Novelet Rasiah Kodeu Binér dalam Dunia Detektif Remaja Oleh Nurul Aini Abstrak Skripsi ini berjudul Novelet Rasiah Kodeu Binér Dalam Dunia Detektif Remaja. Dalam penelitiannya ini penulis menggunakan novelet Rasiah Kode Binér (RKB) karya Dadan Sutisna terbian Kiblat cetakan pertama tahun 2010 dengan menggunakan kajian strukturalisme dan pola-pola detektif sebagai alat untuk membongkar kebenarannya. Karena dianggap sesuai dengan genre yang terdapat pada RKB itu sendiri yakni cerita detektif remaja. Fungsi struktural di sini adalah untuk menelusuri alur dan juga tokoh-penokohan yang ada di dalam RKB, sedangkan pola-pola detektif berfungsi untuk mengukur sejauh mana nilai kedetektifan yang ada dalam cerita RKB.
Dari penelitian ini dapat penulis
simpulkan bahwa RKB memenuhi syarat (7 dari 10 pola-pola detektif) sehingga dapat dikatakan bahwa unsur misteri pada RKB bukan hanya dari judulnya saja melainkan dari isi ceritanya pun memenuhi syarat untuk dapat dikatakan sebagai cerita detektif yang dikhususkan untuk pembaca remaja (Sunda). Abstract This thesis is titled "Rasiah Kodeu Biner in the Detective World of Adolescent" . In this study, Rasiah Kodeu Biner (RKB), written by Dadan Sutisna and published by Kiblat in 2010, is studied by using the theory of structuralism and the patterns of detective. The structuralism theory used to trace the plot and characterizations in the RKB, whereas patterns of detective theory used to measure how far the value of detective things in the RKB is. As the result of the study, it can be concluded that the RKB can be classed as a detective story that is devoted to adolescent readers. Kata kunci: Sturkturalisme, Remaja, Pola-pola Detektif, Petualangan, Kode Biner, Surat Wasiat.
*Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ilmu Budaya Univ. Padjadjaran Kajian Sastra.
1
Pendahuluan Bagaimana teknik penceritaan dalam novelet RKB? Bagaimanakah pola-pola detektif dalam novlet RKB? Berdasarkan jenis pembacanya, sastra terbagi dalam tiga jenis (genre), yaitu sastra anak, sastra remaja dan sastra dewasa. Pada dasarnya, setiap genre sastra memiliki ciri khasnya masing-masing yaitu, setiap karya fiksi yang dibuat memiliki permasalahan yang disesuaikan dengan jenis pembacanya. Novelet Rasiah Kodeu Binér (selanjutnya disingkat menjadi RKB) merupakan novelet bergenre (sastra) remaja yang mengusung tema detektif atau kerahasiaan di dalamnya. Novelet RKB menceritakan empat tokoh remaja yang memiliki kepribadian yang cerdas dan pemberani selain itu novelet ini juga memasukan ilmu komputer dan matematika, yakni kode biner. Sastra remaja sendiri, menurut Holland (dalam Taufik Ampera, 2011), merupakan karya apa pun yang dapat dibaca oleh setiap remaja pada setiap kesempatan. Holland menegaskan bahwa jenis bacaan itu tergantung sepenuhnya pada setiap individu remaja yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan minat. Berdasarkan kedua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sastra remaja adalah karya yang secara khusus ditulis sebagai bacaan remaja, isi kandungan sesuai dengan minat dan dunia remaja. Minat bacaan sastra remaja itu sendiri terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun), dan remaja akhir (16-18 tahun). Melalui sastra, pembaca remaja dapat menemukan pengalaman hidup dan dapat membantu remaja untuk mencapai pemahaman tentang kehidupan itu sendiri. Karena di dalam sebuah karya sastra selain memberikan pengalaman hidup, di dalamnya terdapat konsep disiplin lain, seperti ilmu pengetahuan alam, sosial, dan juga seni yang dibuat dalam bentuk bacaan yang lebih familiar. RKB pun dalam hal isi memiliki ciri diatas, di dalamnya terdapat sebuah ilmu pengetahuan
