PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS V MIN 15 BINTARO JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nurmalinda NIM. 109018300040
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
NURMALINDA (109018300040), “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Ceritasiswa Kelas V Min 15 Bintaro Jakarta Selatan”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang cara menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa. Penelitian ini dilakukan di MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian The One Group Pretest-Posttest Design. Sampel dalam penelitian ini adalah tujuh puluh delapan siswa yang terdiri dari tiga puluh sembilan siswa untuk kelas eksperimen dan tiga puluh sembilan siswa untuk kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes yang berbentuk soal uraian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa keterampilan menyimak siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray lebih baik daripada yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dan dilihat dari hasil rata-rata, siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray mendapat nilai rata-rata lebih tinggi dibanding siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
kata kunci
: Pembelajaran Kooperatif, Two Stay Two Stray, Keterampilan
Menyimak.
i
ABSTRACT NURMALINDA (109018300040), “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Ceritasiswa Kelas V Min 15 Bintaro Jakarta Selatan”. Skripsi of Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, 2013. This research is aimed to get a deep understanding about the use of cooperative learning, specifically in Two Stay Two Stray technique on students’ listening story comprehension. This research was conducted at MIN 15 Bintaro Tangerang Selatan academic year 2012/2013. The research method used in this research was a quasi-experimental study with The One Group Pretest-Posttest Design. The sample in this research was 78 students, consisting of 39 students from the experimental class and 39 students from the control class. The research instrument used in this research was essay questions. The result of the study revealed that students’ listening comprehension taught by using Two Stay Two Stray technique was better than by using conventional teaching. It could be seen from the mean scores in the class that was taught by using Two Stay Two Stray technique was higher than the class that was taught by using conventional teaching.
Keywords : Cooperative Leraning, Two Stay Two Stray, Listening Comprehension.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dra. Nurlena Rifai’I M.Ed, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Fauzan, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus dosen pembimbing. 3. Ibu Hindun, M.Pd, dosen pembimbing yang telah memberi masukan, ilmu, semangat, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi. 4. Seluruh staf dan dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. 5. Bapak A. Taufiqillah S.Ag., M.M, kepala MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan yang telah memberikan izin serta bimbingan, dan masukan selama penelitian. 6. Para siswa dan siswi MIN 15 Bintaro khususnya VA dan VB yang telah banyak membantu selama proses penelitian berlangsung. 7. Teristimewa kepada Ayah dan Ibuku, Bapak Asiandi dan Ibu Saida yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, melimpahkan kasih
iii
sayang, dan memberikan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini, dan adik-adikku tersayang Muhammad Fachri, Ayu Nurhalyzah, dan Muhammad Azhar Arbian yang selalu memberi semangat dan mendoakan selama penulisan skripsi ini. 8. Rizky Chairani, Diah Nuriza, Yanita Puspitasari, dan Maria Ulfah, sahabat tersayang yang selalu memberikan doa, semangat, dan motivasi selama penulisan skripsi ini. 9. Deswinda, Anike, Nurfaizah, Nety, Haffas, Didin, Awal, dan Frendi yang selalu memberikan semangat serta tempat berkeluh kesah. 10. Teman-teman PGMI B 2009 yang telah memberikan semangat dan pengaruh positif dalam menyusun skripsi ini. 11. Adik-adik kelas PGMI yang telah membantu, memberi semangat dan mendoakan selama penulisan skripsi ini. 12. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di HMI Cab. Ciputat khususnya HMI Komtar, HMI Komfaksy, dan DEMA UIN Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mengajarkan dan memberikan
pengalaman
penulis
dalam
berorganisasi
serta
memberikan semangat penulis dalam menyusun skripsi. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta, Februari 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ............................................................................................................................. i ABSTRACT ........................................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii DAFTAR ISI........................................................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6 D. Perumusan Masalah ................................................................................. 6 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan teoretis ................................................................................... 8 1.
Hakikat Keterampilan Menyimak Cerita ................................................. 8 a. Pengertian Menyimak .......................................................................... 8 b. Tahap – Tahap Menyimak ................................................................... 8 c. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar .................................... 10 d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak ............................... 11 e. Unsur – Unsur Menyimak ................................................................... 14 f. Definisi Cerita ..................................................................................... 15
2.
Hakikat Model Pembelajaran ................................................................... 16 a. Pengertian Model Pembelajaran ......................................................... 16 b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ................................................... 16 c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ............................................... 18 v
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 19 e. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ............................................ 20 f. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ....................................... 22 g. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray ................................. 23 h. Langkah-Langkah Model – Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray ............................................................................................ 24 i. Kelebihan dan Kekurangan Two Stay Two Stray ............................... 26 B. KERANGKA BERPIKIR ........................................................................ 27 C. PENELITIAN YANG RELEVAN .......................................................... 38 D. HIPOTESIS PENELITIAN ..................................................................... 31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 32 B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................. 32 C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 34 a. Populasi ............................................................................................... 34 b. Sampel ................................................................................................. 34 D. Variabel Penelitian ................................................................................... 34 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 35 F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 35 G. Teknik Pengolahan Data .......................................................................... 36 a. Uji Validitas ......................................................................................... 36 b. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 36 c. Taraf Kesukaran .................................................................................. 37 d. Daya Pembeda ..................................................................................... 37 H. Teknik Analisis Data ................................................................................ 38 a. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................ 38 I.
Hipotesis Statistik ..................................................................................... 39
vi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah .......................................................................................... 40 B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 42 C. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 46 D. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 50 E. Analisis Data ............................................................................................ 54 F. Pengajuan Hipotesis ................................................................................. 57 G. Pembahasan .............................................................................................. 59 H. Keterbatasan Peneltitian ........................................................................... 61
BAB V
PENUTUP A. Simpulan .................................................................................................. 63 B. Saran ......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS
vii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
20 - 21
Tabel 3.1
Indeks Taraf Kesukaran
33
Tabel 3.2
Indeks Daya Pembeda
33
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen
39-40
Table 4.2
Daftar Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol
40-42
Table 4.3
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen
42
Table 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Eksperimen
43
Table 4.5
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kelas Kontrol
44
Table 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
45
Table 4.7
Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen
46
Table 4.8
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Eksperimen
47
Table 4.9
Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol
48
Table 4.10
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kontrol
49
Table 4.11
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
50
Table 4.12
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
51
Table 4.13
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Ekperimen Dan Kelas Kontrol
52
Table 4.14
Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
53
Table 4.15
Hasil Uji T-Test
54
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Wawancara Guru
Lampiran 2
Kisi – Kisi Instrumen
Lampiran 3
Instrumen Penelitian
Lampiran 4
Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
Lampiran 5
Silabus Pembelajaran
Lampiran 6
Materi Ajar
Lampiran 7
RPP Kelas Eksperimen pertemuan ke-I
Lampiran 8
RPP Kelas Eksperimen Pertemuan ke-II
Lampiran 9
RPP Kelas Kontrol Pertemuan ke-I
Lampiran 10
RPP Kelas Kontrol Pertemuan ke-II
Lampiran 11
Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-I Kelas Eksperimen
Lampiran 12
Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-II Kelas Eksperimen
Lampiran 13
Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-I Kelas Kontrol
Lampiran 14
Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-II Kelas Kontrol
Lampiran 15
Cerita Rakyat Untuk Lembar Kerja Siswa
Lampiran 16
Cerita Rakyat Untuk Pretest-Posttest
Lampiran 17
Pedoman Penskoran
Lampiran 18
Hasil Uji Validitas
Lampiran 19
Soal Pretest Dan Posttest
Lampiran 20
Nilai Hasil Belajar Siswa Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 21
Kegiatan Belajar Mengajar
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subjek pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri, salah satunya dengan menyelenggarakan proses pembelajaran yang memadai. Proses pembelajaran dapat berlangsung pada pendidikan formal maupun non formal. Bahkan dikenal pula dengan istilah “long life education” atau pendidikan sepanjang hayat, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja. Program pengajaran di lembaga pendidikan diatur dalam UU No.20 tahun 2003, begitu pula dengan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia telah diterapkan dalam kurikulum. Pembaharuan-pembaharuan dalam kurikulum telah terlaksana, dari mulai kurikulum 1994 sampai dengan kurikulum 2013. Saat ini semua lembaga pendidikan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa sesuai dengan fungsi bahasa Indonesia itu sendiri. Hakikat fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Penguasaan bahasa yang baik akan mempermudah proses komunikasi dan memberikan kepercayaan diri bagi seseorang untuk berekspresi dan bersosialisasi. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah terdiri dari empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Empat keterampilan tersebut saling mempengaruhi untuk bersosaliasi, dari empat keterampilan tersebut maka
1
2
peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa bukan pengajaran tentang bahasa semata. Keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan reseptif (menyimak dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). Pengajaran bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif dan kemudian dilanjutkan dengan pengajaran produktif untuk tahap selanjutnya, yang kemudian keempat keterampilan tersebut dapat bersatu padu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu. Salah satu keterampilan berbahasa yang harus kita latih adalah keterampilan menyimak. Disadari atau tidak, setiap hari hari kita tidak pernah luput dari kegiatan menyimak karena menyimak merupakan sendi pertama dalam mempelajari bahasa. Sebelum anak berbicara, yang pertama dilakukan adalah menyimak atau medengarkan. Begitu pula saat dia belajar membaca dan menulis, pertama-tama dia menyimak dan hasil yang disimaknya selama ini akan diinterpretasikan dalam bentuk tulisan. Kegiatan menyimak mempunyai tujuan yang berbeda-beda, tetapi tujuan utamanya untuk mendapatkan suatu informasi. Keterampilan menyimak perlu konsentrasi tinggi dan harus dapat menghiraukan gangguan-gangguan yang ada. Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan menyimak tidak mudah dilakukan oleh para siswa jika mereka tidak dapat mengabaikan faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya proses menyimak. Banyak faktor yang dapat menghambat terjadinya proses menyimak dengan baik, yaitu faktor internal yang ditimbulkan dari dalam diri siswa/penyimak seperti gangguan kesehatan dan tidak berkonsentrasi. Faktor lain, timbul dari faktor eksternal siswa, seperti kondisi kelas yang
3
kurang kondusif, cuaca yang tidak mendukung dan suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi seperti suara kendaraan. Hal tersebut senada dengan kenyataan yang ada, yakni hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak masih rendah, karena adanya siswa yang tidak memiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali apa yang dijelaskan oleh guru, kosakata yang digunakan ketika menjelaskan kembali masih tidak jelas, dan
kurangnya motivasi dan aksi dari siswa dalam
pembelajaran menyimak. Selain faktor dari siswa, terdapat juga faktor dari guru yaitu belum efektifnya model pengajaran yang digunakan. Dalam proses belajar mengajar, biasanya guru hanya menggunakan teknik dikte (imla) pada pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam menerima pengajaran menyimak Dalam pembelajaran menyimak siswa tidak hanya semata-mata menyimak lalu ditinggalkan begitu saja, tetapi siswa juga harus mampu menjabarkan kembali apa yang disampaikan atau dijelaskan oleh guru. Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar memang memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Sehingga guru menciptakan tantangan baru dalam belajar agar siswa antusias dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana, salah satu pembelajaran yang berhasil diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan siswa, makin tinggi peluang berhasilnya pengajaran. Ini berarti guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang banyak meibatkan keaktifan siswa dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial.
4
Berkaitan dengan hal tersebut, peranan guru sebagai salah satu komponen pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Untuk itu, guru harus menentukan bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran kelompok. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pembelajaran menyimak pada bidang studi bahasa Indonesia, diantaranya guru harus lebih dapat memahami siswa secara psikologis. Seperti diketahui bahwa siswa lebih suka bertanya pada temannya daripada bertanya pada guru, dari titik ini guru dapat mengarahkan siswa untuk belajar secara kelompok dengan teman-temannya. Pembelajaran kelompok sejak dahulu sudah dilaksanakan, tapi masih belum efektif. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro, beliau mengatakan pembelajaran tidak efektif dikarenakan pembelajaran kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai. Dan kerjasama antar siswa tidak terjalin dengan rapih, dan penguasaan materi yang minim. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu variasi dari model pembelajaran dimana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang heterogen sehingga mereka saling memabntu antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Dalam pembelajaran siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. Ada beberapa macam teknik kooperatif learning yang dapat diterapkan, salah satunya Two Stay Two Stray. Teknik Two Stay Two Stray dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemberi informasi bagi tamunya dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok lain yang secara terpisah. Pembelajaran dengan
5
menggunakan model Two Stay Two Stray ini belum pernah diterapkan pada MIN 15 Bintaro. Model pembelajaran teknik Two Stay Two Stray menekankan pada pemberian dan pencarian informasi kepada kelompok lain. Dengan begitu tentunya siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Selain itu, tujuan penggunaan
model
pembelajaran
ini
adalah
guna
meningkatkan
keterampilan belajar siswa dalam menyimak cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengajukan judul tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran masih sangat rendah. 2. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan kembali penjelasan atau materi yang telah disampaikan guru. 3. Guru tidak menggunakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. 4. Model pembelajaran konvensional yang tidak efektif
C. Pembatasan Masalah
6
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis dalam hal ini membatasi permasalahan pada: 1. Kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran masih sangat rendah. 2. Guru tidak menggunakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa.
D. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan.
F. Manfaat Penelitian Bagi Siswa 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Bagi Guru 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau masukan untuk memperoleh gambaran mengenai model pembelajaran kooperatif
teknik
two
stay two
stray dalam
meningkatkan
keterampilan menyimak cerita siswa sehingga dapat dijadikan alternatif pembelajaran disekolah.
7
Bagi Sekolah 1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar
di
sekolah
mengembangkan mutu pendidikan.
dasar
sebagai
perbaikan
dan
BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teoretis 1. Hakikat Keterampilan Menyimak Cerita a. Pengertian Menyimak Keterampilan
menyimak
adalah
salah
satu
bentuk
keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas ssiwa atau mahasiswa dibanding keterampilan lainnya.1 Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.2
b. Tahap-tahap Menyimak Dari
pengamatan
yang
dilakukan
terhadap
kegiatan
menyimak pada para siswa sekolah dasar, Ruth G.Strickland (dalam Henry Guntur Tarigan) menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang ridak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu dapat dilukiskan sebagai berikut:
1
Op.cit., Iskandar Wassid h.227
2
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008) h.31
8
9
Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan.
Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.
Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting.
Menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara seksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja.
Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.
Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan;
Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.3
3
Ibid., h.31-32
10
c. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis. Khusus mengenai keterampilan menyimak, terdapat uraian sebagai berikut : Taman Kanak-Kanak (4
Menyimak
pada
- 6 tahun) : teman-teman
sebaya
dalam
kelompok,
kelompok bermain
Mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap cerita atau dongeng.
Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang sederhana.
Kelas Satu ( 5
- 7 tahun) :
Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau untuk dapat mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaanpertanyaan.
Dapat mengulangi secara tepat sesuatu yang telah didengarnya
Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan
Kelas Dua ( 6
- 8 tahun ) :
Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat
Membuat
saran-saran,
usul-usul,
dan
mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula sebaiknya tidak usah menyimak.
11
Kelas Tiga dan Empat ( 7
- 10 tahun ) :
Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan.
Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud tertentuserta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu.
Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi – ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
Kelas Lima dan Enam ( 9
- 12 tahun )
Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan - kekeliruan, kesalahan – kesalahan – kesalahan, propaganda – propaganda, dan petunjuk – petunjuk yang keliru.
Menyimak pada aneka ragam cerita, puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru.4
d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Menyimak 1) Faktor lingkungan Para guru harus menyadari benar betapa besar pengaruh lingkungan
terhadap
keberhasilan
menyimak
khususnya
keberhasilan belajar para siswa pada umumnya; baik yang menyangkut lingkungan fisik ruangan kelas, maupun yang berkaitan dengan suasana sosial kelas. 2) Faktor fisik Lingkungan fisik juga mungkin sekali turut bertanggung jawab atas ketidakefektifan menyimak seseorang. Ruangan mungkin 4
Ibid.,h.64
12
sekali terlalu panas, lembap, ataupun terlalu dingin, suara atau bunyi bising yang mengganggu dari jalan, dari kamar sebelah, atau dari beberapa ruangan tempat penyimak berada. Disekolah, para guru hendaklah dengan cermat dan teliti mempersiapkan suatu lingkungan kelas belajar yang tidak mudah mendatangkan bagi kegiatan menyimak.
3) Faktor psikologis Faktor-faktor psikologis mencakup masalah-masalah antara lain: a. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan b. Keegosentrisan dan asyiknya terhadap minat pribadi serta masalah pribadi c. Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali terhadap pokok pembicaraan d. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru,
terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap pembicara Faktor psikologis yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik, dan faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Guru yang bijaksana akan meningkatkan serta memanfaatkan faktor psikologis yang positif ini; dan sebaliknya, guru harus mengurangi serta mencegah timbulnya faktor psikologis yang negatif bagi penyimak.
4) Faktor pengalaman Pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak. Kosa kata simak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak. Makna-makna yang dipancarkan oleh kata-kata asing
13
cenderung untuk mengurangi serta menyingkirkan perhatian para siswa. 5) Faktor sikap Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak, orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak bagi penyimak, masing-masing dampak positif dan dampak negatif. Sebagai pendidik, tentunya para guru akan memilih dan menanmkan dampak positif kepada anak didiknya dari segala bahan yang disajikannya, khususnya bahan simakan. Menyajikan pelajaran dengan baik dengan materi yang menarik, ditambah lagi dengan penampilan yang mengasikkan dan mengagumkan, jelas sangat menguntungkan dan sekaligus juga membentuk sikap yang positif kepada para siswa 6) Faktor Motivasi Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau kita sebagai penyimak tidak yakin bahwa kita akan memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari suatu penyimakan, sedikit sekali kemungkinan bahwa kita akan mau, apalagi bergairah, menyimak pada sesuatu apabila kita sedang melamun, mengantuk, atau tidur-tiduran. 7) Faktor jenis kelamin Beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. Sebagai guru harus lebih bijaksana mengahadapi para siswa putra dan siswa putri dalam kegiatan menyimak dalam keadaan kelas,
14
misalnya dalam pemilihan bahan dan cara mengevaluasi keberhasilan keaktifan atau kegiatan menyimak itu. 8) Faktor Peranan Dalam Masyarakat Kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, kita ingin sekali menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air kita maupun luar negeri. Sebagai seorang berpendidikan (mahasiswa), kita diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian.5 e. Unsur-unsur Menyimak Unsur-unsur dasar menyimak ialah sebagai berikut : 1. Pembicara, yang dimaksud pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah nara sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan. 2. Penyimak,
penyimak
yang
baik
ialah
yang
memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. 3. Bahan simakan, bahan simakan merupaakn unsur penting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksud dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak 5
Ibid., h.104-114
15
menyampaikan bahan siamakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam berkomunikasi. 4. Bahasa lisan, bahasa lisan merupakan media yang dipakai untuk menyimak. Pembicara menyampaikan gagasan dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan tuturan yang disampaikan pembicara dan dianggap penyimak melalui alat pendengaran. Untuk menyampaikan gagasan, pembicara dapat memilih katakata, kalimat, lagu, gaya yang paling tepat untuk mewadahi gagasan agar ia dapat menyampaikan gagasan.6
f. Definisi Cerita Cerita
sama
dengan
tuturan
yang
membentangkan
bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian).7 Bercerita cenderung interaksinya searah, yakni dari pembicara, kepada pendengar. Sebaliknya pendengar tidak berkesempatan berinteraksi dengan pembicara.
Fungsi cerita : 1. Sarana menyampaikan pesan seperti menjelaskan sesuatu hal, kejadian, peristiwa, dan sebagainya kepada pendengar. 2. Dapat meningkatkan keterampilan berbahasa.8
6
Isah Cahyani dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet.1, h. 28 7 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2005), cet.17, h.6.5 8 Ibid., h.6.11
16
2. Hakikat Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Model
pembelajaran
pada
dasarnya
merupakan
bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, moetode, dan teknik pembelajran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Adapun menurut Soekamto, model pembelajaran.
b.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif yang menekankan aktivitas siswa bersama-sama secara kelompok dan tidak individual. Siswa secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berfikir logis, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama.9 Menurut Nuruhayati (dalam Rusman) ,pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar dengan anggota lainnya.10 Dalam model ini 9
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV WACANA PRIMA,
2009), h.54
10
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. 2 h.203
17
siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2007) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.11 Senada dengan Eggen and Kauchak, Lie (dalam Made Wena,2009) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.12 Sejauh
ini,
pembelajaran
kooperatif
dipercaya
sebagai
pembelajaran yang efektif bagi semua siswa, pembelajaran yang menjadi bagian integratif bagi perubahan paradigma sekolah saat ini, dan pembelajaran yang mendorong terwujudnya interaksi dan kerjasama yang sehat diantara guru-guru yang terbiasa bekerja secara terpisah dari orang lain. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asalasalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran
11
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet.1, h.42. 12 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta:Bumi Aksara,2009), Cet.1, h.189
18
kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. 13 c.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Terdapat
tiga
fungsi
manajemen,
yaitu:
(a)
Fungsi
manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen
sebagai
organisasi,
menunjukkan
bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai control, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
13
Rusman, op.cit., h. 203
19
3. Kemauan Untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang maksimal. 4. Keterampilan Bekerja Sama Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mancapai
tujuan
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan.14
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah ketika siswa belajar dalam kelompok mereka dapat saling menghargai pendapat orang lain, memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat dan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok sehingga melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan, yaitu: 1) Hasil belajar akademik Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif adalah bahwa selain 14
membantu
Rusman, op.cit., h. 207-208
meningkatkan
perilaku
kooperatif
dan
20
hubungan kelompok yang lebih baik diantara para siswa, pada saat yang sama juga dapat membantu siswa memperbaiki prestasi siswa dan tugas-tugas akademik lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif mempunyai efek terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial,
kemampuan,
dan
ketidakmampuan.
Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial. Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan
sosial
penting
dimiliki
karena
manusia adalah makhluk sosial.15
e.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa prinsip yang
membedakannya dengan pelajaran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajarannya yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Ada empat prinsip dalam pembelajaran kooperatif, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 15
Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif. (Surabaya: University Press, 2001), Cet.2, h. 7-10
21
1) Prinsip Ketergantungan Positif Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantng kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Dengan demikian, semua
anggota
dalam
kelompok
akan
merasa
saling
ketergantugan. 2) Tanggung Jawab Perseorangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sebagai tugasnya. 3) Interaksi Tatap Muka Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap angota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masingmasing. 4) Partisipasi dan Komunikasi Aktif Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan. Oleh sebab itu, sebelum melakukan koperatif, guru harus membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan cara memberi
22
kesempatan siswa menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggap baik dan berguna.16
f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkahlangkah itu ditunjukkan pada Tabel 2.1 Table 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah laku Guru
Fase-1 Menyampaikan
tujuan
memotivasi siswa
dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana kelompok - kelompok belajar 16
caranya membentuk kelompok belajar dan
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2009), h.102
23
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase-4 Membimbing
kelompok
dan belajar
bekerja Guru
membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.17
g. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray (TSTS) atau “Dua Tinggal Dua Tamu”. Teknik Two Stay Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak usia didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu dapat memberikan
17
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), Ed.1, Cet.4, h.66-67
24
kesempatan kepada siswa untuk membagikan informasi dengan kelompok lain.18 Struktur Two Stray Two Stay memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Dalam kondisi ini siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. 3. Langkah – langkah Model Pembelajaran Two Stay Two Stray:
Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana bisa
Guru
memberikan
tugas
pada
setiap
kelompok
untuk
didiskusikan dan dikerjakan bersama.
Setelah selesai, dua anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masin-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain.
Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka.
“Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.
Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua.19
18
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), Cet.IV, h.61 19 Miftahul Huda, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011) h.140-141
25
Agus Suprijono (dalam Agus Supriyono) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain untuk saling berkomunikasi,
kemudian
anggota
kelompok
yang
tidak
mendapatkan tugas sebagai duta atau tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut, lalu dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokan dan membahas hasil kerja yang mereka tunaikan.20 Dalam pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray guru berperan sebagai pembimbing dan pengarah jalannya proses pembelajaran.
Guru
membimbing
kelompok-kelompok
yang
mengalami kesulitan ketika bertukar informasi dan berdiskusi dengan temannya. Setelah pelaksanaan teknik Two Stay Two Stray siswa bersama guru membahas pekerjaan kelompok dan membuat kesimpulan, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai tujuan yang ingin dicapai.
20
Agus Supriyono, Cooperative learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), h.29
26
h. Kelebihan dan Kekurangan Two Stay Two Stray Model pembelajaran Two Stay Two Stray memiliki kelebihan antara lain: 1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan 2) Belajar siswa lebih bermakna 3) Lebih berorientasi pada keaktifan berfikir siswa 4) Meningkatkan motivasi dan belajar siswa 5) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah 6) Memberikan kesempata kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas
dalam
melakukan
komunikasi
dengan
teman
sekelompoknya 7) Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap temannya 8) Meningkatkan motivasi belajar Sedangkan kekurangan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah: 1) Membutuhkan waktu yang lama 2) Siswa cenderung tidak mau belajar kelompok, terutama yang terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerja sama. 3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan tenaga) 4) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, dan siswa yang kurang pandai memiliki kesemapatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapat. 5) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolan kelas.
