203 PERANAN KEGIATAN EKONOMI PRODUKTIF BERBASIS UBI KAYU DALAM PEMBERDAYAAN IBU RUMAHTANGGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP TRANSFORMASI TINGKAT SOSIAL-EKONOMI KELUARGA PETANI LAHAN KERING DI LOMBOK BARAT ROLE OF ECONOMIC ACTIVITY OF CASSAVA-BASED AGRO-INDUSTRY IN EMPOWERMENT OF HOUSEWIVES, AND ITS IMPACT ON TRANSFORMATION OF SOCIO-ECONOMIC LEVEL OF DRY LAND FARMER FAMILY IN WEST LOMBOK Nurtaji Wathoni Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengukur: (1) partisipasi ibu rumahtangga dan nilai ekonomi pada agroindustri berbasis ubi kayu; (2) tingkat efisiensi agroindustri berbasis ubi kayu; (3) faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan ibu rumahtangga perajin agroindustri berbasis ubi kayu; (4) dampak pemberdayaan terhadap transformasi tingkat sosial ekonomi keluarga perajin. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat dengan metode deskriptif dan teknik survei digunakan untuk pengumpulan data dengan mewawancara 40 orang ibu rumahtangga perajin dan 40 orang petani ubi kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi responden tergolong sedang sampai tinggi pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan agroindustri berbasis ubi kayu dan pengelolaan agroindustri tersebut tergolong efisien dengan nilai ekonomi pada kisaran Rp.141.971,98– Rp.21.098.385,82/th. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan ibu rumahtangga melalui agroindustri berbasis ubi kayu adalah jumlah kerja dalam keluarga, pendapatan agroindustri ubi kayu dan pendapatan keluarga dari luar agroindustri serta dampak pemberdayaan memperbaiki tingkat sosial ekonomi keluarga perajin. ABSTRACT The research objectives were: 1) to measure level of participation of housewives in cassava-based agroindustry activity and their economic contribution to family income; 2) to analyze level of agro industry efficiency; 3) to identify factors contribute to economic empowerment of housewives in cassava-based agro-industry activities; 4) to analyze the empowerment impact on socio-economic transformation of housewives family. This research was carried out in West Lombok using descriptive method, by interviewing 40 housewives and 40 cassava farmers. Results indicated that participation level of housewives in cassava agro industry activities, especially in planning, implementation and evaluation of activities fall into moderate to high category. Meanwhile the agro-industries are efficient, and able to generate income from Rp 141,971.98 to Rp 21,098,385.85 per year. It was also found that factors influencing economic empowerment of housewives in cassava-based agro-industry activities were time allocated in family activities, total income from cassava agro-industries, and the family revenue generated from other activities outside of cassava agro-industry. In general, the empowerment impact is improving socio-economy of their family. ______________________________________ Kata Kunci: agoindustri, ubi kayu, ibu rumahtangga Keywords: agroindustry, cassava, housewives PENDAHULUAN Budaya diskriminasi bangsa terhadap upah riil wanitatani terlihat nyata pada sistem usahatani lahan kering sebagai akibat dari rendahnya produktivitas lahan serta karakteristik tenaga kerja pria yang mempunyai nilai jual lebih tinggi. Akibatnya, kontribusi kerja ibu rumahtangga sebagai wanitatani dalam usahatani
sendiri menjadi kurang dihargai karena tidak menghasilkan upah tunai yang diperkuat oleh rendahnya produktivitas usahatani tersebut. Peningkatan partisipasi wanita dalam suatu kegiatan ekonomi produktif berpengaruh positip terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Menurut penelitian Siregar terhadap masyarakat petani di Kabupaten Bengkalis (1995), bahwa telah terjadi peningAgroteksos Vol.17 No.3 Desember 2007
204 katan 37% pada usaha-usaha di mana ibu rumahtangga terlibat di dalamnya dibandingkan dengan usaha yang sedikit melibatkan ibu rumahtangga. Artinya, pengaruh keadaan ekonomi yang terbatas serta meningkatnya kesadaran terhadap perbaikan taraf hidup keluarga mendorong untuk meningkatkan pendapatan melalui penggunaan sumberdaya manusia seoptimal mungkin termasuk tenaga kerja wanita. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan peran ekonomi ibu rumahtangga petani lahan kering di sentra produksi ubi kayu di Lombok Barat adalah pengembangan dan pembinaan agroindustri berbasis ubi kayu melalui penumbuhan kemandirian ibu rumahtangga. Pembinaan juga bertujuan untuk mengantisipasi penurunan harga ubi kayu yang cukup rendah pada saat panen sehingga dapat memberi nilai tambah sekaligus membuka lapangan kerja baru di pedesaan (Deperindag, 2003). Lebih lanjut, pembinaan yang berkesinambungan mampu meningkatkan kualitas dan keragaman produk berbasis ubi kayu di Lombok Barat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Malahayati (2006) bahwa agroindustri kerupuk ubi kayu memberi nilai tambah sebesar Rp 419,22/kg ubi kayu basah. Namun, pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan sehingga sebagian besar keluarga perajin memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah dan tanpa tabungan. Dengan demikian, permasalahannya adalah apakah pengembangan agroindustri tersebut benar-benar dapat memberdayakan ekonomi ibu rumahtangga petani ubi kayu sehingga berdampak secara signifikan terhadap perbaikan tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi keluarganya secara berkelanjutan? Bagaimanakah kinerja ekonomi dan peran ibu rumahtangga dalam usaha tersebut dan apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan ibu rumahtangga perajin? Berdasarkan uraian tersebut maka perlu penelitian tentang: “Peranan Agroindustri Berbasis Ubi Kayu dalam Pemberdayaan Ibu Rumahtangga dan Dampaknya terhadap Transformasi Tingkat SosialEkonomi Keluarga Petani Lahan Kering di Kabupaten Lombok Barat”. Tujuan penelitian untuk mengukur: (1) partisipasi ibu rumahtangga dan nilai ekonomi pada agroindustri berbasis ubi kayu; (2) tingkat efisiensi agroindustri berbasis ubi kayu; (3) faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan ibu rumah-tangga perajin agroindustri berbasis ubi kayu; dan (4) dampak pemberdayaan terhadap transformasi tingkat sosial ekonomi keluarga perajin di Lombok Barat. N. Wathoni: Peranan kegiatan ekonomi…
Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengambil keputusan tentang pemberdayaan ekonomi ibu rumahtangga petani lahan kering sehingga tercapai peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan. METODE PENELITIAN Metode dan Teknik Penelitian Penelitian menggunakan metode survei dan pengumpulan data dengan teknik survei yang dilakukan di Desa Sigerongan-Kecamatan Lingsar; Desa Gunungsari-Kecamatan Gunungsari; Desa Kuripan-Kecamatan Kediri serta Desa Gerung-Kecamatan Gerung untuk agroindustri dodol tape ubi kayu. Responden perajin adalah ibu rumahtangga petani (40 orang) dan petani ubi kayu (40 orang). Variabel dan Cara Pengukurannya a. b.
c.
d.
e.
f.
Karakteristik sosial ekonomi ibu rumahtangga Variabel pendapatan rumahtangga dari berbagai kegiatan ekonomi produktif selama satu tahun terakhir periode pengambilan data. Variabel pemberdayaan ibu rumahtangga oleh agroindustri, indikatornya adalah tingkat partisipasi, jumlah tenaga kerja (HKO) dan nilai ekonominya pada agroindustri tersebut. Ragam kegiatan ekonomi produktif keluarga dan pendapatan kegiatan berbasis ubi kayu dan di luar agroindustri berbasis ubi kayu selama satu tahun terakhir. Produksi fisik dan nilai produksi serta pendapatan seluruh anggota keluarga perajin yang bersumber dari luar agroindustri berbasis ubi kayu. Variabel tingkat kesejahteraan sosialekonomi adalah tingkat konsumsi pangan/ kapita/th untuk beras, ikan asin (kg), gula (kg), cita kasar (meter), minyak goreng (liter), minyak tanah (liter), garam (kg), sabun cuci (lonjor) dan batik kasar (lembar).
Analisis Data Pendapatan dari agroindustri dan dari luar agroindustri berbasis ubi kayu merupakan selisih nilai produksi dengan biaya yang dikonversi ke kurun waktu satu tahun sesuai intensitas kegiatan. Total pendapatan anggota keluarga dari berbagai sumber menjadi total pendapatan rumahtangga (Soekartawi, 1995). Kelayakan usaha dengan mengukur efisiensi usaha berbasis
205 ubi kayu, yakni membandingkan total penerimaan dengan total pengeluaran, yaitu R/C Ratio. Jika bernilai minimal 1 berarti usaha sudah efisien (Husnan dan Suwarsono, 1999). Pemberdayaan ibu rumahtangga menggunakan ukuran nilai ekonomi kerja ibu per kegiatan per tahun pada agroindustri berbasis ubi kayu dan faktor yang mempengaruhinya diketahui dengan Analisis Regresi Linear Berganda (Gujarati, 1995). Pemberdayaan ekonomi ibu rumahtangga diketahui berdasarkan ukuran berikut: a. Tingkat partisipasi ibu rumahtangga dalam kegiatan ekonomi produktif berbasis ubi kayu dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang masing-masing memiliki 5 pertanyaan dengan skala 1 sampai 5 berdasarkan tingkat partisipasi ibu rumahtangga sehingga skornya 15–75 point. Jika bernilai 15–34 maka partisipasinya rendah, bernilai 35–54 tergolong sedang dan bernilai 55–75 