ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. K DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS PADA NY. T DI PASAR SALASA RT. 03 RW.01 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 20161 Herdiansyah2 Heni Marliany3 Nim : 11DP277067
INTISARI Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit rheumatoid arthritis. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Rheumatoid arthritis lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Angka perbandingan menunjukkan 3:1. Dampak penyakit Rheumatoid Arthritis bila berlangsung lama tanpa pengobatan memadai, penyakit ini bisa menyebabkan kelainan bentuk pada persendian dan peradangan kronis pada persendian. Kondisi ini menyebabkan hilangnya fungsi persendian dan kecacatan atau bahkan sampai menimbulkan kelumpuhan sehingga kualitas hidup penderita menurun. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan, metode yang digunakan adalah analisa deskriftif melalui proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil : Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn. K dari tanggal 15 Juni 2016 sampai dengan tanggal 17 Juni 2016, penulis menemukan diagnosa keperawatan diantaranya : Nyeri berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat pasien keluarga yang sedang sakit rematoid arthritis, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga yang sedang sakit, cemas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesimpulan : setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 15-17 Juni 2016 semua diagnosa dapat teratasi Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Keluarga, Rheumatoid Arthritis Kepustakaan : 14 buah, 2009-2014 Keterangan : 1 Judul, 2 Nama mahasiswi, 3 Pembimbing
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Manifestasi klinik AR adalah poliartritis simetrik terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan sinovial sendi, AR juga bisa mengenai organ-organ diluar persendian seperti kulit, jantung, paruparu, dan mata. Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskular, infeksi, penyakit ginjal, keganasan, dan adanya kemorbiditas. Menegakkan
diagnosis
dan
memulai
terapi
sedini
mungkin,
dapat
menurunkan progresifitas penyakit (Suarjana, 2009). Menurut Koes Irianto, RA adalah suatu penyakit autoimun dalam hal ini persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri, dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi yang bersangkutan. Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk, dan perempuan 2-3 kali lebih sering dibandingkan laki-laki. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, akan tetapi bisa terjadi pada usia berapapun. Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi autoimun (Irianto, 2014). Walaupun arthritis bukan merupakan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit jantung, kanker, atau AIDS, namun arthritis adalah masalah kesehatan yang terjadi di mana-mana. Fakta statistik mengenai arthritis sangat mengejutkan yaitu penderita rheumatoid arthritis
di seluruh dunia
telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini
1
2
menderita rheumatoid. Angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2014 prevalensi rheumatoid arthritis di dunia yaitu sebesar 0,24% tanpa dijumpai perubahan bermakna selama 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian terakhir, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 24,7%. Rheumatoid arthritis lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Angka perbandingan menunjukkan 3:1. Sedangkan data pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun di Jawa Barat menunjukkan proporsi kasus rematik mengalami peningkatan dibanding dengan kasus penyakit tidak menular. Secara keseluruhan pada tahun 2007 proporsi kasus rematik sebesar 17,34 %, meningkat menjadi 29,35% di tahun 2008 . kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 39,47%, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 33% (Riskesdas, 2013). Seperti halnya data yang penulis dapatkan dari Puskesmas Mandalika tentang penyakit Rheumatoid arthritis sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Penyakit 10 Besar di wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis tahun 2015 Jenis Penyakit Jumlah Persentase Infeksi Saluran Pernafasan Atas 2210 33% Hipertensi 1092 16% Pulpa dan Jar.Perapikal 763 11% Gastroduodenitesis 618 9% Diare 450 7% Dermatitis 364 5% Dispepsia 357 5% Asma 311 5% Migren dan sindrom nyeri kepala 299 5% Influenza 271 4% Jumlah 6.735 100% Sumber : Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2015”
3
Berdasarkan data diatas, penyakit Rheumatoid arthritis tidak termasuk ke dalam 10 besar penyakit di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis tahun 2015. Walaupun demikian penyakit Rheumatoid arthritis sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan musculoskeletal untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan Rheumatoid Arthritis terutama dalam keluarga. Keluarga Tn. K adalah salah satu keluarga binaan wilayah kerja Puskesmas Mandalika dan salah satu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan (menderita penyakit Rheumatoid arthritis) yang selama kurang lebih satu tahun tidak berobat ke puskesmas secara rutin atau sampai sembuh total bahkan sampai sekarang ini masih menderita Rheumatoid arthritis. Banyaknya masyarakat khususnya lansia yang mengobati nyeri rematik dengan berbagai cara yang dianggap mampu mengatasi atau meringankan nyeri persendian. Hal ini menunjukan bahwa nyeri yang dirasakan akibat rematik sangat mengganggu dalam kehidupan lansia sehingga lansia susah dalam melakukan aktifitas, disamping itu masih banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap remeh penyakit ini karena sifatnya yang seakan tidak menimbulkan ancaman jiwa, padahal rasa nyeri yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru menjadi penghambat yang sangat mengganggu bagi masyarakat untuk Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang
4
tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Lebih lanjut awitan keadaan ini bersifat akut dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh periode remisi (suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak terdapat) dan
eksaserbasi
(suatu
periode
ketika
gejala
penyakit
terjadi atau bertambah berat). Bertambah beratnya gejala penyakit rheumatoid
arthritis
sehingga mengakibatkan
terjadi perubahan
aktivitas pada pasien (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Rylai 2012). Hal yang terburuk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh
negatifnya terhadap kualitas kehidupan.
