PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REBUSAN DAUN SIRSAK PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S DENGAN GOUT DI DESA TUBAN LOR KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
NOVIANTY HENI PRIATNA NIM. P11 099
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REBUSAN DAUN SIRSAK PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S DENGAN GOUT DI DESA TUBAN LOR KECAMATAN GONDANG REJO KABUPATEN KARANGANYAR.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan,
inspirasi,
perasaan
nyaman
dalam
membimbing
serta
memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. 3. Diyah Ekarini, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
v
perasaan
nyaman
dalam
membimbing
serta
memfasilitasi
demi
sempurnanya karya tulis ilmiah ini. 4. Intan Maharani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. 5. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah membimbing dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, Mei 2014
Penulis
vi
vii
viii
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 SURAT KETERANGAN SELESAI PENGAMBILAN DATA Lampiran 2 LOG BOOK Lampiran 3 BERITA ACARA PENGOLAHAN ASUHAN KEPERAWATAN Lampiran 4 LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH Lampiran 5 ASUHAN KEPERAWATAN Lampiran 6 JURNAL PENELITIAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesian No.23 Tahun 1992 seperti dikutip Asmadi (2008 : 28), sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Penyakit asam urat atau gout merupakan penyakit sendi yang disebabkan karena adanya kandungan asam urat yang masuk dan tersimpan di dalam sendi. Masuknya asam urat ke dalam sendi terjadi apabila kadarnya melebihi batas normal. Sendi-sendi yang menjadi sasaran asam urat biasanya adalah sendi-sendi dingin seperti jempol jari kaki, pangkal jari-jari kaki, pergelangan kaki, terkadang sendi-sendi lain seperti lutut, tangan, siku, dan bahu (Asri dan Hermawati, 2013 : 43). Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian termasuk di ginjal dalam bentuk kristal-kristal, penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendian inilah yang akhirnya menyebabkan persendian menjadi nyeri (Sandjaya, 2014 : 11). Menurut Misnadiarly (2007 : 17), tanda awal tubuh terkena gout adalah rasa nyeri mendadak di persendian dan pangkal ibu jari, warna merah, dan bengkak pada persendian yang disertai demam. Serangan ini dapat sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa disertai terapi.
1
2
Menurut Susenas (2010) dalam jurnal Wirahmadi (2013), kejadian atau pravelansi gout di Amerika Serikat sangat tinggi, Berdasarkan data The National Institutes Health ( NIH ) pada tahun 2002, jumlah penderita Gout Arthritis di Amerika Serikat mencapai 2,1 juta orang. Sedangkan di Indonesia prevalensi gout menurut data di RSCM Jakarta bulan Januari-Maret 2008 tercatat 52 orang mengalami asam urat dalam kadar tinggi. Pada tahun 2010 prevalensi gout di kota Semarang mencapai 165.375 penderita, pada penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan pada penderita perempuan dengan proposi puncaknya pada usia 50 tahun. Data di puskesmas kecamatan Gondangrejo, kabupaten Karanganyar pada bulan Januari - Maret 2014 terdapat 150 kasus gout (Puskesmas Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998) seperti dikutip Setiadi (2008 : 2), mengemukakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan ketergantungan. Menurut Suprajitno (2004 : 17), sesuai dengan fungsi keluarga dalam pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu mengenal masalah kesehatan
keluarga,
memutuskan
tindakan,
merawat
keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
3
Menurut Anwar (1992) seperti dikutip dalam Effendy (2004 : 232), pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebar pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Menurut jurnal penelitian Wirahmadi (2013), rebusan daun sirsak dapat mengurangi nyeri pada penderita gout. Penelitian tersebut dilakukan pada tanggal 8 Januari 2013 samapi tanggal 14 Januari 2013 selama 1 minggu pada 40 responden, dimana terdapat 20 responden pada kelompok intervensi dan 20 responden pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan rebusan daun sirsak selama 1 minggu terdapat adanya perubahan tingkat nyeri. Dari data yang didapatkan penulis saat pengkajian, bahwa keluarga kurang mengenal masalah tentang gout, baik dari pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, dan pengobatan tradisional untuk mengurangi nyeri pada gout. Maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “ Pemberian Pendidikan Kesehatan Rebusan Daun Sirsak Pada Asuhan Keperawatan Keluarga TN. S Dengan Gout di Desa Tuban Lor, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar”.
B. Tujuan Penulisan Terdiri atas 2 ( dua ) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum :
4
Melaporkan Pendidikan Kesehatan Rebusan Daun Sirsak Terhadap Ny. S Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Nyeri Gout Di Desa Tuban Lor, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Khusus : a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan Gout pada keluarga Tn. S. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawaatn pada Ny. S dengan Gout pada keluarga Tn. S. c. Penulis mampu melakukan rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Gout pada keluarga Tn. S. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan Gout pada keluarga Tn. S. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan Gout pada keluarga Tn. S. f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian rebusan daun sirsak pada Ny. S dengan nyeri Gout pada keluarga Tn. S.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menambahkan pengalaman dan pengetahuan tentang karya tulis ilmiah. 2. Bagi Institusi a. Bagi Puskesmas
5
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan penanganan pada pasien Gout. b. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadikan tambahan ilmu bagi institusi keperawatan keluarga dan penangan khusus Gout. 3. Manfaat bagi masyarakat Dapat
memberikan
informasi
kepada
masyarakat
terhadap
penatalaksanaan nyeri pada gout, serta meningkatkan rasa percaya masyarakat terhadap tenaga kesehatan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Tinjauan teori merupakan acuan dasar terhadap proses asuhan keperawatan secara keseluruhan. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang konsep tentang penyakit gout, konsep keluarga, konsep asuhan keperawatan keluarga, dan konsep pendidikan kesehatan rebusan daun sirsak.
A. Konsep Penyakit Gout 1. Pengertian Gout Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh Hipokrates pada zaman Yunani kuno. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik, sekurang-kurangnya ada sembilan gangguan, yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat (Price dan Wilson, 2006 : 1402). Sedangkan menurut Sandjaya (2014 : 11), penyakit asam urat atau gout adalah penyakit yang terjadi akibat kelebihan asam urat dalam darah yang kemudian menumpuk dan tertimbun dalam bentuk kristal-kristal pada persendian. Penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendian
6
7
inilah yang akhirnya menyebabkan persendian menjadi nyeri dan bengkak. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 - 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 - 6 mg/dl, apabila melebihi batas disebut hiperurisemia (Sandjaya, 2014 : 27). 2. Etiologi Gout Menurut Sandjaya (2014 : 20), terjadinya penyakit asam urat disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi : a. Genetik. Potensi genetik untuk seseorang berpotensi terkena penyakit asam urat adalah bersifat keturunan. b. Ketidakseimbangan hormon. Tidak seimbangannya hormon bisa mempengaruhi proses pembentukan purin dalam tubuh menjadi meningkat yang pada akhirnya hasil sampingan metabolisme zat purin( zat asam urat) juga akan meningkat. Ketidakseimbangan hormon dipengaruhi oleh emosi, pola hidup, penumpukan racun, dan radikal bebas. c. Proses pengeluaran asam urat terganggu di ginjal. Dalam kondisi normal zat asam urat dikeluarkan oleh tubuh melalui ginjal, namun pada penderita gout, asam urat tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal. Faktor sekunder meliputi : a. Konsumsi makanan tinggi purin. Tingginya purin dalam darah tentu akan menaikkan zat asam urat.
