Novel ketika cinta bertasbih 1 dan 2 Karya habiburrahman el shirazy (kajian struktural dan nilai didik)
SKRIPSI
Disusun oleh : Septiningtyas Dwi Hapsari K1205005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
i
NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH 1 DAN 2 KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (Kajian Struktural dan Nilai Didik)
Oleh SEPTININGTYAS DWI HAPSARI NIM K1205005
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ii
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Swandono, M.Hum.
Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd.
NIP 19470919 196806 1 001
NIP 19540520 198503 1 002
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya seni yang mengandung unsur keindahan yang dapat memberikan penyucian jiwa atau katarsis. Karya sastra dapat memberikan bimbingan kepada manusia untuk mencari nilai-nilai kehidupan agar menemukan hakikat manusia untuk berkepribadian yang baik. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh pengarang lahir dari pandangan hidup dan daya imajinasi yang tentu mengandung keterkaitan yang kuat dengan kehidupan. Oleh karena itu, karya sastra tidak dapat terlepas dari konteks sejarah dan sosial budaya masyarakat. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Teeuw (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1997: 223) bahwa karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya. Ini berarti bahwa karya sastra sesungguhnya merupakan konvensi masyarakat. Karya sastra juga merupakan tanggapan seorang pengarang terhadap dunia yang dihadapinya, di dalamnya berisi pengalaman-pengalaman pengarang sendiri, pengalaman orang lain, dan atau pengalaman sekelompok masyarakat. Seorang sastrawan dalam menuangkan karyanya bukan hanya sekedar mengambil dari lingkungan sekitarnya semata, namun penyerapan berawal dari bahan mentah yang telah merasuki pikirannya sebagai bekal penghayatan yang dalam benak sastrawan menjadi sebuah rasa yang menggelora, mengkristal menjadi kata-kata yang siap dituangkan, yang pada akhirnya membentuk rangkaian kalimat hingga layak menjadi sebuah karya sastra. Atar Semi (1993: 8) mengatakan bahwa karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa sangatlah penting dalam proses terciptanya sebuah karya sastra yang mempunyai “rasa” tinggi. Karya sastra juga harus mempunyai nilai edukatif yang baik karena karya sastra hasil dari perasaan penulisnya. 1 iv
Jadi sebuah karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam sebuah bentuk konkret yang membangkitkan pesona dengan media bahasa. Karya sastra menurut ragamnya terbagi atas tiga, yaitu prosa, puisi dan drama. Dalam bentuk karya sastra prosa, terdapat bentuk yang disebut cerita rekaan. Cerita rekaan merupakan cerita dalam prosa, hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi serta pengolahan tentang peristiwa yang hanya berlaku dalam khayalannya saja. Setiap karya sastra yang berupa puisi, cerpen, essai sastra atau novel yang bertemakan pornografi dapat diangkat dengan mudah oleh penulis kemudian dinikmati oleh khalayak penikmat sastra. Karya sastra yang bertemakan seks, pornografi dan hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dapat dijumpai dengan mudah di toko toko buku, persewaan buku, internet dan akses lain ke dunia sastra. Hal ini sangat memprihatinkan karena karya sastra dapat dinikmati siapa saja tanpa membedakan usia. Anak-anak dapat dengan mudah mendapatkan bacaan tanpa melalui kontrol dari orang tua. Karya sastra yang semula dapat mendidik manusia ke arah peradaban yang humanistis menjadikan manusia yang santun dan bermoral tidak bisa terwujud karena karya sastra yang tidak bernilai. Jenis karya sastra yang saat ini diminati oleh pembaca adalah novel. Dalam memahami sebuah novel diperlukan cipta rasa yang tinggi, karena dalam karya sastra novel terdapat banyak unsur pendukungnya. Dengan contoh bukti penjualan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dalam masa setahun berhasil terjual hingga 150.000 eksemplar, dan Ketika Cinta Bertasbih 2 hanya dalam hitungan tiga pekan berhasil terjual hingga 75.000 ekspemplar. Unsur penting dalam karya sastra adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang meliputi alur cerita, penokohan, setting, amanat dan tema. Sedangkan unsur ekstrinsik terkait dengan lingkungan budaya, sosial dan hal-hal lain yang mendukung terciptanya sebuah karya sastra novel.
v
Nilai didik adalah nilai yang diperlukan bagi karya sastra yang hendak diajarkan di bangku sekolah. Untuk mendidik manusia Indonesia supaya bermoral salah satunya adalah melalui bangku sekolah yaitu melalui apa yang dipelajari siswa di sekolah. Sebagai bahan ajar novel sebaiknya dipilih secara selektif, novel mana yang sesuai dengan kebiasaan dan novel mana yang di dalamnya terdapat nilai yang mendidik. Apabila saat ini seorang guru menggunakan karya sastra lama dengan bahasa yang kaku maka novel tersebut akan sulit dipahami oleh anak didik sekarang, dan seandainya pun memilih karya yang merupakan terbitan baru maka tidak semua novel mempunyai nilai yang sesuai dengan harapan guru yaitu yang mempunyai nilai edukatif yang dapat memperbaiki budi pekerti anak didiknya. Habiburrahman El Shirazy adalah novelis yang masih baru di dunia sastra Indonesia, namun novel-novel hasil karyanya selalu bisa membuat hati tergugah, larut dalam kisah yang dipaparkannya, bahkan seakan-akan pembaca berada di dalam kisah tersebut dan menyaksikannya secara langsung. Novel tulisannya selalu disisipi dengan ilmu dan pesan moral yang membangun jiwa. Kelihaian Habiburrahman El Shirazy dalam menyisipkan ilmu sebagai dakwahnya menjadikan pesan tersebut amat mudah diterima pembaca, tanpa merasa digurui. Contoh novel yang membangun jiwa adalah novel Ketika Cinta Bertasbih. Karya Habiburrahman El Shirazy Ketika Cinta Bertasbih yang merupakan novel dwilogi pembangun jiwa, memberikan renungan kepada pembaca pada zaman seperti ini masih ada karya sastra yang dapat digunakan sebagai bahan ajar karena nilai yang termuat di dalam karya sastra. Menurut Musa Ismail (2008) berpendapat sebagai karya sastra yang luas cakupan penulisannya, novel bisa mengekspresikan apa saja. Perincian sekecil apapun mampu digarap oleh pengarang melalui wadah novel. Ini merupakan suatu keistimewaanya. Novel berjudul Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, misalnya, merupakan goresan tinta emas yang menggugat dimensi-dimensi tersebut. Goresan-goresan yang dituangkannya Ketika Cinta Bertasbih secara nyata, menurut saya, merupakan suatu cerminan realitas-empiris yang benar-benar membumi. Oleh Habiburrahman El Shirazy kedalaman cerita garapannya ini kaya
vi
dengan dimensi spritual, pencarian-pencarian kebenaran, dan pembangunan karakter bangsa. Pembaca akan merasakan adanya pelatihan mental kalau melahap novel ini dengan penuh pemahaman dan penuh kontemplasi. Pendidikan merupakan bagian dari integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Menurut Oemar Hamalik (2001: 3) mengatakan pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat. Berarti bahwa pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan. Pengajaran sastra pada dasarnya adalah pengajaran tentang kehidupan. Karya sastra menyajikan para tokoh dengan latar belakang tertentu mengalami peristiwa atau konflik. Dalam karya sastra, pengarang menampilkan bagaimana para tokoh cerita menyikapi serta keluar dari konflik tersebut. Karena itu, harga karya sastra terletak pada cara pengarang menyampaikan tindak-tanduk, sikap, penilaian tokoh cerita atas konflik yang dihadapi melalui berbagai tinjauan. Melalui tinjauan tersebut pembaca memperoleh pembandingan atau pelajaran yang berharga untuk menyikapi kehidupan sehari-hari. Karena karya sastra bukanlah petunjuk praktis untuk menghadapi kehidupan sehari-hari, maka para siswa perlu memperoleh pemahaman tentang bagaimana membaca karya sastra. Di sinilah pentingnya pengajaran apresiasi sastra. Pengajaran ini bermanfaat untuk memberikan bekal teoretis kesusastraan dan latihan-latihan praktis membaca karya sastra. Peran guru adalah membawa siswa kepada proses menemukan makna dari apa yang dibacanya. Karena itu, pengajaran sastra lebih pada menemukan cara memandang suatu gejala atau peristiwa, bukan pada fakta peristiwa itu sendiri. Karena karya sastra menampilkan penggalian-penggalian dari aspek kejiwaan tokoh, dari sudut pandang sosial budaya, pembaca memperoleh cara pandang relatif sekaligus menyeluruh atas suatu gejala atau peristiwa. Guru dapat berperan dalam mengantarkan siswa pada cara pandang relatif dan komprehensif itu.
vii
Berdasarkan asumsi di atas, penulis mengangkat novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy menjadi objek penelitian. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada kajian struktural dan nilai didik dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
B. Rumusan Masalah Sesuai uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permaslahannya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah stuktur novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Nilai didik apa sajakah yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy? 3. Tepatkah novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui stuktur novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy. 2. Untuk mengetahui nilai didik apa yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy. 3. Untuk mengetahui ketepatan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy bila digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademis maupun praktis. Adapun manfaat dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. manfaat teoretis
viii
Sebagai sarana untuk memperkaya khazanah dalam pengetahuan sastra indonesia dan memberikan masukan atau sumbangan terhadap pengajaran bahasa Indonesia terutama di bidang sastra. 2. manfaat praktis a. bagi pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya yang lebih baik lagi. b. bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat pembaca dalam mengapresiasi karya sastra. c. bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra. d. bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia penelitian ini dapat menjadi bahan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia karena di dalamnya sarat nilai didiknya.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Novel Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.(Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 9). Sedangkan dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis jenis lain, novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995: 164). Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Herman J. Waluyo (2002: 36) bahwa novel berasal dari bahasa latin novellus yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru. Perkataan baru ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi (fiction) yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek (short story) dan roman. Novel termasuk fiksi (fiction) karena novel merupakan hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya
ix
tidak ada. Selain novel ada pula roman dan cerita pendek (dalam Herman J. Waluyo, 2006: 2). Karya sastra terbagi menjadi beberapa macam, di antaranya ada puisi, drama, essai sastra atau novel dan lain lain. Di antara berbagai macam karya sastra, novel adalah salah satu jenis karya sastra yang lebih banyak diminati oleh banyak kalangan, karena novel menampilkan kehidupan manusia dalam bentuk cerita. Dibandingkan dengan puisi yang banyak bermain dengan kata-kata indah. Begitu pula dengan drama yang hanya menampilkan sepenggal kisah manusia saja, tidak selengkap dalam cerita novel. Penciptaan karya sastra memerlukan daya imajinasi yang tinggi. Menurut Umar Junus (1985: 91), mendefinisikan novel adalah meniru “dunia kemungkinan”. Semua yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia sesungguhnya, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang secara imajinasi dapat diperkirakan bisa diwujudkan. Tidak semua hasil karya sastra harus ada dalam dunia nyata, namun harus dapat juga diterima oleh nalar. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang berbentuk uraian prosa. 7 Jakob Sumardjo dan Saini (1991: 29), novel diartikan sebagai cerita yang berbentuk prosa dalam ukuran luas. Ukuran luas ini tidak mutlak, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fisiknya saja. Misalnya setting, sedangkan tema, karakter, alur di dalamnya tidak luas dan kompleks. Dalam novel bisa saja menguatkan ceritanya dengan menggunakan salah satu unsurnya. Karya sastra yang berupa novel terdapat unsur yang membangun ceritanya yaitu berupa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Sesuai pendapat Abrams (dalam Hasan Alwi dan Dendy Sugono, 2002: 224) menyatakan bahwa kajian yang bersifat intrinsik, mengkaji hal-hal yang ada di dalam karya sastra itu sendiri. Maksudnya hal-hal yang dibahas dalam unsur intrinsik, semuanya terdapat dalam karya sastra itu sendiri. Jadi, unsur intrinsik adalah hal-hal yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri. Tema dalam
novel terdapat
banyak
hal.
Novel dengan unsur
pembangunnya berupa tema yang mengandung nilai baik. Menurut Goldmann (dalam Ekarini Saraswati, 2003: 87) mendefinisikan novel merupakan cerita
x
mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai otentik di dalam dunia yang juga terdegradasi, pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Maksudnya bahwa masalah yang terkandung di dalam novel yaitu penyelesaian suatu masalah oleh seorang ‘pahlawan’. Jadi, setiap masalah diselesaikan oleh seseorang yang mempunyai sifat yang baik. Proses kreatif dalam pembuatan novel sangat penting. Sesuai pendapat E.M Foster (dalam Roger Allen, 2008: 2) mengatakan novel merupakan jalinan yang luar biasa dan hampir-hampir tidak mempunyai bentuk, sesuatu yang benarbenar berbeda di wilayah kesusastraan yang basah, diairi ribuan sungai kecil yang terkadang berubah menjadi rawa-rawa. Pendapat yang apik tersebut maksudya bahwa novel tidak dapat dianggap sebelah mata karena novel dapat memberikan imajinasi dari hal kecil hingga besar. Taylor (dalam Harris Effendi Thahar, 2006: 712) mengemukakan tiga unsur konseptual dalam novel, yaitu action (tindakan: peristiwa dan urutan kejadian), character (watak: agen yang memotivasi dan memberi reaksi terhadap peristiwa), dan setting (referensi bagi karakter dan tindakan tokoh). Sementara itu, tema dan amanat merupakan simpulan dari jalinan ketiga unsur yang dikemukakan di atas, sedangkan sudut pandang (point of view) dan gaya bahasa adalah kulit luar yang berfungsi sebagai sarana untuk membungkus karya sastra fiksi naratif. Novel (cerita rekaan) dapat dilihat dari beberapa sisi. Suminto A. Sayuti (1997: 5-7) berpendapat bahwa jika ditinjau dari panjangnya, novel pada umumnya terdiri dari 45.000 kata atau lebih. Berdasarkan sifatnya, novel (cerita rekaan) bersifat expands, ‘meluas’ yang menitikberatkan pada complexity. Sebuah novel tidak akan selesai dibaca sekali duduk, hal ini berbeda dengan cerita pendek. Dalam novel (cerita rekaan) juga dimungkinkan adanya penyajian panjang lebar tentang tempat atau ruang. Sementara itu, menurut Tarigan (1995: 165), jika ditinjau dari segi jumlah kata, biasanya novel mengandung kata-kata yang berkisar antara 35.000 buah sampai tak terbatas. Novel yang paling pendek itu harus terdiri minimal 100 halaman dan rata-rata waktu yang dipergunakan untuk membaca novel minimal 2 jam.
xi
Burhan Nurgiyantoro (2005: 4), yang menyebutkan bahwa novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia. Dunia yang berisi model kehidupan yang ideal. Dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja bersifat imajinatif. Dalam novel karya fiksi dibangun oleh beberapa unsur pembentukannya mulai dari penokohan, alur, tema, amanat, serta bahasa. Jadi, dari segala unsur pembangun novel terjadi keterjalinan unsur intrinsiknya. Beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa novel adalah salah satu wujud cerita rekaan, di dalamnya menceritakan kehidupan tokoh-tokoh dengan segala pergolakan jiwa yang kompleks, sehingga mengalihkan jalan nasib mereka ke dunia kemungkinan yang bersifat imajinatif. Novel sebagai karya fiksi dibangun melalui unsur intrinsiknya seperti beberapa macam unsur antara lain penokohan, alur, tema, amanat, serta bahasa.
1. Tokoh atau Penokohan Tokoh adalah pemeran dalam cerita dalam sebuah novel. Menurut Fand Djibran (2008: 58) penokohan mencakup pembentukan identitas, watak, kebiasaan dan karakter tokoh yang diceritakan. Penokohan merupakan hal yang penting dalam sebuah cerita karena tanpa tokoh yang diceritakan sebuah cerita tidak akan berjalan. Jadi, novel tidak akan menjadi cerita melainkan hanya deskripsi atau narasi jika tanpa adanya penokohan. Novel yang baik jika tokoh-tokohnya mempunyai peranan yang sesuai. Menurut M. Atar Semi (1993: 47) mengatakan tokoh dalam cerita ada bermacam-macam. Jika ditinjau dari keterlibatan dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menajdi dua, yakni tokoh sentral (tokoh utama) dan tokoh periferal (tokoh tambahan). Jadi, tokoh sentral (utama) adalah tokoh yang mempunyai porsi peran lebih banyak dibandingkan dengan tokoh tambahan. Sesuai dengan pendapat M. Atar Semi, Sudjiman (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 167) juga membagi tokoh berdasarkan fungsi dan
xii
berdasarkan pembangun konflik cerita. Berdasarkan fungsi, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral atau yang disebut dengan tokoh utama. Sedangkan, tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Berdasarkan pembangun konflik cerita, terdapat tokoh protogonis dan tokoh antagonis. Tokoh protogonis adalah tokoh yang baik dan terpuji oleh karena itu biasanya menarik simpati pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang jahat atau tokoh yang salah. Waluyo (2002: 19) mengemukakan cara pelukisan watak pelaku dalam karya prosa secara lebih rinci, yaitu: 1) Physical Description: pengarang menggambarkan watak pelaku cerita melalui pemerian atau deskripsi bentuk lahir atau temperamen pelaku. 2) Portrayal of Thought Stream or of Conscious Thought: pengarang melukiskan jalan pikiran pelaku atau sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. 3) Reaction to Events: pengarang melukiskan reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu. 4) Direct Author Analysis: pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. 5) Discussion of Environment: pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku sehingga pembaca dapat menyimpulkan watak pelaku tersebut. 6) Reaction of Others to Character: pengarang menuliskan pandanganpandangan tokoh atau pelaku lain (tokoh bawahan) dalam suatu cerita tentang pelaku utama. Burhan Nurgiyantoro (2005: 164) menyatakan dalam pembicaraan subuah fiksi, sering digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh menunjuk pada orang, pelaku cerita, tetapi watak atau perwatakan, karakter merujuk pada sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk
xiii
pada kualitas pribadi sang tokohnya. Seorang tokoh dapat dikategorikan ke sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Di sisi lain, Herman J. Waluyo, (2002: 165) berpendapat bahwa penokohan berarti cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh itu. a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh Utama adalah tokoh yang mendominasi dari cerita tersebut, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sekali atau beberapa kali, dalam posisi yang relatife pendek, karyanya hanya berfungsi sebagai pelengkap saja. Ini sesuai pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 176). b. Tokoh Protagonis dan Antagonis Tokoh protgonis adalah tokoh yang disenangi atau kagumi yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd dan Lewis dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 178), sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. c. Tokoh Tipikal dan Netral Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, tetapi lebih banyak ditonjolkan dari sisi pekerjaannya, sedangkan tokoh netral adalah tokoh yang ditampilkan oleh pengarang (Altenbernd dan Lewis dalam Burhan Nuigiyantoro, 2005: 190). Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh atau penokohan adalah sesuatu yang harus ada karena tokoh atau penokohan mempunyai sifat, cirri atau watak yang dapat menghidupkan peristiwaperistiwa yang terjadi dalam cerita.
2. Alur atau Plot
xiv
Alur dalam cerita juga mempengaruhi keseluruhan cerita. Rangkaian cerita yang terbingkai indah, menjadikan cerita juga akan menarik. Menurut Boulton (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 145) menyatakan bahwa alur merupakan seleksi peristiwa yang disusun dalam rangkaian waktu yang menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang akan datang.
Plot tidak sekedar menyangkut
peristiwa, namun juga cara pengarang mengurutkan peristiwa-peristiwa, motif, konsekuensi, dan hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya. Plot terdiri dari beberapa tahapan yang penting. Sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2002: 147) membagi alur cerita atau plot meliputi tujuh tahapan, yaitu eksposisi, inciting moment, ricing action, complication, klimaks, falling action, dan denovement. Eksposisi berarti pemaparan awal dalam cerita. Inciting moment berarti peristiwa mulai terjadi problem-problem yang ditampilkan oleh pengarang untuk kemudian dikembangkan atau ditingkatkan. Ricing action berarti penanjakan konflik dan selanjutnya terus terjadi peningkatan konflik. Complication artinya konflik yang semakin ruwet. Klimaks berarti cerita mencapai puncak dari keseluruhan cerita itu dan semua kisah atau peristiwa sebelumnya ditahan untuk menonjolkan saat klimaks tersebut. Falling action berarti konflik yang dibangun cerita
itu
menurun karena telah
mencapai klimaksnya.
Denovement berarti penyelesaian dari semua problem yang ada. Alur merupakan rangkain peristiwa yang dapat dibagi menjadi beberapa kriteria. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 153) membagi alur ke dalam beberapa jenis perbedaan berdasarkan pada kriteria urutan waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan. a. Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu Urutan waktu di sini adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam fiksi tersebut secara teoretis. Urutan waktu dibagi menjadi dua golongan.
xv
1) Kronologis, jalan cerita yang dibuat adalah dengan jalur yang lurus maju atau lebih dikenal dengan alur progresif. 2) Tidak Kronologis, jalan cerita yang dibuat adalah menggunakan alur mundur, sorot balik, flash back, atau lebih dikenal dengan alur regresif. b. Berdasarkan Kriteria Jumlah Berdasarkan jumlah adalah banyaknya jalur alur dalam karya fiksi. Ada kemungkinan karya fiksi hanya terdiri atas : 1) Satu Jalur Saja (alur tunggal) Hanya menampilkan kisah tentang seorang tokoh saja, yang dikembangkan hanya hal-hal yang berkaitan dengan sang tokoh. 2) Lebih dari satu alur (sub-sub alur) Sedangkan sub-sub plot memiliki alur cerita lebih dari satu. Terdiri dari alur utama dan alur pendukung (sub-sub alur).
c. Berdasarkan Kriteria Kepadatan Kriteria kepadatan yang dimaksud adalah : 1) Alur Padat, alur yang dipaparkan secara tepat, peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan rapat, sehingga seolah-olah pembaca diharuskan untuk terus-menerus mengikuti jalan cerita. Dan ketika salah satu bagian cerita tersebut dihilangkan maka cerita tersebut tidak akan menjadi utuh. 2) Alur Longgar, cerita fiksi yang memiliki alur longgar, pergeseran cerita cerita yang satu dengan cerita selanjutnya berlangsung lambat. Sekalipun alur terbagi menjadi beberapa bagian, tidak menutup kemungkinan jika dalam satu karya terdapat berbagai kategori alur. Asalakan alur tersebut haruslah bersifat padu, unity, sehingga cerita yang ditampilkan dapat dipahami secara menyeluruh. Plot dapat dikategorikan dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula. Berdasarkan kriteria urutan waktu, plot dibedakan menjadi tiga, yaitu:
xvi
1) Plot Lurus (progesif) Plot dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. 2) Plot Sorot-balik (flash-back) Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang beralur regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), tetapi mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. 3) Plot Campuran Barangkali tidak ada novel yang secara mutlak beralur luruskronologis atau sebalinya sorot-balik. Secara garis besar, plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di dalamnya betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-adegan sorot-balik. Demikian pula sebaliknya, bahkan sebenarnya boleh dikatakan tidak mungkin ada sebuah ceritapun yang mutlak flash-back. Hal itu disebabkan jika yang demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit mengikuti cerita yang dikisahkan yang secara terus-menerus dilakukan secara mundur (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 153-157; Waluyo, 2006: 6). Sesuai beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan alur adalah seleksi peristiwa yang disusun dalam rangkaian waktu yang meliputi meliputi tujuh tahapan. Alur juga di bagi ke dalam beberapa jenis perbedaan berdasarkan pada kriteria urutan waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan.
3. Tema dan Amanat Tema adalah hal pokok yang menjadi dasar sebuah cerita. Hal tersebut menjadi dasar penulis menuliskan cerita. Menurut Fand Djibran (2008: 66) tema dan pesan adalah apa yang ingin pengarang sampaikan kepada pembacanya. Tema ini bisa berupa pesan moral, ajakan (persuasi), provokasi, atau lainnya. Tema dan pesan cerita adalah makna terdalam dari
xvii
cerita itu sendiri. Jadi tema dan pesan adalah hal terpenting yang akan disampaikan oleh penulis. Tema karangan merupakan pernyataan, pandangan, pendirian mengenai topik (Vero Sudiati dan Widyamartaya, 1995: 3). Jadi dapat diartikan tema merupakan pusat atau inti dari sebuah cerita atau gagasan pokok. Tema adalah hal yang menjadikan induk yang melahirkan gagasan dalam bentuk karangan atau cerita. Tema dalam sebuah karya sastra dapat ditampilkan melalui dialog antar tokoh-tokohnya, melalui konflik-konflik yang dibuat. Ada juga tema tidak ditampilkan secara lugas oleh pengarang tetapi menyelesaikan tema diberikan pada keputusan pembaca. Tema adalah makna cerita, seperti yang dikemukakan Kenney (1966: 88) bahwa “theme is the meaning of the story” (“tema adalah makna cerita”). Lebih lanjut dijelaskan oleh Kenney (1966: 91), “… theme is not the moral, not the subject, not a “hidden meaning” illustrated by the story, what is it? Theme is meaning, but it is not “hidden,” it is not illustrated. Theme is the meaning the story releases; it may be the meaning the story discovers. By theme we mean the necessary implications of the whole story, not a separable part of a story” (“… tema bukan nasihat, bukan subjek, bukan sebuah “makna yang disembunyikan” dari cerita, apakah tema? Tema adalah makna, tetapi tidak “disembunyikan”, tidak dilukiskan. Tema adalah makna yang tersirat; mungkin makna untuk mengetahui cerita. Dengan tema, pembaca memaknai implikasi penting dari keseluruhan cerita, bukan suatu bagian yang dapat dipisahkan dari sebuah cerita”). Tema adalah gagasan pokok atau sentral dari cerita. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 136) tema merupakan gagasan atau ide pokok yang hedak disampaikan pengarang atau sering disebut sebagai subject matter dari cerita tersebut. Tema merupakan makna yang diungkapkan oleh suatu cerita atau maksud yang disampaikan dalam suatu cerita secara keseluruhan, bukan sebagai dari cerita yang dapat dipisahkan. Ditambahkan Herman J. Waluyo (2002: 142) menyatakan bahwa tema diambil dari
xviii
khazanah kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk memberikan saksi sejarah atau mungkin sebagai reaksi terhadap praktek kehidupan masyarakat yang tidak disetujui. Menurutnya tema adalah masalah hakiki manusia, seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya. Tema adalah inti dari cerita sehingga peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita semua berpusat pada tema. Selain itu tema juga disebut ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi penciptaan karya sastra. Tema sebagai makna yang dikandung oleh cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menunjang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semampis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan. (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 68). Tema dapat persoalan moral, etika, agama, budaya, teknologi, namun tema dapat juga berupa pandangan, ide atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul. Amanat suatu cerita berhubungan erat dengan tema yang diangkat oleh penulis. Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985: 10) amanat atau pesan yang dalam bahasa Inggris Massage adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang lewat karyanya ( cerpen atau novel ) kepada pembaca atau pendengar. Pada sastra lama sebagian besar amanat yang disampaikan tersurat, sedangkan dalam karya sastra modern pesan yang disampaikan sebagian besar dikemukakan secara tersirat, sehingga pembaca dapat menafsirkan amanat yang disampaikan penulis. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan penulis terhadap pembacanya. Menurut Herman J. Waluyo (2002 : 28) amanat berhubungan dengan makna (signifinance) dari karya sastra dapat berbeda pendapat dalam menafsirkan makna karya itu bagi dirinya. Tema karya sastra berhubungan dengan arti (meaning) dari karya sastra itu, maka amanat berhubungan demgam makna (significance) dari karya itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias subjektif dan umum. Jadi amanat adalah makna yang terdapat dalam karya sastra.
xix
Amanat berhubungan dengan hal yang baik. Hal baik itu dapat berupa pengajaran tentang moral. Hal ini sesuai dengan pendapa Panuti Sudjiman (1988: 57) yang menyatakan amanat adalah suatu pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Wujud amanat dapat berupa katakata mutiara, nasihat, firman Tuhan sebagai petunjuk untuk memberikan nasihat dari tindakan tokoh cerita. Jadi amanat adalah pesan yang disampaikan penulis yang berupa nasihat. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah suatu gagasan ataupun ide yang mengilhami karya sastra. Sedangkan amanat adalah jawaban dari sebuah tema.
4. Latar / Setting Latar merupakan salah satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting. Elemen tersebut akan menentukan situasi umum sebuah karya. Setting adalah soal waktu tempat cerita. Menurut Fand Djibran (2008: 56) mengatakan bahkan cerita yang ‘katanya’ tidak memiliki waktu dan tempatpun tetap memiliki setting, yakni ketiadaan tempat dan waktu itu sendiri. Jadi setiap cerita selalu memiliki setting. Latar berkaitan dengan waktu dan tempat penceritaan. Menurut Atar Semi (1993: 46) berpendapat bahwa latar atau setting merupakan lingkungan terjadinya peristiwa, termasuk di dalamnya tempat dan waktu dalam cerita. Artinya bahwa latar meliputi tempat terjadinya peristiwa dan juga menunjuk pada waktunya. Jadi latar meliputi unsur waktu, tempat dan lingkungan peristiwa terjadi. Setting adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Setting juga dapat dikaitkan dengan tempat dan waktu (Waluyo, 2006: 10). Lebih lanjut dipaparkan bahwa setting berkaitan dengan pengadegan, latar belakang, waktu cerita, dan waktu penceritaan. Pengadegan artinya penyusunan adegan-adegan dalam cerita. Tidak semua kejadian dalam kehidupan sang tokoh dilukiskan dalam adegan-adegan. Adegan yang dipilih yang benar-benar mewakili cerita.
xx
Latar belakang (background) dalam menampilkan setting dapat berupa latar belakang sosial, budaya, psikis, dan fisik yang kira-kira dapat memperhidup cerita itu. Dengan deskripsi dan narasi, latar belakang dapat muncul dan jika diperkaya dengan latar belakang lain, cerita akan lebih hidup. Waktu cerita ialah lamanya waktu penceritaan tokoh utama dari awal hingga akhir cerita, sedangkan waktu penceritaan ialah waktu pembacaan, biasanya lamanya jam. Latar adalah gambaran situasi mengenai peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Suminto A. Sayuti (1997: 80) membagi latar dalam tiga kategori yakni, latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat merupakan hal yang berkaitan dengan masalah geografis, latar waktu berkaitan dengan masalah historis, dan latar sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Latar mempengaruhi penokohan yang dapat membentuk suasana tokoh cerita. Jadi latar berpengaruh dalam keseluruhan cerita. Pendapat Suminto A. Sayuti di atas didukung dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) yang membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok. Adapun penjelasan mengenai tiga unsur pokok tersebut sebagai berikut : a. Latar tempat Latar adalah tempat menunjuk pada lokasi peristiwa. Nama tempat yang digunakan yaitu nama tempat yang nyata misalnya saja nama kota, instasi atau tempat-tempat tertentu. Penggunaan nama tempat haruslah tidak bertentangan dengan sifat atau geografis tempat yang bersangkutan, karena setiap latar tempat memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri. b. Latar waktu Latar waktu berhubungan dengan kapan peristiwa tersebut terjadi. Latar yang diceritakan harus sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Penekanan waktu lebih pada keadaan hari misalnya saja pada pagi, siang, atau malam. c. Latar sosial Untuk latar sosial menunjuk pada hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat tertentu. Hal
xxi
tersebut meliputi masalah kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, serta hal-hal yang termasuk latar spiritual. Latar mempengaruhi penokohan dan kadang-kadang membentuk suasana
emosional
tokoh
cerita,
misalnya
cuaca
yang
buruk
mempengaruhi perasaan tokoh. Dalam hal ini Montaque dan Henshaw (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 198) menyatakan tiga fungsi setting yaitu mempertegas watak para pelaku, memberikan tekanan pada tema cerita dan memperjelas tema yang disampaikan. Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan pengertian latar atau setting adalah keseluruhan keterangan yang meliputi aspek tempat kejadian, waktu kejadian dan juga sosial yang akan menentukan karakter dari masing-masing tokohnya.
5. Sudut Pandang (point of view) Sudut pandang adalah bagian dari unsur intrinsik dalam karya sastra. Berkenaan dengan sudut pandang ada yang mengartikan sudut pandang dari pengarang dan ada juga yang mengartikan dari pencerita, bahkan ada pula yang menyamakan antara keduanya. Pada dasarnya sudut pandang dalam karya sastra fiksi adalah strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang merupakan masalah teknis yang digunakan pengarang untuk menyampaikan makna, karya, artistiknya untuk sampai dan berhubungan dengan pembaca. (Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 249). Sudut
pandang
haruslah
diperhitungkan
kehadirannya
dan
bentuknya, karena pemilihan sudut pandang atau point of view akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Menurut Fand Djibran (2008: 60) sudut pandang atau point of view dalam cerita terbagi menjadi tiga sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua dan sudut pandang orang ketiga. Jadi sudut pandang dibagi menjadi tiga kategori.
xxii
Sudut pandang juga berarti cara pengarang berperan dalam cerita, apakah melibatkan diri langsung dalam cerita atau pengobservasi ataukan orang di luar cerita. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 256-271) membagi sudut pandang cerita secara garis besar dapat dibedakan atas dua macam persona, persona pertama “gaya” “aku” dan persona ketiga “gaya” “dia” atau kombinasi antara keduanya. a. Sudut Pandang Persona Pertama “aku” Penceritaan dengan menggunakan sudut pandang “aku”, berarti pengarang terlibat dalam cerita secara langsung. Pengarang adalah tokoh yang mengisahkan kesadaran dunia, menceritakan peristiwa yang dialami, dirasakan, serta sikap pengarang (tokoh) terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Oleh sebab itu persona pertama memiliki jangkauan yang sangat terbatas, karena ia hanya dapat memberikan informasi yang sangat terbatas kepada pembaca, seperti yang dilihat dan dirasakan oleh sang tokoh “aku”. Sudut pandang orang pertama dibedakan dalam dua golongan. Berdasarkan peran dan kedudukan “aku” dalam cerita yaitu “aku” yang menduduki peran utama dan “aku” yang menduduki peran tambahan/berlaku sebagai saksi. a. “Aku” tokoh utama Sudut pandang “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya. Tokoh “aku” menjadi pusat cerita, segala sesuatu di luar diri tokoh diceritakan jika berhubungan dengan tokoh “aku” atau dipandang penting. b. “Aku” tokoh tambahan Tokoh “aku” yang muncul bukan sebagai tokoh utama, akan tetapi sebagai tokoh tambahan. Tokoh “aku” dalam hal ini tampil sebagai saksi. b. Sudut Pandang Persona Ketiga : “Dia” Penceritaan yang menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “dia” Narator adalah seseorang di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia,
xxiii
mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. c. Sudut Pandang Campuran Jika dalam suatu cerita digunakan model “aku” dan “dia”, maka dia menggunakan sudut pandang campuran. Hal tersebut bergantung pada kreatifitas pengarang bagaimana memanfaatkan berbagai teknik yang ada untuk mencapai efektifitas yang ideal (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 266). Sudut pandang merupakan suatu hal yang menyaran pada persoalan teknis, sarana untuk menyampaikan maksud yang lebih besar dari sudut pandang. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 184) menyatakan bahwa point of view adalah sudut pandang dari mana pengarang bercerita, apakah sebagai pencerita yang tahu segala-galanya ataukah sebagai orang terbatas. Lebih lanjut Herman J. Waluyo (2002: 184-185) membagi point of view menjadi tiga, yaitu: a. Teknik “akuan” yaitu pengarang sebagai orang pertama dan menyebut pelakunya sebagai “aku” b. Teknik “diaan” yaitu pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai “dia” c. Pengarang serba tahu atau omniscient naratif, yaitu pengarang menceritakan segalanya dan memasuki berbagai peran bebas. Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan, penentuam sudut pandang dalam cerita sangat penting karena akan berpengaruh dalam cerita. Sudut pandang difungsikan pengarang untuk sarana menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam cerita kepada pembaca.
6. Bahasa Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Untuk memperoleh efektivitas pengungkapan, bahasa dalam sastra didayagunakan secermat
xxiv
mungkin agar berbeda dengan bahasa nonsastra. Menurut Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 273) menyatakan bahwa pada umumnya bahasa yang ada dalam karya sastra berbeda dengan bahasa nonsastra. Bahasa yang digunakan mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif. Serta adanya juga gaya bahasa. Bahasa yang digunakan dalam penulisan sastra dapat digunakan untuk mengungkapan segalanya dengan kata atau kalimat yang indah. Menurut Supomo (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 217) berpendapat adanya ragam bahasa sastra ditimbulkan oleh suasana hati yang haru, terpesona, trenyuh, dan sebagainya. Ragam sastra bertujuan untuk menimbulkan kesan yang sama kepada pembaca. Jadi bahasa dapat mengungkapkan suasana hati seseorang. Bahasa yang digunakan dalam penulisan sastra dapat berwujud gaya bahasa. Menurut Gorys Keraf (2004: 113) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Artinya gaya bahasa memiliki kekhasan yang berbeda dengan bahasa secara umum. Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seoarang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 276). Gaya bahasa dapat ditemui dalam sebuah karya sastra. Tidak setiap penulisan menggunakan gaya bahasa. Ditambahkan menurut Leech dan Sort dalam Burhan Nurgiyantoro (2005: 276) juga berpendapat bahwa gaya bahasa adalah suatu hal yang pada umumnya tidak lagi mengandung sifat kontroversial, menyaran pada pengertian cara penggunaan bahasa dalam waktu tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu dan sebagainya. Bahasa sastra lebih indah jika ada “permainan” kata dan kalimat yang indah oleh penulis. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (1997: 264) gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk
xxv
mendapatkan efek-efek tertentu. Dalam karya sastra efek ini adalah efek estetik yang turut menyebabkan karya sastra bernilai seni. Meskipun nilai seni karya sastra tidak hanya semata-mata disebabkn gaya bahasa saja, namun gaya bahasa sangat besar sumbangannya terhadap pencapaian nilai seni karya sastra Sesuai beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahasa cara untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang tidak mengandung unsur kontroversial yang ditimbulkan oleh suasana hati.
B. Hakikat Pendekatan Struktural Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra menurut kaum stuktualisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koheresif oleh berbagai unsur pembangunnya. (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36). Pendekatan struktural sering juga dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik. Bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif yang memiliki otonomi penuh, maka bila hendak dikaji atau diteliti, yang harus dikaji dan diteliti adalah aspek yang membangun karya sastra itu seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antar aspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra yang utuh dan penuh dengan nilai estetik. (Musa, 2006) Menurut Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro 2005: 36) struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama
membentuk
kebulatan indah. Struktur adalah bagian yang menjadikan sebuah karya sastra menjadi indah. Salah satu model pendekatan yang memiliki prinsip dasar bahwa fokus telaah harus ditumpukan pada realitas karya itu sendiri adalah pendekatan struktural. (Asri, 2006). Jadi pendekatan struktural lebih memfokuskan pada kenyataan yang terdapat dalam novel itu sendiri.
xxvi
Menurut Jean Paget (dalam Suwardi Endraswara 2003: 50) strukturalisme mengandung tiga hal pokok. Pertama gagasan keseluruhan (wholness), dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi (transformation), struktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang terus menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan
hal-hal
di
luar
dirinya
untuk
mempertahankan
prosedur
transformasinya, sistem itu otonom terhadap rujukan sistem lain. Pendekatan struktural merupakan awal dalam sebuah penelitian sastra. Drosden (dalam Teeuw, 1995: 165). Dalam strukturalisme, konsep fungsi memegang peranan penting. Artinya, unsur-unsur sebagai ciri khas teori ini dapat berperanan secara maksimal semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukkan antarhubungan unsur-unsur yang terlibat. Oleh karenanya, struktur lebih dari sekedar unsur-unsur dan totalitasnya. Karya sastra lebih dari sekedar pemahaman bahasa sebagai medium. Karya sastra lebih dari sekedar penjumlahan bentuk dan isinya. Dengan demikian, antarhubungan merupakan kualitas energetis unsur. Unsur-unsur memiliki fungsi yang berbeda-beda, dominasinya tergantung pada jenis, konvensi, dan tradisi sastra. Pada gilirannya, unsur-unsur memiliki kapasitas untuk melakukan reorganisasi dan regulasi diri, membentuk dan membina hubungan antarunsur. Analisis struktural karya sastra yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain. (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 37). Analisis struktur bertujuan untuk menjelaskan sejelas-jelasnya secara teliti, mendeteil, cermat, dan sedalam mungkin mengenai unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut, sehingga pembaca dapat memahami cerita yang disuguhkan dengan lebih mudah setelah dianalisis strukturnya. Menurut Teeuw (1984: 135) “Pendekatan struktural adalah pendekatan yang mencoba menguraikan keterkaitan
xxvii
dan fungsi masing-masing unusr karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh”. Tujuan analisis struktural menurut Herman J. Waluyo (2002: 136) untuk membedah karya sastra dan memeparkan secara cermat, teliti, detail, dan medalam megenai struktur yang bagian-bagiannya saling berhubungan, terkait dan menghasilkan arti yang menyeluruh. Jadi analisis struktural bertujuan untuk mendapatkan makna yang dimaksudkan penulis dengan cara menggali karya sastra tersebut melalui strukturnya. Sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo, Teeuw (1995: 135) juga berpendapat analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktural berkaitan langsung dengan struktur karya sastra itu sendiri. Suwardi Endraswara (2003: 61) menyatakan teknik analisis yang digunakan dalam strukturalisme genetik adalah model dialektik. Model dialektik mengutamakan makna yang koheren.
C. Nilai Didik dalam Karya Sastra 1. Pengertian Nilai Didik Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mempunyai bermacam-macam wawasan dan nilai edukatif. Nilai edukatif tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan pembacanya. Nilai edukatif yang diambil oleh pembaca dengan memahami rangkaian cerita tersebut secara eksplisit maupun implisit. Kata edukatif berasal dari bahasa Inggris educate, yang berarti mengasuh dan mendidik, education artinya pendidikan. Montessori (dalam Mardiatmadja 1986: 49) menyatakan bahwa pendidikan memperkenalkan cara dan jalan kepada peserta didik untuk membina dirinya sendiri. Jadi pendidikan adalah berfungsi untuk membina.
xxviii
Pendidikan sering diartikan sebagai sekolah (Redja Mudyaharjo, 2001: 6). Sekolah dianggap sebagai satu-satunya wahana mendidik dan mengorganisasikan orang-orang untuk memperoleh pengetahuan yang ingin dicapainya, pendangan yang mendukung batasan pendidikan sebagai sekolah ini adalah pandangan Behabiorisme. B.F. Skinner (dalam Redja Mudyaharjo, 2001: 8) berpendapat bahwa pendidikan formal seperti lembaga sekolah sangat penting sebab pengaruh lingkungan alam bentuk ajaran dan latihan sangat menentukan bagi pembentukan kemampuan seseorang. Jadi dalam pandangan behaviorisme, kemampuan orang sangat ditentukan oleh lingkungan disekitarnya. Untuk memperoleh nilai edukatif yang baik, maka pembacapun harus selektif dalam memilih bacaan karya sastra. Tidak semua karya sastra mempunyai nilai yang baik, masih banyak karya sastra yang ‘berbau’ pornografi. Papper dan Perry (dalam Munandar Soelaeman, 1998: 20) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang baik atau buruk, atau segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek. Jadi nilai berhubungan dengan sikap atau tingkah laku manusia. Nilai berkaitan dengan hal yang baik, tentang kemanusiaan. Menurut Bloom (dalam Soelaeman, 1988: 44) masalah nilai-nilai kemanusiaan tidak hanya bergerak di bidang psikomotorik dan kognitif, akan tetapi juga untuk perealisasinya dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab harus sampai menjangkau bidang efektif. Maksudnya adalah sebuah nilai jika dihayati seseorang maka akan mempengaruhi cara berpikir dan cara bersikap seseorang tersebut agar tujuan hidupnya dapat tewujud. Kata edukatif berasal dari bahasa Inggris educate yang berarti mendidik. Education artinya pendidikan, sedang pelakunya disebut educator serta edukasi mengandung pengertian pendidikan. Menurut Herman J. Waluyo (1993: 27) makna nilai yang diacu dalam sastra, nilai adalah kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang. Maksudnya bahwa kebaikan-kebaikan yang ada dalam karya sastra akan sangat bermanfaat bagi kehidupan seorang pembaca. Tidak setiap pembaca
xxix
dapat mengambil nilai yang terdapat dalam karya sastra, dan tidak setiap pembaca memiliki pengertian yang diharapkan penulis karena nilai yang dapat diambil juga berhubungan dengan perasaan pembacanya. Dari berbagai pengertian nilai di atas dapat disimpulkan nilai adalah sesuatu yang positif yang berguna untuk kehidupan seseorang. Nilai di sini sesuatu yang berhubungan dengan estetika (indah dan jelek), etika (baik dan buruk) dan logika (benar dan salah). Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Guna mewujudkan tujuan di atas diperlukan usaha yang keras dari masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah proses pembelajaran. Menurut Imam Barnadib (1987:
16) mengartikan pendidikan adalah usaha
manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin bangsa dan masyarakat. Maksudnya
pendidikan
bertujuan
meningkatkan
kehidupan
dalam
masyarakat agar sejahtera berkehidupan berdampingan dengan masyarakat lain. Pendidikan berpengaruh terhadap sikap kedewasaan seseorang. Menurut Soedomo Hadi (1993: 15) pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha atau upaya mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam pendidikan bertujuan untuk menjadikan seseorang lebih bersikap dewasa dalam kehidupan. Dari pengertian di atas disimpulkan pengertian nilai pendidikan adalah segala sesuatu yang baik ataupun buruk yang berguna bagi kehidupan
xxx
seseorang yang diperoleh melalui sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.
2. Pembagian Nilai Didik dalam Sastra Hubungan antara sastra dan pendidikan adalah erat dan tidak terpisahkan. Suyitno (1986: 3) mengatakan bahwa berbicara mengenai nilai pendidikan atau nilai didik dalam karya sastra tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri. Karya sastra sebagai olahan sastrawan yang mengambil bahan dari segala permasalahan dalam kehidupan dapat memberikan pengetahuan yang tidak dapat dimiliki oleh pengetahuan yang lain. Hal ini merupakan kelebihan karya memberikan pengaruh yang sangat besar terhadapat cara berfikir menegnai hidup baik, buruk, benar, salah mengenai hidupnya di atas, terdapat hubungan yang erat antara sastra dan pendidikan. Karya sastra adalah karya seni yang mengandung unsur keindahan yang dapat memberikan penyucian jiwa atau katarsis. Dalam karya sastra terdapat nilai edukatif yang dapat diambil oleh pembacanya. Melalui sastra khususnya novel pembaca dapat menghayati nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau ‘pegangan’ hidup. Berbagai nilai luhur yang dapat dicapai oleh karya sastra memungkinkan pembaca memiliki penghargaan yang tinggi terhadap karya sastra. Mardiatmadja (1986: 55) membagi nilai menjadi empat, yaitu nilai cultural, nilai kesosialan, nilai kesusilaan dan nilai keagamaan. Sedangkan Dendy Sugono (2003: 181) membagi nilai menjadi tiga, yaitu nilai estetika, nilai sastra dan nilai moral. Lebih lanjut Notonagoro (dalam Elly M. Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi, 2006: 113) membagi nilai yang berguna bagi rohani manusia menjadi empat, yaitu nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau moral dan nilai religius. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dalam penelitian ini, nilai edukatif (pendidikan) dalam karya sastra dibagi menjadi empat, yaitu: 1) nilai religius atau agama: 2) nilai sosial; 3) nilai moral atau etika; dan 4) nilai estetika. 1) Nilai Pendidikan Agama
xxxi
Untuk mencapai manusia yang religius, maka diperlukan ‘tiang’ yang kuat yaitu agama. Dalam Undang-undang Dasar kitapun mengatur masalah agama ini, yang disangkutkan dengan pendidikan. Ini ditunjukan bahwa dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan selalu terdapat nilai agamanya. Agama adalah tiang dari kehidupan. Nilai agama memberikan pengaruh terhadap kehidupan religius seseorang. Menurut Atar Semi (1993: 22) memberikan uraian hubungan karya sastra dengan agama adalah “bahwa agama merupakan dorongan penciptaan sastra, sebagai sumber ilham, dan sekaligus karya sastra bermuara kepada agama.” Jadi maksudnya agama dapat menberikan inspirasi dalam terciptanya sebuah karya sastra yang baik. Sastra dengan nilai agama berkaitan, karena dalam sastra yang baik pasti akan ada nilai agama yang tersirat maupun tersurat. Menurut Mangunwijaya (dalam Burhan Nurgiyantoro 2005: 326) bependapat “kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah setua keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius.” Mangunwijaya
(dalam
Burhan
Nurgiyantoro
2005:
328)
menambahkan bahwa agama lebih menunjukkan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum resmi. Religiositas di pihak lain, melihat aspek di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi.
2) Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial ini berhubungan dengan masyarakat atau sistem sosial. Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang
bisa
direnungkan.
Dalam
karya
sastra
dengan
ekspresi
pengungkapan nilai sosial pada akhirnya dapat dijadikan cermin atau contoh bagi pembacanya.
xxxii
Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan cara hidup sosial. Menurut Arifin L. Betrand (dalam Munandar Soelaeman, 1998: 9) mengemukakan bahwa nilai sosial adalah suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan atau orang. Jadi nilai sosial bersumber pada kenyataan yang ada di lingkungan masyarakat. Ilham sastra adalah kehidupan seutuhnya dengan fenomenafenomena yang kaya dan unik. Kenyataan bahwa dalam kehidupan sosial itu kompleks dan penuh konflik dengan hal yang pahit dan manis, penuh hal-hal yang menarik untuk didramatisasikan dalam sebuah karya sastra. Menurut Allport, Vernon dan Lindzey (dalam Jujun S. Suriasumantri, 2001: 263) menyatakan bahwa nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Artinya bahwa nilai sosial berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.
3) Nilai Pendidikan Moral Moral erat kaitannya dengan agama dan sosial. Dalam moral terdapat unsur moral agama, moral sosial dan moral-moral lainnya sehingga moral merupakan sesuatu yang sangat kompleks yang selalu dihadapi seseorang. Menurut Kinayati (2006: 740), banyaknya karya sastra yang mengandung nilai-nilai moral membuktikan hal tersebut. Dengan terkandungnya nilai moral dalam karya sastra, pengarang dapat merefleksikan pandangan hidupnya melalui nilai-nilai kebenaran sehingga karya sastra tersebut dapat menawarkan pesan-pesan moral yang berkaitan dengan sifat luhur manusia, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat luhur manusia yang digambarkan pengarang melalui sikap dan tingkah laku para tokoh dalam sebuah karya sastra dapat membantu membentuk pribadi pembaca sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat dan berakhlak menjadi lebih baik lagi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa inilah pesona karya sastra dalam pendidikan moral.
xxxiii
Nilai moral berkaitan dengan semua unsur, karena nilai moral adalah nilai yang luas. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 322) menyatakan bahwa moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Maksudnya bahwa nilai moral tersebut berisi tentang bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku yang baik dalam bermasyarakat, melalui tokoh masing-masing yang disampaikan oleh pengarangnya. Nilai moral terdapat beberapa cirinya. Sesuai dengan pendapat Bertens (1999: 143-144) yang mengemukakan ciri-ciri nilai moral sebagai berikut: a) Berkaitan dengan tanggung jawab, dalam arti nilai-nilai moral mengakibatkan seseorang bersalah atau tidak bersalah karena ia bertanggung jawab. b) Berkaitan dengan hati nurani. Hal ini mengandung pengertian bahwa nilai moral menimbulkan suara dari hati yang menuduh pembaca bila meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji pembaca bila mewujudkan nilai tersebut. c) Mewajibkan. Hal ini mengandung pengertian bahwa nilai moral harus diakui dan harus direalisasikan. Keharusan tersebut bersifat mutlak tanpa syarat. d) Bersifat formal, dalam arti nilai-nilai moral tidak ada yang murni melainkan mengikutsertakan nilai-nilai lain dalam tingkah laku moral. Masalah moral sering dikaitkan dengan budi pekerti dan teladan. Jika dikaitkan dengan karya sastra maka dalam karya sastra yang baik akan terdapat petikan suri tauladan yang dapat diambil hikmahnya oleh pembaca. Dengan demikian sastra dianggap sebagai sarana pendidikan moral.
4) Nilai Estetika
xxxiv
Nilai estetika atau yang lebih dikenal dengan nilai keindahan, selalu hadir dalam karya sastra. Munandar Sulaeman (1998: 65) berpendapat bahwa batasan keindahan sulit dirumuskan karena keindahan itu abstrak, identik dengan kebenaran. Nilai keindahan dimaksudkan agar seseorang mampu merasakan dan mencintai suatu yang indah. James Joyce (dalam Atar Semi, 1993: 26) menerangkan bahwa keindahan itu mempunyai tiga ciri atau unsur pokok, yaitu: (1) kepaduan (integrrity); (2) keselarasan (harmony); dan (3) kekhasan (individuation). Nilai estetika dalam karya sastra berarti keindahan yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Menurut pendapat Dendy Sugono (2003: 182) menyatakan bahwa karya sastra disebut memiliki nilai estetika apabila karya sastra itu: 1) mampu menghidupkan atau memperbaharui pengetahuan pembaca, menuntunnya melihat kenyataan kehidupan, dan memberikan orientasi baru terhadap yang dimiliki; 2) karya sastra itu mampu membangkitkan aspirasi pembaca untuk berfikir dan berbuat lebih banyak dan lebih baik bagi penyempurnaan kehidupannya; 3) karya sastra itu mampu memperlihatkan peristiwa kebudayaan, sosial, keagamaan, atau politik masa lalu dalam kaitannya dengan peristiwa masa kini dan masa datang. Itulah sebabnya pengalaman (batin) yang diperoleh pembaca dari karya sastra yang dibacanya disebut pengalaman yang estetika. Atar Semi (1993: 27) mengungkapkan keindahan tidak boleh dicampuradukkan dengan barang yang mengandung keindahan itu. Pada asasnya keindahan adalah sifat dari suatu benda yang ditumpanginya. Keindahan adalah kenikmatan yang diperoleh pikiran sebagai akibat pertemuan yang mesra antara subjek dan objek. Karya sastra yang indah adalah karya sastra yang secara khusus merefleksi sebuah objek tertentu menurut
titik pandangan tertentu.
Nilai-nilai keindahan sangat
bermanfaat bagi perasaan pembaca atau penikmat sastra agar lebih halus,
xxxv
sikap dan ucapannya. Nilai-nilai keindahan dalam karya sastra tercermin dalam penggunaan diksi, gaya bahasa dan lain sebagainya. Ditambahkan Atar Semi (1993: 56) berpendapat sebuah karya sastra dapat memberi kenikmatan dan rasa keindahan (bersifat estetis) bagi pembacanya. Jadi, dasar dari pendidikan estetis ini adalah bahwa karya sastra itu sebenarnya mengandung nilai-nilai keindahan yang sangat bermanfaat bagi perasaan pembaca atau penikmat sastra agar lebih halus sikap dan ucapannya, lebih santun dan estetis tindakannya.
D. Peranan Nilai Edukatif bagi Siswa Pendidikan
memegang
peranan
yang
penting
untuk
menjamin
kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Guna mewujudkan tujuan di atas diperlukan usaha yang keras dari masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam memahami kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses dari kegiatan belajar mengajar. Moedjiono dan Dimyati (1992: 1) menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan tersebut yaitu kegiatan belajar dan mengajar. Belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadinya kegiatan pembelajaran yang optimal. Belajar dan mengajar merupakan kesatuan kegiatan yang harus ada dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut (Zulfahnur Z.F, 2008) secara umum manfaat pengajaran apresiasi sastra Indonesia yang mempunyai nilai edukatif adalah sebagai berikut: (1) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai penuntun yang
xxxvi
memperkaya moral, (2) Siswa memahami sastra dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) meningkatkan rasa keimanan pembaca sebagai bangsa yang bermoral dan beragama (4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis) yang terikat dengan norma agama, (5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya dilakukan sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar kompetensi yang meliputi, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan (menyimak). E. Kurikulum Pendidikan 1. Pengertian Kurikulum Masa depan bangsa terletak pada tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudiana hari bergantung pada pendidikan yang di kecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang di terima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum di sekolah itu. Pendidikan merupakan bagian dari integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Menurut Oemar Hamalik (2001: 3) mengatakan pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.
xxxvii
Berarti bahwa
pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan. Pengajaran disekolah mempunyai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan. Pedoman yang digunakan adalah dengan menggunakan kurikulum. Menurut S. Nasution (1999: 5) mengatakan pengertian kurikulum adalah suatu rencana yang disussun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Jadi, kurikulum merupakan pedoman yang menjadi tanggung jawab semua pihak di sekolah. Kedudukan sastra di dalam kurikulum sekolah memang tidak berdiri secara otonom. Pengajaran sastra merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, kedudukan novel dalam bahan pembelajaran sastra agar siswa dapat mengikuti dan memiliki rasa peka terhadap materi yang disajikan yakni novel. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang proses pembelajaran sastra agar siswa dapat mengikuti dan memiliki rasa peka terhadap materi yang disajikan yakni novel. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang proses pembelajaran sastra. Sebuah karya sastra yang bermutu, di dalamnya pasti akan terkandung nilai-nilai pendidikan yang berguna bagi kehidupan manusia. Dalam pengajaran terdapat acuan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang disebut kurikulum. Menurut Jhon Dewey (1986) mengatakan, “The traditional curriculum undoubtedly entailed rigid regimentation and a discipline that ignored the capacities and interests of child nature.” ( “Kurikulum tradisional jelas mengusung sebuah pahamyang kaku dan merupakan suatu disiplin keilmuan yang tidak memperdulikan sifat-sifat alami anak seperti kapasitas dan minat mereka.”) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah masyarakat dan dengan sendirinya kurikulumpun tak dapat tiada harus di sesuaikan dengan tuntutan zaman. Di samping itu banyak timbul pendapat-
xxxviii
pendapat baru tentang hakikat dan perkembangan anak, cara belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan, dan lain-lain, yang memaksa diadakan perubahan kurikulum. Menurut S. Nasution (2003: 3) mengatakan pengembangan kurikulum adalah proses yang tak henti-hentinya, yang harus dilakukan secara kontinu. Jika tidak, maka kurikulum menjadi usang atau ketinggalan zaman. Makin cepat perubahan pada masyarakat, makin sering dilakuakn penyesuaian kurikulum. Pendidikan merupakan bagian dari integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.Paul G. Paris (2003: 234) mengatakan, “An international curriculum that is servicing global needs and demands would not necessarily be sensitive to local needs or demands and would not consider options such as weighing tertiary entrance grades because its focus is on global …..” (Sebuah kurikulum internasional yang mengampu kebutuhan dan tuntunan global
tidak
akan
mengetengahkan
pilihan-pilihan
seperti
dari
tingkatanapakah bobot masukan tersiernya karena hanya terfokus pada kesetaraan secara global….”) Pengajaran sastra meliputi teori sastra, apresiasi sastra, dan kritik sastra. Pengajaran sastra di Sekolah Menengah Atas biasanya adalah dengan mencari unsure intrinsic yang ada pada karya sastra. Karya sastra yang digunakan dalam pengajaran sastra di SMA adalah berdentuk puisi, cerpen, novel dan roman. Pengajaran sastra di SMA berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Definisi KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap datuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan kurikulum yang terdapat dalam silabus SMA kelas XI mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Terdapat kompetensi
xxxix
dasar
menjelaskan
Indonesia/novel
unsur-unsur
terjemahan.
Materi
intrinsik
dan
ekstrinsik
pembelajarannya
berupa
novel novel
Indonesia dan novel terjemahan yang meliputi unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar dan amanat) dan unsur ekstinsik dalam novel terjemahan (nilai budaya, sosial, moral dan lain-lain). Berikut adalah silabus kela XI mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan
standar
kompetensi
memahami
berbagai
hikayat,
novel
Indonesia/novel terjemahan: (Terlampir)
2. Psikologi Remaja Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spirirual, intelektual, emosional maupun sosial. Syamsu Yusuf LN (2002: 3) mengatakan psikologi perkembangan adalah merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati. Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan pada perkembangan masa dewasa yang sehat. Sarlito Wirawan Sarwono (2000: 4) mengatakan konsep tentang remaja bukanlah berasal dari bidang hukum, melainkan berasal dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti Antropologi, Sosiologi, Psikologi, dan Paedagogi. Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya
xl
memperoleh bentuk yang sempurna dan fungsi sempurna. Sarlito Wirawan Sarwono (2000: 6) Kematangan remaja belumlah sempurna jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Menurut William Kay (dalam Syamsu Yusuf LN 2002: 72) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut: 1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya. 2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas. 3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok. 4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya. 5) Menerima
dirinya
sendiri
dan
memiliki
kepercayaan
terhadap
kemampuannya sendiri. 6) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup. (Weltanschauung). 7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan. Bila ditinjau secara teoretis, masa remaja terdiri dari remaja puber dan remaja adolsen. Zulkifli L (1986: 87) membagi cirri-ciri remaja yang harus diketahui adalah sebagai berikut: 1) Pertumbuhan fisik, mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa kanak-kanak dan masa dewasa. 2) Perkembangan seksual, mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri dan sebagainya. 3) Cara berfikir kausalitas, menyangkut hubungan sebab dan akibat. 4) Emosi yang meluap-luap, keadaan emosi remaja yang masih labile rat kaitannya dengan keadaan hormon.
xli
5) Mulai tertarik kepada lawan jenisnya, dalam kehidupan sosial remaja mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai pacaran. 6) Menarik perhatian lingkungan, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja di kampong yang diberi peranan. 7) Terikat dengan kelompok, dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orangtua dinomorduakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) C.P. Chaplin (dalam Syamsu Yusuf LN 2002: 106) inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugrah dari Allah SWT, yang dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesame manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisiskan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya. Syamsu Yusuf LN (2002 :118). Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa: 1) Faktor kesehatan, berpengaruh pada usia awal kehidupan anak. 2) Inteligensi, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. 3) Status sosial ekonomi keluarga, anak yang dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. 4) Jenis kelamin, anak wanita menunjukkan perkembangannya lebih cepat dari anak pria. 5) Hubungan keluarga, proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga. Syamsu Yusuf LN (2002 :121-122). Ada aspek linguistik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang memungknkan untuk menguasai bahasa tertentu. Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk
xlii
(dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2004: 123) dapat dibagi kedalam empat komponen, yaitu: 1) Fonologi (phonology), bagaimana cara individu menghasilkan bunyi bahasa. 2) Semantik (semantics), merujuk pada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata. 3) Tata bahasa (grammar), merujuk pada penguasaan kosakata dan memodifikasikan cara-cara yang bermakna. 4) Pragmatik (pragmatics), merujuk pada komunikatif dari bahasa.
3. Kriteria Novel Sebagai Bahan Ajar Perkembangan karya sastra dalam kehidupan masyarakat terasa begitu cepat, sehingga kehadirannya tidak dapat ditolak. Oleh karena itu, tidak semua gender sastra yang ada dapat dijadikan materi pengajaran, demikian juga halnya terhadap novel. Untuk menetapkan novel sebagai bahan ajar, memerlukan pertimbnagan dasar, baikkah sebuah novel itu dipilih sebagai bahan ajar? Pertanyaan demikian akan terjawab, bila dilalui dengan proses penilaian dan penyeleksian. Menilai sebuah novel, bukanlah suatu hal yang mudah, kompleksnya konvensi atau sistem organisme yang terkandung dalam sebuah novel mengakibatkan sulitnya seseorang memahami dan mencerna isi secara keseluruhan. Kesulitan inilah di antaranya yang menyebabkan tujuan pengajaran sastra kurang tercapai. Prinsip Pembelajaran sastra pada dasarnya bertujuan agar siswa mimiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehinga merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya (Atar Semi,1993: 152). Dengan membaca karya sastra diharapkan para siswa memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenai nilai-nilai dan mendapatkan ide-ide baru. Pemelajaran sastra yakni novel sebagai genre serta mempunyai fungsi yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh para pengarang.
xliii
Novel
memungkinkan
seorang
siswa
dengan
kemampuan
membacanya, hanyut dalam keasyikan (Rahmantoro, 1988: 65). Novelnovel ini jelas dapat membantu dan menunjang sebagai sarana pendukung untuk memperkaya bacaan para siswa disamping novel-novel tertentu yang dijadikan bahan pembelajaran oleh guru sastra. Adanya novel dalam KTSP membuka pencerahan baru agar siswa dapat lebih aktif dan konstruktif terhadap gejala atau situasi yang terjadi saat ini. Menurut Ahmad Sudrajat (2008) membagi prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi,
dan
(c)
kecukupan.
Prinsip
relevansi
artinya
materi
pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. Ketika seorang pembaca berhadapan dengan karya sastra, apakah ia dapat langsung mengatakan bahwa karya itu baik atau tidak? Tentu saja penilaian dengan cara demikian tidak objektif. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah membaca karya itu dahulu. Jika sudah kita cermati benar, barulah dapat memberi penilaian atas karya yang bersangkutan. Menurut Maman S. Mahayana (2008) menyatakan adapun kriteria yang dapat digunakan untuk membuat penilaian terhadap keberhasilan atau kegagalan sebuah karya sastra, dapat dilakukan dengan mencermati sedikitnya enam kriteria yaitu:
xliv
1) Kriteria kebaruan (inovasi), acuan yang dapat dijadikan sebagai dasar kriteria adalah kenyataan bahwa sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi. Artinya, bahwa dalam kesusastraan modern, apakah kebebasan berkreasi sebagai hak "istimewa" pengarang, telah dimanfaatkan pengarang untuk memajukan mutu dunia sastra atau menggunakan hak istimewa itu hanya sebagai usaha untuk menghasilkan karya sastra yang biasa-biasa saja, atau bahkan untuk sekadar "mainmain" agar kelihatan sebagai karya avant garde? 2) Kepaduan (koherensi), kriteria yang dapat kita gunakan untuk membuat penilaian adalah masalah yang menyangkut aspek kepaduan. Contohnya dapat kita lihat pada novel Hamka, Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939). Dari segi tema, novel ini masih mengangkat persoalan adat. Tetapi ada kebaruannya dalam novel ini, yaitu adat yang dibenturkan dengan masalah keturunan dan orang dagang (perantau). 3) Kompleksitas (kerumitan), dilihat dari sudut pengarang, kompleksitas itu juga sangat bergantung pada memahaman sastrawan bersangkutan mengenai masalah budaya yang melingkarinya. Pemahaman kultural itulah yang kemudian disajikan dan berusaha diselesaikan pengarang, juga melalui pendekatan budaya. Dengan begitu, penyelesaiannya juga tentu saja tidak sederhana, dan tidak mungkin dapat dilakukan secara hitam putih. 4) Orisinalitas (keaslian), kriteria ini tentu saja tidak harus didasarkan pada keseluruhan
unsurnya
yang
memperlihatkan
keaslian
atau
orisinalitasnya. Bagaimana juga tidak ada satu pun karya yang 100 persen memperlihatkan orisinalitasnya. Selalu saja ada persamaannya dengan karya-karya yang terbit sebelumnya. Oleh karena itu pula, untuk menentukan orisinalitas karya yang bersangkutan, kita harus juga melihat karya-karya yang terbit sebelumnya. Mengingat kriteria orisinalitas sangat ditentukan juga oleh keberadaan karya-karya yang terbit sebelumnya, maka di dalam pelaksanaannya kritena orisinalitas bertumpang tindih dengan kriteria kebaruan.
xlv
5) Kematangan (berwawasan atau intelektualitas), kriteria berikutnya menyangkut kematangan pengarangnya menyajikan dan menyelesaikan persoalannya atau tidak. Ringkasnya, kriteria ini berkaitan dengan bagaimana pengarang mengolah kenyataan faktual, baik peristiwa besar atau biasa, menjadi sesuatu yang memukau, mempesona dan sekaligus juga merangsang emosi pembaca, meskipun pengarangnya sendiri mungkin tidak mempunyai pretensi untuk itu. 6) Kedalaman (eksploratif), kriteria kedalaman ini cenderung mempakan refleksi dari berbagai gejolak kegelisahan pengarang yang mengristal dan kemudian diejawantahkan ke dalam larik-larik dalam puisi atau narasi dalam novel atau cerpen. Semakin karya itu memperlihatkan kedalamannya, semakin terbuka peluang lahimya berbagai tafsiran dan pemaknaan. Dengan demikian, karya sastra yang demikian, akan memberi tidak saja sekadar kenikmatan estetis, tetapi juga pencerahan batin dan pemerkayaan wawasan pembacanya. Ia mengeksplorasikan serangkaian
kegelisahan
pengarangnya,
dan
sekaligus
juga
mengekplorasi emosi dan wawasan pembaca untuk mencoba memahami kedalaman makna karya bersangkutan.
F. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dipandang juga relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Marya Ulfa pada tahun 2006 dengan judul “Analisis Atas Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy (Sebuah Pendekatan strukturalisme) skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini mendeskripsikan tentang keterjalinan unsur-unsur intrinsik dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, lapis makna yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dan nilai edukatif yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Kesimpulan penelitian ini adalah tentang unsur intrinsiknya yaitu tokohnya terdiri dari Fahri, Maria, Aisha, Noura, Nurul, syaikh Ahmad
xlvi
Taqiyyuddin, Syaikh Utsman Abdul Fattah, Bahadur Gounzouri, Tuan Butros, Madame Nahed, Yousef, Rudi Marpaung, Hamdi, Saiful dan Misbah. Temanya adalah masalah tentang cinta. Amanat yang disampaikan adalah tentang cinta hakiki kepada Tuhan. Alurnya adalah terdiri dari tujuh tahapan. Latarnyapun berupa waktu, tempat dan latar sosial. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa estetik. Dan sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama. Kesimpulan lapis maknanya terdiri dari lapis makna anorganik, lapis makna vegetatif, lapis makna animal, lapis makna humanis dan lapis makna metafisika. Sedangkan kesimpulan tentang nilai didiknya adalah nilai moral, nilai religius dan nilai sosial. Penelitian lainnya yang dipandang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Suharta W.R pada tahun 2002 dengan judul “Analisis Stuktur dan nilai didik dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis“ skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini mendeskripsikan tentang stuktur dan nilai didik dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis. Kesimpulan Penelitian tersebut adalah tentang unsur intrinsiknya yaitu tokohnya terdiri dari Wak Katok, Pak Haji, Sanip, Buyung, Wak Hitam, Siti Rubiyah, Sutan, dan Pak Balam. Temanya adalah masalah kehidupan manusia. Amanat yang disampaikan adalah pemimpin yang palsu. Alurnya adalah alur maju. Latarnyapun berupa waktu, tempat dan latar suasana. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang komunikatif, lugas dan sederhana. Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga. Sedangkan kesimpulan tentang nilai didiknya adalah nilai moral, nilai religius dan nilai sosial. Penelitian yang relevan juga adalah penelitian yang dilakukan oleh Annisa Solichatin pada tahun 2008 dengan judul “Ananlisis Struktural, Nilai Didik dan Bahasa pada Novel Lupus karya Hilman Hariwijaya” skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini mendeskripsikan tentang keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel Lupus, nilai didik yang terkandung dan bahasa yang digunakan. Kesimpulan tentang keterjalinan unsur intrinsiknya adalah sangat erat, yaitu keterjalinan tema
xlvii
dengan latar, penokohan, plot, latar , gaya dan sudut pandang. Lupus mempunyai keterjalinan dan saling menunjang. Kesimpulan nilai didiknya meliputi nilai religius, nilai moral dan niali sosial. Sedangkan bahasa yang digunakan dalam novel Lupus adalah bahasa gaul, yaitu bahasa Indonesia dengan dialek Jakarta serta penggunaan bahasa Inggris sering mendominasi percakapan yang ada dalam novel Lupus.
G. Kerangka Berpikir Karya sastra adalah karya seni yang mengandung unsur keindahan dan sangat erat keterkaitannya dengan kehidupan. Pengarang sebagai pencipta karya sastra mempunyai kebebasan penuh dalam mengungkapkan imajinasinya. Dalam sebuah karya sastra terdapat stuktur novel yang akan menambah pengalaman bagi pembacannya. Berbicara tentang karya sastra maka akan terlintas dalam pikiran penulis nilai apa saja yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Karya sastra hendaknya mempunyai nilai-nilai tertentu yang menjiwai sebuah karya sastra. Karya sastra diciptakan bukan sekedar untuk dinikamati keindahannya tetapi juga untuk dipahami dan diambil manfaatnya secara menyeluruh. Sastra bukanlah sekedar benda mati yang tak berarti, namun di dalamnya termuat banyak sekali nilai- nilai hidup, pesan moral yang luhur, yang mampu menambah wawasan manusia dalam memahami, menjalani dan menghayati kehidupan. Nilai didik yang ada dalam karya sastra dibutuhkan keberadaannya untuk menambah fungsional karya sastra sebgai alat untuk memperhalus budi pekerti dan sebagai alat untuk mengajarkan kebajikan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menganalisis unsur intrinsik dan nilai didik dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy maka peneliti menganalisis secara keseluruhan yang terdapat di dalamnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1dan 2 Karya Habiburrahman El Shirazy
xlviii Unsur Intrinsik dan Nilai Edukatif Novel
Unsur Intrinsik dan Nilai Edukatif Novel
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan objek novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy. Dalam penelitian ini tidak ada pembatasan khusus tentang tempat penelitian. Sesuai dengan objek penelitian, penelitian ini banyak dilakukan di perpustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan penelitian sebagai sumber data. Penelitian akan dilaksanakan selama tujuh bulan, yaitu pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2009. Tabel 1. Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No
Jenis Kegiatan
Desember 2008-Juni 2009 Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
xxxx
xx
1
Pengajuan judul
xx
2
Penulisan proposal
xxx
3
Perizinan penelitian
4
Pengumpulan data
xxxx
xxxx
5
Analisis data
xxxx
xxxx
6
Penulisan laporan
xx
xx xxxx
xxxx
B. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan akan berujud kata-kata dalam kalimat yang mempunyai arti lebih
xlix
dari sekadar angka atau jumlah yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, menganalisisnya, dan menafsirkan data yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis isi (content ananlysis) karena sumber data utamanya merupakan karya sastra yang berupa naskah tertulis untuk mengetahui struktur novel dan nilai edukatif dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy.
