NT'+N Pr n1T.JANGAN \I E LAWAN KIp U N A H A N
EfN
| | l '-|
-
Penerbit IPB Press K:rmpusIPB ThmanKcncana, KotaBogor- Indoncsia
j Judul Buku: BEKANTi{,N:PERTUANGANMET-AWANKEPUNAHAN p6arrlis;
Hadi S Alikodra
Chairul Saleh
M Bismark
Ian Hilman
M AriefSoendjoto
Steffan Wulftaat
Reni Srimulyaningsih
SugengHendratno
Tii Atmoko
M Thohari
Devis Rachmawan
Jojo Ontarjo
Antonius
Mimat Ruhimat
AlbenusTjiu Editot: Dini Ayu kstari Desain Sampul: Ahmad Syahrul Fakhri Penata Isi: Ahmad Syahrul Fakhri Korektor: Dwi M Nastiti J"mlah flala.man: 266 + 18 halaman romawi Sumber lllustrasi Sempul: hnp://www.hdwallpapersphotos.com/monkey-with-long-nose-photos/30088/ Edisi/Cetakan: Cetakan l, Agustus2015 PT Penerbit IPB Prcss Anggota IKAPI Kampus IPB Taman Kencana Jl. Taman KencanaNo. 3, Bogor 16128 Telp. 0251 - 8355 158 E-mail:
[email protected] ISBN: 978-979-493-84r-6 Dicetak oleh PercetakanIPB, Bogor - Indonesia Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan
@ 2015, FIAK CIPTA DILINDUNGI
OLEH TINDANG-I-INDANG
Dilarang mengutip atau memperbanyaksebagianatau seluruh isi buku tanparr;in tertulis dari penerbit
KATAPENGANTAR Sering kali mengalami kesulitan untuk menjawab perranyaanyang sangarsederhana,seperti apa manhat yang diperoleh dari keberadaanbekantan?Mereka pun menganggap bahwa kegiatan melindungi dan melestarikannya hanyamembuanguangyang sebenarnladapatdisalurkankepada masyarakatmiskin. Pertanyaan berikutnya adalah jika bekanran punah, kerugian apa yang bakal dihadapi manusiadengan lingkungan hidupnya? Penulis buku ini pun mencoba untuk mencari jawaban atas pemanyaanyang sederhanaini dan rernyata tidak mudah untuk mendapatkan ramuan jawabannya secara tepat dan memuaskan berbagai pihak. Diperlukan penaraan yang sangar hari-hari untuk memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, bukan hanya atas dasar pengemhuan intelektual di bidang keilmuan seperti biologi dan ekologi, tetapi juga perlu digali perannyasecaraintrinsik dari jenis primata endemik Kalimantan ini. Tidak mungkin Tuhan menciptakan makhluk-Nya tanpa tujuan, hanya kita sebagaiumat-Nya mempunyai keterbatasanuntuk mengungkap manfaatnya. Kita tidak boleh membiarkan bekantan mengalami kepunahan sehinggakonservasimenjadi keharusanjika kita ingin selamatdalam sistem kehidupan yang bermartabat. Kepastian jawabannya harus didasarkan atas hasil-hasil penelitian lapangan yang dapat mengungkap rahasiaalam ini atasperan dan manfaatnya. Untuk
mendapatkan .jawabannya editor urama dan juga penulis buku mencoba kembali ke lapangan, mengamati bekantan sekitar 258 individu yang tersisa di rawa gelam seluas 3.471 hektare di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Kegiatan ini dilakukannya serelah meninggalkanbekantan sebagaiobjek penelitiannyasejak tahun 1995. Di samping itu, untuk melengkapiinformasi perlu juga mengumpulkan hasil-hasilpenelitian bekantanyang berserakan sejaktahun 1992 hingga tahun 2013 baik di Kalimanran Selatan,Kalimantan Barat, maupun di Kalimantan Timur. Kemudian berkomunikasi dengan para penelirinya untuk bersepakatditulis dalam satu karya ilmiah dan dituangkan dalam buku berjudul "Bekantan: Per.juanganMelawan Kepunahan". Latar belakangpenentuan judul buku terinspirasidari kondisi bekantan saat ini yang sangat memprihatinkan, habitatnya terus menyempit sertaperburuan liar telah menyebabkan penyebaran dan populasinyasemakinterancamsertamenuju kepunahan.Saatini tercatatjumlahnya tinggal50 persenatau sekitar2.500 individu. Jika tanpa bantuandan pertolonganmanusia,dapat dipastikan satwa ini akan mengalami kepunahan di berbagai habitat alamnya di ekosistem rawa gelam, rawa gambut, hutan mangrove di tepi-tepi sungai, hutat Dipterocarpaceae,dan huran karet. Mereka terus berhadapan dan bersaing dengan manusia yang kebutuhannya terus berkembang tanpa batas, sesuai dengan paham yang dianutnya antbropocentrisme,\Walaupun hingga saat ini merekamasih mampu dan terus bertahanberadaptasipada kondisi habitarnyayang ridak sehar.