8
b. Alkohol dan obat-obatan kimia. Alkohol juga mengandung purin, selain
itu
alkohol
memicu
pengeluaran
cairan
sehingga
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Alkohol juga menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin terganggu sehingga asam urat tetap bertahan dalam darah. 3. Patofisiologi Gout Hiperurisemia
dapat
menyebabkan
penumpukan
kristal
monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat secara mendadak adapat menyebabkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflmasi akan terjadidan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi berulang – ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan fotus akan mengendap dibagian perifer tubuh, seperti jari kaki, tangan, dan telinga. Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan imunoglobulin IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal, dengan demikian akan memperlihatkan aktifitas imunologik (Smeltzer dan Bare, 2001 : 1402). 4. Tanda dan Gejala Gout Gejala dari penyakit gout datang secara tiba-tiba dan tidak terduga. Gejala yang khas adalah nyeri di satu atau lebih sendi yang pada malam hari semakin terasa. Kadang-kadang persendian menjadi bengkak, kulit menjadi merah atau keunguan, dan tampak mengkilap. Gejala-gejala ini
9
pada akhirnya bisa mempengaruhi sendi disekitar ibu jari, telapak kaki, pergelangan kaki, lutut, siku, serta pergelangan tangan. Pada persendian tepi, seperti telinga, panggul, dan juga bahu biasanya akan terbentuk kristal. Gejala lain yang menyertai adalah demam, dingin, dan nadi cepat. Untuk gejala gout yang berat akan menyebabkan perubahan bentuk dibagian tubuh tertentu (Utami, 2007 : 7). Menurut Sandjaya (2014 : 16), gejala dari penyakit asam urat sangat khas dan mempunyai tiga tahapan, yaitu : a. Tanda asam urat tahap pertama atau tahap artritis gout akut. Pada gejala asam urat tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas, serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam 5-7 hari. b. Tanda asam urat tahap kedua atau tahap artritis gout intermiten. Penderita akan mengalami serangan artritis atau peradangan yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serta jumlah sendi yang terserang semakin banyak.. c. Tanda asam urat tahap ketiga atau tahap artritis gout kronik berfotus. Tahap ini terjadi penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih, pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
10
merupakan deposit dari kristal monosodium urat, tofus ini akan merusak sendi dan tulang disekitarnya. 5. Komplikasi Gout Menurut Utami (2007 : 7), komplikasi dari gout adalah kerusakan ginjal atau gagal ginjal. Komplikasi potensial penyakit gout adalah nefropati, batu asam urat, dan gagal ginjal (Wilkinson, 2007 : 733). 6. Penatalaksanaan Gout Menurut Muttaqin (2012 : 399), penatalaksanaan gout adalah : a. Analgesik untuk mengurangi nyeri b. Antiinflamasi untuk menurunkan respon inflamasi
B. Konsep dasar keluarga 1. Pengertian Keluarga Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998) seperti dikutip Setiadi (2008 : 2), mengemukakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan ketergantungan. Menurut WHO (1969) dalam Setiadi (2008 : 2), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.
11
2. Fungsi Pokok Keluarga Menurut Freadmen (1998) seperti dikutip dalam Setiadi (2008 : 7), secara umum fungsi keluarga adalah : a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
mengembangkan
secara
ekonomi
dan
kemampuan
indiuvidu
dalam
tempat
untuk
meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. 3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi : a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
12
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga. Maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya dan perubahan apa yang terjadi. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai keadaan keluarga. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain di sekitar keluarga. c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit Perawatan ini dapat dilakukan di rumah, apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). 4. Ciri-ciri Keluarga Indonesia Menurut Setiadi (2008 : 4) ciri-ciri keluarga Indonesia adalah sebagai berikut : a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong. b. Dijiwai oleh budaya ketimuran.
13
c. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah. 5. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duffal (1985) seperti dikutip Suprajitno (2004 : 4), tahap perkembangan keluarga yaitu : a. Keluarga baru menikah 1) Membina hubungan intim yang memuaskan. 2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial. 3) Mendiskusikan rencana memiliki anak. b. Keluarga dengan anak baru lahir Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berumur 30 bulan. Tugas perkembangan antara lain : 1) Persiapan menjadi orang tua. 2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual. 3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
14
2) Membantu anak untuk bersosialisasi. 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak yang lain juga harus terpenuhi. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar). 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot). 6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. 7) Kegiatan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang. d. Keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. 1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. e. Keluarga dengan anak remaja Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6 – 7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan bertanggung jawab.
15
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga. f. Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah. 1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua. 4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. 5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. g. Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. 1) Mempertahankan kesehatan. 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak. 3) Meningkatkan keakraban pasangan. h. Keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. 2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
16
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat. 4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. 5) Melakukan “life review”.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Keperawatan kesehatan keluarga adalah keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh perawat profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar praktek keperawatan. Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluargakeluarga yang rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri (Setiadi, 2008 : 27). Menurut Suprajitno (2004 : 27), tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. Proses asuhan keperawatan keluarga secara umum terdiri dari pengkajian, intervensi, dan implementasi serta evaluasi. Penulis akan menjelaskan satu persatu sebagai berikut : 1. Pengkajian Menurut Suprajitno (2004 : 29), pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan tahap awal pelaksanaan
17
asuhan keperawatan keluarga. Pengumpulan data dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi fasilitas rumah, dan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga. Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah : a. Data Umum 1) Kepala keluarga. 2) Alamat keluarga. 3) Pekerjaan KK. 4) Pendidikan KK. 5) Komposisi keluarga, selanjutnya dibuat genogramnya. 6) Tipe keluarga. 7) Suku bangsa. 8) Agama. 9) Status soial ekonomi. 10) Aktifitas rekreasi keluarga. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga. Tahap perkembangan keluarga ini ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti. 2) Tugas pekembangan keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. 3) Riwayat kesehatan keluarga inti. Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota
18
keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan. 4) Riwayat kesehatan sebelumnya. Menjelaskan riwayat kesehatan generasi di atas orang tentang riwayat penyakit keturunan. c. Data lingkungan 1) Karakteristik rumah. Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan MCK, sarana air bersih dan air minum yang digunakan. Keadaan rumah digambar sebagai denah rumah. 2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya. Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, meliputi kebiasaan, nilai dan norma serta budaya penduduk setempat. 3) Mobilitas
geografis
keluarga.
Menggambarkan
mobilitas
keluarga dan anggota keluarga. 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakat. 5) Sistem pendukung keluarga. Menjelaskan jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang mendukung kesehatan.
19
d. Struktur keluarga 1) Struktur peran. Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat. 2) Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan bagiamana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaiamana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. 3) Struktur kekuatan keluarga. Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. e. Fungsi keluarga. 1) Fungsi afektif. Yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
anggota
keluarga,
dan
bagiamana
keluiarga
mengembangkan sikap saling menghargai. 2) Fungsi sosialisasi. Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggoat keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku di keluarga dan masyarakat. 3) Fungsi pemenuhan kesehatan. Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan : a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari
20
masalah kesehatan tentang, meliputi pengertian, tanda gejala, dan faktor penyebab penyakit. b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat, yang perlu dikaji tentang kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah kesehatan, apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan, apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat, apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan. c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami oleh anggota keluarga, pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan, pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang sakit, serta bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. d) Mengetahui
kemampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan. Yang perlu dikaji yaitu pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki, kemampuan keluarga melihat keuntungan
dan
manfaat
pemeliharaan
lingkungan,
pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit,
21
kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkunagn rumah. e) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau, pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluraga terhadap fasiliats dan petugas kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang buruk tentang fasilitas kesehatan dan petugas kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan. f) Fungsi reproduksi. Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memliki dan upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. f. Stres dan koping keluarga 1) Stresor jangka pendek dan jangka panjang. Stresor jangka pendek
adalah
stresor
yang
dialami
keluarga
dan
memerlukan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan, sedangkan stresor jangka pangjang adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan.
22
2) Kemampuan
keluarga
berespons
terhadap
stresor.