(matematika
dan
komputer),
oleh
karena
itu
penulis
menggunakannya untuk penelitian tugas akhir penulis. Untuk dapat mengungkapkan semua teka-teki yang terdapat dalam RKB, kajian struktural dengan pendekatan objektif yang penulis anggap cocok. Karena
2
cerita merupakan deretan peristiwa yang terjadi sesuai dengan urutan waktu. Secara kronologis, dalam sebuah cerita fiksi, urutan peristiwa itu sering disiasati dan dimanipulasikan sehingga tidak dapat disebut cerita sederhana. Peristiwa yang dikisahkan tidak harus urut dari awal sampai akhir, peristiwa dapat dimulai dari titik peristiwa mana saja. Tidak jarang kita mengalami kesulitan untuk menentukan peristiwa yang terjadi sebelum atau sesudah peristiwa lainnya. Dalam hal ini pemplotan memiliki peran yang sangat penting, sebuah cerita, tokoh, amanat dan lain sebagainya bisa dengan mudah bahkan sulit disampaikan jika teknik pemplotannya tidak baik. Oleh karena itu kajian struktural dengan pendekatan objektif penulis gunakan sebagai teori yang dapat membuka semua “isi” (makna, tujuan, ide, keterhubungan dll) yang ada dalam cerita RKB secara lebih jelas, karena fokus penelitiannya adalah teks dan segala aspek yang ada dalam cerita RKB. Selain itu penulis pun menggunakan teori dari Ronald Knox mengenai sepuluh syarat pola-pola detektif dalam sebuah cerita fiksi, yaitu 1) Kehadiran tokoh kriminal di awal cerita, 2) Semua yang berhubungan dengan ilmu mistis tidak diizinkan, 3) Satu ruang rahasia yang diizinkan, 4) Tidak ada racun yang belum diketahui penjelasan ilmiahnya, maupun alat yang akan membutuhkan penjelasan ilmiah yang panjang di akhir cerita, 5) Orang Cina tidak harus ada dalam cerita, 6) Kejahatan tidak dilakukan oleh detektif itu sendiri 7) Kriminalitas tidak dilakukan oleh detektif itu sendiri, 8) Pengungkapan misteri yangmasuk akal, 9) Detektif yang lebih pintar dibanding tokoh lain, dan 10) Tidak diizinkan ada tokoh yang berperan ganda sebagai penjahat dan detektif. Dengan demikian penulis dapat mengetahui hubungan antarunsur dari struktur cerita dan mengetahui bagaimana pola-pola detektif yang ada di dalam novelet RKB itu sendiri.
Pembahasan Novelet RKB merupakan cerita remaja yang mengusung cerita detektif sebagai latarnya. Tokoh utama dari novelet ini adalah empat sekawan, yaitu Diran, Anis, Emod dan Rina, mereka adalah remaja yang masih duduk di bangku sekolah
3
menengah pertama (SMP). Di dalam isi cerita novelet RKB terdapat satu ruang rahasia yang harus Diran dkk pecahkan yakni, surat wasiat Pak Sukaya. Sebelum berhasil memecahkan isi surat tersebut, Diran dkk harus melalui hari-hari yang tidak biasa, mulai dari hilangnya Emod, menyamar jadi Tukang salon toilet dan orang gila. Mereka lakukan semua ini untuk bisa membebaskan Mang Sudira dari sekapan Ibu Ening, yaitu Istri ke dua Pak Sukaya yang nantinya akan mengantarkan mereka pada riwayat hidup Pak Sukaya dan isi dari surat wasiat tersebut. Teknik Penceritaan Novelet Rasiah Kodeu Binér Alur Novelet RKB Langkah-langkah yang penulis ambil dalam menganalisis struktur (teknik penceritaannya) cerita RKB ini adalah dengan menganalisis Situation, Generating Circum Stances, Rising Action, klimaks dan yang terakhir menganalisis pemecahan masalah yang dihadapi mulai dari awal hingga akhir cerita. Untuk lebih lengkapnya, analisis Novelet RKB dapat dilihat pada pembahasan di bawah ini Situasi Berikut ini adalah contoh data dari situasi yang sedang berlangsung di awal cerita, dimana Diran sedang menjelaskan perihal surat yang telah ia temukan. ...