vi Kata Pengantar
Bahkan banyak di antaranya yang bertahan hidup di lahan permukiman dan kebun penduduk, kondisi lingkungan yang tercemar serta habitar yang terfragmentasi tanpa koridor. Kondisi lingkungannya semakin tidak dapat memberikan jaminan bagi keselamatandan kelestariannya. Masa depan kelestarian bekantan semakin tidak terjamin. Kehidupannya semakin tidak sejahtera, populasinya semakin menciut dan tersebar di kantong-kanrong habitat sempit tanpa koridor. Potensi pakannya baik kuantitas maupun kualitas semakin terbatas, pada musim kemarau banyak hutan terbakar dan pohon terbakar. Jumlah bayi semakin terbatasdan struktur umur pun menunjukkan kondisi yang tidak normal. Pola pergerakan harian juga terganggu karena perilaku meloncar (leaping) di amara kanopi sering kali mengalami kegagalan. Prinsip dasar perlindungan dan pelestarianbekantan yang dibahasdalam buku ini di samping untuk kelestarianbekantanjuga mengamankantipologi habitatnyasepertihutan mangrove,hutan rawa gelam, hutan gambut, hutan Dipterocarpaceae,dan hutan karet. Melalui pendekatan ini maka program melestarikan bekantan juga berarti melestarikan keanekaragamanhayati (kehati) di seluruh habitatnya. Hingga saar ini buku teks khusus tentang biologi ataupun ekologi dan konservasi bekantan masih terbatas. Oleh karena itu, terbitnya buku ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para peneliti dan juga dapat mendorong praktisi konservasi lebih aktif memper.iuangkan terwujudnya gerakan moral konservasi. Tujuannya adalah untuk melindungi primata khas, langka, dan endemik bekantan beserta habitatnya agar terhindar dari kepunahan. Keberhasilan melindungi dan melestarikan diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengungkap nilai dan kegunaannya bagi umat manusia dan pembangunan. Atas terbitnya buku ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukungdan memberikan kontribusi nyata baik tulisan, saran,dan kritikdemi kesempurnaanya. Mudah-mudahan buku ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para pembaca dan pencinta primata serta lingkungan hidup. Tidak ada gading yang tak renk, tetapi kami bangga karena telah memulainya dan para penulis pun sangat memahami bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya. Kami mengharapkan kritik dan saran dari sidang pembaca yang mulia bagi penyempurnaanya.
Bogor,Juni 2015
Prof Dr H Hadi SukadiAlikodra,MS Guru BesarEkologi Satwaliar FakultasKehutanan IPB
DAFTARISI
PENDAHULUAN: Jalan Menuju Kelestarian Bekantan
BAGIAN I. BEKANTAN DI RAWA GEI-AM..... BAB I
.7
Ruang Lingkup PenelitianBekantandi RawaGelam Hadi SAlihodra.............
BAB 2
................. 9
PenelitianPendahuluan: Bekantandi RawaGelamBerjuanguntuk BertahanHidup Hadi SAlikodra,Chairul5a1eh.....,.....
BAB 3
Habitat Bekantandi RawaGelam Hadi SAlihodra,ReniSrimulyaningsih ...............
BAB 4
.................27
PopulasiBekantandi RawaGelam Hadi SAlihodra,ReniSrimulyaningsih ...............
BAB 5
.............. 19
.................49
PerilakuBekantandi RawaGelam Hadi S Alihodra,ReniSrimulyaningsih ...............
.................63
BAGIAN II. BEKANTAN DI HUTAN MANGROVE DAN HUTAN KARET..................83 BAB 6
EkosistemHutan Mangrove Hadi SAlikodra.............
BAB 7
Bekantandi Hutan Mangrove M Bismark
BAB 8
............... l0l
Habitat dan Penyebaran Bekantandi Delta Mahakam,KalimantanTimur Tri Atmoho..
BAB 9
............... 85
............. I 19
Bekantandi DAS Kendilo Hutan Lindung Gunung Lumur, KalimantanTimur DeuisRachmauan..........
r41
x Daftarlsi
BAB 10 ZheProboscis Monheysof Kandzlia and Bios Albertus,Antonius, Chairul Salzh,Ian Hilman, StefanlVuffiaat,Sugeng Hendratno..............