C. Sumber Data Sumber yang dipakai adalah : 1. Dokumen Novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy dapat digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Ketika Cinta Bertasbih 2. 2. Informan Peneliti dapat mengambil data dengan wawancara kepada sejumlah tokoh pengamat sastra, pendidik / pakar pendidikan.
D. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Membaca novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy secara berulang-ulang. 2. Melakukan studi pustaka. 3. Mencatat kalimat-kalimat yang berkaitan dengan strukur novel, nilai edukatif dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy. 4. Wawancara dilakukan kepada orang-orang yang dianggap kompeten dalam dunia sastra untuk mengetahui dapatkah novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy digunakan untuk bahan ajar di SMA. Wawancara yang telah dilakukan peneliti yaitu dengan
l
Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd., Yudhi Herwibowo, Jo Pakagula, dan Bandung Mawardi selaku sastrawan di Solo. Wawancara juga dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia di SMA, yaitu dengan Sri Suwarsih, S. Pd., Titik Sugiyarti, S.Pd., Agus Suranto, S. Pd., Is Mugiyarti, S. Pd. dan Subagiyo S. Pd.
E. Teknik Sampling Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu melakukan pengambilan data baik dengan wawancara dengan orang tertentu yang kompeten terhadap karya sastra, orang yang dianggap kompeten dalam hal ini adalah Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd., Yudhi Herwibowo, Jo Pakagula, dan Bandung Mawardi selaku sastrawan di solo serta dengan Sri Suwarsih, S.Pd., Titik Sugiyarti, S.Pd., Agus Suranto, S. Pd., Is Mugiyarti, S. Pd. dan Subagiyo S. Pd. dan juga mengambil dokumen tentang novel-novel karya Habiburrahman yang dapat mendukung data penelitian.
F. Validitas Data Guna menjamin validitas data yang akan diperoleh dalam penelitian ini, maka peningkatan validitas akan dilakukan dengan cara menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran dengan cara memperoleh data tersebut dari pihak atau sumber berbeda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan atau kevalidan data. Penelitian ini menggunakan triangulasi teori. Triangulasi teori adalah pemeriksaan kebenaran data hasil analisis dengan menggunakan teori yang berbeda tetapi membahas masalah yang sama. Selain itu peneliti juga menggunakan triangulasi sumber, yaitu teknik pemeriksaan kebenaran data hasil analisis dengan mewawancarai sumber yang berbeda tetapi membahas masalah yang sama.
li
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis mengalir yaitu analisis dalam tiga komponen yaitu reduksi dalam sajian data dan simpulan data yang terjadi secara bersamaan. 1. Reduksi data. Reduksi data merupakan kegiatan mengklarifikasi data berdasarkan permasalahan yang dikaji. Data yang diambil berupa kata-kata yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2. Informasi-informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data penelitian ini. Data yang telah terkumpul kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang penting serta dicari tema atau polanya. Data yang telah direduksi memberi gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji serta mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh sewaktu-waktu.
2. Penyajian data Data yang telah direduksi kemudian pada langkah selanjutnya yaitu meneliti merakit data secara teratur dan terperinci sehingga mudah dilihat dan dipahami. Data tersebut kemudian dijabarkan dan diperbandingkan antara yang satu dengan yang lain untuk dicari persamaan dan perbedaannya. Display data juga merupakan bagian dari analisis. Analisis data dalam model mengalir dilakukan sejak tahap pengumpulan data.
3. Penyimpulan data Tahap ini adalah mencapai penarikan sebuah kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilaksanakan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian data. Setelah data diseleksi, diklafikasi dan dianalisis, data dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Ketika Cinta Bertasbih 2 yang kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Agar lebih jelas, dapat dilihat pada gambar. Masa Pengumpulan Data REDUKSI DATA lii Antisipasi
Selama
Pasca
Gambar 2. Komponen Analisis Mengalir (Mattew B. Miles & A. Michael Hubermen, terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi Mulyarto)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL
A. Hasil Penelitian 1. Stuktur Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 a. Tema Tema adalah suatu gagasan ataupun ide yang mengilhami karya sastra. Secara garis besar tema dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 karya Habiburrahman El Shirazy adalah masalah hakiki manusia yaitu percintaan. Percintaan yang disampaikan tidak hanya cinta sesama manusia tetapi juga cinta seseorang dengan Tuhan dan Rasul-Nya yang ditunjukkan dengan keimanan kepada Tuhan, dan sebaliknya cinta Tuhan kepada umat-Nya yang ditunjukkan dengan cobaan kepada hambanya serta petunjuk hidup berupa AlQuran dan Sunnah Rasul. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1, Habiburrahman El
liii
Shirazy menampilkan keteguhan iman tokoh-tokohnya dalam menghadapi cobaan tentang kisah percintaan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Dengar baik-baik perkataan Imam Ibnu Athaillah, saya bacakan langsung dari kitab aslinya. Beliau menagatakan: la yukhriju asy syawata illa khaufun muz’ijun aw syauqun muqliqun! Artinya tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana! (KCB1: 429) “Benar. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kau mencintai seseorang ada dua kemungkinan diterima dan ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kau mencintai Allah pasti diterima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak pernah merasa kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kau cintai itu dari hatimu. Tak akan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah darimu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB1: 430-431) …Pencinta sejati adalah orang yang mencintai karena Allah dan RasulNya. Kukira ketika menulis surat itu, perasaan dan pikiran Tiara sedang 52 Dan dalam kondisi seperti itu, setan oleng. Tidak jernih dan tenang. gampang merasuki perasaan dan pikirannya...(KCB1: 443-444) “Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi. Demi menjaga rahmat dan kasih sayang sesama manusia dan khususnya sesama Muslim, Baginda Nabi sudah memberikan petunjuk yang indah bagi kita. Petunjuk dan tata krama berkaitan dengan melamar wanita. Beliau dengan tegas mengatakan, ‘Haram hukumnya bagi seorang Muslim melamar di atas lamaran saudaranya!’ Kita dilarang melamar wanita yang telah duluan dilamar orang lain. Kecuali kalau wanita itu memang telah menolak, dan artinya masih kosong, tidak ada yang melamarnya, maka kita boleh melamarnya. (KCB1: 442-443)
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tema utama novel Ketika Cinta Bertasbih 1 karya Habiburrahman El Shirazy adalah cinta kepada Tuhan
liv
dan Rasul-Nya. Bahwa dalam Islam cinta yang sejati hanyalah cinta kepada Tuhan dan Rasulnya, bukan cinta sesama manusia. Selain itu, terdapat sub tema lain, yaitu tentang pendidikan. Pendidikan formal yang selama ini dalam masyarakat dijadikan landasan status seorang lebih tinggi jika orang tersebut telah memiliki gelar, dibandingkan yang tidak memiliki gelar. Padahal banyak pendidikan tentang hidup yang tidak didapat setiap orang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang-orang yang mengenalnya di dunia akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih dia menjalaninya. (KCB1: 126) …Tetapi tempaan hidup, ilmu hidup harus diusahakan. Allah tidak akan menambah ilmu seseorang kecuali seseorang itu berusaha menambah ilmunya. Ia merasa bekerja serius adalah bagian dari upaya menambah ilmu dan bagian usaha mengubah nasib. (KCB1: 131) Tak terasa matanya berkaca-kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang mau keluar. Kenapa ia harus meneteskan air mata. Apa yang harus ditangisinya. Ia langsung tersadarkan, kesuksesan sejati tidaklah sematamata hanya bisa diraih dengan meraih gelar Profesor Doktor. Dan kebahagiaan sejati tidak harus berupa nama besar yang disebut di manamana. Ia harus tahu siapa dirinya dan seperti apa kondisi dirinya agar tidak menzalimi dirinya sendiri. (KCB1: 177) Untuk menjaga hal itu memang perlu keseriusan dan kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau di atas kertas. Ia teringat satu ajaran dari Cina kuno: “Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan tidak keburu mati dulu.” (KCB1: 191) b. Tokoh dan Penokohan Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 karya Habiburrahman El Shirazy mempunyai banyak tokoh dalam berperan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Khairul Azzam, Eliana, Anna Althafunnisa, Furqan, Hafez, Fadhil, Cut Mala, Tiara, Sara, Nanang, Ali, Nasir, Pak Ali, Pak Alam, Pak Juneidi, Kiai Lutfi, Romi, Ustadz Mujab, Miss Italiana, Erna, Zahraza, Laila, Eiji Kotsuhiko, Fujita Kotsuhiko, Wail El Ahdali, Madam Jubaida, Aminu Ragab, Ibrahim, supir taksi, Wan Aina, Mahabits, Rio, Yayan dan Anam.
lv
Tokoh dan penokohan menurut kadar keutamaan tokoh-tokohnya dapat dikategorikan yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Namun di sini hanya akan mendeskripsikan tokoh yang memiliki peran penting dalam cerita yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan yang mempunyai peran penting dalam jalannya cerita. 1) Khairul Azzam Berdasarkan keutamaan tokohnya Khairul Azam merupakan tokoh utama yang protagonis. Dari fisik Khairul Azzam adalah sosok yang berbadan kurus: Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. Tak ada yang menjawab. Ia ingin membuat perhitungan dengan Azzam. Kata-kata Azzam tadi malam ia anggap sangat merendahkannya. Ia sangat tersinggung. Apalagi tadi malam pemuda kurus itu memutus pembicaraannya secara sepihak. Siapa dia berani-beraninya berlaku tidak sopan padanya? Baginya tindakan Azzam itu tidak hanya tidak sopan, tapi sangat menghinanya. Ia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai dengan suasana hatinya. (KCB1: 101) Sementara di sisi lain, seorang pemuda agak kurus memperhatikan pesona Anna dengan mata berkaca-kaca... (KCB1: 351) Sosok Khairul Azam adalah seorang yang religius, dia takut dengan Allah dan juga sangat mencintai Al-Quran. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Saat tangannya menyentuh gagang pintu hendak keluar, telpon di kamarnya berdering. Ia terdiam sesaat dan terus membuka pintu lalu melangkah keluar. “Kalau dia benar-benar perlu, nanti pasti nelpon lagi setelah shalat. Apa tidak tahu ini saatnya shalat” lirihnya menuju lift. (KCB1: 51) Apalagi jika ada order membuat bakso atau sate ayam dari bapak-bapak atau ibu-ibu KBRI, nyaris ia tidak bisa menyentuh buku, termasuk buku muqarrar yang semestinya ia sentuh. Kecuali Al-Quran, dalam sesibuk apapun tetap merasa harus menyentuhnya, membacanya meskipun cuma setengah halaman lalu menciumnya dengan penuh rasa takzim dan kecintaan. Ia merasa, dalam perjuangan beratnya di negeri orang, AlQuran adalah pelipur dan penguat jiwa. (KCB1: 171-172) Di Mesir Azzam juga dikenal sebagai mahasiswa yang sudah delapan tahun lebih bahkan hampir sembilan tahun kuliah namun belum lulus juga
lvi
karena lebih senang berbisnis tempe dan bakso. Terlihat dalam kutipan sebagai berikut: Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang-orang yang mengenalnya di dunia akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih dia menjalaninya. (KCB1: 126) Beberapa mahasiswa baru yang mengenalnya, lebih banyak mengenal sebagai mahasiswa kawakan yang belum juga lulus S.1. Padahal ia sudah sembilan tahun di Mesir. Ia sama sekali tidak mempedulikan hal itu. Baginya, yang penting ia telah melakukan hal yang benar... (KCB1: 218) Azzam juga mempunyai sifat tegas dalam berbisnis, walaupun banyak orang yang meremehkan bisnisnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: …Jika ada tugas lagi, ini jelas diluar kesepakatan. Jelas saya tidak bisa menerimanya Mbak, maaf! Apa hubungannya Mbak dengan saya sehingga dengan seenaknya Mbak memberi tugas kepada saya!? Apa saya bawahan Mbak!? Maaf saya tidak bisa Mbak!” (KCB1: 53) Meskipun Ia dikalangan mahasiswa di Cairo dikenal sebagai penjual tempe, ia tidak mau diperlakukan seenaknya. Ia sangat sensitif terhadap hal-hal yang terasa melecehkan harga dirinya. Memberi perintah seenaknya kepadanya adalah bentuk dari penjajahan atas harga dirinya. Azzam adalah orang yang sangat menghargai kemerdekaannya sebagai manusia yang hanya menghamba kepada Allah SWT. (KCB1: 53-54) Azzam juga sosok rajin, pekerja keras demi keluarga yang sangat dia cintai. Azzam bahkan rela berkorban demi keluarganya yang berada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: …Saya memang harus bekerja keras pak. Bagi saya ini bukan beban. Saya tidak merasakannya sebagai beban. Meskipun orang lain mungkin melihatnya sebagai beban. Saya memang harus bekerja untuk menghidupi adik-adik saya di Indonesia. Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jalan. Maka satu-satunya jalan adalah saya harus bekerja keras di sini. Jadi itulah kenapa saya sampai jualan tempe, jualan bakso, dan membuka jasa catering.” (KCB1: 70) Azzam masih berkutat dengan kacang kedelainya yang telah ia beri ragi. Dengan penuh kesabaran ia harus membungkusnya agar menjadi tempe….Sejak Ustadz Mujab menyarankan agar ia mengukur dirinya, ia
lvii
memutuskan untuk total membaktikan diri pada ibu dan adik-adiknya di Indonesia. (KCB1: 131) Untuk menjaga hal itu memang perlu keseriusan dan kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau di atas kertas. Ia teringat satu ajaran dari Cina kuno: “Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan tidak keburu mati dulu.” (KCB1: 191) Dalam kondisi seletih apapun, ia harus tetap sabar dan tegar melakukan itu semua. Jika tidak, ia takkan hidup layak, juga adik-adiknya di Indonesia. Namun karena sudah biasa, itu semua sudah tak lagi menjadi sesuatu yang berat baginya. (KCB1: 217) Dan yang paling penting bagi dirinya, dengan kerja keras yang sudah biasa ia lakukan, ia sama sekali tak kuatir akan masa depannya. Ia merasa bersyukur dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya saat ini. Ia berani menatap mantap masa depannya. Ia tidak merasa cemas? Apa yang perlu dicemaskan oleh seorang manusia yang diberi pikiran sehat, anggota badan yang genap, dan mengimani adanya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? (KCB1: 217-218) Azzam terus membuat bola demi bola dan memasukkannya ke dalam air panas. Kepalanya sudah terasa panas. Matanya telah lelah. Tubuhnya telah minta istirahat. Tapi malam itu juga harus selesai. Ia tidak boleh kalah oleh matanya yang merah. Ia harus disiplin. Jika tidak, besok pagi pekerjaannya akan menumpuk, dan akibatnya bisa berantakan. Tapi jika ia tetap teguh, disiplin, dan menyelesaikan pekerjaan yang harus selesai malam itu, maka semua akan lebih mudah. Pekerjaan-pekerjaannya yang lain akan selesai pada waktunya. Memang, satu disiplin akan mendatangkan disiplin yang lain. Itu yang ia rasakan. (KCB1: 251) Azzam memejamkan mata, tapi pikirannya mengembara kemana-mana. Mengembara ke ruang-ruang kelelahan demi kelelahan, tanggung jawab demi tanggung jawab, bakti demi bakti. Perjalanan hidup yang harus ditempuhnya di Cairo adalah kerja keras, tetesan keringat, mata yang kurang tidur, pikiran yang penuh, dan doa yang dibalut tangis jiwa. Ingatan pada ibu dan adik-adiknya adalah tanggung jawab sebagai seorang lelaki sejati yang beriman. Ingatan pada ayahnya adalah kewajiban bakti seorang anak mengalirkan doa pembuka rahmat Allah di alam baka. (KCB1: 283) Selain itu Khairul Azzam juga seorang yang suka membantu dan rela berkorban untuk temannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam membantu Eliana memasak nasi panas dan ikan bakar:
lviii
“Baiklah, sekarang masalah bantu membantu. Bukan bisnis. Saya ingin murni membantu, jadi saya tidak akan mengharapkan apapun dari Mbak.” (KCB1: 56) Azzam saat menolong mahasiwa Indonesia yang kecopetan dan bukunya tertinggal di bus: Bus berhenti. Azzam menuju ke pintu depan. Begitu pintu dibuka ia langsung melompat. Ia nyaris bertabrakan dengan penumpang yang mau turun. Ia mepet bergantung di pinggir pintu dan minta sang sopir berhenti sebentar... (KCB1: 206) Azzam membiayai biaya rumah sakit Fadhil karena saat itu Fadhil tidak mempunyai uang: Hari berikutnya Fadhil boleh dibawa pulang. Untuk membayar biaya rumah sakit, Azzam harus merelakan uang hasil kerja kerasnya berjualan bakso… (KCB1: 303) “Alhamdulillah. Semua telah dibayarkan oleh Kang Azzam. Meskipun Kang Azzam tidak minta dikembalikan, suatu saat nanti jika ada rezeki pasti akan kakak kembalikan. Kang Azzam terlalu baik bagi anggota rumah ini. Terkadang aku iri padanya. Iri akan kebaikan dan sifat pemurahnya.”(KCB1: 318) Azzam adalah seseorang yang mudah terharu dan mudah menitikkan air matanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Iya Ustadz, terima kasih. Ini akan menjadi nasihat yang berharga bagi saya.” Jawab Azzam dengan mata berlinang. Kalimat Ustadz Saiful Mujab sangat berat ia terima. Ia sangat tersindir. Tapi ia tidak bisa berbuat apa – apa. Dengan bahasa lain, sebenarnya Ustadz Mujab seolah ingin mengatakan bahwa ia sama sekali “tidak berhak” melamar Anna. Atau lebih tepatnya sama sekali “tidak layak” melamar Anna. Hanya mereka yang berprestasi yang berhak dan layak melamarnya. (KCB1: 126) Ia memandangi buku-buku itu dengan mata berkaca-kaca. Ingin sekali rasanya memiliki buku-buku baru itu, lalu melahapnya dengan penuh konsentrasi seperti tahun pertama hidup di Mesir dulu… (KCB1: 174) …Ia baca pengumuman itu dengan seksama. Matanya berkaca-kaca. Ia tak sanggup membayangkan, mungkinkah suatu saat nanti namanya ditulis dalam sebuah pengumuman seperti itu… (KCB1: 175) Tak terasa matanya berkaca-kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang mau keluar. Kenapa ia harus meneteskan air mata. Apa yang harus
lix
ditangisinya. Ia langsung tersadarkan, kesuksesan sejati tidaklah sematamata hanya bisa diraih dengan meraih gelar Profesor Doktor. Dan kebahagiaan sejati tidak harus berupa nama besar yang disebut di manamana. Ia harus tahu siapa dirinya dan seperti apa kondisi dirinya agar tidak menzalimi dirinya sendiri. (KCB1: 177) Matanya kembali berkaca-kaca. Ada yang terasa menyesak dalam dada. Sebenarnya sangat ingin ia bertemu langsung dengan Dr. Yusuf Al Qardhawi. Ulama moderat jebolan Al Azhar yang sangat brilian pemikiran-pemikirannya… (KCB1: 181) Khairul Azzam adalah orang yang mempunyai sifat lapang dada dalam menerima sesuatu yang memang bukan haknya. Hal ini dapat dilihat ketika lamarannya kepada Anna ditolak oleh Ustadz Mujab: …Kalau ingin memiliki isteri seperti dia, cobalah kau menstandarkan dirimu dulu seperti dia. Kalau aku jadi orang tuanya, dan ada dua mahasiswa Al Azhar yang satu serius belajarnya dan yang satu hanya sibuk membuat tempe. Maaf Rul, pasti aku akan memilih yang serius belajarnya. Kau tentu sudah paham maksudku. Bukan aku ingin menyinggungmu, tapi aku ingin kau memperbaiki dirimu. Aku ingin kau lebih realistis. Cobalah kau raba opini di Cairo tentang dirimu. (KCB1: 126) “Iya Ustadz terima kasih. Ini akan menjadi nasihat yang berharga bagi saya.” Jawab Azzam dengan mata berlinang. Kalimat Ustadz Saiful Mujab sangat berat ia terima. Ia sangat tersindir. Tapi ia tidak bisa berbuat apaapa. Dengan bahasa lain, sebenarnya Ustadz Mujab seolah ingin mengatakan bahwa ia sama sekali “tidak berhak” melamar Anna. Atau lebih tepatnya sama sekali “tidak layak” melamar Anna. Hanya mereka yang berprestasi yang berhak dan layak melamarnya. (KCB1: 126) Khairul Azzam adalah orang yang sabar dan juga bijaksana. Dia juga berusaha menjaga kesucian hatinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: …Tetapi tempaan hidup, ilmu hidup harus diusahakan. Allah tidak akan menambah ilmu seseorang kecuali seseorang itu berusaha menambah ilmunya. Ia merasa bekerja serius adalah bagian dari upaya menambah ilmu dan bagian usaha mengubah nasib. (KCB1: 131) …Segera ia mencegah hatinya untuk merasakan simpati berlebihan pada gadis Aceh itu. Ia teringat tiga adik perempuannya di Indonesia. Husna, Lia dan Sarah. Ia harus menghormati Cut Mala. Ia ingin orang lain menghormati tiga adiknya. (KCB1: 312)
lx
Sifat Azzam yang lainnya adalah seorang yang bersemangat dan mempunyai tanggungjawab yang besar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Baiklah saat ini aku belum berhasil menunjukkan prestasi. Tapi tunggulah lima tahun kedepan. Akan aku buktikan bahwa, aku, Khairul Azzam berhak melamar gadis salehah yang mana saja.” (KCB1: 127) Azzam belajar dengan penuh semangat. Ia ingin khatam. Ia merasa prestsi akademisnya yang tidak cemerlang harus ditutup dengan menuntaskan ilmu paling pokok dalam Islam. Yaitu ilmu membaca Al-Quran dengan benar, tidak asal-asalan. Adapun ilmu untuk memahami Al-Quran, ia telah mendapatkannya dari kampus Al Azhar. (KCB1: 420) “Kamu sembrono Sir! Kalau kau bisa menemukan jalan keluar agar dia tidak menginap di rumah ini sebaiknya kaulakukan! Sebagai imam di rumah ini aku tidak mengijinkan!” tegas Azzam. Ia merasa, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga kenyamanan dan keamanan anggota keluarganya. (KCB1: 254) “Maafkan saya Kang. Saya tidak tahu kalau akan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan seperti itu. Saya beruntung satu rumah bersama orang yang berjiwa mengayomi dan melindungi seperti Sampeyan. Sekarang saya harus bagaimana Kang baiknya?” Ucap Nasir dengan diserti rasa penyesalan yang dalam. (KCB1: 284) 2) Eliana Eliana merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Eliana adalah sosok gadis yang tidak hanya cantik secara fisik tapi juga cerdas dan berprestasi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok yang sedang menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Mesir. Gadis yang pesonanya dikagumi banyak orang. Dikagumi tidak hanya karena kecantikan fisiknya, tapi juga karena kecerdasan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Lebih dari itu, gadis itu adalah putri orang nomor satu bagi masyarakat Indonesia di Mesir. (KCB1: 41) Belum begitu lama menghirup udara Mesir, gadis yang memiliki suara jernih itu langsung menunjukkan prestasinya. Kontan, ia langsung jadi pusat perhatian. Sebab baru satu bulan di Cairo, tulisan opininya dalam bahasa Inggris sudah dimuat di koran Ahram Gazette… (KCB1: 43)
lxi
Terhitung, gadis yang menyelesaikan S.1-nya di EHESS Perancis itu sudah tiga kali tampil di layar televisi Mesir. Sekali di Nile TV. Dua kali di Channel 2. Wajahnya yang tak kalah pesonanya dengan diva pop dari Lebanon, Nawal Zoughbi, dianggap layak tampil di layar kaca. Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih berbahasa Inggris dan Perancis. (KCB1: 42-43) …gadis berpostur tubuh indah itu berbalut kaos lengan panjang ketat berwarna merah muda dan celana jeans putih ketat. Balutan khas gadisgadis aristokrat Eropa itu membuatnya tampak langsing, padat dan berisi… (KCB1: 52) …Ya dia cantik dan cerdas. Juga kaya. Anak pejabat… (KCB1: 86) Eliana tidak terlalu reglius bahkan dia lebih mementingkan kehidupan duniawi. Ini terlihat ketika Azzam menanyakan sholat ke Eliana: “Hei kemana saja? Aku sudah mencari Mas Khairul kemana-mana? Sudah dua puluh tujuh kali aku ngebel ke kamar Mas Khairul! Ada hal penting! Ayo kita bicara di lobby saja!” Eliana nerocos tanpa memberi kesempatan menjawab… (KCB1: 51-52) Azzam bertanya pada Eliana: “Mbak Eliana sudah shalat?” Tanya Azzam pelan… (KCB1: 52) Eliana menjawab: “Ah shalat itu gampang! Yang penting ini. Ada tugas penting untuk Mas Khairul malam ini. Tugas terakhir. Aku janji!” sahut Eliana nerocos tanpa rasa dosa karena menggampangkan shalat. (KCB1: 52) Azzam bertanya pada Eliana: “Sebentar. Apa tidak sebaiknya Mbak shalat Maghrib dulu kalau belum shalat?” (KCB1: 56) Eliana menjawab: “Aduh, shalat lagi, shalat lagi. Shalat itu gampang!” (KCB1: 56) Eliana juga gadis yang terlalu bebas dalam pergaulannya. Bahkan orang tuanyapun terlalu membebaskannya. Ini terbukti saat ia akan memberikan hadiah ciuman kepada Azzam: “Mbak mau menghadiahi aku ciuman khas Perancis? Ah yang benar saja?”
lxii
“Benar, sungguh! Tapi Mas Khairul keburu pulang sih. Jadi sorry dech ya.” (KCB1: 52) …Tidak sedikit yang aku lihat sangat tertarik pada Eliana. Meskipun mereka tahu bagaimana cara berpakaiannya yang terkadang tak kalah beraninya dengan artis Hollywood…(KCB1: 86) Ketika ayah Eliana bangga putrinya bisa menari perut: …Lha ini orang Eliana bangga cerita kemana-mana. Bahkan ia sudah cerita di website pribadinya. Ayahnya yang jadi Dubes itu juga bangga. Bahkan pernah meminta putrinya menunjukan kebolehannya dihadapan diplomat-diplomat asing…(KCB1: 87) Eliana adalah gadis yang mudah emosi dan marah sebelum ia mendengar penjelasan dari orang lain: “Dasar pemuda kampungan kolot! Pemuda konservatif! Pemula bahlul bin tolol! Awas nanti ya!” geramnya. (KCB1: 75) Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. Tak ada yang menjawab. Ia ingin membuat perhitungan dengan Azzam. Kata-kata Azzam tadi malam ia anggap sangat merendahkannya. Ia sangat tersinggung. Apalagi tadi malam pemuda kurus itu memutus pembicaraannya secara sepihak. Siapa dia berani-beraninya berlaku tidak sopan padanya? Baginya tindakan Azzam itu tidak hanya tidak sopan, tapi sangat menghinanya. Ia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai dengan suasana hatinya. (KCB1: 101) Eliana mondar-mandir di lobby hotel. Ia memperhatikan dengan seksama orang-orang yang duduk dan lalu lalang di situ. Ia menanti Azzam untuk dilabraknya. Ia hendak memarahinya seperti ia memarahi pembantupembantunya yang melakukan sesuatu yang membuatnya murka. (KCB1: 101-102) “Pak Ali ke mana saja? Lihat tukang masak itu tidak?” Nadanya tidak lembut seperti biasanya. (KCB1: 108) 3) Anna Althafunnisa Anna merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Anna adalah gadis yang cantik dan cerdas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
lxiii
…Pada saat yang sama Pak Kiai Lutfi punya anak gadis yang sangat cerdas. Dan sangat cantik. Sungguh sangat cantik. Kecantikannya ibarat maknun yang mengalahkan semua permata yang ada di dunia. Aku berani bertaruh kecantikannya bisa mengatasi Eliana…(KCB1: 96) …Maka Putri Pak Kiai Lutfi ini bisa bahasa Arab, Inggris dan Mandarin. Saat di Madrasah Aliyah dia pernah ikut program pertukaran pelajar ke Wales, U.K. dan apa kau tahu di mana dia sekarang?” (KCB1: 96) “Iya, dialah gadis cantik dan salehah yang aku maksud. Dan saat ini ayahnya menginginkan dia segera menikah. Aku pikir kamu lebih baik menikah dengan orang sekualitas Anna daripada dengan yang model Eliana. Kalau kamu mendapatkan Anna, kamu telah mendapatkan surga sebelum surga. Percayalah padaku. Aku tahu betul kualitas Anna, ayahnya dan keluarganya. Mereka dari golongan orang-orang ikhlas. Saran saya khitbahlah Anna Althafunnisa itu sebelum bidadari dari pesantren Daarul Quran itu dikhitbah orang lain.” (KCB1: 97) …Anna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi, dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya… (KCB1: 126) Seminar itu berjalan sangat hidup. Anna Althafunnisa jadi bintang yang bersinar cemerlang. Bahasa Inggrisnya yang khas Wales serta pengetahuannya yang luas, ditambah guyonan-guyonan segarnya benarbenar menghidupkan suasana. Hadirin selalu berdecak kagum dan tersihir oleh kepiawaian mahasiswi dari Indonesia yang selama ini tidak banyak dikenal itu. (KCB1: 350) “Uedan, moderatornya siapa itu Cak? Cuantik, pinter dan bahasa Inggrisnya yang fasih buetul! Anake sopo yo kae?” Seorang mahasiswa dari Surabaya berkomentar pada temannya. (KCB1: 351) Anna Althafunnisa juga gadis yang salehah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Iya, dialah gadis cantik dan salehah yang aku maksud. Dan saat ini ayahnya menginginkan dia segera menikah. Aku pikir kamu lebih baik menikah dengan orang sekualitas Anna daripada dengan yang model Eliana. Kalau kamu mendapatkan Anna, kamu telah mendapatkan surga sebelum surga. Percayalah padaku. Aku tahu betul kualitas Anna, ayahnya dan keluarganya. Mereka dari golongan orang-orang ikhlas. Saran saya khitbahlah Anna Althafunnisa itu sebelum bidadari dari pesantren Daarul Quran itu dikhitbah orang lain.” (KCB1: 97)
lxiv
…Anna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi, dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya... (KCB1: 126) Selain itu Anna Althafunnisa memiliki sifat pencemburu. Tapi dia sendiri juga binggung kenapa dia bisa cemburu: Komentar mahasiswi Malaysia itu didengar dengan jelas oleh Anna dari kamarnya. Entah kenapa, ia begitu cemburu mendengar komentar itu. Ia jadi heran sendiri kenapa ia mesti cemburu. Padahal ia bukan siapasiapanya… (KCB1: 213) Anna Althafunnisa juga gadis yang berbakti pada orang tuanya, dengan bukti ia mempertimbangkan pendapat orangtuanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Terima kasih Wan. Mungkin dengan pergi ke Malaysia pikiranku bisa lebih jernih dan tenang. Dan ku pikir masalah khitbah ini perlu aku musyawarahkan dengan abah dan ummiku di Indonesia.” (KCB1: 261) Anna adalah gadis yang suka menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Ingat kak, kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan. Tolonglah panitia kak!” desak Wan Aina Anna sama sekali tidak bisa mengelak, akhirnya ia menjawab, “Baiklah akan aku coba semampuku.” (KCB1: 346) 4) Furqan Furqan adalah sosok laki-laki yang tampan cerdas dan taat dalam beribadah, bahkan dia pernah menjadi ketua PPMI. Dia juga anak seorang pengusaha nasional yang kaya. Tapi dari ketidakhati-hatiannya dia terjebak tidur bersama seorang wanita yang terkena virus HIV sehingga dia tertular. Akhirnyapun dia jahat dengan tetap bersikukuh menikahi Anna, walaupun dia tahu dirinya terkena virus HIV. Furqan digolongkan sebagai tokoh tambahan utama yang antagonis. Pengarang menggambarkan tokoh Furqan adalah sosok yang pandai dan rajin. Ini terlihat dari kutipan sebagai berikut: …Furqan lebih dikenal sebagai intelektual muda yang sering diminta menjadi nara sumber di berbagai kelompok kajian, sedangkan dirinya lebih dikenal sebagai penjual tempe… (KCB1: 67-68)
lxv
Ketika Furqan menjelaskan tentang sejarah pada Fujita: “Sejarahlah yang memberitahu kepada kita siapa sebenarnya kedua orangtua kita. Siapa nama kakek nenek kita. Sejarah jugalah yang memberitahu kepada kita tempat dan tanggal lahir kita. Sejarah juga yang akan memberitahukan kepada generasi mendatang bahwa mereka ada sebab kita lebih dulu ada. Jika mereka maju, maka sejarah yang akan memberitahukan kepada mereka bahwa kemajuan yang mereka capai tidak lepas dari keringat kita dan orang-orang yang lebih dulu ada. Orang yang tidak memperhatikan sejarah masa lalu sangat memungkinkan jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali, bahkan mungkin berkali-kali. Dan itu sungguh suatu kecelakaan yang menggelikan. Itulah kira-kira jawaban sederhana atas pertanyaan Anda Nona Fujita” (KCB1: 249) Usai shalat ia kembali ke hotel. Langsung masuk kamar. Membaca AlQuran beberapa halaman, lalu kembali membaca tesisnya. Ia kembali membaca baris demi baris. Sesekali ia memprediksi pertanyaan para penguji yang kira-kira akan disampaikan kepadanya lalu ia mempersiapkan jawaban yang ia anggap tepat. Tiba-tiba telpon berdering membuyarkan konsentrasinya. (KCB1: 221) Namun, kini Furqan sudah meraih gelar masternya…(KCB1: 358) Furqan juga sosok laki-laki yang mudah bingung, mudah emosi dan mudah putus asa. Ini terlihat dari kutipan sebagai berikut: “Masalahnya aku sudah terlanjur melamar seseorang. Dia mahasiswi Al Azhar. Tapi sampai sekarang dia belum memberikan jawaban. Aku bingung. Kalau aku batalkan lamaranku dan aku memilih Eliana yang sudah jelas mengejarku aku takut dianggap lelaki plin-plan. Aku takut dianggap memainkan anak orang. Tapi kalau aku menunggu terlalu lama, aku takut akhirnya lamaranku itu ditolak, dan aku khawatir Eliana sudah berubah fikiran. Aku bingung Rul.”(KCB1: 114) “Kenapa untuk pulang saja harus periksa darah. Kalian jangan membuat peraturan yang mengada-ada. Mentang-mentang ini negara kalian ya!” Furqan emosi mendengar perintah Kolonel Fuad yang baginya sangat tidak masuk akal. (KCB1: 381) “Aku tak percaya lagi Allah Maha Penyayang. Aku tak percaya lagi hi… hi…!” Hati Furqan benar-benar terguncang. Ia merasa dunianya telah kiamat. Belajar kerasnya selama ini telah sia-sia. Gelar masternya sia-sia. Hidupnya sia-sia. Dan ibadahnya menyembah Allah selama ini ia rasakan sia-sia. (KCB1: 400)
lxvi
“Hidupku sudah tamat. Aku sudah mati! Lebih baik aku langsung dikubur saja daripada aku harus menanggung aib yang sangat memalukan diriku, ibuku, ayahku, dan keluargaku!” (KCB1: 400) Furqan juga seorang yang boros dan terlalu berlebih, yaitu ketika dia memiih tinggal di hotel hanya untuk belajar: Ustadz Mujab kembali manarik nafas dan berkata, “Yang paling penting, kau harus mengintrospeksi dan me-muhasabah-i dirimu sendiri. Ini teguran dari Allah atas cara hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Menurutku kau sudah berlebihan dengan menginap di hotel untuk alasan agar bisa konsentrasi mempersiapkan sidang tesismu. Apa kamarmu masih kurang nyaman, masih kurang luas?!” (KCB1: 295) Saat Furqan boros dalam memilih mahar, padahal mahar tak perlu harus mahal: “Insya Allah nanti bakda Ashar aku akan ke Darussalam dan membeli mushaf untuk mahar yang terbaik dan termahal untuk Anna,” gumannya. (KCB1: 379) Furqan juga sosok orang yang cengeng. Dia mudah menangis ketika mendapat ujian dari Allah SWT: Ia kembali menangis meratapi nasibnya. Apa gunanya gelar M.A., jika ia mengidap penyakit paling ditakuti manusia sedunia. Apa gunanya belajar bertahun-tahun di bumi para Nabi, jika akhirnya pulang hanya membawa aib bagi diri dan keluarga. (KCB1: 386) Furqan malah merangkul Abduh dan menangis tersedu-sedu. Abduh diam saja. Ia membiarkan Furqan puas menangis dalam rangkulannya. Setelah puas Furqan melepaskan rangkulannya dan menceritakan dengan terbatabata semua yang dialaminya selama ini. Ia curahkan semua kesedihan dan penderitaannya. (KCB1: 394) Furqan kembali menangis. Abduh yang mendengar itu semua ikut terharu dan meneteskan air mata. (KCB1: 395) Tangis Furqan meledak, “Bagaimana mungkin ini terjadi? Bagaimana mungkin? Aku tidak pernah melakukan dosa besar itu. Tidak pernah!” (KCB1: 399) Begitu siuman Furqan langsung ingat apa yang dialaminya. Ia langsung menangis. Colonel Fuad menenagkannya. (KCB1: 401)
lxvii
5) Hafez Hafez merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Hafez adalah teman Azzam satu rumah. Secara fisik dia adalah laki-laki yang memakai kacamata. Sosok Hafez dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Pemuda berkaca mata itu beranjak ke kamarnya. Azzam menutup kamarnya. Tanpa dikunci. Ia merebahkan badannya. Ia tahu Hafez menghadapi masalah serius. Tapi ia perlu istirahat. Dan membicarakannya setelah subuh ia rasa tidak terlambat. Subuh sudah sangat dekat. Ia kembali berdoa, memejamkan mata dan tidur lelap. (KCB1: 135) Hafez juga sosok yang tidak sabaran: “Maaf Kang, saya tidak kuat lagi. Saya tidak bisa tidur Kang. Saya tidak tahu harus bagaimana? Saya perlu orang yang saya ajak bicara. Saya mau minta pertimbangan Kang Azzam. Saya tidak kuat lagi Kang.” Hafez dengan suara serak. (KCB1: 133) “Aku tahu kau pasti berat menanggung perasaan itu Fez. Tapi Afwan, aku belum tidur. Aku harus istirahat. Jika tidak aku bisa ambruk. Nanti saja kita bicarakan setelah shalat subuh ya. Kau baca Al-Quran saja sana untuk menenangkan jiwa sambil menunggu Subuh. Nanti kalau sudah Subuh aku dan teman-teman dibangunkan. Gitu ya?” (KCB1: 133) Hafez juga orang yang cengeng: Ia sesenggukan. Menangis dengan perasaan cinta, sedih, rindu, dan merasa berdosa bercampur jadi satu. (KCB1: 136) Hafez juga sosok yang suka dipuji: Hafez yang mendengar dirinya dipuji Fadhil di hadapan Cut Mala merasa sangat berbahagia. Kedua kakinya seperti tidak menginjak bumi. Ia seperti melayang. Ia segera menguasai diri.(KCB1: 314) 6) Nanang Nanang merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Nanang juga teman satu rumah Khairul Azzam. Nanang adalah laki-laki yang suka menulis. Ini terlihat dari kutipan sebagai berikut: “Maksudnya latihan Kang. Latihan bikin cerpen. Bukan iseng!” (KCB1: 216) Nanang juga seorang yang penakut penakut dalam mengambil resiko bisnis dan juga takut terhadap kekerasan secara fisik:
lxviii
“Wah kamu itu Nang, penakut. Tak punya nyali. Ini bisnis Nang. Bisnis! Nyawa bisnis itu keberanian Nang. Dalam dunia bisnis yang berhasil adalah mereka yang memahami bahwa, hanya ada beberapa sedikit antara tantangan dan peluang, dan mereka bisa merubahnya menjadi keuntungan… (KCB1: 236) Ali, Nanang dan Fadhil berdiri gemetar. Bibir mereka biru. Tak sepatah kata pun mereka ucapkan. Tak terasa ada yang membasahi celana Fadhil… (KCB1: 264) Nanang juga orang yang suka membantu temannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Di pintu gerbang Nanang telah menuggunya. “Kedelainya biar saya angkat Kang.” Nanang menawarkan diri. Azzam yang sangat lelah menurunkan karungnya yang berisi kedelai. Nanang langsung memanggulnya. Mereka berdua menaiki tangga.(KCB1: 312) 7) Nasir Nasir juga teman satu rumah Khairul Azzam. Nasir merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Nasir adalah sosok yang suka basa-basi. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut: “Afwan Kang. Ini juga tidak saya sengaja. Kami bertemu di Ramsis. Saya kenal baik dengannya. Saya pernah ke rumahnya dan saya dijamu oleh keluarganya. Saya mulanya basa-basi saja menawarkan dia berkunjung ke rumah dan menginap. Saya kira dia pasti tidak mau. Ee ternyata koq mau. Lha bagaimana lagi? Masak harus menjilat ludah sendiri. Ya sudah akhirnya saya ajak dia.” (KCB1: 253) Nasir juga orang yang kurang berhati-hati. Karena ketidakhatihatiannya tersebut merugikan banyak orang. Bahkan Fadhil sampai masuk rumah sakit: ….“Tadi malam terjadi peristiwa besar di rumah ini. Peristiwa yag tak lain adalah getah dari tindakan ketidakhati-hatianmu,” lanjut Azzam. Nasir kaget mendengarnya. (KCB1: 283) 8) Fadhil Fadhil merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Fadhil juga teman satu rumah Khairul Azzam. Dia di Mesir dengan adiknya Cut Mala. Fadhil seorang yang kurang bisa jujur dengan perasaannya:
lxix
…Dadanya sebenarnya terasa sesak mendengar Tiara dilamar oleh Zulkifli…Fadhil tersadar. Ia harus menanggapi realita. Realita gadis yang diam-diam telah ia rancang hendak ia lamar setelah ujian…”katakan pada Tiara, Ustadz Zulkifli itu teman kakak selama di pesantren dulu. Ia orang yang baik. Susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Itu pendapat kakak. Namun semuanya tentu kembali ke Tiara. Sebaiknya dia shalat Istikharoh dulu. Walau bagaimanapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang diputuskan.” Jawaban Fadhil jelas, tegas dan tanpa ragu. Meski jauh di lubuk hatinya, ada jenis getar-getar suara aneh yang susah diartikan maknanya. Orang yang pernah jatuh cinta, pastilah bisa mendengar getar-getar suara itu. (KCB1: 322-323) Fadhil juga seorang penakut: Ali, Nanang dan Fadhil berdiri gemetar. Bibir mereka biru. Tak sepatah kata pun mereka ucapkan. Tak terasa ada yang membasahi celana Fadhil…. (KCB1: 264) Fadhil juga seorang pencemburu: Saat ini belum apa-apa dirinya sudah terbakar oleh api cemburu, api penyesalan dan api kesedihan yang luar biasa panas baranya. Ia meratapi nasibnya. Alangkah ruginya dirinya, tidak mendapatkan orang yang dicintainya. Tidak mendapatkan gadis sebaik Tiara yang sudah lama ia damba. Dan alangkah bahagia temannya itu, Zulkifli yang akan menyunting gadis selembut Tiara. (KCB1: 423) Fadhil juga seorang yang cengeng: …Air matanya terus meleleh tanpa bisa ditahannya. Ia baru saja menghadiri rapat pembentukan panitia pernikahan Tiara dengan Zulkifli. Seperti yang ia duga, ia pasti diminta terlibat jadi panitia. Ia bahkan sempat diminta untuk jadi ketua panitianya. Dengan berat hati ia menolaknya. (KCB1: 422) …Matanya sedikit pun tak mau terpejam. Air matanya terus meleleh. Hatinya pilu. Tubuhnya seperti remuk redam. (KCB1: 423) Akad nikah berlangsung. Fadhil duduk menundukkan muka dengan hati gemuruh luar biasa. Tiara duduk dengan penuh rasa pasrah. Zulkifli menjawab akad dengan mantap dan lantang. Akad nikah telah terjadi. Pipi Fadhil basah. Tiara tak kuasa menahan tangisnya. Fadhil memeluk Zulkifli…. (KCB1: 449) Usai akad Fadhil langsung minta pada temanya dari Aceh untuk membereskan semuanya. Ia minta diri untuk pulang. Ia bilang ada urusan penting. Namun sebenarnya, ia tiada kuasa untuk menumpahkan
lxx
tangisnya. Keluar dari KBRI ia mencegat taksi, dan saat taksi itu berjalan ia menangis dengan sepuas-puasnya. (KCB1: 450) Fadhil juga seorang berbesar jiwa untuk menerima pernikahan Tiara dengan Zulkifli: Fadhil terus berjuang untuk tabah dan berbesar jiwa. Tak ada pilihan lain baginya… (KCB1: 447) 9) Cut Mala Cut Mala adalah adik dari Fadhil. Cut Mala merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Dia adalah gadis salehah yang pandai dan sopan. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut: Sedemikian membuncahnya perasaan itu sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal saat itu, ia harus konsentrasi memikirkan ujian Al Azhar yang tinggal satu bulan lagi. Yang ada dalam pikiran dan hatinya selalu saja Cut Mala. Wajah Cut Mala. Suara Cut Mala. Langkah Kaki Cut Mala. Budi bahasa Cut Mala. Gaya bahasa Cut Mala. Tingkah laku dan perangainya yang halus, sopan, dan sangat menjaga diri. Prestasiprestasinya yang selalu terukir dengan gemilang. Bahkan pendapatpendapatnya yang tertuang dalam berbagai buletin kemahasiswaan di Cairo. (KCB1: 135) Cut Mala juga gadis yang perhatian dengan kakak yang sangat ia sayangi yaitu kak Fadhil, ketika kakaknya sakit dia berusaha menjaga kakaknya dengan sebaik-baiknya: “Tapi kakak masih belum sehat benar Kak. Apa tidak bisa menunggu dua atau tiga hari lagi?” (KCB1: 308) “Ya semoga segera pulih seperti sedia kala. Sebentar lagi kan mau ujian. Saya kuatir kalau mengganggu ujiannya.’’(KCB1: 311) 10) Tiara Tiara merupakan tokoh utama tambahan yang antagonis. Dia adalah gadis Aceh yang baik tapi karena perasaan cintanya terhadap Fadhil begitu besar sehingga dia rela mengorbankan segalanya. Padahal dia tidak perlu melakukan itu karena dia telah menerima lamaran Zulkifli. Dia bahkan ingin meninggalkan Zulkifli saat hari pernikahannya sudah dekat. Tapi itu semua
lxxi
sebenarnya tidak perlu terjadi kalau dia mau jujur dengan perasaannya. Tapi kenyataannya dia tidak mau jujur dengan perasaannya sendiri: Hati Tiara merasa lega mendengar jawaban Cut Mala. Sebenarnya ia ingin mengatakan pada Cut Mala, bahwa ia mencintai Fadhil, kakaknya, tapi ia tak sampai hati menyampaikannya. Rasa malulah yang menghalanginya. Selama ini ia hanya bisa meraba tanpa bisa memastikan apakah Fadhil memiliki perasaan yang sama atau tidak. Ia ingin mendengar komentar Fadhil tentang masalahnya untuk sedikit mencari petunjuk dan isyarat seperti apa sesungguhnya sikap Fadhil kepadanya. (KCB1: 147) Tiara juga gadis yang mudah putus asa dan gampang terbawa emosi. Ini terlihat dari kutipan sebagai berikut: …Gadis itu seperti kehilangan daya hidupnya. Ia merasa menjadi makhluk paling malang di jagad raya. Ia benar-benar tersiksa oleh perasaan hatinya.ia belu bisa menerima kenyataan bahwa ia telah menerima lamaran orang yang tidak diharapkannya. Ia belum bisa menerima kenyataan bahwa ia akan menikah tidak dengan orang yang selama ini dikaguminya, dihormatinya, dan dicintainya. Yaitu Fadhil, kakak cut Mala. Orang yang ia kagumi sejak di pesantren dulu. (KCB1: 424) …Namun sesungguhnya kalau dia memang tidak suka dia boleh dan tidak ada salahnya ia menolaknya. Kenapa saat itu ia emosi dan langsung menelpon ayahnya di Indonesia, menerima lamaran Zulkifli. Ia merasa memperoleh pelajaran berharga, keputusan yang diambil dengan penuh emosi, hanya mendatangkan penyesalan tiada henti. (KCB1: 447) 11) Sara Sara adalah putri seorang professor, yaitu professor Sa’duddin. Sara merupakan tokoh utama tambahan yang antagonis. Dia adalah gadis yang banyak berbicara. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut: Gadis itu adalah Sara. Dia memperkenalkan diri sebagai mahasiswi Cairo University yang tinggal di Mohandisin. Gadis itu ingin mengajaknya banyak bicara, sebab banyak yang harus ditulisnya. (KCB1: 164) Sara juga termasuk gadis yang suka memaksa bahkan mengancam Furqan ketika Furqan tidak datang menemui undangan makan malamnya. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut: “Justru saya kuatir, jika Anda tidak datang Anda akan menyesal. Undangan ini mungkin hanya sekali Anda dapatkan dalam hidup Anda.” (KCB1: 222)
lxxii
Saat Furqan berkata pada Sara: “O Nona Sara. Maaf saya tidak bisa menghadiri undangan Nona.” Sara menjawab: “Saya sangat kecewa! Dan saya yakin suatu saat nanti Anda akan sangat menyesal!” (KCB1: 250) 12) Pak Ali Pak Ali adalah supir dari keluarga Eliana. Pak Ali merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Dia adalah orang yang suka membantu dan sangat menghormati kerja keras orang lain. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut: Azzam membakar ikan yang dibeli Pak Ali. Ia meracik bumbu sedetail mungkin. Ia minta Pak Ali membantunya mengipasi arang agar terjaga baranya, sementara ia membuat sambalnya…. (KCB1: 65) “Aku sama sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adik-adikmu di Indonesia. Aku sangat salut dan hormat padamu Mas. Sungguh. Ketika banyak mahasiswa yang sangat manja dan menggantungkan kiriman orangtua, kau justru sebaliknya. Terus bekerja keras mas. Aku yakin kelak kau akan menerima kejayaan dan kegemilangan. Teruslah bekerja keras mas, setahu saya yang membedakan orang yang berhasil dengan yang tidak berhasil adalah kerja keras… (KCB1: 71) Pak Ali juga sosok bapak yang memberi nasihat. Dia menasihati Azzam agar tidak jatuh cinta pada Eliana tapi dia menyuruh untuk melamar Anna. Terlihat dalam kutipan sebagai berikut: “Itu tak penting. Yang penting Bapak ingin memberi saran sama kamu. Ini serius, sebaiknya orang seperti kamu jangan jatuh cinta sama sekali pada Eliana, dan orang seperti kamu jangan sekali-kali memimpikan isteri model Eliana. Itu saja!” (KCB1: 85) “Iya, dialah gadis cantik dan salehah yang aku maksud. Dan saat ini ayahnya menginginkan dia segera menikah. Aku pikir kamu lebih baik menikah dengan orang sekualitas Anna daripada dengan yang model Eliana. Kalau kamu mendapatkan Anna, kamu telah mendapatkan surga sebelum surga. Percayalah padaku. Aku tahu betul kualitas Anna, ayahnya dan keluarganya. Mereka dari golongan orang-orang ikhlas. Saran saya khitbahlah Anna Althafunnisa itu sebelum bidadari dari pesantren Daarul Quran itu dikhitbah orang lain.” (KCB1: 97)
lxxiii
c. Bahasa Ketika Cinta Bertasbih 1 merupakan novel pembangun jiwa yang berisi tentang dakwah Islam. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 juga terdapat kisah cinta yang tidak hanya berlandaskan terhadap nafsu. Dalam novel ini juga terdapat budaya Mesir. Bahasa dalam novel ini sangat santun dan halus. Setiap kata, kalimat dan paragraf yang disampaikan memiliki nilai estetis, membuat ajaran moral yang akan disampaikan tidak terkesan dipaksakan. Dalam menyampaikan nilai moral pengarang tidak mendikte melainkan melalui sikap dan perbuatan tokohnya dan pernyataan tokohnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: “Anakku, alangkah indahnya jika apa saja yang kau temui. Apa saja yang kau rasakan. Suka, duka, nikmat, musibah, marah, lega, kecewa, bahagia. Pokoknya apa saja, anakku. Bisa kau hubungkan dengan akhirat, dengan akhir hari. Dengan begitu hatimu akan sangat peka menerima cahaya hikmah dan hidayah. Hatimu lunak dan lembut. Selembut namamu. Dan tingkah lakumu juga akan tertib setertib namamu!” (KCB1: 150-151) Apalagi jika ada order membuat bakso atau sate ayam dari bapak-bapak atau ibu-ibu KBRI, nyaris ia tidak bisa menyentuh buku, termasuk buku muqarrar yang semestinya ia sentuh. Kecuali Al-Quran, dalam sesibuk apapun tetap merasa harus menyentuhnya, membacanya meskipun cuma setengah halaman lalu menciumnya dengan penuh rasa takzim dan kecintaan. Ia merasa, dalam perjuangan beratnya di negeri orang, AlQuran adalah pelipur dan penguat jiwa. (KCB1: 171-172) Tak terasa matanya berkaca-kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang mau keluar. Kenapa ia harus meneteskan air mata. Apa yang harus ditangisinya. Ia langsung tersadarkan, kesuksesan sejati tidaklah sematamata hanya bisa diraih dengan meraih gelar Profesor Doktor. Dan kebahagiaan sejati tidak harus berupa nama besar yang disebut di manamana. Ia harus tahu siapa dirinya dan seperti apa kondisi dirinya agar tidak menzalimi dirinya sendiri. (KCB1: 177) Seorang Muslim tidak boleh menzalimi Muslim yang lain. Apapun alasannya dalam Islam kezaliman tidak dibenarkan. Termasuk kezaliman dengan alasan cinta. Sungguh naïf, cinta macam apa yang mendatangkan kezaliman? (KCB1: 446) Selain bahasanya yang santun, indah dan halus, keindahan bahasa dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah dengan adanya majas
lxxiv
personifikasi yang berupa perumpamaan dan juga majas hiperbola yang melebihkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: …Akan tetapi lebih dari itu, yang membuat segala yang dipandangnya tampak menakjubkan adalah karena musim semi yang sedang bertandang di hatinya… (KCB1: 41) Matahari terus mendekati peraduannya. Sinarnya yang kuning keemasan kini mulai bersulam kemerahan. Ombak datang silih berganti seolah menyapa dan menciumi pasir-pasir pantai yang putih nan bersih. Terasa damai dan indah…. (KCB1: 46) Ia berjalan dengan hati berselimut cinta. Kedua matanya basah oleh air mata haru dan bahagia. Itu bukan pertama kali ia menangis bahagia. Ia pernah beberapa kali menangis bahagia… (KCB1: 149) Hati Furqan gerimis. Air matanya meleleh. Ia benar-benar menginsyafi cara hidupnya yang selama ini sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Ia benar-benar merasakan bahwa semua ini adalah teguran dari Dzat Yang Maha Bijaksana. (KCB1: 301) Ia merasakan langit seolah runtuh menimpa kepalanya. Pikirannya terasa gelap. Air matanya langsung tumpah. Ia merasa telah mati. Pedang yang sangat tajam seolah telah membabat lehernya. Tombak paling tajam dan berkarat seolah menancap di dadanya. Seluruh persendiannya seolah dipaku dengan paku-paku berkarat nan runcing. Tulang-tulangnya seolah telah dilolosi satu per satu. Sesaat lamanya ia tak bisa berbuat apa-apa. Seolah bumi hendak membetot kakinya. Air matanya terus meleleh membasahi pipinya. (KCB1: 399) Selain itu, ada juga beberapa puisi dan syair lagu yang bahasanya sangat indah. Puisi tersebut berupa saduran ataupun tulisan pengarang sendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: Aku bertanya kepada kemiskinan. Di manakah kamu berada? Ia menjawab, aku berada di sorban para ulama. Mereka adalah saudaraku. Yang tidak mungkin aku tinggal begitu saja Bagaimana mungkin ia bisa melalaikan itu semua? (KCB1: 301) Mari kita sama-sama insyaf Cinta sejati itu tidak menzalimi Cinta sejati berorientasi pada ridho Illahi Allah Allah Allahu Robbi Aku cinta dirimu duhai bidadari
lxxv
Tapi aku lebih cinta Tuhanku, Illahi Robbi (KCB1: 453) Ada juga lagu yang disadur dari lagu yang berjudul Saleum ciptaan Yakop S/ Imam J, dalam album Etnik Atjeh Saleum Group: Assalamo’alaikum wa rahmatullah Jaroe dua blah ateuh jeumala Karena saleum Nabi kheun sunnah Jaroe taumat tanda mulia Iseulam tauhid mu’arifat Watee meusapat geukheun agama (KCB1: 452) Ada juga lagu yang disadur dari lagu yang berjudul Troh Bak Watee, karya Komunitas Nyambung Aceh dalam album World Music from Aceh: Allah Allah Allahu Robbi Beek dilee Neubri Kiamat donya Lhe tat bueut salah ka dengon keuji Sayang lon robbi asoe neuraka (KCB1: 453) Bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Mesir. Karena setting novel ini di Mesir maka banyak menggunakan bahasa Arab fusha (formal) dan ‘amiyah (informal). Adapun untuk memudahkan pembaca tentang istilah asing disertakan pula catatan kakinya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: “Lau samahti ya Anesa Dina…” 15 “Na’am,” Resepsionis bernama Dina tampak terkejut, “Hadratak bitakallim ‘arabi?” 16 “Alhamdulillah, fin Aneasa Yasmin? Heya musy gaiya el yom?” 17 “Heya hategi bil leil, insya Allaj.” 18 (KCB1: 159) 15
Maaf Nona Dina. (Anesa atau Anisah adalah sapaan untuk perempuan yang belum menikah) 16 Anda bisa berbahasa Arab? 17 Alhamdulillah, mana Nona Yasmin? 18 Dia akan datang nanti malam, Insya Allah. “Assalamu’alaikum ya Ammu.” “Wa’alaikumussalam,o anta Azzam. Kaif hal?” 38 “Ana bi khair. Alhamdulillah. Andak ful shoya?” 39 “Thab’an ‘andi. ‘Aisy kam kilo?” 40 “Khamsah wa ‘isyrin kilo kal ‘adah.” 41 (KCB1: 195) 38 39
O kamu Azzam. Apa kabar? Saya baik-baik saja. Alhamdulillah. Masih punya kacang kedelai?
lxxvi
40 41
Tentu aku punya. Ingin berapa kilo? Dua puluh lima kilogram. Seperti biasa.