tergolong partisipasi tinggi (Kartawidjaja, 1996). b. Jumlah kerja ibu rumahtangga pada agroindustri berbasis ubi kayu; dihitung dengan analisis Mandays, dengan rumus: HKO = (t.h.j)/6 (HKO = Hari Kerja Orang; t = jumlah tenaga kerja; h = jumlah hari kerja, j = jumlah jam kerja/hari; 6 = angka standar jam kerja/hari) (Sadyadharma, 1984). Dampak pemberdayaan ibu rumahtangga oleh agroindustri berbasis ubi kayu diketahui berdasarkan selisih tingkat sosial ekonomi anggota keluarga ibu rumahtangga sesudah dengan sebelum mengelola agroindustri tersebut menggunakan Kriteria Sajogyo dan Kriteria Nilai Sembilan Bahan Pokok (NSBP), dengan rincian: a. Kriteria Sajogyo (1982), dengan kriteria: • Miskin sekali (pendapatan setara beras/kapita/th kurang dari 240 kg beras) • Miskin (pendapatan setara beras/kapita/th antara 240–320 kg beras) • Hampir miskin (pendapatan setara beras/kapita/th antara 320–480 kg beras) • Tidak miskin (pendapatan setara beras/kapita/th lebih dari 480 kg beras) b. Kriteria Nilai Sembilan Bahan Pokok (NSBP) (Kantor PMD, 1990): Kebutuhan (per kapita per tahun) meliputi: beras 100 kg, ikan asin 12 kg, gula pasir 6 kg, cita kasar 4 meter, minyak goreng 5 botol, minyak tanah 120 botol, garam 10 kg, sabun cuci 20 lonjor dan kain batik kasar 2 lembar. Klasifikasi kesejahteraan/kemiskinan adalah sebagai berikut:
• • • •
Miskin sekali (pendapatan/kapita/th kurang dari 75% dari NSBP) Miskin (pendapatan/kapita/th antara 75–125 % dari NSBP) Hampir miskin (pendapatan/kapita/th antara 125–200 % dari NSBP) Tidak miskin (pendapatan/kapita/th lebih dari 200% dari NSBP) HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Secara teoritis dinyatakan bahwa umur, tingkat pendidikan dan pengalaman responden merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan proses adopsi inovasi sehingga mempengaruhi pola pikir dalam pengambilan keputusan yang lebih menguntungkan. Untuk golongan umur muda sampai dewasa umumnya memiliki kemampuan fisik yang semakin meningkat serta cara berfikir yang relatif lebih dinamis (Lionberger, 1960). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua responden tergolong berusia produktif (kelompok usia 15– 65 tahun) dengan rata-rata usia 45 tahun serta 97,45 % petani responden dan 70 % perajin telah mendapat pendidikan formal minimal kelas 3 Sekolah Dasar. Adapun tingkat pendidikan tertinggi untuk responden petani adalah tamat Perguruan Tinggi dan untuk perajin adalah tamat SMP. Pengalaman bertani sebagian besar ibu rumahtangga lebih dari 10 tahun, namun pengelolaannya tidak intensif meskipun sebanyak 52,5 % responden memiliki luas lahan kurang dari 0,5 hektar. Sebaliknya, kondisi agroindustri dikelola cukup intensif dan sudah mempertimbangkan aspek profitabilitas sehingga dapat dikelola secara kontinyu dengan rata-rata pengalaman berusaha responden pada kisaran 5 10 tahun. Pendapatan Agroindustri Berbasis Ubi Kayu di Kabupaten Lombok Barat Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 12 pola kegiatan ekonomi produktif berbasis ubi kayu pada tahun 2008 di Kabupaten Lombok Barat. Pendapatan per proses produksi terbanyak diperoleh agroindustri kerupuk (Pola I) sebesar Rp 164.831,14; rincian selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Hal ini terjadi karena usaha tersebut merupakan satu-satunya mata pencaharian keluarga responden dengan skala usaha yang relatif besar sehingga pengelolaannya lebih efisien.
Agroteksos Vol.17 No.3 Desember 2007
206 Tabel 1. Perhitungan Pendapatan per Proses Produksi dan Nilai R/C Ratio Agroindustri Berbasis Ubi Kayu di Lombok Barat Tahun 2008 No.
Pola Kegiatan Ekonomi Produktif Tahun 2008
R/C Ratio
314 991,63
12 135,0
96 470,4
479 822,77
164 831,14
1,52
178 317,20
7 692,0
60 736,0
296 680,00
117 471,37
1,66
*
II. III
Kerupuk -Non Agr UK (1) (2) Kerupuk -keripik -Non Agr a. Kerupuk b. Keripik
(1)
(2)
Jumlah III
460 471.70
15 152,0 118 185,6
582 769,23
122 297,53
1,27
163 860,50
12 500,0
8 750,0
178 571,43
14 710,93
1,09
761 340,66
137 008,46
42 317,00
798,0
6 224,4
57 000,00
14 683,00
375 378,10
5 480,0
42 744,0
391 428,57
16 050,47
1,04
57 348,50
960,0
13 300,0
135 714,29
78 365,79
2,37
527 142,86
94 416,26
4 000,0
2 800,0
57 142,86
2 206,67
5 720
624 332,20 (1)
Opak-opak * (1) (2) Opak-opak -rengginang -Non Agr UK a. Opak-opak
(1)
b. Rengginang
(2)
Jumlah V
342 726,60
(1)
54 936,20
Keripik - Non Agr UK (1) (2) Keripik - tape – Non Agr UK a. Keripik
(1)
(2)
b. Tape
Jumlah VIII VIII. Tape
Pendapapatan (Rp/proses)
(1)
Kerupuk
VI. VII
Produksi per Proses Jumlah Berat Nilai (unit) (gram) (Rp)
(1)
I.