.................... 16l
BAB 11 Bekantandi Hutan Karet M AriefSoendioto........... BAGIAN III. PERCEPATAN PROGRAM KONSERVASI BEKANTAN
............. 191 ......201
BAB 12 Populasidan StatusKonservasiBekantan(N. kraatul M Bismarh
...............203
BAB 13 Upaya KonservasiBekantandi Habitat Asli Hadi S Alihodra.............
.............215
BAB 14 Prinsip-prinsipEkowisataBekantan Hadi SAlihodm,JojoOntarjo.......
..................229
BAB 15 KonservasiBioprospeksiKehati Hadi SAlihodra,Mimat Ruhimat,M Thohari...
.................247
BAB 16 Penutup ChairulSaleh GLOSARIUM...............
...........263 ........265
DI HUTANKARET BAB 11 BEKANTAN MochamadAriefSoendjoto
ingkasan \{enghuni hutan karet merupakan pola adaptasibekantan terhadap kerusakanhabitat yang terjadi :riibat perladangan yang pada gilirannya berkembang menjadi hutan karet. Adaptasi ini .iuga rerupakan salahsatucarabekantan untuk mempertahankandiri, bukan hanya bagi dirinya sebagai :rdividu melainkan juga sebagaispesiesdari gangguan (aktivitas) manusia. Bekantan dijumpai di :luran karet, akan tetapi tidak pernah dijumpai di kebun karet. Di hutan karet keperluan bekantan ikan habitat (terutama keragaman sumber pakan, air, dan pelindung) terpenuhi, sedangkandi iebun karet tidak demikian. Kebun karet didesain hanya untuk karet sehingga tumbuhan berkayu iainnya atau bahkan tumbuhan bawah yang berpotensi menjadi pakan bekantan dimatikan agar 'W'alaupun xaret berproduksi maksimal. demikian, hutan karet tetap rawan akan perubahan 'ehingga
populasi di habitat ini pun terancam.
Pendahuluan Bekantan sudah dikategorikan langka (endangered)mulai tahun 20ll oleh IUCN, padahal sebelumtahun itu dikategorikan rawan (uulnerablz).Di Indonesia, primata ini dilindungi dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang KonservasiSumber daya Hayati dan EkosistemnyasertaPeraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Sebelumnyaprimata ini dilindungi berdasarkanSK Menteri PertanianNo. 327lKptslUml7ll972, SK Menteri KehutananNo. 30l/Kpts-II/1991 (10 Juni 1991), SK Menteri KehutananNo. 882/ Kpts-llll992
(08 September 1992), dan bahkan sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda
dengan Perlindungan Binatang Liar No. 266Tahun 1931. Bekantan telah ditetapkan sebagai fauna identitas (maskot) bersama dengan kasturi (Mangfera casturi dilml,ana) sebagaifauna dan fora identitas Provinsi Kalimantan Selatan, provinsi terkecil di Pulau Kalimantan dengan luas wilayahnya hanya 37.530,52 km2 atau 6,090/opersen dari luas wilayah Kalimantan (Borneo Indonesia). Penetapan berdasarkan pada Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan SelatanNo. 29 Tahun 1990 tanggal l6 Januari i990 tentang Penetapan Identitas Daerah Provinsi Tingkat I Kalimantan Selatan. Penetapan tersebut selanjutnya disetujui oleh DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan melalui persetujuan DPRD No. 161/l l2lDPRD tanggal28 Maret 1990. Selamaini bekantan lebih dikenal mendiami hutan mangrove, hutan rawa, dan hutan tepi sungai. Kehidupannya di hutan mangrove (Salteret al. 1985; Bismark 1987), di hutan rawa (Yeager1989 1992), dan di hutan tepi sungai (feffrey 1979; Bennett dan Sebastian1988; Yeager l99l; Payne et al. 2000).
192 Bekantan:PerjuanganMelawan Kepunahan
Di Kalimantan Selatanprimata unik dan endemik ini menghuni hampir semua tipe habitat yane membentang mulai dari hulu sungai di pedalaman hingga ke muara sungai di pesisir. S?alaupun ada sungai yang bermuara di Selat Makassar,sebagianbesarsungai di Kalimantan Selatanadalah anak Sungai Barito yang bermuara di Laut Jawa. Dengan pedoman ini, jarak terjauh wilavah pedalaman ke laut (dalam hal ini Laut Jawa) lebih dari 300 kilometer. Bekantan tidak hanya menghuni hutan mangrove (seperti yang tersebar di Kabupaten Banjar. Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Kotabaru), hutan rawa rd: Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabuparen Barito Kuala), dan hutan tepi sungai (di Kabupaten Banjar, Kabupaten Tabalong), tetapi lus. tipe habitat yang lebih spesifik,yaitu hutan gelamM. cajuputi (Gambar I 1.lA) (Soendjoto dlu 2001), hutan karet (H. brasilienils)(Gambar I l.B) (Soendjoto 2005; Soendjoto dkk 2002, 200_i; 2003b,2005,2006; Soendjoro dan Nazaruddin 2012), hutan sengon (p. falcataria) (Gambz: 1 l.lC) (Soendjoto 201 l), dan bahkan hutan yang tumbuh di ataskarst atau bebatuan (Soendl..::
dkk2013).
Gambar I l.l Bekantandi hutan gelam (A), hutan karet (B), dan hutan sengon(c) tDoi
20r2)
---:r;::
Fenomenapenghunian tipe-tipe habitat itu tergolong menarik, termasuk hutan karer \'3o{ - r:c-a, pada kesempatan ini. Hutan karet pada umumnya dikelompokkan sebagaikawasan b-:.,:- ; tumbuh di lahan yang dikuasai oleh individu (perorangan)atau kelompok masyarakar m;-:-.;.-;$*d adat), beradadi luar kawasankonservasidan/atau termasuk areal penggunaanlain (-\PL
BAB 11 Bekantandi Hutan Karet 193
{i^:jan vang dikelompokkan seperti itu sangat rawan terhadap perubahan. Perubahan (lebih -::,i:nva pengalih fungsinya) yang terjadi di sini semakin cepat karena aktivitas manusia terurama - :n kaitannya dengan pengalih fungsian hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan sawit, ' r.:::rukiman, atau perindustrian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari semakin pesat i'erlangsung semakin cepat. W'ajar, apabila kemudian laju penurunan populasi primata ini -:. .i:.g menghuni atau beradaptasidengan hutan ini pun semakin meningkat. Penangananmasalah '' .:m kerangka pelestarian bekantan di kawasan seperti ini tentu tidak semudah penanganan :::salah berkaitan dengan pelestarianbekantan yang menghuni kawasanhutan, baik yang berupa :uran produksi, hutan lindung, maupun hutan konservasi.
Sejarah Tiea kondisi dapat menjelaskansejarahbekantandi hutan karet. Sejarahini menjelaskanmekanisme '.ang bekerja sehingga bekantan pada akhirnya mampu hidup di tipe hutan tersebut. Pertama, satv dari sekian tipe habitat bekantan adalah hutan tepi sungai. lJnsur penting bagi bekantan di hutan ini adalah berbagaispesiestumbuhan yang berpotensi sebagaisumber pakan. Sumber pakan itu antara lain permot (P. foetida), waru (,Fl tiliaceus),laban (V.pinnata), rengas(G. rengha), dan loa F. uariegate).lJnsur penting lainnya adalah sungai sebagaisumber air (Soendjoto dkk 2005). Kedua, sebelum hutan dibuka dan jalan darat dikembangkan, sungai merupakan bagian utama dan tidak terpisahkan dalam rangkaian aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan sungai dan daerah sekitarnya untuk berbagai keperluan. Masyarakat membangun permukiman, pasar,dan pusat aktivitas masyarakatdi atassungai dan atau di tepi/bantaran sungai. Menggunakan sungai sebagaiprasaranatransportasi untuk bepergian dari satu permukiman ke permukiman lain, dari satu lokasi ke lokasi lain, atau dari rumah ke ladang. Mereka membuka lahan di tepi sungai dan menanaminya dengan tanaman pangan (terutama penghasilkarbohidrat, sepertipadi, jagung, singkong, ubi, dan/atau penghasilsayuran,seperrikacangpanjang, menrimun, terong, dan cabai) untuk pertama kalinya hingga lahan tidak produktif. Ketiga, tanaman karet dibudidayakan di Kalimantan Selatanuntuk menghasilkan getah karet sekitar awal abad 20. Karet memang bukan tumbuhan asli Indonesia.Tumbuhan asli dari Brazil (Amerika Selatan) ini dimasukkan ke wilayah Indonesia (terutama Sumatera) sekitar dekade 1900-an oleh pemerintahan Hindia Belanda (Tim PenebarSwadaya2008). Getah karet merupakan bahan baku utama untuk industri yang memproduksi barang/peralatanberkaret, seperti sarung rangan, alas sepatu,lis jendela, mainan anak-anak, peralatanlistrik, ban berjalan (conuelor),dan jok atau ban kendaraan. Pohon karet digunakan sebagaipenanda atau batas wilayah yang menunjukkan bahwa lahan sudah dikuasai oleh seseorangatau komunitas (masyarakatadat). Penanaman karet dilakukan setelah lahan ditanami dengan tanaman pangan (pada umumnya padi) dua atau tiga kali berturut-turut dan kemudian dianggap tidak produktif lagi. Kondisi itu membuktikan bahwa adaptasi bekantan di hutan karet terjadi pada awal abad 20 (Gambar
rr.2).
194 Bekantan: Periuangan Melawan Kepunahan
Gambar 11.2 Bekantan betina dan anaknya di hutan karet (Dok. Nazaruddin 2012) Soendjoto dkk (2003) menjelaskan mekanismenya sebagaiberikut. Hutan tepi sungai menyediakan hijauan sumber pakan dan air serta menjadi tempat beristirahat, tempar bersembunyi, dan tempar bermain bagi bekantan. Ketika hutan ini ditebang habis, dijadikan ladang, dan kemudian ditanami karet, bekantan harus mengungsi atau menyingkir ke pedalaman atau ke hutan yang kondisinya masih relatif baik. Lokasi pengungsian bekantan biasanya tidak jauh karena luas lahan yang dibuka masyarakat sesuai dengan kemampuan, yaitu antara satu hingga dua hektar setiap kepala keluarga. Jarak ini membuat bekantan masih bisa menjangkau sumber air untuk mendapatkan air, sumber dayayangtidak bisa ditinggalkannya dan merupakan kebutuhan mutlak. Soendjoto dkk (2003) menambahkan bahwa di pengungsian, bekantan tenru perlu pakan dan air. Untuk mencari pakan dan air ini bekantan menjelajah dan melewati lahan yang telah dikonversi (sementara untuk ladang dan dalam jangka waktu relatif lama untuk hutan karet). Di lahan ini bekantan memakan atau setidaknya mencicipi hijauan dari tumbuhan itu. Metode coba dan salah (trial and enor) bisa jadi dilakukan oleh bekantan. Jika hijauan itu disukai dan ternyata kemudian sesuaidengan pencernaannya, hijauan itu pasti akan dijadikan pakan untuk sererusnya. Tumbuhan penghasil hijauan itu adalah karet dan/atau tumbuhan lain yang tumbuh di anrara tanaman H. brasiliensls,seperti H. pubescens,E. stipularis, dan A. teysmanii. Fenomena serupa terjadi juga pada bekantan yang hidup di hutan sengon hasil revegetasidi lahan bekas tambang sekitar 15 tahun lalu (Soendjoto 2011). Pada awalnya bekantan hidup di hutan yang menyediakan pakan yang mampu menghidupi individu dan kelompok. Informasi kehadiran
BAB 11 Bekantan di Hutan Karet 195
rn*;rr:;.:-.r:da saatitu diperoleh dari rona awal pada dokumen AMDAI. Ketika hutan ini dibabat .!&r,r:r : ;: - r.:ra di lapisan bawah lahan itu ditambang menyebabkan bekantan mengungsi ke lokasi "o r:i--.:n..'a. Selanjutnya, setelahpenambangan selesaiserta lahan direklamasi dan direvegetasi, srlT;;: berangsur-angsurkembali ke lokasi asal. -:. l'= es,in sedikit berbeda berkaitan dengan kehadiran bekantan di hutan tepi kiri dan kanan it"m,g;-iebamban pada jarak sekitar 25 menit perjalanan dengan ketinting (klotok kecil bermesin) oar- ':::ibaran Sungai Sebamban,Desa SebambanLama, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan ic;=-- ke arah hilir. Lahan hutan, baik di tepi kiri maupun di tepi kanan sungai pernah ditempati m*:*,::r penggergajiankayu (sawmilf sampai dengan industri ini tutup pada tahun 2000. Hutan rF,L -.i.:-nan disebut hutan Amat Nunur dan tepi kiri disebut Rawan. Keduanya adalah nama lc----r< indusrri itu. bekantan di hutan yang lahannya bekas industri ini bisa jadi melalui mekanisme atau bisa jadi juga melalui pendudukan. Mekanisme pertama terjadi, bila pada -:-s.rnssian r::JJsi as'al hutan ini memang dihuni bekantan. Bekantan mengungsi ke lokasi sekitarnyaketika i-s;diran
-r--ir-r.rriberdiri dan beroperasi.Selanjutnya, bekantan kembali ketika industri ini tidak ada lagi :;:: huran tumbuh kembali secaraalami. Mekanisme kedua terjadi, bila pada kondisi awal hutan ::c-ili dihuni bekantan. Bekantan hadir setelahindustri tutup dan hutan berkembang. \{:kanisme mana yang beroperasipada bekantan di Sungai Sebambanini tidak diketahui dengan r:-ori. Informasi tentang kehadiran bekantan pada kondisi awal atau sebelum industri berdiri tidak :-p'eroleh. Baik mengungsi dari lokasi asalke lokasi baru maupun menduduki lokasi baru adalah rrategi bekantan untuk mempertahankan hidupnya, baik sebagai individu maupun spesies. Dengan mekanisme ini, bekantan telah: 1. menambah keragamanpakan, l.