“Ana min Tanta. Ismi Wail. Wail El Ahdali.” 53 Pemuda itu menjabat tangan Azzam dan memperkenalkan diri. “Ahlan wa sahlan. Syaraftana bi ziyaratik. Ismi Azzam. Khairul Azzam.” 54 Jawab Azzam. (KCB1: 255) 53
Saya dari Tanta. Nama saya Wail. Wail El Ahdali. Ahlan wa sahlan. Engkau telah memuliakan kami dengan kunjunganmu. Nama saya Azzam. Khairul Azzam. 54
Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 terdapat banyak campur kode dalam penggunaan bahasanya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: “Wow..gila! it’s great dream,man!.... (KCB1: 60) …Sungguh, aku merasa sangat terhormat menerima surprise ini…. (KCB1: 66) …Ayo kita pulu’an pakai tangan saja rasanya lebih nikmat…. (KCB1: 66) “Dasar pemuda kampungan kolot! Pemuda konservatif! Pemula bahlul bin tolol! Awas nanti ya!” geramnya. (KCB1: 75) “Dulu saya anak orang paling kaya di Pedan, Klaten. Saya kuliah di Bandung, saat kuliah saya kenal dengan gadis asli Bandung, sebut saja namanya Neneng. Saya tergila-gila pada Neneng. Neneng memang primadona di kampus. Kecantikannya tak kalah dengan Sri Devi, bintang legendaries India itu. Sampai dia dapat julukan Sri Devi from Bandung. Ia anak seorang diplomat. Ibunya asli India. Pokoknya cantiknya luar biasa….(KCB1: 89-90) “Entah kenapa ya Mas. Aku kok sudah bosen banget sarapan di hotel.” (KCB1: 102) …Aku belum jawab. Eliana aku lihat sudah berusaha fair dan jujur… (KCB1: 113) “Masalahnya aku sudah terlanjur melamar seseorang. Dia mahasiswi Al Azhar. Tapi sampai sekarang dia belum memberikan jawaban. Aku bingung. Kalau aku batalkan lamaranku dan aku memilih Eliana yang sudah jelas mengejarku aku takut dianggap lelaki plin-plan. Aku takut dianggap memainkan anak orang…. (KCB1: 114)
lxxvii
“Aku tahu kau pasti berat menanggung perasaan itu Fez. Tapi Afwan, aku belum tidur. Aku harus istirahat. Jika tidak aku bisa ambruk. Nanti saja kita bicarakan setelah shalat subuh ya….. (KCB1: 133) …Saat itu ia hanya menjawab, “Inggih, sekedap” dan ia masih konsentrasi membaca buku yang baru ia beli di Shopping Centre Jogja… (KCB1: 152) …Akibatnya, jari si Kecil keripis, darah mengalir dalam jarinya dan harus dilarikan ke puskesmas…. (152) …Apa gunanya jadi sarjana, lulusan Al Azhar kalau tidak tanggap sasmita, kalau disuruh ibunya tidak segera beranjak!… (KCB1: 152) “Erna, kenape muka awak pucat macam tu? Fi eh?”… (KCB1: 209) “Sudahlah Erna. Kita cakap perkara yang lain saja. By the way, siapa tadi pemuda yang menolong kalian?” Tanya Zahraza. (KCB1: 213) “Sst… by the way dia handsome tak?” (KCB1: 213) “Sampeyan sih Kang diminta menghentikan mandinya sebentar tidak mau.”… (KCB1: 233) …“Kayaknya sampeyan yang sekarang harus nelpon balik Kang.” …(KCB1: 233) …Bagaimana bisa kebablasan sampai pukul delapan…. (KCB1: 276) “Uedan, moderatornya siapa itu Cak? Cuantik, pinter dan bahasa Inggrisnya yang fasih buetul! Anake sopo yo kae?” Seorang mahasiswa dari Surabaya berkomentar pada temannya. (KCB1: 351) d. Latar 1) Latar Tempat Latar tempat merupakan penggambaran di mana cerita tersebut terjadi. Latar tempat novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah tempat-tempat di Mesir. Tempat tersebut antara lain: taman pantai El Muntazah, lobby hotel dekat sungai Nil, pinggir pantai Cleopatra, di dalam mobil BMW, pinggir trotoar, toko buku El Manshiya, hotel, flat,tempat penjualan Muqarrar, rumah sakit, kampus Al Azhar, SIC,halaman Duta Wisma, KBRI, Munasabat Daarul Masjid Musa bin Nushair Hay El Sabe’ dan di pesawat. a) Lobby Hotel
lxxviii
Tempat ini adalah tempat pertemuan Azzam dengan Eliana. Saat itu Eliana akan minta bantuan ke Azzam untuk membuatkan ikan bakar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Saat pulang dari masjid, Azzam bertemu Eliana di depan pintu masuk lobby hotel. Melihat Azzam wajah Eliana tampak riang. (KCB1: 51) “Hei kemana saja? Aku sudah mencari Mas Khairul kemana-mana? Sudah dua puluh tujuh kali aku ngebel kekamar Mas Khairul! Ada hal penting! Ayo kita bicara di lobby saja!” Eliana nerocos tanpa memberi kesempatan menjawab… (KCB1: 51-52) b) Mobil BMW Tempat ini adalah saat Eliana, Azzam dan Pak Ali akan berbelanja ke pasar, mereka mengendarai mobil BMW dan berbincang-bincang di dalam mobil tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Mereka berdua berjalan tergesa keluar hotel. Tepat di depan pintu hotel Pak Ali telah menunggu dengan mobil BMW hitam. Petugas hotel membukakan pintu mobil. Azzam duduk di depan, di samping Pak Ali dan Eliana duduk di bangku belakang. Eliana memberi intruksi kepada Pak Ali agar membawa ke kedai penjual bumbu secepat mungkin… (KCB1: 57) c) Taman Pantai El Muntazah Tempat ini adalah tempat diadakannya acara pesta pertemuan reunion Duta Besar Indonesia untuk Mesir dengan Duta Besar Indonesia untuk Turki. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Acara makan malam itu berlangsung di sebuah taman yang terletak di garis pantai El Muntazah. Sebuah pantai yang terkenal keindahannya di Alexandria. Azzam sama sekali tidak bisa menikmati acara itu, sebab ia sibuk mempersiapkan ikan bakar khusus Bapak Duta Besar, ayah Eliana…(KCB1: 83) d) Pinggir Pantai Cleopatra Tempat ini adalah saat Pak Ali dan Azzam berjalan-jalan setelah sholat Subuh. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sambil menyenandungkan zikir pagi Azzam berjalan di atas pasir yang lembut. Ia berjalan di samping Pak Ali. Hari ini masih sangat pagi. Pantai Cleopatra masih sepi. Udara berkabut tipis. Desau angin
lxxix
laut yang berhembus terasa membelai dengan lembut relung-relung jiwa… (KCB1: 65) e) Trotoar Tempat ini adalah tempat mengobrol Pak Ali dengan Azzam. Saat Pak Ali memberi tahu agar Azzam tidak jatuh cinta pada Eliana tapi agar melamar Anna. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Kalau begitu ayo kita duduk di sana. Bapak akan cerita panjang lebar.” Kata Pak Ali sambil menunjuk pembatas jalan di pinggir trotoar yang bisa diduduki. Mereka berdua berjalan ke sana… (KCB1: 88) f) Toko Buku El Manshiya Tempat ini adalah tempat pertemuan Azzam dengan Furqan sahabat lamanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Di sebuah toko buku di El Manshiya, Azzam bertemu dengan Furqan. Setelah berpelukan, Furqan mengajak Azzam menemaninya makan roti kibdah di samping sebuah masjid tua sambil berbincangbincang… (KCB1: 112)
g) Flat Flat merupakan tempat tinggal mahasiswa yang kuliah di Mesir. Di dalam satu flat bisa ditempati mahasiswa dari berbagai negara di dunia ini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Cut Mala atau lengkapnya Cut Malahayati, tinggal di dalam flat yang cukup luas itu dengan empat orang mahasiswi. Flat itu memiliki tiga kamar tidur berukuran cukup luas. Satu dapur. Satu kamar mandi. Balkon. Dan ruang tamu yang juga luas. Flat itu tergolong mewah. Semua lantainya full karpet. Di ruang tamu ada seperangkat sofa yang diimport dari italia. Dapur full keramik. Dan kamar mandi yang tak kalah dengan hotel bintang tiga. Flat itu juga dilengkapi telpon, pemanas air, kulkas, kompor gas, bahkan pengatur suhu udara Di ruang tamu. (KCB1: 137) h) Hotel Dekat Sungai Nil
lxxx
Tempat ini adalah tempat saat Furqan menginap. Dia menginap di hotel ini untuk berkonsentrasi belajar menghadapi ujian tesisnya. Di hotel ini juga Furqan diintimidasi oleh Miss Italiana, yaitu ketika dia bangun tidur sudah telanjang dan berpose tanpa busana dengan Miss Italiana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Furqan meletakkan tas jinjing dan tas ranselnya di atas meja pendek di samping kanan almari televisi. Ia lalu beranjak membuka tabir jendela kamarnya. Dan terhamparlah di hadapannya panorama sungai Nil. Kamarnya tepat menghadap sungai Nil. Dari jendela kamarnya ia bisa melihat hampir semua panorama sungai Nil. Ke arah utara ia bisa melihat El Tahrir Bridge, jembatan paling utama yang melintas sungai Nil. Ia juga bisa melihat Gezira Sheraton, Opera House, Cairo Tower, bahkan menara Television and Broadcasting Studio di kejauhan. (KCB1: 162)
i) Rumah Sakit Rab’ah El Adawea Tempat ini adalah rumah sakit tempat Fadhil dirawat karena kaget dengan peristiwa datangnya mabahits untuk mencari Wail. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Nanang dan Ali lalu keluar untuk mencari taksi. Lima belas menit kemudian mereka kembali dengan membawa taksi. Pagi itu juga Fadhil mereka bawa ke Mustasyfa Rab’ah El Adawea. Doktor yang memeriksa mengatakan, Fadhil harus dirawat di rumah sakit. (KCB1: 274) j) Sekolah Indonesia Cairo (SIC) Tempat ini adalah tempat Azzam mendapatkan pesanan bakso. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Begitu sampai di SIC, Azzam langsung membuat kuah untuk baksonya. Beberapa siswa SIC minta mencicipi bola bakso yang telah jadi. Ia tidak memenuhi permintaan mereka. Sebab jika satu anak diberi, yang lain pasti minta… (KCB1: 274) k) Kampus Al Azhar University Tempat ini adalah tempat kuliah dan ujian mahasiswanya Al Azhar University. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Kampus Al Azhar University kembali memperlihatkan wibawanya. Ujian Al-Quran secara lisan mulai dilaksanakan. (KCB1: 287-288)
lxxxi
l) Halaman Wisma Duta Tempat ini adalah tempat berlangsungnya ulang tahun putri Pak Dubes yaitu Eliana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Pada hari H, ia telah siap dengan soto Lamongannya di halaman Wisma Duta, tempat di mana syukuran ulang tahun diadakan. Acara itu yang kata Putri Pak Dubes sederhana, tetap terasa mewah. Ternyata makanan yang dipesan tidak hanya soto Lamongan, tapi juga ada coto Makasar, empek-empek Palembang, dan nasi minyak campus daging khas Yaman. (KCB1: 408) m) Kedutaan Besar Republik Indonesia Tempat ini adalah berlangsungnya acara akad nikah antara Cut Tiara dengan Zulkifli. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Usai akad Fadhil langsung minta pada teman-temannya dari Aceh untuk membereskan semuannya. Ia minta diri untuk pulang. Ia bilang ada urusan penting. Namun sebenarnya, ia tidak kuasa untuk menumpahkan tangisnya. Keluar dari KBRI ia mencegat taksi, dan saat taksi itu berjalan ia menangis dengan sepuas-puasnya. (KCB1: 450) n) Daarul Munasabat Masjid Musa bin Nushair Hay El Sabe’ Tempat ini adalah tempat berlangsungnya walimatul ursy Cut Tiara dengan Zulkifli. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Acara walimatul ursy diadakan di Daarul Munasabat Masjid Musa bin Nushair Hay El Sabe’. Ayah Zulkifli adalah seorang pedagang sukses yang kaya raya di Aceh. Pesta pernikahan ini diadakan besarbesaran. Seluruh orang Aceh di Mesir diundang. Seluruh pejabat dan staf KBRI, pengurus PPMI, pengurus WIHDAH, dan seluruh ketua kekeluargaan diundang. (KCB1: 451) o) Pesawat MAS Pesawat adalah alat tranportasi perjalanan pulang Azzam, dia satu pesawat dengan Eliana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ia bangkit dan berjalan ikut antrean masuk pesawat. Seorang petugas dari MAS memeriksa lembar boarding pass satu persatu menyobeknya. Hatinya bergetar hebat saat ia menginjakan kakinya di dalam pesawat. Ia nyaris tidak percaya bahwa sebentar lagi ia akan pulang ke Indonesia. Ia tak peduli lagi pada Eliana. Ia berjalan dan mencari tempat duduknya, 9C….(KCB1: 472-473)
lxxxii
2) Latar Waktu Latar waktu merupakan waktu kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang dialami tokonya. Latar waktu menggunakan senja, malam, siang, menjelang Maghrib, pagi, fajar, sore dan menunjuk jam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut ini: Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu mempesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atapatap rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraankendaraan yang lalu lalang di jalan. Semburat cahaya kuning yang terpantul dari riak gelombang di pantai menciptakan aura ketenangan dan kedamaian. (KCB1: 39) Malam mulai membentangkan jubah hitamnya. Lampu – lampu jalan berpendaran. Alexandria memperlihatkan sihirnya yang lain. Sihir malamnya yang tak kalah indahnya. Kelap-kelip lampu kota yang mendapat julukan “Sang Pengantin Laut Mediterania” itu bagai tebaran intan berlian. Khairul Azzam menutup gorden jendela kamarnya. Ia bergegas untuk sholat di masjid yang jaraknya tak jauh dari hotel.(KCB1: 50-51) Sambil menyenandungkan zikir pagi Azzam berjalan di atas pasir yang lembut. Ia berjalan di samping Pak Ali. Hari ini masih sangat pagi. Pantai Cleopatra masih sepi. Udara berkabut tipis. Desau angin laut yang berhembus terasa membelai dengan lembut relung-relung jiwa… (KCB1: 83) Siang itu sebelum jam dua belas, semua orang dalam rombongan “Pekan Promosi Wisata dan Budaya Indonesia di Alexandria” sudah keluar dari hotel. Tepat jam setegah satu mereka sudah bergerak meninggalkan Alexandria menuju Cairo. Rombongan yang terdiri atas empat puluh lima orang itu meluncur ke Cairo dengan dua mobil mewah KBRI, satu bus dan satu mobil barang. (KCB1: 117) Sampai di Cairo. Azzam langsung meluncur pulang. Ke rumahnya di Hay El Asher. Tepat menjelang magrib ia sampai dirumah. Teman satu rumahnya menyambutnya dengan penuh kerinduan. Ia minta mereka membuka kardus berisi oleh-olehnya. Isinya kurma isi kacang. Buah Zaitun. Kacang Arab berwarna hijau. Dan Makaronah untuk dimasak…. (KCB1: 121) Tepat pukul tiga kurang lima menit ia berdiri dan bernafas lega. Pekerjaannya telah usai. Masih ada sedikit waktu untuk istirahat
lxxxiii
sebelum subuh tiba. Alat-alat kerjanya ia rapikan. Ia letakkan pada tempatnya….(KCB1: 132) Di ufuk timur, langit menyemburatkan warna merah. Fajar perlahan menyinsing sebuah menara mengumandangkan azan. Disusul menara kedua. (KCB1: 136) Usai shalat Zuhur di Masjid Al Azhar, Azzam melangkahkan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar University. Ia keluar masjid lewat pintu utara. Menyusuri trotoar Al Azhar Street yang melintas tepat diutara masjid. Jalan raya itulah yang memisahkan Masjid Al Azhar dengan kantor Grand Syaikh Al Azhar yang lama, kantor yang biasa disebut Masyikhatul Azhar. Masjid Al Azha, Universitas Al Azhar, pasar tradisional Al Azhar, serta Mustasyfa Husein berada disebelah selatan jalan. (KCB1: 167) Usai shalat ia kembali ke hotel. Langsung masuk kamar. Membaca Al-Quran beberapa halaman, lalu kembali membaca tesisnya. Ia kembali membaca baris demi baris. Sesekali ia memprediksi pertanyaan para penguji yang kira-kira akan disampaikan kepadanya lalu ia mempersiapkan jawaban yang ia anggap tepat. Tiba-tiba telpon berdering membuyarkan konsentrasinya. (KCB1: 221) Nanang dan Ali lalu keluar untuk mencari taksi. Lima belas menit kemudian mereka kembali dengan membawa taksi. Pagi itu juga Fadhil mereka bawa ke Mustasyfa Rab’ah El Adawea. Doktor yang memeriksa mengatakan, Fadhil harus dirawat di rumah sakit. (KCB1: 274) Pagi itu menjadi pagi yang sibuk bagi Azzam. Ia teringat bahwa ia harus menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya.rendaman kedelai yang harus ia olah menjadi tempe…(KCB1: 274) Pukul delapan Furqan baru terbangun. Ia sangat kaget. Bagaimana bisa terjadi?... (KCB1: 276) Hari berikutnya Fadhil boleh dibawa pulang. Untuk membayar biaya rumah sakit, Azzam harus merelakan uang hasil kerja kerasnya berjualan bakso… (KCB1: 303) Tepat pukul lima lebih lima sore, Cut Mala sampai di flatnya. Cut mala langsung masuk ke kamarnya diikuti Tiara. Tiara seperti tidak sabar mendengar berita yang dibawa Cut Mala. Setelah menutup pintu Tiara langsung mencecar Cut Mala dengan subuah pertanyaan… (KCB1: 324)
lxxxiv
Malam itu Hafez berpamitan pada teman-teman satu rumahnya. Kepada teman-temannya ia mengaku memerlukan suasana baru untuk menyongsong ujian… (KCB1: 329) Pagi itu Furqan itikaf di Masjid. Sejak subuh ia masih belum beranjak dari tempat duduknya… (KCB1: 365) Sore itu menjelang Maghrib, Furqan telentang di tempat tidurnya… (KCB1: 391) Malam itu Furqan tidak tidur. Setelah sholat tahajud, ia mengharubiru bermunajad kepada Tuhannya… (KCB1: 397) Jam tiga, Fadhil juga belum memejamkan mata. Dunia ini sangat tidak nyaman ia rasa… (KCB1: 426)
3) Latar Sosial Latar sosial dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah masyarakat Mesir yang penduduknya sebagian besar beragama Islam. Latar sosial dan budaya Mesir dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ia terus memandang ke laut Mediterania. Laut itu telah menjadi saksi sejarah atas terjadinya peristiwa-peristiwa besar yang menggetarkan dunia. Perang besar yang berkobar karena memperebutkan cinta ratu Cleopatra terjadi di laut itu. Pertemuan bersejarah yang diabadikan dalam Al-Quran antara Nabi Musa dan Nabi Khidir, konon, juga terjadi di salah satu pantai laut Mediterania itu. (KCB1: 46) Tak lama kemudian Fiat putih itu telah berada diatas El Gama’a Bridge, salah satu jembatan utama Kota Cairo yang melintang gagah diatas sungai Nil. Begitu sampai dikawasan El Manyal yang berada di Geziret El Roda, sedan itu belok kanan menyusuri Abdel Aziz Al Saud Street yang membentang di tepi sungai Nil dari ujung selatan Geziret sampai ujung utara. Sedan putih buatan Italia itu terus melaju keujung melintasi Cairo Universal Hospital. Tepat di ujung utara Geziret, tampak Meridien Hotel berdiri gagah. (KCB1: 158) Usai shalat Zuhur di Masjid Al Azhar, Azzam melangkahkan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar University. Ia keluar masjid lewat pintu utara. Menyusuri trotoar Al Azhar Street yang melintas tepat diutara masjid. Jalan raya itulah yang memisahkan Masjid Al Azhar dengan kantor Grand Syaikh Al Azhar yang lama, kantor yang biasa disebut Masyikhatul Azhar. Masjid Al
lxxxv
Azha, Universitas Al Azhar, pasar tradisional Al Azhar, serta Mustasyfa Husein berada disebelah selatan jalan. Sedangkan Masyikhatul Azhar yang lama, Masjid Sayyidina Husein, Khan Khalili dan toko buku paling popular disekitar kampus Al Azhar yaitu Dar El Salam Berada di sebelah utara jalan… (KCB1: 167-168) Masjid Al Azhar, dan kampus Universitas Al Azhar yang lama dikenal berada dikawasan Maydan Husein. Sedangkan kampus Al Azhar yang baru, termasuk rektorat Al Azhar berada di Madinat Nasr atau dikenal juga dengan sebutan Nasr City. Untuk kantor Grand Syaiks Al Azhar yang baru, berada tepat disebelah selatan Daarul Ifta’ ” (KCB1: 168) Daarul Ifta’ adalah tempat di mana Mufti Mesir berkantor. Keduanya berdiri tepat di tepi barat Shalah Salim Avenue, yang membentang dari kawasan Cairo lama, tepatnya dikawasan Malik El Shaleh, terus melintas di depan Benteng Shalahuddin hingga ke kawasan Abbasea… (KCB1: 168) Di sebelah timur Mesir lama, ada daerah yang dikenal dengan sebutan City Of The Dead. Sebuah kawasan yang di situ menyatu antara pekuburan dan perkampungan. Makam dan masjid Imam Safi’i ada di sini. Makam Imam Waqi’ yang dikenal sebagai salah satu guru imam Syafi’i juga ada di sini. Imam Zakaria Al Anshari dan Imam Leits juga dimakamkan di sini. Bahkan makam Imam Hasan Al Banna juga ada di sini. Kawasan ini dulunya, merupakan tempat tinggalnya para imam besar. Di sebelah utara daerah ini ada kawasan pekuburan raja- raja Mameluk. (KCB1: 169) Sedangkan pekuburan di depan masyikhatul Azhar yang baru dan Daarul Ifta’ dikenal sebagai tempat di semayamkannya dinasti Qaitbay. Pekuburan ini dikelilingi oleh beberapa masjid bersejarah. Masjid Sultan barquq ada dipinggir utara kawasan ini. Sedangkan Masjid Qaitbay ada di pinggir timur, tepat di samping jalan El Nasr. Dan disebelah selatan, beberapa ratus meter diutara benteng Shalahuddin berdiri Masjid Emir Khair Bey. (KCB1: 169) Bagi mahasiswa Indonesia yang berasal dari Solo, atau sangat paham dengan Solo, setiap melintasi kawasan ini akan diingatkan dengan kawasan pemakaman terluas di Solo, yaitu pemakaman Bonoloyo. Tidak sama persis memang. Paling tidak diingatkan akan adanya manusia yang tinggal sehari-hari di makam Bonoloyo. Makan dan tidur di Bonoloyo. Sehari-hari hidup di atas kuburan…. (KCB1: 170) Ini bukan kali pertama Azzam mendengar cerita seperti ini. Di Mesir dan Negara Arab lainnya, menikah memang sangat mahal. Sehingga
lxxxvi
tidak sedikit yang terlambat menikah. Golonganan yang pas-pasan punya, tapi tidak kaya, biasanya banyak yang terlambat. Baik lelaki maupun perempuan. Justru sekalian golongan yang miskin malah banyak yang nikah muda. Mereka menikah dengan sesama orang miskin, sehingga syarat-syarat bersifat material sama-sama dimudahkan. (KCB1: 199) Banyak ulama Mesir yang menyerukan untuk memurahkan mahar dan memudahkan syarat. Tapi seruan itu seperti angin yang berlalu tanpa bekas. Si Ibrahim, penjual daging langganannya ingin sekali segera menikah. Namun belum juga bisa menikah karena persoalan materi. (KCB1: 199-200) Kawasan itu juga sering disebut Suq Sayyarah, atau Pasar Mobil. Sebab, pada hari Jumat kawasan ini berubah menjadi tempat jual beli mobil bekas terbesar di Cairo. Kawasan yang luasnya berhektarhektar itu penuh dengan pelbagai macam mobil… (KCB1: 210) …Orang Mesir memang paling suka memuji orang yang diajak bicara. (KCB1: 256) …Azzam minta diri. Ia benar-benar letih. Ia tidak mau terlalu lama di ruang tamu. Sebab orang Mesir jika diajak ngobrol bisa berjamjam tidak selesai. (KCB1: 256)
e. Amanat Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 terdapat ajaran bahwa kesuksesan sejati tidak hanya mendapatkan gelar dalam pendidikan, namun dengan kita memberi kebahagiaan kepada orang-orang terkasih adalah kesuksesan sejati dalam hidup. Kerja keras adalah kunci kesuksesan sejati dapat diraih. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang-orang yang mengenalnya di dunia akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih dia menjalaninya. (KCB1: 126) …Tetapi tempaan hidup, ilmu hidup harus diusahakan. Allah tidak akan menambah ilmu seseorang kecuali seseorang itu berusaha menambah ilmunya. Ia merasa bekerja serius adalah bagian dari upaya menambah ilmu dan bagian usaha mengubah nasib. (KCB1: 131)
lxxxvii
Tak terasa matanya berkaca-kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang mau keluar. Kenapa ia harus meneteskan air mata. Apa yang harus ditangisinya. Ia langsung tersadarkan, kesuksesan sejati tidaklah sematamata hanya bisa diraih dengan meraih gelar Profesor Doktor. Dan kebahagiaan sejati tidak harus berupa nama besar yang disebut di manamana. Ia harus tahu siapa dirinya dan seperti apa kondisi dirinya agar tidak menzalimi dirinya sendiri. (KCB1: 177) Untuk menjaga hal itu memang perlu keseriusan dan kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau di atas kertas. Ia teringat satu ajaran dari Cina kuno: “Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan tidak keburu mati dulu.” (KCB1: 191) The formula for success is simple: practice and concentration then more practice and more concentration, (Rumus keberhasilan adalah simpel saja, yaitu praktik dan konsentrasi, kemudian meningkatkan praktik dan meningkatkan konsentrasi). (KCB1: 243)
Amanat lain yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah jangan terlalu berlebih dalam mencintai seseorang sehingga rela mengorbankan segalanya demi cinta, karena cinta sejati adalah cinta kepada Allah SWT. Selain itu cinta sejati itu menyembuhkan tidak menyakiti. Jadi jangan berlebihan dalam melakukan sesuatu, karena hal yang berlebih itu tidak baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Demi cintaku padanya segala yang kumiliki aku korbankan. Harta orangtuaku aku habiskan untuk membiayai hidup di London. Kau tahu sendiri kan, betapa mahal hidup di London. Sekaya–kayanya orang Pedan yang mengandalkan hasil pertanian mampu kuat berapa lama hidup di London? Akhirnya harta orangtuaku ludes… (KCB1: 90) Ustadz Mujab kembali manarik nafas dan berkata, “Yang paling penting, kau harus mengintrospeksi dan me-muhasabah-i dirimu sendiri. Ini teguran dari Allah atas cara hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Menurutku kau sudah berlebihan dengan menginap di hotel untuk alasan agar bisa konsentrasi mempersiapkan sidang tesismu. Apa kamarmu masih kurang nyaman, masih kurang luas?!” (KCB1: 295) Mungkin benar penilaian Ustadz Mujab atas dirinya. Ia telah melakukan sesuatu yang berlebihan. Sesuatu yang sejatinya kurang pantas bagi seorang penuntut ilmu. Ia langsung menyadari kekhilafannya itu. Ia yang mengambil spesialisasi sejarah dan peradaban Islam semestinya menyadari
lxxxviii
bahwa para pemikir dan ulama besar tidak ada yang berhasil meraih ilmu dengan hidup bermewah-mewah. (KCB1: 298) “Demi mencari ilmu, aku pernah meminum air kencingku sendiri sebanyak lima kali. Ceritanya, sewaktu sedang berjalan melintas gurun pasir untuk mendapatkan Hadist aku merasa kehausan luar biasa tanpa ada yang bisa aku minum. Maka dengan terpaksa aku minum air kencingku sendiri.” (KCB1: 299) Bagaimana mungkin ia lupa cerita Imam Abu Hatim yang pernah mengalami keadaan sangat memprihatinkan. Imam Abu Hatim mengatakan, “Ketika sedang mencari Hadist kondisiku benar-benar sangat memprihatinkan. Karena tidak mampu membeli sumbu lampu, pada suatu malam aku terpaksa keluar ke tempat ronda yang terletak di mulut jalan. Aku belajar dengan menggunakan lampu penerangan yang dipakai oleh tukang ronda. Dan terkadang tukang ronda itu tidur, aku yang menggantikan rondanya. (KCB1: 299-300) Bagaimana mungkin ia lupa kisah Imam Bukhari yang tidak memiliki apaapa. Sampai pakaian pun tidak punya, sehingga ia terhalang dari menulis Hadist. Bagaimana mungkin ia melalaikan kisah menggetarkan yang beberapa kali ia baca dan ia kaji itu?... (KCB1: 300) Bagaimana mungkin ia lupa akan penderitaan Imam Malik. Yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, belia sampai mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya. (KCB1: 300-301) Hati Furqan gerimis. Air matanya meleleh. Ia benar-benar menginsyafi cara hidupnya yang selama ini sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Ia benar-benar merasakan bahwa semua ini adalah teguran dari Dzat Yang Maha Bijaksana. (KCB1: 301) …Dan perkataan beliau ini bisa jadi terapi yang tepat untuk penyakit cintamu. Ya, aku katakan apa yang kau simpan di hatimu itu adalah penyakit. Cinta sejati itu menyembuhkan tidak menyakitkan. (KCB1: 429) “Dengar baik-baik perkataan Imam Ibnu Athaillah, saya bacakan langsung dari kitab aslinya. Beliau mengatakan: la yukhriju asy syawata illa khaufun muz’ijun aw syauqun muqliqun! Artinya tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana! (KCB1: 429) “Benar. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kau mencintai seseorang ada
lxxxix
dua kemungkinan diterima dan ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kau mencintai Allah pasti diterima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak pernah merasa kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kaucintai itu dari hatimu. Tak akan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah darimu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB1: 430-431) …Pencinta sejati adalah orang yang mencintai karena Allah dan RasulNya. Kukira ketika menulis surat itu, perasaan dan pikiran Tiara sedang oleng. Tidak jernih dan tenang. Dan dalam kondisi seperti itu, setan gampang merasuki perasaan dan pikirannya…(KCB1: 443-444) Selain itu, seorang muslim tidak tidak boleh mendzalimi muslim lainnya. Sebagai umat Islam kita harus berpedoman pada Al-Quran dan petunjuk Nabi dalam Hadistt. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi. Demi menjaga rahmat dan kasih sayang sesama manusia dan khususnya sesama Muslim, Baginda Nabi sudah memberikan petunjuk yang indah bagi kita. Petunjuk dan tata krama berkaitan dengan melamar wanita. Beliau dengan tegas mengatakan, ‘Haram hukumnya bagi seorang Muslim melamar di atas lamaran saudaranya!’ Kita dilarang melamar wanita yang telah duluan dilamar orang lain. Kecuali kalau wanita itu memang telah menolak, dan artinya masih kosong, tidak ada yang melamarnya, maka kita boleh melamarnya. (KCB1: 442-443) Harapan itu telah tertutup. Tak ada pilihan lagi baginya kecuali menghapus air matanya dan menghadapi hidup dengan sesungguhnya. Hidup yang tidak lagi hanya harubiru rasa cinta pada pujaan jiwa. Ia merasa bahwa Fadhil benar. Kata-katanya benar. Seorang Muslim tidak boleh menzalimi Muslim yang lain. Apapun alasannya dalam Islam kezaliman tidak dibenarkan. Termasuk kezaliman dengan alasan cinta. Sungguh naïf, cinta macam apa yang mendatangkan kezaliman? (KCB1: 446) Amanat selanjutnya adalah seseorang boleh berusaha tetapi harus ingat bahwa Allah SWT yang menentukan segalanya dalam hidup seseorang. Allah
xc
SWT yang mengatur hidup kita. Beliau adalah yang wajib kita takuti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ada rasa kecewa yang menyusup ke dalam hatinya. Ia ingin sekali, sidang munaqasah tesis masternya dihadiri kedua orangtuanya. Ia telah menyiapkan semuanya. Termasuk pergi ke Alexandria bersama ayah dan ibunya usai sidang. Tapi benarlah kata orang bijak, manusia boleh merancang dan merencanakan, namun Tuhanlah yang menentukan. (KCB1: 242) …Kak Fadhil minta agar aku menjelaskannya panjang lebar secara langsung, tidak lewat telpon. Kami sudah janjian mau bertemu di Masjid Nuri Khithab. Namun manusia hanya bisa berencana sedangkan yang menentukan adalah Tuhan. Belum sempat bertemu Kak Fadhil sudah sakit duluan… (KCB1: 307) Adil Ramadhan menjelaskan bahwa khasyyah adalah rasa takut kepada Allah yang disertai mengagungkan Allah. Maka segala jenis ilmu yang tidak mendatangkan rasa takut kepada Allah dan juga tidak mendapatkan pengagungan kepada Allah tiada kebaikannya sama sekali. Adil Ramadhan berpesan kepada Azzam, “Untuk mengetahui ilmumu bermanfaat atau tidak cukuplah kau lihat bekasnya. Jika dengan itu kau semakin takut kepada Allah dan semakin baik ibadahmu kepada-Nya, maka itulah tanda ilmumu benar-benar bermanfaat. Jika sebaliknya maka berhati-hatilah, Saudaraku!” (KCB1: 421)
f. Sudut Pandang Sudut pandang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “ia”. Narator adalah seseorang di luar cerita. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi pengarang dapat lebih leluasa menceritakan tokoh-tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: 1) Penulis bercerita tentang Azzam: Pemuda bernama Khairul Azzam itu masih menatap ke arah laut. Matahari masih satu jengkal diatas laut. Sebentar lagi matahari itu akan tenggelam. Warna kuning keemasan bersepuh kemerahan yang terpancar dari bola matahari menampilkan pemandangan luar biasa indah. Ia jadi ingat sabda Nabi, “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (KCB1: 50)
xci
Telepon di kamarnya berdering lagi. Ia biarkan saja. Tidak ia sentuh sama sekali. Ia yakin itu telepon dari Eliana yang mungkin sedang emosi dan penasaran...(KCB1: 74) Yang ia heran, entah kenapa ketika mendengar prestasi-prestasi Putri Pak Dubes itu hatinya merasakan sesuatu yang lain. Ia mengagumi gadis itu. Dan ketika melihat wajahnya ia semakin kagum. Lalu ketika ia baru sedikit dekat saja sudah merasakan apa yang dulu ia rasakan pada Salwa. Ia harus mengakui ia jatuh cinta pada Eliana dan berharap yang tidaktidak. Ia sendiri heran, kenapa? (KCB1: 76) Entah kenapa tiba-tiba ia merasa berdosa. Ia merasa berdosa dan jijik pada dirinya sendiri yang begitu rapuh, mudah terpedaya oleh tampilan luar yang menipu… (KCB1: 77) Apalagi jika ada order membuat bakso atau sate ayam dari bapak-bapak atau ibu-ibu KBRI, nyaris ia tidak bisa menyentuh buku, termasuk buku muqarrar yang semestinya ia sentuh. Kecuali Al-Quran, dalam sesibuk apapun tetap merasa harus menyentuhnya, membacanya meskipun cuma setengah halaman lalu menciumnya dengan penuh rasa takzim dan kecintaan. Ia merasa, dalam perjuangan beratnya di negeri orang, AlQuran adalah pelipur dan penguat jiwa. (KCB1: 171-172) Dan yang paling penting bagi dirinya, dengan kerja keras yang sudah biasa ia lakukan, ia sama sekali tak kuatir akan masa depannya. Ia merasa bersyukur dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya saat ini. Ia berani menatap mantap masa depannya. Ia tidak merasa cemas? Apa yang perlu dicemaskan oleh seorang manusia yang diberi pikiran sehat, anggota badan yang genap, dan mengimani adanya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? (KCB1: 217-218) Ia merasa yang benar baginya adalah tidak banyak bicara. Banyak kerja. Dan orang tidak perlu tahu kenapa ia tidak juga lulus…(KCB1: 219) Azzam terus membuat bola demi bola dan memasukkannya ke dalam air panas. Kepalanya sudah terasa panas. Matanya telah lelah. Tubuhnya telah minta istirahat. Tapi malam itu juga harus selesai. Ia tidak boleh kalah oleh matanya yang merah. Ia harus disiplin. Jika tidak, besok pagi pekerjaannya akan menumpuk, dan akibatnya bisa berantakan. Tapi jika ia tetap teguh, disiplin, dan menyelesaikan pekerjaan yang harus selesai malam itu, maka semua akan lebih mudah. Pekerjaan-pekerjaannya yang lain akan selesai pada waktunya. Memang, satu disiplin akan mendatangkan disiplin yang lain. Itu yang ia rasakan. (KCB1: 251)
xcii
Tetapi ia merasa sudah menjadi tugas dan kewajibannya menjaga keamanan rumahnya. Bukan ia berburuk sangka pada pemuda Mesir itu, tetapi bersikap waspada adalah jalan terbaik untuk tidak berburuk sangka pada siapa saja. (KCB1: 256) Ia melangkah pergi. Di luar gerbang ia berpapasan dengan sedan Fiat putih yang dikendarai oleh Furqan… (KCB1: 304) Ia bersyukur masih bisa memimpikan hal yang indah. Ia bersyukur doanya minta bertemu dengan ibunya dalam mimpi benar-benar terkabul. Tibatiba ia berfikir... (KCB1: 341) 2) Penulis bercerita tentang Anna: …Anna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi, dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya… (KCB1: 126) Ia berjalan dengan hati berselimut cinta. Kedua matanya basah oleh air mata haru dan bahagia. Itu bukan pertama kali ia menangis bahagia. Ia pernah beberapa kali menangis bahagia… (KCB1: 149) Komentar mahasiswi Malaysia itu didengar dengan jelas oleh Anna dari kamarnya. Entah kenapa, ia begitu cemburu mendengar komentar itu. Ia jadi heran sendiri kenapa ia mesti cemburu. Padahal ia bukan siapasiapanya… (KCB1: 213) Malam itu Anna tidak bisa tidur gara-gara pertanyaan Laila tentang lamaran Furqan itu. Pikirannya tidak tenang. Sudah tiga bulan lamaran itu disampaikan mbak Zulfa kepadanya tapi ia belum bisa mengambil keputusan… (KCB1: 257) Anna baru saja pulang dari Khan Khaili. Ia membeli Papyrus, kaos, celak, siwak, gantungan kunci khas Cairo, dan minyak wangi. Ia tidak membeli banyak oleh-oleh untuk pulang, terutama makanan. Sebab ia akan masih mampir di Kuala Lumpur beberapa hari. Ia bisa membeli tambahan oleholeh di Kuala Lumpur nanti. (KCB1: 343) 3) Penulis bercerita tentang Fadhil: Ia yakin setelah menjadi Ustadz, Zulkifli pastilah sudah jadi arif. ….(KCB1: 322) …Dadanya sebenarnya terasa sesak mendengar Tiara dilamar oleh Zulkifli…Fadhil tersadar. Ia harus menanggapi realita. Realita gadis yang diam-diam telah ia rancang hendak ia lamar setelah ujian…”katakan pada Tiara, Ustadz Zulkifli itu teman kakak selama di pesantren dulu. Ia orang
xciii
yang baik. Susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Itu pendapat kakak. Namun semuanya tentu kembali ke Tiara. Sebaiknya dia shalat Istikharoh dulu. Walau bagaimanapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang diputuskan.” Jawaban Fadhil jelas, tegas dan tanpa ragu. Meski jauh di lubuk hatinya, ada jenis getar-getar suara aneh yang susah diartikan maknanya. Orang yang pernah jatuh cinta, pastilah bisa mendengar getar-getar suara itu. (KCB1: 322-323) Tiba-tiba ia ingat beberapa tahun yang lalu sebelum ia berangkat ke Mesir. Setelah lulus dari pesantren, ia ditugaskan untuk mengabdi di pesantren Daarul Hikmah, Meulaboh. Ia mengajar hanya setengah tahun. Mengajar di kelas dua Madrasah Aliyah. Di kelas itulah ia menemukan murid yang cerdas dengan wajah biasa saja, tapi memiliki pesona yang kuat. Murid itu adalah Tiara. Setelah itu ia pergi ke Mesir. (KCB1: 362) …Air matanya terus meleleh tanpa bisa ditahannya. Ia baru saja menghadiri rapat pembentukan panitia pernikahan Tiara dengan Zulkifli…. (KCB1: 422) Namun akhirnya ia tidak bisa menolak untuk jadi penanggung jawab acara akad nikah dan walimah. Fadhil benar-benar tersiksa. Ia akan melihat orang yang dicintainya diam-diam dengan sangat mendalam akan menikah dengan orang lain. Menikah di depan matanya dan ia jadi panitianya. (KCB1: 422) Saat ini belum apa-apa dirinya sudah terbakar oleh api cemburu, api penyesalan dan api kesedihan yang luar biasa panas baranya. Ia meratapi nasibnya. Alangkah ruginya dirinya, tidak mendapatkan orang yang dicintainya. Tidak mendapatkan gadis sebaik Tiara yang sudah lama ia damba. Dan alangkah bahagia temannya itu, Zulkifli yang akan menyunting gadis selembut Tiara. (KCB1: 423) Ia yakin Tiara juga mengalami kesedihan yang sama. Seperti yang dialaminya. Kesedihan seorang pecinta yang dipisahkan dengan orang yang dicintainya….(KCB1: 423) Ia telah menyadari sepenuhnya, bahwa cintanya kepada Tiara sedemikian dahsyat menjajah hatinya hanya bisa diusir dengan menghadirkan rasa cinta, rindu, dan takut kepada Allah yang memenuhi seluruh hati dan jiwa…(KCB1: 434) …Keluar dari KBRI ia mencegat taksi, dan saat taksi itu berjalan ia menangis dengan sepuas-puasnya. (KCB1: 450) 4) Penulis bercerita tentang Furqan:
xciv
Usai shalat ia kembali ke hotel. Langsung masuk kamar. Membaca AlQuran beberapa halaman, lalu kembali membaca tesisnya. Ia kembali membaca baris demi baris. Sesekali ia memprediksi pertanyaan para penguji yang kira-kira akan disampaikan kepadanya lalu ia mempersiapkan jawaban yang ia anggap tepat. Tiba-tiba telpon berdering membuyarkan konsentrasinya. (KCB1: 221) Ada rasa kecewa yang menyusup ke dalam hatinya. Ia ingin sekali, sidang munaqasah tesis masternya dihadiri kedua orangtuanya. Ia telah menyiapkan semuanya. Termasuk pergi ke Alexandria bersama ayah dan ibunya usai sidang. Tapi benarlah kata orang bijak, manusia boleh merancang dan merencanakan, namun Tuhanlah yang menentukan. (KCB1: 242) Mungkin benar penilaian Ustadz Mujab atas dirinya. Ia telah melakukan sesuatu yang berlebihan. Sesuatu yang sejatinya kurang pantas bagi seorang penuntut ilmu. Ia langsung menyadari kekhilafannya itu. Ia yang mengambil spesialisasi sejarah dan peradaban Islam semestinya menyadari bahwa para pemikir dan ulama besar tidak ada yang berhasil meraih ilmu dengan hidup bermewah-mewah. (KCB1: 298) Hati Furqan gerimis. Air matanya meleleh. Ia benar-benar menginsyafi cara hidupnya yang selama ini sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Ia benar-benar merasakan bahwa semua ini adalah teguran dari Dzat Yang Maha Bijaksana. (KCB1: 301) Begitu ia tiba di kamarnya, Furqan tak kuasa menahan tangisnya. Ia menangis meraung-raung seperti anak kecil…. (KCB1: 383) Air matanya meleleh. Bagaimana nanti hancurnya ayah dan ibunya jika ia benar-benar mengidap virus itu? Akan ditaruh di mana mukanya jika hal itu menjadi berita nasional di Tanah Air. Seorang mahasiswa Indonesia di Mesir, mantan ketua PPMI terkena AIDS. Di bumi mana ia sanggup mengangkat kepala dengan tegak.(KCB1: 391) Furqan malah merangkul Abduh dan menangis tersedu-sedu. Abduh diam saja. Ia membiarkan Furqan puas menangis dalam rangkulannya. Setelah puas Furqan melepaskan rangkulannya dan menceritakan dengan terbatabata semua yang dialaminya selama ini. Ia curahkan semua kesedihan dan penderitaannya. (KCB1: 394) Ia merasakan langit seolah runtuh menimpa kepalanya. Pikirannya terasa gelap. Air matanya langsung tumpah. Ia merasa telah mati. Pedang yang sangat tajam seolah telah membabat lehernya. Tombak paling tajam dan berkarat seolah menancap didadanya. Seluruh persendiannya seolah dipaku dengan paku-paku berkarat nan runcing. Tulang-tulangnya seolah
xcv
telah dilolosi satu per satu. Sesaat lamanya ia tak bisa berbuat apa-apa. Seolah bumi hendak membetot kakinya. Air matanya terus meleleh membasahi pipinya. (KCB1: 399) 5) Penulis bercerita tentang Eliana: Belum begitu lama menghirup udara Mesir, gadis yang memiliki suara jernih itu langsung menunjukkan prestasinya. Kontan, ia langsung jadi pusat perhatian. Sebab baru satu bulan di Cairo, tulisan opininya dalam bahasa Inggris sudah dimuat di koran Ahram Gazette…. (KCB1: 43) Terhitung, gadis yang menyelesaikan S.1-nya di EHESS Perancis itu sudah tiga kali tampil di layar televisi Mesir. Sekali di Nile TV. Dua kali di Channel 2. Wajahnya yang tak kalah pesonanya dengan diva pop dari Lebanon, Nawal Zoughbi, dianggap layak tampil di layar kaca. Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih berbahasa Inggris dan Perancis. (KCB1: 42-43) …Lha ini orang Eliana bangga cerita kemana-mana. Bahkan ia sudah cerita di website pribadinya. Ayahnya yang jadi Dubes itu juga bangga. Bahkan pernah meminta putrinya menunjukan kebolehannyadihadapan diplomat-diplomat asing…(KCB1: 87) Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. Tak ada yang menjawab. Ia ingin membuat perhitungan dengan Azzam. Kata-kata Azzam tadi malam ia anggap sangat merendahkannya. Ia sangat tersinggung. Apalagi tadi malam pemuda kurus itu memutus pembicaraannya secara sepihak. Siapa dia berani-beraninya berlaku tidak sopan padanya? Baginya tindakan Azzam itu tidak hanya tidak sopan, tapi sangat menghinanya. Ia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai dengan suasana hatinya. (KCB1: 101) Eliana mondar-mandir di lobby hotel. Ia memperhatikan dengan seksama orang-orang yang duduk dan lalu lalang di situ. Ia menanti Azzam untuk dilabraknya. Ia hendak memarahinya seperti ia memarahi pembantupembantunya yang melakukan sesuatu yang membuatnya murka. (KCB1: 101-102) 6) Penulis bercerita tentang Hafez: Pemuda berkaca mata itu beranjak ke kamarnya. Azzam menutup kamarnya. Tanpa dikunci. Ia merebahkan badannya. Ia tahu Hafez menghadapi masalah serius. Tapi ia perlu istirahat. Dan membicarakannya setelah subuh ia rasa tidak terlambat. Subuh sudah sangat dekat. Ia kembali berdoa, memejamkan mata dan tidur lelap. (KCB1: 135)
xcvi
Sedemikian membuncahnya perasaan itu sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal saat itu, ia harus konsentrasi memikirkan ujian Al Azhar yang tinggal satu bulan lagi. Yang ada dalam pikiran dan hatinya selalu saja Cut Mala. Wajah Cut Mala. Suara Cut Mala. Langkah Kaki Cut Mala. Budi bahasa Cut Mala. Gaya bahasa Cut Mala. Tingkah laku dan perangainya yang halus, sopan, dan sangat menjaga diri. Prestasiprestasinya yang selalu terukir dengan gemilang. Bahkan pendapatpendapatnya yang tertuang dalam berbagai buletin kemahasiswaan di Cairo. (KCB1: 135) Ia sesenggukan. Menangis dengan perasaan cinta, sedih, rindu, dan merasa berdosa bercampur jadi satu. (KCB1: 136) Hafez yang mendengar dirinya dipuji Fadhil di hadapan Cut Mala merasa sangat berbahagia. Kedua kakinya seperti tidak menginjak bumi. Ia seperti melayang. Ia segera menguasai diri.(KCB1: 314)
7) Penulis bercerita tentang Nanang: Sementara itu Nanang berangkat dengan wajah pucat. Selain karena kurang tidur, karena semalam suntuk ia masih berjuang menghafal, ia didera rasa cemas lantaran masih ada satu juz yang belum benar-benar ia hafal… (KCB1: 388) Nanang sedikit tergagap, tapi ia langsung menguasai diri. Awal juz dua sangat ia hafal. Ia langsung melantunkan ayat ke-142 dari surat Al Baqarah dengan pelan-pelan. Setelah tiga ayat ia baca, Doktor menyuruhnya berhenti. (KCB1: 390) Nanang lansung memeras otaknya, memutar memorinya. Ia tahu ayat itu ada di surat Al Maidah, ada dijuz enam. Beberapa kali telah ia baca. Namun ia belum hafal. Ia berusaha mencari sambungannya, tapi sama sekali tidak bisa… (KCB1: 391) 8) Penulis bercerita tentang Tiara: Hati Tiara merasa lega mendengar jawaban Cut Mala. Sebenarnya ia ingin mengatakan pada Cut Mala, bahwa ia mencintai Fadhil, kakaknya, tapi ia tak sampai hati menyampaikannya. Rasa malulah yang menghalanginya. Selama ini ia hanya bisa meraba tanpa bisa memastikan apakah Fadhil memiliki perasaan yang sama atau tidak. Ia ingin mendengar komentar Fadhil tentang masalahnya untuk sedikit mencari petunjuk dan isyarat seperti apa sesungguhnya sikap Fadhil kepadanya. (KCB1: 147)
xcvii
…Gadis itu seperti kehilangan daya hidupnya. Ia merasa menjadi makhluk paling malang di jagad raya. Ia benar-benar tersiksa oleh perasaan hatinya.ia belu bisa menerima kenyataan bahwa ia telah menerima lamaran orang yang tidak diharapkannya. Ia belum bisa menerima kenyataan bahwa ia akan menikah tidak dengan orang yang selama ini dikaguminya, dihormatinya, dan dicintainya. Yaitu Fadhil, kakak cut Mala. Orang yang ia kagumi sejak di pesantren dulu. (KCB1: 424) …Namun sesungguhnya kalau dia memang tidak suka dia boleh dan tidak ada salahnya ia menolaknya. Kenapa saat itu ia emosi dan langsung menelpon ayahnya di Indonesia, menerima lamaran Zulkifli. Ia merasa memperoleh pelajaran berharga, keputusan yang diambil dengan penuh emosi, hanya mendatangkan penyesalan tiada henti. (KCB1: 447) g. Alur Dalam menyajikan sebuah novel Pembangun Jiwa ini yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih 1 ini sang penulis memaparkan berbagai alur cerita dengan pembagian pada masing-masing judul untuk lebih mempermudah pembaca dalam menikmati novel ini, di mana dalam penyajiannya juga sang penulis menyertakan sumber pengetahuan yang cukup jelas untuk lebih memperkuat dalil yang tercantum, karena mengingat novel ini adalah sebuah novel pembangun jiwa dalam mengarungi hidup lebih indah dan bahagia dengan rahmat Allah. Dalam alur ceritanya juga terdapat beberapa alur flash back yaitu mengingat masa lalu. Mengingat masa lalu adalah untuk menceritakan kejadian yang dialami tokohnya di masa lalu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Dulu saya anak orang paling kaya di Pedan, Klaten. Saya kuliah di Bandung, saat kuliah saya kenal dengan gadis asli Bandung, sebut saja namanya Neneng. Saya tergila-gila pada Neneng. Neneng memang primadona di kampus. Kecantikannya tak kalah dengan Sri Devi, bintang legendaries India itu. Sampai dia dapat julukan Sri Devi from Bandung. Ia anak seorang diplomat. Ibunya asli India. Pokoknya cantiknya luar biasa… (KCB1: 89-90) Tiba-tiba ia ingat beberapa tahun yang lalu sebelum ia berangkat ke Mesir. Setelah lulus dari pesantren, ia ditugaskan untuk mengabdi di pesantren Daarul Hikmah, Meulaboh. Ia mengajar hanya setengah tahun. Mengajar di kelas dua Madrasah Aliyah. Di kelas itulah ia menemukan murid yang cerdas dengan wajah biasa saja, tapi memiliki pesona yang kuat. Murid itu adalah Tiara. Setelah itu ia pergi ke Mesir. (KCB1: 362)
xcviii
Alur dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1, dapat dibagi menjadi tujuh, yaitu eksposisi, inciting moment, ricing action, complication, klimaks, falling action, dan denovement. 1) Tahap eksposisi, yaitu tahap yang berisi tentang pemaparan awal sebuah cerita. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 ini diawali dengan keindahan kota Alexandria disore hari. Selain itu juga keindahan pantainya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu mempesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. Semburat cahaya kuning yang terpantul dari riak gelombang di pantai menciptakan aura ketenangan dan kedamaian. (KCB1: 39) Di atas pasir pantai yang putih, anak-anak masih asyik bermain kejarkejaran. Ada juga yang bermain rumah-rumahan dari pasir. Di tangan anak-anak itu pasir-pasir putih tampak seumpama butiran-butiran emas yang lembut berkilauan diterpa sinar matahari senja. (KCB1: 39) Malam mulai membentangkan jubah hitamnya. Lampu-lampu jalan berpendaran. Alexandria memperlihatkan sihirnya yang lain. Sihir malamnya yang tak kalah indahnya. Kelap-kelip lampu kota yang mendapat julukan “Sang Pengantin Laut Mediterania” itu bagai tebaran intan berlian.(KCB1: 50-51) Dijelaskan pula tentang Eliana Pramesthi Alam, seorang gadis cantik dan pintar. Dia adalah putri satu-satunya Duta Besar Indonesia untuk Mesir. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok yang sedang menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Mesir. Gadis yang pesonanya dikagumi banyak orang. Dikagumi tidak hanya karena kecantikan fisiknya, tapi juga karena kecerdasan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Lebih dari itu, gadis itu adalah putri orang nomor satu bagi masyarakat Indonesia di Mesir. (KCB1: 41) Dialah Eliana Pramesthi Alam. Putri satu-satunya Bapak Duta Besar Republik Indonesia di Mesir. Hampir genap satu tahun gadis itu tinggal di Mesir. Selain untuk menemani kedua orang tuanya, keberadaannya di negeri Pyramid itu untuk melanjutkan S.2-nya di American University in Cairo (AUC). (KCB1: 42)
xcix
Belum begitu lama menghirup udara Mesir, gadis yang memiliki suara jernih itu langsung menunjukkan prestasinya. Kontan, ia langsung jadi pusat perhatian. Sebab baru satu bulan di Cairo, tulisan opininya dalam bahasa Inggris sudah dimuat di koran Ahram Gazette…. (KCB1: 43) Terhitung, gadis yang menyelesaikan S.1-nya di EHESS Perancis itu sudah tiga kali tampil di layar televisi Mesir. Sekali di Nile TV. Dua kali di Channel 2. Wajahnya yang tak kalah pesonanya dengan diva pop dari Lebanon, Nawal Zoughbi, dianggap layak tampil di layar kaca. Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih berbahasa Inggris dan Perancis. (KCB1: 42-43) Dipaparkan juga tentang sejarah laut Mediterania. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ia terus memandang ke laut Mediterania. Laut itu telah menjadi saksi sejarah atas terjadinya peristiwa-peristiwa besar yang menggetarkan dunia. Perang besar yang berkobar karena memperebutkan cinta ratu Cleopatra terjadi di alut itu. Pertemuan bersejarah yang diabadikan dalam Al-Quran antara Nabi Musa dan Nabi Khidir, konon, juga terjadi di salah satu pantai laut Mediterania itu. (KCB1: 46) Tahap ini juga memaparkan tentang penciptaan alam oleh Tuhan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Keteraturan alam semesta, langit yang membentang tanpa tiang, pergantian siang malam, lautan luas membentang, gunung-gunung yang menjulang, awan yang membawa air hujan, air yang menumbuhkan tanam-tanaman, proses penciptaan manusia sembilan bulan di rahim, binatang-binatang yang menjaga ekosistem dan keteraturan-keteraturan lainnya, itu semua menunjukan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna….(KCB1: 47) Sebab, jika Tuhan itu lebih dari satu pastilah terjadi kerusakan alam semesta ini….(KCB1: 48) Ternyata matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, dengan sangat teraturnya. Matahari tak pernah terlambat terbit. Matahari juga tak pernah bermain-main, berlari-lari ke sana kemari di langit seperti anak kecil bermain bola atau petak umpet…. (KCB1: 48) Tuhan menciptakan alam semesta ini, yang tak terbatas kekuasaan-Nya itu memang tak mungkin berjumlah lebih dari satu. Sebab seandainya Tuhan lebih dari satu, lalu mereka sepakat menciptakan matahari, misalnya….(KCB1: 48)
c
Jika Tuhan lebih dari satu, bisa saja terjadi pembagian tugas. Ada yang bertugas menciptakan matahari, ada yang bertugas menciptakan bumi, ada yang bertugas mencipta langit dan seterusnya. Jika demikian, mereka bukan Tuhan Yang Maha Kuasa…. (KCB1: 49) Pemuda bernama Khairul Azzam itu masih menatap ke arah laut. Matahari masih satu jengkal diatas laut. Sebentar lagi matahari itu akan tenggelam. Warna kuning keemasan bersepuh kemerahan yang terpancar dari bola matahari menampilkan pemandangan luar biasa indah. Ia jadi ingat sabda Nabi, “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (KCB1: 50) 2) Tahap inciting moment, yaitu tahap mulai adanya konflik atau problemproblem yang ditampilkan oleh pengarang untuk kemudian dikembangkan. Tahap ini dimulai dengan menceritakan pertemuan Azzam dengan Eliana di depan pintu masuk lobby hotel. Kemudian secara mendadak Eliana minta bantuan ke Azzam untuk memasakkan ikan bakar pesanan ayahnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Saat pulang dari masjid, Azzam bertemu Eliana di depan pintu masuk lobby hotel. Melihat Azzam wajah Eliana tampak riang. “Hei kemana saja? Aku sudah mencari Mas Khairul kemana-mana? Sudah dua puluh tujuh kali aku ngebel kekamar Mas Khairul! Ada hal penting! Ayo kita bicara di lobby saja!” Eliana nerocos tanpa memberi kesempatan menjawab….(KCB1: 51-52) …Jika ada tugas lagi, ini jelas diluar kesepakatan. Jelas saya tidak bisa menerimanya Mbak, maaf! Apa hubungannya Mbak dengan saya sehingga dengan seenaknya Mbak memberi tugas kepada saya!? Apa saya bawahan Mbak!? Maaf saya tidak bisa Mbak!” (KCB1: 53) Meskipun Ia dikalangan mahasiswa di Cairo dikenal sebagai penjual tempe, ia tidak mau diperlakukan seenaknya. Ia sangat sensitif terhadap hal-hal yang terasa melecehkan harga dirinya. Memberi perintah seenaknya kepadanya adalah bentuk dari penjajahan atas harga dirinya. Azzam adalah orang yang sangat menghargai kemerdekaannya sebagai manusia yang hanya menghamba kepada Allah SWT. (KCB1: 53-54) “Begini, acara makan malam nanti jam delapan di pantai El Muntazah. Aku sudah pesan menunya ke Omar Khayyam Restaurant. Masalahnya, dalam acara makan malam nanti secara mengejutkan kita kedatangan Bapak Duta Besar Indonesia untuk Turki yang datang tadi siang……Ayah ingin menyuguhkan menu istimewa untuknya. Menu yang mengingatkan
ci
akan kenagan masa lalu. Menu itu adalah nasi panas dengan lauk ikan bakar dan sambal pedas khas Jogja…...Dan aku datang menjumpai mas untuk minta tolong kepada Mas menyiapkan ikan bakar itu. Mas Insinyur, tolong ya? Please, ya?” Kata Eliana dengan nada memelas. (KCB1: 54-55) Problem selanjutnya adalah ketika Eliana akan memberi hadiah ciuman kepada Azzam karena telah membantunya membuat ikan bakar, namun Azzam menolak pemberian hadiah itu. Elianapun tersinggung dan marah pada Azzam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Seharusnya kamu pulang bilang-bilang dong. Terima kasih ya, ikan bakarnya mantap. Pak Junedi puas banget. O ya sebetulnya aku mau kasih hadiah spesialnya lho. Tapi Mas Insinyur keburu pulang sih?” “Hadiahnya apa?” “Mau tahu?” “Iya.” “Ciuman spesial dariku.” “Apa? Ciuman spesial?” “Yes.” “Ciuman spesial mbak Eliana itu ciuman yang bagaimana?” “French kiss, ciuman khas Perancis.” “Mbak mau menghadiahi aku ciuman khas Perancis? Ah yang benar saja?” ……… “Iya soalnya jika dapat ciuman khas Perancis dari Mbak, bagi saya bukanlah hadiah, tapi jadi musibah!” (KCB1: 73) “Dasar perempuan didikan Perancis tidak tahu adab kesopanan. Sudah tahu aku ini mahasiswa Al Azhar mau disamakan sam bule saja! Sinting kali!” (KCB1: 74) “Dasar pemuda kampungan kolot! Pemuda konservatif! Pemula bahlul bin tolol! Awas nanti ya!” geramnya. (KCB1: 75) Konflik batin ketika Azzam merasa ada perasaan aneh pada dirinya terhadap Eliana. Namun dia tahu Eliana bukan standart wanita yang akan ia jadikan istrinya nanti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Yang ia heran, entah kenapa ketika mendengar prestasi-prestasi Putri Pak Dubes itu hatinya merasakan sesuatu yang lain. Ia mengagumi gadis itu. Dan ketika melihat wajahnya ia semakin kagum. Lalu ketika ia baru sedikit dekat saja sudah merasakan apa yang dulu ia rasakan pada Salwa. Ia harus mengakui ia jatuh cinta pada Eliana dan berharap yang tidaktidak. Ia sendiri heran, kenapa? (KCB1: 76)
cii
Padahal ini bukan pertama kali ia bertemu dengan gadis cantik. Ia sering membantu bapak-bapak pejabat KBRI dan sering bertemu dengan anak gadis mereka yang sebenarnya tidak kalah jelitanya….. “Cantik iya. Tapi tidak bisa menjaga aurat, tidak memiliki rasa malu, tidak memakai jilbab, tidak mencintai cara hidup yang agamis, berarti bukan gadis yang aku idamkan!” (KCB1: 76-77) Standar dia untuk calon isteri minimal adalah Salwa. Dan standard itu tidak pernah ia turunkan. Tapi entah kenapa, saat bertemu Eliana yang cara berpakaiannya dan cara hidupnya, menurutnya, tidak berbeda dengan Vera hatinya bisa luluh….(KCB1: 77) Dan betapa menyesalnya dirinya begitu menurunkan standar ternyata yang ia dapatkan kehinaan. Akal sehatnya mengiringnya untuk kecewa pada Eliana… (KCB1: 77) Entah kenapa tiba-tiba ia merasa berdosa. Ia merasa berdosa dan jijik pada dirinya sendiri yang begitu rapuh, mudah terpedaya oleh tampilan luar yang menipu… (KCB1: 77) Ia harus menemukan kembali kehormatannya sebagai seorang Azzam yang memiliki harga diri. Meskipun masyarakat Indonesia di Mesir mengenalnya hanya sebagai tukang masak atau penjual tempe, tapi harga diri dan kesucian diri tidak boleh direndahkan oleh siapapun juga… (KCB1: 78) Problem berikutnya adalah larangan dari PakAli untuk jatuh cinta pada Eliana. Pak Ali menyarankan kepada Azzam untuk melamar Anna Althafunnisa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Itu tak penting. Yang penting Bapak ingin memberi saran sama kamu. Ini serius, sebaiknya orang seperti kamu jangan jatuh cinta sama sekali pada Eliana, dan orang seperti kamu jangan sekali-kali memimpikan isteri model Eliana. Itu saja!” (KCB1: 85) …Pada saat yang sama Pak Kiai Lutfi punya anak gadis yang sangat cerdas. Dan sangat cantik. Sungguh sangat cantik. Kecantikannya ibarat maknun yang mengalahkan semua permata yang ada di dunia. Aku berani bertaruh kecantikannya bisa mengatasi Eliana. Ini menurutku lho Mas. Sebab kecantikan seorang perempuan di mata lelaki itu relatif. Dan untuk kecerdasannya aku berani bertaruh, tak banyak gadis seperti dia. Aku tahu persis, sebab aku pernah belajar pada ayahnya selama satu tahun. Jika Eliana bisa bahasa Perancis dan Inggris. Maka Putri Pak Kiai Lutfi ini bisa bahasa Arab, Inggris dan Mandarin. Saat di Madrasah Aliyah dia pernah ikut program pertukaran pelajar ke Wales, U.K. dan apa kau tahu di mana dia sekarang?” Azzam menggelengkan kepala.
ciii
“Dia sekarang ada di Cairo. Sedang menempuh S.2 di Kuliyyatul Banat, Al Azhar. Dia sedang mengajukan judul tesisnya.” (KCB1: 96) “Iya, dialah gadis cantik dan salehah yang aku maksud. Dan saat ini ayahnya menginginkan dia segera menikah. Aku pikir kamu lebih baik menikah dengan orang sekualitas Anna daripada dengan yang model Eliana. Kalau kamu mendapatkan Anna, kamu telah mendapatkan surga sebelum surga. Percayalah padaku. Aku tahu betul kualitas Anna, ayahnya dan keluarganya. Mereka dari golongan orang-orang ikhlas. Saran saya khitbahlah Anna Althafunnisa itu sebelum bidadari dari pesantren Daarul Quran itu dikhitbah orang lain.” (KCB1: 97) Saat Eliana memuncak kemarahannya pada Azzam karena Azzam menolak untuk diberi hadiah ciuman oleh Eliana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. Tak ada yang menjawab. Ia ingin membuat perhitungan dengan Azzam. Kata-kata Azzam tadi malam ia anggap sangat merendahkannya. Ia sangat tersinggung. Apalagi tadi malam pemuda kurus itu memutus pembicaraannya secara sepihak. Siapa dia berani-beraninya berlaku tidak sopan padanya? Baginya tindakan Azzam itu tidak hanya tidak sopan, tapi sangat menghinanya. Ia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai dengan suasana hatinya. (KCB1: 101) Eliana mondar-mandir di lobby hotel. Ia memperhatikan dengan seksama orang-orang yang duduk dan lalu lalang di situ. Ia menanti Azzam untuk dilabraknya. Ia hendak memarahinya seperti ia memarahi pembantupembantunya yang melakukan sesuatu yang membuatnya murka. (KCB1: 101-102) “Pak Ali ke mana saja? Lihat tukang masak itu tidak?” Nadanya tidak lembut seperti biasanya. (KCB1: 108) 3) Tahap ricing action, yaitu tahap penanjakan konflik dan terus terjadi peningkatan konflik. Ketika Azzam meminta bantuan kepada Ustadz Mujab untuk melamarkan Anna Althafunnisa, untuk dijadikan isteri Azzam. Namun permintaan Azzam itu ditolak oleh Ustadz Mujab karena Anna telah dilamar oleh sahabatnya sendiri Furqan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Baiklah Ustadz. Saya ingin minta bantuan untuk melamar seseorang untuk saya.” Kata Azzam dengan suara bergetar. (KCB1: 123)
civ
“Namanya Anna Althafunnisa Putri Pak Kiai Lutfi Hakim. Asal Klaten. Kalau tidak salah sekarang sedang program pascasarjana di Kuliyyatul Banat, Al Azhar.” (KCB1: 124) “Allahlah yang mengatur perjalanan hidup ini. Sungguh aku ingin membantumu Rul. Tapi agaknya takdir tidak menghendaki aku bisa membantumu kali ini. Anna Althafunnisa itu masih terhitung sepupu denganku. Aku tahu persis keadaan dia saat ini. Sayang kau datang tidak tepat pada waktunya. Anna Althafunnisa sudah dilamar oleh temanmu sendiri.” “Sudah dilamar temanku sendiri? Siapa?” “Furqan! Ia sudah dilamar Furqan satu bulan yang lalu.” (KCB1: 124-125) …..Anna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi, dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya. Ia menyelesaikan S.1-nya di Alexandria dengan predikat muntaz. Kalau ingin memiliki isteri seperti dia, cobalah kau menstandarkan dirimu dulu seperti dia. Kalau aku jadi orang tuanya, dan ada dua mahasiswa Al Azhar yang satu serius belajarnya dan yang satu hanya sibuk membuat tempe. Maaf Rul, pasti aku akan memilih yang serius belajarnya. Kau tentu sudah paham maksudku. Bukan aku ingin menyinggungmu, tapi aku ingin kau memperbaiki dirimu. Aku ingin kau lebih realistis… (KCB1: 126) “Iya Ustadz, terima kasih. Ini akan menjadi nasihat yang berharga bagi saya.” Jawab Azzam dengan mata berlinang. Kalimat Ustadz Saiful Mujab sangat berat ia terima. Ia sangat tersindir. Tapi ia tidak bisa berbuat apaapa. Dengan bahasa lain, sebenarnya Ustadz Mujab seolah ingin mengatakan bahwa ia sama sekali “tidak berhak” melamar Anna. Atau lebih tepatnya sama sekali “tidak layak” melamar Anna. Hanya mereka yang berprestasi yang berhak dan layak melamarnya. (KCB1: 126) Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang-orang yang mengenalnya di dunia akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih dia menjalaninya. (KCB1: 126) Konflik selanjutnya adalah ketika Sara mengundang Furqan untuk makan malam bersamanya dan ayahnya Sara, tapi Furqan tak hadir karena dianggapnya bisa mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Akhirnyapun Sara marah karena ketidakhadirannya Furqan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Saya mengundang Tuan nanti malam jam 19.30 di Abu Sark Restaurant, di Qashr Aini Street, tepat di depan Qashr El Aini Hospital. Setelah
cv
berkenalan dengan Tuan di perpustakaan itu, lalu saya mencari data lebih jauh tentang Tuan di bagian kemahasiswaan… (KCB1: 165) “Ah emang gua pikirin. Gua ke sini bukan untuk memenuhi undangan makan, tapi untuk persiapan siding tesis tiga hari yang akan datang. Ah sekarang shalat, makan siang, istirahat lalu belajar dengan tenang.” Kata Furqan pada dirinya sendiri, meskipun undangan makan malam Sara di salah satu restoran berkelas itu, mau tidak mau, hinggap juga di pikiran dan menimbulkan seribu tanda tanya. (KCB1: 166) “O Nona Sara . Maaf saya tidak bisa menghadiri undangan Nona.” “Saya sangat kecewa! Dan saya yakin suatu saat nanti Anda akan menyesal!” Dan klik. Telepon itu diputus. Ada nada kemarahan yang sangat dalam pada kalimat yang didengar Furqan. Furqan hanya menarik nafas panjang lalu kembali merebahkan badan…. (KCB1: 250) Azzam menolong mahasiswi Indonesia yang kecopetan di bus. Selain kecopetan buku-buku yang baru dibelinyapun tertinggal di dalam bus. Kemudian Azzam menolong mahasiswi tersebut mengejar bus yang ditumpangi kedua orang mahasiswi itu untuk mengambil buku-bukunya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Kami kena musibah. Dompet Ukhti Erna dicopet. Tadi busnya penuh sesak. Kami berdiri di depan pintu. Saya melihat pencopet itu mengambil dompet Ukhti Erna. Saya berteriak. Si copet langsung loncat bus dan lari. Saya minta bus berhenti dan minta orang-orang membantu mengejar pencuri itu. Tapi mungkin sopirnya nggak dengar, soalnya kita di pintu belakang. Kita baru bisa turun di halte depan…..(KCB1: 202) “Lha buku dan kitab yang dibeli mana?” Tanya Azzam. “Tertinggal di bus. Saat kami berdiri, kitab dalam kantong plastik itu saya letakkan di bawah, karena agak berat. Begitu saya melihat penjahat itu mencopet dompet Erna, saya sudah tidak ingat apa-apa kecuali berteriak dan merebut dompet itu kembali. Dan ketika kami turun dari bus, kitab itu tertinggal di dalam bus.” Jawab mahasiswi berjilbab biru. (KCB1: 203) Sopir taksi itu mengerahkan segenap kemampuannya untuk ngebut. Ia sangat hafal dengan jalan-jalan tembus yang paling aman dari keramaian dan macet….(KCB1: 205) Bus berhenti. Azzam menuju ke pintu depan. Begitu pintu dibuka ia langsung melompat. Ia nyaris bertabrakan dengan penumpang yang mau turun. Ia mepet bergantung di pinggir pintu dan minta sang sopir berhenti sebentar. Mahasiswi berjilbab biru sudah naik. Ia melihat-lihat di bawah
cvi
kursi dekat kondektur duduk. Kedua matanya langsung menangkap buku dan kitabnya dalam dua plastik putih. Hatinya sangat bahagia… (KCB1: 206) 4) Tahap complication, yaitu konflik semakin ruwet. Ketika Nasir mengajal Wail El Ahdali untuk menginap di flatnya. Namun Azzam melarang Nasir membawa temannya menginap karena bukan orang Inndonesia. Dan ternyata firasat Azzam benar, Wail El Ahdali adalah buronan mabahits. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Afwan Kang. Ini juga tidak saya sengaja. Kami bertemu di Ramsis. Saya kenal baik dengannya. Saya pernah ke rumahnya dan saya dijamu oleh keluarganya. Saya mulanya basa-basi saja menawarkan dia berkunjung ke rumah dan menginap. Saya kira dia pasti tidak mau. Ee ternyata koq mau. Lha bagaimana lagi? Masak harus menjilat ludah sendiri. Ya sudah akhirnya saya ajak dia.” (KCB1: 253) “Kamu sembrono Sir! Kalau kau bisa menemukan jalan keluar agar dia tidak menginap di rumah ini sebaiknya kaulakukan! Sebagai imam di rumah ini aku tidak mengijinkan!” tegas Azzam. Ia merasa, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga kenyamanan dan keamanan anggota keluarganya. (KCB1: 254) “Jangan bohong! Kami yakin Wail El Ahdali ada di rumah ini! Kami akan periksa. Jika ia ada di rumah ini, kalian semua akan kami bawa! Kami mabahits dari amndaulah! Orang Mesir tinggi besar dan berkumis tipi situ menjelaskan siapa mereka dengan nada ancaman yang membuat Azzam tersadar dengan siapa dia berhadapan. (KCB1: 263) Kejadian malam itu membuat Fadhil pingsan dan harus di bawa ke rumah sakit karena semalaman dia tidak sadarkan diri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Tiba-tiba Fadhil merasa tulang-tulangnya seperti hilang. Ia merasa seperti lumpuh. Lalu ingatannya hilang. Ia pingsan. Tubuhnya ambruk di lantai. Azzam kaget. Demikian juga Ali dan Nanang. Azzam terpaku sesaat ditempatnya. Ia ragu untuk mendekati Fadhil. Namun sebagai kepala rumah tangga ia harus bertanggung jawab. Maka dengan cepat ia melihat kondisi Fadhil. Ali dan Nanang masih mematung di tempatnya. (KCB1: 264) Matahari pagi mulai menyinari bumi Kinanah. Sinarnya sangat hangat, sehangat celoteh anak-anak Mesir yang keluar dari rumahnya untuk
cvii
berangkat ke sekolah. Di rumah Azzam suasana tegang belum hilang. Fadhil belum juga sadar sampai jam enam pagi. (KCB1: 273) Nanang dan Ali lalu keluar untuk mencari taksi. Lima belas menit kemudian mereka kembali dengan membawa taksi. Pagi itu juga Fadhil mereka bawa ke Mustasyfa Rab’ah El Adawea. Dokter yang memeriksa mengatakan, Fadhil harus dirawat di rumah sakit. (KCB1: 274) Ketika Furqan bangun tidur dalam keadaan telanjang tanpa benang sehelaipun. Furqan juga menemukan foto-foto tidak senonohnya dengan wanita berambut pirang. Wanita itu mengintimidasi Furqan meminta tebusan negatif foto-foto telanjangnya, karena jika tidak foto-foto tersebut akan disebarluaskan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Laa haula wa la quwwata illa billah! Inna lillah!” Ia berkata setengah teriak. Ia kaget bagai tersengat listrik. Bagaimana mungkin ia bisa tidur tanpa busana. Tidur hanya bertutupkan selimut saja. Padahal ia tidur tidak dalam keadaan seperti itu. Ia tidur dengan kaos panjang dan celana panjang. Ia melihat kaos panjang dan celana panjangnya tergeletak di lantai. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Apa saat tidur ia mengiggau dan melepas pakaiaannya tanpa sadar. Ia merasa tidak yakin. Sepanjang hidupnya baru kali ini ia bangun tidur dengan kondisi yang menurutnya sangat memalukan. (KCB1: 276) Kekagetannya tidak berhenti sampai di situ. Selesai shalat ia bermaksud menghidupkan laptopnya dan untuk mendengarkan nasyid Raihan dengan winamp, namun ia tersentak dengan adanya foto di atas laptopnya yang tergeletak di atas meja. Foto itu adalah foto dirinya dengan seorang perempuan yang berambut pirang dalam kondisi sangat memalukan. Foto yang membuatnya gemetar dan didera kecemasan luar biasa, juga rasa geram yang menyala… (KCB1: 277) Furqan tertegun di depan layar laptopnya. Ia diintimidasi. Ia mau diperas. Ia tidak percaya ini akan terjadi padanya. Ini seperti di film-film yang pernah ia tonton. Siapakah miss Italiana itu? Tiba-tiba ia teringat Sara. Apakah ini semua ada hubungannya dengan undangan Sara? Juga kekecewaan Sara? Siapakah Sara sebenarnya? Benarkah ia putri Prof. sa’duddin seperti yang diakuinya? Akal sehatnya mulai berjalan. Namun ia tetap dicekam kecemasan dan ketakutan. Ia seperti diseret masuk ke dalam dunia yang kelam. (KCB1: 279) Ketika Fadhil memberi saran kepada Tiara untuk menerima lamaran dari Zulkifli. Walaupun sebenarnya Fadhil dan Tiara saling mencintai, tapi keduanya sama-sama tidak berani mengungkapkan perasaan masing-masing.
cviii
Maka Fadhil memilih untuk mengalah dan menyarankan kepada Tiara untuk tidak menolak lamaran Zulkifli. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Fadhil mendengarkan penjelasan adiknya yang panjang lebar itu dengan nafas tertahan. Dadanya sebenarnya terasa sesak mendengar Tiara dilamar oleh Zulkifli. Ia kenal benar dengan nama itu. Zulkifli adalah teman akrabnya di pesantren dulu… (KCB1: 322) Fadhil tersadar. Ia harus menanggapi realita. Realita gadis yang diam-diam telah ia rancang hendak ia lamar setelah ujian-padahal ujian tinggal satu bulan lagi-telah dilamar orang. Ia merasa sangat jahat jika meminta kepada Tiara untuk menolak lamaran itu, agar ia bisa melamarnya setelah ujian… (KCB1: 323) ”Katakan pada Tiara, Ustadz Zulkifli itu teman kakak selama di pesantren dulu. Ia orang yang baik. Susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Itu pendapat kakak. Namun semuanya tentu kembali ke Tiara. Sebaiknya dia shalat Istikharoh dulu. Walau bagaimanapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang diputuskan.” Jawaban Fadhil jelas, tegas dan tanpa ragu. Meski jauh di lubuk hatinya, ada jenis getar-getar suara aneh yang susah diartikan maknanya. Orang yang pernah jatuh cinta, pastilah bisa mendengar getar-getar suara itu. (KCB1: 323) 5) Tahap klimaks, yaitu merupakan puncak dari keseluruhan cerita atau peristiwa sebelumnya. Ketika penjahat yang mengintimidasi Furqan ditangkap oleh mabahits. Namun Furqan harus melakukan tes darah terlebih dahulu. Sebab wanita yang mengintimidasinya menderita penyakit AIDS. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Pukul sepuluh lebih enam belas menit Furqan sampai di Abbasea. Colonel Fuad menyambutnya dengan senyum mengambang. “Aku tepati janjiku. Aku bilang paling lama satu minggu untuk menangkap penjahat yang berbuat kurang ajar padamu itu. Kemarin sore saat ia tertangkap genap satu minggu dari hari kita membuat kesepakatan. Ia sekarang meringkuk di dalam sel.” Tanpa ditanya Kolonel Fuad menjelaskan keberhasilannya panjang lebar. (KCB1: 366) “Kenapa untuk pulang saja harus periksa darah. Kalian jangan membuat peraturan yang mengada-ada. Mentang-mentang ini negara kalian ya!” Furqan emosi mendengar perintah Kolonel Fuad yang baginya sangat tidak masuk akal. (KCB1: 381)
cix
“Tenanglah dulu Furqan. Akan aku jelaskan duduk persoalannya. Aku sebenarnya tak ingin merepotkan siapa saja. Atau mencegah seorang pulang ke negaranya. Tapi untuk kebaikan bersama, kebaikan bagi kamu, teman-teman kamu, Negara kamu dan Negara kami, maka prosedur ini harus dijalani. Begini Furqan, penyelidikan kami menemukan hal yang sangat tidak kita inginkan bersama. Perempuan brengsek yang mengaku sebagai Miss Italiana itu memang benar-benar orangnya Mosad. Selain dikirim ke Mesir ini sebagai mata-mata, ternyata ia juga ditugaskan untuk merusak masyarakat negeri ini. Korbannya ternyata sudah puluhan. Ada yang jadi korban amoralnya dalam arti yang sesungguhnya. Ada yang cuma menjadi korban intimidasinya. Lha kami tidak tahu kamu ini termasuk jenis yang mana. Kamu tergolong yang menjadi korban intimidasinya saja atau juga korban amoralnya?” (KCB1: 381) “Aku harap kau tidak kaget dengan penjelasanku ini. Perempuan bule itu nama aslinya adalah Golda Olmetz. Ia seorang pelacur profesional di Tel Aviv yang diambil Mosad sebagai tentaranya. Perempuan itu seorang pengidap AIDS. Ia ditugaskan ke Mesir memang untuk menularkan virus itu pada penduduk Mesir.” (KCB1: 381-382) Ketika foto-foto telanjang Furqan telah disebarluaskan di internet, dan temannya telah mengetahui penyebaran foto tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “ Tadi dari Dokki, aku singgah di sebuah warnet di Tahrir Mas, aku ingat kalau punya janji chatting dengan adikku yang kuliah di UNDIP Semarang. Disela-sela chatting aku buka email. Aku mendapat email dari seorang temanku di Amerika yang menginformasikan ada foto asusila yang disebar oleh mahasiswa Al Azhar. Temanku itu memberi alamat website-nya. Aku buka, dan ternyata itu foto-fotomu dengan seorang perempuan bule. Ada keterangan panjang lebar di setiap foto.” (KCB1: 393) “Aku tidak salah lihat Mas. Bahkan selain foto-fotomu ditampilkan juga kartu identitas pscasarjanamu Mas. Kalau tidak percaya ayo kita lihat. Mana laptopmu Mas?” (KCB1: 393) “Ini Mas ada lima belas foto tidak senonoh. Mas modelnya. Dan ini foto ruangan hotelnya. Itu meja di mana ada laptop dan naskah tesis Mas. Trus terakhir liat ini, kartu mahasiswa Mas.” (KCB1: 394) Furqan malah merangkul Abduh dan menangis tersedu-sedu. Abduh diam saja. Ia membiarkan Furqan puas menangis dalam rangkulannya. Setelah puas Furqan melepaskan rangkulannya dan menceritakan dengan terbatabata semua yang dialaminya selama ini. Ia curahkan semua kesedihan dan penderitaannya. (KCB1: 394)
cx
“Kalau kau tidak mempercayaiku Duh, lalu siapa yang akan percaya padaku? Kalau kau tidak menghiburku dan menguatkanku siapa yang akan menghibur dan menguatkanku? Besok adalah penentuan. Doakan aku Duh, aku takut sekali. Aku tak bisa membayangkan terpukulnya keluargaku jika aku terkena AIDS Duh!” (KCB1: 394) Ketika Furqan mengambil hasil tes pemeriksaan darah, dan hasil pemeriksaan tersebut Furqan positif terkena AIDS. Dan saat itu pula ia mendapat kabar Anna Althafunnisa menerima lamarannya, padahal dia merasa sudah tak pantas untuk hidup. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Furqan langsung membukanya perlahan dengan tangan gemetaran. Jantungnya berdegup kencang. Ia membacanya dengan seksama. Ia mengeja hasil yang tertera dalam kertas putih itu. Dan ia dinyatakan POSITIF. Jantungnya nyaris berhenti. Ia tidak percaya dengan apa yang ia baca. Ia perhatikan baik-baik. Ia eja hurufnya. Dan kata yang tertulis tetap sama: POSITIF. Ia baca keterangan lain. Mungkin inisial yang salah. Mungkin nama yang tertera di situ bukan namanya. Tapi ia tidak mendapatkan hal yang mengubah rasa tertekannya yang luar biasa. Nama yang tertera dan nomor paspornya adalah miliknya. (KCB1: 398-399) Ia merasakan langit seolah runtuh menimpa kepalanya. Pikirannya terasa gelap. Air matanya langsung tumpah. Ia merasa telah mati. Pedang yang sangat tajam seolah telah membabat lehernya. Tombak paling tajam dan berkarat seolah menancap didadanya. Seluruh persendiannya seolah dipaku dengan paku-paku berkarat nan runcing. Tulang-tulangnya seolah telah dilolosi satu per satu. Sesaat lamanya ia tak bisa berbuat apa-apa. Seolah bumi hendak membetot kakinya. Air matanya terus meleleh membasahi pipinya. (KCB1: 399) Tangis Furqan meledak, “Bagaimana mungkin ini terjadi? Bagaimana mungkin? Aku tidak pernah melakukan dosa besar itu. Tidak pernah!” (KCB1: 399) “Aku tak percaya lagi Allah Maha Penyayang. Aku tak percaya lagi hi… hi…!” Hati Furqan benar-benar terguncang. Ia merasa dunianya telah kiamat. Belajar kerasnya selama ini telah sia-sia. Gelar masternya sia-sia. Hidupnya sia-sia. Dan ibadahnya menyembah Allah selama ini ia rasakan sia-sia. (KCB1: 400) “Hidupku sudah tamat. Aku sudah mati! Lebih baik aku langsung dikubur saja daripada aku harus menanggung aib yang sangat memalukan diriku, ibuku, ayahku, dan keluargaku!” (KCB1: 400)
cxi
Furqan pingsan. Petugas itu membawa Furqan ke ruang perawatan. Pada saat itu Kolonel Fuad datang. Ia berbincang sebentar dengan petugas. Ia lalu melihat Furqan…..(KCB1: 401) “Aku telah minta rumah sakit merahasiakan hasil pemeriksaanmu. Aku akan minta mereka menghapus filemu. Tapi kau tetap harus meninggalkan Negara ini. Dan kau harus berjanji padaku, bersumpah demi Allah bahwa kau tidak akan membahayakan orang lain. Tidak akan menularkan virusmu pada orang lain. Kalau kau mau aku akan bantu menutup rahasiamu ini. Tak akan ada yang tahu bahwa kau mengidap virus HIV kecuali kau sendiri, aku, beberapa petugas rumah sakit dan tentu saja Allah SWT. Dengan begitu kau masih bisa menghirup udara dengan lebih lega. Bagaimana? Kau mau berjanji padaku dan bersumpah demi Allah?” (KCB1: 401-402) Tiba-tiba hp-nya berdering. Ada SMS masuk. Ia buka. Dari Ustadz Mujab. Lalu ia baca dengan mata berkaca-kaca, “Ass wr wb. Akhi, apa kabar? Ini ada kabar baik bagimu. Akhi, alhamdulillah hasilnya positif. Aku baru dpt SMS dari Anna Althafunnisa. Dia menyatakan menerima pinanganmu. Dia menunggumu di Indonesia. Syukron.” (KCB1: 403)
Membaca SMS itu ia langsung menangis. Ia semestinya bahagia. Namun apa gunanya kesediaan Anna Althafunnisa jika ia sendiri sudah merasa tidak lagi menjadi manusia yang pantas hidup. Apa kira-kira reaksi gadis yang ia dambakan menjadi isterinya itu jika tahu ia mengidap AIDS? Akankah ia tetap menyatakan kesediaanya menerima pinangannya? Jika Ustadz Mujab tahu ia terkena AIDS akankah tetap mengirimkan SMS itu padanya? Ia sendiri tidak tahu apa reaksi kedua orang tuanya jika mengetahui anaknya telah mengidap AIDS? (KCB1: 403-404) Alangkah berbedanya kata “positif” yang tertulis dalam SMS Ustadz Mujab dengan positif yang tertulis dalam kertas periksa darah yang tadi ia baca. Matanya berkaca-kaca. Membaca SMS Ustadz Mujab semestinya ia menjadi orang paling bahagia saat itu. Namun saat itu SMS itu justru membuat hatinya semakin merana. (KCB1: 404) Hp-nya kembali berdering. Ia buka SMS dari Ustadz Mujab. SMS yang sama. Dikirim dua kali. Furqan harus menjawabnya. Dan ia belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. Hatinya ia rasakan perih bagai diiris-iris silet berkarat di semua sisinya. (KCB1: 405) 6) Tahap falling action, yaitu konflik yang dibangun menurun karena telah mencapai klimaksnya. Harapan Azzam untuk pulang ke Indonesia mulai mendapat sedikit pencerahan, yaitu dengan membuat pesanan soto
cxii
Lamongan yang dipesan untuk ulang tahun Eliana. Dari pesanan itu dia mendapat untung yang banyak, dan dapat digunakan untuk membeli tiket pesawat pulang ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Selesai ujian Azzam teringat akan pesanan Eliana, putri Pak Dubes, soto Lamongan untuk syukuran pesta ulang tahunnya. Ia langsung bergerak mencari informasi resep terbaik. Juga mencari bahan-bahannya… (KCB1: 407) Karena dibanding yang lain Soto Lamongan adalah makanan yang paling langka ada di Cairo, maka Azzam benar-benar dibuat sibuk oleh antrean hadirin yang menginginkan hasil masakannya. Ia melayani dengan sabar. Hampir semua orang mengatakan rasanya mantap dan memuaskan. Dengan Soto Lamongan itu Putri Pak Dubes merasa teristimewakan. Dan seperti yang telah disepakati selesai acara itu ia mendapat 3000 pound untuk 500 mangkok Soto Lamongan yang ia hidangkan. (KCB1: 408) Dengan uang itu ia bisa membeli tiket pesawat untuk pulang. Sisanya bisa ia gunakan untuk membeli buku-buku dan kitab-kitab penting. Ia tersenyum, bahwa hari yang ia nanti-nantikan sebentar lagi juga datang. Hari ia terbang pulang, berkumpul dengan keluarga tersayang. (KCB1: 408) Ketika Fadhil diminta untuk menjadi penaggung jawab akad nikah dan walimah Tiara dengan Zulkifli. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: …Air matanya terus meleleh tanpa bisa ditahannya. Ia baru saja menghadiri rapat pembentukan panitia pernikahan Tiara dengan Zulkifli. Seperti yang ia duga, ia pasti diminta terlibat jadi panitia. Ia bahkan sempat diminta untuk jadi ketua panitianya. Dengan berat hati ia menolaknya. (KCB1: 422) Namun akhirnya ia tidak bisa menolak untuk jadi penanggung jawab acara akad nikah dan walimah. Fadhil benar-benar tersiksa. Ia akan melihat orang yang dicintainya diam-diam dengan sangat mendalam akan menikah dengan orang lain. Menikah di depan matanya dan ia jadi panitianya. (KCB1: 422) Yang membuat dadanya sesak, ia juga harus memimpin tim nasyid yang dipimpinnya untuk meramaikan pesta pernikahan itu. Selain pemimpin ia adalah vocal utama di tim nasyid itu….(KCB1: 422)
cxiii
Saat ini belum apa-apa dirinya sudah terbakar oleh api cemburu, api penyesalan dan api kesedihan yang luar biasa panas baranya. Ia meratapi nasibnya. Alangkah ruginya dirinya, tidak mendapatkan orang yang dicintainya. Tidak mendapatkan gadis sebaik Tiara yang sudah lama ia damba. Dan alangkah bahagia temannya itu, Zulkifli yang akan menyunting gadis selembut Tiara. (KCB1: 423) Ia yakin Tiara juga mengalami kesedihan yang sama. Seperti yang dialaminya. Kesedihan seorang pecinta yang dipisahkan dengan orang yang dicintainya….(KCB1: 423) Sampai di rumah Fadhil langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Matanya sedikit pun tak mau terpejam. Air matanya terus meleleh. Hatinya pilu. Tubuhnya seperti remuk redam. (KCB1: 423) Ketika Fadhil meminta pendapat kepada Azzam tentang masalah percintaan yang dialaminya bersama Tiara. Azzampun dengan bijaksana memberikan solusinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Fadhil menceritakan semuanya. Tentang Tiara yang meminta pendapatnya karena dilamar Zulkifli yang tak lain adalah temanya sendiri di Indonesia. Tentang saran yang ia berikan. Tentang segala perasaan cintanya pada Tiara. Tentang kekecewaan Tiara. Tentang pernikahan Tiara yang akan segera diadakan. Tentang hasil rapat di KMA yang memintanya jadi penanggung jawab acara. Tentang dirinya yang harus mendendangkan nasyid di hadapan mempelai berdua. Tentang segala rasa cinta pada Tiara yang membuatnya tersiksa. Tentang kesedihan dan nestapanya yang menyesak dada. Fadhil menceritakan itu semua dengan mata berkaca-kaca. (KCB1: 428) “Dhil, Fadhil, masalah yang kau hadapi itu masalah kecil. Tak usah kau besar-besarkan. Nanti semuanya akan baik-baik saja. Ini kebetulan aku baru saja membaca perkataan Imam Ibnu Athaillah yang sangat dahsyat tentang cinta. Dan perkataan beliau ini bisa jadi terapi yang tepat untuk penyakit cintamu. Ya, aku katakan apa yang kau simpan di hatimu itu adalah penyakit. Cinta sejati itu menyembuhkan tidak menyakitkan. (KCB1: 429) “Dengar baik-baik perkataan Imam Ibnu Athaillah, saya bacakan langsung dari kitab aslinya. Beliau menagatakan: la yukhriju asy syawata illa khaufun muz’ijun aw syauqun muqliqun! Artinya tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana! (KCB1: 429)
cxiv
“Benar. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kau mencintai seseorang ada dua kemungkinan diterima dan ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kau mencintai Allah pasti diterima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak pernah merasa kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kaucintai itu dari hatimu. Tak akan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah darimu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB1: 430-431) Ketika Tiara menulis surat untuk Fadhil. Tiara mengajak Fadhil untuk berani menikahinya, dan Tiara akan membatalkan pernikahannya dengan Zulkifli. Namun Azzam meyakinkan Fadhil bahwa perbuatan seperti itu salah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Tubuh Fadhil bergetar hebat. Rasa cinta dan damba pada Tiara yang nyaris pupus kembali betunas. Wajah Tiara yang memohon penuh iba kepadanya terbayang di pelupuk matanya… (KCB1: 439) Atas ajakan tawaran dan ancaman itu perasaannya mengiyakan. Namun akal sehatnya menentang habis-habisan. Ada pertarungan dahsyat dalam batinnya. Ia tidak bisa memutuskan. Hatinya pilu. Wajahnya jadi biru. Seluruh otot-ototnya terasa kaku. (KCB1: 440) “Jika kau memang berani menentang badai. Badai yang tidak hanya di dunia, tapi juga badai di akherat kelak, maka kau bisa ikuti ajakan Tiara! Dan dengar baik-baik kata-kataku ini Fadhil, jika kau mengiyakan ajakan Tiara, maka kau akan merusak tatanan. Kau bukan seorang lelaki sejati tapi kau seorang munafik. Penghianat yang menikam saudaranya sendiri. Coba bayangkan berapa banyak orang yang akan sakit jika ide gila Tiara itu kau dukung dan kau turuti.” (KCB1: 442) “Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi. Demi menjaga rahmat dan kasih sayang sesama manusia dan khususnya sesama Muslim, Baginda Nabi sudah memberikan petunjuk yang indah bagi kita. Petunjuk dan tata krama berkaitan dengan melamar wanita. Beliau dengan tegas mengatakan, ‘Haram hukumnya bagi seorang Muslim melamar di atas lamaran saudaranya!’ Kita dilarang melamar wanita yang telah duluan dilamar orang lain. Kecuali kalau wanita itu
cxv
memang telah menolak, dan artinya masih kosong, tidak ada yang melamarnya, maka kita boleh melamarnya. (KCB1: 442-443) “Dan terakhir ingat Dhil, pecinta sejati bukanlah seperti yang ditulis Tiara dalam tulisannya. Pecinta sejati adalah orang yang mencintai karena Allah dan Rasul-Nya. Kukira ketika menulis surat itu, perasaan dan pikiran Tiara sedang oleng. Tidak jernih dan tenang. Dan dalam kondisi seperti itu, setan dengan gampang merasuki perasaan dan pikirannya. Hati-hatilah Dhil.” (KCB1: 443-444) Harapan itu telah tertutup. Tak ada pilihan lagi baginya kecuali menghapus air matanya dan menghadapi hidup dengan sesungguhnya. Hidup yang tidak lagi hanya harubiru rasa cinta pada pujaan jiwa. Ia merasa bahwa Fadhil benar. Kata-katanya benar. Seorang Muslim tidak boleh menzalimi Muslim yang lain. Apapun alasannya dalam Islam kezaliman tidak dibenarkan. Termasuk kezaliman dengan alasan cinta. Sungguh naïf, cinta macam apa yang mendatangkan kezaliman? (KCB1: 446) Tiara mengoreksi dirinya sendiri. Dialah sesungguhnya yang salah menentukan langkah. Semuanya, sebenarnya ada di tangannya. Kenapa ketika lamaran Zulkifli datang dan ia tak suka lantas meminta pertimbangan Fadhil. Ia baru sadar betapa sulitnya posisi Fadhil saat itu. Zulkifli adalah temannya, dan ia harus setia pada temannya. Maka wajarlah jika Fadhil memberikan saran seperti itu. Meskipun ia mendapatkan saran itu, saran untuk tidak menolak lamaran Zulkifli dari Fadhil. Namun sesungguhnya kalau dia memang tidak suka dia boleh dan tidak ada salahnya ia menolaknya. Kenapa saat itu ia emosi dan langsung menelpon ayahnya di Indonesia, menerima lamaran Zulkifli. Ia merasa memperoleh pelajaran berharga, keputusan yang diambil dengan penuh emosi, hanya mendatangkan penyesalan tiada henti. (KCB1: 446-447) 7) Tahap denovement, yaitu tahap penyelesaian konflik. Tahap ini yaitu ketika pernikahan Tiara dan Zulkifli berlangsung, berarti ini menunjukan masalahnya Tiara dan Fadhil sudah selesai karena Tiara telah menjadi isteri Zulkifli. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Akad nikah berlangsung. Fadhil duduk menundukkan muka dengan hati gemuruh luar biasa. Tiara duduk dengan penuh rasa pasrah. Zulkifli menjawab akad dengan mantap dan lantang. Akad nikah telah terjadi. Pipi Fadhil basah. Tiara tak kuasa menahan tangisnya. Fadhil memeluk Zulkifli…. (KCB1: 449) Zulkifli berulang kali mengucapkan rasa terima kasihnya yang tiada terhingga. Saat Fadhil melangkah meninggalkan ruangan, Tiara sempat
cxvi
melihat mata Fadhil sembab, ia juga sempat melihat Fadhil mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Hati Tiara bagai diiris-iris. Ia memandangi pemuda yang dikaguminya itu melangkah keluar. (KCB1: 449-450) Usai akad Fadhil langsung minta pada temanya dari Aceh untuk membereskan semuanya. Ia minta diri untuk pulang. Ia bilang ada urusan penting. Namun sebenarnya, ia tiada kuasa untuk menumpahkan tangisnya. Keluar dari KBRI ia mencegat taksi, dan saat taksi itu berjalan ia menangis dengan sepuas-puasnya. (KCB1: 450) Ketika Azzam lulus dari Universitas Al Azhar setelah sembilan tahun lamanya kuliah di sana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam bergegas menuju papan pengumuman. Ratusan mahasiswa berdesakan melihat papan pengumuman. Sesaat lamanya Azzam mencaricari namanya tidak juga ketemu. Akhirnya setelah seperempat jam mencari ia menemukan namanya. Dan dengan hati berdebar ia baca. Ia dinyatakan lulus dengan predikat: “JAYYID” (KCB1: 457-458) Ketika Azzam pulang ke Indonesia untuk bertemu dengan ibu dan adik-adiknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Detik-detik mengharukan tiba. Rumah Azzam kembali penuh orang. Menjelang berangkat ada acara kecil pelepasan ke bandara. Ada kesankesan dari teman-teman yang ditinggalkan terutama teman satu rumah. Yang paling terbata-bata karena terharu akan ditinggalkan adalah Fadhil. Ia merasa Azzam adalah sosok yang sangat berarti baginya selama ini. Yang lebih terbata-bata bahkan menangis saat menyampaikan kalimatnya adalah Azzam. Ia tidak kuasa menahan sedihnya meninggalkan Bumi Para Nabi yang sudah menjadi Tanah Air keduanya.(KCB1: 465) Ucap Sara usai berdoa. Azzam masih menunduk dan memejamkan mata. Ia masih larut dalam doanya. Pesawat berjalan semakin kencang. Dan akhirnya terbang meninggalkan Mesir. Azzam merasakan hatinya bergetar. (KCB1: 476) 2. Stuktur Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 a. Tema Tema dan pesan adalah apa yang ingin pengarang sampaikan kepada pembacanya. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 karya Habiburrahman El Shirazy mempunyai tema yang hampir sama dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 yaitu masalah hakiki manusia yaitu percintaan. Percintaan yang
cxvii
disampaikan tidak hanya cinta sesama manusia tetapi juga cinta seseorang dengan Tuhan dan Rasul-Nya yang ditunjukkan dengan keimanan kepada Tuhan, dan sebaliknya cinta Tuhan kepada umat-Nya yang ditunjukkan dengan cobaan kepada hambanya serta petunjuk hidup berupa Al-Quran dan Sunnah Rasul. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2, Habiburrahman El Shirazy juga menampilkan bagaimana ajaran Islam yang benar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anak-anakku, ingatlah baik-baik Hadist ini. Hayati dan patri dalam sanubari! Jangan sekali-kali kalian menjadi seorang pemfitnah, baik qattat maupun nammaam. Sebab pemfitnah itu telah diharamkan oleh Rassulullah Saw. Untuk masuk surga. Pemfitnah termasuk seburuk-buruk makhluk Allah di atas muka bumi ini. Al Hafidz Al Mundziri mengatakan, Ummat Islam sudah sepakat bahwa fitnah itu diharamkan dan fitnah itu termasuk dosa besar! (KCB2: 13) “Anna kau harus mantap! Kau tidak boleh mundur hanya karena keraguan yang tidak jelas dari mana datangnya. Kalau kau mencari manusia yang sempurna, kau tidak akan mendapatkannya di atas muka bumi ini! Semua ummat manusia memiliki aib, kekurangan, salah dan dosa-dosa! Tidak ada yang sempurna. Anna, kau harus yakin keputusanmu adalah benar!” (KCB2: 22-23) “Jelas sekali, para ulama sepakat bahwa suatu syarat yang menjadi sebab akad nikah terjadi harus dipenuhi. Makanya syarat saya tadi harus dipenuhi kalau ingin akad nikah dengan saya terjadi. Selama syarat itu tidak bertentangan dengan tujuan pernikahan dan tidak menghilangkan maksud asli pernikahan. Saya tidak mensyaratkan misalnya saya hanya boleh disentuh satu tahun sekali. Tidak ! syarat ini bertentangan dengan maksud pernikahan. Dan ulama juga banyak yang memilih pendapat bahwa perempuan boleh mengajukan syarat sebelum akad nikah bahwa suaminya tidak akan menikahi perempuan lain. Dan sang suami wajib memenuhi syarat itu selama dia menerima syarat itu ketika akad nikah. (KCB2: 30) Manusia bisa berubah. Demikian juga Husna. Ia telah berubah setelah melewati proses yang sangat panjang. Seorang Nabi sekalipun menjadi matang sehingga mampu memikul risalah setelah melalui proses panjang. Setelah melalui tempaan-tempaan. Sebelum menjadi Nabi, seorang Yusuf harus dibuang ke dalam sumur. Lalu dijual sebagai budak. Diuji fitnah Zulaikha. Dipenjara. Barulah dimuliakan oleh Allah. (KCB2: 137-138) “Mari kita shalat dulu dua rakaat Mas. kita bersihkan jiwa dan raga kita dari segala kotoran. Agar apa yang kita lakukan mulai saat ini sebagai
cxviii
suami isteri besih, ikhlas semata-mata karena Allah. Bukan karena syahwat atau pun birahi. Bukankah itu yang dilakukan para shalihin sejak awal mereka berumah tangga?” (KCB2: 220) “Seorang mukmim tidaklah mengambil faidah yang lebih baik setelah takwa kepada Allah dari isteri yang shalihah; yang jika dia menyuruh isterinya maka isteri itu mentaatinya, jika melihatnya isteri itu menyenangkannya, jika bersumpah atas nama isterinya maka isterinya itu memenuhinya, dan jika suami tidak di rumah maka isteri itu menjaga harta dan kehormatan suaminya.” (KCB2: 300) “Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkan. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada Nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya. Suatu hari gadis itu dilamar pemuda yang dianggapnya akan membahagiakannya. Ia menerima lamarannya. Kedua orang tuanya merestuinya. Nikahlah gadis itu dengan sang pemuda. Hari berjalan. Bulan berganti bulan. Orang tuanya beranggapan bahwa putrinya telah menemukan kebahagiaannya. Ternyata anggapan itu tidak sama dengan kenyataan. Enam bulan menikah pemuda yang menikahinya tidak mampu melakukan tugasnya sebagai suami. Gadis itu masih perawan. Masih suci. Pemuda itu lalu menceraikannya. Nak sekarang pertanyaanku. Maukah kau menikah dengan gadis itu?” (KCB2: 384-385) Sub tema lain yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 karya Habiburrahman El Shirazy adalah tentang kerja keras dalam berbisnis. Bahwa dalam berbisnis tidak boleh mudah putus asa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Sejarah mencatat bahwa prestasi-prestasi besar dilahirkan oleh mereka yang hampir tidak punya waktu untuk istirahat. Mereka yang bekerja keras dengan pikiran cerdas. Kenapa ada Negara lebih maju dari Negara lain, dan ada Negara yang ketinggalan dari Negara lain? Jawabannya menurutku sederhana saja. Suatu Negara lebih maju dari negar lain karena Negara itu lebih hebat kerja kersanya dari Negara lain. Dan jika ada suatu Negara ketinggalan jauh di belakang Negara lain, itu karena Negara itu sangat pernah malasnya. (KCB2: 144) “Benyamin Franklin mengatakan bahwa malas adalah pangkal kemiskinan. Sedangkan Leonardo Da Vinci mengisyaratkan bahwa malas adalah pangkal kebodohan. Da Vinci pernah mengatakan, ‘Sama seperti yang bisa berkarat karena jarang digunakan, maka berdiam diri bisa merusak kesehatan.’ (KCB2: 144-145)
cxix
Namun setelah ia pikir dengan seksama lebih baik memulai usaha itu setelah benar-benar cukup menguasai medan. Ia harus lebih matang melakukan penelitian. Dengan penelitian yang mendalam ia akan mampu melihat peluang-peluang bisnis yang lain. (KCB2: 165) Azzam terus memutar otaknya bagaimana caranya usahanya sukses. Jika ia tetap menjual produk yang sama dengan yang lain, maka di pasar ia telah kalah. Ia harus punya produk yang inovatif, yang berbeda dengan yang lain. Sama-sama baksonya tapi harus ada sisi unik yang membedakan baksonya dengan bakso yang lain. (KCB2: 240) Ia membaca nasihat seorang pengusaha sukses di sebuah buku paduan bisnis agar tidak meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Sebab jika suatu ketika keranjang itu jatuh maka telur akan pecah semua. Dan akibatnya akan sangat fatal. Maka yang baik dalam bisnis adalah meletakkan banyak telur di keranjang yang berbeda. Agar jika ada satu keranjang yang jatuh masih ada telur lain yang selamat. Dan telur yang selamat itu masih akan bisa menetas menjadi ayam dan bisa mendatangkan telur baru. (KCB2: 243-244) “Memperoleh buah amam di dunia adalah kabar gembira bagi orang yang beribadah akan bakal adanya pahala di akhirat.” Maksudnya jika ada orang ikhlas beribadah kepada Allah di dunia ini, dan orang itu merasakan buahnya ibadah itu misalnya ketenangan hati, kejernihan pikiran, keluarga yang sakinah, anak-anak yang shaleh, kerinduan untuk semakin giat beribadah, merasakan kelezatan ibadah dan lain sebagainya. Itu semua menjadi kabar gembira bahwa kelak di akhirat akan ada pahala yang lebih lezat, pahala yang lebih agung dari Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB2: 377) b. Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 karya Habiburrahman El Shirazy, mempunyai tokoh utama yang masih sama dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1, yaitu Khairul Azzam. Tokoh-tokoh pendukung lainnya antara lain adalah Eliana, Anna Althafunnisa, Furqan, Husna, Ibu Malikatun Nafisah, Lia, Sarah, Ilyas, Kiai Lutfi, Ummi, Nafisah, Pak Maylaf, Bu Maylaf, Andi Hasan, Marhus, Vivi, Luna, Ibu Rina, Siti, Rina, Mila, Tika, Afifah, Pak Jazuli, Kang Paimo, Si Kamdun, Haji Darmanto, Eva, Sheila, Bapak Mahbud, Ibu Mahbud, Pak Zuhri dan Bu Fadilah. Menurut kadar keutamaan tokoh-tokohnya tokoh dan penokohan dapat dikategorikan yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Namun di sini hanya akan mendeskripsikan tokoh yang memiliki peran penting dalam cerita yaitu
cxx
tokoh utama dan tokoh tambahan yang mempunyai peran penting dalam jalannya cerita. 1) Khairul Azzam Berdasarkan keutamaan tokohnya Khairul Azam merupakan tokoh utama yang protagonis. Dari fisik Khairul Azzam adalah sosok yang berbadan kurus, namun dia juga gagah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Husna menangis terisak-isak dalam pelukan kakaknya tercinta. Kakak yang sangat dirindukannya siang dan malam. Kakak yang menjadi pahlawan baginya yang telah membiayai hidup dan sekolahnya. Juga sekolah adik-adiknya. Tubuh kakaknya itu begitu kurus. Wajahnya lebih tua dari umurnya. (KCB2: 118) Kiai Lutfi mengambil kitam Al Hikamnya. Lalu memberi tahu Azzam di halaman berapa Azzam harus membacakan. Kitab itu sudah ada di tangan Azzam. Pemuda kurus itu menerima dengan dada panas dingin. Ia tidak tahu apa nanti yang akan ia sampaikan pada sekitar tujuh ratus orang yang sore itu telah datang untuk mengambil cahaya dari Al Hikam. (KCB2: 183) Azzam memakai kemeja yang dibelikan ibunya di pasar Klewer. Ia tampak gagah dan bersahaja dengan peci hitam di kepalanya. Vivi memakai gamis cokelat susu dan jilbab putih bersih. Dokter muda itu tampak anggun. (KCB2: 297) Azzam juga seorang yang pemuda luar biasa yang berbakti, berprestasi dan bertanggung jawab. Hal ini dapat di lihat dari kutipan sebagai berikut: “Jujur, pemuda seperti Azzam itu kalau boleh Abah berterus terang adalah pemuda yang jadi idaman Abah. Sayang baru bertemu sekarang. Jika Abah masih punya anak putri pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Abah tahu tentang perjuangannya membesarkan adik-adiknya. Dia sungguh pemuda luar biasa!” (KCB2: 177) Anak pertamanya Khairu Azzam, sejak kecil telah menunjukkan baktinya. Prestasi-prestasinya mengharumkan nama orang tua. Saat kuliah di al Azhar, ia juga meraih nilai sangat baik ditahun pertamanya. Dan ketika sang ayah tiada, Azzam menunjukkan tanggung jawabnya sebagai anak sulung dan satu-satunya anak lelakinya. Azzam bekerja keras diMesir sana. Ia tahu anaknya itu bekerja dan berwirausaha dengan membuat bakso dan tempe di sana. Tiap bulan mengirimkan uang demi menghidupi dan menyekolahkan adik-adiknya. Sebagai ibu, ia sangat bangga pada
cxxi
anak pertamanya itu. Di saat sang ayah tiada dan ia sakit-sakitan, nama keluarga tetap terjaga. Seluruh adiknya tetap lanjut kuliah. (KCB2: 38) Azzam juga sosok yang suka berbisnis, dia mempunyai bakat berbisnis yang baik. Dia juga sangat professional dalam menjalankan pekerjaannya. Hal ini dapat di lihat dari kutipan sebagai berikut: “Kalau S2 langsung nulis tesis, saya ada minat. Tapi kalau S2 masih harus masuk kelas seperti biasa, mending saya bisnis saja. Saya sudah malas ujian.” Kata Azzam dengan intonasi sedikit dikuatkan. Husna tersenyum mendengarkan ucapan kakaknya itu. Ia tahu jiwa kakaknya… (KCB2: 199) Azzam terus memutar otaknya bagaimana caranya usahanya sukses. Jika ia tetap menjual produk yang sama dengan yang lain, maka di pasar ia telah kalah. Ia harus punya produk yang inovatif, yang berbeda dengan yang lain. Sama-sama baksonya tapi harus ada sisi unik yang membedakan baksonya dengan bakso yang lain. (KCB2: 240) Ia ingin agar pembeli baksonya mendapat sesuatu selain rasa nikmat di lidah, kenyang dan bergizi. Ia terus berpikir. Sampai akhirnya ia menangkap sebuah ide yang menurutnya brilian. Ia akan membuat bakso cinta. (KCB2: 241) “Kita tunjukkan profesionalitas kita. Orang yang suka memfitnah dalam bisnis biasanya adalah orang yang tidak profesional. Orang yang cetek cara berfikirnya. Kita harus lebih maju dan lebih canggih lagi sehingga fitnahnya hanya akan menjadi kentut di tengah padang pasir. Alias tidak ada pengaruhnya. (KCB2: 372) “Kakak memang jagonya bisnis!” Seru Lia. (KCB2: 373) Lambat laun ia dikenal sebagai entrepreneur muda dari Solo yang sukses sekaligus dikenal sebagai dai muda yang mampu menyihir hadirin jika ia sudah ada di atas panggung. Setiap minggu ia punya rubrik khusus tentang motivasi bisnis Islami di radio Jaya Pemuda Muslim Indonesia Solo. (KCB2: 377) Khairul Azzam juga seorang pemuda yang mau bekerja keras dan disiplin serta sosok yang mandiri. Hal ini dapat di lihat dari kutipan sebagai berikut: Anak pertamanya Khairul Azzam, sejak kecil telah menunjukkan baktinya. Prestasi-prestasinya mengharumkan nama orang tua. Saat kuliah di al Azhar, ia juga meraih nilai sangat baik ditahun pertamanya. Dan ketika
cxxii
sang ayah tiada, Azzam menunjukkan tanggung jawabnya sebagai anak sulung dan satu-satunya anak lelakinya. Azzam bekerja keras diMesir sana. Ia tahu anaknya itu bekerja dan berwirausaha dengan membuat bakso dan tempe di sana. Tiap bulan mengirimkan uang demi menghidupi dan menyekolahkan adik-adiknya. Sebagai ibu, ia sangat bangga pada anak pertamanya itu. Di saat sang ayah tiada dan ia sakit-sakitan, nama keluarga tetap terjaga. Seluruh adiknya tetap lanjut kuliah. (KCB2: 38) …Anna mengamati Azzam dengan seksama. Ada rasa kagum bercampur heran masuk dalam hatinya. Kagum ada pemuda yang ulet dan pekerja keras seperti Azzam. Pemuda yang tidak malu mengangkat kardus-kardus seperti itu demi ibu dan adik-adiknya. Dan heran Azzam sama sekali tidak canggung menyatu bersama dengan kedua orang temannya, yang ia pastikan adalah seorang sopir dan kernetnya. (KCB2: 171) “Wah kau bakat jadi pemimpin besar Zam. Kau punya disiplin yang bisa diandalkan!” Sahut Kang Paimo. (KCB2: 178) Azzam lagi bekerja keras mencari cetakan dari besi berbentuk hati. Ia tidak menemukan di toko-toko penjual barang pecah belah. Ia akhirnya pesan cetakan yang ia inginkan ke Batur, Klaten yang dikenal sebagai pusat besi, baja dan aluminium cetakan itu akhirnya jadi juga. (KCB2: 241) Sifat Azzam yang lainnya adalah dia seorang pemuda yang senang merendahkan dirinya sendiri, dia sosok yang tidak sombong. Hal ini dapat di lihat dari kutipan sebagai berikut: “Jamaah sekalian yang dirahmati Allah, jujur, saya ini sebenarnya juga masih bodoh. Maka saya datang ke pesantren ini untuk mengaji. Jujur, saya datang untuk mengaji, untuk menimba ilmu. Bukan untuk mengajar. Bukan untuk membacakan kitab. Tapi Romo Kiai Haji Lutfi Hakim memaksa saya untuk naik ke mimbar ini. saya tidak bisa berkutik apa-apa kecuali menjalankan titah Pak Kiai. Sebab saya ini santri. (KCB2: 185) “Jamaah yang mulia, anggap saja saya ini sedang latihan. Jadi kalau nanti banyak khilaf mohon dimaafkanMaklum masih bodoh dan sedang latihan.” (KCB2: 185) …Saya bangga dengan pemuda yang mandiri dan merendahkan diri seperti dia. Dan itu kiai Lutfi wualah luar biasa sukanya sama dia. Sampai sekarang diminta menggantikan beliau mengajar Al Hikam… (KCB2: 285) “Kalau saya ya beraninya dalam batin saja Pak Kiai. Lha saya ini siapa, saat itu hanya dikenal mahasiswa yang tidak lulus-lulus karena jualan bakso. Mana berani ikut-ikutan membicarakan dia.” (KCB2: 383)
cxxiii
Azzam juga pemuda yang lapang dada dan bijaksana yaitu ketika dia memberi kebebasan pada tunangannya Vivi saat dia sakit. Dia juga seorang yang religius. Hal ini dapat di lihat dari kutipan sebagai berikut: “Terima kasih Vivi. Kau baik sekali. Kau tahu berapa lama lagi kira-kira aku akan sembuh. Temanku di Mesir dulu menunggu samapi satu tahun baru dia bisa berjalan. Aku tak ingin mengikatmu dengan rasa kasihanmu padaku. Pertunangan itu belumlah akad nikah. Itu baru semacam perjanjian. Aku tidak ingin menzalimimu. Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. Kalau kau sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kau ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kau boleh menikah dengan siapa yang kau suka. Aku tahu umurmu sama dengan umurku. Sebentar lagi kau berkepala tiga. Kata Azzam dengan lapang dada. (KCB2: 364-365) Saat Azzam mampu memberi pelajaran Al Hikam di pesantren Wangen: “Jamaah yang dimuliakan Allah, Ibnu Athaillah dalam kitab Al Hikamnya mengatakan “Memperoleh buah amam di dunia adalah kabar gembira bagi orang yang beribadah akan bakal adanya pahala di akhirat.” Maksudnya jika ada orang ikhlas beribadah kepada Allah di dunia ini, dan orang itu merasakan buahnya ibadah itu misalnya ketenangan hati, kejernihan pikiran, keluarga yang sakinah, anak-anak yang shaleh, kerinduan untuk semakin giat beribadah, merasakan kelezatan ibadah dan lain sebagainya. Itu semua menjadi kabar gembira bahwa kelak di akhirat akan ada pahala yang lebih lezat, pahala yang lebih agung dari Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB2: 377) 2) Eliana Eliana merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Eliana adalah sosok gadis yang tidak hanya cantik secara fisik tapi juga cerdas dan berprestasi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Kalau Eliana itu muslimah. Mau mengaji. Mau menutup aurat dengan baik dan taat pada suami ya ibu setuju saja. Siapa toh yang tidak ingin punya menantu cantik dan kaya seperti Eliana?” (KCB2: 137) Ada apa saja yang dipakai Eliana dan apa saja gaya rambutnya selalu saja menjadikannya tampak jelita. (KCB2: 141) Eliana tampak begitu anggun dalam balutan kebaya ala Betawi. Puluhan kamera langsung menggambil gambarnya begitu ia berdiri di tengah panggung. Acara disiarkan secara langsung di dua stasiun televisi swasta
cxxiv
terkemuka. Eliana membuka acara itu dengan bersama-sama membaca Al Fatihah. (KCB2: 128) Sejurus kemudian mereka turun bersama. Eliana menyambut dengan senyum menawan di bibirnya. Siang itu putri Dubes Indonesia di Mesir itu memakai kaos panjang merah jambu yang dipadu dengan celana jeans merah tua. Rambutnya dia kuncir kuda. Eliana benar-benar memiliki kelas tersendiri. Cerdas dan berwawasan luas. (KCB2: 144) …Di mata Husna Eliana sangat berbeda dengan artis pada umumnya. Eliana benar-benar memiliki kelas tersendiri. Cerdas dan berwawasan luas. (KCB2: 144) Eliana begitu cerdas menjelaskan tentang Negara Maju kepada Husna: “Sejarah mencatat bahwa prestasi-prestasi besar dilahirkan oleh mereka yang hampir tidak punya waktu untuk istirahat. Mereka yang bekerja keras dengan pikiran cerdas. Kenapa ada Negara lebih maju dari Negara lain, dan ada Negara yang ketinggalan dari Negara lain? Jawabannya menurutku sederhana saja. Suatu Negara lebih maju dari negar lain karena Negara itu lebih hebat kerja kersanya dari Negara lain. Dan jika ada suatu Negara ketinggalan jauh di belakang Negara lain, itu karena Negara itu sangat pernah malasnya. (KCB2: 144) “Benyamin Franklin mengatakan bahwa malas adalah pangkal kemiskinan. Sedangkan Leonardo Da Vinci mengisyaratkan bahwa malas adalah pangkal kebodohan. Da Vinci pernah mengatakan, ‘Sama seperti yang bisa berkarat karena jarang digunakan, maka berdiam diri bisa merusak kesehatan.’ (KCB2: 144-145) Mobil itu terus melaju kencang meninggalkan kota Jakarta. Terbesit dalam benak Husna jika gadis yang ada di sampingnya itu berjilbab dan pikiran cerdasnya digunakan untuk membela agama Allah alangkah dahsyatnya. Ia berdoa kepada Allah semoga suatu saat nanti hal itu benar-benar terjadi. (KCB2: 146) Eliana juga gadis yang suka bercanda. Ketika dia mengaku ke wartawan berpacaran dengan Azzam. Hal ini dilakukan untuk menncandai Azzam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Saya bukan selebritis kok Dik. Saya ini Cuma penjual tempe dan bakso di Cairo. Sungguh. Kebetulan di antara yang sering pesan bakso saya ayahnya Eliana dan Eliana sendiri. Ayahnya Eliana itu kan Dubes Indonesia di Mesir. Tadi itu kan Eliana tidak serius. Dia main-main. Dia mengerjain saya! Wah punya kenalan artis ini jadi repot!” jelas Azzam
cxxv
panjang lebar. Ia tahu adiknya dan dua gadis temannya itu pasti mengira yang bukan-bukan pada dirinya. (KCB2: 124) Eliana juga gadis yang bijaksana, yaitu ketika dia masih menerima Azzam yang telah cacat secara fisik. Baginya yang penting hati Azzam tidak cacat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Kecelakaan seperti ini biasa saja. Nanti juga sembuh seperti sedia kala. Kecelakaan seperti ini hanyalah kecelakaan fisik ringan tak akan mengubah orang yang hatinya ada cinta. Jika kecelakaannya adalah kecelakaan moral seperti zina misalnya maka itu akan menghilangkan cinta. Rasa sukaku masih sama.” (KCB2: 370) 3) Anna Althafunnisa Anna merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Anna adalah gadis yang cantik, anggun dan cerdas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anna tampak anggun dengan dalam balutan jilbab dan jubah panjangnya berwarna biru muda. Kecantikannya dipuji oleh keluarga Furqan. Nyonya Maylaf, ibu Furqan, yang tergolong wanita yang tidak mudah memuji kecantikan orang lain, saat itu tidak mampu untuk menahan pujiannya. (KCB2: 27) “Kau cantik sekali Nak. Di mana rumahmu?” Tanya bu Nafis dengan mata berbinar. (KCB2: 90) “Kok ada ya gadis sejelita itu. Ibu pikir si Zumrah itu dulu paling cantik.ternyata kalah jauh dengan putrinya Kiai Lutfi.” Bu Nafis komentar seraya masuk rumah. (KCB2: 91) “Kalau Anna tadi Bu, tidak hanya cantik. Dia juga shalihah insya Allah dan dalam ilmu agamanya. Dia itu sudah selesai S1-nya di Al Azhar Mesir lho Bu.” Tukas Husna. (KCB2: 91) Pengemudi sedan keluar. Perempuan tinggi semampai berjilbab biru muda. Azzam terperanjat, ia seperti melihat gadis yang ia tolong di Cairo. Perempuan itu menoleh ke arah truk. Dalam terang cahaya lampu truk tampak benar pesona kecantikannya. Perempuan itu memang Anna Altha funnisa….(KCB2: 170) Azzam menyantap dengan lahap. Ia harus mengakui masakan Anna lezat. Ia jadi iri pada Furqan, ia merasa benar-benar pria paling beruntung di
cxxvi
dunia. Anna tidak hanya cerdas, dan berprestasi secara akademik. Gadis itu ternyata juga jago masak. (KCB2: 174-175) Anna juga gadis yang mudah bimbang. Dia bimbang dan bingung ketika harus menjawab lamaran Furqan dan Ilyas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Akhirnya ia memilih Nafisah, Ketua Pengurus Pesantren Putri, yang ia rasa sudah sangat dekat dengannya sebagai teman bermusyawarah. Ia menceritakan kebimbangannya kepada Nafisah setelah ia mengambil janjinya agar tidak membuka isi pembicaraan kepada siapaun juga. (KCB2: 17) Menurut pola hidup Furqan terlalu berbeda dengan mahasiswa yang lain. Dari orang-orang yang ia percaya flat yang disewa Furqan sangat mewah, punya mobil pribadi. Ke mana-mana selalu memakai mobil pribadi. Dan tidak jarang menyendiri di hotel hanya untuk menulis makalah. Meskipun ia tidak menyalahkan, karena barangkali Furqan punya alasan. Tapi seperti itu bukan cara hidup yang ia dambakan. Menurutnya itu sudah berlebihan. (KCB2: 18-19) Tentang kebimbangannya ia sampaikan kepada kedua orang tuanya. Ayahnya diam, menyerahkan semuanya pada Ummi… (KCB2: 19) Saat ia bimbang dan ragu sms dari isteri Ustadz Mujab terus datang berulang-ulang…. (KCB2: 21) Anna masih bimbang. Dalam hati kecilnya ada Abdullah. Ia sendiri tidak tahu kenapa di sana ada Abdullah. Ia ingin mengenyahkan Abdullah itu tapi tak juga mau enyah. Ia tahu tak boleh ada siapapun di dalam hatinya kecuali yang halal baginya. Tapi kenapa muncul juga Abdullah. Seringkali ia rasakan munculnya itu pelan dan halus sekali. Ia kembali membaca sms itu. Gamang. Tapi ia harus putuskan…. (KCB2: 21) Ia baca lagi sms dari Cairo itu. Ia rasakan bagai sesuatu yang menerornya. Akhirnya dalam kegamangan, karena teror sms itu ia memutuskan untuk menerima lamaran Furqan. Meskipun keputusan itu belum benar-benar bulat dihatinya. Masih ada terbesit keraguan yang bercokol di sana….. Akhirnya walaupun terbesit keraguan itu masih bercokol, ia tetap memilih Furqan bila dibandingkan dengan Ilyas. Ia berusaha mantap, meskipun masih ada kegamangan yang menggelayut dalam batinnya. (KCB2: 21-22) Hati Anna hampir-hampir terkoyak. Seseorang yang pernah ia harapkan, kini benar-benar ada di pelupuk kedua matanya. Tak pernah terpikirkan sedikitpun bahwa suatu saat ia akan bertemu dengannya. Perasaan Anna yang sudah benar-benar terpendam jauh semenjak lamaran Furqan
cxxvii
diterima, hampir muncul ke permuakaan. Hampir-hampir ia tak kuasa menahan perasaan itu. Namun ia segera mengukuhkan hatinya untuk orang yang telah resmi menjadi tunangannya, yaitu Furqan. Ia beristighfar. (KCB2: 157) Ia harus meneguhkan diri, bahwa lamaran Furqan telah diterima, dua keluarga telah mempersiapkan segalanya, dan akad nikah akan segera dilangsungkan segera. Inilah kenyataan yang harus ia syukuri. Ia harus bisa melawan keinginan semunya yang telah lampau. Ia juga harus membuang jauh perasaannya. Perasaan yang hanya akan membuatnya gamang. Boleh jadi perasaan itu sebenarnya adalah godaan setan kepada orang yang akan mengikuti sunnah Rasul, yaitu membangun rumah tangga sesuai syariat yang mulia.(KCB2: 157) Anna adalah gadis yang suka menolong siapa saja yang butuh pertolongannya. Ia juga mempunyai hati yang tulus dan halus. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anna menolong untuk menjadi pembanding dalam bedah buku kumpulan cerpen: Anna Althafunnisa diam sesaat. Keningnya berkerut. Ia mengambil nafas agak panjang lalu mendesah. Bibirnya yang indah itu bergetar lirih, “Baiklah.” (KCB2: 25) “Mas sangat terharu dengan ketulusanmu. Mas juga menangis karena sangat bahagianya. Mas seperti mimpi bisa memiliki isteri sepertimu.” (KCB2: 222) “Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkan. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada Nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya. Suatu hari gadis itu dilamar pemuda yang dianggapnya akan membahagiakannya. Ia menerima lamarannya. Kedua orang tuanya merestuinya. Nikahlah gadis itu dengan sang pemuda. Hari berjalan. Bulan berganti bulan. Orang tuanya beranggapan bahwa putrinya telah menemukan kebahagiaannya. Ternyata anggapan itu tidak sama dengan kenyataan. Enam bulan menikah pemuda yang menikahinya tidak mampu melakukan tugasnya sebagai suami. Gadis itu masih perawan. Masih suci. Pemuda itu lalu menceraikannya. Nak sekarang pertanyaanku. Maukah kau menikah dengan gadis itu?” (KCB2: 384-385) Anna juga gadis yang kurang pergaulannya namun dia adalah gadis yang religius. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
cxxviii
“Aduh benar , saya tidak kenal. Penjual tempe yang kukenal namanya itu ada Rio, Budi dan Muhandis atau Irul. Diantara mereka yang paling senior adalah Muhandis. Tidak ada yang namanya Azzam. Tapi mungkin aku terlalu kuper. Terus terang S1 aku kuliah tidak di Cairo.” (KCB2: 87) “Kalau Anna tadi Bu, tidak hanya cantik. Dia juga shalihah insya Allah dan dalam ilmu agamanya. Dia itu sudah selesai S1-nya di Al Azhar Mesir lho Bu.” Tukas Husna. (KCB2: 91) “Mari kita shalat dulu dua rakaat Mas. kita bersihkan jiwa dan raga kita dari segala kotoran. Agar apa yang kita lakukan mulai saat ini sebagai suami isteri besih, ikhlas semata-mata karena Allah. Bukan karena syahwat atau pun birahi. Bukankah itu yang dilakukan para shalihin sejak awal mereka berumah tangga?” (KCB2: 220) “Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkan. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada Nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya. Suatu hari gadis itu dilamar pemuda yang dianggapnya akan membahagiakannya. Ia menerima lamarannya. Kedua orang tuanya merestuinya. Nikahlah gadis itu dengan sang pemuda. Hari berjalan. Bulan berganti bulan. Orang tuanya beranggapan bahwa putrinya telah menemukan kebahagiaannya. Ternyata anggapan itu tidak sama dengan kenyataan. Enam bulan menikah pemuda yang menikahinya tidak mampu melakukan tugasnya sebagai suami. Gadis itu masih perawan. Masih suci. Pemuda itu lalu menceraikannya. Nak sekarang pertanyaanku. Maukah kau menikah dengan gadis itu?” (KCB2: 384-385) Anna adalah seorang anak yang sangat menghormati dan patuh kepada orang yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anna menunggu Bu Nafis sampai beranda. Begitu Bu Nafis mendekat Anna langsung meraih tangan perempuan setengah baya itu dan menciumnya penuh rasa ta’zhim. (KCB2: 89) “Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkan. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada Nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya… (KCB2: 384) Anna merupakan istri yang patuh pada suaminya. Dia juga sangat mencintai suaminya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
cxxix
“Aku siap beribadah Mas. aku sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga. Aku siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung. Dan Mas Furqanlah sang pematung itu.” Kata Anna sambil perlahan hendak melepas kaos putih ketat yang menempel tubuhnya. Dada Furqan berdesir kencang. Ia ingin memeluk tubuh istrinya itu dengan penuh cinta. Namun ia teringat virus HIV yang bercokol dalam tubuhnya…. (KCB2: 222) Jam setengah tiga ia mendengar Anna mendesah lalu memanggil namanya. Ia memejamkan mata pura-pura tidur. Ia merasakan Anna bangkit. Turun dari ranjang. Lalu ia merasakan kedua tangan Anna memegang kepalanya dan isterinya itu mengecup keningnya. Dadanya berdebar-debar. Ia merasakan kesejukan luar biasa. Ia merasa benar-benar dicintai isterinya sepenuh jiwa. (KCB2: 225) Ia mendengar isterinya terisak-isak berdoa. Doa yang sangat panjang. Ia sangat faham isterinya. Di antara orang yang didoakan isterinya adalah dirinya. Isterinya meminta kepada Allah, agar dirinya dijadikan sebagai suami yang shalih yang selalu menjadi penolong meraih kebaikan di dunia dan di akhirat, bukan sebaliknya. Dia mendoakan agar dirinya diberi hidayah selalu, dan dikaruniai rasa takwa selalu di mana pun ia berada. (KCB2: 225) Isterinya mendoakan dirinya dalam shalat malamnya. Isterinya begitu mencintainya dengan sepenuh jiwa dan raga. (KCB2: 225) Selain itu Anna juga gadis yang pandai memasak. Ia juga mudah cemburu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam menyantap dengan lahap. Ia harus mengakui masakan Anna lezat. Ia jadi iri pada Furqan, ia merasa benar-benar pria paling beruntung di dunia. Anna tidak hanya cerdas, dan berprestasi secara akademik. Gadis itu ternyata juga jago masak. (KCB2: 174-175) “Wah, luar biasa. Ini enak betul. Gurih! Dan unik Pak Kiai!” Komentar Kang Paimo sambil mengacungkan jempolnya pada Kiai Lutfi. Kiai Lutfi menelan ludahnya. Ia sangat penasaran dengan masakan putrinya itu. Kenapa Cuma tiga piring? Ia malu mau minta pada putrinya. Sementara Anna tersenyum di belakang mendengar perkataan-perkataan yang memujinya di depan…. (KCB2: 175) Ada gemuruh cemburu luar biasa dalam hati Anna. Lalu perasaan sedih perlahan menyusup ke dalam hatinya. Mata Anna basah mendengar perkataan Abahnya. Ingin rasanya ia katakan pada Abahnya, bahwa Azzam itulah ternyata pemuda yang dulu menolongnya. Pemuda yang menundukan pandangannya dan mengatakan namanya Abdullah. Azzam itulah juga pemuda yang dulu sangat mengesan di hatinya. Bukan hanya
cxxx
dulu, bahkan sampai sekarang. Tapi takdir telah memilihkannya jalan. Furqanlah jalannya. (KCB2: 177) 4) Furqan Furqan adalah sosok laki-laki yang tampan cerdas dan taat dalam beribadah, bahkan dia pernah menjadi ketua PPMI. Dia juga anak seorang pengusaha nasional yang kaya. Dalam Ketika Cinta Bertasbih 2 ini dia menjadi suami Anna walaupun dia tahu dirinya telah mengidap virus HIV. Furqan digolongkan sebagai tokoh tambahan utama yang antagonis karena dia bersikukuh menikahi Anna walaupun dia tahu bahwa ada virus HIV dalam tubuhya. Namun akhirnya dia menceraikan Anna dan kenyataan virus HIV tidak ada dalm tubuhnya. Dalam Ketika Cinta Bertasbih 2 Pengarang menggambarkan tokoh Furqan adalah gagah dan tampan secara fisiknya. Ini terlihat dari kutipan sebagai berikut: “Wah, tampan sekali Neng Anna. Jujur saja, kalau saya disuruh memilih, pasti saya memilih Ustadz Furqan. Sebab dia sudah selesai S2. Sementara Ustadz Ilyas belum. Dia mahasiswa Mesir. Sementara Ustadz Ilyas mahasiswa India. Kalau Ustadz Furqan kan setelah menikah bisa melanjutkan S3 di Mesir sambil menunggu Neng Anna menyelesaikan tesis. Jadi kalian bisa hidup bersama gitu lho. Kalau Ustadz Ilyas kan susah. Bagaimana? Satu di India, yang satu di Mesir? Terus ini Neng, terus terang, saya pribadi pernah diajar oleh Ustadz Ilyas. Ada yang saya kurang suka pada Beliau?” (KCB2: 18) Furqan tampak gagah dengan koko biru tuanya. Jika disandingkan dengan Anna pastilah pakaian keduanyaakan tampak serasi. Sore itu Furqan mampu menyembunyikan segala muramnya. (KCB2: 27-28) Furqan juga sosok yang boros untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Menurut pola hidup Furqan terlalu berbeda dengan mahasiswa yang lain. Dari orang-orang yang ia percaya flat yang disewa Furqan sangat mewah, punya mobil pribadi. Ke mana-mana selalu memakai mobil pribadi. Dan tidak jarang menyendiri di hotel hanya untuk menulis makalah. Meskipun ia tidak menyalahkan, karena barangkali Furqan punya alasan. Tapi seperti itu bukan cara hidup yang ia dambakan. Menurutnya itu sudah berlebihan. (KCB2: 18-19)
cxxxi
Selain itu Furqan adalah pemuda yang mempunyai sifat egois karena dia mementingkan keinginannya sendiri. Dia tetap bersikukuh menikahi Anna walaupun dia tahu dengan menikahi Anna berarti menyakiti Anna dengan penyakit HIV yang diidapnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Furqan memutuskan untuk tetap meneruskan langkah. Ia tak peduli lagi pada apa yang akan menimpanya dan apa yang akan menimpa Anna. Ia juga tidak peduli pada apa yang akan terjadi jika akhirnya Anna dan keluarganya tahu apa yang disembunyikannya. (KCB2: 95) “Jika aku memutuskan pertunanganku dengan Anna, siapakah lantas yang akan peduli dengan nasibku? Biarlah aku menentukan nasibku sendiri!” Tekadnya dalam hati dengan mata berkaca-kaca. Saat ia meneguhkan tekadnya itu nuraninya menjerit tidak rela. Ia teguhkan untuk tidak mendengar jeritan-jeritan protes nuraninya. Ia berusaha membutakan mata batinnya sendiri. (KCB2: 95) Yang penting maju dan mendapatkan Anna. Urusan lainnya belakangan. Aku juga berhak merasakan bahagia.” Gumannya pada diri sendiri. (KCB2: 98) Furqan juga sosok yang cengeng. Dia mudah terharu dan menitikkan air matanya atas ujian hidup yang diberikan oleh Allah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sementara nun jauh di Jakarta sana. Tepatnya di sebuah rumah mewah di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan Furqan sedang berbaring di tempat tidurnya. Matanya berkaca. Ia masih didera perang batin yang masih berkecamuk dengan dahsyat di dalam dada. (KCB2: 93) “Jika aku memutuskan pertunanganku dengan Anna, siapakah lantas yang akan peduli dengan nasibku? Biarlah aku menentukan nasibku sendiri!”Tekadnya dalam hati dengan mata berkaca-kaca. Saat ia meneguhkan tekadnya itu nuraninya menjerit tidak rela. Ia teguhkan untuk tidak mendengar jeritan-jeritan protes nuraninya. Ia berusaha membutakan mata batinnya sendiri. (KCB2: 95) Furqan kembali menangis. Pada siapa ia harus mengadu. Setiap malam ia terus bermunajat mengadu kepada Allah, namun ia merasa belum juga mendapatkan penyejuk nelangsa jiwanya. Tekanan batin yang terus menderanya membuatnya ia selalu murung muka. Hanya saat dia berada di rumah Anna dalam pertunangan itulah mukanya tampak bercahaya. Begitu
cxxxii
meninggalkan pesantren Wangen mukanya kembali murung seperti sebelumnya. (KCB2: 95) Furqan juga menangis. Ia menangis bahagia sekaligus menangis sedih. Bahagia karena ia telah resmi menjadi suami Anna Althafunnisa. Bahagia karena ia telah menyunting gadis yang diidam-idamkanya. Dan bahagia karena ia telah membahagiakan ayah dan ibunya. Namun di saat yang sama ia juga sangat sedih. Sedih karena ia merasa telah membohongi semua…. (KCB2: 200) 5) Husna Husna merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Husna adalah adik dari Khairul Azzam. Husna adalah gadis penulis yang mempunyai bakat yang luar biasa. Dia juga sebagai psikolog. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sekarang husna, sudah selesai S1. Bahkan sudah selesai sekolah profesinya sebagai psikolog. Ia sekarang dipercaya untuk menjadi nara sumber tetap rublik psikolog remaja diradio Jaya Pemuda Muslim Indonesia (JPMI) Solo. Juga mengajar di UNS sebagai asisten dosen. (KCB2: 39-40) “Ini adalah hari yang sangat istimewa bagi kita. Kita memiliki kesempatan untuk berdialog dan bertukar pikiran dengan seorang yang kita kagumi karya-karyanya. Kita bisa sedemikian dekat dengan penulis muda paling berbakat yang dimiliki Indonesia saat ini. Dia adalah Ayatul Husna yang telah menulis puluhan cerpen dan telah menerbitkan belasan kumpulan cerpen. Kumpulan cerpen paling fenomenal hasil karyanya yang menguncang jagat sastra tanah air ini adalah ’Menari Bersama Ombak’…. (KCB2: 63) Termin kedua tak kalah serunya dengan termin pertama. Karena para santri mengetahui Husna juga seorang psikolog, banyak juga yang bertanya tentang permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi seharihari. (KCB2: 72) ….Husna sekarang adalah penulis cerpen yang baik, psikolog dan dosen di UNS yang dicintai teman-teman dan anak didiknya. (KCB2: 137) Husna walaupun masa kecilnya sangat nakal tapi sekarang dia telah berubah menjadi anak yang sangat perhatian dan sayang kepada ibunya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
cxxxiii
…Ia ingat anak keduanya itu sewaktu kecil paling sering bikin ulah. Paling sering berkelahi dengan anak tetangga.paling sering merebut mainan temannya. Dan saat kelas tiga SMP justru ikutan karate sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Ia ingat bagaiman dulu memukul kakaknya dengan gagang sapu sekeras-kerasnya. Gara-gara Husna disiram kakaknya karena sampai pukul enam pagi belum juga bangun pagi. (KCB2: 38) Saat itu ia ngambek kabur dari rumah karena minta dibelikan sepeda motor tapi tidak dibelikan….(KCB2: 46) …Husna sekarang bukanlah Husna si anak nakal yang dulu memukul pelipisnya sampai berdarah. Bukanlah Husna yang sering membuat onar dan membuat jengkel banyak orang. (KCB2: 137) “Bue, jangan memaksakan diri tho. Kalau sudah capek ya istirahat. Besok pagi dilanjutkan lagi. Nanti sakit lagi.” Ucap perempuan muda berjilbab cokelat sambil menghentikan aktivitas membacanya. Perempuan berjilbab cokelat itu lalu bangkit dari tempat duduknya dan beranjak menunggu ibunya. Ia lalu memijit pundak ibunya yang masih sesekali batuk dengan penuh kasih sayang.(KCB2: 36) Anak keduanya, Ayatul Husna, sangat halus tutur bahasanya. Dan sangat mencintainya. Husna seolah tidak rela ada nyamuk sekalipun menyentuh kulit ibunya…(KCB2: 38) Sekarang Husna, sudah selesai S1. Bahkan sudah selesai sekolah profesinya sebagai psikolog. Ia sekarang dipercaya untuk menjadi nara sumber tetap rublik psikolog remaja di radio Jaya Pemuda Muslim Indonesia (JPMI) Solo. Juga mengajar di UNS sebagai asisten dosen. (KCB2: 39-40) …Husna sekarang adalah penulis cerpen yang baik, psikolog dan dosen di UNS yang dicintai teman-teman dan anak didiknya. (KCB2: 137) Husna juga seorang yang halus dalam tutur katanya. Dia juga seorang yang sabar dan sosok yang religius. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anak keduanya, Ayatul Husna, sangat halus tutur bahasanya. Dan sangat mencintainya. Husna seolah tidak rela ada nyamuk sekalipun menyentuh kulit ibunya… (KCB2: 38) Husna sekarang bukanlah Husna yang badung seperti dahulu. Husna sekarang adalah bidadari yang sangat penyabar dan penyayang. Sangat berhati-hati dalam berbicara dan berperilaku. Tidak mau sedikitpun menyakiti orang.(KCB2: 40)
cxxxiv
“Maaf Zum tidak bisa. Bukan apa-apa. Bukan aku tidak menghormatimu. Tapi aku belum shalat Zuhur. Dan acaraku tepat setengah dua. Sekarang pembukaan acara mungkin sudah dimulai. Lagian janji kita kan habis Ashar di pesantren. Dan kau sepakat.” (KCB2: 57) Husna juga gadis yang setia kawan. Dia menolong teman kecilnya Zumrah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Mungkin aku bunuh diri saja!” Kata Zumrah serak. Semua yang mendengar kaget dibuatnya. “Apa yang bisa kami bantu untuk menghilangkan keputusasaanmu Zum?” Lirih Husna. “Aku tak tahu. Aku seperti tidak punya siapa-siapa Na. aku merasa seluruh keluargaku membenciku, menginginkan kematianku! Hiks… hiks…” Serak Zumrah tersedu. “Kau punya kami Zum. Aku kan sudah bilang sama kamu agar jika ada apa-apa temuilah aku di radio. Kau malah menghilang entah ke mana. Zum, aku sudah cerita ke ibumu. Ibumu sudah memaafkanmu dan juga adik-adikmu. Mereka menginkanmu kembali Zum. Hanya pamanmu saja yang masih marah. Itu kalau kau mohon maaf dan menangis di kakinya juga pasti akan luluh.” Dengan penuh cinta Husna menenangkan dan membesarkan hati Zumrah. (KCB2: 214-215) “Tenanglah Zum, jika kau merasa tidak punya siapa-siapa, maka kau masih punya Allah.” (KCB2: 217) “Mahrus, dia tidak murtad. Dia masih Islam. Tadi subuh dia shalat di rumah ini!” Husna yang dulu pernah nakal terbit kembali keberaniannya. (KCB2: 229) Husna juga sosok gadis yang sangat mencintai kakaknya. Dia perhatian, tanggungjawab dan ikhlas merawat kakaknya yang sakit. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Husna juga membatalkan pernikahannya. Ia mengatakan kepada Ilyas bahwa ia akan menikah setelah kakaknya bisa berjalan. Ia tidak akan meninggalkan kakaknya terkapar sendirian di rumah sakit, sementara ia berbulan madu dengan suaminya. Ia lalu mengatakan kepada Ilyas seperti yang dikatakan kakaknya pada Vivi, “Mas Ilyas tentu paham pertunangan itu belumlah akad nikah. Itu baru semacam perjanjian. Aku tidak ingin menzalimimu. Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. Kalau kau sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kau ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kau boleh menikah dengan siapa yang kau suka.” (KCB2: 365-366)
cxxxv
Begitu kata Husna selalu mengingatkan setiap kali Azzam mau mandi. Husna seolah menjadi ibu Azzam, juga sekaligus perawat Azzam yang setia, bahkan teman berbagi duka yang tiada duanya. Jika Husna tidak ada maka Lia dengan setia membantu kakaknya. (KCB2: 369) Azzam terus bangkit, pelan-pelan ia merasakan kembali gairah hidup yang sesungguhnya. Setiap kali melihat Husna dan Lia ia merasa bahwa dirinya masih diberi karunia yang agung oleh Allah SWT. Husna dan Lia adalah dua permata jiwanya. Ia sangat menyayangi kedua adiknya itu. Ia berfikir bagaimana jika ia tidak punya adik mereka. Sanggupkah ia melalui harihari dukanya dengan penuh ketegaran. Betapa banyak ia temukan seorang kakak memiliki adik yang sama sekali tidak hormat pada kakaknya. Adik yang tidak mencintai kakaknya. Ia bersyukur memiliki adik yang sedemikian ikhlas merawatnya dan membesarkan hatinya. (KCB2: 373-374) 6) Ibu Malikatun Nafisah Ibu Malikatun Nafisah merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Ibu Malikatun Nafisah adalah ibu kandung dari Azzam. Ibu Malikatun Nafisah adalah ibu yang pekerja keras. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sementara itu, di sebelah barat Kota Surakarta. Tepatnya dalam rumah papan di sebuah kampung di pinggir Kartasura, tampak tiga orang perempuan sedang beraktivitas di ruang tamu yang sekaligus adalah ruang tengah, ruang makan dan ruang kerja. Seorang perempuan tampak sudah berumur. Kira-kira lima puluh tahunan. Sedangkan dua perempuan lainnya masih muda. Perempuan setengah baya itu sibuk bekerja di depan mesin jahit tuanya. Ia sedang menjahit korden seorang pelanggannya. Berkalikali perempuan itu menjahit sambil terbatuk-batuk. Perempuan setengah baya itu tak lain adalah ibunda Khairul Azzam. Namanya ibu Malikatun Nafisah. Di dukuh Sraten ada yang memanggil Bu Lika. Ada yang memanggil Bu Nafis dan Bu Isah. Panggilannya yang paling lazim dan masyhur adalah Bu Nafis.(KCB2: 36) Bu Nafis juga ibu yang mudah terharu, beliau mudah menitikan air matanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sang ibu merasakan keharuan luar biasa. Tanpa bisa ia cegah air matanya meleleh membasahi pipinya. Sedemikian sayang dan perhatian kedua putrinya itu pada dirinya. Lirih ia menyampaikan rasa syukur sedalamdalamnya kepada Allah atas karunia yang sangat mahal ini. Meski ia
cxxxvi
membesarkan anak-anaknya tanpa didampingi suami, namun Allah selalu menurunkan pertolongannya. Keempat anaknya ia rasakan sangat berbakti dan sangat mencintainya.(KCB2: 37-38) “Nak, terserah bagaimana caranya agar kamu tidak tampak menganggur. Kalau pagi pergilah, berangkatlah kerja bersama orang-orang yang berangkat kerja. Dan kalau sore atau malam pulanglah ke rumah. Supaya kau tidak jadi bahan ocehan. Ibu juga malu kau lulusan luar negeri cuma jualan bakso!” Bu Nafis menyampaikan hal itu dengan mata berkaca-kaca. Husna yang mendengarnya juga trenyuh hatinya. (KCB2: 239) Ibu Nafis adalah ibu yang suka memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Beliau juga senang memberikan nasihat-nasihat yang baik. Saat menasihati Zumrah maupun saat menasihati Azzam agar tidak mendapat gunjingan dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Zum anakku, kalau kamu mau, ibu akan menemanimu menemui ibumu. Dia pasti senang menerima kedatanganmu. Orang-orang Sraten masih banyak yang sayang padamu kok Nduk.” (KCB2: 215) “Nak, terserah bagaimana caranya agar kamu tidak tampak menganggur. Kalau pagi pergilah, berangkatlah kerja bersama orang-orang yang berangkat kerja. Dan kalau sore atau malam pulanglah ke rumah. Supaya kau tidak jadi bahan ocehan. Ibu juga malu kau lulusan luar negeri cuma jualan bakso!” (KCB2: 239) “Terserah kamu Nak. Tapi pikirkanlah bagaimana caranya supaya kamu aman dari gunjingan masyarakat.” (KCB2: 240) “Tidak! Kau harus menyeimbangkan duniamu dengan akhiratmu Zam! Kau harus punya waktu untuk mengamalkan ilmumu dan menegakkan ajaran agamamu. Ya bisnis, ya juga mengajarkan ilmu! Kalau kau hanya memusatkan perhatianmu pada bisnismu, Bue tidak ridha!” (KCB2: 245) Ibu Nafis juga ibu yang sangat bangga terhadap anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sang ibu merasakan keharuan luar biasa. Tanpa bisa ia cegah air matanya meleleh membasahi pipinya. Sedemikian sayang dan perhatian kedua putrinya itu pada dirinya. Lirih ia menyampaikan rasa syukur sedalamdalamnya kepada Allah atas karunia yang sangat mahal ini. Meski ia membesarkan anak-anaknya tanpa didampingi suami, namun Allah selalu
cxxxvii
menurunkan pertolongannya. Keempat anaknya ia rasakan sangat berbakti dan sangat mencintainya.(KCB2: 37-38) Kata-kata Pak Mahbub membuat hati Bu Nafis berbunga-bunga. Anaknya telah membuatnya bangga. Anaknya dicintai banyak orang, sampai Kiai Lutfi yang karismatikpun mengungkapkan kecintaannya. (KCB2: 285) 7) Lia Lia merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Lia adalah adik Khairul Azzam dan adik dari Husna juga. Lia adalah seorang guru di SDIT Al Kautsar. Lia adalah sosok gadis cantik dan berkulit kuning langsat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anaknya yang nomor tiga adalah Lia. Lengkapnya Lia Humaira. Sudah selesai D3 PGSD dan sekarang mengajar di SDIT Al Kautsar di Kadipiro Solo. Sangat berhati-hati dalam berbicara dan berperilaku. Tidak mau sedikitpun menyakiti orang. (KCB2: 40) Lia lebih cantik dari kakaknya. Sudah ada beberapa orang melamarnya, tapi Lia menolanya. Ia ingin kakaknya lebih dulu menikah. Memang Lia lebih putih dari kakaknya, Husna. Sebenarnya tidak putih, tapi kuning langsat. Karena itulah banyak orang mengatakan Lia lebih cantik dari kakaknya. Namun sebenarnya Husna tidak kalah cantik. Kulit Husna sawo matang seperti kulit ayahnya. Azzam dan Husnalah yang warna kulitnya mengikuti ayahnya. Sedangkan Lia dan si bungsu berkulit kuning langsat seperti ia, ibunya. (KCB2: 40) Lia juga sedikit sewot jika dia merasa diganggu. Dia juga seorang yang bisa marah ketika melihat ibunya dibentak Mahrus. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Aduh Mbak Husna, tidak bisa. Ini kerjaan sekolah menumpuk. Malam ini harus beres. Bue sih, sudah dibilangin tidak usah menerima orderan, masih terus saja terima. Bue tidak melihat kondisi diri sendiri. Kalau sakit kan yang repot kita Bu. Anak-anaknya Bue.” Jawab sang adik sewot. (KCB2: 37) “Mbak Husna tidak tahu sih, Lia ini lagi pusing plus repot banget. Apa mbak nggak liat kerjaan Lia! Setumpuk nih! Lia harus lembur malam ini Mbak. Kalau luang pasti tanpa diminta juga sudah Lia bantu kerjaan Bue.” Timpal sang adik. (KCB2: 37)
cxxxviii
“Hai Bung, bisa nggak sopan sedikit sama orang tua!” Lia mendahului Husna membentak Mahrus. Husna heran sendiri, adiknya yang biasanya halus ternyata bisa garang juga. (KCB2: 230) Lia adalah gadis yang berbakti pada orang tuanya. Dia juga seorang yang bijaksana dalam memberi nasihat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Lia tidak kurang baktinya. Sebisa mungkin ia berusaha menyenangkan hati ibu. Lialah yang paling sering pergi ke Kudus untuk menengok si bungsu yang sedang belajar di sebuah pesantren Al-Quran di Kudus. (KCB2: 40) “Mbak Zum, sebagaimana orang untuk jahat dan berbuat dosa perlu keberanian, perlu nyali, maka orang untuk baik dan berbuat benar juga perlu keberanian, perlu nyali yang kuat!” Lia menguatkan. Azzam yang mendengar kata-kata adiknya itu jadi kagum. Ia heran darimana adiknya mendapat ilham untuk mengatakan kalimat yang dalam maknanya itu. (KCB2: 217) “Kematian itu kalau sudah datang tak bisa dielakkan Pak Kiai. Tak ada salah Pak Kiai sama sekali. Yang salah ya sopir bus yang ugal-ugalan itu.” Lirih Lia. (KCB2: 357) Lia juga sangat bertanggung jawab pada kakaknya. Dia juga ikhlas merawat kakaknya yang sakit. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Begitu kata Husna selalu mengingatkan setiap kali Azzam mau mandi. Husna seolah menjadi ibu Azzam, juga sekaligus perawat Azzam yang setia, bahkan teman berbagi duka yang tiada duanya. Jika Husna tidak ada maka Lia dengan setia membantu kakaknya. (KCB2: 369) Azzam terus bangkit, pelan-pelan ia merasakan kembali gairah hidup yang sesungguhnya. Setiap kali meliahat Husna dan Lia ia mersa bahwa dirinya masih diberi karunia yang agung oleh Allah SWT. Husna dan Lia adalah dua permata jiwanya. Ia sangat menyayangi kedua adiknya itu. Ia berfikir bagaimana jika ia tidak punya adik mereka. Sanggupkah ia melalui harihari dukanya dengan penuh ketegaran. Betapa banyak ia temukan seorang kakak memiliki adik yang sama sekali tidak hormat pada kakaknya. Adik yang tidak mencintai kakaknya. Ia bersyukur memiliki adik yang sedemikian ikhlas merawatnya dan membesarkan hatinya. (KCB2: 374) 8) Kiai Lutfi
cxxxix
Kiai Lutfi merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Kiai Lutfi adalah abah dari Anna. Kiai Lutfi adalah ayah yang demokratis, penyabar dan sangat terbuka kepada anaknya. Ini terlihat ketika Kiai Lutfi menanyakan dengan siapa Anna ingin menikah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Abah sendiri tidak ada masalah. Selama yang datang itu orang shalih dan berilmu itu saja. Dan Ilyas sudah memenuhi kriteria itu. Selanjutnya tergantung kamu. Sebab kamu yang akan menjalani. Kaulah yang menentukan siapa pendamping hidupmu. Bukan Abah atau Ummimu.” (KCB2: 15) Diam-diam dari hati yang paling dalam Anna merasa sangat bersyukur memiliki orang tua yang sangat penyabar, demokratis, dan sangat terbuka. (KCB2: 15) Kiai Lutfi juga orang yang ramah dalam menjamu tamu-tamunya. Saat Azzam, kang Paimo dan si Kamdun datang kerumah Abah, mereka disambut dengan ramah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Ayo Zam, masuk! Ajak teman-temanmu itu masuk!” Perintah Pak Kiai. “Kami masih keringatan Pak Kiai.” Jawab Azzam pelan. “Tidak apa-apa ayo, jangan duduk di situ. Ini sudah ada tempat duduk. Nanti AC-nya aku hidupkan biar sejuk.” Desak Pak Kiai. (KCB2: 171) Di jalan Kang Paimo dan Si Kamdun tiada henti-hentinya memuji Anna Althafunnisa. Mereka juga tiada henti-hentinya memuji keramahan Pak Kiai Lutfi. (KCB2: 177) “Aku tidak mengira Pak Kiai ternyata ramah sekali dan sangat cair dengan tamunya. Selama ini kalau aku ikut pengajian Al Hikam beliau kan tampak berwibawa sekali.” Kata kang Paimo. (KCB2: 177-178) Tapi Kiai Lutfi seorang yang sedikit memaksa, yaitu ketika dia meminta Azzam mengantikan mengajar Al Hikam padahal Azzam belum mempunyai persiapan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Abah ini, itu namanya zalim Bah! Kasihan dia, kalau tidak siap bagaimana?” (KCB2: 183) “Abah tidak zalim insya Allah. Ini akan jadi pelajaran penting bagi dia insya Allah. Dia akan sadar kalau alumni Timur Tengah itu harus siap mengabdi pada ummat kapan saja. Harus selalu siap.” (KCB2: 183)
cxl
Abah juga seorang yang lapang dada dalam menerima kritikan. Ketika dia dikritik oleh istrinya sendiri yang lebih senang diajar Al Hikam oleh Azzam dibandingkan Kiai Lutfi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Iya maklum Mi. Azzam itu kuliahnya sampai Mesir, lha Abah kan cuma pesantren lokal. Kalau Azzam Ummi lihat lebih baik dari Abah alhamdulillah, Abah bersyukur, akan terus ada penerus perjuangan menegakkan kalimat Allah. Itu kan yang pertama Mi. Yang kedua apa?” (KCB2: 192) Anna tersenyum mendengar jawaban Abahnya. Abah sungguh lapang dada. Tapi Anna senyum Anna hilang begitu mendengar perkataan Umminya….(KCB2: 192) Abah juga ayah yang berbesar jiwa yaitu ketika Anna bercerai dengan Furqan ia tidak menyalahkan siapapun melainkan menyalahkan dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Putri saya cerai dengan Furqan Bu. Baru kemarin. Sekarang dalam proses sidang. Memang bukan salah Anna. Yang salah saya. Seharusnya sayalah yang memilihkan jodoh buat dia. Saya pilihkan orang yang saya mantap. Ternyata saya salah. Saya tidak menyalahkan Furqan. Tidak! Yang salah adalah saya, yang waktu itu kurang tegas. Kalau saya tegas mungkin putriku sudah mau punya anak dan bahagia….(KCB2: 346) …Di ruang tengah Anna tidak kuat untuk menahan tangisnya. Ia bergegas ke kamar mandi, menyalakan kran dan menangis tersedu-sedu. Ayahnya sedemikian besar jiwanya, dia malah menyalahkan dirinya sendiri bukan orang lain. (KCB2: 346) 9) Bu Nyai Nur Bu Nyai Nur merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Bu Nyai Nur adalah ibu kandung dari Anna dan isteri Kiai Lutfi. Bu Nyai Nur adalah seorang ibu yang tegas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Itu namanya tidak jelas. Kalau menurut Ummi pilihlah yang jelas.” Tegas Umminya. “Benar kata Ummimu Nduk.” Abahnya menguatkan. (KCB2: 20)
cxli
Bu Nyai Nur atau Ummi juga seorang istri yang suka memberi kritikan pada suaminya, agar suaminya jadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anna mendengar perbincangan kedua orang tuanya itu dari dapur. Ia tersenyum. Abahnya dikritik Umminya. Dalam hati Anna berkata, “Bagus Mi, ayo terus kritik Abah. Biar semakin maju dan tercerahkan.” Ia ingin tahu apa jawaban Abahnya. Apakah akan marah dan tinggi hati atau sebaliknya. Kalau marah maka ia akan sarankan kepada Abahnya agar tidak usah membacakan Al Hikam saja. Kalau marah berarti Abahnya sombong. Dan sebaiknya Abahnya belajar tidak sombong baru mengajarkan Al Hikam. (KCB2: 192) 10) Ilyas Ilyas merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis. Ilyas adalah seorang yang sebelumnya melamar Anna namun ditolak Anna dan akhirnya dia melamar Husna dan lamaran itupun diterima Husna. Secara fisik Ilyas adalah pemuda yang tinggi kurus dan agak hitam. Ilyas juga pemuda yang shalih dan berilmu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Muhammad Ilyas yang mana ya Bah?” “Yang tinggi kurus, agak hitam.” (KCB2: 14-15) “Abah sendiri tidak ada masalah. Selama yang datang itu orang shalih dan berilmu itu saja. Dan Ilyas sudah memenuhi kriteria itu. Selanjutnya tergantung kamu. Sebab kamu yang akan menjalani. Kaulah yang menentukan siapa pendamping hidupmu. Bukan Abah atau Ummimu.” (KCB2: 15) Ilyas adalah sosok yang rapi tapi dia kurang bisa menjaga pandangannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Dan benar hari berikutnya, Ilyas datang. Pakaiannya rapi. Ia datang dengan mengendarai Honda Supra X. Kiai Lutfi minta kepada Ilyas supaya masuk rumah sebelum mengisi acara. Sesaat lamanya Kiai Lutfi mengajak Ilyas berdiskusi beberapa masalah keumatan di ruang tamu. Anna mendengarkan diskusi dari ruang tengah. Antara ruang tengah dan ruang tamu disekat dengan kaca riben hitam. Anna bisa melihat dengan jelas. Namun sebaliknya Ilyas tidak bisa melihat Anna dengan jelas. Anna sudah merasa cukup…(KCB2: 17) “Baik, ini menurut saya pribadi lho Neng. Sikapnya kurang saya sukai, Ustadz Ilyas agak kurang menjaga pandangan pada para siswi ketika mengajar.” (KCB2: 18)
cxlii
Ilyas juga seorang laki-laki yang pemberani. Dia dengan segenap jiwa datang ke rumah Husna untuk melamar Husna. Ilyas juga pemuda yang kurang sabar menunggu pernikahannya dengan Ayatul Husna. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Saya datang, dengan niat semata-mata karena ibadah kepada Allah, saya datang untuk mengkhitbah adik akhi yang bernama Ayatul Husna! Mohon maaf jika ini dianggap kurang sopan santun. Insya Allah jika positif nanti kedua orang tua saya akan saya ajak kemari.” (KCB2: 279) Ketika bermusyawarah tentang penentuan hari pernikahan terjadi dialog yang sedikit alot. Keluarga Ilyas ingin satu minggu secepatnya. Sekilatkilatnya. Ibunya tidak mau. Satu minggu menurut ibunya itu terlalu cepat dan gila. Ibunya ingin pernikahannya dilaksanakan paling tidak tiga bulan setelah pernikahan Azzam. Jadi empat bulan dari hari pertunangan kirakira. Ilyas merasa keberatan. Itu terlalu lama. (KCB2: 301) 11) Vivi Vivi merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak memengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Khairul Azzam. Vivi merupakan tunangan dari Khairul Azzam. Namun karena Azzam mengalami kecelakaan, pernikhan Azzam dan Vivi gagal karena keluarga Vivi tidak sanggup menunggu lama. Secara fisik Vivi adalah gadis cantik yang tidak terlalu tinggi dan terlalu pendek. Berkulit kuning langsat, manis, santun dan memakai jilbab. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Kalau Vivi ini menurutku istimewa. Memang tidak tinggi semampai. Tapi tidak pendek. Dia kuning langsat. Orangnya manis. Santun. Dan berjilbab sejak kelas satu SMA. Keteguhannya memegang Islam luar biasa Bu. Dan meskipun dokter dia orangnya sederhana. Jujur kalau saya punya anak lelaki mungkin saya jodohkan dengan anak saya. Meskipun Vivi itu anak kakak saya. Menurutku kok cocok sama Azzam.” Jelas Bu Mahbub panjang lebar mempromosikan keponakannya. (KCB2: 285) Azzam memakai kemeja yang dibelikan ibunya di pasar Klewer. Ia tampak gagah dan bersahaja dengan peci hitam di kepalanya. Vivi memakai gamis cokelat susu dan jilbab putih bersih. Dokter muda itu tampak anggun. (KCB2: 297) Vivi juga seorang dokter yang humoris dan ramah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
cxliii
Azzam memperhatikan gerak-gerik Vivi dengan baik. Orang seperti Vivi yang renyah dan banyak humor serta mudah bergaul dengan orang ia rasa akan awet muda. Dokter seperti itu yang ramah dan akrab pasti akan dicintai banyak orang. Azzam merasa jika memang Vivi mau menerimanya maka ia siap menikah dengannya kapan saja. (KCB2: 291) 12) Marhus Marhus merupakan tokoh utama tambahan yang antagonis. Marhus adalah seorang anggota Serse. Marhus mempunyai sifat yang emosi dan pemarah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Dan katanya Zumrah sedang diburu sama Si Marhus pamannya yang anggota Serse. Si Mahrus marah besar katanya Zumrah mau didor.” Lanjut Bu RT sambil tetap mendekatkan mulutnya pada telinga Husna. (KCB2: 48) “Kau di mana sekarang Zum? Hati-hati ya, aku dengar pamanmu yang polisi itu mencarimu. Katanya mau membunuhmu.” (KCB2: 53) Sebagian warga dukuh Sraten ada yang iba dan kasihan sama Zumrah. Namun ada juga kalangan yang tetap sinis dan menunjukkan rasa jijik setiap kali mendengar nama Zumrah. Zumrah seolah-olah barang najis yang pantang didengar sekalipun. Husna berusaha menjelaskan kepada siapa saja yang membicarakan Zumrah, bahwa gadis itu justru harus ditolong, bukannya dipinggirkan dan dihina. Malah, Mahrus paman Zumrah yang anggota serse tetap bersikukuh akan menembak keponakannya itu jika ketemu. Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang disampaikan Husna. (KCB2: 84-85) ….Jawab Mahrus dengan marah. Anggota serse itu kalau marah hilang sopan santunnya, tak pandang dengan siapa ia bicara. (KCB2: 230) Marhus juga seorang yang suka berkata kasar. Dia tidak bisa menghaluskan kata-katanya kalau sedang emosi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Mau ke mana lagi, Lonte!” Seorang berjaket hitam membentak keras sambil menodongkan pistolnya tepat di jidat Zumrah. Bu Nafis gemetar ketakutan. Husna dan Lia merinding. Sementara Zumrah saking takutnya tanpa ia sadari mengeluarkan air kencing. Pria berjaket hitam itu baginya bagaikan malaikat pencabut nyawa yang siap mencabut nyawanya. Gigi pria itu bergemeretak menahan amarah. Matanya merah marah. (KCB2: 229)
cxliv
“Kau harus memperhalus kata-katamu. Kau sering berkata kotor. Hilangkanlah kebiasaan burukmu itu. Masak ponakanmu sendiri kau katakatai seperti itu!” (KCB2: 235) “Masih. Kau lebih sopanlah sama orang lain. Dengerkanlah orang lain. Aku sering dapat cerita saat ronda kau ini paling susah mendengarkan orang. Ingat Rus, Tuhan menciptakan telinga dua sementara mulut cuma satu. Artinya kita diminta untuk lebih banyak mendengar daripada bicara apalagi membentak-bentak orang!” (KCB2: 235) Marhus juga seorang yang angkuh dan tidak bisa tersenyum. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam tahu watak Mahrus. Pria itu hanya bisa dijinakkan dengan kalimat yang menundukkan keangkuhannya. Dan ia tahu pria itu tak akan sudi terus berhutang pada orang lain. Termasuk pada dirinya. (KCB2: 233) “Pertama, cobalah kau latihan senyum. Kau ini susah sekali senyum. Ketemu teman lama saja tidak senyum.” (KCB2: 234) 13) Zumrah Zumrah merupakan tokoh tambahan yang antagonis. Zumrah adalah seorang gadis yang jadi korban pemerkosaan oleh saudaranya sendiri. Karena masalah itulah Zumrah menjadi seorang pendendam, tidak berbakti kepada orang tuanya dan suka mengumbar auratnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Ah, kalau aku sih tidak malu. Semestinya kan kamu yang malu Zum. Bukan aku. Masak pakai pakaian ketat begitu, pusarmu kelihatan lagi. Apa nggak risih Zum.” Jawab Husna santai. (KCB2: 56) “Anehnya Na, aku justru tidak terlalu dendam pada anaknya Bude itu. Aku tahu dia memang nakal dan jahat sejak sebelum aku tinggal di sana. Tapi aku justru dendam pada ayah dan ibuku. Aku tidak bisa memaafkan mereka karena aku merasa ditelantarkan. Dibuang ke rumah Bude yang menyebabkan aku jadi korban kejahatan. Sejak itu aku selalu cari perkara untuk melampiaskan dendamku. Jika banyak anak yang mencari tahu apa yang membuat senang orang tua, aku sebaliknya. Aku mencari tahu apa yang paling tidak disuka oleh orang tua. Pokoknya semua yang membuat orang tua sakit hati pasti aku lakukan. Ini aku katakan dengan jujur Na. aku tidak pernah mengatakan hal ini pada siapa pun. Hanya padamu. (KCB2: 78-79)
cxlv
“Karena hampir setiap kali pulang aku selalu menyakitkan ayah ibu, akhirnya mereka menyetop uang kuliahku. Aku tak ambil pusing. Aku bisa mencari uang sendiri dengan modal kecantikanku. Apalagi aku toh telah menjadi gadis yang rusak karena diperkosa. (KCB2: 79) Zumrah juga gadis yang suka berzina karena pengalaman masa lalunya yang menyedihkan. Dia juga gadis yang mudah putus asa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Ya. Aku telah berzina Na. aku perempuan kotor Na!” (KCB2: 76) “Tidak Na. Aku tidak diperkosa Na. sudah kukatakan aku ini perempuan kotor Na. Penuh borok dan dosa. Aku ini perempuan yang buta mata dan buta hati, samapi-sampai siapa ayah janin yang ada diperutku ini pun aku tidak tahu. Aku harus bagaimana Na?” (KCB2: 77) “Mungkin aku bunuh diri saja!” Kata Zumrah serak. Semua yang mendengar kaget dibuatnya. (KCB2: 214) “Apa yang bisa kami bantu untuk menghilangkan keputusasaanmu Zum?” Lirih Husna. “Aku tak tahu. Aku seperti tidak punya siapa-siapa Na. aku merasa seluruh keluargaku membenciku, menginginkan kematianku! Hiks… hiks…” Serak Zumrah tersedu. “Kau punya kami Zum. Aku kan sudah bilang sama kamu agar jika ada apa-apa temuilah aku di radio. Kau malah menghilang entah ke mana. Zum aku sudah cerita ke ibumu. Ibumu sudah memaafkanmu dan juga adik-adikmu… (KCB2: 214) c. Bahasa Ketika Cinta Bertasbih 2 merupakan novel pembangun jiwa yang berisi tentang dakwah Islam. Novel ini juga menceritakan percintaan yang dibingkai secara religius, serta adanya budaya Indonesia. Bahasa dalam novel ini sangat santun dan halus. Setiap kata, kalimat dan paragraf yang disampaikan memiliki nilai estetis, membuat ajaran moral yang akan disampaikan tidak terkesan dipaksakan. Dalam menyampaikan nilai moral pengarang tidak mendikte melainkan melalui sikap dan perbuatan tokohnya dan pernyataan tokohnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: “Abah sendiri tidak ada masalah. Selama yang datang itu orang shalih dan berilmu itu saja. Dan Ilyas sudah memenuhi kriteria itu. Selanjutnya
cxlvi
tergantung kamu. Sebab kamu yang akan menjalani. Kaulah yang menentukan siapa pendamping hidupmu. Bukan Abah atau Ummimu.” (KCB2: 15) “ O, begitu. Kalau itu iya memang biasa. Sebagian orang yang akan berumah tangga mengalaminya. Ibu dulu juga begitu. Tapi percayalah dengan berjalannya waktu semua akan baik-baik saja. Membangun rumah tangga tidak semenakutkan yang kau bayangkan. Dengan kerjasama yang baik antara suami isteri nanti rumah tangga itu akan sangat menyenangkan dan membahagiakan. Semoga rumah tangga kamu nanti barakah, Fur.” (KCB2: 34-35) “Suratmu, Adikku, seolah menjadi oase bagiku. Ditengah gersang dan panasnya padang sahara kerinduan kepada kalian, suratmu adalah pelepas dahaga sekaligus penyejuk jiwa. Bahasamu bukanlah bahasa anak SMA. Tapi bahasamu adalah bahasa jiwa para sastrawan dan pujangga yang orisinil lahir dari malakatun nafsi, bakat jiwa…. (KCB2: 64-65) “Rin, kalau memang berjodoh maka kita tidak bisa mengatakan pantas atau tidak pantas. Seorang muslimah yang baik selalu pantas untuk seorang muslim yang baik.” Kata Husna (KCB2: 109) “Jujur, pemuda seperti Azzam itu kalau boleh Abah berterus terang adalah pemuda yang jadi idaman Abah. Sayang baru bertemu sekarang. Jika Abah masih punya anak putri pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Abah tahu tentang perjuangannya membesarkan adik-adiknya. Dia sungguh pemuda luar biasa!” (KCB2: 177) “Jamaah sekalian yang dirahmati Allah, jujur, saya ini sebenarnya juga masih bodoh. Maka saya datang ke pesantren ini untuk mengaji. Jujur, saya datang untuk mengaji, untuk menimba ilmu. Bukan untuk mengajar. Bukan untuk membacakan kitab. Tapi Romo Kiai Haji Lutfi Hakim memaksa saya untuk naik ke mimbar ini. saya tidak bisa berkutik apa-apa kecuali menjalankan titah Pak Kiai. Sebab saya ini santri. (KCB2: 185) Azzam menengahi, “Sudahlah Bu, dibayar saja. Rasulullah itu suka pada penjual yang mempermudah dan juga suka pada pembeli yang mempermudah. Sudah dibayar saja semoga barakah.” (KCB2: 210) “Zum anakku, kalau kamu mau, ibu akan menemanimu menemui ibumu. Dia pasti senang menerima kedatanganmu. Orang-orang Sraten masih banyak yang sayang padamu kok Nduk.” (KCB2: 215) “Mari kita shalat dulu dua rakaat Mas. kita bersihkan jiwa dan raga kita dari segala kotoran. Agar apa yang kita lakukan mulai saat ini sebagai
cxlvii
suami isteri besih, ikhlas semata-mata karena Allah. Bukan karena syahwat atau pun birahi. Bukankah itu yang dilakukan para shalihin sejak awal mereka berumah tangga?” (KCB2: 220) Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2, selain bahasanya yang santun, indah dan halus, keindahan bahasa adalah dengan adanya majas personifikasi yang berupa perumpamaan dan juga majas hiperbola yang melebihkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat kauni yang maha indah itu begitu saja (KCB2: 7) Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putih, ia menikmati keindahan desa Wangen dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. (KCB2: 9) Ia baca lagi sms dari Cairo itu. Ia rasakan bagai sesuatu yang menerornya. Akhirnya dalam kegamangan, karena teror sms itu ia memutuskan untuk menerima lamaran Furqan. Meskipun keputusan itu belum benar-benar bulat dihatinya. Masih ada terbesit keraguan yang bercokol di sana….. Akhirnya walaupun terbesit keraguan itu masih bercokol, ia tetap memilih Furqan bila dibandingkan dengan Ilyas. Ia berusaha mantap, meskipun masih ada kegamangan yang menggelayut dalam batinnya. (KCB2: 21-22) “Suratmu, Adikku, seolah menjadi oase bagiku. Ditengah gersang dan panasnya padang sahara kerinduan kepada kalian, suratmu adalah pelepas dahaga sekaligus penyejuk jiwa. Bahasamu bukanlah bahasa anak SMA. Tapi bahasamu adalah bahasa jiwa para sastrawan dan pujangga yang orisinil lahir dari malakatun nafsi, bakat jiwa….(KCB2: 64-65) Namun ia merasa ada ribuan paku menancap di relung-relung hatinya. Ada rasa sedih dan rasa perih yang terus menderanya. Juga rasa takut yang luar biasa. Ia takut jika sampai keluarga Anna mengetahui apa yang dideritanya, entah dari mana saja sumber informasinya…. (KCB2: 94)
cxlviii
Saat cahaya fajar perlahan mulai mekar, fajar keharuan luar biasa mekar di hati Azzam. Fortuner itu berhenti di halaman rumahnya. Bu Nafis dan Lia sudah berdiri di beranda. Azzam turun dengan derail air mata yang tak bisa ditahannya. (KCB2: 148) “Benar. Sebagai paman seharusnya kamu melindungi dia. Sekarang dia ingin kembali ke jalan yang benar. Ingin benar-benar taubat. Tapi ia terus diuber-uber sama germonya. Kau harus bantu dia. Kau harus cari itu para hidung belang yang menistakan dia. Yang harus kamu dor itu ya hidung belang-hidung belang itu Rus. Bukan dia!” (KCB2: 234) Perempuan itu membuka gorden jendela ruang tamu. Matanya memandang rembulan yang mengintip di balik pepohonan. Angin malam menyisir rambutnya yang memutih dibakar usia. Ia membelakangi putranya yang sedang mengkalkulasi modal bisnisnya. (KCB2: 247) …Azzam bangkit dari keterpurukannya. Sebenarnya berkali-kali rasa putus asa karena kecelakaan itu hendak membelitnya, tapi ia sama sekali tidak mau rasa putus asa sedikitpun menjamah dirinya. Berkenalanpun ia tidak mau dengan yang namanya putus asa. Ia teringat perkataan Vince Lombard: Once you learn to quit, it becomes a habit. Sekali saja kamu belajar untuk berputus asa maka akan menjadi kebiasaan! (KCB2: 373) Kedua insan itu kembali bertasbih menyempurnakan ibadah mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti sunnah para Nabi dan Rasul yang mulia. Pagi begitu indah. Sang surya mengintip malu di balik pepohonan. Rerumputan bergoyang-goyang bertasbih dan bersembahyang. Pagi itu Azzam dan Anna kembali merasa menjadi hamba yang sangat disayang Tuhan. Fa biayyi aalaai Rabbikuma tukadzibaan! (KCB2: 406) Selain itu, ada juga beberapa puisi yang bahasanya sangat indah. Puisi tersebut berupa saduran ataupun tulisan pengarang sendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: 1) Puisi Husna ketika menjawab pertanyaan mengenai arti cinta: “Menurutku, cinta adalah kekuata yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi Nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat,
cxlix
mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi taman, mengubah penjara jadi istana, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibah, itulah cinta! (KCB2: 68) 2) Puisi Anna untuk menjawab pertanyaan mengenai arti cinta: “Mmm.. cinta! Menurutku, Sekalipun cinta telah kuurai dan kujelaskan panjang lebar. Namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keteranganku sendiri. Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang. Namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai pada cinta Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur Cinta sendirilah yang menerangkan cinta Dan percintaan!” (KCB2: 69) 3) Puisi yang dibaca seorang perempuan berjilbab saat acara di Graha Bakti, puisi tersebut berjudul Pohon Zaitun Masih Berbunga: Di kota Basrah Seorang ibu melagu Di depan ayunan bayinya Mendendangkan lagu sayang Tidurlah nak, malam masih panjang Pohon zaitun di halaman masih berbunga Katakan pada dunia kita masih ada Seribu satu cerita masih aku punya Untuk mengantarkan kau dewasa Syahrazad mungkin habis cerita Tak menyangka di ujung umur dunia Seorang durja memporak porandakan negeri kita Namun doa Rabiah Membuka pintu Tuhan Pintalah apa yang bisa kau pinta Pintalah Zaitun tetap berbunga Pintalah darah syuhada menjadi pupuknya Pintalah negeri kita tetap ada Pintalah apa yang bisa kau pinta Pintalah nak Pinta Tuhan menjaga. (KCB2: 128-129)
cl
4) Puisi yang di baca Emira Giza Humaira saat acara di Graha Bakti, puisi tersebut berjudul Tuhan Mabukkanlah Aku: Tuhan mabukkanlah kau Dengan anggur cinta-Mu Rantai kaki erat-erat Dengan belenggu penghambaan Kuraslah seluruh isi diriku Kecuali cinta-Mu Lalu recai daku Hidupkan lagi diriku Laparku yang maha pada-Mu Telah membuatku Berlimpah karunia. (KCB2: 129-130) 5) Puisi Husna untuk kakaknya Khairul Azzam yang berjudul Kau Mencintaiku: Kau mencintaiku Seperti bumi Mencintai titah Tuhannya. Tak pernah lelah Menanggung beban derita Tak pernah lelah Menghisap luka Kau mencintaiku Seperti matahari Mencintai titah Tuhannya Tak pernah lelah Membagi cerah cahaya Tak pernah lelah Menghangatkan jiwa Kau mencintaiku Seperti air Mencintai titah Tuhannya Tak pernah lelah Membersihkan lara Tak pernah lelah Menyejukkan dahaga Kau mencintaiku Seperti bunga Mencintai titah Tuhannya Tak pernah lelah Menebar mekar aroma bahagia Tak pernah lelah
cli
Meneduhkan gelisah nyala. (KCB2: 131-132) 6) Puisi Azzam untuk Vivi yaitu saat dia merindukan Vivi tunangannya: gerimis turun perlahan wajah kekasih membayang dalam daun-daun yang basah diriku resah menanti pertemuan yang tenang cinta kasih dan sayang Tuhan tolong damaikan hatiku yang gamang (KCB2: 340) 7) Puisi Khairul Azzam untuk Ibunya saat dia memboncengkan ibunya, sebelum kecelakaan maut terjadi: Ibu, aku mencintaimu seperti laut mencintai airnya tak mau kurang selamanya (KCB2: 348) 8) Puisi Azzam saat merenung karena duka yang dialaminya, yaitu saat kecelakaan itu terjadi dan dia harus dirawat di rumah sakit: dalam duka kita berguru pada hujan yang terus menyiram orang hitam dengan kesabaran siang malam kuncup-kuncup pun bermekaran meneguhkan harapan-harapan (KCB2: 366) 9) Puisi Anna untuk Azzam saat Anna dan Azzam melalui malam pertamanya setelah menikah: Kaulah kekasihku Bukalah cadarku Sentuh suteraku Muliakan mahkotaku
clii
Nikmati jamuanku Jangan khianati aku! (KCB2: 402) 10) Puisi balasan Azzam untuk Anna saat malam pertamanya setelah mereka menikah: Bismillah Kemarilah cintaku Akan kubuka cadarmu dengan cintaku Akan kusentuh suteramu dengan cintaku Akan kumuliakan mahkotamu dengan cintaku Dan kunikmati jamuanmu dengan cintaku Tak mungkin aku mengkhianatimu Karena aku cinta Padamu (KCB2: 402) Bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan dalam lingkungan pesantren, maka banyak menggunakan bahasa Arab fusha (formal) dan ‘amiyah (informal). Adapun untuk memudahkan pembaca tentang istilah asing disertakan pula catatan kakinya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: “Ahlan wa sahlan ya akhi, kaif hal?” 25 Sambut Azzam dengan bahasa Arab Fusha. “Alhamdulillah bi khair akih, wa anta kaif?” 26 Jawab Ilyas dengan bahasa Arab juga. “Alhamdulillah kama tara, Ana bi khair.” 27 Lalu keduanya berbicara dengan bahasa Indonesia…. “Ah tidak. Kedatangan seorang Ustadz seperti antum28 ini selalu membawa kebaikan insya Allah.” (KCB2: 277) 25
selamat datang saudaraku, bagaimana kabarmu? Alhamdulillah baik saudaraku, dan kamu bagaimana? 27 Alhamdulillah seperti yang kamu lihat, saya baik. 28 kamu 26
“Ya Khairul Azzam, ankahtuka wa zawwajtuka binti Anna Althafunnisa bi mahri al khatam min dzahab haalan!” 33 “Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bi mahril madzkur haalan!” 34 (KCB2: 389)
cliii
33
“Wahai Khairul Azzam, aku nikahkan dan aku kawinkan kamu dengan putriku Anna Althafunnisa dengan mahar cincin emas dibayar tunai.” 34 “ Aku terima menikah dan mengawininya dengan mahar tersebut dibayar tunai.” Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 terdapat banyak campur kode dalam penggunaan bahasanya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan sebagai berikut ini: “Inggih, bisa Abah.” Jawabnya sambil menghadapkan seluruh wajahnya pada sang Abah. (KCB2: 14) “ Anak perempuan kok kebluk! Kau ini sudah akil baligh Na! Dosa kalau kau shalat subuh selalu kesiangan apalagi tidak shalat subuh!” Seru kakaknya dengan nada marah saat itu…. (KCB2: 39) Inna lillahi wa inna illahi raaji’un. Ngaturi dumateng bapak saha ibu sekalian. Telah menghadap Allah SWT. Pada malam ini tepat jam sembilan malam lebih sepuluh menit Bapak Haji Masykur ketua RW sekaligus bendahara takmir masjid Al Mannar. Jenasah insya Allah akan dikebumika besok pagi jam sepuluh pagi…”(KCB2: 43-44) “Aduh Yah, gengsi dong. Masak Husna pakai sepeda motor buntut tahun tujuh puluhan begitu. Apa kata teman-teman Husna nanti. Baiklah, kalau ayah tidak mau membelikan maka husna akan minggat “. (KCB2: 46) “Kakak saya itu pergi ke Mesir saat saya masih kelas tiga SMP. Saat kakak berangkat kami tiga bersaudara. Ibu sedang mengandung. Ayah saya hanyalah seorang guru MI swasta yang nyambi jualan soto di samping pasar Kartasura. Ibu saya sering sakit-sakitan. Ayahlah tulang punggung dan pelindung keluarga. Meskipun pas-pasan kami hidup dengan layak. Alhamdulillah kakak ke Mesir karena mendapatkan beasiswa. (KCB2: 65) “Karena didorong untuk survive, bisa sedikit bernafas dalam himpitan ekonomi, maka saya berjuang dengan menulis. Alhamdulillah, Allah meridhai ikhtiar saya. Saat ini saya bisa bernafas lebih lega diantaranya karena menulis. (KCB2: 66) Mumet aku kalau disuruh nulis Na. Mending nanam padi di sawah!” Tukas Siti. (KCB2: 74) ….Bersama kedua orang tua. Tapi lulus SD aku dititipkan Budeku di Ungaran. Karena saat itu ibuku sedang ribet-ribetnya ngurus anak. Dan
cliv
ekonomi keluarga sedang susah-susahnya. Aku manut sama orang tua. (KCB2: 77) ….Kamar Rina berlantai keramik cokelat muda. Dindingnya biru laut. Langit-langit kamarnya putih bersih. Kamar yang cukup mewah di mata Husna. Sementara kamarnya berlantai semen. Warnanya hitam. Dindingnya putih kusam. Dan langit-langitnya adalah anyaman bambu yang kusam dan di sana sini sudah bolong-bolong. (KCB2: 107) “Iya Pak monggo, silakan. Ya namanya juga kampung. Adanya ya Cuma makanan seperti ini.” Sahut Bu Nafis (KCB2: 150) …Tanya Lia dengan ceplas-ceplos dan gamblang. (KCB2: 150) …Kan di dunia artis itu seolah-olah aib kalau tidak punya pacar. Kayaknya kok tidak laku begitu. Jadi saya ini ya bemper lah saat itu. Kalau di luar wawancara ya biasa saja. Tidak ada hubungan apa-apa…. (KCB2: 151) “Datang ke sini ya. Pengajian Al Hikam. Untuk umum. Biar kamu serawung dengan banyak orang. Biar nanti dengan silahturrahmi tambah jaringan dan koneksi. Diantara yang ngaji itu banyak juga lho pebisnispebisnis muda Solo dan Klaten.”(KCB2: 176) “Sudah kamu jangan mbulet-mbulet. Ayo ikut aku ngambil kitab. Aku jelaskan sampai di mana. Ayo Nak.” (KCB2: 182) “Aduh nyuwun sewu sanget Bu, tidak bisa.” (KCB2: 210) “Itu tukang becak nyawanya rangkap kali. Nylonong sembarangan. Dasar!” Umpat Azzam spontan. (KCB2: 211) “Tidak ikut campur bagaimana? Dia tamuku! Dan kau seperti perampok yang masuk rumah tanpa kulon nuwun dulu!” (KCB2: 229) “Ah tidak. Kedatangan seorang Ustadz seperti antum ini selalu membawa kebaikan insya Allah.” (KCB2: 277) “O begitu. Terus ini kok njanur gunung ada apa ya?” (KCB2: 278) “Subhanallah, Pak Lik sama Bu Lik tho, ayo monggo-monggo!” Seru gadis itu. (KCB2: 288) “Tolong, Dik, dengarkan ceritaku dulu, arjuk!” (KCB2: 310) Sudah, cepat salin kita berangkat!” Hardik Bu Nafis. (KCB2: 342)
clv
“Iya monggo kalau begitu.” (KCB2: 347) Sambil menunggu sertifikat jadi, sementara warung bakso libur. Begitu sertifikat jadi Azzam langsung membuat semacam grand opening untuk warung baksonya dengan mengundang para aktifis kampus dan aktifis dakwah. Ia juga mengundang beberapa wartawan. Seketika warung baksonya berjubel-jubel pengunjungnya setelah itu. Keuntungannya dua kali lipat lebih banyak. (KCB2: 373) d. Latar 1) Latar Tempat Latar tempat merupakan penggambaran di mana cerita tersebut terjadi. Latar tempat novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah tempat-tempat di Indonesia. Tempat tersebut antara lain: dukuh Wangen, pesantren Daarul Quran Wangen, Jakarta, di Bus, hotel, Taman Ismail Marzuki, gedung Graha Bakti Budaya, pasar Klewer, masjid Agung, timlo mbok Yem Sriwedari, jalan rumah Azzam, kamar kos, Novotel, rumah Vivi dan Rumah Sakit. a) Dukuh Wangen Dukuh Wangen adalah tempat tinggal Anna Althafunnisa dan keluarganya. Dukuh Wangen adalah dukuh yang asri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Abah lalu mengajaknya untuk akrab dengan dinginnya mata air desa Wangen. Setelah mengambil air wudhu, abah mengajaknya keliling pesantren, mengetok kamar demi kamar sambil berkata “Shalat, shalat, shalat!” Setelah semua kamar diketuk, sang abah mengajaknya kembali ke masjid untuk shalat. Beberapa orang santri ada yang sudah shalat. Ada yang masih mendengkur berselimut sarung. (KCB2: 8) Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putih, ia menikmati keindahan desa Wangen dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. (KCB2: 9)
clvi
Husna belok kiri. Terus melaju. Tak lama kemudian ia sampai di desa Wangen. Ada papan petunjuk yang mengarah ke pesantren. Kira-kira seratus meter sebelum gerbang pesantren ia melintasi seorang perempuan bercelana jeans biru kaos putih ketat. Rambutnya bergerai ke kiri dan ke kanan ditiup angin. Ia lihat mukanya. Perempuan itu juga melihat ke arahnya. (KCB2: 55) b) Pesantren Daarul Quran Daarul Quran adalah pesantren milik Kiai Lutfi, Abahnya Anna Althafunnisa. Pesantren ini terletak di Wangen Polanharjo Klaten. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Di kejauhan beberapa penduduk desa sudah ada yang bergerak. Ada rombongan ibu-ibu yang mengayun sepeda membawa dagangan diboncengan. Mereka menuju kepasar Tegalgondo. Biasanya mereka shalat subuh di sana sebelum mereka menjajakan dagangan mereka. Penduduk pesantren Daarul Quran, baik yang putra maupun yang putri sebagian besar telah bangun dan siap untuk shalat subuh. Kiai Lutfi, pengasuh uatama pondok pesantren Daarul Quran sudah shalat sunnah fajar di masjid. (KCB2: 9) Anna shalat sunnah dua rakaat lalu beranjak ke masjid. Masjid pesantren yang terletak ditengah-tengah desa Wangen, Polanharjo, Klaten itu kini jauh lebih megah dari waktu ia masih kecil dulu. Dulu masjid pesantren itu berdinding papan dan lantainya ubin kasar. Hanya muat untuk dua ratus orang saja. Saat itu jumlah santri baru seratus tujuh puluh. Semuanya putra. Karena memang belum membuka pesantren putri. Sekarang masjid itu sudah mampu menampung seribu lima ratus orang. Dua lantai. Lantai bawah untuk santri putra dan lantai atas untuk santri putri. Jumlah santri sudah mencapai seribu tiga ratus. Delapan ratus untuk santri putra dan lima ratus untuk santri putri. (KCB2: 9-10) Dan siang itu Pesantren Wangen menggelar acara besar yang berbeda dari hari-hari biasa. Acara siang itu adalah bedah buku kumpulan cerpen remaja terbaik nasional berjudul ‘Menari Bersama Ombak’ karya penulis muda berbakat dari Kartasura. (KCB2: 63) Hari itu Pesantren Daarul Quran Wangen lain dari biasanya. Gerbang pesantren dihiasi janur melengkung. Di sepanjang jalan dari pertigaan Polanharjo sampai pesantren dipasang umbul-umbul berwarna-warni. (KCB2: 196) c) Sraten Kartasura
clvii
Dusun Sraten adalah tempat tinggal Khairul Azzam dan keluarganya. Dusun Sraten adalah dusun yang damai. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sementara itu, di sebelah barat Kota Surakarta. Tepatnya dalam rumah papan di sebuah kampung di pinggir Kartasura, tampak tiga orang perempuan sedang beraktivitas di ruang tamu yang sekaligus adalah ruang tengah, ruang makan dan ruang kerja. Seorang perempuan tampak sudah berumur. Kira-kira lima puluh tahunan. Sedangkan dua perempuan lainnya masih muda. Perempuan setengah baya itu sibuk bekerja di depan mesin jahit tuanya. Ia sedang menjahit korden seorang pelanggannya. Berkalikali perempuan itu menjahit sambil terbatuk-batuk. Perempuan setengah baya itu tak lain adalah ibunda Khairul Azzam. Namanya ibu Malikatun Nafisah. Di dukuh Sraten ada yang memanggil Bu Lika. Ada yang memanggil Bu Nafis dan Bu Isah. Panggilannya yang paling lazim dan masyhur adalah Bu Nafis.(KCB2: 36) Sebuah dusun yang damai. Sawah-sawahnya mulai disulap jadi perumahan. Posisi dusun tersebut sebenarnya sangat strategis. Terletak tak jauh dari pusat peradaban dan budaya. Tak jauh dari pusat belanja dan pendidikan. Transportasi juga mudah…..Dusun Sraten sebuah dusun di pinggir kota yang sebenarnya sudah mulai hidup dengan cara kota. Tidak lagi menggunakan cara dusun yang sebenarnya...(KCB2: 43) Pagi itu kira-kira pukul 10 jenazah pak Masykur dikebumikan. Warga dusun Sraten larut dalam duka. Pak Masykur dikenal sebagai seorang takmir masjid yang ikhlas dan penuh pengorbanan. Ia dikenal sebagai bakul buah yang kaya dan dermawan. (KCB2: 50) Pukul sebelas siang para pelayat sudah sampai di rumahnya masingmasing. Matahari di atas dusun Sraten panas memanggang. Udara dusun Sraten telah jauh berubah. Telah berubah tiga kali lipat lebih panas dari dua puluh tahun yang lalu….(KCB2: 52) Sebelum sulur cahaya fajar mekar, Toyota Fortuner itu sudah sampai Tugu Kartasura. Jalanan masih sepi dan lenggang. Hanya sesekali satu dua mobil dan bus Sumber Kencono melesat memecah keheningan….Sebelum samapi markas Kopasus belok kanan masuk dukuh Sraten yang masuk dalam wilayah Pucangan, Kartasura. (KCB2: 147) Sore itu dukuh Sraten hujan air mata. Kiai Lutfi diberi tahu Pak Mahbub langsung datang seketika didampingi Bu Nyai dan Anna. Pak Kiai menangis mendengar cerita tragis yang menimpa Azzam dan ibunya. Pak Kiai Lutfi merasa sangat berdosa. (KCB2: 357) d) Jakarta
clviii
Jakarta merupakan tempat tinggal Furqan dan keluarganya. Di Jakarta pula Azzam pertama kali menginjakkan kaki sepulang dari Mesir, yaitu di Bandara Soekarno Hatta. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sementara nun jauh di Jakarta sana. Tepatnya di sebuah rumah mewah di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan Furqan sedang berbaring di tempat tidurnya. Matanya berkaca. Ia masih didera perang batin yang masih berkecamuk dengan dahsyat di dalam dada. (KCB2: 93) “Inilah Jakarta Na. jika ingin sampai tempat kerja tepat waktunya. Jam empat harus bangun. Mandi dan siap-siap. Begitu rampung shalat subuh langsung berangkat….(KCB2: 105) “Sepuluh menit lagi kita akan mendarat di Bandara Soekarno Hatta.” Kata Eliana pada Azzam yang duduk di sampingnya….(KCB2: 116) Azzam mengangguk. Di pelupuk matanya ada ibu dan ketiga adiknya. Kemarin sebelum meninggalkan Cairo ia sempat kirim sms kepada Husna bahwa ia akan sampai hari ini di Jakarta. Ia tidak minta sang adik menjemputnya. Namun ia berharap ketika ia sampai di bandara ada yang menjemputnya. (KCB2: 116) e) Bus Bus adalah kendaraan yang dinaiki Husna dan Rina untuk menuju ke Jakarta. Husna ke Jakarta untuk menjemput kakaknya Azzam dan menerima penghargaan di Taman Ismail Marzuki. Sedangkan Rina pulang ke rumahnya di Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Tepat pukul empat. Bus eksekutif yang ia tumpangi berangkat. Ia melambaikan tangan pada Lia. Lia sebenarnya pengen ikut, tapi siapa yang akan menemani ibunya. Jika Lia dan Ibunya ikut ia rasa sangat besar biayanya. Dan akan lebih repot nanti di Jakarta. Dari jendela Bus ia memandangi Lia yang tersenyum kepadanya. Ia membalas dengan senyum serupa. (KCB2: 102) Bus melaju ke arah barat. Terus maju meninggalkan kota Solo. Terus melaju beriringan dengan puluhan kendaraan yang melaju ke arah yang sama. Bus itu melewati Boyolali, Ampel, Salatiga, Bawen, Ungaran dan Semarang….(KCB2: 102) Ketika bus sampai tol Cikampek Rina sempat terbangun….(KCB2: 104)
clix
Pukul lima pagi bus Cepat Jaya itu memasuki terminal Lebak Bulus. Hari masih gelap dan sisa-sisa fajar masih tampak di langit. Begitu bus berhenti puluhan penumpang turun teratur….(KCB2: 104) f) Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki merupakan daerah diadakannya acara penghargaan yang diberikan kepada Husna, tepatnya di Graha Bakti Budaya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Usai shalat Maghrib mereka berempat berjalan kaki ke TIM. Pusat budaya yang ada di jantung kota Jakarta itu tak pernah sepi dari karya cipta. Pertunjukan seni, diskusi, pergelaran budaya, dan peluncuran karya hampir selalu ada tiap bulannya. (KCB2: 126) Mereka berjalan santai sepuluh menit kemudian mereka sampai di gedung TIM. (KCB2: 126) “Acaranya di gedung apa Na?” Tanya Rina “Di Graha Bakti Budaya.” Jawab Husna (KCB2: 127) Graha Bakti Budaya hampir penuh terisi orang. Husna dan rombongan menemui panitia. Mereka berempat lalu dicarikan tempat agak depan. Tepat pukul sembilan belas malam acara dimulai… (KCB2: 127) g) Masjid Agung Masjid Agung tempat Azzam melaksanakan shalat dan memparkir mobilnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam membawa mobilnya ke Masjid Agung. Ia sudah rindu dengan masjid legendaries di kota Solo itu. Masjid yang banyak memberikan kenangan indah padanya. Di antaranya dulu waktu masih SD ia pernah menjuarai lomba Tartil Al-Quran tingkat anak-anak se-Karesidenan Surakarta yang diadakan oleh MUI Surakarta. Di Masjid Agung itulah ia lomba dan di masjid itulah ia menerima pialanya. Dan itulah piala pertama yang ia terima dalam hidupnya. (KCB2: 206) Azan pertama dikumandangkan. Ia memandang masjid kenangan. Masih sama dengan sembilan tahun silam. Sementara ia ke masjid untuk shalat Jumat, Ibu dan dua adiknya melangkah ke Pasar Klewer. (KCB2: 206) h) Pasar Klewer Pasar Klewer adalah tempat belanja pakaian Azzam, Ibu, Husna dan Lia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
clx
Ada yang mengatakan, bahwa Pasar Klewer adalah pasar tekstil terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Sebagian orang-orang Solo meyakini hal itu. Meskipun orang-orang Jakarta selalu bilang pasar tekstil terbesar adalah Tanah Abang Jakarta. (KCB2: 207) Yang jelas Pasar Klewer sebagai pasar batik dan lurik terbesar di Indonesia hampir tidak ada yang membantahnya. Dan pasar Klewer dikenal sebagai pasar aneka sandang terlengkap di Jawa Tengah juga diakui siapa saja. (KCB2: 207) Pasar Klewer adalah urat nadi perekonomian masyarakat Solo. Terletak tepat di sebelah barat Keraton dan tepat di selatan Masjid Agung. Tiga tempat itu seolah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Karena letaknya yang sangat strategis Pasar ini tak pernah sepi dari hiruk pikuk pembeli dan pedagang. Bahkan pelancong. (KCB2: 207) “Semakin padat saja ya Na Klewer sekarang?” Kata Azzam pada Husna. Ia berada pada sebuah lorong Pasar Klewer. Depan belakang dan kanan kirinya adalah kios pedagang sandangan. Mulai dari pakaian bayi, anakanak sampai kakek-kakek dan nenek-nenek dijual di situ. Mulai yang murah sampai yang mahal. Mulai batik sampai jeans. Mulai baju pesta sampai baju takwa. Semua ada. (KCB2: 208) i) Timlo Mbok Yem Timlo Mbok Yem yang berada di kawasan Sriwedari adalah tempat keluarga Azzam makan setelah dari Pasar Klewer. Di sana pula Husna menemukan Zumrah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Bue kangen sama nasi Timlo Mbok Yem yang ada di dekat Sriwedari itu. Banyak kenangan dengan ayahmu di sana.” (KCB2: 211) Husna sendirian. Ia berjalan cepat menuju sebuah kios kembang. Zumrah tampak duduk di sana melamun. Di sampngnya seorang ibu setengah baya yang gemuk badannya sedang makan jagung godog dengan lahapnya. (KCB2: 212) Mobil kembali berjalan … Azzam membawa mobilnya terus ke barat sampai perempatan Baron. Lalu belok kanan. Sampailah di kawasan Sriwedari. Azzam lalu membawa mobilnya ke arah jejeran toko-toko buku loakan. Di sela-sela toko buku loakan ada sebuah warung makan kecil. Warung itu milik ibu tua namanya Mbok Yem. (KCB2: 213) j) Jalan depan Rumah Azzam
clxi
Di jalan ini Mahrus mau membunuh Zumrah keponakannya sendiri yang telah membuat ayahnya Zumrah sendiri meninggal dunia, namun amarah Mahrus dapat diredam oleh Azzam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Baik, maafkan kelancanganku. Biar aku tembak lonte ini di jalan saja. Biar dia tidak jadi hantu di rumah ini. Biar dia jadi hantu yang mengelayap ke mana-mana! Ayo jalan!” Marhus menggeretak Zumrah. (KCB2: 230) Dengan segenap kekuatan Mahrus menyeret Zumrah ke halaman. Marhus terus menyeret sampai akhirnya ke jalan. Sampai di jalan Zumrah berontak dengan sengit. Sekali lagi Marhus memukul gagang pistolnya ke kepala Zumrah. Zumrah langsung terjengkang kesakitan. Marhus sudah bersiap menembak kepala Zumrah. Niatnya sudah bulat bahwa keponakannya harus dihabisi. Ia tinggal merekayasa laporan kejahatan saja. Sebuah kejahatan yang layak untuk dienyahkan dari muka bumi. (KCB2: 231) k) Kamar Kos Kamar kos ini disewa Azzam untuk dijadiakan kantor membuat bakso, karena di rumah dia selalu dibicarakan orang lain, maka dia menyewa kos untuk tempat membuat baksonya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ia memang masih sendirian belum dibantu siapa-siapa. Demi memenuhi harapan ibunya ia menyewa satu kamar kos di dekat pasar Kleco. Jam delapan pagi ia sudah samapai di kamar kosnya. Ia lalu belanja. Setelah itu meracik bahan-bahan baksonya. Jam dua semuanya sudah siap. Tepat jam setengah tiga ia buka warung. Ia buka sampai jam sembilan malam. (KCB2: 240) Demikian rutinitasnya setiap hari. Kepada para tetangga ibunya bilang Azzam sudah punya kantor di Solo. Pagi kerja di kantornya dan sore ia jualan bakso. Ya jika kantor maknanya adalah tempat kerja maka kamar kos yang ia gunakan untuk membuat pentol bakso adalah kantor. Kantor hanyalah istilah mentereng untuk menyebut tempat kerja. Di mana di tempat itu ada arsip dan berkas. Di kos Azzam juga ada arsip dan berkas. Yaitu catatan dan bon belanja. (KCB2: 240) l) Rumah Vivi Di rumah ini pertama kalinya Vivi bertemu dengan Azzam yang akhirnya menjadi tunangannya. Dan acara pertunangannya pun dilaksanakan di rumah Vivi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
clxii
“Rumah Vivi tak jauh dari menara. Kita jalan saja dari sini. Sebab rumahnya melewati gang yang berkelok-kelok. Rumahnya ada di Langgardalem.” Jelas Bu Mahbub. (KCB2: 288) Pak Mahbub dan Bu Mahbub mendahului masuk. Barulah Bu Nafis dan Husna. Ketika naik Azzam menyerahkan kardusnya pada Lia. (KCB2: 289) Ia dan rombongan sampai di rumah Vivi hampir sama waktunya dengan saat pertama dulu datang. Hanya lebih awal setengah jam. Di rumah itu ternyata sudah menunggu banyak orang. Mereka adalah keluarga terdekat Vivid an tetangga kiri kanan. Pak Zuhri, ayah Vivi menyambut Azzam dan rombongannya dengan wajah berseri-seri. Hari itu Bu Nafis tampak lebih cerah dari hari-hari sebelumnya. Bu Nafis begitu tulus bersalaman dan berpelukan dengan Bu Fadilah, ibu Vivi. (KCB2: 297) m) Rumah Sakit Rumah sakit adalah tempat di rawat Azzam dan ibunya setelah kecelakaan. Rumah sakit pertama adalah di Rumah Sakit PKU Delanggu, Karena peralatannya kurang Azzam dipindahkan ke Rumah Sakit Yarsi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Gerimis turun semakin deras, ketika tubuh Azzam dan ibunya ditolong banyak orang. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan lewat dengan membawa mobil Kijang dihentikan. Dengan Kijang itu Azzam dan ibunya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Darah mengucur semakin deras mengiringi gerimis yang semakin deras. (KCB2: 349) “Maaf mbak jangan terkejut. Khairul Azzam dan Ibunya kecelakaan! Dan sekarang ada di Rumah Sakit PKU Delanggu.” (KCB2: 351) Sampai di rumah sakit Husna langsung menghambur ruang gawat darurat. (KCB2: 352) Selesai mengubur ibunya Lia diantar oleh Anna dengan mobilnya pergi ke PKU Muhammadiyah Delanggu untuk menemani Husna yang sendirian di sana. (KCB2: 357) …..Dan Husna ikut mobil Anna Althafunnisa. Hari sudah semakin gelap ketika mereka masuk R.S Yarsi. Begitu sampai Husna langsung bilang kepada pihak rumah sakit….(KCB2: 361) n) Hotel
clxiii
Hotel ini di Jakarta tempat menginap Husna dan Azzam setelah pulang dari Cairo. Selain itu ada juga di hotel Novotel Solo yaitu tempat Furqan menceraikan Anna. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sampai di hotel Husna mengajak ke kamar yang telah ia pesan untuk kakaknya. Kamar kakaknya berdampingan dengan kamarnya. Ia sudah check in di hotel itu sejak pagi sebelum berangkat ke bandara. Hotel yang dipilih panitia terbilang Islami dan paling dekat dengan tempat acaranya. (KCB2: 125) Mobil itu mendekati hotel Novotel. Ketika azan mengalun merdu, Furqan dan Anna sudah keluar dari mobil. Mereka ke resepsionis…..begitu masuk kamar dan meletakkan tas tangannya, Anna langsung ke jendela. Berdiri atau duduk di samping jendela adalah kesukaan Anna sejak kecil. Ia tak bisa membayangkan sebuah rumah tanpa jendela. Dari jendela kamar hotel itu keindahan sebagian kota Solo bisa dinikmati. (KCB2: 307) Keluar dari Novotel Anna langsung menghubungi taksi langganan Abahnya. Lima belas menit kemudian taksi itu datang menjemputnya. (KCB2: 316) 2) Latar Waktu Latar waktu merupakan waktu kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang dialami tokonya. Latar waktu dalam Ketika Cinta Bertasbih 2 menggunakan dini hari, fajar, sore, malam, siang, pagi, usai Maghrib, sebelum sulur cahaya mekar dan menunjuk jam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut ini: Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat kauni yang maha indah itu begitu saja (KCB2: 7) Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putih, ia menikmati keindahan desa Wangen dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. (KCB2: 9)
clxiv
Sore itu dengan pembacaan surat Al Fatihah ikatan pertunangan Anna Althafunnisa dengan Furqan resmi sudah. Peristiwa itu disaksikan oleh tokoh-tokoh terpenting dari dua keluarga, belasan Kiai pengasuh pesantren dan para pemuka masyarakat desa Wangen. (KCB2: 27) Pagi itu kira–kira pukul 10 jenazah pak Masykur dikebumikan. Warga dusun Sraten larut dalam duka. Pak Masykur dikenal sebagai seorang takmir masjid yang ikhlas dan penuh pengorbanan. Ia dikenal sebagai bakul buah yang kaya dan dermawan. (KCB2: 50) Pukul sebelas siang para pelayat sudah sampai di rumahnya masingmasing. Matahari di atas dusun Sraten panas memanggang. Udara dusun Sraten telah jauh berubah. Telah berubah tiga kali lipat lebih panas dari dua puluh tahun yang lalu….(KCB2: 52) Dan siang itu Pesantren Wangen menggelar acara besar yang berbeda dari hari-hari biasa. Acara siang itu adalah bedah buku kumpulan cerpen remaja terbaik nasional berjudul ‘Menari Bersama Ombak’ karya penulis muda berbakat dari Kartasura. (KCB2: 63) Pagi itu Husna dan Lia sedang mencabuti rumput yang tumbuh di samping rumah mereka ketika sebuah mobil sedan Vios berhenti tepat di depan rumah mereka. Matahari mulai meninggi di angkasa, mnyinari dunia dengan sinar keemasannya… (KCB2: 85) Pukul setengah sebelas Anna mohon diri. Saat ia hendak keluar dari rumah, Bu Nafis memasuki halaman. (KCB2: 89) Tepat pukul empat. Bus eksekutif yang ia tumpangi berangkat. Ia melambaikan tangan pada Lia. Lia sebenarnya pengen ikut, tapi siapa yang akan menemani ibunya. Jika Lia dan Ibunya ikut ia rasa sangat besar biayanya. Dan akan lebih repot nanti di Jakarta. Dari jendela Bus ia memandangi Lia yang tersenyum kepadanya. Ia membalas dengan senyum serupa. (KCB2: 102) Pukul lima pagi bus Cepat Jaya itu memasuki terminal Lebak Bulus. Hari masih gelap dan sisa-sisa fajar masih tampak di langit. Begitu bus berhenti puluhan penumpang turun teratur….(KCB2: 104) Usai shalat Maghrib mereka berempat berjalan kaki ke TIM. Pusat budaya yang ada di jantung kota Jakarta itu tak pernah sepi dari karya cipta. Pertunjukan seni, diskusi, pergelaran budaya, dan peluncuran karya hampir selalu ada tiap bulannya. (KCB2: 126)
clxv
Sebelum sulur cahaya fajar mekar, Toyota Fortuner itu sudah sampai Tugu Kartasura. Jalanan masih sepi dan lenggang. Hanya sesekali satu dua mobil dan bus Sumber Kencono melesat memecah keheningan… (KCB2: 147) Jam sembilan sarapan siap. Bu Nafis dan Lia menghidangkan nasi rojolele yang pulen wangi…. (KCB2: 154) Dini hari, kira-kira jam dua, tepat di hari Anna akan melangsungkan akad nikah, Kiai Lutfi bermimpi. Sebuah mimpi yang menakjubkan. Dalam mimpinya ia melihat gugusan bintang. Lalu ada bintang yang paling terang turun dan bersinar di atas mimbar masjid pesantren. Kiai Lutfi melihat beberapa tunas kelapa yang menakjubkan yang tumbuh tepat di halaman pesantren…. (KCB2: 194) Pagi itu ribuan orang akan menyaksikan akad nikah yang sudah lama terdengar gaungnya. Para santri dan masyarakat sekitar memenuhi masjid. Tetamu undangan yang berbondong-bondong datang pelan-pelan memenuhi kursi yang disediakan. (KCB2: 197) Tepat jam delapan akad nikah dilangsungkan. Furqan menjawab qalbitu dengan lancer tanpa keraguan. Anna yang menyaksikan dan mendengar dari lantai dua masjid meneteskan air mata. Statusnya kini telah berubah….(KCB2: 200) Meskipun malam itu bulan tertutup awan, namun keindahannya bagi Furqan sulit dilukiskan. Setelah satu hari penuh menerima tamu yang datang pergi bergantian, akhirnya ia dan Anna bisa masuk kamar pengantin yang telah disiapkan tepat jam sembilan. (KCB2: 218) Malam itu Furqan tidak tidur sepicing pun. Meskipun matanya memejam tapi pikiran dan hatinya terus terjaga. Sesekali ia membuka matanya lalu memandangi isterinya yang tidur di sampingnya. Wajah isterinya begitu bersih jelita….(KCB2: 223) Jam setengah tiga ia mendengar Anna mendesah lalu memanggil namanya. Ia memejamkan mata pura-pura tidur. Ia merasakan Anna bangkit. Turun dari ranjang. Lalu ia merasakan kedua tangan Anna memegang kepalanya dan isterinya itu mengecup keningnya. Dadanya berdebar-debar. Ia merasakan kesejukan luar biasa. Ia merasa benar-benar dicintai isterinya sepenuh jiwa. (KCB2: 225) Suatu malam, sepulang dari warung bakso, Lia berkata, “Kak ada tamu.” Saat itu ia sudah rebah di kamarnya karena letih. Ia bangkit menuju ruang tamu. Ternyata Furqan….(KCB2: 244)
clxvi
Pagi itu langit tertutup awan. Angin bertiup kencang. Sesekali kilat menyambar. Guntur menggelegar. Azzam melihat arlojinya, jam delapan. Husna mengambil jemuran yang masih basah di halaman. Gerimis mulai turun perlahan. (KCB2: 258) Ahad pagi Azzam dan keluarganya disertai Pak Mahbub dan isterinya berangkat ke Kudus. Mereka berangkat dari Kartasura pukul tujuh pagi….(KCB2: 287) Pukul setengah sembilan kedua orang tua Furqan datang. Wajah Bu Maylaf agak kurang ramah. Pak Andi Hasan meskipun agak dingin tapi berusaha untuk tetap cair. Pak Kiai Lutfi tetap menyambut dengan ramah….(KCB2: 333) Sore itu dukuh Sraten hujan air mata. Kiai Lutfi diberi tahu Pak Mahbub langsung datang seketika didampingi Bu Nyai dan Anna. Pak Kiai menangis mendengar cerita tragis yang menimpa Azzam dan ibunya. Pak Kiai Lutfi merasa sangat berdosa. (KCB2: 357) Malam itu Azzam harus masuk ruang operasi. Setelah dirongent ia mengalami patah di betis kirinya, lengan bawah tangan kiri, dan dua tulang rusuk dada kirinya. Ia harus operasi tulang kaki dan tangannya….(KCB2: 363) Sore itu Kiai Lutfi dan Bu Nyai Nur membantu putrinya mengemasi dan merapikan barang-barang yang akan di bawa terbang ke Cairo. Sudah satu tahun lebih Anna di Indonesia. Tesis yang ditulisnya sudah dua pertiga. Tinggal sepertiga lagi hendak dirampungkan di Mesir. (KCB2: 379-380) Sore itu langit cerah. Ufuk barat memerah. Angin sepoi-sepoi. Daun mangga jatuh. Senja bertasbih. Burung-burung pulang ke sangkarnya dengan bertasbih… (KCB2: 387) Senja itu langit cerah. Angin mengalir dari sawah. Bintang-bintang bertasbih. Shalat didirikan. Selesai shalat Kiai Lutfi naik mimbar, setelah membaca Hamdallah dan shalawat pengasuh pesantren itu memberikan pengumuman singkat…. (KCB2: 388) 3) Latar Sosial Latar sosial dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Wangen dan Sraten atau dapat disebut Surakarta. Di Wangen adalah daerah pesantren jadi di sana banyak terdapat umat Islam. Latar sosial dan budaya Surakarta dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
clxvii
Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putih, ia menikmati keindahan desa Wangen dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. (KCB2: 9) Dikejauhan beberapa penduduk desa sudah ada yang bergerak. Ada rombongan ibu-ibu yang mengayun sepeda membawa dagangan diboncengan. Mereka menuju kepasar Tegalgondo. Biasanya mereka shalat subuh di sana sebelum mereka menjajakan dagangan mereka. Penduduk pesantren Daarul Quran, baik yang putra maupun yang putri sebagian besar telah bangun dan siap untuk shalat subuh. Kiai Lutfi, pengasuh uatama pondok pesantren Daarul Quran sudah shalat sunnah fajar di masjid.(KCB2: 9) Anna shalat sunnah dua rakaat lalu beranjak ke masjid. Masjid pesantren yang terletak ditengah-tengah desa Wangen, Polanharjo, Klaten itu kini jauh lebih megah dari waktu ia masih kecil dulu. Dulu masjid pesantren itu berdinding papan dan lantainya ubin kasar. Hanya muat untuk dua ratus orang saja. Saat itu jumlah santri baru seratus tujuh puluh. Semuanya putra. Karena memang belum membuka pesantren putri. Sekarang masjid itu sudah mampu menampung seribu lima ratus orang. Dua lantai. Lantai bawah untuk santri putra dan lantai atas untuk santri putri. Jumlah santri sudah mencapai seribu tiga ratus. Delapan ratus untuk santri putra dan lima ratus untuk santri putri. (KCB2: 9-10) Jalan utama kota Solo itu lebar dan ramai. Dikanan kiri berdiri bangunanbangunan metropolis ; mall, hotel, bank, butik, rumah makan, pusat elektronik dan lain sebagainya. Meskipun bukan sebuah ibukota provinsi, Solo bisa disebut kota yang kesepuluh terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Denpasar, Palembang dan Jogyakarta. (KCB2: 32) Angin mengalir sepoi-sepoi. Udara disepanjang jalan itu jauh lebih nyaman dibandingkan dengan udara Solo dan Kartasura. Sampai di Polanharjo Husna berhadapan dengan pertigaan. Ada papan petunjuk yang menjelaskan letak pemancingan Janti. Di situ memang banyak berdiri rumah-rumah pemancingan yang sekaligus rumah makan. Biasanya di dalamnya juga ada kolam renang. Orang-orang Solo dan Klaten sering menjadikan tempat-tempat itu sebagai tempat pilihan untuk rekreasi keluarga dan makan-makan. (KCB2: 55)
clxviii
Sejarah pesantren Daarul Quran terdapat dari halaman 60 hingga 62: Pesantren Daarul Quran terletak di jantung desa Wangen. Karena terletak di desa Wangen seringkali pesantren ini disebut juga Pesantren Wangen. Wangen sendiri dalam bahasa jawa bermakna harum. Pesantren itu berdiri tak jauh dari masjid tua yang dijaman perang kemerdekaan dikenal sebagai markas pasukan Hisbullah. Masjid itu dijamannya sangat terkenal oleh hampir seluruh pejuang kemerdekaan di daerah Karesidenan Surakarta…Keadaan pesantren Wangen sekarang sangat jauh berbeda dengan saat didirikan Kiai Sulaiman. Jika dulu santrinya hanya sepuluh sekarang sudah ribuan. Jika dulu ilmu yang diajarkan masih terbatas membaca Al-Quran, Fashalatan, dan ilmu alat, sekarang hampir semua cabang keilmuan Islam diajarkan. Ditambah wawasan sains modern. Pengetahuan sastra budaya juga tidak ditinggalkan. (KCB2: 60-62) Sejarah pesantren pasar Klewer: Ada yang mengatakan, bahwa Pasar Klewer adalah pasar tekstil terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Sebagian orang-orang Solo meyakini hal itu. Meskipun orang-orang Jakarta selalu bilang pasar tekstil terbesar adalah Tanah Abang Jakarta. (KCB2: 207) Yang jelas Pasar Klewer sebagai pasar batik dan lurik terbesar di Indonesia hampir tidak ada yang membantahnya. Dan pasar Klewer dikenal sebagai pasar aneka sandang terlengkap di Jawa Tengah juga diakui siapa saja. (KCB2: 207) Pasar Klewer adalah urat nadi perekonomian masyarakat Solo. Terletak tepat di sebelah barat Keraton dan tepat di selatan Masjid Agung. Tiga tempat itu seolah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Karena letaknya yang sangat strategis Pasar ini tak pernah sepi dari hiruk pikuk pembeli dan pedagang. Bahkan pelancong. (KCB2: 207) “Sangat padat Kak. Menurut data yang saya ketahui jumlah pedagang resminya saja tak kurang dari 1467 pedagang. Dari pedagang sebanyak itu transaksi yang berjalan tak kurang dari lima sampai enam milyar setiap harinya.” Husna menjelaskan. (KCB2: 208) Menu yang dipesan sudah siap. Mbok yem mengeluarkan nasi Timlo lima pasang. Nasi putih dan sayur Timlonya yang mantap rasanya. Di Solo, selain nasi Timlo, makanan khas yang juga sangat dikenal di antaranya adalah nasi liwet, thengkleng, soto lembu, sate buntel, bakso Solo, garang asem, cabuk rambak, pecel ndeso, gado-gado, tahu kupat, nasi gudangan dan nasi sambal tumpang. Itu semua jenis makanan yang dirindukan oleh Azzam…. (KCB2: 216)
clxix
“Ini, misalnya ya dengan alasan ilmu titen juga. Di daerah Solo dan sekitarnya ini kan ada pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga. Di daerah Semarang sana ada pantangan anak pertama menikah dengan anak pertama. Kata orang-orang tua juga dasarnya ilmu titen itu. (KCB2: 253) “Pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga di Solo disebut lusan. Nomor telu artinya tiga menikah dengan nomor pisan, artinya satu. Katanya kalau nekat menikah nanti slah satu dari orang tua pengantin putra atau pengantin putri akan mati. (KCB2: 253) “Kalau di Semarang anak pertama tidak boleh menikah dengan anak pertama karena nanti kehidupan rumah tangganya tidak bahagia.” Lia menjelaskan. (KCB2: 253) “Seingat saya ya Mas. jalan ini dinamakan Slamet Riyadi untuk mengenang serangan umum tahun 1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi. Kalau tidak salah setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda kembali datang ke Indonesia. Datang untuk kembali menjajah Indonesia. Dengan segala cara Belanda ingin menguasai kembali Indonesia.” (KCB2: 306) “Para pejuang kita tidak tinggal diam. Mereka berjihad membela tanah air dan bangsa. Mereka korbankan harta, darah dan bahkan nyawa. Terjadilah perang mempertahankan kemerdekaan di mana-mana antara tahun 1945 sampai 1949. Pada tahun 1948 Belanda menguasai banyak wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bulan Desember 1948 Belanda melancarkan agresi dan berusaha menghancurkan tempat-tempat strategis milik pemerintah RI, tujuannya untuk memberitahukan kepada dunia bahwa pemerintah RI telah lumpuh, telah tiada.” (KCB2: 306) “Ceritanya, Belanda minta agar para pemimpin dan pejuang Republik ini menyerah. Tapi Jenderal Soedirman menolak menyerah. Jenderal hebat ini bergerilya di hutan-hutan dan desa-desa yang terletak di sekitar kota Yogyakarta dan Surakarta. Untuk membantah opini yang disiarkan Belanda ke seluruh dunia, maka Jenderal Soedirman merancangkan “Serangan Oemoen.” Serangan Oemoem ini merupakan sebuah serangan besar-besaran yang bertujuan untuk menduduki kota Yogyakarta dan Surakarta. Serangan di Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto, manakala serangan di Surakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi. (KCB2: 306-307) “Dan untuk memperingati Serangan Oemoem ini, maka jalan raya utama di kota Surakarta dinamai Jalan Slamet Riyadi!” Jelas Anna pada suaminya panjang lebar. (KCB2: 307)
clxx
e. Amanat Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 terdapat ajaran tentang jodoh seseorang telah diatur oleh Allah, walaupun halangan dan cobaan tetapi dengan ikhtiar dan doa Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Rin, kalau memang berjodoh maka kita tidak bisa mengatakan pantas atau tidak pantas. Seorang muslimah yang baik selalu pantas untuk seorang muslim yang baik.” (KCB2: 109) “Ya Allah, Engkau Dzat Yang Maha Melihat dan Mendengar. Engkau melihat segala ikhtiar hamba untuk bertemu dengan makhluk yang Engkau jodohkan untuk menjadi pendamping hidupku. Sudah berhari-hari hamba berikhtiar mengetuk setiap rumah yang hamba yakin akan jadi jodoh hamba. Mulai dari Anna, Rina, Tika, Mila, Afifa, Eva, dan Seila sudah hamba datangi. Engkau Mahatahu kenapa hamba mendatangi mereka ya Allah. (KCB2: 275) “Azzam sudah berikhtiar pelbagai macam jalan dari acara untuk menemukan jari yang cocok memakai cincin ini. Terakhir sudah terpasang cincin ini pada jari seorang gadis dari Kudus. Dan tinggal menunggu hari akad nikah ternyata musibah jadi penghalang. Cincin ini dikembalikan. Dan gadis itu menikah dengan orang lain.” (KCB2: 383) “Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkan. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada Nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya. Suatu hari gadis itu dilamar pemuda yang dianggapnya akan membahagiakannya. Ia menerima lamarannya. Kedua orang tuanya merestuinya. Nikahlah gadis itu dengan sang pemuda. Hari berjalan. Bulan berganti bulan. Orang tuanya beranggapan bahwa putrinya telah menemukan kebahagiaannya. Ternyata anggapan itu tidak sama dengan kenyataan. Enam bulan menikah pemuda yang menikahinya tidak mampu melakukan tugasnya sebagai suami. Gadis itu masih perawan. Masih suci. Pemuda itu lalu menceraikannya. Nak sekarang pertanyaanku. Maukah kau menikah dengan gadis itu?” (KCB2: 384-385) Ya, Allahlah yang mengatur hidup ini. Kalau memang jodohnya adalah Anna Althafunnisa seperti apapun berliku jalannya maka ia akan sampai pada jodohnya. Itulah yang ada dalam benak Azzam. Meski ia berusaha menahan, matanya tetap berkaca-kaca. (KCB2: 387)
clxxi
Ajaran lain yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah ajaran tentang pernikahan dan juga hal-hal yang dilakukan saat menjadi suami isteri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Jelas sekali, para ulama sepakat bahwa suatu syarat yang menjadi sebab akad nikah terjadi harus dipenuhi. Makanya syarat saya tadi harus dipenuhi kalau ingin akad nikah dengan saya terjadi. Selama syarat itu tidak bertentangan dengan tujuan pernikahan dan tidak menghilangkan maksud asli pernikahan. Saya tidak mensyaratkan misalnya saya hanya boleh disentuh satu tahun sekali. Tidak ! syarat ini bertentangan dengan maksud pernikahan. Dan ulama juga banyak yang memilih pendapat bahwa perempuan boleh mengajukan syarat sebelum akad nikah bahwa suaminya tidak akan menikahi perempuan lain. Dan sang suami wajib memenuhi syarat itu selama dia menerima syarat itu ketika akad nikah. (KCB2: 30) …..Bukan ditolak oleh Anna, tapi ditolak Ustadz Mujab karena Anna sudah dilamar oleh Furqan, sahabatnya sendiri. Memang apa yang dilakukan Ustadz Mujab benar. Sebab seorang muslim tidak boleh melamar seseorang yang telah dilamar oleh saudaranya. (KCB2: 155) Ayolah sayang, peganglah ubun-ubun kepalaku. Dan bacalah doa barakah sebagaimana para shalihin melakukan hal itu pada isteri mereka di malam pertama yang bahagia.” Kata-kata Anna bening dan bersih. Furqan tergagap, ia kikuk, ia lupa pada dunia. Ia lupa pada perasaan sedihnya yang selama ini menderanya. Ia melangkah, ia ingat sunnah itu. Sunnah memegang ubun-ubun kepala isteri di malam pertama ketika pertama kali bertemu. Tapi ia lupa doanya. Ia lupa apa doanya. Ia mengingat-ingat tapi tidak juga ingat. Yang penting ia maju dan mencium kening isterinya. (KCB2: 219) “Mari kita shalat dulu dua rakaat Mas. kita bersihkan jiwa dan raga kita dari segala kotoran. Agar apa yang kita lakukan mulai saat ini sebagai suami isteri besih, ikhlas semata-mata karena Allah. Bukan karena syahwat atau pun birahi. Bukankah itu yang dilakukan para shalihin sejak awal mereka berumah tangga?” (KCB2: 220) “Seorang mukmim tidaklah mengambil faidah yang lebih baik setelah takwa kepada Allah dari isteri yang shalihah; yang jika dia menyuruh isterinya maka isteri itu mentaatinya, jika melihatnya isteri itu menyenangkannya, jika bersumpah atas nama isterinya maka isterinya itu memenuhinya, dan jika suami tidak di rumah maka isteri itu menjaga harta dan kehormatan suaminya.” (KCB2: 300)
clxxii
Amanat selanjutnya adalah seseorang harus bekerja keras dalam bekerja untuk kebutuhan duniawi. Bekerja seolah-olah hidup di dunia ini untuk selamanya. Namun juga tetap menyeimbangkannya dengan kehidupan di akhirat nanti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Sejarah mencatat bahwa prestasi-prestasi besar dilahirkan oleh mereka yang hampir tidak punya waktu untuk istirahat. Mereka yang bekerja keras dengan pikiran cerdas. Kenapa ada Negara lebih maju dari Negara lain, dan ada Negara yang ketinggalan dari Negara lain? Jawabannya menurutku sederhana saja. Suatu Negara lebih maju dari negar lain karena Negara itu lebih hebat kerja kerasnya dari Negara lain. Dan jika ada suatu Negara ketinggalan jauh di belakang Negara lain, itu karena Negara itu sangat pernah malasnya. (KCB2: 144) “Benyamin Franklin mengatakan bahwa malas adalah pangkal kemiskinan. Sedangkan Leonardo Da Vinci mengisyaratkan bahwa malas adalah pangkal kebodohan. Da Vinci pernah mengatakan, ‘Sama seperti yang bisa berkarat karena jarang digunakan, maka berdiam diri bisa merusak kesehatan.’ (KCB2: 144-145) Namun setelah ia pikir dengan seksama lebih baik memulai usaha itu setelah benar-benar cukup menguasai medan. Ia harus lebih matang melakukan penelitian. Dengan penelitian yang mendalam ia akan mampu melihat peluang-peluang bisnis yang lain. (KCB2: 165) Azzam terus memutar otaknya bagaimana caranya usahanya sukses. Jika ia tetap menjual produk yang sama dengan yang lain, maka di pasar ia telah kalah. Ia harus punya produk yang inovatif, yang berbeda dengan yang lain. Sama-sama baksonya tapi harus ada sisi unik yang membedakan baksonya dengan bakso yang lain. (KCB2: 240) Tak terasa sudah tiga bulan Azzam membuka warung bakso cintanya omsetnya perbulan bisa mencapai dua puluh juta. Kini ia bisa membeli mobil sederhana tapi layak pakai. Ke mana-mana ia pakai mobil itu. Untuk bakso ia bertahan untuk dua warung dulu. Otaknya terus berputar, ia mencari peluang bisnis yang lain. (KCB2: 243) Ia membaca nasihat seorang pengusaha sukses di sebuah buku paduan bisnis agar tidak meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Sebab jika suatu ketika keranjang itu jatuh maka telur akan pecah semua. Dan akibatnya akan sangat fatal. Maka yang baik dalam bisnis adalah meletakkan banyak telur di keranjang yang berbeda. Agar jika ada satu keranjang yang jatuh masih ada telur lain yang selamat. Dan telur yang selamat itu masih akan bisa menetas menjadi ayam dan bisa mendatangkan telur baru. (KCB2: 243-244)
clxxiii
“Tidak! Kau harus menyeimbangkan duniamu dengan akhiratmu Zam! Kau harus punya waktu untuk mengamalkan ilmumu dan menegakkan ajaran agamamu. Ya bisnis, ya juga mengajarkan ilmu! Kalau kau hanya memusatkan perhatianmu pada bisnismu, Bue tidak ridha!” (KCB2: 245) ….Tapi kalau usaha sendiri tidak semua bisa. Dan ini Bu, jika seluruh generasi muda bangsa ini punya mental dan pola pikir seperti Azzam, insya Allah bangsa ini akan maju. Tak ada pengangguran. Kenapa? Karena setiap orang akan menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bahkan bagi orang lain…. (KCB2: 286) “Kita tunjukkan profesionalitas kita. Orang yang suka memfitnah dalam bisnis biasanya adalah orang yang tidak profesional. Orang yang cetek cara berfikirnya. Kita harus lebih maju dan lebih canggih lagi sehingga fitnahnya hanya akan menjadi kentut di tengah padang pasir. Alias tidak ada pengaruhnya. (KCB2: 372) Azzam kembali aktif ke masjid. Juga aktif kembali memberi pengajian Al Hikam di pesantren Daarul Quran Wangen. Setiap kali Azzam yang mengisi pengajian itu jamaah membludak memenuhi masjid. (KCB2: 376) Dalam bisnis Azzam juga terus bangkit lebih baik. Bakso cintanya kini sudah punya sepuluh cabang di luar Solo. Yaitu di Semarang, Jogja, Salatiga, Klaten, Bandung, Jakarta, Depok, Malang, Surabaya, dan Kudus. Ia bahkan mulai merambah bisnis percetakan dan penerbitan. Ia mulai penerbitannya dengan menerbitkan buku-buku yang ditulis adiknya sendiri Ayatul Husna. (KCB2: 376-377) Lambat laun ia dikenal sebagai entrepreneur muda dari Solo yang sukses sekaligus dikenal sebagai dai muda yang mampu menyihir hadirin jika ia sudah ada di atas panggung. Setiap minggu ia punya rubrik khusus tentang motivasi bisnis Islami di radio Jaya Pemuda Muslim Indonesia Solo. (KCB2: 377) “Memperoleh buah amam di dunia adalah kabar gembira bagi orang yang beribadah akan bakal adanya pahala di akhirat.” Maksudnya jika ada orang ikhlas beribadah kepada Allah di dunia ini, dan orang itu merasakan buahnya ibadah itu misalnya ketenangan hati, kejernihan pikiran, keluarga yang sakinah, anak-anak yang shaleh, kerinduan untuk semakin giat beribadah, merasakan kelezatan ibadah dan lain sebagainya. Itu semua menjadi kabar gembira bahwa kelak di akhirat akan ada pahala yang lebih lezat, pahala yang lebih agung dari Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB2: 377) f. Sudut Pandang
clxxiv
Sudut pandang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “ia”. Narator adalah seseorang di luar cerita. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi pengarang dapat lebih leluasa menceritakan tokoh-tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: 1) Penulis bercerita tentang Anna: Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putih, ia menikmati keindahan desa Wangen dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. (KCB2: 9) Anna kembali ke kamarnya. Ia mempersiapkan diri menghadapi salah satu hari yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Nanti sore keluarga Furqan dari Jakarta akan datang untuk melamarnya. Kemarin sore Furqan mengirim sms bahwa dia dan keluarganya sudah sampai di Solo, saat ini mereka menginap di hotel Lor Inn Solo. (KCB2: 13) Anna masih bimbang. Dalam hati kecilnya ada Abdullah. Ia sendiri tidak tahu kenapa di sana ada Abdullah. Ia ingin mengenyahkan Abdullah itu tapi tak juga mau enyah. Ia tahu tak boleh ada siapapun di dalam hatinya kecuali yang halal baginay. Tapi kenapa muncul juga Abdullah… (KCB2: 21) Anna Althafunnisa diam sesaat. Keningnya berkerut. Ia mengambil nafas agak panjang lalu mendesah. Bibirnya yang indah itu bergetar lirih…. (KCB2: 25) Pukul setengah sebelas Anna mohon diri. Saat ia hendak keluar dari rumah, Bu Nafis memasuki halaman. (KCB2: 89) Ada gemuruh cemburu luar biasa dalam hati Anna. Lalu perasaan sedih perlahan menyusup ke dalam hatinya. Mata Anna basah mendengar perkataan Abahnya. Ingin rasanya ia katakan pada Abahnya, bahwa Azzam itulah ternyata pemuda yang dulu menolongnya. Pemuda yang menundukan pandangannya dan mengatakan namanya Abdullah. Azzam itulah juga pemuda yang dulu sangat mengesan di hatinya. Bukan hanya
clxxv
dulu, bahkan sampai sekarang. Tapi takdir telah memilihkannya jalan. Furqanlah jalannya. (KCB2: 177) 2) Penulis bercerita tentang Azzam: Azzam mengangguk. Di pelupuk matanya ada ibu dan ketiga adiknya. Kemarin sebelum meninggalkan Cairo ia sempat kirim sms kepada Husna bahwa hari ini ia akan sampai Jakarta. Ia tidak minta sang adik menjemputnya. Namun ia berharap ketika ia sampai di bandara ada yang menjemputnya. (KCB2: 116) Azzam keluar dengan hati bergetar. Ia melangkah sedikit di depan Eliana. Ia melihat banyak orang yang membawa kamera. Seperti membidik dirinya. Ia mendengar seseorang memanggil-manggil namanya. Suara anak perempuan…. (KCB2: 118) Hati Azzam bergetar. Rumahnya masih seratus meter lagi, tapi ia seperti telah mencium bau wangi ibunya. Ibu yang sangat dicintainya, telah sembilan tahun berpisah lamanya. Matanya basah. Di ujung dua matanya air matanya meleleh. (KCB2: 148) Azzam membawa mobilnya ke Masjid Agung. Ia sudah rindu dengan masjid legendaries di kota Solo itu. Masjid yang banyak memberikan kenangan indah padanya. Di antaranya dulu waktu masih SD ia pernah menjuarai lomba Tartil Al-Quran tingkat anak-anak se-Karesidenan Surakarta yang diadakan oleh MUI Surakarta. Di Masjid Agung itulah ia lomba dan di masjid itulah ia menerima pialanya. Dan itulah piala pertama yang ia terima dalam hidupnya. (KCB2: 206) Azzam tahu watak Mahrus. Pria itu hanya bisa dijinakkan dengan kalimat yang menundukkan keangkuhannya. Dan ia tahu pria itu tak akan sudi terus berhutang pada orang lain. Termasuk pada dirinya. (KCB2: 233) Azzam terus memutar otaknya bagaimana caranya usahanya sukses. Jika ia tetap menjual produk yang sama dengan yang lain, maka di pasar ia telah kalah. Ia harus punya produk yang inovatif, yang berbeda dengan yang lain. Sama-sama baksonya tapi harus ada sisi unik yang membedakan baksonya dengan bakso yang lain. (KCB2: 240) Azzam lagi bekerja keras mencari cetakan dari besi berbentuk hati. Ia tidak menemukan di toko-toko penjual barang pecah belah. Ia akhirnya pesan cetakan yang ia inginkan ke Batur, Klaten yang dikenal sebagai pusat besi, baja dan aluminium cetakan itu akhirnya jadi juga. (KCB2: 241) Ia membaca nasihat seorang pengusaha sukses di sebuah buku paduan bisnis agar tidak meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Sebab jika
clxxvi
suatu ketika keranjang itu jatuh maka telur akan pecah semua. Dan akibatnya akan sangat fatal. Maka yang baik dalam bisnis adalah meletakkan banyak telur di keranjang yang berbeda. Agar jika ada satu keranjang yang jatuh masih ada telur lain yang selamat. Dan telur yang selamat itu masih akan bisa menetas menjadi ayam dan bisa mendatangkan telur baru. (KCB2: 243-244) Azzam meluncur mencari makanan dan minuman untuk Zumrah. Ia pergi ke sepan UMS. Ada banyak warung berjejer di sana. Azzam membelikan Zumrah soto kwali, bergedel, sate telur puyuh dan teh panas… (KCB2: 321) Azzam terus bangkit, pelan-pelan ia merasakan kembali gairah hidup yang sesungguhnya. Setiap kali melihat Husna dan Lia ia merasa bahwa dirinya masih diberi karunia yang agung oleh Allah SWT. Husna dan Lia adalah dua permata jiwanya. Ia sangat menyayangi kedua adiknya itu. Ia berfikir bagaimana jika ia tidak punya adik mereka. Sanggupkah ia melalui harihari dukanya dengan penuh ketegaran. Betapa banyak ia temukan seorang kakak memiliki adik yang sama sekali tidak hormat pada kakaknya. Adik yang tidak mencintai kakaknya. Ia bersyukur memiliki adik yang sedemikian ikhlas merawatnya dan membesarkan hatinya. (KCB2: 373-374) Azzam terus menumbuhkan harapan sembuh dalam hatinya. Ia begitu iri setiap kali melihat ada anak kecil bisa berlari-lari dan melompat-lompat seenaknya. Ingin rasanya seperti mereka berlari dan melompat seenaknya karena kedua tulang kaki tidak masala. Sementara dirinya belum bertumpu pada kaki kirinya. Tak boleh ada beban untuk kaki kirinya. (KCB2: 376) 3) Penulis bercerita tentang Kiai Lutfi: Usai shalat subuh dan berzikir. Kiai Lutfi mengajak santrinya untuk melantunkan zikir pagi. Lalu beliau membacakan kitab Subulus Salam karya Imam Ash Shan’ani…. (KCB2: 10) Lalu Kiai Lutfi terus membacakan kitab Subulus Salam itu dan menjelaskan panjang lebar dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kepada santri-santrinya….(KCB2: 13) Dini hari, kira-kira jam dua, tepat di hari Anna akan melangsungkan akad nikah, Kiai Lutfi bermimpi. Sebuah mimpi yang menakjubkan. Dalam mimpinya ia melihat gugusan bintang. Lalu ada bintang yang paling terang turun dan bersinar di atas mimbar masjid pesantren. Kiai Lutfi melihat beberapa tunas kelapa yang menakjubkan yang tumbuh tepat di halaman pesantren…. (KCB2: 194)
clxxvii
Kiai Lutfi duduk di ruang tamu memandang ke arah pesantren, matanya berkaca-kaca. Ia masih terus teringat kejadian pagi tiga hari yang lalu. Ia sedang shalat dhuha di kamarnya ketika itu, Anna yang baru pulang dari hotel mengajaknya bicara….(KCB2: 326) Ia tidak tahu harus bagaimana dan harus dipihak siapa. Yang jadi masalah ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka….(KCB2: 328) Ia jadi memuhasabahi diri, ulama dulu mimpinya selalu bermakna dan punya arti. Mimpi mereka selalu mimpi yang mengandung ilham dari Allah SWT. Mimpi yang shadiq, yang benar, yang merupakan bagian dari keNabian. Itu terjadi karena mereka benar-benar adalah para pewaris Nabi. Karena mereka adalah orang-orang yang benar-benar ikhlas, wirai, dan sangat menjaga kesucian hati. (KCB2: 330) 4) Penulis bercerita tentang Furqan: Furqan tampak gagah dengan koko biru tuanya. Jika disandingkan dengan Anna pastilah pakaian keduanyaakan tampak serasi. Sore itu Furqan mampu menyembunyikan segala muramnya. (KCB2: 27) Mendengar kata-kata ibunya itu Furqan ingin menangis, ingin rasanya meledakan tangisan di pangkuan ibunya sambil dielus-elus kepalanya seperti saat masih kecil dulu. Ia ingin menceritakan musibah yang menimpanya beberapa hari sebelum kepulangannya….(KCB2: 33) Sementara nun jauh di Jakarta sana. Tepatnya di sebuah rumah mewah di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan Furqan sedang berbaring di tempat tidurnya. Matanya berkaca. Ia masih didera perang batin yang masih berkecamuk dengan dahsyat di dalam dada. (KCB2: 93) Namun ia merasa ada ribuan paku menancap di relung-relung hatinya. Ada rasa sedih dan rasa perih yang terus menderanya. Juga rasa takut yang luar biasa. Ia takut jika sampai keluarga Anna mengetahui apa yang dideritanya, entah dari mana saja sumber informasinya…. (KCB2: 94) Furqan memutuskan untuk tetap meneruskan langkah. Ia tak peduli lagi pada apa yang akan menimpanya dan apa yang akan menimpa Anna. Ia juga tidak peduli pada apa yang akan terjadi jika akhirnya Anna dan keluarganya tahu apa yang disembunyikannya. (KCB2: 95) Furqan kembali meneteskan air mata. Seharusnya ia memang paling bahagia diantara mahasiswa Cairo. Ia sudah selesai S2 dan siap menyunting gadis paling didamba oleh mahasiswa Cairo. Email dari Abduh bukan menambah dirinya bahagia, email itu justru semakin membuat pedih hatinya. Ia tidak seperti yang disangka banyak orang.
clxxviii
Hatinya remuk redam, dan jiwanya telah hancur berantakan. Berhari-hari dia merasa dirinya bagai mayat yang berjalan. (KCB2: 97) Furqan juga menangis. Ia menangis bahagia sekaligus menangis sedih. Bahagia karena ia telah resmi menjadi suami Anna Althafunnisa. Bahagia karena ia telah menyunting gadis yang diidam-idamkanya. Dan bahagia karena ia telah membahagiakan ayah dan ibunya. Namun di saat yang sama ia juga sangat sedih. Sedih karena ia merasa telah membohongi semua…. (KCB2: 200) Malam itu Furqan tidak tidur sepicing pun. Meskipun matanya memejam tapi pikiran dan hatinya terus terjaga. Sesekali ia membuka matanya lalu memandangi isterinya yang tidur di sampingnya. Wajah isterinya begitu bersih jelita….(KCB2: 223) Jam setengah tiga ia mendengar Anna mendesah lalu memanggil namanya. Ia memejamkan mata pura-pura tidur. Ia merasakan Anna bangkit. Turun dari ranjang. Lalu ia merasakan kedua tangan Anna memegang kepalanya dan isterinya itu mengecup keningnya. Dadanya berdebar-debar. Ia merasakan kesejukan luar biasa. Ia merasa benar-benar dicintai isterinya sepenuh jiwa. (KCB2: 225) Ia mendengar isterinya terisak-isak berdoa. Doa yang sangat panjang. Ia sangat faham isterinya. Di antara orang yang didoakan isterinya adalah dirinya. Isterinya meminta kepada Allah, agar dirinya dijadikan sebagai suami yang shalih yang selalu menjadi penolong meraih kebaikan di dunia dan di akhirat, bukan sebaliknya. Dia mendoakan agar dirinya diberi hidayah selalu, dan dikaruniai rasa takwa selalu di mana pun ia berada. (KCB2: 225) Ia bercerita tentang peristiwa mengerikan yang menimpanya di Hotel Maridien. Ia yang tahu-tahu bangun tidur dalam keadaan yang memalukan. Lalu pesan Miss Italiana yang mengintimidasinya. Tentang foto-foto yang memalukan. Tentang tertangkapnya Miss Italiana yang ternyata agen Mossad penyebar virus HIV. Dan tentang dirinya yang divonis positif mengidap HIV. Serta janji Kolonel Fuad untuk tidak menyebar berita tentangnya, juga janjinya pada Kolonel Fuad untuk tidak menyebarkan virus HIV yang diidapnya pada orang lain. (KCB2: 310) 5) Penulis bercerita tentang Ibu Malikatun Nafisah: Sementara itu, di sebelah barat Kota Surakarta. Tepatnya dalam rumah papan di sebuah kampung di pinggir Kartasura, tampak tiga orang perempuan sedang beraktivitas di ruang tamu yang sekaligus adalah ruang tengah, ruang makan dan ruang kerja. Seorang perempuan tampak sudah berumur. Kira-kira lima puluh tahunan. Sedangkan dua perempuan lainnya masih muda. Perempuan setengah baya itu sibuk bekerja di depan mesin
clxxix
jahit tuanya. Ia sedang menjahit korden seorang pelanggannya. Berkalikali perempuan itu menjahit sambil terbatuk-batuk. Perempuan setengah baya itu tak lain adalah ibunda Khairul Azzam. Namanya ibu Malikatun Nafisah. Di dukuh Sraten ada yang memanggil Bu Lika. Ada yang memanggil Bu Nafis dan Bu Isah. Panggilannya yang paling lazim dan masyhur adalah Bu Nafis.(KCB2: 36) Sang ibu merasakan keharuan luar biasa. Tanpa bisa ia cegah air matanya meleleh membasahi pipinya. Sedemikian sayang dan perhatian kedua putrinya itu pada dirinya. Lirih ia menyampaikan rasa syukur sedalamdalamnya kepada Allah atas karunia yang sangat mahal ini. Meski ia membesarkan anak-anaknya tanpa didampingi suami, namun Allah selalu menurunkan pertolongannya. Keempat anaknya ia rasakan sangat berbakti dan sangat mencintainya.(KCB2: 37-38) Tak terkecuali Bu Nafis, ibu kandung Azzam juga menyaksikan itu semua dari televisi bersama Lia. Perempuan setengah baya itu matanya berkacakaca. Haru dan bahagia. Dua anaknya sudah masuk televisi. Ia sempat was-was Azzam diberitakan sebagai pacar Eliana. Tapi ia sangat yakin dengan kualitas akhlak putranya itu…..(KCB2: 134) Perempuan itu membuka gorden jendela ruang tamu. Matanya memandang rembulan yang mengintip di balik pepohonan. Angin malam menyisir rambutnya yang memutih dibakar usia. Ia membelakangi putranya yang sedang mengkalkulasi modal bisnisnya. (KCB2: 247)
6) Penulis bercerita tentang Husna: Perempuan berjilbab cokelat yang tak lain adalah Ayatul Husna, mengantarkan ibunya ke kamarnya. Sampai di kamar ia menunggu ibunya rebahan. Lalu menyelimutinya dengan penuh kasih sayang. (KCB2: 37) Husna kembali ke ruang tamu. Ia kembali membaca. Ia harus menuntaskan buku yang dibacanya. Ia sedang mencari pengkayaan bahan yang akan ia gunakan untuk mengajar mata kuliah psikologi dasar di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. (KCB2: 42) Husna melihat sudah banyak orang di rumah duka. Suasana terasa menyedihkan. Ia mendengar raungan tangis Bu Masykur dan anakanaknya. (KCB2: 45) Husna jadi teringat saat ayahnya meninggal karena kecelakaan. Ibunya sempat menangis meskipun tidak setragis Bu Masykur. Ia sendiri menangis karena penyesalan. Sebuah penyesalan yang sampai saat ini masih bercokol di hatinya. Sebab ia merasa dirinyalah penyebab kematian ayahnya. (KCB2: 46)
clxxx
Husna belok kiri. Terus melaju. Tak lama kemudian ia sampai di desa Wangen. Ada papan petunjuk yang mengarah ke pesantren. Kira-kira seratus meter sebelum gerbang pesantren ia melintasi seorang perempuan bercelana jeans biru kaos putih ketat. Rambutnya bergerai ke kiri dan ke kanan ditiup angin. Ia lihat mukanya. Perempuan itu juga melihat ke arahnya. (KCB2: 55) Ini untuk pertama kalinya Husna pergi ke Jakarta. Ia berangkat dari terminal Tirtonadi naik bus Cepat Jaya. Meskipun ia seorang cerpenis yang kumpulan cerpennya terpilih sebagai kumpulan cerpen terbaik seIndonesia, namun ia masih bertanya-tanya seperti apakah Jakarta? Apakah seperti yang ia imajinasikan ketika melihat di televisi…. (KCB2: 101) Tepat pukul empat. Bus eksekutif yang ia tumpangi berangkat. Ia melambaikan tangan pada Lia. Lia sebenarnya pengen ikut, tapi siapa yang akan menemani ibunya. Jika Lia dan Ibunya ikut ia rasa sangat besar biayanya. Dan akan lebih repot nanti di Jakarta. Dari jendela Bus ia memandangi Lia yang tersenyum kepadanya. Ia membalas dengan senyum serupa. (KCB2: 102) Husna sendirian ia berjalan cepat menuju sebuah kios kembang. Zumrah tampak duduk di sana melamun. Di sampingnya seorang ibu setengah baya yang gemuk badannya sedang makan jagung godog dengan lahapnya. (KCB2: 212) Terpaksa Husna harus mengeluarkannya. Ia keluar membawa bakwan dengan jatung berdegup kencang. Tapi ia dengan cepat bisa menguasai dirinya. Husna berjalan tenag memasuki ruang tamu. Ia memegang nampan berisi sepiring bakwan yang masih panas. Dari jarak lima meter ia mencoba melihat orang yang melamarnya….(KCB2: 281) Husna juga membatalkan pernikahannya. Ia mengatakan kepada Ilyas bahwa ia akan menikah setelah kakaknya bisa berjalan. Ia tidak akan meninggalkan kakaknya terkapar sendirian di rumah sakit, sementara ia berbulan madu dengan suaminya. Ia lalu mengatakan kepada Ilyas seperti yang dikatakan kakaknya pada Vivi, “Mas Ilyas tentu paham pertunangan itu belumlah akad nikah. Itu baru semacam perjanjian. Aku tidak ingin menzalimimu. Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. Kalau kau sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kau ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kau boleh menikah dengan siapa yang kau suka.” (KCB2: 365-366) 7) Penulis bercerita tentang Eliana:
clxxxi
Eliana menyaksikan adegan itu dengan hati haru. Ia juga meneteskan air mata, tapi segera ia hapus dengan sapu tangannya. Belasan wartawan terus membidikkan gambar ke arahnya. Seorang pria setengah baya datang mengawalnya. Sejurus kemudian ia telah dikepung belasan wartawan yang ternyata sudah menunggu sejak pagi untuk mewawancarainya. (KCB2: 118) Eliana tampak begitu anggun dalam balutan kebaya ala Betawi. Puluhan kamera langsung menggambil gambarnya begitu ia berdiri di tengah panggung. Acara disiarkan secara langsung di dua stasiun televisi swasta terkemuka. Eliana membuka acara itu dengan bersama-sama membaca Al Fatihah. (KCB2: 128) Eliana teringat apa yang tadi siang ia lakukan pada Azzam. Ia memang murni mengerjai Azzam dan para wartawan. Ia jadi malu karenanya. Namun ia merasa tidak menyesal jika digosipkan oleh siapa saja kalau dirinya dekat dengan pemuda itu. Ia tidak akan menyesal. Sebab ia kini telah tahu kualitasnya….(KCB2: 132) Sejurus kemudian mereka turun bersama. Eliana menyambut dengan senyum menawan di bibirnya. Siang itu putri Dubes Indonesia di Mesir itu memakai kaos panjang merah jambu yang di padu dengan celana jeans merah tua. Rambutnya dia kuncir kuda. Eliana benar-benar memiliki kelas tersendiri. Cerdas dan berwawasan luas. (KCB2: 144)
8) Penulis bercerita tentang Zumrah: Zumrah diam. Ia gamang mau mengambil jalan yang mana. Jalan pulang atau jalan pengembaraan panjang yang gelap dan tidak tahu mana ujungnya. Jalan pulang adalah jalan yang ia inginkan, tapi entah kenapa jalan yang gelap itu seperti telah akrab dengannya. Jalan yang selama ini ia lalui dengan darah dan air matanya. (KCB2: 216) Zumrah belum menemui ibunya. Ia menginap di rumah Husna. Ia bersikukuh tidak berani menemui ibunya. Berulang-ulang Bu Nafis, Lia dan Husna membujuknya…..(KCB2: 227) Zumrah sedikit merasa lega, masalahnya dengan pamannya telah selesai. Ia merasa mulai ada setitik cahaya. Ia merasa kembali mendapatkan secuil kasih sayang. Ia berharap pamannya bisa menindak nama-nama orang jahat yang menistakannya….(KCB2: 237) Zumrah mengerang kesakitan. Ia tidak tahu kepada siapa ia minta tolong. Di dalam kamar kos itu ia sendirian. Teman satu kosnya, Si Murni sedang pulang kampung. Sejak jam tiga pagi kepalanya terasa pusing. Tubuhnya
clxxxii
lemas. Perutnya sakit. Dunia seperti berputar. Ia tidur terlentang dengan kepala sakit bukan kepalang. Jika ia duduk inginya muntah. Ia sudah tidak tahan. Ia merintih. Ajalnya ia rasa seperti akan datang. (KCB2: 318) Zumrah mengerang kesakitan. Kepalanya seperti terkena godam. Ia merasa diintai oleh bayang-bayang kematian. Ia sudah tidak tahan. Ia harus memberi tahu seseorang. Harus. Jika ia mati biarlah jenasahnya segera diketahui orang dan dikuburkan…. (KCB2: 319) 9) Penulis bercerita tentang Ilyas: Ada yang lebih dalam rasa kecewanya melebihi Azzam, yaitu Muhammad Ilyas. Yang duduk tepat di samping Azzam, alyas yang lamarannya ditolak oleh Anna. Namun hari itu juga, meskipun kecewa, Ilyas merasa sudah menemukan pengganti Anna. Pengganti Anna yang ia yakin secara kualitas tak akan kalah jauh dari Anna. Dalam hati ia sangat bersyukur hadir di acara pernikahan itu, sebab ia telah berkenalan dengan kakaknya Ayatul Husna. Sebenarnya sebelum ia nekat melamar Anna ia sudah terpesona dengan cerpen-cerpen yang ditulis Ayatul Husna. Dan dalam hati ia juga tertarik dengan penulisnya. Ia berharap bahwa gadis itu belum ada yang melamarnya. (KCB2: 201) Ilyas menata duduknya. Ia tampak agak kikuk. Saat itu Husna keluar membawa minuman. Adik Azzam itu keluar meletakkan dua gelas the panas di meja tamu, tepat di depan Ilyas. Saat Husna meletakkan gelas di hadapan Ilyas, hati Ilyas bergetar hebat. (KCB2: 278) 10) Penulis bercerita tentang Lia: Lia sudah pulang dari mengajar. Ia pulang jam setengah sebelas. Ia ijin pada kepala sekolah untuk pulang lebih awal hari itu. Sampai di rumah ia langsung menyalakan televisi. Dan kembali ia menyaksikan wawancara Eliana saat tiba di bandara. Dalam dua hari ini, entah sudah berapa kali wawancara itu ditayangkan di televisi. Tapi anehya ia tidak bosan-bosan juga menontonnya.ah kenapa, meskipun ia tidak suka dengan perempuan yang tidak memakai jilbab tapi ia merasa bangga kakaknya dekat dengan Eliana. (KCB2: 134) 11) Penulis bercerita tentang Vivi: Vivi menata degup jantungnya. Tanpa ia sadari air matanya meleleh. Lalu dengan suara agak terbata-bata, ia berkata singkat, “Dengan membaca bismillahirrahmaanirrahim dan dengan mengharap ridho Allah lamaran ini saya terima.” (KCB2: 298) g. Alur
clxxxiii
Dalam menyajikan sebuah novel pembangun jiwa ini yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih 2 ini sang penulis memaparkan berbagai alur cerita dengan pembagian pada masing-masing judul untuk lebih mempermudah pembaca dalam menikmati novel ini, di mana dalam penyajiannya juga sang penulis menyertakan sumber pengetahuan yang cukup jelas untuk lebih memperkuat dalil yang tercantum. Karena mengingat novel ini adalah sebuah novel pembangun jiwa dalam mengarungi hidup lebih indah dan bahagia dengan rahmad Allah. Dalam alur ceritanya juga terdapat beberapa alur flash back yaitu mengingat masa lalu. Mengingat masa lalu adalah untuk menceritakan kejadian yang dialami tokohnya di masa lalu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Tanpa ia pinta, ingatannya kembali berputar bagaimana ia mengiyakan lamaran Furqan. Bulan April ia meninggalkan Cairo. Saat itu kosentrasinya adalah penelitian di Malaysia untuk tesisnya tentang “Asuransi Syari’ah di Asia Tenggara.” Ia belum memberi jawaban atas lamaran Furqan yang diajukan lewat Ustad Mujab. (KCB2: 13) Husna jadi teringat saat ayahnya meninggal karena kecelakaan. Ibunya sempat menangis meskipun tidak setragis Bu Masykur. Ia sendiri menangis karena penyesalan. Sebuah penyesalan yang sampai saat ini masih bercokol di hatinya. Sebab ia merasa dirinyalah penyebab kematian ayahnya. (KCB2: 46) “Mbak Anna, ini Azzam kakakku yang aku ceritakan itu. bagaimana tidak kenal juga?” Husna mengenalkan Azzam pada Anna. Anna memandang Azzam, Azzam memandang Anna. Saat pandangan keduanya bertemu, Anna kaget, benarkah ini orangnya? Kakanya Husna? Anna berusaha menyembunyikan kekagetannya. Keduanya lalu menunduk. Anna teringat dengan pemuda bernama Abdullah yang menolongnya saat ia dan Erna belanja kitab ke Sayyeda Zaenab. Dompet Erna kecopetan. Ia berusaha mengejar copet sampai lupa dengan kitabnya. Kitabnya tertinggal di bus. Ia kehabisan uang. Lalu seorang mahasiswa yang naik taksi menolongnya. Bahkan meminta sopir taksi mengejar bus. Dan akhirnya ia mendapatkan kembali kitab-kitab yang baru dibelinya. Ia sempat menanyakan nama pemuda itu. Dan pemuda itu menjawab namanya Abdullah. Ia tidak bisa melupakan wajah pemuda baik itu. Wajah pemuda itu sama persis dengan pemuda yang kini duduk tak jauh darinya. Bukankah ini Abdullah itu? Pikirnya. Ia yakin, tak mungkin salah lagi, pemuda yang duduk tak jauh darinya adalah Abdullah yang dulu menolongnya. (KCB2: 156-157)
clxxxiv
….Ia teringat kembali pertemuannya dengan Azzam pertama kali menolongnya dengan taksi. Ia teringat kembali saat itu Azzam selalu menunduk dan hanya memperkenalkan namanya dengan mengatakan Abdullah… (KCB2: 387) ….Ia ingat pertama kali mendengar nama Anna dari Pak Ali, sopir KBRI. Lalu ia mencari informasi. Ternyata Anna adalah bintangnya mahasiswi Indonesia yang banyak dibicarakan dan didambakan orang. Ia nekad melamar Anna lewat Ustadz Mujab….(KCB2: 387) Alur dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2, dapat dibagi menjadi tujuh, yaitu eksposisi, inciting moment, ricing action, complication, klimaks, falling action, dan denovement. 1) Tahap eksposisi, yaitu tahap yang berisi tentang pemaparan awal sebuah cerita. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 ini diawali dengan keindahan dan panorama desa Wangen. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Abah lalu mengajaknya untuk akrab dengan dinginnya mata air desa Wangen. Setelah mengambil air wudhu, abah mengajaknya keliling pesantren, mengetok kamar demi kamar sambil berkata “Shalat, shalat, shalat!” Setelah semua kamar diketuk, sang abah mengajaknya kembali ke masjid untuk shalat. Beberapa orang santri ada yang sudah shalat. Ada yang masih mendengkur berselimut sarung. (KCB2: 8) Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putih, ia menikmati keindahan desa Wangen dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. (KCB2: 9) Dikejauhan beberapa penduduk desa sudah ada yang bergerak. Ada rombongan ibu-ibu yang mengayun sepeda membawa dagangan diboncengan. Mereka menuju kepasar Tegalgondo. Biasanya mereka shalat subuh di sana sebelum mereka menjajakan dagangan mereka. Penduduk pesantren Daarul Quran, baik yang putra maupun yang putri sebagian besar telah bangun dan siap untuk shalat subuh. Kiai Lutfi, pengasuh uatama pondok pesantren Daarul Quran sudah shalat sunnah fajar di masjid.(KCB2: 9)
clxxxv
Dijelaskan pula tentang masjid yang berada di pesantren Daarul Quran. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Anna shalat sunnah dua rakaat lalu beranjak ke masjid. Masjid pesantren yang terletak ditengah-tengah desa Wangen, Polanharjo, Klaten itu kini jauh lebih megah dari waktu ia masih kecil dulu. Dulu masjid pesantren itu berdinding papan dan lantainya ubin kasar. Hanya muat untuk dua ratus orang saja. Saat itu jumlah santri baru seratus tujuh puluh. Semuanya putra. Karena memang belum membuka pesantren putri. Sekarang masjid itu sudah mampu menampung seribu lima ratus orang. Dua lantai. Lantai bawah untuk santri putra dan lantai atas untuk santri putri. Jumlah santri sudah mencapai seribu tiga ratus. Delapan ratus untuk santri putra dan lima ratus untuk santri putri. (KCB2: 9-10) Lantai atas masjid itu putih. Penuh oleh santriwati berbalut mukena putih. Mereka seumpama bidadari-bidadari yang turun ke bumi bersama para malaikat pagi. Sebagian sedang shalat sunah. Sebagian duduk membaca Al-Quran. Sebagian yang lain duduk sambil berzikir. Anna saat tahiyyatul masjid di tengah-tengah mereka. Jika para bidadari memiliki ratu, maka Anna Althafunnisa-lah ratunya para bidadari yang mengagungkan asma Allah di masjid itu. (KCB2: 10) Ditahap ini juga memaparkan tentang kegiatan di pesantren Daarul Quran yang dipimpin oleh Kiai Lutfi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Usai shalat subuh dan berzikir. Kiai Lutfi mengajak santrinya untuk melantunkan zikir pagi. Lalu beliau membacakan kitab Subulus Salam karya Imam Ash Shan’ani yang merupakan penjelas kitab Bulughul Maram yang disusun oleh Ibnu Hajar Al Asqani. Subulus Salam adalah satu dari tiga kitab yang menjadi wirid Kiai Lutfi. Artinya kitab itu adalah salah satu kitab yang senantiasa dibaca berulang-ulang oleh Kiai Lutfi…. (KCB2: 10) Pagi itu Kiai Lutfi membacakan dan menguraikan Hadist yang berbunyi, ”Laa yadhulul jannata qattaatun!” Semua santri baik putra dan putri mendengarkan dengan khidmad dan rasa ingin tahu. Kiai lutfi lalu menjelaskan arti dan maksud Hadist pendek itu….(KCB2: 12) Lalu Kiai Lutfi terus membacakan isi kitab Subulus Salam itu dan menjelaskan panjang lebar dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kepada santri-santrinya. Setelah setengah jam membacakan Subulus Salam, Kiai Lutfi menutup kajian pagi itu dengan hamdallah. Para santri bubar kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap menyambut aktifitas pesantren yang lebih padat. Kiai Lutfi biasanya tetap iktikaf di masjid sampai kira-kira jam delapan. (KCB2: 13)
clxxxvi
2) Tahap inciting moment, yaitu tahap mulai adanya konflik atau problemproblem yang ditampilkan oleh pengarang untuk kemudian dikembangkan. Konflik ini diawali dengan kebimbangan Anna untuk memilih lamaran Furqan atau Ilyas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Begini Nduk, Abah rasa kamu harus segera menikah. Kamu harus segera memutuskan siapa yang kamu pilih untuk menjadi pendamping hidupmu. Jika Abah hitung, dua tahun ini sudah enam kali kau menolak lamaran. Dan lamaran itu datangnya tidak dari orang sembarangan. Abah dan Ummimu sudah tidak sanggup lagi untuk terus menolak lamaran yang datang. Abah ingin menyampaikan padamu, tadi malam ada seorang yang datang lagi untuk melamarmu. Abah kenal baik dengannya. Dan Abah percaya padanya. Ummimu juga. Dia dulu juga santri di pesantren ini. Tapi keputusan ada di tanganmu, Nduk. Sebab engkau sudah besar, sudah sangat berpendidikan.” (KCB2: 14) “Begini Bah, saat ini saya sedang menerima lamaran dari seorang yang baru saja menyelesaikan S2nya di Cairo Univesity.” Anna membuka masalahnya. (KCB2: 15) “Yah, terserah bagaimana keputusan kamu. Siapa yang kamu pilih? Furqan atau Ilyas? Abah minta salah satu dari mereka ada yang kamu pilih. Jangan tidak ada yang kamu pilih. Itu saja permintaan Abah dan Ummi padamu, Nduk. (KCB2: 16) Akhirnya ia memilih Nafisah, Ketua Pengurus Pesantren Putri, yang ia rasa sudah sangat dekat dengannya sebagai teman bermusyawarah. Ia menceritakan kebimbangannya kepada Nafisah setelah ia mengambil janjinya agar tidak membuka isi pembicaraan kepada siapaun juga. (KCB2: 17) Menurut pola hidup Furqan terlalu berbeda dengan mahasiswa yang lain. Dari orang-orang yang ia percaya flat yang disewa Furqan sangat mewah, punya mobil pribadi. Ke mana-mana selalu memakai mobil pribadi. Dan tidak jarang menyendiri di hotel hanya untuk menulis makalah. Meskipun ia tidak menyalahkan, karena barangkali Furqan punya alasan. Tapi seperti itu bukan cara hidup yang ia dambakan. Menurutnya itu sudah berlebihan. (KCB2: 18-19) Tentang kebimbangannya ia sampaikan kepada kedua orang tuanya. Ayahnya diam, menyerahkan semuanya pada Ummi…. (KCB2: 19) Saat ia bimbang dan ragu sms dari isteri Ustadz Mujab terus datang berulang-ulang…. (KCB2: 21)
clxxxvii
Anna masih bimbang. Dalam hati kecilnya ada Abdullah. Ia sendiri tidak tahu kenapa di sana ada Abdullah. Ia ingin mengenyahkan Abdullah itu tapi tak juga mau enyah. Ia tahu tak boleh ada siapapun di dalam hatinya kecuali yang halal baginay. Tapi kenapa muncul juga Abdullah. Seringkali ia rasakan munculnya itu pelan dan halus sekali. Ia kembali membaca sms itu. Gamang. Tapi ia harus putuskan…. (KCB2: 21) Ia baca lagi sms dari Cairo itu. Ia rasakan bagai sesuatu yang menerornya. Akhirnya dalam kegamangan, karena teror sms itu ia memutuskan untuk menerima lamaran Furqan. Meskipun keputusan itu belum benar-benar bulat dihatinya. Masih ada terbesit keraguan yang bercokol di sana….. Akhirnya walaupun terbesit keraguan itu masih bercokol, ia tetap memilih Furqan bila dibandingkan dengan Ilyas. Ia berusaha mantap, meskipun masih ada kegamangan yang menggelayut dalam batinnya. (KCB2: 21-22) Selanjutnya adalah ketika pertunangan Anna dan Furqan berlangsung. Setelah itu ada perdebatan mengenai syarat yang diajukan Anna kepada Furqan sebelum melangsungkan pernikahan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sore itu dengan pembacaan surat Al Fatihah ikatan pertunangan Anna Althafunnisa dengan Furqan resmi sudah. Peristiwa itu disaksikan oleh tokoh-tokoh terpenting dari dua keluarga, belasan Kiai pengasuh pesantren dan para pemuka masyarakat desa Wangen. (KCB2: 27) Anna tampak anggun dengan dalam balutan jilbab dan jubah panjangnya berwarna biru muda. Kecantikannya dipuji oleh keluarga Furqan. Nyonya Maylaf, ibu Furqan, yang tergolong wanita yang tidak mudah memuji kecantikan orang lain, saat itu tidak mampu untuk menahan pujiannya. (KCB2: 27) Furqan tampak gagah dengan koko biru tuanya. Jika disandingkan dengan Anna pastilah pakaian keduanyaakan tampak serasi. Sore itu Furqan mampu menyembunyikan segala muramnya. (KCB2: 27-28) Sore itu disepakati hari, waktu dan tempat akad nikah. Setelah dialog penuh kehangatan tercapai kesepakatan bahwa akad dan pesta walimah diadakan di Wangen….. (KCB2: 28) Yang menarik sebelum hari akad dan walimah disepakati, Anna Althafunnisa mengajukan syarat kepada Furqan jika tetap ingin menikahinya. Syarat yang sempat membuat perdebatan sengit antara Anna dan Furqan. (KCB2: 28)
clxxxviii
“Pertama setelah menikah saya harus tinggal di sini. Saya tidak mau tinggal selain di lingkungan pesantren ini. Kedua, saya mau dinikahi dengan syarat selama saya hidup dan saya masih bisa menunaikan kewajiban saya sebagai isteri, Mas Furqan tidak boleh menikah dengan perempuan lain!” Dengan tegas Anna menjelaskan syarat yang diinginkannya. Kalimat yang diucapkan itu cukup membuat kaget Furqan dan keluarganya. (KCB2: 28-29) “Jelas sekali, para ulama sepakat bahwa suatu syarat yang menjadi sebab akad nikah terjadi harus dipenuhi. Makanya syarat saya tadi harus dipenuhi kalau ingin akad nikah dengan saya terjadi. Selama syarat itu tidak bertentangan dengan tujuan pernikahan dan tidak menghilangkan maksud asli pernikahan. Saya tidak mensyaratkan misalnya saya hanya boleh disentuh satu tahun sekali. Tidak ! syarat ini bertentangan dengan maksud pernikahan. Dan ulama juga banyak yang memilih pendapat bahwa perempuan boleh mengajukan syarat sebelum akad nikah bahwa suaminya tidak akan menikahi perempuan lain. Dan sang suami wajib memenuhi syarat itu selama dia menerima syarat itu ketika akad nikah. (KCB2: 30) Saya hanya ingin seperti Fatimah yang selama hidupnya berumah tangga dengan Ali bin Abi Thalib tidak dimadu Ali…..Tapi inilah syarat yang saya ajukan. Jika diterima ya akad nikah bisa dirancang untuk dilaksanakan. Jika tidak, ya tidak apa-apa. Silahkan Mas Furqan mencari perempuan lain yang mungkin tidak akan mengajukan syarat apa-apa!” Papar Anna panjang lebar. (KCB2: 31) Menghadapi argumentasi Anna, akhirnya Furqan dan keluarganya menyerah. Mereka akhirnya menerima dua syarat yang diajukan Anna Althafunnisa.(KCB2: 31) Konflik selanjutnya adalah ketika ada kabar kematian Pak Masukur karena bertengkar sendiri dengan anak kandungnya Zumrah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Inna lillahi wa inna illahi raaji’un. Ngaturi dumateng bapak saha ibu sekalian. Telah menghadap Allah SWT. Pada malam ini tepat jam sembilan malam lebih sepuluh menit Bapak Haji Masykur ketua RW sekaligus bendahara takmir masjid Al Mannar. Jenasah Insyaallah akan dikebumika besok pagi jam sepuluh pagi…”(KCB2: 43-44) “Ssst! Kamu jangan membicarakan Zumrah. Sensitif. Tadi saya tanya begitu sama Bu War. Ternyata Zumrah-lah penyebab ayahnya kena serangan jantung. Menurut Bu War tadi sore Zumrah pulang kuliah. Habis Maghrib katanya Zumrah cerita pada ayahnya sudah hamil. Dan yang
clxxxix
menghamili katanya pacarnya yang bukan seagama. Dan katanya Zumrah sudah pindah agama. Zumrah langsung diusir Pak Masykur. Seketika itulah Pak Masykur kena serangan jantung.” (KCB2: 48) Pagi itu kira-kira pukul 10 jenazah pak Masykur dikebumikan. Warga dusun Sraten larut dalam duka. Pak Masykur dikenal sebagai seorang takmir masjid yang ikhlas dan penuh pengorbanan. Ia dikenal sebagai bakul buah yang kaya dan dermawan. (KCB2: 50) Bukan hanya kematian Pak Masykur yang begitu tiba-tiba yang membuat warga duka. Namun juga peristiwa yang menjadi sebab kematian Pak Masykur yang membuat hati mereka terluka. Zumrah, putri Pak Masykur benar-benar hamil. Hamil tanpa memiliki suami yang sah. Itulah kemungkinan besar yang membuat Pak Masykur begitu terpukul samapi kena serangan jantung. Ditambah, bahwa Zumrah yang hamil itu memang telah pindah agama. Demi mengikuti kemauan sang pacar yang dicintainya. (KCB2: 50) Selanjutnya adalah ketika Husna menghadiri acara bedah bukunya di pesantren Wangen, ia telah janjian untuk bertemu dengan Zumrah. Mereka bertemu untuk membicarakan masalah Zumrah, tentang kehamilan Zumrah dan murtadnya Zumrah karena pindah agama. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Dan siang itu Pesantren Wangen menggelar acara besar yang berbeda dari hari-hari biasa. Acara siang itu adalah bedah buku kumpulan cerpen remaja terbaik nasional berjudul ‘Menari Bersama Ombak’ karya penulis muda berbakat dari Kartasura. (KCB2: 63) “Aku sedang hamil Na?” “Apa!?... Hamil!?” “Ya Na.” “Yang benar Zum!?” “Benar Na. aku sedang tidak bergurau.” “Kau sudah menikah?” Zumrah menggelengkan kepala. “Jadi?” Husna kaget bukan kepalang. Berarti berita yang tersebar di dukuh Sraten benar. “Ya. Aku telah berzina Na. aku perempuan kotor Na!” (KCB2: 76) “Tidak Na. Aku tidak diperkosa Na. sudah kukatakan aku ini perempuan kotor Na. Penuh borok dan dosa. Aku ini perempuan yang buta mata dan buta hati, samapi-sampai siapa ayah janin yang ada diperutku ini pun aku tidak tahu. Aku harus bagaimana Na?” (KCB2: 77)
cxc
Aku pernah cerita anak Budeku sangat bebas pergaulannya … Saat aku kelas dua SMP berarti dia kelas dua SMA, dia mengagahiku. Di rumahnya. Ketika tidak ada siapa-siapa.” (KCB2: 78) “Anehnya Na, aku justru tidak terlalu dendam pada anaknya Bude itu. Aku tahu dia memang nakal dan jahat sejak sebelum aku tinggal di sana. Tapi aku justru dendam pada ayah dan ibuku. Aku tidak bisa memaafkan mereka karena aku merasa ditelantarkan. Dibuang ke rumah Bude yang menyebabkan aku jadi korban kejahatan. Sejak itu aku selalu cari perkara untuk melampiaskan dendamku. Jika banyak anak yang mencari tahu apa yang membuat senang orang tua, aku sebaliknya. Aku mencari tahu apa yang paling tidak disuka oleh orang tua. Pokoknya semua yang membuat orang tua sakit hati pasti aku lakukan. Ini aku katakan dengan jujur Na. aku tidak pernah mengatakan hal ini pada siapa pun. Hanya padamu. (KCB2: 78-79) “Karena hampir setiap kali pulang aku selalu menyakitkan ayah ibu, akhirnya mereka menyetop uang kuliahku. Aku tak ambil pusing. Aku bisa mencari uang sendiri dengan modal kecantikanku. Apalagi aku toh telah menjadi gadis yang rusak karena diperkosa. (KCB2: 79) “Lalu aku teror kembali mereka dengan menunjukan hasil test Prodia bahwa aku telah hamil. Aku katakan pada ayah dan ibu bahwa aku hamil dengan pacarku yang beda agama. Padahal sesungguhnya tidak. Aku hamil dengan orang yang tidak aku ketahui yang mana. (KCB2: 79) “Ayahnya marah besar. Dadanya sakit lalu jatuh…Kini aku sadar, aku khilaf Na. aku sudah sangat keterlaluan! Sekarang aku harus bagaimana Na? aku harus bagaimana? Sekarang semua orang membenciku, membenci pelampiasan dendamku. Aku harus bagaimana hu…hu…” Zumrah menangis sesengukan. (KCB2: 79) 3) Tahap ricing action, yaitu tahap penanjakan konflik dan terus terjadi peningkatan konflik. Konfik batin yang dialami oleh Furqan, yaitu antara melanjutkan hubungannya dengan Anna atau mengakhiri semuanya. Karena jika dilanjutkan pastilah Anna akan tertular virus HIV yang ia derita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sementara nun jauh di Jakarta sana. Tepatnya di sebuah rumah mewah di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan Furqan sedang berbaring di tempat tidurnya. Matanya berkaca. Ia masih didera perang batin yang masih berkecamuk dengan dahsyat di dalam dada. (KCB2: 93) Namun ia merasa ada ribuan paku menancap di relung-relung hatinya. Ada rasa sedih dan rasa perih yang terus menderanya. Juga rasa takut yang luar
cxci
biasa. Ia takut jika sampai keluarga Anna mengetahui apa yang dideritanya, entah dari mana saja sumber informasinya. Jika mereka tahu ia telah mengidap HIV maka tamatlah riwayatnya dan keluaganya…. (KCB2: 94) Nuraninya memintanya untuk bersikap layaknya orang-orang shaleh yang memiliki jiwa ksatria. Nuraninya memintanya untuk membatalkan saja pertunangannya itu. Terserah alasannya yang penting tidak ada yang dizalimi karena ulahnya. Namun nafsunya tidak menerimanya. Ia sangat mencintai Anna. Ia merasa sangat berat memutus begitu saja pertunagannya denagn Anna. Apakah ia akan membuang begitu saja mutiara paling berharga yang paling ia inginkan setelah ada dalam genggamannya? Tidak! (KCB2: 94) Furqan memutuskan untuk tetap meneruskan langkah. Ia tak peduli lagi pada apa yang akan menimpanya dan apa yang akan menimpa Anna. Ia juga tidak peduli pada apa yang akan terjadi jika akhirnya Anna dan keluarganya tahu apa yang disembunyikannya. (KCB2: 95) “Jika aku memutuskan pertunanganku dengan Anna, siapakah lantas yang akan peduli dengan nasibku? Biarlah aku menentukan nasibku sendiri!”Tekadnya dalam hati dengan mata berkaca-kaca. Saat ia meneguhkan tekadnya itu nuraninya menjerit tidak rela. Ia teguhkan untuk tidak mendengar jeritan-jeritan protes nuraninya. Ia berusaha membutakan mata batinnya sendiri. (KCB2: 95) Furqan kembali menangis. Pada siapa ia harus mengadu. Setiap malam ia terus bermunajat mengadu kepada Allah, namun ia merasa belum juga mendapatkan penyejuk nelangsa jiwanya. Tekanan batin yang terus menderanya membuatnya ia selalu murung muka. Hanya saat dia berada di rumah Anna dalam pertunangan itulah mukanya tampak bercahaya. Begitu meninggalkan pesantren Wangen mukanya kembali murung seperti sebelumnya. (KCB2: 95) Furqan kembali meneteskan air mata. Seharusnya ia memang paling bahagia diantara mahasiswa Cairo. Ia sudah selesai S2 dan siap menyunting gadis paling didamba oleh mahasiswa Cairo. Email dari Abduh bukan menambah dirinya bahagia, email itu justru semakin membuat pedih hatinya. Ia tidak seperti yang disangka banyak orang. Hatinya remuk redam, dan jiwanya telah hancur berantakan. Berhari-hari dia merasa dirinya bagai mayat yang berjalan. (KCB2: 97) Selanjutnya adalah ketika Husna pergi ke Jakarta untuk menerima penghargaan atas cerpennya dan juga untuk menjemput kakaknya Azzam di
cxcii
bandara yang baru pulang dari Cairo. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ini pertama kali ia pergi ke Jakarta, dan ini adalah detik-detik yang ia nikmati dengan sangat bahagia. Selain ia akan menerima penghargaan langsung dari menteri, ia juga akan menjemput kakaknya tercinta di bandara. (KCB2: 102) Azzam keluar dengan hati bergetar. Ia melangkah sedikit di depan Eliana. Ia melihat banyak orang yang membawa kamera. Seperti membidik dirinya. Ia mendengar seseorang memanggil-manggil namanya. Suara anak perempuan … Azzam menghambur ke arah adiknya. Sang adik juga bergegas menghambur ke arah kakaknya. Keduanya berpelukan sambil menangis penuh haru. Sembilan tahun tidak bertemu akhirnya bertemu. (KCB2: 118) Husna menangis terisak-isak dalam pelukan kakaknya tercinta. Kakak yang sangat dirindukannya siang dan malam. Kakak yang menjadi pahlawan baginya yang telah membiayai hidup dan sekolahnya. Juga sekolah adik-adiknya. Tubuh kakaknya itu begitu kurus. Wajahnya lebih tua dari umurnya. (KCB2: 118) Konflik selanjutnya adalah ketika Eliana mengaku kepada wartawan bahwa Azzam adalah pacarnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Siapa pria paling dekat dengan Eliana saat ini?” Wartawan itu mengulang dengan suara lebih keras. “Em…Siapa ya. Yang paling dekat saat ini seorang mahasiswa di Cairo namanya Khairul Azzam!” Jawab Eliana sekenanya. (KCB2: 121) “Benar kamu dekat dengan Eliana?” Cerocos seorang wartawan ibu kota. “Kebetulan tadi kami satu pesawat dan tempat duduknya berdekatan. Saya di 15 F, dia di 15 E. jadi kami memang dekat.” Jawab Azzam juga sekenanya. (KCB2: 122) “Saya bukan selebritis kok Dik. Saya ini Cuma penjual tempe dan bakso di Cairo. Sungguh. Kebetulan di antara yang sering pesan bakso saya ayahnya Eliana dan Eliana sendiri. Ayahnya Eliana itu kan Dubes Indonesia di Mesir. Tadi itu kan Eliana tidak serius. Dia main-main. Dia mengerjain saya! Wah punya kenalan artis ini jadi repot!” jelas Azzam panjang lebar. Ia tahu adiknya dan dua gadis temannya itu pasti mengira yang bukan-bukan pada dirinya. (KCB2: 124)
cxciii
Selanjutnya adalah Azzam dan Husna pulang ke Solo bersama Eliana yang akan berkunjung ke Sragen rumah saudaranya. Azzampun merasa sangat terharu saat bertemu dengan Ibunya dan adiknya Lia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Hati Azzam bergetar. Rumahnya masih seratus meter lagi, tapi ia seperti telah mencium bau wangi ibunya. Ibu yang sangat dicintainya, telah sembilan tahun berpisah lamanya. Matanya basah. Di ujung dua matanya air matanya meleleh. (KCB2: 148) Saat cahaya fajar perlahan mulai mekar, fajar keharuan luar biasa mekar di hati Azzam. Fortuner itu berhenti di halaman rumahnya. Bu Nafis dan Lia sudah berdiri di beranda. Azzam turun dengan derail air mata yang tak bisa ditahannya. (KCB2: 148) Ia bergegas mencium tangan ibunya lalu memeluk ibunya penuh cinta. Tangis bahagia Azzam tak tertahan lagi. Tangis pertemuan seorang anak dengan orang yang telah melahirkan, merawat dan mengajarkannya kebaikan, setelah sekian tahun lamanya ditinggal pergi. (KCB2: 148) Ibunya juga menangis bersedu sedan. Tangis kerinduan yang memuncak dan tertahan bertahun-tahun lamanya. Azzam besenggukan dalam pelukan ibunya. Lia, Husna, Eliana bahkan Pak Marzuki menitikkan air mata. “Kau akhirnya pulang juga Nak.” “Iya Bu.” “Kau kurus Nak.” (KCB2: 148) Azan subuh memecah keheningan. Sesaat lamanya Azzam berpelukan dengan ibunya. Setelah cukup lama, ia melepaskan pelukan ibunya dan memeluk Lia dengan penuh kasih sayang. Lia tak kuasa menahan tangis. Air mata Azzam terus mengalir. (KCB2: 148) Kejadian selanjutnya adalah pertemuan tak terduga Anna dan Azzam, dari pertemuan itu diketahui bahwa Azzam adalah Abdullah orang yang selama ini dicintainya. Hal ini menimbulkan konflik batin dalam diri Anna. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Di tengah-tengah asyiknya sarapan, sebuah sedan datang dan parkir di belakang mobil Fortuner. Melihat mobil itu Husna langsung berseru, “Itu Anna datang!” (KCB2: 155) “Ya. Aku kenal.” Sahut Azzam menahan getar di hatinya. Tiba-tiba ia teringat lamarannya untuk Anna yang ia sampaikan lewat Ustadz Mujab ditolak. Bukan ditolak oleh Anna, tapi ditolak Ustadz Mujab karena Anna
cxciv
sudah dilamar oleh Furqan, sahabatnya sendiri. Memang apa yang dilakukan Ustadz Mujab benar. Sebab seorang muslim tidak boleh melamar seseorang yang telah dilamar oleh saudaranya. (KCB2: 155) “Mbak Anna, ini Azzam kakakku yang aku ceritakan itu. bagaimana tidak kenal juga?” Husna mengenalkan Azzam pada Anna. Anna memandang Azzam, Azzam memandang Anna. Saat pandangan keduanya bertemu, Anna kaget, benarkah ini orangnya? Kakanya Husna? Anna berusaha menyembunyikan kekagetannya. Keduanya lalu menunduk. Anna teringat dengan pemuda bernama Abdullah yang menolongnya saat ia dan Erna belanja kitab ke Sayyeda Zaenab. Dompet Erna kecopetan. Ia berusaha mengejar copet sampai lupa dengan kitabnya. Kitabnya tertinggal di bus. Ia kehabisan uang. Lalu seorang mahasiswa yang naik taksi menolongnya. Bahkan meminta sopir taksi mengejar bus. Dan akhirnya ia mendapatkan kembali kitab-kitab yang baru dibelinya. Ia sempat menanyakan nama pemuda itu. Dan pemuda itu menjawab namanya Abdullah. Ia tidak bisa melupakan wajah pemuda baik itu. Wajah pemuda itu sama persis dengan pemuda yang kini duduk tak jauh darinya. Bukankah ini Abdullah itu? Pikirnya. Ia yakin, tak mungkin salah lagi, pemuda yang duduk tak jauh darinya adalah Abdullah yang dulu menolongnya. (KCB2: 156-157) Hati Anna hampir-hampir terkoyak. Seseorang yang pernah ia harapkan, kini benar-benar ada di pelupuk kedua matanya. Tak pernah terpikirkan sedikitpun bahwa suatu saat ia akan bertemu dengannya. Perasaan Anna yang sudah benar-benar terpendam jauh semenjak lamaran Furqan diterima, hampir muncul ke permuakaan. Hampir-hampir ia tak kuasa menahan perasaan itu. Namun ia segera mengukuhkan hatinya untuk orang yang telah resmi menjadi tunangannya, yaitu Furqan. Ia beristighfar. (KCB2: 157) Ia harus meneguhkan diri, bahwa lamaran Furqan telah diterima, dua keluarga telah mempersiapkan segalanya, dan akad nikah akan segera dilangsungkan segera… (KCB2: 157) Konflik selanjutnya adalah saat secara mendadak Azzam diminta untuk menggantikan Kiai Lutfi mengajar Al Hikam, padahal dia sama sekali tidak mempunyai persiapan. Hal ini membuatnya sangat kaget, tapi harus tetap dijalani. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: ”Sepuluh menit yang lalu aku dapat kabar dari Kiai Rosyad Teras Boyolali wafat. Dia kakak kelasku di Sarang. Aku harus ke sana. Sebab mau di kubur bakda ashar ini juga. Lha ini kok kebetulan si Hamid yang biasa jadi badal sedang di Jogja. Kasian kalau pengajian diliburkan. Aku minta kamu yang menggantikan ya.” (KCB2: 181)
cxcv
Dengan hati bergetar Azzam bangkit mengikuti Kiai Lutfi. Saat berpapasan dengan beberapa santri, tampak para santri memperhatikannya penuh dengan tanda Tanya….Kiai Lutfi lalu masuk untuk mengambil kitabnya. Di ruang tengah Kiai Lutfi bertemu Anna. (KCB2: 182) Kiai Lutfi mengambil kitab Al Hikamnya. Lalu memberi tahu Azzam di halaman berapa Azzam harus membacakan. Kitab itu sudah di tangan Azzam. Pemuda kurus itu menerima dengan dada panas dingin. Ia tidak tahu apa nanti yang akan disampaikan pada sekitar tujuh ratus orang yang sore itu telah datang untuk mengambil cahaya dari Al Hikam. (KCB2: 183) “Jamaah sekalian yang dirahmati Allah, jujur, saya ini sebenarnya juga masih bodoh. Maka saya datang ke pesantren ini untuk mengaji. Jujur, saya datang untuk mengaji, untuk menimba ilmu. Bukan untuk mengajar. Bukan untuk membacakan kitab. Tapi Romo Kiai Haji Lutfi Hakim memaksa saya untuk naik ke mimbar ini. saya tidak bisa berkutik apa-apa kecuali menjalankan titah Pak Kiai. Sebab saya ini santri. (KCB2: 185) “Jamaah yang mulia, anggap saja saya ini sedang latihan. Jadi kalau nanti banyak khilaf mohon dimaafkanMaklum masih bodoh dan sedang latihan.” (KCB2: 185) 4) Tahap complication, yaitu konflik semakin ruwet. Yaitu ketika pernikahan Anna Althafunnisa dengan Furqan tetap dilangsungkan. Walupun Furqan tahu dirinya terkena AIDS tapi dia menutupi semuanya dan tetap melanjutkan pernikahannya dengan Anna. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Dini hari, kira-kira jam dua, tepat di hari Anna akan melangsungkan akad nikah, Kiai Lutfi bermimpi. Sebuah mimpi yang menakjubkan. Dalam mimpinya ia melihat gugusan bintang. Lalu ada bintang yang paling terang turun dan bersinar di atas mimbar masjid pesantren. Kiai Lutfi melihat beberapa tunas kelapa yang menakjubkan yang tumbuh tepat di halaman pesantren…. (KCB2: 194) Hari itu Pesantren Daarul Quran Wangen lain dari biasanya. Gerbang pesantren dihiasi janur melengkung. Di sepanjang jalan dari pertigaan Polanharjo samapi pesantren dipasang umbul-umbul berwarna-warni. (KCB2: 196) Pagi itu ribuan orang akan menyaksikan akad nikah yang sudah lama terdengar gaungnya. Para santri dan masyarakat sekitar memenuhi masjid. Tetamu undangan yang berbondong-bondong datang pelan-pelan memenuhi kursi yang disediakan. (KCB2: 197)
cxcvi
Tepat jam delapan akad nikah dilangsungkan. Furqan menjawab qalbitu dengan lancar tanpa keraguan. Anna yang menyaksikan dan mendengar dari lantai dua masjid meneteskan air mata. Statusnya kini telah berubah….(KCB2: 200) Furqan juga menangis. Ia menangis bahagia sekaligus menangis sedih. Bahagia karena ia telah resmi menjadi suami Anna Althafunnisa. Bahagia karena ia telah menyunting gadis yang diidam-idamkanya. Dan bahagia karena ia telah membahagiakan ayah dan ibunya. Namun di saat yang sama ia juga sangat sedih. Sedih karena ia merasa telah membohongi semua…. (KCB2: 200) Tak jauh dari situ. Meskipun Azzam tersenyum, ada rasa kecewa yang halus menyusup dalam hatinya. Yang berhasil menikahi gadis shalehah itu bukan dirinya, tapi temannya…..(KCB2: 200) Azzam dan keluarganya tanpa sengaja bertemu dengan Zumrah. Akhirnya merekapun mengajak Zumrah tinggal di rumah mereka. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Husna sendirian. Ia berjalan cepat menuju sebuah kios penjual kembang. Zumrah tampak duduk di sana melamun. Di sampingnya seorang ibu setengah baya yang gemuk badannya sedang makan jagung godog dengan lahapnya. (KCB2: 212) Mobil kembali berjalan. Dari kaca spion di dalam mobil sekilas Azzam melihat wajah Zumrah. Wajah yang murung dan menguratkan kesedihan. Azzam membawa mobilnya terus ke barat sampai perempatan Baron. Lalu belok kanan. Sampailah di kawasan Sriwedari. Azzam lalu membawa mobilnya ke arah jejeran toko-toko buku loakan. Di sela-sela toko buku loakan ada sebuah warung makan kecil. Warung itu milik ibu tua namanya Mbok Yem. (KCB2: 213) “Mungkin aku bunuh diri saja!” Kata Zumrah serak. Semua yang mendengar kaget dibuatnya. “Apa yang bisa kami bantu untuk menghilangkan keputusasaanmu Zum?” Lirih Husna. “Aku tak tahu. Aku seperti tidak punya siapa-siapa Na. aku merasa seluruh keluargaku membenciku, menginginkan kematianku! Hiks… hiks…” Serak Zumrah tersedu. “Kau punya kami Zum. Aku kan sudah bilang sama kamu agar jika ada apa-apa temuilah aku di radio. Kau malah menghilang entah ke mana. Zum, aku sudah cerita ke ibumu. Ibumu sudah memaafkanmu dan juga adik-adikmu. Mereka menginginkan kamu kembali Zum. Hanya pamanmu saja yang masih marah…. (KCB2: 214-215)
cxcvii
“Tapi aku tak pantas dimaafkan Na. Aku khilaf lagi. Aku sepertinya sangat susah keluar dari lumpur setan ini. Setelah ketemu denganmu di pesantren aku ke Jogja. Dan di sana maaf aku kepergok germoku lagi. Aku tak berkutik. Aku dipaksanya melakukan maksiat lagi. Meskipun aku sedang hamil Na. sudah ku jelaskan dia tidak ambil peduli. Aku diancam akan dibunuhnya jika tidak mau Na! Aku harus bagaimana?” (KCB2: 215) “Zum anakku, kalau kamu mau, ibu akan menemanimu menemui ibumu. Dia pasti senang menerima kedatanganmu. Orang-orang Sraten masih banyak yang sayang padamu kok Nduk.” (KCB2: 215) “Mbak Zum, sebagaimana orang untuk jahat dan berbuat dosa perlu keberanian, perlu nyali, maka orang untuk baik dan berbuat benar juga perlu keberanian, perlu nyali yang kuat!” Lia menguatkan… (KCB2: 217) “Baiklah aku akan coba untuk pulang. Aku ikut kalian!” Ucap Zumrah serak. Husna langsung maju memeluk sahabatnya itu. (KCB2: 217) Ketika Furqan tidak mau melakukan tugasnya sebagai seorang suami di malam pertama karena dia merasa kasihan jika nanti Anna akan tertular penyakit AIDS yang sekarang dideritanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ayolah sayang, peganglah ubun-ubun kepalaku. Dan bacalah doa barakah sebagaimana para shalihin melakukan hal itu pada isteri mereka di malam pertama yang bahagia.” Kata-kata Anna bening dan bersih. Furqan tergagap, ia kikuk, ia lupa pada dunia. Ia lupa pada perasaan sedihnya yang selama ini menderanya. Ia melangkah, ia ingat sunnah itu. Sunnah memegang ubun-ubun kepala isteri di malam pertama ketika pertama kali bertemu. Tapi ia lupa doanya. Ia lupa apa doanya. Ia mengingat-ingat tapi tidak juga ingat. Yang penting ia maju dan mencium kening isterinya. (KCB2: 219) Ia bahagia membaca sms itu. Namun juga tersentak bagai tersengat aliran listrik. Ia sangat mencintai Anna. Namun ia tidak boleh menyakitinya. Sedikitpun. Tanpa ia minta ia kembali teringat virus yang ia rasa bercokol dalam dirinya. Virus HIV. Jika ia melakukan itu sekarang, apakah ia tidak menyakiti Anna. Bagaimana kalau Anna tertular HIV? (KCB2: 221) Kesedihan dan nestapa tiba-tiba mendera dirinya. Ia tidak mau mengkhianati dirinya sendiri. Ia sangat mencintai Anna, ia tidak mau menyakitinya. Keinginannya untuk melakukan ibadah biologis perlahanlahan surut. (KCB2: 221)
cxcviii
“Aku siap beribadah Mas. aku sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga. Aku siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung. Dan Mas Furqanlah sang pematung itu.” Kata Anna sambil perlahan hendak melepas kaos putih ketat yang menempel tubuhnya. Dada Furqan berdesir kencang. Ia ingin memeluk tubuh istrinya itu dengan penuh cinta. Namun ia teringat virus HIV yang bercokol dalam tubuhnya. Dada Furqan berdesir kencang. Ia ingin memeluk tubuh isterinya itu dengan penuh cinta. Namun ia teringat virus HIV yang bercokol dalam tubuhnya. Dengan mata berkaca-kaca ia memegang tangan isterinya. (KCB2: 222) Malam itu Furqan tidak tidur sepicing pun. Meskipun matanya memejam tapi pikiran dan hatinya terus terjaga. Sesekali ia membuka matanya lalu memandangi isterinya yang tidur di sampingnya. Wajah isterinya begitu bersih jelita….(KCB2: 223) Di dalam dadanya seperti ada bara yang membara. Bara cinta, juga bara nafsu pada isterinya. Pada saat yang sama juga ada bara kemarahan yang ia tidak tahu dari mana datangnya. Ia marah pada dirinya sendiri. Marah pada virus HIV yang ia rasa bercokol dalam seluruh sel dan aliran darahnya. Malam ini ia berkukuh untuk tidak menyakiti isterinya. Tapi ia bertanya sendiri pada dirinya, kalau setiap hari bertemu dan tidur satu ranjang dengan isterinya yang begitu jelita apakah ia akan mampu menahan diri. (KCB2: 223-224) Jam setengah tiga ia mendengar Anna mendesah lalu memanggil namanya. Ia memejamkan mata pura-pura tidur. Ia merasakan Anna bangkit. Turun dari ranjang. Lalu ia merasakan kedua tangan Anna memegang kepalanya dan isterinya itu mengecup keningnya. Dadanya berdebar-debar. Ia merasakan kesejukan luar biasa. Ia merasa benar-benar dicintai isterinya sepenuh jiwa. (KCB2: 225) Ia mendengar isterinya terisak-isak berdoa. Doa yang sangat panjang. Ia sangat faham isterinya. Di antara orang yang didoakan isterinya adalah dirinya. Isterinya meminta kepada Allah, agar dirinya dijadikan sebagai suami yang shalih yang selalu menjadi penolong meraih kebaikan di dunia dan di akhirat, bukan sebaliknya. Dia mendoakan agar dirinya diberi hidayah selalu, dan dikaruniai rasa takwa selalu di mana pun ia berada. (KCB2: 225) Isterinya mendoakan dirinya dalam shalat malamnya. Isterinya begitu mencintainya dengan sepenuh jiwa dan raga. (KCB2: 225) Ketika si Marhus pamannya Zumrah akan membunuh Zumrah di depan rumah Azzam. Namun Azzam dapat meredam amarah Marhus untuk membunuh Zumrah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
cxcix
“Mau ke mana lagi, Lonte!” Seorang berjaket hitam membentak keras sambil menodongkan pistolnya tepat di jidat Zumrah. Bu Nafis gemetar ketakutan. Husna dan Lia merinding. Sementara Zumrah saking takutnya tanpa ia sadari mengeluarkan air kencing. Pria berjaket hitam itu baginya bagaikan malaikat pencabut nyawa yang siap mencabut nyawanya. Gigi pria itu bergemeretak menahan amarah. Matanya merah marah. (KCB2: 229) “Mahrus, dia tidak murtad. Dia masih Islam. Tadi subuh dia shalat di rumah ini!” Husna yang dulu pernah nakal terbit kembali keberaniannya. (KCB2: 229) Marhus memukul pelipis Zumrah dengan gagang pistol. Zumrah mengaduh. Pelipis Zumrah berdarah. Husna mau bergerak menolong Zumrah tapi dicegah Bu Nafis. Bu Nafis tahu kenekatan Marhus sejak kecil. Ia tidak ingin Husna celaka dengan konyol. (KCB2: 230) Dengan segenap kekuatan Mahrus menyeret Zumrah ke halaman. Marhus terus menyeret sampai akhirnya ke jalan. Sampai di jalan Zumrah berontak dengan sengit. Sekali lagi Marhus memukul gagang pistolnya ke kepala Zumrah. Zumrah langsung terjengkang kesakitan. Marhus sudah bersiap menembak kepala Zumrah. Niatnya sudah bulat bahwa keponakannya harus dihabisi. Ia tinggal merekayasa laporan kejahatan saja. Sebuah kejahatan yang layak untuk dienyahkan dari muka bumi. (KCB2: 231) Husna, Lia dan Bu Nafis gemetar berada di beranda rumah. Beberapa orang berdatangan mendengar ada keributan…. (KCB2: 231) Azzam tahu watak Mahrus. Pria itu hanya bisa dijinakkan dengan kalimat yang menundukkan keangkuhannya. Dan ia tahu pria itu tak akan sudi terus berhutang pada orang lain. Termasuk pada dirinya. (KCB2: 233) “Benar. Sebagai paman seharusnya kamu melindungi dia. Sekarang dia ingin kembali ke jalan yang benar. Ingin benar-benar taubat. Tapi ia terus diuber-uber sama germonya. Kau harus bantu dia. Kau harus cari itu para hidung belang yang menistakan dia. Yang harus kamu dor itu ya hidung belang-hidung belang itu Rus. Bukan dia!” (KCB2: 234) Zumrah sedikit merasa lega, masalahnya dengan pamannya telah selesai. Ia merasa mulai ada setitik cahaya. Ia merasa mulai mendapat secuil kasih sayang….(KCB2: 237) Selanjutnya Bu Nafis meminta Azzam untuk terlihat bekerja di kantor, agar tidak dijadikan perbincangan tetangganya. Karena desakan ibunya
cc
akhirnya dia bekerja keras dan sukses dengan bakso cintanya dan juga fotokopinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Nak, terserah bagaimana caranya agar kamu tidak tampak menganggur. Kalau pagi pergilah, berangkatlah kerja bersama orang-orang yang berangkat kerja. Dan kalau sore atau malam pulanglah ke rumah. Supaya kau tidak jadi bahan ocehan. Ibu juga malu kau lulusan luar negeri cuma jualan bakso!” (KCB2: 239) Bu Nafis menyampaikan hal itu dengan mata berkaca-kaca. Husna yang mendengarnya juga trenyuh hatinya. (KCB2: 239) “Terserah kamu Nak. Tapi pikirkanlah bagaimana caranya supaya kamu aman dari gunjingan masyarakat.” (KCB2: 240) Ia memang masih sendirian belum dibantu siapa-siapa. Demi memenuhi harapan ibunya ia menyewa satu kamar kos di dekat pasar Kleco. Jam delapan pagi ia sudah samapai di kamar kosnya. Ia lalu belanja. Setelah itu meracik bahan-bahan baksonya. Jam dua semuanya sudah siap. Tepat jam setengah tiga ia buka warung. Ia buka sampai jam sembilan malam. (KCB2: 240) Demikian rutinitasnya setiap hari. Kepada para tetangga ibunya bilang Azzam sudah punya kantor di Solo. Pagi kerja di kantornya dan sore ia jualan bakso. Ya jika kantor maknanya adalah tempat kerja maka kamar kos yang ia gunakan untuk membuat pentol bakso adalah kantor. Kantor hanyalah istilah mentereng untuk menyebut tempat kerja. Di mana di tempat itu ada arsip dan berkas. Di kos Azzam juga ada arsip dan berkas. Yaitu catatan dan bon belanja. (KCB2: 240) Ia ingin agar pembeli baksonya mendapat sesuatu selain rasa nikmat di lidah, kenyang dan bergizi. Ia terus berpikir. Sampai akhirnya ia menangkap sebuah ide yang menurutnya brilian. Ia akan membuat bakso cinta. Ya, ia akan membuat bakso cinta. (KCB2: 241) Tak terasa sudah tiga bulan Azzam membuka warung bakso cintanya omsetnya perbulan bisa mencapai dua puluh juta. Kini ia bisa membeli mobil sederhana tapi layak pakai. Ke mana-mana ia pakai mobil itu. Untuk bakso ia bertahan untuk dua warung dulu. Otaknya terus berputar, ia mencari peluang bisnis yang lain. (KCB2: 243) Ia membaca nasihat seorang pengusaha sukses di sebuah buku paduan bisnis agar tidak meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Sebab jika suatu ketika keranjang itu jatuh maka telur akan pecah semua. Dan akibatnya akan sangat fatal. Maka yang baik dalam bisnis adalah
cci
meletakkan banyak telur di keranjang yang berbeda. Agar jika ada satu keranjang yang jatuh masih ada telur lain yang selamat. Dan telur yang selamat itu masih akan bisa menetas menjadi ayam dan bisa mendatangkan telur baru. (KCB2: 243-244) Azzam melirik bisnis foto kopi. Ia tahu memang banyak pesaing. Tapi bisnis foto kopi di pinggir kampushampir bisa dikatakan tak bisa mati…..(KCB2: 244) Konflik selanjutnya adalah lika-liku pencarian jodoh yang dilakukan Khairul Azzam. Dia mencari jodoh mulai dari Mila hingga Seila, namun tak ada satupun yang berjodoh dengannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sebenarnya Azzam sangat berat menerima kenyataan ini. Inilah kali keempat ia berniat menikahi seorang gadis, tapi tidak berjodoh. Yang pertama ia melamar Anna lewat Ustadz Mujab ternyata sudah di dahului Furqan. Kedua ia cocok dengan Rina, tapi ibunya tidak cocok. Ketga ia juga cocok dengan Tika, ibunya yang tidak cocok. Keempat dengan Mila. Ia dan Mila sama-sama cocok, tapi ibu Mila yang ternyata jadi penghalang. Sudah empat kali. (KCB2: 268) Azzam menitikkan air mata. Ia tidak berlama-lama. Ia pulang dengan rasa haru membucah di dada. Kenapa ia meremehkan silahturrahmi? Ia memaki dirinya sendiri. Kenapa ketika ia diberi kartu nama dan diminta silaturrahmi dia tidak datang. Coba kalau datang. Anak Pak Jazuli itu tidak kalah jelita disbanding Eliana dan Anna. Ia lulusan matematika S.2 Belanda. Sebelumnya di ITB. Dari keluarga santri. Ia memukul kepalanya sendiri. Penyesalan selalu datang belakangan. Meremehkan hal-hal kecil bisa membuat seseorang akan menyesal berkepanjangan. (KCB2: 271) Seketika seluruh badannya gemetar. Gadis itu memang cantik tapi ternyata gadis itu punya kelaianan. Yaitu keterlambatan perkembangan pikiran. Ia mau pingsan rasanya saat itu… (KCB2: 272) Membaca surat itu Azzam malah terharu. Seila benar. Seila harus memilih suami yang dicintainya. Dan Seila harus menyelesaikan hafalan Qurannya. Ia sama sekali tidak mau menjadi penghalang bagi keberhasilan seseorang menghafalkan Al-Quran. (KCB2: 274) “Ya Allah, Engkau Dzat Yang Maha Melihat dan Mendengar. Engkau melihat segala ikhtiar hamba untuk bertemu dengan makhluk yang Engkau jodohkan untuk menjadi pendamping hidupku. Sudah berhari-hari hamba berikhtiar mengetuk setiap rumah yang hamba yakin akan jadi jodoh hamba. Mulai dari Anna, Rina, Tika, Mila, Afifa, Eva, dan Seila sudah
ccii
hamba datangi. Engkau Mahatahu kenapa hamba mendatangi mereka ya Allah. (KCB2: 275) Pencarian jodoh Azzam berlabuh dengan bertunangan dengan Vivi, seorang dokter dari Kudus. Husnapun juga bertunangan dengan Ilyas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ia dan rombongan sampai di rumah Vivi hampir sama waktunya dengan saat pertama dulu datang. Hanya lebih awal setengah jam. Di rumah itu ternyata sudah menunggu banyak orang. Mereka adalah keluarga terdekat Vivi dan tetangga kiri kanan. Pak Zuhri, ayah Vivi menyambut Azzam dan rombongannya dengan wajah berseri-seri. Hari itu Bu Nafis tampak lebih cerah dari hari-hari sebelumnya. Bu Nafis begitu tulus bersalaman dan berpelukan dengan Bu Fadilah, ibu Vivi. (KCB2: 297) Azzam memakai kemeja yang dibelikan ibunya di pasar Klewer. Ia tampak gagah dan bersahaja dengan peci hitam di kepalanya. Vivi memakai gamis cokelat susu dan jilbab putih bersih. Dokter muda itu tampak anggun. (KCB2: 297) Acara dibuka dengan pembacaan surat Fatihah seperti biasa...Pak Mahbub menyampaikan bahwa kedatangannya dari Kartasura untuk melamar Vivi buat Khairul Azzam. Pak Mahbub menyampaikan kalimatnya lugas dan sederhana saja… (KCB2: 297) Vivi menata degup jantungnya. Tanpa ia sadari air matanya meleleh. Lalu dengan suara agak terbata-bata, ia berkata singkat, “Dengan membaca bismillahirrahmaanirrahim dan dengan mengharap ridho Allah lamaran ini saya terima.” (KCB2: 298) Semua yang hadir mengucapkan alhamdulillah. Azzam menikmati suasana yang indah. Ia langsung mencium aroma cinta….Lalu dengan disaksikan Bu Fadilah dan yang hadir, Bu Nafis memasukkan cincin emas ke jari manis Vivi. (KCB2: 298) Husna juga merasakan kebahagiaan yang sama. Bunga-bunga cinta bersemi di dalam hatinya. Seakan hatinya adalah taman bunga di musim semi. Setelah shalat istikharah dan bermusyawarah dengan ibu, Azzam dan Lia ia mantap menerima lamaran Muhammad Ilyas. (KCB2: 300) Keluarga Ilyas datang ke rumahnya mirip dengan ketika keluarganya datang ke Kudus. Mereka membawa makanan. Membawa beberapa orang. Acaranya juga hampir sama. Hanya saja Ilyas tidak memberikan cincin untuknya tapi tiga potong jilbab yang cantik warnanya. (KCB2: 301)
cciii