IV. V.
Biaya Produksi (Rp/proses)
(1)
*
(1)
IX.
Tape -Non Agr UK
X.
Lempok -Non Agr UK
XI.
Tigapo -Non Agr UK
(1)
(1)
63 098,50
1,35
1,04
3 675,0
75 000,00
11 903,50
1,19
812,0 118 333,0
189 333,33
72 800,43
1,62
264 333,33
84 703,93
87 778,50
712,7 108 055,6
172 888,89
85 110,39
1,97
47 722,80
602,5
86 250,0
138 000,00
90 277,20
2,89
73 452,50
975,0
19 500,0
121 875,00
48 422,50
1,66
29 236,30
251,0
5 522,0
41 833,33
12 597,03
1,43
116 532,90 179 631,40
Keterangan: * tanpa usaha lain; Non Agr UK = kegiatan produktif di luar agroindustri berbasis ubi kayu Pola kegiatan ekonomi produktif yang menghasilkan pendapatan yang kedua tertinggi adalah pola III (kerupuk (1) - keripik (2) - Non Agroindustri ubi kayu) sebesar Rp 122.297,53/proses dan 98,91 %-nya merupakan pendapatan agroindustri kerupuk. Efisiensi ekonomi kedua jenis produk yang dihasilkan pola kegiatan produktif Pola III lebih dari satu namun jika dibandingkan dengan usaha sejenis pada pola kegiatan produktif lain maka nilai R/C rationya tergolong lebih rendah. Pendapatan tertinggi ketiga diperoleh dari agroindustri kerupuk pola II sebesar Rp 118.362,80 per proses produksi dengan nilai R/C Ratio yang cukup tinggi sedangkan pendapatan pada urutan keempat adalah pola V (opak-opak (1) – rengginang (2) – usaha non agroindustri ubi kayu) sebesar Rp. 9.416,26 per proses produksi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 83 % merupakan pendapatan agroindustri rengginang. Dari berbagai jenis produk yang berbahan baku ubi kayu, ternyata usaha keripik yang menghasilkan pendapatan terendah akibat dari tingginya biaya produksi seperti untuk bahan baku dan minyak goreng. Kondisi ini terlihat pada usaha keripik Pola VI yang menghasilkan pendapatan per proses produksi sebesar Rp.
N. Wathoni: Peranan kegiatan ekonomi…
2.206,67. Dengan nilai R/C-ratio yang rendah maka usaha ini termasuk kurang menguntungkan untuk dikembangkan namun usahanya tetap bertahan karena keluarga responden mempunyai sumber mata pencaharian lain di luar agroindustri berbasis ubi kayu. Peranan Agroindustri Berbasis Ubi Kayu dalam Pemberdayaan Ekonomi Ibu Rumahtangga di Kabupaten Lombok Barat Partisipasi ibu rumahtangga dalam pelaksanaan suatu kegiatan ekonomi produktif pada hakekatnya merupakan salah satu wujud pemberdayaan wanita di bidang ekonomi. Partisipasi ibu pada agroindustri berbasis ubi kayu tergolong tinggi pada Pola II (agroindustri kerupuk-usaha non agroindustri berbasis ubi kayu (UK), Pola III (agroindustri kerupukkeripik-usaha non agroindustri berbasis UK), Pola V (agroindustri opak-opak-rengginangusaha non agroindustri UK, Pola IX (agroindustri tape-usaha non agroindustri UK), Pola X (agroindustri lempok-usaha non agroindustri UK) dan Pola XI (agroindustri tigapo-usaha non agroindustri UK) namun tergolong sedang pada Pola I (agroindustri kerupuk; tanpa usaha lain); Pola. IV
