HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGHUNI KOS TENTANG HIV/AIDS TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI DUSUN GLENDONGAN, TAMBAK BAYAN, CATUR TUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE OF RESIDENTS KOS HIV/AIDS ON REPRODUCTIVE HEALTH IN HAMLET GLENDONGAN, TAMBAK BAYAN, CATUR TUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA 1
2
3
Nova Nusa Indah , Patria Asda , Heni Febriani
ABSTRACT Background: Of the five counties and municipalities in Yogyakarta, Yogyakarta city was ranked first with HIV/AIDS. In Yogyakarta there are 423 people living with HIV and there are 210 people living with AIDS. The second rank was occupied by the Sleman district with 279 234 people living with HIV and AIDS. Bantul district ranks third with 249 189 people living with HIV and people living with AIDS. Progo district was rated four with 62 people living with HIV and 46 people with AIDS. Gunungkidul be at least the district HIV/AIDS. There are 40 people with HIV and 65 people with AIDS in Gunungkidul. The purpose of this study was to determine the relationship of the level of knowledge about the disease boarders of HIV/AIDS on reproductive health in the hamlet Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Objective: to know relationship boarders level of knowledge about HIV/AIDS in the hamlet Glendongan Tambakbayan Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Methods: This study is a quantitative research study design using cross sectional method. Population and samples in this study were student boarders in the village Glendongan, and collecting data using questionnaires instrument. Statistical analysis using Chi-square test with a significance level of 0.05%. Results: Knowledge of HIV/AIDS 82.5% and 85% reproductive health, this suggests that there is a relationship between the boarders of knowledge about HIV/AIDS and reproductive health, where the results obtained are: P-value = 0.000 ≤ α = 0, 05. Conclusion: There is a significant relationship between the level of knowledge about HIV/AIDS to reproductive health by boarders. Keywords: knowledge, HIV/AIDS, reproductive health 1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Wira husada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wira Husada 3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Wira Husada 2
PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi mencakup 3 komponen: kemampuan, keberhasilan, dan keamanan. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Menurut WHO penyebab tertinggi angka kematian ibu di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu infeksi, perdarahan dan penyulit persalinan, sedangkan 5 penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan postpartum, pepsi puerperal, abortus, eklamsia, dan persalinan terhambat. Rendahnya kualitas hidup sebagian besar perempuan Indonesia disebabkan oleh masih terbatasnya wawasan, lingkungan sosial budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan dan belum
dipahami konsep gender di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga (Marmi, 2013). Tidak dapat disangkal lagi bahwa penyakit AIDS yang mematikan itu telah berada di tengahtengah kita seolah-olah kebal dari ancaman penyebarannya. Menurut laporan terakhir dari Departemen Kesehatan Tahun 2011, telah tercatat 258 pengidap HIV dan AIDS di Indonesia dari 15 Provinsi yang melaporkan. Indonesia mulai mengenal penyakit ini pada tahun 1987 pada saat ada beberapa orang yang dicurigai terinfeksi HIV dan selama tahun 1991 dan 1992 terjadi penularan virus dua kali lipat. WHO mengumumkan jumlah orang yang terinfeksi HIV di seluruh dunia sebanyak 10-12 juta orang dan 2 juta di antaranya sudah mencapai tahap AIDS (Ronald, 2011). HIV-AIDS di Indonesia, Triwulan IV (Oktober-Desember) Tahun 2013. Di mana kasus HIV dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2013 jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan sebanyak 8.624 kasus, persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (70,4%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,4%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun (5,3%), rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1, persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (52,0%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (14,3%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (6,6%), sedangkan AIDS dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2013 jumlah AIDS yang dilaporkan baru sebanyak 2.845 orang. Persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (26%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (25,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun (11,6%), rasio AIDS antara lak laki dan perempuan adalah 2:1. Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (78%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (9,3%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (4,3%) dan (2,6%) dari ibu positif HIV ke anak (Ditjen PP, PL Kemenkes RI 2014). Ada sekitar 1460 orang pria yang mengidap HIV/AIDS dan 762 orang perempuan yang mengidap HIV/AIDS, ujar Riswanto saat memaparkan data pengidap HIV/AIDS di Yogyakarta (Purnomo, 3013). Dari lima kabupaten maupun Kota di Yogyakarta, Kota Yogyakarta menduduki peringkat pertama pengidap HIV/AIDS. Di Kota Yogyakarta ada 423 pengidap HIV dan ada 210 pengidap AIDS. Peringkat kedua diduduki oleh Kabupaten Sleman dengan 279 pengidap HIV dan 234 pengidap AIDS. Kabupaten Bantul menempati peringkat ketiga dengan 249 orang pengidap HIV dan 189 orang pengidap AIDS. Kabupaten Kulonprogo berada diperingkat empat dengan 62 orang pengidap HIV dan 46 orang pengidap AIDS. Gunungkidul menjadi kabupaten paling sedikit pengidap HIV/AIDS. Ada 40 orang pengidap HIV dan 65 orang pengidap AIDS di Gunungkidul (Atmasari, 2013). Di Jakarta hasil penelitian yang dilakukan oleh Masngudin HMS (2004), bentuk kenakalan remaja yang berupa hubungan seks di luar nikah memiliki persentase yang tinggi yaitu sebesar 73,3%. Sedangkan di Bandung, dari hasil polling yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) selama tahun 2000 – 2002 menyebutkan dari sekitar 1000 remaja peserta terdapat 44,8% mahasiswa dan remaja Kabupaten Bandung telah melakukan hubungan seks, hampir sebagian besar peserta tersebut berada di wilayah tempat kos mahasiswa yang kuliah di PTN dan PTS terbesar di Bandung. Dan sebanyak 51,5% peserta melakukan hubungan seks di tempat kos. Dari paparan di atas, dan banyaknya tempat kos-kosan juga memungkinkan terjadi seks bebas terhadap penghuni kos, sehingga berdampak negatif pada kehidupannya. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang mengkhawatirkan adalah seks bebas pada penghuni kos, dimana dari hubungan seks bebas dapat menyebabkan penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah, atau kehamilan yang tidak di kehendaki, aborsi, dan pernikahan usia muda.