27
B. Kerangka Berpikir Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek.
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
menyimak
berbicara
membaca
menulis
Keterampilan
menyimak
cerita bagi peserta didik
Kesulitan
mengungkapkan
Pendidik
Kurangnya motivasi
menggunakan
teknik dikte (imla)
kembali isi cerita
Memilih
model
pembelajaran yang bisa meningkatkan keterampilan menyimak. Model pembelajaran kooperatif
Two
Stay Two Stray Meningkatkan
keterampilan
dalam menyimak cerita.
belajar
siswa
28
C. Penelitian Yang Relevan Sebagai
bahan
penguat
penelitian
tentang
Pengaruh
Model
Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa peneliti mengutip penelitian yang relevan yaitu: a. Penelitian terdahulu yang relevan di bidang pendidikan, yaitu: penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif yang diterapkan di antaranya : Fitriah Ulfah dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa di Mts Al Falah, Grogol Utara, Jakarta Barat tahun 2010. Persamaan penelitian Fitriah Ulfah dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray, sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian Fitria Ulfah meneliti mata pelajaran Matematika di Mts Al Falah, sedangkan penelitian ini meneliti mata pelajaran Bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan, peneliti ingin mengetahui apakah keberhasilan metode ini dapat diimplementasikan pada semua mata pelajaran. b. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitriah dengan judul Penerapan
Model Pembelajaran Koperatif dengan Teknik Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di MTs Mathlaul Anwar Bogor tahun 2011. Penelitian Nurul Fitriah memiliki persamaan dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Adapun perbedaannya yaitu pada penelitian Nurul Fitrian meneliti pada mata pelajaran IPS di MTs Mathlaul Anwar dengan menggunakan metode penelitian kelas atau Classroom Action Research, sedangkan penelitian ini meneliti pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro dengan metode Quasi Eksperimen. c. Penelitian yang dilakukan oleh Ita Qamariah
dengan judul Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berargumentasi Pendidikan Agama Islam
29
dengan Metode Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas XI di SMA Al Muniroh Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur pada tahun 2010 menunjukkan dari hasil kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Metode Two Stay Two Stray memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu rata-rata siklus I (6,2%), dan siklus II (8,6%). Sedangkan penggunaan Metode Two Stay Two Stray di SMA Al Muniroh Ujung Pangkah Gresik termasuk kategori cukup baik, hal ini dapat dilihat dari hasil presentasi yang diperoleh sebesar (49,3%) dan keterampilan berargumentasi siswa menunjukkan presentasi sebesar (41,7%). Persamaan penelitian Ita Qamariah dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray, sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian Ita Qamariah meneliti pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk peningkatan
keterampilan
berargumentasi
siswa
dengan
metode
Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan penelitian ini meneliti pada mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
untuk
pemahaman
siswa
terhadap
keterampilan menyimak cerita dengan menggunakan Metode Quasi Eksperimen. d. Penelitian yang dilakukan oleh Diyah Saraswati dengan judul Penerapan Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Minat pada mata pelajaran Matematika di kelas VIII SMPN 5 Pemalang, Jawa Tengah tahun 2012 menunjukkan hasil penelitiannya bahwa presentasi minat belajar siswa sebelum diterapkan model Two Stay Two Stray sebesar 15, 8 %. Sedangkan presentasi minat belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray sebesar 31,58%, sedangkan peserta didik yang sangat berminat pada kelas ekspositori sebesar 18,42%. Persamaan penelitian Diyah Saraswati dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran Two Stay
30
Two Stray. Adapun perbedaannya yaitu pada penelitian Diyah Saraswati meneliti mata pelajaran Matematika di kelas VIII SMPN 5 Pemalang, sedangkan penelitian ini meneliti mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk pemahaman keterampilan menyimak cerita siswa di MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan, peneliti ingin mengetahui apakah keberhasilan model ini dapat diimplementasikan pada semua mata pelajaran. e. Penelitian yang dilakukan oleh Nanang Khuzaini dengan judul Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) Pokok Bahasan Trigonometri Siswa Kelas XB MAN Godean Yogyakarta tahun 2012 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 66,73 % pada siklus I menjadi 79,60 pada siklus II. Penelitian Nanang Khuzaini dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Adapun perbedaannya yaitu penelitian Nanang Khuzaini meneliti mata pelajaran Matematika di MAN Godean Yogyakarta untuk peningkatan minat dan prestasi, sedangkan penelitian ini meneliti pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan terhadap keterampilan menyimak cerita.
31
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan deskripsi teoretis yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah: Ho
:
tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan. H1
: terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014 yaitu pada tanggal 4 November – 4 Desember 2013. Adapun tahapan-tahapannya meliputi: 1. Tahap persiapan Pada tahap ini yang dilakukan adalah membuat judul, pembuatan proposal, pembuatan instrumen penelitian, permohonan izin ke sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini yang dilakukan adalah uji coba instrumen dan pengambilan data di lapangan. 3. Tahap penyusunan Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengolahan data dan konsultasi untuk menyusun laporan dan persiapan ujian.
B. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi eksperimen. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya
untuk
mengontrol
variabel-variabel
luar
yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 . Kelompok yang dikenai tindakan atau treatment disebut kelompok eksperimen (Experimental Group), sedangkan kelompok lain yang tidak dikenai tindakan atau treatment disebut kelompok kontrol (Control Group).2 Dalam penelitian ini kelompok eksperimen 1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.VIII, h.77 2 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), Cet.I, h.211
32
33
memperoleh perlakuan khusus yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray, sedangkan kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional Desain
penelitian
yang
digunakan
yaitu
Desain
penelitian
ini
menggunakan Non Randomized Subject Pretest-Posttest Only .3 Pada desain ini, kelompok eksperimen maupun kelompok kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Model desainnya adalah: Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok
Pretest
Eksperimen
Perlakuan XE
T Kontrol
Pretest
T -
Keterangan: XE : Perlakuan yang diberi Model pembelaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray T
: Tes yang diberikan pada kedua kelompok Berdasarkan tabel dan keterangan diatas, perlakuan yang dimaksud yaitu dapat berupa penggunaan metode mengajar tertentu, model penilaian, dan sebagainya.4 Pretest yang diberikan adalah tes baku untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan instruksional. Setelah treatment atau 3
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2011), Cet.I,
h.77 4
Zainal Arifin, loc.cit
34
perlakuan diberikan (diajar dengan metode A dalam periode tertentu) diadakan posttest. (Posttest ini bisa sama dengan pretest atau yang seperti/setaraf pretest).5
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN a. Populasi Menurut Hadari Nawawi (dalam S. Margono) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karekteristik tertentu di dalam suatu penelitian.6 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan.
b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V-A berjumlah 39 siswa dan kelas V-B berjumlah 39 siswa MIN 15 Bintaro semester genap tahun pelajaran 2012/2013 .
D. VARIABEL PENELITIAN Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu: 1. Variabel Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray . Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel independen (bebas) yakni masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil, variabel ini disimbolkan dengan huruf X. 5
Moh Kasiram, op.cit., h.215 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 118 7 Sugiyono. op. cit ,h.118 6
35
2. Variabel kemampuan menyimak cerita. Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel dependen (terikat) yakni hasil sebagai pengaruh variabel independen, variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data diperlukan teknik atau cara pengumpulan data. Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu menggunakan tes.
1. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.8 Tes yang dipergunakan adalah tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula.9 Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa pretest dan postest. Pretest adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dan postest adalah tes hasil belajar sesudah menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Tes tersebut berupa tes keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan, pada pokok bahasan Cerita Rakyat yang berbentuk uraian.
F. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal uraian pada konsep cerita rakyat untuk 8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006) cet.XIII, h.150 9 S.Margono, op.cit., h.170
36
mengetahui kemampuan menyimak siswa. Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu instrumen di uji cobakan kepada kelas VI (enam) untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas instrumen.
G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes ini terlebih dahulu diujicobakan kepada responden diluar kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran soal. a. Uji Validitas Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan penggunaan tujuan tes. Validitas terkait dengan ranah yang akan diukur dengan alat yang dipakai untuk mengukur serta skor hasil pengukurannya.10 Setelah dilakukan uji validitas pada tiap-tiap butir soal dengan menggunakan ANATES uraian versi 4.0.5, maka didapat 10 butir soal yang valid dari 12 soal yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, dan 12 yang akan diujikan sebagai soal pretest dan posttest siswa. (Hasil Pengolahan Data Terlampir Pada Lampiran 18)
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas suatu alat evaluasi, menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang jika tes tersebut sudah dapat memberikan hasil yang tetap.11 Adapun perhitungannya menggunakan ANATES uraian versi 4.0.5. hasil pengujian reliabilitas tes yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien
10
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2012), cet.3, h.152 11 Suharsismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,2007), Cet.VII, h.86
37
reliabilitas internal seluruh item sebesar 0,64. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. (Hasil Pengolahan Data Terlampir Pada Lampiran 18)
c. Taraf Kesukaran Uji taraf kesukaran instrumen bertujuan mengetahui soal-soal yang mudah, sedang, dan sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.12 Adapun perhitungannya menggunakan ANATES uraian versi 4.0.5. Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukaran diklasifikasikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.2 Indeks Taraf Kesukaran Nilai (P)
Kategori
0,00 – 0,30
Sukar
0,31 – 0,70
Sedang
0,71 - 1,00
Mudah
d. Daya Pembeda Daya beda butir soal (item discrimination) merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah.13 Adapun perhitungannya menggunakan program ANATES uraian Versi 4.0.5.
12 13
Ibid., h.207 Nurgiyantoro, op.cit., h.197
38
Klarifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3. 3 Indeks Daya Pembeda Daya beda soal
Keterangan
0,00-0,20
Jelek
0,21-0,40
Cukup
0,41-0,70
Baik
0,71-1,00
Baik sekali
H. TEKNIK ANALISIS DATA Untuk
mendapatkan
hipotesis
penelitian
dari
data
yang
diperoleh,dilakukan perhitungan statistik dan membandingkan kemampuan menyimak cerita siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homonegitas. a. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data, dalam peneliltian ini peneliti menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0. Adapun kriteria pengujiannya adalah jika nilai Signifikansi (Asym Sig 2 tailed) > 0,05, maka data berdistribusi normal, tetapi jika nilai Signifikansi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
39
2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Untuk mengetahui homogenitas suatu data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 pada Analiyze-Compare Means-One-way ANOVA.
3.
Uji Hipotesis (Uji-t) Untuk uji hipotesis, peneliti menggunakan program computer SPSS 16.0 pada Paired Sample T-Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Adapun kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikansi ttest lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima, tetapi jika nilai signifikansi t-test lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis ditolak.
I. HIPOTESIS STATISTIK Dalam penelitian ini hipotesis statistik yang digunakan adalah:
H o : 1 2 H 1 : 1 2
1 : Nilai rata-rata keterampilan menyimak cerita siswa yang diberi pembelajaran Two Stay Two Stray.