“Naon maksudna nu kieu patut diributkeun?” Emod melong ka Diran. “Aéh-aéh, gagabah nyebut nu kieu patut, cék uing mah penting éta téh!” “Lebah mana pentingna? Ieu mah sidik jijienan budak taman kanak-kanak. Gambar papageran jeung eendogan. Tah, manéhna keur diajar nulis angka hiji jeung angka enol!” cék Emod bari nunjuk kana keretas. (RKB 2010:17) ...“Apa maksudnya yang seperti ini diributkan?” Emod memandang Diran. “Eh eh, jangan gegabah menyebut yang seperti ini, menurut saya penting!” “Sebelah mana pentingnya?” Ini jelas dibuat oleh anak TK. Gambar pagar-pagaran dan telurteluran. Nah, mereka sedang belajar menulis angka satu dan
4
angka nol!” kata Emod sambil menunjuk pada kertas”. (RKB 2010:17) Dari kutipan di atas memperlihatkan bahwa situasi awal cerita RKB adalah sebuah perdebatan antar Diran dkk mengenai surat wasiat yang bertuliskan angka 1 dan 0, yang di temukan oleh Diran di gudang rumahnya. Peristiwa Mulai Bergerak (Generating Circum Stances) Peristiwa mulai bergerak ketika Diran dkk, memfotokopi surat wasiat agar mereka memiliki salinannya, jadi ketika surat yang asli hilang atau rusak mereka tidak merasa khawatir karena masih memiliki salinannya. Seperti yang dijelaskan pada kutipan dibawah ini. ...”Éta surat sina difotokopi heula ku Emod...” “Naha?” “Nya ambéh aya dua-tiluna. Jadi mun leungit aya kopianana...” (RKB 2010:23) ...“Suratnya difotokopi dulu oleh Emod...” “Kenapa?” “Ya biar ada dua-tiganya. Jadi jika hilang ada kopiannya...” (RKB 2010:23) Kutipan di atas menunjukan bahwa Diran dkk secara tidak langsung mulai bergerak untuk meneliti isi surat wasiat yang mereka pegang dengan mengkopinya menjadi beberapa lembar, agar ketika mereka kehilangan surat yang aslinya mereka masih memiliki salinannya . Keadaan Mulai Memuncak (Rising Action) Kembalinya Emod merupakan sesuatu hal yang menggembirakan, terlebih ia kembali dengan selamat, namun Rina masih merasa khawatir oleh karena itu Rina
menyuruh
Diran
diantar
oleh
Ayahnya.
Berikut
kutipan
yang
menggambarkan kebahagiaan dan kekhawatiran Rina. ...“Halow... naon atuh, Dir, tunduh yeuh... kumaha? Ah, nu bener... tapi teu ku nanaon?.. nya sukur ari salamet mah... bahaya? Naon anu bahaya téh? ... Euh, énya atuh gawat... aya di dieu Anis mah... nya isuk wé ka dieu, tapi kadé di jalanna. Mun bisa mah dianteur ku bapa Diran... tah enya kitu... nya... dadah....”(RKB 2010:48-49)
5
...“Halo.. ada apa, Dir, ngantuk nih.. bagaimana? Ah, yang benar... tapi tidak apa-apa?... syukur jika selamat... bahaya? Apa yang bahaya?... oh, ya gawat.. Anis ada di sini... Besok ke sini saja ke rumah, tapi hati-hati di jalannya. Kalau bisa diantar oleh Bapak Diran.. ya seperti itu.. ya... dadah...” (RKB 2010: 48-49) Kembalinya Emod adalah tanda bahwa keadaan mulai memuncak, dimana Emod menceritakan situasi saat ia disekap oleh Amid dan kawannya. Ahmid memaksa Emod untuk menyerahkan surat wasiatnya, karena saat itu Emod