Menjelaskan bagaimana keluarga berespon terhadap stresor yang ada. 3) Strategi koping yang digunakan. Menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme pembelaan) terhadap stresor yang ada. g. Pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota
keluarga
meliputi
pengkajian
kebutuhan
dasar,
pemeriksaan fisik, dan pemerikasaan penunjang. h. Harapan keluarga. Yang perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. 2. Diagnosa Keperawatan Menurut Suprajitno (2004 : 42), perumusan diagnosa keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari : a. Masalah (problem, P) suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. b. Penyebab (etiology, E) suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga.
23
c. Tanda (sign, S) sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga. 3. Skoring Diagnosa Keperawatan Tabel 2.1 Skoring Diagnosa Keperawatan Menurut Bailon dan Maglaya (1978) dalam Suprajitno (2004 : 47) No Kriteria Skor 1
2
3
4
Sifat masalah Skala : Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Mudah Sebagian Tidak dapat Potensial masalah untuk dicegah Skala :Tinggi Cukup Rendah Menonjolnya masalah Skala : Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan
1 3 2 1 2 2 1 0 1 3 2 1 1 2 1 0
Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot, kemudian skor dijumlahkan untuk semua kriteria. a. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas : 1) Kriteria pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak / kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
Bobot
24
2) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor berikut : a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga. c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu. d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas dan organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat. 3) Kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor faktor yang perlu diperhatikan adalah : a) Tingkat keparahan masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada. c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan - tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. d) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
25
4) Kriteria keempat, menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. 4. Prioritas Diagnosis Keperawatan Prioritas
didasarkan
pada
diagnosis
keperawatan
yang
mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai skor terendah (Suprajitno, 2004 : 47). 5. Intervensi Keperawatan Menurut Carpenito (2000) dalam Nursalam (2010 : 85), rencana intervensi keperawatan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan asuhan keperawatan. Perencanaan keperawatan keluarga meliputi penentuan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri pasien dan lebih baik ada batas waktunya. Sedangkan tujuan jangka pendek ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan (Setiadi, 2008 : 61). 6. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2008 : 66).
26
Menurut Suprajitno (2004 : 56), implementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri (anggota keluarga/keluarga), perawat, anggota tim kesehatan, keluarga lain, dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan. 7. Evaluasi Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Setiadi, 2008 : 69). Menurut Suprajitno (2004 : 57), evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang berarti S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberi implementasi. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif. A adalah analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa. D.
Pendidikan Kesehatan Rebusan Daun Sirsak Menurut Effendy (2004 : 232), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap
27
memberikan asuhan keperawatan dimana saja ia bertugas, apakah terhadap invidu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Anwar (1992) seperti dikutip dalam Effendy (2004 : 232), pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebar pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan
kesehatan.
Dalam
melakukan
pendidikan
kesehatan, ada sasaran yang harus diberikan pendidikan kesehatan, yaitu : a.
Individu yang mempunyai masalah kesehatan
b.
Keluarga
binaan
yang
punya
masalah
kesehatan : 1)
Anggota keluarga yang menderita penyakit menular
2)
Anggota keluarga yang menderita sosial ekonomi rendah
3)
Anggota keluarga yang mempunyai sanitasi lingkungan buruk
4)
Anggota keluarga yang menderita gizi buruk
c.
Kelompok khusus yang beresiko terhadap masalah kesehatan : 1)
Kelompok ibu hamil
2)
Kelompok ibu yang mempunyai balita
28
3)
Kelompok pasangan usia subur
4)
Kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan ( lansia, remaja, dan tunasusila).
Menurut Effendy (2004 : 240), metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antar yang memberikan penyuluhan dan sasaran penyuluhan, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang sering digunakan dalam penyuluhan kesehatan adalah : a.
Metode didaktik Pada metode ini yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi.
b.
Demonstrasi Suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang suatu
hal
yang
telah
dipersiapkan
dengan
teliti
untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga. Pendidikan kesehatan tentang rebusan daun sirsak terhadap nyeri diberikan pada penderita gout berdasarkan jurnal penelitian Wirahmadi pada tahun 2013, daun sirsak mengandung senyawa tannin, resin, dan crytallizable magostine yang mampu mengatasi nyeri sendi pada penyakit gout. Senyawa yang terkandung dalam daun sirsak berfungsi sebagai analgesik (pereda rasa
29
sakit) yang kuat serta bersifat antioksidan. Sifat antioksidan yang terdapat pada daun sirsak dapat mengurangi terbentuknya asam urat mealalui penghambatan produksi enzim xantin oksidase. Kombinasi sifat analgesik dan anti inflamasi ini mampu mengurangi gout. Hal ini disebabkan karena penderita gout mengalami kerusakan jaringan tulang rawan, pada tulang rawan tersebut terdiri atas sel – sel kondrosit, di dalam sel kondrosit berlangsung reaksi sintesis dan sekresi matriks ekstraseluler. Ekstrak Į– mangostin, ȕ– mangostin, dan lainnya yang terkandung dalam daun sirsak terbukti mampu menghambat perombakan matrik ekstraseluler serta menstimulasi ekspresi beberapa asosiasi gen penyusun kartilago seperti kolagen yang terdiri atas kolagen I dan kolagen II serta agrecan sehingga membantu meregenerasi jaringan tulang rawan sehingga nyeri yang dirasakan penderita gout dapat berkurang. Penelitian rebusan daun sirsak dapat mengurangi nyeri gout tersebut dilakukan pada tanggal 8 Januari 2013 pada 40 responden, dengan 20 responden sebagai kelompok intervensi dan 20 responden sebagai kelompok kontrol. Frekuensi kelompok intervensi yang mengalami nyeri berat sebanyak 6 responden, nyeri ringan sebanyak 10 responden, dan nyeri berat sebanyak 4 responden. Sedangkan frekuensi kelompok kontrol yang mengalami nyeri berat sebanyak 4 responden, nyeri ringan sebanyak 11 responden, dan nyeri berat sebanyak 5 responden. Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan rebusan daun sirsak selama 1 minggu tingkat nyeri pada kelompok intervensi adalah 1 responden yang mengamali nyeri berat, 11 responden yang
30
mengalami nyeri sedang, dan 8 responden yang mengalami nyeri ringan. Ini menunjukkan bahwa terdapat adanya perubahan tingkat nyeri pada responden kelompok intervensi, perubahan nyeri tersebut disebabkan karena kandungan senyawa yang terdapat pada daun sirsak yang mampu mengurangi nyeri pada penderita gout. Untuk kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberikan rebusan daun sirsak, hanya mengalami sedikit perubahan untuk skala nyeri yaitu sebanyak 20 responden pada akhir penelitian didapatkan 2 responden mengalami nyeri ringan, 15 responden mengalami nyeri ringan, dan 3 responden mengalami nyeri berat. Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika Tropis.
Berabad-abad yang lalu, bangsa Indian di Amerika Selatan telah memanfaatkan tanaman sirsak sebagai obat tradisional penyakit jantung, asma, penyakit hati, dan reumatik. Adapun akar sirsak dan daunnya digunakan
untuk
mengobati
diabetes
mellitus,
sebagai
sedatif
(penenang), serta antispasmodik (obat kejang/kaku otot). Sedangkan di Indonesia, sirsak secara tradisional digunakan sebagai obat bisul, mual, diare, hepatitis, batuk, reumatik, dan hipertensi. Menurut nenek moyang orang Jawa sirsak memang sudah dikenal manfaatnya sebagai obat penghilang penyakit termasuk kanker. (Suranto, 2012 : 2). Sedangkan menurut Asri dan Hermawati (2013 : 26), daun sirsak mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annoanacin, dan ananol yang bermanfaat bagi tubuh, yaitu mulai dari
31
meningkatkan daya tahan tubuh, mampu mengobati kanker, nyeri rematik, dan lain sebagainya. Suranto (2012 : 47), menyatakan bahwa salah satu cara memanfaatkan daun sirsak sebagai obat gout adalah dengan cara merebusnya. Cara membuatnya sebagai berikut : a. Rebus 10 lembar daun sirsak dengan dua gelas air. b. Setelah mendidih, kecilkan api dan biarkan air menguap hingga tersisa satu gelas. c. Setelah dingin, minum air rebusan dua kali sehari sampai gejala penyakit asam urat mereda.
