METODE BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME (BCCT) DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (STUDI PADA KELOMPOK BERMAIN ‘AISYIYAH PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010) Nur Hidayati Andrajati Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam FAI UMM Imam Mawardi, M.Ag. Mahasiswa Program Doktoral Bidang Kurikulum Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang
Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran BCCT, kemandirian siswanya serta peran guru di KB ‘Aisyiyah Purworejo dalam membentuk kemandirian anak usia dini. Subyek penelitian ini adalah semua guru KB. ‘Aisyiyah Purworejo, dengan objek penelitian siswa kelompok usia 3-4 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan metode triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan: (1). Pelaksanaan pembelajaran metode BCCT menggunakan kurikulum yang diarahkan untuk membangun pengetahuan anak melalui berbagai pengalaman bermain di sentrasentra kegiatan. Metode pembelajaran ini memberikan keleluasaan pada anak sehingga mendorong perkembangan kreativitas, kemandirian serta tertata sosial emosionalnya, disesuaikan dengan indikator-indikator yang terdapat pada aspek perkembangan anak, serta kebutuhan setiap anak melalui pijakan-pijakan. (2). Kemandirian bagi anak usia dini adalah ketika mereka dapat mengurus keperluan dan tugasnya sesuai dengan tahap perkembangannya. Kemandirian siswa pada KB. ‘Aisyiyah Purworejo bervariatif, ada beberapa anak yang mampu cepat beradaptasi namun ada pula yang belum terbiasa. (3) Guru dalam membentuk kemandirian anak mempunyai peran yang sangat besar, tercermin dari proses pelaksanaan pendidikan, peran tersebut adalah: sebagai fasilitator, yang merupakan penyedia segala fasilitas kegiatan belajar siswa, Pembimbing kepada siswa agar menjadi dewasa dan mandiri, motivator untuk mendorong siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta evaluator guna mengetahui hasil dari kegiatan yang dilakukan. Kata Kunci: Kemandirian, Metode BCCT, Anak Usia Dini. dan berkembang secara optimal. Anak
LATAR BELAKANG Anak merupakan individu unik
memiliki jiwanya sendiri, memiliki
yang mempunyai hak untuk tumbuh
dunianya
1
sendiri
yang
tentunya
berbeda dengan orang dewasa, dan merekapun
memiliki
kecerdasannya
Kondisi
anugrah
diakselerasi
masing-masing,
sosial
dengan
yang
perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memiliki naluri sebagai makhluk yang
informasi
yang
beragama sebagai fitrah yang telah
menyentuh
kehidupan
diberikan
membawa perubahan diseluruh aspek
oleh
menciptakan
Allah.
kesekian
Allah keunikan
kehidupan.
begitu
cepat
masyarakat,
Perubahan-perubahan
manusia dan fitrah yang melekat
yang terjadi itu menuntut manusia
tersebut tentunya ada tujuan yang
untuk selalu bisa menyeimbangkan
sangat penting. Tujuan tersebut tidak
fondasi mental, moral dan spiritual
lain adalah ingin menjadikan manusia
dengan inovasi dan berkreativitas
sebagai khalifah (pemimpin) dimuka
yang
bumi, untuk menciptakan khalifah
keseimbangan tersebut manusia akan
yang benar-benar bisa memimpin
terus
dimuka bumi ini hal utama yang
global yang terjadi tanpa harus dijebak
dibutuhkan adalah pendidikan yang
di dalamnya.
bermutu.
berkelanjutan.
dapat
mengikuti
Pendidikan
Manusia
menjadi
manusia
yang
sangat
Dengan
kemajuan
menjadi penting
faktor dalam
dalam arti yang sebenarnya ditempuh
keseimbangan tersebut, dalam proses
melalui pendidikan, maka pendidikan
pendidikan manusia tersebut akan
anak
menemukan berbagai keseimbangan
sejak
menepati
awal
dalam
yang dibutuhkan dalam menjalani
menjadi
kehidupan. Tanpa adanya pendidikan
manusia yang berguna (Baqir Yusuf
manusia akan buta dan justru akan
Barnawi, 1993:5).
terjebak dalam lubang kesesatan.
mewujudkan
posisi
kehidupannya kunci
cita-cita
Hal ini membuktikan bahwa
Usia dini (usia 0-6) juga
adanya pendidikan anak pada usia dini
disebut sebagi usia emas atau golden
sangat diperlukan guna mencetak
age.
generasi khalifah yang berkualitas,
mengembangkan kehidupan bangsa
baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
yang cerdas, beriman dan bertaqwa
kepentingan masyarakat umum.
serta berbudi luhur hendaklah dimulai
2
Dengan
begitu
untuk
pada saat PAUD. Jangan sampai
pengganti orang tua terutama sebagai
PAUD
pengontrol
hanya
digunakan
sebagai
dan
pengarah
dalam
pelengkap dalm pendidikan, karena
mendidik anak. Hal ini merupakan
memang kedudukannya yang sangat
tuntutan yang harus diperhatikan oleh
penting.
pentingnya
lembaga-lembaga
usia
dini
melaksanakan Pendidikan Anak Usia
yang
Dini untuk menciptakan, membentuk
Begitu
pendidikan
anak
sampai-sampai
pada ada
teori
tersebut
menyatakan bahwa pada usia empat
dan
tahun 50% kecerdasan telah tercapai,
kepribadian dan potensi yang dimiliki
dan 80% kecerdasan tercapai pada
oleh anak dengan memperhatikan dan
saat anak berusia delapan tahun
mengingat
(Slamet Suyanto, 2005:6).
makhluk yang berbeda dari orang
Bila
berbicara
tentang
mengembangkan
dalam
bahwa
berbagai
anak
adalah
dewasa.
pendidikan terhadap anak usia dini
Pendidikan Anak Usia Dini
maka tidak bisa dilepaskan dari
(PAUD)
metode
jenjang pendidikan dasar, yang terdiri
atau
cara
memberikan
diselenggarakan
pendidikan tersebut agar anak tetap
dari
nyaman, tidak merasa tertekan atau
informal, pendidikan non formal, dan
terhambat
pendidikan
kreativitasnya,
karena
tiga
jalur
yaitu
sebelum
formal.
pendidikan
Kelompok
PAUD tidak bisa disamakan dengan
Bermain (KB) termasuk dalam jalur
pendidikan terhadap orang dewasa.
non formal. Metode pendidikan dalam
Pendidikan bukan pertama-tama untuk
jalur non formal tidak hanya mengacu
mendewasakan
dalam satu perangkat pembelajaran,
mereka,
melainkan
untuk menghormati dan menjadikan
namun dikembangkan seluas-luasnya.
mereka sebagai manusia. Anak-anak
Metode Beyond Centre And
itu ada bukan hanya agar mereka
Circle
menjadi dewasa, tetapi agar menjadi
karakteristik belajar melalui bermain
anak dan sebagai anak mereka adalah
yang dapat berintegrasi dengan semua
manusia (Shindunata, 2000:9).
aspek pembelajaran termasuk PAI
Guru sebagai pendidik dan pembimbing
di
sekolah
Time
(BCCT)
mempunyai
atau agama. Metode pembelajaran ini
adalah
memberikan keleluasaan pada anak
3
untuk kreatif, mandiri, dan tertata
1. Bagaimana
pelaksanaan
sosial emosionalnya. Disamping itu
pembelajaran
metode ini merupakan metode dari
‘Aisyiyah Purworejo?
pemerintah (Dinas Pendidikan) yang
2. Bagaimana usia
sedang dikembangkan di Indonesia. KB.
‘Aisyiyah
merupakan bermain
salah yang
mengasah
Purworejo
satu
dan
KB.
kemandirian
anak
di
KB.
‘Aisyiyah
3. Apa peran guru KB. ‘Aisyiyah
terus
dalam membentuk kemandirian
mengembangkan
anak usia dini melalui metode
potensi anak usia dini. Melalui metode
BCCT?