2 : Nilai rata-rata keterampilan menyimak cerita siswa yang diberi pembelajaran konvensional.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah 1. Sejarah Singkat Berdirinya MIN Bintaro Sebelum lahirnya MIN Bintaro, ada proses perjuangan yang cukup panjang yang melibatkan guru, orangtua siswa dan warga sekitar tempat berdirinya MIN Bintaro, yaitu di kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan MIN Bintaro sebelumnya merupakan kelas jauh (KJ) dari MIN Petukangan Selatan. Sejak berdirinya pada tahun 1996 MIN Bintaro dan MIN Petukangan Selatan di pimpin oleh satu orang kepala madrasah. Baru pada tahun 2004 MIN Bintaro dinyatakan mandiri berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta. Sejak Tahun 2004 MIN Bintaro dipimpin oleh Kepala Madrasahnya, Bapak Asim S.Ag. Ada perjuangan yang tidak boleh dilupakan, beberapa orang guru yang boleh dikatakan penggagas berdirinya MIN Bintaro, yang pada waktu itu menjadi guru dan kepala madrasah si MIN Petukangan Selatan, yaitu Bapak Abd. Rosyid, Bapak A.Taufiqillah, dan Bapak Muhimin, merekalah yang berulang kali mengusulkan agar dibangun gedung untuk MIN Bintaro. Setelah berdirinya gedung untuk MIN Bintaro, mereka jualah yang berjuang mencari siswa, membersihkan gedung dari semak belukar, dan yang lebih berat lagi menyelesaikan sengketa jalan menuju MIN Bintaro, Antara Depag, warga sekitar asli dan ahli waris masing mengklaim tanah milik mereka. Secara berurutan, kepala sekolah yang pernah memimpin MIN Bintaro adalah sebagai berikut: a. Drs. Abdul Rosyid
: 1997 – 1999
b. H. Moh. Noor Hasan
: 2000 – 2004
c. Asim, S.Ag
: 2004 – 2008
40
41
d. Drs. H. Cecep Suhendi
: 2009 – 2010
e. A. Taufiqillah, S.Ag
: 2010 – Sampai Sekarang
2. Lokasi Sekolah MIN 15 Bintaro terletak di Jalan Mawar Raya Nomor 1 RT 002/013, Jakarta Selatan 12330. 3. Visi dan Misi Visi MIN 15 Bintaro: “Terwujudnya lembaga pendidikan dasar yang kompeten dalam pembinaan imtaq sertta berkualitas dalam pengembangan ilmu, sejalan kemajuan iptek”. Indikator Visi: a. Terwujudnya lingkungan madrasah yang islami b. Terwujudnya lingkungan madrasah yang kondusif untuk terciptanya proses pembelajaran yang inovatif c. Terwujudnya peningkatan sumber daya manusia (pendidik dan tenaga kependidikan) d. Meningkatnya proses pembelajaran yang memanfaatkan kemajuan IPTEK e. Terwujudnya rencana induk pengembangan sarana prasarana pendidikan f. Terwujudnya peningkatan kualitas lulusan dalam akademik maupun non akademik g. Terwujudnya madrasah sebagai pusat pembelajaran, pusat disiplin, pusat kebudayaan, dan pusat dakwah.
42
Misi MIN 15 Bintaro: a. Menanamkan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia melalui pengamalan ajaran agama. b. Mengoptimalkan proses KBM dan Bimbingan Keagamaan. B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 15 Bintaro, Jakarta Selatan sebanyak empat kali pertemuan terhadap dua kelompok siswa di kelas V, yaitu kelas Va sebagai kelas eksperimen dan kelas Vb sebagai kelas kontrol. Sampel yang digunakan sebanyak tujuh puuh delapan siswa, tiga puluh sembilan siswa di kelas eksperimen dan tiga puluh sembilan di kelas kontrol. Kelas Va sebagai kelas kontrol melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia secara koonvensional dan kelas Vb sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray. Materi yang diajarkan adalah materi tentang cerita rakyat. Untuk mengetahui kemampuan keterampilan menyimak siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang diberikan kepada kedua kelompok kelas. Instrumen penelitian adalah tes berbentuk uraian dengan jumlah 10 butir soal yang telah melalui proses validasi. Kedua kelas diteliti yaitu kelas Vb sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dan kelas Va sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional diberikan tes soal tentang cerita rakyat yang sama. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui perbedaan hasil belajar kemampuan menyimak Bahasa Indonesia dari kedua kelas tersebut. Berikut akan disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan akhir. Data pada penelitian ini adalah data yang terkumpul dari tes yang telah diberikan kepada siswa MIN 15
43
Bintaro Jakarta Selatan, berupa data hasil tes keterampilan menyimak yang dilaksanakan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen No
Nama
Pretest
Posttest
1
AA
42.5
50
2
AB
52.5
85
3
AC
80
90
4
AD
75
77.5
5
AE
75
92.5
6
AF
37.5
40
7
AG
57.5
82.5
8
AH
37.5
80
9
AI
70
75
10
AJ
40
55
11
AK
55
77.5
12
AL
40
62.5
13
AM
50
50
14
AN
30
67.5
15
AO
35
75
16
AP
72.5
80
17
AQ
70
77.5
18
AR
37.5
57.5
19
AS
70
80
20
AT
60
67.5
21
AU
42.5
75
22
AV
40
77.5
23
AW
35
50
24
AY
62.5
72.5
44
25
AZ
67.5
87.5
26
BA
47.5
65
27
BB
65
80
28
BC
62.5
75
29
BD
57.5
77.5
30
BE
37.5
50
31
BF
55
62.5
32
BG
67.5
82.5
33
BH
67.5
70
34
BI
50
67.5
35
BJ
67.5
67.5
36
BK
52.5
57.5
37
BL
30
50
38
BM
50
77.5
39
BN
42.5
50
Jumlah
2087
2920
Rata-Rata
53,52
74,87
Tabel 4.2 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol
No
Nama
Pretest
Posttest
1
AA
50
67.5
2
AB
30
45
3
AC
52.5
85
4
AD
45
52.5
5
AE
37.5
82.5
6
AF
52.5
85
7
AG
55
55
8
AH
70
80
9
AI
60
85
45
10
AJ
37.5
70
11
AK
62.5
65
12
AL
57.5
57.5
13
AM
50
60
14
AN
47.5
87.5
15
AO
75
80
16
AP
75
90
17
AQ
52.5
82.5
18
AR
55
67.5
19
AS
30
52.5
20
AT
42.5
42.5
21
AU
45
70
22
AV
37.5
55
23
AW
70
77.5
24
AY
52.5
75
25
AZ
60
65
26
BA
62.5
65
27
BB
42.5
55
28
BC
37.5
50
29
BD
70
85
30
BE
62.5
90
31
BF
47.5
65
32
BG
50
82.5
33
BH
42.5
50
34
BI
40
57.5
35
BJ
27.5
40
36
BK
60
82.5
37
BL
42.5
50
38
BM
65
82.5
39
BN
50
60
2002
2482
Jumlah
46
Rata-Rata
51,34
63,65
C. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray. Nilai yang diperoleh siswa dari pretest yang dilakukan terhadap kelompok Two stay two stray dapat ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen N
Valid Missing
39 0
Mean
53.52
Median
52.50
Mode
37.50
Std. Deviation
1.428
Variance
204.1
Range
50.00
Minimum
30.00
Maximum
80.00
Sum
2087
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil kelompok eksperimen diperoleh data sebanyak 39 dengan jumlah 2087. Nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen adalah 53,52 dengan varians 204,1dan standar deviasi sebesar 1,428. Nilai tertinggi dikelas eksperimen adalah 80,00 dan nilai terendahnya yaitu 30,00. Nilai tengah pada kelas eksperimen adalah 52,50 dan modus pada data pretest kelompok eksperimen yaitu 37,50. Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
47
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Eksperimen Nilai
Frekuensi
Frekuensi %
27,5
1
2.6
30
2
5.1
37,5
4
10.3
40
1
2.6
42,5
4
10.3
45
2
5.1
47,5
2
5.1
50
4
10.3
52,5
4
10.3
55
2
5.1
57,5
1
2.6
60
3
7.7
62,5
3
7.7
65
1
2.6
70
3
7.7
72,5
2
5.1
75
2
5.1
80
1
2.6
Total
39
100.0
Selain bentuk tabel data pretest kelompok eksperimen, juga disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut :
48
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 27.5 30 37.5 40 42.5 45 47.5 50 52.5 55 57.5 60 62.5 65
70 72.5 75
Tabel 4.5 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol
N
Valid Missing
39 0
Mean
51.34
Median
50.00
Mode
37.50
Std. Deviation
1.237
Variance
153.2
Range
47.50
Minimum
27.50
Maximum
75.00
Sum
2002
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil kelompok kontrol diperoleh data sebanyak 39 dengan jumlah 2002. Nilai rata-rata pretest kelompok kontrol adalah 51,54 dengan varians 153,2 dan standar deviasi sebesar 1,237. Nilai tertinggi dikelas kontrol adalah 75,00 dan nilai terendahnya yaitu 27,50. Nilai tengah pada kelas kontrol adalah 50,00 dan modus pada data pretest kelompok kontrol yaitu 37,50.
80
49
Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol Nilai
Frekuensi
Frekuensi %
27,5
1
2.6
30
2
5.1
37,5
4
10.3
40
1
2.6
42,5
4
10.3
45
2
5.1
47,5
2
5.1
50
4
10.3
52,5
4
10.3
55
2
5.1
57,5
1
2.6
60
3
7.7
62,5
3
7.7
65
1
2.6
70
3
7.7
75
2
5.1
Total
39
100.0
Selain bentuk tabel data pretest kelompok kontrol, juga digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
50
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Kontrol 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 27.5
30
37.5
40
42.5
45
47.5
50
52.5
55
57.5
60
62.5
65
70
75
D. Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah dilaksanakan pretest dan dilanjutkan dengan 2 kali pertemuan, maka pada tahap terakhir yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah
pemberian
posttest
kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis deskripsi data posttest kelompok eksperimen dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.7 N
Valid Missing
39 0
Mean
74.87
Median
75.00
Mode
67.50
Std. Deviation
9.596
Variance
92.08
Range
42.50
Minimum
50.00
Maximum
92.50
Sum
2920
51
Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil kelompok eksperimen diperoleh data sebanyak 39 dengan jumlah 2920. Nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen adalah 74,87 dengan varians 92,08 dan standar deviasi sebesar 9,596. Nilai tertinggi dikelas eksperimen adalah 92,50 dan nilai terendahnya yaitu 50,00. Nilai tengah pada kelas eksperimen adalah 75,00 dan modus pada data posttest kelompok eksperimen yaitu 67,50. Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Eksperimen Nilai
Frekuensi
Frekuensi %
50
1
2.6
60
2
5.1
62,5
1
2.6
65
3
7.7
67,5
5
12.8
70
4
10.3
75
5
12.8
77,5
3
7.7
80
3
7.7
82,5
5
12.8
85
3
7.7
87,5
1
2.6
90
2
5.1
92,5
1
2.6
Total
39
100.0
52
Selain bentuk tabel data posttest kelompok eksperimen, juga digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 6 5 4 3
East
2 1 0 50
60
62.5
65
67.5
70
75
77.5
80
82.5
85
87.5
Tabel 4.9 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol N
Valid Missing
39 0
Mean
63.65
Median
65.00
Mode
55.00
Std. Deviation
1.279
Variance
163.7
Range
52.50
Minimum
40.00
Maximum
92.50
Sum
2482
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil posttest kelompok kontrol diperoleh data sebanyak 39 dengan jumlah 2482. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol adalah 63,65
90
92.5
53
dengan varians 163.7 dan standar deviasi sebesar 1.279. Nilai tertinggi dikelas eksperimen adalah 92,50 dan nilai terendahnya yaitu 40,00. Nilai tengah pada kelas kontrol adalah 65,00 dan modus pada data posttest kelompok kontrol yaitu 55,00. Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kontrol Nilai
Frekuensi
Frekuensi %
40
1
2.6
42,5
1
2.6
45
1
2.6
50
4
10.3
52,5
2
5.1
55
5
12.8
57,5
3
7.7
62,5
2
5.1
65
5
12.8
67,5
2
5.1
70
2
5.1
72,5
1
2.6
75
4
10.3
77,5
1
2.6
80
1
2.6
82,5
1
2.6
85
1
2.6
87,5
1
2.6
92,5
1
2.6
Total
39
100.0
Selain bentuk tabel data posttest kelompok kontrol, juga digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
54
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol 6 5 4 3 2 1
E. ANALISIS DATA 1. Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Pretest Untuk menentukan normalitas, peneliti menggunakan SPSS 16 for Windows pada. Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov.
Syarat
suatu
berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai
data
dikatakan
> 0,05.
Hasil uji normalitas data pretest dari kedua sampel penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a
Kolmogorov-Smirnov KELAS PRETEST
Statistic
df
Sig.
1EKSPERIMEN
.139
39
.056
2KONTROL
.078
39
.200
*
92.5
87.5
85
80
77.5
75
72.5
70
67.5
65
62.5
57.5
55
52.5
50
45
42.5
40
0
55
a
Kolmogorov-Smirnov KELAS PRETEST
Statistic
df
Sig.