Bahkan kasus
rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan fungsional seutuhnya termasuk berpengaruh terhadap fungsi dan peran penderita terhadap keluarganya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon, 2002 dalam Rylai 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil kasus yang didokumentasikan ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. K Dengan Rheumatoid arthritis pada Ny. T di Pasar Salasa RT. 03 RW.01 Desa Cikoneng Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis
tahun 2016“.
5
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memperoleh pengalaman secara nyata dan mendokumentasikan dalam bentuk
karya
tulis
ilmiah
serta
mampu
melaksanakan
asuhan
keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek biopsiko-sosial-spiritual yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a
Penulis
mampu
melakukan
pengkajian
secara
komprehensip
terhadap anggota keluarga dengan Rheumatoid arthritis. b
Penulis mampu menentukan diagnosa keperawatan terhadap anggota keluarga dengan Rheumatoid arthritis.
c
Penulis mampu membuat rencana asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga dengan Rheumatoid arthritis.
d
Penulis mampu melaksanakan tindakan terhadap anggota keluarga dengan Rheumatoid arthritis.
e
Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan terhadap anggota keluarga dengan Rheumatoid arthritis.
f
Penulis mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga dengan Rheumatoid arthritis.
C. Metode Telaahan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu berupa studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengambilan data yang digunakan sebagai berikut :
6
1. Wawancara Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik. 2. Observasi/Pengamatan Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan 4. Studi Dokumentasi Mempelajari data-data dari keluarga klien berhubungan dengan asuhan keperawatan. 5. Studi Kepustakaan Mendapatkan keterangan sebagai landasan dari berbagai literatur. (Setiadi, 2012).
7
D. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, maka penulis menguraikan sistematika sebagai berikut : Bab I
: Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, metode telaahan dan sistematika penulisan.
Bab II
: Tinjauan Teoritis Menjelaskan tentang konsep tinjauan teoritis asuhan keperawatan keluarga yang meliputi: (1) konsep dasar terdiri dari konsep keluarga meliputi: pengertian keluarga, fungsi keluarga, tumbuh kembang keluarga, tipe keluarga, faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga. (2) Konsep keluarga resiko tinggi meliputi: pengertian keluarga dengan resiko tinggi, dampak keluarga resiko tinggi terhadap fungsi keluarga, masalah kesehatan keluarga. (3) proses keperawatan keluarga meliputi, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab III
: Tinjauan Kasus dan Pembahasan Bab III Tinjauan Kasus : Meliputi, A. Tinjauan kasus yang mencakup
:
Pengkajian,
keperawatan
keluarga
dengan
Rheumatoid arthritis, menentukan diagnosa keperawatan keluarga dengan Rheumatoid arthritis, membuat perencanaan keperawatan dengan Rheumatoid arthritis, melakukan evaluasi keperawatan dan catatan perkembangan keperawatan keluarga dengan Rheumatoid arthritis serta pembahasan yang berisikan ulasan
8
naratif setiap tahapan keperawatan yang dilakukan dari tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus. Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi Bab IV Kesimpulan Dan Rekomendasi: Mengambil kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran dan rekomendasi pelaksanaan tindakan terhadap masalah yang ditemukan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar 1.
Konsep Dasar Keluarga a.