BAB II TINJAUAN TEORI
Tinjauan teori merupakan acuan dasar terhadap proses asuhan keperawatan secara keseluruhan. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang konsep tentang penyakit gout, konsep keluarga, konsep asuhan keperawatan keluarga, dan konsep pendidikan kesehatan rebusan daun sirsak.
E. Konsep Penyakit Gout 7. Pengertian Gout Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh Hipokrates pada zaman Yunani kuno. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik, sekurang-kurangnya ada sembilan gangguan, yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat (Price dan Wilson, 2006 : 1402). Sedangkan menurut Sandjaya (2014 : 11), penyakit asam urat atau gout adalah penyakit yang terjadi akibat kelebihan asam urat dalam darah yang kemudian menumpuk dan tertimbun dalam bentuk kristal-kristal pada persendian. Penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendian
32
33
inilah yang akhirnya menyebabkan persendian menjadi nyeri dan bengkak. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 - 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 - 6 mg/dl, apabila melebihi batas disebut hiperurisemia (Sandjaya, 2014 : 27). 8. Etiologi Gout Menurut Sandjaya (2014 : 20), terjadinya penyakit asam urat disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi : d. Genetik. Potensi genetik untuk seseorang berpotensi terkena penyakit asam urat adalah bersifat keturunan. e. Ketidakseimbangan hormon. Tidak seimbangannya hormon bisa mempengaruhi proses pembentukan purin dalam tubuh menjadi meningkat yang pada akhirnya hasil sampingan metabolisme zat purin( zat asam urat) juga akan meningkat. Ketidakseimbangan hormon dipengaruhi oleh emosi, pola hidup, penumpukan racun, dan radikal bebas. f. Proses pengeluaran asam urat terganggu di ginjal. Dalam kondisi normal zat asam urat dikeluarkan oleh tubuh melalui ginjal, namun pada penderita gout, asam urat tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal. Faktor sekunder meliputi : c. Konsumsi makanan tinggi purin. Tingginya purin dalam darah tentu akan menaikkan zat asam urat.
34
d. Alkohol dan obat-obatan kimia. Alkohol juga mengandung purin, selain
itu
alkohol
memicu
pengeluaran
cairan
sehingga
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Alkohol juga menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin terganggu sehingga asam urat tetap bertahan dalam darah. 9. Patofisiologi Gout Hiperurisemia
dapat
menyebabkan
penumpukan
kristal
monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat secara mendadak adapat menyebabkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflmasi akan terjadidan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi berulang – ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan fotus akan mengendap dibagian perifer tubuh, seperti jari kaki, tangan, dan telinga. Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan imunoglobulin IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal, dengan demikian akan memperlihatkan aktifitas imunologik (Smeltzer dan Bare, 2001 : 1402). 10. Tanda dan Gejala Gout Gejala dari penyakit gout datang secara tiba-tiba dan tidak terduga. Gejala yang khas adalah nyeri di satu atau lebih sendi yang pada malam hari semakin terasa. Kadang-kadang persendian menjadi bengkak, kulit menjadi merah atau keunguan, dan tampak mengkilap. Gejala-gejala ini
35
pada akhirnya bisa mempengaruhi sendi disekitar ibu jari, telapak kaki, pergelangan kaki, lutut, siku, serta pergelangan tangan. Pada persendian tepi, seperti telinga, panggul, dan juga bahu biasanya akan terbentuk kristal. Gejala lain yang menyertai adalah demam, dingin, dan nadi cepat. Untuk gejala gout yang berat akan menyebabkan perubahan bentuk dibagian tubuh tertentu (Utami, 2007 : 7). Menurut Sandjaya (2014 : 16), gejala dari penyakit asam urat sangat khas dan mempunyai tiga tahapan, yaitu : d. Tanda asam urat tahap pertama atau tahap artritis gout akut. Pada gejala asam urat tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas, serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam 5-7 hari. e. Tanda asam urat tahap kedua atau tahap artritis gout intermiten. Penderita akan mengalami serangan artritis atau peradangan yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serta jumlah sendi yang terserang semakin banyak.. f. Tanda asam urat tahap ketiga atau tahap artritis gout kronik berfotus. Tahap ini terjadi penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih, pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
36
merupakan deposit dari kristal monosodium urat, tofus ini akan merusak sendi dan tulang disekitarnya. 11. Komplikasi Gout Menurut Utami (2007 : 7), komplikasi dari gout adalah kerusakan ginjal atau gagal ginjal. Komplikasi potensial penyakit gout adalah nefropati, batu asam urat, dan gagal ginjal (Wilkinson, 2007 : 733). 12. Penatalaksanaan Gout Menurut Muttaqin (2012 : 399), penatalaksanaan gout adalah : c. Analgesik untuk mengurangi nyeri d. Antiinflamasi untuk menurunkan respon inflamasi
F. Konsep dasar keluarga 6. Pengertian Keluarga Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998) seperti dikutip Setiadi (2008 : 2), mengemukakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan ketergantungan. Menurut WHO (1969) dalam Setiadi (2008 : 2), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. 7. Fungsi Pokok Keluarga
37
Menurut Freadmen (1998) seperti dikutip dalam Setiadi (2008 : 7), secara umum fungsi keluarga adalah : f. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. g. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. h. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. i. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
mengembangkan
secara
ekonomi
dan
kemampuan
indiuvidu
dalam
tempat
untuk
meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. j. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. 8. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi : f. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
38
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga. Maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya dan perubahan apa yang terjadi. g. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai keadaan keluarga. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain di sekitar keluarga. h. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit Perawatan ini dapat dilakukan di rumah, apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. i. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan. j. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). 9. Ciri-ciri Keluarga Indonesia Menurut Setiadi (2008 : 4) ciri-ciri keluarga Indonesia adalah sebagai berikut : d. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong. e. Dijiwai oleh budaya ketimuran.
39
f. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah. 10. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duffal (1985) seperti dikutip Suprajitno (2004 : 4), tahap perkembangan keluarga yaitu : i. Keluarga baru menikah 4) Membina hubungan intim yang memuaskan. 5) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial. 6) Mendiskusikan rencana memiliki anak. j. Keluarga dengan anak baru lahir Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berumur 30 bulan. Tugas perkembangan antara lain : 4) Persiapan menjadi orang tua. 5) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual. 6) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. k. Keluarga dengan anak usia pra sekolah Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. 8) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
40
9) Membantu anak untuk bersosialisasi. 10) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak yang lain juga harus terpenuhi. 11) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar). 12) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot). 13) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. 14) Kegiatan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang. l. Keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. 4) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan. 5) Mempertahankan keintiman pasangan. 6) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. m. Keluarga dengan anak remaja Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6 – 7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. 3) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan bertanggung jawab.