1EKSPERIMEN
.139
39
.056
2KONTROL
.078
39
.200
*
Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan bahwa hasil pretest kelompok eksperimen signifikansinya 0,056. Hal itu
menunjukkan
bahwa
data
berdistribusi
normal
karena
signifikansinya 0,056 > 0,05. Begitu pun dengan hasil pretest kelompok kontrol signifikansinya 0,200. Hal itu juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,200 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil pretest baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal
b. Uji Normalitas Posttest Uji normalitas data posttest juga dilakukan untuk mengetahui apakah data tersbut berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows dalam menghitung uji normalitas hasil posttest yang berfungsi untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai > 0,05. Hasil uji normalitas data posttest dari kedua sampel penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut:
56
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
a
Kolmogorov-Smirnov KELAS POSTTEST
Statistic
df
Sig. *
1.EKSPERIMEN
.104
39
.200
2.KONTROL
.121
39
.162
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kelompok eksperimen signifikansinya 0,200. Hal itu menunjukkan
bahwa
data
berdistribusi
normal
karena
signifikansinya 0,200 > 0,05. Sedangkan data hasil posttest kelompok kontrol signifikansinya 0,162. Hal itu juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,162 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan dari data hasil posttest bahwa baik kelompok eksperimen maupun kontrol keduanya berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas Pretest Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil kedua kelompok memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji homogenitasnya adalah data hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kemudian dapat dilihat hasil uji homogenitas pada tabel berikut: SPSS 16.0 for Windows yaitu One Way Anova.
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene Statistic 2.195
df1
df2 1
Sig. 76
.143
57
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pretest di atas, menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,143. Maka dengan hasil uji homogenitas di atas dapat disimpulkan bahwa varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,143 > 0,05. d. Uji Homogenitas Posttest Uji homogenitas juga dilakukan pada data hasil posttest. Data hasil posttest didapat dari nilai tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberi perlakuan yaitu model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray untuk kelompok eksperimen dan metode konvensional untuk kelompok kontrol. Kriteria pengambilan keputusan adalah signifikansinya lebih dari 0,05. Analisis ini menggunakan program SPSS 16.0 for Windows yaitu One Way Anova Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene Statistic 3.400
df1
df2 1
Sig. 76
.069
Berdasarkan hasil uji homogenitas data posttest di atas, menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,069. Maka dengan hasil uji homogenitas di atas dapat disimpulkan bahwa varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,069 > 0,05. F. Pengajuan Hipotesis Pengujian hipotesis dengan menggunakan T-Test bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata tes pemahaman bacaan antara
kelompok
eksperimen
yang
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional. Analisis data dengan T-Test menggunakan program SPSS 16.0 for Windows yaitu
58
Paired Sample Test. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika signifikansi t-test > 0,05 maka terima H0 dan jika signifikansi t-test < 0,05 maka tolak H0 atau terima H1. Tabel di bawah ini merupakan hasil dari perbedaan rata-rata tes keterampilan menyimak cerita antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran. Tabel 4.15 Hasil Uji T-Test
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Sig.
Difference Std. Error Mean
posttest
Eksperimen 1.12179E1
Std. Deviation
11.94659
Mean
1.91299
(2Lower
Upper
7.34531
t
15.09058 5.864
- Kontrol
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dijelaskan di bab II, bahwa: a. H0 Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa a. H1 Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa Berdasarkan tabel 4.14 pada sig. (2-tailed) adalah 0,000. Hal tersebut dapat terlihat dari perhitungan uji tes keterampilan menyimak antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu jika
> 0,05 maka H0
diterima. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,000 < 0,05,
df
tailed)
38
.000
59
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata tes keterampilan menyimak cerita kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. G. PEMBAHASAN Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dan kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional terlihat bahwa hasil belajar kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Hal ini dapat ditunjukkan dari pretest dan posttest siswa. Nilai tertinggi yang didapatkan dari hasil pretest kelas eksperimen adalah 80, dan terendah 30, hingga didapatkan nilai rata-rata 53. Sedangkan hasil pretest yang didapatkan dari kelas kontrol adalah 75, dan terendah 27.5, hingga mendapatkan nilai rata-rata 51. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pretest siswa kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan kelas kontrol. Namun, setelah dilakukan penelitian peningkatan nilai dapat dilihat dari hasil posttest siswa. Kelas eksperimen mendapatkan nilai 92.5 untuk nilai tertinggi, 50 untuk nilai terendah, dan 75 untuk nilai rata-ratanya. Sedangkan hasil posttest yang didapatkan dari kelas kontrol yaitu 92.5 untuk nilai tertinggi, 40 untuk nilai terendah, dan 64 untuk nilai rata-rata. Dengan demikian setelah perlakuan menunjukkan adanya pengaruh Two stay two stray terhadap penguasaan konsep, dimana kelas eksperimen menunjukkan nilai yang lebih baik daripada kelas kontrol. Karena dalam teknik Two stay two stray siswa belajar dengan sesama siswa dalam keadaan gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk bertukar informasi dan meningkatkan
pemahaman
terhadap
materi
pembelajaran.
Dalam
pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray ada proses demokrasi dan peran aktif siswa. Sehingga susasana belajar pun berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memproleh dan memberi masukan diantara anggota kelompoknya maupun dengan anggota kelompok lainnya.
60
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran secara diskusi. Dalam pembelajarn kooperatif, semua siswa (semua anggota kelompok) terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masingmasing, sementara belajar diskusi walaupun juga berkelompok tetapi hanya didominasi oleh siswa tertentu saja. Dalam belajar diskusi, struktur kelompok tidak teridentifikasi, sementara dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian, dinamika kelompok pada pemeblajaran kooperatif lebih terlihat. Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran, diketahui bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray siswa dituntut untuk dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya yang berbeda-beda dan jumlah yang sedikit. Pada kelompok dengan jumlah anggota yang besar menyebabkan diskusi berlangsung kurang efektif karena hanya anggota tertentu saja yang mendominasi diskusi pada masing-masing kelompok. Namun, pada awal pembelajaran, pelaksanaan treatment pada kelompok eksperimen mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Selain itu pada waktu pengelompokkan, terkadang menimbulkan kegaduhan dalam kelas yang cukup menyita waktu pembelajaran. Karena pada pembelajaran biasanya, guru tidak terbiasa membentuk kelompok belajar. Selain itu, dari beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan teman dalam satu kelompoknya sehingga menimbulkan perselisihan yang bisa menyita waktu dan juga proses penyerapan materi pelajaran dari siswa dan untuk siswa menjadi kurang maksimal. Hambatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat berkurang dikarenakan siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray. Terlihat dari siswa yang mulai terbiasa dengan teman lain dalam kelompoknya dan mulai menerima perbedaan, yang membuat siswa saling membutuhkan karena adanya
suatu
masalah
yang harus
dikerjakan
bersama.
Hal
mempermudah siswa dalam memahami permasalahan yang diberikan.
ini
61
Berbeda dengan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol, dimana siswa kurang dapat termotivasi untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran. Seringkali siswa yang pandai merasa dirinya mampu mengerjakan tugasnya sendiri, sedangkan siswa yang kurang pandai hanya bertugas menyalin saja. Hal ini dapat berakibat kemampuan siswa kurang dapat meningkat. Selain itu siwa juga masih merasa takut untuk mengeluarkan pendapat atau bertanya jika ada sesuatu hal yang belum dimengerti. Ini membuat guru kurang memahami siswa mana yang kurang dapat menyerap materi pelajaran. Secara umum dari kedua objek kelompok yang diteliti, nampak bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray lebih membuat siswa aktif dan kooperatif. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menggali informasi dari berbagai sumber serta kooperatif dalam memecahkan pertanyaan-pertanyaan selama berdiskusi. Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian Rima Ulfah Dewi “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two stay two
stray(TSTS)
Terhadap
Hasil
Belajar
Biologi
Pada
Konsep
Archaebacteria dan Eubacteria di SMAN 3 Karawang” telah didapatkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dianggap berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Demikian hal ini lebih menguatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif teknik Two stay two stray berpengaruh terhadap keterampilan menyimak siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. H. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian agar diperoleh hasil yang maksimal. Akan tetapi, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya :
62
1. Kondisi siswa yang sempat merasa bingung karena tidak terbiasa dengan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray. 2. Siswa yang terbiasa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru (teacher centered) 3. Alokasi waktu yang masih kurang sehingga diperlukan persiapan dan pengaturan kelas yang baik.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray dapat mempengaruhi keterampilan menyimak cerita siswa di MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan, hal ini terlihat dari nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 74,87 dan posttest kelas kontrol sebesar 63,65. Uji Hipotesis pada hasil posttest dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows yang menghasilkan kelompok eskperimen dan kelompok kontrol signifikansinya 0,000 < 0,05 karena H1 dapat diterima jika
< 0,05.
B. Saran Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang: 1. Model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam upaya meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk itu, penelitian selanjutnya, disarankan untuk mencoba menerapkan model kooperatif teknik Two Stay Two Stray pada materi lain. 2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan model kooperatif teknik Two Stay Two Stray dilakukan pembiasaan terlebih dahulu. Misalnya, dalam beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada kelas tersebut diterapkan teknik Two Stay Two Stray sehingga pada waktu penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan mengikuti proses pembelajaran.
63
64
3. Guru hendaknya memiliki kemampuan pengelolaan kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga setiap siswa dapat ikut aktif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011 Arikunto, Suharsimi. Aksara,2009
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006 Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS, 2007 Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009 Huda, Miftahul. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011 Ibrahim, Muslimin, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000 Kasiram. Moh. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press, 2008 Lie, Anita. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo, 2008 Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2012 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Sahara, Siti dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia.. Jakarta: FITK PRESS,2009 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana, 2009 Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2000 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2010 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010
Supriyono, Agus. Cooperative learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Suralaga, Fadhilah dan Solicha, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian, 2010 Tarigan, Djago. Pendidikan Keterampilan Terbuka, 2005
Berbahasa.
Jakarta:Universitas
Tarigan, Henry Guntur. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung, 2008 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana, 2010 Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 Wassis, Iskandar dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011 Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Lampiran 1
WAWANCARA GURU
Penulis : “Bagaimana keadaan siswa pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung?” Guru : “ Pada saat pembelajaran berlangsung biasanya tidak semua fokus, ada beberapa siswa yang menyimak dan ada pula yang bersenda gurau dengan temannya” Penulis : “Apakah siswa aktif bertanya ketika mereka mengalami kesulitan pada saat pembelajaran berlangsung?” Guru : “ Hanya beberapa siswa yang aktif dan cenderung malu-malu ketika ada pertanyaan yang saya lontarkan” Penulis : “ Apa saja bentuk kesulitan yang dialami ketika proses pembelajaran berlangsung?” Guru : “ selalu ada kendala yang biasanya memang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung, misalnya siswa yang gaduh jadi sulit buat mengkondisikannya.” Penulis Indonesia?”
: “Metode apa yang biasa digunakan pada saat pembelajaran Bahasa
Guru : “ saya biasanya menggunakan metode diskusi kelompok sama ceramah saja, tapi saya menggunakan ice breaking kalau siswa sudah kelihatan jenuh” Penulis : “ Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, ada beberapa keterampilan yang diantaranya adalah keterampilan menyimak. Bagaimana hasil belajar siswa mengenai keterampilan menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas V?” Guru :“ ada siswa yang memiliki hasil belajar tinggi, dan ada pula siswa yang memiliki hasil belajar rendah” Penulis ?”
: “Bagaimana kemampuan menyimak yang dimiliki oleh siswa kelas V
Guru :”kemampuan menyimak siswa masih kurang yah, seperti siswa yang kurang berani mengungkapkan kembali apa yang disampaikan oleh gurunya, tidak ada aksi jadinya. Dan kosakata yang disampaikan oleh siswa pun masih kurang dan terlihat kurang mendapat respon dari teman-temannya” Penulis : “Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita siswa?” Guru : “ Dari guru sendiri terutama harus meningkatkan kinerja mengajarnya, dan menggunkan metode-metode atau model pembelajaran yang bisa menumbuhkan semangat belajar anak sehingga anak menjadi percaya diri dan bisa untuk menyampaikan apa yang ditelah diajarkan gurunya” Penulis
: “Pernahkah menerapkan model pembelajaran kooperatif ?”
Guru
: “ belum pernah”
Guru Bidang Study
Kuratul Aeni, S.Pd
KISI KISI SOAL INSTRUMEN
Nama Sekolah
: MIN 15 Bintaro
Kelas/ Semester
: V/1(satu)
Standar Kompetensi
: Memahami penjelasan narasumber dan cerita secara lisan
Kompetensi Dasar
: Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
Materi
Cerita Rakyat
rakyat
Indikator 1. Menyebutkan pengertian cerita rakyat
Soal 1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ?
Nomor Soal 1
2. Menyebutkan unsur intrinsik cerita rakyat.
2. Sebutkan unsur-unsur instrinsik yang ada dalam cerita rakyat!
2
3. Menyebutkan contoh cerita rakyat beserta asal daerah cerita rakyat .
3. Sebutkan tiga contoh judul cerita rakyat beserta daerah asalnya!
3
4. Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
4. Jelaskan tema yang terdapat pada cerita rakyat diatas!
5.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan pada cerita rakyat?
