INTISARI PROFIL PENGGALIAN INFORMASI PASIEN DAN REKOMENDASI OBAT PADA PELAYANAN SWAMEDIKASI KASUS DIARE ANAK OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA BANJARMASIN Yopi Yanur1; Yugo Susanto2; Riza Alfian3 Penyakit diare merupakan penyebab utama nomor dua kematian yang terjadi pada anak-anak di Negara berkembang pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya atau terapi diare yang tidak efektif. Tenaga kefarmasian mempunyai peran penting dan tanggung jawab untuk menjamin keamanan, ketepatan dan rasionalitas obat pada pelaku swamedikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi apa saja yang digali serta rekomendasi yang diberikan oleh tenaga kefarmasian pada pasien yang datang ke apotek dengan keluhan diare pada anak. Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Penelitian ini menggunakan pasien simulasi Symptoms Baseddan melakukan kunjungan ke 89 apotek di wilayah Kota Banjarmasin yang menjadi sampel dipilih secara acak menggunakan Microsoft Excel. Informasi yang digali oleh tenaga kefarmasian dicatat di lembar observasi(checklist). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa 66,29% (n=59) tenaga kefarmasian yang melakukan penggalian informasi mengenai “identitas pasien”, sebanyak 31,46% (n=28) sampel yang menanyakan mengenai “berapa lama pasien mengeluhkan diare”, dan 19,10% (n=17) menanyakan “gejala yang sedang dikeluhkan pasien”. Seluruh apotek (100%) yang menyediakan obat diare, 40,44% (n=36) merekomendasikan antibiotik (sirup), 14,60% (n=13) golongan adsorben (sirup) dan 13,48% (n=12) merekomendasikan obat golongan antimotilitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat penggalian informasi dengan 1 pertanyaan, 2 pertanyaan, 3 pertanyaan, 4 pertanyaan, 5 pertanyaan, serta ada apotek yang tanpa melakukan penggalian informasi dan rekomendasi pemberian obat meliputi Adsorben sirup, Adsorben tablet, Antimotilitas tablet, Antibiotik sirup, Antibiotik tablet, Adstringen kapsul, Adstringen sirup, Probiotik serbuk, kombinasi Antimotilitas tablet dan Antibiotik tablet, kombinasi Adsorben sirup dan Antibiotik sirup, kombinasi Adsorben sirup dan Zink sirup, kombinasi Antibiotik sirup dan Antibiotik sirup. Kata Kunci : Swamedikasi, Penggalian Informasi Dan Rekomendasi Obat, Kinerja Tenaga Kefarmasian 1
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasi
i
ABSTRACT PROFILE EXTRACTING INFORMATION PATIENT AND DRUG RECOMMENDATIONSTO SERVICE SELF MEDICATION CASES OF CHILDHOODDIARRHEABY PHARMACY PERSONNEL IN DRUGSTOREAT BANJARMASIN Yopi Yanur1; Yugo Susanto2; Riza Alfian3 Diarrhea disease is the leading cause number two deaths that occur in children in developing countries in children aged 6 months to 2 years. This is due to lack or diarrehea therapy ineffective. Pharmacy personnel have an important role and responsibility to ensure the safety, accuracy, and rationality of the drug on the perpetrators self medication. This study aims to deteremine what information is exracted and recommendations made by the pharmacy personnel in patients who came to the drugstore with complaints of diarrhea in children. This research is a Descriptive study using Simple Random Sampling method. This study usingsimulated patients SymptomsBased and visit to 89 drugstoreat Banjarmasin sampled randomly selected using Microsoft Exel. The information extracted by pharmacy personnel are recorded in the observation sheet (checklist). The results of this study showed that 66,20% (n-59) personnel pharmacy that unearthed information on the “identity of the patiens”, as much as 31,46% (n-28) samples where asking about “how long the patients complained of diarrhea, and 19,10% (n-17) asks “who is being complained of symptoms of the patient”. The entire indrugstore (100%) that provide medicine for diarrhea, 40,44% (n-36), recommend antibiotics (syrup), 40,60% (n13) groups of adsorbent (syrup) and 13,48% (n-12) recommend drugs known antimotility. Based on the results of the study concluded that there are extracting information with one question, two questions, three questions four questions, five questions, and there is a drugstore that without extracting information and recommendations drug delivery include adsorbent syrup, adsorbent tablet, antimotility tablet, antibiotic syrup, antibiotic tablet, adstringen capsules, adstringen syrup, powders probiotics, combination antimotility tablets and antibiotic tablet, combination adsorbent syrup and antibiotic syrup, combination adsorbent syrup and zink syrup, combination of antibiotics syrup and antibiotic syrup. Keywords : Self Medication, Extracting Information And Recommendations Medicine, Pharmacy Personnel Performance 1
Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus
kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik (pharmaceutical care) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Kemenkes RI, 2014). Pengetahuan masyarakat mengenai informasi kesehatan dan pentingnya hidup sehat mengakibatkan tuntutan masyarakat terhadap kualitas tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan, serta sarana dan prasarana kesehatan yang memadai, berkualitas, dan ahli dibidangnya semakin meningkat, termasuk tenaga dan pelayanan kefarmasian. Salah satu sarana dan prasarana kesehatan yang dapat menunjang kualitas kesehatan masyarakat adalah apotek (Kemenkes RI, 2014). Pelayanan kefarmasian yang sering dilakukan di apotek salah satunya yaitu swamedikasi. Di Indonesia sendiri swamedikasi lebih banyak dibandingkan pelayanan resep yaitu antara 20 - 70 % (Rinukti, 2005). Tingginya kebutuhan masyarakat untuk melakukan swamedikasi menuntut pemerintah Indonesia perlu meningkatkan sarana yang dapat mendukung tindakan swamedikasi secara tepat, aman dan rasional. Untuk menjamin kualitas layanan swamedikasi maka perlu dilaksanakan tahapan-tahapan pelayanan swamedikasi. Salah satu tahap awal dalam pelayanan swamedikasi meliputi Patient Assessment. Pada pelayanan obat tanpa resep diperlukan kegiatanPatient Assessment agar dapat ditetapkan rekomendasi terapi yang rasional (Chua, 2006). Salah satu obat yang digunakan dalam swamedikasi yaitu obat tanpa resep (OTR). Di Indonesia yang termasuk OTR meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat
3
diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas (obat yang akan aman dan manjur apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa pengawasan) (Felicia, 2014). Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Swamedikasi di apotek dapat dilakukan untuk mengatasi salah satu gangguan kesehatan ringan misalnya diare (Depkes RI, 2006). Menurut Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (2012) dimana penyakit diare masih termasuk dalam salah satu golongan penyakit terbesar dengan angka kejadiannya relatif cukup tinggi dengan perbandingan kasus diare pada tahun 2008 sebanyak 54.316 kasus, tahun 2009 sebanyak 72.020 kasus, tahun 2010 sebanyak 52.908 kasus, serta tahun 2011 sebanyak 66.765 kasus. Penyakit diare merupakan penyebab utama nomor dua kematian yang terjadi pada anak-anak di Negara berkembang pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun.Hal ini disebabkan karena kurangnya atau terapi diare yang tidak efektif. Penyebab penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Hamdani, 2009). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faridlatul dkk., (2011) menunjukan bahwa dari (90) apotek yang menyediakan obat untuk diare, 43 apotek (47,8%) merekomendasikan obat golongan adsorben, 27,8% (n=25) merekomendasikan obat golongan antimotilitas dan 3 apotek (3,3%) merekomendasikan antibiotik. Dan sebanyak 38,9%, staf apotek (n=35) menggali informasi tentang “untuk siapa obat diminta”, 10,0%
4
(n=9) menanyakan tentang “spesifikasi diare” dan 3,33% (n=3) bertanya tentang “gejala yang menyertai diare”.Dari uraian tersebut hanya sebagian dari tenaga kefarmasian yang melakukan penggalian informasi untuk menilai keamanan, ketepatan, dan rasionalitas tindakan swamedikasi terhadap pasien yang datang ke apotek pada kasus diare anak. Oleh karena itu, hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti di daerah Banjarmasin tentangpenggalian informasi dan rekomendasi pada pelayanan swamedikasi kasus diare anak oleh tenaga kefarmasian di apotek.
5