bukan hal yang mudah, Siti Zubaidah harus melewati itu sendiri dalam waktu yang cukup lama di dalam hutan, sungguh sebuah perjuangan luar biasa yang dilakukan Siti Zubaidah untuk bisa menemukan Sultan Abidin. Gambaran tersebut merupakan bentuk perjuangan yang dilakukan oleh Siti Zubaidah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa analisis strukturalisme pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah berkaitan dengan analisis tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah. Hasil simpulan sebagai berikut, 1) Penokohan tokoh utama yaitu Sultan Abidin pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah memiliki karakter ramah, bijaksana, menghormati orang tua, rendah hati, religi, pemberani, penyayang, peduli, adil, setia, dan dermawan; 2) Latar terbagi 3 yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah yaitu rumah, balai sari, penjara, istana, beranda, pulau peranggai, tanjung bali, negeri Yaman, pasar, tengah padang, peringgi racun, hutan, kaki bukit, negeri Cina, negeri Yunan, padang sujana, dan negeri Kumbayat. Latar waktu pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah petang, esok pagi, tiga hari, dini hari, subuh, tiga hari tiga malam, pagi hari, malam, sehari, dan siang dan malam. Latar sosial pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah tentang adat istiadat, tradisi, cara bersikap, dan cara berfikir; 3) Alur pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah alur maju, karena tahapan pada cerita dimulai dengan pengenalan situasi cerita, pengungkapan cerita, menuju pada adanya konflik, puncak konflik, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian; 4) Amanat yang terkandung pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah sebagai umat beragama harus memegang teguh keyakinan beragama, jodoh merupakan kehendak Allah sehingga jangan bersusah jika belum dipertemukan dengan jodoh, menaati perintah orang tua, terlebih lagi dalam hal kebaikan seperti suatu pekerjaan untuk menolong orang lain dan hendaknya hanya mengharapkan ridho dari Allah dan bukan karena ingin menerima imbalan atau pamrih, dan mengutamakan kejujuran di dalam berdagang. Sebagai pedagang harus bersikap jujur dan menepati janji ketika sudah menjanjikan sesuatu kepada konsumennya, karena jika tidak bersikap jujur maka akan merugikan diri sendiri dan orang lain; 5) Tema pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah ialah tentang percintaan dan perjuangan. 15
Saran Berdasarkan hasil simpulan yang sudah dipaparkan tersebut, maka penulis memberikan saran kepada berbagai pihak. Saran itu penulis berikan kepada pihak berikut. (1) Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, pada pengajaran bahasa dan sastra Indonesia agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk menambah referensi dalam mengajarkan syair kepada para siswa. Sehingga perlu diberitahukan dan dijelaskan kepada siswa bahwa di dalam unsur syair tidak hanya berkaitan dengan rima irama. Namun ada pula cerita dalam bentuk syair, sehingga di dalam cerita yang berbentuk syair tersebut mengandung unsur intrinsik seperti penokohan tokoh utama, latar, alur, amanat, dan tema seperti pada cerita dalam Syair Siti Zubaiah; (2) Bagi pembaca dapat mengambil hal-hal yang dapat menjadi cerminan teladan seperti pada karakter tokoh utama yang mencermikan kebaikan dan nilai kejujuran untuk menepati janji pada cerita dalam Syair Siti Zubaidah; (3) Bagi Universitas Tanjungpura Pontianak, dapat menambah perbendaharaan tulisan yang berkaitan dengan analisis strukturalisme pada cerita dalam bentuk syair; (4) Bagi peneliti yang tertarik meneliti cerita dalam bentuk syair, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Martono. 2006. “Ekpresi Puitik Puisi H. Munawar Kalahan dalam Antologi Bingkisan Orang Pulang”. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang. Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press. Sadikin, Mustofa. 2011. Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta Timur: Gudang Ilmu. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jakop dan Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
16
Sunardjo, Nikmah, dkk. 2001. Analisis Struktur dan Nilai Budaya Syair Bertema Sejarah: Syair Sultan Mahmud di Lingga, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Raja Siak. Jakarta: Pusat Bahasa.
17