TUJUAN PENELITIAN Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan penghuni kos tentang penyakit HIV/AIDS terhadap kesehatan reproduksi di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman Yogyakarta 2014.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu pengambilan data yang dilakukan dalam waktu yang sama, artinya setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dan terikat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 80 responden, karakteristik jenis kelamin, umur, dan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden di Dusun Glendongan Tambakbayan Caturtunggal Depok Sleman Karakteristik
Kategori Laki-laki
F
% 30
37,5
Perempuan 17-22 tahun
50 65
62,5 81,3
≥ 22 tahun Mahasiswa
15 80
18,8 100,0
Jenis Kelamin
Umur (Tahun) Pendidikan
Sumber: Data di peroleh dari hasil penelitian di Dusun Glendongan 2014
Pengetahuan tentang HIV/AIDS Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang HIV/AIDS di Dusun Glendongan Tambakbayan Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Responden di Dusun Glendongan Tambakbayan Caturtunggal Depok Sleman Variabel Pengetahuah tentang HIV/AIDS Total
Kategori Baik Kurang
% 82,5 17,5 100,0
F 66 14 80
Sumber: Data diperoleh dari hasil penelitian di Dusun Glendongan 2014
Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Karakteristik Responden di Dusun Glendongan Tambakbayan Caturtunggal Depok Sleman Variabel Pengetahuah tentang
Kategori Baik
F 68
% 85
Kesehatan Reproduksi Total
Kurang
12 80
15,5 100,0
Sumber: Data di peroleh dari hasil penelitian di Dusun Glendongan 2014 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap Kesehatan Reproduksi Untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan tingkat pengetahuan penghuni kos tentang HIV/AIDS terhadap kesehatan reproduksi di dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman Yogyakarta. Tabel 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap Kesehatan Reproduksi Kesehatan Variabel
Baik Pengetahuan HIV/AIDS Total
Chi
P
square
value
Reproduksi
Kurang
Baik Kurang 64 (94,1%) 2 10 (16,7%) (83,3%) 66 14 (82,5%) (17,5%)
4 (5,9%) 42,380
0,000
100%
Sumber: Data diperoleh dari hasil penelitian di Dusun Glendongan 2014.
PEMBAHASAN Hasil dari distribusi frekuensi atau karakteristik responden yang di peroleh dari penelitian di RT 13 di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 50 responden (62,5%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki 30 responden (37,5%). Hal ini menunjukkan bahwa dari segi jenis kelamin responden di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman sebagian besar adalah perempuan yang di temui pada saat melakukan penelitian tersebut, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit ditemukan peneliti pada saat melakukan penelitian. Jika sebagian besar responden (penghuni kos) berjenis kelamin perempuan, ini akan berdampak terhadap kehidupannya, dimana perempuan lebih rentan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, seperti: kanker servik, IMS dan lain sebagainya. Pada penelitian ini di mana di dapatkan data responden yang berumur dari 18 sampai dengan 22 tahun sebanyak 65 responden (81,3%) dari 80 (100%) sampel peneliti, sedangkan pada umur ≥ 22 tahun adalah 15 responden (18,8%) dari 80 (100%) sampel peneliti. Pada umur 18 – 22 tahun merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tubuh (grown spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik secara kognitif pada umur 18 - 22 tahun ini responden harus lebih banyak memperdalam lagi ilmu pengetahuan khususnya tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi agar terhindar dari penyakit seperti kanker servik, IMS, dan lain sebagainya. Dilihat dari segi umur responden menunjukkan sebagian besar yang berusia 18 sampai dengan 22 tahun dikarenakan responden yang berada di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman masih banyak yang pendidikan nya berada pada semester 1 dan 2. Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi pada kategori baik sebanyak 94,1%. Hal ini akan berdampak baik pula pada kehidupannya, tetapi pada kenyataannya masalah yang terjadi di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal,