41
4) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga. n. Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah. 6) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 7) Mempertahankan keintiman pasangan. 8) Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua. 9) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. 10) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. o. Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. 4) Mempertahankan kesehatan. 5) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak. 6) Meningkatkan keakraban pasangan. p. Keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. 6) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. 7) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
42
8) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat. 9) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. 10) Melakukan “life review”. G. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Keperawatan kesehatan keluarga adalah keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh perawat profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar praktek keperawatan. Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluargakeluarga yang rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri (Setiadi, 2008 : 27). Menurut Suprajitno (2004 : 27), tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. Proses asuhan keperawatan keluarga secara umum terdiri dari pengkajian, intervensi, dan implementasi serta evaluasi. Penulis akan menjelaskan satu persatu sebagai berikut : 8. Pengkajian Menurut Suprajitno (2004 : 29), pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan tahap awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Pengumpulan data dari keluarga dapat
43
menggunakan metode wawancara, observasi fasilitas rumah, dan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga. Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah : b. Data Umum 11) Kepala keluarga. 12) Alamat keluarga. 13) Pekerjaan KK. 14) Pendidikan KK. 15) Komposisi keluarga, selanjutnya dibuat genogramnya. 16) Tipe keluarga. 17) Suku bangsa. 18) Agama. 19) Status soial ekonomi. 20) Aktifitas rekreasi keluarga. c. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 5) Tahap perkembangan keluarga. Tahap perkembangan keluarga ini ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti. 6) Tugas pekembangan keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. 7) Riwayat kesehatan keluarga inti. Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota
44
keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan. 8) Riwayat kesehatan sebelumnya. Menjelaskan riwayat kesehatan generasi di atas orang tentang riwayat penyakit keturunan. d. Data lingkungan 6) Karakteristik rumah. Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan MCK, sarana air bersih dan air minum yang digunakan. Keadaan rumah digambar sebagai denah rumah. 7) Karakteristik tetangga dan komunitasnya. Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, meliputi kebiasaan, nilai dan norma serta budaya penduduk setempat. 8) Mobilitas
geografis
keluarga.
Menggambarkan
mobilitas
keluarga dan anggota keluarga. 9) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakat. 10) Sistem pendukung keluarga. Menjelaskan jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang mendukung kesehatan.
45
e. Struktur keluarga 4) Struktur peran. Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat. 5) Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan bagiamana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaiamana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. 6) Struktur kekuatan keluarga. Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. f. Fungsi keluarga. 2) Fungsi afektif. Yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
anggota
keluarga,
dan
bagiamana
keluiarga
mengembangkan sikap saling menghargai. 4) Fungsi sosialisasi. Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggoat keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku di keluarga dan masyarakat. 5) Fungsi pemenuhan kesehatan. Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan : g) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari
46
masalah kesehatan tentang, meliputi pengertian, tanda gejala, dan faktor penyebab penyakit. h) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat, yang perlu dikaji tentang kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah kesehatan, apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan, apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat, apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan. i) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami oleh anggota keluarga, pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan, pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang sakit, serta bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. j) Mengetahui
kemampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan. Yang perlu dikaji yaitu pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki, kemampuan keluarga melihat keuntungan
dan
manfaat
pemeliharaan
lingkungan,
pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit,
47
kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkunagn rumah. k) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau, pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluraga terhadap fasiliats dan petugas kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang buruk tentang fasilitas kesehatan dan petugas kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan. l) Fungsi reproduksi. Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memliki dan upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. i. Stres dan koping keluarga 4) Stresor jangka pendek dan jangka panjang. Stresor jangka pendek
adalah
stresor
yang
dialami
keluarga
dan
memerlukan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan, sedangkan stresor jangka pangjang adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan.
48
5) Kemampuan
keluarga
berespons
terhadap
stresor.
Menjelaskan bagaimana keluarga berespon terhadap stresor yang ada. 6) Strategi koping yang digunakan. Menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme pembelaan) terhadap stresor yang ada. j. Pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota
keluarga
meliputi
pengkajian
kebutuhan
dasar,
pemeriksaan fisik, dan pemerikasaan penunjang. k. Harapan keluarga. Yang perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. 9. Diagnosa Keperawatan Menurut Suprajitno (2004 : 42), perumusan diagnosa keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari : d. Masalah (problem, P) suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. e. Penyebab (etiology, E) suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga.
49
f. Tanda (sign, S) sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga. 10. Skoring Diagnosa Keperawatan Tabel 2.1 Skoring Diagnosa Keperawatan Menurut Bailon dan Maglaya (1978) dalam Suprajitno (2004 : 47) No Kriteria Skor 1
2
3
4
Sifat masalah Skala : Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Mudah Sebagian Tidak dapat Potensial masalah untuk dicegah Skala :Tinggi Cukup Rendah Menonjolnya masalah Skala : Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan
1 3 2 1 2 2 1 0 1 3 2 1 1 2 1 0
Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot, kemudian skor dijumlahkan untuk semua kriteria. a. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas : 5) Kriteria pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak / kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
Bobot
50
6) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor berikut : e) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. f) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga. g) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu. h) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas dan organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat. 7) Kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor faktor yang perlu diperhatikan adalah : e) Tingkat keparahan masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. f) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada. g) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan - tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. h) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
51
8) Kriteria keempat, menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. 11. Prioritas Diagnosis Keperawatan Prioritas
didasarkan
pada
diagnosis
keperawatan
yang
mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai skor terendah (Suprajitno, 2004 : 47). 12. Intervensi Keperawatan Menurut Carpenito (2000) dalam Nursalam (2010 : 85), rencana intervensi keperawatan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan asuhan keperawatan. Perencanaan keperawatan keluarga meliputi penentuan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri pasien dan lebih baik ada batas waktunya. Sedangkan tujuan jangka pendek ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan (Setiadi, 2008 : 61). 13. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2008 : 66).
52
Menurut Suprajitno (2004 : 56), implementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri (anggota keluarga/keluarga), perawat, anggota tim kesehatan, keluarga lain, dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan. 14. Evaluasi Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Setiadi, 2008 : 69). Menurut Suprajitno (2004 : 57), evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang berarti S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberi implementasi. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif. A adalah analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa. H.
Pendidikan Kesehatan Rebusan Daun Sirsak Menurut Effendy (2004 : 232), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap
53
memberikan asuhan keperawatan dimana saja ia bertugas, apakah terhadap invidu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Anwar (1992) seperti dikutip dalam Effendy (2004 : 232), pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebar pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan
kesehatan.
Dalam
melakukan
pendidikan
kesehatan, ada sasaran yang harus diberikan pendidikan kesehatan, yaitu : d.
Individu yang mempunyai masalah kesehatan
e.
Keluarga
binaan
yang
punya
masalah
kesehatan : 5)
Anggota keluarga yang menderita penyakit menular
6)
Anggota keluarga yang menderita sosial ekonomi rendah
7)
Anggota keluarga yang mempunyai sanitasi lingkungan buruk
8)
Anggota keluarga yang menderita gizi buruk
f.
Kelompok khusus yang beresiko terhadap masalah kesehatan : 5)
Kelompok ibu hamil
6)
Kelompok ibu yang mempunyai balita
54
7)
Kelompok pasangan usia subur
8)
Kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan ( lansia, remaja, dan tunasusila).
Menurut Effendy (2004 : 240), metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antar yang memberikan penyuluhan dan sasaran penyuluhan, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang sering digunakan dalam penyuluhan kesehatan adalah : a.
Metode didaktik Pada metode ini yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi.
b.
Demonstrasi Suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang suatu
hal
yang
telah
dipersiapkan
dengan
teliti
untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga. Pendidikan kesehatan tentang rebusan daun sirsak terhadap nyeri diberikan pada penderita gout berdasarkan jurnal penelitian Wirahmadi pada tahun 2013, daun sirsak mengandung senyawa tannin, resin, dan crytallizable magostine yang mampu mengatasi nyeri sendi pada penyakit gout. Senyawa yang terkandung dalam daun sirsak berfungsi sebagai analgesik (pereda rasa
55
sakit) yang kuat serta bersifat antioksidan. Sifat antioksidan yang terdapat pada daun sirsak dapat mengurangi terbentuknya asam urat mealalui penghambatan produksi enzim xantin oksidase. Kombinasi sifat analgesik dan anti inflamasi ini mampu mengurangi gout. Hal ini disebabkan karena penderita gout mengalami kerusakan jaringan tulang rawan, pada tulang rawan tersebut terdiri atas sel – sel kondrosit, di dalam sel kondrosit berlangsung reaksi sintesis dan sekresi matriks ekstraseluler. Ekstrak Į– mangostin, ȕ– mangostin, dan lainnya yang terkandung dalam daun sirsak terbukti mampu menghambat perombakan matrik ekstraseluler serta menstimulasi ekspresi beberapa asosiasi gen penyusun kartilago seperti kolagen yang terdiri atas kolagen I dan kolagen II serta agrecan sehingga membantu meregenerasi jaringan tulang rawan sehingga nyeri yang dirasakan penderita gout dapat berkurang. Penelitian rebusan daun sirsak dapat mengurangi nyeri gout tersebut dilakukan pada tanggal 8 Januari 2013 pada 40 responden, dengan 20 responden sebagai kelompok intervensi dan 20 responden sebagai kelompok kontrol. Frekuensi kelompok intervensi yang mengalami nyeri berat sebanyak 6 responden, nyeri ringan sebanyak 10 responden, dan nyeri berat sebanyak 4 responden. Sedangkan frekuensi kelompok kontrol yang mengalami nyeri berat sebanyak 4 responden, nyeri ringan sebanyak 11 responden, dan nyeri berat sebanyak 5 responden. Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan rebusan daun sirsak selama 1 minggu tingkat nyeri pada kelompok intervensi adalah 1 responden yang mengamali nyeri berat, 11 responden yang
56
mengalami nyeri sedang, dan 8 responden yang mengalami nyeri ringan. Ini menunjukkan bahwa terdapat adanya perubahan tingkat nyeri pada responden kelompok intervensi, perubahan nyeri tersebut disebabkan karena kandungan senyawa yang terdapat pada daun sirsak yang mampu mengurangi nyeri pada penderita gout. Untuk kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberikan rebusan daun sirsak, hanya mengalami sedikit perubahan untuk skala nyeri yaitu sebanyak 20 responden pada akhir penelitian didapatkan 2 responden mengalami nyeri ringan, 15 responden mengalami nyeri ringan, dan 3 responden mengalami nyeri berat. Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika Tropis.
Berabad-abad yang lalu, bangsa Indian di Amerika Selatan telah memanfaatkan tanaman sirsak sebagai obat tradisional penyakit jantung, asma, penyakit hati, dan reumatik. Adapun akar sirsak dan daunnya digunakan
untuk
mengobati
diabetes
mellitus,
sebagai
sedatif
(penenang), serta antispasmodik (obat kejang/kaku otot). Sedangkan di Indonesia, sirsak secara tradisional digunakan sebagai obat bisul, mual, diare, hepatitis, batuk, reumatik, dan hipertensi. Menurut nenek moyang orang Jawa sirsak memang sudah dikenal manfaatnya sebagai obat penghilang penyakit termasuk kanker. (Suranto, 2012 : 2). Sedangkan menurut Asri dan Hermawati (2013 : 26), daun sirsak mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annoanacin, dan ananol yang bermanfaat bagi tubuh, yaitu mulai dari
57
meningkatkan daya tahan tubuh, mampu mengobati kanker, nyeri rematik, dan lain sebagainya. Suranto (2012 : 47), menyatakan bahwa salah satu cara memanfaatkan daun sirsak sebagai obat gout adalah dengan cara merebusnya. Cara membuatnya sebagai berikut : d. Rebus 10 lembar daun sirsak dengan dua gelas air. e. Setelah mendidih, kecilkan api dan biarkan air menguap hingga tersisa satu gelas. f. Setelah dingin, minum air rebusan dua kali sehari sampai gejala penyakit asam urat mereda.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang proses telaah antara aplikasi jurnal dengan data pendukung yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan pada “Pemberian Pendidikan Kesehatan Rebusan Daun Sirsak Pada Asuhan Keperawatan Keluarga TN. S Dengan Gout di Desa Tuban Lor, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar” tanggal 09 sampai 12 April 2014 dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi. A. Pengkajian Menurut Suprajitno (2004 : 29), pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian dilakukan penulis pada tanggal 09 April 2014, dengan metode wawancara, observasi fasilitas rumah, dan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga. Penulis melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri gout pada keluarga Tn. S di Desa Tuban Lor Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, berdasarkan pengkajian 32 item menurut Friedman (1998). Dari pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S dengan gout pada keluarga Tn. S di Desa Tuban Lor Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, ditemukan data Ny. S mengatakan sakit di lutut
58
59
seperti ditusuk-tusuk, sakitnya timbul saat pagi hari ketika bangun tidur dan saat beraktifitas dengan skala nyeri 7, Ny. S juga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang ia alami sekarang dan mengatakan tidak bisa menjaga kesehatannya. Saat diperiksakan ternyata nilai kadar asam urat Ny. S 8,1 mg/dl. Lutut Ny. S juga terlihat agak merah. Gejala dari penyakit gout datang secara tiba-tiba dan tidak terduga. Gejala yang khas adalah nyeri di satu atau lebih sendi yang pada malam hari semakin terasa. Kadang-kadang persendian menjadi bengkak, kulit menjadi merah atau keunguan, dan tampak mengkilap. Gejalagejala ini pada akhirnya bisa mempengaruhi sendi disekitar ibu jari, telapak kaki, pergelangan kaki, lutut, siku, serta pergelangan tangan. Pada persendian tepi, seperti telinga, panggul, dan juga bahu biasanya akan terbentuk kristal. Gejala lain yang menyertai adalah demam, dingin, dan nadi cepat. Untuk gejala gout yang berat akan menyebabkan perubahan bentuk dibagian tubuh tertentu (Utami, 2007 : 7). Tanda dan gejala yang muncul pada Ny. S adalah nyeri lutut dan kulit sekitar lutut tampak agak merah, sedangkan tanda dan gejala yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus adalah sendi bengkak, kulit tampak mengkilap, demam, dingin, dan nadi cepat. Hal itu disebabkan karena pada saat pengkajian pasien tidak menunjukkan gejala tersebut. Salah satu tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, yaitu sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan,
60
meliputi pengertian, tanda gejala, dan faktor penyebab masalah kesehatan. Dari hasil pengkajian yang didapat penulis, bahwa keluarga Tn. S tidak mengetahui pengertian gout, tanda gejala gout, dan faktor penyebab gout, serta obat tradisional untuk mengurangi nyeri gout. Hal ini sama dengan teori Suprajitno (2004), bahwa keluarga tidak mampu keluarga mengenal masalah kesehatan yang terjadi. B.Diagnosa keperawatan Menurut Suprajitno (2004 : 42), perumusan diagnosa keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Dalam diagnosa keperawatan keluarga dengan masalah gout didapatkan 2 diagnosa keperawatan, yaitu pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (Suprajitno, 2004 : 74) dan kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan (NANDA, 1995, dalam Setiadi, 2008 : 50). Pemeliharaan kesehatan tidak efektif merupakan ketidakmampuan mengidentifikasi, mengatur, dan atau mencari pertolongan. Batasan karakteristik dari diagnosa ini yang dijadikan alasan penulis menegakkan diagnosa pemeliharaan kesehatan tidak efektif adalah menunjukkan kurang adaptif terhadap perubahan lingkungan, kurang pengetahuan tentang praktik dasar kesehatan, riwayat kurang perilaku sehat, dan terbatasnya tindakan pencegahan kesehatan, serta tampak mengalami gangguan sistem dukungan pribadi (Wilkinson, 2011 : 359).