Pengertian Keluarga Menurut Al-Qur’an Surat Al Furqan Ayat 54 :
Artinya: “ Dan dia pula yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu punya keturunan dan musyaharah (hubungan keluarga yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua, dan sebagainya). Menurut Friedman dalam buku Achjar (2010) keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi,
dan
kelahiran
mempertahankan
yang
budaya
bertujuan yang
menciptakan
umum,
dan
meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu, individu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Setiadi (2008) dalam Rylai (2012) keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan/hubungan
darah
kelahiran, adopsi dan lain sebagainya.
9
karena
perkawinan,
10
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Santun, 2008 dalam Rylai 2012). Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hbungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Mubarak, 2009). Dari definisi di atas ditarik kesimpulan bahwa pengertian keluarga adalah kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku
yang
memunculkan
rasa
identitas
sebagai
keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Defenisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya. b.
Fungsi Keluarga Secara umum fungsi keluarga menurut Setiawati & Dermawan (2008) dalam Rylai (2012) adalah sebagai berikut: 1)
Fungsi afektif (The Affektive Function) adalah fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota kelaurga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
11
2)
Fungsi sosialisasi (The socialitation function) tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,membentuk dalam nilai dan norma yang diyakini anak,memberikan batasan prilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,meneruskan nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga dunia luar dengan belajar disiplin,mengenal budaya dan norma melalui interaksi daalam keluarga,keluarga produktif terhadap sosial sehingga mampu berperan dalam masyarakat
3)
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi untuk meneruskan kelangsungan
dan
menambah
sumber
daya
manusia.
merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga,menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik,mental dan spritiual dengan memelihara anggota keluarga yang dalam kondisi sakit. 4)
Fungsi ekonomi (The economic function) untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan dan papan.
5)
Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The health care function) yaitu kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Adapun menurut pendapat Setiadi (2008) dalam Rylai (2012)
yang mengemukakan bahwa fungsi keluarga adalah sebagai berikut: 1)
Fungsi pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan anak dan masa depan anak bila kelak dewasa nanti.
12
2)
Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3)
Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4)
Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5)
Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan menjaga anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
6)
Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsifungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur penghasilan tersebut sedemikian keluarga.
rupa
sehingga
dapat
memenuhi
kebutuhan
13
7)
Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak selalu harus pergi ketempat rekreasi tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggota keluarganya. Rekreasi dapat dilakukan dirumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebagainya.
8)
Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
c.
Tugas Kesehatan Keluarga Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu : 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
14
mempunyai
kemampuan
memutuskan
untuk
menentukan
tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga. 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 4) Mempertahankan
suasana
dirumah
yang
menguntungkan
kesehatan dan perkembangan anggota keluarga. 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). (Setiadi, 2008 dalam Rylai 2012) d.
Tumbuh Kembang Keluarga Menurut Jhonson R- Leny R, (2010) daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mempunyai
tugas
dan
resiko
tertentu
pada
tiap
tahap
perkembangannya: 1)
Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat, dan
15
merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan). 2)
Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan dan keluarga.
3)
Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 sampai 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anakanak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang “sehat” dalam keluarga.
4)
Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak mencapai prestasi yang baik disekolah, membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan
hubungan
perkawinan
yang
memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masingmasing anggota keluarga. 5)
Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung
16
jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dengan anak-anak remaja. 6)
Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
7)
Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan
8)
Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.
e.
Tipe Keluarga Menurut Friedman dalam Achjar (2010) terdapat delapan tipe keluarga : 1)
Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari Ayah, Ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atas adopsi atau keduanya.
17
2)
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
3)
Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
4)
Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
5)
Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
6)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
7)
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting family).
8)
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
f.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga 1)
Faktor Fisik Ross, Mirowsaky dan Goldstein dalam Rylai (2012) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif tersebut antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut antara lain: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah
18
menikah
agak
terlihat
lebih
gemuk,
beberapa
alasan
dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri. Contoh lain seorang istri yang sebelum menikah suami akan mengingatkan masalah kesehatan yang bisa
timbul
karena
kebiasaan
tersebut.
Bagi
keluarga,
penentuan jenis pelayanan yang akan digunakan ditentukan berdasarkan kesepakatan suami istri. 2)
Faktor Psikis Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri begitu pula sebaliknya. Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemasan istri lebih tinggi dibanding dengan suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri setelah bersuami.
3)
Faktor Sosial Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima
semakin
baik
taraf
kehidupannya.