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan pada cerita rakyat.
6. Siapakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita tersebut?
4
5
6
6. Menyebutkan nama-nama tokoh dalam cerita rakyat
7. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat di atas!
7
7. Menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
8. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
8
8. Menjelaskan alur dalam cerita rakyat
9. Bagaimanakah alur yang terdapat pada cerita tersebut?
9
9. Menyebutkan pengertian latar dan jenis latar pada cerita rakyat.
10. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat?
10
11. Bagaimanakah latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita tersebut?
11
12. Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita tersebut .
12
10. Menjelaskan amanat dalam sebuah cerita rakyat.
Jumlah soal
12
Lampiran 3
SOAL INSTRUMEN UJI VALIDITAS
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: VI (enam)
========================================================== Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ? 2. Sebutkan unsur-unsur instrinsik yang ada dalam cerita rakyat! 3. Sebutkan tiga cerita rakyat yang kamu ketahui beserta daerah asalnya! 4. Jelaskan tema yang terdapat pada cerita “Mencari Raja Tidur” diatas? 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh pendamping dalam cerita rakyat? 6. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Mencari Raja Tidur”? 7. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat diatas! 8. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Mencari Raja Tidur”? 9. Bagaimanakah alur yamg terdapat pada cerita “Mencari Raja Tidur”? 10. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat? 11. Jelaskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “Mencari Raja Tidur” ? 12. Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita “Mencari Raja Tidur” ?
Lampiran 4
Kunci Jawaban Pretest Posttest 1. Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu masyarakat atau daerah yang kemudian diwariskan secara turun-temurun. 2. Malin Kundang berasal dari Sumatra Barat Danau Toba berasal dari Sumatra Utara Tangkuban Perahu berasal dari Jawa Barat 3. Tema dalam cerita Mencari Raja Tidur adalah Kesungguhan seseorang akan menghasilkan sesuatu yang baik. 4. Tokoh utama adalah tokoh yang menggerakan cerita dari awal hingga akhir. Tokoh tambahan adalah tokoh yang peranannya lebih sedikit dari tokoh utama atau biasa disebut tokoh pendamping. 5. Tokoh utama dalam cerita ini yaitu Raja Jungur, Putri Serindu, dan Anak Lumang. Sedangkan tokoh tambahannya yaitu Pengawal dan Menteri. 6. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita Mencari Raja Tidur - Raja Jungur - Putrid Serindu - AnakLumang 7. Raja Jungur : Arif dan Bijaksana Putri Serrindu : Baik hati dan bijaksana Anak Lumang : Ulet, suka bekerja, dan rajin 8. Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan susasana dalam cerita rakyat. 9. Latar tempat : istana, dan pedesaan Latar waktu : pagihari Latar suasana : bingung dan bahagia 10. Amanat dalam cerita ini adalah kita harus memiliki sifat ulet, rajin, dan tekun supaya mudah mendapatkan sesuatu. Karena barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.
Lampiran 5 SILABUS Mata Pelajaran Kelas / Semester
: BAHASA INDONESIA : V/1
Mendengarkan: 1. Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Nilai-Nilai
Indikator
1.1Menanggapi Penjelasan penjelasan nara nara sumber sumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan santun berbahasa.
Bersahabat/ Berkomunikatif
1.2Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
Gemar Membaca
Menentukan pokok-pokok pembicaraan o Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pokok-pokok pembicaraan o Menanggapi isi penjelasan nara sumber o Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan personalia sekolah lainnya*) o Menyebutkan nama-nama tokoh dalam cerita rakyat o Menjelaskan watak tokoh dalam cerita o Menentukan latar cerita o Mencari bahan bacaan dari perpustakaan daerah*) o Membaca buku novel dan cerita pendek*)
Teks cerita rakyat
o
Kegiatan Pembelajaran o
o o
o
o o
o
Waktu
Penilaian
Alat/Sumber
Mendengarkan cerita dari berbaga nara sumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll) Mencatat pokok-pokok isi penjelasan dari nara sumber Menyimpulkan isi penjelasan dari nara sumber
4 JP
- Tes Lisan - Tes praktek
- Buku cerita - Radio - CD
Membaca teks cerita rakyat ( sesuai dengan buku cerita yang ada) Mendaftar nama-nama tokoh dalam cerita rakyat Diskusi tentang watak tokoh, latar, amanat dalam cerita rakyat Menceritakan kembali secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah dipahami
6 JP
- Tes Lisan - Tes praktek
Buku cerita rakyat (disesuaikan dengan yang ada)
Berbicara: 2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara Kompetensi Dasar 2.1Menanggapi sesuatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
Materi Pokok
Nilai-Nilai
Persoalan atau Bersahabat / peristiwa Berkomunikasi
Indikator o
o
Menjelaskan masalah atau peristiwa yang terjadi di sekolah dengan runtut Memberikan komentar atau
Kegiatan Pembelajaran o
o
Menjgamati kebersihan lingkungan kelas dan halaman sekolah Memanggapi keadaan atau
Waktu 8 JP
Penilaian
Alat/Sumber
- Tes Lisan - Tes praktek
- Ruang Kelas - Lingkungan Sekolah
Lampiran 5 pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa 2.2Menceritakan hasil pengamatan / kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar
o
Laporan hasil pengamatan
Kreatif
o o
o
2.3Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa
Wawancara dengan nara sumber
Rasa ingin tahu
o
o o
saran dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas*) Menulis pokok-pokok hasil pengamatan Melaporkan hasil pengamatan dengan kalimat efektif dan bahasa yang runtut Membuat karya tulis tentang hal baru tapi terkait dengan materi pelajaran*) Menentukan pokok-pokok isi wawancara dengan nara sumber Menyimpulkan isi wawancara Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran*)
o
o o o
o
o
o
o o
keadaan yang dilihat Memecahkan masalah yang dilihat siswa Mengamati Taman Sekolah Menyusun hasil pengamatan Melaporkan hasil pengamatan dengan kalimat efektif dan bahasa yang runtut Menanggapi hasil laporan pengamatan
8 JP
- Tes Lisan - Tes praktek
- Taman Sekolah
Menyusun daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan topik serta menggunakan kalimat tanya yang benar Melakukan wawacara terhadap dengan tokoh (polisi, pedagang, petani, perajin, dll) Menyusun laporan hasil wawancara Menyampaikan hasil laporan wawancara
8 JP
- Tes Lisan - Tes praktek
- Pedagang disekitar Sekolah
Membaca: 3. Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit, dan membaca puisi Kompetensi Dasar 3.1Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat
Materi Pokok Teks percakapan (Tanda baca: tanda seru, tanda petik Imbuhan terPreposisi alat (dengan), sebab (karena))
Nilai-Nilai Gemar membaca
Indikator o o o o
Menentukan pokok-pokok isi percakapan Menentukan tanda baca, imbuhan, dan preposisi. Menuliskan rangkuman isi percakapan Membaca buku dan tulisan yang terkait dengan mata pelajaran*)
Kegiatan Pembelajaran o o
o
Waktu
Mengamati teks percakapan 10 JP Membacakan teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang wajar Diskusi membahas tentang tokoh-tokoh/pelaku dalam percakapan, isi pokok percakapan atau tema percakapan
Penilaian - Tes Lisan - Tes Tertulis
Alat/Sumber Buku Bahasa Indonesia Kls. V
Lampiran 5
3.2Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit
Teks bacaan yang panjangnya 200–300 kata
Rasa ingin tahu
o
Membaca buku novel dan cerita pendek*)
o
Menentukan gagasan utama suatu teks Mencatat gagasan utama suatu teks Mengajukan pertanyaan sesuai dengan isi teks Menjawab pertanyaan tentang isi teks Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran*) Menentukan jeda/ penggalan kata yang tepat untuk memperjelas arti/makna Menjelaskan arti kata tertentu dalam puisi Membaca buku novel dan cerita pendek*) Membaca buku atau tulisan tentang alam, sosial, budaya, seni, teknologi*)
o o o o
3.3 Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat
Puisi
Gemar membaca
o
o o o
o
o o o o
Mengamati teks yang panjangnya kurang lebih 200300 kata. Membaca teks bacaan dengan batas waktu tertentu Menuliskan pikiran utama Membuat pertanyaan sesuai dengan teks Menjawab pertanyaan sesuai dengan teks
Mengamati dan memperhatikan contoh puisi o Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat o Menggunakan ekspresi yang tepat (sedih, haru, gembira, dll) o Membacakan puisinya ke depan kelas o
12 JP
- Tes Lisan - Tes Tertulis
- Buku Bahasa Indonesia Kls. V
10 JP
- Tes Lisan - Tes Tertulis
- Creativitas Siswa
Menulis: 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis Kompetensi Dasar 4.1Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan
Materi Pokok Gambar Seri Preposisi: tanpa Imbuhan: berKalimat utama dan kalimat penjelas
Nilai-Nilai Kreatif
Indikator o o o o
Mengurutkan gambar seri secara logis Menentukan judul karangan Membuat berbagai kalimat baru dari sebuah kata*) Membuat karya tulis tentang hal baru tapi terkait dengan materi pelajaran*)
Kegiatan Pembelajaran Siswa mengamati empat gambar seri yang diacak o Mengurutkan empat gambar seri yang diacak o Menuliskan judul cerita seri o Mengembangkan butir-butir pokok karangan menjadi karangan yang padu o
Waktu 12 JP
Penilaian - Tes Lisan - Tes Tertulis
Alat/Sumber - Gambar seri
Lampiran 5 4.2Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dll.) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan ejaan
Surat Undangan
Kreatif
o o o
o o
4.3Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya
Naskah dialog (Percakapan)
Kreatif
o o o o o o
Keterangan: Tanda bintang (*) adalah indikator Nilai PBKB
Menyebutkan jenis-jenis surat undangan Mengidentifikasi cirri-ciri bahasa surat undangan Menggunakan ejaan yang tepat dalam membuat surat undangan Membuat berbagai kalimat baru dari sebuah kata*) Membuat karya tulis tentang hal baru tapi terkait dengan materi pelajaran*) Menyusun kerangka dialog/ percakapan Memerankan dialog/percakapan Menjelaskan isi percakapan Menentukan peran tokoh dalam percakapan Membuat berbagai kalimat baru dari sebuah kata*) Membuat karya tulis tentang hal baru tapi terkait dengan materi pelajaran*)
Mengamati contoh-contoh 12 JP surat undangan o Membuat surat undangan (ulangan tahun, kegiatan sekolah, dll) o Menyampaikan informasi untuk orang lain dalam bentuk surat undangan dengan kalimat yang efektif
- Tes Lisan - Tes Tertulis
- Surat undangan - Kreativitas Siswa
Mengamati contoh naskah percakapan/ dialog o Menyusun teks dialog/ percakapan o Membacakan teks dialog di depan kelas o Diskusi membahas dialog dan peran masing-masing pelaku dalam dialog
- Tes Lisan - Tes Tertulis
- Buku Bahasa Indonesia Kls. V
o
o
10 JP
Lampiran 6
MATERI AJAR Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah suatu cerita yang berkembang di masyarakat dan diwariskan secara turun temurun melalui lisan. Cerita rakyat juga merupakan cerita yang dikaitkan dengan keadaan atau bukti-bukti peninggalan.Beberapa contoh cerita rakyat yang berkembang di Indonesia adalah: a. Malin Kundang b. Ande-ande Lumut c. Bawang Merah - Bawang Putih d. Wayang Beber Unsur – Unsur Instrinsik dalam cerita rakyat terdiri dari : 1. Tema Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, religius dan sebagainya. Dalam hal tersebut, tema sering diartikan sebagai ide atau tujuan utama cerita. 2. Watak Watak dalam cerita rakyat adalah sifat yang dimiliki oleh masing-masing tokoh –tokoh yang ada dalam cerita. Sifat-sifat dalam cerita biasay terdapat sifat antagonis yaitu sifat yang kurang baik seperti, jahat, sombong, angkuh, dan lain-lain. Sedangkan kebalikan dari sifat antagonis yaitu sifat protagonist yaitu sifat baik yang dimiliki suatu tokoh dalam cerita, seperti baik hati, suka menolong, dan sebagainya. 3. Latar Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai, tempat, waktu, dan suasana dalam cerita. Jadi, latar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu,dan suasana. a. Latar Tempat Latar tempat adalah segala sesuatu yang menjelaskan tentang tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. b. Latar Waktu Latar waktu adalah waktu terjadinya peristiwa dalam cerita..
c. Latar Suasana Latar suasana adalah penjelasan mengenai suasana pada saat peristiwa terjadi.
4. Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dari sebuah karya sastra. Adakalanya amanat berupa pesan moral.