61
C. Intervensi keperawatan Menurut Capenito (2000) seperti dukutip Nursalam (2010 : 85), rencana intervensi keperawatan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan asuhan keperawatan. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada tanggal 09 April 2014, didapatkan diagnosa keperawatan pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, intervensi yang disusun adalah jelasakan pengertian gout, jelaskan tanda gejala gout, jelaskan penyebab gout, dan ajarkan cara membuat obat tradisional untuk mengurangi nyeri gout dengan rebusan daun sirsak. Tujuan umum dari diagnosa keperawatan tersebut yaitu setelah dilakukan kunjungan selama 3x kunjungan, diharapkan tingkat pemahaman tentang perilaku sehat meningkat. Untuk tujuan khususnya yaitu setelah dilakukan tindakan selama 3 x 45 menit, keluarga mampu merasakan nyeri berkurang, mengetahui pengertian gout, mengetahui tanda gejala gout, mengetahui penyebab gout, dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional dengan rebusan daun sirsak. Intervensi yang penulis lakukan menjelaskan pengertian gout atau asam urat. Menurut Sandjaya (2014 : 11), penyakit asam urat atau gout adalah penyakit yang terjadi akibat kelebihan asam urat dalam darah yang kemudian menumpuk dan tertimbun dalam bentuk kristal-kristal
62
pada persendian. Penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendian inilah yang akhirnya menyebabkan persendian menjadi nyeri dan bengkak. Selanjutnya penulis menjelaskan tanda dan gejala gout. Tanda dan gejala dari penyakit gout adalah nyeri di satu atau lebih sendi, kadang-kadang persendian menjadi bengkak, kulit menjadi merah atau keunguan, dan tampak mengkilap. Gejala-gejala ini pada akhirnya bisa mempengaruhi sendi disekitar ibu jari, telapak kaki, pergelangan kaki, lutut, siku, serta pergelangan tangan. Pada persendian tepi, seperti telinga, panggul, dan juga bahu biasanya akan terbentuk kristal. Gejala lain yang menyertai adalah demam, dingin, dan nadi cepat. Untuk gejala gout yang berat akan menyebabkan perubahan bentuk dibagian tubuh tertentu (Utami, 2007 : 7). Menjelaskan penyebab gout. Menurut Sandjaya (2014 : 20), terjadinya penyakit asam urat disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer : Genetik, ketidak seimbangan hormon, proses pengeluaran asam urat terganggu di ginjal. Faktor sekunder : Konsumsi makanan tinggi purin, dan alkohol. Intervensi mendemonstrasikan
yang
terakhir
adalah
cara
membuat
rebusan
mengajarkan daun
sirsak
dan untuk
mengurangi nyeri gout. Intervensi ini sesuai dengan jurnal penelitian Wirahmadi (2013), yang menyebutkan bahwa daun sirsak mengandung senyawa tannin, resin, dan crytallizable magostine yang mampu mengatasi nyeri sendi pada penyakit gout. Senyawa yang terkandung
63
dalam daun sirsak berfungsi sebagai analgesik (pereda rasa sakit) yang kuat serta bersifat antioksidan. Kombinasi sifat analgesik (mengurangi nyeri) dan anti inflamasi (anti radang) mampu mengurangi gout atau asam urat. Pemberian rebusan daun sirsak dilakukan selama tujuh hari karena terapi komplementer akan terlihat hasilnya jika diberikan dalam waktu satu minggu. Penelitian rebusan daun sirsak dapat mengurangi nyeri gout tersebut dilakukan Wirahmadi pada tanggal 8 Januari 2013 pada 40 responden, dengan 20 responden sebagai kelompok intervensi dan 20 responden sebagai kelompok kontrol. Frekuensi kelompok intervensi yang mengalami nyeri berat sebanyak 6 responden, nyeri ringan sebanyak 10 responden, dan nyeri berat sebanyak 4 responden. Sedangkan frekuensi kelompok kontrol yang mengalami nyeri berat sebanyak 4 responden, nyeri ringan sebanyak 11 responden, dan nyeri berat sebanyak 5 responden. Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan rebusan daun sirsak selama 1 minggu tingkat nyeri pada kelompok intervensi adalah 1 responden yang mengamali nyeri berat, 11 responden yang mengalami nyeri sedang, dan 8 responden yang mengalami nyeri ringan. Ini menunjukkan bahwa terdapat adanya perubahan tingkat nyeri pada responden kelompok intervensi, perubahan nyeri tersebut disebabkan karena kandungan senyawa yang terdapat pada daun sirsak yang mampu mengurangi nyeri pada penderita gout. Untuk kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberikan rebusan daun sirsak, hanya mengalami sedikit perubahan untuk skala nyeri yaitu
64
sebanyak 20 responden pada akhir penelitian didapatkan 2 responden mengalami nyeri ringan, 15 responden mengalami nyeri ringan, dan 3 responden mengalami nyeri berat. Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika Tropis.
Berabad-abad yang lalu, bangsa Indian di Amerika Selatan telah memanfaatkan tanaman sirsak sebagai obat tradisional penyakit jantung, asma, penyakit hati, dan reumatik. Adapun akar sirsak dan daunnya digunakan
untuk
mengobati
diabetes
mellitus,
sebagai
sedatif
(penenang), serta antispasmodik (obat kejang/kaku otot). Sedangkan di Indonesia, sirsak secara tradisional digunakan sebagai obat bisul, mual, diare, hepatitis, batuk, reumatik, dan hipertensi. Menurut nenek moyang orang Jawa sirsak memang sudah dikenal manfaatnya sebagai obat penghilang penyakit termasuk kanker. (Suranto, 2012 : 2). Menurut Shabella (2011) dalam jurnal Wirahmadi (2013), senyawa yang terkandung dalam daun sirsak memiliki sifat anti inflamasi. Ekstrak mangostin etanol mempunyai aktifitas penghambat yang kuat terhadap pelepasan histamine dan sintesis prostalglandine E2 sebagai mediator inflamasi dan ekstrak methanol dari daun sirsak juga mempunyai efek meredam nyeri yang terjadi pada penyakit gout. Sedangkan menurut Asri dan Hermawati (2013 : 26), daun sirsak mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annoanacin, dan ananol yang bermanfaat bagi tubuh.
65
Menurut Nuraini (2011) dalam jurnal Wirahmadi (2013), meminum air rebusan daun sirsak dapat mengurangi nyeri pada penderita gout tanpa efek samping karena tidak mengandung bahan kimia. Manfaat daun sirsak bagi kesehatan sangat beragam, salah satunya adalah membantu meredakan nyeri dan mengobati penyakit asam urat (Asri dan Hermawati, 2013 : 36). Suranto (2012 : 21), menyatakan bagian tanaman sirsak yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan adalah buah, daun, kulit kayu, bunga, dan biji. Salah satu khasiatnya yaitu sebagai analgetik yang berfungsi meredakan rasa sakit atau nyeri. Salah satu cara memanfaatkan daun sirsak sebagai obat gout adalah dengan cara merebusnya. Cara membuatnya sebagai berikut : g. Rebus 10 lembar daun sirsak dengan dua gelas air. h. Setelah mendidih, kecilkan api dan biarkan air menguap hingga tersisa satu gelas. i. Setelah dingin, minum air rebusan dua kali sehari sampai gejala penyakit asam urat mereda. D. Implementasi keperawatan Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2008 : 66). Dalam melakukan implementasi kepada kelurga Tn S penulis berpedoman pada intervensi yang telah disusun sesuai intervensi yang
66
telah direncanakan meliputi, menjelaskan pengertian gout atau asam urat, menjelaskan tanda gejala gout, menjelaskan penyebab gout, dan mengajarkan cara membuat rebusan daun sirsak. Pada langkah implementasi penulis tidak mengalami hambatan atau kesulitan karena didukung keluarga Tn. S yang koperatif dan mau diajak bekerja sama, sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan dapat dipahami oleh keluarga. E.