Tingginya
pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang
19
dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan fungsi kesehatan keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan kebutuhan dasarnya. 4)
Faktor Budaya Faktor budaya meliputi: a) Keyakinan dan praktek kesehatan b) Nilai-nilai keluarga c) Peran dan pola komunikasi keluarga d) Koping keluarga
2.
Konsep Keluarga Resiko Tinggi a.
Pengertian Keluarga dengan Resiko Tinggi Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan adalah: keluarga dengan anggota keluarga dengan usia subur, keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan, keluarga di mana anak menjadi resiko tinggi, keluarga mempunyai masalah dalam berhubungan antara anggota keluarga (Achjar, 2010)
b.
Dampak Keluarga Resiko Tinggi Terhadap Fungsi Keluarga Dampak keluarga resiko tinggi terhadap fungsi keluarga menurut Achjar (2010) akan berdampak: 1) Fungsi afektif Fungsi internal
keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga.
Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota kelurga.
20
2) Fungsi sosial Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi 3) Fungsi reproduksi Fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. 4) Fungsi ekonomi Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan dan papan. 5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan Fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah 3.
Konsep Dasar Penyakit Rheumatoid Arthritis Menurut Iskandar (2012) a. Definisi Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung .Rematoid Artritis merupakan
suatu
penyakit
inflamasi
sistemik
kronik
yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. b. Etiologi Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat diketahui secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
21
1) Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid factor 2) Faktor metabolic 3) Infeksi dengan kecenderungan virus c. Tanda dan Gejala 1) Tanda dan gejala setempat a) Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness)
dan
gerakan
terbatas,
kekakuan
berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan
osteoartritis
yang
biasanya
tidak
berlangsung lama. b) Lambat laun membengkak, panas merah, lemah c) Poli artritis simetris sendi perifer atau semua sendi bisa terserang,panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga d) Artritis erosive atau sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X e) Deformitas atau pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas beoutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang
22
disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total f)
Rematoid nodul
merupakan massa subkutan yang terjadi
pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat. 2) Tanda dan gejala sistemik Lemah, demam, tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia. Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu: a) Stadium Sinovisis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan b) Stadium Destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon c) Stadium Deformitas Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis,
23
berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa dan terakhir ankilosis tulang. d) Patofisiologi Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat
erosi
dari
kartilago
menentukan
tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. e) Pemeriksaan Diagnostik (1) Tes serologi (a) Sedimentasi eritrosit meningkat (b) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis (c) Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
24
(2) Pemerikasaan radiologi (a) Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi (b) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis (3) Aspirasi sendi Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah: (1) Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ). (2) Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurangkurangnya pada satu sendi (3) Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu. (4) Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain (5) Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris. (6) Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor (7) Gambaran
foto
rontgen
yang
rheumatoid (8) Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
khas
pada
arthritis
25
(9) Pengendapan cairan musin yang jelek (10) Perubahan karakteristik histologik lapisan synovial (11) Gambaran histologik yang khas pada nodul. Berdasarkan kriteria ini maka disebut : (1) Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurangkurangnya selama 6 minggu (2) Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu. (3) Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu. f)
Penatalaksanaan Tujuan
penatalaksanaan
reumatoid
artritis
adalah
mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan
sendi
dan
meningkatkan
fungsi
dan
kemampuanmobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001) Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu: (1) Istirahat (2) Latihan fisik (3) Termoterapi (4) Pengobatan : (a) Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml.
26
(b) Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat (c) Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan (d) Garam emas (e) Kortikosteroid (5) Nutrisi Diet untuk penurunan berat badan yang berlebih, bila Rhematoid artritis progresif dan menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. 4.
Proses Keperawatan Keluarga Menurut Achjar (2010) proses keperawatan keluarga meliputi: a. Pengkajian Pengkajian
adalah
suatu
tahapan
ketika
seorang
perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. b. Perencanaan Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu kepada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
27
c. Pelaksanaan Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu dilibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai koordinator. Namun, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan. d. Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru.
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Rheumatoid Arthritis 1.
Pengkajian Menurut Achjar (2010). pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga adalah : a.
Identitas Nama kepala keluarga (KK), alamat dan telpon, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga dan komposisi keluarga. Selain itu, perlu dikaji pula tentang : 1)
Tipe Keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
28
2)
Suku Bangsa Mengkaji
asal
suku
bangsa
keluarga
tersebut,
serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. 3)
Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
4)
Status sosial ekonomi keluarga : Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
5)
Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1)
Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2)
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. Misalnya : keluarga
29
tengah baya, yang seharusnya sudah mampu mendirikan keluarga sendiri, tetapi belum mempunyai rumah sendiri sehingga beberapa tugas tidak terpenuhi. 3)
Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota
keluarga,
perhatian
terhadap
pencegahan penyakit (status imuniasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga, serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4)
Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c.
d.