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) NAMA SEKOLAH
: MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER
: V/I (satu)
MATA PELAJARAN
: Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU
: 2x35 menit
PERTEMUAN KE
:1
A. STANDAR KOMPETENSI Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan B. KOMPETENSI DASAR Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya C. INDIKATOR
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
Menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan pengertian cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Siswa dapat menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Siswa dapat menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, pemberian tugas
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah – Langkah Pembelajaran a. Kegiatan awal
Alokasi Waktu
Nilai Karakter
10 menit
Religius
Guru memberikan salam dan memulai pelajaran
Disiplin
dengan mengucapkan basmallah dan kemudian
Semangat
berdoa sebelum memulai pelajaran.
Rasa ingintahu
-
Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
Tekun
-
Guru menyampaikan materi yang akan diadakan
Aktif
serta tujuannya.
Percayadiri
-
-
Untuk mengetahui pengetahuan siswa guru melakukanapersepsi
b. Kegiatan inti b.1 Eksplorasi -
Guru memberi penjelasan tentang materi cerita rakyat
-
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang (pembagian kelompok bersifat heterogen)
-
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa kepada tiap kelompok
-
Setiap kelompok membaca uraian materi yang ada dalam Lembar Kerja Siswa.
50 menit 20 menit
b.2 Elaborasi -
Dengan
bimbingan
guru
siswa
berdiskusi 20 menit
mengerjakan Lembar Kerja Siswa untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa. -
Dua orang siswa dari tiap kelompok pergi bertamu ke kelompok yang lain sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh guru.
-
Dua orang siswa ini bertukar pendapat dengan kelompok lain mengenai permasalahan dalam LKS dan anggota kelompok yang tetap tinggal dalam kelompok bertugas sebagai tuan rumah yang akan memberikan
penjelasan
dan
tukar
pendapat
mengenai permasalahan dalam LKS dengan anggota dari kelompok lain. -
Siswa yang bertamu kembali ke kelompok masingmasing dan menjelaskan hasil temuannya kepada temannya yang tetap tinggal dalam kelompok.
-
Siswa mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompoknya didepan kelas. b.3 Konfirmasi
-
10 menit
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
-
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
c. Kegiatan Penutup Guru mengulang kembali mengenai materi cerita rakyat dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
10 menit
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. PENILAIAN No.
Indikator
1.
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
2.
Menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
3.
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
4.
Menjelaskan
tokoh
utama
dan
Teknik
Bentuk
Instrumen
Tes
Tulisan
Terlampir
tokoh
tambahan dalam cerita rakyat
5.
Menyebutkan nama nama tokoh dalam cerita rakyat.
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Jakarta, 22 November 2013 Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. NIP.197610032003122002
Nurmalinda NIM. 109018300040 Mengetahui, Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag NIP. 196812291997031002
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) NAMA SEKOLAH
: MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER
: V/I (satu)
MATA PELAJARAN
: Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU
: 2x35 menit
PERTEMUAN KE
:2
A. STANDAR KOMPETENSI Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan B. KOMPETENSI DASAR Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya C. INDIKATOR
Menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Menyebutkan pengertian latar pada cerita rakyat.
Menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan pengertian latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan amanat dalam certa rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, pemberian tugas
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah – Langkah Pembelajaran
Alokasi Waktu
Nilai Karakter
a. Kegiatan awal -
10 menit
Guru memberikan salam dan memulai pelajaran
Religius Disiplin
dengan mengucapkan basmallah dan kemudian Semangat
berdoa sebelum memulai pelajaran. -
Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
-
Guru menyampaikan materi yang akan diadakan
Rasa ingin tahu
serta tujuannya. -
Tekun
Untuk mengetahui pengetahuan siswa guru melakukan apersepsi
b. Kegiatan inti
Aktif 50 menit Percaya diri
b.1 Eksplorasi -
Guru memberi penjelasan tentang materi cerita rakyat
-
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang (pembagian kelompok bersifat heterogen)
-
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa kepada tiap kelompok
-
Setiap kelompok membaca uraian materi yang ada dalam Lembar Kerja Siswa.
20 menit
b.2 Elaborasi -
20 menit
Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi mengerjakan Lembar Kerja Siswa untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa.
-
Dua orang siswa dari tiap kelompok pergi bertamu ke kelompok yang lain sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh guru.
-
Dua orang siswa ini bertukar pendapat dengan kelompok lain mengenai permasalahan dalam LKS dan anggota kelompok yang tetap tinggal dalam kelompok bertugas sebagai tuan rumah yang akan memberikan penjelasan dan tukar pendapat mengenai permasalahan dalam LKS dengan anggota dari kelompok lain.
-
Siswa yang bertamu kembali ke kelompok masingmasing dan menjelaskan hasil temuannya kepada temannya yang tetap tinggal dalam kelompok.
-
Siswa mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompoknya didepan kelas. b.3 Konfirmasi
-
10 menit
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
-
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
c. Kegiatan Penutup Guru mengulang kembali mengenai materi cerita rakyat dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
10 menit
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. Penilaian No.
Indikator
1.
Menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
2.
Menyebutkan pengertian latar pada cerita rakyat.
3.
Menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
4.
Menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
Teknik
Bentuk
Instrumen
Tes
Tulisan
Terlampir
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Jakarta, 22 November 2013 Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. NIP.197610032003122002
Nurmalinda NIM. 109018300040 Mengetahui, Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag NIP. 196812291997031002
Lampiran 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) NAMA SEKOLAH
: MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER
: V/I (satu)
MATA PELAJARAN
: Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU
: 2x35 menit
PERTEMUAN KE
:1
A. STANDAR KOMPETENSI Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan B. KOMPETENSI DASAR Mengidentifikasi unsurcerita rakyat yang didengarnya C. INDIKATOR
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
Menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan pengertian cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Siswa dapat menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Siswa dapat menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Konvensional
Metode Pembelajaran : Ceramah dan Tanya jawab
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah – Langkah Pembelajaran
Alokasi Waktu
10 menit a. Kegiatan awal - Guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmallah dan kemudian berdoa sebelum memulai pelajaran. -
Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
-
Guru menyampaikan materi yang akan diadakan serta tujuannya.
-
Untuk
mengetahui
pengetahuan
siswa,
guru
melakukan apersepsi b. Kegiatan inti b.1 eksplorasi - Guru memberi penjelasan tentang materi cerita
50 menit 20 menit
rakyat -
Guru memberikan arahan tentang materi pelajaran.
b.2 elaborasi - Guru memberikan pertanyaan lisan kepada siswa,
20 menit
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disajikan. -
Siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal-soal yang ada di buku tulis.
-
Setelah soal-soal latihan dikerjakan, kemudian hasil kerja siswa dikumpulkan dan diberi nilai oleh guru.
b.3 konfirmasi - Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa -
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
10 menit
Nilai Karakter Religius Disiplin Semangtat Rasa ingin tahu Tekun Aktif Percaya diri
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. 10 menit
c. Kegiatan Penutup Guru mengulang kembali mengenai materi cerita rakyat dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. PENILAIAN No.
Indikator
1.
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
2.
Menyebutkan asal daerah cerita
Teknik
Bentuk
Instrumen
Tes
Tulisan
Terlampir
rakyat . 3.
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
4.
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
5.
Menyebutkan nama nama tokoh dalam cerita rakyat.
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Jakarta, 22 November 2013 Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. NIP.197610032003122002
Nurmalinda NIM. 109018300040 Mengetahui, Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag NIP. 196812291997031002
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) NAMA SEKOLAH
: MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER
: V/I (satu)
MATA PELAJARAN
: Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU
: 2x35 menit
PERTEMUAN KE
:2
A. STANDAR KOMPETENSI Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan B. KOMPETENSI DASAR Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya C. INDIKATOR
Menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Menyebutkan pengertian latar pada cerita rakyat.
Menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan pengertian latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, pemberian tugas
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah – Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan awal - Guru memberikan salam dan memulai pelajaran
Alokasi Waktu
10 menit
Nilai Karakter Religius Disiplin
dengan mengucapkan basmallah dan kemudian berdoa sebelum memulai pelajaran.
Semangat
-
Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
-
Guru menyampaikan materi yang akan diadakan
Rasa ingin tahu
serta tujuannya.
Aktif
-
Untuk mengetahui pengetahuan siswa, guru
Tekun
melakukan apersepsi. b. Kegiatan inti b.1 eksplorasi -
50 menit 20 menit
Guru memberi penjelasan tentang materi cerita rakyat
-
Guru memberikan arahan tentang materi pelajaran. b.2 elaborasi
-
Guru memberikan pertanyaan lisan kepada siswa, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disajikan.
-
Siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal-soal yang ada di LKS.
-
Setelah soal-soal latihan dikerjakan, kemudian hasil
20 menit
Percaya diri
kerja siswa dikumpulkan dan diberi nilai oleh guru. 10 menit
b.3 konfirmasi Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
-
diketahui siswa -
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. 10 menit
c. Kegiatan Penutup Guru mengulang kembali mengenai materi cerita rakyat dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. Penilaian No.
Indikator
1.
Menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
2.
Menyebutkan pengertian latar pada cerita rakyat.
3.
Menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
4.
Menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
Teknik
Bentuk
Instrumen
Tes
Tulisan
Terlampir
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Jakarta, 22 November 2013 Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. NIP.197610032003122002
Nurmalinda NIM. 109018300040 Mengetahui, Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag NIP. 196812291997031002
Lampiran 11
LEMBAR KERJA SISWA ==================================================================== NAMA KELOMPOK
: 1. 2. 3. 4.
KELAS
:
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini ! 1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ? 2. Sebutkan tiga contoh judul cerita rakyat beserta daerah asalnya! 3. Jelaskan tema yang terdapat pada cerita “Si Lancang” diatas! 4. Apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan pada cerita rakyat? 5. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Si Lancang” ? 6. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita “Si Lancang” diatas!
Lampiran 12
LEMBAR KERJA SISWA ==================================================================== NAMA KELOMPOK
: 1. 2. 3. 4.
KELAS
:
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini ! 1. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Si Lancang”? 2. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat? 3. Tuliskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “Si Lancang”? 4. Tuliskan amanat yang terkandung dalam cerita “Si Lancang”?
Lampiran 13
LEMBAR KERJA SISWA ==================================================================== NAMA KELOMPOK
KELAS
: 1.
5.
2.
6.
3.
7.
4.
8.
:
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini ! 1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ? 2. Sebutkan tiga contoh judul cerita rakyat beserta daerah asalnya! 3. Jelaskan tema yang terdapat pada cerita “Si Lancang” diatas! 4. Apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan pada cerita rakyat? 5. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Si Lancang” ? 6. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita “Si Lancang” diatas!
Lampiran 14
LEMBAR KERJA SISWA ==================================================================== NAMA KELOMPOK
KELAS
: 1.
5.
2.
6.
3.
7.
4.
8.
:
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini ! 1. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Si Lancang”? 2. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat? 3. Tuliskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “Si Lancang”? 4. Tuliskan amanat yang terkandung dalam cerita “Si Lancang”?
Lampiran 15
MENCARI RAJA TIDUR Tersebutlah Raja Jungur yang arif dan bijaksana dari tanah Rejang, Bengkulu. Ia mempunyai seorang putri cantik jelita bernama Putri Serindu. Sudah lama sang Raja ingin punya menantu. Ketika ditanya, Putri Serindu ingin menikah dengan Raja Tidur. Raja pun mengadakan sayembara. Siapa saja yang bisa tidur paling lama, maka dia yang akan dijadikan sebagai Raja Tidur dan akan menjadi suami Putri Serindu. Banyak orang mengikuti sayembara itu. Diantaranya, Anak Lumang, seorang pemuda yatim piatu pembuat bubu yang tampan. Setiap hari ia membuat bubu dan menjualnya di pasar. Bubu adalah alat untuk menangkap ikan. Anak Lumang ingin mengikuti sayembara itu sambil membuat bubu. Akhirnya, ia akan membuat bubu dulu sebelum mengikuti sayembara itu. Saat perlombaan dimulai, semua peserta mulai memejamkan matanya. Namun, Anak Lumang malah bekerja membuat bubu. Pekerjaannya sbaru selesai menjelang subuh. Walau tugasnya sudah selesai dan sudah merasa mengantuk, ia tak langsung tidur. Ia membereskan dulu semua sisa-sisa pekerjaannya itu. Setelah semuanya beres, barulah ia tidur dengan amat pulas. Pagi-pagi sekali Putri Serindu berkeliling untuk menilai semua peserta satu persatu didampingi Raja, pengawal dan para Menteri. Putri Serindu terpesona dengan keindahan bubu yang digantung di dinding milik Anak Lumang. Ia juga sempat melihat tas Anak Lumang yang berisi perlengkapan membuat bubu. Putri Serindu jadi tahu, rupanya pemuda ini membuat bubu dulu sebelum tidur. Tentu saja ia menjadi kelelahan dan bisa tidur nyenyak. Putri Serindu tersenyum bahagia dan merasa lega hatinya. Ia sudah menemukan tambatan hatinya. Ternyata, Raja Tidur yang dimaksud bukanlah pemuda yang suka tidur, melainkan yang suka bekerja, ulet, dan rajin, sehingga ketika waktu tidur tiba, ia
bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya, Anak Lumang memenangkan sayembara. Raja Jungur dan Permaisuri gembira. Pesta pernikahan berlangsung meriah selama tujuh hari tujuh malam. Kedua mempelai pun hidup rukun dan bahagia.