menjauh dari gangguan atau aktivitas manusia,
3.
menyebarkanpopulasi yang semakin bertambah (dispersa[),dan
1.
melakukan adaptasidengan suasanabaru di lokasi tetuanya.
Jenisdan KomposisiPakan Jumlah jenis tumbuhan pakan bekantan di hutan karet relatif banyak ragamnya. Di lokasi sampel (hutan karet Desa Simpung Layung, Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong) ditemukan delapanbelasjenis tumbuhan pakan (Tabel 11.1). Sementaraitu, di lokasi lain yang tidak dijadikan sampel diperoleh tujuh jenis (Tabel I 1.2). Sebagianbesarbagian tumbuhan yang dimakan bekantan adalah daun.
196 Bekantan: PerjuanganMelawan Kepunahan
Tabel 1 l.l
Jenis dan komposisi tumbuhan pakan di Kecamatan Mura (lokasi sampel)
lLNi:*1ri$$=:=5 11-.._* '1. . 'oil.*nc.ni -,
r-$lii5i';,ii : '*.it;riiFffi.ES
i .,.'
Dtlbnta'xrefu,
'
d
kebun karet Desa Simpung Layung,
.-t
;;
t,,
!r,,..==' ,.,.,-
- a-= t=: l
o
'''rr" ,
2.
Efaeaocarpaceae Ekeolarpas stipularis
Bangkinang burung
22
3.
Euphorbiaceae
Hcucabrasikmsk
Ka;et
L64
iigo
4.
Hypericaceae
Cranxylnm crebincflinensis..,
Mampat
r6
,.lG
Artotirpi*eo*grr, ,Tiw*dak
,15 iq
5= . Moraceaq 6. Moraceae t= ?= Moi".*, 8.-. Mynaceae 9:::r Myrfeeeae
A. tcymanii
Tiwadak b*yu iWbai"*a***, IQrri*.*114' gy4s stipfi&a iiijam;' S..polyaatlium .," Salam, duhat
Myrtaceae
::i. S.pytfali*m'..-
Myrl4ceae
SyaygiumJp. I
12.
Myrraceae
13.
Palmae
$zygiam sp.2 Arengapinnata
14.
Palmae
t 5.
Rosaceae
16.
Symplocaceae
8m7loc3y cochinehinensis
17
V
Vikx pubescerc"t'' Al$an
10. . I l.
:
Is. T+
lceae
Seni merah - -l _,.:,_.-
Sal?{lllaki, Ar*"' : Cahmusscipionam -..Rubusmolarana B;b e b' .
TT "'
Geminting
'. .:a.:::
.t7 t7+
-
--tl
:.:::, 6,
;
,.= 2L
,,'t
',,,4 t1
. '= ": == * 1.
* 6
t-8
..
;, I
79 4 1
t',.,
:l
24 4
4
7.. tg
o
,.f ', t3 l',,',
.._' 35
':,,.,,,,Lumut ',.
Persentase
-
.:,: T
:t
':
.::
:
6 514 Sorg
)) 6' 637too
Sumber:Soendjotodkk (2006) Keterangan: rr.ritodgyang digunakanIARF; 2) TT = tak teridentifikasi;D (Daun); Ba (Bunga);Bh l) (buah),Kb (kulit batang) Tabel 11.2 Jenis dan komposisi tumbuhan pakan di kebun karet selain Desa Simpung Layung
F-+['';ffi=[l.'"'. Durio'k*t4ens* Garcinia paruffiara 3, Gtuarengb* 4,"' Musaspp. 1. Pangiamedale 2.