BCCT mereka berusaha mencetak dan membentuk
di
Purworejo?
kelompok
berusaha
dini
BCCT
mendapatkan
serta
keakuratan data sesuai dengan rencana
sebagai
jadwal, penelitian ini dibatasi dan
pelaksana metode BCCT berperan
difokuskan pada peran guru dalam
langsung dalam keberhasilan program,
mendidik kemandirian anak usia dini
dalam hal ini tentang kemandirian.
melalui metode BCCT pada kelompok
kekreatifan
kemandirian
Untuk
anak.
Guru
Berdasarkan beberapa uraian
usia 3 – 4 tahun, di Kelompok
diatas, maka penulis berkeinginan
Bermain ‘Aisyiyah Jl. Setia Budi No
mengadakan
14 Purworejo.
“Peran
Guru
penelitian dalam
tentang: Membentuk
Kemandirian Anak Usia Dini melalui
PENGERTIAN KEMANDIRIAN
Metode Beyond Centre And Circle
Kemandirian
dalan
arti
Time (BCCT); (Studi Pada Kelompok
psikologis dan mentalis mengandung
Bermain ‘Aisyiyah Purworejo Tahun
pengertian keadaan seseorang dalam
Pelajaran 2009/2010)”.
kehidupannya mampu memutuskan atau
mengerjakan
sesuatu
tanpa
bantun orang lain (Hasan Basri,
RUMUSAN MASALAH Rumusan yang dikaji dalam
1998:53). Kemandirian juga dapat
penelitian ini adalah:
diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas seharihari
4
sendiri
atau
dengan
sedikit
bimbingan, sesuai dengan tahapan
pendidikan dan latihan yang terarah
perkembangan
dan berkesinambungan.
dan
kapasitasnya
(Anita Lie & Sarah Prasasti, 2004:2). Kemandirian
Dalam proses pembentukan
merupakan
kemandirian ini, ada beberapa faktor
faktor yang penting dalam kehidupan
menurut Kartini Kartono (1995:254)
manusia, karena kemandirian manjadi
yang mempengaruhi perkembangan
titik tumpu bagi kesuksesan tanpa
anak, antara lain:
menggantungkan pada orang lain.
a.
Perilaku
mandiri
dapat
diartikan
Faktor pembawaan genetis anak sebagai faktor biologis (endogen)
sabagai kebebasan seseorang dari
b.
Semua faktor yang ada diluar
pengaruh orang lain. Orang yang
dirinya sebagai faktor sosiologis
berperilaku
(eksogen)
mandiri
menpunyai
kemampuan untuk menemukan sendiri apa
yang
harus
dilakukan,
dan
memilih
menentukan
c.
Internalisasi pembentukan kepribadian
kemungkinan-kemungkinan dari hasil
psikologis.
perbuatannya dan akan memecahkan
Faktor
sendiri
masalah-masalah
diri
yang
struktur sebagai
di
dan
atas
faktor
merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan
dihadapi.
dalam perkembangan anak. Karena
Dalam pengertian pendidikan
faktor tersebut merupakan pendorong
telah diungkapkan bahwa agar anak
dan penentu bagi keberhasilan dalam
menjadi pribadi yang cerdas, terampil
kehidupan di masa yang akan datang.
dan
masa
Kemandirian yang dimiliki seorang
depannya haruslah ada usaha sadar
anak akan muncul bila faktor yang
untuk memberikan bimbingan, latihan
mempengaruhi
dan pengajaran. Hal ini menunjukkan
berkembang dengan baik.
mempunyai
peran
di
sesuatu hal terjadi tidaklah tanpa suatu proses.
Demikian
kemandirian, terbentuk
juga
kemandirian
setelah
melalui
Faktor
dengan
kemandirian
eksogen
merupakan
faktor yang memiliki peran penting
dapat
dalam
proses
anak,
pembentukan walaupun
mengabaikan
5
kemandirian
tentunya
faktor
lain.
tidak Karena
perkembangan seorang anak sangat
membantah,
ditentukan oleh faktor eksogen ini.
melawan arus terhadap lingkungan
Orang tua, guru dan lingkungan akan
sosialnya. Bahkan muncul sikap-sikap
menjadi pendorong yang kuat dalam
antipati, pesimis dan anti sosial,
pembentukan kemandirian tersebut.
karena anak tidak diberi kesempatan
Apabila karakterisrik lingkungan dan
untuk mengemukakan pendapat, ide
pembinaan dari orang tua serta guru
dan
mendukung
cenderung tidak memperhatikan dan
untuk
tercipta
memberontak
gagasan
ataupun
kemandirian pada anak maka tentu
menghargai
akan membawa pengaruh positif bagi
Santoso, 2002:3).
anak.
b. Terlebih
lagi
yang
paling
sang
orang
anak
dan
tua
(Soegeng
Pola Asuh Permisif Pola
asuh
permisif
ini
penting adalah pola pengasuhan yang
merupakan kebalikan dari pola asuh
diterapkan oleh kedua orang tua. Pola
otoriter,
pengasuhan
memberikan kebebasan yang luas
ini
mempengaruhi
akan
sangat
tua
cenderung
diri
terhadap anak. Orang tua seringkali
model
menyetujui terhadap semua kehendak
pengasuhan orang tua, diantaranya
dan tuntutan anak. Anak menjadi
yaitu:
sentral dari segala aturan dalam
a.
keluarga.
dari
anak.
perkembangan
orang
Ada
beberapa
Pola Asuh Otoriter Pola asuh ini orang tua sangat
sentral,
artinya
segala
Hal
ini
mengakibatkan
orang tua akan cenderung tidak
ucapan,
diperhatikan
oleh
anak.
Bila
perkataan maupun kehendak orang tua
kesempatan yang diberikan oleh orang
dijadikan patokan atau aturan yang
tua tersebut bisa dimanfaatkan dan
harus ditaati oleh anak. Dalam pola
diatur dengan baik oleh anak maka
asuh ini orang tua tidak segan
bisa saja anak akan menjadi pribadi
memberikan hukuman ketika perilaku
yang kreatif, inisiatif dan dewasa.
anak tidak sesuai dengan aturan.
Tetapi apabila yang terjadi sebaliknya,
Hal
ini
mempengaruhi
anak akan cenderung melakukan hal-
perkembangan pada diri anak. Anak
hal yang menyalahi aturan, melanggar
cenderung menjadi pribadi yang suka
6
nilai dan norma serta aturan sosial
3)
Orang
tua
belajar
memberi
(Soegeng Santoso, 2002:3).
tanggung
c.
kepercayaan terhadap anaknya.
Pola Asuh Demokratis Pola
asuh
ini
merupakan
d.
dengan
dan
Pola Asuh Situasional
gabungan dari pola asuh otoriter dan permisif,
jawab
Pola asuh ini merupakan pola
tujuan
asuh yang tidak beraturan, orang tua
menyeimbangkan sikap dan tindakan
bisa saja menggunakan salah satu pola
antara orang tua dan anak. Orang tua
asuh
dan anak mempunyai kesempatan
situasi, kondisi, tempat dan waktu
yang
yang sedang berlangsung. Brawer
sama
untuk
menyampaikan
diatas,
disesuaikan
gagasan, ide dan pendapatnya untuk
menawarkan
ciri-ciri
mencapai suatu keputusan. Dengan
sebagai berikut:
demikian orang tua dan anak dapat
1) Seseorang
dengan
kemandirian
mampu
berdiskusi dan berkomunikasi secara
mengembangkan
logis dan rasional untuk mencapai
terhadap kekuasaan yang datang
keputusan bersama (Soegeng Santoso,
dari luar dirinya, artinya mereka
2002:4).
tidak segera menerima begitu saja
Pola asuh demokratis ini dapat
2) Adanya
syarat yaitu: Orang
dapat
menjalan
2)
untuk
tanpa dipengaruhi oleh orang lain
fungsinya sebagai orang tua memberi
kepada
kemampuan
membuat keputusan secara bebas tua
yang
kritis
pengaruh dari orang lain
dijalankan secara efektif apabila ada 3
1)
sikap
(Chabib Thoha, 1996:122).
kesempatan
Sedangkan menurut Spenser
untuk
dan Kos (Chabib Thoha, 1996:122)
anak
mengemukakan pendapatnya.
merumuskan ciri-ciri pelaku mandiri
Anak
yang
sebagai berikut: Mampu mangambil
dewasa yakni dapat memahami
inisiatif, Mampu mangatasi masalah,
dan
Penuh
memiliki
menghargai
sebagai
tokoh
sikap
orang utama
tua yang
ketekunan,
keputusan
memimpin dalam keluarga.