Sumber: 101 Cerita Nusantara
Lampiran 16
SI LANCANG Pada zaman dahulu di daerah Kampar, Riau hiduplah si Lancang bersama ibunya. Mereka hidup sangat miskin. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, si Lancang berniat merantau. Pada suatu hari, ia meminta izin kepada ibunya. Ibunya berpesan agar di rantau orang kelak, si Lancang selalu inggat kepada ibu dan kampung halamannya. Ibunya berpesan agar si Lancang jangan menjadi anak durhaka. Si Lancang pun berjanji kepada ibunya akan selalu ingat ibu dan kampung halamannya. Ibunya menjadi terharu saat si Lancang mencium lututnya untuk minta doa. Di rantau si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikabarkan pula, ia pun mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar yang kaya. Sementara itu, ibu si Lancang masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang sangat miskin. Pada suatu hari, si Lancang berlayar ke Andalas. Berita kedatangan si Lancang didengar oleh ibunya. Dengan perasaan terharu, ia bergegas menyambut kedatangan anak satu-satunya tersebut. Begitu menyatakan bahwa dirinya adalah ibu si Lancang, tidak ada seorang kelasi pun yang mempercayainya. Dengan kasarnya, ia mengusir ibu tua tersebut. Ia bersikeras minta untuk dipertemukan dengan anaknya si Lancang. Keadaan itu menimbulkan keributan. Mendengar kegaduhan di atas geladak, si Lancang dengan diiringi ketujuh istrinya mendatangi tempat itu. “Engkau Lancang.....anakku! Oh.... betapa rindunya hati emak padamu!” Mendengar sapaan itu, dengan congkaknya si Lancang menepis. Anak durhaka ini pun teriak, “Mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! Usir perempuan ini!” Ibu yang malang ini akhirnya pulang
dengan perasaan hancur. Sesampainya di rumah ia berdoa, “Ya, Tuhanku ... hukumlah si anak durhaka itu.” Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut menghancurkan kapal-kapal dagang milik si Lancang. Harta benda miliknya juga terbang kemanamana. Kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang di beri nama Danau si Lancang. ----- SELESAI -----
Lampiran 17
PEDOMAN PENSKORAN 1.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab “cerita dari daerah” Siswa menjawab “cerita yang berasal dari suatu daerah” Siswa menjawab “cerita yang berkembang disuatu masyarakat atau daerah kemudian diwariskan secara turun temurun”
Skor 0 1 2 3
2.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab satu cerita rakyat beserta daerahnya Siswa menjawab dua cerita rakyat beserta daerahnya Siswa menjawab tiga cerita rakyat beserta daerahnya
Skor 0 1 2 3 4
3.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab “seseorang yang ulet” Siswa menjawab “kerajinan seseorang” Siswa menjawab “kesungguhan seseorang akan menghasilkan sesuatu yang baik”
Skor 0 1 2 3
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab “tokoh utama adalah tokoh paling utama dan tokoh tambahan adalahh tokoh pendamping.” Siswa menjawab “tokoh utama adalah tokoh yang selalu ada dalam cerita, dan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping.” Siswa menjawab “tokoh utama adalah tokoh yang menggerakan cerita dari awal hingga akhir, dan tokoh tambahan adalah tokoh yang peranannnya lebih sedikit
Skor 0 1
4.
4
4
2 3
4
dari tokoh utama.” 5.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab “Tokoh utamanya yaitu Raja Jungur dan Putri Serindu. Tokoh tambahannya anak Lumang” Siswa menjawab “Tokoh utamanya Putri Serindu dan Anak Lumang. Tokoh tambahannya Raja Jungur dan pengawal” Siswa menjawab “Tokoh utamanya Raja Jungur, Putri Serindu, Anak Lumang. Tokoh Tambahannya Pengawal dan Menteri”
Skor 0 1
6.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab satu tokoh Siswa menjawab dua tokoh Siswa menjawab semua tokoh yang ada dalam cerita
Skor 0 1 2 3 4
7.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab satu tokoh dengan wataknya Siswa menjawab dua tokoh dengan wataknya Siswa menjawab semua tokoh yang ada dalam cerita
Skor 0 1 2 3
dengan wataknya 8.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab “latar adalah tempat” Siswa menjawab “latar adalah waktu dan tempat dalam cerita” Siswa menjawab “segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan susasana dalam cerita rakyat”
2 3
4
4
Skor 0 1 2 3 4
9.
10.
Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat Siswa menjawab latar tempat Siswa menjawab latar tempat dan waktu Siswa menjawab latar tempat, waktu, dan suasana. Kriteria Jawaban Siswa tidak memberikan jawaban Siswa menjawab akan tetapi tidak tepat Siswa menjawab “Setiap orang harus rajin” Siswa menjawab “haruus bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu” Siswa menjawab “kita harus memiliki sifat ulet, rajin, dan tekun supaya mudah mendapatkan sesuatu. Karena barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.
Skor 0 1 2 3 4 Skor 0 1 2 3
4
Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian ditetapkan dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah maksimumnya kemudian dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah : SBS
a c b
Keterangan: SBS
= skor butir soal
A
= skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal
B
= skor mentah maksimum soal
C
= bobot soal
Lampiran 18 Hasil Anates Uji Validitas Tes Keterampilan Menyimak Siswa RekapAnalisisButir Rata-Rata
= 16.29 (26,26)
SimpangBaku
= 7,56 (3,25)
KorelasiXy
= 0.67 (0,47)
ReliabilitasTes
= 0.81 (0,64)
ButirSoal
= 12
JumlahSubyek
= 31
No
No ButirAsli
T
Dp (%)
T.Kesukaran
Korelasi
Sign.Korelasi
1
1
4.29
12.50
Sedang
0.493
Signifikan
2
2
1.44
9.38
Sedang
0.257
-
3
3
1.53
37.50
Mudah
0.605
SangatSignifikan
4
4
3.21
11.00
Sukar
0.448
Signifikan
5
5
3.56
21.88
Sukar
0.635
SangatSignifikan
6
6
2.85
31.25
Sedang
0.556
Signifikan
7
7
4.33
40.63
SangatMudah
0.650
SangatSignifikan
8
8
4.58
28.13
Sedang
0.545
SangatSignifikan
9
9
-…
-6.25
Sukar
0.108
-
10
10
3.03
12.50
Sedang
0.474
Signifikan
11
11
3.42
12.00
Sedang
0.569
SangatSignifikan
12
12
4.97
10.00
Sukar
0.570
SangatSignifikan
Lampiran 19
SOAL PRETEST & POSTTEST Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
========================================================== Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ? 2. Sebutkan tiga contoh judul cerita rakyat yang kamu ketahui beserta daerah asalnya! 3. Apa tema pada cerita“Mencari Raja Tidur”? 4. Apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan? 5. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Mencari Raja Tidur”? 6. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat diatas! 7. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Mencari Raja Tidur”? 8. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat? 9. Tuliskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “MencariRaja Tidur” ? 10. Tuliskan amanat yang terkandung dalam cerita “Mencari Raja Tidur” ?
Lampiran 20
No
Nama
Pretest
Posttest
Nama
PreTest
PostTest
1 Ahmad Amar Amrullah
42.5
50 Adrian Nurmahesa
50
67.5
2 Aditya Bayu Prakoso
52.5
85 Agits Bundanaeji
30
45
52.5
85
45
52.5
37.5
82.5
3 Afifa Syafarina
80
90 Akhla Sabila
4 Aisyah Yunita
75
77.5 Akira Naposo
5 Alfira Nurislami
75
92.5 Alfina Putri
6 Alya Nursafina
37.5
40 Andhika Rizki
52.5
85
7 Ana Nursyifa
57.5
82.5 Anindya Putri
55
55
8 Ardina Salsabila
37.5
80 Arya Raihan Akbar
70
80
60
85
9 Asa Ramadhan
70
75 Asyifa Berti
10 Bintang Radjasa
40
55 Awwalia Syifa
37.5
70
11 Daffa Dwi Saputra
55
77.5 Azimah Wafda
62.5
65
12 Devi Nanda Rosalia
40
62.5 Azzahra Feby
57.5
57.5
13 Gilang Fathiraja
50
50 Cyndi Zahwalia
50
60
14 Haikal Fakhrin Junaedi
30
67.5 Danica Damayanti
47.5
87.5
15 Harina Islami
35
75 Defa Antlu
75
80
80 Farkha Mutiara
75
90
52.5
82.5
55
67.5
30
52.5
16 Herbrian Kurnia Alam 17 Kaila Malinda 18 Kaila Safa
72.5 70 37.5
77.5 Felicia P 57.5 Friska Wiwit
19 Lyra Nurazizah
70
20 M. Al Hazami
60
67.5 Ivan Fadhilah
42.5
42.5
42.5
75 Kinanti Zahra
45
70
37.5
55
70
77.5
52.5
75
60
65
65 Muamar Khadafi
62.5
65
80 Muzaki Audi
42.5
55
75 Nabila Fahdah
37.5
50
21 M. Andri Ramadhan 22 M. Danang Ikhsanuddin
40
23 M. Ilham Hansiz
35
80 Hendar Rasyid
77.5 M. Aditya Anta 50 M. Amar
24 M. Novendra Khadafi
62.5
72.5 M. Putra Rizki
25 Maya Salsabila
67.5
87.5 M. Rozi N
26 Maulidya Fatma Rani
47.5
27 Mayra Azahra Larasati 28 Mutiara Nazila
65 62.5
29 Nadya Fadhilla Utami
57.5
77.5 Nuha Amirah
70
85
30 Raihan Nurikhsan
37.5
50 Nunji Abdiya
62.5
90
55
62.5 Razwan Sakti
47.5
65
32 Rayhan Danu Putra
67.5
82.5 Rendi Kurnia
50
82.5
33 Rifdah Ananda
67.5
70 Shalihah B.C
42.5
50
50
67.5 Shakila Elza
40
57.5
35 Silmi Ridhaiya Ulya
67.5
67.5 Syahrul Arya
27.5
40
36 Syalwa Desrinda
52.5
57.5 Syifa Aulia
60
82.5
31 Rangga Adi Pratama
34 Satrio Wicaksono
37 Syifa Arofah
30
50 Yasmin Hana Fatin
42.5
50
38 Wahyu Aji Sukmawan
50
77.5 Yesita Maya Zahra
65
82.5
50
60
39 Zuhad Dzawafa
JUMLAH NILAI TERTINGGI RATA-RATA NILAI TERENDAH
42.5
2087.5 80 53.52564 30
50 Yudha Trijaya
2717.5 JUMLAH 92.5 NILAI TINGGI 69.67949 RATA-RATA 40 NILAI RENDAH
2002.5
2650
75
90
51.34615
67.94872
27.5
40
Lampiran 21 KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama lengkap Nurmalinda adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Tempat
dan
tanggal
lahir
di
Tangerang 02 Mei 1991. Penulis bertempat tinggal di jalan Haji Abdullah RT 004 RW 003 nomor 05, Kec. Kelapa Dua, Tangerang. Penulis menempuh pendidikan di TK Kartika X (1996-1997). Melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Pakulonan 1 (19972003). Melanjutkan pendidikannya menengah pertamanya di MTs Negeri 1 Tangerang (2003-2006), dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Tangerang (2006-2009). Penulis aktif berkecimpung dalam organisasi kampus baik internal maupun eksternal. Pada tahun 2010-2012 penulis tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan PGMI, tahun 2012-2013 penulis menjabat sebagai Bendahara Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta merangkap sebagai Kepala Bidang Pengabdian Masyarakat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Tarbiyah, dan tahun 2013-2014 penulis tercatat sebagai Sekretaris Bidang Ekonomi Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini penulis tengah menjadi pengajar di SD Islam Al Kautsar, Bintaro.