*$'ffiffi*{'.=*uil-
Pampakin Kumanjing
Bungi B;ah
LM: Des* Binjai, KecamatanMuaraUya
Jingah Pisang
Daun pucuk
PL: DesaKaong KecamatanUpau
Buah Buah
LM: Desa PasarBaru, Kecamatan Muara Uya PL: Desa Satupulut, KecamatanHaruai
r\luwaK
PL: Desa Bilas, KecarnetaoUpau'
BAB 11 Bekantan di Hutan Karet 197
I lenis dan komposisi tumbuhan pakan di kebun karet selain Desa Simpung Layung lanjutan) D'
b.iloi.h
6
ft
Slaz
sp,
lLo.bf.l Terong
lobanm JenS
rcndjoto dkk (2006)
Bqianymg dis&n Buah Daun,buah
klch.tr&te&nloleri Haruai Kecamatan PL: DesaJabang, Murung Pudak LM:DesaJaingHilir, Kecamatan
,lll;iiitfi:il
r=sr-:xaragaman
pakan tidak hanya dilakukan oleh bekantan di hutan karet, tetapi juga oleh !rc:r*L:::r di ripe-tipe habitat lainnya. Di hutan tepi sungai sekitar mangrove di Sarawak,Salter el i{r., : ii r menemukan sedikitnya 90 spesiestumbuhan pakan. Di hutan rawa Taman Nasional " ii: -:'rg Puting, Yeager(1989) menemukan sedikitnya 47 spesies.Sementaradi hutan mangrove i;-:.:rria Koala, Kalimantan Timur Alikodra (1997) menemukan 22 spesies. Ir:g:n menganekaragamkantumbuhan dan jenis pakan, langsung atau ddak langsung bekantan 'r,i:.!'-rnekaragamkankebutuhan akan nutrisi (Soendjoto dkk 2006) serta mengefisienkanenergi '' .;.n p€ncernaanpakan, mendapat gizi lebih baik, dan menghindarkan pengaruh racun (Bismark : i... . \utrisi yang tidak ada araukurang dikandung pada.jenistumbuhan tertentu dapat dipenuhi ;::- dilengkapi dengan memakan jenis tumbuhan lain . l -:nbuhan pakan yang beragam menjadi bukti bahwa bekantan menyukai hutan karet. Primata :-. iidak pernah ditemukan hadir di kebun karet (Gambar 11.3). Hutan karet adalah lahan yang :-:umbuhi secaradominan dengan karet dan di lahan antara tanaman karet ditumbuhi banyak ,resies tumbuhan lainnya, mulai dari yang tak berkayu hingga yang berkayu. Selain spesies :-imbuhan sumber pakan, beberapa spesiesyang ditemukan di hutan ini adalah girang merah Leea indica), delek air (Memecyhn edule), mahang (Macaranga triloba), pinang (Areca catecltu), bidaraan (Merremia peltata), jengkol (Pithecelobium jiringa), sungkai (Peronema canescens), berbagaibambu, dan berbagaispesiesrotan. Tumbuhan selain karet yang tumbuh di hutan karet ini jarang dimatikan. Hal ini berbeda dengan kebun karet. Kebun karet adalah lahan yang ditanami karet, tetapi rumbuhan lain yang tumbuh di sela-selapertanaman karet tidak dibiarkan tumbuh (kecuali rerumpuran setinggi maksimal lima sentimeter).Tumbuhan berkayu atau tak berkayu selainkaret vang tumbuh di kebun karet dianggap sebagaitumbuhan penggangguatau gulma. Tumbuhan ini bersaing dengan karet untuk memperoleh hara sehingga dipastikan mengurangi produksi yang berupa getah karet. Oleh karena itu, jenis-jenis tumbuhan ini secaraberkala dimatikan dengan cara disemprot herbisida atau ditebas. Hutan karet pada umumnya dikuasai oleh masyarakat, sedangkan kebun karet dikelola oleh perusahaannegara atau perusahaanswastamelalui HGU (hak guna usaha), baik dalam bentuk kebun inti maupun kebun plasma.Bisadimaklumi kemudian bahwa hutan karet dipenuhi beragam spesiestumbuhan, sedangkankebun karet tidak demikian. Biaya pemeliharaanatau pembersihan hutan karet dari tumbuhan lain menjadi kendala atau beban keuangan bagi masyarakat.Sebaliknya, perusahaan tentu tidak menjadikan biaya sebagaikendala.
198 Bekantan:PerjuanganMelawanKepunahan
Gambar 11.3 Bekantan menyukai hutan karet (A) daripada kebun karet (B) (Dok. Soendjoto
2oo6) a \.
I
)lmpuan 1.
Menghuni hutan karet merupakan pola adaptasi bekantan terhadap kerusakan habitat.
2.
Hutan karet berbeda dengan kebun karet karena di hutan karet menyediakan berbagai keperluan hidup bekantan seperti pakan, tidur, dan tempat bersembunyi.