Berkeinginan
dari
Memperoleh hasil
mengerjakan
tanpa bantuan orang lain.
7
usaha, sesuatu
Kemandirian
merupakan
tahun, anak sudah mulai makan
kumpulan dari berbagai sifat. Untuk
sendiri, menggunakan celana sendiri,
mencapainya diperlukan latihan dan
dan saat hendak buang air kecil ia bisa
bimbingan
mengembangkan
ke toilet sendiri. Dengan kata lain,
sifat-sifat dasar yang dimiliki anak
anak bisa melakukan kemampuan
yang akan membentuk kepribadian
dasarnya.
serta
agar anak benar-benar mandiri.
Lebih lanjut Roslina Verauli
Dalam hal ini yang tertulis dalam
teori
merupakan
kemandirian dapat dilihat melalui
karakteristik kemandirian bagi orang
tingkah laku, namun kemandirian
dewasa. Tetapi anak mandiri adalah
tidaklah selalu ditampilkan dalam
anak yang mampu memenuhi tuntutan
bentuk fisik yang ditampilkan dalam
lingkungannya. Contohnya, anak usia
bentuk tingkah laku, melainkan juga
3-4
melalui emosionalnya. (Diana Yunita
tahun
diatas
menjelaskan bahwa secara umum
yang
sudah
bisa
menggunakan alat makan, harusnya
Sari, 2009).
bisa makan sendiri. “Nah, ini yang
Adapun sifat ataupun karakter
dimaksud kemandirian” ujar Roslina
anak
Verauli, psikolog klinis anak dari
adalah:
Empati Development Center. (Diana
bertanggung jawab dalam mengambil
Yunita Sari, 2009)
konsekuensi,
Kemandirian
sangat
erat
yang
perlu
dikembangkan
Percaya
diri,
Harga
diri
Berani
anak
(menjaga kehormatan diri dan tidak
terkait dengan anak sebagai individu
menjadi
yang
diri,
Mempunyai konsep diri (prinsip hidup
penghargaan terhadap diri sendiri (self
yang kuat), Mampu bermasyarakat
esteem), dan mengatur diri sendiri
dan bekerja sama dengan orang lain,
(self regulation). Anak paham akan
Mampu
tuntutan lingkungan terhadap dirinya,
perkembangannya.
dan menyesuaikan tingkah lakunya.
2007 :215-215).
mempunyai
konsep
Perilaku dasar mandiri yang dimaksud
beban
orang
melaksanakan (Agus
lain),
tugas Dariyo,
Pengembangan karakter anak
Vera adalah perilaku adaptif, yang
menjadi
sesuai dengan usia anak. Di usia 3-4
membentuk kemandirian anak, karena
8
penting
artinya
dalam
dalam kemandirian anak terkandung
pertumbuhan
dan
berbagai sifat yang tersebut di atas.
jasmani
rohani
Pembentukan
dalam
memiliki kesiapan dalam memasuki
penelitian ini mengartikan interaksi
pendidikan lebih lanjut (Undang-
antara pendidik/guru terhadap siswa
Undang No 20 tahun 2003 tentang
KB. ‘Aisyiyah Purworejo kaitannya
SISDIKNAS, 2003:10). Keberhasilan
dengan pembelajaran BCCT.
pendidikan sering dikaitkan dalam
kemandirian
dan
perkembangan agar
anak
kemampuan para orang tua dan guru dalam
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UU
No.
anak
sebagai
tentang
individu yang unik. Anak dengan
dapat
segala potensi yang dimilikinya dapat
dimengerti bahwa pendidikan dapat
diibaratkan seperti bunga-bunga yang
diartikan sebagai usaha sadar dalam
tumbuh
mengembangkan kemampuan yang
keelokannya
ada dalam peserta didik melalui
mana satu dengan yang lainnya akan
kegiatan bimbingan, pengajaran dan
saling melengkapi.
Pendidikan
20/2003
memahami
Nasional
di
taman
dan
memiliki
masing-masing,
yang
latihan agar peserta didik memiliki
Anak adalah manusia yang
kemampuan berfikir, berpengetahuan,
dilahirkan di dunia dalam kondisi
berkepribadian
terampil
serba kurang lengkap, sebab semua
sehingga dapat berguna dimasa yang
naluri, fungsi jasmani serta rohaninya
akan datang.
belum berkembang dengan sempurna.
cerdas,
Berbicara tentang pendidikan
Demikian pula dengan naluri, logika
anak tentunya tidak bisa disamakan
dan bahasanya, belum terarah secara
dengan pendidikan yang diberikan
pasti. Dengan kata lain dunia anak itu
orang dewasa, karena Pendidikan
mempunyai
Anak Pada Usia Dini (PAUD) adalah
dengan perkembangan akal budinya,
suatu
yang
upaya
pembinaan
yang
logika
kemudian
sendiri
anak
itu
sesuai
adalah
dilakukan kepada anak sejak lahir
pemikir yang tumbuh dengan caranya
sampai usia 6 tahun yang dilakukan
sendiri (Kartini Kartono, 1990:105).
melalui pendidikan
pemberian
rangsangan
untuk
membantu
Pertumbuhan
dan
perkembangan menurut para pakar
9
anak dapat diarahkan dalam saluran yang akan membawanya kearah penyesuaian yang baik. Kedua, karena dasar awal dari cepat berkembang dari pola kebiasaan hal tersebut akan mempunyai pengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian pribadi dan sosial anak. Ketiga, bertentangan dengan keyakinan popular, anak tidak melepaskan ciri bawaan yang tidak disukai dengan bertambahnya usia. Keempat, karena adakalanya diinginkan perubahan dalam apa yang diajarkan. Semakin cepat perubahan itu dibuat, semakin mudah bagi anak dan akibatnya anak semakin maju dalam mengadakan perubahan itu.
ilmu jiwa adalah masa perubahan tubuh, intelegensi, emosional dan kemampuan interaksi yang memberi pengaruh pada utuhnya individu dan matangnya
kepribadian.
Dengan
demikian bagaimana cara atau metode pendidikan untuk menciptakan dan membentuk
pertumbuhan
perkembangan
anak
dan haruslah
diperhatikan, supaya perubahan tubuh, intelegensi
dan
kemampuan
emosional
interaksi
serta mampu
membentuk pribadi yang benar-benar matang.
Berdasarkan
Pendidikan salah
satu
dipilih
bidang
sebagai
pernyataan
Elizabeth Hurlock ini dapat kita
yang
dapat
pertumbuhan
dan
pendidikan awal yang baik bagi anak-
perkembangan anak karena dalam
anak akan membekas seumur hidup
pendidikanlah terdapat usaha-usaha
dalam
yang untuk mengembangkan berbagi
tingkah laku yang dimiliki oleh anak.
potensi yang dimiliki oleh anak,
Melalui pendidikan dan pembelajaran
melalui
yang
membentuk
maupun
proses
berfikir,
interaksi
sosial
mengerti
pelatihan dengan
bahwa
penanaman
mempengaruhi
baik
sikap
dan
anak
akan
mampu
mengaktualisasikan
sekian
potensi
lingkungan. Elisabeth Hurlock (2005:
yang dimilikinya untuk mendapatkan
jilid I:27-28) menyatakan bahwa:
sekian pengalaman yang mendukung
Dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya. Hal tersebut didasarkan pada 4 bukti konkrit yang menyatakan bahwa: pertama, karena hasil belajar dan pengalaman semakin memainkan paran dominan dalam perkembangan dengan bertambahnya usia anak,
pada perkembangan kejiwaan yang mereka
miliki.
keistimewaan
Selain
pengalaman
itu yang
didapat pada masa kanak-kanak akan berkembang menjadi sebuah pola kebiasaan yang baik.