207 (agroindustri opak-opak; tanpa usaha lain), Pola VI (agroin-dustri keripik-usaha non agroindustri UK), Pola VII (agroindustri keripik-tape-usaha non agroindustri UK) dan Pola VIII (agroindustri tape; tanpa usaha lain). Untuk menentukan besarnya dampak pemberdayaan ekonomi ibu rumahtangga dengan mengukur nilai ekonomi kerja ibu pada agroindustri berbasis ubi kayu (Tabel 2). Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi ibu rumahtangga pada suatu unit usaha maka semakin banyak pencuran kerjanya namun tidak menjamin akan diperolehnya nilai ekonomi yang tinggi karena nilai tersebut bergantung pada jumlah pencurahan kerja pada kegiatan pelaksanaan dan pendapatan. Nilai ekonomi tenaga kerja ibu rumahtangga tertinggi Rp 21.098.385,82/th diperoleh dari agroindustri kerupuk Pola I. Tingginya nilai ekonomi tersebut disebabkan tingginya dominansi pencurahan kerja ibu rumah tangga, yaitu mencapai 80% dari total penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Nilai ekonomi tertinggi kedua diperoleh dari agroindustri Pola III (agroindustri kerupuk-keripik-usaha non agragroindustri ubi kayu) sebesar Rp 19.927.302,55/th dan 98,15% diperoleh dari
agroindustri kerupuk. Nilai ekonomi tertinggi ketiga diperoleh dari agroindustri Pola II (kerupuk-usaha non agroinsustri ubi kayu) sebesar Rp 18.795.419,20/th. Pola kegiatan produktif berbasis ubi kayu yang menghasilkan nilai ekonomi ibu rumahtangga terendah adalah agroindustri opakapak Pola IV sebesar Rp 141.971,98/th. Rendahnya nilai tersebut selain akibat dari kecilnya skala usaha juga akibat dari rendahnya pendapatan per proses produksi akibat dari rendahnya nilai produksi tersebut. Kontribusi Pendapatan Kegiatan Ekonomi Produktif Berbasis Ubi Kayu Terhadap Pendapatan Total Rumahtangga Responden Pendapatan rumahtangga responden bersumber dari berbagai jenis kegiatan ekonomi produktif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa selain sebagai pelaku kegiatan berbasis ubi kayu, responden serta anggota keluarganya juga melakukan kegiatan ekonomi produktif lain. Namun, terdapat juga keluarga responden yang hanya berpenghasilan dari agroindustri berbasis ubi kayu sehingga kontribusi pendapatan dari agroindustri berbasis ubi kayu sebesar 100%. Data disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Nilai Ekonomi Tenaga Kerja Ibu Rumahtangga pada Agroindustri Berbasis Ubi Kayu di Lombok Barat Tahun 2008 Pola Intensitas Kegiproduksi atan (kali/th) I.
160
Pendapatan Agroindustri Per Proses Per Tahun (Rp/proses) (Rp/th) 164 831,14
Jumlah dan Nilai TK Ibu RT per Tahun Sumbangan Jumlah Nilai Ekonomi thd TKDK HKO (Rp/th)
26 372 982,28
0,80
281,60
21 098 385,82
II.
160
117 471,37
18 795 419,20
1,00
520,00
18 795 419,20
IIIa. IIIb.
160 274
545,60 295,92
160 160
19 557 696,12 369 606,43 19 927 302,55 2 189 283,20 2 568 069,03
1,00 1,00
IV. Va.
122 235,60 1 348,93 123 584,53 13 683,02 16 050,43
0,65 1,00
171,20 913,60
19 557 696,12 369 606,43 19 927 302,55 141 971,98 2 568 069,03
Vb.
150
250,50
274 274 185
11 754 723,86 14 322 792,89 608 377,86 3 240 735,00 17 044 507,57 20 285 242,57
1,00
VI. VIIa. VIIb.
78 364,83 94 415,26 2 220,36 11 827,50 92 132,47 103 959,97
1,00 0,87 0,92
457,58 339,76 44,40
VIII.
185
86 021,36
15 913 952,01
0,87
62,90
13 873 701,75
IX. X. XI.
185 228 328
78 224,14 48 422,53 12 597,08
14 471 465,90 11 040 336,84 4 131 843,33
0,89 1,00 1,00
61,05 305,52 85,28
12 906 983,10 11 040 336,84 4 131 843,33
11 754 723,86 14 322 792,89 608 377,86 281 014,83 15 733 391,60 18 543 539,43
Agroteksos Vol.17 No.3 Desember 2007
208 Tabel 3. Kontribusi Pendapatan Agroindustri Berbasis Ubi Kayu terhadap Pendapatan Rumahtangga Perajin di Lombok Barat Tahun 2008
No.