Sejak itu Azzam dan Husna sering keluar belanja bersama untuk mempersiapkan hari pernikahan mereka… (KCB2: 302) 5) Tahap klimaks, yaitu merupakan puncak dari keseluruhan cerita atau peristiwa sebelumnya. Ketika Furqan mengakui penyakit AIDS yang dideritanya kepada isterinya, Anna Althafunnisa. Saat itu juga Anna marah besar dan minta untuk diceraikan oleh Furqan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Maafkan aku Dik, maafkan…” Kata Furqan, ia lalu menceritakan apa yang menimpanya sebelum ia pulang ke Indonesia. Ia bercerita dengan sejujur-jujurnya. (KCB2: 310) Ia bercerita tentang peristiwa mengerikan yang menimpanya di Hotel Maridien. Ia yang tahu-tahu bangun tidur dalam keadaan yang memalukan. Lalu pesan Miss Italiana yang mengintimidasinya. Tentang foto-foto yang memalukan. Tentang tertangkapnya Miss Italiana yang ternyata agen Mossad penyebar virus HIV. Dan tentang dirinya yang divonis positif mengidap HIV. Serta janji Kolonel Fuad untuk tidak menyebar berita tentangnya, juga janjinya pada Kolonel Fuad untuk tidak menyebarkan virus HIV yang diidapnya pada orang lain. (KCB2: 310) Anna mendengarkan cerita itu dengan hati perih. Ia merasa seperti ada sebuah tombak berkarat yang menancap tepat di ulu hatinya. Tangisnya meledak. Furqan diam di tempatnya. Ia tahu kenyataan itu akan sangat tersiksa. Ia merasa telah lepas dari satu beban psikologis. Selanjutnya ia akan menyerahkan keputuskan seluruhnya pada Anna. (KCB2: 310) “Kau tahu syariat Fur! Kau tahu kitab Allah, kau tahu tuntunan Rasulullah! Seharusnya kau tidak menikahiku, iya kan!? Kau tahu kalau menikahiku itu akan jadi madzarat bagiku. Akan menyakitiku, iya kan? Dan pernikahan yang pasti menyakiti isteri atau suami itu haram hukumnya, iya kan!?” Anna mencecar dengan amarah. Ia berusaha menjaga untuk tidak mengeluarkan kata-kata kotor. (KCB2: 312) “Kau sedikitpun berempati padaku. Baiklah, aku cuma mensyaratkan dua syarat yang tidak berat padamu kalau kau ingin agar aku menceraikanmu. Yaitu pertama ijinkan aku mencium keningmu sekali lagi. Ciuman perpisahan, sebab ketika kata-kata cerai telah aku ucapkan maka aku tidak halal lagi menciummu. Yang kedua, tolong rahasiakan apa yang menimpaku. Demi menjaga kehormatan keluargaku dan juga kehormatan keluargamu.” (KCB2: 310)
cciv
“Aku nikahi kau dengan baik-baik, maka aku cerai kau dengan baik-baik. Mulai saat ini aku cerai kau Anna! Kau bukan lagi isteriku, dan aku bersumpah tak akan lagi kembali padamu!” (KCB2: 315) Pertemuan dua keluarga, yaitu keluarga Furqan dan keluarga Anna Althafunnisa. Mereka bertengkar membahas tentang perceraian Anna dan Furqan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Abah biar Anna yang bicara!” Tegas Anna memotong. Anna sudah bertekad untuk tidak membuat orang tuanya dipojokkan atau diserang. Pertanyaan Pak Andi ia rasakan seperti minta pertanggungjawaban ayahnya. (KCB2: 334) “Begini Pak Andi dan Ibu Maylaf, masalah yang ada dalam kamar kami berdua. Abah dan Ummi sama sekali tidak tahu menahu. Kami sudah dewasa. Kami sudah bisa berpikir. Dan Abah saya ini bukan tipe orang tua yang selalu menyuapi anaknya sampai tua. Tidak! Yang jadi perhatian ayah selama ini adalah pesantren. Sebab beliau percaya kepada saya. Bahwa saya bisa mengurus diri saya, suami saya dan rumah tangga saya. Kalau Pak Andi sama Ibu mau bertanya sebab kenapa kami bercerai alangkah bijaknya sekarang bertanya dulu kepada putra bapak tercinta. Kau juga dia masih berbelit-belit, dan ruwet kayak benang kusut. Barulah Bapak tanya pada saya. Akan saya jelaskan semuanya sejelas-jelasnya, seterang-terangnya seperti terangnya matahari di siang bolong.” (KCB2: 334) Dengan nada agak emosi Anna berbicara panjang kepada Pak Andi dan Bu Maylaf. Pak Kiai Lutfi tak mengira putrinya yang selama ini halus dan penurut ternyata bisa juga menyengat seperti lebah yang diganggu sarangnya. (KCB2: 334) “Coba ayah dan ibu, juga Pak Kiai dan Bu Nyai bayangkan, saya sampai sekarang tidak berhasil melakukan hal itu. Anna sampai sekarang masih perawan!” (KCB2: 336) “Furqan sudah berusaha Bu, sudah setengah tahun. Tapi sia-sia. Ayah dan ibu jangan selalu melihat sisi saya dong. Cobalah empati pada Anna juga. Kalau ibu jadi Anna bagaimana? Sudah enam bulan ternyata punya suami yang tidak mampu menyentuhnya… (KCB2: 337) Malam itu akhirnya tercapai kesepakatan secara damai. Pengajuan masalah ke pengadilan agama akan dipercepat. Saat sidang agar tidak berlarut-larut orang tua Furqan dan orang tua Anna akan ikut bicara dan jadi saksi. Malam itu juga disepakati untuk tetap menjalin tali persaudaraan. Ketika Bu Maylaf pamit, Anna mencium tangan ibu Furqan itu. Dengan linangan
ccv
air mata Bu Maylaf berkata pada Anna, “Anakku maafkan Furqan ya, maafkan kami yang mungkin telah menyakitimu.” “Sama-sama Bu.” Jawab Anna dengan hati terenyuh. (KCB2: 338) Kecelakan yang menimpa Azzam dan ibunya. Kecelakaan ini mengkibatkan Ibu Nafis meninggal dunia, Azzampun terluka parah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sepeda motor Azzam melaju tenang di pinggir jalan. Sawah menghijau di kiri jalan, dan pohon-pohon menghitam di kejauhan. Azzam melaju tenang di pinggir jalan. Ia beriringan dengan mobil pick up hitam yang membawa buah pisang. Azzam begitu mencintai ibunya. Hatinya ingin mendendangkan puisi lagi. Namun, tiba-tiba dari arah belakang sebuah bus berkecepatan tinggi hendak menyalip mobil pick up. Bus itu membunyikan klakson dengan keras. Azzam minggir sampai di batas akhir aspal. Bus tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Motor yang dikendarai Azzam. Dan… (KCB2: 348) Duar!!! Bamper bus bagian depan menghantam motor yang dikendarai Azzam. “Allah!!” Jerit Azzam spontan. (KCB2: 348) Ia terpelanting seketika beberapa meter ke depan. Dan langsung pingsan. Bu Nafis terpelanting lebih jauh dari Azzam. Helm Bu Nafis lepas sebelum kepalanya dengan keras membentur aspal. Darah mengucur dari dua tubuh lemah tak berdaya itu. darah itu mengalir di aspal bersama air hujan. Bus berkecepatan tinggi itu lari dan langsung dikejar oleh pick up hitam. (KCB2: 348-349) Gerimis turun semakin deras, ketika tubuh Azzam dan ibunya ditolong banyak orang. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan lewat dengan membawa mobil Kijang dihentikan. Dengan Kijang itu Azzam dan ibunya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Darah mengucur semakin deras mengiringi gerimis yang semakin deras. (KCB2: 349) “Ibu Mbak tidak bisa kami selamatkan. Beliau sudah bertemu Allah. Kepala beliau mungkin pecah. Darahnya mengalir banyak sekali. Sedangkan kakak Mbak masih kritis. Masih belum sadar.” (KCB2: 353) Dan benar kini ibunya telah tiada. Kakanya masih kritis belum sadar juga. Kata-kata ibunya seperti menyadarkannya. Ia harus kuat. Ia harus bangkit. Ia tidak boleh lemah. (KCB2: 354) “Kematian itu kalau sudah datang tak bisa dielakkan Pak Kiai. Tak ada salah Pak Kiai sama sekali. Yang salah ya sopir bus yang ugal-ugalan itu.” Lirih Lia. (KCB2: 357)
ccvi
Sore itu jenazah Bu Nafis, ibunda Azzam, dimakamkan di bawah langit yang mendung diiringi ratusan orang termasuk Kiai Lutfi. Yang membuat masyarakat takjub, meskipun paginya hujan tetapi lubang untuk mengubur Bu Nafis tidak keluar mata air. Hanya basah saja. (KCB2: 357) ... Pipi kiri kakaknya berdarah. Tangan kiri kakaknya berdarah. Juga kaki kiri kakaknya. Ada selang kecil yang dimasukkan ke tangan kanannya. Alat pendeteksi jantung kakaknya ada di samping ranjang. Ia terus berdoa kepada Allah agar kakaknya segera siuman. Orang yang dicintainya kini terkulai tak berdaya. Dengan beberapa bagian tubuh terkoyak dan berdarah. (KCB2: 358) Malam itu Azzam harus masuk ruang operasi. Setelah dirongent ia mengalami patah di betis kirinya, lengan bawah tangan kiri, dan dua tulang rusuk dada kirinya. Ia harus operasi tulang kaki dan tangannya….(KCB2: 363) Kecelakaan yang menimpa Azzam mengakibatkan pernikahan Azzam dan Vivipun tertunda. Begitun juga pernikahan Husna dan Ilyas. Namun akhirnya Vivipun mengembalikan cincin tunangannya kepada Azzam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Maafkan saya, mungkin saya harus tetap berbaring di sini. Sehingga saya tidak mungkin ke Kudus untuk akad nikah denganmu. Maafkan. Kita manusia hanya bisa berikhtiar tapi Allah jugalah yang menentukan.” Ucap Azzam dan membesarkan jiwanya. (KCB2: 364) “Terima kasih Vivi. Kau baik sekali. Kau tahu berapa lama lagi kira-kira aku akan sembuh. Temanku di Mesir dulu menunggu samapi satu tahun baru dia bisa berjalan. Aku tak ingin mengikatmu dengan rasa kasihanmu padaku. Pertunangan itu belumlah akad nikah. Itu baru semacam perjanjian. Aku tidak ingin menzalimimu. Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. Kalau kau sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kau ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kau boleh menikah dengan siapa yang kau suka. Aku tahu umurmu sama dengan umurku. Sebentar lagi kau berkepala tiga. Kata Azzam dengan lapang dada. (KCB2: 364-365) Husna juga membatalkan pernikahannya. Ia mengatakan kepada Ilyas bahwa ia akan menikah setelah kakaknya bisa berjalan. Ia tidak akan meninggalkan kakaknya terkapar sendirian di rumah sakit, sementara ia berbulan madu dengan suaminya. Ia lalu mengatakan kepada Ilyas seperti yang dikatakan kakaknya pada Vivi,
ccvii
“Mas Ilyas tentu paham pertunangan itu belumlah akad nikah. Itu baru semacam perjanjian. Aku tidak ingin menzalimimu. Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. Kalau kau sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kau ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kau boleh menikah dengan siapa yang kau suka.” (KCB2: 365-366) Ia menangis membaca surat itu. Cincin yang telah dipakaikan ibunya di jari Vivi tak ada gunanya. Ia merasa di dunia ini tak ada lagi orang yang setia pada cinta. Betapa mudah hati berubah-ubah. Ia tersedu-sedu sendirian di kamar tamu. Pada saat itulah Husna muncul. Ia serahkan surat itu pada Husna. Seketika Husna berkata, “Jangan cengeng kak, apakah kakak tidak ingat apa kakak katakan pada Vivi ketika ia menjengukmu. Bukankah kakak mengatakan: Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. Kalau kau sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kau ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kau boleh menikah dengan siapa yang kau suka. Kakak harus jadi lelaki sejati yang siap menghadapi dari setiap kata yang telah diucapkan!” (KCB2: 375) 6) Tahap falling action, yaitu konflik yang dibangun menurun karena telah mencapai klimaksnya. Azzam berusaha untuk bangkit dari ketepurukannya. Dia berharap untuk sembuh dan bekerja keras lagi untuk bekerja menghidupi adik-adiknya karena dia seorang kakak laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam terus bangkit, pelan-pelan ia merasakan kembali gairah hidup yang sesungguhnya. Setiap kali melihat Husna dan Lia ia mersa bahwa dirinya masih diberi karunia yang agung oleh Allah SWT. Husna dan Lia adalah dua permata jiwanya. Ia sangat menyayangi kedua adiknya itu. Ia berfikir bagaimana jika ia tidak punya adik mereka. Sanggupkah ia melalui harihari dukanya dengan penuh ketegaran. Betapa banyak ia temukan seorang kakak memiliki adik yang sama sekali tidak hormat pada kakaknya. Adik yang tidak mencintai kakaknya. Ia bersyukur memiliki adik yang sedemikian ikhlas merawatnya dan membesarkan hatinya. (KCB2: 373-374) Azzam terus menumbuhkan harapan sembuh dalam hatinya. Ia begitu iri setiap kali melihat ada anak kecil bisa berlari-lari dan melompat-lompat seenaknya. Ingin rasanya seperti mereka berlari dan melompat seenaknya karena kedua tulang kaki tidak masala. Sementara dirinya belum bertumpu pada kaki kirinya. Tak boleh ada beban untuk kaki kirinya. (KCB2: 376) Setelah sepuluh bulan lamanya hidup dalam sepi. Dokter memutuskan Azzam boleh mulai latihan pelan-pelan tidak menggunakan krek. Tapi
ccviii
tetap sebagian besar tumpuan tubuhnya saat berjalan dengan krek. Barulah setelah satu tahun Azzam bisa berjalan normal tanpa krek. Ia sudah kembali seperti bisa mengendarai mobil sendiri. (KCB2: 376) Azzam kembali aktif ke masjid. Juga aktif kembali memberi pengajian Al Hikam di pesantren Daarul Quran Wangen. Setiap kali Azzam yang mengisi pengajian itu jamaah membludak memenuhi masjid. (KCB2: 376) Dalam bisnis Azzam juga terus bangkit lebih baik. Bakso cintanya kini sudah punya sepuluh cabang di luar Solo. Yaitu di Semarang, Jogja, Salatiga, Klaten, Bandung, Jakarta, Depok, Malang, Surabaya, dan Kudus. Ia bahkan mulai merambah bisnis percetakan dan penerbitan. Ia mulai penerbitannya dengan menerbitkan buku-buku yang ditulis adiknya sendiri Ayatul Husna. (KCB2: 376-377) Lambat laun ia dikenal sebagai entrepreneur muda dari Solo yang sukses sekaligus dikenal sebagai dai muda yang mampu menyihir hadirin jika ia sudah ada di atas panggung. Setiap minggu ia punya rubrik khusus tentang motivasi bisnis Islami di radio Jaya Pemuda Muslim Indonesia Solo. (KCB2: 377) Anna akan kembali ke Cairo untuk menyelesaikan menulis tesisnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Sore itu Kiai Lutfi dan Bu Nyai Nur membantu putrinya mengemasi dan merapikan barang-barang yang akan di bawa terbang ke Cairo. Sudah satu tahun lebih Anna di Indonesia. Tesis yang ditulisnya sudah dua pertiga. Tinggal sepertiga lagi hendak dirampungkan di Mesir. (KCB2: 379-380) “Insya Allah Bah. Anna akan berusaha secepatnya. Yang sering jadi kendala itu justru administrasi di Fakultas yang sering berbelit dan molor Bah. Sering juga yang jadi kendala adalah promoter yang sering terbang ke luar negeri. Sebab-sebab itu yang seringkali membuat tesis jadi tidak selesai-selesai. Ya doakan saja Bah.” (KCB2: 380) Azzam menemui Kiai Lutfi untuk minta tolong dicarikan jodoh. Azzampun menitipkan cincin yang dibeli oleh ibunya dulu untuk nanti diberikan kepada calon isterinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Saya mau sedikit minta tolong pada Pak Kiai. Begini Pak Kiai, cincin ini yang membeli dan memilih adalah almarhumah ibu.” Kata Azzam dengan bibir bergetar. Jantungnya mulai berdegup semakin kencang. (KCB2: 383)
ccix
“Azzam sudah berikhtiar pelbagai macam jalan dari acara untuk menemukan jari yang cocok memakai cincin ini. Terakhir sudah terpasang cincin ini pada jari seorang gadis dari Kudus. Dan tinggal menunggu hari akad niakh ternyata musibah jadi penghalang. Cincin ini dikembalikan. Dan gadis itu menikah dengan orang lain. (KCB2: 383) “Pak Kiai sore ini Azzam datang kemari juga dalam rangka ikhtiar mencari jari siapa yang cocok dan pas menerima cincin ini. Di sini ada ratusan santri perempuan, tidak adakah satu orang saja yang pantas dan mau memakai cincin ini? (KCB2: 384) “Pak Kiai, Azzam titipkan cincin ini pada Pak Kiai sebab Azzam merasa berat untuk menyimpannya, begitu Pak Kiai merasa ada yang pantas memakainya silahkan Pak Kiai pakaikan dijarinya… (KCB2: 384) Dengan penuh pasrah Azzam menyerahkan cincin yang dibelikan ibunya itu pada Kiai Lutfi … Kiai Lutfi langsung paham apa maksud Azzam menyerahkan cincin itu padanya. (KCB2: 384) 7) Tahap denovement, yaitu tahap penyelesaian konflik. Cincin yang dititipkan Azzam pada Pak Kiai diberikan cincin itu kepada Anna Althafunnisa. Akhirnya Anna menikah dengan Azzam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkan. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada Nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya. Suatu hari gadis itu dilamar pemuda yang dianggapnya akan membahagiakannya. Ia menerima lamarannya. Kedua orang tuanya merestuinya. Nikahlah gadis itu dengan sang pemuda. Hari berjalan. Bulan berganti bulan. Orang tuanya beranggapan bahwa putrinya telah menemukan kebahagiaannya. Ternyata anggapan itu tidak sama dengan kenyataan. Enam bulan menikah pemuda yang menikahinya tidak mampu melakukan tugasnya sebagai suami. Gadis itu masih perawan. Masih suci. Pemuda itu lalu menceraikannya. Nak sekarang pertanyaanku. Maukah kau menikah dengan gadis itu?” (KCB2: 384-385) “Baiklah kalau begitu shalatlah Maghrib di sini. Dirimu akan aku nikahkan dengan gadis itu bakda shalat Maghrib. Yang jadi saksi adalah masyarakat yang jamaah di sini dan para santri. Maharnya cincin emas ini.” (KCB2: 385) “Kalau boleh tahu, gadis itu asal mana, dan siapa namanya Pak Kiai?”
ccx
“Dia asli Wangen sini, dia putriku sendiri namanya Anna Althafunnisa.” (KCB2: 385) Di balik dinding kaca hitam, Anna Althafunnisa menahan harunya. Ia mendengar percakapan Azzam dengan Abahnya dengan dada bergetar. Ia sangat berharap pernikahannya dengan Azzam benar-benar terjadi setelah shalat Maghrib. (KCB2: 386) Ya, Allahlah yang mengatur hidup ini. Kalau memang jodohnya adalah Anna Althafunnisa seperti apapun berliku jalannya maka ia akan sampai pada jodohnya. Itulah yang ada dalam benak Azzam. Meski ia berusaha menahan, matanya tetap berkaca-kaca. (KCB2: 387) Pak Kiai memulai prosesi akad nikah. Sebelumnya ia membacakan khutbah nikah secara singkat. Semua dalam bahasa Arab….Lalu Kiai Lutfi berkata kepada Azzam, “Ya Khairul Azzam, ankahtuka wa zawwajtuka binti Anna Althafunnisa bi mahri al khatam min dzahab haalan!” 33 “Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bi mahril madzkur haalan!” 34 Jawab Azzam spontan. Di lantai dua Anna langsung memeluk Umminya yang ada di samping. Ibu dan anak itu larut dalam tangis bahagia. (KCB2: 389) Cintapun bertasbih, Anna Althafunnisa dan Khairul Azzam bersatu sebagai suami isteri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam naik ke atas. Hatinya berdegup kencang ketika sampai di sebuah kamar yang ada tulisannya Anna…..Azzam masuk. Anna mengunci pintunya. Azzam memandang Anna dengan mata berkaca-kaca. Anna memaki jilbab dan baju birunya. Jilbab dan baju biru yang ia kenakan saat pertama bertemu di Cairo. Saat ia menolong gadis yang kini jadi isterinya itu dengan memberinya tumpangan taksi. (KCB2: 400) Anna menurut perintah Azzam. Ia duduk di samping ranjang. Azzam duduk di samping isterinya. Ia meletakkan sorban pemberian Kiai Lutfi ke ranjang, lalu pelan tangan kanannya memegang ubun-ubun isterinya dan membacakan doa barakah yang diajarkan Rasulullah. Anna mengamini dengan air mata. (KCB2: 400) Azzam maju lalu perlahan mencium kening isterinya. Dengan suara halus Azzam berkata kepada isterinya, “Ini bukan tugasmu, ini tugas suamimu!” Ia merebahkan isterinya pelan-pelan. Dengan mata berlinang Anna berkata… (KCB2: 401-402) Kedua insan itu kembali bertasbih menyempurnakan ibadah mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti sunnah para Nabi dan Rasul yang mulia. Pagi begitu indah. Sang surya mengintip malu di balik
ccxi
pepohonan. Rerumputan bergoyang-goyang bertasbih dan bersembahyang. Pagi itu Azzam dan Anna kembali merasa menjadi hamba yang sangat disayang Tuhan. Fa biayyi aalaai Rabbikuma tukadzibaan! (KCB2: 406) 3. Nilai Didik dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 a. Nilai Didik Religius Nilai religius adalah nilai keagamaan atau lebih luas yaitu nilai yang menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani, harkat, martabat dan kebebasan seseorang. Sedangkan nilai didik reigius adalah nilai yang mengajarkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai didik religius yang terkandung di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah sebagai berikut: 1) Keteguhan iman terhadap menjaga kesucian manusia sesuai dengan syariat agama. Artinya bahwa segala yang dikerjakan oleh manusia harus sesuai dengan syariat agama islam yang harus menjaga kesucian manusia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Kalau mengatakan si Tiara, mahasiswi Al Azhar yang biasa mengajar AlQuran di Masjid SIC itu kala di diskotik tak kalah dengan penari perut barulah aku memfitnah dia. Lha ini orang Eliana bangga cerita kemanamana. Bahkan ia sudah cerita di website pribadinya. Ayahnya yang jadi Dubes itu juga bangga. Bahkan pernah meminta putrinya menunjukan kebolehannya dihadapan diplomat-diplomat asing. Sampai ada seorang sutradara Mesir yang akan meminta ikut main film. Kalau kemungkaran itu ditutup-tutupi saya akan berusaha ikut menutupi. Ini kemungkaran malah dipropagandakan, dibangga-banggakan. Coba kau renungkan, apakah ketika aku mewanti-wanti anak perempuanku agar tidak mencontoh Nicole Kidman yang sangat bangga tampil tanpa busana di sebuah pertunjukan teater di Inggris, aku katakan:”Jangan mengagumi orang yang suka bermaksiat terang-terangan itu!” Apakah itu berarti memfitnah bintang Holywood itu? Padahal berita perbuatan gilanya itu dimuat di Koran-koran dan internet di seluruh dunia.”(KCB1: 87) “Aku sangat mencintainya. Semua telah aku korbankan untuknya. Tapi ia tanpa risih sedikit pun mengatakan kepadaku, ‘Ali, di rumah aku isterimu, tapi di luar rumah aku milik banyak orang. Kau jangan cemburu ya. Kau justru harus bangga memiliki isteri yang disukai banyak orang!’ (KCB1: 90-91)
ccxii
2) Sebagai umat muslim jangan melupakan Al-Quran. Artinya bahwa AlQuran dalam keadaan seperti apa harus dibaca dengan baik dan benar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Apalagi jika ada order membuat bakso atau sate ayam dari bapak-bapak atau ibu-ibu KBRI, nyaris ia tidak bisa menyentuh buku, termasuk buku muqarrar yang semestinya ia sentuh. Kecuali Al-Quran, dalam sesibuk apapun tetap merasa harus menyentuhnya, membacanya meskipun cuma setengah halaman lalu menciumnya dengan penuh rasa takzim dan kecintaan. Ia merasa, dalam perjuangan beratnya di negeri orang, AlQuran adalah pelipur dan penguat jiwa. (KCB1: 171-172) Azzam belajar dengan penuh semangat. Ia ingin khatam. Ia merasa prestsi akademisnya yang tidak cemerlang harus ditutup dengan menuntaskan ilmu paling pokok dalam Islam. Yaitu ilmu membaca Al-Quran dengan benar, tidak asal-asalan. Adapun ilmu untuk memahami Al-Quran, ia telah mendapatkannya dari kampus Al Azhar. (KCB1: 420) 3) Menyadari dan menyakini bahwa cinta sejati adalah cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya di dunia ini tak ada cinta yang sejati. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Benar. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kau mencintai seseorang ada dua kemungkinan diterima dan ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kau mencintai Allah pasti diterima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak pernah merasa kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kau cintai itu dari hatimu. Tak akan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah darimu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB1: 430-431) “Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi. Demi menjaga rahmat dan kasih sayang sesama manusia dan khususnya sesama Muslim, Baginda Nabi sudah memberikan petunjuk yang indah bagi kita. Petunjuk dan tata krama berkaitan dengan melamar wanita. Beliau dengan tegas mengatakan, ‘Haram hukumnya bagi seorang Muslim melamar di atas lamaran saudaranya!’ Kita dilarang melamar wanita yang telah duluan dilamar orang lain. Kecuali kalau wanita itu
ccxiii
memang telah menolak, dan artinya masih kosong, tidak ada yang melamarnya, maka kita boleh melamarnya. (KCB1: 442-443) 4) Seseorang boleh berusaha tetapi harus ingat bahwa Allah SWT yang menentukan segalanya dalam hidup seseorang. Artinya Allah SWT yang megatur hidup kita. Beliau adalah yang wajib kita takuti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Kenapa Allah mengaruniakan kepada kita dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, jutaan syaraf otak, tapi hanya mengaruniakan kepada kita satu mulut saja? Jawabnya karena Allah menginginkan agar kita lebih banyak bekerja, lebih banyak beramal nyata daripada bicara. Maka ada ungkapan, man katsura kalamuhu katsura khatauhu. Siapa yang banyak bicaranya maka banyak dosanya! Dan karena Rasulullah Saw. Menasihati kita semua, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baikatau diam saja!’ Umat dan bangsa yang besar adalah mereka yang lebih banyak bekerja daripada bicara!” kata Syaikh Muda itu.(KCB1: 219) Ada rasa kecewa yang menyusup ke dalam hatinya. Ia ingin sekali, sidang munaqasah tesis masternya dihadiri kedua orangtuanya. Ia telah menyiapkan semuanya. Termasuk pergi ke Alexandria bersama ayah dan ibunya usai sidang. Tapi benarlah kata orang bijak, manusia boleh merancang dan merencanakan, namun Tuhanlah yang menentukan. (KCB1: 242) …Kak Fadhil minta agar aku menjelaskannya panjang lebar secara langsung, tidak lewat telpon. Kami sudah janjian mau bertemu di Masjid Nuri Khithab. Namun manusia hanya bisa berencana sedangkan yang menentukan adalah Tuhan. Belum sempat bertemu Kak Fadhil sudah sakit duluan…. (KCB1: 307) Adil Ramadhan menjelaskan bahwa khasyyah adalah rasa takut kepada Allah yang disertai mengagungkan Allah. Maka segala jenis ilmu yang tidak mendatangkan rasa takut kepada Allah dan juga tidak mendatangkankan pengagungan kepada Allah tiada kebaikannya sama sekali. Adil Ramadhan berpesan kepada Azzam, “Untuk mengetahui ilmumu bermanfaat atau tidak cukuplah kau lihat bekasnya. Jika dengan itu kau semakin takut kepada Allah dan semakin baik ibadahmu kepada-Nya, maka itulah tanda ilmumu benar-benar bermanfaat. Jika sebaliknya maka berhati-hatilah, Saudaraku!” (KCB1: 421)
ccxiv
5) Seorang muslim tidak boleh mendzalimi muslim lainnya. Artinya bahwa kita sebagai umat Islam tidak boleh menyakiti hati saudara muslim kita yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi. Demi menjaga rahmat dan kasih sayang sesama manusia dan khususnya sesama Muslim, Baginda Nabi sudah memberikan petunjuk yang indah bagi kita. Petunjuk dan tata krama berkaitan dengan melamar wanita. Beliau dengan tegas mengatakan, ‘Haram hukumnya bagi seorang Muslim melamar di atas lamaran saudaranya!’ Kita dilarang melamar wanita yang telah duluan dilamar orang lain. Kecuali kalau wanita itu memang telah menolak, dan artinya masih kosong, tidak ada yang melamarnya, maka kita boleh melamarnya. (KCB1: 442-443) Harapan itu telah tertutup. Tak ada pilihan lagi baginya kecuali menghapus air matanya dan menghadapi hidup dengan sesungguhnya. Hidup yang tidak lagi hanya haru biru rasa cinta pada pujaan jiwa. Ia merasa bahwa Fadhil benar. Kata-katanya benar. Seorang Muslim tidak boleh menzalimi Muslim yang lain. Apapun alasannya dalam Islam kezaliman tidak dibenarkan. Termasuk kezaliman dengan alasan cinta. Sungguh naïf, cinta macam apa yang mendatangkan kezaliman? (KCB1: 446) 6) Berdoa kepada Allah SWT dan berusaha di jalan Allah SWT adalah kunci ketenagan hati. Artinya bahwa dengan doa dan usaha juga ingat dengan kehidupan di akherat nanti maka kehidupan ini akan lebih tenang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Ia tidak lagi memiliki mimpi yang melangit tentang calon isterinya. Ia sudah bisa mengaca diri. Ia yakin jodohnya telah ada, telah disiapkan Allah SWT. Maka ia tidak perlu kuatir. Jodoh adalah bagian dari rejeki. Rezeki seseorang sudah ada jatahnya. Dan jatah rezeki seseorang tidak akan diambil orang lain. Begitulah yang tergores dalam pikirannya. Maka ia merasa tenang dan tentram. Tetapi tempaan hidup, ilmu hidup harus diusahakan. Allah tidak akan menambah ilmu seseorang kecuali seseorang itu berusaha menambah ilmunya. Ia merasa bekerja serius adalah bagian dari upaya menambah ilmu dan bagian usaha mengubah nasib. (KCB1: 131) “Anakku, alangkah indahnya jika apa saja yang kau temui. Apa saja yang kau rasakan. Suka, duka, nikmat, musibah, marah, lega, kecewa, bahagia. Pokoknya apa saja, anakku. Bisa kau hubungkan dengan akhirat, dengan akhir hari. Dengan begitu hatimu akan sangat peka menerima cahaya
ccxv
hikmah dan hidayah. Hatimu lunak dan lembut. Selembut namamu. Dan tingkah lakumu juga akan tertib setertib namamu!” (KCB1: 150-151) “Begini anakku, jika suatu ketika kau dimurkai ibumu misalnya, carilah sebab kenapa kau dimurkai ibumu. Hayati perasaanmu saat itu, saat kau dimurkai. Ibumu murka kemungkinan besar karena kau melakukan suatu kesalahan, yang karena kesalahanmu itu ibumu murka. Dan saat kau dimurkai pasti kau merasa kesedihan, bercampur ketakutan dan juga penyesalan atas kesalahanmu. Itulah yang kau temui dan kau rasakan, saat itu. Lalu hayati hal yang sungguh-sungguh, dan hubungkan dengan akhirat. Bagaimana rasanya jika yang murka kepadamu adalah Allah. Murka atas perbuatan-perbuatanmu yang membuat-Nya murka. Bagaimana perasaanmu itu. Mampukah kau menanggungnya. Jika yang murka ibumu, kau bisa minta maaf. Karena kau masih ada di dunia. Jika di akhirat bisakah minta maaf kepada Allah saat itu?” (KCB1: 151) Doanya lirih dalam hati sambil duduk di samping gadis itu….(KCB1: 473) Ucap Sara usai berdoa. Azzam masih menunduk dan memejamkan mata. Ia masih larut dalam doanya. Pesawat berjalan semakin kencang. Dan akhirnya terbang meninggalkan Mesir. Azzam merasakan hatinya bergetar. (KCB1: 476) ….Saat berjalan ke arah 15 F mengikuti Eliana, Azzam sempat berdoa dalam hati, “Ya Allah jagalah hamba-Mu yang lemah ini. (KCB1: 477) 7) Percaya bahwa jodoh tiap manusia telah diatur oleh Allah SWT. Artinya bahwa bagaimanapun kita mencintai seseorang, tapi kalau Allah tidak menjodohkan maka tidak akan pernah terjadi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Allah belum mengijinkan Aku menikah. Aku masih harus memperhatikan adik-adikku sampai ke gerbang masa depan yang jelas dan cerah. Kalau aku menikah saat ini, perhatianku pada adik-adikku akan berkurang.” Ia berbisik pada dirinya sendiri. Ia bertekad untuk menutup semua pintu hatinya. Dan akan ia buka kembali saat nanti sudah pulang ke Indonesia. Setelah ia selesai S.1 dan adik-adiknya sudah bisa ia percaya mampu meraih masa depannya. (KCB1: 127) Adikku, bukannya aku tidak mencintaimu. Sungguh aku sangat mencintaimu. Dan bukannya aku tidak mendamba hidup bersamamu. Sungguh aku sangat ingin hidup bersamamu. Namun tidak semua yang didamba manusia pasti diraihnya. Aku sangat mencintaimu tapi aku tidak mau kehilangan cinta-Nya. Aku mendamba hidup bersamamu, tapi aku lebih mendamba hidup bersama ridha-Nya. (KCB1: 445)
ccxvi
b. Nilai Didik Moral Nilai didik moral adalah perilaku seseorang yang berkaitan dengan hati nurani, akhlak baik atau buruk, kewajiban menjalankan tugasnya dan juga tanggung jawab. Nilai didik moral yang terkandung di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah sebagai berikut: 1) Mencintai seseorang boleh saja namun jangan berlebihan. Artinya jangan mengorbankan segalanya demi cinta saja. Cinta sejati itu tidak menyakitkan namun menyembuhkan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Segala cara aku gunakan untuk mendapatkan dia. Aku yakin bisa mendapatkannya. Aku berkeyakinan kalu aku berusaha pasti aku bisa. Benar, akhirnya aku bisa menyuntingnya. Saat ayahnya tugas di London, ia minta aku membawanya ke London. Karena kami sudah berkeluarga sendiri, ayahnya tidak mau menghidupi kami di London. Aku yang harus bertanggung jawab. Aku yang harus membiayainya. Sebab akulah suaminya.” (KCB1: 90) …Dan perkataan beliau ini bisa jadi terapi yang tepat untuk penyakit cintamu. Ya, aku katakan apa yang kau simpan di hatimu itu adalah penyakit. Cinta sejati itu menyembuhkan tidak menyakitkan. (KCB1: 429) “Dengar baik-baik perkataan Imam Ibnu Athaillah, saya bacakan langsung dari kitab aslinya. Beliau menagatakan: la yukhriju asy syawata illa khaufun muz’ijun aw syauqun muqliqun! Artinya tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana! (KCB1: 429) “Benar. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kau mencintai seseorang ada dua kemungkinan diterima dan ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kau mencintai Allah pasti diterima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak pernah merasa kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kaucintai itu dari hatimu. Tak akan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah darimu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB1: 430-431)
ccxvii
…Pencinta sejati adalah orang yang mencintai karena Allah dan RasulNya. Kukira ketika menulis surat itu, perasaan dan pikiran Tiara sedang oleng. Tidak jernih dan tenang. Dan dalam kondisi seperti itu, setan gampang merasuki perasaan dan pikirannya….(KCB1: 443-444) 2) Setiap orang mempunyai prinsip hidup. Artinya bahwa kita harus menghargai dan menghormati prinsip hidup orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Setiap orang punya prinsip. Dan prinsip seseorang itu biasanya berdasar pada apa yang diyakininya. Iya kan Mbak?” kata Azzam mengawali jawabannya. (KCB1: 118) “Saya juga memiliki prinsip. Prinsip hidup. Prinsip hidup saya itu saya dasarkan pada Islam. Sebab saya paling yakin dengan ajaran Islam. Diantar ajaran Islam yang saya yakini adalah ajaran tentang menjaga kesucian. Kesucian lahir dan kesucian batin. Kenapa dalam buku-buku fikih pelajaran pertama tentang thaharah. Tentang bersuci. Adalah agar pemeluk Islam senantiasa menjaga kesucian lahir dan batin. Diantara kesucian-kesucian yang dijaga oleh Islam adalah kesucian hubungan antara pria dan wanita.…..(KCB1: 119) “Itulah prinsip yang saya yakini. Mungkin saya akan dikatakan pemuda kolot. Pemuda primitive. Pemuda kampungan. Pemuda tidak tahu perkembangan dan lain sebagainya. Tapi saya tidak peduli. Saya bahagia dengan apa yang saya yakini kebenarannya. Dan saya yakin mbak Eliana yang pernah belajar di negeri yang mengagungkan kebebasan berpendapat itu akan bisa menghargai pendapat saya.” (KCB1: 120) 3) Jangan membantah perintah orang tua. Artinya kita harus mendengar dan menjalankan apa yang diperintahkan orang tua. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Begini anakku, jika suatu ketika kau dimurkai ibumu misalnya, carilah sebab kenapa kau dimurkai ibumu. Hayati perasaanmu saat itu, saat kau dimurkai. Ibumu murka kemungkinan besar karena kau melakukan suatu kesalahan, yang karena kesalahanmu itu ibumu murka. Dan saat kau dimurkai pasti kau merasa kesedihan, bercampur ketakutan dan juga penyesalan atas kesalahanmu. Itulah yang kau temui dan kau rasakan, saat itu. Lalu hayati hal yang sungguh-sungguh, dan hubungkan dengan akhirat. Bagaimana rasanya jika yang murka kepadamu adalah Allah. Murka atas perbuatan-perbuatanmu yang membuat-Nya murka. Bagaimana perasaanmu itu. Mampukah kau menanggungnya. Jika yang murka ibumu, kau bisa minta maaf. Karena kau masih ada di dunia. Jika di akhirat bisakah minta maaf kepada Allah saat itu?” (KCB1: 151)
ccxviii
Kata-kata abahnya itu memang sangat membekas dalam dirinya. Kata-kata abahnya saat berusaha menghiburnya kala ia dimurkai ibunya liburan tahun lalu. Ia dimurkai gara-gara asyik membaca saat diminta ibunya mengupas mangga keponakannya si kecil Ilham, putra kakak sulungnya. Saat itu ia hanya menjawab, “Inggih, sekedap” dan ia masih konsentrasi membaca buku yang baru ia beli di Shopping Centre Jogja…..Akibatnya, jari si Kecil keripis, darah mengalir dalam jarinya dan harus dilarikan ke puskesmas. Ia dimurkai ibunya habis-habisan, buku yang ia baca dibakar oleh ibunya. (KCB1: 152) Buku setan! Apa hidup hanya untuk membaca! Apa belajarmu bertahuntahun di Mesir masih kurang hah! Apa ilmu hanya ada dalam buku! Peka pada anak kecil apa juga tidak perlu ilmu! Apa gunanya jadi sarjana, lulusan Al Azhar kalau tidak tanggap sasmita, kalau disuruh ibunya tidak segera beranjak!” (KCB1: 152) 4) Jangan berlebih dalam melakukan sesuatu. Artinya bahwa dalam melakukan segala hal jangan melebihi porsinya, karena hasilnya pasti kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Mungkin benar penilaian Ustadz Mujab atas dirinya. Ia telah melakukan sesuatu yang berlebihan. Sesuatu yang sejatinya kurang pantas bagi seorang penuntut ilmu. Ia langsung menyadari kekhilafannya itu. Ia yang mengambil spesialisasi sejarah dan peradaban Islam semestinya menyadari bahwa para pemikir dan ulama besar tidak ada yang berhasil meraih ilmu dengan hidup bermewah-mewah. (KCB1: 298) “Demi mencari ilmu, aku pernah meminum air kencingku sendiri sebanyak lima kali. Ceritanya, sewaktu sedang berjalan melintas gurun pasir untuk mendapatkan Hadist aku merasa kehausan luar biasa tanpa ada yang bisa aku minum. Maka dengan terpaksa aku minum air kencingku sendiri.” (KCB1: 299) Bagaimana mungkin ia lupa cerita Imam Abu Hatim yang pernah mengalami keadaan sangat memprihatinkan. Imam Abu Hatim mengatakan, “Ketika sedang mencari Hadist kondisiku benar-benar sangat memperihatinkan. Karena tidak mampu membeli sumbu lampu, pada suatu malam aku terpaksa keluar ke tempat ronda yang terletak di mulut jalan. Aku belajar dengan menggunakan lampu penerangan yang dipakai oleh tukang ronda. Dan terkadang tukang ronda itu tidur, aku yang menggantikan rondanya. (KCB1: 299-300) Bagaimana mungkin ia lupa kisah Imam Bukhari yang tidak memiliki apaapa. Sampai pakaian pun tidak punya, sehingga ia terhalang dari menulis
ccxix
Hadist. Bagaimana mungkin ia melalaikan kisah menggetarkan yang beberapa kali ia baca dan ia kaji itu?... (KCB1: 300) Bagaimana mungkin ia lupa akan penderitaan Imam Malik. Yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, belia sampai mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya. (KCB1: 300-301) Hati Furqan gerimis. Air matanya meleleh. Ia benar-benar menginsyafi cara hidupnya yang selama ini sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Ia benar-benar merasakan bahwa semua ini adalah teguran dari Dzat Yang Maha Bijaksana. (KCB1: 301) 5) Jangan emosi dalam mengambil keputusan. Artinya bahwa dalam mengambil keputusan harus dipikirkan dengan baik-baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Tiara mengoreksi dirinya sendiri. Dialah sesungguhnya yang salah menentukan langkah. Semuanya, sebenarnya ada di tangannya. Kenapa ketika lamaran Zulkifli datang dan ia tak suka lantas meminta pertimbangan Fadhil. Ia baru sadar betapa sulitnya posisi Fadhil saat itu. Zulkifli adalah temannya, dan ia harus setia pada temannya. Maka wajarlah jika Fadhil memberikan saran seperti itu. Meskipun ia mendapatkan saran itu, saran untuk tidak menolak lamaran Zulkifli dari Fadhil. Namun sesungguhnya kalau dia memang tidak suka dia boleh dan tidak ada salahnya ia menolaknya. Kenapa saat itu ia emosi dan langsung menelpon ayahnya di Indonesia, menerima lamaran Zulkifli. Ia merasa memperoleh pelajaran berharga, keputusan yang diambil dengan penuh emosi, hanya mendatangkan penyesalan tiada henti. (KCB1: 446-447) 6) Jangan mengumbar nafsu kita. Artinya bahwa kita harus bisa mengendalikan syahwat agar tidak terjerembab ke hal yang tidak baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Dengar baik-baik perkataan Imam Ibnu Athaillah, saya bacakan langsung dari kitab aslinya. Beliau menagatakan: la yukhriju asy syawata illa khaufun muz’ijun aw syauqun muqliqun! Artinya tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana! (KCB1: 429) 7) Keuletan dan kerja keras adalah kunci kesuksesan. Artinya jika kita akan mencapai apa yang kita harapkan maka perlu keuletan dan kerja keras. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
ccxx
Untuk menjaga hal itu memang perlu keseriusan dan kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau di atas kertas. Ia teringat satu ajaran dari Cina kuno: “Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan tidak keburu mati dulu.” (KCB1: 191) Ajaran itu senada dengan kata mutiara bangsa Arab yang sangat dasyat: Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan yang diharapkannya. (KCB1: 191) “Kenapa Allah mengaruniakan kepada kita dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, jutaan syaraf otak, tapi hanya mengaruniakan kepada kita satu mulut saja? Jawabnya karena Allah menginginkan agar kita lebih banyak bekerja, lebih banyak beramal nyata daripada bicara. (KCB1: 219) Lalu sebelum mengakhiri khutbah pertamanya, Syaikh Muda itu menyitir nasihat James Allen, “Jangan biarkan orang lain lebih tahu banyak tentang dirimu. Bekerjalah dengan senang hati dan dengan ketenangan jiwa, yang membuat kamu menyadari, bahwa muatan pikiran yang benar dan usaha yang benar akan mendatangkan hasil yang benar!” (KCB1: 219) “Kenapa Allah mengaruniakan kepada kita dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, jutaan syaraf otak, tapi hanya mengaruniakan kepada kita satu mulut saja? Jawabnya karena Allah menginginkan agar kita lebih banyak bekerja, lebih banyak beramal nyata daripada bicara. Maka ada ungkapan, man katsura kalamuhu katsura khatauhu. Siapa yang banyak bicaranya maka banyak dosanya! Dan karena Rasulullah Saw. Menasihati kita semua, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baikatau diam saja!’ Umat dan bangsa yang besar adalah mereka yang lebih banyak bekerja daripada bicara!” kata Syaikh Muda itu.(KCB1: 219) The formula for success is simple: practice and concentration then more practice and more concentration, (Rumus keberhasilan adalah simpel saja, yaitu praktik dan konsentrasi, kemudian meningkatkan praktik dan meningkatkan konsentrasi). (KCB1: 243) 8) Hidup kita harus jujur. Artinya dalam melakukan sesuatu kita harus bisa fair dan jujur. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Benar. Aku tidak bohong. Kau tahulah sendiri Rul…..Aku belum jawab. Eliana aku lihat sudah berusaha fair dan jujur. Ia telah menceritakan semua hubungannya dengan pacar-pacarnya yang gagal. Ia sudah pernah ganti pacar lima kali. Sekali waktu di SMA. Empat kali waktu di Perancis. Dua pacarnya yang terakhir adalah orang bule. Eliana menyadari tidak cocok dengan mereka…. (KCB1: 113)
ccxxi
9) Jangan mengkhianati teman. Artinya kita kepada teman tidak boleh saling menyakiti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi. Demi menjaga rahmat dan kasih sayang sesama manusia dan khususnya sesama Muslim, Baginda Nabi sudah memberikan petunjuk yang indah bagi kita. Petunjuk dan tata krama berkaitan dengan melamar wanita. Beliau dengan tegas mengatakan, ‘Haram hukumnya bagi seorang Muslim melamar di atas lamaran saudaranya!’ Kita dilarang melamar wanita yang telah duluan dilamar orang lain. Kecuali kalau wanita itu memang telah menolak, dan artinya masih kosong, tidak ada yang melamarnya, maka kita boleh melamarnya. (KCB1: 442-443) “Apa yang kau lakukan jika kau turuti ajakan gila Tiara. Kau kelak akan berhadapan dengan Baginda Nabi di depan pengadilan Allah. Kau akan berhadapan dengan Zulkifli yang harga dirinya kau injak-injak. Kau juga akan berhadapan dengan seluruh teman-temanmu dari Aceh karena kau telah menorehkan sejarah buram di tengah-tengah mereka.” (KCB1: 443) c. Nilai Didik Sosial Nilai didik sosial adalah nilai-nilai ajaran tentang bagaimana cara hidup bersosialisasi dalam masyarakat dan hubungan terhadap sesama manusia yang lebih mementingkan kepentingan umum. Nilai didik sosial yang terkandung di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah sebagai berikut: 1) Jangan menilai seseorang hanya dengan satu sisi saja. Artinya bahwa tiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: .…Anna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi, dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya. Ia menyelesaikan S.1-nya di Alexandria dengan predikat mumtaz. Kalau ingin memiliki isteri seperti dia, cobalah kau menstandarkan dirimu dulu seperti dia. Kalau aku jadi orang tuanya, dan ada dua mahasiswa Al Azhar yang satu serius belajarnya dan yang satu hanya sibuk membuat tempe. Maaf Rul, pasti aku akan memilih yang serius belajarnya. Kau tentu sudah paham maksudku. Bukan aku ingin menyinggungmu, tapi aku ingin kau memperbaiki dirimu. Aku ingin kau lebih realistis. Cobalah kau raba opini di Cairo tentang dirimu. (KCB1: 126)
ccxxii
Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang-orang yang mengenalnya di dunia akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih dia menjalaninya. (KCB1: 126) 2) Tolong menolong terhadap sesama. Artinya bahwa kita harus menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan kita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam tidak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di depan. Dua mahasiswi Indonesia di pinggir jalan tak jauh dari Museum of Islamic Art. Kelihatannya ada sesuatu dengan mereka. Keduanya duduk yang satu, yang berjilbab cokelat muda klihatannya menangis. Sementara yang satunya, yang berjilbab biru kelihatannya sedang berusaha menenagkan temannya. “Masya Allah, diakan mahasiswi yang tadi duduk di sampingku,” lirih Azzam. “Paman berhenti sebentar ya. Kelihatannya ada masalah dengan mahasisiwi Indonesia itu.” Pinta Azzam (KCB1: 201) “Mm, maaf Ukthi. Ada apa ya? Ada yang bisa saya bantu?” sapa Azzam sesopan mungkin. Beberapa orang Mesir melihat mereka. Gadis yang berjilbab biru menjawab, “Kami kena musibah. Dompet Ukhti Erna dicopet. Tadi busnya penuh sesak. Kami berdiri di depan pintu. Saya melihat pencopet itu mengambil dompet Ukhti Erna. Saya berteriak. Si copet langsung loncat bus dan lari. Saya minta bus berhenti dan minta orang-orang membantu mengejar pencuri itu. Tapi mungkin sopirnya nggak dengar, soalnya kita di pintu belakang. Kita baru bisa turun di halte depan…..(KCB1: 202) “Lha buku dan kitab yang dibeli mana?”Tanya Azzam. “Tertinggal di bus. Saat kami berdiri, kitab dalam kantong plastik itu saya letakkan di bawah, karena agak berat. Begitu saya melihat penjahat itu mencopet dompet Erna, saya sudah tidak ingat apa-apa kecuali berteriak dan merebut dompet itu kembali. Dan ketika kami turun dari bus, kitab itu tertinggal di dalam bus.” Jawab mahasiswi berjilbab biru. (KCB1: 203) Sopir taksi itu mengerahkan segenap kemampuannya untuk ngebut. Ia sangat hafal dengan jalan-jalan tembus yang paling aman dari keramaian dan macet….(KCB1: 205) Bus berhenti. Azzam menuju ke pintu depan. Begitu pintu dibuka ia langsung melompat. Ia nyaris bertabrakan dengan penumpang yang mau turun. Ia mepet bergantung di pinggir pintu dan minta sang sopir berhenti sebentar. Mahasiswi berjilbab biru sudah naik. Ia melihat-lihat di bawah
ccxxiii
kursi dekat kondektur duduk. Kedua matanya langsung menangkap buku dan kitabnya dalam dua plastik putih. Hatinya sangat bahagia… (KCB1: 206) “Ingat kak, kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan. Tolonglah panitia kak!” desak Wan Aina Anna sama sekali tidak bisa mengelak, akhirnya ia menjawab, “Baiklah akan aku coba semampuku.” (KCB1: 346) 3) Bersilaturrahmilah dengan sesama manusia. Artinya bahwa dengan menjaga hubungan baik dan mengunjungi saudara atau teman atau tetangga dapat menjaga keharmonisan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Itulah rezeki silaturrahmi. Dengan bersilaturrahmi ke tempat Handono, ia jadi tambah ilmu. Ilmu membuat tempe. Ia sama sekali tidak pernah mengira, ilmu membuat tempe itu dikemudian hari akan sangat berguna baginya, saat ia harus mempertahankan hidupnya di Mesir. Sangat berguna saat ia harus mandiri, tidak hanya untuk menghidupi diri sendiri, tapi juga adik-adiknya di Indonesia. (KCB1: 227) Ia merasakan benar bahwa rezeki yang didatangkan oleh Allah dari silaturrahmi sangat dasyat. Ia bisa sampai belajar di Al Azhar University juga bermula dari silaturrahmi. (KCB1: 227) Silaturrahmi jugalah yang membuat bisnis baksonya di Cairo berjalan lancar. Memang ia tidak banyak muncul di kalangan mahasiswa, tapi ia sering hadir dan muncul diacara bapak-bapak dan ibu-ibu KBRI. (KCB1: 228) Tanpa banyak silaturrahmi seorang pebisnis tidak akan banyak memiliki jalan dan peluang. Benarlah anjuran Rasulullah Saw., agar siapa saja yang ingin diluaskan rezekinya, hendaklah ia melakukan silaturrahmi.49 (KCB1: 228-229) Yang jelas, dengan bersilaturrahmi ke rumah Furqan ia mendapatkan satu manfaat yang cukup besar yaitu munculnya kembali idealismenya yang sudah lama terkubur. Tahun ini ia ingin selesai S.1 dari Al Azhar dengan predikat jayyid…..(KCB1: 359) 4) Kesuksesan seseorang tidak hanya dalam bidang akademik. Artinya kita jangan menilai keberhasilan seseorang hanya dari prestasi akademiknya saja karena prestasi tidak hanya akademik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
ccxxiv
Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang-orang yang mengenalnya di dunia akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih dia menjalaninya. (KCB1: 126) Tak terasa matanya berkaca-kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang mau keluar. Kenapa ia harus meneteskan air mata. Apa yang harus ditangisinya. Ia langsung tersadarkan, kesuksesan sejati tidaklah sematamata hanya bisa diraih dengan meraih gelar Profesor Doktor. Dan kebahagiaan sejati tidak harus berupa nama besar yang disebut di manamana. Ia harus tahu siapa dirinya dan seperti apa kondisi dirinya agar tidak menzalimi dirinya sendiri. (KCB1: 177) 5) Jangan mengecewakan orang lain dan bersikap profesional. Artinya dalam segala hal misalnya jual beli, kita sebagai produsen jangan mengecewakan pembeli. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Semoga Ammu Ragab belum pulang,” doanya dalam hati. Jika Ammu Ragab pedagang kedelai itu sudah pulang, ia harus ke pasar Attaba. Harga kedelai di Attaba lebih mahal dan kualitas kedelainya di bawah Sayyeda Zaenab. Dan ia sebagai produsen ingin memberikan yang terbaik kepada konsumen. Terbaik dalam harga, juga terbaik dalam kualitas barang. Selisih harga sekecil apapun harus ia perhatikan. Ia memang berusaha seprofesional mungkin. Meskipun cuma bisnis tempe. (KCB1: 190-191) Ia ingin memposisikan diri sebagai produsen tempe terbaik dan termurah. Ia berusaha memposisikan tempenya adalah tempe dengan kualitas nomor satu. Rasa nomor satu. Rasa khas tempe Candiwesi Salatiga yang sangat terkenal itu. Dan kelebihan lainnya adalah bentuknya paling besar diantara tempe yang lain, isinya paling padat, dan harganya paling murah. Inilah uniquiness yang dimiliki hasil produksinya. Keunikan inilah yang menjadi positioning bisnisnya. Dan ia akan terus mempertahankan positioning ini terus terukir dalam benak para pelanggannya. Sehingga para pelanggan itu percaya penuh pada produk-produknya. (KCB1: 191) Untuk menjaga hal itu memang perlu keseriusan dan kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau di atas kertas. Ia teringat satu ajaran dari Cina kuno: “Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan tidak keburu mati dulu.” (KCB1: 191) Ajaran itu senada dengan kata mutiara bangsa Arab yang sangat dasyat: Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan yang diharapkannya. (KCB1: 191)
ccxxv
6) Toleransi dengan sesama teman. Artinya kita tidak boleh egois dengan memikirkan kepentingan kita sendiri, tapi juga harus bertoleransi dengan keadaan di sekitar kita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: …Dadanya sebenarnya terasa sesak mendengar Tiara dilamar oleh Zulkifli…Fadhil tersadar. Ia harus menanggapi realita. Realita gadis yang diam-diam telah ia rancang hendak ia lamar setelah ujian…”katakan pada Tiara, Ustadz Zulkifli itu teman kakak selama di pesantren dulu. Ia orang yang baik. Susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Itu pendapat kakak. Namun semuanya tentu kembali ke Tiara. Sebaiknya dia shalat Istikharoh dulu. Walau bagaimanapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang diputuskan.” Jawaban Fadhil jelas, tegas dan tanpa ragu. Meski jauh di lubuk hatinya, ada jenis getar-getar suara aneh yang susah diartikan maknanya. Orang yang pernah jatuh cinta, pastilah bisa mendengar getar-getar suara itu. (KCB1: 322-323) Azzam yang mendapatkan kabar Furqan telah menyelesaikan S.2-nya turut larut dalam bahagia. Siang itu ia tidak dapat mendatangi munaqasah, maka malam itu ia menyempatkan datang. Begitu Azzam muncul di rumahnya Furqan langsung merangkulnya dengan hangat. (KCB1: 355) 7) Tolong menolong dengan sesama teman. Artinya jika ada yang membutuhkan pertolongan maka kita wajib menolongnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Hari berikutnya Fadhil boleh dibawa pulang. Untuk membayar biaya rumah sakit, Azzam harus merelakan uang hasil kerja kerasnya berjualan bakso…. (KCB1: 303) “Alhamdulillah. Semua telah dibayarkan oleh Kang Azzam. Meskipun Kang Azzam tidak minta dikembalikan, suatu saat nanti jika ada rezeki pasti akan kakak kembalikan. Kang Azzam terlalu baik bagi anggota rumah ini. Terkadang aku iri padanya. Iri akan kebaikan dan sifat pemurahnya.”(KCB1: 318) 8) Rasa persaudaraan dengan teman. Artinya kita tidak mungkin bisa hidup sendiri, harus bersaudara dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Azzam yang mendapatkan kabar Furqan telah menyelesaikan S.2-nya turut larut dalam bahagia. Siang itu ia tidak dapat mendatangi munaqasah, maka malam itu ia menyempatkan datang. Begitu Azzam muncul di rumahnya Furqan langsung merangkulnya dengan hangat. (KCB1: 355)
ccxxvi
Detik-detik mengharukan tiba. Rumah Azzam kembali penuh orang. Menjelang berangkat ada acara kecil pelepasan ke bandara. Ada kesankesan dari teman-teman yang ditinggalkan terutama teman satu rumah. Yang paling terbata-bata karena terharu akan ditinggalkan adalah Fadhil. Ia merasa Azzam adalah sosok yang sangat berarti baginya selama ini. Yang lebih terbata-bata bahkan menangis saat menyampaikan kalimatnya adalah Azzam. Ia tidak kuasa menahan sedihnya meninggalkan Bumi Para Nabi yang sudah menjadi Tanah Air keduanya.(KCB1: 465) 4. Nilai Didik dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 a. Nilai Didik Religius Nilai religius adalah nilai keagamaan atau lebih luas yaitu nilai yang menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani, harkat, martabat dan kebebasan seseorang. Sedangkan nilai didik reigius adalah nilai yang mengajarkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai didik religius yang terkandung di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah sebagai berikut: 1) Orang yang suka memfitnah tidak akan masuk surga. Artinya bahwa jangan menuduh seseorang yang tidak bersalah namun dipersalahkan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Anak-anakku semuanya yang aku sayangi, Hadist pendek ini muttfaq ‘alaih, artinya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Jelas shahihnya. Tidak akan masuk surga orang yang suka memfitnah. (KCB2: 12) Anak-anakku, ingatlah baik-baik Hadist ini. Hayati dan patri dalam sanubari! Jangan sekali-kali kalian menjadi seorang pemfitnah, baik qattat maupun nammaam. Sebab pemfitnah itu telah diharamkan oleh Rassulullah Saw. Untuk masuk surga. Pemfitnah termasuk seburuk-buruk makhluk Allah di atas muka bumi ini. Al Hafidz Al Mundziri mengatakan, Ummat Islam sudah sepakat bahwa fitnah itu diharamkan dan fitnah itu termasuk dosa besar! (KCB2: 13) 2) Syarat sah pernikahan yang wajib dilaksanakan dan juga kewajiban yang dilakukan saat menjadi suami isteri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Jelas sekali, para ulama sepakat bahwa suatu syarat yang menjadi sebab akad nikah terjadi harus dipenuhi. Makanya syarat saya tadi harus dipenuhi kalau ingin akad nikah dengan saya terjadi. Selama syarat itu
ccxxvii
tidak bertentangan dengan tujuan pernikahan dan tidak menghilangkan maksud asli pernikahan. Saya tidak mensyaratkan misalnya saya hanya boleh disentuh satu tahun sekali. Tidak ! syarat ini bertentangan dengan maksud pernikahan. Dan ulama juga banyak yang memilih pendapat bahwa perempuan boleh mengajukan syarat sebelum akad nikah bahwa suaminya tidak akan menikahi perempuan lain. Dan sang suami wajib memenuhi syarat itu selama dia menerima syarat itu ketika akad nikah.(KCB2: 30) …..Bukan ditolak oleh Anna, tapi ditolak Ustadz Mujab karena Anna sudah dilamar oleh Furqan, sahabatnya sendiri. Memang apa yang dilakukan Ustadz Mujab benar. Sebab seorang muslim tidak boleh melamar seseorang yang telah dilamar oleh saudaranya. (KCB2: 155) Ayolah sayang, peganglah ubun-ubun kepalaku. Dan bacalah doa barakah sebagaimana para shalihin melakukan hal itu pada isteri mereka di malam pertama yang bahagia.” Kata-kata Anna bening dan bersih. Furqan tergagap, ia kikuk, ia lupa pada dunia. Ia lupa pada perasaan sedihnya yang selama ini menderanya. Ia melangkah, ia ingat sunnah itu. Sunnah memegang ubun-ubun kepala isteri di malam pertama ketika pertama kali bertemu. Tapi ia lupa doanya. Ia lupa apa doanya. Ia mengingat-ingat tapi tidak juga ingat. Yang penting ia maju dan mencium kening isterinya. (KCB2: 219) “Mari kita shalat dulu dua rakaat Mas. kita bersihkan jiwa dan raga kita dari segala kotoran. Agar apa yang kita lakukan mulai saat ini sebagai suami isteri besih, ikhlas semata-mata karena Allah. Bukan karena syahwat atau pun birahi. Bukankah itu yang dilakukan para shalihin sejak awal mereka berumah tangga?” (KCB2: 220) “Seorang mukmim tidaklah mengambil faidah yang lebih baik setelah takwa kepada Allah dari isteri yang shalihah; yang jika dia menyuruh isterinya maka isteri itu mentaatinya, jika melihatnya isteri itu menyenangkannya, jika bersumpah atas nama isterinya maka isterinya itu memenuhinya, dan jika suami tidak di rumah maka isteri itu menjaga harta dan kehormatan suaminya.” (KCB2: 300) 3) Kematian adalah misteri dan takdir dari Allah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Ya itulah kematian, Dik Husna. Kematian itu misteri. Kita tak tahu kapan datangnya. Tak bisa diajukan. Dan jika sudah datang tak bisa diundurkan.” Tukas Bu RT (KCB2: 45) “Dan kematian bisa datang kapan saja. Tidak pilih-pilih. Lha Mbah Hadi sekarang umurnya sudah sembilan puluh delapan. Tapi masih segar dan
ccxxviii
masih bisa ke Masjid sendirian meskipun pakai tongkat. Sementara bulan lalu si Jasman yang baru lulus SMA mati karena demam berdarah.” Pak RT menyambung lagi. (KCB2: 45) “Ya kita semua akan mati Zum. Tidak hanya orang sakit yang diintai kematian, orang yang sehat pun juga tidak luput dari intaian kematian.” Jawab Husna sambil menyuapi Zumrah. (KCB2: 322) “Kematian itu kalau sudah datang tak bisa dielakkan Pak Kiai. Tak ada salah Pak Kiai sama sekali. Yang salah ya sopir bus yang ugal-ugalan itu.” Lirih Lia. (KCB2: 357) 4) Allah sudah mengatur jodoh seseorang, walaupun halangan dan cobaan tetapi dengan ikhtiar dan doa Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Rin, kalau memang berjodoh maka kita tidak bisa mengatakan pantas atau tidak pantas. Seorang muslimah yang baik selalu pantas untuk seorang muslim yang baik.” (KCB2: 109) “Ya Allah, Engkau Dzat Yang Maha Melihat dan Mendengar. Engkau melihat segala ikhtiar hamba untuk bertemu dengan makhluk yang Engkau jodohkan untuk menjadi pendamping hidupku. Sudah berhari-hari hamba berikhtiar mengetuk setiap rumah yang hamba yakin akan jadi jodoh hamba. Mulai dari Anna, Rina, Tika, Mila, Afifa, Eva, dan Seila sudah hamba datangi. Engkau Mahatahu kenapa hamba mendatangi mereka ya Allah. (KCB2: 275) “Azzam sudah berikhtiar pelbagai macam jalan dari acara untuk menemukan jari yang cocok memakai cincin ini. Terakhir sudah terpasang cincin ini pada jari seorang gadis dari Kudus. Dan tinggal menunggu hari akad nikah ternyata musibah jadi penghalang. Cincin ini dikembalikan. Dan gadis itu menikah dengan orang lain.” (KCB2: 383) “Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkan. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada Nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya. Suatu hari gadis itu dilamar pemuda yang dianggapnya akan membahagiakannya. Ia menerima lamarannya. Kedua orang tuanya merestuinya. Nikahlah gadis itu dengan sang pemuda. Hari berjalan. Bulan berganti bulan. Orang tuanya beranggapan bahwa putrinya telah menemukan kebahagiaannya. Ternyata anggapan itu tidak sama dengan kenyataan. Enam bulan menikah pemuda yang menikahinya tidak mampu melakukan tugasnya sebagai suami. Gadis itu masih perawan. Masih suci. Pemuda itu lalu menceraikannya. Nak sekarang pertanyaanku. Maukah kau menikah dengan gadis itu?”