10
Hakikat Pendidikan Anak Pada
pengembangan kepribadian, watak,
Usia Dini (PAUD) menurut Hibbana
serta akhlak yang mulia. Usia dini
S Rahman (2002:4) yaitu:
merupakan saat yang paling berharga
a. Pusat perkembangan kepribadian
untuk menanamkan berbagai nilai,
anak (child development centre)
moral, agama etika dan sosial yang
yaitu
kesempatan
tentunya itu sangat berguna bagi
pada anak-anak untuk memenuhi
kehidupan anak di masa yang akan
kebutuhan jasmani dan rohani
datang.
serta
memberikan
mengembangkan
bakat-
Setiap anak terlahir dengan
bakatnya secara optimal.
memiliki potensinya masing-masing
b. Pusat kesejahteraan anak (child
yang berbeda, memiliki kelebihan dan
welfare centre) maksudnya taman
kekurangan, bakat dan minat sendiri.
kanak-kanak
Oleh karena itu guru maupun orang
memberikan
pembinaan
kesejahteraan
yang
tua
diperlukan
anak
masa
khusus ataupun kebutuhan individual
dalam
mudanya
harus
memahami
kebutuhan
anak, makanan bergizi dan yang
c. Sebagai usaha untuk memajukan
seimbang serta stimulasi yang baik
masyarakat khususnya masyarakat
bagi otak akan sangat diperlukan
pedesaan
dalam
dengan
membina
generasi muda sedini mungkin secara
terencana,
mantap
mendukung
proses
perkembangannya.
dan
bertanggung jawab.
METODE BEYOND CENTRE AND
Sedangkan tujuan dari PAUD
CIRCLE TIME (BCCT)
sendiri adalah untuk mengembangkan
Pendidikan merupakan suatu
seluruh potensi anak agar kelak dapat
proses yang mengandung muatan
berfungsi sebagai manusia yang utuh
yang berisikan beberapa materi dan
sesuai falsafah suatu negara (Slamet
metode untuk memperoleh tujuan,
Suyanto,
yang
adanya subyek didik yang menjadi
terjadi antar anak dengan orang lain
aktor dalam pendidikan tersebut serta
ataupun dengan benda yang ada di
adanya
sekitarnya
sebagai cara atau teknik untuk menilai
2005:3).
Interaksi
merupakan
proses
11
evaluasi
yang
dijadikan
sejauh
mana
tujuan
yang
telah
Sentra main adalah zona atau
ditentukan itu tercapai. Salah satu
area main anak yang dilengkapi
metode untuk mencapai tujuan itu
dengan seperangkat alat main yang
adalah melalui metode Beyond Centre
berfungi sabagai pijakan lingkungan
And Circle Time (BCCT).
yang diperlukan untuk mendukung
Penggunaan Pendekatan BCCT
perkembangan anak dalam 3 jenis
atau Pendekatan Sentra dan Lingkaran
main, yaitu: (1) main sensorimotor
yang diadopsi dari Creative Center
atau fungsional; (2) main Peran; (3)
For Chilhood Research and Training
main pembangunan (Diknas, 2006:3).
(CCCRT)
yang
berkedudukan
di
Saat
lingkaran
adalah
saat
Florida Amerika Serikat dimaksudkan
dimana pendidik (guru/kader/pamong)
untuk
duduk bersama anak dengan posisi
memperbaiki
praktek
penyelenggaraan PAUD di Indonesia. Pendekatan Lingkaran
Sentra
adalah
penyelenggaraan
melingkar untuk memberikan pijakan
dan
kepada anak yang dilakukan sebelum
pendekatan
PAUD
dan sesudah main (Diknas, 2006:3).
yang
Dalam
model
berfokus pada anak yang dalam proses
BCCT
pembelajarannya berpusat di sentra
permainan
main dan saat anak dalam lingkaran,
bermain yang menyenangkan dengan
dengan menggunakan 4 jenis pijakan
bahan benda, anak lain dan perhatian
untuk
orang dewasa menolong anak-anak
mendukung
perkembangan
anak-anak
pembelajaran
mereka.
anak, yaitu (1) pijakan lingkungan
berkembang
main; (2) pijakan sebelum main; (3)
kognisi
pijakan selama main; dan (4) pijakan
penelitian
setelah main. (Diknas, 2006:2)
menjadi dasar untuk
Sentra adalah dukungan yang berubah-ubah
yang
dan
belajar
secara
melalui
Pengalaman
fisik,
sosial. bermain
Teori
emosi, dan
seharusnya program anak
usia dini yang bermutu tinggi.
disesuaikan
Lingkungan
bermain
yang
dengan perkembangan yang dicapai
bermutu tinggi untuk anak usia dini
anak yang di berikan sebagai pijakan
mendukung 3 jenis bermain (Gita
untuk mencapai perkembangan yang
Yuristiana, 2007:1).
lebih tinggi (Diknas, 2006:2).
12
a. Sensorimator
atau
main
dikembangkan maka akan menjadi
fungsional
bagian kepribadian anak yang positif.
Maksudnya adalah anak usia
Allah
SWT
telah
dini sudah bisa belajar melalui panca
menciptakan dan menyiapkan sumber-
inderanya dan melalui hubungan fisik
sumber bahan alam di bumi untuk
dengan
mereka.
memenuhi kebutuhan hidup makhluk-
anak
Nya. Manusia mempunyai kebutuhan
lingkungan
Kebutuhan
sensorimotor
didukung ketika mereka disediakan
mengaplikasikan
kesempatan
mengaktualisasikan
untuk
berhubungan
dan dirinya
selain
dengan bermacam-macam bahan dan
kebutuhan makan dan minum. Hal ini
alat permainan, baik di dalam maupun
berfungsi
diluar
percaya diri atau sense of creatifity
ruangan.
Kebutuhan
sensorimotor anak didukung ketika mereka
diberi
bergerak
kesempatan
secara
bebas,
untuk
mengasah
rasa
yang mereka miliki.
untuk
Salah satu kebutuhan anak
bermain
adalah bermain yang berfungsi untuk
dihalaman atau dilantai atau dimeja
mengaplikasikan
dan dikursi, didukung bila lingkungan
mengaktualisasikan dirinya, bermain
baik di dalam maupun diluar ruangan
yang berkualitas dengan menstimulasi
menyediakan
seluruh
kesempatan
untuk
dan
kecerdasan,
diantaranya
berhubungan dengan banyak tekstur
memfasilitasi bermain sensorimotor.
dan berbagai jenis bahan bermain
Kemampuan serta kepedulian anak
yang berbeda yang mendukung setiap
terhadap kelestarian sumber-sumber
kebutuhan perkembangan anak.
bahan alam perlu dilatih sejak dini
Setiap anak yang lahir dari
melalui
aktifitas
bermain.