melupakan suratnya ia terpaksa berbohong dan mengatakan bahwa surat wasiat itu tertinggal di warnet yang ada di jalan Basajan. Keadaan ini nantinya akan membawa cerita pada klimaks. Klimaks Setelah diskusi panjang dan masuk ke bagian Anis yang menyamar untuk membebaskan Mang Sudira, peristiwa pun mencapai klimaks ketika terungkapnya kisah kehidupan yang diceritakan oleh Mang Sudira dan terungkapnya isi surat wasiat Pak Sukaya. Seperti yang tergambar pada kutipan di bawah ini, di mana proses diskusi tengah berlangsung. ...“Nurutkeun uing mah kieu. Éta kodeu binér téa pasti penting pisan, pasti aya maksudna. Buktina aya jelema nu néangan éta keretas. Naha bét aya di gudang imah uing? Naha bét diantep dina keméja? Tah éta nu keur dipikiran téh. Sakitu ti uing mah!” (RKB 2010:63-64) ...“Menurut pendapat saya seperti ini. Kode biner pasti sangat penting, pasti memiliki maksud tertentu. Buktinya ada orang yang mencari surat itu. Kenapa bisa ada di gudang rumah saya? Kenapa bisa disimpan di kemeja? Nah itu yang sedang saya pikirkan. Sekian dari saya!” (RKB 2010:63-64) Klimaks dari cerita RKB ini adalah dimana Diran dkk mulai mendiskusikan hubungan surat wasait dengan Pak Sukaya, Mang Sudira dan Bu Ening. Untuk siapakah surat wasiat tersebut, serta keputusan Diran dkk untuk menyamar dan membebaskan Mang Sudira dari sekapan Ibu Ening, merupankan bagian dari klimaks cerita RKB. Pemecahan Masalah
6
Di dalam keseriusannya Rina mencoba menerjemahkan isi surat wasiat Pak Sukaya. Sedangkan ketiga temannya hanya membuat keributan saja, hingga akhirnya Rina pun merasa sedikit kesal. ...“Gandéng!” Rina setengah nyentak. “Kuduna mah marantuan, urang jangar yeuh... internét! Mana internét? Rina butuh réferénsi!” (RKB 2010:95) ...“Berisik!” Rina setengah menyentak. Seharusnya membantu, saya pusing nih... internet! Mana internet? Rina butuh referensi!” (RKB 2010:95) Pemecahan masalah yang terdapat dalam RKB adala ketika Diran dkk telah memegang kesepuluh surat wasiat Pak Sukaya. Diran dkk berhasil memecahkan kesepuluh surat wasiat tersebut, yang berisikan mengenai pembagian harta warisan Pak Sukaya yang jumlahnya tidak sedikit. Akan tetapi pada pemacahan masalah ini tidak diceritakan nasib dari Ibu Ening, tidak disebutkan apakah dia dipenjara atau tidak. Pelukisan Tokoh dalam Novelet RKB Berdasarkan pengamatan penulis teknik penokohan yang digunakan oleh Dadan Sutisna dalam cerita RKB menggunakan teknik dramatik. Hal ini dapat dilihat ketika penggambaran beberapa tokoh RKB yang memang dibuat untuk tidak berbelit-belit, yang penggambarannya disajikan melalu pelukisan sikap, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya, seperti yang dapat dilihat pada kutipan dibawah ini. ...“Oh, muhun. Aéh, kumaha hasil lomba téh, Rin?” “Kénging, Bu. Itu pialana, Rina juara kahiji.” “Euleuh, geuning. Naha mani kakara wawartos atuh?” “Manawi téh Bapa tos nyarios ka Ibu.” “lomba naon kamari téh?” “lomba ngadamel program kanggo komputer, Bu. Tos pésimis Rina téh, soalna sainganana abot, ti SMP pavorit wungkul.” “Leuh, hébat geuning. Siga kumaha kitu lombana?” “Kitu wé, Bu. Ngetik kodeu program, teras dicobian jalan henteuna. Rina bobo heula nya bu...” (RKB 2010:9) ...“Oh, ya. Bagaimana hasil lombanya, Rin?” “Menang, Bu. Itu pialanya, Rina juara pertama.” Aduh, ternyata. Kenapa baru bilang?” “Jadi Bapak belum cerita ke Ibu.” Kemarin lomba apa?”