Daftar Pustaka Alikodra HS. 1997. Populasi dan perilaku bekantan (Nasalis Kalimantan Timur. M edia Ko nseraasi 5 (2) : 67 -7 2.
lnruatu) di Samboja Koala,
Bennett EL, AC Sebastian. 1988. Social organization and ecology of proboscis monkeys (Nasalis laruatus) in mixed coastal forest in Sarawak. Intemational Journal of Primatolag. 9(3): 233-
255. Bismark M. 1986. Studi Habitat dan tingkahlakubekantan(Nasaliskraatu) di Taman Nasiond Kutai. Buhtin PenelitianHutan. (474):57-79. BismarkM. 1987.Sosioekologibekantan(Nasalislaruatus)diTaman NasionalKutai, Kaliman"" 2l(2-4): 24-35. Timur. RimbaIndonesia. IUCN UUCN Red List of ThreatenedSpeciesl.2013. Version 2013.1. fdiaksespada:w..--. iucnredlist.orgJ. [diunduhpada:04 Ags 2013). JeffreySM. 1979.The proboscismonkey,somepreliminaryobservations.Tigerpaper.6(l):i{ PayneJ,CM Francis,K Phillipps,SN Kartikasari.2000.Mamaliadi Kalimantan,Sabah,Sarasz-ii 'WCS-IndonesiaProgram, & BruneiDarussalam. Jakarta.
BAB 11 Bekantan di Hutan Karet 199
ialter RE, NA MacKenzie, N Nightingale, KM Aken, P Chai PK. 1985. Habitat uses,ranging behaviour, and food habitats of the proboscis monkey (Nasalis laruatus van \X/'urmb), in Sarawak.Primates.26(4): 435451. Adaptasi bekantan (Nasalis laruatus\furmb) terhadap hutan karet: studi kasusdi Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan [disertasi].Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Soendjoto MA.2005.
Institut PertanianBogor. Soendjoto MA.
Bekantan (Nasalislaruatu) di hutan sengon.Meratus. l(4): 13-15.
Soendjoto MA, Djami'at, Johansyah,Hairani. 2002. Bekantan juga hidup di hutankaret. Warta KonseruasiLahan Basah. lO(4) : 27 -28. Soendjoto MA, HS Alikodra, M Bismark, H Setijanto. 2006. Jenis dan komposisi pakan bekantan (Nasalis laruatus \7'urmb) di Hutan Karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Biodiuersitas.7 0) : 34-38. Soendjoto MA, HS Alikodra, M Bismark, H Setijanto. 2003a. Komunikasi vokal pada bekantan (Nasalis kraatus). Media Konseruasi.8(3) : 1 I3-l 16. Soendjoto MA, HS Alikodra, M Bismark, H Setijanto. 2003b. Persebarandan status habitat bekantan (Nasalis laruatus) di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Media Konseruasi.
8( 2 ) :45 - 5 L Soendjoto MA, HS Alikodra, M Bismark, H Setijanto. 2005. Yegetasi tepi-baruh pada habitat bekantan (Nasalis laruatus) di Hutan Karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. B iodiuersi tas.6(l) : 40-44. Soendjoto MA, M Akhdiyat, Haitami, I Kusumajaya.200l. Bekantan di hutan gelam: quo vadis? Warta Konseruasi Lahan Basah.l0(l): l8-19. Soendjoto MA, M Rabiati, lJsman, H Muhardiansyah. 2013. Sebarandan StatusBekanran (Nasalis laruatus) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.Dalam: P. Kuswandi, A 'Wlbowo (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Pendidihan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, UniuersitasNegeri Yogtaharta, 19 Nouember 2013, h. B-155-8-164. Soendjoto MA, Nazaruddin. 2012. Distibution oF the proboscis monkey (Nasalis laruanrs) in Balangan District, South Kalimantan, I ndonesia. Tigerpaper. 39 (2) : | -7 . Tim Penebar Swadaya. 2008. Panduan Lenghap Karet. Jakarta: Penebar Swadaya. YeagerCP. 1989. Feedingecologyof the proboscismonkey (Nasalislaruatus).InternationalJournal of Primatologt l0(6): 497-530. Yeager CP. 199 1. Possible antipredator behaviour associatedwith river crossingsby proboscis monkeys (Nasalislaruatus). Am. J Prim. (24):61-66. Yeager CP. 1992. Changes in proboscis monkeys (Nasalis laruatu) group size and densiry at Tanjung Puting National Park, Kalimantan Tengah, Indonesia. Tropical Biodiuersiry.l(l):
49-55.