Dari
rahim ibunya dalam keadaan fitrah.
kegiatan-kegiatan tersebut peran guru
Maksud fitrah disini adalah bahwa
sangat
anak lahir sudah ada potensi akan
lingkungan main yang berkualitas
pengakuan keberadaan Tuhan. Untuk
sehingga diperlukan kreativitas dalam
menumbuhkan potensi fitrah ini perlu
kegiatan pembelajaran, agar anak
adanya stimulus dengan baik sehingga
dapat
jika stimulus tersebut dipelihara dan
13
besar
dalam
menciptakan
mengembangkan
kemampuannya termasuk didalamnya
mengembangkan pengendalian diri,
kemandirian
perolehan pengetahuan, ketrampilan,
b. Main peran (mikro dan makro)
kognisi, sosial emosi, bahasa, daya
Main peran juga disebut main simbolik,
pura-pura,
cipta,
make-believe,
rangkaian
konsep
ingatan,
hubungan
konsep-
kekeluargaan.
fantasi, imajinasi, atau main drama,
Penerimaan kosa kata, ketrampilan
sangat penting untuk perkembangan
pengambilan sudut pandang spasial
kognisi sosial dan emosi anak pada
dan ketrampilan sudut pandang afeksi
usia 3-6 tahun. Main peran dipandang
yang dibutuhkan anak dikehidupan
sebagai
selanjutnya.
sebuah
kekuatan
yang
menjadi dasar perkembangan daya
Main peran mendukung dua
cipta, tahapan ingatan, kerja sama
kemampuan awal penting bagi anak,
kelompok, penyerapan kosa kata,
pertama
konsep
kekeluargaan,
memisahkan pikiran dari kegiatan dan
ketrampilan
benda. Kedua kemampuan menahan
pengambilan sudut pandang spasial,
dorongan hati dan menyusun tindakan
keterampilan
yang diarahkan sendiri dan fleksibel.
hubungan
pengendalian
pandang
diri,
pengambilan afeksi,
sudut
keterampilan
peran
membolehkan
memproyeksikan
dirinya
kemampuan
untuk
c. Main pembangunan (sifat cair atau
pengambilan sudut pandang kognisi. Main
yaitu
bahan alam dan struktur)
anak
Kesempatan
kemasa
pembangunan
main
mambantu
anak
depan dan menciptakan kembali masa
mengembangkan keterampilan yang
lalu.
akan Bermain
keberhasilan
merupakan
sekolahnya dikemudian hari. Dokter
salah satu potensi dasar (fitrah Islam)
Carles, H. Wolfgang, dalam bukunya
yang diberikan oleh Allah kepada
yang berjudul School For Young
setiap manusia. Orang tua, pendidik
Children (tahun 1992) menjelaskan
dan lingkungan yang akan membentuk
suatu tahap yang berkesinambungan
kepribadian anak yang paripurna atau
dari bahan yang paling cair ke yang
tujuan hidup mencari ridlo Allah.
paling terstruktur, seperti: puzzle, cat,
Melalui
krayon, spidol, play daugh, air, dan
main
peran
mendukung
peran
anak
dapat
14
pasir dianggap sebagai bahan main
menginterprestasikan apa yang ada,
pembangunan sifat cair atau bahan
bisa mengenai kondisi atau hubungan
alam. Balok unit dan bahan lainnya
yang ada, pendapat yang sedang
dengan bentuk yang telah ditentukan
tumbuh,
sebelumnya
mengarahkan
berlangsung, akibat atau efek yang
bagaimana anak meletakkan bahan-
sedang terjadi, atau kecenderungan
bahan
yang tengah berkembang (Suharsimi
yang
tersebut
bersama
menjadi
proses
yang
sebuah karya dianggap sebagai bahan
Arikunto, 1993:310).
main pembangunan yang berstruktur
Subyek Penelitian
(Nadiah, 2007: 13).
sedang
Subyek dalam penelitian ini
Anak adalah ilmuan-ilmuan
adalah guru yang berjumlah 12 orang,
kecil yang ditakdirkan Allah untuk
dengan obyek penelitian adalah siswa
berkembang
tahap
KB ‘Aisyiyah Purworejo. Penentuan
perkembangannya yang ingin sekali
Subyek penelitian pembelajaran dan
menjelajah
obyek
sesuai
dunia
digambarkan
yang
telah
Allah
melalui
pengamatan-pengamatan
dan
keinginan-keinginan Pengalaman-pengalaman
penelitian
ini
penulis
menggunakan purposive sampel. Purposive
mereka.
sampel
yang
sampling
anggota
adalah
sampelnya
yang
dipilih secara sengaja atas dasar
menarik dapat dituangkan anak secara
pengetahuan dan keyakinan peneliti
kreatif dalam membangun. Hal ini
(M. Toha Anggoro, dkk, 2008:205).
menjadi sarana pengembangan proses
Peneliti percaya bahwa sampel yang
keimanan dan ketaqwaan, kognitif,
dipilih memenuhi kualifikasi yang
motorik, bahasa dan seni kreatif
dapat
melalui bermain.
Sehingga
dipertanggungjawabkan. Subyek
penelitian
pembelajaran hanya pada guru sentra METODE PENELITIAN
guru yang berjumlah 7 orang dan
Desaian Penelitian
objek penelitian siswa kelompok usia
Desain penelitian yang di gunakan
3-4 tahun.
adalah
diskriptif
mendiskripsikan
kualitatif, dan
15
sebagainya
Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalan
(Koencoro
Ningrat,1989:42).
Metode
ini
penelitian ini antara lain:
digunakan untuk memuat data-data
1. Observasi
yang diambil secara tertulis dari KB ‘Aisyiyah
Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan
secara
sistematik
Purworejo
mendapatkan
dokumen
fenomena-fenomena yang diselidiki
diperlukan oleh peneliti
(Hadi, 2002: 136).
Teknik Analisis Data
Metode observasi digunakan untuk
mengumpulkan
yang
1. Analisis Data Kualitatif
dan
Dalam analisis data tersebut
informasi mengenai situasi umum dan
digunakan teknik analisis deskriptif
pengamatan langsung proses kegiatan
kualitatif yaitu analisis data yang
mengajar serta kemandirian yang
memberikan predikat pada variabel
dicapai anak pada KB. ‘Aisyiyah
yang diteliti sesuai dengan kondisi
Purworejo.
yang
2. Wawancara (interview)
Kunto, 1990:353).
Metode
data
untuk
wawancara
sebenarnya
(Suharsimi
Ari
yaitu
Dari hasil pengolahan dan
metode pengumpulan data dengan
pengorganisasian data ini kemudian
wawancara, yang dikerjakan dengan
diberi interpretasi yang pada akhirnya
sistematik dan berdasarkan tujuan
digunakan penulis sebagai dasar untuk
penelitian (Sutrisno Hadi, 1984:193).
menarik kesimpulan.
Pengumpulan data melalui wawancara
2. Triangulasi metode
ini digunakan untuk memperoleh data
Triangulasi
adalah
teknik
yang bersumber dari kepada kepala
pemeriksaan keabsahan data yang
sekolah dan guru KB. ‘Aisyiyah
memanfaatkan sesuatu yang lain di
Purworejo.
luar
3. Dokumentasi
pengecekan atau sebagai pembanding
Dokumentasi mengandung arti
monument,
tulisan
juga
artifact,
untuk
keperluan
2002:122).
meliputi
foto
itu
terhadap data itu. (Lexy J. Moleong,
data kesimpulan data variable yang berbentuk
data
Triangulasi
dan
pemeriksaan
16
sebagai
teknik
memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik
PEMBAHASAN
dan teori. Triangulasi dengan sumber
Kemandirian adalah sebuah
berarti membandingkan dan mengecek
proses perkembangan yang tidak bisa
derajat kepercayaan suatu informasi
dipaksakan hasilnya. Setiap pribadi
yang diperoleh melalui waktu dan alat
anak memiliki kemampuan masing-
yang
metode
masing untuk mencerna, mengikuti
dicapai
serta mentaati semua arahan, latihan
dengan jalan membandingkan hasil
dan bantuan guru dalam membentuk
pengamatan
kemandirian.
berbeda
kualitatif.
dengan
Hal
ini
dapat
dengan
data
hasil
wawancara.
Ada
beberapa
anak
mampu cepat beradaptasi mengikuti
Triangulasi dengan metode ini
proses
terdapat 2 strategi yaitu: Pengecekan
beberapa
tetapi
ada
pula
beberapa anak yang belum terbiasa.
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
tersebut,
Anak mandiri adalah anak
teknik
yang
mampu
memenuhi Secara
tuntutan
pengumpulan data dan pengecekan
lingkungannya.
umum
derajat kepercayaan beberapa sumber
kemandirian dapat dilihat melalui
dengan metode yang sama.
tingkah laku, namun kemandirian
Triangulasi dengan penyidik
tidaklah selalu ditampilkan dalam
yaitu dengan memanfaatkan peneliti
bentuk fisik yang ditampilkan dalam
atau pengamat lain untuk keperluan
bentuk tingkah laku, melainkan juga
pengecekan
melalui emosionalnya (Diana Yunita
kembali
derajat
kepercayaan data.