7
“Lomba membuat program untuk komputer, Bu. Tadinya Rina sudah pesimis, karena saingannya berat, dari SMP favorit semua.” Hebat ternyata. Seperti apa lombanya?” Begitulah, Bu. Mengetik kode program, kemudian dicoba jalan tidaknya. Rina tidur dulu ya Bu..” (RKB 2010:9) Pengarang dalam menggambaarkan tokoh cerita RKB tidak membuatnya menjadi sesuatu yang rumit, dikarenakan ini adalah cerita yang diperuntukan untuk remaja maka pengarang membuatnya sesederhana mungkin agak remaja yang membaca karyanya ini dapar memahaminya dengan baik, yaitu dengan menggunakan teknik dramatik (teknik cakapan, teknik reaksi tokoh, dan teknik pikiran dan perasaan) sebagai cara untuk mendeskripsikan sikap, watak, tingkah laku, bahkan juga ciri fisik tokoh-tokoh yang ada dalam novelet RKB. Hubungan Antarunsur cerita RKB Setiap hal di dunia ini memiliki keterkaitan begitu pula dengan karya fiksi, di dalam sebuah karya fiksi terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan. Struktur dalam cerita RKB yang penulis gunakan adalah alur di mana dalam alur tersebut penulis bagi lima sub yakni situasi, peristiwa mulai bergerak, keadaan mulai memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah. Situasi (awal) merupakan di mana pengarang mulai melukiskan sebuah awal cerita yang akan dibuatnya. Situasi awal cerita dari novelet RKB adalah ketika Diran menemukan sepucuk surat wasiat bertuliskan kode biner dan penganalan tokoh opat sadulur yaitu pada sub cerita Surat Ahéng. Ditemukannya surat wasiat ini akan membawa mereka ke dalam situasi yang tidak biasa untuk seorang remaja usia 12-14 tahunan, dan hal ini pun berkaitan pada kemunculan tokoh antagonis yang hadir pada sub cerita Nu Néangan Diran di mana tokoh antagonis ini datang ke rumah Diran dan sekolah untuk merebut surat wasiat tersebut, hal inilah yang menandakan peristiwa mulai bergerak yaitu, di mana peristiwa yang bersangkut-paut mulai bergerak. Terlepas dari peristiwa mulai bergerak, yang menandakan cerita akan masuk pada keadaan mulai memuncak/menegang melalui sub cerita Teu Mulang yang ditandai dengan kembalinya Emod dari sebuah penyandraan dua tokoh antagonis yaitu Ahmid dan Supir. Pada sub ini Opat Sadulur meengetahui bahwa
8
surat wasiat itu sangat penting bagi seseorang yang bernama Ibu Ening, namun mereka belum mengetahui seperti apa Ibu Ening itu sesungguhnya. Penyandraan yang terjadi pada Emod akan membawa mereka pada permasalahan yang jauh lebih beresiko yaitu pada saat mereka benar-benar mulai menyelidiki isi surat dan juga identitas Ibu Ening sesungguhnya yang merupakan bagian dari klimaks cerita. Dan cerita berakhir pada sebuah denoument atau pemecahan masalah, yaitu ketika Mang Sudira berhasil dibebaskan dan menceritakan masa lalu Pak Sukaya juga terpecahkannya surat wasiat Pak Sukaya oleh Opat Sadulur. Begitu pula dengan
pelukisan
tokoh
cerita
RKB,
di
mana
penamaan
dan
juga
pengkarakterannya disesuaikan dengan situai hingga denoument dengan baik. Penulis dalam penelitiannya ini menyimpulkan bahwa hubungan yang terjalin pada novelet RKB melalui penggambaran struktur alurnya ini cukup baik dan juga jelas. Hubungan antarunsur pada cerita RKB dimulai dari situation, generating circum stance,l rising action, climax, denoument hingga pelukisan tokohnya terjaga dengan baik, di mana awal penemuan surat wasiat oleh diran, penyandraan Emod, penyelidikan yang dilakukan Opat Sadulur, penyamaran Anis, pembebasan Mang Sudira dan juga pemecahan rahasia surat wasiat Pak Sukaya tersusun dengan terartur dan saling berkaitan. Diran, Anis, Emod dan Rina merupakan tokoh remaja cerdas yang menjadi peran utama dalam RKB, dari situasi awal hingga denoument pengarang konsisten menggunakan mereka sebagai tokoh utama dan surat sebagai objek penyelidikannya. Pola-pola Detektif dalam Novelet RKB Sepuluh dari syarat pola-pola detektif Ronald Knox, RKB hanya memenuhi 7, yaitu 1) Kehadiran tokoh kriminal di awal cerita, yang digambarkan dengan kehadiran Ahmid dan kawannya yang merupakan kaki tangannya Ibu Ening yang diperintahkan untuk mengambil sebuah surat wasiat di rumah Diran; 2) Satu ruang rahasia yang diizinkan, merupakan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Pak Sukaya, surat tersebut bertuliskan angka 1 dan 0 atau bisa kita sebut kode biner yang nantinya akan dibongkar oleh Diran dkk; 3) Hadirnya tokoh sesuai dengan latar, tokoh yang muncul dalam RKB merupakan remaja Sunda