I II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. X. XI. Rata2
Total Pendapatan Rumahtangga (Rp/th) 26 372 982,28 26 195 419,20 36 007 302,55 2 189 283,20 17 922 792,89 7 208 377,86 23 191 242,57 15 913 952,01 19 871 465,90 16 200 336,84 9 531 843,33 18 236 818,06
Pendapatan Agroindustri Berbasis Ubi Kayu Jumlah Kontribusi (Rp/th) (%) 26 372 982,28 18 795 419,20 19 927 302,55 2 189 283,20 14 322 792,89 608 377,86 20 285 242,57 15 913 952,01 14 471 465,90 11 040 336,84 4 131 843,33 13 459 908,97
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata kontribusi pendapatan agroindustri berbasis ubi kayu terhadap pendapatan rumahtangga perajin di Lombok Barat sebesar 71,57%. Kontribusi terkecil pada pola VI (Keripik(1) - Non Agr UK), yaitu hanya 8,44% dari total pendapatan rumahtangga. Hal ini disebabkan skala usaha agroindustri berbasis ubi kayu yang dilakukan ibu rumahtangga sangat kecil dengan nilai produksi (Tabel 1) hanya Rp 57.142,86 per proses produksi. Dampak Pemberdayaan Ibu Rumahtangga Melalui Agroindustri Berbasis Ubi Kayu Terhadap Transformasi Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Responden Pemberdayaan ibu rumahtangga melalui agroindustri berbasis ubi kayu mengandung makna menumbuhkembangkan ekonomi pelaku bisnisnya sehingga mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk hidup lebih sejahtera. Berdasarkan Kriteria Sajogyo (Tabel 4) dan Nilai Sembilan Bahan Pokok (Tabel 5), maka pemberdayaan ibu rumahtangga melalui agroindustri berbasis ubi kayu mampu meningkatkan tingkat sosial ekonomi anggota keluarga. Berdasarkan Kriteria Kemiskinan Sajogyo sebagaimana disajikan pada Tabel 4, tampak bahwa terdapat 8 kelompok ibu rumah tangga responden berdasarkan pola kegiatan ekonomi produktif yang mengalami peningkatan. Dampak pemberdayaan tertinggi terjadi pada rumah-
N. Wathoni: Peranan kegiatan ekonomi…
100,00 71,75 55,34 100,00 79,91 8,44 87,47 100,00 72,83 68,15 43,35 71,57
Pendapatan Non Agroindustri Berbasis Ubi Kayu Jumlah Kontribusi (Rp/th) (%) 0,00 7 400 000,00 16 080 000,00 0,00 3 600 000,00 6 600 000,00 2 906 000,00 0,00 5 400 000,00 5 160 000,00 5 400 000,00 4 776 909,09
0,00 28,25 44,66 0,00 20,09 91,56 12,53 0,00 27,17 31,85 56,65 28,43
tangga pola VIII (agroindustri tape; tanpa usaha lain di luar agroindustri ubi kayu) dengan pendapatan setara beras 1.326,16 kg beras/ kapita/th yang meningkat dari miskin sekali menjadi tidak miskin. Dampak peningkatan terkecil terjadi pada pola XI (Tigapo–Non Agroindustri UK) yang meningkatkan dari 300 kg beras/kapita/th (miskin) menjadi 529,55 beras/kapita/th (tidak miskin). Dampak pemberdayaan ibu rumahtangga melalui agroindustri berbasis ubi kayu terhadap transformasi sosial ekonomi responden disebabkan karena skala usaha agroindustri yang dilakukan relatif besar sehingga meningkatkan total pendapatan rumahtangga per tahun yang pada gilirannya meningkatkan status sosial ekonomi responden dari miskin sekali dan miskin menjadi tidak miskin. Dari 11 pola seperti yang tampak pada Tabel 4, terdapat 1 kelompok dengan pola III yang tergolong tidak miskin pada awalnya (dampak tetap) dan 2 pola dimana pemberdayaan ibu rumahtangga tidak memberikan dampak terhadap status sosial ekonomi responden, yaitu pada pola IV dan VI (tetap tergolong kriteria miskin dan hampir miskin). Hal ini dapat dipahami karena pendapatan agroindustri terutama keripik yang sangat rendah dan skala usahanya juga kecil menyebabkan pendapatan per kapita per tahun relatif tidak mengalami peningkatan berarti.
209 Tabel 4. Dampak Pemberdayaan Ibu Rumahtangga Melalui Agroidustri Berbasis Ubi Kayu Terhadap Transformasi Tingkat Sosial Ekonomi Anggota Keluarga Responden Berdasarkan Kriteria Sajogyo. No.
Uraian
Dasar Penentuan Pendapatan Pendapatan RT RT Total (A) non Agr.UK (B)
Dampak (Selisih) (A)-(B)
AK*); Pb**)
I.
1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
5 274 596,46 1 217,22 Tidak Miskin
0,00 0,00 Miskin Sekali
II.