Sari, 2009).
Triangulasi dengan teori yaitu
Untuk
mengetahui
sejauh
bahwa fakta tertentu tidak dapat
mana peran guru dalam membentuk
diperiksa
kemandirian
derajat
kepercayaannya
anak
ini
peneliti
hanya dengan satu teori saja. Dalam
menggunakan
penelitian ini penulis menggunakan
perkembangan
pendekatan
untuk
yang digunakan oleh KB. ‘Aisyiyah
mengecek
Purworejo dalam mengukur tingkat
derajat kepercayaan suatu informasi
kemandirian anak. Indikator tersebut
membandingkan
sumber dan
dengan metode kualitatif.
17
indikator aspek
kemandirian
diantaranya adalah: (Depniknas Dirjen
1) Aspek fisik
PLS, 2002:13).
Aspek fisik adalah aspek yang paling
a. Tidak g. Memakai dan tergantung melepas pada guru pakaian dengan tertentu sedikit bantuan b. Merapikan h. Memakai dan mainan melepas kaos setelah selesai kaki dengan digunakan sedikit bantuan c. Makan dan i. minum Membuka dan sendiri menutup dengan resleting pengawasan guru d. Meletakkan j. Membuka dan sepatu dan tas mengancingkan pada baju tempatnya e. Mengenali k. Menggunakan barangtoilet dengan barang milik benar dengan sendiri pengawasan guru f. Menggunakan l. Menyiram serbet sesuai toilet kegunaan membasuh muka dan mencuci tangan
terlihat
perkembangan
dari anak.
setiap Untuk
mengembangkan aspek fisik yang ada, guru di KB. ‘Aisyiyah Purworejo menggunakan beberapa kegiatan yang menjadi indikator untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan anak dalam menggunakan berbagai bagian tubuhnya.
Diantaranya
dengan
mengkoordinasikan tangan dan mata dengan
membangun
menara,
menggunting kertas dan membuat garis vertikal/horisontal. 2) Aspek bahasa Dalam kehidupan sehari-hari tentunya anak tidak bisa dipisahkan dengan
interaksi
sosial
dengan
individu yang lain, dalam interaksi inilah anak membutuhkan berbagai perbendaharaan
Indikator di atas penulis ambil
kata
guna
mengungkapkan berbagai ekspresi,
dari aspek-aspek perkembangan anak
emosi
usia 3-4 tahun, yang mana indikatori-
menggunakan
indikator
untuk mengetahui perkembangan anak
tersebut ada pada tiap
dan
pikirannya. beberapa
Guru indikator
kegiatan dan selalu dilakukan anak
dalam berbahasa, seperti:
tiap harinya. Untuk mencapai tingkat
anak
kemandirian anak sesuai indikator,
secara lengkap, menyebutkan nama
guru
orang tua, mampu ngobrol dengan
perlu
memperhatikan
aspek
perkembangan anak, yaitu meliputi:
bisa
temannya,
18
menyebutkan
mampu
Apakah namanya
bertanya
menggunakan kata “apa”, “siapa”,
angka,
“mengapa”, dan lainnya.
menyebutkan bentuk, dan lain-lain.
3) Aspek sosial emosional
6) Aspek Seni
Dalam sosial
menanamkan
emosional
menggunakan
dan
ini
guru
pengelompokan
warna,
aspek
Dalam menilai perkembangan
lebih
aspek seni yang dimiliki anak guru
memanfaatkan
menggunakan
indikator
sebagai
situasi sehari-hari sebagai contoh dan
berikut: anak mampu menyanyikan
bimbingan terhadap anak. Bagaimana
lagu sesuai irama, mampu bertepuk
perilaku
tangan,
kepada
teman,
perilaku
membuat
bunyi-bunyian
kepada guru, mengikuti peraturan dan
dengan berbagai alat, menggambar
kegiatan yang dilaksanakan, sabar
bebas, membuat bentuk dari play
menunggu giliran dan lain-lain.
dough, dan lain-lain.
4) Aspek Moral dan Agama
7) Aspek kemandirian
Aspek ini dikembangkan guna mengenalkan moral
anak
dan
kepada
agama,
Aspek
etika,
yang
terakhir
ini
dikembangkan guna melatih anak,
mengingat
supaya
sejak
usia
dini
mampu
kelompok bermain ini milik ‘Aisyiyah
mengenal tugas dan kebutuhannya
yang merupakan salah satu organisasi
sehari-hari. Sebagaimana indikatornya
otonom
Muhammadiyah.
aspek kemandirian yang telah penulis
Pengenalan terhadap agama, moral
sampaikan pada halaman sebelumnya.
dan etika ini melalui pengenalan do’a
Aspek perkembangan tersebut
sehari-hari,
dari
menyebutkan
contoh
disisipkan dalam materi dan tema,
ciptaan Allah, menyayangi orang tua,
sedang dalam penyampainnya tidak
menyayangi semua makhluk ciptaan
melupakan kegiatan asal dari anak,
Allah dan lain-lain.
yaitu bermain.
5) Aspek Kognisi
Berdasarkan hasil pengamatan
Pengembangan aspek kognisi
penulis pada kegiatan pembelajaran
lebih kepada peningkatan pengetahuan
guru disetiap sentra dapat diketahui
yang dimiliki anak terhadap sesuatu,
bahwa peran guru dalam membentuk
misalnya fungsi benda-benda yang
kemandirian anak adalah sebagai:
berada disekitar kita, menyebutkan
1) Fasilitator
19
Guru merupakan penyedia segala
Evaluator/menilai
fasilitas
diperlukan
yang
memungkinkan
sangat
dalam
kegiatan
kemudahan dalam kegiatan belajar
pembelajaran, guna mengetahui
siswa,
menciptakan
hasil dari kegiatan yang dilakukan.
lingkungan yang menyenangkan
Dari evaluasi ini diharapkan akan
bagi siswa.
memberi umpan balik (feedback)
guna
2) Pembimbing
sehingga hasilnya dapat menjadi
Tugas guru sebagai pembimbing
solusi untuk mencari kelemahan
adalah membimbing siswa agar
dipembelajaran
menjadi dewasa dan cakap. Guru
dilakukan.
sangat diperlukan bagi anak didik
yang
telah
Dalam melaksanakan perannya
pada saat belum mampu sendiri
tersebut
(mandiri). Pembimbingan terhadap
aktivitas-aktivitas
siswa ini dilakukan tidak hanya
dalam membentuk kemandirian anak.
pada kegiatan pembelajaran saja
Aktivitas tersebut adalah:
karena
a) Mempersiapkan
suatu
bimbingan upaya
merupakan
untuk
membantu
guru
juga
melakukan
yang
membantu
Kreativitas
dalam berbagai bentuk permainan
siswa dalam mencapai pendidikan
untuk melatih kemandirian anak
disekolahnya.
Kreativitas merupakan hal yang
3) Motivator
mutlak dimiliki oleh seorang
Proses pembelajaran akan berhasil
guru, terutama guru di Kelompok
jika anak mempunyai motivasi,
Bermain, hal ini dikarenakan
untuk
itu
menumbuhkan
guru
perlu
anak akan belajar dengan baik
motivasi
pada
dalam
suasana
yang
siswa. Sebagai motivator guru
menyenangkan.
hendaknya dapat mendorong siswa
menyenangkan bagi anak akan
agar
membuka syaraf otak dan siap
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran. Peran ini sangat
menerima
penting dalam interaksi edukatif.
membuat
4) Evaluator
20
hal
Saat
baru.