Lingkungan 1)
Karakteristik rumah
2)
Karakteristik tetangga dan komunitas setempat
3)
Mobilitas geografis keluarga
4)
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5)
Sistem pendukung keluarga
Struktur keluarga 1)
Pola komunikasi keluarga
2)
Struktur kekuatan keluarga
3)
Struktur peran
4)
Nilai atau norma keluarga
30
e.
Fungsi keluarga 1)
Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2)
Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3)
Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehatsakit.
Kesanggupan
keluarga
di
dalam
melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. Halhal
yang
perlu
dikaji
sejauhmana
keluarga
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
melakukan
31
a)
Untuk
mengetahui
kemampuan
keluarga
mengenal
masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda-gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. b)
Untuk
mengetahui
kemampuan
keluarga
mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. (2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga. (3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami. (4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit. (5) Apakah
keluarga
dapat
menjangkau
fasilitas
kesehatan yang ada. (6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan. (7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. c)
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah :
32
(1) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
keadaan
penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara perawatannya). (2) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. (3) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. (4) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab,
sumber
keuangan/finansial,
fasilitas fisik, psikososial). (5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit. d)
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki. (2) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan. (3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi. (4) Sejauhmana keluarga mengatahui upaya pencegahan penyakit. (5) Sejauhmana
sikap/pandangan
hygiene sanitasi.
keluarga
terhadap
33
(6) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga. e)
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan
kesehatan
di
masyarakat. Hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan. (2) Sejauhmana keuntungan
keluarga yang
memahami
dapat
diperoleh
keuntungandari
fasilitas
kesehatan. (3) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan. (4) Apakah
keluarga
mempunyai
pengalaman
yang
kurang baik terhadap petugas kesehatan. (5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. 4)
Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
berapa
jumlah
anak,
bagaimana
keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga dan metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. 5)
Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, serta sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber
34
yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. f.
Stress dan koping keluarga 1)
Stressor jangka pendek dan panjang (a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan (b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan.
2)
Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g.
Masalah Kesehatan Keluarga Ada tiga kelompok dalam membedakan masalah diagnosis keperawatan yaitu: 1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. 2) Diagnosis resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. 3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
35
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. (Mubarak, 2009) Apabila masalah kesehatan keluarga cukup banyak akan tidak mungkin diatur sekaligus mengingat ada keterbatasan, untuk itu perlu disusun skala prioritas. Dan dibawah ini tabel dalam menentukan skala prioritas. Tabel 2.1 Skala Prioritas Dalam Menentukan Masalah Kesehatan No Kriteria Nilai Bobot 1 Sifat Masalah: Skala: Tidak atau kurang sehat 3 1 Ancaman kesehatan 2 Keadaan sejahtera 1 2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: Dengan mudah 2 2 Hanya sebagian 1 Tidak dapat 0 3 Potensi masalah dapat diubah Skala: Tinggi 3 1 Cukup 2 Rendah 1 4 Menonjolkan masalah Skala: Masalah berat harus segera ditangani 2 1 Masalah yang tidak selalu ditangani 1 Masalah tidak dirasakan 0 Sumber: (Mubarak, 2009) Skoring: cara menentukan nilai atau bobot suatu masalah adalah: (a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
Skor
X Bobot
AngkaTertinggi (b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot (c) Jumlah skor untuk semua kriteria (d) Skor tertinggi adalah lima dan sama dengan untuk semua kriteria (Mubarak, 2009)
36
Penentuan prioritas dengan kriteria skala: 1) Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga. 2) Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan: a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah. b) Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga. c) Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu. d) Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan. 3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan: a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu. c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah. d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah. 4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut. 2.