1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
5 239 083,84 1 232,73 Tidak Miskin
1 480 000,00 348,24 Hampir Miskin
3 759 083,84 AK = 5 884,49 Pb = Rp 4 250,Meningkat
III. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
7 201 460,51 1 600,32 Tidak Miskin
3 216 000,00 714,67 Tidak Miskin
3 985 460,51 AK = 5 885,66 Pb = Rp 4 500,Tetap
IV. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
1 094 641,60 257,56 Miskin
0,00 0,00 Miskin Sekali
1 094 641,60 AK = 2 257,56 Pb = Rp 4 250,Tetap
V. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
4 480 698,22 995,71 Tidak Miskin
900 000,00 200,00 Miskin Sekali
3 580 698,22 AK = 4 795,71 Pb = Rp 4 500,Meningkat
VI. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
1 802 094,46 400,47 Hampir Miskin
1 650 000,00 366,67 Hampir Miskin
152 094,46 AK = 4 33,80 Pb = Rp 4 500,Tetap
VII. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
5 797 810,64 1 337,96 Tidak Miskin
726 500,00 167,65 Miskin Sekali
5 071 310,64 AK = 4 1 170,30 Pb = Rp 4 333,33 Meningkat
VIII. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
5 304 650,67 1 326,16 Tidak Miskin
0,00 0,00 Miskin Sekali
5 304 650,67 AK = 3 1 326,16 Pb = Rp 4 000,Meningkat
IX. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
6 623 821,97 1 655,96 Tidak Miskin
1 800 000,00 450,00 Hampir Miskin
4 823 821,97 AK = 3 1 205,96 Pb = Rp 4 000,Meningkat
X. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
4 050 084,21 880,45 Tidak Miskin
1 290 000,00 280,43 Miskin
2 760 084,21 AK = 4 600,02 Pb = Rp 4 600,Meningkat
XI. 1.Pendapatan/kapita/th (Rp) 2.Pendapatan/kapita/th (kg beras) 3.Tingkat sosial ekonomi
2 382 960,83 529,55 Tidak Miskin
1 350 000,00 300,00 Miskin
1 032 960,83 AK = 4 229,55 Pb = Rp 4 500,Meningkat
Keterangan:
5 274 596,46 AK = 5 1 217,22 Pb = Rp 4 333,33 Meningkat
*) AK = Jumlah anggota keluarga (orang) **) Pb = Harga beras per kg.
Selanjutnya pada Tabel 5, pengukuran dampak pemberdayaan ekonomi melalui agroindustri berbasis ubi kayu terhadap transformasi tingkat sosial ekonomi dengan Nilai Sembilan Bahan Pokok (NSBP) didasarkan pada nilai standar dari konsumsi kesembilan bahan pokok per kelompok responden adalah positip dengan peningkatan persentase pendapatan per kapita per tahun terhadap nilai sembilan bahan pokok antara 10,47% sampai 441,66%. Berdasarkan kriteria NSBP maka dampak pemberdayaan tertinggi pada Pola VIII (agroindustri tape, tanpa usaha lain di luar agroindustri berbasis ubi kayu) yang meningkat sebesar 441,66%; urutan kedua pada Pola IX
(agroindustri tape dengan usaha lain di luar agroindustri berbasis ubi kayu) yang meningkat sebesar 371% dan urutan ketiga pada Pola I (agro-industri kerupuk, tanpa usaha lain di luar agroindustri berbasis ubi kayu) yang meningkat sebesar 366,10%. Seperti halnya dengan hasil pengukuran dengan Kriteria Sajogyo maka dampak pemberdayaan yang terendah adalah pada anggota keluarga Pola VI (agro. keripik dengan usaha lain di luar agroindustri berbasis ubi kayu) yang mengalami peningkatan persentase pendapatan per kapita per tahun terhadap NSBP sebesar 10,47%.
Agroteksos Vol.17 No.3 Desember 2007
210 Tabel 5. Dampak Pemberdayaan Ibu Rumahtangga Melalui Agroindustri Berbasis Ubi kayu terhadap Transformasi Tingkat Sosial Ekonomi Anggota Keluarga Berdasarkan Kriteria Nilai Sembilan Bahan Pokok No. I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
Uraian
RT Total (A)
non Agr.UK (B)
Dampak (A)-(B)
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
5 274 596,46 1 440 766,31 366,10 Tidak Miskin
0,00 1 440 766,31 0,00 Miskin Sekali
5 274 596,46
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi II
5 239 083,84 1 500 297,20 349,20 Tidak Miskin
1 480 000,00 1 500 297,20 98,65 Miskin
3 759 083,84
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
7 201 460,51 1 576 000,00 456,95 Tidak Miskin
3 216 000,00 1 576 000,00 204,06 Tidak Miskin
3 985 460,51
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
1 094 641,60 1 213 360,00 90,22 Miskin
0,00 1 213 360,00 0,00 Miskin Sekali
1 094 641,60
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi 1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
4 480 698,22 1 415 566,68 316,53 Tidak Miskin 1 802 094,46 1 452 536,65 124,07 Miskin
900 000,00 1 415 566,68 63,58 Miskin Sekali 1 650 000,00 1 452 536,65 113,59 Miskin
3 580 698,22
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
5 797 810,64 1 436 333,00 403,65 Tidak Miskin
726 500,00 1 436 333,00 50,58 Miskin Sekali
5 071 310,64
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
5 304 650,67 1 201 077,73 441,66 Tidak Miskin
0,00 1 201 077,73 0,00 Miskin Sekali
5 304 650,67
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
6 623 821,97 1 297 000,00 510,70 Tidak Miskin
1 800 000,00 1 297 000,00 138,78 Hampir Miskin
4 823 821,97
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
4 050 084,21 1 365 000,00 296,71 Tidak Miskin
1 290 000,00 1 365 000,00 94,51 Miskin
2 760 084,21
1.Pendapatan/kapita/th (Rp)* 2.Nilai Sembilan Bahan Pokok(Rp/kapita/th) 3.Persentase (1) terhadap (2) (%) 4.Tingkat sosial ekonomi
2 382 960,83 1 406 600,00 169,41 Hampir Miskin
1 350 000,00 1 406 600,00 95,98 Miskin
1 032 960,83
KESIMPULAN 1.