Untuk
suasana
yang
menyenangkan
guru
dituntut
untuk
berkreasi
selalu
dan
membuat
kegiatan
yang
tugas dan tanggungjawab yang
anak
harus dikerjakan masing-masing
tingkat
orang (Hasil Pengamatan pada
perkembangannya sehingga anak
kegiatan pembelajaran di KB.
tidak merasa tertekan dan siap
‘Aisyiyah Purworejo).
memungkinkan bereksplorasi
sesuai
menerima apa yang disampaikan
b) Senantiasa memberikan arahan,
oleh guru dengan senang hati.
latihan
Tidak
hanya
membiasakan anak melakukan
tetapi
segala
menyenangkan, persiapan
guru
dan
bantuan
dalam
tugas dan kebutuhannya sesuai
haruslah sesuai dengan tema yang
tahap perkembangan anak.
dihubungkan dengan kehidupan
Arahan dan bantuan adalah hal
sehari-hari dan dapat melatih 7
yang selalu dibutuhkan oleh anak.
aspek perkembangan anak, dan
Guru
salah
memaksakan dan mengharuskan
satunya
adalah
kemandirian. Misalnya
tidak
melakukan
saja
ketika
cenderung
kegiatan
yang
anak
disukainya. Akan tetapi walaupun
bermain disentra peran, guru
anak bebas memilih kegiatan atau
hendak mengajarkan kemandirian
permainannya sendiri peran guru
kepada anak maka guru sebisa
dalam
mungkin
kegiatan-
bantuan akan sangat membantu
kegiatan sentra dengan kegiatan
anak, karena tentu anak tidak
yang
perilaku
langsung bisa melakukan segala
Sebagai
sesuatunya sendiri.
menata
memancing
kemandirian
mereka.
memberi
arahan
dan
contoh ketika guru menerangkan
Guru menanamkan kepada anak
tentang suasana didesa, apa saja
untuk
tidak bergantung pada
yang ada di desa bagaimana cara
orang
lain
memasak,
melakukan
mencuci
pakaian
baik
itu
kegiatan
dalam sehari-
disungai serta pura-pura menjadi
harinya, misalnya anak mampu
pak
ke toilet ketika ingin buang air,
tani.
tersebut
Kegiatan-kegiatan
sedikit
demi
sedikit
anak mampu mengenali sepatu
memupuk anak untuk mengetahui
dan
21
tasnya
sendiri,
sehingga
ketika hendak memakai tidak
sendiri
perlu
tergantung terhadap orang yang
meminta
mengambilkan,
guru dan
untuk lain-lain.
tanpa
disuapi
atau
lebih tua.
Demikian juga dalam bermain,
Demikian pula ketika berada
anak
dalam sentra (kelas) guru akan
mampu
memilih
jenis
permainan dan kegiatan yang
memberi
lebih
selalu
anak untuk memilih beberapa
melatih anak untuk membiasakan
kegiatan dan permainan yang
diri dan melakukan tugas dan
telah
kebutuhannya (Hasil observasi
walaupun anak bebas memilih
pada kegiatan pembelajaran).
permainan
apa
yang
lebih
disukainya
tetap
saja
dalam
Sebagai
diminati.
contoh,
Guru
ketika
anak
kesempatan
kepada
disediakan.
Tetapi
datang ke sekolah guru melatih
bermain ada aturannya. Guru
untuk mengenal apa saja yang
memberikan aturan main kepada
menjadi
bawaannya
anak, supaya anak berlatih tertib
seperti tas dan sepatu, setelah itu
dalam bermain, selain itu untuk
guru
menghormati
teman
menumbuhkan
jiwa
barang
menunjukkan
meletakkannya.
dimana
Kegiatan
ini
berbagi
diiulang setiap pagi dan ketika
dalam
anak pulang sekolah anak dibantu
sesamanya.
mengingat-ingat apa saja yang
Guru melakukan hal ini dengan
dibawa ketika berangkat sekolah
maksud
tadi, memakai sendiri sepatu,
mengetahui apa yang menjadi
kaos kaki dan tasnya, kemudian
tugas dan kebutuhannya, serta
berpamitan
gurunya.
melatih tidak selalu bergantung
Selain itu ketika anak ingin ke
kepada orang lain, walaupun
toilet guru juga mengarahkan dan
masih sedikit-sedikit dibantu oleh
membantu, tapi paling tidak anak
guru.
tahu dan membiasakan diri untuk
c) Berupaya
selalu buang air di toilet. Anak
dalam
juga dilatih untuk bisa makan
tentang kemandirian
kepada
22
diri
dan
anak
melatih
terhadap
anak
memberikan
kehidupan
dan
contoh
sehari-hari
Contoh dari guru merupakan
memberikan
pedoman yang sangat dibutuhkan
informasi
oleh anak dalam melaksanakan
mengenai perkembangan anak,
tugas
KB.
baik ketika berada di dalam
guru
sentra maupun ketika di luar
memberikan
sentra. Hal ini nantinya sangat
sehari-hari.
‘Aisyiyiah terlebih
Di
Purworejo dahulu
contoh-contoh
kegiatan
yang
masukan, dan
bermanfaat
tukar
pengalaman
dengan
laporan
semestinya bisa dilakukan anak
perkembangan anak yang akan
secara mandiri. Misalnya, guru
diterima orang tua.
memberi contoh membereskan
e) Berkomunikasi dan bekerjasama
mainan setelah bermain, guru
dengan
memberi contoh mencuci tangan
membiasakan dan membentuk
dengan benar, memberi contoh
kemandirian anak ketika berada
meletakkan tas dan sepatu di
di rumah.Orang tua merupakan
tempat yang disediakan, makan
sosok yang sangat berpengaruh
sendiri
dan
terhadap kepribadian dan tingkat
menggunakan tangan kanan, dan
perkembangan anak. Keluarga
lain-lain (Hasil pengamatan pada
terutama orang tua merupakan
kegiatan yang dilakukan di KB.
pendidik pertama dan utama bagi
‘Aisyiyah Purworejo).
anak.
dengan
rapi
orang
Tetapi
tua
pada
untuk
saat
ini
d) Bekerjasama antar guru untuk
kesibukan orang tua terkadang
selalu membentuk kemandirian
membuat perhatian terhadap anak
anak
berkurang.
Kerjasama antar guru maupun
Orang
cenderung
tidak
‘Aisyiyah
mengetahui perkembangan dan
Purworejo dapat dikatakan selalu
kejadian serta apa saja yang harus
terjalin. Hal ini terlihat dengan
dilakukan untuk terus mendidik
selalu adanya rapat antar guru
anak ketika berada di rumah,
guna
walaupun
pendidik
di
KB.
tua
merencanakan
proses
kegiatan pembelajaran. Masing-
mendapatkan
masing
pengarahan
guru
juga
saling
23
anak
telah
pendidikan serta
latihan
dan di
sekolah namun semua itu tidak
anak dari sekolah. Guru dan
berarti ketika orang tua hanya
peraturan
menyerahkan segala sesuatunya
memperbolehkan orang tua hanya
kepada sekolah tanpa meneruskan
mengantar anak sampai di jalan
pendidikan tersebut di dalam
saja, tetapi orang tua harus
rumah.
menyerahkan anak pada guru
Itulah sebabnya guru Kelompok
piket. Inilah kesempatan guru
Bermain ‘Aisyiyah merasa perlu
untuk
dan selalu berkomunikasi dengan
dengan orang tua. Guru bisa
pihak
menanyakan tingkah laku anak,
orang
tua
dalam
sekolah
selalu
tidak
berkomunikasi
membentuk kemandirian anak.
kemudian
Inisiatif ini sesungguhnya bisa
kepada
datang dari kedua belah pihak,
bagaimana
baik dari guru maupun dari orang
melatih anak ketika di rumah,
tua. Guru perlu melaporkan dan
termasuk dalam hal kemandirian.
mengkomunikasikan hal apa saja
Dalam setiap observasi yang
termasuk
dilakukan
tentang
perilaku
memberi orang
anjuran
tua
tentang
mengarahkan
di
KB
dan
‘Aisyiyah
kemandirian anak ketika berada
Purworejo, peneliti dapat melihat
di
pula
hasil yang positif dari peran guru
apa
dalam membentuk kemandirian
sekolah,
sebaliknya
demikian
perkembangan
yang ditunjukkan anak ketika di
anak.
rumah setelah mengikuti kegiatan
menunjukkan sifat kemandirian
di sekolah, apakah anak bisa
yang
latihan mandiri ketika berada di
kegiatan.
rumah ataukah tidak.
Analisis triangulasi berdasarkan
Komunikasi guru dan orang tua
hasil wawancara dan observasi di
ini dilakukan tanpa menunggu
atas adalah bahwa sebagian besar
adanya rapat wali murid, tetapi
anak
setiap hari komunkasi ini bisa
beradaptasi dengan pendidikan
dilakukan, yaitu ketika orang tua
kemandirian yang diterapkan oleh
mengantarkan
semua
dan
menjemput
24
Karena
dimiliki
mampu
guru
anak
dalam
dengan
KB.
dapat
setiap
cepat
‘Aisyiyah
Purworejo. Hal ini terlihat dari
Kreativitas supaya anak tetap
setiap kegiatan yang dilakukan
tertarik
tidak menjadi beban bagi anak,
kegiatan tersebut.
kegiatan-kegiatan tersebut sudah
Berdasar hasil analisis triangulasi
seperti kebiasaan yang harus
dapat diketahui:
dikerjakan anak. Bahkan anak
melakukan
berbagai
1) Guru mempunyai peran yang
hafal urutan kegiatan yang harus
sangat
dilakukan ketika masuk kelas,
pembelajaran melalui metode
istirahat, sesudah istirahat bahkan
BCCT karena guru merupakan
sampai masuk kelas lagi. Selain
perencana,
itu sebagian besar anak juga tahu
pengarah dan motivator bagi
dan
siswa melalui kegiatan yang
faham
dilakukan
apa ketika
yang
harus
melakukan
sepatu
pada
membereskan
2) Secara
tempatnya,
pembimbing,
umum
pembelajaran
pengelolaan guru
melalui
setelah
metode
BCCT
selesai bermain, mampu meminta
dengan
baik,
izin jika hendak ke toilet, dan lain
diketahui
sebagainya.
sebagian besar anak mampu
Tetapi walaupun begitu tentu saja
beradaptasi dengan pendidikan
semua bentuk kemandirian anak
kemandirian yang diterapkan
tersebut tidak bisa disamakan
di KB ‘Aisyiyah Purworejo,
dengan kemandirian yang ada
hanya saja perlu ditingkatkan
pada
keKreativitas
manusia
mainan
dalam
dilakukannya.
tugasnya seperti meletakkan tas dan
besar
dewasa.
Anak
terlaksana sebagaimana
hasilnya
bahwa
guru
dalam
menikmati apa yang dianggap
mendesign lingkungan main
menyenangkan
agar kemampuan anak dapat
meninggalkan dianggap
dan sesuatu
membosankan,
yang
terus tergali.
oleh
3) Melalui
rangkaian
kegiatan
karena itu guru terus memberikan
pembelajaran
BCCT
ini
bimbingan, latihan dan bantuan
menunjukkan
bahwa
peran
kepada anak serta meningkatkan
guru sangat membantu dalam
25
membentuk kemandirian anak
cepat beradaptasi namun ada pula
usia dini.
yang belum terbiasa, sehingga perlu
yang
lebih
intensif dari gurunya.
SIMPULAN Dari
pendekatan
uraian
yang
telah
3.
Peran guru dalam membentuk
diperoleh selama penelitian, maka
kemandirian
penulis dapat mengambil kesimpulan
kehidupan
sebagai berikut:
tercermin dari proses pelaksanaan
1.
dalam
sehari-hari
dapat
Pelaksanaan
pembelajaran
pendidikan, peran guru disini
metode
menggunakan
adalah:
BCCT
kurikulum yang diarahkan untuk
a. Fasilitator
membangun pengetahuan anak melalui
berbagai
Guru
pengalaman
segala
merupakan
penyedia
fasilitas
yang
bermain di sentra-sentra kegiatan.
memungkinkan
Metode
dalam kegiatan belajar siswa,
pembelajaran
ini
keleluasaan
pada
memberikan anak
sehingga
guna
mendorong
perkembangan
kreatifitas,
emosionalnya,
menciptakan
kemudahan
lingkungan
yang menyenangkan bagi siswa. b. Pembimbing
kemandirian serta tertata sosial
Tugas
guru
sebagai
disesuaikan
pembimbing adalah membimbing
dengan indikator-indikator yang
siswa agar menjadi dewasa dan
terdapat
aspek
mandiri. Guru sangat diperlukan
serta
bagi anak didik pada saat belum
pada
perkembangan
2.
anak
anak
kebutuhan setiap anak melalui
mampu
pijakan-pijakan.
Pembimbingan terhadap siswa ini
Kemandirian bagi anak usia dapat
dilakukan
tidak
hanya
pada
diartikan mereka dapat mengurus
kegiatan
pembelajaran
saja
keperluan dan tugasnya sesuai
karena
dengan tahap perkembangannya.
suatu upaya untuk membantu
Pada KB. ‘Aisyiyah Purworejo
siswa
ada beberapa anak yang mampu
pendidikan disekolahnya.
26
sendiri
bimbingan
dalam
(mandiri).
merupakan
mencapai
c. Motivator Proses
pembelajaran
Baqir
akan
berhasil jika anak mempunyai motivasi, untuk itu guru perlu menumbuhkan
motivasi
Chabib Thoha (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pada
siswa. Sebagai motivator guru hendaknya
dapat
mendorong
siswa agar aktif dalam kegiatan
Departemen Agama RI (1994). Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Asy-Syifa.
pembelajaran. d. Evaluator Evaluator/menilai diperlukan
Depdiknas edisi III (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
sangat
dalam
Yusuf Barnawi (1993). Pembinaan Kehidupan Agama Islam Pada Anak. Semarang: Dina Utama.
kegiatan
pembelajaran, guna mengetahui hasil
dari
dilakukan.
kegiatan Dari
Depniknas Dirjen PLS (2006). Pedoman Penerpan Pendekatan BCCT dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Semarang: Dinas P&K Propinsi Jawa Tengah.
yang
evaluasi
ini
diharapkan akan memberi umpan balik
(feedback)
sehingga
hasilnya dapat menjadi solusi untuk
mencari
dipembelajaran
Depniknas Dirjen PLS (2002). Acuan menu Pembelajaran Pada Kelompok Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
kelemahan yang
telah
dilakukan.
Diana Yunita Sari (2009). Anak Mandiri Lebih Pade dan Cerdas. [On line] tersedia: http://www.tabloit senior.web.id (9 November 2009).
DAFTAR PUSTAKA Abu Tauhid (1990). Beberapa Aspek Perkembangan Islam. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.
Edi Wiyono (2008). Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur. Jakarta: PT. Grasindo
Anita Lie & Sarah Prasasti, M. Hum (2004). 101 Cara Membina Kemandirian Dan Tanggung Jawab Anak ( Usia Balita Sampai Remaja ). Jakarta: Gramedia.
27
Elisabeth Harlock jilid I (2005). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Shindunata (2000). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita ( Mencari Kurikulum abad XXI ). Yogyakarta: Kanisius.
Hibbana S. Rahman (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press. Hasan
Soegeng Santoso (2002). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: Refika Aditama.
Basri (1998). Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabetha.
Husaini Usman (2000). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara
Sutrisno
Ibrahim Bafadal (2003). Peningkatan Profesionalisme guru sekolah dasar. Jakarta: Bumi Aksara Kartini Kartono (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: mandar Maju. Kartini Kartono (1990). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.
Hadi (1984) Metedologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Suharsimi Arikunto (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta . Undang-Undang No: 20 tahun 2003 tentang Sistim pendidikan Nasional dan Penjelasanya, Yogyakarta: Media Wacana Press.
Koentjoro Ningrat (1989). Metodemetode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Lexy J Moleong (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia Slamet suyanto (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat publising.
28