Depok, Sleman dimana pengetahuan responden sebagian besar adalah baik akan tetapi perilaku responden (penghuni kos) kurang baik, hal ini dikarenakan banyaknya kos-kosan yang bebas dan tidak ada peraturan di kos tersebut, sehingga laki-laki atau perempuan babas keluar masuk kamar. Hal ini akan berdampak negatif pada kehidupan responden (penghuni kos). Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Ingatan yang disimpan makin lama tentunya semakin banyak sehingga banyak hal yang ditumpuk membuat ingatan yang pertama disimpan sulit diingat kembali Tingkat Pengetahuan Penghuni Kos tentang HIV/AIDS Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penghuni kos di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman tentang HIV/AIDS adalah baik, di mana jumlah responden yang banyak menjawab pernyataan benar adalah 66 responden (82,5%) dari 80 sampel yang dilakukan peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penghuni kos tentang HIV/AIDS di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman rara-rata baik. Hal ini menunjukkan bahwa minat penghuni kos untuk mengetahui tentang HIV/AIDS sangat tinggi di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman. Semakin baik pengetahuan responden tentang HIV/AIDS maka semakain jauh kemungkinan untuk terkena HIV/AIDS. Tersedianya fasilitas informasi yang diperoleh penghuni kos bisa melalui: internet, buku, teman, dan lain sebagainy
Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan penghuni kos di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman tentang kesehatan reproduksi adalah baik, di mana jumlah responden yang banyak menjawab pernyataan benar adalah 68 responden (85%) dari 80 sampel yang dilakukan peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penghuni kos tentang kesehatan reproduksi di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman rara-rata baik. Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi perilaku dari seseorang sehingga akan berdampak baik pula pada kesehatannya, khususnya mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini menunjukkan bahwa minat penghuni kos untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi sangat tinggi di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman. Semakin baik pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi maka akan semakin baik pula perilaku seksualnya tersedia nya fasilitas dan informasi yang diperoleh penghuni kos bisa melalui: Internet, Buku, teman, dan lain sebagainya. Hubungan antara tingkat Reproduksi
Pengetahuan
tentang
HIV/AIDS terhadap Kesehatan
Hasil yang di dapat dari analisis Chi-Square menunjukkan bahwa variabel tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS berhubungan signifikan terhadap kesehatan reproduksi. PValue = 0,000 < Level of Significans = 0,05. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap kesehatan reproduksi 64 (94,1%). Hasil penelitian ini hampir sama dalam penelitian Sandra (2012), dimana hasil yang diperoleh P-value = 0,037 < α = 0,05, diketahui sebagian besar responden tingkat pengetahuan remaja sedang dan upaya pencegahan penyakit HIV/AIDS baik sebanyak 88 (57,1%) responden.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian adalah: 1. 2. 3.
4.
Hubungan tingkat pengetahuan penghuni kos tentang HIV/AIDS terhadap Kesehatan reproduksi dengan kategori baik yaitu sebanyak 94,1% Tingkat pengetahuan tantang HIV/AIDS dengan kategori baik sebanyak 82,5%. Gambaran kesehatan reproduksi pada penghuni kos, berdasarkan hasil dari penelitan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kesehatan reproduksi pada penghuni kos di Dusun Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman adalah baik sebanyak 85%. Hubungan antara pengetahuan penghuni kos tentang HIV/AIDS dengan kesehatan reproduksi yaitu : P-value = 0,000 ≤ α = 0,05 ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap kesehatan reproduksi.
SARAN Penelitian ini hendaknya dapat dikembangkan kembali untuk melihat kemungkinan faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap kesehatan reproduksi dan akan lebih bermakna apabila dengan penelitian kualitatif. Perlunya peningkatan kuantitas maupun kualitas pengetahuan tentang pengetahuan dan kesehatan reproduksi memperhatikan faktor-faktor yang berkontribusi dalam perubahan perilaku. RUJUKAN 1. Atmasari, 2013. Harianjogja .com/ baca/2013 /12/ 01/ havaids- di- diy-8- tahun -39 orang di- sleman meninggal- karena- hivaids-470146 diakses pada tanggal 17 April 2014. 2. Ditjen PP & PL Kemenkes RI 2014. 14 Februari. Edit terakhir: 11 Maret 2014 diakses tanggal 17 Mei 2014, Jam 23:25. 3. Marmi, S, 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 2, 9, 10, 11, 12, 13, 14. 4. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Reneka Cipta, Jakarta. 5. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Keshatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 10-18, 87, 103, 112, 130, 159, 168, 174-176. 6. Purnomo, 2013. http: //beritajogja.co.id 2013/11/29/ pengidap- hivaids- di- jogjakartaterus meningkat. 7. Ronald, 2011. AIDS dan PMS dan Perkosaan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 20, 63. 8. Tribun new 2014. www. Tribun news.com/ kesehatan /2013/11/14/ orang- indonesia yang- terinfeksi-hivaids- tahun- ini- capai- 11- ribu-jiwa di akses pada tanggal 17 Mei 2013. Jam 20:30 wib. 9. Yani W, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya