ASSOCIATIONS BETWEEN PHYSICAL ENVIRONMENT AND MALARIA PREVALENCE IN PREGNANT WOMEN IN BIAK KOTA COMMUNITY HEALTH CENTER’S WORKING AREA BIAK KOTA SUBDISTRICT BIAK NUMFOR PAPUA PROVINCE Nugroho Susanto1,Anisatuzzulfa.2 ABSTRACT
Background: In Indonesia, malaria is still a major infectious disease, especially in the eastern part of Indonesia. Such infections can affect all people of all classes, including the most vulnerable groups, such as pregnant women. Biak with low rainfall will get increased cases of malaria, because the rest of the stagnant rain water can become a breeding ground for mosquitoes. The main cause of the increased malaria outbreaks are environmental change in coastal areas, brackish water, and the mountains, depending on the location of occurence and condition of the houses, of which the majority was semi-permanent and non-permanent. The prevalence of malaria among pregnant women in Biak Kota community health center, Biak Kota sub-distric, Biak Numfor regency from January to April was 38 people, and as many as 21 people in May. Every month, the number of people with malaria among pregnant women decreased, but in May it increased 3-times thant that in the previous month. Objective : To know associations between physical environment and malaria prevalence in pregnant women. Methods : This is an observational study with cross sectional approach. The samping technique used was accidenatal sampling; as many as 209 pregnant women visiting the health center for their pregnancy were taken as the study sample. Data were analized using chi-square. Results : Pregnant women whose home ventilation were not attached with wire netting had the risk of suffering from malaria 6,5 times higher than those with wire netting (ρ=0,010); home condition without ceiling had the risk of suffering from malaria 5,7 times higher than home with ceiling (ρ=0,000), cattle sheds away from home or home without cattle sheds had the risk of suffering from malaria 2,3 times higher than home close to cattle sheds (ρ=0,000), home close to the forest had the risk of suffering from malaria 5,8 times higher risk than home away from the forest (ρ=0,017). Conclusion : Condition of physical environment as risk factors associated with malaria prevalence in pregnant women includes ventilation condition, ceiling condition, distances from home to cattle sheds and the forest. Key words : Ventilation condition, ceiling condition, distance from cattle sheds distance, distance from forest, malaria in pregnant women.
¹ Peneliti 1 2 Peneliti 2
17
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BIAK KOTA KECAMATAN BIAK KOTA KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA Nugroho Susanto1,Anisatuzzulfa.2
INTISARI Latar Belakang: Di Indonesia, malaria masih merupakan penyakit infeksi utama, terlebih di kawasan Indonesia Bagian Timur. Infeksi tersebut dapat menyerang semua masyarakat dari segala golongan, termasuk golongan yang paling rentan, seperti wanita hamil. Kabupaten Biak Numfor dengan curah hujan yang rendah akan meningkatkan kasus malaria, karena sisa air hujan yang menggenang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Penyebab utama dari meningkatnya wabah malaria adalah dari perubahan lingkungan di daerah pantai, air payau, dan pegunungan, tergantung dari daerah kejadian serta kondisi rumah yang sebagian besar semi permanen dan non permanen. Kejadian malaria pada ibu hamil di Puskesmas Biak Kota Kecamatan Biak Kota Kabupaten Biak Numfor pada bulan Januari sampai April sebanyak 38 orang dan pada bulan Mei sebanyak21 orang. Setiap bulannya, jumlah penderita malaria pada ibu hamil menurun, namun pada bulan Mei terjadi peningkatan 3 kali lipat dari bulan sebelumnya. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara lingkungan fisik dengan kejadian malaria pada Ibu hamil. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan jenis observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel yang digunakan adalah accidenatal sampling sebanyak 209 ibu hamil yang memeriksaan kehamilan pada bulan Juni dan Juli 2012. Analisis data menggunakan chi-squar. Hasil : Ibu hamil yang memiliki kondisi ventilasi rumah yang tidak terpasang kawat kasa berisiko 6,5 kali lebih tinggi menderita malaria dibandingkan dengan ibu hamil yang rumahnya menggunakan kawat kasa (ρ=0,010), kondisi rumah yang tidak terpasang plafon berisiko 5,7 kali lebih tinggi menderita malaria dibandingkan dengan kondisi rumah yang terpasang plafon (p=0,000), jarak kandang ternak yang jauh dari rumah dan atau tidak memiliki kandang ternak berisiko 2,3 kali lebih tinggi menderita malaria dibandingkan dengan rumah yang dekat dengan kandang ternak (ρ=0,000), jarak hutan yang dekat dengan rumah berisiko 5,8 kali lebih tinggi menderita malaria dibandingkan dengan rumah yang jauh dari hutan (ρ=0,017) Kesimpulan: Kondisi lingkungan fisik rumah sebagai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian malaria pada ibu hamil yaitu kondis ventilasi, kondisi plafon, jarak kandang ternak dan jarak hutan dengan rumah.
Kata Kunci: Kondis ventilasi, Kondisi plafon, Jarak kandang, Jarak hutan, Malaria pada Ibu Ham
18
PENDAHULUAN tahun
Malaria sudah dikenal sejak 3000
beriklim tropis, termasuk Indonesia. Di
yang
Indonesia,
Hippocrates
lalu.
Seorang
(400-377
ilmuwan
masih
merupakan
sudah
penyakit infeksi utama, terlebih di kawasan
membedakan jenis-jenis malaria. Alphonse
Indonesia Bagian Timur. Infeksi tersebut
Laveran (1880) menemukan plasmodium
dapat menyerang semua masyarakat dari
sebagai penyebab malaria, dan Ross (1897)
segala golongan, termasuk golongan yang
menemukan
paling
perantara
SM)
malaria
malaria
adalah
rentan,
wanita
hamil.5
prevalence
malaria
seperti
nyamuk Anopheles.1 Penduduk dunia yang
Gambaran
berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3
menurut provinsi menunjukkan gambaran
miliar atau 41% dari penduduk dunia saat ini.
bahwa provinsi dengan prevalensi dengan
Setiap tahun kasus malaria berjumlah 300-
pemeriksaan darah tertinggi adalah Papua
500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai
Barat sebesar 10,6 %, diikuti oleh Papua
dengan 2,7 juta kematian, terutama di Afrika
sebesar 10,1 % dan NTT sebesar 4,4 %,
Sub-Sahara. Berdasarkan data epidemiologi
sedangkan
WHO diperkirakan 56% dari penduduk dunia
terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 0%
hidup di daerah di mana malaria masih
diikuti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
merupakan masalah kesehatan masyarakat
Tengah, Jawa Timur, Banten dan Bali sebesar
termasuk di Indonesia.2
0,1 %.6
Menurut The Africa Malaria Report,
period
provinsi
Upaya
dengan
eliminasi
prevalensi
malaria
telah
malaria merupakan masalah utama pada
dilaksanakan secara intensif di seluruh
daerah tropis dan subtropis di dunia. Pada
Indonesia dengan angka kasus malaria positif
daerah endemis malaria di Afrika, wanita
API (Annual Parasite Incidence) kurang dari
hamil merupakan kelompok yang rentan
1 per mil (< 1 per 1.000 penduduk) pada suatu
3
untuk menderita malaria. Kematian bayi
daerah. Hingga pada september 2011 telah
dengan BBLR empat kali lebih besar
memeriksa 868. 552 sediaan darah untuk
dibandingkan bayi berat lahir normal. Risiko
diagnosis malaria dan mengobati seluruh
yang berhubungan dengan infeksi malaria
penderita yang positif sebanyak 204. 591
pada wanita hamil yang tidak terimunisasi
orang. Penyakit malaria merupakan salah satu
antara lain keguguran di atas 60% dan
penyakit re-emerging yang masih menjadi
kematian ibu di atas 10% terjadi di Asia
ancaman masyarakat, terkait masih tingginya
Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika dengan
angka kesakitan dan angka kematian pada
kondisi malaria yang tidak stabil.
4
usia produktif akibat malaria.7 Ibu yang
Infeksi malaria sampai saat ini
menderita malaria dapat mengalami anemia,
masih menjadi masalah klinis di negara-
malaria serebral, edema paru, gagal ginjal,
negara berkembang terutama negara yang
bahkan
19
dapat
menyebabkan
kematian,
sedangkan pada janin menyebabkan abortus,
Numfor yang sebagian besar semi permanen
persalinan prematur, berat bayi lahir rendah,
dan non permanen. Selain itu juga minimnya
dan kematian janin. Sekustrasi sel darah
tenaga medis, dimana jumlah total bidan di
merah yang terinfeksi parasit di plasenta
Kabupaten Biak Numfor berjumlah 184
merupakan salah satu faktor yang berperan
orang sedangkan tenaga dokter umum hanya
pada patogenesis malaria pada kehamilan.
berjumlah 21 orang, dan khusus untuk Juru
Sekuestrasi
oleh
Malaria Desa di Kabupaten Biak Numfor
memperantai
berjumlah 150 orang. Namun, menurut
perlekatan sel darah merah terinfeksi dengan
Menteri Kesehatan, penyebab utama dari
reseptor yang terdapat pada plasenta, seperti
meningkatnya wabah malaria adalah dari
chondroitin sulfate A (CSA).
Identifikasi
perubahan lingkungan di daerah pantai, air
molekul pada parasit yang memperantai
payau, dan pegunungan, tergantung dari
perlekatan ini dapat dijadikan suatu upaya
daerah kejadian. Selain itu, faktor pelayanan
untuk pengembangan vaksin yang memacu
kesehatan,
produksi antibodi yang dapat menghambat
status sosial ekonomi dan perilaku penduduk
terjadinya perlekatan.5
juga berhubungan erat dengan kejadian
ekspresi
ini
protein
disebabkan
yang
di Papua yaitu Anopheles farauti, Anopheles dan
Anopheles
perpindahan
penduduk,
malaria.9
Jenis vektor predominan yang tersebar
koliensis
pola
Keberhasilan pengendalian malaria
puncutulatus,
tidak
dapat
tercapai
tanpa
sedangkan untuk Kabupaten Biak Numfor
mempertimbangkan faktor – faktor resiko
jenis vektor yang ditemukan berdasarkan data
diatas. Diharapkan dengan adanya penelitian
penangkapan nyamuk yang dilakukan oleh
ini, dapat membantu kader-kader kesehatan
Dinas Kesehatan Biak Numfor pada tahun
dalam menangani kasus malaria pada Ibu
2004 yaitu Anopheles farauti, dan Anopheles
hamil dan menurunkan angka kesakitan pada
longirotris.9 Kejadian malaria pada ibu hamil
Ibu hamil yang berakibat pada angka
di Puskesmas Biak Kota Kecamatan Samofa
kematian dan berat badan lahir rendah pada
Kabupaten Biak Numfor pada bulan Januari
bayi. Sehingga perlu diadakannya penelitian
sebanyak 13 orang, bulan Februari sebanyak9
tentang hubungan antara lingkungan fisik
orang, bulan Maret sebanyak9 orang, bulan
dengan kejadian malaria pada Ibu hamil.
April sebanyak7 orang dan bulan Mei
Tujuan dalam penelitian ini adalah
sebanyak21 orang. Dari pernyataan ini dapat
mengetahui hubungan antara lingkungan
disimpulkan bahwa jumlah penderita malaria
fisik dengan kejadian malaria pada ibu hamil
pada ibu hamil menurun setiap bulannya,
di wilayah kerja Puskesmas Biak Kota
tetapi pada bulan Mei terjadi peningkatan 3
Kecamatan Biak Kota Kabupaten Biak
kali lipat dari bulan sebelumnya.8
Numfor Provinsi Papua.
Hal ini bisa juga disebabkan oleh kondisi rumah di daerah Kabupaten Biak
20
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
menggunakanobservasional
ini
berkomunikasi,dalam keadaan sehat, dan ibu
dengan
masih dalam keadaan hamil saat dilakukan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam
penelitian pada bulan Juni dan Juli 2012.
penelitian ini yaitu semua ibu hamil yang
Format
kuesioner
untuk
bertempat tinggal di wilayah kerjaPuskesmas
mendapatkan data dengan cara menanyakan
Biak Kota pada bulan Juni dan Juli 2012.
identitas
Besar
dalam
kemudian mengobservasi kondisi fisik rumah
sampel
yang
dibutuhkan
responden
terlebih
dahulu,
penelitian
ini
menggunakan
accidental
yaitu melihat keberadaan kawat kassa pada
sampling
ibu
hamil
melakukan
ventilasi dan plafon rumah, sedangkan untuk
pemeriksaan kehamilan pada bulan Juni dan
jarak kandang,dan jarak hutan dilakukan
Juli 2012 yang positif maupun negatif malaria
pengukuran dengan menggunakan meteran
sebanyak 209 ibu hamil di Puskesmas Biak
roll.Analisis
Kota. Pengambilan sampel didasarkan pada
penelitian iniyaitu
kriteria inklusi yaitu:ibu hamil yang positif
univariat yang disajikan dalam bentuk
malaria
distribusi
maupun
yang
negatif
malaria
saat
yang
frekuensi
digunakan
dalam
menggunakan analisis
dan
persentaseserta
melakukan pemeriksaan, bersedia menjadi
analisis bivariat dengan uji Chi-squareyang
responden, berdomisili di wilayah kerja
menggunakan bantuan komputer dan analisis
Puskesmas
statistik.
Biak
Kota,
bisa
diajak
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan analisa dari 209 respondenpada
Persentase kejadian malaria yang
tabel 1dapat diketahui sebagai berikut:
paling banyak yaitu pada kelompok SD
Persentasekejadian malariapada ibu
sebanyak 8 (53,3%) orang dan yang paling
hamil paling banyak yaitu pada kelompok
sedikit yaitu pada pendidikan D-III berjumlah
umur 30-49 tahun sebanyak 19 (41,3%) orang
3(17,3%) orang.
dan yang paling sedikit menderita malaria yaitu pada kelompok umur 13-15 tahun sebanyak 1 (100%) orang. Persentase kejadian malaria pada ibu hamil
yang
paling
banyakyaitu
pada
kelompok ibu rumah tangga berjumlah 55(34,2%) orang dan tidak ada mahasiswa yang menderita malaria.
21
Persentase kejadian malaria yang
yang paling sedikit yaitu pada jumlah
paling banyak yaitu pada kelompok7-8 orang
anggota keluarga 3-4 orang sebanyak 31
sebanyak
(27,9%) responden.
4 (50%) responden sedangkan
Analisis Lingkungan Fisik Berdasarkan
209
yang berisiko atau jauh dari rumah dan atau
responden yang dapat dilihat pada tabel 2 di
tidak memiliki kandang ternak sebanyak 158
atas
karakteristik
responden (75,6%) dan rumah yang tidak
lingkungan fisik responden yang berisiko
berisiko atau dekat dengan kandang ternak
atau kondisi ventilasi yang tidak terpasang
sebanyak 51responden (24,4%), jarak hutan
kawat kassa
sebanyak 190 responden
yang berisiko atau dekat dengan rumah
(90,9%) dan yang tidak berisiko atau seluruh
sebanyak 192 responden (91,9%) dan yang
ruangan terpasang kawat kassa sebanyak 19
tidak berisiko atau jauh dari hutan sebanyak
responden (9,1%), kondisi rumah yang
17 responden (8,1%) sedangkan kejadian
berisiko atau tidak terpasang plafon atau
malaria pada ibu hamil
sebagian sebanyak 87 responden (41,6%) dan
menderita malaria sebanyak 66 responden
kondisi rumah yang tidak berisiko atau
(31,6%) dan yang tidak pernah menderita
seluruh ruangan terpasang plafon sebanyak
malaria sebanyak 143 responden (68,4%).
diketahui
analisa
bahwa
dari
yang pernah
122 responden (58,4%), jarak kandang ternak Berdasarkan tabel 3 diatas, hasil uji
ruangan terpasang plafon dan secara statistik
chi square dan perhitungan RP menunjukan
bermakna (P= 0,000).
bahwa prevalensi kejadian malaria akan
Hasil uji chi square dan perhitungan
meningkat 6,5 kali lebih tinggi pada ibu
RP menunjukan bahwa prevalensi kejadian
hamil yang tinggal dirumah dengan ventilasi
malaria akan meningkat 2,3 kali lebih tinggi
yang berisiko atau tidak menggunakan kawat
pada ibu hamil yang tinggal di rumah dengan
kassa dibandingkan dengan ibu hamil yang
jarak kandang yang berisiko atau jauh dari
tinggal di rumah dengan ventilasi yang tidak
rumah, dibandingkan dengan ibu hamil yang
berisiko atau menggunakan kawat kasa dan
tinggal di rumah dengan jarak kandang yang
secara statistik bermakna (P= 0,010).
tidak berisiko atau dekat dengan rumah dan
Hasil uji chi square dan perhitungan
secara statistik bermakna (P= 0,000).
RP menunjukan bahwa prevalensi kejadian
Hasil uji chi square dan perhitungan
malaria akan meningkat 5,7 kali lebih tinggi
RP menunjukan bahwa prevalensi kejadian
pada ibu hamil yang tinggal di rumah dengan
malaria akan meningkat 5,8 kali lebih tinggi
kondisi plafon yang berisiko atau tidak
pada ibu hamil yang tinggal di rumah dengan
terpasang plafon, dibandingkan dengan ibu
jarak hutan yang berisiko atau dekat dengan
hamil yang tinggal di rumah dengan kondisi
rumah, dibandingkan dengan ibu hamil yang
plafon yang tidak berisiko atau seluruh
tinggal di rumah dengan jarak hutan yang
22
tidak berisiko atau jauh dari rumah, dan secara statistik bermakna (P= 0,017). Kondisi Ventilasi Udara dengan Kejadian Malaria pada ibu Hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan
Upaya efektif mencegah malaria adalah
bahwa 98,5% ibu hamil yang pernah
menghindari
menderita malaria, memiliki rumah dengan
anopheles.Upaya tersebut berupa proteksi
ventilasi yang tidak menggunakan kawat
pribadi, modifikasi perilaku dan modifikasi
kassa. Berdasarkan uji statistik dengan chi-
lingkungan.Modifikasi
square hasil RR= 6,500 dengan CI= 1,222-
jendela dan pintu ditutup mulai sore hari dan
71,686 dengan nilai P=0,010 yang bermakna
sebaiknya diberi kassa nyamuk pada ventilasi
secara statistik. Hal ini dikarenakan sebagian
udara dan tidur dalam kelambu. Modifikasi
besar ibu hamil yang tinggal di wilayah kerja
lingkungan ditujukan mengurangi habitat
Puskesmas Biak Kota pernah menderita
pembiakan nyamuk.5
malaria tinggal di rumah dengan kondisi
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
ventilasi yang tidak menggunakan kawat kasa
yang dilakukan oleh Gerrits, (2011)11 yang
atau sebagian ventilasi yang menggunakan
menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara
kawat kassa, dan ibu hamil yang tidak pernah
kondisi ventilasi yang menggunakan kawat
menderita malaria tinggal dengan kondisi
kassa dan tidak menggunakan kawat kassa
rumah beresiko (tidak menggunakan kawat
dengan kejadian malaria, dengan nilai OR=
kassa) menderita malaria.
0,51 dan p=0,10 yang secara statistik tidak
Sebaiknya rumah-rumah di buat
gigitan
nyamuk
lingkungan
yaitu
bermakna.
bebas nyamuk dengan memasang kawat kassa pada pintu, jendela dan lubang angin.10 Kondisi Plafon Rumah dengan Kejadian Malaria pada Ibu Hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan
plafon), sedangkan ibu hamil yang tidak
bahwa 80,3% ibu hamil yang pernah
pernah menderita malaria juga memiliki
menderita malaria, memiliki kondisi rumah
rumah yang berisiko menderita malaria
yang tidak terpasang plafon atau sebagian.
(sebagian
Berdasarkan uji statistik dengan chi-square
terpasang plafon), sehingga mempermudah
hasil OR sebesar 9,361 dengan CI = 1,222-
nyamuk untuk masuk kedalam ruangan dan
71,686 dengan nilai P=0,010 bermakna
menggigit manusia.
atau
seluruh
ruangan
tidak
secara statistik. Hal ini dikarenakan sebagian
Rumah pada dasarnya merupakan
besar ibu hamilyang pernah menderita
tempat hunian yang sangat penting bagi
malaria memiliki rumah yang berisiko
kehidupan setiap orang. Rumah tidak hanya
(sebagian atau semua ruangan tidak terpasang
berfungsi sebagi tempat untuk melepas lelah
23
setelah
bekerja
juga
keluarga yang sehat dan sejahtera.Kriteria
mempunyai fungsi yang penting sebagai
rumah sehat berdasarkan Riskesdas (2010)
tempat
apabila
untuk
seharian,
tetapi
membangun
kehidupan
Memenuhi tujuh kriteria yaitu atap
persentase 24% yang mana masih termasuk
berplafon, dinding permanen, jenis lantai
dalam rumah sehat terendah.
bukan tanah, tersedian jendela, ventilasi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
cukup, pencahayaan alami cukup dan tidak
dilakukan
padat hunian ≥ 8 m /orang. Menurut Depkes
menunjukkan hasil ada hubungan antara
RI (2010)12 menyatakan bahwa persenatse
keberadaan plafon dengan kejadian malaria,
rumah
dengan nilaiOR= 0,696 danp=0,004 yang
2
tangga
secara
nasional
yang
mempunyai rumah sehat hanya 24,9%
oleh
Yawan,
(2010)9
yang
bermakna secara statistik.
sedangkan untuk provinsi Papua memiliki Kondisi Jarak Kandang Ternak dengan Kejadian Malaria pada Ibu Hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan
Adanya hewan piaraan seperti sapi,
bahwa 57,6% ibu hamil yang pernah
kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah
menderita malaria memiliki rumah dengan
gigitan nyamuk pada manusia, bila ternak
jarak kandang ternak yang jauh. Berdasarkan
tersebut kandangnya terpisah dari rumah.9
uji statistik dengan chi-square hasil RR
Dilaporkan bahwa ada hubungan antara cara
sebesar 3,844 dengan CI= 1,984-7,448
meletakkan kandang ternak (kerbau atau
dengan nilai P=0,000 bermakna secara
sapi) yang menyebabkan kontak Anopheles
statistik yang artinya ibu hamil yang tinggal
Aconitus dengan orang.
dengan jarak kandang ternak yang jauh
Kandang ternak di dalam rumah dan
dengan rumah memiliki resiko 3,844 kali
tertutup,
lebih besar menderita malaria dibandingkan
Anopheles aconitus dengan orang menjadi
ibu hamil yang tinggal dengan jarak kandang
lebih besar. Namun kandang di luar rumah
ternak yang dekat dengan rumah.
dan terbuka akan mengurangi terjadinya
Hal ini dikarenakan ibu hamil yang
akan
menyebabkan
kontak
kontak antara orang dengan Anopheles aconitus.10
pernah menderita malaria memiliki jarak kandang ternak yang jauh dari rumah dan
Penelitian
ini
sejalan
dengan
atau tidak memiliki kandang ternak, sehingga
penelitian yang dilakukan oleh (Hadi, 2005)14
nyamuk akan lebih menggigit manusia, dan
yang menunjukkan hasil ada hubungan antara
ibu hamil yang tidak pernah menderita
jarak kandang ternak dengan kejadian
malaria juga memiliki rumah yang jauh dari
malaria, dengan nilai OR= 16,89 dan p =
kandang ternak dan atau
0,001 yang bermakna secara statistik.
tidak memiliki
kandang ternak.
24
Hubungan antara Jarak Hutan dengan Kejadian Malaria pada Ibu Hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan
bukit, dataran tinggi, hutan dan pantai.Di
bahwa 98,5% ibu hamil yang berisiko
daerah hutan dan perbukitan banyak aliran
menderita malaria memiliki jarak rumah yang
sungai yang secara alami selalu diterisi air
dekat dengan rumah. Berdasarkan uji statistik
dan dekat dengan pemukiman penduduk.Saat
dengan chi-square hasil OR= 8,189 dengan
musim
CI= 1,062-63,122 dan nilai P=0,017 yang
banyak terbentuk kobakan air. Hal ini
bermakna secara statistik, yang artinya ibu
berpotensi
hamil yang tinggal dengan jarak rumah yang
nyamuk
Anopheles
dekat
nyamuk
sebagai vektor
dengan
hutan
memiliki
resiko
kemarau
sungai-sungai
sebagai
tempat dan
tersebut
perindukan memudahkan
malaria
untuk
menderita malaria 8,189 kali lebih besar
berkembang biak dan menularkan malaria.
dibandingkan dengan ibu hamil yang tinggal
Namun hujan yang diselingi panas juga akan
dengan jarak rumah yang jauh dari hutan. Hal
memperbesar
ini dikarenakan ibu hamil yang pernah
perkembangbiakan
menderita malaria dan ibu hamil yang tidak
15
(Rumbiak, 2006).
kemungkinan nyamuk
Anopheles
pernah menderita malaria, memiliki jarak
Penelitian ini tidak sejalan dengan
rumah yang dekat dengan hutan sehingga
penelitian yang dilakukan oleh (Ahmadi, dkk,
berisiko menderita malaria, sebab di hutan
2009)(14)
yang terdapat genangan air merupakan
bahwatidak ada hubungan antara jarak hutan
tempat perkembangbiakan nyamuk.
disekitar
Kabupaten Biak – Numfor Papua
yang
rumah
menunjukkan
dengan
hasil
kejadian
malariadengan nilai OR= 2,04 dan p= 1,0
merupakan daerah endemis malaria yang
yang secara statistiktidak makna.
memiliki karakteristik wilayah berbukit-
KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian tentang lingkungan
tinggal responden memiliki resiko terjadinya
fisik yaitu kondisi ventilasi rumah yang tidak
malaria.
terpasang kawat kassa, kondisi rumah yang
Saran bagi Puskesmas Biak Kota,
tidak terpasang plafon, jarak kandang ternah
sebaiknya para petugas kesehatan perlu
yang jauh dari rumah, jarak rawa-rawa yang
melakukan kegiatan survailens kejadian
dekat dengan rumah dan jarak hutan yang
malaria pada ibu hamil dan secara rutin perlu
dekat dengan rumah berhubungan dengan
meningkatkan kegiatan promosi kesehatan
kejadian malaria pada ibu hamil. Jadi dapat
dalam penyuluhan guna mencegah terjadinya
disimpulkan bahwa lingkungan fisik tempat
penularan penyakit.
25
Kegiatan
meliputi
menggigit manusia.Bagi Universitas Respati
kondisi
Yogyakarta, perlu memperbanyak bahan
ventilasi rumah yang tidak terpasang kawat
bacaan atau referensi tentang malaria untuk
kasa
terjadinya
peneliti selanjutnya, sedangkan untukpeneliti
akan
lain, dapat mencari faktor resiko lain seperti
mempermudah nyamuk untuk menggigit
kebudayaan atau persepsi masyarakat yang
manusia, sedangkan untuk jarak kandang
menjadi penyebab kejadian malaria pada ibu
ternak sebaiknya diletakkan dekat dengan
hamil yang tidak menjadi variabel resiko
rumah guna mengurangi frekuensi nyamuk
pada penelitian ini.
pemberian
sangat
penularan
penyuluhan
informasi
beresiko
tentang
untuk
malaria,
sebab
DAFTAR PUSTAKA 1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis. Jakarta: Penerbit Erlangga Soegijanto.S. (2006).Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press Thalib, T.R.S. (2007). Hubungan Malaria pada Ibu Hamil dengan BBLR di Puskesmas Sentani Jayapura Papua. Tesis.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Rudono, Djaswadi. D., Ali. G.M . (2005). Hubungan Penyakit Malaria pada Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Daerah Endemik Malaria Kabupaten Purworwjo. SainsKesehatan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Harijanto.P.N, Agung.N, Carta.A.G. (2010). Malaria dari Molekul ke Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC KemenKes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Depkes. (2011). www.depkes.go.id/index.php/berita/pres s-release/1718-indonesia-cinta-sehatwarnai-hkn-ke-47-html Di akses 10 Desember 2011, jam 21.30 DinKes Biak Numfor. (2011).Kasus Malaria pada Ibu Hamil. Biak: DinKes Yawan, F.S. (2006). Analisis Faktor Resiko Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik Kecamatan Biak Timur, Kabupaten Biak-Numfor, Papua. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro
10. Susana, Dewi. (2010). Dinamika Penularan Malaria. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia 11. Gerrits, Fredik Alexander. (2011). Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Ohoijang Kabupaten Maluku Tenggara. Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta 12. KemenKes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI 13. Hadi, Bambang.K, Suhryo Hadisaputro, Henry Setyawan. (2006). Kandang Ternak dan Lingkungan kaitannya dengan Kepadatan Vektor Anopheles Aconitus di daerah Endemis Malaria (Studi Kasus di Kabupaten Jepara). Artikel Publikasi. Semarang: Universitas Diponegoro 14. Ahmadi, Supri; Sulistyani; Murid Raharjo. (2009). Faktor Resiko Malaria di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Semarang: Universitas Diponegoro 15. Rumbiak, H. (2006). AnalisisManajemenLingkunganterhada pKejadian Malaria di Kecamatan Biak TimurKabupaten Biak Numfor Papua.Tesis. Semarang: UniversitasDiponegoro.
26