Evaluasi Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Setiadi, 2008 : 69). Evaluasi penulis lakukan setiap selesai melakukan implementasi selama tiga kali. Evaluasi pada hari Kamis, tanggal 10 April 2014 didapatkan respon subjektif yaitu Ny. S mengatakan gout/asam urat adalah tingginya kadar asam urat dalam darah, tanda gejala gout adalah nyeri pada jempol kaki, nyeri lutut, dan demam, keluarga mengatakan penyebab gout adalah makan tinggi purin, serta keluarga mengatakan sudah mengerti cara membuat rebusan daun sirsak. Respon objektif pasien yaitu tampak memegangi lutut, keluarga tampak memperhatikan penjelasan tentang gout, dan keluarga bisa menjawab sebagian dari pertanyaan yang diberikan. Analisa yang dapat diambil pada masalah
67
pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah belum teratasi. Planning yang dapat dibuat adalah intervensi dilanjutkan, jelaskan kembali pengertian gout, tanda gejala gout, penyebab gout, komplikasi gout, dan anjurkan untuk membuat obat tradisional dari rebusan daun sirsak. Evaluasi hari ke dua pada hari Jumat, tanggal 11 April 2014 didapatkan respon subjektif keluarga yaitu Ny. S
mengatakan gout
adalah penyakit tinggi asam urat dalam darah, mengatakan tanda gejala gout adalah nyeri lutut, tungkai kaki, jempol kaki disertai panas dan warna kulit yang nyeri agak mengkilat. Keluarga mengatakan penyebab gout adalah makanan tinggi purin, keluarga juga mengatakan sudah membuat rebusan daun sirsak dan Ny. S sudah rutin meminumnya. Respon objektifnya adalah Ny. S tampak menahan sakit, tampak memegangi lututnya. Keluarga tampak memperhatikan penjelasan yang diberikan, seta ada siasa rebusan daun sirsak. Analisa yang dapat diambil pada masalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah belum teratasi. Planning yang dapat dibuat adalah intervensi dilanjutkan, jelaskan kembali tentang pengertian gout, tanda gejala gout, penyebab gout, komplikasi gout, serta anjurkan rutin meminum rebusan daun sirsak. Untuk evaluasi hari ketiga pada hari Sabtu, tanggal 12 April 2014 didapatkan respon subjektif yaitu keluarga mengatakan gout adalah penyakit tinggi asam urat dalam darah. Keluarga mengatakan tanda
68
gejala gout adalah nyeri lutut, tungkai, jempol kaki yang disertai panas dan warna kulit yang nyeri agak merah. Keluarga mengatakan penyebab gout adalah makanan tinggi purin, serta keluarga mengatakan sudah membuat rebusan daun sirsak dan Ny.S sudah rutin meminumnya. Untuk respon objektifnya yaitu Ny. S tampak menahan sakit, tampak berhatihati bila berjalan. Keluarga tampak memperhatikan penjelasan tentang gout. Analisa yang dapat diambil pada masalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah belum teratasi. Planningnya yaitu lanjutkan intervensi, anjurkan rutin membuat dan meminum rebusan daun sirsak. Sesuai jurnal penelitian Wirahmadi (2013), pemberian rebusan daun sirsak pada penderita nyeri gout selama 7 hari efektif, responden mengatakan merasa lebih nyaman dan sakit yang dirasakan berkurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa tannin, resin, crytallizable dari daun sirsak dapat meredakan nyeri gout. Pemberian rebusan daun sirsak dilakukan selam tujuh hari dikarenakan terapi komplementer akan terlihat hasilnya jika diberikan dalam waktu tujuh hari. Karena keterbatasan waktu yang hanya selama tiga hari pada saat pengelolaan pasien, maka pemberian rebusan daun sirsak pada pasien hasilnya tidak efektif, didapatkan data sebelum diberikan rebusan daun sirsak skala nyeri tujuh, dan setelah diberikan rebusan daun sirsak skala nyeri masih tetap tujuh. Sedangkan dalam jurnal Wirahmadi (2013),
69
keefektifan rebusan daun sirsak dalam mengurangi nyeri adalah selama tujuh hari.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan keseluruhan proses “Pemberian Pendidikan Kesehatan Rebusan Daun Sirsak pada Asuhan Keperawatan Keluarga TN. S dengan Gout di Desa Tuban Lor, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar” pada tanggal 09 sampai 12 April 2014 , maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Simpulan Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S tanggal 09 sampai 12 April 2014 penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S dengan nyeri gout pada keluarga Tn. S di Desa Tuban Lor Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, ditemukan data Ny. S mengatakan nyeri lutut seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul saat pagi hari ketika bangun tidur dan saat beraktifitas dengan skala nyeri 7. Ny. S mengatakan sudah dua bulan merasakan nyeri dan saat diperiksakan pada tanggal 09 April 2014 nilai asam uratnya 8,1 mg/dl. Ny S juga mengatakan belum paham tentang penyakit gout atau asam urat, tanda gejala, penyebab, dan obat tradisionalnya. Hal ini terdapat kesesuaian antara kasus dengan teori. 2. Pada penegakan diagnosa keperawatan keluarga dapat ditegakkan dua diagnosa keperawatan, yaitu pemeliharaan kesehatan tidak efektif
70
71
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan dan kerusakan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. Data-data saat pengkajian menujukkan bahwa masalah keperawatan pemeliharaan kesehatan tidak efektif adalah masalah aktual dan harus segera diatasi. 3. Pada intervensi asuhan keperawatan keluarga pada keluaraga Tn. S semua intervensi
untuk
dua
diagnosa
keperawatan
tertulis
dalam
pendokumentasian. 4. Pada implementasi keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S terutama Ny. S saat melakukan implementasi tidak mengalami hambatan, karena keluarga antusias dan kooperatif saat penulis melaksanakan pengkajian, intervensi, dan implementasi. 5. Pada evaluasi keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S pada diagnosa yang pertama masalah belum teratasi karena Ny. S mengatakan nyeri pada lutut belum berkurang, dan keluarga juga mengatakan sudah mengerti tentang penyakit gout, serta akan rutin membuat rebusan daun sirsak. Pada diagnosa yang kedua masalah juga teratasi, karena keluarga mengatakan sudah mengetahui pentingnya kebersihan rumah, dan keluarga juga mengatakan akan rutin membersihkan rumahnya, serta rumah keluarga Tn. S sudah nampak bersih dan tidak berantakan lagi.
72
B. Saran Dari kesimpulan yang telah disebutkan di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan demi tercapainya asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S pada tanggal 09 - 12 April 2014 antara lain: 1. Perawat Komunitas : a. Dengan melihat adanya perbedaan antara kasus nyata dengan teori pada keluarga Ny. S, perawat diharapkan lebih teliti dalam mengkaji dan menegakan diagnosa sehingga intervensi dan implementasi dapat diberikan kepada keluarga supaya kesehatan keluarga menjadi meningkat. b. Perawat harus tetap mempertahankan hubungan baik dengan keluarga untuk mendapatkan hasil optimal saat mengelola kasus keluarga yang terdapat pada kasus tersebut. c. Perawat
harus
rutin
mengontrol
kesehatan
keluarga
untuk
mengetahui apakah implementasi yang diberikan kepada keluarga tetap dilaksanakan dengan baik meskipun perawat sudah tidak mengelola kasus tersebut. 2. Keluarga : Keluarga harus rutin membuat rebusan daun sirsak agar dapat mengurangi nyeri yang timbul karena gout, dan rutin memeriksakan kesehatan agar mengetahui ada masalah tidak dengan kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta Effendy, Nasrul. 2004. Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta Hermawati, Asri. 2008. Khasiat Ajaib Daun Sirsak. Padi. Malang Misnadiarly. 2007. Rematik : Asam Urat, Hiperurisemia, Arthtritis Gout. Edisi 1. Pustaka Obor Populer. Jakarta Muttaqin, Arif. 2012. Buku Saku Gangguan Muskuluskeletal : Aplikasi Keperawatan. EGC. Jakarta Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Salemba Medika. Jakarta Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu. Yogyakarta Smelzter, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. EGC. Jakarta Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta Suranto, Adji. 2011. Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit. Pustaka Bunda. Jakarta Utami, Prapti. 2004. Terapi Jus untuk Rematik dan Asam Urat. Agromedia Pustaka. Jakarta Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. EGC. Jakarta Wirahmadi, Komang. 2013. Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Sirsak Terhadap Nyeri Pada Penderita Gout Di Kelurahan Genuk Barat Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3433.pdf.Diakses tanggal 08 April 2014