Diagnosa Keperawatan Keluarga Dengan Rheumatoid Arthritis a. Pengertian diagnosa keperawatan Menurut Achjar (2010) diagnosis keperawatan adalah klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang di peroleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara
37
cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti : 1. Diagnosis sehat /wellness Diagnosis sehat/wellness digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk ditingkatkan belum ada data maladaptif 2. Diagnosis ancaman (resiko) Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan data maladaptif yang kemungkinan timbulnya gangguan. 3. Diagnosis nyata/ gangguan Diagnosisi gangguan digunakan bila sudah timbul gangguan atau masalah kesehatan dikeluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladptif. Perumusan problem (P)
merupakan respon terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada lima tugas keluarga. Sign atau tanda (S) b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1) Nyeri
(akut/kronis)
keluarga
merawat
berhubungan anggota
dengan
keluarga
ketidakmampuan
dengan
Rheumatoid
Arthritis. 2) Mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Rheumatoid Arthritis. 3) Kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga Rheumatoid Arthritis.
38
4) Ketidakmampuan
keluarga
untuk
memelihara
rumah
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan keluarga dengan Rheumatoid Arthritis. 5) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, penyebab, tanda dan
gejala
Rheumatoid
ketidakmampuan
keluarga
Arthritis
berhubungan
mengenal
masalah
dengan kesehatan
Rheumatoid Arthritis. 6) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang pengetahuan tentang penyakit (Nurna et all, 2009). 3.
Rencana Keperawatan Rencana keperawatan keluarga yang dilakukan menurut (Nurna et all, 2009) : a. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Rheumatoid Arthritis. Intervensi : 1) Kaji tingkat nyeri 2) Catat lokasi dan intensitas nyeri (0-5) 3) Keluarga ikut memotivasi klien untuk mengatur posisi yang nyaman dan sering mengubah posisi 4) Keluarga menganjurkan klien untuk mandi air hangat. b. Mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Rheumatoid Arthritis. Intervensi : 1) Keluarga menganjurkan klien untuk mengubah posisi.
39
2) Keluarga membantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas. 3) Keluarga
membantu
dan
menganjurkan
klien
untuk
mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan. 4) Keluarga membantu memberikan lingkungan yang nyaman, misalnya menaikan kursi, menggunakan pegangan tangga, penggunaan alat bantu mobilitas c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga Rheumatoid Arthritis Intervensi : Keluarga berpartisipasi dalam perawatan diri klien. d. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan
keluarga dengan Rheumatoid Arthritis. Intervensi : 1) Mengidentifikasi sistem pendukung keluarga yang tersedia untuk klien. 2) Menentukan sumber-sumber finansial keluarga untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. e. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, penyebab, tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenai masalah kesehatan Rheumatoid Arthritis. Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang masalah Rheumatoid Arthritis.
40
2) Diskusikan dengan keluarga tentang arti, penyebab, tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis. 3) Beri kesempatan kepada keluarga untuk menyebutkan kembali arti, penyebab, tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis. 4) Evaluasi tentang hal-hal yang telah didiskusikan. f.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang pengetahuan tentang penyakit Intervensi : 1) Identifikasi tingkat kecemasan 2) Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis 3) Melibatkan keluarga dalam membantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 4) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi yang dirasakan kepada keluarga 5) Keluarga ikut menginstruksikan dan memotivasi pada klien untuk menggunakan tehnik relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA Alqur’an Surah Al Furqan Ayat 54 Achjar., Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Handono, 2010. Gangguan Penyakit Rematik. [internet] tersedia dalam library.upnvj.ac.id Irianto, 2014. Penyakit Artritis Reumatoid. [internet] tersedia dalam http://qorynabila.blogspot.co.id/2015/06/artritis-reumatoid.html Iskandar, 2012. Makalah Artritis Reumatoid. [internet] tersedia dalam http://kuliahiskandar.blogspot.co.id/2012/05/makalah-atritisrematoid.html [diakses 10 Juni 2016] Jhonson R., Lenny R. 2010. Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Mubarak, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat.. Jakarta : Salemba Medika Nurna et all, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika Riskesdas, 2013. Data pelayanan kesehatan Indonesia. [internet] tersedia dalam terbitan.litbang.depkes.go.id/. [diakses 10 Juni 2016] Rylai,
2013. Konsep Dasar Keluarga. [internet] tersedia dalam jurnalkesehatanamelia.blogspot.com. [diakses 10 Juni 2016]
Rylai, 2013. Penyakit Rhematoid di Indonesia. [internet] tersedia dalam jurnalkesehatanamelia.blogspot.com. [diakses 10 Juni 2016] Setiadi, (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu Suarjana, I.N., 2009. Artritis Reumatoid. dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. hal. 2495-508. FKUI. Jakarta.