9
masa kini, dimana mereka sudah mengenal media internet dan media elektronik lainnya dengan baik dan semua itu didukung dangan penggambaran latar serta situasi jalan dan perumahan yang ada di dalam cerita RKB yaitu sebuah kota metropolitan; 4) Pengungkapan misteri yang masuk akal, dikarenakan RKB merupakan cerita remaja yang mengusung tema kedetektifan maka di dalamnya terdapat sebuah misteri yang harus dipecahkan yang tentunya harus masuk pada logika pembaca, dimana pemecahan masalah harus sesuai dengan alat yang digunakannya, yaitu ilmu matematika dan komputer; 5) Kriminalitas tidak dilakukan oleh detektif itu sendiri, dalam hal ini dalam setia cerita detektif pelaku kejahatan tidak boleh detektif itu sendiri karena akan merusak dari alur dan logika cerita itu sendiri, begitu pula dengan RKB, pelaku kejahatannya merupakan Ibu Ening dkk, bukan Diran dkk; 6) Petunjuk yang dibicarakan sebelumnya, dalam cerita RKB merupakan surat wasiat milik Pak Sukaya; 7) Detektif yang lebih pintar dibandingkan tokoh lain, detektif identik dengan tokoh yang memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, kecerdasan yang melibih tokoh lain, dalam cerita RKB Diran dkk lah yang paling dominan dalam hal kepintaran, mereka bisa mengelabui Ibe Ening saat membebaskan Mang Sudira dan surta wasiat palsu. Selain ketujuh syarat di atas penulis juga menambahkan Kematian seorang tokoh sebagai syarat dalam sebuah cerita detektif, karena di dalam cerita RKB memang diceritakan ada seorang tokoh yang mati, akan tetapi tokoh tersebut bukan mati karena dibunuh melaikan dikarenakan menderita suatu penyakit yang parah, dan fungsi kematian disini adalah untuk menghidupkan surat wasiatnya. RKB dalam Pola Cerita Petualangan Setelah membahas novelet RKB dalam bentuk struktur dan juga pola-pola detektifannya, untuk lebih meyakinkan kembali apakah novelet ini sesuai untuk dikatakan cerita detektif remaja atau tidak, maka penulis akan menganalisisnya dari segi sikologi/psikologi remaja itu sendiri, terutama sikologi remaja dalam novelet RKB. Berikut analaisis yang akan penulis lakukan Gambaran Pencarian Jati Diri Remaja (Sunda) dalam novelet RKB
10
Berdasarkan tugas perkembangannya remaja berada pada tahap sedang mencari identitas diri, mereka akan mencoba meniru apa yang mereka anggap keren. Dan pada akhirnya banyak diantaranya yang memilih bergabung dengan geng motor karena mereka pikir hal tersebut sangat “keren” dan mereka pun biasanya akan berusaha lepas dari orang tua mereka dikarenakan meresa terikat dengan sosial groupnya. Buku adalah sebual media yang dapat membantu para remaja untuk menemukan jati diri mereka, tentunya buku tersebut harus benarbenar memuat isi yang baik dan tidak meyimpang dari moral dan agama. Di dalam isi cerita RKB, pengarang mencoba memberikan gambaran dan juga sugesti pada pembaca bahwa remaja (Sunda) digambarkan sebagai remaja yang cerdas, pemberani, setia kawan, saling memahami dan juga sopan. RKB secara tidak langsung memperkenalkan mereka (remaja) realita kehidupan yang mungkin saja terjadi pada beberapa orang, selain itu RKB juga memeperkenalkan ilmu pengetahuan yang mungkin tidak semua remaja mengetahuinya, yaitu ilmu komputer. Secara tidak langsung pengarang sepertinya ingin menyapaikan pada remaja (Sunda) bahwa mereka harus berkembang dan memiliki pola pikir yang maju agar mereka siap dengan era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung yang tentunya tanpa memaksakan diri. Karena mungkin saja dibeberapa daerah remaja (Sunda) masih banyak yang terkurung pada kekolotan pemikiran orangtua atau orang-orang yang ada disekelilingnya. Oleh karena itu RKB dapat dikatakan dapat menggambarkan bagaimana seharusnya remaja (Sunda) saat ini harus bergerak. Namun akan lebih baik jika pemikiran tradisional ini berjalan seimbang dengan pemikiran modern, baik dalam sebuah karya sastra maupun kehidupan nyata