Dasar Penentuan Pendapatan RT
Partisipasi ibu rumahtangga berdasarkan jumlah pencurahan kerjanya jumlah pencurahan kerja dan nilai ekonomi per tahun pada produktif berbasis ubi kayu (UK) tergolong tinggi. Jumlah kerja ibu rumahtangga/th pada agroindustri berbasis ubi kayu Pola I (kerupuk; tanpa usaha lain) sebanyak 281,60 HKO; Pola II (kerupuk-
N. Wathoni: Peranan kegiatan ekonomi…
366,10 Meningkat
250,56 Meningkat
252,88 Tetap
90,22 Meningkat
252,95 Meningkat 152 094,46 10,47 Tetap
353,07 Meningkat
441,66 Meningkat
371,92 Meningkat
202,20 Meningkat
73,44 Meningkat
usaha non UK) sebanyak 520 HKO; Pola III (kerupuk-keripik-usaha non UK) 841,52 HKO; Pola IV(opak-opak; tanpa usaha lain) 171,20 HKO; Pola V (opak-opakrengginang-usaha non UK) 1.164,1 HKO; Pola VI (keripik-usaha non UK) 457,58 HKO; Pola VII (keripik-tape-usaha non UK) sebanyak 384,16 HKO; Pola VIII (tape; tanpa usaha lain) 62,90 HKO; Pola IX (tapeusaha non UK) 61,05 HKO; Pola X
211 (lempok-usaha non UK) 305,52 HKO dan Pola XI (tigapo-usaha non UK) sebanyak 85,28 HKO. 2.
3.
4.
5.
Nilai ekonomi aktivitas ibu rumahtangga pada agroindustri Pola I sebesar Rp 21.098.385,82; Pola III sebesar Rp 19.927.302,55; Pola II sebesar Rp 18.795.419,20; Pola VII sebesar Rp 18.543.539,43; Pola V sebesar Rp 14.322.792,89; Pola VIII sebesar Rp 13.873.701,75; Pola IX sebesar Rp 12.906.983,10; Pola X sebesar Rp 11.040.336,84; Pola VI sebesar Rp 608.377,86; Pola XI sebesar Rp 4.131.843,33; dan pada Pola IV sebesar Rp 141.971,98. Pengelolaan agroindustri berbasis ubi kayu tergolong efisien karena nilai R/C Ratio di atas 1 (satu) bahkan ada yang mencapai 2,89 seperti pada Pola IX (agroindustri tape-non agroindustri UK). Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemberdayaan ekonomi ibu rumahtangga perajin agroindustri berbasis ubi kayu secara nyata adalah jumlah pencurahan kerja tenaga kerja dalam keluarga, jumlah pendapatan dari agroindustri berbasis ubi kayu, dan jumlah pendapatan rumahtangga dari luar agroindustri berbasis ubi kayu. Berdasarkan Kriteria Kemiskinan Sajogyo dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ibu rumahtangga melelui agroindustri berbasis ubi kayu dapat meningkatkan status sosial ekonomi miskin sekali menjadi hampir miskin hingga tidak miskin. Hal yang sama terjadi bila dampak pemberdayaan diukur dengan penggunakan kriteria nilai sembilan bahan pokok.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Program Reformasi dalam Rangka Pengembangan Agroindustri di Kawasan Timur Indonesia. Jakarta. Husnan S. dan Suwarsono, 1999. Studi Kelayakan Proyek. UUP AMP YKPN . Yogyakarta. Kantor Pembangunan Masyarakat Desa (KMD). 1990. Pengukuran Kemiskinan Menurut Nilai Sembilan Bahan Pokok. PMD Mataram. Mataram. Kartawidjaja. 1996. Mengukur Sikap Sosial, Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi. Bumi Aksara. Jakarta. Lionberger, H.F. 1960. Adoption of New Ideas and Practices. The Iowa State University Press, Ames. Malahayati. 2006. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kerupuk Ubi Kayu di Kabupaten Lombok Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian-Universitas mataram. Mataram. Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor, Tanggal 5 September 1997. Mubyarto. 1997. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Menghadapi Era Pasar Global. Makalah pada Peringatan Dies Natalis IPB ke XXXIV, Program Studi Magister Sadyadharma. 1984. Penyerapan Tenaga Kerja pada Usahatani Bimas dan Inmas. Dalam Masri Singarimbun (ed.) Pedoman Membuat Usul Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Sajogyo, 1982. Bunga Rampai Pembangunan Desa. Yayasan Agro-Ekonomi. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisa Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Agroteksos Vol.17 No.3 Desember 2007