ccxxix
(KCB2: 384-385) Ya, Allahlah yang mengatur hidup ini. Kalau memang jodohnya adalah Anna Althafunnisa seperti apapun berliku jalannya maka ia akan sampai pada jodohnya. Itulah yang ada dalam benak Azzam. Meski ia berusaha menahan, matanya tetap berkaca-kaca. (KCB2: 387) 5) Ilmu titen sebenarnya alamiah, tidak bid’ah jika dilakukan secara benar sesuai syariat Islam dan tidak menentang syariat Islam. Mitos-mitos yang tidak berdasarkan apa-apa itu hanya kebohongan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Kak jangan berkata sengit begitu dong sama Bue.” Husna muncul dari kamarnya, “Menurutku ilmu titen sebenarnya ilmiah. Tidak bid’ah. Semua kok terus dibid’ahkan. Alangkah kerdilnya kita menghayati ajaran Allah yang mulia ini kalau suatu ilmu yang ilmiah terus dibid’ahkan.” (KCB2: 248) “Ini, misalnya ya dengan alasan ilmu titen juga. Di daerah Solo dan sekitarnya ini kan ada pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga. Di daerah Semarang sana ada pantangan anak pertama menikah dengan anak pertama. Kata orang-orang tua juga dasarnya ilmu titen itu. (KCB2: 253) “Pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga di Solo disebut lusan. Nomor telu artinya tiga menikah dengan nomor pisan, artinya satu. Katanya kalau nekat menikah nanti salah satu dari orang tua pengantin putra atau pengantin putri akan mati. (KCB2: 253) “Kalau di Semarang anak pertama tidak boleh menikah dengan anak pertama karena nanti kehidupan rumah tangganya tidak bahagia.” Lia menjelaskan. (KCB2: 253) “Sebenarnya itu juga yang mau mbak Husna jelaskan tadi Dik. Tapi keburu dipotong sama Bue. Begini memang ada yang dianggap ilmu titen, tapi sebenarnya ilmu pengawuran. Ilmu gatuk-gatuk, cuma mencocokcocokkan peristiwa yang mentah sepintas saja terus diambil kesimpulan. Terus dinamakan ilmu titen. Yang seperti ini tidak ada landasan ilmiahnya. Kalau ilmu titen yang sebenarnya itu bisa diuji keilmiahannya. Fakta dan datanya bisa dijelaskan. Teorinya bisa didefinisikan. Lha yang cuma menggatuk-gatukkan tanpa penelitian mendalam ini yang repot. Apalagi kalau sudah dimitoskan. Jadilah khurafat. (KCB2: 253)
ccxxx
…..Kenapa mitos-mitos yang penuh kebohongan itu tetap saja jadi kenyakinan. Berapa banyak korban yang sengsara karena mitos seperti itu….. (KCB2: 266) 6) Menurut Sunnah mengebumikan orang telah meninggal dunia semakin cepat semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Katanya menurut sunnah Nabi semakin cepat semakin baik.” (KCB2: 354) “Karena kepala ibumu maaf mungkin retak atau pecah dengan darah yang begitu banyak, saya langsung minta pihak rumah sakit menjahit lukanya terus memandikan dan mengkafani sekalian. Sekarang sedang dikafani. Menurut bapak sebaiknya hari ini juga dikebumikan. Menurut sunnah kan menyegerakan penguburan. Semakin capat semakin baik. Tapi semua keputusan ada di tangan kamu Lia. “ Kata Pak Mahbub dengan suara bergetar. (KCB2: 355) 7) Manusia wajib berikhtiar tapi Allah juga yang menentukan. Allah pun memberi janji di balik kesukaran pasti ada kemudahan, asalkan kita melakukan ibadah dengan ikhlas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Maafkan saya, mungkin saya harus tetap berbaring di sini. Sehingga saya tidak mungkin ke Kudus untuk akad nikah denganmu. Maafkan. Kita manusia hanya bisa berikhtiar tapi Allah jugalah yang menentukan.” Ucap Azzam dan membesarkan jiwanya. (KCB2: 364) “Insya Allah Kak. Janji Allah bersama kesukaran pasti ada kemudahan.” (KCB2: 365) “Jamaah yang dimuliakan Allah, Ibnu Athaillah dalam kitab Al Hikamnya mengatakan “Memperoleh buah amam di dunia adalah kabar gembira bagi orang yang beribadah akan bakal adanya pahala di akhirat.” Maksudnya jika ada orang ikhlas beribadah kepada Allah di dunia ini, dan orang itu merasakan buahnya ibadah itu misalnya ketenangan hati, kejernihan pikiran, keluarga yang sakinah, anak-anak yang shaleh, kerinduan untuk semakin giat beribadah, merasakan kelezatan ibadah dan lain sebagainya. Itu semua menjadi kabar gembira bahwa kelak di akhirat akan ada pahala yang lebih lezat, pahala yang lebih agung dari Allah ‘Azza wa Jalla.” (KCB2: 377) 8) Allah yang mengatur hidup manusia. Karena manusia adalah sebaikbaiknya umat yang diciptakan Allah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
ccxxxi
“Masih. Kau lebih sopanlah sama orang lain. Dengarkanlah orang lain. Aku sering dapat cerita saat ronda kau ini paling susah mendengarkan orang. Ingat Rus, Tuhan menciptakan telinga dua sementara mulut cuma satu. Artinya kita diminta untuk lebih banyak mendengar daripada bicara apalagi membentak-bentak orang!" (KCB2: 235) Ya, Allahlah yang mengatur hidup ini. Kalau memang jodohnya adalah Anna Althafunnisa seperti apapun berliku jalannya maka ia akan sampai pada jodohnya. Itulah yang ada dalam benak Azzam. Meski ia berusaha menahan, matanya tetap berkaca-kaca. (KCB2: 387) Marilah kita hayati diri kita sebagai seekor singa. Allah telah memberikan predikat kepada kita sebagai ummat terbaik di muka bumi ini. Marilah kita bermental menjadi ummat yang terbaik. Jangan bermental ummat yang terbelakang. Allah berfirman, “Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.!” (KCB2: 399) b. Nilai Didik Moral Nilai didik moral adalah perilaku seseorang yang berkaitan dengan hati nurani, akhlak baik atau buruk, kewajiban menjalankan tugasnya dan juga tanggung jawab. Nilai didik moral yang terkandung di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah sebagai berikut: 1) Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan, kita harus menghargainya. karena tidak ada manusia yang sempurna. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Sebagaimana setiap manusia memiliki kelebihan pasti kan juga memiliki kelebihan pasti kan juga memiliki kelemahan bah.” (KCB2: 16) “Anna kau harus mantap! Kau tidak boleh mundur hanya karena keraguan yang tidak jelas dari mana datangnya. Kalau kau mencari manusia yang sempurna, kau tidak akan mendapatkannya di atas muka bumi ini! Semua ummat manusia memiliki aib, kekurangan, salah dan dosa-dosa! Tidak ada yang sempurna. Anna, kau harus yakin keputusanmu adalah benar!” (KCB2: 22-23) Manusia bisa berubah. Demikian juga Husna. Ia telah berubah setelah melewati proses yang sangat panjang. Seorang Nabi sekalipun menjadi matang sehingga mampu memikul risalah setelah melalui proses panjang. Setelah melalui tempaan-tempaan. Sebelum menjadi Nabi, seorang Yusuf harus dibuang ke dalam sumur. Lalu dijual sebagai budak. Diuji fitnah Zulaikha. Dipenjara. Barulah dimuliakan oleh Allah. (KCB2: 137-138)
ccxxxii
Sebelum menjadi manusia yang dijamin masuk surga, Umar bin Khattab pernah jahiliyyah. Pernah melakukan perbuatan keji, membunuh anak perempuannya yang baru lahir dengan menanamnya hidup-hidup. Ia juga memusuhi dakwah Nabi. Bahkan berniat membunuh Nabi! Namun Umar terus berproses dengan mengikuti nuraninya yang fitri. Umar terus berusaha lebih baik dari hari ke hari dengan mengikuti petunjuk Nabi. (KCB2: 138) 2) Kesanggupan adalah amanah yang wajib dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: Selesai menulis puisi itu, Azzam jadi teringat janjinya pada Hafez. Ia telah menyanggupi untuk memberi tahu Fadhil tentang keinginan Hafez mengkhitbah Cut Mala. Kesanggupannya adalah amanah. Amanah yang sangat penting sebab berkaitan dengan cinta anak manusia. Alangkah bahagianya jika seseorang bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Dan alangkah bahagianya jika setelah menikah itu cintanya berkembang dari masa ke masa. (KCB2: 139) 3) Bekerja keras dan berfikir cerdas adalah kunci kesuksesan. Sedangkan malas adalah pangkal dari kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Sejarah mencatat bahwa prestasi-prestasi besar dilahirkan oleh mereka yang hampir tidak punya waktu untuk istirahat. Mereka yang bekerja keras dengan pikiran cerdas. Kenapa ada Negara lebih maju dari Negara lain, dan ada Negara yang ketinggalan dari Negara lain? Jawabannya menurutku sederhana saja. Suatu Negara lebih maju dari Negara lain karena Negara itu lebih hebat kerja kersanya dari Negara lain. Dan jika ada suatu Negara ketinggalan jauh di belakang Negara lain, itu karena Negara itu sangat pernah malasnya. (KCB2: 144) “Benyamin Franklin mengatakan bahwa malas adalah pangkal kemiskinan. Sedangkan Leonardo Da Vinci mengisyaratkan bahwa malas adalah pangkal kebodohan. Da Vinci pernah mengatakan, ‘Sama seperti yang bisa berkarat karena jarang digunakan, maka berdiam diri bisa merusak kesehatan.’ (KCB2: 144-145) Namun setelah ia pikir dengan seksama lebih baik memulai usaha itu setelah benar-benar cukup menguasai medan. Ia harus lebih matang melakukan penelitian. Dengan penelitian yang mendalam ia akan mampu melihat peluang-peluang bisnis yang lain. (KCB2: 165)
ccxxxiii
4) Manusia jangan sombong, karena sombong adalah sifat Allah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: Sombong adalah sifat milik Allah saja, yang berhak memiliki hanya Allah. Tidak boleh ada satu makhluk pun yang menyaingi Allah dalam hal ini. Siapa yang menyaingi Allah dan merasa berhak memiliki sifat takabbur maka dia berarti merasa menjadi Tuhan manusia. Orang yang seperti ini pasti mendapatkan murka dari Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman,’Sombong adalah selendang-Ku, dan agung adalah pakaian-Ku. Siapa yang menyaingiKu dalam salah satu dari keduanya maka akan Aku lemapar dia ke dalam neraka Jahannam.’(KCB2: 187) 5) Dalam berbisnis jangan hanya pada satu tempat karena jika salah satu rugi masih ada bisnis lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: Ia membaca nasihat seorang pengusaha sukses di sebuah buku paduan bisnis agar tidak meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Sebab jika suatu ketika keranjang itu jatuh maka telur akan pecah semua. Dan akibatnya akan sangat fatal. Maka yang baik dalam bisnis adalah meletakkan banyak telur di keranjang yang berbeda. Agar jika ada satu keranjang yang jatuh masih ada telur lain yang selamat. Dan telur yang selamat itu masih akan bisa menetas menjadi ayam dan bisa mendatangkan telur baru. (KCB2: 243-244) 6) Hidup harus bisa menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Tidak! Kau harus menyeimbangkan duniamu dengan akhiratmu Zam! Kau harus punya waktu untuk mengamalkan ilmumu dan menegakkan ajaran agamamu. Ya bisnis, ya juga mengajarkan ilmu! Kalau kau hanya memusatkan perhatianmu pada bisnismu, Bue tidak ridha!” (KCB2: 245) 7) Jangan mudah putus asa, karena jika kita putus asa tidak akan pernah mencapai kesuksesan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: …Azzam bangkit dari keterpurukannya. Sebenarnya berkali-kali rasa putus asa karena kecelakaan itu hendak membelitnya, tapi ia sama sekali tidak mau rasa putus asa sedikitpun menjamah dirinya. Berkenalanpun ia tidak mau dengan yang namanya putus asa. Ia teringat perkataan Vince Lombard: Once you learn to quit, it becomes a habit. Sekali saja kamu belajar untuk berputus asa maka akan menjadi kebiasaan! (KCB2: 373) 8) Kecelakaan moral lebih bahaya apabila dibandingkan kecelakaan fisik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
ccxxxiv
“Kecelakaan seperti ini biasa saja. Nanti juga sembuh seperti sedia kala. Kecelakaan seperti ini hanyalah kecelakaan fisik ringan tak akan mengubah orang yang hatinya ada cinta. Jika kecelakaannya adalah kecelakaan moral seperti zina misalnya maka itu akan menghilangkan cinta. Rasa sukaku masih sama.” (KCB2: 370) 9) Jujur adalah hal yang terbaik yang harus dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Maafkan aku Dik, maafkan…” Kata Furqan, ia lalu menceritakan apa yang menimpanya sebelum ia pulang ke Indonesia. Ia bercerita dengan sejujur-jujurnya. Ia bercerita tentang peristiwa mengerikan yang menimpanya di Hotel Maridien. Ia yang tahu-tahu bangun tidur dalam keadaan yang memalukan. Lalu pesan Miss Italiana yang mengintimidasinya. Tentang foto-foto yang memalukan. Tentang tertangkapnya Miss Italiana yang ternyata agen Mossad penyebar virus HIV. Dan tentang dirinya yang divonis positif mengidap HIV. Serta janji Kolonel Fuad untuk tidak menyebar berita tentangnya, juga janjinya pada Kolonel Fuad untuk tidak menyebarkan virus HIV yang diidapnya pada orang lain. (KCB2: 310) 10) Kita harus setia dengan pasangan kita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: Hati Anna hampir-hampir terkoyak. Seseorang yang pernah ia harapkan, kini benar-benar ada di pelupuk kedua matanya. Tak pernah terpikirkan sedikitpun bahwa suatu saat ia akan bertemu dengannya. Perasaan Anna yang sudah benar-benar terpendam jauh semenjak lamaran Furqan diterima, hampir muncul ke permuakaan. Hampir-hampir ia tak kuasa menahan perasaan itu. Namun ia segera mengukuhkan hatinya untuk orang yang telah resmi menjadi tunangannya, yaitu Furqan. Ia beristighfar. (KCB2: 157) Ia harus meneguhkan diri, bahwa lamaran Furqan telah diterima, dua keluarga telah mempersiapkan segalanya, dan akad nikah akan segera dilangsungkan segera. Inilah kenyataan yang harus ia syukuri. Ia harus bisa melawan keinginan semunya yang telah lampau. Ia juga harus membuang jauh perasaannya. Perasaan yang hanya akan membuatnya gamang. Boleh jadi perasaan itu sebenarnya adalah godaan setan kepada orang yang akan mengikuti sunnah Rasul, yaitu membangun rumah tangga sesuai syariat yang mulia.(KCB2: 157) c. Nilai Didik Sosial Nilai didik sosial adalah nilai-nilai ajaran tentang bagaimana cara hidup bersosialisasi dalam masyarakat dan hubungan terhadap sesama
ccxxxv
manusia yang lebih mementingkan kepentingan umum. Nilai didik sosial yang terkandung di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah sebagai berikut: 1) Tolong menolong sesama teman yang membutuhkan bantuan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Neng kan sarjana Syariah dari Al Azhar. Kami minta Neng Anna menyoroti isi dan pesan yang terkandung dalam kumpulan cerpen itu sudah sesuai dengan syariah belum. Sesuai dengan ajaran islam yang mulia tidak. Itu saja. Tolong ya Neng. Kalau Neng Anna tidak maukami harus bagaimana lagi. Waktunya tinggal besok Neng.” Nafisah membujuk dengan nada mengiba. Anna Althafunnisa diam sesaat. Keningnya berkerut. Ia mengambil nafas agak panjang lalu mendesah. Bibirnya yang indah itu bergetar lirih. “Baiklah.” (KCB2: 24-25) 2) Silaturrahmi adalah hal yang tidak boleh diputus oleh manusia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: “Datang ke sini ya. Pengajian Al Hikam. Untuk umum. Biar kamu serawung dengan banyak orang. Biar nanti dengan silaturrahmi tambah jaringan dan koneksi. Diantara yang ngaji itu banyak juga lho pebisnispebisnis muda Solo dan Klaten.”(KCB2: 176) Azzam menitikkan air mata. Ia tidak berlama-lama. Ia pulang dengan rasa haru membucah di dada. Kenapa ia meremehkan silahturrahmi? Ia memaki dirinya sendiri. Kenapa ketika ia diberi kartu nama dan diminta silaturrahmi dia tidak datang. Coba kalau datang. Anak Pak Jazuli itu tidak kalah jelita disbanding Eliana dan Anna. Ia lulusan matematika S.2 Belanda. Sebelumnya di ITB. Dari keluarga santri. Ia memukul kepalanya sendiri. Penyesalan selalu datang belakangan. Meremehkan hal-hal kecil bisa membuat seseorang akan menyesal berkepanjangan. (KCB2: 271) 3) Banyak manusia hidup di muka bumi ini tapi tidak mengetahui jati dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Saya tersentak oleh kisah anak singa di atas! Jangan-jangan kondisi kita, dan sebagian besar orang di sekeliling kita mirip dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilikinya. (KCB2: 395) Betapa banyak manusia yang menjalani hidup apa adanya, biasa-biasa saja, ala kadarnya. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang dimilikinya. (KCB2: 395-396)
ccxxxvi
Saya amati orang-orang disekitar saya. Di antara mereka ada yang telah menemukan jati dirinya. Hidup dinamis dan prestatif. Sangat paham untuk apa ia hidup dan bagaimana ia harus hidup. Hari demi hari ia lalui dengan penuh semangat dan optimis. Detik demi detik yang dilaluinya adalah kumpulan prestasi dan rasa bahagia. Semakin besar rintangan menghadap semakin besar pula semangat untuk menakhulkannya. (KCB2: 396) 4) Bangsa Indonesia masih kurang percaya diri dengan bangsa lain. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Banyak yang minder dengan bangsa lain. Seperti mindernya anak singa bermental kambing pada serigala dalam kisah di atas. Padahal sebenarnya, Bangsa ini adalah bangsa besar! Ummat ini adalah ummat yang besar! (KCB2: 398) Bangsa ini adalah sebenarnya singa dewasa yang sebenarnya memiliki kekuatan dahsyat. Bukan bangsa sekawanan kambing. Sekali rasa berdaya itu muncul dalam jiwa anak bangsa ini, maka ia akn menunjukkan pada dunia bahwa ia adalah singa yang tidak boleh diremehkan sedikitpun. (KCB2: 398)
B. Pembahasan 1. Stuktur Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 Unsur intrinsik yang diperoleh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 yaitu terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, bahasa, latar dan amanat hasil tersebut kemudian dibahas lebih lanjut hingga akhirnya diperoleh kesimpulan.
a. Tema Secara garis besar tema dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 karya Habiburrahman El Shirazy adalah masalah hakiki manusia yaitu percintaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2002: 142) menyatakan bahwa tema diambil dari khazanah kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk memberikan saksi sejarah atau mungkin sebagai reaksi terhadap praktek kehidupan masyarakat yang tidak disetujui. Menurutnya tema adalah masalah hakiki manusia, seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya. Percintaan yang disampaikan tidak hanya cinta
ccxxxvii
sesama manusia tetapi juga cinta seseorang dengan Tuhan dan Rasul-Nya yang ditunjukkan dengan keimanan kepada Tuhan, dan sebaliknya cinta Tuhan kepada umat-Nya yang ditunjukkan dengan cobaan kepada hambanya serta petunjuk hidup berupa Al-Quran dan Sunnah Rasul. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1, Habiburrahman El Shirazy menampilkan keteguhan iman tokoh-tokohnya dalam menghadapi cobaan tentang kisah percintaan. Selain itu, terdapat sub tema lain, yaitu tentang pendidikan. Pendidikan formal yang selama ini dalam masyarakat dijadikan landasan status seorang lebih tinggi jika orang tersebut telah memiliki gelar, dibandingkan yang tidak memiliki gelar. Padahal banyak pendidikan tentang hidup yang tidak didapat setiap orang. Untuk mendapatkan tema utama dari novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dapat dilihat dari banyak tokoh-tokohnya. Di antaranya tokoh utama Khairul Azzam yang mencintai Anna Althafunnisa, namun Anna telah dilamar sahabatnya sendiri Furqan, dan Azzampun merelakannya karena seorang muslim tidak boleh melamar seorang wanita yang sudah dilamar saudaranya sendiri. Ada juga kisah Tiara dan Fadhil yang saling mencintai, namun mereka belum dijodohkan oleh Allah. Sehingga Fadhilpun lebih ingin mendapatkan cinta Allah dibandingkan cinta Tiara, yang mungkin bisa hilang dan sirna. Selain itu juga diangkat tema pendidikan. Pendidikan Azzam yang selama sembilan tahun kuliah baru lulus gelar S.1. Anna Althafunnisa yang pandai berbahasa Inggris, sedang menyelesaikan tesis S.2 dan juga ada sosok Furqan yang telah menyandang gelar master. Pengarang dalam menyampaikan tema tersebut tidak secara langsung dituliskan, namun diketahui melalui dialog antar tokohnya dan kejadian yang terjadi, sehingga pembaca harus menafsirkan sendiri tema tersebut.
b. Tokoh dan Penokohan Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 tokoh dan penokohan menurut kadar keutamaan tokoh-tokohnya dapat dikategorikan yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 176)
ccxxxviii
yang menyatakan dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada yang tergolong penting dan ditampilkan terusmenerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan mungkin itupun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita, sedang yang kedua adalah tokoh tambahan. Sedangkan jika dilihat dari fungsi penampilan tokohnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu protagonis dan antagonis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 178) yang menyatakan dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Dalam membaca novel, pembaca sering mengidentifikasikan diri dengan tokoh-tokoh tertentu, memberikan simpati dan empati melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 tokoh utama-utama-protagonis adalah Khairul Azzam. Azzam adalah tokoh yang dikagumi pembaca karena ia adalah tokoh yang mempunyai sifat religius, mencintai Al-Quran, pekerja keras, rela berkorban demi keluarganya, lapang dada, sabar dan bijaksana, menjaga kesucian dan bertanggung jawab. Azzam dapat disebut sebagai tokoh yang berperan untuk pengejawantahan norma dan nilai yang baik untuk pembacanya. Hal ini sesuai pendapat (Altenbernd dan Lewis dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 178) yang menyatakan tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi—yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero— tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 penggolangan tokoh tambahanutama-protagonis meliputi Eliana, Anna Althafunnisa, Hafes, Nanang, Nasir, Fadhil, Cut Mala dan Pak Ali. Mereka dikatakan tokoh tambahan-utamaprotagonis karena mereka memiliki porsi peranaan yang relatif pendek. Dikatakan protagonis karena mereka mempunyai sifat yang baik yang mendukung tokoh Azzam sehingga mereka juga digolongkan tokoh yang
ccxxxix
berperan untuk pengejawantahan norma dan nilai yang baik untuk pembacanya. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 penggolangan tokoh tambahanutama-antagonis meliputi Furqan, Tiara dan Sara. Ia merupakan tokoh penyebab terjadinya konflik atau masalah secara langsung yang memiliki porsi penceritaan relatif pendek. Mereka digolongkan ke dalam peran antagonis karena menjadi penyebab adanya konflik dalam cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 179) yang menyatakan sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan, khususnya konflik yang dialami oleh tokoh protagonis. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 masih banyak tokoh-tokoh lainnya, yaitu tokoh yang disebut tambahan-tambahan-protagonis maupun tokoh tambahan-tambahan-antagonis. Tokoh tersebut juga berperan membantu jalannya cerita.
c. Bahasa Bahasa yang digunakan pengarang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 sangat santun dan halus. Setiap kata, kalimat dan paragraf yang disampaikan memiliki nilai estetis, membuat ajaran moral yang akan disampaikan tidak terkesan dipaksakan. Sehingga pembacapun mendapatkan ajaran moral yang secara halus masuk ke dalam jiwanya. Dalam novel ini juga terdapat puisi yang bahasanya sangat indah yang melukiskan cinta. Membawa pembaca mengalir ke dalam indahnya dunia sastra. Hal ini menunjukkan adanya unsur emotif dalam bahasanya. Banyak juga terdapat kalimat yang mengandung gaya bahasa yang sangat indah dan ungkapan-ungkapan yang santun. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 273) menyatakan bahwa pada umumnya bahasa yang ada dalam karya sastra berbeda dengan bahasa nonsastra. Bahasa yang digunakan mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif. Kemudian adanya juga gaya bahasa. Contoh dari bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
ccxl
…Akan tetapi lebih dari itu, yang membuat segala yang dipandangnya tampak menakjubkan adalah karena musim semi yang sedang bertandang di hatinya… (KCB1: 41) Matahari terus mendekati peraduannya. Sinarnya yang kuning keemasan kini mulai bersulam kemerahan. Ombak datang silih berganti seolah menyapa dan menciumi pasir-pasir pantai yang putih nan bersih.terasa damai dan indah…. (KCB1: 46) Ia berjalan dengan hati berselimut cinta. Kedua matanya basah oleh air mata haru dan bahagia. Itu bukan pertama kali ia menangis bahagia. Ia pernah beberapa kali menangis bahagia… (KCB1: 149) d. Latar Latar yang dilukiskan pengarang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 sangat baik. Latar juga mempengaruhi secara keseluruhan novel, dengan penyampaian latar yang baik maka pembacapun dapat seolah masuk ke dalam latar novel tersebut. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 ini menampilkan tiga latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan berupa tempat yang dapat dilihat pada dunia nyata. Latar tempat novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah tempat-tempat di Mesir. Tempat tersebut antara lain: taman pantai El Muntazah, lobby hotel dekat sungai Nil, pinggir pantai Cleopatra, di dalam mobil BMW, pinggir trotoar, toko buku El Manshiya, hotel, flat,tempat penjualan Muqarrar, rumah sakit, kampus Al Azhar, SIC,halaman Duta Wisma, KBRI, Munasabat Daarul Masjid Musa bin Nushair Hay El Sabe’ dan di pesawat. Penulis menceritakan latar tempat ini dengan indahnya sehingga pembaca dapat menikmati seolah-olah berada di tempat tersebut. Latar waktu adalah berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam novel. Latar waktu dalam novel ini menggunakan senja, malam, siang, menjelang Maghrib, pagi, fajar, sore dan menunjuk jam.
ccxli
Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat yang terdapat dalam cerita novel. Latar sosial dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah masyarakat Mesir yang penduduknya sebagian besar beragama Islam. Latar sosial yang disampaikan berisi tentang masyarakat Mesir yang sangat menjunjung tinggi agama Islam. Hal-hal yang disampaikan kental dengan ajaran Islam.
e. Amanat Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 mempunyai nilai didik yang bermanfaat bagi pembacanya. Amanat yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah tentang ajaran moral dan nilai kemanusiaan. Dalam menghadapi cobaan hidup agar kita berpegang teguh pada Al-Quran. Agar kita lebih mengutamakan cinta sejati kita, yaitu cinta kepada Allah dan RasulNya. Hal ini sesuai dengan pendapat Panuti Sudjiman (1988: 57) yang menyatakan amanat adalah suatu pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Wujud amanat dapat berupa kata-kata mutiara, nasihat, firman Tuhan sebagai petunjuk untuk memberikan nasihat dari tindakan tokoh cerita. Amanat lain dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 terdapat ajaran bahwa kesuksesan sejati tidak hanya mendapatkan gelar dalam pendidikan, namun dengan kita memberi kebahagiaan kepada orang-orang terkasih adalah kesuksesan sejati dalam hidup, karena tidak semua kesuksesan hanya diukur dari materi ataupun gelar duniawi saja. Kerja keras adalah kunci kesuksesan sejati dapat diraih. Jadi dalam hidup seseorang tidak boleh mudah putus asa, mengeluh dan harus berusaha sekuat tenaga yang kita miliki. Seorang muslim tidak tidak boleh mendzalimi muslim lainnya, karena dalam agama Islam tidak boleh saling menyakiti dengan saudaranya sesama Islam. Haram bagi umat Islam menyakiti saudaranya seiman.
f. Sudut Pandang
ccxlii
Sudut pandang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “ia”. Narator adalah seseorang di luar cerita. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi pengarang dapat lebih leluasa menceritakan tokoh-tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 pengarang dapat menceritakan peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya dengan leluasa karena menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 256) penceritaan yang menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “dia” Narator adalah seseorang di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 pengarang menyebutkan banyak tokohnya seperti Khairul Azzam, Anna Althafunnisa, Eliana, Pak Ali, Fadhil, Tiara, Hafes dan lain-lain.
g. Alur Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 ini pengarang memaparkan berbagai alur cerita dengan pembagian pada masing-masing judul untuk lebih mempermudah pembaca dalam menikmati novel ini, di mana dalam penyajiannya juga sang penulis menyertakan sumber pengetahuan yang cukup jelas untuk lebih memperkuat dalil yang tercantum. Karena mengingat novel ini adalah sebuah novel pembangun jiwa dalam mengarungi hidup lebih indah dan bahagia dengan rahmat Allah. Dalam alur ceritanya juga terdapat beberapa alur flash back yaitu mengingat masa lalu. Mengingat masa lalu adalah untuk menceritakan kejadian yang dialami tokohnya di masa lalu. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 ini terdapat tujuh tahap alur yang sangat menarik di dalamnya. Hal ini sesuai pendapat Herman J. Waluyo
ccxliii
(2002: 147) bahwa alur cerita meliputi tujuh tahapan, yaitu eksposisi, inciting moment, ricing action, complication, klimaks, falling action, dan denovement.
2. Stuktur Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 terdapat unsur intrinsik yang terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, bahasa, latar dan amanat hasil tersebut kemudian dibahas lebih lanjut hingga akhirnya diperoleh kesimpulan. a. Tema Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 karya Habiburrahman El Shirazy mempunyai tema yang hampir sama dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 yaitu masalah hakiki manusia yaitu percintaan. Percintaan yang disampaikan tidak hanya cinta sesama manusia tetapi juga cinta seseorang dengan Tuhan dan Rasul-Nya yang ditunjukkan dengan keimanan kepada Tuhan, dan sebaliknya cinta Tuhan kepada umat-Nya yang ditunjukkan dengan cobaan kepada hambanya serta petunjuk hidup berupa Al-Quran dan Sunnah Rasul. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2, Habiburrahman El Shirazy juga menampilkan bagaimana ajaran Islam yang benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2002: 142) menyatakan bahwa tema diambil dari khazanah kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk memberikan saksi sejarah atau mungkin sebagai reaksi terhadap praktek kehidupan masyarakat yang tidak disetujui. Menurutnya tema adalah masalah hakiki manusia, seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2, Habiburrahman El Shirazy menampilkan keteguhan iman tokoh-tokohnya dalam menghadapi cobaan mencari cinta. Selain tema tentang cinta,sub tema lain yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 karya Habiburrahman El Shirazy adalah tentang kerja keras dalam berbisnis. Bahwa dalam berbisnis tidak boleh mudah putus asa.
ccxliv
Tema utama dari novel Ketika Cinta Bertasbih 2 dapat diperoleh dengan
melihat dari tokoh-tokohnya. Di antaranya tokoh utama Khairul
Azzam yang mencintai Anna Althafunnisa, namun Anna telah menikah dengan Furqan, dan Azzampun berusaha mencari jodohnya hingga berkalikali namun dia belum menemukan jodohnya. Namun dengan keteguhan imannya, Azzampun akhirnya menemukan jodohnya yaitu Anna Althafunnisa setelah melewati perjuangan yang panjang. Ada juga kisah Azzam dan Vivi yang sudah bertunangan dan siap melaksanakan pernikahan, namun mereka belum dijodohkan oleh Allah karena Azzam dan ibunya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya. Vivipun akhirnya memutuskan pertunangannya karena tak sanggup menunggu Azzam terlalu lama. Selain itu juga diangkat tema kerja keras. Kerja keras melanjutkan hidup di Kartasura dengan berjualan bakso dan membuka fotokopi. Walaupun harus jatuh bangun dalam bisnisnya, Azzam tidak mudah putus asa, dan akhirnya mendapat kesuksesan. Pengarang dalam menyampaikan tema tersebut tidak secara langsung dituliskan, namun diketahui melalui dialog antar tokohnya dan kejadian yang terjadi, sehingga pembaca harus menafsirkan sendiri tema tersebut.
b. Tokoh dan Penokohan Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 tokoh dan penokohanpun sama dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1, menurut kadar keutamaan tokohtokohnya dapat dikategorikan yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 176) yang menyatakan dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh(-tokoh) yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan mungkin itupun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita, sedang yang kedua adalah tokoh tambahan.
ccxlv
Sedangkan jika dilihat dari fungsi penampilan tokohnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu protagonis dan antagonis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 178) yang menyatakan dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Dalam membaca novel, pembaca sering mengidentifikasikan diri dengan tokoh(-tokoh) tertentu, memberikan simpati dan empati melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 tokoh utama-utama-protagonis sama dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah Khairul Azzam. Azzam adalah tokoh yang dikagumi pembaca karena ia adalah tokoh yang mempunyai sifat berbakti, berprestasi, bertanggung jawab, pekerja keras, bijaksana, religius dan tidak sombong. Azzam dapat disebut sebagai tokoh yang berperan untuk pengejawantahan norma dan nilai yang baik untuk pembacanya. Hal ini sesuai pendapat (Altenbernd dan Lewis dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 178) yang menyatakan tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi—yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero—tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 penggolangan tokoh tambahanutama-protagonis meliputi Eliana, Anna Althafunnisa, Husna, Lia, Ibu Malikatun Nafisah, Kiai Lutfi, Bu Nyai Nur, Ilyas dan Vivi Mereka dikatakan tokoh tambahan-utama-protagonis karena mereka memiliki porsi peranaan yang relatif pendek. Dikatakan protagonis karena mereka mempunyai sifat yang baik yang mendukung tokoh Azzam sehingga mereka juga digolongkan tokoh yang berperan untuk pengejawantahan norma dan nilai yang baik untuk pembacanya. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 penggolangan tokoh tambahanutama-antagonis meliputi Furqan, Zumrah dan Marhus. Ia merupakan tokoh penyebab terjadinya konflik atau masalah secara langsung yang memiliki porsi penceritaan relatif pendek. Mereka digolongkan ke dalam peran antagonis karena menjadi penyebab adanya konflik dalam cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 179) yang menyatakan
ccxlvi
sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan, khususnya konflik yang dialami oleh tokoh protagonis. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh lain yang membantu jalannya cerita juga terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2, yaitu tokoh yang disebut tambahan-tambahanprotagonis maupun tokoh tambahan-tambahan-antagonis.
c. Bahasa Tidak jauh berbeda dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1, bahasa yang digunakan pengarang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 juga santun dan halus. Setiap kata, kalimat dan paragraf yang disampaikan memiliki nilai estetis, membuat ajaran moral yang akan disampaikan tidak terkesan dipaksakan. Dalam novel ini juga terdapat puisi yang bahasanya sangat indah yang melukiskan cinta sesama manusia ataupun cinta dengan Tuhan-Nya. Hal ini menunjukkan adanya unsur emotif dalam bahasanya. Banyak juga terdapat kalimat yang mengandung gaya bahasa yang sangat indah dan ungkapanungkapan yang santun. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 273) menyatakan bahwa pada umumnya bahasa yang ada dalam karya sastra berbeda dengan bahasa nonsastra. Bahasa yang digunakan mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif. Kemudian adanya juga gaya bahasa. Contoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah sebagai berikut: Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat kauni yang maha indah itu begitu saja (KCB2: 7) Anna berdiri didepan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putih, ia menikmati keindahan desa Wangen dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angina pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. (KCB2: 9)
ccxlvii
“Menurutku, cinta adalah kekuata yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi Nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi taman, mengubah penjara jadi istana, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibah, itulah cinta! (KCB2: 68) d. Latar Latar yang dilukiskan pengarang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 sangat baik. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 ini menampilkan tiga latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan berupa tempat yang dapat dilihat pada dunia nyata atau dilihat dengan indera mata. Latar tempat novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah tempat-tempat di Indonesia. Tempat tersebut antara lain: dukuh Wangen, pesantren Daarul Quran Wangen, Jakarta, di Bus, hotel, Taman Ismail Marzuki, gedung Graha Bakti Budaya, pasar Klewer, masjid Agung, timlo mbok Yem Sriwedari, jalan rumah Azzam, kamar kos, Novotel, rumah Vivi dan Rumah Sakit. Latar waktu adalah berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam novel. Latar waktu dalam novel ini menggunakan dini hari, fajar, sore, malam, siang, pagi, usai Maghrib, sebelum sulur cahaya mekar dan menunjuk jam.
ccxlviii
Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat yang terdapat dalam cerita novel. Latar sosial dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Wangen dan Sraten atau dapat disebut Surakarta. Di Wangen adalah daerah pesantren jadi di sana banyak terdapat umat Islam.
e. Amanat Pesan atau amanat yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah tentang ajaran moral dan nilai kemanusiaan. Dalam menghadapi cobaan hidup agar kita berpegang teguh pada Al-Quran. Agar kita lebih mengutamakan cinta sejati kita, yaitu cinta kepada Allah dan RasulNya. Hal ini sesuai dengan pendapat Panuli Sudjiman (1988: 57) yang menyatakan amanat adalah suatu pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Wujud amanat dapat berupa kata-kata mutiara, nasihat, firman Tuhan sebagai petunjuk untuk memberikan nasihat dari tindakan tokoh cerita. Selain itu dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 terdapat ajaran bahwa dalam bekerja dan berbisnis harus rajin, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa, agar hasil yang diperolehpun memuaskan, yaitu kesuksesan.
f. Sudut Pandang Sudut pandang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2-pun sama dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 yaitu menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “ia”. Narator adalah seseorang di luar cerita. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi pengarang dapat lebih leluasa menceritakan tokoh-tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 pengarang dapat menceritakan peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya dengan leluasa karena menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 256) penceritaan yang menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “dia” Narator adalah seseorang di luar cerita yang
ccxlix
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 pengarang menyebutkan banyak tokohnya seperti Khairul Azzam, Anna Althafunnisa, Eliana, Husna, Lia, Ilyas Malikatun Nafisah, Kiai Lutfi, Bu Nyai Nur , Vivi, Furqan, Zumrah, Marhus dan lain-lain.
g. Alur Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 ini pengarang memaparkan berbagai alur cerita dengan pembagian pada masing-masing judul untuk lebih mempermudah pembaca dalam menikmati novel ini, di mana dalam penyajiannya juga sang penulis menyertakan sumber pengetahuan yang cukup jelas untuk lebih memperkuat dalil yang tercantum. Karena mengingat novel ini adalah sebuah novel pembangun jiwa dalam mengarungi hidup lebih indah dan bahagia dengan rahmad Allah. Dalam alur ceritanya juga terdapat beberapa alur flash back yaitu mengingat masa lalu. Mengingat masa lalu adalah untuk menceritakan kejadian yang dialami tokohnya di masa lalu. Sama halnya dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1, novel Ketika Cinta Bertasbih 2 ini juga terdapat tujuh tahap alur yang sangat menarik di dalamnya. Hal ini sesuai pendapat Herman J. Waluyo (2002: 147) bahwa alur cerita meliputi tujuh tahapan, yaitu eksposisi, inciting moment, ricing action, complication, klimaks, falling action, dan denovement.
3. Nilai Didik dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah novel pembangun jiwa yang di dalamnya banyak konflik tentang kehidupan manusia. Karena merupakan novel pembangun jiwa maka pembaca setelah membaca novel ini dapat mengambil hikmah dan nilai positif yang membangun jiwa pembaca agar menjadi lebih baik.
ccl
Nilai-nilai didik yang tedapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah sebagai berikut: a. Nilai Didik Religius Nilai didik yang bersifat religius yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah keteguhan iman terhadap menjaga kesucian manusia sesuai dengan syariat agama. Artinya bahwa segala yang dikerjakan oleh manusia harus sesuai dengan syariat agama islam yang harus menjaga kesucian manusia dengan jalan jangan melupakan Al-Quran. Selain itu, seseorang boleh berusaha tetapi harus ingat bahwa Allah SWT yang menentukan segalanya dalam hidup seseorang. Artinya Allah SWT yang megatur hidup kita. Beliau adalah yang wajib kita takuti. Seorang muslim tidak tidak boleh mendzalimi muslim lainnya. Artinya bahwa kita sebagai umat Islam tidak boleh menyakiti hati saudara muslim kita yang lainnya. Menyadari dan menyakini bahwa cinta sejati adalah cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya di dunia ini tak ada cinta yang sejati. Berdoa kepada Allah SWT dan berusaha di jalan Allah SWT adalah kunci ketenagan hati. Percaya bahwa jodoh tiap manusia telah diatur oleh Allah SWT. Artinya bahwa bagaimanapun kita mencintai seseorang, tapi kalau Allah tidak menjodohkan maka tidak akan pernah terjadi. Nilai didik religius didasarkan pada kalimat atau dialog antar tokoh yang menunjukkan adanya ajaran agama, nilai keimanan terhadap Allah SWT, Sunah Rasul dan syariat Islam yang diajarkan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1. Hal ini sesuai pendapat Mangunwijaya (dalam Burhan Nurgiyantoro 2005: 328) yang menyatakan bahwa agama lebih menunjukkan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum resmi. Religiositas dipihak lain, melihat aspek di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi. b. Nilai Didik Moral Nilai didik moral yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah mencintai seseorang boleh saja namun jangan berlebihan. Artinya
ccli
jangan mengorbankan segalanya demi cinta saja. Cinta sejati itu tidak menyakitkan namun menyembuhkan. Setiap orang mempunyai prinsip hidup, jadi kita berkewajiban menghargai dan menghormati prinsip hidup orang lain, agar prinsip hidup kitapun dihargai orang lain. Jangan membantah perintah orang tua, kita harus mendengar dan menjalankan apa yang diperintahkan orang tua selama perintah itu baik dan tidak bertentangan dengan agama. Jangan berlebih dalam melakukan sesuatu, artinya bahwa dalam melakukan segala hal jangan melebihi porsinya, karena hasilnya pasti kurang baik. Dalam mengambil sebuah keputusan, jangan menggunakan emosi. Karena keputusan yang kita ambil harus dipikirkan dengan baik-baik. Jangan mengumbar nafsu kita, artinya bahwa kita harus bisa mengendalikan syahwat agar tidak terjerembab ke hal yang tidak baik, yang akan merugikan diri sendiri. Hidup kita harus jujur, artinya dalam melakukan sesuatu kita harus bisa fair dan jujur. Jangan mengkhianati teman, artinya kita kepada teman tidak boleh saling menyakiti. Penggolongan nilai didik moral dilihat dari bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku para tokohnya dalam kehidupan bermasyarakat yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 322) menyatakan bahwa moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Nilai didik moral
yang diperolehpun sesuai dengan hati nurani
manusia, pemenuhan kewajiban atas hak orang lain dan tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Bertens (1999: 143-144) mengemukakan ciri-ciri nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab, hati nurani, bersifat mewajibkan dan bersifat formal.
c. Nilai Didik Sosial Nilai didik yang bersifat religius yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 adalah jangan menilai seseorang hanya dengan satu sisi saja karena setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing. Tolong menolong terhadap sesama, bahwa kita harus menolong siapa
cclii
saja yang membutuhkan pertolongan kita. Bersilaturrahmilah dengan sesama manusia, artinya bahwa dengan menjaga hubungan baik dan mengunjungi saudara atau teman atau tetangga dapat menjaga keharmonisan Setiap orang mempunyai kelebihan dalam bidang yang berbeda, jadi kita tidak boleh menilai orang dari salah satu bidang saja. Jangan mengecewakan orang lain dan bersikap profesional. Toleransi dengan sesama teman, artinya kita tidak boleh egois dengan memikirkan kepentingan kita sendiri, tapi juga harus bertoleransi dengan keadaan di sekitar kita. Tolong menolong dengan sesama teman. Artinya jika ada yang membutuhkan pertolongan maka kita wajib menolongnya. Rasa persaudaraan dengan teman. Artinya kita tidak mungkin bisa hidup sendiri, harus bersaudara dengan yang lainnya. Nilai pendidikan sosial ini berhubungan dengan masyarakat atau sistem sosial. Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang bisa direnungkan. Untuk mendapatkan nilai sosial diperlukan nilai-nilai ajaran yang berhubungan dengan cara hidup bersosialisasi dengan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Allport, Vernon dan Lindzey (dalam Jujun S. Suriasumantri, 2001: 263) yang menyatakan bahwa nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur.
4. Nilai Didik dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah lanjutan dari novel Ketika Cinta Bertasbih 1, novel Ketika Cinta Bertasbih 2 juga novel pembangun jiwa yang di dalamnya banyak konflik tentang kehidupan manusia. Karena merupakan novel pembangun jiwa maka pembaca setelah membaca novel ini dapat mengambil hikmah dan nilai positif yang membangun jiwa pembaca agar menjadi lebih baik. Nilai-nilai didik yang tedapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah sebagai berikut: a. Nilai Didik Religius Nilai didik yang bersifat religius yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah orang yang suka memfitnah tidak akan masuk surga,
ccliii
artinya bahwa jangan menuduh seseorang yang tidak bersalah namun dipersalahkan. Syarat sah pernikahan yang wajib dilaksanakan dan juga kewajiban yang dilakukan saat menjadi suami isteri. Kematian adalah misteri dan takdir dari Allah, kita tidak akan pernah tahu kapan Allah mengambil nyawa seseorang. Menurut Sunnah mengebumikan orang telah meninggal dunia semakin cepat semakin baik. Allah sudah mengatur jodoh seseorang, walaupun halangan dan cobaan tetapi harus tetap berikhtiar dan berdoa, karena Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik. Ilmu titen sebenarnya alamiah, tidak bid’ah jika dilakukan secara benar sesuai syariat Islam dan tidak menentang syariat Islam. Mitos-mitos yang tidak berdasarkan apa-apa itu hanya kebohongan. Allah yang mengatur hidup manusia. Karena manusia adalah sebaik-baiknya umat yang diciptakan Allah. Manusia wajib berikhtiar tapi Allah juga yang menentukan. Allah pun memberi janji di balik kesukaran pasti ada kemudahan, asalkan kita melakukan ibadah dengan ikhlas. Nilai didik religius didasarkan pada kalimat atau dialog antar tokoh yang menunjukkan adanya ajaran agama, nilai keimanan terhadap Allah SWT, Sunah Rasul, kekuatan ikhtiar dan doa serta syariat Islam yang diajarkan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2. Hal ini sesuai pendapat Mangunwijaya (dalam Burhan Nurgiyantoro 2005: 328) yang menyatakan bahwa agama lebih menunjukkan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum resmi. Religiositas dipihak lain, melihat aspek di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi.
b. Nilai Didik Moral Nilai didik moral yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah manusia jangan sombong, karena sombong adalah sifat Allah. Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan, kita harus menghargainya, karena tidak ada manusia yang sempurna. Amanah adalah hal yang wajib
ccliv
untuk dilaksanakan, selama tidak bertentangan dengan norma dan agama. Bekerja keras dan berfikir cerdas adalah kunci kesuksesan. Sedangkan malas adalah pangkal dari kemiskinan. Dalam berbisnis jangan hanya pada satu tempat karena jika salah satu rugi masih ada bisnis lainnya. Jangan mudah putus asa. Karena jika kita putus asa tidak akan pernah mencapai kesuksesan. Hidup harus bisa menyeimabangkan kehidupan dunia dan akhirat. Kecelakaan moral lebih bahaya apabila dibandingkan kecelakaan fisik. Jujur adalah hal yang terbaik yang harus dilakukan. Kita harus setia dengan pasangan kita. Nilai didik moral penggolongannya dapat dilihat dari bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku para tokohnya dalam kehidupan bermasyarakat yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 322) menyatakan bahwa moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Nilai didik moral
yang diperolehpun sesuai dengan hati nurani
manusia, pemenuhan kewajiban atas hak orang lain dan tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Bertens (1999: 143-144) mengemukakan ciri-ciri nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab, hati nurani, bersifat mewajibkan dan bersifat formal. c. Nilai Didik Sosial Nilai didik yang bersifat religius yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah tolong menolong sesama teman yang membutuhkan bantuan wajib kita tolong, karena hidup pasti membutuhkan bantuan orang lain. Silaturrahmi adalah hal yang tidak boleh diputus oleh manusia, karena menyambung silaturrahmi adalah kewajiban bagi umat muslim. Banyak manusia hidup di muka bumi ini tapi tidak mengetahui jati dirinya sendiri, sehingga bangsa Indonesia terlihat masih kurang percaya diri dengan bangsa lain. Nilai pendidikan sosial ini berhubungan dengan masyarakat atau sistem sosial. Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang bisa direnungkan. Untuk mendapatkan nilai sosial diperlukan nilai-nilai ajaran yang berhubungan dengan cara hidup bersosialisasi dengan masyarakat. Hal
cclv
ini sesuai dengan pendapat Allport, Vernon dan Lindzey (dalam Jujun S. Suriasumantri, 2001: 263) yang menyatakan bahwa nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur.
5. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 sebagai Materi Bahan Ajar di SMA Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 adalah novel pembangun jiwa yang memang bagus karena mengandung nilai-nilai keagamaan tapi tidak memberatkan bagi si pembaca (bila si pembaca pengetahuan agamanya kurang). Berbeda dengan karya sebelumnya, terutama Ayat Ayat Cinta yang mengeksplorasi kisah seorang mahasiswa yang haus ilmu, Ketika Cinta Bertasbih mengeksplorasi sosok mahasiswa
yang
rela
mengorbankan
pendidikannya
demi
menghidupi
keluargannya. Novel ini seolah menjadi setitik cahaya di tengah rasa pesimisme anak muda negeri ini untuk teguh memegang prinsip-prinsip islami dalam kehidupan mereka. Dengan bahasa yang lembut dan memikat, penulis mengajak kita semua untuk banyak merenung, dan kembali melihat betapa indahnya hidup dalam naungan AlQuran. Hal ini disampaikan oleh Faizah Ali Sibromalisi (2008) Pendidikan
memegang
peranan
yang
penting
untuk
menjamin
kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Guna mewujudkan tujuan di atas diperlukan usaha yang keras dari masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Sesuai dengan kurikulum yang terdapat dalam silabus SMA kelas XI mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan standar kompetensi memahami berbagai hikayat,
novel
Indonesia/novel
menjelaskan unsur-unsur
terjemahan.
Terdapat
intrinsik dan ekstrinsik
cclvi
kompetensi
dasar
novel Indonesia/novel
terjemahan. Materi pembelajarannya berupa novel Indonesia dan novel terjemahan yang meliputi unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar dan amanat) dan unsur ekstinsik dalam novel terjemahan (nilai budaya, sosial, moral dan lain-lain). Maka jika dalam pembelajaran menggunakan medianya berupa novel, maka novel Ketika Cinta Bertasbih dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar sastra sesuai silabus yang ada. Novel Ketika Cinta Bertasbih, mempunyai manfaat pengajaran apresiasi sastra Indonesia yang mempunyai nilai didik adalah sebagai berikut: (1) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai penuntun yang memperkaya moral, (2) Siswa memahami sastra dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) meningkatkan rasa keimanan kita sebagai bangsa yang bermoral dan beragama (4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis) yang terikat dengan norma agama, (5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya dilakukan sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar kompetensi yang meliputi, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan (menyimak). Yang diungkapkan oleh Zulfahnur Z.F. (2008) Selain itu sesuai dengan pendapat guru SMA Negeri 1 Sukoharjo, Sri Suwarsih dan Titik Sugiyarti yang menyatakan bahwa di SMA minat terhadap sastra Indonesia ada, namun siswa perlu dipaksa untuk belajar sastra. Sekarang di Negeri 1 Sukoharjo, kelas bahasa adalah kelas pilihan, sudah empat tahun, SMA ini menjadi juara satu provinsi Jawa Tengah dalam nilai ujian nasional. Di SMA Negeri 1 Sukoharjo, dalam melaksanakan pembelajaran sastra yang sesuai dengan
cclvii
silabus SMA kelas XI mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, siswa diminta untuk menganalisis unsur intrinsik novel dalam bentuk karya sastra. Novel yang dianalisis adalah novel bebas tapi disesuaikan dengan usia siswa. Jadi tidak harus memggunakan novel lama, yang bahasanya sulit dimengerti. Dalam buku teks SMA-pun sekarang telah menggunakan novel-novel baru seperti novel Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata. Penggunaan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat digunakan sebagai materi bahan ajar sastra Indonesia, karena sesuai dengan kondisi siswa saat ini dan juga bahasanya mudah dipahami oleh siswa. Siswa sekarang lebih menyukai karya popular, sehingga novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat digunakan untuk belajar unsure intrinsik novel. Selain itu, semua karya sastra mempunyai amanat dan nilai agama yang baik jadi dapat digunakan untuk pembelajaran. Pendapat guru dari SMA Negeri 1 Mojolaban yaitu Agus Suranto, S. Pd., Is Mugiyarti, S. Pd. dan Subagiyo, S. Pd. berpendapat pembelajaran bahasa Indonesia secara umum lancar, namun khususnya sastra sedikit mengalami kendala karena kurangnya fasilitas yaitu seperti perpustakaan yang kurang lengkap, media pembelajaran seperti kaset dan CD juga kurang. Cara pembelajaran sastra di SMA yaitu anak diminta untuk membaca, menganalisis unsur intrinsik novel yang bebas dipilih siswa. Kemudian jika ada lanjutan tugas seperti resensi buku di wajibkan menggunakan novel yang sama. Novel yang digunakan dalam buku paket di SMA masih banyak menggunakan novel angkatan pujangga baru. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat digunakan sebagai materi bahan ajar di SMA karena lebih menarik bagi anak dan dengan di filmkannya novel ini membuat lebih mudah di pahami anak. Selain itu dengan materi agama yang ada memberi nilai positif. Selain itu, pada umumnya semua karya sastra bisa digunakan dalam pembelajaran, walaupun ada juga novel yang fulgar. Jadi anak diberi kebebasan memilih novel karena jika semakin dilarang untuk membacanya maka anak akan berontak. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 layak digunakan sebagai bahan ajar karena novel tersebut juga berlatar
cclviii
belakang Islam, namun orang selain Islampun dapat mengambil hikmah dari novel tersebut. Selain itu juga pendapat dari ahli sastra di Solo, bapak Yant Mujiyanto, beliau adalah dosen FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia UNS. Beliau berpendapat bahwa novel yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy adalah novel yang membangun jiwa karena novel-novelnya bertemakan cinta secara agung. Cinta yang tidak hanya dikaitkan dengan seksual. Tema cinta yang membawa citra positif terhadap cinta yang hakiki, yaitu cinta terhadap Tuhan. Menurut Yant Mujiyanto, novel Habiburrahman El Shirazy dapat digunakan sebagai bahan materi sastra, karena novel tersebut mempunyai nilai moral dan cara penyampaiannya menggunakan bahasa yang lembut sehingga baik untuk pendidikan. Hal senada dikatakan oleh sastrawan Solo juga yaitu Yudhi Herwibowo yang mengatakan Novel mempunyai pasar sendiri. Novel yang telenovela banyak digemari masyarakat Indonesia. Sebenarnya dari dulu buku Islami banyak yang terjual namun tidak terekspos oleh media dan distributornya yang kurang maksimal. Sedangkan Habiburrahman El Shirazy mempunyai pasar sendiri yang luas, penerbit baik dan pendistributorannya yang baik. Novel mempunyai kelasnya sendiri, tidak adil jika kalau di katakan tidak baik. Seharusnya ada kriteria sendiri tentang novel, karena selama ini tidak ada kriteria tentang novel. Novel mempunyai kriteria sendiri misalnya tingkat imajinasi yang baik, masalah sosial dengan Negara, moral yang baik dan tanggapan masyarakat tentang novel tersebut. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 sudah memiliki kriteria tersebut. Jo Pakagula yang juga sastrawan Solo mengatakan Novel Indonesia mengalami stagnan, muncul novel yang bermutu, namun mutunya kurang memenuhi syarat, sehingga bacaan menjadi selingan saja. Karya Habiburrahman bagus karena ada unsur inspiratif, motivatif dan dakwah. Positif juga karena setelah lama, kemudian muncul Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih memberi angina segar. Relatif, selera juga mempengaruhi. Penulisnya tahu unsur penguasaan bahasa, penyampaiannya benar, sesuai pembaca yang dibidik. Unsur
cclix
ceritanya masuk nalar, tidak dibuat-buat, tidak berlebihan dan cara memunculkan konflik serta penyelesaiannya. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat digunakan untuk bahan ajar karena mempunyai unsur dakwah dan temanya yang bagus. Ada sedikit perbedaan pendapat yaitu oleh sastrawan Solo juga yaitu Bandung Mawardi. Beliau mengatakan Novel Indonesia saat ini miskin tema, jadi kehadiran novel-novel sekarang itu lebih terkesan tunduk dengan kepentingan pasar. Jadi tema-tema yang ditawarkan ini menjadi tema-tema yang komersil atau pembagian yang cenderung berbicara pada persolan transaksi wacana dalam kuasa ekonomi. Sekarang kita tahu beberapa fenomena yang membuat kita merasa tergiur dengan kehadiran novel-novel islami, novel-novel sejarah, novel-novel seks ini menunjukkan novel indonesia kurang bisa merayakan diri secara fularistik dan bebas dari pasar. Bandung Mawardi menambahkan novel Habiburrahman El Shirazy hanya novel pelega saja. Ini salah satu contoh novel Islam. Menurutnya itu picisan. Novel yang baik itu kalau mengandung benih-benih penyadaran. Orang membaca novel melakukan interaksi yang intim, saling menyapa, memberi dan menerima. Kalau membaca novel-novel sejarah ketika pembaca menemukan benih-benih kesadaran historis terhadap kebenaran atau tafsir berarti dikatakan novel baik, membaca novel-novel psikologis kalau ada bentuk penyadaran pada pembacaan realita berarti itu novel baik, kalau membaca novel-novel sosial muncul benih penyadaran terhadap kritik
sosial, terhadap kepekaan pada ketimpangan-
ketimpangan sosial atau kuasa dari negara berarti itu novel baik. Kalau saya mendengar usulan itu prihatin. Kalau saya jadi menteri pendidikan tidak saya perbolehkan. Karena kita harus menilai ada tema-tema yang itu sensitif untuk menjadi pilihan-pilihan dari proses tranmasi pendidikan. Ketika Cinta Bertasbih ini sudah masuk ke ranah pasar wacana Islami dan rentan dengan godaan ekonomi. Kita membaca bukunya saja, kita akan menemukan imajinasi-imajinasi yang sentimentil, yang menurut saya berkebalikan dengan idenya untuk membangun jiwa, bagi saya ini itu hanya embel-embel.
cclx
Menurut Maman S. Mahayana (2008) menyatakan adapun kriteria yang dapat digunakan untuk membuat penilaian terhadap keberhasilan atau kegagalan sebuah karya sastra, dapat dilakukan dengan mencermati sedikitnya enam kriteria yaitu: 7) Kriteria kebaruan (inovasi), dalam novel Ketika Cinta Bertasbih termasuk novel yang mempunyai inovasi dengan bukti menjadi novel mega best seller. 8) Kepaduan (koherensi), dari segi tema, novel ini masih mengangkat persoalan cinta dalam bingkai indah secara Islam. 9) Kompleksitas (kerumitan), kerumitan tentang kisah cinta, kisah cinta dengan Tuhan, cinta manusia dengan sesama yang terdapat konflik luar biasa namun dapat diselesaikan secara bijaksana. 10) Orisinalitas (keaslian), keaslian novel Ketika Cinta Bertasbih dapat dilihat dari karya Habiburrahman El Shirazy sebelumnya. 11) Kematangan (berwawasan atau intelektualitas), Habiburrahman El Shirazy menyajikan dan menyelesaikan persoalannya dengan baik. 12) Kedalaman (eksploratif), novel Ketika Cinta Bertasbih merupakan novel pembangun jiwa, yang dapat memberikan amanat dan pencerahan jiwa pembaca. Sesuai beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa novel Ketika Cinta Bertasbih 1dan 2 dapat dijadikan bahan ajar. Karena novel karya Habiburrahman El Shirazy sudah sesuai kriteria penilaian sastra. Selain itu pendapat guru Bahasa Indonesia dan sastrawan di Solo menyatakan novel novel Ketika Cinta Bertasbih 1dan 2 dapat dijadikan bahan ajar.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
cclxi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil pada bab IV, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis struktur dapat disimpulkan bahwa struktur novel Ketika Cinta Bertasbih 1dan Ketika Cinta Bertasbih 2 adalah sebagai berikut: a. Tema Tema dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2
karya
Habiburrahman El Shirazy adalah masalah hakiki manusia yaitu percintaan. Percintaan yang disampaikan tidak hanya cinta sesama manusia tetapi juga cinta seseorang dengan Tuhan dan Rasul-Nya yang ditunjukkan dengan keimanan kepada Tuhan, dan sebaliknya cinta Tuhan kepada umat-Nya yang ditunjukkan dengan cobaan kepada hambanya serta petunjuk hidup berupa Al-Quran dan Sunnah Rasul. b. Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 menggunakan penokohan sesuai dengan kadar keutamaannya yang dikategorikan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Dari segi fungsi penampilan tokohnya yang meliputi tokoh protagonis dan antagonispun sudah tepat dalam perannya, sehingga membawa pembaca menikmati tokoh dan penokohannya seolah masuk dalam cerita. Tokoh Khairul Azzam adalah tokoh utama-utama-protagonis, yaitu dari kadar keutamaannya termasuk tokoh utama dan segi fungsi penampilannya adalah tokoh yang protagonis yaitu tokoh yang dikagumi pembaca karena ia adalah tokoh yang mempunyai sifat religius, mencintai Al-Quran, pekerja keras, rela berkorban demi keluarganya, lapang dada, sabar dan bijaksana, menjaga kesucian dan bertanggung jawab. c. Bahasa
260 Bahasa dalam Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 ini sangat santun dan halus. Setiap kata, kalimat dan paragraf yang disampaikan memiliki nilai estetis, membuat ajaran moral yang akan disampaikan tidak
cclxii
terkesan dipaksakan. Dalam menyampaikan nilai moral pengarang tidak mendikte melainkan melalui sikap dan perbuatan tokohnya dan pernyataan tokohnya. Terdapat juga majas personifikasi dan hiperbola. Dalam Ketika Cinta Bertasbih 1 juga terdapat puisi dan syair lagu yang indah. Dalam novel ini juga banyak menggunakan bahasa Arab fusha (formal) dan ‘amiyah (informal). Dalam Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 juga menggunakan campur kode. d. Latar Latar dalam Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 mempengaruhi secara keseluruhan novel, dengan penyampaian latar yang baik maka pembacapun dapat seolah masuk ke dalam latar novel tersebut. Penulis telah memasukkan unsur latar dalam tiga kategori latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 menggunakan latar tempat di Mesir sehingga dituliskan juga latar sosial kehidupan orang Mesir yang penduduknya sebagian besar orang Islam. Sedangkan latar waktunya menggunakan senja, malam, siang, menjelang maghrib, pagi, fajar, sore dan menunjuk jam. Sedangkan latar dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 menggunakan latar tempat di Indonesia yang berarti terdapat latar sosial masyarakat Indonesia. Latar waktunyapun hamper sama dengan novel Ketika Cinta Bertasbih 1. e. Amanat Amanat yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 memiliki nilai didik yang bermanfaat bagi pembacanya. Amanat yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan
2
adalah
tentang ajaran moral dan nilai kemanusiaan. Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 amanat utamanya jangan terlalu berlebih dalam mencintai seseorang sehingga rela mengorbankan segalanya demi cinta, karena cinta sejati adalah cinta kepada Allah SWT.
cclxiii
Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 amanat utamanya jodoh seseorang telah diatur oleh Allah, walaupun halangan dan cobaan tetapi dengan ikhtiar dan doa Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik. f. Sudut Pandang Sudut pandang dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 menggunakan sudut pandang persona ketiga yaitu “ia”. Narator adalah seseorang di luar cerita. Untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan, narator terus-menerus menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi pengarang dapat lebih leluasa menceritakan tokoh-tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1, 2. g. Alur Alur dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 sudah lengkap, karena dalam alur ini pengarang memaparkan berbagai alur cerita dengan
pembagian
pada
masing-masing
judul
untuk
lebih
mempermudah pembaca dalam menikmati novel ini, di mana dalam penyajiannya juga sang penulis menyertakan sumber pengetahuan yang cukup jelas untuk lebih memperkuat dalil yang tercantum. Karena mengingat novel ini adalah sebuah novel pembangun jiwa dalam mengarungi hidup lebih indah dan bahagia dengan rahmad Allah. Dalam alur ceritanya juga terdapat beberapa alur flash back yaitu mengingat masa lalu. Mengingat masa lalu adalah untuk menceritakan kejadian yang dialami tokohnya di masa lalu..
2. Nilai didik dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Ketika Cinta Bertasbih 2 memiliki tiga unsur pokok yaitu nilai didik religius, nilai didik moral dan nilai didik sosial. Secara garis besar nilai didik yang terkandung sudah baik untuk dapat diambil oleh pembacanya. Keteguhan iman terhadap menjaga kesucian manusia sesuai dengan syariat agama. (nilai didik religius)
cclxiv
Hidup kita harus jujur, artinya dalam melakukan sesuatu kita harus bisa fair dan jujur. Jangan mengkhianati teman, artinya kita kepada teman tidak boleh saling menyakiti. (nilai didik moral) Tolong menolong terhadap sesama. Bersilaturrahmilah dengan sesama manusia. (nilai didik sosial)
3. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 sebagai materi bahan ajar di SMA Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMA karena sesuai dengan kurikiulum yang terdapat dalam silabus SMA kelas XI mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Terdapat kompetensi dasar menjelaskan unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik
novel Indonesia/novel
terjemahan. Materi pembelajarannya berupa novel Indonesia dan novel terjemahan yang meliputi unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar dan amanat) dan unsur ekstinsik dalam novel terjemahan (nilai budaya, sosial, moral dan lain-lain). Maka jika dalam pembelajaran menggunakan medianya berupa novel, maka novel Ketika Cinta Bertasbih dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar sastra sesuai silabus yang ada. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat dijadikan bahan ajar, karena novel karya Habiburrahman El Shirazy sudah sesuai kriteria penilaian sastra. Selain itu pendapat guru Bahasa Indonesia dan sastrawan di Solo menyatakan novel novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat dijadikan bahan ajar.
B. Implikasi Novel karya Habiburrahman El Shirazy memberikan warna baru dalam dunia sastra Indonesia. Novel beliau berkarakter Islami namun tidak terkesan menggurui pembacanya. Salah satu novel yang fenomenal adalah Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2. Dalam novel ini memberikan tema tentang cinta, yaitu cinta yang lebih luas. Dalam pengungkapan tema cinta tersebut tidak diungkapakan secara erostis, namun digunakan bahasa yang santun, halus, sopan dan estetis. Sehingga pesan agama yang disampaikan dapat disampaikan dengan baik. Untuk
cclxv
memahami kesatuan novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 maka diperlukan analisis struktural yang merupakan keterpaduan yang saling melengkapi dalam mengkaji karya sastra. Analisis struktural karya sastra meliputi tema, penokohan, alur, latar, amanat, sudut pandang dan bahasa. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 juga terdapat nilai-nilai didik yang dapat membangun jiwa pembacanya, agar menjadi lebih baik dalam bertingkah laku. Novel ini merupakan novel bernuansa islami maka diharapkan juga akidah pembacanyapun juga menjadi lebih baik. Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 adalah novel pembangun jiwa yang memang bagus karena mengandung nilai-nilai keagamaan tapi tidak memberatkan bagi si pembaca. Dalam novel ini juga terdapat struktur novel yang alur, tema, penokohan,sudut pandang, amanat, bahasa dan latarnya yang dalam kesatuan yang padu. Maka novel ini dapat dijadikan bahan ajar di SMA yang sesuai dengan kurikulum SMA yaitu mengenai mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bahasa Indonesia Karya sastra Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dapat digunakan sebagai inovasi bahan ajar sastra di SMA karena sesuai dengan kurikulum yang ada. Siswa dapat diberi tugas untuk mengapresiasi unsur intrinsik dan nilai didik dalam novel ini. 2. Bagi Peneliti Lain Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 banyak terkandung nilai-nilai kehidupan yang kompleks, hendaknya para peneliti lain dapat mengkaji novel ini dengan pendekatan sastra lain.
DAFTAR PUSTAKA
cclxvi
Ahmad Sudrajat. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/pengembangan-bahanajar-2/). Diakses tanggal 15 Agustus 2009. Allen, Roger. 2008. Arab dalam Novel. Jogjakarta: e-Nusantara. Annisa Solichatin. 2008. Analisis Struktural, Nilai Didik dan Bahasa Pada Novel Lupus Karya Hilman Hariwijaya. Tidak Diterbitkan. Asri. 2006. Pendekatan Telaah Karya Sastra. (http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1127106-103937/).Diakses tanggal 8 November 2008 pukul 12.34. Atar Semi, M. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. __________. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: UNS Press. Bertens, K. 1999. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Burhan Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah University Press. Dendy Sugono. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Dewey, Jhon. 1986. Experience and Education.(www.informanworld.com). Diakses tanggal 18 Agustus 2009. Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1985. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Djibran, Fand. 2008. Writing Is Amazing. Yogyakarta: Juxtapose. Ekarini Saraswati. 2003. Sosiologi Sastra; Sebuah Pemahaman Awal. Malang: Bayu Media dan UMM Press. Elly M. Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Faizah Ali Sibromalisi. 2008. Sinemart Siap Hadirkan Mesir Sesungguhnya. (http://ruangfilm.com/?q=hal/2008/03/26/filmkan_ketika_cinta_bertasbih_si nemart_siap_hadirkan_mesir_sesungguhnya). Diakses tanggal 8 November 2008 pukul 12.40 Gorys Keraf. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Habibburrahman El Shirazy. 2007. Ketika Cinta Bertasbih 1. Jakarta: Republika.
cclxvii
_______________________. 2008. Ketika Cinta Bertasbih 2. Jakarta: Republika. Harris Effendi Thahar. 2006. ”Kekerasan dalam Cerpen-cerpen Koran Pilihan KOMPAS 1992-1993: Suatu Tinjauan Struktural Genetik” dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 062 Tahun Ke-12. Halaman 707-736. Hasan Alwi dan Dendy Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa dan Yayasan Obor Indonesia. Heman J. Waluyo. 1993. Apresiasi dan Pengajaran Sastra. Surakarta: UNS Press _____________. 2002. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta. UNS Press. _____________. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya Sari Press. _____________. 2006. Puisi Prosa Fiksi Drama Bagian II. Surakarta: UNS Press. Imam Barnadib. 1987. Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset. Jakob Sumardjo dan Saini. 1991. Apresiasi Kesustraan. Jakarta: Gramedia. Jujun S. Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Kenney, William . 1966. How To Analyze Fiction. New York: Monarch Press. Kinayati. 2006. ”Pesona Karya Sastra dalam Pendidikan dan Pengajaran” dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 063 Tahun Ke-12. Halaman 737758. Maman S. Mahayana. 2008. Kriteria Penilaian Karya Sastra. (mahayanamahadewa.com). Diakses tanggal 15 Agustus 2009. Mardiatmadja, BS. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Marya Ulfa. 2006. Analisis Atas Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy (Sebuah Pendekatan strukturalisme). Tidak Diterbitkan. Milles, Matthew B. dan Hubermen, A. Michael. 1992. Qualitative data Analysis.(terjemahan: Tjetjep Rohendi Rohidi Mulyarto “Analisis Data Kualitatif”). Jakarta: Universitas Indonesia Press. Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
cclxviii
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja Bimbingan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Munandar Soelaeman, M. 1998. Ilmu Budaya Dasar: Suatu Pengantar. Bandung: PT.Refika Aditama. Musa. 2006. Cerita Pendek fi Al Gurbah. (http://one.indoskripsi.com/click/3326/0). Diakses tanggal 8 November 2008. Musa Ismail. 2008. Dimensi Spritual dan Kebenaran dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih (http://www.riaupos.com). Diakses tanggal 12 Februari 2009. Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Angkasa. Panuti Sudjiman. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Gramedia. Paul G. Paris. 2003. The International Baccalaureate: A Case Study on why Students Choose to do the IB. (Paul G. Paris, The Flinders University, School of Education
[email protected] International Education Journal Vol 4, No 3, 2003 http://iej.cjb.net 232). Diakses tanggal 18 Agustus 2009. Rachmad Djoko Pradopo. 1997. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmantoro. B. 1988. Metode Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Redja Mudyaharjo. 2001. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Radja Grafindo Persada. Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada. Soedomo Hadi. 2003. Pengantar Pendidikan. Surakarta: UNS Press. Soelaeman. 1988. Suatu Telaah Tentang Manusia Religi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Suharta W.R. 2002. Analisis Stuktur dan nilai didik dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis. Tidak Diterbitkan. Suminto A. Sayuti. 1997. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbud.
cclxix
Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Suyitno. 1986. Apresiasi Sastra. Surakarta: UNS Press. Syamsu Yusuf LN. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda S. Nasution. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara. __________. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Tarigan, Henry Guntur. 1995. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A.A. 1995. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia. __________. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Umar Junus. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Surakarta: UNS Press. Vero Sudiati dan Widyatmartaya. 1995. Kiat Dasar Mengarang. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Zulfahnur Z.F. 2008. Pengenalan Budaya Nusantara. (http://pusatbahasa.diknas.go.id/laman/nawala.php?info=artikel&infocmd=s how&infoid=54&row=3). Diakses tanggal 3 Maret 2009 pukul 19.24. Zulkifli L. 1986. Psikologi Perkembangan Bandung: PT. Remaja Karya.
cclxx