Energi Berpetualang/Petualang yang Tergambar dalam Novelet RKB Sudah tidak asing lagi melihat remaja cenderung lebih aktif dalam hal mencari sebuah pengalaman dan juga jati diri mereka, namun peran orangtualah yang sangat mempengaruhi perkembangan mereka (remaja). Seorang remaja akan
11
menjadi lebih aktif dan memiliki jiwa petualang yang besar jika orangtua mereka telah membiasakan mereka dari kecil untuk lebih aktif berbicara di depan umum dan juga melatih mereka untuk lebih kreatif dan bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan saat itu maupun masa depannya. Begitu pula dalam novelet RKB, meskipun tidak terlalu banyak digambarkan oleh pengarang, peran orangtua membuat Diran, Anis, Emod dan Rina setidaknya menjadi remaja yang aktif dan juga memiliki imajinasi/petualangan yang cukup beragam. Dan pada dasarnya di setiap cerita detektif pasti terdapat satu objek misteri yang siap untuk dipecahkan, namun tanpa jiwa petualangan tidak terjaga dengan baik maka ceritanya pun akan sedikit membosankan. Karena akan berakhir seperti mengerjakan soal ujian tanpa belajar terlebih dahulu. Oleh karena itu dalam membuat sebuah karya fiksi pengarang haruslah memikirkan dengan baik kandungan cerita yang akan dibuatnya, agar pembaca tidak merasa disesatkan ataupun dibuat bingung dengan alur cerita yang tidak jelas sebab-akibatnya. Simpulan Dari penelitian yang penulis lakukan dapat penulis simpulkan bahwa hubungan yang terjalin pada novelet RKB melalui penggambaran struktur alurnya ini cukup baik dan juga jelas. Hubungan antarunsur pada cerita RKB dimulai dari situation, generating circum stance,l rising action, climax, denoument hingga pelukisan tokohnya terjaga dengan baik, di mana awal penemuan surat wasiat oleh diran, penyandraan Emod, penyelidikan yang dilakukan Opat Sadulur, penyamaran Anis, pembebasan Mang Sudira dan juga pemecahan rahasia surat wasiat Pak Sukaya tersusun dengan terartur dan saling berkaitan. Diran, Anis, Emod dan Rina merupakan tokoh remaja cerdas yang menjadi peran utama dalam RKB, dari situasi awal hingga denoument pengarang konsisten menggunakan mereka sebagai tokoh utama dan surat sebagai objek penyelidikannya. Sedangkan dari syarat pola-pola detektif sedikitnya RKB memenuhi 7 dari 10 syarat polapola detektif Ronald Knox, dan sudah bisa dikatakan bahwa RKB merupakan cerita detektif remaja berdasarkan judul dan isi cerita yang berbau detektif/misteri. Dan berdasarkan dari tugas-tugas remaja, novelet RKB menggambarkan
12
bagaimana remaja (Sunda) harus bertindak. Meskipun usia Diran dkk tergolong masih belia, namun karena bimbingan orang-orang yang ada disekitarnya cukup baik maka mereka tumbuh sebagai anak yang memiliki kepribadian yang cukup baik pula. Berkat lingkungan yang baik Diran dkk memiliki jiwa petualangan, keberanian, kritis dan kecerdasaan yang terjaga dengan baik berkat, keluarga, sekolah dan kehidupan sosialnya. Di kehidupan nyata pun hal tersebut bisa terjadi apabila pengarahan dan juga lingukungan sosialnya baik, karena bagaimana pun keluarga, sekolah dan masyarakat (lingkungan sosial) sangat berpengaruh untuk perkembangan seorang remaja yang notabene sedang pada tahap pencarian jati diri. Daftar Sumber: http://home.earthlink.net/~wordsintotype/DetectiveNovel.pdf http://www.mysterylist.com/declog.htm Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Cetakan ke-8. Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Press. Sutisna, Dadan. 2010. Rasiah Kodeu Binér. Cetakan pertama. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.
13